BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini perubahan masyarakat ke budaya digital tidak hanya terjadi di wilayah pertukaran informasi. Akan tetapi mencakup juga ke cara industri dalam memproduksi barang. Budaya digital dalam industri manufaktur ini disebut sebagai fabrikasi digital. Karakter digital yang dimaksud di sini merujuk kepada serangkaian informasi berupa bit-bit di dalam komputer. Lalu, informasi tersebut diolah dan diaplikasikan oleh mesin pendukungnya, sehingga informasi tersebut menjadi benda fisik atau bisa kita sebut sebagai atom-atom. Secara sederhana, fabrikasi digital merupakan proses pengolahan bit-bit informasi menjadi atomatom benda fisik. Sebut saja Lego, sebuah produsen mainan plastik yang sudah mendunia. Dalam sebuah serial televisi yang ditayangkan oleh National Geographic berjudul Megafactories, digambarkan di sana bahwa Lego menggunakan komputer di hampir seluruh proses produksinya. Mulai dari proses pembuatan desain, pencetakan, pengemasan, sampai penyimpanan, semuanya dilakukan dengan mesin-mesin yang dioperasikan dengan komputer.1 Hal serupa terjadi juga di Yogyakarta. Pada 20 – 23 September 2012 lalu, telah berlangsung acara PrintPackPublish, yaitu sebuah pameran yang memaparkan berbagai teknologi grafika terkini. Acara tersebut didukung oleh Persatuan Perusahaan Grafika Indonesia (PPGI) DIY. Acara ini diadakan sebagai suatu bentuk respon terhadap fenomena perkembangan teknologi dan bisnis grafika. Di dalam acara tersebut dipamerkan mesin-mesin produksi percetakan dan pengemasan yang sudah dioperasikan dengan komputer. Pameran ini bertujuan untuk mempertemukan antara penyedia teknologi, pemodal, dan juga konsumen. Dengan begitu, acara ini dapat melahirkan kolaborasi antara pelaku kreatif dan juga industri terkait supaya menghasilkan produk kreatif unggulan Indonesia.2 1
National Geographic. 2011. Megafactories : Lego Eps. Updated by 20 February 2013. Archieved at :http://www.youtube.com/watch?v=t2wah736BAc 2 Misty Communication. 2012. Pengantar. Updated by 21 February 2013. Archieved at
1
Pergeseran masyarakat ke arah digital dalam hal produksi dalam industri manufaktur terlihat di Yogyakarta dengan munculnya beragam printing shop yang dilengkapi dengan mesin-mesin fabrikasi digital sebagai pendukungnya. Sebut saja Klick (Jl. Gejayan), Graphico (Jl. Kaliurang), Fipa (Jl. Kaliurang), Prima (Jl. Terban), Print World (Jl. DR Wahidin Sudirohusodo), Spektrum (Jl. Rahayu Samirono), Spektra (Jl. Gejayan), dan masih banyak lagi. Selain menyediakan jasa digital printing, mereka juga menyediakan jasa fabrikasi digital. Sebagai contoh fabrikasi digital yang paling sering dipergunakan adalah layanan potong dan grafir menggunakan mesin laser. Berdasarkan pengamatan peneliti, printing shop tersebut tak pernah surut pengunjungnya. Pemaparan di atas menunjukkan bahwa pelaku kreatif di Yogyakarta sudah mulai mengadopsi budaya digital dalam hal produksi dalam industri manufaktur. Atas fenomena tersebut, kehadiran HONFablab sebagai laboratorium fabrikasi digital di Yogyakarta menjadi suatu respon yang tepat. Kebutuhan edukasi mengenai fabrikasi digital dapat dipenuhi dengan kehadiran HONFablab. Hal inilah yang membedakan HONFablab dengan printing shop yang menjamur di Yogyakarta. HONFablab berdiri sebagai suatu laboratorium yang dapat difungsikan masyarakat untuk belajar lebih dalam mengenai fabrikasi digital. HONFablab adalah FabLab pertama yang didirikan di Indonesia. FabLab (Fabrication Laboratory) merupakan sebuah konsep yang sudah berjalan global tentang fabrikasi digital. FabLab berdiri sebagai sebuah laboratorium yang berupa workshop berskala kecil yang mempunyai alat-alat fabrikasi digital yang dapat diakses oleh masyarakat, dan dapat dimanfaatkan sebagai tempat pembelajaran kreatif. Kemunculan HONFablab merupakan hal baru. HONFablab berdiri sebagai sebuah organisasi baru yang menawarkan konsep baru kepada masyarakat Yogyakarta, terutama pelaku kreatif di Yogyakarta. Melalui perspektif lain, HONFablab dipandang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi dengan targetnya. Komunikasi yang dimaksud adalah proses dimana ide-ide baru yang :http://www.allgraphicexpo.com/index.php?option=com_content&view=article&id=84:pengantar &catid=38:preview&Itemid=107
2
ditawarkan HONFablab ini dipenetrasikan kepada targetnya. Segala aktivitas tersebut terangkum dalam proses sosialisasi HONFablab. Urgensi mengenai edukasi dan layanan fabrikasi digital akan membawa pengaruh positif dalam pertumbuhan ekonomi kreatif di Indonesia, khususnya Yogyakarta. Hal inilah yang menjadi latar belakang kenapa penelitian ini dilakukan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka terdapat suatu masalah yang dapat dirumuskan sebagai berikut : “Bagaimanakah proses sosialisasi yang dilakukan HONFablab kepada targetnya?” C. Tujuan Penelitian Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses sosialisasi yang dilakukan HONFablab kepada targetnya. Selain itu, penelitian ini juga akan menyajikan informasi yang nantinya dapat dimanfaatkan sebagai acuan evaluatif bagi pelaku laboratorium fabrikasi digital di masa mendatang. D. Objek Penelitian HONFablab mengenalkan beragam hal mengenai fabrikasi digital ke masyarakat, berarti HONFablab melakukan aktivitas komunikasi kepada masyarakat. Aktivitas tersebut terangkum dalam aktivitas sosialisasi HONFablab. Sebagai contohnya adalah aktivitas sosialisasi secara tatap muka, dimana tim HONFablab datang ke kampus-kampus di Yogyakarta untuk mengenalkan HONFablab. Selain itu, HONFablab juga memanfaatkan beragam jalur media baru sebagai alat untuk berkomunikasi kepada masyarakat. Penelitian ini menjadikan aktivitas sosialisasi HONFablab sebagai objek utama yang akan diteliti. Sebagai sebuah organisasi, HONFablab memiliki orang-orang yang bekerja secara tetap dan terstruktur berdasarkan fungsinya. Orang-orang tersebut bekerja
3
sama dalam mencapai tujuan HONFablab. Salah satu tujuannya adalah mengenalkan HONFablab dengan beragam hal yang berkaitan dengan fabrikasi digital ke masyarakat. Dalam prosesnya, pihak internal HONFablab mengawali aktivitas sosialisasinya dengan perencanaan. Hal ini juga akan menjadi sorotan dalam penelitian ini. Tujuannya untuk mengetahui proses sosialisasinya secara lebih menyeluruh. Sisi keunikan dari penelitian ini adalah aktivitas HONFablab dalam mengomunikasikan hal barunya kepada masyarakat dengan berbagai
cara
termasuk penggunaan media baru. Selain itu, mengacu pada tujuan penelitian ini yang ingin mengetahui bagaimana proses sosialisasi HONFablab, besar kemungkinan di kemudian hari bahwa penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai acuan deskriptif bagi FabLab-FabLab dimana pun yang ingin memulai aktivitas sosialisasinya. Karena alasan-alasan di ataslah mengapa penelitian ini dilakukan. E. Kerangka Pemikiran 1. Komunikasi Organisasi Melalui Lasswell, komunikasi merupakan proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Hal tersebut membuat komunikasi mempunyai unsur-unsur sebagai berikut: komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek.
3
Unsur-unsur
tersebut menjadi elemen utama dimana komunikasi dapat dilakukan. Barker dan Gaut menyatakan bahwa proses komunikasi memiliki 8 unsur, yaitu:
a.)
The
source/encoder;
b.)
Message;
c.)
Channel;
d.)
Receiver/Decoder; e.) Feedback; f.) Barriers; g.) Context/Situation; h.) The System. Masing-masing dari unsur tersebut memiliki peranan penting dalam sebuah proses komunikasi. Dalam penelitian ini, HONFablab menjadi salah satu unsur dalam komunikasi, yaitu sebagai the source yang menyebarkan
3
Onong Uchjana Effendy. 2001. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Hal. 10
4
message, melalui beragam channels, dan ditujukan kepada receiver yaitu targetnya.4 The Source atau komunikator adalah pihak yang mengolah dan menyampaikan pesan kepada komunikan dalam suatu proses komunikasi. Komunikator bisa berupa individu atau perseorangan. Selain itu, komunikator juga bisa bersifat kolektif atau melembaga. Komunikator yang melembaga ini dalam bahasa lain disebut sebagai institutionalized communicator atau organized communicator .5 Organisasi adalah satu contoh dari komunikator yang melembaga. HONFablab sebagai organisasi mempunyai peran sebagai source dalam aktivitas komunikasi yang dilakukannya. Organisasi dapat dipahami melalui beberapa definisi. Berikut adalah beberapa definisi organisasi.6 Evert M. Rogers dan Rekha Agarwala Rogers mengatakan bahwa organisasi adalah suatu sistem yang mapan dari mereka yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui suatu jenjang kepangkatan dan pembagian tugas. Sementara itu, S. Bernard Rosenblatt, Robert Bonnington, dan Berverd E. Needles, Jr. mengatakan bahwa organisasi adalah sarana dimana manajemen mengoordinasikan sumber bahan dan sumber daya manusia melalui pola struktur formal dari tugas-tugas dan wewenang. Mengacu pada beragam definisi di atas, secara teoritis HONFablab dapat dikatakan memenuhi persyaratan untuk disebut sebagai organisasi yaitu sebagai suatu sistem yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Richmond menyatakan, secara umum ada dua tipe organisasi, yaitu organisasi profit dan non-profit. Organisasi profit melaksanakan segala aktivitasnya dengan tujuan untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya. Di sisi lain, organisasi non-profit berdiri dengan tujuan menyediakan barang dan jasa tanpa mencari keuntungan. Mereka bisa saja menyalurkan barang dan jasa
4
Larry L Barker dan Deborah A. Gaut. 1996. Communication. Massachussets:Allyn and Bacon. Hal. 12-16 5 Effendy, Op. Cit., hal. 22. 6 Ibid. Hal. 114-115
5
secara gratis atau di bawah harga rata-rata. Organisasi non-profit berusaha untuk memenuhi kebutuhan.7 Pace
dan
Faules
mempunyai
pembagian
bersangkutan
dengan
pendefinisian komunikasi organisasi, yaitu definisi fungsional dan definisi interpretif. Definisi fungsional memahami komunikasi organisasi sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Sedangkan definisi interpretif menyatakan komunikasi organisasi sebagai “perilaku pengorganisasian” yang terjadi dan bagaimana mereka terlibat dalam proses itu, yaitu bertransaksi dan memberi makna atas apa yang sedang terjadi. Selain itu dapat dipahami juga sebagai proses penciptaan makna atas interaksi yang menciptakan, memelihara, dan mengubah organisasi. 8 Korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada peninjauannya yang terfokus kepada manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi itu. Ilmu komunikasi mempertanyakan bentuk komunikasi apa yang berlangsung dalam organisasi, metode dan teknik apa yang digunakan, media apa yang digunakan, bagaimana prosesnya, faktorfaktor pendukung dan penghambatnya, dan sebagainya. Baird berpendapat bahwa “the lifeblood of the organization is communication.” 9 Pentingnya komunikasi dalam organisasi ditekankan pada sejumlah
besar
pemanfaatan
waktu
oleh
anggota
organisasi
dalam
memanfaatkan komunikasi. Schneider menambahkan “The ingredients that make the business organization alive, effective, and dynamic lie in the realm of communication”.
10
Pernyataan
tersebut
mengandung
maksud
bahwa
komunikasi memegang peranan penting atas kehidupan suatu organisasi. Kutipan di atas berusaha menjelaskan bahwa aktivitas komunikasi yang
7
Virginia P. Richmond dan James C. McCroskey. 1992. Organizational Communication for Survival. New Jersey: Prentice-Hall Inc. 8 R. Wayne Pace dan Don F. Faules. 2002. Komunikasi Organisasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hal. 31-33 9 John E. Baird. 1977. The Dynamics of Organizational Communication. New York: The Maple Press Company. Hal. 1 10 Arnold E. Schneider dkk. 1975. Organiztional Communication. Tokyo: Kosaido Printing Co.
6
dilakukan oleh sebuah organisasi merupakan hal yang sangat penting. Melalui komunikasi, sebuah organisasi dapat melanjutkan kehidupannya dan mencapai berbagai tujuannya dengan lebih efektif. Komunikasi merupakan aktivitas penting dalam sebuah organisasi. Perencanaan komunikasi dalam organisasi dalam rangka menangani masalah atau kegiatan tertentu akan membawa banyak dampak penting bagi kedudukan, tujuan, maupun hubungannya dengan pihak-pihak eksternal maupun internal organisasi. Dengan komunikasi yang baik yaitu jalinan pengertian antara pihak yang satu dengan pihak yang lain, diharapkan apa yang dikomunikasan dapat dimengerti, dipikirkan, dan akhirnya dilaksanakan dengan baik. Proses komunikasi dalam kehidupan organisasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Komunikasi internal didefinisikan oleh Lawrence D. Brennan sebagai pertukaran gagasan di antara para administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan atau jawatan yang menyebabkan terwujudnya perusahaan atau jawatan tersebut lengkap dengan strukturnya yang khas (organisasi) dan pertukaran gagasan secara horizontal dan vertikal di dalam perusahaan atau jawatan yang menyebabkan berlangsungnya pekerjaan. 11 Berbeda dengan komunikasi internal, komunikasi eksternal adalah komunikasi antara pimpinan organisasi dengan khalayak di luar organisasi.12 Komunikasi eksternal terdiri atas 2 jalur secara timbal balik, yaitu komunikasi dari organisasi kepada khalayak dan dari khalayak kepada organisasi. Dalam hal ini, komunikasi eksternal tidak hanya dilakukan oleh pimpinan organisasi. Akan tetapi dapat dilakukan juga oleh staff atau anggota organisasi yang lain. Komunikasi ini dapat dilakukan juga melalui berbagai cara, antara lain komunikasi interpersonal dengan tatap muka, dan juga dengan penggunaan media baru seperti website dan sosial media. Komunikasi dari organisasi kepada khalayak pada umumnya bersifat informatif, yang dilakukan sedemikian rupa sehingga khalayak merasa
11
Effendy, Op. Cit., Hal. 122 Ibid. Hal. 128
12
7
memiliki kerterlibatan, setidaknya ada hubungan batin. Komunikasi ini dapat muncul dalam berbagai bentuk, antara lain sebagai berikut : majalah organisasi, press release, artikel surat kabar atau majalah, pidato radio, pidato televisi, film dokumenter, brosur, leaflet, poster, dan juga konferensi pers.13 Dalam rangka melancarkan komunikasi eksternal, media massa memagang peranan penting untuk menyebarkan informasi. Dalam hal ini, media baru juga dapat digunakan sebagai sarana menyebarkan informasi. Wujudnya dapat berupa website atau situs yang bisa diakses dari mana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Berbagai turunan media baru seperti sosial media juga turut andil dalam penyebaran informasi. Kaitannya dengan tujuan komunikasi organisasi ekternal, yaitu dari organisasi kepada khalayak, terdapat dua jenis komunikasi. Yang pertama adalah informative communication, yaitu suatu proses komunikasi yang bertujuan untuk memberi informasi baru dan berguna untuk audience-nya. Sedangkan yang kedua adalah persuasive communication, yaitu proses komunikasi yang bertujuan untuk mengubah perilaku audience untuk melakukan sesuatu.
14
Penjelasan tersebut memberikan gambaran jelas
bagaimana pentingnya komunikasi eksternal bagi suatu organisasi demi mencapai tujuannya. Sebuah organisasi dapat menerapkan jenis komunikasi tersebut yang paling sesuai dengan tujuan organisasi itu sendiri. Secara umum, kajian mengenai komunikasi organisasi merupakan jembatan perspektif sekaligus menjadi batasan dari penelitian ini. Kemudian akan berfokus kepada komunikasi eksternal dari suatu organisasi. HONFablab berdiri sebagai suatu organisasi dan memenuhi elemen-elemen sebagai suatu organisasi. Dalam penelitian ini, HONFablab melakukan aktivitas komunikasi eksternalnya dalam konteks sosialisasi.
13
Ibid. Hal. 129. Barker dan Gaut, Op. Cit., hal. 261.
14
8
2. Sosialisasi sebagai Aktivitas Komunikasi Eksternal Sosialisasi merupakan salah satu tindakan nyata dari aktivitas komunikasi eksternal. Sosialisasi mempunyai definisi yang beragam. Dalam ranah akademik, sosialisasi banyak digunakan dalam kajian Sosiologi. Definisi sosialisasi melalui perspektif ilmu Sosiologi adalah penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang lain bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif yang menyebabkan ia sadar akan fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif di dalam masyarakat.15 Sosialisasi yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada pengertian sebagai suatu proses interaksi untuk mengantarkan pesan-pesan yang diharapkan dapat dipahami dan diterapkan oleh audiensnya. Kaitannya dengan penelitian ini, sosialisasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses interaksi yang terjadi antara HONFablab dengan targetnya dengan pesan-pesan yang bersangkutan dengan edukasi dan layanan fabrikasi digital. Sosialisasi mengacu pada proses komunikasinya. Pada dasarnya proses sosialisasi merupakan suatu proses interaksi antara pihak pengantar pesan dan penerima pesan. Interaksi menjadi unsur penting dalam suatu aktivitas komunikasi. Oleh karena itu, proses sosialisasi dapat dipahami sebagai salah satu aktivitas dalam komunikasi. Pada penelitian ini, HONFablab adalah suatu organisasi atau pihak yang melakukan proses sosialisasi, dimana dia berperan sebagai pemilik atau pengolah pesan untuk dikomunikasikan kepada targetnya dengan harapan target dapat memahami dan mengadopsi pesan-pesan yang disampaikan. Konteks dan pilihan kata sosialisasi sengaja digunakan peneliti dalam penelitian
ini
karena
beberapa
alasan.
Pertama,
pihak
HONFablab
menggunakan konteks ini untuk memahami aktivitas komunikasi eksternalnya mengenai pengenalan fabrikasi digital. Kedua, dalam kehidupan sehari-hari, pilihan kata sosialisasi sangat lazim digunakan untuk memahami aktivitas pengenalan hal baru kepada suatu masyarakat. 15
Effendy, Op. Cit., hal. 27.
9
3. Difusi Inovasi Berkaitan dengan proses sosialisasi di atas, pesan-pesan yang disampaikan oleh HONFablab merupakan ide-ide baru dalam bidang teknologi fabrikasi digital. Ide-ide ini dipenetrasikan oleh HONFablab kepada targetnya. Oleh karena itu, digunakanlah Difusi Inovasi sebagai kerangka acuan untuk melihat kasus ini secara lebih jelas. Diffusion of Innovations yang disebut sebagai difusi inovasi dalam bahasa Indonesia, merupakan suatu tataran teoritis yang membahas mengenai penelitian-penelitian tentang suatu inovasi atau ide baru yang dikomunikasikan ke dalam suatu kelompok masyarakat tertentu. Difusi sendiri didefinisikan sebagai suatu proses dimana inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu di dalam anggota suatu sistem sosial tertentu.16 Difusi merupakan suatu jenis komunikasi yang spesifik dimana terjadi penyebaran pesan-pesan yang mengandung ide-ide baru. Rogers juga menjelaskan bahwa ada empat unsur utama dalam difusi inovasi. Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut :17 a. Innovation (Inovasi), merupakan suatu ide baru atau objek yang dianggap baru oleh seseorang atau unit-unit pengadopsi. Karakterkarakter dari inovasi yang menentukan tingkat adopsi dari suatu individu adalah sebagai berikut: 1.) Relative advantage, yaitu suatu anggapan dimana inovasi baru yang datang dianggap lebih baik daripada ide yang ada sebelumnya.;2.) Compatibility, yaitu suatu anggapan dimana inovasi dirasa selaras dengan nilai-nilai yang berlaku, pengalaman, dan juga kebutuhan dari pengadopsi.; 3.) Complexity, yaitu anggapan dimana inovasi yang datang terasa sulit untuk dipahami dan digunakan.; 4.) Trialability, yaitu suatu anggapan dimana inovasi dapat diaplikasikan dalam kedaan yang terbatas.; 5.) Observability, yaitu suatu anggapan dimana hasil inovasi dapat dilihat oleh orang lain. 16
Everett M. Rogers. 1983. Diffusion of Innovations Third Edition. New York: The Free Press. Hal.5 17 Ibid. Hal. 10-24
10
b. Communication Channel (Saluran Komunikasi), merupakan suatu media atau saluran dimana pesan-pesan yang berisi inovasi itu berpindah dari satu orang ke orang lain. Ada dua jenis saluran yang umum digunakan, yaitu interpersonal channel dan mass media channels. c. Time (Waktu), merupakan salah satu elemen penting dalam suatu proses difusi. Dengan adanya jangka waktu tertentu, proses difusi bisa didokumentasikan lalu dipelajari oleh pihak lain. d. A Social System (Sistem Sosial), merupakan suatu unit yang terikat dimana mereka bergabung untuk menyelesaikan masalah bersama dan untuk mencapai suatu tujuan bersama. Dalam prosesnya, difusi inovasi dibagi dalam lima tahapan, yaitu pengetahuan, persuasi, keputusan, implementasi, dan konfirmasi. Penjelasan dari kelima tahapan itu adalah sebagai berikut: a.) Knowledge Stage (Pengetahuan), tahapan ini adalah tahap awal dimana inovasi diberitahukan tentang keberadaannya kepada pengadopsi dan meningkatkan pemahaman mengenai bagaimana fungsi inovasi tersebut.; b.) Persuasion Stage (Persuasi), tahapan persuasi menggambarkan dimana pengadopsi membentuk sikap setuju atau tidak setuju atas inovasi yang ada.; c.) Decision Stage (Keputusan), dalam tahap ini pengadopsi mulai melibatkan diri pada aktivitas yang mengarah pada pilihan untuk menerima atau menolak inovasi.; d.) Implementation Stage (Implementasi),
pada
tahapan
ini
pengadopsi
sudah
menerima
dan
menggunakan inovasi yang ditawarkan.; e.) Confirmation Stage (Konfirmasi), pada tahapan konfirmasi ini pengadopsi semakin memantapkan keputusan untuk menggunakan inovasi. Akan tetapi pada tahapan ini pula pengadopsi mungkin membalikkan keputusan sebelumnya karena mendapat pesan-pesan yang bertentangan dengan inovasi.18 Komunikasi adalah proses dimana pesan-pesan berpindah dari sumber kepada penerima melalui suatu saluran tertentu dan menimbulkan efek tertentu. Keterkaitan antara komunikasi dengan difusi inovasi dapat dijelaskan dengan
18
Ibid. Hal. 163-186
11
konsep sederhana bahwa keempat unsur difusi yang telah dipaparkan di atas mempunyai kesamaan dengan unsur pokok dalam model komunikasi S-M-CR-E. Penjelasan keterkaitan itu dapat dilihat dalam tabel berikut:19 Unsur-
Sumber/
Pesan/
Saluran/
Penerima/
Efek/
unsur
Source
Message
Channel
Receiver
Effect
dalam
(S)
(M)
(C)
(R)
(E)
Unsur-
-Penemu
Inovasi
Saluran
Anggota
Konsekuensi:
unsur
-Ilmuwan
komunikasi:
sistem sosial
-pengetahuan
dalam
-Agen
-media massa
-perubahan
difusi
pembaru
-media
sikap
inovasi
-Pemuka
interpersonal
-perubahan
model komunikasi S-M-C-R-E
pendapat
tingkah laku
Tabel 1.1 Kesamaan Unsur Difusi Inovasi dengan Model S-M-C-R-E Unsur komunikasi S-M-C-R-E sangat sesuai dengan unsur-unsur difusi inovasi itu sendiri. Penemu atau ilmuwan berperan sebagai source (S) yang mempuyai pesan-pesan berupa inovasi (M) yang kemudian dikomunikasikan melalui beberapa saluran (C) dan diterima oleh anggota sistem sosial (R) serta menimbulkan beberapa konsekuensi atau efek tertentu (E). Agen pembaru yang berperan sebagai source atau sumber pesan dapat dipahami sebagai pekerja profesional yang berusaha mempengaruhi atau mengarahkan keputusan inovasi orang lain selaras dengan yang diinginkan oleh lembaga pembaruan dimana ia bekerja. Agen pembaru merupakan “tangan-tangan” lembaga pembaru, yaitu badan, dinas instansi atau organisasi yang bertujuan mengadakan perubahan-perubahan di masyarakat (ke arah kemajuan menurut pandangan lembaga itu) dengan jalan menyebarkan inovasi yang mereka produksi atau mereka miliki. Peranan agen pembaru dalam proses penyebaran inovasi antara lain adalah: 1.) Membangkitkan kebutuhan untuk
19
Abdillah Hanafi. 1981. Memasyarakatkan Ide-Ide Baru. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional. hal.25
12
berubah.; 2.) Mengadakan hubungan untuk perubahan.; 3.) Menganalisis masalah.; 4.) Mendorong atau menciptakan motivasi untuk berubah pada klien.; 5.) Merencanakan tindakan pembaruan.; 6.) Memelihara program pembaruan dan mencegahnya dari kemacetan.; dan 7.) Mencapai hubungan terminal.20 Saluran komunikasi dipahami sebagai suatu alat yang berfungsi untuk menghantarkan pesan dari sumber ke penerima. Macam saluran komunikasi dalam difusi inovasi ini tergolong menjadi dua jenis, yaitu saluran interpersonal dan saluran media massa. Saluran interpersonal maksudnya saluran yang melibatkan pertemuan tatap muka (sumber dan penerima) antara dua orang atau lebih. Contohnya, rapat atau pertemuan kelompok, percakapan langsung, pembicaraan dari mulut ke mulut, dan getok tular. Saluran interpersonal memiliki ciri-ciri yaitu arus pesan yang cenderung dua arah, dimana kemungkinan umpan balik dari penerima bisa dikatakan tinggi. Selain itu, saluran interpersonal juga dapat memiliki efek pada perubahan sikap penerima pesan. Sedangkan saluran komunikasi yang kedua adalah saluran media massa. Saluran ini dipahami sebagai alat-alat penyampai pesan yang memungkinkan sumber mencapai suatu audiens dalam jumlah besar, yang dapat menembus batasan waktu dan ruang. Misalnya radio, televisi, film, surat kabar, buku, dan internet. Arus pesan dalam saluran ini cenderung searah dan fungsi utamanya adalah digunakan untuk tahap pengenalan inovasi kepada masyarakat luas.21 Melalui dua saluran komunikasi yang telah dijelaskan di atas, sumber dapat dengan bebas memilih saluran mana yang paling tepat untuk menyebarkan inovasinya. Bahkan suatu sumber dapat mengombinasikan dua saluran tersebut untuk mencapai tujuannya menyebarkan inovasi. Seperti sudah dijelaskan di atas, sistem sosial adalah suatu unit yang terikat dimana mereka bergabung untuk menyelesaikan masalah bersama dan untuk mencapai suatu tujuan bersama. Sistem sosial bisa berupa perorangan
20
Ibid. Hal. 97-101. Ibid. Hal. 118-119.
21
13
(individu), kelompok informal, organisasi modern atau subsistem. Sistem sosial ini berperan sebagai penerima pesan yang dihantarkan oleh sumber untuk mencapai suatu perubahan sosial. Perubahan sosial adalah proses dimana terjadi perubahan struktur dan fungsi suatu sistem sosial. 22 Pada tahap perubahan sosial, inovasi telah berhasil dikomunikasikan dan diadopsi oleh sistem sosial tertentu. Difusi sendiri merupakan suatu tipe khusus komunikasi, dimana inovasi disebar kepada anggota suatu sistem sosial. Pengkajian difusi adalah telaah tentang pesan-pesan yang berupa gagasan baru, sedangkan pengkajian komunikasi meliputi telaah terhadap semua bentuk pesan. 23 Dalam riset komunikasi lebih menititkberatkan kepada usaha-usaha untuk mengubah pengetahuan atau sikap dengan mengubah bentuk sumber, pesan, saluran atau penerima dalam proses komunikasi. Dengan adanya sifat khusus yang dimiliki oleh riset difusi dibandingkan dengan riset komunikasi secara umum, maka suatu permasalahan komunikasi dapat dikategorikan dalam riset difusi jika memenuhi unsur-unsur sebagai suatu ide-ide baru yang dikomunikasikan melalui saluran komunikasi tertentu kepada anggota suatu sistem sosial. Unsur waktu merupakan unsur yang membedakan difusi dengan tipe riset komunikasi lainnya seperti yang telah dikemukakan di atas (hanya berkaitan denagn pesan-pesan yang berupa ide-ide baru).24 Melalui paparan di atas, dapat dipahami bahwa HONFablab berperan sebagai source utama atau agen pembaru yang mempunyai pesan-pesan yang berisi ide baru yang dikomunikasikan kepada masyarakat Yogyakarta melalui beragam saluran. HONFablab berdiri sebagai agen pembaru berupa organisasi yang berwujud laboratorium fabrikasi digital yang membawa pesan-pesan inovasi atau ide-ide baru berkaitan dengan inovasi di bidang teknologi produksi manufaktur. Lebih lanjut, anggota organisasi atau orang-orang yang berperan dalam HONFablab termasuk dalam agen pembaru. Sedangkan target
22
Ibid. Hal. 16. Ibid. Hal. 23. 24 Ibid. Hal. 24. 23
14
HONFablab yaitu masyarakat Yogyakarta, lebih fokusnya kepada mahasiswa, seniman, pengrajin, dan pelaku industri kreatif berperan sebagai penerima pesan (receiver).
Proses pengomunikasian ide-ide baru oleh HONFablab
kepada masyarakat Yogyakarta merupakan proses difusi inovasi. Segala bentuk pengomunikasian tersebut merupakan proses sosialisasi yang menjadi fokus penelitian ini. F. Kerangka Konsep Sosialisasi dipahami sebagai suatu proses interaksi untuk mengantarkan pesanpesan yang diharapkan dapat dipahami dan diterapkan oleh audiensnya. Adanya interaksi akan melibatkan elemen-elemen komunikasi didalamnya, yaitu komunikator, pesan, medium, komunikan, dan efek. Sosialisasi termasuk dalam salah satu bentuk komunikasi eksternal dari sebuah organisasi. Di sisi lain, sosialisasi tidak bisa terlepas dari komunikasi internal dalam organisasi tersebut. Berbeda dengan komunikasi pemasaran, sosialisasi bukan serta merta mengacu pada harapan target untuk membeli produk yang ditawarkan. Akan tetapi, sosialisasi mengacu pada pengertian untuk menyampaikan informasi sehingga dapat dipahami oleh targetnya. Dengan begitu, targetnya mempunyai modal informasi untuk melakukan tindakan, yaitu untuk mengadopsi atau meninggalkan inovasi yang ditawarkan. HONFablab berperan sebagai organisasi yang menjadi sorotan dalam penelitian ini. Secara internal, HONFablab saling berkomunikasi dalam hal perencanaan aktivitas sosialisasinya. Secara eksternal, HONFablab berkomunikasi kepada targetnya mengenai konsep, layanan, dan edukasi mengenai fabrikasi digital. Komunikasi eksternal tersebut merupakan aktivitas sosialisasi dari HONFablab. Aktivitas sosialisasi dapat berlangsung secara interpersonal maupun melalui medium yang lebih masif untuk meraih lebih banyak audiens. Secara interpersonal, sosialisasi berlangsung dengan cara tradisional yaitu tatap muka. Di lain sisi, penggunaan media massa sebagai sarana untuk melakukan sosialisasi menjadi tantangan tersendiri mengingat perkembangan teknologi informasi saat
15
ini. Sosialisasi dalam bentuk baru ini menuntut ketepatan dalam konversi pesan dalam bentuk teks maupun visual yang tepat guna. Dari sudut pandang pesan yang disampaikan dalam sosialisasi, penelitian ini menyoroti ide-ide inovatif yang dimiliki dan disampaikan oleh HONFablab. Oleh karena itu, diperlukan juga perspektif dari teori difusi inovasi yang membahas mengenai bagaimana inovasi atau ide-ide baru dikomunikasikan dalam suatu sistem masyarakat tertentu. Difusi inovasi mengandung unsur-unsur siapa yang mempunyai inovasi, bagaimana inovasi itu dikomunikasikan, kepada siapa inovasi itu ditujukan, dan bagaimana respon target atas inovasi tersebut. Terkait dengan pesan-pesan yang berupa ide baru atau inovasi, penelitian ini juga menyoroti tentang apa konsep FabLab, bagaimana awal kemunculan konsep FabLab di dunia, kemudian bagaimana perkembangannya, dan bagaimana konsep FabLab dapat masuk ke Indonesia. Kronologi tersebut akan membantu dalam memahami tentang pesan-pesan yang disampaikan oleh HONFablab. Untuk lebih memahami tentang penelitian ini, peneliti menyajikan model penelitiannya dalam gambar berikut.
Gambar 1.1 Gambar Model Penelitian
16
Secara garis besar, penelitian ini menyoroti tentang bagaimana proses sosialisasi HONFablab kepada targetnya. Sosialisasi yang dimaksud disini dapat dipahami sebagai aktivitas pengenalan kultur fabrikasi digital. Kemudian bagaimana HONFablab secara internal berkomunikasi dalam hal perencanaan aktivitas sosialisasinya juga menjadi hal penting yang akan melengkapi data penelitian. Selain itu, data mengenai respon target HONFablab atas aktivitas sosialisasi juga menjadi pelengkap yang akan membuat penelitian ini menjadi satu bagian utuh. Titik berat penelitian ini adalah pada produksi pesan yang dilakukan HONFablab kepada target-targetnya. G. Metodologi 1. Metode Penelitian Jenis penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif yaitu cara pemecahan masalah penelitian dengan memaparkan keadaan objek yang sedang diteliti sebagaimana adanya berdasarkan fakta-fakta yang aktual di masa sekarang, dan dihubungkan dengan pemecahan masalah, baik secara teoritik maupun praktis dan menggunakan pola pikir tertentu menurut hukum logika. Bogdan dan Taylor menjelaskan bahwa jenis penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Metode yang dipilih peneliti adalah studi kasus. Studi kasus merupakan pengumpulan informasi scara sistematik tentang sebuah objek studi yang bisa berupa seseorang, sebuah kelompok sosial, sebuah peristiwa atau sebuah kebudayaan. Fokus penelitian ini berada pada studi kasus yang merupakan penelitian rinci mengenai suatu objek tertentu selama kurun waktu tertentu dengan mendalam dan menyeluruh. Penelitian ini mengarah kepada studi kasus deskriptif karena dirasa paling tepat untuk memaparkan jawaban atas pertanyaan “how” & “why” pada rumusan masalah. Metode ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam mengenai proses sosialisasi yang dilakukan oleh HONFablab sebagai laboratorium fabrikasi
17
digital. Proses komunikasi internal HONFablab dan juga respon dari target HONFablab juga paparkan sebagai data yang melengkapi. Data yang dikumpulkan dalam studi kasus dipelajari sebagai suatu keseluruhan yang terintegrasi. Oleh karena itu, penelitian ini bersifat deskriptif. Kemudian penelitian ini juga menyajikan teori deskriptif dengan kasus yang diteliti. Teori tersebut menjadi panduan pokok yang memberikan arah penelitian. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di HONFablab (FabLab Yogyakarta), Jalan Taman Siswa No. 59, Mergangsan, Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan dalam rentang waktu sejak bulan Juni 2012 sampai Juni 2013. 3. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data Studi kasus merupakan metode yang menuntut adanya multisumber bukti dalam penelitiannya. Ada tiga prinsip yang harus diperhatikan dalam mengumpulkan bukti studi kasus, yakni penggunaan sumber-sumber bukti dari dua atau lebih sumber, tetapi menyatu dengan serangkaian fakta atau temuan yang sama; penggunaan data dasar dan kumpulan formal bukti yang berlainan dari laporan akhir studi kasus yang bersangkutan; dan penggunaan serangkaian bukti dan keterkaitan eksplisit antara pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, data yang terkumpul, dan konklusi-konklusi yang ditarik. 25 Jenis data yang akan dikumpulkan terbagi dalam dua bagian, yaitu data primer dan data sekunder. Sumber data primer didapatkan dari wawancara dengan subjek utama penelitian. Selain itu, dilakukan juga observasi langsung ke lokasi penelitian. Sedangkan data sekunder merupakan segala bentuk dokumentasi atau bukti sumber tertulis yang relevan dengan tema penelitian, yang dapat digunakan untuk mendukung dan menambah bukti. Untuk menunjang keberhasilan penelitian ini terdapat tiga teknik pengumpulan data yang akan dilakukan yaitu: a. Observasi
25
Robert, K. Yin. 2002. Studi Kasus:Desain dan Metode. California:Sage Publication. Hal. 101
18
Observasi langsung merupakan aktivitas observasi dimana peneliti secara langsung mengamati perilaku yang terobservasi. Observasi langsung dipilih sebagai salah satu teknik pengumpulan data karena sifatnya yang fleksibel, serta dapat melihat secara langsung tindakan yang terjadi dalam kegiatan yang berpengaruh terhadap penelitian ini. Dalam penelitian ini, observasi yang akan dilakukan meliputi setting fisik HONFablab itu sendiri, suasana internal HONFablab, aktivitas di dalam HONFablab, dan juga pengamatan terhadap berbagai sarana fabrikasi digital yang ditawarkan. Hal ini akan menjadi data pendukung yang relevan untuk penelitian. b. Wawancara mendalam individual (in-depth interview) Wawancara mendalam individual (in-depth interview) merupakan teknik pengumpulan data yang menitikberatkan pada wawancara secara mendalam dengan informan dalam riset. Teknik pengumpulan data indepth interview melakukan wawancara mendalam dan berkali-kali serta membutuhkan waktu yang lama bersama informan di lokasi penelitian. Tidak hanya wawancara saja yang diandalkan dalam penelitian ini, tetapi data-data pendukung seperti biodata informan, dan transkrip wawancara disertakan dalam penelitian ini. Teknik pengumpulan data wawancara mendalam individual (in-depth interview) dipilih karena sifatnya yang fleksibel, memiliki validitas data yang lebih akurat, memungkinkan adanya respon yang tinggi dari informan, memungkinkan peneliti untuk membaca perilaku non-verbal secara lebih mendetail, dan memungkinkan peneliti untuk memperoleh kedalaman data riset.
26
Subyek penelitian adalah orang yang memahami benar tentang objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami obyek penelitian.
27
Dengan kata lain, subjek penelitian adalah informan
26 27
Burhan Bungin. 2010. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media. Hal. 108 Ibid. Hal. 76.
19
penelitian yang dirasa mempunyai kapasitas tepat dalam menjawab pertanyaan. Dalam penelitian ini, ada beberapa informan yang dapat mendukung pencarian data penelitian baik dari pihak internal HONFablab maupun eksternal. Beberapa informan yang akan digali informasinya antara lain dari manajer HONFablab, manajer FabLab Amsterdam, pelaku kreatif, seniman,
dan
beberapa
mahasiswa
yang
terlibat
sebagai
target
HONFablab. c. Studi Kepustakaan Studi pustakan ini memiliki sifat utama data yang tidak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberikan peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang telah terjadi. Metode ini digunakan untuk mendapatkan teori-teori yang relevan dan data yang dapat dipakai untuk menjelaskan masalah. Studi pustaka yang peneliti gunakan yaitu buku yang berkaitan dengan pembahasan penelitian. Selain itu, dokumen masa lalu juga dapat digunakan seperti dokumentasi surat-surat, laporan, catatan, majalah, surat kabar, atau situs internet. 4. Teknik Analisis Data Teknik analisis data merupakan suatu proses mencermati, menata secara sistematis, serta menginterpretasi data-data yang dikumpulkan di dalam penelitian sehingga dapat diperoleh pemahaman terhadap objek penelitian. Menurut Miles dan Huberman, analisis data pada dasarnya meliputi tiga alur kegiatan, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Reduksi
data
merupakan
suatu
bentuk
analisis
yang
menajamkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Sementara itu, penyajian merujuk pada sekumpulan informasi terususun yang member kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan mencatat 20
keteraturan, pola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi.28 Dalam menganalisa data kualitatif terdapat beberapa tahapan-tahapan yang perlu dilakukan (Marshall dan Rossman dalam Kabalmay, 2002), diantaranya adalah sebagai berikut : a. Mengorganisasikan data Peneliti mendapatkan data langsung dari subjek melalui wawancara mendalam, dimana data tersebut didokumentasikan melalui alat rekam. Data yang telah didapat dapat dibaca berulang-ulang agar penulis mengerti benar data hasil yang telah didapatkan. b. Pengelompokan berdasarkan kategori, tema, dan pola jawaban Pada tahap ini peneliti membutuhkan ketelitian yang cukup tinggi untuk memberikan coding (pekodean data) atau indexing (indeksasi data). Peneliti menyusun sebuah kerangka awal analisis sebagai acuan dan pedoman dalam melakukan coding. Dengan pedoman ini, peneliti kemudian kembali membaca transkrip. Keabsahan dapat dicapai dengan proses pengumpulan data yang tepat. Salah satu caranya adalah dengan proses triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu di luar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Menurut Patton (dalam Sutopo, 2002:77) ada empat macam triangulasi sebagai teknik analisis untuk mencapai keabsahan data, yaitu : (1) triangulasi data, (2) triangulasi pengamat, (3) triangulasi teori, dan (4) triangulasi metode. Dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi data. Teknik ini menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda.
28
Narendra, Pitra. 2008. Metodologi Riset Komunikasi. Yogyakarta: BPPI dan Pusat Kajian Media dan Budaya Populer. hal. 95-96.
21
Triangulasi data atau sumber memanfaatkan jenis sumber yang berbedabeda untuk menggali data yang sejenis. Dalam penelitian ini ditekankan pada perbedaan sumber data atau lainnya. Peneliti bisa memperoleh informan yang berbeda-beda posisinya dengan teknik wawancara mendalam, sehingga infomasi dari informan yang satu bisa dibandingkan dengan informan lainnya. Seluruh data yang telah diperoleh dianalisa menggunakan triangulasi data dan kemudian peneliti memetakan hasil penelitian. Pemetaan ini digunakan untuk mengetahui proses sosialisasi yang dilakukan HONFablab secara menyeluruh dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan juga respon dari targetnya. Proposisi teoritis difusi inovasi digunakan untuk mengarahkan data supaya lebih sistematis dan selaras dengan tema.
22