VALIDITAS KOMBINASI PENGUKURAN ALL – TLL DAN GREATER TROCHANTER – MEDIAL MALLEOLUS LENGTH PADA ESTIMASI MASALAH REGIO HIP JOINT ATAU FEMORAL THE VALIDITY OF A COMBINATION OF ALL – TLL AND GREATER TROCHANTER – MEDIAL MALLEOLUS LENGTH MEASUREMENT FOR DETERMINE HIP JOINT OR FEMORAL REGION PROBLEM
Andi Sirfa1 , Henry Yurianto1, M Ruksal Saleh1, Wilhelmus Supriyadi1, Burhanuddin Bahar2 1
Bagian Orthopedi dan Traumatologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar 2 Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar
Alamat Korespondensi : Andi Sirfa Jalan Stadion Utara No.35 Makassar, 90125 HP : 08124202855 Email :
[email protected]
ABSTRAK Penentuan selisih panjang tungkai merupakan salah satu komponen penting dalam pemeriksaan pasien dengan kelainan muskuloskeletal. Penelitian ini bertujuan menentukan validitas kombinasi pengukuran selisih panjang tungkai menggunakan teknik Appearance Leg Length – True leg Length (ALL – TLL) dan Greater Trochanter – Medial Malleolus Length dalam menentukan kejadian masalah pada regio hip joint ataukah regio femoral pada kejadian selisih panjang tungkai. Penelitian ini menggunakan metode diagnostik eksperimental dari hasil pengukuran pada pemeriksaan fisik, validitas pengukuran selisih panjang tungkai menggunakan mengkombinasikan pengukuran konvensional Appearance Leg Length – True leg Length (ALL – TLL) dan pengukuran tambahan Greater Trochanter – Medial Malleolus Length dinilai dalam mengestimasi kejadian masalah pada regio hip joint ataukah regio femoral. Dari pemeriksaan fisik, selisih ALL – TLL > 0,5 cm dan selisih GML 0 – 0,5 cm diestimasi sebagai masalah pada regio hip joint dan selisih ALL – TLL dan GML > 0,5 cm diestimasi sebagai masalah pada regio femoral, yang divalidasi dengan hasil radiologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian dilakukan pada 36 pasien usia 15 – 84 tahun (rerata 35 tahun) yang dicurigai mengalami masalah pada regio hip joint atau femur penyebab selisih panjang tungkai. Terdapat korelasi tinggi antara estimasi masalah regio hip joint terhadap kondisi diagnostik sebenarnya (r =80%) begitu pula antara estimasi masalah regio femor terhadap diagnosis pastinya (r =84,6%). Dengan demikian, kombinasi ALL – TLL dan GML mampu menentukan estimasi penyebab selisih panjang tungkai apakah di regio hip joint atau femoral meskipun pemeriksaan radiologis belum dilakukan. Kata Kunci : Appearance Leg Length (ALL), True Leg Length (TLL), Greater Trochanter – Medial Malleolus Length (GML), Leg Length Discrepancy (LLD).
ABSTRACT Determining the difference in the length of an individual's legs is often an important component of a musculoskeletal examination but can not determine whether the injury is occur in hip joint or femoral region using the conventional ALL – TLL measurement.The aim of the study is to determine the validity ALL – TLL and “greater trochanter – medial malleolus length (GML)” measurement to determine hip joint or femoral region problem in leg length discrepancy.The method of the study is a diagnostic experimental study from physical finding measurement. The validity of leg length discrepancy from a combination of conventional ALL – TLL and “greater trochanter – medial malleolus length (GML)” were measured to estimate whether the problem is in hip joint or femoral. From physical examination, discrepancy of ALL – TLL > 0,5 cm and GML discrepancy is 0 – 0,5 cm as hip joint problem and discrepancy of ALL – TLL and GML > 0,5 cm as femoral problem, which is validated with radiological findings.The results of the research indicated that a total of 36 patient between 15 – 84 years old (mean: 35 years) with a suspect of hip joint or femoral region problems causing leg length discrepancy were examined. There is a strong correlation between the hip joint region problem and the real diagnostic condition (r =80%), and also between femoral region problem and the diagnosis (r =84,6%). Therefore, a combination of ALL – TLL and GML can determine whether hip joint injury or femoral problems even if the radiological imaging had not been performed. Keywords : Appearance Leg Length (ALL), True Leg Length (TLL), Greater Trochanter – Medial Malleolus Length (GML), Leg Length Discrepancy (LLD).
PENDAHULUAN Penentuan selisih panjang tungkai merupakan salah satu komponen penting dalam pemeriksaan pasien dengan kelainan muskuloskeletal. Selisih panjang tungkai dapat dibagi ke dalam dua kelompok etiologi : 1. Selisih panjang tungkai struktural : berhubungan dengan pemendekan dari struktur tulang, 2. Selisih panjang tungkai fungsional : hasil dari gangguan perubahan mekanik tungkai bawah. (Gurney B, 2002; Subotnick S, 2001) Selisih panjang tungkai dapat berupa perbedaan nyata dari panjang tungkai ataupun akibat kemiringan dari pelvis. Perbedaan nyata ini dapat terjadi akibat dari pemendekan atau pemanjangan dari femur maupun tibia, atau keduanya. Meskipun pengukuran menggunakan pita ukur tergolong mudah dilakukan, namun validitas pengukuran ini belum diketahui pasti dan belum terdapat panduan penentuan letak masalah apakah pada regio hip joint atau regio femoral berdasarkan hasil pengukuran selisih panjang tungkai menggunakan metode pita ukur teknik konvensional Appearance Leg Length dan True Leg Length (ALL – TLL). (Woerman AL et al., 2004; Guichet JM et al., 2001; Blake RL et al., 1992) Belum adanya panduan untuk penentuan letak masalah apakah terdapat pada regio hip joint ataukah regio femoral berdasarkan hasil pemeriksaan fisis pengukuran selisih panjang tungkai menggunakan metode pita ukur teknik konvensional Appearance Leg Length dan True Leg Length (ALL – TLL) menjadikan dasar pemikiran untuk menentukan validitas pengukuran selisih panjang tungkai menggunakan metode pita ukur pada estimasi kejadian masalah di regio hip joint dan regio femoral. Oleh karena itu peneliti bertujuan untuk menilai validitas pengukuran selisih panjang tungkai menggunakan metode pita ukur dengan mengkombinasikan pengukuran konvensional Appearance Leg Length – True leg Length (ALL – TLL) dan pengukuran tambahan Greater Trochanter – Medial Malleolus Length pada estimasi kejadian masalah di regio hip joint dan regio femoral, menilai kesesuaian estimasi masalah regio hip joint dan regio femoral berdasarkan pengukuran selisih panjang tungkai menggunakan metode pita ukur terhadap hasil pemeriksaan radiologi, serta menilai peluang penggunaan pengukuran selisih panjang tungkai menggunakan metode pita ukur dengan mengkombinasikan pengukuran konvensional Appearance Leg Length – True leg Length (ALL – TLL) dan pengukuran tambahan Greater Trochanter – Medial Malleolus Length sebagai prediktor klinis kejadian masalah pada regio hip joint ataukah regio femoral. (Etnier JR et al., 2008; Moseley CF et al., 2006; Shapiro F, 2001)
BAHAN DAN METODE Lokasi dan Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo, Makassar. Waktu pengambilan data sampel penelitian selama bulan September 2013. Desain penelitian ini menggunkan study experimental diagnostik untuk mengukur tingkat kesesuaian estimasi masalah pada regio hip joint atau regio femoral berdasarkan hasil pengukuran yang menunjukkan selisih panjang tungkai pada pengukuran Appearance Leg Length (ALL), True Leg Length (TLL) dan greater trochanter-medial malleolus length (GML) dibandingkan dengan hasil pemeriksaan radiologis. Populasi dan Sampel Populasi yang termasuk dalam penelitian ini adalah semua pasien usia 15 tahun atau lebih yang dicurigai menderita masalah kesehatan pada area sendi panggul maupun tulang femur dan ditemukan selisih panjang tungkai dari pemeriksaan klinis penderita di UGD, Poliklinik maupun ruang perawatan RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo, Makassar. Didapatkan 36 sampel, dengan sebaran laki-laki 24 orang dan perempuan 12 orang, yang dicurigai mengalami masalah kesehatan pada hip joint ataupun femur yang bisa menyebabkan selisih panjang tungkai. Sampel selanjutnya dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok estimasi masalah regio hip dan kelompok estimasi masalah regio femur berdasarkan hasil pengukuran panjang tungkainya. Masing-masing kelompok akan dikonfirmasi kesesuaian estimasi regional masalahnya dengan hasil pemeriksaan X-Ray. Metode pengumpulan data Data yang dikumpulkan, dianalisis menggunakan bantuan komputer program excel dan dianalisis statistic terhadap variable-variabel yang diteliti dengan bantuan program Statistical Package for Social Sciences (SPSS) for Windows. Analisis data Data yang dikumpul diolah melalui analisis statistik, untuk melihat validitas pengukuran selisih panjang tungkai menggunakan metode pita ukur pada estimasi kejadian masalah di regio hip joint dan regio femoral terhadap hasil pemeriksaan X-Ray dengan menggunakan uji Korelasi Pearson, uji Korelasi Spearman, uji Tabulasi silang dan uji Non Parametrik Chi-square dengan nilai p < 0,01 adalah signifikan.
HASIL PENELITIAN Tabel 1 menunjukkan sebaran data berdasarkan umur dan selisih ALL,TLL dan GML dari 36 jumlah sampel dengan sebaran umur antara 15 – 84 tahun dengan rerata 35 tahun, sebaran selisih ALL 1.0 – 9.0 cm dengan rerata 2.7 cm, sebaran selisih TLL 0.5 – 10.0 cm dengan rerata 2.7 cm, dan sebaran selisih GML 0 – 10.0 cm dengan rerata 1.9 cm. Tabel 2 menunjukkan Uji statistik menurut Uji Korelasi Pearson didapatkan bahwa selisih panjang tungkai berdasarkan pengukuran Greater trochanter – Medial Malleolus Length (DGML) memiliki korelasi signifikan dengan penentuan estimasi lokasi masalah apakah timbul pada regio hip joint atau femoral (p<0.01). Demikiain pula estimasi lokasi masalah apakah timbul pada regio hip joint atau femoral memiliki nilai korelasi signifikan terhadap kejadian masalah sebenarnya pada regio hip joint ataupun regio femoral (p<0.01). Tabel 3 menunjukkan uji statistik menurut Uji Korelasi Spearman didapatkan bahwa selisih panjang tungkai berdasarkan pengukuran Greater trochanter – Medial Malleolus Length (DGML) memiliki korelasi signifikan (p<0.01 ) terhadap selisih panjang tungkai berdasarkan pengukuran Appearance Leg Length (DALL) dan selisih panjang tungkai berdasarkan pengukuran True Leg Length (DTLL) dalam penentuan estimasi lokasi masalah apakah timbul pada regio hip joint atau femoral. Demikiain pula selisih panjang tungkai berdasarkan pengukuran Greater trochanter – Medial Malleolus Length (DGML) memiliki korelasi signifikan baik terhadap estimasi lokasi masalah apakah timbul pada regio hip joint atau femoral maupun terhadap bukti kejadian masalah sebenarnya pada regio hip joint ataupun regio femoral (p<0.01). Tabel 4 menunjukkan Uji Tabulasi Silang, estimasi lokasi masalah apakah terjadi di regio hip joint atau femoral terhadap bukti kejadian masalah terjadi di regio hip joint ataukah regio femoral ditemukan bahwa nilai validitas estimasi terhadap kejadian selisih panjang tungkai akibat masalah di regio hip joint atau femoral memiliki nilai validitas tinggi. Kemampuan estimasi terhadap kejadian selisih panjang tungkai akibat masalah di regio hip joint adalah 80% dan kemampuan estimasi terhadap kejadian selisih panjang tungkai akibat masalah di regio femoral adalah 86.4%. Secara keselurahan, rerata validitas estimasi terhadap kejadian selisih panjang tungkai akibat masalah di regio hip joint atau femoral adalah 82,3%. Tabel 5 menunjukkan nilai validitas menurut uji Tabulasi Silang di atas juga menampilkan signifikansi bermakna pada uji Pearson Chi-Square (p<0.01).
PEMBAHASAN Dari penelitian ini ditemukan korelasi tinggi antara estimasi masalah regio hip joint terhadap kondisi diagnostik sebenarnya (r =80%) begitu pula antara estimasi masalah regio femor terhadap diagnosis pastinya (r =84,6%) berdasarkan pengukuran selisih panjang tungkai
menggunakan
metode
pita
ukur
dengan
mengkombinasikan
pengukuran
konvensional Appearance Leg Length dan True Leg Length (ALL – TLL) dan pengukuran tambahan Greater Trochanter – Medial Malleolus Length. Hal ini memberikan suatu bentuk analisa hasil pemeriksaan klinis yang lebih mendalam untuk menegakkan diagnosis. Penggunaan metode pemeriksaan klinis dan radiologis yang akurat dalam penilaian selisih panjang tungkai merupakan hal vital dalam merencakan pemberian terapi yang tepat. (Sabharwal S et al., 2008) Salah satu metode pemeriksaan klinis dalam menilai selisih panjang tungkai yakni dengan menggunakan pita ukur dapat diterima validitasnya dan diandalkan sebagai pemeriksaan skrining untuk menilai selisih panjang tungkai. Namun, terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan kesalahan dalam metode pengukuran semacam ini. (Eichler J, 2007; Sabharwal S et al., 2008; Terry MA, 2005) Penggunaan hasil pengukuran selisih panjang tungkai menggunakan metode pita ukur dengan metode konvensional Appearance Leg Length dan True Leg Length (ALL – TLL) selama ini telah memberikan panduan apakah kejadian selisih panjang tungkai timbul akibat kelainan struktural tulang sepanjang tungkai (selisih panjang tungkai struktural) ataukah hanya akibat gangguan fungsi serta kelainan mekanik pada tulang belakang, pelvis maupun tungkai bawah (selisih panjang tungkai fungsional). Sama halnya dengan pemeriksaan klinis pada selisih panjang tungkai menggunakan metode Galeazzi sign, hanya mampu menggambarkan kemungkinan letak penyebab selisih panjang tungkai apakah timbul pemendekan di regio femoral atau akibat pemendekan di regio cruris. Kedua metode penilaian ini belum dapat memberikan panduan pemeriksaan klinis untuk prediksi penyebab selisih panjang tungkai apakah timbul akibat adanya masalah di regio hip joint ataukah di regio femoral. (Solomon L et al., 2010; Nagayam S, 2010) Berdasarkan hasil penelitian ini, pengukuran selisih panjang tungkai menggunakan metode pita ukur dengan mengkombinasikan pengukuran konvensional Appearance Leg Length – True leg Length (ALL – TLL) dan pengukuran tambahan Greater Trochanter – Medial Malleolus Length ternyata mampu memberikan gambaran klinis dan panduan dalam melalukan estimasi penyebab selisih panjang tungkai apakah timbul di regio hip joint ataukah regio femoral. Dengan demikian, metode kombinasi ini dapat pula dijadikan prediktor klinis
penyebab kejadian masalah pincang apakah pada regio hip joint ataukah regio femoral. Sementara itu, metode pemeriksaan klinis Bryant’s triangle dan Roser-Nelaton line yang merupakan bagian pemeriksaan klinis pada regio hip joint bersama-sama dapat digunakan dalam memprediksi kemungkinan penyebab kejadian timbulnya selisih panjang tungkai yang timbul di regio hip joint. (Solomon L et al., 2010; Nagayam S, 2010) Dalam penelitian ini, terdapat beberapa hasil pengukuran selisih panjang tungkai berdasarkan Appearance Leg Length – True leg Length (ALL – TLL) dan pengukuran tambahan Greater Trochanter – Medial Malleolus Length (GML) yang tidak sesuai dengan formula estimasi masalah regio hip joint – femoral. Pada kasus AVN Femoral Head kanan, ditemukan selisih panjang tungkai yang besar pada ketiga pemeriksaan (ALL – TLL – GML), hal ini diduga akibat proses yang berlangsung kronis dan telah mengakibatkan soft tissue kontraktur pada beberapa sendi sepanjang tungkai bawah disertai atropi otot sepanjang tungkai tersebut akibat dari kurangnya aktifitas pembebanan karena nyeri. Dengan demikian, timbul perbedaan keliling tungkai kanan dan kiri serta adanya perbedaan posisi tungkai akibat kontraktur membuat pengukuran selisih panjang tungkai tidak sesuai dengan formula estimasi berdasarkan hipotesis dasar. Hal ini sesuai dengan yang telah dikemukakan bahwa terdapat beberapa keadaan yang menggambarkan beberapa kondisi yang dapat mengganggu pengukuran menggunakan metode pita ukur. Adanya perbedaan pada ukuran keliling dari kedua
tungkai dapat
menimbulkan
selisih
jarak
keduanya,
sebagaimana
halnya
penyimpangan axis panjang tungkai di satu sisi akibat dari genu valgus ataupun genu varus. Sebagai tambahan, ada pendapat bahwa pelvis yang asimetris dapat pula mengakibatkan kesalahan dalam pengukuran ini. (Eichler J, 2007; Beattie P, 2000) Hal lain yang mengganggu pengukuran panjang tungkai dengan metode pita ukur ini adalah kondisi permukaan yang tidak sama rata dari paha, lutut ataupun betis (seperti asimetri akibat bengkak, atropi otot atau obesitas) dapat pula mengganggu posisi pita ukur secara bermakna yang pada akhirnya akan menyebabkan timbulnya bias pengukuran panjang tungkai. (Beattie P, 2000; Knutson GA, 2005) Kekurangan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah kondisi pasien yang overweight ataupun obesitas dengan lapisan lemak bawah kulit yang tebal yang menyebabkan sulitnya menentukan lokasi penonjolan tulang femur area Greater Trochanter dengan cara palpasi secara tepat. Sama halnya dengan kondisi di atas, pasien yang datang dalam fase akut setelah trauma dengan kondisi inflamasi yang jelas dan udem jaringan di sekitar hip joint, menjadikan penetapan titik tonjolan tulang sulit untuk diidentifikasi sehingga menjadi perancu dalam perhitungan selisih panjang tungkai berdasarkan panjang Greater Trochanter
– Medial Malleolus Length. Hal inilah yang telah dijelaskan sebelumnya yang berpendapat bahwa kesulitan dalam penentuan lokasi tonjolan tulang dengan cara palpasi dapat pula mengakibatkan kesalahan dalam pengukuran ini. (Fisk JW, 2005; Cleveland RH et al., 2008) KESIMPULAN DAN SARAN Pengukuran selisih panjang tungkai menggunakan metode pita ukur dengan mengkombinasikan pengukuran konvensional Appearance Leg Length, True Leg Length dan Greater Trochanter – Medial Malleolus Length memiliki nilai validitas tinggi sebagai bagian dari pemeriksaan klinis untuk memprediksi kemungkinan letak masalah kesehatan yang menjadi penyebab timbulnya selisih panjang tungkai apakah terjadi pada regio hip joint atau regio femoral, dapat dijadikan sebagai prediktor klinis meskipun belum didukung dengan pemeriksaan radiologis serta dapat dijadikan panduan diagnostik kemungkinan letak masalah kesehatan yang menjadi penyebab timbulnya selisih panjang tungkai apakah terjadi pada regio hip joint atau regio femoral. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan sampel yang jauh lebih besar guna meningkatkan nilai validitas uji diagnostik ini.
DAFTAR PUSTAKA Beattie P, Isaacson K, Riddle DL, Rothstein JM. (2000). Validity of derived measurements of leg-length differences obtained by use of a tape measure. Phys Ther. 70:150–157. Blake RL, Ferguson B. (1992). Limb length discrepancies. J Am Pediatric Med Assoc. 82:33 – 8. Cleveland RH, Kushner DC, Ogden MC, Herman TE, Kermond W, Correia JA. (2008). Determination of leg length discrepancy. A comparison of weight-bearing and supine imaging. Invest Radiol. 23:301– 4. Eichler J. (2007). Methodological errors in documenting leg length and leg length discrepancies. In: Der Orthopade. New York, NY, Springer-Verlag New York Inc. vol 1, pp 1420 (translated from German). Etnier JL, Landers DM. (2008). Motor performance and motor learning as a function of age and fitness. Res Q Exerc Sport. 69:136 – 46. Fisk JW, Baigent ML. (1975). Clinical and radiological assessment of leg length. N Z Med J. 81:477– 80. Gurney B. (2002). Leg length discrepancy. Gait and Posture.15:195 – 206. Guichet JM, Spivak JM, Trouilloud P, Grammont PM. (2001). Lower limb-length discrepancy. An epidemiologic study. Clin Orthop. 272:235 – 41. Knutson GA. (2005). Anatomic and functional leg-length inequality: A review and recommendation for clinical decision making. Part I, anatomic leg-length inequality: prevalence, magnitude, effects and clinical significance. Chiropractic & Osteopathy. 13: 11. Moseley CF. (2006). Leg length discrepancy. In: Morissy RT, Weinstein SL, eds. Lovell and Winter’s Pediatric Orthopaedics. Philadelphia, PA: Lippincott Williams & Wilkins; 1213 – 56. Nagayam S. (2010). Injury of The Hip and femur. In : Solomon L, Warmick D, Nagayam S, eds. Apley’s System of Orthopaedics and Fractures 9th Ed.Londok, UK: Hodden Arnold an Hachette UK Company: 843 – 74. Shapiro F. (2001). Pediatric Orthopedic Deformities. Basic Science, Diagnosis, and Treatment. San Diego, CA: Academic Press; 606–732. Sabharwal S, Kumar A. (2008). Methods for assessing leg length discrepancy. Clin Orthop Relat Res. 466: 2910 – 22. Solomon L,Ganz R, Leunig M, Marsell F. (2010). The Hip. In : Solomon L, Warmick D, Nagayam S, eds. Apley’s System of Orthopaedics and Fractures 9th Ed.Londok, UK: Hodden Arnold an Hachette UK Company; 493 – 5. Subotnick SI. (2001). Limb length discrepancies of the lower extremity (the short leg syndrome). J Orthop Sports Phys Ther. 3:11 – 5. Terry MA, Winell JJ, Green DW, Schneider R, Peterson M, Marx RG, Widmann RF. (2005). Measurement variance in limb length discrepancy: Clinical and radiographic assessment of interobserver and intraobserver variability. J Pediatr Orthop. 25:197 – 201. Woerman AL, Binder-MacLeod SA. (2004). Leg length discrepancy assesment: accuracy and precision in five clinical methods of evaluation. J Orthop Sports Phys Ther. 5: 230 – 8.
Tabel 1. Sebaran Umur, Selisih ALL, Selisih TLL, Selisih GML N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Umur
36
15
84
35
20.11964
ALLD
36
70.0
96.0
82.3
6.61234
ALLS
36
71.0
99.0
82.7
6.58177
DALL
36
1.0
9.0
2.7
1.60128
TLLD
36
67.0
88.5
76.6
5.89141
TLLS
36
67.5
89.0
76.4
5.37696
DTLL
36
0.5
10.0
2.7
1.89878
GMLD
36
63.5
83.5
72.0
5.59017
GMLS
36
62.5
85.0
72.0
5.53623
DGML
36
0
10.0
1.9
2.12595
Tabel 2. Uji Korelasi Pearson terhadap Pengukuran Selisih ALL, TLL, GML, Estimasi Lokasi Masalah dan Regio Lokasi Masalah DALL1 ESTIMASI
DTLL1
DGML1
ESTIMASI
REGIO
Pearson Correlation
.218
.220
.548**
Sig. (2-tailed)
.202
.197
.001
36
36
36
36
.626
.936
.113
.000
36
36
36
36
N Sig. (2-tailed) N
1
.614** .000 36
36
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Tabel 3. Uji Korelasi Spearman terhadap Pengukuran Selisih ALL, TLL, GML, Estimasi Lokasi Masalah dan Regio Lokasi Masalah
DALL1 DALL1
REGIO
.480**
.193
.028
.
.000
.003
.259
.873
36
36
36
36
36
.877**
1.000
.481**
.182
.079
.000
.
.003
.288
.647
36
36
36
36
36
.480**
.481**
1.000
.813**
.482**
.003
.003
.
.000
.003
36
36
36
36
36
.193
.182
**
1.000
.614**
.259
.288
.000
.
.000
36
36
36
36
36
Correlation Coefficient
.028
.079
.482**
.614**
1.000
Sig. (2-tailed)
.873
.647
.003
.000
.
36
36
36
36
36
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
ESTIMASI Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N REGIO
ESTIMASI
.877**
N
DGML1
DGML1
1.000
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
DTLL1
DTLL1
N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
.813
Tabel 4. Uji Tabulasi Silang Estimasi Lokasi Masalah Terhadap Regio Lokasi Masalah REGIO HIP ESTIMASI
HIP
Count % within REGIO
FEMORAL
Count % within REGIO
Total
8
4
12
80.0%
15.4%
33.3%
2
22
24
20.0%
84.6%
66.7%
10
26
36
100.0%
100.0%
100.0%
Count % within REGIO
Total
FEMORAL
Tabel 5. Uji Validitas Estimasi Lokasi Masalah Terhadap Regio Lokasi Masalah
Value
Df
Asymp. Sig.
Exact Sig.
Exact Sig.
(2-sided)
(2-sided)
(1-sided)
.001
.001
Pearson Chi-Square
13.569a
1
.000
Continuity Correctionb
10.817
1
.001
Likelihood Ratio
13.496
1
.000
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association
13.192
1
.000
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.33. b. Computed only for a 2x2 table
Sumber : Data Primer