K
A
BA
TI
DA
JURNAL HUS
ISSN: 1978-3647 E-ISSN: 2354-8835
VEKTOR PENYAKIT Journal of Disease Vector
Vol. 10 No. 2 DESEMBER 2016
[email protected]
ISSN: 1978-3647 E-ISSN: 2354-8835
K
A
BA
TI
DA
JURNAL HUS
Volume 10 No.2 Desember 2016
VEKTOR PENYAKIT Journal of Disease Vector
Dewan Redaksi Penanggung Jawab : Muh. Faozan, S.K.M., M.P.H. (Kepala Balai Litbang P2B2 Donggala) Pemimpin Redaksi : Rosmini, S.K.M., M.Sc. (Epidemiologi dan Biostatistik, Balai Litbang P2B2 Donggala, Badan Litbangkes) Anggota Dewan Redaksi : w Sitti Chadijah, S.K.M., M.Si. (Epidemiologi dan Biostatistik, Balai Litbang P2B2 Donggala, Badan Litbangkes) w Junus Widjaja, S.K.M., M.Sc. (Epidemiologi dan Biostatistik, Balai Litbang P2B2 Donggala, Badan Litbangkes) w Hayani Anastasia, S.K.M., M.P.H. (Epidemiologi dan Biostatistik, Balai Litbang P2B2 Donggala, Badan Litbangkes) w Made Agus Nurjana, S.K.M., M.Epid. (Epidemiologi dan Biostatistik, Balai Litbang P2B2 Donggala, Badan Litbangkes) w Anis Nurwidayati, S.Si, M.Sc. (Biologi Lingkungan, Balai Litbang P2B2 Donggala, Badan Litbangkes)
Mitra Bestari : w Prof. dr. Agus Suwandono,M.P.H,Dr.PH (Biomedik ,Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Badan Litbangkes) w Prof. Dr. Ridwan Amiruddin, S.K.M., M.Kes., M.ScPH (Epidemiologi , FKM, Universitas Hasanuddin) w Prof. Dr. drg A Arsunan Arsin, M.Kes. (Epidemiologi Penyakit Menular, FKM, Universitas Hasanuddin) w dr. Hasanuddin Ishak, M.Sc, PhD (Entomologi Kesehatan, FKM, Universitas Hasanuddin ) w Dr. Lif.Sc I Nengah Suwastika, M.Sc, M.Lif.Sc (Biologi Sel dan Molekuler, Universitas Tadulako )
Redaksi Pelaksana: Mujiyanto, S.Si, M.P.H. Sekretaris: Riri Arifah Patuba, S.K.M. Staf Sekretariat: Ni Nyoman Veridiana, S.K.M. Alamat Redaksi: Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang (Balai Litbang P2B2) Donggala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Jl. Masitudju No.58, Labuan Panimba, Labuan, Donggala, Sulawesi Tengah 94252 Website e-journal : http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/vektorp E-mail :
[email protected] ,
[email protected] Terbit dua kali setahun, edisi Juni dan Desember Dalam proses akreditasi
Jurnal Vektor Penyakit merupakan media publikasi dan informasi hasil - hasil penelitian dan pengembangan, tinjauan hasil - hasil penelitian, metodologi dan pendekatan-pendekatan baru dalam penelitian yang berkaitan dengan vektor penyakit dan usaha pengendalian penyakit bersumber binatang. Jurnal ini merupakan jurnal publikasi ilmiah resmi Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang (Balai Litbang P2B2) Donggala, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI.
ISSN: 1978-3647 E-ISSN: 2354-8835 Volume 10 No. 2 Desember 2016
Journal of Disease Vector
Pengantar Redaksi Jurnal Vektor Penyakit Volume 10 No. 2 Desember Tahun 2016 ini diawali dengan tulisan dari Malonda Maksud yang berjudul “Aspek Perilaku Penting Anopheles vagus dan Potensinya sebagai Vektor Malaria di Sulawesi Tengah”. Tulisan ini merupakan suatu telaah kepustakaan. Hasil telaah menunjukkan bahwa An. vagus memiliki habitat di saluran irigasi, bekas tapak/roda, tepi sungai, rawa-rawa, dan kolam. An. vagus juga merupakan spesies paling dominan dan relatif banyak menggigit orang dibanding spesies Anopheles lainnya. Liestiana Indriyati, dkk menyampaikan tulisan yang berjudul “Gambaran Hasil Spot Survei Nyamuk Anopheles sp. di Tambang Emas Kura-Kura Bania, Kabupaten Kota Baru, Kalimantan Selatan”. Pada artikel ini disebutkan bahwa ditemukan An. maculatus dan An. leucosphyrus di lokasi penelitian dengan kepadatan yang sangat rendah dan ragam tempat/habitat pada tempat bekas pencucian emas, tromol bekas dan wadah-wadah plastik bekas. Tulisan tentang “Efektifitas Kader Jumantik Cilik Terhadap Kepadatan Populasi Aedes aegypti L. Di Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta” oleh Tri Wahyuni Sukesi, dkk menunjukkan bahwa ada perbedaan kepadatan nyamuk Ae. aegypti sebelum dan sesudah dibentuknya jumantik anak. Artikel selanjutnya ditulis oleh Sriwahyuni, dkk yang berjudul “Kendali Optimal Model Siklus Hidup Cacing Schistosoma japonicum Dengan Prinsip Minimum pontryagin”. Artikel ini mengkaji secara matematis kendali optimal siklus hidup cacing S. japonicum. Edisi ini diakhiri dengan artikel yang berjudul “Perkembangan Vaksin untuk Schistosoma japonicum” yang merupakan review artikel oleh Anis Nurwidayati. Review ini bertujuan untuk menggambarkan beberapa kandidat vaksin terhadap S. japonicum dengan tingkat efikasi yang bervariasi dan belum ada yang paling potensial. Demikian informasi singkat kelima artikel yang dimuat di edisi kali ini. Harapan dari redaksi semoga artikel Jurnal Vektor Penyakit pada tahun 2016 ini dapat bermanfaat baik dalam ilmu pengetahuan maupun pengendalian penyakit bersumber binatang.
Salam Sehat
Dewan Redaksi
ISSN: 1978-3647 E-ISSN: 2354-8835
Journal of Disease Vector Volume 10 Nomor 2 Desember 2016
DAFTAR ISI ARTIKEL
Aspek Perilaku Penting Anopheles vagus dan Potensinya Sebagai 33–38 Vektor Malaria di Sulawesi Tengah: Suatu Telaah Kepustakaan (Malonda Maksud) Gambaran Hasil Spot Survei Nyamuk Anopheles sp. di Tambang 39–44 Emas Kura-Kura Banian, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan (Liestiana Indriyati, Windy Tri Yuana, Dicky Andiarsa ) Efektivitas Kader Jumantik Cilik terhadap Kepadatan Populasi Aedes aegypti L. di Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta (Tri Wahyuni Sukesi, Sulistyawati, Surahma Asti Mulasari)
45–50
Kendali Optimal Model Siklus Hidup Cacing Schistosoma 51–58 japonicum dengan Prinsip Minimum Pontryagin (Sriwahyuni, Rina Ratianingsih, Hajar)
Review Artikel : Perkembangan Vaksin untuk Schistosoma japonicum (Anis Nurwidayati)
[email protected]
59–64
ISSN 1978-3647 E-ISSN 2354-8835 Volume 10 No. 2 Desember 2016
Journal of Disease Vector ABSTRACT SHEET
NLM : QX515 Malonda Maksud (Zoonoses Research Office of Donggala, NIHRD, Ministry of Health Republic of Indonesia) The Important Aspect of Anopheles vagus and Its Potential as Malaria Vector in Central Sulawesi : A Literature Review Journal of Disease Vector Vol 10 No. 2, Desember 2016; p 33– 38
Kuning village, Sungai Durian sub-district, Kotabaru district, South Kalimantan. The all night collection was done by using human landing collection method and collection of pre-adult mosquitoes around the gold mining. The study found a low density of Anopheles maculatus and Anopheles leucosphyrus. It is also foud several habitat of Anopheles sp. such as, unused gold washers, unused drums, and unused plastic containers. The low density of mosquito was caused by high rainfall, inappropriate habitat, low temperature, high humadity, wild vegetation, and air polution.
Malaria is caused by protozoa from the genus of Keywords : malaria, Anopheles, mosquito collection, gold Plasmodium which transmitted by Anopheles mosquitoes. mining There are 90 species of Anopheles in Indonesia, included Anopheles vagus which is suspected as malaria vector. This _________________________________________________________________ article was a review of several studies related to An. vagus NLM : WC528 conducted in Central Sulawesi in which descriptively present the behavior of An. vagus and its potential as Tri Wahyuni Sukesi, Sulistyawati, Surahma Asti Mulasari malaria vector in Central Sulawesi. The results showed (Faculty of Public Health, Ahmad Dahlan University) that the habitats of An. vagus larvae were irrigations, the edge of rivers, swamps, ponds, and tire tracks. An. vagus The Effectiveness of Child Jumantik in Monitoring The was a dominant species in biting human compared to Density of Aedes aegypti in Umbulharjo Subdistrict of other Anopheles species. The Plasmodium sporozoite was Yogyakarta also found in An. vagus, which show the possibility of An. vagus as vector of malaria. The vectorial capacity need to Journal of Disease Vector Vol. 10 No. 2, Desember 2016; examine further in order to know the porosity and human p 45–50 blood index of An. vagus. Since the first cases of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) appeared in indonesia in 1968, DHF has been spreading Keywords: malaria, Anopheles vagus, vector, Central throughout provinces in Indonesia. Yogyakarta is one of Sulawesi the provinces with a high incidence rate which shows an _________________________________________________________________ increasing trend each year, particularly in Sub-district NLM : QX515 Umbulharjo. Many efforts have been done to reduce the incidence of dengue cases, however dengue cases are still high. The purposes of this study were to establish the child Liestiana Indriyati, Windy Tri Yuana, Dicky Andiarsa (Zoonoses Research Office of Tanah Bumbu, NIHRD, jumantik and to determine the density of Aedes aegypti before and after the establisment of child jumantik. QuasiMinistry of Health Republic of Indonesia) experimental method was used on this study. The results indicated that there was a difference in Ae. aegypti density Anopheles sp. Spot Survei at Kura-Kura Gold Mining in before and after the establisment of child jumantik. Child Banian, Kotabaru District, South Kalimantan jumantik showed higher accuracy compared to adult jumantik. They can monitor the density of Ae. aegypti Journal of Disease Vector Vol 10 No. 2, Desember 2016; while playing and doing it together with their friends. p 39–44 Therefore, it is expected to lower the density of Ae. aegypti and eventually decrease the number of cases of DHF. The work area of Banian Health Center in Kotabaru District is an malaria endemic area with reported Annual Keywords : Dengue Hemorraghic Fever, child jumantik, Parasite Incidence (API) was 241.19‰ in 2014. Most of dutch the malaria cases were from illegal gold mining at Banian ________________________________________________________________________ Mountain. Malaria vector has a significant role in malaria NLM : WC810 transmission as well as its control. This study was an observational with a cross-sectional design and analyzed Sriwahyuni, Rina Ratianingsih, Hajar descriptively. The study was carried out from February to (Department of Mathematics, Faculty of Mathemathics March 2015 at Turtle Gold Mining in Banian, BUluh and Natural Science, Tadulako University)
Optimal Control of Schistosoma japonicum Cycle Model using Minimum Pontryagin Principle Journal of Disease Vector Vol 10 No. 2, Desember 2016; p 51–58 Schistosomiasis is an infectious disease caused by trematodes, of the genus Schistosoma. In Indonesia the disease is caused by Schistosoma japonicum. The worm life cycle is specific because its habitat is not only on human body or some other mammal but also in snail. This research is aimed to a mathematical model of the worm cycle and investigates the optimal control of the model. The mathematically control was conducted by put a time dependent parameter ρ (t) to the model that represents a medical treatment to infected humans. The governed model, that has an endemic stable critical point, describes a transferred worm cycle of several phases. The optimal control is determined by the Minimum Pontryagin Principle. The simulation of the model shows that, for such initial condition of the uncontrolled model, the number of adult worms will increase up to 4700 in 80 days. This number could reduce to 4500 on the day of 100 and converge to 4400for unbounded time growth. It means that schistosomiasis is permanently occurring (endemic). The controlled model gives r t )= min ìí20, æçç maksæç l W ö÷,60 ö÷÷üý 1
î
è
è L ø
øþ
as the drug dose of praziquantel. The drug doze of 20 mg praziquantel could minimize the growth of worms and decreasethe number of adult worm population to 8 in 6 months. Keywords: optimal control, Pontryagin minimum principle, Schistosoma japonicum _______________________________________________________________
NLM : WC810 Anis Nurwidayati (Zoonoses Research Office of Donggala, NIHRD, Ministry of Health Republic of Indonesia Vaccines Development for Schistosoma japonicum : A Literature Review Journal of Disease Vector Vol 10 No. 2, Desember 2016; p 59–64 Schistosomiasis infects 261 million people in 78 countries with 600 million people at risk of infection. Schistosomiasis in Indonesia is due to blood trematode Schistosoma japonicum and Oncomelania hupensis lindoensis snail as intermediate host. Schistosomiasis control is conducted by the management of environment as well as treatment with praziquantel. The long periode and continously drug use may result in drug resistance. Based on these, vaccines against schistosomiasis, as schistosomiasis control strategies in the future, is needed. This review was aimed to describe some of the vaccine candidates against S. japonicum with their level of efficacy, which composed by many schistosomiasis vaccinerelated scientific literature. Schistosomiasis vaccine candidate proteins showed varying levels of efficacy and no one has the most potential. Although the development of vaccines against schistosomiasis is quite difficult, the research must still be continued. Keywords : schistosomiasis, Schistosoma japonicum, vaccine _________________________________________________________________
ISSN 1978-3647 E-ISSN 2354-8835 Volume 10 No.2 Desember 2016
Journal of Disease Vector LEMBAR ABSTRAK
NLM : QX515
diketahui vektor yang berperan dalam penularan malaria di lokasi tersebut. Penelitian ini merupakan Malonda Maksud penelitian observasional yang dilakukan secara cross (Balai Litbang P2B2 Donggala, Badan Litbang Kesehatan, sectional dan dianalisis secara deskriptif. Penelitian Kementerian Kesehatan RI ) dilakukan di Tambang Emas Kura-Kura Dusun Banian, Desa Buluh Kuning, Kecamatan Sungai Durian, Aspek Perilaku Penting Anopheles vagus dan Potensinya Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan pada sebagai Vektor Malaria di Sulawesi Tengah : Suatu Telaah bulan Februari dan Maret 2015. Kegiatan penangkapan Kepustakaan nyamuk all night collection dilakukan dengan metode umpan orang (human landing collection) dan dilakukan Jurnal Vektor Penyakit Vol 10 No. 2, Desember 2016; pula penangkapan nyamuk pra dewasa di sekitar lokasi Hal 33–38 tambang. Ditemukan Anopheles maculatus dan Anopheles leucosphyrus dengan kepadatan yang sangat rendah dan Malaria disebabkan oleh Protozoa dari genus Plasmodium ragam tempat/habitat perkembangbiakan Anopheles sp dan ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada 90 jenis pada tempat bekas pecucian emas, tromol bekas dan nyamuk Anopheles di Indonesia, dan Anopheles vagus wadah-wadah plastik bekas. Hasil penangkapan nyamuk diduga menjadi salah satu vektor malaria. Tulisan ini dengan kepadatan nyamuk yang sangat rendah merupakan telaah penelitian An. vagus di Sulawesi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor Tengah disajikan secara deskriptif untuk melihat aspek kondisi alam berupa curah hujan yang cukup tinggi, perilaku nyamuk An. vagus dan potensinya sebagai vektor habitat perkembangbiakan yang kurang sesuai, suhu malaria di Sulawesi Tengah. Hasil telaah menunjukan yang terlalu rendah, kelembaban yang terlalu tinggi, bahwa An. vagus memiliki habitat di saluran irigasi, bekas rimbunnya vegetasi liar dan pencemaran udara di sekitar tapak/roda, tepi sungai, rawa-rawa, dan kolam. An. vagus tambang emas. juga merupakan spesies paling dominan, ditemukan relatif banyak menggigit orang dibanding spesies Kata kunci : malaria, Anopheles, penangkapan nyamuk, Anopheles lainnya, dan ditemukannya sirkum sporozoit tambang emas Plasmodium spp. pada tubuh nyamuk. Hal ini, sangat ________________________________________________________________ mendukung potensi An. vagus sebagai vektor malaria di Sulawesi Tengah. Perlu mengetahui parousitas dan NLM : WC528 Human Blood Index untuk mengetahui kompotensi vektorialnya. Tri Wahyuni Sukesi, Sulistyawati, Surahma Asti Mulasari Kata kunci: malaria, Anopheles vagus, vektor, Sulawesi (Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan ) Tengah ________________________________________________________________ Efektivitas Kader Jumantik Cilik terhadap Kepadatan NLM : QX515 Populasi Aedes aegypti L. di Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta Liestiana Indriyati, Windy Tri Yuana, Dicky Andiarsa (Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu, Badan Litbang Jurnal Vektor Penyakit Vol. 10 No. 2, Desember 2016; Hal 45–50 Kesehatan, Kementerian Kesehatan) Gambaran Hasil Spot Survei Nyamuk Anopheles sp. di Tambang Emas Kura-Kura Banian, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan
Sejak kasus pertama Demam Berdarah Dengue (DBD) muncul di Indonesia pada tahun 1968, DBD menyebar di seluruh provinsi di Indonesia. Yogyakarta (DIY) termasuk salah satu provinsi dengan Incident Rate (IR) Jurnal Vektor Penyakit Vol 10 No. 2, Desember 2016; yang menunjukkan peningkatan setiap tahun, khususnya Hal 39–44 di kecamatan Umbulharjo. Banyak upaya telah dilakukan untuk mengurangi kejadian kasus DBD tetapi kasus DBD Wilayah kerja Puskesmas Banian Kabupaten Kotabaru masih tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merupakan lokasi endemis malaria dengan nilai API mementuk jumantik anak dan untuk menentukan (Annual Parasite Incidence) pada tahun 2014 sebesar tingkat kepadatan nyamuk Aedes aegypti sebelum dan 241,19‰ dimana kasus malaria hampir seluruhnya sesudah dibentuknya jumantik anak. Metode yang berasal dari beberapa tambang emas ilegal di lereng digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental Gunung Banian. Vektor malaria memiliki peranan yang semu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada cukup penting dalam penularan malaria sekaligus perbedaan kepadatan nyamuk Ae. aegypti sebelum dan pengendalian malaria di suatu daerah, untuk itu perlu
sesudah dibentuknya jumantik anak. Jumantik anak memiliki akurasi yang lebih tinggi daripada jumantik dewasa. Mereka dapat memantau kepadatan Ae. aegypti saat bermain dan melakukan bersama-sama dengan teman-teman mereka. Melalui hal itu diharapkan dapat mengurangi kepadatan nyamuk Ae. aegypti dan kasus DBD dapat dikurangi. Kesimpulan ada perbedaan kepadatan nyamuk Ae. aegypti sebelum dan sesudah dibentuknya jumantik anak. Kata kunci : Demam Berdarah Dengue, jumantik cilik, kader ________________________________________________________________ NLM : WC810
.Kendali optimal untuk meminimalkan pertumbuhan cacing S. japonicum adalah dengan pemberian obat dalam dosis 20 mg dan memberikan hasil yang efektif, dilihat dari jumlah cacing dewasa dalam tubuh manusia yang mengalami penurunan dan akan habis setelah dilakukan pengobatan selama enam bulan sehingga siklus hidup cacing S. japonicum dapat dikendalikan. Kata kunci : kendali optimal, prinsip minimum Pontryagin, Schistosoma japonicum _________________________________________________________________ NLM : WC810 Anis Nurwidayati (Balai Litbang P2B2 Donggala, Badan Litbang Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI )
Sriwahyuni, Rina Ratianingsih, Hajar (Program Studi Matematika, Jurusan Matematika FMIPA, Review Artikel : Perkembangan Vaksin untuk Schistosoma Universitas Tadulako ) japonicum Kendali Optimal Model Siklus Hidup Cacing Schistosoma Jurnal Vektor Penyakit Vol 10 No. 2, Desember 2016; japonicum dengan Prinsip Minimum Pontryagin Hal 59–64 Jurnal Vektor Penyakit Vol. 10 No. 2, Desember 2016; Schistosomiasis menginfeksi 261 juta orang di 78 negara Hal 51–58 dengan 600 juta orang berisiko terinfeksi. Schistosomiasis di Indonesia disebabkan cacing trematoda darah Schistosomiasis adalah salah satu penyakit menular yang Schistosoma japonicum dengan hospes perantara keong disebabkan oleh cacing darah trematoda dari genus Oncomelania hupensis lindoensis. Pengendalian Schistosoma. Di Indonesia, schistosomiasis disebabkan schistosomiasis dilakukan dengan pengelolaan linkungan oleh cacing Schistosoma japonicum. Penelitian ini maupun pengobatan dengan praziquantel. Penggunaan mengkaji secara matematis kendali optimal siklus hidup obat yang berlangsung terus menerus berpotensi untuk cacing S. japonicum. Pengendalian dilakukan dengan terjadinya resistensi. Berdasarkan hal tersebut pemberian obat pada manusia yang terjangkit diperlukan adanya vaksin anti schistosomiasis sebagai schistosomiasis. Kendali optimal ditentukan dengan strategi pengendalian schistosomiasis di masa depan. prinsip minimum Pontryagin. Hasil penelitian Review ini bertujuan untuk menggambarkan beberapa menunjukan bahwa sebelum pemberian obat, banyaknya kandidat vaksin terhadap S. japonicum dengan tingkat cacing dewasa mengalami peningkatan hingga mencapai efikasinya. Metode penulisan ini menggunakan 4700 ekor pada hari ke 80, selanjutnya menurun hingga p e n e l u s u ra n l i t e ra t u r i l m i a h t e r k a i t va k s i n 4500 ekor pada hari ke 100. Penurunan banyaknya cacing schistosomiasis. Berbagai protein kandidat vaksin dewasa terus berlanjut hingga stabil mulai hari ke 140 schistosomiasis yang sudah diteliti menunjukkan tingkat sebanyak 4400 ekor. Hasil tersebut menunjukan bahwa efikasi yang bervariasi dan belum ada yang paling schistosomiasis bersifat menetap (endemik). Untuk potensial. Meskipun pengembangan vaksin anti mengoptimalkan pertumbuhan cacing S. japonicum schistosomiasis cukup sulit, namun upaya tersebut harus dilakukan pengendalian dengan parameter ρ (dosis obat tetap dilakukan. praziquantel) menggunakan prinsip minimum Pontryagin diperoleh persamaan kendali Kata kunci: schistosomiasis, Schistosoma japonicum, ì æ æ l W ö öü r t ) = min í20, çç maksç 1 ÷,60 ÷÷ý è L ø øþ î è
vaksin _________________________________________________________________