PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA KELAS XI IPA 1 DI SMA MUHAMMADIYAH 1 MALANG
Vindri Catur Putri Wulandari, Masjhudi, Balqis Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Email:
[email protected] ABSTRAK: Pembelajaran Biologi di SMA Muhammadiyah 1 Malang masih banyak dilaksanakan secara teoritis saja melalui ceramah tanpa disertai praktikum. Akibatnya keterampilan proses sains siswa kurang terlatih sehingga konsep yang diperoleh siswa rendah. Upaya untuk mengatasi masalah pembelajaran di SMA Muhammadiyah 1 Malang adalah dengan metode praktikum. Metode pembelajaran ini melatih keterampilan kognitif, psikomotorik, dan afektif. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep siswa kelas XI IPA 1 SMA Muhammadiyah 1 melalui penerapan pembelajaran yang berbasis praktikum. Data yang diambil dari penelitian ini adalah (1) data keterlaksanaan pembelajaran berbasis praktikum, (2) data keterampilan proses sains (KPS) siswa yang dinilai melalui lembar observasi KPS, dan (3) data penguasaan konsep yang diukur melalui tes ulangan harian dan laporan praktikum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis praktikum telah terlaksana dengan baik. Keterampilan proses sains telah mengalami peningkatan pada setiap aspek, yaitu: merencanakan praktikum, melakukan komunikasi, dan mengajukan pertanyaan. Penguasaan konsep siswa juga mengalami peningkatan dari 71% dengan kriteria cukup menjadi 91% dengan baik sekali. Kata kunci: praktikum, keterampilan proses sains, penguasaan konsep.
Praktikum merupakan kegiatan pembelajaran yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan mengaplikasikan teori dengan menggunakan fasilitas laboratorium maupun di luar laboratorium. Praktikum dalam pembelajaran Biologi merupakan metode yang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran (Rustaman, 2005:135). Praktikum juga dapat membuat siswa dapat memahami konsep dan memahami hakekat sains sebagai proses dan produk (Wartono, 2003:165). Subiantoro (Tanpa Tahun:7) menyatakan bahwa pembelajaran praktikum memiliki peran dalam pengembangan keterampilan proses sains siswa. Penerapan keterampilan proses sains sekaligus pengembangan sikap ilmiah yang mendukung proses pengetahuan dalam diri siswa sangat dimungkinkan dalam kegiatan praktik, sehingga dalam pembelajaran IPA praktikum memiliki kedudukan yang amat penting. Pembelajaran praktikum di SMA Muhammadiyah 1 Malang memiliki masalah diantaraya pelaksanaan praktikum tergantung pada materi dan ketersediaan waktu, ketersediaan alat dan bahan, dan pembiasaan siswa dalam memanfaatkan alat dalam laboratorium untuk membantu memecahkan masalah dinilai kurang. Berdasarkan uraian masalah tersebut, menyebabkan keterampilan proses sains siswa berkurang. Kurangnya keterampilan proses sains siswa berpengaruh terhadap konsep materi yang didapat oleh siswa, sehingga penguasaan konsepnya rendah. Hal ini didukung oleh nilai ulangan terakhir siswa pada materi pencernaan hanya 57% yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
1
2
(KKM), sehingga perlu adanya pengembangan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep siswa. Pengembangan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep perlu ditinggkatkan agar siswa lebih memahami konsep pelajaran dan juga lebih mengoptimalkan keterampilan dasar tersebut (Wulandari, 2011:6). Pengembangan keterampilan proses sains siswa dan penguasaan konsep siswa, dapat menggunakan metode praktikum, karena pada kegiatan praktikum dapat dikembangkan keterampilan psikomotorik, kognitif, dan juga afektif (Dwinjayanti & Siswaningsih, 2005:2). Pada kegiatan praktikum, siswa dapat melakukan kegiatan mengamati, menafsirkan data, meramalkan, menggunakan alat dan bahan, merencanakan praktikum, mengkomunikasikan hasil praktikum dan mengajukan pertanyaan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Nuryani dalam Sudargo & Asiah (2009:16) bahwa praktikum merupakan sarana terbaik untuk mengembangkan keterampilan proses sains, karena dalam praktikum siswa dilatih untuk mengembangkan semua inderanya.
METODE Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian deskriptif kualitatif. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Kehadiran peneliti di lapangan sebagai pengelola instrumen dan perancang tindakan. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 1 Malang. Pengambilan data dilaksanakan di kelas XI IPA 1 pada semester genap tahun ajaran 2013-2014. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 di SMA Muhammadiyah 1 Malang tahun ajaran 2013-2014 yang berjumlah 21 siswa, yaitu 5 laki-laki dan 16 perempuan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran praktikum oleh guru dan siswa, lembar observasi keterampilan proses sains, soal ulangan harian, dan lembar penilaian laporan praktikum. Jenis data dalam penelitian ini ada 2 macam, yaitu data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa skor yang diberikan selama penelitian, nilai ulangan harian siswa serta nilai laporan hasil praktikum. Data kualitatif berupa hasil pengamatan observer selama penelitian berlangsung, keterlaksanaan pembelajaran berbasis praktikum dan keterampilan proses sains siswa.
HASIL 1. Data Keterlaksanaan Pembelajaran Berbasis Praktikum Data keterlaksanaan pembelajaran berbasis praktikum siklus I dan II diperoleh dari lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran praktikum oleh guru dan siswa. Persentase keterlaksanaan pembelajaran praktikum oleh guru dan siswa pada siklus I dan II dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
3
Tabel 1. Keterlaksanaan Pembelajaran Praktikum oleh Guru dan Siswa pada Siklus I dan II Tahapan ∑ deskriptor yang ∑ deskriptor yang pembelajaran Total ∑ terlaksana pada siklus I terlaksana pada siklus II No berbasis deskriptor Guru Siswa Guru Siswa praktikum 1. Pra praktikum 3 3 3 3 3 2. Praktikum 4 4 4 4 4 3. Pasca praktikum 7 5 5 6 6 Jumlah 14 12 12 13 13 Persentase 100% 85,7 % 85,7 % 92,8 % 92,8 % keterlaksanaan Kriteria Terlaksana Terlaksana Terlaksana Terlaksana
Tabel 1 menjelaskan bahwa dari 14 deskriptor keterlaksanaan pembelajaran, ada deskriptor yang tidak terlaksana tetapi secara umum dapat dikatakan bahwa pembelajaran berbasis praktikum telah terlaksana. 2. Data Hasil Observasi Keterampilan Proses Sains Siswa Siklus I dan Siklus II Keterampilan proses secara umum mengalami kenaikan. Instrumen yang digunakan berupa lembar observasi keterampilan proses sains siswa. Persentase hasil observasi keterampilan proses sains siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Persentase Hasil Observasi Keterampilan Proses Sains Siklus I Dan Siklus II No Tindakan % Kriteria % Kriteria Siklus I Siklus I Siklus II Siklus II 1. Mengamati 92 Baik sekali 98 Baik sekali 2. Meramalkan 87,5 Baik sekali 95 Baik sekali 3. Menggunakan alat dan bahan 81,5 Baik 98 Baik sekali 4. Merencanakaan praktikum 69,5 Cukup 98 Baik sekali 5. Menafsirkan pengamatan 91,5 Baik sekali 97 Baik sekali 6. Melakukan komunikasi 70,5 Cukup 87 Baik sekali 7. Mengajukan pertanyaan 67,5 Cukup 73 Baik
Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa terjadi peningkatan di beberapa aspek keterampilan proses sains, yaitu keterampilan proses menggunakan alat dan bahan, merencanakan praktikum, melakukan komunikasi, dan mengajukan pertanyaan. Keterampilan proses mengamati, meramalkan, dan menafsirkan pengamatan telah mendapatkan kriteria baik sekali pada siklus I dan dapat dipertahankan pada siklus II. 3. Data Penguasaan Konsep Data penguasaan konsep diperoleh dari menghitung tes Ulangan Harian dan hasil laporan praktikum. Hasil penguasan konsep siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Hasil Penguasaan Konsep Siklus I dan Siklus II Penguasaan Konsep % Siklus I 71 Siklus II 90
Kriteria Cukup Baik Sekali
Penguasaan konsep secara klasikal mengalami kenaikan. Persentase peningkatan penguasaan konsep sebesar 19 % yaitu 4 siswa dari 21 siswa dari kriteria cukup menjadi baik sekali.
4
PEMBAHASAN
a. Peningkatan Keterampilan Proses Sains Siswa melalui Penerapan Pembelajaran Berbasis Praktikum Peningkatan keterampilan proses sains secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa terjadi peningkatan di beberapa aspek keterampilan proses sains. Pada penelitian ini, keterampilan menggunakan alat dan bahan serta keterampilan merencanakan praktikum sudah disediakan dalam LKS sehingga siswa hanya mengerjakan saja. Walaupun keterampilan berfikirnya kurang, hal ini membuat kinerja siswa meningkat dari siklus I ke siklus II dan secara tidak langsung keterampilan psikomotornya berkembang. Pengembangan keterampilan psikomotor dapat dilatih dengan metode pembalajaran, yaitu praktikum. Zainuddin (2001:16) menyatakan bahwa kegunaan praktikum dalam proses pembelajaran, yaitu 1) melatih keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan oleh siswa, 2) memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang telah dipunyai sebelumnya secara nyata dalam praktik. Keterampilan melakukan komunikasi meningkat yaitu dari kriteria cukup pada siklus I menjadi baik sekali pada siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa siswa mulai dapat berfikir sistematis walaupun ada 1 kelompok yang kurang runtut dalam penulisan laporan pada siklus I. Wartono (2003:165) menyatakan bahwa untuk mencapai keterampilan proses komunikasi, siswa harus dapat menyusun dan menyampaikan laporan tentang kegitan yang telah dilakukannya secara sistematis dan jelas. Keterampilan mengajukan pertanyaan juga mengalami peningkatan dari kriteria cukup pada siklus I menjadi baik pada siklus II. Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa siswa sudah berani untuk mengutarakan pendapatnya, walaupun hanya 8 siswa yang memperoleh kesempatan untuk mengajukan pertanyaan maupun jawaban. Keterampilan mengajukan pertanyaan merupakan keterampilan proses melibatkan keterampilan sosial, karena terdapat interaksi antar siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan keterampilan proses, misalnya mendiskusikan hasil pengamatan (Rustaman, 2005:78). Keterampilan proses mengamati, meramalkan, dan menafsirkan pengamatan telah mendapatkan kriteria baik sekali pada siklus I dan dapat dipertahankan pada siklus II. Sebagian besar siswa sangat antusias dalam melakukan praktikum, baik pada siklus I maupun siklus II. Pengamatan tersebut juga didukung oleh guru Biologi SMA Muhammadiyah I Malang yang menyatakan bahwa siswa sangat antusias sekali saat pembelajaran praktikum berlangsung. Rustaman (2005:80) menyatakan bahwa keterampilan proses mengamati merupakan keterampilan yang melibatkan indera seperti penglihat, peraba, pendengar, pembau pengecap dalam mengamati suatu objek. Keterampilan ini terlihat baik sekali saat siswa mengamati pernapasan pada manusia dan hewan, mereka melibatkan semua indera seperti penglihat, peraba, pendengar saat melakukan praktikum tersebut. Sejak siklus I, siswa dapat mengemukakan apa yang akan terjadi dan menghubungkannya dengan materi. Pada saat peraktikum frekuensi pernapasan, siswa dapat memprediksi apa yang terjadi jika bernapas dengan mulut dan hidung tertutup oleh plastik, maka frekuensi pernapasannya akan cepat. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan proses meramalkan sudah berjalan dan berdasarkan hasil observasi mendapatkan kriteria baik sekali.
5
Keterampilan proses menafsirkan pengamatan juga mendapatkan kriteria baik sekali dan dapat dipertahankan pada siklus II. Wartono (2001:165) menyatakan bahwa untuk dapat menafsirkan pengamatan, siswa harus dapat mencatat setiap pengamatan secara terpisah. Lalu ia menghubung-hubungkan pengamatan yang terpisah itu. Kemudian ia menemukan suatu pola dalam satu pengamatan, dan akhirnya ia mengambil kesimpulan. Pengamatan keterlaksanaan keterampilan proses ini hanya pada aspek mencatat hasil pengamatan. Hal ini dilakukan karena pada saat kegiatan praktikum membutuhkan waktu yang lama, sehingga pengamatan observer terbatas pada aspek mencatat hasil praktikum. Peningkatan tersebut terjadi karena pada siklus I sebagian besar siswa sudah mencatat hasil pengamatan dengan lengkap namun ada 4 siswa yang tidak menulis data pengamatan dengan lengkap. Tingginya nilai aspek menafsirkan pengamatan didukung dari LKS siswa pada bagian data pengamatan telah diisi lengkap. Berdasarkan paparan di atas menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran berbasis praktikum dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Hal ini sesuai dengan Rustaman (2005:129) yang menyatakan bahwa ciri dari belajar Biologi adalah adanya kegiatan laboratorium atau praktikum. Zainuddin (2001:2) menambahkan bahwa Praktikum merupakan bentuk pengajaran yang digunakan untuk membelajarkan secara bersama-sama kemampuan psikomotorik (keterampilan), pengertian (pengetahuan), dan afektif (sikap) dengan menggunakan sarana laboratorium. Kegiatan ini, dilaksanakan karena pembelajaran Biologi tidak hanya mementingkan produk melainkan juga proses. Pembelajaran ini juga dapat mengurangi kebosanan siswa saat pembelajaran berlangsung karena siswa berperan aktif sebab pembelajaran praktikum lebih berpusat pada siswa dan dapat melatih keterampilan-keterampilan proses sains siswa. Keterampilan merencanakan praktikum dan melakukan komunikasi dapat ditingkatkan lagi dengan membuat praktikum yang lebih melibatkan siswa misalnya dengan inkuiri terbimbing dan problem posing. Pembelajaran inkuiri tebimbing, menuntut siswa untuk menemukan konsep melalui petunjuk-petunjuk seperlunya dari seorang guru (Zuriyani, Tanpa Tahun:11). Menurut Mahmudi (2008:1) problem posing merujuk pada pembuatan soal oleh siswa berdasarkan kriteria tertentu. Satu jenis problem posing yang dapat digunakan adalah semistructured problem posing karena siswa diberikan suatu situasi bebas dan diminta untuk mengeksplorasinya menggunakan pengetahuan, keterampilan, atau konsep yang mereka miliki.
b. Peningkatan Penguasaan Konsep Siswa melalui Penerapan Pembelajaran Berbasis Praktikum Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas untuk penguasaan konsep siswa telah mengalami peningkatan dari sebelum tindakan, siklus I dan siklus II. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.
6
Tabel 4 Perolehan Penguasaan Konsep Siswa dan Peningkatannya Sebelum Kategori Siklus I Tindakan Rata-rata kelas 74 75 Nilai terendah 60 64 Nilai tertinggi 87 83 12 15 Jumlah siswa yang mencapai KKM ( 75) Persentase (%) Kriteria
57 Kurang
71 Cukup
Siklus II 85 74 92 19 90 Baik sekali
Jumlah Siswa
Tabel 4 menjelaskan bahwa nilai rata-rata kelas dapat dikatakan tidak mengalami kenaikan dari 74 pada sebelum tindakan menjadi 75 pada siklus I, tetapi terdapat kenaikan jumlah siswa yang mencapai KKM 75 sebanyak 3 siswa dari 12 siswa sebelum tindakan menjadi 15 siswa siklus II. Tingkat kognitif pada soal Ulangan Harian yang diberikan sebelum tindakan dimulai dari C1, C2 dan sedikit C3 sedangkan pada siklus I C2 sampai C5. Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kognitif pada soal, maka semakin tinggi pemahaman siswa terhadap suatu konsep. Hal tersebut didukung dengan sebagian besar siswa (14-20 siswa) yang menjawab benar pada soal tingkat kognitif C3, C4, dan C5 pada siklus I. Rerata nilai kelas pada siklus I meningkat dari 75 menjadi 85 pada siklus II, begitu pula dengan jumlah siswa yang mencapai KKM 75 sebanyak 4 siswa. Hal ini terjadi karena tingkat kognitif pada soal siklus I di mulai dari memahami (C2) sampai mengevaluasi (C5) sedangkan pada soal siklus II, tingkat kognitif dimulai dari mengingat (C1) sampai menganalisis (C4). Anderson & Krathwohl (2001:66-68) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat kognitif yang dicapai maka semakin tinggi tingkat pemahaman konsep. Selain itu, pada siklus I siswa paling banyak menjawab soal pada tingat kognitif C2 dan C4 sedangkan pada siklus II siswa paling banyak menjawab soal pada tingkat kognitif C2 dan C3. Pada siklus II tingkat kognitif soal hanya mencapai C4, tetapi mengalami peningkatan dengan rata-rata kelas sebesar 19%. Penguasan konsep siswa meningkat dari 15 siswa dengan persentase 71% menjadi 19 siswa dengan persentase 90%. Peningkatan penguasaan konsep ditandai dengan kenaikan persentase sebesar 19% atau 4 dari 21 siswa yang mencapai KKM. Peningkatan jumlah ketuntasan siswa secara klasikal pada siklus I dan II ditunjukkan oleh grafik pada Gambar 1. 21 18 15 12 9 6 3 0
15
4
19 Jumlah Ketuntasan siswa
siklus I
siklus II
Gambar 1. Peningkatan Jumlah Ketuntasan Siswa
Peningkatan penguasan konsep siswa siklus I dan siklus II ini menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis praktikum dapat meningkatkan penguasaan konsep
7
dengan memberikan pengalaman belajar secara langsung melalui pengalaman yang nyata yaitu praktikum. Salah satu alasan mengenai pentingnya kegiatan praktikum, yaitu praktikum menunjang materi pelajaran. Kegiatan praktikum memberi kesempatan bagi siswa untuk menemukan teori dan membuktikan teori. Selain itu, praktikum dalam pelajaran Biologi dapat membentuk ilustrasi bagi konsep dan prinsip Biologi (Rustaman, 2005:137). Utomo & Ruijter (1991:109) yang menyatakan bahwa dalam pembelajaran praktikum mencapai 3 tujuan yaitu keterampilan kognitif tinggi, afektif dan psikomorik. Keterampilan kognitif tinggi melatih agar teori dapat dimengerti dan teori dapat diterapkan pada masalah yang nyata. Penerapan pembelajaran Biologi berbasis praktikum membuat siswa menjadi lebih aktif dan terlibat dalam proses pembelajaran sehingga konsep yang didapat akan lebih mudah diingat serta membantu dalam melatih keterampilanketerampilan siswa. Hal yang terpenting lainnya yaitu dengan pembelajaran ini, penyampaian materi menjadi lebih menarik dan tidak membosankan. Berdasarkan uraian tersebut, pembelajaran berbasis praktikum dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan pengusaan konsep siswa. Menurut Wulandari (2011:6) pengembangan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep perlu dilakukan agar siswa lebih memahami konsep pelajaran dan juga lebih mengoptimalkan keterampilan dasar tersebut. Secara tidak langsung, dengan meningkatkannya keterampilan proses sains maka penguasaan konsep siswa juga dapat meningkat. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil paparan data dan pembahasan penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Penerapan pembelajaran berbasis praktikum dapat meningkatkan keterampilan proses sains. Pada beberapa aspek keterampilan proses sains dapat dipertahankan dengan kriteria baik sekali, yaitu keterampilan mengamati, meramalkan dan menafsirkan pengamatan. 2. Penerapan pembelajaran berbasis praktikum dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa kelas XI IPA 1 SMA Muhammadiyah 1 Malang. Peningkatan peguasaan konsep siswa adalah dari 19 % yakni dari 71% pada siklus I menjadi 90% pada siklus II. Saran Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan bagi peneliti lain yaitu akan lebih baik jika digabungkan dengan model lain seperti inkuiri terbimbing dan problem posing yang dapat meningkatkan keterampilan proses sains sehingga membuat siswa lebih mampu berfikir tingkat tinggi. DAFTAR RUJUKAN Dwijayanti, G & Siswaningsih, W. 2004. Keterampilan Proses Siswa SMU Kelas II pada Pembelajaran Kesetimbangan Kimia melalui Metode Praktikum, (Online), (http://file.upi.edu/Direktori/fpmipa /jur._ pend._ kimia/ 195612061983032-gebi_dwiyanti/makalah_ hispipai.pdf), diakses tanggal 24 januari 2014.
8
Mahmudi, A. 2008. Pembelajaran Problem Posing untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Matematika, Jurusan Matematika FMIPA UNPAD, Bandung, 13 Desember. Rustaman, N. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press. Subiantoro, A.W. Tanpa Tahun. Pentingnya Praktikum dalam Pembelajaran IPA. Makalah disampaikan pada Kegiatan PPM”Pelatihan Pengembangan Praktikum IPA Berbasis Lingkungan”. Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY. Yogyakarta. Subiyanto.1988. Pandidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sudargo, F & Asiah S. S. 2009. Pembelajaran Biologi Berbasis Praktikum Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses dan Kemampuan Berfikir Kritis Siswa SMA, (Online), (http://Prop_hibah_kompotitif.pdf), diakses tanggal 28 Januari 2013. Utomo, T. & Ruijter, K. 1991. Peningkatan dan Pengembangan Pendidikan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Wartono. 2003. Strategi Belajar Mengajar Fisika. Malang: JICA. Wulandari, P. R. 2011. Peningkatan Keterampilan Dasar dan Penguasaan Konsep Melalui Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) pada Pembelajaran Biologi Kelas VIII B SMP Negeri7 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi tidak diterbitkan. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. Zainuddin, M. 2001. Praktikum. Jakarta: Pusat Antar Universitas Untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Universitas Terbuka (PAU-PPAI-UT). Zuriyani, E. Tanpa Tahun. Strategi Pembelajaran Inkuiri pada Mata Pelajaran IPA, (Online), (http://sumsel.kemenag.go.id/file/file/tulisan/umvt13316 13361.pdf), diakses tanggal 10 Juni 2014.