Wacana Pemilihan Kepala Daerah Pada Pemberitaan RUU Pilkada Di Merdeka.Com
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Mmeperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Farhan Kamal 1110051100047
KONSENTRASI JURNALISTIK JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015/1436 H
Wacana Pemilihan Kepala Daerah pada pemberitaan
RUU Pilkada di Merdeka.com
SKRIPSI Diajukan kepadaFakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Farhan Kapal
NIM: 1110051100047
Di Bawah Bimbingan
W"*l srTr NIJRBAYA. M.Si
I[IP: 197908?32A09Il.2002
KONSENTRASI JT]RNALISTIK JI.]RUSAN KOMI'MKASI DA}[ PENITIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAII DAN ILMU KOMT,INIKASI TIAIIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAIT JAKARTA
20tsn436rI
ABSTRAK FARHAN KAMAL NIM:1110051100047 Wacana Pemilihan Kepala Daerah Pada Pemberitaan RUU Pilkada Di Merdeka.com Politik dan media merupakan dua hal yang selalu menarik untuk diperbincangkan. Di Indonesia sendiri keberadaan media sangat erat kaitannya dengan aroma kepentingan untuk golongan tertentu ataupun kelompok politik tertentu yang mengatasnamakan akan rakyat dan independen. . Dalam kaitannya dengan RUU Pilkada, merupakan upaya dari Koalisi Merah Putih untuk pengesahan RUU Pilkada. Banyak terjadi perdebatan akan pengesahan RUU Pilkada, dikarenakan pemilihan kepala daerah kembali dipilih oleh DPRD, bukan secara langsung oleh rakyat. Berdasarkan apa yang telah dijelaskan diatas, maka peneliti ingin mengetahui bagaimana level teks pemberitaan RUU Pilkada terkait Pemilihan Kepala Daerah Langsung di Merdeka.com pada? Bagaimana level kognisi sosial dalam penyajian berita RUU Pilkada terkait Pemilihan Kepala Daerah Langsung di Merdeka.com? Bagaimana level konteks sosial dalam penyajian berita RUU Pilkada terkait Pemilihan Kepala Daerah Langsung di Merdeka.com? Dalam menjawab rumusan masalah ini, peneliti menggunakan teknik analisis wacana Teun A. Van Dijk yang mengutamakan pada segi teks, kognisi sosial penulis dan konteks sosial yang berkembang di masyarakat. Dalam hal ini Merdeka.com melihat bagaimana suatu teks diproduksi dan bagaimana cara ia memandang suatu realitas sosial sehingga dituangkan kedalam sebuah berita tertentu dalam dimensi kognisi sosial yang memiliki hubungan erat dengan proses pembuatan teks dimana peristiwa atau informasi yang hendak ditonjolkan, ditutup-tutupi, waktu, kejadian, dan lokasi, keadaan yang relevan atau perangkat dibentuk dalam struktur teks. Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah kualitatif dengan desain penelitian deskriptif. Informan dalam penelitian ini terdiri dari satu orang reporter, dan juga redaktur bidang politik yang merangkap editor. Informan merupakan penulis dari berita tersebut dan editor dari berita tersebut. Hasil perolehan data dilapangan menunjukkaan bahwa kecenderungan yang berada di lingkup Merdeka.com terjadi pada proses produksi serta pengolahan data dan juga peran redaksi dan wartawannya yang secara jelas menolak akan disahkannya RUU Pilkada terkait Pemilihan Kepala Daerah. Wacana dalam pemberitaan tersebut dibangun untuk meyakinkan masyarakat bahwa RUU Pilkada tidak layak untuk disahkan. Kepentingan memang tidak dapat dipungkiri terjadi dikarenakan banyak faktor, dalam Hierarki Pengaruh level individu dan level ideologi yang menjadi faktor paling berpengaruh dapat terlihat dari berita yang peneliti kaji dalam penelitian ini. Kata Kunci: Wacana Pilkada, RUU Pilkada, Media Online.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan nikmat iman, nikmat islam, serta nikmat sehat sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini. Shalawat serta salam marilah kita panjatkan kepada nabi besar junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, juga bagi keluarga, sahabat, serta para umatnya hingga akhir zaman. Syukur Alhamdulillah akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Wacana Pemilihan Kepala Daerah Pada Pemberitaan RUU Pilkada Di Merdeka.com”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar S1 di lingkungan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Setelah melalui proses penelitian yang cukup lama selama sembilan bulan terakhir, akhirnya rampung juga. Meskipun merasakan betapa sulitnya dalam mengumpulkan data. Bersyukur hal tersebut bisa diatasi dengan cara bertukarpikiran bersama keluarga, teman seangkatan, dosen, pembimbing, orang-orang yang berkontribusi dalam skripsi ini yang mungkin jika tanpa mereka tidak akan menjadi seperti ini. Penulis secara khusus ingin mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua penulis, yaitu ibunda Dedeh Zahidah dan ayahanda Ayub Syukur yang telah memberikan support dan kasih sayang yang tak kunjung henti. Semoga mereka selalu dilindungi dan diberkahi Allah SWT. Selama masa penelitian, penyusunan, dan penulisan skripsi ini penulis mendapat banyak bantuan dan dukungan dari segala pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
iii
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Bapak Dr. H. Arief Subhan, M.A. Wakil Dekan I Bidang Akademik, Bapak Dr. Suparto, M.Ed, Ph.D. Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, Bapak Drs. Jumroni, M.Si, serta Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Bapak H. Sunandar, M.A. 2. Ketua
Konsentrasi Jurnalistik, Bapak Kholis Ridho, M.Si. serta Sekretaris
Konsentrasi Jurnalistik Ibu Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A. yang telah banyak meluangkan waktunya untuk sekedar berkonsultasi dan meminta bantuan dalam hal perkuliahan. 3. Siti Nurbaya, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah membimbing, mengarahkan, dan menyemangati penulis dengan sabar untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Terima kasih banyak atas semuanya. 4. Seluruh dosen pengajar dan staf akademik Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu Komunikasi. Terima kasih atas ilmu-ilmu yang telah diberikan. 5. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah menyediakan buku dan fasilitas lainnya untuk mendapatkan referensi dan memperkaya isi skripsi ini. 6. Pihak Media Online Merdeka.com, Bapak Muhammad Hasits, Bapak Laurel Benny Siron Silalahi. Terima kasih atas bantuannya sehingga penulis dapat melakukan penelitian ini dengan baik. 7. Adik tercinta saya Zufar Fawwaz dan Nasywa Khalida. 8. Keluarga besar KH. Rochimuddin Nawawi. Yang telah memberikan semangat, doa, serta kasih sayang yang luar biasa. 9. Teman terdekat saya Siti Rahmadianti S.H. Terima kasih selalu ada dikondisi apapun.
iv
10. Sahabat terbaik penulis, Yugaswara, Hartadian, Ramadhan, Pramesti, Isnaini, Choiriyah, Rahmaidah, Naisila, Permatasari, Hidayati,dan Bayani. Terima kasih sudah menjadi sahabat yang selalu ada di kala susah dan senang. Semoga kebahagiaan dan kesuksesan selalu bersama kalian. 11. Teman-teman yang selalu memberi semangat saat kuliah dan berbagi cerita Fauzi, Aditya, Kenwal, Damar, Tyo, Dwiyan, Rizki, Fauziah, Stiffani, Diyah. Terima kasih sudah menemani penulis selama 4 tahun menjalani kuliah. 12. Teman-teman Jurnalistik 2010, Algiffari, Imam,Anisa, Lala, Fika serta seluruh teman Jurnalistik B yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih untuk setiap keceriaan yang pernah terjadi. Semoga tali silahturahmi akan selalu terjalin antara kita. 13. Serta semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Mereka yang telah menjadi sumber inspirasi dan semangat bagi Peneliti yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu, tanpa mengurangi rasa hormat saya pada mereka semua. Akhirnya hanya rasa syukur, ucapan terima kasih, dan permohonan maaf yang dapat penulis sampaikan jika selama ini banyak kesalahan serta kekhilafan yang pernah penulis perbuat. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua pihak tanpa terkecuali. Amin Ya Rabbal’alamin.
Jakarta, 6 Januari 2015
FARHAN KAMAL
v
DAFTAR ISI ABSTRAK .................................................................................................... KATA PENGANTAR .................................................................................. DAFTAR ISI ................................................................................................. DAFTAR TABEL .........................................................................................
ii iii vi vii
BAB I PENDAHULUAN A. B. C. D. E. F.
Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1 Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................................... 4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................ 5 Kerangka Teori ........................................................................................ 6 Metodologi Penilitian ............................................................................... 8 Sistematika Penulisan .............................................................................. 11
BAB II LANDASAN TEORI A. Analisis Wacana Teun A. Van Dijk ........................................................ 1. Level Teks ........................................................................................... 2. Level Kognisi Sosial ........................................................................... 3. Level Konteks Sosial ..........................................................................
13 16 29 30
BAB III MERDEKA.COM SEBAGAI MEDIA ONLINE 1. Merdeka.com Dalam Tinjauan Sejarah Media Online ............................. 33 2. Pemberitaan RUU Pilkada di Merdeka.com ............................................. 38 BAB IV TEMUAN TEKS DAN ANALISIS WACANA PEMBERITAAN A. Analisis Wacana Level Teks ................................................................... 41 B. Analisis Wacana Level Kognisi Sosial ................................................... 55 C. Analisis Wacana Level Konteks Sosial ................................................... 59 BAB V PENUTUP A.. Kesimpulan ............................................................................................ 67 B. Saran ....................................................................................................... 69 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 71 LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. Hasil Wawancara 2. Surat Izin Penulisan 3. Surat Merdeka.com 4. Berita Terkait 5. Draf RUU Pilkada 6. Dokumentasi E-mail & Berita Terkait
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Struktur Teks........................................................................................ 31 Tabel 2 Elemen Wacana Van Dijk .................................................................... 32 Tabel 3 Tim Redaksi Merdeka.com ................................................................... 50 Tabel 4 Analisis Teks Berita .............................................................................. 66 Tabel 5 Skema/Model Kognisi Sosial Van Dijk ................................................ 75
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hadirnya media massa
menjadi salah satu cara memenuhi rasa
keingintahuan kita terhadap suatu informasi. Saat ini kehadiran Cyber Media menjadi tren tersendiri dalam proses penyebaran informasi. Namun sejarah media massa memperlihatkan bahwa sebuah teknologi baru tidak pernah menghilangkan teknologi lama. Jurnalisme online mungkin tidak akan sepenuhnya menggantikan bentuk-bentuk media lama. Melainkan, tampaknya menciptakan suatu cara yang unik untuk memproduksi berita dan mendapatkan konsumen berita.1
Analisis wacana di dalam sebuah media sekarang yang notabene berlimpah informasi, tentu terkait dengan semakin banyak, beragam dan canggihnya industri media informasi dan komunikasi. Mulai dari cetak hingga elektronik. Dengan hanya terpancang pada materi berita-berita yang ditawarkan, kita jelas bisa pusing tujuh keliling. Tetapi dengan mencoba menelisik lebih jauh „bagaimana‟ dan „mengapa‟ berita itu dihadirkan, kita akan segera tahu bahwa terdapat motif-motif politik-ideologis tertentu yang ber(ter)sembunyi di balik
1
Septiawan Santana K., Jurnalisme Kontemporer, (Jakarta :Yayasan Obor Indonesia, 2005) h.133
1
2
teks-teks berita tersebut. Secara sederhana, cara membaca yang lebih mendalam dan jauh ini disebut sebagai analisis wacana. 2
RUU Pilkada atau Rancangan Undang Undang Pemilihan Kepala Daerah menjadi isu hangat yang menarik untuk dikaji, apalagi tahun 2014 merupakan tahun diselenggarakannya pesta demokrasi yang rutin dilaksanakan tiap lima tahun sekali. Rancangan Undang-undang tentang Pemilihan Kepala Daerah (RUU Pilkada) sudah sejak 2010 disiapkan oleh Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri). Sesuai kesepakatan antara Komisi II DPR dengan Kemendagari, RUU Pilkada akan diselesaikan sebelum penyelenggaraan Pemilu 2014.
Dengan demikian pilkada pasca-Pemilu 2014 sudah menggunakan undang-undang baru. Naskah akademik RUU Pilkada menyebutkan tiga tujuan: pertama, memberikan arahan dalam penyusunan norma-norma pengaturan dalam undang-undang tentang pemerintahan daerah; kedua, menyelaraskan pengaturan norma dalam undang-undang sesuai dengan norma akademis, teoritis dan yuridis; ketiga, memberikan penjelasan mengenai kerangka pikir dan tujuan norma-norma pengaturan
dalam
undang-undang
tentang
pemilihan
gubernur
dan
bupati/walikota.
RUU Pilkada terdiri atas 7 bab dan 181. Dalam RUU ini terdapat dua ketentuan baru yang berbeda secara signfikan dari ketentuan UU No. 32/2004: pertama, pilkada hanya memiilih gubernur dan bupati/walikota, sementara wakil gubernur dan wakil bupati/wakil walikota ditunjuk dari lingkungan PNS; kedua, 2
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKIS, 2012), hal. iii
3
gubernur dipilih tidak lagi dipilih langsung oleh rakyat, meliankan oleh DPRD provinsi.3
Dalam analisis wacana bahasa dipandang memiliki fungsi tertentu. Dalam hal ini, bahasa didayagunakan untuk kepentingan tertentu, baik itu motif ideologis dan politis. Sejalan dengan itu, Tebba menyatakan bahwa berita yang dilaporkan oleh media ada yang bersifat ideologis, politis dan bisnis. Ideologi suatu media massa biasanya ditentukan oleh latar belakang agama maupun nilai-nilai yang dihayatinya.4
Politik berkaitan dengan disiarkan atau tidak disiarkan suatu berita. Pers tidak pernah lepas dari masalah politik, sebab kehidupan pers merupakan indikator demokrasi. Demokratis tidaknya suatu negara antara lain ditentukan oleh kehidupan persnya, yaitu bebas atau tidak. Selanjutnya berita yang didasarkan oleh pertimbangan bisnis, misalnya ada surat kabar didirikan oleh umat Islam menyampaikan peristiwa-peristiwa yang menjadi kepentingan umat agama lain karena sebagian besar belanja iklan dikuasai oleh kalangan nonmuslim.
Pertimbangannya surat kabar tidak ada yang dapat hidup dan berkembang tanpa memuat iklan. Sebaliknya ada surat kabar yang didirikan golongan Kristen menyampaikan peristiwa yang menjadi kepentingan Islam dan kaum muslimin karena
3
menyadari
bahwa
sebagian
besar
khalayak
adalah
muslim.
http://www.rumahpemilu.org/in/read/148/Rancangan-Undang-Undang-tentang-PemilihanKepala-Daerah , diakses pada Tanggal 23/09/2014 Pukul 10.01 4 Aris Badara, Analisis Wacana: Teori, Metode, dan Penerapannya Pada Wacana Media, (Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2012), h. 11
4
Pertimbangannya, tidak ada surat kabar yang berkembang tanpa dibaca oleh khalayak yang besar pula.5 Dalam pemberitaan Merdeka.com yang berjudul,” LSI: RUU Pilkada Penuh Aroma Balas Dendam Koalisi Merah Putih”, dapat dilihat seperti apa kecenderungan media tersebut. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa tiap-tiap media memiliki kepentingan, dan tidak menutup kemungkinan dapat terlihat dari berita-berita mereka seperti yang akan penulis angkat.
Berdasarkan uraian yang dipaparkan di atas, maka penelitian ini diberi judul, “Wacana Pemilihan Kepala Daerah Pada Pemberitaan RUU Pilkada di Merdeka.com” B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka penulis membatasi masalah penelitian ini pada berita mengenai RUU Pilkada di Merdeka.com edisi 9 september yang berjudul, ” LSI: RUU Pilkada Penuh Aroma Balas Dendam Koalisi Merah Putih”. Karena pada edisi tersebut terdapat indikasi bahwa Merdeka.com cenderung menolak disahkannya RUU Pilkada yang tengah gencar diusahakan oleh pihak-pihak tertentu dengan menggunakan data survey dari organisasi survey yang terkemuka sehingga masyarakat diharapkan satu pemikiran dengan berita tersebut.
5
Aris Badara, Analisis Wacana: Teori, Metode, dan Penerapannya Pada Wacana Media, (Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2012), h. 11
5
2. Perumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah tersebut, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana wacana terkait isu Pemilihan Kepala Daerah Langsung pada pemberitaan “LSI: RUU Pilkada Penuh Aroma Balas Dendam Koalisi Merah Putih” di Merdeka.com pada level teks? 2. Bagaimana wacana terkait isu Pemilihan Kepala Daerah Langsung pada pemberitaan “LSI: RUU Pilkada Penuh Aroma Balas Dendam Koalisi Merah Putih” di Merdeka.com pada level kognisi sosial? 3. Bagaimana wacana terkait isu Pemilihan Kepala Daerah Langsung pada pemberitaan “LSI: RUU Pilkada Penuh Aroma Balas Dendam Koalisi Merah Putih” di Merdeka.com Pada level konteks sosial? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana wacana terkait isu Pemilihan Kepala Daerah Langsung dibalik isi pemberitaan RUU Pilkada pada Media Online Merdeka.com edisi 9 September pukul 15.24 2014. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis 1. Menambah khasanah akademik terutama mengenai kajian media terkait dengan berita yang bermuatan politik.
6
2. Memperdalam kajian dalam konteks analisis wacana terkait berita yang bermuatan politik. b. Manfaat Praktis Mampu menjelaskan pengetahuan dasar mengenai berita di media cetak dan menjadi bahan evaluasi akan permasalahan-permasalahan yang terkait dengan berita RUU Pilkada pada Media Online Merdeka.com bagi masyarakat dan para pekerja industri media.
B. Kerangka Teori A. Analisis Wacana Dalam penelitian ini anilisis yang digunakan adalah analisis wacana Teun A. Van Dijk, yang sering disebut ”kognisi sosial” nama pendekatan semacam ini tidak dapat dilepaskan dari karakteristik analisis wacana model van Dijk. Menurut van Dijk penelitian wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis teks semata, karena teks hanya hasil dari praktik produksi yang harus diamati. Dikutip dari buku Teknik Praktis Riset Komunikasi ditulis oleh Rachmat Kriyantono, Foucault mengatakan bahwa “ Wacana sebagai bidang dari semua pernyataan (statement)”, kadang sebagai sebuah
7
individualisasi kelompok pernyataan, dan kadang sebagai praktik regulatif yang dilihat dari sejumlah pernyataan. 6 C. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian Dalam
penelitian
tentang
wacana
pemberitaan
ini,
peneliti
menggunakan paradigma konstruktivisme. Paradigma konstruktivisme memperhatikan interaksi kedua belah pihak, komunikator dan komunikan untuk menciptakan pemaknaan atau tafsiran dari suatu pesan. Paradigma konstruktivis menekankan pada politik pemaknaan dan proses bagaimana seseorang membuat gambaran tentang realitas. Paradigma ini memandang kegiatan komunikasi proses yang dinamis. Titik perhatian tidak terletak pada bagaimana seseorang mengirimkan pesan, melainkan bagaimana masing-masing pihak yang terlibat dalam lalu lintas komunikasi produksi pesan tersebut dan mempertukarkan maknanya. Dalam paradigma konstruktivisme ini adalah cara berfikir bagi peneliti dalam penelitiannya, bahwa segala peristiwa maupun berita yang ada tidak lahir sebagai realitas murni saja namun di balik realitas peristiwa yang dibangun terdapat orang-orang tertentu yang turut mengkonstruksi berita. Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dimana penelitian tidak menggunakan data statistik, umumnya
6
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi : Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), h. 258
8
berbentuk narasi atau gambar-gambar.7 Penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk menjelaskan sebuah fenomena melalui pengumpulan data yang mendalam. 2. Subjek, Objek dan Tempat Penelitian Dalam penelitian ini, yang menjadi subjeknya adalah media online Merdeka.com, sedangkan objeknya adalah pemberitaan tentang Pemilihan Kepala Daerah Langsung Pada RUU Pilkada edisi 9 september 2014. Tempat penelitian dilakukan di kantor redaksi Merdeka.com Jalan Tebet Barat IV No.3 Jakarta Selatan pada tanggal 13 November 2014. 3. Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Data-data berbentuk kata-kata,
kalimat-kalimat,
narasi-narasi.
Data
ini
berhubungan
dengan
kategorisasi, karakteristik berwujud pernyataan atau kata. Dari data lapangan mengenai pokok-pokok permasalahan yang akan dikaji. Data-data dikumpulkan dengan cara melakukan wawancara pada penulis berita dan redaktur dari media yang akan diteliti. Analisis data kualitatif digunakan jika data yang terkumpul dalam riset adalah kualitatif.
7
Ronny Kontur, Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, (Jakarta: CV. Teruna Grafica, 2005), h. 16
9
4. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara Mendalam ( Depth Interview ) Wawancara mendalam adalah suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agar mendapatkan data yang lengkap dan mendalam. Peneliti melakukan tanya jawab kepada Redaktur Politik merangkap Editor Merdeka.com Muhammad Hasits, juga dengan Reporter yaitu Laurel Benny Siron Silalahi secara detail terkait atas terbitnya berita tersebut, sebagai cara untuk mengumpulkan data dan fakta untuk memecahkan masalah yang diteliti. b. Dokumentasi Pengumpulan dokumentasi diperuntukkan studi terhadap media online, dan sebagai suatu cara pengumpulan data yang bertujuan untuk dijadikan bukti dari data yang telah diambil dan berguna untuk mengumpulkan data secara tersistem dan objektif. Dokumentasi berupa print screen berita, e-mail dari Redaktur Politik Merdeka.com Muhammad Hasits, dan Reporter Laurel Benny Siron Silalahi. 5. Teknik Analisis Data Analisis wacana lebih melihat kepada isi pesan yang akan diteliti, datadata akan disesuaikan dengan metode yang digunakan Teun A. Van Dijk, yaitu meneliti dari analisis teks bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Kognisi sosial, dipelajari proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu dari wartawan.
10
Tapi ia juga melihat bagaimana struktur sosial, dominasi, kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan berpengaruh pada teks. Wacana oleh van Dijk digambarkan mempuyai tiga dimensi, diantaranya : teks, kognisi sosial, dan konteks sosial (analisis sosial). Dalam dimensi teks yang dianalisis bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada level kognisi sosial dipelajari bagaimana proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu dari komunikator. Sedangkan, aspek analisis sosial mempelajari bagunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah. Namun dalam penelitian ini hanya memfokuskan pada dimensi teks dan analisis sosial.8 Dan konteks sosial, mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah.Data-data tersebut merupakan data yang terdapat dalam berita di Merdeka.com, kemudian akan ditafsirkan oleh peneliti dengan disesuaikan pada kerangka dalam analisis wacana.9 Sedangkan teknik penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Desertasi) terbitan Ceqda.
D. Sistematika Penulisan
8 9
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKIS, 2012), h. 221 Eriyanto, Analisis Wacana , h.224
11
BAB I : Menguraikan tentang latar belakang masalah penelitian, pembatasan, dan perumusan maslah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan BAB II : Bab ini akan menguraikan kajian teoritis mengenai Analisis Wacana Model Teun A. Van Dijk dalam Paradigma Konstruktivis, dengan Level Teks, Level Kognisi Sosial, dan Level Konteks Sosial. BAB III : Bab ini memaparkan mengenai Sejarah Singkat, Visi, dan Misi dari Media Online Merdeka.com. Selain itu pemberitaan Merdeka.com tentang RUU Pilkada pun jadi pembahasan pada bab ini. BAB IV : Membahas mengenai temuan teks dan wacana Pemilihan Kepala Daerah Langsung Pada Pemberitaan RUU Pilkada, meliputi analisis wacana model Teun A. Van Dijk. BAB V : Berisi kesimpulan dan saran. Bab ini merupakan bab penutup dari berbagai sub bab yang memuat kesimpulan penulisan, sekaligus jawaban pertanyaan yang diajukan dalam perumusan permasalahan.
12
BAB II
13
KAJIAN TEORITIS
A. Analisis Wacana Teun A. Van Dijk
Dalam buku “Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media” karangan Eriyanto, di dalamnya terdapat tokoh-tokoh yang mengembangkan analisis wacana. Tokoh-tokoh yang terkenal dan dikemukakan oleh Eriyanto diantaranya Roger Fowler (1979), Norman Fairclough (1998) yaitu mengenai wacana tentang ideologi, Sara Mills (1992) yang menitikberatkan perhatian kepada wacana mengenai feminisme, Theo van Leeuwen (1986) adalah analisis yang diperuntukkan untuk mendeteksi dan meneliti bagaimana suatu kelompok atau seseorang dimarjinalkan posisinya dalam suatu wacana. Dari banyaknya tokoh yang mengembangkan analisis wacana, model van Dijk-lah yang paling sering dipakai dalam berbagai penelitian teks media. Meski penelitian-penelitian wacana yang sering diteliti oleh van Dijk adalah mengenai rasialisme namun tidak menutup kemungkinan terhadap objek penelitian atau teks berita lainnya untuk diteliti. Sama halnya, seperti objek penelitian terhadap teks berita “LSI: RUU Pilkada Penuh Aroma Balas Dendam Koalisi Merah Putih” ini. Jika penelitian dalam skripsi ini menggunakan analisis Teun A. Van Dijk, maka harus diketahui terminologi analisis wacana dari van Dijk itu sendiri, yang dikutip dari buku “Aims of Critical Discourse Analysis.” Critical Discourse Analysis (CDA) has become the general laber for a study of text and talk, emerging from critical linguistics, critical
14
semiotics and in general from socio-politically conscious and oppositional way of investigating language, discourse and communication. As is the case many fields, approaches, and subdisciplines in language and discourse studies, however, it is not easy precisely delimit the special principles, practices, aims, theories or methods of CDA. 10 Analisis wacana ini berasal dari analisis linguistik kritis. Merambah kepada ilmu sosial lainnya. Meski awalnya berasal dari bahsan wacana linguistik, tapi tidak menutup kesempatan kepada ilmu sosial lainnya untuk diteliti. Van dijk lebih menyukai untuk berbicara mengenai Critical Discorse Studies (CDS) karena batasannya lebih umum, tidak hanya meliputi analisis kritis tapi juga teori kritis seperti penerapan kritis. Namun dalam penelitian ini lebih tertuju kepada paradigma konstruktivis, bukan paradigma kritis. Van dijk juga memfokuskan kajiannya pada peranan strategis wacana dalam proses distribusi dan reproduksi pengaruh hegemoni atau kekuasaan tertentu. Salah satu elemen penting dalam proses analisa terhadap wacana publik yang tertuju pada kelompok-kelompok masyarakat. Secara teoritis bisa dikatakan, supaya relasi antara suatu hegemoni dengan wacana bisa terlihat dengan jelas, maka kita membutuhkan hubungan kognitif dari bentuk-bentuk massyarakat, ilmu pengetahuan, ideologi dan beragam representasi sosial lain yang terkait dengan pola pikir sosial, hal ini juga mengaitkan individu dengan masyarakat, serta struktur sosial mikro dan makro.11
10
Teun van Dijk, Aims of Critical Discourse Analysis, (Japan Discourse,1995) Vol.1 h,17 Teun van Dijk, Discourse and Society: Vol 4 (2). (London: Newbury Park and New Delhi: Sage,1993), h.249
11
15
Dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis wacana Teun A. Van Dijk, yang sering disebut ”kognisi sosial” nama pendekatan semacam ini tidak dapat dilepaskan dari karakteristik analisis wacana model van Dijk. Menurut van Dijk penelitian wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis teks semata, karena teks hanya hasil dari praktik produksi yang harus diamati. Dalam hal ini Merdeka.com melihat bagaimana suatu teks diproduksi dan bagaimana cara ia memandang suatu realitas sosial sehingga dituangkan kedalam sebuah berita tertentu dalam dimensi kognisi sosial yang memiliki hubungan erat dengan proses pembuatan teks dimana peristiwa atau informasi yang hendak ditonjolkan, ditutup-tutupi, waktu, kejadian, dan lokasi, keadaan yang relevan atau perangkat dibentuk dalam struktur teks. Dikutip dari buku Teknik Praktis Riset Komunikasi ditulis oleh Rachmat Kriyantono, Foucault mengatakan bahwa “ Wacana sebagai bidang dari semua pernyataan (statement)”, kadang sebagai sebuah individualisasi kelompok pernyataan, dan kadang sebagai praktik regulatif yang dilihat dari sejumlah pernyataan.
12
Pada level kognisi sosial dipelajari bagaimana proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu dari komunikator. Sedangkan, aspek analisis sosial mempelajari bagunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan
12
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi : Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), h. 258
16
suatu masalah. Namun dalam penelitian ini hanya memfokuskan pada dimensi teks dan analisis sosial.13 Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah struktur dari teks. Van Dijk memanfaatkan dan mengambil analisis linguistik tentang kosakata, kalimat, proposisi, dan paragraf untuk menjelaskan dan memaknai suatu teks. Kognisi sosial merupakan dimensi untuk menjelaskan dan memaknai suatu teks. Cara memandang atau melihat suatu realitas sosial itu yang melahirkan teks tertentu. Misalnya timbul akibat struktur pikiran tertentu yang membentuk suatu cara melihat persoalan sehingga mempengaruhi bagaimana suatu teks diproduksi. Sedangkan analisis sosial melihat bagaimana teks itu dihubungkan lebih jauh dengan struktur sosial dan pengetahuan yang berkembang dalam masyarakat atas suatu wacana. Ketiga dimensi ini merupakan bagian yang integral dan dilakukan secara bersama-sama dalam analisis Van Dijk. 1. Teks Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur / tingkatan yang masing-masing bagian saling mendukung. Ia membaginya ke dalam tiga tingkatan. „Pertama‟, struktur makro. Ini merupakan makna global / umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita. Kedua, superstruktur. Ini merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun
13
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKIS, 2012), h. 221
17
kedalam berita secara utuh. Ketiga bagian kecil dari suatu teks yakni kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase, dan gambar. Makna global dari suatu teks didukung oleh kata, kalimat, dan proposisi yang dipakai. Pernyataan tema pada level umum didukung oleh pilihan kata, kalimat, atau retorika tertentu. Prinsip ini membantu peneliti untuk mengamati bagaimana suatu teks terbangun lewat elemen-elemen yang lebih kecil. Skema ini juga memberikan peta untuk mempelajari suatu teks. Kita tidak hanya mengerti dari suatu teks berita, tetapi juga elemen yang membentuk teks berita, kata, kalimat, paragraf dan proposisi. Kita tidak hanya mengetahui apa yang diliput oleh media, tetapi juga bagaimana media mengungkapkan peristiwa ke dalam pilihan bahasa tertentu dan bagaimana itu diungkapkan lewat retorika tertentu. Hubungan antara teks dan praktik sosial diperantarai oleh praktik kewacanaan. Oleh sebab itu hanya melalui praktik kewacaan sajalah tempat orang menggunakan bahasa untuk menghasilkan dan mengkonsumsi teks-teks bisa membentuk dan dibentuk oleh praktik sosial. Pada saat yang sama, teks (ciri-ciri linguistik formal) memengaruhi proses pemroduksian dan pengkonstruksian (Fairclough 1992b: 71ff; 1995b:60).14 Kalau digambarkan maka struktur teks adalah sebagai berikut:
14
Marianne W. Jorgensen & Louise J. Phillips, Analisis Wacana Teori & Metode, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2010), h. 129
18
Tabel 1 Struktur Makro Makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik/tema yang diangkat oleh suatu teks. Superstruktur Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup, dan kesimpulan. Struktur Mikro Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat dan gaya yang dipakai oleh suatu teks
Dengan kata lain analisis wacana lebih bisa melihat makna yang tersembunyi dalam suatu teks.15 Menurut Van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukip hanya didasarkan pada analisis atas teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati. Wacana Van Dijk digambarkan mempunyai tiga dimensi/bangunan: teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Inti analisis Van Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut kedalam satu kesatuan analisis.16 Berikut berbagai elemen yang merupakan satu kesatuan untuk memperoleh gambaran dari elemen-elemen yang akan diamati:
15 16
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS,2001),h. 270 Eriyanto, Analisis Wacana, h. 224
19
Tabel 2 Tabel Elemen Wacana Van Dijk 17
Struktur Wacana
Hal yang diamati
Elemen
Struktur makro Makna
TEMATIK Tema/topik
Topik
global dari suatu teks
yang dikedepankan
yang dapat diamati dari
dalam suatu berita
topik/tema yang diangkat oleh suatu teks Superstruktur Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup, dan kesimpulan
SKEMATIK Bagaimana bagian dan urutan berita diskemakan dalam teks berita utuh
Skema
Struktur mikro Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat, dan gaya yang dipakai suatu teks
SEMANTIK Makna yang ingin ditekankan dalam teks berita. Misal dengan memberi detail pada satu sisi atau membuat eksplisit satu sisi dan mengurangi detail sisi lain
Latar, detail, maksud, praanggapan, nominalisasi
Struktur mikro Makna lokal dari suatu
SINTAKSIS Bagaimana kalimat (bentuk, susunan) yang dipilih.
Bentuk kalimat, koherensi, kata ganti
teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat, dan gaya yang dipakai suatu teks
17
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS,2001),h. 228
20
Struktur mikro Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata,
STILISTIK Bagaimana pilihan kata yang dipakai dalam teks berita
Leksikon
RETORIS Bagaimana dan dengan cara penekanan dilakukan
Grafis, metefora, ekspresi
kalimat, dan gaya yang dipakai suatu teks Struktur mikro Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat, dan gaya yang dipakai suatu teks
a. Tematik Elemen tematik menunjuk pada gambaran umum dari suatu teks. Bisa juga disebut sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari suatu teks. Topik menggambarkan apa yang ingin diungkapkan oleh wartawan dalam pemberitaannya. Topik menunjukkan konsep dominan, sentral, dan paling penting dari isi suatu berita. Oleh karena itu, ia sering disebut sebagai tema atau topik. Dalam analisis, topik suatu berita ini memang baru bisa disimpulkan, seperti halnya kalau kita menggambarkan gagasan apa yang dikedepankan atau gagasan inti dari wartawan ketika melihat atau memandang suatu peristiwa. Gagasan penting Van Dijk, wacana umumnya dibentuk dalama tata aturan umum (macrorule). Teks tidak hanya didefinisikan mencerminkan suatu pandangan tertentu atau topik tertentu, tetapi suatu pandangan umum yang koheren. Van Dijk menyebut hal ini sebagai koherensi global (global
21
coherence), yakni bagian-bagian dalam teks kalau dirunut menunjuk pada suatu titik gagasan umum, dan bagian-bagian itu saling mendukung satu sama lain untuk menggambarkan topik umum tersebut. Topik menggambarkan tema umum dari suatu teks berita, topik ini akan didukung oleh subtopik satu dan subtopik lain yang saling mendukung terbentuknya topik umum. Subtopik ini juga didukung oleh serangkaian fakta yang ditampilkan yang menunjuk dan menggambarkan subtopik, sehingga dengan subbagian yang saling mendukung antara satu bagian dengan bagian yang lain, teks secara keseluruhan membentuk teks koheren yang utuh. Gagasan Van Dijk berdasarkan pada pandangan ketika wartawan meliput suatu peristiwa dan memandang suatu masalah didasarkan pada suatu mental/pikiran tertentu. Kognisi atau mental ini secara jelas dapat dilihat dari topik yang dimunculkan dalam berita. Karena topik disini dipahami sebagai mental atau kognisi wartawan, tidak mengherankan jika semua elemen dalam berita mengacu dan mendukung topik dalam berita. Elemen lain dipandang sebagai bagian dari strategi yang dipakai oleh wartawan untuk mendukung topik yang ingin dia tekankan dalam pemberitaan. Peristiwa yang sama dapat dipahami berbeda oleh wartawan yang berbeda, dan ini dapat diamati dari topik pemberitaan. 18
18
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS,2001),h. 229
22
b. Skematik Teks atau wacana umumnya mempunyai skema atau alur dari pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukkan bagaimana bagianbagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti. Wacana percakapan sehari-hari misalnya, mempumyai skema salam perkenalan, isi pembicaraan, dan salam penutup/perpisahan. Meskipun mempunyai bentuk dan skema yang beragam, berita umumnya secara hipotetik mempunyai dua kategori skema besar. Pertama, summary yang umumnya ditandai dengan dua elemen yakni judul dan lead. Elemen skema ini merupakan elemen yang dipandang paling penting. Kedua, story yakni isi berita secara keseluruhan. Isi berita ini secara hipotetik juga mempunya dua subkategori. Yang pertama berupa situasi yakni proses atau jalannya peristiwa, sedang yang kedua komentar yang ditampilkan dalam teks. Arti penting dari skematik adalah strategi wartawan untuk mendukung topik tertentu yang ingin disampaikan dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan tertentu. Skematik memberikan tekanan mana yang didahulukan, dan bagian mana yang bisa kemudian sebagai strategi untuk menyembunyikan informasi penting. Upaya penyembunyian itu dilakukan dengan menempatkan di bagian akhir agar terkesan kurang menonjol. Proses penyusunan ini bukan semata melibatkan unsur teknis
23
jurnalistik (mana yang dianggap penting dan layak diberitakan) tetapi menimbulkan efek tertentu. 19 c. Latar Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi semantik (arti) yang ingin
ditampilkan.
Seorang
wartawan
ketika
menulis
berita
biasanya
mengemukakan latar belakang atas peristiwa yang ditulis. Latar yang dipilih menentukan ke arah mana pandangan khalayak hendak dibawa. Latar dapat menjadi alasan pembenar gagasan yang diajukan dalam suatu teks. Oleh karena itu, latar teks merupakan elemen yang berguna karena dapat membongkar apa maksud yang ingin disampaikan oleh wartawan.20 d. Detil Elemen wacana detil berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang. Komunikator akan menampilkan secara berlebihan informasi yang menguntungkan dirinya atau citra yang baik. Elemen detil merupakan strategi bagaimana wartawan mengekpresikan sikapnya dengan cara yang implisit. Sikap atau wacana yang dikembangkan oleh wartawan kadangkala tidak perlu disampaikan secara terbuka, tetapi dari detil bagian mana yang dikembangkan dan mana yang diberitakan dengan detil yang besar, akan menggambarkan bagaimana wacana yang dikembangkan oleh media.21 e. Maksud 19 20 21
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS,2001),h. 231 Eriyanto, Analisis Wacana,h.235 Eriyanto, Analisis Wacana, h.238
24
Elemen wacana maksud, melihat informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan jelas. Tujuan akhirnya adalah publik hanya disajikan informasi yang menguntungkan komunikator. Menunjukkan bagaimana secara implisit dan tersembunyi wartawan menggunakan praktik bahasa tertentu dan menonjolkan basis kebenarannya dan secara implisit pula menyingkirkan versi kebenaran lain.22 f . Koherensi Koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, atau kalimat dalam teks. Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak koheren. Sehingga fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika seseorang menghubungkannya. Koherensi ini secara mudah dapat diamati di antaranya dari kata hubung (konjungsi) yang diapakai untuk menghubungkan fakta. Apakah dua kalimat dipandang sebagai hubungan kausal (sebab akibat), hubungan keadaan, waktu, kondisi dan sebagainya. 23 g. Koherensi kondisional Koherensi komdisinal di antaranya ditandai dengan pemakaian anak kalimat penjelas. Di sini ada dua kalimat, di mana kalimat kedua adalah penjelas atau keterangan dari proposisi pertama yang dihubungkan dengan kata hubung (konjungsi) seperti “yang”, atau “dimana”. Kalimat kedua fungsinya dalam
22 23
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS,2001), h. 240 Eriyanto, Analisis Wacana , h. 242
25
kalimat hanya penjelas (anak kalimat), sehingga ada atau tidak ada anak kalimat itu tidak akan mengurangi arti kalimat. 24 h. Koherensi pembeda Koherensi pembeda berhubungan dengan pertanyaan bagaimana peristiwa atau fakta itu hendak dibedakan. Dua buah peristiwa dapat dibuat seolah-olah saling bertentangan dan berseberangan (contrast) dengan menggunakan koherensi ini. Efek pemakain koherensi pembeda yang paling nyata adalah bagaimana pemaknaan yang diterima oleh khalayak berbeda. Karean satu fakta atau realitas dibandingkan dengan realitas yang lain. Disini yang harus dikritisi adalah bagian mana yang diperbandingkan dan dengan cara apa perbandingan itu dilakukan. Apa efek dari perbandingan tersebut, apakah membuat satu fakta menjadi lebih baik atau bertambah buruk.25 i. Pengingkaran Adalah bentuk praktik wacana yang menggambarkan bagaiaman wartawan menyembunyikan apa yang ingin diekspresikan secara implisit. Dalam arti yang umum, pengingkaran menunjukkan seolah wartawan menyetujui sesuatu, padahal ia tidak setuju dengan memberikan argumentasi atau fakta yang menyangkal persetujuannya tersebut. Dengan kata lain, pengingkaran merupakan bentuk strategi wacana di mana wartawan tidak secara tegas dan eksplisit menyampaikan pendapat dan
24 25
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS , 2001), h. 244 Eriyanto, Analisis Wacana, hal.. 247
26
gagasannya kepada khalayak. Pengingkaran adalah sebuah elemen di mana kita bisa membongkar sikap atau ekspresi wartwan yang disampaikan secara tersembunyi. Hal yang tersembunyi itu dilakukan oleh wartawan seolah ia menyetujui suatu pendapat, padahal yang dia inginkan adalah sebaliknya. 26 j. Bentuk Kalimat Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berpikir logis,yaitu prinsip kausalitas. Dimana ia menanyakan apakah A yang menjelaskan B, ataukah B yang menjelaskan A. Logika kausalitas ini kalau diterjemahkan ke dalam bahasa menjadi susunan subjek (yang menerangkan) dan predikat (yang diterangkan). Dalam kalimat berstruktur aktif, seseorang menjadi subjek dari pernyataannya, sedangkan dalam kalimat pasif seseorang menjadi objek dari pernyataannya. Bentuk lain adalah dengan pemakain urutan kata-kata yang mempunyai dua fungsi sekaligus. Yang pertama, menekan atau menghilangkan dengan penempatan dan pemakaian kata atau frase yang mencolok dengan menggunakan permainan semantik. Bentuk kalimat dapat dilihat dari posisi proposisi dalam kalimat. Penempatan dapat mempengaruhi makna yang timbul karena akan menunjukkan bagian mana yang lebih ditonjolkan kepada khalayak. 27 Menurut Van Dijk kesatuan dari beberapa kalimat yang satu dengan yang lain terikat
26 27
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS,2001), h. 249 Eriyanto, Analisis Wacana,h. 251
27
dengan erat. Pengertian satu kalimat harus dihubungkan dengan kalimat yang lain dan tidak dapat ditafsirkan satu-satu kalimat melulu. 28 k. Kata Ganti Untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif. Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukkan di mana posisi seseorang dalam wacana. Dalam mengungkapkan sikapnya, seseorang
dapat
menggunakan
kata
ganti
“saya”
atau
“kami”
yang
menggambaarkan bahwa sikap tersebut merupakan sikap resmi komunikator semata-mata. Akan tetapi ketika memakai kata ganti “kita” menjadikan sikap tersebut sebagai representasi dari sikap bersama dalam suatu komunitas tertentu. Batas antara komunikator dengan khalayak dengan sengaja dihilangkan untuk menunjukkan apa yang menjadi sikap komunikator juga menjadi sikap komunitas secara keseluruhan.29 l. Leksikon Menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Suatu fakta umumnya terdiri atas beberapa kata yang merujuk pada fakta. Pilihan kata-kata yang dipakai menunjukkan sikap dan
28 29
Lubis, Analisis Wacana Pragmatik ( Bandung: Angkasa, 2011), h. 23 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS,2001),h. 253
28
ideologi tertentu. Peristiwa sama dapat digambarkan dengan pilihan kata berbedabeda.30 m. Praanggapan Elemen wacana praanggapan (presupposition) merupakan pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks. Praanggapan adalah upaya untuk mendukung pendapat dengan jalan memberi latar belakang, maka praanggapan adalah supaya mendukung pendapat dengan memberikan premis yang dipercaya kebenarannya. Praanggapan hadir dengan pernyataan yang dipandang terpercaya sehingga tidak perlu dipertanyaka.31 n. Grafis Elemen ini merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau ditonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh seseorang yang dapat diamati dari teks. Dalam wacana berita, grafis ini biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain dibandingkan tulisan lain. Pemakaian huruf tebal, huruf miring, pemakaian garis bawah, huruf yang dibuat dengan ukuran lebih besar. Termasuk didalamnya adalah pemakaian caption, raste, grafik, gambar, atau tabel untuk mendukung arti penting suatu pesan. Bagian-nagian yang ditonjolkan ini menekankan kepada khalayak pentingnya bagian tersebut. Pemakaian angkaangka dalam berita di antaranya digunakan untuk mensugestikan kebenaran,
30 31
Eriyanto, Analisis Wacana, h. 255 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS,2001), h.256
29
ketelitian, dan posisi dari suatu laporan. Angka dapat mensugestikan presisi dari apa yang hendak dikatakan dalam teks. 32 o. Metafora Dalam suatu wacana, seorang wartawan tidak hanya menyampaikan pesan pokok lewat teks, melainkan juga kiasan, ungkapan, metafora yang dimaksudkan sebagai ornamen atau bumbu dari suatu berita. Akan tetapi, pemakaian metafora tertentu bisa menjadi petunjuk utama untuk mengerti makna suatu teks. Wartawan menggunakan kepercayaan masyarakat, ungkapan sehari-hari, peribahasa, pepatah, petuah leluhur, kata-kata kuno, bahkan mungkin ungkapan yang diambil dari ayat-ayat suci yang semuanya dipakai untuk memperkuat pesan utama. 33 2. Kognisi Sosial Pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai makna, tetapi makna itu diberikan oleh pemakai bahasa, atau lebih tepatnya proses kesadaran mental dari pemakai bahasa. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu penelitian atas representasi kognisi dan strategi wartawan dalam memproduksi suatu berita. Bagaimana peristiwa dipahami dan dimengerti didasarkan pada skema. Van Dijk menyebut skema ini sebagai model. Skema di dalamnya bagaimana kita memandang manusia,peranan sosial dan peristiwa. Skema menunjukkan bahwa kita menggunakan struktur mental untuk menyeleksi dan memperoses informasi
32 33
Eriyanto, Analisis Wacana, h. 257 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS,2001), h. 258
30
yang datang dari lingkungan. Skema sangat ditentukan oleh pengalaman dan sosialisasi. Skema bekerja secara aktif untuk mengkonstruksi realitas membantu kita memandu apakah yang harus kita pahami, maknai, dan ingat tentang sesuatu. Skema menggambarkan bagaimana seseorang menggunakan informasi yang tersimpan dalam memorinya dan bagaimana itu diintegrasikan dengan informasi baru yang menggambarkan bagaimana peristiwa dipahami, ditafsirkan dan dimasukkan sebagai bagian dari pengetahuan kita tentang suatu realitas. Teks diproduksi dalam suatu proses mental yang melibatkan strategi tertentu. Banyak proses dan strategi yang terjadi seperti seleksi, reproduksi, penyimpulan, dan transformasi. Di sini keputusan dan strategi tersebut terjadi dan berlangsung dalam mental dan kognisi seseorang. Keputusan untuk menghilangkan informasi didasarkan pada evaluasi wartawan bahwa informasi itu tidak relevan dalam membentuk pengertian pada suatu teks, dan konstruksi dari suatu peristiwa. 3. Analisis Sosial (Societal Analysis) Wacana adalah bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat, sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat. Titik penting dari analisis ini adalah untuk menunjukkan bagaimana makna yang dihayati bersama, kekuasaan sosial diproduksi lewat praktik diskursus dan legitimasi. Menurut Van Dijk, dalam analisis mengenai masyarakat ini, ada dua poin yang penting yaitu kekuasaan (power), dan akses (access).
31
a. Praktik kekuasaan (power) Van Dijk mendefinisikan kekuasaan tersebut sebagai kepemilikan yang dimiliki oleh suatu kelompok (atau anggotanya), satu kelompok untuk mengontrol kelompok (atau anggota) dari kelompok lain. Kekuasaan ini umumnya didasarkan pada kepemilikan atas sumbersumber yang bernilai, seperti uang, status, dan pengetahuan. Selain berupa kontrol yang bersifat langsung dan fisik, kekuasaan itu dipahami juga berbentuk persuasif : tindakan seorang untuk secara tidak langsung mengontrol
dengan
jalan
mempengaruhi
kondisi
mental,
seperti
kepercayaan, sikap, dan pengetahuan. Analisis wacana memberikan perhatian yang besar pada apa yang disebut sebagai dominasi. b. Akses memengaruhi wacana (access) Bagaiman akses di antara masing-masing kelompok dalam masyarakat seperti kelompok elit yang mempunyai akses lebih dibandingkan dengan kelompok yang tidak berkuasa. Oleh karena itu, mereka yang lebih berkuasa mempunyai kesempatan lebih besar untuk mempengaruhi akses pada media, dan kesempatan lebih besar untuk mempengaruhi kesadaran khalayak. 34
34
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS,2001),h. 259
32
33
BAB III
MERDEKA.COM SEBAGAI MEDIA ONLINE
1. Merdeka.com Dalam Tinjauan Sejarah Media Online Perekrutan tenaga-tenaga muda dan memberi pelatihan mengenai liputan, proses laporan dan penulisan, etika jurnalistik, investigative reporting, hingga relasi antara media online dengan teknologi dan media sosial merupakan langkah awal Merdeka.com untuk membangun sebuah industri media online. Dengan melibatkan praktisi dan wartawan berpengalaman dari berbagai media, mereka menyepi di kawasan Sentul, Bogor, Jabar, untuk membangun tim. Mereka sebagian besar tenaga muda di bawah 30 tahun. Tujuan pelatihan membentuk wartawan berkarakter dan berkualitas. Merdeka.com siap hadir menemui pembaca. Memberikan racikan yang berwarna dan khas. Karakter khas itu kami ungkapkan dalam falsafah logo merdeka.com yang memakai huruf kecil, sebagai refleksi kerendahan hati (humble) dan progresif, jauh dari monoton. Warna-warni pelangi memberikan makna mengungkapkan kata merdeka tanpa terbelenggu oleh satu warna tertentu. Dalam tim merdeka.com juga bhinneka tanpa sekat SARA yang bisa
34
membelenggu. Siapapun mereka, dari kelompok manapun, bersatu, bahu membahu untuk memberikan informasi yang khas. Dengan latar belakang yang berwarna itu justru modal i mewujudkan media yang berintegritas dan independen. Dengan dua hal itu, mereka yakini, fungsi kontrol media bisa berjalan baik. Menjadi bacaan terbaik yang dikunjungi mayoritas masyarakat Indonesia di mana pun berada. Kita mungkin sepakat bahwa kemerdekaan adalah keniscayaan bagi setiap insan. Maka, mari kita lepaskan segala belenggu yang ada untuk mulai jujur pada diri sendiri dengan berpikir, bertindak, dan memilih merdeka.35 Merdeka.com adalah hasil dari kolaborasi antara media dan teknologi. Kebanyakan media online dibangun sebagai bagian dari pengembangan perusahaan
media,
atau
dibangun
oleh
orang-orang
media.
Tetapi
merdeka.com justru dibangun oleh perusahaan teknologi yang terdiri dari orang-orang yang mengerti PHP dan Apache/FreeBSD lebih dulu daripada ilmu jurnalistik (dulunya). Berangkat dari pengalaman KapanLagi.com yang berusaha menjadi a pure internet player , yaitu organisasi yang fokus pada penyediaan layanan di internet yang bisa dinikmati oleh jutaan orang dan kemudian bermetafor menjadi perusahaan teknologi dan media dengan fokus di entertainment, kini kami bergabung dengan orang-orang jurnalistik. Sinergi orang teknologi dan jurnalis itulah maka lahirlah merdeka.com. 35
http://www.merdeka.com/company/workstation-merdeka.html diakses pada tanggal 25/9/14 pukul 09.50
35
Merdeka.com memang bukan yang pertama tapi punya mimpi baru yakni merdeka berkreasi: Bagaimana menyajikan informasi yang sebenarnya dan enak dinikmati. Di world wide web (www) yang sangat luas, perlu ada informasi yang harus benar, cepat disajikan, cepat dapat diakses, akurat, dan bisa dipertanggungjawabkan.36 Situs merdeka.com adalah www organization, yaitu organisasi yang hidup di internet orang-orangnya hidup, berkarya, bisa di googling, dan diajak ngobrol di internet bahkan menghidupi keluarganya dari internet. Internet hidup, berkembang, dan memberi inspirasi, di mana merdeka.com menjadi bagiannya dan memberi kontribusi, terutama untuk internet Indonesia. Warna warni di logo merdeka.com adalah warna kebebasan dalam menyampaikan informasi, tidak terikat oleh paham tertentu atau kepentingan tertentu. Tetapi dasar yang putih (atau hitam, di saat tertentu) mendasari itikad untuk selalu ada di jalur yang benar, bukan seenaknya sendiri. Tujuannya adalah menjadi sebuah media yang bisa diakses jutaan orang melalui teknologi, tanpa batasan atau dibatasi, karena: tidak ada yang lebih berharga dari pada menjadi merdeka (tanpa dot com).
36
http://www.merdeka.com/company/tentang-kami.html ,diakses pada tanggal 25/9/14 pukul 09.52
36
TABEL 3 a. Tim Redaksi Merdeka.com 37 Pemimpin Redaksi:
Didik Supriyanto
Redaktur Eksekutif:
Titis Widyatmoko
Koordinator Liputan:
Anwar Khumaini
Tim Redaksi:
Ahmad Baiquni, Al Amin, Ardyan M.Erlangga, Arbi Sumandoyo, Aryo Putranto Saptohutomo, Alwan Ridha Ramdhani, Achmad, Dedi Rahmadi, Ahmad Ragridio Saptama Tanjung, Didi Syafirdi, Eko Prasetya, Faisal Assegaf, Harwanto Bimo Pratomo, Hery Winarno, Henny Rachma Sari, Idris Rusadi Putra, Lia Harahap, Iqbal
37
http://www.merdeka.com/company/redaksi-merdeka.html, diakses pada tanggal 25/9/14 pukul
09.45
37
Fadil, Islahudin, Laurencius Simanjuntak, Laurel Benny Saron Silalahi, Muhammad Taufik, M. Mirza Harera, M. Hasits, Mustiana Lestari, Muhammad Sholeh, NurulJulaikah, Novita Intan Sari, Pramirvan Datu Aprillatu, Putri Artika R, Pandasurya Wijaya, Ramadhian Fadhilah, Randy Ferdy Firdaus, Siwi Sri Wiyanti, Saugi Riyandi, Vincent Asido Panggabean, Yulistyo Pratomo, Ya'cob Billiocta, Dewi Pratiwi (Sekred)
Daerah:
M. Andriansyah Syafi'ie (Surabaya), Parwito (Yogyakarta), Andrian Salam Wiyono (Bandung), Yan Muhardiansyah (Medan), Rita Sugihardiyah, Ivan Valentino, Jeffrie, Fatchur Rochim H.P., Destriyana, Dwi Andi Susanto, Dwi Zain Musofa, Kun Sila Andanda, Hikmah Wilda Amalia, Nova Andriani ,Rizqi Adnamazida,
38
Agus Salim, Alvin Nouval, Mohammad Shoifudin, Muhammad Faizin, Vizcardine Audinovic, Wanda Praditya Ramadhan, Yoga Tri Priyanto (Malang) Foto:
Arie Basuki, Dwi Narwoko, Debby Restu Utomo, Imam Buchori, Iqbal Septian Nugroho, Mudasir, Muhammad Luthfi Rahman.
2. Pemberitaan RUU Pilkada di Merdeka.com
Berikut biografi singkat dari penulis dan redaktur serta editor dalam pemberitaan ini, yaitu Muhammad Hasits yang merupakan lulusan fakultas syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2005 dan sudah selama 7 tahun bekerja di merdeka.com. Memulai karier didunia jurnalistik sebagai reporter, hingga saat ini menjadi redaktur bidang politik serta merangkap sebagai editor.
Laurel Benny Siron Silalahi sudah bergabung di Merdeka.com selama tiga tahun dan sering meliput mengenai rubrik politik dan juga kriminal. Benny
39
merupakan sarjana komunikasi dan program studi yang diambil ketika berkuliah adalah broadcasting. Tentunya mereka menjadi jalan peneliti untuk mencari data mengenai pemberitaan Merdeka.com edisi 9 september 2014 pukul 15:26 yang berjudul “ LSI : RUU Pilkada penuh aroma balas dendam Koalisi Merah Putih”,
Peneliti melihat adanya indikasi kecenderungan dari media ini dalam melihat permasalahan RUU Pilkada. Kecenderungan ini yang menjadi alasan penulis mengangkat judul ini. RUU Pilkada yang digadang-gadang dapat memberangus hak-hak demokrasi rakyat ini dilihat sebagai senjata
Koalisi Merah Putih untuk menggoyang pemerintahan baru Jokowi, Jusuf Kalla. Melalui kata-kata yang dikutip dari Lingkaran Survey Indomesia (LSI), pihak Merdeka.com cenderung menilai bahwa RUU Pilkada hanya sebagai alat balas dendam Koalisi Merah Putih dikarenakan kalah dalam pemilu presiden lalu.
Dalam berita tersebut salah satu kata-katanya yang patut digaris bawahi adalah,” Meski menimbulkan pro dan kontra, partai politik yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih tetap bersikeras agar kepala daerah dipilih oleh DPRD.
Padahal pasca Reformasi bergulir, kepala daerah disepakati dipilih langsung oleh rakyat. Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Adjie Alfaraby menilai ada aroma balas dendam dari Koalisi Merah Putih dalam pembahasan RUU Pilkada tersebut. "Ini interpretasi yang tidak bisa ditolak. Wajar saja ini politik balas dendam. Sebelumnya semua (parpol di Koalisi Merah Putih) menolak RUU Pilkada ini. Namun dalam satu minggu terakhir terjadi perubahan opini yang
40
mendukung," kata Adjie di kantor LSI, Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa (9/9)”.
41
BAB IV TEMUAN TEKS DAN ANALISA WACANA PEMBERITAAN
A. Analisis Wacana Level Teks Keberimbangan yang dipandang sebagai suatu syarat untuk kemunculan berita menjadi sangat krusial ketika hal tersebut diabaikan. Dengan berita yang tidak berimbang maka besar kemungkinan akan terjadi manipulasi realitas dan dapat terlihat seperti apa suatu media memiliki kecenderungan terhadap permasalahan yang muncul. Hal ini rentan terjadi didalam berita politik, karena tidak dapat dipungkiri hadirnya media erat kaitannya dengan kepentingan. Entah itu kepentingan golongan untuk menguntungkan golongan lain atau kepentingan politik yang dijadikan tunggangan dari para tokoh politik. Kehadiran berita “LSI: RUU Pilkada Penuh Aroma Balas Dendam Koalisi Merah Putih” yang diangkat oleh Merdeka.com menjadi salah satu berita bergenre politik yang memiliki indikasi kecenderungan terhadap beberapa pihak. Dengan menggunakan kerangka konsep Analisis Wacana Teun A. Van Dijk, penulis tidak hanya meneliti teks saja tetapi juga meneliti kognisi sosial
42
serta konteks sosial. Namun sebelum menganalisis data, penulis menjelaskan temuan data yang diperoleh dengan cara mengambil data-data terkait dengan kasus yang akan di teliti pada berita “LSI: RUU Pilkada Penuh Aroma Balas Dendam Koalisi Merah Putih” edisi 9 september pukul 15.24 2014 di Media Online Merdeka.com. 1. Kerangka Data Analisis Teks dalam Struktur Makro Dalam analisis teks lebih terfokus kepada strategi wacana serta teknik penulisan yang digunakan, dengan cara menguraikan struktur makro, superstruktur, dan struktur mikro yang terdiri dari elemen tematik, skematik, semantik, sintaksis, stilistik, dan retoris. a. Tematik Elemen tematik menunjuk pada gambaran umum dari suatu teks. Bisa juga disebut sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari suatu teks. Topik menggambarkan apa yang ingin diungkapkan oleh wartawan dalam pemberitaannya38. Hal yang diamati dalam elemen ini adalah seperti apa gambaran yang ingin diungkapkan oleh wartawan Merdeka.com dalam berita ” LSI: RUU Pilkada Penuh Aroma Balas Dendam Koalisi Merah Putih”. Pada paragraf ke 2, “Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Adjie Alfaraby menilai ada aroma balas dendam dari Koalisi Merah Putih dalam pembahasan RUU Pilkada tersebut. "Ini interpretasi yang tidak bisa ditolak. Wajar saja ini politik balas dendam. Sebelumnya semua (parpol di Koalisi Merah Putih) menolak RUU Pilkada ini. Namun dalam satu minggu terakhir 38
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS,2001),h. 229
43
terjadi perubahan opini yang mendukung," kata Adjie di kantor LSI, Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa (9/9).” b. Skematik Teks atau wacana umumnya mempunyai skema atau alur dari pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti. Meskipun mempunyai bentuk dan skema yang beragam, berita umumnya secara hipotetik mempunyai dua kategori skema besar. Pertama, summary yang umumnya ditandai dengan dua elemen yakni judul dan lead. Elemen skema ini merupakan elemen yang dipandang paling penting. Kedua, story yakni isi berita secara keseluruhan. Isi berita ini secara hipotetik juga mempunya dua subkategori. Yang pertama berupa situasi yakni proses atau jalannya peristiwa, sedang yang kedua komentar yang ditampilkan dalam teks. 39 Judul berita yang akan diteliti adalah ” LSI: RUU Pilkada Penuh Aroma Balas Dendam Koalisi Merah Putih”. Berita ini diawali dengan penjelasan akan keinginan dari Koalisi Merah Putih untuk mengesahkan RUU Pilkada. Kemudian pada bagian tengah berisi soal tanggapan dari Adjie Al-Faraby yang merupakan seorang peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI). Dalam pernyataannya dikatakan bahwa Koalisi Merah Putih kental dengan aroma politik balas dendam, dan merupakan ancaman bagi pemerintahan Jokowi-JK.
39
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS,2001),h. 231
44
Pada bagian akhir berisi tentang pernyataan Adjie Al-Faraby bahwa dengan disahkannya RUU Pilkada akan terjadi money politics dan kekuatan uang yang akan menjadi pemenang. Diperkuat dengan hasil survei yang dilakukan LSI terhadap 81,25 persen masyarakat Indonesia yang setuju untuk menolak jika kepala daerah kembali dipilih oleh DPRD. c. Semantik Dalam elemen ini hal yang dianalisis adalah struktur mikro, yaitu bagian dimana pada suatu wacana atau teks tertera makna, maksud, atau arti yang ingin ditekankan serta dapat dikategorikan menjadi latar, detil dan maksud. Latar yang dipilih menentukan ke arah mana pandangan khalayak hendak dibawa. Di samping itu, latar dapat menjadi alasan pembenar gagasan yang diajukan dalam suatu teks.40 Kemudian detil adalah elemen wacana yang berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang. Elemen detil merupakan strategi bagaimana wartawan mengekspresikan sikapnya dengan cara yang implisit.41 Pada elemen ini biasanya terdapat pro dan kontra serta bagian fakta dan informasi yang ditampilkan atau tidak ditampilkan oleh wartawan. Sedangkan maksud adalah melihat informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan jelas. Elemen wacana maksud, hampir sama dengan elemen detil. Dalam detil, informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan dengan detil yang panjang. 40 41
Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: LKiS, 2001), h.235. Eriyanto, Analisis Wacana, h.238.
45
Elemen maksud melihat informasi yang menguntungkan komunikator dan akan diuraikan secara eksplisit dan jelas. Sebaliknya, informasi yang merugikan akan diuraikan secara tersamar, implisit, dan tersembunyi.42 1). Latar Latar dalam pemberitaan ini terdapat pada paragraf pertama baris terakhir ,”Padahal pasca Reformasi bergulir, kepala daerah disepakati dipilih langsung oleh rakyat”. Pada kalimat ini latar yang ingin dimunculkan oleh wartawan adalah seperti apa pasca reformasi demokrasi berlangsung dengan melibatkan partisipasi masyarakat. Hal ini dilakukan untuk mengajak pembaca melihat seperti apa berjalannya demokrasi pada masa ketika hak konstitusional tidak sepenuhnya berada ditangan rakyat. 2). Detil Dalam berita tersebut detil yang ingin ditonjolkan adalah berupa hasil survei yang telah dilakukan LSI, “Dalam hasil survei yang dilakukan LSI, 81,25 persen masyarakat Indonesia menolak jika kepala daerah kembali dipilih anggota DPRD. Sementara, 10,71 persen setuju dan 4,91 persen menyatakan kepala daerah sebaiknya ditunjuk oleh presiden”. Pada paragraf ke delapan itu dijelaskan siapa yang melakukan survei dan berapa persentasi masyarakat yang menolak dam hanya sebagian kecil yang menyetujui. Wartawan ingin menunjukkan bahwa lebih banyak penolakan ketimbang persetujuan dan cenderung implisit.
42
Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS, 2001),h. 240
46
3). Maksud Elemen wacana maksud, melihat informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan jelas. Tujuan akhirnya adalah publik
hanya
Menunjukkan
disajikan bagaimana
informasi secara
yang implisit
menguntungkan dan
komunikator.
tersembunyi
wartawan
menggunakan praktik bahasa tertentu dan menonjolkan basis kebenarannya dan secara implisit pula menyingkirkan versi kebenaran lain.43 Dalam berita ini dapat dilihat pada paragraf 4, 5, dan 6 yaitu, “Menurutnya, jika RUU Pilkada lolos maka akan menjadi ancaman buat pemerintahan Jokowi-JK ke depan karena tidak mampu menjadi mayoritas di parlemen. Dia menilai sikap Koalisi Merah Putih memunculkan antipati terhadap masyarakat”. "Pilkada oleh DPRD dinilai publik sebagai pengkhianatan partai. PKS yang awalnya menolak RUU ini kemudian mendukung, termasuk PAN yang awalnya mengklaim sebagai partai demokratis juga mendukung RUU ini," jelasnya”. “Adjie mengatakan, mayoritas publik menilai bahwa usulan perubahan mekanisme pemilihan kepala daerah dari pemilihan langsung ke pemilihan tak langsung melalui DPRD hanyalah akal bulus parpol untuk memonopoli kekuasaan”. Dalam tiga paragraf diatas yang berturut-turut menjelaskan secara gamblang seperti apa RUU Pilkada yang diusahakan oleh pihak Koalisi Merah 43
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS,2001), h. 240
47
Putih, dan dijelaskan juga partai-partai yang berada didalamnya pernah menolak RUU Pilkada yaitu partai PKS dan PAN, bahkan dikatakan sebagai pengkhianatan partai. d. Sintaksis Koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, atau kalimat dalam teks. Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak koheren. Sehingga fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika seseorang menghubungkannya. Koherensi ini secara mudah dapat diamati di antaranya dari kata hubung (konjungsi) yang diapakai untuk menghubungkan fakta. Apakah dua kalimat dipandang sebagai hubungan kausal (sebab akibat), hubungan keadaan, waktu, kondisi dan sebagainya. 44 1) Koherensi Bentuk koherensi yang terkandung dalam berita tersebut ada pada paragraf pertama baris terakhir, yakni: “Meski menimbulkan pro dan kontra, partai politik yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih tetap bersikeras agar kepala daerah dipilih oleh DPRD. Padahal pasca Reformasi bergulir, kepala daerah disepakati dipilih langsung oleh rakyat.” Kalimat
tersebut
menggunakan
kata
hubung
yang
menyatakan
pertentangan yakni „padahal‟. Proposisi “Meski menimbulkan pro dan kontra, partai politik yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih tetap bersikeras 44
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS,2001), h. 242
48
agar kepala daerah dipilih oleh DPRD”, dengan “.pasca Reformasi bergulir, kepala daerah disepakati dipilih langsung oleh rakyat”, adalah sesuatu hal yang berlainan. Tetapi, dengan menggunakan kata penghubung „padahal‟ dua hal tersebut nampak berhubungan (koheren). 2) Bentuk Kalimat Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berpikir logis,yaitu prinsip kausalitas. Penempatan dapat mempengaruhi makna yang timbul karena akan menunjukkan bagian mana yang lebih ditonjolkan kepada khalayak.45 Menurut Van Dijk kesatuan dari beberapa kalimat yang satu dengan yang lain terikat dengan erat. Pengertian satu kalimat harus dihubungkan dengan kalimat yang lain dan tidak dapat ditafsirkan satu-satu kalimat melulu. 46 Dalam berita ini bentuk kalimat yang disajikan adalah dalam bentuk kalimat aktif. Disini, aktor pelaku (Koalisi Merah Putih) disajikan dalam teks terlihat Koalisi Merah Putih sebagai peran antagonis sementara Jokowi-JK sebagai peran protagonis.
e. Stilistik Suatu fakta umumnya terdiri atas beberapa kata yang merujuk pada fakta. Pilihan kata-kata yang dipakai menunjukkan sikap dan ideologi tertentu.
45 46
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS,2001),h. 251 Lubis, Analisis Wacana Pragmatik ( Bandung: Angkasa, 2011), h. 23
49
Peristiwa sama dapat digambarkan dengan pilihan kata berbeda-beda.47 Pilihan kata yang digunakan pada mayoritas kalimat dalam bagian berita ini adalah kata-kata denotatif, yaitu kata yang mudah dimengerti. Tetapi ada beberapa kata yang tidak mudah dimengerti digunakan dalam berita ini. 1) Leksikon Pada elemen ini pemilihan leksikal atau kata-kata kiasan dapat dilihat dalam berita ini, antara lain: -
Pada paragraf pertama baris ketiga terdapat kata Reformasi, yang berkalimat: “Padahal pasca Reformasi bergulir, kepala daerah disepakati dipilih langsung oleh rakyat...”
-
Pada paragraf ketiga baris pertama terdapat kata politik balas dendam , yang berkalimat:“Ini interpretasi yang tidak bisa ditolak. Wajar saja ini politik balas dendam...”
-
Pada paragraf keenam baris ketiga terdapat kata akal bulus dan memonopoli, yang berkalimat:” ...pemilihan tak langsung melalui DPRD hanyalah akal bulus parpol untuk memonopoli kekuasaan.”
-
Pada paragraf kesembilan terdapat kata kata bahasa asing di tiap barisnya yang sulit dimengerti antara lain quick pool, multistage random sampling, margin of error, yang berkalimat:” Survei dilakukan melalui quick pool pada tanggal 5-7 September 2014, dengan menggunakan metode multistage random sampling. Survei dilakukan kepada 1.200 responden
47
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS,2001),h. 255
50
dari 33 provinsi. Survei dilengkapi dengan penelitian kualitatif dengan metode analisis media. Margin of error sebesar 2,9 persen.” Pilihan kata yang digunakan pada seluruh kalimat dalam bagian-bagian berita ini adalah kata-kata denotatif, yakni arti kata yang sebenarnya atau bisa dikatakan kata-kata yang mudah dimengerti. Tetapi ada beberapa kata-kata kiasan, dan bahasa serapan ilmiah yang digunakan dalam berita ini, seperti Reformasi, politik balas dendam, akal bulus, memonopoli. Dan penggunaan bahasa asing untuk ilmiah yang biasa digunakan dalam pengambilan survei seperti quick pool, multistage random sampling, margin of error. f. Retoris Elemen ini merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau ditonjolkan (yang berarti dianggap penting) oleh seseorang yang dapat diamati dari teks. Pemakaian angka-angka dalam berita di antaranya digunakan untuk mensugestikan kebenaran, ketelitian, dan posisi dari suatu laporan. Angka dapat mensugestikan presisi dari apa yang hendak dikatakan dalam teks. 48
1) Grafis Dalam berita ini terdapat angka-angka yang bertujuan untuk meyakinkan pembaca bahwa informasi yang diberikan valid dan penting untuk diperhatikan, 48
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS,2001),h. 257
51
kalimat tersebut terdapat di paragraf kedelapan dan paragraf kesembilan yaitu: “Dalam hasil survei yang dilakukan LSI, 81,25 persen masyarakat Indonesia menolak jika kepala daerah kembali dipilih anggota DPRD. Sementara, 10,71 persen setuju dan 4,91 persen menyatakan kepala daerah sebaiknya ditunjuk oleh presiden.” Dan pada paragraf selanjutnya ,“Survei dilakukan melalui quick pool pada tanggal 5-7 September 2014, dengan menggunakan metode multistage random sampling. Survei dilakukan kepada 1.200 responden dari 33 provinsi. Survei dilengkapi dengan penelitian kualitatif dengan metode analisis media. Margin of error sebesar 2,9 persen. Tabel 4 Analisis Teks Berita “LSI: RUU Pilkada Penuh Aroma Balas Dendam Koalisi Merah Putih ” Struktur Wacana Elemen Keterangan Struktur Makro
Tematik
Pada paragraf ke 2, dijelaskan inti atau pokok yang menjadi tema dari berita tersebut yaitu pernyataan mengenai politik balas dendam yang dilakukan oleh pihak koalisis merah putih
Superstruktur
Skematik
- Diawali dengan penjelasan akan keinginan dari Koalisi Merah Putih untuk mengesahkan RUU Pilkada. - Pada pertengahan tulisan diceritakan tanggapan dari Adjie Al-Faraby yang merupakan seorang peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI). Dalam pernyataannya dikatakan bahwa Koalisi Merah Putih kental dengan aroma politik balas dendam, dan merupakan ancaman bagi pemerintahan Jokowi-JK. - Pada bagian akhir berisi tentang pernyataan Adjie Al-Faraby bahwa dengan disahkannya RUU Pilkada akan terjadi money politics dan
52
Struktur Mikro
kekuatan uang yang akan menjadi pemenang. Diperkuat dengan hasil survei yang dilakukan LSI terhadap 81,25 persen masyarakat Indonesia yang setuju untuk menolak jika kepala daerah kembali dipilih oleh DPRD. Latar yang ingin dimunculkan oleh wartawan adalah seperti apa pasca reformasi demokrasi berlangsung dengan melibatkan partisipasi masyarakat. Hal ini dilakukan untuk mengajak pembaca melihat seperti apa berjalannya demokrasi pada masa ketika hak konstitusional tidak sepenuhnya berada ditangan rakyat.
Latar
-
Detil
- Pada paragraf ke delapan itu dijelaskan siapa yang melakukan survei dan berapa persentasi masyarakat yang menolak dam hanya sebagian kecil yang menyetujui.“Dalam hasil survei yang dilakukan LSI, 81,25 persen masyarakat Indonesia menolak jika kepala daerah kembali dipilih anggota DPRD. Sementara, 10,71 persen setuju dan 4,91 persen menyatakan kepala daerah sebaiknya ditunjuk oleh presiden”. - Maksud yang terkandung dalam berita ini Dalam tiga paragraf diatas yang berturut-turut menjelaskan secara gamblang seperti apa RUU Pilkada yang diusahakan oleh pihak Koalisi Merah Putih, dan dijelaskan juga partai-partai yang berada didalamnya pernah menolak RUU Pilkada yaitu partai PKS dan PAN, bahkan dikatakan sebagai pengkhianatan partai.
Maksud
- Pada paragraf keempat: “Menurutnya, jika RUU Pilkada lolos maka akan menjadi ancaman buat
53
pemerintahan Jokowi-JK ke depan karena tidak mampu menjadi mayoritas di parlemen. Dia menilai sikap Koalisi Merah Putih memunculkan antipati terhadap masyarakat”. - Pada paragraf kelima: "Pilkada oleh DPRD dinilai publik sebagai pengkhianatan partai. PKS yang awalnya menolak RUU ini kemudian mendukung, termasuk PAN yang awalnya mengklaim sebagai partai demokratis juga mendukung RUU ini," jelasnya”. -
Koherensi
Bentuk Kalimat
Pada paragraf keenam: “Adjie mengatakan, mayoritas publik menilai bahwa usulan perubahan mekanisme pemilihan kepala daerah dari pemilihan langsung ke pemilihan tak langsung melalui DPRD hanyalah akal bulus parpol untuk memonopoli kekuasaan”. - Bentuk koherensi yang terkandung dalam berita ini terdapat pada paragraf pertama baris terakhir, yakni: “Meski menimbulkan pro dan kontra, partai politik yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih tetap bersikeras agar kepala daerah dipilih oleh DPRD. Padahal pasca Reformasi bergulir, kepala daerah disepakati dipilih langsung oleh rakyat.” - Bentuk Kalimat dalam berita ini ialah bentuk kalimat aktif. Bentuk kalimat yang mendahulukan pelaku sebelum penderita atau bisa dikatakan korban dan biasanya diawali dengan awalan me-.
54
Leksikon
Grafis
- Kata “Reformasi” pada paragraf 1 baris ke 3. - Kata “politik balas dendam” pada paragraf 3 baris 1. - Kata “akal bulus” pada paragraf 6 baris 3. - Kata “memonopoli” pada paragraf 6 baris 3. - Kata “quick pool” pada paragraf 9 baris 1 - Kata “multistage random sampling” pada paragraf 9 baris 2 - Kata “Margin of error” pada paragraf 9 baris 4 - Dalam berita ini terdapat angka-angka yang bertujuan untuk meyakinkan pembaca bahwa informasi yang diberikan valid dan penting untuk diperhatikan, kalimat tersebut terdapat di paragraf kedelapan dan paragraf kesembilan yaitu: “Dalam hasil survei yang dilakukan LSI, 81,25 persen masyarakat Indonesia menolak jika kepala daerah kembali dipilih anggota DPRD. Sementara, 10,71 persen setuju dan 4,91 persen menyatakan kepala daerah sebaiknya ditunjuk oleh presiden.” Dan pada paragraf selanjutnya ,“Survei dilakukan melalui quick pool pada tanggal 5-7 September 2014, dengan menggunakan metode multistage random sampling. Survei dilakukan kepada 1.200 responden dari 33 provinsi. Survei dilengkapi dengan penelitian kualitatif dengan metode analisis media. Margin of error sebesar 2,9 persen.
B. Analisis Wacana Level Kognisi Sosial Pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai makna, tetapi makna itu diberikan oleh pemakai bahasa, atau lebih tepatnya
55
proses kesadaran mental dari pemakai bahasa. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu penelitian atas representasi kognisi dan strategi wartawan dalam memproduksi suatu berita. 49 Menurut Van Dijk, titik kunci dalam memahami produksi berita adalah dengan meneliti proses terbentuknya teks serta sumber-sumber yang digunakan Redaksi hingga menjadi satu berita. Pendekatan kognisi sosial ini bersifat lokal, spesifik, dan psikologis. Hal ini sangat bertolakbelakang dengan kecenderungan menghubungkan teks komunikasi dengan isu besar dalam media seperti kontrol institusi, profesi, modal, dan lain sebagainya. Dalam pengambilan isu tersebut pihak Redaksi mengatakan ada hal yang menarik yang ingin disampaikan kepada publik: “Berita itu bersumber dari sebuah survei dan analisa dari pengamat politik dari LSI. Ada yang menarik dalam berita tersebut yaitu analisa di tengah perseteruan antara kubu Jokowi dan Prabowo Subianto di DPR.”50 Dalam pandangan van Dijk, ada beberapa strategi yang dilakukan wartawan dalam memahami peristiwa yang diliputnya. Pertama, seleksi. Seleksi adalah strategi yang kompleks yang menunjukkan bagaimana sumber, peristiwa diseleksi oleh wartawan. Kedua, reproduksi. Behubungan dengan apakah informasi dikopi, digandakan,
atau
tidak
dipakai
oleh
awrtawan.
Ketiga,
penyimpulan.
Berhubungan dengan bagaimana realitas yang kompleks dipahami dan ditampilkan dengan diringkas. Keempat, transformasi lokal. Transformasi berhubungan dengan bagaimana peristiwa akan ditampilkan. 49
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS,2001),h. 266 Wawancara Peneliti dengan Muhammad Hasits (Redaktur Politik) pada 3 November 2014 melalui E-mail. 50
56
Dalam berita ini pihak Merdeka memposisikan mereka selayaknya media lain yang memberitakan isu tersebut terus menerus, kalau tidak memunculkan berita tersebut maka akan terlihat berpihak, Benny memiliki alasan: “Terkadang memang ada saat sponsor memiliki masalah dan perlu diberitakan, tapi tetap media tugasnya adalah menginformasikan, tidak boleh ada yang disembunyikan. Kalau merdeka.com tidak memuat berita tersebut sementara media lain membuat, akan terlihat bahwa kita berpihak”.51 Di Merdeka.com sendiri proses pengambilan berita hingga dapat dinikmati pembaca tidak serumit media cetak dan cenderung lebih simple. “Reporter bertugas menghimpun data atau info sebanyakbanyaknya di lapangan. Kemudian tugas editor mengedit dan menentukan data dan info yang didapat oleh reporter itu layak dinaikkan menjadi berita atau tidak. Di media online itu simpel, tidak seperti di koran. Rapat redaksi dimulai pukul 17.00 agenda dikirim melalui email kepada reporter, kemudian reporter mengirimkan kembali kemudian setelah berita sudah jadi atau sudah melalui proses editing oleh editor, berita itu kemudian dinaikkan ke tools yang sudang disiapkan oleh tim IT”.52
Sebagai media yang dapat dikatakan Nasionalis, nampaknya isu mengenai RUU Pilkada mejadi salah satu isu yang gencar diberitakan oleh Merdeka. Diakui bahwa keberpihakan dalam media memang tidak bisa dihindari, namun kembali kepada kecerdasan wartawan dalam mengelola dan mengkonstruksi kalimat, sehingga tidak merugikan pihak lain dalam pemberitannya dengan tidak terlalu menonjolkan kata-kata yang menjatuhkan pihak tertentu.
51
Wawancara Peneliti dengan Laurel Benny Siron Silalahi (Reporter) pada 8 November 2014 melalui E-mail. 52 Wawancara Peneliti dengan Muhammad Hasits (Redaktur Politik) pada 3 November 2014 melalui E-mail.
57
Jadi secara kognisi sosial terlihat jelas bahwa wartawan Merdeka.com memiliki motivasi kognisi sosial yang kuat dalam keberpihakannya terhadap penolakan RUU Pilkada. Meskipun secara proses penerbitan berita yang memiliki otoritas penuh akan naiknya berita adalah editor atau redaktur. Pertama, merdeka membebaskan para wartawan untuk memuat sebuah berita asalkan sesuai dengan fakta dan data yang valid, dan dengan alur produksi yang simple maka dengan mudah apa yang ingin detekankan penulis dapat terlihat dengan sangat jelas didalam teks berita. Kedua, sisi indivu dari wartawan yang tidak mendukung akan hal tersebut dalam pengesahan RUU Pilkada menjadi faktor berikut yang menjadi salah satu faktor pengaruh terhadap isi berita, sehingga apa fakta yang ditimbulkan dan siapa yang memberikan keterangan menjadi suatu penekanan atau kecenderungan tersendiri. Terlepas dari kesamaan tersebut, melihat kecenderungan Merdeka.com yang menolak akan disahkannya RUU Pilkada, penulis memandang bahwa seharusnya keseimbangan dalam penyampaian informasi oleh media massa kepada khalayak haruslah diperhatikan. Peran media massa sebagai ruang publik menuntut isi berita yang disampaikan tidak hanya memihak pada satu pihak dan menjatuhkan pihak lain, apalagi menyangkut konflik koalisi partai-partai yang mendukung masing-masing tokoh, dan tentunya mengganggu kestabilan demokrasi. Meskipun pada kenyataannya tidak dapat dihindari keberpihakan yang dilatarbelakangi atas kesamaan ideologi sangat mungkin terjadi dalam pemberitaan di media massa yang akhirnya akan memengaruhi isi berita tersebut.
58
Sebagaimana disebutkan oleh Pamela J. Shoemaker dan Stephen Reese (1996) bahwa terdapat berbagai faktor yang secara hirarkis dapat memengaruhi isi media. Pertama faktor individu, Laurel Benny Siron Silalahi yang merupakan reporter dari berita ini mengatakan penolakannya terhadap RUU Pilkada. “RUU Pilkada saat ini sudah disahkan oleh DPR yaitu pilkada dipilih oleh DPRD, sebagai negara yang menjujung azaz demokrasi sebaiknya pilkada dilakukan secara langsung tidak melalui DPRD. Karena kalau dipilih DPRD akan banyak terjadi polemik di masyarakat. Mudahmudahan Perpu SBY akan dikabulkan oleh DPR bulan Januari nanti.”53 Dari apa yang telah dikatakan oleh Benny terlihat bahwa pandangannya menolak akan kontroversi RUU Pilkada yang jika dikaitkan dengan
level
Hierarki Pengaruh termasuk dalam Level Individu, yaitu pengaruh dari wartawan atau reporter yang dalam hal ini adalah pencari berita dan pengumpul berita. Level ini memiliki pengaruh yang amat besar karena wartawan atau reporter adalah individu yang langsung berinteraksi dengan situasi dan kondisi dilapangan. 54 Jika kognisi wartawan dalam memahami pro dan kontra pengesahan RUU Pilkada seperti yang telah penulis paparkan diatas maka dalam tabel empat skema atau model kognisi sosial van Dijk dapat dituliskan sebagai berikut: Tabel 5 Skema/Model Kognisi Sosial van Dijk
53
Wawancara Peneliti dengan Laurel Benny Siron Silalahi (Reporter) pada 8 November 2014 melalui E-mail. 54 Werner J. Severin, James W. Tankard, jr., Teori Komunikasi Sejarah, Metode, Dan Terapan Di Dalam Media Massa ( Jakarta: Kencana, 2008) h. 66
59
Skema Peran (Role Schemas), skema ini berhubungan dengan bagaimana sesorang memandang dan menggambarkan peranan dan posisi yang ditempati seseorang dalam masyarakat. Dalam hal ini Laurel Benny Siron Silalahi memandang pengesahan RUU Pilkada bertentangan dengan azas demokrasi yang belakangan dibangun oleh Indonesia. Dan dia pun berharap agar PERPU yang diajukan oleh SBY dikabulkan oleh DPR. Skema Peristiwa (Event Schemes), skema ini paling banyak dipakai, karena hampir tiap hari kita selalu melihat, mendengar peristiwa yang lalulalang. Dan setiap peristiwa selalu kita tafsirkan dan maknai dalam skema tertentu. Umumnya, skema peristiwa inilah yang paling banyak dipakai oleh wartawan. 55 Muhammad Hasits mengatakan pengesahan RUU Pilkada menjadi isu yang hangat diperbincangkan oleh segala lapisan masyarakat dan media. Berita itu bersumber dari sebuah survei dan analisa dari pengamat politik dari LSI. Ada yang menarik dalam berita tersebut yaitu analisa di tengah perseteruan antara kubu Jokowi dan Prabowo Subianto di DPR.
C. Analisis Wacana Level Konteks Sosial Wacana adalah bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat, sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat. Titik penting dari analisis ini adalah untuk menunjukkan bagaimana makna yang dihayati bersama, kekuasaan sosial diproduksi lewat praktik diskursus dan
55
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS,2001),h.262
60
legitimasi. Menurut Van Dijk, dalam analisis mengenai masyarakat ini, ada dua poin yang penting yaitu kekuasaan (power), dan akses (access).56 Wacana yang diangkat dalam penelitian ini lebih menekankan pada kecenderungan pihak media terhadap isu Pemilihan Kepala Daerah terkait RUU Pilkada. Jika dibuat rumusan konteks sosial dalam hal ini adalah menjawab pertanyaan bagaimana wacana mengenai pengesahan RUU Pilkada khususnya yang berkembang pada masyarakat. Pada bagian ini peneliti akan memaparkan konteks sosial yang melatarbelakangi Pemilihan Kepala Daerah terkait pengesahan RUU Pilkada. Mulai 1 Juni 2005, para kepala daerah (Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, dan Walikota/Wakil Walikota) dipilih secara langsung. Secrara teknis, proses pemilihannya lebih sederhana. Misalnya saja, kalau tidak ada calon yang mampu memperoleh suara 50 persen + 1, calon yang memperoleh suara lebih dari 25 persen bisa dianggap sebagai pemenang. Oleh sebab itu, jarang sekali Pilkada yang menggunakana second round. 57 Hasil
kajian
Lingkaran
Survei
Indonesia
pimpinan
Denny
JA
menyimpulkan bahwa proses pengesahan Rancangan Undang-undang tentang pemilihan kepala daerah menjadi UU cacat secara prosedural. Hal itu mengacu pada tata tertib di Dewan Perwakilan Rakyat tentang pengambilan keputusan senator.
56
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKIS,2001),h. 259 Kacung Marijan, Sistem Politik Indonesia: Konsolidasi Demokrasi Pasca Orde Baru, (Jakarta:Kencana,2010) h. 102
57
61
Menurut Tatib DPR RI, Bab XVII pasal 277 ayat 1, dalam pengambilan keputusan harus disetujui oleh lebih dari separuh jumlah anggota yang hadir. Tingginya resistensi masyarakat terhadap RUU Pilkada oleh DPRD menunjukkan penolakan dicabutnya hak politik mereka. Penolakan masyarakat ini juga terlihat dari temuan ilmiah LSI yang di rilis 8 September 2014 bahwa sebanyak 81,25% setuju pilkada langsung,58 Gejolak penolakan secara luas seketika muncul pasca pengesahan UU Pilkada oleh DPR Jumat dini hari (26/9). Gelombang elemen masyarakat yang berancangancang mengajukan gugatan uji materi (judicial review) ke Mahkamah Konstitusi (MK), khususnya soal pilkada lewat DPRD terus bermunculan.59 Komisi Pemilihan Umum (KPU) akan menjadi lembaga yang paling terdampak atas pengesahan UU Pilkada. Pekerjaan penyelenggara pemilu itu diprediksi berkurang. Mereka hanya akan menyelenggarakan pileg dan pilpres.
Pakar Hukum Tata Negara Oce Madril mengatakan, Memang dalam pengesahan UU Pilkada ini lebih banyak muatan politiknya jadinya seperti ini. Jika SBY yang juga sebagai Ketua Umum Partai Demokrat sejak awal menghendaki pilkada dipilih secara langsung mengapa harus walkout saat sidang paripurna
58
pengesahan
RUU
Pilkada.
Sebab,
Demokrat
pasti
sudah
http://news.detik.com/read/2014/10/02/163246/2708067/10/ diakses pada tanggal, 13/11/2014 pukul 13.49 59 http://www.jawapos.com/baca/artikel/7483/Penolakan-Pilkada-oleh-DPRD-Meluas ,diakses pada tanggal 13/11/2014, pukul 14.00
62
memperhitungkan bahwa jika walkout pasti opsi pilkada melalui DPRD yang akan menang. 60
Diluar adanya pro kontra yang terjadi dikalangan elit politik sedikit banyak kondisi politik yang „panas‟ mempengaruhi beberapa aspek, yang terlihat jelas adalah anggota DPR tersita oleh isu ini saja tanpa melakukan tugas-tugas yang lebih dapat dirasakan dampaknya oleh rakyat luas, tentunya menjadi kerugian besar karena anggota DPR sudah dilantik beberapa waktu lalu tetapi menghambat program kerja mereka dikarenakan kepentingan dari partai. Jika yang dimaksud dengan demokrasi adalah apa yang sering dikaitkan dengannya, seperti adanya konsep politik, atau konsep sosial tertetu: misalnya konsep persamaan di hadapan udang-undang, kebebasan berkepercayaan dan akidah, mewujudkan keadilan sosial dan lainnya, atau jaminan atas hak-hak tertentu, seperti hak hidup, berkebebasan dan bekerja, tidak diragukan lagi seluruh prinsip dan hak tadi terwujudkan dan terjamin dalam sistem Islam. Namun perlu diperhatikan bahwa pandangan Islam terhadap hak-hak ini ditinjau dari tempat timbulnya yang alami, dapat berbeda dan dapat dilihat sebagai hak-hak Allah, atau hak bersama antara Allah dan hambanya atau dilihat sebagai nikmat, bukan hak, atau dinyatakan sebagai asal bagi sesuatu, atau merupakan undang-undang yang diletakkan oleh Allah bagi wujud atau fithrah ini. Sedangkan, jika yang dimaksud dengan demokrasi itu adalah sistem yang menjadi
60
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/hukum/14/10/01/ncqg55-pengamat-pengesahanruu-pilkada-lebih-banyak-muatan-politik , diakses pada tanggal 13/11/2014, pukul 14.07
63
ikutannya, yaitu konsep pembagian kekuasaan, maka hal seperti itu pun ada dalam sistem Islam. 61 Kekuasaan legislatif yang merupakan kekuasaan terpenting dalam sistem demokrasi terletak dalam diri umat secara kolektif, dan terpisah dari kekuasaan imam atau pemimpin negara. Hukum disimpulkan dari Al-Qur‟an dan hadits atau ijma umat atau hasil ijtihad. Dengan demikian, kedudukan hukum independen dari imam (kepala negara), bahkan lebih tinggi daripadanya. Imam terikat dengan kekuasaan ini. Bahkan, pada hakikatnya, imamah hanyalah kepemimpina kekuatan eksekutif belaka. Institusi pengadilan juga bersifat independen karena tidak menetapkan hukum berdasarkan pendapat penguasa atau kepala negara, namun dengan hukum syariat atau perintah Allah. Adanya konsep Ijma yang merupakan salah satu keistimewaan syariat Islam, dan yang hanya diakui oleh Islam, memperkuat statemen bahwa Islam memberikan tempat khusus bagi umat dan aspirasinya dalam sistem Islam, yang lebih tinggi daripada apa yang mungkin dapat dicapai dalam sistem demokrasi manapun, sesempurna apa pun sistem demokrasi itu. Kaum muslimin telah menetapkan jauh sebelum Roussou dan sejenisnya berbicara tentang aspirasi umum masyarakat bahwa aspirasi umat adalah sakral dan merupakan cermin dari kehendak Allah, serta dijadikan sebagai salah satu sumber hukum dalam Islam, meskipun pada akhirnya tetap harus berpedoman
61
Muhammad Dhiauddin Rais, Teori Politik Islam, (Jakarta:Gema Insani Press,2001) h. 307
64
pada Al-Qur‟an dan As-Sunnah. Dari segi praktikal, aspirasi tercermin dalam ijma kalangan mujtahidin dari ulama umat islam. 62 Dalam RUU Pilkada pasal 1 dikatakan ” Gubernur dipilih oleh DPRD Provinsi secara demokratis berdasar asas bebas, rahasia, jujur, dan adil”. Pada pasal inilah yang menjadi permasalahan, seperti yang telah dipaparkan diatas bahwa Islam menghargai hak-hak umatnya untuk turut ikut dalam kegiatan bernegara. Menurut Yusuf Qardhawy, substansi demokrasi sejalan dengan prinsip-prinsip Islam. Hakikat demokrasi yang dimaksud dan sesuai dengan Islam, seperti dijelaskan Qardhawy, adalah; “... bahwa rakyat memilih orang yang akan memerintah dan menata persoalan mereka, tidak boleh dipaksakan kepada mereka penguasa yang tidak mereka sukai atau rezim yang mereka benci, mereka diberi hak untuk mengoreksi penguasa bila ia keliru, diberi hak untuk mencabut dan menggantinya bila dia menyimpang, mereka tidak boleh digiring dengan paksa untuk mengikuti berbagai sistem ekonomi, sosial, dan politik yang tidak mereka kenal dan tidak pula mereka sukai. Bila sebagian dari mereka menolak, maka mereka tidak boleh disiksa, dianiaya, dan dibunuh” Jika sebuah peraturan dibuat untuk mengekang hak-hak berdemokrasi maka hal ini tidak sejalan dengan pemikiran Qardhawy, rakyat berhak memilih orang yang pantas memerintah, bukan dipaksakan untuk memilih pemimpin yang mereka benci. Dan jika otoritas tertinggi adalah rakyat, maka rakyat pula berhak mencabut atau mengganti pemimpin seperti apa yang diinginkan. Karena pada kenyataannya anggota DPRD tidak dapat kita pungkiri lebih memikirkan kepada
62
Muhammad Dhiauddin Rais, Teori Politik Islam, (Jakarta:Gema Insani Press,2001) hal.308
65
kepentingan golongannya bukan kepentingan rakyat yang secara langsung memilih mereka. Pengaplikasiannya selama ini sistem demokrasi dengan partisipasi langsung lebih diapresiasi oleh masyarakat, meskipun masih banyak cela yang perlu diperbaiki, seperti yang telah dijelaskan diatas hal ini sejalan dengan Islam. Rakyat diberikan kebebasan untuk memilih pemimpinnya dan mengoreksi perilakunya, mereka juga boleh menolak perintah penguasa yang bertentangan dengan undang-undang dasar. Demokrasi semacam ini, menurut Qardhawy, sejalan dengan Islam. Didalam Islam rakyat boleh menolak perintah imam yang menyuruh atau memaksa melakukan maksiat, dan rakyat berhak memecat atau menurunkan pemimpinnya bila menyimpang dan berlaku zalim.
66
67
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah menguraikan landasan teori, gambaran umum dan analisis penulis menyimpulkan beberapa poin. Kesimpulan ini untuk menjawab rumusan masalah pada skripsi ini. Kesimpulan tersebut yaitu : 1. Struktur Wacana a) Secara struktur makro , rentetan tema berita yang dikemas dan disajikan oleh Merdeka.com menjelaskan bahwa Merdeka.com memposisikan sebagai media umum yang mewakili media sebagai salah satu tiang pengontrol sosial dan watch dog bagi setiap keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah. b) Secara superstruktur, Merdeka.com mengemas berita dalam skema aluralur berita yang tegas sehingga dapat mudah dipahami apa arti dan tujuan dari berita tersebut. c) Secara struktur mikro, berdasarkan semantik, sintaksis dan stilistik terkemas secara variatif, dilengkapi dengan elemen grafis yang mempertegas namun tidak terdapat elemen retoris dalam berita tersebut.
68
2. Kognisi Sosial Dilihat dari segi Kognisi sosial, wartawan Merdeka.com diberikan kebebasan dalam memuat berita asalkan sesuai dengan fakta dan data. Dari pihak wartawan dalam isu ini secara jelas menolak akan hadirnya RUU Pilkada, sehingga sedikit banyak memengaruhi isi dari pemberitaan ini. 3. Konteks Sosial Dalam konteks sosial dapat dilihat seperti apa Merdeka.com mewakili aspirasi masyarakat yang menolak akan disahkannya RUU Pilkada. Terlihat dari judul beritanya yang mengangkat beberapa pendapat dari salah satu lembaga survei, yaitu LSI. Karena pada berbagai media pun sebagian besar menyuarakan penolakan dan tidak jarang menggunakan pendapat baik pakar tata negara maupun direktur eksekutif sebuah lembaga survei. Pengaplikasiannya selama ini sistem demokrasi dengan partisipasi langsung lebih diapresiasi oleh masyarakat, meskipun masih banyak cela yang perlu diperbaiki, seperti yang telah dijelaskan diatas hal ini sejalan dengan Islam. Rakyat diberikan kebebasan untuk memilih pemimpinnya dan mengoreksi perilakunya, mereka juga boleh menolak perintah penguasa yang bertentangan dengan undang-undang dasar. Demokrasi semacam ini, menurut Qardhawy, sejalan dengan Islam. Didalam Islam rakyat boleh menolak perintah imam yang menyuruh atau memaksa melakukan maksiat, dan rakyat berhak memecat atau menurunkan pemimpinnya bila menyimpang dan berlaku zalim.
69
B. Saran Peneliti ingin menyampaikan bebarapa saran yang berkenaan dengan berita tentang isu Pemilihan Kepala Daerah terkait RUU Pilkada yang diberitakan oleh Media Online Merdeka.com, sebagai berikut: 1.
Berita yang dipublikasikan Merdeka.com dilakukan secara terus menerus dalam kaitannya dengan RUU Pilkada karena menurut mereka penting, karena dapat digunakan sebagai teguran bagi pihak-pihak terkait,tetapi perlu diperhatikan agar tidak menyudutkan atau meminoritaskan pihak tertentu sehingga unsur cover both side yang dikatakan oleh pihak redaksi terimplementasikan dengan baik. Pada kenyataannya terpengaruh oleh wartawan itu sendiri yang menyatakan dengan tegas tidak setuju dengan disahkannya RUU Pilkad. Media massa yang merupakan alat kontrol sosial tentunya harus mengambil data-data yang seimbang untuk menjaga informasi berita, terlebih sebagai alat pemersatu bangsa agar tidak terjadi konflik yang lebih „panas‟ dari konflik kepentingan yang tengah terjadi di pemerintahan Indonesia di masa awal pemerintahan baru yang akan dibawa oleh JokowiJK.
2.
Penelitian ini dapat dikaji lagi dari sudut pandang yang berbeda dalam berbagai keilmuan yang berbeda atau sebagai kelanjutannya dari penelitian ini, agar penelitian ini berkesinambungan hingga menghasilkan pemberitaan yang baik dan tidak memiliki kecenderungan khususnya bagi media online yang memiliki ideologi nasionalis.
70
71
DAFTAR PUSTAKA
Badara, Aris. 2012. Analisis Wacana: Teori, Metode, dan Penerapannya Pada Wacana Media. Jakarta: Kharisma Putra Utama. Baran, Stanley J. & Davis, Dennis K. 2010. Teori Komunikasi Massa: Dasar, Pergolakan, dan Masa Depan. Jakarta: Salemba Humanika. Eriyanto. 2012. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media.. Yogyakarta: LKIS. Iriawan Maksudi, Beddy. 2012. Sistem Politik Indonesia Pemahaman Secara Teoretik dan Empirik, Jakarta: Rajawali Pers. Kontur, Ronny. 2005. Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, Jakarta: CV. Teruna Grafica. Kriyantono, Rachmat. 2007.Teknik Praktis Riset Komunikasi : Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Lubis. Analisis Wacana Pragmatik. 2011. Bandung: Angkasa. Jorgensen , Marianne W.& Louise J. Phillips. 2010. Analisis Wacana Teori & Metode. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
72
Marijan, Kacung. 2012. Sistem Politik Indonesia: Konsolidasi Demokrasi Pasca Orde Baru, Jakarta:Kencana. McQuail, Dennis. 2011. Teori Komunikasi Mass, edisi ke-6.. Jakarta: Salemba Humanka. Sobur, Alex. 2006. Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Rais Dhiauddin, Muhammad. 2001. Teori Politik Islam, Jakarta:Gema Insani Press. Rani, Abdul. 2004. Analisis Wacana Sebuah Kajian. Malang: Bayu Media. Santana K, Septiawan. 2005. Jurnalisme Kontemporer. Jakarta :Yayasan Obor Indonesia. Severin J, Werner & W. Tankard, jr, James. 2008. TEORI KOMUNIKASI Sejarah, Metode, Dan Terapan Di Dalam Media Massa..Jakarta: Kencana. Tebba, Sudirman. 2005. Jurnalistik Baru. Ciputat: Kalam Indonesia. Thaha, Idris. 2005. Demokrasi Religius,Pemikiran Politik Nurcholis Madjid dan M. Amien Rais. Jakarta: Teraju PT Mizan Publika. Van Dijk, Teun. 1995. Aims of Critical Discourse Analysis. Japan Discourse.
73
Van Dijk, Teun. 2002. Critical Discourse Studies : A Sociocognitive Approach. London: Sage.
Website: http://www.rumahpemilu.org/in/read/148/Rancangan-Undang-Undang-tentangPemilihan-Kepala-Daerah , diakses pada tanggal 28/9/14, pukul 9,45. http://www.merdeka.com/company/workstation-merdeka.html http://www.merdeka.com/company/tentang-kami.html http://www.merdeka.com/company/redaksi-merdeka.html, http://nasional.kompas.com/read/2014/10/02/21435921/Batalkan.Pilkada.Tak.Lan gsung.Presiden.SBY.Terbitkan.2.Perppu http://news.detik.com/read/2014/10/02/163246/2708067/10/ http://www.jawapos.com/baca/artikel/7483/Penolakan-Pilkada-oleh-DPRDMeluas
74
HASIL WAWANCARA
Narasumber
: Laurel Benny Siron Silalahi
Jabatan
: Wartawan/Reporter Merdeka.com
Hari/Tanggal : Sabtu / 8 November 2014
1. Bagaimana pandangan anda terhadap perkembangan demokrasi di indonesia? Sejak era reformasi menurut saya perkembangan di negeri ini semakin membaik, masyarakat memiliki hak berpendapat dan menyampaikan aspirasinya, meski begitu ada juga beberapa yang perlu dilakukan evaluasi atau pembaruan seperti UU Pemilu yang langsung. Sebaiknya pemilu dilakukan secara serentak dari DPRD DPR hingga presiden.
2. Apa yang anda ketahui mengenai RUU Pilkada? Seperti apa kelebihan dan kekurangan RUU Pilkada? RUU Pilkada saat ini sudah disahkan oleh DPR yaitu pilkada dipilih oleh DPRD, sebagai negara yang menjujung azaz demokrasi sebaiknya pilkada dilakukan secara langsung tidak melalui DPRD. Karena kalau dipilih DPRD akan banyak terjadfi polemik di masyarakat. Mudah-mudahann Perpu SBlY akan dikabulakn oleh DPR bulan Januari nanti.
3. Apakah anda setuju terhadap disahkannya RUU Pilkada secara pribadi? Tidak. 4. Bagaimana pemilihan kata, bahasa, judul dan wacana pada setiap penulisannya? Yang mudah dimengerti oleh masyarakat, karna tidak semua pembaca bisa memahami penggunaan kata yang berat-berat. 5. Bagaimana Merdeka.com mengkonstruksi berita ini? Bagaimana proses pengemasan berita politik di Merdeka.com?
Sebelumnya sebagai wartawan melakukan kordinasi dengan kantor bahwa ada liputan, misalkan LSI atau liputan kampanye dll. Dari situ kadang ada redaktur yang memiliki isu bagus dan kita teruskan dilapangan. Tapi sebagai wartawan yang sudah tiga tahun dilapangan kita memiliki insting mana yang layak dijadikan berita mana yang tidak. Cara pengemasanya, tetap berpedoman pada 5W 1H disetiap tulisan kita, kalau semua sudah ada ditulisan kita kirim kekantor dan akan diedit oleh redaktur kita.
6. Bagaimana Merdeka.com menjaga keobjektifan berita atau isu yang dibuat? Berdasarkan informasi yang diterima baik kantor atau individu kita, kalu memang menarik kita cari narasumber yang berkompeten untuk mengembangkan isu tersebut.
7. Latar belakang pendidikan yang diambil hingga menjadi wartawan termasuk suku anda? Saya kuliah Fakultas Komunikasi jurusan Broadcast, saya suku Batak 8. Bagaimana kebijakan redaksi dan struktur pembuatan berita politik? Redaksi merdeka.com membebaskan setiap wartawanya untuk membuat apa saja beritanya, tidak berpihak pada siapapun dan harus tetap berimbang. 9. Organisasi media merupakan gate keeper, bagaimana penerapannya di Merdeka.com, dan seberapa besar pengaruhnya terhadap konten? Apakah dalam penulisan berita ini ada tekanan dari pihak lain seperti sponsor? Terkadang memang ada saat sponsor memiliki masalah dan perlu diberitakan, tapi tetap media tugasnya adalah menginformasikan, tidak boleh ada yang disembunyikan. Kalau merdeka.com tidak memuat berita tersebut sementara media lain membuat, akan terlihat bahwa kita berpihak. 10. Sejauh mana pengetahuan dan pemahaman wartawan Merdeka.com terhadap penulisan rubrik politik apakah ada pelatihan khusus sebelumnya? Bisa gak bisa ngerti gak ngerti kita akan merasakan yang namanya liputan politik, caranya yah, banyak baca-baca soal isu politik yang sedang gencar di
media.
11. Apakah setuju jika Merdeka.com dikatakan memiliki ideologi Nasionalis dari berita tersebut dan apakah anda berideologi sama? Setuju, karena media adalah milik publik dan ruang publik. 12. Bagaimana dengan berita tersebut apakah dapat dijadikan tolak ukur kecenderungan Merdeka.com? Selama kita bisa mempertahankan kebenaran isi berita saya rasa oke2 aja. 13. Apa yang diharapkan Merdeka.com terhadap sajian berita politik khususnya sebagai media penyampaian pesan kepada masyarakat? Sebagai reporter saya rasa tidak bisa menjawab pertanyaan ini.
Laurel Benny Siron Silalahi Wartawan/Reporter
I(EN{ENTERIAN AGA1\IA UI\IVERSITAS ISLAM NEGIIRI (UTN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAI(ULTAS DAK\\'AI{ DAN ILMU KON{UNIKASI
*; ,"bi l;;t, t;:.;);'; 1 i.': I l' l:' t* t"o.,- i'
Telepon/Fax : (02 I ) 7'i-11728 / 71703580
.lulirtil:i l-r.1. 95 CiipLrtat l5-1 l2 Irldorlcsitt \\'.1'sit" p .00.9 t'
ti
Nolrror Lampiran
Un.0 I ifi5ip
ilal
Izin Penelitirn (SliriPsi)
ry
l\\\l-.lilL!!-!Lll.rl!,!r1,1 1e-ril' !i-nrril
.laltarta.,
{, iZO t +
?g SePlcmtrer
201-{
I(epada Yth. P
irnpi r-ran N'iercleka. Com
di
Terrpat A
ss
a
I
unru' ol ai kum ll'r.
Ltr'b.
I)c'lian F-akultas Dak$,al1 dar.i Ih-nu Komunikasi LjlN Sl,arif Hidavatuilah Jaliarta n-Ienerangkan bah*'a :
Farl-ian Kamal 1 1 10051 100047
Nama
Nomor Pokok I curprrl. I
rtngg.il Laiiir
Senrestcr .j itt-tistt't lr'r rIl:-'llIl it:
j
Beiiasi. 07 irioven-rber i 992 iX (Senrbilan) l.,trnr ititi kil: i rlllt 1)e'tlv i lt'atl
Alantitt
I(.rnrplek Depag
'feip.
13o.ionggu'de Bogor 0878E6-+ 16098
I
sl il
tll".l ttrttal i si i i'
Illok K.3(r R-l- 15r15 Pablti"riit.t
atlalah benar mahasisu's FaltLrltas Dalsvah dar-r llrlr-r Komnnikasi LIIN SYarif HiclaS'atr-rl1uir ial..arta ),ang akart ure lali.sanalian penelitiauiniellcari diitar dalant rallglia KcTttt/tt Dctet'uh Lttttgs'ttttg ltudcr 1r.,-,,,iir",-, sliripsi bc,r ipclgl I{'ut'ctnu Pamilihtui ()otn. Pcmbcritucrn llLi{J Pilkucla cli Alerdeka
Sehubulrgan dengan ittt, diurohon kiranl'a 'Bapak/lbu/Sdr' dapat r-peperiml/melgizinkal mahasisu'a kami terseblit daiam pelalisanaan kegiatall dinralisr"rd.
Deprikial. atas kerjasaniii I{ltr
s's a I o
nt
u' a I a
cian
bantuannla
liatli
u-iengucapltiu teritla liasih'
ihr ttt II''r. [{' b.
f Subhan, MAq (r0110 lqglol I 001 Ter-nbus:ur 1. \\/akil Delian Bidang Akader-nik
2. Ketua Jurusan/Prodi. Jr-rrnalistik
[llffi,,, ffireIm.,
- r"r'''"''
SURAT KETERANGAry
Nomor: tXlket/md
'/lrlg bcrt;i irLl, liilgiri dr bawah iniadalah Penrinrpin
k
I Xt I 201.4
Reclal<sl
wwrLrygilie ka.com menerangl
bahio",.r:
l,t.r
r|ci
i
i,ri)ali,1il 1\ i,r
,,r
ii
l'.1.,
an l(arnal lr.rsiswa s1 llrnu D.rkvralr dan l(omunil
Ulrversitas lslam Negeri Syarif Hidayatullah nornl.llek Deparienref Ag,arna, lllok l( 36 pabuaran Bojong Gede, Bogor
rIt.l I
.r'-l;ili, orrlai' ie laf r rlrt'i;iiiul
rr:i. l !:'. : :.:r
_: rlr-1.:
1
cii retiai.,s, !\i.,,!\.1/.rliit{.i11 f.i-,11lrr pada 3
i\ovember 2014
ini clibuat untuk c1i;.lergunal
? NO',,ernber ?Al4
*---ar',Jt kami, ,'a.r rr,i-iI
1trl Redal<sr rnerclel(acorn
A.n l\o"irl.
-l
i.,r
S:i--: & :vi.1[6,t
:l:-il:;.:r
ici
i
ii
5u p riya
ntr;
nnr T.ip.
F:x.
Telp. em.til:
Fer.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LSI: RUU Pilkada penuh aroma balas dendam Koalisi Merah Putih
Reporter : Laurel Benny Saron Silalahi | Selasa, 9 September 2014 15:26
Prabowo dan koalisi merah putih. ©2014 Merdeka.com/Imam Buhori Figure terkait
Merdeka.com - Meski menimbulkan pro dan kontra, partai politik yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih tetap bersikeras agar kepala daerah dipilih oleh DPRD. Padahal pasca Reformasi bergulir, kepala daerah disepakati dipilih langsung
oleh
rakyat.
Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Adjie Alfaraby menilai ada aroma balas dendam dari Koalisi Merah Putih dalam pembahasan RUU Pilkada tersebut.
"Ini interpretasi yang tidak bisa ditolak. Wajar saja ini politik balas dendam. Sebelumnya semua (parpol di Koalisi Merah Putih) menolak RUU Pilkada ini. Namun dalam satu minggu terakhir terjadi perubahan opini yang mendukung," kata Adjie di kantor LSI, Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa (9/9).
Menurutnya, jika RUU Pilkada lolos maka akan menjadi ancaman buat pemerintahan Jokowi-JK ke depan karena tidak mampu menjadi mayoritas di parlemen. Dia menilai sikap Koalisi Merah Putih memunculkan antipati terhadap masyarakat.
"Pilkada oleh DPRD dinilai publik sebagai pengkhianatan partai. PKS yang awalnya menolak RUU ini kemudian mendukung, termasuk PAN yang awalnya mengklaim sebagai partai demokratis juga mendukung RUU ini," jelasnya.
Adjie mengatakan, mayoritas publik menilai bahwa usulan perubahan mekanisme pemilihan kepala daerah dari pemilihan langsung ke pemilihan tak langsung melalui DPRD hanyalah akal bulus parpol untuk memonopoli kekuasaan.
"Pilkada selama ini sudah baik dibandingkan pemilihan lewat DPRD. Publik khawatir jika dipilih lewat DPRD, kepala daerah akan lebih mementingkan partainya dibandingkan rakyat. Selain itu pemilihan lewat DPRD juga disinyalir dengan adanya money politic, yang punya uang banyak yang akan menang," tandasnya.
Dalam hasil survei yang dilakukan LSI, 81,25 persen masyarakat Indonesia menolak jika kepala daerah kembali dipilih anggota DPRD. Sementara, 10,71 persen setuju dan 4,91 persen menyatakan kepala daerah sebaiknya ditunjuk oleh presiden.
Survei dilakukan melalui quick pool pada tanggal 5-7 September 2014, dengan menggunakan metode multistage random sampling. Survei dilakukan kepada 1.200 responden dari 33 provinsi. Survei dilengkapi dengan penelitian kualitatif dengan metode analisis media. Margin of error sebesar 2,9 persen.
[dan]
Lampiran Draf RUU Pilkada
BAB II PEMILIHAN GUBERNUR
Bagian Kesatu Asas dan Pelaksanaan
Pasal 1 Gubernur dipilih oleh DPRD Provinsi secara demokratis berdasar asas bebas, rahasia, jujur, dan adil. Pasal 2
Pemilihan Gubernur dilaksanakan setiap 5 (lima) tahun sekali.
Bagian Kedua Penyelenggara Pemilihan gubernur
Pasal 3 Penyelenggara Pemilihan Gubernur adalah: a. KPU Provinsi; dan b. DPRD Provinsi. Pasal 4 (1) KPU Provinsi melaksanakan kegiatan pencalonan. (2) DPRD Provinsi melaksanakan kegiatan pemungutan suara dan penetapan pemenang pemilihan.
Pasal 5 (1) KPU Provinsi dalam melaksanakan kegiatan pencalonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1), dibantu oleh KPU Kabupaten/Kota untuk membentuk PPK dan PPS. (2) DPRD Provinsi dalam melaksanakan kegiatan pemungutan suara dan penetapan pemenang pemilihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) membentuk Panlih.
Pasal 6 (1) Panlih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) dibentuk paling lambat 4 (empat) bulan sebelum berakhirnya masa jabatan gubernur.
(2) Anggota Panlih terdiri dari unsur-unsur Fraksi dan masing-masing fraksi dapat diwakili 3 (tiga) orang. (3) Ketua dan para Wakil Ketua DPRD karena jabatannya adalah Ketua dan Wakil Ketua Panlih merangkap anggota. (4) Sekretaris DPRD karena jabatannya adalah Sekretaris Panlih, bukan anggota. (5) Apabila seseorang anggota Panlih dicalonkan atau mencalonkan diri menjadi calon, yang bersangkutan harus mengundurkan diri dari keanggotaan Panlih. (6) Penyusunan tata tertib pemilihan dimulai paling lambat 7 (tujuh) hari setelah pembentukan panlih. (7) Penyusunan tata tertib pemilihan diselesaikan paling lama 14 (empat belas) hari. (8) Tugas panlih berakhir setelah penetapan pemenang pemilihan Gubernur.
Pasal 7 (1) Pemilihan gubernur dilaksanakan melalui 2 (dua) tahapan yaitu tahapan pertama dan tahapan kedua. (2) Tahapan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi : a. Pengumuman pendaftaran calon; b. Verifikasi jumlah dukungan calon perseorangan; c. pendaftaran calon;
d. seleksi persyaratan calon; dan e. penetapan calon; (3) Tahapan kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi : a. penyampaian visi dan misi; b. pemungutan dan penghitungan suara; c. penetapan hasil pemilihan; dan d. uji publik terhadap hasil pemilihan; (4) Tahapan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan oleh KPU Provinsi (5) Tahapan kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan oleh DPRD Provinsi.
Pasal 8 (1) Dalam melaksanakan tahapan pertama pemilihan, KPU Provinsi mempunyai tugas, wewenang dan kewajiban : a. mengumumkan pendaftaran calon; b. melaksanakan kegiatan pendaftaran; c. melaksanakan kegiatan penyaringan; d. melaksanakan kegiatan penetapan calon; dan e. menyampaikan nama-nama calon beserta dokumen kepada DPRD Provinsi. (2) Dalam melaksanakan tahapan kedua pemilihan, panlih mempunyai tugas, wewenang dan kewajiban :
a. menyelenggarakan penyampaian visi dan misi calon (termasuk penyampaian visi dan misi calon yang akan dimasukkan dalam rincian kegiatan penyampaian visi dan misi); b. melaksanakan pemungutan suara dalam rapat paripurna tingkat I; c. menetapkan hasil pemilihan; d. melaksanakan uji publik; e. membahas keberatan (apabila ada) dalam rapat paripurna tingkat II; dan f. menetapkan pemenang pemilihan; 1
1
http://www.rumahpemilu.org/in/read/148/Rancangan-Undang-Undang-tentang-PemilihanKepala-Daerah , diakses pada tanggal 28/9/14, pukul 9,45.