39 PERBANDINGAN HASIL TANAMAN JAGUNG PADA KONDISI TANPA PUPUK, DIPUPUK NPK DAN DIPUPUK BOKASHI KIRINYU (Chromolaena odorata L.) THE COMPARISON OF MAIZE YIELDS AMONG CONDITIONS WITHOUT FERTILIZER, WITH NPK FERTILIZER AND WITH KIRINYU (Chromolaena odorata L.) BOKASHI V.F. Aris Budianto1), Nihla Farida1), Karolina Loru Kii2) 1)
2)
Staf Pengajar pada Fakultas Pertanian Universitas Mataram Alumni Fakultas Pertanian Universitas Mataram, Jurusan Budidaya Pertanian ABSTRAK
Penggunaan pupuk anorganik pada tanaman jagung secara terus menerus dan tidak terkontrol dapat berdampak negatif terhadap kesuburan tanah, pertumbuhan tanaman, lingkungan dan keseimbangan mikroorganisme tanah, yang pada gilirannya akan menurunkan hasil jagung. Percobaan pot untuk mengevaluasi hasil tanaman jagung varietas hibrida C7 pada kondisi tanpa pupuk, dipupuk NPK dan dipupuk bokashi kirinyu, ditata menurut Rancangan Acak Lengkap dengan lima ulangan dan lima perlakuan sbb: Tanpa pupuk (D0), Dipupuk NPK yaitu 200 kg ha-1 Urea + 100 kg ha-1 TSP + 50 kg ha-1 KCl (D1), Dipupuk bokashi kirinyu 7 ton ha-1 (D2), 15 ton ha-1 (D3) dan 23 ton ha-1 (D4). Variabel respon yang diamati meliputi: tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun per tanaman dan diameter batang pada umur 40 hst; bobot tongkol dan biji kering per tanaman, bobot 100 butir biji, diameter tongkol, panjang tongkol, bobot brangkasan kering per tanaman dan indeks panen. Data dianalisis menggunakan kontras ortogonal pada taraf nyata 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pemberian pupuk NPK maupun Bokashi Kirinyu meningkatkan seluruh variabel respon yang diamati. (2) Hasil tanaman jagung dan tampilan organ vegetatif tanaman yang dipupuk Bokashi Kirinyu lebih tinggi dibandingkan yang dipupuk NPK. (3) Peningkatan dosis Bokashi Kirinyu mengakibatkan peningkatan secara linier bobot tongkol, bobot biji, panjang tongkol, dan bobot brangkasan, tetapi kuadratik pada jumlah daun. ABSTRACT Continuous and uncontrolled application of inorganic fertilizers to maize may have negative effects on soil fertility, crop growth, environment and populations of soil microorganisms, which in turn could decrease grain yield. A set of pot experiment was carried out to examine growth and yield of the hybrid maize C7 at conditions without fertilizer, with NPK fertilizers and with “Kirinyu” Bokashi organic fertilizer of varying dosages. The experiment was arranged according to Completely Randomized Design with five replications and five treatments as follows: No fertilizer (D0), NPK fertilizers consisting of 200 kg ha-1 Urea + 100 kg ha-1 TSP + 50 kg ha-1 KCl (D1), “Kirinyu” bokashi at the dosages of 7 ton ha-1 (D2), 15 ton ha-1 (D3) and 23 ton ha-1 (D4). Variables observed were plant height, leaf number, leaf area per plant, and stem diameter at 40 days after sowing (DAS); ear weight and dry grain yield, weight of 100 seeds, diameter and length of ear per plant, plant dry weight, and harvest index. Data were analyzed using Orthogonal Contrast ANOVA at 5% level of significance. Results showed that: (1) Application of both NPK and “Kirinyu” bokashi fertilizers increased all variables observed. (2) Vegetative performance and grain yield of maize fertilized with “Kirinyu” bokashi were higher than those fertilized with NPK. (3) Increasing “Kirinyu” bokashi dosages resulted in a linear increase on such variables as ear weight, grain yield, weight of 100 seeds, and plant dry weight but a quadratic response on leaf number. __________________________________ Kata Kunci: Jagung, hasil, NPK, Bokasi, Kirinyu Keywords: Maize, Yield, NPK, Kirinyu, Bokashi PENDAHULUAN Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman serealia sumber karbohidrat nomor dua setelah padi dan merupakan makanan pokok bagi lebih dari 18 juta penduduk Indonesia, termasuk NTT. Sebagai bahan pangan, jagung mempunyai
komposisi gizi yang tidak jauh berbeda dengan beras. Berdasarkan komposisinya, biji jagung mengandung air 13,5%, karbohidrat 61,05%, protein 10%, lemak 4,0%, gula 1,4%, pentosa 6,0%, serat kasar 2,3%, abu 1,4% dan zat-zat kimia lainnya 0,4% (DuPont Indonesia, 7 Nopember 2006). Kandungan nilai gizi yang Agroteksos Volume 17 Nomor 1, April 2007
40 cukup memadai ini, menempatkan jagung sebagai komoditas perdagangan pangan, pakan ternak maupun bahan baku industri. Produksi jagung secara nasional tiga tahun belakangan ini (2001-2003) baru mencapai 3.061 kg/ha (BPS, 2005). Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan di beberapa daerah tadah hujan di Jawa Timur, hasil jagung dapat mencapai 3,9 ton/ha (Slamet dan Soepangat, 1991), sedangkan penelitian Raharjo (1991) di daerah Lombok Barat pada kondisi lengas tanah kapasitas lapang memberikan produksi 4,283 ton/ha. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata produksi jagung masih berpeluang untuk ditingkatkan. Selama ini penggunaan pupuk anorganik pada tanaman jagung sudah banyak dilakukan, tetapi penggunaan secara terus menerus dan tidak terkontrol dapat berdampak negatif terhadap kesuburan tanah, pertumbuhan tanaman, lingkungan dan keseimbangan mikroorganisme tanah (Rinsema, 1983; Novizan, 2003). Sementara itu penggunaan pupuk organik pada dasarnya mampu memperbaiki kesuburan tanah secara fisik, biologi, dan kimia serta dapat menjamin terciptanya pertanian berkelanjutan (McCalla, 1975; Mazurak et al., 1977; Mather et al., 1977), tetapi masih jarang dilakukan. Kirinyu (Chromolaena odorata L) termasuk tumbuhan perdu yang tumbuh bebas di daerah tropika dan sub tropika. Bahkan di NTT, tumbuhan ini sangat sulit dikendalikan dan telah menutupi hampir seluruh padang rumput penggembalaan alami, yang merupakan satusatunya sumber pakan ternak, hutan tanaman industri, dan lahan perladangan; sehingga menyebabkan produktivitas lahan tersebut berkurang (Widayanto, 2001). Walaupun lebih dikenal sebagai gulma, kirinyu mengandung 7,76% N, 1,10% P dan 5,79% K (Suntoro, 2001), sehingga dapat dijadikan sebagai pupuk organik, dengan harapan akan dapat meningkatkan produksi tanaman jagung di samping membantu program pengendalian gulma. Sejauh ini, informasi tentang pemanfaatan kirinyu sebagai pupuk organik, terutama dalam bentuk bokashi kirinyu, belum banyak dijumpai. Penelitian ini membandingkan pertumbuhan dan hasil tanaman jagung antara kondisi tanpa pupuk, dipupuk NPK dan dipupuk bokashi kirinyu pada beberapa tingkatan dosis dengan harapan dapat mengungkapkan sejauh mana bokashi kirinyu dapat meningkatkan hasil tanaman jagung. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan dengan melakukan satu set percobaan pot di rumah kaca Fakultas Budianto, V.F.A. dkk.: Perbandingan …
Pertanian Universitas Mataram, dari bulan Nopember 2005 hingga Pebruari 2006. Tanaman jagung yang digunakan adalah varietas hibrida C7, ditanam sebanyak satu tanaman per pot yang berisi 16 kg tanah Entisol kering udara yang telah diayak (mata ayak 2 mm). Percobaan ditata menurut Rancangan Acak Lengkap (Completely Randomized Design) dengan lima ulangan dan lima perlakuan, sebagai berikut: D0 : Tanpa pemberian pupuk D1 : Dipupuk NPK menggunakan Urea, TSP dan KCl dengan dosis masing-masing 200, 100 dan 50 kg ha-1 (atau 3,7; 1,9 dan 0,9 g/tanaman) D2 : Dipupuk bokashi Kirinyu 7 ton ha-1 (129 g/tanaman) D3 : Dipupuk bokashi Kirinyu 15 ton ha-1 (280 g/tanaman) D4 : Dipupuk bokashi Kirinyu 23 ton ha-1 (431 g/tanaman) Pupuk bokashi kirinyu dicampur seluruhnya dengan media tanam sebelum penanaman, sedangkan pupuk TSP, KCl diberikan saat tanam. Pupuk Urea diberikan tiga tahap yaitu saat tanam, umur 30 hst dan umur 45 hst masing-masing 1/3 dosis. Variabel respon yang diamati meliputi: tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun per tanaman, dan diameter batang pada umur 40 hst; bobot tongkol per tanaman, bobot biji kering per tanaman, bobot 100 butir biji, diameter tongkol, panjang tongkol, bobot brangkasan kering per tanaman dan indeks panen. Data dianalisis dengan analisis keragaman menggunakan metode kontras ortogonal pada taraf nyata 5%. Analisis dilakukan dengan Microsoft Excel. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis varians dengan kontras orthogonal menunjukkan bahwa pemupukan, baik menggunakan NPK maupun bokashi kirinyu, berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung. Pengaruh pupuk NPK ternyata berbeda dibanding pengaruh pupuk bokashi kirinyu, kecuali pada diameter tongkol, jumlah daun, tinggi tanaman dan indeks panen, yang tidak menunjukkan perbedaan pengaruh. Pengaruh peningkatan dosis Bokashi Kirinyu bersifat linier terhadap variabel bobot tongkol, bobot biji kering, bobot 100 butir biji, panjang tongkol dan bobot brangkasan per tanaman, dan bersifat kuadratik pada variabel jumlah daun, tetapi tidak nyata pada variabel lainnya, seperti tampak pada Tabel 1.
41 . Tabel 1.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Rekapitulasi hasil analisis kontras orthogonal perbandingan pengaruh tanpa pupuk, pupuk NPK dan pupuk Bokashi Kirinyu pada berbagai variabel respon tanaman jagung Variabel respon
Bobot tongkol per tanaman (g) Bobot biji kering per tanaman (g) Bobot 100 butir biji (g) Diameter tongkol (cm) Panjang tongkol (cm) Jumlah daun per tanaman (helai) Luas daun per tanaman (cm2) Diameter batang (cm) Tinggi Tanaman (cm) Bobot brangkasan per tanaman (g) Indeks Panen (%)
Tanpa Pupuk vs pupuk * * * * * * * * * * *
Pupuk NPK vs Bokashi Kirinyu * * * NS * NS * * NS * NS
Linier
Kuadratik
* * * NS * NS NS NS NS * NS
NS NS NS NS NS * NS NS NS NS NS
Keterangan: * : berbeda nyata NS : berbeda tidak nyata Pengaruh Pemupukan Pemberian pupuk pada tanaman jagung tanpa melihat jenis pupuk yang diberikan (NPK ataupun Bokashi Kirinyu) ternyata meningkatkan hasil tanaman (bobot tongkol, bobot biji kering, bobot 100 butir biji, diameter tongkol dan panjang tongkol), juga meningkatkan performa organ vegetatif tanaman (jumlah daun, luas daun, diameter batang, tinggi tanaman, dan bobot brangkasan), serta indeks panen (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi pupuk NPK maupun bokashi kirinyu pada media tumbuh tersebut telah menambah ketersediaan unsur hara yang diperlukan untuk perbaikan pertumbuhan dan hasil tanaman jagung hibrida C7. Buckman dan Brady (1982) menyatakan bahwa unsur nitrogen, fosfor dan kalium merupakan tiga unsur yang dibutuhkan dalam jumlah terbanyak dari 13 unsur hara yang dibutuhkan tanaman pada umumnya, dan sangat mudah berada dalam keadaan kritis, sehingga dikelompokkan sebagai unsur pupuk karena penambahan harus selalu dilakukan pada media tanam. Lebih jauh Salisburry dan Ross (1991); Marsono dan Sigit (2002) menyatakan bahwa ketiga unsur (NPK) berperan sangat dominan dalam proses pertumbuhan tanaman. Sarief (1989) menyatakan bahwa ketersediaan unsur hara pada media tumbuh dalam jumlah yang cukup dan seimbang merupakan salah satu faktor penting yang mendukung pertumbuhan normal tanaman. Kebutuhan tersebut dapat diusahakan terpenuhi dengan pemberian pupuk anorganik maupun organik.
Sanchez (1976) dan Mather et al. (1977) menyatakan bahwa keuntungan pemberian pupuk kandang adalah untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi dalam tanah. Menurut McCalla (1975) dan Mazurak et al. (1977), perbaikan sifat fisik dan kimia tanah dalam hal ini adalah perbaikan kemampuan tanah menyimpan air, mempengaruhi kemantapan agregat tanah, memperbaiki struktur tanah, menaikkan suhu tanah, mempertinggi nilai tukar kation, menyediakan unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Keadaan tersebut membuat suasana yang lebih kondusif bagi penyerapan unsur hara dan pertumbuhan tanaman, yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi asimilat untuk hasil biji. Perbandingan Pengaruh Pupuk NPK dan Bokashi Kirinyu Dibandingkan dengan pengaruh pupuk NPK, ternyata Bokashi kirinyu memberikan pengaruh yang lebih baik daripada NPK. Keadaan ini ditunjukkan oleh lebih tingginya hasil jagung yang ditunjukkan oleh bobot tongkol per tanaman, bobot biji per tanaman, bobot 100 butir biji, dan diameter tongkol, serta lebih baiknya performa organ vegetatif tanaman yang ditunjukkan oleh luas daun per tanaman, diameter batang dan bobot brangkasan per tanaman (Tabel 2). Hal ini mengindikasikan bahwa kondisi media tumbuh tanaman jagung yang diberi bokashi kirinyu (pupuk organik) lebih baik daripada yang diberi pupuk NPK (pupuk anorganik).
Agroteksos Volume 17 Nomor 1, April 2007
42
Tabel 2.
No
Hasil analisis kontras orthogonal pembandingan pengaruh tanpa pupuk, pupuk NPK, dan pupuk bokashi kirinyu pada berbagai variabel respon tanaman jagung. Variabel respon
1 Bobot tongkol per tanaman (g) 2 Bobot biji kering per tanaman (g) 3 Bobot 100 butir biji (g) 4 Diameter tongkol (cm) 5 Panjang tongkol (cm) 6 Jumlah daun per tanaman (helai) 7 Luas daun per tanaman (cm2) 8 Diameter batang (cm) 9 Tinggi tanaman (cm) 10 Bobot brangkasan per tanaman (g) 11 Indeks panen (%) Keterangan: a : tanpa pupuk b : Pupuk NPK c : Pupuk Bokashi Kirinyu 129 g/tnm d : Pupuk Bokashi Kirinyu 129 g/tnm e : Pupuk Bokashi Kirinyu 129 g/tnm * : Berbeda nyata NS : Berbeda tidak nyata
Tanpa Pupuk vs Pupuk a 49.47 22.07 18.62 32.54 11.70 11.60 325.10 17.31 184.40 129.36 16.10
Burke et al. (1995) menyatakan bahwa aplikasi bahan organik (kompos) selain meningkatkan kadar hara makro dan mikro, juga bertindak sebagai penyangga biologi tanah dan menyebabkan struktur tanah lebih remah dan stabil. Hal tersebut sangat menunjang pertumbuhan tanaman. McCalla (1975), Mazurak et al. (1977), Buckman dan Brady (1982) dan Abbas (1992) juga menyatakan bahwa penambahan bahan organik pada tanah dapat meningkatkan granulasi, memperbaiki daya pegang air, mengurangi plastisitas, menaikkan kapasitas absorpsi kation, meningkatkan jumlah kation yang mudah diganti, menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman, serta meningkatkan populasi mikroorganisme pelarut fosfat maupun penambat nitrogen dari udara. Wididana et al. (1994) dan Sutanto (2002) menyatakan bahwa bahan organik bokashi mengandung kultur campuran mikroorganisme fermentasi sintetis yang terdiri atas bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, actinomycetes dan ragi yang pada umumnya memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, serta menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Adanya mikroorganisme di dalam pupuk organik menyebabkan unsur hara yang tidak tersedia Budianto, V.F.A. dkk.: Perbandingan …
bcde 166.79 * 91.69 * 20.31 * 38.64 * 19.59 * 13.90 * 438.60 * 19.58 * 213.41 * 295.83 * 29.32 *
Pupuk NPK vs Bokashi Kirinyu b cde 132.20 175.99 * 72.79 97.99 * 18.33 20.97 * 38.88 38.56 NS 17.42 20.31 * 13.40 14.07 NS 380.83 457.86 * 15.75 20.86 * 211.72 213.97 NS 218.91 321.47 * 29.94 29.11 NS
bagi tanaman menjadi mudah tersedia dan dapat diserap tanaman. Hal ini menyebabkan pemupukan organik dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman yang pada gilirannya dapat meningkatkan produksi. Aplikasi pupuk anorganik, menurut Lingga dan Marsono (2001); Novizan (2003), mampu meningkatkan kesuburan tanah dan produksi tanaman, tetapi penggunaan yang terus menerus dan tidak terkontrol akan berdampak buruk pada kesuburan tanah, terganggunya keseimbangan mikroorganisme tanah, dan pencemaran lingkungan yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas lahan. Di samping itu, Bintaro et al. (2006) menyatakan bahwa pupuk anorganik mengandung unsur hara yang tinggi bila dibandingkan dengan pupuk organik, misalnya urea mengandung 46 – 48% N dibanding dalam kompos hanya 1% N, tetapi pupuk anorganik adalah garam, yang bila diberikan ke dalam tanah secara terus menerus akan mendispersi tanah sehingga tanah menjadi lembab tetapi tanaman kekurangan air, dan tanah juga menjadi keras sehingga hara di dalamnya sulit diserap tanaman. Terciptanya kondisi media tumbuh yang secara fisik, kimia dan biologi lebih baik pada media tanam yang diberi bokashi kirinyu daripada yang dipupuk NPK diduga menyebabkan pertumbuhan akar tanaman lebih
43 baik dengan distribusi dan daya jelajah yang lebih luas, sehingga dapat meningkatkan kemampuannya menyerap hara. Kondisi ini, mengakibatkan pertumbuhan vegetatif tanaman lebih baik, area fotosintesis lebih luas, fotosintat yang dihasilkan lebih banyak sehingga pada akhirnya lebih banyak cadangan fotosintat yang dipakai untuk pertumbuhan vegetatif seperti yang tercermin pada peningkatan luas daun per tanaman, diameter batang dan bobot brangkasan tanaman jagung (Tabel 2). Gardner et al (1985) menyatakan bahwa permukaan daun yang luas memungkinkan penangkapan cahaya yang lebih banyak dan meningkatkan laju fotosintesis, yang pada gilirannya meningkatkan produksi biomasa dan hasil biji. Pengaruh Dosis Bokashi Kirinyu Pengaruh dosis bokashi kirinyu mengakibatkan peningkatan secara linier, utamanya hanya pada variabel hasil: bobot tongkol, bobot biji, bobot 100 biji, panjang
Bobot biji kering (g/pot)
Bobot tongkol (g/tan)
220 200 180 160
y = 0,1813x + 125,23 R2 = 0,9364
140 120 100 0
200 400 Dosis Kirinyu (g/tan)
y = 0,0957x + 71,199 R2 = 0,7914
200
400
600
Gambar 2. Bobot biji kering per tanaman jagung pada berbagai dosis kerinyu 23,0 Panjang tongkol (cm)
Bobot 100 biji (g)
80 70 60 50 40
Dosis Kirinyu (g/tan)
y = 0,0083x + 18,646 R2 = 0,958
22,5 22,0
120 110 100 90
0
600
Gambar 1. Bobot kering tongkol per tanaman jagung pada berbagai dosis kerinyu 23,0
tongkol dan variabel bobot brangkasan (Tabel 1 dan Gambar 1-5); sedangkan peningkatan secara kuadratik hanya pada variabel jumlah daun (Tabel 1 dan Gambar 1-6). Terhadap variabel lain, peningkatan dosis bokashi kirinyu tidak mengakibatkan perbedaan yang nyata (Tabel 1). Pada dasarnya terjadi peningkatan pertumbuhan sebagaimana tercermin pada bobot brangkasan kering yang mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya dosis bokashi kirinyu. Hasil analisis regresi menunjukkan adanya pola hubungan linier antara bobot brangkasan kering dengan dosis bokashi kirinyu (Gambar 5). Diduga bahwa adanya peningkatan hasil, berat berangkasan dan penampilan tanaman jagung tersebut karena meningkatnya ketersedian unsur hara untuk tanaman dengan meningkatnya dosis pemberian bokashi Kirinyu, dan sangat mungkin diikuti oleh semakin kondusifnya kondisi fisik dan biologi tanah yang menyebabkan pertumbuhan akar dan fungsi absorpsinya makin meningkat.
21,5 21,0 20,5 20,0 19,5 19,0
y = 0,0094x + 17,68 R2 = 0,8773
22,0 21,0 20,0 19,0 18,0 17,0
0
200 400 Dosis Kirinyu (g/tan)
600
Gambar 3. Bobot 100 butir biji jagung pada berbagai dosis kerinyu
0
200 400 Dosis Kirinyu (g/tan)
600
Gambar 4. Panjang tongkol jagung pada berbagai dosis kerinyu
Agroteksos Volume 17 Nomor 1, April 2007
380 360 340 320 300 280 260 240 220 200
y = 0,25x + 251,47 R2 = 0,9565
15,0 14,5 14,0 13,5 13,0 12,5 12,0
0
200 400 Dosis Kirinyu (g/tan)
Setyamidjaya (1986) menyatakan bahwa tersedianya unsur hara yang cukup akan mengoptimalkan proses fotosintesis, sehingga banyak fotosintat yang dapat digunakan untuk pembentukan akar, batang, dan daun sehingga meningkatkan pertumbuhan tanaman. Selain itu akumulasi fotosintat sebagai cadangan makanan cukup banyak. Lebih jauh Gardner et al (1985) menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman yang baik akan menghasilkan akumulasi cadangan makanan yang banyak, dan pada fase generatif cadangan makanan tersebut akan ditranslokasikan ke organ produksi sehingga menghasilkan produksi yang tinggi. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data variabel respon tanaman jagung yang tidak dipupuk, dipupuk NPK dan dipupuk bokashi, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pemberian pupuk, baik dalam bentuk NPK maupun Bokashi Kirinyu meningkatkan seluruh variabel respon yang diamati. 2. Hasil jagung dan tampilan organ vegetatif tanaman yang dipupuk Bokashi Kirinyu, lebih tinggi dibandingkan yang dipupuk NPK. 3. Peningkatan dosis Bokashi Kirinyu mengakibatkan peningkatan secara linier pada variabel respon: bobot tongkol, bobot biji, panjang tongkol, dan bobot brangkasan serta peningkatan secara kuadratik pada variabel respon jumlah daun. Saran Bokash Kirinyu dapat dipertimbangkan sebagai pengganti pupuk anorganik (NPK)
Budianto, V.F.A. dkk.: Perbandingan …
0
600
Gambar 5. Bobot brangkasan kering tanaman jagung pada berbagai dosis kerinyu
1.
y = -6E-05x 2 + 0,0357x + 9,8153 R2 = 1
15,5 Jumlah daun (helai)
Brangkasan kering (g/pot)
44
200
400
600
Dosis Kirinyu (g/tan)
Gambar 6. Jumlah daun per tanaman jagung pada berbagai dosis kerinyu
2. 3.
dalam upaya peningkatan hasil tanaman jagung. Hasil penelitian ini masih perlu diuji di lapang untuk mendapatkan kepastian hasil. Perlu dilakukan penelitian serupa untuk mengkombinasikan pupuk anorganik (NPK) dengan Bokashi Kirinyu, yang mungkin akan memberikan hasil yang jauh lebih baik. DAFTAR PUSTAKA
Abbas, K., 1992. Pengaruh Pemberian Organik Mikoriza Arbuskular dan Fosfat Terhadap Serapan Fosfor Tanaman Jagung. Tesis. Program Sarjana IPB.
Bahan Pupuk Oleh Pasca
Bintaro, M.H., H. Yani, A.T. Maryani, M. Syakir, Nurhastuti, M. Alam, R. Widhiastuti, Zaitun dan Muzirman, 2006. Peran Pupuk Organik Dalam Produksi Tanaman. Prosiding Peran Agronomi Dalam Revitalisasi Pertanian Bidang Pangan dan Perkebunan. Peragi Pusat dan Peragi Komda D.I. Yogyakarta. BPS, 2005. Statistik Indonesia. Biro Pusat Statistik, Jakarta-Indonesia. Buckman, H.O. and N.C. Brady, 1982. The Nature and Properties of Soils. (Ilmu Tanah, Terjemahan Soegiman). Bhratara Karya Aksara. Jakarta. Burke, I.C., E.T. Elliot and C.V. Cole, 1995. Influence of macroclimate, landscape position and management of soil organic matter in agroecosystem. Ecol. Applic., 5: 124-131. DuPont Indonesia, 7 Nopember 2006. Pioneer, jagung bergizi tingkatkan ketahanan pangan
45 di Sumatera Utara. DuPont Indonesia, Indonesia News and Press Releases. http://www2.dupont.com/Media_Center/en_ ID/daily_news/2006/article20061107.html. Diakses 10 Maret 2007. Gardner, F.P., R.B. Pierce and R.L. Mitchell, 1985. Physiology of Crop Plants. The Iowa State University Press. Iowa. Lingga, P. dan Marsono, 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Marsono dan P. Sigit, 2002. Pupuk Akar, Jenis dan Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta. Mazurak, A.P., L. Chesim and A.A. Thyell, 1977. Effect of Beef Cattle Manure on Water Stability and Soil Agregate. Soil Sci. Soc. Am. J., 41: 613-614. Mather, A.C., B.A. Steward and J.D. Thomas, 1977. Manure Effect on Water Intake and Run Off Quality from Irrigated Grain Sorghum Plots. Soil Sci. Soc. Am. J., 41: 782-784. McCalla, T.M., 1975. Use of Animal Waste as a Soil Amendment. In Organic Material as Fertilizer. Soil Bull. Pp. 83-88. CIDA and FAO, Rome. Novizan, 2003. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agro Media Pustaka. Jakarta. Raharjo, C.S. 1991. Pengaruh tingkat kelengasan tanah terhadap produksi jagung yang dipupuk NPK. Dalam Machmud, M., M. Khosim Kardin, Lukman Gunarto (Eds.) Penelitian Komoditas dan Studi Khusus. h:187-197. Proyek Pembangunan Penelitian Pertanian Terapan (AARP) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian bekerjasama dengan Direrktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Rinsema, 1983. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bharata Aksara. Jakarta. Salisbury, F.B., and C.W. Ross, 1991. Plant Physiology, Fourth Edition. Wadsworth Publishing Company. Belmont, California. Sanchez, P.A., 1976. Properties and Management of Soils in the Tropics. John Wiley and Sons. New York. Sarief, E.S., 1989. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung. Setyamidjaya, D., 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung. Slamet, S. dan P. Soepangat. 1991. Adaptasi varietas jagung bersari bebas di lahan tadah hujan di Jawa Timur bagian utara. h:187197. Dalam: M. Machmud, M. Khosim Kardin, dan Lukman Gunarto (Eds), Penelitian Komoditas dan Studi Khusus. Proyek Pembangunan Penelitian Pertanian Terapan (AARP), Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian bekerjasama dengan Direrktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Suntoro, 2001. Tanaman Kirinyu Pengganti Pupuk. Universitas Sebelas Maret. Solo. Sutanto, R., 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius, Jakarta. Widayanto, 2001. Pengaruh pemberian Kompos (Chromolaena odorata L.) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Sawi. Prosiding Lokakarya Nasional Pertanian Organik, Universitas Brawijaya.Malang. Wididana, G.N., Sentana dan T. Higa, 1994. Application of Effective Microorganisms (EM) and Bokashi on Natural Farming. Bulletin Kyusei Natural Farming, 2: 47-49
Agroteksos Volume 17 Nomor 1, April 2007