perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
SKRIPSI Valuasi Ekonomi Mitigasi Bencana Banjir Sungai Bengawan Solo (Studi Kasus di Daerah Rawan Banjir Eks karisidenan Surakarta)
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh: DWI HARJONO SAPUTRO F0108057
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
i
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ii
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
iii
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO v Hidup adalah rintangan yang harus dihadapi, perjuangan yang harus dimenangkan, rahasia yang harus digali dan anugerah yang harus dipergunakan v Tuhan mempunyai rencana yang beda untuk hamba-N ya dan yakinlah bahwa Tuhan telah menyiapkan rencana indah untuk setiap hamba-Nya v Hal kecil
membentuk
kesempurnaan
tetapi kesempurnaan
bukanlah hal kecil
PERSEMBAHAN Kupersembahkan karya kecilku ini untuk keluarga dan orang-orang terdekatku yang selalu memberikan harapan, semangat dan cinta dengan sepenuh hati
iv
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Valuasi Ekonomi Mitigasi Bencana Banjir Sungai Bengawan Solo (Studi Kasus di Daerah Rawan Banjir Eks karisidenan Surakarta) DWI HARJONO SAPUTRO F0108057 Banjir Bengawan Solo sudah seperti rutinitas tahunan yang tinggal menunggu kedatangannya tanpa ada upaya-upaya menanggulanginya. Sementara setiap tahunnya jumlah kerugian/korban banjir di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Bengawan Solo semakin bertambah. Dengan kenyataan tersebut maka tidak dapat dipungkiri bahwa banjir adalah salah satu jenis bencana yang periodik dan merugikan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan melakukan valuasi ekonomi mitigasi bencana banjir di wilayah Eks Karisidenan Surakarta yang rawan terjadinya bencana banjir. Penelitian valuasi ekonomi mitigasi bencana banjir dilakukan dengan menggunakan contingent valuation methods (CVM). Penghitungan besarnya willingness to pay (WTP) untuk mengurangi risiko bencana banjir dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap WTP dengan pendekatan CVM. Subjek penelitian ini adalah warga sekitar daerah aliran sungai Bengawan Solo di Eks karisidenan Surakarta meliputi Kabupaten Wonogiri, Sukoharjo, Surakarta, Karanganyar dan Sragen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel jarak dan tinggi genanggan mempunyai pengaruh yang signifikan secara statistik pada derajat kepercayaan 5%. Sedangkan usia mempunyai pengaruh yang signifikan secara statistik pada derajat kepercayaan 10%. Jadi variabel usia, jarak dan tinggi genangan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan untuk membayar melakukan tindakan mitigasi bencana banjir. Agar tindakan mitigasi dapat berjalan dengan baik upaya pengendalian banjir tidak bisa hanya difokuskan pada penanganan fisik saja, namun harus disinergikan juga dengan pembangunan non-fisik yang menyediakan ruang lebih luas bagi munculnya keterlibatan atau partisipasi masyarakat, sehingga tercapai suatu sistem pengendalian banjir yang lebih optimal. Untuk melakukan tindakan mitigasi bencana yang berkelanjutan, maka perlunya peran serta dari masyarakat dan pemerintah dalam melakukan tindakan mitigasi. Kata kunci : mitigasi, usia, jarak, tinggi genangan, fisik dan non-fisik, contingent valuation methods (CVM), willingness to pay (WTP),
v
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul VALUASI EKONOMI MITIGASI BENCANA BANJIR SUNGAI BENGAWAN SOLO (Studi Kasus di Daerah Rawan Banjir Eks karisidenan Surakarta). Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program Sarjana (S1) Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, bantuan, masukan, serta dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Dr. Suryanto, S.E, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktunya, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis dengan penuh perhatian, kesabaran dan memberikan pengarahan yang sangat berharga bagi penulis. 2. Dr. Wisnu Untoro, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Drs. Supriyono, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta 4. Nurul Istiqomah, S.E, M.Si., selaku pembimbing akademis. 5. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
vi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Kedua orang tua, kakak, dan adik atas kasih sayangnya dan tak hentinya memberi doa, nasehat, semangat, dan dukungan untuk menyelesaikan studi. 7. Sahabat-sahabat seperjuanganku EP 2008, yang telah memberi dukungan baik moril maupun materiil. 8. Semua pihak yang telah mendukung dan membantu proses pembuatan hingga skripsi ini selesai.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan serta pihak-pihak yang berkepentingan.
Surakarta, Juli 2012
Dwi Harjono Saputro
vii
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..............................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................
iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................
iv
ABSTRAK .......................................................................................................
v
KATA PENGANTAR .....................................................................................
vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
xiii
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .........................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................
8
1.3 Tujuan Penelitian .....................................................................
9
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................
9
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bencana .................................................................
11
2.2 Konsep Bencana Banjir ..........................................................
12
2.3 Manajemen Resiko Bencana………………………………...
13
2.4 Partisipasi Masyarakat ............................................................
21
2.5 Konsep Masyarakat Tahan Bencana .......................................
22
2.6 Mitigasi Bencana.....................................................................
23
2.7 Valuasi Ekonomi .....................................................................
27
2.8 Penelitian Terdahulu ...............................................................
30
2.9 Kerangka Pemikiran................................................................
35
2.10 Hipotesis…………………………………………………….
35
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data ..........................................................
36
3.2 Tehnik Pengambilan Sampel .................................................
37
viii
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3.3 Desain penelitian ...................................................................
38
3.4 Definisi Operasional Variabel ...............................................
38
3.5 Tehnik Analisis Data .............................................................
40
a. Analisis Deskriptif Kualitatif .............................................
40
b. Regresi Linier Berganda ....................................................
40
1. Uji F ............................................................................
43
2. Uji
..........................................................................
44
3. Uji t .............................................................................
44
4. Multikolinieritas .........................................................
46
5. Heteroskedastisitas......................................................
46
6. Autokorelasi ................................................................
47
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1
Kondisi Umum Sungai Bengawan Solo ...........................
49
a. Kondisi Geografis.................................................................
49
b. Luas Sungai Bengawan Solo ................................................
49
c. Kondisi Meterologi Sungai Bengawan Solo ........................
50
d. Kondisi Topograi Sungai Bengawan Solo ...........................
51
e. Kondisi Geologi Sungai Bengawan Solo .............................
52
4.2
Karakteristik Responden ..................................................
53
a. Pendapatan ..........................................................................
53
b. Tingkat Pendidikan ............................................................
54
c. Usia .....................................................................................
54
d. Jumlah Anggota Keluarga ..................................................
55
e. Jarak....................................................................................
56
f. Tinggi Genanga...................................................................
57
4.3
Analisis Deskriptis Penelitian............................................
58
a. Sejarah Banjir Sungai Bengawan Solo ................................
58
b. Kejadian Banjir Sungai Bengawan Solo..............................
59
c. Tindakan Mitigasi Masyarakat dan Pemerintah ..................
63
1. Pengendalian Tata Ruang ...................................................
66
ix
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Pengaturan Debit Banjir......................................................
66
3. Peningkatan Peran Masyarakat ...........................................
67
4. Pengelolaan Daerah Tangkapan Air ...................................
68
5. Penyediaa Dana...................................................................
68
6. Pengembangan Sistem Peringatan Dini Berbasis Masyarakat dan
4.4
4.5
Rencana Tindak Darurat ...................................................
68
Analisis Data Kuantitatif ...................................................
72
a. Regresi Linier Berganda ....................................................
72
b. Uji Asumsi Klasik..............................................................
73
1. Multikolinieritas .........................................................
73
2. Heteroskedastisitas......................................................
74
3. Autokorelasi ................................................................
75
4. Uji F ............................................................................
75
5. Uji
..........................................................................
76
6. Uji t .............................................................................
76
Pembahasan dan Interpretasi Secara Ekonomi ..................
82
a. Pengaruh pendapatan terhadap kemampuan untuk membayar (WTP) ...............................................................................
82
b. Pengaruh pendidikan terhadap kemampuan untuk membayar (WTP) ...............................................................................
83
c. Pengaruh usia terhadap kemampuan untuk membayar (WTP) ................................................................................84 d. Pengaruh jumlah anggota keluarga terhadap kemampuan untuk membayar (WTP) .............................................................
84
e. Pengaruh jarak terhadap kemampuan untuk membayar (WTP) ................................................................................85 f. Pengaruh tinggi genangan terhadap kemampuan untuk membayar (WTP) ...............................................................................
x
commit to user
85
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V
digilib.uns.ac.id
PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................
87
B. Saran .......................................................................................
89
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN
xi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Bencana di Indonesia Pada Tahun 2012........................................
Tabel 1.2
Kejadian Banjir Beserta Dampaknya di Eks Karisidenan Surakarta
Tabel 4.1
Karakteristik Responden Menurut Pendapatan per Bulan............. 53
Tabel 4.3
Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan ................ 54
Tabel 4.2
Karakteristik Responden Menurut Tingkat Usia ........................... 55
Tabel 4.4
Karakteristik Responden Menurut Jumlah Anggota Keluarga...... 55
Tabel 4.5
Karakteristik Responden Menurut Jarak ....................................... 56
Tabel 4.6
Karakteristik Responden Menurut Tinggi Genangan .................... 57
Tabel 4.3
Tindakan Mitigasi Masyarakat ...................................................... 65
Tabel 4.6
Hasil Analisis Regresi Berganda Dengan Ordinary Least Square (OLS)
.......................................................................................................
3
6
....................................................................................................... 73 Tabel 4.7
Uji Multikolinearitas dengan Metode Auxiliary Regression ......... 74
Tabel 4.8
Uji White........................................................................................ 74
Tabel 4.9
Uji B-G Test................................................................................... 75
xii
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Aliran Sungai Bengawan Solo ........................................................
3
Gambar 2.1. Alur dampak perubahan lingkungan terhadap manusia................. 28 Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 35 Gambar 3.1 Kurva Distribusi Normal ................................................................ 45 Gambar 4.1 Sejarah Banjir 5 Kabupaten Lokasi Studi...................................... 58 Gambar 4.2 Proses Penanganan Bencana .......................................................... 61 Gambar 4.3 Alur Tindakan Mitigasi.................................................................. 63 Gambar 4.4 Uji T Untuk Variabel Pendapatan.................................................. 77 Gambar 4.5 Uji T Untuk Variabel Pendidikan ................................................... 78 Gambar 4.6 Uji T Untuk Variabel Usia............................................................. 79 Gambar 4.7 Uji T Untuk Variabel Jumlah Anggota Keluarga .......................... 80 Gambar 4.8 Uji T Untuk Variabel Jarak............................................................ 81 Gambar 4.9 Uji T Untuk Variabel Tinggi Genangan ........................................ 82
xiii
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Valuasi Ekonomi Mitigasi Bencana Banjir Sungai Bengawan Solo (Studi Kasus di Daerah Rawan Banjir Eks karisidenan Surakarta) DWI HARJONO SAPUTRO F0108057 Banjir Bengawan Solo sudah seperti rutinitas tahunan yang tinggal menunggu kedatangannya tanpa ada upaya-upaya menanggulanginya. Sementara setiap tahunnya jumlah kerugian/korban banjir di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Bengawan Solo semakin bertambah. Dengan kenyataan tersebut maka tidak dapat dipungkiri bahwa banjir adalah salah satu jenis bencana yang periodik dan merugikan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan melakukan valuasi ekonomi mitigasi bencana banjir di wilayah Eks Karisidenan Surakarta yang rawan terjadinya bencana banjir. Penelitian valuasi ekonomi mitigasi bencana banjir dilakukan dengan menggunakan contingent valuation methods (CVM). Penghitungan besarnya willingness to pay (WTP) untuk mengurangi risiko bencana banjir dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap WTP dengan pendekatan CVM. Subjek penelitian ini adalah warga sekitar daerah aliran sungai Bengawan Solo di Eks karisidenan Surakarta meliputi Kabupaten Wonogiri, Sukoharjo, Surakarta, Karanganyar dan Sragen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel jarak dan tinggi genanggan mempunyai pengaruh yang signifikan secara statistik pada derajat kepercayaan 5%. Sedangkan usia mempunyai pengaruh yang signifikan secara statistik pada derajat kepercayaan 10%. Jadi variabel usia, jarak dan tinggi genangan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan untuk membayar melakukan tindakan mitigasi bencana banjir. Agar tindakan mitigasi dapat berjalan dengan baik upaya pengendalian banjir tidak bisa hanya difokuskan pada penanganan fisik saja, namun harus disinergikan juga dengan pembangunan non-fisik yang menyediakan ruang lebih luas bagi munculnya keterlibatan atau partisipasi masyarakat, sehingga tercapai suatu sistem pengendalian banjir yang lebih optimal. Untuk melakukan tindakan mitigasi bencana yang berkelanjutan, maka perlunya peran serta dari masyarakat dan pemerintah dalam melakukan tindakan mitigasi. Kata kunci : mitigasi, usia, jarak, tinggi genangan, fisik dan non-fisik, contingent valuation methods (CVM), willingness to pay (WTP),
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Sejumlah wilayah di Indonesia termasuk Jateng mulai merasakan bencana banjir. Sejumlah waduk mengalami penyusutan debit air, dan ribuan hektar sawah mengalami puso dan terancam gagal
panen akibat tergenang air. Di tingkat
nasional terdapat 3 wilayah di Jateng yang mengalami kerusakan terparah akibat banjir selama kurun waktu 2005 sampai 2009 yaitu Wonogiri, Grobogan dan Gunung Kidul (DIBI, 2009). Kondisi tersebut di akibatkan oleh iklim tropis Provinsi Jawa Tengah yang terletak antara 5o 40'-8o 30' LS dan antara 108o 30'-111o30' BT menjadikan potensi dan ancaman bencana. Dampak dari bahaya iklim tersebut adalah banjir, kekeringan, kebakaran lahan dan badai angin. Kejadian bencana alam karena iklim dalam sepuluh tahun terakhir diantaranya adalah banjir di Demak, Semarang, Brebes, Cilacap, Kebumen dan Purworejo; kekeringan di Demak, Grobogan dan Wonogiri; kebakaran lahan di lereng Lawu, Merbabu, Merapi, Sumbing dan Slamet; terjadi pula badai angin terjadi di Kabupaten Karanganyar, Boyolali, Klaten dan bagian selatan Provinsi Jawa Tengah. (Bappeda Provinsi Jawa Tengah, 2008). Menurut data Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo adalah Sungai Bengawan Solo merupakan sungai terbesar di Pulau Jawa, terletak di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan luas wilayah sungai ± 12% dari seluruh 1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
wilayah Pulau Jawa pada posisi 110o 18’ BT sampai 112o45’ BT dan 6o 49’LS sampai 8o 08’ LS. Wilayah Sungai merupakan suatu wilayah yang bentuk dan sifat alamnya merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak sungai. Luas total wilayah sungai (WS) Bengawan Solo ± 19.778 km2, terdiri dari 4 (empat) Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu DAS Bengawan Solo dengan luas ± 16.100 km2, DAS Kali Grindulu dan Kali Lorog di Pacitan seluas ± 1.517 km2, DAS kecil di kawasan pantai utara seluas ± 1.441 km2 dan DAS Kali Lamong seluas ± 720 km2. DAS Bengawan Solo merupakan DAS terluas di WS Bengawan Solo yang meliputi Sub DAS Bengawan Solo Hulu, Sub DAS Kali Madiun dan Sub DAS Bengawan Solo Hilir. Sub DAS Bengawan Solo Hulu dan sub DAS Kali Madiun dengan luas masing-masing ± 6.072 km2 dan ± 3.755 km2. Bengawan Solo Hulu dan Kali Madiun mengalirkan air dari lereng gunung berbentuk kerucut yakni Gunung Merapi (± 2.914 m), Gunung Merbabu (± 3.142 m) dan Gunung Lawu (± 3.265 m), sedangkan luas Sub DAS Bengawan Solo Hilir adalah ± 6.273 km2. Secara administratif WS Bengawan Solo mencakup 17 (tujuh belas) kabupaten dan 3 (tiga) kota, yaitu: Kabupaten
: Boyolali, Klaten, Sukoharjo, Wonogiri, Karanganyar, Sragen,Blora, Rembang, Ponorogo, Madiun, Magetan, Ngawi, Bojonegoro, Tuban. Lamongan, Gresik dan Pacitan.
Kota
: Surakarta, Madiun dan Surabaya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
+
26,1% wilayah Propinsi Jateng
27,5% wilayah Propinsi Jatim
Gambar 1.1 Aliran Sungai Bengawan Solo (Sumber: BBWS Surakarta)
Banjir merupakan fenomena alam yang sering terjadi pada saat ini. Lebih lanjut disebutkan bahwa banjir di Indonesia pada tahun 2012 adalah bencana yang terbesar yaitu 32% yaitu 4.188 dari keseluruhan bencana di Indonesia, hal tersebut digambarkan pada Tabel 1.2. Tabel 1.2 Bencana di Indonesia pada tahun 2012 Jenis bencana
Data card
Meningg al
28
324
1233
0
0
0
0
4
4188
18581
194574
2480
125307
202414
12080646
3851301
Banjir Dan Tanah Longsor
351
2190
40353
5256
42835
63043
446902
418735
Ge lombang Pasang / Abrasi
195
148
217
46
3645
3781
32163
26538
Gempa Bumi
412
15551
70035
1513
503180
709609
604564
2877500
Gempa Bumi Dan Tsunami
38
167768
3979
6333
324908
97221
4327068
462272
Hama Tanaman
18
40
0
0
0
0
0
0
Aksi Teror / Sabotase Banjir
Lukaluka
Hilang
Rumah rusak berat
Rumah rusak ringan
Menderita
commit to user
mengun gsi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
Kebakaran
2124
302
1270
6
28069
1613
80574
80831
119
8
13483
0
9
0
1690
2264
Kecelakaan Industri
26
73
38005
2
10432
0
840
19509
Kecelakaan Transportasi
167
2172
2245
1620
2
13
788
0
Kekeringan
1413
2
0
0
0
0
172
0
2
55
112
0
0
0
0
0
119
1515
41080
0
0
0
6248
0
Konflik / Kerusuhan Sosial
95
5995
3986
476
4485
31481
296838
55759
Letusan Gunung Api
122
78598
2171
7
402
3877
16210
163908
Perubahan Iklim
17
137
55
0
0
1
0
0
Puting Be liung
1898
239
2178
7
29376
35198
176199
22373
Tanah Longsor
1709
1707
1943
141
9585
7095
19412
39881
13
3519
273
2957
20079
630
0
238
Kebakaran Hutan Dan Lahan
Kelaparan Klb
Tsunami
(Sumber: DIBI 2012, data diolah)
Contoh banjir yang terjadi di indonesia yaitu: Banjir di Banyumas dan Purworejo akibat luapan Sungai Ijo dan Sungai Kecepak, Banjir di Sumatra Utara akibat luapan Sungai Batang Serangan Tanjungpura, Banjir di Jakarta Utara akibat dari luapan sungai Cisadane dan Ciliwung, termasuk banjir di Surakarta akibat dari luapan sungai Bengawan Solo. Bengawan Solo salah satu DAS yang sering terlanda banjir, curah hujan yang tinggi menyebabkan sungai tidak mampu menampung aliran permukaan (runoff), sehingga terjadi banjir luapan. Pada tahun 2004 terdapat 760.771,3 hektar lahan kritis di Jawa Tengah, Surakarta menempati urutan Urutan kedua di DAS Bengawan Solo (194.086,34 hektar) utamanya di wilayah Kabupaten
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
Wonogiri (84.068,57 hektar). Wilayah rawan banjir sungai bengawan solo di eks Karisidenan Surakarta adalah: Wonogiri, Sukoharjo, Karanganyar, dan Sragen. Banjir merupakan peristiwa terbenamnya daratan karena peningkatan volume air akibat hujan deras, luapan air sungai atau pecahnya bendungan. Banjir juga dapat terjadi di daerah yang gersang dengan daya serap tanah terhadap air yang buruk atau jumlah curah hujan melebihi kapasitas serapan air. Pada bagian lain, sempadan sungai banyak digunakan untuk hal–hal diluar peruntukannya, sehingga mengakibatkan kapasitas basah sungai menurun. Berkurangnya kemampuan dan fungsi DAS tersebut mengakibatkan banjir di daerah hilir (BBWS Surakarta). Kejadian banjir itu sangat merugikan warga, mulai dari kerugian material maupun non-material. Kerugian-kerugian yang ditimbulkan dari kerusakan fasilitas umum antara lain: Rusaknya prasarana pengairan (bendungan, irigasi, tanggul), rusaknya prasarana transportasi umum, rusaknya pemukiman dan pertanian (rumah tinggal, sawah, tambak, dst), kegagalan panen, gangguan
kesehatan,
timbulnya
korban
jiwa,
pengungsian
penduduk,
terganggunya pelaksanaan pendidikan, dan pelayanan umum yang lainnya. Berikut ini catatan kejadian dan dampak banjir yang terjadi di Provinsi Jawa Tengah khususnya di eks Karisidenan Surakarta tahun 2007 yang diperoleh Dinas Kesbang Linmas dan Biro Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 1.3 berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
Tabel 1.3 Kejadian Banjir Beserta Dampaknya di Eks Karisidenan Surakarta Lokasi
Korban Jiwa
Kerugian
Kabupaten/ Kota
Wil.Terkena Dampak
Mening gal
Peng ungsi
(juta Rp)
Rumah Rusak Berat
19/04/2007
Sragen
8 Kec.
-
-
> 4000
-
-
2
Des-07
Sragen
18 Kec.
5
12.96 6
7.035
83
-
3
Des-07
Surakarta
3 Kec.
-
745
21.004
3.761
-
4
Des-07
Sukoharjo
6 Kec.
-
2.415
10.919
182
-
No.
Tanggal
1
Keteran gan
(Sumber:Dinas Kesbang Linmas dan Biro Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah 2007)
Pada tahun 2008 Pemerintah Kabupaten Sragen melaporkan kerugian material akibat banjir yang melanda wilayah Sragen mencapai Rp 192 miliar. Kerugian terbanyak disebabkan oleh rusaknya pertanian dan infrastruktur seperti jalan, jembatan serta sekolah yang terendam banjir. Selain itu banjir yang berasal dari luapan Bengawan Solo itu telah merendam tidak kurang dari 9.000 rumah penduduk di 97 desa yang tersebar di 14 kecamatan. Ratusan rumah di antaranya tenggelam dan saat genangan air surut, terhitung sedikitnya 57 rumah yang roboh dan sama sekali tidak bisa ditempati. Sektor pertanian merasakan dampak yang paling parah dari banjir tersebut. Selain membuat 7.389 hektar tanaman padi puso, jaringan irigasi juga mengalami kerusakan cukup parah, 10.729 hektare areal pertanian yang terendam air berhari-hari sehingga membuat tanaman musnah. “Total kerugian sementara dari sektor pertanian mencapai Rp 44 miliar lebih. Banjir juga merusakkan 36
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
jembatan penghubung antar desa di Sragen rusak. Sementara sarana pendidikan yang tidak bisa lagi dipergunakan untuk proses belajar mengajar mencapai 33 unit (Tempo Interaktif, 2008). Kabupaten Karanganyar pada tahun 2008
mengalami kerugian akibat
Banjir dan Tanah Longsor: Data sementara kerugian bencana di Karanganyar yaitu prasarana jalan Rp 11,234 miliar, prasarana jembatan, talut dan goronggorong Rp 22,733 miliar, prasarana irigasi Rp 23 miliar, prasarana drainase Rp 3,118 miliar, prasarana pendidikan Rp 9,493 miliar, total Rp 69,578 miliar. Kerusakan lahan pertanian akibat bencana alam: Tasikmadu 17 hektare Padi akibat banjir, Kebakkramat 52 hektare Padi akibat banjir, 4 hektare kacang tanah akibat banjir, Gondangrejo 6 hektare padi akibat banjir, Mojogedang 32 hektare padi akibat banjir, Jatiyoso 82,97 hektare padi, jagung, sayuran akibat tanah longsor, Tawangmangu 0,4 hektare ubi kayu akibat tanah longsor, 200 rumpun pisang akibat tanah longsor, Karangpandan 0,5 hektare padi akibat tanah longsor, Kerjo 0,3 hektare padi akibat tanah longsor (Solo Pos, 2008). Kota Surakarta mengalami kerugian akibat luapan Sungai Bengawan Solo ditaksir kerugian mencapai Rp 22 milliar lebih. Kerugian yang paling besar akibat banjir tersebut di daerah bantaran sungai bengawan solo (Solo Pos, 2008). Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukoharjo memperkirakan kerugian meteril akibat banjir di Kecamatan Mojolaban dan Grogol mendekati Rp. 1 miliar. Dari data sementara diketahui kerugian terutama disebabkan adanya kerusakan insfrastruktur. Kabupaten Wonogiri mengalami
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
kerugian mencapai Rp 700 juta di mana rumah yang terendam mencapai 219 buah, tanaman yang rusak 58 hektare dan 158 ribu ekor lele yang hanyut terbawa banjir. Berdasarkan paparan yang telah disebutkan banjir Bengawan Solo sudah seperti rutinitas tahunan yang tinggal menunggu kedatangannya tanpa ada upayaupaya menanggulanginya. Sementara setiap tahunnya jumlah kerugian/korban banjir di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Bengawan Solo semakin bertambah. Dengan kenyataan tersebut maka tidak dapat dipungkiri bahwa banjir adalah salah satu jenis bencana yang periodik dan merugikan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan yang telah disebutkan, diketahui bahwa bencana banjir yang sering terjadi dalam suatu wilayah daerah aliran sungai (DAS) dan banjir sering terjadi saat musim penghujan pada setiap tahunnya. Bencana ini menimbulkan kerugian harta dan benda bahkan korban jiwa yang sangat besar. Kerugian tersebut dapat diminimalisir apabila kita melakukan persiapan sebelum datangnya banjir. Dalam rangka mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan serta menghindari terjadinya dampak bencana yang lebih luas, maka upaya pengelolaan DAS perlu diselenggarakan secara terpadu dengan menggunakan konsep mitigasi perlu dilakukan. Oleh karena itu untuk menangani resiko harus melibatkan partisipasi masyarakat. Untuk itu dibutuhkan penelitian mengenai kesediaan masyarakat untuk menghindari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
kerugian yang lebih besar, karena penelitian mengenai mitigasi bencana banjir belum banyak dilakukan. 1.3 Tujuan Penelitian Bertolak dari hal tersebut maka tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan wilayah rawan banjir di kota eks Karisidenan Surakarta ditinjau dari kondisi sosial, ekonomi masyarakat terkena resiko banjir. 2. Melakukan Valuasi Ekonomi Mitigasi risiko bencana banjir wilayah eks Karisidenan Surakarta. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan agar pihak–pihak yang berkepentingan dapat memperoleh data tentang valuasi ekonomi mitigasi penanganan banjir daerah penelitian dan upaya yang dilakukan pada daerah aliran sungai tersebut, oleh karena itu manfaat yang dapat diperoleh antara lain : 1. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dalam melakukan mitigasi saat terjadi bencana banjir. Informasi yang diperoleh dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dasar dalam melakukan diagnosis bencana banjir secara cepat, obyektif, tepat dan rasional. Selain itu hasil penelitian ini dapat membantu pihak-pihak terkait yang menangani DAS di daerah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
penelitian dalam upaya mengelola DAS secara terpadu dan berkelanjutan. 2. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang daerah rawan banjir dan kerentanannya, sehingga diharapkan akan memiliki kesadaran dan dapat berpartisipasi aktif dalam melestarikan ekosistem DAS. 3. Sebagai masukan untuk pengembangan kajian ilmiah maupun studi lanjutan tentang banjir pada suatu sungai dan upaya pengelolaan DAS.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bencana Makna bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat, yang disebabkan baik oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Pengertian secara khusus dijelaskan dalam UU No.27 tahun 2007, sebagai kejadian akibat peristiwa alam atau karena perbuatan orang, yang menimbulkan perubahan sifat fisik dan atau hayati pesisir, dan mengakibatkan korban jiwa, harta, dan atau kerusakan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Dua makna bencana baik secara umum maupun secara khusus, mengandung arti bahwa tinggi rendahnya risiko dampak bencana bergantung pada kerentanan setiap komponen yang terkena dampak. Mileti dan Gottschlich dalam Hardoyo, dkk.,(2011) sebelumnya telah mengungkap tentang 3 sistem utama yang mengalami kerugian akibat
bencana
kependudukan
yaitu lingkungan (socio-demographic),
fisik (physical dan
environment),
lingkungan
terbangun
sosial (built
environment). Karakteristik dari ketiga sistem tersebut menentukan derajat atau tingkat kerugian dari sebuah bencana alam. a. Lingkungan fisik
21
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
Sistem ini berkaitan dengan proses fisik alami bumi yang selalu berubah dan dinamis, seperti perubahan iklim dan proses geologi. Kedinamisan pada sistem ini berimplikasi pada kondisi yang tidak menentu pada suatu lingkungan hidup. b. Sosial kependudukan Sistem ini berkaitan dengan distribusi dan komposisi penduduk yang mempengaruhi jumlah dan karakteristik penduduk yang terkena bencana. c. Lingkungan terbangun Sistem ini berkaitan dengan kepadatan bangunan dan fasilitas umum yang menentukan besarnya kerusakan yang akan terjadi dalam sebuah peristiwa alam. 2.2 Konsep Bencana Banjir Menurut Dolcemascolo (2004) bencana banjir dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu banjir meteorologi (meteorological drought), banjir hidrologi (hydrological drought), dan banjir pertanian (agricultural drought).
Banjir
meteorologi mengacu pada kesalahan perkiraan hujan akan berakhir tetapi biasanya kejadian seperti ini dianggap sebagai bencana. Jenis banjir hidrologi dan pertanian keduanya berdampak pada kehidupan manusia pada umumnya. Banjir hidrologi berhubungan dengan berkurangnya cadangan air tetapi ini tergantung juga pada permintaan lokal. Banjir pertanian mengacu pada kesalahan waktu, frekuensi dan intensitas hujan di mana hal itu akan berdampak pada sektor pertanian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
Lokasi banjir adalah lokasi yang biasanya berhubungan dengan tanah yang marginal, pertanian subsistem, kurangnya cadangan bibit. Daerah banjir biasanya juga amat tergantung pada sistem cuaca yang lain guna mendapatkan sumbersumber daya air. Selain hal tersebut, daerah-daerah tersebut memiliki penyimpangan kelembaban tanah yang rendah. Dampak yang ditimbulkan dengan adanya bencana banjir adalah berkurangnya pendapatan untuk para petani, berkurangnya daya beli dari sektor pertanian, meningkatnya harga makanan pokok, naiknya tingkat inflasi, memburuknya status gizi, kelaparan, penyakit, kematian, berkurangnya sumber air minum, migrasi, meledaknya komunitas, hilangnya ternak. 2.3 Manajemen Risiko Bencana Menurut Spengler (dalam Susanto, 2010), manajemen risiko patut diterapkan dan dikembangkan dan merupakan salah satu langkah preventif dalam aktivitas akuatik. Tindakan pencegahan dilakukan untuk meminimalisir kemungkinan risiko yang lebih parah yaitu kematian. Menurut Wijayanti (2008) secara umum manajemen risiko bencana alam dapat dilaksanakan melalui beberapa cara berikut: a. Pengaturan pemanfaatan ruang (spasial) Pengaturan pemanfaatan ruang dapat dimulai dengan pemetaan daerah rawan bencana, kemudian mengalokasikan pemanfaatan ruang untuk pembangunan berintensitas tinggi ke luar area rawan bencana, sedangkan pemanfaatan ruang di daerah rawan bencana diatur secara tepat dan optimal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
b. Keteknikan Umumnya berupa rekayasa teknis terhadap lahan, bangunan, dan infrastruktur yang disesuaikan dengan kondisi, keterbatasan, dan ancaman bencana. c. Peningkatan pendidikan dan pemberdayaan masyarakat Mengingat permasalahan akibat bencana alam cukup rumit, bahkan seringkali menimpa kawasan dengan kondisi masyarakat yang cukup rentan terhadap kemiskinan, kuragnya kewaspadaan, ketidakberdayaan, berlokasi jauh dari pusat pemerintahan dan sulitnya aksesibilitas, maka dalam manajemen risiko bencana alam hal ini dapat diatasi melalui peningkatan pendidikan dan pemberdayaan masyarakat untuk mengurangi tingkat kerentanan dan keterisolasian mereka. Untuk mewujudkannya, diperlukan elemen berikut: 1. Adanya tokoh penggerak masyarakat. 2. Tersedianya konsep penanggulangan dan penanganan bencana alam yang jelas. 3. Adanya objek aktivitas masyarakat yang jelas. 4. Kuatnya kohesivitas masyarakat setempat. 5. Bahasa komunikasi kerakyatan yang tepat berbasis pada kearifan budaya lokal. 6. Jaringan informasi yang setiap saat mudah diakses. d. Kelembagaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
Terkai dengan kelembagaan ada beberapa hal yang harus dipenuhi, yaitu: 1. Struktur organisasi dan tata cara kerja yag jelas. 2. Fungsi perencanaan, pelaksaaan, dan pengawasan yang aplikatif. 3. Tercukupinya
ketersediaan sumberdaya manusia, pembiayaan dan
perlengkapan. Untuk mewujudkan kelembagaan manajemen risiko bencana secara optimal, diperlukan kerja sama berbagai institusi, berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2005, telah dibentuk badan Koordinasi Nasional Penaganan Bencana (Bakornas PB) pada level nasional, Satuan Koordinasi Pelaksana (Satkoriak) PB di tingkat provinsi, dan Satuan Pelaksana (Satiak) PB di tingkat kota/kabupaten. Menurut Siswoko (2005) Upaya pengelolaan dataran banjir (flood plain management) merupakan salah satu komponen kegiatan non-struktur (non structural measures) dalam rangka mengatasi masalah banjir. Komponen lainnya antara lain penanggulangan banjir (flood fighting) yang merupakan komponen kegiatan Satkorlak/Satlak penanggulangan bencana, prakiraan dan peringatan dini, konservasi tanah dan air (penghijauan dan reboisasi, pengendalian erosi) penataan ruang di DAS (daerah aliran sungai) hulu dan penataan permukiman, flood proofing, penetapan sempadan sungai, penegakan hukum, penyuluhan, manajemen sampah dan sebagainya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
Upaya non-struktur yang berupa pengelolaan dataran banjir (flood plain management). Dalam kaitan ini terdapat tiga kondisi alternatif yang dapat ditempuh, yakni: a) Dataran
banjir
yang
belum
dikembangkan
sehingga
penataan
ruang/pembudidayaannya dapat mengikuti pola pengelolaan dataran banjir yang benar sehingga risiko atau kerugian apabila terjadi genangan/banjir minimal. Perangkat lunak yang diperlukan berupa peta zona dataran banjir (flood zone map) untuk masukan bagi revisi penataan ruang yang telah ada. b) Dataran banjir yang telah terlanjur berkembang dan penataan ruangnya tidak mungkin untuk direvisi. Untuk itu perlu upaya-upaya khusus seperti melakukan flood proofing terhadap bangunan, serta memodifikasi atau menyesuaikan peruntukan bangunan/ruangan yang berisiko tinggi tergenang banjir. Berbagai upaya flood proofing antara lain dengan meninggikan lantai bangunan, memodifikasi bangunan, membangun tanggul keliling dilengkapi pompa, meninggikan jalan,
membangun jalan layang.
Perangkat lunak yang diperlukan berupa peta risiko banjir (flood risk map) dan rambu-rambu peringatan yang menunjukkan ketinggian/kedalaman genangan banjir yang telah lewat maupun kemungkinan bisa terjadi. c) Penertiban lahan yang berupa daerah manfaat sungai/daerah sempadan sungai termasuk bantaran sungai yang merupakan zona terlarang untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
dibudidayakan. Upaya ini boleh jadi merupakan upaya paling sulit dilaksanakan mengingat lahan di sepanjang kanan kiri tebing sungai pada umumnya telah dipenuhi bangunan baik yang legal maupun ilegal dari permanen maupun berupa gubuk-gubuk sederhana. Menurut Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo, Sinergi antara penanganan fisik dan non-fisik dalam upaya pengendalian banjir dapat diwujudkan melalui beberapa hal sebagai berikut: a. Pengendalian tata ruang. Pengendalian tata ruang dilakukan dengan menggunakan perencanaan penggunaan ruang sesuai dengan kemampuannya untuk mempertimbangkan permasalahan banjir, pemanfaatan lahan sesuai dengan peruntukannya serta penegakan hukum terhadap pelanggaran rencana tata ruang yang telah memperhitungkan Rencana Induk Pengembangan Wilayah Sungai. b. Pengaturan debit banjir Pengaturan debit banjir dilakukan melalui kegiatan penanganan fisik berupa pembangunan dan pengaturan bendungan, perbaikan sistem drainase perkotaan, normalisasi sungai dan daerah retensi banjir. Pengaturan daerah rawan banjir. Pengaturan daerah rawan banjir dilakukan dengan cara: 1. Pengaturan tata guna lahan dataran banjir (flood plain management). 2. Penataan daerah lingkungan sungai seperti: penetapan garis sempadan sungai, peruntukan lahan di kiri kanan sungai, penertiban bangunan di sepanjang aliran sungai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
3. Peningkatan peran masyarakat. Peningkatan peran
masyarakat
dalam pengendalian banjir
diwujudkan dalam: a) Pengembangan Sistem Peringatan Dini ysmg Berbasis Masyarakat b) Bersama-sama dengan Pemerintah dan Pemerintah Daerah menyusun dan mensosialisasikan program pengendalian banjir. c) Mentaati peraturan tentang pelestarian sumberdaya air antara lain tidak melakukan kegiatan kecuali dengan ijin dari pejabat yang berwenang untuk: 1) Mengubah aliran sungai. 2) Mendirikan, mengubah atau membongkar bangunan-bangunan di dalam atau melintas sungai. 3) Membuang benda-benda/bahan-bahan padat dan atau cair ataupun yang berupa limbah ke dalam maupun di sekitar sungai yang diperkirakan atau patut diduga akan mengganggu aliran, 4) pengerukan atau penggalian bahan galian golongan C dan atau bahan lainnya. 5) pengaturan untuk mengurangi dampak banjir terhadap masyarakat (melalui Penyediaan informasi dan pendidikan, Rehabilitasi, rekonstruksi dan atau pembangunan fasilitas-fasilitas umum, Melakukan penyelamatan, pengungsian dan tindakan darurat lainnya dan lain-lain)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
d) Pengelolaan Daerah Tangkapan Air Pengelolaan daerah tangkapan air dalam pengendalian banjir antara lain dapat dilakukan melalui kegiatan: 1) Pengaturan dan pengawasan pemanfaatan lahan (tata guna hutan, kawasan budidaya dan kawasan lindung). 2) Rehabilitasi hutan dan lahan yang fungsinya rusak. 3) Konservasi tanah dan air baik melalui metoda vegetatif, kimia, maupun mekanis. 4) Perlindungan/konservasi kawasan - kawasan lindung. e) Penyediaan Dana Penyediaan dana dapat dilakukan dengan cara: 1) Pengumpulan dana banjir oleh masyarakat secara rutin dan dikelola sendiri oleh masyarakat pada daerah rawan banjir. 2) Penggalangan dana oleh masyarakat umum di luar daerah yang rawan banjir 3) Penyediaan dana pengendalian banjir oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah. f) Pengembangan Sistem Peringatan Dini Berbasis Masyarakat dan Rencana Tindak Darurat Agar efektif, di masa yang akan datang sistem peringatan dini datangnya banjir di WS Bengawan Solo harus berpusat secara kuat pada masyarakat yang tinggal di daerah rawan banjir mulai hilir
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
sampai hulu. Dengan penerapan sistem ini, akan dapat memberikan informasi lebih dini bagi masyarakat yang kemungkinan akan terkena bencana
sehingga
ada
kesempatan
bagi
masyarakat
untuk
menyelamatkan diri atau barang-barang berharganya. Sistem tersebut harus dikembangkan secara menyeluruh sehingga dapat meyakinkan bahwa sistem tersebut dapat berfungsi ketika diperlukan dan peringatan dapat disampaikan secara segera dan mudah dimengerti oleh semua anggota masyarakat dalam berbagai kondisi dan tingkat resiko bencana. Komponen inti sistem peringatan dini datangnya banjir harus berpusat pada masyarakat terdiri dari: 1) Penyatuan dari kombinasi elemen-elemen bottom-up dan topdown. 2) Keterlibatan masyarakat dalam proses peringatan dini. 3) Pendekatan multi bencana. 4) Pembangunan kesadaran masyarakat. Mendasari semua hal tersebut di atas harus ada suatu dukungan politis yang kuat, hukum dan perundang-undangan, tugas dan fungsi masing-masing institusi yang jelas serta sumber daya manusia yang terlatih. Oleh karenanya, sistem peringatan dini perlu dibentuk dan didukung sebagai
satu
kebijakan, sedangkan kesiapan untuk
menanggapi harus diciptakan melekat dalam masyarakat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
2.4 Partisipasi Masyarakat Dengan adanya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup, apabila berjalan sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan pemerintah dan apabila setiap masyarakat menjalankan secara objektif dan tidak hanya mengutamakan kepentingan dirinya atau kelompoknya saja, maka kerugian yang akan timbul tidak akan berarti dibandingkan manfaatnya (Suratmo, 1990:157) Manfaat pertisipasi masyarakat: a. Masyarakat
mendapatkan informasi
mengenai
rencana pembangunan
didaerah, sehingga dapat mengetahui dampak apa yang akan terjadi baik yang positif maupun yang negatif, dan cara menanggulangi dampak negatif yang akan dan harus dilakukan. b. Masyarakat akan ditingkatkan pengetahuannya mengenai masalah lingkungan, pembangunan dan hubungan, sehingga pemerintah dapat menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran masyarakat akan tanggungjawabnya dalam pengelolaan lingkungan hidup. c. Masyarakt dapat menyampaikan informasi dan pendapatan atau persepsinya kepada pemerintah terutama masyarakat di tempat proyek yang akan terkena dampak. d. Pemerintah mendapatkan informasi-informasi dari masyarakat yang belum atau tidak ada dalam laporan Amdal, sehingga kebijaksanaan atau keputusan yang akan diambil akan lebih tepat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
e. Apabila masyarakat telah mengetahui cukup banyak mengenai proyek tersebut termasuk dampak (positif dan negatif) dan usaha-usaha apa saja yang akan dilakukan untuk mengurangi dampak negatif, sedangkan dari pihak pemerintah
dan
pemrakarsa
proyek
mengetahui
pendapat-pendapat
masyarakat serta keinginanya atau hal-hal apa yang diperlukan, sehingga salah paham atau terjadinya konflik dapat dihindari. f. Masyarakat akan dapat menyiapkan diri untuk menerima manfaat yang akan dapat dinikmati dan apabila mungkin meningkatkan manfaat tersebut (dampak positif) dan ikut menekan atau menghindari diri terkena dampak negatif. g. Dengan adanya ikut aktifnya masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup sejak tahap penyusunan Amdal, biasanya perhatian dari instasi pemerintah yang bertanggungjawab dan pemrakarsa proyek pada masyarakat akan meningkat. 2.5 Konsep Masyarakat Tahan Bencana Twigg (2007) menyatakan pengurangan merupakan
sebuah
konsep
risiko
bencana
(PRB)
yang luas dan relatif baru. Ada beberapa
definisi berbeda dari istilah ini dalam literatur teknis, tetapi PRB secara umum dipahami sebagai pengembangan dan penerapan secara luas dari kebijakankebijakan, strategi-strategi dan praktik-praktik guna untuk meminimalkan kerentanan dan risiko bencana di masyarakat. PRB adalah
sebuah pendekatan
sistematis untuk mengidentifikasi, mengkaji dan mengurangi risiko-risiko bencana. PRB bertujuan untuk mengurangi kerentanan-kerentanan sosial-ekonomi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
terhadap bencana dan menangani bahaya-bahaya lingkungan maupun bahayabahaya lain yang menimbulkan kerentanan. Banyak upaya telah dilakukan untuk mendefinisikan ‘ketahanan’. Berbagai macam definisi dan konsep akademis yang ada dapat membingungkan. Agar lebih mudah bila kita bekerja dengan definisi-definisi luas dan karakteristikkarakteristik yang umum dipahami. Dengan pendekatan ini, system atau ketahanan masyarakat dapat dipahami sebagai: a. Kapasitas
untuk
menyerap
tekanan
atau
kekuatan-kekuatan
yang
menghancurkan, melalui perlawanan atau adaptasi b. kapasitas untuk mengelola, atau mempertahankan fungsi-fungsi dan strukturstruktur dasar tertentu, selama kejadian-kejadian yang mendatangkan malapetaka c. kapasitas
untuk
memulihkan
diri atau ‘melenting balik’ setelah suatu
kejadian ‘Ketahanan’ pada umumnya dipandang sebagai suatu konsep yang lebih luas dari pada ‘kapasitas’ karena konsep ini memiliki makna yang lebih tinggi dari pada sekedar perilaku, strategi-strategi dan langkah-langkah pengurangan serta manajemen risiko tertentu yang biasa dipahami sebagai kapasitas. 2.6 Mitigasi banjir Coburn et
al. (1992) mendefinisikan
mitigasi
bencana
sebagai
pengambilan tindakan-tindakan untuk mengurangi pengaruh-pengaruh suatu bahaya sebelum bahaya itu terjadi. Istilah mitigasi berlaku untuk cakupan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
luas dari aktifitas-aktifitas dan tindakan-tindakan perlindungan yang mungkin diawali, dari yang fisik, seperti membangun bangunan-bangunan yang lebih kuat, sampai dengan yang prosedural, seperti teknik-teknik yang baku untuk menggabungkan penilaian bahaya di dalam rencana penggunaan lahan. Dalam usaha mengurangi dampak yang ditimbulkan banjir, seringkali penanganan masalah banjir ditekankan pada usaha struktural dan dibebankan secara keseluruhan kepada pemerintah. Hal ini tentunya harus dihindari karena masyarakat merupakan elemen penting. Seperti kasus di kota Jakarta, dalam mengurangi dampak yang ditimbulkan banjir, usaha pemerintah berupa perbaikan sistem pembuangan air, normalisasi saluran, dan pembangunan tanggul, apabila tidak didukung oleh kesadaran masyarakat dalam memeliharanya, maka tidak akan berjalan optimal. Daerah tidak akan bisa dikatakan bebas dari banjir karena kemungkinan terjadi debit yang sama atau bahkan melampui debit rencana akan selalu ada dalam setiap tahunnya, karenanya usaha yang bisa dilakukan dalam mengatasi banjir adalah meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh banjir atau yang lebih dikenal sebagai mitigasi (Farid, 2010). Banjir adalah jenis bencana yang sebenarnya dapat diantisipasi oleh masyarakat. Kasus-kasus bencana alam seperti halnya banjir tidak mungkin dihadapi oleh individu-individu. Corbun, et al. (1992) juga menyatakan bahwa mitigasi bencana hanya dapat berhasil jika ada satu konsensus bahwa hal tersebut memang dikehendaki, masuk akal, dan dapat diupayakan. Di banyak tempat,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
bahaya-bahaya individual yang mengancam tidak pernah diketahui. Langkahlangkah yang dapat diambil untuk melindungi mereka tidak diketahui dan tuntutan masyarakat agar diri mereka dilindungi tidak kunjung datang. Perencanaan mitigasi harus bertujuan untuk mengembangkan “kultur keamanan” bencana di mana orang-orang sadar secara penuh akan bahaya-bahaya yang mereka hadapi, melindungi diri mereka sejauh mereka dapat lakukan dan secara penuh mendukung upaya-upaya yang dibuat demi perlindungan bagi mereka. Langkah-langkah yang dilakukan di dalam mitigasi banjir meliputi usaha struktural dan usaha non-structural, Rahayu, 2008 (dalam Farid, 2010). Usaha struktural terkait dengan pembangunan maupun pemeliharaan sarana dan prasarana fisik dari bangunan pengendali banjir seperti saluran, pompa, dan pintu air. Sedangkan yang termasuk usaha non-struktural dalam mitigasi banjir biasanya menyangkut kebijakan seperti pengendalian tata ruang, peningkatan kesadaran masyarakat, dan sistem peringatan dini. Menurut Worosuprojo, (2012) Bencana Berbasis Informasi
pada seminar nasional “Manajemen
Geografis
Untuk Mewujudkan Kehidupan
Masyarakat yang Harmonis dengan Alam di Indonesia” mitigasi bencana dapat dibedakan menjadi 2 pendekatan yakni: a. Mitigasi Struktural (pembangunan fisik) yang terdiri dari: 1. Penataan Ruang: konservasi hutan mangrove, hutan pantai, terumbu karang, gumuk pasir.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
2. Pembangunan Infrastruktur: pembangunan rumah aman gempa, tanggul laut, pemecah gelombang talud tebing, rumah panggung, dll. b. Mitigasi non-struktural (penyadaran & peningkatan kemampuan masyarakat) yang terdiri dari: 1. Pendidikan dan pelatihan, 2. Penyuluhan/sosialisasi, 3. Simulasi/gladi lapangan. Tahapan penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi pra bencana, tanggap darurat, dan pasca bencana. a. Tahap sebelum kejadian (Pra-bencana); terdiri dari kewaspadaan dan kesiapsiagaan Pembacaan tanda-tanda alam; dengan cara : b. Dengan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi), contoh: pemetaan bencana, sistem deteksi, sistem peringatan dini, dan sistem informasi kilat. c. Secara Alamiah, contoh mengenali: perubahan suhu, hembusan angin, sifat gelombang, perilaku hewan, dan tanda-tanda lain. d. Persiapan fisik dan mental Antisipasi Prasarana Fisik, contoh pembuatan jalur pengungsian, penyediaan tempat pengungsian, sistem trans & evakuasi, penyediaan air bersih (MCK), penyediaan makanan & obat, penyediaan tenda, tandu, tikar, dll. Sosialisasi Penanggulangan Bencana; contohnya kenal dan sadar bencana, penggalangan komitmen, perencanaan penanggulangan, penyuluhan pelatihan gladi lapangan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
a. Tahap saat kejadian (saat bencana): kesigapan tanggap darurat. 1. Penyelamatan diri. 2. Bertahan hidup (survival). b. Tahap Setelah kejadian (Pasca bencana); semangat dan kegigihan. 1. Perbaikan (rehabilitasi), mencakup 2 hal: Rehabilitasi
Orang
(korban),
contoh:
mental/kejiwaan,
fisik/kesehatan, kegiatan keseharian, mobilitas sosial. Rehabilitasi Fasilitas Fisik, contoh: hunian sementara, sanitasi, fasilitas keseharian, prasarana mobilitas. 2. Pembangunan kembali (rekonstruksi), mencakup 2 hal: Rekonstruksi Fisik; contoh rumah & lingkungan, prasarana transport, prasarana ekonomi, prasaran pendidikan, prasarana ibadah. Rekonstruksi Non-fisik; contoh tekad, semangat, keuletan, kegigihan, kebersamaan. Macam informasi bencana yang diperlukan dalam manajemen bencana adalah: kerawanan (susceptibility), bahaya (hazard), bencana (disaster), risiko (risk), tata ruang berbasis bencana, infrastruktur pendukung evakuasi, sosialisasi dan pelatihan. 2.7 Valuasi Ekonomi Valuasi ekonomi lingkungan digunakan untuk memudahkan perbandingan antara nilai lingkungan hidup (environmental value) dan nilai pembangunan (development values) (Kurniawan, dkk.,2009).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
Menurut Sanim, 2006 (dalam Kurniawan, dkk.,2009) valuasi ekonomi lingkungan seharusnya
merupakan suatu bagian integral
dari
prioritas
pembangunan sektoral dalam menentukan keseimbangan antara konservasi dan pembangunan, serta dalam memilih standar lingkungan. Valuasi pada dasarnya adalah member nilai moneter kepada sumber daya alam dan lingkungan. Teknik valuasi diperlukan karena ketidaktersediaan harga sumber daya alam dan lingkungan di pasar (Fauzi, 2006). Teknik yang sering digunakan untuk valuasi ekonomi adalah teknik contingent valuation. Menurut Patunru (1994) mendefinisikan contingent valuation sebagai suatu pendekatan survei untuk valuasi barang dan jasa non market berdasarkan kuesioner untuk mendapatkan informasi tentang nilai barang dan jasa dalam pertanyaan. Nilai yang diperoleh untuk barang dan jasa dikatakan contingent atas sifat pasar yang dibangun (hipotetis atau disimulasi) dan barang dan jasa digambarkan dalam skenario survei. Kesehatan manusia: kematian , tra uma , stress akibat banjir, khawatir akan banjir
EFEK LANGSUNG Mela lui system kehidupan – mekanisme biologis
Produk tifitas ekonomi dari ek osistem: menurunnya permintaan akan deve loper, menurunnya
Dampak ekosistem lainnya: penggunaan rekreasional menurun, keberaga man
EFEK TIDAK LANGSUNG Mela lui system kehidupan Kerusakan akibat ba njir pada property, peningkatan biaya produksi, meningkatnya waktu perja lanan
Ketegangan antar komunitas, waktu/usaha/energi
Rasa estetika daerah yang terkena banjir
Gambar 2.1. Alur dampak perubahan lingkungan terhadap manusia (Freeman, 1979)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
Contingent
valuation method
merupakan suatu metode untuk
mendapatkan estimasi nilai terutama jumlah yang mau dibayarkan individu atau rumah
tangga
untuk
barang
lingkungan
tertentu.
Freeman
(1979)
mengklasifikasikan banyak alur di mana kualitas lingkungan berdampak pada manusia, seperti tingkat risiko banjir, banjir, dan gempabumi. Ia menyatakan bahwa efek ini mungkin bersifat langsung atau tidak langsung melalui sistem organisme lain. Gambar 2.1. menunjukkan sumber potensial dari efek langsung dan tidak langsung tersebut. Teori utilitas dasar digunakan dalam studi ini untuk memberi pedoman model teoritis dalam menggambarkan willingness to pay (WTP) untuk pengendalian banjir dan perbaikan ekologi. Diasumsikan bahwa individu mamaksimumkan utilitasnya dengan kendala anggaran yang dimiliki. Dalam studi ini, utilitas rumah tangga dapat digambarkan dengan suatu vektor market goods, X, dan nonmarket goods, Z. Nilai barang public nonmarket, yang tidak memiliki harga dan hanya dapat disediakan dalam jumlah tetap, ditunjukkan oleh WTP untuk nonmarket goods, yang akan berhubungan dengan surplus konsumen atau area di bawah kurva permintaan bagi nonmarket goods (Samuelson, 1954). Problem optimisasi ini ditunjukkan dengan persamaan: Maksimumkan U(X,Z)
subject to
3i Pi, Xi < Y
(1)
Di mana Y adalah pendapatan dan P adalah vektor harga untuk barang yang dipasarkan dalam vektor X untuk menyelesaikan problem optimisasi ini, maka
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
dibuat fungsi permintaan untuk market good, yang ditunjukkan dengan persamaan: Xi = Xi (P,Z,Y)
(2)
Sementara itu untuk meminimumkan fungsi pengeluaran, dengan level utilitas given, ditunjukkan oleh persamaan (3) yang dapat digunakan untuk menurunkan fungsi WTP: Minimumkan 3iPi, Xi = M U* merupakan reference level
subject to
U(X,Z) = U*
(3)
dari utilitas dan M adalah pengeluaran uang
minimum yang diperlukan untuk mencapai U*. Dengan memecahkan persamaan (3), maka diperoleh fungsi pengeluaran rumah tangga: E = E (P,Z,U*) 2.8 Penelitian Terdahulu Kim (2002) penelitian Kim menggunakan menggunakan metode analisis CVM. Studi ini menemukan bahwa faktor individu (pendapatan, pendidikan, informasi, dan keterikatan masyarakat), kualitas air faktor daerah (lokasi perumahan dan kedekatan dengan sungai) memiliki dampak positif pada kemauan untuk membayar dan faktor daerah lebih kuat dari faktor individu dalam memprediksi kemauan untuk membayar
kualitas air. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa orang-orang hilir memiliki perhatian yang lebih besar untuk perlindungan lingkungan sehingga memiliki WTP yang lebih rendah untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas air. Sebaliknya, orang yang hidup
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
hulu yang memiliki masalah lingkungan yang lebih rendah memiliki WTP yang lebih tinggi untuk kualitas air. Yapin (2003) penelitian ini menggunakan menggunakan metode analisis CVM dan TCM. Hasil dari penelitian ini investigasi biaya perjalanan, telah menunjukkan bahwa kualitas air yang lebih baik menggeser kurva permintaan ke luar.
Sedikit
perbedaan
kelengkungan dari
fungsi permintaan
utama.
Perkiraan CVM telah mengambarkan mirip tren. Tapi tindakan tersebut lebih tinggi dari
nilai yang
diperkirakan
melalui biaya perjalanan.
Sebagian
besar menunjukkan nilai penggunaan situs rekreasi sebagai konsumsi yang baik kecuali keperluan rekreasi. Danau telah melayani tujuan lain seperti budidaya ikan dan pasokan air, nilai tersebut tidak tercermin baik dalam pengukuran biaya perjalanan atau
nilai-nilai CV,
karena
itu percaya bahwa
kedua perkiraan
mengecilkan nilai guna sebenarnya dari danau. Penilaian Kontinjensi adalah variable
independen
Responden sebenarnya penghakiman
dari biaya bergantung
responden terhadap
perjalanan dan
jumlah pengunjung.
pada pendapatan, kualitas
pendidikan, dan
air danau. Umur
dan jenis
kelamin tampaknya tidak memiliki banyak dampak pada kontingen penilaian. Cho dan Kim (2004) penelitian ini menggunakan menggunakan metode analisis CVM. Hasil dari penelitan ini dimana variabel jenis kelamin, umur, pendapatan dan pembelian air menunjukan hasil yang signifikan terhadap WTP. Variabel tahun dan ukuran rumah (famno) menunjukan hasil tidak signifikan terhadap WTP. Penelitian ini menjelaskan bahwa WTP diperkirakan akan cukup
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
untuk
membayar penuh
biaya
daerah metropolitan Seoul
yang lebih
pada biaya
manfaat
ekonomi dan
penyediaan kualitas air baik . Penelitian
bagi peningkatan
ini
daerah-
memfokuskan
kualitas
air
rumah
tangga Paldang Reservoir di Korea. Saptutyningsih dan Suryanto (2009) penelitian ini
menggunakan
menggunakan metode analisis SIG dan Hedonic Price. Tingkat kerawanan wilayah banjir tertinggi di DIY adalah Kabupaten Kulonprogo khususnya di Kecamatan Temon, Kecamatan Wates, dan Kecamatan Panjatan. Kecamatan Temon tingkat kerentanan tertinggi adalah pada sawah irigasi, Kecamatan Wates tingkat kerentanan tertinggi adalah tegalan dan kebun, serta Kecamatan Panjatan tingkat kerentanan tertinggi pada tegalan dan kebun juga. Dalam penelitian ini terdapat variabel karakteristik properti dan tanah, lingkungan, risiko banjir, kesadaran masyarakat, dan sosial ekonomi. Penelitian menunjukkan bahwa semua koefisien-koefisien secara signifikan berbeda dari nol. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa tinggi tingkat genangan banjir dapat menekan harga dari properti
dan nilai
tanah. Rata-rata kesediaan
membayar
(MWTP) untuk
penurunan unit ketinggian tingkat genangan banjir diperkirakan mencapai jumlah yang
wajar Rp
ada pengaruhnya
2.175.00. terhadap
Berdasarkan ukuran rendah variabel sosial
ekonomi,
(MWTP) untuk
itu
tidak perlu
menyosialisasikan pada masyarakat tentang kesadaran risiko bencana. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat dapat meningkatkan kesadaran terhadap risiko
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
bencana banjir, sehingga dampak yang disebabkan oleh bencana banjir dapat diminimalkan di masa depan. Simmons, et al. (2002) penelitian ini menggunakan menggunakan metode analisis Hedonic Price.
Hasil
dari
penelitian ini
adalah dari
kedua
model menunjukkan bahwa mitigasi, baik retrofit (tirai badai) dan konstruksi (SII), sangat signifikan terhadap harga penjualan kembali rumah. Variable individu signifikan terhadap jenis asuransi diri untuk melakukan tindakan mitigasi dan
variabel
struktural dalam
signifikan. Koefisien pada tirai badai
model retrofit menunjukan menggambrakan
hubungan
bahwa rata-rata harga
untuk rumah sekitar $ 80.000, dengan adanya badai tirai menambahkan lebih dari 5% harga jual. Namun, pesan dari penelitian ini adalah bahwa ada ruang kebijakan untuk memberikan tindakan mitigasi dengan sukarela dan secara insentif bagi penduduk Harahap dan Hartono (2007) penelitian ini menggunakan menggunakan metode analisis Hedonic Price. Hasil dari penelitian ini dihasilkan bahwa: (i) ketersediaan fasilitas air minum dan air pompa mempengaruhi harga rumah di perkotaan, sementara ketersediaan fasilitas toilet yang dilengkapi dengan tangki septik mempengaruhi harga rumah baik di perkotaan maupun di perdesaan; (ii) penanganan sampah yang baik yaitu melalui pengumpulan oleh dinas terkait mempengaruhi harga rumah di perkotaan dan perdesaan; (iii) besarnya kesediaan membayar untuk air perpipaan dan air pompa di perkotaan sebesar Rp.6850 per bulan, sementara kesediaan membayar untuk ketersediaan fasilitas toilet dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
tangki septik mencapai Rp.15.800 per bulan, dan kesediaan membayar untuk pengangkutan sampah oleh Dinas terkait mencapai Rp.1.950 per bulan. Dalam regresi model logistik dihasilkan bahwa kondisi sosial ekonomi rumah tangga yaitu umur, jumlah anggota rumah tangga, pendidikan kepala keluarga dan pengeluaran per kapita mempengaruhi kemungkinan kepemilikan fasilitas air minum yang baik yaitu air perpipaan atau air pompa, fasilitas sanitasi yang baik berupa toilet dengan tangki septik dan fasilitas pengelolaan sampah dengan diangkut Dinas terkait. Semakin tinggi tingkat pendidikan kepala keluarga, semakin tinggi kemungkinan kepemilikan fasilitas air minum dan sanitasi yang baik. Kurniawan, dkk. (2009) penelitian ini menggunakan analisis pendukung spasial dalam Sistem Informasi Geografi (SIG), sedangkan untuk menghitung Valuasi ekonomi menggunakan pendekatan Willingness to Pay (WTP) dan Travel Cost Method (TCM) untuk mengetahui manfaat barang dan jasa yang dihasilkan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah penggunaan air, biaya dikeluarkan masyarakat sekitar KKMP, jumlah produksi, harga bahan baku PDAM, luas sawah dan keuntungan produksi per luasan (hektar). Dari analisa data yang dilakukan dapat diketahui setiap tahunnya menghasilkan nilai guna langsung (direct use value) sebesar Rp. 1.199.918.615.100,- nilai guna tak langsung (indirect use velue) sebesar Rp. 808.117.741.600. Nilai ekonomi total dari sebagian jasa lingkungan KKMP setiap tahunnya adalah sebesar Rp. 2.072.501.086.700,-.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
2.9 Kerangka Pemikiran Pendapatan Pendidikan Usia Tindakan Mitigasi Bencana
Jumlah Anggota Keluarga Jarak Tinggi Genangan
Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran
2.10 Hipotesis Berdasarkan penelitan-penelitian yang sudah pernah dilakukan, maka dikembangkan hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Variabel pendapatan mempengaruhi secara positif terhadap WTP mitigasi. 2. Variabel pendidikan mempengaruhi secara positif terhadap WTP mitigasi. 3. Variabel usia mempengaruhi secara positif terhadap WTP mitigasi. 4. Variabel jumlah anggota keluarga mempengaruhi secara positif terhadap WTP mitigasi. 5. Variabel jarak pemukiman mempengaruhi secara positif terhadap WTP mitigasi. 6. Variabel tinggi genangan mempengaruhi secara positif terhadap WTP mitigasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber data. Metode yang digunakan untuk memperoleh data primer adalah metode survei dengan teknik wawancara langsung (direct interview) dengan dibantu daftar pertanyaan (kuesioner). Data sekunder adalah data yang bersumber dari instansi dan lembagalembaga terkait di wilayah banjir di eks Karisidenan Surakarta maupun literatur pendukung lainnya. Instansi-instansi tersebut antara lain: Badan Pusat Statistik (BPS), Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWS), Badan Perencana Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Dinas Pekerjaan Umum (DPU), Bakornas, dan lain-lain. Jenis data sekunder yang diperlukan antara lain: a. Data jumlah penduduk di eks Karisidenan Surakarta. b. Karakteristik lokasi daerah rawan bencana di eks Karisidenan Surakarta. c. Data sosial ekonomi masyarakat di eks Karisidenan Surakarta. d. Data musyawarah desa di setiap kabupaten rawan banjir di eks Karisidenan Surakarta.
46
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
3.2 Teknik Pengambilan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh dareah rawan banjir yang tersebar di Eks Karisidenan Surakarta. Jumlah Kepala Keluarga daerah rawan banjir yang berada di pemukiman sebanyak 2663 Kepala Keluarga. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode area proportional random sampling yaitu suatu metode pemilihan ukuran sampel dimana setiap anggota populasi di tiap daerah mempunyai peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin yaitu (Djarwanto dan Subagyo, 1996):
Dimana: n : jumlah sampel N : jumlah populasi e : tingkat kekeliruan pengambilan sampel yang bisa ditolerir 1 : angka konstanta Sesuai dengan rumus Slovin tersebut, maka jumlah sampel yang akan diambil dengan tingkat ketepatan 90% dalam penelitian ini adalah :
= 96,38074557 dibulatkan menjadi 100 responden
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
Berdasarkan penghitungan sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 100 Kepala Keluarga daerah rawan banjir yang berada di pemukiman tersebar di seluruh Eks Karisidenan Surakarta yaitu: Kabupaten Wonogiri, Sukoharjo, Karanganyar, Sragen dan Surakarta. 3.3 Desain Penelitian Metode contingent valuation ini penerapannya dengan menggunakan teknik survey sehingga disebut metode survey contingent valuation, dilakukan dengan memberikan daftar kuisioner atau daftar pertanyaan kepada responden tersampling. Pengisian kuisioner yang dirancang harus diisi oleh kepala rumah tangga, mengingat variabel pendapatan keluarga dan juga keputusan jumlah biaya maksimum yang ingin dibayar (WTP) merupakan variabel yang sangat diperlukan validitasnya. Namun dengan demikian dimungkinkan untuk beberapa kasus responden yang bukan kepala keluarga dapat mengisi kuisioner dengan catatan telah mendapat persetujuan dari kepala keluarga.
3.4 Definisi Operasional Variabel a. Dependent Variable Variabel dependen (variabel terikat) yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Willingness to pay adalah jumlah maksimum yang mau dibayarkan oleh responden untuk mengurangi dampak banjir.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
b. Independent variable Variabel
independen
(variabel
bebas)
yaitu
variabel
yang
mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Variabel-variabel independen dalam penelitian adalah: 1. Pendapatan Pendapatan setiap responden perbulan yang terkena dampak banjir bengawan solo. 2. Usia Usia responden yang terkena dampak banjir bengawan solo. 3. Pendidikan Pendidikan terakhir responden yang terkena dampak banjir bengawan solo. 4. Jumlah anggota keluarga Jumlah anggota keluarga yang dimiliki oleh setiap responden yang berada di daerah rawan banjir sungai bengawan solo. 5. Jarak Lokasi pemukiman yaitu seberapa dekat pemukiman responden dengan sungai bengawan solo. 6. Tinggi genangan Tinggi genangan yang terjadi selama banjir didaerah rawan banjir sungai bengawan solo.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
5.5 Tehnik Alat Analisis a. Analisis Deskriptif Kualitatif Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Nazir, (2005) metode deskriptif adalah suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripdi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Analisis deskriptif kualitatif ditujukan untuk mendapatkan informasi tentang berbagai kondisi lapang yang bersifat tanggapan dan pandangan terhadap pelaksanaan program perkuatan serta kondisi lingkungan sosial ekonomi dan daerah sampel. Analisis kualitatif merupakan cerminan keadaan atau kondisi riil dilapang yang berupa data dan angka diperoleh dari pendapatpendapat berbagai unsur yang terlibat langsung dengan masyarakat yang terkena dampak bencana banjir Bengawan Solo dengan kondisi ideal yang diperoleh dari studi pustaka. b. Regresi Linier Berganda Hasil
dari analisis diskriptif kuantitatif akan dinilai dengan
menggunakan Contingent Valuation Method (CVM). CVM adalah metode survei langsung pada sampel dengan populasi yang sesuai tentang willingness to pay dan willingness to accept (WTA). CVM mempunyai dua keuntungan dibandingkan metode tidak langsung. Pertama, CVM dapat mengambil dua
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
nilai sekaligus use value dan non-use value. Kedua, CVM jawaban pertanyaan tentang WTP atau WTA dapat secara langsung dikoreksi secara teori dengan ukuran moneter pada tingkat perubahannya (Lee, 1999 : 114). Aplikasi CVM dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut. 1. Identifikasi masalah 2. Membuat kerangka masalah 3. Merumuskan pemecahan masalah 4. Merumuskan cara untuk pemecahan masalah (payment vehicle) 5. Mempersiapkan alat survei untuk mengetahui WTP/WTA secara individu, yang terdiri dari pembuatan skenario hipotesis; pertanyaan tentang WTP/WTA; dan membuat skenario tentang biaya kompensasi. 6. Menggunakan alat survei dengan sampel dari populasi yang sesuai 7. Menganalisis respon yang diperoleh sewaktu survei, yaitu dengan menggunakan data sampel untuk mengestimasi survei yang akurat. 8. Menanggapi jawaban responden yang tidak sesuai dengan kenyataan (protest responses) Analisis Regresi Linear Berganda digunakan untuk mengukur pengaruh antara lebih dari satu variabel prediktor (variabel bebas) terhadap variabel terikat. Teknik analisis data yang digunakan sebagai penyelesaian adalah regresi linear berganda atas variabel dependen dengan variabel independen dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Rumus:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
Y=
+ Di mana
, adalah koefisien atau parameter
model. Model regresi linier berganda untuk populasi diatas dapat ditaksir berdasarkan sebuah sempel acak yang berukuran n dengan model regresi linier berganda untuk sampel, yaitu:
Dimana:
Model yang akan diestimasi ditunjukkan oleh persamaan berikut ini: WTP= f( WTP = Kesesuaian responden untuk membayar X1
= Pendapatan
X2
= Pendidikan
X3
= Usia
X4
= Jumlah anggota keluarga
X5
= Jarak pemukiman
X6
= Tinggi genangan =Konstanta =Standard error
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
c. Uji F (F-test) Untuk menguji apakah variabel independen secara keseluruhan berpengaruh terhadap variabel dependen dengan menggunakan uji F dengan rumus (Gujarati, 2003: 183) :
Dimana: R 2 = koefisien determinasi k = jumlah variabel independen termasuk konstanta. N = jumlah responden Hipotesis yang digunakan untuk uji F, dirumuskan sebagai berikut: H0
= β 2 = β3 = β 4 = β5 =
0, secara bersama-sama variabel
Pendapatan, Pendidikan, Usia, Jumlah Anggota Keluarga, Jarak, Tinggi Genangan terhadap kemauan membayar untuk mengurangi dampak banjir. Ha
≠ β2 ≠ β 3 ≠ β 4 ≠ β 5 ≠
0, secara bersama-sama variabel
Pendapatan, Pendidikan, Usia, Jumlah Anggota Keluarga, Jarak, Tinggi terhadap kemauan membayar untuk mengurangi dampak banjir. Apabila nilai probabilitas F hitung lebih besar dari level signifikansi, maka H 0 diterima dan bila nilai probabilitas F hitung lebih kecil dari level signifikansi, maka H0 ditolak yang berarti bahwa input-input yang digunakan berpengaruh secara bersama-sama terhadap hasil produksi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
d. Uji Koefisien Determinasi (R2 ) Uji koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap naik turunnya variabel dependen atau menunjukkan berapa persen (%) variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen. Tingkat ketepatan regresi ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi (R2) yang besarnya antara 0 ≤ R2 ≤ 1. Koefisien determinasi 0 berarti variabel independen sama sekali tidak berpengaruh terhadap variabel dependen dan jika mendekati 1 variabel independen semakin berpengaruh terhadap variabel dependen (Rahayu, 2007: 53) e. Uji t (t-test) Uji t adalah uji secara individu semua koefisien regresi yang bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel independen. Dengan menggunakan rumus t hitung (Rahayu, 2007: 50) :
keterangan :
= koefisien regresi
Se = standart error Untuk hipotesisnya menggunakan rumus: Ho =
= β2 = β 3 = β 4 = β 5 =
0
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
Artinya: semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependent. Ha =
≠ β2 ≠ β3 ≠ β 4 ≠ β 5 ≠
≠0
Artinya: semua variabel independent merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependent. 1. Penghitungan nilai t, yaitu: α = 0,05 df = N – k dimana N merupakan jumlah observasi dan k adalah jumlah input atau variabel independen termasuk konstanta. 2. Kriteria pengujian
Daerah tolak
daerah tolak daerah terima
-t (α/2; n-k)
t (α/2; n-k)
Gambar 3.1 Kurva Distribusi Normal 3. Kesimpulan: -t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel berarti H0 diterima. Ini berarti variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen. t hitung > t tabel atau t hitung < -t tabel berarti H0 ditolak. Ini berarti variabel independen mempengaruhi variabel dependen.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
f.
Uji asumsi klasik 1. Multikolinearitas Multikolinearitas adalah suatu kondisi dimana terdapat hubungan yang linear atau mendekati linear diantara variabel-variabel penjelas. Akibat adanya multikolinearitas (Priyatno, 2009: 59-60) : a) Nilai standard error untuk tiap koefisien menjadi tinggi, sehingga t hitung menjadi rendah. b) Standard error of estimate akan semakin tinggi dengan bertambahnya variabel independen. c) Pengaruh masing-masing variabel independen sulit dideteksi. Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas adalah dengan menggunakan metode Auxiliary Regression dengan pendekatan Koutsiyannis, yaitu membandingkan nilai r2 dengan nilai R2. Model dikatakan terbebas dari masalah multikolinearitas jika nilai r2 < R2 (Rahayu, 2007: 109). 2. Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Apabila varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda
disebut
heteroskedastisitas.
Dalam
penelitian
ini
heteroskedastisitas dapat diketahui dengan menggunakan Uji White. Uji
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
White dilakukan dengan cara membandingkan nilai Obs*R-Squared dengan nilai χ2 tabel. Nilai χ2 tabel dalam penelitian ini sebesar 18,3 dengan df = 10 dan α = 5%. Model dikatakan terbebas dari masalah heteroskedastisitas apabila nilai Obs*R-Squared lebih kecil dari nilai χ2 tabel (Rahayu, 2007: 104). 3. Autokorelasi Autokorelasi merupakan korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (data deret waktu) atau ruang (data cross section). Secara sederhana dapat dikatakan model klasik mengasumsikan bahwa unsur gangguan yang berhubungan dengan observasi tidak dipengaruhi oleh unsur disturbansi atau gangguan yang berhubungan dengan pengamatan lain. Salah satu cara untuk mendeteksi autokorelasi adalah dengan menggunakan
Uji
Breusch-Godfrey (B-G Test). Langkah-langkah
pengujian Uji Breusch-Godfrey (B-G Test) sebagai berikut (Rahayu, 2007: 103) : a) Mengestimasi persamaan regresi untuk mendapatkan nilai residual (
).
b) Meregres
terhadap variabel bebas dan
...
c) Menghitung nilai (n-p) R2 – X2. Apabila lebih besar dari tabel chisquare dengan df p, menolah hipotesa bahwa setidaknya ada satu koefisien autokorelasi yang berbeda dengan 0.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
Jika regresi dilakukan dengan menggunakan Eviews maka dapat dilihat dari nilai probabilitasnya. Model dikatakan terbebas dari autokorelasi apabila nilai probabilitasnya lebih besar dari 0,05.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Umum Sungai Bengawan Solo a. Kondisi Geografis Menurut data Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo adalah Sungai Bengawan Solo merupakan sungai terbesar di Pulau Jawa, terletak di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan luas wilayah sungai ± 12% dari seluruh wilayah Pulau Jawa pada posisi 110o 18’ BT sampai 112o45’ BT dan 6o49’LS sampai 8o 08’ LS. Wilayah Sungai merupakan suatu wilayah yang bentuk dan sifat alamnya Wilayah Sungai merupakan suatu wilayah yang bentuk dan sifat alamnya merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak sungai yang melalui wilayah tersebut dalam fungsinya untuk menampung air yang berasal dari hujan dan sumber-sumber air lainnya yang penyimpanan dan pengalirannya dihimpun dan ditata berdasarkan hukum-hukum alam sekeliling berdasarkan keseimbangan daerah tersebut merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak sungai. b. Luas Sungai Bengawan Solo Luas total wilayah sungai (WS) Bengawan Solo ± 19.778 km2, terdiri dari 4 (empat) Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu DAS Bengawan Solo dengan luas ± 16.100 km2, DAS Kali Grindulu dan Kali Lorog di Pacitan 59
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
seluas ± 1.517 km2, DAS kecil di kawasan pantai utara seluas ± 1.441 km2 dan DAS Kali Lamong seluas ± 720 km2. DAS Bengawan Solo merupakan DAS terluas di WS Bengawan Solo yang meliputi Sub DAS Bengawan Solo Hulu, Sub DAS Kali Madiun dan Sub DAS Bengawan Solo Hilir. Sub DAS Bengawan Solo Hulu dan sub DAS Kali Madiun dengan luas masing-masing ± 6.072 km2 dan ± 3.755 km2. Bengawan Solo Hulu dan Kali Madiun mengalirkan air dari lereng gunung berbentuk kerucut yakni Gunung Merapi (± 2.914 m), Gunung Merbabu (± 3.142 m) dan Gunung Lawu (± 3.265 m), sedangkan luas Sub DAS Bengawan Solo Hilir adalah ± 6.273 km2. Secara administratif WS Bengawan Solo mencakup 17 (tujuh belas) kabupaten dan 3 (tiga) kota, yaitu: Kabupaten Boyolali, Klaten, Sukoharjo, Wonogiri, Karanganyar, Sragen,Blora, Rembang, Ponorogo, Madiun, Magetan, Ngawi, Bojonegoro, Tuban. Lamongan, Gresik dan Pacitan. Kota yang dilalui sungai Bengawan Solo adalah Surakarta, Madiun dan Surabaya. c. Kondisi Meteorologi Sungai Bengawan Solo Wilayah Sungai (WS) Bengawan Solo merupakan daerah yang beriklim tropis, dimana musim kemarau terjadi sekitar bulan Mei – Oktober sedangkan musim hujan terjadi pada bulan Nopember – April, dengan kelembaban rata-rata 80%, suhu bulanan rata-rata 26,7°C, lama penyinaran rata-rata bulanan 6,3 jam, kecepatan angin rata-rata bulanan 1,2 m/det . (Departemen Pekerjaan Umum, 2008)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
d. Kondisi Topografi Sungai Bengawan Solo Sungai Bengawan Solo dan tiga wilayah sekitarnya, i) Sub Wilayah Kali Lamong, ii) Kawasan Pantai Utara dan iii) Sub Wilayah Kali Grindulu dan Kali Lorog. Wilayah Sungai Bengawan Solo dibagi menjadi dua bagian wilayah utama, yaitu Wilayah Sungai Bengawan Solo Hulu dan Wilayah Sungai Bengawan Solo Hilir, pada pertemuan dengan Kali Madiun. Wilayah atasnya terbagi menjadi dua sub bagian wilayah : Sub SWS Bengawan Solo Hulu dan Kali Madiun dengan luas masing-masing 6.072 km2 dan 3.755 km2, oleh gunung Lawu. Bengawan Solo Hulu dan Kali Madiun mengalirkan air dari lereng gunung berbentuk kerucut, yakni gunung Merapi (2,914 m), gunung Merbabu (3,142 m) dan gunung Lawu (3,265 m). Anak-anak sungainya banyak membawa material sedimen dari hasil erosi pada lereng-lerengnya, sehingga mengakibatkan sedimentasi yang tinggi di Bengawan Solo. Wilayah Sungai Bengawan Solo Hilir mempunyai DPS seluas 6.273 km2 dan panjang alur sungai kira-kira 300 km mulai dari pertemuan dengan Kali Madiun. Sungainya membentuk alur yang lebar dengan kemiringan kecil/landai, melalui dataran aluvial dan menjadi daerah yang sering digenangi banjir. Didekat muara, wilayahnya berawa dan luas, disebut Rawa Jabung dan Bengawan Jero. Sebelah selatan Sub SWS Kali Madiun terdapat Sub SWS Kali Grindulu dan Kali Lorog dengan luas 1.520 km2. Wilayahnya dikelilingi oleh pegunungan Sewu dan Samudera Indonesia.
commit to user
Daerahnya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
curam, sehingga sungai-sungai di wilayahnya memiliki kemiringan yang besar dengan arus yang cepat. Sebelah utara Sub SWS Bengawan Solo Hilir terletak Kawasan Pantai Utara, dengan sekumpulan sungai-sungai kecil mengalir dalam wilayah sungai yang kecil di antara bukit-bukit di Rembang dan pantai utara Pulau Jawa. Kawasan ini mempunyai luas sekitar 1.440 km2. e. Kondisi Geologi Sungai Bengawan Solo Ada 6 (enam) zone geo-morfologi memanjang dari Timur-Barat, sejajar dengan garis pantai pulau Jawa yaitu: Zona Semarang-Rembang, Rembang, Randublatung, Kendeng, Solo dan Pegunungan di selatan. Dimana 6 zona membentuk secara berselang zona tertekan dan zona terangkat, disebabkan
oleh
aktivitas
tektonik.
Zona-zona
Semarang-Rembang,
Randublatung dan Solo (daerah rendah) terbentuk oleh batuan dasar yang terdepresi, dan tertutup endapan muda. Gunung api tunggal terdapat di zonazona Semarang-Rembang dan Solo.
Zona Rembang dan Kendeng
(perbukitan) terbentuk oleh terangkatnya batuan dasar pada masa Tertier (30-2 juta tahun yang lalu), sehingga, pada zona-zona tersebut tersebar batuan sangat lunak dan tertutup material lepas tipis. Pegunungan di sebelah selatan membentuk topografi yang curam oleh terangkatnya batuan dasar pada masa Tertier. Batuan dasar pada di wilayah ini relatif keras dan keadaan bukit-bukit yang bergelombang terbentuk oleh erosi dalam jangka lama pada batuan dasar tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
4.2 Karakteristik Responden Penelitian yang berjudul Valuasi Ekonomi Mitigasi Bencana Banjir di Eks Karisidenan Surakarta dengan mengambil sampel sebanyak 102 responden yang tersebar di 5 desa yakni Langenharjo, Sawahan, Mbutuh, Kedungringin, Nglogok dan Dungwuluh. Karakteristik responden diuraikan di bawah ini: a. Pendapatan Tabel 4.1 menunjukan jumlah pendapatan yang diperoleh reponden per bulannya. Persentase pendapatan responden yang paling banyak Rp 500.000,- sampai dengan kurang
dari Rp 1.000.0000,- per bulan 50%
sebanyak 52 orang, sisanya kurang dari 500.000,- per bulan sebanyak 2 orang, Rp 1.000.000,- sampai dengan kurang
dari Rp 2.000.0000,- per bulan
sebanyak 37 orang, Rp 2.000.000,- sampai dengan kurang
dari Rp
3.000.0000,- per bulan sebanyak 7 orang, dan lebih besar dari Rp 5.000.000,sebanyak 4 orang. Hasil tersebut menunjukan bahwa rata-rata penduduk didaerah rawan banjir adalah masyarakat tidak mampu atau kalangan bawah. Tabel 4.1 Karakteristik Responden Menurut Pendapatan per Bulan No.
Pendapatan (Rupiah)
Jumlah Responden
Prosentase (%)
2
2
1.
< 500.000
2.
500.000-<1.000.0000
52
50
3.
1.000.000-<2.000.000
37
36
4.
2.000.000-<3.000.000
7
7
5.
>5.000.000
4
4
102
100
Jumlah
(Sumber: Data primer diolah, 2012)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
b. Tingkat Pendidikan Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan tingkat pendidikan atau lama responden dalam mendapatkan pendidikan formal. Dari 102 responden yang paling dominan berpendidikan sekolah dasar adalah 54%. Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi pola pikir responden terhadap tindakan mitigasi responden. Semakin tinggi tingkat pendidikan diharapkan pola pikir responden semakin rasional. Tabel 4.3 Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan No.
Tingkat Pendidikan
Jumlah Responden
Prosentase (%)
1.
Tamat SD
55
54
2.
Tamat SMP
11
11
3.
Tamat SMA
29
28
4.
Diploma
3
3
5.
Sarjana
4
4
102
100
Jumlah
(Sumber: Data primer diolah, 2012)
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa jumlah responden yang berpendidikan SD sebanyak sebanyak 55 responden dengan rincian yang berpendidikan SMP sebanyak 11 responden, SMA sebanyak 29 responden, Diploma 3 responden dan Sarjana 4 responden. Rata-rata pendidikan responden hanya lulus SD. c. Usia Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, usia responden didaerah rawan banjir yang termuda berumur 27 tahun dan yang tertua berumur 87
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
tahun. Pada Tabel 4.4 menggambarkan bahwa rata-rata responden di daerah rawan banjir berada pada tingkat kelompok usia 51 – 60 tahun yakni sebanyak 32% dari total 102 responden yang telah diteliti. Hal itu membuktikan bahwa rata-rata responden yang berada di daerah rawan banjir eks Karisidenan Surakarta berada pada fase usia yang tidak produktif. Tabel 4.2 Karakteristik Responden Menurut Tingkat Usia No.
Tingkat Usia (tahun)
Jumlah Responden
Prosentase (%)
1.
< 40
21
21
2.
41 – 50
29
28
3.
51 – 60
32
32
4.
61 – 70
16
15
5.
> 70
4
4
102
100
Jumlah (Sumber: Data primer diolah, 2012)
d. Jumlah Anggota Keluarga Pada Tabel 4.4 menunjukkan jumlah anggota keluarga yang berada di daerah rawan banjir
yaitu dusun Langenharjo, Mbutuh, Sawahan,
Kedungringin, Nglogok dan Dungwuluh. Dari 102 responden yang jumlah anggota keluarga sebanyak 429 orang yang paling besar berada di desa Langenharjo 23% sebanyak 100 orang dan sisanya di dusun Mbutuh 78 orang, Sawahan 88 orang, Kedungringin sebanyak 73 orang, Nglogok dan Dungwuluh 90 orang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Menurut Jumlah Anggota Keluarga No.
Daerah
Jumlah Anggota Keluarga
Prosentase (%)
1.
Langenharjo
100
23
2.
Mbutuh
78
18
3.
Sawahan
88
21
4.
Kedungringin
73
17
5.
Nglogok dan Dungwuluh
90
21
Jumlah
429
100
(Sumber: Data primer diolah, 2012)
Jumlah anggota keluarga responden sebagian besar lebih dari satu kepala keluarga (kk) yang tinggal di satu rumah, meski ada beberapa responden yang satu rumah satu kepala keluarga. Jumlah anggota keluarga yang paling sedikit 2 orang, sedangkan yang paling banyak 9 orang. Jumlah anggota keluarga menunjukan kepadatan penduduk di daerah rawan banjir eks Karisidenan Surakarta. Diharapkan jumlah anggota keluarga dapat mempengaruhi responden terhadap tindakan mitigasi responden. Semakin banyak jumlah anggota keluarga yang berada dirumah diharapkan dapat mempengaruhi responden terhadap tindakan mitigasi responden. e. Jarak Jarak yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan dalam satuan meter (m). Jauh dekatnya rumah responden dengan sungai Bengawan Solo berpengaruh pada tindakan mitigasi yang digunakan responden.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
Semakin dekat jarak rumah responden dengan sungai Bengawan Solo semakin tinggi resiko terkena banjir dari dengan sungai Bengawan Solo. Tidak semua penduduk yang jaraknya dekat melakukan tindakan mitigasi. Tabel 4.5 Karakteristik Responden Menurut Jarak No.
Jarak (m)
Jumlah Responden
Prosentase (%)
1.
<50
32
31
2.
51-00
7
7
3.
101-300
28
27
4.
301-500
13
13
5.
>500
22
22
Jumlah
102
100
(Sumber: Data primer diolah, 2012)
Pada Tabel 4.5 menjelaskan bahwa rata-rata jarak rumah responden sungai Bengawan Solo kurang dari 50 m yang artinya mayoritas responden berada pada jarak ini. Jarak terdekat 5 m yang, sedangkan jarak terjauh 1000 m dengan sungai Bengawan Solo. f. Tinggi Genangan Tinggi genangan yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan dalam satuan centi meter (cm). Jauh dekatnya rumah responden dengan Sungai Bengawa Solo berpengaruh pada tindakan mitigasi yang digunakan responden. Semakin dekat jarak rumah responden dengan sungai Bengawan Solo semakin tinggi resiko terkena banjir dari dengan sungai Bengawan Solo.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
Tabel 4.6 Karakteristik Responden Menurut Tinggi Genangan No.
Tinggi Genangan (cm)
Jumlah Responden
Prosentase (%)
1.
<50
38
37
2.
51-100
54
53
3.
101-200
5
5
4.
>200
5
5
102
100
Jumlah (Sumber: Data primer diolah, 2012)
Pada Tabel 4.6 menjelaskan bahwa rata-rata tinggi genang dirumah responden antara 51-100 cm yang artinya mayoritas responden berada pada ketinggian ini. Ketinggian banjir yang paling dangkal adalah 30 cm, sedangkan yang paling tinggi 300 cm. 4.3 Analisis Deskriptif Penelitian a. Sejarah Banjir Sungai Bengawan Solo Sungai Bengawan Solo merupakan sungai terpanjang di Pulau Jawa (600 km) yang mengalir dari Pegunungan Sewu di Barat sampai Selatan Surakarta ke Laut Jawa di utara Surabaya, dengan luas DAS 16.100
.
Banjir merupakan fenomena alam yang sering terjadi pada saat ini. Bengawan Solo salah satu DAS yang sering terlanda banjir, curah hujan yang tinggi menyebabkan sungai tidak mampu menampung aliran permukaan (runoff), sehingga terjadi banjir luapan. Banjir bengawan solo terjadi sejak dari dulu, banjir yang terbesar terjadi pada tahun 1966. Pada saat itu pemerintah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
melakukan tindakan mitigasi dengan membangun waduk di Wonogiri yang bernama waduk Gajah Mungkur dan juga melakukan normalisasi Sungai Bengawan Solo dengan pelurusan struktur sungai, mengurangi pendangkalan dan pembuatan tanggul baru di sepanjang bantaran Sungai Bengawan Solo. Setelah adanya tindakan mitigasi yang dilakukan pemerintah banjir berkurang, baru pada tahun 2007 terjadi banjir besar lagi sampai tahun 2012. Kejadian tersebut dapat dilihat dari Gambar 4.1 dibawah ini.
Banjir Besar
Membuat Waduk
Pendangkalan dan Perubahan Struktur Sungai
Banjir Besar 20072012
Banjir Kecil
Gambar 4.1 Sejarah Banjir 5 Kabupaten Lokasi Studi (Sumber: Data primer diolah, 2012)
Gambar 4.1 merupakan sejarah banjir Sungai Bengawan Solo dari tahun 1966 sampai dengan 2007 yang di mana banjir besar terulang kembali. seperti yang dituturkan Pak Wiyono berikut ini: Kejadian 1966 banjir gedhe (besar), sampai di sekitar Kraton dan Sriwedari. Setelah bendungan Wonogiri itu jadi agak lama tidak banjir, hanya saja kalau disini hujan deras bersamaan dari seputar kali Dengkeng (Klaten), Sukoharjo, Karanganyar, Boyolali baru bisa terjadi banjir. Baru tahun 2007 terjadi banjir besar lagi sampai sekarang. Banjir tersebut disebabkan oleh intensitas atau curah hujan yang tinggi di berbagai daerah yang dilalui sungai Bengawan Solo, akibat terjadinya hujan di bagian hulu dengan intensitas tinggi disertai pendangkalan sungai dan perubahan struktur sungai di daerah Sub DAS Bengawan Solo Hulu maka
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
terjadi banjir besar di seluruh DAS
Bengawan Solo mulai tanggal 26
Desember 2007. b. Kejadian Banjir Sungai Bengawan Solo Banjir tahun 2007 adalah salah satu banjir besar yang terjadi di Sungai Bengawan Solo. Seperti yang telah dipaparkan di atas terjadi banyak kerugian material dan non-material, hal tersebut dikarenakan kurangnya kewaspadaan dan kesiapan dari masyarakat di sepanjang Sungai Bengawan Solo. Masyarakat menganggap bahwa setelah dibangunnya Waduk Gajah Mungkur tidak akan terjadi banjir besar lagi, masyarakat sudah merasa aman dengan adanya waduk tersebut. Bahkan masyarakat meremehkan peringatan dari pemerintah maupun sanak saudara yang tinggal hulu Sungai Bengawan Solo, seperti yang dituturkan Pak Wiyono warga dusun Sawahan Kecamatan Sangkrah: Yang jelas nggak nyangka mas, apa iya terjadi banjir. Padahal saya sudah dapat informasi dari Klaten, Boyolali, Wonogiri dan Sukoharjo hati-hati pak atas sudah banjir (Radio komunikasi). jam 4 pagi air baru naik ke bibir sungai. Kejadian banjir besar tersebut melanda kabupaten/kota di sepanjang aliran sungai Bengawan Solo di antaranya yaitu : Solo, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, Ponorogo, Madiun, Cepu, Bojonegoro, Tuban, Babat, Lamongan, Gresik dan daerah di sekitarnya yang menimbulkan kerusakan. Akibat banjir besar seperti tergenangnya perumahan, fasilitas umum, kantor, tempat ibadah, sawah/tegalan, dan jalan Nasional, Propinsi,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
Kabupaten di kota dan daerah disekitar sungai Bengawan Solo, di mana kondisi itu mempengaruhi aktifitas masyarakat dan perekonomian. Hal tersebut juga dirasakan oleh Pak Kino warga dusun Nglogok Kecamatan Ngadirojo yang mengungkapkan: Nggih banjir bandang katah kerugiane lembu nggih mendo nggih dalem, tigo dalem ambruk. Ten wuntoronadi kaleh welas meninggal. (iya banjir bandang banyak kerugianya sapi, kambing dan rumah, tiga rumah hancur. Di wuntoronadi dua belas meninggal) Dari kejadian tersebut perlunya tindakan panangganan bencana yang baik dan benar untuk menghindari kerugian atau korban yang lebih besar, berikut ini proses penanganan bencana yang berhasil diungkap berdasar penelitian lapangan.
Peringatan dari BPBD
Informasi Penduduk
Kepala Desa
RT & RW
Pemerintah
Masyarakat
Posko Bencana
Bantuan Informasi
Lembaga non Pemerintah
Gambar 4.2 Proses Penanganan Bencana
Dapur Umum
(Sumber: Data primer diolah, 2012)
commit to user
Evakuasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
Gambar 4.2 menunjukkan proses penanganan bencana yang terjadi di lapangan yang di mana bermula dari informasi yang berasal dari pemerintah dan penduduk lokal, peringatan dari pemerintah menggunakan indikator tinggi air di pintu sungai yang mana air sudah melampau tingkat normal selain itu juga pemerintah menggunakan sirine tanda bahwa bencana banjir yang di pasang di titik daerah rawan banjir. Sedangkan dari penduduk lokal ada yang menggunakan radio komunikasi yang terhubung secara individu di hulu, penduduk juga menggunakan peringatan yang berasal dari alam yaitu dengan melihat kejernihan air Sungai Bengawan Solo, curah hujan yang tinggi seperti yang diungkapkan oleh Pak Parmin warga dusun Tlumpuk Kecamatan Waru: Biasane niku sampun do ngertos sonten pun jawah deres, trus mboten saged tilem. (biasanya itu sudah pada tahu, sore sudah hujan lebat terus tidak bisa tidur) Kemudian dari pemerintah langsung berkoordinasi dengan Kepala Desa setempat segera memberitahukan warganya agar segera mengungsi, di mana Kepala Desa juga berkoordinasi dengan Rukun Tangga dan Rukun Warga. Penduduk lokal memberi tahu peringatan kepada Rukun Tangga dan Rukun Warga agar segera memberitahukan warganya untutk mengungsi kemudian Rukun Tangga dan Rukun Warga berkoordinasi dengan Kepala Desa dan Pemerintah agar dapat memberi bantuan kepada pengungsi melalui Posko Bencana
dan warga langsung membuat dapur umum, sebagian
membantu evakuasi. Posko Bencana diharapkan bantuan dapat mengalir kepada warga pengungsi, karena dalam Posko mempunyai informasi yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
cukup lengkap apabila masyarakat, lembaga sosial masyarakat dan Pemerintah memberikan bantuan agar tepat sasaran. Karena apabila tidak tepat sasaran dikhawatirkan dapat memperkeruh masalah seperti yang diungkap Pak Purwoko warga dusun Langenharjo Kecamatan Grogol: Pas banjir masyarakat mriki gotong royong mboten ngarep saking pemerintah, kadang malah marai emosi. Sekaline bantu kuwi ae ra roto tur salah sasaran. (waktu banjir ,masyarakat sini gotong royong tidak mengharap dari pemerintah, kadang malah bikin emosi. Sekali membantu itu saja tidak merata itupun salah sasaran)
Terlihat bahwa kekecewan Pak Purwoko terhadap bantuan pemerintah yang di mana kurang baiknya koordinasi dari tempat Posko Bencana. Jadi proses penanganan yang tepat dan baik dapat mengurangi kerugian material dan non-material. c. Tindakan Mitigasi Masyarakat dan Pemerintah Coburn et al. (1992) mendefinisikan mitigasi bencana sebagai pengambilan tindakan-tindakan untuk mengurangi pengaruh-pengaruh suatu bahaya sebelum bahaya itu terjadi. Istilah mitigasi berlaku untuk cakupan yang luas dari aktifitas-aktifitas dan tindakan-tindakan perlindungan yang mungkin diawali, dari yang fisik, seperti membangun bangunan-bangunan yang lebih kuat, sampai dengan yang prosedural, seperti teknik-teknik yang baku untuk menggabungkan penilaian bahaya di dalam rencana penggunaan lahan. Dalam usaha mengurangi dampak yang ditimbulkan banjir, seringkali penanganan masalah banjir ditekankan pada usaha struktural dan dibebankan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
secara keseluruhan kepada pemerintah. Sama halnya tindakan mitigasi di daerah Sawahan Kecamatan Sangkrah yakni dengan melakukan relokasi masyarakat di dalam bantaran Sungai Bengawan solo. Pemerintah daerah
Banjir Besar 2007-2012
Konsolidasi dan Sosialisasi
DPR Daerah
Relokasi Tindakan Mitigasi
Masyarakat
Organisasi Masyarakat (MPRS)
Gambar 4.3 Alur Tindakan Mitigasi (Sumber: Data primer diolah, 2012)
Tindakan relokasi perlu dilakukan karena dearah tersebut berada di dalam bantaran Sungai Bengawan Solo yang di mana sangat rawan akan banjir, dari segi keselamatan juga keputusan yang paling tepat dan rasional adalah relokasi. Sampai sekarang proses relokasi masih dalam proses negosiasi antara pemeritah dan masyarakat seperti yang diungkap Pak joko warga dusun Sawahan Kecamatan Sangkrah selaku Rukun Tangga dan pemimpin dari organisasi masyarakat di Dusun Sawahan: Sudah ada program relokasi mas, ini baru proses negosiasi. Tanahnya dihargai 400-600 ribu kalau warga sini harga terendah sudah mau, cuman yang belum setuju nilai bangunan dihargai 8,5 juta warga belum setuju. Hasil dari penelitian ini upaya untuk melakukan tindakan mitigasi, masyarakat cenderung pasrah akan keadaan yang terjadi karena banyak faktor yang menyebabkan hal yang demikian di antaranya seperti himpitan ekonomi,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
lokasi atau tempat dimana masyarakat tinggal, kondisi sosial ekonomi, jarak rumah dengan sungai dan tinggi genangan. Adapun tindakan mitigasi masyarakat yang dilakukan guna mengurangi kerugian, berikut ini beberapa warga yang melakukan tindakan mitigasi sesuai dengan situasi kondisi dan kemampuan yang dimiliki. Tabel 4.3 Tindakan Mitigasi Masyarakat No.
Nama
Alamat
Jenis Tindakan Mitigasi
1.
Ahmadi
Kedungrinngin RT10 RW 02, Waru
Meninggikan rumah
2.
Priyo
Tegal Harjo RT04/01, Langenharjo
Membuat plapon di atap rumah
3.
Hari
Tegal Harjo RT04/01, Langenharjo
Menanam pohon
4.
Wiyono
Sawahan RT02/10, Sangkrah
Persiapan tenda
(Sumber: Data primer diolah, 2012)
Kejadian bencana yang terjadi di masyarakat pandangan negatif pada Pemerintah, menganggap penanggulangan banjir oleh pemerintah dirasa masih belum optimal. Hal ini sesuai dengan penuturan Pak Parmin warga dusun Tlumpuk kecamatan Waru yakni: Ngantos dugi seprene mboten wonten perkembangane blas. (sampai sekarang tidak ada perkembangan sama sekali) Pak Parmin menganggap bahwa pemerintah ada tindakan yang nyata untuk menanggulangi banjir dari dulu sampai sekarang tidak. Pemerintah sebenarnya sudah melakukan tindakan mitigasi seperti pembuatan tanggul,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
normalisasi, pemasangan sirine tanda bahaya banjir diberbagai titik rawan banjir (Departemen Pekerjaan Umum, 2008). Kesalah pahaman antara pihak pemerintah dengan masyarakat ini disebabkan kurangnya sosialisasi oleh pemerintah tentang tindakan mitigasi sedangkan masyarakat tidak paham terhadap program yang dilakukan oleh pemerintah. Menurut data Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo upaya pengendalian banjir harus dengan keterpaduan antara upaya fisik teknis dan non-teknis seperti perilaku manusia dalam mengubah fungsi lingkungan, perubahan tata ruang secara massive di kawasan budidaya yang menyebabkan daya dukung lingkungan menurun drastis, serta pesatnya pertumbuhan permukiman dan industri yang mengubah keseimbangan fungsi lingkungan sehingga menyebabkan kawasan retensi banjir (retarding basin) berkurang. Penanganan fisik dan non-fisik dalam upaya pengendalian banjir dapat diwujudkan melalui beberapa hal sebagai berikut: 1. Pengendalian tata ruang. Pengendalian
tata
ruang
dilakukan
dengan
perencanaan
penggunaan ruang sesuai kemampuannya dengan mempertimbangkan permasalahan banjir, pemanfaatan lahan sesuai dengan peruntukannya serta penegakan hukum terhadap pelanggaran rencana tata ruang yang telah memperhitungkan Rencana Induk Pengembangan Wilayah Sungai. 2. Pengaturan debit banjir
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
Pengaturan debit banjir dilakukan melalui kegiatan penanganan fisik berupa pembangunan dan pengaturan bendungan, perbaikan sistem drainase perkotaan, normalisasi sungai dan daerah retensi banjir. Pengaturan daerah rawan banjir. Pengaturan daerah rawan banjir dilakukan dengan cara: a) Pengaturan tata guna lahan dataran banjir (flood plain management). b) Penataan daerah lingkungan sungai seperti: penetapan garis sempadan sungai, peruntukan lahan di kiri kanan sungai, penertiban bangunan di sepanjang aliran sungai. 3. Peningkatan peran masyarakat. Peningkatan peran
masyarakat
dalam pengendalian banjir
diwujudkan dalam: a) Pengembangan Sistem Peringatan Dini Berbasis Masyarakat b) Bersama-sama dengan Pemerintah dan Pemerintah Daerah menyusun dan mensosialisasikan program pengendalian banjir. c) Mentaati peraturan tentang pelestarian sumberdaya air antara lain tidak melakukan kegiatan kecuali dengan ijin dari pejabat yang berwenang untuk: d) mengubah aliran sungai; e) mendirikan, mengubah atau membongkar bangunan-bangunan di dalam atau melintas sungai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
f) membuang benda-benda/bahan-bahan padat dan atau cair ataupun yang berupa limbah ke dalam maupun di sekitar sungai yang diperkirakan atau patut diduga akan mengganggu aliran, g) pengerukan atau penggalian bahan galian golongan C dan atau bahan lainnya. h) pengaturan untuk mengurangi dampak banjir terhadap masyarakat (melalui
Penyediaan informasi
dan pendidikan,
Rehabilitasi,
rekonstruksi dan atau pembangunan fasilitas umum, Melakukan penyelamatan, pengungsian dan tindakan darurat lainnya dan lainlain) 4. Pengelolaan Daerah Tangkapan Air Pengelolaan daerah tangkapan air dalam pengendalian banjir antara lain dapat dilakukan melalui kegiatan: a) Pengaturan dan pengawasan pemanfaatan lahan (tata guna hutan, kawasan budidaya dan kawasan lindung) b) Rehabilitasi hutan dan lahan yang fungsinya rusak c) Konservasi tanah dan air baik melalui metoda vegetatif, kimia, maupun mekanis d) Perlindungan/konservasi kawasan - kawasan lindung. 5. Penyediaan Dana Penyediaan dana dapat dilakukan dengan cara:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
a) Pengumpulan dana banjir oleh masyarakat secara rutin dan dikelola sendiri oleh masyarakat pada daerah rawan banjir. b) Penggalangan dana oleh masyarakat umum di luar daerah yang rawan banjir c) Penyediaan dana pengendalian banjir oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah. 6. Pengembangan Sistem Peringatan Dini Berbasis Masyarakat dan Rencana Tindak Darurat Sistem peringatan dini datangnya banjir WS Bengawan Solo di masa yang akan datang harus berpusat secara kuat pada masyarakat yang tinggal di daerah rawan banjir mulai hilir sampai hulu. Dengan penerapan sistem ini, akan dapat memberikan informasi lebih dini bagi masyarakat yang kemungkinan akan terkena bencana sehingga ada kesempatan bagi masyarakat untuk menyelamatkan diri atau barang-barang berharganya. Sistem tersebut harus dikembangkan secara menyeluruh sehingga dapat meyakinkan bahwa sistem tersebut dapat berfungsi ketika diperlukan dan peringatan dapat disampaikan secara segera dan mudah dimengerti oleh semua anggota masyarakat dalam berbagai kondisi dan tingkat resiko bencana. Komponen inti sistem peringatan dini datangnya banjir harus berpusat pada masyarakat terdiri dari: a) Penyatuan dari kombinasi elemen-elemen bottom-up dan top-down; b) Keterlibatan masyarakat dalam proses peringatan dini; c) Pendekatan multi bencana; dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
d) Pembangunan kesadaran masyarakat. Mendasari semua hal tersebut di atas harus ada suatu dukungan politis yang kuat, hukum dan perundang-undangan, tugas dan fungsi masing-masing institusi yang jelas serta sumber daya manusia yang terlatih. Oleh karenanya, sistem peringatan dini perlu dibentuk dan didukung sebagai satu kebijakan, sedangkan kesiapan untuk menanggapi harus diciptakan melekat dalam masyarakat. Untuk menciptakan sistem peringatan dini datangnya banjir yang efektif di WS Bengawan Solo, yang berpusat secara kuat pada masyarakat yang tinggal di daerah rawan banjir mulai hilir sampai hulu masih banyak hal-hal yang perlu dilakukan antara lain: 1) Membuat peta rawan banjir yang dapat menunjukkan ketinggian genangan, tempat yang aman untuk berlindung serta rute untuk penyelamatan. 2) Melakukan survei kerentanan masyarakat yang tinggal di lereng bukit yang rawan longsor. 3) Membantu lembaga nasional yang terkait dengan cuaca dengan mengakses data cuaca dan citra satelit internasional/global. 4) Mendukung masyarakat terpencil dengan memasang alat duga muka air elektronis yang sederhana dan sistem siaga untuk memberikan peringatan banjir.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
5) Meningkatkan keinginan melakukan penelitian dan pelatihan tentang ilmu pengetahuan dan teknologi peringatan dini modern. 6) Melaksanakan kajian bagaimana masyarakat meng-akses dan menginterpretasikan
peringatan
dini
dan
kemudian
mengaplikasikannya pada saat proses diseminasi. 7) Mengembangkan,
menguji
dan
menyempurnakan
skenario
evakuasi untuk berbagai kondisi siaga khususnya di daerah yang padat penduduk. 8) Mengembangkan sistem-sistem
berbasis
masyarakat
untuk
menguji anggota masyarakat yang berusia lanjut dan penyandang cacat ketika dilakukan peramalan banjir. 9) Mengembangkan standar dan pedoman untuk berbagai jenis sistem peringatan dini. 10) Penyediaan dana pengendalian banjir oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah. 11) Pengelolaan kawasan yang berpotensi mendorong perkembangan kawasan sekitar dan/atau berpengaruh terhadap perkembangan wilayah Propinsi secara umum. 12) Pengelolaan kawasan perbatasan dalam satu kesatuan arahan dan kebijakan yang saling bersinergi. 13) Mendorong perkembangan/revitalisasi potensi wilayah yang belum berkembang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
14) Penempatan pengelolaan kawasan diprioritaskan dalam kebijakan utama pembangunan daerah. 15) Mendorong tercapainya tujuan dan sasaran pengelolaan kawasan. 16) Peningkatan kontrol terhadap kawasan yang diprioritaskan. 17) Mendorong terbentuknya badan pengelolaan kawasan yang diprioritaskan. Dari paparan diatas pada masa yang akan datang upaya pengendalian banjir tidak bisa hanya difokuskan pada penanganan fisik saja, namun harus disinergikan juga dengan pembangunan non-fisik yang menyediakan ruang lebih luas bagi munculnya keterlibatan atau partisipasi masyarakat, sehingga tercapai suatu sistem pengendalian banjir yang lebih optimal. 4.4 Analisis Data Kuantitatif a. Analisis Regresi Linier Berganda Analisis linier berganda digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabel independen dalam hal ini pendapatan, pendidikan, usia, jumlah anggota keluarga, jarak dan tinggi genangan mempengaruhi kemampuan untuk membayar mitigasi bencana sebagai variabel dependen. Model yang akan diestimasi ditunjukkan oleh persamaan berikut ini: WTP=
+
Keterangan : WTP
:Kemampuan untuk membayar mitigasi bencana
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
X1
:Pendapatan yang di terima responden tiap bulan
X2
:Pendidikan terakhir responden
X3
:Usia responden
X4
:Jumlah anggota keluarga yang dimiliki responden
X5
:Jarak pemukiman dengan sungai bengawan solo
X6
:Tinggi genangan banjir di daerah responden :Konstanta :Koefisien regresi :Standard error Dengan menggunakan program Eviews 3.1 data yang telah diolah
menghasilkan output sebagai berikut: Tabel 4.6 Hasil Analisis Regresi Berganda Dengan Ordinary Least Square (OLS) No
Nama Variabel
Koefisien
t hitung
Prob.
1
Konstan
-9.4468
-1.0047
0.3176
2
Pendapatan
2.1473
1.3631
0.1761
3
Pedidikan
0.0307
1.2893
0.2004
4
Usia
0.3855
1.8135
0.0729 *
5
Anggota keluarga
-0.0571
-0.3180
0.7512
6
Jarak
0.0019
2.0232
0.0459**
7
Tinggi genanangan
-0.0156
-3.2867
0.0014**
R-squared
0.2624
F-statistic
5.6335
Adjusted R-squared
0.2158
Prob (Fstatistic)
0.0000
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
Durbin-Watson stat
1.6917
(Sumber: Data primer diolah, 2012) *: Signifikan pada level 10% **: Signifikan pada level 5%
Persamaan regresi yang diperoleh: log WTP = -12.1329+ 2.1205log X 1 + 2.4586X2 + 4.4009X3 + (1.3631)
(1.2893)
(1.8135)
-0.1008X4 + 0.9277X5+-3.0150X 6 (-0.3180)
(2.0232)
(-3.2867)
Persamaan di atas menunjukkan hubungan antara pendapatan, pendidikan, usia, jumlah anggota keluarga, jarak dan tinggi genangan terhadap kemampuan untuk membayar mitigasi bencana. Langkah selanjutnya dari hasil regresi tersebut dilakukan uji asumsi klasik dan uji statistik. b. Uji Asumsi Klasik 1. Multikolinearitas Multikolinearitas adalah suatu kondisi dimana terdapat hubungan yang linear atau mendekati linear diantara variabel-variabel penjelas. Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas adalah dengan menggunakan metode Auxiliary Regression dengan pendekatan Koutsoyiannis, yaitu membandingkan nilai r2 dengan nilai R2. Model dikatakan terbebas dari masalah multikolinearitas jika nilai r2 < R2. Tabel 4.7 Uji Multikolinearitas dengan Metode Auxiliary Regression
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
Nilai r2
Variabel
Nilai R2
Keterangan
Pendapatan
0.0658
0.2624 Bebas Multikolinearitas
Pendidikan
0.0048
0.2624 Bebas Multikolinearitas
Usia
0.0658
0.2624 Bebas Multikolinearitas
Anggota keluarga
0.0030
0.2624 Bebas Multikolinearitas
Jarak
0.0840
0.2624 Bebas Multikolinearitas
Tinggi genangan
0.1316
0.2624 Bebas Multikolinearitas
(Sumber: Data primer diolah, 2012)
Dari Tabel 4.7 didapat nilai r2 berada di bawah R 2 hasil regresi awalnya (R2 = 0.2352) sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa model terbebas dari masalah multikolinearitas. 2. Heteroskedastisitas Dalam
penelitian
ini
untuk
menguji
ada
tidaknya
heteroskedastisitas dilakukan dengan metode Uji White. Uji White dilakukan dengan cara membandingkan nilai Obs*R-Squared dengan nilai χ2 tabel. Nilai χ2 tabel dalam penelitian ini sebesar 21,02 dengan df = 12 dan α = 5%. Tabel 4.8 Uji White White Heteroskedacity Test : F-statistic Obs*R-squared
1.1875
Probability
0.3043
14.0780
Probability
0.2957
(Sumber: Data primer diolah, 2012)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
Dari hasil analisis yang telah dilakukan, diperoleh nilai Obs*RSquared lebih kecil dari χ2 Tabel (14.0780< 21,02) yang artinya model terbebas dari masalah heteroskedastisitas. 3. Autokorelasi Autokorelasi merupakan korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (data deret waktu) atau ruang (data cross section). Untuk memastikan ada tidaknya autokorelasi dalam model, dilakukan metode Breusch-Godfrey Test (B-G tes) sebagai berikut: Tabel 4.9 Uji B-G Test Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test : F-statistic
2.1384
Probability
0.1469
Obs*R-squared
2.2688
Probability
0.1320
(Sumber: Data primer diolah, 2012)
Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa nilai probabilitas Obs*R-Squared lebih besar dari nilai signifikansi yakni 0,05 sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa
model
terbebas dari
masalah
autokorelasi. c. Uji Statistik 1. Uji F Nilai F hitung yang diperoleh sebesar 5.6335 dengan nilai probabilitasnya 0.0000 dengan menggunakan tingkat signifikansi 0,05 serta nilai probabilitasnya lebih kecil dari 0,05 maka dapat diambil
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
kesimpulan variabel pendapatan, pendidikan, usia, jumlah anggota keluarga, jarak dan tinggi genangan secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap kemampuan untuk membayar (WTP) tindakan mitigasi bencana banjir di eks Karisidenan Surakarta. 2. Uji R2 Uji R2 digunakan untuk mengetahui berapa persen (%) variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen. Besarnya nilai Adjusted R Squared yang diperoleh dari regresi linier sebesar 0.2624 yang artinya sekitar 26,24% variasi variabel dependen dalam hal ini WTP (Willingness to pay) dapat dijelaskan oleh variabel independen dalam hal ini pendapatan, pendidikan, usia, jumlah anggota keluarga, jarak dan tinggi genagan. Sisanya sebanyak 73,76% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model. 3. Uji t Uji t adalah uji secara individu semua koefisien regresi yang bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel independen. Hasil dari uji t. Dalam pengujian ini menggunakan tingkat signifikan
) 0,05 dan df = 102.:
a. Pengujian terhadap
(variabel pendapatan)
1) Menentukan Hipotesis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
Ha :
= 0 ( variabel pendapatan tidak signifikan mempengaruhi
besarnya WTP mitigasi) Ha :
0 (variabel pendapatan signifikan mempengaruhi
besarnya WTP mitigasi) 2) Menentukan derajat signifikan
) = 0,05
3) Penghitungan uji t Nilai t hitung = 1.3631 (Tabel 4.6) Nilai t tabel = t 0,05 ; df : 102 = 1,96 (Tabel distribusi t)
Ho ditolak
Ho diterima
- t (-1,96)
Ho ditolak
t (1,96)
Gambar 4.4 uji t untuk variabel pendapatan 4) Kesimpulan : t hitung < t tabel atau 1.3631 < 1,96 Dengan menggunakan kriteria pengujian dua sisi dan pada taraf signifikansi 0,05, karena t hitung (1.3631) lebih kecil dari t tabel (1,96), maka Ho diterima dan Ha ditolak. Kesimpulannya variabel pendapatan mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap kemampuan untuk membayar (WTP) mitigasi. b. Pengujian terhadap
(variabel pendidikan)
1) Menentukan Hipotesis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
Ha :
= 0 ( variabel pendidikan tidak signifikan mempengaruhi
besarnya WTP mitigasi) Ha :
0 (variabel pendidikan signifikan mempengaruhi
besarnya WTP mitigasi) 2) Menentukan derajat signifikan
) = 0,05
3) Penghitungan uji t Nilai t hitung = 1.2893 (Tabel 4.6) Nilai t tabel = t 0,05 ; df : 102 = 1,96 (Tabel distribusi t)
Ho ditolak
Ho diterima
Ho ditolak
- t (-1,96)
t (1,96)
Gambar 4.5 uji t untuk variabel pendidikan 4) Kesimpulan : t hitung < t tabel atau 1.2893 < 1,96 Dengan menggunakan kriteria pengujian dua sisi dan pada taraf signifikansi 0,05, karena t hitung (1.2893) lebih kecil dari t tabel (1,96), maka Ho diterima dan Ha ditolak. Kesimpulannya variabel pendidikan mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap kemampuan untuk membayar (WTP) mitigasi. c. Pengujian terhadap
(variabel usia)
1) Menentukan Hipotesis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
Ha :
= 0 ( variabel usia tidak signifikan mempengaruhi
besarnya WTP mitigasi) Ha :
0 (variabel usia signifikan mempengaruhi besarnya
WTP mitigasi) 2) Menentukan derajat signifikan
) = 0,05
3) Penghitungan uji t Nilai t hitung = 1.8135 (Tabel 4.6) Nilai t tabel = t 0,05 ; df : 102 = 1,96 (Tabel distribusi t)
Ho ditolak
Ho diterima
Ho ditolak
- t (-1,96)
t (1,96)
Gambar 4.6 uji t untuk variabel usia 4) Kesimpulan : t hitung < t tabel atau 1.8135 < 1,96 Dengan menggunakan kriteria pengujian dua sisi dan pada taraf signifikansi 0,05, karena t hitung (1.8135) lebih kecil dari t tabel (1,96), maka Ho diterima dan Ha ditolak. Kesimpulannya variabel usia mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap kemampuan untuk membayar (WTP) mitigasi. d. Pengujian terhadap
(variabel jumlah anggota keluarga)
1) Menentukan Hipotesis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
Ha :
= 0 ( variabel jumlah anggota keluarga tidak signifikan
mempengaruhi besarnya WTP mitigasi) Ha :
0 (variabel jumlah anggota keluarga signifikan
mempengaruhi besarnya WTP mitigasi) 2) Menentukan derajat signifikan
) = 0,05
3) Penghitungan uji t Nilai t hitung = -0.3180 (Tabel 4.6) Nilai t tabel = t 0,05 ; df : 102 = 1,96 (Tabel distribusi t)
Ho diterima
Ho ditolak
- t (-1,96)
Ho ditolak
t (1,96)
Gambar 4.7 uji t untuk variabel jumlah anggota keluarga 4) Kesimpulan : t hitung < t tabel atau -0.3180 < 1,96 Dengan menggunakan kriteria pengujian dua sisi dan pada taraf signifikansi 0,05, karena t hitung (-0.3180) lebih kecil dari t tabel (1,96), maka Ho diterima dan Ha ditolak. Kesimpulannya variabel jumlah anggota keluarga mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap kemampuan untuk membayar (WTP) mitigasi. e. Pengujian terhadap
(variabel jarak)
1) Menentukan Hipotesis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
Ha :
= 0 ( variabel jarak tidak signifikan mempengaruhi
besarnya WTP mitigasi) Ha :
0 (variabel jarak signifikan mempengaruhi besarnya
WTP mitigasi) 2) Menentukan derajat signifikan
) = 0,05
3) Penghitungan uji t Nilai t hitung = 2.0232 (Tabel 4.6)
Ho diterima
Ho ditolak
Ho ditolak
- t (-1,96)
Nilai t tabel = t
t (1,96) 0,05
; df : 102 = 1,96 (Tabel distribusi t)
Gambar 4.8 uji t untuk variabel jarak 4) Kesimpulan : t hitung > t tabel atau 2.0232 > 1,96 Dengan menggunakan kriteria pengujian dua sisi dan pada taraf signifikansi 0,05, karena t hitung (2.0232) lebih besar dari t tabel (1,96), maka Ho ditolak dan Ha diterima. Kesimpulannya variabel jarak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan untuk membayar (WTP) mitigasi. f. Pengujian terhadap
(variabel tinggi genangan)
1) Menentukan Hipotesis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
Ha :
= 0 ( variabel tinggi genangan tidak signifikan
mempengaruhi besarnya WTP mitigasi) Ha :
0 (variabel tinggi genangan signifikan mempengaruhi
besarnya WTP mitigasi) 2) Menentukan derajat signifikan
) = 0,05
3) Penghitungan uji t Nilai t hitung = -3.2867 (Tabel 4.6) Nilai t tabel = t 0,05 ; df : 102 = 1,96 (Tabel distribusi t)
Ho ditolak
Ho diterima
Ho ditolak
- t (-1,96)
t (1,96)
Gambar 4.9 uji t untuk variabel tinggi genangan 4) Kesimpulan : t hitung > t tabel atau -3.2867 > -1,96 Dengan menggunakan kriteria pengujian dua sisi dan pada taraf signifikansi 0,05, karena t hitung (-3.2867) lebih besar dari t tabel (1,96), maka Ho ditolak dan Ha diterima. Kesimpulannya variabel tinggi genangan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan untuk membayar (WTP) mitigasi.
4.5 Pembahasan dan Interpretasi Secara Ekonomi a. Pengaruh pendapatan terhadap kemampuan untuk me mbayar (WTP)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
Nilai koefisien regresi variabel pendapatan adalah sebesar 2.1473 dengan nilai probabilitas sebesar 0.1761, sehingga variabel pendapatan pada responden tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan untuk membayar melakukan tindakan mitigasi. Berbeda dengan penelitian Cho dan Kim (2004) yang berjudul The Cost-Benefit Analysis of the Improvement of Water Quality of the Paldang Reservoir in Korea. Hasil dari penelitan ini di mana variabel jenis kelamin, umur, pendapatan dan pembelian air menunjukan hasil yang signifikan terhadap WTP. Dalam penelitian ini semakin tinggi pendapatan yang diperoleh belum tentu digunakan untuk melakukan tindakan mitigasi. Hal ini dikarenakan adanya kekhawatiran responden terhadap program relokasi yang dicanangkan oleh pemerintah. Kemudian di tambah dengan tingkat pendapatan responden yang dapat dilihat di Tabel 4.1 dimana rata-rata pendapatan berada di antara 500.000,- sampai dengan kurang
dari Rp 1.000.0000,- per bulan 50%
sebanyak 52 orang dari total respoden 102. Hasil tersebut menunjukan bahwa rata-rata pendapatan penduduk didaerah rawan banjir adalah masyarakat tidak mampu atau kalangan bawah. b. Pengaruh pendidikan terhadap kemampuan untuk me mbayar (WTP) Variabel pendidikan mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap kemampuan untuk membayar (WTP). Nilai koefisien regresi variabel pendidikan adalah sebesar 0.0307 dengan nilai probabilitas sebesar 0.2004, sehingga tingkat pendidikan pada responden tidak mempunyai pengaruh yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
signifikan terhadap kemampuan untuk membayar melakukan tindakan mitigasi. Hal yang berbeda dipaparkan oleh Yapin (2003) di mana penelitiannya
menyebutkan
bahwa
responden sebenarnya
bergantung
pada pendapatan, pendidikan, dan penghakiman responden terhadap kualitas air danau yang artinya pendapatan, pendidikan dan penghakiman berpengaruh positif terhadap
kemampuan untuk membayar (WTP). Sehingga tingkat
pendidikan dapat mempengaruhi pola pikir responden terhadap tindakan mitigasi responden. Semakin tinggi tingkat pendidikan diharapkan pola pikir responden semakin rasional. c. Pengaruh usia terhadap kemampuan untuk me mbayar (WTP) Nilai koefisien regresi variabel usia adalah sebesar 0.3855 dengan nilai probabilitas sebesar 0.0729, sehingga variabel usia pada responden dengan ): 10% mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan untuk membayar melakukan tindakan mitigasi, temuan ini berarti sesuai degan hipotesis yang diajukan. Berbeda dengan itu Yapin (2003) menyebutkan bahwa Umur dan jenis kelamin tampaknya tidak memiliki banyak dampak pada kontingen penilaian atau tidak signifikan. Sedangkan dengan Cho dan Kim (2004) penelitian ini menggunakan menggunakan metode analisis CVM. Hasil dari penelitan ini dimana variabel jenis kelamin, umur, pendapatan dan pembelian air menunjukan hasil yang signifikan terhadap WTP. Sehingga semakin tua usia
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
responden, diharapkan semakin mempunyai keinginan melakukan tindakan mitigasi bencana banjir, karena sering mengalami bencana banjir. d. Pengaruh jumlah anggota keluarga terhadap kemampuan untuk me mbayar (WTP) Nilai koefisien regresi variabel jumlah anggota keluarga adalah sebesar -0.0571 dengan nilai probabilitas sebesar 0.7512, sehingga variabel jumlah anggota keluarga pada responden tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan untuk membayar melakukan tindakan mitigasi. Jumlah anggota keluarga tidak signifikan karena semakin banyak anggota keluarga maka kemampuan untuk membayar berkurang bahkan tidak ada, Sedangkan mayoritas responden berada di kalangan menengah kebawah dengan tuntuntan biaya hidup yang tinggi sehingga tidak melakukan tindakan mitigasi. e. Pengaruh jarak terhadap kemampuan untuk membayar (WTP) Variabel jarak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan untuk membayar (WTP). Nilai koefisien regresi variabel jarak adalah sebesar 0.0019 dengan nilai probabilitas sebesar 0.0459, sehingga variabel jarak pada responden mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan untuk membayar melakukan tindakan mitigasi, yang artinya apabila semakin dekat jarak rumah responden dengan sungai Bengawan Solo maka akan meningkatkan kemampuan untuk membayar dengan asumsi variabel yang lain konstan, sebaliknya apabila jarak rumah responden terlampau jauh maka semakin kecil kesadaran membayar untuk melakukan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
tindakan mitigasi becana. Perbedaan jarak rumah responden dengan sungai Bengawan Solo menyebabkan perbedaan tindakan mitigasi yang dilakukan responden. Jenis tindakan mitigasi yang dilakukan responden yang jaraknya dekat dengan membuat plapon diatap rumah dan melakukan penanaman pohon ditepi sungai untuk mengurangi arus sungai dan erosi. Sedangkan yang jaraknya jauh tindakan mitigasi yang dilakukan meninggikan rumah. f. Pengaruh tinggi genangan terhadap kemampuan untuk me mbayar (WTP) Variabel tinggi genangan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan untuk membayar (WTP). Nilai koefisien regresi variabel tinggi genangan adalah sebesar -0.0156 dengan nilai probabilitas sebesar 0.0014, sehingga variabel tinggi genangan pada responden mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan untuk membayar melakukan tindakan mitigasi, yang artinya apabila semakin tinggi genangan akan menyebabkan semakin tinggi kemampuan untuk membayar (WTP) dengan asumsi variabel yang lain konstan. Dengan semakin tinggi genangan yang dialami responden sangat berpengaruh terhadap tindakan mitigasi yang akan dilakukan oleh responden. Semakin rendah genangan yang dialami maka responden akan miningkatkan tindakan mitigasi, sedangkan semakin tinggi genangan yang dialami maka semakin rendah responden akan melakukan tindakan mitigasi karena dianggap tidak efektif. Tinggi rendahnya air tergantung dari struktur tanah dan pola aliran sungai Bengwan Solo. Pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
daerah yang pola aliran sungai dibelokan terluar ketinggian air akan tinggi dan diikuti dengan erosi tanah. Tindakan mitigasi yang dilakukan dengan pelurusan pola aliran sungai hal tersebut akan dapat menekan risiko banjir dan ketinggian banjir yang akan terjadi. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Saptutyningsih dan Suryanto (2009) hasil dari penelitian menunjukan bahwa tinggi tingkat genangan banjir dapat menekan harga dari properti dan nilai tanah, yang artinya tingkat tinggi genangan berpengaruh signifikan terhadak kemampuan untuk membayar (WTP).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Bagian ini merupakan rangkuman dari hasil analisis yang telah dilakukan pada beberapa bab sebelumnya dan sebagai jawaban atas permasalahan serta tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini. Berdasarkan atas hasil pengujian dan temuan empiris dari analisis data yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan dari penelitian tentang Valuasi Ekonomi Mitigasi Bencana Banjir di eks Karisidenan Surakarta ini adalah sebagai berikut: 1. Hasil dari penelitian ini upaya untuk melakukan tindakan mitigasi masyarakat cenderung pasrah akan keadaan yang terjadi, karena banyak faktor yang menyebabkan untuk tidak melakukan tindakan mitigasi di antaranya seperti himpitan ekonomi, lokasi atau tempat dimana masyarakat tinggal, kondisi sosial ekonomi, jarak rumah dengan sungai dan tinggi genangan. Tindakan mitigasi dari masyarakat kurang begitu efektif maka perlunya peran serta pemerintah melakukan tindakan mitigasi untuk meminimalkan kerugian. 2. Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan model Regresi Linier Berganda dengan pendekatan Contingent valuation method (CVM) Variabel Pendapatan, Pendidikan, Usia dan Jumlah Anggota Keluarga menjelaskan pengaruhnya terhadap willingness to pay atau kemampuan 99
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
untuk membayar (WTP). Sedangkan Usia, Jarak dan Tinggi Genangan menjelaskan pengaruhnya terhadap willingness to pay atau kemampuan untuk membayar (WTP) untuk melakukan tindakan mitigasi bencana banjir. Adapun secara lebih lengkap hasil estimasi model yang sudah dilakukan dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Variabel jarak mempunyai pengaruh yang signifikan secara statistik pada derajat kepercayaan 5%. Semakin dekat jarak rumah responden dengan Sungai Begawan Solo maka semakin besar kesadaran kemampuan untuk membayar melakukan tindakan mitigasi bencana, sebaliknya apabila jarak rumah responden terlampau jauh maka semakin kecil kesadaran membayar untuk melakukan tindakan mitigasi becana. b. Variabel tinggi genangan mempunyai pengaruh yang signifikan secara statistik pada derajat kepercayaan 5%. Dengan semakin tinggi genangan yang dialami responden sangat berpengaruh terhadap tindakan mitigasi yang akan dilakukan oleh responden. Semakin rendah genangan yang dialami maka responden akan miningkatkan tindakan mitigasi, sedangkan semakin tinggi genangan yang dialami maka semakin rendah responden akan melakukan tindakan mitigasi karena dianggap percuma dan tidak efektif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dijelaskan, maka penulis memberikan beberapa saran yang berkaitan dengan penelitian ini. Adapun saran tersebut adalah sebagai berikut: 1. Penduduk yang tinggal di daerah rawan banjir khususnya yang dibantaran sungai Bengawan Solo untuk segera direlokasi tanpa ada gejolak yang terjadi. variabel jarak dan tinggi genangan yang menjadi pertimbangan untuk melakukan tindakan mitigasi bencana. Semakin dekat jarak dan tinggi genangan banjir maka akan semakin mengurangi tindakan mitigasi, sehingga masyarakat beserta pemerintah sebagai pembuat kebijakan harus mampu berkerjasama untuk mengurangi resiko dan dampak yang terjadi akibat banjir sungai Bengawan Solo. 2. Pada masa yang akan datang upaya pengendalian banjir tidak bisa hanya difokuskan pada penanganan fisik saja, namun harus disinergikan juga dengan pembangunan non-fisik yang menyediakan ruang lebih luas bagi munculnya keterlibatan atau partisipasi masyarakat, sehingga tercapai suatu sistem pengendalian banjir yang lebih optimal. Untuk melakukan tindakan mitigasi bencana yang berkelanjutan, maka perlunya peran serta dari masyarakat dan pemerintah dalam melakukan tindakan mitigasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana. 2005. Panduan Pengenalan Karakteristik Bencana dan Upaya Mitigasinya di Indonesia. BAKORNAS PB. Jakarta. Badan Perancanaa dan Pembangunan daerah. 2008. Potensi Dan Kejadian Bencana Provinsi Jawa Tengah. Bappeda Jawa Tengah. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sukoharjo. 2008. Kejadian bencana disukharjo. BPBD Sukoharjo. Boontho, Chutarat. 2007. Khon Kaen Households’ Willingness To Pay For Environmental Taxes , Thailand. Hawaii, USA. 2007. Cho, Yongsung. and Kim, Hong J. 2004.” The Cost-Benefit Analysis of the Improvement of Water Quality of the Paldang Reservoir in Korea”, May 10, 2004. Clark, Jeremy. and Friesen,, Lana. 2006. The Causes of Order Effects in Contingent Valuation Surveys: An Experimental Investigation. New Zealand. Data data Informasi Bencana Indonesia.2009. Bencana di Indonesia Tahun 2009. _______.2012. Bencana di Indonesia Tahun 2012 Dinas Kesbang Linmas dan Biro Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah. 2007. ‘Kejadian Banjir Beserta Dampaknya di Provinsi JawaTengah”. Semarang: Kesbang Limas dan Bapeda. Dinas Pertanian, Kantor Informasi & Komunikasi Karanganyar. 2008. “Kerugian Akibat Bencana Di Karanganyar Capai Rp 69 M” dalam Solo Pos (http: www/ Solo Pos.co.id) Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Departemen Pekerjaan Umum, 2008. Profil Sungai Bengawan Solo. Jakarta: DPU Djarwanto, dan Subagyo. 1996. Statistik Induktif. Edisi Keempat. Yogyakarta Dolcemascolo, Glenn. 2004. Environmental Degradation and disaster risk. ADPCSIDA-Embassy of Sweden, ADPC. Bangkok. Farid, Mohammad. 2010. “Banjir: Proses, Karakteristik, dan Upaya Mengatasinya”. Inovasi Online Vol. 18 / XXII /November 2010.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Freeman, Linton C. 1979. “The Gatekeeper, Pair-Dependency and Structural Centrality”, Elsevier Scientific Publishing Company. University of Callifornia. Hardoyo, dkk.,2011. Strategi Adaptasi Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut di Kota Pekalongan, RedCarpet Studio, Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Harahap, Bilang Nauli dan Hartono, Djoni. 2007. Analisis Kesedian Membayar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Fasilitas Air Minum dan Sanitasi di Indonesia Aplikasi Model Hedonic Price dan Model Logistik, Depok. John
Twigg. 2007. Karakteristik Masyarakat Tahan Bencana, http://www.benfieldhrc.org/disaster_studies/projects/communitydrrindicato rs/community_drr_indicators_index.htm. diakses tanggal 10 Maret 2012.
Kim, Kiwhan. 2002. “Water Quality Measurement: W H At Makes ‘Willingness To Pay’ Different?”, International Review of Public Administration 2002, Vol. 7, No. 2. Khan, M. S. A. 2008. ”Disaster preparedness for sustainable development in Bangladesh”, Disaster Prevention and Management Vol. 17 No. 5, 2008 pp. 662-67. Kurniawan, Rachman.,dkk.,2009. “Valuasi Ekonomi Jasa Lingkungan Kawasan Karst Marcos-Pangkep”. Jurnal Ekonomi Lingkungan Vol.13/No.1/2009. Lee, J. A. 1999. Natural Resources and Environmental Economic, 2nd Edition, Pearson Education Limited. London. Nazir, Mohammad. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Oktober 2005. Patunru, Arianto A. 1994. Program Pelatihan Analisis Biaya-Manfaat LPEM-FEUI, 2004. Priyatno, Dwi. 2009. “SPSS untuk Analisis Korelasi, Regresi dan Multivariate”. Gava media. yogyakarta Rahayu, Siti Aisyah Tri. 2007. Modul Laboratorium Ekonometrika. Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Saptutyningsih, Endah dan Suryanto. 2009. “Pemetaan Banjir di Kulonprogo”, Hasil Penelitian Hibah Bersaing DIKTI 2009. Tidak dipublikasikan.Simmons, et al. (2002).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Samuelson, Kevin M, et.al. 1954. “Valuing Mitigation: Real Estate Market Response to Hurricane Loss Reduction Measures”, Southern Economic Journal 2002, 68(3), 660-671. Siswoko. 2005. “Banjir, Masalah Banjir dan Upaya Mengatasinya”. Makalah Pelantikan Pengurus HATHI Cabang Sulsel Periode 2005-2008. Makasar, 19 Maret 2005. Suparmoko . 2006. Panduan dan Analisis Valuasi Ekonomi. BPFE. Yogyakarta. Susanto, Ermawan. 2010. “ Empowering Community Of Code's River Flowing Area In Covering Flood Disarter”, Jurnal Penelitian Humaniora. Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negri Yogyakarta. Suratmo, Gunawan F. 1990. “Analisis Mengenai Dampak Lingkungan”. Universitas Gajah Mada. Watson, C.J, et.al. 1993. Statistic for Management and Economics. Englewood Cliffs. NJ, USA. Prentice Hall Inc. Widiati, Ati. 2008. “Aplikasi Manajemen Risiko Bencana Alam Dalam Penataan Ruang Kebupaten Nabire”, Jurnal Sain dan Teknolgi Indonesia Vol.10/No.1/April 2008. Worosuprojo, Suratman. 2012. “Manajemen Bencana Berbasis Informasi Geografis Untuk Mewujudkan Kehidupan Masyarakat Yang Harmonis Dengan Alam di Indonesia”. Makalah disajikan pada Seminar Nasional Pj dan Sig 2012. Yapin, Du. 2003. “The Value Of Improved Water Quality For Recreation In East Lake, Wuhan, China: An Application Of Contingent Valuation And Travel Cost Methods”, Wuhan, China.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
LAMPIRAN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 1 PANDUAN KUESIONER UNTUK VALUASI EKONOMI MITIGASI BANJIR VALUASI EKONOMI MITIGASI PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR SUNGAI BENGAWAN SOLO (Studi Kasus Di Daerah Rawan Banjir eks Karisidenan Surakarta)
I. Identitas Responden 1) Nama
:
2) Umur
:
3) Jenis Kelamin : ( 4) Alamat
) Pria
(
) Wanita
:
II. Variabel Sosial Ekonomi 1) Berapa pendapatan bapak/ibu/sdr tiap bulan? Rp………… 2) Pendidikan: (
) SD ( ) D1 ( ( ) SMP ( ) D3 ( ) SMA ( ) S1 3) Pekerjaan: ( ) Swasta ( ) Pelajar/mahasiswa
) S2 ( ( (
) S3 ) PNS ) Lainnya: ……………
4) Berapa jumlah anggota keluarga bapak/ibu/sdr?…………… 5) Pengeluaran respoden sebagai pendekatan berapa pendapatan responden. a. Berapa biaya konsumsi bapak/ibu/sdr tiap bulan?
Rp…………
b. Berapa biaya pendidikan anak bapak/ibu/sdr tiapbulan?Rp…………
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Berapa biaya listrik bapak/ibu/sdr tiap bulan?
Rp…………
d. Berapa biaya air bersih bapak/ibu/sdr tiap bulan?
Rp…………
e. Berapa biaya transportasi bapak/ibu/sdr tiap bulan?
Rp…………
f. Berapa biaya hiburan bapak/ibu/sdr tiap bulan?
Rp…………
Jumlah pe ndapatan
+
Rp…………
III. Variabel Fisik 1) Berapa jarak rumah bapak/ibu/sdr dengan sungai bengawan solo?…………m 2) Apakah rumah bapak/ibu/sdr tergolong masih dalam kawasan pemukiman? (
) Ya
(
) Tidak
Apakah rumah bapak/ibu/sdr tergolong daerah rawan banjir? (
) Ya
(
) Tidak
3) Berapa kerugian yang bapak/ibu/sdr harus tanggung rata-rata per tahun jika rumah tergenang banjir? 4) Berapa Tinggi genangan banjir didaerah bapak/ibu/sdr?………cm 5) Berapa lama genangan banjir didaerah bapak/ibu/sdr? ………… 6) Berapa sering didearah bapak/ibu/sdr terjadi banjir?…………
IV. Variabel Willengness To Pay (WTP) 1) Dalam
bentuk
apa
bapak/ibu/sdr
melakukan
tindakan
bencana?…………
commit to user
mitigasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Berapa kemampuan membayar bapak/ibu/sdr untuk melakukan tindakan mitigasi untuk mengurangi risiko dampak banjir? Rp…………
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 2 WTP
200.000 250.000 100.000 150.000 8.000.000 750.000 300.000 3.000.000 0 0 15.000 45.000 10.000.000 10.000.000 0 101.000 100.000 0 0 750.000 400.000 0 101.000 30.000.000 10.000.000 300.000 5.000.000 10.000.000 5.000.000 12.000.000 3.000.000 8.000.000 30.000.000
Pendapatan
Usia
Pendidikan
Anggota Keluarga
Jarak (m)
1.200.000
56
SD
8
100
Tinggi Genangan (cm) 75
985.000
63
SD
4
100
30
1.300.000
37
SMA
4
10
50
960.000
38
SMA
3
10
75
3.000.000
35
SMA
6
50
75
870.000
63
SD
7
5
75
1.800.000
61
SMP
2
30
50
744.000
34
SMA
2
10
50
750.000
27
SD
9
5
50
810.000
45
SD
3
5
50
620.000
63
SD
2
15
75
670.000
32
SMA
6
15
75
810.000
48
SMA
4
15
75
1.550.000
50
SMA
7
15
75
810.000
70
SD
8
10
75
950.000
43
SD
6
15
50
1.000.000
34
SMP
4
5
50
1.520.000
38
SMP
5
20
50
1.500.000 720.000
40 65
SD SD
4 6
10 10
30 75
1.070.000
60
SD
7
10
50
858.000
84
SD
3
10
30
1.500.000
48
SD
6
20
50
1.240.000
53
SMP
4
150
50
1.365.000 627.000
66 55
D3 SD
3 4
100 56
50 50
510.000
33
SD
5
200
75
900.000
70
SD
2
5
50
720.000
60
SD
2
200
50
1.050.000
52
SMP
3
150
75
1.027.000 490.000
71 33
SD SMP
4 2
50 100
75 75
2.300.000
50
SMA
3
15
75
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
15.000.000 13.000.000 10.000.000 2.500.000 10.000.000 5.000.000 7.000.000 8.000.000 8.000.000 0 0 0 0 300.000 0 0 0 250.000 0 200.000 0 0 0 0 300.000 0 0 300.000 250.000 10.000.000 10.000.000 5.000.000 8.000.000 8.000.000 10.000.000 2.500.000 10.000.000 7.000.000 5.000.000
digilib.uns.ac.id
1.560.000
87
SMA
5
100
75
2.465.000
43
SD
6
15
75
500.000
65
SD
5
300
50
1.200.000
40
SMP
3
500
50
5.000.000
54
SMA
4
200
75
1.235.000
50
SD
3
200
75
640.000
64
SD
4
150
75
1.340.000
54
D2
2
500
100
1.230.000
46
SMP
5
100
50
1.455.000
49
SMA
5
400
50
910.000
41
SD
3
10
300
930.000
44
SD
5
10
300
900.000
40
SMP
4
150
150
650.000 915.000
53 43
SD SMA
4 3
150 200
150 100
1.075.000
33
SMA
3
10
300
1.205.000
46
SMA
3
20
100
770.000
62
SMA
3
20
100
785.000
37
SD
5
200
100
1.500.000 635.000
51 59
SD SD
5 2
150 150
150 150
950.000
43
SMA
4
5
300
1.055.000
62
SD
4
200
100
1.055.000
60
SD
4
20
300
780.000
53
SD
3
200
100
780.000 620.000
45 50
SMA SD
4 3
150 200
100 100
790.000
45
SMA
5
200
100
1.030.000
37
SD
5
200
100
2.540.000
35
SMA
4
1000
50
1.200.000
55
SD
3
1000
50
1.500.000 620.000
44 65
SD SD
4 4
1000 700
50 50
780.000
50
SD
2
800
50
1.300.000
51
SMA
4
500
100
920.000
56
SMP
6
600
100
1.800.000
57
SD
5
700
75
744.000 810.000
62 57
SD SMA
3 4
500 550
100 75
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
5.000.000 10.000.000 3.000.000 8.000.000 4.000.000 10.000.000 15.000.000 8.000.000 3.000.000 30.000.000 10.000.000 7.000.000 5.000.000 15.000.000 5.000.000 2.500.000 0 5.000.000 0 0 10.000.000 7.000.000 5.000.000 12.000.000 5.000.000 0 3.500.000 5.000.000 0 0
digilib.uns.ac.id
620.000
55
SD
2
650
75
2.500.000
45
S1
4
700
75
858.000
52
SMA
5
800
50
720.000
43
SD
2
750
50
1.240.000
39
SD
4
600
100
810.000
47
SMA
6
700
100
780.000
58
SD
4
700
75
920.000
64
SMP
3
600
100
635.000
72
SD
4
500
100
3.200.000
42
S1
4
500
100
1.055.000
51
SD
5
400
50
1.030.000
42
SMA
4
300
50
785.000
58
SD
4
400
50
3.200.000 1.027.000
44 41
S1 D3
5 5
600 200
50 100
770.000
61
SD
6
250
100
785.000
53
SD
6
300
100
1.500.000
42
SD
5
600
35
910.000
55
SD
6
400
35
930.000 2.300.000
54 45
SD SMA
4 4
700 500
35 75
1.560.000
50
SMA
4
200
100
2.465.000
43
SMA
4
200
150
3.500.000
35
S1
3
200
100
1.055.000
49
SD
7
200
100
790.000 1.340.000
54 40
SD SMA
6 3
500 600
75 50
1.230.000
38
SMA
4
550
50
627.000 960.000
54 56
SD SD
2 3
500 550
57 100
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 3 Bencana di Indonesia pada tahun 2012 Jenis bencana
Aksi Teror / Sabotase Banjir Banjir Dan Tanah Longsor Ge lombang Pasang / Abrasi Gempa Bumi Gempa Bumi Dan Tsunami Hama Tanaman Kebakaran Kebakaran Hutan Dan Lahan Kecelakaan Industri Kecelakaan Transportasi Kekeringan Kelaparan Klb Konflik / Kerusuhan Sosial Letusan Gunung Api Perubahan Iklim Puting Be liung Tanah Longsor Tsunami
Data card
Meningg al
Lukaluka
Hilang
Rumah rusak berat
Rumah rusak ringan
Menderita
28
324
1233
0
0
0
0
4
4188 351
18581 2190
194574 40353
2480 5256
125307 42835
202414 63043
12080646 446902
3851301 418735
195
148
217
46
3645
3781
32163
26538
412 38
15551 167768
70035 3979
1513 6333
503180 324908
709609 97221
604564 4327068
2877500 462272
18 2124 119
40 302 8
0 1270 13483
0 6 0
0 28069 9
0 1613 0
0 80574 1690
0 80831 2264
26
73
38005
2
10432
0
840
19509
167
2172
2245
1620
2
13
788
0
1413 2 119 95
2 55 1515 5995
0 112 41080 3986
0 0 0 476
0 0 0 4485
0 0 0 31481
172 0 6248 296838
0 0 0 55759
122
78598
2171
7
402
3877
16210
163908
17 1898 1709 13
137 239 1707 3519
55 2178 1943 273
0 7 141 2957
0 29376 9585 20079
1 35198 7095 630
0 176199 19412 0
0 22373 39881 238
commit to user
mengun gsi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 4 Kejadian Banjir Beserta Dampaknya di Eks Karisidenan Surakarta Lokasi
Korban Jiwa
Kerugian
Kabupaten/ Kota
Wil.Terkena Dampak
Mening gal
Peng ungsi
(juta Rp)
Rumah Rusak Berat
19/04/2007
Sragen
8 Kec.
-
-
> 4000
-
-
2
Des-07
Sragen
18 Kec.
5
12.96 6
7.035
83
-
3
Des-07
Surakarta
3 Kec.
-
745
21.004
3.761
-
4
Des-07
Sukoharjo
6 Kec.
-
2.415
10.919
182
-
No.
Tanggal
1
commit to user
Keteran gan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 5 Karakteristik Responden Karakteristik Responden Menurut Pendapatan per Bulan No. 1. 2. 3. 4. 5.
Pendapatan (Rupiah) < 500.000 500.000-<1.000.0000 1.000.000-<2.000.000 2.000.000-<3.000.000 >5.000.000 Jumlah
Jumlah Responden 2 52 37 7 4 102
Prosentase (%) 2 50 36 7 4 100
Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan No. 1. 2. 3. 4. 5.
Tingkat Pendidikan Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Diploma Sarjana Jumlah
Jumlah Responden 55 11 29 3 4 102
Prosentase (%) 54 11 28 3 4 100
Karakteristik Responden Menurut Tingkat Usia No. 1. 2. 3. 4. 5.
Tingkat Usia (tahun) < 40 41 – 50 51 – 60 61 – 70 > 70 Jumlah
Jumlah Responden 21 29 32 16 4 102
Prosentase (%) 21 28 32 15 4 100
Karakteristik Responden Menurut Jumlah Anggota Keluarga No. 1. 2. 3. 4. 5.
Daerah Langenharjo Mbutuh Sawahan Kedungringin Nglogok dan Dungwuluh Jumlah
Jumlah Anggota Keluarga
Prosentase (%)
100 78 88 73 90
23 18 21 17 21
429
100
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Karakteristik Responden Menurut Jarak No. 1. 2. 3. 4. 5.
Jarak (m) <50 51-00 101-300 301-500 >500 Jumlah
Jumlah Responden 32 7 28 13 22 102
Prosentase (%) 31 7 27 13 22 100
Karakteristik Responden Menurut Tinggi Genangan No. 1. 2. 3. 4.
Tinggi Genangan (cm) <50 51-100 101-200 >200 Jumlah
Jumlah Responden 38 54 5 5 102
Prosentase (%) 37 53 5 5 100
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 6 Tindakan Mitigasi Masyarakat No.
Nama
1.
Ahmadi
2.
Priyo
3.
Hari
4.
Wiyono
Alamat
Jenis Tindakan Mitigasi Meninggikan rumah
Kedungrinngin RT10 RW 02, Waru Tegal Harjo RT04/01, Langenharjo Tegal Harjo RT04/01, Langenharjo Sawahan RT02/10, Sangkrah
Membuat plapon diatap rumah Menanam pohon Persiapan tenda
Lampiran 7 Regresi Linier Berganda Hasil Analisis Regresi Berganda Dengan Ordinary Least Square (OLS) No
Nama Variabel
1 Konstan 2 Pendapatan 3 Pedidikan 4 Usia 5 Anggota keluarga 6 Jarak 7 Tinggi genanangan R-squared Adjusted R-squared Durbin-Watson stat
Koefisien -9.4468 2.1473 0.0307 0.3855 -0.0571 0.0019 -0.0156 0.2624 0.2158 1.6917
t hitung -1.0047 1.3631 1.2893 1.8135 -0.3180 2.0232 -3.2867 F-statistic Prob (Fstatistic)
Prob. 0.3176 0.1761 0.2004 0.0729 * 0.7512 0.0459** 0.0014** 5.6335 0.0000
Uji Multikolinearitas dengan Metode Auxiliary Regression Variabel Pendapatan Pendidikan Usia Anggota keluarga Jarak Tinggi genangan
Nilai r2 0.0658 0.0048 0.0658 0.0030 0.0840 0.1316
Nilai R2 0.2624 0.2624 0.2624 0.2624 0.2624 0.2624
Keterangan Bebas Multikolinearitas Bebas Multikolinearitas Bebas Multikolinearitas Bebas Multikolinearitas Bebas Multikolinearitas Bebas Multikolinearitas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Uji White
F-statistic Obs*R-squared
White Heteroskedacity Test : 1.1875 Probability 14.0780 Probability Uji B-G Test
0.3043 0.2957
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test : F-statistic 2.1384 Probability Obs*R-squared 2.2688 Probability
commit to user
0.1469 0.1320
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 8 Aliran Sungai Bengawan Solo
26,1% wilayah Propinsi Jateng
+
27,5% wilayah Propinsi Jatim
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 9 Alur dampak perubahan lingkungan terhadap manusia
EFEK LANGSUNG Mela lui system kehidupan – mekanisme biologis
Kesehatan manusia: kematian , tra uma , stress akibat banjir, khawatir akan banjir
Produktifitas ekonomi dari ek osistem: menurunnya permintaan akan deve loper, menurunnya nila i properti
Dampak ekosistem lainnya: penggunaan rekreasional menurun, keberaga man ekologi,
EFEK TIDAK LANGSUNG Mela lui system kehidupan Kerusakan akibat ba njir pada property, peningkatan biaya produksi, meningkatnya waktu perja lanan
Lampiran 10
Ketegangan antar komunitas, waktu/usaha/energi politisi
Rasa estetika daerah yang terkena banjir
Kerangka Pemikiran
Pra Bencana
Manajemen Bencana/Tindakan Mitigasi
Bencana
Paska Bencana
Lampiran 11 Sejarah Banjir 5 Kabupaten Lokasi Studi Fisik dan Non-Fisik Banjir Besar
Membuat Waduk
Pendangkalan dan Perubahan Struktur Sungai
Valuasi Ekonomi Mitigasi Bencana Banjir Kecil
commit to user
Banjir Besar 20072012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 12 Alur Tindakan Mitigasi Pemerintah daerah
Banjir Besar 2007-2012
Konsolidasi dan Sosialisasi
DPR Daerah
Relokasi Tindakan Mitigasi
Masyarakat
Organisasi Masyarakat (MPRS)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 13 Proses Penanganan Bencana Peringatan dari BPBD
Informasi Penduduk Lokal
Kepala Desa
RT & RW
Pemerintah
Masyarakat
Posko Bencana
Bantuan Informasi
Lembaga non Pemerintah Dapur Umum
commit to user
Evakuasi