Volume 4 No. 1, Maret 2013
ISSN : 1907-1396
HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD R.A KARTINI JEPARA Ita Rahmawati1, Asmawahyunita2, Devi Rosita3 INTISARI AKB di Indonesia tahun 2007 sejumlah 34 per 1000 kelahiran hidup,AKB Kabupaten Jepara meningkat dari 77 bayi pada tahun 2009 menjadi 178 bayi pada tahun 2010 AKB Jawa Tengah tahun 2010 sebesar 10,8 per 1000 kelahiran hidup, salah satu penyebab BBLR adalah paritas. Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 26 Maret 2012 data yang diperoleh di RSUD R.A Kartini Jepara, angka kejadian BBLR tahun 2010 141 kasus BBLR, pada tahun 2011 adalah 139 kasus BBLR dari 1200 KH. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan paritas dengan kejadian BBLR di RSUD R.A Kartini Jepara. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 139 orang dengan teknik Total Sampling. Jenis data sekunder dari rekam medik periode 1 April 2011 sampai 31 Maret 2012 kemudian diolah secara editing, coding, entry data, processing dan dianalisa secara univariat dan bivariat menggunakan uji KolmogrovSmirnov. Hasil penelitian paling banyak paritas primipara yaitu sebanyak 73 (53%), mayoritas kejadian BBLR sebanyak 118 (84%) dan ρValue (0,576) >0,05 tidak ada hubungan antara paritas dengan kejadian BBLR. Ibu primipara yang melahirkan BBLR lebih tinggi sebanyak 65 orang (89%) dibandingkan ibu grande multipara yang melahirkan BBLR sebanyak 21 orang (78%), pemberian penyuluhan terhadap wanita tentang pencegahan BBLR harus diberikan sedini mungkin terutama dari ibu mulai hamil untuk merawat kehamilannya sebaik mungkin sehingga tidak melahirkan bayi dengan BBLR. Kata kunci : Berat Badan Bayi Lahir Rendah, Paritas PENDAHULUAN Pembangunan di bidang kesehatan bertujuan untuk mempertinggi derajat kesehatan masyarakat dalam rangka peningkatan kualitas taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan masyarakat. Dalam upaya meningkatkan kualitas manusia seyogyanya harus dimulai sedini mungkin sejak janin dalam kandungan. Oleh karena itu upaya meningkatkan status kesehatan ibu dan anak di Indonesia merupakan salah satu program prioritas. Kehamilan adalah suatu proses fisiologis yang terjadi hampir pada setiap wanita. Dari setiap kehamilan yang diharapkan adalah lahirnya bayi yang sehat sempurna secara jasmaniah dan dengan berat badan lahir yang cukup. Tetapi adakalanya kelahiran bayi tersebut tidak seperti yang diharapkan, seperti lahirnya bayi dengan berat lahir rendah yaitu kurang dari 2500 gram. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu indikator dari tingkat kesehatan ibu dan anak, dan bayi dengan berat lahir rendah merupakan determinan yang utama pada kematian perinatal dan neonatal. Menurut WHO bayi berat lahir rendah merupakan penyebab dasar kematian neonatal (Depkes RI, 2006;h.10). Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih tergolong tinggi, yaitu tercatat 34 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2007, masih tinggi bila dibandingkan dengan negara– negara di bagian ASEAN, dan penyebab kematian bayi terbanyak adalah karena gangguan Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
6
Volume 4 No. 1, Maret 2013
ISSN : 1907-1396
perinatal. Dari seluruh kematian perinatal sekitar 34,7% disebabkan karena BBLR. Sementara itu, prevelensi BBLR di Indonesia saat ini di perkirakan 7– 14% yaitu sekitar 459.200-900.000 bayi. Begitu juga menurut perkiraan World Health Organization (WHO) pada tahun 1961 telah mengganti istilah premature baby dengan low birth weight baby (bayi dengan berat badan lahir rendah = BBLR). Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi berat kurang dari 2500 gram pada bayi prematur. Keadaan ini dapat disebabkan oleh : masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat yang sesuai (masa kehamilan dihitung mulai dari hari pertama haid yang teratur, bayi Smallfor Gestational Age (SGA) : bayi yang kurang dari berat badan yang semestinya menurut masa kehamilannya (Kecil untuk Masa Kehamilan =KMK) kemudian kedua-duanya (pernyataan 1 dan 2) (Prawirohardjo, 2005;h.771). Beberapa faktor yang mempunyai pengaruh terhadap kejadian bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dilihat dari karakteristik sosial ekonomi (pendidikan ibu, pekerjaan ibu, status ekonomi), dan riwayat persalinan (umur ibu, urutan anak, keguguran / lahir mati), dan pelayanan antenatal (frekuensi periksa hamil, tenaga pemeriksa hamil, umur kandungan saat memeriksa kehamilannya). Menurut Sianturi (2007) bahwa beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kejadian BBLR antara lain faktor sosial demografis, faktor antropometri, faktor paritas. Dan menurut Manuaba (2005), bahwa resiko terjadinya BBLR tinggi pada paritas 1 kemudian menurun pada paritas 2 atau 3, selanjutnya meningkat kembali pada paritas 4 dan selanjutnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rumalutur (2006) dan elizawarda (2003), paritas merupakan faktor resiko yang signifikan terhadap kejadian BBLR. Ibu dengan paritas lebih dari 4 anak berisiko 2,4 kali untuk melahirkan bayi dengan BBLR. Berdasarkan hasil survey kesehatan daerah dan survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), AKB di Indonesia tahun 2007 sejumlah 34 per 1000 kelahiran hidup, angka kematian neonatal sebesar 20 per 1000 kelahiran hidup dalam 1 tahun, insiden BBLR di Rumah Sakit di Indonesia berkisar 20%, Sedangkan berdasarkan laporan rutin AKB Jawa Tengah tahun 2010 sebesar 10,8 per 1000 kelahiran hidup, AKB tahun 2009 sebesar 10,37 per 1000 KH. Penyebab utama kematian neonatal adalah BBLR sebanyak 29% (DepKes RI, 2007). Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara jumlah kematian bayi meningkat dari 77 bayi pada tahun 2009 meningkat menjadi 178 bayi pada tahun 2010 (Profil DinKes Jepara, 2010; h. 13). Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 26 Maret 2012 data yang diperoleh di RSUD R.A Kartini Jepara, angka kejadian BBLR tahun 2010 141 kasus BBLR, pada tahun 2011 adalah 139 kasus BBLR dari 1200 KH. Menurut Manuaba (2005; h. 152), bahwa BBLR dapat terjadi dikarenakan oleh 4 T (Terlalu dekat, Terlalu muda, Terlalu tua,Terlalu banyak (paritas tinggi). Hasil wawancara dengan Kepala Ruang VK didapatkan penyebab dari BBLR adalah Paritas Muda (primipara), umur ibu terlalu muda <20 tahun dan umur terlalu tua >35 tahun. Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang Hubungan Paritas dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Kartini Jepara Periode 1 April 2011 sampai dengan 31 Maret 2012. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional. Jenis data sekunder dari rekam medik periode 1 April 2011 sampai 31 Maret 2012 dan dianalisa secara univariat dan bivariat menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov. Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
7
Volume 4 No. 1, Maret 2013
ISSN : 1907-1396
HASIL PENELITIAN 1. Paritas Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdsarkan Paritas Jumlah Paritas frekuensi (f) % Primipara 73 53% Multipara 39 28% Grande multipara 27 19% Total 139 100% 2. Kejadian BBLR Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian BBLR Jumlah Kejadian BBLR frekuensi (f) % BBLR 118 84% BBLSR 16 12% BBLER 5 4% Total 139 100% 3. Hubungan Paritas dengan Kejadian BBLR Tabel 3 Hubungan Paritas dengan Kejadian BBLR Kejadian BBLR Total BBLR BBLSR BBLER Paritas ρValue f % f % f % f % Primipara Multipara Grande multipara Total
65 32 21
89% 82% 78%
118
6 5 5 16
8% 13% 19%
2 2 1 5
3% 5% 4%
73 39 27
100% 100% 100%
0,576
139
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan akan dilakukan pembahasan lebih lanjut. Penelitian dengan judul “Hubungan Paritas Dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (Bblr) Di Rsud R.A Kartini Jepara” yang dilakukan bulan Maret 2012 dengan menggunakan observasi data rekam medik ibu bersalin yang mengalami BBLR sejumlah 139 responden dan analisa yang digunakan adalah analisa univariat dan analisa bivariat, dengan uji Kolmogrov-smirnov.
BAHASAN 1. Paritas Ibu Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dapat bahwa ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) di RSUD R.A Kartini Jepara pada tahun 2011 sebagian besar adalah bayi yang dilahirkan ibu primipara sebanyak 73 orang (53%) sedangkan yang paling sedikit terjadi dilahirkan oleh ibu dengan grande
Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
8
Volume 4 No. 1, Maret 2013
ISSN : 1907-1396
multipara (paritas 5 atau lebih) yaitu sebanyak 27 orang (19%). Sedangkan untuk ibu multipara yaitu sebanyak 39 orang (28%). 2. Kejadian BBLR Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti bahwa ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah di RSUD R.A Kartini Jepara tahun 2011 didapatkan hasil kejadian terbanyak adalah kejadian BBLR sebanyak 118 orang (84%). Hal ini dikarenakan 53% ibu yang mengalami Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah ibu yang primipara. 3. Hubungan Paritas dengan Kejadian BBLR Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu primipara yang melahirkan BBLR lebih tinggi sebanyak 65 orang (89%) dibandingkan ibu grande multipara yang melahirkan BBLR sebanyak 21 orang (78%). Hasil uji statistik Kolmogrov-Smirnov dengan hasil ρValue > 0,05 (0,576) yang berarti Ho diterima dan Ha ditolak, hal ini berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan kejadian BBLR. Hal ini disebabkan adanya banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya BBLR.
KESIMPULAN 1. Sebagian besar ibu yang melahirkan bayi BBLR dengan paritas primipara sebanyak 73 orang (53%). 2. Sebagian besar ibu dengan kejadian BBLR sebanyak 118 orang (84%). 3. Tidak ada hubungan yang bermakna paritas dengan kejadian BBLR, berdasarkan nilai ρValue > 0,05 (0,576). SARAN Bagi peneliti saran bagi penelitian lebih lanjut yaitu untuk tidak hanya meneliti hubungan paritas dengan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) ibu dari dimensi lain misalnya riwayat melahirkan bayi BBLR, pekerjaan suami, status gizi ibu hamil dan Hb ibu menjelang persalinan. Bagi tempat penelitian melakukan dekaji faktor resiko terjadinya BBLR pada saat kunjungan ANC seperti umur beresiko (<20 tahun & >35 tahun). Memberikan KIE pada saat ANC yaitu pada ibu yang berumur <20 tahun dan >35 tahun. Menyediakan area No Smoking. Bagi Institusi Pendidikan diharapkan institusi pendidikan kesehatan memperbanyak referensi tentang faktor resiko terjadinya BBLR dan menyediakan informasi sebagai sumber untuk penelitian selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta;2006. h.131 Dahlan Sopiyudin. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika; 2001. h. 5 Departemen Kesehatan RI. Modul Manajemen BBLR Acuan. Jakarta: Depkes RI. 2006. h. 10. Departemen Kesehatan RI. Profil Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2007. (di akses tanggal 12 maret 2012). http ://www.depkes.go.id/ download/profil/ provjateng2007.pdf.
Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
9
Volume 4 No. 1, Maret 2013
ISSN : 1907-1396
Hidayat, A. AA. Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika ; 2007.93 Jannah, Nurul. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yogyakarta : Andi;2012. 122-123. 117-119 Jitowiyono, Sugeng dkk. Asuhan Keperawatan Neonatus dan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika;2010. h.76-77 Manuaba. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Jakarta: EGC ; 2005. h.34-35, 152 Notoatmojo. S. Metodologi Penelitiaan Kesehatan. Cetekan Ketiga Edisi Revisi. jakartaRineke Cipta ; 2010. h.115, h.182, h.188 Notoatmojo S. Metodologi Penelitiaan Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta; 2005. h.5 Pantikawati, Ika. Asuhan Kebidanan 1 (kehamilan). Yogyakarta: Nuha Medika;2010. h.77 Pantiawati, I. Bayi Dengan BBLR. Yogyakarta : Nuha Medika ; 2010. h.4-5,50-52 Proverawati, Atikah, dkk. Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta :Nuha Medika ; 2010. h.1, h.4-5 Pusdiknakes. Konsep Asuhan Kebidanan. Jakarta: WHD-JHP, EGC; 2003. h. 7-8 Pusdiknakes. Panduan Pengajaran Asuhan Kebidanan Fisiologis bagi Dosen Diploma III Kebidanan”Konsep Kebidanan“. Jakarta: WHD-JHP, EGC;2001 Saifudin, AB. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternatal dan Neonatal. Cetakan 5.jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo ; 2002. H.376 Sugiyono. Statistika Untuk Penelitian. Revisi Terbaru. Bandung: CV Alvabeta ; 2007. h. 4, 243244 Varney. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC. 2006. h. 691, 713 Wiknjosastro, H. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2005. h. 89, 771 Waryana, SKM: Gizi Reproduksi, Yogyakarta. Pustaka rihama. 2010. h.33
Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
10