VALIDITAS INDEKS MOYERS DI SDN 28 TUMAMPUA PANGKAJENE SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi Salah satu syarat mendapat gelar Sarjana Kedokteran Gigi
OLEH: RIZKIANI AWALIYAH RAMLI J111 11 120
UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI MAKASSAR 2014
HALAMAN PENGESAHAN
Judul
: Validitas indeks Moyers di SDN 28 Tumampua Pangkajene
Oleh
: Rizkiani Awaliyah Ramli / J111 11 120
Telah Diperiksa dan Disahkan Pada Tanggal Desember 2014 Oleh : Pembimbing
Dr. drg. Susilowati, SU NIP. 19550415 198010 2 001 Mengetahui, Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin
Prof. drg. H. Mansjur Nasir, Ph.D NIP. 19540625 198403 1 001
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Validitas Indeks Moyers di SDN 28 Tumampua Pangkajene”. Salam dan shalawat tak lupa penulis panjatkan kepada Rasulullah SAW, yang telah menjadi teladan terbaik sepanjang masa. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Penghargaan dan ucapan terima kasih yang terdalam kepada orang tuaku Ayahanda Drs. M. Ramli dan Ibunda Muhajirah akan cinta kasih, doa, dukungan semangat dan materi yang tak ternilai yang selalu diberikan kepada penulis. Keberhasilan ini tidak akan terwujud tanpa adanya perhatian, dorongan, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. DR. drg. Susilowati, SU selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan, petunjuk, saran, dan motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat berjalan dengan lancar. 2. Prof. drg. H. Mansjur Nasir, Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin yang telah memberikan kepercayaan kepada penulis untuk menimba ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin. 3. drg. Nurlindah Hamrun, M.Kes selaku pembimbing akademik yang telah membimbing dari awal semester hingga saat ini.
iii
4. Staf dosen khususnya bagian ortodontik yang telah memberikan saran-saran dan kritik dalam pembuatan skripsi ini. 5. Staf perpustakaan yang telah bersedia membantu penulis dalam mencari referensi di perpustakaan. 6. Staf tata usaha yang selama ini membantu dalam administrasi perkuliahan sampai akhir. 7. Terima kasih kepada SDN 28 Tumampua Pangkajene atas kerjasamanya. Semoga segala bantuan dan dukungan yang diberikan kepada penulis menjadi amalan dan berkah dari Allah SWT. Penulis sebagai mahkluk ciptaan-Nya yang tidak luput dari kesalahan dan kekehilafan menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, karena itu penulis mengharapkan saran dan kritikan bersifat konstruktif bagi skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat bagikita semua. Amin
Makassar, Desember 2014
Rizkiani Awaliyah Ramli
iv
ABSTRAK
Latar belakang: Salah satu aspek penting dalam diagnosis dan rencana perawatan pada gigi geligi bercampur adalah prediksi ukuran gigi geligi permanen yang belum tumbuh (kaninus dan premolar) untuk menentukan nilai tempat yang dibutuhkan, tempat yang tersedia dan memprediksikan adanya kekurangan ruang. Metode prediksi yang sering digunakan adalah metode Moyers yang datanya diperoleh dari anak ras Kaukasoid. Validitas dari metode ini dipertanyakan ketika diaplikasikan untuk ras dan suku yang berbeda. Tujuan: dari penelitian ini adalah untuk menguji validitas prediksi metode Moyers pada suku Bugis (Ras Deutromelayu) dan perbedaan besar required space, available space, dan leeway space siswa laki-laki dan perempuan. Metode: yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi cross-sectional. Sebanyak 50 model studi gigi geligi diperoleh dari murid SDN 28 Tumampua Pangkajene yang berumur 10-12 tahun dan bersuku Bugis. Pengukuran dimensi mesiodistal gigi geligi diukur dengan menggunakan kaliper digital. Hasil yang didapat dianalisis secara statistik dengan t-test dengan derajat kemaknaan 95%. Hasil: dari penelitian ini menunjukkan bahwa rerata besar required space rahang atas (21,78 mm) pada rahang bawah (21,77 mm) rerata besar available space pada rahang atas (22,75 mm) pada rahang bawah (22,94 mm), dan rerata besar leeway space pada rahang atas (0,91 mm) pada rahang bawah (1,20 mm). Hasil analisis t-test dengan derajat kemaknaan 95% menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan (p>0,05) rerata besar required space, available space, dan leeway space antara siswa laki-laki dan perempuan. Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa rerata besar required space, available space, dan leeway space pada rahang atas maupun rahang bawah tidak menunjukkan perbedaan ukuran yang signifikan. Kesimpulan: Metode Moyers valid digunakan untuk analisis gigi geligi bercampur pada siswa SDN 28 Tumampua Pangkajene suku Bugis (ras Deutromelayu).
Kata kunci : Gigi geligi bercampur, Metode Moyers, Required space, Available space, Leeway space
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………..
i
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………
ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………
iii
ABSTRAK……………………………………………………………………..
iv
DAFTAR ISI……………………………………………………………………
v
DAFTAR TABEL………………………………………………………………
vi
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………...
vii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN 1.1
LATAR BELAKANG…………………………
1
1.2
RUMUSAN MASALAH……………………...
3
1.3
TUJUAN PENELITIAN………………………
4
TINJAUAN PUSTAKA 2.1
ERUPSI GIGI GELIGI………………………..
5
2.2
LENGKUNG GIGI……………………………
6
2.3
PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN GIGI GELIGI…………………………………………
7
2.4
ANALISIS GIGI GELIGI BERCAMPUR……
11
2.5
KERANGKA KONSEP………………………
14
vi
BAB III
BAB IV
METODE PENELITIAN 3.1
JENIS PENELITIAN…………………………..
15
3.2
DESAIN PENELITIAN……………………….
15
3.3
WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN………
15
3.4
POPULASI DAN SAMPEL…………………..
15
3.5
METODE SAMPLING………………………..
16
3.6
JUMLAH SAMPEL…………………………...
16
3.7
KRITERIA SAMPEL…………………………
16
3.8
ALAT DAN BAHAN PENELITIAN…………
16
3.9
VARIABEL PENELITIAN ………. …………
17
3.10
DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL… ....
17
3.11
PROSEDUR PENELITIAN………………….
18
3.12
ALUR PENELITIAN……………………… ...
18
3.13
DATA…………………………………………
19
HASIL PENELITIAN 4.1
BAB V
HASIL………………………………………...
20
PEMBAHASAN………………………………………………
25
vii
BAB VI
PENUTUP 6.1
KESIMPULAN…………………………………
29
6.2
SARAN…………………………………………
29
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..
30
viii
DAFTAR TABEL
2.1
Tabel prediksi Moyers 75%..................................................................... 12
4.1
Tabel rerata besar required space pada rahang atas dan rahang bawah………………………………………………………………….. 20
4.2
Tabel perbandingan rerata besar required space berdasarkan jenis kelamin………………………………………………………………… 21
4.3
Tabel rerata besar available space pada rahang atas dan rahang bawah………………………………………………………………….. 21
4.4
Tabel perbandingan rerata besaravailable space berdasarkan jenis kelamin………………………………………………………………… 22
4.5
Tabel rerata besar leeway space pada rahang atas dan rahang bawah……………………………………………………………….... 23
4.6
Tabel perbandingan rerata besar leeway space berdasarkan jenis kelamin………………………………………………………………… 23
ix
DAFTAR GAMBAR
2.1
Gambar model studi………………………………………………….. 10
x
BAB I PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Perawatan ortodontik merupakan perawatan yang dilakukan di bidang kedokteran gigi yang bertujuan untuk mendapatkan penampilan dentofasial yang menyenangkan secara estetika dan memperbaiki fungsi fonetik yaitu dengan menghilangkan susunan gigi yang berdesakan, mengoreksi penyimpangan rotasional dan apikal dari gigi-geligi, mengoreksi hubungan antar insisal serta menciptakan hubungan oklusi yang baik (Budi Susetyo, 2013). Variasi yang signifikan dalam harmoni oklusal dapat menyebabkan maloklusi dan kesulitan dalam memperoleh oklusi dengan overjet, overbite, dan hubungan kaninus dan molar pertama yang baik (Melgaco et al., 2006). Maloklusi adalah kondisi oklusi interkuspal dalam pertumbuhan gigi yang diasumsikan sebagai kondisi yang tidak reguler. Ada beberapa penyebab maloklusi yaitu kebiasaan buruk seperti menghisap jari, benafas melalui mulut, menghisap dan menggigit bibir, memajukan rahang ke depan, mendorong lidah, atau menggigit kuku. Selain kebiasaan buruk, maloklusi bisa disebabkan karena fraktur, genetik dan tanggal dini gigi susu (Harun Achmad, dkk, 2012). Sebelum melakukan tindakan perawatan ortodontik terhadap kasus maloklusi, diperlukan seperangkat data yang lengkap tentang keadaan penderita dari hasil pemeriksaan. Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan tersebut kemudian dianalisis dengan berbagai macam metode, salah satunya yaitu metode
1
analisis ruang (Harun Achmad, dkk, 2012). Ada berbagai analisis ruang yang dapat digunakan, namun analisis mana yang akan dipilih sangat bergantung pada kasus. Beberapa metode analisis untuk memprediksi ukuran gigi kaninus dan premolar permanen telah banyak diteliti.
Metode prediksi tersebut adalah
dengan menggunakan ukuran gigi rata-rata dari data yang ditentukan (metode Moyers,
Tanaka-Johnston,
Sitepu,
Kuswandari-Nishino).
Metode
lain
memprediksi dengan menggunakan ukuran gambaran radiografi gigi permanen sendiri (metode Nance), atau kombinasi metode yang diukur dengan diameter mahkota pada model gigi (metode Huckaba). Metode Moyers merupakan metode prediksi yang sering digunakan, karena kesalahan sedikit dan ralat kecil sehingga diketahui dengan tepat, dapat dikerjakan ahli atau bukan ahli, tidak butuh banyak waktu, tidak perlu alat khusus, dapat dikerjakan dalam mulut atau model, baik pada rahang atas atau rahang bawah. Metode prediksi Moyers datanya diperoleh dari ras Kaukasoid sehingga akurasi dari metode ini dipertanyakan ketika diaplikasikan untuk ras dan suku yang berbeda. Moyers membuat tabel probabilitas untuk mendapatkan ruang yang diperlukan dalam menyelaraskan gigi kaninus, premolar pertama dan premolar kedua permanen atas dan bawah permanen, dengan menggunakan jumlah dari empat gigi seri permanen rahang bawah. Dalam bidang kedokteran gigi, upaya untuk mencegah maloklusi lebih efektif dilakukan pada periode gigi bercampur karena masih adanya kesempatan untuk memperbaiki oklusi dan menghilangkan faktor penyebabnya (Harun Achmad, dkk, 2012). Masa emas untuk memperbaiki dan mencegah kelainan
2
dentofasial yaitu usia 7-10 tahun, yang mana anak usia 7-10 tahun masih berada dalam periode jenjang sekolah dasar. Sekolah Dasar Negeri 28 Tumampua Pangkajene mayoritas muridnya keturunan suku Bugis, yang mana suku Bugis termasuk dalam ras DeuroMelayid sehingga suku bangsa ini memiliki perbedaan fisik maupun dimensi gigi dan lengkung geliginya. Berdasarkan uraian di atas, penulis termotivasi untuk melakukan penelitian dan tertarik memilih judul : “validitas penggunaan indeks Moyers di SDN 28 Tumampua Pangkajene” 1.2
RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1.
“Bagaimana validitas penggunaan indeks Moyers di SDN 28 Tumampua Pangkajene?”
2. “Apakah ada perbedaan besar required space, available space, dan leeway space siswa SDN 28 Tumampua Pangkajene?’
1.3
TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini, adalah: 1. Untuk mengetahui validitas penggunaan indeks Moyers di SDN 28 Tumampua Pangkajene. 2. Untuk mengetahui rerata besar required space, available space, dan leeway space di SDN 28 Tumampua Pangkajene. 3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan besar required space, available space, dan leeway space antara siswa laki-laki dan perempuan.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ERUPSI GIGI GELIGI
Erupsi gigi adalah proses berkesinambungan meliputi perubahan posisi gigi melalui beberapa tahap mulai pembentukan sampai muncul ke arah oklusi dan kontak dengan gigi antagonisnya. Erupsi gigi merupakan suatu perubahan posisi gigi yang diawali dengan pertumbuhan dalam tulang rahang melalui beberapa tahap berturut-turut hingga mencapai posisi fungsional di dalam rongga mulut (Ratna Indriyanti, 2006; Koch, 2001). Proses erupsi gigi di dalam mulut sangat kompleks. Masing-masing gigi pada tiap individu memiliki waktu erupsi yang berbeda-beda. Erupsi gigi dimulai setelah pembentukan mahkota dan dilanjutkan dengan pembentukan akar selama usia kehidupan dari gigi dan terus berlangsung walaupun gigi telah mencapai oklusi dengan gigi antagonisnya (Kotsaki, 1997; Newman, 2002; Moyers, 1998). Erupsi gigi dipengaruhi oleh faktor intrinsik, yaitu ras, genetik, dan jenis kelamin dan faktor ekstrinsik yang meliputi nutrisi dan tingkat ekonomi (Oewen, 1998). Faktor genetik memiliki pengaruh cukup besar bagi waktu erupsi gigi. Studi klinik telah membuktikan bahwa terdapat perbedaan pada pertumbuhan dan waktu erupsi berdasarkan ras. Selain itu, nutrisi dan keadaan sosial ekonomi juga memiliki pengaruh pada erupsi gigi. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan keterlambatan erupsi gigi.
4
Penelitian yang dilakukan oleh Clements dan Thomas, menyebutkan bahwa
anak-anak
yang
berasal
dari
tingkat
sosial
ekonomi
tinggi
memperlihatkan erupsi gigi lebih cepat dibandingkan dengan anak-anak yang berasal dari tingkal sosial ekonomi rendah. Hal ini berhubungan dengan nutrisi yang diperoleh anak-anak dengan tingkat sosial ekonomi tinggi lebih baik. Jenis kelamin mempengaruhi waktu erupsi dan kalsifikasi gigi. Umumnya anak perempuan memiliki waktu kalsifikasi lebih cepat dari pada laki-laki dan waktu erupsi gigi anak laki-laki lebih lambat dari pada anak perempuan Andreasen (1998 cit Ratna Indriyati, 2006; Koch, 2001). 2.2 LENGKUNG GIGI
Lengkung gigi adalah lengkung yang dibentuk oleh mahkota gigi geligi. Lengkung gigi merupakan suatu garis lengkung imajiner yang menghubungkan sederetan gigi pada rahang atas dan rahang bawah. Susunan lengkung gigi dibentuk dari refleksi gabungan dari ukuran mahkota gigi, posisi dan inklinasi gigi, bibir, pipi, dan lidah (Mundiyah Mokhtar, 2002; Moyers, 1988). Lengkung gigi dipengaruhi oleh
adanya interaksi faktor genetik, ras,
lingkungan, usia, dan jenis kelamin (Rudge, 1981; Cassidy et al, 1998). Selama periode tumbuh kembang gigi geligi terjadi perubahan pada ukuran lengkung gigi dan bentuk lengkung gigi Barber (1982 cit Budiarjo, 2003). Dimensi lengkung gigi berubah secara sistematis selama periode pertumbuhan dan perkembangan, dan akan terhenti ketika beranjak dewasa (Moyers, 1998). Slaj et al (2003) mengemukakan bahwa dimensi lengkung gigi lebih ditentukan oleh erupsi gigi geligi dibandingkan dengan pertumbuhan
5
tulang pendukung gigi pada masa gigi bercampur. Radmer et al (2009) menunjukkan adanya perbedaan dimensi lengkung gigi berdasarkan jenis kelamin. ukuran lengkung gigi pada laki- laki lebih besar dibanding anak perempuan hal ini dikarenakan ukuran gigi anak laki-laki lebih besar dibandingkan anak perempuan. 2.3 PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN GIGI GELIGI
Tidak semua gigi geligi berkembang dalam waktu yang sama. Tanda pertama dari perkembangan gigi geligi adalah pada embrio ditemukan di daerah anterior mandibula pada usia 5 sampai 6 minggu, setelah itu terjadi tanda-tanda perkembangan gigi geligi di daerah anterior maksila kemudian berlanjut ke arah posterior dari kedua rahang. Perkembangan dimulai dengan pembentukan dental lamina. Dental lamina adalah suatu pita pipih yang terjadi karena penebalan jaringan epitel mulut (ektodermal) yang meluas sepanjang batas oklusal dari mandibula dan maksila pada tempat dimana gigi geligi akan erupsi. Dental lamina tumbuh dari permukaan sampai dasar mesenkim (Itjiningsih, 1995; Wiyono Soeyoto, 2000). Pertumbuhan gigi dimulai sejak 3 bulan setelah lahir sampai dengan usia 21-25 tahun, dan normalnya gigi anak sudah berkontak (oklusi) penuh pada saat usia 3 tahun. Terdapat beberapa tahapan pada pertumbuhan gigi geligi manusia, yaitu :
Periode gigi anak (deciduous dentition ) : periode ini dimulai dari usia 6 bulan sampai 6 tahun
Periode gigi bercampur (mixed dentition) : periode ini dimulai dari usia 6 tahun sampai 12 tahun 6
Periode gigi dewasa (permanent dentition) : periode ini dimulai dari usia 12 tahun ke atas (Vina Harahap, 2011).
a.
Periode gigi anak (deciduous dentition) Periode gigi anak atau gigi sulung umumnya terjadi antara umur 6
sampai 30 bulan setelah lahir, dan berlangsung sampai umur 6 tahun. Pada periode ini lengkung gigi pada umumnya berbentuk oval dengan gigitan dalam (deep bite) pada overbite dan overjet sehingga dijumpai adanya generalized interdental spacing (celah-celah diantara gigi-geligi). Hal ini terjadi karena adanya pertumbuhan tulang rahang ke arah transversal untuk mempersiapkan tempat gigi geligi permanen yang akan erupsi, celah yang terdapat di mesial kaninus atas dan di sebelah distal kaninus bawah disebut primate space. Primate space ini diperlukan pada early mesial shift. Adanya celah-celah ini memberikan kemungkinan gigi geligi permanen yang akan erupsi mempunyai cukup tempat (Harun Achmad, 2012; Abu Bakar, 2012). b.
Periode gigi bercampur (mixed dentition) Periode gigi bercampur adalah suatu periode dimana dijumpai adanya gigi geligi sulung dan gigi geligi permanen bersamaan berada dalam mulut yaitu pada usia kira-kira 6-12 tahun (Mathewson, et al, 1995). Anak usia 5 sampai 6 tahun merupakan kelompok peralihan periode gigi sulung dengan periode gigi permanen atau periode awal memasuki usia gigi bercampur. Pada masa ini sering terjadi perubahan kecepatan dan arah pertumbuhan gigi geligi serta tulang rahang, sehingga ada kemungkinan terjadi relasi gigi geligi menjadi malposisi atau maloklusi (Sudarso, 2003) Gigi permanen yang menggantikan gigi sulung disebut gigi pengganti (successional teeth, succedaneus teeth), yaitu insisivi lateral sulung dan 7
kaninus sulung, sedangkan premolar pertama dan premolar kedua sulung masing-masing menggantikan molar pertama sulung dan molar kedua sulung. Gigi permanen yang tumbuh di sebelah distal lengkung geligi sulung disebut gigi tambahan (accessional teeth, additional teeth), yaitu molar pertama permanen, molar kedua permanen dan molar ketiga permanen. Molar pertama permanen merupakan gigi permanen pertama yang erupsi pada umur sekitar lima sampai enam tahun (Pambudi Rahardjo, 2009).
c.
Periode gigi dewasa (permanent dentition) Periode dimana gigi geligi sulung terlepas dan gigi geligi penggantinya bererupsi berlangsung antara 6-12 tahun ke atas. Kehilangan gigi sulung secara alami dan erupsi gigi pengganti, keduanya terjadi lebih cepat pada anak perempuan disbanding anak laki-laki. Pelepasan gigi sulung berbeda antara laki-laki dan perempuan, juga antara rahang atas dan rahang bawah. Ada interval tanpa gigi antara terlepasnya gigi sulung dan erupsi gigi penggantinya, umumnya rerata satu bulan (Hubert, 1991; Joseph, 1977). Gigi permanen yang pertama kali erupsi pada rongga mulut adalah molar pertama. Gigi ini mengalami erupsi dengan posisi tepat disebelah distal molar kedua sulung pada usia kira-kira 6 tahun. Gigi ini mulai berkalsifikasi selama bulan pertama. Gigi ini jauh lebih besar disbanding semua gigi sulung. Insisivus sentral mandibula biasanya bererupsi beberapa bulan sebelum insisivus sentral maksila. Sering kali gigi ini bererupsi bersamaan, atau bahkan sebelum molar pertama mandibula, dan sering bersamaan insisivus lateral mandibula (Major, 1988; Mcdonald, 1994).
8
1.4
ANALISIS GIGI GELIGI BERCAMPUR
Analisis
gigi geligi bercampur merupakan
salah
satu
sumber
informasi penting untuk menentukan diagnosis ortodontik. Diagnosis yang
menyeluruh
Rencana
perawatan
akan menentukan kelengkapan rencana yang
lengkap
dan
akurat
perawatan.
akan
menetukan
keberhasilan perawatan (Avi Laviana, 2010). Analisis model studi adalah penilaian tiga dimensi terhadap gigi geligi pada rahang atas maupun rahang bawah, serta penilaian terhadap hubungan
oklusalnya.
Kedudukan
gigi pada
rahang
maupun
hubungannya dengan geligi pada rahang lawan dinilai dalam arah sagital, transversal, dan vertikal (Yen, 1991). Untuk
keperluan
diagnosis
ortodontik,
model
studi
harus
dipersiapkan dengan baik dan hasil cetakan harus akurat. Hasil cetakan tidak hanya meliputi seluruh gigi dan jaringan lunak sekitarnya, daerah di vestibulum pun harus tercetak sedalam mungkin yang dapat diperoleh dengan cara menambah ketinggian tepi sendok cetak hingga dapat mendorong jaringan lunak di
daerah
tersebut
semaksimal mungkin,
sehingga inklinasi mahkota dan akar terlihat (Chair Effendi, 2011)
9
Gambar 2.1 : Model studi untuk analisis harus meliputi seluruh anatomi yang penting, termasuk ketinggian vestibulum yang semaksimal mungkin (Avi Laviana, 2010) a) Perkiraan ukuran gigi menggunakan gambaran radiografi Metode ini memerlukan gambaran radiografi yang jelas dan tidak mengalami distorsi. Distorsi gambaran radiografi pada umumnya lebih sedikit
terjadi
pada
foto
periapikal dibandingkan dengan
foto
panoramik. Namun, meskipun menggunakan film tunggal, seringkali sulit untuk menghindari distorsi terutama pada gigi yang panjang seperti kaninus, sehingga pada akhirnya akan mengurangi tingkat akurasi (Winny Yohana, 2010). Metode radiografik digunakan dalam analisis Nance dan analisis Huckaba
karena
dalam
prosedur
perhitungan
analisis
ruangnya
membutuhkan periapikal radiograf yang lengkap (Mcdonald, 1987). b) Perkiraan ukuran gigi menggunakan tabel probabilitas Tabel yang dibuat oleh Moyers di Universitas Michigan merupakan alat yang digunakan untuk memperkirakan lebar gabungan dari gigi kaninus-premolar yang tumbuh. Berdasarkan
penelitian,
ukuran
gigi
insisivus permanen rahang bawah memiliki hubungan dengan ukuran 10
kaninus dan premolar yang belum tumbuh baik pada rahang atas maupun rahang bawah. Gigi insisivus rahang bawah telah dipilih untuk pengukuran pada analisis Moyers karena gigi ini muncul lebih dulu di dalam rongga mulut pada masa geligi campuran, mudah diukur secara akurat,
dan
secara
langsung
seringkali
terlibat
dalam
masalah
penanganan ruangan (Braham, 1980; Yuen et al 1998). Analisis Moyers banyak dianjurkan karena mempunyai kesalahan sistematik yang minimal. Metode ini juga dapat dilakukan dengan cepat, tidak
memerlukan
alat-alat
khusus ataupun
radiografi,
dan dapat
dilaksanakan oleh pemula karena tidak memerlukan keahlian khusus. Walaupun pengukuran dan penghitungan dilakukan pada model, tetapi mempunyai tingkat ketepatan yang baik di dalam mulut. Metoda ini juga dapat dilakukan untuk mengalisis keadaan pada kedua lengkung rahang (Chair Effendi, 2011). Tabel 2.1 : Prediksi Moyers 75 %
345 75%-Level of probably
LI
19.020.0 20.521.021.5 22.0 22.5 23.023.524.024.525.025.526.0 26.5 27.0
Moyers20.1 20.4 20.7 21.021.321.621.922.222.522.823.1 23.4 23.724.0 24.3 24.6
345 75%-Level of probably
LI
19.5 20.0 20.5 21.0 21.5 22.0 22.5 23.023.524.024.525.025.526.0 26.5 27.0
Moyers20.6 20.921.221.521.822.022.322.6 22.923.1 23.4 23.724.0 24.2 24.5 24.8
11
a) Tanaka-Johnston Tanaka dan Johnston mengembangkan cara lain penggunaan keempat
insisivus
rahang bawah untuk
memperkirakan
ukuran
kaninus dan premolar yang belum erupsi. Menurut mereka, metoda yang mereka temukan mempunyai keakuratan yang cukup baik dengan tingkat
kesalahan
yang
kecil. Metoda
ini juga sangat
sederhana dan tidak memerlukan tabel atau gambaran radiografi apa pun (Viella et al, 2012; Ling et al, 2006). Analisis ruang Tanaka dan Johnston yang banyak digunakan karena merupakan sebuah metode sederhana untuk memprediksi ukuran kaninus dan premolar yang belum erupsi pada gigi bercampur dengan ketepatan pengukuran yang dapat diterima untuk kedua rahang. Ukuran gigi sangat bervariasi pada populasi dan ras ang berbeda. Analisis Tanaka dan Johnston ini telah digunakan dalam Departemen Kedokteran Gigi Anak di Universitas Damascus, Syria sejak tahun 1987 (Nourallah, 2001).
12
KERANGKA TEORI DAN KONSEP
Erupsi gigi geligi
Lengkung gigi
perkembangan dan pertumbuhan gigi geligi
periode gigi sulung
periode gigi bercampur
Analisis geligi campuran
periode gigi dewasa
Analisis gambaran radiografi
keterangan :
required : variabel yang diteliti
: Variable yang tidak diteliti
14
Analisis tabel moyers
available space
leeway
Analisis tanakajhonston
BAB III METODE PENELITIAN
4.1
JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah Observasional Analitik.
4.2
DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional study.
4.3
LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian dilakukan di SDN 28 TUMAMPUA PANGKAJENE
4.4
WAKTU PENELITIAN
Waktu dilakukannya penelitian pada bulan oktober-november 2014
4.5
POPULASI PENELITIAN
Anak umur 6-12 tahun di SDN 28 Tumampua
4.6
KRITERIA SAMPEL
Adapun kriteria sampel sebagai berikut:
a) Pertumbuhan gigi-geligi termasuk dalm periode gigi bercampur.
15
b) Mempunyai gigi lengkap dari Molar pertama kiri sampai Molar pertama kanan pada setiap rahang.
4.7 SAMPEL PENELITIAN
Sebanyak 50 orang siswa umur 6-12 tahun yang duduk di kelas III, dan IV
4.8
ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN
4.8.1 Alat : Sendok cetak Penggaris Kertas putih Polpen Celemek Rubber bowl Spatel kaliper 4.8.2 Bahan : Alginat Gips Air
4.9 VARIABEL PENELITIAN Adapun variabel yang di teliti sebagai berikut: Available space Required space
16
Leeway space
4.10 DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL 1. Metode analisis ruang moyers merupakan metode yang digunakan untuk memprediksikan gigi kaninus permanen, premolar pertama dan kedua permanen. 2. Required space adalah ruang yang dibutuhkan didapatkan dari jumlah empat gigi insisivus rahang bawah 3. Available space adalah ruang yang tersedia untuk tumbuhnya gigi kaninus, premolar pertama dan premolar kedua permanen yang didapatkan dari mengukur distal I2 sampai mesial molar pertama permanen. 4. Leeway space adalah selisih dari ruang yang tersedia dan ruang yang dibutuhkan untuk mengatasi kekurangan ruang. 4.11 PROSEDUR PENELITIAN
1. Mengindentifikasi sampel dengan cara mencatat identitas pasien. 2. Mengukur dan jumlahkan lebar mesiodistal keempat insisivus permanen rahang bawah pada model dengan cara meletakkan kedua ujung jangka sejajar aksis panjang gigi. 3. Prediksikan jumlah mesiodistal kaninus, premolar pertama dan premolar kedua dengan menggunakan tabel probabilitas Moyers dengan derajat kepercayaan 75% (Required Space=RS) 4. Ukur ruang yang ada pada region kaninus dan premolar dari distal insisivus lateralis sampai mesial molar pertama permanen (Available Space=AS)
17
5. Ruang yang ada dibandingkan dengan ruang yang diperkirakan pada tabel probabilitas Moyers (AS-RS) 6. Menganalisis data hasil penelitian.
4.12 ALUR PENELITIAN
Mengidentifikasi sampel dengan cara mencatat identitas pasien
Mengukur dan menjumlahkan lebar mesio-distal gigi Insisisvus
Menentukan jumlah 4 gigi Insisivus dengan menggunakan tabel probabilitas Moyers
Mengukur ruang yang ada pada region kaninus dan premolar dari distal insisivus lateralis sampai mesial molar pertama permanen rahang atas dan rahang bawah
Menghitung leeway space (Available space-Required space) Pengumpulan data
Memisahkan sampel berdasarkan jenis kelamin
Analisis data hasil
18
4.13 DATA PENELITIAN
1. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah -
Data primer di mana diperoleh langsung oleh peneliti melalui pengukuran langsung pada model gigi.
2. Pengolahan data akan dilakukan dengan cara manual Penyajian
data
akan
19
disajikan
dalam
bentuk
tabel
BAB V HASIL PENELITIAN
Telah dilakukan penelitian di SDN 28 Tumampua Pangkajene pada bulan Oktober 2014 tentang validitas indeks Moyers dengan jumlah sampel sebanyak 50 orang siswa yang terdiri dari 25 orang siswa laki-laki dan 25 orang siswa perempuan. Semua subyek penelitian tersebut dilakukan pencetakan rahang atas dan rahang bawah yang selanjutnya dilakukan pengukuran langsung dengan metode analisis ruang dari Moyers. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan terhadap sampel diperoleh gambaran rerata besar required space, available space, dan leeway space siswa SDN 28 Tumampua Pangkajene sebagai berikut : Tabel 1 Rerata besar required space pada rahang atas dan rahang bawah PENGUKURAN
RERATA (mm) 21,78
SIMPANGAN BAKU (mm) 0,64
BATAS BAWAH (mm) 20,5
BATAS (mm) 23,0
Required RA Required RB
Space Space
21,77
0,63
20,6
22,8
ATAS
Tabel 1 menunjukkan rerata besar required space siswa SDN 28 Tumampua Pangkajene pada rahang atas adalah 21,78 mm dengan simpangan baku 0,64 mm dan pada rahang bawah adalah 21,77 mm dengan simpangan baku 0,63 mm. Nilai terendah dari hasil pengukuran besar required space pada rahang atas yaitu 20,5 mm dan pada rahang bawah 20,6 mm. Nilai tertinggi pada rahang atas yaitu 23,0 mm dan pada rahang bawah adalah 22,8 mm.
20
Tabel 2 Perbandingan rerata besar required space berdasarkan jenis kelamin
PENGUKURAN
SIMPANGAN BAKU (mm)
RERATA (mm) laki-laki (n=25)
perempuan (n=25)
laki-laki
UJI TSig.
perempuan
Rrequired Space RA
22,06
21,94
0,75
0,33
0.00
Required Space RB
21,91
21,62
0,67
0,57
0.41
Tabel 2 menunjukkan rerata besar required space pada rahang atas untuk siswa laki-laki adalah 22,06 mm dengan simpangan baku 0,75 mm dan umtuk perempuan adalah 21,94 mm dengan simpangan baku 0,33 mm. Pada rahang bawah rerata required space untuk siswa laki-laki adalah 21,91 mm dengan simpangan baku 0,67 mm dan untuk perempuan adalah 21,62 mm dengan simpangan baku 0,57 mm. Hasil analisis independent t-test dengan derajat kemaknaan 95% menunjukkan nilai signifikansi p>0,05 yang disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara besar required space siswa laki-laki dan perempuan baik pada rahang atas maupun rahang bawah. Tabel 3 Rerata besar available space pada rahang atas dan rahang bawah PENGUKURAN
RERATA (mm) 22,75
SIMPANGAN BAKU (mm) 1,76
BATAS BAWAH (mm) 17,6
BATAS (mm) 25,5
Available RA Available RB
Space Space
22,94
1,58
19,6
25,8
ATAS
Tabel 3 menunjukkan rerata besar available space siswa SDN 28 Tumampua Pangkajene pada rahang atas adalah 22,75 mm dengan simpangan baku 1,76 mm dan pada rahang bawah adalah 22,94 mm dengan simpangan baku 1,58 mm. Nilai terendah dari hasil pengukuran besar available space pada rahang atas yaitu 17,6
21
mm dan pada rahang bawah 19,6 mm. Nilai tertinggi pada rahang atas yaitu 25,5 mm dan pada rahang bawah adalah 25,8 mm. Tabel 4 Perbandingan rerata besar available space berdasarkan jenis kelamin SIMPANGAN BAKU (mm)
RERATA (mm)
PENGUKURAN
laki-laki (n=25)
perempuan (n=25)
laki-laki
UJI TSig.
perempuan
available Space RA
22,96
22,54
1,86
1,66
0,695
available Space RB
21,91
21,62
1,35
1,80
0,096
Tabel 4 menunjukkan rerata besar available space pada rahang atas untuk siswa laki-laki adalah 22,96 mm dengan simpangan baku 1,86 mm dan umtuk perempuan adalah 22,54 mm dengan simpangan baku 1,66 mm. Pada rahang bawah rerata available space untuk siswa laki-laki adalah 21,91 mm dengan simpangan baku 1,35 mm dan untuk perempuan adalah 21,62 mm dengan simpangan baku 1,80 mm. Hasil analisis independent t-test dengan derajat kemaknaan 95% menunjukkan nilai signifikansi p>0,05 yang disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara besar available space siswa laki-laki dan perempuan baik pada rahang atas maupun rahang bawah.
Tabel 5 Rerata besar leeway space pada rahang atas dan rahang bawah PENGUKURAN
RERATA (mm) 0,91
SIMPANGAN BAKU (mm) 1,94
BATAS BAWAH (mm) -4,90
BATAS (mm) 3,70
Leeway RA Leeway RB
Space Space
1,20
1,51
-2,50
5,20
22
ATAS
Tabel 5 menunjukkan rerata besar leeway space siswa SDN 28 Tumampua Pangkajene pada rahang atas adalah 0,91 mm dengan simpangan baku 1,94 mm dan pada rahang bawah adalah 1,20 mm dengan simpangan baku 1,51 mm. Nilai terendah dari hasil pengukuran besar required space pada rahang atas yaitu -4,90 mm dan pada rahang bawah -2,50 mm. Nilai tertinggi pada rahang atas yaitu 3,70 mm dan pada rahang bawah adalah 5,20 mm. Tabel 6 Perbandingan rerata besar leeway space berdasarkan jenis kelamin
PENGUKURAN
SIMPANGAN BAKU (mm)
RERATA (mm) laki-laki (n=25)
perempuan (n=25)
laki-laki
UJI TSig.
perempuan
leeway Space RA
0.89
0.94
1,94
1,99
0.82
leeway Space RB
1,25
1,15
1.36
1,67
0.41
Tabel 6 menunjukkan rerata besar leeway space pada rahang atas untuk siswa laki-laki adalah 0,892 mm dengan simpangan baku 1,94 mm dan umtuk perempuan adalah 0,94 mm dengan simpangan baku 1,99 mm. Pada rahang bawah rerata leeway space untuk siswa laki-laki adalah 1,25 mm dengan simpangan baku 1,36 mm dan untuk perempuan adalah 1,15 mm dengan simpangan baku 1,67 mm. Hasil analisis independent t-test dengan derajat kemaknaan 95% menunjukkan nilai signifikansi p>0,05 yang disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara besar leeway space siswa laki-laki dan perempuan baik pada rahang atas maupun rahang bawah.
23
BAB V PEMBAHASAN
Lebar mesiodistal gigi geligi dan panjang lengkung rahang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor ras dan jenis kelamin. Dalam penelitian ini, peneliti membahas tentang rerata besar required space, available space dan leeway space pada suku Bugis (ras Deuteromelayu) serta membedakannya berdasarkan jenis kelamin dengan menggunakan metode analisis ruang Moyers. Sebanyak 50 model studi diperoleh dari siswa SDN 28 Tumampua Pangkajene yang bersuku Bugis kemudian dilakukan pengukuran dengan tabel probabilitas Moyers level 75%. Required space digunakan dalam memprediksi gigi geligi C, P1, P2 permanen yang belum tumbuh dengan cara mengukur dan menjumlahkan empat gigi insisivus permanen rahang bawah. Beberapa penelitian menyatakan rerata besar required space pada rahang atas lebih besar dibandingkan rahang bawah karena pada rahang atas perlu dipertimbangkan adanya overbite dan overjet yang ideal yaitu insisivus atas terletak di depan insisivus bawah dengan jarak 2-4 mm (M. Chair, 2011; Abu Bakar, 2012). Tabel 1 menunjukkan bahwa rerata besar required space rahang atas sedikit lebih besar (21,78 mm) dibandingkan rahang bawah (21,77 mm). Pada penelitian ini, hanya faktor suku Bugis (ras Deuteromelayu) yang menjadi variabel kendali. Padahal faktor-faktor yang mempengaruhi lebar mesiodistal gigi geligi tidak hanya faktor ras dan suku saja, tetapi faktor jenis kelamin, genetik dan lingkungan juga berperan terhadap variasi ukuran dan bentuk gigi sehingga mempengaruhi lebar 24
mesiodistal gigi geligi pada individu maupun populasi suku Bugis. Pada tabel 2, hasil uji statistik yang dilakukan menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan rerata besar required space antara laki-laki dan perempuan. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan Melgaco et al (2006) menyatakan bahwa terdapat perbedaan signifikan lebar mesiodistal gigi geligi anak perempuan dan laki-laki pada populasi Brazil. Perbedaan populasi juga ikut mempengaruhi lebar mesiodistal gigi geligi, sehingga variasi bentuk dan besar gigi geligi setiap populasi berbeda pula. Hal ini dikarenakan lebar mesiodistal gigi geligi tidak hanya dipengaruhi oleh faktor ras dan jenis kelamin saja. Ukuran gigi geligi juga di kontrol oleh faktor genetik dan lingkungan (Dempsey, 2001). Hal ini cenderung membenarkan penelitian yang dilakukan Al-Bitar et al (2008) yang menyatakan bahwa faktor lingkungan, nutrisi, sosial ekonomi juga memiliki peranan dalam variasi ukuran gigi geligi. Tempat yang tersedia atau available space adalah tempat di sebelah molar pertama permanen kiri sampai mesial molar pertama permanen kanan yang akan ditempati gigi geligi permanen dalam kedudukan atau letak yang benar.
Tabel 3 menunjukkan rerata besar available space siswa SDN 28 Tumampua Pangkajene secara keseluruhan, dimana rahang bawah lebih besar (22,94 mm) dibandingkan pada rahang atas (22,75 mm). Rahang atas tumbuh ke segala dimensi terutama karena adanya aposisi sutura tulang pada sekitar rahang atas (Pratiwiros, 2013) sedangkan arah pertumbuhan rahang bawah yaitu ke bawah dan ke depan, pertumbuhan panjang rahang bawah disebabkan apossi di sekitar posterior ramus dan terjadi resorpsi di sisi anterior ramus (Ongkana 2010; Sudwan 2010). Steigmen, et al (1982) menyatakan bahwa rahang atas dan rahang bawah memiliki gigi kaninus permanen dengan ukuran yang lebih besar daripada gigi kaninus desidui. Hal ini berbeda dengan gigi premolar, pada rahang atas gigi premolar 25
hampir memiliki ukuran yang sama dengan gigi molar desidui sedangkan pada rahang bawah gigi premolar memiliki ukuran yang lebih kecil daripada gigi molar desidui sehingga memberi kelebihan ruang yang lebih besar pada rahang bawah. Hasil uji statistik pada tabel 4 menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan rerata besar available space antara siswa laki-laki dan perempuan. Leeway space adalah ruang yang timbul akibat adanya perbedaan lebar mesiodistal gigi pada pergantian gigi kaninus, molar pertama dan molar kedua desidui oleh kaninus, premolar pertama dan premolar kedua permanen. Peranan leeway space dalam periode gigi pergantian penting artinya karena pada periode ini leeway space dapat dimanfaatkan untuk mengatasi kekurangan ruang yang terjadi pada periode tumbuh kembang (Buwembo, 2004; Avi Laviana, 2010). Tabel 5 dimana rerata besar leeway space pada rahang bawah (1,20 mm) sedikit lebih besar dibandingkan pada rahang atas (0,91 mm). Hal ini sesuai dengan penelitian (Maria Ulfa 2009; Matrishva 2011) bahwa leeway space lebih besar pada rahang bawah dan dapat dimanfaatkan dalam melakukan penyelarasan oklusi. Kondisi yang demikian terjadi karena adanya perbedaan ukuran mesiodistal gigi desidui dengan gigi penggantinya. Menurut Bishara (2001) besar leeway space pada rahang atas yaitu 0,9 mm dan 1,8 mm pada rahang bawah sedangkan, menurut Proffit et al (2007) besar leeway space pada rahang atas yaitu 1,5 mm dan 2,5 mm pada rahang bawah. Tabel 6 menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara besar leeway space pada pasien laki-laki dan perempuan (p>0,05). Adanya variasi ukuran gigi geligi yang turut mempengaruhi besar leeway space antara satu individu dengan individu lain dipegaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah jenis kelamin. Dalam penelitian ini tidak ditemukan perbedaan signifikan pada hasil yang diperoleh diantara laki-laki dan perempuan.
26
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian validitas indeks Moyers di SDN 28 Tumampua Pangkajene dapat disimpulkan bahwa: 1. Metode Moyers valid ketika digunakan untuk analisis gigi geligi bercampur pada siswa SDN 28 Tumampua Pangkajene suku Bugis (ras Deutromelayu). 2. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara besar required space, available space, dan leeway space siswa laki-laki dan perempuan baik pada rahang atas maupun rahang bawah. SARAN 1. Perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar agar diperoleh tingkat validitas yang tinggi 2. Perlu dilakukan penelitian serupa untuk tiap suku di Indonesia untuk melihat kemungkinan adanya variasi besar required space, available space, dan leeway space, mengingat Indonesia terdiri dari berbagai macam suku.
27
DAFTAR PUSTAKA
Abu B. 2012. Kedokteran Gigi Klinis. Yogyakarta: Quantum Sinergis Media. h. 90-91. Budi S. 1998. Alat-alat Ortodonsi Cekat. Jakarta: EGC. h. 1-2. Cassidy KM, Harris EF, Tolley EA, Keim RG. 1998. Genetic influence on dental arch form in orthodontic patients. Angle Orthod; 7 (2): 445-54. Effendi MC, Rachmawati D, Mulyantari FR. 2010. Perbedaan analisis gigi geligi bercampur metode Moyers dengan Kuswandari pada siswa SMP Negeri 11 Madiun. Harun A, Hendrastuti H, Fajriani F. 2012. Buku Ajar Maloklusi pada Anak Etiologi dan Penanganannya. Makassar: Bimer. h. 49, 89. Hashim HA, Al-Shalan TA. 2003. Prediction of the size of un-erupted permanent cuspids and bicuspids a Saudi sample. Jcontemp Dent Pract; 4(4): 040-053. Hubert ES. 1991. Oral Structural Biology. New York: Georg Thiene Verlag Stuttgart. p. 123-125. Itjiningsih WH. 1981. Anatomi Gigi. Jakarta: EGC. h. 211. Iwa SR. 2003. Perbedaan pengaruh ukuran mesio-distal gigi desidui rahang atas terhadap bentuk lengkung dan wajah anak arah lateral anak perempuan suku jawa dengan cina umur 5-6 tahun. JKGUI; 10(1): 1-6. Joseph MS. 1977. Normal and Etiopic Eruption of Teeth in Minor Tooth Movement in Children 2ed. Saint Louis: The CV. Mosby Company. p. 2234 Koch GT, et al. 1991. Pedodontics a Clinical Approach Copenhagen. Munksgraad. p. 20-28, 47-60. Laviana A. 2011. Analisis model studi sumber informasi penting bagi diagnosis ortodonti. Bagian Ortodonsi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran. Bandung. Ling JYK, Wong RWK. 2006. Tanaka-Johnston mixed dentition analysis for Southern Chinese in Hong Kong. Angle Orthod; 76(4): 632-636. Mathewson RJ, Primosch RE. Fundamentals of Pediatric Dentistry. 3ed. Quintessence Books. p. 31. Melgaco CA, Araujo MT, Ruellas ACO. 2006. Applicability of three tooth size prediction methods for white Brazilians. Angle Orthod; 76(4): 644-649. Moyers RE. 1988. Handbook of Orthodontics 4thed. Chicago: Yearbook Medical Publishers, p. 235-8 28
Mundiyah M. 2002. Dasar-dasar Ortodonti Pertumbuhan dan Perkembangan Kraniodentofasial. Medan: Bina Pustaka. h. 85-92. Nourallah AW, et al. 2001. New regression equations for predicting the size of unerupted canines and premolars in a contemporary population. The Angle Orthod; 72(3): 216-221. Pambudi R. 2009. Ortodonti Dasar. Surabay: Airlangga University Press. h. 719, 46-47. Proffit WR. 2000. Contemporary Ortodontics. 3rd ed. St. Louis, Mo: Mosby Year Book; p. 586-7. Radmer TW. 2009. The correlation of dental arch width and ethnicity. J. of Forensic Identification; 59(3): 268-74. Rudge SJ. 1981. Dental arch analysis: arch form. A Review of the Literature. Eur J Orthod; 3 (4): 279-84. Samir EB. 2001. Text book of Orthodontics. W. B. Saunders Company. p. 211212 Sangwan S, Chawla, Goyal, Gauba, Mohanty U. 2011. Progressive change in arch width from primarly to early mixed dentition period: A longitudinal study. Jurnal of Indian of Pedodontics and Preventive Dentistry; 29(1): 1419. Sarworini BB. 2003. Perubahan dan karakteristik lengkung gigi selama periode tumbuh- kembang serta faktor yang mempengaruhi. JITEKGI; 1(2): 73-7. Slaj M, Jezina MA, Lauc T, Rajic MS, Miksic M. 2003. Longitudinal dental arch changes in the mixed dentition. Angle Orthod; 88 (2): 163-9. Soeyoto WA, Nindyo A. Gigi dan mulut. perkembangan oklusi. [internet]. http://rssm.iwarp.com/gigi.htm. diakses april, 24 2013. Viella OV, Assuncao PS, Assuncao RL. 2012. The Tanaka-Johnston orthodontic analysis for Brazilian individuals. Rev Odonto Cienc; 27(1): 16-19. Buwembo W, Luboga S.2004. Moyer’s method of mixed dentition analysis: a meta-analysis. African Health Sciences; 4(1): 63-66 Yohanna W. 2010. Perawatan ortodontik pada geligi campuran. Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran. Bandung.
29