perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
VALIDITAS JAM MENGAJAR GURU BERSERTIFIKASI PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) BERKELAS KECIL (STUDI KASUS DI KABUPATEN BOYOLALI)
SKRIPSI Oleh:
RATNA DWI YULIANINGSIH K7408255
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama
: Ratna Dwi Yulianingsih
NIM
: K7408255
Jurusan/Program Studi
: P. IPS / Pendidikan Akuntansi
Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul ” VALIDITAS JAM MENGAJAR GURU BERSERTIFIKASI PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) BERKELAS KECIL (STUDI KASUS DI KABUPATEN BOYOLALI)” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
VALIDITAS JAM MENGAJAR GURU BERSERTIFIKASI PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) BERKELAS KECIL (STUDI KASUS DI KABUPATEN BOYOLALI)
Oleh:
RATNA DWI YULIANINGSIH K7408255
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN REVISI
Skripsi ini telah direvisi dengan arahan dan anjuran dari Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan dapat diterima untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
`
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari
:
Tanggal
:
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari satu kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangan semangat” (Winston Churchill) “Bahagia itu praktis dan sederhana, kebahagiaan tak semudah saat kamu katakan kamu bahagia, kerjakan saja apa yang membuat kamu merasa bahagia dan pada akhirnya kebahagiaan akan tercipta dengan sendirinya” (Penulis) ”Hidup itu seutuhnya tentang terpuruk dan bahagia, buat apa kita takut saat kita terpuruk dan buat apa kita lupa diri saat kita bahagia” (Penulis) “Jika kamu senang dan nyaman mengerjakan apa yang menjadi hobi kamu, maka jangan pernah kamu takut pada perkataan orang lain tentang hobi kamu yang terlalu besar resikonya” (Penulis)
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, ku persembahkan karya ini untuk : ”Bapak dan Ibu Tercinta” Do‟a mu yang selalu menyertaiku, tetes keringatmu yang menjadikan cambuk motivasi bagi penulis serta kasih sayangmu yang tiada henti. Tiada kasih sayang yang setulus dan seabadi kasih sayang bapak dan ibuku tercinta. ”Kakaku dan kedua adiku tersayang ” Perhatian kalian adalah motivasi besar buat penulis ”Mbah Supardal dan Suyamti tersayang” Terimakasih atas segala bentuk perhatian yang telah diberikan ”Pujaan Hatiku terkasih” Terimakasih telah menemani saya dan selalu memberi dukungan serta semangat buat penulis ”Keluarga besar tercinta Garba Wira Bhuana Mapala UNS” Terima kasih atas angin segar yang telah dihembuskan sebagai penghilang rasa bosan penulis. ”Teman-teman P. Akuntansi 2008” Terima kasih atas semangat, kerjasama serta kebersamaan kita selama ini. “Almamater Uns”
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Ratna Dwi Yulianingsih. VALIDITAS JAM MENGAJAR GURU BERSERTIFIKASI PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) BERKELAS KECIL (STUDI KASUS DI KABUPATEN BOYOLALI). Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2012. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kriteria beban kerja atau beban mengajar guru 24 jam/minggu, pembagian/penentuan jam mengajar bagi guru yang bersertifikasi, kendala-kendala yang dihadapi pihak sekolah dalam memecahkan permasalahan pembagian jam mengajar guru bersertifikasi yaitu 24 jam/minggu dan strategi yang ditempuh bagi sekolah dan guru yang tidak mencapai jam mengajar 24 jam/minggu. Sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling (sampel bertujuan), dimana sampel yang diambil tidak ditentukan pada banyaknya sampel melainkan lebih ditekankan pada kualitas pemahaman sampel terhadap permasalahan yang diteliti, dan Snowball sampling (bola salju) dimana sampel diambil tanpa direncana. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi dan arsip. Teknik validitas data yang digunakan adalah triangulasi data dan metode. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data model interaktif. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, (A) kriteria beban kerja atau beban mengajar guru 24 jam/minggu di lapangan yang menjelaskan bahwa jam tatap muka di kelas yaitu jam mengajar guru setiap minggunya dimana kegiatan bukan tatap muka tidak diperhitungkan sebagai jam mengajar dan tugas tambahan sebagai kepala satuan atau kepala bagian dapat diperhitungkan sebagai beban mengajar telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru Pasal 52 ayat 2 (B) Pembagian/penentuan jam mengajar dilaksanakan oleh wakil kepala sekolah yaitu waka kurikulum yang dibantu oleh stafnya sesuai dengan sertifikat pendidik yang dimiliki guru, (C) kendala-kendala yang dihadapi pihak sekolah dalam memecahkan permasalahan pembagian jam mengajar guru bersertifikasi yaitu 24 jam/minggu adalah: (1) keterbatasan jumlah kelas pada sekolah berkelas kecil, (2) jumlah jam mengajar yang sedikit, (3) susahnya mencari sekolah lain untuk memenuhi kekurangan jam mengajar, (4) terbatasnya tugas tambahan guru yang dapat dihitung sebagai beban kerja guru. (D) Strategi atau upaya yang ditempuh bagi sekolah dan guru untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi guru bersertifikasi dalam pemenuhan jam mengajar 24 jam/minggu adalah sebagai berikut: (1) meningkatkan jumlah jam tatap muka di sekolah/madrasah, (b) mengajar pada sekolah/madrasah lain, (c) ekuivalensi kegiatan dari tugas tambahan. Kata kunci: jam mengajar guru bersertifikasi commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Ratna Dwi Yulianingsih. THE VALIDITY OF CERTIFIED TEACHER’S TEACHING HOUR IN SMALL-CLASS SENIOR HIGH SCHOOL (SMA) AND VOCATIONAL MIDDLE SCHOOL (SMK) (A CASE STUDY ON BOYOLALI REGENCY). Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Surakarta Sebelas Maret University, July 2012. The objective of research is to find out the criteria of teacher‟s workload or teaching load of 24 hours/week, teaching hour distribution/determination for certified teacher, the obstacles the school faces in solving the problems of teaching hour distribution for certified teacher of 24 hours/week, and the strategy taken by the school and the teachers who do not reach 24 hours/week teaching hour. In line with the objective of research, this research used a descriptive qualitative method. The sampling techniques used were purposive sampling, in which the sample taken was not determined in the number of it but emphasized more on the quality of sample‟s conception on the problems studied, and Snowball sampling in which the sample was taken without planned. Techniques of collecting data used were interview, observation, and document and archive. Technique of validating data used was data and method triangulation. Technique of analyzing data used was an interactive model of data analysis. From the result of research, it could be concluded that, (A) the criteria of workload or teaching load of 24 hours/week teaching in the field explained that the meeting (face-to-face) hour in the classroom, that is, the teacher‟s teaching hour each week in which non-meeting activity was not calculated as teaching hour and additional duty as the chief of unit or chief of division could be taken into account as the workload had been consistent with the Article 52 clause (2) of Governmental Rule Number 74 of 2008 about teacher. (B) The distribution/determination of teaching hour was undertaken by the deputy of headmaster for curriculum division assisted by his/her staff corresponding to the educator certificate the teachers had. (C) The obstacles the school faced in solving the problem of teaching hour distribution for the certified teachers of 24 hours/week included: (1) limited number of class in the small-class school, (2) limited teaching hour, (3) the difficulty of looking for other schools to compensate the teaching hour shortage, (4) the limited additional duty for teacher that could be considered as teacher‟s workload. (D) The strategy or the attempt taken by the school and the teacher to cope with the obstacles faced by the certified teachers in complying with the 24 hour/week teaching hour were as follows: (1) increasing the number of meeting (face-to-face) number at school/madrasah, (b) teaching at other school/madrasah, (c) equivalency commitoftoactivity user from additional duty. Keywords: Certified teacher‟s teaching hour x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ” Validitas Jam Mengajar Guru Bersertifikasi pada Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Berkelas Kecil (Studi Kasus di Kabupaten Boyolali)”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Penulis menyadari bahwa
terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. 3. Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Drs. Wahyu Adi, M.Pd selaku Pembimbing I, yang selalu memberikan motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Muhtar, S.Pd, M.Si selaku Pembimbing II yang selalu memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Kepala Kantor Kesbang Pol Kabupaten Boyolali yang telah memberikan surat rekomendasi penelitian . 7. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Boyolali yang telah memberi ijin untuk melakukan penelitian. 8. Sugiyo, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SMK Karya Dharma Teras, yang telah memberi ijin dan bantuan dalam penelitian. commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9. Dra. Melania Sri Rahaju, selaku Kepala Sekolah SMA Knisius Yos Sudarso Boyolali, yang telah memberi ijin dan bantuan dalam penelitian. 10. Drs. Suwali, selaku Kepala Sekolah SMA Bhinneka Karya 3 Boyolali, yang telah memberi ijin dan bantuan dalam penelitian. 11. Drs. Joko Raharjo, selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Banyudono, yang telah memberi ijin dan bantuan dalam penelitian. 12. Drs. Sunarno, M.Pd, selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Teras, yang telah memberi ijin dan bantuan dalam penelitian. 13. Ibu dan Bapak tercinta yang selalu mendukung, mendoakan, berjuang, dan bersabar serta menjadi motivasi terbesar dalam hidup saya. 14. Kakak tersayang: Agung Prayogi, terimakasih atas segala motivasi yang sudah diberikan, adik-adikku tersayang: Bagus Tri Indriyanto dan Sesya Octaviola Pamungkas yang selalu memberikan keceriaan. 15. Mbah Supardal dan Suyamti, terimakasih atas perhatian yang diberikan. 16. Seluruh keluarga besar yang selalu memberikan dukungan dan do‟a. 17. Keluarga besarku Garba Wira Bhuana Mapala UNS khusus teruntuk Mujiyanti terimakasih atas semua semangat dan bantuan yang diberikan. 18. Seseorang yang selalu berada di hatiku yang selalu menjadi penyemangat. 19. Teman-teman seperjuangan PAK 2008 yang telah memberikan motivasi. 20. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Surakarta, Agustus 2012
commit to user xii
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL………………………………………………………...
i
HALAMAN PERNYATAAN………………………………………………
ii
HALAMAN PENGAJUAN…………………………………………………
iii
HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………….
iv
HALAMAN REVISI…………………………………………………………
v
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………...
vi
HALAMAN MOTTO…………………………………………………………
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………..
viii
HALAMAN ABSTRAK……………………………………………………..
ix
ABSTRACT………………………………………………………………….
x
KATA PENGANTAR………………………………………………………...
xi
DAFTAR ISI…………………………………………………………………
xiii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………
xvii
DAFTAR GAMBAR………………………………………........................... xviii DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………….……
xix
I PENDAHULUAN........................................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................
1
B. Perumusan Masalah ....................................................................................
5
C. Tujuan Penelitian............................................................................................
6
D. Manfaat Penelitian ......................................................................................
6
1. Manfaat Teoritis .......................................................................................
6
2. Manfaat Praktis .....................................................................................
6
BAB II KAJIAN PUSTAKA…........................................................................
8
A. Kajian Teori dan hasil penelitian yang relevan………………………......
8
1. Tinjauan tentang Tenaga Kependidikan………………………………
9
2. Tinjauan tentang Profesi Guru................................................................. 11 a. Pengertian Profesi Guru…………………………...........................
11
b. Kriteria Profesi…………………………………………………..…. commit to user
12
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Tinjauan tentang Kompetensi Guru…………………………………...
15
a. Pengertian Kompetensi Guru……………………………………….
15
b. Jenis-jenis Kompetensi Guru………………....……………............
17
4. Tinjauan tentang Sertifikasi Guru…………..........................................
23
a. Pengertian Serifikasi Guru................................................................... 23 b. Tujuan dan Manfaat Sertifikasi………..............................................
23
5. Tinjauan tentang Kriteria Jam Mengajar Guru Bersertifikasi….............. 24 6. Tinjauan tentang Perhitungan Jumlah Tatap Muka Guru........................ 34 a. Jumlah Tatap Muka per Mata Pelajaran.............................................. 34 b. Pendistribusian Beban Kerja Tatap Muka………………..................
35
c. SK Kepala Sekolah/Madrasah tentang Tugas Mengjar Guru ............ 36 7. Tinjauan tentang Strategi Pemenuhan Jam Mengajar……….................
36
8. Tinjauan tentang Sekolah Berkelas Kecil……………………………… 37 B. Kerangka Berpikir…..................................................................................... 40 BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................
43
A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................................
44
1. Tempat Penelitian....................................................................................
44
2. Waktu Penelitian......................................................................................
44
B. Bentuk dan Strategi Penelitian........................................................................ 44 1. Bentuk Penelitian.....................................................................................
44
2. Strategi Penelitian ...................................................................................
45
C. Sumber Data................................................................................................... 46 D. Teknik Sampling..........................................................................................
48
E. Teknik Pengumpulan Data............................................................................. 49 F. Validitas Data.................................................................................................
51
G. Analisis Data ................................................................................................. 52 H. Prosedur Penelitian........................................................................................
54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………………....
56
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ………………………………………………. 56 1. SMA Kanisius Yos Sudarso………………………………………….. 56 commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. SMA Bhineka Karya 3 Boyolali……………………………………..
57
3. SMK Karya Dharma Teras…………………………………………..
59
4. SMA Negeri 1 Banyudono…………………………………………… 60 5. SMA Negeri 1 Teras………………………………………………….. 62 B. Deskripsi Temuan Penelitian……………………………………………… 65 1. Sekolah Berkelas Kecil……………………………………………….. 6365 2. Kriteria Beban Kerja atau Beban Mengajar Guru 24 Jam/Minggu…….8866 3. Pembagian/penentuan Jam Mengajar bagi Guru yang Bersertifikasi pada Sekolah yang bersangkutan……………………………………..
69
4. Kendala-kendala yang dihadapi pihak Sekolah dalam Memecahkan 89 90 Permasalahan Pembagian Jam Mengajar Guru Bersertifikasi yaitu 24 Jam/minggu……………………………………………………………. 72 C. Pembahasan………………………………………………….…………… 1. Kriteria Beban Kerja atau Beban Mengajar Guru 24
74 74
Jam/Minggu…. 2. Pembagian/penentuan Jam Mengajar bagi Guru yang Bersertifikasi pada Sekolah yang bersangkutan……………………………………
75
3. Kendala-kendala yang dihadapi Pihak Sekolah dalam Memecahkan Permasalahan Pembagian Jam Mengajar Guru Bersertifikasi yaitu 24 Jam/minggu ……..……………………………………………….
76
4. Strategi atau upaya yang ditempuh bagi sekolah dan guru untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi guru bersertifikasi dalam pemenuhan jam mengajar 24 jam/minggu…………………………..
77
BAB. V SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN………………………………
79
1. Simpulan………………………………………………………...
79
2. Implikasi ………………………………………………………..
81
a. Implikasi Teoritis……………………………………………
81
b. Implikasi Praktis…………………………………………….
81
3. Saran…………………………………………………………….
81
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. commit to user LAMPIRAN…………………………………………………………………
83
xv
85
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel Jenis Kerja Guru.………………………................................
28
Tabel 2.2 Contoh Perhitungan Beban Tatap Muka Guru SMA……………...
34
Tabel 4.1 Jumlah Siswa dan Jumlah Rombongan Belajar …………………...
57
Tabel 4.2 Kepala Sekolah, Guru, dan Tenaga Administrasi menurut Status Kepegawaian, Golongan dan Jenis Kelamin....................................
57
Tabel 4.3 Jumlah Siswa dan jumlah Rombongan Belajar................................
58
Tabel 4.4 Kepala Sekolah, Guru, dan Tenaga Administrasi menurut Status Kepegawaian, Golongan. dan Jenis Kelamin ……………………..
59
Tabel 4.5 Jumlah Siswa dan jumlah Rombongan Belajar…………………....
60
Tabel 4.6 Kepala Sekolah, Guru, dan Tenaga Administrasi menurut Status Kepegawaian, Golongan dan Jenis Kelamin………………………
60
Tabel 4.7 Jumlah Siswa dan jumlah Rombongan Belajar……………………
61
Tabel 4.8 Kepala Sekolah, Guru, dan Tenaga Administrasi menurut Status Kepegawaian, Golongan dan Jenis Kelamin………………………
62
Tabel 4.9 Jumlah Siswa………………………………………………………
64
Tabel 4.10 Jumlah Rombongan Belajar……………………………………...
64
Tabel 4.11 Jumlah Guru Berdasarkan Status…………………………………
64
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. SMA Bhineka Karya 3 Teras ....................................................... 127 Gambar 2. Pelaksanaan Wawancara .............................................................. 127 Gambar 3. Kegiatan Pembelajaran................................................................. 128 Gambar 4. Kondisi Ruang Guru .................................................................... 128
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian ....................................................................... 86 Lampiran 2. Pedoman Wawancara ................................................................ 87 Lampiran 3. Fieldnote Wawancara ................................................................ 89 Lampiran 4. Fieldnote Observasi ................................................................... 101 Lampiran 5. Surat Keputusan Kepala Sekolah tentang Pembagian Tugas Mengajar dan Tugas Tambahan Guru………………………... 104 Lampiran 6. Dokumentasi Observasi di Sekolah ........................................... 127 Lampiran 7 Surat Keputusan dekan tentang ijin penyusunan skripsi ........... 129 Lampiran 8. Surat Ijin menyusun Skripsi ...................................................... 130 Lampiran 9. Surat Ijin Observasi ................................................................... 131 Lampiran 10. Surat Rekomendasi penelitian dari Disdikpora Boyolali …....... 132 Lampiran 11. Surat Keterangan dari Sekolah………………………………..
133
Lampiran 12. Data Sekolah Menengah Kabupaten Boyolali………………… 138
commit to user xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembangunan nasional membutuhkan manusia yang terampil, tangguh, cakap dan mandiri dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tersedianya sumberdaya manusia yang berkualitas dapat tercapai melalui pendidikan. Pendidikan adalah suatu usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar berperan aktif dan positif dalam hidupnya sekarang dan yang akan datang. Sedangkan pendidikan nasional Indonesia adalah pendidikan yang berakar pada pencapaian pembangunan nasional Indonesia. Seperti yang tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 bahwa: “Sistem Pendidikan Nasional Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab”. Pendidikan di Indonesia diselenggarakan melalui tiga jalur pendidikan, yaitu pendidikan formal, pendidikan non formal, dan pendidikan informal. Pendidikan formal merupakan jalur pendidikan yang diselenggarakan di sekolah, yang berjenjang dan berkelanjutan. Pendidikan non formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat yang tidak terlalu sistematis dan terencana, sedangkan pendidikan informal merupakan jalur pendidikan yang dilakukan seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar maupun tidak sadar dari seseorang lahir hingga meninggal dunia. Pendidikan yang dilaksanakan di sekolah merupakan perwujudan dari penyelenggaraan pendidikan formal. Terdiri dari pendidikan tingkat dasar, pendidikan tingkat menengah dan pendidikan tingkat atas. Dalam pendidikan tingkat atas dibagi menjadi Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah (MA). commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2 Pendidikan tak pernah lepas dari belajar dan mengajar yang merupakan sebuah proses yang kompleks, segala sesuatunya memiliki arti yaitu setiap kata, pikiran, tindakan dan asosiasi dan sampai sejauh mana seorang guru mengubah lingkungan dan presentasi, sejauh itu pula proses belajar berlangsung. Di dalam dunia pendidikan, guru dan siswa adalah subyek atau para pelaku dari pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya. Guru bertugas membantu siswa untuk tujuan tersebut sedangkan siswa berusaha untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut. Menurut Mulyasa (2007), “Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan yang harus mendapat perhatian sentral, pertama dan utama. Figur yang satu ini akan senantiasa menjadi sorotan strategis ketika berbicara masalah pendidikan, karena guru selalu terkait dengan komponen manapun dalam sistem pendidikan” (hlm. 5). Maka dari itu, guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan khususnya yang diselenggarakan secara formal di sekolah, terutama dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar. Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya suatu proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, segala upaya perbaikan yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang profesional dan berkualitas. Dengan kata lain perbaikan kualitas pendidikan harus berpangkal dari guru dan berujung pada guru pula. Menjawab
permasalahan
diatas
diperlukan
perubahan
untuk
mendayagunakan kualitas dan kompetensi guru. Salah satunya dengan peningkatan kualifikasi akademik dan kompetensi tenaga pendidik. Sebagaimana yang telah dinyatakan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab IV 9 bahwa kualifikasi akademik diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau diploma empat. Jadi, guru wajib memiliki ijazah setingkat S-1 atau D-4. Hal ini diperkuat Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 tahun 2005 pasal (28), (29), dan (31) tentang Standar Nasional Pendidikan yaitu: Kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang commit to userdibuktikan dengan ijazah dan atau sertifikasi keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3 berlaku. Standar pendidik pada pendidikan MI/SD, SMP/MTS, SMA/MA haruslah memiliki kualifikasi akademik minimum diploma empat (D-4) atau sarjana (S-1). Sedangkan untuk standar pendidik pada pendidikan tinggi minimum lulusan diploma empat (D-4) atau sarjana (S1), lulusan program magister (S-2) untuk program sarjana (S-1) dan lulusan program dokter (S3) untuk program sarjana (S-1) dan lulusan program dokter (S-3) untuk program magister dan program dokter. Implementasi amanat Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta Peraturan Menteri Republik Indonesia No. 19 tahun 2006 tentang Standar Nasional Pendidikan, Direktorat Jenderal peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan mencanangkan program sertifikasi dan standarisasi kompetensi bagi guru. Menurut ketentuan di atas dapat disimpulkan bahwa setiap guru wajib memiliki sertifikat pendidik sebagai kewenangan mengajar. Guru juga wajib memiliki ijazah setingkat S-1 atau D-4 untuk mengikuti sertifikasi guru. Program
sertifikasi
guru
merupakan
upaya
pemerintah
untuk
mengidentifikasi guru-guru berkualitas. Guru yang berkualitas terbukti dari hasil sertifikasi dijadikan dasar untuk memberikan tunjangan profesi. Seperti yang tercantum pada Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 pasal 14 ayat 1 tentang Guru dan Dosen yang menyatakan bahwa setiap guru akan memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial. Guru yang memperoleh tunjangan profesi dikategorikan sebagai guru yang profesional. Diharapkan dengan adanya tunjangan profesi pendidik ini kinerja guru semakin meningkat yang pada akhirnya berpengaruh juga terhadap mutu pendidikan. Berdasarkan Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen sebagai landasan yuridis untuk peningkatan kualifikasi dan profesional guru, dengan asumsi bahwa guru sebagai profesi yang profesional dengan segala kompetensi yang harus dimiliki akan berdampak dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, output maupun outcome. Setiap pendidik dan tenaga kependidikan layaknya memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4 Kompetensi guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh seorang guru untuk dapat melaksanakan tugas profesionalnya. Sedangkan guru yang profesional adalah guru yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Pendidik yang profesional tidak akan lepas dari kemampuan pedagogiknya, karena pedagogik merupakan ilmu yang membahas pendidikan, yaitu ilmu pendidikan anak. Jadi pedagogik mencoba menjelaskan tentang seluk beluk pendidikan anak. Pedagogik sebagai ilmu sangat dibutuhkan oleh guru, khususnya guru madrasah ibtidaiyah atau sekolah dasar karena mereka akan berhadapan dengan anak yang belum dewasa. Tugas
guru
bukan
hanya
mengajar
untuk
menyampaikan,
atau
mentransformasikan pengetahuan kepada para anak di sekolah, melainkan guru mengemban tugas untuk mengembangkan kepribadian anak didiknya secara terpadu. Guru mengembangkan sikap mental anak, mengembangkan hati nurani anak, sehingga anak akan sensitif terhadap masalah-masalah kemanusiaan, harkat, derajat manusia, dan menghargai sesama manusia. Begitu juga guru harus mengembangkan keterampilan anak, keterampilan hidup di masyarakat sehingga mampu untuk menghadapi segala permasalahan hidupnya. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa penyebaran guru tidak merata. Apabila dilihat secara detail pada jenis guru tertentu di beberapa sekolah dilaporkan terdapat kekurangan atau kelebihan. Kondisi sekolah yang memiliki kelebihan guru akan menyebabkan guru tidak dapat memenuhi kewajiban mengajar 24 jam per minggu. Sementara sekolah yang kekurangan guru akan menyebabkan beban kerja guru menjadi lebih tinggi dan proses pembelajaran menjadi tidak efektif. Oleh karena itu, perebutan jam mengajar demi sertifikasi tidak dapat terhindari. Akibatnya orientasi tidak lagi pada peningkatan kualitas tetapi lebih pada mengejar pemenuhan jam mengajar karena adanya aturan bagi guru bersertifikasi. Beban kerja guru tidak terbatas hanya mengajar di kelas saja. Masalah kekurangan dan kelebihan guru yang terjadi di lapangan terkait pemenuhan jam to user mengajar minimal guru yaitu 24 commit jam/minggu disebabkan karena penyebaran guru
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5 tidak merata. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
dijelaskan
bahwa beban kerja guru meliputi mengajar mata pelajaran yang paling sesuai dengan rumpun mata pelajaran yang diampunya dan/atau mengajar mata pelajaran lain yang tidak ada guru mata pelajarannya pada satuan administrasi pangkal atau satuan pendidikan lain, tugas tambahan guru sebagai kepala satuan pendidikan, wakil kepala satuan pendidikan, ketua program keahlian suatu pendidikan, kepala perpustakaan, kepala laboratorium, kepala bengkel atau kepala unit produksi, dan pembimbing praktek kerja industri. Penerapan jam mengajar guru 24 jam per minggu ini diharapkan benarbenar dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, sehingga tuntutan guru mengajar 24 jam per minggu ini tidak hanya sekedar mengajar tetapi juga mendidik. Hal itulah yang menjadikan peneliti tertarik mengadakan
penelitian
dengan
judul
“Validitas
Jam
Mengajar
Guru
Bersertifikasi pada Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Berkelas Kecil (Studi Kasus di Kabupaten Boyolali)”
B. Perumusan Masalah Berdasarkan dari uraian latar belakang yang telah dikemukan, maka peneliti dapat mengkaji secara jelas dan terarah, maka diperlukan rumusan yang akan dibahas sebagai berikut: 1. Apa sajakah kriteria beban kerja atau beban mengajar guru 24 jam/minggu? 2. Bagaimana
pembagian/penentuan
jam
mengajar
bagi
guru
yang
bersertifikasi pada sekolah yang bersangkutan? 3. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi pihak sekolah yang bersangkutan dalam
memecahkan
permasalahan
pembagian
jam
mengajar
guru
bersertifikasi yaitu 24 jam/minggu? 4. Langkah-langkah atau strategi apa saja yang ditempuh bagi sekolah dan guru yang tidak mencapai jam mengajar 24 jam/minggu?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui kriteria beban kerja atau beban mengajar guru 24 jam/minggu. 2. Untuk mengetahui pembagian/penentuan jam mengajar guru yang bersertifikasi pada sekolah yang bersangkutan. 3. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi pihak sekolah yang bersangkutan dalam memecahkan permasalahan pembagian jam mengajar guru bersertifikasi yaitu 24 jam/minggu. 4. Untuk mengetahui langkah-langkah atau strategi yang ditempuh bagi sekolah dan guru yang tidak mencapai jam mengajar 24 jam/minggu.
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan didunia pendidikan, baik yang bersifat teoritis maupun praktis. Manfaat tersebut antara lain: 1. Manfaat Teoretis Secara umum bagi dunia pendidikan hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah dan memperkaya khasanah IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi). 2. Manfaat Praktis a.
Bagi guru Hasil penelitian ini dapat memacu guru untuk lebih berkompeten dalam pembelajaran serta meningkatkan kualitas dan kreatifitas guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar.
b.
Bagi siswa Dengan adanya penelitian ini, siswa akan memperoleh manfaat berupa pembelajaran yang berkualitas dan siswa juga akan memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah yang dihadapinya dengan mudah, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7 serta siswa akan termotivasi untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. c.
Bagi peneliti Melalui penelitian ini berharap dapat meningkatkan kemampuan yang dimiliki secara profesional sebagai seorang calon tenaga pendidik atau guru, khususnya untuk perkembangan ilmu pendidikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan Teori adalah pedoman atau panduan dalam memecahkan suatu masalah dalam penelitian ilmiah. Teori sebagai bahan informasi sehingga dalam hal ini peneliti akan mencari data lapangan yang tepat, akurat dan berdaya guna agar hasil yang dicapai baik. Dalam tinjauan pustaka, peneliti menggunakan berbagai teori untuk menganalisis fenomena yang diteliti. Analisis dari variabel yang hendak dicapai oleh peneliti mempunyai pengaruh yang besar terhadap kesimpulan akhir yang hendak dicapai. Mengkaji variabel penelitian satu per satu dengan teori yang relevan dengan masalah yang akan diteliti, akan sangat membantu peneliti untuk lebih memahami masalah yang dikaji dalam penelitian. Anwar (2004) menyatakan bahwa: “Teori dapat dimanfaatkan sebagai semacam sistem penyimpanan (reservasi) yang membantu para peneliti untuk mengorganisasikan hasil-hasil penelitian yang relevan” (hlm. 39). Pemahaman atas masalah di atas untuk menghindarkan peneliti dari pengumpulan data yang asalasalan. Oleh karena itu kerangka berpikir dasar teori suatu naskah penulisan ilmiah harus disusun dan direncanakan sesuai dengan arah dan sasaran yang diinginkan. Sedangkan menurut Moleong (2002) “Teori adalah suatu pernyataan sistematis yang berkaitan dengan seperangkat proposisi yang berasal dari kata dan diuji kembali secara empiris” (hlm. 8). Bertitik tolak dari pendapat tersebut di atas, maka peneliti menggunakan buku-buku kepustakaan untuk bahan teori yang mendukung masalah yang sedang diteliti. Adapun landasan teori yang peneliti kumpulkan dan relevan dengan tema penulisan adalah: (1) Tenaga kependidikan, (2) Profesi guru, (3) Kompetensi guru, (4) Sertifikasi guru, (5) Kriteria Jam mengajar, (6) Perhitungan Jam Tatap Muka, (7) Strategi pemenuhan jam mengajar (8) Sekolah berkelas kecil.
commit to user 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9 1. Tinjauan tentang Tenaga Kependidikan Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian terhadap masyarakat. Tenaga kependidikan meliputi administrator, pengelola, pengembang, pengawas dan pelayan teknis. Pendidik dan tenaga kependidikan adalah dua profesi yang sangat berkaitan erat dengan dunia pendidikan, sekalipun lingkup keduanya berbeda. Hal ini dapat dilihat dari pengertian keduanya yang tercantum dalam Pasal 1 Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Dalam undangundang tersebut dinyatakan bahwa tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Sementara pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Dari definisi di atas jelas bahwa tenaga kependidikan memiliki lingkup profesi yang lebih luas, yang juga mencakup di dalamnya tenaga pendidik. Pustakawan, staf administrasi, staf pusat sumber belajar. Kepala sekolah adalah diantara kelompok profesi yang masuk dalam kategori sebagai tenaga kependidikan. Sementara mereka yang disebut pendidik adalah orang-orang yang dalam melaksanakan tugasnya akan berhadapan dan berinteraksi langsung dengan para peserta didiknya dalam suatu proses yang sistematis, terencana, dan bertujuan. Penggunaan istilah dalam kelompok pendidik tentu disesuaikan dengan lingkup lingkungan tempat tugasnya masing-masing. Guru dan dosen, misalnya, adalah sebutan tenaga pendidik yang bekerja di sekolah dan perguruan tinggi. Pendidik dalam artian seorang guru yang akan berhadapan langsung dengan para peserta didik, namun ia tetap memerlukan dukungan dari para tenaga kependidikan lainnya, sehingga ia dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Pendidik akan mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya apabila berada dalam konteks yang hampa, tidak ada aturan commit to user yang jelas, tidak didukung sarana
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10 prasarana yang memadai, tidak dilengkapi dengan pelayanan dan sarana perpustakaan serta sumber belajar lain yang mendukung. Karena itulah pendidik dan tenaga kependidikan memiliki peran dan posisi yang sama penting dalam konteks penyelenggaraan pendidikan (pembelajaran). Karena itu pula, pada dasarnya baik pendidik maupun tenaga kependidikan memiliki peran dan tugas yang sama yaitu melaksanakan berbagai aktivitas yang berujung pada terciptanya kemudahan dan keberhasilan siswa dalam belajar. Dalam Pasal 39 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, yang menyatakan bahwa: (1) Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan, dan (2) Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Kewajiban Pendidik dan Tenaga Kependidikan antara lain: a. Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis. b. Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan. c. Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang ditawarkan kepadanya. d. Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban membina keimanan dan loyalitas, pribadi terhadap ajaran Islam, ideologi negara Pancasila dan UUD 45 dan lembaga. Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban menjunjung tinggi kebudayaan bangsa sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. e. Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab dan pengabdian. f. Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban meningkatkan kemampuan profesional sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan commit to user teknologi.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11 g. Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban menjaga nama baik pribadi, profesi dan lembaga sesuai dengan kepercayaan yang diberikan masyarakat, bangsa, negara dan agama. 2. Tinjauan tentang Profesi Guru a. Pengertian Profesi Guru Guru sebagai pendidik adalah tokoh yang paling banyak bergaul dan berinteraksi dengan para muridnya dibandingkan dengan personel lainnya di sekolah. Guru sebagai pendidik adalah tenaga profesional yang bertugas untuk merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan, melakukan penelitian dan pengkajian, serta membuka komunikasi dengan masyarakat. Menurut Volmer dan Mills (1966), Mc Cully (1969), dan Kommers, mereka bersama-sama mengartikan: “profesi sebagai spesialisasi dari jabatan intelektual yang diperoleh melalui studi dan training, bertujuan menciptakan keterampilan, pekerjaan yang bernilai tinggi, sehingga keterampilan dan pekerjaan itu diminati, disenangi oleh orang lain, dan dia dapat melakukan pekerjaan itu dengan mendapat imbalan berupa bayaran, upah, dan gaji (payment)” (Sagala, 2000:195-196). Menurut Langford (1978) mengemukakan: “Profesi itu merupakan fenomena sosial yang kompleks, karena berkaitan dengan bagaimana dia melihat dirinya sendiri dan dilihat oleh orang lain”. Menurut sosiolog: “Profesi adalah istilah yang merupakan model bagi konsepsi pekerjaan yang diinginkan, dicitacitakan”. Sedangkan menurut Good‟s Dictionary of Education: “Profesi sebagai suatu pekerjaan yang meminta persiapan spesialisasi yang relatif lama di perguruan tinggi dan dikuasai oleh suatu kode etik yang khusus (Yamin, 2006:30) Dari beberapa definisi tentang pengertian profesi yang telah dikemukakan di atas dapat dipahami bahwa profesi adalah suatu sebutan yang didapat seseorang setelah mengikuti pendidikan, pelatihan, keterampilan dalam waktu yang cukup lama dalam suatu bidang keahlian tertentu. Profesi pada hakikatnya merupakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12 suatu pekerjaan tertentu yang menuntut persyaratan khusus dan istimewa sehingga meyakinkan dan memperoleh kepercayaan pihak yang memerlukannya. b. Kriteria Profesi Dalam kehidupan sehari-hari “profesionalisme dan profesi” sudah sering terdengar di masyarakat umum. Anggapan bahwa setiap orang dapat mengerjakan suatu pekerjaan dengan baik, rapi, dan memuaskan orang lain, menjadikan masyarakat mudah memberikan gelar professional pada setiap orang. Tidak semua pekerjaan atau jabatan dikatakan sebagai profesi, terdapat beberapa kriteria suatu pekerjaan atau jabatan dikatakan sebagai profesi. Menurut Langford dalam Yamin, kriteria profesi mencakup; (1) upah, (2) memiliki pengetahuan dan keterampilan, (3) memiliki rasa tanggung jawab dan tujuan, (4) mengutaman layanan, (5) memiliki kesatuan, (6) mendapat pengakuan dari orang lain atas pekerjaan yang digelutinya. Menurut More (1970) ciri profesi yaitu: 1) Seorang professional menggunakan waktu penuh untuk menjalankan pekerjaannya; 2) Ia terikat oleh suatu panggilan hidup, dan dalam hal ini ia memperlakukan pekerjaanya sebagai seperangkat norma kepatuhan dan perilaku; 3) Ia anggota organisasi professional yang formal; 4) Ia menguasai pengetahuan yang berguna dan atas dasar latihan spesialisasi atau pendidikan yang amat khusus; 5) Ia terikat oleh syarat-syarat kompetensi khusus; dan 6) Ia memperoleh otonomi berdasarkan spesialisasi teknis yang tinggi sekali. Menurut Greenwood mengemukakan esensial profesi adalah:
(1) suatu
dasar teori sistematis; (2) kewenangan (authority) yang diakui oleh klien; (3) sanksi dalam pengakuan masyarakat atas kewenangan ini; (4) kode etik yang mengatur hubungan dari orang-orang professional dengan klien dan teman sejawat; dan (5) kebudayaan profesi yang terdiri atas nilai-nilai, norma-norma dan simbol-simbol profesi lainnya (Vollmer, (1956:10-19).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13 Menurut Robert W. Richey mengemukakan ciri-ciri dan syarat-syarat profesi sebagai berikut: 1) Lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan yang ideal dibandingkan dengan kepentingan pribadi. 2) Seorang pekerja professional, secara aktif memerlukan waktu yang panjang untuk mempelajari konsep-konsep serta prinsip-prinsip pengetahuan khusus yang mendukung keahliannya. 3) Memiliki kualifikasi tertentu untuk memasuki profesi tersebut serta mampu mengikuti perkembangan dalam pertumbuhan jabatan. 4) Memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku, sikap dan cara kerja. 5) Membutuhkan suatu kegiatan intelektual yang tinggi. 6) Adanya organisasi yang dapat meningkatkan standar pelayanan, disiplin diri dalam profesi, serta kesejahteraan anggotanya. 7) Memberikan kesempatan untuk kemajuan, spesialisasi, dan kemandirian 8) Memandang profesi suatu karier hidup (alive career) dan menjadi seorang anggota yang permanen (Arikunto, 1990:235). Menurut National Education Association (NEA), yang menyarankan kriteria sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8)
Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus Jabatan yang memerlukan persiapan professional yang lama Jabatan yang memerlukan „latihan dalam jabatan‟ yang berkesinambungan Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen Jabatan yang menentukan baku (standar) sendiri Jabatan yang lebih mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi Jabatan yang mempunyai organisasi professional yang kuat dan terjalin erat (dalam Saefudin, 2009:16). Dengan penjelasan sebagi berikut:
1) Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual Guru memerlukan kriteria ini, karena mengajar melibatkan upaya-upaya yang sifatnya sangat didominasi kegiatan intelektual. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan anggota profesi ini adalah dasar bagi persiapan dari semua kegiatan professional lainnya. Oleh sebab itu, mengajar sering kali disebut sebagai ibu dari segala profesi (Stinnett dan Huggett dalam Soetjipto dan Kosasi, 2004:18). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14 2) Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus Semua jabatan mempunyai monopoli pengetahuan yang memisahkan anggota mereka dari orang awam, dan memungkinkan mereka mengadakan pengawasan tentang jabatannya. Dalam karangan yang ditulis dalam Encyclopedia of Educational Research, terdapat bukti bahwa pekerjaan mengajar telah secara intensif mengembangkan batang tubuh ilmu khususnya. 3) Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama Terdapat perselisihan mengenai hal yang membedakan jabatan professional dengan non-profesional antara lain dalam penyelesaian pendidikan melalui kurikulum, yaitu ada yang diatur universitas/instruktur atau melalui pengalaman praktek dan pemagangan atau campuran pemagangan dan kuliah. Pertama, yakni pendidikan melalui perguruan tinggi disediakan untuk jabatan professional, sedangkan yang kedua yakni pendidikan melalui pengalaman praktek dan pemagangan atau campuran pemagangan dan kuliah diperuntukan bagi jabatan yang non-profesional (Orstein dan Levine, 2004:21). Tetapi jenis kedua ini tidak ada lagi di Indonesia. 4) Jabatan yang memerlukan „latihan dalam jabatan‟ yang berkesinambungan Jabatan guru cenderung menunjukan bukti yang kuat sebagai jabatan professional, sebab hampir tiap tahun guru melakukan berbagai kegiatan latihan profesional, baik yang mendapatkan penghargaan kredit maupun tanpa kredit. 5) Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen Sedikitnya guru yang berpindah profesi ke bidang lain, ini menunjukan kriteria ini dapat dipenuhi oleh jabatan guru di Indonesia. 6) Jabatan yang menentukan baku (standar) sendiri Jabatan guru menyangkut hajat hidup orang banyak, maka baku untuk jabatan guru sering tidak diciptakan oleh anggota profesi sendiri, namun diatur oleh pihak pemerintah, atau pihak lain yang menggunakan tenaga guru seperti yayasan pendidikan swasta. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15 7) Jabatan yang lebih mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi Jabatan mengajar adalah jabatan yang mempunyai nilai sosial yang tinggi. Guru yang baik akan sangat berperan dalam mempengaruhi kehidupan yang lebih baik dari warga negara masa depan. Jabatan guru dikenal sebagai suatu jabatan yang anggotanya termotivasi oleh keinginan untuk membantu orang lain, bukan disebabkan oleh keuntungan ekonomi atau keuangan, namun berdasarkan apa yang dianggap baik oleh mereka yakni mendapatkan kepuasan rohaniah ketimbang kepuasan ekonomi atau lahiriah. 8) Jabatan yang mempunyai organisasi professional yang kuat dan terjalin erat Semua profesi yang dikenal mempunyai organisasi professional yang kuat untuk dapat mewadahi tujuan bersama dan melindungi anggotanya. Organisasi yang menaungi seluruh guru di Indonesia mulai dari guru taman kanak-kanak sampai guru sekolah lanjutan tingkat atas adalah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Adapula Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI). Dari berbagai penjelasan tentang kriteria profesi diatas maka dapat disimpulkan bahwa pekerjaan guru adalah sebuah profesi, sebab seorang guru dalam menjalankan jabatannya melibatkan kegiatan intelektual, dengan menekuni suatu bidang ilmu tertentu, dengan didahului dengan persiapan professional yang lama, memerlukan pelatihan jabatan yang kontinyu, menjanjikan karier bagi anggota secara permanen, mengikuti standar baku tersendiri, dan lebih mementingkan layanan kepada masyarakat dibanding dengan mencari keuntungan pribadi, serta memiliki organisasi professional yang kuat dan dapat melakukan kontrol terhadap anggota yang melakukan penyimpangan. 3. Tinjauan tentang Kompetensi Guru a. Pengertian Kompetensi Guru Guru dalam era globalisasi memiliki tugas dan fungsi yang lebih kompleks, sehingga perlu memiliki kompetensi dan profesionalisme yang standar. Kompetensi digunakan sebagai indikator dalam mengukur kualifikasi dan commit to user profesionalitas guru pada suatu jenjang dan jenis pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16 Sebagai seorang guru professional, guru harus memiliki kompetensi keguruan yang memadai. Seorang guru dinyatakan kompeten menurut Sardiman (2001) adalah: “Bila mampu menerapkan sejumlah konsep, rasa kerja, dan teknik dalam situasi kerjanya, mampu mendemonstrasikan keterampilannya yang dapat menangani lingkungan kerjanya dan menata seluruh pengalamannya untuk meningkatkan efisiensi kerjanya” (hlm. 136). Tuntutan kompetensi seorang guru meliputi dalam penguasaan berbagai keterampilan dan dalam keseluruhan sikap profesioanalnya. Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan bahwa: “Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”. Menurut Charles (1994) “competency as rational performance which satisfactorily meets the objective for a desired condition (kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan)”. Menurut Jonhson (1974) “kompetensi merupakan perilaku rasional guna mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan (Sanjaya, 2006:17). Dari beberapa definisi tentang kompetensi yang telah dikemukakan di atas dapat dipahami bahwa kompetensi merupakan komponen utama dari standar profesi disamping kode etik sebagai regulasi perilaku profesi yang ditetapkan dalam prosedur dan sistem pengawasan tertentu. Kompetensi diartikan dan dimaknai sebagai perangkat perilaku efektif yang terkait dengan eksplorasi dan investigasi, menganalisis dan memikirkan, serta memberikan perhatian, dan mempersepsi yang mengarahkan seseorang menemukan cara-cara untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien. Kompetensi mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan, kompetensi guru merujuk kepada performance dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu di dalam pelaksanaan tugas-tugas pendidikan. Dikatakan rasional karena mempunyai arah dan tujuan, sedangkan performance merupakan perilaku nyata dalam arti tidak commityang to user hanya diamati, tetapi mencakup sesuatu tidak kasat mata.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17 b. Jenis-jenis kompetensi Guru Dalam kegiatan mengajar, menurut Sardiman (2001): “paling tidak guru harus memiliki modal dasar, yakni kemampuan mendesain program dan keterampilan mengkomunikasikan program itu kepada anak didik” (hlm. 161). Dua modal itu telah dirumuskan di dalam sepuluh kompetensi dasar guru. Adapun sepuluh kompetensi dasar guru tersebut adalah sebagai berikut: 1) Menguasai bahan 2) Mengelola proses belajar mengajar 3) Mengelola kelas 4) Menggunakan media atau sumber 5) Menguasai landasan kependidikan 6) Mengelola interaksi belajar mengajar 7) Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran 8) Mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan 9) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah 10) Memahami prinsip-prinsip dan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran. (Sardiman, 2001:161) Dengan penjelasan sebagai berikut: 1) Menguasai bahan Guru harus menguasai bahan yang harus disampaikan berikut bahan-bahan pendukung,
pengayaan/penunjang
sebagai
penjelasan
bahan
yang
disampaikan sehingga proses mengajar dapat berjalan secara dinamis. 2) Mengelola proses belajar mengajar Pengelolaan proses belajar mengajar dimulai dari perumusan tujuan instruksional sebagai petunjuk praktis tentang sejauh mana kegiatan belajar mengajar itu akan di bawah ketetapan tujuan instruksional itu sendiri, melaksanakan proses belajar mengajar di kelas dengan berbagai teknikteknik penyampaian materi, mengenal siswa dengan berbagai karakteristik dan kemampuan yang berbeda-beda, melaksanakan program remedial karena tiap siswa membutuhkan waktu yang berbeda-beda untuk menguasai materi. 3) Mengelola kelas Guru menyediakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya proses to user belajar mengajar termasukcommit mengatur tempat duduk dan menciptakan iklim
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18 belajar mengajar yang serasi dengan mengarahkan tingkah laku siswa agar tidak merusak suasana kelas seperti ramai, mengganggu teman lain, dan lain-lain. 4) Menggunakan media atau sumber Guru harus selektif dalam menggunakan media dengan mempertimbangkan komponen lain dalam mengajar, dapat juga guru membuat alat bantu pelajaran yang sederhana dengan maksud agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda. Selain itu guru dapat memanfaatkan fasilitas yang ada, seperti laboratorium dan perpustakaan. 5) Menguasai landasan kependidikan Guru harus memahami hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan nasional baik dasar, arah/tujuan kebijaksanaan pelaksanaan sehingga guru akan memiliki landasan kebijakan dan keyakinan yang mendorong cara berpikir dan edukatif di setiap kegiatan belajar mengajar dalam usaha mengelola interaksi belajar mengajar. Tindakan edukatif ini didasari oleh konsep bahwa manusia pada hakikatnya berhak menerima pendidikan untuk mewujudkan manusia seutuhnya antara jasmani dan rohani. 6) Mengelola interaksi belajar mengajar Proses interaksi guru dan siswa tidak semata-mata hanya tergantung cara/metode yang dipakai tetapi komponen-komponen lain (guru, siswa, metode, alat, sarana, tujuan) juga akan mempengaruhi keberhasilan interaksi belajar mengajar. 7) Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran Prestasi siswa diperlukan untuk meyesuaikan langkah-langkah instruksional yang diambil guru. Guru akan mengambil langkah pengayaan bagi siswa yang berprestasi tinggi, dan memberikan remedial bagi siswa yang berprestasi rendah. 8) Mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan Guru di sekolah tidak semata-mata sebagai pembimbing dan membantu anak didik dalam hal pemecahan pelajaran, tetapi juga membantu menunjukan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19 jalan pemecahan persoalan pribadi siswa yang menggangu studi dan kegiatan hidup lainnya. 9) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah sebagai administrator guru mempunyai tugas sebagai berikut: a) Kegiatan mencatat, meliputi mencatat mengenai siswa: presensi, tugas/pekerjaan siswa, sosiometris/hubungan siswa, partisipasi siswa. Catatan mengenai guru: silabus pelajaran, soal-soal hasil evaluasi siswa, notulen, agenda. b) Kegiatan melapor, berupa laporan kepada kepala sekolah misal perkembangan prestasi, inventaris kelas, laporan kepada orang tua/ berupa rapot/laporan hasil belajar, perkembangan prestasi anak 10) Memahami prinsip-prinsip dan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran. Hasil penelitian diperlukan dalam rangka menumbuhkan pendidikan dan mengembangkan proses belajar mengajar, sehingga interaksi belajar mengajar lebih dinamis. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa seorang guru dinyatakan kompeten jika secara nyata ia mampu menjalankan tugas keguruannya secara keahlian yang terdapat dapat sepuluh kompetensi guru sesuai dengan tuntutan jabatan keguruan yaitu membelajarkan siswa yang dibimbingnya secara efisien, efektif, dan terpadu. Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan professional, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang membentuk kompetensi standar profesi guru, mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme. Standar Kompetensi dalam sertifikasi meliputi: 1) Kompetensi Pedagogik Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pemebelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut: a) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan b) Pemahaman terhadap peserta didik commit toatau usersilabus c) Pengembangan kurikulum
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20 d) e) f) g) h)
Perancangan pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis Pemanfaatan teknologi pembelajaran Evaluasi hasil belajar (EHD) Pengembanganpeserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. (Mulyasa, 2007:75)
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa seorang guru diharapkan dapat membimbing dan mengarahkan pengembangan kurikulum dan pembelajaran secara efektif serta melakukan pengawasan dalam pelaksanaannya. Dalam proses pengembangan program guru hendaknya tidak membatasi diri pada pembelajaran dalam arti sempit, tetapi harus menghubungkan program-progran pembelajaran dengan seluruh kehidupan peserta didik, kebutuhan masyarakat, dan dunia usaha. Sehubungan dengan itu, kemampuan mengelola pembelajaran yang mencakup pemahaman terhadap peserta didik, perancangan, dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. 2) Kompetensi Kepribadian Berdasarkan Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b, dikemukakan bahwa: “yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia”. Kompetensi kepribadian sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Kompetensi kepribadian memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM), serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan Negara dan bangsa pada umumnya. …., guru tidak hanya dituntut untuk mampu memaknai pembelajaran, tetapi dan yang paling penting adalah bagaimana ia menjadikan pembelajaran sebagai ajang pembentukan kompetensi dan perbaikan kualitas pribadi peserta didik. (Mulyasa, 2007:117-118). Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa setiap guru harus memiliki kompetensi yang baik agar kompetensicommit kepribadian to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21 kompetensi lainnya dapat terasah pula, karena kompetensi kepribadian menjadi landasan bagi kompetensi-kompetensi lainnya. 3) Kompetensi Profesional Berdasarkan Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c dikemukakan bahwa: “yang dimaksud dengan kompetensi professional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Dari berbagai sumber yang membahas tentang kompetensi guru, secara umum dapat didefinisikan tentang ruang lingkup kompetensi professional guru sebagai berikut: a) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik fisiologi, psikologis, sosiologis, dan sebagainya; b) Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai tarif perkembangan peserta didik; c) Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggungjawabnya; d) Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi; e) Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media dan sumber belajar yang relevan; f) Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran; g) Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik; h) Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik; (Mulyasa, 2007:135-136) Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi professional merupakan kompetensi yang harus dikuasai setiap guru dalam kaitannya dengan pelaksanaan tugas utamanya mengajar. 4) Kompetensi Sosial Berdasarkan Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d dikemukakan bahwa: “yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22 pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar”. Hal tersebut diuraikan lebih lanjut dalam RPP tentang Guru, bahwa kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dalam masyarakat, yang sekurang-kurangnya memiliki kompetensi untuk: a) berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat b) menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional c) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik; dan d) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar, (Mulyasa, 2007:173). Guru adalah mahluk sosial, yang dalam kehidupannya tidak bisa terlepas dari kehidupan sosial masyarakat dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru dituntut untuk memiliki kompetensi sosial yang memadai, terutama dalam kaitannya dengan pendidikan, yang tidak terbatas pada pembelajaran di sekolah tetapi juga pada pendidikan yang terjadi dan berlangsung di masyarakat. Sedikitnya terdapat tujuh kompetensi sosial yang harus dimiliki guru agar dapat berkomunikasi dan bergaul secara efektif, baik di sekolah maupun
di
masyarakat.
Ketujuh
kompetensi
tersebut
dapat
didefinisikan sebagai berikut: a)
Memiliki pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama
b)
Memiliki pengetahuan tentang budaya dan tradisi
c)
Memiliki pengetahuan tentang inti demokrasi
d)
Memiliki pengetahuan tentang estetika
e)
Memiliki apresiasi dan kesadaran sosial
f)
Memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan
g)
Setia terhadap harkat dan martabat manusia. (Mulyasa, 2007:176)
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sebagai seorang guru dituntut untuk memiliki kompetensi sosial yang baik, terutama dalam kaitannya dengan pendidikan yang tidak terlepas dari pembelajaran di commit to user sekolah maupun masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23 4. Tinjauan tentang Sertifikasi Guru a. Pengertian Sertifikasi Guru Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dikemukakan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Sedangkan sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga professional. National Commission on Educational Services (NCES), memberikan pengertian sertifikasi lebih umum. Certification is a procedure whereby the state evaluates and riviews a teacher candidate’s credentials and provides him or her a license to teach. Dalam hal ini sertifikasi merupakan prosedur untuk menentukan apakah seorang calon guru layak diberikan izin dan kewenangan untuk mengajar. (Mulyasa, 2007:34) Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa sertifikasi adalah suatu proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah memenuhi persyaratan tertentu, yaitu memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan
pendidikan nasional, yang diikuti dengan peningkatan kesejahteraan. b. Tujuan dan Manfaat Sertifikasi Sertifikasi adalah prosedur yang digunakan oleh pihak ketiga untuk memberikan jaminan tertulis bahwa suatu produk, proses, atau jasa telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan (Nataamijaya, 2004). Sertifikasi guru merupakan pemenuhan kebutuhan untuk meningkatkan kompetensi professional. (Mulyasa, 2007:34) Wibowo (2004) mengungkapkan bahwa sertifikasi bertujuan untuk hal-hal sebagai berikut: (1) Melindungi profesi pendidik dan tenaga kependidikan, (2) Melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak kompeten, sehingga merusak citra pendidik dan tenaga kependidikan, (3) Membantu dan melindungi lembaga penyelenggara pendidikan, dengan menyediakan rambu-rambu dan commit to user instrumen untuk melakukan seleksi terhadap pelamar yang kompeten, (4)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24 Membangun citra masyarakat terhadap profesi pendidik dan tenaga kependidikan, (5) Memberikan solusi dalam rangka meningkatkan mutu pendidik dan tenaga kependidikan. Lebih lanjut dikemukakan bahwa sertifikasi pendidik dan tenaga kependidikan mempunyai manfaat sebagai berikut: 1) Pengawasan mutu (1) Lembaga sertifikasi yang telah mengidentifikasi dan menentukan seperangkat kompetensi yang bersifat unik. (2) Untuk setiap jenis profesi dapat mengarahkan para praktisi untuk mengembangkan tingkat kompetensi secara berkelanjutan. (3) Peningkatan profesionalisme melalui mekanisme seleksi, baik pada waktu awal masuk organisasi profesi maupun pengembangan karier selanjutnya. (4) Proses seleksi yang lebih baik, program pelatihan yang lebih bermutu maupun usaha belajar secara mandiri untuk mencapai peningkatan profesionalisme. 2) Penjaminan mutu (1) Adanya proses pengembangan profesionalisme dan evaluasi terhadap kinerja praktisi akan menimbulkan persepsi masyarakat dan pemerintah menjadi lebih baik terhadap organisasi profesi beserta anggotanya. Dengan demikian pihak berkepentingan, khususnya para pelanggan/pengguna akan makin menghargai organisasi profesi dan sebaliknya organisasi profesi dapat memberikan jaminan atau melindungi para pelanggan/pengguna. (2) Sertifikasi menyediakan informasi yang berharga bagi para pelanggan/pengguna yang ingin mempekerjakan orang dalam bidang keahlian dan keterampilan tertentu. (Mulyasa, 2007:35-36) 5. Tinjauan tentang Kriteria Jam Mengajar Guru Bersertifikasi Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 35 menyebutkan bahwa: (1)
(2)
(3)
Beban kerja guru mencakup kegiatan pokok merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan. Beban kerja guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sekurang-kurangnya 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan sebanyak-banyaknya 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu. Ketentuan lebih lanjut mengenai beban kerja guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25 Dalam Peraturan Pemerintah 19 Tahun 2005 Bab IV Standar Proses disebutkan bahwa: Pasal 19 (1) Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. (2) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan. (3) Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Pasal 20 Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Dalam Peraturan Menteri Pendidian Nasional 41, th 2007 tentang Standar Proses disebutkan bahwa: Beban Kerja Guru: 1. Sekurang-kurangnya 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dalam satu minggu, mencakup kegiatan pokok merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih pada, serta melaksanakan tugas tambahan (UU 14/ 2005/ Pasal 35 ayat 1 dan 2). 2. Beban maksimal dalam mengorganisasikan proses belajar dan pembelajaran yang bermutu: SD/MI/SDLB 27 (dua puluh tujuh) jam @ 35 (tiga puluh lima) menit, SMP/MTs/SMPLB 18 jam @ 40 (empat puluh) menit, SMA/MA/SMK/MAK/SMALB 18 jam @ 45 (empat puluh lima) menit (Standar Proses) Kewajiban seorang guru sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 tentang Guru pasal 52 ayat (1) mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan tugas pokok. Dalam penjelasan pasal 52 ayat (1) huruf (e), yang dimaksud dengan “tugas tambahan”, misalnya menjadi Pembina pramuka, pembimbingan kegiatan karya ilmiah remaja, dan guru piket.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26 Dalam melaksanakan tugas pokok yang terkait langsung dengan proses pembelajaran, idealnya guru hanya melaksanakan tugas mengampu 1 (satu) jenis mata pelajaran saja sesuai dengan kewenangan yang tercantum dalam sertifikat pendidiknya. Seorang guru juga akan terlibat dalam kegiatan manajerial sekolah/madrasah antara lain penerimaan siswa baru (PSB), penyusunan kurikulum dan perangkatnya, ujian nasional (UN), ujian sekolah, dan kegiatan lain. Tugas guru dalam manajemen sekolah/madrasah tersebut secara spesifik ditentukan oleh manajemen sekolah/madrasah tempat guru bertugas. Peraturan Pemerintah Nomor 74 tentang Guru Pasal 52 ayat (2) menyatakan bahwa beban kerja paling sedikit memenuhi 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan paling sedikit memenuhi 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu pada satu atau lebih satuan pendidikan yang memiliki izin pendirian dari Pemerintah atau Pemerintah daerah. Alokasi waktu tatap muka pada jenjang SMA dan SMK adalah 45 menit. Beban kerja guru untuk melaksanakan kegiatan tatap muka tersebut merupakan bagian dari jam kerja sebagai pegawai yang secara keseluruhan paling sedikit 37,5 (tiga puluh tujuh koma lima) jam kerja (@ 60 menit) dalam 1 (satu) minggu. Lebih lanjut Pasal 52 ayat (3) menyatakan bahwa pemenuhan beban kerja tersebut dilaksanakan dengan ketentuan paling sedikit 6 (enam) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu pada satu satuan pendidikan tempat tugasnya sebagai guru tetap. Kegiatan tatap muka guru dialokasikan dalam jadwal pelajaran mingguan yang dilaksanakan secara terus-menerus selama paling sedikit 1 (satu) semester. Kegiatan tatap muka dalam satu tahun dilakukan kurang lebih 38 minggu atau 19 minggu dalam 1 semester. Khusus Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ada kalanya jadwal pelajaran tidak disusun secara mingguan, tapi menggunakan sistem blok atau perpaduan antara sistem mingguan dan blok. Pada kondisi ini, maka jadwal pelajaran disusun berbasis semesteran, tahunan, atau bahkan 3 tahunan. Secara resmi Dinas Pendidikan, melalui surat Nomor 800/1085/2011 perihal beban kerja guru telah menginformasikan ketentuan jam wajib mengajar guru terhitung mulai tahun pelajaran 2011/2012. Di dalam surat yang ditujukan kepada commit SMP/SMA/SMK to user Kepala UPT Kecamatan serta Kepala Negeri dan Swasta itu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27 dinyatakan bahwa pembagian tugas beban kerja guru paling sedikit 24 jam tatap muka per minggu, kecuali yang mendapat tugas tambahan yang diperhitungkan sebagai beban kerja, sesuai dengan PP 74 Tahun 2008, pasal 15 ayat 3. Menindaklanjuti isi surat tersebut maka dalam implementasinya berarti semua guru, baik yang telah bersertifikat maupun yang belum bersertifikat harus memenuhi jam wajib mengajar minimal, yakni 24 jam per minggu. Pemenuhan jam wajib mengajar terkait erat dengan pengajuan PAK (Penilaian Angka Kredit) yang baru yang akan diberlakukan tahun 2013 nanti. Oleh karena hal tersebut, agar pengajuan PAK tidak terkendala, pihak sekolah harus sudah merancang dari sekarang agar jam wajib mengajar guru minimal 24 jam per minggu. Khusus untuk yang mendapat tugas tambahan, pemenuhan jam disesuaikan dengan PP 74 Tahun 2008. Pada Pedoman Penghitungan Beban Kerja Guru yang diterbitkan Dirjen PMPTK berkaitan dengan tugas tambahan guru dijelaskan sebagai berikut: 1. Tugas sebagai Kepala Sekolah ekuivalen dengan 18 jam, sehingga minimal wajib mengajar 6 jam. 2. Tugas sebagai Wakil Kepala Sekolah ekuivalen dengan 12 jam, sehingga minimal wajib mengajar 12 jam. 3. Tugas sebagai Kepala Perpustakaan ekuivalen dengan 12 jam, sehingga minimal wajib mengajar 12 jam. 4. Tugas sebagai Kepala Laboratorium ekuivalen dengan 12 jam, sehingga minimal wajib mengajar 12 jam. 5. Tugas sebagai Ketua Jurusan Program Keahlian ekuivalen dengan 12 jam, sehingga minimal wajib mengajar 12 jam. 6. Tugas sebagai Kepala Bengkel ekuivalen dengan 12 jam, sehingga minimal wajib mengajar 12 jam. 7. Tugas sebagai Pembimbing Praktik Kerja Industri ekuivalen dengan 12 jam, sehingga minimal wajib mengajar 12 jam. 8. Tugas sebagai Kepala Unit Produksi ekuivalen dengan 12 jam, sehingga minimal wajib mengajar 12 jam Selain tugas tambahan di atas, kegiatan membimbing dan melatih peserta didik yang dilaksanakan secara terintegrasi dengan proses pembelajaran/tatap muka, juga bisa dianggap sebagai kegiatan tatap muka. Khusus untuk wali kelas tidak dianggap sebagai tugas tambahan. Khusus untuk ketentuan guru yang telah mengikuti kegiatan sertifikasi, jam minimal wajib mengajar adalah 24 jam, kecuali commit to user yang mendapat tugas tambahan di atas. Di samping itu, pemenuhan jam wajib
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28 mengajar haruslah mata pelajaran sendiri (pemenuhan jam wajib mengajar tidak dibenarkan diambil dari mata pelajaran yang lain maupun serumpun). Ketentuan ini lebih longgar bagi guru yang belum bersertifikat, untuk pemenuhan jam wajib mengajar masih dibenarkan mengampu mata pelajaran lain terkait nantinya dengan pengajuan PAK (Penilaian Angka Kredit). Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa jam wajib mengajar bagi guru yang bersertifikasi maupun guru yang tidak bersertifikasi adalah 24 jam/minggu. Dimana beban kerja guru mencakup kegiatan merencanakan pembelajaran,
melaksanakan
pembelajaran,
menilai
hasil
pembelajaran,
membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan. Guru dalam melaksanakan tugas pokoknya yang terkait langsung dengan proses pembelajaran, guru melaksanakan tugas mengampu 1 (satu) jenis mata pelajaran saja, sesuai dengan kewenangan yang tercantum dalam sertifikat pendidiknya. Jenis guru sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru Pasal 52 dapat dikategorikan sebagai kegiatan tatap muka dan bukan tatap muka seperti yang tercantum dalam tabel 2.1 Tabel 2.1 Tabel Jenis Kerja Guru NO
Jenis Kerja Guru
Tatap Muka
1
Merencanakan pembelajaran
2
Melaksanakan pembelajaran
3
Menilai hasil pembelajaran
*
4 5
Membimbing dan melatih peserta
Bukan Tatap muka
***
didik Melaksanakan tugas tambahan
Sumber: Pedoman Pelaksanaan Tugas Guru dan Pengawas 2010
commit to user
** ****
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29 Keterangan: **
= menilai hasil pembelajaran yang dilaksanakan dalam waktu tertentu seperti ujian tengah semester dan akhir semester
***
=
membimbing dan melatih peserta didik yang dilaksanakan secara terintegrasi dengan proses pembelajaran/tatap muka
****
= membimbing dan melatih peserta didik yang dilaksanakan pada kegiatan pengembangan diri/ekstra kurikuler Dengan penjelasan sebagai berikut: membimbing dan melatih peserta didik
yang dilaksanakan pada kegiatan pengembangan diri/ekstrakurikuler 1. Merencanakan Pembelajaran Guru wajib membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada awal tahun atau awal semester, sesuai dengan rencana kerja sekolah. 2. Melaksanakan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran adalah kegiatan dimana terjadi interaksi edukatif antara peserta didik dengan guru, kegiatan ini adalah kegiatan tatap muka yang sebenarnya. Guru melaksanakan tatap muka atau pembelajaran dengan tahapan kegiatan berikut: a. Kegiatan tatap muka atau pembelajaran yang terdiri dari kegiatan penyampaian materi pelajaran, membimbing dan melatih peserta didik terkait dengan materi pembelajaran, dan menilai hasil belajar yang terintegrasi dengan pembelajaran dalam kegiatan tatap muka b. Menilai hasil belajar yang terintergrasi dalam proses pelaksanaan pembelajaran tatap muka, antara lain berupa penilaian akhir pertemuan atau penilaian akhir tiap pokok bahasan merupakan bagian dari kegiatan tatap muka c. Kegiatan tatap muka dapat dilakukan secara langsung atau termediasi dengan menggunakan media natara lain video, modul mandiri, kegiatan observasi/eksplorasi d. Kegitan tatap muka dapat dilaksanakan antara lain di ruang teori/kelas, laboratorium, studio, bengkel atau di luar ruangan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30 e. Waktu pelaksanaan kegiatan pembelajaran atau tatap muka sesuai dengan durasi waktu yang tercantum dalam struktur kurikulum sekolah/madrasah 3. Menilai Hasil Pembelajaran Menilai hasil pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar
peserta
didik
yang
dilakukan
secara
sistematis
dan
berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna untuk menilai peserta didik maupun dalam pengambilan keputusan lainnya. Pelaksanaan penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes. Penilaian non tes dapat dibagi menjadi pengamatan dan pengukuran sikap serta penilaian hasil karya dalam bentuk tugas, proyek fisik, atau produk jasa. a. Penilaian dengan tes Tes dilakukan secara tertulis atau lisan, dalam bentuk ujian akhir semester, tengah semester atau ulangan harian, dilaksanakan sesuai kalender akademik atau jadwal yang telah ditentukan. Tes tertulis dan lisan dilakukan di dalam kelas. Penilaian hasil tes, dilakukan diluar jadwal pelaksanaan tes, dilakukan di ruang guru atau ruang lain. Penilaian test tidak dihitung sebagai kegiatan tatap muka karena waktu pelaksanaan tes dan penilaiannya menggunakan waktu tatap muka. b. Penilaian non tes berupa pengamatan dan pengukuran sikap. Pengamatan dan pengukuran sikap dilaksanakan oleh semua guru sebagai bagian tidak terpisahkan dari proses pendidikan, untuk melihat hasil pendidikan yang tidak dapat diukur lewat tes tertulis atau lisan. Pengamatan dan pengukuran sikap dapat dilakukan di dalam kelas menyatu dalam proses tatap muka pada jadwal yang ditentukan, dan atau di luar kelas. Pengamatan dan pengukuran sikap, dilaksanakan diluar jadwal pembelajaran atau tatap muka yang resmi, dikategorikan sebagai kegiatan tatap muka. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31 c. Penilaian non tes berupa penilaian hasil karya. Hasil karya siswa dalam bentuk tugas, proyek dan atau produk, portofolio, atau bentuk lain dilakukan di ruang guru atau ruang lain dengan jadwal tersendiri. Penilaian ada kalanya harus menghadirkan peserta didik agar tidak terjadi kesalahan pemahaman dari guru mengingat cara penyampaian informasi dari siswa yang belum sempurna. Penilaian hasil karya ini dapat dikategorikan sebagai kegiatan tatap muka, dengan beban yang berbeda antara satu mata pelajaran dengan yang lain. Tidak tertutup kemungkinan ada mata pelajaran yang nilai beban non tesnya sama dengan nol. 4. Membimbing dan Melatih Peserta Didik Membimbing dan melatih peserta didik dibedakan menjadi tiga yaitu membimbing atau melatih peserta didik dalam pembelajaran, intra kurikuler dan ekstra kurikuler. a. Bimbingan dan latihan pada proses tatap muka Bimbingan dan latihan pada kegiatan pembelajaran adalah bimbingan dan latihan yang dilakukan agar peserta didik dapat mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. b. Bimbingan dan latihan pada kegiatan intra kurikuler Bimbingan kegiatan intra kurikuler terdiri dari remedial dan pengayaan pada mata pelajaran yang diampu guru. Kegiatan remedial merupakan kegiatan bimbingan dan latihan kepada peserta didik yang belum menguasai kompetensi yang harus dicapai. Kegiatan pengayaan merupakan kegiatan bimbingan dan latihan kepada peserta didik yang telah mencapai kompetensi. Pelaksanaan bimbingan dan latihan intra kurikuler dilakukan dalam kelas pada jadwal khusus, disesuaikan kebutuhan, tidak harus dilaksanakan dengan jadwal tetap setiap minggu. Beban kerja intra kurikuler sudah masuk dalam beban kerja tatap muka. c. Bimbingan dan latihan dalam kegiatan ekstra kurikuler. Ekstra kurikuler bersifat pilihan dan wajib diikuti peserta didik. Dapat commit to user wajib lainnya. Pelaksanaan ekstra disetarakan dengan mata pelajaran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32 kurikuler dilakukan dalam kelas dan atau ruang/tempat lain sesuai jadwal mingguan yang telah ditentukan dan biasanya dilakukan pada sore
hari.
Jenis
kegiatan
ekstra
kurikuler
seperti:
pramuka,
olimpiade/lomba kompetensi siswa, olahraga, kesenian, karya ilmiah remaja, kerohanian, paskibra, pecinta alam, PMR, jurnalistik/fotografi, dan sebagainya. Kegiatan ekstra kurikuler dapat disebut sebagai kegiatan tatap muka. 5. Melaksanakan Tugas Tambahan Tugas-tugas tambahan guru dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) kategori yaitu tugas struktural, dan tugas khusus. a.
Tugas tambahan struktural yang berupa: 1) Tugas sebagai Kepala Sekolah ekuivalen dengan 18 jam, sehingga minimal wajib mengajar 6 jam. 2) Tugas sebagai Wakil Kepala Sekolah ekuivalen dengan 12 jam, sehingga minimal wajib mengajar 12 jam. 3) Tugas sebagai Kepala Perpustakaan ekuivalen dengan 12 jam, sehingga minimal wajib mengajar 12 jam. 4) Tugas sebagai Kepala Laboratorium ekuivalen dengan 12 jam, sehingga minimal wajib mengajar 12 jam. 5) Tugas sebagai Ketua Jurusan Program Keahlian ekuivalen dengan 12 jam, sehingga minimal wajib mengajar 12 jam. 6) Tugas sebagai Kepala Bengkel ekuivalen dengan 12 jam, sehingga minimal wajib mengajar 12 jam.
b.
Tugas tambahan khusus 1) Tugas sebagai Pembimbing Praktik Kerja Industri ekuivalen dengan 12 jam, sehingga minimal wajib mengajar 12 jam. 2) Tugas sebagai Kepala Unit Produksi ekuivalen dengan 12 jam, sehingga minimal wajib mengajar 12 jam.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tugas seorang guru dalam menjalankan beban kerja atau beban mengajarnya, antara lain: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33 1. Merencanakan Pembelajaran yang dicerminkan dalam pembuatan
RPP
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). 2. Melaksanakan Pembelajaran a. Kegiatan awal tatap muka, dapat berupa kegiatan pengecekan dan atau penyiapan fisik kelas, bahan pelajaran, modul, media, dan perangkat administrasi. b. Kegiatan tatap muka c. Membuat resume proses tatap muka, yang dapat berupa refleksi, rangkuman, dan rencana tindak lanjut. 3. Menilai Hasil Pembelajaran 4. Membimbing dan melatih peserta didik yaitu intra kurikuler dan ekstra kurikuler 5. Melaksanakan Tugas Tambahan: a. Tugas tambahan structural Tugas tambahan struktural sesuai dengan ketentuan tentang struktur organisasi sekolah. Jenis tugas tambahan sruktural dan wajib tatap muka guru b. Tugas tambahan khusus Tugas tambahan khusus hanya berlaku pada jenis sekolah tertentu, untuk menangani masalah khusus yang belum diatur dalam peraturan yang mengatur organisasi sekolah. 6. Tinjauan tentang Perhitungan Jumlah Tatap Muka Guru a. Jumlah Tatap Muka per Mata Pelajaran Jumlah tatap muka tiap mata pelajaran untuk satu sekolah/madrasah diperoleh dengan cara menjumlahkan alokasi jam mata pelajaran per minggu per tingkat dikalikan dengan jumlah rombel per tingkat. Perhitungan tatap muka dilakukan dengan 2 teknik, antara lain: 1) Teknik Uraian Teknik uraian menggunakan jam pelajaran yang tercantum dalam commit to user struktur kurikulum sekolah/madrasah. Berikut adalah contoh
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34 perhitungan tatap muka guru yang memiliki 5 (lima) rombel untuk setiap tingkat untuk tatap muka guru Bahasa Indonesia (4 jam per minggu): Jumlah jam tatap muka = (jumlah jam pelajaran x rombel kelas 1) + (jumlah jam pelajaran x rombel kelas 2) + (jumlah jam pelajaran x rombel kelas 3) = (4 x 5) + (4 x 5) + (4 x 5) = 60 jam per minggu 2) Teknik Tabulasi Teknik tabulasi menggunakan format kurikulum yang selanjutnya dikembangkan menjadi format perhitungan tatap muka. Format struktur
kurikulum
ditambah
dengan
kolom
rencana
jumlah
rombongan belajar per tingkat (RBP) per mata pelajaran dan kolom untuk menghitung jumlah tatap muka (Jml TM). Tabel 2.2 Contoh Perhitungan Beban Tatap Muka Guru SMA No
Komponen
Kelas dan lokasi waktu
RBP Kelas
Jml TM
1.
Pendidikan Agama Islam
2
2
2
5
5
5
30
2.
Pendidikan kewarganegaraan
2
2
2
5
5
5
30
Sumber: Pedoman Pelaksanaan Tugas Guru dan Pengawas 2010 Keterangan: RBT =
Jumlah rombel per tingkat, dalam contoh adalah 5 (lima) rombel per tingkat
Jml
=
TM
Jumlah tatap muka yang terjadi per mata pelajaran di sekolah/madrasah, merupakan hasil penjumlahan dari kolom tiap kelas kali kolom RBP atau kolom (3) x (6) + (4) x (7) + (5) x (8)
b. Pendistribusian Beban Kerja Tatap Muka Beban
tatap
muka
didistribusikan kepada guru yang ada di commit to user sekolah/madrasah. Sebagai contoh untuk pembagian tatap muka mata
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35 pelajaran agama di sekolah/madrasah dengan jumlah tatap muka 30 (tiga puluh) jam per minggu dapat dilakukan seperti berikut: 1) Apabila menurut rencana hanya ada 1 (satu) guru, maka guru agama tersebut akan mengajar 30 jam tatap muka per minggu. 2) Apabila di sekolah/madrasah tersebut ternyata sudah ada 2 (dua) guru yaitu A dan B, maka salah satu guru, A akan mengajar 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan guru B hanya mendapat bagian 6 (enam) jam tatap muka. Guru B harus mengajar di sekolah/madrasah lain untuk memenuhi kewajiban 24 (dua puluh empat) jam tatap muka per minggu. 3) Kemungkinan lain, apabila guru A mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah/madrasah, maka dia hanya dibebani mengajar 6 (enam) jam tatap muka dan guru B bisa mendapat jatah mengajar 24 (dua puluh empat) jam tatap muka c. SK Kepala Sekolah/Madrasah tentang Tugas Mengajar Guru SK tugas guru tentang tugas mengajar guru yang diterbitkan kepala sekolah/madrasah pada awal tahun ajaran dibuat sesuai dengan ketentuan yang
berlaku
di
sekolah/madrasah
dan
kabupaten/kota
tempat
sekolah/madrasah berada. Dalam SK harus dicantumkan jenis dan jumlah jam tatap muka serta tugas tambahan guru apabila ada. 7. Tinjauan tentang Strategi Pemenuhan Jam Mengajar Berdasarkan pedoman pelaksanaan tugas guru dan pengawas tentang pemenuhan kewajiban jam tatap muka yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan 2010 guru yang belum memenuhi kewajiban mengajar 24 (dua puluh empat)
jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu di sekolah/madrasah dapat
memenuhi kekurangannya dengan cara sebagai berikut: a. Meningkatkan jumlah jam tatap muka di Sekolah/madrasah Meningkatkan jumlah tatap muka di sekolah/madrasah dilakukan commit to user dengan menata/merencanakan kembali jumlah peserta didik per rombongan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36 belajar sesuai dengan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses dengan ketentuan sebagai berikut: 1) SD/MI
: 28 peserta didik per kelas
2) SMP/MTs
: 32 peserta didik per kelas
3) SMA/MA
: 32 peserta didik per kelas
4) SMK/MAK
: 32 peserta didik per kelas
Angka tersebut digunakan sebagai jumlah peserta didik paling banyak per rombongan belajar. Penataan jumlah peserta didik per rombongan belajar tersebut dilakukan dengan tetap mempertahankan rasio guru terhadap peserta didik tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru Pasal 17. b. Mengajar pada sekolah/madrasah lain Wajib mengajar paling sedikit 24 jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu dapat dipenuhi dengan mengajar di sekolah/madrasah lain baik negeri maupun swasta sesuai dengan mata pelajaran yang diampu pada kabupaten/kota
tempat
sekolah/madrasah
tersebut
berada
atau
kabupaten/kota lain. Sebagai contoh, (1) guru bahasa inggris di suatu SMK dapat mengajar bahasa inggris di SMP/MTs, SMA/MA atau SMK/MAK lain, (2) guru produktif SMK dapat mengajar keterampilan/ekstrakurikuler yang relevan dengan bidangnya di SMP/MTs atau SMA/MA. Pemenuhan beban kerja paling sedikit 24 jam tatap muka dalam 1 minggu dengan mengajar di sekolah/madrasah lain dapat dilaksanakan dengan ketentuan guru yang bersangkutan mengajar paling sedikit 6 jam tatap muka dalam 1 minggu pada sekolah/madrasah satminkalnya. Kepala sekolah/madrasah yang tidak mungkin untuk mengajar di satminkalnya, karena tidak ada mata pelajaran yang sesuai dengan sertifikat pendidiknya, dapat memenuhi kewajiban tatap muka di sekolah/madrasah lain sesuai dengan bidangnya. Guru yang memenuhi kekurangan jam tatap muka dengan mengajar di sekolah/madrasah pada kabupaten/kota lain, harus memiliki surat tugas commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37 yang
diketahui
oleh
dinas
pendidikan
kabupaten/kota
tempat
sekolah/madrasah lain tersebut berada. c. Ekuivalensi kegiatan Ekuivalen jam tatap muka dapat menjadi solusi pemenuhan beban kerja tatap muka bagi guru pada satuan pendidikan layanan khusus, berkeahlian khusus, dibutuhkan atas dasar pertimbangan kepentingan nasional, dan guru yang bertugas pada satuan pendidikan di suatu kabupaten/kota dengan kondisi kelebihan guru. Usulan ekuivalensi tersebut harus dilengkapi dengan bukti tertulis yang dibuat oleh kepala sekolah/madrasah satminkal dan disahkan kepala dinas pendidikan kabupaten/kota tempat sekolah/madrasah berada. Untuk sekolah luar biasa pengesahannya dilakukan oleh kepala dinas pendidikan provinsi. 8. Tinjauan Tentang Sekolah Berkelas Kecil Jumlah
peserta
didik
per
rombongan
belajar
sesuai
dengan
Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses dengan ketentuan sebagai berikut: 1) SD/MI
: 28 peserta didik per kelas
2) SMP/MTs
: 32 peserta didik per kelas
3) SMA/MA
: 32 peserta didik per kelas
4) SMK/MAK
: 32 peserta didik per kelas
Angka tersebut digunakan sebagai jumlah peserta didik paling banyak per rombongan belajar. Penataan jumlah peserta didik per rombongan belajar tersebut dilakukan dengan tetap mempertahankan rasio guru terhadap peserta didik tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru Pasal 17. Beberapa pendapat dari pegawai Dinas Pendidikan dan Olahraga Kabupaten Boyolali yang menjelaskan tentang pengertian sekolah berkelas kecil antara lain: menurut bapak Kasiswo
menyebutkan bahwa sekolah
berkelas kecil adalah sekolah yang memiliki jumlah siswa minimal 20 siswa commit to user dan maksimal 36 siswa dalam setiap kelasnya dimana jumlah tingkatan kelas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38 setiap tingkat minimal adalah 3 (tiga) kelas. Menurut bapak Agung Nugroho pengertian “Sekolah berkelas kecil adalah suatu sekolah yang memiliki paralel kelas setiap tingkat maksimal 3 kelas, dimana jumlah siswa tiap rombelnya kurang dari 32 siswa”. Pernyataan serupa juga dikemukakan oleh Bapak Mahatma Joko Subandi yang mengatakan bahwa “Sekolah berkelas kecil adalah sekolah yang memiliki jumlah siswa kurang dari standar minimal tingkat paralel kelas minimal memiliki 3 (tiga) kelas tiap tingkatnya, dan memiliki jumlah siswa maksimal 32 siswa”. Jumlah minimum rombongan belajar menurut Permendiknas No 24 tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar dan Menengah menyebutkan bahwa: “ Satu SMA/MA memiliki minimum 3 rombongan belajar dan maksimal 27 rombongan belajar ….”. Peraturan Pemerintah yang menyebutkan secara spesifik tentang sekolah berkelas kecil belum ada, namun menurut data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan dan Olah Raga Kabupaten Boyolali, menyebutkan bahwa di Kabupaten Boyolali masih terdapat sekolah yang memiliki jumlah rombongan belajar minimum yaitu 3 (tiga) rombongan belajar dalam satu sekolah. Sebagai pertimbangan dalam penelitian ini dicantumkan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh peneliti lain, yaitu: 1. Jurnal Teknologi Pendidikan - Vol. 10 No. 2 / Oktober 2010 Dalam penelitian karya Wisnu B. Nasutiyon dan I Ketut Pegig Arthana berjudul Pengaruh Sertifikasi Guru Terhadap Kompetensi Mengajar Guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik ini dilatarbelakangi oleh adanya program sertifikasi guru sebagai upaya peningkatan kualitas mengajar dan kompetensi guru, agar menjadi pendidik professional. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Dimana metode pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan data kuantitatif, observasi, wawancara. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji statistic, yaitu korelasi Product Moment. Maka didapat hasil korelasi yang didapat dalam rumus product moment dengan nilai r tabel dengan N= 50 dan taraf signifikan 5 %. Kemudian dilanjutkan commit user sehingga diketahui nilai r tabel = pada tahap pengecekan hasil dengan tabletokriteria,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39 0.279 sehingga didapat nilai r hitung (0,3056) lebih besar daripada nilai kritik r tabel (0,279) maka H0 yang berbunyi “Tidak ada pengaruh sertifikasi guru terhadap kompetensi mengajar guru sekolah dasar negeri di Kecamatan Benjen Kabupaten Gresik” ditolak dan Ha yang berbunyi “Adanya pengaruh sertifikasi guru terhadap kompetensi mengajar guru sekolah dasar negeri di Kecamatan Benjen Kabupaten Gresik” diterima. Hal ini diartikan bahwa terdapat hubungan/korelasi antara sertifikasi guru dengan kompetensi mengajar guru sekolah dasar negeri di Kecamatan Benjen Kabupaten Gresik, yang berarti “Sertifikasi Guru berpengaruh terhadap Kompetensi Mengajar Guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik”. Penelitian dalam jurnal ini hampir sama dengan penelitian ini, karena keduanya sama-sama membahas tentang guru bersertifikasi. Namun perbedaannya adalah dalam jurnal tersebut memvalidasi apakah sertifikasi guru berpengaruh terhadap kompetensi mengajar guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik, sedangkan pada penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh validitas jam mengajar guru bersertifikasi pada Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Atas (SMK) bersekolah kecil studi kasus di Kabupaten Boyolali. 2.
Varia Pendidikan, Vol. 22, No. 1, Juni 2010 Dalam penelitian karya Sutikno berjudul Pengaruh Kompetensi Guru
Bersertifikat Pendidik, Masa Kerja, dan Latar Belakang Sosial Ekonomi terhadap Disiplin Kerja Guru SMK di Kabupaten Pati ini dilatar belakangi oleh adanya pengaruh kompetesi guru bersertifikat pendidik, masa kerja dan latar belakang sosial ekonomi terhadap disiplin kerja guru. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain ex post facto dalam penelitian korelasional. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik dokumen dan angket dengan skala Likert . Hasil yang diketahui adalah disiplin kerja guru SMK di Kabupaten Pati secara statistik dipengaruhi oleh kompetensi guru bersertifikat pendidik, masa kerja, dan latar belakang sosial ekonomi. Pengaruh kompetensi guru bersertifikat pendidik commit pada to user1%, pengaruh masa kerja terhadap terhadap disiplin kerja guru signifikan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40 disiplin kerja guru signifikan pada 1%, dan variable latar belakang sosial ekonomi terhadap disiplin kerja guru signifikan pada 1%. Hal ini menjelaskan bahwa sertifikasi akan berdampak pada peningkatan kompetensi. Penelitian dalam jurnal ini hampir sama dengan penelitian ini, karena keduanya sama-sama membahas tentang guru bersertifikasi. Namun perbedaannya adalah dalam jurnal tersebut hasil penelitiannya adalah sertifikasi guru berpengaruh terhadap kompetensi guru Sekolah Menengah Kejuruan di Kabupaten Pati, sedangkan pada penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh validitas jam mengajar guru bersertifikasi pada Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Atas (SMK) bersekolah kecil studi kasus di Kabupaten Boyolali. B. Kerangka Berpikir Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka berpikir juga merupakan arahan menuju pada suatu jawaban sementara atas masalah yang telah dirumuskan sebelumnya. Berdasarkan judul penelitian diatas dapat dikemukakan kerangka berpikir sebagai berikut: sertifikasi guru adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru atau dosen sebagai tenaga profesional. Profesionalisme guru dalam mengajar adalah kemampuan menciptakan pembelajaran yang berkualitas karena guru memiliki peranan yang sangat sentral, baik sebagai perencana, pelaksana, maupun evaluator pembelajaran, terutama dalam memberikan kemudahan pembelajaran kepada siswa secara efektif dan efisien, sehingga membentuk kompetensi siswa sesuai dengan karakteristik individual masing-masing. Sertifikasi guru merupakan sebuah terobosan dalam dunia pendidikan untuk meningkatkan kualitas dan profesionalitas seorang guru, sehingga ke depan semua guru harus memiliki sertifikat sebagai lisensi atau ijin mengajar. Dengan demikian, upaya pembentukan guru yang profesional di Indonesia segera menjadi kenyataan dan diharapkan tidak semua orang dapat menjadi guru dan tidak semua orang menjadikan profesi guru sebagai batu loncatan untuk memperoleh pekerjaan. commit to user Pada kenyataanya saat ini guru yang sudah tersertifikasi belum dapat menjalankan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41 amanahnya dengan sebenar-benarnya sebagaimana kriteria yang telah ditetapkan. Ada indikasi bahwa guru yang telah tersertifikasi tidak lagi seproduktif ketika mereka belum mendapatkan tunjangan profesi. Guru wajib mengajar paling sedikit 24 (dua puluh empat) jam tatap muka per minggu, demikian diamanatkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 35 ayat (2), dan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru pasal 52 ayat (2) yang menyatakan bahwa beban kerja guru paling sedikit 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan paling banyak 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu pada satu atau lebih satuan pendidikan yang memiliki izin pendirian dari Pemerintah atau Pemerintah Daerah. Beban kerja guru tersebut wajib dipenuhi oleh guru untuk mendapatkan tunjangan profesi pendidik bagi guru yang sudah memiliki sertifikat pendidik. Pada kenyataan diketahui bahwa di beberapa kabupaten/kota banyak guru yang tidak dapat memenuhi beban kerja minimal 24 jam tatap muka per minggu. Hal tersebut dapat terjadi karena alasan kelebihan guru, penyebaran guru tidak proporsional, dan jumlah rombongan belajar yang tidak mencukupi. Agar beban kerja tersebut terpenuhi maka Kabupaten/Kota harus memiliki perencanaan kebutuhan dan pendistribusian guru yang tepat sesuai dengan kebutuhan sehingga kelebihan guru tidak terjadi dan semua guru dapat memenuhi kewajibannya dalam hal beban kerja per minggu. Guru yang telah memiliki sertifikat profesi pendidik akan menerima hak berupa tunjangan profesi dan honor tambahan apabila telah memenuhi kewajiban beban kerja tatap muka. Adanya kesulitan-kesulitan pemenuhan beban kerja minimal guru yaitu 24 jam taatp muka per minggu, memerlukan suatu strategi atau upaya pemecahan kesulitan-kesulitan tersebut. Sehingga masalah pemenuhan beban mengajar guru bersertifikasi dapat segera diatasi agar dapat diterapkan untuk perbaikan kualitas pengajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
SMA & SMK Berkelas Kecil di Kabupaten Boyolali
Kendala-kendala Jam Mengajar Guru Bersertifikasi yaitu 24 jam/minggu
Jam Mengajar Guru Bersertifikasi yaitu 24 jam/minggu
Pembagian/penentuan Jam Mengajar Guru Bersertifikasi
Strategi pemenuhan Jam Mengajar Guru Bersertifikasi yaitu 24 jam/minggu
Tercapainya Jam Mengajar Guru Bersertifikasi yaitu 24 jam/minggu
Gambar 1: Kerangka Berpikir
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN Penelitian
bertujuan
untuk
mendapatkan
kebenaran
dari
suatu
pengetahuan. Penelitian dimulai dengan perencanaan yang seksama dengan disusun secara logis dan sistematis. Sehingga dalam melaksanakan suatu penelitian diperlukan adanya suatu metodologi. Ketepatan dalam memilih metodologi yang digunakan akan menghantarkan peneliti menuju ke arah tujuan yang diinginkan. Menurut Arikunto (2002) “Metodologi penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian” (hlm. 136). Menurut Kartono (1996) “Metodologi penelitian adalah cara-cara berfikir dan berbuat yang dipersiapkan dengan baik-baik untuk mengadakan penelitian, dan untuk mencapai suatu tujuan penelitian” (hlm. 20). Sedangkan menurut Hasan “Metodelogi penelitian adalah ilmu yang membicarakan tata cara atau jalan sehubungan dengan adanya penelitian” (2002:20). Berdasarkan pengertian metodologi penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa metodologi penelitian adalah suatu cara yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian yang dipersiapkan dengan teratur, terencana, dan sistematis untuk mencari jawaban atas suatu masalah sehubungan dengan penelitian yang sedang dilakukan, dengan menggunakan teknik serta alat tertentu untuk mencapai tujuan penelitian. Metodologi penelitian erat kaitannya dengan prosedur, alat, serta desain penelitian yang dipergunakan dalam melaksanakan penelitian. Berbagai hal yang yang berkaitan dengan metodologi penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi tempat dan waktu penelitian, bentuk dan strategi penelitian, sumber data, teknik sampling, teknik pengumpulan data, validitas data, analisis data dan prosedur penelitian.
commit to user 43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44 A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penentuan tempat atau lokasi penelitian berkaitan erat dengan data-data atau informasi yang bisa diperoleh sesuai dengan permasalahan atau obyek penelitian. Dalam melaksanakan penelitian, peneliti memilih lokasi di Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri dan Swasta yang berkelas kecil sesuai data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan dan Olah Raga Boyolali di Kabupaten Boyolali, antara lain: SMA Kanisius Yos Sudarso, SMK Kharya Dharma Veteran Teras, SMA BK III Boyolali di Teras, dan sekolah pembanding adalah SMA N 1 Banyudono dan SMA N 1 Teras yang memiliki bayak paralel kelas. Peneliti memilih lokasi tersebut dengan alasan sebagai berikut: a. Terdapat permasalahan penelitian di lokasi tersebut. b. Data yang dibutuhkan tersedia di lokasi tersebut c. Belum pernah diadakan penelitian dengan masalah serupa di lokasi tersebut. d. Lokasi yang mudah dijangkau sehingga memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dimulai sejak pembuatan proposal sampai penulisan laporan dalam bentuk skripsi, yang berlangsung selama 6 bulan, dimulai dari bulan Februari 2012 sampai dengan bulan Juli 2012. B. Bentuk dan Strategi Penelitian 1. Bentuk Penelitian Penelitian adalah suatu usaha yang dilakukan untuk menemukan, menggambarkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan yang dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah. Berdasarkan masalah yang diajukan dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45 penelitian ini yang lebih menekankan pada masalah dan proses serta makna maka jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Metode deskriptif menurut Sutopo adalah jika: “…peneliti sudah mengetahui beragam variabel yang terlibat dalam sasaran studinya” (2000:110). Sehingga mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam mengenai gambaran kondisi tentang yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan studinya. Bogdan dan Taylor mendefinisikan “Metodologi kualitatif” sebagai: “Prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati” (Moleong, 2003:3). Penelitian kualitatif merupakan suatu bentuk penelitian yang mengolah dan menganalisis data dengan kata-kata. Jadi data yang diperoleh dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi, dikomunikasikan dalam laporan berbentuk narasi sehingga hasilnya lebih mendalam sesuai dengan ketajaman analisis peneliti. Penelitian kualitatif diarahkan pada kondisi ahlinya, bahwa datanya dinyatakan pada keadaaan sewajarnya atau sebagaimana adanya sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan. 2. Strategi Penelitian Dalam setiap penelitian agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai dan untuk mengkaji permasalahan penelitian secara mendetail dan lengkap maka diperlukan strategi penelitian yang tepat. Strategi yang dipilih oleh peneliti ini digunakan sebagai dasar untuk mengamati, mengumpulkan data dan untuk menyajikan analisis hasil penelitian. Menurut Sutopo: “… dalam penelitian kualitatif dikenal juga dengan adanya studi kasus tunggal dan kasus ganda” (2002:111). Secara lebih khusus masih dapat dibedakan jenisnya penelitian terpancang ataupun holistik penuh. Penjelasannya adalah sebagai berikut: a.
Studi Kasus Tunggal Studi penelitian disebut sebagai studi kasus tunggal, bilamana commit to userpada satu kasus tunggal, bilamana penelitian tersebut hanya dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46 penelitian tersebut hanya dilakukan pada satu karakteristik. Artinya, penelitian tersebut hanya dilakukan pada satu sasaran (satu lokasi atau satu subyek). b.
Studi Kasus Ganda Penelitian ini mempergunakan adanya sasaran (lokasi studi) lebih dari satu yang memiliki perbedaan karakteristik.
c.
Terpancang Dalam penelitian terpancang, peneliti sudah memilih dan menentukan variabel yang menjadi fokus utamanya sebelum memasuki lapangan studinya.
d.
Holistik Penuh Dalam penelitian holistik penuh, peneliti sama sekali tidak menentukan fokus sebelum terjun ke lapangan studinya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan strategi deskriptif
ganda terpancang. Metode deskriptif dikarenakan penelitian ini mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam mengenai kondisi tentang kejadian sebenarnya berdasarkan yang terjadi di lapangan. Strategi kasus ganda karena peneliti mengarahkan kegiatan penelitian pada beberapa lokasi studi, yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri yang berkelas kecil di Kabupaten Boyolali, antara lain: SMA Kanisius Yos Sudarso, SMK Kharya Dharma Veteran Teras, SMA Bhineka Karya III Teras, dan sekolah pembanding adalah SMA Negeri 1 Banyudono dan SMA Negeri 1 Teras yang memiliki bayak paralel kelas. Sedangkan terpancang karena peneliti fokus pada satu pokok permasalahan, yaitu validitas jam mengajar guru berserifikasi.
C. Sumber Data Semakin banyak sumber data yang digunakan, maka semakin banyak peluang untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. Menurut Arikunto “yang commitpenelitian to user adalah subjek dari mana data dimaksud dengan sumber data dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47 dapat diperoleh” (1996:114). Sutopo mengemukakan bahwa “sumber data kualitatif dapat berupa manusia, peristiwa, tingkah laku, dokumen, arsip, dan benda lain” (2003:3). Sedangkan menurut Lofiond seperti yang dikutip Moleong (2001) mengemukakan bahwa “Sumber data pertama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain” (hlm. 112). Berdasarkan pengertian di atas maka sumber data dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan dari orang-orang yang diamati serta selebihnya diambil dari dokumen-dokumen yang mendukung. 1. Informan Informan
merupakan
orang
yang
dianggap
mengetahui
permasalahan yang akan diteliti dan bersedia memberikan informasi kepada peneliti. Menurut Meleong disebutkan bahwa “informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian” (2002:90). Jadi, informan adalah orang-orang yang berada di lingkungan objek penelitian, yang tentunya sedikit banyak mengetahui secara mendetail tentang keadaan lokasi penelitian, sehingga diharapkan mereka dapat memberikan informasi yang akurat tentang keadaan yang ada di lapangan. Informan merupakan tumpuan pengumpulan data bagi peneliti dalam mengungkapkan masalah penelitian. Informan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang mempunyai peranan yang sangat besar dan mengetahui benar seluk-beluk permasalahan penelitian yang peneliti lakukan. Informan atau narasumber yang digunakan dalam penelitian ini adalah guru bersertifikasi di Kabupaten Boyolali. 2. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian merupakan tempat yang dijadikan sebagai sumber data dalam penelitian ini. Menurut Bogdan, “pelaku observasi memasuki kancah dengan harapan bisa membangun hubungan dengan subyek atau orang yang diteliti secara jujur, bebas dan saling menukar informasi secara terbuka” (Moleong, 2002:117). Dalam penelitian ini commit to useradalah Sekolah Menengah Atas lokasi yang digunakan oleh peneliti
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48 (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berkelas kecil di Kabupaten Boyolali, antara lain: SMA Kanisius Yos Sudarso, SMK Kharya Dharma Veteran Teras, SMA Bhineka Karya III Teras, dan sekolah pembanding adalah SMA N 1 Banyudono dan SMA N 1 Teras yang memiliki bayak paralel kelas. 3. Dokumen/ Arsip Dalam penelitian kualitatif, arsip dan dokumen sangat dibutuhkan untuk mendukung penelitian. Arsip dan dokumen yang dimaksudkan di sini adalah arsip dan dokumen berupa catatan tertulis yang ada di Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri berkelas kecil di Kabupaten Boyolali, antara lain: SMA Kanisius Yos Sudarso, SMK Kharya Dharma Veteran Teras, SMA Bhineka Karya III Teras, dan sekolah pembanding adalah SMA N 1 Banyudono dan SMA N 1 Teras yang memiliki bayak paralel kelas.
D. Teknik Sampling Teknik sampling adalah teknik yang digunakan untuk menyeleksi atau memfokuskan permasalahan agar penelitian lebih mengarah pada tujuan penelitian. Menurut Moleong mengatakan bahwa “…sampling dalam hal ini adalah untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber dan bangunnanya (contructions). …sampling ialah menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul” (2001:165). Teknik sampling atau cuplikan merupakan suatu bentuk khusus bagi pemusatan atau pemilihan dalam penelitian yang mengarah pada seleksi. Menurut Sutopo ada tiga teknik sampling atau cuplikan, yaitu: “Purposive sampling, time sampling, snowball sampling” (2002:56). 1. Purposive Sampling Teknik purposive sampling atau cuplikan selektif atau criterion base selection purposive sampling mendasarkan pada landasan kaitan teori yang digunakan, keinginan pribadi, karakteristik empiris yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49 dihadapi dan sebagainya, dengan kecenderungan peneliti untuk memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalah yang dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap. Bahkan pilihan informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan dalam memperoleh data. 2. Time Sampling Teknik time sampling atau cuplikan waktu berkaitan dengan waktu yang dipandang tepat untuk mengumpulkan informasi sesuai dengan permasalahan yang dibagi. 3. Snowball Sampling Teknik ini diibaratkan bola salju yang diawali dengan sangat kecil menggelinding semakin jauh di lereng bukit salju dan menjadi semakin padat dan besar. Teknik ini digunakan bila peneliti tidak tahu siapa yang dipilih karena tidak mengetahui kondisi dan struktur objek penelitian sehingga peneliti bertanya mengenai informasi yang diperlukan kepada siapapun yang dijumpai pertama kali begitu seterusnya sehingga ia mampu menggali data secara lengkap dan mendalam. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik Purposive Sampling dan juga Snowball Sampling. Purposive Sampling
karena ditekankan pada
kualitas pemahaman. Sedangkan Snowball Sampling karena jumlah informannya bisa berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti, dari informan kunci hingga sampai pada orang terakhir yang memungkinkan seluruh data yang diinginkan dapat diperoleh. Peneliti memilih informan dengan menunjuk seseorang dan orang tersebut menunjuk informan lain yang dianggap lebih mengetahui dan memahami permasalahan yang diteliti sampai diperoleh informasi yang mendalam. E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah cara khusus yang dipergunakan untuk memperoleh data dalam penelitian. Data dalam penelitian merupakan hal yang sangat penting guna membuktikan kebenaran commit to useratau memecahkan suatu masalah,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50 karena jika ada kesalahan dalam pengumpulan data maka akan sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian. Untuk itu data yang dikehendaki dalam setiap penelitian kualitatif adalah data yang benar-benar dapat dipercaya dan objektif. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Wawancara Wawancara yang sering juga disebut interview, menurut Arikunto adalah “sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk
memperoleh
informasi
dari
terwawancara
(interviewee)”
(2006:155). Dalam penelitian ini, peneliti menumpulkan data dengan cara mengajukan pertanyaan kepada informan, dimana pertanyaan-pertanyaan tersebut sudah dipersiapkan dan dibuat kerangkanya secara sistematis sebelum berada di lokasi. 2. Observasi Observasi sebagaimana wawancara, termasuk teknik pengumpulan data yang utama dalam kebanyakan penelitian kualitatif. Hal-hal yang diobservasi meliputi lokasi fisik, manusia-manusia sebagai perilaku dalam kegiatan atau aktivitas pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan langsung terhadap subjek dan objek penelitian di lokasi penelitian
sehingga
diperoleh
gambaran
yang
jelas
mengenai
permasalahan yang diteliti. Dalam hal ini observasi yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah observasi langsung yang dilakukan secara formal dan informal untuk mengamati jam mengajar guru bersertifikasi di Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri berkelas kecil di Kabupaten Boyolali, antara lain: SMA Kanisius Yos Sudarso, SMK Kharya Dharma Veteran Teras, SMA Bhineka Karya III Teras, dan sekolah pembanding adalah SMA N 1 Banyudono dan SMA N 1 Teras yang memiliki bayak paralel kelas. 3. Dokumen dan Arsip Selain menggunakan wawancara dan observasi, pengumpualan to user data juga bisa dilakukancommit dengan mencatat arsip atau dokumen yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51 berkaitan dengan permasalahan peneliti. Guba dan Lincon menjelaskan bahwa: “dokumen adalah setiap bahan tertulis atau film…, sedangkan arsip adalah suatu tanda bukti, dokumen atau warkat yang berkaitan dengan bukti keterangan suatu keluarga, perusahaan, masyarakat, dan bangsa” (Meleong, 2003:61). Penelitian dilakukan dengan cara mencatat dan mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen yang isinya berhubungan dengan masalah dan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber untuk mendapatkan data yang lengkap adalah arsip dan dokumen yang ada di Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berkelas kecil dimana guru bersertifikasi yang bersangkutan mengajar. Adapun alasan penulis menggunakan metode dokumentasi adalah: a. Mudah dilakukan karena data yang diperlukan sudah tersedia. b. Data yang diperlukan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya karena merupakan data resmi. F. Validasi Data Data yang telah berhasil diperoleh, dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan penelitian harus diusahakan kemantapan kebenarannya. Oleh karena itu, harus dipilih cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validitas data yang telah diperoleh. Validitas atau keabsahan data menunjukan seluruh proses pengumpulan data dalam suatu penelitian, mulai dari penjabaran konsep sampai pada saat data siap untuk dianalisis. Dalam penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan diolah dan diuji validitasnya melalui triangulasi. Moleong menjelaskan “triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu” (2001:178). Menurut pandangan Patton, yang dikutip oleh Sutopo (2002) menyebutkan bahwa “Ada empat teknik triangulasi, yaitu (1) triangulasi data, (2) triangulasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52 peneliti, (3) triangulasi metode, (4) triangulasi teoritis” (hlm. 78). Penjelasan triangulasi tersebut seperti di bawah ini: 1. Triangulasi data adalah penelitian dengan menggunakan berbagai sumber data yang berbeda untuk mengumpulkan data yang sejenis 2. Triangulasi penelitian adalah cara mana hasil penelitian baik data ataupun kesimpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhan diuji validitas dari berbagai peneliti. 3. Triangulasi
metode
yaitu
penelitian
yang
dilaksanakan
untuk
mengumpulkan data yang sejenis tetapi dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda. 4. Triangulasi teoritis adalah melakukan penelitian tentang topik yang sama dan data dianalisis dengan menggunakan pandangan lebih dari satu teori. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik triangulasi data dan teknik triangulasi metode. Teknik triangulasi data karena peneliti menggunakan beberapa sumber data untuk mengumpulkan data dengan permasalahan yang sama. Data yang ada di lapangan diambil dari berbagai sumber yang berbedabeda, yaitu dengan memanfaatkan data dari suatu sumber kemudian dicek dengan sumber lain untuk keperluan pengecekan atau pembanding data, serta dengan menggunakan teknik triangulasi metode. Peneliti dalam mengumpulkan data menggunakan teknik/metode yang berbeda yaitu dilakukan dengan cara membandingkan antara hasil wawancara dengan sumber data hasil pengamatan peneliti dan isi dokumen yang berkaitan sehingga data yang diperoleh semakin lengkap terpercaya. G. Analisis Data Analisis data biasanya dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data sampai diperoleh suatu kesimpulan. Menurut Moleong analisis data adalah “proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan dasar sehingga dapat ditemukan tema, dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data” (2000:103). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53 Menurut Miles & Huberman yang dikutip Sutopo (2002): “terdapat tiga komponen utama yang harus benar-benar dipahami oleh peneliti yaitu (1) reduksi data, (2) sajian data, (3) penarikan kesimpulan, serta verifikasinya” (hlm. 91). Penjelasan ketiga komponen diatas adalah sebagai berikut: 1. Reduksi Data Merupakan proses menyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan, dan mengabstrakan data yang ada. Pada tahap ini proses dimulai dari pengambilan keputusan tentang kerangka kerja konseptual, pemilihan kasus, pertanyaan, penggalian data, pembuatan catatan singkat dan menentukan batas permasalahan. Sebagai salah satu bentuk analisi maka proses mempertegas, memperpendek, membuat fokus dan mengatur data serta mengklasifikasikan data yang telah diperoleh sesuai dengan kebutuhan penelitian merupakan hal
yang harus dilakukan. Ini
mempermudah peneliti untuk menarik kesimpulan akhir penelitian itu. 2. Sajian Data Inti dari penyajian data adalah mengorganisir informasi secara sistematis untuk mempermudah peneliti dalam menggabungkan dan merangkai keterkaitan antar data dalam menyusun penggambaran dari fenomena yang ada pada objek penelitian. Untuk mempermudah penyajian data ini digunakan skema jaringan keterkaitan kegiatan tabel apabila dibutuhkan. Dengan data yang tersaji akhirnya peneliti akan menginterprestasikan fenomena yang ada dan membandingkan fenomena tersebut dengan teori yang relevan. 3. Penarikan Kesimpulan Merupakan analisis rangkaian pengolahan data yang berupa gejala dan kasus yang terdapat di lapangan. Penyusunan catatan, pertanyaan, pola dan arah sebab akibat dilakukan secara teratur. Disamping itu dalam penarikan kesimpulan, penelitian juga mendiskusikan permasalahan dengan berbagai pihak yang relevan yang akhirnya terjadi sebuah kesepakatan kesimpulan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54 Analisis penelitian kualitatif dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data atau dilakukan di lapangan. Sedangkan model analisis yang digunakan oleh peneliti adalah model analisis terjalin atau interaktif. Untuk lebih jelasnya proses analisis dengan model analisis interaktif dapat ditunjukan dengan bagan sebagai berikut:
Pengumpulan Data Sajian Data Reduksi Data
Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi
Gambar 2: komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif Sumber: Matthew B. Milles & A. Michael Huberman yang dikutip H.B Sutopo (2002:96) H. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian adalah tata urutan atau langkah-langkah rinci yang harus ditempuh untuk melaksanakan penelitian. Hal ini dimaksudkan agar penelitian dapat berjalan dengan teratur sehingga hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan. Menurut Moleong “tahap-tahap penelitian yang akan dilaksanakan adalah tahap pra lapangan, pekerjaan lapangan, tahap analisis data dan tahap penyusunan laporan lapangan” (2004:127). Prosedur penelitian dibagi menjadi beberapa tahap sebagai berikut: 1. Tahap pra lapangan Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan peneliti yaitu menyusun commit to user rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perijinan,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55 menjajaki dan menilai lapangan, memilih dan memanfaatkan informan serta menyiapkan perlengkapan penelitian. 2. Tahap lapangan Tahap ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu memahami latar belakang dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta mengumpulkan data. 3. Tahap analisis data Tahap analisis data dilaksanakan langsung di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data 4. Tahap penulisan laporan Tahap penulisan laporan yaitu peneliti mulai menyusun laporan setelah analisis data, yang kemudian dilaporkan tersebut diperbanyak sesuai kebutuhan dan siap dipertanggungjawabkan di depan Tim Penguji Skripsi.
Persiapan, Pelaksanaan (Perijinan, Pengumpulan Informasi)
Pengumpulan data dan analisis awal
Analis akhir
Penarikan kesimpulan
Penulisan laporan
Gambar 3: Skema Prosedur Penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. SMA KANISIUS YOS SUDARSO SMA Kanisius Yos Sudarso adalah salah satu sekolah swasta yang terakreditasi di Kabupaten Boyolali yang beralamat di Jalan/Desa Tegalmulyo, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali, No telp: (0276) 322455. Sekolah ini berada di bawah Yayasan Kanisius Cabang Surakarta yang beralamat di Jl. Arifin No. 1 Surakarta Kodepos 57111 Telp/fak. 0271-642110. SMA Kanisius Yos Sudarso didirikan pada tahun 1983, dan baru beroperasi pada tahun 1986. SMA Kanisius Yos Sudaarso memiliki moto sekolah, yaitu pendidikan untuk semua. Visi sekolah adalah menjadikan siswa cerdas, beriman, bermoral, terampil, dan mandiri, sedangkan visi sekolah, antara lain: a. Mewujudkan suasana pembelajaran yang kondusif untuk mencapai hasil belajar yang optimal b. Menumbuhkembangkan sikap toleran dan penghayatan ajaran agama yang dianutnya c. Menumbuhkembangkan sikap kesetiakawanan sosial tanpa membedakan suku, agama, ras dan antar golongan d. Menumbuhkembangkan potensi diri siswa sesuai dengan bakat yang dimiliki dan fasilitas yang tersedia e. Menumbuhkembangkan rasa tanggung jawab terhadap pribadinya sesuai dengan bakat yang dimilikinya. Fasilitas yang diberikan sekolah yaitu gedung belajar dan ruang kelas nyaman dan terang, ruang praktek keterampilan komputer, ruang perpustakaan yang dilengkapi buku literatur yang beranekaragam, ruang Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), lapangan upacara dan olah raga, sarana praktek fisika, kimia, biologi, matematika, kegiatan ekstra kurikuler: pramuka, komputer, seni musik, seni vokal. commit to user 56
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57
Tingkat I No.
Program Pengajaran
Tingkat II
Siswa
Rom Bel
L
P
1
8
10
Tingkat III
Siswa
Rom Bel
L
Rom Bel
P
Jumlah
Siswa L
P
Siswa
Rom Bel
L
P
1
8
10
1.
Umum
2.
Bahasa
-
-
-
3.
IPA
-
-
-
4.
IPS
2
21
28
1
11
17
1
10
11
Tabel 4.1 Jumlah Siswa dan Jumlah Rombongan Belajar (Sumber: Bagian Tata Usaha SMA Kanisius Yos Sudarso) Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa SMA Kanisius memiliki jumlah siswa dan rombongan belajar yang relatif sedikit, yaitu untuk setiap tingkat rata-rata memiliki 1 (satu) kelas, hanya untuk kelas XII memiliki 2 (dua) kelas dan jumlah siswa pada setiap rombongan belajar kurang dari 30 siswa. Tabel 4.2 Kepala Sekolah, Guru, dan Tenaga Administrasi menurut Status Kepegawaian, Golongan dan Jenis Kelamin
Jabatan
Gol. I L P
Gol. II L P
Status Kepegawaian Tetap Gol. III Gol. IV Yayasan L P L P L P
Ka. Sek Guru Tenaga Admin.
Tidak Tetap
Bantu Pusat
Bantu Daerah
Jumlah
L
L
L
L
P
1 2
4 1
P
P
P
-
1
1
2
5
4
1
1
1
2
(Sumber: Bagian Tata Usaha SMA Kanisius Yos Sudarso) Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa status kepegawaian guru di SMA Kanisius belum semuanya guru tetap, di sekolah ini juga terdapat guru yayasan dan guru tidak tetap. 2. SMA BHINEKA KARYA 3 BOYOLALI SMA Bhineka Karya 3 Boyolali adalah termasuk sekolah swasta yang berdiri pada tahun 1977 di kabupaten Boyolali yang beralamat di Jalan Raya commit to user Solo-Boyolali nomor 166, desa Randusari, kecamatan Teras, kode pos 27372,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58 telepon 0276-324188. Sekolah ini berada di bawah Yayasan Bhinneka Karya Kabupaten Boyolali, dimana telah mendapat akreditasi B. Visi sekolah adalah menjadi sekolah yang baik, aktif, kreatif, mewujudkan anak Indonesia yang “Beriman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berprestasi, disiplin, kreatif, mandiri, serta gemar belajar, sedangkan misi sekolah antara lain: a. Melaksanakan pendidikan secara baik untuk siswa-siswanya sehingga lulusannya menjadi insan yang bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, disiplin, kreatif, mandiri dan gemar belajar. b. Menghasilkan siswa yang berprestasi tinggi dan mampu bersaing dalam melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi serta berguna bagi masyarakat. c. Berorientasi pada pengembangan pribadi siswa yang memiliki semangat belajar tanpa henti berdasarkan prinsip profesionalisme d. Menjadikan sekolah sebagai tempat untuk menumbuhkan budaya belajar dan budaya organisasi, sehingga menjadikan kebanggaan bagi sekolah dan lingkungannya,
mampu
menumbuhkan
kepercayaan
diri
serta
memperkokoh persatuan dan kesatuan Sarana dan prasarana yang dimiliki SMA Bhineka Karya 3 Boyolali yaitu ruang guru, ruang tata usaha, ruang kelas yang berjumlah 5 kelas (kelas X berjumlah 1 kelas, kelas XI berjumlah 2 kelas, kelas XII berjumlah 2 kelas), kantin sekolah, perpustakaan konvensional. Tabel 4.3 Jumlah Siswa dan jumlah Rombongan Belajar No. 1. 2. 3. 4. Jumlah
Program Pengajaran Umum Bahasa IPA IPS
Tingkat I Siswa Rom Bel L P 1
1
9
9
Rom Bel
Tingkat II Siswa L P
Rom Bel
Tingkat III Siswa L P
5
5
1 1 2
5 11 16
2 3 5
1 1 2
9 17 26
12 12
(Sumber: Bagian Tata Usaha SMA Bhineka Karya 3 Boyolali) commit to user
Rom Bel 1 2 2 5
Jumlah Siswa L P 9 14 28 51
5 14 3 22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59 Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa SMA Bhineka Karya 3 Boyolali memiliki 5 rombongan belajar dengan jumlah siswa yang relatif sedikit, kelas X memiliki 1 (satu) kelas dengan jumlah siswa 14 siswa, untuk kelas XI jumlah siswa 21 siswa dan kelas XII jumlah siswa 38 siswa, dimana masingmasing memiliki 2 (kelas) IPA dan IPS. Tabel 4.4 Kepala Sekolah, Guru, dan Tenaga Administrasi menurut Status Kepegawaian, Golongan dan Jenis Kelamin
Jabatan Kepala Sekolah Guru Tenaga Administrasi
Tetap Yayasan L P
Status Kepegawaian Bantu Tidak Tetap Pusat L P L P
Bantu Daerah L P
1 7
3
5
2
3
3
1
Jumlah L
P
1
-
13
5
3
3
(Sumber: Bagian Tata Usaha SMA Bhineka Karya 3 Boyolali) Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa status kepegawaian guru-guru SMA Bhineka Karya 3 Boyolali sebagian besar merupakan guru tetap yayasan, walaupun sebagian masih menjadi guru tidak tetap, dan ada juga guru bantu pusat. 3. SMK KARYA DHARMA TERAS SMK Karya Dharma Teras Boyolali adalah termasuk sekolah swasta di Kabupaten Boyolali yang beralamat di JL. Raya Boyolali-Solo Km. 07 Teras Kabupaten Boyolali 57372. Sekolah ini berada di bawah Yayasan Karya Dharma Veteran Boyolali yang beralamat di JL. Perintis Kemerdekaan Pulisen Boyolali. Program keahlian yang dimiliki adalah teknik mesin. Visi sekolah adalah menciptakan teknisi tingkat menengah, professional, dan tangguh, sedangkan misi sekolah adalah: a. Mendidik dan melatih peserta didik sesuai dengan kebutuhan dunia kerja b. Mendidik dan melatih peserta didik untuk mandiri c. Mendidik dan melatih peserta didik agar mampu memahami dan mampu commit to user menerapkan budi pekerti luhur
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60 Sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah yaitu ruang kelas berjumlah 3 kelas, ruang laboratorium komputer, ruang perpustakaan konvensional, ruang praktek permesinan, ruang kepala sekolah dan wakil, ruang guru, ruang TU, BP/BK, Ruang Unit produksi. Tabel 4.5 Jumlah Siswa dan jumlah Rombongan Belajar Kompetensi Keahlian
Kode Kompetensi Keahlian
Teknik Pemesinan
010601
Akreditasi
Tingkat I Siswa Rom Bel L P 1
Jumlah
1
6 6
1 1
Tingkat II Siswa Rom Bel L P 1
Tingkat III Siswa Rom Bel L P 1
21
1
21
1
-
30 30
-
Jumlah Siswa Rom Bel L P 3
57
1
3
57
1
(Sumber: Bagian Tata Usaha SMK Karya Dharma Teras Boyolali) Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa SMK Karya Dharma Teras memiliki rombongan belajar dan jumlah siswa yang relatif sedikit. Tiap tingkat memiliki 1 (satu) rombongan belajar dengan jumlah siswa kurang dari 32 siswa. Tabel 4.6 Kepala Sekolah, Guru, dan Tenaga Administrasi menurut Status Kepegawaian, Golongan dan Jenis Kelamin
Jabatan
Gol. I L P
Gol. II L P
Status Kepegawaian Tetap Gol. III Gol. IV Yayasan L P L P L P
Tidak Tetap L P
Bantu Pusat L P
Bantu Daerah L P
Jumlah L
P
Ka. Sek
1
1
-
Guru Tenaga Admin.
11
11
-
3
4
2
2
1
2
(Sumber: Bagian Tata Usaha SMK Karya Dharma Teras Boyolali) Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa status kepegawaian guru di sekolah ini adalah guru tetap yayasan. 4. SMA N 1 BANYUDONO SMA N 1 Banyudono adalah termasuk sekolah negeri di kabupaten Boyolali yang beralamat di JL. Jembungan, Banyudono, 57373. Visi sekolah adalah terwujudnya SMAN 1 Banyudono yang unggul dalam prestasi dan teladan dalam perilaku, dengan indikator visi: commit to usersekolah. a. Memiliki keunggulan dalam penampilan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61 b. Memiliki keunggulan dalam pelayanan sekolah. c. Memiliki keunggulan dalam prestasi sekolah. d. Memiliki keunggulan dalam pembelajaran yang berbasis keunggulan lokal. e. Memiliki keunggulan dalam pengelolaan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar. f. Memiliki keunggulan dalam pemberdayaan TIK bagi penyelenggaraan kegiatan sekolah. g. Memiliki keunggulan dalam upaya pelestarian Budaya Bangsa. h. Memiliki keunggulan dalam akhlak, sikap, dan perilaku segenap warga sekolah. SMA N 1 Banyudono memiliki misi yaitu: a. Mewujudkan lingkungan pembelajaran yang kondusif. b. Menyelenggarakan pendidikan yang efektif dan efisien. c. Mewujudkan
suasana
pembelajaran
yang
kreatif,
inovatif,
dan
menyenangkan. d. Melaksanakan pembinaan, pembimbingan, pelatihan dalam pengembangan potensi diri siswa. e. Menumbuhkan semangat berprestasi dan berkompetisi secara sehat bagi segenap warga sekolah. f. Melestarikan nilai-nilai luhur budaya bangsa dan memanfaatkan Ilmu pengetahuan dan teknologi untuk pengembangan ilmu dan kehidupan. g. Memberdayakan
semua
potensi
sekolah
dan
masyarakat
untuk
mengembangkan pendidikan yang berkeunggulan lokal dan berwawasan global. h. Menanamkan nilai-nilai dasar keilmuan, keimanan, dan ketakwaan. i. Mengembangkan budaya 5 S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Simpatik) dalam pergaulan. Tabel 4.7 Jumlah Siswa dan jumlah Rombongan Belajar No.
Program Pengajaran
Tingkat I Rom
Siswa
Tingkat II
commit to user Rom Rom Siswa
Tingkat III Siswa
Jumlah Rom
Siswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62
1.
Umum
2.
Bahasa
3.
IPA
4.
Bel
L
P
6
60
133
IPS Jumlah
6
60
133
Bel
L
2
16
4 6
Bel
P
L
P
50
2
17
46
40
79
3
43
63
56
129
5
60
109
Bel
L
P
6
60
133
-
-
-
4
33
96
7
83
142
17
176
371
(Sumber: Bagian Tata Usaha SMA N 1 Banyudono) Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa SMA N 1 Banyudono memiliki jumlah rombongan belajar yang banyak pada tiap tingkat memiliki 6 (enam) kelas, kecuali kelas XII yang memiliki 5 (lima) kelas. Jumlah siswa juga banyak lebih dari 150 siswa pada setiap tingkatnya. Tabel 4.8 Kepala Sekolah, Guru, dan Tenaga Administrasi menurut Status Kepegawaian, Golongan dan Jenis Kelamin Status Kepegawaian Jabatan
Tetap Gol. I
Gol. II
L
L
P
P
Gol. III L
P
Ka. Sek Guru Tenaga Admin.
Gol. IV
Yayasan
Tidak Tetap
Bantu Pusat
Bantu Daerah
L
L
L
L
L
P
P
P
1
1
3
5
1
1
17
10
P
P
Jumlah L
P
1
-
1
2
21
17
5
2
7
3
(Sumber: Bagian Tata Usaha SMA N 1 Banyudono) Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa status kepegawaian guru-guru di sekolah ini sebagian besar sudah merupakan guru tetap, walaupun masih terdapat guru tidak tetap yang juga mengajar di sekolah ini. 5. SMA NEGERI 1 TERAS SMA Negeri 1 Teras termasuk sekolah negeri di kabupaten Boyolali terletak di Jl. Raya Sudimoro-Teras Km 2 desa Sudimoro, kecamatan Teras, kabupaten Boyolali. Telp (0276) 325478, sekitar 7 Km di timur kota Boyolali. Meskipun berada di pinggiran kota, SMA Negeri 1 Teras mudah di jangkau transportsi umum dari segala jurusan. Dari wilayah Kartosuro–Banyudono dapat di tempuh dengan satu kali angkutan. Visi sekolah ini adalah menjadi lembaga commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63 pendidikan yang unggul dengan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing dengan tetap berpijak pada budaya bangsa. Misi sekolah yaitu: a. Menjadikan sekolah sebagai tempat kajian, pengamalan dan percontohan ilmu pengetahuan dan teknologi serta keimanan dan ketaqwaan. b. Memberikan layanan pembelajaran dan layanan bimbingan yang efektif, efisien dan relevan dengan kebutuhan melalui proses pembelajran yang kreatif, inovatif, menyenangkan dan bermakna. c. Meningkatkan prestasi siswa sesuai dengan minat bakat dan potensinya agar tumbuh dan berkembang secara optimal. d. Menciptakan lingkungan sekolah yang sehat kondusif dalam menjunjung kegiatan pembelajaran. Tujuan SMA Negeri 1 Teras: a. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
diwujudkan
dengan
kemantapan
akidah
dan
konsistensi
pengamalan agama sesuai dengan keyakinan masing-masing. b. Meningkatkan kepribadian, akhlak mulia serta ketrampilan hidup untuk dapat hidup mandiri yang dilandasi dengan kemampuan bekerjasama dengan sikap yang terbuka, demokratis, toleran dan tunduk terhadap hukum dan norma yang ada di masyarakat. c. Meningkatkan kecerdasan dan pengetahuan siswa untuk dapat mengikuti pendidikan tinggi yang baik. Untuk mencapai tujuan SMA Negeri 1 Teras strategi yang digunakan adalah: a. Memberikan layanan pembelajaran dengan mengintegrasikan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan muatan keimanan dan ketaqwaan pada semua mata pelajaran. b. Memberdayakan tenaga pendidik dan kependidikan lain untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajran dan penunjang pembelajaran melalui peningkatan ghiroh (semangat), profesionalisme dan kompetensi paedagogik dengan berbasis pada Teknologi Informasi dan Komunikasi. c. Mengoptimalkan kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan bakat, commit siswa. to user minat dan potensi yang dimiliki
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64 d. Menjalin kerjasama dengan berbagai lembaga maupun insatansi baik negeri mupun swasta, perguruan tinggi, dan masyarakat luas untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. e. Menanamkan kesadaran hidup sehat kepada warga sekolah untuk menjaga kesehatan lingkungan sekolah dan mendukung pembangunan yang berkelanjutan.
Tabel 4.9 Jumlah Siswa Jenis Kelamin Laki-laki
Kelas X 99
Perempuan Jumlah
151 250
Kelas XI IPA IPS 40 73 66 106
65 138
IPA 21
Kelas XII IPS BHS 88 -
53 74
57 145
-
Total 321 392 713
(Sumber: Bagian Tata Usaha SMA Negeri 1 Teras) Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah siswa di SMA N 1 Teras rata-rata setiap tingkatnya adalah 200 siswa. Tabel 4.10 Jumlah Rombongan Belajar Kelas I II - IPA II- IPS III – IPA III – IPS Total
Jumlah Rombongan Belajar 7 kelas 3 kelas 4 kelas 2 kelas 4 kelas 20 kelas
(Sumber: Bagian Tata Usaha SMA Negeri 1 Teras) Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah rombongan kelas pada sekolah ini tergolong banyak, karena di setiap tingkatnya terdapat lebih dari 5 (lima) kelas. Tabel 4.11 Jumlah Guru Berdasarkan Status Kualifikasi
commitJumlah to user
Persen
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65 Guru Negeri (PNS) Guru Tetap Yayasan Guru Tidak Tetap (W.B) Total
43 7 50
86 14 100
(Sumber: Bagian Tata Usaha SMA Negeri 1 Teras) Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa status kepegawaian guru-guru di sekolah ini sebagian besar sudah merupakan guru tetap atau guru negeri (PNS), walaupun masih terdapat guru tidak tetap yang juga mengajar di sekolah ini. B. Deskripsi Temuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang diambil dalam penelitian ini yaitu mengenai Validitas Jam Mengajar Guru Bersertifikasi pada Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Berkelas Kecil (Studi kasus di Kabupaten Boyolali), maka perlu kiranya peneliti memberikan gambaran data yang berkaitan dengan jam mengajar guru bersertifikasi di sekolah yang diteliti. Berikut yang penulis teliti untuk mendapatkan data sebagai bahan untuk menjawab permasalahan dari penelitian yang saya lakukan. 1. Sekolah berkelas kecil Menurut informasi dari Bapak Bambang informan IV dalam wawancara tentang pengertian “Sekolah berkelas kecil adalah suatu sekolah yang memiliki paralel kelas setiap tingkatnya kurang dari 3 kelas, dimana jumlah siswa tiap rombelnya kurang dari 32 siswa”. Pernyataan serupa juga dikemukakan oleh Bapak Srijoko informan VI yang mengatakan bahwa “Sekolah berkelas kecil adalah sekolah yang memiliki tingkat paralel kelas sedikit, seperti di sekolah ini (SMK Karya Dharma Veteran) yang hanya memiliki 1 (satu) kelas tiap tingkatnya, dan memiliki jumlah siswa kurang dari 32 siswa”. Kedua informasi di atas diperkuat juga dengan informasi dari Ibu Yuliana informan II, Ibu Setiyani III, Ibu Nani VII dalam wawancara yang mengungkapkan bahwa “Sekolah yang berkelas kecil adalah sekolah yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66 memiliki tingkat paralel kelas kurang dari 3 (tiga) kelas untuk setiap tingkatnya, dan jumlah siswa di setiap kelas kurang dari 32 siswa”. Dari beberapa pendapat di atas maka penulis dapat simpulkan bahwa untuk pengertian sekolah berkelas kecil adalah suatu sekolah yang memiliki paralel di tiap tingkatnya kurang dari 3 kelas dan rata-rata jumlah siswa di tiap kelas kurang dari 32 siswa. Dari pengertian di atas, lokasi penelitian yang diteliti yaitu di SMK Karya Dharma Veteran Teras, SMA Kanisius Yos Sudarso, SMA Bhineka Karya 3 Teras termasuk dalam sekolah yang berkelas kecil, karena masing-masing sekolah rata-rata hanya memiliki paralel kelas di tiap tingkatnya kurang dari 2 (dua) kelas bahkan kebanyakan hanya memiliki tingkat paralel kelas hanya 1 (satu) kelas. 2. Kriteria beban kerja atau beban mengajar guru 24 jam/minggu Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2009 tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan yang termasuk dalam beban kerja guru adalah: a. Guru mata pelajaran Beban kerja Guru mencakup kegiatan pokok, antara lain: 1) Merencanakan
pembelajaran
dengan
membuat
Rencana
Pembelajaran (RPP) pada awal tahun atau awal semester sesuai dengan rencana kerja sekolah. 2) Melaksanakan pembelajaran merupakan kegiatan interaksi edukatif antara peserta didik dengan guru. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan tatap muka. Penjelasan kegiatan tatap muka sebagai berikut: a) Kegiatan awal tatap muka, dapat berupa kegiatan pengecekan dan atau penyiapan fisik kelas, bahan pelajaran, modul, media, dan perangkat administrasi. b) Kegiatan tatap muka yaitu penyampaian materi pelajaran c) Membuat resume proses tatap muka, yang dapat berupa refleksi, user lanjut. rangkuman, dancommit rencanatotindak
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67 3) menilai hasil pembelajaran 4) membimbing dan melatih peserta didik yaitu kegiatan intra kurikuler dan kegiatan ekstra kurikuler 5) melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan beban kerja guru, yang berupa: a) Tugas tambahan struktural yaitu tugas sesuai dengan ketentuan tentang struktur organisasi sekolah. Jenis tugas tambahan sruktural dapat berupa: 1) Tugas sebagai Kepala Sekolah ekuivalen dengan 18 jam, sehingga minimal wajib mengajar 6 jam. 2) Tugas sebagai Wakil Kepala Sekolah ekuivalen dengan 12 jam, sehingga minimal wajib mengajar 12 jam. 3) Tugas sebagai Kepala Perpustakaan ekuivalen dengan 12 jam, sehingga minimal wajib mengajar 12 jam. 4) Tugas sebagai Kepala Laboratorium ekuivalen dengan 12 jam, sehingga minimal wajib mengajar 12 jam. 5) Tugas sebagai Ketua Jurusan Program Keahlian ekuivalen dengan 12 jam, sehingga minimal wajib mengajar 12 jam. 6) Tugas sebagai Kepala Bengkel ekuivalen dengan 12 jam, sehingga minimal wajib mengajar 12 jam. b) Tugas tambahan khusus hanya berlaku pada jenis sekolah tertentu, untuk menangani masalah khusus yang belum diatur dalam peraturan yang mengatur organisasi sekolah. Tugas tambahan khusus dapat berupa: 1) Tugas sebagai Pembimbing Praktik Kerja Industri ekuivalen dengan 12 jam, sehingga minimal wajib mengajar 12 jam. 2) Tugas sebagai Kepala Unit Produksi ekuivalen dengan 12 jam, sehingga minimal wajib mengajar 12 jam. b. Guru Bimbingan dan Konseling Guru Bimbingan dan Konseling memiliki tugas, tanggung jawab, commit topelayanan user wewenang, dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68 terhadap peserta didik. Tugas guru bimbingan dan koseling terkait dengan pengembangan diri peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, dan kepribadian peserta didik di sekolah. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan kegiatan tatap muka berlaku sebagai beban kerja guru yang terkait dengan pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian yang dapat dihitung sebagai tatap muka guru adalah alokasi jam mata pelajaran dalam 1 (satu) minggu yang tercantum dalam kurikulum sekolah. Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Supriyadi informan I dan Ibu Yuliana informan II dalam wawancara yang menyebutkan bahwa: “ yang diperhitungkan sebagai beban mengajar hanya kegiatan tatap muka di kelas dan tugas tambahan yang diterima oleh guru sebagai kepala suatu bagian, semisal kepala sekolah, ketua program keahlian, kepala perpustakaan, kepala laboratorium, kepala bengkel atau kepala unit produksi, dan pembimbing praktek kerja industri, dan wakil kepala sekolah”. Hal senada juga diungkapkan oleh Ibu Setiyani informan III dalam wawancara mengungkapkan bahwa “yang diperhitungkan sebagai beban mengajar hanyalah jam tatap muka di kelas, untuk tugas-tugas lainnya seperti mengisi kegiatan ekstra kurikuler, menjadi wali kelas tidak diperhitungkan sebagai beban mengajar”. Bapak Tularno Informan V dalam wawancara mengungkapkan bahwa: “yang diperhitungkan sebagai beban mengajar selain kegiatan tatap muka juga tugas tambahan sebagai kepala sekolah, wakil kepala sekolah, ketua program keahlian, kepala perpustakaan, kepala laboratorium, kepala bengkel atau kepala unit produksi, dan pembimbing praktek kerja industri”. Secara keseluruhan dari hasil pengamatan dan hasil wawancara, guruguru yang sudah bersertifikasi mendapat kewajiban jam mengajar sebanyak 24 jam/minggu yang harus terpenuhi, dimana yang diperhitungkan sebagai beban mengajar/beban kerja guru adalah jam tatap muka di kelas, dan tugas commit to user wakil kepala satuan pendidikan, tambahan sebagai kepala satuan pendidikan,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69 ketua program keahlian suatu pendidikan, kepala perpustakaan, kepala laboratorium, kepala bengkel atau kepala unit produksi, dan pembimbing praktek kerja industri dapat diperhitungkan sebagai beban kerja guru apabila tugas tambahan tersebut dilaksanakan di sekolah tempat guru bekerja sebagai guru tetap. Hal tersebut telah sesuai dengan Landasan Hukum yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2009 tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru. Setiap guru mata pelajaran telah melaksanakan beban kerjanya sebanyak 24 jam/minggu, mulai dari kegiatan pokoknya dalam merencanakan pembelajaran dengan membuat Rencana Pembelajaran (RPP) pada awal semester sesuai, kemudian melaksanakan pembelajaran yang merupakan kegiatan tatap muka di kelas. Kegiatan tatap muka, diawali dengan melakukan pengecekan dan penyiapan fisik kelas, bahan pelajaran, modul, media, dan perangkat administrasi, kemudian menyampaikan materi pembelajaran, dan di akhir kegiatan tatap muka dilakukan dengan membuat suatu rangkuman pembelajaran. Guru juga melaksanakan penilaian hasil pembelajaran, dan membimbing maupun melatih peserta didik yaitu kegiatan intra kurikuler dan kegiatan ekstra kurikuler dimana kegiatan ini tidak diekuivalenkan dengan jam mengajar namun sudah termasuk beban kerja guru. Selain itu tugas tambahan dapat diekuivalenkan sebagai jam mengajar baik itu tugas tambahan struktural maupun tugas tambahan khusus. 3. Pembagian/penentuan jam mengajar bagi guru yang bersertifikasi pada Sekolah yang bersangkutan Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pembagian/penentuan jam mengajar bagi guru yang bersertifikasi pada suatu sekolah dilakukan oleh wakil kepala sekolah (waka) kurikulum. Dalam pembagian jam mengajarnya jika dalam satu sekolah memiliki 2 (dua) atau lebih guru yang mengajar atau commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70 mengampu mata pelajaran yang sama maka yang diprioritaskan adalah guru yang bersertifikasi agar mendapat jam mengajar 24 jam/minggu. Menurut informasi dari Bapak Padil informan IX yang mengatakan bahwa: “tugas waka kurikulum yaitu menyusun program pengajaran, pembagian tugas guru dengan jadwal mengajar, menyusun jadwal ujian tengah semester dan ujian semester, serta menyusun jadwal UAN/UAS. Dalam penyusunannya saya berkoordinasi dengan kepala sekolah”. Informasi dari Bapak Supriyadi informan I yang mengatakan bahwa: “saya mendapat jumlah jam mengajar 12 jam/ minggunya, mengajar bahasa Indonesia kelas X dan XI saya hanya mendapat 2 kelas di sini (SMA Bhinneka Karya 3 Teras). Jumlah guru bahasa Indonesia ada 2 hanya yang satu belum tersertifikasi, sehingga wakakurikulum memberikan saya 12 jam/minggunya. Itu kan masih kurang mbak, saya juga memiliki tugas tambahan yaitu sebagai waka kesiswaan mbak yang dihargai 12 jam mengajar sehingga beban kerja saya jumlahnya 24 jam/minggunya”. Menurut Bapak Srijoko informan VI mengatakan bahwa: “saya di SMK Karya Dharma Teras ini mengajar PKn mbak, disini hanya ada 1 guru PKn yaitu saya. Jumlah kelas yang saya ajar ada 3 yaitu kelas X, XI, XII masing-masing 2 jam mengajarnya sehingga jumlah jam mengajar saya hanya 6 jam/minggu, itukan belum cukup mbak. Saya juga mendapat tugas tambahan sebagai waka kurikulum yang dihargai 12 jam, sehingga jumlah beban kerja saya 18 jam/minggu. Saya masih harus mencari tambahan jam mbak di sekolah lain, saya mengajar di SMA Bhinneka Karya I Boyolali, disana saya mendapat 6 jam mengajar per minggunya untuk 3 kelas yaitu kelas X, XI, XII. Saya dalam seminggu sudah memiliki beban kerja 24 jam/minggunya sesuai dengan peraturan dari pemerintah mbak”. Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Tularno informan V yang mengatakan bahwa: “saya di SMA Kanisius Yos Sudarso Boyolali mendapat jam tatap muka sebanyak 24 jam/minggu, dimana sertifikat pendidik saya adalah guru geografi, tapi dengan keadaan sekolah yang berkelas kecil dengan jumlah kelas yang hanya sedikit yaitu berjumlah 3 (tiga) kelas saya mengajar kelas X sebanyak 3 jam, kelas XI mengajar 4 jam, dan untuk kelas XII saya commit mengajar 5 jam jadi total saya mengajar mata to user pelajaran geografi adalah 12 jam/minggu. Saya masih harus mengajar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71 12 jam lagi agar beban kerja saya terpenuhi sebanyak 24 jam/minggu. Sesuai perintah kepala sekolah saya ditugaskan untuk mengajar mata pelajaran lain yaitu bahasa jawa dan seni rupa dimana masing-masing mata pelajaran jumlah jam mengajar dalam setiap minggunya adalah 2 jam, saya mengajar di semua kelas sehingga saya genap 24 jam mengajar per minggunya”. Pada sekolah yang memiliki paralel kelas tiap tingkatnya banyak seperti SMA Negeri 1 Teras tidak jauh berbeda pembagian/penentuan jam mengajar bagi guru yang bersertifikasi dengan sekolah yang berkelas kecil, menurut Bapak Mujaidi informan VIII yang mengatakan bahwa: “pembagian jam mengajar atau beban kerja saya menurut sertifikat mata pelajaran yang saya punya, secara keseluruhan yang membagi adalah waka kurikulumnya mbak, karena di sini terdapat 3 guru penjaskes mbak maka saya mendapat 20 jam/minggu dengan mengajar 10 kelas di sini, yaitu kelas X mengajar 3 kelas, kelas XI mengajar 4 kelas, dan kelas XII saya mengajar 3 kelas. Jumlah jam mengajar saya belum mencukupi 24 jam/minggu, sehingga saya mencari sendiri mbak sekolah lain untuk menambah beban kerja saya di SMA-Khusus YDKP Boyolali. Di sekolah ini saya mendapat 6 jam/minggu untuk mengajar olah raga mengajar 3 kelas yaitu kelas X, XI, XII. Dengan demikian jumlah beban kerja saya adalah 26 jam/minggu sudah mencukupi 24 jam/minggu”. Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Padil informan IX yang mengatakan bahwa: “saya mendapat jumlah jam mengajar 12 jam/ minggunya, mengajar matematika kelas XII-IA saya hanya mendapat 2 kelas di sini (SMA Negeri 1 Banyudono). Jumlah guru matematika di sini ada 4 guru semuanya sudah tersertifikasi. Itu kan masih kurang mbak, saya juga memiliki tugas tambahan yaitu sebagai waka kurikulum mbak yang dihargai 12 jam mengajar sehingga beban kerja saya jumlahnya 24 jam/minggunya”. Berdasarkan
hasil
pengamatan
dan
hasil
wawancara,
pembagian/penentuan jam mengajar bagi guru yang bersertifikasi pada sekolah berkelas kecil dan berkelas banyak bahwa setiap guru mengajar sesuai dengan pembagian tugas yang telah diputuskan kepala sekolah. Setiap guru mendapat jam mengajar yang tidak sama dengan guru lain namun kewajiban mengajar yang harus terpenuhi bagi guru yang bersertifikasi commit to user adalah 24 jam/minggu. Pembagian tugas mengajar diberikan pada setiap guru
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72 sesuai dengan sertifikat pendidiknya dan yang mengaturnya adalah waka kurikulum, guru hanya mengajar sesuai dengan jadwal pelajaran yang sudah dibuat waka kurikulum dan jika guru mendapat tugas tambahan seperti sebagai kepala satuan pendidikan, wakil kepala satuan pendidikan, ketua program
keahlian
suatu
pendidikan,
kepala
perpustakaan,
kepala
laboratorium, kepala bengkel atau kepala unit produksi, dan pembimbing praktek kerja industri maka dapat diperhitungkan sebagai beban kerja guru. Pembagian jam mengajar guru ini sesuai dengan sertifikat pendidiknya dalam artian guru mengajar berdasarkan sertifikasi mata pelajarannya, setelah itu jika seorang guru belum mencukupi 24 jam/minggu guru dapat memenuhi kewajiban beban kerjanya melalui tugas tambahan yang tersebut di atas dan jika masih belum mencukupi maka guru tersebut dapat mencari jam mengajar tambahan di sekolah lain. Beberapa sekolah seperti di SMA Kanisius Yos Sudarso, pihak sekolah memperbolehkan gurunya mengajar mata pelajaran lain yang tidak sesuai dengan sertifikat pendidiknya asalkan memang di sekolah tersebut tidak memiliki guru mata pelajaran tersebut. 4. Kendala-kendala yang dihadapi pihak sekolah yang bersangkutan dalam memecahkan
permasalahan
pembagian
jam
mengajar
guru
bersertifikasi yaitu 24 jam/minggu Pihak sekolah dalam membagi jam mengajar guru bersertifikasi 24 jam/minggu tidak jarang mengalami kendala, baik sekolah yang berkelas kecil maupun berkelas banyak kendalanya hampir sama. Berdasarkan hasil pengamatan kendala atau hambatan yang dialami untuk sekolah yang berkelas kecil karena memang jumlah kelasnya yang sedikit mengakibatkan sedikitnya jumlah jam mengajar sehingga bagi guru bersertifikasi yang memiliki kewajiban mengajar sebanyak 24 jam/minggu tidak terpenuhi dengan hanya mengajar di kelas di sekolah induk. Jumlah jam mengajar yang sedikit juga menjadi kendala seorang guru dalam pemenuhan jam mengajar 24 jam/minggu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73 Guru bersertifikasi harus mencari jam tambahan lain dengan mendapat tugas tambahan sebagai kepala satuan pendidikan, wakil kepala satuan pendidikan, ketua program keahlian suatu pendidikan, kepala perpustakaan, kepala laboratorium, kepala bengkel atau kepala unit produksi, dan pembimbing praktek kerja industri yang dapat disetarakan dengan beban kerja atau beban mengajar, mengajar mata pelajaran yang serumpun atau mata pelajaran lain jika memang dalam sekolah tersebut tidak ada guru mata pelajaran tersebut. Berdasarkan hasil wawancara Ibu Setiyani informan III yang mengatakan bahwa: “dengan keadaan sekolah yang berkelas kecil saya harus mencari jam tambahan agar mencukupi 24 jam/minggu, karena di sekolah induk saya baru mendapat jam mengajar 19 jam/minggunya. Saya disini sudah mengajar sosiologi, PKn, Sejarah, Tata busana tapi tetap tidak mencukupi. Saya masih mengajar juga di SMK Bhinneka Karya 5 Teras dan mendapat 6 jam/minggu mengajar IPS terpadu. Saya sempat bingung mbak mau mencari sekolah dimana, untungnya saya mendapat informasi dari kepala sekolah SMK BK 5 Teras untuk guru IPS Terpadu masih kekurangan, jadi saya mendaftarkan diri saya untuk mengajar di sini ya masih satu yayasan juga mbak. Terkait jumlah mata pelajaran yang saya ajar banyak, saya sih tidak mengalami kesulitan apa-apa mbak walaupun saya mengajar banyak mata pelajaran karena itukan masih serumpun mba sertifikat mata pelajaran saya kan sejarah ya masih serumpun saya mengajar sosiologi, kalo tata busana itu profesi saya kan tukang jahit juga mbak jadi gak ada masalah saya mengajar tata busana mbak”. Hal senada juga diungkapkan Bapak Srijoko informan VI yang mengatakan bahwa: “dengan keadaan sekolah yang berkelas kecil saya harus mencari jam tambahan agar mencukupi 24 jam/minggu. Saya harus aktif mencari informasi sendiri mbak tentang sekolah yang masih membutuhkan guru PKn, karena PKn ini kan setiap minggunya hanya 2 jam mbak dan di sekolah lain guru PKn yang sudah bersertifikasi juga pastinya kekurangan jam mengajar. Kendalanya ya itu mencari sekolah lain, untungnya saya mendapatkan sekolah yang masih memerlukan guru PKn yaitu di SMA Bhinneka Karya 1 Boyolali. Sebagai konsekuensinya sehari yaitu hari kamis saya di sana mbak, dan saya tidak berangkat ke sekolah induk”. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74 Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil wawancara yang dilakukan kendala-kendala yang dihadapi pihak sekolah yang bersangkutan dalam memecahkan permasalahan pembagian jam mengajar guru bersertifikasi yaitu 24 jam/minggu adalah keterbatasan jumlah kelas pada sekolah berkelas kecil yang mengakibatkan jumlah jam setiap mata pelajaran sedikit, padahal setiap guru yang bersertifikasi memiliki kewajiban beban kerja atau beban mengajar sebanyak 24 jam/minggu. Selain itu dalam suatu sekolah tidak jarang pada satu mata pelajaran terdapat 2 (dua) guru yang mengakibatkan pihak sekolah harus dapat membagi jam mengajar kepada guru lain secara merata. Selain itu, sulitnya mencari sekolah lain untuk memenuhi kekurangan jam mengajar karena tidak jarang sekolah lain tersebut juga memiliki guru bersertifikasi dengan mata pelajaran yang sama yang masih juga belum mencukupi 24 jam/minggu. Terbatasnya tugas tambahan guru yang dapat dihitung sebagai beban kerja guru, yaitu hanya terbatas sebagai kepala satuan pendidikan, wakil kepala satuan pendidikan, ketua program keahlian suatu pendidikan, kepala perpustakaan, kepala laboratorium, kepala bengkel atau kepala unit produksi, dan pembimbing praktek kerja industri, padahal dalam posisi tersebut dengan keadaan sekolah yang berkelas kecil maka hanya membutuhkan sedikit guru untuk memperoleh tugas tambahan tersebut. Tugas lain seperti guru yang mengajar pada Kejar Paket A, B, atau C tidak bisa diperhitungkan jam mengajarnya, program pengayaan atau remedial teaching tidak diperhitungkan jam mengajarnya, pembelajaran ekstrakurikuler juga tidak diperhitungkan jam mengajarnya, meskipun sesuai dengan sertifikasi mata pelajaran, pembelajaran team teaching tidak diperbolehkan. C. Pembahasan Permasalahan dalam penelitian ini yaitu tentang Validitas Jam Mengajar Guru Bersertifikasi pada Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Berkelas Kecil (Studi kasus di Kabupaten Boyolali). Dimana commit to user peneliti memaparkan apakah benar guru yang telah bersertifikasi pada sekolah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75 berkelas kecil telah mengajar 24 jam/minggu, dengan keterbatasan jumlah kelas yang memungkinkan sedikitnya jam untuk mengajar bagi setiap gurunya. Oleh sebab itu maka layak untuk diteliti Validitas Jam Mengajar Guru Bersertifikasi pada Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Berkelas Kecil. Data yang diperoleh di lapangan berdasarkan dari tujuan penelitian tersebut akan dikaitkan dengan kajian teori dan lebih jelasnya dijelaskan sebagai berikut: 1. Kriteria beban kerja atau beban mengajar guru 24 jam/minggu Hasil penelitian tentang kriteria beban kerja atau beban mengajar guru 24 jam/minggu yang ada dilapangan yang menjelaskan bahwa jam tatap muka di kelas yaitu jam mengajar guru setiap minggunya dimana kegiatan bukan tatap muka tidak diperhitungkan sebagai jam mengajar telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru Pasal 52 ayat (2) menyatakan bahwa istilah tatap muka berlaku untuk pelaksanaan beban kerja guru yang terkait dengan pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian yang dapat dihitung sebagai jam tatap muka guru adalah alokasi jam mata pelajaran dalam 1 (satu) minggu yang tercantum dalam struktur kurikulum sekolah madrasah. Seorang guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala satuan pendidikan, wakil kepala satuan pendidikan, ketua program keahlian suatu pendidikan, kepala perpustakaan, kepala laboratorium, kepala bengkel atau kepala unit produksi, dan pembimbing praktek kerja industri dapat diperhitungkan sebagai beban kerja guru apabila tugas tambahan tersebut dilaksanakan di sekolah tempat guru bekerja sebagai guru telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru Pasal 54.
2. Pembagian/penentuan jam mengajar bagi guru yang bersertifikasi pada Sekolah yang bersangkutan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di sekolah yang berkelas kecil (SMA Kanisius Yos Sudarso, SMA Bhinneka Karya 3 Teras, SMK commit to user Karya Dharma Veteran Teras) dan sebagai pembanding di sekolah berkelas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76 besar
(SMA
Negeri
1
Teras
dan
SMA
Negeri
1
Banyudono),
pembagian/penentuan jam mengajar di sekolah dilaksanakan oleh wakil kepala sekolah yaitu waka kurikulum yang dibantu oleh stafnya untuk membagi jam mengajar guru yang bersertifikasi, dimana pembagiannya jika terdapat dua guru atau lebih pada setiap mata pelajaran lebih diprioritaskan untuk guru yang bersertifikasi karena wajib memenuhi 24 jam mengajar baru untuk guru yang lain yang belum tersertifikasi, dan jika tetap belum memenuhi 24 jam maka guru yang bersangkutan mencari jam tambahan lain. Jam tambahan lain yang disetarakan sebagai beban kerja guru dapat diperoleh dari tugas tambahan sebagai kepala satuan pendidikan, wakil kepala satuan pendidikan, ketua program keahlian suatu pendidikan, kepala perpustakaan, kepala laboratorium, kepala bengkel atau kepala unit produksi, dan pembimbing praktek kerja industri. Pada beberapa sekolah yang diteliti kepala sekolah juga masih memperbolehkan seorang guru mengajar mata pelajaran yang paling sesuai dengan rumpun mata pelajaran yang diampu seorang guru dan atau mengajar mata pelajaran lain yang tidak ada guru mata pelajaranya pada satuan administrasi pangkal atau satuan pendidikan lain. 3. Kendala-kendala yang dihadapi pihak sekolah yang bersangkutan dalam memecahkan
permasalahan
pembagian
jam
mengajar
guru
bersertifikasi yaitu 24 jam/minggu Dalam penelitian yang penulis lakukan ini, kendala yang dihadapi oleh pihak sekolah dalam memecahkan permasalahan pembagian jam mengajar guru bersertifikasi adalah: a. Keterbatasan
jumlah
kelas
pada
sekolah
berkelas
kecil
yang
mengakibatkan jumlah jam mengajar sedikit, padahal setiap guru yang bersertifikasi memiliki kewajiban beban kerja atau beban mengajar sebanyak 24 jam/minggu. Misalkan saja, terdapat 3 kelas dengan jam mengajar 2 jam per kelas maka guru tersebut hanya mendapat jam mengajar 6 kelas. Akan berbeda apabila jumlah kelasnya banyak maka pemenuhan jam mengajar 24 jam/minggu dapat terpenuhi. commit to user b. Jumlah jam mengajar yang sedikit
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77 Pada mata pelajaran tertentu seperti PKn, olah raga, seni budaya yang hanya memiliki jumlah jam 2 jam/minggunya akan menyulitkan seorang guru untuk dapat mencukupi kewajiban jam mengajarnya sebanyak 24 jam/minggu. c. Susahnya mencari sekolah lain untuk memenuhi kekurangan jam mengajar, semisal untuk guru PKn dimana dalam seminggu hanya mendapat jatah 2 jam/minggunya untuk setiap kelasnya padahal di sekolah lain untuk guru PKn juga kesulitan untuk mendapatkan tambahan jam mengajar di sekolah induk. d. Terbatasnya tugas tambahan guru yang dapat dihitung sebagai beban kerja guru, yaitu hanya terbatas sebagai kepala satuan pendidikan, wakil kepala satuan pendidikan, ketua program keahlian suatu pendidikan, kepala perpustakaan, kepala laboratorium, kepala bengkel atau kepala unit produksi, dan pembimbing praktek kerja industri, padahal dalam posisi tersebut dengan keadaan sekolah yang berkelas kecil maka hanya membutuhkan sedikit guru untuk memperoleh tugas tambahan tersebut. 4. Strategi atau upaya yang ditempuh bagi sekolah dan guru untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi guru bersertifikasi dalam pemenuhan jam mengajar 24 jam/minggu Strategi-strategi yang ditempuh bagi pihak sekolah dan guru untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi guru bersertifikasi dalam pemenuhan jam mengajar 24 jam/minggu adalah sebagai berikut: d. Meningkatkan jumlah jam tatap muka di Sekolah/madrasah Meningkatkan jumlah tatap muka di sekolah/madrasah dilakukan dengan
menata/merencanakan
kembali
jumlah
peserta
didik
per
rombongan belajar sesuai dengan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses dengan ketentuan SMA/MA jumlah peserta didik minimal 20 (dua puluh) siswa per kelas, SMK/MAk jumlah peserta didik minimal 15 (lima belas) siswa per kelas, dimana untuk SMA/MA dan SMK/MAk jumlah peserta didik maksimal 32 (tiga puluh dua) siswa per to useryang berkelas banyak. kelas, ini dapat diterapkancommit pada sekolah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78 Penataan jumlah peserta didik per rombongan belajar tersebut dilakukan dengan tetap mempertahankan rasio guru terhadap peserta didik tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru Pasal 17. e. Mengajar pada sekolah/madrasah lain Wajib mengajar paling sedikit 24 jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu dapat dipenuhi dengan mengajar di sekolah/madrasah lain baik negeri maupun swasta sesuai dengan mata pelajaran yang diampu pada kabupaten/kota
tempat
sekolah/madrasah
tersebut
berada
atau
kabupaten/kota lain. Sebagai contoh, (1) guru bahasa inggris di suatu SMK dapat mengajar bahasa inggris di SMP/MTs, SMA/MA atau SMK/MAK lain, (2) guru produktif SMK dapat mengajar keterampilan/ekstra kurikuler yang relevan dengan bidangnya di SMP/MTs atau SMA/MA. Pemenuhan beban kerja paling sedikit 24 jam tatap muka dalam 1 minggu dengan mengajar di sekolah/madrasah lain dapat dilaksanakan dengan ketentuan guru yang bersangkutan mengajar paling sedikit 6 jam tatap muka dalam 1 minggu pada sekolah induk. Guru yang memenuhi kekurangan jam tatap muka dengan mengajar di sekolah/madrasah pada kabupaten/kota lain, harus memiliki surat tugas yang diketahui oleh dinas pendidikan kabupaten/kota tempat sekolah/madrasah lain tersebut berada. f. Ekuivalensi kegiatan dari tugas tambahan Tugas tambahan yang dapat disetarakan dengan beban kerja atau jam mengajar guru yaitu: 1) Tugas sebagai Kepala Sekolah ekuivalen dengan 18 jam, sehingga minimal wajib mengajar 6 jam. 2) Tugas sebagai Wakil Kepala Sekolah ekuivalen dengan 12 jam, sehingga minimal wajib mengajar 12 jam. 3) Tugas sebagai Kepala Perpustakaan ekuivalen dengan 12 jam, sehingga minimal wajib mengajar 12 jam. 4) Tugas sebagai Kepala Laboratorium ekuivalen dengan 12 jam, commit to user sehingga minimal wajib mengajar 12 jam.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79 5) Tugas sebagai Ketua Jurusan Program Keahlian ekuivalen dengan 12 jam, sehingga minimal wajib mengajar 12 jam. 6) Tugas sebagai Kepala Bengkel ekuivalen dengan 12 jam, sehingga minimal wajib mengajar 12 jam. 7) Tugas sebagai Pembimbing Praktik Kerja Industri ekuivalen dengan 12 jam, sehingga minimal wajib mengajar 12 jam. 8) Tugas sebagai Kepala Unit Produksi ekuivalen dengan 12 jam, sehingga minimal wajib mengajar 12 jam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan dianalisis oleh peneliti, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Kriteria beban kerja atau beban mengajar guru 24 jam/minggu adalah: Hasil penelitian tentang kriteria beban kerja atau beban mengajar guru 24 jam/minggu yang ada dilapangan yang menjelaskan bahwa jam tatap muka di kelas yaitu jam mengajar guru setiap minggunya dimana kegiatan bukan tatap muka tidak diperhitungkan sebagai jam mengajar telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru Pasal 52 ayat 2. Seorang guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala satuan pendidikan, wakil kepala satuan pendidikan, ketua program keahlian suatu pendidikan, kepala perpustakaan, kepala laboratorium, kepala bengkel atau kepala unit produksi, dan pembimbing praktek kerja industri dapat diperhitungkan sebagai beban kerja guru apabila tugas tambahan tersebut dilaksanakan di sekolah tempat guru bekerja sebagai guru telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru Pasal 54. 2. Pembagian/penentuan jam mengajar bagi guru yang bersertifikasi pada sekolah yang bersangkutan dilaksanakan oleh wakil kepala sekolah yaitu waka kurikulum yang dibantu oleh stafnya untuk membagi jam mengajar guru yang bersertifikasi, dimana pembagiannya jika terdapat dua guru atau lebih pada setiap mata pelajaran lebih diprioritaskan untuk guru yang bersertifikasi karena wajib memenuhi 24 jam mengajar baru untuk guru yang lain yang belum tersertifikasi, dan jika tetap belum memenuhi 24 jam maka guru yang bersangkutan mencari jam tambahan lain. Jam tambahan lain yang disetarakan sebagai beban kerja guru dapat diperoleh dari tugas tambahan sebagai kepala satuan pendidikan, wakil kepala satuan pendidikan, ketua program keahlian suatu pendidikan, kepala perpustakaan, commit to user kepala laboratorium, kepala bengkel atau kepala unit produksi, dan 80
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81 pembimbing praktek kerja industri. Pada beberapa sekolah yang diteliti kepala sekolah juga masih memperbolehkan seorang guru mengajar mata pelajaran yang paling sesuai dengan rumpun mata pelajaran yang diampu seorang guru dan atau mengajar mata pelajaran lain yang tidak ada guru mata pelajaranya pada satuan administrasi pangkal atau satuan pendidikan lain. 3. Kendala-kendala yang dihadapi pihak sekolah yang bersangkutan dalam memecahkan permasalahan pembagian jam mengajar guru bersertifikasi yaitu 24 jam/minggu adalah: a. Keterbatasan
jumlah
kelas
pada
sekolah
berkelas
kecil
yang
mengakibatkan jumlah jam setiap mata pelajaran sedikit, padahal setiap guru yang bersertifikasi memiliki kewajiban beban kerja atau beban mengajar sebanyak 24 jam/minggu. b. Jumlah jam mengajar yang sedikit Pada mata pelajaran tertentu seperti PKn, olah raga, seni budaya yang hanya memiliki jumlah jam 2 jam/minggunya akan menyulitkan seorang guru untuk dapat mencukupi kewajiban jam mengajarnya sebanyak 24 jam/minggu. c. Susahnya mencari sekolah lain untuk memenuhi kekurangan jam mengajar, semisal untuk guru PKn dimana dalam seminggu hanya mendapat jatah 2 jam/minggunya untuk setiap kelasnya padahal di sekolah lain untuk guru PKn juga kesulitan untuk mendapatkan tambahan jam mengajar di sekolah induk. d. Terbatasnya tugas tambahan guru yang dapat dihitung sebagai beban kerja guru, yaitu hanya terbatas sebagai kepala satuan pendidikan, wakil kepala satuan pendidikan, ketua program keahlian suatu pendidikan, kepala perpustakaan, kepala laboratorium, kepala bengkel atau kepala unit produksi, dan pembimbing praktek kerja industri, padahal dalam posisi tersebut dengan keadaan sekolah yang berkelas kecil maka hanya membutuhkan sedikit guru untuk memperoleh tugas tambahan tersebut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82 4. Strategi atau upaya yang ditempuh bagi sekolah dan guru untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi guru bersertifikasi dalam pemenuhan jam mengajar 24 jam/minggu adalah sebagai berikut: a. Meningkatkan jumlah jam tatap muka di Sekolah/madrasah b. Mengajar pada sekolah/madrasah lain c. Ekuivalensi kegiatan dari tugas tambahan yaitu tugas tambahan yang
dapat disetarakan dengan beban kerja atau jam mengajar guru B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan di atas, serta berbagai fenomena yang ditemukan berkaitan dengan penelitian, tentang “Validitas Jam Mengajar Guru Bersertifikasi pada Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Berkelas Kecil (Studi kasus di Kabupaten Boyolali)”, maka dapat dikemukakan implikasinya sebagai berikut: 1. Implikasi teoritis Adanya kewajiban bagi guru bersertifikasi untuk mengajar 24 jam/minggu menuntut guru agar lebih profesional, dimana sertifikasi guru telah memberikan peningkatan kesejahteraan dengan adanya tunjangan sertifikasi. Dengan adanya tuntutan pemenuhan 24 jam mengajar per minggu bagi guru bersertifikasi diharapkan kinerja guru lebih optimal sehingga berdampak pada peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas pendidikan bagi masyarakat 2. Implikasi praktis Secara keseluruhan pemenuhan 24 jam mengajar per minggu bagi guru bersertifikasi telah dilaksanakan, berbagai kendala yang dihadapi pada sekolah berkelas kecil tidak menjadi alasan guru yang telah tersertifikasi untuk tidak memenuhi kewajiban mengajarnya yaitu 24 jam/minggu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83 C. Saran Berdasarkan
kesimpulan
dan
implikasi
sebagaimana
yang
telah
dikemukakan di atas, maka peneliti mengemukakan saran sebagai berikut: 1. Kepada Kepala Sekolah Agar memberikan inovasi dan pembaharuan agar terjadi peningkatan kualitas sekolah, memberikan tugas mengajar kepada guru sesuai dengan sertifikat mata pelajaran yang dimiliki, supaya dalam kegiatan pembelajaran dapat maksimal, dimana seorang guru menyampaikan ilmu ke anak didik sesuai dengan kompetensi yang dimiliki guru tersebut. 2. Kepada guru bersertifikasi Agar memaksimalkan kinerjanya, guru yang bersertifikasi seharusnya kualitas dalam mengajar juga meningkat, seiring dengan peningkatan kesejahteraan yang diterima. Seorang guru harus lebih aktif lagi dalam mencari informasi sekolah lain yang membutuhkan guru untuk mengajar sesuai dengan sertifikat mata pelajaran yang dimiliki agar dapat terpenuhi kewajiban mengajar 24 jam/minggu. 3. Kepada Peneliti Lain Agar peneliti lain dapat mengkaji ulang penelitian ini dengan menggunakan metode penelitian yang berbeda, mengingat penelitian ini masih sangat jauh dari sempurna.
commit to user