USULAN KEGIATAN TUGAS AKHIR
PERENCANAAN EKOWISATA KULINER DI KABUPATEN SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH
NA’IMMAH NUR’AINI
PROGRAM KEAHLIAN EKOWISATA PROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014
Judul Laporan Nama NIM Program Keahlian
: Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen Provinsi Jawa Tengah : Na’immah Nur’Aini : J3B112044 : Ekowisata
Menyetujui,
Wulandari Dwi Utari, SHut, MSi Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Bedi Mulyana, SHut, MPar, MoT Koordinator Program Keahlian
Tanggal Pengesahan:
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan kegiatan Tugas Akhir (TA) dengan baik. Usulan kegiatan TA merupakan syarat yang harus ditempuh guna pelaksanaan TA di lokasi yang ditentukan. Tugas Akhir merupakan mata kuliah wajib yang menjadi syarat akademik dalam penentuan kelulusan dari Program Diploma Institut Pertanian Bogor. Kegiatan TA ini dilaksanakan di Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah. Kegiatan TA mengambil tema kebudayaan dengan spesifik judul yaitu mengenai kuliner khas yang berfungsi sebagai representasi budaya masyarakat. Judul kegiatan TA adalah “Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah.” Penulis berharap usulan kegiatan TA ini dapat bermanfaat sebagai bahan acuan dalam kegiatan TA pada khususunya. Penulis juga berharap usulan kegiatan dapat dimanfaatkan sebagai gambaran awal bagi pihak-pihak terkait dalam menginterpretasikan maksud dan tujuan kegiatan TA. Terakhir, penulis berharap semoga usulan kegiatan ini dapat bermanfaat untuk akademisi, masyarakat luas dan keilmuan khususnya dalam bidang ekowisata.
Bogor, November 2014
Penulis
1
DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan C. Manfaat D. Sasaran E. Luaran F. Kerangka Pemikiran II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perencanaan B. Ekowisata C. Perencanaan Ekowisata D. Pengunjung dan Wisatawan E. Sumber Daya Wisata F. Kuliner G. Ekowisata Kuliner H. Persepsi dan Motivasi Wisatawan I. Media Promosi III. KONDISI UMUM A. Letak dan Luas B. Sejarah Wilayah C. Kondisi Fisik D. Sosial Ekonomi Masyarakat F. Aksesibilitas IV. METODE PELAKSANAAN TUGAS AKHIR A. Lokasi dan Waktu B. Alat dan Bahan C. Jenis Data D. Metode Pengambilan Data E. Metode Perancangan Program Ekowisata F. Metode Pembuatan Luaran Media Promosi G. Tahapan Pelaksanaan DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
1 2 2 2 2 3 4 5 5 5 6 8 8 9 10 11 12 12 14 15 16 17 17 18 19 20 30 31 31 31 32 35 40 41 42 44 47
2
DAFTAR GAMBAR No 1 Tahapan Pelaksanaan Tugas Akhir Perencanaan Ekowisata Kuliner 2 Peta Administrasi Kabupaten Sragen Provinsi Jawa Tengah 3 Lambang Pemerintahan Kabupaten Sragen Provinsi Jawa Tengah Bookmark not defined. 4 Peta Aksesibilitas Menuju Kabupaten Sragen Provinsi Jawa Tengah
Halaman 43 17 Error! 30
DAFTAR TABEL
No 1 Rencana Tata Waktu Pelaksanaan TA 2 Alat dan Bahan dalam Tugas Akhir 3. Jenis Data dalam Tugas Akhir
Halaman 31 31 34
DAFTAR LAMPIRAN No 1 Kuesioner Sumber Daya Ekowisata Kuliner 2 Kuesioner Wisatawan/Pengunjung 3 Kuesioner Masyarakat 4 Kuesioner Pengelola 5 Jurnal Kegiatan Harian
Halaman 48 65 70 75 84
3
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ekowisata kuliner merupakan bentuk penggabungan produk ekowisata yang terdiri dari bentuk pariwisata alam, pariwisata budaya dan pariwisata minat khusus. Ekowisata kuliner saat ini belum dijadikan sebagai branding oleh negaranegara ASEAN (Primasari & Siswojo 2010) sehingga menjadikan kuliner sebagai potensi wisata yang menarik. Ekowisata kuliner menjadi hal yang menarik dilihat dari tampilan yang dikenal dengan istilah art culinary yang merupakan perwujudan dari keindahan bentuk dan tampilan dari makanan baik dari bahan baku, bahan pendukung, proses memasak hingga penyajian. Ekowisata kuliner dari semua unsur keindahan tersebut dapat menjadi daya tarik wisata yang dapat merefleksikan sensitifitas dan ekspresi dari diri seseorang, yang dalam hal ini adalah wisatawan. Ekowisata kuliner yang mengedepankan keindahan dari seni masakan tersebut juga secara khusus dipelajari dalam ilmu gastronomi yang saat ini belum banyak dikenal di Indonesia. Ekowisata kuliner dijadikan representasi budaya suatu kelompok masyarakat memegang peranan penting dalam perwujudan pilar ekowisata, yaitu pilar ekologi, ekonomi dan sosial budaya. Ekowisata kuliner yang menjadikan kuliner khas sebagai penciri kebudayaan suatu daerah penting untuk dipertahankan eksistensinya. Ekowisata kuliner merupakan paradigma pengembangan pariwisata yang dapat berpengaruh terhadap PAD (Pendapatan Asli Daerah) serta peluang lapangan pekerjaan serta peningkatan pendapatan. Ekowisata kuliner dapat diwujudkan dengan perencanaan ekowisata untuk mempersiapkan segala sumberdaya yang nantinya akan berperan dalam kegiatan ekowisata yang dilaksanakan. Pemberdayaan masyarakat lokal dapat direalisasikan dengan perencanaan ekowisata kuliner yang menempatkan masyarakat sebagai bagian dari perencaan kuliner tersebut. Masyarakat yang berperan sebagai subyek ekowisata kuliner dapat memperoleh keuntungan secara finansial karena kebudayaan dalam bentuk kuliner tersebut dapat ditrasformasikan sebagai sumber daya ekonomi/finansial. Pemberdayaan masyarakat sebagai subyek dapat dikelola menggunakan sistem ekonomi pariwisata skala kecil (small scale tourism) dengan melibatkan peran aktif masyarakat dalam perencanaan, pengelolaan, monitoring dan evaluasi, serta pembagian hasil. Pengembangan masyarakat dengan eco-cultural tourism dan eco-culinary tourism dapat meningkatkan kapasitas masyarakat dalam memelihara lingkungan ekologis dan nilai-nilai budaya yang didorong dari keuntungan ekonomi dan non ekonomi baik yang bersifat langsung, tidak langsung maupun ikutan.
4
Kabupaten Sragen merupakan kabupaten di Jawa Tengah yang menjunjung tinggi kebudayaan. Kabupaten Sragen yang dikenal dengan “Bumi Sukowati” memiliki kebudayaan baik bersifat material maupun immaterial. Kabupaten Sragen memiliki kebudayaan yang menjadi penciri khas yaitu produk kuliner. Kabupaten Sragen memiliki berbagai produk kuliner yang beragam baik dalam bentuk makanan atau minuman. Kabupaten Sragen dengan potensi kuliner baik yang khas maupun kontemporer saat ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari keseharian masyarakat. Kabupaten Sragen dengan kekhasan kuliner tetap terjaga hingga saat ini karena diwujudkan dan dikaitan dengan fungsi sosial yang ada pada masyarakat. Kabupaten Sragen dapat dikatakan cukup menjadi trend dalam pengadaan kuliner dilihat dari menjamurnya usaha-usaha skala kecil dan menengah yang didirikan oleh masyarakat dengan berbagai jenis makanan dan minuman baik makanan dan minuman tradisional ataupun kontemporer. Kabupaten Sragen dapat dijadikan sebagai lokasi yang ideal untuk perencanaan ekowisata kuliner didukung dengan berbagai sumberdaya dan potensi yang ada serta visi dari pemerintah serta masyakat untuk senantiasa melestarikan kebudayaan sebagai bagian penting dalam kehidupan. Perencanaan ekowisata kuliner dapat diwujudkan dengan komitmen bersama para pihak untuk dijadikan sebagai penanda jati diri (identity marker) suatu daerah. Perencanaan sebagai penanda jati diri yang dapat diwujudkan dalam kuliner dapat dilihat dari berbagai sudut pandang contohnya dari segi keindahan tampilan kuliner. Perencanaan ekowisata kuliner memiliki peluang yang menjanjikan sebagai bentuk pengembangan ekowisata yang memberikan manfaat dalam berbagai bidang. Perencanaan ekowisata memerlukan program ekowisata dan media promosi sebagai suatu bentuk upaya untuk memeperkenalkan kepada wisatawan. Program ekowisata kuliner dirancang dengan memanfaatkan potensi unggulan kuliner sebagai daya tarik utama. Media promosi yang dirancang dapat berupa media audio visual berupa video yang akan lebih menarik secara visual sehingga diharapkan dapat lebih menarik wisatawan. Program ekowisata dan media promosi tersebut menjadi luaran yang diharapkan dapat meningkatkan jumlah kunjungan sehingga dapat mengangkat wisata daerah terutama dalam bidang kuliner. B.
Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan Tugas Akhir tentang Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah adalah: 1. Mengidentifikasi, menguraikan dan memetakan potensi kuliner yang ada di Kabupaten Sragen. 2. Mengidentifikasi dan menguraikan karakteristik, persepsi, dan kesiapan pemerintah dan masyarakat terhadap perencanaan ekowisata kuliner di Kabupaten Sragen. 3. Mengidentifikasi dan menguraikan karakteristik dan persepsi akademisi terhadap perencanaan ekowisata kuliner di Kabupaten Sragen. 4. Menguraikan karakteristik, persepsi, dan motivasi wisatawan di Kabupaten Sragen. 5. Merancang program ekowisata kuliner dan media promosi dalam bentuk audio visual di Kabupaten Sragen.
5
C.
Manfaat
Tugas Akhir diharapkan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat terutama untuk stakeholder pariwisata. Tugas Akhir berkaitan dengan Perencanaan Ekowisata Kuliner memiliki manfaat sebagai masukan kepada: 1. Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen khususnya dalam merumuskan kebijakan ekowisata kuliner yang lebih efektif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, distribusi kesejahteraan dan pelestarian lingkungan. 2. Masyarakat umum mendapatkan informasi mengenai potensi wisata kuliner di Kabupaten Sragen. 3. Masyarakat lokal dapat terdorong untuk berperan aktif dalam perencanaan ekowisata kuliner sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dari segi ekonomi dan non ekonomi. 4. Penyelenggara jasa wisata atau pengusaha dapat memperoleh gambaran mengenai peluang dan prospektif industri wisata di Kabupaten Sragen khususnya untuk ekowisata kuliner. 5. Pengembangan ilmu pengetahuan dalam memahami ekowisata kuliner secara umum dan kuliner di Kabupaten Sragen secara khusus sehingga dapat menjadi trend dan branding kegiatan ekowisata yang menjadikan Indonesia sebagai pelopor. D.
Sasaran
Sasaran dari kegiatan Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah adalah semua kalangan terutama masyarakat lokal di Kabupaten Sragen. Sasaran yang dicapai adalah terwujudnya masyarakat yang sadar akan potensi kuliner yang dapat dikembangkan sebagai produk wisata sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta menjaga kelestarian kuliner khas. E.
Luaran
Luaran yang akan direncanakan dalam Perencanaan Program Ekowisata Kuliner ini adalah berupa program wisata dan media promosi dalam bentuk audio visual. Program wisata dirancang memanfaatkan sumber daya utama dan pendukung yang kemudian dirancang menjadi program wisata dalam bentuk harian, bermalam dan tahunan. Media promosi audio visal digunakan untuk menginterpretasikan sumber daya kuliner dan program wisata kuliner yang ada di Kabupaten Sragen. Media promosi dalam bentuk Audio Visual ini berisi gambar, video dan informasi mengenai sumber daya wisata kuliner dan program ekowisata kuliner di Kabupaten Sragen.
6
F.
Kerangka Pemikiran
Perencanaan ekowisata kuliner di Kabupaten Sragen diharapkan mampu meningkatkan perkonomian daerah. Ekowisata kuliner dapat dijadikan sebagai perwujudan dalam melestarikan budaya masyarakat. Ekowisata kuliner dikembangkan di daerah yang memiliki potensi sumber daya kuliner baik berupa kuliner tradisional dan kontemporer. Ekowisata kuliner bermanfaat dalam pemberdayaan masyarakat sebagai subyek kegiatan wisata. Ekowisata kuliner diwujudkan dengan kerjasama dari para pihak sehingga terwujud perencanaan yang tersinergi dengan baik. Perencanaan ekowisata kuliner di Kabupaten Sragen memiliki empat variabel esensial yaitu sumber daya kuliner, masyarakat, pengunjung dan pengelola. Keempat variabel tersebut diinventarisasi dan identifikasi dengan studi literatur, wawancara dan obervasi. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan indikator Avenzora dalam Avenzora (2008). Hasil analisis dijadikan sebagai dasar dalam pembuatan program ekowisata dan luaran berupa media audio visual. Kerangka pemikiran secara detail disajikan pada Gambar 1.
7
Ekowisata Kuliner Mengapa Ekowisata Kuliner Kabupaten Sragen Variabel
Sumber Daya Kuliner: 1. Tradisional 2. Favorit 3. Oleh-Oleh
Masyarakat : 1. Karakteristik 2. Persepsi 3. Kesiapan
Pengunjung: 1. Karakteristi 2. Persepsi 3. Motivasi 4. Preferensi
Pengelola 1. Karakteristi 2. Persepsi 3. Kesiapan
Inventarisasi dan Identifikasi
Hubungan Timbal Balik
Observasi 1. Dokumentasi 2. Talleysheet
Wawancara : 1. Pencatatan langsung 2. Pencatatan dari ingatan 3. Pencatatan dengan alat recording 4. Pencatatan dengan field rating 5. Pencatatan dengan field coding
Kuesioner : 1. Close Ended 2. Random Sampling 3. Accidental Sampling
Sumber Daya Ekowisata Kuliner Analisa Data Rancangan Program Ekowisata Kuliner Luaran Media Audio Visual
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah.
8
II.
TINJAUAN PUSTAKA A.
Perencanaan
Perencanaan menurut Munandar et al. (2013) adalah penjelasan dari proses kegiatan secara rinci yang akan dilaksanakan kerja dari individu atau oraganisasi secara efisien dan efektif. Perencanaan merupakan kegiatan penting dari pengelolaan yang menjadi dasar dari pengelolaan. Perencanaan tersebut merumuskan visi, misi, dan tujuan sehingga akan menjamin keberhasilan yang sudah tercapai. Rencana adalah bagian penting dari cara pencapaian tujuan yang menentukan alokasi sumberdaya yang akan dipergunakan, adanya jadwal, tugas serta tindakan lainnya. Perencanaan merupakan pencapaian tujuan organisasi yang sudah ditetapkan. Tujuan penting ditetapkan dari awal karena organisasi ada untuk suatu tujuan. Perencanaan didefinisikan oleh Ridwan (2012) memiliki peran yang penting dalam suatu kegiatan. Perencanaan dapat meningkatkan dampak positif yang akan terjadi dan mampu meminimalisir dampak negatif. Prinsip koordinasi harus dijalankan dengan pihak-pihak yang terkait sehingga mampu mencapai kesejahteraan dari berbagai pihak. Perencanaan adalah proses yang dilakukan untuk mengubah kondisi menjadi lebih baik. Kondisi yang baik mampu menjalankan suatu rencana yang telah ditentukan dan menjadi suatu proses pemecahan masalah (Ridwan 2012). Tanpa adanya perencanaan suatu kegiatan akan mengalami penurunan. Penurunan tersebut menyangkut daya tarik dan bahkan mengakibatkan kerusakan terhadap lingkungan. Dampak yang ditimbulkan tanpa adanya perencanaan dipengaruhi berbagai pihak (Marpaung & Bahar 2002). Hal yang mempengaruhi adalah sebagai berikut : 1. Adanya pengaruh fisik pada kerusakan yang terjadi terhadap lingkungan dan kebudayaan. 2. Pemikiran manusia yang belum menerima terhadap orang asing dan tidak menyadari adanya keuntungan dari orang asing tersebut. 3. Tidak adanya kerjasama dalam keselarasan dan keterkaitan dengan pihak lainnya. Perencanaan bagian dari fungsi manajemen yang paling mendasar sehingga menjadi titik awal dari fungsi-fungsi yang akan dikembangkan. Kegiatan yang akan dilakukan harus memiliki rencana yang akan dikerjakan secara lengkap dan memikirkan sekarang untuk masa yang akan datang (Suyitno 2001). Aspek-aspek yang perlu dikaji meliputi : 1. Aspek pasar yaitu mengaitkan antara kondisi pasar serta kebutuhan 2. Aspek sumber daya Aspek sumber daya (sumber daya sarana prasarana dan sumber daya manusia) 3. Aspek produk yang berkaitan dengan upaya meramu dan mengemas produk 4. Aspek operasional menyangkut dengan kegaitan yang akan dilakukan dalam mewujudkan produk. Perencanaan menjadi peran penting untuk mencapai suatu tujuan kegiatan. Beberapa hal perlu dipikirkan sebelum melakukan perencanaan sehingga dapat menimbulkan manfaat. Manfaat perencanaan adalah sebagai berikut:
9
a. Sebagai pedoman dalam penyelenggaran. b. Dapat memperediksikan kemungkinan yang akan ditimbulkan sehingga mampu memecahkan masalah. c. Mewujudkan kegiatan yang efektif dan efisien d. Tolak ukur dari tingkat keberhasilan dalam upaya pengawasan atau evaluasi sehingga memberikan umpan balik bagi penyelenggara kegiatan yang selanjutnya. B.
Ekowisata
Ekowisata dalam teori dan prakteknya tumbuh dari kritik terhadap pariwisata massal, yang dipandang merusak terhadap landasan sumberdayanya, yaitu lingkungan dan kebudayaan. Kritik ini melahirkan berbagai istilah baru, antara lain adalah pariwisata alternatif, pariwisata yang bertanggungjawab, pariwisata berbasis komunitas, dan eko-wisata (Aoyama 2000). Honey’s dalam Ecotourism and Sustainable Development, mengemukakan bahwa ada 7 butir prinsip-prinsip ekowisata : a. Perjalanan ke suatu tempat yang alami (involves travel to natural destinations). Sering tempat tersebut jauh, ada penduduk atau tidak ada penduduk, dan biasanya lingkungan tersebut dilindungi. b. Meminimalkan dampak negatif (minimized impact). Pariwisata menyebabkan kerusakan, tetapi ekoturisme berusaha untuk meminimalkan dampak negatif yang bersumber dari hotel, jalan atau infrastruktur lainnya. Meminimalkan dampak negatif dapat dilakukan melalui pemanfaatan material sumberdaya setempat yang dapat di daur ulang, sumber energi yang terbaharui, pembuangan dan pengolahan limbah dan sampah yang aman, dan menggunakan arsitektur yan sesuai dengan lingkungan dan budaya setempat, serta memberikan batas/jumlah wisatawan sesuai daya dukung obyek dan pengaturan prilakunya. c. Membangun kepedulian terhadap lingkungan (build environmenta lawareness). Unsur penting dalam ekoturisme adalah pendidikan, baik kepada wisatawan maupun masyarakat penyangga obyek. Sebelumnya semua pihak yang terintegrasi dalam perjalanan wisata alam harus dibekali informasi tentang karakteristik obyek dan kode etik sehingga dampak negatif dapat diminimalkan. d. Memberikan beberapa manfaat finansial secara langsung kepada kegiatan konservasi (provides direct finansial benefits for conservation). Ekoturisme dapat membantu meningkatkan perlindungan lingkungan, penelitian dan pendidikan, melalui mekanisme penarikan biaya masuk dan sebagainya. e. Memberikan manfaat/keuntungan finansial dan pemberdayaan pada masyarakat lokal (provides financial benefits and enpowerment for local people). Masyarakat akan merasa memiliki dan peduli terhadap kawasan konservasi apabila mereka mendapatkan manfaat yang menguntungkan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Keberadaan ekoturisme di suatu kawasan harus mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat (local community walfare). Manfaat finansial dapat dimaksimalkan melalui pemberdayaan atau peningkatan kapasitas masyarakat lokal, baik dalam pendidikan, wirausaha, permodalan dan manajemen.
10
f. Menghormati budaya setempat (Respect local culture). Ekoturisme disamping lebih ramah lingkungan, juga tidak bersifat destruktif, intrusif, polutan dan eksploitatif terhadap budaya setempat, yang justru merupakan salah satu “core” bagi pengembangan kawasan ekoturisme. g. Mendukung gerakan hak azasi manusia dan demokrasi (Support human right and democratic movements). Ekowisata harus mengangkat harkat dan martabat masyarakat lokal yang secara umum memiliki posisi tawar yang lebih rendah, menempatkan masyarakat sebagai elemen pelaku dalam pengembangan suatu kawasan, sehingga terlibat langsung dalam pengambilan keputusan serta menentukan hak-hak kepemilikan. Pengambilan keputusan secara komprehensif, adaptif dan demokratis, melalui pendekatan co-management (integrated bottom up and top down approach). Dalam perkembangannnya dalam Aoyama (2000) menyatakan beberapa kriteria standar tentang bagaimana seharusnya eko-tourisme yang telah diterima secara umum, yaitu: 1. Melestarikan lingkungan. Jika ekowisata bukan merupakan satu instrumen konservasi, maka akan mendegradasi sumberdaya. 2. Secara ekonomis menguntungkan. Jika tidak menguntungkan, maka tidak akan ada modal yang kembali untuk konservasi, dan tidak akan ada insentif bagi pemanfaatan sumberdaya alternatif 3. Memberi manfaat bagi masyarakat. Pemilihan ekowisata sebagai konsep pengembangan bagi wisata pesisir di dasarkan pada beberapa unsur utama, yaitu: Pertama, ekowisata sangat bergantung pada kualitas sumber daya alam, peninggalan sejarah dan budaya. Kedua, melibatkan masyarakat. Ketiga, ekowisata meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap alam, nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya. Keempat, tumbuhnya pasar ekowisata di tingkat internasional dan nasional. Kelima, ekowisata sebagai sarana mewujudkan ekonomi berkelanjutan. Dengan kata lain, ekowisata (bahari) menawarkan konsep low invest-high value bagi sumberdaya dan lingkungan kelautan sekaligus menjadikannya sarana cukup ampuh bagi partisipasi masyarakat, karena seluruh aset produksi menggunakan dan merupakan milik masyarakat lokal (Dirawan 2003). C.
Perencanaan Ekowisata
Perencanaan yang dijelaskan oleh Nugroho (2001) merupakan suatu sajian atau gambaran keadaan akan datang dari wilayah ekowisata yang efisien dan berkelanjutan. Perencanaan memuat tujuan dan sasaran pengelolaan wilayah dilandasi dukungan aspek kelembagaan dan peraturan pendukungnya, serta memuat uraian mengenai langkah-langkah strategis, manajemen aksi, pembiayaan, dan penetapan wilayah (zoning). Perencanaan menurut Avenzora dalam Avenzora (2008) merupakan suatu kegiatan mengelaborasi berbagai pertimbangan obyektif yang dilakukan secara sadar untuk mencapai visi dan misi ekowisata yang ditetapkan melalui berbagai tindakan yang dibutuhkan secara efektif, terdanai dengan mempertimbangkan berbagai kondisi dimasa yang akan datang, pengalaman yang sudah terjadi selama ini, seni, teknologi, dan manajemen yang ada. Perencanaan menurut Wrihantolo (2006) adalah pemilihan dan menghubungkan fakta-fakta, membuat serta
11
menggunakan asumsi-asumsi yang berkaitan dengan masa datang dengan menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan tertentu yang diyakini diperlukan untuk mencapai suatu hasil tertentu. D.
Pengunjung dan Wisatawan
Wisatawan yang tercantum dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan adalah orang yang melakukan wisata. Wisatawan menurut Suwantoro (2004:4) adalah seseorang atau sekelompok orang yang melakukan suatu perjalanan wisata disebut dengan wisatawan jika lama tinggalnya sekurang-kurangnya 24 jam di daerah atau negara yang dikunjungi. Apabila mereka tinggal di daerah atau negara yang dikunjungi dengan waktu kurang dari 24 jam maka mereka disebut pelancong. Kata wisatawan (tourist) merujuk kepada orang. Wisatawan secara umum menjadi subset atau bagian dari traveller atau visitor. Untuk dapat disebut sebagai wisatawan, seseorang harus seorang traveller atau seorang visitor. Seorang visitor adalah seorang traveller, tetapi tidak semua traveller adalah tourist. Traveller memiliki konsep yang lebih luas, yang dapat mengacu kepada orang yang mempunyai beragam peran dalam masyarakat yang melakukan kegiatan rutin ke tempat kerja, sekolah dan sebagainya sebagai aktivitas sehari-hari. Wisatawan menurut Soekadijo (2000) adalah orang yang mengadakan perjalanan dari tempat kediamannya tanpa menetap di tempat yang didatanginya, kemudian Suwantoro (2004) juga menjelaskan wisatawan adalah seseorang atau sekelompok orang yang melakukan suatu perjalanan wisata disebut dengan wisatawan jika lama tinggalnya sekurang-kurangnya 24 jam di daerah atau negara yang dikunjungi. Syarat-syarat menjadi seorang wisatawan menurut Suwantoro (2004) yaitu: 1. Memiliki tanda bukti diri, disebut sebagai passport yang dikeluarkan oleh pejabat negara dimana wisatawan tersebut berdomisili atau menetap. 2. Memiliki ijin untuk meninggalkan negaranya dan bepergian ke luar negeri atau disebut sebagai ijin keluar. 3. Memiliki surat ijin untuk memasuki negara tujuan wisata dan tinggal di negara tersebut. Surat ini disebut sebagai visa yang dikeluarkan oleh pejabat kedutaan atau kantor perwakilan negara yang akan dikunjungi. 4. Memiliki surat keterangan bebas dari penyakit tertentu yang ditunjukan dengan kartu bukti kesehatan yang disebut sebagai kartu kuning. Ketentuan ini bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada penduduk dari bahaya penularan penyakit yang dibawa wisatawan. 5. Tiba di wilayah lintas batas dua negara, wisatawan tersebut akan diperiksa oleh petugas Bea Cukai di pelabuhan udara, pelabuhan laut dan pos-pos penjagaan perbatasan, baik di negara asalnya maupun di negara tujuannya.
12
E.
Sumber Daya Wisata
Sumber daya wisata menurut Pitana dan Diarta (2009) merupakan segala potensi wisata yang mendukung pariwisata sehingga dapat dikembangkan baik secara langsung maupun tidak langsung. Sumberdaya bagian dari atribut alam yang mempunyai campur tangan manusia dari luar untuk dapat mengubah dan memenuhi kebutuan serta kepuasan manusia. Sumberdaya wisata sendiri memiliki substansi untuk dapat menarik minat kegiatan wisata, dapat menampung kegiatan wisata dan memiliki atraksi wisata. Sumber daya wisata mempunyai atraksi yang dimaksud agar wisatawan mempunyai keinginan untuk melakukan kegiatan wisata di daerah tersebut. Menampung kegiatan wisata ini terkait dengan melihat mampu atau tidaknya daya dukung lingkungan serta fasilitas dan sarana serta prasarana menunjang kegiatan wisata yang dilakukan di daerah tersebut sehingga sumber daya wisata menjadi sangat penting posisinya dalam penyelenggaraan wisata, namun perlu diperhatikan dalam penggunaan sumber daya wisata tersebut karenadalam waktu tertentu tidak dapat lagi dikatakan sebagai sumberdaya wisata bila keadaannya sudah rusak atau terganggu (Setiawan 2010). F.
Kuliner
Makanan menurut Moerjipto et al. (1993) dapat digolongkan sebagai makanan pokok, makanan sambilan, makanan jajanan untuk pariwisata khusus dan berbagai macam keperluan upacara. Makanan masyarakat perkotaan dan masyarakat pedesaan berbeda dari segi konsepnya. Perbedaan terlihat dari wujud, variasi, fungsi, serta cara penyajiannya. Perbedaan ini disebabkan karena tingkat kemampuan yang tidak sama. Makanan menjadi kebutuhan essensial yang diperlukan dalam kehidupan setiap manusia dalam menambah kalori yang diperlukan manusia. Keperluan kalori setiap manusia berbeda-beda karena ditentukan oleh jenis kelamin, jenis pekerjaan sehari-hari dan tingkat umur. Dalam memenuhi kebutuhan bahan makanan masyarakat desa lebih sederhana dibandingkan dengan masyarakat kota. Bahan makanan masyarakat pedesaan lebih terbatas hanya diperoleh dari hasil pertanian, berbeda dengan kota. berbeda dengan kota yang memiliki beraneka macam bahan yang tersedia. Fungsinya makanan digolongkan menjadi beberapa makanan seperti : 1. Makanan pokok Makanan pokok merupakan jenis masakan yang menjadi bahan pokok sehari-hari untuk mencukupi kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup dari makanan untuk menghilangkan rasa lapar. Bahan pokok utama biasanya mengandung tepung yang bersifat mengenyangkan. 2. Makanan sambilan Makanan yang berfungsi sebagai selingan makanan pokok. Makanan sambilan disajikan antara makan pagi dan makan siang serta makan malam, terkadang makan malam setelah tidur. Cara penyajian juga dipengaruh oleh faktor lapisan sosial.
13
3. Makanan jajanan Makanan jajajanan dapat disajikan sepanjang hari serta waktu, tempat, dan jumlah yang dimakan. Makanan jajanan memiliki tujuan yaitu: a. Pengurangan rasa lapar walaupun tidak mutlak b. Menambah zat-zat yang tidak ada atau kurang pada makanan utama dan lauk pauknya c. Sebagai hiburan Makanan jajanan ditinjau dari fungsi adalah: a. Makanan jajanan sebagai pengganti makanan utama, makanan tersebut adalah makanan yang dalam keadaan tertentu (bepergian, bekerja) dapat menggantikan makanan utama b. Makanan jajanan sebagai makan yang dimaksud adalah makanan jajanan yang memiliki zat-zat yang diperlukan dalam tubuh yang tidak ditemukan pada makanan sehari-hari, karena makanan jajanan tersebut mungkin tidak pernah disediakan atau diadakan c. Makanan jajanan sebagai hiburan, makanan jajan tersebut adalah semua jenis makanan yang berfungsi sebagai hiburan. Untuk makanan yang dapat berfungsi sebagai hiburan ini sebagian besar biasanya berupa makanan kecil atau makanan ringan, sebab dapat dipakai sebagai teman santai bersama keluarga. 4. Makanan untuk peristiwa khusus Makanan untuk peristiwa khusus biasa digunakan dalam upacara tradisional dan peringatan hari keagamaan. Pengertian upacara tradisional adalah kegiatan sosial yang melibatkan masyarakat dalam usaha untuk mencapai tujuan keselamatan bersama. Kerja sama antar masyarakat itu sesuai dengan kodrat sebagai makhluk sosial. Kuliner tardisional Indonesia menurut Marlyati et al. dalam Teguh dan Avenzora (2013) menggunakan bumbu yang mengandung neutraceutical dan memiliki keuntungan bagi tubuh. Neutraceutical adalah komponen dalam pangan selain kandungan gizi yang memberikan manfaat kesehatan. Makanan dan minuman tradisional Indonesia memiliki kandungan serat pangan, vitamin dan mineral, rendah kandungan natrium dan lemak jenuh. Kuliner tardisional Indonesia dapat diklasifikasikan ke dalam 7 jenis, yaitu: a) Makanan Sepinggan; (b) Olahan Beras/Nasi; (c)Lauk Hewani; (d) Lauk Nabati; (e) Sayuran dan Buah; (f) Jajanan (basah dan kering); dan (g) Minuman (Marliyati 2013 : 255-263). 1. Makanan Sepinggan Makanan sepinggan adalah makanan yang disajikan dalam satu piring/mangkuk atau sajian tunggal. Lauk pauk dalam makanan sepinggan ini ditempatkan dalam satu piring. Meskipun makanan ini disajikan dalam satu piring, namun kebutuhan akan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral diharapkan memenuhi bagi tubuh. Konsep efisiensi makanan sepinggan menjadikan hidangan ini banyak diplih orang karena menghemat waktu, tenaga dan biaya. 2. Olahan Beras/Nasi Nasi merupakan makanan utama bagi masyarakat Indonesia. Hal tersebut dikarenakan nasi adalah sumber karbohidrat. Kuliner tradisional Indonesia dari nasi dapat diolah tanpa bumbu dan dapat dikombinasikan dengan berbagai lauk pauk dan sayuran atau nasi dapat diolah menjadi olahan yang memiliki rasa gurih seperti nasi uduk, nasi kuning, nasi liwet, nasi gurih.
14
3. Lauk Hewani Pangan hewani yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia adalah daging sapi, kerbau, kambing, bebek, ayam, telur dan berbagai jenis ikan. . Lauk hewani dikonsumsi untuk menuhi kebutuhan protein bagi tubuh dan sebagai makanan pelengkap pendamping nasi. Proses pengolahan lauk hewani sangat beragam seperti digoreng, dipepes, dibakar, dibuat sup, dibuat sate, ataupun diolah dengan memberikan bumbu yang lebih lengkap sepeti gulai balado, ricarica. Jenis olahan lauk hewani di Indonesia sangat beragam dan dapat dikategorikan sebagai olahan daging, olahan ayam/bebek, olahan telur, dan olahan ikan. 4. Lauk Nabati Pangan nabati yang banyak dijadikan sebagai lauk nabati adalah tahu, tempe, dan oncom. Ketiga lauk nabati tersebut dibuat dari kacang kedelai. Pengolahan lauk nabati yang biasa dilakukan antara lain digoreng, baik dengan menggunakan tapung atau tanpa tepung (Jawa), dibuat menjadi bacem (Jawa Tengah), dibuat pepes dan ditumis (Jawa). Keunikan rasa dari proses pengolahan kacang kedelai dapat dijadikan sebagai atraksi wisata bagi wisata keuliner. 5. Sayur dan Buah Indonesia kaya akan sayur dan buah karena memiliki keragaman hayati yang tinggi. Pangan buah-buahan Indonesia biasanya dimakan langsung tanpa adanya proses pengolah, namun beberapa buah dapat diolah menjadi manisan buah, asinan buah, rujak ulek, dan rujak bebek. Buah-buahan yang banyak diolah menajadi kuliner adalah manga, salak, kedondong, bengkoang, ketimun, papaya mengkal, jambu air, pisang batu, jeruk bali dan sebagainya. Sedangkan sayuran di Indonesia dapat diolah dengan cara dibuat sayur bening, dibuat sayur bersantan, ditumis, atau dibuat hidangan lainnya seperti gado-gado, pecel, karedok, trancam, dan seabagainya. 6. Jajanan Jajanan tradisional Indonesia sabgat berpotensi untuk dipromosikan karena rasa dan jenisnya yang dapat menarik wisatawan asing. Hal yang paling penting adalah kemasannya agar dapat menarik pembeli asing. Jajanan Indonesia terdiri dari jajanan basah (kue basah) dan jajanan kering meliputi kue dan biskuit. 7. Minuman Minuman tradisional Indonesia berpotensi untuk dapat menarik minat bagi wisatawan asing karena rasa dan beragam jenisnya. Minuman tradional biasanya disajikan dalam keadaan panas maupun dingin. Bahan yang digunakan dalam minuman tradional Indonesia adalah buah atau rempah-rempah. G.
Ekowisata Kuliner
Konsep ekowisata kuliner memang menjadi hal yang baru didalam wacana akedemik kepariwisataan walaupun terdapat beberapa konsep ekowisata lainnya. Konsep ekowisata kuliner memadukan antara gagasan perpaduan produk wisata kuliner dengan ekowisata. Pentingnya ekowisata kuliner dikepariwisataan dapat menjadi salah satu diversivikasi produk ekowisata (Marliyati et al. dalam Avenzora & Teguh 2013).
15
Wujud kebudayaan dari masyarakat berupa makanan secara konseptual sehingga Wisata kuliner menjadi bagian dari wisata budaya. Wisata budaya dan wisata kuliner memiliki perbedaan dalam segmentasi pasar yang jelas. Perbedaan konsep ekowisata budaya dan ekowisata kuliner dapat ditulis dalam buku teori dan praktek sehingga memudahkan analisis (Marliyati et al. dalam Avenzora & Teguh 2013). Wisata kuliner menurut Pitana dan Rukendi (2008) merupakan bagian dari wisata budaya karena makanan merupakan hasil dari kebudayaan masayrakat. Namun, produk wisata kuliner dan produk wisata budaya dapat dibedakan dengan membidik segmentasi pasar yang jelas. Eco-culinary tourism merupakan berkembangan ekowisata dengan melakukan ecotourism mix product atau produk ekowisata campuran yaitu ekowisata budaya (eco-cultural tourism) dan ekowisata kuliner (eco-culinary tourism). Obyek yang menjaadi daya tarik wisata gastronomi tidak hanya berbagai jenis makanan, tetapi juga menawarkan atribut lain yang berhubungan dengan makanan. Atribu-atribut wisata gastronomi terdiri dari pemilihan bahan makanan, persiapan dan proses pembuatan, cara penyajian, cita rasa dan kandungan gizi, nilai budaya dan tradisi, dan informasi lain yang dapat dideskripsikan oleh jenis makanan (Sukenti 2014). Wisata kuliner menurut Sukenti (2014) dapat dikembangkan pada level ecoculinary tourism dengan menitikberatkan pada nilai tambah seperti eco-friendly orientation, keikutsertaan masyarakat lokal, dan pendidikan. In relation to the principles of ecotourism focusing on eco-friendly values, involvement of local communities, and education aspects, ecotourism or culinary-based tourism is a package that can load these values. First, the eco-friendly value represented in species conservation (plants and animals) as the ingredients of the cuisines. Secondly, community involvement implemented in their participation in culinaryrelated activities and businesses as well as supporting business. Aspek penting pengembangan ekowisata kuliner yang yaitu masyarakat lokal yang berusaha dibidang tersebut harus mengerti prinsip-prinsip kesehatan dalam mengelola, menyajikan dan menyimpan makanan. Aspek yang harus diperhatikan dalam pengembangan ekowisata kuliner. Pengetahuan yang didapatkan dari pengembangan ekowisata kuliner dapat menarik makanan tradisional menjadi daya tarik utama dan meningkatkan kualitas serta keamanan untuk disajikan kepada wisatawan (Marliyati et al. dalam Avenzora & Teguh 2013). H.
Persepsi dan Motivasi Wisatawan
Motivasi menurut Fahmi (2011) merupakan aktivitas perilaku yang bekerja dalam usaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan. Motivasi sebagai perilaku yang ditujukan pada sasaran. Motivasi berkaitan dengan tingkat usaha yang dilakukan seseorang dalam mengejar suatu tujuan, serta berkaitan erat dengan kepuasan dan performansi pekerjaan. Motivasi menurut Hariandja et al. (2007) merupakan tujuan yang diinginkan yang mendorong orang berperilaku tertentu sehingga motivasi sering diartikan sebagai keinginan, tujuan, kebutuhan, atau dorongan dan sering dipakai secara bergantian untuk menjelaskan motivasi seseorang.
16
Persepsi menurut Sunaryo (2004) merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak dan kemudian individu menyadari tentang sesuatu. Persepsi proses internal yang dilakukan memilih, mengevaluasi, dan mengorganisasikan rangsangan dari lingkungan eksternal. Persepsi merupakan suatu cara untuk mengubah energi-energi fisik lingkungan menjadi pengalaman yang bermakna (Mulyana, 2006). I.
Media Promosi
Media menurut Sanjaya (2006) adalah perantara dari pemberi informasi ke penerima informasi yang dibantu melalui video, televisi, computer dan lain sebagainya. Alat-alat tersebut merupakan sebuah media untuk menyalurkan infomasi yang akan disampaikan. Bauran pemasaran merupakan bagian dari proses promosi yang dilakukan untuk memasarkan produk dari suatu barang. Koordinasi merupakan bentuk interaksi pada bauran pemasaran yang terdiri dari empat komponen yang sering disebut degan 4P yaitu produk (product), harga (price), lokasi distribusi (place), dan promosi (promotion) (Sunaryo 2013). Promosi yang didefinisikan oleh Marpaung dan Bahar (2002) adalah upaya yang dilakukan dalam menyesuaikan antara produk wisata dengan permintaan wisata. Produk yang yang akan dijual dapat dikemas dengan model yang lebih menarik sehingga wisatawan membeli produk tersebut. Pada promosi yang menjadi kata kunci ialah daya tarik dari produk tersebut. Kegiatan promosi dapat dilakukan dengan intensif dalam waktu yang relatif singkat dan tentunya mengingat sifat dan karakter dari produk wisata itu sendiri. Promosi harus dilakukan dengan tepat sehingga dapat melakukan pendistribusian. Contoh pendistribusian seperti hotel, atraksi wisata, dan angkutannya. Pendistribusian dilakukan dengan memasarkan sesuai dengan total kegitan yang dihasilkan. Produk dan layanan yang dihasilkan dari penjual ke pembeli secara tepat agar menghasilkan kepuasan terhadap pembeli dan keuntungan bagi produsen serta menjadi tantangan untuk melakukan kajian terhadap produsen.
17
III. A.
KONDISI UMUM Letak dan Luas
Kabupaten Sragen merupakan bagian dari Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Sragen berada di perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Batas-batas wilayah Kabupaten Sragen: a. Sebelah Timur : Kabupaten Ngawi (Provinsi Jawa Timur) b. Sebelah Barat : Kabupaten Boyolali c. Sebelah Selatan : Kabupaten Karanganyar d. Sebelah Utara : Kabupaten Grobogan Luas wilayah Kabupaten Sragen adalah 941,55 km2 yang terbagi dalam 20 kecamatan (Gambar 1), 8 kelurahan, dan 200 desa. Wilayah Kabupaten Sragen terbagi atas 40.037,93 Ha (42,52%) lahan basah atau persawahan, 54.117,88 Ha (57,48%) lahan kering. Kabupaten Sragen secara geografis terletak pada 7015 LS dan 7030 LS-110045 BT dan 111010 BT. Wilayah Kabupaten Sragen berada di dataran dengan ketinggian rata rata 109 m diatas permukaan laut.
Gambar 2 Peta Administrasi Kabupaten Sragen Provinsi Jawa Tengah Sumber: Pemkab Sragen 2014
18
B.
Sejarah Wilayah
Hari Jadi Kabupaten Sragen ditetapkan dengan Perda Nomor 4 Tahun 1987, yaitu pada hari Selasa Pon, tanggal 27 Mei 1746. tanggal dan waktu tersebut adalah dari hasil penelitian serta kajian pada fakta sejarah, ketika Pangeran Mangkubumi yang kelak menjadi Sri Sultan Hamengku Buwono yang ke- I menancapkan tonggak pertama melakukan perlawanan terhadap Belanda menuju bangsa yang berdaulat dengan membentuk suatu Pemerintahan lokal di Desa Pandak, Karangnongko masuk tlatah Sukowati sebelah timur. Pangeran Mangkubumi adik dari Sunan Pakubuwono II di Mataram sangat membenci Kolonialis Belanda. Apalagi setelah Belanda banyak mengintervensi Mataram sebagai Pemerintahan yang berdaulat. Oleh karena itu dengan tekad yang menyala bangsawan muda tersebut lolos dari istana dan menyatakan perang dengan Belanda. Dalam sejarah peperangan tersebut, disebut dengan Perang Mangkubumen ( 1746-1757 ). Dalam perjalanan perangnya Pangeran Muda dengan pasukannya dari Keraton bergerak melewati Desa-desa Cemara, Tingkir, Wonosari, Karangsari, Ngerang, Butuh, Guyang. Kemudian melanjutkan perjalanan ke Desa Pandak, Karangnongko masuk tlatah Sukowati. Di Desa ini Pangeran Mangkubumi membentuk Pemerintahan Pemberontak. Desa Pandak, Karangnongko di jadikan pusat Pemerintahan Projo Sukowati, dan Beliau meresmikan namanya menjadi Pangeran Sukowati serta mengangkat pula beberapa pejabat Pemerintahan. Karena secara geografis terletak di tepi Jalan Lintas Tentara Kompeni Surakarta – Madiun, pusat Pemerintahan tersebut dianggap kurang aman, maka kemudian sejak tahun 1746 dipindahkan ke Desa Gebang yang terletak disebelah tenggara Desa Pandak Karangnongko. Sejak itu Pangeran Sukowati memperluas daerah kekuasaannya meliputi Desa Krikilan, Pakis, Jati, Prampalan, Mojoroto, Celep, Jurangjero, Grompol, Kaliwuluh, Jumbleng, Lajersari dan beberapa desa Lain. Dengan daerah kekuasaan serta pasukan yang semakin besar Pangeran Sukowati terus menerus melakukan perlawanaan kepada Kompeni Belanda bahu membahu dengan saudaranya Raden Mas Said, yang berakhir dengan perjanjian Giyanti pada tahun 1755, yang terkenal dengan Perjanjian Palihan Negari, yaitu kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta, dimana Pangeran Sukowati menjadi Sultan Hamengku Buwono ke-1 dan perjanjian Salatiga tahun 1757, dimana Raden Mas Said ditetapkan menjadi Adipati Mangkunegara I dengan mendapatkan separuh wilayah Kasunanan Surakarta. Tanggal 12 Oktober 1840 dengan Surat Keputusan Sunan Paku Buwono VII yaitu serat Angger – angger Gunung, daerah yang lokasinya setrategis ditunjuk menjadi Pos Tundan, yaitu tempat untuk menjaga ketertiban dan keamanan Lalu Lintas Barang dan surat serta perbaikan jalan dan jembatan, termasuk salah satunya adalah Pos Tundan Sragen. Perkembangan selanjutnya sejak tanggal 5 juni 1847 oleh Sunan Paku Buwono VIII dengan persetujuan Residen Surakarta baron de Geer ditambah kekuasaan yaitu melakukan tugas kepolisian dan karenanya disebut Kabupaten Gunung Pulisi Sragen. Kemudian berdasarkan Staatsblaad No 32 Tahun 1854, maka disetiap Kabupaten Gunung Pulisi dibentuk Pengadilan Kabupaten, dimana Bupati Pulisi menjadi Ketua dan dibantu oleh Kliwon, Panewu, Rangga dan Kaum.
19
Sejak tahun 1869, daerah Kabupaten Pulisi Sragen memiliki 4 (empat) Distrik, yaitu Distrik Sragen, Distrik Grompol, Distrik Sambungmacan dan Distrik Majenang. Selanjutnya sejak Sunan Paku Buwono VIII dan seterusnya diadakan reformasi terus menerus dibidang Pemerintahan, dimana pada akhirnya Kabupaten Gunung Pulisi Sragen disempurnakan menjadi Kabupaten Pangreh Praja. Perubahan ini ditetapkan pada jaman Pemerintahan Paku Buwono X, Rijkblaad No. 23 Tahun 1918, dimana Kabupaten Pangreh Praja sebagai Daerah Otonom yang melaksanakan kekuasaan hukum dan Pemerintahan. Dan akhirnya memasuki Zaman Kemerdekaan Pemerintah Republik Indonesia, Kabupaten Pangreh Praja Sragen menjadi Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen. C.
Kondisi Fisik
1. Topografi dan Tanah Wilayah Kabupaten Sragen berada di dataran dengan ketinggian rata rata 109 m diatas permukaan laut dengan standar deviasi 50 M. Topografi daerahnya bervariasi dari dataran rendah sampai dataran sedang dengan ketinggian wilayah berkisar antara 84-190 m di atas permukaan air laut dengan penggolongan sebagai berikut : a. Ketinggian antara 84-96 m meliputi Kecamatan Ngrampal, Sambungmacan, Karangmalang, Sragen, Sidoharjo, Gondang, Sukodono, Tangen. b. Ketinggian antara 97-115 m meliputi Kecamatan Tanon, Masaran, Miri, Mondokan. c. Ketinggian antara 116-190 m meliputi Kecamatan Kedawung, Jenar, Sumberlawang, Kalijambe, Plupuh, Gemolong, Gesi, Sambirejo. Wilayah Kabupaten Sragen dialiri oleh Sungai Bengawan Solo sehingga menjadikan wilayah Kabupaten Sragen terbagi menjadi wilayah Utara dan Selatan. Pengelompokkan wilayah berdasar aliran Sungai Bengawan Solo adalah sebagai berikut : a. Utara Bengawan Solo meliputi Kecamatan Kalijambe, Plupuh, Tanon, Gemolong, Miri, Sumberlawang, Mondokan, Sukodono, Gesi, Tangen, Jenar. b. Selatan Bengawan Solo meliputi Kecamatan Masaran, Kedawung, Sambirejo, Gondang, Sambungmacan, Ngrampal, Karangmalang, Sragen, Sidoharjo. Kabupaten Sragen mempunyai relief yang beraneka ragam, ada daerah pegunungan kapur yang membentang dari timur ke barat terletak di sebelah utara bengawan Solo dan dataran rendah yang tersebar di seluruh Kabupaten Sragen, dengan jenis tanah : gromusol, alluvial regosol, latosol dan mediteran. 2. Iklim dan Hidrologi Sragen menpunyai iklim tropis dengan suhu harian yang berkisar antara 1931ºC. Curah hujan rata-rata di bawah 3000 mm per tahun dengan hari hujan di bawah 150 hari per tahun. Kabupaten Sragen mempunyai 7 (tujuh) waduk dengan luas genangan 131,01 Ha, dan kapasitas daya tampung 4.482.125 m3 yang mampu melayani areal seluas 6.116 Ha. Guna memenuhi kebutuhan air, maka Pemerintah Kabupaten Sragen telah melaksanakan pembangunan embung di beberapa lokasi dimaksudkan dapat menampung air pada musim penghujan untuk keperluan pertanian, perikanan, pariwisata dan kebutuhan air penduduk.
20
D.
Sosial Ekonomi Masyarakat
1. Demografi Secara administrasi Kabupaten Sragen terbagi menjadi 2.519 dukuh, 907 RW, 5.328 RT, dan 20 kecamatan yang meliputi 208 desa/kelurahan. Melihat banyaknya jumlah desa/kelurahan maka Kabupaten Sragen memiliki jumlah penduduk yang besar. Jumlah penduduk yang besar tersebut merupakan suatu potensi pendukung bagi keberhasilan pembangunan di Kabupaten Sragen karena penduduk merupakan pelaku sekaligus sasaran dari kegiatan pembangunan itu sendiri. Jumlah penduduk di Kabupaten Sragen berdasarkan registrasi tahun 2008 sebanyak 871.951 jiwa, yang terdiri dari 264.457 Kepala Keluarga. Komposisi penduduk di Kabupaten Sragen menurut golongan umur akan mempengaruhi keberhasilan pembangunan di wilayah tersebut. Penduduk berdasarkan kelompok umur dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu penduduk usia non produktif dan penduduk usia produktif. Penduduk usia non produktif yaitu penduduk yang berusia 0-14 tahun atau berusia lebih dari 65 tahun, sedangkan penduduk usia produktif berusia 15-64 tahun. Penduduk dengan jumlah usia non produktif yang banyak akan menghambat potensi penduduk usia produktif. Hal ini dikarenakan dengan banyaknya penduduk non produktif yang harus menjadi tanggungan sehingga pendapatan yang seharusnya bisa digunakan untuk untuk kebutuhan yang lain harus digunakan untuk membiayai penduduk usia non produktif. 2. Mata Pencaharian Keberhasilan pembangunan di suatu wilayah dapat dilihat dari tingkat penyerapan tenaga kerja bagi penduduknya. Besarnya penyerapan tenaga kerja akan dapat meningkatkan pendapatan per kapita penduduk, yang akhirnya akan berimbas bagi kesejahteraan hidup penduduk suatu wilayah. Kabupaten Sragen memiliki sembilan sektor perekonomian. Masing-masing sektor tersebut mampu menyerap dan memberdayakan tenaga kerja yang tersedia. Kabupaten Sragen mempunyai mata pencaharian di sektor pertanian, yaitu 246.878 orang dan 113.922 orang bekerja di sektor jasa dengan persentase 23,49 persen. Komposisi penduduk menurut mata pencaharian yang paling kecil adalah bekerja pada sektor listrik, gas, dan air yaitu sebesar 332 orang dengan persentase 0,069 persen. Mata pencaharian pada sektor pertanian terbesar daripada mata pencaharian pada sektor yang lain. Hal ini disebabkan sektor pertanian mampu menyerap 50,91 persen tenaga kerja yang ada di Kabupaten Sragen. Dengan demikian sektor pertanian di daerah ini mampu memberikan kontribusi yang berarti dalam memberikan sumber kehidupan/pendapatan bagi penduduknya. 3. Perekonomian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2007 dan 2008 atas dasar harga konstan tahun 2002 di Kabupaten Sragen untuk setiap sektornya. Pendapatan perkapita Kabupaten Sragen atas dasar harga konstan 2002 dari tahun 2007 ke tahun 2008 mengalami peningkatan. Pendapatan perkapita atas dasar harga konstan tahun 2002 meningkat dari Rp 2.982.978.180.000,00 pada tahun 2007 menjadi Rp 3.138.157.720.000,00 pada tahun 2008. Dilihat dari pendapatan perkapita Kabupaten Sragen yang meningkat tersebut maka dapat diketahui bahwa pembangunan wilayah yang dilakukan di Kabupaten Sragen telah mampu meningkatkan pendapatan perkapita penduduk Kabupaten Sragen. 4. Sektor Pertanian
21
Sektor pertanian memberikan kontribusi tertinggi terhadap PDRB dibandingkan delapan sektor perekonomian lainnya pada perekonomian wilayah Kabupaten Sragen tahun 2004-2008. Pendapatan sektor pertanian sangat bergantung dari jumlah produksi komoditi yang dihasilkan. Sektor pertanian terbagi menjadi lima subsektor yaitu subsektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Subsektor di Kabupaten Sragen yang memberikan kontribusi PDRB terendah bagi sektor pertanian adalah subsektor kehutanan yaitu sebesar 0,34 persen. Sektor pertanian merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Sragen. Hal ini didukung oleh ketersediaan lahan yang potensial untuk digunakan untuk bercocok tanam. Selain itu Kabupaten Sragen dialiri Sungai Bengawan Solo yang menjadikan wilayah Sragen sebelah Selatan tanahnya sangat subur. Secara umum pemanfaatan lahan di Kabupaten Sragen meliputi lahan sawah 40.037, 93 Ha dan lahan kering 54.117,07 Ha. Sedangkan penggunaan lahan untuk sektor pertanian dalam arti luas adalah 65.638, 96 Ha sedangkan sisanya untuk tanah bangunan untuk keperluan lain-lain. Melihat besarnya lahan yang digunakan untuk areal persawahan maka tak heran kalau Kabupaten Sragen mengalami surplus beras ± 200.000 ton/tahun yang menjadikan Sragen sebagai salah satu lumbung padi di Jawa Tengah. a. Beras Organik Mulai tahun 2001 dirintis pertanian yang berbasis organik yang hingga sekarang masih terus eksis terutama untuk beras organik yang mampu menembus pasar kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Purwokerto dll. Beras organik dibudidayakan dengan luas panen padi organik tahun 2006 yaitu 3.256,77 Ha dengan produksi 19.439,78 ton/tahun. Jenis padi organik yang diproduksi Kabupaten Sragen sangat beragam mulai dari IR-64, Mentik Wangi, hingga Beras Merah. Seiring dengan semakin banyaknya masyarakat yang sadar akan pentingnya kesehatan maka tak heran kalau permintaan beras organik terus mengalami peningkatan. Areal pertanian PD PAL (Perusahaan Dagang Pelopor Alam Lestari) yang dikhususkan untuk Padi Organik mencapai 1.450 hektar, tersebar di berbagai wilayah Kabupaten Sragen yang menghasilkan 7.975 ton padi organik / tahun atau 3.987 ton beras organik / tahun. Sedangkan untuk pemasarannya, PD PAL telah mengadakan kerjasama dengan beberapa pedagang di kota-kota besar di luar Sragen. Beras organik produksi PD PAL dengan merk PELOPOR telah memiliki konsumen/ pasar tetap di Semarang, Solo, Jakarta, Surabaya, dan Denpasar. Setiap bulannya, PD PAL harus memenuhi pesanan beras organik dari para pedagang di kota-kota tersebut sebesar 50 ton. Sedangkan permintaan beras organik dalam bentuk kemasan mencapai 8 ton/minggu Selain PD PAL, di Sragen juga terdapat Perusahaan Beras (PB) Padi Mulya yang bergerak di bidang produksi beras organik. Padi Mulya memiliki lahan khusus untuk pertanian beras organik seluas 250 hektar, namun baru 120 hektar yang dimanfaatkan. Padi Mulya juga menjalin kerjasama dengan 13 kelompok tani beranggotakan 500 petani yang memiliki keahlian di bidang pertanian beras organik. Oleh Padi Mulya, para petani ini dipersilakan menggarap lahan yang telah disediakan dengan padi organic. Sebagai imbal baliknya, petani harus menjual hasil panennya hanya kepada Padi Mulya. Dengan skema kerjasama ini, kapasitas produksi lahan milik Padi Mulya dalam satu kali musim panen
22
mencapai 6 ton gabah per hektar. Gabah dari petani dibeli oleh Padi Mulya sebesar Rp 1.500,00 per kg. Setelah diproses lebih lanjut akan menghasilkan 2400 kg beras organik per hektar. Biaya produksi dari gabah menjadi beras berkisar Rp 800,00. Padi Mulya melakukan pengawasan ketat mulai dari proses pengolahan lahan, penanaman benih, pemupukan sampai dengan pemamenan padi untuk menjaga kualitasnya. Semua proses tersebut turut melibatkan tenaga ahli organik yang telah berpengalaman. b. Kacang Tanah Potensi komoditi kacang tanah di Sragen sangat besar. Luas panen kacang tanah di Sragen seluas 13.791 Ha dengan produksi 16.832 ton/tahun. Setiap harinya kacang tanah dari Sragen mampu memasok pabrik kacang tanah yang besar di Indonesia seperti Kacang Garuda dan Kacang Dua Kelinci. Salah seorang pedagang besar kacang tanah di Sragen mampu memasok ± 40 ton/hari. Kacang tanah dari Sragen mempunyai cita rasa tersendiri yang berbeda dengan daerah lainnya yang menyebabkan Sragen bisa bertahan menjadi pemasok pabrik Kacang Garuda dan Kacang Dua Kelinci. Sragen mampu menghasilkan kacang tanah sepanjang tahun tanpa terhambat oleh musim kemarau. Daerah sentra kacang tanah di Kabupaten Sragen berada di Kecamatan Kalijambe, Gemolong, Miri, Sumberlawang, Plupuh, dan Tanon. c. Semangka dan Melon Sragen terkenal sebagai daerah yang kaya dengan ragam buah-buahan budidaya. Petani-petani asal Sragen pun dikenal terampil dan memiliki ketekunan dalam membudidayakan tanaman buah-buahan, apapun jenisnya. Karakteristik personal yang unik tersebut merupakan faktor signifikan dalam mendukung keberhasilan Sragen menjadi pemasok utama buah-buahan di Jawa. Buah-buahan khas Sragen yang telah diketahui masyarakat luas antara lain semangka, melon, nangka, kelengkeng, jeruk besar, dan mangga. Sebagai penghasil komoditi terbesar di Jawa Tengah, Sragen mampu memproduksi semangka sebanyak 988 ton/tahun sedangkan melon mampu menghasilkan 1.159,70 ton/tahun. Jika kita melintasi jalan Solo-Sragen tepatnya di Masaran kita bisa melihat pedagang buah melon dan semangka yang berjajar di sepanjang jalan. Silahkan mampir dan menikmati kesegaran buah semangka. d. Jeruk Besar (Citrus celebia) Budidaya jeruk besar lebih dikenal dengan nama Jeruk Bali, mulai populer di kalangan petani Sragen pada bulan Mei 2003. Melihat kesungguhan petani dan potensi ekonomi yang tinggi dari budidaya jeruk besar, Pemerintah Kabupaten Sragen memfasilitasi pengembangan budidaya buah jeruk besar. Pengembangan budidaya buah jeruk besar dipusatkan di wilayah Kecamatan Plupuh, antara lain Dukuh Sumomorodukuh Desa Wonorejo, Desa Gedungan, dan Desa Pungsari. Budidaya jeruk besar tersebut ditangani oleh 6 kelompok tani yang memiliki tak kurang dari 400 anggota dengan tingkat keterampilan tinggi. Di lokasi pengembangan, saat ini telah ditanam 10.000 pohon jeruk besar dan bakal memasuki usia panen pada bulan Mei 2007. Pada tahun 2007, di lokasi pengembangan ditanami lagi 7.200 bibit jeruk besar. Sragen mempunyai lahan seluas 261.586 Ha yang ditanami komoditi jeruk besar dan setiap tahunnya mampu memproduksi 104,80 ton. Jenis jeruk besar yang dikembangkan adalah Pamelo si Nyonya, Pamelo Bali, dan Pamelo Nambangan. Selain di kecamatan Plupuh, jeruk besar juga dikembangkan di
23
Kecamatan Kalijambe tepatnya di Desa Keden dan Wonorejo dan Bukuran. Di Desa Wonorejo terdapat 30 petani yang mengembangkan jeruk besar sedangkan di Desa Keden terdapat 132 petani. Jeruk besar merupakan tanaman yang memiliki kemampuan survival tinggi dan mudah tumbuh di jenis tanah apapun, asalkan mendapat pengairan yang cukup dan pemeliharaan yang telaten. Dalam satu hektar lahan, dapat ditanami 250 bibit pohon jeruk besar. Meskipun telah berbuah pada tahun ke dua, namun agar hasilnya memuaskan panen pertama buah jeruk besar sebaiknya dilakukan pada tahun ke empat. Menginjak tahun ke lima, buah kualitas terbaik yang layak dipanen akan berlipat ganda, sebanyak 25 buah. Sebanyak 100 buah pada tahun ke enam dan 400 buah pada tahun ke tujuh. Biaya yang dialokasikan untuk membelanjakan pupuk setiap tahunnya harus menyesuaikan kebutuhan nutrisi tiap pohon yang juga kian tumbuh besar. Pada tahun pertama kebutuhan pupuk organik tiap batang tak sampai 5 kg serta 1,5 kg pupuk kimia yang merupakan kombinasi jenis Urea, SP36, dan KCL. Kebutuhan pupuk tiap pohon dari tahun ke tahun akan meningkat, sehingga pada tahun ke III dapat menghabiskan 65 kg pupuk organik dan 4 kg pupuk kimia. Sedang pada tahun V dan VI, memerlukan 150 kg pupuk organik dan 6 kg pupuk kimia. Pupuk organik gampang diperoleh di berbagai toko saprodi pertanian yang ada di Sragen. Harga pupuk organik cukup murah, Rp 350,00 per kilo. Menurut Sukamto, saat ini ia dan 5 petani lainnya menggarap 250 pohon jeruk besar yang mampu menghasilkan 1.250 buah berkualitas sangat baik dan 3750 buah berkualitas lebih rendah. Keuntungan pada panen berikutnya juga akan bertambah, karena produktivitas tiap batang akan meningkat sejalan makin mendekati umur produktif pohon, tentu saja harus diiringi dengan penambahan nutrisi dan pengairan yang memadai. Lelaki bertubuh kekar itu memperkirakan pada tahun VI dirinya bakal menangguk laba kotor sebesar180 ribu per pohon dan Rp 250 ribu tiap pohon pada tahun VII. Pasar jeruk besar masih sangat terbuka lebar. Informasi yang diperoleh UPTD Pertanian dan Ketahanan Pangan Kecamatan Plupuh, menyebutkan permintaan jeruk besar di pulau Jawa setiap bulan mencapai 500 ribu buah. Pasar terbesar ada di Jakarta, Bandung, Surabaya, dan sebagian permintaan datang dari Denpasar (Bali). 5. Sektor Kehutanan a. Empon-Empon Tanaman empon-empon yang banyak dihasilkan di Kabupaten Sragen adalah jahe, laos, kencur, kunyit, lempuyang, temulawak, temuireng, kajibeling, dlingo, kapulaga, temukunci, sambiloto dan pace. Produksi yang terbesar yaitu jahe sekitar 79,54 ton/tahun dengan luas panen 28.520 m2 kemudian diikuti kencur, dan laos. Untuk mengikuti kemajuan zaman yang serba cepat dan modern masyarakat Sragen tak mau ketinggalan jaman, mereka membuat jamu-jamu berbentuk instan seperti jahe instan, kunir asam instan dan beras kencur instan. Pemasarannya sudah menyentuh masyarakat luas baik lokal Sragen ataupun luar daerah. b. Garut (Marantha arundina) Tanaman garut merupakan tanaman jenis umbi-umbian yang banyak mengandung karbohidrat dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan
24
alternatif. Lahan tanaman garut di kabupaten Sragen seluas 38 hektar di wilayah kecamatan Gesi, Sukodono, dan Jenar. Kapasitas produksi budidaya tanaman garut ini rata rata sebesar 8 ton/hektar atau 3.080 ton sekali panen. Sedangkan kapasitas produksi garut berupa umbi sebesar 360ton/th, tepung garut 72 ton/th dan emping garut 36 ton/th. Tanaman garut, telah dicanangkan Pemerintah sebagai salah satu komoditas bahan pangan yang memperoleh prioritas untuk dikembangkan/dibudidayakan karena memiliki potensi sebagai pengganti tepung terigu. Dengan dikeluarkannya SK Bupati Sragen Nomor 500/113/03/2003 tentang ditetapkannya garut sebagai salah satu produk unggulan Sragen maka garut dikembangan secara diintensif mulai dari budidaya, pasca panen, pengolahan, pengemasan hingga pemasarannya. Saat ini produk olahan garut Kabupaten Sragen telah menembus pasar Ngawi, Madiun, Semarang, Solo, Yogyakarta Keistemewaan komoditi garut yaitu kaya akan serat yang sangat bagus untuk kesehatan sistem pencernaan, disamping itu garut yang diolah menjadi emping garut tidak menyebabkan asam urat hal ini berbeda sekali dengan emping melinjo yang bisa menyebabkan penyakit asam urat. Selain sebagai bahan pangan, Umbi Garut juga dapat digunakan sebagai obat tradisional yang berkhasiat utuk mendinginkan perut, menawarkan racun ular/lebah, memperbanyak ASI, mengoptimalkan pertumbuhan anak Down Syndrom, mengobati disentri, eksim dan penurun panas. c. Jarak Pagar (Jatropha curcas) Kabupaten Sragen mempunyai lahan hutan seluas 5.948 Ha dan lahan perkebunan seluas 600 Ha. Keberadaan lahan yang luas ini sangat potensial bagi tumbuh dan berkembangnya tanaman jarak pagar (Jatropha Curcas). Dalam rangka mendukung dan memfasilitasi sosialisasi gerakan nasional penanggulangan kemiskinan dan krisis BBM melalui rehabilitasi dan reboisasi lahan kritis dengan tanaman yang menghasilkan energi pengganti BBM kepada masyarakat luas, maka Pemerintah Kabupaten Sragen mulai mengembangkan tanaman jarak pagar (Jatropha curcas). Pengembangan jarak pagar mulai dirintis di Kebun Bibit Dinas Kecamatan Gesi di lahan seluas 30.000 m2 Tahap awal penanaman adalah perkecambahan biji jarak yang didatangkan dari Malaysia dengan konsultan dari Perusahaan Cosmo Biofuels Malaysia. Saat ini ada investor dari Belanda yang tertarik untuk menanamkan modal pada pengembangan jarak pagar di Sragen. Pemerintah Kabupaten Sragen berencana mengadakan kerjasama dengan pihak swastadari dalam maupun luar negeri untuk mengembangkan seed garden (kebun bibit) pada lahan seluas 20 Ha. Selain itu Pemkab juga akan mengembangkan oil production di lahan seluas 5.000 Ha dengan melibatkan petani. Dengan adanya kerjasama ini diharapkan Sragen mampu menyediakan sumber bahan bakar alami dan juga meningkatkan kesejahteraan para petani. 6. Sektor Perikanan a. Nila Merah (Oreochromis sp.) Budidaya perikanan dengan potensi ekonomi yang menjanjikan dapat dijumpai di Waduk Kedung Ombo. Dari luas keseluruhan Waduk Kedung Ombo 6.576 hektar, area waduk yang berupa perairan mencapai 2.830 hektar dan 3.746 hektar wilayah darat. Kawasan WKO sangat cocok untuk budidaya perikanan karena di sana air tersedia sepanjang tahun meskipun musim kemarau dan banyak sekali plankton-plankton hidup didasar perairan yang sangat baik untuk
25
pertumbuhan ikan. Namun sayang dari area perairan seluas itu, baru 5% atau 5,6 hektar yang telah tersentuh pengembangan budidaya perikanan, sebagian besar berada di Kecamatan Sumberlawang. Metodebudidaya perikanan yang digunakan adalah sistem Karamba Jaring Apung (KJA). Di lokasi tersebut, saat ini terdapat tak kurang dari 586 buah karamba yang dikelola oleh 411 peternak. Tiap petak karamba umumnya berukuran standar 7 m² dengan kedalaman jaring mencapai 3,5 m. Jenis ikan yang dibudidayakan di Waduk Kedung Ombo sebagian besar adalah nila merah (Oreochromis sp), di samping jenis lainnya yakni nila hitam, gurame, karper/gabus, tawas, danikan mas. Setiap harinya WKO mampu menghasilkan 3 ton ikan nila merah. Pada tahun 2005, produksi ikan yang dihasilkan Karamba Jaring Apung di Waduk Kedung Ombo mencapai 1.430 ton, dan 1.273,95 ton di antaranya adalah ikan nila merah (Oreochromis Sp). Jenis nila merah memang menjadi andalan budidaya perikanan Kabupaten Sragen, sebab mudah penanganannya. Nila merah mempunyai laju pertumbuhan yang cepat, dapat mencapai ukuran 400-600 gram dalam waktu 6 bulan, tahan terhadap kualitas air yang kurang baik, mudah beradaptasi dengan lingkungan yang baru dan daya reproduksinya cepat. Harga jual nila merah dan gurame relatif stabil. Di pasar lokal, harga jual nila merah ke tangan konsumen mencapai Rp 12.000,00 per kilogram, sedangkan gurame tiap kilogramnya dibanderol Rp. 17.500,00. Sementara harga ikan lele, cenderung fluktuatif, bergerak pada kisaran Rp 5.700,00 hingga Rp 8.000,00 per kilogram. Penambahan nilai jual juga dilakukan dengan perintisan usaha kerajinan pemanfaatan kulit ikan nila yang bisa digunakan untuk pembuatan tas, sepatu, dompet dll. Demikian juga dengan Nila Hitam, rencananya mulai tahun 2008 akan diadakan budidaya nila terpadu melaui instansi terkait untuk meningatkan nilai tambah komoditi ini. Komoditi nila hitam bisa dimanfaatkan untuk ikan asap, fillet dan abon ikan. Saat ini produksi ikan nila merah yang sudah mampu diekspor sebesar 30% sedangkan untuk permintaan lokal sebesar 70%. Karamba Jaring Apung di Waduk Kedung Ombo masih berpeluang besar untuk dikembangkan. Di lokasi yang ada sekarang, masih memungkinkan untuk menambah jumlah karamba hingga 800 petak lagi. Jika lancar, masa panen dapat dilakukan 3 kali dalam setahun. Dari masing-masing karamba, peternak dapat memanen 800 kg-1000 kg ikan (jenis nila merah). Sehingga dengan harga jual mencapai Rp 12.000 per kilogram, peternak karamba dapat meraup omzet hingga Rp 36 juta. b. Udang Galah dan Lobster Produk unggulan Sragen di bidang perikanan selain nila merah yaitu udang galah dan lobster. Selain dikembangkan oleh petani rakyat, Pemerintah Daerah juga mempunyai Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Aneka Usaha Ikan Kabupaten Sragen. Pemasaran udang galah sudah sampai ke Yogyakarta dan Klaten. Selain udang galah dan lobster air tawar, di UPTD. Perikanan Kabupaten Sragen juga dibudidayakan ikan nila, lele, patin, dan gurame yang pemasarannya telah sampai ke Banyumas, Klaten, Demak dan daerah lain di Jawa Tengah.
26
7. Sektor Peternakan a. Sapi Brangus Budidaya Sapi Brangus sangat populer di kalangan peternak Sragen. Pada tahun 2005, populasi sapi Brangus di Kabupaten Sragen mencapai 7.895 ekor yang tersebar di 20 kecamatan. Budidaya ternak sapi Brangus telah dikenal oleh masyarakat Sragen sejak tahun 1981, yang diiringi dengan pembangunan pusat pembibitan Sapi Brangus. Selama ini pasokan semen beku masih diperoleh dari Balai Insemenasi Buatan (BIB) Lembang dan Ungaran. Namun saat ini Kabupaten Sragen telah ditetapkan sebagai pusat pembibitan sapi Brangus satusatunya di Jawa Tengah. Sampai tahun 2000, telah terdapat tujuh kawasan pembibitan sapi Brangus di Sragen yakni; Desa Pringanom Kecamatan Masaran, Desa Tenggak Kecamatan Sidoharjo, Desa Dawung Kecamatan Sambirejo, Desa Wonorejo Kecamatan Kedawung, Desa Karanganyar Kecamatan Plupuh,Desa Tegalrejo Kecamatan Gondang, dan Desa Gringging Kecamatan Sambungmacan. Sapi Brangus yang dikembangkan di Kabupaten Sragen merupakan jenis persilangan dari Sapi American Brahman dan Aberden Angus yang direproduksikan secara Artificial Inseminations (inseminasi buatan) atau awam lazim menyebutnya kawin suntik. Sapi Brangus bersama sapi jenis Brahman biasa dipelihara sebagai ternak potong – untuk diambil dagingnya. Usaha peternakan sapi Brangus di Sragen boleh dikatakan telah menerapkan prosedur dan teknik yang maju. Buktinya, budidaya sapi Brangus yang dilakukan warga Sragen sudah berbentuk peternakan dengan kandang komunal. Sistem kandang komunal didesain menjadi tempat tinggal yang nyaman bagi ternak dalam jumlah besar, melindungi dari terik matahari, hujan, angin, pencurian, gangguan, binatang buas. Dan yang lebih penting lagi, kandang komunal memiliki aksesbilitas tinggi untuk memudahkan pengelolaan dan pemeliharaan. E.
Obyek Wisata
1. Museum Purbakala Sangiran Museum Sangiran terletak di Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe. Secara adminitistratif, Desa Krikilan terdiri dari 11 dukuh dan 22 rukun tetangga. Luas Desa Krikilan adalah 448,26 Ha yang terdiri dari tanah sawah seluas 64,42 Ha dan tanah kering seluas 384,84 Ha. Museum Sangiran merupakan objek wisata menarik yang berada di dalam kawasan Kubah Sangiran. Kubah tersebut terletak di Depresi Solo, di kaki Gunung Lawu (kurang lebih 17 km dari Kota Solo). Sangiran merupakan contoh gambaran kehidupan manusia masa lampau karena situs ini merupakan situs fosil manusia purba paling lengkap di Jawa. Luasnya mencapai 56 km2 yang meliputi tiga kecamatan di Kabupaten Sragen, yaitu Kecamatan Gemolong, Kalijambe, dan Plupuh serta satu kecamatan di Kabupaten Karanganyar, yaitu Kecamatan Gondangrejo. Sangiran merupakan situs terpenting untuk perkembangan berbagai bidang ilmu pengetahuan terutama untuk penelitian di bidang antropologi, arkeologi, biologi, paleoanthropologi, geologi, dan tentu saja untuk bidang kepariwisataan. Keberadaan Situs Sangiran sangat bermanfaat untuk mempelajari kehidupan manusia pra sejarah karena situs ini dilengkapi dengan fosil manusia purba, hasilhasil budaya manusia purba, fosil flora dan fauna purba beserta gambaran stratigrafinya.
27
Sangiran dilewati oleh sungai yang sangat indah, yaitu Kali Cemoro yang bermuara di Bengawan Solo. Daerah inilah yang mengalami erosi tanah sehingga lapisan tanah yang terbentuk nampak jelas berbeda antara lapisan tanah yang satu dengan lapisan tanah yang lain. Lapisan-lapisan tanah inilah yang hingga sekarang banyak ditemukan fosil-fosil manusia maupun binatang purba. 2. Menara Pandang dan Wisma Sangiran Peningkatan pelayanan kepada para wisatawa yang diupayakan di Kawasan Sangiran adalah dengan dibangun Menara Pandang dan Wisma Sangiran. Para wisatawan bisa menikmati keindahan dan keasrian panorama di sekitar Kawasan Sangiran dari ketinggian lewat Menara Pandang Sangiran yang dilengkapi dengan teropong. Wisma Sangiran ini berbentuk joglo (rumah adat Jawa Tengah) dengan ornamen-ornamen khas Jawa yang dilengkapi dengan pendopo sebagai lobby. Keberadaan Wisma Sangiran ini sangat menunjang kegiatan yang dilakukan oleh para tamu atau wisatawan khususnya bagi mereka yang sedang melakukan penelitian (research) di Kawasan Sangiran. Wisma Sangiran memiliki fasilitasfasilitas yang memadai, antara lain: deluxe room, sebanyak dua kamar dilengkapi dengan double bed, bath tub dan shower, washtafel, meja rias dan rak; standard room, sebanyak tiga kamar dilengkapi dengan double bed, bak mandi, washtafel, dan meja rias; Ruang Keluarga yang dilengkapi dengan meja dan kursi makan serta kitchen set; Pendopo (Lobby) yang dilengkapi dengan meja dan kursi; serta tempat parkir. Selain fasilitas-fasilitas tersebut, juga disediakan mobil (mini train) untuk memudahkan mobilitas para wisatawan yang berkunjung ke Kawasan Sangiran. 3. Makam Pangeran Samudro di Gunung Kemukus Sejarah dan Waktu Ziarah di Makam Pangeran Samudro dapat dilaksanakan setiap hari, Kamis malam Jum’at dan setiap Kamus malam Jumat Pon dan Kamis malam Jumat Kliwon. Setiap hari selalu ada pengunjung yang berziarah ke Makam Pangeran Samudro meskipun tidak banyak. Beberapa di antara mereka bahkan ada yang melakukan suatu pantangan/sesirih tertentu, misalnya melakukan pati geni selama beberapa hari di sana. Setiap Kamis malam Jumat jumlah pengunjung lebih banyak dari hari-hari biasa. Setiap Kamis malam Jum’at Pon dan Kamis malam Jum’at Kliwon merupakan puncak kunjungan wisatawan/peziarah. Tidak kurang dari 10.000 pengunjung dari berbagai daerah di Jawa dan luar Jawa datang untuk berziarah di tempat ini. Puncak kunjungan wisatawan/peziarah di Gunung Kemukus terjadi setiap malam Jumat Pon di bulan Suro/Muharam. Pengunjung malam Jum’at Pon di bulan Suro/Muharam mencapai 15.000 orang dan pada malam Jum’at Kliwon di bulan Suro/Muharam mencapai 7.000 orang. Pada hari pertama di bulan Suro/ Muharam diadakan ritual pencucian selambu makam Pangeran Samudro, yang biasa disebut dengan ritual Larab Slambu/Larab Langse, yang dilanjutkan dengan pentas wayang kulit semalam suntuk sebagai acara rutin tahunan di objek wisata Gunung Kemukus.
28
4. Pemandian Air Panas Bayanan Pemandian Air Panas (PAP) Bayanan merupakan salah satu daerah tujuan wisata minat khusus yang dimiliki oleh Kabupaten Sragen, dalam hal ini adalah untuk wisata kesehatan (health tourism) yang dipadukan dengan daya tarik wisata alam atau ekowisata. Menurut cerita yang berkembang di tengah masyarakat, air panas Bayanan dianggap memiliki banyak khasiat dalam menyembuhkan berbagai penyakit, seperti: rematik, gatal-gatal, dan penyakit lainnya. Sehingga oleh orang terdahulu sumber air panas itu dinamakan “Hyang Tirto Nirmolo”. Ternyata banyak orang yang mengaku telah merasakan khasiat air tersebut sehingga menyebabkan semakin banyak pengunjung yang berdatangan untuk membuktikan sendiri khasiatnya. Selain bisa menyembuhkan berbagai penyakit di atas, air panas tersebut dipercaya juga bisa menurunkan kadar kolesterol dalam darah, memulihkan kebugaran tubuh, meningkatkan vitalitas tubuh, memelihara kesegaran sendi–sendi dan otot, menghilangkan capek-capek, dan membuat awet muda. Salah satu cara yang bisa ditempuh adalah dengan melakukan aktivitas olahraga. 5. Kolam Renang Kartika Kolam Renang Kartika terletak kurang lebih 500 M dari alun-alun Kota Sragen. Objek wisata ini selalu ramai dikunjungi oleh masyarakat dari segala umur, baik pada hari-hari biasa maupun pada hari libur. Di objek wisata tirta yang satu ini, tidak hanya aktivitas berenang yang ditawarkan, namun berbagai aktivitas menarik lain juga bisa dilakukan. Karena selain sebagai pusat kegiatan renang, tempat ini juga berfungsi sebagai taman keluarga dan taman bermain. Sehingga tidak heran jika banyak orang tua membawa anak-anak mereka ke objek wisata ini. Kolam Renang Kartika merupakan salah satu objek wisata andalan di Sragen. Mengingatakan hal tersebut, pemerintah Kabupaten Sragen terus berusaha untuk mengembangkan dan meningkatkan berbagai fasilitas pendukung yang ada di Kolam Renang Kartika demi memberikan pelayanan yang terbaik bagi para pengunjung dan meningkatkan tingkat kunjungan wisatawan sehingga juga akan berimbas pada meningkatnya PAD. 6. Desa Wisata Batik Kliwonan Sentra batik Kliwonan terdapat 85 UKM yang mampu menyerap sekitar 5000 tenaga pembuat batik. Sementara secara keseluruhan terdapat 15.000 pembuat batik yang tersebar di semua wilayah Kabupaten Sragen. Dalam setahun mereka mampu menghasilkan batik jenis katun sebanyak 50.000 potong dan batik jenis sutera dari alat tenun bukan mesin sebanyak 365.000 potong. Batik yang dihasilkan dari sentra industri batik Girli tersebut kemudian disetorkan ke juragan batik Solo dan diberi label pengepul ataupun dijual langsung ke pemilik kios di Pasar Klewer Solo. Maka tak mengherankan bila batik Kliwonan alias batik Sragen menjadi tidak pernah terdengar. Oleh sebab itu, Pemerintah Kabupaten Sragen lalu menetapkan sentra batik Girli menjadi kawasan wisata terpadu, dengan nama pencitraan (brandmark) Desa Wisata Batik Kliwonan. Kawasan desa wisata batik ini sekaligus diarahkan menjadi kawasan kunjungan wisata, pusat pengembangan, pelatihan, dan pemasaran batik khas Sragen.
29
7. Seni Musik Kentongan Tua Guno Tengoro Guno Tengoro adalah kelompok kesenian musik kentongan tuwo (tua) yang dimotori oleh kelompok tani Gemah Ripah Loh Jinawi dan Muda-Mudi Dukuh Jantran Desa Pilang, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen. Kentongan kebanggaan Guno Tengoro berumur 200 tahun. Tingginya 2,25 m dan berdiameter dua pelukan orang dewasa. Kentongan raksasa berbobot lebih dari sekuintal itu difungsikan sebagai bas. Kentongan ini terakhir berada di tangan mantan Lurah Desa Pilang yang memerintah di tahun 1940-an. 8. Dayu Alam Asri Kabupaten Sragen telah berdiri sebuah tempat wisata bernuansa pedesaan yang sangat lengkap dan sarat dengan nilai pendidikan dan hiburan. Dayu Alam Asri begitulah objek wisata ini dinamakan. Sesuai dengan namanya, tempat wisata ini sangat dekat dengan nuansa alam nan asri. Terletak di Desa Dayu, Kecamatan Sragen sekitar 20 km dari Kota Solo; Dayu Alam Asri menyimpan sejuta potensi yang siap dinikmati oleh para wisatawan dari berbagai usia. Selain karena keindahan alam pedesaan yang mempesona dengan deretan pohon jati yang menaungi areal seluas hampir 5 Ha, berbagai fasilitas pendukung telah disediakan demi kenyamanan para wisatawan yang berkunjung ke tempat ini. 9. Batik Tulis Wayang Batik tulis adalah suatu hasil karya yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Diberbagai wilayah Indonesia banyak ditemui sentra pengrajin batik, Setiap daerah juga mempunyai keunikan dan kekhasan tersendiri, baik dalam ragam hias maupun tata warnanya. Salah satu daerah itu adalah Kampung Batik Pungsari dan Plupuh adalah sebuah desa di wilayah, kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen. Di Desa ini banyak pengrajin batik, yang rata-rata ibu-ibu rumah tangga, merupakan Kampung batik yang sangat potensial. Batik tulis yang di produksi oleh para pengrajin di desa ini jika dicermati di dalamnya mengandung nilai-nilai yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakat pecinta batik. Nilai-nilai itu anara lain, kesakralan, keindahan/seni, ketekunan, ketelitian dan kesabaran, nilai ketekunan, ketelitian dan kesabaran tercermin dari proses pembuatannya yang cukup menyita waktu yang panjang dan lama untuk menghasilkan sebuah batik Tulis yang bagus dan menarik yan disukai oleh banyak orang. Nilai keindahan dan seni dapat dilihat dari motif yg bermacam-macam misalnya motif wayang yang sangat di gemari dan laku keras dipasaran. 10. Alun-Alun Sasono Langen Putro Alun-alun Sasono Langen Putro menjadi sarana hiburan bagi masyarakat di kota Sragen dan sekitarnya. Hampir setiap malam, banyak warga yang mendatangi alaun-alun untuk berbelanja, mencari hiburan atau sekedar jalan jalan. Terlebih bila malam minggu atau malam hari libur, bisa dipastikan selepas Maghrib, ribuan masyarakat baik laki-laki perempuan, tua muda, dewasa anakanak dari berbagai strata masyarakat memadati alun-alun yang terletak didepan komplek Pemda Sragen tersebut. Daya tarik Alun-alun Sasono Langen Putro sehingga mampu menarik masyarakat untuk mendatanginya karena berbagai fasilitas dapat ditemukan ditempat tersebut, selain letaknya yang sangat strategis dijantung kota Sragen.
30
F.
Aksesibilitas
Aksesibilitas menuju Sragen dapat ditempuh dari dari berbagai daerah dengan fasilitas kendaraan umum maupun pribadi dengan rute jalur yang mudah (Gambar 4). Aksesibilitas ditunjang dengan kondisi jalan dan letak wilayah yang strategis. Aksesibilitas menuju Sragen dapat ditempuh dengan mudah dari kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan Semarang. Letak daerah yang strategis sebagai penghubung antara Jawa Tengah dan Jawa Timur menjadikan Kabupaten Sragen selalu berbenah dalam kelancaran dan kemudahan aksesibilitas. Aksesibilitas menuju Kabupaten Sragen dapat ditempuh dengan jalur darat. Jalur darat dilengkapi dengan ketersediaan fasilitas transportasi umum berupa bus dan kereta api. Aksesibilitas dari daerah lain dapat dimanfaatkan untuk menuju Kabupaten Sragen. Aksesibilitas yang dapat dimanfaatkan untuk menghubungkan Kabupaten Sragen dengan daerah lain adalah Kota Surakarta. Aksesibilitas dari Jakarta menuju Kabupaten Sragen dapat ditempuh dengan pesawat tujuan Bandara Adi Sumarmo Solo kemudian menggunakan taksi menuju Sragen atau dengan menggunakan kendaraan umum dari Terminal Tirnonadi menggunakan bus jurusan Sragen. Alternatif lain dapat menggunakan kereta api tujuan stasiun Balapan Solo kemudian menggunakan transportasi umum seperti taksi menuju Sragen atau menggunakan kendaraan umum menuju Terminal Tirtonadi dengan jarak + 1 km kemudian dilanjutkan dengan menggunakan bus jurusan Sragen. Aksesibilitas menuju Kabupaten Sragen dari Provinsi Jawa Timur dapat di tempuh menggunakan bus dengan tujuan Kota Madiun kemudian dilanjutkan menuju Kabupaten Sragen.
Gambar 3 Peta Aksesibilitas Menuju Kabupaten Sragen Provinsi Jawa Tengah
31
IV.
METODE PELAKSANAAN TUGAS AKHIR A.
Lokasi dan Waktu
Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) tentang Perencanaan Ekowisata Kuliner akan dilakukan di Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah. Lokasi kegiatan TA berada di 20 kecamatan dalam Kabupaten Sragen. Waktu pelaksanaan TA yaitu selama 45 hari terhitung dari Bulan Januari sampai Maret 2015. Berikut adalah rencana tata waktu dalam pelaksanaan Tugas Akhir ini (Tabel 1). Tabel 1 Rencana Tata Waktu Pelaksanaan TA No 1.
2.
3.
4.
5. 6.
Kegiatan
November
Desember
Januari
Februari
Maret
Tahap Persiapan - Studi Pustaka -Penyusunan Proposal Pengumpulan Data Sekunder TA Pengumpulan Data Primer TA Pengolahan dan Analisis Data Revisi data Penyusunan Laporan Tugas Akhir
B.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang akan digunakan dalam pelaksanaan Tugas Akhir ini, baik berupa alat dan bahan yang digunakan saat pengambilan data hingga pengelolaan data, secara langsung ataupun tidak langsung. Berikut dalam Tabel 2 tersaji secara lengkap alat dan bahan yang akan digunakan tersebut. Tabel 2 Alat dan Bahan dalam Tugas Akhir No 1.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Alat Kamera Semi Profesional (Nikon COOLPIX P520) Tripod Laptop Alat tulis Kuesioner Buku literature Tallysheet Kuesioner
Fungsi Digunakan sebagai alat dokumentasi
Digunakan sebagai alat penyangga kamera Digunakan mengolah data Menulis data yang dibutuhkan Digunakan untuk menilai suatu objek Sebagai acuan dan panduan selama kegiatan Tugas Akhir Sebagai lembar kerja untuk pengumpulan informasi Digunakan untuk mengambil data dari pengunjung, masyarakat, dan pengelola terkait dengan kegiatan pengelolaan Kuliner, untuk pengembangan wisata Kuliner.
32 Tabel 2 Lanjutan No 9. 10. 11. 12.
Alat Peta Kawasan Responden Sumberdaya Kuliner Peta Kerja
Fungsi Digunakan untuk peninjauan lokasi kawasan dalam bidang gambar Diperlukan sebagai narasumber dan obyek pengambilan data. Bahan obyek yang menjadi fokus pengamatan. Bahan obyek yang digunakan untuk membantu dalam pendataan lokasi.
C.
Jenis Data
Data yang berkaitan dengan kajian utama yang didapatkan selama kegiatan TA di lokasi adalah data-data mengenai sumber daya wisata kuliner, data masyarakat, data wisatawan dan pemerintah. Masyarakat adalah subyek dalam kegiatan ekowisata yang berperan aktif dalam pelaksanaan perencanaan wisata yang dirancang. Data berkaitan dengan masyarakat adalah karakteristik, persepsi dan kesiapan masyarakat. Data berkaitan dengan wisatawan yang diperlukan dalam perencanaan wisata kuliner adalah karakteristik pengunjung serta permintaan terhadap kegiatan wisata kuliner. Data terkait pengelola adalah pihak pemangku kepentingan yang berwenang dalam pelaksanaan perencanaan ekowisata kuliner. Data utama kajian masing-masing memiliki klasifikasi data yang harus diperoleh untuk dapat memenuhi tujuan kegiatan TA (Tabel 3). Data yang diperlukan dalam kegiatan TA memiliki batasan-batasan yang dimaksudkan untuk fokus terhadap data yang penting dan sesuai dengan tujuan serta menjelaskan kedalaman materi yang berkaitan dengan kajian. Batasanbatasan pada tinjauan pustaka adalah teori-teori yang disampaikan oleh para ahli dengan teori yangs sesuai dengan kajian pada TA. Batasan tinjauan pustaka adalah teori tentang ekowisata kuliner yang meliputi perencanaan, persepsi dan motivasi, sumber daya wisata kuliner. Tinjauan pustaka lain yang terkait dengan perencanaan ekowisata kuliner adalah teori pendukung untuk memperkuat materi. Sumber daya ekowisata kuliner memiliki tiga aspek penting yang menjadi klasifikasi data yaitu kuliner tradisional, kuliner favorit dan oleh-oleh. Masingmasing klasifikasi data memiliki batasan dalam pengambilan data guna mendapatkan hasil sesuai tujuan TA. Batasan pada sumber sumber daya wisata kuliner adalah kajian meliputi representasi budaya, representasi masyarakat, higienitas makro, penentuan kadaluwarsa, klasifikasi umum, eksistensi kuliner, waktu konsumsi, penyajian, nilai kegunaan, fungsi sosial, rasa, tekstur, kemasan, warna, daya tahan, cara masak, alat penyajian makanan, alat bantu masak, alat bantu makan, alat produksi, prosesi makan, sumber bahan baku makanan, bumbu, kandungan zat makanan, vitamin dan gastronomi. Klasifikasi umum menjelaskan mengenai jenis makanan kedalam kategori makanan yang ditentukan yang meliputi makanan utama, cemilan dan minuman. Batasan terkait dengan eksistensi kuliner adalah mengkategorikan berdasarkan familiar yang merupakan makanan yang masih sangat dikenal oleh masyarakat. Kategori selanjutnya adalah recall yang termasuk makanan yang cukup dikenal oleh masyarakat tetapi perlu penggalian memori lebih dalam menyebutkannya. Kategori yang terakhir adalah pass known alah untuk makanan yang sudah tidak dikenal oleh masyarakat. Batasan terkait dengan waktu konsumsi adalah dibedakan pada pagi, siang, sore dan malam hari. Batasan terkait dengan penyajiannya adalah disajikan dalam kondisi panas (>60oC), kondisi sedang (240C-40C) dan dingin (<40C). Batasan
33
terkait dengan nilai kegunaan dikategorikan berdasarkan makanan keseharian, makanan kesehatan, acara pernikahan, acara kelahiran, acara kematian acara keagamaan dan acara adat. Batasan terkait fungsi sosial dikategorikan berdasarkan fungsi psikologis, fungsi religi, fungsi fisiologis, fungsi status dan simbol kekuasaan. Batasan terkait rasa dikategorikan berdasarkan manis, asam, pahit, pedas, asin, tawar. Batasan terkait dengan tekstur dikategorikan berdasarkan keras, lembek, cair dan beku. Batasan terkait dengan kemasan adalah tidak terbungkus, plastik, daun dan kertas. Batasan terkait dengan warna adalah gelap, terang, tidak berwarna dan beraneka warna. Batasan terkait dengan daya tahan adalah harian, mingguan, bulanan dan tahunan. Batasan terkait dengan cara masak dikategorikan berdasarkan dikukus, direbus, digoreng, dibakar, disangrai dan dikonsumsi mentah. Alat penyajian makanan dibatasi berdasarkan modern dan tradisional berkaitan dengan peralatan yang digunakan. Alat bantu makan dibatasi pada peralatan umum yang digunakan untuk prosesi makan. Alat produksi memiliki batasan berkaitan dengan peralatan yang digunakan dalam menciptakan masakan tersebut. Alat bantu masak memiliki batasan yang dibedakan menjadi modern dan tradisional yang memiliki perbedaan piranti. Prosesi makan memiliki batasan terkait dengan pola-pola atau peraturan terkait dengan teknis yang dilakukan pada saat menikmati kuliner. Sumber bahan baku makanan memiliki batasan yaitu bahan makanan pokok, bahan makanan lauk pauk, bahan makanan sayur mayur protein nabati yang terdiri dari root vegetables, green vegetables dan bahan makanan buah-buahan. Bumbu memiliki batasan bumbu segar, bumbu kering dan bumbu jadi. Kandungan zat makanan memiliki zat makanan terkait dengan karbohidrat, protein hewani, protein nabati, lemak hewani, lemak nabati, air dan mineral. Batasan vitamin adalah kandungan vitamin dari setiap masakan. Gastronomi adalah seni dari kuliner yang dihubungkan dengan kebudayaan pada lokasi penelitian. Gastronomi mencakup semua klasifikasi data pada kuliner dengan pembahasan secara lebih rinci dan terkait dengan seni atau tata boga. Batasan pada data mengenai masyarakat adalah berkaitan dengan karakteristik, persepsi dan kesiapan yang ditentukan secara acak pada keselurhan lokasi penelitian. Batasan kajian mengenai masyarakat adalah sesuai dengan kuesioner yang diperuntukkan kepada masyarakat. Batasan pada wisatawan adalah penentuan responden secara acak dengan wisatawan yang melakukan kegiatan wisata baik kuliner maupun wisata lain dengan ketentuan responden mengetahui atau memahami terkait dengan sumber daya kuliner yang berada pada lokasi penelitian. Batasan pada akademisi adalah penilaian sumber daya kuliner sesuai dengan indikator penilaian pada kuesioner yang disediakan. Batasan mengenai pengusaha adalah terkait dengan karakteristik dan persepsi yang diperuntukkan oleh pengusaha yang berkaitan dengan sumber daya kuliner. Batasan pada akademisi adalah terkait dengan kelayakan pada komponen kuliner yang disediakan kuesioner dengan indikator makro. Batasan terhadap pengelola adalah persepsi yang tersedia pada kuesioner.
34
Tabel 3. Jenis Data dalam Tugas Akhir No 1.
Jenis Data Sumber Daya Kuliner
Klasifikasi Data a. Klasifikasi Umum b. Eksistensi Kuliner
Cara Pengambilan Data Wawancara
c. Waktu Konsumsi
Observasi Langsung (Identifikasi dan Pengamatan) Wawancara
d. Penyajian
Wawancara
e. Nilai Kegunaan
g. Rasa
Observasi Langsung (Pengamatan), Wawancara Observasi Langsung (Pengamatan), Wawancara Wawancara
h. Tekstur
Observasi Langsung
i. Kemasan
j. Warna
Observasi Langsung (Pengamatan), Wawancara Observasi Langsung
k. Daya Tahan
Wawancara
l. Cara masak
Wawancara, Studi Literatur Observasi Langsung (Pengamatan), Wawancara Observasi Langsung (Pengamatan), Wawancara Observasi Langsung (Pengamatan), Wawancara Observasi Langsung (Pengamatan), Wawancara Observasi Langsung (Pengamatan), Wawancara Observasi Langsung (Pengamatan), Wawancara Observasi Langsung (Pengamatan), Wawancara Observasi Langsung (Pengamatan), Wawancara Observasi Langsung (Pengamatan),
f. Fungsi Sosial
m. Alat Penyajian Makanan n. Alat Bantu Makan
o. Alat Produksi
p. Alat Bantu Masak
q. Prosesi Makan
r. Sumber Bahan Baku Makanan s. Bumbu
t. Kandungan Zat Makanan u. Vitamin
Sumber Data Pengusaha, Masyarakat Pengusaha, Masyarakat Pengusaha, Masyarakat Pengusaha, Masyarakat Pengusaha, Masyarakat Pengusaha, Masyarakat Wisatawan, Pengusaha, Masyarakat Pengusaha, Masyarakat Pengusaha, Masyarakat Pengusaha, Masyarakat Pengusaha, Masyarakat Pengusaha, Masyarakat Pengusaha, Masyarakat Pengusaha, Masyarakat Pengusaha, Masyarakat Pengusaha, Masyarakat Pengusaha, Masyarakat Pengusaha, Masyarakat Pengusaha, Masyarakat Pengusaha, Masyarakat Pengusaha, Masyarakat
35 Tabel 3 lanjutan No
Jenis Data
Klasifikasi Data
v. Gastronomi
w. Representasi Budaya dan Masyarakat x. Higienitas Makro
y. Penentuan Kadaluwarsa 2.
3.
Masyarakat
a. Karakteristik
Wisatawan
b. Persepsi Masyarakat c. Kesiapan Masyarakat a. Karakteristik b. Motivasi c. Persepsi
4.
5.
6.
Pengusaha
Pengelola
Akademisi
a. Karakteristik b. Persepsi Pengusaha c. Kesiapan Pengusaha a. Karakteristik b. Persepsi Pengelola c. Kesiapan Pengelola (Anggran, Institusi) a. Penilaian Potensi Sumber Daya Kuliner
D.
Cara Pengambilan Data Wawancara Observasi Langsung (Pengamatan), Wawancara Observasi Langsung (Pengamatan), Wawancara Observasi Langsung (Pengamatan), Wawancara Observasi Langsung (Pengamatan), Wawancara Kuesioner dengan random sampling Kuesioner dengan random sampling Kuesioner dengan random sampling Kuesioner dengan random sampling Kuesioner dengan random sampling Kuesioner dengan random sampling Kuesioner dengan distribusi normal Kuesioner dengan distribusi normal Kuesioner dengan distribusi normal Kuesioner Pengelola Kuesioner Pengelola
Sumber Data
Akademisi, Buku Teks, Jurnal, Website Masyrakat, Budayawan Indikator Penilaian
Indikator Penilaian
Rekapitulasi dan Tabulasi Rekapitulasi, Skoring, Pembobotan Aspek Jawaban Rekapitulasi dan Tabulasi Aspek Jawaban Rekapitulasi, Skoring, Pembobotan Rekapitulasi dan Tabulasi Rekapitulasi, Skoring, Pembobotan Aspek Jawaban
Kuesioner Pengelola
Rekapitulasi Rekapitulasi, Skoring, Pembobotan Aspek Jawaban
Kuesioner Persepsi Akademisi
Rekapitulasi, Skoring, Pembobotan
Metode Pengambilan Data
Kegiatan penggalian data potensi sumberdaya kuliner dan data lain merupakan salah satu aspek vital dalam proses perencanaan ekowisata kuliner. Penggunaan metode yang berkaitan merupakan upaya yang harus dilakukan agar penggalian data potensi sumber daya kuliner dan data lain berjalan dengan efektif. Metode yang digunakan antara lain ialah metode studi pustaka/literatur, observasi langsung, wawacara dan kuesioner. Metode dalam observasi langsung meliputi kegiatan pengamatan lapang, identifikasi, inventarisasi, dokumentasi dan jelajah.
36
1.
Sumber Daya Ekowisata Kuliner
Metode pengambilan data sumber data ekowisata kuliner dengan observasi langsung, wawancara dan studi literatur. Metode observasi langsung meliputi kegiatan pengamatan dan dokumentasi. Penggunaan metode observasi langsung merupakan suatu cara penelitian yang paling sesuai bagi para ilmuwan yang tidak memerlukan biaya yang banyak (Bachtiar dalam Koentjaraningrat 1990). Pengamatan sebagai cara penelitian menuntut dipenuhinnya syarat-syarat tertentu yang merupakan jaminan bahwa hasil pengamatan memang sesuai dengan kenyataan yang menjadi sasaran perhatian. Metode observasi langsung yang digunakan untuk sumber daya kuliner adalah dengan melihat, memandang, mengamati, merasakan sehingga menghasilkan suatu kesimpulan terhadap kuliner tersebut. Metode observasi juga dapat terbantu dengan cara pendokumentasian yang berguna untuk menyimpan hasil pengamatan sehingga dapat dijadikan bukti atau analisa lanjutan terhadap sumber daya kuliner. Obervasi lapang dengan pengamatan harus dilakukan dengan daya pengamatan yang baik sehingga hasil yang didapatkan sesuai dengan kenyataan pada saat pengamatan. Pengamatan memiliki sasaran pengamatan sehingga tidak akan menghadapi kesukaran dalam menentukan obyek yang diperhatikan, diamati dengan seksama dan tidak mengabaikan aspek penting lainnya (Bachtiar dalam Koentjaraningrat 1990). Pengamatan dilakukan dengan merepresentasikan fakta yang kemudian diolah lebih lanjut dengan pencatatan hasil pengamatan. Kuliner yang menjadi obyek penelitian menggunakan alat bantu berupa tallysheet atau lembar kerja sehingga data yang diperoleh dapat terperinci dan parameter yang diukur saling sesuai antar obyek. Metode observasi langsung memiliki keunggulan yaitu untuk meningkatkan ketepatan dalam melaporkan hasil pengamatan atau yang bisa disebut dengan pengamatan terkendali (controlled observation). Metode lain yang digunakan dalam pengumpulan data terkait dengan sumber daya ekowisata kuliner adalah metode wawancara. Metode wawancara atau metode interview, mencakup cara yang dipergunakan untuk mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang responden dengan bercakapcakap berhadapan muka (Koentjaraningrat 1990). Wawancara yang dipergunakan dalam penelitian kuliner ini bertujuan mengumpulkan keterangan tentang berbagai jenis data yang diperlukan. Hasil wawancara kemudian dapat dicatat dengan beberapa cara yaitu pencatatan langsung, pencatatan dari ingatan, pencatatan dengan alat recording, pencatatan dengan field rating, dan pencatatan dengan field coding (Koentjaraningrat 1990). Pencatatan lansung merupakan pencatatan yang diutamakan dalam kegiatan wawancara. Pencatatan dari ingatan memiliki keunggulan dengan suasana santai yang diciptakan sehingga responden tidak merasa canggung. Pencatatan dengan alat recording memiliki keunggulan dalam memberikan informasi secara lengkap bahkan sampai detail-detail kecil. Pencatatan dengan field rating atau dengan angka-angka atau kata-kata yang menilai merupakan metode wawancara dengan menggunakan alat bantu kuesioner yang dapat memperhitungkan jawaban dalam golongan yang diberi angka nilai atau kata nilai. Pengukuran nilai dilakukan dengan skala likert yang merepresentasikan setiap penilaian dari keadaan yang paling tidak sesuai hingga keadaan yang paling sesuai. Pencatatan data wawancara dengan field codimg atau kode memiliki keunggulan dalam mempermudah pencatatan jawaban dari
37
pertanyaan tertutup susunan daftar pertanyaan wawancara atau kuesioner. Kode tersebut juga dapat digunakan dalam penulisan hasil pada tallysheet sehingga lebih efisien. Studi literatur digunakan untuk memperkuat hasil yang didapatkan dari observasi langsung atau wawancara. Studi literatur mengenai kuliner lebih ditekankan kepada kasus-kasus yang lebih spesifik seperti kandungan vitamin, kandungan zat makanan dan gastronomi yang memerlukan kajian lebih untuk mendapatkan data yang akurat. Studi literatur dapat diperoleh melalui jurnal, buku teks atau pustaka-pustaka lain yang memuat tentang kuliner. Metode pengambilan data untuk sumber daya ekowisata kuliner dibedakan secara lebih rinci berdasarkan masing-masing jenis data yang diidentifikasi. Metode pengambilan data berdasarkan jenis kuliner dibedakan menjadi metode pengambilan data untuk kuliner tradisional, kuliner favorit dan oleh-oleh. Metode pengambilan data secara rinci adalah sebagai berikut. a. Kuliner Tradisional Pengambilan data terkait dengan kuliner tradisional sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan adalah menggunakan metode observasi, wawancara dan studi literatur. Metode observasi menggunakan alat bantu berupa kuesioner yang berkaitan dengan representasi budaya dan masyarakat (Lampiran 1). Kuesioner dari representasi budaya dan masyarakat berisikan daftar dari rangkaian pertanyaan yang terkait dengan kuliner dilihat dari fungsi sosial terutama yang dipergunakan sebagai kuliner penting dalam menunjang tradisi pada setiap alur kehidupan dalam masyarakat. Kuesioner dari representasi budaya dibagikan kepada 3 responden pada setiap kecamatan. Kuesioner diisi oleh responden yang memahami tentang representasi kuliner sebagai bagian dari budaya masyarakat. Kuesioner terkait dengan representasi kuliner yang dipergunakan sebagai penunjang tradisi dalam masyarakat tertama dalam alur kehidupan masyarakat dari mulai kelahiran hingga kematian. Kuesioner menggunakan skala 1-7 dengan tingkatkan sangat tidak diperlukan hingga sangat diperlukan. Kuesioner ini berisi daftar kuliner yang diduga dipergunakan atau bermanfaat sebagai bagian dari tradisi masyarakat. Daftar kuliner tersebt kemudian diolah berdasarkan tingkat keperluan berdasarkan skala yang ada. Hasil akhir dari daftar kuliner tersebut merupakan kuliner yang memang diperlukan dalam tradisi masyarakat sehingga pada repesentasi masyarakat dapat diketahui tingkat pengetahuan dan kepentingan masing-masing kuliner untuk masyarakat. Kuesioner representasi masyarakat memiliki kesamaan dengan representasi budaya. Hal yang membedakan adalah jumlah dan petimbangan pada responden. Representasi budaya menggunakan 30 responden pada setiap kecamatan dengan batasan usia yaitu pada tingkatan dewasa. Kuesioner represenyasi masyarakat merupakan penilaian masyarakat dari segi pemahaman terhadap kuliner tradisional yang dipergunakan dalam tradisi pada alur kehidupan dari mulai kelahiran hingga kematian dengan indikator tahu atau tidak tahu disertai dengan tingkatan pengetahuan. Tingkatan pengetahuan tersebut kemudian dikembangkan dengan skala keperluan kuliner untuk kegiatan budaya yang ada di dalam masyarakat. Tingkatan pengetahuan menggunakan skala 1-7 dengan pengertian sangat tidak diperlukan hingga sangat diperlukan.
38
b. Kuliner Favorit Metode pengambilan data pada kuliner favorit adalah dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan studi literatur. Metode observasi yaitu dengan investigasi dengan memandang, melihat, mengamati dan pendokumentasian serta menggunakan alat bantu berupa tallysheet. Metode observasi tersebt dilakukan dengan mendatangi lokasi-lokasi yang terdapat kuliner favorit untuk dinilai dengan indikator kebersihan yang tercantum dalam tallysheet (Lampiran 1). Tallysheet yang dipergunakan merupakan tabel yang berisi daftar penilaian yang terkait dengan higienitas makro dengan penilaian secara individu dengan mengetahui kondisi aktual dari obyek yang diamati. Tallysheet yang berkaitan dengan higienitas makro tersebut dinilai dengan skala 1-7 yaitu dari sangat tidak bersih hingga sangat bersih. c. Oleh-Oleh Metode pengambilan data terkait dengan oleh-oleh adalah dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan studi literatur. Metode observasi dan wawancara dilakukan secara bersamaan untuk mendukung kegiatan di lapangan. Studi literatur dipergunakan sebagai media pelengkap data terkait dengan oleh-oleh baik sebelum atau sesudah diperoleh data di lapangan. Metode observasi yang dilakukan adalah memandang, melihat, mengamati dan pendokumetasian. Metode observasi juga dibantu dengan adanya tallysheet yang berisi aspek-aspek penilaian yang kemudian dinilai dengan indikator penilaian dengan skala 1-7 (Lampiran 1). Aspek penilaian tersebut meliputi cara menyimpan, ruang penyajian serta penentuan kadaluwarsa. Indikator penilaian dengan skala 1-7 tersebut terkait dengan kebersihan yaitu mulai sangat tidak bersih hingga sangat bersih dan pada penentuan kadaluwarsa adalah dari mulai sangat tidak layak hingga sangat layak. 2.
Masyarakat
Data masyarakat meliputi karakteristik, persepsi, kesiapan masyarakat dan keterlibatan masyarakat melalui penyebaran kuesioner yang bersifat close ended yaitu kuesioner dengan pilihan jawaban yang telah disediakan. Masyarakat yang heterogen dijadikan sebagai responden dengan menggunakan sebaran normal dan tidak ada kelas tertentu dalam penentuan kelayakan responden. Masyarakat yang bersedia menjadi responden dan memahami pertanyaan dari kuesioner maka dapat dijadikan sebagai narasumber penelitian. Kabupaten Sragen terdiri dari 20 kecamatan dengan jumlah penduduk sebesar 896.021 (BPS 2014). Penentuan sampel menggunakan jumlah penduduk dengan menggunakan rumus Slovin (Ariola 2006). Penentuan sampel tersebut adalah sebagai berikut. Keterangan: n : Penentuan sampel N : Ukuran populasi e : Persentase ketidaktelitian pengambilan sampel (10%)
Pengambilan sampel dengan rumus Slovin digunakan untuk menentukan responden yang akan dilakukan penyebaran kuesinoner. Kuesioner yang disebarkan bersifat close ended (Lampiran 2) yaitu bentuk kuesioner yang
39
menggunakan pilihan jawaban sehingga mempermudah responden untuk mengisi kuesioner.
100 Jumlah responden untuk masyarakat sesuai dengan perhitungan jumlah penduduk adalah 100 responden. Responden dengan jumlah 100 tersuebut merupakan keseluruhan sampel yang harus diperoleh. Penentuan sampel kemudian dilakukan pada setiap kecamatan sesuai dengan jumlah penduduk pada setiap kecamatan untuk mendapatkan jumlah sampel yang sesuai dan seimbang berdasarkan persentase jumlah penduduk kabupaten dengan masing-masing kecamatan. Jumlah sampel yang akan diambil sebagai sampel adalah sebanyak 100 responden yang kemudian akan ditentukan dengan menggunakan teknik stratified random sampling. Stratified random sampling dilakukan untuk melakukan penyebaran kuesioner dengan menentukan jumlah responden di setiap kecamatan. h
3.
Keterangan : nh : Penentuan sampel ke-h Nh : Populasi ke-h n : Sampel N : Populasi
Wisatawan Data mengenai wisatawan yang diperlukan dalam kegiatan TA yaitu karakteristik, motivasi serta persepsi mengenai perencanaan ekowisata kuliner. Data tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan metode observasi langsung dan penyebaran daftar pertanyaan (kuesioner). Kegiatan observasi dilakukan dengan mengunjungi dan mengamati langsung wisatawan atau pengunjung di lokasi yang terdapat potensi kuliner khas dan dilanjutkan dengan penyebaran daftar pertanyaan atau kuesioner. Daftar pertanyaan disusun dengan pola close ended (pilihan ganda), dimana dalam pola ini wisatawan atau pengunjung dapat langsung memilih jawaban dari aspek yang telah disediakan. Metode penarikan sampel secara kebetulan adalah proses pengambilan sampel yang dilakukan tanpa perencanaan yang saksama (Kusmayadi 2004). Responden yang dimintai informasi secara kebetulan yang terdapat di lokasi kuliner. Lokasi kuliner untuk penyebaran kuesioner diperoleh dari penilaian asesor dan pemilihan responden berdasarkan perbandingan waktu hari kerja dan pekan. Batasan dari responden adalah seseorang yang bersedia untuk mengisi kuesioner yang disebarkan. Jumlah tersebut dianggap telah mewakili populasi yang ada dalam klasifikasi actual demand yang selalu datang, pengunjung potential demand yang berpotensi datang, atau pengunjung dengan klasifikasi latend demand. Hal ini dikarenakan tidak diketahuinya jumlah pengunjung yang datang per-periode tertentu di setiap lokasi kuliner. Metode pengambilan
40
kuesioner dilakukan dengan menggunakan close ended dan teknik pengambilan responden metode penarikan sampel secara kebetulan. 4.
Pengelola Data dari pemerintah yaitu meliputi karakteristik, persepsi dan kesiapan pengelola atas perencanaan ekowisata kuliner yang akan dilakukan pada kawasan. Pengambilan data kepada pihak pemerintah dilakukan karena pemerintah merupakan pihak yang mempunyai peran untuk mendukung aspek komparatifedukatif dalam proses analisis kuantitatif dan kualitatif atau penilaian potensi ekowisata kuliner di Kabupaten Sragen dengan menggunakan indikator penilaian potensi Avenzora dalam Avenzora (2008). Pengambilan data pihak pengelola dilakukan dengan wawancara dan mengajukan kuesioner untuk kemudian dilakukan observasi terhadap informasi yang diperoleh dari hasil data kuesioner. Pihak pengelola yang disebutkan yaitu para pemangku kebijakan terkait dengan perencanaan ekowisata kuliner. Pengelola terkait diantaranya adalah dinas pariwisata, kebudayaan, pemuda dan olahraga (Disparbudpora) Kabupaten Sragen. Pemerintah yang berwenang membuat kebijakan dalam pelaksanaan teknis perencanaan ekowisata kuliner diidentifikasi sesuai dengan wewenang masing-masing dalam dinas tersebut. Pelaksana teknis dalam perencanaan kemudian dijadikan sebagai responden dalam persepsi pemerintah terkait dengan perencanaan kuesioner. E.
Metode Perancangan Program Ekowisata
Program ekowisata merupakan produk ekowisata yang dapat dihasilkan dengan memanfaatkan sumber daya wisata yang ada. Program ekowisata kuliner yang merupakan produk ekowisata bertujuan untuk menggugah pasar dengan keinginan dan kebutuhan terhadap ekowisata kuliner. Program ekowisata lebih mendatangkan keuntungan apabila disusun dengan pendekatan rekreasi yang mengutamakan kepuasan individu dengan pelayanan yang baik (Fennell 2002). Perencanaan yang lebih mengarah pada pendekatan individu tersebut terkait dengan recreation demand yang meliputi kajian mengenai umur, pendidikan dan pendapatan. Perencanaan program ekowisata kuliner dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan scientific planning dan apriory planning (Avenzora 2008). Perancangan program ekowisata kuliner ini lebih ditekankan pada scientific planning yang terdiri dari beberapa langkah. Langkah-langkah tersebut adalah demand approach, resources approach dan behaviour. Pendekatan demand atau permintaan dapat dilakukan dengan metode wawancara dengan alat bantu kuesioner. Pendekatan permintaan tersebut berfungsi untuk mengetahui karakteristik serta permintaan wisatawan terhadap ekowisata kuliner. Pendekatan sumber daya adalah dengan mengetahui sumber daya kuliner unggulan berdasarkan penilaian indikator. Pendekatan sumber daya tersebut bertujuan untuk membuat program yang menjadi minat wisatawan. Pendekatan perilaku adalah dengan mengetahui perilaku wisatawan dalam melakukan kegiatan menikmati kuliner sehingga dapat memahami keinginan pasar dan program dapat lebih diminati oleh wisatawan.
41
Perancangan program ekowisata kuliner juga harus mempertimbangkan beberapa hal dalam pengambilan keputusan sebelum program dibuat. Pertimbangan tersebut adalah orisinalitas rencana, keunikan, kompetitor, trend characteristic, time-frame, efisiensi dan efektifitas biaya dan kondisi aktual (Avenzora 2008). Perencanaan dalam pembuatan program ekowisata pada akhirnya dibuat dengan menggabungkan antara scientific planning dan apriory planning. Apriory planning yang merupakan perencanaan dengan intuisi individu diperlukan dalam perencanaan program untuk mengembangkan kreatifitas dalam merencanakan suatu program yang unik dengan didukung atau bersesuaian dengan kondisi aktual yang didapatkan dari analisis scientific planning. Perencanaan program ekowisata kuliner dibedakan menjadi perencanaan harian, menginap dan tahunan. Program ekowisata harian merupakan program yang dapat dinikmati setiap hari sesuai dengan permintaan wisatawan. Program wisata menginap dibuat dengan konsep paket wisata yang merupakan kumpulan dari beberapa program. Program ekowisata kuliner tahunan dibuat dalam bentuk event berupa festival yang menjadikan masyarakat luas sebagai target pasar. Program ekowisata kuliner tahunan dibuat dalam skala yang besar dengan melibatkan stakeholder yang ada di Kabupaten Sragen. Festival tersebut juga dikombinasikan dengan kebudayaan masyarakat Kabupaten Sragen sehingga event tersebut menjadi lebih dinamis dan menarik. F.
Metode Pembuatan Luaran Media Promosi
Luaran yang dihasilkan dari perencanaan ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen yakni berupa media promosi audio visual yang mempunyai fungsi dan tujuan untuk memberi informasi dari potensi wisata serta sebagai pemasaran kawasan wisata. Media promosi dalam bentuk audio visual atau film merupakan salah satu media yang efisien bagi promosi atau informasi suatu obyek, hal tersebut dikarenakan film mempunyai kelebihan yaitu berupa menyampaikan informasi dalam gambar bergerak dan dapat diiringi suara yang dapat disesuaikan lamanya dengan durasi. Film dapat membawa penonton merasakan dan melihat sendiri informasi yang disajikan. Pengambilan gambar dilakukan dengan menggunakan kamera semi profesional (pro-summer) atau handycam beserta bantuan tripod dan perangkat lainnya. Kemudian data mentah dari pengambilan gambar di lapangan diolah melalui proses editing dengan menggunakan software Corel Ulead Video Studio, yang kemudian hasil dari pengolahan tersebut menghasilkan media promosi dalam bentuk audio visual mengenai ekowisata kuliner di Kabupaten Sragen. Informasi potensi kuliner dan daya dukungnya merupakan isi utama dalam film, selain sebagai visualisasi potensi kepada masyarakat luas, juga sebagai media promosi wisata khususnya untuk program ekowisata kuliner, dan umumnya untuk pariwisata di Kabupaten Sragen. Pemilihan potensi yang dijadikan isi disesuaikan dengan hasil identifikasi, observasi, dan wawancara pada lokasi. Informasi yang terutama harus disampaikan adalah manfaat kuliner terhadap lingkungan sekitar, dari aspek ekologi, budaya dan perekonomian, sehingga masyarakat diajak untuk menjaga dan melestarikan kuliner tersebut.
42
Film akan dikemas dengan dua opsi pengemasan konsep, yang pertama dengan konsep dokumenter asli yang mengkombinasikan narasi langsung dalam bentuk visual atau audio. Narator akan dibebankan pada editor, tanpa adanya sebuah karakter tertentu didalam produksi pengambilan gambar. Konsep pengemasan yang kedua ialah berupa adanya penggunaan sebuah karakter pengantar informasi (narator) didalam sebuah film tersebut dari awal hingga akhir, dan narasi tidak dilakukan secara langsung. Informasi yang disajikan dalam film dokumenter diringkas secara sederhana, dengan durasi ± 10 menit. Setelah penentuan konsep pengemasan produksi film yang disesuaikan dengan kondisi aktual, kemudian akan dilakukan penyusunan sinopsis dan skenario yang selanjutnya langsung dilakukan pengambilan materi film. G.
Tahapan Pelaksanaan
Tahapan pengerjaan dari kegiatan Tugas Akhir terdiri dari empat tahap. Tahap pertama akan dilakukan persiapan dengan melakukan studi literatur untuk menentukan problem statement dan variabel essensial beserta parameter yang akan digunakan pada tahapan pengerjaan. Tahap kedua berupa inventarisasi dari setiap variabel essensial dan parameter melalui observasi, kuesioner, studi literatur dan dokumentasi terhadap sumberdaya kuliner di Kabupaten Sragen. Tahap kedua ini bertujuan menghasilkan data yang berkaitan dengan parameter dari setiap essensial. Data parameter tersebut terdiri dari aspek sumber daya kuliner, aksesibilitas, fasilitas, karakteristik masyarakat, kesiapan masyarakat, persepsi masyarakat, karakteristik pengelola, persepsi pengelola, kesiapan pengelola dan penilaian potensi oleh asesor dengan indikator penilaian dengan variabel yang ditentukan untuk mengurangi subjektifitas (Avenzora 2008). Tahap ketiga adalah menganalisis data yang telah diperoleh dari parameter essensial dengan pendeskripsian data secara kualitatif dan kuantitatif agar mengetahui potensi sumberdaya kuliner yang akan digunakan dalam perencanaan ekowisata kuliner di Kabupaten Sragen. Hasil analisis dari sumberdaya potensial kemudian dinilai berdasarkan indikator penilaian sehingga menghasilkan sumberdaya kuliner unggulan di Kabupaten Sragen. Tahap ini terdiri dari sintesis, konsep dan perencanaan. Tahap sintesis dimulai dengan melakukan penilaian terhadap potensi ekowisata menggunakan indikator penilaian Avenzora dengan aspek keindahan, keunikan, kelangkaan, seasonalitas, aksesibilitas, sensitifitas dan fungsi sosial yang masing-masing memiliki penjabaran pada aspeknya. Hasil penilaian indikator dari sumberdaya ekowisata kuliner kemudian digunakan untuk dapat merancang program wisata dengan konsep “Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen” yang terdiri program harian, mingguan dan tahunan. Tahapan terakhir adalah perancangan luaran berupa media promosi berbentuk audio visual. Media promosi berbentuk audio visual dikemas secara menarik sebagai upaya memperkenalkan ekowisata kuliner di Kabupaten Sragen.
43
PERSIAPAN
Studi Literatur
- Penentuan problem statment - Penentuan variabel essensial dan parameter
Tahap 1
INVENTARISASI
Observasi
Kuesioner
Studi Literatur
Dokumentasi
Data Parameter -
Aspek Sumberdaya Kuliner Aspek Masyarakat Aspek Pemerintah Aspek Pengusaha Aspek Akademisi Aspek Wisatawan
Tahap 2
ANALISIS Pendeskripsian Data Secara Kualitatif
Pendeskripsian Data Secara Kuantitatif
Potensi Sumberdaya Ekowisata
SINTESIS Penilaian sumberdaya ekowisata kuliner menggunakan penilaian indikator Avenzora.
KONSEP Ekowisata Kuliner
Tahap 3
PERENCANAAN Penentuan opsi – opsi program wisata dan rancangan output media promosi
Program Wisata Sumberdaya Ekowisata yang memiliki penilaian tinggi.
- Harian - Mingguan - Tahunan
Program wisata terpilih dan rancangan output media promosi
Tahap 4
Gambar 4 Tahapan Pelaksanaan Tugas Akhir Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sagen, Provinsi Jawa Tengah.
44
DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Sragen. 2014. Sragen dalam Angka 2014. Sragen. Badan Pusat Statistik Kabupaten Sragen. [Pemkab] Pemerintah Kabupaten Sragen. 2014. Kondisi Umum Kabupaten Sragen. www.sragenkab.go.id [21 November 2014]. Aoyama G. 2000. Pengembangan Eko-tourism di Kawasan konservasi di Indonesia. Jakarta: JICA Expert/RAKATA.
Ariola MM. 2006. Principles and Methods of Reaserch. Manila: Rex Book Store. Avenzora R. 2008. Penilaian Potensi Obyek Wisata: Aspek Indikator Penilaian. Ekoturisme Teori dan Praktek. Avenzora R (Ed.). Ekoturisme teori dan Praktek. Banda Aceh: BRR NAD-Nias Bachtiar
HW. 1990. Pengamatan Sebagai Suatu Metode Penelitian. Koentjaraningrat (ed) Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Dirawan DG. 2003. Analisis Sosio-Ekonomi dalam Pengembangan Ekotourisme pada Kawasan Suakamarga Satwa Mampie Lampoko (Desertasi). Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Ernawati, Izwerni, Nelmira W. 2008 Tata Busana. Direktorat Pembinaan Sekolah menengah kejuruan. Jakarta. Fahmi I. 2011. Manajemen (Teori, Kasus, dan Solusi). Bandung: Alfabeta. Fennell DA. 2002. Ecotourism Programme Planning. Oxon. CABI Publishing [EN]. Hariandja, Marihot, TE. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Grasindo. Herdiannanda D. 2010. Pemanfaatan Audio Visual (Film Kartun) Sebagai Media Bantu Siswa Dalam penguasaan Kosakata bahasa mandarin Di SMA Negeri 4 Surakarta. Tugas Akhir. Jurusan Diploma III Bahasa China Fakultas Sastra dan Senirupa. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Ihyani F. 2010. Hubungan Strategi Sosial Program Tegal Sehat 2010 Terhadap Tingkat kesadaran Kesehatan Masyarakat Kota Tegal. Tugas Akhir. Pendidikan Diploma Jurusan Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro. Semarang: Universitas Diponegoro. Koentjaraningrat. 1990. Metode Wawancara. Koentjaraningrat (ed) MetodeMetode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Marpaung H, Bahar H. 2002. Pengantar Pariwisata. Bandung: Alfabeta.
45
Marliyati SA, Hastuti D, Sinaga T. 2013. Ekowisata Kuliner di Indonesia. Teguh F, Avenzora R [eds.]. Ekowisata dan Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan di Indonesia: Potensi, Pembelajaran dan Kesuksesan. Jakarta: Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Moerjipto, Rumijah JS, Moeljono, Astuti J. 1993. Makanan: Wujud, Variasi dan Fungsinya serta Cara Penyajiannya pada Orang Jawa Daerah Istimewa Yogyakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Kebudayaan Muljadi AJ. 2009. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Mulyana D. 2006. Komunikasi Antar Budaya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mulyana D. 2007. Ilmu komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Munandar JM, Kartika L, Permanasari Y, Indrawan RD, Andrianto MS, Siregar E. 2013. Pengantar Manajemen. Bogor: IPB Press. Muslich M Suyono. 2009. Pengembangan Media Pembelajaran Kosakata Berbasis Audio-Visual untuk Peningkatan Kompetensi Berbahasa Indonesia Anak Usia Dini. Jurnal Penelitiam Kependidikan. Tahun 19, Nomor 1. Fakultas Sastra Universitas negeri Malang. Malang. Nugroho I. 2001. Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Pitana IG, Diarta S. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit Andi. Pitana IG, Rukendi C. 2008. Petunjuk Pengembangan Ekowisata Budaya dan Kuliner. Ekoturisme Teori dan Praktek. Avenzora R (ed.). Banda Aceh: Penerbit BRR-NAD Nias. Primasari A, Siswojo T. 2010. Promosi Kuliner Lokal sebagai Daya Jual Pariwisata Indonesia untuk Backpacker Asing. Jurnal Tingkat Sarjana Bidang Seni Rupa dan Desain I (2):7-14. Ridwan. 2002. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta: PT SOFMEDIA. Rochani A. 2000. Media Sebagai Bahan Ajaran Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Santosa S. 2004. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara. Setiadi EM, Hakam KA, Effendi R. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana. Singgih Y. 2002. Asas-asas Psikologi. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia. Soekadijo RG. 2000. Anatomi Pariwisata. Jakarta: PT Gramedia Pusaka Utama.
46
Sukenti K. 2014. Gastronomy Tourism in Several Neighbor Countries of Indonesia: a Brief Review. Journal of Indonesain Tourism and Development Studies II (2):55-63. [EN] Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC. Sunjayadi A. 2008. Mengabadikan Estetika Fotografi dalam Promosi Pariwisata. Jurnal Umum X (2):301-306. Suwantoro G. 2004. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta: Andi. Suyitno. 2001. Perencanaan Wisata. Yogyakarta: Kanisius. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwsataan. Wrihatnolo R. 2006. Manajemen Pembangunan Indonesia. Jakarta: Elex Media Komputindo.
47
LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Sumber Daya Ekowisata Kuliner 1. Kuliner Tradisional a. Representasi Budaya Tradisi Budaya Jawa 1) Apakah Bapak/Ibu mengetahui kuliner tradisional yang terkait dengan kegiatan budaya dalam masyarakat Kabupaten Sragen dan bagaimana tingkat intensitas penggunaan kuliner tersebut dalam kegiatan budaya? *) Kriteria 1: a. Tahu nama b. Tahu nama dan gambar c. Tahu nama, bentuk dan rasa d. Tahu nama, bentuk, rasa dan bumbu e. Tahu nama, bentuk, rasa, bumbu, dan fungsi budaya, f. Tahu nama, bentuk, rasa, bumbu, fungsi budaya dan sejarah, g. Tahu nama, bentuk, rasa, bumbu, fungsi budaya, sejarah dan cara masak **) Kriteria 2 : 1. Sangat tidak diperlukan 2. Tidak diperlukan 3. Agak tidak diperlukan, 4. Biasa saja 5. Agak diperlukan 6. Diperlukan 7. Sangat diperlukan
Isilah kolom “tahu/tidak tahu” berdasarkan abjad yang terdapat pada “kriteria 1” dan berikan penilaian pada kolom “aspek penilaian” berdasarkan nilai yang terdapat pada “kriteria 2”! No
Nama Kuliner
Tahu/ Tidak Tahu *
Kehamilan
11 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Sego Tumpeng Kulub Endog Godhog Pelas Bothok Kacang Tholo Iwel-iwel Uwek-uwek Sego Uduk Ingkung Pithik Jago Kedelai Hitam Sambel Goreng Krupuk Udang Peyek Kacang Apem Gedhang Rojo Srundeng Tahu Bacem Tempe Bacem Dawet Selasih Criping Emping Mlinjo Sagon Wajik Jenang Jangan Gori Soto Tape Ketan Sagon Jadah ....... .......
12
Kelahiran
21
22
23
24
Anakanak 25
26
31
Aspek Penilaian ** Pernikahan Sebelum akad Akad nikah 41 42 43 44 45
Kematian Setelah akad 46
47
48
51
52
53
54
55
56
57
58
Keterangan : Kode 11
12
Kehamilan Keterangan Upacara ngupati (4 bulan) Upacara mithoni (7 bulan)
Kode 21
Kelahiran Keterangan Upacara brokohan
Kode 31
Anak-Anak Keterangan Upacara supitan/sunatan
Kode 41
Pernikahan Keterangan Upacara tepangan
Kematian Kode Keterangan 51 Upacara brobosan,
22
Upacara puputan (lepas puseur)
42
Upacara tembung
52
Upacara tingang dinten
23
Upacara pasaran
43
Upacara siraman
53
Upacara pitung dina
24
Upacara aqiqah
44
54
Upacara 40 hari
25
Upacara selapanan (setelah 35 hari) Upacara mudun siti (7 bulan)
45
Upacara pasrah tampi penyanta kukung) Upacara akad nikah
55
Upacara 100 hari
46
Upacara uru kembar mayang
56
Upacara pendhak pisan
47
Upacara panggih
57
48
Upacara ngunduh mantu)
58
Upacara pendhak pindho Upacara 1000 dina
26
b. Representasi Masyarakat Tradisi Budaya Jawa 1) Apakah Bapak/Ibu mengetahui kuliner tradisional yang terkait dengan kegiatan budaya dalam masyarakat Kabupaten Sragen dan bagaimana tingkat intensitas penggunaan kuliner tersebut dalam kegiatan budaya? *) Kriteria 1: h. Tahu nama i. Tahu nama dan gambar j. Tahu nama, bentuk dan rasa k. Tahu nama, bentuk, rasa dan bumbu l. Tahu nama, bentuk, rasa, bumbu, dan fungsi budaya, m. Tahu nama, bentuk, rasa, bumbu, fungsi budaya dan sejarah, n. Tahu nama, bentuk, rasa, bumbu, fungsi budaya, sejarah dan cara masak **) Kriteria 2 : 8. Sangat tidak diperlukan 9. Tidak diperlukan 10. Agak tidak diperlukan, 11. Biasa saja 12. Agak diperlukan 13. Diperlukan 14. Sangat diperlukan
Isilah kolom “tahu/tidak tahu” berdasarkan abjad yang terdapat pada “kriteria 1” dan berikan penilaian pada kolom “aspek penilaian” berdasarkan nilai yang terdapat pada “kriteria 2”! No
Nama Kuliner
Tahu/ Tidak Tahu *
Kehamilan
11 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Sego Tumpeng Kulub Endog Godhog Pelas Bothok Kacang Tholo Iwel-iwel Uwek-uwek Sego Uduk Ingkung Pithik Jago Kedelai Hitam Sambel Goreng Krupuk Udang Peyek Kacang Apem Gedhang Rojo Srundeng Tahu Bacem Tempe Bacem Dawet Selasih Criping Emping Mlinjo Sagon Wajik Jenang Jangan Gori Soto Tape Ketan Sagon Jadah .......... ...........
12
Kelahiran
21
22
23
24
Anakanak 25
26
31
Aspek Penilaian ** Pernikahan Sebelum akad Akad nikah 41 42 43 44 45
Kematian Setelah akad 46
47
48
51
52
53
54
55
56
57
58
Keterangan : Kode 11
12
Kehamilan Keterangan Upacara ngupati (4 bulan) Upacara mithoni (7 bulan)
Kode 21
Kelahiran Keterangan Upacara brokohan
Kode 31
Anak-Anak Keterangan Upacara supitan/sunatan
Kode 41
Pernikahan Keterangan Upacara tepangan
Kematian Kode Keterangan 51 Upacara brobosan,
22
Upacara puputan (lepas puseur)
42
Upacara tembung
52
Upacara tingang dinten
23
Upacara pasaran
43
Upacara siraman
53
Upacara pitung dina
24
Upacara aqiqah
44
54
Upacara 40 hari
25
Upacara selapanan (setelah 35 hari) Upacara mudun siti (7 bulan)
45
Upacara pasrah tampi penyanta kukung) Upacara akad nikah
55
Upacara 100 hari
46
Upacara uru kembar mayang
56
Upacara pendhak pisan
47
Upacara panggih
57
48
Upacara ngunduh mantu)
58
Upacara pendhak pindho Upacara 1000 dina
26
2. Kuliner Favorit a. Bahan Baku Tallysheet penilaian higienitas makro pada bahan baku kuliner di Kota/Kabupaten.... No
Aspek Penilaian
1
2
Skor Penilaian 3 4 5 6
7
Bahan Baku 1.
2.
3.
4.
Beras a. Diayak b. Disortir dari batu dan gabah c. Dicuci dengan air mengalir d. Dicuci sambil diremas e. Pencucian dilakukan hanya sekali f. Pencucian dilakukan lebih dari sekali g. Cuci hingga air berwarna tidak putih pekat Ikan a. Sisik ikan dibersihkan b. Insang pada ikan dibuang c. Isi perut ikan dibuang d. Sirip dan ekor dibuang e. Dicuci menggunakan air bersih mengalir f. Dihilangkan lendirnya (ikan tertentu) g. Diberikan perasan jeruk nipis untuk menghilangkan bau amis pada ikan Buah-buahan a. Dihilangkan tangkai buah b. Direndam dengan air selama beberapa menit c. Bilas dengan air bersih mengalir d. Cuci dan gosok menggunakan sikat berbulu e. Menggunakan sedikit larutan yodium untuk menghilangkan mikroba f. Bilas dengan air matang atau air dingin g. Lap dengan menggunakan tisu atau lap kering bersih Sayuran a. Dicuci sebelum diiris b. Air pencuci merupakan air bersih mengalir c. Sayur direndam dengan sedikit larutan yodium untuk menghilangkan mikroba d. Bagian sayur yang rusak atau layu dibuang e. Sayur dipotong menggunakan alat/ pisau yang bersih, hanya menggunakan tangan f. Ditiriskan dengan wadah bersih g. Dimasak menggunakan air bersih
* Keterangan: 1. Sangat tidak bersih, 2. Tidak bersih, 3. Agak tidak bersih, 4. Biasa saja, 5. Agak bersih, 6. Bersih, 7. Sangat Bersih
No
Aspek Penilaian
1
2
Skor Penilaian 3 4 5 6
Bahan Baku 5.
6.
7.
8.
9.
Umbi-umbian a. Dicuci dan digosok kulit luarnya b. Kupas umbi dari kulit luarnya c. Cuci bersih umbi d. Mencampur air dengan garam e. Merendamnya dengan air garam f. Dibilas dengan air bersih mengalir g. Dikeringkan Polong-polongan a. Buka kulit luarnya b. Dibersihkan dari benda asing c. Disortir dengan kondisi yang rusak d. Dicuci dengan menggunakan air panas e. Dicuci kembali menggunakan air bersih dan mengalir f. Ditiriskan g. Disimpan pada tempat yang kering Telur a. Dicuci menggunakan air hangat b. Dilap menggunakan kain bersih c. Menggunakan keranjang kawat dengan lubang pada dasar dindingnya d. Tidak ditaruh lebih dari ¾ keranjang e. Diletakkan dengan posisi bagian runcing telur di bagian bawah agar tidak cepat busuk f. Tidak ditaruh di tempat yang berbau tajam g. Disimpan di lemari es/ freezer h. Menggunakan egg tray dengan media sekam Daging a. Darah pada daging dihilangkan b. Hilangkan bagian yang tidak digunakan (lemak, otot) c. Cuci menggunakan air bersih mengalir d. Diberikan perasan jeruk nipis e. Disimpan menggunakan wadah tertutup f. Disimpan di dalam plastik dan tertutup rapat g. Disimpan di lemari pendingin/ freezer Bumbu a. Dipisahkan berdasarkan karakteristik (umbi lapis, cabai, bijibijian dan temu-temuan) b. Dicuci menggunakan air bersih mengalir c. Dicuci dan digosok bumbu yang memiliki akar (temu-temuan) d. Dibuang bagian bumbu yang tidak digunakan e. Dicuci menggunakan cuka putih/ air lemon untuk menghilangkan pestisida f. Dibilas menggunakan air hangat/ matang g. Disimpan ditempat yang kering dan kedap udara
* Keterangan: 1. Sangat tidak bersih, 2. Tidak bersih, 3. Agak tidak bersih, 4. Biasa saja, 5. Agak bersih, 6. Bersih, 7. Sangat Bersih
7
Tallysheet penilaian kualitas pada bahan baku kuliner di Kota/Kabupaten_________ No
Aspek Penilaian
1
2
Skor Penilaian 3 4 5 6
Bahan Baku 1.
2.
Ikan a. Warna tidak pucat b. Tidak berbau busuk c. Tidak berlendir d. Tidak berbelatung e. Tidak berbau formalin f. Insang berwarna merah g. Daging kenyal Daging a. Berwarna b. Tidak berbau busuk c. Tidak banyak mengeluarkan air d. Tidak ada hewan parasit (belatung dan cacing pita) e. Tidak berbau formalin f. Daging masih kenyal g. Tidak ada memar
*Keterangan: 1. Sangat tidak bersih, 2. Tidak bersih, 3. Agak tidak bersih, 4. Biasa saja, 5. Agak bersih, 6. Bersih, 7. Sangat Bersih
7
Tallysheet penilaian higienitas makro terhadap koki di Kota/Kabupaten_____ No
Koki 1.
2.
Skor Penilaian
Aspek Penilaian 1
2
3
4
5
6
7
Atribut Memasak pada Koki a. Menggunakan penutup rambut agar rambut tidak jatuh ke makanan b. Menggunakan masker penutup hidung dan mulut c. Menggunakan celemek agar pakaian tidak kotor d. Menggunakan sarung tangan e. Menggunakan pakaian yang mudah menyerap keringat f. Menggunakan necktie untuk menyerap keringat disekitar leher g. Menyuci atribut memasak setelah pemakaian satu kali Etika dan Prilaku Koki a. Menyuci tangan hanya dengan air sebelum memasak b. Mencuci tangan dengan sabun sebelum memasak c. Mengeringkan tangan yang basah menggunakan tisu atau kain d. Keteraturan dalam pemakaian dan tata letak alat e. Keteraturan mengolah dan tata letak bahan baku f. Kesigapan dalam menjaga kebersihan bahan makanan g. Tidak menyicipi makanan dengan sendok yang sama secara berulang kali
*Keterangan: 1. Sangat tidak bersih, 2. Tidak bersih, 3. Agak tidak bersih, 4. Biasa saja, 5. Agak bersih, 6. Bersih, 7. Sangat Bersih
b. Alat Memasak Tallysheet penilaian higienitas makro terhadap alat memasak di Kota/Kabupaten____ No
Aspek Penilaian
1. a. b. c.
d.
e. f. g. 2. a. b. c.
d. e. f. g.
1
2
Skor Penilaian 3 4 5
6
7
Alat Produksi Alat produksi dicuci dengan air Alat produksi dibersihkan dengan air dan kain lap Alat produksi dibersihkan menggunakan kain lap setelah memasak dari sisa makanan, minyak, air, dll. Alat produksi dibersihkan menggunakan kain lap dan pembersih khusus dari sisa makanan, minyak, air, dll. Alat produksi dibersihkan secara berkala Alat produksi diletakan ditempat yang bersih Alat produksi tidak berkarat Alat Masak Alat masak dicuci dan dibilas hingga bersih Alat masak dicuci menggunakan air bersih dan sabun Alat masak dicuci secara berulang kali setiap memasak jenis makanan yang berbeda Alat masak dibilas hingga bersih Alat masak dikeringkan menggunakan kain bersih Alat masak disimpan ditempat yang bersih Alat masak dibersihkan dengan kain bersih sebelum memasak
*Keterangan: 1. Sangat tidak bersih, 2. Tidak bersih, 3. Agak tidak bersih, 4. Biasa saja, 5. Agak bersih, 6. Bersih, 7. Sangat Bersih
c. Cara Memasak No 1
2
3
4
Aspek Penilaian Memanggang a. Alat pemanggangan bersih dari kotoran b. Bahan baku sudah bersih c. Alat bantu memasak bersih dari kotoran d. Saat memanggang api tidak menyala sehingga akan membuat bahan baku gosong e. Pemasak menggunakan atribut untuk melindungi tubuh dari keringat f. Lingkungan sekitar dapur memanggang memiliki fentilasi g. Lingkungan pemanggang tidak berada di dekat selokan Menggoreng a. Menggunakan minyak yang baru atau minyak bekas yang tidak menyalahi aturan pakai b. Tidak mennggunakan bahan tambahan berbahaya seperti plastik dan lilin c. Alat bantu terhindar dari bahan kimia yang dapat berpengaruh buruk pada makanan d. Wajan yang digunakan bersih dari kotoran e. Pemasak menggunakan atribut untuk melindungi tubuh dari keringat f. Lingkugan menggoreng tidak berada di dekat selokan g. Wadah penyajian bersih Menyangrai a. Bahan baku bersih dari kotoran b. Tidak menggunakan bahan berbaya tambahan c. Alat bantu terhindar dari bahan kimia yang dapat berpengaruh buruk pada makanan d. Wajan yang digunakan bersih dari kotoran e. Pemasak menggunakan atribut untuk melindungi tubuh dari keringat f. Lingkugan menggoreng tidak berada di dekat selokan g. Wadah penyajian bersih Merebus a. Panci maupun alat produksi bersih dari kotoran b. Menggunakan air mengalir c. Alat bantu memasak terhindar dari bahan kimia yang dapat berpengaruh buruk pada makanan d. Bahan baku bersih dari kotoran e. Pemasak menggunakan atribut untuk melindungi tubuh agar keringat f. Wadah penyajian bebas dari kandungan zat kimia berbahaya ketika memasak g. Lingkugan menggoreng tidak berada di dekat selokan
`1
2
Skor Penilaian 3 4 5
6
7
No
Aspek Penilaian
`1
2
Skor Penilaian 3 4 5
6
7
Mengkukus a. Panci maupun alat produksi bersih dari kotoran b. Menggunakan air mengalir c. Alat bantu mengukus terhindar dari bahan kimia yang dapat berpengaruh buruk pada makanan d. Bahan baku bersih dari kotoran e. Tutup panci dan jaring-jaring dalam mengukus f. Pemasak menggunakan atribut untuk melindungi tubuh agar keringat g. Lingkugan menggoreng tidak berada di dekat selokan
5
*Keterangan: 1. Sangat tidak bersih, 2. Tidak bersih, 3. Agak tidak bersih, 4. Biasa saja, 5. Agak bersih, 6. Bersih, 7. Sangat Bersih d. Cara Menyimpan Tallysheet penilaian higienitas makro terhadap cara menyimpan di Kota/Kabupaten ____ No 1
Aspek Penilaian Penyimpanan Makanan a. Masakan yang sudah dimasak dituangkan ke dalam wadah untuk penyimpanan/mangkuk b. Tidak meniupkan napas pada masakan c. Masakan didinginkan d. Masakan tidak diaduk – aduk e. Tempat penyimpanan masakan ditutup f. Penyimpanan masakan dipisahkan dari penyimpanan makanan bahan baku g. Makanan dipanaskan kembali sebelum dihidangkan kepada konsumen
2
Bumbu dan Rempah a. Menyimpan bumbu dan rempah dalam wadah yang bersih dan kering b. Wadah bumbu dan rempah diletakkan dalam tempat yang sejuk dan kering dengan suhu 200C dan 60% kelembaban c. Tidak menyimpan bumbu di depan kompor d. Wadah bumbu dipisahkan sesuai dengan jenisnya e. Pengambilan bumbu dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa sendok f. Menutup wadah bumbu dengan rapat setelah menggunakan bumbu g. Wadah setiap bumbu ditempeli dengan label
3
Sayur a. Sayur dicuci bersih dan ditiriskan sebelum disimpan b. Tangkai tidak boleh dipotong sebelum disimpan c. Membuang bagian yang busuk sebelum disimpan d. Sayur tidak basah dan terkena air e. Sayur disimpan pada suhu 4°C-7°C f. Sayur dibungkus kertas koran atau wadah
1
2
Skor Penilaian 3 4 5
6
7
No
Aspek Penilaian
1
2
Skor Penilaian 3 4 5
6
berfentilasi g. Menyimpan sayur sesuai dengan jenisnya 4
Buah-buahan a. Buah dicuci terlebih dahulu sebelum disimpan b. Buah disimpan sesuai dengan jenisnya c. Proses pematangan bah dilakkan terlebih dahulu dengan suhu 10°C-20°C d. Penyimpanan buah dipisahkan dari makanan mentah e. Menjaga suhu penyimpanan 4°C-7°C f. Pisang disimpan dalam suhu kamar g. Buah tidak dibungkus dengan plastik kecuali buah yang telah dikupas ataupun dipotongpotong disimpan dalam wadah tertutup
*Keterangan: 1. Sangat tidak digunakan, 2. Tidak digunakan, 3. Agak tidak digunakan, 4. Biasa saja, 5. Agak digunakan, 6. Digunakan, 7. Sangat Digunakan
7
No 5
Aspek Penilaian
1
2
Skor Penilaian 3 4 5
6
7
Daging a. Mencuci daging dan membuangnbagian yang kotor b. Mencuci daging sebelum disimpan c. Daging dipotong lebih kecil sehingga dapat dikeluarkan sesuai dengan penggunaan d. Daging diletakkan dalam satu lapisan yang tidak bertumpuk e. Disimpan terpisah dengan daging yang sudah dimasak f. Disimpan dalam wadah tertutup rapat g. Suhu penyimpanan 0°C - 4°C
6
Unggas a. Daging ayam dicuci dan dibersihkan dari darah atau kotoran lainnya sebelum disimpan b. Daging ayam ditiriskan dari air atau dikeringkan c. Pisahkan bagian jeroan dengan bagian daging ayam d. Bungkus dengan plastik wrap atau wadah yang tertutup rapat e. Disimpan terpisah dengan daging yang sudah masak f. Suhu penyimpanan 0°C - 2°C g. Diberikan label dan tanggal penyimpanan
7
Ikan a. Ikan dibersihkan dengan air dingin sebelum disimpan b. Penyimpanan ikan tidak digabung dengan bahan lain. c. Ikan dimasukkan dalam plastik atau wadah tertutup rapat d. Memberikan es pada tempat penyimpanan ikan e. Memberikan es ditambahkan dengan garam sebelum menyimpan f. Ikan disimpan dalam suhu7oC g. Tidak menyimpan ikan segar dalam suhu ruangan lebih dari 30 menit
*Keterangan: 1. Sangat tidak digunakan, 2. Tidak digunakan, 3. Agak tidak digunakan, 4. Biasa saja, 5. Agak digunakan, 6. Digunakan, 7. Sangat Digunakan
e. Ruang Penyajian Tallysheet penilaian higienitas makro terhadap ruang penyajian di Kota/Kabupaten_____ No
Aspek Penilaian
1
2
Skor Penilaian 3 4 5 6
7
Ruang Penyajian 1.
Tempat penyajian a. Kondisi tempat bersih dari debu dan sisa makanan b. Tempat dibersihkan sebelum dan sesudah digunakan c. Dinding dan langit-langit bersih (tidak terdapat sarang laba-laba atau serangga lainnya) d. Kondisi lantai terhindar dari kotoran yang menyebabkan bibit penyakit e. Lantai dibersihkan sebelum dan setelah digunakan/sesuai kebutuhan f. Tempat penyimpanan makanan di ruang penyajian terhindar dari debu dan sisa makanan g. Tempat penyajian makanan jauh dari tempat pembuangan sampah dan tempat yang menimbulkan aroma yang tidak sedap
2.
Fasilitas dan peralatan pelengkap makan di ruang penyajian a. Fasilitas dibersihkan sebelum dan sesudah digunakan b. Peralatan makan diletakkan di tempat yang bersih, kering, dan tertutup (tisu, tusuk gigi, sendok, dan garpu) c. Tidak menggunakan kembali peralatan pelengkap makan yang didesain hanya sekali pakai d. Tersedia fasilitas dan atau alat untuk membersihkan tangan konsumen e. Fasilitas dan alat untuk membersihkan tangan menggunakan air yang mengalir f. Tersedia alat untuk mengeringkan tangan konsumen g. Alat pengering tangan diganti sesuai dengan kondisi kebersihan
g. Cara Penyajian Tallysheet penilaian higienitas makro terhadap cara penyajian di Kota/Kabupaten____ No
Aspek Penilaian
1.
Wadah a. Makanan ditempatkan secara terpisah b. Makanan yang disajikan harus siap santap c. Makanan dengan suhu panas disajikan dalam wadah anti panas d. Wadah yang digunakan untuk setiap makanan adalah wadah baru e. Wadah yang digunakan sudah dibersihkan dengan menggunakan air bersih dan sabun f. Wadah memiliki penutup dengan memiliki ventilasi sehingga dapat mengeluarkan uap air g. Makanan yang berkuah ditempatkan di tempat terpisah sebelum disajikan Pelayanan a. Kuku dan rambut bersih dan rapi b. Pakaian yang dikenakan rapi dan bersih c. Menggunakan sarung tangan saat bertugas d. Tidak menggunakan sarung tangan, tetapi selalu mencuci tangan sebelum melakukan aktivitas e. Menggunakan sepatu bersih f. Memegang makanan dengan menggunakan alat g. Aroma tubuh tidak menyengat dan tidak berkeringat
2.
1
2
Skor Penilaian 3 4 5
6
*Keterangan: 1. Sangat tidak digunakan, 2. Tidak digunakan, 3. Agak tidak digunakan, 4. Biasa saja, 5. Agak digunakan, 6. Digunakan, 7. Sangat Digunakan
7
h. Lingkungan Sekitar Tallysheet penilaian higienitas makro terhadap lingkungan sekitar di Kota/Kabupaten___ No 1.
Aspek Penilaian
1
2
Skor Penilaian 3 4 5
6
7
Lingkungan Fisik a. Jalanan di sekitar lokasi kuliner bebas dari sampah dan bau tidak sedap terutama dari sampah an-organik b. Lokasi kuliner memiliki tempat pembuangan sampah yang jelas dan terjaga c. Kondisi selokan di sekitar lokasi kuliner tidak tersumbat dan bebas dari tumpukan sampah d. Kondisi pembuangan limbah sisa masakan jelas dan mengalir e. Lokasi kuliner bebas dari polusi udara f. Lokasi kuliner tidak berdekatan dengan kandang hewan g. Lokasi kuliner terhindar dari hewan yang dapat menyebabkan virus dan penyakit
2.
Lingkungan Sosial a. Masyarakat sekitar lokasi kuliner rutin membersihkan selokan b. Masyarakat dan pengunjung sekitar lokasi kuliner menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah sembarangan c. Masyarakat dan pengunjung sekitar lokasi kuliner tidak membuang air liur dan dahak sembarangan d. Pedagang tidak membuang sampah sisa masakan sembarangan e. Pedagang dan masyarakat tidak membakar sampah di sekitar lokasi kuliner f. Perilaku pedagang, pengunjung, dan masyarakat tidak merokok dan membuang puntung rokok di sekitar lokasi kuliner g. Kerjasama antara pedagang, pengunjung dan masyarakat menjaga kebersihan sekitar lokasi kuliner
*Keterangan: 1. Sangat tidak bersih, 2. Tidak bersih, 3. Agak tidak bersih, 4. Biasa saja, 5. Agak bersih, 6. Bersih, 7. Sangat Bersih
2. Oleh-oleh a. Pengawet Tallysheet penilaian higienitas makro terhadap pengawet di Kota/Kabupaten____ No
Aspek Penilaian
1.
Penggunaan bahan pengawet alami atau zat aditif tidak berbahaya Pengawet makanan termasuk dalam kelompok zat tambahan makanan yang bersifat inert secara farmakologik (efektif dalam jumlah kecil dan tidak toksik) Bahan pengawet dapat memperlambat atau menghambat fermentasi pengasaman atau penguraian yang disebabkan oleh mikroba Pengawet digunakan secara tepat baik jenis maupun dosisnya Penggunaan bahan pengawet disesuaikan dengan jenis makanan disesuaikan dengan mikroba perusak yang akan menghambat pertumbuhannya Bahan pengawet tidak menurunkan kualitas gizi, warna, atau rasa dan bau makanan Bahan pengawet tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan makanan atau yang berkualitas rendah
2.
3. 4. 5.
6. 7.
1
2
Skor Penilaian 3 4 5 6
7
*Keterangan: 1. Sangat tidak digunakan, 2. Tidak digunakan, 3. Agak tidak digunakan, 4. Biasa saja, 5. Agak digunakan, 6. Digunakan, 7. Sangat Digunakan
b. Kondisi Fisik dan Aroma Tallysheet penilaian higienitas makro terhadap kondisi fisik di Kota/Kabupaten_____ No
Aspek Penilaian
1. a. b. c. d. e.
f. g. 2. a. b. c. d. e. f. g.
1
2
Skor Penilaian 3 4 5 6
Kondisi Fisik Warna, rasa, dan aroma makanan tidak berubah pada saat produksi hingga proses pengemasan Kemasan tidak rusak dan tertutup Pencantuman label halal dari MUI Pencantuman tanggal kadaluwarsa Pencantuman label resmi dari BPOM (untuk makanan luar negeri dan dalam negeri) atau label PIR (Pangan Industri Rumah Tangga) dari Kabupaten/Kota. Makanan tidak berjamur Makanan tidak berlendir Aroma Tidak tengik Tidak apek Tidak apek, tidak berbau busuk Tidak tengik, tidak berbau busuk Tidak tengik, tidak apek Tidak tengik, tidak apek , tidak berbau busuk Aroma makanan normal / sesuai dengan aroma asli
*Keterangan: 1. Sangat tidak digunakan, 2. Tidak digunakan, 3. Agak tidak digunakan, 4. Biasa saja, 5. Agak digunakan, 6. Digunakan, 7. Sangat Digunakan
7
Lampiran 2 Kuesioner Wisatawan/Pengunjung
TUGAS AKHIR PROGRAM KEAHLIAN EKOWISATA PROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
KUESIONER WISATAWAN/PENGUNJUNG EKOWISATA KULINER DI KABUPATEN SRAGEN Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui karakteristik, motivasi dan persepsi pengunjung mengenai “Perencanaan Ekowisata Ekowisata Kuliner Di Kabupaten Sragen” Identitas Penyebar Kuesioner: Nama : Na’immah Nur’Aini Lokasi Penyebaran :……………. NIM : J3B110049 Tanggal/Penyebaran : ……../2014 Program Keahlian : Ekowisata Direktorat Program Diploma Institut Pertanian Bogor (IPB) A. Karakeristik Responden No. Responden: ..... Nama : …………………………(boleh tidak diisi) Jenis kelamin : L/P * Status pernikahan : Single/Menikah * Umur : …….. Tahun Asal Daerah :…………………………………………… Pendidikan Terakhir : a. SD b. SMP c. SMA d. Diploma (D1/ D2/ D3) e. Sarjana (S1/ S2/ S3) f. Lainnya (sebutkan)…………........ 7. Pekerjaan : a. Pelajar b. Mahasiswa c. Pegawai Negeri Sipil d. TNI/ POLRI e. Pegawai BUMN/ BUMD f. Guru/ Dosen g. Pegawai Swasta h. Lainnya (sebutkan)……………. 8. Pendapatan : a. < 100.000 b. 100.000 – 1000.000 c. 1000.000 – 2.500.000 d. > 2.500.000 1. 2. 3. 4. 5. 6.
9. Kunjungan : a. Sendiri b. Keluarga c. Teman d. Rombongan e. Lainnya (sebutkan)……………. 10. Berapa kali Anda pernah mengunjungi tempat ini ? a. Pertama kali b. 2 kali c. 3 – 5 kali d. 5 – 10 kali e. Lainnya (sebutkan)……………..
B. Motivasi Beri tanda chekhlist (√) pada jawaban yang menurut anda paling tepat pada kolom yang telah disediakan. 1. Darimanakah Anda mengetahui informasi mengenai Kuliner .....................? Kadar Informasi Sumber informasi 1 2 3 4 5 6 7 a.
Pribadi
b.
Teman/keluarga/saudara
c.
Koran/Majalah/surat kabar
d.
Brosur/Leaflet/Booklet
e.
Radio/ iklan di televise
f.
Website
g.
Jaringan social
h.
Lainnya (sebutkan)
Keterangan : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Sangat Tidak Jelas Tidak Jelas Agak Tidak Jelas Biasa Saja Agak Jelas Jelas Sangat Jelas
2. Apakah motivasi Anda mengunjungi Kuliner .......................? (Responden dapat memilih jawaban lebih dari satu) Aspek Jawaban
Skala Motivasi Prioritas*) a.
Penelitian/ Pendidikan
b.
Bisnis/ Pekerjaan
c.
Kontak Sosial
d.
Spiritual
e.
Wisata
f.
Rekreasi
1
2
3
4
5
6
7
Keterangan 1) Sangat tidak puas, 2) Tidak puas, 3) Agak tidak puas, 4) Biasa saja, 5) Agak puas, 6) Puas, 7) Sangat puas *) Skala prioritas diisi berdasarkan prioritas utama dalam rentang angka 1 untuk yang paling prioritas sampai seterusnya.
C. Persepsi Beri tanda chekhlist (√)pada jawaban yang menurut anda paling tepat pada kolom yang telah disediakan : 1. Bagaimana menurut anda potensi ekowisata Kuliner di Kecamatan .................... ? Nilai* No
Nama Obyek Penilaian 1 2 3 4 5 6 7
1.
2.
3.
4.
Kondisi Sekitar Aksesibilitas Letak Kuliner Sarana dan Prasarana ................................. .................................. Kondisi fisik (Ornamen Kuliner) - Tekstur - Kemasan - Warna - Penyajian - ................... - ................... - ....................... - ......................... Kondisi pendukung - Rasa - Daya Tahan - Cara Penyajian - Alat Bantu Makan - Vitamin - .................... - ..................... Obyek Lain Budaya
*Keterangan Nilai: 1. Sangat Tidak Baik 2. Tidak Baik 3. Agak Tidak Baik 4. Biasa Saja 5. Agak Baik 6. Baik 7. Sangat Baik
Alam ......................... ...........................
2. Berapa lamakah waktu yang Anda miliki jika ekowisata Kuliner telah terwujud? Lama waktu b. 1 hari c. 2 hari d. 3 hari d. 4 hari e. 1 minggu f. Lainnya
3.
Kadar Kesesuaian 1 2 3 4
Keterangan : 5
6
7
1. Sangat Tidak Efektif 2. Tidak Efektif 3. Agak Tidak Efektif 4. Biasa Saja 5. Agak Efektif 6. Efektif 7. Sangat Efektif
Setujukah Anda jika di Kabupaten Sragen direncanakan ekowisata Kuliner ? a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Agak tidak setuju d. Biasa saja e. Agak setuju f. Setuju g. Sangat Setuju
Lampiran 3 Kuesioner Masyarakat
TUGAS AKHIR PROGRAM KEAHLIAN EKOWISATA PROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR KUESIONER MASYARAKAT DI KABUPATEN SRAGEN Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui karakteristik, persepsi dan kesiapan masyarakat mengenai “Perencanaan Ekowisata Kuliner Di Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah” Identitas Penyebar Kuesioner: Nama : Na’immah Nur’Aini Lokasi Penyebaran :……………. NIM : J3B11004 Tanggal/Penyebaran : ……../2014 Program Keahlian Ekowisata Program Diploma Institut Pertanian Bogor (IPB) A. Karakteristik Masyarakat No. Responden: ..... 1. Nama : ………………………… 2. Jenis kelamin : L/P * 3. Status pernikahan : Single/Menikah * 4. Umur : …….. Tahun 5. Asal Daerah :…………………………………………… 6. Pendidikan Terakhir : a. SD b. SMP c. SMA d. Diploma (D1/ D2/ D3) e. Sarjana (S1/ S2/ S3) f. Lainnya (sebutkan)…………........ 7. Pekerjaan : a. Pelajar b. Mahasiswa c. Pegawai Negeri Sipil d. TNI/ POLRI e. Pegawai BUMN/ BUMD f. Guru/ Dosen g. Pegawai Swasta h. Lainnya (sebutkan)……………. 8. Pendapatan : a. < 100.000 b. 100.000 – 1000.000 c. 1000.000 – 2.500.000 d. > 2.500.000
B. Persepsi Masyarakat Beri tanda chekhlist (√) pada jawaban yang menurut anda paling tepat pada kolom yang telah disediakan. 1. Apakah persepsi masyarakat terhadap potensi ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen ? Nilai* No.
Nama Obyek
*Keterangan Nilai:
1 2 3 4 5 6 7 1. Keunikan 1.
2.
3.
4
Kondisi Sekitar Aksesibilitas Letak Kuliner Sarana dan Prasarana ................................. .................................. Kondisi fisik (Ornamen Kuliner) - Tekstur - Kemasan - Warna - Penyajian - ................... - ................... - ....................... - ......................... Kondisi pendukung - Rasa - Daya Tahan - Cara Penyajian - Alat Bantu Makan - Vitamin - .................... - ..................... Obyek Lain - Alam - Budaya - ....................... - .......................
2. Kelangkaan 3.Keindahan 4. Seosanality 5.Sensitifitas
2. Setujukah Anda jika di Kabupaten Sragen direncanakan Ekowisata Kuliner? a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Agak tidak setuju d. Biasa saja e. Agak setuju f. Setuju g. Sangat Setuju
C. Kesiapan Masyarakat Beri tanda chekhlist (√) pada jawaban yang menurut anda paling tepat pada kolom yang telah disediakan. 1. Untuk mewujudkan perencanaan ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen, maka setujukah anda untuk menyiapkan diri dalam hal-hal berikut ? Aspek Jawaban Standard Pelaksanaan 1
2
3
4
A. Etika Pelayanan kepada pengunjung a.
d.
Setiap masyarakat diharuskan untuk mengucapkan salam kepada pengunjung Setiap masyarakat diharuskan untuk memberikan senyum kepada pengunjung Masyarakat dapat menjalin komunikasi dengan baik terhadap pengunjung Masyarakat tidak melakukan hal senono terhadap pengunjung
e.
Masyarakat harus berkata jujur kepada pengunjung
f.
Masyarakat tidak membeda-bedakan pengunjung dalam hal usia, suku, warga Negara dan agama. Masyarakat harus berpenampilan yang baik dan wajar dengan menggunakan pakaian yang sopan dan rapih saat berhadapan dengan pengunjung Dalam berkomunikasi masyarakat harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan sopan Masyarakat harus menghindari kebiasaan buruk saat melayani pengunjung seperti merokok, makan, tidak menatap pengunjung saat berbicara, mendengarkan musik dengan menggunakan hadset Masyarakat tidak memotong pembicaraan pengunjung yang sedang berbicara Masyarakat tidak mengharapkan tips dari pengunjung
b. c.
g.
h. i.
j. k. l.
Masyarakat tidak membicarakan masalah pribadi kepada pengunjung m. Masyarakat dilarang menggunakan kata-kata yang menyinggung unsur-unsur sara (agama,suku,ras,dan bangsa) n. Masyarakat memberikan informasi secara benar dan membantu apabila diperlukan o. Masyarakat wajib mentaati etika pelayanan Cara Menilai :1. Sangat Tidak Siap; 2. Tidak Siap; 3. Agak Tidak Siap; 4. Biasa Saja; 4. Agak Siap; 6. Siap; 7. Sangat Siap.
5
6
7
Aspek Jawaban Standard Pelaksanaan 1
2
3
4
5
6
B. Keamanan dan Keselamatan kepada pengunjung a. Masyarakat selalu Menjalankan sistem keamanan lingkungan (SISKAMLING) b. Masyarakat harus mengetahui mengenai identitas pengunjung yang mengunjungi Kulinerdi Kabupaten Sragen c. Masyarakat mengetahui mengenai pengetahuan dasar penyakit ringan dan memiliki pengetahuan tentang P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) d. Masyarakat menyediakan alat P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) e. Masyarakat harus memberikan informasi kepada pengunjung mengenai aturan adat yang terdapat masyarakat sekitar Kulinerdi Kabupaten Sragen f. Masyarakat memastikan pengunjung agar tidak mengambil benda sejarah, benda peninggalan, flora,fauna yang terdapat di objek wisata g. Masyarakat menyediakan pusat informasi h. Masyarakat cepat tanggap terhadap keadaan darurat yang disebabkan oleh gangguan kemanan,kecelakaan,pencemaran dan bencana alam. i. Masyarakat harus melakukan pengawasan terhadap pengunjung yang melakukan aktifitas wisata j. Apabila ada yang melakukan perkelahian atau perusakan masyarakat wajib menghentikannya dan melaporkan kepada pihak yang berwajib. k. Apabila menemukan barang yang hilang atau ketinggalan masyarakat wajib menggembalikan kepada pemiliknya atau menyerahkan kepada petugas yang berwenang dan petugas desa wajib menggembalikan barang tersebut kepada pemiliknya l. Jika terjadi kecelakaan masyarakat wajib menolong,dengan bantuan medis dan jika perlukan dirujuk ke rumah sakit m. Masyarakat wajib mentaati peraturan keamanan dan keselamatan pengunjung Cara Menilai :1. Sangat Tidak Siap; 2. Tidak Siap; 3. Agak Tidak Siap; 4. Biasa Saja; 5. Agak Siap; 6. Siap; 7. Sangat Siap.
7
Standard Pelaksanaan
Aspek Jawaban 1
2
3
4
5
6
C. Persaingan Usaha a. Masyarakat memutuskan bersama mengenai harga b. Masyarakat tidak membeda-bedakan mengenai harga pengunjung lokal dan mancanegara. c. Masyarakat harus membagi pembagian wilayah untuk melakukan persaingan usaha d. Masyarakat menyediakan barang yang berkualitas agar pengunjung tidak kecewa dan tidak memberikan penilaian yang negatif terhadap suatu tempat usaha tersebut e. Masyarakat melakukan promosi secara langsung contohnya menjadi pemandu wisata di kawasan sekitar Kuliner, dan mengantarkan ke pusat informasi f. Masyarakat harus menjual macam-macam produk khas Sragen g. Masyarakat harus menyediakan jasa penginapan dan penyewaan transportasi h. Pedagang melakukan persaingan yang sehat dengan mengedepankan keunggulan prodak dan layanan yang bermutu i. Menyediakan kotak kritik dan saran untuk pembeli j. Pedagang wajib mentaati etika persaingan usaha D. Kenyamanan dan Kebersihan Bagi Pengunjung a. Masyarakat harus memperhatikan kebersihan lingkungan b. Masyarakat harus menyediakan tempat-tempat pembuangan sampah c. Masyarakat dan atau pengunjung dilarang membawa barangbarang terlarang contohnyaminuman keras, narkotika dan psikotropika d. Masyarakat dan atau pengunjung dilarang merusak fasilitas yang terdapat sekitar kawasan ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen e. Masyarakat dan Pengunjung wajib mengambil sampah yang terlihat di sekitar kawasan f. Masyarakat wajib bergotong royong sekurang-kurangnya satu kali dalam seminggu untuk kebesihan kawasan g. Masyarakat menyediakan fasilitas MCK yang bersih dan layak digunakan h. Masyarakat dan atau wisatawan harus mentaati peraturan kesehatan yang ada di sekitar kawasan ekowisata Kuliner Keterangan : 1. Sangat Tidak Siap, 2.Tidak Siap, 3.Agak Tidak Siap, 4. Biasa Saja, 5.Agak Siap, 6. Siap, 7. Sangat Siap.
7
Lampiran 4 Kuesioner Pengelola
KUESIONER PENGELOLA KABUPATEN SRAGEN Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui karakteristik, persepsi, kebijakan dan anggaran pengelola mengenai “Perencanaan Ekowisata Kuliner di Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah”. Identitas penyebar kuesioner : Nama : Na’immah Nur’Aini Lokasi Penyebaran : ……….. NIM : J3B110049 Tanggal penyebaran :…-…./2014 Program Keahlian Ekowisata Program Diploma Institut Pertanian Bogor (IPB)
No Responden:……
A. Karakteristik Pengelola Jenis Kelamin : P/L Usia : ……. Tahun Asal Daerah : Status : Menikah/Belum Menikah* Pendidikan terakhir : SD/SMP/SMA/Perguruan Tinggi* Pekerjaan : Pendapatan : a. < Rp. 1.000.000 b. Rp. 1.000.000 – Rp. 2.000.000 c. Rp. 2.000.000 – Rp. 5.000.000 d. > Rp. 5.000.000 e. Lainnya ……
*) coret yang tidak perlu
A. Persepsi Potensi Kuliner ........................ di Kabupaten Sragen 1. Apakah keunikan dari Kuliner ........................ yang terdapat di Kecamatan ........................ Kabupaten Sragen dan berapakah kadar keunikannya? Nama Obyek Aspek Penilaian a. Jenis bahan yang dipakai dalam makanan/minuman sangat spesifik b. Komposisi bahan yang diramu dan dipakai dalam makanan/minuman tersebut berbeda dengan komposisi ramuan makanan/minuman sejenis b. Bentuk dari makanan/minuman berbeda dengan bentuk makanan sejenis pada umumnya c. Warna dari makanan/minuman berbeda dari warna makanan/minuman pada umumnya d. Porsi penyajian makanan/minuman tersebut berbeda dari
1
2
3
Nilai* 4 5
6
7
porsi penyajian makanan/minuman pada umumnya e. Tata cara penyajian makanan/minuman tersebut sangat spesifik f. Tata cara memakan makanan/minuman tersebut sangat spesifik Keterangan 1. Sangat tidak unik, 2.tidak unik, 3.agak tidak unik, 4.biasa saja, 5.agak unik, 6.unik, 7. Sangat unik
2. Apakah Kuliner ........................ yang terdapat di Kecamatan ........................ Kabupaten Sragen masuk dalam kategori langka dan berapakah kadar kelangkaannya? Nama Obyek 1
3
Nilai* 4 5
6 Aspek Penilaian a. Jenis makanan/minuman tersebut hanya terdapat pada propinsi tertentu b. Jenis makanan/minuman tersebut hanya terdapat pada kabupaten tertentu di provinsi tertentu c. Jenis makanan/minuman tersebut hanya terdapat pada kecamatan tertentu di kabupaten tertentu. d. Eksistensi makanan/minuman tersebut setidaknya telah berumur lebih dari 30 tahun e. Makanan/minuman tersebut sangat sulit untuk dibuat oleh masyarakat lain. f. Proses regenerasi keahlian membuat makanan/minuman tersebut sulit dan banyak hambatan g. Eksitensi makanan/minuman tersebut mempunyai momentum dan histori yang sangat kuat dengan eksistensi sosial masyarakat setempat Keterangan: 1. sangat tidak langka, 2. tidak langka, 3. agak tidak langka, 4. biasa saja, 5. Agak langka, 6. Langka, 7. sangat langka 3.
2
7
Apakah Kuliner ........................ yang terdapat di Kecamatan ........................ Kabupaten Sragen mempunyai cita rasa yang berbeda dan bagaimana kadar cita rasanya? Nama Obyek 1
Aspek Penilaian a. Rasa makanan/minuman tersebut dapat diterima oleh semua golongan dan lapisan masyarakat b. Rasa makanan/minuman hanya dapat diterima oleh golongan dan lapisan masyarakat tertentu saja. c. Rasa makanan/minuman tersebut dapat menimbulkan keinginan pencicipnya untuk suatu saat nanti memakan/meminum kembali makanan/minuman tersebut. d. Rasa makanan/minuman tersebut tidak menimbulkan gangguan indera pencicipnya dan/ataupun gangguan alat pencerna ataupun kesehatan para pencicipnya. e. Sebagai indikator akseptabilitas rasa oleh para pencicip, maka pencicip makanan/minuman tersebut setidaknya dapat menikmati makanan/minuman 1 porsi normal makanan/minuman tersebut. f. Rasa makanan/minuman tersebut dapat menimbulkan dan/atau meningkatkan selera makan/minum para pencicipnya g. Tidak ada cita rasa yang sangat ekstrim pada
2
3
Nilai* 4 5
6
7
makanan/minuman tersebut. Keterangan: 1. Sangat setuju, 2. Tidak setuju, 3. Agak tidak setuju, 4. Biasa saja, 5. Agak setuju, 6. Setuju, 7. Sangat Setuju 4.
Apakah Kuliner ........................ yang terdapat di Kecamatan ........................ Kabupaten Sragen mempunyai fungsi sosial tertentu bagi masyarakat dan apakah fungsi sosial dari makanan/minuman tersebut? Nama Obyek 1
2
Nilai* 4 5
3
6
7
Aspek Penilaian a. Makanan/minuman tersebut diyakini dan dipercaya oleh masyarakat setempat mempunyai sejarah yang sangat kuat dengan cikal bakal dan perkembangan berkehidupan komunitas masyarakat tersebut. b. Makanan/minuman tersebut hingga saat ini masih digunakan sebagai salah satu sumber elemen kehidupan sosial budaya keseharian masyarakat setempat. c. Makanan/minuman tersebut hingga saat ini masih digunakan sebagai salah satu sumber elemen budaya pada berbagai upacara budaya dalam dinamika budaya masyarakat setempat. d. Makanan/minuman tersebut hingga saat ini hanya digunakan sebagai salah satu sumber elemen budaya pada upacara budaya tertentu saja dalam dinamika sosial budaya masyarakat setempat. e. Makanan/minuman tersebut hingga saat ini digunakan sebagai salah satu sumber elemen ekonomi utama bagi kehidupan sosial ekonomi keseharian masyarakat setempat. f. Makanan/minuman tersebut hingga saat ini digunakan hanya sebagai salah satu sumber elemen ekonomi bagi kehidupan sosial ekonomi keseharian masyarakat setempat. g. Makanan/minuman tersebut hingga saat ini hanya sebagai salah satu identitas regional bagi masyarakat setempat. Keterangan: : 1. Sangat tidak setuju, 2. Tidak setuju, 3. Agak tidak setuju, 4. Biasa saja, 5. Agak setuju, 6. Setuju, 7. Sangat Setuju 5.
Apakah Kuliner ........................ yang terdapat di Kecamatan ........................ Kabupaten Sragen memiliki aksesibilitas yang mudah dan berapakah kadar kemudahan aksesibilitas tersebut? Nama Obyek
Aspek Penilaian a. Lokasi penjualan makanan/minuman tersebut dapat dijangkau dengan kendaraan umum dalam waktu maksimal 2 jam dari ibu kota kabupaten b. Lokasi penjualan makanan/minuman tersebut dapat dijangkau dengan kendaraan umum dalam waktu maksimal 1 jam dari ibu kota kecamatan
1
2
3
Nilai* 4 5
6
7
c. Lokasi penjualan makanan/minuman tersebut dapat dijangkau oleh semua jenis kendaraan roda empat d. Pengunjung dapat menjangkau lokasi penjualan makanan/minuman tersebut tanpa harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki melebih 2 kilometer. e. Untuk menjangkau lokasi penjualan makanan/minuman tersebut tersedia kendaraan umum yang beroperasi setidaknya 16 jam dalam 1 hari f. Makanan/minuman tersebut dapat diproduksi dengan mudah oleh orang lain pada tempat dan waktu yang berbeda. g. Makanan/minuman tersebut telah terdistribusi di pasaran secara umum.
tersedia
dan
Keterangan: 1.sangat tidak terjangkau, 2. tidak terjangkau3. agak tidak terjangkau, 4. biasa saja, 5. agak terjangkau, 6. Terjangkau, 7. sangat terjangkau 6.
Apakah seasonality Kuliner ........................ yang terdapat di Kecamatan Kabupaten Sragen mudah berapakah kadar seasonality tersebut? Nama Obyek
1
2
3
........................
Nilai* 4 5
6
Aspek Penilaian a. Makanan/minuman tersebut hanya dapat disediakan dan dinikmati oleh pengunjung sebagai obyek wisata beberapa saat pada hari-hari tertentu dalam tahun tertentu. b. Makanan/minuman tersebut hanya dapat disediakan dan dinikmati pada hari-hari tertentu dalam periode minggu tertentu. c. Makanan/minuman tersebut hanya dapat disediakan dan dinikmati pada minggu tertentu dalam periodeperiode bulan. d. Makanan/minuman tersebut hanya dapat disediakan dan dinikmati pada bulan tertentu dalam 1 tahun. e. Makanan/minuman tersebut hanya dapat disediakan dan dinikmati pada bulan tertentu dalam periode tahun tertentu. f.
Makanan/minuman tersebut hanya dapat disediakan dan dinikmati dalam kurun waktu yang singkat pada periode maksimal 3 tahun sekali.
g. Makanan/minuman tersebut hanya bisa disediakan dan dinikmati oleh pengunjung dengan kelompok umur dan fisik tertentu. Keterangan: : 1. Sangat tidak setuju, 2. Tidak setuju, 3. Agak tidak setuju, 4. Biasa saja, 5. Agak setuju, 6. Setuju, 7. Sangat Setuju
7
7. Apakah Kuliner ........................ yang terdapat di Kecamatan ........................ Kabupaten Sragen memiliki tingkat sensitifitas tertentu dan berapa kadar sensitifitasnya? Nama Obyek
1
2
3
Nilai* 4 5
6
Aspek Penilaian a. Para pencicip makanan/minuman tersebut dengan mudah dapat mendeteksi/mengenali bahwa kandungan bahan dan ramuan makanan/minuman tersebut tidak melanggar larangan kepercayaan ataupun agama mereka. b. Kandungan bahan dan ramuan makanan/minuman tersebut tidak melanggar karangan kepercayaan ataupun agama semua kelompok masyarakat. c. Cita rasa makanan/minuman tersebut tidak berubah dan/atau berkurang karena perbedaan tata cara penyajian makanan/minuman tersebut. d. Cita rasa makanan/minuman tersebut tidak berubah dan atau berkurang karena perbedaan tata cara memakan/meminumnya. e. Bahan dan/atau ramuan makanan/minuman tersebut tidak menimbulkan alergi dan/atau tidak bersifat toksik pada pencicipnya secara umum. f. Pengkonsumsian makanan/minuman tersebut dalam jumlah yang agak banyak tidak menimbulkan/menyebabkan gangguan fisiologi dan/atau psikologi pencicipnya secara umum. g. Proses menciptakan makanan/minuman tersebut tidak mengganggu ekologi dan lingkungan masyarakat setempat. Keterangan: 1. sangat tidak bermanfaat, 2. tidak bermanfaat, 3. agak tidak bermanfaat, 4. Biasa saja, 5.Agak bermanfaat, 6. Bermanfaat, 7. Sangat bermanfaat
C. Anggaran 1.
Apakah Pengelola menyediakan anggaran khusus untuk Perencanaan Ekowisata Kuliner? Aspek Jawaban No. Penempatan Dana 1 2 3 4 5 6 7 1. Fasilitas 2. Aksesibilitas 3. Keamanan 4. Kebersihan 5. Sarana dan Prasarana 6. Pemeliharaan 7. Penyelenggaraan event periodik 8. Promosi Keterangan: 1. sangat tidak menyediakan, 2. tidak menyediakan, 3. agak tidak menyediakan, 4. belum menyediakan, 5. agak menyediakan, 6. Menyediakan, 7. Sangat menyediakan
7
D. Kesiapan Pengelola 1. Untuk mewujudkan perencanaan Ekowisata Kuliner, maka setujukah anda untuk menyiapkan diri dalam hal-hal berikut : Standard Pelaksanakan
1
2
Aspek Jawaban 3 4 5 6
1
2
Aspek Jawaban 3 4 5 6
7
A. Etika Pelayanan Kepada Pengunjung dan Wisatawan a. Setiap pengelola diharuskan untuk bersikap santun kepada pengunjung dan wisatawa b. Setiap pengelola diharuskan untuk memberikan senyum kepada pengunjung dan wisatawan c. Setiap pengelola diharuskan berkomunikasi dengan baik terhadap pengunjung dan wisatawan d. Setiap pengelola tidak melakukan hal senono terhadap pengunjung dan wisatawan e. Pengelola diharuskan bersikap ramah terhadap pengunjung dan wisatawan f. Pengelola harus mengharagai kritik dan saran dari pengunjung dan wisatawan g. Pengelola tidak membeda-bedakan status sosial pengunjung dan wisatawan B. Keamanan dan Keselamatan kepada pengunjung a. Institusi menyediakan alat P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) b. Institusi cepat tanggap terhadap keadaan darurat yang di sebabkan oleh gangguan keamanan,kecelakaan, pencemaran dan bencana alam c. Institusi membuat peraturan mengenai keselamatan pengunjung d. Pengelola mengatur sistem keamanan lingkungan dalam kegiatan ekowisata Kuliner Standard Pelaksanakan
7 C. Persaingan Usaha a. Pengelola membuat aturan mengenai persaingan usaha b. Pengelola membantu dalam hal pendanaan, promosi, pengembangan usaha dan memberikan link c. Pengelola menentukan lokasi berdagang d. Pengelola menetapkan standar kualitas barang yang akan dijual, contohnya makanan yang harus diperhatikan tanggal kadarluarsanya e. Pengelola mengatur kualitas bahan baku barang dagangan D. Kenyamanan dan Kebersihan bagi Masyarakat a. Pengelola membatasi pengunjung yang datang ke Kabupaten Sragen b. Pengelola dan masyarakat mengatur jalur sirkulasi pengunjung yang datang ke Kabupaten Sragen c. Pengelola dan masyarakat memperhatikan kebersihan lingkungan d. Pengelola menyediakan tempat pembuangan sampah. e. Pengelola membuat peraturan kebersihan f. Pengelola menyediakan tim kesehatan Keterangan : 1. sangat tidak siap, 2.tidak siap, 3.agak tidak siap, 4. biasa saja, 5.agak siap, 6. Siap, 7. sangat siap
Lampiran 5 Jurnal Kegiatan Harian JURNAL KEGIATAN HARIAN Nama Mahasiswa
: Na’immah Nur’Aini
NIM
: J3B112044
Lokasi
: Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah
Program Keahlian Ekowisata Program Diploma-Institut Pertanian Bogor (IPB) No
Hari/Tanggal
Kegiatan
Keterangan
Paraf
……….……………….2014 Pembimbing Lapang
(….................................................