UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN KIMIA PADA MATERI PEMISAHAN KIMIA MELALUI METODE PRAKTIKUM BERBASIS LABORATORIUM KELAS VII MTs HIDAYATUS SYUBBAN GENUK
SKRIPSI Disusun guna memenuhi tugas dan melengkapi Syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dalam ilmu Pendidikan Kimia
Oleh : SITI ANIYAH NIM : 083711021
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2012
ii
iii
iv
v
ABSTRAK
Judul
: Upaya Peningkatan Pembelajaran Kimia Pada Materi Pemisahan Kimia Melalui Metode Praktikum Berbasis Laboratorium Kelas VII MTs Hidayatus Syubban Genuk.
Penulis : Siti Aniyah NIM
: 083711021
.
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan metode yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa. Salah satu metode tersebut adalah metode praktikum, dimana metode ini siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari, siswa juga diberi kesempatan untuk mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek, keadaan atau proses sesuatu. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan pembelajaran kimia dengan metode praktikum terhadap hasil belajar kimia (kognitif, afektif, dan psikomotorik) materi pokok pemisahan kimia pada siswa kelas VII semester I MTs HidayatusSyubban Genuk pada mata pelajaran kimia materi pemisahan kimia melalui metode praktikum. Penelitian ini merupakan tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Peningkatan hasil belajar siswa dilihat dari hasil tes dan persentase ketuntasan belajar klasikal yang dicapai siswa. Keberhasilan siswa untuk aspek kognitif dapat dilihat dari hasil tes, dengan ketuntasan individual bila semua siswa mencapai 65 atau menguasai 65% dan ketuntasan klasikal apabila 80% dari seluruh siswa dalam satu kelas memperoleh nilai ≥ 65 atau telah menguasai sama dengan 80% (sesuai dengan ketentuan sekolah).Terjadi peningkatan aktivitas afektif dan aktivitas psikomotorik siswa dari siklus I sampai siklus berikutnya. Dari hasil penelitian, rata-rata hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik meningkat setiap siklus. Pada siklus I aspek kognitif sebesar 70%, aspek afektif sebesar 74.65%, aspek psikomotorik sebesar 73.25%. Pada siklus II aspek kognitif sebesar 96.7%, aspek afektif sebesar 82.5%, aspek psikomotorik sebesar 84.5%. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hasil belajar peserta didik meningkat melalui penerapan pembelajaran praktikum. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi dan masukan guru dalam melakukan kegiatan praktikum di laboratorium, untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif.
vi
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Puji syukur Alhamdulillah selalu terpanjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat, inayah dan hidayah-Nya kepada penulis yang tidak memiliki kekuatan sehingga hanya berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah meluruskan umat manusia yang diridloi oleh Allah SWT. Skripsi ini berjudul “Upaya Peningkatan Pembelajaran Kimia Pada Materi Pemisahan Kimia Melalui Metode Praktikum Berbasis Laboratorium Kelas VII MTs HidayatusSyubban Genuk”, disusun untuk mengetahui salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S-I) Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini sangat sulit terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dukungan, dan do’a dari semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengaturkan banyak terima kasih kepada : 1. Dr. Suja’i, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang 2. Atik Rahmawati, S.Pd, M.Si, selaku pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran, untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 3. Drs. Abdul Wahid, M.Ag, selaku pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran, untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 4. Segenap dosen pengajar di lingkungan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, terkhusus dosen Kimia yang selalu berkenan untuk memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini. 5. Bapak dan Ibu karyawan Perpustakaan baik di Institut maupun di Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, yang telah
vii
memberikan pelayanan kepustakaan yang diperlukan penulis untuk menyusun skripsi ini. 6. KH. Ach. Syamhudi, M.Pd.I, selaku kepala sekolah MTs HidayatusSyubban Genuk dan seluruh guru, karyawan, dan stafnya terimakasih telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. UlfiChoiriyah, S.KM, selaku guru IPA di MTs HidayatusSyubban Genuk, terimakasih atas bantuan, arahan, bimbingannya selama penulis melaksanakan penelitian. 8. Ayahanda Fatkurrohman dan Ibunda Masriyah selaku orang tua penulis, yang telah memberikan segalanya baik do’a, semangat, cinta, kasih saying, ilmu, dan bimbingan, yang tidak dapat penulis ganti dengan apapun, serta dukungan materiil dan spiritualnya. 9. Kakak tercinta Fitriyatun, Muhamad Yusuf, Munthohar, Luluk Ilma’nun, yang telah memberikan semangat untuk menjadi yang terbaik. 10. Teman-teman seperjuangan Kimia angkatan 2008 yang memberikan semangat baik moral, materil, maupun spiritual. Pada akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dalam arti sebenarnya. Oleh sebab itu saran dan kritik yang bersifat konstruktif penulis harapkan. Penulis berharap semoga penyusunan skripsi ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan para pembaca.
Semarang, 22 Juni 2012 Penulis
Siti Aniyah NIM.083711021
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN........................................................................
ii
PENGESAHAN .............................................................................................
iii
NOTA PEMBIMBING ..................................................................................
iv
ABSTRAK PENELITIAN .............................................................................
v
KATA PENGANTAR ...................................................................................
vi
DAFTAR ISI .................................................................................................. vii BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................
1
B. Rumusan Masalah ......................................................................
4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……. .........................................
4
BAB II : LANDASAN TEORI A. Belajar dan Hasil Belajar ...........................................................
.6
1. Belajar .................................................................................
6
2. Hasil belajar ........................................................................
8
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ............... 13 B. Metode Praktikum... ................................................................... 17 1. Pengertian Metode Praktikum... ......................................... 17 2. Kelebihan dan Kekurangan Metode Praktikum .................. 17 C. Pembelajaran di Laboratorium ................................................... 18 D. Pemisahan Kimia.... ................................................................... 19 E. Kajian Pustaka yang Relevan……............................................. 27 F. Hipotesis Tindakan.. .................................................................. 28 BAB III : METODE PENELITIAN A. Subyek Penelitian…................................................................... 30 B. Waktu dan Tempat Penelitian……. ........................................... 30 C. Kolaborator.. .............................................................................. 31 D. Rancangan Penelitian…….. ....................................................... 31 E. Teknik Pengumpulan Data.. ....................................................... 36
ix
F. Instrument Penelitian……... ...................................................... 38 G. Teknik Analisis Data Hasil Observasi……. .............................. 38 H. Indikator Keberhasilan……. ...................................................... 44 BAB IV : PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Observasi Pra Siklus .................................................................. 46 1. Hasil Belajar Peserta Didik…… ......................................... 46 2. Refleksi Pra Siklus……. ..................................................... 47 3. Strategi Pembelajaran yang Digunakan. ............................. 48 4. Sarana Laboratorium…....................................................... 48 5. Hasil Penelitian... ................................................................ 49 Siklus I… ............................................................................ 49 Siklus II... ............................................................................ 59 B. Pembahasan................................................................................ 64 1. Siklus I… ............................................................................ 64 2. Siklus II.. ............................................................................. 67 3. Keterbatasan Penelitian....................................................... 72 BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................ 73 B. Saran. ......................................................................................... 73 C. Penutup……. ............................................................................. 74 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
x
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 : Hasil Belajar Aspek Kognitif Pra Siklus ...................................
46
Tabel 4.2 : Hasil Belajar Aspek Psikomotorik Siklus I ...............................
53
Tabel 4.3 : Hasil Belajar Aspek Afektif Siklus I .........................................
55
Tabel 4.4 : Hasil Belajar Aspek Kognitif Siklus I ........................................
56
Tabel 4.5 : Hasil Belajar Aspek Psikomotorik Siklus II ...............................
61
Tabel 4.6 : Hasil Belajar Aspek Afektif Siklus II...........................................
62
Tabel 4.7 : Hasil Belajar Kognitif Siklus II ....................................................
63
Tabel 4.8 : Hasil Tes Siswa (Kognitif) Pra Siklus dan Siklus I……………...
66
Tabel 4.9 : Hasil Tes Siswa (Kognitif) Siklus I dan Siklus II……………….
67
Tabel 4.10: Hasil Penilaian Aspek Psikomotorik Siklus I dan Siklus II……..
69
Tabel 4.11: Hasil Penilaian Aspek Afektif Siklus I dan Siklus II……………
70
xi
DAFTAR GRAFIK Grafik 4.1 Hasil Tes Siswa (Kognitif) Pra Siklus dan Siklus I……………. 66 Grafik 4.2 Hasil Tes Siswa (Kognitif) Siklus I dan Siklus II……………... 68 Grafik 4.3 Hasil Penilaian Aspek Psikomotorik Siklus I dan Siklus II…... 69 Grafik 4.4 Hasil Penilaian Aspek Afektif Siklus I dan Siklus II……….… 71
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pemisahan dengan metode filtrasi ...............................................
20
Gambar 2.2 Pemisahan dengan metode kristalisasi ........................................
22
Gambar 2.3 Pemisahan dengan metode destilasi ............................................
23
Gambar 2.4 Pemisahan dengan metode sublimasi ..........................................
25
Gambar 2.5 Pemisahan dengan metode kromatografi kertas..........................
26
Gambar 3.1 Langkah-langkah PTK...............................................................
32
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Silabus Lampiran 2 : RPP Siklus I Lampiran 3 : RPP Siklus II Lampiran 4 : Daftar Nama Peserta Didik Lampiran 5 : Daftar Kelompok Praktikum Lampiran 6 : Nilai Pra Siklus Lampiran 7 : Petunjuk Praktikum Siklus I Lampiran 8 : Petunjuk Praktikum Siklus II Lampiran 9 : Kisi-kisi Soal Siklus I Lampiran 10 : Kisi-kisi Soal Siklus II Lampiran 11 : Lembar Penilaian Aspek Kognitif Siklus I Lampiran 12 : Lembar Penilaian Aspek Kognitif Siklus II Lampiran 13 : Kunci Jawaban Siklus I dan II Lampiran 14 : Rekapitulasi Hasil Belajar Kognitif Siklus I Lampiran 15 : Rekapitulasi Hasil Belajar Kognitif Siklus II Lampiran 16 : Panduan Skoring Afektif Lampiran 17 : Rekapitulasi Hasil Belajar Afektif Siklus I Lampiran 18 : Rekapitulasi Hasil Belajar Afektif Siklus II Lampiran 19 : Panduan Skoring Psikomotorik Lampiran 20 : Rekapitulasi Hasil Belajar Psikomotorik Siklus I Lampiran 21 : Rekapitulasi Hasil Belajar Psikomotorik Siklus II Lampiran 22 : Jurnal Guru
xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang “Pembelajaran (instruction) adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik”.1 “Proses pembelajaran merupakan kegiatan fundamental dalam proses pendidikan yang mana terjadinya proses belajar yang tidak terlepas dari proses mengajar. Proses pengajaran dan pembelajaran dalam konteks pendidikan formal merupakan usaha sadar dan sengaja serta terorganisir secara baik, guna untuk mencapai tujuan institusional yang diemban oleh lembaga yang menjalankan misi pendidikan. Proses pembelajaran adalah seperangkat kegiatan belajar yang dilakukan siswa (peserta didik)”.2 “Belajar merupakan suatu upaya pengembangan seluruh kepribadian individu, baik segi fisik maupun psikis. Dalam proses belajar di sekolah sasaran belajar ini sering dirumuskan dalam bentuk tujuan pelajaran, tujuan instruksional atau dewasa ini disebut tujuan pembelajaran. Kegiatan belajar yang berlangsung di sekolah bersifat formal, disengaja, direncanakan, dengan bimbingan guru, serta pendidik lainnya. Apa yang hendaknya dicapai dan dikuasai siswa (tujuan belajar), bahan apa yang harus dipelajari (metode pembelajaran), serta bagaimana cara mengetahui kemajuan belajar siswa (evaluasi), telah direncanakan dengan seksama”.3 “Ada dua pendekatan di dalam pelaksanaan pengajaran di sekolah, yaitu pendekatan yang mengutamakan hasil belajar dan yang menekankan proses belajar. Sebab suatu hasil belajar yang baik akan diperoleh melalui proses yang
1
Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran: Landasan dan Aplikasinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), hlm.85. 2 3
Iskandar, Psikologi Pendidikan, (Ciputat : Gaung Persada (GP) Press, 2009), hlm.98.
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Remaja Rodaskarya, 2009), hlm.177-179.
Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT
1
baik, dan sebaliknya proses belajar yang baik akan memberi hasil yang baik pula”.4 Dalam proses belajar anak-anak tidak semata-mata menerima pelajaran yang “dihadiahkan” oleh guru. Dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak dijumpai belajar yang kurang tepat, misalnya dengan memahami belajar sebagai masalah atau kegiatan intelektual semata-mata. Bahkan ada juga yang mengharuskan siswa duduk manis di depan meja dengan sikap menerima apa yang diberikan oleh guru. Dengan praktik seperti itu dapat diartikan bahwa jiwa anak bersifat pasif. Sedangkan materi yang dipelajari seolah-olah seperti benda yang dimasukkan oleh guru ke dalam diri siswa. Ibaratnya seperti anak kecil yang duduk dengan manis dalam menerima sepiring nasi yang dihidangkan ibunya.5 Peranan peserta didik dalam proses pembelajaran adalah berusaha secara aktif terlibat langsung dalam proses belajar di bawah bimbingan guru. Dalam kegiatan belajar peserta didik, guru harus dapat menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif dalam kegiatan belajar peserta didik. IPA merupakan ilmu yang dibangun melalui proses berpikir, eksperimen yang didalamnya terdapat tahap mengamati, mengukur, menganalisis, dan mengambil kesimpulan. Di dalam pembelajaran IPA siswa dituntut lebih bisa mandiri dalam belajar, karena dalam proses pembelajaran IPA yang diutamakan bukan hanya sekedar pengembangan kemampuan akademik saja, melainkan juga kemampuan praktik yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat dalam jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan masalah dalam kehidupan jangka panjang. Salah satu cara untuk mendalami
ilmu
pengetahuan
dilakukan
dengan
cara
praktik.
Untuk
memperdalam ilmu pengetahuan dilihat dari aspek psikomotorik para peserta didik perlu melakukan praktikum antara lain di laboratorium. Dalam pengertian
4
Bambang Warsita, Teknilogi Pembelajaran: Landasan dan Aplikasinya, hlm.178.
5
Chabib Thoha dan Abdul Mu’ti, Eksistensi dan Proses Belajar-Mengajar Pendidikan Agama Islam, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 1998), hlm.147-148.
2
terbatas laboratorium ialah suatu ruangan tertutup dimana percobaan dan penyelidikan dilakukan ditunjang oleh adanya perangkat alat-alat dan bahanbahan yang digunakan untuk praktikum. Kegiatan praktek di laboratorium ini dimaksudkan agar peserta didik dapat belajar melalui praktek sehingga menguasai ilmu pengetahuan dengan tepat dan benar. Karena dalam pelajaran IPA peserta didik tidak hanya belajar dengan cara mendengarkan keterangan guru di kelas. Tetapi harus melakukan kegiatan penyelidikan melalui praktek di laboratorium untuk mencari keterangan lebih lanjut mengenai ilmu yang dipelajarinya.6 MTs Hidayatus Syubban merupakan salah satu MTs swasta di kota Genuk, dimana sebagian besar siswa-siswanya berasal dari daerah setempat. Pada kelas VII dalam menyampaikan materi pemisahan kimia belum diterapkan metode praktikum. Berdasarkan observasi awal diperoleh hasil bahwa kebanyakan peserta didik kelas VII pasif dan banyak diam, hal ini disebabkan karena rasa malu, kurang berani bertanya, menjawab pertanyaan maupun mengungkapkan pendapat. Selain itu juga anggapan peserta didik bahwa mata pelajaran kimia sangat membosankan karena terlalu banyak materi, hitung-hitungan, dan hafalan. Sehingga mempengaruhi hasil belajar yang selama ini belum sesuai dengan harapan. Banyak faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kemampuan dan hasil belajar peserta didik dalam suatu proses pembelajaran. Salah satunya adalah model pembelajaran yang digunakan guru di kelas. Model pembelajaran yang monoton akan mengurangi motivasi peserta didik untuk belajar, karena peserta didik merasa jenuh. Guru diharapkan mampu menggunakan model pembelajaran yang lebih bervariasi agar dapat membangkitkan daya kreatifitas, motivasi, serta kerjasama, tanggungjawab, dan disiplin. Bertolak dari uraian di atas peneliti berminat melaksanakan kegiatan pembelajaran yang lebih aktif yaitu kegiatan pembelajaran melalui metode praktikum dalam pembelajaran IPA khususnya pada materi pokok pemisahan kimia. Pembelajaran praktikum adalah suatu metode dalam pembelajaran yang 6
Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm.17.
3
cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri yang dipelajari. Dengan menggunakan metode pembelajaran praktikum diharapkan lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Karena dengan menggunakan metode praktikum siswa diajak secara aktif melakukan percobaan atau penyelidikan untuk menemukan konsep tentang materi pelajaran.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, maka permasalahan yang perlu di kaji dalam penelitian ini yaitu: 1. Apakah metode praktikum berbasis laboratorium dapat meningkatkan hasil belajar kimia pada materi pokok pemisahan kimia siswa kelas VII MTs Hidayatus Syubban Genuk tahun ajaran 2011/2012? 2. Bagaimana peningkatan hasil belajar kimia pada materi pokok pemisahan kimia siswa kelas VII MTs Hidayatus Syubban Genuk tahun ajaran 2011/2012 melalui metode praktikum berbasis laboratorium?
C. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan Sesuai
dengan
perumusan
masalah
yang
telah
dikemukakan
sebelumnya, tujuan dari penelitian ini adalah a. Untuk mengetahui apakah metode praktikum berbasis laboratorium dapat meningkatkan hasil belajar kimia pada materi pokok pemisahan kimia siswa kelas VII MTs Hidayatus Syubban Genuk tahun ajaran 2011/2012? b. Untuk mengetahui bagaimana peningkatan hasil belajar kimia pada materi pokok pemisahan kimia siswa kelas VII MTs Hidayatus Syubban Genuk tahun ajaran 2011/2012 melalui metode praktikum berbasis laboratorium? 2. Manfaat a. Bagi siswa diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar terhadap pembelajaran kimia pada pokok bahasan pemisahan kimia dengan metode
4
praktikum, dan bisa menambah motivasi belajar siswa khususnya ilmu IPA. b. Bagi guru (pendidik), diharapkan dapat menambah pengalaman dalam mengajar dengan penerapan metode praktikum, dan untuk mengukur sejauh mana tingkat keterampilan berfikir kritis dan sikap ilmiah siswa. c. Bagi lembaga pendidikan, diharapkan dapat menambah khasanah baru dalam pengembangan penerapan metode pembelajaran untuk membantu proses pengajaran di kelas. d. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan bisa menjadi sebuah pengetahuan dan pengalaman dalam usaha mengembangkan metode pembelajaran.
5
BAB II LANDASAN TEORI A. Belajar dan Hasil Belajar 1. Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Belajar adalah key term (istilah kunci) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan. Secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyakbanyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut banyaknya materi yang dikuasai oleh siswa. Adapun pengertian belajar secara kualitatif (tinjauan mutu) adalah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta caracara menafsirkan dunia di sekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa. Belajar pada hakikatnya merupakan proses kognitif yang mendapat dukungan dari fungsi ranah psikomotor. Fungsi psikomotor dalam hal ini meliputi: mendengar, melihat, dan mengucapkan. Pada umumnya belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. 1 Ada beberapa ahli mendefinisikan tentang belajar, antara lain dapat diuraikan sebagai berikut :
1
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : PT Remaja Rodaskarya, 2010), hlm.87-93
6
1) Menurut John W. Santrock: “Learning is a relatively permanent change in behavior due to experience”.2 (Belajar adalah perubahan yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman). 2) Belajar menurut Clifford T. Morgan: “learning may be defined as any relatively permanent change in behavior which occur as a result of experience or practice”.3 (Pembelajaran dapat di definisikan sebagai perubahan sikap dari sebuah hasil pengalaman dan praktek). Hadist Nabi SAW baik secara eksplisit maupun implisit mewajibkan orang untuk belajar agar memperoleh ilmu pengetahuan.
%$ &' ( ) * + + ) , »: ! + + $ 2 1 34+ 51 / 6798: $ %
&' ( ) * ; </4 + ) , $ %
&' ( ) * . /0 + ) , B ( . )= ' > ? 0+ @ AB CD ; BE 8 @ F G H
@8/: : ; 'I+ J
K L @ &KC K 0 + / = M+ , N 4 K ' PQB Ibnu Mas’ud meriwayatkan, “Rasulullah saw. berkata kepadaku Tuntutlah ilmu pengetahuan dan ajarkanlah kepada orang lain. Tuntutlah ilmu kewarisan dan ajarkanlah kepada orang lain. PelajarilahAl-Qur’an dan ajarkanlah kepada orang lain. Saya ini akan mati. Ilmu akan berkurang dan cobaan akan semakin banyak, sehingga terjadi perbedaan pendapat antara dua orang tentang suatu kewajiban, mereka tidak menemukan seorang pun yang dapat menyelesaikannya.(Al-Imam Abi Muhammad Abdullah ibnBahram Al-Darimi Al-Darimiy, Sunan ad-Darimi, jilid 1)4 Dalam hadis ini, ada tiga perintah belajar, yaitu perintah mempelajari ‘al‘ilm’, ‘al-faraid’ dan ‘al-Qur’an’. Menurut Ibnu Mas’ud, ilmu yang dimaksud di sini adalah ilmu syariat dan segala jenisnya. Al-Fara’id adalah ketentuan2
John W. Santrock, Psychology Essentials, (New York : Mc Graw-Hill, 2005), hlm. 137.
3
Clifford, T. Morgan, Introduction to Psychology, (Kogakusha: Mc Graw-Hill, 1971), hlm.
63 4
Bukhari Umar, ” Pendidikan dalam Perspektif Hadis: Perintah Menuntut Ilmu”, dalam bukhariumar59.blogspot.com/2010/12/pendidikan-dalam-perspektif-hadis.html,diakses 07 Februari 2012.
7
ketentuan baik ketentuan Islam secara umum maupun ketentuan tentang harta warisan. Mempelajari Al-Qur’an mencakup menghafalnya. Setelah dipelajari ajarkan pula kepada orang lain supaya lebih sempurna. Beliau memerintahkan agar sahabat mempelajari ilmu karena beliau sendiri adalah manusia seperti manusia pada umumnya. Pada suatu saat, beliau akan wafat. Dengan adanya orang mempelajari ilmu, ilmu pengetahuan akan terus berkembang.
2. Hasil Belajar “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Horward Kingsley membagi tiga hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, (e) keterampilan motorik”.5 Menurut taksonomi Benyamin Bloom membagi menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian,
organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris
berkenaan dengan hasil belajar kemampuan keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni (a) gerakan refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di antara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.
5
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT Remaja Rodaskarya, 2009), hlm.22
8
a. Ranah kognitif Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata knowledge dalam taksonomi Bloom, membedakan menjadi beberapa tipe yaitu:6 1) Pengetahuan (Knowledge) Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenal kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus, dan sebagainya. Pengetahuan atau ingatan ini merupakan proses berfikir yang paling rendah. 2) Pemahaman (Comprehension) Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan. 3) Penerapan atau aplikasi (Application) Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ideide umum, tata cara, ataupun metode-metode. Prinsip-prinsip, rumusrumus, teori-teori, dan sebagainya dalam situasi yang baru dan konkret. Aplikasi atau penerapan ini merupakan proses berfikir yang setingkat lebih tinggi dibandingkan dengan pemahaman. 4) Analisis (Analysis) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan yang lainnya. Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi dibanding dengan jenjang aplikasi. 5) Sintesis (Synthesis)
6
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT Remaja Rodaskarya, 2009), hlm.22-25
9
Adalah kemampuan seseorang yang merupakan kebalikan dari proses analisis. Sintesis merupakan suatu proses yang memudahkan bagianbagian atau unsur-unsur secara logis sehingga menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola yang baru. Jenjang sintesis adalah setingkat lebih tinggi dibanding dengan jenjang analisis. 6) Evaluasi (Evaluation) Adalah jenjang berfikir yang paling tinggi dalam ranah kognitif. Menurut taksonomi Bloom, penilaian atau evaluasi merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai atau ide. Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir termasuk di dalamnya kemampuan memahami, menghafal, mengaplikasi, menganalisis, mensistesis dan kemampuan mengevaluasi. Pada tingkat pengetahuan, peserta didik menjawab pertanyaan berdasarkan hafalan saja. Pada tingkat pemahaman peserta didik dituntut untuk menyatakan masalah dengan katakatanya sendiri, memberi contoh suatu konsep atau prinsip. Pada tingkat aplikasi, peserta didik dituntut untuk menerapkan prinsip dan konsep dalam situasi yang baru. Pada tingkat analisis, peserta didik diminta untuk menguraikan informasi ke dalam beberapa bagian, menemukan asumsi, membedakan fakta dan pendapat serta menemukan hubungan sebab akibat. Pada tingkat sintesis, peserta didik dituntut untuk menghasilkan suatu cerita, komposisi,
hipotesis
atau
teorinya
sendiri
dan
mensintesiskan
pengetahuannya. Pada tingkat evaluasi, peserta didik mengevaluasi informasi seperti bukti, sejarah, editorial, teori-teori yang termasuk di dalamnya judgement terhadap hasil analisis untuk membuat kebijakan. Teori belajar kognitif merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan proses belajar itu sendiri. Belajar tidak hanya sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, lebih dari itu belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Teori belajar kognitif lebih menekankan arti penting proses internal, mental manusia. Tingkah laku manusia yang tampak, tidak dapat diukur dan diterangkan tanpa melibatkan
10
proses mental, seperti : motivasi, kesengajaan, keyakinan dan sebagainya. pengetahuan tentang kognitif peserta didik perlu dikaji secara mendalam oleh para calon guru dan para guru demi menyukseskan proses pembelajaran di kelas. Tanpa pengetahuan tentang kognitif peserta didik, guru akan mengalami kesulitan dalam membelajarkannya di kelas, yang pada akhirnya mempengaruhi rendahnya kualitas proses pendidikan yang dilakukan oleh guru di kelas. Karena faktor kognitif yang dimiliki oleh peserta didik merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di kelas. Faktor kognitif merupakan jendela bagi masuknya berbagai pengetahuan peserta didik melalui kegiatan belajar baik secara mandiri maupun secara kelompok. b. Ranah afektif Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar yaitu:7 1) Receiving/attending,
yakni
semacam
kepekaan
dalam
menerima
rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontrol, dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar. 2) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya. 3) Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai. 4) Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, 7
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, hlm.25-28
11
dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang termasuk ke dalam organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi sistem nilai. 5) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku. Ke dalamnya termasuk keseluruhan nilai dan karakteristiknya. Ranah afektif merupakan kegiatan yang mencakup sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi kemampuan seseorang untuk menerima sesuatu, kemampuan untuk menjawab, kemampuan seseorang untuk menilai dalam memperbaiki suatu masalah. Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu: (1) receiving (2) responding (3) valuing (4) organization (5) characterization by value or value complex. Receiving atau attending sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang ini peserta didik dibina agar peserta didik bersedia menerima nilai-nilai yang di ajarkan, dan peserta didik berkenan menggabungkan diri kedalam nilai itu atau mengidentifikasikan diri dengan nilai itu. Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”. Kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya salah satu cara. Valuing (menilai) artinya memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap peserta didik, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Dalam proses belajar mengajar, peserta didik tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk. c. Ranah psikomotorik
12
Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni:8 1) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar). 2) Keterampilan pada gerakan-gerakan sadar. 3) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, dan motoris. 4) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan. 5) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks. 6) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif. Ranah psikomotorik merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotorik adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik. Hasil belajar psikomotorik ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar
afektif
(yang
baru
tampak
dalam
bentuk
kecenderungan-
kecenderungan berperilaku).
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua kategori yaitu faktor internal dan faktor eksternal. a. Faktor internal Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. 1) Faktor fisiologis Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat 8
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, hlm.28-31
13
mempengaruhi aktifitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Kedua, keadaan fungsi jasmani atau fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama pancaindera. Pancaindera yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktifitas belajar dengan baik pula. 2) Faktor psikologis Faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat. Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang penting dalam proses belajar siswa, karena dapat menentukan kualitas belajar siswa. Motivasi juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa, karena motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Minat juga memberi pengaruh terhadap hasil belajar, karena jika siswa tidak mempunyai minat, maka tidak semangat belajar. Dalam proses belajar, sikap juga mempengaruhi keberhasilan proses belajar, karena sikap adalah gejala internal yang bereaksi relatif tetap terhadap objek baik positif maupun negatif. Faktor psikologis lain yang mempengaruhi adalah bakat. Bakat adalah kemampuan seseorang yang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.9 Kecerdasan adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecerdasan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi baru dengan cepat dan efektif, mengetahui dan menggunakan konsep-konsep yang
9
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, hlm.130-133
14
abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Kecerdasan besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, seseorang yang memiliki kecerdasan yang tinggi akan berhasil daripada yang memiliki kecerdasan rendah. Untuk menjamin hasil belajar yang baik, maka peserta didik harus memiliki perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatiannya maka timbullah kebosanan sehingga ia tidak lagi suka belajar. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan. Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Bakat mempengaruhi belajar. Bahan pelajaran yang diambil sesuai dengan bakatnya maka hasilnya peserta didik yang bersangkutan akan senang belajar dan giat dalam meraih prestasinya. Motivasi erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motivasi sendiri sebagai daya penggerak dan pendorong. Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat menjadi motivasi peserta didik sehingga memiliki perhatian dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang menunjang belajar. b. Faktor eksternal Faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu:10 1) Lingkungan sosial a) Lingkungan sekolah seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi proses belajar mengajar seorang siswa. b) Lingkungan sosial masyarakat, kondisi lingkungan sosial masyarakat tempat tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa. 10
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, hlm.133-134
15
c) Lingkungan sosial keluarga, hubungan antara anggota keluarga, orang tua, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktifitas belajar dengan baik. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal peserta didik akan mempengaruhi belajar peserta didik. Lingkungan yang kumuh, banyak pengangguran dan anak telantar juga dapat mempengaruhi aktivitas belajar, paling tidak peserta didik kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar peserta didik. Hubungan yang harmonis antara guru, administrasi, dan temanteman sekelas dapat menjadi motivasi bagi peserta didik untuk belajar lebih baik di sekolah. maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu memperhatikan dan memahami bakat yang dimiliki oleh anaknya atau peserta didiknya, antara lain dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya. 2) Lingkungan non sosial a) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang panas atau dingin, sinar yang kuat atau lemah, serta suasana yang sejuk dan tenang. Kondisi tersebut dapat mempengaruhi aktifitas belajar siswa. b) Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam, pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturanperaturan sekolah. c) Faktor materi pelajaran, supaya guru dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap aktifitas belajar siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.11
11
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, hlm.134-136
16
Lingkungan alamiah seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau, atau tidak terlalu gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas belajar peserta didik. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar peserta didik akan terhambat. Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke peserta didik). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan peserta didik, begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan peserta didik. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar peserta didik, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi peserta didik. . B. Metode Praktikum Metode praktikum adalah cara penyajian pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar dengan metode percobaan ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek, keadaan atau proses sesuatu. Metode praktikum mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut: 1. Kelebihan metode praktikum a. Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya. b. Dapat membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. c. Hasil-hasil
percobaan
yang
berharga
dapat
dimanfaatkan
untuk
kemakmuran umat manusia. 2. Kekurangan metode praktikum a. Metode ini lebih sesuai dengan bidang-bidang sains dan teknologi.
17
b. Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan mahal. c. Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan. d. Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada diluar jangkauan kemampuan atau pengendalian.12 Praktikum berasal dari kata praktik yang artinya pelaksanaan secara nyata apa yang disebut dalam teori. Sedangkan praktikum adalah bagian dari pengajaran yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan melaksanakan dalam keadaan nyata, apa yang diperoleh dari teori dan pelajaran praktek. Kegiatan praktikum membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan belajar secara teori. Akan tetapi, masalah tersebut dapat diatasi dengan mengatur waktu dan mengalokasikan sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan sehingga kegiatan praktikum dapat berjalan dengan lancar tanpa ada masalah pada pengaturan waktunya. Praktikum merupakan salah satu bentuk pengajaran yang cocok untuk memenuhi fungsi pendidikan umum” latihan dan umpan balik” dan fungsi khusus “ memperbaiki motivasi siswa.”
C. Pembelajaran di Laboratorium Belajar di laboratorium merupakan pengalaman unik dan melibatkan kemampuan manual maupun intelektual, bahkan kemampuan sosial. Karenanya, ukuran keberhasilannya berbeda dengan kegiatan non praktik di kelas. Salah satu cara untuk mendalami ilmu pengetahuan dilakukan dengan cara praktik. Untuk memperdalam ilmu pengetahuan dilihat dari aspek psikomotorik para peserta didik perlu melakukan praktikum antara lain di laboratorium. Dalam pengertian terbatas laboratorium ialah suatu ruangan tertutup dimana percobaan dan penyelidikan dilakukan ditunjang oleh adanya perangkat alat-alat dan bahanbahan yang digunakan untuk praktikum. Kegiatan praktek di laboratorium ini
12
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), hlm. 84-85.
18
dimaksudkan agar peserta didik dapat belajar melalui praktek sehingga menguasai ilmu pengetahuan dengan tepat dan benar.13 Laboratorium dalam pendidikan IPA merupakan suatu tempat dimana guru dan siswa melakukan percobaan, pengamatan dan penelitian. Laboratorium merupakan tempat penunjang dari kegiatan kelas atau sebaliknya kegiatan kelas menjadi penunjang kegiatan laboratorium. Laboratorium IPA dapat merupakan tempat yang baik bagi para siswa untuk berusaha memecahkan masalah baik yang dijumpai di dalam laboratorium itu sendiri, di dalam kelas atau dimana saja. Laboratorium IPA dapat memberi peluang bagi para siswa untuk bekerja mengenal alat dan bahan-bahan tertentu, bekerja sama dengan teman-teman sehingga memiliki gairah yang kuat untuk mengungkapkan atau menemukan sesuatu yang tidak dapat diketahui dan dapat menikmati kepuasan atau hasil yang dapat dicapai.
D. Pemisahan Kimia “Metode pemisahan merupakan aspek penting dalam bidang kimia karena kebanyakan materi yang terdapat di alam berupa campuran”.14 “Untuk mengetahui kedudukan tahap pemisahan dalam serangkaian proses analisis, berikut diberikan secara garis besar tahap-tahap urutan di dalam analisis kuantitatif. Tahap-tahap tersebut adalah (a) seleksi dan penyiapan sampel (seperti pengaturan pH); (b) pengukuran sampel; (c) pelarutan sampel; (d) perlakuan awal sampel; (e) pemisahan komponen yang diinginkan; (f) pengukuran komponen yang diinginkan; (g) penganalisisan data dan pelaporan”.15 Macam-macam metode yang digunakan untuk pemisahan campuran yaitu: 1. Memisahkan Suspensi Cairan yang mengandung zat padat tak larut di sebut suspensi. Suatu suspensi dapat dipisahkan melalui penyaringan (filtrasi)
13
Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm.17 14
Sumar Hendayana, Kimia Pemisahan, (Bandung : Rodaskarya, 2006), hlm.1.
15
Soebagio dkk, Kimia Analitik II, (Malang : Universitas Negeri Malang, 2002), hlm.1.
19
Penyaringan yang dilakukan di laboratorium biasanya menggunakan kertas saring. Kertas saring memiliki pori-pori yang relatif kecil, sehingga akan menahan partikel suspensi. Dalam proses penyaringan menghasilkan residu dan filtrat. Residu yaitu zat padat yang tertahan oleh kertas saring, sedangkan filtrat yaitu zat cair yang melewati kertas saring. Berikut gambar 2.1 pemisahan kimia berdasarkan metode filtrasi (penyaringan).
Gambar 2.1 Pemisahan dengan metode filtrasi
2. Memisahkan Zat Padat Terlarut dari Larutan Zat padat terlarut tidak dapat dipisahkan melalui penyaringan. Zat padat terlarut dapat dipisahkan melalui penguapan dan kristalisasi. Suatu zat yang tampil sebagai zat padat, tetapi tidak mempunyai struktur kristal yang berkembangbiak disebut amorf (tanpa bentuk). Ter dan kaca merupakan zat padat semacam itu. Tidak seperti zat pada kristal, zat amorf tidak mempunyai titik-titik leleh tertentu yang tepat. Sebaliknya zat amorf melunak secara bertahap bila dipanasi dan meleleh dalam suatu jangka temperatur . Zat padat umumnya mempunyai titik lebur yang tajam (rentangan suhunya kecil), sedangkan zat padat amorf akan melunak dan kemudian melebur dalam rentangan suhu yang beasr. Partikel zat padat amorf sulit dipelajari karena tidak teratur. Oleh sebab itu, pembahasan zat padat hanya membicarakan kristal. Suatu zat mempunyai bentuk kristal tertentu. Dua zat yang mempunyai struktur kristal yang sama disebut isomorfik (sama bentuk),
20
contohnya NaF dengan MgO, K2SO4 dengan K2SeO4, dan Cr2O3 dengan Fe2O3. Zat isomorfik tidak selalu dapat mengkristal bersama secara homogen. Artinya satu partikel tidak dapat menggantikan kedudukan partikel lain. +
Contohnya, Na+ tidak dapat menggantikan K dalam KCl, walaupun bentuk kristal NaCl sama dengan KCl. Suatu zat yang mempunyai dua kristal atau lebih disebut polimorfik (banyak bentuk), contohnya karbon dan belerang. a. Penguapan Pada proses penguapan, larutan dipanaskan sehingga zat pelarutnya menguap dan meninggalkan zat terlarut. Pemisahan terjadi karena zat terlarut mempunyai titik didih yang lebih tinggi daripada pelarutnya. Pada pemisahan dengan cara penguapan komponen volatil dipisahkan dari komponen yang non volatil, karena proses pemanasan. Sebagai contoh pemisahan penguapan dapat digunakan untuk memisahkan air dari larutan NaCl berair. b. Pengkristalan Pada kristalisasi, larutan pekat didinginkan sehingga zat terlarut mengkristal. Pengkristalan terjadi karena kelarutan berkurang ketika suhu diturunkan. Sebagai contoh adalah natrium klorida (NaCl) yang berperan sebagai kristal ionik yang dibentuk oleh gaya tarik antara ion bermuatan positif dan negatif. Kristal natrium klorida memiliki bilangan koordinasi enam, dimana satu kation Na+ dikelilingi oleh enam anion Cl-. Kristal ionik biasanya memiliki titik leleh tinggi dan hantaran listrik yang rendah. Namun dalam larutan atau dalam titik lelehnya, kristal ionik terdisosiasi menjadi ion-ion yang memiliki hantaran listrik. Dalam ion natrium klorida diikat oleh ikatan ion. Berlawanan dengan ikatan kovalen, ikatan ion tidak memiliki arah khusus, dan akibatnya ion natrium akan berinteraksi dengan semua ion klorida dalam kristal, walaupun intensitas beragam. Demikian juga ion klorida akan berinteraksi dengan semuan ion natrium dalam
21
kristal16. Berikut gambar 2.2 pemisahan kimia berdasarkan metode kristalisasi.
Gambar 2.2 Pemisahan dengan metode kristalisasi
3. Memisahkan campuran zat cair Zat cair dapat dipisahkan dari campurannya melalui destilasi. Campuran dua jenis cairan yang tidak saling melarutkan dapat dipisahkan dengan corong pisah. Misalnya, campuran air dan minyak. Campuran akan terbentuk dua lapisan, karena massa jenis air lebih besar daripada minyak, maka air akan berada di lapisan bawah sedangkan minyak di lapisan atas. Jika keran dibuka, maka air akan mengalir keluar. Setelah seluruh air habis barulah minyak akan keluar melalui keran.17 a. Destilasi Distilasi atau penyulingan adalah suatu proses penguapan yang diikuti pengembunan. Destilasi dapat digunakan untuk memisahkan suatu komponen dari campurannya apabila komponen lainnya tidak ikut menguap (titik didih komponen lain jauh lebih tinggi). Pemisahan dengan destilasi berbeda dengan pemisahan dengan cara penguapan. Pada pemisahan dengan cara destilasi semua komponen yang terdapat di dalam campuran bersifat mudah menguap (volatil). Tingkat penguapan (volatilitas) masing-masing komponen berbeda-beda pada suhu yang 16
Rian Trilaksana Putra, Pemisahan & Pemurnian Zat Padat http://dc142.4shared.com/doc /Nk DnA5od/preview.html 17
Dody Putranto Belajar Kimia Serasa Mudah dan menyenangkan http://kimiadahsyat. blogspot.com/2010/11/corong-pemisah.html
22
sama. Hal ini akan berakibat bahwa pada suhu tertentu uap yang dihasilkan dari suatu campuran akan selalu mengandung lebih banyak komponen yang lebih volatil. Sifat yang demikian ini akan terjadi sebaliknya, yakni pada fasa tertentu fasa cairan akan lebih banyak mengandung komponen yang kurang volatil. Jadi cairan yang kurang setimbang dengan uapnya pada suhu tertentu memiliki komposisi cairan yang berbeda. Pemisahan dengan cara destilasi digunakan untuk memisahkan campuran alkohol dari air. Destilasi tunggal menghasilkan pemisahan parsial dari komponen dimana fasa uap diperkaya dengan zat yang lebih volatil. Dalam destilasi fraksional atau destilasi bertingkat berproses pemisahan parsial diulang berkali-kali dimana setiap kali terjadi pemisahan lebih lanjut. Hal ini proses pengayaan dari uap yang lebih volatil juga terjadi berulang-ulang sepanjang proses destilasi fraksional itu berlangsung. Destilasi uap adalah cara untuk mengisolasi dan memurnikan senyawa. Cara destilasi uap dapat digunakan untuk memisahkan: 1) Senyawa yang tidak mudah menguap atau senyawa yang tidak dikehendaki. 2) Campuran berair yang mengandung garam-garam anorganik larut. 3) Senyawa yang secara tidak langsung menguap dalam uap air misalnya: orto nitrofenol dan para nitrofenol. 4) Hasil samping tertentu yang teruapkan oleh pengaruh uap.18 Berikut gambar 2.3 pemisahan kimia berdasarkan metode destilasi.
18
Soebagio, dkk, Kimia Analitik II, (Malang : Universitas negeri Malang, 2002), hlm.24-32
23
Gambar 2.3 pemisahan kimia metode destilasi
b. Corong pisah Campuran dua jenis cairan yang tidak saling melarutkan dapat dipisahkan dengan corong pisah. Corong pemisah atau corong pisah adalah peralatan laboratorium yang digunakan dalam ekstraksi cair-cair untuk memisahkan komponen-komponen dalam suatu campuran antara dua fase pelarut dengan densitas berbeda yang takcampur. Umumnya salah satu fase berupa larutan air dan yang lainnya berupa pelarut organik lipofilik seperti eter, MTBE, diklorometana, kloroform, ataupun etil asetat. Kebanyakan pelarut organik berada di atas fase air kecuali pelarut yang memiliki atom dari unsur halogen. Corong pemisah berbentuk kerucut yang ditutupi setengah bola. Ia mempunyai penyumbat di atasnya dan keran di bawahnya. Corong pemisah yang digunakan dalam laboratorium terbuat dari kaca borosilikat dan kerannya terbuat dari kaca ataupun Teflon. Ukuran corong pemisah bervariasi antara 50 mL sampai 3 L. Dalam skala industri, corong pemisah bisa berukuran sangat besar dan dipasang sentrifuge. Untuk memakai corong ini, campuran dan dua fase pelarut dimasukkan ke dalam corong dari atas dengan corong keran ditutup. Corong ini kemudian ditutup dan digoyang dengan kuat untuk membuat dua fase larutan tercampur. Corong ini kemudian dibalik dan keran dibuka untuk melepaskan tekanan uap yang berlebihan. Corong ini kemudian didiamkan agar pemisahan antara dua fase berlangsung. Penyumbat dan keran corong kemudian dibuka dan dua fase larutan ini dipisahkan dengan mengontrol keran corong.19 4. Memisahkan campuran zat padat
19
Dody Putranto Belajar Kimia Serasa Mudah http://kimiadahsyat.blogspot.com/2010/11/corong-pemisah.html
dan
menyenangkan
24
Campuran dua jenis padatan dapat dipisahkan melalui sublimasi dan rekristalisasi.
a. Sublimasi Sublimasi dapat digunakan untuk memisahkan komponen yang dapat menyublim dari campurannya yang tidak menyublim. Proses dimana molekul-molekul langsung berubah dari fasa padat menjadi fasa uap disebut peyubliman (sublimation), dan proses kebalikannya (yaitu, dari uap langsung menjadi padat) disebut penghabluran (deposition). Naftalena (zat yang digunakan untuk membuat kamper) mempunyai tekanan uap yang cukup tinggi untuk suatu padatan (1 mmhg 530C); jadi uapnya yang tajam dengan cepat menyebar dalam ruangan tertutup. Secara umum, karena molekul-molekul terikat lebih kuat dalam padatan, tekanan uap padatan jauh lebih kecil dari pada tekanan uap cairnya. 20 Berikut gambar 2.4 pemisahan kimia berdasarkan metode sublimasi.
Gambar 2.4 Pemisahan dengan metode sublimasi
b. Rekristalisasi Cara ini didasarkan pada perbedaan kelarutan dari komponenkomponen campuran dalam pelarut tertentu. Untuk memperoleh suatu senyawa kimia dengan kemurnian yang sangat tinggi merupakan hal yang sangat penting dalam suatu proses kimia. Salah satu metode pemurnian suatu zat berbentuk Kristal adalah rekristalisasi (pembentukan Kristal 20
Raymond Chang, Kimia Dasar Konsep-konsep Inti, (Jakarta : Erlangga, 2004), hlm.392
25
berulang). Metode ini berdasarkan pada perbedaan daya larut padatan yang akan dimurnikan dengan pengotornya dalam suatu pelarut tertentu, maupun jika mungkin dalam pelarut tambahan lain yang hanya melarutkan zat-zat pengotor saja. Persyaratan suatu pelarut yang dapat di pakai dalam proses rekristalisasi antara lain: a) Memberikan perbedaan kelarutan yang cukup signifikan antara zat yang dimurnikan dan zat pengotor. b) Tidak meninggalkan zat pengotor pada kristal. c) Kelarutan suatu zat dalam pelarut merupakan fungsi temperatur, umumnya menurunkan temperatur. d) Mudah dipisahkan dari kristal. e) Bersifat inert (tidak mudah bereaksi) dengan kristal. 5. Kromatografi Kertas “Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fasa yaitu fasa tetap (stationary) dan fasa bergerak (mobile); pemisahanpemisahan tergantung pada gerakan relatif dari dua fasa ini”.21 Berikut gambar 2.5 pemisahan kimia berdasarkan metode kromatografi kertas.
Gambar 2.5 pemisahan kimia metode kromatografi kertas
“Metode pemisahan kromatografi kertas didasarkan pada perbedaan distribusi molekul-molekul komponen diantara dua fasa (fasa gerak dan
21
Hardjono Sastrohamidjojo, Kromatografi, (Yogayakarta : Liberty, 2005), hlm.1.
26
fasadiam) yang kepolarannya berbeda”.22 “Kertas dalam pemisahan campuran mempunyai pengaruh pada kecepatan aliran pelarut. Sedangkan fungsi kertas sendiri sangat kompleks. Efek-efek serapan disebabkan oleh sifat polar dari gugus hidroksil di mana ini kemungkinan sangat penting dan sejumlah kecil dari gugus karboksil dalam selulosa dapat menaikkan terhadap efek-efek pertukaran ion”. Kromatografi kertas merupakan bentuk kromatografi yang paling sederhana, mudah, dan murah. Fasa diam kromatografi berupa air yang terikat pada selulosa kertas sedangkan fasa geraknya berupa pelarut organik non polar. Pelaksanaan pemisahan dengan metode kromatografi kertas terbagi dalam tiga tahap yaitu tahap penotolan cuplikan, tahap pengembangan, dan tahap identifikasi atau penampakan noda. Pada tahap identifikasi atau penampakan noda, jika noda sudah berwarna dapat langsung diperiksa dan ditentukan harga Rf-nya. Harga Rf dihitung sebagai jarak yang ditempuh oleh komponen dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh eluan ( fasa gerak). Rf = Ada beberapa faktor yang menentukan harga Rf yaitu (1) pelarut, (2) suhu, (3) ukuran dari bejana, (4) kertas, (5) sifat dari campuran.23
E. Kajian Pustaka yang Relevan Kajian pustaka merupakan penelusuran pustaka yang berupa buku, hasil penelitian, karya ilmiah ataupun sumber lain yang dijadikan penulis sebagai rujukan atau perbandingan terhadap penelitian yang penulis laksanakan. Dalam hal ini penulis mengambil sumber sebagai rujukan perbandingan diantaranya yaitu: 1. Skripsi : Akyuni jurusan Tadris Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran Praktikum Kimia Materi Pokok Reaksi Kimia Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP IPA (Islam Plus 22
Sumar Hendayana, Kimia Pemisahan,(Bandung : Rodaskarya, 2006),hlm.1-2.
23
Hardjo Sastrohamidjojo, Kromatografi,(Yogayakarta : Liberty, 2005), hlm.18-24.
27
Assalamah) Ungaran” menyimpulkan bahwa metode praktikum dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran. Skripsi ini mengkaji tentang bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMP melalui
pembelajaran praktikum. Dalam pelaksanaannya
peneliti membandingkan kemampuan kognitif dan psikomotorik pada tiap siklusnya untuk melihat hasil belajar siswa yang diteliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode praktikum dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran. 2. Skripsi : Rodlotul Munawaroh jurusan Tadris Fisika Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo yang berjudul “Pengembangan Keterampilan Proses Sains Melalui Praktikum Fisika Dasar I Pada Pokok Bahasan Kalori Bagi Siswa Tadris Fisika
IAIN
Walisongo
Semarang”.
Skripsi
ini
mengkaji
tentang
pengembangan keterampilan proses Sains melalui praktikum. Dalam pelaksanaannya peneliti membuat petunjuk praktikum yang menuntut mahasiswa Tadris Fisika untuk lebih mengembangkan keterampilan ilmiah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil analisis pada setiap siklusnya, untuk praktikum pada pokok bahasan kalor. Dari kajian pustaka diatas dapat dijelaskan bahwa penelitian ini memiliki perbedaan dengan peneliti-peneliti yang sudah ada tersebut. Pada penelitian ini lebih fokus pada penggunaan metode praktikum yang mana dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar tidak dilakukan di kelas tetapi proses Kegiatan Belajar Mengajar berlangsung di laboratorium. Maka penelitian ini menetapkan judul “Upaya Peningkatan Pembelajaran kimia Melalui Metode Praktikum Berbasis Laboratorium Pada Materi Pemisahan Kimia Kelas VII MTs HidayatusSyuban Genuk”.
F. Hipotesis Tindakan “Hipotesis berasal dari kata “hypo” yang berarti di bawah dan “thesa” yang berarti kebenaran. Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara
28
terhadap permasalahan penelitian sampai akhirnya terbukti melalui data yang terkumpul”.24 Hipotesis Tindakan Kelas ini adalah : ada peningkatan pembelajaran kimia melalui metode praktikum berbasis laboratorium pada materi pokok pemisahan kimia siswa kelas VII MTs Hidayatus Syuban Genuk.
24
Suharsimi Arikunto, Penelitian Suatu Pendekatan Praktik , hlm.46.
29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
“Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) atau sering disebut dengan PTK. PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama”.1 Sesuai dengan pengertiannya penelitian ini sengaja dilakukan untuk merencanakan, melaksanakan kemudian mengamati dampak dari pelaksanaan tindakan tersebut pada subjek penelitian. Penelitian dilakukan melalui dua siklus tindakan dimana masing-masing siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi untuk mengambil keputusan dalam pelaksanaan siklus berikutnya.
A. Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah peserta didik kelas VII MTs Hidayatus Syubban Genuk Semarang dengan jumlah peserta didik 30 orang. Alasan peneliti melakukan penelitian di MTs Hidayatus Syubban Genuk Semarang adalah: 1. Pembelajaran kimia pada materi pokok pemisahan Kimia di kelas VII MTs Hidayatus Syubban Genuk Semarang belum dilaksanakan kegiatan praktikum. 2. Hasil tes pada materi pokok pemisahan Kimia masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan yaitu 65.
B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester gasal tahun ajaran 2011/2012 yang dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai bulan Januari 2012. Penelitian tindakan ini dilakukan di MTs Hidayatus Syubban Genuk Semarang.
1
Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2008), cet.6.hlm.3
30
C. Kolaborator Kolaborator dalam penelitian tindakan kelas ini adalah orang yang membantu untuk mengumpulkan data-data tentang penelitian yang dikerjakan bersama-sama dengan peneliti. Kolaborator dalam penelitian ini adalah guru IPA kelas VII E MTs Hidayatus Syubban Genuk yaitu Ibu Ulfi Khoiriyah.
D. Rancangan Penelitian Kegiatan dirancang dengan penelitian tindakan kelas, kegiatan diterapkan dalam upaya meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau dibebankan kepadanya. Tahapan langkah disusun dalam siklus penelitian. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Sebagaimana gambar 3.1 di bawah ini.
31
Permasalahan
SIKLUS I
Permasalahan baru hasil refleksi
Perencanaan tindakan I
Pelaksanaan tindakan I
Refleksi I
Pengamatan /pengumpul an data I
Perencanaan tindakan II
Pelaksanaan tindakan II
Pengamatan/ pengumpulan data II
Refleksi II
SIKLUS II
Apabila permasalahan belum terselesaikan
Dilanjutkan ke siklus selanjutnya
Gambar 3.1 langkah-langkah PTK2
Penelitian ini dilakukan berdasarkan pra siklus dan siklus, yang terdiri atas siklus yang direncanakan. Setiap siklus terdiri dari empat kegiatan, yaitu:
2
Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan kelas, hlm.16
32
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi dengan prosedur sebagai berikut. Pra siklus Dalam pelaksanaan pra siklus, peneliti menggali informasi pembelajaran IPA Terpadu khususnya pada materi pokok pemisahan kimia pada tahun-tahun sebelumnya. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada pelaksanaan pra siklus masih menggunakan metode ceramah dan belum menggunakan metode praktikum. Hal ini dilakukan sebagai dasar untuk membandingkan keberhasilan pembelajaran IPA Terpadu dengan menggunakan metode praktikum pada siklus I dan siklus II. Siklus I Perencanaan 1. Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasi masalah dan analisis masalah pembelajaran kimia di MTs Hidayatus Syubban melalui wawancara dengan guru kimia, menganalisis hasil belajar siswa. 2. Berkolaborasi dengan guru untuk menentukan tindakan perbaikan atas permasalahan yang teridentifikasi yaitu dengan menggunakan praktikum dalam kegiatan praktikum sebagai solusi pemecahan, membuat skenario pembelajaran yang meliputi silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan pembelajaran praktikum didalamnya. 3. Menyiapkan lembar observasi penelitian untuk siswa yang meliputi lembar observasi aktivitas afektif, aktivitas psikomotorik, dan lembar tanggapan guru. 4. Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai petunjuk dan penuntun pelaksanaan kegiatan praktikum lembar kerja siswa dan mengecek alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan. 5. Menyusun alat evaluasi berupa soal pilihan ganda untuk mengetahui hasil belajar
siswa
setelah
diterapkan
metode
praktikum
dalam
proses
pembelajaran. 6. Pengelompokan siswa menjadi 6 kelompok, dengan anggota per kelompok 5 orang siswa.
33
Pelaksanaan Tindakan 1. Guru mengkondisikan fisik kelas melalui kegiatan: memberi salam, mengabsen siswa, menyampaikan apersepsi dan menjelaskan tentang materi praktikum yang akan dilaksanakan yaitu mengamati dan mengelompokkan pemisahan kimia. 2. Guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran praktikum kepada para siswa. 3. Guru meminta siswa untuk bergabung dengan kelompok praktikum sesuai dengan daftar yang telah tersedia. 4. Guru membagikan LKS praktikum kepada masing-masing kelompok untuk diselesaikan dan didiskusikan dalam kelompok. 5. Guru meminta siswa untuk melakukan praktikum sesuai petunjuk dalam LKS. 6. Guru meminta siswa untuk mengamati dan menuliskan hasil pengamatannya ke dalam LKS praktikum. 7. Guru membimbing setiap kelompok secara proporsional. 8. Siswa membuat laporan sementara. 9. Siswa mempresentasikan hasil laporan. 10. Guru memberi kesempatan kelompok lain untuk bertanya kepada presentator. 11. Siswa bersama guru merumuskan kesimpulan berdasarkan hasil percobaan. 12. Pada akhir pembelajaran diadakan tes kognitif. Pengamatan 1. Guru kerjasama dengan peneliti mengawasi aktivitas kelompok peserta didik dan mengamati tingkat keberhasilan peserta didik dalam menyelesaikan tugas. 2. Guru secara partisipasi mengamati jalannya proses pembelajaran. 3. Mengamati peserta didik saat menyelesaikan lembar tugas yang telah diberikan. 4. Mengamati komunikasi dan kerjasama peserta didik dalam kelompok. 5. Mengamati keaktifan peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. 6. Peneliti melakukan diskusi dengan guru berkaitan kelemahan yang mungkin terjadi sehingga tidak terulang di siklus berikutnya serta menemukan solusi perbaikan.
34
Refleksi 1. Menganalisis hasil pengamatan untuk membuat kesimpulan sementara terhadap pembelajaran yang terjadi pada siklus I. 2. Menganalisis dan mendiskusikan hasil pada pembelajaran siklus I untuk melakukan perbaikan pada pelaksanaan siklus II. Siklus II Perencanaan 1. Permasalahan diidentifikasi dan dirumuskan berdasarkan refleksi siklus I. 2. Merancang kembali pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran praktikum yaitu dengan melakukan perbaikan di dalam Lembar Kerja Siswa (LKS), serta lebih aktif mengerahkan siswa dalam bekerjasama dalam kelompoknya. 3. Menyiapkan lembar observasi penelitian untuk siswa yang meliputi lembar observasi aktivitas afektif, aktivitas psikomotorik, dan lembar tanggapan guru. 4. Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai petunjuk dan penuntun pelaksanaan kegiatan praktikum lembar kerja siswa dan mengecek alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan. 5. Menyusun alat evaluasi berupa soal pilihan ganda untuk mengetahui hasil belajar
siswa
setelah
diterapkan
metode
praktikum
dalam
proses
pembelajaran. 6. Pengelompokan siswa menjadi 6 kelompok, dengan anggota per kelompok 5 orang siswa. Pelaksanaan Tindakan 1. Guru mengkondisikan fisik kelas melalui kegiatan: memberi salam, mengabsen siswa, menyampaikan apersepsi dan menjelaskan tentang materi praktikum yang akan dilaksanakan yaitu mengamati dan mengelompokkan pemisahan kimia. 2. Guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran praktikum kepada para siswa. 3. Guru meminta siswa untuk bergabung dengan kelompok praktikum sesuai dengan daftar yang telah tersedia.
35
4. Guru membagikan LKS praktikum kepada masing-masing kelompok untuk diselesaikan dan didiskusikan dalam kelompok. 5. Guru meminta siswa untuk melakukan praktikum sesuai petunjuk dalam LKS. 6. Guru meminta siswa untuk mengamati dan menuliskan hasil pengamatannya ke dalam LKS praktikum. 7. Guru membimbing setiap kelompok secara proporsional. 8. Siswa membuat laporan sementara. 9. Siswa mempresentasikan hasil laporan. 10. Guru memberi kesempatan kelompok lain untuk bertanya kepada presentator. 11. Siswa bersama guru membuat kesimpulan berdasarkan hasil percobaan. 12. Pada akhir pembelajaran diadakan tes kognitif. Pengamatan 1. Guru bekerjasama dengan peneliti mengawasi aktivitas kelompok peserta didik dan mengamati tingkat keberhasilan peserta didik dalam menyelesaikan tugas. 2. Guru secara partisipasi mengamati jalannya proses pembelajaran. 3. Mengamati peserta didik saat menyelesaikan lembar tugas yang telah diberikan. 4. Mengamati komunikasi dan kerjasama peserta didik dalam kelompok. 5. Mengamati keaktifan peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung Refleksi Menganalisis dan mendiskusikan hasil pengamatan serta hasil belajar selama pembelajaran pada siklus II. Pada siklus ini terjadi peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa dibandingkan dengan siklus I.
E. Teknik Pengumpulan Data 1. Tes Hasil Belajar “Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan
36
atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok”.3 Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah ulangan dengan bentuk soal pilihan ganda dengan jumlah soal 30 butir yang diberikan setiap akhir siklus. Tes ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan metode praktikum. Cara pengumpulan datanya yaitu, data hasil belajar diambil dari hasil evaluasi berupa tes yang diberikan kepada siswa pada akhir siklus. 2. Metode Dokumentasi “Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti mencari data berupa
buku-buku,
dokumen,
peraturan-peraturan,
catatan
harian,
dan
sebagainya”.4 Metode dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan daftar nama-nama peserta didik yang akan menjadi subjek dalam penelitian dan untuk mendapatkan data nilai serta rekaman kegiatan pada saat pembelajaran dalam bentuk gambar. 3. Metode Observasi “Di dalam pengertian psikologi, observasi atau yang disebut pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Metode ini digunakan dalam rangka mengamati proses belajar mengajar. Di dalam arti penelitian observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, rekaman gambar, dan rekaman suara”.5 Dengan menggunakan metode ini, peneliti secara langsung dapat mengetahui tentang gejala atau peristiwa yang diamati, seperti proses belajar mengajar kimia dengan menggunakan metode pembelajaran praktikum, keadaan peserta didik, keadaan guru, dan lain-lain.
3
Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka cipta, 2006), hlm.223 4
Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktik, hlm.158
5
Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktik, hlm.156-157
37
F. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti sebagai berikut: 1.
Lembar Observasi Kemampuan Afektif Lembar kemampuan afektif disusun untuk mengetahui sikap peserta didik dalam proses belajar berlangsung menggunakan pembelajaran praktikum.
2.
Lembar Observasi Kemampuan Psikomotorik Lembar observasi kemampuan psikomotorik disusun untuk mengetahui keterampilan peserta didik dalam menggunakan pembelajaran praktikum.
3.
Tes Kemampuan Kognitif Tes dilaksanakan pada akhir kegiatan belajar mengajar. Hasil tes ini digunakan untuk mengukur hasil belajar pemisahan Kimia dan tingkat ketuntasan belajar.
G. Teknik Analisis Data hasil observasi Pada penelitian ini digunakan metode deskriptif analitis dengan membandingkan hasil belajar sebelum tindakan dengan hasil setelah tindakan. Dalam menganalisis data digunakan rumus sebagai berikut: a. Data hasil observasi meliputi penilaian afektif dan psikomotorik. Dalam penilaian hasil belajar afektif dan psikomotorik digunakan skala dengan rentang dari 5 sampai 1. Dengan demikian, jika dari penelitian ada 5 aspek yang harus diamati maka skor maksimum adalah aspek dinilai dikalikan 5. Data hasil observasi penilaian afektif dan psikomotorik dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Nilai
x 100%
Dengan penilaian 1) Nilai 85% - 100% sangat baik 2) Nilai 69% - 84% baik 3) Nilai 53% - 68% cukup 4) Nilai 37% - 52% kurang 5) Nilai kurang 36% gagal
38
b. Hasil belajar siswa Indikator yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa: 1) Aspek kognitif Indikator untuk aspek kognitif, menggunakan standar KKM yang telah ditentukan sekolah yaitu 65. Hasil belajar kognitif peserta didik dihitung sebagai berikut: Nilai
x 100%
Rata-rata hasil belajar peserta didik dihitung sebagai berikut: = Keterangan: = nilai rata-rata nilai siswa = jumlah seluruh nilai = jumlah peserta didik yang mengikuti tes6
N
Secara klasikal peserta didik dikatakan tuntas dalam satu pokok bahasan jika kompetensi minimalnya 80%. Berdasarkan hasil pengamatan, tes tiap siklus apabila masih dirasakan gagal, peneliti mencari dugaan penyebab kekurangan sekaligus alternatif solusi untuk dirancang pada tindakan berikutnya. Tolak ukur refleksi penelitian tindakan kelas ini: a. Meningkatnya pemahaman peserta didik terhadap materi pemisahan kimia. b. Meningkatnya keaktifan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran. c. Adanya peningkatan hasil ulangan yang signifikan pada tiap siklus. Ketuntasan belajar klasikal peserta didik dihitung sebagai berikut:
6
Sudjana, Metode Statistik, (Bandung : Tarsito, 2005), edisi ke-6, hlm.423
39
Keterangan: S = Nilai ketuntasan belajar secara individual R = jumlah jawaban benar tiap siswa N = Jumlah item soal7 2) Aspek afektif Menurut Dariyanto yang berjudul Evaluasi Pendidikan, aspek afektif terdiri dari 5 jenjang kemampuan. Peneliti mengembangkan dari 5 jenjang kemampuan itu menjadi 8 jenjang kemampuan dimana masing-masing skala dengan rentang 5 sampai dengan 1, sebagai berikut: a) Kehadiran mengikuti kegiatan praktikum pada pemisahan kimia Skor
Selalu
Masuk Jarang Sering tidak masuk
Tidak pernah
Terlambat Pernah
Sering
1 2 3 4 5
b) Perhatian mengikuti praktikum pemisahan kimia Skor 1 2 3 4 5
Selalu
Perhatian Kurang
Tidak
Menyampaikan Pendapat Selalu Pernah Tidak Pernah
c) Kerjasama kelompok untuk mendiskusikan hasil praktikum Skor 1 2 3 4 5
Kerjasama Kelompok Selalu Kurang Tidak
Selalu
Menyumbangkan Ide Pernah Tidak Pernah
7
M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000), hlm.99.
40
d) Tanggung jawab selama kegiatan praktikum Skor 1 2 3 4 5
Aktif Melaksanakan Tugas Guru Selalu Kurang Tidak
Selesai Tepat Waktu Selalu Pernah Tidak Pernah
e) Bertanya selama kegiatan praktikum Skor 1 2 3 4 5
Selalu
Aktif Bertanya Pernah
Tidak Pernah
f) Kejujuran dalam melaksanakan praktikum pemisahan kimia Skor 1 2 3 4 5
Bertanya dengan teman sewaktu tes Tidak Pernah Pernah Selalu
g) Keaktifan dalam kegiatan praktikum pemisahan kimia Skor 1 2 3 4 5
Selalu
Aktif dalam Kegiatan Praktikum Pernah Tidak Pernah
41
h) Menghargai pendapat orang lain Skor 1 2 3 4 5
Selalu
Menghargai Pendapat Orang Lain Pernah Tidak Pernah
3) Aspek psikomotorik Bertolak dari buku dariyanto peneliti mengembangkan menjadi 8 aspek yang terdiri dari skala rentang 5 sampai dengan 1. Kriteria aspek psikomotorik sebagai berikut: a) Persiapan alat dan bahan praktikum pemisahan kimia Skor 1 2 3 4 5
Menyiapkan Alat dan Bahan Dapat Kurang Tidak Dapat
Bantuan Guru Tidak Pernah Pernah
Selalu
b) Keterampilan menggunakan alat praktikum pemisahan kimia Skor 1 2 3 4 5
Mengetahui Alat dan Fungsi Tahu Kurang Tidak Tahu
Mengetahui Cara Menggunakan Dapat Kurang Tidak Dapat
42
c) Penguasaan prosedur praktikum pemisahan kimia Skor 1 2 3 4 5
Mampu Melakukan Praktikum Mampu Kurang Tidak Mampu
Membaca Buku Tidak Pernah Pernah
Selalu
d) Kerjasama kelompok dalam mendiskusikan hasil praktikum Skor 1 2 3 4 5
Mampu
Kerjasama Kelompok Kurang
Tidak Mampu
e) Mengamati hasil percobaan pemisahan kimia Skor
Membaca Hasil Percobaan dengan Teliti dan Benar Dapat Kurang Tidak Dapat
Bantuan Guru Tidak Pernah
Pernah
Selalu
1 2 3 4 5
f) Merumuskan dan mempresentasikan kesimpulan hasil praktikum Skor
Merumuskan Kesimpulan dengan Benar dan Lengkap Dapat Kurang Tidak Dapat
Mengkomunikasikan dengan Baik Dapat
Kurang
Tidak Dapat
1 2 3 4 5
43
g) Merapikan kembali alat dan bahan praktikum pemisahan kimia Skor 1 2 3 4 5
Mengembalikan Alat dan Bahan dengan Rapi Dapat Kurang Tidak Dapat
h) Membuat laporan praktikum pemisahan kimia Skor
Membuat Laporan Praktikum Sementara Dapat Kurang Tidak Dapat
Format yang Benar Selalu
Pernah
Tidak Pernah
1 2 3 4 5
H. Indikator Keberhasilan Selain ketuntasan belajar secara klasikal, juga perlu diketahui ketuntasan belajar dari kurikulum sekolah, yang menyatakan bahwa: 1. Peserta didik dikatakan tuntas dalam pemahaman konsep (aspek kognitif), jika kriteria ketuntasan minimal (KKM) mencapai nilai 65. 2. Peserta didik dikatakan tuntas dalam kinerja ilmiah (aspek afektif dan psikomotorik), jika kriteria ketuntasan minimal (KKM) mencapai nilai 65. 3. Jika peserta didik memperoleh nilai ≥ 65, maka pembelajaran dikatakan tuntas dan pembelajaran dapat dilanjutkan pada pokok bahasan berikutnya. Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah apabila terjadi peningkatan hasil belajar kimia dalam materi pokok pemisahan kimia di atas kriteria ketuntasan minimal (KKM = 65) siswa kelas VII MTs Hidayatus Syubban Genuk. Pembelajaran kimia dengan menggunakan pembelajaran praktikum meningkatkan hasil belajar siswa apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
44
1. Peningkatan hasil belajar siswa dilihat dari hasil tes dan persentase ketuntasan belajar klasikal yang dicapai siswa. Keberhasilan siswa untuk aspek kognitif dapat dilihat dari hasil tes, dengan ketuntasan individual bila semua siswa mencapai 65 atau menguasai 65% dan ketuntasan klasikal apabila 80% dari seluruh siswa dalam satu kelas memperoleh nilai ≥ 65 atau telah menguasai sama dengan 80% (sesuai dengan ketentuan sekolah). 2. Peningkatan aktivitas afektif dan aktivitas psikomotorik siswa dengan ketuntasan individual bila semua siswa mencapai 65 atau meenguasai 65% dan ketuntasan klasikal apabila 80% dari seluruh siswa dalam satu kelas memperoleh nilai ≥ 65 atau telah menguasai sama dengan 80% (sesuai dengan ketentuan sekolah).
45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Observasi Pra Siklus 1. Hasil Belajar Peserta didik Berdasarkan hasil observasi awal yang telah diperoleh informasi dari guru bahwa hasil belajar peserta didik kelas VII E MTs Hidayatus Syubban Genuk masih berada dibawah KKM yang sudah ditetapkan yaitu 65. Hal ini disebabkan karena metode yang digunakan belum mengaktifkan siswa secara maksimal, sehingga hasil belajar siswa kurang, siswa juga kurang mengembangkan keterampilan proses sainsnya untuk menemukan konsep, dan mengembangkan pengetahuannya, serta kurang terlatih untuk mengembangkan daya nalarnya untuk mengaplikasikan konsep-konsep yang dipelajarinya dalam memecahkan permasalahan yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini ditunjukkan dari nilai ulangan harian kelas VII pada materi sebelumnya selalu dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan yaitu 65. Berdasarkan observasi awal yang telah diperoleh dari siswa bahwa mata pelajaran IPA sangat sulit. Siswa merasa bingung untuk memahami pelajaran IPA yang dijelaskan oleh guru, tanpa adanya aplikasi yang nyata dari konsep-konsep yang telah disampaikan. Jadi siswa belum bisa memahami konsep secara benar, karena siswa cenderung hanya menghafalkan konsepkonsep tersebut. Sebelum pelaksanaan pembelajaran dengan metode praktikum, telah dilakukan analisis terhadap hasil belajar pada materi sebelumnya. Adapun hasil yang diperoleh ditunjukkan padaTabel 4.1. berikut: No
Kategori Penilaian
Nilai Awal
1. Nilai Terendah
20
2. Nilai Tertinggi
60
Nilai rata-rata
32.5
Persentase ketuntasan klasikal
32.5%
46
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa sebelum mendapatkan pembelajaran dengan metode praktikum, ketuntasan hasil belajar klasikal masih jauh di bawah ketuntasan hasil belajar klasikal yang diharapkan yaitu 80%. Berdasarkan informasi dari guru IPA kelas VII E diperoleh ratarata hasil belajar pada aspek afektif dan psikomotorik siswa sebesar 60. Kurangnya hasil belajar siswa pada materi pemisahan kimia pra siklus menunjukkan bahwa strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang tepat sehingga hasil belajar yang dicapai siswa masih rendah. Berdasarkan hal tersebut peneliti menerapkan suatu metode baru agar hasil belajar meningkat. Metode yang digunakan adalah metode pembelajaran praktikum. 2. Refleksi Pra Siklus Dari hasil observasi sebelum penelitian, proses belajar mengajar belum mengaktifkan peserta didik secara maksimal. Peserta didik hanya duduk diam tanpa berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan pembelajaran praktikum belum pernah diterapkan pada proses belajar mengajar sebelumnya. Metode yang diterapkan adalah memberikan tugas peserta didik untuk mencari gambar alat-alat laboratorium yang digunakan pada materi pemisahan kimia. Selain itu, peserta didik di ajak ke laboratorium hanya untuk perkenalan alat dan bahan yang diperlukan. Meskipun laboratorium sudah tersedia beserta alat dan bahannya, namun hal itu belum dimanfaatkan secara maksimal. Hal ini dikarenakan metode praktikum membutuhkan waktu yang lama, sehingga menyebabkan rendahnya hasil peserta didik. Rendahnya hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran IPA kimia pra tindakan menunjukkan bahwa strategi yang digunakan oleh guru kurang tepat, sehingga hasil belajar yang dicapai peserta didik menjadi rendah. Dengan keadaan seperti itu, maka perlu diterapkan pembelajaran kimia dengan metode praktikum, karena materi pemisahan kimia sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari, serta untuk mengaktifkan peserta didik dan menarik minat peserta didik dalam belajar. Selain itu, dengan metode praktikum membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata atau
47
kehidupan sehari-hari. Melalui konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. 3. Strategi Pembelajaran yang Digunakan Dalam kegiatan belajar mengajar, guru mata pelajaran kimia MTs Hidayatus Syubban menggunakan metode ceramah dan penguasaan setiap selesai KBM. Hal ini dilakukan agar peserta didik lebih memahami materi yang telah diajarkan yaitu pemahamannya berupa soal-soal yang diberikan, karena peserta didik lebih cenderung pasif dalam bertanya atau menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Kemudian kurang jelasnya analisis yang dilakukan guru terhadap hasil pekerjaan siswa menyebabkan siswa bingung yang berakibat siswa tidak mampu menyimpulkan materi secara baik. Dalam hal ini, peneliti berinisiatif untuk menggunakan metode praktikum agar siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar, dimana metode ini menuntut peserta didik untuk menemukan konsep dari hasil praktikum dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. 4. Sarana Laboratorium Sarana laboratorium di MTs Hidayatus Syubban Genuk sudah cukup baik untuk taraf IPA Terpadu, dilengkapi dengan buku yang jumlahnya cukup. Satu siswa mendapat satu buku panduan. Ruangannya cukup luas dengan penataan ruang yang mencapai kriteria laboratorium IPA Terpadu. Sarana dan prasarana sudah memadai antara lain: meja guru berada di depan, ada white board, ada meja untuk melakukan praktikum, terdapat almari untuk tempat menyimpan alat dan bahan, kran air tempat untuk mencuci alat-alat setelah selesai melakukan praktikum, dan ventilasi yang cukup, juga tersedia perpustakaan dan laboratorium. Tetapi saran dan prasarana yang tersedia belum dimanfaatkan secara maksimal. Guru beranggapan jika menggunakan metode praktikum membutuhkan waktu yang lama dan proses pelaksanaannya tidak mudah. Jadi guru hanya mengajak siswa ke laboratorium untuk pengenalan alat dan bahan.
48
5. Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di MTs Hidayatus Syubban Genuk kelas VII E tahun pelajaran 2011/2012 pada materi pokok pemisahan kimia. Penelitian ini dirancang dalam 2 siklus dan pada masing-masing siklus terdiri dari: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Siklus I a. Perencanaan Pada tahap perencanaan ini, peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan selama proses penelitian berlangsung, diantaranya yaitu: 1) Membuat daftar nama peserta didik. 2) Guru menentukan pokok bahasan yang akan diajarkan yaitu tentang pemisahan kimia berdasarkan metode filtrasi dan kromatografi. 3) Menyusun RPP 4) Menyusun lembar observasi peserta didik 5) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum pemisahan kimia dengan metode filtrasi dan kromatografi. 6) Membuat kisi-kisi soal siklus I 7) Membuat evaluasi siklus I 8) Membuat kunci jawaban evaluasi siklus I 9) Menyiapkan LKS sebagai petunjuk dan penuntun pelaksanaan kegiatan praktikum. 10) Mengelompokkan siswa menjadi 6 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang siswa 11) Menyiapkan pendokumentasian selama proses penelitian berlangsung. b. Pelaksanaan tindakan Pelaksanaan tindakan kelas ini dilakukan pada tanggal 11 Desember 2011 dengan materi pemisahan kimia, dilakukan diruang laboratorium IPA MTs Hidayatus Syubban Genuk. Sebelum pelaksanaan tindakan siklus I dimulai, peneliti bersama guru mengecek alat dan bahan yang diperlukan dalam kegiatan praktikum yang akan dilakukan serta menata ruang
49
laboratorium. Kegiatan yang dilakukan pada siklus I tanggal 11 Desember 2011 sebagai berikut: 1) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. 2) Guru menyampaikan motivasi, apersepsi, dan prasyarat pengetahuan. 3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan materi: pengertian filtrasi dan pengertian kromatografi. 4) Guru memberi soal mengenai pemisahan kimia dengan metode filtrasi dan kromatografi dan siswa diminta untuk mengerjakan. 5) Guru menunjuk siswa secara acak untuk menuliskan jawabannya di papan tulis. 6) Guru bersama siswa mengoreksi jawaban yang tertulis di papan tulis. 7) Pada
kegiatan
akhir,
guru
menghimbau
kepada
siswa
untuk
mempersiapkan praktikum yang akan dilakukan pada pertemuan yang akan datang. Pada pertemuan siklus I dilanjutkan pada tanggal 15 Desember 2011 1) Guru mengkondisikan fisik kelas melalui kegiatan: memberi salam, mengabsensi siswa, menyampaikan apersepsi dan menjelaskan tentang materi praktikum yang akan dilaksanakan yaitu melakukan dan mengamati praktikum pemisahan kimia dengan metode filtrasi dan kromatografi. 2) Guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran praktikum kepada para siswa. 3) Guru meminta siswa untuk bergabung dengan kelompok praktikum sesuai dengan daftar yang telah tersedia. 4) Guru membagikan LKS praktikum kepada masing-masing kelompok untuk diselesaikan dan didiskusikan dalam kelompok. 5) Guru meminta siswa untuk melakukan praktikum sesuai petunjuk dalam LKS. 6) Guru
meminta
siswa
untuk
mengamati
dan
menuliskan
hasil
pengamatannya ke dalam LKS praktikum. 7) Guru membimbing setiap kelompok secara proporsional.
50
8) Siswa membuat laporan sementara. 9) Siswa mempresentasikan hasil laporan. 10) Guru memberi kesempatan kelompok lain untuk bertanya kepada presentator. 11) Siswa bersama guru membuat kesimpulan berdasarkan hasil percobaan. 12) Pada akhir pembelajaran diadakan tes kognitif. c. Pengamatan Pada tahap pengamatan dilakukan penilaian kinerja atau aktivitas siswa (ranah psikomotorik), penilaian sikap (ranah afektif) siswa, dan hasil tes belajar siswa siklus I selama proses pembelajaran dengan menggunakan metode praktikum. Dari pengamatan siklus I diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Pengamatan psikomotorik siswa Data pengamatan aspek psikomotorik siswa diambil dari lembar observasi kinerja atau aktivitas siswa pada saat pembelajaran pada siklus I. Lembar pengamatan hasil belajar pada aspek psikomotorik ini meliputi: menyiapkan alat dan bahan, merangkai alat dan bahan percobaan, kerjasama kelompok, mengamati hasil percobaan, mengkomunikasikan hasil praktikum, merapikan kembali alat dan bahan, dan membuat laporan sementara. Alat yang dipersiapkan siswa pada percobaan pemisahan kimia metode filtrasi dan kromatografiantara lain: gelas beker, botol aqua, sapu lidi, serta bahan yang dipersiapkan antara lain: kerikil, pasir, arang, kapas, air, dan kertas saring. Setelah siswa selesai menyiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum, selanjutnya siswa merangkai alat dan bahan percobaan sesuai dengan petunjuk praktikum, selanjutnya siswa melakukan percobaan. Pada aspek melakukan percobaan, siswa melakukan percobaan sesuai dengan cara kerja yang terdapat dalam LKS praktikum. Pada percobaan pemisahan kimia metode filtrasi melakukan beberapa kegiatan, antara lain:
51
a) Siswa mengambil alat antara lain: 2gelas beker, botol aqua 1mL, serta mengambil bahan antara lain: pasir, kerikil, arang, kapas, dan air keruh. b) Siswa mencuci bahan-bahan c) Siswa menyusun bahan-bahan ke dalam botol aqua sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh guru. d) Siswa menuangkan air keruh ke dalam botol aqua. e) Siswa mengamati zat yang tertinggal pada bagian atas botol. Pada percobaan pemisahan kimia metode kromatografi melakukan beberapa kegiatan antara lain: a) Siswa mengambil alat antara lain: gelas beker, sapu lidi, spidol warna merah, biru, dan hitam, serta kertas saring. Bahan yang diperlukan antara lain: alkohol, dan aquades. b) Siswa memotong kertas saring dengan ukuran 0,5 cm x 10 cm sebanyak 6 lembar. c) Siswa membuat garis pembatas pada kertas saring dengan ukuran 0,5 cm. d) Siswa memberi titik pada garis pembatas kertas saring dengan spidol merah, biru, dan hitam. e) Siswa memasukkan kertas saring ke dalam gelas beker yang berisi alkohol dan gelas beker yang berisi aquades. f) Siswa mengamati noda yang dihasilkan pada masing-masing spidol. g) Siswa mencatat ukuran noda yang dihasilkan pada masing-masing spidol. Setelah siswa melakukan percobaan, kemudian siswa merapikan kembali alat dan bahan yang telah digunakan dalam kegiatan praktikum. Setelah itu siswa berdiskusi dengan kelompoknya untuk membuat laporan dan mengkomunikasikan data hasil percobaan dengan kelompok lain dengan cara presentasi di depan kelas. Berdasarkan hasil analisis lembar observasi aktivitas psikomotorik ditunjukkan pada tabel 4.2 sebagai berikut:
52
Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Aspek Psikomotorik Siswa Siklus I No
Kategori penilaian
1 2 3 4 5
Sangat terampil Terampil Cukup Kurang Sangat kurang Rata-rata Berdasarkan
Tabel
4.2
Aspek psikomotorik siswa siklus I ∑ siswa Persentase 2 siswa 7.05 % 6 siswa 20.47 % 21 siswa 69.28 % 1 siswa 7.05 % 0 siswa 0% 73.25 % menunjukkan
persentase
rata-rata
keberhasilan 73.25 % dengan kategori baik. Berdasarkan pengamatan peneliti pada saat siswa melakukan kegiatan pembelajaran masih terdapat kekurangan yaitu: siswa belum terampil dalam merangkai alat dan bahan percobaan dan siswa juga masih belum terkondisikan, malu, dan tidak berani untuk menyampaikan atau mengkomunikasikan hasil dari praktikum yang telah dilakukan, maupun menanyakan kesulitan yang dihadapi. Ini disebabkan karena siswa belum terbiasa dengan kegiatan praktikum, sehingga siswa belum terampil merangkai alat dan bahan, serta belum mengetahui langkah-langkah penyusunan laporan yang baik dan benar. Siswa juga canggung dan malu dalam mengkomunikasikan hasil praktikumnya dan dalam kegiatan praktikum guru yang merangkai alat dan menyiapkan bahan percobaan, sehingga siswa hanya melakukan praktikum sesuai dengan alat dan bahan yang telah dirangkai guru dan mengamati praktikum yang dilaksanakan. Kurang maksimalnya peserta didik pada pembelajaran terlihat ketika mereka masih selalu bertanya tentang bagaimana cara melakukan praktikum sesuai dengan Lembar Kerja Siswa (LKS). Hal ini dikarenakan belum dibagikannya lembar petunjuk praktikum
sebelum
siswa
melakukan
kegiatan
praktikum.
Guru
menerapkan metode pembelajaran praktikum, yakni peserta didik melakukan percobaan di laboratorium sesuai dengan petunjuk yang ada dalam lembar Kerja Siswa (LKS). Hal ini dilakukan mengingat di kelas VII E ini belum pernah diterapkan metode pembelajaran praktikum. Akan
53
tetapi hal ini mulai bisa teratasi pada pertemuan kedua siklus I. Pada pertemuan kedua siklus I, peserta didik diminta memahami materi yang akan dipelajari dan mengerti cara melakukan percobaan sesuai dengan petunjuk serta menuliskan hasil percobaan sesuai dalam LKS. Kemudian pada pertemuan kedua, pelaksanaan praktikum di laboratorium dan pembahasan hasil percobaan. Hasil pada siklus I dapat dibuat acuan untuk lebih meningkatkan kemampuan siswa dalam merangkai alat dan bahan serta meningkatkan kegiatan diskusi siswa pada siklus II karena pada siklus I dalam pembelajaran siswa belum terbiasa dengan praktikum sehingga masih belum terkondisikan untuk menyampaikan atau mengkomunikasikan konsep yang diajarkan atau yang dipelajari maupun hasil praktikum yang dilakukan dan merangkai alat dan bahan percobaan. 2) Pengamatan Afektif siswa Ketika kegiatan praktikum pada siklus I siswa belum aktif secara maksimal. banyak siswa yang diam karena siswa belum menguasai tentang konsep pembelajaran praktikum. Sehingga pada pelaksanaan kegiatan praktikum guru selalu membimbing siswa dengan maksimal. Disamping itu guru selalu memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang praktikum pemisahan dengan metode filtrasi dan kromatografi. Hal ini dilakukan oleh guru karena pada kelas VII E belum memiliki pengalaman melakukan praktikum. a) Data pengamatan afektif siswa diambil dari lembar observasi penilaian sikap dan kedisiplinan siswa pada saat pembelajaran pada siklus I. Lembar pengamatan hasil belajar pada aspek afektif mencakup: kehadiran mengikuti kegiatan praktikum pada pemisahan kimia, perhatian mengikuti praktikum pemisahan kimia, kerjasama kelompok untuk mendiskusikan hasil praktikum, Tanggung jawab selama kegiatan praktikum, bertanya selama kegiatan praktikum,
kejujuran dalam
melaksanakan praktikum pemisahan kimia, keaktifan dalam kegiatan
54
praktikum, dan menghargai pendapat orang lain. Dari pengamatan diperoleh hasil seperti tabel 4.3. Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Aspek Afektif Siswa Siklus I No 1 2 3 4 5
Kategori penilaian Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang Rata-rata
Aspek afektif siswa siklus I ∑ Siswa Persentase 1 siswa 3.79% 8 siswa 28.86% 20 siswa 64.94% 1 siswa 3.79% 0 siswa 0% 74.65%
Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I diperoleh hasil sebesar 74.65% dengan kategori baik. Siswa yang tuntas sebanyak 29 siswa dan yang tidak tuntas sebanyak 1 siswa dengan rincian: siswa yang mendapatkan hasil belajar dengan kategori baik sekali berjumlah 1 siswa, kategori baik berjumlah 8 siswa, kategori cukup berjumlah 20 siswa, dan kategori kurang 1 siswa. Berdasarkan pengamatan peneliti pada saat siswa melakukan kegiatan praktikum dan pada saat siswa melakukan pembelajaran masih terdapat kekurangan diantaranya sebagai berikut: a) Siswa masih kurang disiplin dalam melakukan kegiatan praktikum di laboratorium. Hal tersebut ditunjukkan dengan kurang seriusnya siswa dalam kegiatan dan siswa kurang dapat dikondisikan pada saat melakukan praktikum di laboratorium. b) Kerjasama dalam kelompok sudah baik tetapi dalam kegiatan masih ada beberapa kelompok yang masih kurang dapat bekerjasama. Yaitu, ditunjukkan dengan kurang adanya koordinasi yang baik antar anggota dalam satu kelompok. c) Diskusi berjalan kurang efektif karena tidak semua anggota kelompok bisa menghargai pendapat anggota lain serta berpartisipasi aktif dalam mengemukakan pendapat atau ide pada saat analisis data percobaan serta masih ribut sendiri.
55
3) Pengamatan Aspek Kognitif Siswa Data hasil belajar aspek kognitif siswa diambil dari tes evaluasi siswa pada akhir pembelajaran siklus I. dari tes yang telah dilakukan diperoleh hasil seperti tabel 4.4. Tabel 4.4 Hasil Belajar Siswa (Kognitif) Siklus I No
Keterangan
Siklus I
1 2 3 4
Nilai terendah Nilai tertinggi Nilai rata-rata Presentase ketuntasan klasikal
43 83 70 78%
Dari hasil belajar siswa, pada siklus I nilai rata-rata kelas 70 dan ketuntasan belajar siswa 78%. Ketuntasan belajar siswa ini pada penelitian siklus I belum mencapai indikator yang ditetapkan yaitu sebesar 80%. Belum tercapainya indikator yang ditetapkan maka peneliti dan guru melakukan perbaikan pada siklus ke dua. d. Refleksi Berdasarkan analisis hasil belajar siswa yang berupa lembar pengamatan aktivitas siswa, dan tes kognitif siswa siklus I dengan menggunakan pembelajaran praktikum menunjukkan bahwa pada aspek psikomotorik menunjukkan tingkat keberhasilan sebesar 73.25% dengan kategori baik, pada aspek afektif menunjukkan tingkat keberhasilan sebesar 74.65% dengan kategori baik. Nilai rata-rata siswa naik 37.5 poin dari ratarata data awal sebesar 32.5% naik menjadi sebesar 78%. Dengan ketuntasan klasikal sebesar 32.5% pada prasiklus menjadi 78% pada siklus I. Secara umum kegiatan praktikum pada siklus I sudah terlaksana dengan baik, meskipun berlangsungnya kegiatan praktikum tersebut masih berada pada bimbingan guru secara keseluruhan. Artinya pada kegiatan praktikum siklus I guru memberi bimbingan kepada tiap-tiap kelompok. Dengan adanya bimbingan dari guru siswa memperoleh gambaran dan pengetahuan tentang pembelajaran praktikum yang mendorong siswa untuk
56
terlibat aktif dalam proses kegiatan praktikum. Walaupun keaktifan siswa pada siklus I belum mencakup secara keseluruhan. Untuk itu keaktifan siswa perlu ditingkatkan. Ini disebabkan masih ada siswa yang belum aktif dalam kegiatan praktikum, siswa mengalami kesulitan dalam menuliskan hasil percobaan, siswa juga belum bisa mengkomunikasikan hasil praktikum dengan baik. Dalam pelaksanaan praktikum siswa juga belum bisa bekerja secara sistematis serta kurang teliti dan cermat dalam mengolah data yang dihasilkan selama kegiatan praktikum. Hal ini terbukti dari pengamatan proses kegiatan praktikum, siswa belum terampil dalam merangkai alat dan bahan, siswa belum berperan aktif secara maksimal, dan siswa belum bisa mengkomunikasikan hasil praktikum dengan baik. Karena pada dasarnya siswa kelas VII belum memiliki pengalaman untuk melakukan kegiatan praktikum.Oleh sebab itu, pada siklus I perlu diperbaiki agar siswa lebih aktif dalam kegiatan praktikum selanjutnya, sehingga tujuan penelitian yaitu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar dapat tercapai. Berdasarkan hasil diskusi dengan guru ternyata masih terdapat kekurangan pada pelaksanaan tindakan pada siklus I. Kekurangan-kekurangan tersebut antara lain: 1) Siswa belum terampil dalam merangkai alat dan bahan percobaan 2) Siswa masih belum aktif dalam kegiatan pembelajaran, ini terbukti dari pengamatan proses belajar mengajar, siswa masih belum terkondisikan, malu, dan tidak berani untuk menyampaikan atau mengkomunikasikan hasil dari praktikum yang telah dilakukan, maupun menanyakan kesulitan yang dihadapi. 3) Siswa kurang terampil dan kurang berpartisipasi dalam kegiatan praktikum, hanya dua atau tiga orang dari tiap kelompok yang melakukan praktikum. 4) Diskusi kelompok kurang efektif, karena tidak semua anggota kelompok bisa menghargai pendapat siswa dan kelompok lain. Selain itu, hanya satu atau dua orang saja dari tiap kelompok yang berpartisipasi aktif dalam mengerjakan soal yang ada di LKS.
57
5) Guru kurang dapat mengkondisikan siswa dalam melakukan kegiatan praktikum di laboratorium serta kurang memberikan bimbingan dalam pengisian LKS. Pada pelaksanaan kegiatan praktikum pemisahan dengan metode filtrasi dan kromatografi siswa belum bisa memahami petunjuk praktikum, akibatnya siswa belum terampil dalam merangkai alat dan bahan. Jadi untuk merangkai alat dan bahan masih dirangkaikan oleh guru. Guru membimbing setiap kelompok dalam pelaksanaan praktikum agar proses kegiatan praktikum dapat berjalan dengan lancar sehingga tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama. Dalam pelaksanaan kegiatan praktikum siswa juga belum berperan aktif secara keseluruhan, hal ini dibuktikan dengan banyaknya siswa yang masih malas melakukan kegiatan praktikum karena siswa belum memahami konsep kegiatan pembelajaran praktikum. Siswa juga belum bisa mengkomunikasikan hasil praktikum dengan baik, karena siswa masih kesulitan untuk menyusun hasil praktikum secara sistematis, hal ini terjadi karena siswa belum pernah menyusun hasil praktikum sebelumya. Sehingga pada tahap untuk mengkomunikasikan hasil praktikum atau diskusi kelompok kurang efektif, karena tidak semua anggota kelompok bisa menghargai pendapat siswa dan kelompok lain. Yang berperan aktif dalam diskusi kelompok hanya satu atau
dua orang saja dari tiap kelompok yang
berpartisipasi aktif. Untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, maka pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran praktikum akan tetap dilaksanakan pada siklus II. Usaha yang dilakukan guru agar aktivitas dan hasil belajar siswa pada siklus II ini dapat meningkat adalah dengan meningkatkan keaktifan siswa melalui kegiatan pembelajaran praktikum di laboratorium. Peningkatan aktivitas siswa melalui kegiatan pembelajaran praktikum dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada siswa yang belum aktif untuk bertanya atau berpendapat sedangkan siswa yang sudah aktif bisa menanggapi maupun menyanggah pertanyaan atau pendapat dari teman yang bertanya. Selain itu peningkatan aktivitas siswa saat kegiatan
58
praktikum dapat dilakukan dengan pengenalan alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan praktikum. Guru juga lebih memberikan bimbingan dalam pengisian LKS pada masing-masing kelompok dan dalam kegiatan praktikum serta membuat laporan sementara. Siklus II Pelaksanaan tindakan siklus II dilakukan untuk memperbaiki dari hasil refleksi siklus I. 1) Perencanaan Seperti halnya pada siklus I, perencanaan dilakukan dengan cara mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan selama proses penelitian berlangsung, diantara lain: a) Guru secara kolaboratif merencanakan pembelajaran dengan metode pembelajaran praktikum, dengan perbaikan memberi pelatihan khusus kepada siswa dalam merangkai alat dan bahan percobaan secara tepat dan benar, lembar petunjuk praktikum dibagikan kepada siswa sebelum kegiatan praktikum berlangsung, jadi siswa bisa memahami konsep dan langkah-langkah praktikum yang akan dilakukan dari hasil refleksi siklus I. b) Merancang materi untuk perbaikan dari siklus I, yaitu tentang pemisahan kimia dengan metode kristalisasi dan sublimasi. c) Menyiapkan perangkat pembelajaran, meliputi RPP Siklus II. d) Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk petunjuk dalam praktikum. e) Menyiapkan alat dan bahan percobaan pemisahan kimia dengan metode kristalisasi dan sublimasi. f) Membuat lembar kerja observasi aktivitas (aspek afektif dan aspek psikomotorik) peserta didik selama proses kegiatan belajar mengajar. g) Membuat kisi-kisi soal evaluasi siklus II. h) Membuat kunci jawaban soal evaluasi siklus II. i) Menyusun soal evaluasi siklus II.
59
j) Membuat jurnal guru tentang pembelajaran menggunakan metode pembelajaran praktikum. 2) Pelaksanaan tindakan Siklus II dilaksanakan pada tanggal18 Desember 2011, pada pukul 08.00 – 09.20 dengan materi pemisahan kimia menggunakan metode kristalisasi dan sublimasi. Kegiatan yang dilakukan pada siklus II tanggal 18 Desember2011 antara lain: a) Guru mengkondisikan kelas, menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran. b) Guru menjelaskan pembelajaran dengan metode praktikum kepada siswa. c) Guru menjelaskan materi secara singkat dan menjelaskan tujuan dari percobaan dari percobaan yang akan dilakukan. d) Guru meminta siswa untuk bergabung dengan kelompok praktikum untuk melakukan praktikum. e) Guru membagikan LKS praktikum kepada masing-masing kelompok untuk diselesaikan dan didiskusikan dalam kelompok. f) Guru mengarahkan kepada siswa untuk melakukan praktikum secara baik dan benar, dan menjelaskan alat dan bahan yang akan digunakan dalam kegiatan praktikum. g) Guru meminta siswa untuk melakukan praktikum sesuai petunjuk dalam LKS. h) Guru meminta siswa untuk mengamati dan menuliskan hasil pengamatan ke dalam LKS praktikum. i) Guru membimbing setiap kelompok secara proporsional. j) Guru meminta siswa untuk membuat laporan sementara. k) Guru menunjuk satu kelompok secara acak untuk mempresentasikan hasil praktikum yang telah dilakukan. l) Guru meminta kelompok lain untuk memberikan tanggapan atas presentasi dari kelompok yang mempresentasikan.
60
m) Siswa bersama guru
membuat kesimpulan berdasarkan hasil
praktikum. n) Pada akhir pembelajaran diadakan tes akhir siklus. 3) Pengamatan Pada tahap pengamatan dilakukan tes hasil belajar siklus II, aktivitas siswa (ranah psikomotorik), penilaian sikap (afektif), dan jurnal guru. Dari pengamatan siklus II diperoleh hasil sebagai berikut: a) Pengamatan aspek psikomotorik siswa Data pengamatan aspek psikomotorik siswa diambil dari lembar observasi kinerja dan aktivitas siswa pada saat pembelajaran pada siklus II. Seperti pada siklus I, lembar pengamatan hasil belajar pada aspek psikomotorik ini meliputi: menyiapkan alat dan bahan, merangkai alat dan bahan percobaan, kerjasama kelompok, mengamati hasil percobaan, keterampilan menggunakan alat, penguasaan prosedur praktikum, kerjasama kelompok, mengamati hasil percobaan, menarik dan mempresentasikan kesimpulan, merapikan kembalian alat dan bahan, dan membuat laporan sementara. Adapun kegiatan siswa adalah mengamati dan membuat laporan sementara tentang materi pemisahan kimia dengan menggunakan metode kristalisasi dan sublimasi. Guru membimbing siswa dalam melakukan praktikum. Peneliti mengamati kinerja siswa selama melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan metode praktikum. Dari pengamatan pada siklus II diperoleh hasil seperti tabel 4.5. Table 4.5 Hasil Pengamatan Aspek Psikomotorik Siklus II No
Kategori penilaian
1 2 3 4 5
Sangat terampil Terampil Cukup Kurang Sangat kurang Rata-rata Kategori
Aspek psikomotorik siswa siklus II ∑ Siswa Persentase 6 siswa 21 % 11 siswa 37.4 % 13 siswa 21 % 0 siswa 0% 0 siswa 0% 84.5 % Baik
61
Dari Tabel 4.5 hasil pengamatan aspek psikomotorik pada siklus II menunjukkan hasil dengan kategori baik dengan persentase sebesar 84.5%. hasil pada siklus II ini menunjukkan adanya peningkatan dibanding pada siklus I, hal ini dibuktikan dengan terampilnya siswa dalam merangkai alat dan bahan percobaan, mengkomunikasikan serta membandingkan hasil praktikumnya dengan hasil praktikum kelompok lain melalui Lembar Kerja Siswa (LKS). Siswa juga sudah berperan aktif dalam kegiatan praktikum pemisahan dengan metode kristalisasi dan sublimasi. Sehingga proses kegiatan praktikum dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan diskusi kelompok juga sudah efektif, karena semua anggota kelompok sudah berpartisipasi aktif dalam mengkomunikasikan hasil praktikum. b) Pengamatan Aspek Afektif Siswa Data pada aspek afektif siswa diambil dari lembar observasi penilaian sikap dan kedisiplinan siswa pada saat pelaksanaan siklus II. Berdasarkan analisis dari lembar observasi aktivitas afektif diperoleh hasil: seperti tabel 4.6. Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Afektif Siklus II No 1 2 3 4 5
Kategori penilaian Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang Rata-rata Kategori
Aspek afektif siswa siklus II ∑ Siswa persentase 2 siswa 7.07% 18 siswa 60.80% 10 siswa 32.12% 0 siswa 0% 0 siswa 0% 82.5% Baik
Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukkan persentase rata-rata keberhasilan 82.5% dengan kategori sangat baik dengan demikian, kegiatan pembelajaran dengan pembelajaran praktikum dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 82.5%. Hasil pengamatan peneliti pada saat berlangsungnya kegiatan pada siklus II pada masing-
62
masing kelompok sudah baik, siswa mengikuti praktikum dengan tertib dan sudah mampu bekerjasama dengan anggota kelompoknya, diskusi sudah berjalan efektif semua anggota kelompok bisa menghargai pendapat anggota kelompok lain serta berpartisipasi aktif dalam mengemukakan ide atau pendapat pada saat melakukan analisis data hasil percobaan. Peran serta kelompok dalam mengisi lembar pengamatan LKS juga semakin meningkat. c) Data hasil tes siswa (kognitif) Data pengamatan kognitif siswa diambil dari tes evaluasi siswa pada akhir pembelajaran siklus II. Dari tes yang telah dilakukan diperoleh hasil seperti tabel 4.7. Table 4.7 Hasil Tes Siswa (Kognitif) Siklus II No
Keterangan
Siklus I
1 2 3 4
Nilai terendah Nilai tertinggi Nilai rata-rata Presentase ketuntasan klasikal
63 93 80.5 96.7%
Hasil belajar siswa meningkat dan telah mencapai ketuntasan belajar secara klasikal yaitu 96.7% dan telah memenuhi indikator yang telah ditetapkan dalam penelitian. Ketuntasan belajar pada aspek kognitif meningkat sebesar 26.7% yaitu dari 70% pada siklus I menjadi 96.7% pada siklus II. Berdasarkan grafik, rata-rata kelas juga mengalami kenaikan sebesar 70 dari pada siklus I, menjadi 80.5 pada siklus II. d) Jurnal guru Jurnal guru diperoleh dari hasil wawancara dengan ibu UlfiKhoiriyah pada tanggal 20 Desember 2011 pada pukul 10.00 – 10.30 WIB.Berdasarkan hasil tanggapan dan masukan guru terhadap metode pembelajaran praktikum dalam pembelajaran yang diperoleh dari hasil jurnal guru bahwa penerapan metode pembelajaran praktikum pada materi pemisahan kimia sangat baik. Dikarenakan
63
dengan penerapan metode pembelajaran praktikum siswa dapat membuktikan objek yang dipelajari secara langsung. Sehingga siswa menjadi tertarik, antusias, termotivasi, dan menjadikan hasil belajar yang dicapai oleh siswa optimal. Bahwa beliau (guru) tertarik untuk menggunakan metode pembelajaran praktikum pada pembelajaran berikutnya. e) Refleksi Setelah peneliti menganalisis hasil belajar siswa, kemudian peneliti melakukan diskusi dengan guru untuk membandingkan hasil belajar pada siklus I dan II. Pada siklus II ini kegiatan pembelajaran dengan pembelajaran praktikum menunjukkan hasil yang sangat baik. Sekurang-kurangnya pada siklus I dapat diselesaikan pada siklus II. Perbaikan tersebut antara lain: siswa sudah terampil dalam menyiapkan alat dan bahan percobaan, siswa sudah terampil dalam mengkomunikasikan hasil percobaan menyampaikan atau mengkomunikasikan hasil dari praktikum yang telah dilakukan, maupun menanyakan kesulitan yang dihadapi, kerjasama siswa dengan anggota kelompoknya semakin meningkat, diskusi juga berjalan dengan lancar, dan secara keseluruhan siswa sudah memiliki aktivitas afektif dan psikomotorik pada saat pembelajaran serta siswa juga sudah dapat mengikuti pembelajaran dengan metode praktikum. Sehingga pada siklus II ini sudah sesuai dengan yang diharapkan.
PEMBAHASAN 1. Siklus I Siklus I membahas materi mengenai pemisahan kimia. Dalam pembelajaran praktikum, siswa belajar dalam sistem kelompok. Hal ini membuat peserta didik
lebih antusias mengikuti pembelajaran karena
menemukan suasana baru. Untuk penelitian tindakan kelas ini dimulai dengan apersepsi. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan agar siswa mengetahui, memahami apa yang akan dipelajari dan manfaat mempelajari materi pemisahan kimia.
64
Kurang maksimalnya peserta didik pada pembelajaran terlihat ketika mereka masih selalu bertanya tentang bagaimana cara melakukan praktikum sesuai dengan lembar kerja siswa. Guru menerapkan metode pembelajaran praktikum, yakni peserta didik melakukan percobaan di laboratorium sesuai dengan petunjuk yang ada dalam lembar kerja siswa. Hal ini dilakukan mengingat di kelas VII E belum pernah diterapkan metode pembelajaran praktikum. Akan tetapi hal ini mulai bisa teratasi pada pertemuan kedua siklus I. pada pertemuan kedua siklus I, peserta didik diminta memahami materi yang akan dipelajari dan mengerti cara melakukan percobaan sesuai dengan petunjuk serta menuliskan hasil percobaan dalam lembar kerja siswa. Kemudian pada pertemuan kedua pelaksanaan praktikum di laboratorium dan pembahasan hasil percobaan. Kurangnya waktu merupakan salah satu kendala dalam menerapkan metode pembelajaran praktikum. Hal ini terjadi karena peserta didik masih merasa bingung terhadap langkah-langkah praktikum dan masih bingung dalam menuliskan hasil pengamatan, sehingga waktu diskusi yang telah ditentukan pada rencana pelaksanaan pembelajaran sedikit bergeser. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode praktikum pada siklus I sudah cukup baik. Secara umum terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Aktivitas yang dinilai adalah aktivitas afektif dan psikomotorik siswa. Aktivitas peserta didik diukur dengan menggunakan lembar observasi aktivitas pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Berdasarkan pengamatan hasil observasi aktivitas siswa diperoleh; untuk aktivitas psikomotorik dengan nilai rata-rata 73.25 dalam kategori baik. Aktivitas afektif juga dalam kategori cukup dengan nilai rata-rata sebesar 74.65 dalam kategori baik terdapat 1siswa yang tidak tuntas dikarenakan tidak disiplin, tidak semua anggota diskusi mengemukakan pendapat bahkan belum bisa menghargai pendapat orang lain. Adapun hasil tes peserta didik pada aspek kognitif sebelum (pra siklus) dan sesudah (siklus I) penerapan metode pembelajaran praktikum. Dari tes yang telah dilakukan diperoleh hasil seperti tabel 4.8.
65
Tabel 4.8 Hasil Tes Siswa (Kognitif) Pra Siklus dan Siklus I No
Kategori Penilaian
Pra Siklus
Siklus I
1
Nilai Terendah
20
43
2
Nilai Tertinggi
60
83
3
Nilai Rata-rata
33.13
67.53
Persentase
32.5%
78%
90 80 70 60 50 pra siklus
40
siklus I 30 20 10 0 1
2
3
Grafik 4.1 Hasil Tes Siswa (Kognitif) Pra Siklus dan Siklus I Grafik 4.1 menunjukkan nilai terendah peserta didik sebelum dan sesudah penerapan metode pembelajaran praktikum. Pada pembelajaran sebelum menggunakan metode praktikum nilai terendah peserta didik 20 dan nilai tertinggi peserta didik 70 dan setelah menggunakan metode pembelajaran praktikum nilai terendah peserta didik meningkat menjadi 43 dan nilai tertinggi meningkat menjadi 83 dan ketuntasan belajar pembelajaran siklus I sebesar 70%. Secara umum, aktivitas pada siklus I sudah mengalami kenaikan hasil belajar juga mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa tertarik dengan pembelajaran praktikum yang baru pertama kali mereka dapatkan, sehingga mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam proses
66
pembelajaran karena biasanya siswa diajak ke laboratorium hanya perkenalan alat dan bahan saja.
2. Siklus II Berdasarkan kekurangan yang terjadi pada siklus I, maka pada siklus II dilakukan tindakan perbaikan pada pembelajaran di laboratorium sehingga aktivitas dan hasil belajar dapat meningkat. Pada siklus II guru dan peneliti menggunakan metode praktikum. Pada siklus II dimulai pada tanggal 18 Desember 2011. Pada siklus II aktivitas, kinerja guru dan hasil belajar sudah baik sekali, karena nilai rata-rata dan indikator keberhasilan pada aktivitas afektif, psikomotorik, dan hasil belajar menunjukkan hasil yang sangat baik. Adapun peningkatan hasil tes peserta didik pada aspek kognitif pada siklus II dengan penerapan metode pembelajaran praktikum. Dari tes yang telah dilakukan diperoleh hasil seperti tabel 4.9. Tabel 4.9 Hasil Tes Siswa (Kognitif) Siklus I dan Siklus II No
Kategori Penilaian
Siklus I
Siklus II
1
Nilai Terendah
43
63
2
Nilai Tertinggi
83
93
3
Nilai Rata-rata
67.53
80.5
Persentase
78%
96.7%
67
100 90 80 70 60 50
siklus I
40
siklus II
30 20 10 0 1
2
3
Grafik 4.2 Hasil Tes Siswa (Kognitif) Siklus I dan Siklus II Grafik 4.2 menunjukkan nilai terendah peserta didik mengalami kenaikan dari siklus I sebesar 20, menjadi 43 dari siklus I, nilai tertinggi peserta didik mengalami kenaikan dari siklus I sebesar 70 menjadi 93 pada siklus II hal ini dikarenakan peserta didik diberi pelatihan khusus untuk merangkai alat dan bahan yang diperlukan pada materi pemisahan kimia. Siswa sudah bisa mengikuti kegiatan praktikum dengan tenang dan konsentrasi serta keingintahuan siswa terhadap materi pemisahan kimia. Pemahaman peserta didik pada materi pemisahan kimia mengalami peningkatan hal ini
dikarenakan petunjuk praktikum dibagikan sebelum
kegiatan praktikum berlangsung. Meningkatnya hasil belajar kognitif ini karena siswa sudah mendapatpelatihan khusus dalam merangkai alat dan bahan yang diperlukan pada materi pemisahan kimia, selain itu potensi siswa lebih diberdayakan dengan dihadapkan pada keterampilan-keterampilan yang mengakibatkan siswa secara aktif untuk menemukan konsep melalui kerjasama dengan kelompoknya serta mengkomunikasikan hasil karyanya kepada orang lain. Siswa tidak lagi bertindak pasif, menerima dan menghafal pelajaran yang diberikan oleh guru atau yang terdapat dalam buku teks saja. Siswa juga dapat mengaplikasikan kedalam kehidupan sehari-hari.
68
Ketuntasan belajar psikomotorik pada siklus II tercapai dan meningkat sebesar. Peningkatan aktivitas psikomotorik terjadi karena siswa sudah terampil dalam merangkai alat dan bahan yang diperlukan pada materi pemisahan kimia sehingga siswa lebih aktif dalam pembelajaran, siswa juga sudah memiliki kemahiran untuk mengkomunikasikan serta membandingkan hasil praktikumnya dengan hasil praktikum kelompok lain melalui lembar kerja siswa. Adapun hasil penilaian aspek psikomotorik pada siklus I dan siklus II dengan menggunakan metode praktikum, diperoleh hasil seperti tabel 4.10. Tabel 4.10 Hasil Penilaian Aspek Psikomotorik Siklus I dan Siklus II No
Kategori Penilaian Aspek Psikomotorik
Siklus I
Siklus II
1
Sangat terampil
7.05%
21%
2
Terampil
20.47%
37.4%
3
Cukup
69.28%
21%
4
Kurang
7.05%
0%
80,00% 70,00% 60,00% 50,00% 40,00%
siklus I
30,00%
siklus II
20,00% 10,00% 0,00% 1
2
3
4
Grafik 4.3 Hasil Penilaian Aspek Psikomotorik Siklus I dan Siklus II Keterampilan proses siswa saat praktikum semakin meningkat. Ini terbukti dengan siswa semakin teliti dan cermat mengamati adanya perubahan
69
pada percobaan yang dilakukan, dapat mengidentifikasi objek, dapat menuliskan hasil pengamatan yang telah dilakukan serta mampu membangun sebuah hipotesis ketika diberi satu masalah. Dalam melakukan percobaan siswa melaksanakan secara sistematis dan benar sesuai dengan petunjuk yang terdapat dalam LKS serta siswa sudah dapat mengidentifikasi data yang diperlukan dan membuat interpretasi yang benar dari data yang telah didapatkan. Siswa juga sudah bisa menyimpulkan hasil yang telah didapat. Begitu pula dengan ketuntasan belajar afektif siswa mengalami kenaikan sebesar 7.85% meningkatnya hasil belajar pada aspek afektif ini terjadi Karena siswa mengikuti pelajaran dengan tertib dan sudah mampu bekerjasama dengan teman kelompoknya dengan baik dalam melakukan praktikum, menganalisis dan melakukan penyelidikan. Siswa mampu menemukan sendiri fakta dan konsep. Selain itu, siswa juga lebih berani dalam mengemukakan pendapat dan pertanyaan serta lebih disiplin dalam melakukan praktikum. Adapun hasil penilaian aspek afektif pada siklus I dan siklus II dengan menggunakan metode praktikum, diperoleh hasil seperti tabel 4.11. Tabel 4.11 Hasil Penilaian Aspek Afektif Siklus I dan Siklus II No
Kategori Penilaian Aspek Afektif
Siklus I
Siklus II
1
Sangat baik
3.79%
7.07%
2
Baik
28.86%
60.80%
3
Cukup
64.94%
32.12%
4
Kurang
3.79%
0%
70
70,00% 60,00% 50,00% 40,00% siklus I 30,00%
siklus II
20,00% 10,00% 0,00% 1
2
3
4
Grafik 4.4 Hasil Penilaian Aspek Afektif Siklus I dan Siklus II Berdasarkan hasil tanggapan dan masukan dari ibu Ulfi Khoiriyah terhadap metode pembelajaran praktikum dalam pembelajaran yang diperoleh dari hasil jurnal guru bahwa penerapan metode pembelajaran praktikum pada materi pemisahan kimia sangat baik. Dikarenakan dengan penerapan metode pembelajaran praktikum siswa dapat membuktikan objek yang dipelajari secara langsung. Sehingga siswa menjadi tertarik, antusias, termotivasi dan menjadikan hasil belajar yang dicapai oleh siswa optimal. Bahwa beliau tertarik
untuk
menggunakan
metode
pembelajaran
praktikum
pada
pembelajaran berikutnya. Secara keseluruhan, semua kekurangan pada siklus I sudah dapat diperbaiki pada siklus II. Pada siklus II ini keterampilan siswa dalam merangkai alat dan bahan percobaan, mengkomunikasikan hasil percobaan yang telah dilakukan semakin meningkat, diskusi juga berjalan dengan lancar, dan secara keseluruhan siswa sudah memiliki aktivitas afektif dan psikomotorik pada saat pembelajaran serta siswa sudah dapat mengikuti pembelajaran dengan metode praktikum. Hal ini terjadi karena sebelum pelaksanaan siklus II peserta didik diberi pelatihan khusus untuk merangkai alat dan bahan percobaan sebagai solusi permasalahan yang dihadapi pada
71
siklus I, yaitu peserta didik belum terampil merangkai alat dan bahan percobaan. 3. Keterbatasan penelitian Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini pasti terjadi banyak kendala dan hambatan. Hal ini bukan Karena faktor kesengajaan, akan tetapi karena adanya keterbatasan dalam melakukan penelitian. Meskipun penelitian ini sudah dikatakan seoptimal mungkin, akan tetapi peneliti menyadari bahwa penelitian ini tidak terlepas adanya kesalahan dan kekurangan, hal itu karena keterbatasan-keterbatasan di bawah ini: a. Keterbatasan kemampuan Penelitian ini tidak bisa lepas dari teori, oleh karena itu peneliti menyadari keterbatasan kemampuan khususnya pengetahuan ilmiah. Tetapi peneliti sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menjalankan penelitian sesuai dengan kemampuan keilmuan serta bimbingan dari dosen pembimbing. b. Keterbatasan waktu Penelitian yang dilakukan oleh peneliti terpancang oleh waktu, karena waktu yang digunakan sangat terbatas. Maka peneliti hanya memiliki waktu sesuai dengan kemampuan yang berhubungan dengan penelitian saja. Walaupun waktu yang peneliti gunakan singkat akan tetapi memenuhi syarat-syarat dalam penelitian ilmiah. c. Keterbatasan materi Penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini hanya terbatas pada materi pemisahan kimia.
72
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap penerapan metode pembelajaran praktikum pada materi pemisahan kimia di kelas VII E MTs HidayatusSyubban Genuk, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran praktikum dapat meningkatkan hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini terlihat hasil belajar siswa meningkat pada waktu penelitian, yaitu aspek kognitif dari 78% pada siklus I menjadi 96.7% pada siklus II, aktivitas siswa pada aspek afektif siklus I dan siklus II mengalami peningkatan, yaitu sebesar 74.65% menjadi 82.5%, serta aspek psikomotorik yaitu dari 73.25% pada siklus I menjadi 84.5% pada siklus II. Metode
pembelajaran
praktikum
menumbuhkan
aktivitas
siswa
dalam
pembelajaran.
B. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Guru
perlu
menggunakan
metode
pembelajaran
praktikum
dalam
pembelajaran pada materi pemisahan kimia untuk saat ini dan seterusnya untuk meningkatkan pemahaman siswa. 2. Perlu adanya sarana dan prasarana yang mendukung dalam penggunaan metode pembelajaran praktikum untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. 3. Untuk mengatasi kendala-kendala dalam menggunakan metode pembelajaran praktikum, maka rencana pembelajaran harus dipersiapkan secara cermat.
73
C. Penutup Syukur Alhamdulillah atas berkat dan hidayah Allah SWT, skripsi yang sederhana ini dapat tersusun dengan baik. Peneliti sadar bahwa dalam penyusunan skripsi ini jauh dari kesempurnaan, maka peneliti mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari berbagai pihak untuk penyempurnaan skripsi. Peneliti mengucapkan terima kasih atas partisipasi dari semua pihak yang mendukung penyusunan skripsi ini sehingga dapat tersusun dengan baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan, terutama bagi peneliti demi menciptakan suasana pendidikan Indonesia yang berkualitas, bermoral, dan bermartabat. Amin.
74
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : PT RinekaCipta, 2010 -----------, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : PT Bumi Aksara, 2008 BahriDjamarah, Syiful dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006 Bukhari Umar, ” Pendidikan dalam Perspektif Hadis: Perintah Menuntut Ilmu”, dalambukhariumar59.blogspot.com/2010/12/pendidikan-dalam-perspektifhadis.html,diakses 07 Februari 2012 Chang, Raymond, Kimia Dasar Konsep-konsep Inti, Jakarta : Erlangga, 2004 Hendayana, Sumar, Kimia Pemisahan, Bandung : Rodaskarya, 2006 Iskandar, Psikologi Pendidikan, Ciputat : Gaung Persada (GP) Press, 2009 Purwanto, M. Ngalim, Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000 Putranto, Dody, Belajar Kimia Serasa Mudah dan menyenangkan http://kimiadahsyat. blogspot.com/2010/11/corong-pemisah.html, diakses 10 April 2012 Sagala, Syaiful, Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2010 Sastrohamidjojo, Hardjono, Kromatografi, Yogayakarta : Liberty, 2005 Sanjaya, Wina, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Kencana, 2010 Santrock, John W, Psychology Essentials, New York : Mc Graw-Hill, 2005 Soebagio dkk, Kimia Analitik II, Malang : Universitas Negeri Malang, 2002 Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung : PT Remaja Rodaskarya, 2009 Sudjana, Metode Statistik, Bandung : Tarsito, 2005 Sukmadinata, Nana Syaodih,Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rodaskarya, 2009
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung : PT Remaja Rodaskarya, 2010 Thoha, Chabib dan Abdul Mu’ti,Eksistensi dan Proses Belajar-Mengajar Pendidikan Agama Islam, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 1998 T. Morgan, Clifford, Introduction to Psychology, Kogakusha: Mc Graw-Hill, 1971 Trilaksana Putra, Rian, Pemisahan & Pemurnian Zat Padat http://dc142.4shared.com/doc /Nk DnA5od/preview.html, 10 April 2012 Warsita, Bambang, Teknologi Pembelajaran: Landasan dan Aplikasinya,Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008
Lampiran 1
SILABUS Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester
: MTs Hidayatus Syubban Genuk : IPA Terpadu : VII/1
Standar Kompetensi Alokasi Waktu
: 1. Memahami berbagai sifat dalam perubahan fisika dan kimia : 2 jam pelajaran Penilaian
Kompetensi Dasar
Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Indikator teknik
1.1.melakukan pemisahan campuran dengan berbagai cara berdasarkan sifat fisika dan sifat kimia
Pemisahan campuran
• Mengkaji literatur tentang dasar pemisahan campuran • Melakukan percobaan tentang pemisahan campuran
• Menjelaskan dasar pemisahan campuran berdasarkan ukuran partikel dan titik didih • Melakukan percobaan untuk memisahkan campuran yang sesuai dengan metode yang dipilih, antara lain: penyaringan, sublimaisi, kristalisasi, dan kromatografi
Tugas kelompok Ulangan
instrumen
Alokasi Waktu
Sumber/ bahan/alat
2 jam
• • • • • •
sikap
Laporan tertulis Penilaian Evaluasi Lembar keaktifan siswa selama Kerja Siswa Kegiatan Belajar Mengajar berlangsung dan keaktifan siswa selama melakukan percobaan/ praktek
Sumber A : 127-138 B : 91-106 C : 90-91 Petunjuk Praktikum LKS
• Alat Tabung reaksi, gelas kimia, botol mineral, piring makan, spidol hitam, spiritus, penyangga, kertas saring,
• Bahan Pasir, kerikil, garam, air, kamper, arang, es, alkohol
Lampiran 2 SIKLUS I RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VII/1 Pertemuan ke: 1-2 Alokasi Waktu : 4 jam pelajaran Standar Kompetensi : 1. Memahami berbagai sifat dalam perubahan fisika dan kimia
A. Kompetensi Dasar
:
1.1. Melakukan pemisahan campuran dengan bebagai cara berdasarkan sifat fisika dan sifat kimia B. Indikator : Pertemuan ke-1 (2 jam pelajaran) 1. Menjelaskan prinsip dasar pemisahan campuran dengan metode kristalisasi dan sublimasi 2. Melakukan percobaan pemisahan campuran dengan metode kristalisasi dan sublimasi C. Tujuan : 1. Siswa dapat menjelaskan dasar pemisahan campuran dengan metode kristalisasi dan sublimasi 2. Siswa dapat melakuka percobaan pemisahan campuran dengan metode kristalisasi dan sublimasi D. Materi Pembelajaran Pertemuan ke-1 (2 jam pelajaran) Sublimasi Sublimasi adalah metode pemisahan yang digunakan untuk memisahkan campuran zat padat yang mudah menyublim jika berada pada udara terbuka/ dipanaskan. Menyublim adalah peristiwa perubahan tingkat wujud padat ke bentuk uap tanpa mengalami fase cair. Contohnya, memisahkan kamper (kapur barus) dan arang. Kampur barus yang bercampur dengan arang dapat dimurnikan dengan menuapkan kapur barus tersebut dan mendinginkan uap kapur barus murni yang ada.
Metode Sublimasi Tujuan
: memisahkan kamper dengan arang
Alat dan Bahan
:
1. Gelas kimia/ gelas ukur 2. Cawan 3. Pembakar spiritus 4. Arang 5. Kamper 6. Air atau es Cara Kerja 1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan 2. Masukkan campuran kamper dan arang dalam gelas kimia 3. Tutuplah gelas kimia dengan cawan yang diisi air atau es 4. Nyalakan pembakar spiritus dan panaskan campuran sampai terjadi penguapan 5. Setelah beberapa saat, amati zat yang menempel pada cawan bagian dalam Kristalisasi Metode kristalisasi adalah salah atu metode pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kelarutn zat dengan pelarutnya. Beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam memilih pelarut yang cocok, yaitu sbagai berikut: •
Pelarut hanya dapat melarutkan zat dalam keadaan panas, sedang dalam keadaan dingin hanya sedikit melarutkan. Berbeda dengan zat pengotor. Zat pengotor larut dalam keadaan dingin dan tidak melarut dalam keadaan panas.
•
Pelarut tidak bereaksi dengan zat yang akan dilarutkan.
•
Pelarut yang dipilih hendaknya memiliki titik didih rendah untuk mempermudah proses pengeringan kristal yang terbentuk. Titik leleh pelarut hendaknya lebih rendah daripada titik leleh zat padat yang dilarutkan supaya zat yang akan dilarutkan tidak terurai.
Dalam proses kristalisasi, ada beberapa cara yang dilakukan, yaitu sebagai berikut: •
Pendinginan
Larutan
didinginkan
perlahan-lahan
hinggaberbentuk
kristal.
Pendinginan
dihentikan jika sudah tidak terbentuk kristal lagi. Metode ini digunakan untuk zat yang kelarutannya semakin kecil jika suhu diturunkan. •
Penguapan solvent (pelarut)
Larutan merupakan campuran solvent (pelarut) dan solute (zat terlarut). Solvent setelah dipanaskan akan menguap dan yang ditinggal adalah kristalnya. Metode ini dipakai jika penurunan suhu tidak begitu mempenagruhi kelarutan zat dalam pelarutnnya. Pada umumnya, pelarut yang digunakan bertitik rendah. •
Evaporasi (adiabatis)
Metode ini dilakukan dalam ruang vakum. Larutan panas dimasukkan ke suatu tempat vakum dimana tekanan totalnya lebih rendah dari tekanan solventnya. Pada suhu saat larutan dimasukkan ke ruang vakum, sovent akan menguap cepat dan penguapan tersebut menyebabkan pendinginan secara adiabatis. •
Salting out
Prinsipnya adalah menambah zat untuk mengurangi zat yang akan dikristalkan. Zat ketiga tersebut harus bersifat menurunkan daya larut solvent jika diaduk rata. Kristal akan terbentuk, jika daya suhu tersebut turun. Metode Kristalisasi Tujuan
: memisahkan zat padat dari larutannya melalui pengkristalan.
Alat dan Bahan
:
1. Air + garam
3. Kaki tiga
5. Pemanas spiritus
2. Gelas beker
4. Kasa
6. pengaduk
Langkah Kerja 1. Buatlah air laut dengan cara mencampur air dan garam, ke dalam gelas beker 2. Panaskan di atas nyala api spiritus, sambil di aduk, hingga air menguap secara keseluruhan. 3. Amati apa yang terjadi? 4. Dinginkan
E. Skenario Pembelajaran Pertemuan ke-1 Model/Strategi/Pendekatan /Metode 1. Model
: Inkuiri
2. Strategi
: STAD
3. Pendekatan : Keterampilan Proses 4. Metode
: Praktikum
Langkah – langkah pembelajaran Kegiatan
Rincian
Waktu 10 menit
KEGIATAN AWAL Pendahuluan •
Guru mengajak siswa ke laboratorium
•
Guru mengkondisikan fisik kelas melalui kegiatan: memberi salam, dan mengabsen siswa
KEGIATAN INTI (Tahap
Guru menginformasikan tentang tujuan yang akan 65 menit
Penyajian dicapai pada materi kristalisasi dan sublimasi
Materi)
dengan metode praktikum. Eksplorasi
(Tahap
Kegiatan •
Kelompok)
Guru memulai pelajaran dengan mengecek prasyarat tentang pengertian dan prinsip dasar metode kristalisasi dan sublimasi
•
Guru memberikan gambaran atau contoh tentang
kristalisasi
dan
sublimasi
dalam
kehidupan sehari-hari Elaborasi •
Guru mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok dengan cara berhitung mulai dari angka 1 dan diakhiri dengan angka 6
•
Siswa mulai berhitung untuk membentuk kelompok
•
Guru mendata nama-nama kelompok sesuai
dengan hasil perhitungan, dimana terdapat 6 kelompok
yang
masing-masing
kelompok
terdiri dari 5 orang siswa •
Siswa
bergabung
dengan
kelompoknya
masing-masing sesuai dengan data yang sudah ditetapkan •
Guru membagikan lembar petunjuk praktikum pada tiap-tiap kelompok
•
Guru memberikan sedikit gambaran tentang praktikum yang akan dilakukan
•
Guru
memberikan
praktikum
yang
penjelasan
akan
tentang
dilakukan.
Untuk
kelompok 1, 3, 5 melakukan praktikum pemisahan kimia dengan metode kristalisasi. Untuk kelompok 2, 4, 6 melakukan praktikum pemisahan kimia dengan metode sublimasi •
Siswa menyiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk praktikum
•
Guru mengecek alat dan bahan yang sudah disiapkan oleh siswa
•
Guru mempersilahkan siswa untuk melakukan praktikum
•
Siswa memulai praktikum sesuai dengan bagian yang sudah ditetapkan oleh guru
•
Guru mengawasi jalannya praktikum
•
Guru memberi jalan keluar bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam praktikum
•
Guru memberi pertanyaan terhadap masingmasing
kelompok
ketika
praktikum
berlangsumg •
Guru memberi arahan bagaimana melakukan praktikum yang benar dan tepat
•
Guru meminta siswa untuk membuat laporan
sementara pada masing-masing kelompok •
Siswa
membuat
laporan
sementara
pada
masing-masing kelompok •
Guru mengoreksi laporan sementara
•
Guru
mengembalikan
laporan
sementara
kepada siswa •
Guru meminta perwakilan dari masing-masing kelompok
untuk
mempresentasikan
hasil
laporan sementara •
Guru
memberikan
kesempatan
kepada
kelompok lain yang hendak bertanya kepada presentator •
Guru dan siswa menyimpulkan dari hasil praktikum yang sudah dilakukan
Konfirmasi (Tahap Pelaksanaan • Tes Individu) (Tahap Perhitungan Skor)
untuk menyamakan persepsi mengenai prinsip dasar praktikum yang dilakukan
•
Tahap Penghargaan)
Diskusi kelompok tentang hasil praktikum
Latihan soal untuk merefleksikan pemahaman konsep
•
Siswa melaksanakan tes secara individu.
•
Guru dan siswa menghitung skor hasil tes.
•
Guru
memberikan
penghargaan
kepada
kelompok dengan skor tertinggi. KEGIATAN
•
AKHIR
Guru memberikan tugas untuk membuat 5 menit laporan individu
•
Guru mengucapkan salam penutup
F. Instrumen: 1.
Zat apakah yang menempel pada cawan bagian dalam pada pemisahan campuran dengan metode sublimasi?
2.
Prinsip apa yang dipakai pada pembuatan garam dari air laut?
3.
Zat apa yang tersisa dalam gelas beker setelah pendinginan pada proses pemisahan campuran dengan metode kristalisasi?
G. Penilaian Jenis tagihan
: Tugas Laporan Kelompok , Lembar Kerja Siswa
Bentuk instrumen
: Laporan tertulis, Penilaian sikap
H. Sumber, Bahan dan Alat •
Sumber : Teguh Sugiyarto dan Eny Ismawati, 2008, Ilmu Pengetahuan Alam, Jakarta: Pusat Perbukuan Supriyana dan Ery Cristiantie, 2006, IPA Kimia, Jakarta: Erlangga; Anni Wanarsih dkk, 2008, IPA Terpadu, Jakarta: Pusat Perbukuan Sri Rahmini, 2007, IPA Terpadu, Semarang: Aneka Ilmu
•
Alat Petunjuk Praktikum. Lembar Kerja Siswa
Lampiran 3 Siklus II RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VII/1 Pertemuan ke: 1-2 Alokasi Waktu : 4 jam pelajaran Standar Kompetensi : 1. Memahami berbagai sifat dalam perubahan fisika dan kimia
A. Kompetensi Dasar
:
1.1. Melakukan pemisahan campuran dengan bebagai cara berdasarkan sifat fisika dan sifat kimia B. Indikator : Pertemuan ke-1 (2 jam pelajaran) 1. Menjelaskan prinsip dasar pemisahan campuran dengan metode filtrasi (penyaringan) dan metode kromatografi 2. Melakukan percobaan pemisahan campuran dengan metode filtrasi (penyaringan) dan metode kromatografi C. Tujuan : 1. Siswa dapat menjelaskan dasar pemisahan campuran dengan metode filtrasi (penyaringan) dan metode kromatografi 2. Siswa dapat melakuka percobaan pemisahan campuran dengan metode filtrasi (penyaringan) dan metode kromatografi D. Materi Pembelajaran Pertemuan ke-1 (2 jam pelajaran) Filtrasi (penyaringan) Metode penyaringan cocok untuk memisahkan zat padat dari cairannya atau memisahkan zat-zat yang mempunyai perbedaan kelarutan. Pemisahan dengan metode ini didasarkan pada perbedaan ukuran dan perbedaan kelarutan suatu zat. Penyaringan adalah metode yang digunakan untuk memisahkan campuran menjadi komponen (zat) penyusun berdasarkan perbedaan ukuran partikelnya (bisa berupa cairan dengan padatan atau padat
dengan padat) dan melewatkan pada sringan berpori. Penyaringan yang dilakukan di laboratorium biasanya menggunakan kertas saring. Kertas saring memiliki pori-pori yang relatif kecil, sehingga akan menahan partikel suspensi. Dalam proses penyaringan menghasilkan residu dan filtrat. Residu yaitu zat padat yang tertahan oleh kertas saring, sedangkan filtrat yaitu zat cair yang melewati kertas saring. Metode Filtrasi atau penyaringan Tujuan
: menyaring air keruh dengan pasir
Alat dan bahan
:
1. Botol air mineral 1,5 liter
5. Air keruh
2. Pasir
6. Kapas
3. Kerikil
7. Penyangga
4. Arang Langkah Kerja 1. Potong bagian bawah botol air mineral! 2. Cuci pasir dan kerikil hingga bersih! 3. Masukkan bahan-bahan! 4. Masukkan air tanah/ air keruh ke dalam botol! Amati warna ini sebelum di saring! 5. Tampunglah air yang mengalir lewat mulut botol! 6. Catat waktu untuk menyaring 100 ml air kotor hingga menjadi air jernih! 7. Amati zat yang tertinggal pada bagian atas botol!
Kromatografi Kromatografi adalah metode campuran berdasarkan perbedaan daya rambat zat dalam campuran pada suatu medium perambatan. Kromatografi biasanya digunakan untuk keperluan analisis kimia dan analisis senyawa alam. Ada tiga metode kromatografi, yaitu kromatografi kertas, kromatografi kolom, dan kromatografi gas. Biasanya kromatografi digunakan untuk pemisahan zat warna. Salah satu contoh kromatografi kertas adalah pemisahan campuran warna tinta. Pemisahan pada tinta dapat dilakukan sebagai berikut: •
Tinta diteteskan pada ujung kertas saring kemudian dibiarkan mengering.
•
Ujung kertsa tadi dimasukkan dalam air sedalam 1 cm dan kertas saring dipasang tegak.
•
Air akan merambat naik dan tinta akan ikit naik kemudian memisah menjadi beberapa warna.
Metode Kromatografi Tujuan
: memisahkan zat warna tinta melalui kromatografi.
Alat dan Bahan
:
1.
Spidol hitam, merah, dan biru
2.
Kertas saring berukuran 0,5 cm x 10 cm
3.
Gelas kimia ukuran 250 ml
4.
Alkohol
5.
Lidi atau stik bambu atau pengaduk
Cara Kerja 1. Tetesi atau beri titik kertas saring dengan spidol atau tinta hitam! 2. Iktakan ujung kertas saring yang jauh dari titik atau tetesan tinta pada lidi atau stik bambu! 3. Isilah gelas kimia dengan alkohol setinggi 2 cm dari dasar gelas! 4. Pasanglah kertas saring yang terpasang pada lidi atau stik bambu pada mulut gelas dengan posisi menggantung dengan ujung tercelup pada alkohol! 5. Usahakan jangan sampai titik/ tetesan tinta hitam pada kertas saring tercelup dalam alkohol! 6. Kemudian amatilah yang terjadi pada kertas saring yang telah ditetesi atau diberi titik tinta hitam!
E. Skenario Pembelajaran Pertemuan ke-1 Model/Strategi/Pendekatan /Metode 1. Model
: Inkuiri
2. Strategi
: STAD
3. Pendekatan : Keterampilan Proses 4. Metode
: Praktikum
Langkah – langkah pembelajaran Kegiatan
Rincian
Waktu 10 menit
KEGIATAN AWAL Pendahuluan •
Guru mengajak siswa ke laboratorium
•
Guru mengkondisikan fisik kelas melalui kegiatan: memberi salam, dan mengabsen siswa
KEGIATAN INTI (Tahap
Guru menginformasikan tentang tujuan yang akan 65 menit
Penyajian dicapai pada materi filtrasi (penyaringan) dan
Materi)
kromatografi dengan metode praktikum. Eksplorasi
(Tahap
Kegiatan •
Kelompok)
Guru memulai pelajaran dengan mengecek prasyarat tentang pengertian dan prinsip dasar metode filtrasi (penyaringan) dan kromatografi
•
Guru memberikan gambaran atau contoh tentang
filtrasi
dan
kromatografi
dalam
kehidupan sehari-hari Elaborasi •
Guru mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok dengan cara berhitung mulai dari angka 1 dan diakhiri dengan angka 6
•
Siswa mulai berhitung untuk membentuk kelompok
•
Guru mendata nama-nama kelompok sesuai dengan hasil perhitungan, dimana terdapat 6 kelompok
yang
masing-masing
kelompok
terdiri dari 5 orang siswa •
Siswa
bergabung
dengan
kelompoknya
masing-masing sesuai dengan data yang sudah ditetapkan •
Guru membagikan lembar petunjuk praktikum
pada tiap-tiap kelompok •
Guru memberikan sedikit gambaran tentang praktikum yang akan dilakukan
•
Guru
memberikan
praktikum
yang
penjelasan
akan
tentang
dilakukan.
Untuk
kelompok 1, 3, 5 melakukan praktikum pemisahan kimia dengan metode filtrasi. Untuk kelompok 2, 4, 6 melakukan praktikum pemisahan kimia dengan metode kromatografi kertas •
Siswa menyiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk praktikum
•
Guru mengecek alat dan bahan yang sudah disiapkan oleh siswa
•
Guru mempersilahkan siswa untuk melakukan praktikum
•
Siswa memulai praktikum sesuai dengan bagian yang sudah ditetapkan oleh guru
•
Guru mengawasi jalannya praktikum
•
Guru memberi jalan keluar bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam praktikum
•
Guru memberi pertanyaan terhadap masingmasing
kelompok
ketika
praktikum
berlangsumg •
Guru memberi arahan bagaimana melakukan praktikum yang benar dan tepat
•
Guru meminta siswa untuk membuat laporan sementara pada masing-masing kelompok
•
Siswa
membuat
laporan
sementara
pada
masing-masing kelompok •
Guru mengoreksi laporan sementara
•
Guru
mengembalikan
laporan
sementara
kepada siswa •
Guru meminta perwakilan dari masing-masing kelompok
untuk
mempresentasikan
hasil
laporan sementara •
Guru
memberikan
kesempatan
kepada
kelompok lain yang hendak bertanya kepada presentator • (Tahap Pelaksanaan Tes Individu)
Guru dan siswa menyimpulkan dari hasil praktikum yang sudah dilakukan
Konfirmasi
(Tahap Perhitungan • Skor)
Diskusi kelompok tentang hasil praktikum
Tahap
dasar praktikum yang dilakukan
Penghargaan)
•
untuk menyamakan persepsi mengenai prinsip
Latihan soal untuk merefleksikan pemahaman konsep
•
Siswa melaksanakan tes secara individu.
•
Guru dan siswa menghitung skor hasil tes.
•
Guru
memberikan
penghargaan
kepada
kelompok dengan skor tertinggi. KEGIATAN
•
AKHIR
Guru memberikan tugas untuk membuat 5 menit laporan individu
•
Guru mengucapkan salam penutup
F. Instrumen: 1. Sebutkan filtrat dan residu dari hasil kegiatan! 2. Apa perbedaan antara filtrat dan residu pada percobaan tersebut? 3. Bagaimana keadaan kertas saring yang ditetesi tinta hitam sebelum ujungnya dicelupkan pada alkohol? 4. Apa yang terjadi pada kertas saring yang telah ditetesi tinta hitam setelah ujungnya tercelup pada alkohol? 5. Bagaimana laju perambatan alkohol yang melalui tinta hitam jika dibandingkan dengan melalui tinta hitam yang dicelupkan dengan air?
6. Setelah rambatan alkohol sampai atas, ambil kertas saring dan keringkan! Ternyata ada beberapa warna yang terpisahkan, tuliskan warna apa yang terjadi? G. Penilaian Jenis tagihan
: Tugas Laporan Kelompok , Lembar Kerja Siswa
Bentuk instrumen
: Laporan tertulis, Penilaian sikap
H. Sumber, Bahan dan Alat •
Sumber : Teguh Sugiyarto dan Eny Ismawati, 2008, Ilmu Pengetahuan Alam, Jakarta: Pusat Perbukuan Supriyana dan Ery Cristiantie, 2006, IPA Kimia, Jakarta: Erlangga; Anni Wanarsih dkk, 2008, IPA Terpadu, Jakarta: Pusat Perbukuan Sri Rahmini, 2007, IPA Terpadu, Semarang: Aneka Ilmu
•
Alat Petunjuk Praktikum. Lembar Kerja Siswa
Lampiran 5 DAFTAR KELOMPOK PRAKTIKUM Kelompok 1:
Kelompok 2:
- Abdul Rosid
- A.LutfiAdi
- Ayu Anggraini
- Faridatul Khasanah
- Handoko
- Leliana Sadila
- Miftahul Janah
- Rifzal Fadhianto.A
- Vita Nandizah
- Widyaningrum
Kelompok 3:
Kelompok 4
- A.Ulil Albab
- Arif Budi Rukmana
- Mar’ah W
- Diah Nur B.H
- Rosa Realita
- Heni Septiani
- Irfan
- M.Muhson
- Umi Amaliya
- Rizki Wini.S
Kelompok 5:
Kelompok 6:
- Atok R
- Sukmawati P.S
- Khoirun Najih
- Bayu Trishnam
- Novendra Nisfulin.N
- Novita Sari
- Dyah Ayu N
- Nuzulun Ni’mah
- Siti Ismah
- Rela Putri S.A
Lampiran 6 NILAI PRA SIKLUS PESERTA DIDIK KELAS VII E MTs HIDAYATUS SYUBBAN
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
NAMA Abdul Rosid A.LutfiAdi A.UlilAlbab Arif Budi Rukmana Ayu Anggraini Atok R Bayu Trishnam Diah Nur B.H Dyah Ayu N Faridatul Khasanah Handoko HeniSeptiani Irfan KhoirunNajih LelianaSadila Mar’ah W M.Muhson MiftahulJanah NovendraNisfulin.N Novita Sari NuzulunNi’mah Rela Putri S.A RifzalFadhianto.A Rizki Wini.S Rosa Realita Siti Ismah SukmawatiP.S Umi Amaliya Vita Nandizah Widyaningrum
KKM 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65
Nilai 36 40 26 30 30 40 30 20 30 36 20 30 26 36 33 20 30 30 33 23 20 40 43 30 40 33 43 43 33 70
Pencapaian Ketuntasan Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas
Lampiran 7 Siklus I PETUNJUK PRAKTIKUM A. Tujuan : menyaring air keruh dengan pasir B. Landasan Teori : Penyaringan atau Filtrasi Penyaringan yang dilakukan di laboratorium biasanya menggunakan kertas saring. Kertas saring memilik pori-pori yang relatif kecil, sehingga akan menahan partikel suspensi. Penyaringan menghasilkan residu dan filtrat. Residu yaitu zat padat yang tertahan oleh kertas saring, sedangkan filtrat yaitu zat cair yang melewati kertas saring. C. Alat dan bahan
:
1. Botol air mineral 1,5 liter 2. Pasir 3. Kerikil 4. Arang 5. Air keruh 6. Kapas 7. Penyangga D. Cara Kerja 1. Potong bagian bawah botol air mineral! 2. Cuci pasir dan kerikil hingga bersih! 3. Masukkan bahan-bahan! 4. Masukkan air tanah/ air keruh ke dalam botol! Amati warna ini sebelum di saring! 5. Tampunglah air yang mengalir lewat mulut botol! 6. Catat waktu untuk menyaring 100 ml air kotor hingga menjadi air jernih! 7. Amati zat yang tertinggal pada bagian atas botol!
E. Data Pengamatan Zat yang tersaring
Zat yang tertinggal
F. Analisis Data/ Pertanyaan 1. Sebutkan filtrat dan residu dari hasil kegiatan! 2. Apa perbedaan antara filtrate dan residu pada percobaan tersebut? G. Keimpulan
PETUNJUK PRAKTIKUM A. Tujuan : memisahkan zat warna tinta melalui kromatografi B. Dasar Teori : Kromatografi adalah cara pemisahan dimana komponen-komponen yang akan dipisahkan didistribusikan antara dua fase. Salah satu fase disebut fase stasioner (fase tetap), dan fase mobile (fase bergerak). Ada tiga metode kromatografi, yaitu kromatografi kertas, kromatografi kolom, dam kromatografi gas. Biasanya kromatografi digunakan untuk pemisahan zat warna. C. Alat dan Bahan
:
1. Spidol atau tinta cair warna hitam 2. Kertas saring berukuran 0,5 cm x 10 cm 3. Gelas kimia ukuran 250 ml 4. Alkohol 5. Lidi atau stik bambu atau pengaduk D. Cara Kerja 1. Tetesi atau beri titik kertas saring dengan spidol atau tinta hitam! 2. Iktakan ujung kertas saring yang jauh dari titik atau tetesan tinta pada lidi atau stik bambu! 3. Isilah gelas kimia dengan alkohol setinggi 2 cm dari dasar gelas! 4. Pasanglah kertas saring yang terpasang pada lidi atau stik bambu pada mulut gelas dengan posisi menggantung dengan ujung tercelup pada alkohol! 5. Usahakan jangan sampai titik/ tetesan tinta hitam pada kertas saring tercelup dalam alkohol! 6. Kemudian amatilah yang terjadi pada kertas saring yang telah ditetesi atau diberi titik tinta hitam! E. Data Pengamatan Spidol Hitam Merah Biru
Jarak Perambatan
F. Analisis Data/ Pertanyaan 1. Bagaimana keadaan kertas saring yang ditetesi tinta hitam sebelum ujungnya dicelupkan pada alkohol? 2. Apa yang terjadi pada kertas saring yang telah ditetesi tinta hitam setelah ujungnya tercelup pada alkohol? 3. Bagaimana laju perambatan alkohol yang tidak melalui kertas tinta jika dibandingkan dengan yang melalui tinta hitam? 4. Setelah rambatan alkohol sampai atas, ambil kertas saring dan keringkan! Ternyata ada beberapa warna yang terpisahkan, tuliskan warna apa yang terjadi? G. Kesimpulan
Lampiran 8 Siklus II PETUNJUK PRAKTIKUM A. Tujuan : memisahkan campuran kamper dan arang B. Dasar Teori : Pemisahan campuran dengan sublimasi dilakukan pada zat-zat yang dapat menyublim. Sublimasi adalah perubahan zat dari wujud padat menjadi gas atau sebaliknya. C. Alat dan Bahan
:
1. Kamper 2. Arang 3. Es batu 4. Gelas kimia 5. Spiritus 6. Cawan D. Cara Kerja 1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan 2. Masukkan campuran kamper dan arang dalam gelas kimia 3. Tutuplah gelas kimia dengan cawan yang berisi es batu 4. Nyalakan pembakar spiritus dan panaskan campuran sampai terjadi penguapan 5. Setelah beberapa saat, amati zat yang menempel pada cawan bagian dalam E. Data Pengamatan Zat apa yang tertinggal dalam gelas
Zat apa pada yang menempel pada
kimia
cawan
F. Analisis data/ Pertanyaan 1. Perubahan apa sajakah yang terjadi pada percobaan ini? 2. Zat apakah yang menempel pada cawan bagian dalam? G. Kesimpulan
PETUNJUK PRAKTIKUM A. Tujuan : memisahkan zat padat dari larutannya melalui pengkristalan B. Dasar Teori Kristalisasi adalah salah satu metode pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kelarutan zat dengan pelarutnya. Dengan cara kristalisasi dapat dipeorleh zat padat yang lebih murni karena komponen larutan lainnya yang kadarnya lebih kecil tidak ikut mengkristal. C. Alat dan Bahan
:
1. Gelas beker
3. Kaki tiga
5. Pemanas spirirtus
2. Air + garam
4. Kasa
6. pengaduk
D. Cara Kerja 1. Buatlah air laut dengan cara mencampur air dan garam, ke dalam gelas beker 2. Panaskan di atas nyala api spiritus, sambil di aduk, hingga air menguap secara keseluruhan. 3. Amati apa yang terjadi? 4. Dinginkan! E. Data Pengamatan Zat yang tersisa pada gelas beker setelah proses pendinginan
F. Analisis Data/ Pertanyaan 1. Apa yang tersisa pada gelas beker stelah proses pendinginan? 2. Apakah kegiatan yang kamu lakukan sama dengan kegiatan yang dilakukan petani garam? 3. Prinsip apa yang dipakai pada pembuatan garam dari air laut? G. Kesimpulan
Lampiran 9 KISI-KISI SOAL SIKLUS I Standar Kompetensi : Memahami berbagai sifat dalam perubahan fisika dan kimia Kompetensi Dasar
: Melakukan pemisahan campuran dengan bebagai cara berdasarkan sifat fisika dan sifat kimia
Indikator
Kategori C1
Menjelaskan prisip dasar pemisahan kimia dengan metode penyaringan (filtrasi) dan kromatografi
Jumlah C2
C3
1
4
20
2
5
14
3
6
9
7
10
8
C4
C5
C6
15
11 12 17 Melakukan
percobaan
13
18
16
dengan
15
19
27
metode penyaringan (filtrasi)
24
21
dan kromatografi
28
22
pemisahan
kimia
25
23
30
15
26 29
Keterangan: C1 = Pengetahuan
C4 = Analisis
C2 = Pemahaman
C5 = Sintesis
C3 = Penerapan
C6 = Evaluasi
Lampiran 10 KISI-KISI SOAL SIKLUS II Standar Kompetensi : Memahami berbagai sifat dalam perubahan fisika dan kimia Kompetensi Dasar
: Melakukan pemisahan campuran dengan berbagai cara berdasarkan sifat fisika dan sifat kimia Indikator
Kategori
Menjelaskan prisip dasar pemisahan kimia dengan metode subimasi dan kristalisasi
C1
C2
C3
3
1
20
4
2
27
5
7
19
9
22
11
C4
Jumlah C5
C6
17
13 15 18 23 28 Melakukan percobaan pemisahan kimia dengan metode
6
8
12
sublimasi dan kristalisasi
16
10
17
26
14 21 24 29
Keterangan: C1 = Pengetahuan
C4 = Analisis
C2 = Pemahaman
C5 = Sintesis
C3 = Penerapan
C6 = Evaluasi
30
25
13
Lampiran 11 LEMBAR PENILAIAN ASPEK KOGNITIF SISWA SIKLUS I
NAMA : KELAS :
Berilah tanda silang pada salah satu huruf a, b, c, atau d di bawah ini dengan jawaban yang tepat! 1. Filtrasi (penyaringan) adalah cara pemisahan berdasarkan... a. perbedaan titik didih komponen campuran b. perbedaan ukuran partikel komponen campuran c. perbedaan kelarutan komponen campuran d. perbadaan massa jenis komponen campuran 2. Diketahui berbagai campuran sebagai berikut: (1) Larutan gula (2) Air sungai yang keruh (3) Alkohol 70% (4) Air kopi Yang dapat dipisahkan dengan cara penyaringan adalah... a. (1), (2), dan (3) b. (1), (2), dan (4) c. (2) dan (4) d. (1) dan (4) 3. Garam dapur yang kotor dapat dimurnikan melalui tahap-tahap... a. pelarutan, penyaringan, pengkristalan b. penyaringan, pelarutan , pengkristalan c. penyaringan, pelarutan, penyulingan d. pelarutan, penyaringan, penyulingan 4. Untuk membuat air tawar dari air laut dapat dilakukan melalui... a. penyaringan
c. destilasi
b. penguapan
d. sublimasi
5. Cara praktis untuk memisahkan campuran air dengan minyak tanah adalah... a. menyuling
c. destilasi bertingkat
b. menyaring
d. menggunakan corong pisah
6. Campuran air-alkohol dapat dipisahkan melalui... a. penyaringan
c. penyulingan
b. pengkristalan
d. destilasi bertingkat
7. Fungsi klorin dalam pengolahan air bersih adalah untuk... a. menjernihkan air b. menurunkan keasaman air c. mensterilkan air d. memberi rasa sedap pada air 8. 1. Perbedaan titik didih 2. Perbedaan warna 3. Perbedaan ukuran partikel Pemisahan campuran dapat dilakukan berdasarkan nomor.... a. 1 dan 2
c. 2 dan 3
b. 1 dan 3
d. 1, 2, dan 3
9. Di bawah ini adalah beberapa pemanfaatan dari pemisahan campuran, kecuali.... a. mendapatkan air bersih b. memperoleh kerosin pada pengolahan minyak bumi c. mendapatkan grafit d. mendapatkan minyak cengkih 10. Campuran minyak goreng dan air dapat dipisahkan dengan cara.... a. destilasi
c. filtrasi
b. sublimasi
d.kromatografi
11. Pemisahan dengan cara penyaringan dapat digunakan untuk.... a. memisahkan zat warna b. memisahkan minyak bumi dari residu c. mendapatkan ekstrak minyak atsiri d. menjernihkan air kotor dari parit 12. Dalam proses distilasi, arah air pendingin posisinya adalah.... a. searah dengan uap b. sejajar dengan masuknya air c. berlawanan arah dengan uap
d. berlawanan arah dengan masuknya air 13. Cairan hasil penyaringan disebut.... a. filtrat
c. filtrasi
b. residu
d. ampas
14. Zat-zat yang tertinggal pada kertas saring dalam penyaringan disebut.... a. ekstrak
c. filtrat
b. residu
d. filtrasi
15. Proses pemisahan campuran yang didasarkan pada kecepatan merambat antara partikel-partikel zat yang dicampur disebut.... a. sublimasi
c. kromatografi
b. penyulingan
d. Krisatalisasi
16. Pemisahan campuran dengan istilah distilasi juga disebut dengan metode.... a. penyaringan
c. kristalisasi
b. penyulingan
d. kromatografi
17. Metode pemisahan komponen zat warna (pigmen) disebut.... a. sublimasi
c. filtrasi
b. destilasi
d. kromatrogafi
18. Metode yang digunakan untuk metode pemisahan suspensi adalah.... a. metode filtrasi
c. metode sentrifugasi
b. metode destilasi
d. metode sublimasi
19. Alat-alat utama di bawah ini yang digunakan dalam proses distilasi adalah.... a. kondensor, corong pisah, kasa asbes, pembakar spiritus, dan termometer b. refluks, labu distilasi, kondensor, alat pemanas, dan termometer c. kaki tiga, alat pemanas, corong pisah, labu, dan tabung reaksi d. termometer, alat pemanas, beker gelas, corong, dan labu 20. Berikut ini merupakan teknik penyaringan yang baik adalah.... a. posisi pengaduk tegak di atas kertas saring, kemudian larutan dialirkan melalui pengaduk b. posisi pengaduk miring tepat pada kertas saring, kemudian larutan dialirkan c. posisi pengaduk didekatkan pada kertas, keidian larutan dialirkan d. posisi pengaduk miring dan didekatkan pada kertas, kemudian larutan dialirkan lewat pengaduk 21. Salah satu contoh sifat kimia adalah.... a. massa jenis
c. titik lebur
b. kepadatan
d. mudah berkarat
22. Cara yang tepat untuk memisahkan garam yang kotor dapat dari zat-zat pengotornya adalah.... a. filtrasi
c. destilasi
b. kristalisasi
d. kromatografi
23. Cara pemisahan yang digunakan untuk memperoleh bensin dari minyak bumi adalah.... a. filtrasi
c. destilasi
b. kristalisasi
d. sublimasi
24. Campuran berikut ini yang tergolong campuran homogen adalah.... a. larutan garam
c. susu
b. air kopi
d. air sungai
25. Cara penyaringan yang dapat dilakukan untuk membuat air tawar dan air laut adalah.... a. filtrasi
c. destilasi
b. kristalisasi
d. sublimasi
26. Campuran berikut ini tergolong campuran heterogen adalah.... a. air garam
c. air gula
b. air kopi
d. air sungai
27. Untuk membuat minyak wangi dari bunga melati, dapat dilakukan dengan cara….. a. filtrasi
c. destilasi
b. kristalisasi
d. sublimasi
28. Pengolahan air dengan cara penyaringan memiliki kelemahan, yaitu…. a. partikel-partikel yang berukuran besar ikut tersaring b. partikel-partikel tanah yang berukuran besar tidak tersaring c. partikel-partikel tanah yang berukuran kecil akan tersaring d. partikel-partikel tanah yang berukuran kecil akan tidak tersaring 29. Metode yang tepat untuk memisahkan campuran antara alkohol dengan serbuk yang tidak larut adalah…. a. sublimasi
c. kromatografi
b. kristalisasi
d. filtrasi
30. Untuk menganalisis jenis zat warna dalam sirup dapat dilakukan melalui... a. destilasi
c. kromatografi
b. filtrasi
d. sublimasi
Lampiran 12 LEMBAR PENILAIAN ASPEK KOGNITIF SIKLUS II
NAMA : KELAS :
Berilah tanda silang pada salah satu huruf a, b, c, atau d di bawah ini dengan jawaban yang tepat! 1. Untuk membuat minyak wangi dari bunga melati, dapat dilakukan dengan cara.... a. filtrasi
c. destilasi
b. kristalisasi
d. sublimasi
2. Cara yang tepat untuk memisahkan garam yang kotor dari zat pengotornya adalah.... a. destilasi
c. kristalisasi
b. kromatografi
d. filtrasi
3. Pengolahan air dengan cara penyaringan memiliki kelemahan, yaitu.... a. partikel-partikel tanah yang berukuran besar ikut tersaring b. partikel-partikel tanah yang berukuran besar tidak tersaring c. partikel-partikel tanah yang berukuran kecil akan tersaring d. partikel-partikel tanah yang berukuran kecil tidak tersaring 4. Pemisahan campuran air garam sehingga diperoleh garam dapat dilakukan didasarkan pada.... a. titik didih
c. titik didih
b. titik uap
d. titik lebur
5. Proses penyulingan dilakukan dengan dua tahap, yaitu.... a. penguapan dan pengembunan b. pengembunan dan penguapan c. pencairan dan pembekuan d. pembekuan dan pencairan 6. Proses pemisahan campuran yang didasarkan pada kecepatan merambat antara partikel-partikel zat yang dicampur disebut.... a. sublimasi
c. kromatografi
b. penyulingan
d. krisatalisasi
7. Pemisahan zat dengan penguapan terjadi pada kegiatan.... a. mendapatkan zat warna pada kunyit b. memisahkan minyak kelapa dari santan c. mendapatkan iodium dari garam beriodium d. memisahkan minyak sereh dari pohon sereh 8. Air sadah adalah air yang mengandung.... a. amonium
c. magnesium
b. kalium
d. natrium
9. Filtrasi merupakan metode pemisahan campuran yang berdasarkan pada.... a. persamaan ukuran partikel b. perbedaan kelarutan c. persamaan titik didih d. perbedaan ukuran partikel 10. Distilasi bertingkat juga disebut dengan istilah distilasi.... a. vakum
c. sederhana
b. fraksinasi
d. uap
11. Metode yang tepat untuk memisahkan campuran antara alkohol dengan serbuk yang tidak larut adalah... a. sublimasi
c. kromatografi
b. kristalisasi
d. filtrasi
12. Salah satu organ tubuh kita yang berfungsi sebagai filter atau penyaring adalah.... a. mata
c. kulit
b. telinga
d. hidung
13. Corong kaca pada proses sublimasi bisa digantikan dengan.... a. gelas kimia
c. gelas ukur
b. kaca hias
d. kaca arloji
14. Berikut ini yang tidak termasuk jenis kromatografi adalah.... a. kromatografi gas
c. kromatografi kertas
b. kromatografi keramik
d. kromatografi kolom
15. Pemisahan campuran berikut yang tidak menggunakan metode distilasi adalah.... a. mengambil emas dari air dan pasir b. mengambil bensin dari minyak mentah c. mengambil minyak cengkih dari bunga d. mengambil alokohol dari tetes tebu
16. Proses memurnikan garam dapur yang benar dilakukan dengan urutan langkahlangkah berikut.... a. pengkristalan, penguapan, pengeringan b. pelarutan, pengkristalan, penyulingan c. penyaringan, pelarutan, pengkristalan d. pelarutan, penyaringan, pengkristalan 17. Petani garam mendapatkan garam dari air laut dengan cara.... a. pengembunan
c. kristalisasi
b. penguapan
d. penguapan dan kristalisasi
18. Campuran minyak goreng dan air dapat dipisahkan dengan cara.... a. sublimasi
c. filtrasi
b. destilasi
d.kromatografi
19. Perubahan zat dari wujud padat menjadi gas atau sebaliknya disebut.... a. kristalisasi
c. sublimasi
b. penguapan
d. pengembunan
20. Penggunaan kertas saring berpori yang benar dalam proses penyaringan adalah.... a. enlemeyer
c. tabung reaksi
b. corong gelas
d. klem statif
21. Pemisahan campuran dengan filtrasi juga disebut metode.... a. kromatografi
c. penyulingan
b. kristalisasi
d. penyaringan
22. Pemisahan campuran dengan istilah disilasi juga disebut dengan metode.... a. penyaringan
c. kristalisasi
b. penyulingan
d. kromatografi
23. Metode yang paling tepat untuk memisahkan campuran air dengan serbuk belerang adalah.... a. sublimasi
c. kromatografi
b. kristalisasi
d. Filtrasi
24. Cairan yang dapat menembus kertas saring disebut.... a. filtrat
c. filtrasi
b. residu
d. ampas
25. Zat-zat yang tertinggal pada kertas saring dalam penyaringan disebut.... a. ekstrak
c. filtrat
b. residu
d. filtrasi
26. Pemisahan komponen-komponen penyusun campuran dapat dipisahkan dengan filtrasi yang disebut juga dengan.... a. penyulingan
c. residu
b. penyaringan
d. kristalisasi
27. pemisahan iodine dari campuran pasir-iodin dilakukan dengan metode…. a. kristalisasi
c. sublimasi
b. destilasi
d. ekstraksi
28. Di bawah ini adalah beberapa pemanfaatan dari pemisahan campuran, kecuali.... a. mendapatkan air bersih b. memperoleh kerosin pada pengolahan minyak bumi c. mendapatkan grafit d. mendapatkan minyak cengkih 29. Untuk memisahkan kamper dengan arang dapat dilakukan dengan cara..... a. sublimasi
c. destilasi
b. filtrasi
d. kromatografi
30. Metode yang digunakan untuk metode pemisahan suspensi adalah.... a. metode filtrasi
c. metode sentrifugasi
b. metode destilasi
d. metode sublimasi
Lampiran 13 KUNCI JAWABAN Latihan soal siklus I A. Pilihan Ganda 1. B
11. D
21. D
2. C
12. D
22. B
3. A
13. A
23. C
4. C
14. B
24. A
5. A
15. C
25. C
6. D
16. B
26. B
7. A
17. D
27. C
8. B
18. A
28. D
9. C
19. B
29. D
10. A
20.B
30. C
1. D
11. D
21. D
2. B
12. D
22. B
3. D
13. D
23. D
4. B
14. B
24. A
5. A
15. A
25. B
6. C
16. D
26. B
7. C
17. B
27. C
8. C
18. B
28. C
9. D
19. C
29. A
10. B
20. B
30. A
Latihan soal siklus II A. Pilihan Ganda
Lampiran 14 Rekapitulasi Hasil Belajar Kognitif Siswa PENILAIAN KOGNITIF SIKLUS I No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama Siswa
Abdul Rosid A.LutfiAdi A.Ulil Albab Arif Budi Rukmana Ayu Anggraini Atok R Bayu Trishnam Diah Nur B.H Dyah Ayu N Faridatul Khasanah Handoko Heni Septiani Irfan Khoirun Najih Leliana Sadila Mar’ah W M.Muhson Miftahul Janah Novendra Nisfulin.N Novita Sari Nuzulun Ni’mah Rela Putri S.A Rifzal Fadhianto.A Rizki Wini.S Rosa Realita Siti Ismah Sukmawati P.S Umi Amaliya Vita Nandizah Widyaningrum
KKM
65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65
Pencapaian Nilai
Ketuntasan
66 80 50 76 70 70 73 76 66 73 43 83 70 73 73 50 53 70 66 70 66 63 66 66 50 66 73 73 76 76
Tuntas Tuntas Belum tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum tuntas Belum tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
Lampiran 15 Rekapitulasi Hasil Belajar Kognitif Siswa PENILAIAN KOGNITIF SIKLUS II No
Pencapaian Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Abdul Rosid A.LutfiAdi A.Ulil Albab Arif Budi Rukmana Ayu Anggraini Atok R Bayu Trishnam Diah Nur B.H Dyah Ayu N Faridatul Khasanah Handoko Heni Septiani Irfan Khoirun Najih Leliana Sadila Mar’ah W M.Muhson Miftahul Janah Novendra Nisfulin.N Novita Sari Nuzulun Ni’mah Rela Putri S.A Rifzal Fadhianto.A Rizki Wini.S Rosa Realita Siti Ismah Sukmawati P.S Umi Amaliya Vita Nandizah Widyaningrum
Rata-rata
KKM
Nilai
65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65
83 83 90 73 80 80 80 80 80 93 86 73 86 93 93 83 93 70 83 83 86 86 86 86 80 80 93 93 86 86 80.5
Ketuntasan Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas 96.7%
Lampiran 16 PANDUAN SKORING AFEKTIF SISWA No Kriteria Penilaian 1 Kehadiran mengikuti praktikum Skor 5 Skor 4 Skor 3 Skor 2 Skor 1 2 Perhatian mengikuti praktikum Skor 5 Skor 4 Skor 3 Skor 2 Skor 1 3 Kerjasama kelompok diskusi Skor 5 Skor 4 Skor 3 Skor 2 Skor 1 4
Tanggung jawab Skor 5 Skor 4 Skor 3
5
6
Skor 2 Skor 1 Bertanya selama praktikum Skor 5 Skor 4 Skor 3 Skor 2 Skor 1 Kejujuran melakukan praktikum Skor 5 Skor 4 Skor 3 Skor 2 Skor 1
Keterangan
Selalu masuk dan tidak pernah terlambat Selalu masuk dan pernah terlambat Pernah tidak masuk dan tidak pernah terlambat Pernah tidak masuk dan sering terlambat Sering tidak masuk dan sering terlambat
Perhatian dan menyampaikan pendapat Perhatian dan jarang menyampaikan pendapat Perhatian dan tidak pernah berpendapat Kurang perhatian dan jarang berpendapat Kurang perhatian dan tidak pernah berpendapat Bekerjasama dalam kelompok dan selalu menyumbangkan ide Bekerjasama dalam kelompok dan kadang-kadang menyumbangkan ide Bekerjasama dalam kelompok dan tidak menyumbang ide Jarang bekerjasama dan jarang menyumbang ide Tidak pernah bekerjasama dalam kelompok dan tidak menyumbang ide Aktif melaksanakan tugas dari guru dan selesai tepat waktu Aktif melaksanakan tugas dari guru dan pernah selesai tidak tepat waktu Aktif melaksanakan tugas dari guru dan selesai tidak tepat waktu Kurang aktif melaksanakan tugas dari guru dan tidak selesai Tidak aktif melaksanakan tugas dari guru dan selesai tepat waktu Lima kali bertanya saat praktikum Tiga kali bertanya saat praktikum Dua kali bertanya saat praktikum Satu kali bertanya saat praktikum Tidak pernah bertanya saat praktikum
Tidak pernah bertanya kepada teman sewaktu mengerjakan tes Satu kali bertanya kepada teman sewaktu mengerjakan tes Dua kali bertanya kepada teman sewaktu mengerjakan tes Tiga kali bertanya kepada teman sewaktu mengerjakan tes Lima kali bertanya kepada teman sewaktu mengerjakan tes
7
8
Keaktifan dalam kegiatan praktikum Skor 5 Skor 4 Skor 3 Skor 2 Skor 1 Menghargai pendapat orang lain Skor 5 Skor 4 Skor 3 Skor 2 Skor 1
Selalu aktif dalam kegiatan praktikum pemisahan kimia Lima kali aktif dalam kegiatan praktikum pemisahan kimia Tiga kali aktif dalam kegiatan praktikum pemisahan kimia Satu kali aktif dalam kegiatan praktikum pemisahan kimia Tidak pernah aktif dalam kegiatan praktikum pemisahan kimia
Selalu menghargai pendapat orang lain, tidak ramai mendengarkan pendapat orang lain Pernah tidak menghargai pendapat orang lain, tidak ramai mendengarkan pendapat orang lain Kadang-kadang menghargai pendapat orang lain, tidak ramai mendengarkan pendapat orang lain Sering menghargai pendapat orang lain, tidak ramai mendengarkan pendapat orang lain Tidak menghargai pendapat orang lain, tidak ramai mendengarkan pendapat orang lain
dan dan dan dan dan
Lampiran 17 Rekapitulasi Hasil Belajar Afektif Siswa PENILAIAN AFEKTIF SIKLUS I 1 2 3 4 5 6 7 8 Jumlah % No Nama 1 Abdul Rosid 3 3 3 4 4 4 4 5 33 78% 2 A.LutfiAdi 3 3 3 4 4 4 5 3 32 78% 3 A.UlilAlbab 4 4 4 3 3 3 3 5 29 74% 4 Arif Budi Rukmana 3 3 4 4 3 5 4 4 29 74% 5 Ayu Anggraini 4 3 4 4 4 5 3 4 31 78% 6 Atok R 3 4 3 4 3 4 4 4 29 76% 7 Bayu Trishnam 3 3 4 4 4 3 3 5 29 70% 8 Diah Nur B.H 4 4 4 3 3 5 4 3 30 76% 9 Dyah Ayu N 4 4 3 3 4 3 3 5 29 76% 10 Faridatul Khasanah 4 4 3 4 4 5 2 5 31 76% 11 Handoko 3 4 3 3 4 4 3 4 28 76% 12 HeniSeptiani 4 4 3 3 3 4 4 5 30 78% 13 Irfan 3 3 3 4 4 5 5 4 31 76% 14 KhoirunNajih 3 4 4 3 3 4 5 5 34 76% 15 LelianaSadila 4 3 3 3 4 5 3 4 29 74% 16 Mar’ah W 4 4 3 3 4 4 3 4 29 74% 17 M.Muhson 3 4 3 4 3 4 4 3 28 74% 18 MiftahulJanah 3 4 4 4 4 5 4 3 31 76% 19 NovendraNisfulin.N 4 3 4 4 3 4 3 5 30 74% 20 Novita Sari 3 4 4 3 4 3 4 5 30 76% 21 NuzulunNi’mah 4 3 4 5 3 4 3 4 30 74% 22 Rela Putri S.A 5 5 3 3 4 4 4 3 31 74% 23 RifzalFadhianto.A 3 3 3 3 4 3 3 5 27 70% 24 Rizki Wini.S 3 4 4 4 3 4 3 5 30 76% 25 Rosa Realita 3 5 4 3 4 4 3 3 28 72% 26 Siti Ismah 4 3 4 4 4 4 2 3 28 72% 27 SukmawatiP.S 3 3 4 4 4 3 3 5 29 72% 28 Umi Amaliya 4 3 3 4 3 4 3 5 29 72% 29 Vita Nandizah 4 4 3 3 4 4 5 4 33 80% 30 Widyaningrum 4 4 3 4 3 4 4 3 29 74% Kategori Cukup Skor Maksimal = ∑ Aspek yang Dinilai x 5 Nilai =
∑
100%
Klasifikasi Hasil Aktivitas Kriteria Penilaian 85% - 100% = sangat baik 5 = sangat baik 69% - 84% = baik 4 = baik 53% - 68% = cukup 3 = cukup 37% - 52% = kurang 2 = kurang < 36% = gagal 1 = gagal Analisis Data Aspek Afektif Siklus I Berdasarkan data pada siklus I maka, diperoleh :
Ketuntasan Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik 74.65%
∑ aktivitas PD = 896 ∑ Peserta Didik = 30 ∑ Skor maksimum = 40 ∑ = !"# = $% = 29.86 ∑ . / . . &'()'*+,)' 100%
0 1".!#
100% = 3% = 74.86%
Kesimpulan ; Pencapaian aspek afektif peserta didik pada siklus I adalah 74.65%. Dengan hasil aspek afektif yang diperoleh ternyata belum mencapai indikator keberhasilan dan dibawah nilai rata-rata yaitu 29.86 Masih banyak kekurangan dan perlu perbaikan. Sehingga penerapan metode praktikum pada materi pemisahan kimia untuk meningkatkan hasil belajar kelas VII E MTs HidayatusSyubban harus melaksanakan pembelajaran lagi pada siklus II.
Lampiran 18 Rekapitulasi Hasil Belajar Afektif Siswa REKAPITULASIPENILAIANAFEKTIF SIKLUS II No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama Abdul Rosid A.LutfiAdi A.UlilAlbab Arif Budi Rukmana Ayu Anggraini Atok R Bayu Trishnam Diah Nur B.H Dyah Ayu N Faridatul Khasanah Handoko HeniSeptiani Irfan KhoirunNajih LelianaSadila Mar’ah W M.Muhson MiftahulJanah NovendraNisfulin.N Novita Sari NuzulunNi’mah Rela Putri S.A RifzalFadhianto.A Rizki Wini.S Rosa Realita Siti Ismah SukmawatiP.S Umi Amaliya Vita Nandizah Widyaningrum
1 3 5 4 5 4 3 5 5 4 4 4 5 3 5 5 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 3 4 4 4
2 3 4 4 3 4 4 4 5 5 3 4 5 4 4 4 3 3 5 5 5 5 5 5 5 3 5 4 4 4 5 3 3 4 3 4 4 4 5 4 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 3 5 4 3 4 5 4 3 4 Kategori
Skor Maksimal = ∑ Aspek yang Dinilai x 5 Nilai =
∑
100%
4 5 4 4 3 4 4 3 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 5 4 4 5 3 3 4
5 5 4 4 4 5 5 5 4 3 3 3 3 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 5 3 5 5 5
6 3 3 4 5 4 3 3 3 4 5 5 4 3 5 4 4 3 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5
7 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 5 5 3 5 4 5 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 5 4 4
8 4 5 3 3 3 4 4 3 4 4 5 5 5 4 3 4 3 3 4 4 5 4 4 4 4 3 4 4 4 4
Nilai 32 32 32 34 31 32 32 30 33 35 34 34 34 34 34 32 32 34 34 33 33 34 34 33 35 33 33 32 32 33
% 78% 82% 82% 82% 82% 82% 82% 78% 82% 86% 86% 86% 84% 86% 86% 82% 82% 76% 86% 84% 82% 82% 86% 84% 86% 82% 82% 82% 86% 82% Baik
Ketuntasan Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas 82.5%
Klasifikasi Hasil Aktivitas
Kriteria Penilaian
85% - 100% = sangat baik
5 = sangat baik
69% - 84%
= baik
4 = baik
53% - 68%
= cukup
3 = cukup
37% - 52%
= kurang
2 = kurang
< 36% = gagal
1 = gagal
Analisis Data Aspek Afektif Siklus II Berdasarkan data pada siklus II maka, diperoleh : ∑ aktivitas PD = 990 ∑ Peserta Didik
= 30
∑ Skor maksimum
= 40 ∑ =
=
!!" #"
= 33 $%&'%()*'% + =
∑ , - , , . ## /"
100%
100%
= 82.5% Kesimpulan : Pencapaian aspek afektif peserta didik pada siklus II adalah 82.5%. dari aspek afektif yang diperoleh ternyata sudah mencapai indikator, hal ini dikarenakan siswa sudah terbiasa dengan metode pembelajaran praktikum. Peserta didik sudah dapat bekerjasama dengan baik terhadap kelompoknya.
Lampiran 19 PANDUAN SKORING PSIKOMOTORIK SISWA No Kriteria Penilaian 1 Persiapan alat dan bahan Skor 5 Skor 4 Skor 3
2
3
Skor 2 Skor 1 Keterampilan menggunakan alat Skor 5 Skor 4 Skor 3 Skor 2 Skor 1 Penguasaan prosedur praktikum Skor 5
Keterangan Dapat menyiapkan alat dan bahan tanpa bantuan guru Dapat menyiapkan alat dan bahan dengan sedikit bantuan guru Dapat menyiapkan alat dan bahan dengan bantuan guru Dapat menyiapkan alat dan bahan tetapi kurang lengkap Tidak dapat menyiapkan alat dan bahan
Mengetahui alat, fungsi, dan penggunaanya Mengetahui alat dan fungsi tetapi tidak dapat menggunakan tidak mengetahui alat dan fungsi tetapi dapat menggunakan Mengetahui alat, tidak mengetahui fungsi dan penggunaan Tidak Mengetahui alat, fungsi dan penggunaan
Mampu melakukan praktikum tanpa membaca buku dan bantuan siapapun
Skor 4 Skor 3 Skor 2
Mampu melakukan praktikum sesekali membuka buku tanpa bantuan dari teman Mampu melakukan praktikum dengan membuka buku tanpa bantuan dari teman Mampu melakukan praktikum dengan membuka buku dan dengan bantuan teman
Skor 1 4
Kerjasama kelompok Skor 5
Mampu melakukan praktikum setelah membukan buku dan mendapat penjelasan dari teman Mampu bekerjasama dengan kelompok lain meski dalam keadaan sibuk
Skor 4 Skor 3
Mampu bekerjasama dengan kelompok lain meski tidak sibuk Mampu bekerjasama hanya dengan kelompoknya meski dalam keadan sibuk
5
Skor 2 Skor 1 Mengamati hasil percobaan Skor 5
Mampu bekerjasama hanya dengan kelompoknya ketika tidak sibuk Tidak mampu bekerjasama dengan siapapun Membaca hasil percobaan dengan teliti dan benar tanpa bantuan
6
Skor 4
guru Membaca hasil percobaan dengan teliti dengan bantuan guru
Skor 3
Membaca hasil percobaaan kurang teliti
Skor 2 Skor 1
Tidak Membaca hasil percobaaan Tidak bisa membaca hasil percobaaan
Menarik
dan
mempresentasikan kesimpulan Skor 5 Skor 4
Dapat menarik kesimpulan dengan benar, lengkap dan berani mempresentasikan Dapat menarik kesimpulan dengan benar, lengkap tetapi tidak berani mempresentasikan
Skor 3
Dapat menarik kesimpulan dengan benar, kurang lengkap dan tidak berani mempresentasikan
Skor 2 Skor 1
Kurang dapat menarik kesimpulan dengan benar, lengkap, dan tidak berani mempresentasikan Tidak dapat menarik kesimpulan dan tidak berani mempresentasikan
7
Merapikan kembali alat dan bahan Skor 5
Dapat mengembalikan alat dan bahan dengan semuanya tersusun rapi
Skor 4
Dapat mengembalikan alat dan bahan dengan sebagian besar sudah rapi
8
Skor 3 Skor 2 Skor 1 Membuat laporan sementara Skor 5
Dapat mengembalikan alat dan bahan dengan sebagian yang rapi Dapat mengembalikan alat dan bahan dengan tidak rapi Tidak dapat mengembalikan alat dan bahan sama sekali Dapat membuat laporan praktikum sementara lengkap dan sesuai dengan format yang diberikan guru
Skor 4 Skor 3
Dapat membuat laporan praktikum sementara lengkap kurang sesuai dengan format yang diberikan guru Dapat membuat laporan praktikum sementara kurang lengkap tetapi sesuai format guru
Skor 2 Skor 1
Dapat membuat laporan praktikum sementara kurang lengkap dan tidak sesuai format guru Tidak membuat laporan sementara dengan lengkap dan tidak sesuai
format guru
Lampiran 20 Rekapitulasi Hasil Belajar Psikomotorik Siswa PENILAIAN PSIKOMOTORIK SIKLUS I No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama Abdul Rosid A.LutfiAdi A.UlilAlbab Arif Budi Rukmana Ayu Anggraini Atok R Bayu Trishnam Diah Nur B.H Dyah Ayu N Faridatul Khasanah Handoko HeniSeptiani Irfan KhoirunNajih LelianaSadila Mar’ah W M.Muhson MiftahulJanah NovendraNisfulin.N Novita Sari NuzulunNi’mah Rela Putri S.A RifzalFadhianto.A Rizki Wini.S Rosa Realita Siti Ismah SukmawatiP.S Umi Amaliya Vita Nandizah Widyaningrum
1 2 3 5 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 5 3 3 3 5 3 5 3 4 3 4 3 5 4 4 3 3 3 4 5 4 4 3 4 5 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 5 4 3 4 3 3 4 3 4 4 4 3 4 3 3 5 4 5 4 4 4 4 4 3 3 5 3 3 4 3 5 3 5 3 4 3 4 4 Kategori
Skor Maksimal = ∑ Aspek yang Dinilai x 5 Nilai =
∑
100%
4 3 3 3 4 4 3 3 4 5 4 5 4 3 3 4 5 4 3 3 3 5 3 3 3 3 3 4 4 4 5
5 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 5 5 3 5 4 5 4 4 4 3 3 4
6 4 5 5 4 3 4 4 3 4 5 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 5 4 4 4
7 5 3 4 3 3 3 5 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 5 4 5 4 3 3 3 3 4 4 3
8 3 3 3 5 3 4 3 5 3 4 3 4 4 4 5 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4
Jumlah 30 29 27 29 29 29 29 30 30 29 30 30 30 29 29 30 30 29 29 31 31 30 30 30 30 28 29 30 30 31
Persentase 75% 72.5% 67.5% 72.5% 72.5% 72.5% 72.5% 75% 75% 72.5% 75% 75% 75% 72.5% 72.5% 75% 75% 72.5% 72.5% 77.5% 77.5% 75% 75% 75% 75% 70% 72.5% 75% 75% 77.5% 879
Ketuntasan Baik Baik Cukup Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik 73.25%
Klasifikasi Hasil Aktivitas
Kriteria Penilaian
85% - 100% = sangat baik
5 = sangat baik
69% - 84%
= baik
4 = baik
53% - 68%
= cukup
3 = cukup
37% - 52%
= kurang
2 = kurang
< 36% = gagal
1 = gagal
Analisis Data Aspek Psikomotorik Siklus I Berdasarkan data pada siklus I maka, diperoleh : ∑ aktivitas PD = 879 ∑ Peserta Didik
= 30
∑ Skor maksimum
= 40
= =
∑
!"#
%$= 29.3 &'()'*+,)' =
∑ . / . . 0 1#.$ 3%
100%
100%
= 73.25% Kesimpulan ; Pencapaian aspek psikomotorik peserta didik pada siklus I adalah 73.25%. Dengan hasil aspek psikomotorik yang diperoleh ternyata belum mencapai indikator keberhasilan dan dibawah nilai rata-rata yaitu 29.3. Masih banyak kekurangan dan perlu perbaikan. Sehingga penerapan metode praktikum pada materi pemisahan kimia untuk meningkatkan hasil belajar kelas VII E MTs Hidayatus Syubban harus melaksanakan pembelajaran lagi pada siklus II.
Lampiran 21 Rekapitulasi Hasil Belajar Psikomotorik Siswa PENILAIAN PSIKOMOTORIK SIKLUS II No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama Abdul Rosid A.LutfiAdi A.UlilAlbab Arif Budi Rukmana Ayu Anggraini Atok R Bayu Trishnam Diah Nur B.H Dyah Ayu N Faridatul Khasanah Handoko HeniSeptiani Irfan KhoirunNajih LelianaSadila Mar’ah W M.Muhson MiftahulJanah NovendraNisfulin.N Novita Sari NuzulunNi’mah Rela Putri S.A RifzalFadhianto.A Rizki Wini.S Rosa Realita Siti Ismah SukmawatiP.S Umi Amaliya Vita Nandizah Widyaningrum
1 5 3 4 5 3 4 4 5 5 5 4 4 5 5 3 4 5 3 5 4 4 3 4 4 4 4 3 5 4 4
2 3 3 5 5 4 4 3 5 5 5 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 5 4 4 4 5 4 4 5 3 5 4 5 4 4 5 3 5 3 4 4 3 4 5 5 3 4 5 4 4 3 5 4 5 5 4 4 5 5 4 Kategori
Skor Maksimal = ∑ Aspek yang Dinilai x 5 Nilai =
∑
100%
4 3 4 5 3 4 5 4 4 3 5 5 5 5 4 5 3 4 5 4 4 5 5 4 4 4 4 5 3 4 4
5 4 5 5 3 5 4 5 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 4 3 5 5 5 5 5 3 5 5 4 5 4
6 4 5 4 4 5 5 5 5 5 4 3 3 4 4 5 5 4 4 5 4 4 3 5 4 4 5 4 3 3 5
7 5 4 4 4 3 4 4 4 5 3 5 4 3 4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 5 4 5 5 4 5
8 4 3 4 4 4 4 5 3 5 4 4 4 5 5 3 3 3 5 5 5 5 3 5 4 5 4 3 5 5 3
∑ 33 33 33 33 33 35 34 34 35 33 33 33 33 35 33 33 35 34 32 33 30 33 35 34 33 34 34 34 34 34
% 82.5% 82.5% 82.5% 82.5% 82.5% 87.5% 85% 85% 87.5% 82.5% 82.5% 82.5% 82.5% 87.5% 82.5% 82.5% 87.5% 85% 80% 82.5% 75% 82.5% 87.5% 85% 82.5% 85% 85% 85% 85% 85% Baik
Ketuntasan Baik Baik Baik Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Baik Baik Baik Baik Sangat Baik Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik Baik Baik Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik 82.5%
Klasifikasi Hasil Aktivitas
Kriteria Penilaian
85% - 100% = sangat baik
5 = sangat baik
69% - 84%
= baik
4 = baik
53% - 68%
= cukup
3 = cukup
37% - 52%
= kurang
2 = kurang
< 36% = gagal
1 = gagal
Analisis Data Aspek Psikomotorik Siklus II Berdasarkan data pada siklus II maka, diperoleh : ∑ aktivitas PD = 990 ∑ Peserta Didik
= 30
∑ Skor maksimum
= 40
= =
∑
!!" #"
=33 $%&'%()*'% + =
∑ , - , , . ## /"
100%
100%
= 82.5% Kesimpulan ; Pencapaian aspek psikomotorik peserta didik pada siklus II adalah 82.5%. Dengan hasil aspek psikomotorik yang diperoleh sudah mencapai indikator keberhasilan, hal ini dikarenakan peserta didik sudah terampil dalam melakukan praktikum dan dapat mempresentasikan hasil laporan praktikum dengan baik.
JURNAL GURU
Responden yang terhormat, kami memohon anda untuk mengisi pertanyaan-pertanyaan yang ada dibawah ini sesuai dengan pendapat anda. Isilah dengan jelas dan singkat: 1. Bagaimana tangggapan dan kesan anda terhadap proses belajar mengajar dengan menggunakan metode praktikum pada materi pemisahan kimia? Komentar: ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………….. 2. Apa kendala atau kesulitan yang dialami selama proses belajar mengajar dengan menggunakan metode praktikum pada materi pemisahan kimia? 3. Apa kelebihan penerapan metode praktikum dibandingkan dengan metode pembelajaran sebelumnya? 4. Menurut pendapat anda bagaimana kesan terhadap kondisi kelas selama proses belajar mengajar dengan menggunakan metode praktikum pada materi pemisahan kimia? 5. Apakan anda tertarik untuk menerapakan metode praktikum dalam pembelajaran berikutnya?
FOTO-FOTO PENELITIAN
Siswa melakukan percobaan pemisahan kimia dengan metode kromatografi kertas
Siswa melakukan percobaan pemisahan kimia dengan metode filtrasi
Siswa melakukan percobaan pemisahan kimia dengan metode kristalisasi
Siswa melakukan percobaan pemisahan kimia dengan metode sublimasi
Siswa membuat laporan sementara