PERSPEKTIF TERBALIK Namaku Aji. Aku hanyalah seorang remaja biasa dengan penampilan yang tak kalah biasa. Kehidupan sosial ku pun bisa dibilang biasa-biasa saja. Bahkan aku belum menuai apapun di kehidupanku. Kenapa? Karena sejak awal aku memang tidak menanam apa-apa. Hari ini, aku berjanji untuk menonton film di bioskop bersama sepupuku. Rini namanya. Ia seorang gadis yang cukup menarik. Pintar, populer, dan digemari banyak lelaki. Sangat berbanding terbalik dengan saudara laki-laki yang diajaknya menonton. Dan kau tahu sendiri film macam apa yang akan dipilih seorang wanita jika mengajak seorang pria ke bioskop. Ya, Film Horror! "Heyy! Kamu terlambat" Teriaknya kepadaku dengan gaya 'Sok' imutnya. Kupikir wajar saja jika seseorang wanita dengan paras menawan bertingkah kekanak-kanakan. Hanya akan menambah
nilai nya dimata seorang pria. Naluri perlindungan pria akan bangkit ketika melihat sesuatu yang lemah. "Filmnya sudah hampir mulai! Ayo kita masuk!" Belum sempat aku menjawab, ia segera menarik tanganku menuju pintu gerbang hitam itu. ******* Selama film diputar, logika ku pun ikut berputar-putar. Rasanya tidak masuk akal jika ada sesosok hantu yang dapat membunuh begitu mudahnya. Apalagi melihat para korban yang betapa dapat dibunuh dengan mudahnya. Seolah-olah 'dibunuh' merupakan keinginan mereka sendiri. Seandainya aku yang membunuh, aku akan membunuh dengan cara yang lebih elegan dibanding kejar-kejaran dan petak umpet. Sama sekali tidak menarik. Namun yang menjadi perhatianku saat ini bukan lagi film kacangan yang sedang bergulir dihadapanku, melainkan sesosok 2
wanita dengan seribu pesona yang ada disebelahku. Terkadang Rini berteriak dan memeluk erat lenganku. Lucu rasanya jika memikirkan setiap kali ia ketakutan aku malah bahagia. Maklum saja, aku tidak pernah dekat dengan seorang wanita sebelumnya. Apalagi sedekat ini! Biasanya aku hanya ngobrol dengannya ketika bertamu, kini ia bersandar sambil memeluk erat lenganku. Kepalaku panas dibuatnya. Inikah perasaan ketika di dekat seorang wanita? Tapi ampun, Ia sepupuku! ******* "Filmnya seru ya" katanya setelah kami keluar dari balik pintu Teater. Ia menyunggingkan senyumnya yang menawan kearahku. Satu-satunya yang membuat film itu seru adalah pelukan dan teriakannya. Aku bahkan tidak menemukan inti dari film tersebut kecuali hanya untuk menakut-nakuti setiap mata dan telinga yang menonton. Benar-benar film kacangan yang hanya menjual Sound effect dan kejutan. 3
"Iya, seru". Seru dalam artian lain tentunya, Batinku sambil mencoba setulus mungkin membalas senyumannya. Entah mengapa, gedung bioskop itu terasa begitu sepi. Beberapa penerangannya pun sudah dipadamkan. Wajar saja, ini sudah lewat tengah malam. Waktunya tutup. Setidaknya itulah yang kupikirkan. Kami pun memasuki Lift dan turun kebawah. Sesaat sebelum pintu lift tertutup, aku sempat melihat melalui celahnya. Dan apa yang kulihat saat itu benar-benar mengejutkanku. Darah segar berceceran di lantai dan dinding-dinding lobi. Apa ini? Semoga hanya halusinasi ku saja. Tiba-tiba dibelakangku terdengar suara lirih yang melengking. Mengejutkanku. Memaksa bulu-bulu roma ku berdiri tegak. "Sepertinya... Lift ini Rusak... berkarat... terkena darah... HAHAHAHAAHAHAAHA!!!" Spontan aku menengok kebelakang. Dan apa yang kulihat benar-benar memaku 4
sekujur tubuhku. Sesosok Pria jangkung berlumuran darah dengan riasan badut diwajahnya. Pisau dapur panjang berhias cairan merah kental melekat di tangannya. Senyumnya yang lebar membuatku bergidik ngeri. Seolah harimau yang kegirangan usai mendapat mangsa. Sepupuku berteriak. Berteriak sekuat tenaga. Kami berdua tahu persis. Ini adalah Akhirnya. Akhir dari sebuah kebahagiaan sesaat dari seorang Pria kutubuku yang suram masa depannya. Badut itu menjilat ujung pisau ditangannya dengan tatapan hewan yang mengarah kepadaku. Dengan sekejap, Ia menusukkan pisau itu tepat ke jantungku. Ingin rasanya aku berkata 'Berilah aku kesempatan!'. tetapi sebelum aku diberi kesempatan bahkan hanya untuk berpikir, semuanya sudah berakhir. ******* Aku tersontak kaget dan terbangun dari tidurku. Terbangun di sebuah kamar berjeruji besi. Airmataku tak terbendung ketika aku
5
menyadari bahwa badut itu tidak benar-benar ada. Sementara Rini? Ia sudah mati beberapa hari yang lalu. Aku terbangun dari mimpi buruk, tetapi kenyataan jauh lebih buruk daripada sebuah mimpi.
**TAMAT**
6