UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BAHASA SISWA SMP MELALUI PENGGUNAAN STRATEGI BUDAYA LOKAL Sutadi & Adrian1 Email:
[email protected] Abstract Reading activity of Javanese language text of IXE year students of SMP 27 Semarang ispoorer compare with the reading actity of Indonesian language texts. They assume that learning Javanese language is very hard or defficult. Reading ability has a very significant role for reading aloud puppet story is lasier if it compared with reading dhandhangula song and reading Javanese text using Javanese letter, but the result has not tufilled KKM target. Based on the reasons above, it neede to carry out research for inclosing the result of reading aloud Ramayana puppet story through BBM (BolaBali Maca) strategi. The goal is to improve the result of the reading aloud the greade IXE learning about the story of Ramayana for student of SMP 27 Semarang. The basic theory includes reading aloud related to vocal, pronounciation, intonation, break, tempo, accentuation, read and read strategy and the strory of Ramayana. There are two cycles in this research each uses planning, procedure, action, observation and reflection. From the result of the research, there is improvement of the passing grade from 43,75% in pre test to 67,77% after getting class action in cycles 1 and 90,32% in cycles 2. Based on the result of the research,suggested that teachers use read and read strategy in ‘reading aloud’ learning. *** 1
Kepala SMPN 34 Semarang / Dosen UT Semarang
EDUGAMA | Volume 01, Nomor 01, Desember 2015
| 165
Kegiatan membaca teks berbahasa pada siswa SMP umumnya sangat kurang dibanding dengan kegiatan menyimak pada kegiatan berbahasa. Hal itu yang menjadikan anggapan belajar membaca dalam aspek bahasa sangat sulit. Keterampilan membaca memiliki peran sangat penting untuk semua pembelajaran. Pembelajaran membaca nyaring berbagai cerita, apa bila dibandingkan dengan membaca indah puisi lebih mudah, tetapi hasilnya belum memenuhi pencapaian KKM. Berdasarkan alasan tersebut diperlukan penelitian untuk meningkatkan hasil pembelajaran membaca nyaring cerita wayang Ramayana melalui strategi budaya lokal BBM (Bola-Bali Maca). Tujuannya meningkatkan hasil pembelajaran membaca nyaring cerita wayang Ramayana pada siswa kelas IXE SMP 27 Semarang. Landasan teori mencakupi membaca nyaring yang terkait dengan vokal, lafal, intonasi, jeda, tempo, aksentuasi, strategi BBM, dan cerita wayang Ramayana. Ada dua siklus dalam penelitian ini, masing-masing menggunakan prosedur perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Hasil penelitian terdapat peningkatan ketuntasan dari 43,75% pada pretes, setelah mendapat tindakan pada siklus I menjadi 67,77% dan pada siklus II 90,32%. Atas dasar hasil penelitian tersebut, disarankan guru menggunakan strategi BBM untuk pembelajaran membaca nyaring. Keywords: strategi budaya lokal BBM, membaca nyaring, wayang A. Pendahuluan Keterampilan membaca bagi siswa merupakan kegiatan yang setiap waktu dilakukan, tetapi membaca teks yang berbentuk
cerita
cerita dilakukan siswa ketika mendapat tugas dari guru. Artinya kegiatan membaca teks berbentuk cerita sangat kurang dibandingkan dengan kegiatan membaca teks berupa kabar
EDUGAMA | Volume 01, Nomor 01, Desember 2015
| 166
media massa, hal tersebut menimbulkan anggapan belajar bahasa khususnya membaca cerita dianggap sulit. Aspek membaca sebenarnya sudah mendapat porsi yang seimbang dengan aspek bahasa lainnya, kenyataannya hasil pembelajaran membaca nyaring berbentuk cerita masih kurang. Apabila dibandingkan dengan membaca indah puisi, membaca nyaring cerita berntuk cerita rakyat, cerita pendek, petikan novel lebih mudah tetapi hasilnya belum memenuhi pencapaian kriteria kektuntasan minimal (KKM sebesar 68). Memperhatikan kondisi tersebut, maka diperlukan upaya untuk meningkatkan pencapaian hasil belajar membaca nyaring berbagai cerita. Salah satu upaya yang
dilakukan adalah melalui penggunaan strategi pembelajaran yang variatif. Berdasarkan uraian tersebut maka diperlukan penelitian untuk meningkatkan hasil pembelajaran membaca nyaring bentuk cerita melalui strategi budaya lokal BBM (Bola-Bali Maca) pada siswa kelas IXE SMP Negeri 27 Semarang. Masalah dalam penelitian ini tidak semua aspek berbahasa namun dibatasi tentang membaca nyaring prosa sebagai berikut. 1) Bagaimanakah hasil pembelajaran membaca nyaring berbagai cerita strategi budaya lokal BBM pada siswa kelas IXE SMP Negeri 27 Semarang? 2) Bagaimanakah respon siswa kelas IXE SMP Negeri 27 Semarang dalam belajar membaca nyaring berbagai
EDUGAMA | Volume 01, Nomor 01, Desember 2015
| 167
cerita yang menerapkan strategi budaya lokal BBM? Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Membuktikan peningkatan hasil pembelajaran membaca nyaring berbagai cerita pada siswa kelas IX E di SMP Negeri 27 Semarang melalui penerapan strategi budaya lokal BBM. 2) Membuktikan respon siswa kelas IXE SMP Negeri 27 Semarang dalam belajar membaca nyaring berbagai cerita yang menerapkan strategi budaya lokal BBM. B. Landasan Teori Ada tiga hal yang perlu dikaji dalam landasan teori yaitu keterampilan membaca nyaring, strategi budaya lokal BBM, dan berbagai cerita. 1. Keterampilan Nyaring
Membaca
Membaca merupakan suatu kegiatan untuk merespon makna secara tepat terhadap lambang verbal yang tercetak atau tertulis. Oleh karena itu Mulyono menyatakan membaca sebagai proses memperoleh makna dari tulisan. Sehingga, dalam kegiatan membaca terjadi interaksi antara pembaca dengan teks bacaan. Dalam membaca nyaring, interaksi itu harus mampu menghasilkan vokal, lafal, intonasi, tempo, penjedaan, dan aksentuasi yang tepat. 2 Vokal dan lafal dalam bahasa Jawa tidak selalu sama dengan lambangnya atau tidak selalu sama dengan bahasa Indonesia. Vokal [a] pada suku kata terbuka dilafalkan seperti
2 Sendang Mulyono, 2002. Seni Baca Puisi. Lembaga Pengembangan Sastra dan Budaya Laboratorium Teater Sastra Indonesia-UNNES. h. 70
EDUGAMA | Volume 01, Nomor 01, Desember 2015
| 168
[o], misalnya kacamata dilafalkan[kocomoto], tetapi pelafalan vokal [a] harus dibaca [a] pada suku kata yang berakhir konsonan, misalnya [anak]. Pelafalan kata imbuhan juga mengalami perubahan dari kata dasar, misalnya kata dasar ana (ada) mendapat imbuhan di-ake, pelafalannya menjadi dianakake, seakan-akan dari kata dasar anak, bukan dianaake. Vokal [i] tetap dilafalkan [i] apabila pada suku kata yang terbuka berakhir dengan i, misalnya wingi, dilafalkan [wingi], tetapi vokal i mengalami perubahan menjadi[é] pada pelafalan suku kata yang berakhir dengan konsonan, misalnya wingit (gawat) dilafalkan [wingét]. Perubahan tersebut juga terjadi pada vokal u,e dan o. Vokal u tetap dilafalkan u apabila digunakan pada suku kata yang terbuka, misalnya buku[buku], tetapi akan berubah menjadi o pada suku kata yang berakhir
dengan konsonan, misalnya gunung [gunong]. Vokal o akan tetap dilafalkan o apabila digunakan pada konsonan terbuka, misalnya toko, tetapi akan berubah menjadi a, apabila digunakan pada suku kata yang berakhir konsonan, misalnya lombok [lambak]. Vokal e akan dilafalkan e apa bila pada penggunaan suku kata yang terbuka, misalnya rene [rene], tetapi pada suku kata yang berakhir konsonan menjadi [è], misalnya menek [mènèk]. Sedangkan unsur tempo, jeda dan intonasi tidak jauh berbeda dengan bahasa Indonesia. Dalam interaksi antara pembaca dan teks yang dibaca akan terjadi proses recoding dan decoding.3 Proses recoding terjadi ketika pembaca mengasosiasikan gambar3 Sujana, A.S.H. 1988. Modul Materi Pokok Membaca UT. Jakarta: Karunika. P. 56
EDUGAMA | Volume 01, Nomor 01, Desember 2015
| 169
gambar bunyi (tulisan) beserta kombinasinya dengan bunyibunyinya. Melalui proses decoding, gambar-gambar bunyi dan kombinasinya diidentifikasi, diuraikan kemudian diberi makna. Untuk memperoleh kemampuan membaca nyaring diperlukan tiga syarat, yaitu (a) kemampuan membunyikan lambang-lambang tulis, (b) penguasaan kosakata, dan (c) kemahiran berbahasa untuk menangkap makna. Pada saat membaca nyaring cerita wayang Ramayana perlu memperhatikan kemampuan ekspresi, yaitu vokal dan penghayatan. Aspek vokal mencakupi kejelasan ucapan (artikulasi), tempo, nada, aksentuasi, penjedaan, ketahanan, dan kelancaran suara. Aspek penghayatan mencakupi pemahaman isi, pemenggalan, intonasi, dan
ekspresi (Mulyono, 2008:46). Ada juga yang menyatakan bahwa aspek vokal meliputi tekanan, kejelasan ucapan (artikulasi), jeda, dan lagu atau intonasi .4 2. Strategi Pembelajaran BBM (Bola- Bali Maca) Strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Pressley dalam Sutadi5 menyatakan strategi
4 Mokh Doyin, 2007. Pelatihan Teknik Mendongeng untuk Guru Se- Jawa Tengah. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia – FBS UNNES. h. 6 5 Sutadi. 2010. Telaah Kurikulum Bahasa Jawa. Smarang. h. 60
EDUGAMA | Volume 01, Nomor 01, Desember 2015
| 170
belajar adalah operatoroperator kognitif yang terdiri atas proses–proses yang secara langsung terlibat dalam menyelesaikan suatu tugas (belajar). Sedangkan Sulistyono dalam Trianto (2007: 86) mendefinisikan strategi belajar sebagai tindakan khusus yang dilakukan oleh seseorang untuk mempermudah, mempercepat, lebih menikmati, lebih mudah memahami secara langsung, lebih efektif dan lebih mudah ditransfer ke dalam situasi yang baru. Teknik adalah suatu muslihat, daya upaya dalam menyajikan bahan pembelajaran (Puslata Universitas Terbuka, 2008). Pendekatan adalah seperangkat asumsi yang bersifat aksiomatik mengenai hakikat bahasa, pengajaran bahasa, dan belajar bahasa
yang digunakan sebagai landasan dalam merancang, melakukan dan menilai proses belajar-mengajar bahasa.6 Adapun istilah strategi pembelajaran BBM (Bola-Bali Maca) yang dalam penelitian ini sebenarnya merupakan varian dari teknik latihan. Strategi pembelajaran BBM suatu upaya mengembangkan kompetensi membaca nyaring pada diri siswa dengan cara melakukan latihan-latihan khusus dan berulang-ulang (bola-bali) pada semua aspek. Keenam aspek dalam membaca nyaring yang perlu ditekankan latihannya adalah aspek pengucapan kata yang menggunakan aksara legena, aksara th, dh, d, t, e, è, é dan kata yang menggunakan imbuhan lainnya, penjedaan
6 Puslata Universitas Terbuka. 2008. Rangkuman Mata Kuliah PGSD2205.
EDUGAMA | Volume 01, Nomor 01, Desember 2015
| 171
kalimat, serta pembacaan.
pelaguan
Kata-kata yang menggunakan aksara legena misalnya, kata lara sering dibaca/diucapkan loro. Kata toko sering dibaca dengan taka. Kata sega sering dibaca dengan séga atau sèga. Kata gethuk, dhadha, sering dibaca dengan getuk, dada. Kata duren sering dibaca dengan dhuren. Kata turu sering dibaca dengan thuru. Pelafalan kata jadian sering tidak tepat. Misalnya kata njupukake sering dibaca dengan njupuk-kake. Hal kedua yang sering menjadi kendala dalam membaca nyaring adalah penjedaan. Kurangnya pemahaman siswa terhadap satuan frasa dan klausa, serta pengenalan fungsi tanda baca sering menjadi penyebab hal ini. Kesalahan seperti ini dapat diminimalisasi dengan cara
memberikan tanda jeda pada tempat tertentu dalam kalimatkalimat yang akan dibaca. Misalnya, satu garis miring (/) untuk perhentian sementara dan tanda dua garis miring (//) untuk perhentian final. Hal ketiga yang perlu mendapat perlakuan khusus adalah penggunaan intonasi. Kualitas membaca nyaring bahasa Jawa siswa SMP Negeri 27 Semarang menjadi kurang baik karena mereka belum bisa menggunakan variasi intonasi ketika membaca. Cara mengatasi hal ini juga dapat dilakukan dengan melakukan latihan berulang sampai mereka memperolah intonasi yang tepat. Penekanannya berupa latihan berulang-ulang (bolabali), pada materi yang dianggap sulit atau sering salah. Secara teknis, kegiatan berlatih berulang-ulang disebut dengan
EDUGAMA | Volume 01, Nomor 01, Desember 2015
| 172
dril atau bola-bali dalam bahasa Jawa. Oleh karena itu, dalam penelitian ini hal itu disebut dengan strategi pembelajaran Bola-Boli Maca, atau disingkat dengan strategi BBM. 3. Cerita Wayang Ramayana Cerita wayang Ramayana mengisahkan Rama putera Ayodya yang akan naik tahta kemudian dibatalkan oleh Ibu Tirinya Dewi Kekayi, selanjutnya episode Rama mengembara sampai di hutan Dandaka. Dewi Sinta isteri Rama diculik oleh Rahwana, yang menjadikan kondisi Rama dalam kesulitan. Ketika Rama dan Lesmana dalam kebingungan mendapat bantuan oleh Jathayu bahwa Dewi Sinta Diculik oleh Raja Alengka. Perjalanan di hutan Rama menolong Sugriwa seekor monyet yang sedang bertengkar dengan saudaranya
yang bernama Subali yang serakah. Sugriwa mendapat pertolongan Rama terlepas dari saudaranya tersebut. Untuk balas budi Sugriwa, ia dan seluruh monyet di negara Kiskendha mengabdikan diri membantu Rama untuk merebut Dewi Sinta, slah satunya adalah Anoman yang menjadi utusan Rama. Karena ketahuan ketika menyusup di Alengka, akhirnya Anoman ditawan dan diberi hukuman obong. Anoman di bakar sampai api menyala ke seluruh wolayah Alengka, Anoman tidak mati tetapi apinya membakar seluruh wilayah Alengka. Episode wadyabala monyet dan Rama membuat tambak tersebut terkenal dengan episode Rama Tambak. Pada akhir cerita Dewi Sinta dapat diboyong ke negeri Ayodya.
EDUGAMA | Volume 01, Nomor 01, Desember 2015
| 173
C. Metode Penelitian
1. Lembar Penilaian Membaca Nyaring
Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 1 November s.d. 12 Desember 2010. Subjek penelitian ini terdiri dari 32 siswa kelas IXE SMP Negeri 27 Semarang. Ada tiga data nilai dalam penelitian ini, yaitu: a) nilai postes pada pra siklus, siklus pertama dan kedua. Data dikumpulkan dengan cara melaksanakan tes unjuk kerja. Naskah cerita wayang Ramayana ditentukan peneliti dengan memperhatikan terdapat kata yang mengandung:1) nglegena, 2) vokal e, é, è 3) pelafalan d, t, dh, th 4) kata jadian. Pengumpulan data dengan teknik tes unjuk kerja ini memerlukan dua instrumen, yaitu teks cerita wayang Ramayana, dan lembar penilaian yang berisi aspekaspek dan kriteria penilaiannya.
Instrumen penilaian membaca nyaring cerita wayang Ramayana yang mencakupi pengucapan kata tentang ketepatan lafal kata yang diucapkan, penjedaan, intonasi, seperti pada sajian berikut. Tabel 1 Instrumen Penilaian Unjuk Kerja Membaca Nyaring Cerita Wayang Ramayana No
Nama Siswa
Lafal
SKOR Penjedaan
Intonasi
Jum Lah Skor
Nilai Akhir
Kriteria penilaian: Setiap aspek diberikan skor 50. Skor 5, jika tidak ada kesalahan, 4 jika terdapat 1 kesalahan, 3 jika terdapat 2 kesalahan, 2 jika terdapat 3 kesalahan, 1 jika terdapat 4 kesalahan, 0 jika terdapat 5 atau lebih kesalahan. Nilai akhir diperoleh, NA: Jumlah skor yang diperoleh x100 Skor maksimal(15)
EDUGAMA | Volume 01, Nomor 01, Desember 2015
| 174
Yang dimaksud kesalahan di sini adalah terjadinya salah pelafalan kata (nglegena, e, è, é, t, th, d, dh, kata jadian ), penjedaan, atau intonasi. Data hasil penilaian dianalisis secara diskriptif komparatif. Caranya, nilai yang diperoleh dari pretes sebagai prasiklus, Siklus Pertama, maupun Siklus Kedua dibandingkan dengan Indikator Keberhasilan. Perbandingan ini akan menghasilkan presentase jumlah siswa yang Kurang Baik, Cukup Baik, dan Sangat Baik dalam membaca nyaring cerita wayang Ramayana, pada setiap tahap. Pada analisis selanjutnya, peningkatan kemampuan membaca yang dicapai oleh semua siswa dalam satu kelas (nilai klasikal) pada setiap tahap juga dibandingkan. Pembandingan ini akan diketahui persentase
peningkatan kemampuan membaca nyaring cerita wayang Ramayana dari tahap ke tahap berikunya. Dengan analisis deskriptif komparatif seperti di atas akan diketahui apakah ada peningkatan sejak sebelum diberikan perlakuan, setelah diberikan perlakuan pada Siklus Pertama, dan setelah diberikan perlakuan penerapan strategi BBM pada Siklus Kedua. Tingkat keberhasilan pembelajaran membaca nyaring cerita wayang Ramayana dengan menggunakan strategi pembelajaran BBM diukur berdasarkan indikator kinerja keberhasilan mengajar yang lazim digunakan dalam penilaian di kelas, yaitu persentase ketuntasan. Kriteria ketuntasan secara klasikal diukur dengan patokan persentase jumlah siswa yang
EDUGAMA | Volume 01, Nomor 01, Desember 2015
| 175
mencapai KKM (nilai > 68) sebesar minimal 75% dari seluruh siswa di kelas yang diteliti. Pembelajaran berhasil jika terdapat 75% - 100% siswa di kelas yang diteliti dapat mencapai nilai ≥ 68. Pembelajaran Tidak/Belum Berhasil jika 75% - 100% siswa di kelas meraih nilai < 68. 2. Prosedur Penelitian Penelitian ini ditempuh dalam dua siklus. Setiap siklus dilakukan melalui tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum kelas diberi pembelajaran membaca nyaring cerita wayang Ramayana dengan strategi BBM, diadakan pretes.
RPP, c) menyiapkan lembar penilaian, d) mempersiapkan perlengka pan pembelajaran. 2) Pelaksanaan; mencakupi langkah berikut ini. a) Menyampaikan tujuan. b) Menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membaca yaring. c) Siswa membaca cerita wayang Ramayana. d) Guru memberikan penilaian. e) Guru memberi komentar. f) Guru memberi contoh beberapa pembacaan kata yang perlu diperhatikan. g) Siswa dan guru menyimpulkan.
a. Prasiklus
3) Observasi; mengamati kegiatan siswa dari sisi cognitif, psikomotorik dan sikap.
1) Perencanaan; mencakupi beberapa langkah berikut ini: a) menentukan materi pembelajaran b) menyusun
4) Refleksi, mencakupi hal-hal berikut ini. a) Mencari upaya terbaik hal yang ditemukan pada kegiatan observasi. b)
EDUGAMA | Volume 01, Nomor 01, Desember 2015
| 176
Mengantisipasi perilaku siswa yang kurang optimal. b. Siklus I 1) Perencanaan, mencakupi langkah berikut ini.a) Menentukan materi pembelajaran. b) Menentukan strategi pembelajaran BBM (BolaBali Maca) c) Menentukan metode pembelajaran. d) Menyu-sun langkah langkah kegiatan belajar. e) Menyiapkan lembar penilaian. f) Mempersiapkan lembar pengamatan. g) Mempersiapkan perlengkapan. 2)
Pelaksanaan; mencakupi langkah berikut ini. a) Memperhatikan tujuan dan pretes pembelajaran. b) Siswa memperhatikan informasi dalam membaca nyaring. c) Menunjukkan kata-kata yang mengandung t, th, d, dh, e, è, é, serta kata
jadian untuk dibaca berulang-ulang. d) Guru memberi tanggapan tampilan siswa. e) Siswa membaca cerita wayang Ramayana secara bergantian. e) Guru memberikan penilaian. f) Guru memberi komentar secara klasikal hal-hal yang belum optimal. g) Guru memberi contoh beberapa pembacaan kata yang belum dapat dilakukan siswa. h) Siswa dan guru merefleksi pembacaan cerita wayang Ramayana. 3) Observasi; dilakukan dengan mengamati kegiatan siswa dalam hal kemampuan kognitif, psikomotorik, dan sikap dalam mengikuti pelajaran. 4) Refleksi, mencakupi hal-hal berikut ini. a) Mencari upaya terbaik dari hambatan yang ditemukan pada kegiatan
EDUGAMA | Volume 01, Nomor 01, Desember 2015
| 177
observasi. b) Mengantisipasi perilaku siswa yang kurang optimal. c. Siklus II 1) Perencanaan, Kegiatan perencanaan pada siklus II mencakup langkah berikut ini. (a) Menentukan materi pembelajaran. b)Menentukan strategi pembelajaran BBM (BolaBali Maca) dengan penyempurnaan siklus I. (c) Menentukan metode pembelajaran. (d) Menyusun langkahlangkah kegiatan belajar. (e) Menyiapkan lembar penilaian. (f) Mempersiapkan lembar pengamatan. (g)Mempersiapkan perlengkapan. 2) Pelaksanaan, mencakupi langkah berikut ini. a) Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran b) Guru memberi ulasan hasil penilaian pada siklus I dan memberi pretes. c) Guru menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membaca nyaring. d) Guru menunjukkan kata-kata yang mengandung t, th, d, dh, e, è, é, serta kata jadian untuk dibaca berulang-ulang dan lebih intensif. e) Guru memberi tanggapan tampilan siswa. f) Siswa membaca cerita wayang Ramayana secara bergantian. g) Guru memberikan penilaian. h) Guru memberi komentar hal-hal yang belum optimal. i) Guru memberi contoh beberapa pembacaan kata yang belum tepat. j) Siswa dan guru merefleksi pembelajaran. 3) Observasi, dengan cara mengamati kegiatan siswa dalam hal kemampuan
EDUGAMA | Volume 01, Nomor 01, Desember 2015
| 178
kognitif, psikomotorik, dan sikap dalam mengikuti pelajaran.
PERENCANAAN
REFLEKSI
4) Refleksi, mencakupi hal-hal berikut ini.a) Mencari upaya terbaik dari hambatan yang ditemukan pada kegiatan observasi. b)Mengantisipasi perilaku siswa yang kurang optimal. Setiap siklus dilakukan penilaian unjuk kerja, selanjutnya dilakukan pembandingan antara nilai hasil pretes, nilai hasil Siklus I dan nilai hasil Siklus II akan dapat diketahui ada atau tidak adanya peningkatan. PraSiklus
Siklus I Stratg Pembj BBM
Siklus II Stratg Pembj BBM
Nilai Pretes
Nilai Siklus I
Nilai Siklus II
Gambar 1 Bagan Prosedur Pelakasanaan Penelitian
SIKLUS 1
PELAKSANAAN
OBSERVASI
PERENCANAAN
REFLEKSI
SIKLUS 2
PELAKSANAAN
OBSERVASI
Gambar 2 Bagan Pelaksanaan Penelitian D. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Deskripsi Kondisi Awal Hasil Pretes Pretes dilakukan dalam bentuk tes unjuk kerja, yaitu siswa diperintah untuk membaca cerita wayang Ramayana yang telah ditentukan. Berikut ini data hasil pretes;dari 32 siswa, hanya 15 siswa (46,875%) yang mendapatkan skor 5 untuk aspek pelafalan. Sebanyak 17 siswa (53,125%) masih terdapat
EDUGAMA | Volume 01, Nomor 01, Desember 2015
| 179
kesalahan melafalkan kata. Dari 32 siswa, hanya 11 siswa (34,375%) yang mendapat skor 5 untuk aspek penjedaan, sebanysk 21 siswa (65,625%) masih terdapat kesalahan melakukan penjedaan. Dari 32 siswa, hanya 13 siswa (40,625%) yang memperoleh skor 5 untuk aspek intonasi, sebanyak 19 siswa (59,375%) belum tepat. Nilai akhir yang diperoleh siswa yang telah mencapai batas ketuntasan minimal (KKM ≥68) sebanyak 14 orang siswa (43,75%). 2. Deskripsi Hasil Pembelajaran Pada Siklus Pertama Hasil pembelajaran pada siklus pertama adalah sebagai berikut; dari 31 siswa, 19 siswa (61,12%) mencapai skor 5 dalam aspek pelafalan, 12 siswa (38,88%) masih terdapat kesalahan. Dari 31 siswa
sebanyak 19 siswa (61,12%) yang mencapai skor 5 pada skor penjedaan, sebanyak 12 siswa (38,88%) penjedaan belum tepat. Dari 31 siswa, terdapat 21 siswa (67,77%) yang mencapai skor 5 untuk aspek intonasi, 10 siswa (32,23%) lainnya belum tepat. Kemampuan membaca nyaring yang dicapai seluruh siswa pada ketiga aspek tersebut sebanyak 21 orang siswa (67,77%) yang mencapai KKM (nilai tuntas > 68), belum mencapai standar keberhasilan (ketuntasan) yang ditetapkan yaitu minimal 75% dari seluruh siswa. Dengan demikian masih perlu dilakukan tindakan berupa penerapan strategi BBM secara lebih intensif. Namun, sebelumnya dilakukan identifikasi hal yang menyebabkan belum tercapainya persentase ketuntuasan, antara
EDUGAMA | Volume 01, Nomor 01, Desember 2015
| 180
lain: a. mengidentifikasi katakata sukar diucapkan. Kata-kata sukar dalam bacaan Rama Sinta yang sering diucapkan secara tidak tepat oleh siswa misalnya Dewi Kosalya, ginadhanggadhang, narimakaken,
3. Deskripsi Hasil Pembelajaran Pada Siklus Kedua
kadherekaken, nggape, piyambakipun, kadherekaken, dan lain-lainnya. Kata-kata itu kemudian ditandai untuk kemudian dilatihkan berulangulang (bola-bali) secara benar. b. Bersama-sama siswa mengindentifikasi satuansatuan frasa dan klausa yang panjang dan rawan terjadinya salah penjedaan dengan memberi tanda garis miring(/), misalnya, Laksmana boten kirang weweka/ raseksa wanodya/ rayinipun Prabu Dasamuka/ lajeng karumpung grananipun saha kaperung talinganipun// Siswa memilih model yang disenangi, untuk berlatih intonasi secara berulang-ulang(bola-bali).
a. Pendahuluan: 1). presensi, 2) menjelaskan topik dan tujuan, 3) memotivasi dan apersepsi.
Siklus Kedua ini secara umum mencakup langkahlangkah sebagai berikut:
b. Langkah inti: 1) menjelaskan bahwa pembelajaran selumnya belum mencapai ketuntasan klasikal, 2) menjelaskan teknik membaca nyaring, 3) mengidentifikasi kata-kata yang sulit diucapkan, 4) memperhatikan contoh pembacaan, siswa berlatih secara berulang-ulang, 5) guru mengidentifikasi frasa dan klausa panjang, 6) siswa bersama guru menentukan letak jeda 7) guru memberi contoh pembacaan, siswa berlatih secara berulang-
EDUGAMA | Volume 01, Nomor 01, Desember 2015
| 181
ulang, 8) siswa menentukan model 9) siswa berlatih sesuai model secara berulang –ulang(bola-bali), 10) selama berlatih siswa latihan secara berkelompok agar bisa saling memberi masukan di antara mereka. c. Langkah penutup; Memberikan postes berupa tes tindakan, yaitu siswa membaca nyaring teks cerita wayang Ramayana berjudul Rama Sinta. Berdasarkan hasil refleksi dan intensifikasi penerapan strategi pembelajaran BBM, hasilnya sebagai berikut: dari 31 siswa, terdapat 27 siswa (87,09%) mampu memperoleh skor 5 dalam aspek pelafalan, hanya 4 siswa (22,91%) yang tepat lafalnya. Dari 31 siswa , terdapat 28 siswa (90,32%) yang mencapai skor 5 untuk aspek penjedaan secara tepat, 3 siswa (9,68%) belum tepat.
Dari 31 siswa terdapat 29 siswa (93, 54%) yang mampu memperoleh skor 5, dan 2 siswa (6,46%) yang belum mampu. Jika dirata-rata hasil yang diperoleh adanya 28 siswa (90,32%) yang telah mencapai KKM (nilai tuntas > 68). Jumlah itu melebihi 75% dari seluruh siswa. 4. Pembahasan Hasil Respon Siswa dalam Belajar Membaca Nyaring Cerita Wayang Ramayana dari Siklus ke Siklus Data nilai hasil pretes menunjukkan dengan jelas bahwa, kemampuan siswa di kelas IXE dalam membaca nyaring cerita wayang Ramayana sangat rendah. Dari 31 siswa yang ada, hanya ada 15 siswa (46,87%) yang mencapai ketuntasan. Kondisi ini jelas sangat jauh dari ukuran keberhasilan pembelajaran,
EDUGAMA | Volume 01, Nomor 01, Desember 2015
| 182
yaitu dicapainya 75%. Kondisi awal yang demikian itu menjadi alasan pentingnya diterapkan pembelajaran dengan strategi BBM (Bola-Bali Maca). Setelah diterapkan dua kali, dapat diketahui adanya peningkatan yang hasil yang signifikan seperti terlihat pada grafik berikut ini. Grafik 1 Perkembangan Kemajuan Kemampuan Siswa dalam Membaca Nyaring Cerita Wayang Ramayana 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Pengucapan Kata
Penjedaan
Intonasi
Keterangan: = hasil pretes = hasil postes siklus pertama = hasil postes siklus kedua
Rerata
Pada hasil postes Siklus Pertama terjadi peningkatan cukup signifikan, walaupun belum mencapai 75%. Ini membuktikan bahwa penerapan strategi pembelajaran BBM pada Siklus Pertama telah menunjukkan kemajuan. Baru pada hasil postes pada Siklus Kedua, target ketuntusan mencapai 75%. Belum tercapainya target 75% ketuntasan pada Siklus Pertama sebagai akibat dari kurang optimalnya penerapan strategi pembelajaran BBM. Berkat optimalisasi itu akhirnya diperoleh pencapaian hasil belajar yang melebihi target. Aspek pengucapan dan intonasi mencapai 87%, aspek penjedaan mencapai 90%, dan kalau dirata-rata mencapai 93%. Dari proses penerapan itu, aspek intonasi ternyata dapat ditingkatkan. Sementara itu, aspek pengucapan dan penjedaan lebih merupakan
EDUGAMA | Volume 01, Nomor 01, Desember 2015
| 183
keterampilan teknis yang dapat dipelajari seseorang asalkan memahami prinsip-prinsip dasarnya. E. Penutup 1. Simpulan a. Penerapan strategi pembelajaran BBM terbukti mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas IXE SMP Negeri 27 Semarang. Peningkatan itu menunjukkan bahwa, strategi pembelajaran BBM menghasilkan prestasi hasil belajar sesuai dengan yang ditargetkan (75%). b. Aspek pengucapan, aspek penjedaan dan intonasi merupakan aspek yang secara teknis dapat ditingkatkan melalui strategi pembelajaran BBM . 2. Saran a. Temuan ini dijadikan sebagai referensi bagi guru bahasa Jawa ketika mengajarkan membaca nyaring.
b. Diadakan penelitian lebih lanjut mengenai strategi yang lebih tepat untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca nyaring.
EDUGAMA | Volume 01, Nomor 01, Desember 2015
| 184
BIBLIOGRAPHY Aqib Zinal et all. 2009. Penelitian Tan Kelas. Bandung, Yrama widya Arikunto Suharsimi. Bumiaksara.
2008.Penelitian
Tindakan
Kelas,
Jakarta
Doyin, Mokh. Pelatihan Teknik Mendongeng untuk Guru Se- Jawa Tengah. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia – FBS UNNES IGAK Wardani,. Kuswaya Wihardit. 2008. Materi Pokok Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Universitas Terbuka Moelono, A.M. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Indah Mulyono, Sendang. 2002. Seni Baca Puisi. Lembaga Pengembangan Sastra dan Budaya Laboratorium Teater Sastra IndonesiaUNNES _______________. 2008. Menfsirkan dan Membaca Puisi. Lembaga Pengembangan Sastra dan Budaya – Bandungan Institut Padmosoekotjo. 1987. Silsilah Wayang Purwa Mawa Carita. Surabaya. PT. Citra Jaya Murti Puslata Universitas Terbuka. 2008. Rangkuman Mata Kuliah PGSD2205 Rachman Maman.2008.Penelitian Kelas dalam Bagan.Semarang. Unnes.
EDUGAMA | Volume 01, Nomor 01, Desember 2015
| 185
SK Gubernur Jawa Tengah nomor 435.5/1/2010. Standar Isi Bahasa Jawa. Sujana, A.S.H. 1988. Modul Materi Pokok Membaca UT. Jakarta: Karunika. Sukarno. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Surakarta. Media Perkasa. Suparno. Mohamad Yunus . 2007. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta. Universitas Terbuka. Suroso. 2009.Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta. Pararaton Sutadi. 2010. Telaah Kurikulum Bahasa Jawa. Semarang._ Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Prestasi Pustaka. Jakarta Yatmana, Sudi. Padha Bisa Basa Jawa 3. Jakarta. Yudhistira
EDUGAMA | Volume 01, Nomor 01, Desember 2015
| 186