J URNAL A KUNTANSI DAN K EUANGAN Jurnal Ilmiah Berkala Enam Bulanan, ISSN 1410 – 1831
Volume 9 No. 2, Juli 2004
Analisis Pengaruh Kualitas Auditor dan Proxi Going Concern Terhadap Opini Auditor Agrianti Komalasari A Analisis Fundamental Terhadap Return Saham Pada Periode Bullish dan Bearish Indeks Harga Saham Gabungan Budi Rusman Jauhari & Basuki Wibowo Pengaruh Informasi Akuntansi Manajemen Terhadap Kinerja Produksi ( Survei Pada Perusahaan publik Manufaktur Makanan dan Minuman di Indonesia) Kiagus Andi Pemeringkatan Obligasi, Obligasi dan Laporan Keuangan Lindrianasari Penyusunan Anggaran Berperspektif Gender Marselina Djayasinga Pentingnya Laba pada Kerangka Konseptual Akuntansi Nurdiono Perbandingan PSAK No.28 dengan Ketentuan Perpajakan yang Berlaku di Bidang Asuransi Kerugian dalam Menghitung Laba atau Penghasilan Bersih R.Weddie Andriyanto
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Vol. 9
No. 2
Hal. 01-98
Bandarlampung Juli 2004
ISSN 1410 - 1831
JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN
Penanggung Jawab
:
Prof. Dr. Ir. Muhajir Utomo, M.Sc. (Rektor Universitas Lampung)
Pembina
:
Prof. Dr. Ir. Tirza Hanum, M.Sc. (Pembantu Rektor I Universitas Lampung) Dr. John Hendri, M.Si. (Ketua Lembaga Penelitian Universitas Lampung) Toto Gunarto, S.E., M.Si. (Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung)
Pimpinan Umum
:
Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Lampung
Dewan Editor Ketua Wakil Ketua Sekretaris Anggota
: : :
Prof. Dr. Zaki Baridwan, M.Sc., Akt. Farid Djahidin, S.E., Akt. Edwin Mirfazli, S.E., Akt. 1. Prof. Dr. Bambang Sudibyo, M.B.A., Akt. 2. Dr. Gudono, S.E., M.B.A., Akt. 3. Nawawi Munaf, S.E., Akt. 4. Kiagus Andi, S.E., M.Si., Akt. 5. Farichah, S.E., M.Si., Akt. 6. Einde Evana, S.E., M.Si., Akt. 7. A. Zubaidi Indra, S.E., Akt. 8. R. Weddie Andriyanto, S.E., Akt. 9. Susi, S.E., M.B.A., Akt. 10. Tri Joko Prasetyo, S.E., M.Si.
Bendahara
:
Nurdiono, S.E., M.M., Akt.
Redaktur Produksi
:
1. 2. 3. 4.
Lindrianasari, S.E., M.Si., Akt. Fajar Gustiawaty Dewi, S.E., M.Si., Akt. Reni Oktavia, S.E. Ikhman Alhakki, S.E.
Tata Usaha dan Kearsipan
:
1. 2.
Setteng Legino
Distribusi dan Sirkulasi Alamat Redaksi
: :
Elvi Sukendri, S.E. Gedung E Lantai 1, Fakultas Ekonomi Universitas Lampung Jl. Prof. Sumantri Brojonegoro no.1 Gedungmeneng- Bandarlampung, 35145 Telp./Fax. (0721) 786749
Jurnal Akuntansi dan Keuangan merupakan media komunikasi ilmiah, diterbitkan dua kali setahun oleh Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Lampung, berisikan ringkasan hasil penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi.
JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN
DAFTAR ISI
Analisis Pengaruh Kualitas Auditor dan Proxi Going Concern Terhadap Opini Auditor, Agrianti Komalasari A ………………………………………
1-16
Analisis Fundamental Terhadap Return Saham Pada Periode Bullish dan Bearish Indeks Harga Saham Gabungan, Budi Rusman Jauhari & Basuki Wibowo ………………………………………………………………
17-32
Pengaruh Informasi Akuntansi Manajemen Terhadap Kinerja Produksi (Survei Pada Perusahaan publik Manufaktur Makanan dan Minuman di Indonesia), Kiagus Andi ……………………………………………………..
33-46
Pemeringkatan Obligasi, Obligasi dan Laporan Keuangan, Lindrianasari
47-56
Penyusunan Anggaran Berperspektif Gender, Marselina Djayasinga …….
57-66
Pentingnya Laba pada Kerangka Konseptual Akuntansi, Nurdiono ……..
67-76
Perbandingan PSAK No.28 dengan Ketentuan Perpajakan yang Berlaku di Bidang Asuransi Kerugian dalam Menghitung Laba atau Penghasilan Bersih, R.Weddie Andriyanto ..……………………………………………….
77-98
DAFTAR ISI
Analisis Pengaruh Kualitas Auditor Dan Proxi Going Concern Terhadap Opini Auditor Oleh :
Agrianti Komalasari A.1 ABSTRAK This study purpose to examine the influence from the audit quality and the going concern on auditor opinion. The results of the study showed that there was ka difference in ROA between the company that heve unqualified opinion and not unqualified opinion. Keywords : going concern proxy, opinion
PENDAHULUAN Pada umumnya perusahaan publik memanfaatkan pasar modal sebagai sarana untuk mendapatkan sumber dana atau alternatif pembiayaan. Investor mau menanamkan modal pada perusahaan apabila investasinya dapat menghasilkan sejumlah keuntungan. Keberadaan pasar modal menjadikan perusahaan mempunyai alat untuk refleksi diri tentang kinerja dan kondisi keuangan perusahaan. Apabila kondisi keuangan dan kinerja perusahaan bagus maka pasar akan merespon dengan positif melalui peningkatan harga saham perusahaan. Keuntungan dari adanya perusahaan publik dari sudut pandang investor antara lain adalah investor akan mendapat perlindungan dari otoritas pasar modal karena adanya peraturan yang harus ditaati perusahaan emiten. Otoritas pasar modal membuat peraturan untuk melindungi investor dari praktek-praktek yang tidak sehat. Untuk melindungi publik yang juga merupakan pemilik perusahaan, otoritas pasar modal mengharuskan perusahaan emiten menyerahkan laporan-laporan rutin dan juga laporan-laporan khusus yang menerangkan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada perusahaan (Hartono, 1998:44). Laporan-laporan rutin yang harus diserahkan emiten diantaranya adalah laporan keuangan auditan. Auditor mempunyai peranan penting dalam menjembatani antara kepentingan investor dan kepentingan perusahaan sebagai pemakai dan penyedia laporan keuangan. Datadata perusahaan akan lebih mudah dipercaya oleh investor dan pemakai laporan keuangan lainnya apabila laporan keuangan yang mencerminkan kinerja dan kondisi keuangan perusahaan telah mendapat pernyataan wajar dari auditor. Pernyataan auditor diungkapkan melalui opini audit. Opini wajar tanpa pengecualian dari auditor menjamin 1
Dosen Jurusan Akuntansi FE Unila
DAFTAR ISI Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9 No. 2, Juli 2004
angka-angka akuntansi dalam laporan keuangan yang telah diaudit bebas dari salah saji material. Peran auditor diperlukan untuk mencegah diterbitkannya laporan keuangan yang menyesatkan. Dengan menggunakan laporan keuangan yang telah diaudit, para pemakai laporan keuangan dapat mengambil keputusan dengan benar sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya. Preferensi perusahaan terhadap kualitas audit bisa tergantung pada apa yang ingin disampaikan manajemen kepada publik berkaitan dengan karakteristik perusahaan. Manajemen menginginkan audit berkualitas tinggi agar investor dan pemakai laporan keuangan mempunyai keyakinan lebih terhadap reliabilitas angka-angka akuntansi dalam laporan keuangan. Pemilihan auditor dengan kualitas tinggi dapat meningkatkan kredibilitas laporan keuangan. Preferensi semacam ini bisa dilihat dari auditor yang ditunjuk perusahaan untuk melakukan audit. Dalam hal ini, perusahaan akan memilih auditor berkualitas tinggi dan dengan demikian auditor ini dapat meningkatkan kredibilitas laporan keuangan perusahaan. Sebaliknya, perusahaan bisa saja memilih auditor hanya sebagai formalitas untuk memenuhi ketentuan otoritas pasar modal. Konsekwensi dari pilihan terhadap auditor “formalitas” ini adalah hasil auditnya tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap kredibilitas laporan keuangan. PERUMUSAN MASALAH Teori signaling memberikan indikasi bahwa perusahaan akan memilih auditor berkualitas tinggi untuk menunjukkan kinerja superior mereka. Menurut Scott, 2001 manajer yang rasional tidak akan memilih auditor berkualitas tinggi dan membayar fee yang tinggi apabila karakteristik perusahaan tidak bagus. Argumen ini didasari anggapan bahwa auditor berkualitas tinggi akan mampu mendeteksi karakteristik perusahaan yang tidak bagus dan menyampaikannya kepada publik. Penentuan berinvestasi bagi investor didasari oleh pengetahuan investor tentang going concern perusahaan dan seorang auditor diuji independensi dalam pengambilan keputusan untuk mengeluarkan opini audit suatu perusahaan perlu memberikan pernyataan mengenai kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaannya (going concern). Barnes dan Huan (1993) menyatakan bahwa perusahaan yang gagal yang tidak menjelaskan going concern pada opini auditnya menunjukkan bahwa auditor tersebut lebih mementingkan aspek komersial hal ini berdampak buruk pada citra auditor dan hilangnya kepercayaan investor terhadap perusahaan auditan. Berdasarkan pentingnya kualitas auditor dan independensi auditor dalam pengambilan keputusan going concern perusahaan untuk pembentukan opini maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah: Apakah kualitas auditor dan going concern berpengaruh terhadap opini audit yang dikeluarkan oleh auditor?
2
DAFTAR ISI Analisis Pengaruh Kualitas Auditor…. (Agrianti Komalasari)
TINJAUAN PUSTAKA Opini Auditor Undang-undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1995 mengenai pasar modal pada Bab VIII pasal 64 disebutkan bahwa akuntan, dalam hal ini adalah auditor, merupakan salah satu profesi penunjang pasar modal. Setiap profesi penunjang pasar modal wajib menetapi kode etik dan standar profesi yang ditetapkan oleh asosiasi profesi masingmasing sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang ini dan atau aturan pelaksanaannya. Akuntan wajib memberikan pendapat atau penilaian yang independen dan wajib menyampaikan pemberitahuan yang sifatnya rahasia kepada Bapepam selambat-lambatnya dalam waktu tiga hari sejak ditemukan adanya hal-hal yang berupa pelanggaran yang dilakukan terhadap ketentuan dalam Undang-undang No. 8 tahun 1995 dan atau peraturan pelaksanaannya atau hal-hal lain yang dapat membahayakan keadaan keuangan lembaga dimaksud atau kepentingan para nasabahnya. Menurut standar profesional akuntan publik SA Seksi 110, tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Laporan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya atau apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan pendapat, sebagai pihak yang independen, auditor tidak dibenarkan untuk memihak kepentingan siapapun dan untuk tidak mudah dipengaruhi, serta harus bebas dari setiap kewajiban terhadap kliennya dan tidak memiliki suatu kepentingan dengan kliennya (IAI, 1994). Opini yang dikeluarkan auditor ada empat macam yaitu: pendapat wajar tanpa pengecualian, pendapat wajar dengan pengecualian, tidak memberikan pendapat dan menolak memberikan pendapat. Whittred (1980) menyelidiki dampak laporan audit dengan opini wajar dengan pengecualian terhadap ketepatan pelaporan tahunan perusahaan di Australia. Auditor akan mengeluarkan kualifikasi laporan audit jika dalam menjalankan auditnya gagal mengkonfirmasi kepatuhan klien terhadap peraturan yang berlaku. Laporan penting sekali dalam suatu audit karena laporan menginformasikan pemakai informasi mengenai apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya. Standar Profesional Akuntansi Publik (SPAP) mengharuskan dibuatnya laporan setiap kali KAP dikaitkan dengan laporan keuangan. Auditor mempunyai tanggung jawab untuk menilai apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas.
3
DAFTAR ISI Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9 No. 2, Juli 2004
Pada saat auditor menetapkan bahwa ada keraguan yang pasti terhadap kemampuan klien untuk melanjutkan usahanya sebagai going concern, auditor diijinkan untuk memilih apakah akan mengeluarkan unqualified modified report atau disclaimer opini. Bagaimanapun juga, hampir tidak ada panduan yang jelas atau penelitian yang sudah ada yang dapat dijadikan acuan pemilihan tipe going concern reportyang harus dipilih (LaSalle & Anandarajan, 1996), karena pemberian status going concern bukanlah suatu tugas yang mudah (Koh & Tan, 1999). PSA 29 paragraf 11 huruf d, menyatakan bahwa, keraguan yang besar tentang kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) merupakan keadaan yang mengharuskan auditor menambah paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian, yang dinyatakan oleh auditor. Istilah bahasa digunakan untuk mencakup paragraf, kalimat, frasa dan kata yang digunakan oleh akuntan publik untuk mengkomunikasikan hasil auditnya kepada pemakai laporan. Going Concern Going Concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha. Dengan adanya going concern maka suatu badan usaha dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka waktu panjang, tidak akan dilikuidasi (untuk perusahaan perperusahaanan) dalam jangka waktu pendek. Seorang auditor ketika memeriksa kondisi keuangan suatu perusahaan dalam audit tahunan, auditor harus menyediakan laporan audit untuk digabungkan dengan laporan keuangan perusahaan. Salah satu dari hal-hal penting yang harus diputuskan adalah apakah perusahaan dapat mempertahankan hidupnya (going concern). Audit report dengan modifikasi mengenai going concern, mengindikasikan bahwa dalam penilaian auditor terdapat resiko perusahaan tidak dapat bertahan dalam bisnis. Di lain pihak, perusahaan yang “sehat” memperoleh opini “standard” atau “unqualified”. Dari sudut pandang auditor, keputusan tersebut melibatkan beberapa tahap analisis. Auditor harus mempertimbangkan hasil dari operasi, kondisi ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan pembayaran hutang, dan kebutuhan likuiditas di masa yang akan datang Going concern dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal berlawanan. Biasanya informasi yang secara signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup satuan usaha adalah berhubungan dengan ketidakmampuan satuan usaha dalam memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar dan kegiatan serupa yang lain (PSA No 30).
4
DAFTAR ISI Analisis Pengaruh Kualitas Auditor…. (Agrianti Komalasari)
Opini Audit Going Concern PSA No 30 memberikan pedoman kepada auditor tentang dampak kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya terhadap opini auditor sebagai berikut: 1.
Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian mmengenai kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, ia harus: a. b.
2.
3.
Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yamh ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut. Menetapkan kemungkinan bahwa rencana tersebut secara efektif dilaksanakan.
Jika manajemen tidak memiliki rencana yang mengurangi dampak kondisi dan peristiwa terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya auditor mempertimbangkan untuk memberikan pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer). Jika manajemen memiliki rencana tersebut, langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh auditor adalah menyimpulkan (berdasarkan pertimbangannya) atas efektivitas rencana tersebut.
Kualitas Auditor Kualitas audit menurut DeAngelo (1981) dalam Schwartz (1997) didefinisi sebagai probabilitas error dan irregularities yang dapat dideteksi dan dilaporkan. Probabilitas pendeteksian dipengaruhi oleh isu yang merujuk pada audit yang dilakukan oleh auditor untuk menghasilkan pendapatnya. Isu-isu yang berhubungan dengan isu audit adalah kompetensi auditor, persyaratan yang berkaitan dengan pelaksanaan audit dan persyaratan pelaporan. Dopuch dan Simunic (1980) dan DeAngelo (1981) dalam Schwartz (1996) berargumentasi bahwa ukuran auditor berhubungan positif dengan kualitas auditor. Economies of scale KAP yang besar akan memberikan insentif yang kuat untuk mematuhi aturan SEC sebagai cara pengembangan dan pemasaran keahlian KAP tersebut. Kantor akuntan publik diklasifikasi menjadi dua yaitu kantor akuntan publik yang berafiliasi dengan KAP Big Five, dan kantor akuntan publik lainnya. Auditor beroperasi dalam lingkungan yang berubah, ketika biaya keagenan tinggi, manajemen mungkin berkeinginan pada kualitas audit yang lebih tinggi untuk menambah kredibilitas laporan, hal ini bertujuan untuk mengurangi biaya pemonitoran. Barnes dan Huan (1993) menyatakan bahwa perusahaan yang gagal yang tidak menjelaskan going concern pada opini auditnya menunjukkan bahwa auditor tersebut lebih mementingkan aspek komersial hal ini berdampak buruk pada citra auditor dan hilangnya kepercayaan investor terhadap perusahaan auditan. 5
DAFTAR ISI Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9 No. 2, Juli 2004
Berdasarkan hal ini maka hipotesis yang diajukan adalah: H1 : Kualitas auditor lebih cenderung mempengaruhi auditor dalam memberikan opini audit dengan going concern (GCAR). Proxi Going Concern Likuiditas Rasio keuangan merupakan proksi dari going concern. Analisis rasio secara tradisional memfokuskan pada profitabilitas, solvabilitas, dan likuiditas. Sudah jelas sekali, bahwa perusahaan yang tidak menguntungkan dalam jangka panjang adalah tidak solvabel, atau tidak likuid dan kemungkinan harus direstrukturisasi, dan yang sering terjadi setelah direstrukturisasi, maka perusahaan akan bangkrut. Cara untuk menghindarinya adalah dengan memprediksi bahaya keuangan jauh sebelumnya agar tidak menderita kerugian investas. Altman (1968) mengembangkan pendekatan tradisional terhadap analisis rasio dengan menganalisis pemikiran rasio untuk memprediksi kebangkrutan dan menggunakan teknik analisa multi diskriminan. Teknik ini mengidentifikasi 5 rasio, yang secara bersamaan, sangat baik untuk memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan. Dalam hubungannya dengan likuiditas makin kecil Quick Ratio, perusahaan kurang likuid sehingga tidak dapat membayar para krediturnya maka auditor kemungkinan memberikan opini audit dengan going concern. Tidak jarang perusahaan yang secara konsisten mengalami kerugian operasi mempunyai working kapital yang sangat kecil bila dibandingkan dengan total assets (Altman, 1968). Sedangkan hubungan quick ratio dengan opini audit: Makin kecil quick ratio, perusahaan kurang likuid karena banyak kredit macet sehingga opini audit harus memberikan keterangan mengenai going concern. Jadi, berdasarkan penjelasan diatas dapat dibuat hipotesis sebagai berikut: H2 :
Likuiditas lebih cenderung mempengaruhi auditor dalam memberikan opini audit dengan going concern (GCAR).
Profitabilitas Tujuan dari analisa rentabilitas/ profitabilitas adalah untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Analisa ini juga untuk mengetahui hubungan timbal balik antara pos-pos yang ada pada neraca perusahaan yang bersangkutan guna mendapatkan berbagai indikasi yang berguna untuk mengukur efisiensi dan profitabilitas perusahaan yang bersangkutan
6
DAFTAR ISI Analisis Pengaruh Kualitas Auditor…. (Agrianti Komalasari)
Return on asset (ROA) adalah ratio yang diperoleh dengan membagi laba/ rugi bersih dengan total asset. Ratio ini digunakan untuk menggambarkan kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh laba dan manajerial efisiensi secara keseluruhan. Semakin tinggi nilai ROA semakin efektif pula pengelolaan aktiva perusahaan. Jadi berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut: H3 : Profitabilitas lebih cenderung mempengaruhi auditor dalam memberikan opini audit dengan going concern (GCAR). TUJUAN PENELITIAN 1. 2.
Menyediakan bukti empiris mengenai pengaruh kualitas auditor dan going concern terhadap opini auditor. Menyediakan bukti empiris mengenai pentingnya independensi auditor pada keputusan going concern perusahaan auditannya.
KONTRIBUSI PENELITIAN Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi sebagai berikut: 1. 2.
Memberikan referensi bagi auditor untuk mempertahan independensinya pada keputusan going concern agar citra auditor lokal (Non Big Five) dapat terangkat guna mengantisipasi keterbukaan pasar jasa audit. Memberikan referensi bagi investor tentang manfaat rasio keuangan sebagai alat untuk memprediksi kelangsungan hidup suatu perusahaan publik yang terdaftar di BEJ.
METODA PENELITIAN Populasi dan Sampel Data penelitian ini diperoleh dari Bapepam, Pusat Referensi Pasar Modal, Perpustakaan Fakultas Ekonomi UGM, dan Data base Pusat Pengembangan Akuntansi UGM. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini perusahaan yang terdaftar di ICMD tahun 1999-2003. Sampel perusahaan dalam penelitian ini dipilih dengan metode purposive sampling terhadap perusahaan publik yang terdaftar pada Bursa Efek Jakarta (BEJ). Alasannya adalah perusahaan publik yang terdaftar di BEJ menjadi sasaran mandatory auditing sementara perusahaan non publik tidak memiliki keharusan untuk menggunakan jasa audit eksternal. Kriterianya adalah: 1.
Laporan keuangan berakhir tanggal 31 Desember. Penyeragaman tanggal laporan keuangan berguna untuk memperbaiki daya banding laporan keuangan sehingga
7
DAFTAR ISI Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9 No. 2, Juli 2004
2.
angka-angka maupun rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian tidak mengandung bias. Perusahaan tidak termasuk dalam industri perbankan dan jasa keuangan lainnya. Industri perbankan dan jasa keuangan lainnya berbeda dengan perusahaan lain dalam perolehan dan penggunaan sumber dana sehingga bisa terjadi bias apabila memasukkan industri ini dalam sampel penelitian.
Operasionalisasi dan Pengukuran Variabel Operasionalisasi variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen yang diproksikabn dengan opini auditor berupa audit unqualified dengan going concern audit report (GCAR) yang merupakan variabel dummy yang dilambangkan dengan 0 dan 1 bila opini tersebut audit unqualified tanpa going concern audit report (GCAR). Variabel independen diwakili oleh kualitas auditor yang diproxikan dengan KAP Big Five dan Non Big Five, untuk KAP Big FIVE diberikan lambang 1 dan begitu juga sebaliknya. Variabel rasio keuangan adalah: Quick Ratio (QR), Return on assets (ROA), dan Capital Ratio (CR). Pengujian Hipotesis Pengolahan dan analisis data di dalam penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan alat analisis kinerja operasi perusahaan melalui beberapa pendekatan, antara lain: 1.
Analisa Rasio Likuiditas Rasio likuiditas digunakan karena rasio ini mengukur kemampuan perusahaan di dalam memenuhi kewajiban-kewajiban yang akan jatuh tempo segera (kewajiban jangka pendek). Sebagai parameter dari rasio likuiditas, penulis menggunakan Quick Ratio.
2.
Analisis Rasio Profitabilitas Penulis menggunakan metode analisis rasio profitabilitas karena masyarakat, pada umumnya, berpandangan bahwa pengukuran tingkat keberhasilan operasional dan efektivitas perusahaan didasarkan pada tingkat profitabilitas yang dicapai perusahaan, dalam hal ini digunakan ROA.
Model yang digunakan dalam penelitian ini disajikan sebagai berikut: AuOpit = ß0 + ß1(AuQua it )+ ß2 (QRit ) + ß3(ROAit ) + єit Keterangan: AuOpit = Opini Auditor ß = intersep AuQua = Kualitas Auditor QR = Quick Ratio 8
DAFTAR ISI Analisis Pengaruh Kualitas Auditor…. (Agrianti Komalasari)
ROA β1-4 єit
= = =
Return on Assets Koefisien masing-masing variabel error perusahaan i pada tahun t
Model pengujian Ha1 sampai Ha4 antara lain menggunakan statistika deskriptif dipilih untuk menunjukkan gambaran umum kecenderungan sampel. Alat analisis lain yang dipakai untuk memperkuat statistik deskriptif sampel adalah dengan menggunakan uji t pada dua sampel bebas. Alat analisis lain yang dipakai adalah pengujian dengan menggunakan model regresi logistik Asumsi Klasik Seperti halnya model regresi, penelitian dengan menggunakan model logistic regression membutuhkan beberapa pengujian asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik yang harus dipenuhi meliputi tidak adanya autokorelasi, multikolinearitas dan mengabaikan asumsi normalitas dan heterokedastisitas untuk pengujian regresi logistik. Analisis Deskriptif Proses pemilihan sampel menghasilkan 151 perusahaan dengan periode penelitian tahun 1998 sampai dengan tahun 2002. sedangkan ICMD 2004 datanya belum tersedia. Hasil diperoleh 616 sampel pengamatan. Untuk memperoleh gambaran umum dampel data penelitian, bisa dilihat statistik deskriptif penelitian seperti pada Tabel 1 yang menyajikan statistik deskriptif data sampel keseluruhan pada periode tahun 1998 sampai dengan tahun 2002. Tabel 1. Hasil Uji Deskriptif Sampel Alat uji ROA GEAR AUDQUA OPINION Valid N (listwise)
N 616 616 616 616 616
Minimum -1.29 -0.03 0.00 0.00
Maximum 5.89 1.54 1.00 1.00
Mean 3.252E-02 0.2016 0.1981 5.844E-02
Std. Deviatio 0.3134 0.2430 0.3989 0.2348
Return on Total Assets (ROA) menunjukkan rata-rata 0,032 dengan standar deviasi 0,3134 sedang nilai minimum dan maksimum adalah -1,29 dan 5,89 hal ini menunjukkan tingkat profitabilitas yang berfariasi yang di[perkuat oleh besarnya deviasi standar sebesar 31,3%. Penelitian ini tidak membedakan klasifikasi industri dan ukuran perusahaan sampel, hal ini membuat variasi ROA secara keseluruhan sebesar 31.3%.
9
DAFTAR ISI Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9 No. 2, Juli 2004
Tingkat kesuliltan keuangan perusahaan menunjukkan rata-rata 0,20 sedangkan nilai minimum dan maksimum adalah -0,03 dan 1,54. hal ini menunjukkan struktur aset yang didanai utang jangka panjang rata-rata sebesar 20% dengan deviasi standar 24,3%. Tabel 2. Hasil Uji Beda t-test Opinion ROA GEAR AUDQUA
N
1.00 .00 1.00 .00 1.00 .00
Mean
36 580 36 580 36 580
Std. Deviation
-.1233 4.219E-02 .3064 .1951 .3056 .1914
.3108 .3112 .3894 .2299 .4672 .3937
Std. Error Mean 5.180E-02 1.292E-02 6.490E-02 9.546E-03 7.786E-02 1.635E-02
Independent Sample Test Levene’s Test of Equality of Variant
ROA Equal varian assumed Equal varian not assumed GEAR Equal varian assumed Equal varian not assumed AUDQUA Equal varian assumed Equal varian not assumed
t-test for Equality of Mean
Sig.
t
df
g. (2tailed)
4.670
.031
-3.097
614
.002
-.1655
345E-02
-.2705
06E-02
-3.101 39.483
.004
-.1655
339E-02
-.2735
76E-02
2.679
614
.008
.1113
54E-02
71E-02
.1928
1.696
36.530
.098
.1113
659E-02
17E-02
.2442
1.669
614
.096
.1142
341E-02
02E-02
.2485
1.435
38.150
.159
.1142
956E-02
69E-02
.2752
18.011
7.769
.000
.005
Mean difference
Std. Error difference
95% Confidence interval of the difference Lower Upper
F
Tabel 2 memperlihatkan dari 616 KAP yang menjadi sampel, sebanyak 494 kantor akuntan publik (KAP) yang merupakan KAP yang berafiliasi dengan KAP Big Five, atau 80,2% dari KAP yang menjadi sampel. Besarnya jumlah perusahaan publik yang memmilih KAP Afiliasi dibanding dengan KAP lainnya menunjukkan bahwa perusahaan publik memiliki keyakinan bahwa KAP Afiliasi BIG Five memunyai kualitas audit yang lebih baik. Hal ini yang mendorong perusahaan publik lebih cenderung untuk menggunakan jasa KAP yang berafiliasi dengan Kap Big Five.
10
DAFTAR ISI Analisis Pengaruh Kualitas Auditor…. (Agrianti Komalasari)
Statistics N
AUDQUA 616 0
Valid Missing
OPINION 616 0
AUDQUA Frequency Valid
.00 1.00 Total
Percent
494 122 616
Valid percent
80.2 19.8 100.0
80.2 19.8 100.0
Cumulative Percent 80.2 100.0
OPINION Frequency Valid
.00 1.00 Total
Percent
580 36 616
Valid percent
94.2 5.8 100.0
94.2 5.8 100.0
Cumulative Percent 94.2 100.0
Jenis opini audit wajar tanpa pengecualian (WTP) mempunyai frekuensi 94,2% dari sampel. Hal ini menunjukkan untuk opini WTP merupakan mayoritas opini yang dihasilkan auditor. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas dapat dilihat dari varian inflation factor, bila VIF > 10, maka terjadi multikolinearitas-regresi logistik dapat dilihat pada Tabel 4. Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas antara variabel-variabel bebas. Tabel 4. Hasil Uji Multikolinearitas-regresi Logistik Variabel bebas ROA GEAR AUDQUA AUDOPINI
VIF 1.004 1.005 1.001 1.047
11
DAFTAR ISI Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9 No. 2, Juli 2004
b. Uji Autokorelasi Uji yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi menggunakan uji Durbin-Watson, hasil pengujian autokorelasi menunjukkan bahwa tidak terdapat autokorelasi karena nilai uji Durbin-Watson berada di antara -2 dan +2, yaitu 1,76 PENGUJIAN HIPOTESIS tahap awal dalam melakukan pklengujian menggunakan regresi logistik dilakukan dengan menggunakan semua variabel independen karena semua variabel independen telah lolos uji multikoliniearitas dan uji auto korelasi. Uji heteroskedastisitas tidak dilakukan karena regresi logistik selain mengabaikan uji normalitas juga tidak mensyaratkan uji heterokedastisitas. Tahap selanjutnya adalah memasukkan variabel yang telah bebas dari uji asumsi klasik ke dalam uji regresi logistik dengan neggunakan metode Backward Stepwisw. Teknik stepwise (conditional) digunakan untuk menyaring variabel-variabel independen, kemudian mengeluarkan satu-persatu dimulai dari variabel-variabel yang paling tidak signifikan, sehingga akhirnya diketahui variabel yang paling signifikan. Tahap terakhir adalah menguji kembali variabel yang signifikan dari uji regresi logistik teknik stepwise ke dalam uji selanjutnya, yaitu uji regresi logistik teknik Enter. Pengujian regresi logistik menghasilkan uji Nagelkerke R square, uji Hosmer dan Lemeshow, dan uji signifikan untuk tiap-tiap variabel independent. Nilai Hosmer dan Lemeshow test menunjukkan hasil yang signifikan karena probabilitas > 0,05, yaitu sebesar 0,944; dan nilai Chi Square hitung < Chi Square tabel (0,005 < 3,84146). Jika dilihat dari overall classification table terlihat adanya penurunan overall hit ratio dari 85% menjadi 84,8% tetapi secara keseluruhan hal ini menunjukkan bahwa model ini sudah cukup baik, artinya tidak ditemukan adanya perbedaan yang secara statistik, signifikan antara klasifikasi yang diprediksi dan yang diamati, sehingga model regresi dua kategori ini layak dipakai. Kecocokan model (model fit). Kriteria yang digunakan adalah nilai -2 LogLikelihood (-2LL). Adanya penurunan -2LL dari 721,120 pada model awal menjadi 587,814 hal ini mengindikasikan bahwa model regresi ini baik. Koefisien korelasi Nagelkerke 11,1% berarti tiga variabel independen berupa profitabilitas, kesulitan keuangan dan kualitas auditor menentukan opini yang diberikan oleh KAP sedangkan faktor-faktor penentu lainnya yang sebesar 88,89% dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak terdapat dalam penelitian ini. Hasil ujivariabel independen terhadap variabel dependen dengan menggunakan regresi logistik metode backward stepwise tahap pertama (full), persamaan yang dipergunakan untuk diskusi hasil pengujian hipotesis 1 sampai hipotesis 3, Y=-3,3680,303ROA+1,303GEAR+0,677AUDqUA. Konstanta persamaan di atas memunyai nilai -3,368 dengan tingkat signifikan 0 yang berarti tanpa adanya pengaruh dari variabel independen dalam penelitian ini, maka 12
DAFTAR ISI Analisis Pengaruh Kualitas Auditor…. (Agrianti Komalasari)
adanya opini selain WTP bagi laporan keuangan perusahaan publik dapat terjadi dengan tingkat propabilitaas 0,028. Kualitas Auditor Hipotesis pertama yang menyatakan bahwa kualitas auditor lebih cenderung mempengaruhi auditor dalam memberikan opini audit dengan going concern (GCAR) ditolak. Tingkat signifikan variabel kualitas auditor sebesar 0,81 artinya adalah perusahaan yang menggunakan auditor yang berkualitas tidak dapat menentukan apakah dia akan mendapat opini WTP atau tidak. Koefisien variabel ini menunjukkan arah negatif berbeda dengan ekspektasi sebelum argumentasinya adalah KAP Big Five sebagai pengukur KAP berkualitas. Dalam penelitian ini merupakan KAP yang memunyai frekuensi 79,9% dari jumlah sampel. Profitabilitas Return on Total Assets yang merupakan proxy dari profitabilitas perusahaan memunyai koefisien negatif yang menunjukkan bahwa semakin rendah ROA semakin tinggi profitabilitas perusahaan untuk mendapatkan opini selain WTP. Berdasarkan hasil uji regresi logistik terlihat bahwa hipotesis kedua dari penelitian ini tidak dapat ditolak. Kesulitan Keuangan Perusahaan yang memunyai rasio gearing yang tinggi akan semakin dimonitor kemampuan pihak manajemennya untuk dapat melanjutkan usaha olehdebtholder dan regulator karena perusahaan tersebut memunyai tingkat resiko yang tinggi. Dengan adanya monitoring tersebut perusahaan akan berusaha untuk dapat menyelesaikan kesulitan keuangannya. Tingkat signifikan rasio gearing ini 0,18 sehingga gearing ini tidak memunyai pengaruh terhadap opini yang diberikan KAP terhadap laporan keuangan perusahaan publik. Berdasarkan hal ini hipotesis tiga yang menyatakan perusahaan yang memunyai kesulitan keuangan lebih cenderung memengaruhi auditor dalam memberikan opini auditor dalam memberikan opini audit dengan going concern (GCAR) ditolak. V. SIMPULAN, KETERBATASAN Penelitian ini mengangkat permasalahan apakah kualitas auditor dan going concern berpengaruh terhadap opini audit yang dikeluarkan oleh auditor? Secara keseluruhan hasil penelitian ini memberikan bukti empiris sebagai berikut : 5.1
Hipotesis pertama yang menyatakan bahwa kualitas auditor lebih cenderung memengaruhi auditor dalam memberikan opini audit dengan going concern (GCAR) ditolak. Koefisien variabel ini menunjukkan arah negatif berbeda dengan ekspektasi sebelumnya argumentasinya yang adalah KAP Big Five
13
DAFTAR ISI Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9 No. 2, Juli 2004
sebagai pengukur KAP berkualitas dalam penelitian merupakan KAP yang memunyai frekuaensi 79,9% dari jumlah sampel. 5.2
Hipotesis kedua dari penelitian ini tidak dapat ditolak . return on Total Assets yang merupakan proxy dari profitabilitas perusahaan memunyai koefisien negatif yang menunjukkan bahwa semakin rendah ROA semakin tinggi profitabilitas perusahaan untuk mendapat opini selain WTP.
5.3
Hipotesis tiga yang menyatakan perusahaan yang memunyai kesulitan keuangan lebih cenderung memengaruhi opini going concern ditolak. Tingkat signifikansi rasio gearing ini 0,18 sehingga gearing ini tidak memunyai pengaruh terhadap opini yang diberikan KAP terhadap laporan keuangan perusahaan publik.
Keterbatasan Penelitian ini tidak memisahkan klasifikasi industri antara finansial dan non finasial, karena karakteristik kedua industri ini berbeda, sehingga tidak bias, dipergunakan proxy going concern dengan menggunakan rasio solvabilitas dan likuiditas.
DAFTAR PUSTAKA Altman,, E.I., “Financial Discriminant analysisi and The Prediction of Corporate Bancrupty” Journal of Finance, September 1968, Barnes,P.., Huan, H.D., 1993, The Auditor’s Going Concern Decision: Interaction of Task Variables and Sequential Processing of Evidence, The Accounting Review. Boynton, C., Johnson, Raymond, M., Kell, Walter G. (2001): Modern Auditing: 7th USA, John Willey & Sons. Inc. Butler M., Kraft, A., dan Weiss L.S., 2002. The Effect of Reporting Frequency on the Timeliness of Ernings: The Case of Voluntary and Mandatory interim Reports. Working Paper, July. Chambers, A.E., dan S.H. Penman, 1984, Timeliness of Reporting and the Stock Price Reaction to Earnings Anouncement, Journal of Accounting Research (Spring). Chen, Kevin C. W., Bryan K. Church, 1996, Going concern Opinion and The Market’s Reaction to Banckruptcy Fillings, The Accounting Review, Vol. 71. Dunn, Kimberly A: Brian W Mayhew and Suzanne G. Morsfield, 2000, Auditor Specialization and Clien Disclosure Quality Social Science Research Network. Dyer, James C., dan Arthur J. McHugh, 1975, The Timeliness of the Australian Annual Report, Journal of Accounting Research, Vol. 13. Hay, David and Davis, 2002. The Voluntary Choice of an Audit of any Level of Quality. Dept. of Auckland, New Zeland, SSRN. 14
DAFTAR ISI Analisis Pengaruh Kualitas Auditor…. (Agrianti Komalasari)
Hani, Clearly, Mukhlasin, Going Concern dan Opini Audit: Suatu Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan, SNA, 2003. Foster, George, 1986, Financial Statement Analysis, Second Edition, Prentice-Hall International, Inc. Fried, D., A., Schiff, 1987, “CPA Switches and Associated Mareket Rections”, The Accounting Review. Givoly, D, dan D. Palmon, 1982, Timeliness of Annual Earnings Announcements: Some Empirical Evidence, The Accounting Review, Vol. LVII. Ghozali, Imam, 2001, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit Univiversitas Dipenegoro. Hartono, Jogiyanto M. 2001, Teori Portofolio dan Investasi, BPFE-Yogyakarta. Kida, T., An Investigation into Auditor Continuity and Relater Qualification Judgements, Journal of Accounting Research, 1980. Komalasari, Agrianti, 2003, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Perusahaan Publik terhadap Regulasi Informasi di Indonesia, Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VI, Surabaya. ________, Agrianti, 2003, Pengaruh Kualitas Auditor, Lamanya Pengauditan, dan Jenis Opini Auditor terhadap Tingkat Kepatuhan Perusahaan Publik dalam Penyampaian Laporan Keuangan Tahunan ke BAPEPAM, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Edisi Juli. Santoso, Singgih, 2001, Buku Latihan SPSS Statistik Non Parametrik, Elex Media Komputindo. ________, 2000, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, Elex Media Komputindo. Suwardjono, 2002, Akuntansi Pengantar: Proses Penciptaan Data Pendekatan Sistem, BPFE,-Yogyakarta. Whittred, G.P., 1980, Audit Qualification and the Timeliness of Corporate Annual Reports, The Accounting Review, Vol. IV. _________, Ikatan Akuntan Indonesia, 2002, Standar Profesional Akuntan Publik, Salemba 4, Jakarta. _________, http://www.bapepam.go .id _________,http://www.jsx.co.id _________,http://www.ssrn.com
15
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
Analisis Fundamental Terhadap Return Saham Pada Periode Bullish Dan Bearish Indeks Harga Saham Gabungan Oleh :
Budi Rusman Jauhari2 & Basuki Wibowo3 ABSTRAK Investor yang menanamkan dana di pasar modal harus mampu memanfaatkan semua informasi untuk menganalisa pasar dan investasinya dengan harapan memperoleh keuntungan yang maksimal atau meminimalkan resiko. Analisis fundamental dengan rasio keuangan merupakan suatu cara dalam upaya pemilihan jenis saham yang layak untuk dijadikan lahan investasi. Suatu keadaan pasar tertentu (bullish/bearish) akan mempengaruhi keputusan yang sebaiknya harus diambil oleh investor. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilihat saham dengan karakteristik bagaimana yang akan memaksimalkan return pada saat bullish atau meminimalkan resiko pada saat bearish. Penelitian ini dilakukan pada saat Indeks Harga Saham Gabungan mengalami periode bullish (sepanjang tahun 1999) dan pada saat Indeks Harga Saham Gabungan mengalami periode bearish (mulai Januari 2000 sampai dengan April 2001). Analisis fundamental yang dilakukan yaitu dengan menganalisa rasio keuangan perusahaan yang diwakili oleh Price Earning Ratio, Price to Book Value Ratio, Debt to Total Equity, dan Return On Equity. Pengujian dilakukan dengan model statistik regresi linear berganda dengan pengujian t, F dan korelasi linear berganda terhadap return saham sebagai variabel dependen dengan komponen rasio keuangan sebagai variabel independen dengan tingkat kepercayaan 95%. Dari hasil pengujian diperoleh kesimpulan bahwa analisis fundamental dengan rasio keuangan secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham baik pada periode bullish maupun pada periode bearish. Pengujian secara parsial memberikan kesimpulan bahwa Price to Book Value Ratio memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap return saham pada periode bullish dan bearish, Return On Equity memiliki pengaruh positif signifikan terhadap return saham pada periode bullish dan bearish. Sedangkan Price Earning Ratio dan Debt to Total Equity tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham baik pada periode bullish maupun pada periode bearish. Keywords : PER, PBVR, DTE, ROE, Bullish, Bearish 2 3
Mantan mahasiswa Jurusan Akuntansi FE Unila Dosen Jurusan Akuntansi FE Unila
DAFTAR ISI Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9 No. 2, Juli 2004
I. PENDAHULUAN Pergerakan harga saham di bursa efek umumnya diramalkan pemodal dan pialang dengan analisis teknikal dan fundamental. Analisis teknikal adalah sebuah metode peramalan gerak harga saham, indeks atau instrumen keuangan lainnya dengan menggunakan grafik berdasarkan data historis (Fakhruddin, Firmansyah dan Hadianto, 2001: 21). Sedangkan analisis fundamental adalah suatu metode peramalan harga saham dengan mempelajari kinerja perusahaan (Ghozali dan Sugianto, 2002). Analisis fundamental menganggap bahwa harga saham merupakan refleksi dari nilai perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena itu, dalam melakukan penelitian suatu saham melalui pendekatan fundamental dapat digunakan informasi akuntansi dengan teknik analisis rasio keuangan yang merupakan hasil perhitungan lebih lanjut dari laporan keuangan (Subekti, 1999: 34). Secara psikologis, pemodal cenderung memilih saham-saham yang harganya rendah pada periode bullish dengan harapan pada kondisi ini harga-harga saham akan terus naik atau akan mengalami apresiasi. Pada pasar bearish (menurun) pemodal cenderung menjual sahamnya dalam jumlah sedikit karena mereka memiliki keyakinan bahwa harga-harga saham akan terus turun (Ghozali dan Sugiyanto, 2002). Tabel 1. Indeks Harga Saham Gabungan Bulanan Tahun 1999 s.d. Tahun 2002 BULAN JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOPEMBER DESEMBER
INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN 1999 2000 2001 411.93 396.09 393.62 495.22 585.24 662.02 597.87 572.66 547.94 593.86 583.80 676.92
636.37 576.54 583.27 526.73 454.32 515.11 492.19 466.38 421.33 405.34 429.21 416.32
425.61 428.30 381.05 358.23 405.86 437.62 444.08 435.55 392.47 383.73 380.30 392.03
2002 451.63 453.26 481.77 534.06 534.06 530.79 505.00 463.66 419.30 369.04 390.42 424.94
Sumber : JSX Statistic 1999, 2000, 2001, 2002.
Dari data di atas terlihat bahwa pada periode Maret 1999 sampai dengan Desember 1999 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami periode bullish. Sepanjang periode tersebut IHSG terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal lain yang mengindikasikan bahwa periode tersebut IHSG mengalami bullish adalah terjadi 18
DAFTAR ISI Analis Fundamental terhadap Return Saham… (Budi Rusman J., Basuki Wibowo)
kenaikan upthrust yaitu dari 662.02 pada bulan Juni 1999 menjadi 676.92 pada bulan Desember 1999. Meskipun pada bulan Juli, Agustus dan September 1999 mengalami penurunan, penurunan tersebut tidak signifikan apabila dibandingkan dengan kenaikan IHSG. Mulai bulan Januari 2000 sampai dengan bulan April 2001 IHSG mengalami periode bearish. Hal ini terlihat dari adanya penurunan Indeks yang cukup signifikan. Ciri lain dari adanya periode bearish pada periode tersebut adalah indeks tertinggi pada periode upthrust kedua pada bulan Juni 2000 lebih rendah dari pada indeks tertinggi pada upthrust pertama. Dengan informasi Indeks Harga Saham Gabungan diharapkan akan memberikan informasi kepada investor tentang keadaan pasar yang sedang terjadi yang akan menentukan langkah-langkah investasi selanjutnya. Suatu kondisi pasar tertentu (bullish atau bearish) akan mempengaruhi langkah-langkah dan keputusan investasi. Dalam kondisi tersebut, harus ditemukan saham dengan rasio keuangan bagaimana yang akan memberikan peluang atau prospek untuk memperoleh return yang maksimal dengan tingkat resiko tertentu atau bagaimana saham akan memberikan resiko yang lebih kecil dengan tingkat return tertentu. Berdasarkan uraian diatas, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: Berapa besar pengaruh analisis fundamental terhadap return saham pada periode bullish dan bearish dan bagaimanakah analisis fundamental berpengaruh terhadap return saham pada periode bullish dan bearish. Dalam proses penelitian dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut: a.
Analisis fundamental diwakili oleh rasio keuangan, yaitu Price Earning Ratio, Price to Book Value Ratio, Debt to Total Equity, Return On Equity.
b.
Periode bullish dan bearish ditentukan sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sawidji Widoatmodjo, S.E. dengan menggunakan data penutupan bulanan Indeks Harga Saham Gabungan periode Januari 1999 sampai dengan Desember 2002.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan saham dengan rasio keuangan tertentu dalam upaya pembentukan portofolio yang paling baik dalam keadaan bullish dan bearish Indeks Harga Saham Gabungan yang akan memberikan keuntungan yang maksimal dan mengurangi resiko yang mungkin dihadapi.
19
DAFTAR ISI Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9 No. 2, Juli 2004
II. HIPOTESIS 2.1 Analisis Fundamental E. A. Koetin (1997: 413) menyatakan bahwa nilai sebuah saham sesungguhnya ditentukan oleh kondisi fundamental emiten yang meliputi; laba, pertumbuhan penjualan, aktiva dan prospek emiten. Rasio keuangan yang digunakan untuk menganalisa saham dalam penelitian ini adalah Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value Ratio (PBV), Debt to Total Equity (DTE), Return On Equity (ROE). Price Earning Ratio (PER) mengindikasikan besarnya dana yang dikeluarkan oleh investor untuk memperoleh setiap rupiah laba perusahaan. Perusahaan yang memungkinkan pertumbuhan yang lebih tinggi biasanya mempunyai PER yang besar, demikian pula sebaliknya (Gibson, 1992:380-381). PER menunjukkan perbandingan antara harga saham di pasar atau harga perdana yang ditawarkan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima (Harahap, 2001:310) Semakin tinggi rasio ini menunjukkan bahwa investor mengharapkan pertumbuhan dividen yang tinggi, saham memiliki resiko yang rendah dan investor puas dengan pendapatan yang tinggi serta perusahaan mengharapkan pertumbuhan dividen daripada proporsi laba yang tinggi. Berdasarkan hal tersebut disusun hipotesis: H1
: Price Earning Ratio (PER) berpengaruh positif signifikan terhadap return saham pada periode bullish Indeks Harga Saham Gabungan.
H2
: Price Earning Ratio (PER) berpengaruh positif signifikan terhadap return saham pada periode bearish Indeks Harga Saham Gabungan.
Price to Book Value Ratio (PBV) menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku suatu saham. Semakin besar rasio ini menggambarkan kepercayaan pasar akan prospek perusahaan tersebut (Darmadji dan Fakhrudin, 2001:303). Menurut Bodie, Kane dan Markus (1996: 576) bahwa analis pasar modal mempertimbangkan suatu saham dengan rasio PBV yang rendah merupakan investasi yang aman. Berdasarkan penjelasan diatas, maka disusun hipotesis: H3
: Price to Book ValueRatio (PBV) berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham pada periode bullish Indeks Harga Saham Gabungan.
H4
: Price to Book Value Ratio (PBV) berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham pada periode bearish Indeks Harga Saham Gabungan.
20
DAFTAR ISI Analis Fundamental terhadap Return Saham… (Budi Rusman J., Basuki Wibowo)
Debt to Total Equity (DTE) menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak luar. Semakin kecil rasio ini semakin baik (Harahap, 2001:303). Berdasarkan hal diatas, maka disusun hipotesis: H5
: Debt to Total Equity (DTE) berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham pada periode bullish Indeks Harga Saham Gabungan.
H6
: Debt to Total Equity (DTE) berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham pada periode bearish Indeks Harga Saham Gabungan.
Return On Equity (ROE) menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik. Semakin besar rasio ini semakin baik. (Harahap, 2001:305) Berdasarkan penjelasan diatas, maka ditetapkan hipotesis: H7
: Return On Equity (ROE) berpengaruh positif signifikan terhadap return saham pada periode bullish Indeks Harga Saham Gabungan.
H8
: Return On Equity (ROE) berpengaruh positif signifikan terhadap return saham pada periode bearish Indeks Harga Saham Gabungan.
2.2 Penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan analisis finansial (rasio keuangan) dan return saham. A. Penelitian di Luar Negeri 1.
Penelitian Ou dan Penman (1989), O’Connor (1973) tentang dampak pengumuman laporan keuangan terhadap harga saham di Amerika yang menyimpulkan bahwa laporan keuangan mampu memprediksi harga saham.
2.
Penelitian Berlev dan Livnat (1990), yang menemukan bahwa rasio keuangan berkaitan erat dengan harga saham. Dari pandangan investor, rasio keuangan digunakan untuk menentukan pembelian saham, untuk meminjamkan dana, ataupun untuk melihat potensi perusahaan di masa depan.
3.
Penelitian Stattman dan Rosenberg (1980), Reid dan Lanstein (1985), yang menemukan bahwa return mempunyai hubungan yang positif dengan rasio antara book value pada saham-saham Amerika. Chan, Hamao dan Lakonishok (1991) menemukan hubungan yang kuat antara BE/ME dengan return saham di Jepang.
21
DAFTAR ISI Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9 No. 2, Juli 2004
B. Penelitian di Dalam Negeri 1.
Penelitian Machfoed (1994), dari hasil penelitiannya atas saham-saham manufaktur selama periode 1989-1992 menemukan bahwa ada 13 rasio keuangan yang berguna untuk memprediksi laba.
2.
Penelitian Mahadwarta (1999), penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu 19941997 dengan 30 perusahaan manufaktur berkapitalisasi terbesar. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa ROA, ROE, EBIT/Total Debt, dan Sales/Quick Ratio mempunyai konsistensi dalam memprediksi return saham dari tahun ke tahun secara signifikan.
3.
Penelitian Utama dan Dewiyani (1999), penelitian dilakukan antara tahun 19941996 menemukan bahwa beta dan PER tidak mempunyai korelasi yang signifikan dengan return saham, MBV dan ukuran perusahaan mempunyai korelasi yang negatif dengan return saham.
4.
Penelitian Teguh Prasetya (2001), penelitian ini dilakukan mulai Desember 1995 sampai dengan April 2000 dengan sampel 100 perusahaan manufaktur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya variabel Debt to Total Asset (DTA) yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap return pada saat pasar bullish dan bearish. Pengaruhnya positif pada saat bullish dan negatif pada saat bearish. Secara Overall Pooled Section, variabel BPP (Book Value Per Price) berpengaruh positif secara signifikan terhadap return saham, variabel Return On Equity (ROE) berpengaruh positif dan signifikan pada periode bearish. Kelemahan penelitian ini adalah dalam proses penentuan periode bullish dan Bearish yaitu dengan cara: Apabila IHSG akhir tahun lebih besar dari pada IHSG awal tahun, maka dikatakan IHSG mengalami bullish, sebaliknya apabila IHSG awal tahun lebih besar dari IHSG akhir tahun, maka dikatakan bahwa IHSG mengalami bearish. Menurut penulis, hal ini merupakan kelemahan yang cukup berarti, karena periode bullish dan bearish merupakan sorotan yang utama. Untuk itu penulis mencoba untuk melanjutkan penelitian ini dengan penentuan bullish dan bearish sesuai dengan pendapat Widoatmodjo.
Berdasarkan penjelasan diatas ditetapkan hipotesis: H9
: PER, PBV, DTE, dan ROE berpengaruh signifikan terhadap return saham pada periode bullish.
H10
: PER, PBV, DTE, dan ROE berpengaruh signifikan terhadap return saham pada periode bearish.
22
DAFTAR ISI Analis Fundamental terhadap Return Saham… (Budi Rusman J., Basuki Wibowo)
III. METODE PENELITIAN 3.1 Sampel Penelitian Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Sampel penelitian dipilih secara Stratified Clustered Sampling (Sampel Gugus Berdasarkan Strata). Pemilihan sampel ini dilakukan dengan mengelompokkan unitunit analisa ke dalam gugus-gugus yang merupakan satuan-satuan darimana sampel yang akan diambil. Pengambilan sampel ini dilakukan melalui tahap-tahap tertentu (Singarimbun dan Efendi, 1989: 166) Sampel ditarik dengan kombinasi antara Stratified Sampling dan Clustered Sampling (Nasir, 1983: 333). Cara-cara pengambilan sampel dan nama-nama sampel di lampiran 1. 3.2 Operasionalisasi Variabel. a.
Variabel Dependen.
Return saham pada periode bullish dan bearish sebagai variabel dependen yang dinyatakan dengan notasi “TR”. Return saham menurut Jogiyanto (2000:107) merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi maupun return ekspektasi yang belum terjadi namun diharapkan akan terjadi di masa mendatang. Return realisasi merupakan return yang sudah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return ini penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan dan juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi dan resiko di masa datang. Beberapa pengukuran return realisasi yang banyak digunakan adalah return total, return relatif, return kumulatif, dan return yang disesuaikan. Namun dalam penelitian ini penulis hanya memfokuskan pengamatan pada return total yang dianggap telah mewakili return secara keseluruhan dari suatu investasi pada periode tertentu. Return Total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode tertentu. Return total terdiri dari Capital Gain (Loss) dan Dividend Yield sebagai berikut: Return = Capital Gain (Loss) + Yield Dimana Capital Gain (Loss) merupakan selisih untung (rugi) dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode lalu. Sedangkan Yield merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi. 23
DAFTAR ISI Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9 No. 2, Juli 2004
Return saham dihitung dengan rumus: TR = Capital Gain + Yield =
Pt – Pt-1 Pt-1
Dimana : TR = Pt = Pt-1
=
D1
=
+
D1 Pt-1
Total return saham Harga saham pada periode t. Untuk periode bullish nilai Pt adalah harga saham penutupan bulan Desember 1999. Untuk periode bearish nilai Pt adalah harga saham penutupan bulan April 2001. Harga saham pada periode t-1. Untuk periode bullish nilai Pt-1 adalah harga saham penutupan bulan Maret 1999. Untuk periode bearish nilai Pt1 adalah harga saham penutupan bulan Desember 1999. Deviden per lembar saham yang dibagikan. Untuk periode bullish, D1 adalah deviden tunai yang dibagikan selama periode April 1999 sampai dengan Desember 1999. Untuk periode bearish, D1 adalah deviden tunai yang dibagikan selama periode Januari 2000 sampai dengan April 2001.
b. Variabel Independen. Harga Saham Price Earning Ratio
= Earning Per Share Harga Saham
Price to Book Value Ratio
= Book Value Per Share Total Hutang
Debt to Total Equity
= Ekuitas Laba Bersih Setelah Pajak
Return On Equity
= Total Ekuitas
Untuk periode bullish, rasio keuangan yang digunakan adalah rasio keuangan dari laporan keuangan yang berakhir pada periode 31 Desember 1998. Untuk periode bearish, rasio keuangan yang digunakan adalah rasio keuangan dari laporan keuangan yang berakhir pada periode 31 Desember 1999. 24
DAFTAR ISI Analis Fundamental terhadap Return Saham… (Budi Rusman J., Basuki Wibowo)
3.3 Alat Analisis Alat analisis yang digunakan adalah Analisis Regresi Berganda (Multiple Regresion), yang dirumuskan sebagai berikut: TR TR a b1-b4 PER PBV DTE ROE ei
= = = = = = = = =
a + b1PER + b2PBV + b3DTE + b4ROE + ei Total Return Saham Konstanta Koefisien Regresi Price Earning Ratio Price to Book Value Ratio Debt to Total Equity Return On Equity Error
Pengolahan data akan dilakukan dengan menggunakan bantuan Software SPSS for windows release 11.0.0 (Statistical Product and Service Solution). Hasil perhitungan yang akan digunakan dalam pembahasan yaitu t hitung dengan tingkat signifikansinya (p-value), F hitung dengan tingkat signifikansinya (p-value), koefisien korelasi (R), koefisien determinasi (R Square), Variance Inflation Factor (VIF) dan Collinearity statistics tolerance value. IV. HASIL ANALISIS 4.1 Hasil Uji Parsial pada Periode Bullish a.
Price Earning Ratio (PER)
Nilai koefisien korelasi (r) 0.091 menyatakan bahwa hubungan antara Price Earning Ratio (PER) dengan return saham adalah sangat rendah. Nilai r2 untuk Price Earning Ratio (PER) sebesar 0.008 menunjukkan konstribusi dari Price Earning Ratio (PER) terhadap return saham sebesar 0.8%. Kolom sig (Significance) sebesar 0.639 menyatakan bahwa pengaruh positif Price Earning Ratio (PER) terhadap return saham adalah tidak signifikan. Simpulan pengujian diatas adalah Price Earning Ratio (PER) berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap return saham pada periode bullish Indeks Harga Saham Gabungan (Ha1 ditolak). Hasil ini senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Utama dan Dewiyani (1999) yang menyatakan bahwa PER tidak mempunyai korelasi yang signifikan dengan return saham pada tahun 1994-1996. Ketidaksignifikannya ini mungkin terjadi karena perbedaan interpretasi atau ramalan setiap investor. Sebagian investor menganggap bahwa dengan nilai PER yang tinggi, 25
DAFTAR ISI Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9 No. 2, Juli 2004
perusahaan memiliki peluang untuk mencapai pertumbuhan yang tinggi. Sebagian yang lain menyatakan bahwa dengan nilai PER yang tinggi, peluang kenaikan harga semakin kecil. Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan yang tinggi, biasanya memiliki PER yang tinggi, sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah, cenderung memiliki PER yang rendah (Prastowo, 1995: 74). b. Price to Book Value Ratio (PBV) Nilai koefisien korelasi (r) 0.393 menyatakan hubungan yang rendah antara Price to Book Value Ratio (PBV) dengan return saham. Nilai kuadrat (r2) untuk Price to Book Value Ratio (PBV) sebesar 0.154 menunjukkan kontribusi dari Price to Book Value Ratio (PBV) terhadap return saham sebesar 15.4%. Kolom sig (Significance) sebesar 0.035 menyatakan bahwa pengaruh negatif Price to Book Value Ratio (PBV) terhadap return saham adalah signifikan. Simpulan pengujian diatas adalah Price to Book Value Ratio (PBV) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham pada periode bullish Indeks Harga Saham Gabungan (Ha2 tidak ditolak). Hasil ini sama dengan hasil dari penelitian Teguh Prasetya (2001) yang menyatakan bahwa secara Overall Polled Section, variabel BPP (Book Value Per Price) berpengaruh positif secara signifikan terhadap return saham pada periode bullish. c.
Debt to Total Equity (DTE)
Nilai koefisien korelasi (r) 0.050 menyatakan bahwa hubungan antara Debt to Total Equity (DTE) dengan return saham adalah sangat rendah. Nilai r2 untuk Debt to Total Equity (DTE) sebesar 0.003 menunjukkan konstribusi dari Price Earning Ratio (PER) terhadap return saham sebesar 0.3%. Kolom sig (Significance) sebesar 0.797 menyatakan bahwa pengaruh negatif Debt to Total Equity (DTE) terhadap return saham adalah tidak signifikan. Simpulan pengujian diatas adalah Debt to Total Equity (DTE) berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap return saham pada periode bullish Indeks Harga Saham Gabungan (Ha3 ditolak). Hasil yang tidak signifikan ini muncul karena sebagian investor berpendapat bahwa perusahaan yang memiliki utang akan menggunakan utang tersebut untuk kegiatan investasi yang nantinya akan meningkatkan laba. Sampai batas-batas tertentu, perusahaan yang berutang justru dapat menguntungkan pemegang saham (Prastowo, 1995: 65). 26
DAFTAR ISI Analis Fundamental terhadap Return Saham… (Budi Rusman J., Basuki Wibowo)
d. Return On Equity (ROE) Nilai koefisien korelasi (r) 0.389 menyatakan bahwa hubungan antara Return On Equity (ROE) dengan return saham adalah rendah. Nilai r2 untuk Return On Equity (ROE) sebesar 0.151 menunjukkan konstribusi dari Return On Equity (ROE) terhadap return saham sebesar 15%. Kolom sig (Significance) sebesar 0.037 menyatakan bahwa pengaruh positif Return On Equity (ROE) terhadap return saham adalah signifikan. Simpulan pengujian diatas adalah Return On Equity (ROE) berpengaruh positif signifikan terhadap return saham pada periode bullish Indeks Harga Saham Gabungan (Ha4 tidak ditolak). Hasil ini sejalan dengan hasil dari penelitian Teguh Prasetya (2001) yang menyatakan bahwa ROE berpengaruh signifikan terhadap return saham pada periode bullish. 4.2 Hasil Uji Parsial pada Periode Bearish a.
Price Earning Ratio (PER)
Nilai koefisien korelasi (r) 0.298 menyatakan bahwa hubungan antara Price Earning Ratio (PER) dengan return saham adalah rendah. Nilai r2 untuk Price Earning Ratio (PER) sebesar 0.089 menunjukkan konstribusi dari Price Earning Ratio (PER) terhadap return saham sebesar 8.9%. Kolom sig (Significance) sebesar 0.124 menyatakan bahwa pengaruh positif Price Earning Ratio (PER) terhadap return saham adalah tidak signifikan. Simpulan pengujian diatas adalah Price Earning Ratio (PER) berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap return saham pada periode bearish Indeks Harga Saham Gabungan (Ha5 ditolak). b. Price to Book Value Ratio (PBV) Nilai koefisien korelasi (r) 0.431 menyatakan bahwa hubungan antara Price to Book Value Ratio (PBV) dengan return saham adalah sedang. Nilai r2 untuk Price to Book Value Ratio (PBV) sebesar 0.186 menunjukkan konstribusi dari Price to Book Value Ratio (PBV) terhadap return saham sebesar 18.6%. Kolom sig (Significance) sebesar 0.022 menyatakan bahwa pengaruh negatif Price to Book Value Ratio (PBV) terhadap return saham adalah signifikan. 27
DAFTAR ISI Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9 No. 2, Juli 2004
Simpulan pengujian diatas adalah Price to Book Value Ratio (PBV) berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham pada periode bearish Indeks Harga Saham Gabungan (Ha6 tidak ditolak). c.
Debt to Total Equity (DTE)
Nilai koefisien korelasi (r) 0.041 menyatakan bahwa hubungan antara Debt to Total Equity (DTE) dengan return saham adalah sangat rendah. Nilai r2 untuk Debt to Total Equity (DTE) sebesar 0.0017 menunjukkan konstribusi dari Debt to Total Equity (DTE) terhadap return saham sebesar 0.17%. Kolom sig (Significance) sebesar 0.835 menyatakan bahwa pengaruh negatif Debt to Total Equity (DTE) terhadap return saham adalah tidak signifikan. Simpulan pengujian diatas adalah Debt to Total Equity (DTE) berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap return saham pada periode bearish Indeks Harga Saham Gabungan (Ha7 ditolak). d. Return On Equity (ROE) Nilai koefisien korelasi (r) 0.645 menyatakan bahwa hubungan yang kuat antara Return On Equity (ROE) dengan return saham. Nilai r2 untuk Return On Equity (ROE) sebesar 0.416 menunjukkan konstribusi dari Return On Equity (ROE) terhadap return saham sebesar 41.6%. Kolom sig (Significance) sebesar 0.000 menyatakan bahwa pengaruh positif Return On Equity (ROE) terhadap return saham adalah signifikan. Simpulan pengujian diatas adalah Return On Equity (ROE) berpengaruh positif signifikan terhadap return saham pada periode bearish Indeks Harga Saham Gabungan (Ha8 tidak ditolak). Tabel 2. Hasil Perhitungan Uji ANOVA R
R Square
Adjusted R Square
F hitung
Sig.
Bullish
0.549
0.302
0.198
2.916
0.040
Ho ditolak
Bearish
0.674
0.455
0.371
5.421
0.003
Ho ditolak
Keterangan
Sumber: Lampiran 3.1 dan 3.2.
28
Simpulan
DAFTAR ISI Analis Fundamental terhadap Return Saham… (Budi Rusman J., Basuki Wibowo)
4.3 Hasil Uji Simultan pada Periode Bullish Koefisien regresi berganda (R) 0.549 menunjukkan hubungan yang sedang antara Price Earning Ratio, Price to Book Value Ratio, Debt to Total Equity dan Return On Equity terhadap return saham padas periode bullish Indeks Harga Saham Gabungan. Koefisien determinasi disesuaikan (Adjusted R Square) pada periode bullish sebesar 0.198 menunjukkan konstribusi analisis fundamental dengan rasio keuangan yang diwakili oleh Price Earning Ratio, Price to Book Value Ratio, Debt to Total Equity dan Return On Equity terhadap return saham adalah sebesar 19.8% dan sisanya 80.2% dipengaruhi oleh faktor lain. Kolom Sig. (Significance) sebesar 0.040 menyatakan bahwa Price Earning Ratio, Price to Book Value Ratio, Debt to Total Equity dan Return On Equity secara bersama-sama mempunyai hubungan yang signifikan terhadap return saham pada periode bullish Indeks Harga Saham Gabungan. Simpulan pengujian diatas adalah analisis fundamental dengan rasio keuangan berpengaruh signifikan terhadap return saham pada periode bullish Indeks Harga Saham Gabungan (Ha9 tidak ditolak). 4.4 Hasil Uji Simultan pada Periode Bearish Koefisien Korelasi berganda (R) 0.674 menunjukkan hubungan yang kuat antara Price Earning Ratio, Price to Book Value Ratio, Debt to Total Equity dan Return On Equity terhadap return saham pada periode bearish Indeks Harga Saham Gabungan. Koefisien determinasi disesuaikan (Adjusted R Square) pada periode bearish sebesar 0.371 menunjukkan konstribusi analisis fundamental yang diwakili oleh Price Earning Ratio, Price to Book Value Ratio, Debt to Total Equity dan Return On Equity terhadap return saham pada periode bearish adalah sebesar 37.1% dan sisanya 62.9% dipengaruhi oleh faktor lain. Kolom Sig. (Significance) sebesar 0.040 menyatakan bahwa Price Earning Ratio, Price to Book Value Ratio, Debt to Total Equity dan Return On Equity secara bersama-sama mempunyai hubungan yang signifikan terhadap return saham pada periode bearish Indeks Harga Saham Gabungan. Simpulan pengujian diatas adalah analisis fundamental dengan rasio keuangan berpengaruh signifikan terhadap return saham pada periode bearish Indeks Harga Saham Gabungan (Ha10 tidak ditolak).
29
DAFTAR ISI Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9 No. 2, Juli 2004
4.5 Konstanta dan Koefisien Regresi Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh persamaan regresi berganda sebagai berikut: 1.
Periode Bullish Y = 1.748 + 0.003 PER – 0.811 PBV – 0.030 DTE + 0.057 ROE + eI
Nilai konstanta sebesar 1.748 menyatakan bahwa return saham akan mengalami kenaikan sebesar 1.748% pada periode bullish dengan asumsi seluruh variabel independen tidak mengalami perubahan. Koefisien regresi (b) 0.003 menyatakan bahwa setiap peningkatan Price Earning Ratio (PER) sebesar 1% mengakibatkan terjadinya peningkatan return saham sebesar 0.003% dengan asumsi Price to Book Value Ratio (PBV), Debt to Total Equity (DTE) dan Return On Equity (ROE) konstan. Koefisien regresi (b) –0.811 menyatakan bahwa setiap penurunan Price to Book Value Ratio (PBV) sebesar 1% mengakibatkan terjadinya peningkatan return saham sebesar 0.811% dengan asumsi Price Earning Ratio (PER), Debt to Total Equity (DTE) dan Return On Equity (ROE) konstan. Koefisien regresi (b) –0.030 menyatakan bahwa setiap penurunan Debt to Total Equity (DTE) sebesar 1% mengakibatkan terjadinya peningkatan return saham sebesar 0.030% dengan asumsi Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value Ratio (PBV), dan Return On Equity (ROE) konstan. Koefisien regresi (b) 0.057 menyatakan bahwa setiap peningkatan Return On Equity (ROE) sebesar 1% mengakibatkan terjadinya peningkatan return saham sebesar 0.057% dengan asumsi Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value Ratio (PBV) dan Debt to Total Equity (DTE) konstan. 2.
Periode Bearish Y = -0.807 + 0.004 PER – 0.091 PBV – 0.005 DTE + 0.002 ROE + eI
Nilai konstanta sebesar –0.807 menyatakan bahwa return saham akan mengalami penurunan sebesar 0.807% pada periode bearish dengan asumsi seluruh variabel independen tidak mengalami perubahan (konstan). Koefisien regresi (b) 0.004 menyatakan bahwa setiap peningkatan Return On Equity (ROE) sebesar 1% mengakibatkan terjadinya peningkatan return saham sebesar 0.004% dengan asumsi Price to Book Value Ratio (PBV), Debt to Total Equity (DTE) dan Return On Equity (ROE) konstan. 30
DAFTAR ISI Analis Fundamental terhadap Return Saham… (Budi Rusman J., Basuki Wibowo)
Koefisien regresi (b) –0.091 menyatakan bahwa setiap penurunan Price to Book Value Ratio (PBV) sebesar 1% mengakibatkan terjadinya peningkatan return saham sebesar 0.091% dengan asumsi Price Earning Ratio (PER), Debt to Total Equity (DTE) dan Return On Equity (ROE) konstan. Koefisien regresi (b) –0.005 menyatakan bahwa setiap penurunan Debt to Total Equity (DTE) sebesar 1% mengakibatkan terjadinya peningkatan return saham sebesar 0.005% dengan asumsi Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value Ratio (PBV) dan Return On Equity (ROE) konstan. Koefisien regresi (b) 0.002 menyatakan bahwa setiap peningkatan Return On Equity (ROE) sebesar 1% mengakibatkan terjadinya peningkatan return saham sebesar 0.002% dengan asumsi Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value Ratio (PBV) dan Debt to Total Equity (DTE) konstan. V. SIMPULAN Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai pengaruh analisa fundamental dengan rasio keuangan terhadap return saham pada periode bullish dan bearish Indeks Harga Saham Gabungan, diambil kesimpulan bahwa analisis fundamental dengan rasio keuangan berpengaruh signifikan terhadap return saham pada periode bullish dan bearish Indeks Harga Saham Gabungan. Selain hal tersebut disimpulkan juga hal-hal sebagai berikut: 1.
Price Earning Ratio (PER) mempunyai pengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap return saham baik pada periode bullish maupun pada periode bearish Indeks Harga Saham Gabungan.
2.
Price to Book Value Ratio (PBV) mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap return saham baik pada periode bullish maupun pada periode bearish Indeks Harga Saham Gabungan.
3.
Debt to Total Equity (DTE) mempunyai pengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap return saham baik pada periode bullish maupun pada periode bearish Indeks Harga Saham Gabungan.
4.
Return On Equity (ROE) mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap return saham baik pada periode bullish maupun pada periode bearish Indeks Harga Saham Gabungan.
Daftar Pustaka Copeland, T.E., and Weston, F. 1996. Manajemen Keuangan. Erlangga. Jakarta. Dajan, Anto. 1984. Pengantar Metode Statistik. Jilid I dan II. PT Pustaka LP3S. Jakarta. 31
DAFTAR ISI Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9 No. 2, Juli 2004
Darmadji, Tjiptono, Fakhrudin dan Hendy M. 2001. Pasar Modal di Indonesia, Pendekatan Tanya jawab. Salemba Empat. Jakrta. Fisher, Donald E. & Jordan, Ronald J. 1983. Security Analysisi and Portofolio Management, 4TH Edition. Prentice Hall Inc. New Jersey. Jogiyanto. 2000. Teori Fortofolio dan Analisis Investasi. BPFE. Yogyakarta. Koetin, E.A. 1993. Analisis Pasar Modal Indonesia. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
32
DAFTAR ISI
Pengaruh Informasi Akuntansi Manajemen Terhadap Kinerja Manajer Produksi (Survei Pada Perusahaan Publik Manufaktur Makanan dan Minuman di Indonesia) Oleh :
Kiagus Andi4 ABSTRACT This research was survey on food and beverages company was go public in Jakarta Stock Exchange. The purpose of this research was 1. To know, how much level influence of Management Accounting Information and Manager Participation on Budged effectivity, 2.To know, how level influence of Management Accounting Information, Manager Participation and budget effectivity on Performance of Production Manager. Dimension of variable Management Accounting Information is routine and non routine report and then usefulness of that report. Dimension of variable Manager Participation is manager participation in budgeting, operation of budget and control of budget. Dimension from performance of Manager Production is planning, investigating, coordinating, evaluating, supervising, and staffing. The result of this research is show positive influence from each variable. The influence of management accounting information on budget effectivity is 2,10% and the influence of manager participation on budget effectivity is 10,16%. The influence overall management accounting information and manager participation on budget effectivity is 12,27%. So that the influence of the other variable is 87,73%. The influence of management accounting information on performance of manager production is 20,34% and the influence of manager participation on performance manager is 13,57%. The influence budget effectivity on performance manager is 3,9%. The influence overall management accounting information, manager participation and budget effectivity on performance manager is 37,41%. So that the influence of the other that variable is 62,19% Keywords : Manajemen, information
I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pada dasarnya perekonomian Indonesia dalam tahun 2000-an sudah mulai bangkit dari keterpurukannya, yang terlihat dari naiknya cadangan devisa Indonesia serta mulai menguatnya nilai mata uang rupiah dipasaran dunia internasional. 4
Dosen Jurusan Akuntansi FE Unila
DAFTAR ISI Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9 No. 2, Juli 2004
Terjadinya krisis ekonomi yang berkepanjangan di Indonesia, mengakibatkan kinerja perusahaan yang terdaftar sudah terdaftar di Bursa Efek Jakarta dalam periode 2000 dan 2001 mengalami penurunan (Laporan BEJ 2001). Fenomena ini merupakan dampak dari globalisasi dan krisis ekonomi yang melanda dunia bisnis. Selanjutnya laporan BEJ tahun 2001 menjelaskan, bahwa dari 284 buah perusahaan yang terdaftar sebanyak 140 buah (49%) menderita kerugian yang totalnya berjumlah Rp.22,06 trilliun, sementara itu perusahaan yang mengalami penurunan pendapatan sebesar Rp.1,398 triliun (laporan BEJ 2001, hal ix). Perusahaan public(emiten) yang bergerak di bidang makanan dan minuman (food and beverages) yang terdaftar untuk operasi tahun 2001 berjumlah 23 buah, dari laporan emiten tersebut terlihat bahwa 10 buah perusahaan mengalami kerugian, sedangkan 13 buah perusahaan masih memperoleh laba dan 5 diantaranya mengalami kenaikan net income dari periode sebelumnya. (Laporan BEJ 2001). Untuk tahun operasi 2002 jumlah perusahaan yang beroperasi tinggal 18 buah (JSX, Juni 2002). Dalam dunia bisnis, informasi merupakan alat yang penting bagi manajemen untuk membantu menggerakkan dan mengembangkan kegiatan perusahaan. Kelangsungan hidup dan pertumbuhan suatu perusahaan tergantung pada system informasi yang digunakan. Salah satu informasi yang diperlukan oleh manajemen adalah informasi akuntansi manajemen (Mulyadi, 1993;16). Dengan menggunakan informasi akuntansi manajemen membantu manajemen dalam pengambilan keputusan secara efektif, mengurangi ketidakpastian dan mengurangi risiko dalam memilih alternative. Dengan menggunakan informasi akuntansi manajemen ini, bias dilakukan pengendalian manajemen. Hal ini disebabkan informasi akuntansi manajemen menekankan hubungan antara informasi keuangan dengan manajer yang bertanggungjawab terhadap perencanaan dan pelaksanannya. Berkaitan dengan masalah perencanaan ini, sangat terkait dengan masalah anggaran perusahaan, karena dari anggaran inilah dapat dilihat apa yang ingin dicapai oleh perusahaan dimasa depan. Dengan tersedianya anggaran bagi seorang manajer, berarti seorang manajer siap bekerja untk mencapai sasaran anggaran. Manajer bekerja dengan cara mengefektifkan anggaran yang menjadi tanggungjawabnya. Dalam penilaian kinerja, manajer puncak memerlukan suatu alat yang disebut: Sistem Evaluasi Kinerja Manajemen (Managerial Performance Evaluation System). Sistem penilaian kinerja manajer yang tepat, tergantung kepada tujuan penilaian itu sendiri. Di dalam merancang system penilaian kinerja ini, manajer puncak biasanya mempunyai beberapa alternative. Informasi akuntansi manajemen sangat diperlukan oleh manajemen untuk menilai kinerja bawahannya. Untuk menilai kinerja manajer oleh manajemen untuk menilai kinerja manajer diperlukan system evaluasi kinerja manajer. Penyediaan anggaran bagi manajer berarti mereka harus bekerja untuk mencapai sasaran anggarannya, karena disinilah kinerja diuji. Seorang manajer yang berpartisipasi dalam penyusunan anggaran akan lebih termotivasi untuk mencapai sasaran anggarannya sehingga kinerjanya akan 34
DAFTAR ISI Pengaruh Informasi Akuntansi Manajemen …. (Kiagus Andi)
lebih baik bila dibandingkan dengan manajeer yang tidak berpartisipasi dalam penganggaran. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang pengaruh informasi akuntansi manajemen terhadap kinerja manajer di Indonesia. Hal ini disebabkan informasi akuntansi manajemen sangat diperlukan oleh manajer dalam penyusunan anggaran. Apabila anggaran tersebut disusun dengan adanya pertimbangan atau partisipasi dari manajer , maka manajer merasa bertanggungjawab untuk mencapai anggaran tersebut. Dengan adanya rasa tanggungjawab ini maka manajer berusaha untuk meningkatkan kinerjanya sehingga tercapai apa yang ditargetkan dalam anggaran itu. Dalam penelitian ini diberi judul “Pengaruh Informasi Akuntansi Manajemen Terhadap Kinerja Manajer Produksi” yang merupakan survey persepsi manajer pada perusahaan public manufaktur makanan dan minuman yang terdaftar di BEJ. 1.2. Identifikasi Masalah a.
Seberapa besar pengaruh informasi akuntansi manajemen dan partisipasi manajer terhadap efektivitas penganggaran b. Seberapa besar pengaruh informasi akuntansi manajemen terhadap kinerja manajer 1.3. Tujuan Penelitian a.
Untuk menentukan besarnya pengaruh informasi akuntansi manajemen dan partisipasi manajer terhadap efektivitas penganggaran b. Untuk menentukan besarnyapengaruh informasi akuntansi manajemen terhadap kinerja manajer II. KERANGKA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Kerangka Penelitian Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja manajer dapat berupa informasi akuntansi manajemen dan partisipasi manajer dalam penyusunan anggaran. Informasi akuntansi manajemen sangat diperlukan manajemen dalam perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan. Hasil dari pengambilan keputusan ini tercermin dalam kinerja manajer yang bersangkutan. Dalam perencanaan dan pengendalian, manajemen membutuhkan anggaran, hal ini disebabkan dalam anggaran akan tampak target yang akan dicapai dan biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk mencapai target tersebut. Horngren (1997,177) menjelaskan ada 3 keuntungan menggunakan anggaran yaitu: (a)mengimplementasikan seluruh perencanaan, (b)pengukur kinerja yang dicapai (c)sebagai alat untuk mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan seluruh organisasi.
35
DAFTAR ISI Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9 No. 2, Juli 2004
Informasi akuntansi manajemen dan partisipasi manajer dalam penganggaran mempunyai hubungan korelasi. Hal ini disebabkan salah satu tujuan informasi akuntansi manajemen adalah untuk pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan yang telah ditetapkan ini dituangkan dalam bentuk anggaran, karena anggaran disusun dengan partisipasi manajer, sudah tentu datanya berasal dari informasi akuntansi manajemen. Dengan adanya partisipasi manajer dalam penganggaran serta didukung oleh informasi akuntansi manajemen yang baik, maka dapat diyakini bahwa akan terjadi efektivitas dalam penganggaran tersebut. Hal ini disebabkan manajer yang telah ikut berpartisipasi dalam penganggaran akan berusaha sekuat tenaga untuk mencapai anggaran tersebut. Terjadinya efektivitas anggaran diharapkan akan mampu meningkatkan kinerja manajer tersebut. Jadi untuk mencapai kinerja yang tinggi, manajer harus mampu mengefektifkan anggaran tersebut dengan cara mengawasi atau mengendalikan jalannya anggaran agar sesuai dengan apa yang direncakan, dan disamping itu pula harus didukung oleh informasi akuntansi manajemen dan partisipasi manajer itu sendiri. Dengan demikian terlihat pengaruh informasi akuntansi manajemen dan partisipasi manajer serta efektifitas anggaran terhadap kinerja manajer yang merupakan kerangka pemikiran dalam penelitian ini. 2.2. Hipotesis Hipotesis 1 : Informasi akuntansi manajemen dan partisipasi manajer dalam penganggaran berpengaruh positif terhadap efektivitas penganggaran Hipotesis 2 : Informasi akuntansi manajemen, partisipasi manajer berpengaruh positif terhadap kinerja manajer III. METODE RISET 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah informasi akuntansi manajemen dan partisipasi manajer terhadap kinerja manajer produksi pada perusahaan-perusahaan manufaktur makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efekt Jakarta (BEJ). Alasan pemilihan perusahaan jenis ini karena perusahaan tersebut selama terjadi krisis ekonomi tidak begitu terpengaruh, karena sebagian besar bahan baku produknya berasal dari dalam negeri, dan perusahaan ini mempunyai manajer akuntansi manajemen dan manajer penganggaran yang baik sehingga dalam pengumpulan data relative mudah karena laporan keuangan mereka dipublikasi. Hansen dan Mowen (2000,32) menjelaskan tipe perusahaan manufaktur lebih banyak membutuhka n data kuantitas dan berbagai jenis informasi biaya daripada tipe perusahaan dagang dan jasa. Responden dalam penelitian ini adalah manajer produksi pada perusahaan tersebut, hal ini disebabkan antara lain: (a)setiap perusahaan pabrikasi memiliki manajer produksi, (2)setiap manajer produksi
36
DAFTAR ISI Pengaruh Informasi Akuntansi Manajemen …. (Kiagus Andi)
memiliki anggaran produksi, sehingga lebih mudah diukur kinerjanya dengan anggaran produksi yang disediakan. Emiten yang terdaftar pada BEJ pada tahun 2003 berjumlah 18 buah (JSX, 2003, 2829). Nama-nama emiten dimaksud sebagai berikut Tabel 1. Emiten Perusahaan makanan dan Minuman BEJ Nama Perusahaan Nama Perusahaan 1. PT. AdeS Alfindo Putra Setia 10. PT. Indo Food Sukses Makmur 2. PT. Aqua Golden Missisipe 11. PT. Mayora Indah 3. PT. Delta Jakarta 12. PT. Miwon Indonesia 4. PT. Multi Bintantg 13. PT. Prasidha Aneka Niaga 5. PT. Suba Indah 14. PT. Sari Husada 6. PT. Asia Inti Selera 15. PT. Sekar Laut 16. PT. Siantar Top 7. PT. Tunas Baru Lampung 8. PT. Cahaya Kalbar 17. PT. Smart Corporation 18. PT. Ultra Jaya Milk 9. PT. Davomas Abadi Sumber: JSX Monthly Statisctics, June 2003,24 3.2. Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah sensus dan ini bertujuan untuk menguji jawaban sementara yang diajukan dalam penelitian ini (hipotesis), dengan menggunakan analisis statistic yang relevan dengan data yang ada. 3.3. Teknik Pengumpulan data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berasal dari data primer dari perusahaan public manufaktur yang bergerak di bidang pembuatan makanan dan minuman. Ini berarti data yang dikumpulkan berasal dari jawaban langsung dari manajer produksi. Pertanyaan ini diajukan melalui kuesioner yang sengaja disusun untuk mengetahui pengaruh manajer informasi akuntansi manajemen terhadap kinerja manajer. Kuesioner disusun berdasarkan urutan data yang diperlukan, dan jawaban yang tepat menurut responden dipilih dengan memberikan tanda silang atau memberi angka pada jawaban yang dipilih. Penilaian atas jawaban untuk kuesioner yang diajukan dirancang dengan skor sebagai berikut:
37
DAFTAR ISI Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9 No. 2, Juli 2004
Tabel 2. Rancangan Skor Penilaian Kuesioner Atas Jawaban Responden A.Informasi Akuntansi Manajemen 1.
2.
3.
4.
5.
38
Frekwensi ketersediaan laporan rutin per tahunnya Tidak pernah Setiap tahun Setiap 6 bulan Setiap 3 bulan Setiap 1 bulan Pemanfaat laporan rutin Tidak pernah Jarang sekali Kadang-kadang Sering Selalu Frekwensi penerbitan laporan tidak rutin per tahunnya Tidak pernah 1 – 3 kali setahun 4 – 6 kali setahun 7-9 kali setahun 10 – 12 kali setahun Pemanfaatan laporan tidak rutin Tidak pernah Setiap tahun Setiap 6 bulan Setiap 3 bulan Setiap 1 bulan Kualitas penerapan informasi Sangat jarang Jarang Kadang-kadang Sering Sangat sering
1 2 3 4 5 Skor 1 2 3 4 5 Skor 1 2 3 4 5 Skor 1 2 3 4 5 Skor 1 2 3 4 5 Skor
DAFTAR ISI Pengaruh Informasi Akuntansi Manajemen …. (Kiagus Andi)
B. Partisipasi Manajer Dalam Penganggaran 1. Penyusunan anggaran Selalu Sangat sering Sering Jarang Tidak Pernah 2.
3.
4.
Pelaksanaan Anggaran Selalu Sangat sering Sering Jarang Tidak Pernah Pengendalian Anggaran Selalu Sangat sering Sering Jarang Tidak Pernah Kinerja Manajer Sangat rendah Rendah Cukup tinggi Tinggi Sangat tinggi
1 2 3 4 5 Skor 1 2 3 4 5 Skor 1 2 3 4 5 Skor 1 2 3 4 5 Skor
3.4. Pengujian data Keabsahan atau kesahihan suatu hasil penelitian social sangat ditentukan oleh alat ukur yang digunakan Untuk mencapai hal ini, maka diperlukan dua macam alat pengujian, yaitu uji validitas dan uji keandalan untuk menguji kesungguhan jawaban responden. Dalam penelitian ini uji validitas dilakukan dengan mengkorelasikan masing-masing pertanyaan dengan jumlah skor untuk masing-masing variable. Angka korelasi yang diperoleh secara statistic harus dibandingkan dengan angka kritik table korelasi nilai r. Bila r hitung > r table berarti data tersebut signifikan (valid) dan layak digunakan dalam pengujian hipotesis penelitian.
39
DAFTAR ISI Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9 No. 2, Juli 2004
Uji keandalan dilakukan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang sudah valid. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan teknik belah dua, yang langkah kerjanya sebagai berikut:(1)membagi pertanyaan menjadi dua belah, (2)skor untuk masing-masing pertanyaan pada tiap belahan dijumlah sehingga menghasilkan dua skor total untuk masing-masing responden, (3)mengkorelasikan skor total belahan pertama dengan skor total belahan kedua, dengan menggunakan korelasi product moment,(4)mencari realibiltas untuk keseluruhan pertanyaan dengan rumus Spearman Brown.
3.5. Operasionalisasi Variabel a. b. c. d.
Variabel Informasi Akuntansi Manajemen yang merupakan Variable X1, dan dilihat dari ada tidaknya frekwensi laporan rutin perusahaan, variable ini merupakan variable bebas. Variabel partisipasi manajer dalam penganggarann yang merupakan variable X2 ddan ini dilihat dari sisi penyusunan anggaran, pelaksanaan anggaran dan pengendalian anggaran. Variabel ini juga merupakan variable bebas Variabel efektifitas pelaksanaan anggaran yang merupakan variable Y. Variabel ini berguna untuk melihat kesesuaian antaran anggaran dengan realisasinya dan melihat analisis selisih yang terjadi. Variabel kinerja manajer. Variabel ini merupakan variable Z. Variabel ini digunakan untuk mengukur kinerja manajer dengan menggunakan informasi akuntansi manajemen dan partisipasi manajer dalam penganggaran
3.6. Metode Analisis Data. Untuk menganalisis data yang diperoleh dari kuesioner, digunakan metode analisis jalur (Path analysis). Hal ini disebabkan karena menurut Wright (Dillon, 1994,437) dikatakan penggunaan analisis jalur bias menjelaskan pengaruh langsung dan tidak langsung dari seperangkat variable. IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner Setiap butir pernyataan kuesioner yang diberikan kepada manajer produks, diuji melalui Discreminating power-nya (validitas dan reliabiltas) untuk mengetahui apakah kuesioner layak atau tidak digunakan. Untuk pengujian ini digunakan korelasi Pearson dengan kaidah yang diadopsi dari Muller (1996) dengan hasil sebagai berikut: Jika r > 0 -Æ item dapat digunakan Jika r = 0 -Æ item tidak dapat digunakan Jika r < 0 -Æ item tidak dapat digunakan 40
DAFTAR ISI Pengaruh Informasi Akuntansi Manajemen …. (Kiagus Andi)
Dari pengujian yang telah dilakukan ternyata seluruh variable Sistem Informasi Akuntansi manajemen (X1) mempuyai arah yang positif, Muller (1996,17) menyatakan apabila hasilnya positif maka variable tersebut layak uji. Untuk variable kedua yaitu Partisipasi Manajer Produksi ternyata pernyataan nomor 7 dan 32 mempunyai arah yang negative, sehingga dinyatakan tidak valid, lalu pernyataan tersebut dibuang, sedangkan pernyataan lainnya kearah positif. Untuk variable ketiga yaitu efektifitas anggaran, ternyata pernyataan nomor 4 ke arah yang negative, sehingga dibuang, sedangkan pernyataan lainnya kearah positif. Variabel ke empat yaitu kinerja manajer produksi, pernyataan nomor 3 dan 8 tidak valid, sehingga dibuang, sedangkan pernyataan lainnya valid. 4.2. Pengujian Hipotesis a. Pengujian Hipotesis Pertama Untuk menguji hipotesis I ini digunakan hipotesis operasional yang bentuknya: H0: PYX1X2 < 0 H1: PYX1X2 >0 Berdasarkan kepada perhitungan korelasi product moment dari Pearson, dengan bantuan computer Microstat exel 98, diperoleh matrik korelasi antar variable sebagai berikut: Tabel 3. Matrik korlasi antar variable X1,X2 terhadap Y Variabel X1 X2 Y
X1 1.0000 0.5698 0.2520
X2 0.5698 1.0000 0.3435
Y 0.2520 0.3435 1.0000
Selanjutnya dihitung matrik invers korelasi sebagai berikut: Tabel 4. Matriks Invers Korelasi Eksogenus X1, X2 terhadap Y Variabel X1 X2
X1 1.4807 -0.8436
X2 -0.8436 1.4807
Dengan demikian didapat koefisien jalurnyan sebagai berikut:
41
DAFTAR ISI Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9 No. 2, Juli 2004
Tabel 5. Koefisien Jalur X1, X2 terhadap Y Koefisien Jalur X1 kepada Y Koefisien Jalur X2 kepada Y Koefisien Determininasi Mutipel Koefisien Determinasi Variabel luar terhadap Y Koefisien Jalur Variabel luar terhadap Y
Py,x1 Py,x2 R2y,x1x2 P2y.e1 PY.e1
0.0834 0.2959 0.1227 0.8773 0.9367
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan ternyata koefisien jalur X1 terhadap Y > o, demikian juga koefisien jalur X2 terhadap Y > 0. dengan demikian H0 ditolak dan ini berarti ada hubungan jalur yang positif X1 terhadap Y dan X2 terhadap Y. b. Pengujian Hipotesis Kedua Untuk menguji hipotesis II ini adalah Informasi Akuntansi Manajemen, Partisipasi manajer dalam penganggaran dan efektivitas penganggaran berpengaruh positif terhadap kinerja manajer. Variabel Z yang terdiri dari pernyataan, ternyata 2 diantaranya tidak valid sehingga tidak memenuhi syarat untuk diuji. Untuk menguji hipotesis ini digunakan hipotesis operasional yang bentuknya: H0: PYX1X2 < 0 H1: PYX1X2 >0 Berdasarkan kepada perhitungan korelasi product moment dari Pearson, dengan bantuan computer Microstat exel 98, diperoleh matrik korelasi antar variable sebagai berikut: Tabel 6. Matrik korelasi antar variable Variabel X1 X2 Y Z
X1 1.0000 0.5698 0.2520 0.5592
X2 0.5698 1.0000 0.3435 0.5307
Y 0.2520 0.3435 1.0000 0.3771
Z 0.5592 0.5307 0.3771 1.0000
Selanjutnya dihitung matrik invers korelasi sebagai berikut: Tabel 7. Matriks Invers Korelasi Eksogenus Variabel X1 X2 Y 42
X1 1.4886 -0.8155 -0.0951
X2 -0.8155 1.5805 -0.3373
Y 0.0951 -0.3373 1.1398
DAFTAR ISI Pengaruh Informasi Akuntansi Manajemen …. (Kiagus Andi)
Dengan demikian didapat koefisien jalurnyan sebagai berikut: Tabel 8. Koefisien Jalur X1, X2, Y terhadap Z Koefisien Jalur X1 terhadap Z Koefisien Jalur X2 terhadap Z Koefisien Jalur Y terhadap Z Koefisien Determinasi Multipel Koefisien Deteriminasi Variabel luar terhadap Z Koefisien Jalur variable luar terhadap Z
Pzx1 Pzx2 Pzy R2zx1,x2,y P2zx2 Pzx2
0,3638 0.2556 0.1976 0.3781 0.6219 0.7886
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan ternyata koefisien jalur X1 terhadap Z > 0, demikian juga koefisien jalur X2 terhadap Z > 0.demikian juga koefisien jalur Y terhadap Z > 0 dengan demikian H0 ditolak dan ini berarti ada hubungan jalur yang positif X1 terhadap Z dan X2 terhadap Z dan demikian juga untuk koefisien jalur Y terhadap Z. 4.3. Hasil Pembahasan Penelitian Pengaruh Informasi Akuntansi Manajemen, partisipasi manajer dalam penganggaran dan efektifitas penganggaran berpengaruh positif terhadap kinerja manajer. Pengaruh langsung system informasi akuntansi manajemen terhadap kinerja manajer produksi memang positif hal ini disebabkan adanya koefisien korelasi yang positif. Pengaruh tersebut adalah sebesar 13,23%. Demikian juga terhadap pengaruh tidak langsung system informasi akuntansi melalui partisipasi manajer produksi hanya 5,30%. Pengaruh tidak langsung informasi akuntansi manajemen melalui efektivitas penganggaran adalah 1,81%. Dengan demikian pengaruh total system informasi akuntansi manajemen terhadap kinerja manajer produksi berjumlah 20,34%. Berdasarkan hasil total persentase yang didapatkan tersebut menunjukkan bahwa pengaruh system informasi akuntansi manajemen terhadap kinerja manajer walaupun positif namun pengaruhnya tidak besar, artinya bila pengaruh informasi akuntansi manajemen dan partisipasi manajer serta efektivitas anggaran bias ditingkatkan oleh manajer produksi, maka kinerja manajer produksi tersebut juga akan naik sebanyak 20,34% dari pertambahan pengaruh tersebut. Pengaruh langsung partisipasi manajer terhadap kinerja manajer terlihat hanya sebesar 6,53%, sedangkan pengaruh tidak langsungnya terhadap system informasi akuntansi manajemen ada sebesar 5,30% dan pengaruh tidak langsung partisipasi manajer terhadap efektivitas penganggaran ada sebesar 1,73%. Apabila dihitung total secara keseluruhan pengaruh partisipasi manajer terhadap kinerja manajer produksi semaunya berjumlah 13,57% sedangkan pengaruh langsung variable efektivitas manajer terhadap kinerja manajer berjumlah 3,90%.
43
DAFTAR ISI Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9 No. 2, Juli 2004
Secara keseluruhan terlihat pengaruh system informasi akuntansi manajemen dan partisipasi manajer serta efektivitas anggaran terhadap kinerja manajer semuanya hanya berjumlah 37,81%. Pengaruhnya ini positif karena terlihat koefisien korelasinya juga positif. Apabila total pengaruhnya ini dihubungkan dengan klasifikasi Guliford (1996, 145) perihal tafsiran nilai korelasi maka dapat dinyatakan bahwa apabila nilai total korelasi berada pada 20% sampai dengan 40% maka pengaruhnya tersebut rendah. Bila angka-angka diartikan maka terlihat pengaruh informasi akuntansi manajemen terhadap kinerja manajer rendah, demikian juga pengaruh partisipasi manajer terhadap kinerja manajer juga rendah, sedangkan efektifitas penganggaran terhadap kinerja manajer terlihat sangat rendah sekali. Secara totalitas, pengaruh informasi akuntansi manajemen dan partisipasi manajer serta efektifitas penganggaran terhadap kinerja manajer terlihat rendah. Atas dasar ini infromasi akuntansi manajemen yang tidak berdimensi frekwensi ketersediaan laporan rutin, pemanfaatan laporan rutin, ketersediaan laporan tidak rutin serta pemanfaatan laporan tidak rutin dan kualitas penerapan informasi sangat besar pengaruhnya terhadap efektifitas penganggaran. Demikian juga partisipasi manajer dalam penganggaran yang tidak berdimensi penyusunan anggaran, pelaksanaan anggaran serta pengendalian angggaran, juga sangat berpengaruh terhadap efektifitas penganggaran. Hal sama juga terlihat efektivitas penganggaran yang tidak berdimensi keberhasilan manajer untuk mencapai anggaran terhadap kinerja manajer. Ini semua menunjukkan bahwa sangat besar pengaruhnya dimensi lain dari informasi akuntansi manajemen, partisipasi manajer terhadap penganggaran dan efektivitas anggaran terhadap kinerja manajer produksi. V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan a.
Informasi akuntansi manajemen dan partisipasi manajer terhadap penganggaran berpengaruh positif terhadap kinerja manajer produksi. Walaupun pengaruhnya positif, tapi pengaruhnya tersebut terlihat rendah. Ini berarti sangat berpengaruhnya dimensi lain dari informasi akauantansi manajemen yang tidak berdimensi penyediaan dan pemanfaatan laporan rutin, ketersediaan dan pemanfaatan laporan tidak rutin serta penerapan informasi, dan partisipasi manajer produksi yang meliputi penyusunan, pelaksanaan, pengendalian/pengawasan anggaran serta efektifivas penganggaran terhadap kinerja manajer produksi. Dengan kata lain kinerja manajer produksi lebih banyak ditentukan oleh dimensi lain dari informasi akuntansi manajemen dalam penganggaran serta efektifitas anggaran.
b.
Lemahnya pengaruh informasi akuntansi manajemen dan partisipasi manajer serta efektifitas penganggaran terhadap kinerja manajer produksi disebabkan para manajer tersebut adalah orang-orang professional, sehingga ada tidaknya laporan rutin dan laporan non rutin serta pemanfaatan kedua laporan tersebut sudah
44
DAFTAR ISI Pengaruh Informasi Akuntansi Manajemen …. (Kiagus Andi)
merupakan kewajiban rutin, sehingga kinerja manajer produksi tersebut kurang ditentukan oleh ada tidaknya laporan dan pemanfaatan kedua laporan tersebut. 5.2 Saran Pengaruh informasi akuntansi manajemen dan partisipasi manajer dalam penganggaran serta efektifitas penganggaran terhadap kinerja manajer pengaruhnya terlihat kurang kuat. Oleh karena itu disarankan bagi peneliti lain yang berminat untuk meneliti bidang yang sama agar dapat mencari dimensi lain atau variable lainnya, sehingga bias diketahui variable apa saja yang bias mempengaruhi informasi akuntansi manajemen, partisipasi manajer serta efektivitas manajer dalam penganggaran terhadap kinerja manajer produksi
Daftar Pustaka Bursa Efek Jakarta, JSX Statistic, November 2001 Bursa Efek Jakarta, Annual Report, 2002 Dillon, W. R. Matthew Goldstein,”Multivariate Analysis, Method and Application”. New York: John Wiley and Sons, 1994 Hansen, Don R, Maryance M Mowen, “ Management Accounting”. Fourth Edition, Cincinati Ohio: ITP Publishing, 2000 Horngren, Charles T; Srikant M Datar; George Foster; “Cost Accounting, a Managerial Emphasis” Tenth Edition, New Jersey, Prentice Hall Inc. 2000. Indri Kartika, “Pengaruh Penggunaan Informasi Akuntansi dan TerhadapKinerja Manajer” Jogyakarta: Tesis UGM, 1994
Partisipasi
Mulyadi “Akuntansi Manajemen Konsep, Manfaat, Rekayasa,” Edisi 2, Yogyakarta, BP STIE YKPN, 1993 Tjandar Bachtiar, “Penggunaan Ukuran Prestasi”, Media Akunansi No.27, 1996
45
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
Pemeringkatan Obligasi, Obligasi dan Laporan Keuangan Oleh :
Lindrianasari5 ABSTRACT This article explore some issued related bond rating and financial statement information, where financial statement information has effect significantly in several analysis accordance with (1) bond rating by agent, Moody’s and Standard & Poor’s, and (2) evaluate debt securities prices by capital market. Some methodology appears when we discuss bond rating related with financial statement analysis. One of analysis tools that we can use to predict bond rating is discriminant analysis. Discriminant analysis has advantageous when researcher face different scale in both dependent variable and independent variables. Another analysis tools to predict bond rating is multiple regression. Multiple regressions are suitable analysis tools when researcher faces homogeny scale in both dependent variable and independent variables. And finally, this article shows empirical studies in this topic and the result from the research are financial statement information has significantly influence bond rating. Keywords : Debt Securities, Bond Rating, Financial Statement Information.
I. PENDAHULUAN Debt securities (selanjutnya disebut obligasi) meliputi cangkupan yang luas mengenai alat yang digunakan oleh beberapa pihak untuk melakukan pinjaman. Pihak yang dimaksud adalah perusahaan, pemerintah daerah dan pemerintah pusat serta pihak agensi mereka. Pada bagian ini akan dibahas dua bagian, dimana informasi laporan keuangan memainkan peranan penting di dalam menganalisis obligasi: (1) di dalam menentukan pemeringkatan obligasi oleh pihak agensi, seperti Moody’s and Standar & Poor’s, dan (2) di dalam hal penilaian harga obligasi oleh pasar modal. II. PEMERINGKATAN OBLIGASI 2.1 Penjelasan Pemeringkatan Obligasi Pemeringkatan obligasi dari beberapa perusahaan, pemerintah daerah dan pemerintah pusat, dikeluarkan paling tidak oleh 5 perusahaan di Amerika dan beberapa perusahaan 5
Dosen Jurusan Akuntansi FE Unila
DAFTAR ISI Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9 No. 2, Juli 2004
di negara lain. Sistem pemeringkatan “in-house” juga dikembangkan oleh beberapa bank dan perusahaan konsultan keuangan lainnya. Perusahaan dibedakan berdasarkan pemeringkatan obligasi mereka. Contoh: a. b. c.
pemeringkatan dibuat hanya untuk tujuan melihat tingkat obligasi berdasarkan investasinya. Pemeringkatan Standard and Poor’s Corporate atau pemerintah daerah adalah merupakan penilaian terhadap nilai kredit dari penjamin yang percaya dengan obligasi tertentu. Tingkat kredit suatu perusahaan menyediakan suatu sistem gradasi yang sangat sederhana, sehingga kapasitas perusahaan untuk melunasi bunga obligasi secara periodik dan beberapa hutang prinsipal dapat dimonitor (dicatat).
Pada umumnya pemeringkatan obligasi merupakan indikator dari kemungkinan pelunasan pokok pinjaman secara periodik beserta pemeringkatan oleh peminjam. Semakin besar kemungkinan peminjam akan membayar kedua pokok pinjaman dan bunga obligasi, semakin tinggi juga pemeringkatan ditetapkan. 2.2 Fungsi (keunggulan) Pemeringkatan Obligasi Paling tidak ada 6 keunggulan pemeringkatan obligasi (pemeringkatan perusahaan). a. b. c. d. e.
f. g.
48
Sebagai sumber informasi utama untuk memperlihatkan kemampuan perusahaan, pemerintah daerah dan pemerintah pusat untuk melakukan pelunasan pokok pinjaman dan bunga hutang. Merupakan sumber informasi kredit yang murah untuk memperoleh keterangan sejumlah aktivitas perusahaan, pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Sumber “legal insurance” untuk lembaga pengawasan keuangan investasi. Misalnya dengan menetukan batas tertinggi bunga obligasi. Sumber dari beberapa sertifikasi tambahan dari manajemen keuangan dan pihak lain. Jika suatu perusahaan menentukan suatu tingkat suku bunga, maka secara implisit mereka juga telah menentukan tingkat resiko perusahaan. Pemeringkatan merupakan salah satu indikator untuk mengawasi pelaksanaan kegiatan manajemen. Jika manajemen perusahaan tidak melakukan penentuan sendiri atas pemeringkatan obligasi, mereka dapat menyewa badan lain yang dapat menggantikan tugas itu. Sebagai pencegah terjadinya spekulasi investasi, oleh lembaga-lembaga keuangan seperti bank, asuransi maupun lembaga pensiun. Namun, tidak semua fungsi tersebut dapat berhubungan dan menjadi penting dalam praktik. Misalnya, Wakeman (1981) menyatakan bahwa pengumuman perubahan pemeringkatan obligasi tidak menyediakan suatu informasi baru bagi pasar modal. Mereka (dapat) membuktikan kualitas obligasi dan keakuratan informasi perusahaan dan memonitor resiko obligasi selama jangka hidup obligasi tersebut.
DAFTAR ISI Pemeringkatan Obligasi, Obligasi …. (Lindrianasari)
2.3 Model Kuantitatif Pemeringkatan Model yang dibangun untuk memprediksi pemeringkatan obligasi, umumnya diformulasikan sebagai berikut: Zi = f(Xi1, Xi2, . . . , Xin) Dimana: ZI adalah pemeringkatan obligasi i Xij adalah nilai dari variabel ke j mengenai obligasi I Analisis diskriminan adalah alat statistik yang paling sering digunakan di dalam mengestimasi. Model di atas, sering digunakan di dalam analisis tingkat obligasi, karena manfaat yang dikandung model tersebut. a.
b.
c. d. e.
f.
Model ini dapat digunakan oleh perusahaan untuk menilai (memprediksi) tingkat agensi mereka sendiri. Hal ini penting untuk agensi karena dapat membuat konsistensi terhadap masing-masing obligasi individual dan sehingga hal ini dapat menjadi cara untuk menghindari (mengurangi) ketidakkonsistenan tingkat obligasi tersebut. Model ini dapat juga digunakan sebagai bagian awal dalam menganalisis tingkat obligasi permulaan. Kemudian tingkat obligasi individual tersebut dipertimbangkan dengan faktor-faktor yang tidak tertangkap di dalam model untuk menetukan pemeringkatan akhir obligasi. Selanjutnya, model ini sendiri dapat memberikan informasi penting bagi tingkat agensi di dalam proses pertimbangan yang dibuat. Model ini juga dapat digunakan di dalam menentukan penyaringan terhadap signal perubahan kondisi ekonomi perusahaan, pemerintah daerah, maupun pemerintah pusat. Model di atas juga penting bagi investor. Karena model tersebut dapat menyaring penempatan bagi investasi yang memiliki nilai yang sama tinggi (misalnya). Kesulitan dalam menggunakan model ini adalah apabila terdapat perbedaan masalah yang dihadapi oleh dua kelompok obligasi. Hal ini mengakibatkan sulitnya memprediksi penentuan tingkat secara individual. Sorotan utama penggunaan model ini adalah untuk pihak manajemen di dalam kepentingannya menentukan tingkat (nilai) perusahaan. Satu permasalahan lainnya yang muncul di dalam menggunakan model ini adalah sulitnya menentukan variabel independen karena ketidaktersediaannya di dalam literatur . Oleh sebab itu banyak sekali perbedaan hasil di dalam studi bidang ini. Idealnya, variabel “economic rationale” dimasukkan sebagai variabel di dalam model ini. Karena variabel ini akan memiliki beberapa kemampuan memprediksi nilai ketika faktor rasional menjadi hal yang perlu dipertimbangkan di dalam model.
Meskipun sebagian besar penentuan pemeringkatan tersebut di dasarkan pada pertimbangan, namun bagian-bagian tertentu secara langsung di dasarkan pada kuantitatif model. British Bond Rating Service (BBRS) seperti yang dikemukakan oleh
49
DAFTAR ISI Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9 No. 2, Juli 2004
Simon dan Coates (1980), menguji variabel- variabel, yang termasuk di dalamnya adalah ukuran perusahaan, rasio leverage dan rasio interest coverage. 2.4 Model Kuantitatif terhadap Pemeringkatan Obligasi Perusahaan Untuk beberapa tahun sekarang ini, pemeringkatan obligasi difokuskan pada obligasi perusahaan dan pemerintah daerah. Dengan meningkatnya perbedaan obligasi perusahaan, pemeringkatan obligasi menjadi permasalahan saat ini. a. Pemeringkatan obligasi industrial Belkaoui (1983) menguji pemeringkatan obligasi dengan memasukkan sampel estimasi sebanyak 266 obligasi industrial dan sampel validasi sebanyak 115 obligasi industrial, semua diletakkan pada tingkat B atau di atas dengan Standard & Poor’s 1981. Ada 9 variabel yang dipilih Belkaoui yang digunakan di dalam model analisis diskriminan multipel linear. Untuk sampel estimasi, model diskriminan secara benar mengklasifikasikan 72,9% (194/266) pemeringkatan obligasi. Dalam sampel validasi, model secara benar mengklasifikasikan 67,8% (78/115) pemeringkatan obligasi. Kedua hasil sampel tersebut lebih tinggi dari penelitian sebelumnya. b. Obligasi yang lain Telah ada terlebih dahulu metodologi yang diterapkan di dalam obligasi. Peavy dan Edgar (1983) menguji pemeringkatan commercial paper Moody 1981 dari 83 bank holding companies. 5 variabel model linear digunakan di dalam memprediksi commercial paper dan menghasilkan bahwa model tersebut mampu memprediksi pemeringkatan Moody dengan tingkat keberhasilan 88%. 2.5 Model Kuantitatif terhadap Pemeringkatan Pemerintah Daerah. Dua kategori obligasi pemerintah daerah. a.
b.
General obligation bond. Yaitu obligasi yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah untuk memiliki kekuatan dalam memungut sejumlah pajak. Obligasi ini dijamin oleh yang mengeluarkannya tanpa persyaratan pembayaran pokok pinjaman (prinsipal) dan bunga secara tepat waktu. Revenue bond. Obligasi ini adalah tipe yang digunakan untuk mengerjakan suatu proyek tertentu yang akan menghasilkan income (misal; airport, bridge dan lainlain).
Model kuantitatif terhadap pemeringkatan pemerintah daerah dikonsentrasikan pada general obligation bond. Raman (1982) melakukan studi dalam bidang ini dengan menguji 236 kota di U.S. (dengan populasi 50.000 dan lebih) dengan menggunakan 4 kategori rating tertinggi dari Moody tanpa perubahan sejak tahun 1975-1979. Variabel independen yang dimasukkan ada 10. Tingkat keberhasilan secara signifikan berada 50
DAFTAR ISI Pemeringkatan Obligasi, Obligasi …. (Lindrianasari)
pada range antara 51.3% sampai 55.6%. Tingkat keberhasilan ini lebih baik dan konsisten dengan penelitian sebelumnya. Bila dibandingkan dengan keberhasilan yang dicapai model kuantitatif yang lain dengan model pemeringkatan perusahaan, keberhasilan ini lebih kecil. Beberapa penjelasan yang diberikan sehubungan dengan kesulitan besar yang dihadapi model pemeringkatan pemerintah daerah adalah: a. b. c. d. e.
Obligasi pemerintah daerah lebih heterogen. keseragaman laporan keuangan berada peda level yang rendah. Kualitas laporan yang rendah. Permasalahan keterlambatan perubahan pemeringkatan yang lebih sulit bila terdapat perubahan kondisi. Rating firm yang tidak konsisten dengan tingkat pemeringkatan obligasi pemerintah daerah.
III. PENILAIAN HARGA OBLIGASI 3.1 Debt-Securities Yields and Debt-Securities Ratings Current yield dan yield to maturity adalah dua hal yang sering digunakan di dalam literatur investasi obligasi. Obligasi yang current yield adalah coupon rate (obligasi yang menawarkan pemeringkatan tertentu) yang dinyatakan dalam dollar dibagi dengan harga pasar sekarang. Yield to maturity (nilai keseluruhan obligasi sampai saat jatuh tempo) dengan nilai jual pasar sekarang (misal) $857 akan bernilai (misal) $1000 saat jatuh tempo dan diberi jaminan (misal) $35 ($70 / 2) setiap setengah tahunnya. Terkadang dikatakan bahwa terdapat hubungan sebab akibat antara pemeringkatan obligasi dengan hasil obligasi. Karena pemeringkatan obligasi yang telah ditentukan merupakan faktor penentu berapa pemeringkatan (usaha lebih) yang harus dibayarkan oleh pihak yang mengeluarkan obligasi kepada pihak pemberi pinjaman. 3.2 Faktor-faktor yang menentukan Perbedaan Hasil Pemeringkatan Obligasi Perusahaan Fisher (1959) melakukan analisis yang pertama kalinya mengenai faktor yang menjelaskan perbedaan hasil obligasi. Untuk mengendalikan faktor non-firm yang mungkin mempengaruhi hasil obligasi, dilakukan pengujian risk premium dari pada yield to maturity. Risk premium adalah perbedaan antara nilai pasar saat jatuh tempo dengan pure rate of interest (tingkat bunga yang sesungguhnya). Sedangkan pure rate of interest didefinisikan sebagai nilai pasar pada obligasi yang kurang beresiko pada hari yang sama saat obligasi di bawah konsiderasi. Kedua resiko yang tidak disengaja dengan resiko marketability dihipotesiskan sebagai faktor yang menentukan risk 51
DAFTAR ISI Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9 No. 2, Juli 2004
premium. Terdapat tiga variabel yang digunakan sebagai proksi resiko (earnings variability, solvency dan equity/debt ratio). Variabel yang diuji Fisher tersebut merupakan suatu bagian yang penting di dalam menjelaskan perbedaan antara hasil sekuritas. 3.3 Faktor-faktor yang menentukan Perbedaan Hasil Obligasi Pemerintah Daerah Analisis regresi juga digunakan di dalam riset hasil obligasi pemerintah daerah. Ingram dan Copeland (1984) menguji risk premium pada general obligation 76 pemerintah daerah pada tahun 1976-1979. Risk premium untuk masing-masing obligasi sebagai variabel dependen sedangkan variabel independennya adalah rasio keuangan. 3.4 Faktor-faktor yang menentukan Harga Obligasi dan Return Obligasi Ada dua faktor yang penting sebagai penentu harga obligasi perusahaan. (1) Aliran waktu pembayaran coupon pada obligasi. (2) Karakteristik obligasi. Diilustrasikan pada studi yang dilakukan oleh Boardman dan McEnally (1981), analisis harga terhadap 515 obligasi perusahaan yang dipilh secara random pada 4 periode waktu (akhir tahun 1972, 1973, 1974 dan 1975). Regresi dilakukan secara terpisah antara kategori pemeringkatan obligasi Aaa, Aa, A dan Baa. Penulis menyatakan bahwa terdapat kemampuan menjelaskan yang rendah pada obligasi Baa. Namun hal ini konsisten dengan observasi standar bahwa kualitas obligasi yang rendah kurang seragam dibandingkan dengan grup obligasi yang berkualitas tinggi. 3.5 Bukti Empiris: Pengaruh Pengumuman Agen terhadap Pemeringkatan pada Obligasi dan Harga Saham Bagian ini akan menjelaskan paper John R.M Hand, Robert W. Holthausen, and Richard W. Leftwitch (1992). Penelitian mereka ini menguji kelebihan return obligasi dan return saham harian atas dua tipe tingkat obligasi yang diumumkan oleh agensi: pemberitahuan dari kemungkinan tingkat perubahan melalui tambahan Standard and Poor’s Credit Watch List (SPWCL) antara tahun 1981 dan 1983, dan perubahan tingkat obligasi yang sesungguhnya yang diumumkan oleh Moody’s and Standard and Poor’s (MSP) antara tahun 1977 dan 1982. Studi terdahulu menggunakan harga obligasi untuk menguji pengaruh perubahan pemeringkatan dengan hasil mixed. Weinstein (1977) (dengan return obligasi bulanannya) dan Wakeman (1978) (return saham bulanan dan return obligasi mingguan) tidak menemukan reaksi harga pada saat perubahan pemeringkatan. Penelitian lain seperti Katz (1974) (perubahan bulanan hasil obligasi), Grier dan Katz (1976) (rata-rata bulanan harga obligasi) dan Ingram, Brooks dan Copeland (1983) ( perubahan bulanan pada hasil obligasi pemerintah daerah), menemukan reaksi harga yang signifikan. Ada satu keunggulan penelitian kali ini, yaitu dengan menggunakan data harian untuk menutup (menghindari) pengaruh pengumuman harga obligasi. Meskipun tanpa perdagangan, obligasi tidak selalu digunakan pada window yang pendek untuk 52
DAFTAR ISI Pemeringkatan Obligasi, Obligasi …. (Lindrianasari)
mengestimasi respon harga. Keunggulan potensial lainnya dalam penelitian ini adalah dengan membedakan pengujian pemberitahuan dari kemungkinan tingkat perubahan melalui tambahan Standard and Poor’s Credit Watch List (SPCWL) antara tahun 1981 dan 1983, dan perubahan tingkat obligasi yang sesungguhnya yang diumumkan oleh Moody’s and Standard and Poor’s (MSP) antara tahun 1977 dan 1982. Hasil yang diperoleh memperlihatkan bahwa pengumuman perubahan pemeringkatan mungkin muncul setelah hutang perusahaan didaftarkan pada Credit Watch List atau pengumuman ada tanpa diperkenalkan oleh Credit Watch. Hasil keseluruhan memperlihatkan bahwa tidak ada indikasi pengaruh yang signifikan terhadap dampak pengumuman peringkat obligasi atas kelebihan return obligasi. Namun begitu, penelitian ini mengembangkan suatu model ekspektasi perubahan pemeringkatan untuk membedakan antara perubahan yang diekspektasi dan tidak diekspektasi. Penelitian yang telah ada di dalam menguji pengaruh pengumuman CWL memberikan hasil yang tidak signifikan pada rata-rata kelebihan return obligasi. Pada penelitian ini diberi tambahan klasifikasi yang tidak diekspektasi pada model ekspektasi, suatu signifikansi negatif pada rata-rata kelebihan return obligasi sebesar –1.39% yang berhubungan dengan indikasi downgrades dan signifikansi positif pada rata-rata kelebihan return obligasi sebesar 2.25% yang berhubungan dengan indikasi upgrades. Signifikansi ini melalui observasi pada waktu downgrades tapi tidak pada waktu upgrades. Rata-rata kelebihan return obligasi pada pengumuman tingkat obligasi downgrades yang sesungguhnya yang dikeluarkan oleh MSP adalah –1.27% dan median kelebihan return adalah sebesar –0.45%. Median ini sama dengan pengalaman sebelumnya yaitu berkisar pada angka –0.55. Pengumuman downgrades juga mempengaruhi harga ekuitas. Pengaruh negatif pada obligasi dan ekuitas sama, meskipun biasanya rata-rata negatif pada ekuitas lebih besar negatifnya dibandingkan dengan negatif pada obligasi. Bukti pada upgrades lemah, pengaruh median dan mean terhadap pengumuman sekitar 0.35%. Disimpulkan bahwa sedikit sekali bukti yang menunjukkan kelebihan return positif untuk ekuitas pada perusahaan upgrades. Hasil studi terdahulu terhadap pengaruh pengumuman agensi tentang tingkat obligasi harian pada harga common dan preferred stock umumnya konsisten dengan hasil studi ini. Holthausen dan Leftwich (1986) menguji respon pada harga saham umum yang diumumkan oleh CW dan perubahan tingkat obligasi dan menemukan bukti bahwa harga saham bereaksi pada semua pengumuman kecuali pengumuman tingkat upgrade sesungguhnya. 3.6 Data : Perubahan Tingkat pada Moody’s and Standard and Poors Studi ini menganalisa dua tipe pengumuman agensi terhadap tingkat obligasi. Pertama adalah sampel sekitar 250 tambahan untuk CPCWL. Kedua, sampel sebanyak 1.100 tentang pengumuman perubahan tingkat obligasi pada MSP. Observasi terhadap sampel dilakukan dari sejak CWL berdiri (Nopember 1981) sampai 31 Desember 1983. Sampel 53
DAFTAR ISI Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9 No. 2, Juli 2004
tentang pengumuman perubahan tingkat obligasi pada MSP yang diobservasi meliputi periode 1977-1982, yang diperoleh melalui seksi “Taxable Corporate Securities – Ratings Reviewed and Revised” dari Moody’s Bond Survey. Sampel pada mulanya terdari perusahaan yang memiliki informasi tentang frekuensi perdagangan untuk 1548 obligasi di dalam sampel perubahan tingkat obligasi. Namun sampel diseleksi untuk obligasi yang memiliki transaksi sebelum dan sesudah pengumuman perubahan tingkat obligasi terdapat sampel sebanyak 1.133. Terdiri dari 841 yang downgrades dan 292 yang upgrades. IV. PENGUKURAN KELEBIHAN RETURN OBLIGASI DAN SAHAM 4.1 Estimasi pada Kelebihan Return Obligasi. “Window spanning” kelebihan return digunakan karena perdagangan obligasi tidak selalu ada dan harga obligasi yang tidak tersedia pada hari 0 dan +1. Sehingga window spanning untuk tiap obligasi diukur dari –11 sampai –1, setelah hari +1 (+2). Estimasi kelebihan return untuk obligasi sedikit ekstrim ke satu sisi, sehingga perlu juga dilaporkan kedua median kelebihan return obligasi dan proporsi positif dari window spanning kelebihan return obligasi. Tes binomial (Z-statistik) untuk mengindikasikan apakah proporsi yang diobservasi dari proporsi positif tersebut secara meyakinkan berbeda dari 50%. 4.2 Estimasi pada Kelebihan Return Saham. Kelebihan return saham disefinisikan sebagai kesalahan prediksi saham yang dihitung dari model pasar, dijumlahkan setelah event days 0 dan 1. Biasanya yang dilaporkan adalah permasalahan kelebihan return saham dan proporsi yang positif dari kelebihan return saham. 4.3 Model Ekspektasi untuk Pengumuman Agensi terhadap Tingkat Obligasi Studi ini mengukur ekspektasi terhadap tingkat perubahan obligasi dengan membandingkan pemeringkatan obligasi sebagai hasil saat jatuh tempo (yield to maturity) seperti pada CW atau perubahan tingkat yang sesungguhnya. Jika pada saat jatuh tempo pemeringkatan lebih besar dari standar, maka argumen yang diberikan adalah bahwa investor yakin bahwa obligasi memiliki defaulf risk yang lebih besar dibandingkan dengan obligasi pembandingnya. V. HASIL 5.1 Pengumuman dari SPCW. Pada tabel III disajikan bukti pada kelebihan return obligasi dan saham yang berhubungan dengan indikasi adanya downgrades maupun upgrades. Hasil untuk 54
DAFTAR ISI Pemeringkatan Obligasi, Obligasi …. (Lindrianasari)
subsampel yang tidak terganggu terhadap indikasi downgrades lebih didukung dengan adanya pengaruh terhadap harga untuk pengumuman yang tidak diekspektasi baik terhadap return obligasi maupun saham. Sedangkan pada indikasi upgrades, hanya obligasi yang memiliki rata-rata positif pada kelebihan return, tidak pada saham. 5.2 Perubahan Tingkat Obligasi dari MSP. Terdapat kesulitan untuk menginterpretasikan perubahan tingkat obligasi dari MSP karena munculnya beberapa hal yang tidak konsisten. Misalnya saat downgrades signifikansi negatif pada rata-rata kelebihan pada return saham dan obligasi, namun signifikansi yang cukup lemah pada rata-rata kelebihan pada return saham dan obligasi saat upgrades. 5.3 Analisis Cross-Sectional terhadap Kelebihan Return Obligasi Estimasi regresi multivariat digunakan untuk mencoba menjelaskan variasi crosssection pada window-spanning kelebihan return obligasi. Regresi yang terpisah dilakukan terhadap estimasi downgrades dan upgrades. Regresi didasarkan pada obligasi individual karena variabel independen yang utama adalah karakteristik obligasi, bukan karakteristik perusahaan. Hasil regresi dengan observasi yang noncontaminated, tidak singel variabel memiliki signifikansi dan predicted sign. 5.4 Kesimpulan Kelebihan return obligasi untuk tambahan CWL umumnya tidak signifikan kecuali perubahan tingkat yang diekspektasi dikeluarkan dari analisis atau observasi. Pengujian noncontaminate yang diklasifikasikan sebagai hal yang tidak diekspektasi, umumnya meningkatkan pengaruh harga obligasi dan saham yang diukur pada pengumuman CWL. Rata-rata kelebihan return obligasi dan saham pada pengumuman dowmgrades secara satistika signifikan. Namun rata-rata kelebihan return obligasi dan saham pada pengumuman upgrades sedikit kurang dapat dipercaya. Beberapa ketidakkonsistenan di dalam hasil juga muncul, khususnya, temuan di dalam hasil yang asimetri terhadap dowmgrades dan upgrades. Misalnya adalah pada saat downgrades terdapat signifikansi negatif pada rata-rata kelebihan pada return saham dan obligasi, namun signifikansi yang cukup lemah pada rata-rata kelebihan return saham dan obligasi saat upgrades.
Daftar Pustaka Belkaoui, A., Industrial Bonds and the Rating Process. Westport, Conn.: Quorum Books, 1983. Boardman and Mc. Enally. “Factors Affecting Seasoned Corporate Bond Prices.” Journal of Financial and Quantitative Analysis (June 1981): 207-226. 55
DAFTAR ISI Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9 No. 2, Juli 2004
Fisher, L. “Determinants of Risk Premiums on Corporate Bonds,” Journal of Political Economy (June, 1959): 217-237. Holthausen, R. W., and R. W. Leftwich. “The Ecomonic Consequences of Accounting Choice: Implication of Costly Contracting and Monitoring.” Journal of Accounting and Economics (August 1986): 77-117. Ingram, Brooks dan Copeland, The Information Content of Municipal Bond Rating Changes: A Note. Journal of Finance 38. (1983): 997-1003. John R.M Hand, Robert W. Holthausen, and Richard W. Leftwitch, “the Effect of Bond rating Agency Announcements on Bond and Stock Prices.” The Journal of Finance. Vol. XLVII, NO.2. June, 1992. Katz, S., The Price Adjustment Process of Bond rating Reclassifications: A test of Bond Mareket Efficiency. Journal of Finance 29, (1974): 551-559. Peavy and Edgar. “A Multiple Discriminant Analysis of BHC Commercial Paper Ratings.” Journal of Banking and Finacial (June 1983): 161-173. Raman,K.K. “Financial Reporting and Municipal Bonds Ratings.” Journal of Accounting, Auditing and Finance (Winter 1982): 144-153. Simon and Coates. British Bond Rating Service. London, United Kingdom: 1980. Wakeman, L. M. “The Real Function of Bond Rating Agencies. “ Chase Financial Quarterly (Fall 1981): 18-25. Weinstein, M. I. “The Effect of a Rating Change Announcement on Bond Price.” Journal of Financial Economics (December 1977): 329-350.
56
DAFTAR ISI
Penyusunan Anggaran Berperspektif Gender Oleh :
Marselina Djayasinga6 ABSTRACT Gender Perspective in Budgeting (GPB) is the benefits of budget allocations which are felt by all of the layers of society, not only for women perspective. The benefits and effecta of budget could be accesed and felt equally and fairness among society. The basic rules of gender perspectif in budgeting are UU No 25 tahun 2000,Inpres No 9 Tahun 2000, Kepmendagri No 132/2003.One of indicator of how far the budget is gender perspective is how big benefits of budget itself can be accessed and felt by all of the public. DPR or DPRD is the one of governance institution which could effectively be interfere the budgeting processing. By design and make up the Budget Policy of gender perspective for planning documents of regional , budgeting could be effectively directed to gender perspectif budgeting . The synchronization since the budget policy to be activities proposal, the lack of knowledge about gender perception and the lack of knowledge about the benefit of gender perspective in budgeting, and the lack of socialization among the decesion makers are the problems in budgeting perspective gender. Controlling of budgeting since make up the planning through implement and evaluate of budgeting process by DPR/DPRD is one way to keep the budget consistensly up in gender perspective. Keywords: budget, gendre perspective, DPR/DPRD
I. PENDAHULUAN Prinsip utama dalam penyusunan anggaran adalah tercovernya kebutuhan semua lapisan masyarakat. Salah satu prinsip penyusunan anggaran yang dimaksud adalah penyusunan anggaran berperspektif gender. Penyusunan anggaran berperspektif genderi tidak semata alokasi anggaran untuk perempuan namun lebih mulia lagi yaitu bertujuan agar alokasi dan manfaat anggaran mengandung unsur partisipasi, pemerataan, keadilan bagi semua elemen masyarakat, termasuk perempuan, anak terlantar, kaum jompo, lansia,
6
Dosen Jurusan Ekonomi Pembangunan FE Unila
DAFTAR ISI Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9 No. 2. Juli 2004
UKM, ibu-ibu hamil, anak jalanan dan putus sekolah , akses yang sama menikmati hasil-hasil pembangunan.
untuk
Dasar hukum penerapan anggaran berpersepektif gender ini antara lain : a. b. c.
UU No 25 tahun 2000 tentang Propenas Bab VIII, perihal kedudukan dan kualitas hidup perempuan Inpres No 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan gender Kepmendagri No 132/2003 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender
Anggaran berperspektif gender akan bias jika hanya dinilai dari besarnya angka rupiah atau alokasi RAPBD/RAPBN, missal untuk kantor pemberdayaan perempuan,bidang kesejahteraan social, pendidikan, perempuan, anak, ibu hamil dsb. Anggaran berperspektif gender ini akan lebih besar porsinya dalam RAPBD/RAPBN ketika manfaat atas proyek/kegiatan dapat dirasakan oleh semua lapisan, terutama kaum perempuan, orang jompo, anak jalanan, UKM dll. Alokasi anggaran berperspektif gender jika dirasakan manfaat akibat terakomodirnya semua kebutuhan masyarakat melalui alokasi anggaran yang adil untuk belanja aparatur dan belanja publik, anggaran untuk orang-orang miskin, jompo, anak terlantar, anak putus sekolah, wilayah –wilayah dan kantong-kantong kemiskinan, usaha-usaha kecil dan menengah , wanita penyandang masalah social, gizi ibu dan anak,masyarakat pedalaman dan daerahdaerah terisolir dll. Persoalan yang ada di lapangan adalah persepsi, wawasan , pengetahuan dan pandangan dari para penyusun anggaran itu (pihak eksekutif dan legislative) tentang anggaran berperspektif gender masih lemah. Akibatnya kurang ada sinkronisasi (benang merah) antara cita-cita akan anggaran yang berpersketif gender dengan usulan kegiatan dalam anggaran tersebut. Masalah insinkronisasi terjadi akibat kekurang pahaman akan arti, manfaat dan makna yang terkandung dalam gender itu sendiri yaitu sejauhmana anggaran tersebut dapat diakses dan dinikmati bukan hanya oleh kaum perempuan namun lebih luas lagi yaitu hingga ke[ada kelompok masyarakat yang selama ini termarjinalkan dalam pembangunan seperti orang jompo, anak jalanan, anak-anak putus sekolah, para penyandang masalah social, orang miskin, daerah tertinggal, UKM, anak kurang gizi, ibu menyusui dan pasca melahirkan, TKW, TKI, dll. Persoalannnya adalah sejauhmana intervensi bisa dilakukan oleh lembaha legislative (DPR/DPRD) sehingga anggaran bisa berperspektif gender sehingga manfaat anggaran bisa dinikmati oleh semua lapisan masyarakat termasuk kaum perempuan. Hal ini sesuai dengan fungsi anggaran yaitu menjalankan fungsi alokasi, distribusi dan stabilisasi. II. BUDGET POLICY DAN SINKRONSIASI DOKUMEN PERENCANAAN Agar supaya anggaran berperspektif gender , maka perlu dilakukan advokasi dan intervensi yang terus menerus mulai dari tahap penyusunannya, perumusan kebijakan 58
DAFTAR ISI Penyusunan Anggaran Berperspektif Gender (Marselina D.)
anggaran (budget policy), pembahasan anggaran, pelaksanaan anggaran hingga pertanggungjawaban anggaran. Institusi yang dapat masuk dan efektif melakukan intervensi kebijakan anggaran (budget policy) dalam setiap sikus anggaran adalah badan legislative yaitu DPR untuk merumuskan RAPBN serta DPRD untuk menyusun RAPBD. Penetapan Budget Policy merupakan salah satu implementasi dari salah satu fungsii DPR/DPRD yaitu fungsi budgeting. Budegt policy yaitu suatu fungsi yang mampu mengarahkan dan menjaga agar anggaran dan semua kebijakan yang mendukungnya sesuaii dengan tujuan, fungsi anggaran , visi dan misi daerah . Budget policy melingkupi semua tahapan dalam siklus anggaran, mulai dari tahap penyusunan anggaran, pengesahan, pelaksaaan, evaluasi dan pertanggungjawaban anggaran.
Penyusunan
Pelaksanaan
Pertanggungjawaban
BUDGET POLICY Berperspektif gender Tahap yang paling menentukan agar anggaran berperspektif gender adalah mulai dari penyusunan dokumen perencanaan daerah jangka menengah antara lain Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), Rencana Strategis (Renstra), Pola Dasar (Poldas), Program Pembangunan Daerah (Propeda), Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPJ) hingga penyusunan dokumen perencanaan tahunan seperti Rencana Pembangunan Tahunan Daerah (Repetada), Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD), Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara /Daerah (RAPBN/RAPBD ). Anggaran yang akan dihasilkan berperspektif gender atau tidak akan sangat ditentukan oleh ada tidaknya Kebijakan Umum (KU) yang berperspektif gender dalam kebijakn umum, mulai dari Kebijakan Umum (KU) dalam dokumen perencanaan jangka panjang, rencana jangka menengah maupun rencana jangka pendek(tahunan). Kebijakan Umum (KU) anggaran suatu tahun diturunkan dari Kebijakan Umum (KU) jangka panjang . KU Jangka menengah diturunkan dari KU jangka panjang, sedangkan KU anggaran suatu tahun (jangka pendek) diturunkan dari KU jangka . Sehingga apabila menginginkan Anggaran yang dihasilkan berperspektif gender setiap tahunnya , maka intervensi harus dilakukan ketika penyusunan dokumen-dokumen perencanaan daerah jangka panjang atau menengah seperti Renstra, Poldas /Propeda 59
DAFTAR ISI Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9 No. 2. Juli 2004
atau yang dipakai saat ini, dalam UU No 25 / 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yaitu Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) KU JANGKA PANJANG Berperspektif Gender
KU JANGKA MENENGAH Berperspektif Gender
KU JANGKA PENDEK Berperspektif Gender III. ANGGARAN BERPERSPEKTIF GENDER MELALUI KEBIJAKAN UMUM Siklus anggaran dimulai dari tahap penyusunan anggaran dilanjutkan dengan pelaksanaan anggaran dan diakhir dengan pertanggungjawabana anggaran. Tahap penyusunan anggaran (APBD) merupakan tahapan dalam siklus anggaran yang paling penting dan krusial yang akan menentukan apakah anggaran berperspektif gender atau tidak, karena pada tahap inilah anggaran dapat diarahkan ke sasaran tertentu. RKPD Tahun 2005 Beberapa sumber pembiayaan
Kebijkakan Umum (KU) ANGGARAN TAHUN 2005
RKA SKPD Berperspektif Gender
DKA SKPD Berperspektif gender 60
APBD Berperspektif gender
RAPBD Berperspektif gender
DAFTAR ISI Penyusunan Anggaran Berperspektif Gender (Marselina D.)
IV. DIMANA DAN KAPAN BUDGET POLICY BERPERSPEKTIF GENDER BISA DIINTERVENSI? Penyusunan Budget policy atau Kebijakan Umum Anggaran merupakan tahapan paling penting dalam tahap perencanaan anggaran Karena pada tahap inilah ke arah mana anggaran itu akan ditentukan. .Bila menginginkan anggaran suatu tahun berperspektif gender maka penyusunan Budget Policy (Kebijakan Anggaran) tahun yang bersangkutan diarahkan ke tujuan tersebut, sebaliknya jika menginginkan anggaran berperspektif gender menjadi pilihan bangsa atau daerah, maka arahkan dalam penyusunan Budget Policy ketika menyusun Arah Kebijakan Umum Rencana Pembangunan Jangka Panjang (Nasional) atau Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Sebab, kebijakan umum anggaranlah yang akan menjadi rujukan utama bagi kementrian/dinas/instansi dalam mengusulkan program/kegiatan. Dimana Budget Policy Berperspektif Gender Bisa Ditetapkan ? a. b. c. d. e. f. g.
Kebijakan Umum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJM) Negara/Daerah Kebijakan Umum dalam RPJM Negara/Daerah Kebijakan Umum Tahunan Negara /Daerah Strategi dan Prioritas Program dan Kegiatan Indikator Kinerja Target Kinerja
4.1 Penyusunan Kebijakan Umum Berperspektif Gender Penyusunan anggaran dimulai pada bulan Mei s/d Juni tahun tertentu.Tahap ini merumuskan Kebijakan Umum Anggaran untuk 1 tahun ke depan yang mekansimenya dilakukan melalui Penjaringan Aspirasi Masyarakat (Jaring Asmara) oleh legislative dan eksekutif. Pada tahap inilah akan ditentukan ke arah mana anggaran akan ditujukan, termasuk seberapa besar anggaran berperpektif gender. Penyusunan Kebijakan Umum merupakan domain DPRD, dimana hasil akhir berupa Nota Kesepahaman yang ditandatangani oleh DPRD agar pemerintah melaksanakan kebijakan umum tersebut. Peran DPRD dalam penjaringan aspirasi masyarakat ini adalah penyusunan Pokok-Pokok Pikiran DPRD dalam rangka menyempurnakan Kebijakan Umum (KU) yang telah diserahkan pihak eksekutif. Terdapat 3 unsur yang harus termuat dalam Pokok-Pokok Pikiran DPRD, yaitu : a. b. c.
Kebijakan Umum bidang perekonomian berperspektif gender Kebijakan Umum bidang keuangan daerah berperspektif gender Kebijakan Umum bidang pemerintahan berperspektif gender
Bila menginginkan penyusunan anggaran yang berperspektif gender terutama pada sector perekonomian atau pemerintahan dimana para perempuan, kaum miskin, UKM , 61
DAFTAR ISI Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9 No. 2. Juli 2004
LSM, pemuda , anak-anak serta kelompok-kelompok yang termarginalkan selama ini dan kurang mendapat perhatian pemerintah daerah sehingga mereka dapat berperan dalam kedua sector tersebut atau minimal bisa mendapat kan akses yang sama dalam perekonomian maupun layanan pemerintahan maka dimasukkan dalam KU Bidang Perekonomian berperspektif gender,. Penggunaan kata-kata yang populis, mudah namun syarat makna menjadi dasar dalam perumusan KU ini, antara lain partispasi, keadilan, pemerataan, kesetaraan , seluruh lapisan masyarkaat dll .Beberapa contoh penggunaan kata-kata yang mampu menapung semua lapisan sebagai berikut : KU Bidang Umum Pemerintahah : a. Meningkatkan penegakan hukum dengan mengembangkan kesadaran dan partisipasii seluruh lapisan masyarakat b. Meningkatkan kerjasama dengan lembaga pemerintah lainnya, swasta, PT, organisasii profesi, LSM, masyarakat c. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan daerah KU Bidang Kependudukan : a. Meningkatkan pengarusutamaan gender dalam kegiatan pembangunan. KU Bidang Perindustrian dan Perdagangan : a. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia di setiap lini bidang perindustrian dan perdagangan KU Bidang Kepariwisataan : a. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam kepariwisataan KU Bidang Penataan Ruang : a. Mengendalikan pemanfaataan ruang secara partisipatif berazaskan keterbukaan, adil dan perlindungan hukum b. Meningkatkan kualitas dan kuantitas rencana tata ruang secara partisipatif KU Bidang Ekonomi : a. Peningkatan peran serta seluruh lapisan masyarakat dalam perekonomian 4.2 Anggaran Berperspektif Gender melalui Penentuan Strategi dan Prioritas Penetapan prioritas dan strategi menjadi tahapan penting mengingat pada tahap ini ada pergeseran, penundaan bahkan pencoretan program dan strategi yang akan diambil. Penajaman prioritas dan strategi merupakan domain eksekutif namun masih tetap harus berkonsultasi dengan legislative. Tahapan penajaman prioritas dan pilihan starategi ini harus dilakukan mengingat banyaknya persoalan yang dihadapi suatu daerah /negara sementara sumber pembiayaaan sangat terbatas, bahkan menuju defisit. Pada tahap penajaman prioritas dan strategi ini maka KU yang sudah ditetapkan berperspektif gender tadi, bisa tergeser atau tidak lagi menjadi prioritas akibat tidak 62
DAFTAR ISI Penyusunan Anggaran Berperspektif Gender (Marselina D.)
“dikawal” dengan baik . Karena keterbatasan waktu, kekeurangpahaman substansi maka program yang seharusnya dimunculkan akhirnya dicoret karena argumen yang lemah atau ketidakada keterwakilan pada saat perumusan. Keterbatasan sumber pembiyaaan dan ketidakpahaman penyusun rencana dan anggaran berperspektif gender menyebabkan hal ini terjadi. Anggaran berperspektif gender tidak berarti perempuan/wanita meminta pos tersendirii untuk kegiatan-kegiatannya, namun lebih kepada bagaimana menuangkan nilai-nilai kesamaan dan kesetaraan misalkan dalam mengakses SD ekonomi, kesamaan dalam hukum, pemanfaaatan fasilitas-fasilitas social dll. Tujuan akhirnya adalah adanya peningkatan kesejahteraan keluarga , terlindunginya keluatga , terlindunginya hak-hak azasi manusia, terpeliharanya masyarakat yang termarjinalkan oleh pemerintah seperti anak terlantar , orang miskin, anak jalanan, orang jompo dll. Peningkatan dan terjaminnya pendapatan keluargra, diperolehnya pelayanan kesehatan, pendidikan keluarga, memadainya pendapatan buruh,TKW, adanya hak-hak buruh dan TKW dll. 4.3 Anggaran Berperspektif Gender melalui Penentuan Program dan Kegiatan Setelah ada upaya yang brilliant dengan memasukkan KU yang berperspektif gender ke dalam penyusunan anggaran maka kegiatan ini masih perlu terus dikawal agar program atau kegiatan yang diusulkan sesuai dengan KU yang berperspektif gender.. Pada bulan Sepetember s/d November para dinas/instansi Satuan Kerja Pernagkat Daerah (SKPD) akan menyusun dan mengusulkan program /kegiatan. Bisa terjadi walaupun KU sudah mengandung unsur gender namun Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) atau dinas terkait yang akan mengoperasionalisasikan KU menjadi program dan kegiatan ternyata tidak mampu menterjemahkan secara baik KU itu dalam usulan program/kegiatan yang diajukan akibat ketidakpahaman akan perspketif gender, ketidakpahaman mencari benang merah untuk mem break down dari KU menjadi program/kegiatan yang sesuai atau mungkin tidak menempatkan KU sebagai arahan utama untuk menyusun program/kegiatan. 4.4 Anggaran Berperspektif Gender melalui Penentuan Indikator dan Target Kinerja Walau KU, Strategi dan Program serta Kegiatan sudah diarahkan agar berperspektif gender, namun dalam penentuan indicator dan target kinerja yang akan dicapai hasilnya tetap tidak memuaskan. Misalkan programnya adalah penyusunan dan penetapan produk hukum, maka kegiatannya seharusnya adalah evaluasi dan pengkajian 2 atau lebih produk hukum tentang hak hak TKW , UMR, kesehatan ibu dan anak, peredaran miras, izin lokalisasi dll.Oleh karena itu pengawalan harus terus dilakukan terhadap penentuan indicator dan target kinerja. Penyusunan anggaran saat ini berbasis kinerja (performanced budgeting) yaitu system anggaran yang mengutamakan tingkat capaian ouput (keluaran) dari tingkat input yang direncanakan. Sistem anggaran ini mensyaratkan adanya ukuran yang jelas untuk 63
DAFTAR ISI Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9 No. 2. Juli 2004
penilaian sebuah keberhasilan program atau kegiatan atau kebijakan. DPR/DPRD akan sangat terbantu untuk menjalankan fungsi budgetingnya dalam upaya menggiring agar anggaran berperspektif gender melalui intervensi dalam penetapan indicator dan target kinerja yang berperspektif gender. Di bawah ini disajkan indicator dan target kinerja yang berperspektif gender. Tabel : Contoh Indikator dan Target Kinerja Berperspektif Gender Indiaktor Kinerja
Target Kinerja
Pendapatan keluarga miskin meningkat Jumlah kematian ibu hamil berkurang Jumlah kematian ibu-ibu pasca melahirkan Tingkat kematian balita berkurang Jumlah anak putus sekolah Jumlah korban perkosaan berkurang Tingkat perceraian berkurang Tingkat gizi buruk berkurang Jumlah anak putus sekolah Jumlah TKW berpendidikan (bersertifikat) Tingkat buta huruf berkurang Jumlah sector informal akan tumbuh Jumlah wanita dalam parlemen Tumbunya organisasi-organisasi wanita
20 % 30 % 40% 25 % 45 % 15 % 40 % 60% 35 % 60% 70 % 40% 30 % 25 %
V. PELAKSANAAN ANGGARAN Tahap pelaksanaan anggaran merupakan tahap implementasi dari program/kegiatan. Bias masih bisa dan banyak terjadi pada tahap ini, walaupun APBN/APBD yang sudah disepakati berperspektif gender. Persoalan yang ada antara lain : a.
Penerima manfaat dari program/kegiatan ternyata jauh dari sasaran yang diharapkan, Program : peningkatan gizi buruk masyarakat ( Rp1,2 milyar) Kegiatan : 1. 2. 3.
Pmbangunan Puskesmas sebesar Administrasi umum Pembelian susu balita 100.000 kotak
Rp 900 juta. Rp 100 juta. Rp 100 juta.
Pos anggaran digeser ke indicator dan target kinerja yang lain Program : Penyusunan, penetapan dan evaluasi Produk-Produk Hukum Kegiatan : Evaluasi terhadap produk hukum bidang ketenagakerjaan , khusus hak-hak bagi buruh wanita 64
DAFTAR ISI Penyusunan Anggaran Berperspektif Gender (Marselina D.)
Target Kinerja b.
: terselenggaranya pertemuan antara serikat pekerja dengan pemerintah daerah
Pergeseran lokasi project, dsb Kegiatan : Bantuan modal bagi TKI di desa rawan pangan Lokasi : 10 desa binaan pemda ( missal desa A, B, C dst ) Perubahan Lokasi : 10 desa dengan lokasi menyebar di kecamatan Z
VI. EVALUASI KEBIJAKAN–KEBIJAKAN YANG MENDUKUNG PENYUSUNAN ANGGARAN BERPERSPEKTIF GENDER Budget policy tidak hanya semata menyusun dan mengkritis pelaksaan anggaran (APBN/APBD) namun lebih luas lagi yaitu hingga evaluasi kebijakan yang mendukung anggaran tersebut. Termasuk evaluasi perda-perda tentang penerimaan negara /daerah, perda tentang peningkatan aktivitas ekonomi, social dsb. Ternyata Budget policy masih harus terus dilakukan terutama pada evaluasi perda-perda yang berkaitan dengan anggaran itu sendiri. Dalam rangka pembiayaan pembangunan ternyata perda-perda yang dibuatpun tanpa disadari DPR/DPRD maupun pemerintah memberatkan masyarakat, antara lain pendapatan keluarga semakin menurun, daya beli masyarakat semakin melemah , pendapatan buruh wanita, perempuan semakin tidak imbang dll. Oleh karena itu , semua kebijakan yang dibangun dalam rangka pelaksaaan anggaran pun harus mendapat perhatian DPR/DPRD untuk terus dikritisi , dievaluasi dan dikontrol pelaksanaannya. VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI a. b.
c. d. e.
Penyusunan anggaraan berperspektif gender bisa terwujud jika para penyusun anggaran (pemerintah dan DPR/DPRD) mempunyai peresepsi dan pemahaman yang sama akan arti, manfaat dan pentingnya kesetaraan gender Kesetraaan gender dalam penyusunan anggaran tidak berarti kaum perempuan meminta pos khusus untuk kaummnya namun lebih kepada bagaimaan semua lapisan masyarakat menerima manfaat dan memiliki akses yang sama terhadap anggaran Lembaga legislative (DPR/DPRD) adalah lembaga yang paling efektif mewujudkan anggaran berperspektif gender melalui intrevensi dan poengawalan yang kontinue melalui fungsi budgetnya Fungsi budget adalah lebih kepada mengarahkan agar anggaran dan semua kebijakaan yang mendukungnya dapat mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan , termasuk anggaran berperspektif gender Kebijakan anggaran (Budget Policy ) merupakan operasionaliasi fungsi budget yang paling penting ,sebab budget policy berperspektif gender akan menjadi rujukan bagi semua satuan kerja/instansi dalam mengusulkan program/kegiatan hingga penetapan indicator dan target kinerja
65
DAFTAR ISI Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9 No. 2. Juli 2004
f.
g.
Sinkronisasi perlu terus dilakukan sejak tahap penyusunan Arah Kebijakan Umum daerah / negara dalam jangka panjang seperti Propenas, RKPJ, perencanaan jangka menengah seperti Poldas, Repetada/Renstrada/RKPD, rencana jangka pendek seperti Repetada RKPD, Renja hingga RAPBD/RAPBN serta indicator dan target kinerja. Peningkatan pemahaman, persepsi bagi para penyusun anggaran tentang gender serta arti pentingnya anggaran berperspektif gender .
DAFTAR PUSTAKA Inpres No 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender Kepmendagri No 132/2003 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender Marselina.2003.Preparation and Validation of Arah dan Kebijakan Umum APBD ( AKU ) Makalah. Marselina. 2003.Working of Unit Budget Plan for Local Govenrment Units. Makalah Marselina .2003. The Intervention Startegy on The National and Local Government Budget for 3 Issues: Education, health and Reduction in Violence .Makalah Marselina.2003. Budgeting and Planning Sincronization . Makalah Marselina. 2003. Penyusunan Sistem dan Prosedur Tata Cara Penyusunan program , kegiatan serta tata cara Pembahasan RASK propinsi Lampung , Penyusunan Draft SK Gub ttg hal tersebut serta Naskah Akademis.Penelitian Marselina. 2003 . Penyusunan Sistem dan Prosedur Tata Cara Pelaporan dan Pertanggungjawaban Anggaran Propinsi Lampung , Penyusunan Draft SK Gub tentang hal tersebut serta Naskah Akademis. Penelitian. Marselina,Agung Djojosoekarto.2004. Membangun Kapasitas dan Fungsi Penganggaran DPRD. Cetakan Pertama. Saint Communication, Jakarta Marselina. 2004. Penyusunan Arah dan Kebijakan Pembangunan Kabupaten Lampung Timur Berdasarkan Penentuan Besaran Indikator-indikator Pembangunan.Makalah Marselina.2004. Efektifitas dan Efisisiensi Perencanaan dan Penganggaran. 2004.Makalah Marselina. 2005 .Kapasitas dan Kapabiltas Penganggaran Anggota Parlemen Perempuan dalam Poenyusunan Anggaran berperspektif Gender.Makalah. UU No 25 tahun 2000 tentang Propenas Bab VIII, perihal kedudukan dan kualitas hidup perempuan 66
AFTAR ISI
Lampiran 1: SINKRONISASI ANTARA KEBIJAKAN UMUM, PROGRAM DAN STRATEGI, KEGIATAN, INDIKATOR DAN TARGET KINERJA BERPERSPEKTIF GENDER. No. 1
KEBIJAKAN UMUM
PROGRAM DAN STRATEGI
BIDANG: UMUM PEMERINTAHAN 1. Meningkatakan penegakan hukum dengan mengembangkan kesadaran dan partisipasi masyarakat
1. Penyusunan , evaluasi dan penetapan produk hukum terutama masalah ketenagakerjaaan dan rawan sosial
KEGIATAN 1. Evalausi dan pengkajian peraturan tentang produk hukum bidang ketenagakerjaa dan kesejahteraan buruh wanita, peraturan desa 2. Penegakan Hukum dan Perda bidang : penerimaaan daerah , Trafficking dan Kekerasan dalam RT 3. Peningkatan kualitas proses politik
TARGET KINERJA
INDIKATOR KINERJA 1. Terselenggraanya evaluasi Perda No tentang hak-hak buruh wanita, tentang izin berserikat, tentang ….. 2. Terselenggaranya evaluasi perda no . tentang Penyesuaian Tarif UMR o Pemberian bantuan hukum dan advokasi terhadap korban perbuatan hukum perdagangan wanita dan anak o Sosialiasasi Perda ttg Kekerasan dalam RT o Peninjauan kembali hukuman dan sanksi bagi hukum bagi pelaku Trafficking , pemerkosaaan, pelecehana seksual dll a.. Pendataan, pemberdayaan Organisasi Masyarakat, LSM, perempuan
5 Produk hukum ketenagakerjaan dievaluasi dan penetapan kembali Æ kesadaran masyarakan hukum meningkat o 30 kasus akan diberi bantuan hukum gratis -
210 kelompok PKK, ormas perempuan, LSM mengetahui perda ttg kekerasan dlm RT Sanksi hukum bertambah 2 kali lipat bagi pelaku perkosaan, trafficking dll
-
Data base ttg ormas-ormas di Kab X , terutama data base ttg jumlah ormas, jumlah keterlibatan perempuan dalam ormas, permasalahan mengapa peran peran perempuan dlm org relatif kecil, objek pekerjaannya dll )
-
Terlenggaranya pembinaan terhadap ormas tentang Tripartied, Reinventing sector non profit, Pengelolaan Ormas yang baik
2
2. Meningkatan peran serta masyarakat dalam perenc., pelaksaan, pegawasan dan evaluasi pembgn daerah
1. Program Pemberdayaan Masyarakat
2. Pengembangan penguatan modal
3. Meningkatkan pengarusutamaan gender dlm kegiatan pembangunan Memberdayakan dan meningkatkan kualitas keluarga
68
1. Peningkatan peran serta perempuan dalam pembangunan 1. Program KB
1. Fasilitasi bantuan pembinaan terhadap BPD, Ormas, LSM tentang perencanaan desa , pemahaman system penganggaran dan kritisi anggaran o Analisa kelayakan , evalusi pengelolaan modal dan bantuan modal utk UKM dan pegadang bakulan
AFTAR ISI
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9 No. 2. Juli 2004
o Workshop tentang peny. rencana desa bagi ormas dan LSM o Workshop dan sosialisasi penyusunan anggaran berbasis gender bagi org. kewanitaan o Pembinaan keterlibatan perempuan dalam penyusunan anggaran o Terselenggaranya evaluasi kelayakan dan pengelolaan modal Swamitra utk pedagang bakulan o Tersedianya dana bantuan modal utk pedagang bakulan
o Sosialisasi kesetaraan o Tersosialisasinya perda ttg gender kesetaraan gender o Workshop penyusunan o Terselenggaranya workshop bagi anggaran ormas perempuan berperspektif gender o Meningkatnya kualitas pelayanan 1. peningkatan kualitas KB dan jaminan pemakai layanan KB dan jaminan pemakaian alat kontrasepsi 2. Pemantapan jaringan layanan KB 3. Advokasi bagi calon peserta KB 4. Jaminan dan perlindungan hak dan kesehatan reproduksi remaja
o 10 ormas dan 15 LSM serta 10 anggota BPD mengetahui cara penyusunan rencana desa o 100 orang yang mewakili 10 organisasi wanita mampu menyusun angaran berpersektif gender o Ang.2006 berperspektif gender o Laporan tentang kendala penyaluran modal dan pengembalian pinjaman oleh pedagang bakulan o 100 pedagang bakulan memperoleh pinjaman modal @ Rp 150.000/pdg o 10 ormas perempuan menyadari kesetaraan gender o 10 ormas perempuan mampu menyusun anggaran/ rencana berperspektif gender o Berkurangnya keluhan /mal prkatek terhadap penggunaan alat kontrasepsi : 20 % o 100 Pasangan PUS terlayani KB dengahn baik o 100 remaja mengetahui cara melindungi kesehatan alat reproduksi
AFTAR ISI
2. Program Pemberdayaa n keluarga miskim
1. Pembinaan Ketahanan keluarga 2. Peningkatan manajemen ketrampilan sirausaha kelaurga miskin
1. 2. 3.
4.
3
4
BIDANG PKRj. UMUM KU: 1. Meningkatkan sarana dan prasarana jalan , jembatan dan pengairan 2. Meningkatkan perlindungan SD Air BIDANG PERHUBUNGAN KU: 1. Meningkatkan dan memelihara prasarana dan sarana perhubungan 2. Meningkatkan dan memelihara sarana perhubungan
Program : a. Rehabilitasi jalan dan jembatan b. Pengembangan dan pemeliharaan sarana irigasi 1. Peningkatan Bandar Udara Raden Intan 2. Program Penerangan Jalan–Jalan Umum
1. Pembuatan jembatan tembus untuk pedagang bakulan 2. Penyusunan raperda tentang keharusan setiap RT membuat Sumur Resapan 3. Survey pembuatan embung & bendungan 1. Rehab ruang tunggu dengan sarana tempat menyusukan bayi, ruang merokok, 2. Pemeliharaan dan pemasangan lampulampu jalan
a.
Penyusunan Anggaran Berperspektif Gender (Marselina D.) Pertemuan ttg pengolahan o 100 ibu RT mengetahui cara menu makanan keluarga yang pengolahan makanan yang sehat dan bergizi sehat dan bergizi Pembinaan bagi pedagang o 50 orang pedagang makanan di sekolah-sekola mengetaui cara membuat / Terselenggaranya pelatihan menyajikan makanan yang tentang cara beternak burung sehat dan murah bagi puyuh dan penetapan harga murid-murid SD jualnya o 25 KK mampu beternak Terselenggaranya kursus burung puyuh memasak kue dengan o 10 kali kursus gratis menggunakan bahan baku pembuatan kue dengan singkong bahan baku singkong Tersedianya Raperda tentang o Setiap RT mempunyai keharusan setiap RT membuat sumur resapan sumur resapan
1. Tersedianya ruang tunggu dengan ruang menyusukan bayi dan ruang khusus untuk perokok 2. Tersedianya lampu jalan (penerangan) untuk lokasi yang rawan kejahatan ketika buruh wanita pulang kerja
1. Bayi yang menggunakan jasa udara lebih nyaman 2. Penumpang yang tidak merokok merasa nyaman 3. Penerangan lampu jalan yang cukup di sepanjang jalan dan gang Ahmad Yani dan Ciptomangunkusumo (tempat buruh wanita melintas setiap malam pulang kerja)
69
70
AFTAR ISI
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9 No. 2. Juli 2004 5 BIDANG PEMUKIMAN KU: 1. Peningkatan 1 1. Meningkatkan sarana dan kualitas sarana dan prasarana prasarana pelayanan lingkungan masyarakat 2. (pemukiman dan yang 3. ruang-ruang publik) berkeadilan 2. Memfasilitasi 2. Pengempembangunan bangan perumahan rakyat perumahan yang memenuhi dan syarat standard pemukiman rumah sehat 6 BIDANG:KESEHATAN 1. Program 1. KU: perilaku sehat 1. Meningkatkan pemberdayaan 2. masyarakat akan perilaku hidup bersih dan sehat 7 BIDANG:KETENAGA1. Peningkatan 1. KERJAAN kualitas dan KU: produktivitas Meningkatkan kualitas TK 2. TK 2. Peningkatan 3. kualiitas siswa BLK
• Tersedianya ruang-ruang publik di tempat tempat umum • Tersedinaya rumah murah dan sehat bagi 1000 orang miskin
Perda ttg keharusan menjaga ruang-ruang publik pada tempattempat umum Penyediaan air bersih Penyediaan rumah murah yang sehat
1. Tersedianya Perda ttg keharusan menyediakan ruang –ruang publik bagi para developer 2. Tersedianya air bersih dan rumah murah yang sehat
Penempatan dokterdokter wanita di beberapa Puskesmas Penempatan psikolog di Puskesmas Kec yang terkena bencana
Tersedianya tenaga dokter wanita dan psikolog untuk mengatasi kelahiran dan stress pasca gempa
1. 100 ibu hamil terlayani dengan baik dengan sesama muhrimnya 2. 250 ibu RT dan wanita korban gempa dan perkosaan berkurang tingkat depresinya
Pendataan identifikasi jumlah dan kebutuhan para TKW Pelatihan para TKW Pengadaan mesin jahit, mesin oven kue serta pertalatan bengkle
1. Tersedianya data yang lengkap tentang jumlah dan peta masalah dari TKW 2. Terselenggaranya pelatihan ketramilan bagi para TKW 3. Tersedianya mesin jahit , oven dan alat-alat perbengkelan
1. Database lengkap ttg TKW tersedia 2. Ketrampilan 50 orang TKW meningkat 3. Tersedianya 125 unit mesin jahit, 25 oven khusus untuk para siswa BLK Putri dan 3 perangkat alat perbengkelan
DAFTAR ISI
Pentingnya Laba Pada Kerangka Konsepsual Akuntansi Oleh :
Nurdiono7 ABSTRACT Matching concept for revenue and expense is guidelines for accountant in the importance of earnings in the conceptual framework. In the consistency period expense was identified on more the based concept than revenue. Keywords : Income, revenue, expense
PENDAHULUAN Akuntansi menyediakan berbagai macam metode yang dapat dipakai untuk menghitung net income dan semua metode yang dipakai benar tetapi banyak tantangan yang timbul dari penerapan historical cost (Scott, 2000). Tantangan terhadap historical cost tersebut seperti bolehnya penerapan berbagai metode amortisasi, future income tax liability yang mengharuskan perusahaan menggunakan hanya satu metode untuk kepentingan pajak. Sterling, 1989 (dalam Wolk, 2000) menyatakan bahwa metode seperti FIFO dan LIFO sebagai sebuah calculations daripada sebuah measurements jika mereka tidak berhubungan sebagai usaha simulasi atau memungkinkan menjadi dekat untuk mengukur fenomena real atau atribut. Sebagai contoh LIFO dan FIFO mengukur cost of goods sold dan persediaan yang secara sederhana menghitung aliran biaya pada pembagian atau alokasi historical cost antara kategori asset dan expense. Mereka tidak perhatian pada real economic phenomena sebagai replacement cost pada persediaan akhir dan barang yang sudah dijual. Staubus, 1985, meneliti mengenai praktik akuntansi yang mengarahkan pada apa yang telah ditempuh sebagai usaha pengukuran. Ide utama dari penelitiannya adalah untuk menjelaskan praktek sebagian besar pengukuran akuntansi yang berfokus pada wealth. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa wealth merupakan subjek fundamental yang penting dalam pengukuran akuntansi. Akuntansi mendefinisikan pengukuran, klasifikasi dan laporan stocks dan wealths flow sebagai penyedia informasi income, likuiditas, resiko dan aspek lain pada wealth. Efek kejadian ekonomi memberikan penekanan dari praktik akuntansi. Hal ini terlihat dari dapat diukurnya perubahan secara spesifik komponen pada entitas wealth dan kepentingan pemilik dalam jumlah komponen entitas wealth, buktinya akuntan menggunakan double entry system. 7
Dosen Jurusan Akuntansi FE Unila
DAFTAR ISI Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9 No. 2. Juli 2004
Kejadian ekonomi dapat berpengaruh dalam laporan keuangan. Hal ini tidak hanya ditekankan pada pengukuran perubahan pada komponen wealth dan kepentingan pemilik tetapi juga pada item neraca. Informasi pada distribusi value added di antara pemilik, keditor, tenaga kerja, dan pemerintah. Lingkup informasi akuntansi secara luas mempunyai kendala yang termasuk disini yang dapat dihitung dan yang tidak dapat dihitung seperti informasi mengenai pengumpulan wealth entity, informasi likuiditas entity dan resiko, informasi hubungan antara distribusi pada value added antar konstitusi, dan luasnya variasi informasi yang berhubungan dengan kegiatan ekonomi dan bisnis. Faktor utama bukan pada stocks dan flow dari wealth entity tetapi pada cara akuntansi yang disepakati dalam pengukuran wealth items yang dapat mengakibatkan inklusi pada tipe informasi lain. Financial Accounting Standard Board ‘s untuk kepentingan masa datang mempertimbangkan dan memutuskan untuk lebih memperhatikan masalah pengukuran earnings. Manajemen berorientasi pada earnings, dan hal ini dapat dimengerti. Mereka mempunyai persepsi jika laporan earnings merupakan gambaran utama untuk pengukuran kinerja manajemen. Persepsi para manajemen ini didukung juga dengan sistem pemberian reward bagi manajemen puncak yang ditentukan oleh aktivitas earnings. Auditor independen juga berorientasi pada earnings dengan alasan yang tepat. Salah satunya adalah kebutuhan untuk melakukan pengujian keadaan sebagian besar tindakan Securities and Exchange Rate Comission’s dan masalah hukum antara auditor independen dan perusahaan akuntan publik untuk masalah pokok mengenai pengukuran earnings. Ada harapan bahwa kriteria mengarah pada auditor independen untuk mengambil keputusan yang berdampak pada laporan earnings. Masalah pokok yang dibahas dalam dalam Financial Analysts Federations dan Robert Morris Associate, adalah perlunya satu metode akuntansi yang dapat diterima untuk sutau keadaan yang sama sebagai suatu gambaran agar earnings perusahaan-perusahaan dapat diperbandingkan. Pemakai opni dapat berbeda tentang metode yang dipakai tetapi metode akuntansi yang sejenis dapat menahan mereka untuk tidak mengutamakan kepentingan pribadi mereka saja. Tugas manajemen untuk dapat membandingkan alternatif investasi, seringkali mereka tidak menggunakan laporan earnings secara langsung, tetapi mereka membandingkannya dengan kesamaan fasilitas yang mereka punyai ketika memulai usaha. Auditor independen, manajemen dan pihak lainnya dalam kepentingannya untuk dapat mengukur earnings tidak dapat mengabaikan intisari dari laporan eanings perusahaan yang dipublikasi harian dalam Wall Street Journal, yang melaporkan lebih sering daripada harian lainnya. Publikasi ini juga termasuk laporan tentang price earnings ratio untuk masing-masing saham yang terdaftar dalam harga dan jumlah harian pada New York dan American Stock Exchanges. Banyak bukti ankedot yang tepat tentang 72
DAFTAR ISI Pentingnya Laba pada Kerangka Konsepsual Akuntansi (Nurdiono)
pentingnya pengukuran earnings tetapi dampaknya atas persepsi manajer, auditor independen dan pengguna lainnya tentang posisi pokok pengukuran earnings tidak dapat lagi dibantah. Jika pengukuran earnings tidak ditempatkan sebagai pokok perhatian akuntansi keuangan oleh manajer, auditior independen, dan pengguna lainnya hal ini mungkin sebagai hasil dari pengajaran akuntansi yang memberikan beberapa macam alternatif metoda akuntansi . Tantangan bagi pengajar akuntansi yang mempunyai keinginan untuk mengubah dampak ini adalah memberikan anternatif yang terbaik dan kedaan yang membuat superprioritas pada alternatif yang begitu meyakinkan sehingga semangat mahasiwa tidak akan hilang selama tahun-tahun melelahkan selama mereka magang. Ketika APB ditempatkan sebagai komite atas prosedur akuntansi sebagai badan penyusun standar AICPA, mereka diharga dengan tanggung jawab untuk memberikan postulat dasar untuk akuntansi dan prinsip akuntansi yang luas. Maurice Moonitz yang diberikan tanggunng jawab untuk untuk menyiapkan dua penelitian sebagai bahan pertimbangan pada dua area yaitu postulat dasar dan keluasan prinsip tersebut. Pada tahun 1962 ketika hasil penelitian diserahkan sebagai kesimpulan yang digambarkan merupakan bagian yang radikal dari keberadaan praktik, APB memutuskan untuk menyediakan satu perioda eksposur dan mempertimbangkan untuk menunggu hasilnya sebelum melakukan hal yang lebih lanjut. Sebagai tambahan prinsip akuntansi yang berterima umum untuk perusahaan bisinis dilengkapi oleh Paul Grady pada tahun 1965. Pada tahun 1970 suatu pernyataan atas konsep dasar dan prinsip akuntansi mendasari laporan keuangan pada perusahaan bisnis yang menggambarkan keberadaan praktik akuntansi keuangan yang dikembangkan oleh APB. Beberapa hal mengandung celah yang lebih efektif untuk memandu dibandingkan suatu gambaran tentang keberadaan kontribusi praktiknya bagi kegagalan APB. Pembuatan FASB sebagai asumsi tanggung jawab untuk penyusunan standar akuntansi keuangan, keberadaan postulat dan prinsip atau suatu rerangka kerja konsepsual tidak termasuk sebagai bagian dari keberadaan tersebut. Komite mengobservasi bahwa kebutuhan untuk suatu dasar konsepsual akan memunculkan perdebatan dalam perputaran akuntansi untuk jangka waktu yang lama. Tanpa terkecuali FASB menyimpulkan suatu projek akan disebut rerangka kerja konsepsual untuk akuntansi keuangan dan pelaporannya. Projek ini merupakan projek jangka panjang yang terdiri dari beberapa fase untuk mencapai tujuan laporan keuangan, sebagai elemen laporan keuangan, karakteristik kualitatif informasi laporan keuangan, ukuran elemen presentasi laporan keuangan, kriteria untuk pengakuan elemen akuntansi yang diharapkan akan memberikan tambahan yang berhubungan dengan panduan konsepsual. Sekalipun kemajuannya lambat tetapi hal ini mendasari prospek optimis untuk hasil yang substansial. Dasar utama untuk optimis secara nyata berupa kebutuhan untuk suatu fondasi dan komitmen pada FASB untuk memberikan suatu pijakan.
73
DAFTAR ISI Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9 No. 2. Juli 2004
MEASURING EARNINGS CONTINUES TO DOMINATE Beberapa argumentasi bahwa pentingnya pengukuran earning adalah suatu kekeliruan untuk menunjukkan superioritas informasional pada aliran dana atau aliran kas atau pengukuran lain. Kemungkinan yang meliputi kepentingan dalam pengukuran earnings yang keliru. Penelitian dan eksperimen tentang alternatif laporan akuntansi pada aktivitas perusahaan dan pengukuran kinerja perusahaan akan berlanjut sebagai dukungan. Suatu contoh penelitian dan eksperimen adalah penelitian prof. Ijiry, tentang cash flow accounting. Suatu contoh yang tegas tentang posisi rerangka kerja FASB dilakukan oleh AAA, yang percaya bahwa kesalahan definisi itu tidak berhubungan dan isu pengukuran berasal dari isu yang mengembangkan rwerangka kerja konsepsual untuk pelaporan keuangan dan bertujuan bahwa semua alasan yang mungkin untuk earnings dan komponen yang lain akan diungkapkan sebagai data dalam laporan keuangan. Hal ini dapat dicapai dengan menyajikan kumpulan data dari beberapa definisi yang dibangun kembali dari serangkaian data. Tujuan pengungkapan data akuntansi dalam tingkatan yang mendetail akan membutuhkan izin dari pengguna individu untuk mengukur earnings yang menurut mereka tidak realistik. OBJECTIVES FASB secara utuh mulai beroperasi pada Juni 1973, group peneliti AICPA tentang tujuan laporan keuangan belum juga mempublikasi kesimpulan mereka, setelah diumumkan kepada Oktober 1973, FASB memutuskan untuk mengadakan public hearings atas laporan yang dikeluarkan oleh Discussion Memorandum (DM), ia menyatakan kepastian tentang 12 tujuan dan tentang karakteristik kualitatif laporan keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan. Setelah dibahas melalui berbagai laporan, simposium, artikel dan berbagai komentar lainnya, FASB akhirnya mencapai suatu kesimpulan tujuan laporan keuangan yang secara umum konsisten dengan penelitian yang simpulkan sebagai berikut: laporan keuangan menyediakan informasi yang berguna untuk investasi dan keputusan kredit yang secara komprehensif menyediakan suatu alasan pemahaman hubungan keuangan. Investor dan kreditor menilai aliran kas sebagai ekspektasian yang berasal dari investasi alternatif sebagai kebutuhan yang berdasarkan kepada penilaian investor dan kreditor terhadap aliran kas perusahaan. Disebabkan oleh sumber daya perusahaan earning dan obligasi menyajikan prospektif sumber daya kas dan prospektif penggunaan kas, informasi tentang sumber daya, obligasi dan earnings menjadi fokus laporan keuangan. Ketika kesimpulan dipublikasi yang terdiri dari 3 bab, bab pertama, tentang analisis peran keputusan investasi dalam suatu perusahaan privat, bab kedua, tentang analisis pandangan tradisional dan modern tentang kebutuhan informasi, investor dan kreditor, bab ketiga, tentang hubungan aliran kas bagi investor dan kreditor, aliran kas bagi perusahaan serta sumber daya perusahaan dan obligasi.
74
DAFTAR ISI Pentingnya Laba pada Kerangka Konsepsual Akuntansi (Nurdiono)
ELEMENTS Fokus laporan keuangan adalah sumber daya, obligasi dan earnings, dewan memutuskan bahwa langkah berikutnya dalam memantapkan rerangka kerja konsepsual adalah dengan melakukan definisi tentang elemen. Sifat aset dan keadaannya yang disimpulkan dalam laporan keuangan merupakan isu utama dalam penelitian akuntansi dan pengembangan cost. Sifat kewajiban akan disimpulkan dalam laporan keuangan dan menjadi pusat perhatian dewan untuk masalah kontijensi. Konsep aset, kewajiban dan earnings relevan dalam pencapaian tujuan untuk laba rugi pertukaran mata uang asing sebagai penentu earnings dalam periode perubahan untuk masa yang akan datang. Tiga projek yaitu penelitian dan pengembangan, kontinjensi dan pertukaran mata uang asing merupakan projek pertama yang dibawahi oleh dewan. Dewan mengidentifikasi ketidakpastian istilah yang ada untuk tiga perbedaan pandangan tentang pengukuran earnings. Pandangan yang keras antar mereka tidak dapat direkonsiliasi. THREE VIEWS OF EARNINGS Satuan tugas FASB untuk projek rerangka kerja berusaha untuk menyajikan diskusi netral tentang tiga pandangan terhadap earnings dalam DM sebagai elemen laporan keuangan dan pengukurannya. Tiga pandangan tersebut adalah istilah pada pandangan aset/kewajiban, pandangan pendapatan/ beban dan pandangan non artikulasi. Jika satu pandangan berbeda dengan ketiga pandangan maka istilah tersebut harus dapat menjelaskan, tetapi respon terhadap DM bertentangan dengan perbedaan pandangan yang menyebabkan pilihan yang tidak menguntungkan. Persamaan dan perbedaan pandangan terhadap aset dan kewajiban serta pandapatan dan beban dapat terlihat secara jelas, hal ini karena keterbatasan yang dapat diambil dalam istilah pendapatan dan beban termasuk didalamnya earnings. Aset/ kewajiban berasal dari pendapatan dan beban yang hanya berasal dari perubahan sumber daya ekonomi yang berasal dari periode tersebut. Pendapatan dan beban berasal dari pengakuan dan pengukuran earning yang disebabkan oleh perubahan sumber daya dan obligasi selama periode tersebut. Aset mempunyai nilai dan jumlah yang didefinisikan sebagai berikut : X ft = ∑ X iεf
it
X it adalah jumlah aset perusahan f pada waktu t. Hal ini merupakan jumlah exit values pada semua aset yang mempunyai sebuah elemen ε, pada perusahaan f. Dengan kata lain terdapat: Cash X it Depreciable Asset Xit Total Asset X ft 75
DAFTAR ISI Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9 No. 2. Juli 2004
Exit value depreciable asset adalah secara empiris dapat dibuktikan dan relevan pada angka model keputusan. Total asset merupakan salah satu konsep akuntansi yang akan memberikan penjelasan dan interpretasi yang tepat. Tetapi kenyataanya hal ini tidak terjadi. Salah satu atribut yang yang dipakai untuk mengukur dan melaporkannya adalah command over goods (COG). Jumlah kas adalah sebuah ukuran COG. Exit value pada depreciable asset merupakan alat ukur COG. COG relevant untuk semua pengumppulan keputusan aktual atau perubahan pasar potensial. Jika dibandingkan antara entry values pada persediaan yang ditawarkan di pasar, COG secara spesifik adalah persediaan yang dibutuhkan-hal ini merupakan penentu tersedianya alternatif pasar. Hal ini juga relevan untuk menentukan resiko relatif. Sterling 1979, menyatakan bahwa perbedaan antara income dan wealth yaitu pada saat setelah pengkonsumsian oleh investasi perusahaan. Jika kita secara tepat mengukur wealth maka kita juga akan secara tepat mengukur income. Secara umum, A ft+1 – A fT – I fT = Y fT Keterangan: A ft = Jumlah assets perusahaan f pada waktu t I fT = Jumlah perubahan investasi dan disinvestasi pada perusahaan f untuk periode waktu T YfT = Net income perusahaan f pada periode waktu T Ekuivalen dari persamaan diatas adalah : A ft+1 – A fT – I fT = YfT Anak panah mengindikasikan sebuah vector. YfT menggambarkan income oleh komponen assets bahwa ini adalah perubahan dalam masing-masing assets dan merupakan jumlah YfT. Komponen income berubah dan nvalue juga akan berubah. Perubahan yang disebabkan oleh pemakai sebagai increment dalam command over goods (COG) yang disebut revenue dan perubahan yang disebabkan tenaga kerja disebut wages. Perubahan value yang menambah COG disebut appreciation atau yang mengurangi COG disebut depreciation. Kasus sederhana yang menjadi perhatian seperti revenues (penerimaan kas dari penjualan) dan wages (pengeluaran kas untuk tenaga kerja sekarang bukan masalah. Akuntansi untuk hal ini sama dengan praktik yang berlaku. Definisi depresiasi (penurunan dalam exit value pada assets yang dapat didepresiasi) hanya usulan perubahan saja.
76
DAFTAR ISI Pentingnya Laba pada Kerangka Konsepsual Akuntansi (Nurdiono)
Bentuk exit value income statement untuk perusahaan ini adalah : Revenues $ Wages Depreciation
∆+ x1T ∆ - x 2T ∆- x 3T ---------------
Net income $ Y fT ====== Income statement ini menjelaskan perubahan dalam fenomena empirik yang teliti selama periode waktu T. Secara khusus ini menjelaskan perubahan dalam COG yang dihasilkan dari perubahan antara customer dan tenaga kerja dan dari decrement exit value dari asset yang dapat didepresiasi. Gambaran net income adalah jumlah aljabar dari increment dan decrement dalam COG. Hanya saja revenue adalah increment pada COG dan wages adalah decrement dari COG, depresiasi adalah decrement dari COG. Income statement adalah akuntansi untuk menjelaskan penambahan dan decrement dari COG. Net increment dalam exit value pada kas yang berkurang dalam exit values pada hasil peralatan otomotif pada net increment dalam exit values, yang mengukur net increment pada barang yang dapat dimiliki. Income statement adalah sebuah prediksi secara ilmiah pada penambahan barang yang dapat dimiliki di pasar. Hal ini sama dengan cara kita mengukur increment dalam exit values. Dalam pemahaman mengenai pandangan non artikulasi, definisi aset dan kewajiban dapat dikritik dalam penyajian posisi keuangan dan definisi pendapatan dan beban yang didominasi oleh pengukuran earning. Dua pernyataan yang independen eksistensi dan artinya: perbedaan skema pengukuran dapat digunakan untuk dua pernyataan. Pengukuran earning tidak dapat secara langsung merekonsiliasi posisi keuangan pada awal periode dan pada akhir periode. Hal ini dikatakan sebagai non artikulasi. Suatu pandangan tentang aset dan kewajiban diikuti definisi yang fundamental bagi definisi lainnya. Pendapatan dan beban didefinisikan sebagai istilah peningkatan dan penurunan aset dan kewajiban yang perubahannya disebut earnings jika ada penambahan net aset selama satu periode. REAL AND IMAGINARY DIFFERENCES Ada beberapa perbedaan pandangan antara aset/kewajiban dan pandangan pendapatan/beban tetapi sayangnya ada usaha untuk menemukan perbedaan yang sebenarnya tidak ada. Jelasalah dua pandangan syang sama dapat menggunakan pengukuran kos historikal atau kos sekarang. Beberapa sarana atas penggunaan kos historikal yang mengarahkan pada kos sekarang untuk menyediakan pendaptan sekarang yang lebih baik. Banyak pendapat yang menolak signifikansi transaksi yang berdasarkan pada akunatsi keuangan dan percaya atas suatu persediaan pada sumber daya dan obligasi sebagai 77
DAFTAR ISI Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9 No. 2. Juli 2004
awal dan akhir periode untuk pengukuran earnings. Kedua pandangan mencatat kontemplasi hasil transaksi sebagai ketepatan dan membuat suatu penyesuaian di akhir perioda. Perbedaan ini hanya membuat suatu cara yang hasil transaksinya kemudian dapat dianalisis. Perubahan transaksi yang simultan melibatkan aset yang lain dan pendapatan atau beban dan kewajiban. Mengikuti pandangan aset/kewajiban hal ini merupakan hasil dari transaksi pendapatan. Hal ini dapat dipahami bahwa persamaan posisi keuangan atau earnings lebih penting. Secara umum earnings merupakan hal yang penting bagi pengguna. Pilihan antara aset dan kewajiban serta pendapatan dan beban merupakan tingkat earnings yang dilaporkan pada suatu periode yang berupakan refleksi seluruh hasil yang terjadi selama suatu periode yang kemungkinan berfluktuasi dan merupakan gambaran terbaik apa yang dipersepsikan untuk rata-rata kinerja perusahaan. NONARTICULATION VIEW Implikasi pandangan non artikulasi tentang earnings belum jelas. Sorter (1981) dalam Sprouse (1981) menyatakan bahwa artikulasi adalah terlalu membatasi dan artikulasi mengarahkan untuk secara berlebihan sejak semua kejadian dilaporkan dalam laporan laba rugi juga dilaporkan dalam neraca. SIMPULAN a.
b. c.
d.
78
Rerangka konsepsual digambarkan sebagai suatu konstitusi sistem yang koheren pada tujuan dan dasar yang saling berhubungan dan mengarah pada standar yang konsisten yang merupakan gambaran dari sifat, fungsi dan keterbatasan akuntansi keuangan dan laporan keuangan. Banyak akuntan, projek rerangka konsepsual dan rerangka konsepsual DM yang sulit untuk menjadi pegangan sebab subjek masalah abstrak dan akuntan tidak biasa untuk menyesuaikan diri dengan masalah yang spesifik. Beberapa standar FASB secara luas dikritik sebab tidak disesuaikan dengan kritik dan bertentangan dengan rerangka konsepsual. Hal ini merupakan esensi bahwa rerangka kerja merupakan gambaran yang dinyatakan pada FASB dan opengevaluasian standar berdasarkan pada serangkaian tujuan dan konsep yang sama. Sebagai gambaran rerangka kerja yang juga esensial untuk persiapan dan auditor dalam membuat keputusan tentang isu akuntansi yang tidak secara khusus tercakup pada Standar FASB dan pada literatur lain. Keputusan yang dibuat akan berdampak pada tingkatan kepercayaan bahwa kepurtusan tersebut dapat disesuaikan dan dapat dipertahankan. Alternatif investasi dan kesempatan untuk dapat memberikan pinjaman merupakan bagian terpenting bagi investor dan kreditor. Istilah komparabilitas yang digunakan untuk akuntansi adalah keadaan yang sama dengan perlakuan yang sama dan untuk keadaan yang berbeda dengan perlakuan yang berbeda.
DAFTAR ISI Pentingnya Laba pada Kerangka Konsepsual Akuntansi (Nurdiono)
e.
Rerangka kerja konsepsual akan konsisten dengan perlakuan tersebut artinya disediakan identifikasi tentang hal tertentu dan meninggalkan pertimbangan estimasi inheren dalam proses akuntansi.
DAFTAR REFERENSI Guenther, David A., dan Danqing Young, The Association between Financial and Real Economic Activity: a Multinational Study, 2000, Journal Accounting & Economics Vol. 29, Hal. 53-77. Scott, William R., Financial Accounting Theory, 2000, Prentice Hall Canada Inc. Smith, Clifford W. Jr., The Modern Theory of Corporate Finance, 1990, McGraw-Hill Publishing Company Spouse, T., Robert, The Importance of Earnings in the Conceptual Framework Staubus, George J., An induced Theoryy of Accounting Measurement, 1985, The Accounting Review, Vol. LX, No. 1 January 1985, Hal. 53-75. Sterling, Robert R., 1979a, Toward a Science of Accounting, Financial Statement, Scholars Book Company. Sterling, Robert R., 1979b, Theory of Measurement of Interprise Income, Scholars Book Company. Wolk, Harry I., Michael G. Tearney, dan James L. Dodd, ACCOUNTING THEORY: A Conceptual and Institution Approach, 2000, South-Western College Publishing.
79
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
Perbandingan PSAK No. 28 dengan Ketentuan Perpajakan yang Berlaku di Bidang Asuransi Kerugian dalam Menghitung Laba atau Penghasilan Bersih Oleh :
R. Weddie Andriyanto8 ABSTRAK Generally differencies between the accounting standard and the tax rules for profit or net income can’t avoid. Harmonization in the accounting and tax rules can’t achievement because diferrencies from concept and reporting purpose example losses insurance in the PSAK No. 28, and the tax rules. Besides differencies, the similarity between PSAK 28 and the rules in the premi recognition. Keywords : tax rules
I. PENDAHULUAN Asuransi kerugian terdiri dari asuransi untuk harta benda (property), kepentingan keuangan (pecuniary), tanggung jawab hukum (liability) dan asuransi diri (kecelakaan atau kesehatan). Pada dasarnya asuransi kerugian merupakan suatu bentuk usaha jasa yang memberikan sistem proteksi menghadapi resiko kerugian finansial, dengan cara pengalihan resiko kerugian dari satu pihak kepada pihak lain (dalam hal ini pengalihan resiko nasabahnya terhadap pihak asuransi), baik secara perorangan maupun kelompok dalam masyarakat. Karakteristik khusus usaha asuransi kerugian ini sangat mempengaruhi penyajian laporan keuangan. Hal inilah yang merupakan alasan ditetapkannya PSAK No. 28. dengan adanya PSAK No. 28 ini, perusahaan asuransi diharapkan untuk dapat melaporkan laba atau penghasilan bersih secara wajar. Berbeda dengan PSAK No. 28, ketentuan perpajakan mempunyai “aturan main” sendiri dalam kaitannya untuk menentukan laba atau penghasilan bersih yang dikenakan pajak penghasilan. Pada dasarnya standar akuntansi keuangan dengan ketentuan perpajakan sangatlah berbeda, baik secara tujuan pelaporan maupun konsep mengenai laba atau penghasilan bersih. Dari hasil studi literatur yang dilakukan, bagi usaha asuransi kerugian, 8
Dosen Jurusan Akuntansi FE Unila
DAFTAR ISI Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9 No. 2 Juli 2004
perbedaan mendasar antara ketentuan akuntansi dengan perpajakan dalam penghitungan laba atau penghasilan bersih adalah : 1. 2. 3.
Pengakuan pendapatan diterima lebih dahulu (unearned premium). Pembentukan dana cadangan yang dapat dibebankan sebagai biaya. Penyajian pelaporan laba atau penghasilan bersih.
Mengingat modal setoran awal bagi perusahaan asuransi adalah Rp 100 miliar (berdasarkan PP No. 63 Tahun 1999), sehingga dapat disimpulkan bahwa bentuk perusahaan asuransi kerugian adalah Perseroan Terbatas. Pasal 58 UU No. 1 Tahun 1995 mengenai Perseroan Terbatas mensyaratkan perusahaan untuk membuat laporan keuangan berdasarkan standar akuntansi keuangan. Untuk itu perbedaan-perbedaan antara standar akuntansi keuangan dengan ketentuan perpajakan dapat dibuatkan harmonisasinya dengan membuat rekonsiliasilaba secara fiskal. Asuransi kerugian adalah suatu bentuk usaha jasa yang memberikan sistem proteksi menghadapi resiko kerugian finansial, dengan cara pengalihan resiko kerugian dari satu pihak kepada pihak lain (dalam hal ini pengalihan resiko nasabahnya terhadap pihak asuransi), baik secara perorangan maupun kelompok dalam masyarakat. Diantara cabang sektor asuransi kerugian yang paling dominan selama ini adalah asuransi kebakaran dan asuransi kendaraan bermotor. Memburuknya kondisi perekonomian dan terus memanasnya situasi politik Indonesia dalam tiga tahun terakhir, sering berbuntut pada terjadinya berbagai kerusuhan dan aksi demo oleh massa, yang berakibat kerusakan pada sejumlah harta benda. Kerugian besarbesaran akibat peristiwa peristiwa kerusuhan tersebut sebagian besar terjadi pada kerusakan mobil dan terbakarnya sejumlah gedung dan bangunan. Tingginya tingkat resiko para pemilik kendaraan bermotor (terutama mobil) dan pemilik gedung/bangunan akibat sejumlah peristiwa kerusuhan selama tahun 1998 dan 1999 lalu, pada akhirnya telah membangkitkan kesadaran masyarakat akan pentingnya memiliki polis asuransi kebakaran untuk gedung/rumah/bangunan. Bisnis asuransi kerugian di Indonesia nampaknya masih mampu bertahan dan bahkan memetik “keuntungan” di tengah bergolaknya situasi politik dan keamanan di dalam negeri selama krisis. Karena beberapa keuntungan yang diperoleh industri asuransi kerugian selama tahun 1998 dan 1999, maka perkembangan konsolidasi laba/rugi industri asuransi kerugian secara keseluruhan akhirnya tetap menunjukkan hasil yang positif dalam lima tahun terakhir, bahkan laba (sebelum pajak) yang berhasil dibukukan asuransi kerugian nasional mengalami lonjakan tajam selama krisis (1997 – 1999). Indocommercial No. 235 tanggal 11 Juli 2000 mencatat laba sebelum pajak pada tahun 1995 yang diperoleh asuransi kerugian nasional baru sebesar Rp 451,2 miliar, maka pada tahun 1997 telah melonjak tajam menjadi Rp 1,19 triliun. Ketika krisis ekonomi menghebat di tahun 1998, laba sebelum pajak tersebut bahkan kembali meningkat tajam menjadi sebesar Rp 1,59 triliun, dan diprediksikan kembali mengalami kenaikan menjadi sebesar Rp 1,75 triliun pada tahun 1999. 78
DAFTAR ISI Perbandingan PSAK No. 28…. (R. Weddie Andriyanto)
Data hasil perhitungan laba atau keuntungan bersih sebelum pajak yang dilaporkan oleh Indocommercial di atas akan berbeda apabila menggunakan ketentuan perpajakan sebagai dasar perhitungannya. Sebagaimana berlaku bagi semua industri, perbedaan pelaporan laba atau penghasilan bersih antara standar akuntansi keuangan dengan ketentuan perundangan perpajakan lebih disebabkan pada adanya perbedaan konsep dan tujuan pelaporan laba atau penghasilan bersih itu sendiri. Standar Akuntansi Keuangan dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf 69 menyatakan bahwa penghasilan bersih (laba) merupakan ukuran kinerja dari suatu organisasi usaha. Dan unsur yang langsung berkaitan dengan laba atau penghasilan bersih tersebut adalah penghasilan dan beban. Penghasilan adalah kenaikan mandaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekutias yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Sedangkan beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal. Ketentuan perundangan perpajakan, menganut konsep worldwide income dalam mendefinisikan penghasilan yang merupakan obyek pajak penghasilan sebagaimana yang dimaksudkan dalam Pasal 4 ayat (1) UU No. 17 Tahun 2000. Sedangkan beban atau biaya, dalam Pasal 6 UU No. 17 Tahun 2000, yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan tersebut. Tujuan pelaporan laba atau penghasilan bersih menurut standar akuntansi keuangan adalah untuk menghitung laba perusaahaan dan mengukur kinerja manajemen. Sedangkan ketentuan perpajakan bertujuan untuk menghitung besarnya pajak terutang. Perbedaan pembukuan laba atau penghasilan bersih antara standar akuntansi keuangan dengan ketentuan perpajakan ini berlaku di dalam semua jenis industri. Tidak terkecuali industri asuransi kerugian. Asuransi kerugian mempunyai karakteristik khusus yang melekat dalam usaha jasa tersebut yaitu ketidakpastian resiko di masa mendatang. Ini membuat transaksi asuransi kerugian menjadi relatif lebih rumit. Pendapatan diketahui dan terjadi lebih dahulu, sementara beban kalim yang merupakan beban utama, belum terjadi dan diliputi ketidakpastian baik mengenai kejadian maupun jumlahnya. Bagaimana menentukan laba atau penghasilan bersihnya ? Standar akuntansi keuangan dalam pernyataan No. 28 memberikan perlakuan akuntansi secara khusus bagi perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang asuransi kerugian. Sedangkan pemerintah, melalui Pasal 9 ayat (1) huruf c UU No. 17 Tahun 2000 memberikan perlakuan khusus bagi industri-industri tertentu – yang salah satunya adalah industri asuransi kerugian - untuk membentuk dana pencadangan kerugian piutang. Pelaksanaan perundangan tersebut dilakukan melalui Keputusan Menteri Keuangan No. 80/KMK.04/1995 tanggal 2 Juni 1995, perusahaan asuransi kerugian dapat membentuk dana cadangan kerugian piutang yang boleh dikurangkan sebagai biaya.
79
DAFTAR ISI Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9 No. 2 Juli 2004
Penentuan laba atau penghasilan bersih dari industri yang memiliki karakteristik khusus ini sangat menarik untuk dikaji baik ditinjau dari sisi komersil (akuntansi) maupun fiskal. Perbandingan standar akuntansi keuangan khususnya pernyataan No. 28 dengan ketentuan perpajakan yang berlaku dalam bidang asuransi kerugian inilah yang akan menjadi pokok pembahasan makalah ini.tidak termasuk dalam pembahasan makalah ini adalah perusahaan asuransi kerugian milik pemerintah yang mempunyai ketentuan perpajakan secara khusus dan juga masalah Pajak Pertambahan Nilai. II. PERBEDAAN PENENTUAN LABA ATAU PENGHASILAN BERSIH SECARA AKUNTANSI DAN PAJAK Dalam studi literatur yang dilakukan oleh Yongki Cahyaningrum mengenai perbedaan akuntansi secara fiskal dalam menentukan penghasilan kena pajak dan pajak penghasilan badan memberikan kesimpulan secara umum yang berlaku bagi semua industri yaitu sebagai berikut : Tabel 1.
Perbedaan Akuntansi dan Fiskal dalam Penetapan Penghasilan Kena Pajak
Dasar Penyusunan
Tujuan Akibat Penyimpangan
LABA AKUNTANSI Standar Akuntansi Keuangan
LABA FISKAL Undang-undang Perpajakan
1. menghitung laba bersih 2. mengukur kinerja 1. Pengambilan keputusan yang tidak tepat oleh manajemen 2. Opini yang buruk terhadap laporan keuangan dari stake holder.
Menghitung besarnya pajak terutang Sanksi di bidang perpajakan berupa : 1. sanksi administrasi 2. sanksi pidana
Sumber : Yongki Cahyaningrum (2002)
Perbedaan konsep maupun tujuan laporan keuangan antara akuntansi dan fiskal, perbedaan tersebut mengakibatkan perlunya rekonsiliasi laporan keuangan fiskal yaitu koreksi fiskal positif maupun negatif terhadap laba atau penghasilan bersih secara akuntansi sehingga dapat diperoleh penghasilan bersih yang sesuai dengan ketentuan perpajakan. 2.1 Kebijakan Akuntansi untuk Asuransi Kerugian (PSAK No. 28) 2.1.1 Definisi Dari Istilah-Istilah Yang Dipergunakan Dalam pembukuan asuransi banyak digunakan istilah-istilah yang spesifik dengan industri asuransi. Berikut ini akan sedikit diuraikan pengetian dari masing-masing istilah tersebut sesuai dengan PSAK No. 28 (paragraf 5-16) :
80
DAFTAR ISI Perbandingan PSAK No. 28…. (R. Weddie Andriyanto)
a.
b.
c. d. e. f. g. h. i. j. k. l.
Kontrak Jangka Pendek adalah kontrak yang memberikan proteksi untuk suatu periode yang pasti yang memungkinkan asuradur untuk membatalkan kontrak atau menyesuaikan persyaratan kontrak pada akhir setiap periode kontrak, seperti penyesuaian jumlah premi atau penutupan (coverage) yang diberikan. Premi Bruto adalah premi yang diperoleh dari penutupan langsung (direct written premium) dan penutupan tidak langsung (indirect written premium). Premi penutupan langsung termasuk termasuk premi yang diperoleh dari penutupan polis bersama. Polis Bersama adalah penutupan terhadap 1 (satu) obyek asuransi yang dilakukan secara bersama oleh beberapa perusahaan asuransi dan dinyatakan dalam satu polis. Premi yang belum merupakan pendapatan adalah bagian dari premi yang belum diakui sebagai pendapatan karena masa pertanggungannya masih berjalan pada akhir periode akuntansi. Premi reasuransi adalah bagian premi bruto yang menjadi hak reasuradur berdasarkan perjanjian asuransi. Reasuransi prospektif adalah ketentuan dalam kontrak reasuransi yang mewajibkan reasuradur untuk membayar kepada asuradur sejumlah kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari peristiwa masa datang yang dipertanggungkan. Reasuransi retroaktif adalah ketentuan dalam kontrak reasuransi yang mewajibkan reasuradur untuk membayar kepada asuradur sejumlah kerugian yang sudah terjadi sebagai akibat dari peristiwa masa lalu yang dipertanggungkan. Klaim bruto adalah klaim yang jumlahnya telah disepakati, termasuk biaya penyelesaian klaim. Klaim reasuransi adalah bagian dari klaim bruto yang menjadi tanggungan reasuradur. Estimasi Klaim retensi sendiri adalah taksiran jumlah kewajiban yang menjadi tanggungan sendiri sehubungan dengan klaim yang masih dalam proses penyelesaian, termsuk klaim yang terjadi namun belum dilaporkan. Piutang reasuransi adalah tagihan kepada reasuradur yang timbul dari transaksi reasuransi. Utang reasuransi adalah kewajiban kepada reasuradur yang timbul dari transaksi reasuransi.
2.1.2 Pengakuan Pendapatan Dan Beban Pengakuan pendapatan dan beban pada perusahaan asuransi diatur berdasarkan pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 28 khususnya dalam paragraf 26 – 36 sebagai berikut : a.
Premi yang diperoleh sehubungan dengan kontrak asuransi dan reasuransi diakui sebagai pendapatan selama periode polis (kontrak) berdasarkan proporsi jumlah proteksi yang diberikan. Dalam hal periode polis berbeda secara signifikan dengan periode resiko (misalnya pada penutupan jenis pertanggungan asuransi konstruksi), maka seluruh premi yang diperoleh diakui sebagai pendapatan selama periode resiko, kecuali sebagaimana diatur dalam butir b berikut. 81
DAFTAR ISI Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9 No. 2 Juli 2004
b.
c. d.
e.
f.
g.
h.
i. j.
82
Apabila jumlah premi masih dapat disesuiakan, misalnya premi ditentukan pada akhir kontrak atau premi disesuaikan pada akhir kontrak berdasarkan nilai pertanggungan, maka pendapatan premi diakui sebagai berikut : • Apabila jumlah premi dapat diestimasi secara layak, maka pendapatan premi diakui selama periode kontrak dan estimasi jumlah premi tersebut disesuaikan setiap periode untuk mencerminkan jumlah premi yang sebenarnya. • Apabila jumlah premi tidak dapat diestimasi secara layak, maka premi diperlakukan dengan menggunakan metode uang muka (deposit method) sampai jumlah premi dapat diestimasi secara layak. Premi dari polis bersama diakui sebesar pangsa premi yang diterima oleh perusahaan. Perusahaan asuransi (ceding company) dapat memperoleh ganti rugi atas klaim sehubungan dengan kontrak asuransi yang ditutupnya, dengan melakukan kontrak reasuransi dengan asuradur lainnya atau reasuradur. Selanjutnya, reasuradur dapat melakukan kontrak reasuransi dengan reasuradur lain yang dikenal sebagai prose retrosesi. Perlakuan akuntansinya, tergantung pada apakah kontrak reasuransi tersebut merupakan reasuransi prospektif atau retroaktif. Jumlah premi yang dibayar atau bagian premi atas transaksi reasuransi prospektif diakui sebagai premi reasuransi selama periode kontrak yang jumlahnya proporsional dengan proteksi yang diberikan. Jika bagian premi reasuransi masih dapat disesuaikan dan jumlahnya dapat diestimasi secara layak, maka jumlah premi reasuransi yang diakui selama sisa periode kontrak adalah sebesar estimasi premi yang akan dibayar tersebut. Pembayaran atau kewajiban atas transaksi reasuransi retroaktif diakui sebagai piutang reasuransi sebesar jumlah kewajiban yang dicatat sehubungan dengan kontrak reasuransi yang mendasari. Apabila kewajiban yang dicatat melebihi jumlah yang dibayar, maka piutang reasuransi harus dinaikkan untuk mencerminkan perbedaan tersebut dan menimbulkan keuntungan ditanggunhkan. Keuntungan ditangguhkan diamortisasi selama estimasi sisa periode penyelesaian (settlement period). Apabila pembayaran atau kewajiban atas transaksi reasuransi retroaktif melebihi jumlah kewajiban yang dicatat, ceding company harus menaikkan kewajiban yang bersangkutan atau mengurangi piutang reasuransi, atau keduanya pada saat kontrak reasuransi dilakukan. Perbedaan tersebut dibebankan pada laporan laba rugi. Perubahan dalam estimasi jumlah kewajiban sehubungan dengan kontrak reasuransi yang mendasari diakui dalam laporan laba rugi pada periode perubahan. Piutang reasuransi harus mencerminkan perubahan yang berhubungan dengan jumlah klaim yang dapat diperoleh dari reasuradur dan keuntungannya ditangguhkan dan diamortisasi. Apabila kontrak reasuransi mencakup baik reasuransi prospektif maupun retroaktif, maka transaksi reasuransi tersebut dipertanggungjawabkan secara terpisah. Beban klaim sehuibungan dengan terjadinya peristiwa kerugian atas obyek asuransi yang dipertanggungkan, meliputi klaim yang disetujui (settled claims), klaim dalam proses penyelesaian (outstanding claims), klaim yang terjadi namun belum dilaporkan, dan beban penyelesian klaim (claims settlement expenses), diakui
DAFTAR ISI Perbandingan PSAK No. 28…. (R. Weddie Andriyanto)
k.
sebagai beban klaim pada saat timbulnya kewajiban untuk memenuhi klaim. Hak subrogasi diakui sebagai pengurang beban klaim pada saat realisasi. Jumlah klaim dalam proses penyelesaian, termasuk klaim yang terjadi namun belum dilaporkan, ditentukan berdasarkan estimasi kewajiban klaim tersebut. Perubahan jumlah estimasi kewajiban klaim, sebagai akibat proses penelahaan lebih lanjut dan perbedaan antara jumlah estimasi klaim dengan klaim yang dibayarkan diakui dalam laporan laba rugi periode terjadinya perubahan.
2.1.3 Penyajian Laporan Laba Rugi Paragraf 21–24, mengatur bentuk penyajian laporan laba rugi. Pendapatan premi disajikan sedemikian rupa, sehingga menunjukkan jumlah premi bruto, premi reasuransi, dan kenaikan (penurunan) premi yang belum merupakan pendapatan. Premi reasuransi disajikan sebagai pengurang premi bruto. Bagian reasuradur atas klaim yang telah disetujui dan atau dibayar dan estimasi bagian reasuradur atas klaim dalam proses penyelesaian, termasuk klaim yang terjadi namun belum dilaporkan, diasjikan sebagai pegurang beban klaim. Komisi yang diperoleh dari transaksi kontrak reasuransi merupakan pengurang beban komisi. Dalam hal jumlah komisi yang diperoleh lebih besar dari jumlah beban komisi, maka selisih tersebut diasjikan sebagai pendapatan dalam laporan laba rugi. 2.2 Kebijakan Pajak atas Penentuan Penghasilan Kena Pajak Industri Asuransi Kerugian 2.2.1 Kewajiban Pembukuan Berdasarkan ketentuan dan penjelasan Pasal 28 ayat (7) Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Pepajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 tahun 1994, Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat azas dan dengan stelsel akrual atau stelsel kas. Stelsel akrual adalah suatu metoda penghitungan penghasilan dan biaya dalam arti penghasilan diakui pada waktu diperoleh dan biaya diakui pada waktu terutang. Jadi tidak tergantung kapan penghdilan itu diterima dan kapan biaya itu dibayar tunai. Stelsel kas, yang untuk tujuan perpajakan juga disebut stelsel campuran, adalah suatu metode yang penghitungannya didasarkan atas penghasilan yang diterima dan biaya yang dibayarkan secara tunai dengan memperhatikan antara lain bahwa penghitungan jumlah penjualan dalam suatu periode harus meliputi seluruh penjualan, baik yang tunai maupun yang bukan. a.
Pengakuan Pendapatan dan Beban Pendapatan dalam bidang asuransi kerugian mengacu pada Pasal 4 ayat (1) UU No. 17 Tahun 2000, penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam 83
DAFTAR ISI Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9 No. 2 Juli 2004
bentuk apapun, termasuk ….. huruf (n) premi asuransi. Dalam pengertian premi asuransi termasuk premi reasuransi. SE-03/PJ.42/2000, mengenai Perlakuan Pajak Penghasilan atas Premi Asuransi yang berjangka waktu lebih dari 1 (satu) tahun memberikan pengertian bahwa diterima atau diperoleh-nya premi asuransi sebagai Penghasilan Kena Pajak tahun pajak yang bersangkutan adalah didasarkan pada metode pembukuan yang dianut Wajib Pajak secara taat azas, yaitu stelsel akrual atau stelsel kas. Premi asuransi yang dibayar sekaligus oleh pemegang polis berkenaan dengan periode pertanggungan yang lebih dari 1 tahun pengakuan penghasilannya dikaitkan dengan metode pembukuan yang dianut Wajib Pajak : •
•
Apabila metode pembukuan yang dipergunakan Wajib Pajak adalah stelsel akrual, maka pengakuan penghasilan atas premi asuransi tersebut dialokasikan secara proporsional ke tahun-tahun yang meliputi periode pertanggungan tersebut. Apabila metode pembukuan yang dugunaan Wajib Pajak adalah stelsel kas/stelse campuran maka pengakuan penghasilannya adalah : - Dalam hal premi asuransi tersebut diterima dimuka, maka diakui pada saat premi tersebut diterima. - Dalam hal premi asuransi diterima setelah masa pertanggungan maka premi tersebut dialokasikan selama masa pertanggungan.
Dasar penghitungan cadangan premi adalah penghasilan premi asuransi tanggungan sendiri dari masing-masing tahun. Beban, secara umum dinyatakan dalam Pasal 6 ayat (1) UU No. 17 Tahun 2000, Beban-beban yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dapat dibagi dalam 2 (dua) golongan, yaitu beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 1(satu) tahun dan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun. Beban yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 1 (satu) tahun merupakan biaya pada tahun yang bersangkutan, misalnya gaji, biaya administrasi dan bunga, biaya rutin pengolahan limbah dan sebagainya. Sedangkan pengeluaran yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, pembebanannya dilakukan melalui penyusutan atau melalui amortisasi. Disamping itu apabila dalam suatu tahun pajak didapat kerugian karena penjualan harta atau karena selisih kurs, maka kerugian-kerugian tersebut dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. 2.2.2 Dana cadangan kerugian piutang Dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c UU No. 17 Tahun 2000 pembentukan atau pemupukan dana cadangan kecuali cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan sewa guna usaha dengan hak opsi, cadangan untuk usaha asuransi, dan cadangan biaya reklamasi
84
DAFTAR ISI Perbandingan PSAK No. 28…. (R. Weddie Andriyanto)
untuk usaha pertambangan, yang ketentuan dan syarat-syaratnya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan. Sebagai pelaksanaan ketentuan peraturan perundangan tersebut, maka berdasarkan Pasal 2 dan Pasal 3 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 80/KMK.04/1995 tanggal 6 Pebruari 1995 serta Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-20/PJ.4/1995 tanggal 26 April 1995, perusahaan asuransi kerugian dapat membentuk dua macam cadangan yaitu : a.
b.
Cadangan Premi. Cadangan Premi untuk perusahaan kerugian pada prinsipnya merupakan jumlah premi yang diterima lebih dahulu (unearned premium) oleh perusahaan asuransi. Oleh karena itu penghasilan yang diterima lebih dahulu tersebut baru akan merupakan obyek PPh pada tahun pajak berikutnya. Dengan demikian untuk perusahaan asuransi kerugian, seluruh premi asuransi tanggungan sendiri yang diterima atau diperoleh dalam satu tahun pajak wajib dimasukkan ke dalam penghasilan kena pajak tahun pajak yang bersangkutan. Besarnya cadangan premi adalah 40% dari jumlah premi tanggungan sendiri yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak yang bersangkutan. Cadangan premi tersebut merupakan penghasilan pada tahun pajak berikutnya. Yang dimaksud dengan premi asuransi tanggungan sendiri adalah premi bruto dikurangi dengan premi reasuransi. Cadangan Klaim. Cadangan klaim untuk menutup klaim asuransi yang sudah dilaporkan akan tetapi penghitungan dan/atau pembayaran klaim tersebut masih dalam proses. Besarnya jumlah cadangan klaim tersebut ditetapkan sebesar perkiraan penghitungan klaim yang akan dibayar sesuai dengan penghituungan perusahaan asuransi yang bersangkutan. Untuk klaim-klaim yang kemungkinan akan diajukanttp belum dilaporkan oleh tertanggung (incurred but not reported atau IBNR) tidak dapat dibentuk cadangan klaimnya. Dengan demikian walaupun perusahaan asuransi sudah mengetahui adanya peristiwa yang akan menimbulkan akan tetapi tertanggung belum melaporkan adanya peristiwa tersebut tidak dapat belum dapat dibentuk cadangan klaim. Setiap akhir tahun, perusahaan asuransi kerugian wajib membuat perbandingan besarnya cadangan klaim yang telah dicadangkan sebagai biaya tahun lalu dengan besarnya realisasi pembayaran klaim tahun ini. Dalam hal terdapat selisih lebih cadangan klaim maka jumlah kelebihan tersebut merupakan obyek PPh pada tahun ini, sedangkan apabila jumlah cadangan klaim tersebut tidak mencukupi untuk menutup pembayaran klaim pada tahun ini maka kekurangan tersebut dapat dibebankan sebagai biaya.
2.3 Gambaran Umum Asuransi Kerugian 2.3.1 Prospek Industri Asuransi Kerugian di Indonesia Dibandingkan dengan sektor keuangan lainnya, bisnis asuransi kerugian di Indonesia termasuk salah satu sektor yang masih mampu bertahan di tengah badai krisis. Kendati juga harus menghadapi situasi sulit akibat melonjaknya beban klaim dalam dua tahun terkahir, namun karena premi yang diterimanya juga mengalami peningkatan tajam 85
DAFTAR ISI Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9 No. 2 Juli 2004
selama periode waktu yang sama, maka hal ini membuat kinerja asuransi kerugian masih lebih baik dibandingkan sektor keuangan lainnya. Struktur, kinerja dan prospek industri asuransi kerugian di Indonesia pada saat ini dapat digambarkan melalui Five Forces Analysis dari Michael Porter, sebagai berikut : a.
Threat of Entry
Salah satu kebijakan baru yang ditetapkan pemerintah di tahun 1999 lalu di sektor perasuransian adalah diterbitkannya Peraturan pemerintah (PP) No. 63 Tahun 1999 tanggal 2 Juli 1999, yang mencantumkan tentang perubahan modal disetor bagi pendirian usaha asuransi di Indonesia (termasuk asuransi kerugian), menjadi sebesar minimal Rp 100 miliar. Dengan diterapkannya peraturan baru ini, akan mempersulit masuknya perusahaan asuransi baru. Sedangkan bagi perusahaan asuransi yang lama (didirikan sebelum berlakunya PP No. 63 Tahun 1999) tidak diwajibkan mengikuti ketentuan midal disetor yang baru tersebut, namun akan terus didorong untuk memperkuat permodalannya melalui ketentuan kesehatan keuangan. Sedangkan untuk kepemilikan pihak asing, pemerintah mengambil kebijakan bahwa pada saat pendirian perusahaan, kepemilikan saham pihak asing ditentukan maksimal 80%. Namun demikian dalam pasal lainnya juga disebutkan bahwa perusahaan asuransi juga dimungkinkan untuk melakukan perubahan kepemilikan pihak asing untuk melampaui batass kepemilikan 80%, tetapi dengan ketentuan bahwa jumlah modal yang telah disetor oleh pihak mitra lokal dari Indonesia harus tetap dipertahankan. Disamping ketentuan baru mengenai persyaratan permodalan bagi pendirian usaha asuransi baru, pemerintah di tahun 1999 lalu juga mengeluarkan ketetapan baru mengenai syarat tingkat kesehatan bagi perusahaan asuransi yang telah ada (termasuk asuransi kerugian). Ketentuan tersebut dapat diterbitkan dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 481/KMK.017/11999 tanggal 7 Oktober 1999 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan-Perusahaan Asuransi dan Reasuransi. Dalam peraturan baru mengenai tingkat kesehatan perusahaan tersebut akan digunakan Risk Based Capital (RBC) yang merupakan rasio kecukupan modal dibandingkan resiko klaim yang harus ditanggung atau semacam ketentuan CAR (Capital Adequacy Ratio) dalam industri perbankan. RBC ini akan menjadi parameter berstandar internasional untuk mengukur tingkat kesehatan perusahaan asuransi. Dalam peraturan baru tersebut dinyatakan bahwa setiap saat perusahaan asuransi wajib memenuhi tingkat solvabilitas sekurang-kurangnya 120% dari RBC. Ketentuan ini secara bertahap akan diberlakukan pada tahun 2000, dan diharapkan telah diterapkan secara pada tahun 2004 mendatang. Dengan adanya sejumlah kebijakan baru yang menyangkut diberlakukannya metode RBC ini, maka bagi perusahaan kerugian yang bermodal relatif kecil, tampaknya perlu mengambil langkah-langkah strategis guna menghadapinya. Menurut beberapa pengamat, ada beberapa cara untuk memperkuat permodalan seperti melakukan 86
DAFTAR ISI Perbandingan PSAK No. 28…. (R. Weddie Andriyanto)
penggabungan usaha (merger), akuisisi, atau joint venture. Jika perusahaan-perusahaan tersebut tidak melakukan langkah-langkah strategis, maka dikhawatirkan pada saat RBC diterapkan penuh pada tahun 2004 mendatang, perusahaan-perusahaan berskala kecil tersebut akan tergusur oleh perusahaan lain (terutama asing) yang bermodal relatif besar dan kuat. b.
Rivalry between Existing Competitors
Struktur persaingan dalam industri asuransi ini sangat ketat, karena banyaknya pemain dalam industri ini. Sejak Pemerintah menggulirkan deregulasi Pakto’88 (Paket Oktober 1988) dan Pakdes ’88 (Paket Desember 1988) yang memberikan sejumlah kemudahan dalam pendirian usaha asuransi baru, jumlah perusahaan asuransi di Indonesia meningkat pesat, terutama asuransi kerugian. Pesatnya pertambahan jumlah asuransi kerugian tersebut adalah dampak dari adanya kebijaksanaan Pemerintah yang sejak 1988 itu menghapuskan tarif system, yang diharapkan dapat lebih mendinamiskan perusahaan asuransi dalam menerapkan kebijaksanaan underwritting-nya dan dalam berkompetisi memberikan jasa proteksinya kepada masyarakat. Berikut ini dapat dilihat perkembangan jumlah perusahaan asuransi kerugian di Indonesia berdasarkan bentuk perusahaannya, sejak 1995 – Juli 2000.
Tabel 2.
Perkembangan Jumlah Perusahaan Asuransi Kerugian di Indonesia 1995 – Juli 2000
Bentuk Perusahaan
1995
1996
1997
1998
1999
2000
Perusahaan negara (BUMN)
3
6
3
3
3
3
Perusahaan Swasta Nasional
76
76
81
81
82
82
Perusahaan Patungan (Joint Venture)
16
19
22
23
23
23
107
108
108
Jumlah Total 95 98 106 Sumber : Indocommercial No. 235 – 11 Juli 2000 c.
Subtitute Product
Barang substitusi atas produk yang ditawarkan oleh industri asuransi kerugian ini terdapat pada lembaga pembiayaan lainnya, seperti perusahaan leasing, rent company, dan perusahaan sejenis lainnya. Dalam industri asuransi kerugian, biasanya penggantian dari klaim yang diajukan dapat diberikan dalam bentuk penuh ataupun hanya 87
DAFTAR ISI Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9 No. 2 Juli 2004
setengahnya saja, tergantung dari ketentuan kontrak perjanjian yang disetujui kedua belah pihak, dan hal tersebut juga tergantung dari jenis produk/jasa asuransi yang ditawarkandari masing-masing perusahaan asuransi. Oleh karena itu pertimbangan tersebut dapat dijadikan alasan bagi para konsumen untuk mencoba alternatif lainnya, seperti lembaga pembiayaan yang telah disebutkan diatas. Konsumen dalam hal ini hanya menggunakan produk/jasa yang ditawarkan dengan hanya membayar biaya sewa saja, tanpa perlu memikirkan resiko dan biaya-biaya lain yang mungkin timbul apabila terjadi peristiwa-peristiwa yang merugikan asset tersebut, seperti gedung, mobil, dan lain sebagainya. Adanya pilihan alternatif bagi konsumen ini meyebabkan perusahaan-perusahaan dalam industri asuransi kerugian tidak dapat menaikkan harga semaunya karena berdampak pada menurunnya permintaan terhadap produk/jasa yang ditawarkannya. d.
Bargaining Power of Buyers
Dengan adanya spesifikasi dari produk/jasa yang ditawarkan dalam asuransi kerugian khususnya dengan situasi dan kondisi keamanan negara kita yang masih belum stabil menyebabkan pembeli/customer tidak memiliki power yang secara langsung dapat mempengaruhi harga. Dengan kata lain berapapun premi yang ditawarkan oleh pihak asuransi, maka sepanjang customer itu sangat memerlukannya maka tetap akan dibayar juga. Meskipun demikian, tersedianya barang substitusi yang dapat diperoleh sebagai salah satu alternatif pemilihan seperti yang telah disebutkan diatas dan juga adanya jenis asuransi lainnya seperti asuransi jiwa, meyebabkan industri asuransi kerugian harus berhati-hati, karena konsumen lebih jeli untuk memilih jenis produk/jasa yang akan memberikan keuntungan baginya, minimal dapat mengembalikan nilai assetnya yang tertimpa musibah tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa konsumen industri asuransi kerugian sebenarnya mempunyai power yang cukup kuat dalam menetukan jumla premi. e.
Bargaining Power of Suppliers
Industri asuransi pada umumnya bersifat jasa, sehingga sangat membutuhkan sumber daya manusia sebagai tenaga kerjanya. Sumber daya manusia di sini peranannya sangat besar sekalidan akan memberikan kontribusi yang tidak sedikit dalam peningkatan jumlah premi dari perusahaan asuransi tersebut. Hal ini menurunkan bargaining power yang dimiliki oleh industri asuransi terhadap tenaga kerjanya. Sebaliknya, bila dilihat dari sisi tenaga kerja, para tenaga kerja tersebut memilki power yang kuat terhadap industri asuransi. 2.3.2 Nature Bisnis Asuransi Kerugian Untuk dapat mengetahui nature usaha asuransi kerugian, berikut adalah hasil rangkuman informasi dari situs : www.danamas.com dan www.aca.com. 88
DAFTAR ISI Perbandingan PSAK No. 28…. (R. Weddie Andriyanto)
Asuransi kerugian merupakan salah satu cara pembayaran ganti rugi kepada pihak yang mengalami musibah, yang dananya diambil dari iuran premi seluruh peserta asuransi. Dengan kata lain asuransi kerugian merupakan suatu mekanisme pemindahan resiko dari tertanggung (nasabah) kepada penanggung (pihak asuransi). Dengan sejumlah premi yang pasti, tertanggung terbebas dari ketidakpastian kerugian yang mungkin akan diderita. Tertanggung adalah orang atau individu atau badan hukum yang memiliki kepentingan keuangan terhadap barang/properti yang dipertanggungkan sehingga ia memiliki hak untuk memberli proteksi asuransi. Penanggung adalah perusahaan asuransi yang akan memberikan ganti rugi kepada Tertanggung atas kerugian yang dideritanya sesuai dengan polis yang diterbitkannya. Polis merupakan dokumen yang berisi kesepakatan antara pihak tertanggung dan penanggung (pihak asuransi) berkenaan dengan resiko yang hendak dipertanggungkan. Polis adalah bukti perjanjian penutupan asuransi tersebut. a.
Premi Asuransi
Premi asuransi adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan oleh tertanggung guna mendapatkan perlindungan atas obyek yang dipertanggungkan. Besarnya suku premi biasanya ditetapkan dengan memperhatikan komponen di bawah ini : -
Jenis asuransi, misalnya okupasi serta peluang terjadinya resiko; Resiko yang dijamin, misalnya resiko standar atau resiko perluasan; Biaya administrasi yang harus dikeluarkan; Keuntungan yang diharapkan.
Besarnya premi biasanya dihitung dengan mengalikan suku premi (biasanya dalam bentuk prosentase) dengan harga pertanggungan. Perhitungannya adalah : Premi = tarif x harga pertanggungan b. Harga Pertanggungan Harga Pertanggungan (HP) atau Total Sum Insured (TSI) adalah jumlah uang pertanggungan yang digunakan sebagai dasar untuk menentukan : -
Batas maksimal tanggung jawab pihak penanggung terhadap kerugian finansial yang tertanggung alami sebagai akibat dari terjadinya musibah atas kepentingan yang diasuransikan. Besar premi asuransi yang akan dibayarkan oleh tertanggung.
Bagaimana penentuan besarnya HP? -
Ditentukan oleh tertanggung sendiri, mengingat tertanggung lebih mengetahui nilai sebenarnya dari harta benda atau kepentingan yang akan diasuransikan. 89
DAFTAR ISI Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9 No. 2 Juli 2004
-
Penanggung (pihak asuransi) tidak berhak menentukan besarnya jumlah pertanggungan karena penanggung (pihak asuransi) bukanlah badan penilai (appraiser). Penanggung dapat memberikan rekomendasi mengenai nilai harta benda tersebut sesuai dengan apa yang diketahui.
Pertanggungan di bawah harga (Under insurance) Kondisi demikian terjadi bila jumlah uang pertanggungan lebih kecil daripada nilai harta benda yang sebenarnya. Pertanggungan seperti ini akan merugikan tertanggung sendiri, terutama pada saat terjadi klaim. Untuk mengantisipasi pengaruh inflasi, pihak asuransi biasanya menyarankan agar TSI yang normal dinaikkan sebesar 2-5%. Pertanggungan di atas harga (Over insurance) Kondisi demikian terjadi bila jumlah uang pertanggungan lebih besar daripada nilai harta benda yang sebenarnya. Bila terjadi kecelakaan sehingga mengalami kerugian total (total loss). Maksimum penggantian yang tertanggung terima dari pihak asuransi adalah sesuai dengan harga pasar yang sebenarnya atau tidak lebih dari 100 juta rupiah. Hal ini sesuai dengan prinsip indemnitas yaitu pemberitaan ganti rugi sesuai dengan kerugian yang benar-benar tertanggung derita. c.
Penggantian Kerugian
Apabila obyek yang diasuransikan terkena musibah sehingga menimbulkan kerugian maka penanggung akan memberi ganti rugi kepada tertanggung sesuai dengan prinsip indemnity (indemnitas). Namun demikian, tertanggung tidak berhak memperoleh ganti rugi lebih besar daripada kerugian yang diderita. Metode pembayaran/pengganti kerugian bervariasi tergantung dari kerugian yang diderita oleh tertanggung. Jenisnya antara lain: -
Tunai (cash), misalnya dalam asuransi kecelakaan diri, atau biaya perbaikan kendaraan yang rusak akibat kecelakaan; Perbaikan (repair), misalnya bengkel mobil rekanan asuransi; Reinstate, misalnya membangun kembali bangunan yang rusak akibat kerugian; Mengganti (replace), misalnya untuk mesin-mesin, atau berlaku juga pada asuransi mobil.
d. Subrogation Prinsip subrogation (perwalian) ini berkaitan dengan suatu keadaan dimana kerugian yang dialami tertanggung merupakan akibat dari kesalahan pihak ketiga (orang lain). Prinsip ini memberikan hak perwalian kepada penanggung oleh tertanggung jika melibatkan pihak ketiga. Dengan kata lain, apabila tertanggung menagalami kerugian akibat kelalaian atau kesalahan pihak ketiga, maka XYZ, setelah memberikan ganti rugi
90
DAFTAR ISI Perbandingan PSAK No. 28…. (R. Weddie Andriyanto)
kepada tertanggung, akan mengganti kedudukan tertanggung dalam mengajukan tuntutan kepada pihak ketiga tersebut. Mekanisme aplikasi subrogasi : -
e.
Tertanggung harus memilih salah satu sumber penggantian kerugian, dari pihak ketiga atau dari asuransi. Kalau tertanggung sudah menerima penggantian kerugian dari pihak ketiga, ia tidak akan mendapatkan ganti rugi dari asuransi, kecuali jumlah penggantian dari pihak ketiga tersebut tidak sepenuhnya. Kalau tertanggung sudah mendapatkan penggantian dari asuransi ia tidak boleh menuntut pihak ketiga. Karena hak menuntut tersebut sudah dilimpahkan ke perusahaan asuransi. Kontribusi
Prinsip kontribusi berarti bahwa apabila perusahaan asuransi telah membayar ganti rugi yang menjadi hak tertanggung, maka perusahaan berhak menuntut perusahaan asuransi lain yang terlibat dalam obyek tersebut untuk membayar bagian kerugian sesuai dengan prinsip kontribusi. f.
Proximate Cause
Dalam praktik asuransi, kadang-kadang sangat sulit menetapkan suatu peristiwa yang dianggap sebagai penyebab yang paling dominan atau paling efisien menimbulkan kerugian, karena sering terjadi peristiwanya tidak merupakan peristiwa tunggal (single perils), tetapi merupakan rangkaian peristiwa yang paling berkaitan sehingga sering terjadi kontroversi dan perdebatan dalam menetapkan kejadian utama penyebab kerugian. Prinsip proximate cause (kausa proksimal) dapat menjadi solusi untuk masalah ini. III. Faktor-faktor yang mendasari perbedaan antara PSAK No. 28 dengan Ketentuan Perpajakan yang Berlaku di Bidang Asuransi Kerugian 3.1 Perbedaan Tujuan Pelaporan Laba atau Penghasilan Bersih Tujuan pelaporan laba atau penghasilan bersih berdasarkan standar akuntansi keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut kinerja suatu organisasi usaha serta merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban manajemen atas sumberdaya– sumberdaya yang telah dipercayakan kepada mereka. Sedangkan tujuan pelaporan laba atau penghasilan bersih menurut ketentuan perundangan perpajakan adalah untuk menghitung Penghasilan Kena Pajak dan Pajak Penghasilan terutang yang terkait dengan penerimaan negara.
91
DAFTAR ISI Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9 No. 2 Juli 2004
3.2 Perbedaan Konsep Laba atau Penghasilan Bersih Unsur yang berkaitan langsung dengan laba atau penghasilan bersih adalah penghasilan (income) dan beban (expenses) a.
Konsep Penghasilan Dan Beban Menurut PSAK No. 28
Salah satu karakteristik usaha asuransi kerugian adalah pihak tertanggung (pembeli asuransi) membayar premi asuransi terlebih dulu kepada perusahaan asuransi sebelum peristiwa yang menimbulkan kerugian yang diperjanjikan terjadi. Pembayaran premi tersebut merupakan pendapatan bagi perusahaan asuransi. Pengakuan pendapatan premi yang diterima oleh perusahaan asuransi melalui kontrak asuransi dan atau reasuransi adalah selama periode polis (kontrak) berdasarkan proporsi jumlah proteksi yang diberikan. Termasuk dalam pengertian pendapatan premi adalah ganti rugi atas klaim yang diterima oleh perusahaan asuransi sehubungan dengan kontrak asuransi yang ditutupnya, dan atau dengan melakukan kontrak reasuransi dengan asuradur lain atau reasuradur Sedangkan yang merupakan beban dalam usaha asuransi kerugian adalah beban klaim yang timbul sehubungan dengan terjadinya peristiwa kerugian atas obyek asuransi yang dipertanggungkan. Klaim meliputi : 1. 2. 3. 4.
Klaim yang disetujui (settled claims) Klaim dalam proses penyelesaian (outstanding claims). Klaim yang terjadi namun belum dilaporkan, dan Beban penyelesaian klaim (claim settlement expense).
Pengakuan sebagai beban klaim pada saat timbulnya kewajiban untuk memenuhi klaim. Besarnya jumlah klaim dalam proses penyelesaian, termasuk klaim yang terjadi namun belum dilaporkan, ditentukan berdasarkan estimasi kewajiban klaim. Apabila terjadi perubahan estimasi klaim sehingga berbeda dengan klaim yang dibayarkan, setelah proses penelaahan lebih lanjut, maka diakui dalam laporan laba rugi pada periode terjadinya perubahan. Hak subrogasi diakui sebagai pengurang beban klaim pada saat realisasi. Subrogasi berkaitan dengan suatu keadaan dimana kerugian yang dialami tertanggung merupakan akibat dari kesalahan pihak ketiga (orang lain). Prinsip ini memberikan hak perwalia kepada penanggung oleh tertanggung jika melibatkan pihak ketiga. Dengan kata lain, apabila tertanggung mengalami kerugian akibat kelalaian atau kesalahan pihak ketiga, maka perusahaan asuransi sebagai penanggung, setelah memberikan ganti rugi kepada tertanggung, akan mengganti kedudukan tertanggung dalam mengajukan tuntutan kepada pihak ketiga tersebut.
92
DAFTAR ISI Perbandingan PSAK No. 28…. (R. Weddie Andriyanto)
b. Konsep Penghasilan dan Beban menurut Ketentuan Perpajakan Penghasilan adalah obyek pajak penghasilan. Pasal 4 ayat (1) UU No. 17 Tahun 2000 memberikan definisi penghasilan secara luas. Hal ini sesuai dengan konsep world wide income yang dianut ketentuan perpajakan dalam mendefinisikan penghasilan. Berkaitan dengan perusahaan asuransi kerugian, ketentuan perpajakan tidak memberikan suatu definisi khusus terhadap pengertian penghasilan dalam industri ini. Secara spesifik Pasal 4 ayat (1) huruf n UU PPh, menebutkan bahwa termasuk dalam pengertian pendapatan premi asuransi adalah premi asuransi dan premi reasuransi. Dalam hal perusahaan asuransi menerima premi asuransi yang dibayar sekaligus oleh pemegang polis berkenaan dengan peride pertanggungan yang lebih dari 1 (satu) tahun pengakuan penghasilannya dikaitkan dengan metode pembukuan yang dianut Wajib Pajak : • •
Apabila metode pembukuan yang digunakan Wajib Pajak adalah stesel akrual, maka pengakuan penghasilan atas premi asuransi tersebut dialokasikan secara proposional ketahun-tahun yang meliputi periode pertanggung tersebut. Apabila metode pembukuan yang digunakan Wajib Pajak adalah stelsel kas/stelsel campuran maka pengakuan penghasilannya adalah : -
Dalam hal premi asuransi tersebut diterima dimuka, maka diakui pada saat premi tersebut diterima. Dalam hal premi asuransi diterima setelah masa pertanggungan maka premi tersebut dialokasikan selama masa pertanggungan.
Beban atau biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah biaya-biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan sesuai dengan Pasal 6 ayat (1) UU No. 17 Tahun 2000. Pasal 9 ayat (1) huruf c UU PPh memperbolehkan perusahaan asuransi kerugian untuk membentuk cadangan kerugian piutang yang dapat dibebankan sebagai biaya. Pelaksanaan peraturan ini adalah Keputusan Menteri Keuangan No.80/KMK.04/1995 dan Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-20/PJ.4/1995 yang mengatur mengenai pembentukan cadangan bagi perusahaan asuransi kerugian. Berbeda dengan asuransi jiwa, dalam asuransi kerugian terdapat 2 (dua) macam cadangan kerugian yang boleh dibebankan sebagai biaya, yaitu : cadangan premi dan cadangan klaim. Cadangan premi berasal dari jumlah premi yang diterima lebih dahulu atau dalam bahasa akuntansinya merupakan jumlah premi yang belum merupakan pendapatan (unearned premium). Besarnya cadangan premi adalah 40% dari jumlah premi asuransi tanggungan sendiri yang merupakan obyek Pajak Penghasilan dalam tahun pajak berikutnya. Penentuan besaran 40% mungkin karena adanya konsep normal penghitungan penghasilan netto (NPPN). Dalam hal ini 60% dari jumlah premi asuransi tanggungan sendiri merupakan pendapatan premi yang diakui dalam tahun pajak berjalan. Sedangkan pengakuan pendapatan yang merupakan cadangan permi dalam 93
DAFTAR ISI Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9 No. 2 Juli 2004
tahun tersebut ditunda pengakuan pendapatannya sampai dengan tahun pajak berikutnya. Untuk lebih jelasnya akan diberikan contoh sebagai berikut : Pada tahun 1995 Premi asuransi tanggungan sendiri Cadangan premi yang dapat menjadi beban (=40% x Rp. 40.000.000.000,-) Sisanya yang 60% dari Rp. 40.000.000.000,- yaitu sebesar Rp. 24.000.000.000,- merupakan penghasilan kerna pajak tahun 1995. Pada tahun 1996 Premi asuransi tanggungan sendiri Cadangan premi yang dapat menjadi beban (= 40% x Rp.50.000.000.000,-) Penghasilan kena pajak adalah : Pendapatan premi (obyek PPh ) ditambah cadangan premi yang dibebankan tahun 95 sebesar
Rp. 40.000.000.000,Rp.16.000.000.000,-
Rp. 50.000.000.000,Rp. 20.000.000.000,-
Rp. 60.000.000.000,-
Cadangan klaim yang dibentuk oleh perusahaan asuransi kerugian adalah untuk menutup klaim asuransi yang sudah dilaporkan akan tetapi penghitungan dan atau pembayaran klaim tersebut masih dalam proses. Besarnya jumlah cadangan klaim tersebut ditetapkan sebesar perkiraan penghitungan klaim yang akan dibayar sesuai dengan penghitungan perusahaan asuransi yang bersangkutan. Untuk klaim–klaim yang kemungkinan akan diajukan tetapi belum dilaporkan oleh tertanggung (incurred but not reported atau IBNR) tidak dapat dibentuk cadangan klaimnya. Untuk lebih jelasnya akan diberikan contoh sebagai berikut Tahun 1995 Cadangan klaim Rp. 22.500.000.000,Dengan perincian sebagai berikut : - Klaim yang sudah selesai diproses ( besarnya kerugian serta Klaim yang akan dibayarkan telah dihitung dan disetujui oleh Kedua belah pihak ) namun belum dilakukan pembayarannya Rp. 10.000.000.000,- Klaim yang belum selesai diproses ( sudah dilaporkan oleh Tertanggung tetapi jumlah klaimnya sedang dalam proses
Rp. 5.000.000.000,-
Klaim yang berhubungan dengan adanya peristiwa yang telah Terjadi dan diumumkan dikoran atau informasi lainnya akan Tetapi belum dilaporkan (IBNR) oleh tertanggung
Rp. 7..500.000.000,-
94
DAFTAR ISI Perbandingan PSAK No. 28…. (R. Weddie Andriyanto)
Berdasarkan ketentuan diatas, maka perusahaan asuransi kerugian tersebut secara fiskal dapat membebankan cadangan klaim sebagai biaya dalam tahun pajak 1995 sebesar Rp 15 miliar yaitu Rp 10 miliar ditambah Rp 5 miliar. IV. Perbedaan PSAK No. 28 dengan Ketentuan Perpajakan yang Berlaku di Bidang Asuransi Kerugian Pembahasan berikut ini lebih merupakan rangkuman dari hal–hal apa saja yang membedakan PSAK No. 28 dengan ketentuan perpajakan yang berlaku dibidang asuransi kerugian . 4.1 Perbedaan Konsep dan Penyajian Pendapatan Pada dasarnya baik PSAK No. 28 maupun ketentuan perpajakan khususnya pasal 4 ayat (1) huruf n UU No. 17 Tahun 2000 mempunyai persamaan dalam hal pengakuan pendapatan premi asuransi. Dimana Pengakuan pendapatan dilakukan selama periode polis (kontrak) secara konsep dan penyajiannya, terdapat perbedaan antara dua ketentuan tersebut. Yaitu sebagai berikut : Tabel 3. Perbedaan Konsep dan Penyajian Pendapatan. UNSUR
PSAK 28
Ketentuan perpajakan
Konsep pendapatan
Pendapatan premi adalah pembayaran premi dari pihak tertanggung selama periode polis. Sedangkan unearned premium atau premi yang belum merupakan pendapatan adalah bagian dari premi yang belum diakui sebagai pendapatan karena masa pertanggungannya masih berjalan pada akhir periode akuntansi
Pengertian pendapatan yang diterima lebih dahulu (unearned premium) mengacu pada metode pembukuan yang dianut oleh Wajib Pajak, yaitu stelsel akrual atau stelsel kas.
Penyajian pendapatan
Pendapatan premi disajikan sedemikian rupa sehingga menunjukkan jumlah premi bruto, premi reasuransi, dan kenaikan (penurunan) premi yang belum merupakan pendapatan. Premi reasuransi disajikan sebagai pengurang premi bruto
Pendapatan premi adalah premi asuransi dan premi reasuransi.
95
DAFTAR ISI Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9 No. 2 Juli 2004
4.2 Perbedaan Konsep Beban PSAK No. 28 hanya mengatur mengenai klaim asuransi, sedangkan ketentuan perpajakan tidak mengatur cara eksplisit mengenai beban klaim sebagaimana yang diatur secara akuntansi. Ketentuan perpajakan yang khusus berkaitan dengan usaha asuransi kerugian hanya pembentukan dana cadangan kerugian yang boleh dibebankan sebagai biaya. Perbedaan antara dua ketentuan tersebut adalah : Tabel 3. Perbedaan konsep beban PSAK No. 28
KETENTUAN PERPAJAKAN
Beban klaim meliputi : 1. Klaim yang disetujui. 2. Klaim dalam proses penyelesaian. 3. Klaim yang terjadi namun belum dilaporkan. 4. Beban penyelesaian.
Cadangan yang boleh dibebankan sebagai biaya adalah : 1. Biaya cadangan premi. 2. Biaya klaim, tidak termasuk di dalamya adalah klaim-klaim yang mungkin akan diajukan namun belum dilaporkan oleh tertanggung ( IBNR ).
Pengakuan beban klaim ini pada saat timbulnya kewajiban untuk memenuhi klaim. Hak subrogasi diakui sebagai pengurang beban klaim pada saat realisasi. V. Kesimpulan Secara umum perbedaan antara standar akuntansi keuangan dengan ketentuan perpajakan dalam menghitung laba atau penghasilan bersih tidak akan terhindarkan. Harmonisasi dua ketentuan tersebut nyaris tidak tercapai, dikarenakan perbedaan mendasar dari dua ketentuan tersebut yaitu : konsep dan tujuan pelaporannya. Secara khusus, perhitungan laba atau penghasilan bersih dalam usaha asuransi kerugian juga berbeda antara PSAK No. 28 dengan ketentuan perpajakan yang terkait. Perbedaan–perbedaan tersebut adalah : 1. Pendapatan premi yang diterima terlebih dahulu (unearned premium). Secara akuntansi, pendapatan premi yang diterima terlebih dahulu belum diakui sebagai pendapatan karena masa pertanggungannya masih berjalan pada akhir periode akuntansi. Sedangkan ketentuan perpajakan, pengertian pendapatan premi yang diterima terlebih dahulu mengacu pada metode pembukuan Wajib Pajak (stelsel kas atau akrual). 2. PSAK No. 28 tidak membedakan antara biaya cadangan premi dengan biaya cadangan klaim. Biaya cadangan kerugian piutang dilakukan sesuai dengan ketentuan pernyataan standar dalam Kerangka Dasar dan Penyusunan Laporan 96
DAFTAR ISI Perbandingan PSAK No. 28…. (R. Weddie Andriyanto)
Leuangan paragraf 37. Beban yang dimaksudkan dalam PSAK No. 28 adalah beban klaim yang meliputi : klaim yang disetujui (settled claims), klaim dalam proses penyelesaian (outstanding claims), klaim yang terjadi namun belum dilaporkan, dan beban penyelesaian klaim (claims settlement expenses). Berbeda dengan standar akuntansi, ketentuan pajak membedakan biaya cadangan premi dengan cadangan klaim. Biaya cadangan premi berasal dari 40% pendapatan premi tanggungan sendiri yang diterima lebih dahulu. Sedangkan biaya cadangan klaim dibentuk untuk menutup klaim asuransi yang sudah dilaporkan, tidak termasuk dalam biaya ini adalah klaim–klaim yang mungkin sudah terjadi tetapi belum dilaporkan. 3. PSAK No. 28 memberikan “pakem” penyajian pendapatan premi dalam laporan laba rugi, tidak demikian dengan ketentuan pajak. Perbedaan penyajian ini akan tetap menimbulkan koreksi fiskal, karena standar akuntansi menyajikan pendapatan premi sedemikian rupa sehingga akan nampak premi bruto, premi reasuransi dan kenaikan (penurunan) premi yang belum merupakan pendapatan. Premi reasuransi disajika sebagai pengurang premi bruto. Sedangkan dalam ketentuan perpajakan, pendapatan premi termasuk didalamnya premi reasuransi. Meskipun terdapat perbedaan-perbedaan sebagaimana disarikan diatas, masih terdapat persamaan antara PSAK No. 28 dengan ketentuan perpajakan yaitu mengenai pengakuan pendapatan premi.
Daftar Pustaka Apa yang dimaksud dengan Asuransi Kerugian, http://www.aca.com, 20 Januari 2002 Asuransi Kerugian, http://www.danamas.com, 20 Januari 2002 IAI, Standar Akuntansi Keuangan 1999 : Pernyataan Kerangka Dasar dan Penyusunan Laporan Keuangan, Jakarta : PT. Salemba Empat, 1999 IAI, Standar Akuntansi Keuangan 1999 : Pernyataan No. 28 Asuransi Kerugian, Jakarta : PT. Salemba Empat, 1999 Indocommercial, Prospek dan Perkembangan Asuransi Kerugian di Indonesia, No. 235 tanggal 11 Juli 2000 Keputusan Menteri Keuangan No. 80/KMK.04/1995 tanggal 2 Juni 1995, Besarnya Dana Cadangan yang Boleh Dikurangkan sebagai Biaya, CD-ROM Taxes, Edisi Desember 2001 SE-03/PJ.42/2000 tanggal 17 Pebruari 2000, Perlakuan Pajak Penghasilan atas Premi Asuransi yang berjangka waktu lebih dari 1 (satu) tahun, http://www.pajak.go.id, 20 Januari 2002
97
DAFTAR ISI Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9 No. 2 Juli 2004
Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-20/PJ.4/1995 tanggal 26 April 1995, Besarnya Dana Cadangan yang Boleh Dikurangkan sebagai Biaya, CD-ROM Taxes Edisi Desember 2001 Undang-Undang No. 17 Tahun 2000: Tentang Perubahan Ketiga atas UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, Jakarta : CV. Novindo Pustaka Mandiri, Agustus 2000 Yongki Cahyaningrum (201056), Beda Akuntansi dan Fiskal dalam Menentukan Penghasilan Kena Pajak dan Pajak Penghasilan Badan, Makalah Seminar Perpajakan, 23 Januari 2002
98
Daftar ISI Isi DAFTAR
PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL Beberapa pertimbangan yang diharapkan dapat menjadi perhatian bagi penulis adalah seperti yang tercantum di bawah ini : 1.
Sistematika penulisan Abstrak/Sinopsis. Bagian ini menyajikan ringkasan penelitian berupa masalah, tujuan, analisis, serta hasil penelitian yang berkisar antara 150-350 kata (diharapkan disajikan dalam Bahasa Inggris). Sertakan pula setidaknya tiga buah kata kunci (keywords) pada bagian akhir abstrak/sinopsis. Pendahuluan. Merupakan uraian latar belakang atau motivasi penelitian, rumusan masalah penelitian, serta pernyataan tentang tujuan penelitian. Untuk artikel research based Kerangka penelitian dan pengembangan hipotesis. Bagian ini memaparkan kerangka teoritis berdasarkan telaah literatur yang dapat dijadikan landasan logis untuk mengembangkan hipotesis. Metode riset. Menjelaskan metode analisis yang digunakan sehubungan dengan masalah dan hipotesis yang diajukan, seleksi data, dan pengambilan contoh (sample), serta pengukuran dan definisi operasional variabel. Analisis data. Menyajikan dan menguraikan hasil metode analisis data dan deskripsi statistik yang diperlukan. Untuk artikel telaah literatur. Pembahasan dan kesimpulan. Pembahasan penelitian yang didukung hasil statistika atau hasil literatur yang cukup kuat, disajikan untuk memberikan suatu kesimpulan tentang topik dan masalah penelitian. Implikasi dan keterbatasan. Menjelaskan keterkaitan penelitian yang dilakukan dengan penelitian sebelumnya, mengemukakan keterbatasan penelitian dan bila perlu memberi saran untuk penelitian yang akan datang. Daftar referensi. Memuat sumber-sumber yang dikutip langsung atau yang menjadi acuan dalam penelitian. Lampiran. Berisikan tabel, gambar, dan instrumen penelitian.
2.
Artikel diketik dengan jarak baris dua, jenis huruf Times New Roman, ukuran 12pt, di atas kertas ukuran Quarto, antara 10-20 halaman.
3.
Margin atas, bawah, kiri, dan kanan memakai ukuran standar satu (1) inchi.
4.
Gambar atau tabel sebaiknya disajikan dalam halaman yang terpisah dengan diberi nomor urut.
Daftar ISI Isi DAFTAR
5.
Kutipan dalam teks harus menyebutkan nama akhir penulis dan tahun (tanpa koma) diantara kurung buka dan kurung tutup.
Contoh :
6.
a.
Satu sumber kutipan dengan satu penulis; (Hasan 1998), jika menggunakan halaman; (Hasan 1998:321)
b.
Satu sumber kutipan dengan lebih satu penulis; (Hasan dan Anwar 1990), jika menggunakan halaman (Hasan dan Anwar 1990:432)
c.
Satu sumber kutipan dengan lebih dari dua penulis; (Hasan dkk. 1992) atau (Kennedy at al. 1998) jika menggunakan halaman; (Hasan dkk. 1992:265) atau (Kennedy at al. 1998:612)
d.
Dua sumber kutipan dengan penulis berbeda; (Hasan 1990; Kennedy 1997)
e.
Dua sumber kutipan dengan penulis sama; (Hasan 1990, 1992), jika tahun publikasi sama; (Hasan 1992a, 1992b)
f.
Jika sumber kutipan merupakan institusi atau lembaga, sebaiknya ditulis akronimnya, misalnya (Bappepam 2001)
Referensi yang menjadi sumber kutipan harus dicantumkan di dalam artikel dengan ketentuan sebagai berikut : a.
Daftar referensi diurutkan berdasarkan alfabetis sesuai dengan nama penulis atau nama institusi.
b.
Penulis diurutkan berdasarkan : Nama penulis. Tahun publikasi. Judul jurnal atau buku teks. Nama jurnal atau penerbit. Dan nomor halaman. Contoh : American Accounting Association. Committee on Concepts and Standars for External Financial Report. 1997. Statement on Accounting Theory Acceptence. Sarasota. FL:AAA. Bringham, E.F. dan I.C. Gapenski. 1996. Intermediate Financial Management. 5th edition. The Dryen Press. New York. Jensen, M. dan W. Mecking. 1976. Theory of The Firm : Managerial Behavioral Agency Cost, and Ownership Structure. Journal of Financial Economics. Vol.3. 305-306 Artikel diserahkan dalam bentuk disket 3,5”, atau CD, berikut satu eksemplar hardcopy.
Design & Presented by alhakki e-mail :
[email protected]