108
Lampiran 1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Evaluasi Program Sistem Kredit Semester di SMA Negeri 1 Salatiga No.
Indikator
Penjelasan
Pertanyaan
Instrumen
Komponen Konteks 1.
Identifikasi Kebutuhan
Memakai temuan untuk
Apa yang menjadi kebutuhan
mengklarifikasi
sekolah sehingga menjalankan
benefisiari yang dituju
program SKS?
Memakai temuan untuk
Wawancara
Apakah terdapat manfaat bagi
menilai efektivitas dari
sekolah dengan
program yang dijalankan
diselenggarakannya program SKS?
Latar Belakang dilaksanakan program
Apa yang melatarbelakangi Latar belakang sekolah
Wawancara
sekolah untuk menerapkan
melaksanakan program
program SKS?
SKS Kebijakan dari
Undang-undang dan
Apakah pelaksanaan program
Wawancara
109
Pemerintah
kebijakan dari
SKS dilakukan atas inisiatif
Studi
pemerintah yang
sekolah ataukah ada
dokumentasi
menaungi program
penunjukan dari dinas pendidikan?
Apakah sudah terdapat undang-undang yang mengatur pelaksanakan program SKS?
Apa saja syarat yang harus dipenuhi sekolah agar dapat menjalankan program SKS?
Visi dan Misi Sekolah
Apakah tujuan yang
Wawancara
menelaah dan merevisi
melatarbelakangi kebutuhan
Studi
secara tepat kebutuhan
akan program SKS sudah
dokumentasi
sekolah dengan tujuan
diterapkan dalam visi misi
dari program seusai
sekolah?
Memakai temuan untuk
/belum
110
Komponen Masukan (Input) 2.
Rencana
Apakah sebelum dilaksanakan
Wawancara
strategi program
program sudah dibuat rencana
Studi
memungkinkan untuk
pelaksanaannya terlebih
dokumentasi
memenuhi kebutuhan
dahulu?
Memastikan bahwa
Pelaksanaan
yang diperlukan
Jika sudah, siapa saja yang terlibat dalam pembuatan rencana pelaksanaan program?
Apakah guru dilibatkan dalam pembuatan rencana pelaksanaan program?
Apakah siswa mendapatkan buku petunjuk pelaksanaan program SKS?
Mekanisme Pelaksanaan
Apakah terdapat petunjuk
Wawancara
program untuk
pelaksanaan dan petunjuk
Studi
memenuhi kebutuhan
teknis dari program SKS yang
dokumentasi
Mengetahui mekanisme
111
dibuat oleh sekolah?
Observasi
Sudahkah dilakukan pelatihan bagi guru sebelum melaksanakan program?
Sudahkah dilakukan sosialisasi kepada peserta didik dan orangtua tentang program SKS?
Guru
Bagaimana latar belakang guru
Wawancara
SDM sebagai faktor
sebagai pelaksana program,
Studi
pendukung dalam
sudahkah semua guru
Dokumentasi
menjalankan program
memenuhi kompetensi
Menilai ketercukupan
pedagogis. Kepribadian, sosial dan profesional?
Sudahkah terjadi koordinasi yang baik dari pihak penanggungjawab (kepala
112
skeolah,bagian kurikulum) dengan pihak pelaksana (guru) program? Peserta didik
Apakah peserta didik sudah
Wawancara
SDM sebagai faktor
dapat beradaptasi dengan baik
Studi
pendukung dalam
dengan program SKS?
dokumentasi
Menilai ketercukupan
menjalankan program
Apakah terdapat perbedaan ketercapaian nilai dari sebelu dilaksanakan program dan sesudah dilaksanakan program?
Apakah peserta didik memahami mekanisme pelaksanaan program SKS dengan baik?
Pembiayaan
Melihat ketercukupan biaya bagi kebutuhan
Darimana sumber biaya bagi keberlangsungan program SKS?
Wawancara Studi
113
program
Apakah terdapat sumber dana
Dokumentasi
lainnya sebagai dana pendukung program? Sarana dan Prasarana
Jadwal
Melihat ketersediaan
Apakah sekolah sudah memiliki
Wawancara
sarpras bagi kebutuhan
sarana prasarana yang
Studi
program
memadai bagi keterlaksanaan
Dokumentasi
program?
Observasi
Bagaimana cara pihak sekolah
Wawancara
mengatur jadwal agar sesuai
Studi
dengan program SKS?
Dokumentasi
Apakah jadwal yang dibuat oleh bagian kurikulum dapat dipahami dengan baik oleh pihak pelaksana? Apakah kegiatan pembelajaran dapat berlangsung sesuai dnegan jadwal yang
114
direncanakan? Apakah terdapat kendala dalam membuat dan melaksanakan jadwal? Komponen Proses 3.
Persiapan Guru
Pelaksanaan SKS
Memakai temuan untuk
Bagaimana persiapan guru
Wawancara
mengontrol dan
dalam mengajar dengan
Studi
memperkuat aktivitas
program SKS, apakah
Dokumentasi
SDM
diperlukan persiapan khusus?
Memakai temuan untuk mengontrol dan memperkuat aktivitas SDM
Apakah guru memiliki strategi khusus dalam mengajar? Apakah pelaksanaan program SKS sudah berjalan dengan baik ataukah masih terdapat kendala-kendala yang belum bisa teratasi? Apakah pelaksanaan program
115
SKS sudah berjalan sesuai dengan rencana pelaksanaan yang telah dibuat? Bagaimana cara penyusunan hasil belajar peserta didik, apakah terdapat perbedaan untuk setiap mata pelajaran? Bagaimana dengan hasil evaluasi peserta didik, apakah mengalami peningkatan? Apakah orangtua peserta didik dapat memahami dnegan jelas apa yang dipaparkan dalam hasil belajar anaknya? Komponen Produk 4.
Ketercapaian tujuan
Menialai apakah pelaksanaan sudah
Apakah program sistem kredit
Wawancara
semester sudah berjalan sesuai
116
sesuai dengan tujuan
rencana awal?
Apakah pelaksanaan program SKS sudah sesuai dengan tujuan yang diharapkan?
Perlukah dilakukan perbaikan bagi program SKS di SMA N 1 Salatiga? Jika ya, tentang apa saja?
Keberlanjutan program
Menilai apakah ada keberlanjutan program
Apakah program SKS akan terus digunakan di masa yang akan datang?
Menurut pendapat Anda, apakah program SKS perlu ditiru oleh sekolah-sekolah lain? Apakah terdapat perbedaan yang dirasakan dengan adanya program SKS?
117
Lampiran 2 Pedoman Observasi Ketersediaan Sarana dan Prasarana No 1.
Sarana Prasarana Jenis ruangan dan halaman
Nama barang
Ada/tidak ada
Kondisi
Jml
Ket
Ruang pembelajaran
Halaman tempat upacara Kantor Kepala Sekolah Ruang Wakil Kepala Sekolah
Kantor guru Kamar mandi/wc Ruang perpustakaan Ruang Multimedia
Ruang UKS Ruang Bimbingan Ruang Komputer Laboratorium Fisika Laboratorium Kimia Laboratorium Biologi Laboratorium Bahasa Ruang Agama Mushola Ruang tamu 118
2.
Kelengkapan sarana kerja dan pendukung pembelajaran
Ruang sarana dan prasarana Gedung Serba Guna Ruang Komite Ruang kerajinan Gudang Tempat parkir Kantin Dapur Papan tulis/Whiteboard, kapur/marker, penghapus Meja, kursi peserta didik Meja kursi guru Almari/rak penyimpanan arsip Alat praktikum Biologi Alat praktikum Kimia Alat praktikum Fisika Alat peraga Rak buku Speaker Mikrofon Televisi Radio
119
Tape Recorder Komputer LCD
3.
Kelengkapan administrasi pembelajara
4.
Bahan Pustaka
Rak buku Jadwal pembelajaran Silabus RPP Prota Promes Rencana harian Daftar hadir peserta didik Buku persuratan Daftar nilai Buku cetak/buku pelajaran Buku fiksi (novel,dsb) Buku non fiksi Koran VCD pembelajaran
120
Lampiran 3 Pedoman Studi Dokumen Program SKS Aspek
Komponen
Konteks
Visi dan Misi Sekolah Surat Keputusan berkaitan dengan program SKS
Silabus
Masukan (Input)
Sub Komponen Terdapat visi dan misi sekolah berkaitan dengan program SKS
Hasil
Terdapat SK yang berkaitan dengan program SKS
Prota, Promes, Silabus, RPP, Rencana Harian, KRS (Kartu Hasil Studi), Jadwal, Pembagian Kelas Lintas Minat, Identitas guru
Guru Data peserta didik Peserta didik
121
Pembiayaaan Sarana Prasarana
Jadwal
Proses
Penilaian hasil pembelajaran
Hasil (produk)
ketercapaian tujuan
RKAS Data sarpras Pembagian jam mengajar dna mata pelajaran tiap kelas
-daftar nilai -instrumen penilaian Data ketercapaian tujuan
122
Lampiran 4
123
Lampiran 5 Kartu Rencana Studi
124
Lampiran 6 Jadwal
125
Lampiran 7 Laporan Hasil Belajar Peserta Didik
124
Lampiran 8 Pembagian Kelas Lintas Minat
125
Lampiran 9 Surat Keterangan
126
LAMPIRAN 10 : SKRIP HASIL WAWANCARA 1. KEPALA SEKOLAH (KS) Tanggal wawancara
: 2 September 2015
Tempat wawancara
: Kantor Kepala Sekolah
No
Pertanyaan
Jawaban Konteks
1.
Apa yang menjadi kebutuhan sekolah sehingga menjalankan program SKS di SMAN 1 Salatiga?
2.
Siapa yang mencetuskan ide untuk melaksanakan program SKS di SMAN 1 Salatiga?
SKS ini bertujuan agar pembelajaran sesuai dengan minat dan bakat anak, karena dengan SKS tatap muka bisa dilanjutkan di luar jam pelajaran. Tentunya bukan SKS murni tetapi masih SKS semi paket, saya kira kalau di perguruan tinggipun kalau SKS murni bisa tidak pulang sampai malam ya. Di sini ada 6 seri mata pelajaran ya mbak ada 4 seri juga, disini juga ada kelas percepatan dimana harus ditempuh dalam 4 semester. Dengan SKS ini anak bisa memilih sesuai dengan IP yang didapatkannya, jadi memang tujuan kami untuk hal-hal seperti itu. Jika ada anak pintar kan kasihan kalau harus menunggu temantemannya, jadi dengan SKS si pintar ini bisa mendapatkan SKS lebih banyak. SKS sudah berjalan selama 3 tahun di SMAN 1 Salatiga. Program SKS ini juga bertujuan untuk menjawab tuntutan jaman, dan untuk melayani anak-anak sesuai dengan kebutuhannya, dengan SKS ini kami bisa melayani anak-anak sesuai dengan apa yang dibutuhkannya. Pelaksanaan program SKS ini karena adanya penunjukan dari Dinas Pendidikan, setelah adanya evaluasi dan sebagainya kita memang ditetapkan untuk melaksanakan program SKS. Hampir semua sekolah ex-RSBI ditunjuk untuk melaksanakan SKS, misalnya SMA 3 Semarang, SMA Pati, dsb. Awalnya SMAN 1 Salatiga dianalisis terlebih dahulu, cocok tidak jika menerapkan SKS, setelah hasil evaluasi
127
3.
Apakah terdapat buku panduan dari Dinas Pendidikan bagi pelaksanaan program SKS?
4.
Siapakah yang membuat buku panduan pelaksanaan SKS di SMAN 1 Salatiga? Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka apa saja kriteria agar sekolah dikatakan layak melaksanakan program SKS?
5.
muncul dan ternyata bisa menerapkan program SKS maka munculah SK pelaksanaan program SKS. Sekolah membuat panduan sendiri dengan melihat situasi dan kondisi sekolah, tentunya pelaksanaan SKS di masing-masing daerah berbeda-beda, misalnya panduan SKS di SMAN 1 Salatiga tentunya tidak sama dengan panduan di SMA Pati, dll. Maka kami melakukan analisis terlebih dahulu hingga akhirnya bisa membuat buku panduan yang sesuai dengan situasi dan kondisi di SMAN 1 Salatiga. Ada tim khusus mbak, ada Kepala Sekolah, ada bagian kurikulum, dan tim pengembangan kurikulum yang ditetapkan oleh Kepala Sekolah melalui SK. Sebenarnya tidak ada kriteria khusus bagi sekolah agar bisa menerapkan SKS, hanya saja sudah siapkah sekolah tersebut melaksanakan SKS, dilihat dari sumber daya yang ada baik guru,murid dan sarana prasarananya. Sebenarnya SKS ini mata pelajarannya juga sama dengan kurikulum biasanya, hanya pengemasannya saja dnegan cara yang berbeda. Kan tetap ada IPA, Matematika, dll, tidak ada yang berbeda. Sebenarnya Kurikulum 2013 (K13) kan sudah mengarah ke program SKS dengan adanya IPK, karena memang dirasa belum siap akhirnya dicabut dan dihentikan sementara. Padahal dengan SKS ini memberikan peluang bagi anak untuk memilih mata pelajaran yang disukai, misalnya suka pelajaran Biologi, tapi tidak menyukai Fisika, maka anak tersebut dapat mengambil jurusan IPS dengan lintas minat Biologi. Jurusan IPS pun bisa mengambil kedokteran di perguruan tinggi, asalkan lintas minatnya kan di berbagai mata pelajaran IPA. Menurut saya K13 yang mengarah ke SKS ini bagus, hanya mengubah mindset orang
128
6.
Apakah tujuan yang melatarbelakangi dilaksanakannya program SKS ini sudah masuk ke dalam visi misi sekolah?
1.
Apakah sebelum program dilaksanakan sudah dibuat perencanaannya terlebih dahulu? Jika sudah, siapa saja yang terlibat dalam pembuatan prencanaan program?
2.
Dalam pelaksanaannya
saja yang susah, cuma kendalanya di penilaian, tapi penilaianpun kalau sudah dipersiapkan dengan baik hasilnya pun akan bagus dan mudah. Sebenarnya dengan melaksanakan K13 sekolah-sekolah lain secara tidak langsung juga telah melaksanakan SKS. Apalagi sekarang kelas akselerasi kan sudah dihentikan, nah salah satu solusi ya dengan program SKS ini, dengan program SKS maka bisa membuka kelas pengayaan dengan percepatan yang ditempuh dalam waktu 2 tahun, adalagi kelas pengayaan olimpiade yang bisa ditempuh dalam waktu 3 tahun. Kelas percepatan inipun bisa dilaksanakan di sekolah jika sudah mengantongi ijin dari Dinas pendidikan melalui SK. Sudah. Visi misi ini dibuat saat ada rapat manajemen mutu sekolah, ada Kepala Sekolah, ada WaKa masingmasing bidang beserta staf-stafnya kemudian dirapatkan dan muncullah visi misi tersebut. Hampir 25% dari jumlah guru dan staf yang terlibat dalam rapat, jadi menurut saya sudah mewakili dari keseluruhan jumlah pegawai yang ada di SMAN 1 Salatiga, karena tidak mungkin jika semuanya diundang, nanti hasilnya malah tidak maksimal jika terlalu banyak orang sehingga terlalu banyak pendapat. Input Tentu saja sudah. Dalam perencanaannya kami melakukan IHT, semacam matrikulasi cara menggunakan SKS itu bagaimana, karena yang kami pakai kan bukan SKS murni, tapi SKS semi paket, sehingga perlu di ploting. Kan kalau tidak diploting nanti terjadi kebingungan, bagaimana gurunya, siswanya, dsb, sehingga ada kuota yang pasti. Agar terjadi pemerataan kelas, sehingga dari segi guru jam mengajarnya pun dapat terpenuhi, dari siswanya juga terpenuhi. Tidak mbak, kan semuanya juga demi kepentingan guru juga. Misalnya
129
apakah pernah terjadi kekurangan peserta didik bagi mata pelajaran tertentu?
3.
Dalam pelaksanaannya pernahkah terjadi kendala kekurangan siswa?
4.
Apakah sudah ada koordinasi yang baik antara penangungjawab program dengan pelaksana program?
5.
Apakah terdapat kendala yang belum dapat teratasi sampai
Matematika itu kan mata pelajaran yang paling diminati siswa, nah kalau dibuka banyak bisa-bisa mata pelajaran lain tidak kebagian siswa, sehingga kami batasi jumlah mata pelajaran tertentu, sehingga jumlah siswanya pun merata untuk masing-maisng mata pelajaran lain, seperti IPS, PKn, dll. Kebijakan kami kan juga mengacu pada UU guru dan dosen, kan jika guru mengajar kurang dari 24 jam seminggu nanti bisa saja sertifikasinya tidak keluar, jika anaknya kurang dari 20 siswa juga tidak keluar. Misalnya pelajaran bahasa inggris, kuotanya 20 siswa, jika sudah terpenuhi ya kami cut, jadi siswa yang lain harus mengambil mata pelajaran lainnya. Ya, walaupun setengah dipaksa, tapi kan tidak masalah. Sebelum dapodik berjalan, walau kekurangan siswa mata pelajaran tersebut tetap berjalan, namun dengan adanya dapodik kan pihak sekolah juga mengusahakan agar guru dapat memenuhi jam mengajarnya. Ya bukannya memaksakan kehendak kepada anak, tetapi kami juga harus memikirkan kepentingan guru juga, sehingga tidak ada yang dirugikan dengan adanya program SKS. Tentu saja sudah. Pelaksana program di sini yang dimaksud adalah guru bisa langsung menyampaikan kendalakendala dalam program langsung kepada bagian kurikulum, atau bisa juga saya menegaskan lagi waktu pembinaan hari Senin kita sampaikan juga. Dari bagian kurikulum menyampaikan adanya masukan dari si A, si B dan kendala-kendala yang terjadi berserta solusinya di saat pembinaan, sehingga pelaksana program lainnya juga mengetahui adanya kendala beserta solusinya. Saya kira sudah tidak ada. Semua kendala sudah bisa teratasi dengan baik. Kalau di awal-awal memang banyak kendala, karena belum terbiasa.
130
sekarang?
6.
Apakah guruguru di sini sudah memenuhi kompetensi pedagogis, kepribadian, sosial, dan professional?
Memang ada beberapa orang yang menganggap ada kendala, karena wajar kalau ada orang yang tidak mau belajar, lalu menganggap program ini merepotkan, tapi kan lama-lama orang ini mengikuti keadaan, kemudian mau belajar dan beradaptasi dengan program yang ada.Sebenarnya hal baru itu kalau kita mau belajar pasti tidak akan ada kesulitan ataupun kendala, tapi kembali kepada manusianya mau berubah tidak. Masih ada beberapa yang belum memenuhi sih, ya namanya manusia kan beragam. Ada kan orang yang tidak mau berubah, tidak mau mengerti, sudah disampaikan tetapi tidak mau mendengarkan. Kembali kepada manusianya mau tidak untuk berubah dan belajar. Tetapi menurut saya dari keseluruhan guru yang ada di SMA 1 Salatiga sebanyak 85% telah memenuhi kompetensi pedagogis, kepribadian, sosial dan profesional, sedangkan 15% masih belum memenuhi beberapa aspek, misalnya dalam hal pedagogis, masih ada beberapa guru bersifat monoton dalam mengajar dan tidak bersedia mengembangkan kemampuan yang dimiliki. Ada juga beberapa guru yang tidak mau mengajar mata pelajaran lain, misalnya mengajar Ekonomi ya hanya ekonomi, tidak mau mengajar akuntansi, dan lain-lainnya. Padahal hal tersebut dapat membantu guru tersebut untuk memenuhi jam mengajarnya. Nah hasil ini saya dapatkan saat saya melakukan supervisi, jadi kan tahu secara personal guru satu persatu bagaimana saat mengajar. Sebenarnya kan ujung tombaknya kan pada guru itu sendiri, berhasil atau tidaknya sebuah program bergantung pada guru. Sebenarnya dengan program SKS ini kan menyenangkan, saya kan mengajar matematika 4 jam, itu enak 2 jam menjelaskan 1 jam latihan soal, 1 jam untuk ulangan, jadi anak-anak pulang
131
7.
8. 9.
10.
11.
Apakah peserta didik mendapatkan sosialisasi tentang program SKS? Apakah ada buku panduan bagi peserta didik? Apakah dilakukan perbaikan buku panduan secara berkala?
Apakah peserta didik sudah dapat beradaptasi dengan baik dengan adanya program SKS? Apakah terdapat perubahanperubahan pada peserta didik sebelum dan sesudah dilaksanakannya program SKS?
itu sudah bebas tidak ada beban lagi tinggal mengulang sendiri di rumah jika mau. Iya, peserta didik mendapatkan sosialisasi, orang tuanya juga mendapatkan sosialisasi di awal masuk sekolah. Siswa sudah diterangkan apa itu SKS, bagaimana cara mengisi KRS, dan lain sebagainya. Buku panduannya ada, bukunya sama dengan buku panduan bagi para guru. Tentu saja, tetapi begini, ketika anak tersebut masuk, dia menerima buku panduan, nah buku panduan yang dia pegang berlaku selama dia di SMAN 1 Salatiga, jadi dari kelas X sampai dia kelas XII, nah baru nanti angkatan berikutnya dilakukan perbaikanperbaikan lagi. Misalnya mata pelajaran yang awalnya 4 seri itu, kemudian kami rubah menjadi 4-6 seri, jadi yang 4 seri ini hanya dipakai oleh kelas percepatan, kalau kelas reguler menggunakan mata pelajaran yang 6 seri. Kemudian untuk kelas percepatan juga berbeda dengan kelas reguler, kelas percepatan 1 jam pelajaran itu 30 menit, kalau reguler 1 jam pelajaran 45 menit. Karena kelas percepatan itu materinya ada yang diperdalam, diperluas dan dipercepat. Ini aturannya mengikuti permendiknas. Tentu sudah, apalagi ini yang siswa baru sudah berjalan hampir 2 bulan, kalau di awal-awal itu biasa ya kalau mereka bingung, tapi lama-lama semakin memahami mekanisme pelaksanaan program SKS. Tentu ada, tapi di SMAN 1 Salatiga ini perubahannya tidak terlalu melonjak tajam dari segi prestasinya, tetapi memang kemarin untuk UN karena kami sudah menggunakan CBT (Computer Based Test) yang diterima di perguruan tinggi negeri lebih banyak daripada tahun sebelumnya, karena perguruan tinggi itu lebih banyak yang
132
12.
Darimana sumber biaya bagi keberlangsungan program SKS?
13.
Apakah terdapat dana pendukung lainnya bagi keterlaksanaan program SKS? Menurut ibu, apakah sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah sudah memadai bagi keterlaksanaan program?
14.
percaya kepada nilai UN dengan CBT. Dari hasil UN pun juga meningkat, secara keseluruhan dari jumlah 900 SMA negeri maupun swasta yang ada di Jawa Tengah, dari jurusan IPA masuk 10 besar, IPSnya peringkat 5,jurusan Bahasa peringkat 3. Sumber biaya ya dari dana sekolah yang bersumber dari orangtua dan pemerintah. Sebelum menjadi RKAS masing-masing bidang mengajukan anggarannya yang kemudian kami seleksi menjadi RKAS, selanjutnya RKAS kami mintakan tandatangan kepada Dinas Pendidikan, karena sumber dana berasal dari orangtua melalui SOP (Standart Operating Procedure). Tidak ada, semua dana berasal dari dana sekolah tadi.
Secara keseluruhan sarana prasarana sudah cukup memadai, namun tetap membutuhkan berbagai perbaikan, misalnya perpustakaan yang masih kurang layak. Walaupun sudah terdapat koleksi buku yang cukup banyak, internet juga sudah ada untuk mengakses e-book, sekarang sudah ada lebih dari 27 rombongan belajar lebih sehingga diperlukan ruang perpustakaan yang lebih besar, sehingga dari pihak sekolah mengusulkan untuk membuat perpustakaan menjadi 2 lantai tapi sampai sekarang masih belum di ACC, karena anggaran yang dibutuhkan cukup besar, sekitar 1,2 M yang kami butuhkan. Belum lagi halaman depan dan pagar depan sekolahan yang juga memerlukan perbaikan. Saat ini yang baru di acc malah pagar depannya duluan. Tapi saya tidak bosan-bosannya mengusulkan untuk perbaikan perpustakaan, karena menurut saya perpustakaan juga merupakan salah stau ujung
133
15.
Apakah pembuatan jadwal sudah berjalan dengan baik?
1.
Bagaimana persiapan guru mengunakan program SKS, apakah diperlukan persiapan
tombak anak-anak, kan semua ilmu bisa didapatkan di perpustakaan. Jadwal yang dibuat oleh bagian kurikulum sudah sangat jelas dan dapat dipahami dengan baik, namun akan terdapat kendala ketika sistem dapodik mewajibkan guru untuk mengajar minimal 20 peserta didik, karena dengan program SKS ini pihak sekolah tetap harus membuka kelas ketika ada peserta didik yang berminat mengambil mata pelajaran tersebut walaupun jumlah pesertanya sedikit, misalnya hanya 3 peserta didik saja. Padahal dalam sistem dapodik diperlukan minimal 20 peserta didik agar jam mengajarnya diakui. Sehingga untuk menyiasati hal ini pihak sekolah melakukan beberapa improvisasi dalam program SKS. Pihak sekolah akan menutup kelas jika telah memenuhi kuota, sehingga peserta didik yang sebenarnya berminat mengambil mata pelajaran tersebut karena kuota sudah penuh dipaksa mengambil mata pelajaran lain. Misalnya matematika, banyak anak dari berbagai jurusan yang mengambil matematika sebagai mata pelajaran lintas minat mereka, sehingga kuota untuk mata pelajaran ini snagat banyak, untuk itu mata pelajaran ini hanya dibuka beberapa kelas saja, agar mata pelajaran lain juga mendapatkan peserta. Kalau masalah jadwal yang masih sering bertabrakan itu kadang terjadi karena kesalahan gurunya sendiri, ada beberapa guru yang ngeyel “saya tidak mau ngajar di sini” maka terjadi tabrakan jadwal. Process Saya rasa sama saja dengan pembelajaran sebelumnya ya, tidak ada persiapan khusus yang diperlukan. Persiapannya ya selayakanya guru, ada administrasi yang harus dipenuhi dari RPP, Promes, Prota dll, tapi kan sudah ada MGMP jadi bisa bekerjasama de-
134
khusus? 2.
Apakah pelaksanaan program SKS sudah berjalan dengan lancar?
3.
Bagaimana dengan penyusunan hasil belajar peserta didik, sudahkah berjalan dengan baik?
1.
Apakah program SKS sudah berjalan sesuai rencana awal?
ngan timnya untuk pembuatan administrasi guru. Kalau menurut saya sudah lancar ya, tapi kembali ke masing-masing individu, ada yang beranggapan masih ada kendala, padahal kalau dipelajari lagi sebenarnya kendala tersbeut dapat terpecahkan. Ada yang maish beranggapan program SKS itu ribet, padahal sebenarnya memudahkan dalam mengajar, jadi kalau menurut saya program SKS sudah berjalan dengan baik. Tentu saja sudah. Kami memiliki software khusus yang digunakan untuk memasukkan nilai, desainnya dari sekolah, tapi untuk program softwarenya kami menyuruh ornag untuk membuat. Tugas guru itu bukan hanya meng-input nilai saja, tetapi wali kelas tetap harus memiliki data, jadi ada kronologinya bagaimana tercipta nilai demikian. Nah, itu mindsetnya susah, harusnya kan prosedurnya jelas nilai ini darimana, gabungan nilai apa saja, harusnya kan jelas, tapi ada sebagain guru yang susah untuk melaksanakannya, bahkan ada nilai yang “ngaji atau ngarang biji” karena tinggal input saja. Padahal tugas guru bukan hanya menginput nilai tetapi juga member motivasi kepada anak, kenapa nilai anak-anak jelek harusnya guru juga mengoreksi diri jangan hanya menyalahkan semuanya pada anak. Produk Sudah. Program SKS ini sudah berjalan sesuai dengan tujuan sekolah yang ingin memfasilitasi kebutuhan perserta didik. Program SKS di SMA Negeri 1 Salatiga ini akan tetap kami lanjutkan sampai ada inovasi-inovasi baru sesuai dengan perkembangan jaman, namun sejauh ini program SKS sudah berjalan dengan baik, dan menurut saya kalau untuk dikatakan layak, ya sudah layak untuk dijadikan role model bagi sekolah-
135
2.
Apakah program SKS perlu ditiru oleh sekolahsekolah lain?
sekolah lain yang hendak melaksanakan program SKS. Tentu saja perlu, karena dengan program SKS ini banyak sekali manfaatnya bagi sekolah.
2. Wakil Kepala Sekolah Bagian Kurikulum Tanggal wawancara
: 1 September 2015
Tempat wawancara
: Ruang Bagian Kurikulum
No 1.
Pertanyaan Apa yang menjadi kebutuhan sekolah sehingga menjalankan program SKS di SMAN 1 Salatiga?
Jawaban Konteks Pada waktu itu SMAN 1 Salatiga terpilih sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), padahal untuk menjadi Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) dalam pelaksanaan pembelajarannya harus mengunakan sistem kredit semester (SKS). Sehingga agar SMAN 1 Salatiga bisa segera menjadi SBI maka sekolah menggunakan program SKS. Kemudian RSBI dihentikan, tetapi SMAN 1 Salatiga tetap menggunakan program SKS. Pada waktu itu merujuk pada permendikbud 81 A sebenarnya bukan hanya sekolah RSBI saja yang bisa melaksanakan program SKS, tetapi juga sekolah dengan kategori mandiri dan sekolahsekolah berstandar Nasional sudah bisa melaksanakan program SKS. Dalam sks tersebut ada ketentuan bahwa beban belajar di SMA bisa paling cepat 2 tahun, paling lama 5 tahun, tetapi kemudian direvisi menjadi paling lama 4 tahun. Selain tujuan untuk menjadi sekolah SBI, SMAN 1 Salatiga menggunakan program SKS dengan tujuan untuk bisa memfasilitasi peserta didik agar lebih cepat menyelesaikan sekolahnya di SMA, terutama bagi peserta didik dengan kategori Cerdas Istimewa (CI). Hal ini pertama kali dicetuskan oleh kepala sekolah waktu itu, yaitu bapak Saptono. Pada waktu itu beliau berpikiran selain agar SMAN 1
136
2.
Siapa yang mencetuskan ide untuk melaksanakan program SKS di SMAN 1 Salatiga?
3.
Apakah sudah terdapat undangundang yang mengatur pelaksanaan program SKS?
4.
Apakah terdapat buku panduan pelaksanaan SKS dari Dinas Pendidikan?
Salatiga menjadi skeolah SBI, pelaksanaan program SKS juga dimaksudkan agar dapat meluluskan anak selama 2 tahun, sehingga nantinya hal ini dapat menjadi ciri khusus dari SMAN 1 Salatiga. Ya, waktu itu kan kepala sekolahnya yang mencetuskan idenya yaitu Pak Saptono, yang punya ide pada waktu itu Pak Saptono, namun setelah perkembangan itu justru pada waktu SKS sudah kita laksanakan, tetapi ternyata muncul yang namanya akselerasi, nah kemudian setelah akselerasi dihentikan baru skeolah kembali menggunakan SKS untuk mempersingkat waktu belajar anak menajdi 2 tahun. Jadi kembali ke SKS untuk percepatan itu ya baru tahun ini. Sebenarnya wacana untuk melaksanakan percepatan itu sudah lama, hanya saja pada waktu itu belum ada keputusan dari Dinas Pendidikan, atau dari pusat juga belum jelas. Ketika kami memberikan pertanyaan jika ingin meluluskan siswa dalam waktu 2 tahun caranya bagaimana, dari Dinas belum bisa memberikan penjelasan. Kalau sekarang sudah ada, yang terbaru itu bukan Undang-undang tetapi Permendikbud 158 tahun 2014. Sebelum adanya Permendikbud tersebut, kami menggunakan Permendikbud nomor 81 A tahun 2013, sebelumnya lagi ada di Permen no 20 tahun 2009 atau 2008 ya saya agak lupa, tetapi ada di situ walaupun tidak disebutkan secara gamblang ya, tapi sudah menyinggung tentang program SKS. Di beberapa perundang-undangan tersebut sudah ada syarat-syarat bagi sekolah yang ingin menggunakan program SKS beserta ketentuan-ketentuannya. Kalau itu tidak ada, karena sekolah membuat sendiri buku panduannya. Kita dapatnya lewat pelatihan-pelatihan, dan diklat-diklat, karena pada waktu itu petunjuk teknis yang dibakukan itu
137
5.
Apakah ada seleksi khusus bagi sekolah pelaksana program SKS?
6.
Apakah tujuan yang melatarbelakangi dilaksanakannya
belum ada, tetapi ada SMA yang sudah melaksanakan program SKS terlebih dahulu, yaitu SMA 78 Jakarta dan SMA 3 Bandung. Nah kita belajar dari mereka. Pada waktu itu ketika masih gencar-gencarnya RSBI mau menjadi SBI itukan sekolah-sekolah yang RSBI itu harus bisa melaksanakan SKS, karena itu maka kemudian diadakan pelatihan besar-besaran bagi sekolah RSBI itu, nah salah satu narasumbernya ya dari SMA 78 Jakarta. Karena mereka sudah melaksanakan lama, maka mereka memberikan panduan dari sekolahnya. Baru kemudian dari SMA 1 Salatiga mengembangkan sendiri. Nah, karena pada waktu itu setalah kita mendapat pelatihan kemudian kita melakukan studi banding kesana (ke SMA 78 Jakarta dan SMAN 3 Bandung). Ternayta dua skeolah ini memiliki dua versi yang berbeda, kemudian kita meramu dari kedua sekolah tersebut untuk kemudian diterapkan di SMAN 1 Salatiga. Sebenarnya mbak, untuk melaksanakan SKS itu tidak harus memakai persyaratan-persyaratan itu, karena sebenarnya justru banyak sekolah yang melaksanakan program SKS karena terpaksa, karena adanya tuntutan RSBI itu tadi. Contohnya SMA 1 Solo itu melaksanakan SKS belum lama, ketika dia membutuhkan untuk anak percepatan 2 tahun baru melaksanakan program SKS, karena program akselerasi dihentikan. Padahal anjuran pemerintah kan memang untuk menggunakan program SKS itu. Jadi Pemerintah itu kan sudah menyeleksi sendiri mana sekolah-sekolah yang layak untuk melaksanakan program SKS. Sudah ada, dalam visi misi sudah pasti itu. Apalagi dalam visi misi kan selalu berkembang, mulai dari RSBI kemudian berganti program SKS itu kan sekolah
138
7.
program SKS ini sudah masuk ke dalam visi misi sekolah? Siapakah yang merancang visi misi tersebut?
1.
Apakah sebelum program dilaksanakan sudah dibuat perencanaannya terlebih dahulu? Jika sudah, siapa saja yang terlibat dalam pembuatan prencanaan program?
2.
Kapan dan dimana program SKS ini dirancang?
3.
Setelah program dilaksanasakan apakah guru dilibatkan dalam pembuatan program ini?
4.
Apakah didik
peserta
langsung sekolah.
menyesuaikan
visi
misi
Yang merancang ya semua bidang melalui Raker (rapat kerja), bukan hanya dari bidang kurikulum tetapi menyangkut semua bidang karena visi misi sekolah kan juga menyangkut keseluruhan personil sekolah. Input Tentu saja sudah dibuat rancangannya. Kalau pakarnya ya bidang kurikulum itu sebagai narasumber, jadi ketika kita merancang SKS di SMAN 1 Salatiga kan yang berperan kurikulum, etapi utnuk lebih detailnya kan kita melakukan studi banding, kemudian mendatangkan narasumber tentang SKS melalui IHT (in House Training) dengan pembicara dari SMAN 3 Bandung. Pernah kita mendatangi diklat-diklat dnegan pembicara dari SMA 78 Jakarta, kemudian ada pakar SKS juga di Dinas Provinsi itu namanya Pak Topo itu pernah memberikan saran-saran, kemudian pada waktu itu Pak Saptono itu juga pakar SKS jadi juga memberikan dukungan melalui diklat-diklat. Sebelumnya kan kita belajar dulu melalui diklat-dilat tadi baru kemudian kita membuat program, nah baru program dilaksanakan dan itu memang pada waktu itu pelaksanaannya kan melibatkan Waka kurikulum waktu itu Bu Yulianti, saya waktu itu sebagai staf bagian kurikulum. Dalam perancangan program ini guru belum dilibatkan. Waktu itu guru belum dilibatkan sih mbak, kami yang merancang program, kemudian kami sosialisasikan, jadi guru tinggal melaksanakan programnya. Jadi guru di sini perannya ya sebagai pelaksana program SKS, karena memang yang diberikan tanggungjawab itu bidang kurikulum. Iya, siswa mendapatkan buku panduan program.
139
5.
mendapatkan buku panduan program? Siapakah yang merancang buku panduan program SKS tersebut?
6.
Apakah terdapat buku panduan program SKS bagi guru dan staf?
7.
Sudahkah dilakukan pelatihanpelatihan bagi guru tentang program SKS ini?
8.
Apakah perlu dilakukan latihan lagi bagi pengembangan program SKS? Apakah sekolah sudah membuat rencana/agenda kegiatan bagi pelatihan tersebut? Apakah sudah dilakukan sosialisasi kepada peserta
9.
10.
Bagian kurikulum yang merancang dna berwenang menyusun buku, tetapi buku tersebut terus menerus diperbaiki dari tahun ke tahun. Walaupun muatan mata pelajarannya tidak bertambah, tapi terjadi pergeseran-pergeseran di beban mata pelajarannya. Kan KTSP dengan kurikulum 2013 tentu beban mata pelajarannya juag berbeda. Nah buku itu berlaku utnuk tiap angkatan, jadi ketentuan-ketentuan yang ad adi buku panduan berlaku selama siswa tersebut bersekolah di SMAN 1 Salatiga. Walaupun ada perbaikan, perbaikan tersbeut berlakunya ya untuk angkatan selanjutnya. Bapak ibu guru buku panduannya juga sama dengan buku panduan siswa, karena di dalamnya sudah detail dan lengkap, sudah mencakup anak dan juga gurunya, jadi kami menggunakan satu buku panduan yang berlaku bagi guru maupun siswanya. Kalau pelatihan-pelatihan itu biasanya yang berangkat bidang kurikulum, sedangkan bapak ibu guru hanya mendapatkan sosialisasi-sosialisasi dari bidang kurikulum, karena bidang kurikulum selaku penanggung-jawab program SKS. Seharusnya perlu karena masih banyak hal yang belum kami ketahui berkaitan dengan SKS. Ada beberapa yang sudah direncakana, tetapi untuk pelatihan SKS tidak kita khususkan karena saat ini kami sedang berkonsentrasi kepada pelatihanpelatihan berkaitan dengan Cerdas Istimewa Bakat Istimewa (CIBI) Sudah. Jadi setiap anak masuk atau PPDB selalu ada sosialisasi tentang SKS, bahkan bukan hanya anaknya, orangtua peserta didikpun kami berikan
140
11.
didik berkaitan dengan SKS ini? Apakah sudah terjalin koordinasi yang baik antara pihak penanggungjawab program dengan pihak pelaksana program?
12.
Apakah peserta didik sudah dapat beradaptasi dengan baik menggunakan program SKS?
13.
Apakah terjadi peningkatan prestasi dengan penggunaan program SKS ini?
14.
Darimanakah sumber pembiayaan bagi program?
sosialisasi tentang SKS yang kami agendakan di awal tahun ajaran baru. Tetap ya, ketika guru menemukan masalah selalu melaporkannya ke bidang kurikulum, agar pihak kurikulum dapat memberikan solusi dan memperbaiki program yang ada. Tetapi pihak kurikulum juga tetap melakukan koordinasi dengan kepala sekolah dan bidang-bidang lain dalam menangani masalah/kendala yang muncul. Biasanya kendala-kendala tersebut guru sampaikan pada saat pembinaan yang kami lakukan setiap hari senin, dan juga saat raker. Biasanya kalau dalam pembinaan dan raker ada notulennya, tetapi kebanyakan secara lisan juga, supaya lebih cepat penanganannya dan kendala bisa segera diatasi. Awalnya anak-anak pasti kurang paham karena program ini sesuatu yang baru, yang penting di awal kami sudah memberikan sosialisasi dan selama berlangsung kami terus menerus memberikan pemahaman mengenai SKS, sehingga lama kelamaan anakanak semakin paham, dan di kelas 2 dan 3 mereka sudah paham betul apa itu SKS. Tentu saja ada. Misalnya masalah akademik, kita menunjukkan peringkat yang naik berdasarkan nilai UN. Menurut saya peirngkat akadmeik anak-anak naik juga karena adanya program SKS ini, kalau dalam grafik dapat kita lihat adanya peningkatan. Kemudian masalah kenakalan, ya menurut saya juga sudah lebih berkurang karena anak-anaknya dituntut untuk lebih mandiri. Kalau SKS sudah masuk program sekolah sehingga pembiayaannya berasal dari berbagai sumber, karena SKS kan merupakan program sekolah, sehingga bisa dari BOS, dan lain-lain. Nah tiap bidang memiliki anggaran sendiri yang kami usulkan melalui RKAS (Rencana Kegiatan Anggaran
141
15.
16.
Apakah terdapat sumber dana khusus dari pemerintah bagi program SKS ini? Apakah sekolah sudah memiliki sarana dan prasarana yang memadai bagi terlaksananya program SKS?
17.
Bagaimana cara pihak sekolah dalam menyusun jadwal?
18.
Apakah kendala
ada dalam
Sekolah), jadi smeua kegiatan terperinci ad adi situ dari setiap bidang. Kalau untuk hal-hal berkaitan dengan SKS itu yang mengusulkan ya bidang kurikulum. Tidak ada, semuanya sama. Kami menerima sumber dana yang sama dnegan SMA-SMA lain, tidak ada dana khusus bagi program SKS. Ya sebenarnya kalau kita ingin melaksanakan program SKS secara ideal masih ada yang kurang. Karena seharusnya program SKS itu harusnya moving class, tapi kan ruang kelas masih belum memadai, dan masih banyak sarana prasarana lainnya sih yang perlu diperbaiki. Kalau dari jadwal tim kurikulum yang bertugas membagi jadwal bagi para guru, sedangkan untuk lintas minat biasnya pembagian kelasnya kami lakukan sebelum awal tahun ajaran baru dimulai. Mislanya ada 5 lintas minat, nah dari 5 kelas nanti saat lintas minat anak-anak akan melakukan moving class. Nah data lintas minat itu kami dapatkan saat sosialisasi sudah kami bagikan pilihan lintas minat, sehingga di awal tahun ajaran baru anak-anak sudah siap untuk menerima jadwal masing-masing beserta kelas lintas minatnya. Nah biasanya ada beberapa kelas lintas minat yang buka kelasnay lebih banyak, misalnya ekonomi. Biasanya anak-anak banyak yang tertarik mengambil kelas lintas minat ekonomi, sehingga kami membuka kelas ekonomi sampai 3 kelas maka gurunya pun beda-beda juga. Saat pembagian jadwal ini anak-anak sudah langsung mendapatkan kelas lintas minat ini gurunya ini ruangannya di sini. Itu yang membuat pusing karena kami harus membagi kelas yang sangat banyak. Banyak mbak kendalanya, misalnya kadang ada tabrakan jadwal, sehingga
142
pembuatan jadwal? 19.
Apakah jadwal yang dibuat sudah dapat dipahami dengan baik oleh pihak pelaksana program?
20.
Apakah jadwal pembelajaran sudah berjalan sesuai yang direncanakan?
1.
Apakah terdapat kendala-kendala yang belum teratasi sampai sekarang?
2.
Bagaimana cara penyusunan hasil belajar peserta didik?
terkadang dalam pembuatan jadwal 1 bulan pembelajaran berlangsung itu jadwal baru clear (tidak ada yang bertabrakan jam mengajarnya). Karena sekarang kita sudah terbiasa sehingga sudah dapat dipahami ya, tapi awalnya ya butuh penjelasan dan koordinasi yang baik dari bagian kurikulum, kan lintas minat ini pelajaran ini gurunya ini ruangannya di sini, sehingga kadang ruang kelas sampai membengkak dan kami harus menggunakan ruang lab yang ada. Dulu di awal-awal guru-guru juga masih bingung namun sekarang karena sudah terbiasa ya sudah berjalan dengan baik. Sudah berjalan sesuai harapan, karena anak-anak sudah terbiasa, gurunya juga sudah terbiasa sehingga sudah berjalan dengan baik. Process Kendala itu biasanya berkaitan dengan ruang dan sertifikasi guru. Jam mengajar guru yang harus 24 jam itu seharusnya bisa teratasi dengan adanya program SKS, karena saat ini belum ada aturannya di SMA, adanya masih di SMP. Nah nanti kalau sampai benarbenar diterapkan oleh sistem dapodik akan banyak guru kekurangan jam mengajar. Karena program SKS ini mau berapapun jumlah muridnya kan kelas harus dibuka,sehingga kadang guru mengajar siswanya kurang dari 20, padahal nantinya kalau dari sistem dapodik kalau kurang dari 20 siswa guru tidak akan diakui jam mengajarnya, nah itu nanti yang membuat repot. Tapi kan kebetulan di SMA hal tersebut belum diberlakukan sih, jadi itu masih belum menjadi kendala saat ini. Kami punya software ya mbak, itu kami yang merancang tetapi kami membayar ahli untuk membuat programnya, kalau kami sendiri yang membuat kan kami tidak mampu. Nah di program tersebut
143
1.
Apakah program SKS sudah berjalan sesuai rencana awal?
2.
Apakah program SKS di SMAN 1 Salatiga masih perlu dilakukan perbaikan? Apakah program SKS akan terus digunakan oleh sekolah? Apakah program SKS di SMAN 1 Salatiga sudah layak untuk ditiru oleh sekolah-sekolah lain?
3.
4.
sudah ada misalnya nilai fisiknya 80 harusnya di rapor keluar nilai A atau B itu sudah ada sistemnya. Produk Sebenarnya perencanaan juga kami rancang sesuai keadaan sekolah, karena kalau kita rencanakan terlalu ideal dan tidak sesuai keadaan sekolah kan akan menyulitkan, sehingga dari awal perencanaan program SKS disesuaikan dengan situasi dann kondisi sekolah, sehingga ya pelaksanaannya sudah sesuai dengan perencanaannya. Tentu saja perlu. Program perlu terus menerus disempurnakan. Misalnya dalam hal pelaksanaan, perlu adanya moving class sehingga program SKS benar-benar murni. Tentu saja, karena program SKS ini akan menjadi salah satu cara legalisasi kelas percepatan sebagai pengganti kelas akselerasi. Tentu saja sudah layak, karena kita sudah meluluskan anak-anak dengan program SKS dan terbukti banyak yang bisa diterima di perguruan tinggi negeri, jadi program ini sudah tidak perlu diragukan lagi manfaatnya.
144
147
148
149
150
151
LAMPIRAN 13 PERNYATAAN NARASUMBER
126
125
LAMPIRAN 14 CEK PLAGIATISME
126
127
128