VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL
7.1 Analisis Perbandingan Penerimaan Usaha Tani Analisis ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara usaha tani padi metode SRI dan usaha tani padi konvensional dilihat dari sisi penerimaan. Penerimaan yang diperoleh petani merupakan nilai dari total produksi usaha tani yang dikelolanya. Hasil penjualan gabah yang merupakan output dalam usaha tani merupakan pendapatan kotor sebelum dkurangi dengan biaya-biaya yang digunakan dalam usaha tani. Tabel 16. Penerimaan Petani Padi Metode SRI dan Petani Padi Konvensional di Desa Jambenenggang, Kec. Kebon Pedes, Kab. Sukabumi Jenis Usaha tani
Satuan
Produktivitas (Kg/Ha)
Harga (Rp/satuan)
Nilai (Rp)
SRI
Kg
5.894,07
2.800
16.503.396
Konvensional
Kg
4.402,17
2.500
11.005.435
Sumber : Data primer (diolah)
Berdasarkan Tabel di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata penerimaan total usaha tani padi sawah dengan menggunakan metode SRI lebih besar dari rata-rata penerimaan total usaha tani padi konvensional. Rata-rata penerimaan total usaha tani padi SRI adalah Rp 16.503.396,-
dengan hasil produksi
(GKP/Ha) 5.894,07 kg, sedangkan rata-rata penerimaan total usaha tani padi konvensional adalah Rp 11.005.435,- dengan hasil produksi (GKP/Ha) sebesar 4.402,17 kg. Jika dilihat dari hasil produksi GKP per hektar ternyata padi sawah dengan menggunakan metode SRI lebih besar jika dibandingkan dengan padi konvensional, dan rata-rata penerimaan total petani sawah metode SRI lebih besar 60
dari petani konvensional. Besarnya rata-rata penerimaan total yang diperoleh petani padi dikarenakan harga jual GKP padi SRI per kilogram lebih tinggi dari harga jual GKP padi konvensional per kilogramnya, yaitu Rp 2.800/Kg sedangkan harga GKP untuk padi konvensional adalah Rp 2.500/Kg 7.2 Analisis Perbandingan Biaya Usaha tani Tabel 17 . Biaya Usaha tani Padi Metode SRI dan Padi Konvensional di Desa Jambenenggang, Kec. Sukabumi 2011 (Hektar) Padi Metode SRI No
Biaya (Rp) 1.
Padi Konvensional
Pengeluaran
Biaya Tunai
%
Biaya (Rp)
%
Biaya Variabel Benih
204.060
1,83
572.340
6,63
Pupuk
6.963.769
62,66
5.837.830
67,62
787.444
7,08
222.123
2,57
3.157.593
28,41
2.000.00
23,16
11.112.866
99,98
8.632.293
99,98
260.740
0,02
147.408
0,02
260.740
0,02
147.408
0,02
11.373.606
100,00
8.779.701
100,00
Mol/Pestisida Tenaga
Kerja
Luar Keluarga (TKLK) Sub Total 2.
Biaya Hitung Tenaga
Kerja
Dalam Keluarga Sub Total Biaya Total
Sumber :Data Primer (Diolah)
Berdasarkan Tabel di atas, dapat ketahui bahwa biaya total yang dikeluarkan petani padi sawah dengan metode SRI mengeluarkan biaya rata-rata sebesar Rp 61
11.373.606 per hektar. Biaya tersebut merupakan hasil penjumlahan dari total penggunaan biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Dari data yang diperoleh, menunjukkan bahwa biaya tunai proporsinya lebih besar dari biaya yang diperhitungkan dalam struktur biaya total, karena biaya ini merupakan modal operasional yang harus dimiliki oleh petani untuk menjalankan aktifitas usaha taninya. Apabila dilihat dari perbandingan penggunaan biaya tunainya antara petani pemilik dan petani penggarap maka diketahui ternyata biaya tunai yang dikeluarkan pada petani penggarap lebih besar dari petani pemilik. Biaya tunai yang harus dikeluarkan oleh petani padi sawah dengan menggunakan metode SRI sebesar Rp 11.112.866 per hektar atau sekitar 99.98 % dari total biaya yang dikeluarkan dalam satu musim tanam, sisanya merupakan biaya yang diperhitungkan yaitu sebesar Rp 260.740 per hektar atau 0,02 % dari total biaya yang digunakan dalam satu musim tanam usaha tani. Berdasarkan data yang diperoleh, besarnya penggunaan biaya oleh petani dalam usaha tani padi SRI ini sebagian besar dialokasikan untuk membayar upah tenaga kerja. Penggunaan tenaga kerja dalam usaha tani padi metode SRI sebagian besar menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga. Adapun biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja dari luar keluarga (TKLK) yaitu sebesar Rp 3.157.593 per hektar dari total kebutuhan usaha tani, sedangkan pengeluaran untuk pengadaan pupuk (kompos) adalah sebesar Rp 6.963.769 per hektar. Jumlah biaya untuk penggunaan tenaga kerja yang lebih besar pada budidaya padi metode SRI disebabkan oleh proses budidayanya yang membutuhkan tahapan cukup banyak jika dibandingkan dengan tahapan budidaya pada pertanian padi konvensional. 62
Biaya diperhitungkan yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah TKLK, yaitu sebesar Rp 260.740 per hektar. Artinya, kegiatan dalam usaha tani tidak dapat dilakukan oleh tenaga kerja dalam keluarga sehingga kekurangan tenaga kerja dicukupi dengan menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga. Dari segi kesempatan kerja, budidaya padi sawah dengan menggunakan metode SRI memberikan kesempatan kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan padi sawah yang menggunakan metode konvensional, namun disisi lain, biaya tunai yang akan dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja akan semakin tinggi. Dengan demikian, petani seharusnya memperhatikan kebutuhan tenaga kerja yang benar-benar diperlukan untuk menggarap sawahnya, sehingga pemborosan biaya yang disebabkan oleh penggunaan tenaga kerja yang berlebihan dapat diminimalisir. Berdasarkan tabel di atas, dapat dikaji bahwa alokasi pembagian biaya pada padi konvensional pun sama dengan padi metode SRI, yakni pada penggunaan biaya tenaga kerja dan pupuk. Bagian biaya total yang digunakan untuk biaya tenaga kerja luar keluarga (TKLK) adalah sebesar Rp 2.000.000 per hektar atau 23,16 %, untuk pengadaan pupuk alokasi biaya yang dikeluarkan adalah sebesar 67,62 % atau Rp 5.837.830 per hektar. Biaya total yang dikeluarkan petani padi sawah dengan menggunakan SRI lebih besar dibandingkan dengan petani padi sawah yang menggunakan metode konvensional.
63
7.3 Analisis Perbandingan Pendapatan Usahatani Suatu usaha tani dikatakan menguntungkan apabila selisih antara penerimaan dengan pengeluarannya itu bernilai positif. Pendapatan usaha tani tersebut dianalisis dengan menggunakan konsep pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari hasil pengurangan penerimaan petani terhadap komponen biaya-biaya yang dikeluarkan secara tunai dalam proses usaha taninya. Sedangkan pendapatan atas biaya total diperoleh dari penerimaan petani yang dikurangi dengan seluruh biaya (biaya total) yang telah dikeluarkan dalam proses usaha taninya, termasuk biaya yang diperhitungkan, sehingga hasil akhir dari pendapatan atas biaya total akan lebih rendah dari pendapatan tunai. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari responden, dapat dikaji bahwa penjualan gabah hasil panen padi metode SRI menghasilkan nilai total produksi rata-rata sebesar Rp 16.503.396,-. Hasil penjualan dari padi konvensional rata-rata sebesar Rp 11.005.435,- . Perbedaan jumlah penerimaan pada kedua usaha tani tersebut disebabkan perbedaan tingkat harga jual hasil panen yang cukup besar seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Dari harga jual tersebut mengakibatkan penerimaan untuk padi sawah dengan menggunakan SRI lebih besar jika dibandingkan dengan penerimaan padi konvensional. Jika dilihat dari sisi biaya, usaha tani padi sawah dengan metode SRI memiliki biaya yang lebih besar dibandingkan dengan padi konvensional, terutama pada komponen biaya tenaga kerja luar keluarga (TKLK) dan pengadaan pupuk. Pada Tabel di atas diketahui bahwa pendapatan atas biaya tunai padi metode SRI nilainya lebih besar jika dibandingkan dengan pendapatan atas biaya 64
tunai padi konvensional. Petani padi sawah metode SRI memperoleh pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp 5.390.530,- per hektar, pendapatan atas biaya tunai padi konvensional diketahui bahwa nilainya sebesar Rp 5.129.790,- per hektar. Hal tersebut terjadi karena rata-rata penerimaan tunai petani padi SRI lebih besar dari petani padi konvensional, sehingga diketahui bahwa selisih antara padi dengan metode SRI dengan petani padi konvensional rata-rata sebesar Rp 2.593.905,- per hektar dan ternyata nilainya lebih menguntungkan bagi petani padi sawah metode SRI jika dibandingkan dengan petani konvensional. Efisiensi usaha tani aktual diperlihatkan oleh nilai R/C ratio atas biaya tunai. Tabel 20 menjelaskan bahwa nilai R/C ratio atas penggunaan biaya usaha tani padi SRI lebih besar dari R/C ratio usaha tani padi sawah Konvensional yaitu sebesar Rp 1,48 Hal ini menjelaskan bahwa petani padi SRI memperoleh keuntungan sebesar Rp 1,48 dari setiap satu rupiah input yang dikeluarkan, sementara petani padi konvensional hanya menerima keuntungan sebesar Rp 1,27 dari setiap satuan inputnya. Jika menggunakan biaya total usaha tani, petani padi metode SRI memperoleh keuntungan sebesar Rp 1,45 sedangkan petani padi konvensional memperoleh keuntungan sebesar Rp 1,25 dari setiap satu rupiah yang digunakan dalam proses usaha tani. Meskipun demikian, jika dilihat dari R/C ratio biaya tunai kedua sistem usaha tani tersebut masih tergolong menguntungkan secara ekonomi karena nilai R/C ratio masing-masing usaha tani tersebut bernilai positif (R/C > 1).
65
Tabel 18. Analisis Perbandingan Pendapatan Usahatani Padi Sawah Metode SRI dan Usaha tani Padi Konvensional di Desa Jambenenggang, Kec. Kebon Pedes Januari – April 2011 (Rp/Ha) No
Uraian
1
Pendapatan usaha tani
2
Biaya usaha tani :
4 5
Padi Konvensional (Rp)
16.503.396
%
11.005.435
11.112.866
99,98
8.632.293
99.98
Tot.Biaya diperhitungkan
260.740
0,02
147.408
0,02
11.373.606
100,00
8.779.701
100,00
Pendapatan atas B.Tunai Pendapatan atas B.Total R/C Ratio B.Tunai
R/C Ratio B.Total Sumber :Data Primer (Diolah) 6
%
Tot.Biaya tunai
Total Biaya 3
Padi SRI (Rp)
5.390.530
2.373.142
5.129.790
2.225.734
1,48
1,27
1,45
1,25
7.4 Perhitungan Estimasi Nilai Ekonomi Air Air merupakan input produksi yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Untuk tanaman padi sendiri membutuhkan air yang cukup banyak dalam proses pertumbuhannya. Lahan pertanian di desa Jambenenggang pada umumnya merupakan sawah tadah hujan, yang berarti bahwa petani hanya mengandalkan air hujan untuk mengairi sawahnya. Namun di beberapa tempat, ada beberapa petani yang menggunakan air sungai yang dibendung untuk mengairi lahan pertaniannya. Ketersediaan sumberdaya air yang semakin terbatas, mengharuskan petani untuk memanfaatkan sumberdaya yang ada agar lahan pertanian tetap mendapat air. Efisensi air dalam pertanian merupakan penggunaan sumber daya air 66
seminimum mungkin sebagai faktor input produksi, namun tidak mempengaruhi output yang dihasilkan. Air baku ini merupakan air yang berasal dari air tanah termasuk mata air yang telah diambil dari sumbernya dan telah siap untuk dimanfaatkan. Harga air baku merupakan nilai rupiah dari biaya eksploitasi atau investasi untuk mendapatkan air baku tersebut. Harga Air Baku (HAB) adalah harga rata-rata air tanah per satuan volume di suatu daerah yang besarnya sama dengan nilai investasi untuk mendapatkan air tanah tersebut dibagi dengan volume produksinya. Sukanto R. (1989), Harga air baku adalah sejumlah biaya dan upaya yang dikeluarkan sekarang
untuk mendapatkan atau mengeluarkan air tanah
sampai ke permukaan tanah yang meliputi biaya konstruksi, biaya tetap biaya operasional selama umur ekonomis. Abidin Z (2008). Untuk melihat tingkat efisiensi air secara ekonomi, dapat diketahui dengan menggunakan nilai ekonomi dari air tersebut. Nilai ekonomi air dapat dibandingkan antara air yang digunakan padi sawah SRI dengan air yang digunakan padi konvensional. Nilai ekonomi air dapat dihitung dengan beberapa pendekatan teori ekonomi. Salah satu teori ekonomi yang dapat digunakan yaitu pendekatan teori ekonomi produksi, yaitu dengan menghitung nilai produk marginal dari setiap tambahan input yang diberikan yang berpengaruh terhadap output yang dihasilkan.
,
atau
Berdasarkan dari data ini diperoleh nilai X yang merupakan nilai selisih input produksi yaitu 4000 m3 dengan asumsi luas lahan yang sama namun 67
metode pertanian yang berbeda. Dari sisi produksi, dapat diketahui bahwa ratarata produksi padi sawah dengan menggunakan metode SRI lebih besar dibandingkan dengan rata-rata produksi GKP padi konvensional. Produksi ratarata GKP yang dihasilkan padi SRI sebesar ∆y 5.897,07 Kg, sedangkan rata-rata produksi GKP padi konvensional sebesar 4.402,17 Kg. dari hasil perhitungan diperoleh
Y yang merupakan selisih output produksi SRI dengan konvensional
dengan asumsi luas lahan sama. Dari hasil perhitungan pada tabel dapat diketahui bahwa nilai MP sebesar 0,372 yang merupakan nilai marginal dari air sebagai input produksi. Untuk menghitung nilai ekonomi air dapat diasumsikan dengan biaya marginal yang dihitung. Biaya marginal adalah perkalian antara nilai P(Y) yang merupakan harga dari GKP yang dihasilkan dengan nilai marginal (MP) dari air tersebut. Dari hasil perhitungan yang diperoleh dapat diketahui bahwa biaya marginal sebesar Rp 1.041,6. Nilai ini dapat diasumsikan sebagai nilai ekonomi air per m3 yang dialirkan oleh petani ke sawah mereka, baik petani padi SRI maupun petani padi konvensional. Berdasarkan data yang sudah dihitung dapat dikaji bahwa ternyata air memiliki nilai yang cukup besar, khususnya buat pertanian. Keberadaan air sangat dibutuhkan untuk berproduksi sehingga nilai ekonomi air diharapkan dapat menjadi tolak ukur untuk tetap menjaga ketersediaan sumberdaya air.
68
Tabel 19. Tabel Nilai Ekonomi dari Penggunaan Air Padi Sawah desa Jambenenggang Kabupaten Sukabumi Uraian 1. Produksi (Kg) 2. Penggunaan air (m3) 3. Rasio: ΔY
SRI
Konvensional
Δ
Jumlah
5.894,07
4.402,17
ΔY
1.491,90
7.500,00
11.500,00
ΔX
4.000,00 0,37
ΔX 4. Nilai Ekonomi air : P(Y).
1.041,60
Selain dengan menggunakan pendekatan ekonomi produksi, nilai ekonomi air dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan investasi proyek pompanisasi yang ditulis oleh Mia Mardiyatuljanah. Tabel 20 . Komponen Biaya Investasi Pompanisasi, Tahun 2008 Jumlah (Rp)
Persentase (%)
1.335.629
0,20
63.343.091
8,00
493.912.485
62,40
4. Pemasangan pipa
63.568.876
8,00
5. Pekerjaan rumah panel
33.732.772
4,30
9.416.548
1,20
7. Pengadaan dan Pemasangan Mesin Generator
99.103.376
12,50
8. Pekerjaan Pembuatan Bak Penampung
26.499.708
3,40
790.912.485
100,00
No.
Uraian
1. Pekerjaan persiapan 2. Pekerjaan Elektrikal dan Mekanikal 3. Pengadaan pipa
6. Pekerjaan Rumah Pompa
Biaya Total Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Sumedang, 2008
69
Biaya Operasi dan Pemeliharaan Biaya operasi terdiri dari pembayaran listrik, pelumas dan upah operator. Biaya listrik, pelumas dan upah operator per tahun berturut-turut adalah Rp 4.356.000,00 , Rp 4.873.125,00 , Rp 12.000.000,00. Total biaya operasi adalah Rp 21.229.125,00 (Tabel Lampiran 5). Sedangkan biaya Pemeliharaan merupakan biaya rutin yang besarnya Rp 373.600/tahun. Tabel 21. Biaya Pemeliharaan No
Uraian
Jumlah (Rp)
1. Biaya Listrik
4.356.000
2. Biaya Pelumas
4.873.125
3. Upah Operator
12.000.000
4. Biaya Pemeliharaan Biaya Total
373.600 812.515.210
Sumber : Data (diolah)
Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai investasi suatu proyek pompanisasi diasumsikan sama dengan nilai Rp 812.515.210,- dan untuk mengestimasi nilai ekonomi air, nilai investasi dan biaya operasional akan dikonversi menjadi nilai invesatasi dan biaya operasional setiap tahunnya, sehingga di peroleh bahwa nilai investasi serta biaya operasional dan pemeliharaan sebesar Rp 167.7976.222,- per tahun. Berdasarkan nilai invesatsi proyek setiap tahunnnya dapat diestimasi nilai ekonomi air yang menggunakan rumus dibawah ini : (∑Biaya Investasi pembuatan sumur + ∑(BiayaTetap+Biaya Operasional)) Volume Air yang dihasilkan
70
( Rp 158.182.497,- + (Rp 21.229.125,- + Rp 373.600)) 15.552 m3 = Rp 11.560,26 per m3 Berdasarkan hasil perhitungan di atas, dapat diestimasi bahwa nilai ekonomi air untuk setiap penggunaan air rata-rata petani sebesar Rp 11.560,26 per m3. Dari hasil di atas, dapat dsimpulkan bahwa air yang selama ini dipandang tidak bernilai sama sekali ternyata memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi terutama bagi sektor pertanian yang merupakan salah satu input produksi yang sangat penting. Penggunaan sistem padi SRI yang menghemat air pada tabel di atas menunjukan bahwa padi SRI mampu menghemat nilai ekonomi air yang cukup tinggi dan dapat menguntungkan secara ekonomi. 7.5 Hasil Uji Statistik Metode SRI dengan Konvensional Model fungsi produksi yang digunakan dalam menduga usaha tani padi adalah model fungsi Cobb Douglas. Uji t digunakan untuk melihat apakah variabel bebas berpengaruh secara nyata terhadap variabel tak bebas. Variabel bebas dalam usaha tani padi metode SRI adalah, pupuk (X1), benih (X2), air (X3), TKDK (X4). Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usaha tani padi SRI diduga dengan menggunakan model fungsi Cobb Douglas. Hasil regresi yang didapatkan : ln Y = 1.04 + 0.136 ln X1 - 0.279 ln X2 + 0.775 ln X3 + 0.041 ln X4 Hasil model regresi untuk usaha tani metode SRI diketahui bahwa nilai P-value sebesar 0,000 lebih kecil dari taraf nyata 5 % , sehingga berdasarkan uji-F dapat diambil kesimpulan bahwa tolak H0 artinya pupuk, benih, air dan tenaga kerja secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi padi. Berdasarkan 71
analisis regresi diperoleh koefisien determinasi (R-Sq) sebesar 0,819 Hal ini menunjukkan bahwa sebanyak 81,9 % pupuk, benih, air dan tenaga kerja dapat menjelaskan variasi produksi padi. Variabel
Koefiisen Standard Regresi Error
Nilai t Peluang hitung
Konstanta
1,0437
0,8761
1,19
0,252
Pupuk
0,13570
0,09024
1,50
0,015**
Benih
-0,2786
0,2148
-1,30
0,021*** 1,605
Air
0,7754
0,2212
3,50
0,003**
4,513
Tenaga Kerja
0,0413
0,3867
0,11
0,916
2,794
Kofisien determinasi R-Sq
= 81,9%
R-Sq(adj)
= 77,0%
*
VIF
1,895
α = 0,01
** α = 0,05 *** α = 0,1
Berdasarkan hasil pendugaan model diperoleh nilai VIF untuk masingmasing memiliki nilai < 10, sehingga variabel yang digunakan dalam model tidak ada masalah multikolinearitas. Dalam model fungsi produksi Cobb Douglas nilai koefisien regresi merupakan nilai elastisitas dari masing-masing variabel tersebut, sedangkan penjumlahan dari nilai-nilai elastisitas dapat digunakan untuk menduga keadaan skala usaha. Elastisitas sebesar 1,713 menunjukan produksi padi belum optimal sehingga keuntungan maksimal akan didapat jika elastisitas produksi padi berada diantara nol sampai satu yaitu di daerah yang rasional. Hal ini seharusnya dilakukan agar petani mendapatkan keuntungan yang optimal. Variabel-variabel 72
yang diduga mempengaruhi produksi usaha tani dengan penerapan SRI adalah sebagai berikut: A.Pupuk Kandang Dari hasil regresi dapat diketahui bahwa pupuk memiliki hubungan yang positif terhadap produksi padi karena semakin banyak pupuk yang digunakan maka produksi semakin tinggi. Dalam penelitian ini terlihat pupuk secara statistik memiliki hubungan positif dan berpengaruh nyata terhadap produksi usaha tani padi, dalam taraf α sama dengan 20 % dengan nilai-P sebesar 0,015. Pupuk memiliki nilai elastisitas 0,135 yang berarti setiap kenaikan 1 % pupuk kandang, maka akan meningkatkan produksi padi sebesar 0,135 %. B. Benih Dari hasil perhitungan hasil output minitab dapat diketahui bahwa benih mempunyai hubungan negatif terhadap produksi padi karena pada dasarnya pada sistem usaha tani SRI menggunakan bibit yang lebih sedikit dibandingkan konvensional. Dilihat dari nilai statistik dari benih, nilai-P lebih kecil pada taraf α 10 %. Hal ini menunujukan bahwa benih berpengaruh nyata terhadap produksi padi. Benih memiliki nilai elastisitas sebesar -0,2786 yang berarti setiap kenaikan 1% benih menurunkan produksi sebesar 0,2786 %, hal ini menunjukkan bahwa penggunaan benih melebihi dari anjuran. C.Air Berdasarkan hasil regresi dapat diketahui bahwa air memiliki hubungan positif dengan produksi. Nilai koefisien air adalah 0,7754 ini menunjukan bahwa setiap kenaikan 1 % air akan meningkat produksi sebesar 0.7754 dengan asumsi ceteris paribus . Dilihat dari nilai-P nya menunjukan bahwa air berpengaruh 73
nyata terhadap produksi, karena P dari air memiliki nilai lebih kecil dari taraf α 5 %. D.Tenaga Kerja Pada umunya tenaga kerja dalam keluarga akan berpengaruh positif terhadap produksi padi. Jika semakin banyak menggunakan tenaga kerja dalam keluarga yang diperhitungkan dilihat dari kualitas tenaga kerja maka produksi padi akan meningkat. Dalam penelitian ini tenaga kerja memiliki hubungan positif dan
namun tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi padi. TKDK
memiliki nilai elastisitas sebesar 0,0413, yang berarti setiap kenaikan TKDK 1%, maka akan meningkatkan produksi sebasar 0, 0413 %. Nilai P dari tenaga kerja menunjukan bahwa tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap produksi. Usaha tani padi metode konvensional dipengaruhi oleh Pupuk anorganik (X1), Benih (X2), air (X3), tenaga kerja (X4). Model fungsi produksi Cobb Douglas yang didapatkan untuk usaha tani padi penerapan konvensional adalah sebagai berikut : ln Y = 3.50 + 0.590 ln X1 - 1.71 ln X2 – 0,112 ln X3 + 0,362 lnX4 Hasil uji-F menunjukan bahwa nilai p-value < p-alpha, sehingga dapat diambil kesimpulan tolak H0 artinya,pupuk, benih, air dan tenaga kerja secara bersamasama berpengaruh nyata terhadap produksi padi. Berdasarkan analisis regresi diperoleh koefisien determinasi (R-Sq) sebesar 0,458. Hal ini menunjukkan bahwa sebanyak 45,8 % pupuk, benih, air dan tenaga kerja dapat menjelaskan variasi produksi padi.
74
Variabel
Koefiisen Standard Nilai t Regresi Error hitung
Peluang
VIF
Konstanta
3,498
1,430
2,45
0,027
Pupuk
0,5902
0,3115
1,89
0,078***
1,8
Benih
-0,1710
0,3202
-0,53
0,0601**
1,6
Air
-0,1122
0,3543
-0,32
0.0756*** 4,0
Tenaga Kerja
0,6316
0,5171
1,22
0,241
3,8
Koefisien determinasi R-Sq = 77,2% R-Sq(adj) *
α = 0,01
**
α = 0,05
= 45,8%
*** α = 0,1
Variabel-variabel yang diduga mempengaruhi produksi usaha tani padi dengan penerapan konvensional adalah sebagai berikut: A.Pupuk Dari hasil regresi dapat diketahui bahwa pupuk memiliki hubungan yang positif terhadap produksi padi karena semakin banyak pupuk yang digunakan maka produksi semakin tinggi. Dalam penelitian ini terlihat dari regresi pupuk memiliki hubungan positif dan berpengaruh nyata terhadap produksi usaha tani padi, dalam taraf α 10 % dengan nilai-P sebesar 0,078. Pupuk memiliki nilai elastisitas 0,5902
yang berarti setiap kenaikan 1% pupuk, maka akan
meningkatkan produksi sebesar 0,5902 % B.Benih
75
Berdasarkan hasil perhitungan hasil output minitab dapat diketahui bahwa benih mempunyai hubungan negatif terhadap produksi padi konvensional, hal ini dilihat dari nilai elastisitas dari benih yaitu -0,1710. Dilihat dari nilai statistik dari benih, nilai-P lebih kecil dibandinkan dengan taraf α 10 %. Hal ini menunujukan. bahwa penambahan benih, tidak akan meningkatkan produksi tetapi malah sebaliknya akan menurunkan produksi. c. Air Berdasarkan hasil regresi dapat diketahui bahwa air memiliki hubungan negatif dengan produksi.. dilihat dari nilai P nya menunjukan bahwa air berpengaruh nyata terhadap produksi, karena nilai-P dari air memiliki nilai lebih kecil dari taraf α 5 %. Nilai koefisien dari air -0,1122 artinya setiap kenaikan air 1 % akan menurunkan produksi sebesar 0,1122 %. Pada kondisi ini terjadi kelebihan penggunaan air, dimana penambahan air bukan meningkatkan produksi tetapi sebaliknya akan menurunkan produksi. e.Tenaga Kerja Tenaga kerja dalam keluarga berpengaruh positif terhadap produksi padi. Jika semakin banyak menggunakan tenaga kerja dalam keluarga yang diperhitungkan dilihat dari kualitas tenaga kerja maka produksi padi akan meningkat. Dalam penelitian ini tenaga kerja memiliki hubungan positif dan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi padi. TKDK memiliki nilai koefesien sebesar 0,6316, yang berarti setiap kenaikan TKDK 1 %, maka akan meningkatkan produksi sebasar 0,6316 %. Nilai-P dari tenaga kerja menunjukan bahwa tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap produksi padi. 76