When Tea Meets Rose under the Rain
Diterbitkan secara mandiri melalui nulisbuku.com
When Tea Meets Rose under the Rain Oleh: Ivy Misty Copyright © 2016 by Ivy Misty
[email protected]
Desain Sampul: Ivy Misty Created by www.canva.com
Diterbitkan melalui: www.nulisbuku.com
2
For those, who enjoy books the most.
3
PROLOG
Semua orang menginginkan bahagia, aku juga. Setidaknya dengan pernyataan itu kita masih normal. Tapi terkadang bahagia itu bukanlah pilihan yang paling membahagiakan. Seperti memilih satu diantara dua pilihan. Memilih pilihan yang menyenangkan dan yang tidak, kondisi wajar yang sering terjadi. Jika kau memilih yang menyenangkan, akan ada orang lain yang kecewa. Tetapi bila kau memilih yang lainnya, dirimu yang kecewa. Masihkah aku menginginkan untuk bahagia?
4
I THEA: The Queen of Tea
Dean list Alethea Kartini - Accounting 3.98 “Thea kamu hebat banget! Selamat ya!” sahut sebuah suara. “Wah! bakal ada traktiran, nih!” sambung suara lainnya. “Ciee... Thea traktir dong, nanti di Tea House ya?” ”Wuih... Mantap tuh! Boleh juga!” Ah... aku menghela nafas panjang. Ternyata aku masih belum bisa mencapai angka 4. Agak kecewa sih, padahal waktu ujian kemarin aku rata-rata tidur hanya empat jam. Tetapi pertama-tama, sebelum pertanyaan ini semakin banyak, sepertinya lebih baik bila dijawab dulu. “OK guys, aku traktir kalian…” “WOI SEMUA TEA HOUSE ya pulang kuliah!” “…makan gorengan di samping kampus,” lanjut Thea dengan ekspresi datar, santai. Semua bengong, semua bingung. Hanya sang pemberi ide yang terlihat stay cool. “Yah… dapat IP tinggi kok cuma traktir gorengan?” “Iya, katanya suka teh? Tea House aja, yuk!” “Ya sudah kalau nggak mau! Pokoknya Tea Housenya nanti kalau IP 4. That’s the deal okay! Bye.” Lalu Thea pergi meninggalkan kerumunan.
5
Namaku Thea, sebelumnya salam kenal dariku. Seperti yang sudah kalian dengar, I’m addicted of tea. Aku tidak tahu apa karena namaku Thea (mirip dengan tea) tetapi memang sudah begitu adanya. Menurutku teh adalah minuman yang paling sempurna. Rasanya yang nikmat dan menenangkan itulah yang membuatku tergila-gila padanya. Tidak kurang, tidak juga berlebihan. Terutama teh yang pahit. Perfect! Love it very much. Aku tidak tahu mengapa aku bisa sangat suka padanya. Karena memang terkadang sesuatu yang sangat disukai tidak bisa dijelaskan alasan dan kapan kita mulai menyukainya. Karena justru yang diingat hanyalah rasa ’suka’ itu saja. Aku akan berumur dua puluh satu tahun di akhir semester nanti. Memecahkan angka nol pada satuan usiaku. Juga sekaligus mengawali kuliahku di semester enam. Sejak aku memilih untuk kuliah aku pun memilih untuk tinggal di apartemen, plus tambahan seorang diri! Termasuk konsekuensinya membayar segalanya sendiri. Tidak bisa lagi merengek atau mengemis uang dari orangtua— meski dulu ketika aku tinggal bersama mereka juga tidak pernah kulakukan. Aku kan selalu berusaha untuk berdikari—berdiri di atas kaki sendiri! Sehingga aku tidak menjadi lumpuh bila ada orang lain yang meninggalkanku. Aku telah tinggal di apartemen sejak sebelum aku lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) kira-kira tahun 2007 lalu—sudah cukup lama. Aku memilih apartemen bukan kos seperti kebanyakan orang karena menurutku aku akan tinggal lama di sini. Jangan bayangkan apartemen mewah yang menjulang tinggi. Apartemen yang aku tinggali hanya apartemen sederhana yang juga tidak terkenal. Memang sih saat ini masih mencicil, tetapi sebagian besar telah terlunasi. Hanya tersisa sedikit bagian lagi. Tetapi aku beruntung ada teman yang mau berbagi kamar denganku sehingga meringankan beban di pundakku. Sebenarnya tidak tepat juga kalau itu dinamakan keberuntungan karena dia cerewet dan sedikit merepotkan. 6
Namanya Rossie, nama yang manis. Menimbulkan kesan yang serba imut dan ‘cewek banget’. Memang sesuai dengan namanya, ia sangat cantik. Dengan rambut ikal panjang, kulit putih, tinggi, tubuh langsing, pokoknya sempurna! ‘tipe idaman lelaki banget’. Mengenai Rossie, ia pindah sejak awal Agustus 2009 lalu. Kirakira setelah 1½ tahun aku tinggal sendiri di apartemen ini. Menurutku dia gadis yang ajaib. Aneh, tetapi memang ajaib adalah satu-satunya kata yang tepat untuk menggambarkan siapa dirinya. Salah satu alasannya adalah di zaman sekarang yang serba sulit, masih ada keberadaan gadis yang hidup dengan tenangnya serta santai dalam segala hal. Berbeda sekali dengan diriku yang selalu memikirkan jauh ke depan. Rossie tidak menyukai teh sepertiku. Menurutnya, apa sih enaknya teh tanpa gula? Kan pahit Thea? Seperti itu, selalu mengoceh mengapa aku bisa menyukai minuman pahit seperti itu. Berbeda dariku, ia menyukai minuman manis seperti jus buah, sirup, dan terkadang mengikutiku meminum teh tetapi ditambah beberapa sendok besar gula. Lalu setelah meminum segala minuman manis tersebut akan mengoceh betapa gendut dirinya. Sepertinya Rossie mengidap penyakit Anorexia Nervosa, salah satu dari eating disorder yaitu orang yang selalu menganggap dirinya gendut. Just kidding! Soalnya dia yang badannya perfect ribut gendut terus, sih. Kan membuat iri banyak orang! Agustus lalu ia mengetuk pintu apartemenku dengan bawaan super banyak dan memohon padaku untuk berbagi apartemen dengannya. Ia juga mengatakan bahwa kita satu kampus—meski selama ini sepertinya aku belum pernah melihatnya—mungkin pernah sekilas tetapi aku tak sadar. Maklum kalau lagi serius dan handle banyak pekerjaan kan aku memakai kacamata kuda mode on. Jadi terkadang aku kurang aware dengan lingkungan sekitar. Jujur saja, aku kasihan padanya.
7
Sama seperti penjelasanku tadi, karena ia berkata bahwa dia kabur dari rumah juga, sama sepertiku. Aku merasa senasib dengannya dan membayangkan diriku yang sedang berada di posisinya, jadi aku menerimanya. Toh, setelah ini aku harus menghemat pengeluaranku. Kebetulan yang mengisi kebetulan lainnya; kami juga belajar di unversitas yang sama, untungnya bukan di jurusan yang sama. Apartemen kami terletak di daerah yang pokoknya di sebuah tempat kawasan Jakarta yang (untungnya) lumayan dekat dengan kampus. Tempat yang selalu macet dan sangat menggambarkan padat, panas, dan macetnya Jakarta. Setiap hari melihat dengan intensitas sering manusia berjalan menggunakan masker mulai dari harga 1000 (yang sangat tipis warna hijau/ abu-abu, bahkan sekarang mulai ada yang warnanya merah muda) sampai yang harganya 5000 (yang berbahan kain dan kadang bermotif norak) karena udara serba hitam di sekelilingnya, serta menjawab alasan mengapa Indonesia menempati populasi lima besar terbanyak di dunia karena serasa semua orang di dunia berkumpul di sini! Kami menempati apartemen nomor 734. Bukan berarti apartemen ini adalah gedung tinggi bertingkat yang terdiri dari beratus-ratus kamar. Hanya berupa bangunan yang tidak begitu besar. Pada awalnya saja nomor apartemen ini dimulai dari tiga digit angka yaitu 700. Yap, kami bisa dibilang kamar ke-34 dari total 50 kamar. Strategi yang unik meski agak aneh. Selain itu apartemen kami juga cukup eye catching! Dengan sederet pohon Bugenvil warna-warni sebagai satu-satunya duta pohon yang ada di komplek ini, cat tembok berwarna limun yang selalu sukses membuatku merasa haus setiap kali melihatnya. Di dalamnya ada lebih banyak lagi tanaman hijau dalam pot gantung dan juga satu tanaman kaktus gratis untuk setiap kamar. Apartemen ini hanya terdiri dari satu kamar, satu kasur— sekarang dua ditambah milik Rossie, kamar mandi yang juga kecil—hanya toilet dan shower, dapur kecil dengan sebuah kompor (gasnya beli sendiri), lemari pendingin kecil yang kubeli sendiri hasil 8
tabunganku, mesin cuci yang dibeli Rossie (tadinya aku cuci manual). Yap.. Seperti itulah hidup di Jakarta yang sempit. Sempitnya menular juga ke apartemenku tetapi tidak di dompetku yang tetap longgar karena nggak ada duitnya.
9