VETERINARIA
Vol. 4 No. 3 Nopember 2011
Prevalensi Helmintiasis Gastrointestinal pada Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae) dan Harimau Benggala (Panthera Tigris Tigris) Di Tiga Wilayah Konservasi yang Berbeda The Prevalence Of Helminthiasis Gastrointestinal Tract Of Sumatran Tiger (Panthera Tigris Sumatrae) And Bengal Tiger (Panthera Tigris Tigris) In Three Different Areas Of Conservation 1
Sri Subekti Bendryman, 2Fahmi Jihan Tiffani, 1Chairul Anwar 1
2
Fakultas Kedokteran Hewan Unair PPDH Fakultas Kedokteran Hewan Unair
Kampus C Unair, Jl. Mulyorejo Surabaya-60115. Telp. 031-5992785 Ext 303, Fax. 031-5993015 Email :
[email protected] Abstract This research was aimed to determine the prevalence of helminthiasis and to find out the various kinds of the gastrointestinal tract worm egg that infected Sumatran tiger (Panthera tigris sumatrae) and Bengal tiger (Panthera tigris tigris) in three different conservation areas at Surabaya Zoo, Taman Safari Indonesia II and Maharani Zoo Lamongan. Fecal samples were taken from Surabaya Zoo as many as 15 samples, Taman Safari Indonesia II as many as 25 samples, and Maharani Zoo Lamongan as many as 4 samples. Fecal examination was performed by sedimentation and floatation methods. The results showed that 15 samples of fecal in sumatran tiger and bengal tiger Surabaya Zoo showed that 4 (26.67%) samples were positive infected by gastrointestinal helminth egg of Toxocara sp., 25 samples of fecal bengal tiger in Taman Safari Indonesia II showed that 10 (40%) samples were positive infected with gastrointestinal tract are seven eggs of Toxocara sp., one egg of Toxascaris leonina, one egg of Toxocara sp. and Toxascaris leonina and one egg of Toxocara sp. and Ancylostoma sp. Keywords : Sumatran tiger, Bengal tiger, Gastrointestinal tract, Helminthiasis
Pendahuluan Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sangat banyak dan beragam, yang menjadikan Indonesia sebagai pusat keanekaragaman hayati terbesar kedua di Dunia. Keanekaragaman hayati merupakan modal besar bagi pembangunan bangsa tetapi sekaligus menjadi beban untuk menjaga dan melestarikannya. Pada saat ini, fakta telah menyatakan bahwa keanekaragaman jenis flora dan fauna di Indonesia telah mengalami tekanan dan penurunan, baik kualitas ataupun kuantitas (Meijaard dkk., 2006). Perlu dilakukan upaya nyata untuk melestarikan dan melindungi potensi sumber kekayaan alam yang telah dilakukan oleh pemerintah, yaitu dengan membuat kawasan kon-
servasi yang meliputi suaka margasatwa, taman nasional, cagar alam, hutan wisata, kebun binatang, kebun koleksi serta adanya penangkaran dan jenis- jenis satwa yang dilindungi (Sudrajat, 1991). Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) merupakan salah satu dari enam subspesies harimau yang masih tersisa di dunia. Status populasi Harimau Sumatera ini berada pada tingkat yang sangat mengkhawatirkan (Semiadi dan Nugraha, 2006). Oleh karena itu lembaga konservasi IUCN mengkategorikan Harimau Sumatera sebagai satwa yang sangat kritis terancam punah (Dinata dan Sugardjito, 2008). Selain itu Harimau Sumatera juga masuk
207
Sri Subekti Bendryman dkk. Prevalensi Helmintiasis Gastrointestinal ...
dalam CITES Appendix I yang artinya perdagangan internasional komersial dilarang. Harimau Benggala (Panthera tigris tigris) adalah salah satu dari enam subspesies yang daerah penyebarannya terdapat di India, Nepal, Bhutan, Bangladesh, dan Burma (Alikodra, 2010). Harimau Benggala ini dikategorikan terancam punah (Endangered) dalam daftar lembaga konservasi dunia IUCN (International Union for Conservation of Nature) dan masuk dalam CITES (Convention on International Trade in Endangered Species): Appendix I yang berarti perdagangan internasional komersial dilarang. Harimau Benggala sekarang telah ditangkarkan banyak negara di seluruh dunia termasuk Indonesia. Menurut World Wildlife Fund for Nature (2010), hingga saat ini harimau Benggala merupakan subspesies harimau dengan jumlah terbanyak di dunia. Gonzales, dkk (2007) menjelaskan bahwa ditemukannya parasit gastrointestinal pada harimau (Panthera tigris) yaitu cacing Strongyloides sp., Ancylostoma sp., Toxascaris leonina dan Toxocara cati. Penyakit yang disebabkan oleh endoparasit saluran pencernaan umumnya tidak menyebabkan kematian secara akut, tetapi bersifat kronis sehingga pada satwa dewasa akan mengakibatkan produksi dan kemampuan kerja yang menurun, sedangkan pada satwa muda akan mengakibatkan pertumbuhan terhambat, nafsu makan menurun, anemia dan diare (Soulsby, 1986). Wilayah Konservasi di Jawa Timur yang membudidayakan harimau sumatera dan harimau benggala, terdapat di KBS, TSI II dan Mazoola. KBS adalah salah satu kebun binatang yang terbesar di Indonesia. KBS terletak di tengah kota Surabaya dengan letak geografis 3 – 6 m dpl. TSI II adalah Lembaga konservasi yang berada di Prigen dengan letak geografis 800 – 1500 m dpl, suhu mencapai 20 – 25oC. Mazoola bertempat di jalan Raya Paciran Lamongan. Maharani Zoo Lamongan ini berisi 300 macam binatang dari 111 spesies dunia, dari Afrika Selatan dan Benua Amerika. Materi dan Metode Penelitian Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di tiga wilayah konservasi di Jawa Timur yaitu di KBS, TSI II dan Mazoola. Pemeriksaan sampel feses hari-
208
mau sumatera dan harimau benggala dilaksanakan di Laboratorium Helmintologi Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Penelitian dilaksanakan bulan April - Juli 2011. Bahan dan Alat Penelitian Penelitian menggunakan sampel feses segar harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) dan harimau benggala (Panthera tigris tigris) yang di dapatkan di Kebun Binatang Surabaya, Taman Safari Indonesia II Prigen dan Maharani Zoo Lamongan. Bahan yang digunakan untuk pemeriksaan feses yaitu Formalin 10 % dan air PAM, Aquadest. Alat yang digunakan dalam penelitian: fecal container, kantong plastik, gelas plastik, sendok plastik ukuran 5 ml, saringan teh, tissue, pipet Pasteur 5 ml, gelas pengaduk, spatula, lidi, object glass, cover glass, sentrifus, tabung sentrifus, kertas label, tabung reaksi, rak tabung, kamera, mikroskop cahaya, mikroskop dengan lensa okuler berskala dan peralatan tulis. Pengambilan Feses Sampel diperoleh dari feses Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang didapatkan di Kebun Binatang Surabaya dan Kebun Binatang Maharani Lamongan dan feses Harimau Benggala (Panthera tigris tigris) yang didapatkan di Kebun Binatang Surabaya, Taman Safari Indonesia II dan Kebun Binatang Maharani Lamongan. Sampel feses yang diambil adalah yang masih segar. Pengambilan feses dilakukan sekali, yaitu selama sehari. Feses tersebut berasal dari 10 ekor Harimau Sumatera dan 5 ekor Harimau Benggala yang terdapat di Kebun Binatang Surabaya, 25 ekor Harimau Benggala yang terdapat di Taman Safari Indonesia II, 1 ekor Harimau Sumatera dan 3 ekor Harimau Benggala yang terdapat di Kebun Binatang Maharani Lamongan, jadi total sampel feses sebanyak 44 sampel. Feses dimasukkan ke dalam pot penyimpanan. Pot penyimpanan tersebut telah diberi larutan formalin 10 % sebagai pengawet lalu diberi label yang mencantumkan tanggal dan tempat pengambilan sampel. Sampel yang terkumpul kemudian diperiksa di Laboratorium Helmintologi Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Pengumpulan Data Sampel feses dinyatakan positif bila ditemukan telur cacing, dengan rumus prevalensi : feses yang positif terdapat telur cacing
VETERINARIA
Vol. 4 No. 3 Nopember 2011
dibagi dengan jumlah feses yang diperiksa dikali seratus persen. Pengolahan Data Data prevalensi yang diambil adalah dari Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) di Kebun Binatang Surabaya dan Maharani Zoo Lamongan dan kelompok Harimau Benggala (Panthera tigris tigris) di Kebun Binatang Surabaya, Taman Safari Indonesia II, dan Maharani Zoo Lamongan yang dinyatakan dalam persen dan dianalisis dengan analisis deskriptif. Hasil dan Pembahsan Hasil penelitian yang dilakukan mulai 8 April sampai 11 Juli 2011 di Lokasi Kebun Binatang Surabaya (KBS) dari 10 sampel feses harimau sumatera dan 5 sampel feses harimau benggala, ditemukan 4 sampel positif yang terinfeksi cacing saluran pencernaan yaitu ditemukan telur cacing Toxocara sp. Total persentase prevalensi helmintiasis gastrointestinal pada harimau sumatera dan harimau benggala di Kebun Binatang Surabaya (Tabel 1). Tabel 1 Persentase Prevalensi Helmintiasis Gastrointestinal pada Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) dan Harimau Benggala (Panthera tigris tigris) di Kebun Binatang Surabaya Prevalensi Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) dan Harimau Benggala (Panthera tigris tigris) Jumlah Sampel % Feses Positif 4 26,67 Negatif
11
73,33
Total
15
100
harimau benggala di Taman Safari Indonesia II ( Tabel 2). Tabel.2 Persentase Prevalensi Helmintiasis Gastrointestinal pada Harimau Benggala (Panthera tigris tigris) di Taman Safari Indonesia II Prigen Prevalensi Harimau Benggala (Panthera tigris tigris) Jumlah Sampel % Feses Positif 10 40 Negatif
15
60
Total
25
100
Lokasi Maharani Zoo Lamongan (Mazoola) dari 1 sampel feses harimau sumatera dan 3 sampel feses harimau benggala, tidak ditemukan sampel positif yang terinfeksi cacing saluran pencernaan. Total persentase prevalensi helmintiasis gastrointestinal pada harimau sumatera dan harimau benggala di Maharani Zoo Lamongan (Tabel 3). Tabel 3 Persentase Prevalensi Helmintiasis Gastrointestinal pada Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) dan Harimau Benggala (Panthera tigris tigris) di Maharani Zoo Lamongan Prevalensi Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) dan Harimau Benggala (Panthera tigris tigris) Jumlah Sampel % Feses Positif 0 0 Negatif
4
100
Total
4
100
Lokasi Taman Safari Indonesia II Prigen (TSI II) dari 25 sampel feses harimau benggala, ditemukan 10 sampel positif yang terinfeksi cacing saluran pencernaan yaitu ditemukannya telur cacing Toxocara sp pada 7 sampel feses, telur cacing Toxascaris leonina pada satu sampel feses, telur cacing Toxocara sp dan Toxascaris leonina pada satu sampel feses dan telur cacing Toxocara sp dan Ancylostoma sp pada satu sampel feses. Total persentase prevalensi helmintiasis gastrointestinal pada
209
Sri Subekti Bendryman dkk. Prevalensi Helmintiasis Gastrointestinal ...
Gambar 1. Telur Toxoxcara sp, telur Toxascaris leonina dan telur Ancylostoma sp Kesimpulan Penelitian prevalensi helimintiasis gastrointestinal pada Harimau Sumatera dan Harimau Benggala di KBS, TSI II dan di Mazoola dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Angka prevalensi helmintiasis gastrointestinal di KBS pada harimau sumatera dan harimau benggala adalah sebesar 26,67 % dan di TSI II adalah sebesar 40 %, sedangkan di Mazoola adalah sebesar 0 %. 2. Identifikasi telur cacing yang menginfeksi harimau sumatera dan harimau benggala di KBS yaitu telur cacing Toxocara sp, di TSI II adalah telur cacing Toxocara sp, Toxascaris leonina dan Ancylostoma sp., sedangkan di Mazoola tidak ditemukan telur cacing. Daftar Pustaka Alikodra, H. S. 2010. Teknik Pengelolaan Satwaliar. IPB Press. Bogor. 55-258. Anggarani, D. R. 2011. Prevalensi Helminthiasis Pada Saluran Pencernaan Harimau Benggala (Panthera tigris tigris) Di Taman Safari Indonesia II Prigen [Skripsi]. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga.
210
Anitei, S. 2007. 7 Things You Did Not Know About Tigers. Softpedia. Beriajaya dan Suhardono. 1997. Penanggulangan Nematodosis pada Ruminansia Kecil Secara Terpadu antara Manajemen, Untrisi dan Obat Cacing. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner Jilid I. 110-119. Brotowidjoyo, M. D. 1987. Parasit dan Parasitisme. Edisi I. Media Sarana Press. Jakarta. 209-213. Brown, H.W. 1983. Dasar Parasitologis Klinis. Edisi ketiga. Penerbit PT. Gramedia. Jakarta. Crichton, N. 2002. Prevalence and incidence. Journal of Clinical Nursering, 9. 178188. Dinata, Y. dan Sugardjito, J. 2008. Keberadaan Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) dan Hewan Mangsanya di Berbagai Tipe Habitat Hutan di Taman Nasional Kerinci Seblat, Sumatera. Biodiversitas. 9(3): 222-226. Dirdjosudjono, S. dan D.K. Meles, 1985. Anthelmintik dalam Farmakoterapi Veteriner. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Surabaya. Galloway, J. H. 1974. Farm Animal Health and Disease Control. Ed. Lea and Febiger. Philadelphia. 281-293. Gonzalez, P., E Carbonell, V Uriost, and V.V. Rozhnovt. 2007. Coprology of Panthera tigrisaltaica and Felis bengalensis euptilurus From the Russian Far East. J. Parasitol. 93(4): 229-231. Hadidjaja, P., Sri, S., Margono, A Sasongko dan R Rasad. 1992. Dampak Pengobatan, Perbaikan Lingkungan dan Sanitasi Serta Penyuluhan Kesehatan Terhadap Prevalensi Infeksi Ascaris lumbricoides. Parasitologi Indonesia. 5(1): 15-20. Khandelwal, V. 2005. Tiger Conservation in India. Centre for Civil Society. Summer Internship Program. 3-5. Kusumamihardja, S. 1993. Parasit dan Parasitosis Pada Hewan Ternak dan Hewan Piaraan di Indonesia Pusat Antar Universitas Bioteknologi Institut Pertanian Bogor. Levine, N. D. 1990. Buku Pelajaran Parasitologi Veteriner. Editor Wardiarto. Gadjah Mada University Press.
VETERINARIA
Mader, R. D. 1996. Reptilian Medicine and Surgery, 1st ed. W. B. Sounders Company. Malaivijitnond, S. N., N Chaiyabutr. Urasopon, and Y. Hamada. 2006. Intestinal nematode parsites of long-tailed macaques inhabiting some tourist attraction sites in Thailand. Malla, B. J., B. Sherchand., P. Ghimire, B.C.R. Kumar and P. Gauchan. 2004. Prevalence of Intestinal Parasitic Infections dan Malnutrition among Children in a Rural Community of Sarlahi, Nepal. J. Hlth Rsrch Council. 2: 1-4. Mazàk, V. 1981. Panthera tigris. American Society of Mammalogist. Mammalian Species 152: 1-8. Meijaard, E., D. Sheil, R. Nasi, D. Augeri, B. Rosenbaum, D. Iskandar, T. Setyawati, M. Lammertink, I. Rachmatika, A. Wong, T. Soehartono, S. Stanley, T. Gunawan, T. O’Brien. 2006. Hutan Pasca Pemanenan Melindungi Satwa Liar dalam Kegiatan Hutan Produksi di Kalimantan. CIFOR. Bogor. Indonesia. National Geographic. 1981. Book of Mammals : Volume 2. National Geographic Society. WashingtonDC. Puspitawati, H., R Sasmita, S Subekti, M Moenif, dan M Natawidjaja. 1993. Insidensi Infeksi Cacing Saluran Pencernaan Sapi Madura di Sampang dan di Probolinngo. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Surabaya. Semiadi, G. dan T.P. Nugraha, 2006. Profil Reproduksi Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) pada Tingkat Penangkaran. Biodiversitas. 7(4): 368371. Soulsby, E. J. L. 1986. Helminth, Arthropods and Protozoa of Domestic Animals. Bailliere Tindall and Cassell. London. Sri Subekti, B.S., S Koesdarto, S Sri Mumpuni, Puspitawati, H., Kusnoto. 2007. Penuntun Praktikum Teknik Laboratorium Ilmu Penyakit Helminth Veteriner. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Surabaya. Sri Subekti, B.S., S Koesdarto, S Sri Mumpuni, Kusnoto. 2010. Buku Ajar Helminthologi Veteriner. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Surabaya.
Vol. 4 No. 3 Nopember 2011
Sri Subekti, B.S., Koesdarto, S., S Mumpuni, Kusnoto. 2011. Buku Ajar Ilmu Penyakit Helminth. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Surabaya. Sri Subekti, B.S., S Koesdarto, S Mumpuni, H Puspitawati, Kusnoto. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Trematoda dan Cestoda Veteriner. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Surabaya. Subronto dan I Tjahajati. 2001. Ilmu Penyakit Ternak II. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Sudrajat, S. 1991. Epidemiologi Penyakit Hewan Jilid I. Direktorat Bina Kesehatan Hewan. Direktorat Jenderal Peternakan. Departemen Pertanian Bogor. Sunquist, M. E., K. U. Karanth, and F. Sunquist. 1999. Ecology, behaviour and resilience of thetigers and its conservation needs. Pages 5-18 in J. Seidensticker, S. Christie, and P. Jackson, eds.Riding the Tiger: tiger conservation in humandominated landscapes. Cambridge University Press, Cambridge, UK. Supranto, J. 1989. Statistik Teori dan Aplikasi. Penerbit Erlangga. Jakarta. Telur Ancylostoma sp. www.catnmore.com. Diakses 7 Februari 2011. Telur Toxascaris leonina. www.flashcardfriend. com. Diakses 7 Februari 2011. Telur Toxocara cati. www.cdc.com. Diakses 7 Februari 2011. Thrusfield, M. 1986. Veterinary Epidemiology. Butterworth and Co. (Publisher). Ltd. London. Widyaningtias. A. 2002. Kejadian Infeksi Cacing Saluran Pencernaan pada Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatraensis) di Kebun Binatang Surabaya [Skripsi]. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Surabaya. Williamson, G. and W.J.A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Gajah Mada University Press. 69- 75. World Wildlife Fund for Nature. Tiger Fact. www.wwf.or.id/savesumatra. Diakses 20 Februari 2011. Yulianto, E. 2007. Hubungan Higiene Sanitasi Dengan Kejadian Penyakit Cacingan Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri Rowosari 01 Kecamatan Tembalang Kota
211
Sri Subekti Bendryman dkk. Prevalensi Helmintiasis Gastrointestinal ...
Semarang Tahun Ajaran 2006/2007. [Skripsi]. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Negeri Semarang.
212