KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI BANTARAN SUNGAI BENGAWAN SOLO KAMPUNG SEWU KECAMATAN JEBRES SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI
Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Geografi
Disusun Oleh: ANITA CAHYA NINGRUM A 610 090 001
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
ABSTRAK
KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI BANTARAN SUNGAI BENGAWAN SOLO KAMPUNG SEWU KECAMATAN JEBRES SURAKARTA
Anita Cahya Ningrum, A610090001, Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013 Penelitian ini dilakukan di Kampung Sewu Kecamatan Jebres Surakarta khususnya di Bantaran Sungai Bengawan Solo Kampung Sewu dengan mengambil sampel 60 Kepala Keluarga dari populasi 81 Kepala Keluarga di Dukuh Sawijayan dan di Dukuh Beton dengan judul Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir di Bantaran Sungai Bengawan Solo Kampung Sewu Kecamatan Jebres Surakarta. Bertujuan untuk mengetahui: 1) kesiapsiagaan masyarakat kampung sewu dalam menghadapi bencana banjir, 2) penyebab terjadinya banjir di Kota Surakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, Data yang digunakan adalah Data Primer yang diperoleh langsung dari lapangan dengan menggunakan kuesioner (angket) dan Data Skunder yang diperoleh dari instansi-instansi terkait. Hasil penelitian menunjukan bahwa Analisis Indeks Kesiapsiagaan diperoleh nilai atau kategori pada kesiapsiagaan dalam menghadapi Bencana Banjir adalah 59,22 yang berarti untuk kesiapsiagaan dalam menghadapi Bencana Banjir di Kampung Sewu adalah Hampir Siap. Penyebab banjir di Kota Surakarta ditinjau dari keadaan morfologinya daerah Surakarta merupakan daerah dataran rendah dan daerah cekungan, morfologi perkotaannya yang pemukimannya semakin padat yang mengurangi peresapan air, penyebab lainya curah hujan tinggi dengan pendekatan neraca air yang menunjukan bahwa bulan defisit semakin rendah berarti curah hujan semakin tinggi dan jumlah air tidak dapat tertampung lagi.
Kata kunci:bencana banjir, penyebab banjir dan indeks kesiapsiagaan.
1
bencana,
A. PENDAHULUAN Indonesia adalah negara yang rawan akan bencana dapat dilihat dari aspek
geografis, klimatologis
dan demografis. Letak geografis Indonesia di antara dua benua dan dua
samudera
menyebabkan
Indonesia mempunyai potensi yang cukup bagus dalam perekonomian sekaligus
juga
rawan
maka perlu
peningkatan mitigasi.
dilakukan
kesiapsiagaan Setiap
dan
masyarakat
memiliki karakteristik sosial budaya tertentu yang berhubungan dengan kesiapsiagaan dan mitigasi terhadap bencana. Karakteristik sosial budaya ini berbeda antara suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya.
dengan
Menurut Robert J. Kodoati
bencana, baik bencana alam, non
(2001:98)
alam dan sosial. Faktanya beberapa
merupakan kejadian
tahun terakhir di Indonesia sering
dapat terjadi setiap saat dan sering
terjadi bencana dan meninggalkan
mengakibatkan
dampak bagi orang-orang
yang
kerugian harta, dan benda. Kejadian
mengalaminya.
yang
banjir tidak dapat dicegah, namun
sering melanda Indonesia adalah
dapat dikendalikan dan dikurangi
banjir. Dampak yang diakibatkan
dampak
dapat berupa dampak fisik maupun
diakibatkannya. Karena datangnya
non fisik. Oleh karena itu perlu
relatif cepat, untuk mengurangi
diadakan kegiatan penanggulangan
kerugian akibat bencana tersebut
bencana
perlu
yang
mengurangi
Bencana
berfungsi dampak
untuk yang
Bencana
banjir alam yang
kehilangan
kerugian
dipersiapkan
jiwa,
yang
penanganan
secara cepat, tepat, dan terpadu.
diakibatkan oleh bencana banjir.
Sebagian
Kegiatan penanggulangan bencana
Badan
banjir terdiri atas kesiapsiagaan,
Wilayah
mitigasi, peringatan dini, tanggap
melaksanakan pengendalian banjir
darurat,
dan
rehabilitasi
dan
rekonstruksi. Akan tetapi, untuk
tugas
Hukum
Dinas yang
Sungai
penanggulangan
Untuk
mendukung
dan/atau mengelola adalah
kekeringan. pelaksanaan
dapat mengurangi resiko terjadinya
1
tugas tersebut diperlukan Pedoman
mengembangkan
Teknis Menejemen Banjir.
permukiman
Penyebab menurut
bencana
ermawan
(5:2001)
Bencana
banjir mawardi
banjir
dapat
disebabkan oleh kejadian alam. Kejadian alam meliputi curah hujan yang tinggi, kapasitas alur sungai yang tidak mencukupi, aliran anak sungai yang tertahan oleh aliran induk
sungainya,
akumulasi
debit
terjadinya
puncak
sungai
daerah
di
alur
sepanjang sungai,
tepi
adanya
perubahan tata guna lahan di Daerah Pengaliran
Sungai
menyebabkan
(DPS)
aliran
yang
permukaan
menjadi besar. Bantaran sungai yang dimanfaatkan sebagai tempat permukiman dan ditanami tanaman keras dapat pula menjadi faktor penyebab banjir.
sungai
Kesiapsiagaan
merupakan
induk dan anak sungai di pertemuan
serangkaian
sungai pada waktu yang sama. Juga
dilakukan
terjadi karena pembendungan air
bencana melalui pengorganisasian
sungai di muara akibat pasang dari
serta melalui langkah yang tepat
laut,
guna
adanya
penyempitan
alur
kegiatan untuk
dan
yang
mengantisipasi
berdaya
guna.Dalam
bahaya
banjir
sungai atau ambang alam yang
penanganan
mengakibatkan pembendungan air
dilakukan dengan cara struktural
sungai, adanya hambatan aliran oleh
dan nonstruktural. Penanganan yang
faktor geometri alur sungai berupa
bersifat non structural yaitu sesuatu
belokan-belokan sungai. Endapan
kegiatan penyesuaian sedemikian
material
dan
rupa sehingga jika terjadi banjir,
yang
maka kerugian atau bencana yang
di
kemiringan landai,
alur dasar
yang
sungai sungai
memungkinkankan
ditimbulkannya
terjadinya agradasi dasar sungai
sekecil
juga
meningkatkan
penyebab
alamiah
yang
mungkin
menimbulkan banjir. Banjir juga
masyarakat
dapat
bencana.
disebabkan
oleh
ulah
dapat dan
bisa
ditekan untuk
kewaspadaan dalam
menghadapi
manusia. Misalnya aktifitas manusia
2
Kampung
Sewu
terletak
kristen prostetan 542 jiwa, kristen
dikecamatan Jebres kota Surakarta.
khatolik 437 jiwa, hindu 30 jiwa,
Kampung Sewu merupakan
budha
salah
24
jiwa.
dilakukan
bencana banjir. Kawasan tersebut
Kecamatan
merupakan daerah yang terletak di
khususnya
bantaran sungai Bengawan solo.
Bengawan Solo Kampung Sewu
Setiap musim penghujaan
dengan
tersebut
menjadi
bencana
langganan
banjir. Kampung Sewu
Kampung
ini
satu daerah yang sering terkena
daerah
di
Penelitian
Jebres di
Surakarta
Bantaran
mengambil
Sewu
Sungai
sampel
60
Kepala Keluarga dari 81 Kepala Keluarga
di
Dukuh
Sawijayan
sendiri memiliki masyarakat yang
dengan 50 Kepala Keluarga dan di
sadar akan bencana banjir meskipun
Dukuh
masih minim pengetahuan. Sekitar
Keluarga. Sampel yang diambil di
81 kepala keluarga masyarakat yang
Dukuh
bertempat tinggal disekitar bantaran
Keluarga dan Dukuh Beton Lor 25
sungai
Kepala Keluarga
Bengawan
Solo
direlokasikan oleh pemeritah ke daerah Kampung Ngemplak Sutan dan Mipitan, Kelurahan Mojosongo, Kecamatan
Jebres,
Solo,
tetapi
masih banyak juga yang lebih mempertahankan hidup di kampung sewu.
Kampung
Sewu
berada
dibagaian timur Solo, dibatasi Kali Pepeng dan Bengawan Solo yang merupakan daerah dataran rendah dengan jumlah kepala keluarga 2.338 jiwa, dengan jumlah laki-laki sebanyak 3.963 jiwa dan perempuan 4.122 jiwa. Banyaknya pemeluk agama antara lain islam 7.052 jiwa,
Beton
Lor
Sawijayan
31
35
Kepala
Kepala
Menurut laporan monografi dinamis kelurahan Kampung Sewu kecamatan Jebres kota Surakarta laporan
bulan
desember
2012
ditinjau
dari
keadaan
sosial
Kampung
Sewu
ekonominya
merupakan daerah yang sebagian besar bermata pencaharian buruh industri sebanyak 2.970 jiwa dan sebagian
pedagang
261
jiwa,
pengusaha 24 jiwa, PNS 46 jiwa, pengangkutan 65 jiwa dan lain-lain 2.338
jiwa.
Dirata-rata
tingkat
kemiskinan di daerah Kampung
3
Sewu sebanyak 21%, kemiskinan
sungai
berpusat
Bengawan
Solo
menyimpan
kebanjiran setiap tahun, kemiskinan
ancaman
yang
berpotensi
juga ditemukan didaerah sebelah
mendatangkan banjir disaat musim
barat Kampung Sewu. Keadaan
penghujan tiba. Penyebab
perekonomian setelah direlokasi ke
lainya adalah kurangnya kesadaran
daerah Kampung Ngemplak Sutan
masyarakat
dalam
dan Mipitan, Kelurahan Mojosongo,
kebersihan
disekitar
Kecamatan Jebres, Solo semakin
Bengawan
tidak
masyrakat
di
jelas
warga
bantaran
dikarenakan yang
pekerjaannya,
yang
banyak
Bengawan
Solo
Solo
dimana
yang
menjaga sungai
kebanyakan
membuang
sampah
kehilangan
dsekitar sungai. Dan pada saat
memulai
musim penghujan tiba masyarakat
mereka
kehidudupannya dari nol dengan
kurang
bekerja seadanya. Tingginya angka
dalam menghadapi benca banjir
pendidikan merupakan aset masa
yang sewaktu-waktu dapat terjadi
depan
atau
masyarakat,
Kampung
di
kesiapsiagaannya
menimpa
daerahnya.
pendidikannya
Kurangnya
masih rendah itu terbukti masih
masyarakat
adanya warga yang tidak sekolah
bencana banjir yang sesuai dengan
dengan jumlah 1.244 jiwa, tidak
prosedur
tamat SD 754 jiwa, belum tamat SD
merupakan
707 jiwa, sedangkan yang mengenal
masyarakat
pendidikan dengan lulusan SD,
kesiapsiagaan dalam menghadapi
SMP dan SLTA sebanyak 863.384
bencana
itu
disebabkan
jiwa
karena tidak adanya
sosialisasi
Salah terjadinya Kampung
Sewu
tetapi
akan
satu bencana sewu
penyebab banjir
adalah
di
daerah
tersebut merupakan daerah dataran rendah yang terletak di bataran
pengetahuan tentang
yang
mitigasi
benar
alasan
pemerintah
kenapa
tersebut
banjir
dalam
juga
kurang
memberikan
pengetahuan yang cukup tentang mitigasi bencana banjir di daerah tersebut. Maka dari itu perlunya ada kerjasama antara instansi-instansi yang terkait dengan masyarakat
4
setempat dengan tujuan untuk dapat meminimalisir
ancaman
bencana
dan memilimalisir kerugian yang diakibatkan
dari
bencana
banjir,miusalnya membuat daerah peresapan air, menanam pohon, tidak membuang sampang disekitar sungai, adanya latihan simulasi bencana banjir yang di pandu dengan instansi-instansi yang terkait serta pemberiaan sosialisasi tentang mitigasi bencana banjir.
penulis
Metode
yang
digunakan
dalam penelitian ini yaitu kuatitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut
apa
penelitian
adanya
dilakukan
pada
saat
(Arikunto,
2005: 234). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat deskripsi,
Dari uraian latar belakang tersebut,
B. METODE PENELITIAN
tertarik
untuk
gambaran
atau
lukisan
sistematis,
faktual
secara
dan
akurat
mengkaji lebih jauh tentang sejauh
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
mana
hubungan antara fenomena yang
kesiapsiagaan
masyarakat
dalam menghadapi bencana banjir di
Kampung
Jebres
sewu
kota
Kecamatan
Surakarta
dengan
menggunakan peneliian kuantitaif deskriptif
sedangkan
pelaksanaanya
dalam
menggunakan
metode surve dengan memberikan angket kepada masyarakat.Untuk itu peneliti akan melakukan penelitian dengan
judul
Masyarakat
βKesiapsiagaan
Dalam
Menghadapi
Bencana Banjir di Kampung Sewu Kecamatan Jebres Surakarta β.
diselidiki (Nazir, 1999: 63). Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa teknik wawancara, obeservasi dan angket. Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview wawancara)
guide (Nazir,
(panduan 1999:
234).
Menurut Pambudu Tika (2005:54)
5
angket adalah usaha mengumpulkan
masyarakat
informasi
bencana.
dengan
menyampaikan
sejumlah pertanyaan tertulis untuk
rumus:
dijawab
Indeks=
secara
tertulis
oleh
responden.
dalam
menghadapi
Dengan
menggunakan
ππππππππππ ππππππππππππ ππππππππππππππππ βππππ π π π π π π π π π π π π π½π½π½π½π½π½π½π½π½π½ β π π π π π π π π π π π π
Tabel Kategori Nilai Indeks
Dalam penentuan responden menggunakan
metode
probability
No.
Nilai indeks
Katagori
1
80-100
Sangat siap
2
65-70
Siap
menggunakan
3
55-64
Hampir siap
sampel acak sistematis (sistematic
4
40-54
Kurang siap
sampling
X 100
dengan
random sampling) dengan jumlah responden 60 kepala keluarga. Data
5
Kurang dari 40 (0Belum siap 39) Sumber: Buku lipie UNESCO (2006:47)
1. Indeks Kesiapsiagaan
yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari lapangan dengan menggunakan
kuesioner
yang
diberikan kepada respoinden dan
Analisis indeks dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui tingkat kesiapsiagaan
masyarakat
data skunder yang diperoleh dari menghadapi bencana alam, terutama
instansi-instansi terkait.
bencana
banjir. Indeks merupakan
Teknik yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian
angka
ini menggunakan data primer berupa
bilangan dengan bilangan lain yang
angket, selanjutnya diolah kedalam indeks kesiapsiagaan yang bertujuan
berisi
perbandingan
informasi
antara
tentang
satu
suatu
tingkat
karakteristik tertentu pada waktu dan
kesiapsiagaan pra bencana, bencana
tempat yang sama atau berlainan.
untuk
mengetahui
dan pasca bencana
Agar lebih sederhana dan mudah
C. PEMBAHASAN Analisis
Indeks
Kesiapsiagaan
Bencana Banjir. Dalam penelitian ini menganalisis indeks kesiapsiagaan
dimengerti,
nilai
perbandingan
tersebut dikalikan 100. Nilai indeks berada pada kisaran 10-100 sehingga
6
semakin tinggi nilai indeks, semakin
semakin tinggi nilai indeks, semakin
tinggi pula tingkat preparednessnya.
tinggi pula tingkat preparednessnya.
Dalam kajian ini mengggunakan angka
indeks
gabungan
tidak
Indeks =
Indeks =
1066 x100 60 x30
Indeks =
1066 x100 1800
ditimbang, artinya semua pertanyaan dalam
parameter
mempunyai
bobot
tersebut yang
sama.
ππππππππππ π π π π π π π π ππππππππ ππππππππππππππππππ
π π π π π π π π ππππππππππππππππ ππππππππππππππππππ
X 100
Indeks = 59,22
Penentuan nilai indeks untuk setiap Dari parameter
dihitung
hasil
analisis
dapat
berdasarkan disimpulkan,
bahwa
indeks
rumus: kesiapsiagaan masyarakat Kampung Indeks = ππππππππππ π π π π π π π π ππππππππ ππππππππππππππππππ
π π π π π π π π ππππππππππππππππ ππππππππππππππππππ
Skor
Sewu
X 100
maksimum
parameter
diperoleh dari jumlah pertanyaan dalam
parameter
yang
diindeks
(masing-masing pertanyaan bernilai satu). Jumlah soal ada 30 butir soal . Total skor riil parameter diperoleh dengan
menjumlahkan
skor
riil
seluruh pertanyaan dalam parameter yang bersangkutan. Indeks berada pada kisaran nilai 10 β 100, sehingga
Kecamatan
Jebres
adalah
hampir siap. Penyebab banjir di Kota Surakarta adalah: a. keadaan Geomorfologi daerah Surakarta cekungan
merupakan daratan
daerah
rendah
di
dikelilingi dibagian barat Gunung Merapi dengan ketinggian 3115 m (Klaten,
Boyolali)
dan
dibagian
timur lereng Gunung Lawu dengan ketinggian 2806 m (Karangayar) b. keadaan Morfologi perkotaannya dari tahun 1994 sampai 2002 bentuk
7
pemukiman yang memusat di kota
sungai Bengawan Solo, tidak adanya
dan terus berkembang ke arah barat
daerah
Surakarta yang menyebabkan daerah
penghijauan,
Surakarta padat pemukiman.
evakuasi,
c. curah hujannya kota Surakarta
penanggulangan bencana banjirdan
merupakan daerah curah hujan yang
peresapan tidak tidak
air
atau
adanya
jalur
adanya
tim
kurangnya perhatian instansi terkait dalam menanggulang bencana banjir
tinggi itu terbukti adanya tabel necara air Kota Surakarta yang menunjukan bahwa bulan defisit
Dari
hasil
analisis
indeks
kesiapsiagaan diatas diperoleh nilai atau kategori pada kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana banjir
semakin tahun kedepan semakin rendah
itu
berarti
curah
hujan
semakin tinggi dan jumlah air tidak biasa tertampung lagi yang akan memyebabkan bencana banjir
hasil
menggunakan
dalam
bencana
banjir
kategori
hampir
menghadapi
termasuk siap
yang
penelitian
observasi, wawancana dan angket di Kampung Sewu kecamatan Jebres
bencana
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2009. Neraca Air
bencan banjir di daerah tersebut
Bappenas
kesiapsiagaan
khususnya
kecamatan Jebres Surakarta
Kota
oleh
Sehingga
bencana banjir di Kampung Sewu
Surakarta dapat disimpulkan bahwa
disebabkan
dalam
mengakibatkan kurang optimalnya
mengatasi
penelitian hasil
kesiapsiagaan
masyarakat dan instansi terkait dalam
D. SIMPULAN Dari
adalah 59,22 yang berarti untuk
Surakarta.
kurangnya
masyarakat dalam
Corbon.
1994.
Mitigasi
menghadapi bencana banjir, kurang
Bencana.Jakarta
kesadaran dari diri masyarakat dalam
:Program
menghadapi
Bencana.
bencana
banjir
itu
Pelatihan
terbukti masih banyaknya sampah yang dibuang masyarakat di bantaran 8
Hasan Iqbal. 2002. Pokokpokok
Materi
Metedologi
Ekologi
Manusia,
Institut
Pertanian
Bogor.
Penelitian
dan
Aplikasinya.
Kodoatie
Robert
Jakarta:Grafika
Rostam
Indonesia.
2006.
Usman.
2003.
Pengantar Statistika.
dan
Sjarief. Pengelolaan
Bencana Husaini
J.
Terpadu.
Jakarta:Yarsif Watampone.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Kodoatie
Robert
J
dan
Sugianto.2001. Hidayati Heny. 2006. Kajian Kesiapsiagaan
Yogyakarta:Pustaka
Masyarakat
Pelajar
(anggota
IKAPI)
celeban
Dalam
Menghadapi Bencana.
Jakarta:
UNESCO
Office,
Jakarta.
Jurenzy
Banjir.
Thresa.
2011.
β
timur.
Kompas.
November
2008.βEkspedisi
Bengawan
Soloβ, hal 4.
Karakteristik Sosial Budaya Masyarakat Dalam
Kaitannya
Dengan
Moh. Pabundu Tika. 2005. Metode Geografi.
Kesiapsiagaan
Dan
Penelitian Jakarta:
PT. Bumi Aksara.
Mitigasi Bencana Di Daerah
Rawan
Marta Bagoes Ida. 2003.
Bencana β. Skripsi.
Demografi
Bogor:
Yogyakarta:Pustaka
Fakultas
Umum.
9
Pelajar
Celeban
Peraturan
Kepala
Badan
Timur UH 111/548
Nasional
Yogyakarta 55167.
Penanggulangan Bencana. Nomor 02
Mawardi Erman dan Asep Sulaiman.
2011.
Partisipasi Masyarakat
Dalam
Tahun
2012.
Pedoman
Umum
Pengkajian
Resiko
Bencana. BNPB.
Pengurangan Resiko Bencana
Banjir.
Surakarta:Pusat
Nugroho
SatrIo.
Analisis
Penelitian
dan
2006.
Perubahan
Penggunaan
Lahan
Pengembangan
Menggunakan Citra
Sumber Daya Air.
Satelit
Wilayah
Subosuko. βSkripsiβ. Nasucha
Yakup.
2006.
Surakarta.
Bahasa
Indonesia
Geografi,
Untuk
Penulisan
Universitas
Karya
Ilmiah.
Yogyakarta:Mata
Fakultas
Muhammadiyah Surakarta.
Padi Presindo. Seomarwoto Pribadi Krisna. 2008. Buku
Otto.
Analisis
2009.
Mengenai
Pegangan
Guru
Dampak
Pendidikan
Siaga
Lingkungan..
Bencana.
Yogyakarta : Gajah
Bandung:Pusat
Mada
Mitigasi
Bencana-
press.
Institut
Tehnologi
Bandung.
Suharyono
University
dan
Amien.
Moch. 1994.
10
Pengantar
Filsafat
Geografi.
Jakarta:
Departemen Pendidikan
dan
Kebudayaan.
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan
Praktik.
Jakarta:
Rineka Cipta.
Tika Pabundu. 2005. Metode Penelitian Geografi. Jakarta:Pt
Bumi
Pustaka. Widyastuti
Palupi.
2006.
Bencana Alam.Jakarta:Buku Kedokteran EGC.
Yulalawati
Ella.
2008.
Mencerdasi Bencana. Jakarta.
11