Vol. 5 No.1 Januari - Maret 2015
Info Historia Buletin Sejarah TNI AL dan Kemaritiman
1
Pengantar Redaksi
Pendidikan adalah elemen penting bagi kemajuan peradaban suatu bangsa, bahkan tokoh pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara menegaskan bahwa satu-satunya yang dapat mengubah nasib suatu bangsa hanyalah pendidikan. Pendapat tersebut terbukti benar, ketika para tokoh pergerakan nasional yang mendapatkan kesempatan pendidikan yang diselenggarakan penjajah, berbalik arah menjadi pelopor yang memperjuangkan kemerdekaan dan kebebasan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan. Kesadaran terhadap arti penting pendidikan ini pula yang akhirnya mendorong salah satu tokoh pendiri Angkatan Laut Mayor R.E. Martadinata berupaya membangun sistem pendidikan ALRI yang diproyeksikan untuk menghasilkan para prajurit matra laut profesional. Tekad yang didukung sepenuhnya oleh para tokoh pemimpn ALRI ini, bergulir ketika situasi dan kondisi darurat, di mana bangsa Indonesia sedang menghadapi Perang Kemerdekaan RI 1945-1949 melawan Balanda. Menurut Mayor R.E. Martadinata: “…..Pendidikan profesional itu sangat penting, meskipun situasinya hampir tidak memungkinkan. Jika hal itu tidak menarik
perhatian kami, maka ALRI hanya akan menjadi tentara darat dan hal itu akan menimbulkan kesulitan besar di laut…” ALRI telah membuktikan bahwa situasi Perang Kemerdekaan bukanlah halangan untuk menyelenggarakan pendidikan. Pada tanggal 12 Mei 1946, Sekolah Angkatan Laut (SAL) didirikan di Tegal dan dibuka secara resmi oleh Presiden R.I. Ir. Sukarno. Peresmian SAL Tegal ini menjadi tonggak sejarah bagi perkembangan pendidikan TNI AL dan momentum peresmiannya akhirnya ditetapkan sebagai Hari Pendidikan TNI AL. Setelah itu angkatan laut mengadakan berbagai jenis pendidikan/pelatihan lain di Jawa dan Sumatra seperti: Latihan Opsir di Serang, Latihan Opsir di Kalibakung, Sekolah Pelayaran di Tanjung Balai Asahan, Sekolah Pelayaran di Pariaman, Training Station Serang Jaya di Aceh, Training Camp di Pariaman dan Training Camp Orion di Sibolga. Untuk itu Info Historia edisi Triwulan I mengangkat tema tentang sejarah pendidikan TNI AL, dengan harapan para pembaca dapat meneladani kiprah perjuangan para tokoh pendidikan TNI AL dalam membangun pondasi awal terciptanya TNI AL yang profesional. (Rif)
Selamat membaca.
Pembina Laksamana Pertama TNI Manahan Simorangkir, S.E., M.Sc. Pengarah Kolonel Laut (T) Moelyanto Pemimpin Redaksi Kolonel Laut (P) Rony E. Turangan Wakil Pemimpin Redaksi Letkol Laut (KH) Drs. Syarif Thoyib, M.Si. Redaktur Pelaksana Mayor Laut (KH) Suratno, S.S. Sekretaris Redaksi Pembina IV/A Iwan Bahariyanto, S.Sos. Bendahara Redaksi Kapten Laut (KH/W) Jurniah Distribusi/Sirkulasi Penata III/A Tri Haryadi
Staff Radaksi Mayor Laut (KH) Agustinus Imam, S.Sos., M.M. Lettu Laut (KH) Atiq Alfiansyah Arifin, S.Kom. Serma BEK Mega Patinurjaya Penata III/D Adi Patrianto Singgih, S.S., KLK TTU Anggara Tata Letak/Layout M. Sulaiman
Alamat Redaksi Subdisjarah Dispenal, Gedung B IV Lt. 2 Mabes TNI AL Cilangkap Jakarta Timur 13870 Telp :(021) 8723311 Fax : (021) 8710628 Email :
[email protected]
2
Info Historia Buletin Sejarah TNI AL dan Kemaritiman
Masa Penjajahan Belanda Pada permulaan abad ke-20, tepatnya tahun 1916 pemerintah kolonial Belanda mulai membuka kesempatan bagi bangsa Indonesia untuk memperoleh pendidikan kelautan, tetapi masih sangat terbatas. Pembatasan ini selain karena pemerintah Belanda menerapkan kebijakan pendidikan yang diskriminatif, Belanda juga khawatir apabila para pemuda yang mendapat pendidikan itu menjadi besar potensi militernya sehingga dapat membahayakan kekuasannya mereka di Indonesia. Apalagi kegiatan kaum pergerakan kebangsaan Indonesia pada waktu itu sedang giat-giatnya berjuang menuntut kemerdekaan Indonesia. Kesempatan bagi bangsa Indonesia untuk menempati kedudukan yang baik di bidang kelautan seperti Koninklijke Paketvaart
Maatschappij (KPM) dan Governements Marine (GM), juga boleh dikatakan tidak ada. Kebanyakan dari mereka yang telah memperoleh pendidikan hanya berpangkat paling tinggi Bintara. Mereka ditugaskan sebagai crew di kapal-kapal perang atau di kapal maskapai pelayaran Belanda, serta sebagai pegawai rendahan di kantor-kantor pemerintah Belanda. Pada tahun tiga puluhan jumlah pelaut Indonesia di antaranya 4800 orang di KPM dan 2400 di Koninklijke Marine (KM). Mereka inilah yang nantinya merintis usaha pembangunan Indonesia di bidang perhubungan laut dan sebagian menjadi cikal bakal anggota ALRI. Pada masa penjajahan Belanda ini tempat pendidikan kelautan antara lain Zeevaartkundige Leergang di Jakarta. Lulusan pendidikan ini antara lain Laksamana Pertama (Purn) Adam yang lulus pada tahun 1924; Kweekschool voor Indische Schepelingen (KIS) di Makasar yang didirikan pada tahun 1916. Info Historia Buletin Sejarah TNI AL dan Kemaritiman
3
Lulusan pendidikan ini antara lain Kolonel (Purn) R.S. Hadiwinarso; Zeevaart-school di Surabaya, yang lulus pendidikan ini antara lain Laksamana Muda (Purn) Koen Jelani, Laksamana Muda (Purn) M. Pardi dan Letnan Kolonel (Purn) E.H. Thomas; Sekolah Pelayaran de Ruyter School di Vlissingen Negeri Belanda, di antara lulusannya adalah Laksamana Muda (Purn) M. Nazir dan Koninklijke der Marine Surabaya (KMS), di antara lulusan pendidikan ini adalah Laksamana TNI (Purn) R. Subijakto. Suasana pelatihan di sekolah pelayaran Belanda.
Masa Pendudukan Militer Jepang Pendudukan tentara Jepang di Indonesia telah menimbulkan berbagai penderitaan yang sangat berat bagi bangsa Indonesia. Berjutajuta penduduk menderita busung lapar dan jutaan lainnya dikerahkan melakukan kerja paksa. Kebebasan bergerak sangat dibatasi, sehingga kehidupan politik tidak dapat tumbuh secara wajar. Meskipun demikian, masa pendudukan Jepang di Indonesia mempunyai pula beberapa segi positif, antara lain pengaruhnya bagi perkembangan dunia pendidikan di Indonesia. Namun tujuan pendidikan Jepang pada masa itu ditunggangi misi Nipponisasi guna memanfaatkan bangsa Indonesia untuk kepentingan perang Jepang. Misi tersebut bahkan dilakukan dengan mendekati tokohtokoh kiai yang menjadi panutan umat agar dapat dijadikan sandaran politik mereka. Dalam bidang pemerintahan, bangsa Indonesia juga mendapat kesempatan menduduki jabatan penting guna turut serta mengatur jalannya roda pemerintahan Jepang di Indonesia. Di bidang pertahanan dan keamanan diberikan pengetahuan tentang sistem organisasi militer dengan membuka lembaga-lembaga pendidikan dan latihan kemiliteran. Di bidang ideologi dan politik 4
Info Historia Buletin Sejarah TNI AL dan Kemaritiman
semangat nasionalisme berkembang pesat sejalan dengan meluapnya semangat anti kolonialisme. Di bidang kelautan, bangsa Indonesia banyak dilibatkan. Hal ini karena untuk keperluan pengangkutan bahan mentah, tenaga manusia, pasukan dan perlengkapan perang dari Indonesia ke front depan atau daerah lain, pemerintah Jepang membutuhkan armada angkutan laut yang cukup besar dalam waktu singkat. Padahal armada angkutan tersebut belum tersedia di Indonesia, sedangkan armada angkutan laut sisa pemerintahan Belanda sudah hancur. Kapal-kapal milik Jepang sendiri sepenuhnya ditugaskan untuk melayani tugas-tugas di front Pasifik. Dengan demikian tidak ada pilihan lain bagi Jepang kecuali membangun semua potensi angkutan laut yang ada di Indonesia. Sesuai dengan pemikiran bagi pengadaan sarana angkutan laut, pemerintah pendudukan militer Jepang mengajak bangsa Indonesia untuk ikut mengambil bagian dalam pembangunan di bidang kelautan, khususnya dalam usaha membangun armada angkutan laut. Untuk merealisasikan usaha tersebut, pemerintah pendudukan Jepang mendirikan Jawatan Pelayaran (Gunsikanbu
Para Keigun heiho sedang berlatih morse diatas kapal
Kaizi Sokyuko) yang berpusat di Jakarta dan cabang-cabangnya terdapat di setiap kota pelabuhan yang penting di Indonesia. Selain Jawatan Pelayaran didirikan pula perusahaan pelayaran pemerintah Jawa Unko Kaisha di jawa dan Nampo Unko Kaisha di Sumatera. Untuk keperluan tugas-tugas angkutan militer dibentuk Akatsuki Butai, yaitu semacam Komando Lintas Laut Militer. Semua jawatan dan perusahaan pelayaran tersebut dipimpin oleh bangsa Jepang, sedangkan staf dan keryawannya terdiri dari orang-orang Indonesia. Dalam usaha memenuhi kebutuhan kapal-kapal laut, pemerintah pendudukan Jepang mulai sejak tahun 1942 membangun kembali galangan-galangan kapal yang rusak dan mendirikan galangan kapal baru secara darurat, sehingga dengan demikian kesibukankesibukan mulai tampak di bekas galangan kapal Pasar Ikan, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Juana, Lasem, Makasar, Padang, Tanjung Balai Asahan. Pada galangan-galangan kapal tersebut bekerja berpuluh-puluh ribu bangsa Indonesia. Dalam waktu yang relatif singkat galangan-galangan kapal tersebut telah dapat memproduksi berpuluh-puluh kapal kayu jenis
coaster bermesin diesel ukuran 60 sampai 20 ton. Kapal-kapal kayu tersebut segera dioperasikan oleh jawatan dan perusahaan pelayaran Jepang. Dalam usaha mencukupi kebutuhan tenaga pelaut untuk mengawaki kapal-kapal hasil produksi galangan kapal Jepang tersebut pada mulanya menggunakan pelaut-pelaut Belanda seperti bekas anggota KM dan KPM. Karena jumlah tenaga pelaut tersebut sangat terbatas, maka pemerintah Jepang terpaksa membuka pendidikan calon pelaut. Pada akhir tahun 1942, dibuka Sekolah Pelayaran Tinggi (SPT) di Jakarta, tahun berikutnya menyusul di Semarang, Cilacap, Tegal dan Pasuruan. SPT bertujuan mendidik calon perwira yang dipersiapkan untuk tugas-tugas di kapal. Untuk memperoleh tenaga-tenaga kelasi, pemerintahan pendudukan Jepang membuka Sekolah Pelayaran Rendah (SPR). Pendidikan diselenggrakan di Jakarta, Tegal, Semarang, Sumenep, Pasuruan, Probolinggo, Denpasar, Makasar, Banjarmasin, padang dan Tanjung balai Asahan. Selain SPT dan SPR terdapat pula Sekolah Bangunan Kapal di Jakarta.
Info Historia Buletin Sejarah TNI AL dan Kemaritiman
5
Lembaga-lembaga pendidikan kelautan yang diselenggarakan pemerintah pendudukan Jepang di Indonesia berhasil melahirkan beberapa ribu pemuda pelaut yang memiliki pengetahuan kelautan. Beberapa orang di antara mereka berhasil mencapai pangkat dan kedudukan yang tinggi dalam kesatuan TNI Angkatan Laut. Dari Sekolah Pelayaran Tinggi Jakarta antara lain: Laksamana TNI R.E. Martadinata, Letnan Jenderal TNI (Mar) Ali Sadikin, Laksamana Muda TNI Daryaatmaka, Laksamana Muda TNI Hotma Harahap, dan Laksamana Pertama TNI M. Napitupulu. Dari Sekolah Pelayaran Tinggi Semarang antara lain Laksamana Muda TNI (an). Jos Sudarso, Laksamana Muda TNI Agoes Soebekti, Laksamana TNI R. Mulyadi, Laksamana Madya TNI O.B. Syaaf, Mayor Jenderal TNI (Mar) R. Suhadi. Laksamana TNI R.S. Subyakto, Laksamana Muda TNI M. Subarkah, Mayor Jenderal TNI (Mar) Kusnawinoto dan Letnan Jenderal TNI (Mar) Hartono. Kemudian dari Sekolah Pelayaran Tinggi Cilacap, ialah Laksamana TNI R. Sudomo, Laksamana Madya TNI R. Subono, Laksamana Muda TNI Sriyono Projosukamto, Laksamana Muda TNI Suyatno dan Brigadir Jenderal TNI (Mar) Suyatno. Di samping mendirikan SPT dan SPR yang bertujuan untuk mendidik calon-calon pelaut bagi kapal-kapal niaga, pemerintah Jepang juga membuka pendidikan bagi calon-calon perwira pembantu Kaigun dan Akatsukibutai, yakni Sein Kurensyo. Sekolah ini didirikan di Makassar dan Singapura serta menerima calon-calon siswa dari pemuda-pemuda yang telah tamat dari SLTP. Mereka dilatih selama 6 bulan hingga 1 tahun dan setelah lulus diangkat sebagai Bintara atau Kaigun Heiho. Beberapa orang bekas pelajar Sein Kurensyo ini antara lain ialah R. Suryadi (salah seorang pelopor pembentukan BKR Laut Jakarta), Bibit Ismono (Pelopor pembentukan BKR Laut Surabaya), Kapten R. Sulian, Letnan Kolonel R. Nugrohadi, Kolonel Nata Permana, Mayor Sopar Sinaga dan Kapten Supangat (peloporpelopor pembentukan BKR Laut Medan). Suatu Lembaga Pendidikan yang masih termasuk aspek kelautan ialah pendidikan Penerbangan Angkatan Laut (Kaigun Kukosyo). Untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga ahli bangsa Indonesia bagi Satuan Udara 6
Info Historia Buletin Sejarah TNI AL dan Kemaritiman
Poster ajakan untuk daftar sebagai heiho (pelaut)
Angkatan Laut Jepang di Indonesia maka oleh pemerintah Jepang dibuka tempat-tempat latihan bagi calon penerbang bangsa Indonesia yakni Kaigun Kukosyo pada tahun 1944 di Surabaya. Untuk Angkatan pertama lebih kurang 60 orang pemuda Indonesia yang telah lulus testing kesehatan dan memiliki ijazah SLP. Lama pendidikan 1 tahun dan terdiri atas bagian penerbangan mesin dan markonis, tetapi Kaigun Kukosyo Surabaya yang langsung dibina oleh Kaigun belum berhasil menamatkan pelajaran penerbangannya. Pada waktu revolusi fisik 1945 - 1949, para tamatan pendidikan kelautan zaman Jepang tumbuh menjadi pelopor, baik dalam usaha pembangunan ALRI umumnya, maupun dalam usaha penyelenggaraan pendidikan pada khususnya.
Kesadaran akan pentingnya TNI AL memiliki personel-personel pengawak alutsista dan prajurit tempur yang profesional serta militan sesungguhnya telah dirintis seiring dengan kelahiran negara Republik Indonesia. Meskipun banyak pelaut-pelaut Indonesia yang pernah mengikuti pendidikan kebaharian dan berpengalaman bertugas di kapal-kapal modern pada masa kolonialisme Hindia Belanda serta Pendudukan Jepang, namun belum mencukupi untuk membentuk sebuah kesatuan angkatan laut modern di masa-masa awal kemerdekaan.
bahari lainnya membentuk BKR Laut Pusat di Jakarta pada 10 September 1945. BKR Laut menjadi embrio dari TNI AL saat ini. Pembentukan BKR Laut Pusat serentak diikuti dengan terbentuknya organisasi-organisasi BKR Laut di berbagai daerah. Setelah berhasil mengambil alih fasilitas pelabuhan dan persenjataan termasuk sejumlah kapal-kapal milik AL Kekaisaran Jepang (Nihon Kaigun), kebutuhan akan personel yang mampu mengoperasikan dan merawat kapal serta materiil tempur lainnya menjadi sebuah urgensi.
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 merupakan puncak perjuangan bangsa Indonesia untuk tampil sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat, setelah hampir 350 tahun berada di bawah kolonialisme Hindia Belanda. Meskipun kemerdekaan sudah diproklamasikan, namun perjuangan bangsa Indonesia belum selesai. Kekuatan kolonialis Belanda yang sempat padam ketika wilayah Indonesia diduduki balatentara Kekaisaran Jepang pada Perang Pasifik 1942 – 1945, bermaksud menguasai kembali negeri koloninya yang kaya sumber daya alam ini.
Sepanjang kurun waktu antara tahun 1945 sampai 1949 para pejuang bahari telah membuat berbagai terobosan penting yang berkaitan dengan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia di bidang maritim. Personel berkemampuan khusus dan profesional di aspek kelautan sangat dibutuhkan oleh TNI AL yang saat itu masih menyandang nama ALRI (Angkatan Laut Republik Indonesia). Meskipun situasi negara saat itu belum memungkinkan untuk membangun angkatan laut dalam arti sesungguhnya, namun ALRI tetap mendirikan sekolah atau pusat pendidikan kebaharian yang berlokasi di Pangkalan ALRI IV Tegal,
Guna mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan negara sekaligus merintis pembentukan organisasi angkatan laut, para mantan pelaut zaman Hindia Belanda dan pendudukan Jepang beserta pejuang-pejuang
Info Historia Buletin Sejarah TNI AL dan Kemaritiman
7
yaitu Sekolah Angkatan Laut (SAL). Beberapa jenis pendidikan/pelatihan lain di Jawa dan Sumatra juga didirikan seperti: Latihan Opsir di Serang, Latihan Opsir di Kalibakung, Sekolah Pelayaran di Tanjung Balai Asahan, Sekolah Pelayaran di Pariaman, Training Station Serang Jaya di Aceh, Training Camp di Pariaman dan Training Camp Orion di Sibolga. Pada tahun 1950-an untuk memenuhi kebutuhan organisasi sejalan dengan perkembangan teknologi alutsista dan perkembangan lingkungan strategis, TNI AL mendirikan Institut Angkatan Laut (IAL) di Morokrembangan, Surabaya, dan menjadi embrio Akademi Angkatan Laut (AAL) saat ini. Dari Bumimoro inilah kader-kader pemimpin TNI AL lahir. Kemudian masih di Surabaya, tepatnya di Pasiran, TNI AL mendirikan SAL yang menjadi cikal bakal Komando Pengembangan dan Pendidikan Angkatan Laut (Kobangdikal). Selanjutnya sejalan dengan perkembangan dinamika lingkungan strategis dan semakin kompleksnya tantangan tugas yang harus dihadapi TNI AL, maka diperlukan para perwira menengah TNI AL yang berwawasan global, berpikir komprehensif, analitis, dan holistis, sehingga mampu mengambil keputusan-keputusan strategis di masa kini dan mendatang. Untuk memenuhi kebutuhan itu, maka TNI AL pada awal tahun 1960-an mendirikan Sekolah Staf dan Komando TNI AL (Seskoal) di Cipulir, Jakarta Selatan.
SAL TEGAL Sebagai lembaga pendidikan ALRI pertama yang didirikan pemerintah, Sekolah Angkatan Laut (SAL) Tegal diresmikan oleh Presiden RI Soekarno pada tanggal 12 Mei 1946. Tujuan pendirian SAL Tegal adalah untuk membentuk dan mendidik tenaga pelaut yang mampu mengoperasikan kapal perang dan memelihara mesin kapal. Selain SAL Tegal, guna meningkatkan kemampuan prajurit, ALRI juga mendirikan sejumlah sekolah antara lain 8
Info Historia Buletin Sejarah TNI AL dan Kemaritiman
Komplek SAL Tegal
Siswa SAL Tegal sedang berlatih tali temali (1946)
Latihan Opsir di Kalibakung, Sekolah Radio dan Telegrafis di Malang, Special Operation di Sarangan, Sekolah Pelayaran di Tanjung Balai dan Pariaman, Training Station di Serang Jaya Aceh, dan sebagainya. Meskipun dilaksanakan dalam kondisi penuh keterbatasan, namun lembagalembaga pendidikan tersebut memainkan peranan penting dalam menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia di bidang maritim yang dapat diandalkan saat tercapai pengakuan kedaulatan negara Indonesia pada akhir tahun 1949. Berdasarkan hasil KMB (Konferensi Meja Bundar) di Den Haag, Belanda, ALRI menerima hibah sejumlah besar alutsista modern dari Angkatan Laut Belanda. Di sinilah, para pelaut eks pejuang kemerdekaan ditambah sejumlah personel AL Belanda yang memilih bergabung dengan ALRI menjadi tenaga inti dalam mengawaki alutsista modern tersebut. Tuntutan sumber daya manusia yang andal kian bertambah seiring dengan kehadiran sejumlah alutsista baru yang memperkuat ALRI sebagai langkah awal pembangunan kekuatan. Untuk itu, ALRI mendirikan beberapa lembaga pendidikan keangkatanlautan.
Info Historia Buletin Sejarah TNI AL dan Kemaritiman
9
10
Info Historia Buletin Sejarah TNI AL dan Kemaritiman
AKADEMI ANGKATAN LAUT (AAL)
dan Saptamarga, memiliki kemampuan dalam menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam penugasan awal di KRI atau pasukan. Selain itu, para perwira lulusan AAL juga harus mampu mengembangkan dirinya sebagai kader pemimpin TNI dan TNI AL di masa mendatang. Pendidikan di AAL meliputi pengajaran, pelatihan dan pengasuhan serta berlangsung selama 4 tahun. Para pemuda yang mengikuti pendidikan di AAL disebut Taruna dan untuk para pemudi disebut Taruni. Di AAL terdapat lima korps utama yaitu korps pelaut, korps teknik, korps elektronika, korps suplai dan korps marinir. Setelah lulus, para alumnus AAL menyandang pangkat Letnan Dua. Kemudian karena AAL telah menerapkan sistem pendidikan yang setara dengan perguruan tinggi maka para perwira alumnus AAL juga menyandang gelar kesarjanaan Strata 1 (S-1) yaitu Sarjana Sains Terapan (Pertahanan) atau S.S.T (Han).
Presiden RI Ir. Soekarno memberikan amanat saat peresmian Institut angkatan Laut
Guna memenuhi kebutuhan sumber daya manusia yang mampu mengawaki alutsista serta mengembangkan strategi dan taktik peperangan laut, ALRI mendirikan Institut Angkatan Laut (IAL) pada tanggal 10 Oktober 1951 di Morokrembangan, Surabaya. Pada perkembangan selanjutnya IAL berubah menjadi Akademi Angkatan Laut (AAL) pada 18 Desember 1956. AAL merupakan lembaga pendidikan perwira angkatan laut setingkat akademi dengan motonya “Hree Dharma Shanty”, yang berarti malu berbuat cela dalam mengemban tugasnya yang selalu diabdikan kepada bangsa dan negara. Setelah ALRI berubah menjadi TNI AL pada tahun 1971, AAL menjadi Badan Pelaksana Pusat (Balakpus) yang berkedudukan langsung di bawah Kasal. Seiring dengan tuntutan tugas, AAL dituntut untuk mampu mencetak perwira TNI AL yang berjiwa pejuang Pancasila
Sebagai sarana praktik layar, para TarunaTaruni AAL menggunakan kapal layar tiang tinggi KRI Dewaruci. Salah satu kegiatan pelayaran muhibah ke berbagai negara yang diikuti para Taruna jurusan Korps Pelaut Tingkat 3 dengan KRI Dewaruci, adalah Kartika Jala Krida. Selain KRI Dewaruci, kapal latih Taruna-Taruni AAL lainnya, adalah KRI Ki Hajar Dewantara-364. Dalam melaksanakan pelayaran KJK, selain sebagai sarana praktik layar dan untuk menambah wawasan bagi para Taruna-Taruni AAL, KRI Dewaruci juga mengemban misi diplomasi dan misi kepariwisataan ke luar negeri.
Gedung Rindjani Institut Angkatan Laut (1951)
Info Historia Buletin Sejarah TNI AL dan Kemaritiman
11
Kehadiran kapal-kapal bertenaga mesin pada awal abad ke-20 secara signifikan menggeser peran dari kapal-kapal layar tiang tinggi (tall ships) yang sebelumnya berjaya menjelajah samudra. Jika pada masa lalu, kapal-kapal layar tiang tinggi memainkan peran yang penting baik sebagai kapal perang, dagang, maupun angkut penumpang, kini peran tersebut digantikan oleh kapal-kapal bermesin. Kapal bermesin dipandang lebih efisien dan efektif karena lebih cepat, tidak bergantung ada kondisi angin, dan praktis dalam pengoperasiannya. Meskipun demikian, hal tersebut tidak berarti kapal-kapal layar tiang tinggi “mati”, namun tetap eksis hingga saat ini bahkan menjadi primadona lautan . Kapal-kapal layar tiang tinggi tetap dipandang memiliki fungsi yang khas yaitu menuntut para pengawaknya memiliki naluri kepelautan dan semangat kerja sama yang solid serta cerminan kejayaan maritim dari negara-negara penggunanya. Oleh karena itu, kapal layar tiang tinggi masih tetap relevan sebagai sarana praktek layar bagi para calon pelaut profesional, baik untuk kepentingan sipil maupun militer (angkatan laut). Hal inilah yang menjadi dasar pertimbangan dari Albert Frederick Hermann Rosenow, mantan Perwira Kriegsmarine (AL Jerman pada masa Perang Dunia Kedua) yang bergabung dengan ALRI (TNI AL), bahwa ALRI harus memiliki sebuah kapal latih untuk mencetak pelaut-pelaut tangguh serta profesional.
12
Info Historia Buletin Sejarah TNI AL dan Kemaritiman
KRI Dewaruci, Kapal Latih Pertama
Gagasan Kapten Pelaut A.F.H. Rosenow tersebut kemudian disampaikan kepada Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Kolonel R. Soebijakto. KSAL kemudian menindaklanjuti gagasan itu dengan menunjuk Kapten Rosenow bersama Kapten R.M. Oentoro Koesmardjo
langsung oleh Kapten A.F.H. Rosenow. Setelah kapal selesai dibangun, dilakukan serangkaian pelayaran uji coba di sekitar Laut Utara hingga Semenanjung Skandinavia hingga dinyatakan
Kapten Pelaut A.F.H. Rosenow
untuk menjajaki rencana pembelian kapal latih ke Jerman Barat. Kedua perwira tersebut kemudian menemukan kapal yang cocok yaitu sebuah kapal layar tipe Barquentine dengan kondisi belum selesai dibangun di galangan kapal milik Heinrich Christoph Stülcken, yaitu H.C. Stülcken & Sohn, Hamburg. Kapal hasil rancangan Adrian Braun tersebut sesungguhnya telah dibangun sejak tahun 1932 namun terhenti karena meletusnya Perang Dunia Kedua di Eropa (1939 - 1945). Sebelumnya, galangan kapal ini juga telah meluncurkan dua kapal dari tipe yang sama. Karena kapal tipe Barquentine ini diperuntukkan sebagai kapal latih, maka memerlukan beberapa modifikasi sehingga mampu berlayar pada kemiringan 45 derajat. Proses penyempurnaan kapal diawasi
layak berlayar. Kapal kemudian diseberangkan langsung dari Jerman Barat ke Indonesia pada tanggal 24 Januari 1953. Sebagai komandan kapal adalah Kapten Rosenow dan personel pengawaknya direkrut dari ALRI. Hal paling menarik dalam pelayaran perdana tersebut adalah kesertaan para kadet Institut Angkatan Laut (IAL) yang sebelumnya diterbangkan ke Jerman Barat. Selanjutnya kapal layar tiang tinggi ini diserahkan secara resmi kepada ALRI pada tanggal 2 Oktober 1953. Saat upacara serah terima, pihak Jerman Barat diwakili oleh Kapten Otto von Hattendorf dan dari ALRI diwakili Asisten Personel KSAL (Aspers KSAL) Mayor Pelaut Imam Sutopo. Selanjutnya, kapal ini dinamakan RI Dewa Rutji dan termasuk dalam Satuan Kapal Bantu berdasarkan Surat Info Historia Buletin Sejarah TNI AL dan Kemaritiman
13
Keputusan Menteri Pertahanan RI Nomor MP/ H1254 tanggal 11 Januari 1954. Seiring dengan dinamika yang berlangsung, ALRI berubah nama menjadi TNI Angkatan Laut (TNI AL) dan penamaan kapal perang pun turut berubah dari RI menjadi Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) yang berlaku sejak tahun 1971. Perubahan nama juga berlaku pada kapal latih tiang tinggi AAL ini, yaitu menjadi KRI Dewaruci. Salah satu keunikannya, KRI Dewaruci tidak memiliki nomor lambung sebagaimana halnya kapal perang lainnya.
sakti Pancanaka. Meskipun memenangkan pertarungan, namun Bima pingsan dan terapung-apung di tengah lautan. Saat pingsan itulah, roh Bima bertemu dengan Sanghyang Dewaruci. Setelah mendengar alasan Bima yaitu mencari Tirta Amerta, Dewaruci yang berwujud mirip Bima namun bertubuh kecil memerintahkannya untuk masuk ke tubuhnya melalui telinga kirinya. Berkat bantuan Dewaruci, Bima yang bertubuh besar mengecil sehingga bisa masuk ke tubuh sang dewa melalui telinga.
Asal Usul Penamaan Dewaruci
Nama “Dewaruci” atau “Dewa Ruci” yang disandang kapal latih layar tiang tinggi Taruna AAL ini, berasal dari salah satu kisah pewayangan. Dikisahkan tentang pencarian jati diri ksatria kedua Pandawa yaitu Bima. Pandawa sendiri terdiri atas lima bersaudara putra-putra dari Pandu Dewanata, raja Astinapura, yaitu Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa. Dalam perjalanan pencarian jati diri tersebut, Bima bertemu dengan Dewa Ruci. Dari Dewa Ruci, Bima berhasil menemukan kesempurnaan spiritual dan kebijaksanaan yang lebih dari sebelumnya. Bima merupakan salah satu ksatria Pandawa yang disegani karena memiliki postur tubuh tinggi besar, perkasa serta sakti mandraguna, terutama kukunya yang bernama Pancanaka. Sebagaimana ksatria-ksatria Astinapura lainnya (Pandawa dan Kurawa), Bima juga dididik dan dilatih oleh guru besar kerajaan yaitu Pendeta Durna. Sayangnya, para Kurawa yang berambisi menguasai tahta Astinapura berhasil menghasut Pendeta Durna untuk memusuhi Pandawa. Akibatnya, Pendeta Durna selalu mencari muslihat untuk melenyapkan Pandawa, terutama Bima yang ditakuti para Kurawa. Salah satu muslihat Pendeta Durna untuk melenyapkan Bima adalah dengan mengutusnya mencari air kehidupan atau Tirta Amerta, yang konon berada di dasar samudra. Sebagai murid yang berbakti, Bima menuruti perintah gurunya tersebut dan menuju samudra. Di tengah samudra, Bima dihadang seekor naga bernama Kelana Buntung namun dalam pertarungan dahsyat berhasil dibunuhnya dengan menggunakan kuku 14
Info Historia Buletin Sejarah TNI AL dan Kemaritiman
Setelah berada di dalam tubuh Dewaruci, Bima melihat bentangan gambaran alam semesta lengkap dengan seluruh isinya. Itulah dunia yang ada dalam kehidupan manusia yaitu makrokosmos dan mikrokosmos. Sesaat kemudian muncul lintasan cahaya berbentuk busur berwarna merah, hitam, kuning, putih, dan hijau, yang seluruhnya merupakan perlambang nafsu manusia. Penampakan berikutnya yang dilihat Bima adalah sosok boneka gading bernama Mustika serta alam nan indah. Keindahan alam yang dilihat Bima membuatnya enggan meninggalkan tempat itu. Dewaruci tidak menghendaki hal tersebut karena alam yang dilihat Bima adalah alam akhirat. Dewaruci lalu membangkitkan
kembali kesadaran Bima dan mengembalikan ke ukuran manusianya. Wejangan atau nasihat yang diterima Bima dari Dewaruci selama pengembaraan gaibnya ternyata merupakan esensi dari Tirta Amerta. Dengan demikian berarti Bima telah berhasil mendapatkan apa yang dicarinya yaitu Tirta Amerta. Berbagai pengalaman dan nasihat yang diterima Bima dari Dewaruci menambah kesaktian serta kebijaksanaannya sebagai seorang ksatria perkasa. Sehingga di bawah pengawalan Bima, keluarga Pandawa berhasil mencapai kejayaan dan kerajaan Astinapura menjadi negeri yang makmur. Kisah ini mengandung makna yang dapat disamakan dengan kehidupan para Taruna atau Taruni AAL saat ditempa di kampus candradimuka di Morokrembangan. Seperti halnya Bima, para Taruna dan Taruni AAL merupakan ksatriaksatria muda yang harus memiliki ketaatan, keberanian serta ketabahan. Mereka kelak akan memimpin TNI AL, TNI serta negara menuju kejayaan, kedamaian dan kemakmuran.
KRI Dewaruci Sang Legenda Dunia
Pesona yang dimiliki KRI Dewaruci tidak sebatas kiprahnya sebagai kapal layar latih Taruna-Taruni AAL yang kerap melaksanakan pelayaran muhibah Kartika Jala Krida (KJK) ke berbagai negara sahabat, namun juga keunikannya. Sebagai kapal layar tiang tinggi tipe Barquentine, KRI Dewaruci merupakan salah satu kapal yang masih mampu berlayar menjelajah samudra, karena dua kapal sejenis buatan galangan H.C. Stülcken & Sohn lainnya sudah tidak beroperasi lagi. Performanya yang langka dan unik menjadikannya legenda tersendiri dari dunia bahari. Bahkan, galangan kapal pembuatnya pun sudah tidak ada lagi setelah diambil alih oleh Blohm & Voss tahun 1966. Keunikan KRI Dewaruci inilah yang kerap menyedot perhatian luar biasa dari masyarakat setiap kali singgah di negara-negara yang dikunjungi saat pelayaran muhibah. Para pengunjung seolah dibawa kembali ke masa lalu, ke era kejayaan kapal-kapal layar tiang tinggi.
Sejak memperkuat jajaran TNI AL tahun 1953, KRI Dewaruci telah dua kali melaksanakan pelayaran muhibah keliling dunia yaitu tahun 1964 dan 2012. Pada pelayaran KJK 1964 KRI Dewaruci yang dipimpin Letkol Laut (P) Sumantri membawa 78 orang Taruna AAL dan 32 Anak Buah Kapal (ABK) untuk mengarungi tujuh samudra serta lima benua. Pelayaran kedua dilaksanakan 48 tahun kemudian, tepatnya tahun 2012. Pada pelayaran keliling dunia kedua ini, KRI Dewaruci dipimpin oleh Letkol Laut (P) Haris Bima Bayuseto dengan membawa 101 orang Taruna AAL dan 77 ABK. Selain menjadi primadona saat pelayaran muhibah, KRI Dewaruci pun kerap meraih berbagai prestasi bertaraf internasional. Salah satu penghargaan internasional paling bergengsi yang pernah diraih oleh KRI Dewaruci adalah Cutty Shark Thropy saat Tall Ships Race di Australia tahun 1998. Keberhasilan KRI Dewaruci melanglang buana tidak hanya merepresentasikan kejayaan maritim bangsa Indonesia namun juga mengemban fungsi sebagai Goodwill Ambassador dan Duta Pariwisata Indonesia ke luar negeri. Bagi TNI AL, KRI Dewaruci bagaikan “ibu” yang telah melahirkan ribuan pelaut ulung dan tangguh yang berhasil membawa TNI AL sebagai bagian dari angkatan laut berkelas dunia (World Class Navy).
Info Historia Buletin Sejarah TNI AL dan Kemaritiman
15
KOMANDO PENGEMBANGAN DAN PENDIDIKAN TNI AL
(KOBANGDIKAL) Pendirian Komando Pengembangan dan Pendidikan TNI AL (Kobangdikal) berawal dari peresmian SAL Pasiran oleh Presiden Ir. Soekarno pada tanggal 8 Maret 1950. SAL Pasiran membagi dua kategori pengajarannya. Kategori pertama adalah siswa/personel TNI AL yang sudah pernah mengikuti pendidikan kebaharian atau berpengalaman bertugas di bidang navigasi. Kategori kedua, adalah siswa yang belum pernah mengikuti pendidikan kebaharian atau bertugas di bidang navigasi. Pada bulan Agustus 1950 SAL Pasiran dipindahkan ke Morokrembangan. Tanggal 11 Juli 1952 diresmikan Ksatrian Pendidikan Angkatan Laut Morokrembangan (KPALM). Selanjutnya memasuki bulan Februari 1963 KPALM dikembangkan menjadi Pusat Pendidikan Angkatan Laut (Pusdikal). Pada tanggal 7 Maret 1968 Pusdikal berubah menjadi Komando Pendidikan dan Latihan Angkatan Laut (Kodiklatal). Kodiklatal mengalami perubahan seiring dengan perkembangan TNI AL pada tanggal 25 Oktober 1970 yaitu menjadi Komando Pengembangan dan Pendidikan TNI AL (Kobangdikal). Nama Kobangdikal kembali mengalami pergantian pada 17 Agustus 1976 menjadi Komando Pendidikan TNI AL (Kodikal). Kemudian, bertepatan dengan peringatan Hari Pendidikan TNI AL ke-61 tanggal 12 Mei 16
Info Historia Buletin Sejarah TNI AL dan Kemaritiman
2007, nama Kodikal dikembalikan menjadi Kobangdikal. Kobangdikal sebagai Kotama Fungsional memiliki tugas melaksanakan pendidikan formal TNI AL yang meliputi pendidikan pembentukan, spesialisasi, ilmu pengetahuan dan teknologi, peralihan serta pengkajian doktrin operasi laut tingkat taktik. Secara struktural Kobangdikal membawahi delapan Pusat Pendidikan (Pusdik) sesuai dengan kejuruan atau kecabangan yang ada di TNI AL.
Para Perwira siswa dan pengajar Kobangdikal
SEKOLAH STAF DAN KOMANDO TNI AL
(SESKOAL) Perkembangan dinamika lingkungan strategis negara RI dan semakin kompleksnya tantangan tugas yang harus dihadapi TNI AL, menuntut perwira-perwira menengah TNI AL untuk memiliki wawasan global, mampu berpikir komprehensif dan analitis serta holistis sehingga mampu mengambil keputusankeputusan strategis di masa kini dan mendatang. Untuk itulah, TNI AL kemudian mendirikan Sekolah Staf dan Komando TNI AL (Seskoal) pada tanggal 26 November 1962 yang bertempat di Cipulir, Jakarta Selatan. Pada awal pembentukannya, Seskoal merupakan lembaga pendidikan tertinggi di TNI AL yang secara organisatoris berada di bawah Menteri/KSAL dan dipimpin oleh Presiden Seskoal. Dengan demikian, Seskoal memiliki tugas pokok melaksanakan pendidikan pengembangan umum tertinggi di lingkungan TNI AL dan pendalaman materi kejuangan serta pengkajian berbagai masalah pertahanan maritim di tingkat strategi dan operasi.
Pusat (Balakpus) yang berkedudukan langsung di bawah Kasal. Guna meningkatkan kualitas hasil didiknya, Seskoal selaku “center of excellent” secara sinergi juga menjalin kerja sama pendidikan dan penelitian dengan lembaga-lembaga pendidikan umum seperti universitas dan perguruan tinggi terkait kemaritiman di dalam dan luar negeri. Saat ini, kurikulum dan materi pendidikan di Seskoal telah disinergikan dengan materi pascasarjana yang ada di universitas-universitas, sehingga para alumnus Seskoal menyandang gelar Master Sains Terapan (Pertahanan) atau M.S.T (Han). Kemudian guna meningkatkan kerja sama penelitian dan pengkajian di bidang pertahanan maritim, Seskoal juga menerima perwira siswa mancanegara dan dari kesatuan TNI lainnya sehingga diharapkan akan terjalin pola komunikasi, tukar menukar pengalaman dan informasi yang baik serta kesamaan persepsi dari berbagai matra.
Seiring dengan perubahan organisasi Angkatan Bersenjata RI (ABRI) pada tahun 1970, TNI AL juga merestrukturisasi Seskoal pada tanggal 23 Juli 1971. Berdasarkan kebijakan baru tersebut, Seskoal dipimpin oleh Komandan Seskoal dan merupakan Badan Pelaksana Info Historia Buletin Sejarah TNI AL dan Kemaritiman
17
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI ANGKATAN LAUT
(STTAL) Sebagai antisipasi perkembangan teknologi persenjataan dan materiil angkatan laut yang kian modern dan canggih, TNI AL membentuk Institut Ilmiah Angkatan Laut (IIAL) pada tanggal 15 Maret 1966. Awalnya, IIAL merupakan komponen dari Seskoal yang kedudukannya setara dengan Sekolah Komando Umum Angkatan Laut (Sekual).IIAL dipimpin oleh Komandan IIAL. Setelah mendapatkan akreditasi dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, IIAL berubah statusnya menjadi Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL) pada tanggal 14 November 1968.
Program pendidikan STTAL berlangsung selama tujuh semester dengan strata S-1. Kemudian sejalan dengan dinamika organisasi TNI AL, STTAL berkedudukan sebagai Badan Pelaksana Pusat (Balakpus) di dalam struktur Kobangdikal. STTAL bertugas membantu Komandan Kobangdikal dalam penyelenggaraan pendidikan yang dipersyaratkan bagi sekolah tinggi bidang ilmu pengetahuan dan teknologi keangkatanlautan. Program studi yang ada di STTAL terdiri dari Jurusan Teknik Mesin, Teknik Elektro, Teknik Industri, dan HidroOseanografi.
PENINGKATAN KUALITAS SDM TNI AL Sumber daya manusia merupakan unsur pokok dalam berbagai kegiatan dan sistem manajemen di manapun, tak terkecuali di lingkungan TNI AL. Meskipun TNI AL merupakan elemen pertahanan maritim yang bersifat high-technology, namun kualitas dan profesionalitas prajurit matra laut sebagai personel pengawak alutsista (a man behind the guns) tetap menjadi faktor penentu utama. Mewujudkan TNI AL sebagai kekuatan pertahanan matra laut yang andal dan disegani serta berkelas dunia (world class navy) harus diimbangi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Untuk itulah, TNI AL secara simultan mengirim personel-personel pilihan untuk mengikuti pendidikan reguler di berbagai universitas terkemuka di dalam dan luar negeri baik jenjang S-1 maupun Magister (S-2) dan Doktoral (S-3). Berdasarkan hasil rekapitulasi Dinas Pendidikan Angkatan Laut (Disdikal) tahun 2014, personel TNI AL dari berbagai strata mulai dari Tamtama sampai Perwira Tinggi yang menyandang gelar S-1 3.691 orang, S-2 808 orang, dan S-3 37 18
Info Historia Buletin Sejarah TNI AL dan Kemaritiman
orang. Jumlah alumnus TNI AL yang mengikuti jenjang pendidikan reguler tersebut dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan yang signifikan. Peningkatan kualitas, kinerja dan intelektualitas personel TNI AL merupakan fungsi asasi dan tugas pokok dari lembagalembaga pendidikan TNI AL. Join the navy to see the world, Join with the world class navy
PENDIDIKAN KOWAL PADA MASA AWAL Latar belakang Lahirnya Korps wanita Angkatan Laut (Kowal) tidak terlepas dari keinginan para pemimpin TNI AL untuk meneruskan perjuangan dan kepemimpinan para pahlawan wanita Indonesia yang telah mengharumkan bangsa. Bangsa Indonesia memiliki banyak pahlawan wanita yang menorehkan tinta emas dalam melawan penjajah seperti Laksamana Malahayati dan Cut Nya Din dari Aceh, Nyi Ageng Serang yang turut mengatur strategi dalam perang Diponegoro, Martina Cristina Tiahahu dari Maluku yang bertempur melawan Belanda serta R.A. Kartini berjuang mengangkat derajat kaum perempuan dari keterbelakangan. Info Historia Buletin Sejarah TNI AL dan Kemaritiman
19
Pada masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan, peranan wanita sangat besar bersama-sama dengan kaum pria dalam berbagai medan pertempuran. Terbentuk kesatuan-kesatuan atau laskar perjuangan seperti Laskar Wanita Indonesia (Laswi), Laskar Putri Indonesia (LPI) dan Wanita Pembantu Perjuangan (WPP) dan Laskar Muslimat dan Sabil Muslimat. Semua laskar dan badan perjuangan tersebut secara sukarela bergabung bersama elemen kekuatan bangsa lainnya dalam mempertahankan kemerdekaan. Kaum perempuan memiliki peran yang cukup besar dalam perlawanan melawan penjajah dala tugas-tugas spionase, penyamaran, pencurian senjata, penyiapan logistik di garis belakang dan bantuan kesehatan terhadap korban perang. Staf Divisi TKR Laut Jawa Timur bahkan sejak awal perjuangan tahun 1945 telah memiliki seorang anggoa wanita yaitu Letnan Kolonel (W) Borneue Tuegeh. Ia juga tergabung dalam tim ekspedisi lintas laut ke Sulawesi untuk mengobarkan semangat kemerdekaan di pulau Sulawesi. Semenjak itu memang belum ada regenerasi anggota wanita di Angkatan Laut sampai 1960. Pada tahun 1960-an, para pemimpin Angkatan Laut memandang pentingnya peran kaum wanita di Angkatan Laut. Gagasan pembentukan anggota wanita Angkatan Laut tersebut dipelopori oleh Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Madya R.E. Martadinata yang mencanangkan program Angkatan Laut yang jaya, yaitu Angkatan Laut yang andal dalam berbagai operasi tempur, memiliki peralatan material yang canggih, personel 20
Info Historia Buletin Sejarah TNI AL dan Kemaritiman
yang profesional dan sistem organisasi yang baik. Dalam upaya untuk mengembangkan sistem organisasi, Komodor Yos Sudarso mengajukan pertimbangan kepada pimpinan perlunya ditinjau kembali struktur dan kwalifikasi anggota militer sesuai Lyne System dan Korps Laut. Termasuk dalam pengajuan pertimbangan itu juga ada gagasan untuk membentuk Nurse Corps (Kowal). Rencana pembentukan Nurse Corps ini disambut positif oleh para tokoh wanita dan senior Angkatan Laut. Pertimbangan lainnya, Angkatan Laut Amerika Serikat juga telah membentuk Women Accepted For Volenteer Emergency Service (WAVES) dan Women’s Army Corps (WAC) untuk US Army. Demikian pula untuk organisasi wanita di tanah air yang bersifat militer juga merintis wadah organisasinya seperti polisi yang telah membentuk Polisi Wanita (Polwan) sedangkan Angkatan Darat saat itu sedang merancang dibentuknya Kowad (Korps Wanita Angkatan Darat).
Pembentukan Kowal
Sesuai dengan saran dan pertimbangan tersebut Menteri/Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Muda Laut R.E. Martadinata mengeluarkan surat keputusan Nomor 5401.24 tanggal 26 Juni 1962 tentang Pembentukan Korps Wanita Angkatan Laut (Kowal). Tujuan pembentukan organisasi Kowal adalah untuk memberikan hak, kewajiban dan kehormatan kepada wanita Indonesia untuk mengabdikan diri ke dalam bidang kemiliteran dan untuk mengisi jabatan tertentu di dalam Angkatan Laut dengan tenaga wanita dalam rangka efesiensi organisasi. Pembentukan Kowal merupakan implementasi
150 cm. Bersamaan dengan proses penerimaan anggota Kowal tersebut, juga disiapkan seragam untuk personel Kowal dan segala atributnya. Bahkan untuk memastikan seragam untuk Kowal, diadakan peragaan busana Kowal yang disaksikan oleh para pejabat.
dari semangat para pejuang wanita pada masa lalu yang telah mewarnai sejarah bangsa Indonesia. Peran kaum wanita dituntut lebih besar dalam mengisi pembangunan bangsa dan negara dengan bentuk pengabdian sesuai dengan tuntutan zaman. Tetapi yang lebih penting dari itu adalah pewarisan semangat emansipasi kaum wanita sesuai perjuangan R.A. Kartini yang digelorakan pada awal abad ke-20. Kesetaraan dan kesejajaran kaum wanita dengan kaum pria merupakan semangat yang terus diperjuangkan sampai dengan saat ini.
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
NAMA dr. Pinarti dr. Christina Logiani Semiartin dr. Siti Dahlia Syamsiar, SH Suryati Rasdan, SH An Go Lian Lie, SH Dra. Ide Rope D. Tampubolon Elly Hanifah, SH Dra. Lousie Elisabeth Coldenhoff Dra. Wayan Widja Sri Wiyati, SH Dra. Suprapti
PANGKAT/NRP Kapten 2039/P Kapten 2045/P Kapten 2049/P Letnan 2040/P Letnan 2041/P Letnan 2042/P Letnan 2043/P Letnan 2044/P Letnan 2046/P Letnan 2047/P Letnan 2048/P Letnan 2050/P
KET UGM UI UGM UGM UGM UI UGM UGM Unpad Unpad UGM UGM
Pendidikan Pertama Kowal
Panitia penerimaan anggota Kowal di bagian penyediaan personel setelah menetapkan 12 orang yang lulus seleksi segera menyiapkan tahap pendidikan keprajuritan untuk Setelah organisasi Kowal dibentuk, Markas digembleng menjadi prajurit Kowal yang Besar Angkatan Laut segera mempersiapkan profesional. Sebagaimana biasanya, pendidikan perekrutan personel dengan prioritas pada kemiliteran ditujukan untuk mengubah penerimaan dari sarjana. Diantara syaratmental seorang sipil menjadi seorang yang syarat penerimaan anggota Kowal pada tahap berkepribadian militer. Pendidikan Dasar pertama antara lain: wanita warga negara kemiliteran kowal adalah penyediaan tenaga Indonesia, umur antara 20 tahun sampai militer wanita Angkatan Laut yang memiliki dengan 35 tahun, memiliki ijazah kesarjanaan, kemahiran dan keahlian untuk tugas-tugas berbadan sehat, belum kawin, dan tinggi tertentu pada tempat yang sesuai dengan badan minimal 150 cm. Bersamaan dengan kodrat dan sifat kewanitaannya, sehingga proses penerimaan anggota Kowal tersebut, tercapai efektifitas dan efesiensi kerja yang juga disiapkan seragam untuk personel lebih baik. Kurikulum pendidikan Kowal berisi Pendidikan Pertama Kowal Kowal dan segala atributnya. Bahkan untuk pelajaran keprajuritan yang disesuaikan untuk memastikan seragam untuk Kowal, diadakan Panitia penerimaan anggota Kowal wanita, di bagian sifat-sifat penyediaan personel kebutuhan militer militer setelah menetapkan 12 orang yang lulus seleksi segera menyiapkan tahap pendidikan peragaan busana Kowal yang disaksikan oleh wanita yang khas, serta sikap disiplin dalam keprajuritan untuk digembleng menjadi prajurit Kowal yang profesional. para pejabat. tugas-tugasnya. Sebagaimanamenjalankan biasanya, pendidikan kemiliteran ditujukan untuk mengubah mental seorang sipil menjadi seorang yang berkepribadian militer. Pendidikan Dasar kemiliteran kowal adalah penyediaan tenaga militer wanita Angkatan Laut yang Jumlah peminat cukup banyak, tetapi Pendidikan dasar kemiliteran wanita memiliki kemahiran dan keahlian untuk tugas-tugas tertentu pada yang tempat yang sesuai dengan kodrat dan sifat kewanitaannya, sehingga tercapai efektifitas dan Angkatan Laut untuk angkatan pertama pertama sesuai dengan telegram Men/KSAL efesiensi kerja yang lebih baik. Kurikulum pendidikan Kowal berisi pelajaran ini hanya menerima sebanyak 12 personel Tw. disesuaikan 260.225/Nop.1962 danmiliter telegram Men/ militer keprajuritan yang untuk kebutuhan wanita, sifat-sifat Kowal. Berbagai macam tes dan pemeriksaan wanita yang khas, dalam menjalankan KSALserta sikap Tw. disiplin 211105/Des 1962.tugas-tugasnya. Pendidikan dilakukan untuk mendapatkan personel yang dimulai tanggal 7 Desember 1963. Pendidikan Pendidikan dasar kemiliteran wanita yang pertama sesuai dengan telegram sesuai dengan kriteria yang diharapkan. dilaksanakan selama 12 minggu atau 3 bulan 1962. Men/KSAL Tw. 260.225/Nop.1962 dan telegram Men/KSAL Tw. 211105/Des Pendidikan dimulai tanggal 7 Desember 1963. Pendidikan dilaksanakan selama 12 Angkatan pertama anggota Kowal ini langsung dengan rincian pelajaran seperti pada tabel minggu atau 3 bulan dengan rincian pelajaran seperti pada tabel berikut: dilantik oleh Men/KSAL Laksamana Muda R.E. berikut: Martadinata di Markas Besar Angkatan Laut NO MATA PELAJARAN JUMLAH (MBAL) Jl. Gunung Sahari No. 67 Jakarta pada 1 Dasar Kemiliteran 240 jampel tanggal 5 Januari 1963 sesuai dengan Surat 2 Orientasi Umum Angkatan Laut 96 jampel 3 Peninjauan (study tour) 144 jampel Keputusan Men/KSAL No. 13o1.1 tanggal 4 4 Waktu persediaan 96 jampel Januari 1963. Keduabelas anggota Kowal Jumlah 576 jampel tersebut berhak menyandang pangkat kapten (untuk dokter) dan letnan (untuk sarjana) terhitung sejak 1 Desember 1962 seperti Tempat pendidikan di Laut Kesatrian Angkatan Laut Suplai Tempat pendidikan di Kesatrian Angkatan Malang (KALM) dan Sekolah Angkatan Laut (SSAL) Surabaya dengan Komandan Pendidikan Perwira tertera pada tabel berikut : Malang (KALM) dan Sekolah Suplai Angkatan Kowal Angkatan I, Mayor Suplai R. Ahadi Mangunkarta. Perwira Pembimbing Siswa Letnan Laut Matram. (SSAL) Selesai Surabaya dengan Muda Laut Sunaki mengikuti pendidikanKomandan keprajuritan Kowal dilanjutkan untuk mengikuti pendidikan ke negeri Sam agarI,memiliki Pendidikan Perwira Kowal Paman Angkatan
wawasan dan pengetahuan yang lebih luas terutama belajar tentang organisasi dan kegiatan Waves di Maryland, Amerika Serikat. Anggota Kowal dikirim dalam dua gelombang yaitu gelombang pertama untuk belajar staf dan gelombang kedua belajar bahasa Inggris. Sebelum berangkat ke Amerika Serikat, anggota Kowal dikirimkan ke Irian Barat dalam mengikuti upacara penyerahan Irian Barat dari Info Historia Buletin Sejarah TNI AL dan Kemaritiman 21 Belanda kepada Indonesia. Anggota Kowal ditugaskan sebagai pasukan penaikan bendera Sang Merah Putih serta tugas lainnya. Ini merupakan ujian pertama
Mayor Suplai R. Ahadi Mangunkarta. Perwira Pembimbing Siswa Letnan Muda Laut Sunaki Matram. Selesai mengikuti pendidikan keprajuritan Kowal dilanjutkan untuk mengikuti pendidikan ke negeri Paman Sam agar memiliki wawasan dan pengetahuan yang lebih luas terutama belajar tentang organisasi dan kegiatan Waves di Maryland, Amerika Serikat. Anggota Kowal dikirim dalam dua gelombang yaitu gelombang pertama untuk belajar staf dan gelombang kedua belajar bahasa Inggris. Sebelum berangkat ke Amerika Serikat, anggota Kowal dikirimkan ke Irian Barat dalam mengikuti upacara penyerahan Irian Barat dari Belanda kepada Indonesia. Anggota Kowal ditugaskan sebagai pasukan penaikan bendera Sang Merah Putih serta tugas lainnya. Ini merupakan ujian pertama sekaligus kebanggaan Kowal dalam pengabdian kepada bangsa dan negara. Tugas Pokok Kowal adalah: Kowal bersama dengan satuan-satuan lain dalam lingkungan Angkatan Laut ikut serta dalam pertahanan negara dengan mempergunakan keahlian dan kemahiran para anggotanya untuk tugastugas tertentu yang sesuai dengan kodrat dan sifat-sifat kewanitaannya, sehingga tercapai efesiensi kerja sebesar-besarnya dalam organisasi Angkatan Laut.
Fungsi Utama Kowal:
1. Mengabdikan diri kepada Angkatan Laut untuk tugas-tugas tertentu yang lebih cocok dan efesiensi dilakukan oleh tenaga-tenaga wanita. 2. Memelihara dan menjalin hubungan dengan masyarakat terutama organisasiorganisasi wanita lainnya agar terpelihara sifat-sifat kewanitaanya dalam kesibukan dan ketekunan mereka dalam kehidupan militer. Kowal adalah korps tunggal yang terdiri dari bermacam-macam latarbelakang personel kesarjanaan, keahlian dan kejuruan tetapi mereka tetap menggunakan satu identitas. Berdasarkan Surat Keputusan Men/KSAL Nomor 5030.4 tanggal 12 Maret 1964 tentang pemakaian badge pada bahu bagi setiap anggota Kowal dan Surat Keputusan Men/KSAL Nomor 5030.5 tanggal 16 Juni 1964 tentang 22
Info Historia Buletin Sejarah TNI AL dan Kemaritiman
tanda Korps Wanita Angkatan Laut. Gambar Badge Arti : 1. Lingkaran luar berbentuk pintalan tali yang melambangkan tali ikatan dari Kowal. 2. Lingkaran dalam yang berbentuk rangkaian rantai yang berarti semangat 45. 3. Perisai dengan lima sudut dan jangkar bersilang bermakna bahwa Kowal sebagai warga Angkatan Laut yang berlandaskan Pancasila. 4. Delapan penjuru mata angin di dalam lingkaran rantai yang berarti Kowal memberi kesempatan kepada setiap warga negara Indonesia dari seluruh pelosok tanah air untuk mendarmabaktikan dirinya di Angkatan Laut. Tanda Korps Kowal Delapan penjuru mata angin di dalam lingkaran bermakna Kowal yang anggotanya dari berbagai keahlian diberi tugas dan pekerjaan di Angkatan Laut sesuai dengan sifat kewanitaannya. Kurang lebih duapuluh tahun kemudian korps Kowal dilikuidasi melalui Surat Keputusan Kasal nomor Skep/1707/VII/1983 tanggal 16 Juli 1983 tentang penggantian nama korps untuk perwira dan badge untuk bintara, sehingga Korps Kowal terintegrasi dengan korp lainnya tetapi penyebutan Kowal tetap berlaku bukan sebagai kecabangan/kejuruan melainkan sebagai pengelompokan prajurit wanita yang terdiri dari berbagai kecabangan perwira dan bintara.
Perwira muda Kowal yang di kirim ke Maryland USA
Info Historia Buletin Sejarah TNI AL dan Kemaritiman
23
10 TENTARA WANITA TERBAIK DI DUNIA Dalam perjalanan sejarah ketentaraan kaum hawa telah melahirkan banyak tokoh wanita yang sangat dikagumi kawan maupun lawan. Kaum wanita tidak hanya melahirkan dan bekerja di dapur.Dari sejarah dapat dipelajari banyak wanita berperan dalam pertempuran dengan prestasi yang membanggakan.Berikut ini dicuplik 10 wanita terhebat di dunia yang telah mengukir sejarah peradaban manusia.
1. Joan of Arc
Boleh dikatakan bahwa Joan of Arc adalah simbol ksatria prancis, dialah prajurit wanita yang namanya menyeruak di dunia kemiliteran dunia. Ia adalah wanita yang ikut bertempur langsung dengan Pasukan Inggris dalam rangka mendapatkan kembali tanah Perancis. Ia banyak memenangi pertempuran bersama pasukan Prancis sebelum akhirnya ia tertangkap dan dihukum mati pada bulan Juni 1456. Namun ia tetaplah dianggap sebagai wanita suci sekaligus pahlawan wanita paling berpengaruh di negara Perancis.
2. Jamila
Jamila yang mempunyai nama lengkap Djamila Bouhired ini adalah seorang pejuang wanita nasional Aljazair. Bersama mahasiswa-mahasiswa Aljazair lainya, ia tergabung dalam Front Pembebasan Nasional Aljazair. Perjuanganya melawan pendudukan Prancis di Aljazair tak hanya melalui jalur diplomasi, ia juga aktif dalam jalur baku tembak dengan pasukan Perancis.
24
Info Historia Buletin Sejarah TNI AL dan Kemaritiman
3. Margaret Corbin
Margaret Corbin adalah wanita yang ikut bertempur langsung di Perang Revolusi Amerika. Pada awalnya ia adalah seorang wanita biasa, tetapi pernikahanya dengan John Corbin pada tahun 1772 yang seorang pejuang membuatnya harus ikut bertempur. Mereka berdua berjuang bersama ratusan orang berjuang melawan pasukan Inggris, terutama di Fort Washington di Manhattan.
4. Cordelia E. Cook
Cordelia E. Cook menjabat sebagai Korps Perawat Angkatan Darat selama Perang Dunia II dan berdiri sebagai wanita pertama yang menerima dua penghargaan atas tindakannya selama perang: Bintang Perunggu dan Purple Heart. Cook ditempatkan di Italia dan berhasil melakukan tugasnya sebagai perawat selama waktu pertempuran sulit dan kawanan tentara yang terluka dan sekarat. Ia berada di dalam pertempuran langsung ketika bertugas merawat para korban yang terluka.
5. Elsie S. Ott
Ia adalah prajurit Amerika yang bertugas sebagai perawat penerbang. Walaupun ia tak pernah mendapatkan pendidikan formal dalam dunia medis penerbangan, tapi nyatanya ia berhasil merawat banyak pasukan penerbang Amerika Serikat. Ia juga mendapatkan medali medis penerbangan Amerika Serikat karena peran aktifnya dalam perang dunia kedua.
6. Oveta Culp Hobby
Hobby adalah wanita pertama di dalam kesatuan angkatan darat yang mendapatkan US Army Distinguished Service Medal, yaitu medali kehormatan yang hanya diberikan kepada prajuritprajurit Amerika Serikat terbaik. Pada awalnya ia hanya bertugas di bagian editor, tetapi karena kegemilanganya, ia kemudian berhasil menduduki posisi penting di kemiliteran Amerika Serikat, dan segera setelah ia mendapatkan medali kehormatannya di tahun 1945, ia kemudian naik pangkat menjadi kolonel.
7. Loretta Walsh
Loretta adalah wanita pertama yang terdaftar dalam kesatuan Angkatan Laut Amerika Serikat di perang dunia ke-1. Wanita kelahiran 22 April 1896 ini adalah salah satu ahli strategi pertempuran laut yang ikut andil dalam pertempuran melawan Jerman di front Pasifik, kegemilanganya dalam menerapkan strategi perang laut membuat Jerman harus kehilangan 5 kapal tempurnya.
8. Opha M. Johnson
Mungkin Johnson wanita pertama di dalam kesatuan Korps Marinir Angkatan Laut Amerika Serikat yang ikut berperang langsung dengan tentara Jepang. Pada saat wanita lainya hanya mendapatkan tugas sebagai juru masak dan juru cuci marinir, ia justru mendapatkan tugas sebagai pengatur serangan laut di Korps Marinir Amerika Serikat di Perang dunia ke-2.
9. Cut Nyak Dhien
Wanita Aceh yang lahir pada tahun 1848 ini adalah salah satu prajurit wanita terbaik yang pernah dimiliki oleh Aceh dan Negara Indonesia. Ia bersama suaminya, Teuku Umar berjuang bersama rakyat Aceh lainya untuk mengusir kependudukan Belanda dari tanah Aceh. Ia selalu gigih dalam mengumandangkan kata kebebasan bagi rakyat Aceh. Bahkan di usia tuanya, ia tetap berjuang melawan Belanda walaupun hanya dengan kobaran semangatnya.
10. Mary E. Walker
Mary Walker adalah wanita pertama dan satu-satunya di seluruh kekuatan militer yang pernah menerima Medali Kehormatan Kongres atas tindakan dan tugas selama Perang Saudara. Meskipun ia tidak memulai di militer, Walker dikenal untuk mendorong hakhak perempuan serta reformasi berpakaian. Sebelum Perang Saudara pecah, Walker adalah satu-satunya perempuan di kelasnya lulus dengan gelar medis dari Syracuse Medical College. Segera setelah mendapatkan gelar, perang pecah dan Walker sukarela untuk bergabung dengan Angkatan Darat sebagai petugas medis. Sumber : blog-info-unik.blogspot.com › Prestasi
Info Historia Buletin Sejarah TNI AL dan Kemaritiman
25
Pasukan khusus merupakan unit militer yang dilatih untuk melakukan misi tidak biasa. Di dunia, pasukan tersebut sudah mulai dikenal sejak awal abad ke-20 dan bertumbuh cepat selama Perang Dunia II. Pasukan ini terdiri dari kelompok kecil yang sangat terlatih, dipersenjatai dengan senjata khusus, bekerja secara mandiri, siluman, dan memiliki 26
Info Historia Buletin Sejarah TNI AL dan Kemaritiman
kecepatan tinggi. Kriteria pasukan khusus bisa berbeda pada setiap negara, namun sifat tugasnya hampir memiliki kesamaan. Tidak mudah untuk menjadi bagian dari pasukan khusus, selain direkrut dari para prajurit terbaik juga harus melawati pendidikan khusus yang berat dan tidak biasa. TNI AL mulai merintis keberadaan organisasi pasukan
khusus tahun 1982 untuk memenuhi tuntutan kebutuhan akan adanya pasukan khusus guna menanggulangi segala bentuk ancaman aspek laut seperti terorisme, sabotase, dan ancaman lainnya yang tidak biasa. Pada edisi Info Historia edisi ini, redaksi mencoba menampilkan pola pendidikan yang dilaksanakan Pasukan Khusus TNI AL seperti Detasemen Jala Mangkara (Denjaka), Intai Amfibi (Taifib) Korps Marinir, dan Komando Pasukan Katak (Kopaska).
POLA PENDIDIKAN
DENJAKA Detasemen Jala Mangkara (disingkat Denjaka) yang dibentuk tahun 1984 adalah sebuah detasemen pasukan khusus TNI Angkatan Laut yang di dalamnya merupaan satuan gabungan personel Kopaska dan Taifib. Denjaka memiliki tugas pokok membina kemampuan antiteror dan antisabotase di laut dan di daerah pantai serta kemampuan klandestin aspek laut. Dalam menjalankan aksinya, satuan khusus ini dapat digerakkan menuju sasaran baik lewat permukaan/bawah laut maupun lewat udara.
tim tempur. Sebagai unsur pelaksana, prajurit Denjaka dituntut memiliki kesiapan operasional mobilitas kecepatan, kerahasiaan dan pendadakan yang tertinggi serta medan operasi yang berupa kapal-kapal, instalasi lepas pantai dan daerah pantai. Pola rekrutmen Denjaka dimulai sejak pendidikan para dan komando. Selangkah sebelum masuk Denjaka, prajurit terpilih sudah harus berkualifikasi Intai Amfibi. Anggota Denjaka dididik di Bumi Marinir Cilandak dan harus menyelesaikan suatu pendidikan yang disebut PTAL (Penanggulangan Teror Aspek Laut) dengan lama pendidikan 6 bulan. Tahap awal, setiap prajurit Denjaka dibekali kursus penanggulangan antiteror aspek
Denjaka terdiri dari satu markas detasemen, satu tim markas, satu tim teknik dan tiga Info Historia Buletin Sejarah TNI AL dan Kemaritiman
27
POLA PENDIDIKAN
TAIFIB
laut yang bermaterikan: Intelijen, taktik dan teknik anti-teror, anti-sabotase, dasardasar spesialisasi, komando kelautan dan para lanjutan. Kursus ini dilaksanakan setiap kurang lebih 5,5 bulan bertempat di Jakarta dan sekitarnya. Tahap berikutnya, dilanjutkan dengan materi pemeliharaan kecakapan dan peningkatan kemampuan kemahiran kualifikasi Taifib dan Paska, pemeliharaan dan peningkatan kemampuan menembak, lari dan berenang, peningkatan kemampuan bela diri, penguasaan taktis dan teknik penetrasi rahasia, darat, laut dan udara, penguasaan taktik dan teknik untuk merebut dan menguasai instalasi di laut, kapal, pelabuhan/pangkalan dan personel yang disandera di objek vital di laut, penguasaan taktik dan teknik operasi klandestin aspek laut, pengetahuan tentang terorisme dan sabotase, penjinakan bahan peledak, dan peningkatan kemampuan survival, pelolosan diri, pengendapan, dan ketahanan interogasi.
28
Info Historia Buletin Sejarah TNI AL dan Kemaritiman
Metode pelatihan calon prajurit Taifib dibagi dalam beberapa tahap yang mencakup medan darat, laut, udara dan bawah air. Dalam setiap tahap, calon akan terseleksi secara alamiah karena materi yang dihadapkan semakin hari semakin berat dan menuntut para siswa benar-benar menguasai ilmu yang diberikan pada tahap sebelumnya. Pasalnya tahap-tahap dalam pendidikan sebenarnya adalah satu rangkaian operasi yang benarbenar dilakukan prajurit Intai Amfibi dalam melaksanakan tugas pertempuran atau operasi lain nantinya. Pendidikan Taifib dilaksanakan selama hampir 9 bulan bertempat (Base Camp) di Pusdiksus Kodikmar kemudian dilanjutkan di Puslatpur Marinir Karang Tekok Situbondo, Jawa Timur. Korps Marinir tercatat mempuyai Puslatpur (Pusat Latihan Pertempuran) di Grati Pasuruan, Karang Tekok Situbondo, Purboyo di Bantur Malang, Asem Bagus Situbondo, Banongan Situbondo, Jampang Tengah Sukabumi, Baluran Banyuwangi, dan Selogiri Banyuwangi. Karena disesuaikan dengan materi pendidikan yang diajarkan, Taifib juga mengikut sertakan pelatih dari setiap Batalyon Taifib, Perwira Batalyon Taifib termasuk Komandan Batalyon, dan Prajurit Senior Taifib untuk melatih para siswa Dik Brevet Taifibmar ini.
Medan latihan aspek laut meliputi selam kedalaman, selam tempur, infiltrasi bawah air, demolisi bawah air, sabotase bawah air, selam SAR, renang jarak sedang sampai dengan jarak jauh dan pengintaian hidrografi menggunakan daerah latihan pantai Pasir Putih, pantai Gatel dan pantai Banongan. Adapun untuk materi menembus gelombang menggunakan daerah latihan pantai selatan yang tinggi gelombangnya mencapai rata-rata sampai
dengan sepuluh meter yaitu pantai Lampon, pantai Rajeg Wesi dan sekitarnya. Kemampuan berenang di laut dengan jarak jauh yang merupakan persyaratan siswa Taifib adalah menyeberangi teluk Poncomoyo sejauh ± 12 km/7 mil. Di sini para siswa Taifib dihadapkan pada kondisi laut yang mempunyai arus kuat dan gelombang yang tinggi serta jarak yang jauh dengan batas waktu yang ditentukan.
POLA PENDIDIKAN
KOPASKA Pendidikan Komando Pasukan Katak (Kopaska) diawali dengan indoktrinasi dan gemblengan fisik yang luar biasa untuk mencapai keahlian khusus menyelam dan pertempuran bawah air. Fase latihan pertama selama 1,5 bulan diakhiri dengan “Minggu Neraka” (Hell Week) yang sangat menguras pikiran dan tenaga karena para siswa baik Perwira, Bintara dan Tamtama digojlok tanpa pandang pangkat/ kasta sesuai standar pasukan khusus. Mereka selalu dikejutkan dengan kegiatan tiba-tiba dan tak terduga, seperti renang laut di gelapnya malam, senam perahu Info Historia Buletin Sejarah TNI AL dan Kemaritiman
29
karet, dan dayung. Para siswa kadang hanya tidur sebentar lantas 10 menit kemudian sudah disuruh melakukan halang rintang, push up dan pull up atau digebuki oleh para instruktur dan pelatih untuk melatih mental serta ujian lisan tentang teori yang telah diberikan. Itu hanya untuk membuktikan bahwa seseorang bisa berpikir 10 kali lipat dalam keadaan terdesak, dan dalam tekanan fisik dan mental. Tantangannya adalah bagaimana caranya bisa berpikir seperti itu secara sadar dan tidak gegabah, karena itulah hakikat sebuah pasukan khusus yang bisa menyelesaikan misinya dengan cepat, tuntas dan rapi. Fase selanjutnya adalah pembinaan kelas selama 2,5 bulan plus sebulan praktek. Teori yang didapat antara lain adalah: pengintaian pantai, demolisi dan sabotase. Daerah latihan pendidikan Kopaska pada fase ini adalah seputar pantai wilayah Gresik atau pantai di daerah Puslatpur Marinir Karang Tekok Situbondo.Tapi meskipun pembinaan kelas, para siswa tetap diwajibkan lari dan berenang baik dalam kolam maupun laut. Tahap berikutnya adalah materi
30
Info Historia Buletin Sejarah TNI AL dan Kemaritiman
pendidikan komando. Pada tahap inilah para calon pasukan katak dihadapkan pada materi perang darat dan unconventional warfare pada beberapa sub materi yaitu: Perang Hutan, Perang Jarak Dekat, Navigasi, Sea and Jungle Survival, baca peta, pengenalan berbagai senjata api, daki serbu, mounteenering, Combat SAR dan intelijen tempur serta beladiri tangan kosong. Pasukan Katak dalam setiap aksinya kadang beregu, namun mereka juga terlatih secara individual untuk sabotase dan penyusupan yang memang tidak bisa dilaksanakan dalam team. Menilik sejarah pendirian pasukan katak di masa orde lama, di mana rekruitmen Pasukan Katak (frogmen) dari RPKAD yang akan digunakan sebagai “torpedo hidup” untuk menghancurkan kapal perang Belanda, maka pelatih dari Kopassus turut serta mengawasi di tahap ini untuk menjaga kualitas pendidikan komando ini. Materi komando penddidkan Kopaska dijalani selama 4 bulan dengan pemadatan dan penyesuaian materi sesuai keperluan dikpaska. Dalam fase ini terdapat
materi pelolosan dan Kamp tawanan (SERE) yang benar-benar menempa mental calon manusia katak ini, karena sangat keras brutal dan tak kenal ampun. Apabila tak punya mental baja, siksaan fisik bertubi-tubi dari pelatih yang berperan sebagai musuh apabila siswa tertangkap. Lulus dari tahap komando, selanjutnya siswa Kopaska dikirim ke sekolah para untuk mempelajari dasar terjun payung militer. Pendidikan ini bisa ditempuh di Sekolah Para Korps Marinir Gunung Sari Surabaya atau bisa juga ditempuh di Sekolah Para Pusdik Kopassus Batu Jajar Bandung atau Sekolah Para TNI AU di WING III Diklat Paskhas AU Lanud Sulaiman Bandung. Dalam latihan ini para calon dilatih selama 3 minggu yang meliputi : (1) Ground Training (mengenal parasut, melipat dan memperbaiki, cara pendaratan yang benar dan latihan loncat dari menara 34 kaki), (2) Latihan loncat dari menara 250 kaki, dan (3) Satu minggu praktek dengan melaksanakan 3 kali terjun tanpa perlengkapan, 1 kali terjun siang dengan perlengkapan tempur dan 1 kali terjun malam lengkap dengan perangkat tempur. Pasukan Katak juga mendapat keahlian terjun laut dengan perlengkapan khusus baik dari pesawat dan heli yang dinamai water jump. Tahap berikutnya adalah sabotase, kontra sabotase dan intelijen tempur.Materi yang menekankan pada konsep “blue jins soldier” ini dilakukan selama 2 bulan sebagai lanjutan materi serupa yang telah mereka terima pada tahap Komando. Mereka harus
bisa mendata, mencari tahu berapa komposisi jumlah musuh, kapan saat lengah, demografi, menggalang simpatisan, dan waktu yang tepat untuk operasi raid, dan yang pasti tanpa diketahui musuh. Tahap terakhir dari pendidikan Kopaska adalah pendidikan penghancuran bawah air Underwater Demolition Team (UDT). Inilah keahlian khusus serta ciri khas pasukan katak di seluruh dunia. Teknik menjinakkan ranjau, patroli pantai, renang rintis, penyelaman laut dalam, selam dengan Scuba Close Circuit, sabotase kapal musuh dengan torpedo berjiwa, dan raid dalam laut dipelajari di sini. Karena pendidikan ini adalah bagian akhir dari pendidikan madya brevet paska, pelatih mengadakan latihan berganda yang mencakup keseluruhan materi yang pernah diberikan. Akhir dari pendidikan Kopaska yang hampir 1 tahun itu ditandai dengan digelarnya operasi amfibi khusus, demo UDT, Infiltrasi, raid amfibi dan keahlian lain yang dimiliki pasukan katak TNI AL ini didepan para petinggi TNIAL. Pasukan Katak “muda” ini berhak atas baret biru Kopaska, Brevet Manusia Katak, Brevet Para Dasar, brevet menembak TNI AL, Brevet Selam TNI AL, Brevet renang selat dan brevet lainnya yang berhak mereka kenakan. Sebagai awal, mereka akan ditempatkan di detasemen latih yang ada di Armabar dan Armatim selama setahun. Untuk selanjutnya bisa menempuh pendidikan spesialisasi (master/tingkat madya) di bidang masingmasing minimal setelah 2 – 3 tahun bertugas di Kopaska.
Info Historia Buletin Sejarah TNI AL dan Kemaritiman
31
32
Info Historia Buletin Sejarah TNI AL dan Kemaritiman