Vol. III No. 18 - Januari 2015 No.
3.
KegiatanBelajar
☛ Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, Siswa: ☞ Mengidentifikasi ciri/karakteristik paragraph naratif ☞ Siswa Membuat kerangka paragraph naratif berdasarkan rekaman cerita “Impian Sang Pebasket” ☛ Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, Siswa: ☞ Mendengarkan rekaman suara cerita “Impian Sang Pebasket” ☞ Menulis kembali isi cerita rekaman suara menjadi paragraph naratif berdasarkan urutan waktu dan tempat KegiatanAkhir : - Refleksi - Guru menyimpulkan pembelajaran hari ini. - Penugasan.
Nilai Budaya Dan KarakterBangsa
Berpikir logis
7. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran Menggunakan Media Gambar No.
KegiatanBelajar
1.
Kegiatan Awal : - Guru mengkondisikan kelas secara fisik dan psikis - Guru melakukan apersepsi - Guru memberikan motivasi - Guru menjelaskan Tujuan Pembelajaran hari ini.
2.
Kegiatan Inti : a. Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi : ☞ Guru mencotohkan pargraf dan ciri-ciri paragraph naratif
Universitas Wiralodra Indramayu
Nilai Budaya Dan KarakterBangsa Bersahabat/komunikatif
Tanggungjawab
9
Wacana Didaktika
3.
☞ Siswa menjelaskan pola pengembangan paragraph naratif berdasarkan urutan waktu ☞ Siswa Menjelaskan pola pengembangan paragraph naratif berdasarkan urutan tempat ☞ Memberikan tesawal (Pre-test) b. Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, Siswa: ☞ Mengidentifikasi ciri/karakteristik paragraph naratif ☞ Siswa Membuat kerangka paragraph naratif berdasarkan gambar cerita “Real Part 6” c. Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, Siswa: ☞ Memperhatikan gambar cerita “komik Real Part 6” ☞ Menulis kembali isi cerita gambar Real Part 6 menjadi paragraph naratif berdasarkan urutan waktu dan tempat Kegiatan Akhir : - Refleksi - Guru menyimpulkan pembelajaran hari ini. - Penugasan.
C. Hasil Penelitian Interpretasi hasil penelitian yang pe nulis sampaikan yakni penelitian kete rampilan menulis karangan narasi dengan menggunakan media rekaman dan media gambar, yaitu proses kegiatan belajar meng ajar semakin efektif. Dikatakan efektis karena kemampuan siswa untuk mengembangkan ide pada kegiatan menulis karangan narasi semakin meningkat. Hal ini dibuktikan dari hasil skor nilai siswa yang cukup memuaskan. Dari keberhasilan yang diperoleh itu menandakan
10
Nilai Budaya Dan KarakterBangsa
KegiatanBelajar
No.
Bersahabat/komunikatif
Tanggungjawab
Berpikir logis
bahwa siswa benar-benar memahami pelajaran yang telah mereka ikuti. Selain itu, aktivitas siswa pun semakin meningkat karena dalam kegiatan pembelajaran me nulis karangan narasi menggunakan media rekaman dan media gambar. Dalam pembelajaran menulis karang an narasi, instrumen yang digunakan yaitu berupa tugas menulis karangan narasi. Adapun aspek yang akan dinilai dalam pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan media rekaman dan media gambar sebagai berikut : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Vol. III No. 18 - Januari 2015 - Kesesuaian tema dengan isi cerita - Gambaran tokoh dan latar yang di uraikan - Kelengkapan unsur karangan narasi (alur, sudut pandang, dan amanat) - Paragraf yang ditentukan maksimal 5 paragraf
Berdasarkan pengolahan data yang diperoleh dari hasil tes kegiatan menulis karangan narasi secara keseluruhan dapat dilihat terdapat perbedaan hasil belajar menulis karangan narasi pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Indramayu antara pembelajaran yang menggunakan media rekaman dengan pembelajaran dengan menggunakan media gambar. Hasil tersebut dibuktikan dengan rata-rata skorpostes yang diperoleh oleh kedua kelas tersebut yaitu: kelas eksperimen (media rekaman) adalah sebesar 80,42, dan kelas kontrol (media gambar) adalah sebesar 78,43. Dari perolehan tersebut dapat diketahui bahwa selisihnya adalah sebesar 1,99. Selain itu, Dengan taraf signifikasi (α)= 5 % dan derajat kebebasan 50 diperoleh ttabel = 2,01 Karena thitung > ttabel atau 2,68 > 2,01 maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya pembelajaran yang menggunakan media rekaman lebih baik dari pada menggunakan media gambar terhadap kemampuan menulis karangan narasi pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Indramayu. D. Simpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian, dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat dikemukaUniversitas Wiralodra Indramayu
kan simpulan penelitian sebagai berikut.
1). Media rekaman dapa tmeningkatkan hasil belajar menulis karangan narasi pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Indramayu. Hal tersebut didukung dengan data selisih perolehan skor pretes denganp ostes, bahwa pada kelompok eksperimen yaitu kelas yang menggunakan media rekaman, jumlah total skor pada pretes yang dicapai adalah 1694, dengan rata-rata66,25, sedang pada posttest total skor yang dicapai adalah 2128 dan rata-rata80,42.Sehingga selisih yang dapat diketahui adalah sebesar 434. 2) Media gambar dapat meningkatkan hasil belajar menulis karangan narasi pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Indramayu. Hal tersebut didukung dengan data selisih perolehan skor pretes dengan postes, bahwa pada kelompok kontrolyaitu kelas yang menggunakan media gambar, jumlah total skor pada pretes yang dicapai adalah 1592, dengan rata-rata 56,3, sedang pada postes total skor yang dicapai adalah 2077 dan rata-rata 78,43.Sehingga selisih yang dapat diketahui adalah sebesar 485.
3) Terdapat perbedaan hasil belajar menulis karangan narasi pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Indramayu antara pembelajaran yang menggunakan media rekaman dengan pembelajaran dengan menggunakan media gambar. Hasil tersebut dibuktikan dengan rata-rata skorpostes yang diperoleh oleh kedua kelas tersebut yaitu: kelas eksperimen (media rekaman) adalah sebesar 80,42, dan kelas kontrol (me-
11
Wacana Didaktika dia gambar) adalah sebesar 78,43. Dari perolehan tersebut dapat diketahui bahwa selisihnya adalah sebesar 1,99.
Selain itu, Dengan taraf signifikasi (α)= 5 % dan derajat kebebasan 50 diperoleh ttabel = 2,01 Karena thitung > ttabel atau 2,68 > 2,01 maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya pembelajaran yang menggunakan media rekaman lebih baik dari pada menggunakan media gambar terhadap kemampuan menulis karangan narasi pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Indramayu.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan di atas, maka peneliti mengharapkan: Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran bagi para guru, khususnya guru Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kualitas pengembangan perangkatatau media pembelajaran yang menghasilkan pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pe rangkat atau media pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah yang telah melalui uji validasi, juga dapat dijadikan sebagai contoh untuk pembuatan perangkat atau media pembelajaran tersebut.. Diharapkan agar guru dapat memvariasikan pembelajarannya dengan meng ujicobakan berbagai model dan media pembelajaran agar dapat menumbuhkan rasa senang pada diri siswa dan juga meningkatkan prestasi belajar siswa.
12
Untuk guru dan praktisi pendidikan sudah sepantasnya segera mengubah kebiasaan pembelajaran yang didominasi oleh guru, menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. DAFTAR PUSTAKA Akhdiah. 1995. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga Alwasilah, A. Chaedar dan Suzanna, Senny. 2007. Pokoknya Menulis. Bandung: Kiblat.
Arikunto, Suharsimi.2006. Prosedur Pene litian Suatu Metode Praktik. Jakarta: Renika Cipta. Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Depertemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Finoza, Lamuddin. 2009. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia.
Inoue, Takehiko. 2008. Real 6 ( Komik). Jakarta: Elek Media Komputindo Keraf, Goresy. 2007. Argumentasi dan Na rasi. Jakarta: Gramedia. Kustandi, Cecep dan Sutjipto, Bambang. 2011. Media Pembelajaran Manual dan Digital. Bogor: Ghalia Indonesia.
Muttaqin, Abdul Azid. 2010. Monyet dan Kacang Kegemaranya (Kisah-kisah Mo tivasi Inspirasional). Jogjakarta: Buku Biru Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Vol. III No. 18 - Januari 2015 Nurgiyantoro, Burhan. 2009. Teori Peng kajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Syamsuddin, A. R. dan Damaianti, Vismaia S. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Semi, Atar. 1996. Dasar-dasar Keterampil an Menulis. Bandung: Angkasa
Sudijono, Anas. 2010. Pengantar Statistika Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Suryabrata. 2011. Metodologi Penelititan. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada.
Susilana, Rudi dan Riyana, Cepi. 2007. Media Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.
Tarigan, H.G. 2008. Menulis Sebagai Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. ***
You can teach a student a lesson for a day; but if you can teach him to learn by creating curiosity, he will continue the learning process as long as he lives. ~ Clay P. Bedford ~ *** “Kau dapat mengajarkan sebuah pelajaran pada seorang siswa selama sehari; tapi jika kau mengajarinya belajar dengan menciptakan keingin tahuan, dia akan lanjutkan proses belajarnya selama dia masih hidup”
Universitas Wiralodra Indramayu
13
Wacana Didaktika
Pembelajaran Menulis Puisi dengan Model Sinektik pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Sindang Indramayu Imas Juidah
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menge tahui kemampuan menulis puisi siswa kelas X SMA Negeri 1 Sindang sebelum dan sesudah pembelajaran mengguna kan model sinektik, (2) mengetahui efekti vitas pembelajaran menulis puisi dengan model sinektik pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Sindang. Untuk mencapai tuju an itu, dilakukan penelitian eksperimen semu dengan desain pretest-posttest group design. Hasil penelitian menunjuk kan: (1) kemampuan siswa dalam pem belajaran menulis puisi sebelum meng gunakan model sinektik termasuk dalam kategori cukup dengan rata-rata nilai siswa sebesar 63,8. Sedangkan kemam puan siswa dalam pembelajaran menu lis puisi sesudah menggunakan model sinektik termasuk kategori baik dengan rata-rata nilai siswa sebesar 86,4, (3) Ber dasarkan penghitungan uji t, diperoleh thitung sebesar 6,94 sedangkan menurut ttabel dengan menggunakan taraf signifi kan 0,05 diperoleh 1,6991. Jadi, karena thitung lebih besar dari t tabel yaitu 6,94 > 1,6991 maka Ho ditolak artinya pem belajaran menulis puisi dengan model sinektik di kelas X SMA Negeri 1 Sindang Indramayu efektif. Kata Kunci : pembelajaran, menulis puisi, model, sinektik.
14
A. PENDAHULUAN Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan, kete ram pilan, dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, yang melibatkan dua pihak, yaitu peserta didik sebagai pembelajar dan pendidik sebagai fasilitator. Tugas utama seorang pendidik adalah menyelenggarakan kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran tersebut terselenggara dengan efektif apabila seorang pendidik mengetahui hakikat kegiatan belajar mengajar. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya. Hal terpenting dalam kegiatan belajar mengajar yaitu terjadinya proses belajar. Dalam proses pembelajaran pendidik harus dapat menggunakan model-model dan pendekatan mengajar yang dapat menjamin pembelajaran berhasil sesuai dengan yang direncanakan. Berdasarkan hal tersebut, penguasaan model pembelajaran akan memengaruhi keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran. Model mengajar dan proses belajar merupakan masalah yang kompleks. Oleh karena itu, pendidik perlu memperkaya pemahaman yang Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Vol. III No. 18 - Januari 2015 berkaitan dengan model mengajar. Untuk mengatasi berbagai masalah dalam pelaksanaan pembelajaran, diperlukan pengetahuan tentang model-model mengajar yang dapat mengatasi kesulitan pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran. Dalam pembelajaran sastra di sekolah, siswa diajak untuk mengungkapkan ekspresi, keinginan, dan pengalamannya yang ditampilkan dalam bentuk karya sastra yaitu puisi. Aktivitas pengungkap an karya sastra dalam bentuk puisi ini diterapkan pada pembelajaran menulis puisi. Menulis puisi merupakan salah satu keterampilan sastra yang harus dicapai siswa karena akan memperoleh banyak manfaat dari kegiatan menulis puisi tersebut. Beberapa manfaatnya adalah siswa dapat mengekspresikan pikirannya melalui bahasa yang indah dalam puisi, siswa dapat menjadikan puisi sebagai media untuk menuangkan segala hal yang dirasakan dan juga kreativitas siswa dapat terasah melalui menulis. Menulis merupakan keterampilan ber bahasa yang harus dikuasai siswa setelah mereka mampu menyimak, berbicara, dan membaca. Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang paling sulit dibanding keterampilan yang lain karena dalam menulis seseorang harus menguasai berbagai unsur kebahasaan agar menghasilkan tulisan yang padu dan koheren. Begitu juga dengan keterampilan menulis puisi. Menulis puisi merupakan kegiatan aktif dan produktif. Aktif karena dengan menulis puisi seseorang telah melakukan proses berpikir, sedangkan dikatakan produktif karena seseorang dalam menulis puisi akan menghasilkan sebuah tulisan Universitas Wiralodra Indramayu
yang dapat dinikmati oleh orang lain. Selain itu, menulis juga merupakan kegiatan yang mampu mengembangkan kreativitas. Namun, berdasarkan fakta di lapangan menunjukkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran menulis, siswa masih ba nyak mengalami kesulitan. Selama ini siswa sulit untuk menuangkan ide atau gagasan yang dimiliki dalam bentuk puisi. Ide-ide tersebut kadang juga masih tidak beraturan sehingga pengungkapannya kurang terstruktur. Hambatan lain yang dialami siswa dalam pembelajaran menulis puisi adalah kurangnya sema ngat mereka dalam menulis puisi akibat metode pembelajaran yang digunakan guru masih kurang menarik bagi siswa. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya pemanfaatan model pembelajaran kurang bervariasi, guru masih sering menggunakan metode yang konvensional dalam pembelajarannya sehingga membuat siswa merasa malas, jenuh, dan tidak dapat membangkitkan motivasi atau minat siswa untuk mengikuti pembelajaran tersebut. Selain itu, siswa banyak yang kurang percaya diri untuk menunjukkkan hasil karyanya kepada orang lain. Salah satu syarat yang harus dipenuhi agar pembelajaran sastra khususnya menulis puisi sesuai dengan tujuan, yaitu untuk mencapai kemampuan kreatif, pemilihan model pembelajaran harus diperhatikan dengan baik. Suatu pendekatan baru yang menarik dalam mengembangkan kreativitas telah dirancang oleh Gordon dengan nama sinektik sangat relevan digunakan dalam pembelajaran menulis puisi.
15
Wacana Didaktika Model belajar sinektik adalah model yang dibuat untuk mengembangkan pe ngenalan secara analogis. Sinektik merupakan model belajar yang sangat menarik dan menyenangkan dalam mengembangkan inovasi-inovasi. Elemen utama dalam sinektik adalah penggunaan analogi. Da lam latihan sinektik, siswa ”bermain” dengan analogi-analogi sehingga mereka bisa santai dan mulai menikmati tugasnya membuat perbandingan-perbandingan metaforis. Kemudian, mereka mengguna kan analogi-analogi tersebut untuk me mecahkan masalah dan memunculkan gagasan-gagasan menarik. Berdasarkan hal tersebut, model belajar sinektik memberi kebebasan kepada peserta didik untuk mengembangkan imajinasi dan wawasan dengan perspektif yang baru. Model belajar sinektik dapat dijadikan alat untuk mencapai salah satu tujuan pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMA. Berdasarkan hal tersebut, pembelajaran menulis puisi diharapkan akan lebih berhasil apabila menggunakan model belajar sinektik. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang pembelajaran menulis puisi dengan model sinektik di kelas X SMA Negeri 1 Sindang. Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah: 1) Bagaimanakah kemampuan menulis puisi siswa kelas X SMA Negeri 1 Sindang sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan model sinektik? 2) Apakah pembelajaran menulis puisi de ngan model sinektik pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Sindang Kabupaten Indramayu Tahun pelajaran 2011/2012 efektif?
16
B. KAJIAN TEORI 1. Menulis Menulis merupakan aktivitas yang dapat digolongkan ke dalam aktivitas aka demik yang membutuhkan kemampuan untuk berpikir. Hal ini sejalan de ngan pendapat Mawardi (2009:1) yang menyatakan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan intelektual sekaligus aktivitas fisik yang lumayan menguras tenaga dan pikiran. Sedangkan Suparno (2008:3) mengatakan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat medianya. Sejalan de ngan pendapat Suparno tersebut, Tarigan (2008:3) mengatakan menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Dilanjutkan lagi bahwa menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Lebih lanjut, Alwasilah (2007:43) menyatakan bahwa menulis bukan hanya sekedar menuangkan bahasa ujaran ke dalam sebuah tulisan, tapi merupakan mekanisme curahan ide, gagasan, atau ilmu yang dituliskan dengan struktur yang benar, berkoherensi dengan baik antarparagraf dan bebas dari kesalahan-kesalahan mekanik seperti eja an dan tanda baca. Menulis adalah sebuah kemampuan, kemahiran, dan kepiawaian seseorang dalam menyampaikan gagasannya ke dalam sebuah wacana agar dapat diterima oleh pembaca yang heterogen baik secara intelektual maupun sosial.
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Vol. III No. 18 - Januari 2015 Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan yang kompleks yang membutuhkan pemikiran untuk mengungkapkan pendapat, gagasan, pengetahuan secara tertulis. 2. Puisi
Secara etimologis kata puisi berasal dari bahasa Yunani poeima yang berarti membuat, poesis yang berarti pembuatan, atau poeities yang berarti pembuat, pembangun, atau pembentuk. Di Inggris puisi itu disebut poem atau poetry yang tidak jauh berbeda dengan to make atau to cre ate sehingga pernah lama sekali di Inggris puisi itu disebut maker. Menurut Riffaterre (dalam Pradopo, 1987:12-13) puisi menyatakan sesuatu secara tak langsung, ya itu mengatakan sesuatu dengan cara yang lain, berbeda dengan kelaziman orang mengungkapkan gagasan atau perasaan. Mark Flanagan berpendapat bahwa Poetry is an imaginative awareness of expe rience expressed through meaning, sound, and rhythmic language choices so as to evoke an emotional response. Jika diterjemahkan pengertian puisi dapat diartikan sebagai sebuah khayalan secara sadar dari pengalaman yang dideskripsikan melalui arti, suara dan pilihan bahasa berirama untuk membangkitkan sebuah tanggapan emosional. Batasan puisi tersebut cukup luas namun pada dasarnya mengandung unsur imajinasi, susunan irama, ekspresi, dan pengalaman. Pendapat yang sejalan de ngan pendapat tersebut yaitu pendapat dari Watts-Dunton dan Lascelles AberUniversitas Wiralodra Indramayu
crombie seperti yang dikutip oleh Tarigan (1984:7). Menurut Watts-Dunton “Puisi adalah ekspresi yang kongkrit dan yang bersifat artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama”, sedangkan Lescelles Abercrombie menga takan bahwa “puisi adalah ekspresi dari pengalaman yang bersifat imajinatif, yang hanya bernilai serta berlaku dalam ucapan atau pernyataan yang bersifat kemasyarakatan yang diutarakan dengan bahasa. Walaupun kedua batasan puisi di atas memberi tekanan pada segi ekspresi, namun terdapat juga sekelumit perbedaan. Watts-Dunton menitikberatkannya pada “ekspresi dari pikiran manusia” sedangkan Lescelles Abercrombie memberi tekanan pada “ ekspresi dari pengalaman imajinatif manusia”, tetapi keduanya sependapat bahwa sarana untuk itu adalah “bahasa emosional, bahasa berirama yang matang dan tepat guna”. Kalaulah kita dapat menerima pendapat Abercrombie yang mengatakan bahwa puisi adalah ekspresi dari pengalaman, maka dapatlah pula kita terima bahwa penyair atau poet itu adalah orang yang menciptakan pengalaman atau dengan kata lain pencipta pengalaman. Berbeda dengan pendapat sebelumnya, Perrine (dikutip Siswantoro, 2010:23) mendefinisikan puisi sebagai bahasa yang mengatakan lebih banyak dan lebih intensif daripada apa yang dikatakan oleh bahasa harian. Sedangkan menurut Altenbernd seperti yang dikutip Pradopo (2005:5-6) puisi adalah pendramaan pengalaman yang bersifat penafsiran (menafsirkan) dalam bahasa berirama (bermetrum) (as the interpretive dramatization of experi
17
Wacana Didaktika ence in metrical language). Pendapat yang senada dengan Riffaterre dan Altenbernd adalah pendapat Rahmanto (2001:47) yang menyatakan bahwa puisi merupakan bentuk karya sastra dengan bahasa yang terpilih dan tersusun dengan perhatian penuh dan ketrampilan khusus. Coleridge (dalam Pradopo, 2005:5-6) juga mengemukakan bahwa puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Keempat definisi tersebut mempunyai ke samaan yaitu dengan menyatakan secara implisit bahwa puisi sebagai bentuk sastra dengan menggunakan kata-kata sebagai media pengungkapannya. Slametmuljana (dalam Waluyo, 1987 : 23) menyatakan bahwa puisi merupakan bentuk kesusastraan yang menggunakan pengulangan suara sebagai ciri khasnya. Pengulangan suara itu menghasilkan rima, ritma, dan musikalitas. Hal senada juga diungkapkan oleh James Reeves (dalam Waluyo, 1987:23) menyatakan bahwa puisi adalah ekspresi bahasa yang kaya dan penuh daya pikat. Pendapat yang sama juga diutarakan oleh Clive Sansom se perti yang dikutip oleh Waluyo (1987:23) memberikan batasan puisi sebagai bentuk pengucapan bahasa yang ritmis, yang mengungkapkan pengalaman intelektual yang bersifat imajinatif dan emosional. Ketiga batasan tersebut belum mencakup makna puisi secara keseluruhan, batasan tersebut hanya berkaitan dengan struktur fisiknya saja. Jika pengertian itu ditinjau dari segi bentuk batin puisi maka Herbert (dalam Waluyo, 1987:23) menyatakan bahwa puisi merupakan bentuk pengucapan gagasan yang bersifat emosional dengan memper-
18
timbangkan efek keindahan. Samuel Johnson yang dikutip tarigan (1984:5) juga berpendapat bahwa puisi adalah peluapan spontan dari perasaan-perasaan yang penuh daya; dia bercikal bakal dari emosi yang berpadu kembali dalam kedamaian. Selanjutnya pendapat Shelley seperti yang dikutip oleh Tarigan (1984:5) menyatakan bahwa puisi adalah rekaman dari saat-saat paling menyenangkan dari pikiran-pikiran yang paling baik dan paling menyenangkan. Agak berlainan sedikit dengan penda pat-pendapat tadi, ialah keterangan yang diberikan oleh Emily Dickinson (dalam Tarigan, 1984:7) yang berbunyi “bila daku membaca sebuah buku dan (bila) dia dapat membuat tubuhku begitu sejuk (sehingga) tiada api yang dapat memanaskan daku, maka daku tahu bahwa itu adalah puisi; kalau daku secara fisik merasa seolaholah ubun-ubunku berdenyut-denyut, maka daku tahu bahwa itu adalah puisi; hanya dengan cara-cara inilah daku me ngenal puisi.” Walaupun cara Emily Dickinson berkenalan dengan puisi itu amat aneh nampaknya, tetapi setelah kita baca dan hayati pernyataannya itu baik-baik, agaknya dapatlah ditarik kesimpulan bahwa ukuran yang dipakainya untuk menilai sesuatu puisi adalah perasaan. Frederik (1988:15) menyatakan bahwa “Poetry is feeling confessing itself to it self, in moment of solitude, and embodying itself in symbols which are the nearest possi ble refresentation of the feeling in the exact shape in which it exists in the poet’s mind.” Pengertian puisi dapat dijelaskan sebagai perasaan mengakui dirinya sendiri, di saat-saat kesendirian dan mewujudkan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Vol. III No. 18 - Januari 2015 dirinya dalam simbol-simbol yang mungkin atau merupakan representasi terdekat dari perasaan dalam bentuk yang tepat di mana perasaan itu ada dalam pikiran penyair. Dari berbagai pendapat di atas Wheeler (1966:30) menyimpulkan ada empat elemen utama dalam sebuah puisi, yaitu: (1) poetry is language; (2) poetry is use of language rather than a kind of language; (3) poetry is artful, not natural, and (4) poetry aims at the fulfillment of a purpose instrinsic to the language itself.Jika diterjemahkan keempat elemen tersebut, yaitu:(1) puisi adalah bahasa; (2) puisi adalah penggunaanbahasa bukan jenis bahasa; (3) puisi adalah seni, tidak alami, dan (4) puisi bertujuan untuk pemenuhan tujuan instrinsik untuk bahasa itu sendiri. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan menggunakan semua kekuatan bahasa dengan menggunakan struktur fisik dan struktur batinnya. 3. Model Sinektik Kata sinektik berasal dari bahasa Yunani yang berarti penggabungan unsurunsur atau gagasan-gagasan yang berbeda-beda. Sinektika adalah teori atau sistem tentang pernyataan persoalan yang pemecahannya berdasarkan pemikiran kreatif dengan menerapkan analogi dan majas (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Universitas Wiralodra Indramayu
Menurut William J.J. Gordon sinektik berarti strategi mempertemukan ber bagai macam unsur, dengan menggunakan kiasan untuk memperoleh satu pandangan baru (Joyce, 2011). Model Sinektik yang ditemukan dan dirancang oleh William JJ Gordon ini merupakan pendekatan yang sangat menarik dan menyenangkan dalam mengembangkan inovasi-inovasi, berorientasi meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, ekspresi kreatif, empati dan wawasan dalam hubungan sosial. 4. Prosedur Sinektik Ada dua strategi atau model pengajaran yang didasarkan pada prosedur-prosedur sinektik. Salah satu dari dua strategi tersebut, yakni menciptakan sesuatu yang baru (creating something new), dirancang untuk membuat hal-hal yang familiar menjadi asing, untuk membantu siswa melihat masalah-masalah, gagasan-gagasan, dan hasil-hasil yang lama dengan cara yang baru, pandangan yang lebih kreatif. Sedangkan strategi yang lain, yakni membuat yang asing menjadi familiar (making the strange familiar), dirancang untuk membuat gagasan-gagasan yang baru dan tidak familiar menjadi lebih bermakna. Kedua strategi dari model pembelajaran sinektik dapat dilihat pada tabel berikut.
19
Wacana Didaktika a. Strategi Pertama: Membuat Sesuatu yang Baru Tahap Pertama
Mendeskripsikan Situasi Saat Ini Guru meminta siswa mendeskripsikan situasi atau topik seperti yang mereka lihat saat ini. Tahap Ketiga
Analogi Personal Siswa “menjadi” analogi yang telah mereka pilih dalam tahap kedua tadi. Tahap kelima
Analogi Langsung Siswa membuat dan memilih analogi langsung yang lain yang didasarkan pada analogi konflik padat. b.
Tahap Kedua
Analogi Langsung Siswa mengusulkan analogi-analogi langsung, memilihnya, dan mengeks plorasi (mendeskripsikannya) lebih jauh. Tahap Keempat
Konflik Padat Siswa mengambil deskripsi-deskripsi dari tahap kedua dan ketiga, meng usulkan beberapa analogi konflik dan memilih salah satunya. Tahap keenam
Memeriksa Kembali Tugas Awal Guru meminta siswa kembali pada tugas atau masalah awal dan menggunakan analogi terakhir dan atau seluruh pengalaman sinektikanya.
Strategi Kedua: Membuat Sesuatu yang Asing Menjadi Familiar
Tahap Pertama
Tahap Kedua
Tahap Ketiga
Tahap Keempat
Input Tentang Keadaan yang Sebenar nya Guru menyediakan informasi tentang topik yang baru Analogi Personal Guru meminta siswa “menjadi” analogi langsung.
20
Analogi Langsung Guru mengusulkan analogi langsung dan meminta siswa mendeskripsi kannya. Membedakan Analogi Siswa mengidentifikasi dan menjelaskan poin-poin kesamaan antara materi baru dengan analogi langsung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Vol. III No. 18 - Januari 2015 b.
Strategi Kedua: Membuat Sesuatu yang Asing Menjadi Familiar
Tahap Kelima
Menjelaskan Perbedaan Siswa menjelaskan di mana saja analogianalogi yang tidak sesuai.
Tahap Keenam
Eksplorasi (Penjelajahan) Siswa mengeksplorasikan kembali topik asli.
Tahap Ketujuh
Membuat Analogi Siswa menyiapkan analogi langsung dan mengeksplorasi persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan C. METODE Metode yang sesuai untuk digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimen. Metode eksperimen dilakukan untuk mengetahui efektivitas pembelajar an menulis puisi dengan model sinektik pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Sindang. Proses penelitian ini menggunakan desain penelitian Pre-test and Post-test Group. Populasi dalam penelitian ini adalah kelas X di SMA Negeri 1 Sindang dan sampel yang diambil hanya satu kelas, yaitu di kelas X-3 sebanyak 30 siswa. Teknik peng ambilan sampel yang digunakan yaitu ran dom sample.
Universitas Wiralodra Indramayu
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), adapun instrument evaluasinya yaitu berupa tes essay yang terdiri atas satu pertanyaan (terdapat dalam RPP). Ada tiga aspek pokok yang dijadikan kriteria penilaian, yaitu (1) kelengkapan struktur fisik puisi; dan (2) kelengkapan struktur batin puisi. Kelengkapan struktur fisik puisi meliputi: diksi, pengimajian, kata konkret, gaya bahasa, verifikasi, dan tipografi. Sedangkan kelengkapan struktur batin meliputi: tema, perasaan, nada dan suasana, amanat. Sedangkan teknik analisis data mengguna kan uji-t. Uji-t digunakan untuk mengetahui efektivitas model sinektik dalam pembelajaran menulis puisi.
21
Wacana Didaktika D. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian
2. Pembahasan Berdasarkan tabel nilai tes awal dan akhir tersebut dapat dijelaskan kemampuan menulis puisi setelah menggunakan model sinektik sebagai berikut. A. Kelengkapan Struktur Fisik Puisi
22
1) Jawaban siswa yang memiliki semua kelengkapan struktur fisik puisi (6 unsur) sebanyak 10 siswa, yaitu siswa ke 1, 4, 7, 8, 9, 16, 17, 20, 23, 27 dengan persentase 33, 33 %. 2) Jawaban siswa yang memiliki 5 unsur kelengkapan struktur fisik puisi sebanyak 6 siswa, yaitu siswa ke 5, 10, 12, 21, 22, 24 dengan persentase 20%. 3) Jawaban siswa yang memiliki 4 unsur kelengkapan struktur fisik puisi sebanyak 11 siswa, yaitu siswa ke 2, 3, 11, 13, 15, 18, 19, 25, 26, 28, 29 dengan persentase 36,66 %. 4) Jawaban siswa yang memiliki kurang dari 4 unsur kelengkapan struktur fisik puisi sebanyak 3 siswa, yaitu siswa ke 6, 14, 30 dengan persentase 6, 66 %. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa kemampuan menulis puisi siswa pada aspek kelengkapan struktur fisik puisi tergolong kategori cukup setelah dilaksanakan pembelajaran dengan model sinektik. Hal tersebut dapat diketahui dari persentase tertinggi 36, 66%. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Vol. III No. 18 - Januari 2015 B. Kelengkapan Struktur Batin Puisi 1) Jawaban siswa yang memiliki semua kelengkapan struktur batin puisi (4 unsur) sebanyak 29 siswa, yaitu siswa ke 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30 dengan persentase 96, 66 %. 2) Jawaban siswa yang memiliki 3 unsur kelengkapan struktur batin puisi sebanyak 1 siswa, yaitu siswa ke 1 de ngan persentase 3, 33%. 3) Jawaban siswa yang memiliki < 3 unsur kelengkapan struktur batin puisi tidak ada. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa kemampuan menulis puisi siswa pada aspek kelengkapan struktur batin puisi termasuk dalam kategori sangat baik setelah dilaksanakan pembelajaran de ngan model sinektik sehingga ketuntasan pembelajaran aspek kelengkapan struktur batin puisi dikatakan sangat baik. Hal ini terbukti dari persentase yang tergolong kategori sangat baik sebesar 96, 66% dan kategori baik hanya sebesar 3, 33% atau sebanyak 1 siswa. Berdasarkan tabel 2 terjadi pening katan berdasarkan pemerolehan rerata nilai setiap aspek penilaian apresiasi puisi. Peningkatan tersebut berdasarkan tes yang dilakukan pada tes akhir. Pada tes awal nilai skor rerata setiap aspek adalah sebagai berikut: aspek kelengkapan struktur fisik puisi yaitu 23,33; aspek kelengkapan struktur batin puisi yaitu 23,4. Sedangkan tes akhir memperoleh nilai setiap aspek sebagai berikut: aspek kelengkapan struktur fisik puisi yaitu 37,67; aspek kelengkapan struktur batin puisi yaitu 29,8. Universitas Wiralodra Indramayu
Dari data tersebut terjadi peningkatan pada aspek kelengkapan struktur fisik sebesar 14, 33; aspek kelengkapan struktur batin puisi sebesar 6,4. Merujuk pada hasil data penelitian tersebut, terjadi peningkatan yang cukup signifikan dari semua aspek penilaian pembelajaran menulis puisi. Dengan demi kian, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas X SMA N 1 Sindang Tahun Pelajaran 2011/2012 mampu menulis puisi dengan baik. 3. Efektivitas Model Belajar Sinektik dalam Pembelajaran Apresiasi Puisi pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Sindang Berdasarkan tabel tersebut, diketahui nilai rerata tes awal 63, 8 sedangkan nilai rerata tes akhir 86,4. Dengan demikian, nilai siswa mengalami peningkatan 22,6. Untuk mengetahui tingkat efektivitas pembelajaran apresiasi puisi dengan model sinektik digunakan rumus uji t. Untuk mencari d = jumlah tes akhirjumlah tes awal = 2592-1914 = 678
23
Wacana Didaktika
Dari hasil pengolahan di atas, diperoleh t hitung sebesar 6, 94 sedangkan tabel dengan menggunakan signifikan t 0,05 sebesar 1,6691. Dengan demikian nilai thitung lebih tinggi dari nilai t tabel. Oleh karena t hitung lebih besar dari t tabel (6,94>1,6691) berdasarkan kriteria peng ujian hipotesis, maka tolak Ho dan terima Ha, artinya pembelajaran menulis puisi dengan model sinektik di kelas X SMA Ne geri 1 Sindang Tahun Pelajaran 2011/2012 efektif. E. SIMPULAN Berdasarkan data yang diperoleh selama penelitian dan hasil analisis data dari model pembelajaran yang penulis ujicobakan dalam penelitian ini, ada beberapa hal yang perlu penulis simpulkan dalam pembelajaran menulis puisi dengan model sinektik. Adapun simpulan tersebut se bagai berikut. 1) Kemampuan menulis puisi siswa kelas X SMA Negeri 1 Sindang sebelum pembelajaran menggunakan model sinektik termasuk dalam kategori cukup. Hal ini dibuktikan dengan nilai rerata siswa 63,8.
24
2) Kemampuan menulis puisi siswa kelas X SMA Negeri 1 Sindang setelah pembelajaran menggunakan model sinektik termasuk dalam kategori sangat baik. Hal ini dibuktikan dengan nilai rerata siswa 86,4. 3) Pembelajaran menulis puisi dengan model sinektik di kelas X SMA Negeri 1 Sindang Indramayu Tahun Pelajaran 2011/2012 efektif. Hal ini dibuktikan dengan t hitung lebih besar dari t tabel, yaitu 6,94 > 1,6991. F. DAFTAR PUSTAKA Alwasilah, A. Chaedar dan Senny Suzanna Alwasilah. 2007. Pokoknya Menulis. Bandung: Kilat Buku Utama.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Pene litian Suatu Pendekatan Praktik.
Frederik, Juliana Tirajoh. 1988. English Poetry An Introduction to Indonesian Students. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E. 2011. Mo dels of Teaching Model-model Pengaja ran. Yogyakarta: PustakaPelajar.
Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E. 2000. Mo dels of Teaching. United States of Amer ica: A. Person Education Company.
Mawardi, Dodi. 2009. Cara Mudah Menulis Buku dengan 12 Pas. Jakarta: Raih Asa Sukses.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2002. Pengka jian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Vol. III No. 18 - Januari 2015 Rahmanto, B. 2001. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kadisius.
Waluyo, Herman J. 1995. Teori dan Apresia si Puisi. Jakarta: Erlangga.
Suparno & M. Yunus. 2008. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Depdiknas Universitas Terbuka.
Wheeler, Charles B. 1966. The Design of Poetry An Intelegent, Concise Guide to The Understanding and Appreciation of Poetry. United States of America: W.W. Norton & Company.
Siswantoro. 2010. Metode Penelitian Sas tra Analisis Struktur Puisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Se bagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 2005. Prinsip-prin sip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.
Waluyo, Herman J. 2002. Apresiasi Puisi Panduan untuk Pelajar dan Mahasiswa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
***
dren t only chil a h t a e id he . Get over t e in study im t ir e h t end have should sp s you still a g n lo o s ent will mean is h t Be a stud d n a , g to learn y~ somethin L. Dohert y r n e H ~ fe. all your li kecil yang k a n a a y n e layak belajar. “Aturlah id reka saat e m u t k asih a w ma kau m la habiskan e s u m il dan nuntut ipelajari, d Jadilah pe k u t n mu” u sesuatu ruh hidup lu e s n a memiliki ju di tu an menja hal ini ak
Universitas Wiralodra Indramayu
25