Varietas Menentukan Hasil Produksi
Oleh :
Olfa Dafid 10712029
PROGRAN STUDI HORTIKULTURA JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG 2012
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Jagung sebagai tanaman pangan di Indonesia, menduduki urutan kedua setelah padi. Namun jagung mempunyai peranan yang tidak kalah pentingnya dengan padi. Di Negara agraris seperti Indonesia, sangat mendukung dikembangkannya komoditi jagung, sebab tanaman jagung memiliki potensi yang
cukup
untuk
dibudidayakan
dan
mudah
diusahakan.
Peran
penganekaragaman kebutuhan pangan dari bahan jagung sangat diperlukan dalam usaha tani ini, sehingga tidak mustahil komoditas jagung pada dewasa ini mendapat perhatian. Selain itu jagung manis banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena memiliki rasa yang manis dan nilai gizi yang lebih banyak. Umur produksinya lebih singkat atau genjah sehingga sangat menguntungkan. Permintaan pasar terhadap jagung manis terus meningkat, baik untuk swalayan, pedagang jagung bakar, dan jagung rebus. Apalagi penggunaan varietas yang sangat reponsif terhadap pemupukan jelas membutuhkanpupuk khususnya nitrogen dalam jumlah sangat besar. Padahal industry pupuk nitrogen membutuhkan energy minyak bumi yang sangat besar, yakni enam kali energi yang dibutuhkan untuk produksi pupuk P dan K (Bockman, 1997). Varietas sangat menentukan tingkat produktivitas jagung manis yang akan dicapai. Selain itu, penggunaan varietas benih yang bermutu tinggi bersifat lebih respon terhadap teknologi produksi yang diterapkan dan menentukan kepastian populasi tanaman yang tumbuh. Ketersediaan varietas benih unggul diharapkan tidak sekedar varietas benih yang dapat tumbuh lalu berkembang
dan pada akhirnya akan membentuk buah/biji lagi, namun dari varietas benih yang unggul diinginkan adalah produktifitas yang tinggi dan memiliki kualitas yang baik. Oleh karena itu program peningkatan produksi tanaman pangan harus didukung dengan benih yang unggul dari segi varietas serta memiliki mutu benih yang tinggi. Mutu benih tersebut harus mencakup mutu genetik, fisik, serta mutu fisiologis ( Adisarwanto dan widyastuti, 2001 ). Varietas benih yang berkualitas tinggi tersebut memiliki daya tumbuh >90%, dengan ketentuan memiliki viabilitas dan memiliki kemurnian (Kartasapoetra, 2003).
1.2 Tujuan
•
Melihat produksi hasil terbesar dari varietas yang digunakan.
•
Melihat varietas mana yang paling unggul.
1.3 Hipotesi
•
Varietas dengan harga paling tinggi menunjukkan atau menentukan hasil produksi yang tinggi dan sempurna.
II.
ISI
2.1 Varietas yang Menghasilkan Produksi Tinggi
Adapun beberapa Varietas unggul jagung manis (Zea mays L. saccharata) dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Deskripsi Varietas Jagung Manis. Umur (hari) Bunga
Panen
Bobot 1000 biji (g)
Bisi Sweet
51-59
66-100
-
120
2
Sweet Boy
51-59
69-82
124,5
180
3
Bonanza
55-60
82-84
175-200
330-345
No
Varietas
1
Produksi (kw/ha)
Keterangan Tahan terhadap karat daun, toleran terhadap bulai Beradaptasi baik di dataran rendah sampai Sedang Beradaptasi baik di dataran tinggi attitude 900-1200 mdpl
Sumber: Departemen Pertanian Nasional Republik Inonesia tahun 2000, 2005 dan 2009. Terdapat beberapa jenis tanaman jagung yang dapat ditanam di Indonesia, yaitu dent corn (jagung gigi kuda-Zea mays indentata) dan flint corn (jagung mu-tiara-Zea mays indurata). Jagung mutiara berbentuk bulat dan umumnya berwarna putih. Biji bagian luar keras dan licin karena terdiri dari pati keras. Jagung jenis lokal Indonesia umumnya adalah tipe jagung mutiara. Jenis jagung lain seperti sweet corn (jagung manis-Zea mays saccharata) dan pop corn (jagung berondong-Zea mays everta) mulai banyak dikenal oleh masyarakat. Di beberapa daerah ter-dapat jagung ketan waxy corn (Zea mays ceratina) yang memiliki kandungan ami-lopektin lebih besar dalam endospermnya. Kandungan amilopektin yang tinggi menyebabkan rasa pulen pada jagung (Siswadi, 2006).
Begitu banyak varietas jagung akan tetapi belum tentu menghasilkan produksi yang maksimal dalam budidayanya. Banyak factor yang sering mempengaruhi produktifitas, salah satunya adalah permasalahan pada varietas benih yang kurang unggul dan sering lemah terhadap hama penyakit yang menyerang. Oleh sebab itu pemilihan varietas benih yang berkulitas sangat penting terhadap hasil produktifitas jagung manis yang akan dihasilkan (Rukmana 2005).
2.2 Varietas yang sering ditanam di dataran Rendah dan Tinggi
a. Jagung mutiara (flint corn) – Zea mays indurata Biji jagung tipe mutiara berbentuk bulat, licin, mengkilap dan keras karena bagian pati yang keras terdapat di bagian atas dari biji. Pada waktu masak, bagian atas dari biji mengkerut bersama-sama, sehingga menyebabkan permukaan biji bagian atas licin dan bulat. Pada umumnya varietas lokal di Indonesia tergolong ke dalam tipe biji mutiara. Sekitar 75% dari areal pertanaman jagung di Pulau Jawa bertipe biji mutiara. Tipe biji ini disukai oleh petani karena tahan hama gudang. b. Jagung gigi kuda (dent corn) – Zea mays identata Bagian pati keras pada tipe biji dent berada di bagian sisi biji, sedangkan pati lunaknya di tengah sampai ke ujung biji. Pada waktu biji mengering, pati lunak kehilangan air lebih cepat dan lebih mengkerut dari pada pati keras, sehingga terjadi lekukan (dent) pada bagian atas biji. Tipe biji dent ini bentuknya besar, pipih dan berlekuk. Jagung hibrida tipe dent adalah tipe jagung yang populer di Amerika dan Eropa. Di Indonesia, terutama di
Jawa, kira-kira 25% dari jagung yang ditanam bertipe biji semi dent (setengah gigi kuda). c. Jagung manis (sweet corn) – Zea mays saccharata Bentuk biji jagung manis pada waktu masak keriput dan transparan. Biji jagung manis yang belum masak mengandung kadar gula lebih tinggi dari pada pati. Sifat ini ditentukan oleh satu gen sugary (su) yang resesif. Jagung manis umumnya ditanam untuk dipanen muda pada saat masak susu (milking stage). d. Jagung berondong (pop corn) – Zea mays everta Pada tipe jagung pop, proporsi pati lunak dibandingkan dengan pati keras jauh lebih kecil dari pada jagung tipe flint. Biji jagung akan meletus kalau dipanaskan karena mengembangnya uap air dalam biji. Volume pengembangannya bervariasi (tergantung pada varietasnya), dapat mencapai 15-30 kali dari besar semula. Hasil biji jagung tipe pop pada umumnya lebih rendah daripada jagung flint atau dent. e. Jagung tepung (floury corn) -Zea mays amylacea Zat pati yang terdapat dalam endosperma jagung tepung semuanya pati lunak, kecuali di bagian sisi biji yang tipis adalah pati keras. Pada umumnya tipe jagung floury ini berumur dalam (panjang) dan khususnya ditanam di dataran tinggi Amerika Selatan (Peru dan Bolivia).
f. Jagung ketan (waxy corn) – Zea mays ceratina Endosperma pada tipe jagung waxy seluruhnya terdiri dari amylopectine, sedangkan jagung biasa mengandung ± 70% amylopectine dan 30% amylose. Jagung waxy digunakan sebagai bahan perekat, selain sebagai bahan makanan. g. Jagung pod (pod corn) – Zea mays tunicata Setiap biji jagung pod terbungkus dalam kelobot, dan seluruh tongkolnya juga terbungkus dalam kelobot. Endosperma bijinya mungkin flint, dent, pop, sweet atau waxy.
III. PENUTUP 3.1 Kesimpulan
Dari sekian banyak varietas jagung manis yang sering digumakan oleh para petani di Indonesia, ternyata varietas dari benih Bonanza beradaptasi baik dan menghasilkan produksi paling bagus dan tinggi pada dataran tinggi Attitude 900 – 1200 M dpl jika dilihat dari table diatas diantara varietas Bisi Sweet dan Sweet Boy (Ghulamahdi, 2002).
DAFTAR PUSTAKA Wikipedia. 2008. Jagung. http://id.wikipedia.org/wiki/Jagung. Diakses 23 Mei 2008. Rukmana, Rahmat. 2005. Usaha Tani Jagung. Kanisius, Yogyakarta. 112 hal. Tanah
karo.
2007.
Jagung:
sejarah,
jenis,
dan
http://www.tanahkaro.com/html. Diaskes 25 Juni 2008.
Warisno. 2005. Jagung Hibrida. Kanisius, Yogyakarta. 81 hal.
manfaatnya.