VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA
6.1 Analisis Fungsi produksi Padi Sawah Varietas Ciherang Analisis dalam kegiatan produksi padi sawah varietas ciherang di Gapoktan Tani Bersama dilakukan dengan menghitungkan tingkat input yang digunakan terhadap tingkat produksi yang diperoleh. Analisis yang digunakan analisis fungsi produksi Cobb-Duoglass. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh dalam usahatani padi sawah varietas diherang adalah benih (X1), pupuk urea (X2), pupuk KCl (X3), pupuk NPK (X4) dan tenaga kerja (X5). Faktor-faktor tersebut merupakan input-input utama yang digunakan dalam usahatani padi sawah. Hasil pendugaan fungsi produksi padi sawah varietas ciherang di Gapoktan Tani Bersama dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11.Hasil Pendugaan Fungsi Produksi Cobb-Douglass Usahatani Padi Sawah Varietas Ciherang di Gapoktan Tani Bersama Koefisien Regresi 2,336
T-Hitung 2,26
P-Value 0,032
VIF
Benih (X1)
0,3804
1,39
0,176
1,6
Pupuk Urea (X2)
0,22502
2,57
0,016
2,7
Pupuk KCl (X3)
0,2183
1,65
0,110
5,0
Pupuk NPK (X4)
0,15144
2,27
0,031
2,4
Tenaga Kerja (X5)
0,4821
3,09
0,004
4,8
Variabel Konstanta
R-Sq = 89.0 % R-Sq(adj) = 87.1% P = 0.000 F-Hitung = 46.73 Dari Tabel 11, dapat diperoleh persamaan analisis fungsi produksi Cobb Douglass komoditi padi sawah varietas ciherang adalah sebagai berikut : Ln Y
= 2.34 + 0.380 Ln X1 + 0.225 Ln X2 + 0.218 Ln X3 + 0.151 Ln X4 + 0.482 Ln X5
Dimana : Y : Produksi padi sawah (ton/Ha) X1 : Benih (Kg/Ha) X2 : Pupuk Urea (Kg/Ha)
52
X3 X4 X5
: Pupuk KCl (Kg/Ha) : Pupuk NPK (Kg/Ha) : Tenaga kerja (HOK) Dari hasil pendugaan model menunjukkan bahwa nilai koefisien
determinasi (R2) sebesar 89.0 persen dengan nilai determinasi terkorelasi (R2 adjusted) sebesar 87.1 persen. Nilai koefisien determinasi (R2) mempunyai arti bahwa sebesar 89,3 persen dari variasi produksi dapat dijelaskan secara bersamasama oleh faktor benih , pupuk urea , pupuk KCl , pupuk NPK dan tenaga kerja. Sedangkan 11 persen lagi dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model. Faktorfaktor lain diluar model yang diduga berpengaruh terhadap produksi padi adalah tingkat kesuburan tanah, jarak antara lahan dengan sumber air. Untuk menguji variabel bebas yang digunakan dalam input produksi dapat dilakukan dengan cara uji-F (uji signifikan korelasi ganda) dengan menggunakan model analisis fungsi produksi yang diperoleh. Nilai F-Hitung dibandingkan dengan nilai F-Tabel. Nilai F-Hitung tersebut masih lebih besar daripada nilai FTabel hal ini menunjukkan bahwa semua faktor produksi yang digunakan dalam usahatani padi sawah yang meliputi benih (X1), pupuk Urea (X2), Pupuk KCl (X3), Pupuk NPK (X4) dan Tenaga kerja (X5) secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang nyata terhadap produksi padi sawah varietas ciherang. Untuk melihat tingkat kelayakan asumsi OLS, dilakukan analisis terhadap model penduga fungsi produksi. Asumsi OLS meliputi multikolinearitas, homoskedastisitas dan normalitas error. Analisis mengenai multikolinearitas dapat dilihat dari nilai VIF (Variance Inflation Factors) pada Lampiran 5. Nilai VIF yang lebih besar dari 10 menunjukkan adanya multikolinearitas pada model yang disusun. Nilai VIF pada model penduga fungsi produksi padi sawah varietas ciherang tidak menunjukkan adanya nilai yang lebih dari 10. Hal ini menunjukkan bahwa tidal ada multikol. Analisis asumsi homoskedastisitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan grafik yang tersaji dalam Lampiran 5. Pada grafik menunjukkan plot antara residual dengan fitted value yang tersebar dan tidak menunjukkan pola yang sistematis. Hal ini juga menunjukkan bahwa model yang disusun tidak menunjukkan homoskedastisitas.
53
Hasil analisis model penduga fungsi produksi padi sawah varietas ciherang secara sistematis telah memenuhi asumsi OLS, hal ini juga dapat dianalisis dengan melihat nilai p-value. Nilai p-value nol menunjukkan bahwa asumsi OLS terpenuhi, dan menunjukkan bahwa model fungsi produksi tersebut dapat digunakan dalam menduga hubungan antara variabel dependent (output/hasil produsksi) dan variabel independent (input produksi).
6.2 Elastisitas Produksi dan Skala Usaha Nilai koefisien regresi dalam model fungsi produksi Cobb Douglass merupakan nilai elastisitas produksi dari variabel-variabel produksi tersebut. Bersasarkan Tabel 18, penjumlahan nilai-nilai elastisitas dapat digunakan untuk menduga keadaan skala usaha. Model produksi yang diduga menunjukkan bahwa jumlah nilai-nilai parameter penjelas adalah 1,45726 Angka tersebut merupakan hasil dari penjumlahan koefisien regresi faktor produksi yang dalam hal ini dianggap sebagai elastisitas dari faktor-faktor tersebut. Jumlah nilai elastisitas lebih dari satu menunjukkan bahwa usahatani padi sawah varietas ciherang berada pada skala kenaikan hasil yang meningkat (increasing return to scale). Nilai ini mengandung arti bahwa penambahan satu persen dari masing-masing faktor produksi secara bersama-sama akan meningkatkan produksi sebesar 1,45726 persen.
a. Benih (X1) Penggunaan benih merupakan salah satu komponen yang digunakan dalam kegiatan usahatani padi. Benih padi memiliki pengaruh yang positif dalam produksi padi sawah varietas ciherang dengan nilai koefisien sebesar 0.380. Nilai koefisien tersebut mengandung arti bahwa jika terjadi peningkatan penggunaan benih sebesar satu kilogram perhektar maka dapat meningkatkan produksi padi seebesar 0.380 ton perhektar dengan asumsi semua variabel lain tetap (cateris paribus). Hal ini berkaitan dengan jumlah penambahan populasi tanaman ataupun umur bibit saat penanaman. Nilai elastisitas tersebut, menunjukkan bahwa benih yang digunakan berada pada daerah II, yaitu daerah rasional karena memiliki nilai yang berada diantara nilai nol dan satu (0<Ep<1).
54
b. Pupuk Urea (X2) Nilai koefisien regresi penggunaan pupuk urea sebesar 0.225 dan mempunyai nilai positif. Hal ini menunjukkan bahwa sarana input pupuk urea mempunyai pengaruh terhadap peningkatan produksi padi. Nilai tersebut mengandung arti bahwa setiap penambahan satu kilogram perhektar pupuk urea akan meningkatkan hasil produksi sebesar 0.225 kilogram perhektar dengan asumsi variabel lain tetap (Cateris Paribus). Nilai elastisitas tersebut, menunjukkan bahwa pupuk urea yang digunakan berada pada daerah II, yaitu daerah rasional karena memiliki nilai yang berada diantara nilai nol dan satu (0<Ep<1).
c. Pupuk KCl (X3) Nilai koefisien pupuk KCl adalah 0.218. Nilai koefisien tersebut positif dan hal ini menunjukkan bahwa pengaruh pemberian pupuk KCL terhadap produksi padi juga positif. Nilai koefisien pupuk KCl mengandung arti setiap penambahan pupuk KCl satu kilogram perhektar akan meningkatkan hasil produksi padi sebesar 0.218 ton perhektar dengan asumsi variabel lain tetap (Cateris Paribus). Nilai elastisitas tersebut, menunjukkan bahwa pupuk urea yang digunakan berada pada daerah II, yaitu daerah rasional karena memiliki nilai yang berada diantara nilai nol dan satu (0<Ep<1). Berdasarkan kondisi dilapangan petani responden belum banyak yang memanfaatkan jerami padi untuk digunakan sebagai pupuk. Hal ini berarti bahwa penggunaan pupuk KCl oleh petani masih kurang, dan untuk memperkecil biaya penambahan pupuk KCl dapat didapatkan dari kompos dari jerami padi.
d. Pupuk NPK (X4) Variabel pupuk NPK dalam model mempunyai nilai koefisien regresi sebesar 0.151 dan bernilai positif, yang berarti memberikan pengaruh yang positif juga terhadap penambahan produksi padi. Setiap penambahan satu kilogram pupuk NPK akan meningkatkan produksi padi sebesar 0.151 ton/hektar cateris paribus. Penggunaan pupuk NPK di lokasi penelitian masih kurang dari dosis yang dianjurkan. Anjuran penggunaan pupuk NPK 300 kg/ha, sedangkan dilokasi
55
penelitian rata-rata penggunaan pupuk NPK hanya 119 kilogram perhektar. Sehingga penggunaan pupuk NPK perlu ditambahkan.
e.
Tenaga Kerja (X5) Koefisien regresi variabel tenaga kerja adalah 0.482 dan bernilai positif.
Setiap penambahan satu HOK tenaga kerja dapat meningkatkan produksi padi sebesar 0.482 ton/hektar cateris paribus. Hasil kondisi di lapangan menunjukkan bahwa penggunaan tenaga kerja saat panen masih kurang. Pada saat panen, jika jumlah pemanen hanya sedikit maka akan mempengaruhi kemasakan atau kematangan bulir padi, sehingga banyak padi yang rontok karena terlalu tua dan menyebabkan berkurangnya hasil padi. Untuk itu penggunaan jumlah tenaga kerja yang cukup saat panen, sangat diperlukan agar jumlah padi yang hilang bisa diminimalisir.
56