Ocean of Revelations TV/Video Series Transcripts of Episodes 1-6
Indonesian Translation
3524 Yadkinville Drive, No. 357 Winston-Salem, NC 27106 USA Tel.: +1.336.922.1278 Fax: +1.704.749.8557 E-mail:
[email protected] www.libforall.org
Table of Contents Episode 1: ISLAM & IMAN ........................................................................................................................ 1 Episode 2: ISLAM & IHSAN....................................................................................................................... 7 Episode 3: UMMAH................................................................................................................................... 13 Episode 4: KAUM BERIMAN ................................................................................................................... 19 Episode 5: DA‘WA..................................................................................................................................... 25 Episode 6: JIHAD ....................................................................................................................................... 32
Episode 1: ISLAM & IMAN Assalamualaikum Wr Wb Para pemirsa, saya Mustofa Bisri, Anda untuk beberapa lama akan bersama-sama saya dalam program Lautan Wahyu. Anda akan kami ajak untuk mengembara ke pemikiran-pemikiran para intelektual, para ulama, para kyai, tentang beberapa tema tentang ke-Islaman. Seperti Anda ketahui semua, bahwa Islam, Rasulullah Muhammad saw diutus oleh Tuhan Rahmatan lil Alamin. Untuk merahmati alam semesta. Untuk membelaskasihani, mengkasihi alam semesta. Tapi akhirakhir ini ungkapan itu, seperti dibantah oleh kenyataan-kenyataan dari perilaku para pemeluk-pemeluk, para umat Muhammad itu sendiri. Sehingga, sangatlah penting, kita membuka hati, membuka pikiran, untuk melihat kembali kepada perilaku Rasulullah pemimpin agung kita dan ajaran-ajarannya. Janganjangan kita yang tidak pas di dalam mengikuti jejak Rasul. Seperti kita ketahui pemimpin kita Nabi Muhammad saw adalah seorang yang oleh rahmat Allah diberi kelembutan, kata Allah di dalam Al-Quran, Fabinna rahmatin Minallah Lintalahum, karena rahmat Allah-lah, engkau mempunyai perilaku yang lembut, halus. Seandainya engkau kasar, engkau keras, maka mereka akan lari dari sisimu. Karena itu kalau kita lihat apa yang diajarkan Rasulullah semuanya bernuansa kasih sayang. Rasulullah mengatakan, Irhamhu man Fil Ardhi, yarhamhu man Fil Sama, kasihilah orang-orang yang dibumi, engkau nanti akan dikasihi oleh yang di langit. Man lam yarham la yurham. Siapa yang tidak mempunyai belas kasih, siapa yang tidak mempunyai rasa rahmat, dia tidak akan mendapatkan rahmat dari Allah. Semuanya ini sesuai dengan apa yang difirmankan oleh Allah sendiri, bahwa Allah tidak mengutus Nabi Muhammad, kecuali untuk merahmati alam semesta. Nah, nanti kita akan berbicara, soal Iman, soal Islam, dan idiom-idiom lain yang sering diucapkan oleh pemeluk-pemeluk Islam itu sendiri dari berbagai para cerdik cendekiawan, para ulama, para kyai, Anda nanti akan mendengar mereka. Dan kita akan mendapatkan tambahan pengetahuan, sebab kata Nabi, selama orang itu terus belajar, maka dia akan tetap pandai. Ketika orang itu berhenti belajar dan merasa dirinya sudah pandai, mulailah dia bodoh. Kita dalam proses mempelajari. Saya tidak khawatir apa yang berlaku di kalangan umat Islam maupun umat yang lain selama mereka masih tetap mau belajar tentang agamanya masing-masing. Yang kita khawatirkan adalah mereka berhenti, lalu menyangka bahwa kebenaran sudah ada di tangan, dan lalu memvonis yang lain salah. Ini yang kemudian membikin masalah di dunia ini. Dan ada lagi, kadang-kadang kebencian kita kepada sesuatu kelompok, sesuatu orang, itu kadang-kadang lalu kita membawa-bawa pembenaran dari agama kita. Nah, ikuti saja apa yang akan disampaikan oleh para pakar tentang agama kita. Selamat menyaksikan. Iman itu tidak bisa dipisahkan dari Islam, tidak bisa dipisahkan dari ikhlas. Ketika saya berserah diri secara ikhlas, dan saya yakin, maka kemudian saya merasakan damai dan tenang, dan nyaman dalam hidup saya. Iman itu adalah pekerjaan bathin, pekerjaan bathin manusia yang terdalam, dalam hubungannya dengan sesuatu yang gaib, yang gaib itu yang (the unseen) yang tak terlihat (Bahasa Inggris), sesuatu yang tidak dapat dijangkau oleh kemampuan intellektual manusia, Allah umpamanya.
Episode 1: ISLAM & IMAN
1
Iman itu dari kata ta’amana yu’minu (Bahasa Arab) artinya percaya, atau mempercayakan diri ini kepada Allah. Nah dalam kaitan ini, maka sebenarnya orang yang disebut beriman adalah orang yang menyerahkan dirinya, pikirannya, hatinya, seluruh kehidupannya kepada Allah, itulah seorang yang Mu’min. Iman itu percaya, iman itu keyakinannya, tetapi juga diwujudkan dalam tindakan-tindakan nyata seharihari, yang membawa suatu kesan, yang menimbulkan kesan bahwa orang beriman tindakannya baik, orang beriman melakukan tindakan-tindakan yang tidak menimbulkan keguncangan di dalam masyarakat. Saya kira itu. Iman adalah nikmat yang terbesar yang diberikan Allah kepada kita, karena apa? Karena iman ini menjadi asasul ‘amal, menjadi pondasi dari seluruh perilaku, perkataan, perihidup kita di dunia. Iman dan keberimanan seseorang itu akan diuji, pertama-tama seberapa jauh dia memiliki konsistensi tauhid kepada Allah, yang kedua seberapa jauh dia punya konsistensi untuk ihsan kepada kemanusiaan. Man kana yu’minu biLlahi wal yaum al-Akhir—fal-yukrim dlayfah (kutipan Hadith), siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya dia memuliakan tamunya. Atau kalau disebut la yu’min (Bahasa Arab) tidak beriman, dalam definisi Nabi ialah tidak peduli kepada penderitaan sesamanya. Nabi besar la yu’minu ahadukum man bata syub’anan wa jaruhu ja’i-un bijanbih (kutipan Hadith), tidak disebut orang beriman kalau dia tidur kenyang sementara tetangganya kelaparan di samping dia. Kehidupan itu akan rusak, akan binasa, akan hancur, manakala manusia dengan imannya itu memutus tali Allah dan tali kemanusiaan. Iman itu bertambah dan berkurang itu kalau dilihat dari satu sudut, yaitu sudut penghayatannya, pelaksanaannya. Jadi iman dalam kondisi berjalan sebagai proses. Disini kadang-kadang kita itu hanya menganggap musyrik itu hanya kalau orang menyembah patung, menyembah pohon besar, dan lain sebagainya. Tapi menyembah jabatan, menyembah profesi, menyembah kekayaan, itu kadang-kadang tidak dianggap pemberhalaan terhadap semua itu. Manusia haruslah sepenuhnya tertuju pada Tuhan, yang menentukan segala sesuatu itu Tuhan, apakah amal kita itu amal atau bukan, kita tidak tahu.
IKHLAS Ikhlas sebetulnya kita berbuat tanpa pamrih, anda mau membantu siapapun, mau berbuat apapun, dengan niat yang baik, tulus, nah itulah ikhlas. Ikhlas ini merupakan salah satu bagian implementatif dari iman itu sendiri. Orang yang imannya bagus, dia pasti ikhlas. Tapi ternyata ikhlas ini juga tidak semudah yang diucapkan. Hidup ini kita jalani dengan hati yang tulus, bahwa apa yang kita jalankan, apa yang kita amalkan, apa yang kita pikirkan itu semuanya adalah untuk Allah, untuk kebenaran tertinggi. Ikhlas menjadi motivasi yang besar seseorang untuk berbuat baik. Dan kebaikan itu sifatnya adalah yang tidak transaksional ya, kebaikan yang betul-betul itu tadi, sebagai panggilan tugas kemanusiaan. Nah, dengan begitu maka kehidupan menjadi bermakna dan berarti karena kita ada dasar iman dan dasar ikhlas itu.
Episode 1: ISLAM & IMAN
2
Motif ibadah yang paling tinggi itu apabila didorong oleh suatu kesyukuran kepada Allah, atas nikmatnikmatnya. Dan juga didorong oleh kecintaan kepada Allah dan juga kepada hamba-hamba Allah, dan kepada mahluk Allah. Ikhlas yang menurut saya paling rendah ialah kalau kita melakukan sesuatu karena perintah Tuhan terhadap kita. Kalau pakai istilah filsafat sekarang, karena nilai-nilai yang kita anut, bukan karena materi, bukan karena kepentingan pribadi, bukan karena kepentingan egonya. Orang melakukan karena berdasarkan nilai-nilai transendental yang dianut. Dalam bahasa sederhana karena Allah. Saya yakin kalau sikap dan jiwa ikhlas ini menjadi pakaian sehari-hari dan ruh gitu ya, ruh kehidupan setiap orang Indonesia, setiap elit Indonesia, maka saya percaya bahwa akan terjadi spiritualisasi kehidupan yang penuh dengan kesalehan. Sehingga dengan ikhlas itu orang akan saleh secara pribadi, tetapi juga akan saleh secara sosial. Dan itulah yang akan menimbulkan harmoni di dalam kehidupan kita di muka bumi ini. Keyakinan kita itu harus sesuai dengan apa yang dirumuskan oleh seorang penulis sufi sebagai keikhlasan, disini dikatakan idfin nafsaka fi ardlil-khumur (Bahasa Arab), kuburkan dirimu dalam bumi kekosongan, artinya tidak punya pamrih pribadi sama sekali, serahkan seluruhnya kepada Allah. Ya kepada mau-Nya yang sono. Ketulusan, merupakan inti keberagamaan yang menurut saya harus selalu bersanding dengan keimanan, tanpa sebuah ketulusan, maka keimanan kita adalah hipokrit, munafik. Walaupun kita sholat, kita mengaku yakin, tapi kita tidak ada ketulusan untuk menyatakan bahwa apa yang ada dalam hati ini benarbenar merupakan keyakinan bahwa ketika saya menghargai orang diluar Islam bukan sebagai teman, maka keimanan kita tidak akan ada nilainya. Ketulusan dalam bekerja, ketulusan dalam berkawan, itu merupakan inti yang tidak bisa ditawar-tawar. Tanpa sebuah ketulusan, maka ketika kita mengatakan bahwa saya beragama Islam, saya memperjuangkan Islam, tapi di hati kita masih ada kepentingankepentingan di luar kepentingan agama itu, kita beragama secara ekstrinsik, dengan untuk bagaimana kita memperalat agama, maka beragama kita sama dengan orang yang tidak beragama, bahkan menurut saya lebih rendah derajatnya dibandingkan binatang. Ikhlas ini, itu juga tempatnya juga tidak di mulut, tapi ikhlas juga tempatnya di kedalaman hati itu sendiri. Di dalam Qur’an itu, syaitan iblis itu ada, tetapi syaitan iblis ini akan lumpuh berhadapan dengan hambahamba yang ikhlas. Yang tidak ikhlas itu memang sahabatnya syaitan. Dzikir Alif…Alif…Alif Alif! Tuhan Alif-Mu pedang di tanganku Susuk di dagingku kompas di hatiku Alif-Mu tegak jadi cagak meliut jadi belut
Episode 1: ISLAM & IMAN
3
Hilang jadi angan...Tinggal bekas menetaskan terang Hingga aku berkesiur pada angin kecil takdirmu Alif…Alif…Alif…Alif… Alif Hompimpa hidupku... Hompimpa matiku.... Hompimpa nasibku Hompimba hidupku... Hompimpa matiku.... Hompimpa nasibku Hompimba hompimpa hompimpa hompimpa hompimpa hompimpa hompimpa hompimpa hompimpa hompimpa hompimpa hompimpa hompimpa hompimpa hompimpa Kugali hatiku dengan linggis alif-Mu Hingga lahir mata air Jadi sumur, jadi sungai, jadi laut, jadi samudra dengan sejuta gelombang, mengerang menyebut alif-Mu Alif…Alif…Alif… Alif! Tuhan Alif-Mu yang satu, tegak dimana-mana
MUSLIM YANG SEMPURNA Risalah Nabi Muhammad saw. secara umum sesuai dengan semua yang dibawa para nabi. Semua rasul, seperti Musa, ‘Isa, Ibrahim, dan Muhammad, mereka semua membawa satu pesan dalam prinsip yang sama. Semua rasul yang diutus Allah kepada umat manusia, pesannya tegak berdasarkan dua prinsip: Pertama, ibadah yang ikhlas kepada Allah; Kedua, kewajiban berhias dengan akhlak mulia. Arti kata Islam sebenarnya, penyerahan yang total, menyerah secara keseluruhan kepada Tuhan yang menciptakan kita. Ayat Al Qur’an mengatakan innaddina ‘inda-Allah al-Islam (kutipan al-Qur’an), agama yang benar adalah penyerahan terhadap Tuhan secara total. Dari asal kata aslama-yuslimu-islaman (Bahasa Arab), maka setiap orang yang menyerahkah diri kepada Tuhan secara total, itu berarti orang muslim. Akan tetapi, setelah Islam itu menjadi nama sebuah agama, yang dibawa oleh Nabi Muhammad, dengan kitab sucinya Al Qur’an, Islam mempunyai aturan-aturan yang harus ditaati oleh seluruh umat Islam, yaitu contoh yang paling mudah prinsip-prinsip Islam yang lima. Seorang muslim yang sempurna itu adalah al-Inqiyadl wal-khudlu’ (Bahasa Arab), berserah diri dan tunduk kepada Allah sebagai kelanjutan atau katakanlah manifestasi daripada keimanan yang ada dalam
Episode 1: ISLAM & IMAN
4
jiwa seseorang. Dimana seseorang, dengan lisan itu berikrar yang diikuti dengan pernyataan di dalam hati, yang kemudian itu berbuah dalam perbuatan riil di dalam kehidupannya. Dia bukan yang merasa paling Islami, bukan yang merasa paling suci atau semuci, dan juga merasa orang yang paling tidak memiliki kekurangan. Justru orang yang merasa .... (bahasa Arab), merasa lemah, merasa punya kekurangan, merasa dia harus berbagi dengan orang lain, merasa dia harus berbuat bersama orang lain, dan kemudian melahirkan sikap hidup yang juga menebar kebaikan untuk orang lain dan bermanfaat untuk orang lain, dan itulah yang disebut dengan muslim atau pribadi yang sempurna. Muslim adalah seseorang yang mampu menjaga lisannya, menjaga tangannya, agar tidak melukai kepada sesama manusia. Jadi muslim bukanlah hanya sebatas simbol kita mengucapkan asyhadu alla ilaha illAllah—wa asyhadu anna Muhammadan Rasul-Allah (kutipan syahadat), tetapi lebih bagaimana aplikasi pengakuan kita kepada Allah, bagaimana pengakuan kita bahwa Rasulullah adalah junjungan kita. Kita dalam setiap melangkah, dalam setiap berkegiatan apapun, kita selalu sadar bahwa Allah mengawasi kita. Dan parameter kehidupan kita adalah perilaku dari Rasulullah SAW. Kemusliman yang sempurna itu ditunjukkan dalam ketaatan, ditunjukkan dalam sikap, ditunjukkan dalam perilaku, mengagungkan Rasulullah Muhammad SAW sebagai contoh, sebagai suri tauladan perilaku mulia dan ditujukan kepada keagungan Allah yang kemudian dalam bahasa kita sehari-hari, kita hidup hanya karena Allah, kita bisa bergerak karena pertolongan Allah, dan itu rumusannya tidak ada daya upaya selain dari pertolongan Allah. Karena itu kemusliman yang sempurna, atau muslim yang kaf’ah, yang pada dasarnya tunduk patuh hanya kepada Allah, dan bukan kepada benda-benda duniawi selain Allah. Muslim sempurna artinya, seorang muslim yang memahami, menjalankan, titah agamanya secara maksimal. Jadi muslim adalah yang melaksanakan itu tadi, dia memelihara kehormatan orang lain, dia tidak merampas harta orang lain, dia tidak membunuh orang lain, tidak mengganggu orang lain, dan itu definisi muslim. Karena itu menurut saya muslim yang sempurna adalah orang yang melaksanakan misi dari Nabi SAW yaitu menyebarkan rahmat, kasih sayang kepada seluruh alam. Aktivitas Nabi yang prinsip dan substansial adalah membawa umatnya dari suatu kondisi sosial pada kondisi yang lain, dari suatu kondisi primitif, baduwi, pada kondisi lain yang lebih baik, lebih maju, dari posisi mereka di hadapan Ilahi Yang Mahaagung. Inilah makna rahmah, makna tiadalah Kami utus engkau (Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam (wa ma arsalnaka illa rahmatan lil‘alamin). Wa ma arsalnaka illa rahmatan lil-‘alamin, adalah petunjuk bahwa diri Nabi menyempurnakan hakikathakikat Diri Ilahi. Dikemukakan, ini adalah dalil bahwa jika kenabian adalah substansi rahmah, dan bahwa ia diutus untuk rahmah, dan dari keistimewaan rahmah, ini adalah petunjuk bahwa Allah swt. adalah Mahakasih dan Mahasayang (al-Rahman al-Rahim). Ini adalah hubungan antara kasih sayang Allah dan kasih sayang Nabi saw. Yang mengaku sempurna itu yang banyak, jadi orang sok klaim dirinya paling baik padahal orang lain itu yang paling banyak. Muslim yang sempurna itu sebenarnya cuma satu, cuma Nabi Muhammad saja. Para pemirsa, Anda telah mendengarkan apa kata para pakar, para intelektual. Ternyata ilmu pengetahuan, Islam itu sendiri, bagaikan lautan yang ada dibelakang saya, sangat luas, kita masih perlu banyak mempelajari agama kita, agar kita bisa tahu, sejauh mana Islam itu betul-betul menjadi rahmat untuk alam semesta.
Episode 1: ISLAM & IMAN
5
Ternyata di dalam ber-Islam, dibutuhkan ketulusan, keikhlasan, dibutuhkan penyerahan yang total kepada kehendak daripada yang Maha Esa bukan kehendak kita masing-masing. Kehendak Allah yang Maha Agung adalah agar kita hidup bersama-sama dengan damai, menjaga dan memperbaiki kehidupan di dunia ini. Kita sebagai hamba Allah diperintahkan untuk menjadi wakil-Nya di muka bumi ini. Maka sudah sepatutnyalah kita menjaga perilaku kita, agar bumi yang diserahkan Allah untuk kita kelola ini, betul-betul menjadi bumi yang enak ditempati. Bukan sesuatu yang panas, sesuatu yang menyesakkan dada. Saya kira, mudah-mudahan apa yang kita tayangkan dapat menambah khazanah pemikiran dan kekayaan batin kita semua. Semoga. Sampai ketemu pada episode yang lain, dalam pembahasan yang lain. Wassalammualaikum Wr Wb.
Episode 1: ISLAM & IMAN
6
Episode 2: ISLAM & IHSAN
Assalamulaikum Wr Wb Para pemirsa, kita bertemu lagi dalam Lautan Wahyu. Nanti Anda diajak untuk mendengarkan apa pendapat para cerdik cendekiawan tentang manusia yang sempurna. Pendapat-pendapat mereka tentang apa itu syukur, apakah syukur itu hanya terbatas kepada Tuhan, ataukah bagaimana, Anda sekalian nanti akan mendengarkan pendapat-pendapat para cerdik cendekiawan tentang hal tersebut. Mudah-mudahan ada manfaat bagi kita semua di dalam memperdalam pemahaman kita tentang agama. Selamat menyaksikan.
SYUKUR Firman Allah dalam Al Qur’an, barang siapa bersyukur kepada Allah sebenarnya bersyukur kepada dirinya sendiri. Orang selalu bersyukur kepada Tuhan, berarti tidak melupakan dirinya. Ketika orang lupa bersyukur kepada Tuhan dampaknya akan lupa diri. Bersyukur adalah tindakan, perbuatan, sikap hidup yang menempatkan semua anugerah Allah untuk kepentingan manusia, untuk kepentingan orang banyak, karena itu perintah Allah. Orang yang bersyukur maka dia akan tenang hidupnya. Tetapi orang yang tidak tahu syukur, macammacam penyakitnya. Orang yang bersyukur adalah orang yang tahu persis anugerah Tuhan, nah kemudian bertasaruf, memanfaatkan anugerah itu, rizki itu, atau apapun yang diberikan Tuhan untuk kebaikan dirinya, kebaikan keluarganya, dan kebaikan orang banyak. Bahwa bersyukur itu menggunakan segala fasilitas, segala apa yang diberikan oleh Allah sesuai dengan ta’biat pemberian itu. Konkritnya begini, kalau kita diberi tangan, maka kita harus pergunakan tangan ini untuk apa. Apakah untuk merusak, apakah untuk memperbaiki kehidupan. Kalau Rasulullah mengatakan bahwa Innama bu ‘itstu li-utammima shalihal akhlaq (kutipan Qur’an), maka tentunya tangan, kaki, mata ini harus dipergunakan untuk mengembangkan moralitas luhur. Bagaimana berbuat baik kepada sesama, bagaimana bersikap ramah terhadap lingkungan. Ini sebenarnya inti dari syukur. Begitu juga kalau kita mensyukuri kedudukan. Kita dikasih kepercayaan oleh rakyat, kita mensyukuri, melakukan sesuatu yang sangat menguntungkan rakyat, bukan membodohi rakyat. Itu artinya mensyukuri nikmat Allah. Bukan membodohi, bukan mengkhianati rakyat.
Episode 2: ISLAM & IHSAN
7
Aku Merindukanmu oh Muhammadku
Aku merindukanmu oh Muhammadku Sepanjang jalan kulihat wajah-wajah yang kalah menatap mataku yang tak berdaya sementara tangan-tangan perkasa terus mempermainkan kelemahan air mataku pun mengalir mengikuti panjang jalan mencari-cari tangan-tangan lembut wibawamu Dari dada-dada tipis papan terus kudengar seruan Derita mengiris berkepanjangan dan kepongahan tingkah meningkah Telingaku pun kutelengkan berharap sesekali mendengar merdu menghibur suaramu Aku merindukanmu Aku merindukanmu oh Muhammadku Ribuan tangan gurita keserakahan Menjulur-julur kesana kemari mencari mangsa memakan kurban melirik bumi meretas harapan aku pun dengan sisa sisa suaraku mencoba memanggil-manggilmu Oh Muhammadku Oh Muhammadku Di mana-mana sesama saudara saling cakar berebut benar sambil terus berbuat kesalahan Qur’an dan sabdamu hanyalah kendaraan masing-masing mereka yang berkepentingan Akupun meninggalkan mereka, dan mencoba mencarimu dalam sepi rinduku Aku merindukanmu…oh Muhammadku Aku merindukanmu
Episode 2: ISLAM & IHSAN
8
Sekian banyak Abu Jahal, Abu Lahab menitis ke sekian banyak umatmu Oh Muhammadku…salawat dan salam bagimu Bagaimana melawan gelombang kebodohan dan kecongkakan yang telah terkayakan Bagaimana memerangi umat sendiri… Oh Muhammadku Aku merindukanmu… Aku sungguh-sungguh merindukanmu Oh Muhammadku Aku merindukanmu Aku sungguh-sungguh merindukanmu Aku merindukanmu Oh Muhammadku Syaratnya syukur adalah bilisan, ketika kita diberi sesuatu, maka lisan kita akan mengucap terima kasih, Alhamdulillah. Itu adalah syukur bilisan. Dalam hadits itu Nabi saw. menceritakan nanti pada hari kiamat nanti, dan pada hari kiamat nanti itu Tuhan akan bertanya kepada setiap manusia, “Hal syakarta fulanan?” (Apakah engkau sudah bersyukur kepada si fulan?) Lalu orang itu berkata, “Bal syakartu la-Ka ya Rabb.(Tapi kami sudah bersyukur kepada-Mu duhai Tuhanku). Lalu Tuhan berkata, “Kamu belum bersyukur kepadaKu sebelum kamu bersyukur kepada mahluk-Ku,” yang melalui mereka Tuhan mengalirkan nikmat-Nya kepadamu. Jadi, itu biasanya hadits itu disingkat “Man lam yasykur al-makhluk lam yasykur al-Khaliq” (siapa yang tidak berterima kasih kepada mahluk, dia tidak berterima kasih). Syukur itu kan artinya berterima kasih, dan orang yang tidak bisa berterima kasih kepada sesama manusia, itu dihitung tidak bersyukur kepada Allah SWT. Maka syukur pun itu ajaran yang tak terpisahkan daripada agama manapun. Tidak hanya Islam yang punya syukur itu, di Amerika pun sampai harus ada Thanksgiving Day, itu hanya intinya beryukur. Syukur dengan hati kita, artinya apa? Tidak ada sedikitpun pengingkaran, apa yang kita ucapkan adalah apa yang kita rasakan. Lisan kita berkata A, maka hati kita pun juga akan merasakan A. Lisan kita mengatakan putih, hati kita pun juga putih. Sikap syukur itu akan membawa maslahat bagi kehidupan dan akan mencegah kemudaratan. Allah berfirman dalam al-Qur’an, (QS. Al-Nisa, 4:147) Ma yaf‘al Allah bi-‘adzabikum in syakartum wa amantum, Allah tidak akan menurunkan siksa kepada kalian apabila kalian bersyukur dan beriman. Bilal pernah bertanya Nabi, mengapa Nabi ini sudah dijamin oleh Tuhan masuk surga, dosanya diampuni oleh Tuhan, tapi masih terus sholat siang malam begini? Nabi telah mengatakan, apakah tidak selayaknya saya bersyukur kepada Tuhan? Jadi Nabi itu menganggap ibadah itu suatu bentuk syukur.
Episode 2: ISLAM & IHSAN
9
MANUSIA SEMPURNA Menjadi orang beragama yg baik, seperti yang sudah saya katakan harus memiliki dua syarat, yaitu satu, percaya penuh kepada keyakinan agama yang diperolehnya. Dua, percaya penuh kepada perikemanusiaan yang ada. Dengan dua ini dia menjadi apa ya, orang beragama yang kukuh tapi tidak gampang-gampang menghukum orang lain. Manusia yang sempurna adalah manusia yang punya kompetensi dan kesanggupan untuk menjalankan tugas-tugas hidupnya sesuai dengan kodrat dia sebagai manusia. Manusia yang sempurna menurut saya adalah manusia yang mampu menjalankan fungsi-fungsi keibadahan, dan fungsi-fungsi kekhalifahan di muka bumi ini. Manusia itu bisa disebut sempurna apabila manusia itu mempunyai hubungan yang baik ke atas maupun ke samping. Jadi ke atas hubungannya dengan Tuhannya juga baik, ya tentu dia beriman, bertaqwa kepada Tuhannya, beribadah kepada Tuhannya. Ke samping juga begitu, dia akan bermanfaat dan menebar kedamaian dan kasih sayang kepada sesama mahluk, khususnya dengan sesama manusia. Manusia yang sempurna adalah manusia yang bagaimana berusaha mengembangkan dirinya seutuh mungkin dalam usaha yang begitu maksimal untuk mengembangkan seluruh fakultas yang ada dalam dirinya, aspek emosional, aspek spiritualitas, kemudian aspek intelektualitas. Dia selalu berusaha untuk mendekatkan diri kepada Illahi. Sangat penting untuk disebut sebagai insan kamil manusia yang sempurna bahwa musti harus ada iman dan ada keikhlasan. Tapi yang diikhlaskan itu dan diwujudkan sebagai bukti konkrit dari keimanan adalah amal, amal baik, maka dalam Al Qur’an tidak kurang dari 50 ayat itu selalu mengaitkan antara Iman dan Amal Shaleh. Jadi kalau hanya iman saja tidak ada amal shalehnya ya tidak ada wujud konkritnya, tidak ada pembuktian nyata. Itu mungkin hanya klaim, atau dalam perasaan saja. Jadi harus diwujudkan di dalam bentuk amal baik untuk sesama. Nah, amal baik yang kita jalankan bukan dengan kalkulasi, saya berbuat baik agar mendapatkan kebaikan dari orang lain, tapi semata-mata saya berbuat baik karena ini adalah panggilan Allah. Muslim yang sebenarnya dalam keislamannya, sesuai dengan ayat ini, dengan sepenuhnya dan sempurna, hendaknya yakin bahwa rahmat Allah yang dibawa oleh syariah Islam adalah dalam membantu yang berada dalam kebutuhan, dalam menyayangi yang muda, menyayangi yang lemah, menyayangi yang dianiaya, mendahulukan pertolongan bagi setiap orang yang membutuhkan pertolongan. Manusia sempurna itu pada dasarnya adalah proses, proses untuk selalu di garis kemanusiaan. Dan mengoreksi terus-menerus bahwa tindakan kita tidak melanggar prinsip-prinsip yang humanis. Hakikatnya, tidak ada manusia yang sempurna yang dalam arti setara dengan Yang Illahi. Karena itu manusia yang sempurna harus memiliki sifat-sifat nilai-nilai moralitas yang sangat luhur. Jadi bukan sempurna dalam arti dia sudah tidak memiliki kekurangan, tapi dia selalu merasa, bahwa apa yang kita lakukan kurang. Manusia itu diciptakan Tuhan itu dengan satu amanah, dengan suatu tugas. Tugas antara pengabdian yang optimal pada Tuhan, lalu yang kedua adalah tugas untuk kepedulian terhadap kehidupan duniawi. Dalam bahasa lain itu disebut dengan tugas ibadah dan tugas khilafah. Tugas khilafah adalah tugas yang untuk memberdayakan kehidupan manusia ini sebaik mungkin.
Episode 2: ISLAM & IHSAN
10
Kesempurnaan manusia ya digambarkan tidak dalam khotbah-khotbah, terutama kesempurnaan itu dicerminkan dalam tindakan keseharian yang bisa membuat orang terinspirasi melihat tindakannya, bisa membuat orang memperoleh suri tauladan karena melihat perilaku-perilaku nyata yang terpancar dalam hidupnya sehari-hari. Konsep dalam Islam yang disebut insan sempurna atau insan kamil, itu sebetulnya akumulasi dari sifatsifat bagus tadi, tetapi selalu on going process, selalu di dalam proses untuk mencapai yang lebih baik. Nah, konsep manusia sempurna tadi sebetulnya adalah on going process to reach sempurna itu tadi, untuk memperoleh kesempurnaan tadi. Maka sebetulnya saya ragu kalau ada orang yang mengatakan saya adalah sudah sampai ke tingkat kesempurnaan, karena semua adalah on going process. La ya‘rif al-wali ila al-wali, tidak ada yang tahu siapa itu wali kecuali wali itu sendiri. Jadi untuk tahu itu kita harus jadi wali. Nah ini pendapat ini dipegang teguh, tidak boleh gampang-gampang mewalikan orang. Ya, menganggap orang wali. Tetapi juga orang-orang yang tidak punya kelebihan juga tidak boleh kita anggap dia bukan wali. Ada salah seorang filsuf yang terkenal ..... (nama filsuf), kata dia kita adalah kita sebetulnya bukan mahluk jasmaniah yang mengalami pengalaman ruhaniah, tapi kita adalah mahluk ruhaniah yang sedang mengalami pengalaman jasmaniah. Artinya, orang seperti Nabi adalah mahluk ruhaniah yang mempersembahkan kehidupan jasmaniahnya untuk mencapai tujuan-tujuan ruhani yang tinggi, karena itu kesalehan Nabi tidak ditandai dengan sholat malam setiap malam saja, tapi kesalehan Nabi ditandai dengan perkhidmatannya kepada sesama manusia. Menurut saya juga manusia yang sempurna adalah orang yang seperti Nabi, yang di dalam dirinya itu terhimpun 2 inti dari ajaran Islam, bahkan menurut saya ajaran seluruh agama yaitu beribadat kepada Allah, dan berkhidmat kepada sesama manusia. Dia mencintai Allah dan mencintai sesama manusia. Dan itu terwujud dalam kepribadian Nabi, dalam hidup Nabi, ia beribadat kepada Allah ditandai dengan kekhusukanNya dalam menghadap Tuhan sampai berlinang airmatanya di waktu sholat. Tapi dia juga lawan kedzaliman dengan perjuangannya selama hidupnya. Manusia yang sempurna tadi Anda mendengar banyak sudut pandang dari para cendekiawan tadi. Ada yang melihatnya dari kesyukuran hamba kepada Tuhannya, ada yang melihat dari peranannya sebagai manusia, memang seperti kita ketahui, kita manusia ini adalah hamba Tuhan, yang diperintahkan, ditugasi, unjuk menjadi khalifahnya, menjadi wakilnya di permukaan bumi ini. Karena itu, Tuhan memberikan kelengkapan-kelengkapan pada diri kita yang tidak diberikan kepada yang lain. Kita diberikan akal budi, diberi nurani, sehingga kita bisa berusaha untuk menyerap sifat-sifat ke-Tuhanan karena kita akan mewakili-Nya di muka bumi ini. Kita misalnya, karena kita akan menguasai dunia ini, maka kita harus mempunyai sifat Tuhan yang pengayom PROTECTING, yang penyayang, penuh kasih sayang, adil, bisa mengatur, dan seterusnya. Tapi, kita tidak boleh lupa pula bahwa sebelum kita diangkat menjadi wakilnya di muka bumi, kita itu sudah hamba, sudah merupakan hamba Tuhan. Karena hamba, maka kita juga mempunyai sifat syukur yang berterimakasih kepada Tuhan yang telah memberi segala macam kepada kita. Kita juga harus mempunyai sikap tawaddu , rendah hati, agar supaya ketika kita itu berkuasa, kita tidak menjadi sewenang-wenang SELFISH DICTATOR TYRANT, ketika kita terlalu menyadari ke-khalifahan kita, dan sampai melupakan ke-hambaan kita, maka yang terjadi adalah suatu kesewenang-wenangan, kadangkadang kepada alam, kadang-kadang justru kepada sesama manusia. Mereka misalnya yang diberi kekuasaan secara fisik, secara politis, kadang-kadang dia seperti firaun misalnya, dia justru malah mengaku Tuhan. Dan ajaran dilupakan, ada juga yang merasa mempunyai
Episode 2: ISLAM & IHSAN
11
kelebihan, tentang agama, lalu seperti penguasa agama, lalu seolah-olah, bisa menentukan orang ini salah, orang ini keliru, orang ini di neraka, orang ini di surga. Nah ini karena apa, karena terlalu menyadari kekuasaannya sebagai wakil Tuhan di bumi, tetapi lupa kehambaannya kepada Tuhan. Karena itu kita harus selalu menjaga, agar kita tetap menjadi hamba-Nya, tetapi juga menjadi wakil-Nya sebagai khalifah-Nya di muka bumi ini. Sehingga dengan demikian, kehidupan kita di dunia ini menjadi rahmat, bukan hanya kepada sesama manusia tetapi se-alam semesta. Demikian para pemirsa, mudah-mudahan ada manfaatnya, dan kita akan ketemu lagi di dalam episode yang lain, dengan tema yang yang lain. Sampai jumpa, wassalam.
Episode 2: ISLAM & IHSAN
12
Episode 3: UMMAH Assalamualaikum Warrohmatullah Wabarokatu (Wr Wb) Para pemirsa, senang sekali bertemu dengan Anda kembali. Kali ini Lautan Wahyu akan membicarakan mengenai suatu istilah yang sangat populer tetapi orang masih bingung sebenarnya apa makna istilah itu, yaitu istilah umat. Anda akan saya ajak untuk mendengarkan terlebih dahulu bagaimana pendapatnya para cendekiawan, para ulama mengenai istilah tersebut. Mari kita ikuti. Umat adalah sekumpulan orang, sekelompok orang, yang sama-sama berkeyakinan dengan system of believe yang sama, lalu berkumpul. Maka umat adalah bagian sosiologi daripada keberagamaan. Kalau dalam Islam namanya umat, dalam Kristen namanya congregation. Menurut pandangan Islam, itu memang umat itu tidak satu. Ya contohnya dalam surat ... (bahasa Arab) ya kan, bagi kalian agama kalian, bagiku agamaku. Jadi dari awal oleh Islam itu ... manusia itu harus berbeda-beda Umat adalah sekumpulan manusia, yang bersama-sama hidup dalam suatu rentang sejarah tertentu, dalam suatu budaya dan peradaban tertentu, dan semuanya bekerjasama dalam kepentingan-kepentingan mereka, yakni ada kepentingan bersama—dan kepentingan bersama inilah prasyarat dalam pendirian suatu umat dalam arti yang hakiki. Dan kepentingan bersama lebih besar daripada kepentingan-kepentingan politik, bisa dikatakan itu adalah kepentingan dalam arti peradaban secara luas. Sekelompok manusia yang diikat oleh sistem keyakinan tertentu, dan keyakinan ini biasanya terkait dengan keyakinan transenden keagamaan, maka disebut umat Islam, umat Kristen, umat Budha. Tapi tidak ada disebutkan terkait dengan keyakinan yang bersifat ideologis, umat komunis, umat kapitalis, tidak ada. Umat itu bagi saya bukan konsep politik ya, tapi lebih merupakan konsep teologis. Maka umat itu pada dasarnya adalah merupakan kesadaran kolektif bahwa kita ini hidup bersama manusia yang lain. Jadi, umat itu bukan sesuatu kesadaran yang diikat oleh cita-cita politik tetapi lebih cita-cita kemanusiaan. Konsep umat kalau kita lihat dari sejarah Islam itu sendiri sangat fleksibel, kalau kita baca Madinah misalnya, umat itu yang mencakup seluruh penduduk kota Madinah. Ya komunitas Yahudi, komunitas Muslim, dan lain semacamnya. Itu yang disebut umat pada saat itu. Dalam Islam itu diakui, diluar Islam itu ada beberapa umat-umat yang lain. Pada jaman turunnya Al Qur’an itu, di dunia ini ada beberapa jenis agama-agama itu, ada agama Samawi, yang masing-masing punya umat. Atau ada yang mengatakan agama Ibrahimi, anak turun dari Nabi Ibrahim yaitu Yahudi, Nasrani, dan Islam, ini yang dalam bahasa Al Qur’an disebut ..... (bahasa Arab). Tapi disamping itu ada suatu umat-umat yang lain yang tidak disebutkan sebagai agama Samawi, umpama saja Majusi, Konghucu, umpama saja yang lain-lain. Itu tidak termasuk yang sudah dibicarakan di dalam wahyu Al Qur’an. Sebab Al Qura’an sendiri mengatakan, sebagian Nabi-Nabi dan Rasul itu ada yang tadi sudah saya ceritakan padaMu Muhammad, tapi masih ada lagi yang lain yang tidak akan diceritakan.
Episode 3: UMMAH
13
Umat itu jumlahnya sangat banyak, umat yang percaya kepada agama kita adalah bagian dari apa itu ...... (kurang jelas), umat dari agama-agama lain itu juga adalah umat. Ini realitas sosiologis, ini kenyataan hidup sehari-hari yang tidak terbantahkan yang membuat kita harus mulai secara perlahan-lahan membangun apa itu namanya hubungan-hubungan antar umat beragama tadi, membangun relasi-relasi yang menyenangkan. Dalam Al Qur’an ditegaskan, dijadikan berbagai macam umat, berbagai macam bangsa, berbagai macam kabilah, itu bukan untuk konflik, tapi justru untuk kerjasama, kerjasama itu adalah bahasa yang paling gampang dicerna oleh masyarakat dari kalimat ta’aruf itu. Sebab ta’aruf itu tidak bisa dilakukan oleh satu pihak, tapi ta’aruf itu harus dilakukan antara dua pihak. Jadi Islam itu sebagaimana juga sudah diucapkan dimana-mana sebagai Rahmatan Lil’alamin, eksklusifme itu adalah pengkhianatan terhadap itu, iya kalau umat itu menimbulkan eksklusifme itu artinya lebih baik tinggalkan saja dunia ini, tinggalkan aja, selamat tinggal, pergi dulu ke paham yang lain, ga bisa, eksklusif adalah suatu sikap penghianatan terhadap agama, Islam khususnya, nggak bisa.
KAFIR Ada kecenderungan dari sebagian kelompok Muslim tertentu, yang mengoposisibinerkan antara Islam dengan kafir. Dalam arti begini, muslim adalah umat Islam, selain umat Islam adalah kafir. Ini yang cenderung menguat saat ini. Lebih dalam lagi, adalah orang yang memahami keimanan secara monopolistik, jadi seakan-akan yang tidak seperti pemahaman dia, itu sudah tidak iman lagi. Ini sebenarnya fenomena lama, tidak hanya sekarang. Dulu pada saat Syaidinah Ali Karram-Allah wajhah (semoga Allah memuliakannya) kita kenal sebuah kelompok namanya Khawarij yang mengkafirkan semua orang di luar golongannya. Nah ini semua sampai sekarang reinkarnasinya masih ada, sehingga seperti Azhari datang ke indonesia ngebom itu dia merasa mendapat pahala. Jadi saya melihat ini semua garis keras itu, jika kita cari-cari hulunya, itu dari mental orang arab. Itu sangat jelas. Mengapa kita dikejar-kejar sampai ke Java? Ambil Islamnya dong, jangan diambil tafsirantafsiran. Arabisme tidak sama dengan Islam, termasuk berpakaian segala macam. Itu bagi saya, itu ngga. Itu namanya kita mengadopsi suatu kultur atau subkultur secara sangat tidak cerdas. Al-Quran hanya mau bersabar dengan orang beriman dan orang yang cerdas. Ini adalah wacana-wacana yang mengakibatkan bukan hanya fundamentalitas tetapi juga ekstrimitas yang ujung-ujungnya menjurus kepada masalah teror dan destruksi sosial. Kafir itu sebenarnya merujuk pada konsep orang yang mengingkari nilai-nilai ketuhanan atau bahkan nilai-nilai kemanusiaan. Di dalam Islam ada konsep kafir din nikmah itu, ya sebenarnya intinya sama, ketika seseorang sudah tidak menghargai nilai-nilai ketuhanan, nilai-nilai yang intinya moralitas luhur, bagaimana kepedulian terhadap sesama, bagaimana membangun solidaritas, semuanya dinegasikan, maka itu semuanya kafir. Terlepas agamanya apa. Jadi definisi kafir di dalam Al Quran, sepanjang yang saya ketahui, itu adalah lawan dari orang yang bersyukur. Tuhan itu hanya membagi manusia dalam dua kelompok saja: yang berterimakasih, yang bersyukur, dan yang kafir. Kafir itu yang tidak bersyukur; La-in syakartum la-azidannakum wa la-in
Episode 3: UMMAH
14
kafartum inna ‘adzabi lasyadid (Kalau kamu bersyukur kami tambah nikmatku, kalau kamu kufur--azabKu sangat pedih). Sampai Nabi Sulaiman saja berkata di dalam Quran, “Hadza min fadl-li Rabbiliyabluwani aasykuru am akfuru (Ini adalah anugrah Tuhan kepadaku untuk menguji apakah aku ini orang syukur atau orang kufur) (QS. Al-Naml, 27:49), itu kata Al Quran. Orang kafir itu tidak selalu nonmuslim. Seorang muslim pun bisa kafir, kalau dia tidak berterimakasih, tidak bersyukur, atau tidak berterima kasih kepada sesama manusia dia disebut kafir. Atau kalau dia diberi peringatan kemudian dia tidak mengubris peringatan itu, dia disebut kafir. Siapa pun yang hatinya mati, maka dia adalah kafir. Kata kafir semula bermakna menutup dengan arti mendustakan (ghatta). Karena itu, yang dimaksud al-kufr—arti kafir adalah mendustakan hakikat, dan menutupnya, dan mendustakannya (jahadu), dan meyakini kebenaran adalah pada dirinya /wastayqanatha anfusuhum (?). Maknanya, seseorang sungguh telah mendustakan, di sini arti kafir adalah juhud (mendustakan). Juhud adalah mengingkari apa pun yang ada, apa yang kita ketahui ada; mengingkari apa yang ada. Karena itu, banyak yang tidak menerima Islam mislanya, sulit untik menyebutnya kafir karena mereka tidak menerima Islam. Karena kufr adalah mengingkari sesuatu yang diketahui (ma‘ruf), dan menutup dirinya atas arti yang diketahui dan dikenalnya; mendustakannya dan menutup diri untuk mengetahuinya. Maka kufr adalah mendustakan hakikat atau kebenaran. Dan yang selalu menutup hakikat menurut Islam adalah dosa, atau kesombongan (al-kibr) atau sifat yang mencegah manusia melihat apa pun selain dirinya. Bagi saya, ungkapan Al Quran itu yang mengatakan bahwa kadang-kadang ada seseorang bagi dia Islam tapi siangnya atau sorenya mereka menjadi kafir. Itu sebenarnya adalah orang yang tidak konsisten di dalam garis kebenaran. Kafir adalah orang yang menentang pada Tuhan, bukan menentang tidak mengakui Tuhan saja. Tapi menentang terhadap kemauan Tuhan, perintah Tuhan dengan sengaja. Iblis itu sampai sekarang masih bertuhan, tapi mengapa dia dikatakan kafir. Kafirnya Iblis bukan karena atheisme, atheistic, bukan. Iblis itu sudah divonis Tuhan menjadi mahkluk yang sangat terkutuk. Tapi iblis itu masih selalu mengatakan “Wahai Tuhan,” jadi dia itu masih tetap mengakui Tuhannya. “Wahai Tuhan, Rabbi fa-andzirni ila yaum yub‘atsun” (Tuhan, tangguhkan umur saya ini sampai nanti semua orang itu hidup kembali). Jadi iblis ini masih mengakui bahwa yang bisa memperpanjang umur ini bukan dia, tapi Tuhan, Allah. Iblis juga sopan sekali kadang-kadang, menggoda orang juga pamit pada Tuhan. “Tuhan, karena Engkau sudah menjadikan saya mahkluk yang terkutuk, maka saya akan menggoda anak cucu Adam.” Ironisnya, justru ketika antara Islam dan kafir ini dioposisikan, maka muncul persoalan berikut, bahwa setiap orang non-muslim, entah kristiani, entah yahudi, entah atheis, walaupun dia berbuat baik apapun, ada kecenderungan itu kafir yang harus diperangi karena dia sudah mengingkari Tuhan. Jadi ada simplifikasi persoalan bagi kelompok tertentu terhadap kafir. Padahal kafir itu intinya pengingkaran terhadap realitas kemanusiaan dan ketuhanan. Saya tidak menemukan satu pun dalam Al Quran bahwa definisi kafir itu sama dengan non-muslim, seperti definisi kita sekarang ini, kalau kita tanya orang, itu yang disebut kafir adalah non-muslim. Bahasa Arab. Kalau lagi-lagi Anda melihatnya itu sebagai particular pattern, atau universal pattern, kalau bola-bola itu adalah bola-bola particular, maka umatan wahiddah bisa jadi hanya dipahami secara spesifik umat Islam di seluruh dunia, tetapi more than umatan wahiddah adalah kemanusiaan universal maka bagaimanapun konsep umatan wahiddah, sekarang ini masih harus dikembangkan bahwa dia bagian dari kemanusiaan universal. Bagi saya pribadi, dan bagi umat Islam, Islamlah yang terbaik bagi kita. Tapi yang kita yakini baik, yang kita yakini paling sempurna, mungkin belum tentu diyakini oleh orang lain dan kita tidak punya hak untuk menyalahkan, kita tidak punya hak untuk menghakimi, memvonis seorang
Episode 3: UMMAH
15
itu kafir atau apapun. Karena sesungguhnya yang paling berhak menghakimi benar tidaknya adalah Allah SWT, yang terpenting adalah bagaimana kita menjaga keyakinan kita bahwa itu yang terbaik bagi saya. Tapi sekali lagi, kita tidak punya hak untuk memaksakan keyakinan kita, kebenaran kita kepada orang lain, sehingga kita pun memvonis bahwa orang lain itu salah, memvonis bahwa orang lain itu tidak benar. Kita itu kalau memikirkan apa agama yang mesti Indonesianya, tapi kalau memikirkannya Indonesia ya mesti ingat agama. Bagi saya pribadi, dan bagi umat Islam, Islamlah yang terbaik bagi kita. Tapi yang kita yakini baik, yang kita yakini paling sempurna, mungkin belum tentu diyakini oleh orang lain—dan kita tidak punya hak untuk menyalahkan, kita tidak punya hak untuk menghakimi, memvonis seorang itu kafir atau apa pun. Karena sesungguhnya yang paling berhak menghakimi benar atau tidaknya adalah Allah SWT, yang terpenting adalah bagaimana kita menjaga keyakinan kita bahwa ini yang terbaik bagi saya. Tapi sekali lagi, kita tidak punya hak untuk memaksakan keyakinan kita, kebenaran kita kepada orang lain, sehingga kita pun memvonis bahwa orang lain itu salah, memvonis orang lain itu tidak benar. Dalam sehari-hari sebetulnya kita itu sadar bahwa di kiri kanan kita itu ada orang lain, the others, Bahasa Arab. Perasaan saya, saya termasuk teman-teman yang lain merasa bahwa ketika sudah punya iman, lalu menganggap bahwa yang lain tidak punya iman yang sama. Nah mengapresiasi kepada yang lain, inilah world citizenship. Kalau kita miskin nuansa world citizenship itu bisa saja apa yang disebut clash-clash itu ada clash of civilization, jadi yang sulit adalah clash (tidak jelas) civilization. Clash ditengah keumatan itu sendiri, nah maka umat dan konsep keumatan tadi harus dikaitkan kepada konsep yang lebih general, yang lebih fundamental lagi, insaniah wahiddah. Lebih bahaya lagi, kalau umat kemudian selain menjadi kesadaran politik, juga menjadi kesadaran sosiologis. In group, out group, dan itu kadang-kadang dengan claim bahwa karena persepsi keimanannya berbeda, atau ininya berbeda, maka ini kemudian dianggap sebagai kelompok umat yang berbeda. Itu yang menurut saya sangat berbahaya. Dengan begitu maka kalau kesadarannya muncul sebagai kesadaran sosiologis dan ingroup, outgroup itu maka, ya umat itu menjadi bendera-bendera sosiologis, benderabendera politis, bukan bendera-bendera keimanan, bendera-bendera kesadaran manusia yang lebih tinggi. Di dalam Islam, orang tidak boleh memaksa orang non-muslim jadi Islam, karena itu bukan domain manusia. Ketika orang mempunyai keyakinan bahwa dia harus memberesi seluruh orang masuk Islam maka dalam konteks ini kan sudah menjadi embrio konflik. Dalam segi keimanan saja Bahasa Arab. Nah, itu dihitung kesalahpahaman, memposisikan Islam keluar Islam, nah, kadang-kadang memposisikan Islam sesama umat Islam pun ada missunderstanding disitu. Rasulullah pernah menyampaikan sebagai suatu garansi, bagaimana mengasihi semua umat dalam suatu sabdanya menyampaikan bahwa Bahasa Arab. Barangsiapa yang menyakiti seorang Nasrani, menyakiti orang Yahudi, menyakiti orang non Muslim, yang telah sanggup hidup damai, maka sama dia dengan menyakiti diriku. Itu jaminan Rasulullah. Jadi kalau sampean melempari gereja hari ini, itu berarti sama dengan melempari rumah Rasulullah SAW. Kalau sampean merusak wihara, merusak tempat ibadah umat beragama lain, maka Bahasa Arab. Sama dengan merusak rumahku, kata Rasulullah. Betapa tegas dan jelas jaminan Rasulullah untuk mengajari kita mampu hidup berdampingan dengan baik dengan siapapun di muka bumi ini. Satu catatan yang ingin saya garis bawahi bahwa keumatan sekarang ini, atau congregation yang ada di Amerika atau di Eropa jangan melupakan bahwa mereka dan kita semua adalah warga dunia. World citizenship. Warga dunia ini sebetulnya melampaui batas-batas keumatan, batas-batas congregasi tadi.
Episode 3: UMMAH
16
Maka yang diperlukan selain keumatan adalah perasaan, kesadaran bahwa kita adalah warga dunia. World citizenship. Kadang-kadang kita mengalami kesulitan disitu. Nah, bagaimana para pemirsa ternyata dari apa yang kita ikuti tentang pembicaraan, keterangan para cerdik cendekiawan mengenai umat, lalu merembet berbicara mengenai istilah kafir, yang juga populer. Para pemirsa sekalian, dulu manusia itu satu umat, ini menurut Al-Quran, Qana’nasu ummatan wahhidah “Dulu itu manusia satu” dari bapak satu, dari ibu satu, kemudian berkembang biak menjadi umat yang banyak sekali, lalu Tuhan mengutus para Nabi-nabi. Nabi-nabi itu yang diketahui orang Islam saja paling sedikit ada 25, itu banyak sekali Nabi-nabi sepanjang zaman ini. Nah Nabi-nabi itu diperintahkan oleh Tuhan untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan. Menurut bahasa Al-Quran, Qana’nasu ummatan wahhidah lalu Allah mengirim, apa itu, mengirim para Nabi-nabi yang tugasnya wabashiri wa mundziri memberi kabar gembira, memberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka kitab-kitab banyak sekali, tidak hanya yang seperti kita ketahui, Al Quran, Injil, Taurat, ada Zabur, Sufu Musa, ada banyak sekali kitab-kitab, yang kita ketahui ada yang tidak, karena memang ada yang diceritakan oleh Allah kepada kita, ada yang tidak. Tapi banyak sekali. Nah, lalu umat menjadi banyak. Seandainya Tuhan menghendaki, bisa saja Tuhan menjadikan umat ini satu. Dan Allah sendiri di dalam Al-Quran berfirman dengan istilah “Lau” Lau sya Allahu, “Seandainya Allah menghendaki” kata seandainya itu artinya tidak. Seandainya saya memiliki milyaran rupiah, yang bicara saya Mustofa Bisri, itu jelas tidak. Seandainya saya menjadi ketua PBB, ya tidak mungkin, seorang Mustofa Bisri. Jadi, seandainya Tuhan menghendaki kalian akan dijadikan satu umat saja. Artinya Tuhan tidak menghendaki itu. Kita tidak tahu mengapa Tuhan tidak menghendaki tapi manfaatnya itu jelas. Karena tidak satu, kita jadi berwarna-warni. Jadi banyak. Ambil contoh saja misalnya Anda di suatu taman, lalu disitu hanya ada bunga satu berwarna kuning saja, misalnya itu lama-lama jenuh kita memandang. Tapi kalau kita melihat taman itu ada merah, ada kuning, ada hijau, ada biru, ada ungu, ada lilac, indah sekali. Ini kebetulan di dekat saya ada alat-alat gamelan. Seandainya hanya ada ini saja, kan kita akan mendengarkan (sound of gendang) hanya begini terus. Itu mungkin telinga kita bisa sakit, tapi karena digabungkan ada ini (sound of gambang), ada gambang, ada bonang, ada gong dan segala macam. Dan itu berjalan bersamaan, tanpa ada perkelahian antara bonang sama kendang, antara ini. Alangkah nikmatnya simponi yang dibikin oleh yang berbeda-beda ini. Tapi, itulah manusia kadang-kadang, ketika dia mempunyai pendapat, dia menyangka bahwa pendapatnya yang paling benar. Kalau dia mempunyai sesuatu yang dianggapnya baik, maka yang lain dianggap buruk. Sebetulnya bisa dibatasi, setiap umat misalnya, karena umat ini tidak mungkin satu, banyak. Setiap umat cukup membatasi diri dengan memuji dirinya sendiri, itu sudah cukup. Sama dengan orang mempunyai istri cukup hanya memuji istrinya saja. Istri saya, lihatlah, indah sekali. Matanya bagai bintang kejora, bibirnya bagai buah delima, alisnya bagai semut beriring, pipinya bagai pauh di layang, dagunya bagai lebah bergantung. Silahkan terserah, tapi jangan diteruskan, daripada istri kamu. Ini yang sering sekali membikin masalah dalam kehidupan kita. Kita tidak cukup dengan hanya memuji diri sendiri, tetapi sambil merendahkan pihak yang lain. Jadi, tadi kita juga dengarkan pendapat dari beberapa intelektual tentang kafir. Kalau menurut pemahaman saya di dalam Islam, ini ada dua orang manusia, yang satu tunduk kepada Tuhan-nya, yang satu tidak mau tunduk, itu aja. Yang tunduk, dan yang tidak tunduk, yang tidak tunduk ini orang yang kafir. Bukan artinya lalu yang tidak sama dengan saya lalu kafir, dan kalau kafir harus disikat. Itu juga salah dua kali. Kenapa? Kalau orang kafir yang tidak sesuai dengan pemahaman kita itu disikat, kita tidak mempunyai pedoman, ini pakai apa, pakai Quran, atau tuntunan Nabi Muhammad misalnya, kalau orang
Episode 3: UMMAH
17
kafir harus disikat, maka kita tidak ada orang yang tidak kafir. Sejak Nabi Muhammad, kenapa? Karena dulu itu yang tidak kafir cuma Nabi Muhammad saja, yang lain kafir, jadi kalau semua dibunuhi oleh Nabi Muhammad, tidak ada orang Islam. Dulu ada sahabat yang meminta kepada Rasulullah supaya melaknat, mendoakan buruk kepada orang-orang yang disebut musryik atau kafir itu. Rasulullah mengatakan, Saya diutus Tuhan untuk mengasih sayangi sesama, bukan untuk melaknat, bukan untuk mendoakan buruk kepada sesama. Bu istu Rahmatan, saya diutus untuk merahmati, bukan untuk melaknati. Jadi, para pemirsa sekalian, mungkin dari tayangan ini Anda mendapatkan dari para intelektual itu suatu pengertian baru, yang justru pengertian baru itu bisa diharapkan dapat menyelesaikan masalah-masalah yang diakibatkan oleh, kasarnya, pengetahuan tentang agama itu sendiri yang masih perlu ditingkatkan. Di lain kesempatan, kita akan membicarakan topik yang lain, yang tidak kalah menariknya dari yang tadi kita saksikan. Mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua. Nanti pada episode yang akan datang, para pemirsa kita akan membicarakan hal lain, yang berhubungan dengan kehidupan kita sehari-hari, dan apa yang kita sudah kenal, tapi kita ingin mendalami maknanya kembali. Sampai bertemu dalam pertemuan yang akan datang. Wassalam. Sampai ketemu, Wassalammualaikum.
Episode 3: UMMAH
18
Episode 4: KAUM BERIMAN Assalamualaikum Wr Wr Para pemirsa, senang sekali ketemu lagi dengan Anda. Kali ini Anda kami ajak untuk mendengarkan pendapat para cerdik cendekiawan, dan para agamawan mengenai kaum beriman. Nanti mungkin akan ada pembicaraan mengenai ahlul kitab yang sekarang mulai ramai lagi dibicarakan juga tentang syirik, mesekutukan Tuhan, musyrik dan lain sebagainya. Nah baiklah kita ikuti saja apa yang mereka katakan tentang hal-hal itu. Selamat menyaksikan. Ciri orang taqwa yang pertama kali dikemukakan dalam al-Quran, dalam surat al-Baqarh, itu ciri orang taqwa yang pertama adalah “Allazdina yu’minuna bi ma unzil ailaika wa ma unzila min qablik,” Orang taqwa itu adalah orang yang beriman kepada kitab yang turun kepada-Mu ya Muhammad, dan kepada kitab yang turun kepada sebelum kamu. Artinya sebagai seorang Muslim, kita wajib beriman kepada kitab al-Quran, dan kepada kitab yang turun sebelum kita. Al-Qur’an tidak membatasi kitab suci atas Taurat dan Injil, ada suhuf (kitab-kitab suci) Ibrahim, ada Zabur Nabi Daud, ada para rasul yang diutus kepada semua umat, dan tidak ada satu umat pun (satu daerah pun) yang tidak punya utusan (QS. Fathir, 35: 24). Setiap umat punya utusan. Maka utusan diutus kepada semua umat. Dalam hal ini ada hadits yang menyatakan, “Bahwa Allah swt. telah mengutus kepada umat manusia lebih dari 124.000 nabi dan utusan.” Sebelum Nabi Muhammad, diturunkan Zabur, Taurat, Injil, Bibel, maka jelas disitu bahwa bagi Al Quran, bagi Islam, sebenarnya Islam ini ingin merajut benang merah dari agama-agama sebelumnya. Quran itu bukan kitab suci yang berdiri sendiri, Quran itu kelanjutan dari semua; semua wahyu itu satu ya. Quran itu adalah penyempurna, kitab-kitab suci yang pernah turun ke muka bumi ini. Ya itu kalau kita bicara kitab-kitab suci kan yang mau mengakui orang beriman ya, yang tidak beriman kan tidak mau mengakui itu, itu hak mereka ya. Jadi al-Quran mengakui itu. Semua membenarkan, apa yang diturunkan kepada Muhammad, dan apa yang diturunkan kepada Nabi-Nabi, dan Rasul-Rasul sebelum Engkau. Qurannya sangat jelas, sangat tegas. Dalam Al Quran, diabadikan ajaran-ajaran para Rasul sebelumnya dan sekaligus memuat ajaran Nabi Muhammad untuk para Rasul. Contoh yang paling real sebelumnya tercermin dalam ibadah haji. Itu kan Nabi Ibrahim. Sementara dalam Islam ibadah haji itu posisinya justru terakhir, bisa saja terakhir ini sebuah apa ya, proses paling tinggi kan dan di puncaknya, justru Islam meneruskan, mengawetkan, ajaran Nabi Ibrahim. Dari situ saja sudah kelihatan sekali ya, bahwa Al Quran, ajaran Nabi Muhammad itu menghargai, meneruskan ajaran-ajaran sebelumnya. Islam itu punya fungsi komplementer, menambahi pada pandangan-pandangan lain, ada juga yang menganggap sebagai alternatif, itu tidak benar, Islam bukan alternatif kok, Islam dari dulu komplementer. Nabi selalu berdialog dengan orang-orang yang mempunyai agama-agama sebelum Islam, bisa Kristen, bisa Yahudi, dan itu teman dialog Nabi pada saat the formative age of Islam. Nah, ketika itu menjadi teman dialog, maka itu simbol pengakuan.
Episode 4: KAUM BERIMAN
19
Misalnya, konsep kasih di dalam Injil itu merupakan benang merah yang begitu kuat sebenarnya di dalam Islam, walaupun mungkin bahasanya bukan kasih tapi misalnya sebagai rahmat bagi sekalian alam. Ada benang merah dari seluruh agama itu, tadi saya sebutkan, inti dari ajaran Islam itu kan beribadah kepada Allah dan berkhidmat kepada sesama manusia. Ambillah di dalam Perjanjian Baru, dalam Perjanjian Baru itu kira-kira di dalam Lukas, Mathius, Markus mungkin kecuali Yahya atau Yohannes, disitu Yesus pernah ditanya tentang apa inti dari keberagamaan itu, hukum Tuhan. Maka kata Yesus hukum Tuhan yang pertama ialah Engkau mencintai Tuhanmu, dengan segenap jiwamu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap akal budimu. Itu hukum Tuhan yang pertama, nah hukum Tuhan yang kedua, engkau cintai sesamamu lebih dari mencintai dirimu sendiri. Nah apakah kita tidak boleh beriman kepada ajaran seperti ini? Dalam surat al-Ankabut: “wa qulu amanna bil-ladzi unzila ilaina wa unzila ilaikum wa ilahuna wa ilahukum wahid” (QS. Al-Ankabut, 29:46). Kita dianjurkan oleh Allah agar kita ini berkata kepada orang ahlul kitab, “kita iman kepada kitab-kitab suci yang diturunkan kepada kita, dan kepada kitab-kitab suci yang diturunkan kepada kalian. Wa ilahuna wa ilahukum wahid, Tuhan kita dan Tuhan kalian satu,” dan kita dianjurkan cari kesamaannya, jangan cari perbedaannya. Dalam Al Quran dikatakan Nabi, Al Quran itu sendiri membenarkan prinsip-prinsip ajaran dari Taurat dan Injil. Kandungan maknanya kitab suci memang luar biasa besarnya, sebesar kesadaran manusia itu sendiri, kalau kesadaran manusianya barbarian, ya itu kitab suci bisa disalahpahami, bisa untuk pembenaran yang tidak apa, yang melanggar cita-cita kemanusiaan. Kalau kitab suci itu cuma dibaca, apalagi sebagai pembenaran untuk berkelahi, untuk konflik ya sebenarnya kan kehilangan makna dasarnya, pesan dasarnya gitu loh. Di dalam fundamental ideas, fundamental belief, fundamental structure keberagamaan, sebetulnya Al Quran sama. Mengakui adanya hal-hal yang fundamental itu tadi. Ya bersyukur, ikhlas, beribadah. Itu semua agama punya itu istilah-istilah itu. Cuma aplikasinya di dalam kultur masing-masing berbeda. Nah, di dalam hal yang fundamental itu tadi, Islam mengakui itu semua. Di beberapa ayat, al-Quran itu mengapresiasi positif, terhadap kebenaran Ahlul Kitab, terhadap kebenaran umat lain. Bahkan Ahlul Kitab disebut tiga puluh satu kali di dalam Al Quran dengan beberapa kategori. Ahlul Kitab adalah mereka yang beriman kepada kitab-kitab samawi terdahulu, seperti Taurat dan Injil. Tapi mereka mencukupkan dengan itu dan tidak beriman dengan risalah Nabi Muhammad saw. Dan Ahlul Kitab pada masa Nabi saw., mereka adalah sama dengan Ahlul Kitab ada masa sekarang. Alkitab adalah saudara kita, sesama mukmin. Al Quran tidak pernah mengatakan mereka kelompok yang kafir. Tapi mereka adalah umat yang beragama, umat yang punya wahyu, umat yang mengimani, mempercayai kitab suci wahyu, dan mereka punya Nabi, punya ajaran, punya aturan, oleh karena itu harus kita hormati. Ahlul kitab itu di dalam faktanya di dunia ada tiga macam. Ada ahlul kitab yang disebut di dalam Al Quran, kelompok yang paling menyayangi Islam, qissisina wa ruhban (para wali dan wahib). Ada juga kelompok yang memang melakukan Islamuphobia. Ketiga, ada kelompok ahlul kitab yang mulai tidak peduli kepada masalah lintas agama karena dia lebih cenderung profesional. Apakah dia bisnis, apakah dia politisi, dan sebagainya, dan sebagainya.
Episode 4: KAUM BERIMAN
20
Syirik itu artinya menyekutukan, musyrik itu adalah orang yang menyekutukan sumber kebenaran sesungguhnya, atau menyekutukan Allah sebagai sumber kebenaran yang mutlak. Menurut saya syirik adalah ketika menganggap diri saya lebih dari yang lain. Jadi ketika saya sebagai orang Muslim menganggap bahwa orang lain yang non Muslim adalah lebih rendah derajatnya, padahal dia berbuat baik dan semacamnya, maka sebenarnya saya sudah masuk ke dunia syirik juga begitu loh. Dan para ahli tafsir berkata, itu orang yang musyrik ialah orang yang melakukan ibadah, atau melakukan amal soleh tidak lillah, tidak karena Allah. Jadi, wa lam yusyrik bi ‘ibadati rabbihi ahada (dan tidak menyekutukan apa pun dengan ibadah kepada Tuhannya), jadi dia melakukan sesuatu misalnya, dia berjuang katanya—misalnya—untuk Islam, tapi sebetulnya untuk kepentingan dirinya sendiri, itu sebetulnya sudah menyekutukan Tuhan. Syirik dan musyrik itu berarti pengingkaran terhadap prinsip-prinsip Tauhid yang lebih luas. Tauhid sebenarnya adalah pengertian freedom menurut saya, karena tauhid itu, kita tidak boleh, apa namanya, terjebak dalam situasi dimana terjadi dehumanisasi, misalnya melalui perbudakan. Nah perbudakan kan bisa berarti perbudakan dalam cerita lama tapi juga ada model perbudakannya, kontemporer atau modern. Tauhid itu juga punya konsekuensi pada kehidupan. Jadi, kenapa Allah itu sangat mendiskreditkan Fir‘aun, itu bukan semata-mata karena Firaun itu mengatakan “Aku adalah Tuhanmu yang Mahatinggi,” tapi pada saat yang sama Fir‘aun itu bertindak sebagai al-mustadl‘if (yang menindas), yang bertindak sewenang-wenang, yang bersikap tiran, yang bersikap mengeksploitasi manusia, maka manusia menjadi dlu‘afa’ menjadi dla‘if, oleh perilaku Firaun ini. Apabila ada orang misalnya demi jabatan, demi harta benda, kemudian mereka melakukan apa saja, itu jelas syirik, itu sangat merusak terhadap tatanan kehidupan dan sangat bertentangan dengan ajaran-ajaran Tuhan. Kemusyrikan sosial, itu sekarang lebih menonjol. Seharusnya kan orang beragama itu menjadi dewasa, menjadi besar. Nah, dalam konsep syirik pun, kadang-kadang sebagian umat Islam pun, memaknai syirik itu secara simplistis, dalam arti begini, syirik itu adalah hanya orang yang menyekutukan Tuhan, bahkan dalam konsep menyekutukan Tuhan dia tidak melihat bagaimana monoteisme dalam agama lain, hanya melalui pemaknaan dia sendiri, mereka sendiri. Padahal kalau kita lihat makna syirik itu, sangat luas. “Ya ayyuhannas inna wa‘daLlah haqq fa la tagurrannakum al-hayat al-dunya wa la yaghurrankum biLlahi al-gharur” (Fathir, 35:5). Wahai manusia, kamu jangan terjebak godaan dunia, itu pertama, itu mudah, pemahamannya mudah, jangan terjebak dengan gebyarnya materi, rayuan perempuan, misalkan jangan tergoda oleh jabatan, menjadi kita sombong, lupa diri, gampang kan? Pemahamannya gampang. Yang kedua wa la yaghurrannakum bilLah al-gharur, Kamu jangan terjebak oleh jebakan yang kelihatannya untuk Allah, kelihatannya demi rakyat, kelihatannya demi perjuangan, padahal tidak. Itu jebakan yang akan menjerumuskan kita, dikira orang kalau sudah jadi pemimpin, kalau ceramah banyak orang tepuk tangan, orang di mana-mana menghormati, kemudian muncul kesombongan dalam diri kita. Itu jebakan yang akan menjerumuskan kita, itu berarti jebakan dari hawa nafsunya, dan dari kepentingannya. Itu yang disebut al-syirk al-khafy, Musyrik yang tersembunyi, sebenarnya. Bahkan hadits mengatakan, ketika kita haus pujian, itu pun sudah syirik.
Episode 4: KAUM BERIMAN
21
Lawan dari syirik adalah ikhlas, dalam hal yang sudah tadi kita jelaskan. Jadi orang yang musyrik, adalah orang yang tidak ikhlas, yang dalam berbagai perilakunya, ia melibatkan kepentingan egonya, kepentingan dirinya, kepentingan kelompoknya, dan bukan semata-mata karena Allah. Nah yang paling penting sekarang ini adalah pertama di kalangan umat Islam perlu diberi pemahaman yang luas tentang Islam dalam kaitannya dengan hubungan terhadap agama dan umat lain. Yang kedua juga, di kelompok dan agama lain, memang perlu juga ditingkatkan pemahaman sehingga kemudian lama kelamaan menurut saya, bahwa antar umat beragama itu akan terjadi saling pemahaman, keluasan pemahaman, dan kemudian saling toleransi, saling tasamuh, yang pada akhirnya, mereka terpanggil untuk lebih memperjuangkan bahwa agama itu membawa pada keselamatan hidup di dunia dan akhirat. Orang Indonesia harus sadar bahwa tidak semua yang dari Barat itu Kristen. Ini penting. Misalnya, ada dari Denmark, itu Jyllands Posten, sebuah koran yang membuat gambar Rasulullah, Islam tersinggung. Nah, orang Islam menyangka bahwa itu kerjaan orang Kristen. Padahal itu kerjaan orang atheis yang juga Yesus itu sudah duluan dilecehkan. Di dalam surat terakhir, surat al-Kahfi, Tuhan berkata: “Qul innama ana basyarun mitslukum yuha ilayya annam ilahukum ilahun wahid, fa man kana yarju liqaa rabbihi fal-ya‘mal ‘amalan shaliha wa la yusyrik bi ‘ibadati rabbihi ahada” (Qur’an 18:110), Siapa yang berkeinginan untuk berjumpa dengan Tuhannya, maka hendaknya dia tidak musyrik kepada Tuhan sedikit pun juga. Tuhan adalah satu, la’syarika lah. Tuhan adalah al-dzat al-mutlaqah al-mujradah ’an al-nisab wa alidlafat, the absolute one existence, yang mutlak, yang satu. Selama kita mengakui seperti itu, maka selainnya Tuhan berarti ciptaan-Nya. Benar bahwa Islam datang menguatkan agama-agama, dan membenarkan sebagian premisnya. Namun tidak mengatakan bahwa ia adalah sesuatu yang berbeda dari agama-agama sebelumnya, bahkan sebaliknya. Nabi selalu mengatakan aku bukanlah sebagian dari para rasul. Kami bersama para rasul adalah anak-anak ‘allat. ‘Allat adalah para perempuan yang kawin dengan seorang laki-laki. Ayah mereka, anak-anak ‘allat, ayah kami adalah agama yang satu, tauhid. Ibu kami banyak. Ibu-ibu artinya adalah syari‘ah-syari‘ah, syari‘ah banyak. Dalam Islam dikatakan ada perbedaan syari‘ah-syari‘ah tapi bukan perbedaan agama. Syari‘ah berbeda-beda, tapi agama tidak berbeda. Para pemirsa, Anda sudah mendengar sendiri mengenai kaum beragama atau kaum beriman, ahlul kitab itu siapa. Kebetulan beruntung sekali kita ada di suatu Negara yang multi agama. Kita berada di Indonesia yang bhinneka tunggal ika. Hampir semua keyakinan kaum beriman ada. Seperti hari ini saya kebetulan berada di sebuah tempat ibadah saudara-saudara kita yang tidak beragama Islam, tidak beragama Kristen, tidak beragama Katolik, itu semua ada disini dan mereka meyakini keyakinannya. Kebetulan ini tahun baru imlek. Sayang sekali kemudian akhir-akhir ini, ada terjadi semacam friksi diantara kaum beriman di negeri yang bhinneka tunggal ika ini. Orang lalu berbicara mengenai ahlul kitab, berbicara mengenai keyakinankeyakinan orang, yang masing-masing menganggap yang lain itu tidak benar. Dan yang benar miliknya sendiri. Di dalam Al-Quran ada disebutkan suatu ayat Qananasu Ummatan Wahidah, (bahasa Arab), di semula dulu itu manusia itu satu umat. Kemudian setelah banyak orang berbeda-beda pikiran, Allah lalu mengirim Nabi-nabi dan bersamaan dengan itu, Allah menurunkan kitab-kitab dengan benar. Sehingga kita tidak hanya mengenal Al-Quran, Injil, Taurat, Zabur, Suhuf, Ibrahim, tapi mungkin ada kitab-kitab lain yang banyak, karena Nabi-nabi konon sampai ratusan ribu jumlahnya. Seperti di Quran disebutkan, ada yang dikisahkan kepada kita, ada yang tidak oleh Allah ta’ala karena itu ada yang kita ketahui, ada
Episode 4: KAUM BERIMAN
22
yang tidak. Nah ini menyebabkan lalu orang beriman bermacam-macam. Sesuai dengan keyakinan masing-masing tentu saja. Terlepas dari itu, saya sendiri berpendapat bahwa permasalahan sampai peperangan, permusuhan, kebencian diantara manusia ini, saya pikir bukan bermula dari soal agama. Bukan soal agama. Karena semua agama mengajarkan kebaikan. Semua agama mengajarkan kasih sayang. Di Islam sendiri malah, ada suatu ayat yang sangat menarik, yang sayang sekali kaum muslimin akhirakhir ini jarang mengingat ayat itu, lupa akan adanya ayat itu, ayat itu tersebut di dalam surat Al-Maidah ayat 8. Ini pernyataan Tuhan kepada kaum beriman. Ya Ayuhanadzina Amanu, qunu kauwaminalillah suhada Abil’is. Masih diteruskan wala yajriman yakum... Wahai kaum beriman, orang-orang yang beriman, tegakkanlah kebenaran, Lillah, karena Allah. Bukan karena nafsu, bukan karena fanatisme kelompok, bukan karena sentimen golongan, tapi Lillah. Tegakkan kebenaran, Lillah. Karena Allah adalah sumber kebenaran yang mutlak. Suhada ... Bersaksilah dengan adil. Sebab kadang-kadang, karena sentimen agama, fanatisme golongan, kadang-kadang kita tidak bisa adil di dalam berbicara, di dalam bersikap. Karena itu Allah meneruskan Wala Yajriman.. jangan sekalikali, jangan sekali-kali kebencianmu kepada suatu kaum membuatmu tidak adil. Misalnya, karena lain agama, lalu apa saja yang dikatakan kita salahkan. Mengatakan dua kali dua (sama dengan) empat, wah salah itu. Gara-gara karena kita tidak suka. Saya ingin berbagi tentang kebencian ini asal mulanya dari mana. Yang seyakin-yakinnya, tidak dari agama. Baik yang terjadi di luar, maupun di dalam negeri. Tidak karena agama. Menurut saya, lebih dikarenakan ketidakberdayaan melawan ketidakadilan. Ketidakberdayaan terhadap ketidakadilan. Saya ibaratkan di satu rumah, ini kalau orang tua dan kakaknya ini tidak adil, maka si kecil ini, dia karena tidak bisa melawan ayahnya, tidak bisa melawan kakaknya, dia marah saja. Dia lempar batu ke genteng rumahnya. Tanpa berpikir bahwa kalau genteng itu dilempar dan bocor, dia ikut kena bocoran. Saya kira itu yang dilakukan oleh kaum-kaum lemah yang tertindas. Saya ambil contoh saja, jadi misalnya orang-orang di Palestina itu tidak bisa melawan Amerika jelas. Tidak bisa melawan yang besar itu. Dan mereka pikir bahwa tidak adil bagi Amerika selalu membela Israel, salah atau benar. Nah, ini lebih diperparah lagi oleh orang-orang yang tidak bisa melawan yang besar itu menggunakan dia pikir yang lebih besar dari itu, yaitu Tuhan, yaitu agama. Mereka mempergunakan agama itu untuk kepentingan yang sebetulnya bukan kepentingan agama. Apa itu kepentingan politik, apa kepentingan apa. Maka saya merasa ayat tadi itu luar biasa. Jangan sekali-kali kebencianmu kepada sesuatu kaum, menyeretmu untuk berbuat tidak adil. Mereka yang melakukan teror misalnya, itu dia tidak berpikir, karena itu tadi, seperti anak kecil itu tadi, ia tidak berpikir. Amerika itu tidak kurang dari mungkin 8 juta umat Islam. Tidak semua orang Amerika itu seperti George Bush. Mereka tidak bisa membedakan antara pemerintahan Amerika dan orang Amerika. Mereka tidak tahu bahwa di Israel itu juga ada orang-orang yang opposite terhadap pemerintahnya ,yang tidak setuju dengan cara-cara pemerintahnya menangani masalah. Tapi itulah orang yang sudah dipenuhi oleh kebencian. Karena itu, Nabi Muhammad saw justru tidak mengajarkan kebencian tapi mengajarkan kasih sayang. Dunia ini tidak bisa diperbaiki selain dengan cara cinta dan kasih sayang. Cinta dan kasih sayang itu. Saya selalu mengatakan bahwa api tidak bisa dipadamkan oleh api. Kebencian harus dilawan dengan kasih sayang. Nah, Anda kalau mau meneliti semua agama, itu semuanya inti daripada ajarannya adalah cinta kasih. Baik kepada yang Maha Kasih maupun sesama hamba.
Episode 4: KAUM BERIMAN
23
Saya kira ini yang bisa saya sampaikan kepada Anda sekalian. Mudah-mudahan hal itu dapat memperbaharui cara berpikir kita demi untuk kebaikan kita bersama. Hidup yang teduh, yang sejuk, diantara masyarakat-masyarakat yang memang harus berbeda. Karena Tuhan tidak menghendaki menjadi satu. Para pemirsa sekalian, Anda telah menyaksikan Lautan Wahyu, sampai ketemu lagi, terimakasih. Wassalammualaikum Wr Wb.
Episode 4: KAUM BERIMAN
24
Episode 5: DA‘WA (Gus Mus)Assalamualaikum (Villager) Walaikum Salam (Gus Mus) Wilujeng Panjenengan? Pangestu? (Villager) Pangestu (Gus Mus) Sedang Apa? (Villager) Membuat jaring pak Alhamdulillah (Villager) Baik Assalamualaikum Wr Wb
Para pemirsa, kita bertemu lagi dalam Lautan Wahyu. Kali ini Anda akan kami ajak untuk mendengarkan apa kata para cendekiawan dan ulama mengenai dakwah dan kaitannya nanti dengan amar ma’ruf nahi mungkar. Kelihatannya dua istilah dakwah dan amar ma’ruf nahi mungkar ini sudah seolah-olah dipahami oleh banyak orang, karena sangat populer. Tapi dengarkanlah para cendekiawan ini mengatakan pendapat mereka tentang dakwah dan amar ma’ruf nahi mungkar. Selamat menyaksikan. Dakwah atau di‘ayah bahasa Arabnya, dari kosa kata da‘a yad‘u Dakwah itu secara harfiah artinya adalah mengajak. Nabi Muhammad mempunyai tugas, mempunyai misi, menawarkan tauhid, menawarkan agama Islam, menawarkan akhlakul karimah, akhlak yang mulia. Itulah dakwah Islam yang sangat prinsip disitu. Innama bu‘itstu li-utammima makarim al-akhlaq. Tidak sekali-kali aku diutus oleh Allah, kecuali kepentingannya adalah memperbaiki ahklak. Advokasi ke-Islaman, atau advokasi moral, bagaimana kita memperjuangkan kesetaraan dan keadilan. Panggilan humanisasi, artinya, mengajak orang lain ya, supaya mempunyai kesadaran kolektif, yang sadar betul tentang penindasan, tentang penderitaan orang, tentang kelaparan, tentang kemiskinan, itu sebenarnya dakwah yang substanstial. Bukan mengancam, bukan menghujat. Nah, ini yang kadang-kadang dipahami secara menyimpang ya. Sekarang kalau kita dengar forum berdakwah, di dalam khotbah-khotbah Jumat, itu isinya kan banyak mengecam,mengancam bahkan, menghujat orang. Itu sebenarnya itu sudah, sudah menyalahi pakem yang
Episode 5: DA‘WA
25
sesungguhnya, bahwa dakwah itu dalam bahasa sehari-hari adalah meyakinkan orang untuk berbuat kebaikan dan kebenaran. Jadi tidak ada yang terluka di dalam proses berdakwah itu seharusnya. Dakwah itu prinsipnya adalah penjelasan Islam secara argumentatif, yakni bil hikmah ay bil-adillat almuhakkama, atau bil mau‘izhat al-hasanah—al-wa‘du wal-irsyad, guidance and counselling. Orang diajak untuk mengurai kesulitan hidupnya, ditolong kehidupannya, baru kemudian diajak beriman, sehingga al-ihsan qabl al-bayan (berbuat kebaikan sebelum memberi penjelasan). Ada kebaikan yang diketengahkan, baru ada penjelasan. Jadi kalau dalam surat al-Nahl (QS. 16), yaitu ayat 125, bunyinya begini: “Ud‘u ila sabili rabbik bil hikmati wal mau‘izhatil hasanati wa jadilhum bil lati hiya ahsan” Hai Muhammad ajaklah orang kepada Tuhan-Mu dengan hikmah, wisdom, kearifan, itu penting sekali. Wal mau‘izhatil hasanah, dan dengan cara-cara pengajaran yang baik. Nah, tapi kalau yang agak intelektual dihadapi, lakukan diskusi yang mendalam wa jadilhum billati hiya ahsan. Jadi bermujadalahlah, berdiskusilah Engkau, dengan cara yang lebih baik. Dan akhir-akhir dikatakan umpamanya, orang yang mau bersikap begitu, itu seorang musuh bisa menjadi teman. Jadi dakwah yang, bagaimana membuat kesejukan di dalam kehidupan bermasyarakat, dan sangat kita menghindari satu bentuk dakwah yang justru membuat ketakutan, Dan ini kalau kita lihat apa yang sudah dilakukan Rasulullah dan beberapa pengikutnya, termasuk kalau di desa mungkin yang sangat terkenal oleh Walisongo, itu adalah salah satu bentuk dakwah yang sangat simpatik dan mestinya seperti itulah sebetulnya dakwah Islam yang harus kita lakukan. Keliru kalau kemudian dakwah itu serba menghakimi orang, mengkafirkan orang, menyesatkan orang, tanpa berpikir bahwa dakwah itu sifatnya kultural. Dakwah itu sifatnya, ya fitri ya, fitri itu ya alamiah. Orang diajak kebenaran itu bukan dipaksa, dan karena keterpaksaan, tetapi karena kesadaran nurani, kesadaran hati, kesadaran intelektual, dan apa, kegembiraan untuk beramal. Jadi menurut saya dakwah yang baik itu adalah dakwah yang mencerahkan, yang mendidik, yang mencerdaskan, dan memberi harapan kepada manusia, itu dakwah yang baik. Dan semua dakwah yang berbeda dengan semua orientasi Ilahiyah ini, adalah dakwah yang salah. Menurut Quran, ada dua tujuan dakwah. Mengajak manusia kepada Allah, dan mengajak manusia kepada setan. Dan karena itu, kalau kita berdakwah itu mengajak orang masuk organisasi, itu bukan berdakwah kepada Allah lagi. Atau mengajak orang untuk bergabung bersama saya, itu tidak mengajak orang kepada Allah lagi. Dakwah itu mengajak orang kembali ke jalan Tuhan, dan untuk hidup berdasarkan aturanaturan Tuhan. Seperti yang kita pahami. Dakwah sesuai kebutuhan masyarakat masing-masing. Kebutuhan lokal masing-masing, tetapi lagi-lagi kebutuhan lokal jangan miskin kebutuhan yang lebih global. Ya bisa poverty elimination, bagaimana elimination of corruption, korupsi, kolusi, dan lain sebagainya itu, tapi dengan bahasa dan model manajemen yang baru. Dakwah tidak mesti harus lisan begini, ada parliement watch, itu jenis dakwah baru. Corruption watch, itu jenis dakwah baru. Itu adalah gerakan dakwah kontemporer. Kita sering lupa bahwa kita menyiarkan agama atas nama Allah, atas nama panggilan agama. Kita berdakwah, tetapi kita tidak melakukan kemuliaan-kemuliaan, dan perilaku kita di kantor korup, dan kemudian di luar kita berbuat seolah-olah kita serba terpuji. Dakwah yang didengar adalah dakwah yang keluar dari hati, diperlihatkan dalam tindakan yang tulus dengan hati pula, yang menggambarkan adanya ketulusan itu padanya kemuliaan dan bukan kemunafikan-kemunafikan, dan selebihnya jangan menimbulkan sesuatu yang bisa ditafsirkan sebagai paksaan-paksaan.
Episode 5: DA‘WA
26
Inti dari dakwah Islam, bagaimana bahwa Islam itu betul-betul menyejukkan bagi orang lain, persoalan apakah orang lain masuk Islam atau tidak, itu persoalan Tuhan, bukan persoalan kita. Kita harus kembali kepada dakwah Walisongo dulu, ketika beliau-beliau berhasil meng-Islamkan Indonesia sembilan puluh persen tanpa perang dan tanpa konflik dan tanpa kekerasan. Orang seluruh Klaten masuk Islam, tapi Candi Prambanannya sedikit pun tidak diganggu. Orang Jogja seluruhnya masuk Islam, Borobudur sedikit pun tidak diganggu. Jadi suatu langkah bijaksana yang luar biasa, di dalam akulturasi ini. Kita harus kembali ke situ. “Walau sya-a Rabbuka la-amana man fil-ardli kulluhum jami‘an, a-faanta tukrihunnas hatta yakunu mu’minin” (QS. Yunus, 10: 99). Kata Allah menegur Muhammad ini, kalau Allah menghendaki, semua penduduk bumi akan beriman, kalau menghendaki. Tidak ada atheis, tidak ada orang jahat, tidak ada, semuanya beriman gitu. Oleh karena itu, mengapa kamu menjadi membenci orang, sehingga mereka beriman. Ayat ini menunjukkan bahwa masalah beriman itu masalah di atas, tugas kita adalah menyampaikan yang baik, bukan mengajak Islam dengan pedang. Nah ini pentingnya menurut saya bagaimana memahami Islam secara menyeluruh, secara holistik. Saya perlu menyebut kasus film Fitnah ini, terlepas dari motifnya itu kan sebenarnya mengambil ayat Al Quran secara sepotong-sepotong. Tapi yang lebih ironis lagi adalah sikap sebagian umat Islam menyikapi fitnah itu, kalau dia mengaku sebagai Muslim seharusnya dia menyikapi secara arif, secara dialogis. Tunjukanlah bahwa dia, fitnah itu tidak benar, untuk menunjukkan tidak benar ya kita harus bersikap lemah lembut, ramah, itu sebenarnya inti dari ajaran Islam. Keragaman tetap terpelihara dengan adanya masjid-masjid, sekolah-sekolah, dimana orang bisa mengajarkan kitab-kitab. Juga di masjid mengaji kitab, mengaji dimana-mana. Dan yang terpenting ya kyai-kyai kampong itulah yang memilihara ahklakya masyarakat, moralitas masyarakat. Karena mereka menjalani kehidupan sama. Dalam tradisi lisan peninggalan para wali, saya kira lebih khusus peninggalan Sunan Kalijaga, dakwah dilakukan dalam bentuk seni dan menyanyi, itu dilakukan oleh komunitas Muhammadiyah maupun NU, dan sampai malam orang bisa menyampaikan kemuliaan ajaran dalam bentuk tembang-tembang. Ini peninggalan para wali di masa lalu, dan sampai sekarang saya hidup dalam tradisi seperti itu, masa kecil saya seperti itu, dan saya menikmati tembang-tembang masa lalu, menikmati kampung dari Jakarta, itu dengan mengucapkan tembang-tembang dengan melagukan, dan mempertajam sensitivitas membikin bersih, membikin suasana lebih nyaman. Saya yakin kalau dakwah Islam di Indonesia itu berorientasi pada prinsip al-Qur’an, maka Islam itu betulbetul akan menjadi rahmatan lil-‘alamin di muka bumi ini.
AMAR MA‘RUF NAHY MUNKAR Amar ma‘ruf nahi mungkar itu merupakan bagian dari dakwah. Dakwah itu adalah mengajak orang lain agar supaya orang lain itu mengikuti kebenaran yang ditawarkan itu. Tapi Amar ma’ruf nahi mungkar itu merupakan salah satu bagian, yaitu memerintahkan hal yang benar, dan melarang hal-hal yang tidak benar. Pemerintah itu berkewajiban melakukan Amar ma’ ruf nahi mungkar, mencegah mungkarat, hal-hal yang tidak baik, dan memerintahkan yang baik. Itu mesti ada. Lah kalau tidak bisa dilakukan, karena negara dan masyarakat itu sangat opresif seperti di Indonesia, ya dengan sendirinya muncul itu loh (kelompok yang merasa berwenang melaksanakan amr ma ‘ruf nahi munkan), itu dengan sendirinya muncul, menjadi apa, menjadi semacam kewajiban agama.
Episode 5: DA‘WA
27
Ma’ruf itu adalah sesuatu yang dikenal baik oleh manusia sendiri, dari kata ta‘arafa ya‘rifu. Arif, Ma’ruf. Mungkar adalah sesuatu yang ditolak, sesuatu yang terasa asing bagi nurani kita, dan juga bagi ajaran yang kita yakini, itu kemungkaran. Nah cuma begini, di dalam kaedah fiqih sebagai disiplin pemahaman, kemungkaran yang kita harus singkirkan, kita hindari, kalau perlu adalah dengan satu kekuatan, tidak cukup dengan lisan adalah kemungkaran yang mujma‘ ‘alaih (kemungkaran yang disepakati). Dalam kaedah fiqih ada kaedah berbunyi: la yunkaru al-mukhtalafu fih wa innama yunkaru al-mujma‘u ‘alaih; yang disebut dengan kemungkaran di mana kita harus mencegahnya, kalau perlu dengan tangan, adalah kemungkaran yang disepakati bersama. Kemungkaran bagi bangsa Indonesia ya kemungkaran, sesuatu yang buruk yang jahat, yang telah disepakati oleh bangsa ini, bukan oleh sekelompok orang. Kalau bagi sekelompok orang ini buruk, tapi bagi kelompok yang lain, tidak, ya ini tidak bisa disebut sebagai kemungkaran yang harus kita bongkar. Kalau perlu dengan kekuatan dan kekerasan. Jadi perlu mempertimbangkan opini publik dan kesepakatan publik tentang apa yang disebut dengan kemungkaran. Kalau tidak, seperti yang kita lihat belakangan ini, ada sekelompok orang... Kemudian dengan kekuatan fisiknya melakukan kekerasan. Bongkar ini, bongkar itu, dengan justifikasi nahi mungkar. Yang mempunyai hak untuk melakukan tindakan-tindakan kekerasan terhadap sesama-sesama rakyat, itu penguasa. Penguasa itu dalam hal ini adalah pemerintah. Ini yang sekarang banyak kita prihatinkan dengan gerakan-gerakan salafi yang kemudian semua amar ma’rufnya itu menggunakan kekerasan. Saya malu kalau saya itu dikatakan pembela, karena apa ya, ajaran Allah itu tidak perlu dibela. Bahkan Islam membela diriku, Islam menyelamatkan diriku. Dengan memahami, melaksanakan ajaran Islam, saya berharap berdoa, semoga hidupku lebih bermanfaat, lebih selamat. Dan dengan ajaran Islam pertama menolong diriku, syukur-syukur saya bisa menolong keluargaku, syukur-syukur menolong masyarakat, jadi yang saya tolong itu hamba Allah. Tapi kalau Islam itu sendiri saya malu untuk merasa menolong, saya mempelajari ajaran Islam saja masih dangkal sekali kok. Bagaimana saya menolong ajaran Islam? Pemahaman tentang Islam saja masih dangkal sekali kok. Dan rasanya, saya yakin betul, tanpa saya Islam juga tidak akan mati, dan kalau toh saya ada ajaran Islam tidak akan tambah hebat, saya butuh agama agar saya bisa mengisi hidup saya, saya bisa mensyukuri hidup saya, saya bisa beramal, jadi saya butuh masyarakat. Masyarakat mungkin juga tidak butuh saya tapi saya butuh masyarakat untuk mengisi hidup saya. Saya katakan bahwa Islam dewasa ini berada di tangan sekelompok orang yang fanatik dan bodoh yang menggunakannya sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan ini pada hakikatnya adalah membawa pada penyimpangan-penyimpangan dari semangat Islam yang sebenarnya. Dan Islam yang berada di tangan mereka, dan kita semua wajib membebaskan dan menghancurkan cengkeraman dari tangan mereka yang membajaknya. Islam sekarang dibajak dan dipasung di tangan orang-orang seperti Osama bin Laden misalnya, dan mereka punya banyak pengkut seperti orang-orang yang datang kepada umat Islam yang lain dan berkata: “Islammu salah, ikutilah saya agar menjadi Muslim yang benar.” Dan kepada Muslim ini kami juga katakan, ada kaedah dalam tradisi kesarjanaan Islam, “Istafti qalbaka wa in aftuka” (mintalah nasehat ke dalam hatimu, sekalipun aku menasehatimu). Yakni, andai seorang mufti memberimu fatwa, maka setelah mendengarkan mufti tersebut kamu harus bertanya pada hatimu sendiri. Apakah hatimu membenarkan ajakan ini atau menerima fatwa ini atau tidak. Dan kami sampaikan, dengan jalan ini kita harus kita wajib mengubah pusat pemahaman dari luar ke dalam. Kita harus selalu menanyai batin kita, apakah yang kita dengar benar atau tidak. Ya memang di dalam, di kalangan orang-orang Wahabi, amar ma’ruf itu harus dengan tindakan. Selain Wahabi, tidak semua amar ma’ruf itu mesti dengan tindakan fisik, malah ada yang membagi amar ma’ruf itu, dengan fisik, waktu itu memang ada hadits, man ra-a minkum munkaran fal-yuhayyir bi yadih. Kalau
Episode 5: DA‘WA
28
kamu melihat ada barang yang nggak benar, kamu harus bertindak dengan kekuasaanmu. Itu untuk penguasa, yang punya otorita untuk melakukan tindakan itu. Itu ada yang menafsirkan begitu. Tapi untuk kita yang punya ilmu, punya potensi-potensi yang lain, itu fal-yughayyir bi lisanih, ngomong, bicara, diskusi, ceramah, majelis taklim, dengan menulis. Tapi bagi orang yang tidak punya kemampuan apa-apa, ya hatinya saja yang menolak. Jadi dakwah itu bukan menggertak, bukan mengancam, bukan mengolok-olok. Tapi merebut hati. Itu memang terkenal dalam sejarah peradaban Islam, gerakan-gerakan amar ma’ruf yang dengan kekerasan itu, yang belakangan, pada abad belakangan itu dilakukan oleh Wahabi. Waktu bergerak di Saudi Arabia itu kan semua bangunan-bangunan dan yang lain-lain yang dianggap oleh dia itu tidak benar, dihancurkan. Oleh karena itu maka peninggalan-peninggalan Islam di Arab Saudi itu habis sekarang itu tidak ada. Tempat tinggal Nabi dengan Khadijah hilang. Tempat kelahiran Nabi, hilang sampai sekarang. Tapi anehnya, istana-istana dan tempat-tempat pemukiman raja Abdul Aziz itu masih dipelihara dengan begitu rupa bagusnya di Ryadh. Peran pemerintah, praktisi dakwah, ulama, dan intellectual harus member nasehat kepada yang [berdakwah secara] salah. Jika mereka tidak menerimah nasehat ini, pemerintah harus menerapkan hokum dengan mengangkap mereka dan menghukumnya sesuai dengan kesalahannya.”
(Gus Mus) Assalamualaikum (Villager) Walaikum salam (Gus Mus) Al-hamdu lilah! Gimana? (Villager) Iya, baik (Gus Mus) Siapa namanya? (Villager) Saya Pak Man, Gus (GusMus) Pak Man, Alhamdulillah. Pak Man bagaimana, ini desa namanya Pasar Banggi ya? (Villager) Desa Pasar Banggi Kecamatan kota Rembang, Gus (Gus Mus) Begini, Pak Man, saya mau tanya sedikit, Pak Man tau tidak yang namanya dakwah? (Villager) Dakwah menurut pengetahuan saya orang kecil ya Gus. Pengertian saya dakwah itu orang yang memberikan pengertian atau pengarahan-pengarahan yang sifatnya baik. Itu sudah saya anggap dakwah. Jadi setahu pengetahuan saya, Gus, dakwah ya itu. Memberikan pengertian, atau kadang-kadang di acaraacara itu ada acara dakwah. Tergantung dakwah misinya kan orang mau lain-lain memberikan pengertian. Kalau pengertian saya itu dakwah adalah memberikan pengertian yang baik.
(Gus Mus) Ok, terima kasih. Saya akan menyapa para pemirsa. Para pemirsa, saya ada di Pasar Banggi. Sebuah desa nelayan dan ini saya dengan Pak Man dan penduduk disini masuk sasaran dakwah. Ada yang sering orang lupa, bahwa dakwah itu maknanya mengajak.
Episode 5: DA‘WA
29
Mengajak. Jadi, mengajak itu bukan perintah. Bukan perintah, bukan melarang, bukan memaksa. Makanya di dalam Al-Quran sendiri, ketika ada perintah mengajak, itu ada embel-embelannya (tambahannya) ajaklah Bilmao ... jadi kalau kita mengajak, jangankan mengajak orang lain, mengajak istri kita saja, kita perlu menggunakan kata-kata yang lembut, kata-kata yang menarik, yang merayu, agar dia terajak. Kalau kita mengajak orang tapi kasar, dan melebihi kasarnya calo terminal, bagaimana orang akan terajak kepada ajakan kita?
Jangan. Anda bedakan sekarang. Di dalam Al-Quran itu ada 2 istilah yang satu mengajak dakwah, yang satu amar ma’ruf, memerintahkan. Ma’ruf, nahi anil mungkar, melarang berbuat yang mungkar. Ini ada dua hal yang berbeda. Yang mengajak ini tidak merintah. Lengkapnya, ayat Al-Quran Ut Ummana... ajaklah... disini menarik. Di dalam Al-Quran tidak disebutkan, ajaklah, siapa yang diajak? Tidak ada disana, ajaklah fulan, ajaklah fulan, ajaklah orang ini, ajaklah ke jalan Tuhan. Itu saja. Maka kita kalau misalnya melihat tafsir terjemahan Depag (Departemen Agama), itu ada kurungnya (), ajaklah (manusia ke jalan Tuhanmu). Sebetulnya tidak perlu itu, karena mengajak ke jalan Tuhan, itu artinya yang diajak orang yang belum ke jalan Tuhan. Nah, berbeda dengan amar ma’ruf . Ma’ruf adalah sesuatu yang dikenal oleh semua orang bahwa itu baik. Ini yang harus kita perintahkan. Dan siapa yang kita perintah? Orang-orang yang kita kenal. Banyak orang mengatakan amar ma’ruf nahi mungkar bahkan menyatakan dia ber- amar ma’ruf nahi mungkar tapi kurang teliti bahwa amar ma’ruf nahi mungkar itu sebenarnya adalah manifestasi dari kasih sayang. Jadi harus ada ikatan batin antara orang yang ber- amar ma’ruf nahi mungkar dengan mereka yang di amar ma’ruf nahi mungkar. Tidak bisa amar ma’ruf nahi mungkar dengan landasan kebencian, tidak bisa. Itu omong kosong. Sebagaimana ajaran, ajakan itu seperti iklan. Kadang-kadang saya itu bingung, ini orang sedang mengajak siapa, ke arah mana. Saya bingung karena apa? Karena mereka di dalam apa yang disebut dakwah oleh mereka. Mereka mencaci maki sana, itu diambil rujukannya, referensinya ke Rasulullah, pemimpin agung mereka, tidak pernah ada. Bahkan Rasulullah itu, sudah tahu, misalnya ada orang yang berbuat tidak baik, beliau tidak pernah sebut nama. Beliau hanya menyebutkan, kok ada orang yang begitu dengan saudaranya sendiri. Padahal beliau tahu yang berbuat begitu misalnya Pak Man, beliau tidak mengatakan, Pak Man itu bagaimana dengan saudaranya, tidak begitu. Kok ada orang yang berbuat. Tapi Anda bisa menyaksikan sendiri, da’i-da’i banyak sekali yang sebut nama sana. Bahkan mengajak orang untuk berbuat yang mungkar. Padahal dia katakan itu sedang amar ma’ruf nahi mungkar. Kitab apa saja yang menjadi rujukan umat Islam selalu mengatakan bahwa amar ma’ruf nahi mungkar harus dilakukan secara ma’ruf. Kita memerintahkan kebaikan harus dengan cara yang baik. Kalau Anda sering ke terminal, kalau Anda naik bis, Anda akan tahu disana bagaimana calo-calo terminal itu dengan usahanya yang lembut, yang merayu, ”Pak mari naik bis saya pak, itu ada AC-nya, ada karaokenya,” begitu. Kalau orang mau, ingin kita ajak naik bis kita kalau kita seret saja orang itu, ”Kalau tidak mau naik itu, saya tempeleng kamu,” wah malah lari dia. Jadi, sekali lagi, dakwah adalah ajakan. Karena ajakan jadi dia ada unsur merayu, ada unsur membujuk, ada istilah Quran nya bil hikmati ... kalau terpaksa harus berbantah-bantahan kita, lebih baik daripada yang digunakan orang lain. Kalau orang lain misalnya pakai mencaci maki, kita tidak perlu mencaci maki. Orang membikin kita malu, kita tidak perlu membikin mereka malu. Bil Hikmah... Nah, saya kadang-kadang ingin sekali menanyakan kepada para da’i-da’i yang melakukan dakwahnya tidak sesuai dengan apa yang diajarkan Rasulullah. Saya ingin menanyakan selalu, apa sih yang Anda inginkan? Harus kita hati-hati, antara kita mengajak orang ke jalan Tuhan, dengan kita melaksanakan nafsu kita. Sangat tipis sekali antara nafsu kita dengan semangat keberagamaan. Kadang-kadang disinilah
Episode 5: DA‘WA
30
orang terjerumus karena semangat keberagamaannya yang menggebu-gebu, dia lupa, disana nafsunya masuk. Sehingga kadang-kadang agama kita, kita anggap partai, kita anggap organisasi, lalu menjauhkan kita kepada tujuan kita yang paling pokok, yaitu Allah SWT. Begitu para pemirsa sekalian, nanti kita ketemu lagi dalam episode yang lain, dengan tema yang lain. Mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua. Wassalam.
Episode 5: DA‘WA
31
Episode 6: JIHAD Jihad, sebuah kata kerja kosa katanya adalah Bahasa Arab. Artinya apa? Upaya yang optimal, berusaha yang maksimal, menegakkan kebenaran, menegakkan nilai-nilai luhur, prinsip-prinsip kemuliaan, keadilan, kesetaraan, membela rakyat kecil, hak asasi manusia, memberantas kezaliman, mengajak orang berbudaya, berahklak, pendidikan, meningkatkan kehidupan masyarakat miskin agar sejahtera, agar semua, kita hidup dalam keadaan yang aman, tentram, itu namanya jihad. Setiap usaha yang serius untuk melaksanakan perintah Tuhan adalah jihad. Sehingga di dalam salah satu ayat Tuhan berfirman, Bahasa Arab. Setiap agama itu Allah tetapkan syariat dan aturannya. Kalau Allah mau, Allah jadikan kalian itu agamanya satu saja. Bahasa Arab. Tapi Allah tidak menghendaki itu. Bahasa Arab. Tuhan ingin menguji kalian dengan agama yang datang kepada kalian. Berlomba-lombalah menyebarkan kebaikan, kata Tuhan. Jadi jihad adalah upaya untuk menyebarkan kebaikan, dengan cara yang sungguh-sungguh dan serius. Jihad adalah motivasi dan sekaligus etos, diinspirasi dari motivasi agama. Maksud saya motivasi keimanan tadi, keikhlasan, jujur, tidak pernah menyerah, pantang ini, untuk menegakkan kebenaran tentu saja. Cita-cita kemanusiaan.
Wawancara Mesir... Ketika semuanya itu, untuk melayani Allah, dan ujungnya itu melayani hamba Allah, kita berusaha memanfaatkan potensi diri kita, ilmu kita, tenaga kita, umur kita, ini bagi saya, ya jihad fi sabilillah. Jihad itu sendiri tidak hanya secara fisik, dalam pengertian Islam, tapi justru, jihad yang terbesar dalam pengertian Islam itu adalah, jihad terhadap diri kita sendiri. Terhadap nafsu kita sendiri. Jihad besar itu adalah jihad ke dalam, mengendalikan diri, memerangi kecenderungan-kecenderungan yang melawan kebenaran ya. Egoisme, nafsu, itulah jihad besar. Yang lebih luas lagi, yang disebut jihad itu justru adalah perjuangan hidup. Maka, ketika para sahabat itu pulang dari perang Ba’dar, padahal perang Ba’dar itu adalah perang yang paling monumental dalam sejarah Islam, Rasul mengatakan, Bahasa Arab. Kita baru saja kembali dari jihad yang kecil, pada jihad yang lebih besar. Jihad yang lebih besar itu apa? Memerangi hawa nafsu, memerangi kemiskinan, memerangi kebodohan, memerangi paksa di muka bumi ini, dan memerangi hal-hal yang buruk di dalam kehidupan. Jihad dalam arti semula itu, itu sesungguhnya bekerja keras. Untuk mencapai tujuan yang mulia. Itu jihad. Holy war, itu tidak ada konsepnya dalam Al Quran, tidak ada perang yang holy, yang suci, kecuali untuk mempertahankan diri boleh saja. Holy war itu bukan istilah Al Quran. Jadi menurut saya, jihad itu bekerja keras untuk mencapai tujuan yang mulia, diperintahkan agama, diperintahkan oleh akal sehat, itu jihad. Ada kaitan dengan ijtihad. Ijtihad adalah kemampuan, cara berpikir yang merdeka, untuk memecahkan sesuatu, berdasarkan kehendak wahyu. Dan diisini, akal manusia mempunyai peran yang sangat penting dalam menafsirkan wahyu yang mutlak itu, berhadapan dengan manusia yang nisbi, tapi diberi akal, oleh sebab itu nanti hasil dari ijtihad itu… sesungguhnya ijtihad itu adalah jihad intelektual sebenarnya. Jadi itu akarnya sama dari jahaddah, bekerja sungguh-sungguh, untuk kebaikan. Bukan untuk meledakkan bom. Itu bukan jihad namanya itu, itu petualangan.
Episode 6: JIHAD
32
Artinya kata jihad itu cuman satu pengertiannya, yang akbar itu. Kita harus menolong masyarakat untuk mencapai cita-citanya, untuk menciptakan keadilan dan untuk memakmurkan kehidupan mereka. Itu baru kita berjihad. Ada distorsi besar-besaran di dalam istilah jihad ini. Jihad sekarang terasa sebagai sebuah istilah yang berlumur darah, ya. Saya kira ini harus diluruskan. Jihad yang sering dijadikan sebagai tema, perjuangan itu selalu justru jihad yang kecil itu tadi. Jihad keluar ya. Kalau jihad dimaknai dengan perang dan kekerasan apalagi, itu selain parsial, itu juga kemudian mereduksi makna jihad itu. Dalam Quran, kita menemukan bahwa kata jihad dibedakan dengan kata Kital. Kital artinya berperang. Dan jihad dalam arti bahasa Arabnya, secara harfiah artinya bersungguh-sungguh. Perang di dalam Islam, itu defensif, tidak agresif. Dia tidak boleh dengan semenanya mengumumkan perang, apalagi mengumumkan untuk diri dan kelompoknya. Sesungguhnya ketika kita sudah membangun sebuah tata kehidupan, dalam lingkup sosial, politik yang kita sebut sebagai negara, jihad fisik itu sebetulnya sudah diambil oper oleh aparat negara. Jihad menghadapi musuh ini, jihad fisik itu ada dalam kewenangan tentara. Jadi bukan setiap orang boleh melakukan jihad fisik. Seperti sekarang ini dalam tata negara kita sebagai warganegara bangsa Indonesia. Itu, tidak lagi rakyat biasa boleh mengambil inisiatif melakukan jihad fisik. Membunuh orang, menyakiti orang, memenjarakan orang, itu adalah kewenangan aparat, represif dari negara. Kita tidak boleh membuat perang sendiri. Tau-tau Amrozi ngebom, alasan perang. Loh siapa yang ngomongin perang? Wong di Bali, di situ tidak ada apa-apa. Tidak ada orang mengejar-ngejar dia. Kalau jihad itu hanya kerja keras dan kerja nekat, jangan-jangan dia tidak memecahkan masalah, malah meninggalkan masalah. Umat yang tidak beragama, tidak mengatasnamakan agama untuk melakukan kejahatan. Sedangkan dia, menggunakan nama agama untuk berbuat jahat terhadap manusia, lingkungan yang secara, yang dari perspektif manapun bertentangan dengan nilai-nilai agama manapun. Setelah terjadinya, kasus pemboman 12 Oktober 2002, keharmonisan antara Hindu dan Islam di Bali, agak sedikit terganggu. Kenapa? Karena pelakunya sendiri dengan bangga menyebut bahwa aksinya ini adalah aksi Islam. Mereka mengatasnamakan Islam. Biarpun ditulis dengan tinta emas, besar-besar dan mencolok, tulisannya jihad fisabilillah, tapi kalau isinya itu, membunuh orang lain, menteror, menakuti, mengancam, dengan kekerasan kata-kata, dengan kekerasan tindakan apalagi kekerasan yang bisa menewaskan orang lain, itu bukan bagian dari jihad. Dari teman kami yang beragama Hindu, mereka bertanya begini: Apakah kalimat Allahu Akbar itu memang kalimat untuk membunuh orang? Karena begini, para teroris sebelum mereka melakukan aksi bunuh dirinya, peledakan bomnya. Itu mereka mendahului dengan takbir. Allahu Akbar! Nah, maka tidak salah ketika saudara-saudara kami umat Hindu bertanya apakah kalimat Allahu Akbar itu adalah kalimat untuk membunuh. Saya katakan tidak. Kembali lagi pak, itu mereka salah. Salah. Di dalam mempresentasikan Islam, mereka salah. Di dalam memahami Islam.
Episode 6: JIHAD
33
Masih ada sebagian dari kita yang kemudian memaknai jihad dalam makna yang sempit itu. Dan kemudian bahkan mempraktekkan jihad itu menjadi sama dengan kekerasan. Dan kekerasan itu seakanakan mengatasnamakan Tuhan, mengatasnamakan agama. Kita sendiri malu disaat-saat para bhikku Budha di Myanmar menegakkan kebenaran, demonstrasi dengan santun, dengan damai, tidak anarsis. Sementara saudara-saudara kita di Tasikmalaya dengan atas nama membela Islam, mengobrak-abrik, sweeping warung yang buka di siang hari bulan puasa dengan cara-cara anarsis. Itu tidak dibenarkan dalam Islam. Tidak bijaksana sekali, Bahasa Arab. Barangsiapa mengajak kebenaran, harus dengan cara yang benar. Tidak dibenarkan kalau tujuannya benar kemudian cara yang tidak benar, itu salah. Agama untuk mendewasakan manusia, kalau hanya untuk merusak mengapa harus beragama? Binatang pun, tidak semena-mena untuk melakukan pengrusakan. Nah menurut saya orang yang hanya mengandalkan emosi, mengandalkan otot, itu lebih rendah derajatnya daripada binatang. Mereka sama sekali bukan umat beragama. Ini memang perlu diberi penyadaran yang lebih luas, terutama untuk umat kita yang masih belum memahami bahwa perjuangan yang paling berat di dalam kehidupan itu adalah jihad untuk membangun kehidupan itu menjadi rahmatan lil alamin. Sekali lagi jihad harus dibedakan dengan kata Kital, yang artinya perang. Dan selalu jihad itu diteruskan dengan “fisabilillah,” di jalan Allah. Jihad yang paling aktual yang harus kita hadapi, bagaimana menyelamatkan lingkungan hidup tadi, bagaimana memperjuangkan keadilan, dan juga menghilangkan stereotype-stereotype yang ditimbulkan oleh kesadaran, bisa kita katakan kesadaran palsu ya. Sehingga menyulut konflik kemanusiaan dimanamana, konflik politik, klaim kebenaran yang berlebihan dimana-mana sehingga menghalangi kerja kemanusiaan dan kesadaran baru yang lebih luas, untuk memperjuangkan yang ma’ruf itu, itu menurut saya itu jihad yang besar sekarang.
Mencari ilmu itu juga dinilai jihad, sebab itu akan menghilangkan kebodohan. Memberantas atau menghilangkan kebodohan adalah sesuatu kebenaran yang dituntut oleh agama. Ini juga jihad. Karena itu membiayai orang yang belajar itu juga jihad. Beberapa tokoh di pesantren yang bergerak dalam bidang pendidikan dengan sungguh-sungguh itu juga jihad. Salah kaprah itu seringkali menimbulkan salah tingkah kan begitu ya. Sumbernya cuma satu, kebodohan sebetulnya. Jadi apa kesimpulannya, kebodohan yang paling banyak punya andil di dalam terjadinya konflik-konflik di kalangan umat Islam sekarang. Nah kalau ingin tidak konflik, bagaimana, mari ramerame belajar lagi lah mendalami agama kita itu, dimana kita tau kalau ada perbedaan itu bagaimana kalau ada persamaan bagaimana. Saya menganggap, kita berbeda tapi sama-sama mengerti itu lebih bagus daripada kalau kita sama-sama tetapi sama-sama tidak mengertinya. Sabda Nabi Muhammad SAW orang yang berjuang, membela orang fakir miskin, orang yang tertindas, itu pahalanya seperti orang yang berjuang membela agama Allah, dan seperti orang yang ibadah tiap malam, dan berpuasa tiap hari terus-terusanan.
Episode 6: JIHAD
34
Mereka seperti seorang istri di dalam rumah tangganya, mereka bersungguh-sungguh mendidik putranya dan sebagainya, itu semuanya adalah jihad. Wawancara Mesir Merubah tatanan dari tatanan yang tidak adil, yang dzalim, dirubah menjadi tatanan yang adil. Itu juga jihad yang tidak kalah penting. Malah jihad yang paling berat dalam penilaian Islam, itu kalau ada orang berani ngomong benar di hadapan penguasa yang jahat. Sekali lagi jihad fisik yang menjadi heboh itu sebenarnya bukan wewenang orang per-orang. Dalam masyarakat yang sudah teroganisir, bahkan sejak jaman Nabi jihad fisik adalah kewenangan negara, yang sekarang diambil secara profesional diambil alih oleh aparat represif, mulai dari aparat hukum untuk menghukum orang, memenjarakan orang, mendenda orang, itu adalah jihad yang ada di dalam kewenangan aparat hukum. Tentara, untuk kalau perlu membunuh musuh. Tetapi musuh yang terbesar bagi kita adalah nafsu.Musuh kita ada disini. Ketika kita sudah mampu mengalahkan hawa nafsu, maka barulah kita berpikir yang lainnya. Orang-orang yang mampu melakukan jihad besar, akan memenangkan jihad-jihad kecil. Akan mampu menatakan kantor, akan mampu menata organisasi, akan mampu menata partai-partai, akan mampu membangun parlemen yang sehat, akan mampu membangun kabinet yang sehat, kepemimpinan yang menjadi suri teladan. Tapi sebelum kita bisa melawan hawa nafsu belum bisa memenangkan jihad dalam ukuran jihad besar, seluruh jihad-jihad kecil itu hanya akan menambah kerusuhan-kerusuhan. Perlu saya ingatkan bahwa orang Islam itu sikap memaafkannya harus ada. Tidak bisa tidak memaafkan itu. Walaupun itu tetap berjihad ya. Bahasa Arab. Ini Al Quran yang mengatakan, apa yang mengenai diri kalian tidak lain adalah akibat dari perbuatan tangan kalian sendiri. Tapi Tuhan itu sudah mau memberikan maaf bagi banyak dari perbuatan Anda itu.
CLOSING Para pemirsa, setelah Anda mendengarkan pendapat-pendapat para cerdik cendikiawan, para ulama, ternyata apa yang selama ini dipahami orang tentang jihad, tidak ada satupun diantara para cendekiawan dan ulama itu, yang menyepakati makna bahwa jihad itu adalah membunuh, bahwa jihad itu adalah merusak. Jihad itu dari bahasa Arab. Unsur jahhadah itu digunakan untuk yang bersifat pikiran, yang bersifat fisik, yang bersifat hati. Yang bersifat akal pikiran, orang akal menyebutnya ijtihad, bersungguh-sungguh, mencurahkan pikiran, memeras otak, untuk mendapatkan sesuatu yang bermanfaat dalam ilmu pengetahuan. Itu namanya ijtihad. Bersungguh-sungguh yang kaitannya dengan hati, orang Arab menyebutnya mujahaddah. Berusaha menghilangkan kedengkian, berusaha mendekatkan diri kepada Allah, dengan sungguh-sungguh mengerahkan segala tenaga, mujahaddah. Sedangkan jihad secara fisik, yang orang kadang-kadang mengkaburkan dengan qital, dengan perang, itu perjuangan untuk membela kebenaran, membela ketertindasan, membela orang-orang yang dilalimi (ditindas), Jihad dalam pengertian ini. Dan jihad itu kalaupun diartikan dengan peperangan, itu tidak bisa
Episode 6: JIHAD
35
dilakukan sembarang orang, sembarang organisasi, nanti anarkis. Yang boleh mengumumkan jihad dalam pengertian perang, adalah pemerintah. Dan pemerintah tidak sembarang dalam menyatakan jihad dalam pengertian qital. Meskipun diartikan qital peperangan, jihad disebut jihad fisabilillah, jihad di dalam jalan Allah. Jadi tidak bisa kita mau jihad fisabilillah tapi dengan cara yang tidak fisabilillah. Kita tidak bisa melakukan seenak sendiri. Tidak bisa. Kita ambil contoh, misalnya mereka, yang kemudian membikin keonaran, atau bahasa populernya sekarang teror. Itu perang juga tidak, jihad juga tidak, qital juga tidak. Itu sama sekali merusak saja. Sebab, kalau misalnya jihad diartikan peperangan sekali pun, itu ada aturan-aturan di dalam qital peperangan itu. Jadi, siapa yang harus boleh dibunuh, siapa yang tidak boleh dibunuh, siapa yang harus dilawan, siapa yang tidak boleh dilawan. Tidak asal saja semua orang, atau organisasi, kelompok, lalu menyatakan perang, dan tanpa aturan. Di dalam peperangan ketika Islam diserang oleh orang-orang musrik Mekah, itu Nabi kita Muhammad SAW, memberi arahan jangan sampai membunuh wanita, jangan sampai membunuh anak-anak, jangan menebang, membakar tumbuh-tumbuhan dan lain sebagainya, ada aturannya. Kalau mereka yang membikin onar seperti teror itu, tidak peduli wanita, perempuan, tidak peduli anak, tidak peduli segala macam tumbuh-tumbuhan, dihancurkan semuanya, sama sekali tidak ada yang bisa membenarkan. Itu bukan jihad, baik dalam pengertian berjuang untuk jalan Allah, maupun dalam pengertian peperangan yang dikenal oleh Islam. Para pemirsa sekalian, kita akan ketemu lagi dengan topik yang lain. Sampai ketemu. Wassalam.
Episode 6: JIHAD
36