RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No. 1 April 2015, 168-184 Available Online at http://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/jret DOI: 10.22225/jr.1.1.116.168-184
WACANA APEC: LEGITIMASI DAN SIGNIFIKASI PEREKONOMIAN BALI (KAJIAN WACANA KRITIS PARAWISATA) Hugo Warami Universitas Papua
[email protected]
Putu Chrisma Dewi Universitas Dhyana Pura
[email protected] ABSTRAK Makalah ini membahas tentang diplomasi bahasa yang dalam tulisan ini, istilah tersebut merujuk pada suatu cara, suatu strategi, suatu kiat, atau suatu taktik atau suatu kebijkan yang dirancang secara sitematis dan terstruktur untuk mengembangkan dan membina bahasa (Indonesia) baik secara internal maupun eksternal. Hasil analisis menunjukkan bahwa diplomasi bahasa mampu dijabarkan dalam tiga poin berikut yang terbukti sangat efektif untuk mempertahankan dan melestarikan bahasa daerah dalam rangka memperkaya keragaman bahasa nasional. Ketiga hal dimaksud adalah (1) pemodelan solusi konflik komunitas atau multibahasa, (2) penyebaran bahasa negara dan peningkatan fungsi bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional, khususnya pada forum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), menguatkan identitas ke-Indonesia-an melalui penyebaran bahasa Indonesia dan (3) peningkatan kompetensi berbahasa asing strategis dan penerjemah. Kata kunci: APEC, Legitimasi, dan Signifikasi ABSTRACT APEC discourse in this study shall be explored through critical paradigm to conduct reflexive construction on the experience of tourism discourses that grow and develop in the society of tourism in Bali. The focus of this study on the APEC discourse includes (1) legitimate and (2) signification of discourse construction which directliy impact on economy of Bali through critical discourse analysis (CDA). This perspective provides the emphasis on tourism determination and creative aconomy, that is everything that in progress, will and later happens through APEC discourse, and directly impact on the economic power. Legitimate will assist to make objectivation which is formed to be availabled objectively and make sense subjectively. While, signification is one of discourse structure which refer to a system obliged to the available of relation which can not be separated between a sign and reality which becomes its reference and also has the iconic characteristic. APEC 2013 which is said to be conducted in Bali, will has a big impact on the development of tourism sector. At least, signification of change and the dynamics which occur in national, regional, and international level will be constructed and utilized collectively in solving the same problems among APEC countires. For CDA analysis, the language fact is obtained from the mass media (Bali local newspaper), those are (1) Bali Post and (2) Media Bali Promosi. Keywords: APEC, Legitimate, and signification
1. PENDAHULUAN Asia Pasifik Economics Coorporation
(APEC) merupakan salah satu wacana konstruksi bahasa yang
sedang dilegitimasi
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.1 April 2015, 169
melalui media-media massa dan elektronik
pemirsa atau pembaca yang ikut merasa-
di Bali pada sektor jasa pariwisata. Bagi
kan, melihat, dan menikmati signifikasi
media, APEC menjadi sebuah realitas yang
wacana APEC 2013 tersebut.
dikonstruksikan menjadi sebuah wacana.
APEC sebagai wacana pariwisata da-
APEC dalam konstruksi wacana pariwisata,
lam kajian ini akan dieskplorasi melalui
kehadirannya dijadikan sebagai media da-
paradigma kritis. Paradigma kritis akan
lam
digunakan untuk melakukan konstruksi re-
mendominasi,
mengarahkan
menguasai,
pikiran
publik,
fleksif
terhadap
pengalaman
wacana-
merekonnstruksi realitas masyarakat Bali
wacana pariwisata
yang tumbuh dan
dan menanamkan ideologi-ideologi baru.
berkembang pada masyarakat pelaku pari-
Realita menunjukkan bahwa saat ini media
wisata di Bali. Wacana APEC dalam para-
merupakan saluran pemerintah dalam rang-
digma kritis dalam memahami teks-teks
ka melegitimasi dan mensignifikasikan
yang mengendap makna alamiah maupun
kepentingan kekuasaan yang bermuara pa-
makna non alamiah dalam bidang pari-
da kekuasaan politik dan ekonomi.
wisata. Kajian legitimasi dan signifikasi
Dalam konteks media massa, kon-
konstruksi wacana APEC yang berdampak
struksi leksikon APEC dapat dijadikan ba-
langsung pada perekonomian Bali khu-
rang dagangan dan objek dalam menya-
susnya bidang pariwisata termasuk dalam
lurkan informasi massa. Proses penyebaran
kerangka perspektif critical discourse anal-
informasi APEC dapat menjadi alat legiti-
ysis (CDA). Perspektif ini memberikan
masi dan signifikasi dalam upaya menum-
penekanan pada determinasi pariwisata dan
buhkembangkan
Bali
ekonomi kreatif, yakni segala sesuatu yang
sekaligus mendorong terciptanya prospek
sedang, akan, dan nanti terjadi melalui
pariwisata yang menjanjikan. Selain itu,
wacana APEC, dan berdampak langsung
dalam konteks wacana pariwisata, media
pada kekuatan-kekuatan ekonomi.
prekonomian
promosi APEC diharapkan menjembatani
Selain itu, keterlibatan Indonesia pa-
dunia kapitalis dan keberpihakan pada
da forum-forum multilateral menurut Pet-
masyarakat serta keberpihakan pada sektor
ranto (2012:17-18), biasanya memiliki sesi
jasa pariwisata pada umumnya. Konstuksi
khusus yang berisi penyampaian pan-
informasi APEC harus sampai pada khalay-
dangan negara-negara dalam sesi perde-
ak secara tepat berdasarkan tujuan dan
batan umum, atau lebih dikenal dengan
kepentingan agen atau aktor serta menem-
istilah General Debate. Dalam ruang terse-
patkan diri bagi masyarakat Bali sebagai
but, Indonesia menyampaikan statement
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.1 April 2015, 170
yang pada intinya menekankan tentang tan-
tasikan fakta atau memelintir fakta;
tangan global, seperti perubahan iklim,
menggambarkan
ketahanan pangan dan energi, serta fluk-
atau
tuasi harga komoditas. Persoalan tersebut
(simulacrum). Berangkat dari uraian-
saling terkait satu sama lain dan harus
uraian di atas, maka kajian ini akan
diselesaikan melalui kemitraan global yang
memfokuskan
koheren dan solid. Dewasa ini, di mana
pengungkapan “Wacana APEC: Le-
perkembangan global dihadapkan pada
gitimasi dan Signifikasi Perekonomi-
berbagai tantangan krusial di bidang keu-
an Bali” melalui bedahan Critical
angan, makro-ekonomi dan perdagangan,
Discours Analysis pada wacana pari-
peran forum multilateral menjadi semakin
wisata. Kajian ini akan memproyeksi-
penting, guna menjalankan program re-
kan masalah yang mencakup: (i) le-
search, inter-governmental discussion, dan
gitimasi media pada jasa pariwisata
technical assistance, yang perlu terus
Bali, dan (ii) signifikasi wacana
dikembangkan
APEC
dengan
dukungan
dari
berbagai pihak yang berkepentingan. Mengacu
pada
pandangan
(2004:69), bahwa
realitias
(reality)
menyimulasi
realitas
pada
yang
upaya
berdampak
pada
perekonomian Bali.
Pilliang
dengan kuatnya
2. KONSEP DAN KERANGKA TEORI
kepentingan ekonomi dan kekuatan
KONSEP
politik, sesungguhnya media tidak
KONSEP LEGITIMASI
netral, jujur, adil, dan terbuka. Aki-
Legitimasi menghasilkan
batnya, informasi yang disungguhkan
makna
oleh media akan menimbulkan perso-
mengintegrasikan
alan objektivitas pengetahuan yang
sudah
serius pada media itu sendiri. Kepent-
kelembagaan
ingan-kepentingan
legitimasi
ekonomi
dan
baru
yang
diberikan
makna-
berfungsi
untuk
makna-makna
yang
kepada
yang
proses-proses
berlainan.
adalah
untuk
Fungsi membuat
kekuasaan politik akan menentukan
obyektivasi
apakah informasi yang disampaikan
menjadi tersedia secara obyektif dan masuk
oleh
akal secara subyektif.
sebuah
media
mengandung
yang sudah dilembagakan Hal ini mengacu
kebenaran (truth) atau kebenaran
kepada dua tingkat, pertama keseluruhan
palsu (pseudo-truth); menyampaikan
tatanan
objektivitas atau subjektivitas; bersi-
dimengerti secara bersamaan oleh para
fat netral atau berpihak; merepresen-
pesertanya
kelembagaan dalam
harus
dapat
proses-proses
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.1 April 2015, 171
kelembagaan
yang
Kedua
sosial dan disusun oleh praktik-
keseluruhan individu (termasuk di dalam
praktik sosial dan wacana berada da-
media ), yang secara berturut-turut melalui
lam hubungan dialektik dengan di-
berbagai
tatanan
mensi-dimensi sosial yang lain, (2)
kelembagaan harus diberi makna subyektif.
bentuk analisis tekstual linguistik
Masalah legitimasi tidak perlu dalam tahap
yang konkret atas penggunaan bahasa
pelembagaan
dalam interaksi sosial, dan (3) bentuk
tatanan
yang
berbeda.
dalam
pertama,
dimana
lembaga itu sekedar fakta yang tidak
praktik
memerlukan dukungan lebih lanjut . Tapi
kontribusi bagi penciptaan dan pere-
menjadi tak terelakan apabila berbagai
produksian hubungan kekuasaan yang
obyektivasi tatanan kelembagaan akan
tak setara antara kelompok-kelompok
dialihkan kepada generasi baru (bd.van
sosial. Selain itu, analisis wacana
Leeuwen, & Wodak, 1999). Di sini
kritis menekankan perlu adanya kerja
legitimasi tidak hanya sekedar soal “ nilai-
sama interdisipliner dalam rangka
nilai” ia juga selalu mengimplikasikan
untuk mendapatkan pemahaman yang
“pengetahuan”.
signifikasi
tepat tentang bagaimana bahasa men-
menurut Giddens (2010:49) merupakan
jalankan fungsinya sebagai transmisi
salah satu struktur wacana yang mengacu
pengetahuan dalam mengorganisasi
pada sistem, mengharuskan adanya relasi
lembaga sosial atau dalam menjalan-
yang tidak dapat dipisahkan antara sebuah
kan
tanda dan realitas yang menjadi rujukannya
wacana kritis yang dikemukakan oleh
serta bersifat ikonis.
Fairclough dan Wodak (1997: 271);
Sedangkan
kewacanaan
kekuasaan.
memberikan
Konsep
analisis
dan Jorgensen dan Phillips (2007: KONSEP
ANALISIS
115-168) sejalan dan saling mengisi
WACANA
KRITIS
sehingga dapat dipakai sebagai pi-
Analisis wacana kritis (AWK) yang diindo-
jakan dasar dalam penelitian ini. Ber-
nesiakan dari konsep Critical Dis-
dasarkan pendapat-pendapat di atas,
course Analysis (CDA) memiliki be-
maka konsep analisis wacana kritis
berapa konstruksi konsep, menurut
dalam
Fairclough dan Wodak (1997: 271); Jorgensen dan Phillips (2007: 115-
KERANGKA TEORI
168) yang mencakup: (1) bentuk
Van
praktik sosial yang menyusun dunia
Leeuwen
(2008:105-119)
mengungkapkan bahwa konstruksi
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.1 April 2015, 172
legitimasi dapat dipergunakan untuk
sosial dan terbentuk melalui praktik-praktik
memahami aktor atau agen di balik
kewacanaan dalam kehidupan sehari-hari
wacana-wacana yang memarjinalkan
serta terjadi perubahan dan reproduksi kul-
kelompok tertentu. Konstruksi teori
tural dan sosial. Ciri ini menjelaskan di-
dalam kajian ini mengadopsi model
mensi
cara kerja van Leeuwen yang terdiri
sosial, kultural, dan proses perubahan da-
atas
(1)
lam modernitas terkini, (2) sifat konstitutif
authorization: tipe legitimasi yang
dan tersusun (teratur). Ciri ini tidak hanya
mengacu
tradisi
memberikan kontribusi pada pembentukan
(kebiasaan), hukum, dan orang dalam
dan pembentukan kembali struktur sosial,
institusi yang menegakkan otoritas
namun merefleksikan pembentukan dan
tersebut, (2) moral evaluation: tipe
pembentukan kembali struktur sosial terse-
legitimasi
but, (3) sifat empiris dalam konteks sosial.
empat
sistem
bagian,
kepada
yakni
otoritas
yang mengacu kepada nilai-nilai
sosial,
linguistik-kewacanaan
fenomena
(3)
Ciri ini berpandangan jauh berbeda dengan
rationalization: tipe legitimasi yang
teori wacana yang tidak melaksanakan
mengacu kepada tujuan aksi-aksi
kajian empiris dan sistematis penggunaan
terinstitusi, dan (4) mythopoesis: tipe
bahasa dan 64 berbeda dengan psikologi
legitimasi yang disampaikan melalui
kewacanaan dalam melakukan kajian re-
naratif.
toris
yang
bukan
kajian
linguistik
penggunaan bahasa, (4) sifat ideologis daMODEL ANALISIS VAN LEEUWEN
lam fungsi wacana. Ciri ini mengungkap-
DALAM
kan wacana antara kelas-kelas sosial, per-
MEMBEDAH
KAJIAN
WACANA KRITIS
empuan dan laki-laki, kelompok minoritas
CDA dapat digolongkan ke dalam
dan mayoritas etnis. Efek-efek tersebut
praktik-praktik kewacanaan seperti yang
dipahami sebagai efek ideologis, dan (5)
dikemukakan oleh Fairclough dan Wodak
sifat kritis, yakni CDA atas nama eman-
(1997: 271); Jorgensen dan Phillips (2007:
sipasi, pendekatan analisis wacana kritis
115-168) sebagai berikut: (1) sifat struktur,
memihak pada kelompok-kelompok yang
proses kultural dan sosial sebagai linguistik
tertindas. Hal inilah yang menjadi konsen
-kewacanaan, yakni memiliki bentuk prak-
Fairclough, yakni “kritik eksplanatoris”
tik sosial yang memberikan kontribusi bagi
dan “kesadaran bahasa kritis”. Konstruksi
penyusunan dunia sosial yang mencakup
kerangka yang dikemukakan oleh Fair-
hubungan hubungan dan identitas-identitas
clough merupakan salah salah bentuk untuk
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.1 April 2015, 173
menganalisis wacana sebagai praktik sosial
pola pikir dalam hubungan masyara-
karena berisi sederet konsep yang berbeda,
kat, budaya, dan kekuasaannya), (4)
saling berkaitan satu sama lain sebagai di-
melakukan kerja ideologi (ideologi
mensi yang kompleks.
diproduksi melalui Dimensi teks,
Prinsip dasar CDA telah dikemukakan oleh
praksis wacana, dan efek sosial yang
beberapa ahli menurut cara pan-
dimiliki), (5) berhubungan dengan
dangnya sendiri-sendiri (Fairclough
wacana sejarah (faktor ekstralinguis-
dan Wodak, 1997: 258-284, van Dijk,
tik: budaya, masyarakat, dan ideologi
1997: 1-37, Wodak dan Meyer,
dalam hal sejarah), (6) dapat memedi-
2001). Beberapa pandangan tentang
asi
prinsip dasar itu memiliki kesamaan
masyarakat (koneksi antara proses
dalam pendekatan CDA, namun ada
sosial budaya masyarakat dan sifat
juga yang berpandangan kontrover-
dengan struktur teks untuk melihat
sial. Pandangan tentang prinsip dasar
“perintah wacana”), (7) menjalankan
CDA yang banyak dirujuk ialah yang
prinsip interpretatif (penjelasan yang
dikemukakan oleh Fairclough dan
dinamis dan terbuka akan informasi
Wodak
dengan
yang kontekstual), dan (8) merupakan
mengemukakan delapan prinsip dasar
bentuk aksi sosial (model paradigma
CDA, yakni (1) berorientasi pada ma-
ilmiah
salahmasalah sosial dan tidak hanya
membawa perubahan dalam praktik
memfokuskan diri pada penggunaan
komunikasi dan sosial politik).
(1997),
yakni
hubungan
sosial
antara
yang
teks
dan
berkomitmen
bahasa, tetapi juga pada karakteristik linguistik dalam proses sosial budaya
MEKANISME KERJA MODEL FAIR-
(CDA berupaya mengungkap hub-
CLOUGH
ungan kekuasaan eksplisit yang ser-
Model tiga dimensi Fairclough diharapkan
ing tersembunyi), (2) 65 berhubungan
dapat memberikan kerangka analitis
dengan wacana kekuasaan (hubungan
bagi analisis wacana. Model ini
sosial dan kekuasaan itu dilakukan
didasarkan pada prinsip yang berbun-
dan dinegosiasikan melalui wacana),
yi bahwa teks hanya dapat dipahami
(3) dapat mengungkap hubungan
atau dianalisis secara terpisah, hanya
masyarakat dan budaya (penggunaan
dapat
bahasa dapat mampu berkontribusi
dengan jaring-jaring teks lain dan
dalam memproduksi dan mengubah
hubungannya dengan konteks sosial
dipahami
dalam
kaitannya
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.1 April 2015, 174
(Fairclough, 1992: 71,73: 136; 1995: 60). Tabel 1. Hubungan Jaring-jaring teks dengan Konteks Sosial Teori/Model
Tahapan Analisis
Parameter
CDA-LF
Otorisasi Wacana
CDA-LF
Satuan Teks Naratif
CDA-LF
Geneologi Sosial
CDA
Ideologi
Ontologis Bahasa sebagai praksis sosial (hukum dan politik); bahasa kons-truksi sosial; konst-itutif; struktur bahasa; efek wacana Bahasa alat produksi wacana; media legiti-masi; politik simbol; alat kohesi tekstual; relasi makna Bahasa praktik keku -asaan; identitas sosial; penata hubungan so-sial; ruang pengala-man; perubahan sosial; produksi kekuasaan; subjek sosial; praktik kewacanaan; Bahasa permainan simbol; distorsi hubungan sosial; usaha mempertahankan kekuasaan;
Epistimologis
Aksiologis
Pendekatan Otoritas Pendekatan Normatif Abstraksi Bentuk
Sistem Langue
Pendekatan Kritis Pendekatan Normatif Abstraksi Makna
Sistem Parole
Pendekatan Otoritas Pendekatan Kritis Abstraksi Fungsi
Sistem Representasi
Pendekatan Kritis Abstraksi Nilai
Sistem Semiologi
CORPUS DATA
(surat kabar lokal Bali), yakni (1) Bali Post,
Dalam analisis CDA tentang wacana APEC
14 Desember 2012 dan (2) Media Bali Pro-
2013 yang akan mengeksplorasi legitimasi
mosi, Edisi Mei 24 Mei – 30 Mei 2013. Ek-
dan signifikasi perekonomian Bali, fakta
splorasi media sebagai corpus data dapat
bahasanya diperoleh dari media massa
disajikan sebagai berikut.
Teks 1: APEC 2013 APEC 2013
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.1 April 2015, 175
Denpasar (Bali Post) Bali sebagai tuan rumah Asia Pasific Economic Coorporation (APEC) 2013 diharapkan berdampak signifkan dan luas terhadap pertumbuhan ekonomi Bali. Setidaknya, APEC 2013 akan mendorong pertambahan jumlah kunjungan wisatawan hingga 5 juta orang.
Ketua umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Badung, A.A.Ngurah Alit Wiraputra, SH., MH., memprediksi dampak dari APEC 2013 akan mendorong jumlah kunjungan wisatawan hingga 4,5-5 juta orang. Hal ini akan memberikan peluang bagi usaha seperti sewa kendaraan, guide, travel, dan jasa penunjang wisata lainnya. “Semua sektor akan bergerak. Apalagi, Badung sebagai tuan rumah akan menikmati sekali, bahkan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi hingga dua digit,” ujar Alit Wiraputra, Kamis (13/12) kemarin. Selain itu, investasi di sektor perhotelan yang digarap tahun ini akan dioperasikan pula pada 2013 mendatang. Jika tahun 2010 lalu jumlah hotel berbintang lima di Badung sebesar 41 unit, namun kini sudah mencapai 68 unit. Menurutnya, produk makanan dan minuman yang dimanfaatkan kalangan hotel selama ini 80 persen dipasok dari luar akibat tidak ada regulasi yang jelas mengatur porsi penyerapan produk lokal ke hotel. “Ini harus kita rebut. Bali mesti mampu meningkatkan pasokan ke hotel maupun restoran yang ada di daerah ini,” serunya. Selama ini penggunaan produk lokal baru sebatas himbauan saja. Mestinya hal itu sudah ada regulasi untuk pembelaan atau penggunaan produk lokal. Regulasi ini harus datang dari pemerintah tingkat I. “Kami dari Kadin Badung juga ikut mendorong untuk segera dikeluarkan regulasi dalam melindungi produk lokal. Di samping adanya keberpihakan terhadap produk kita,” jelasnya. Di samping itu peluang yang sudah tampak di tahun 2013 mendatang, Badung juga diharapkan pada berbagai persoalan. Salah satunya dengan meningkatnya jumlah wisatawan dan faktor penunjangnya yang terkonsentrasi di Badung Selatan, otomatis membuat akses ke kawasan tersebut makin macet. Persoalan lainnya juga muncul pada volume sampah di Badung Selatan yang makin meningkat. “Jumlah pencari kerja juga kian bertambah dan tingkat polusi udara yang makin memprihatinkan. Faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah energi seperti listrik dan pasokan air bersih. Ini menjadi PR bagi pemerintah Badung,” tandasnya.(kmb27).
Sumber: Surat Kabar Harian Nasional Bali Post, Edisi Jumat, 14 Desember 2012 Teks 2: APEC Berpotensi Dongkrak MICE di Bali
APEC Berpotensi Dongkrak MICE di Bali
Bali Promosi
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.1 April 2015, 176
Praktisi pariwisata memastikan Konferensi Tingkat Tinggi APEC 2013 di Bali mendongkrak kinerja Meeting, Incentive, Converence, Exhibition (MICE) di tahun mendatang. Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, Ketua Badan Promosi Daerah (BPPD) Bali, mengatakan KTT APEC membawa dampak bagi Bali dengan didukung banyak pembangunan convention hall dan pembenahan infrastruktur. “Tidak hanya convention hall tetapi infrastuktur dan fasilitas seperti jaringan untuk mengadakan event besar Bali bisa dikatakan sudah siap, tinggal bagaimana caranya dari sekarang mempromosikan MICE pasca APEC 2013,” ungkapnya. Mantan Bupati Gianyar yang akrab dipanggil Cok Ace ini juga mengatakan pertumbuhan convention hall hampir sekitar lima kali lipat jika dibandingkan dengan dua atau tiga tahun lalu yang hanya mencapai 2.000 saja. Saat ini, lanjutnya hampir 10.000 kapasitas guna mendukung MICE di Bali. “Memang semuanya masih terfokus di Bali Selatan yakni Nusa Dua,” paparnya. ”Hal tersebut yang seharusnya dipikirkan oleh industri pariwisata bagaimana Bali harus mempunyai destinasi konvensi guna mendukung pengembangan wisata MICE agar setelah KTT APEC sejumlah convenction hall di pulau ini tidak kosong,” jelasnya. Dikatakanya, dengan adanya destinasi konvensi, lanjutnya convention hall yang sudah ada tidak terabaikan begitu saja. Untuk itu bagaimana caranya kawasan Nusa Dua bisa menjadi suatu karakteristik tersendiri yaitu dengan mendongkrak wisata MICE. (ami)
Sumber: Surat Kabar Mingguan Bali Promosi, Edisi 24 Mei – 30 Mei Tahun 2013, hlm 7 Teks 3: Bali Segera Bentuk Bali Convention Bureau
Bali Segera Bentuk Bali Convention Bureau
Bali Promosi Stakeholder pariwisata Bali merencanakan untuk segera membentuk Bali Convention Bureau guna mendatangkan dan mempertahankan event berskala internasional pasca Konferensi Tingkat Tinggi APEC 2013. Djinaldi Gosana, Direktur Eksekutif Bali Hotels A ssociation (BHA) mengatakan, para pemangku kepentingan industri pariwisata Bali saat ini tengah menggodok rencana untuk membentuk Bali Convention Bureau guna mempertahankan event skala internasional pasca APEC 2013. “Saat ini Bali, memiliki kurang lebih 10.000 yang sebagian besar adalah anggota BHA untuk bisa mengadakan event besar seperti APEC, untuk itu harus ada badan atau asosiasi yang bisa mendatangkan convention yakni kegiatan yang mendatangkan pengusaha atau professional dalam jumlah besar,” ujar Djinaldi. Menurutnya, KTT APEC 2013 merupakan kesempatan besar bagi para stakeholder pariwisata untuk bersama-sama berjuang guna menghimpun semua pengusaha atau profesional agar bisa mengadakan agenda event internasional di Bali. “Seluruh stakeholder harus ada kesiapan untuk maju melakukan bidding atau penawaran untuk menjadi tuan rumah penyelenggaraan konvensi karena Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.1 April 2015, 177
semua even bisa saja terjadi di Bali. Hanya saja, memang dibutuhkan profesional yang canggih dan kuat untuk melakukan bidding,” ucapnya. Ia juga melanjutkan, untuk membentuk sebuah badan diperlukan pendanaan maka pihaknya berharap adanya Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Bali yang memiliki payung hukum nantinya Bali Convention Bereau akan berada di bawah BPPD Bali. “ Konvensi ini tidak hanya menguntungkan pihak hotel saja atau tetapi seluruh stakeholder yang tergabung dalam Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali,” paparnya. Untuk itu, dia berharap Pemilihan Gubernur berlangsung aman sehingga agenda-agenda besar tahun ini tetap bisa berlangsung dan bisa berjalan untuk jangka panjang. (ami)
Sumber: Surat Kabar Mingguan Bali Promosi, Edisi 24 Mei – 30 Mei Tahun 2013, hlm 7
3. PEMBAHASAN
gitimasi kerjasama yang penting dan strate-
KONSTRUKSI LEKSIKON “APEC”
gis dalam perekonomian dunia mengingat
Wacana APEC ini digunakan dalam rangka
dengan keragaman sistem politik, tingkat
mengambil peran menghadapi perekonomi-
pembangunan/kemakmuran dan nilai sosial
an menuju pasar bebas. Perkembangan
-budaya, maka APEC perlu mengem-
pasar bebas telah meletakkan fondasi
bangkan suatu proses yang cocok untuk
ikatan-ikatan
melalui
mencapai tujuannya bagi peningkatan kese-
AFTA, APEC dan lain sebagainya. Waca-
jahteraan dan stabilitas dunia di masa
na APEC telah mendorong pelaku-pelaku
mendatang.
ekonomi
dunia
ekonomi dari berbagai negara untuk secara bersama melaksanakan kerjasama dalam
LEGITIMASI LEKSIKON
rangka kesejahteraan warga negaranya.
Sebagai representasi leksikon dalam
APEC merupakan suatu forum kerjasama
wacana APEC 2013, dapat diketahui bah-
dalam rangka memfasilitasi pertumbuhan
wa ada terdapat sepuluh leksikon yang
ekonomi, perdagangan, dan investasi di
menjadi simbol perekonomian Bali dalam
kawasan Asia Pasifik. APEC berdiri tahun
ketiga corpus data teks di atas terdiri dari:
1989 dan beranggotakan 21 ekonomi -
(1) kunjungan wisatawan, (2) pertumbuhan
Australia, Brunei Darussalam, Canada,
ekonomi, (3) tuan rumah, (4) perhotelan,
Chile, China, Indonesia, Jepang, Korea,
(5) produk lokal, (6) destinasi konvensi, (7)
Malaysia, Mexico, New Zealand, Papua
proses penawaran (bidding process), dan
New Guinea, Peru, Philipina, Russia, Sin-
(8) agenda besar. Kesepuluh konstruksi
gapore,
dan
representasi leksikon dalam wacana APEC
Amerika serikat. APEC menjadi forum le-
2013 yang memberikan legitimasi dampak
China
Taipei,
Thailand,
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.1 April 2015, 178
pada perekonomian Bali, akan diuraikan sebagai berikut.
lam perspektif ekonomi, Narya (2011:50)
Pertama, kunjungan wisatawan. Dalam
Kedua, pertumbuhan ekonomi. Da-
perspektif
pariwisata,
mengemukakan bahwa sektor pariwisata
menurut
selama ini menjadi andalan perekonomian
Narya (2011:48), berkembangnya pari-
Bali, namun belum menjadi primadona
wisata Bali tidak terlepas dari lima pilar
(andalan) mengingat sektor ini sangat rent-
pembangunan
(1)
an terhadap kondisi yang terjadi di seki-
masyarakat, (2) industri, (3) pemerintah,
tarnya. Pertumbuhan ekonomi berdampak
(4) akademisi, dan (5) pers. Pariwisata
pada program pengembangan pariwisata di
yang berkualitas dan pariwisata inter-
Bali, yakni harus mampu mendorong
nasional memiliki ciri-ciri sebagai berikut
masyarakat untuk menciptakan produk-
(1) sarana dan prasarana, (2) produksi yang
produk lokal yang merefleksikan nilai-nilai
kreatif, (3) pelayanan yang memenuhi
kearifan lokal yang dimiliki masyarakat
kepuasan wisatwan, dan (4) wisatawan
Bali (ecoturism, marine tourism, dan spir-
yang peduli lingkungan dan budaya. Legit-
itual tourism). Legitimasi pertumbuhan
imasi leksikon kunjungan wisatawan ter-
ekonomi dalam teks wacana APEC 2013,
masuk dalam kategori kelompok verba.
dimaknai sebagai bagian dari kegiatan
Dalam konteks APEC 2013, merupakan
ekonomi kapitalisme yang bertujuan me-
arus masuk kunjungan wisatawan dari
menuhi kebutuhan pasar. Legitimasi ini
berbagai negara anggota APEC diluar kun-
diharapkan
jungan wisatawan regular yang selama ini
(2012:121;131),
berlangsung. Kunjungan wisatawan dalam
keadaan alam menjadi kondisi yang
konteks APEC diprediksi akan mendorong
harapkan
terciptanya
perekonomian
hidup yang disebut produksi kerja, serta
Bali, karena kegiatan APEC 2013 merupa-
mengubah keadaan masyarakat Bali dari
kan salah satu forum kerjsama multilateral
tidak ada menjadi ada; atau menjadi
yang tidak mengikat anggotanya secara
masyarakat modern dan maju yang disebut
legal (non legally binding). Selain itu, kun-
kehidupan sosial.
pariwisata,
pertumbuhan
yakni
menurut
dalam
Prawironegoro
mampu memenuhi
mengubah di-
kebutuhan
jungan wisatawan dalam kerangka APEC
Ketiga, tuan rumah. Dalam per-
2013 mencerminkan berkembangnya desti-
spektif ekonomi kreatif, legitimasi dan
nasi konvensi, convention hall, dan wisata
penunjukkan sebuah negara atau wilayah
MICE (Meeting, Incentive, Converence,
menjadi tempat penyelenggaraan kegiatan-
Exhibition).
kegiatan bersakala nasional, regional, dan
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.1 April 2015, 179
internasional sudah merupakan prosedur
tamu, mencerminkan jati diri bangsa, dan
yang telah melewati keputusan bersama.
(f) tanggung jawab. Keyakinan akan sebuat
Penunjukan Bali – Indonesia sebagai tem-
tanggung jawab merupakan ciri keber-
pat penyelenggaraan kegiatan-kegiatan ber-
pihakan kepada tamu dan wujud kepedu-
sakala regional dan internasional seperti
lian untuk meminimalisir resiko yang tim-
APEC 2013 didasarkan pada beberapa fitur
bul.
semantik yang mencirikan makna tuan ru-
Keempat, perhotelan. Leksikon per-
mah tersebut. Fitur-fitur itu sejalan dengan
hotelan
jasa pelayanan yang disajikan oleh tuan
ketersediaan sebuah jenis akomodasi yang
rumah penyelenggara kegiatan, yakni (a)
mempergunakan sebagian atau seluruh
kemampuan. Sebagai tuan rumah, penge-
bangunan
tahuan dan keterampilan tertentu wajib dan
penginapan, makanan, dan minumam serta
mutlak diperlukan untuk menunjang pro-
jasa lainnya bagi umum yang dikelola
gram layanan prima, yang meliputi ke-
secara
mampuan dalam bidang kerja yang diteku-
penginapan
ni, melaksanakan komunikasi yang efektif,
kapitalisme global bahwa event APEC
mengembangkan
dan
2013 akan memerlukan akomodasi yang
menggunakan public relation sebagai in-
cukup banyak dan bervariasi. Untuk itu,
strument dalam membina hubungan ke da-
legitimasi leksikon perhotelan dimaknai
lam dan ke luar organisasi/perusahaan, (b)
pada beberapa fitur semantik sebagai beri-
sikap. Perilaku atau perangai sebagai tuan
kut (a) transient hotel, yaitu hotel yang le-
rumah yang baik harus ditonjolkan ketika
tak dan lokasinya di tengah kota dengan
menghadapi pelanggan, (c) penampilan.
jenis tamu yang menginap sebagian besar
Penampilan sebagai tuan rumah sangat
adalah untuk urusan bisnis dan turis, (b)
dibutuhkan baik secara fisik maupun non
residential hotel, yaitu hotel yang pada da-
fisik, yang mampu merefleksikan ke-
sarnya merupakan rumah – rumah ber-
percayaan diri dan kredibilitas dari pihak
bentuk apartemen dengan kamar – kamar
lain, (d) perhatian. Fokus perhatian dan
yang disewakan secara bulanan atau ta-
pedulian penuh sebagai tuan rumah bagi
hunan, juga menyediakan kemudahan –
semua tamu yang datang dengan perhatian
kemudahan seperti layaknya hotel seperti
akan kebutuhan dan keinginan tamu, (e)
restoran, pelayanan makanan yang diantar
tindakan. Setiap tindakan yang dilakukan
ke kamar, dan pelayanan kebersihan kamar,
dalam memberikan layanan kepada kepada
(c) resort hotel, yaitu hotel pada umumnya
motivasi
merupakan
untuk
komersial. menjadi
bentuk
legitimasi
menyediakan
Penyediaan bentuk
jasa
jenis
legitimasi
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.1 April 2015, 180
yang berlokasi di tempat – tempat wisata
mendatangi sebuah forum tertentu yang
untuk melayani konsumen yang sedang
memiliki gaung secara nasional maupun
berekreasi, (d) motel/motor hotel, yaitu ho-
internasional. Destinasi konvensi dimaknai
tel yang mempunyai lokasi sepanjang jalan
sebagai bagian dari legitimasi wacana
raya yang menghubungkan satu kota besar
kapitalisme global dalam kawasan geo-
dengan kota besar lainnya. Hotel jenis ini
grafis yang berada pada satu wlayah ad-
menyediakan parkir khusus seatap dengan
ministratif yang didalamnya terdapat daya
kamar hotel.
tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pari-
Kelima, produk lokal. Dalam pre-
wisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang
spektif kritis pariwisata, produk lokal
saling terkait dan melengkapi dalam ter-
merupakan produk pariwisata yang ber-
wujudnya
bentuk hasil unggulan dari sebuah wilayah
(2011:159) mengungkapkan bahwa desti-
atau area tertentu yang berdampak pada
nasi akan menjadi kompleks karena danya
masyarakatnya. Menurut Pujani (2011:104)
kenyataan bahwa suatu destinasi yang
dan (Geriya, 2008), mengungkapkan bah-
terkenal minimal melibatkan lebih dari satu
wa keunggulan produk lokal memiliki ciri-
pemerintahan daerah, baik kabupaten mau-
ciri sebagai berikut (1) kreasi karyanya
pun
atau hasil kerajinan budayanya bermutu
pemerintahan lainnya. Dalam konteks pari-
dan menjadi kebanggaan, (2) memiliki ga-
wisata, destinasi konvensi di Bali wajib
ya yang mencerminkan identitas tertentu,
menjadi legitimasi primadona, mengingat
(3) merepresentasikan nilai-nilai religious,
corak kepariwisataan Bali saat ini adalah
dan sains yang mensinergiskan local geni-
mengandung parawisata budaya dan spir-
us, (4) dapat dan berpeluang diterima
itual.
secara lokal, daerah, nasional, dan diapresiasikan
sebagai
budayaan
dan
provinsi
Ketujuh,
bersama.
dan
Palaguna
berbagai
proses
satuan
penawaran
ke-
(bidding process). Dalam perspektif hub-
(5)
ungan internasional, Bandoro (2011:6) me-
mengkritalisasikan etos, watak/spirit bu-
nyebutkan bahwa Indonesia ingin menjadi
daya dan humanistas yang berdimensi lo-
bagian penting dalam penyelesaian masa-
kal, nasional dan global.
lah-masalah internasional. Indonesia ingin
Keenam,
puncak-puncak
cita-cita
peradaban,
destinasi
dan
konvensi.
menunjukkan keinginannya untuk mem-
Leksikon destinasi konvensi yang ter-
perbesar peran internasionalnya baik di
ungkap dalam teks 2, merupakan kelompok
tingkat global maupun regional. Slogan
kata verba yang bermakna melakukan atau
“Seribu sahabat tanpa musuh”akan menjadi
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.1 April 2015, 181
produk legitimasi politik luar negeri Indo-
Bali. Dalam prespektif kerjasama multilat-
nesia ke depan. Penawaran (bidding) se-
eral, legitimasi leksikon agenda besar yang
bagai verba proses dimaknai sebagai se-
dimaksud adalah (1) agenda besar level
buah keinginan Indonesia untuk menjadi-
kebijakan (policy level) yang mencakup:
kan bagian dari kolaborasi internasional,
(a) pertemuan pemimpin ekonomi atau
untuk menyelesaikan masalah-masalah in-
kepala negara/pemerintahan dalam me-
ternasional. Nilai penawaran ini melegiti-
nyusun deklarasi yang akan dijadikan agen-
masi pulau Bali sebagai tempat dimana ter-
da kebijakan bagi APEC (A PEC Economic
jadinya pertemuan-pertemuan tingkat inter-
Leaders’ Meeting), (b) pertemuan Menteri
nasional tersebut. Misalnya, Bali Democra-
Luar
cy Forum (BDF) merupakan bukti nyata
Perdagangan dalam membahas kegiatan-
legitimasi internasional atas bangsa Indo-
kegiatan yang dilakukan dalam tahun yang
nesia dalam menjalankan amanat-amanat
bersangkutan dan menyusun rekomendasi
negara-negara multilateral. Leksikon pros-
bagi
es penawaran memiliki fitur semantik yang
bangkan lebih lanjut (A PEC Ministerial
terdiri atas: (1) menjadi acuan utama hub-
Meeting), (c) pertemuan para menteri
ungan antarnegara yang mampu mem-
sektoral pada bidang: pendidikan, energi,
berikan efek positif bagi kondisi lalu lintas
lingkungan dan pembangunan berkelanju-
internasional, (2) sebagai manifestasi dari
tan, keuangan, sumber daya manusia, ker-
apresiasi negara-negara maju terhadap
jasama ilmu IPTEK, usaha kecil dan
peran internasional Indonesia (Bali) dan
menegah, telekomunikasi dan informasi,
kemajuan pembangunan ekonomi, (3) se-
pariwisata,perdagangan,perhubungan, dan
bagai bukti komitmen Indonesia untuk
peranan wanita (Sectoral Ministerial Meet-
mendukung pengembangan demokrasi di
ing), (d) pertemuan tahunan dalam mem-
negara-negara lain, dan (4) sebagai bagaian
berikan pandangan dari sisi bisnis kepada
dari kerjasama regional, perluasan,dan pen-
para pemimpin berkaitan dengan isu-isu
guatan hubungan internasional Indonesia.
APEC, menyampaikan laporan dan rek-
Kedelapan, agenda besar. Leksikon agen-
omendasi untuk meningkatkan lingkungan
da besar yang terungkap dalam teks 3,
bisnis dan investasi dikawasan APEC
merupakan kelompok kata metafora yang
(APEC Business Advisory Council-ABAC)
bersinonim dengan kata event besar, kes-
dan (2) agenda besar level pelaksanaan
empatan besar, dan even berskala inter-
(working level).
Negeri
para
dan
Menteri
pemimpin
untuk
Ekonomi/
dipertim-
nasional yang akan dilaksanakan di pulau
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.1 April 2015, 182
penyelenggaraan
SIGNIFIKASI Signifikasi
merupakan
prosedur
APEC
2013
dengan
jumlah hotel berbintang lima di kabupaten
valid yang dicanangkan oleh Giddens
Badung mencapai 68 unit.
(2010:49) sebagai salah satu model dari
Kedua, Regulasi sebagai tanda teks yang
tiga dimensi struktur wacana dalam sistem
bersignifikasi
sosial, dan model dalam menganalisis
pariwisata dan perekonomian masyarakat
struktur wacana. Untuk itu, signifikasi
Bali, yakni: (1)
dimensi wacana yang akan menjadi bagian
yang jelas terkait dengan produk makanan
dari analisis produksi wacana APEC 2013
dan minuman yang dimanfaatkan kalangan
di bidang pariwisata dan berkorelasi pada
hotel, (2) selama ini 80 persen produk
sektor
Signifikasi
makanan dan minuman dipasok dari luar
dalam wacana APEC 2013 mengacu pada
Bali, (3) porsi penyerapan produk lokal ke
sistem yang mengharuskan adanya relasi
hotel-hotel di Bali belum menunjukkan
yang tidak dapat dipisahkan antara sebuah
keberpihakan
tanda dan realitas yang menjadi rujukannya
Bali, (4) realita menunjukkan bahwa
serta bersifat ikonis. Signifikasi wacana
pemasokan dan penggunaan produk lokal
APEC
Bali masih sebatas himbauan saja, dan (5)
perekonomian
Bali.
2013 dapat
diuraikan sebagai
berikut.
realitas
sektor
belum adanya regulasi
pada perekonomian lokal
perlu didorong dan dilakukan segera agar
Pertama, Kamar Dagang Industri (KADIN)
dengan
sebagai
bersignifikasi
tanda
dengan
teks
realitas
yang
dikeluarkannya regulasi yang jelas dalam melindungi produk lokal Bali
sektor
pariwisata dan perekonomian masyarakat
SIMPULAN
Bali, yakni (1) dapat diprediksi bahwa
Berdasarkan uraian-uraian di atas,
dampak dari APEC 2013 akan mendorong
maka wacana APEC 2013: Legitimasi dan
jumlah kunjungan wisatawan hingga 4,5-5
Signifikasi Perekonomian Bali dapat disim-
juta orang, (2) memberikan peluang bagi
pulkan sebagai berikut: (1) APEC 2013
usaha seperti sewa kendaraan, guide,
merupakan suatu forum kerjasama dalam
travel, dan jasa penunjang wisata lainnya,
rangka menciptakan lingkungan yang aman
(3) kabupaten Badung sebagai tuan rumah
dan efesien bagi pergerakan barang, jasa,
dapat mendorong terciptanya pertumbuhan
dan manusia lintas batas negara di kawasan
ekonomi yang sukup tinggi, dan (4) semua
Asia Pasifik melalui pengaturan kebijakan
bentuk investasi di sektor perhotelan yang
dan kerjasama ekonomi dan teknik, (2)
digarap
leksikon yang menjadi bukti legitimasi
akan
beroperasi
menjelang
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.1 April 2015, 183
APEC 2013 melalui peran media massa
menjanjikan; (3) sinergitas dan penguatan
terdiri atas: (a) kunjungan wisatawan, (b)
kapasitas
pertumbuhan ekonomi, (c) tuan rumah, (d)
berkepentingan belum signifikan; dan (4)
perhotelan, (e) produk lokal, (f) destinasi
otonomi daerah yang dibenturkan pada
konvensi, (g) proses penawaran (bidding
peraturan kepariwisataan nasional.
antarstakeholder
yang
process), dan (h) agenda besar, (3) signifikasi wacana APEC 3012 dalam sistem sosial kemasyarakatan yang berdampak pada perekonomian Bali terdiri atas: (a) Kamar
Dagang Industri (KADIN), (b) regulasi, (c) Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD),
Selain itu, secara umum APEC 2013 yang diwacanakan berlangsung di akan
berdampak
pembangunan Setidaknya,
sektor signifikasi
besar
pada
pariwisata. perubahan
dan
dinamika yang terjadi di tingkat nasional, regional
dan
internasional
akan
dikonstruksi dan didayagunakan secara bersama dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang sama pada sesama negara anggota APEC. Signifikasi APEC 2013 pada sektor pariwisata di Bali diharapkan menjembatani dan menuntaskan fenomena klasik yang sering dihadapi, yakni (1) dampak
ekonomi
berkepanjangan
global
yang
mengakibatkan
menurunnya daya investasi pada sektor pariwisata investasi
dan mega
menurunnya proyek
kinerja
pembangunan
pariwisata; (2) keberpihakan pada warisan budaya
lokal
belum
secara
Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka saran yang dapat dijadikan sebagai
kontribusi dalam rangka peningkatan pembangunan sektor pariwisata pada masyarakat Bali adalah: (a) penyelenggaraan event-
dan (d) Bali Hotels Accosiation (BHA).
Bali,
Rekomendasi
optimal
event berskala nasional dan internasional diharapkan dapat menyebar atau merata di semua wilayah tujuan wisata di Bali, (b) keikutsertaan para pelaku/stakeholder, kelompok sukarelawan, asosiasi wisata, asosiasi bisnis dan pihak-pihak lain yang ber-
pengaruh dan berkepentingan melalui event APEC 2013 dan sejenisnya yang dapat berdampak positif pada pariwisata Bali, (c) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Provinsi Bali harus memberi jaminan rasa aman dan nyaman bagi setiap pengunjung yang datang pada event APEC tersebut, serta meminimalisir pelaku pariwisata atau sejenisnya
dari
konflik
politik
yang
mengarah pada NKRI, dan (d) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Provinsi Bali harus terus menerus melakukan upaya promosi yang memperkuat karakter bangsa dan identitas masyarakat setempat yang bertujuan untuk mewujudkan perdamaian yang dicita-citakan, pengalaman berwisata
Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.1 April 2015, 184
yang berkualitas, dan memberikan kepuasan bagi peserta APEC 2013 tersebut. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Mitra Bestari yang memberikan masukanmasukan yang sangat bermanfaat untuk perbaikan artikel ini. Atas masukan-
Berkelanjutan pada Pusaran Krisis Global (Putu Anom, dkk). Denpasar: Universitas Udayana Press. Prawirinegoro, Darsono. 2013. Karl Marx: Ekonomi Politik dan Aksi Revolusi. Jakarta: Nusantara Consulting. van Leeuwen, T., & Wodak, R. 1999. Legitimizing Immigration Control: A DiscourseHistorical Perspective. Discourse Studies, 1: 83–118. van Leeuwen, T. 2008. Discourse and Practice. New Tools for Critical Discourses Analysis. Oxford-New York: Oxford University Press.
masukan yang telah diberikan sekali lagi
penulis mengucapkan terima kasih DAFTAR PUSTAKA Bandoro, B. 2011. ”Indonesia ingin menjadi bagian penting melalui Penyelesaian Masalah-Masalah Internasional” dalam Tabloit Diplomasi. Media Komunikasi dan Interkasi, No.40 Tahun IV. Tanggal 15 Februari-14 Maret 2001. Jakarta: Direktorat Diplomasi Publik- KEMENLU RI. Geriya, I.W. 2008. “Pembangunan Bali Berbudaya dan Bervitalisasi Etos Keunggulan untuk Bangkit” dalam Prosiding Kongres Kebudayaan Bali I Tahun 2008. Denpasar: Panitia Kongres Kebudayaan Bali 2008. Narya, Ketut. 2011. “Kebijakan Pemerintah Provinsi Bali mewujudkan Destinasi Bali yang Sustainable” dalam Pariwisata Berkelanjutan pada Pusaran Krisis Global (Putu Anom, dkk). Denpasar: Universitas Udayana Press. Pilliang, Yasraf Amir. 2005. Transpolitika. Dinamika Politik di dalam Era Virtualitas. Yogyakarta: Jalasutra. ________________. 2010. Post-Realitas. Realitas Kebudayaan dalam Era PostMetafisika. Yogyakarta: Jalasutra. Petraton, Ade. 2012. “Kemelut dan Hasil Konferensi Tingkat Tinggi Menteri ke-13 di Doha” dalam Diplomasi Multilateral, Buletin Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Jakarta: SETJEN KEMENLU RI. Pujani, L.P.K. 2011. “Pemberdayaan Komunitas Pedagang Souvenir Asal Kintamani di Kota Denpasar” dalam Pariwisata Copyright © 2015, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668