[Reka Integra] Jurnal Online Institut Teknologi Nasional
©[Teknik Industri] Itenas | No. 2| Vol. 1 [Desember 2012]
Usulan Peningkatan Kompetensi Pekerja Pada Bagian Water Based di PT. X Berdasarkan Gap Kompetensi RIZKY PASCA FATMAYANTI, RISPIANDA, ABU BAKAR, Sugih Arijanto Jurusan Teknik Industri Itenas Bandung Email:
[email protected] ABSTRAK
Organization Design Development (ODD) adalah salah satu divisi yang mengelola sumber daya manusia di PT. X. Menurut laporan dari tim Organization Design Development (ODD), standar level Kebutuhan Kompetensi Jabatan (KKJ) yang diberikan kepada pekerja water based relatif rendah yang berakibat pada rendahnya kompetensi dan kinerja yang dihasilkan oleh setiap pekerja, maka pimpinan ODD ingin menaikan standar level KKJ. Penyesuaian job description dan job specification juga dilakukan karena diakibatkan adanya perubahan level KKJ sehingga perlu dievaluasi. Penentuan tingkat kepentingan perlu diberikan pada setiap
kompetensi, untuk melihat seberapa pentingnya suatu kompetensi bagi pekerjaan serta sebagai cara untuk melakukan tingkat prioritas gap. Pengukuran kompetensi dilakukan dengan menghitung gap antara KKJ terhadap pengukuran Kompetensi Individu (KI), dikalikan dengan tingkat kepentingan. Setelah didapat nilai gap, kemudian nilai gap negatif terbesar sampai terkecil diprioritaskan. Hasil prioritas gap kompetensi dijadikan sebagai acuan untuk meningkatkan kompetensi pekerja dengan memberikan program pelatihan pekerja. Hasil penelitian menyatakan bahwa unit kerja packing dan proses memiliki tingkat gap negatif paling tinggi sehingga perlu diberikan program pelatihan untuk meningkatkan kompetensi.
Kata kunci : pengukuran kompetensi, kesenjangan kompetensi, peningkatan kompetensi
ABSTRACT Organization Design Development (ODD) is a division that manages human resources at PT. X. According to a report from Organization Design Development (ODD) team, a standard level of job required competencies which is given to relatively low at water based workers that would result in a low level of competence and performance are produced by each worker, then Leader of the ODD would like to raise the standard level KKJ. Adjustment of job description and job specification was also done because due to the existence of a level change KKJ so needs to be evaluated. Determination of the importance needs to be given on each competencies, is to see how important a competence for the job as well as how to do the level of priority of the gap. Competency measurements done by calculating the gap between the needs of job required competencies against Individual Competency measurements, then multiplied by the level of interest. After obtaining the gap value, then prioritize the largest negative gap scores to the smallest. The results of the competency gap priorities serve as reference for improving the competence of workers by giving workers training program. The results of the study stated that the work unit packing and process has the highest level of negative gap that needs to be given training courses to enhance the competence. 1. Keywords: the measurement of competence, a gap competence, increased competence. Jurnal Reka Integra - 97
Fatmayanti, dkk.
1. PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG MASALAH
PT. X adalah suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur yang memproduksi beraneka ragam jenis cat. PT. X berada di kota Bandung yang berada di kawasan industri Cimahi. PT. X memiliki beberapa departemen tempat memproduksi cat yang diklasifikasikan berdasarkan jenis cat. Salah satu departemen terbesar yang terdapat di PT. X adalah water based. Saat ini pihak perusahaan ingin melakukan perencanaan sumber daya manusia yang lebih baik khususnya pada line produksi dengan cara melakukan manajemen sumber daya manusia. Perencanaan sumber daya manusia di PT. X dikelola oleh bagian Organization Design Development (ODD). Menurut laporan dari tim Organization Design Development (ODD), standar level Kebutuhan Kompetensi Jabatan (KKJ) yang diberikan masih relatif rendah. Rendahnya level KKJ yang dimiliki oleh pekerja di bagian water based tersebut akan berakibat pada kompetensi dan kualitas kerja yang dihasilkan oleh setiap pekerja tersebut. Rendahnya level KKJ yang diberikan tersebut tidak sepadan dengan tumbuh dan berkembangnya organisasi pada saat ini. Pada Tahun 2009 silam, PT. X merupakan perusahaan cat yang tidak terlalu besar, tingkat kapasitas penjualan dan permintaan cat tidak setinggi seperti saat ini. Pada saat ini Tahun 2012, PT. X mengalami pertumbuhan dan perkembangan organisasi yang cukup pesat hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya perubahan-perubahan seperti, tingkat permintaan cat saat ini 250ton/hari, keragaman jenis dan merek cat yang dibuat PT. X semakin bertambah, mesin-mesin berteknologi tinggi yang harus dioperasikan oleh seluruh pekerja. Hal tersebut menuntut pekerja untuk memiliki kompetensi yang lebih tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan kompetensi pekerja yang sesuai dengan kebutuhan kompetensi yang diharapkan, perusahaan harus mengukur tingkat kompetensi yang dimiliki oleh masingmasing pekerja dalam melakukan pekerjaannya. Terkait dengan masalah tingkat kompetensi yang masih rendah tersebut PT. X ingin melakukan pengukuran kompetensi pada seluruh pekerjanya di bagian water based. Pengukuran kompetensi dilakukan sebagai dasar untuk usulan peningkatan kompetensi pekerja di bagian water based sehingga pekerja dapat bekerja secara optimal sesuai dengan tujuan PT. X. Total tenaga kerja di bagian water based sebanyak 121 orang pekerja, terdapat 4 macam jabatan yaitu jabatan sub section head, leader, operator dan administrasi. Jabatan tersebut terdiri dari beberapa bagian unit kerja yaitu unit kerja process, unit kerja matching colour, unit kerja packing, unit kerja base system dan unit kerja small batch. 1.2
PERUMUSAN MASALAH
Melakukan manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu cara agar, tujuan suatu organisasi untuk memiliki sumber daya manusia yang berkualitas dapat tercapai. Manajemen sumber daya manusia dapat didefinisikan sebagai suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian sumber daya dalam rangka pencapaian tujuan organisasi (Prihadi, 2004). Pada saat ini menurut laporan dari tim Organization Design Development (ODD), standar level Kebutuhan Kompetensi Jabatan (KKJ) yang diberikan
Jurnal Reka Integra - 98
Usulan Peningkatan Kompetensi Pekerja di PT. X Bagian Water Based Berdasarkan Gap Kompetensi
relatif rendah hal tersebut tidak sepadan dengan tumbuh dan berkembangnya organisasi pada saat ini. Rendahnya level KKJ yang dimiliki oleh pekerja di bagian water based tersebut akan berakibat pada kompetensi dan kinerja yang dihasilkan oleh setiap pekerja. Hubungan antara kompetensi dengan kinerja sangat erat sekali, hal ini tampak pada hubungan dari keduanya, yaitu hubungan sebab akibat (causally related) (Moeheriono, 2010). Adanya keterkaitan antara kompetensi dengan kinerja, maka perlu ditentukan metode dan tindakan yang perlu dikembangkan seorang pegawai, yang biasanya berupa training, assignment, dan self-development (Sulistami, 2006). Terkait dengan masalah tingkat kompetensi yang masih rendah tersebut PT. X ingin melakukan pengukuran kompetensi pada seluruh pekerjanya di water based. Dalam melakukan usulan peningkatan kompetensi dibutuhkan pengukuran kompetensi berdasarkan Manajemen Sumber Daya Manusia Berbasis Kompetensi (MSDM-BK) yang dapat didefinisikan sebagai suatu proses perencaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian aktivitas tenaga kerja mulai dari rekrutment sampai dengan pension dimana proses pengendalian keputusan-keputusannya didasarkan pada informasi Kebutuhan Kompetensi Jabatan (KKJ) dan Kompetensi Individu (KI) untuk mencapai tujuan perusahaan (Siswanto, 2000). Kamus kompetensi yang terdapat di PT. X merupakan pengembangan dari model kamus kompetensi Loma’s Competency Dictionary. Menurut Kamus Kompetensi LOMA (1998), kompetensi didefinisikan sebagai aspek-aspek pribadi dari seorang pekerja yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja yang superior (Loma, 1998). Jenis Kompetensi Menurut Siswanto kompetensi dapat dibagi menjadi 2 kelompok kompetensi yaitu, Kompetensi dasar (“Soft atau Generic atau Core Competence”) dan Kompetensi bidang (“Hard atau Spesific Competence”) (Sari, 2009). Standar level KKJ yang diberikan oleh ODD relatif rendah, maka pimpinan ODD ingin menaikan standar level KKJ agar kualitas pekerja semakin unggul. Perubahan level KKJ menghasilkan uraian-uraian perubahan pada job description dan uraian persyaratan kompetensi pada job specification. Oleh karena itu, dibutuhkan verifikasi atau rancangan baru job description dan job specification. Pada saat ini PT. X tidak memiliki tingkat kepentingan pada setiap deskripsi kamus kompetensi, maka diperlukan pemberian tingkat kepentingan untuk melihat kepentingan suatu kompetensi bagi pekerjaan. Setelah dilakukannya verifikasi standar level KKJ, verifikasi pada job description dan job specification, serta pemberian tingkat kepentingan, kemudian dilakukan pengukuran kompetensi individu (KI) pada setiap pekerja menggunakan metode evaluasi. Metode evaluasi dilakukan dengan cara memberikan kuesioner kepada atasan langsung yang akan menilai bawahannya sesuai level KKJ yang dimiliki oleh pekerja. Hasil yang didapatkan adalah nilai gap yang dimiliki oleh pekerja di bagian water based. Menurut Palan, gap kompetensi merupakan perbedaan antara level kompetensi yang diperlukan suatu posisi dan level kompetensi saat ini seorang karyawan (Palan, 2007). Setelah didapatkan nilai gap, kemudian nilai gap negatif terbesar sampai terkecil diprioritaskan. Hasil prioritas gap kompetensi dijadikan sebagai acuan untuk meningkatkan kompetensi pekerja dengan memberikan program pelatihan pekerja. Competency Based Training (CBT) merupakan pendakatan pelatihan secara umum yang dapat mempengaruhi seseorang untuk memperoleh kompetensi yang sesuai dengan standar industri. CBT memberikan tekanan pada apa yang dapat dilakukan oleh seorang sebagai hasil dari penelitian (output) (Purnamawati 2011 dalam Sukmadi, 2012).
Jurnal Reka Integra - 99
Fatmayanti, dkk.
Rumus yang digunakan untuk menghitung gap ialah hasil pengukuran KI dikurangi dengan level KKJ dikalikan dengan tingkat kepentingan. Terdapat 3 jenis gap hasil perhitungan gap kompetensi. Jenis gap yang pertama yaitu gap negatif yang memberikan informasi bahwa kompetensi yang dimiliki pekerja saat ini masih rendah. Jenis gap kedua ialah gap positif yang memberikan informasi bahwa kompetensi yang dimiliki pekerja lebih tinggi. Jenis gap terakhir ialah gap 0 yaitu kompetensi yang dimiliki sesuai dengan kebutuhkan kompetensi pada jabatan tersebut. 1.3
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah usulan peningkatan kompetensi pekerja lantai produksi berdasarkan pengukuran gap kompetensi.
2. METODOLOGI PENELITIAN Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Memverifikasi level KKJ (kebutuhan kompetensi jabatan) dan memverifikasi job description dan job specification. 2. Pemberian tingkat kepentingan pada setiap deskripsi kompetensi pada masingmasing jabatan. Tingkat kepentingan tersebut dibutuhkan untuk melihat seberapa pentingnya suatu kompetensi bagi pekerjaan. 3. Pengukuran KI (kompetensi individu) pekerja di bagian water based dilakukan menggunakan metode evaluasi yaitu dengan cara memberikan kuesioner kepada atasan langsung. 4. Melakukan pengukuran gap kompetensi pekerja di bagian water based. Format perhitungan gap kompetensi dapat dilihat pada Tabel 1 Format Perhitungan Gap Kompetensi. Tabel 1. Format Perhitungan Gap Kompetensi [Diisi Nama Pemegang Jabatan yang Dinilai] No. KI KKJ KPT Gap Kompetensi [a] [b] [c] [d] 1 ... … … …
5.
Keterangan: a = Nilai KI : Perhitungan nilai KI dari atasan lansung. b = Nilai KKJ : Level KKJ yang telah diverifikasi. c = Nilai KPT: Tingkat Kepentingan yang diberikan pada setiap kompetensi yaitu terdiri dari nilai 1 (cukup penting), 2 (penting) dan 3 (sangat penting). d = Nilai gap : Nilai gap kompetensi dilakukan dengan perhitungan (a – b)*c. Melakukan analisis usulan peningkatan kompetensi pekerja PT. X di bagian water
based.
Jurnal Kompetensi - 100
Usulan Peningkatan Kompetensi Pekerja di PT. X Bagian Water Based Berdasarkan Gap Kompetensi
3. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Kebutuhan kompetensi jabatan (KKJ) yang terdapat pada PT. X di bagian water based harus dilakukan verifikasi karena terdapat indikasi bahwa standar level KKJ yang diberikan relatif rendah. Verifikasi level KKJ dilakukan untuk meningkatkan kualitas kerja pekerja. Verifikasi level KKJ dilakukan dengan menaikan level standar kompetensi pada jabatan yang deskripsi kompetensinya telah diprioritaskan dan berdasarkan hasil diskusi bersama pimpinan Organization Design Development (ODD) dan stafnya. Kompetensi yang dipilih untuk dilakukannya verifikasi level KKJ dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kompetensi Yang Akan Dilakukan Verifikasi Level KKJ
Saat melakukan verifikasi level KKJ mengakibatkan adanya perubahan uraian pada job description dan uraian persyaratan kompetensi pada job specification. Perubahan pada data job description tersebut dilakukan berdasarkan adanya evaluasi atau verifikasi level KKJ pada beberapa jabatan tersebut. Perubahan secara menyeluruh dilakukan pada uraian persyaratan kompetensi pada job specification. Pemberian tingkat kepentingan dilakukan dengan cara melakukan diskusi dengan bagian ODD serta melihat secara langsung ke lantai produksi water based mengenai pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja sehari-hari. Tingkat kepentingan meliputi tingkat kepentingan 1 yaitu kepentingan pekerjaan cukup penting, tingkat kepentingan 2 yaitu kepentingan pekerjaan penting, dan tingkat kepentingan 3 yaitu kepentingan pekerjaan sangat penting. Contoh pemberian tingkat kepentingan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Tingkat Kepentingan Untuk Jabatan Leader Process
Jurnal Reka Integra - 101
Fatmayanti, dkk.
Pengukuran KI di bagian water based dilakukan menggunakan metode evaluasi yaitu memberikan kuesioner kepada atasan langsung yang akan menilai bawahannya sesuai level KKJ yang dimiliki oleh pekerja di bagian water based. Hasil dari pengukuran KI adalah informasi tentang kompetensi yang dimiliki oleh setiap pekerja di bagian water based. Contoh Kuesioner Pengukuran KI (Kompetensi Umum) dapat dilihat pada Tabel 4 Contoh Kuesioner Pengukuran KI (Kompetensi Umum) Pada Jabatan Operator Proses dan Tabel 5 Contoh Kuesioner Pengukuran KI (Kompetensi Khusus). Tabel 4. Contoh Kuesioner Pengukuran KI (Kompetensi Umum) Pada Jabatan Operator Proses
Tabel 5. Contoh Kuesioner Pengukuran KI (Kompetensi Khusus) Pada Jabatan Operator Proses
Terdapat 3 jenis gap yaitu jenis gap negatif, bahwa kompetensi saat ini rendah, jenis gap positif, bahwa kompetensi lebih tinggi dari yang diharapkan dan jenis gap 0, bahwa kompetensi yang dimiliki sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. Setelah menghitung gap kompetensi pekerja kemudian melakukan perhitungan jumlah persentase gap kompetensi yang terpenuhi dan tidak terpenuhi untuk seluruh jabatan di bagian water based. Perhitungan jumlah persentase gap kompetensi dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Perhitungan Jumlah Persentase Gap Kompetensi PT. X di Bagian Water Based
Jurnal Kompetensi - 102
Usulan Peningkatan Kompetensi Pekerja di PT. X Bagian Water Based Berdasarkan Gap Kompetensi
Hasil yang didapat pada Tabel 6 diatas menunjukan bahwa jumlah persentase gap kompetensi yang tidak terpenuhi untuk seluruh jabatan yang terdapat pada lantai produksi bagian water based adalah 66%. Hal tersebut menunjukan bahwa kompetensi yang dimiliki oleh pekerja di bagian water based rendah.
4. ANALISIS USULAN PENINGKATAN KOMPETENSI PEKERJA PT. X DI BAGIAN WATER BASED Perhitungan profil gap kompetensi adalah rekapitulasi jumlah dan persentase dari pengukuran gap pekerja dibagian water based. Profil gap kompetensi mengacu pada Tabel 6. Terdapat dua kondisi persentase pengukuran gap. Kondisi pertama adalah jumlah dan persentase gap pekerja yang memenuhi kebutuhan kompetensi (> 80%) dan kondisi yang tidak memenuhi kebutuhan kompetensi yaitu (< 80%). Profil gap pekerja di bagian water based dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Profil Gap Kompetensi Pekerja PT. X di Bagian Water Based
Hasil yang didapatkan dari profil gap diatas menyatakan bahwa sebagian besar pekerja di bagian water based tidak memenuhi kebutuhan kompetensi (persentase gap kurang dari 80%). Hal tersebut menyatakan bahwa rendahnya tingkat kompetensi yang dimiliki oleh pekerja. Hasil nilai gap negatif pekerja di bagian water based kemudian dijumlahkan dan diprioritaskan dari nilai gap negatif yang paling tinggi sampai rendah. Pelatihan diberikan kepada job family yang paling membutuhkan peningkatan kompetensi berdasakan prioritas gap yang telah dihitung. Urutan prioritas unit yang memiliki jumlah gap negatif dan nilai gap negatif dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Urutan Prioritas Jumlah Gap Dan Nilai Gap Negatif Pada Unit
Berdasarkan urutan prioritas yang telah dihitung didapatkan, nilai gap negatif tertinggi adalah unit packing dengan nilai gap negatif sebesar -401 dan unit process dengan nilai gap negatif sebesar -384. Nilai gap negatif tersebut merupakan penjumlahan dari selisih KI dan KKJ yang telah dikalikan dengan tingkat kepentingan. Hasil nilai gap negatif tersebut menunjukan bahwa unit packing dan process membutuhkan usulan peningkatan kompetensi. Prioritas jumlah gap kompetensi umum dan khusus untuk unit packing dapat dilihat pada Tabel 9 dan Tabel 10. Prioritas jumlah gap kompetensi umum dan khusus untuk unit process dapat dilihat pada Tabel 11 dan Tabel 12.
Jurnal Reka Integra - 103
Fatmayanti, dkk.
Tabel 9. Prioritas Jumlah Gap Kompetensi Umum Unit Packing
Tabel 10. Prioritas Jumlah Gap Kompetensi Khusus Unit Packing
Tabel 11. Prioritas Jumlah Gap Kompetensi Umum Unit Process
Tabel 12. Prioritas Jumlah Gap Kompetensi Khusus Unit Process
Salah satu sulan pelatihan yang akan diberikan kepada pekerja yaitu usulan pelatihan kompetensi umum yang akan diberikan yaitu kompetensi kesehatan dan keselamatan kerja (K3) kepada unit process dan packing untuk jabatan leader dan operator. Materi pelatihan disusun berdasarkan perhitungan modus dari nilai KI (Kompetensi Individu). Nilai KI untuk K3 di unit process dan packing untuk jabatan leader dan operator dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Nilai Modus KI Untuk Kompetensi Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Di Unit Process Dan Packing Process Packing Jabatan Nilai KI Level KKJ Nilai KI Level KKJ Leader 2 3 2 3 Operator 1 2 1 2
Materi pelatihan untuk meningkatkan kompetensi pekerja (Level 3) dapat dilihat pada Tabel 14 dan untuk meningkatkan kompetensi pekerja (level 2) dapat dilihat pada Tabel 15.
Jurnal Kompetensi - 104
Usulan Peningkatan Kompetensi Pekerja di PT. X Bagian Water Based Berdasarkan Gap Kompetensi Tabel 14. Materi Pelatihan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) untuk Leader Process dan Packing
Tabel 15. Materi Pelatihan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) untuk Operator Process dan Packing
Usulan pelatihan kompetensi khusus juga diberikan kepada unit kerja process, meliputi kompetensi pengetahuan proses produksi yang akan diberikan kepada leader dan operator. Materi pelatihan disusun berdasarkan perhitungan modus dari nilai KI (Kompetensi Individu). Nilai KI pengetahuan proses produksi di unit kerja process untuk jabatan leader dan operator dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Nilai Modus KI Untuk Kompetensi Pengetahuan Proses Produksi Di Unit Kerja
Process
Jabatan Leader Operator
Process Nilai KI 2 1
Level KKJ 3 2
Materi pelatihan untuk meningkatkan kompetensi pekerja (Level 3) dapat dilihat pada Tabel 17 dan untuk meningkatkan kompetensi pekerja (level 2) dapat dilihat pada Tabel 18 Tabel 17. Materi Pengetahuan Proses Produksi untuk Leader Process
Jurnal Reka Integra - 105
Fatmayanti, dkk.
Tabel 18. Materi Pengetahuan Proses Produksi untuk Operator Process
Usulan peningkatan kompetensi pekerja di bagian water based, diberikan juga kepada unit kerja packing, yaitu pelatihan kompetensi khusus pengetahuan dan pengoperasian mesin kerja yang akan diberikan kepada leader dan operator. Materi pelatihan disusun berdasarkan perhitungan modus dari nilai KI (Kompetensi Individu). Nilai KI pengetahuan dan pengoperasian mesin kerja di unit kerja packing untuk jabatan leader dan operator dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Modus KI Untuk Kompetensi Pengetahuan Proses Produksi Di Unit Kerja
Process
Jabatan Leader Operator
Packing Nilai KI 2 1
Level KKJ 3 2
Materi pelatihan untuk meningkatkan kompetensi pekerja (Level 3) dapat dilihat pada Tabel 20 dan untuk meningkatkan kompetensi pekerja (level 2) dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 20. Materi Pengetahuan Proses Produksi untuk Leader Process
Tabel 21. Materi Pengetahuan Proses Produksi untuk Operator Process
Jurnal Kompetensi - 106
Usulan Peningkatan Kompetensi Pekerja di PT. X Bagian Water Based Berdasarkan Gap Kompetensi
5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 1. 2. 3.
4.
5.2
KESIMPULAN Kesimpulan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Persentase pekerja PT. X di bagian water based yang memenuhi kebutuhan kompetensi di atas 80% ialah 18%, sedangkan yang dibawah ialah 82%. Didapatkan bahwa pada kompetensi umum terdapat 6 kompetensi yang memiliki nilai gap (-) paling tinggi, sedangkan pada kompetensi khusus terdapat 5 kompetensi yang memiliki nilai gap (-) paling tinggi. Penyusunan usulan peningkatan kompetensi berdasarkan kompetensi umum meliputi kompetensi No. 7 kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Sedangkan penyusunan usulan peningkatan kompetensi kompetensi khusus meliputi kompetensi No. 2 proses produksi, dan kompetensi No. 4 pengetahuan dan pengoperasian mesin kerja. Dalam melakukan usulan peningkatan kompetensi, PT. X perlu secara berkala memberikan program pelatihan, tidak hanya itu saja tetapi pihak perusahaan harus dapat mendorong motivasi pekerja dalam melakukan tugas dan tanggungjawabnya. SARAN Saran yang diberikan untuk PT. X di bagian water based adalah sebagai berikut:
1. 2. 3.
PT. X sebaiknya melakukan evaluasi setelah usulan peningkatan kompetensi pekerja di bagian water based dilaksanakan untuk mendapatkan umpan balik dari pekerja. Usulan peningkatan kompetensi pekerja PT. X di bagian water based dapat dilakukan pengkajian ulang agar peningkatan kompetensi pekerja di water based sesuai dengan yang diinginkan PT. X. Konten kamus kompetensi, penentuan kebutuhan kompetensi, dan penentuan Kebutuhan Kompetensi Jabatan (KKJ), maupun metode pengukuran kompetensi pekerja perlu dikaji lebih mendalam dan dilakukan pengkajian secara berkala. 6.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terimakasih penulis ucapkan kepada PT. X yang telah memperbolehkan penulis untuk melakukan penelitian tugas akhir ini, serta kepada Bapak Iwan selaku pimpinan Organization Design Development (ODD) yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga serta saran yang sangat bermanfaat untuk membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan penelitian tugas akhir ini. 7.
DAFTAR PUSTAKA
LOMA, 1998. LOMA’s Competency Dictionary. Moeheriono, 2010, Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi, Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor. Palan, R., 2007, Competency Management, Penerbit PPM, Jakarta. Prihadi, F., 2004, Assessment Centre, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Purnamawati, 2011, Jurnal MEDTEK Volume 3, No. 2. P. 1-13 [Online]. Available http://www.ftunm.net/medtek/Jurnal_MEDTEK_Vol.3_No.2_Oktober_2011_pdf/Jurnal% 20Bu%20Purnawawati.pdf [2012, 12 Mei]
Jurnal Reka Integra - 107
Fatmayanti, dkk.
Sari, C, S., 2009, Usulan Perancangan Job Description dan Job Specification, Kamus
Kompetensi Generik, dan Pengukuran Level Kompetensi Pegawai (Studi Kasus Biro Administrasi Keuangan dan Umum (BAKU) Itenas), Tugas Akhir S1-Itenas, Bandung. Siswanto, J., Manajemen Sumber Daya Manusia Berbasis Kompetensi (MSDM-BK), [Online] Available, http://www.scribd.com/doc/47221483/01-msdm-bk [2012, 10 April] Sukmadi, P, Z., 2012, Usulan Peningkatan Kompetensi Pegawai Administrasi Itenas Berdasarkan Gap Kompetensi, Tugas Akhir S1-Itenas, Bandung. Sulistami, D, R., dan Mahdi, E, M., 2006, Universal Intelligence, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Jurnal Kompetensi - 108