UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS IV MI SALAFIYAH KENDAL KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh: ANIK FARIDAH NIM: 125 08 002
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2010/2011
UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS IV MI SALAFIYAH KENDAL KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh : ANIK FARIDAH NIM : 125 08 002
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2010/2011
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi laporan hasil penelitian tindakan kelas saudara/I : Nama
: Anik Faridah
NIM
: 125 08 002
Judul Skripsi : Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada Siswa Kelas IV MI Salafiyah Kendal Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011.
Telah kami setujui untuk dimunaqosyahkan.
Salatiga, 24 Januari 2011 Pembimbing
Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd NIP. 195705201986011001
SKRIPSI UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS IV MI SALAFIYAH KENDAL KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2010/2011
DISUSUN OLEH ANIK FARIDAH NIM: 125 08 002 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 21 Maret 2011 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana SI Kependidikan Islam. Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji
: Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP 19580827 198303 1 002
Sekretaris Penguji
: Drs. Mubasirun, M.Ag NIP 19590202 19903 1 001
Penguji I
: Dra. Siti Farikhah, M.Pd NIP 19610623 199803 2 001
Penguji II
: Drs. Bahroni, M.Pd NIP 19640818 199403 1 004
Penguji III
: Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd NIP 195705020 198601 1 001 Salatiga, 21 Maret 2011 Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP. 19580827 198303 1 002
PERNYATAAN KEASLIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Anik Faridah
NIM
: 128 08 002
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 24 Januari 2011
Anik Faridah
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO 1. Yakin akan kemampuan diri dan pertolongan Allah adalah kunci kesuksesan. 2. Jalani lika-liku kehidupan dengan ikhlas dan senang hati. 3. Maknai hidup dengan beribadah dan berbuat kebajikan.
PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan untuk: 1. Ayahku tercinta Suburhan dan Ibunda tercinta Subarti terimakasih atas segalanya hingga aku bisa menjadi begini, serta bapak dan ibu mertua yang telah memberikan do’a dan semangat. 2. Kakakku Maemunah, Abd. Matin, M. Yasrib dan Adikku Wahib Kamal yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis. 3. Suamiku tercinta Priyanto yang selalu memberikan dukungan dan semangat dan menemaniku disaat senang maupun susah. 4. Seluruh Keluarga besar MI Salafiyah Kendal Kec. Ampel, Kab. Boyolali. 5. Seluruh teman senasib dan seperjuangan PGMI Transfer angkatan 2008.
KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb Puji sukur atas rahmat dan nikmat Allah SWT. hanya dengan kehendaknya segala sesuatu terjadi dan penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan semua Umat Islam yang Mengikutinya. Alhamdulillah dengan penuh rasa syukur, penulisan skripsi dengan judul: Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada Siswa Kelas IV MI Salafiyah Kendal Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011” ini telah selesai. Skripsi ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Kami haturkan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang telah membantu terwujudnya skripsi ini. Harapan penulis skripsi ini dapat bermanfaat untuk penulis pada khususnya dan pada pembaca pada umumnya. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan berjalan lancar tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Atas segala dorongan dan bantuanya penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada: 1. Ketua STAIN Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag. beserta dosen Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga yang telah memberikan pendidikan dan kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, dorongan dan perhatian dengan penuh kesabaran sampai terselesainya skripsi ini. 3. Teman-teman guru serta teman-teman kampus senasib seperjuangan yang senantiasa ada dikala aku butuh bantuan. 4. Semua pihak yang telah membantu penulis menempuh studi di STAIN Salatiga sampai penulisan skripsi ini selesai. Penulis yakin skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan terdapat banyak kesalahan serta kekurangan. Maka kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Besar harapan kami, skripsi ini bisa bermanfaat kepada pihak-pihak terkait secara khusus, dan bagi semua pembaca secara umum.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb Salatiga, 24 Januari 2011 Hormat saya
Anik Faridah
ABSTRAK Anik Faridah, 2011, Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada Siswa Kelas IV MI Salafiyah Kendal Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011”. Kata Kunci: Prestasi Belajar IPS dan Pendekatan CTL Pada hakikatnya proses belajar mengajar adalah kegiatan interaktif antara guru dengan siswa dalam sebuah pembelajaran. Pembelajaran merupakan aktifitas yang paling utama dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan juga dapat mempengaruhi perkembangan manusia dalam seluruh aspek kepribadian dan kehidupannya, melalui pendidikan pula kita dapat memberikan informasi pengetahuan dan pembentukan ketrampilan. Lebih luas lagi pendidikan meliputi kepada usaha untuk mewujudkan keinginan, kebutuhan dan kemampuan individu sehingga tercapai pola hidup pribadi sosial yang memuaskan. Pembelajaran IPS merupakan salah satu upaya mempersiapkan peserta didik agar siswa memiliki rasa kepekaan sosial yang tinggi, kemampuan untuk saling bekerjasama sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain, serta menumbuhkan rasa empati terhadap masalah-masalah sosial yang terjadi di dalam lingkungan masyarakat. Penelitian ini menunjukkan bahwa minat, penguasaan, dan nilai prestasi belajar siswa pada pelajaran IPS kelas IV MI Salafiyah Kendal masih rendah sebelum penerapan CTL dalam proses pembelajaran, terbukti dari hasil evaluasi pra siklus diperoleh data bahwa dari 20 siswa baru ada 4 siswa yang termasuk dalam kriteria tuntas sedangkan 16 siswa yang lain mendapat nilai di bawah KKM. Dari hasil penelitian ini didapat informasi tentang adanya manfaat dari penerapan CTL dalam kegiatan pembelajaran dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran di MI Salafiyah Kendal. Hal ini terbukti dari setiap siklus memperlihatkan peningkatan perhatian, keaktifan dan kerjasama yang menggambarkan tingginya minat siswa, peningkatan penguasaan siswa pada setiap siklus, yaitu pada siklus I ketuntasan belajar adalah 40%, pada siklus II tercatat ketuntasan belajar mencapai 70% dan pada siklus III tingkat ketuntasan belajar yang mencapai 90% sehingga dapat mencapai kriteria ketuntasan ideal kelas. Prestasi belajar siswa juga mengalami peningkatan pada setiap siklus, yaitu pada siklus I dari 20 siswa, yang termasuk dalam kriteria tuntas adalah 8 siswa, pada siklus II dari 20 siswa, yang termasuk dalam kriteria tuntas adalah 14 siswa, dan pada siklus III dari 20 siswa, 18 siswa telah mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan hanya 2 siswa yang masih di bawah nilai KKM yang ditentukan.
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ………………………………………………………… i Lembar Berlogo …………………………………………………………… ii Halaman Judul …………………………………………………………… iii Lembar Persetujuan……………………………………………………… iv Lembar Pengesahan ………………………………………………………. v Pernyataan Keaslian Tulisan …………………………………………….. vi Motto dan Persembahan …………………………………………………. vii Kata Pengantar …………………………………………………………….. viii Abstrak ……………………………………………………………………. x Daftar Isi …………………………………………………………………. xi Daftar Tabel ……………………………………………………………….. xiv Daftar Lampiran ............................................................................................ xv BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……………………………………………….. 1 B. Rumuasan Masalah ………………………………………….. 7 C. Tujuan Penelitian ......................................................................7 D. Hipotesis dan Indikator Keberhasilan ...................................... 8 E. Manfaat Penelitian ………………………………………….. 9 F. Definisi Istilah ......................................................................... 10 G. Metode Penelitian .................................................................... 12 H. Sistematika Penulisan ………………………………………. 19
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar .................................................................... 20 B. Pengertian Prestasi Belajar ...................................................... 27 C. Pembelajaran IPS di Madrasah Ibtidaiyah ............................... 38 D. Contextual Teaching and Learning (CTL) ............................... 43 E. Kaitan Pembelajaran IPS dengan pendekatan CTL ................. 58 BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................ 60 B. Subjek dan Karakteristik Objek Penelitian ............................. 64 C. Diskripsi Pelaksanaan Penelitian ............................................. 66 1. Pelaksanaan Siklus I ........................................................... 66 2. Pelaksanaan Siklus II .......................................................... 70 3. Pelaksanaan Siklus III ......................................................... 73 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ........................................................................ 77 1. Pra Siklus ............................................................................. 77 2. Siklus I ................................................................................. 79 3. Siklus II ................................................................................ 80 4. Siklus III .............................................................................. 82 B. Pembahasan ..............................................................................84 1. Pra Siklus ........................................................................... 84 2. Siklus I …………………………………………………. 85 3. Siklus II .............................................................................. 89 4. Siklus III ............................................................................ 93
C. Analisis Antar Siklus I, II, dan III ............................................97 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .............................................................................. 100 B. Saran ........................................................................................ 101 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 104 LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................... 106
DAFTAR TABEL
1.1 Perbedaan Belajar Menurut Paradigma Lama dan Baru ...................... 6 3.1 Keadaan Kepala dan Guru MI Salafiyah Kendal .................................. 62 3.2 Data Peserta Didik MI Salafiyah Kendal TA 2010/2011 ....................... 62 3.3 Daftar Nama Siswa Kelas IV MI Salafiyah Kendal ............................... 65 4.1 Nilai Siswa Pra Siklus .............................................................................78 4.2 Nilai Siswa pada Siklus I ...................................................................... 79 4.3 Nilai Siswa pada Siklus II ...................................................................... 81 4.4 Nilai Siswa pada Siklus III ..................................................................... 83 4.5 Hasil Observasi Sikap Siswa pada Siklus I ............................................ 86 4.6 Hasil Observasi Sikap Siswa pada Siklus II ........................................... 89 4.7 Hasil Observasi Sikap Siswa pada Siklus III .......................................... 93 4.8 Hasil Observasi Kegiatan Siswa dari Siklus I, II, III ............................. 97 4.9 Hasil Prestasi Belajar Siswa dari Siklus I, II, III ................................... 99
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan SKL Mata Pelajaran IPS Kelas IV SD/MI Semester I ............................ 106 Lampiran 2: Materi Pembelajaran Dengan Pokok Bahasan Kepahlawanan dan Patriotisme ........................................... 107 Lampiran 3: RPP Siklus I .......................................................................... 110 Lampiran 4: RPP Siklus II ......................................................................... 112 Lampiran 5: RPP Siklus III ........................................................................ 114 Lampiran 6: Soal Evaluasi Siklus I ............................................................116 Lampiran 7: Soal Evaluasi Siklus II .......................................................... 117 Lampiran 8: Soal Evaluasi Siklus III ......................................................... 118 Lampiran 9: Kunci Jawaban Evaluasi Siklus I, II dan III ......................... 121 Lampiran 10: Lembar Pengamatan Siswa pada Siklus I ............................. 122 Lampiran 11: Lembar Pengamatan Guru pada Siklus I .............................. 123 Lampiran 12: Lembar Pengamatan Siswa pada Siklus II ............................ 124 Lampiran 13: Lembar Pengamatan Guru pada Siklus II ............................. 125 Lampiran 14: Lembar Pengamatan Siswa pada Siklus III .......................... 126 Lampiran 15: Lembar Pengamatan Guru pada Siklus III ............................ 127 Lampiran 16: Biodata Penulis ...................................................................... 128 Lampiran 17: Surat Izin Penelitian .............................................................. 129
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Banyak madrasah yang tidak menyadari bahwa kegiatan belajar mengajar semakin hari semakin mengalami kemunduran. Bagi siswa belajar merupakan sesuatu yang tidak menarik dan membosankan. Keadaan di kelas suasananya pun hampir sama, anak-anak terlihat jenuh dan tidak tertarik terhadap materi yang disampaikan oleh guru. Siswa lebih senang melihat jam dan menghitung waktu untuk beristirahat dan bisa bebas bermain di halaman dari pada sekedar duduk di kelas sambil mendengar ceramah dari gurunya. Kebiasaan guru menyampaikan materi yang sama setiap tahun dengan metode dan pendekatan yang tidak berubah, menyebabkan pembelajaran menjadi kaku dan tidak menyenangkan bagi siswa, sehingga prestasi belajar siswa tidak maksimal. Kenyataan yang ironis dari kondisi pendidikan di madrasah ini seharusnya menjadi pertimbangan bagi guru untuk bisa merubah paradigma pendidikan yang monoton dan membosankan menjadi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Belajar merupakan konsekuensi otomatis penyampaian informasi dari guru kepada peserta didik. Belajar membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan pelajar itu sendiri. Penjelasan dan pemahaman yang didapat oleh siswa sendiri dengan pembelajaran aktif akan memudahkan peserta didik untuk memahami suatu materi dan mengingatnya dalam jangka waktu yang lama, karena dalam pembelajaran anak didik mengoptimalkan seluruh potensi yang dimiliki. Anak
didik menggunakan kemampuan otaknya untuk mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan berbagai masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Menurut Djamarah (2006:2) belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Untuk itu guru harus pandai dalam menentukan langkah yang tepat untuk meningkatkan pemahaman dan prestasi belajar anak didik. Dalam mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana, bukan sembarangan yang bisa merugikan anak didik. “Pandangan guru terhadap anak akan menentukan sikap dan perbuatan” (Djamarah, 2006:3). Setiap guru tidak selalu mempunyai pandangan yang sama dalam menilai anak didik. Hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang guru ambil dalam pembelajaran. Guru yang memandang anak didik sebagai pribadi yang berbeda dengan anak didik lainnya akan berbeda dengan guru yang memandang anak didik sebagai makhluk yang sama dan tidak ada perbedaan dalam segala hal. Maka penting meluruskan pandangan yang keliru dalam menilai anak didik. Sebaliknya guru memandang anak didik sebagai individu dengan segala perbedaan, sehingga mudah melakukan pendekatan dalam pembelajaran.
Selama ini kondisi proses belajar mengajar di Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah Kendal masih diwarnai oleh aspek pengetahuan. Masih sedikit mengacu pada keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran itu sendiri, karena pembelajaran tidak merangsang siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar sehingga pembelajaran cenderung mengarah pada verbalisme. Kondisi seperti ini juga ditemukan dalam pembelajaran IPS pada kelas IV MI Salafiyah Kendal, yaitu pembelajaran hanya menekankan aspek kognitif semata, kurang melibatkan siswa, sehingga siswa kurang mandiri dalam belajar bahkan cenderung pasif. Akibatnya prestasi belajar IPS pada akhir semester mengalami penurunan yang cukup drastis. Dari hasil survei sementara yang dilakukan pada awal bulan Nopember 2010, di MI Salafiyah Kendal ditemukan adanya beberapa gejala masalah berupa rendahnya prestasi belajar pada mata pelajaran IPS. Rendahnya prestasi belajar terlihat dari data hasil penilaian pra siklus yaitu dari 20 siswa baru ada 4 siswa (20%) yang dinyatakan tuntas dari seluruh siswa padahal ketuntasan ideal untuk bisa dikatakan proses pembelajaran berhasil apabila 85% siswa dinyatakan tuntas. Rendahnya prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: (a) pemahaman materi oleh siswa belum optimal, karena minimalnya alokasi waktu untuk menyampaikan materi IPS yaitu 3 jam pelajaran, padahal materi IPS yang harus disampaikan banyak; (b) ada beberapa siswa yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah, dikarenakan kurangnya perhatian dari orang tua; (c) proses pembelajaran hanya berlangsung satu arah, hal ini disebabkan karena komunikasi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa banyak mengalami hambatan; (d) penggunaan pendekatan masih bersifat konvensional sehingga
siswa merasa bosan pada pembelajaran IPS, akibatnya siswa mencari kesenangan dengan melakukan kegaduhan atau aktivitas lain saat proses belajar mengajar; (e) hasil evaluasi kurang memuaskan dan hasil belajarpun cepat hilang begitu semester berlalu. Untuk mengatasi rendahnya kualitas pendidikan pada generasi penerus, maka ada suatu konsep yang bisa membantu kegagalan sistem pendidikan yang diterapkan sekarang ini, yaitu menggunakan pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsepsi pembelajaran yang membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan dan penerapanya dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarkat (Johnson, 2002: 65). Pada pembelajaran kontekstual peserta didik akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dan kegiatan yang akan terjadi di sekelilingnya. Pembelajaran ini menekankan pada daya pikir yang tinggi, transfer ilmu pengetahuan, mengumpulkan dan menganalisis data, memecahkan masalah-masalah tertentu baik secara individu maupun kelompok. Pembelajaran dengan CTL akan memungkinkan proses belajar yang menyenangkan karena proses pembelajaran dilakukan secara alamiah dan kemudian peserta didik dapat mempraktikkan secara langsung berbagai materi yang telah dipelajarinya. Pembelajaran CTL mendorong peserta didik memahami hakekat, makna, dan manfaat belajar sehingga memberikan stimulus dan motivasi kepada mereka untuk rajin dan senantiasa belajar.
Penerapan pembelajaran dengan pendekatan CTL ini diharapkan hasil pembelajaran akan lebih bermakna bagi peserta didik. Oleh karena itu pembelajaran harus berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan peserta didik mengalami, bukan dalam bentuk transfer pengetahuan saja. Strategi dan penggunaan metode pembelajaran menjadi lebih penting dibandingkan dengan hasil belajar. Dalam konteks itu peserta didik perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan begitu mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan bekal untuk kehidupannya kelak. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya menggapainya. Dalam upaya itu mereka memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing. Dalam konteks pembelajaran di kelas, tugas guru adalah membantu peserta didik mencapai tujuannya yakni guru lebih banyak berurusan dengan strategi dan memposisikan diri sebagai fasilitator dari pada memberi informasi dan mengajari. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerjasama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas. Sesuatu yang baru seperti pengetahuan dan keterampilan datang dari hasil proses menemukan sendiri, bukan dari apa yang disampaikan atau yang diajarkan guru.
Berikut ini contoh perbandingan kecenderungan belajar menurut paradigma lama dan baru. Tabel 1.1 Paradigma Lama
Paradigma Baru
- Berbasis pada teks - Mementingkan
segi
- Berbasis pada kegiatan kognitif
hapalan
/
- Keseluruhan kognitif, fisik dan emosional
- Tidak bersemangat dan muram
- Antusias dan hidup
- Kaku dan serius
- Fleksibel dan gembira
- Guru memberi siswa menerima
- Guru
adalah
fasilitator,
pendamping - Otoriter
- Demokrasi
- Verbal
- Multi indrawi
- Hasil belajar diukur dengan tes
- Tes dan non tes
- Individualistis
- Gotong
royong/kerja
sama
(Hartati, 2004:32)
Dari uraian dan pemikiran tersebut, penulis terdorong untuk meneliti seberapa jauh kebenaran konsep di atas dengan melakukan penelitian di Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah Kendal Ampel Boyolali, dengan mengambil judul : “Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada Siswa Kelas IV MI Salafiyah Kendal Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011”.
B. Rumusan Masalah Berdasar latar belakang permasalahan tersebut di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Apakah penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan minat belajar IPS pada siswa kelas IV MI Salafiyah Kendal, Kec. Ampel, Kab. Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011? 2. Apakah penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan penguasaan materi IPS pada siswa kelas IV MI Salafiyah Kendal, Kec. Ampel, Kab. Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011? 3. Apakah penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa kelas IV MI Salafiyah Kendal, Kec. Ampel, Kab. Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui apakah penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan minat belajar IPS pada siswa kelas IV MI Salafiyah Kendal, Kec. Ampel, Kab. Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011. 2. Untuk mengetahui apakah penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan penguasaan materi IPS pada siswa kelas IV MI Salafiyah Kendal, Kec. Ampel, Kab. Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011.
3. Untuk mengetahui apakah penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa kelas IV MI Salafiyah Kendal, Kec. Ampel, Kab. Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011. D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan Hipotesis menurut Arikunto (2006:71) adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
Sedangkan menurut Suryabrata (2009:21) hipotesis merupakan
jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Dari kedua pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa hipotesis adalah dugaan sementara mengenai jawaban atas rumusan masalah yang kebenarannya masih perlu dibuktikan melalui penelitian. Dalam penelitian ini hipotesis yang penulis ajukan adalah : 1.
Penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan minat belajar IPS pada siswa kelas IV MI Salafiyah Kendal, Kec. Ampel, Kab. Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011.
2.
Penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan penguasaan materi IPS pada siswa kelas IV MI Salafiyah Kendal, Kec. Ampel, Kab. Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011.
3.
Penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa kelas IV MI Salafiyah Kendal, Kec. Ampel, Kab. Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011.
Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan indikator yang ingin dicapai pada siklus tindakan terakhir sebagai berikut: 1. Siswa menunjukkan peningkatan minat terhadap pembelajaran IPS dengan pendekatan CTL. 2. Optimalisasi ketuntasan belajar siswa pada pembelajaran IPS dengan pendekatan CTL. 3. Siswa menunjukkan peningkatan prestasi belajar setelah mengikuti pembelajaran IPS dengan pendekatan CTL. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dari segi teoritis maupun praktis. 1. Dari segi teoritis, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran berupa ilmu pengetahuan, bagi pemilihan pendekatan pembelajaran, pada khususnya dalam menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) yang dilakukan pada siswa MI Salafiyah Kendal pada mata pelajaran IPS, dan dapat juga digunakan pada mata pelajaran yang lain. 2. Segi praktis a. Bagi siswa 1) Meningkatkan minat, penguasaan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. 2) Meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah IPS melalui penggunaan pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL).
and
b. Bagi Sekolah 1) Memberikan sumbangan yang berguna bagi sekolah dalam kegiatan pembelajaran terutama dalam pemilihan pendekatan yang tepat baik dalam pembelajaran IPS maupun mata pelajaran yang lain. 2) Meningkatkan mutu pendidikan khususnya pada pembelajaran IPS. c. Bagi guru / peneliti 1) Mendapatkan strategi belajar mengajar
yang tepat dalam
menyampaikan materi IPS. 2) Meningkatkan kreativitas guru dalam mengajar sebagai wujud inovasi dalam dunia pendidikan. 3) Sebagai masukan bagi guru IPS dalam upaya meningkatkan minat belajar, penguasaan dan prestasi belajar siswa. d. Bagi pengembangan keilmuan, menjadi rujukan penelitian yang dilakukan orang lain yang tertarik dan mengalami masalah yang sama. F. Definisi Operasional Untuk menghindari penafsiran yang salah dan pemahaman yang berbeda pada judul tersebut di atas, maka penulis perlu menjelaskan beberapa istilah yang sekaligus sebagai batasan penelitian. Adapun batasan-batasan yang perlu dijelaskan adalah: 1. Prestasi Belajar Menurut Rusyan (1989:81) prestasi adalah hasil yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang
mempengaruhi baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Sedangkan menurut Slameto (1996:2) belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang perubahan itu terjadi akibat hasil dari pengalaman dan praktek. Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan suatu perubahan yang dapat dilihat dari penguasaan keterampilan atau pengetahuan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, biasanya terlihat dalam nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. 2. IPS Menurut Ahmadi (1997:3) Ilmu pengetahuan sosial adalah ilmu-ilmu sosial yang dipilih dan disesuaikan bagi penggunaan program pendidikan di sekolah atau bagi kelompok belajar lainnya yang sederajat . Sedangkan menurut Nasution IPS yaitu suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dan lingkungan fisiknya maupun dalam lingkungan sosial yang bahannya diambil dari berbagai ilmu sosial, seperti: geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, ilmu politik dan psikologi (Saepudin, 2002:8). 3. Contextual Teaching and Learning (CTL) Arti Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsepsi pembelajaran yang membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa agar menghubungkan
pengetahuan dan penerapanya dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarkat (Johnson, 2002:65). G. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan rancangan (model) penelitian tindakan kelas. Istilah “Penelitian Tindakan Kelas” diartikan sebagai bentuk penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat (Arikunto, 2006:91). Dalam penelitian tindakan kelas dilaksanakan tiga siklus tindakan, setiap siklus terdiri dari (a) perencanaan tindakan, (b) pelaksanaan tindakan, (c) observasi dan (d) refleksi. Tiga siklus tersebut tersebut dilaksanakan dengan tujuan untuk memperbaiki, baik efektifitas, perhatian siswa maupun prestasi belajar siswa. 2. Subjek, Lokasi dan Waktu Penelitian a) Subjek penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi subjek adalah siswa kelas IV MI Salafiyah Kendal tahun pelajaran 2010/2011, dengan jumlah 20 siswa, yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan. Dasar pertimbangan pemilihan subjek kelas IV karena sudah berumur 10-11 tahun sehingga dianggap sudah cakap untuk berpikir secara ilmiah dibandingkan dengan kelas bawah.
b) Lokasi penelitian Lokasi yang penulis pilih untuk melaksanakan penelitian ini adalah di MI Salafiyah Kendal, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali. c) Waktu penelitian Penelitian ini dilakukan kurang lebih selama satu bulan yaitu mulai minggu ke-1 bulan Nopember sampai minggu ke-4 bulan Nopember. 3. Langkah-Langkah atau Siklus Penelitian Sesuai dengan jenis penelitian tindakan kelas maka penelitian akan melalui tiga siklus. Setiap siklus meliputi empat tahapan yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Perencanaan Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan Perencanaan Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan Perencanaan Refleksi
a. Perencanaan
SIKLUS III Pengamatan
Pelaksanaan
a. Perencanaan Tindakan Pada tahap ini dilakukan persiapan materi pembelajaran IPS, dengan pokok bahasan sifat kepahlawanan dan patriotisme. Kegiatan ini meliputi: 1) Peneliti menetapkan cara alternatif untuk meningkatkan perhatian, keaktifan, dan kerjasama siswa terhadap pembelajaran IPS pokok bahasan kegiatan sikap kepahlawanan dan patriotisme dengan pendekatan CTL. 2) Peneliti
mempersiapkan
materi
pembelajaran
IPS
dengan
mengembangkan pendekatan Contextual Teching and Learning (CTL). 3) Membuat alat dan lembar observasi. 4) Mendesain alat evaluasi. b. Pelaksanaan Tindakan Tindakan ini merupakan pelaksanaan rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan. Pada tahap ini dilakukan proses pembelajaran yang meliputi kegiatan apsersepsi, pre-tes, pembelajaran, dan evaluasi. Dalam appersepsi, guru menggiring pemikiran anak didik untuk mengaitkan materi yang telah dikuasai maupun pengalaman yang telah mereka miliki dengan materi baru yang akan disampaikan. Sebelum pembelajaran dimulai guru terlebih dulu menuliskan standar kompetensi dan kompetensi yang akan dicapai setelah pembelajaran selesai.
Dalam inti pembelajaran guru mengkondisikan anak didik untuk dapat terlibat langsung secara aktif untuk mencari dan menemukan
sendiri
konsep
yang
terkandung
dalam
materi
pembelajaran dengan memadukan metode diskusi, tanya jawab, resitasi dan metode inquiry. c. Observasi Guru mengamati kegiatan dan tingkah laku anak didik ketika proses pembelajaran berlangsung dengan sasaran yang diamati yaitu perhatian, keaktifan dan kerjasama siswa dalam menemukan konsep yang terkandung dalam materi pembelajaran, membangun hubungan antara konsep dengan materi lain maupun dengan pengalaman siswa sehingga siswa menemukan makna yang terkandung di dalam materi yang dipelajari. Sedangkan kegiatan atau aktifitas guru yang diamati antara lain cara berinteraksi dengan siswa, penggunaan pendekatan dan
metode
yang
tepat,
cara
menyampaikan
materi,
dan
pengkondisian siswa. d. Refleksi Data yang diperoleh dalam kegiatan observasi dikumpulkan dalam tahap ini, kemudian dilakukan analisis dan pemaknaan dengan maksud untuk mengetahui apakah tindakan yang dilakukan telah mencapai tujuan yang diharapkan atau tidak. Berdasarkan hasil observasi tersebut, guru merefleksikan hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan sehingga dapat dijadikan landasan untuk melakukan tindakan kelas pada siklus berikutnya.
4. Instrumen Penelitian a. Pedoman observasi Pedoman observasi disusun untuk memantau situasi saat pembelajaran berlangsung dan untuk mengukur perkembangan yang telah dicapai dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan anak didik. Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati. Dalam proses observasi, observator (pengamat) tinggal memberikan tanda atau tally pada kolom tempat peristiwa muncul. Itulah sebabnya maka cara bekerja seperti ini disebut sistem tanda (sign system). b. Pedoman skala bertingkat Pedoman skala bertingkat dibuat untuk memudahkan penulis dalam mengamati perilaku siswa yang tidak dapat dinilai dengan angka seperti perilaku, perhatian,
keaktifan, kerjasama dan
penampilan siswa. c. Tes Dalam penelitian ini, peneliti memberikan soal-soal yang disusun sesuai dengan konsep yang terkandung dalam materi. 5. Pengumpulan Data Metode pengumpulan data adalah cara yang dipakai untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian ilmiah ada beberapa cara yang dipakai untuk mengumpulkan data. Adapun yang penulis gunakan adalah sebagai berikut:
a. Observasi Observasi adalah adalah suatu pengumpulan data dimana penyelidik mengadakan pengamatan secara langsung. Observasi digunakan untuk melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap
fenomena
yang
diselidiki,
baik
untuk
mengumpulkan monografi, histories, dan lain sebagainya. b. Skala bertingkat (rating scale) Penulis menggunakan metode ini untuk memperoleh data yang dapat digunakan dalam penelitian tindakan kelas untuk memudahkan guru dalam mengamati keberhasilan penelitian. Dalam skala bertingkat akan menghasilkan data yang kasar, namun cukup memberikan informasi tertentu mengenai program atau subjek yang diamati. Instrumen ini dapat mempermudah memberikan gambaran penampilan, perhatian, keaktifan dan kedisiplinan siswa. c. Tes Bentuk tes yang dipakai adalah tes objektif dan isean terbatas, penugasan dan pengumpulan hasil kerja siswa. Tes objektif dan isean terbatas memudahkan siswa
untuk menjawab sesuai dengan
pengetahuan yang mereka kuasai karena jawabannya yang singkat dan terbatas pada poin-poin tertentu yang tidak memungkinkan jawaban yang lain. Sedangkan soal-soal tes penugasan membantu siswa untuk mengaitkan materi dengan peristiwa yang sering dijumpai siswa dalam kehidupan sehari-hari atau bahkan menerapkan konsep materi yang telah dipelajari di madrasah.
6. Analisis Data Untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu dilakukan analisis data. Pada penelitian ini penulis menggunakan analisis deskripsi kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang
diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan
pemahaman materi dan prestasi belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Di dalam analisis data kualitatif akan selalu berkaitan dengan halhal sebagai berikut: a. Reduksi data yaitu memilah-milah data yang tidak berurutan menjadi potongan-potongan yang lebih teratur dengan mengkoding, menyusunnya menjadi kategori (memoing), dan merangkumnya menjadi pola dan susunan yang sederhana. b. Interpretasi yaitu mendapatkan makna dan pemahaman terhadap kata-kata dan tindakan para partisipan riset, dengan memunculkan konsep dan teori (atau teori berdasar generalisasi) yang menjelaskan temuan. Kemudian hasil penemuan tersebut dikomunikasikan melalui laporan tertulis (Daymon, 2008:369).
H. Sistematika Penulisan BAB I
: PENDAHULUAN Berisi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II
: KAJIAN PUSTAKA Berisi: konsep belajar, konsep prestasi belajar, konsep IPS, konsep CTL, dan kaitan prestasi belajar IPS dengan konsep CTL.
BAB III
: PELAKSANAAN PENELITIAN Berisi: gambaran umum lokasi penelitian dan subjek penelitian. Deskripsi pelaksanaan siklus I, siklus II, dan siklus III.
BAB IV
: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berisi: hasil penelitian dan pembahasan
BAB V
: PENUTUP Berisi: kesimpulan dan saran terhadap hasil penelitian.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Belajar 1. Pengertian Belajar a. Pengertian Belajar Secara Etimologis Dalam Kamus Bahasa Indonesia, belajar memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”.
Menurut Furdyartanto
dalam
Baharuddin dan Wahyuni (2008:13) definisi ini memiliki pengertian bahwa “belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu”. Di sini, usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya. Sehingga dengan belajar itu manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu. b. Pengertian Belajar Menurut Para Tokoh Menurut Hilgrad dan Bower dalam Baharuddin dan Wahyuni (2008:13) belajar (to Learn) memiliki arti: 1) to gain knowledge, comprehension, or mastery of trough experience or study, 2) to fix in the mind or memory, memorize; 3) to acquire trough experience; 4) to become in forme of to find out. Menurut definisi tersebut, belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai, dan mendapatkan informasi atau menemukan.
Pendapat ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Cronbach dalam Baharuddin dan Wahyuni (2008:13) “Learning is shown by change in behavior as result of experience”. Belajar yang terbaik adalah melalui pengalaman. Dengan pengalaman tersebut pelajar menggunakan seluruh pancaindranya. Selain itu Morgan dan kawan-kawan dalam Baharuddin dan Wahyuni (2008:14) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman. Pernyataan Morgan dan kawan-kawan ini senada dengan apa yang dikemukakan para ahli yang menyatakan bahwa belajar merupakan proses yang dapat menyebabkan perubahan tingkah laku disebabkan adanya reaksi terhadap suatu situasi tertentu atau adanya proses internal yang terjadi di dalam diri seseorang. Perubahan ini tidak terjadi karena adanya warisan genetik atau respons secara alamiah, kedewasaan atau keadaan organisma yang bersifat sementara, seperti kelelahan, pengaruh obat-obatan, rasa takut, dan sebagainya melainkan perubahan dalam pemahaman, perilaku, persepsi, motivasi, atau gabungan dari semuanya. Dari beberapa pendapat di atas, maka penulis mengambil suatu kesimpulan bahwa belajar pada hakekatnya merupakan proses perubahan tingkah laku seseorang yang dilakukan melalui usaha dan latihan serta pengalaman secara sadar dan sengaja yang menimbulkan perubahan tingkah laku.
2. Ciri-Ciri Belajar Adapun ciri-ciri belajar adalah sebagai berikut: a. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change behavior). Ini berarti, bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu adanya perubahan tingkah laku, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil. Tanpa mengamati tingkah laku hasil belajar, kita tidak akan dapat mengetahui ada tidaknya hasil belajar; b. Perubahan perilaku relatif permanen. Ini berarti, bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-ubah. Tetapi, perubahan tingkah laku tersebut tidak akan terpancang seumur hidup; c. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial; d. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman; e. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan. Sesuatu yang memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah tingkah laku (Baharuddin dan Wahyuni, 2008:15). 3. Prinsip-Prinsip Belajar Menurut Soekamto di dalam tugas melaksanakan proses belajar mengajar, seorang guru perlu memperhatikan beberapa prinsip belajar berikut:
a. Apapun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar bukan orang lain, untuk itu siswalah yang harus bertindak aktif. b. Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya. c. Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama proses belajar. d. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan siswa akan membuat proses belajar lebih berarti. e. Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberi tanggung jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya (Baharuddin dan Wahyuni, 2008:16). 4. Proses Belajar di Sekolah Proses belajar di sekolah merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan secara sengaja oleh seorang atau individu pada saat belajar di sekolah. Selama di sekolah, proses belajar terjadi tidak hanya pada aspek kognitif, namun juga meliputi aspek afektif, maupun aspek psikomotornya. Menurut Syah dalam Sriyanti dkk (2009:20) pengembangan aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor dalam proses belajar di sekolahan memerlukan dua strategi. Strategi pertama, guru perlu mengupayakan agar siswa dapat memahami isi materi pelajaran. Strategi kedua, guru harus mengupayakan agar siswa dapat meyakini arti pentingnya isi materi pelajaran dan mengaplikasikannya serta menyerap pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi pelajaran tersebut.
Menurut Gagne dalam Baharuddin dan Wahyuni (2008:16). siswa mengalami delapan tahap dinamika psikologis, ketika belajar di sekolah yang meliputi: a. Tahap motivasi Pada tahap motivasi, muncul motivasi dan keinginan dalam diri siswa untuk mempelajari sesuatu yang akan dipelajari. Oleh sebab itu, pada saat memulai pelajaran guru harus dapat membangkitkan motivasi yang ada dalam diri siswa. b. Tahap konsentrasi Pada tahap konsentrasi, siswa mulai memusatkan perhatiannya pada hal-hal yang akan dipelajari. c. Tahap mengolah informasi Tahap mengolah informasi, siswa mulai menerima informasi yang disampaikan oleh guru dalam ingatan jangka pendek. Kemudian informasi tersebut diolah untuk diberi makna. Ada siswa yang lebih cepat menangkap makna pelajaran dengan konteks kehidupannya sendiri, ada yang lebih lambat menerima pesan dan memaknainya. Hal ini sedikit banyak dipengaruhi oleh perbedaan kemampuan siswa. d. Tahap menyimpan Pada tahap menyimpan, siswa mulai menyimpan informasi yang diberi makna oleh masing-masing siswa itu dalam ingatan jangka panjang. Pada tahap ini hasil belajar sudah mulai nampak pada diri siswa. Karena pada tahap menyimpan ini, dalam diri siswa sudah terjadi perubahan.
e. Tahap menggali 1 Pada tahap menggali 1, siswa menggali informasi yang telah disimpan dalam ingatan jangka panjang ke dalam ingatan jangka pendek untuk dikaitkan pada informasi baru yang diterimanya. Pada tahap ini berarti terjadi pada proses belajar selanjutnya. f. Tahap menggali 2 Pada tahap menggali 2, siswa mulai menggali informasi yang telah disimpan sebagai persiapan untuk masuk tahap prestasi. Tahap menggali 2 merupakan tahap persiapan untuk kepentingan kerja, menyelesaikan tugas, menjawab soal-soal. g. Tahap prestasi Tahap prestasi, siswa mulai menggunakan tahap menggali 2 untuk kepentingan kerja, menyelesaikan tugas, dan menjawab soal-soal. h. Tahap umpan balik Pada tahap umpan balik, siswa memperoleh kepuasan maupun ketidakpuasan hasil belajar sebagai umpan balik dari apa yang dipelajari. Apabila siswa memperoleh prestasi baik, maka akan terjadi kepuasan pada diri siswa. Sebaliknya, jika siswa memperoleh prestasi jelek, akan menjadikan ketidakpuasan dalam diri siswa. 5. Konsep Belajar menurut Al Qur’an dan Hadis Salah satu yang membedakan manusia dengan makhluk yang lain adalah kemampuannya untuk belajar. Untuk ini, Allah memberikan akal sebagai alat untuk belajar, sehingga membuat manusia mampu menjadi pemimpin di bumi ini. Pendapat bahwa belajar sebagai aktivitas yang tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, ternyata bukan hanya berasal dari hasil renungan manusia semata. Ajaran agama sebagai pedoman hidup manusia juga menganjurkan manusia untuk selalu melakukan kegiatan belajar. Aktivitas belajar sangat terkait dengan proses pencarian ilmu. Islam sangat menekankan terhadap pentingnya ilmu. Di dalam Al-Qur’an, kata al‘ilm dan kata-kata turunannya digunakan lebih dari 780 kali. Beberapa ayat pertama yang diwahyukan kepada Rasulullah, menyebutkan pentingnya membaca, pena, dan ajaran untuk manusia (Baharuddin dan Wahyuni, 2008:32). Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah
menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah yang maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS Al-‘Alaq:1-5). Pada ayat pertama dalam surat Al-‘Alaq (melalui malaikat Jibril) Allah memerintahkan kepada Muhammad untuk “membaca”. Menurut Shihab dalam Baharuddin dan Wahyuni (2008:31) “iqra’ berasal dari akar kata yang berarti menghimpun”. Dari menghimpun inilah lahir aneka makna seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri-ciri sesuatu, dan membaca baik teks tertulis maupun tidak. Dalam wahyu pertama itu tidak menjelaskan apa yang dibaca, karena Al-Qur’an menghendaki umatnya membaca apa saja, selama bacaan tersebut dengan
nama Allah dan didasarkan kepada Allah (bismi rabbik), dalam arti bermanfaat untuk manusia. Selain Al-Qur’an, Hadis Nabi Muhammad saw. juga memuji pentingnya ilmu dan orang-orang yang terdidik. Beberapa hadis tentang pentingnya belajar dan menuntut ilmu, antara lain adalah: mencari ilmu itu wajib bagi setiap Muslim; Carilah ilmu walaupun di negeri Cina; Carilah ilmu sejak dalam buaian hingga ke liang lahat; Para ulama itu adalah pewaris para Nabi; Pada hari kiamat ditimbanglah tinta ulama dengan darah syuhada, maka tinta ulama dilebihkan dari darah syuhada (Baharuddin dan Wahyuni, 2008:32). B. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Secara etimologis kata prestasi berasal dari Belanda, yaitu “prestatie” kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti hasil usaha (Arifin, 1990:2). Menurut Arifin (1990:3) prestasi adalah kemampuan, keterampilan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal. Makna belajar menurut beberapa ahli diantaranya: a. Crow and Crow dalam Sriyanti (2009:17) memberikan definisi, belajar adalah perbuatan untuk memperoleh kebiasaan, ilmu pengetahuan, dan berbagai sikap, termasuk penemuan baru dalam mengerjakan
sesuatu,
usaha
menyesuaikan dengan situasi baru.
memecahkan
rintangan,
dan
b. Syah dalam Sriyanti (2009:17) menyimpulkan, belajar adalah tahapan perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Menurut Rusyan (1989:81) prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seorang individu, merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Dari pengertian tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah merupakan hasil dari aktivitas belajar siswa baik berupa usaha, latihan, dan pengalaman serta dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal. Adapun hasil yang diperoleh oleh anak didik setelah mereka mengikuti pelajaran adalah berupa kecakapan pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Sedangkan prestasi belajar IPS adalah hasil usaha siswa yang diperoleh siswa setelah melakukan proses pembelajaran IPS baik dari materi hafalan, latihan maupun pengalaman yang diperoleh siswa sehingga siswa memiliki kemampuan dan keterampilan dalam memecahkan masalahmasalah yang berkaitan dengan kehidupan sosial. 2. Fungsi Prestasi Belajar Prestasi belajar semakin terasa penting untuk dipermasalahkan karena mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain: a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik.
b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Asumsinya bahwa para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai tendensi keingintahuan dan merupakan kebutuhan umum pada manusia. c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dan inovasi pendidik. Asumsinya adalah bahwa prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi anak didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan. d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam hal ini bahwa dalam prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktifitas suatu institusi pendidikan. Asumsinya kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan anak didik di masyarakat. e. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik (Arifin, 1990:3). Dari banyaknya fungsi prestasi belajar tersebut maka dalam pelaksanaan pembelajaran pasti dilakukan evaluasi hasil pembelajaran untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan di suatu lembaga penyenggara pendidikan tersebut, sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan langkah-langkah untuk memperbaiki kekurangan yang ada dan meningkatkan hal-hal positif yang telah dicapai.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Pada prinsipnya belajar adalah merupakan suatu aktifitas yang berlangsung dengan melalui proses dimana proses tersebut tidak lepas adanya pengaruh. Demikian halnya dengan prestasi atau hasil belajar bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial yang merupakan hasil adanya suatu proses atau aktivitas belajar juga tidak lepas dari adanya pengaruh tersebut. Berkaitan dengan hal ini Suryabrata dalam Sriyanti (2009:24) mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain yaitu “faktor non sosial dan faktor sosial”. Adapun penjelasan masing-masing faktor tersebut adalah sebagai berikut: a. Faktor eksternal 1) Faktor non sosial Faktor non sosial adalah faktor-faktor di luar individu yang berupa kondisi fisik yang ada di lingkungan belajar. Kondisi fisik berupa cuaca, alat, gedung dan sejenisnya. 2) Faktor sosial Faktor sosial adalah faktor-faktor di luar individu yang berupa manusia. Faktor eksternal yang bersifat sosial, bisa dipilih menjadi faktor yang berasal dari keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat termasuk teman pergaulan anak. Faktor sosial yang dimaksud disini adalah faktor manusiawi yang dalam hal ini adalah adanya interaksi antara sesama manusia yakni lingkungan dimana anak itu melakukan pendidikan.
Lingkungan pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: a) Lingkungan keluarga Keluarga adalah lingkungan utama yang dikenal dan digeluti oleh anak didik. Pada lingkungan ini banyak indentifikasi yang diperoleh anak dari anggota keluarganya, baik yang berupa bimbingan atau didikan. Secara informal anak diberikan pengetahuan yang tidak diberikan di sekolahnya (Slameto, 1996:61). b) Lingkungan Sekolah Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa lingkungan sekolah adalah merupakan lingkungan belajar secara sistematis dan terampil serta terarah. Sekolah merupakan tempat belajar yang sangat efektif, maka dari itu tugas dan tanggung jawab sekolah mempunyai arti yang sangat besar dalam mempengaruhi pendidikan anak (Sriyanti dkk, 2009:24). (c) Lingkungan Masyarakat Lingkungan masyarakat mempunyai peranan yang sangat penting terhadap berhasil atau tidaknya pendidikan. Lingkungan dapat memberikan pengaruh yang positif atau pengaruh negatif terhadap
pertumbuhan
jiwanya,
dalam
sikapnya
ahlaknya, dan budi pekertinya (Barnadib, 1984:40).
maupun
b. Faktor internal Faktor internal adalah faktor-faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal terdiri dari faktor fisiologis dan faktor psikologis. 1) Faktor fisiologi Faktor fisiologis adalah kondisi fisik yang terdapat dalam diri individu. Faktor fisiologis terdiri dari: a) Keadaan tonus jasmani pada umumnya Keadaan tonus jasmani secara umum yang ada dalam diri individu sangat mempengaruhi hasil belajar. Keadaan tonus jasmani secara umum ini misalnya, tingkat kesehatan dan kebugaran fisik individu. b) Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu adalah keadaan fungsi jasmani tertentu, terutama yang terkait dengan fungsi panca indera merupakan pintu gerbang masuknya pengetahuan dalam individu. 2) Faktor psikologis Faktor psikologis adalah faktor psikis yang ada dalam diri individu. Faktor-faktor psikis tersebut antara lain tingkat kecerdasan, motivasi, minat, bakat, sikap, kepribadian kematangan dan lain sebagainya.
Faktor eksternal dan internal mempengaruhi keberhasilan belajar. Pengaruhnya
bisa
bersifat
positif/mendukung
namun
bisa
juga
negatif/menghambat (Sriyanti dkk, 2009:21). 4. Indikator Prestasi Belajar Indikator yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil. Berdasarkan ketentuan kurikulum yang disempurnakan yang saat ini digunakan indikator prestasi belajar adalah: a. Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi tingkat tinggi, baik individual maupun kelompok. b. Prilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran atau interaksional khusus (TIK) telah dicapai siswa baik secara individual maupun klasikal (Djamarah, 2006:106). Dari dua kriteria tersebut dapat disimpulkan bahwa indikator prestasi belajar terlihat dari tingginya daya serap siswa terhadap bahan pelajaran dan tercapainya tujuan interaksional yang telah ditetapkan. 5.
Penilaian
Pembelajaran
Berbasis
Kompetensi
dan
Pendekatan
Kontekstual Penilaian
adalah
proses
memperoleh
informasi
untuk
tujuan
pengambilan keputusan tentang kebijaksanaan pendidikan, kurikulum, dan program pendidikan atau tentang kegiatan belajar siswa (Solihatin dan Raharjo, 2007:43). Evaluasi dalam pendidikan IPS dilakukan secara kontinyu, utuh, dan menyeluruh, baik evaluasi proses maupun hasil. Alat evaluasi yang digunakan berupa tes dan nontes.
Penilaian IPS dengan pendekatan kontekstual menganut prinsip penilaian yang berkelanjutan dan komperhensif guna mendukung upaya memandirikan siswa untuk belajar, bekerja sama, dan menilai diri sendiri. Karena itu penilaian dilaksanakan dalam kerangka penilaian berbasis kelas (PBK). Dikatakan PBK karena kegiatan penilaian dilaksanakan secara terpadu dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu prinsip penilaian berbasis kelas ialah penilaian dilakukan oleh guru dan siswa. Hal ini perlu dilakukan bersama karena hanya guru yang bersangkutan yang paling tahu tingkat pencapaian belajar siswa yang diajarnya. Selain itu siswa yang telah diberi tahu oleh guru tersebut bentuk/cara penilaiannya akan berusaha meningkatkan prestasinya sesuai dengan kemampuannya. Prinsip PBK lainnya yaitu tidak terpisahkan dari KBM, menggunakan acuan patokan, menggunakan berbagai cara penilaian (tes dan nontes), mencerminkan kompetensi siswa secara komprehensif, berorientasi pada kompetensi, valid, adil terbuka, berkesinambungan, bermakna, dan mendidik (Muslich, 2008: 91). Atas dasar paradigma baru dalam penelitian tersebut, saat ini telah berkembang istilah asesmen (assessment), yaitu proses pengumpulan berbagai informasi dan data pembelajaran yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menetapkan keputusan profesional tentang program dan pelaksanaan
pembelajaran
perkembangan siswa.
serta
memberikan
gambaran
terhadap
Menurut Solihatin dan Raharjo (2007:46) ada beberapa bentuk alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan siswa di antaranya yaitu “tes dan nontes”. Adapun penjelasan dari masing-masing alat ukur tersebut adalah sebagai berikut: a. Tes 1) Tes lisan Dalam tes ini peserta tes langsung berhadapan dengan pemberi tes atau penguji. Soal diajukan oleh pengujinya secara lisan dan dijawab secara lisan pula oleh siswa yang dites. 2) Tes tertulis Tes tertulis adalah tes yang paling banyak digunakan. Tes tertulis dibagi menjadi dua yaitu tes subjektif dan tes objektif. Dalam tes subjektif jawaban yang diberikan tidak diarahkan, melainkan sepenuhnya diberikan kebebasan dalam menggunakan kalimat sedangkan dalam tes objektif jawaban sudah diarahkan sehingga peserta tes cukup memberikan tanda pada tempat yang sudah disediakan. b. Nontes Beberapa bentuk alat evaluasi nontes diantaranya sebagai berikut: Observasi, daftar cek (checklist), temu wicara, catatan harian, hasil karya siswa, rangkuman pengalaman, dan daftar catatan harian. Sedangkan menurut Muslich (2008:95) ada beberapa bentuk teknik yang biasa diterapkan dalam penilaian kelas diantaranya yaitu (a) Penilaian
Kinerja
(performance),
(b)
Penilaian
Penugasan
(Proyek/Project), (c) Penilaian hasil kerja (Produk/Product), (d) Penilaian tes tertulis (Paper & Pen), (e) Penilaian portofolio, dan (f) Penilaian sikap. Adapun penjelasan dari masing-masing adalah sebagai berikut: a. Penilaian Kinerja (performance) Penilaian kinerja adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi. Penilaian biasanya digunakan untuk menilai kemampuan siswa dalam berpidato, pembacaan puisi, diskusi, pemecahan masalah, pertisipasi siswa dalam diskusi, dan aktivitas lain yang bisa diamati/observasi. b. Penilaian Penugasan (Proyek/Project) Penilaian penugasan atau proyek merupakan penilaian untuk mendapatkan
gambaran
kemampuan
menyeluruh/umum
secara
kontekstual, mengenai kemampuan siswa dalam menerapkan konsep dan pemahaman mata pelajaran tertentu. Penilaian terhadap suatu tugas yang mengandung investigasi harus selesai dalam waktu tertentu. Investigasi dalam penugasan memuat beberapa tahapan,
yaitu
perencanaan,
pengumpulan data, pengolahan data, dan penyajian data. c. Penilaian hasil kerja (Produk/Product) Penilaian hasil kerja atau produk (product) merupakan penilaian kepada siswa dalam mengontrol proses dan memanfaatkan/menggunakan bahan untuk menghasilkan sesuatu kerja praktik atau kualitas estetik dari sesuatu yang mereka produksi. Contohnya: kerja artistik (menggambar, melukis, kerajinan), makanan, dan pakaian.
d. Penilaian tes tertulis (Paper & Pen) Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis. Tes tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal, peserta didik tidak selalu merespons dalam bentuk menulis jawaban, tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain, seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar, dan lain sebagainya. e. Penilaian portofolio Portofolio merupakan kumpulan hasil kerja siswa. Hasil kerja tersebut sering disebut artefak. Artefak-artefak dihasilkan dari pengalaman belajar atau proses pembelajaran siswa dalam periode tertentu. Dengan kata lain portofolio adalah suatu koleksi pribadi hasil pekerjaan seorang siswa yang menggambarkan taraf pencapaian, kegiatan belajar, kekuatan, dan pekerjaan terbaik siswa. f. Penilaian sikap Penilaian sikap adalah penilaian terhadap perilaku dan keyakinan siswa terhadap suatu objek, fenomena, atau masalah. Penilaian ini dapat dilakukan dengan cara, antara lain: 1) Observasi perilaku, misalnya tentang kerjasama, inisiatif, dan perhatian. 2) Pertanyaan langsung, misalnya tanggapan terhadap sikap siswa terhadap maraknya terorisme. 3) Laporan pribadi, misalnya menulis tentang tokoh yang berjasa di lingkungan tempat tinggal siswa.
C. Pembelajaran IPS di Madrasah Ibtidaiyah 1. Sejarah dan Pengertian IPS Adanya istilah IPS sebagai terjemahan dari Social Studies dalam literatur kapendidikan baru muncul pada awal abad ke-20, tetapi nama “Social Studies” pada waktu itulah belumlah memasyarakat di tanah air kita. Pada tahun1913 istilah “Social Studies” secara resmi dipergunakan oleh sebuah komisi pendidikan yaitu “Social Studies Committee of the Commission of the Reorganization of Secondary Education” sebagai bagian dari National Education
yang bekerja untuk merumuskan dan
membina kurikulum sekolah untuk mata pelajaran geografi dan sejarah (Saepudin, 2002:4). Pada tahun 1914 mulailah istilah “Social Studies” secara resmi digunakan untuk kurikulum persekolahan dengan materi pokoknya pada waktu itu adalah sejarah dan geografi. Menurut Skreeting dan Sundeen perkembangan perhatian terhadap kurikulum “social studies” terjadi pada tahun 1936 di Amerika Serikat. Pada waktu itu tuntutan masyarakat terhadap social studies sebagai progam pendidikan sekolah adalah untuk memberikan bekal kepada siswa agar dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan masyarakat, dan sejak itulah istilah social studies dipergunakan dalam kurikulum persekolahan (Saepudin, 2002:4). Di Indonesia istilah social studies dipergunakan untuk istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang secara resmi dipergunakan pada tahun 1975 sesuai dengan keputusan Negara RI melalui SK Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 008-D/U/1975 bahwa mulai 1976 berlaku kurikulum 1975 bagi pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Walaupun diperkenalkan beberapa istilah untuk pengajaran ilmuilmu sosial, tetapi semua istilah mempunyai tujuan dan sifat-sifat yang sama. Perkembangan terakhir (1975) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan cenderung memakai istilah Ilmu Pengetahuan Sosial untuk pengajaran ilmu-ilmu sosial yang mengandung arti pelajaran ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan pendidikan di tingkat pendidikan dasar dan menengah. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti sejarah, geografi, sosiologi, antropologi, ekonomi dan disiplin ilmu sosial lainnya. Berikut ini adalah beberapa pengertian IPS menurut ahli yaitu: a. Di Amerika Serikat dikemukakan oleh The Commite on the National Education Association and Reorganization of secondary education in 1916 dalam Saepudin (2002:7) mendefinisikan IPS sebagai ilmu yang mempelajari bahan-bahan pokok yang langsung berhubungan dengan tata susunan masyarakat dan manusia yang menjadi anggota masyarakat. b. Menurut Nasution dalam Saepudin (2002:8) IPS adalah Program pendidikan yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan fisik maupun sosial yang bahannya diambil dari berbagai ilmu-ilmu sosial seperti: sejarah, geografi, ekonomi dan sebagainya.
c. Menurut Nu’man Soemantri (2001:74) Pendidikan IPS adalah suatu penyederhanaan disiplin ilmu lainnya serta masalah-masalah sosial terkait, yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Dari berbagai definisi yang telah dikemukakan Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. 2. Fungsi dan Tujuan IPS a. Fungsi mata pelajaran IPS di SD/MI adalah untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa, dan Negara Indonesia. b. Tujuan mata pelajaran IPS di SD/MI adalah: 1) Mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan melalui pendekatan pedagogis dan psikologis; 2) Mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan sosial; 3) Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan;
4) Meningkatkan kemampuan bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, baik secara nasional maupun global (Saepudin, 2002:33). 3. Stategi Belajar Mengajar dalam IPS Dalam pembelajaran IPS tekanannya adalah pada ketrampilan dalam kehidupan/bermasyarakat. Ilmu Pengetahuan Sosial memiliki nilai pembelajaran praktis yang harus membina individu yang kreatif, demokratis, dan penuh tanggung jawab. Guru IPS hendaknya sadar bahwa muridlah yang kelak akan menerapkan segala isi pelajaran IPS dan kehidupan sosial hari esok akan berbeda dengan hari ini (Saepudin, 2002:57). Strategi yang dimaksud adalah perencanaan pengajaran dari seorang guru tentang bagaimana pengajarannya akan dilaksanakan. Dalam strategi belajar mengajar yang penting untuk diperhatikan bagi seorang guru adalah bagaimana perencanaan pembelajaran dan proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik dan berhasil dengan baik. Oleh karena itu dalam merencanakan strategi belajar mengajar harus berindikasikan pada: a. Falsafah belajar mengajar yang dianut guru/kurikulum tersebut. b. Kecocokan dengan identitas/karakter, pendekatan serta sasaran bidang studi yang bersangkutan (IPS). c. Kemampuan untuk menerapkan strategi (dilihat dari segi kemampuan guru maupun siswa serta kondisi daerah setempat).
Di dalam strategi pembelajaran IPS hendaknya diperhatikan: 1) Segi Program/Bahan Pelajaran yang Mencakup: a) Topik, jenis konsep/isi pelajaran dan bahan uraian lainnya hendaknya dapat memenuhi kebutuhan, minat, kemampuan, persoalan, dan prospek hidup siswa. b) Pembelajaran IPS hendaknya berorentasi pada kehidupan nyata serta lingkungan kehidupan siswa. c) Di dalam program pembelajaran harus terbuka kesempatan untuk menggunakan multi media pengajaran ataupun dalam kegiatan siswa maupun guru dapat dilakukan di dalam maupun di luar kelas/sekolah. d) Program
pembelajaran hendaknya cukup jelas dan dalam
jangkauan siswa. 2) Segi Siswa Di dalam perencanaan pembelajaran IPS
yang
harus
diperhatikan adalah: a) Siswa mempunyai kesempatan untuk menampilkan keberanian mengemukakan pendapat dan dapat mendorong minat belajar, motivasi mempelajari program pembelajaran serta adanya rasa penasaran. b) Siswa
dapat
menggunakan
cara-cara
belajar
menurut
kemampuan serta kebiasaannya (sesuai dengan pendekatan multi media).
c) Siswa tidak merasakan adanya suasana paksaan, tekanan atau ketakutan pada pelajaran IPS. Oleh karena itu guru dalam merencanakan pelajaran hendaknya melibatkan siswa secara aktif sebagai subjek maupun objek pelajaran dalam suasana yang demokratis dan kreatif. 3) Segi Guru Salah satu unsur yang terlibat dalam proses belajar mengajar khususnya guru IPS sebagai perencana dan pelaksana pengajaran harus mampu menciptakan iklim belajar mengajar yang aktif, inovatif, dan kreatif (Saepudin, 2002:28). D. Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Konsep Contextual Teaching and Learning (CTL) Contextual Teaching and Learning (CTL) menurut Nurhadi dalam Sugiyanto (2010:14) adalah konsepsi pembelajaran yang membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa agar menghubungkan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dengan kehidupan sehari-hari. Pengetahuan siswa diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar. Untuk memahami secara lebih mendalam konsep pembelajaran kontekstual, COR (Center for Occupational Reseach) di Amerika menjabarkan menjadi lima konsep bawahan yang disingkat REACT, yaitu “Relating, Experiencing, Appliying, Coorperating, dan Transfering” (Muslich, 2008:42).
a. Relating adalah bentuk belajar dalam konteks kehidupan nyata atau pengalaman
nyata.
Pembelajaran
harus
digunakan
untuk
menghubungkan situasi sehari-hari dengan informasi baru untuk dipahami atau dengan problema untuk dipecahkan. b. Experiencing adalah belajar dalam konteks eksplorasi, penemuan, dan penciptaan. Ini berarti bahwa pengetahuan yang diperoleh siswa melalui pembelajaran yang mengedepankan proses berpikir kritis lewat siklus inquiry. c. Appliying adalah belajar dalam bentuk penerapan hasil belajar ke dalam penggunaan dan kebutuhan praktis dalam praktiknya, siswa menerapkan konsep dan informasi ke dalam kebutuhan kehidupan mendatang yang dibayangkan. d. Cooperating adalah belajar dalam bentuk berbagi informasi dan pengalaman, saling merespons, dan saling berkomunikasi. Bentuk belajar ini tidak hanya membantu siswa belajar tentang materi, tetapi juga konsisten dengan penekanan belajar kontekstual dalam kehidupan nyata. Dalam kehidupan yang nyata siswa akan menjadi warga yang hidup berdampingan dan berkomunikasi dengan warga lain. e. Trasfering adalah kegiatan belajar dalam bentuk memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman berdasarkan konteks baru untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman belajar. Dengan pendekatan CTL, proses belajar mengajar akan lebih konkret, lebih realistis, lebih aktual, lebih nyata, lebih menyenangkan, dan lebih bermakna (Harsanto, 2007:42). Pendekatan ini sebenarnya bukan sama
sekali baru karena beberapa waktu yang lalu pernah disinggung mengenai pembelajaran aktif, CBSA, dan saat ini banyak sekali pendekatan pembelajaran yang diungkap mulai dari Active Learning, Quantum Learning, Quantum Teaching, Accelerated Learning dan sebagainya. Pendekatan pembelajaran yang sesuai adalah pembelajaran yang berorientasi pada kepentingan siswa atau berpusat pada siswa. Hal ini sesuai dengan pendekatan pembelajaran Inquiry yang menunjukkan dominasi peserta didik selama proses pembelajaran dan guru sebagai fasilitator. Ciri dari pendekatan ini adalah kegiatannya beragam seperti: teknik tanya jawab dan diskusi yang bersifat terbuka, simulasi, bermain peran, sosio drama, demontrasi, eksperimen, studi kasus, problem solving, kerja kelompok. Konsep belajar aktif sudah di kembangkan oleh Confusius, 2400 tahun yang silam dengan mengungkapkan teori sebagai berikut: “Apa yang saya dengar saya lupa. Apa yang saya lihat saya ingat. Apa yang saya kerjakan saya paham”(Silberman, 2002:1). Selanjutnya Silberman dalam bukunya “Active Learning” 101 Strategi Pembelajaran Aktif (2002:2) mengembangkan pernyataan Confusius menjadi paham belajar aktif sebagai berikut: “Apa yang saya dengar saya lupa. Apa yang saya lihat saya ingat sedikit. Apa yang saya dengar, lihat dan diskusikan saya mulai mengerti. Apa yang saya lihat, dengar, diskusikan dan kerjakan saya dapat pengetahuan dan ketrampilan. Apa yang saya ajarkan saya kuasai”.
Keaktifan siswa tidak saja dalam menerima informasi tetapi juga dalam memproses informasi secara efektif. Otak membantu melaksanakan refleksi baik secara eksternal maupun internal. Belajar secara pasif tidak
akan hidup, karena siswa mengalami proses tanpa rasa ingin tahu, tanpa pertanyaan dan tanpa ada daya tarik pada hasil. Belajar secara aktif siswa dituntut mencari sesuatu sehingga dalam pembelajaran seluruh potensi siswa akan terlibat secara optimal. 2. Dasar Teori Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Para pendidik yang mempunyai pandangan ilmu pengetahuan bahwa alam semesta itu hidup, tidak diam, dan bahwa alam semesta ditopang oleh tiga prinsip kesalingbergantungan, diferensiasi, dan organisasi diri, harus menerapkan pandangan dan cara berpikir baru mengenai pembelajaran dan pengajaran. Menurut Johnson tiga pilar dalam sistem CTL, yaitu: a. CTL mencerminkan prinsip kesaling-bergantungan yang merupakan perwujudan diri, misalnya ketika para siswa bergabung untuk memecahkan masalah. b. CTL mencerminkan prinsip deferensiasi, hal ini terlihat ketika CTL menantang para siswa untuk saling menghormati keunikan masingmasing, untuk menghargai perbedaan-perbedaan, untuk menjadi kreatif, untuk bekerjasama, untuk menghasilkan gagasan baru yang berbeda, dan untuk menyadari bahwa keragaman adalah tanda kemantapan dan kekuatan. c. CTL mencerminkan prinsip pengorganisasian diri, hal ini terlihat ketika para siswa mencari dan menemukan kemampuan dan minat mereka sendiri yang berbeda, mendapat manfaat dari umpan balik yang diberikan oleh penilaian autentik, dan berperan serta dalam kegiatan-kegiatan yang
berpusat pada siswa yang membuat hati mereka bernyanyi (Sugiyanto, 2010:16). Landasan filosofis CTL adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksi pengetahuan di benak mereka sendiri. Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan. Konstruktivisme berakar pada filsafat pragmatisme yang digagas oleh John Dewey pada awal abad ke-20, yaitu sebuah filisofi belajar yang menekankan pada pengembangan minat dan pengalaman siswa. 3. Karakteristik Contextual Teaching and Learning (CTL) Menurut
Muslich
(2002:42)
pembelajaran
dengan
pendekatan
kontekstual mempunyai karakteristik sebagai berikut: a.
Pembelajaran
dilaksanakan
dalam
konteks
autentik,
yaitu
pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah (learning in real life setting). b.
Pembelajaran
memberikan
kesempatan
kepada
siswa
untuk
mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning). c.
Pembelajaran
dilaksanakan
dengan
memberikan
pengalaman
bermakna kepada siswa (learning by doing). d.
Pembelajaran dilaksanakan antar teman (learning in a group).
e.
Pembelajaran
memberikan
kesempatan
untuk
menciptakan
kebersamaan, bekerjasama, dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam (learning to know each other deeply). f.
Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquiry, to work together).
g.
Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning as an enjoy activity).
4. Prinsip Dasar Setiap Komponen Contextual Teaching and Learning Menurut Muslich (2008:43) pembelajaran dengan pendekatan kontekstual melibatkan tujuh komponen utama, yaitu (1) contructivism (konstruktivisme, membangun, membentuk); (2) question (bertanya); (3) inquiry (menyelidiki, menemukan); (4) learning community (masyarakat belajar); (5) modelling (pemodelan); (6) reflection (refleksi atau umpan balik); (7) authentic assessment (penilaian yang sebenarnya). Prinsipprinsip dasar yang dimaksud terlihat pada penjelasan berikut: a. Konstruktivisme Komponen ini merupakan landasan filosofis (berpikir) pendekatan CTL.
Pembelajaran
yang
berciri
konstruktivisme
menekankan
terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif berdasarkan pengetahuan dan pengalaman belajar yang bermakna. Pengetahuan bukanlah serangkaian fakta, konsep, dan kaidah yang siap dipraktikkannya. Manusia harus mengkonstruksinya terlebih dahulu pengetahuan tersebut dan memberikan makna melalui pengalaman
nyata. Karena itu, siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan mengembangkan ide-ide yang ada pada dirinya. Atas dasar pengertian tersebut menurut Muslich (2008:44) prinsip dasar konstruktivisme yang dalam prakrik pembelajaran harus dipegang guru adalah sebagai berikut: 1) Proses pembelajaran lebih utama daripada hasil pembelajaran. 2) Informasi bermakna dan relevan dengan kehidupan nyata siswa lebih penting daripada informasi verbalistis. 3) Siswa mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk menemukan dan menerapkan idenya sendiri. 4) Siswa diberikan kebebasan untuk menerapkan strateginya sendiri dalam belajar. 5) Pengetahuan siswa tumbuh dan berkembang melalui pengalaman sendiri. 6) Pemahaman siswa akan berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila diuji dengan pengalaman baru. 7) Pengalaman
siswa
bisa
dibangun
secara
asimilasi
(yaitu
pengetahuan baru dibangun dari struktur pengetahuan yang sudah ada) maupun akomodasi (yaitu struktur pengetahuan yang sudah ada dimodifikasi untuk menampung/menyesuaikan hadirnya pengalaman baru).
b. Bertanya (questioning) Komponen ini merupakan strategi pembelajaran CTL. Belajar dalam pembelajaran CTL dipandang sebagai upaya guru yang bisa mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu, mengarahkan siswa untuk memperoleh
informasi,
sekaligus
mengetahui
perkembangan
kemampuan berpikir siswa. Pada sisi lain kenyataan menunjukkan bahwa pemerolehan pengetahuan seseorang selalu bermula dari bertanya. Atas dasar pengertian tersebut menurut Muslich (2008:45) prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan guru dalam pembelajaran berkaitan dengan komponen bertanya adalah sebagai berikut: 1) Penggalian informasi lebih efektif apabila dilakukan melalui bertanya. 2) Konfirmasi terhadap apa yang sudah diketahui lebih efektif melalui tanya jawab. 3) Dalam rangka penambahan atau pemantapan pemahaman lebih efektif dilakukan lewat diskusi (baik kelompok maupun kelas). 4) Bagi guru, bertanya kepada siswa bisa mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. 5) Dalam pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk: (a) menggali informasi, (b) mengecek pemahaman siswa, (c) membangkitkan
respons
siswa,
(d)
mengetahui
kadar
keingintahuan siswa, (e) mengetahui hal-hal yang diketahui siswa, (f) memfokuskan perhatian siswa pada apa yang dikehendaki guru,
(g) membangkitkan lebih banyak pertanyaan bagi diri siswa, dan (h) menyegarkan pengetahuan siswa. c. Menemukan (inquiry) Komponen menemukan merupakan kegiatan inti CTL. Kegiatan ini diawali dari pengamatan terhadap fenomena, dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan
bermakna
untuk
menghasilkan
temuan
yang
diperoleh sendiri oleh siswa. Dengan demikian, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa tidak dari hasil mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya. Atas dasar pengertian tersebut menurut Muslich (2008:45) prinsip-prinsip yang bisa dipegang guru ketika menerapkan komponen inquiry dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) Pengetahuan dan keterampilan akan lebih lama diingat apabila siswa menemukan sendiri. 2) Informasi yang diperoleh siswa akan lebih mantap apabila diikuti dengan bukti-bukti atau data yang ditemukan sendiri oleh siswa. 3) Siklus inquiry adalah observasi (observation), bertanya (question), mengajukan
dugaan
(hiphotesis),
pengumpulan
data
(data
gathering), dan penyimpulan (conclussion). 4) Langkah-langkah kegiatan inkuiry: (a) merumuskan masalah, (b) mengamati atau melakukan observasi, (c) menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan
karya lain, (d) mengkomunikasikan atau menyajikan hasilnya pada pihak lain (pembaca, teman sekelas, guru, audiens yang lain).
Nilai positif belajar dengan penemuan (inquiry) yaitu: 1) Pengetahuan bertahan lama dan lebih mudah diingat. 2) Konsep atau prinsip yang ditemukan lebih mudah diterapkan pada situasi-situasi baru. 3) Meningkatkan penalaran dan kemampuan untuk berpikir secara bebas. 4) Melatih keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain. 5) Membangkitkan keingintahuan siswa. 6) Memberi motivasi untuk bekerja terus sampai menemukan jawabannya (Hartati, 2004:17). d. Masyarakat belajar (learning community) Konsep ini menyarankan bahwa hasil belajar sebaiknya diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hal ini berarti bahwa hasil belajar bisa diperoleh dengan sharing
antar teman, antar
kelompok, dan antara yang tahu kepada yang tidak tahu, baik di dalam maupun di luar kelas. Karena itu, pembelajaran yang dikemas dalam berdiskusi kelompok yang anggotanya heterogen, dengan jumlah yang bervariasi, sangat mendukung komponen learning community ini.
Berikut ini prinsip-prinsip yang bisa diperhatikan guru ketika menerapkan pembelajaran yang berkonsentrasi pada komponen learning community. 1) Pada dasarnya hasil belajar diperoleh dari kerja sama atau sharing dengan pihak lain. 2) Sharing terjadi apabila ada pihak yang saling memberi dan saling menerima informasi. 3) Sharing terjadi apabila ada komunikasi dua arah atau multi arah. 4) Masyarakat belajar terjadi apabila masing-masing pihak yang terlibat didalamnya sadar bahwa pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang dimilikinya bermanfaat bagi yang lain. 5) Yang terlibat dalam masyarakat belajar pada dasarnya bisa menjadi sumber belajar (Muslich, 2008:46). e. Pemodelan (modelling) Komponen
pendekatan
CTL
ini
menyarankan
bahwa
pembelajaran keterampilan dan pengetahuan tertentu diikuti dengan model yang bisa ditiru siswa. Model yang dimaksudkan bisa berupa pemberian contoh misalnya tentang cara mengoperasikan sesuatu, menunjukkan hasil karya, mempertontonkan sesuatu penampilan. Cara pembelajaran semacam ini akan lebih cepat dipahami siswa daripada hanya bercerita atau memberikan penjelasan kepada siswa tanpa ditunjukkan modelnya atau contohnya. Prinsip-prinsip komponen modelling yang bisa diperhatikan guru ketika melaksanakan pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Pengetahuan dan keterampilan diperoleh dengan mantap apabila ada model atau contoh yang bisa ditiru. 2) Model atau contoh bisa diperoleh langsung dari yang berkompeten atau dari ahlinya. 3) Model atau contoh bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, contoh hasil karya, atau model penampilan (Muslich, 2008:46). f. Refleksi (reflection) Komponen yang merupakan bagian terpenting dari pembelajaran dengan pendekatan CTL adalah perenungan kembali atas pengetahuan yang baru dipelajari. Dengan memikirkan apa yang baru saja dipelajari, menelaah dan merespons semua kejadian, aktivitas, atau pengalaman yang terjadi dalam pembelajaran, bahkan memberikan saran jika diperlukan, siswa akan menyadari bahwa pengetahuan yang baru diperolehnya
merupakan
pengayaan
atau
bahkan
revisi
dari
pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Kesadaran semacam ini penting ditanamkan kepada siswa agar ia bersikap terbuka terhadap pengetahuan-pengetahuan baru. Prinsip-prinsip dasar yang perlu diperhatikan guru dalam rangka penerapan komponen refleksi adalah sebagai berikut: 1) Perenungan atas sesuatu pengetahuan yang baru diperoleh merupakan pengayaan atas pengetahuan yang sebelumnya. 2) Perenungan merupakan respons atas kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diperolehnya.
3) Perenungan bisa berupa menyampaikan penilaian atas pengetahuan yang baru diterima, membuat catatan singkat, diskusi dengan teman sejawat, atau unjuk kerja (Muslich, 2008:47). g. Penilaian autentik (authentic assessment) Komponen
yang merupakan ciri kusus dari pendekatan
kontekstual adalah proses pengumpulan berbagai data yang dapat memberikan
gambaran
atau
informasi
tentang
perkembangan
pengalaman belajar siswa. Gambaran perkembangan pengalaman siswa ini perlu diketahui guru setiap saat agar bisa memastikan benar tidaknya proses belajar siswa. Dengan demikian, penilaian autentik diarahkan pada proses mengamati, menganalisis, dan menafsirkan data yang telah terkumpul ketika atau dalam proses pembelajaran siswa berlangsung, bukan semata-mata pada hasil pembelajaran. Sehubungan dengan hal tersebut, prinsip dasar yang perlu menjadi perhatian guru ketika menerapkan komponen penilaian autentik dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) Penilaian autentik bukan menghakimi siswa, tetapi untuk mengetahui perkembangan pengalaman belajar siswa. 2) Penilaian dilakukan secara komprehensif dan seimbang antara penilaian proses dan hasil. 3) Guru menjadi penilai yang konstruktif (constuktive evaluators) yang dapat merefleksikan bagaimana siswa belajar, bagaimana siswa menghubungkan apa yang telah mereka ketahui dengan
berbagai konteks, dan bagaimana perkembangan belajar siswa dalam berbagai konteks belajar. 4) Penilaian autentik memberikan kesempatan siswa untuk dapat mengembangkan penilaian diri (self assessment) dan penilaian sesama (peer assessment). 5) Penilaian autentik mengukur keterampilan dan performansi dengan kriteria yang jelas (performance based). 6) Penilaian autentik dilakukan dengan berbagai alat berkesinambungan
sebagai
bagian
integral
dari
secara proses
pembelajaran. 7) Penilaian autentik dapat dimanfaatkan oleh siswa, orang tua, dan sekolah untuk mendiagnosis kesulitan belajar, umpan balik pembelajaran, dan/atau untuk menentukan prestasi siswa (Muslich, 2008:47). Apabila ketujuh komponen ini diterapkan dalam pembelajaran, terlihat pada realitas berikut: 1) Kegiatan yang mengembangkan pemikiran bahwa pembelajaran akan lebih bermakna apabila siswa bekerja sendiri, menemukan, dan membangun sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. 2) Kegiatan belajar yang mendorong sikap keingintahuan siswa lewat bertanya tentang topik atau permasalahan yang akan dipelajari. 3) Kegiatan belajar yang bisa mengakomodasikan siswa untuk mengamati, menyelidiki, menganalisis topik atau permasalahan yang dihadapi sehingga berhasil “menemukan” sesuatu.
4) Kegiatan belajar yang bisa menciptakan suasana belajar bersama atau berkelompok sehingga ia bisa berdiskusi, curah pendapat, bekerja sama, dan saling membantu dengan teman lain. 5) Kegiatan belajar yang bisa menunjukkan model yang bisa dipakai rujukan atau panutan siswa dalam bentuk penampilan tokoh, demonstrasi
kegiatan,
penampilan
hasil
karya,
cara
mengoperasikan sesuatu, dan sebagainya. 6) Kegiatan belajar yang memberikan refleksi atau umpan balik dalam bentuk tanya jawab dengan siswa tentang kesulitan yang dihadapi dan pemecahannya, merekonstruksi kegiatan yang telah dilakukan, kesan siswa selama melakukan kegiatan, dan saran atau harapan siswa. 7) Kegiatan belajar yang bisa diamati secara periodik perkembangan kompetensi
siswa
melalui
kegiatan-kegiatan
nyata
ketika
pembelajaran berlangsung (Muslich, 2008:47). 5. Langkah-lagkah pembelajaran CTL Secara sederhana langkah penerapan CTL dalam kelas secara garis besar adalah: a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan
cara
bekerja
sendiri,
menemukan
sendiri,
mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya. b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. d. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok).
dan
e. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran. f. Lakukan refleksi di akhir penemuan. g. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara (Sugiyanto, 2010:22). 6. Manfaaat Pembelajaran CTL bagi Siswa: a.
Meningkatkan kemampuan untuk bekerjasama dan bersosialisasi.
b. Melatih kepekaan diri, empati melalui variasi perbedaan sikap dan prilaku selama bekerjasama. c. Mengurangi rasa kecemasan dan menumbuhkan rasa percaya diri. d. Meningkatkan motivasi belajar, harga diri dan sikap prilaku yang positif, sehinga pembelajaran kooperatif siswa akan tahu kedudukanya dan belajar untuk saling menghargai satu sama lain. e. Meningkatkan prestasi belajar dengan menyelesaikan tugas akademik, sehingga dapat membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit (Hartati, 2004:29). E. Kaitan Pembelajaran IPS dengan Pendekatan CTL Pembelajaran IPS merupakan pembelajaran yang bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik sebagai makhluk sosial yang senantiasa hidup bersama di dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Siswa diarahkan dan dibimbing untuk bisa menjadi anggota masyarakat yang mempunyai rasa simpati dan empati kepada orang lain, selain itu siswa diarahkan untuk bisa bekerjasama dengan orang lain dalam melaksanakan suatu pekerjaan atau suatu permasalahan, menghilangkan rasa egoisme dan menerapkan materi yang sudah dipelajari di madrasah.
Kesadaran perlunya pendekatan CTL dalam pembelajaran IPS didasarkan adanya kenyataan bahwa “sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pemanfaatannya dalam kehidupan nyata” (Fakhruddin, 2007:200). Hal ini karena pemahaman konsep akademik yang mereka peroleh hanyalah merupakan sesuatu yang abstrak, belum menyentuh kebutuhan praktis kehidupan siswa. Pembelajaran yang selama ini mereka terima hanyalah penonjolan tingkat hafalan dari sekian banyak pokok bahasan, tetapi tidak diikuti dengan pemahaman atau pengertian yang mendalam, yang bisa diterapkan
ketika
mereka
berhadapan
dengan
situasi
baru
dalam
kehidupannya. Pendekatan CTL merupakan konsepsi pembelajaran yang akan membantu menghubungkan antara materi pembelajaran IPS yang diterima di madrasah dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga siswa mampu menerapkan materi IPS yang sudah dipelajari dalam kehidupan keluarga dan masyarakat.
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Gambaran Situasi Umum MI Salafiyah Kendal 1. Letak Geografis MI Salafiyah Kendal Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah Kendal terletak di Dusun Kendal, Kelurahan Sampetan, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali. 2. Sejarah Singkat Berdirinya MI Salafiyah Kendal Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah Kendal didirikan pada tanggal 16 Pebruari 1942. Berdirinya MI Salafiyah kendal diprakarsai oleh tokoh-tokoh agama Islam dusun Kendal diantaranya Bp. Kyai Mustari (Alm), Bp. Abdul Sujak (Alm), Bp. Muhtarom (Alm), Bp. Abdul Musri (Alm), Bp. Mawardi dengan dibantu oleh masyarakat dukuh Kendal dan Salam Rejo. MI Salafiyah didirikan dengan tujuan supaya putra-putri masyarakat Kendal dan sekitarnya bisa belajar terutama pendidikan agama Islam. Berdasarkan surat dari Kepala Kantor Departemen Agama Propinsi Jawa Tengah nomor 19/24/6639 tanggal 1 April 1960, madrasah ini diberi nama
Madrasah
Ibtidaiyah
Salafiyah
yang
kemudian
dalam
perkembangannya mulai tahun 2009 madrasah ini dikelola oleh Yayasan Pendidikan Ma’arif NU. Setelah turunnya pengakuan dari Kantor Departemen Agama tahun 1960, maka beberapa tahun kemudian pemerintah memberikan bantuan gedung sehingga lokasi MI berpindah yang semula berada di depan masjid tepat di tengah-tengah dusun Kendal menjadi di sebelah utara dusun Kendal
tepatnya di sebidang tanah milik kelurahan Sampetan dengan luas kurang lebih 3.000 m².. 3. Identitas MI Salafiyah Kendal a. Nomor Statistik
: 112330902006
b. Alamat
: Dusun Kendal Desa Sampetan Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali
c. Status
: Terakreditasi B
d. S.K. Terakhir
: Kw.11.4/4/PP.03.2/623.9.34/2006
e. No NPSN
: 20337785
f. Nomor SK
: 3574/KL/2009
4. Keadaan Gedung MI Salafiyah Kendal Gedung-gedung yang dimiliki MI Salafiyah Kendal meliputi: a. 6 lokal kelas untuk kelas I - VI dengan ukuran 6 x 7 m² b. 1 lokal ukuran 7 x 9 m² terbagi menjadi ruang kepala sekolah, ruang guru dan perpustakaan. c. Ruang kesehatan d. 3 lokal WC untuk siswa dan 1 WC untuk guru. e. Gudang 5. Keadaan Guru MI Salafiyah Kendal Jumlah guru yang mengajar di MI Salafiyah Kendal seluruhnya berjumlah 9 orang. Selain bertugas secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar, para guru juga bertanggungjawab terhadap program ekstra kurikuler.
Untuk lebih jelasnya mengenai data guru MI Salafiyah Kendal dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.1 Keadaan Kepala Sekolah dan Guru MI Salafiyah Tahun Ajaran 2010/2011 No
Nama/NIP
Tempat tanggal lahir
L/P
Ijazah
Jab.
1
Sunardi, S.PdI
Boyolali, 20-10-1971
P
SI
Kep. Sek
2
Sri Winarsih, S.PdI
Boyolali, 30-09-1983
L
SI
Guru Kl VI
3
Rahman Supartono, S.PdI
Kab. Smg, 12-12-1983
P
SI
Guru Kl IV
4
Anik Faridah A.Ma
Boyolali, 25-10-1984
P
DII
Guru Kl III
5
Arifin. S.PdI
Boyolali, 15-11-1976
L
SI
Guru Kl II
6
Fitriya Ulfa
Boyolali, 23-04-1986
P
MAN
Guru Kl I
7
Ellista, S.PdI
Kab. Smg, 14-02-1987
P
SI
Guru B.ingg
8
Sunarno
Boyolali, 14-06-1974
P
SMU
Guru Penjas
9
Sri Hayati
Boyolali, 23-11-1973
P
MAN
Guru SBK
6. Keadaan Peserta Didik MI Salafiyah Kendal Jumlah peserta didik MI Salafiyah Kendal dari kelas I sampai kelas VI tahun pelajaran 2010/2011 seluruhnya berjumlah 107 peserta didik. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.2 Data Keadaan Peserta Didik MI Salafiyah Tahun Ajaran 2009/2010 Kelas I II III IV V VI Jumlah
Jumlah L 12 15 9 13 5 6 66
Siswa P 8 6 13 7 9 4 56
Jumlah LP 20 21 22 20 14 10 107
7. Visi dan Misi MI Salafiyah Kendal Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah Kendal memiliki visi dan misi yang bertujuan untuk memajukan lembaga pendidikan ini. Visi dan misi Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah adalah sebagai berikut: a. Visi Madrasah : Visi Madrasah adalah unggul dalam prestasi, pelopor dalam IMTAQ, teladan dalam bersikap dan berperilaku. b. Misi Madrasah : 1) Mewujudkan tingkatan kualitas tamatan. 2) Membentuk generasi bertaqwa, mandiri, hormat, dan santun. 3) Membentuk generasi muda yang cerdas, kreatif, dan cinta almamater. 4) Meningkatkan prestasi kerja yang dilandasi semangat kekeluargaan 5) Menciptakan keseimbangan intelektual dan emosional serta spiritual dalam mewujudkan situasi kondusif ke arah terwujudnya tujuan pendidikan nasional. 8. Kurikulum MI Salafiyah Kendal Kurikulum atau mata pelajaran yang diajarkan di MI Salafiyah Kendal adalah sebagai berikut: a. Kurikulum memuat jenis-jenis mata pelajaran serta pembagian waktu masing-masing mata pelajaran. Adapun mata pelajaran yang diajarkan di MI Salafiyah Kendal adalah: Pendidikan Agama Islam yang meliputi: Alquran Hadis, Fiqih, Aqidah Akhlak, Sejarah Kebudayaan Islam. Selain itu, Pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Sosial, Bahasa Indonesia, Bahasa Arab, Ilmu Pengetahuan Alam, Matematika,
Seni Budaya dan Keterampilan, Pendidikan Jasmani, olahraga dan Kesehatan. Serta ada muatan lokal yang meliputi: Baca Tulis Alquran, Bahasa Inggris, Bahasa Jawa dan Ke-NUan. b. Ekstrakurikuler yaitu kegiatan yang diselenggarakan di luar jam pelajaran, adapun kegiatan ekstrakurikuler yang diajarkan di MI Salafiyah Kendal antara lain adalah kepramukaan, qiro’ah dan olah raga, yang semua termuat dalam pengembangan diri. c. Program Pembiasaan yaitu proses untuk lebih menanamkan ilmu agama bagi siswa. Program pembiasaan dilaksanakan 15 menit sebelum pelajaran di mulai dan 15 menit sebelum pulang. Materi yang dimasukkan dalam program pembiasaan untuk kelas satu sampai kelas tiga yaitu Asmaul husna sebelum mulai pelajaran dan hafalan do’a pendek sebelum pulang, untuk kelas empat sampai kelas enam adalah hafalan surat-surat pendek dari surat Al Fatihah sampai Ad Duha. B. Subjek Penelitian dan Karakteristik Objek Penelitian Subjek yang diteliti adalah siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah Kendal yang berjumlah 20 Siswa, terdiri dari 13 laki-laki dan 7 perempuan yang pada tahun pelajaran 2010/2011 tercatat sebagai siswa kelas IV MI Salafiyah Kendal Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali.
Tabel 3.3 Daftar Nama Siswa Kelas IV MI Salafiyah Kendal No 1
Priyono
Nama
Jenis Kelamin L
2
Ferina
P
3
Indra Aditya
L
4
Suciyani
P
5
Rahmat Muktiono
L
6
Vina Wulandari
P
7
Muhammad Sholeh
L
8
Ahmad Toni
L
9
Sofyan Aryadi
L
10
Ahmad Syaiful Bahri
L
11
Askhabussobirin
L
12
Febriana Alisa
P
13
Muhammad Ridwan
L
14
Nur Hayati
P
15
Ria Puji Ardhani
P
16
Rizal Ramadhan
L
17
Siti Khoirul Hidayah
P
18
Feri Eka Ariyanto
L
19
Wawan Siswanto
L
20
Yusuf Dwi Saputro
L
Karakteristik siswa sebagai subjek penelitian lebih detailnya dapat digambarkan sebagai berikut: a. Usia rata-rata siswa 10 tahun. b. Kemampuan siswa rata-rata sedang. c. Sebagian siswa pasif dan malu bertanya. d. Siswa kurang mendapat perhatian dari orang tua. e. Sebagian siswa yang sering tidak mengerjakan PR. f. Latar belakang pendidikan orang tua atau keluarga sebagian besar berpendidikan rendah. g. Latar belakang ekonomi orang tua siswa mayoritas menengah kebawah dengan berprofesi sebagai petani atau buruh pabrik.
C. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial semester I tahun pelajaran 2010/2011. Penelitian pembelajaran IPS dilaksanakan sebanyak 3 siklus dan satu kali pertemuan pra siklus. Penelitian tersebut menggunakan jam pelajaran IPS sesuai dengan jadwal pelajaran IPS kelas IV MI Salafiyah Kendal. Waktu pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Kegiatan pra siklus, tanggal 4 Nopember 2010 2. Kegiatan siklus I, tanggal 11 Nopember 2010 3. Kegiatan siklus II, tanggal 18 Nopember 2010 4. Kegiatan siklus III, tanggal 25 Nopember 2010 Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 3 siklus, setiap siklus terdiri dari beberapa tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Tahapan-tahapan tersebut adalah: 1. Siklus I Siklus ini dilaksanakan pada hari kamis tanggal 11 Nopember 2010 pada jam pertama (07.30–09.15). Secara garis besar pelaksanaan penelitian dapat dideskripsikan sebagai berikut: a. Perencanaan 1) Mempersiapkan materi IPS pokok bahasan kepahlawanan dan patriotisme, dengan sub pokok bahasan semangat kepahlawanan dan semangat cinta tanah air. 2) Mempersiapkan rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dalam pelaksanaan siklus I ini guru menggunakan metode ceramah,
diskusi kelompok, tanya jawab, dan resitasi. Mempersiapkan media-media pembelajaran yang berupa gambar-gambar pahlawan. 3) Membuat lembar observasi kegiatan guru dan lembar observasi kegiatan siswa. 4) Membuat lembar soal ulangan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa dan soal untuk penugaasan di rumah dengan tujuan agar siswa mampu menggali informasi tentang tokoh yang dianggap berjasa atau dianggap sebagai pahlawan di daerah tempat tinggalnya masing-masing. b. Pelaksanaan Tindakan 1) Guru menulis dan menjelaskan kompetensi yang akan dicapai oleh siswa setelah menerima materi pembelajaran. 2) Sebelum masuk kedalam materi pembelajaran guru melakukan appersepsi dengan mengajukan pertanyaan ringan untuk menggali pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa dan selanjutnya pengetahuan yang sudah dimiliki oleh siswa tersebut dihubungkan dengan materi pembelajaran yang akan diberikan. 3) Guru menyajikan materi pelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran.
Pada
siklus
I
ini
guru
membimbing
dan
mengarahkan siswa agar aktif dan dalam proses pembelajaran melalui membaca keras, dengan sesekali guru menghentikan bacaan siswa untuk memberikan penjelasan tentang isi materi. 4) Setelah penyampaian materi IPS dengan menggunakan metode membaca keras selesai, guru membagi siswa menjadi empat
kelompok untuk mendiskusikan dan merumuskan dengan kalimat sendiri tentang pengertian kepahlawanan dan patriotisme, serta memberi kesempatan kepada siswa yang belum paham untuk bertanya. Kemudian guru melakukan tanya jawab secara lisan tentang materi yang telah disampaikan sebagai bahan refleksi materi ataupun kegiatan pembelajaran. 5) Guru membimbing siswa untuk mengambil kesimpulan dari materi yang telah dibahas. 6) Guru membagikan lembar evaluasi untuk mengukur pemahaman siswa. 7) Guru memberikan tugas individu siswa untuk melakukan penelitian sederhana tentang orang yang dianggap berjasa di lingkungan sekitar tempat tinggal siswa. 8) Guru
memberi tugas
kepada masing-masing siswa untuk
mempelajari materi baru untuk pembelajaran yang akan datang (resitasi). c. Observasi Pada tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran untuk mengetahui sikap guru selama mengajar yang diamati oleh guru kelas IV serta kegiatan siswa selama proses pembelajaran. Kegiatan siswa yang diamati oleh peneliti adalah perhatian, keaktifan dan kerjasama kelompok selama pembelajaran berlangsung. Sedangkan kegiatan atau aktifitas guru yang diamati antara lain cara berinteraksi dengan siswa, penggunaan pendekatan
dan
metode
yang
tepat,
cara
menyampaikan
materi,
dan
pengkondisikan siswa. d.
Refleksi Refleksi dilakukan oleh peneliti berdasarkan dua hasil penelitian yaitu hasil pengamatan terhadap situasi pembelajaran di kelas dan hasil tes. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap situasi pembelajaran pada siklus pertama ini, peneliti dapat menemukan beberapa keberhasilan yang dicapai, diantaranya: 1) Sebagian
besar
siswa
mendengarkan
dan
memperhatikan
penjelasan peneliti. 2) Sebagian siswa sudah dapat menjawab pertanyaan dengan benar. 3) Beberapa orang siswa menunjukkan minat yang tinggi terhadap materi yang disampaikan dengan beberapa kali bertanya. 4) Sudah ada beberapa siswa yang pada siklus awal langsung mendapatkan nilai yang masuk kategori tuntas. Walaupun sudah ada beberapa keberhasilan dalam pembelajaran namun masih banyak kelemahan dalam pembelajaran sebagai berikut: 1) Siswa masih banyak yang kurang mengerti tentang kepahlawanan dan patriotisme. 2) Suasana kelas kurang kondusif, masih ada beberapa siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru. 3) Penggunaan waktu kurang efektif. 4) Penggunaan media kurang menarik siswa.
5) Keberanian siswa untuk bertanya ataupun menjawab pertanyaan masih kurang. 6) Nilai evaluasi belum sesuai dengan harapan, karena masih banyak siswa yang nilainya dibawah kriteria ketuntasan minimal. Pada tahap ini hasil yang didapatkan dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis. Dari hasil observasi, peneliti dapat merefleksi diri dengan melihat data observasi dan hasil evaluasi siswa. Dari hasil analisis data yang dilaksanakan pada tahap ini akan dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya. 2. Siklus II Siklus ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 18 November 2010 pada jam pertama (07.30-09.15). Secara garis besar pelaksanaan penelitian dapat dideskripsikan sebagai berikut: a. Perencanaan 1) Mempersiapkan materi IPS dengan pokok bahasan kepahlawanan dan patriotisme dengan sub pokok bahasan pahlawan-pahlawan bangsa. 2) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan pendekatan CTL dengan metode diskusi kelompok, presentasi, tanya jawab, inquiry, dan resitasi. 3) Mempersiapkan media berupa cerita bergambar tentang tokohtokoh pahlawan bangsa yang berjuang dengan cara yang berbeda. 4) Membuat alat observasi untuk mengamati aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
5) Membuat lembar soal evaluasi untuk mengukur prestasi belajar siswa dan soal penugasan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menghubungkan materi dengan peristiwa yang terjadi dalam kehidupan siswa. b. Pelaksanaan Tindakan 1) Guru menyampaikan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa setelah menerima materi pembelajaran. 2) Guru membagi siswa menjadi empat kelompok, setiap kelompok terdiri dari lima siswa. 3) Guru membagikan cerita tokoh-tokoh pahlawan yang berbeda kepada setiap kelompok. 4) Setiap kelompok membaca, memahami dan mendiskusikan figur tokoh pahlawan tersebut dengan waktu 15 menit. 5) Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi tentang tokoh pahlawan yang mereka dapatkan sedangkan kelompok yang lain mendengarkan dan mencatat hal-hal yang belum dipahami dan menanyakannya kepada kelompok yang mempresentasikannya. Guru sesekali menambahi jawaban dan memberi penguatan terhadap jawaban siswa apabila diperlukan. 6) Guru
membagi
lembar
evaluasi
untuk
mengukur
tingkat
pencapaian prestasi siswa. 7) Guru membagikan lembaran yang berisi gambar tokoh pahlawan bangsa sebagai bahan penugasan dan meminta siswa menjelaskan
dalam bidang apa dan dengan cara apa tokoh tersebut berjuang demi bangsa dan negara. 8) Guru meminta siswa mempersiapkan materi baru untuk pertemuan yang akan datang (resitasi). c. Observasi Pada tahap ini kegiatan siswa yang diamati oleh peneliti adalah perhatian, keaktifan, dan kerjasama kelompok selama pelaksanaan diskusi dan proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan kegiatan atau aktivitas guru yang diamati antara lain interaksi dengan siswa, penerapan pendekatan CTL, kemampuan membimbing siswa selama pelaksanaan diskusi dan tanya jawab, kemampuan guru memperjelas materi hasil diskusi, dan kemampuan guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi. Aktivitas guru diamati oleh guru kelas IV sebagai observator dari teman sejawat. d. Refleksi Berdasarkan analisa data dari hasil pengamatan siklus II ini sudah banyak terjadi perubahan
dalam proses pembelajaran
diantaranya: 1) Sebagian besar siswa lebih fokus pada materi pembelajaran. 2) Siswa lebih tekun dan bertanggung jawab terhadap kewajiban masing-masing. 3) Siswa lebih berani dalam bertanya maupun menjawab pertanyaan. 4) Siswa lebih serius untuk memahami materi dengan diskusi kelompok.
5) Sudah ada beberapa siswa yang dalam siklus awal belum tuntas menyusul tuntas dalam siklus ini. Walaupun sudah banyak keberhasilan yang dicapai namun masih ada kekurangan dalam siklus II ini, yaitu: 1) Masih ada beberapa siswa yang belum aktif dalam diskusi kelompok. 2) Pengelolaan waktu masih perlu ditingkatkan. 3) Dari hasil evaluasi masih ada beberapa siswa yang nilainya di bawah kriteria ketuntasan minimal. Setelah melakukan perbaikan pembelajaran pada siklus II dan menganalisa hasil pengamatan, peneliti mengadakan refleksi diri untuk merencanakan tindak lanjut perbaikan yang akan dilaksanakan pada siklus III. 3. Siklus III Siklus ini dilaksanakan pada hari kamis tanggal 25 November 2010 pada jam pertama (07.00–09.15). Secara garis besar pelaksanaan penelitian dapat dideskripsikan sebagai berikut: a. Perencanaan 1) Menyiapkan materi tentang kepahlawanan dengan sub bab bentukbentuk penghargaan terhadap para pahlawan dan meneladani sikap kepahlawanan dan patriotisme. 2) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Pada siklus ini peneliti menggunakan pendekatan CTL dengan metode bervariasi yaitu pemutaran film dokumenter, diskusi, presentasi, tanya jawab,
inquiry, masyarakat belajar dan refleksi yaitu siswa mampu menilai dan menganalisis dirinya sendiri dengan lembar penilaian dan analisis yang sudah disediakan. 3) Mempersiapkan media berupa proyektor dan CD. 4) Membuat alat observasi untuk mengamati aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. 5) Membuat lembar soal ulangan yang mencakup materi mulai dari siklus I sampai siklus III untuk mengetahui tingkat peningkatan prestasi belajar siswa dan lembar analisis untuk melatih siswa agar mampu menilai dirinya sendiri serta mampu menyebutkan contoh perbuatan dalam kehidupan sehari-harinya yang mencerminkan sikap meneladani sikap kepahlawanan dan patriotisme. b. Pelaksanaan Tindakan 1) Guru menuliskan kompetensi yang ingin dicapai setelah proses pembelajaran. 2) Pemutaran film perjuangan yang mengisahkan tentang perjuangan jendral Sudirman dalam mempertahankan kemerdekaan RI dari penjajahan Belanda. 3) Guru membagi siswa menjadi empat kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari lima orang siswa. 4) Siswa diminta mendiskusikan pengorbanan apa saja yang telah diberikan para pahlawan untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan, sifat-sifat apa saja yang harus diteladani dari tokohtokoh yang ada di dalam film tersebut, dan apa yang bisa dilakukan
untuk menghargai jasa-jasa para pahlawan dengan peran tutor sebaya sebagai pemandu setiap kelompok. 5) Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya. 6) Guru menulis hasil diskusi dari masing-masing kelompok dan meminta masing-masing kelompok memberikan pertanyaan, komentar, tambahan, maupun sanggahan terhadap hasil diskusi dari kelompok lain. 7) Guru bersama-sama siswa menyimpulkan hasil diskusi. 8) Guru membagi soal evaluasi untuk mengukur tingkat pemahaman siswa. 9) Guru membagikan lembar penilaian diri dan kolom yang harus diisi oleh siswa untuk mengetahui kemampuan siswa untuk menilai diri sendiri dan merfleksi perbuatan-perbuatan siswa yang dapat dikategorikan sebagai sikap-sikap kepahlawanan dan cinta tanah air. c. Observasi Pada tahap ini dilaksanakan observasi baik kegiatan guru maupun siswa. Kegiatan siswa aspek yang diamati sama dengan siklus I dan siklus II yaitu perhatian, keaktifan, dan kerjasama kelompok. Diharapkan di dalam siklus III ini ada peningkatan minat, penguasaan materi dan prestasi belajar dalam pembelajaran IPS dengan pokok bahasan kepahlawanan dan patriotisme. Sedangkan kegiatan atau aktivitas guru yang diamati antara lain interaksi dengan siswa, penerapan pendekatan CTL, kemampuan membimbing siswa selama
pelaksanaan diskusi dan tanya jawab, kemampuan guru memperjelas materi hasil diskusi, dan kemampuan guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi. Aktivitas guru diamati oleh guru kelas IV sebagai observator dari teman sejawat. d. Refleksi. Berdasarkan analisis dari hasil pengamatan pada siklus III banyak terjadi peningkatan dan perubahan dalam proses pembelajaran, yaitu: 1) Siswa sangat senang dengan pendekatan dan metode yang diterapkan. 2) Siswa lebih fokus terhadap materi yang disampaikan. 3) Siswa sangat antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. 4) Siswa sangat aktif untuk mengajukan pertanyaan maupun menjawab pertanyaan. 5) Suasana kelas sangat dinamis dan kondusif. 6) Seluruh siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Walaupun di dalam siklus III ini sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan namun masih ada dua siswa yang nilainya belum memenuhi standar kelulusan. Hasil analisis data yang dilaksanakan dalam tahap ini akan dipergunakan sebagai acuan untuk menarik suatu kesimpulan apakah pendekatan CTL dapat atau tidak meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi IPS dengan pokok bahasan sikap kepahlawanan dan patriotisme.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bagian ini disajikan hasil penelitian dan pembahasan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu (1) Meningkatkan minat belajar IPS pada siswa kelas IV MI Salafiyah Kendal, kec. Ampel, Kab. Boyolali; (2) Meningkatkan penguasaan materi IPS pada siswa kelas IV MI Salafiyah Kendal, Kec. Ampel, Kab. Boyolali; (3) Meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa kelas IV MI Salafiyah Kendal, Kec. Ampel, Kab. Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011 dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). A. Hasil Penelitian 1. Prasiklus Metode yang digunakan pada pembelajaran IPS di MI Salafiyah sebelum diterapkannya pendekatan CTL adalah pendekatan klasikal yang banyak menggunakan metode ceramah sehingga kurang mengoptimalkan peran serta siswa dalam proses pembelajaran. Dari hasil prasiklus diperoleh nilai murni siswa pada mata pelajaran IPS sebagai pembanding antara sebelum dan sesudah diterapkannya pendekatan CTL. Dokumen nilai prasiklus diambil dari nilai ulangan harian sebelum penerapan pendekatan CTL, nilai ini diambil sebelum diadakan pengayaan ataupun remidi. Adapun nilai patokan ketuntasan pembelajaran IPS menggunakan nilai Ketuntasan Kriteria Minimum (KKM) kelas IV MI Salafiyah Kendal pada mata pelajaran IPS yaitu 65.
Nilai hasil belajar pada pra siklus ini merupakan indikator minat dan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran IPS yang hasilnya akan berpengaruh pada tingkat prestasi siswa. Adapun nilai siswa dari pra siklus adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Nilai Siswa pada Prasiklus No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Nama Siswa Priyono Ferina Indra Aditya Suciyani Rahmat Muktiono Vina Wulandari Muhammad Sholeh Ahmad Toni Sofyan Aryadi Ahmad Syaiful Bahri Askhabussobirin Febriana Alisa Muhammad Ridwan Nur Hayati Ria Puji Ardhani Rizal Ramadhan Siti Khoirul Hidayah Feri Eka Ariyanto Wawan Siswanto Yusuf Dwi Saputro
Nilai 45 40 50 45 65 45 35 55 50 55 60 60 55 65 60 45 75 40 50 70
Keterangan Belum tuntas Belum tuntas Belum tuntas Belum tuntas Tuntas Belum tuntas Belum tuntas Belum tuntas Belum tuntas Belum tuntas Belum tuntas Belum tuntas Belum tuntas Tuntas Belum tuntas Belum tuntas Tuntas Belum tuntas Belum tuntas Tuntas
Dari tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa prestasi belajar IPS siswa kelas IV MI Salafiyah masih rendah yaitu dari jumlah 20 siswa, baru ada 4 siswa yang mendapatkan nilai tuntas dan 16 siswa lainnya masih di bawah kriteria ketuntasan minimal.
2. Siklus I a. Hasil Pengamatan Sikap siswa Berdasarkan analisis hasil pengamatan terhadap siswa ketika pembelajaran berlangsung pada siklus I (lihat lampiran 10) terlihat bahwa dari 20 siswa baru ada 11 siswa yang termasuk dalam kriteria
siswa aktif, 8 siswa cukup aktif, dan 1 siswa kurang aktif. Hal ini menunjukkan bahwa
minat
dan
perhatian
siswa
pada
saat
pembelajaran berlangsung masih kurang dari target yang ditetapkan. b. Hasil Belajar Siswa Adapun hasil prestasi siswa dalam siklus I adalah sebagai berikut: Tabel 4.2 Nilai Siswa pada Siklus I No. Nama Siswa Nilai Tugas 1 Priyono 60 2 Ferina 45 3 Indra Aditya 65 4 Suciyani 55 5 Rahmat M 80 6 Vina W 50 7 M. Sholeh 45 8 Ahmad Toni 60 9 Sofyan Aryadi 55 10 A Syaiful B 70 11 Askhabussobirin 65 12 Febriana Alisa 75 13 M. Ridwan 55 14 Nur Hayati 75 15 Ria Puji A 60 16 Rizal R 55 17 Siti Khoirul H 75 18 Feri Eka A 55 19 Wawan S 65 20 Yusuf Dwi S 70
Nilai Tes 55 50 60 50 70 50 40 65 50 65 70 65 65 75 65 55 80 45 65 80
Rata-rata 57.5 47.5 62.5 52.5 75 50 42.5 62.5 52.5 67.5 67.5 70 60 75 62.5 55 77.5 50 65 75
Keterangan Belum tuntas Belum tuntas Belum tuntas Belum tuntas Tuntas Belum tuntas Belum tuntas Belum tuntas Belum tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum tuntas Tuntas Belum tuntas Belum tuntas Tuntas Belum tuntas Tuntas Tuntas
Dari data analisis hasil penugasan dan tes formatif siswa pada siklus I dalam tabel 4.2 dapat dilihat bahwa baru 8 siswa yang sudah mendapatkan nilai kriteria ketuntasan minimal yaitu 65, sedangkan 12 siswa lainnya masih mendapatkan nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal. Hal ini berarti belum memenuhi standar ideal ketuntasan belajar yaitu 85% dari seluruh siswa mendapat nilai diatas kriteria ketuntasan minimal karena jika diprosentasekan baru ada 40% siswa yang tuntas dalam proses pembelajaran siklus I.
c. Hasil Observasi Terhadap Guru Setelah pembelajaran siklus I selesai, pengamatan aktivitas guru (peneliti) yang diamati oleh guru kelas IV, maka dapat diketahui melalui lembar observasi. Dari hasil pengamatan tercatat 1 butir mendapat tanggapan sangat baik, 6 butir baik, 2 butir mendapat tanggapan cukup baik, dan 1 butir mendapat tanggapan kurang baik (lihat lampiran 11). 3. Siklus II a. Hasil Observasi Terhadap Siswa Berdasarkan hasil pengamatan sikap siswa selama proses pembelajaran berlangsung pada siklus II (lihat lampitan 12) terlihat hasil rata-rata sikap seluruh siswa selama proses pembelajaran mengalami peningkatan yaitu dari 20 siswa, sudah ada 8 siswa yang termasuk dalam klasifikasi sangat aktif, 8 siswa termasuk dalam kriteria aktif, dan 4 siswa lainnya termasuk dalam kriteria cukup aktif. Hal ini menunjukkan peningkatan walaupun masih ada beberapa siswa yang masih belum ikut aktif dalam proses pembelajaran. b. Hasil Prestasi Belajar Siswa Adapun hasil prestasi siswa dalam siklus II adalah sebagai berikut: Tabel 4.3 Nilai Siswa pada Siklus II No. Nama Siswa Nilai Tugas 1 Priyono 70 2 Ferina 60 3 Indra Aditya 75 4 Suciyani 65 5 Rahmat M 90 6 Vina W 65 7 M. Sholeh 55
Nilai Tes 65 55 75 60 85 65 50
Rata-rata 67.5 57.5 75 62.5 87.5 65 52.5
Keterangan Tuntas Belum tuntas Tuntas Belum tuntas Tuntas Tuntas Belum tuntas
8 9 10 11 12 13
Ahmad Toni Sofyan Aryadi A Syaiful B Askhabussobirin Febriana Alisa M. Ridwan
75 65 70 70 80 70
75 55 70 65 75 65
75 60 70 67.5 77.5 67.5
Tuntas Belum tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
14 15 16 17 18 19 20
Nur Hayati Ria Puji A Rizal R Siti Khoirul H Feri Eka A Wawan S Yusuf Dwi S
100 75 60 100 65 75 100
90 80 65 100 55 75 100
95 77.5 62.5 100 60 75 100
Tuntas Tuntas Belum tuntas Tuntas Belum tuntas Tuntas Tuntas
Dari data analisis hasil penugasan dan tes formatif siswa pada siklus II dalam tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa ada 14 siswa yang sudah mendapatkan nilai kriteria ketuntasan minimal yaitu 65, sedangkan 6 siswa lainnya masih mendapatkan nilai dibawah kriteria ketuntasan minimal. Walaupun sudah ada 14 siswa yang memenuhi kriteria tuntas namun jumlah ini belum memenuhi standar ideal ketuntasan belajar karena jika diprosentasekan jumlah tersebut baru mencapai angka 70%, sedangkan kriteria ketuntasan belajar ideal kelas adalah jika 85% dari seluruh siswa mendapat nilai diatas kriteria ketuntasan minimal. c. Hasil Observasi Terhadap Guru Setelah pembelajaran siklus II selesai, pengamatan terhadap aktivitas guru yang dilaksanakan oleh guru kelas IV dapat diketahui melalui lembar observasi siklus II. Dari 10 butir jenis pengamatan tercatat 4 butir mendapatkan tanggapan sangat baik, dan 6 butir mendapat tanggapan baik (lihat lampiran 13).
4. Siklus III a. Hasil Observasi Terhadap Siswa Berdasarkan hasil pengamatan sikap siswa selama proses pembelajaran berlangsung pada siklus III (lihat lampitan 14) terlihat hasil rata-rata sikap seluruh siswa selama proses pembelajaran mengalami peningkatan yaitu dari 20 siswa, sudah ada 16 siswa yang termasuk dalam klasifikasi sangat aktif, 4 siswa termasuk dalam kriteria aktif dan 2 siswa dalam termasuk dalam kriteria cukup aktif. Hal ini menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan karena mayoritas siswa sudah terlibat aktif dalam proses pembelajaran. b. Hasil Prestasi Belajar Siswa Adapun hasil prestasi belajar siswa pada siklus III adalah sebagai berikut: No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Tabel 4.4 Nilai Siswa pada Siklus III Nama Nilai Nilai Siswa Tugas Tes Priyono 70 75 Ferina 60 65 Indra 75 85 Suciyani 75 70 Rahmat M 100 100 Vina W 75 75 M. Sholeh 65 55 A. Toni 75 80 Sofyan A 70 65 Syaiful B 80 75 sobirin 75 80 Febriana 90 95 Ridwan 75 75 Nur H 100 100 Ria Puji A 85 80 Rizal R 70 75 Siti K H 100 100 Feri Eka 75 65 Wawan S 80 85 Yusuf D S 100 100
Rata-rata
Kriteria
72.5 62.5 80 72.5 100 75 60 77.5 67.5 77.5 77.5 92.5 75 100 82.5 72.5 100 70 82.5 100
Tuntas Belum tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
Keterangan KKM BT TI KKM TI TI BT TI KKM TI TI TI TI TI TI KKM TI KKM TI TI
Keterangan: TI
: Tuntas Ideal
KKM : Kriteria Ketuntasan Minimal BT
: Belum Tuntas
Dari data analisis hasil penugasan dan tes formatif siswa pada siklus III dalam tabel 4.4 terlihat bahwa ada 18 siswa yang sudah mendapatkan nilai kriteria ketuntasan minimal yaitu 65, sedangkan 2 siswa lainnya masih tetap mendapatkan nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal. Dari hasil pembelajaran siklus III menunjukkan bahwa kriteria ketuntasan ideal sudah dicapai karena 90% siswa telah tuntas, sedangkan kriteria ketuntasan belajar ideal adalah 85% dari jumlah seluruh siswa. c. Hasil Observasi Terhadap Guru Setelah pembelajaran siklus III selesai, pengamatan terhadap aktivitas guru yang dilaksanakan oleh guru kelas IV dapat diketahui melalui lembar observasi siklus III. Dari 10 butir jenis pengamatan tercatat 8 butir mendapatkan tanggapan sangat baik, dan 2 butir mendapat tanggapan baik (lihat lampiran 15). B. Pembahasan 1) Pra Siklus Dari data hasil prestasi belajar siswa sebelum dilaksanakan pembelajaran dengan pendekatan CTL, dapat diketahui bahwa prestasi belajar IPS siswa kelas IV MI Salafiyah masih rendah yaitu dari
jumlah 20 siswa, baru ada 4 siswa yang mendapatkan nilai tuntas dan 16 siswa lainnya masih di bawah kriteria ketuntasan minimal. Keempat siswa yang sudah tuntas merupakan siswa yang memang mempunyai kecerdasan di atas rata-rata sehingga dengan metode ceramah saja mereka sudah dapat memahami isi dari materi yang diajarkan. Hasil ini menunjukkan bahwa minat dan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran IPS masih rendah. Untuk itu peneliti berusaha menerapkan strategi pembelajaran baru yang berusaha meningkatkan minat, pemahaman, dan prestasi belajar siswa yaitu dengan penerapan pendekatan CTL. 2) Siklus I Pada siklus I pengumpulan data menggunakan lembar observasi kegiatan siswa, lembar observasi kegiatan guru dan tes formatif . Dari lembar observasi kegiatan siswa diperoleh data tentang perhatian siswa dalam menerima materi, keaktifan dalam proses pembelajaran dan kemampuan siswa bekerja sama di dalam kelompoknya dengan tujuan menanamkan kemampuan untuk bersosialisasi dan bekerja sama dengan orang lain. Sedangkan hasil prestasi belajar siswa didapat dari nilai penugasan (resitasi) dan nilai tes. Keaktifan dan perhatian siswa merupakan indikator adanya motivasi dari faktor internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor eksternal tersebut adalah pemilihan pendekatan dan penggunaan metode yang tepat bagi siswa, serta kesesuaian pendekatan dan metode yang dipilih dengan materi. Hal ini akan berpengaruh pada minat dan keaktifan siswa sebagai usaha
agar siswa dapat menemukan sendiri pengetahuannya. Oleh karena itu tiga aspek dari siswa yaitu minat, penguasaan dan nilai hasil belajar merupakan hal pokok yang menjadi sorotan dalam penelitian. Sedangkan observasi kegiatan guru untuk mengetahui aspek-aspek dari guru yang mempengaruhi dalam proses pembelajaran. a. Hasil observasi sikap siswa Berdasarkan analisis hasil pengamatan terhadap sikap siswa yang mencakup perhatian, keaktifan dan kerjasama siswa ketika pembelajaran berlangsung pada siklus I dapat terlihat dalam tabel berikut: Tabel 4.5 Hasil Observasi Sikap Siswa pada Siklus I No. 1. 2. 3. 4.
Kriteria penilaian Kurang Cukup Baik Sangat baik Jumlah
Perhatian 1 9 10 20
Keaktifan 2 12 6 20
Kerjasama 5 10 5 20
Dari data hasil observasi pada kegiatan pembelajaran siklus I tentang sikap siswa dalam tabel 4.5 di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Perhatian siswa belum maksimal yaitu dari 20 siswa, baru 10 siswa yang sudah menunjukkan perhatian yang baik selama pembelajaran, 9 siswa cukup memperhatikan dalam artian bisa mengikuti pembelajaran dengan baik namun kadang masih melakukan kegiatan lain diluar kegiatan pembelajaran dan 1 siswa sama sekali belum bisa mengikuti pembelajaran dengan baik karena siswa tersebut terbiasa melakukan kegiatannya sendiri saat pembelajaran berlangsung.
2. Keaktifan siswa sudah nampak namun baru 6 siswa yang terlibat aktif dalam pembelajaran, 12 siswa cukup aktif dan 2 siswa belum terlibat aktif dalam pembelajaran karena belum terbiasa dengan pembelajaran dengan pendekatan CTL yang menuntut siswa aktif dalam menemukan pengetahuan yang terkandung di dalam materi. 3. Dalam kerjasama kelompok terlihat bahwa belum terbentuk kerjasama yang baik di dalam kelompok. Baru 5 siswa yang aktif dalam kelompok, 10 siswa cukup aktif terlihat dari peran serta siswa walaupun belum maksimal dan 5 siswa lainnya belum menunjukkan kemampuan dalam bekerjasama di dalam kelompoknya. b. Hasil Prestasi Belajar Siswa Dari hasil penugasan dan nilai tes formatif dalam tabel 4.2 terlihat bahwa sudah ada 8 siswa yang sudah mendapatkan nilai sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal karena: 1) Siswa-siswa tersebut tergolong cepat dalam memahami dan menemukan konsep di dalam materi. 2) Siswa-siswa tersebut terlibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga dapat memahami materi secara utuh. 3) Siswa mendapat perhatian dan dukungan penuh dari pihak keluarga. Sedangkan 12 siswa yang belum tuntas mayoritas dari siswa-siswa tersebut disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut: 1) Siswa belum menunjukkan perhatian yang serius selama proses pembelajaran berlangsung. 2) Siswa belum terbiasa untuk aktif dalam proses pembelajaran.
3) Siswa kurang mendapat perhatian dan dukungan dari pihak keluarga. 4) Siswa belum bisa bekerjasama dengan teman dalam satu kelompok. c. Hasil observasi aktivitas guru Dari hasil pengamatan aktivitas guru tercatat 1 butir mendapat tanggapan sangat baik, 6 butir baik, 2 butir mendapat tanggapan cukup baik, dan 1 butir mendapat tanggapan kurang baik (lihat lampiran 12). Hasil ini menuntut guru (peneliti) untuk melakukan perbaikan-perbaikan dalam sisklus II. d. Refleksi Refleksi dilakukan oleh peneliti berdasarkan hasil penelitian, yaitu hasil pengamatan siswa dan guru serta hasil nilai tes dan nilai penugasan. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap situasi pembelajaran pada siklus pertama ini, peneliti dapat menemukan kelemahan pembelajaran sebagai berikut: 7) Siswa masih banyak yang kurang mengerti tentang kepahlawanan dan patriotisme. 8) Suasana kelas kurang kondusif, masih ada beberapa siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru. 9) Penggunaan waktu kurang efektif. 10) Penggunaan media kurang menarik siswa. 11) Keberanian siswa untuk bertanya ataupun menjawab pertanyaan masih kurang.
12) Nilai evaluasi belum sesuai dengan harapan, karena masih banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka hal-hal yang peneliti perbaiki pada siklus II adalah: 1) Penjelasan guru diperkuat dengan penggunaan metode resitasi dan tutor sebaya. 2) Guru lebih terampil mengelola kelas. 3) Guru mengelola waktu secara baik sehingga waktu lebih efektif dan efisien. 4) Pemilihan dan pemanfaatan media yang menarik perhatian siswa. 5) Memotivasi siswa untuk lebih berani bertanya maupun berbicara. 6) Menggunakan metode yang bervariasi untuk mencapai prestasi yang optimal. 3. Siklus II a. Hasil observasi siswa Berdasarkan analisis hasil pengamatan terhadap sikap siswa yang mencakup perhatian, keaktifan dan kerjasama siswa ketika pembelajaran berlangsung pada siklus II disajikan dalam tabel berikut: Tabel 4.6 Hasil Observasi Sikap Siswa pada Siklus II No. 1. 2. 3. 4.
Kriteria penilaian Kurang Cukup Baik Sangat baik Jumlah
Perhatian 3 12 5 20
Keaktifan 6 11 3 20
Kerjasama 5 13 2 20
Dari hasil pengamatan dalam tabel 4.7 dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Perhatian siswa sudah menunjukkan peningkatan yang signifikan dibanding hasil pengamatan pada siklus I. Tingkat perhatian siswa meningkat yaitu 5 siswa sudah menunjukkan perhatian yang sangat baik, 12 siswa menunjukkan perhatian yang baik, dan tinggal 3 siswa yang masih menunjukkan tingkat perhatian yang cukup, dalam artian sudah ada perhatian dari siswa selama proses pembelajaran namun siswa-siswa
tersebut
kadang-kadang
masih
sibuk
dengan
kegiatannya sendiri. 2) Keaktifan siswa juga mengalami kenaikan yaitu tercatat 3 siswa terlibat sangat aktif selama proses pembelajaran, siswa tersebut dapat diminta untuk menjadi tutor sebaya bagi siswa lain di dalam kelompoknya yang belum dapat menguasai materi secara maksimal. Sedangkan 11 siswa sudah terlibat aktif, 6 siswa sudah cukup aktif dan sudah tidak ada lagi siswa yang pasif. Hal ini menunjukkan bahwa dalam siklus yang ke II sudah terjadi peningkatan yang signifikan walaupun masih ada beberapa siswa yang perlu mendapat bimbingan dari guru dan tutor sebaya. 3) Peningkatan kerjasama terlihat dari mulai terbentuknya jalinan kerjasama di dalam masing-masing kelompok siswa, dimana terlihat dalam tabel 4.7 sudah ada 2 siswa yang sangat aktif membina kerjasama di dalam kelompoknya, serta 13 siswa lainnya yang sudah aktif mengikuti diskusi kelompok dan memperlihatkan kemampuan siswa dalam mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang harus diselesaikan secara kelompok.
b. Hasil prestasi belajar siswa Peningkatan perhatian, keaktifan dan kerjasama siswa sangat berpengaruh terhadap peningkatan hasil prestasi belajar siswa. Dari data analisis hasil penugasan dan tes formatif siswa pada siklus II dalam tabel 4.3 terlihat bahwa ada 14 siswa yang sudah mendapatkan nilai kriteria ketuntasan minimal, ini menunjukkan bahwa ada 6 siswa yang dalam siklus I belum tuntas menyusul tuntas karena beberapa faktor diantaranya: 1) Siswa tersebut sudah terlibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga dapat merekonstruksikan pengetahuannya sendiri. 2) Pemanfaatan tutor sebaya membantu siswa yang belum tuntas untuk memperdalam pemahaman materi. 3) Kerjasama
di
dalam
kelompok
menghilangkan
sikap
individualisme siswa yang pandai untuk menularkan ilmunya kepada siswa yang lain. Sedangkan 6 siswa lainnya yang masih mendapatkan nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal karena siswa belum bisa mengikuti pembelajaran dengan maksimal, perhatian, keaktifan dan kemampuan bekerjasama masih dalam kategori cukup sehingga masih membutuhkan strategi lain untuk bisa menyusul siswa-siswa lainnya yang telah tuntas. c. Hasil Observasi Guru Setelah pembelajaran siklus II selesai, diketahui dari lembar pengamatan bahwa dari 10 butir jenis pengamatan tercatat 4 butir mendapatkan tanggapan sangat baik, dan 6 butir mendapat tanggapan
baik (lihat lampiran 15). Hal ini menunjukkan bahwa dalam siklus II ini sudah lebih baik dari pelaksanaan siklus I namun masih perlu peningkatan dalam beberapa hal yaitu pengaturan waktu dan penggunaan media yang bervariasi sehingga tidak menimbulkan kebosanan pada siswa. d. Refleksi Setelah dilakukan pengamatan dari seluruh aspek, baik aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil prestasi belajar siswa, kegiatan ini bertujuan untuk menilai seluruh kegiatan pembelajaran dengan penerapan pendekatan CTL dalam pemanfaatan media dan alat peraga serta proses pembelajaran yang didalamnya menggunakan metode-metode yang bervariasi, lebih konkretnya untuk mengetahui seberapa besar perubahan prestasi siswa pada pelajaran IPS pada siklus II diperlukan adanya refleksi akan tindakan yang telah dilaksanakan. Hasil dari siklus II ini sudah menunjukkan adanya perubahan, bertambahnya minat dan perhatian siswa ditunjukkan dengan tingginya antusias siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap situasi pembelajaran pada siklus II ini, peneliti masih menemukan kelemahan pembelajaran sebagai berikut: 1) Masih ada beberapa siswa yang belum aktif dalam diskusi kelompok. 2) Pengelolaan waktu masih perlu ditingkatkan.
3) Dari hasil evaluasi masih ada beberapa siswa yang nilainya di bawah kriteria ketuntasan minimal. Berdasarkan hal di atas, maka hal-hal yang peneliti perhatikan dan perbaiki pada siklus ke III adalah: 1) Guru memotivasi siswa yang belum aktif dalam pembelajaran. 2) Dalam proses pembelajaran diperbanyak latihan berbicara secara bergantian dalam kelompok. 3) Perencanaan penggunaan waktu yang efektif dan efisien. 4) Pemanfaatan tutor sebaya untuk mempermudah pemahaman siswa. 4. Siklus III a. Hasil Observasi Siswa Perhatian, keaktifan dan kerjasama siswa pada siklus III ditunjukkan dalam tabel berikut ini: Tabel 4.7 Hasil Observasi Sikap Siswa pada Siklus III No. 1. 2. 3. 4.
Kriteria penilaian Kurang Cukup Baik Sangat baik Jumlah
Perhatian 2 6 12 20
Keaktifan 2 10 8 20
Kerjasama 2 4 14 20
Dari hasil pengamatan dalam tabel 4.8 di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Perhatian siswa dalam siklus III menunjukkan peningkatan yang optimal, terlihat dalam tabel pengamatan bahwa 12 siswa tercatat dalam aspek perhatian mendapat kategori sangat baik, 6 siswa mendapat kategori baik, dan 2 siswa dalam kategori cukup. Dalam siklus III perhatian seluruh siswa sudah terfokus pada proses
pembelajaran. Sudah tidak ada siswa yang sibuk dengan kegiatannya sendiri. 2) Keaktifan siswa dalam siklus III juga mengalami peningkatan yaitu 8 siswa mendapat kategori sangat baik, 10 siswa termasuk dalam kategori aktif dan hanya ada 2 siswa yang masih dalam kategori cukup aktif. Dalam siklus III ini terlihat bahwa antusias siswa sangat terasa karena seluruh siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran, baik saat pemutaran film dokumenter maupun saat diskusi kelompok dan sampai pada perumusan kesimpulan materi. 3) Kerjasama siswa dalam siklus III sudah terbina dengan baik. Siswa sudah terbiasa memecahkan segala permasalahan dalam materi IPS secara bersama-sama baik dalam satu kelompok maupun dengan kelompok yang lain. Dari tabel di atas tercatat 14 siswa termasuk dalam kategori sangat baik, 4 siswa tercatat dalam kategori baik dan 2 siswa dalam kategori cukup. Hal ini menunjukkan bahwa kerjasama antar siswa telah terbentuk dengan baik sehingga tujuan pembelajaran siswa dalam hal pembentukan kemampuan hidup bermasyarakat dan kebutuhan untuk saling bekerjasama sebagai makhluk sosial sudah tertanam dalam karakter diri siswa. b. Hasil Prestasi Belajar Siswa Secara keseluruhan dari tabel perhatian, keaktifan serta kerjasama yang disajikan di atas dapat dijelaskan bahwa siswa menunjukkan minat yang tinggi terhadap pembelajaran IPS dengan pendekatan CTL. Minat yang tinggi tercermin dari tingkat perhatian dan keaktifan siswa yang
tinggi selama proses pembelajaran berlangsung. Tingginya tingkat pemahaman siswa tercermin pada hasil prestasi belajar siswa yang mayoritas mencapai kriteria tuntas pada siklus III. Dari data analisis hasil penugasan dan tes formatif siswa pada siklus III, menunjukkan 18 siswa sudah dinyatakan tuntas karena sudah mendapatkan nilai sama atau lebih dari nilai kriteria ketuntasan minimal yaitu 65, sedangkan 2 siswa lainnya masih tetap mendapatkan nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal. Adapun klasifikasi ketuntasan siswa yaitu 13 siswa (65%) tuntas Ideal, 5 siswa (25%) tuntas KKM dan 2 siswa (10%) belum tuntas karena nilai yang diperoleh masih di bawah Kriteria ketuntasan Minimal yang telah ditetapkan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kedua siswa tersebut sehingga apapun upaya yang dilakukan oleh guru, kedua siswa tersebut tidak dapat memenuhi kriteria ketuntasan minimal karena beberapa faktor penghambat. 1) Faktor yang menghambat keberhasilan siswa yang pertama (a) Siswa yang pertama berasal dari keluarga broken, kedua orang tuanya bercerai, dan ibunya menjadi TKW di Malaysia. (b) Ia tinggal bersama neneknya yang sudah tua sehingga dukungan dan perhatian dari keluarga sangat kurang. Perhatian yang kurang tersebut menyebabkan siswa sering tidak mengerjakan tugas. (c) Siswa cenderung sakit-sakitan sehingga sering tidak berangkat sekolah sehingga banyak materi pembelajaran yang terlewatkan. 2) Faktor yang menghambat keberhasilan siswa yang kedua
(a) Siswa berasal dari keluarga yang sibuk, kedua orang tuanya bekerja sehingga kurang mendapatkan bimbingan saat belajar. (b) Siswa termasuk dalam kriteria lambat dalam berfikir maupun dalam menerima informasi (materi). (c) Pengawasan yang kurang menyebabkan siswa lebih banyak bermain di luar. c. Hasil Observasi Terhadap Guru Setelah pembelajaran siklus III selesai, pengamatan terhadap aktivitas guru yang diketahui melalui lembar observasi siklus III. Dari 10 butir jenis pengamatan tercatat 8 butir mendapatkan tanggapan sangat baik, dan 2 butir mendapat tanggapan baik (lihat lampiran 17). Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran siklus III sudah berhasil mencapai indikator yang ditetapkan. d. Refleksi Berdasarkan hasil pengamatan terhadap situasi pembelajaran baik siswa maupun guru pada siklus III ini, terjadi peningkatan yang cukup signifikan, hambatan atau permasalahan yang muncul pada siklus I dan II sudah tidak terlihat pada siklus III ini, tetapi masih ada beberapa yang perlu ditingkatkan yaitu : 1) Pemberian motivasi bagi siswa yang belum ikut aktif dalam proses pembelajaran. 2) Pemberian nilai plus pada siswa yang berprestasi, sebagai motivasi bagi siswa untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi.
C. Analisis Antar Siklus I, II, dan III 1. Analisis sikap siswa Tabel 4.8 Hasil Observasi Kegiatan Siswa dari Siklus I, II, dan III No
Kriteria
Perhatian
Keaktifan
Kerjasama
I
II
III
I
II
III
I
II
III
1.
Kurang
1
-
-
2
-
-
5
-
-
2.
Cukup
9
3
2
12
6
2
10
5
2
3.
Baik
10
12
6
6
11
10
5
13
4
4.
Sangat baik
-
5
12
-
3
8
-
2
14
20
20
20
20
20
20
20
20
20
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Pada siklus I tingkat perhatian siswa masih rendah yaitu dari 20 siswa, baru 10 siswa yang mendapat kategori baik, 9 siswa dalam kategori cukup, dan masih ada 1 siswa yang kurang atau belum aktif. Pada siklus II terjadi peningkatan yaitu 5 siswa dikategorikan sangat baik, 12 siswa dikategorikan baik, 3 dikategorikan cukup, dan sudah tidak ada lagi siswa dalam kategori kurang. Dalam pelaksanaan siklus III perubahan yang sangat signifikan terlihat dari hasil observasi yang menunjukkan bahwa 12 siswa dalam kategori sangat baik, 6 siswa dalam kategori baik, dan 2 siswa lainnya tergolong dalam kategori cukup. Dalam siklus III ini perhatian seluruh siswa sudah terfokus pada proses pembelajaran dan sudah tidak ada lagi siswa yang sibuk dengan aktifitasnya masing-masing. b. Tingkat keaktifan siswa juga mengalami peningkatan pada setiap siklus. Pada siklus I masih ada 2 siswa yang belum aktif dalam proses pembelajaran, 12 siswa dalam kategori cukup, dan baru 6 siswa yang
tercatat aktif. Pada siklus II terjadi peningkatan yaitu sudah tidak ada siswa yang pasif, 6 siswa tercatat cukup aktif, 11 siswa tercatat aktif, dan 3 siswa lainnya tercatat sangat aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Pada pelaksanaan siklus III tercatat 2 siswa yang cukup aktif, 10 siswa tergolong aktif, dan 8 siswa tergolong sangat aktif. Hasil ini menunjukkan peningkatan keaktifan siswa yang dicapai setelah penerapan pendekatan CTL dalam pembelajaran IPS. c. Kerja sama siswa mulai dibentuk pada siklus I, walau pada awal siklus I masih belum terlihat jalinan kerjasama yang bagus karena baru 5 siswa yang tercatat bisa bekerjasama dengan baik, 10 siswa dalam kategori cukup, dan 5 siswa lainnya kurang bisa bekerjasama, namun pada siklus II sudah terlihat peningkatan yang berarti yaitu 2 siswa tercatat sangat baik dalam menjalin kerja sama, 13 siswa sudah baik, dan 5 siswa lainnya dalam kategori cukup. Pada siklus ke III terlihat terjalin kerjasama yang erat baik dalam satu kelompok maupun dengan kelompok yang lain. Dari hasil observasi tercatat 14 siswa sangat baik, 4 siswa lainnya sudah baik, dan 2 siswa tercatat cukup di dalam bekerjasama dengan siswa lainnya. 2. Hasil Prestasi Belajar Siswa Tabel 4.9 Hasil Prestasi Belajar Siswa dari Siklus I, II, dan III No
Kriteria
Pra siklus
Siklus I
II
III
1.
Tuntas Ideal
-
4
9
13
2.
Tuntas KKM
4
4
5
5
3.
Belum Tuntas
16
12
6
2
Jumlah
20
20
20
20
Sebelum masuk siklus didapatkan bahwa nilai siswa yang sudah memenuhi standar kelulusan baru 4 siswa, kemudian pada akhir siklus I setelah diadakan penilaian tugas dan tes formatif didapatkan nilai siswa yang sudah tuntas menjadi 8 siswa. Ini menunjukkan ada peningkatan jumlah siswa yang tuntas yaitu dari 4 siswa menjadi 8 siswa. Kemudian pada siklus II siswa yang tuntas menjadi 14 siswa, ini menunjukkan terjadi peningkatan jumlah siswa yang tuntas yaitu dari 8 siswa menjadi 14 siswa, artinya ada 6 siswa yang menyusul tuntas dalam siklus II. Pada siklus III jumlah siswa yang tuntas adalah 18 siswa, dan hanya ada 2 siswa yang belum tuntas karena beberapa faktor penghambat yang telah dipaparkan di atas. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pendekatan CTL yang diterapkan dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas IV MI Salafiyah Kendal telah berhasil meningkatkan minat, penguasaan, dan prestasi belajar siswa.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilaksanakan selama tiga siklus dan dari hasil analisis yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan minat belajar IPS pada siswa kelas IV MI Salafiyah Kendal, Kec. Ampel, Kab. Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011 terbukti pada setiap siklus perhatian, keaktifan, dan kerjasama siswa menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan yaitu pada siklus I dari 20 siswa 11 siswa tercatat dalam kriteria aktif, 8 siswa termasuk dalam kriteria cukup aktif, dan 1 siswa dalam kriteria kurang aktif. Pada siklus II terjadi peningkatan yaitu dari 20 siswa, 9 siswa termasuk dalam kategori sangat aktif, 8 siswa dalam kategori aktif, dan 3 siswa dalam kategori cukup aktif. Pada siklus III tercatat peningkatan yang optimal yaitu dari 20 siswa, tercatat 16 siswa termasuk dalam kriteria sangat aktif, 2 siswa dalam kriteria aktif dan 2 siswa lainnya dalam termasuk dalam kriteria cukup aktif. 2. Penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan penguasaan materi IPS pada siswa kelas IV MI Salafiyah Kendal, Kec. Ampel, Kab. Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011. Hal ini terlihat dari hasil analisis setiap siklus yang menunjukkan peningkatan penguasaan materi yang terlihat dari peningkatan ketuntasan belajar siswa. Pada siklus I dari 20 siswa baru 8 siswa (40%) termasuk dalam
kriteria tuntas, pada siklus II tercatat 14 siswa (70%) termasuk dalam kriteria tuntas, dan pada siklus III tercatat 18 siswa (90%) termasuk dalam kriteria tuntas, hasil tersebut menunjukkan bahwa penguasaan belajar siswa sudah mencapai ketuntasan ideal kelas yaitu 85%. 3. Penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa kelas IV MI Salafiyah Kendal, Kec. Ampel, Kab. Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011. Peningkatan prestasi belajar siswa terlihat dari hasil analisis prestasi belajar siswa pada setiap siklus. Pada siklus I tercatat 8 siswa (40%) siswa termasuk dalam kriteria tuntas, 3 siswa (15%) tuntas ideal, 5 siswa (25%) tuntas KKM dan 12 siswa (60%) belum tuntas belajar. Pada siklus II, tercatat 14 siswa (70%) tuntas belajar, 8 siswa (40%) tuntas ideal, 6 siswa (30%) tuntas KKM, dan 6 siswa (30%) belum tuntas. Pada siklus III tercatat dari 20 siswa, 13 siswa (65%) termasuk dalam kriteria tuntas ideal, 5 siswa (25%) termasuk dalam kriteria tuntas KKM, dan hanya 2 siswa (10%) yang masih mendapatkan nilai dibawah KKM. B. Saran-saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan kesimpulan yang diambil dari penelitian, maka penulis akan mengemukakan beberapa saran. Adapun saran-saran ini penulis tujukan kepada: 1. Pendidik/guru a. Dalam mengajar guru harus memilih metode yang sesuai dengan materi pembelajaran yang diajarkan dan karakteristik siswa sehingga siswa merasa senang dan nyaman saat belajar. Karena penerapan
metode yang salah akan mengakibatkan anak bosan dan malas untuk belajar. b. Dalam memilih pendekatan dan metode pembelajaran harus bisa memacu kreativitas siswa, sehingga potensi yang dimiliki siswa bisa berkembang dengan maksimal. c. Guru harus mau membuka diri terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi sehingga dapat memiliki pengetahuan dan tekhnik baru yang dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran. d. Guru menunjuk siswa yang berprestasi sebagai tutor sebaya untuk membantu siswa-siswa lain yang belum tuntas dalam pembelajaran. e. Menjalin hubungan yang baik dengan orang tua siswa sehingga dapat memberikan masukan dan saran untuk kebaikan siswa. 2. Orang tua/wali murid a. Orang tua siswa hendaknya memberikan suasana yang penuh perhatian dan kasih sayang saat siswa di rumah. b. Memberi dukungan kepada siswa yang ditunjuk sebagai tutor sebaya, sehingga siswa mempunyai kebanggaan tersendiri karena telah terpilih menjadi tutor sebaya. c. Meluangkan waktu untuk mendampingi siswa saat belajar sehingga ada yang membimbing siswa saat belajar di rumah. d. Memperhatikan kesehatan dan pola makan anak agar kesehatan anak terjaga sehingga proses belajaran anak tidak terganggu.
3. Siswa/ peserta didik a. Lebih giat dalam belajar untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik. b. Mencintai ilmu pengetahuan sehingga merasa senang untuk selalu belajar dan menimba ilmu. c. Mengoptimalkan seluruh potensi yang dimiliki sehingga bisa menjadi tutor sebaya bagi teman-teman lain yang belum bisa memanfaatkan potensi yang dimiliki. d. Menghormati guru, mengikuti nasehat-nasehat dan petunjuknya. 4. Pihak sekolah dan kepala sekolah a. Menyediakan kebutuhan primer dan sarana-sarana pendukung lainnya yang menunjang keberhasilan proses KBM. b. Mengadakan pembinaan berkala tentang kedisiplinan dan perbaikan mutu pengajar. c. Melakukan supervisi kelas untuk menjamin kualitas pembelajaran di kelas. d. Menjalin hubungan kekeluargaan yang baik dengan guru, orang tua/wali murid dan masyarakat. e. Memberi reward/penghargaan bagi para siswa yang ditunjuk sebagai tutor sebaya, karena terbukti telah memberikan kontribusi yang besar dalam mensukseskan keberhasilan KBM.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 1997. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineka Cipta. Arifin, Zainal. 1990. Evaluasi Instrusional, Prinsip, Tekhnik, Prosedur. Bandung: Rosda Karya. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. Suhardjono, dan Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Ar Ruzz Media. Barnadib, Sutari Imam. 1982. Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan FIP IKIP. Daryanto. 2005. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Daymon, Cristine dan Immy Holloway. 2008. Metode-metode Riset Kualitatif. Yogyakarta: Bentang (IKAPI). Departemen Agama. 1989. Al Qur’an dan Terjemahannya. Semarang. CV. Alwaah. Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Fakhruddin, Ali dan Miftahul Huda. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Konsep dan Implementasinya di Madrasah. Yogyakarta: Pilar Media (IKAPI). Hamalik, Oemar. 1989. Pengajaran Unit Pendekatan Sistem. Bandung: Mandar Maju.
Harsanto, Radno. 2007. Pengelolaan Kelas Yang Dinamis. Yogyakarta: Kanisius (IKAPI). Hartati, Sri. 2004. Contextual Teaching and Learning (CTL) Modul Penataran Guru SD/MI kelas IV. Jawa Tengah: LPMP Jateng. Johnson, Elaine. 2002. Contextual Teaching and Learning (CTL). Bandung: Mizan Learning Center (MLC). Muslich, Masnur. 2008. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara. Prawiradilaga, Dewi Salma dan Eviline Siregar. 2004. Mozaik Tekhnologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media. Purwanto, Ngalim. 1994. Prinsip-prinsip dan Tekhnik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Rosda Karya. Rusyan, Tabrani, Atang Kusdinar dan Zainal Arifin. 1989. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosda Karya. Saepudin, Edi. 2002. Pedoman Guiru Mata Pelajaran IPS di MI. Jakarta. Departemen Agama Republik Indonesia. Sardiman. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Silberman, Mel. 2002. 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Insan Madani. Slameto. 1996. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Solihatin, Etin dan Raharjo. 2007. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.
Somantri, Muhammad Nu’man. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosda Karya. Sriyanti, Lilik, Suwardi dan Muna Erawati. 2009. Teori-teori Belajar. Salatiga: STAIN Salatiga Press. Sugiyanto. 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta. Yuma Pressindo. Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan Komp;etensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara. Suryabrata, Sumadi. 2009. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grafindo Persada.
LAMPIRAN 1 Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan SKL Mata Pelajaran IPS Kelas IV SD/MI semester I a. Standar Kompetensi : Memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi. b. Kompetensi Dasar : 2) Membaca peta lingkungan setempat (kabupaten/kota, dan provinsi) dengan menggunakan skala sederhana. 3) Mendeskripsikan kenampakan alam di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi serta hubungannya dengan keragaman sosial dan budaya. 4) Menunjukkan jenis dan persebaran sumber daya alam serta pemanfaatannya untuk kegiatan ekonomi di lingkungan setempat. 5) Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat (kabupaten/kota dan provinsi). 6) Menghargai berbagai peninggalan sejarah di lingkungan setempat (kabupaten/kota dan provinsi). 7) Meneladani sikap kepahlawanan dan patriotisme tokoh-tokoh di lingkungannya. c. Standar Kompetensi Kelulusan (SKL) : 1) Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungannya. 2) Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi di lingkungan sekitarnya. 3) Menggunakan informasi tentang lingkungan sekitar secara logis, kritis, dan kreatif. 4) Menunjukkan rasa keingintahuan yang tinggi dan menyadari potensinya. 5) Menunjukkan kemampuan memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari. 6) Menunjukkan kemampuan mengenali gejala alam dan sosial di lingkungan sekitar. 7) Menunjukkan kecintaan dan kepedulian terhadap lingkungan. 8) Menunjukkan kecintaan dan kebanggaan terhadap bangsa, negara, dan tanah air Indonesia. 9) Bekerja sama dalam kelompok, tolong menolong, dan menjaga diri sendiri dalam lingkungan keluarga dan teman sebaya.
LAMPIRAN 2 MATERI PEMBELAJARAN KEPAHLAWANAN DAN PATRIOTISME A. Pahlawan dan Cinta Tanah Air Pahlawan adalah orang yang melakukan perbuatan baik terhadap orang lain tanpa dilandasi keinginan untuk mendapatkan pujian atau imbalan. Pahlawan juga disebut orang yang telah berjasa terhadap bangsa dan negara. Patriotisme adalah sikap yang mewujudkan semangat cinta tanah air, untuk bersedia mengorbankan segala-galanya. Pahlawan yang berjuang membela tanah air memiliki jiwa patriotisme untuk kejayaan bangsa dan negara. Para pejuang kemerdekaan disebut para pahlawan karena telah membebaskan bangsa dan negara dari cengkeraman penjajah mewujudkan bangsa dan negara yang merdeka. Pahlawan pada masa penjajahan adalah mereka yang gugur dalam membela negara. Para pejuang menggunakan senjata seadanya misalnya bambu runcing, keris, panah, pedang. Para pejuang berani mengorbankan harta benda, waktu, pikiran, jiwa, raga, dan nyawa untuk kepentinngan bangsa dan negara. Timbulnya semangat tersebut karena dilandasi rasa cinta tanah air, bangsa dan negara. Berkat pengorbanan para pahlawan sekarang kita dapat menikmati kemerdekaan. Tugas dan kewajiban kita adalah menjaga tetap utuhnya bangsa dan negara Indonesia serta mengisi kemerdekaan dengan membangun serta dapat mewarisi sikap-sikap para pahlawan. B. Sifat-Sifat Kepahlawanan 1. Rela berkorban, maksudnya berbuat apapun dilandasi rasa ikhlas, tanpa mengharap pujian, imbalan pada orang lain maupun negara. 2. Kesatria, maksudnya berani mengakui kesalahan bila salah, bertanggung jawab segala ucapan, dan tindakan yang dilakukan. 3. Berjuang tanpa pamrih, maksudnya selalu berbuat ikhlas. 4. Pemberani, maksudnya berani berdasarkan kebenaran.
5. Pantang menyerah, maksudnya tidak mudah putus asa semua usaha, pekerjaan harus berhasil, kegagalan merupakan pelajaran diulangi lagi sampai berhasil. 6. Berperilaku terpuji, artinya segala tindakan, perilaku, tutur kata dapat dijadikan contoh orang lain. C. Sikap-Sikap Kepahlawanan Yang Harus Kita Miliki 1. Membantu tanpa pamrih dan ikhlas. 2. Berani membela kebenaran dan keadilan. 3. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara kita. 4. Jujur dan bertanggung jawab. 5. Mengutamakan kepentingan bangsa dan negara/kepentingan umum. D. Figur Seseorang Yang Dapat Dikatakan Sebagai Pahlawan 1. Dari Berbagai Bidang Pekerjaan Seseorang Dapat Dikatakan Sebagai Pahlawan a. Orang yang gigih melaksanakan pembangunan disebut pahlawan pembangunan. b. Guru melaksanakan tugas dan kewajibannya kepada anak didiknya dengan tekun dan profesional sehingga anak didiknya berhasil disebut pahlawan tanpa tanda jasa. c. Hansip dapat menjaga keamanan lingkungan dengan sebaik-baiknya disebut pahlawan bidang keamanan. d. Tukang sampah dapat melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya disebut pahlawan bidang kebersihan lingkungan. 2. Mengingat Perjuangan Para tokoh pahlawan, sebagai berikut! a. R.A Kartini sebagai tokoh emansipasi wanita yaitu memperjuangkan hakhak wanita.
b. Panglima Besar Jendral Sudirman seorang tokoh pahlawan kemerdekaan, berjuang dengan cara bergerilya untuk membebaskan bangsa Indonesia dari para penjajah. c. Ki Hajar Dewaantara berjuang dalam bidang pendidikan untuk mendidik anak-anak bangsa dengan mendirikan sekolah taman siswa agar bangsa Indonesia menjadi bangsa yang sejajar dengan bangsa lain disebut pahlawan pendidikan. d. Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta yang dengan keberaniannya membebaskan
bangsa
Indonesia
dari
penjajah
asing
dengan
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia disebut sebagai bapak proklamator. e. Jendral Ahmad Yani dengan kegigihannya mempertahankan pancasila sebagai dasar negara, menjadi korban PKI disebut pahlawan revolusi. E. Sikap atau Cara Menghargai Para Pahlawan Bangsa 1. Mendo’akan para pahlawan agar semua amal baiknya diterima oleh Tuhan yang Maha Esa dan segala dosa-dosanya diampuni-Nya. 2. Meneladani sikap-sikap perilaku para pahlawan. 3. Melanjutkan usaha-usaha perjuangannya. 4. Mengisi kemerdekaan dengan kegiatan yang bermanfaat dan belajar dengan tekun. 5. Ikut menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
LAMPIRAN 3 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I Satuan Pendidikan : Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas : IV (empat) Topik : Semangat Kepahlawanan dan Patriotisme Alokasi waktu : 3 x 35 menit A. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar Kompetensi : Memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi. Kompetensi Dasar : Meneladani sikap kepahlawanan dan patriotisme tokohtokoh di lingkungannya. B. Indikator Pencapaian Hasil Belajar 1. Menjelaskan pengertian pahlawan 2. Menyebutkan sifat-sifat seorang pahlawan 3. Menyebutkan contoh-contoh pahlawan 4. Penjelaskan pengertian cinta tanah air 5. Menyebutkan contoh-contoh yang mencerminkan cinta tanah air C. Pendekatan dan Metode Pembelajaran Pendekatan : Contextual Teaching and Learning (CTL) Metode : ceramah, diskusi kelompok, tanya jawab, penugasan. D. Langkah-langkah pembelajaran 1. Kegiatan awal (10 menit) a. Salam, presensi, appersepsi. b. Mengamati gambar-gambar pahlawan c. Menyampaikan kompetensi dasar yang akan dicapai d. Tanya jawab mengenai pengertian dan contoh pahlawan menurut pemahaman awal yang telah dimiliki siswa. 2. Kegiatan inti (75 menit) a. Guru membagi kelas menjadi empat kelompok untuk mendiskusikan tentang pengertian pahlawan, sifat-sifat pahlawan, rasa cinta tanah air dan contoh sikap yang mencerminkan rasa cinta tanah air. b. Peserta didik melakukan diskusi kelompok dengan waktu 15 menit.
c. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan kelompok lain mengajukan pertanyaan apabila belum paham tentang materi yang disampaikan. d. Guru bersama siswa menyimpulkan materi. e. Peserta didik membuat laporan hasil diskusi f. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang kerjanya bagus dan memberikan nasihat untuk penyempurnaan bagi kelompok yang kurang bagus. 3. Kegiatan akhir (20 menit) a. Guru membagikan lembar evaluasi untuk mengukur pemahaman siswa. b. Guru memberikan lembar penugasan untuk dikerjakan siswa di rumah. c. Guru meminta siswa mempersiapkan dan mempelajari materi yang akan dibahas dalam pertemuan yang akan datang. E. Sumber dan Alat Pembelajaran 1. Kurikulum 2. Buku-buku pelajaran IPS yang relevan 3. Gambar-gambar pahlawan F. Penilaian 1. Tes tertulis 2. Hasil laporan penugasan Guru/Peneliti
Mengetahui Kepala Madrasah Salafiyah
Anik Faridah, A.Ma
Sunardi, S.PdI
LAMPIRAN 4 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II Satuan Pendidikan : Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas : IV (empat) Topik : Semangat Kepahlawanan dan Patriotisme Alokasi waktu : 3 x 35 menit A. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar Kompetensi : Memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi. Kompetensi Dasar : Meneladani sikap kepahlawanan dan patriotisme tokohtokoh di lingkungannya. B. Indikator Pencapaian Hasil Belajar 1. Menyebutkan sifat-sifat seorang pahlawan 2. Menyebutkan contoh-contoh pahlawan 3. Menyebutkan contoh-contoh yang mencerminkan cinta tanah air 4. Menyebutkan tokoh-tokoh pahlawan dari daerah setempat C. Pendekatan dan Metode Pembelajaran Pendekatan : Contextual Teaching and Learning (CTL) Metode : diskusi kelompok, inkuiri, presentasi, tanya jawab, penugasan. D. Langkah-langkah pembelajaran 1. Kegiatan awal (10 menit) a. Mengucapkan salam, presensi, appersepsi. b. Membahas hasil penelitian yang merupakan penugasan siklus I c. Tanya jawab mengenai pengertian dan contoh pahlawan yang telah didapat oleh siswa di lingkungan sekitar tempat tinggalnya d. Penyampaian kompetensi dasar yang akan dicapai 2. Kegiatan inti (75 menit) a. Guru membagi kelas menjadi empat kelompok untuk mendiskusikan tentang sifat-sifat pahlawan, alasan pahlawan melakukan pengorbanan, menyebutkan nama tokoh dan jasa-jasanya. b. Guru menunjuk siswa yang berpotensi untuk menjadi tutor sebaya bagi kelompoknya. c. Peserta didik melakukan diskusi kelompok d. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi e. Guru menyimpulkan dan memberi penguatan terhadap materi yang dibahas.
f. Guru memberikan reward kepada kelompok yang kerjanya bagus dan memberikan nasihat untuk penyempurnaan bagi kelompok yang kurang bagus. 3. Kegiatan akhir (20 menit) a. Guru membagikan lembar evaluasi untuk mengukur pemahaman siswa. b. Guru memberikan lembar penugasan untuk dikerjakan siswa di rumah. c. Guru meminta siswa mempersiapkan dan mempelajari materi yang akan dibahas dalam pertemuan yang akan datang. E. Sumber dan alat pembelajaran 1. Kurikulum 2. Buku-buku pelajaran IPS yang relevan 3. Sejarah tokoh pahlawan bangsa 4. Penilaian 1. Tes tertulis 2. Hasil laporan diskusi kelompok 3.
Penugasan Guru/Peneliti
Mengetahui Kepala Madrasah Salafiyah
Anik Faridah, A.Ma
Sunardi, S.PdI
LAMPIRAN 5 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus III Satuan Pendidikan : Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas : IV (empat) Topik : Semangat Kepahlawanan dan Patriotisme Alokasi waktu : 3 x 35 menit A. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar Kompetensi : Memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi. Kompetensi Dasar : Meneladani sikap kepahlawanan dan patriotisme tokohtokoh di lingkungannya. B. Indikator Pencapaian Hasil Belajar 1. Menyebutkan pegorbanan para pahlawan 2. Menghargai jasa-jasa pahlawan 3. Menerapkan nilai positif kepahlawanan dalam kehidupan sehari-hari C. Pendekatan dan Metode Pembelajaran Pendekatan : Contextual Teaching and Learning (CTL) Metode : pemutaran film, diskusi kelompok, presentasi, inkuiri. D. Langkah-langkah pembelajaran 1. Kegiatan awal (10 menit) a. Mengucapkan salam, presensi, appersepsi. b. Mengumpulkan hasil penugasan siklus II c. Penyampaian kompetensi dasar yang akan dicapai 2. Kegiatan inti (75 menit) a. Guru memutarkan film dokumenter tentang perjuangan tokoh pahlawan panglima besar jendral Sudirman. b. Guru membagi kelas menjadi empat kelompok untuk mendiskusikan tentang pengorbanan para pahlawan untuk bangsa dan negara, sikapsikap yang harus diteladani serta cara menghargai jasa-jasa para pahlawan dengan pemanfaatan tutor sebaya sebagai pemandu setiap kelompok. c. Peserta didik melakukan diskusi kelompok d. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi. e. Guru menulis setiap poin hasil diskusi dari masing-masing kelompok. f. Guru bersama-sama siswa menyimpulkan hasil diskusi.
g. Guru memberikan pesan-pesan moral sehubungan dengan nilai-nilai luhur yang harus ditiru dari materi kepahlawanan dan patriotisme. Misalnya: kejujuran, keikhlasan, keberanian dan rela berkorban untuk kepentingan orang lain, bangsa dan negara. 3. Kegiatan akhir (20 menit) a. Guru membagikan lembar evaluasi yang meliputi materi mulai siklus Isampai siklus III untuk mengukur pemahaman siswa. b. Guru memberikan lembar penugasan untuk dikerjakan siswa di rumah. c. Guru meminta siswa mempersiapkan dan mempelajari materi yang akan dibahas dalam pertemuan yang akan datang. E. Sumber dan alat pembelajaran 1. Kurikulum 2. Buku-buku pelajaran IPS yang relevan 3. Kaset CD film dokumenter Panglima Besar Jendral Sudirman. F. Penilaian 1. Tes tertulis 2. Hasil laporan diskusi kelompok
Guru/Peneliti
Mengetahui Kepala Madrasah Salafiyah
Anik Faridah, A.Ma
Sunardi, S.PdI
LAMPIRAN 6 SOAL EVALUASI SIKLUS I Isilah titik-titik dibawah ini dengan benar! 1. Berjuang tanpa pamrih adalah sikap yang dimiliki para ................. 2. Bersedia mengorbankan segalanya untuk bangsa dan negara disebut sikap .................... 3. Semangat para pejuang dilandasi rasa .................... 4. Kemerdekaan bangsa Indonesia adalah hasil dari perjuangan .................... 5. Berani mengakui kesalahan diri sendiri adalah sikap ..................... 6. Jika berani berbuat maka harus berani ......................... 7. Berkat pengorbanan para pahlawan sekarang kita dapat menikmati ....................... 8. Karena kurangnya persatuan, bangsa Indonesia mudah dikuasai ..................... 9. Cara mengisi kemerdekaan bagi para pelajar adalah dengan .................. 10. Cinta dan bangga bertanah air Indonesia adalah pengamalan sila ke .................. Tugas Mandiri A. Tanyakan kepada orang tuamu atau orang lain disekitarmu, siapa orang-orang yang telah berjasa atau ternama dilingkunganmu yang berisi tentang: 1. Siapakah namanya? 2. Apa yang telah mereka lakukan sehingga mereka disebut pahlawan? 3. Bagaimana riwayat hidup mereka secacra singkat? B. Buatlah laporan penelitianmu dengan format sebagai berikut: Laporan hasil pengamatan atau penelitian orang yang berjasa atau ternama di desaku : Nama : Berjasa dalam hal : Riwayat hidupnya : LAMPIRAN 7 SOAL EVALUASI SIKLUS II Isilah titik-titik dibawah ini dengan benar! 1. Orang yang mendapat sebutan pahlawan tanpa tanda jasa adalah ....................
2. Orang yang gigih melaksanakan pembangunan untuk mengisi kemerdekaan disebut .................. 3. Yang disebut kota pahlawan adalah kota ......................... 4. Hari pahlawan nasional diperingati setiap tanggal ..................... 5. Yang disebut sebagai pahlawan proklamator adalah ...................... 6. R.A Kartini merupakan pahlawan dalam bidang ........................ 7. Pahlawan yang dibunuh dalam pemberontakan PKI disebut pahlawan ....................... 8. Hari kebangkitan nasional diperingati setiap tanggal ................... 9. Ki Hajar Dewantara dikenal sebagai pahlawan didalam bidang ..................... 10. Pencipta lagu Indonesia Raya adalah ...................... Instrumen penilaian kelompok siklus II Lakukan tugas ini secara kelompok dan laporkan kegiatan kelompokmu di muka kelas! 1. Sebutkan pentingnya kita memiliki sikap kepahlawanan dan patriotisme! 2. Para pahlawan telah mengorbankan jiwa dan raganya untuk bangsa dan negara. Kita wajib bersikap positif terhadap para pahlawan. Sikap-sikap positif apa saja yang dapat kita tunjukkan terhadap para pahlawan? Sebutkan minimal 4!
LAMPIRAN 8 SOAL EVALUASI SIKLUS III Berilah tanda (x) di depan huruf a, b, c, atau d pada jawaban yang tepat! 1. Cotoh sikap pemberani membela kebenaran adalah ............... a. Berani memprotes orang tua
c. Berani melirik pekerjaan teman
b. Berani berkata jujur
d. Berani mengendarai kendaraan
2. Contoh sikap pahlawan yang dimiliki siswa adalah .................. a. Berani mengusir penjajah
c. Berani mengatakan apa adanya
b. Berani mengerjai teman
d. Menolong teman waktu ulangan
3. Manfaat orang yang memiliki jiwa pahlawan adalah.................. a. Dihargai orang lain
c. Diremehkan orang lain
b. Mudah mencari sekolah
d. Bangga sebagai pahlawan
4. Orang yang rela berkorban untuk kepentingan nusa dan bangsa dan sesama disebut................... a. Seniman
c. Budayawan
b. Cinta kawan
d. Pahlawan
5. Bung Tomo merupakan salah satu tokoh pejuang dari daerah ................. a. Bandung
c. Semarang
b. Surabaya
d. Yogyakarta
6. Yang mendapat julukan kota pahlawan adalah ................ a. Jakarta
c. Bandung
b. Surabaya
d. Yogyakarta
7. Sikap patriotisme artinya ................ a. Membantu teman
c. Cinta tanah air
b. Menjadi siswa
d. Mencintai keluarga
8. Sikap pahlawan yang pantas kita teladani antara lain, kecuali .................. a. Pemberani c. Pantang menyerah b. Kesatria d. Rela berkorban untuk diri sendiri 9. Seorang yang telah berjasa bagi bangsa dan negara pantas disebut ................ a. Purnawirawan c. Pahlawan b. Purna tugas d. Karyawan 10. Sikap rela berkorban dapat ditunjukkan dengan cara .................
a. Menerima setiap kekalahan c. Menerima semua perbedaan b. Berusaha semaksimal mungkin d. Membantu orang lain dengan ikhlas 11. Sikap berjiwa besar adalah perilaku ikhlas melakukan sesuatu untuk kepentingan .................. a. Diri sendiri c. Kelompok b. Orang lain d. Golongan 12. Salah satu pahlawan sebelum kemerdekaan adalah ................. a. Ahmad Yani c. R.A Kartini b. Yos Sudarso d. S. Parman 13. Cara menumbuhkan sifat pahlawan adalah ................ a. Menjadi polisi b. Menjadi anggota pramuka c. Membangun makam pahlawan d. Mengunjungi keluarga pahlawan 14. Ir. Soekarno mendapat gelar sebagai bapak ................. a. Proklamator c. Pendidikan nasional b. Koperasi d. Pembangunan 15. Peringatan hari pahlawan diperingati setiap tanggal .................... a. 9 September c. 28 Oktober b. 5 Oktober d. 10 Nopember 16. Dibawah ini yang termasuk tokoh pergerakan nasional adalah ................... a. Jendral Soedirman c. Pangeran Diponegoro b. Dr. Sutomo d. Jendral Ahmad Yani 17. Sikap kita ketika mendapat tugas dari orang tua adalah ................... a. Melaksanakan tugas tersebut dengan ikhlas b. Mengabaikan tugas tersebut c. Mau melaksanakan dengan meminta imbalan d. Mengalihkan tugasnya kepada orang lain 18. Berjuang membela bangsa dan negara dengan sekuat tenaga dalam pertandingan bulu tangkis antar negara adalah contoh sikap ................ a. Patriotisme c. Optimisme b. Pejuang d. Pesimisme 19. Contoh sikap perilaku kepahlawanan dan patriotisme ditunjukkan pada ..................... a. Rela berkorban untuk kepentingan pribadi b. Rela berkorban untuk kepentingan keluarganya c. Suka menolong orang lain yang menguntungkan d. Berani berkata dan bersikap jujur dalam pergaulan
20. Yang dimaksud bapak pahlawan pendidikan adalah .................. a. Dr. Sutopo c. Wahidin Sudirohusodo b. K.H Ahmad Dahlan d. Ki Hajar Dewantoro Tugas mandiri Siklus III Apakah ciri-ciri kepahlawanan yang telah kita diskusikan tadi sudah kita miliki? Jawablah dengan sejujurnya dan beri contoh bukti yang telah kamu lakukan! No Sikap yang dimiliki Pernyataan Tindakan yang pernah dilakukan Ya Tidak 1 Rasa cinta tanah air 2 Rasa tanggung jawab 3 Rela berkorban 4 Mendahulukan kepentingan umum 5 Ikhlas
LAMPIRAN 9 Kunci jawaban evaluasi siklus I 1. Pahlawan 2. Patriotisme 3. Ikhlas 4. Para pahlawan 5. Ksatria 6. Bertanggung jawab 7. Kemerdekaan 8. Penjajah 9. Belajar 10. Dua Kunci jawaban evaluasi siklus II 1. Guru 2. Pahlawan pembangunan 3. Surabaya 4. 10 Nopember 5. Ir. Soekarno 6. Emansipasi wanita 7. Revolusi 8. 1 Oktober 9. Pendidikan 10. Wage Rudolf Supratman Kunci jawaban evaluasi siklus III 1. B 6. B 11. B 2. C 7. C 12. C 3. A 8. D 13. B 4. D 9. C 14. A 5. B 10. D 15. D
16. B 17. A 18. A 19. D 20. D
LAMPIRAN 10 Lembar Pengamatan Siswa Siklus I Nama Madrasah : MI salafiyah Mata Pelajaran : IPS No Nama
Nama Guru Hari/tanggal Aspek Penilaian
Perhatian 1
2
Keaktifan 3
4
1
2
1.
Priyono
√
2.
Ferina
√
3.
Indra Aditya
4.
Suciyani
5.
Rahmat M
6.
Vina W
7.
M. Sholeh
8.
Ahmad Toni
9.
Sofyan Aryadi
10.
A Syaiful B
√
11.
Askhabussobirin
√
√
12.
Febriana Alisa
√
13.
M. Ridwan
14.
Nur Hayati
√
15.
Ria Puji A
√
16.
Rizal R
17.
Siti Khoirul H
18.
Feri Eka A
√
19.
Wawan S
√
20.
Yusuf Dwi S
3
√
4
1
Cukup aktif
√
4
Cukup aktif
7
Aktif
6
Cukup aktif
9
Aktif
6
Cukup aktif
3
Kurang aktif
√ √
√
√
√
√ √ √
√
√
4 5
√
√
3
√
√ √
2
√
√
√
Ket
Kerjasama
√ √
: Anik Faridah : 18 Nopember 2010 Skor
√ √
√
7
Aktif
√
√
6
Cukup aktif
8
Aktif
√
7
Aktif
√
√
7
Aktif
√
√
6
Cukup aktif
√
9
Aktif
√
7
Aktif
6
Cukup aktif
9
Aktif
√
6
Cukup aktif
√
8
Aktif
9
Aktif
√
√
√ √ √
√
√ √
√ √ √
Skor siswa berjumlah 10-12 maka siswa tergolong sangat aktif Skor siswa berjumlah 7-9 maka siswa tergolong aktif Skor siswa berjumlah 4-6 maka siswa tergolong cukup aktif Skor siswa berjumlah <3 maka siswa tegolong pasif
√
√
√
LAMPIRAN 11 Lembar Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran Siklus I Nama Madrasah : MI salafiyah Nama Guru : Anik Faridah Mata Pelajaran : IPS Hari/tanggal : 11 Nopember 2010 Tema : Kepahlawanan Pukul : 07.30 – 09.15 N Aspek yang ditamati Penilaian o Ya Tdk 1 2 3 4 Ket I A. Pendahuluan 1. Memotivasi siswa √ √ 2. Menyampaikan tujuan pembelajaran √ √ B. Kegiatan inti 1. Menyampaikan langkah kegiatan √ √ 2. Membimbing siswa melakukan kegiatan √ √ 3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil √ √ kegiatan dalam kelompok dan mempresentasikannya
II III
4. Memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya jawab baik antar kelompok siswa maupun kepada guru
√
5. Membimbing siswa menemukan konsep dan merumuskan kesimpulan materi
√
Pengelolaan waktu Antusias kelas 1. Antusias siswa
√ √
√
2. Antusian guru
√
√
Keterangan nilai 1= Kurang 2 = Cukup baik 3 = Baik 4 = Sangat baik S.PdI)
√
√ √
Ampel, 11 Nopember 2010 Pengamat
( Rahman Supartono,
LAMPIRAN 12 Lembar Pengamatan Siswa Siklus II Nama Madrasah : MI salafiyah Mata Pelajaran : IPS No Nama
Nama Guru Hari/tanggal Aspek Penilaian
Perhatian 1
2
Keaktifan 3
4
√
1
2
: Anik Faridah : 18 Nopember 2010 Skor Kerjasama
3
4
1
2
√
Priyono
2.
Ferina
3.
Indra Aditya
4.
Suciyani
5.
Rahmat M
6.
Vina W
7.
M. Sholeh
8.
Ahmad Toni
9.
Sofyan Aryadi
10.
A Syaiful B
√
11.
Askhabussobirin
√
12.
Febriana Alisa
13.
M. Ridwan
14.
Nur Hayati
15.
Ria Puji A
√
√
16.
Rizal R
√
√
17.
Siti Khoirul H
18.
Feri Eka A
√
19.
Wawan S
√
20.
Yusuf Dwi S
√
√ √ √ √ √
√
√
9
Aktif
√
√
10
Sangat Aktif
√
8
Aktif
√
6
Cukup aktif
10
Sangat aktif
6
Cukup aktif
√
10
Sangat aktif
√
√
9
Aktif
√
√
10
Sangat aktif
√
8
Aktif
11
Sangat aktif
√
9
Aktif
√
9
Aktif
11
Sangat aktif
7
Aktif
10
Sangat aktif
11
Sangat aktif
√ √
√
√ √
√
√
√
√
√
Skor siswa berjumlah 10-12 maka siswa tergolong sangat aktif Skor siswa berjumlah 7-9 maka siswa tergolong aktif Skor siswa berjumlah 4-6 maka siswa tergolong cukup aktif Skor siswa berjumlah 3 maka siswa tegolong pasif
Cukup aktif Sangat aktif
√
√
6 10
√
√
Aktif
√
√
√
8
√
√
√
4
√
√
√
3 √
1.
√
Ket
√ √
√ √
√
LAMPIRAN 13 Lembar Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran CTL Siklus II Nama Madrasah : MI salafiyah Nama Guru : Anik Faridah Mata Pelajaran : IPS Hari/tanggal : 18 Nopember 2010 Tema : Kepahlawanan Pukul : 07.30 – 09.15 N Aspek yang ditamati Penilaian o Ya Tdk 1 2 3 4 Ket I A. Pendahuluan 1. Memotivasi siswa √ √ 2. Menyampaikan tujuan pembelajaran √ √ B. Kegiatan inti 1. Menyampaikan langkah kegiatan √ √ 2. Membimbing siswa melakukan kegiatan √ √ 3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil √ √ kegiatan dalam kelompok dan mempresentasikannya
II III
4. Memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya jawab baik antar kelompok siswa maupun kepada guru
√
5. Membimbing siswa menemukan konsep dan merumuskan kesimpulan materi
√
√
Pengelolaan waktu Antusias kelas 1. Antusias siswa
√
√
√
√
2. Antusian guru
√
√
Keterangan nilai 1= Kurang 2 = Cukup baik 3 = Baik 4 = Sangat baik S.PdI
√
Ampel, 18 Nopember 2010 Pengamat
R. Supartono,
LAMPIRAN 14 Lembar Pengamatan Siswa Siklus III Nama Madrasah : MI salafiyah Mata Pelajaran : IPS No Nama
Nama Guru Hari/tanggal Aspek Penilaian
Perhatian 1
2
Keaktifan 3
4
1
2
√
: Anik Faridah : 25Nopember 2010 Skor Kerjasama
3
4
1
2
3
√
Priyono
2.
Ferina
10
Sangat aktif
6
Cukup aktif
3.
Indra Aditya
√
√
√
11
Sangat aktif
4.
Suciyani
√
√
√
11
Sangat aktif
5.
Rahmat M
√
6.
Vina W
√
12
Sangat aktif
√
10
Sangat aktif
7.
M. Sholeh
6
Cukup aktif
8.
Ahmad Toni
11
Sangat aktif
9.
Sofyan Aryadi
√
9
Aktif
10.
A Syaiful B
√
√
11
Sangat aktif
11.
Askhabussobirin
√
√
11
Sangat aktif
12.
Febriana Alisa
√
13.
M. Ridwan
√
12
Sangat aktif
√
10
Sangat aktif
14.
Nur Hayati
√
√
12
Sangat aktif
15.
Ria Puji A
√
√
11
Sangat aktif
16.
Rizal R
√
√
11
Sangat aktif
17.
Siti Khoirul H
√
√
12
Sangat aktif
18.
Feri Eka A
√
9
Aktif
19.
Wawan S
√
√
20.
Yusuf Dwi S
√
11
Sangat aktif
12
√
√
Sangat aktif
√
√
√
√
√
√
√ √ √
√ √
√
√
√
√ √ √ √ √ √
√ √ √
√
Skor siswa berjumlah 10-12 maka siswa tergolong sangat aktif Skor siswa berjumlah 7-9 maka siswa tergolong aktif Skor siswa berjumlah 4-6 maka siswa tergolong cukup aktif Skor siswa berjumlah 3 maka siswa tegolong pasif
4 √
1.
√
Ket
√
LAMPIRAN 15 Lembar Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran Siklus III Nama Madrasah : MI salafiyah Nama Guru : Anik Faridah Mata Pelajaran : IPS Hari/tanggal : 25 Nopember 2010 Tema : Kepahlawanan Pukul : 07.30 – 09.15 N Aspek yang ditamati Penilaian o Ya Tdk 1 2 3 4 Ket I A. Pendahuluan 1. Memotivasi siswa √ √ 2. Menyampaikan tujuan pembelajaran √ √ B. Kegiatan inti 1. Menyampaikan langkah kegiatan √ √ 2. Membimbing siswa melakuakn kegiatan √ √ 3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil √ √ kegiatan dalam kelompok dan mempresentasikannya 4. Memberi kesempatan pada siswa untuk √ √ bertanya jawab baik antar kelompok siswa maupun kepada guru
II III
5. Membimbing siswa menemukan konsep dan merumuskan kesimpulan materi
√
Pengelolaan waktu Antusias kelas 1. Antusias siswa
√ √
√
2. Antusian guru
√
√
Keterangan nilai 1= Kurang 2 = Cukup baik 3 = Baik 4 = Sangat baik S.PdI
√ √
Ampel, 25 Nopember 2010 Pengamat
R. Supartono,
LAMPIRAN 16 BIODATA PENULIS
Nama
: Anik Faridah
Tempat Tgl Lahir
: Boyolali, 25 Oktober 1984
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Gondang, Rt 11/ Rw 03 Jeruk, Selo, Boyolali.
Pendidikan
: Tahun 1991-1997
MI Salafiyah Kendal, Ampel.
Tahun 1997-2000
SMP N 3 Ampel, Kab. Boyolali.
Tahun 2000-2003
SMK N 1 Boyolali.
Tahun 2005-2007
DII PGK STAIN Salatiga.
Tahun 2008-2011
S1 PGMI Transfer STAIN Salatiga
Demikian daftar riwayat hidup ini disampaikan agar menjadi maklum.
Salatiga, 24 Januari 2011 Hormat Saya
Anik Faridah