-Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III-
WACANA DI BALIK DUNIA PENDIDIKAN INDONESIA (PUISI SEONGGOK JAGUNG KARYA W.S RENDRA) Al ian Setya Nugraha Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Hasyim Asyari (UNHASY) Jombang al
[email protected]
Abstract Education is the world that affect human life. Education gives teachings that compose a character or characteristic of a country. Education not looked tribe, race, class, education are all equal in the eyes. The science does not cease to evolve, these developments can not be prevented by existing power system in a country. Discourses that developed in the world of education gives an overview of how the complex circumstances that are in it. Foucoult discourse theory gives an overview of how the state of education that has been affected by the rule. With this theory is expected to provide an overview and ultimately improve the educational system in the country of Indonesia in particular and other countries in general. Keywords: educational discourse in Indonesia
Abstrak Pendidikan merupakan dunia yang mempengaruhi kehidupan manusia. Pendidikan memberikan ajaran-ajaran hidup yang membentuk sebuah karakter atau ciri khas dari sebuah negara. Pendidikan tidak memandang suku, ras, golongan, semuanya sama di mata pendidikan. Ilmu pengetahuan tidak berhenti untuk berkembang, perkembangan tersebut tidak dapat dicegah dengan sistem kekuasaan yang ada dalam sebuah negara. Wacana-wacana yang berkembang di dalam dunia pendidikan memberikan gambaran betapa kompleks keadaan yang berada di dalamnya. Teori wacana Foucoult memberikan gambaran bagaimana kondisi pendidikan yang telah dipengaruhi oleh kekuasaan. Dengan teori ini diharapkan dapat memberikan gambaran serta pada akhirnya memperbaiki sistem pendidikan di negara Indonesia pada khususnya dan negara lain pada umumnya. Kata kunci: wacana dalam pendidikan indonesia
Pendahuluan Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, yang merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau dan juga sebagai Nusantara. Negara yang mempunyai banyak budaya, suku, ras, dan adat istiadat tentu memerlukan adanya suatu kebijakan untuk mewariskan semua itu untuk generasi penerusnya. Mewariskan sesuatu yang berupa pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai. Untuk mewujudkannya seringkali menggunakan pendidikan sebagai sarana atau alatnya. Kebijakan-kebijakan yang terdapat di Indonesia atau di sebuah negara merupakan sebuah wacana yang perlu kita ketahui pengaruh serta dampaknya bagi kehidupan masyarakat. Di dalam makalah ini penulis mengunakan teori Michel Foucault tentang wacana (Discourse) yang diharapkan mampu untuk membongkar tujuan wacana serta pengaruh wacana tersebut bagi bangsa Indonesia. Pengetahuan dan kekuasaan adalah konsep Foucault yang menarik, karena Foucault mende inisikan kuasa agak berbeda dengan para ahli yang lain. Kuasa oleh Foucault tidak diartikan “kepemilikan”. Kuasa, menurut Foucault tidak dimiliki tetapi dipraktikkan dalamsuatu ruang lingkup tertentu di mana ada banyak posisi yang secara strategis berkaitan satu sama lain (Eriyanto, 2001: 65). Foucault tidak seperti para ahli lain yang memusatkan perhatian mengenai kuasa pada Negara, dalam struktur sosial-politik, strukturkapitalis-proletar, hubungan tuan-budak, hubungan pusat-pinggiran, akan tetapi lebih memusatkan pada individu atau subjek yang lebih kecil. Selain itu Foucault juga lebih berbicara mengenai bagaimana kuasa dipraktikkan, diterima, dan dilihat sebagai kebenaran dan berfungsi dalam bidang tertentu.
189
-Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III-
Pemikiran mengenai kuasa Foucault dipengaruhi oleh Nietzche yang disebut olehnya sebagai seorang ilosof kekuasan (philosopher of power). Akan tetapi, Foucault memiliki kekhasan yaitu dia senantiasa selalu mengaitkan kuasa dan pengetahuan. Bagi Foucault, kekuasaan selalu terakulasikan melalui pengetahuan, dan pengetahuan selalu punya efek kuasa. Konsep Foucault ini membawa konsekuensi untuk mengetahui bahwa untuk mengetahui kekuasaan dibutuhkan penelitian mengenai produksi pengetahuan yang melandasi kekuasaan (Eriyanto, 2001: 66). Karena setiap kekuasaan disusun dan dimapankan oleh pengetahuan dan wacana tertentu. Oleh karena itu, dalam menentukan kebenaran bagi Foucault tidak dipahami sebagai sesuatu yang datang begitu saja (konsep yang abstrak). Kebenaran menurut Foucault diproduksi oleh setiap kekuasaan. “Kekuasaan menghasilkan pengetahuan. Kekuasaan dan pengetahuan secara langsung saling mempengaruhi… tidak ada hubungan kekuasaan tanpa ada konstitusi korelatif dari bidang pengetahuannya…” (Michel Foucault, 1979: 27). Pembahasan Dunia pendidikan di Indonesia sampai saat ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Akan tetapi, dibalik kemajuan pendidikan di Indonesia terdapat kekurangan yang terjadi di masyarakat. banyak masyarakat yang belum menempuh pendidikan. Anak-anak muda Indonesia banyak yang terkendala dengan biaya pendidikan yang berlaku di Indonesia. Seperti yang terjadi di pedesaan, daerah-daerah tertinggal, anak buruh, anak petani serta anak-anak masyarakat yang tidak mampu. Mereka tidak dapat mengenyam bangku pendidikan dikarenakan biaya pendidikan yang berlaku di negara kita sangat memberatkan kehidupan. dalam puisi “seonggok jagung” karya WS. Rendra memberikan gambaran tentang bagaimana kondisi pendidikan di Indonesia.
Seonggok jagung di kamar dan seorang pemuda yang kurang sekolahan. Memandang jagung itu, sang pemuda melihat ladang; ............................................ Seonggok Jagung Karya Ws. Rendra
Para pemuda Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan memberikan gambaran untuk membuka mata para pemerintah untuk memperjuangkan pendidikan mereka. Banyak pemuda yang mempunyai pemikiran-pemikiran yang gemilang terpaksa harus mengubur citacitanya dikarenakan biaya yang tidak dapat dijangkau oleh mereka. Tetapi ini : Seonggok jagung di kamar dan seorang pemuda tamat SLA Tak ada uang, tak bisa menjadi mahasiswa. Hanya ada seonggok jagung di kamarnya. Ia memandang jagung itu dan ia melihat dirinya terlunta-lunta . Ia melihat dirinya ditendang dari diskotik. Ia melihat sepasang sepatu kenes di balik etalase. Ia melihat saingannya naik sepeda motor.
Seonggok Jagung Karya WS Rendra.
Masyarakat Indonesia yang tidak dapat meneruskan pendidikan membutuhkan perhatian khusus dari pemerintah. Dengan mengeyam bangku sekolah mereka akan dapat mewujudkan cita-cita bangsa dan negara. Kejadian-kejadian yang meresahkan masyarakat muncul dikarenakan oleh kurangnya pengetahuan di kalangan anak muda. Mereka tidak dapat 190
-Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III-
memperoleh pelajaran moral, akhlaq, serta karakter sehingga mereka melakukan hal-hal yang meresahkan warga. Akhir-akhir ini pemerintah mengalakkan pendidikan berbasis karakter, padahal kalau dilihat dari permasalahannya di lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah yang notabene adalah lingkungan pembentukan karakter tidak ada fasilitas maupun pendukung untuk membina sebuah karakter anak. Pelajaran di sekolah lebih banyak mementingkan bidang keilmuan tanpa melihat kebutuhan bangsa dan negara untuk saat ini. Banyak para pemuda bangsa yang ingin merasakan bangku sekolah, akan tetapi mereka hanya dapat pasrah dengan kondisi perekonomian yang kekurangan. Mereka hanya dapat melihat dan membayangkan bagaimana rasanya jika berada di balik meja dan mendengarkan guru berbicara. Dialog mengenai pergantian kurikulum dewasa ini dari Kurikulum KTSP menjadi Kurikulum 2013 menimbulkan berbagai pertanyaan mengenai profesionalisme guru. Perubahan kurikulum sejak Indonesia merdeka yang ke-11 kali mengikuti pola yang sama yaitu mengalir dari atas ke bawah. Dari konsep mengalir ke bawah dan harus dilaksanakan di sekolah oleh para guru. Perubahan tersebut ternyata bertentangan dengan hakikat ilmu pendidikan yaitu suatu ilmu yang teoretika praktis. Artinya pendidikan merupakan suatu proses yang diimplementasikan ke lapangan atau ke ruang kelas dan dari proses tersebut itu akan memberikan input kepada perubahan konsep. Oleh sebab itu kegagal-an suatu konsep kurikulum terletak kepada implementasi guru di lapangan. Tidak mengherankan apabila berbagai kegagalan di dalam penyempurnaan kurikulum dipersalahkan atau terletak pada tanggung jawab para guru. Suksesnya Kurikulum 2013 akan terletak pada para guru dan bukan kepada siapapun juga. Sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia terjadi setiap pergantian rezim pemerintahan mulai dari kurikulum 1947 sampai pada kurikulum 2013 ini (Lihat dokumen uji public kurikulum 2013). Menurut penulis tidak masalah ketika suatu kurikulum terjadi perubahan demi memperbaiki pengajaran dan kualitas pendidikan di Indonesia, tetapi hal ini berjalan sebagai dalih mengingat anggaran uji publik yang bersumber dari APBN suatu kurikulum mencapai triliyunan, jelas didalamnya ada muatan politis. UU nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (Sisdiknas) mengatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Masih menurut hemat penulis, kita harus mendukung sebuah perubahan baik itu kurikulum atau apapun dan sejatinya kita harus menyadari bahwa kurikulum selalu memerlukan pengembangan baru sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat Indonesia. Justru suatu kurikulum akan tidak relevan lagi jikalau masyarakat berkembang begitu cepat sementara kurikulum masih berkutat pada masa lalu. Sejalan dengan itu, tujuan tulisan articel ini adalah salah satu bagian dari semangat merespon perubahan serta memberikan kritik yang membangun terhadap pihak kemendikbud atas rencana pergantian kurikulum tersebut agar supaya dalam penerapannya berjalan sesuai yang diharapkan termasuk di dalamnya mengungkapkan beberapa fakta dan kekurangan dalam implementasi kurikulum 2013 ini. Fakta Empirik Masalah Pelaksanaan Kurikulum 2013 Dalam uji publik pelaksanaan kurikulum 2013 masih dikatakan belum siap dilaksanakan pada tahun ajaran 2014/2015 dan masih tersandung oleh berbagai macam problem yang mendasar di lapangan yaitu guru kesulitan membuat dan mengembangkan instrument penilaian pembelajaran yang memuat 4 (empat) muatan Kompetensi Inti (Aspek Spritual, Aspek Sikap Sosial, Aspek Pengetahuan/kognitif dan Aspek keterampilan/psikomotorik) hal ini diakibatkan oleh pihak pembuat kurikulum yaitu kemendikbud hanya mengeluarkan instrument penilaian mentah untuk semua pembelajaran secara umum, sementara itu guru dengan sendiri-sendiri 191
-Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III-
mengembangkan 4 (empat) kompetensi inti tersebut sesuai kondisi pembelajaran di sekolah masing-masing. Fakta ini menjadi sebuah momok bagi sekolah dan akan berakibat diluar konteksnya interpretasi penilaian oleh guru terhadap 4 kompetensi inti tersebut, sehingga mengakibatkan penilaian terhadap prestasi belajar siswa tidak tepat dan akurat sesuai tujuan pembelajaran. Bagi siswa, secara psikologis merupakan beban untuk mempersiapkan materi belajar dengan energi yang begitu ekstra untuk mengimbangi cara belajarnya oleh karena banyaknya kompetensi yang harus diserap dalam waktu dekat. Untuk mengatasi persoalan ini Kemendikbud harus focus membenahi kemampuan kompetensi guru karena tingkat kecerdasan siswa berbeda-beda agar supaya kurikulum 2013 ini berjalan dengan sukses. Aku bertanya : Apakah gunanya pendidikan bila hanya akan membuat seseorang menjadi asing di tengah kenyataan persoalannya ? Apakah gunanya pendidikan bila hanya mendorong seseorang menjadi layang-layang di ibukota kikuk pulang ke daerahnya ? Apakah gunanya seseorang belajat ilsafat, sastra, teknologi, ilmu kedokteran, atau apa saja, bila pada akhirnya, ketika ia pulang ke daerahnya, lalu berkata : “ Di sini aku merasa asing dan sepi !” Seonggok Jagung Karya WS Rendra
Sistem pendidikan dan cara belajar yang harus diperhatikan oleh pemerintah adalah sistem yang dapat mengembangkan daya kreati itas siswa. Dengan sistem penilaian mentah oleh pemerintah terhadap setiap mata pelajaran mengakibatkan siswa dituntut untuk dapat menguasai semua bidang keilmuan, tujuan itu sebenarnya baik, akan tetapi kita harus dapat melihat kemampuan siswa antara satu dengan yang lain berbeda-beda. Terkadang siswa mampu dalam bidang kesenian, atau bidang tekhnologi. Penilaian yang seolah-olah diratakan akan mempengaruhi daya psikologi siswa, siswa yang tidak mampu untuk pelajaran lain akan merasa minder dan pada akhirnya berdampak pada siswa itu sendiri. Kurikulum 2013 antara mencetak peserta didik yang gagap tekhnologi GapTek) atau berbudaya Di tengah perkembangan dan kemajuan informasi dan tekhnologi dunia, pembelajaran abad 21 pun mengarah ke literacy informasi yang mempersyaratkan untuk berbasis ICT/TIK. Pembelajaran berbasis tekhnologi informasi dan komunikasi sebagai sebuah mata pelajaran di SD, SMP dan SMA mengharuskan kepada peserta didik atau siswa untuk melek tekhnologi termuktahir termasuk di dalamnya bagaimana mengoperasikan of ice word, membuka internet, pembelajaran jarak jauh dan lain sebagainya. Tetapi hal ini di dalam kurikulum 2013 telah di tiadakan dan tidak akan ada dalam struktur mata pelajaran di sekolah kedepannya. Mata pelajaran TIK telah di integrasikan dalam keseluruhan mata pelajaran, sehingga menimbulkan pro dan kontra terhadap nasib guru TIK. Kalau Kemendikbud beralasan meniadakan TIK sebagai mata pelajaran bahwa anak TK/SD pun sudah bisa berinternetan, lalu pertanyaannya bagaimana memanfaatkan dan etika penggunaan TIK dengan baik dan benar?. Jelas pertanyaan tersebut akan terjawab manakala TIK dijadikan sebagai sebuah mata pelajaran di sekolah. Menurut hemat saya TIK sebagai alat bantu guru mengajar dan TIK sebagai sebuah mata pelajaran adalah
192
-Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III-
sebuah hal yang sangat berbeda, untuk itu TIK sangat penting dijadikan sebagai sebuah mata pelajaran di sekolah. Berbeda dengan TIK mata pelajaran Budaya dan seni di perbanyak jam pelajarannya di sekolah, hal ini tidak sesuai dengan alasan Kemendikbud mengembangkan kurikulum pada aspek kompetensi kedepan yaitu kemampuan hidup dalam masyarakat mengglobal. Pelajaran seni dan budaya akan membentuk karakter anak. Menurut Battitich (2008) karakter (character) mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skill). Karakter meliputi sikap seperti keinginan untuk melakukan hal yang terbaik, kapasitas intelektual, seperti ber ikir kritis dan alasan moral, perilaku seperti jujur dan bertanggung jawab, mempertahankan prinsip-prinsip moral dalam situasi penuh tidak keadilan, kecakapan interpersonal dan emosional yang memungkinkan seseorang berinteraksi secara afektif dalam berbagai keadaan, dan komitmen untuk berkontribusi dengan komunitas dan masyarakat. Karakteristik adalah realisasi perkembangan positif sebagai individu (intelektual, sosial, emosional, dan etika). Individu yang berkarakter baik adalah seseorang yang berusaha melakukan hal yang terbaik. Dengan karakter, kita dapat membentuk kepribadian bangsa sesuai dengan cita-cita para pendiri bangsa yaitu bangsa yang mempunyai kepribadian yang luhur dan berbudaya (Mulyadi, dkk., 2008:27). Pendidikan yang berdasarkan karakter pasti baik untuk kemajuan para generasi muda, dikarenakan pendidikan karakter memberikan pengetahuan sekaligus melatih sikap, serta tingkah laku dalam kehidupan. Seperti halnya yang dikatakan Sumantri bahwa dalam pendidikan karakter, terdapat enam nilai etik utama (core ethical values) seperti yang tertuang dalam deklarasi Aspen yaitu meliputi (1) dapat dipercaya (trustworthy) seperti sifat jujur (honesty) dan integritas (integrity), (2) memperlakukan orang lain dengan hormat (treats people with respect), (3) bertanggung jawab (responsible), (4) adil (fair), (5) kasih sayang (caring) dan warganegara yang baik (good citizen). Sementara itu, Dorothy Rich mengungkapkan beberapa nilai dan kebiasaan dalam pendidikan karakter yang dapat dipelajari dan diajarkan oleh orangtua maupun sekolah, yang selanjutnya dinamakan “mega skills” yaitu meliputi: percaya diri (con idence), motivasi (motivation), usaha (effort), tanggung jawab (responsibility), inisiatif (initiative), kemauan kuat (perseverence), kasih sayang (caring), kerjasama (teamwork), berpikir logis (common sense), pemecahan masalah (problem solving), konsentrasi pada tujuan (focus) (Elmubarok, 2009: 82). Nilai-nilai etik dan kebiasaan dalam pendidikan karakter tersebut apabila diajarkan kepada generasi muda akan memberikan pengaruh yang besar bagi kehidupan mereka baik di masyarakat maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Simpulan Dunia pendidikan di Indonesia membutuhkan dukungan dari semua pihak. Dukungan itu tidak hanya berupa materi tetapi juga moril untuk membentuk sebuah karakter yang diharapkan oleh para pendiri bangsa. Perubahan kurikulum yang diberlakukan oleh kementrian Pendidikan tidaklah salah. Akan tetapi, kita haruslah melihat seberapa persiapan kita untuk menjalankan sistem tersebut. Kurikulum merupakan sebuah sistem yang baru, sehingga kita harus dapat menyesuaikan dengan keadaan di lapangan masyarakat. Perubahan kurikulum tersebut tentunya tetap mempertimbangkan kesiapan baik secara materi maupun non materi. Terutama sumber daya manusia yang benar-benar dapat mengaplikasikan perubahan tersebut. Perubahan yang dilakukan untuk membentuk wacana dalam masyarakat akan berakibat buruk apalagi ini mengenai dunia pendidikan. Dunia pendidikan merupakan pusat peradaban bangsa, sehingga jika pendidikan simpang siur, akan berpengaruh terhadap kehidupan bangsa dan negara. Terlebih khusus bagi generasi muda.
193
-Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III-
Daftar Pustaka Elmubarok, Z. 2009. Membumikan Pendidikan Nilai: Mengumpulkan yang Terserak, Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai. Bandung: Alfabeta. Eriyanto. 2001. Analisis Wacana. Yogyakarta: LKiS. Foucault, Michel. 1979. Discipline and Punish. Harmondsworth: Penguin. ___________. 2002. Pengetahuan dan Metode (Karya-KaryaPenting Foucault). Yogyakarta dan Bandung: Jalasutra. Imron, Ali. 2008. Kebijaksanaan Pendidikan di Indonesia (Proses, Produk & Masa Depannya). Jakarta: Bumi Aksara. Islamy, M. Irfan. 1988. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bina Aksara. Jasin, Anwar. 1987. Perubahan Kurikulum Sekolah Dasar, Sejak Proklamasi Kemerdekaan. Jakarta: Balai Pustaka. Kompas. Mengubah Kurikulum; Substansi atau Proses. 12 Oktober 2012. Mulyadi, Seto dkk,. 2008. Character Building:Bagaimana Mendidik Anak Berkarakter, cetakan I, Yogyakarta: Tiara Wacana. Rendra, WS. 1998. Kumpulan Puisi Potret Pembangunan dalam Puisi. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.
194