APLIKASI SOFTWARE GEOSTUDIO SLOPE/W 2007 UNTUK ANALISIS PENYEBAB KELONGSORAN DI PERUMAHAN ROYAL SIGURA-GURA MALANG Haninda Putri Nurfitrianty1, Runi Asmaranto2, Anggara Wiyono Wit Saputra2 1
Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya 2 Dosen Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Jl. MT.Haryono No.167 Malang-65145 Jawa Timur-Indonesia Telp/Fax : 0341-562454 Email:
[email protected]
ABSTRAK Longsor merupakan pergerakan tanah dari atas ke bawah pada ketinggian tertentu. Telah terjadi kelongsoran di Perumahan Royal Sigura-gura Malang dimana perumahan tersebut terletak di pinggir sungai metro. Ada beberapa opsi terkait penyebab kelongsoran tersebut yaitu akibat adanya beban diatasnya serta rembesan yang melalui tanah. Maka dari itu perlunya analisis stabilitas lereng di lokasi tersebut. Metode yang digunakan yaitu Limit Equilibrium Method (perhitungan secara manual dan Software Geostudio SLOPE/W 2007).Dari hasil analisis stabilitas lereng diperoleh nilai Faktor Keamanan 0,507 dimana menunjukkan bahwa lereng tidak aman akibat adanya rembesan dan beban. Rekomendasi yang disarankan yaitu menggunakan lereng trap alami, bio-grouting, dan geotekstil. Kata kunci : Longsor, Analisis Stabilitas Lereng, Limit Equilibrium Method, Software Geostudio SLOPE/W 2007. ABSTRACT Landslide is a ground motion from top to bottom at a certain height. There has been a landslide in Royal Sigura-GuraResidence Malang where the residence is located on the Metroriverside. There are several options related to the cause of the landslide, it is due to the weight above it and the seepage through the ground. Therefore these locations need the slope stability analysis. Using Limit Equilibrium Method (Manual calculation and Software Geostudio SLOPE / W 2007). From the analysis of the slope stability values obtained Safety Factor 0,507 which indicates that the slope is not safe due to seepage and load.. Suggested recommendation is to use a natural trap slopes, bio-grouting, and geotextiles. Keywords: landslide, slope stability analysis, Limit Equilibrium Method, Software Geostudio SLOPE / W 2007. 1.
PENDAHULUAN Pertambahan penduduk, menyebabkan bertambahnya pula kebutuhan akan tempat tinggal. Hal ini akan membuat kebutuhan lahan semakin besar, sehingga berujung pada pembangunan perumahan secara besarbesaran khususnya di daerah lereng sungai. Banyak pembangunan perumahan yang tidak memperhatikan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :63/PRT/1993 tentang garis sempadan sungai, daerah manfaat sungai, daerah penguasaan sungai dan bekas sungai. Sehingga menyebabkan banyak
permasalahan salah satunya adalah kelongsoran. Salah satu contohnya kejadian tanah longsor di Perumahan Royal Sigura-gura Malang yang terjadi pada tanggal 25 April 2014 pukul 18.00 WIB yang menyebabkan empat rumah dan satu mobil pick-up jatuh ke sungai namun tidak ada korban jiwa. Maka dari itu perlu adanya analisis stabilitas lereng. Metode yang digunakan untuk analisis stabilitas lereng yaitu Metode Bishop (perhitungan secara manual) dan Limit Equilibrium Method (perhitungan dengan menggunakan Software Geostudio SLOPE/W 2007).
Tujuan dari analisis stabilitas lereng dengan menggunakan dua metode tersebut adalah agar dapat mengetahui nilai Faktor Keamanan dari lereng tersebut serta mencari penyebab kelongsoran di lokasi. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Tanah terdiri dari butiran-butiran mineral yang merupakan hasil dari pelapukan batuan. Ukuran butirannya sangat bervariasi dan sifat-sifat fisik dari tanah banyak tergantung dari faktor ukuran, bentuk, dan komposisi kimia butiran. Tanah berguna sebagai bahan bangunan pada berbagai macam pekerjaan teknik dan juga sebagai pendukung pondasi dari bangunan. 2.1.1Klasifikasi Tanah Terdapat dua sistem klasifikasi tanah yang sering diguanakan, Unified Soil Classification System (USCS) dan American of State Highway and Transportation Officials (AASHTO). Sistem-sistem ini menggunakan sifat-sifat indeks yang sederhana, seperti distribusi ukuran butiran, batas cair, dan index plastisitas. 2.1.1.1 Sistem Klasifikasi AASHTO Pada sistem ini tanah diklasifikasikan ke dalam tujuh kelompok besar, A-1 sampai dengan A-7 merupakan sub-sub kelompok. Tanah-tanah dalam tiap kelompoknya dievaluasi terhadap indeks kelompoknya yang dihitung dengan rumus-rumus empiris. Pengujian yang digunakan adalah analisis saringan dan batas-batas Atterberg. 2.1.1.2 Sistem Klasifikasi Unified Sistem ini mengelompokkan tanah kedalam dua kelompok besar yaitu : 1. Tanah berbutir kasar (coarse-grainedsoil), yaitu : tanah kerikil dan pasir dimana kurang dari 50% berat total contoh tanah lolos ayakan no.200, 2. Tanah berbutir halus (fine-grained-soil), yaitu tanah dimana lebih dari 50% berat total contoh tanah lolos ayakan no.200.
2.1.2 Indeks Plastisitas Indeks Plastisitas (PI) adalah selisih batas cair dan batas plastis. Indeks Plastisitas (PI) merupakan interval kadar air dimana tanah masih bersifat plastis. Indeks plastisitas menunjukkan sifat keplastisan tanah. Jika tanah mempunyai (PI) tinggi, maka tanah mengandung banyak butiran lempung. Jika (PI) rendah, seperti lanau, sedikit pengurangan kadar air mengakibatkan tanah menjadi kering. 2.1.3 Kekuatan Geser Tanah (Shear Strength) Kuat geser tanah adalah gaya perlawanan yang dilakukan oleh butirbutir tanah terhadap desakan atau tarikan. Dengan dasar pengertian ini, bila tanah mengalami pembebanan maka akan ditahan oleh :1. Kohesi tanah yang bergantung pada jenis tanah dan kepadatannya, tidaktergantung dari tegangan normal yang bekerja pada bidang geser. 2. Gerakan antara butirbutir tanah yang besarnya berbanding lurus dengan tegangan normal pada bidang geser. Menurut teori Mohr (1910) kondisi keruntuhan suatu bahan terjadi oleh akibat adanya kombinasi keadaan kritis dari tegangan normal dan tegangan geser, sehingga dapat diambil hubungan fungsi antar tegangan normal dan tegangan geser pada bidang runtuhnya. Adapun persamaan yang menyatakan hubungan fungsi tersebut adalah : . Tegangan efektif yang terjadi di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh tekanan pori. Terzaghi (1935) mengubah persamaan Coloumb dengan bentuk tegangan efektif sebagai berikut : dengan, = kekuatan geser (kN/m2) = kohesi tanah (kN/m2) = sudut geser dalam tanah ( 0 ) = tegangan normal total yang bekerja pada bidang geser (kN/m2) u = tegangan air pori Ada bermacam-macam percobaan untuk menentukan kekuatan geser tanah (Direct Shear), misalnya saja pengujian
triaxial (Triaxial Test), pengujian geser langsung, dan pengujian kekuatan geser unconfined. 2.1.4 Permeabilitas Tanah Permeabilitas Tanah dapat dibedakan menjadi dua yaitu air dalam tanah dan air yang merembes melalui tanah. Air dalam tanah adalah air yang bebas dalam zone jenuh (saturation zone) yang selanjutnya dapat dibedakan atas air tanpa tekanan dengan permukaan yang bebas dan air tanah yang terkekang tanpa permukaan bebas. Air yang merembes melalui tanah adalah air yang bergerak karena gravitasi. 2.1.5 Pemadatan Tanah (Compaction of Soil) Dengan adanya pemadatan tanah, berat isi dan kekuatan tanah akan meningkat sedangkan permeabilitas tanah berkurang.Untuk menguji kekuatan tanah yang dipadatkan biasanya dilakukan uji tahanan penetrasi. Pada umumnya kekuatan tanah segera setelah pemadatan selesai menunjukkan harga maksimum pada kadar air yang sedikit lebih rendah dari kadar air optimum. 2.2 Definisi Longsor 2.2.1 Pengertian Longsor Yang dimaksud dengan longsor adalah suatu pergerakan tanah dari atas ke bawah pada ketinggian tertentu.Pada umumnya suatu longsor mempunyai bidang kelongsoran, dan pada umumnya terdapat dua macam bentuk bidang longsor, yaitu: 1.Bidang Longsor Berbentuk Datar ; 2.Bidang Longsor berbentuk Lingkaran 2.2.2 Klasifikasi Longsor MenurutVarnes (1978), dan Hansen (1984) longsoran (landslide) dapat diklasifikasikan menjadi:Jatuhan (Fall), Longsoran-longsoran gelinciran (Slides), Aliran (Flow), Longsoran majemuk (Complex landslide). 2.2.3 Penyebab Longsor Faktor-faktor penyebab Longsor dapat dikategorikan sebagai berikut :Perubahan lereng suatu tebing, perubahan tinggi suatu tebing, peningkatan beban permukaan,
perubahan kadar air, aliran air tanah, pengaruh getaran, penggundulan daerah tebing, pengaruh pelapukan secara teknis dan kimia. 2.3 Lereng Lereng adalah suatu tepian yang terletak antara landasan dan tanjakan, berdasarkan macamnya lereng dibagi menjadi tiga macam, yaitu: Lereng alam, Lereng buatan tanah asli, Lereng buatan tanah yang dipadatkan. 2.4 Analisis Stabilitas Lereng Analisis stabilitas lereng merupakan suatu perhitungan analisis yang dilakukan pada daerah lereng suatu konstruksi bangunan atau pada kondisi tanah asli untuk memberikan gambaran mengenai tingkat kestabilan lereng yang sering kali dinyatakan dalam suatau koefisien dengan membandingkan jumlah gaya atau momen yang mendorong dan jumlah gaya atau momen yang menahan.Dalam perhitungan stabilitas lereng dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: adanya faktor beban dan adanya rembesan yang melalui tanah.Analisa Stabilitas Lereng dibagi menjadi 2 macam, yaitu: 1.Analisa Stabilitas Lereng Tak Terbatas (Infinite Slope); 2.Analisa Stabilitas Lereng Terbatas (Finite Slope). 2.4.1 Analisa Stabilitas Lereng Tak Terbatas (Infinite Slope) Lereng tak terbatas adalah suatu kondisi dimana panjang permukaan bidang miring dari lereng lebih panjang dari kedalamnnya. 2.4.2 Analisa Stabilitas Lereng Terbatas (Finite Slope) Lereng terbatas adalah suatu lereng jika harga tinggi kritis (Hcr) mendekati tinggi lereng.analisa stabilitas lereng terbatas berdasarkan bidang keruntuhannya dibagi menjadi 2 macam yaitu, : 1.Analisa Stabilitas Lereng Dengan Bidang Keruntuhan Datar; 2.Analisa Stabilitas Lereng Dengan Bidang Keruntuhan Lingkaran Silindris. 2.5 Rembesan Air pada keadaan statis di dalam tanah, akan mengakibatkan tekanan
hidrostatis yang arahnya ke atas (uplift). Akan tetapi jika air mengalir lewat lapisan tanah, aliran air akan mendesak partikel tanah sebesar tekanan tekanan rembesan hidrodinamis yang bekerja menurut arah alirannya. 2.5.1 Pengaruh Tekanan Air Terhadap Stabilitas Tanah Tekanan hidrodinamis mempunyai pengaruh besar pada stabilitas tanah. Tergantung pada arah aliran, tekanan hidrodinamis dapat mempengaruhi berat volume tanah. 2.6 Angka Keamanan Faktor keamanan (Fs) didefinisikan sebagai perbandingan dari kekuatan geser yang diperlukan agar seimbang terhadap kekuatan geser material yang ada. Menurut Suyono Sosrodarsono faktor keamanan dirumuskan sebagai berikut : Fs =
, dengan : Fs = Angka keamanan terhadap kekuatan tanah = Kekuatan geser rata-rata tanah =Tegangan geser rata-rata yang bekerja sepanjang bidang longsor. Fs = 1 , maka tanah dalam keadaan akan longsor. Umumnya, harga 1,5 untuk angka keamanan terhadap kekuatan geser dapat diterima untuk merencanakan stabilitas suatu lereng. 2.7 Pengujian Sifat Material pada Lereng Perumahan 2.7.1 Umum Salah satu parameter sifat mekanis yang didapat dari pengujian dilaboratoriumadalah parameter kuat geser tanah. 2.7.1.1 Uji Kekuatan geser tanah Kekuatan geser suatu massa tanah merupakan perlawanan internal tanah tersebut per satuan luas terhadap keruntuhan atau pergeseran sepanjang bidang geser dalam tanah yang dimaksud. 2.7.1.2 Uji Triaksial Uji laboratorium ini sering dilakukan untuk mengetahui nilai-nilai dari parameter kekuatan geser tanah yaitu nilai kohesi (c) serta nilai sudut
perlawanan geser (φ) dengan cara menvisualisasikan grafik lingkaran Mohr, lalu tegangan geser ini digunakan untuk mengetahui bidang keruntuhan tanah yang diuji. Pengujian triaksial ini dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu pengujian dengan cara unconsilidated-undrained (tanpa terkonsolidasi-tanpa drainase / UU), consolidated-undrained (terkonsolidasitanpa drainase / CU), dan consolidateddrained (terkonsolidasi dengan drainase / CD). 2.7.1.3 Uji Direct Shear (Uji Kuat Geser Langsung) Harga parameter-parameter kekuatan geser tanah dapat ditentukan dengan pengujian uji kuat geser langsung. Pengujian ini hanya dilakukan pada tanah yng mempunyai sifat tanah non kohesif atau tanah berpasir. 2.7.1.4 Uji Tekan Bebas (Unconfined Compression Test) Uji tekan bebas termasuk hal yang khusus dari uji triaksial unconsolidatedundrained, UU (tak terkonsolidasi – tak terdrainase). Pengujian ini hanya cocok untuk jenis tanah lempung jenuh, dimana pada pembebanan cepat, air tidak sempat mengalir ke luar dari benda uji. Pada lempung jenuh, tekanan air pori dalam benda uji pada awal pengujian negatif (tegangan kapiler). 2.7.2 Metode untuk Menentukan Faktor Keamanan pada Lereng 2.7.2.1 Limit Equilibrium Method (LEM) LEM atau Limit Equilibrium Method adalah metode yang menggunakan prinsip kesetimbangan gaya. Metode analisis ini pertama-tama mengasumsikan bidang kelongsoran yang dapat terjadi. Terdapat dua asumsi bidang kelongsoran yaitu : 1.Bidang Kelongsoran berbentuk circular; 2.Bidang kelongsoran berbentuk non-circular atau bisa juga disebut planar. Perhitungan dilakukan dengan membagi-bagi tanah yang berada dalam bidang longsor dalam irisan-irisan oleh
karena itu metoda ini dikenal juga dengan nama metoda irisan (method of slice). 2.7.2.2Metode Irisan Fellenius Fellenius merupakan orang pertama yang mempublikasikan metoda irisan ini dan merupakan cara yang paling sederhana. Pada cara Fellenius semua gaya antar irisan diabaikan dan hanya memperhitungkan kesetimbangan momen. 2.7.2.3 Metode Bishop Bishop mengembangkan cara yang lebih kompleks lagi dengan memasukkan gaya yang bekerja di sekitar bidang irisan, namun tetap melakukan perhitungan dengan kesetimbangan momen. Cara analisa yang dibuat oleh A. W. Bishop (1995) menggunakan cara elemen dimana gaya yang bekerja pada setiap elemenmerupakan metode yang paling sering digunakan dalam analisa stabilitas lereng dikarenakan perhitungannya sederhana, cepat dan memberikan hasil perhitungan faktor keamanan yang cukup teliti. Kesalahan metode ini dibandingkan metode lainnya jarang yang lebih dari 5%. 2.7.3 Program Geostudio SLOPE/W 2007 GEO-SLOPE Office adalah sebuah paket aplikasi untuk pemodelan geoteknik dan geo-lingkungan. Software ini melingkupi SLOPE/ W, SEEP / W, 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk analisis stabilitas lereng perlu diketahui jenis tanah serta karakteristik dari tanah tersebut. Hasil dari pendugaan jenis dan karakteristik tanah berdasarkan hasil uji laboratorium yang telah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 1, 2 dan 3 berikut: Tabel 1 Hasil uji laboatorium dan klasifikasi jenis tanah Jenis Tanah Tanah A Tanah B Tanah C
SIGMA / W, QUAKE/ W, TEMP / W, dan CTRAN / W. Yang sifatnya terintegrasi sehingga memungkinkan untuk menggunakan hasil dari satu produk ke dalam produk lain. 3. METODOLOGI Lokasi Studi terletak di Perumahan Royal Sigura-gura terletak di Kelurahan Sumbersari, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Provinsi Jawa Timur. Pendugaan jenis tanah dan karakteristik tanah dalam studi ini didasarkan pada hasil pengujian laboratorium. Uji yang akan dilakukan yaitu (Uji Ayakan, Uji Hydrometer, Uji Berat Jenis Tanah, Uji Pemadatan, Uji Triaxial, Uji Falling Head, Uji Plastisitas Tanah). Analisis stabilitas lereng dilakukan dengan menggunakan dua cara yang pertama yaitu perhitungan secara manual dengan menggunakan Metode Bishop, yang kedua yaitu perhitungan dengan menggunakan Software Geostudio SLOPE/W 2007 dengan menggunakan metode Limit Equilibrium Method.Simulasi yang dilakukan dalam perhitungan analisis stabilitas lereng ada empat kondisi yaitu : 1. Kondisi kering 2. Kondisi kering dan beban 3. Kondisi rembesan 4. Kondisi rembesan dan beban
Tabel 2 Lanjutan Hasil uji laboatorium dan klasifikasi jenis tanah Jenis Tanah Tanah A Tanah B Tanah C
c (kg/cm2)
φ (o)
AASHTO
Unified
MDD (gr/cm3)
A-7-5 & A-7-6
OH
1,011
0,158
6
A-2-6
SC
1,049
0,12
7
A-7-5 & A-7-6
OH
1,139
0,345
9
Sumber: Hasil Uji Laboratorium
Gs
γwet (gr/cm3)
OMC (%)
e
PL (%)
2,629
1,45
34
1,55
46,31
2,428
1,41
29
1,271
42,93
2,35
1,38
16
1,002
37,68
Sumber: Hasil Uji Laboratorium
Tabel 3 Lanjutan Hasil uji laboatorium dan klasifikasi jenis tanah Jenis Tanah Tanah A Tanah B Tanah C
LL (%)
SL (%)
IP (%)
63,16
39,92
16,84
52,94
22,48
10,01
53,85
20,62
16,16
k (cm/detik) 4,67029 x 10-06 2,3508 x 1007
1,17705 x 10-05
Sumber: Hasil Uji Laboratorium Dari hasil uji laboratorium tersebut dapat diketahui bahwa tanah tersebut lebih didominasi oleh lempung ataupun lanau. Selain pendugaan jenis serta karakteristik tanah, perlu adanya perhitungan beban serta sketsa pola rembesan yang juga sangat berpengaruh terhadap stabilitas lereng tersebut. Perhitungan beban berdasarkan rumah yang ada di sepanjang lereng tersebut yaitu sebanyak 10 rumah dengan luas masing-masing 60 m2, sedangkan panjang lereng tersebut 60 m. Maka beban terpusat yang ada dilereng tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 berikut:
Gambar 1 Penggambaran beban terpusat pada lereng Sumber : Simulasi Tugas Akhir Sketsa penggambaran pola rembesan didasarkan pada keadaan yang ada di lokasi studi dimana di bawah perumahan tersebut terdapat goronggorong dengan pola sebagai berikut:
Gambar 2 Penggambaran pola rembesan Sumber : Simulasi Tugas Akhir Analisis stabilitas lereng secara manual dengan menggunakan Metode Bishop dilakukan empat simulasi yaitu: 1. Analisis Tanah A (Tanah Atas) dan Tanah B (Tanah Bawah) pada saat kondisi kering yaitu kondisi tanpa rembesan dan tanpa beban. 2. Analisis Tanah A (Tanah Atas) dan Tanah B (Tanah Bawah) pada saat kondisi ada rembesan. 3. Analisis Tanah A (Tanah Atas) dan Tanah B (Tanah Bawah) pada saat kondisi ada beban namun tanpa rembesan. 4. Analisis Tanah A (Tanah Atas) dan Tanah B (Tanah Bawah) pada saat kondisi ada rembesan dan ada beban. Nilai Faktor Keamanan Simulasi Metode Bishop 1 0,89 2 0,73 3 0,80 4 0,68 Hasil analisis stabilitas lereng secara manual dengan menggunakan Metode Bishop dapat dilihat pada Tabel 4 sebagai berikut : Tabel 4 Tabulasi hasil perhitungan secara manual dengan menggunakan Metode Bishop Sumber: Hasil Perhitungan Dari hasil perhitungan secara manual dapat dilihat bahwa nilai Faktor Keamanan terkecil dapat dilihat pada simulasi ke-4.
Analisis stabilitas lereng yang kedua dilakukan dengan menggunakan Software Geostudio SLOPE/W 2007,dalam Software ini metode yang digunakan yaitu metode LEM (Liimit Equilibrium Method) atau biasa disebut dengan metode irisan di dalam metode ini terdapat beberapa metode lagi diantaranya Fellenius, Bishop dan Janbu. Simulasi yang dilakukan yaitu: 1. Analisis Tanah C (Tanah Ladang) pada saat kondisi kering yaitu kondisi tanpa rembesan dan tanpa beban. 2. Analisis Tanah C (Tanah Ladang) pada saat kondisi ada rembesan. 3. Analisis Tanah A (Tanah Atas) dan Tanah B (Tanah Bawah) pada saat kondisi ada rembesan dan ada beban. 4. Analisis Tanah A (Tanah Atas) dan Tanah B (Tanah Bawah) pada saat kondisi kering yaitu kondisi tanpa rembesan dan tanpa beban. 5. Analisis Tanah A (Tanah Atas) dan Tanah B (Tanah Bawah) pada saat kondisi ada rembesan. 6. Analisis Tanah A (Tanah Atas) dan Tanah B (Tanah Bawah) pada saat kondisi ada beban namun tanpa rembesan. Hasil dari analisis stabilitas lereng dengan menggunakan Software Geostudio SLOPE/W 2007 dapat dilihat pada Tabel 5 Tabel 5 Tabulasi hasil perhitungan dengan menggunakan Software Geostudio SLOPE/W 2007
Berikut merupakan beberapa contoh gambar hasil Running Software Geostudio SLOPE/W 2007 dapat dilihat pada Gambar 3 - 5 berikut :
Gambar 3 Hasil Running Software Geostudio SLOPE/W 2007Tanah C (Tanah Ladang) pada saat kondisi kering Sumber: Hasil Running Software Geostudio SLOPE/W 2007
Gambar 4 Hasil Running Software Geostudio SLOPE/W 2007Tanah C (Tanah Ladang) pada saat kondisi ada rembesan Sumber: Hasil Running Software Geostudio SLOPE/W 2007
Software Geostudio / SLOPE W 2007 Simulasi
Metode Metode Metode Fellenius Bishop Janbu
1 1,369 1,358 2 1,248 1,198 3 0,608 0,591 4 0,536 0,534 5 0,540 0,532 6 0,501 0,507 Sumber : Hasil Running Geostudio SLOPE/W 2007
1,431 1,280 0,683 0,584 0,572 0,502 Software
Gambar 5 Hasil Running Software Geostudio SLOPE/W 2007Tanah A (Tanah Atas) dan Tanah B (Tanah Bawah) pada saat kondisi ada beban dan ada rembesan.
Sumber: Hasil Running Software Geostudio SLOPE/W 2007 Dari kedua cara analisis tersebut maka dapat diketahui perbandingan hasil Faktor Keamanan antara hasil perhitungan secara manual dan perhitungan dengan Software Geostudio SLOPE/W 2007 menggunakan Metode Bishop. Berikut merupakan perbandingan hasil analisis stabilitas lereng : Tabel 6 Perbandingan hasil Faktor Keamanan secara Manual dan dengan Software Geostudio SLOPE/W 2007 Nilai Faktor Keamanan metode Bishop Simulasi Software Manual Geostudio SLOPE/W 2007 1 1,358 2 1,198 3 0,890 0,591 4 0,730 0,534 5 0,800 0,532 6 0,680 0,507 Sumber : Hasil Perhitungan dan Running Software Geostudio SLOPE/W 2007. Dapat dilihat bahwa pada saat perhitungan dengan Software hasil Faktor Keamanannya lebih kecil, hal tersebut bisa terjadi karena tingkat keakurasiannya lebih tinggi. Selain itu dari hasil tersebut bisa kita lihat bahwa pada saat ada rembesan terjadi penurunan nilai Faktor Keamanan sebesar 17,98% untuk perhitungan manual dan 9,64% untuk Running Softwareterhadap nilai Faktor Keamanan kondisi kering. Berikut ini merupakan prosentase penurunan nilai Faktor Keamanan dengan berbagai kondisi yaitu kondisi adanya rembesan, kondisi rembesan, kondisi kering beban dan yang terakhir kondisi kondisi adanya rembesan dan beban, ketiga kondisi tersebut dibandingkan terhadap nilai faktor keamanan dalam kondisi kering :
Tabel 7 Prosentase Penurunan nilai faktor Keamanan Prosentase penurunan nilai Faktor Keamanan terhadap kondisi kering (%) Simulasi Software Geostudio Manual SLOPE/W 2007 1 17,98 9,64 2 10,11 10,15 3 23,60 14,21 Simulasi : Hasil Perhitungan Dari hasil tersebut prosentase penurunan Faktor Keamanannya yang terbesar terdapat pada simulasi ketiga yaitu kondisi adanya beban dan rembeasan sebesar 23,60% pada perhitungan manual dan 14,21% dengan menggunakan Software Geostudio SLOPE/W 2007. Dari simulasi yang telah dilakukan sebelumnya dapat diketahui bahwa nilai Faktor Keamanannya < 1 dalam kondisi ada beban dan rembesan yang berarti bahwa lereng tersebut dalam kondisi TIDAK AMAN. Maka rekomendasi yang disarankan agar lereng tersebut menjadi aman adalah dengan menggunakan data tanah yang ada di sekitar lokasi. Tanah di sekitar lokasi bisa di kondisikan sebagai Tanah C (Tanah Ladang). Perbaikan lereng yang disarankan yaitu : Lereng trap alami (tanpa plengsengan). Perbaikan ini bisa menaikkan nilai Faktor Keamanan sebesar 54,57 % (berdasarkan perhitungan menggunakan Software Geostudio SLOPE/W 2007) dari kondisi awal. Untuk rekomendasi berikut bisa dijadikan acuan untuk studi selanjutnya. Geotekstil Bio-grouting 5. KESIMPULAN 1. Kondisi lapisan geologi di lokasi studi terdiri dari dua lapis tanah yaitu Tanah A (Tanah Atas) dan Tanah B (Tanah Bawah), hal ini terlihat secara visual bahwa Tanah A (Tanah Atas) merupakan tanah timbunan yang tebalnya
3 meter dari atas. Sedangkan Tanah C (Tanah Ladang) dikondisikan sebagai tanah asli daerah tersebut untuk mengetahui kondisi asli sebelum dibangunnya Perumahan. Berikut ini merupakan uraian lapisan geologi tanah di lokasi berdasarkan hasil Uji Laboratorium : Tanah A merupakan jenis tanah lempung organik dengan plastisitas sedang sampai tinggi menurut klasisfikasi Unified dan merupakan jenis tanah berlempung menurut AASHTO. Memiliki niali batas cair sebesar 63,2 % dan indeks plastisitas sebesar 16,89%. Tanah B merupakan jenis tanah pasir berlanau menururt klasifikasi Unified dan merupakan jenis tanah pasir berlanau menurut AASHTO. Memiliki nilai batas cair sebesar 52,9 % dan indeks plasitistas sebesar 9,97 % Tanah C merupakan jenis tanah lempung organik dengan plastisitas sedang sampai tinggi menurut klasisfikasi Unified dan merupakan jenis tanah berlempung menurut AASHTO. Memiliki niali batas cair sebesar 53,8 % dan indeks plastisitas sebesar 16,12 %. 2. Hasil analisis faktor keamanan stabilitas lereng dilakukan dengan enam simulasi yaitu : 1. Analisis Tanah C (Tanah Ladang) pada saat kondisi kering yaitu kondisi tanpa rembesan dan tanpa beban. 2. Analisis Tanah C (Tanah Ladang) pada saat kondisi ada rembesan. 3. Analisis Tanah A (Tanah Atas) dan Tanah B (Tanah Bawah) pada saat kondisi ada rembesan dan ada beban. 4. Analisis Tanah A (Tanah Atas) dan Tanah B (Tanah Bawah) pada saat kondisi kering yaitu kondisi tanpa rembesan dan tanpa beban. 5. Analisis Tanah A (Tanah Atas) dan Tanah B (Tanah Bawah) pada saat kondisi ada rembesan. 6. Analisis Tanah A (Tanah Atas) dan Tanah B (Tanah Bawah) pada saat kondisi ada beban namun tanpa rembesan.
Menurut metode Bishop untuk kodisi kering nilai Faktor Keamanannya sebesar 0,89; kondisi rembesan faktor keamanannya sebesar 0,73; kondisi kering dan beban faktor keamanannya sebesar 0,73; kondisi rembesan dan beban faktor keamanannya sebesar 0,68. Menurut perhitungan dengan menggunakan Software Geostudio SLOPE/W 2007 untuk simulasi pertama nilai Faktor Keamanannya sebesar 1,358; sedangkan simulasi kedua Faktor Keamanannya sebesar 1,198; untuk simulasi ketiga Faktor Keamanannya sebesar 0,591; simulasi keempat Faktor Keamanannya sebesar 0,534; simulasi kelima Faktor Keamanannya sebesar 0,532 dan untuk simulasi keenam Faktor Keamanannya sebesar 0,507. Dilihat dari nilai Faktor Keamanan yang telah dianalisis secara manual dan dengan menggunakan Software Geostudio SLOPE/W 2007 maka didapat nilai Faktor Keamanan terkecil disebabkan oleh adanya kondisi beban dan rembesan. Hal ini ditunjukkan dengan prosentase penurunan Faktor Keamanan sebesar 23,60 % pada perhitungan manual dan 14,21 % dengan menggunakan Software Geostudio SLOPE/W 2007. Rekomendasi yang disarankan untuk perbaikan lereng tersebut terdapat beberapa cara diantaranya dapat menggunakan sistem trap alami (tanpa plengsengan); geotekstil dan biogrouting. Rekomendasi tersebut dapat menaikan Faktor Keamanan hingga ± 50 % dari Faktor Keamanan awal. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Runi Asmaranto, ST.MT selaku dosen pembimbing skripsi dan penelitian ini yang telah memberikan bimbingan, arahan serta bantuan selama berlangsungnya penelitian ini. Bapak Anggara WWS., ST .M. Techyang telah memberikan bimbingan selama berlangsungnya pelaksanaan penelitian dan skripsi ini. Bapak Prasetyo
Rubiantoro selaku Laboran Tanah dan Air Tanah Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Malang yang banyak membantu selama berlangsungnya penelitian. Tyas selaku asisten Laboratorium Mekanika Tanah Teknik Sipil Universitas Brawijaya Malang yang banyak membantu selama berlangsungnya penelitian. DAFTAR PUSTAKA ----------------, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 1993 Tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai. Asyhari, Adib. 2013. Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Sebagai Media Pertumbuhan Bakteri Dalam Upaya Perbaikan Struktur Tanah Melalui Bioclogging dan Biocementation. Malang. PKM Pdf Christady, Hary. 2010. Mekanika Tanah 1 (Edisi Kelima). Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Christady, Hary. 2006. Penanganan Tanah Longsor dan Erosi (Edisi Pertama). Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Hadi Samsul. 2014. Pengembang diminta beli rumah Sigura-gura. http://www.surya.co.id (diakses 23 Juli 2014). Hadi Samsul. 2014. REI Malang : Lokasi Perumahan Sigura-gura tidak tepat untuk Bangunan . http://www.surya.co.id (diakses 23 Juli 2014). International, GEO-SLOPE. 2008. Stability Modeling with SLOPE/W 2007 Version. Pdf M.Das, Braja. 1985. Mekanika Tanah (Jilid 1). Surabaya: Erlangga. M.Das, Braja. 1994. Mekanika Tanah (Jilid 2). Surabaya: Erlangga. Malang News. 2014. Syaiful Rusdi, Dukung Infra Struktur Kota Malang Semakin Baik dan Tertata . http://www.malangnews.co.id (diakses 23 Juli 2014).
Ramadhan, Zaid. 2014 Analisis Stabilitas Lereng Bendungan Jatigede Dengan Parameter Gempa Termodifikasi. Skripsi tidak dipublikasikan. Malang: Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya. Soedarmo , Djatmiko . 1993. Mekanika Tanah 1 . Malang . Kanisius Sosrodarsono, Suyono dan Nakazawa, Kazuto. 1981. Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi. Jakarta: PT. Pradnya Paramita. Suroso. 2006. Mekanika Tanah. Jurusan Teknik Pengairan. Fakultas Teknik., Universitas Brawijaya. Syauki, Ahmad. 2012. Stabilitas Lereng Dengan Menggunakan Metode Janbu Dan Metode Fellenius Pada Embung Kedung Gogor Kabupaten Ngawi Jawa Timur. Skripsi tidak dipublikasikan. Malang: Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya. Tjie Liong, Juven Dave. 2012. Analisa Stailitas Lereng Limit Equilibrum vs Finite Element Method. Pdf (diakses 19 Juli 2014) Yohanes David. 2014. Beban Bangunan dinilai Penyebab Longsor. http://www.surya.co.id (diakses 23 Juli 2014). Yomanda, Mutiara. 2011. Stabilitas Lereng Dengan Menggunakan Metode Irisan Bidang Luncur Bundar Dan Metode Bishop Yang Disederhanakan Pada Embung Kedung Gogor Kabupaten Ngawi Jawa Timur. Skripsi tidak dipublikasikan. Malang: Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya.