Wahyu Wibowo
[email protected] wahyuwibowo.blog.unas.ac.id menuliswahyuwibowo.wordpress.com Universitas Surabaya, Januari 2017
Program Litabmas Ditjen Dikti INSENTIF PENULISAN BUKU AJAR (Monografi) Buku sudah diterbitkan (ber-ISBN); Jenisnya buku ajar, kompendium (ihktisar padat), monograf (topik tertentu), pengayaan pembelajaran yang meng-Indonesia; Jumlah halaman batang tubuh min. 49 halaman; Bukan saduran/terjemahan, bebas plagiat;
HIBAH PENULISAN BUKU AJAR/TEKS PT Berupa naskah yang berunsur Prakata, Daftar Isi, Batang Tubuh (bab-bab), Daftar Pustaka, Glosarium, Indeks; Bukan revisi buku yang sudah terbit, bukan terjemahan, bukan laporan penelitian, bukan tesis/disertasi; Jenisnya buku teks/ajar, monografi, kompendium, pengayaan pembelajaran, yang meng-Indonesia;
Kriteria penilaian: orisinalitas dan bobot, kelengkapan unsur buku, kemutakhiran pustaka, rekam jejak penelitian, produktivitas publikasi, keterkaitan dengan pengajaran, ketersediaan di pasar.
Jumlah halaman keseluruhan mini. 200 halaman;
Insentif maksimal Rp 17.500,00
Hibah Rp 22 juta.
Kriteria penilaian:a.l. : keterkaitan dengan pengajaran, kebaruan (berbanding dengan buku teks yang digunakannya), kreativitas.
Buku Ajar Dikti Buku ajar adalah salah satu luaran penelitian selain
paten, publikasi ilmiah, dan teknologi tepat guna; Sudah banyak dana penelitian yang diberikan oleh Dikti (sudah banyak dosen menerima hibah penelitian); Program mulai diluncurkan pada 2000 dengan 20 hibah per tahun (sejak 2016, 100 hibah); Jenis buku yang diizinkan pun bertambah; Boleh juga dikaitkan dengan Peraturan Menteri Keuangan RI No. 106/PMK.02/2016 tentang Standar Biaya Keluaran Tahun Anggaran 2017.
Kegunaan Umum Buku Ajar
Sarana pengantar ilmu pengetahuan; Mudah dimengerti untuk usia mahasiswa (ilmiahpopuler); Banyak ilustrasinya untuk memperjelas konsep; Dapat “mengajar sendiri”, tetapi tetap harus dengan peran dosen; Waktu pengajaran bisa lebih singkat (tak perlu menulis rumus, tabel, gambar, soal latihan); Tugas baca dan PR dapat diberikan sebelum kuliah Tersedia soal latihan sebagai sarana swauji bagi dosen maupun bagi mahasiswa; Sasaran belajar umumya diberikan pada awal bab.
Hakikat Buku Ajar 1.
2.
3.
Buku ajar adalah hasil penelitian dosen yang direkonstruksi atau ditulis kembali, atau hasil pengamatan dosen terhadap topik tertentu perkuliahannya yang dituliskan, terkait dengan buku teks yang diwajibkannya kepada mahasiswanya (hati-hati: diktat, referensi, modul, monografi; e-book, buku PDF, sistem tutor online, perkuliahan via video); Fungsi buku ajar: bagi mahasiswa pemula dapat mengenali, mengingat, dan menerapkan keilmuan yang diajarkan; bagi mahasiswa lanjut dapat menjadi bekal dalam melakukan sintesis dan analisis dalam melakukan penelitian; artinya, wawasan mahasiswa makin terbuka lebar; Fungsi hakiki buku ajar: cermin kecendekiaan dosen Indonesia dalam menunjang buku teks yang diwajibkannya kepada mahasiswanya (yang pada umumnya berasal dari Barat), sehingga dimungkinkan munculnya kritik, pemutakhiran informasi, dan/atau kelahiran teori yang khas Indonesia.
Jenis Buku monograf - dari ilmuwan untuk ilmuwan buku rujukan – kompilasi informasi/kamus/ref. buku ajar – dari dosen untuk mahasiswa buku dagang – konsumsi umum buku pengayaan (enriched book) - untuk kesenangan dan pengembangan diri, bisa juga untuk pembaca khusus
Kerikil Tajam 1: KELEMAHAN UMUM (NASKAH) BUKU AJAR KITA Belum memahami panduan penulisan (naskah) buku ajar yang
dikeluarkan DP2M Dikti; Bertaburannya istilah asing . Gunakanlah perangkat kebahasaan (kamus, tesaurus) > download ‘mengunduh’; Ungkapan bahasa tidak komunikatif: Cobalah pelajarilah penyajian gaya ilmiah populer atau ungkapan bahasa yang bernuansa sastra, agar buku ajar enak dibaca; Rujukan sudah usang: Upayakanlah rujukan berusia paling lama 5 tahun; dan upayakan pula banyak-banyak merujuk dari jurnal (juga yang berusia paling lama 5 tahun); Susunan bab seperti kliping: Seolah, antarbab tidak ada benang merahnya; juga, tidak ada “pengantar isi” pada tiap-tiap bab; Tidak menyertakan indeks dan glosari; Di dalam prakata tidak menyebut untuk mahasiswa tingkat berapa; Pembagian bab sering kali tidak proporsional.
Kerikil Tajam 2: Masalah Pembagian Bab Bab adalah bagian utama isi buku yang berasal dari outline (kerangka
pikiran, bagan, atau rencana kerja yang disusun secara logis, teratur, dan sistematis); Oleh karena itu, outline amatlah penting disusun terlebih dahulu. Tanpa outline, penulis buku ajar akan mengalami kekeliruan dalam mengembangkan ide sentral/pokok pikiran; Tipe atau jenis metode penyusunan outline: (1) Berdasarkan urutan waktu (proses kronologis suatu hal); (2) Berdasarkan urutan ruang (proses mendeskripsikan suatu hal dari kanan ke kiri, dari atas ke bawah, dst.; mendeskripsikan bangunan STMM, misalnya, dapat kita awali dari bagian Studio, Kelas, Ruang Direktur, Lobi, dst.); (3) urutan klimaks (menyusun idel sentral dari yang kepentingannya paling rendah menuju yang paling tinggi); (4) urutan sebab-akibat (menyusun sebab-musabab kemudian menelusuri akibat-akibat yang mungkin ditimbulkannya); (5) urutan pemecahan masalah (diawali dari pandangan atas suatu hal tertentu, kemudian menuju pemecahan masalah dan simpulan); dan (6) urutan akseptabilitas (diawali oleh hal-hal yang dapat diterima pembaca, sebelum hal-hal tersebut dikritik atau diluruskan oleh si penulisnya).
Format/Struktur Umum Buku Ajar • • • • • • •
hlm. persembahan atau semboyan halaman judul @ daftar isi @ pengantar prakata @ ucapan terima kasih (sanwacana) ISI o parwa (part) o bab @ o pasal o ayat daftar pustaka @ lampiran takarir (glosari) penjurus (indeks)
Kerikil Tajam 3: Masalah Outline & Alinea Outline, alias bagan, alias rencana kerja, menjamin suatu penyusunan ide
sentral yang logis dan teratur, yang memungkinkan si penulisnya mampu membedakan antara ide-ide utama dan ide-ide tambahan. Outline dapat berbentuk catatan-catatan sederhana, namun dalam konteks buku ajar outline sebaiknya disusun secara terinci dan digarap secara cermat melalui kalimatkalimat topik; Kalimat-kalimat topik tersebut kemudian dikembangkan melalui alinea, yakni kesatuan pikiran yang lebih tinggi/luas dari kalimat; himpunan kalimat yang bertalian dan berkelindan sehingga membentuk sebuah pokok pikiran; melalui sebuah alinea kita akan mendapat informasi tentang awal dan akhir pokok pikiran tersebut; Tujuan penyusunan alinea, memudahkan pengertian tentang suatu pokok pikiran (satu alinea harus mengandung hanya satu pokok pikiran!); alinea berikutnya merupakan pengembangan pokok pikiran yang terdapat pada alinea sebelumnya; Dari alinea yang jalin-menjalin (di dalam satu bab, dari judul hingga simpulan, misalnya) kita akan memperoleh suatu keutuhan wacana (tema besar bab tersebut); Oleh karena itu, syarat alinea yang baik bila (1) ada satu pokok pikiran yang jelas; (2) ada koherensi (keterhubungan ide) sehingga tidak terdapat peloncatan ide; dan (3) ada perkembangan alias rincian pokok pikiran ke dalam sub-subnya.
Terkait penyusunan outline & alinea, perhatikanlah bahwa di dalam kehidupan bahasa terwujud sebagai suatu TATA PERMAINAN Di dalam kehidupan terdapat pelbagai TATA PERMAINAN BAHASA (language-games) => cerminan dari suatu nilai kehidupan masyarakat pemakai suatu bahasa. Dalam memaknai realitas, manusia tidak lagi menjadi subjek bahasa. Manusia justru dibicarakan/dikendalikan/dikuasai oleh bahasa. BATAS BAHASAKU ADALAH BATAS DUNIAKU.
Tips membangun sebuah alinea... Membangun ALINEA PEMBUKA (model 5w 1h; model
pertanyaan; model kutipan langsung; model deskriptif); Membangun ALINEA TUBUH (model spiral, merinci pokok dari alinea awal ke alinea berikutnya sehingga muncul gambaran yang utuh dari pokok masalah); Membangun ALINEA PENUTUP (model simpulan, model menggantung, model ringkasan)
Tips (lanjutan) Judul buku/bab: harus provokatif dan seksi (tidak
bombas/”omdo”): “langit jingga cintaku”; Kalimat (bangunan antarkata) dalam tiap alinea harus kohesif, yakni erat, padu, komprehensif, dan sinergis sehingga maknanya jelas. Caranya: (1) gunakan referensial: meminjam kata “ini”/“itu” dan kata ganti (ia, dia, -nya, mereka): “kami sedang membahas masalah curanmor”; (2) gunakan konjungsi (kata sambung): menyatakan akibat (“biar pun demikian”, “sebagaimana”, “kendati demikian”); menyatakan waktu, cara, atau penjelasan (“kemudian”, “setelah itu”, “dengan”, “andaikan”);
Tips...lanjutan... (3) gunakan kata penguat atau kata penegas (“lagi pula”, “selain itu”, “agar”); (4) gunakan kata penentang atau penyimpul (“sesungguhnya...namun”, “jika”, “maka”); Diksi (pilihan kata) harus cermat (hati-hati dengan sinonim: “merdeka”, “bebas”, “mandiri”); Alinea (kesatuan pikiran yang lebih tinggi dan luas daripada kalimat) harus terstruktur sesuai dengan bentuk tata permainan bahasanya: (ingatlah: alinea pembuka-alinea tubuh-alinea penutup).
Kerikil Tajam 4: Kurang memahami “pengantar” pada tiap-tiap bab Tujuan penulisan pada tiap-tiap bab wajib diterangkan (catatan:
tujuan diletakkan pada awal tiap bab).
Oleh karena itu, boleh memilih bentuk seperti berikut.
TIU: Agar mahasiswa mampu mengaplikasikan teknologi Internet (website) sebagai sarana komunikasi, interaksi, publikasi dan advertensi. TUK: Mahasiswa mampu mengoperasikan teknologi html/web language (menggunakan MS frontpage). Boleh juga memilih bentuk berupa narasi biasa (sebagai paragraf – paragraf awal pada tiap bab). (contoh dapat dilihat pada layar berikut).
KEKELIRUAN nalar, atau kekeliruan epistemologis, dalam menulis artikel ilmiah janganlah dianggap sebagai perkara sepele. Pasalnya, artikel ilmiah yang komunikatif dan emansipatoris membutuhkan kekuatan ungkapan bahasa yang disajikan secara berbeda dari jenis karya tulis ilmiah lainnya. Dikatakan berbeda, karena artikel ilmiah sebagai suatu jenis tata permainan bahasa mesti disajikan atau dinarasikan melalui gaya penulisan ilmiah populer dengan ciri-ciri singkat, jelas, tepat, mencerahkan, dan bertanggung jawab (lihat lagi: Bab Dua). Hal ini kiranya sesuai dengan penegasan Austin (1962) bahwa suatu ungkapan bahasa tidak hanya mengungkapkan gaya menulis si penulisnya, tetapi juga sekaligus mengandung niatan si penulisnya dalam merefleksikan tanggung jawabnya terhadap masyarakat pembacanya. Itu sebabnya, dalam menulis artikel ilmiah kita tidak dapat membatasi diri hanya dari makna kata-kata yang kita pilih, atau hanya berkutat di seputar penyusunan kalimat, tetapi juga harus sekaligus memikirkan apakah akibat yang mungkin ditimbulkan oleh ungkapan bahasa kita. Dalam konteks artikel ilmiah, ketiga hal yang ditegaskan Austin ini, yakni gaya penulisan, niatan, dan tanggung jawab si penulisnya, dapat disebut sebagai tindak tutur penulisan, yakni tindak bahasa yang berperan sekaligus ketika seorang penulis artikel ilmiah menyajikan ungkapan-ungkapan bahasanya melalui tulisannya. Tindak tutur penulisan di dalam bab ini akan difokuskan pada format artikel ilmiah yang berlaku secara universal. Hal ini berarti, walaupun tiap-tiap jurnal akademik yang bereputasi telah memiliki pedoman selingkungnya, ada sejumlah unsur yang secara universal telah menjadi kesepakatan kaum akademik sejagat. (sumber: Wahyu Wibowo, Menulis Artikel Ilmiah yang Komunikatif, Bab 3 hlm. 44, Jakarta: Bumi Aksara, 2013).
Kerikil Tajam 5: Istilah yang Kurang Dipahami Abstrak: “sesuatu yang ditarik dari”; miniatur isi tulisan yang berisikan (1) latar belakang penelitian, (2) metode/teori yang digunakan, (3) hasil penelitian; Ringkasan eksekutif: sari-pati tentang penyelenggaraan sesuatu. Ringkasan (summary, precis). Hilangkanlah keindahan gaya bahasa, ilustrasi, dan penjelasan yang terinci; Latar belakang: penjelasan dilakukannya penelitian. Untuk membangun argumentasi, latar belakang dapat dikaitkan dengan masalah, keadaan, atau peristiwa faktual. Latar belakang dapat pula berupa kritik si peneliti terhadap suatu teori, pemikiran, atau metode tertentu. Di dalam latar belakang dilakukan pula identifikasi masalah, yaitu pembatasan terhadap objek formal penelitiannya. Jadi, identifikasi masalah bermaksud mendeskripsikan ruang lingkup masalah penelitian; Studi pustaka (tinjauan pustaka): hasil yang sudah dicapai atau studi pendahuluan yang sudah dilaksanakan peneliti lain sebelumnya; konstruksikanlah tinjauan pustaka Anda dalam bentuk narasi, sehingga tidak berkesan studi pustaka Anda merupakan parade kutipan teori peneliti lain.
Kerikil Tajam 6: KURANG MENYADARI KEKASIH SEJATI PENULIS BUKU AJAR • Sebagai salah satu bentuk tata permainan bahasa, naskah buku ajar tunduk pada aturan berbahasa Indonesia tulis yang formal dan baku (yang boleh disajikan dengan menggunakan gaya tulis ilmiah populer). Terkait dengan aturan tersebut, maka kekasih sejati penulis naskah buku ajar adalah sebagai berikut.
•
Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan (EBI) http://luk.staff.ugm.ac.id/ta/Suwardjono/EYD.pdf
•
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) http://kbbi.web.id/
•
Glosarium Istilah Asing-Indonesia http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/glosarium/
•
Tesamoko (tesaurus Bahasa Indonesia)
Contoh: Daftar Isi sebuah laporan penelitian sebelum diubah menjadi naskah buku ajar
Pengantar Daftar isi Daftar Gambar Abstrak
Bab I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Perumusan Masalah Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian Metode Penelitian Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
Bab II. KERANGKA TEORI Pendahuluan Tinjauan Pustaka Landasan Teori Pengertian Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Pengertian Pembukaan UUD 1945 sebagai suatu Sistem Filsafat Pengertian Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Pengertian Filsafat Bahasa dan Pengertian Language-Games dan Grammatical Investigation
Bab III. PENGGUNAAN BAHASA DALAM PRINSIP GRAMMATICAL INVESTIGATION PADA PEMBUKAAN UUD 1945 Pendahuluan Pembukaan UUD 1945 sebagai Suatu Sistem Filsafat Aspek Ontologis Pembukaan UUD 1945 Aspek Epistemologis Pembukaan UUD 1945 Aspek Aksiologis Pembukaan UUD 1945 Analisis Pola Penggunaan Bahasa terhadap Pembukaan UUD 1945 sebagai suatu Sistem filsafat
Bab IV. STRUKTUR PRAKTIK PENGGUNAAN BAHASA DALAM PRINSIP GRAMMATICAL INVESTIGATION PADA PEMBUKAAN UUD 1945 Analisis Fungsi Ungkapan Bahasa pada Pembukaan UUD 1945 Karakteristik Penggunaan Bahasa pada Pembukaan UUD 1945 Pembukaan UUD 1945 dalam perspektif Language-Games Relevansi Perspektif Language-Games bagi Pengembangan Kajian Semantik Relevansi Pembukaan UUD 1945 dengan Konteks Hukum Bab V SIMPULAN Daftar Pustaka Lampiran
Kejar ke layar berikut...
Daftar Isi laporan tersebut setelah diubah menjadi naskah buku ajar Bab 1. PENDAHULUAN Mengapa Filsafat? Perkembangan Studi Filsafat di Indonesia Ada Apa dengan Filsafat Arti Penting Wittgenstein Bab 2. WACANA BAHASA Meletakkan Konteks Pemikiran Wittgenstein Momok Bahasa Indonesia Kekurangpekaan Pusat Bahasa Kemdiknas RI
Bab 3. PERMAINAN BAHASA Language-games sebagai Metode Komparasi Memulangkan Bahasa kepada Kehidupan Bentuk Kehidupan Mematuhi Aturan Konsep Gramatika Sikap Hormat terhadap Pelbagai Bahasa Bab 4. BAHASA IBU DI TENGAH ANCAMAN KEHIDUPAN MONDIAL YANG KAPITALIS Kematian Bahasa Empati pada Bahasa Permainan Bahasa dan Bentuk Kehidupan Dari Sistem Tanda ke Bentuk Kehidupan Suatu Pergeseran Paradigma Kapitalisme Mondial sebagai Ancaman bagi Bahasa Ibu Indeks Glosari Daftar Pustaka Riwayat Hidup Penulis
Selamat berkarya…merdeka! nil voluntibus arduum, tidak ada yang sukar bagi yang punya keinginan… Salam, Wahyu Wibowo lahir di Kampung Kemayoran, Jakarta Pusat, 8 Maret 1957; reviewer program hibah penulisan naskah buku ajar, DP2M Ditjen Dikti (sejak 2005); narasumber pelatihan penulisan artikel ilmiah untuk dosen seIndonesia, DP2M Ditjen Dikti (sejak 2006); mantan dekan pada Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional, Jakarta (April 2009-Mei 2013); redaktur senior majalah Solusi Investasi, Jakarta (sejak 2000); penulis 30 judul buku tentang kebahasaan, komunikasi, dan kepenulisan praksis; bukunya yang telah mengalami cetak ulang di antaranya, Tata Permainan Bahasa Karya Tulis Ilmiah (Bumi Aksara, Jakarta, 2010), Cara Cerdas Menulis Artikel Ilmiah (Penerbit Kompas, Jakarta, 2011), dan Penulisan Buku Ajar Perguruan Tinggi (RadjaGrafindo, Jakarta, 2016); doktor filsafat UGM Yogyakarta;