Penerapan n Problem Baseed Instruction (PBI) pada Maateri Bahan Tam mbahan Pangaan
PE ENERAPAN N PROBLEM M BASED INS STRUCTION N (PBI) PADA MATERI BA AHAN TAM MBAHAN PA ANGAN UNT TUK MELAT TIH KETER RAMPILAN B BERPIKIR BERDASARK B KAN SOLO TAKSONOMI SISWA K KELAS VIIII SMP W Wiyanti Mahasisw wi Program Stuudi Pendidikann Sains FMIPA A Universitas Negeri N Surabayaa
[email protected] m
Muslim min Ibrahim Dosen Jurusaan Biologi, FM MIPA Universitaas Negeri Suraabaya
[email protected]
Nuru ul Hidajati Dosen Jurusan Kimia FMIP PA Universitas Negeri Surabbaya N Nurul_Hidajati i.Unesa@yahoo o.co.id
A Abstrak Pennelitian ini berrtujuan mendeeskripsikan keeterlaksanaan model m pembellajaran Probleem Based Insttruction (PBI),, penguasaan konsep k siswa sserta keteramp pilan berpikir ssiswa setelah mengikuti m prosses belajar meengajar dengann PBI. Jenis peenelitian ini iaalah pre eksperrimental, deng gan hanya men nggunakan sattu kelas sebaggai sasaran peenelitian yaituu siswa kelas VIIIA SMP Negeri N 1 Puccanglaban-Tulu ungagung Tahuun ajaran 20112-2013 sebannyak 35 siswa.. Rancangan penelitian p yanng digunakan ialah i desain “Pretest and P Postest Groupp”. Pelaksanaaan penelitian dilakukan d dalaam dua kali pertemuan, siswa s diberikaan pretest di awal dan poostest di akhiir proses pem mbelajaran. Seedangkan, tes keterampilann berpikir dib berikan pada awal sebelum m proses pem mbelajaran, di akhir a pertemuaan pertama dann pertemuan keedua. Dari hasil penelitian daan analisis dataa, diketahui baahwa model peembelajaran P Problem Based Instruction (P PBI) pada mateeri bahan tam mbahan pangan terlaksana denngan cukup baiik. Penguasaan n konsep siswaa dengan rerataa individu 80,666 dan ketuntasan klasikal 74%. Adapunn kemampuan afektif siswa mencapai 76,11% dan kem mampuan psiko omotor sebesarr 88,15%.Keterrampilan berpiikir siswa berddasarkan solo taaksonomi melliputi 5 level berpikir solo yaitu level beerpikir prastruuktural 5,33%,, unistruktural 23,62%, mulltistruktural 41 1,90%, relasion nal 25,33% daan abstrak dipperluas 3,81%. Dari hasil prretest dan posttest diperolehh N-gain seb besar 0,32 deengan kategorri sedang. Inii menunjukkan n bahwa p materi baahan tambahann pangan dapaat melatih pennerapan problem Based Instrruction (PBI) pada keteerampilan berp pikir berdasarkaan solo taksonomi siswa sekaaligus penguassaan konsep sisswa dapat terccapai. Katta kunci : Prroblem Based Instruction (P PBI), keteramp pilan berpikir solo taksonom mi, bahan tam mbahan pangan..
Ab bstract Thiss study aims to t describe thee realization of o Problem Baased Instructionn (PBI) modeel, student masstery concept, as a well as the thhinking skills oof students bassed on the solo taxonomy. Th his type of reseearch is the pree experimentall, using only onne class as a reesearch target of grade is thee students classs VIII-A SMP PN 1 Pucanglabban-Tulungaguung school yeaar 2012-2013 aas many as 35 children. Thee study design used is designn “Pretest and posttest Groupp". Implementtation of the reesearch is cond ducted in two sessions, stud dents are givenn the pretest at the beginningg and the postttest at the end of learning process. p Meanw while, thinkingg skills tests given g as early as before thee learning proccess, at the endd of the first meeting m and thhe second meetting. From thee results of reseearch and dataa analysis, it is known that the realization off problem baseed Instruction ((PBI) model onn material food d additives reaalized fairly weell. Mastery cooncept of studeents with indiviidual average 80,66 8 and classsical absorptio on 74%. The affective abiliities of studen nts achieve 76.11% and psyychomotor ability of 88.15% %. The thinkinng skills of stuudents based solo s taxonomyy includes solo 5 level l of thinkinng pre structurral 5,33%, 23,662% unite strructural, multi structural thinnking that the level 41,9 90%, 25,33% relational r and extended absttract 3,81%. Frrom the resultt pretest and posttest be expeected N-gain 0,32 0 with mod derate categoryy. This showss that the impllementation off problem baseed instruction (PBI) ( in materrial food additiives can be traain the thinkingg skills the stuudents and conccept masteringg was achieved. Key ywords: Probleem Based Instrruction (PBI), tthinking skills the solo taxonnomy, food addditives.
Jurnal Pendidikan Saains e-Pensa. V Volume 01 Nom mor 01 Tahun 2013, 23-29 M Model pembelajaran Prroblem Baseed Instructio on (PBI) merrupakan modeel pembelajaraan yang diraancang untuk m mengembangkkan keterampilaan berpikir dan d pemecahann masalah, bellajar peran oranng dewasa, serta menjaadikan siswa mandiri (Nuur, 2011:8). Pembelajaran berdasarkan masalah m atau PB BI menyajikkan kepada ssiswa masalah h autentik daan bermaknaa yang memuddahkan siswa dalam d melakukaan penyelidiikan dan inkuirri (Ibrahim, 20005:4). Dengan modell pembelajaraan berdasarkaan masalah, diharapkan ssiswa dapat mengembangka m an keteramppilan berpikiirnya untuk memecahkaan persoalann yang ada dii lingkungan sekitarnya serrta menghaddapi kehidupann di masa depan. Untuk ittu, peneliti melakukan penelitian yang berjuddul “Penerap pan Problem m Based Instrruction (PB BI) Pada Materi M Bahan Tambahan Pangan untu uk Melatih Keterampilan Berpikirr Berdasarkaan T Siswa Kelas VIIII SMP”. Daari SOLO Taksonomi latar belakang tersebuut, maka tujuaan penelitian ini i ialah (1) Mendeskrippsikan keterlaaksanaan moddel pembelajjaran Problem Based Instructtion (PBI) padda materi baahan tambahann pangan, (2) Mendeskripsika M an penguasaaan konsep ssiswa dengann diterapkannyya model pembelajaran p Problem Based Instructioon (PBI) paada materi bahhan tambahan pangan, p serta (3) ( Mendeskkripsikan ketterampilan berpikir b sisw wa berdasark kan SOLO takksonomi dengaan diterapkannyya model pembelajaran p Problem Based Instructioon (PBI) paada materi bahaan tambahan pangan
PENDAHULUAN Dalam pendidikan salaah satu hal utama yangg diimpikan ialah menjadikkan siswa atauu peserta didikk dapat belajjar lebih baik dalam segala jenis j informasii baru. Salaah satu kecakaapan hidup (liife skill) yangg perlu dikeembangkan un ntuk mampu belajar secaraa aktif melallui proses pen ndidikan adalahh keterampilann berpikir (D Depdiknas, 2003). Kemamp puan seseorangg untuk dapaat berhasil dalaam kehidupannnya antara lainn ditentukan oleh keteram mpilan berpikirrnya, terutamaa u menyeelesaikan maasalah-masalahh dalam upaya kehidupan yang dihadapiinya. Menurut Beyer (1991),, berpikir iaalah manipulassi mental darii input sensorii atau perseepsi untuk membuat m atauu menemukann makna/alassan dari suaatu pernyataann. Sedangkann keterampillan berpikir ialah i operasi mental yangg digunakan untuk mengggabungkan peemikiran kita. Keterampilan juga ditun ntut oleh kuriikulum tingkatt satuan penndidikan, tetappi ternyata beelum diajarkann dalam prosses pembelajarran IPA (bioloogi dan fisika)) di kelas seperti di SM MP Negeri 1 Pucanglaban. Semenatara itu pelu uang untuk mengajarkann keterampillan berpikir dilapangan tersed dia. Berrdasarkan hasill analisis Kom mpetensi Dasarr (KD), matteri bahan tam mbahan pangann (Kimia, KD D 4.3) pada kelas k VIII SMP P semester I daapat dipadukann dengan maateri sistem peencernaan mannusia (Biologi, KD 1.4) seecara connectedd, keterpaduann tersebut dapatt terlihat daari adanya gangguan g penncernaan yangg diakibatkan n oleh peng ggunaan bahhan tambahann pangan paada makanan/m minuman. Salaah satu contohh bahan tam mbahan pangann yang dapat menyebabkann gangguan pencernaan yaitu pew warna tekstill m iritasi padaa Rhodamin B dapat menyebabkan lambung. Karakteristik materi pelajaaran ini kayaa yangg menuntutt aktivitas-aktiivitas dengan kemampuaan berpikir siswa. Proses-pproses berpikirr tentang sittuasi-situasi dunia d nyata beerbeda dengann proses-proses berpikir tentang idee-ide abstrak. Proses-proses berpikir tingkat tinggi tersebut dapatt diajarkan dengan bersaandarkan padaa pendekatan-pendekatan n yang mirrip dengan pembelajarann berdasarkaan masalah. Pem mbelajaran IPA A Terpadu materi m “Bahann Tambahan Pangan”, beerkaitan denggan kehidupann sehari-harii. Persoalan nyata tentang Bahhan Tambahann Pangan yaang berhubunggan erat denggan kesehatann khususnya sistem penceernaan manusiia, melibatkann a dalam proses p berpikirr siswa untuuk berperan aktif untuk mennyelesaikan perrsoalan terkait dengan bahann tambahan pangan pada makanan/minuuman. Dengann demikian, cocok diajarkaan menggunakaan PBI.
METOD DE Jenis pennelitian ini ialah penelitian pre eksperimeen. Penelitian n ini hanya meneliti satuu kelas sebaggai sampel yang diberrikan pretestt pada aw wal pembelajjaran dan posteest setelah pellaksanaan prosses pembelajjaran. Penelitiaan ini dilaksanaakan di SMPN N1 Pucanglaaban Tulunggagung padaa tanggal 24 2 Novembeer, 1 dan 8 Deesember semesster ganjil Tahuun ajaran 20012-2013. Sassaran penelitiaan yang diambbil ialah SM MP Negeri 1 Pucanglaban n, Tulungagunng. Kelas yaang diteliti ialah kelas VIII,, dipilih dengaan cara acak k (Random Saampling). Sisw wa yang menjaadi sasaran sebanyak 35 annak dari kelas VIII V A. A Adapun tahap penelitian meliputi tahaap persiapann dan pelakksanana, dengan rancangaan penelitiann “Pretest andd Posttest Grooup”. Instrumeen yang diigunakan yaittu berupa leembar tes (ttes penguasaaan dan keteraampilan berpikkir) dan lembbar observasii (Lembar pengamatan PBI, Lembbar pengamaatan Afektif dan Psikom motor). Metodde pengumppulan datanya yaitu dengan n menggunakaan
24
Penerapan n Problem Baseed Instruction (PBI) pada Maateri Bahan Tam mbahan Pangaan
metode tess dan observasii. Sedangkan metode m analisiss datanya yaaitu analisis keterlaksanaan k pembelajarann PBI, analissis penguasaann konsep sisw wa dan analisiss keterampillan berpikir sisw wa. AN PEMBAH HASAN HASIL DA Hasil Keteerlaksanaan Pembelajaran P Berdasarkaan hasil an nalisis, diketahui bahwaa keterlaksan naan model peembelajaran Problem P Basedd Instructionn (PBI) dikateegorikan cukupp baik dengann skor rata-rrata dari kelim ma fase modell pembelajarann PBI sebeesar 3,33. Menurut M kriteeria penilaiann keterlaksan naan model PBI P yang dikemukakan olehh Lince (20001 dalam Arddianto), keterlaaksanaan fase-fase prosees pembelajarran dengan skor rata-rataa sebesar 3,33 menuunjukkan baahwa prosess pembelajarran tersebut secara keselluruhan telahh terlaksana dengan cu ukup baik. Guru telahh melaksanakkan pembelajjaran dengann model PBII sesuai denngan RPP yangg dibuat, bahk kan lebih baikk dari langgkah pembelaajaran yang direncanakann sebelumnyya. Hasil Peng guasaan Konssep Penguasaann konsep siswa dalam peneliitian ini dilihatt dari presenntase ketuntassan siswa dalaam menguasaii konsep materi m bahan tambahan pangan baikk perseoranggan maupun klasikal. Dari haasil pretest dann posttest dihitung normalisasi gaain sekaliguss ( dalam m sensitivitassnya. Menurrut Syah (2006 Nurhasanaah, 2011), pretes p yang dilaksanakann sebelum pembelajaran p bertujuan b untuuk mengetahuii pengetahuaan awal sisw wa mengenai bahan yangg disajikan. Keberhasilan belajar tergantung bukann hanya padda lingkungan atau kondisi belajar, tetapii juga pada pengetahuan awal a siswa (W West dan Pines, dalam Ruustaman, dkk.,, 2003). Darii hasil pretess diperoleh daya serap klasikal k siswaa sebesar 3% % dengan niilai rata-rata 71,46. 7 Sedang gkan pada tess akhir (Posttest) daya serrap klasikalnyaa menjadi 74% % dengan niilai rerata 80,66. Suatu keelas dikatakann tuntas secaara klasikal biila terdapat 755% siswa yangg memperoleeh nilai ≥ 75, dan siswa dikkatakan tuntass jika nilainyya ≥ 75 (Depdiiknas, 2005). Rata-rata nilai preetes yang renddah yaitu 71,466 disebabkann karena siswaa tidak siap meengikuti prosess pembelajarran. Menurutt Rustaman, dkk. (2003),, kesiapan siswa s sebelum m diberikan maateri pelajarann turut mem mpengaruhi hasil h belajar siswa. Dalam m proses pem mbelajaran PBII ini, siswa tiddak siap untukk belajar dikarenakan d s sebelumnya siswa belum m menerima pretes dari guurunya sehinggga siswa tidakk
pernah belajar terlebbih dahulu sebelum s mateeri tersebut diajarkan. Seelain itu, dikaarenakan mateeri bahan taambahan pangaan belum diajaarkan oleh guuru IPA dan n belum dikem mas secara terrpadu. Sehinggga siswa maasih mengalam mi kesulitan unttuk mengerjakaan soal tenttang materi bahan tambahaan pangan yanng dipadukaan dengan penncernaan dan kesehatan. Hal H tersebut memperkuat m pendapat Makm mun (2005 dalaam Nurhasannah), yang meenyatakan bahw wa apabila nillai tes awal rendah ini berrarti bahwa koonsep yang akaan dipelajarii benar-benar pengetahuan yang baru baagi siswa. M Menurut Daharr (1996 dalam m Purnamasaari, 2012), penguasaan konnsep ialah kem mampuan sisw wa m makkna secara ilm miah baik teoori dalam memahami maupun penerapannya dalam kehiduupan sehari-haari. Konsep-k konsep meruppakan batu-baatu pembanguun (buildingg blocks) dalam berpikir. Konsep-konseep merupakaan dasar bagi proses-prosees mental yanng lebih tinnggi untuk meemutuskan prin nsip-prinsip daan generalissasi-generalisassi. Dari hasil penellitian, diperoleeh rata-rata nillai N-gain atau selisih rataa-rata nilai preetest dan postteest siswa paada materi bahhan tambahan pangan sebessar 0,32. Niilai pretest daan posttest terrsebut dijadikaan bahan pertimbangan p untuk mengeetahui pengaruuh pembelajjaran PBI baggi penguasaan n konsep sisw wa pada materi bahan tambahan paangan. Menurrut Makmun n (2005 dalam N Nurhasanah, 2011), 2 perbedaaan atau seliisih nilai preetest maupun posttest (gaiin) merupakaan pencapaiann yang nyata seebagai pengaruuh dari proses belajar siswa. Daari perhitungaan normalisaasi gain unttuk mengetahhui peningkataan penguasaaan konsep siswa diperoleeh data sebaggai berikut: Tabel 1. Kategori Indekks Gain Besertta Jumlah Sisw wa Jumlah Kategori Indeks Presentasee N-gain Siswa Tinggi (G ≥ 0,7) 1 3% Sedang g (0,7 > G ≥ 0,33) 20 57% Rendah h (G < 0,3) 14 40% Dari tabel 1 dikketahui bahwa terdapat 1 sisw wa memilikii nilai indeks gain dengan kategori tingggi (3%), 200 siswa dengann kategori seddang (57%), daan 14 siswaa dengan kateegori rendah (40%). ( Menurrut Sagala (22003 dalam Nurhasanah), addanya perbedaaan nilai ind deks gain teersebut menunnjukkan bahw wa manusia memiliki tingkatan berbeda b dalaam menyikappi situasi baru.. Siswa yang memperoleh m nillai indeks gaain rendah, meenunjukkan bah hwa kemampuaan siswa daalam mengolaah informasi tentang konseep
Jurnal Pendidikan Saains e-Pensa. V Volume 01 Nom mor 01 Tahun 2013, 23-29 materi bahhan tambahan pangan p kurang baik. Nilai N-gain sebessar 0,32 dikateegorikan sedanng, kategori inii di dasarkaan pada kateegori indeks N-gain yangg dikemukakkan oleh Haake (1998). Hal tersebutt mengindikkasikan bahwaa adanya peniingkatan hasill penguasaan n konsep siiswa pada materi m bahann tambahan pangan disebbabkan oleh pengaruh p darii mbelajaran deengan mengguunakan modell proses pem Problem Based B Instructio on (PBI). Messkipun nilai rerata individu siswa s pada saatt posttest telah t mencappai KKM dan terdapatt peningkataan penguasaan n konsep siswaa. Akan tetapi, ketuntasann klasikal sisw wa belum meencapai KKM. Dari hasil posttest dikeetahui bahwa dari 35 siswaa terdapat 266 orang siswa (74,28%) yanng tuntas atauu memperoleeh nilai ≥ 75 (KKM), sedanngkan 9 siswaa (25,72%) yang y belum mencapai m KKM M. Hal tersebutt dapat dissebabkan oleeh beberapa faktor yangg mempengaaruhi, sepertii kondisi sekolah s yangg memiliki sarana s dan praasarana terbataas, lingkungann sekolah, ko ondisi psikolog gi maupun jasm mani siswa. Bilaa dilihat dari hasil h perhitunggan sensitivitass tes diketah hui bahwa terdapat hanya 1 anak yangg menjawab benar pada uji awal (pretest) dan 26 anakk pada uji akhir (posttesst) dengan sensitivitas tess sebesar 0,71. 0 Sensitiivitas suatu tes adalahh kemampuaan tes tersebbut untuk mengukur m efekk pembelajarran. Suatu soaal dikatakan sensitivitis s jikaa soal tersebbut dapat meemberikan info formasi bahwaa hasil peengukuran m merupakan akibat darii pembelajarran yang dilakkukan (Ibrahim m, 2005: 49). Karena sensitivitas yang diperooleh dengann P Basedd diterapkannnya model pembelajaran Problem Instructionn (PBI) sebesarr 0,71 maka dapat d dikatakann bahwa soaal yang digunaakan sensitif, sehingga s dapatt disimpulkaan bahwa hassil posttest sisw wa merupakann efek dari pembelajaran. Dengan katta lain modell B Instructiion (PBI) padaa pembelajarran Problem Based materi bah han tambahan pangan efekktif melatihkann keterampillan berpikir siswa s sekaliguus penguasaann konsep siiswa terhadap p materi bah han tambahann pangan. m Selaain hasil penguuasaan konsepp siswa, dalam penelitian ini juga diam mati kemampuaan afektif dann psikomotorr siswa. Keterrcapaian aspekk afektif siswaa diperoleh presentase sebesar 76 6,11%. Hasill kemampuaan afektif sisw wa diperoleh paada saat prosess belajar meengajar dan seelama kegiatann penyelidikann kelompok, aspek terseb but dinilai deengan melihatt sikap siswaa baik sosial maupun m karakteer. Dari kelimaa aspek terd dapat aspek yang memiliiki presentasee sebesar 31,67% 3 dengan kategori lemah yaituu
bertanya.. Ini karena pada saat disskusi kelompook pertanyaaan yang diajukkan merupakan n perwakilan daari pertanyaaan kelompok, sehingga hanyya sebagian keccil siswa yang y mengajuukan pertanyaaan. Sedangkaan aspek-asppek yang lain dikategorikan baik dan sanggat baik. K Kemampuan pssikomotor sisw wa memperoleeh presentasse sebesar 888,15%. Hassil kemampuaan psikomottor dinilai padaa saat melakukkan penyelidikaan kelompok k. Presentase sebesar 88,15% % menunjukkaan bahwa keemampuan siswa dalam mennggunakan pippet tetes dann mengamati pperubahan yanng terjadi ketikka percobaaan di SMP P Negeri 1 Pucanglabaan dikategorrikan baik. Ini berartii siswa dappat memperggunakan pipet tetes daalam kegiataan praktikum m mengidentiffikasi adanya bahan pewarnna alami daan buatan padda tahu kuninng dengan baiik. Siswa mampu m mencellupkan pipet tetes ke dalaam botol berrisi air kapur daan memencet bagian b karet daari pipet tetes ketika menneteskan air kapur k pada tahhu kuning dengan baik. Berpikir Siswaa Hasil Keeterampilan B Keteramppilan berpikirr siswa yang semula rendaah mengalam mi perubahhan setelah diajarkannyya pembelajjaran IPA Teerpadu dengann menggunakaan model Problem B Based Instrruction (PBII). t diukurr dengan melihhat Keteramppilan berpikir tersebut kualitas jawaban j yang diberikan oleh h siswa terhadaap masalah IPA Terpadu, dalam hal inii masalah bahaan tambahan n pangan dan hubung gannya dengaan pencernaaan manusia dengan men nggunakan soolo taksonom mi. Biiggs dan Collis adalah peneliti yanng mendesaiin solo taksonnomi (Structurred of Observeed Learningg Outcomes) ssebagai alat evaluasi e tentanng kualitas respon pesertta didik dalaam mengerjakaan tugas. Taaksonomi tersebbut terdiri darii lima level yaiitu prastrukttural, unistruktuural, multistruk ktural, relasionnal dan abstrrak diperluas. Dari D hasil peneelitian, diketahhui bahwa reespon jawabann yang diberiikan oleh sisw wa pada saaat tes awal melliputi 4 level berpikir, b dengaan presentasse terbesar ialaah level unistruuktural (56,57% %) sedangkaan level abstraak diperluas tidak t ada. Padda pertemuaan pertama kuaalitas jawaban siswa mencakuup kelima leevel berpikir soolo, dengan preesentase terbessar level multistruktural m (52,57%). Pada P pertemuaan kedua mencakup m 4 levvel berpikir, diimana tidak adda siswa yanng memberikan an respon jawabban pada kelim ma soal ketterampilan beerpikir dengann menggunakaan level praastruktural. Prresentase terbeesar yaitu levvel multistru uktural sebesaar 42,45%. Rata-rata R respoon
26
Penerapan n Problem Baseed Instruction (PBI) pada Maateri Bahan Tam mbahan Pangaan
jawaban yaang diberikan oleh siswa berrada pada levell multistrukttural, kemu udian level relasional, unistrukturral, prastrukturral dan abstrak diperluas. Hall ini menu unjukkan baahwa, penerrapan modell pembelajarran PBI padda materi bahhan tambahann pangan tellah melatih ketterampilan berrpikir sebagiann besar siswaa pada level muultistruktural. Sisw wa pada level prastruktural, menunjukkann bahwa sisw wa tidak mennggunakan data yang terkaitt dalam meenyelesaikan suatu masalah h, atau tidakk menggunak kan data yang tidak terkait yang y diberikann secara lenngkap. Siswa pada level unistruktural, menunjukkkan bahwa sisw wa dapat men nggunakan satuu penggal innformasi dalaam meresponss suatu tugas. Siswa padda multistrukttural, menunjjukkan bahwaa siswa dapaat mengerjakann tugas dengann menggunakann beberapa penggal p inform masi atau aspekk yang terkait, tetapi tiddak dapat menghubungkannya atauu mengintegrrasikannya. Siswa pada lev vel relasional,, menunjukkkan bahwa siswa dapat memadukann penggalan--penggalan infformasi yang terpisah untukk menghasilkkan penyelesaaian dari suaatu tugas/soal. Siswa pad da level abstrrak diperluas, menunjukkann bahwa sisswa tersebut dapat d menghaasilkan prinsipp umum darii data terpadu yang dapat ditterapkan untukk situasi baru (mempelajjari konsep tingkat t tinggi)) (Biggs and d Collis, 1982 dalam d Hamdanni, 2009). Men nurut Biggs dan d Collis ( 1982 1 dalam e-Time, 20 011), pada level prastru uktural siswaa memperoleeh sedikit informasi yang tidakk berhubunggan, yang tiidak diorgan nisasikan dann dipahami. Siswa tidak k mempunyaii pemahamann g diperolehnya. apapun terrkait dengan innformasi yang Pada level unistruktural, koneksi sederhhana dan nyataa gnifikan. Siswaa dibuat tetaapi pemahamannnya tidak sig menunjukkkan pemahamaan nyata dan reduktif padaa topik yangg dipelajarinyaa. Koneksi yan ng dibuat tidakk memiliki pemahaman p yang y lebih luaas. Pada levell multistrukttural, konekssi telah terbentuk namunn kemampuaan meta-kognnisi belum tampak t untukk keseluruhaan sigifikansin nya. Siswa dappat memahamii beberapa komponen k naamun pemaham mannya masihh terpisah satu s sama laiin. Ide dan konsep tidakk diintegrasikkan dan tidak k saling berhu ubungan. Padaa level relassional, siswa dapat memahaami hubungann penting pada p keseluruuhan bagian. Siswa dapatt menunjukkkan hubungan antara fakta dan d teori sertaa tindakan dan d tujuan. Mem mahami beberapa komponenn konsep, dari satuu kesatuan serta dapatt mengaplikasikannya pad da permasalahan yang lebihh da level abstraak diperluas, siswa membuatt umum. Pad hubungan tidak hanya sebatas pada konsep yangg
sudah diberikan d mellainkan pada konsep-konseep diluar ituu. Dapat mengggeneralisasi dan d mentransffer prinsip-p prinsip dan idee-ide pada con ntoh-contoh ataau perumpam maan yang speesifik. Peenggunaan soolo taksonom mi sebagai allat evaluasi untuk u mengukkur kualitas resppon siswa dalaam mengerjaakan tugas/soall pada materi bahan b tambahaan pangan, menunjukkann bahwa kem mampuan sisw wa kelas VIII V SMP Neegeri 1 Pucaanglaban dalaam menyelessaikan tugas/sooal sangat beraagam mulai daari level-0 prastruktural hinngga level-4 ab bstrak diperluaas. Dengan di latihkannyaa keterampilann berpikir padda siswa SM MP dalam pem mbelajaran IPA A Terpadu mateeri bahan tam mbahan pangann, telah mengeembangkan salaah satu kecaakapan hidup yang y penting bagi b masa depaan siswa. Menurut M Depddiknas (2003 dalam Susiw wi 2007), kecakapan k hiddup (life skkill) merupakaan kecakapaan yang haruus dimiliki seseorang untuuk berani menghadapi m prroblem hidup dan kehidupaan dengan wajar tanpa merasa terteekan, kemudiaan secara prroaktif dan kreeatif mencari seerta menemukaan solusi seehingga mamppu mengatasinnya. Kecakapaan hidup terrdiri dari dua m macam, yaitu kecakapan k hiduup generik dan spesiffik. Keteram mpilan berpikkir merupakaan salah satu kecakapan k hidu up generik yanng bersifat umum yang dimiliki oleh setiap individdu (personall). M Menurut Nur ((2011:7), Berppikir merupakaan kemampuuan mengannalisis, menngkritisi, daan merumusskan simpulann berdasarkan n inferensi daan pertimbaangan yang saaksama. Kemaampuan berpikkir sudah dim miliki manusiaa sejak lahir seebagai anugeraah dari tuh han yang meembedakan manusia m dengaan makhluk lainnya. Keeterampilan berpikir tersebbut kembangkan aagar siswa/peseerta didik dappat perlu dik belajar leebih baik dalam m segala jeniss informasi barru. Penerapaan model Probblem Based Innstruction (PB BI) dalam melatih m keteraampilan berpikkir siswa telaah berhasil melatihkan m ketterampilan berp pikir siswa yanng di dasaarkan pada solo taksono omi. Hal inni, memperkkuat pendapaat Nur (20011:5-6) yanng menyatak kan bahwa, m model pembellajaran Probleem Based Instruction I (P PBI) tidak dirancang d untuuk membanttu guru menyampaikan seju umlah informaasi kepada siswa, melainnkan untuk membantu m sisw wa mengembbangkan keterrampilan berpiikir, pemecahaan masalah dan intelektuall, belajar peraan orang dewaasa yang auteentik, dan menj njadi pebelajar mandiri. Paada penelitiann ini selain unntuk melatihkaan keteramppilan berpikir siswa juga unntuk mengetahhui penguasaaan konsep siswa pada materi bahaan Bila dikaaitkan tambahan n pangan. dengaan
Jurnal Pendidikan Saains e-Pensa. V Volume 01 Nom mor 01 Tahun 2013, 23-29 keterampillan berpikir berdasarkan b so olo taksonomi, penguasaan n konsep sisw wa juga idassarkan dengann struktur soolo pada tiap levelnya. Berrdasarkan soloo taksonomi menurut Biggs B dan Collis C (dalam m Purnamasaari, 2012:59), penguasaan konsep siswaa berada paada level prrastruktural apabila a siswaa memiliki sedikit s informaasi yang bahkaan tidak salingg berhubunggan, sehingga tidak memb bentuk sebuahh kesatuan konsep k sama sekali s atau tidaak mempunyaii makna ap papun. Pada level unistrukktural, terlihatt adanya hu ubungan yang jelas dan sedderhana antaraa satu konseep dengan konnsep yang lainnnya tetapi intii konsep terrsebut secara luas belum dipahami. Padaa level mulltistruktural, siswa s memahami beberapaa komponen namun hal inii masih bersifaat terpisah satuu sama lain sehingga belu um membentuuk pemahamann secara kom mprehensif dann beberapa konneksi sederhanaa sudah terbentuk. Pada leevel relasional,, menunjukkann pemahamaan beberapa koomponen dari satu kesatuann konsep, memahami m p peran bagiann-bagian bagii keseluruhaan serta tellah dapat meengaplikasikann sebuah konsep. Pada levvel abstrak diiperluas, siswaa k hanya sebatass pada konsep-melakukann koneksi tidak konsep yanng sudah diberrikan saja melainkan dengann konsep-kon nsep diluar itu. Dapat membuatt generalisassi serta dapat melakuukan sebuahh perumpam maan-perumpam maan pada situasi yangg spesifik.
baik dan n lancar yaituu (1) Dihimbbau agar prosses pembelajjaran IPA ttidak hanya terpusat padda penjelasaan informasi ddi kelas oleh guru, g akan tetaapi mengajarrkan kepadaa siswa baagaimana caara menghaddapi persoalan yang ada di kehidupan k nyaata agar peengetahuan yaang diperolehh siswa lebbih bermaknaa. (2) Peneeliti selanjutn nya diharapkaan membuatt soal yang dappat digunakan untuk u mengukkur keteramppilan berpikirr siswa (Soolo taksonom mi) sekaliguss penguasaan konsep sisw wa. (3) Penelliti hendakny ya mengetahuui lebih jauhh kondisi daan kelengkaapan sarana ddan prasaranaa yang ada di sekolah yang menjadii tempat peneelitian, agar hal h tersebut tidak menghaambat pelaksan naan penelitiaan. (4) Pennelitian selaanjutnya dihaarapkan dappat menerapkkan model ppembelajaran Problem P Baseed Instructio on (PBI) untukk melatih keteraampilan berpikkir siswa (soolo taksonomi)) pada tema atau a materi yanng lain. R PUSTAKA DAFTAR Arikunto o, Suharsimi. 2010. Proseedur Penelitiaan Suatu u Pendekatan Praktik. P Jakartaa: Rineka Ciptaa. Badan Standar Nasionnal Pendidikann (BSNP). 20006. Pandduan Penyusunnan KTSP Jenjjang Pendidikaan Dasar dan Menengaah. Jakarta : BN NSP B K. 19911. Teaching Thinking Th Skills a Beyer, Barry Handdbook for SSecondary Schhool Teacherrs. Virginnia: George M Mason Universitty. E-time. 2011. 2 Solo Ta Taxonomy. httpp://ebookbrowsse. com/ssolo-taxonomyy-pdf-d2294383392. Tanggal 13 1 Desem mber 2012. Fogarty, Robin. 1991. The Mindful School: S How To T Integrrate The Currricula. Palatinne: IRI/Skyligght Publishing, Inc. Hamdanii, Saepul. 20009. Pengem mbangan Sisteem Evaluuasi Pembelajaaran Pendidikaan Agama Islaam Berbaasis Taksonomi Solo. Su urabaya: Jurnnal Pendiidikan Islam. Hasanah.. 2009. Teori Belajar Kognitif. K httpp:// hasan nahworld.worddpress.com/20009/03/01/teoribelajaar-kognitif/. Taanggal 30 Oktoober 2012. Ibrahim, Muslimin. 2005. Asesmenn Berkelanjutaan. Surabbaya: Unesa Unniversity Press. Ibrahim, Musliminn. 2005. Pembelajaraan Berdaasarkan Maasalah. Suraabaya: Uneesa Univeersity Press. Ibrahim, Muslimin. Tanpa Tahun n. Contoh T Tes Penillaian Kemaampuan Beerpikir (Soolo Takso onomi). Surabaaya: Unesa Uniiversity Press. Kuswanaa, Wowo Sunarya. S 201 11. Taksonom mi Berpiikir. Bandung: Remaja Rosdaa Karya.
P PENUTUP Simpulan nelitian, analisis data dann Berdasarkaan hasil pen pembahasaan dapat di simpulkan bahwa b modell pembelajarran Problem Based B Instructiion (PBI) padaa materi bah han tambahan n pangan terlaaksana dengann cukup baikk. Siswa telahh menguasai konsep materii bahan tam mbahan pangaan dengan reerata individuu sebesar 80 0,66 dan ketunntasan klasikall sebesar 74%,, dengan N--gain 0,32 dik kategorikan seedang. Adapunn kemampuaan afektif siswa mencapai 76,11% dann kemampuaan psikomo otor sebesaar 88,15%. Keterampilan berpikir siswa berd dasarkan soloo taksonomi setelah diiterapkannya pembelajarann B Instrucction (PBI) meliputi m levell Problem Based berpikir prrastruktural, unistruktural, u m multistruktural , relasional dan d abstrak dipperluas. Saran Dari hasiil penelitian yang diperooleh, terdapatt beberapa saran s yang peerlu dipertimbbangkan untukk melatih keterampilan k berpikir sisw wa serta agarr penelitian selanjutnya dapat d berjalan dengan lebihh
28
Penerapan n Problem Baseed Instruction (PBI) pada Maateri Bahan Tam mbahan Pangaan
Mahjiajie. 2011. Makallah Penyalahg gunaan Bahann Makanaan. http://m mahjiajie.worddpress.com/tag// makalaahpenyalahgunaan-bahan-makkanan/. Tanggaal 28 Oktober 2012. 2 Nurhasanaah, Wati. 20111. Penerapan Pembelajarann Experieential Kolb Seebagai Upaya Meningkatkann Pengua asaan Konsep p Siswa SMP Pada Materii Sistem Pencernaaan. Skrippsi. Tidakk Dipubliikasikan. Band dung: Universitas Pendidikann Indonesia. Nur, Mu uhammad. 2011. Model Pembelajarann Berdasarkan Masalah h. Surabaya: Pusat P Sains dann matika Sekolah. Matem Nur, Mohaamad dan Wik kandari, Primaa Retno. 2008. Pengajjaran Berpussat kepada Siswa dann Pendekkatan Konstruuktivis dalam m Pengajaran. Surabayya: Pusat Sainss dan Matemattika Sekolah. Purnamasaari, Dessy Ninngrum Eka. 20012. Pengaruhh Self Regulated Learrning dan Persepsi P Siswaa Profesionalisme Gurru terhadapp tentangg Pengua asaan Konsepp IPS Berda asarkan Soloo . Taksonnomi. Skripsii. Tidak Dipublikasikan D Bandunng : Universitaas Pendidikan Indonesia. I
Rinie, Prratiwi P, dkk. 2008. 2 Contextu ual Teaching annd Learn ning Ilmu Pengetahuan P Alam: Sekolaah Meneengah Pertamaa/Madrasah Tssanawiyah Kellas VIII Edisi 4. Jakarta: Pussat Perbukuaan, Deparrtemen Pendiddikan Nasional.. Suprijonoo, Agus. 20099. Cooperative Learning Teoori dan Aplikasi PAIIKEM. Yogyaakarta: Pustakka Pelajaar. Susiwi. 2007. 2 Kecakap apan Hidup. http://file.upi.ed h du /Direkktori/FPMIPA//JUR.PEND.K KIMIA/1951091 919800032-SUSIWI//SUSIWI-25). HAN NDOUT_LIFE__SKILL.pdf. Tanggal 1 18 Noveember 2012. Tim. 200 06. Panduan P Penulisan Skrip psi & Penilaiaan Skripssi. Surabaya: U Universitas Neggeri Surabaya. Trianto. 2010. 2 Model P Pembelajaran Terpadu T Konseep, Strateegi,dan Implem mentasinya daalam Kurikuluum Tingkkat Satuan P Pendidikan (K KTSP). Jakartta: Bumii Aksara.