1
UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN1 MATA KULIAH FREIER VORTRAG II Oleh: Sulis Triyono dan Wening Sahayu
Abstrak Penelitian tindakan ini bertujuan untuk (1) meningkatkan partisipasi mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan Freier Vortrag II, (2) meningkatkan motivasi belajar mahasiswa, (3) meningkatkan sikap berani berbicara dalam bahasa Jerman di depan umum, dan (4) meningkatkan prestasi akademik mahasiswa pada mata kuliah Freier Vortrag II. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa semester tujuh tahun akademik 2000/2001 Prodi PB Jerman FBS UNY yang mengikuti mata kuliah Freier Vortrag II. Data dijaring melalui observasi, wawancara, angket, dan hasil ujian Freier Vortrag II. Penelitian dilakukan pada bulan September s.d. Nopember 2004. Langkah penelitian meliputi perencanaan, pelaksanaan kegiatan, penemuan fakta, dan analisis fakta. Penelitian tindakan ini terdiri atas dua siklus. Masing-masing siklus terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Siklus pertama berupa bimbingan dosen secara intensif, agar mahasiswa mampu mempersiapkan materi Freier Vortrag II dalam bahasa Jerman secara baik. Mahasiswa telah memanfaatkan waktu bimbingan secara maksimal atau sebanyak 100% melakukan bimbingan sekali, bimbingan dua kali sebanyak 76%, bimbingan tiga kali (16%), dan bimbingan empat kali (8%). Siklus kedua berupa bimbingan internsif dosen dan bimbingan psikologis oleh psikolog dan praktisi public speaking agar mahasiswa tidak merasa nervöus saat melakukan presentasi dalam bahasa Jerman di depan umum. Hasil penelitian menunjukan bahwa kesadaran mahasiswa untuk terlibat aktif dalam perkuliahan Freier Vortrag II meningkat. Penampilan mahasiswa pada saat presentasi tentang tema pariwisata menunjukkan adanya motivasi tinggi, lengkapnya media yang digunakan, dan penguasaan materi oleh mahasiswa pada saat presentasi dalam bahasa Jerman. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan ini dinyatakan berhasil. Hal ini dapat dilihat dari segi proses dan segi produk. Dari segi proses, tindakan-tindakan dalam penelitian ini mampu menciptakan suasana kondusif dalam proses belajar mengajar, mampu meningkatkan partisipasi mahasiswa dalam perkuliahan, dan mampu menumbuhkan motivasi mahasiswa dalam mengikuti Freier Vortrag II. Dari segi produk, penelitian ini mampu meningkatkan prestasi akademik mahasiswa. Hal ini ditunjukan dengan adanya peningkatan prestasi yang dicapai mahasiswa. Adapun mahasiswa yang memperoleh skor nilai A sebanyak 24%, nilai B 50%, dan yang memperoleh nilai C hanya 26%.
Kata kunci: Freier Vortrag
1
LITERA, Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Vol. 6 Nomor 1, Januari 2007 (Terakreditasi), ISSN 1412-2596, halaman 78-91.
2
A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Freier Vortrag atau presentasi/pidato tanpa teks dalam bahasa Jerman merupakan mata kuliah yang memiliki kesulitan cukup tinggi. Oleh karena itu, mata kuliah tersebut ditempuh pada semester enam untuk Freier Vortrag I dan pada semester tujuh untuk Freier Vortrag II. Mata kuliah ini ditempuh oleh mahasiswa setelah mereka melewati mata kuliah-mata kuliah dasar, seperti Hörverstehen IV (menyimak), Sprechfertigkeit IV (berbicara), Leseverstehen IV (membaca), dan Schreibfertigkeit IV (menulis). Berdasarkan urutan penguasaan materi dasar tersebut, diharapkan mahasiswa sudah mempunyai bekal yang memadai untuk mengekspresikan secara lisan bahasa Jerman atas materi-materi yang disajikan mata kuliah Freier Vortrag II dengan sebaik-baiknya. Sesuai dengan Kurikulum 2002, mata kuliah Freier Vortrag II (KKL) memiliki bobot 2 SKS, diselenggarakan sekali seminggu per kelas (ada 2 kelas paralel) dengan waktu penyelenggaraan 100 menit. Mata kuliah Freier Vortrag II menuntut kerja mandiri yang cukup tinggi. Dalam enam belas kali tatap muka, dosen memberikan perkuliahan sebanyak tiga tatap muka. Dalam kesempatan tersebut, dosen membahas seluruh tema objek wisata di luar DIY yang merupakan materi pokok yang akan dipresentasikan mahasiswa secara lisan dalam bahasa Jerman
secara
menyeluruh.
Tatap
muka
selanjutnya,
digunakan
mahasiswa
untuk
mempresentasikan tema objek wisata yang menjadi tanggung jawabnya. Materi ini dibuat dalam bentuk makalah dalam bahasa Jerman dan dipresentasikan secara lisan. Selama satu semester mahasiswa mempresentasikan makalah sebanyak dua kali, dengan materi yang berbeda yang ditentukan secara acak melalui undian. Oleh karena itu, banyaknya tatap muka atau perkuliahan bergantung pada jumlah mahasiswa yang mengikuti mata kuliah ini. Meskipun dosen hanya menggunakan tatap muka selama tiga kali pertemuan untuk membekali mahasiswa tentang materi yang akan dipresentasikan secara global, namun di luar kelas mahasiswa bebas berkonsultasi dengan dosen. Meskipun demikian, pada kenyataannya mahasiswa tidak menggunakan peluang ini dengan sebaik-baiknya. Terbukti hanya sebagian mahasiswa yang melakukan konsultasi secara intensif selama mereka mempersiapkan makalah
3
bahasa Jerman yang akan dipresentasikannya. Sebagian besar mahasiswa hanya melakukan konsultasi sebanyak sekali sebelum mereka mempresentasikan temanya. Berdasarkan hasil evaluasi tahun akademik 2002/2003, hanya 10% mahasiswa yang mampu mendapat nilai A pada matakuliah Freier Vortrag II. Kebanyakan mahasiswa hanya meraih nilai C. Dari performa mahasiswa saat presentasi, terlihat kebanyakan mahasiswa merasa nervöus saat presentasi di depan kelas. Selain itu, bahasa yang digunakan mahasiswa terkesan sangat text book, dan amat berbeda pada saat konsultasi. Hal ini disebabkan, mahasiswa menyadur materi yang dipresentasikan langsung dari buku acuan atau referensi bahasa Jerman tanpa diolah terlebih dahulu. Cara yang dilakukan ini justru akan menyulitkan mahasiswa sendiri. Pola gramatika, ungkapan-ungkapan dan kosa kata yang digunakan pada buku tersebut dimungkinkan masih asing bagi mahasiswa, sehingga kurang dipahaminya. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa ada permasalahan yang harus segera dibenahi. Melalui penelitian ini akan diupayakan solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Perasaan cemas dan gugup saat presentasi dan pemanfaatan waktu konsultasi untuk tema pariwisata yang kurang dimanfaatkan mahasiswa secara efektif, akan dicoba diatasi melalui dua siklus. Siklus pertama berupa bimbingan intensif pada mahasiswa untuk menyiapkan materi presentasi dalam bahasa Jerman. Melalui bimbingan intensif ini diharapkan mahasiswa akan terbantu menyelesaikan kesulitannya untuk mengungkapkan ide-idenya terkait dengan materi pariwisata yang akan dipresentasikan. Dengan persiapan yang matang ini diharapkan dapat menumbuhkan rasa percaya diri. Siklus kedua berupa pemberian materi dan teknik-teknik praktis yang perlu dikuasai mahasiswa dalam Freier Vortrag II. Selain tetap mengadakan bimbingan intensif pada mahasiswa, langkah yang ditempuh untuk merealisasi tujuan penelitian ini adalah berdasarkan gagasan Tripp (1990: 159) yaitu membuat perencanaan (planning), melaksanakan kegiatan (acting), menemukan fakta (fact finding), dan menganalisis fakta (analyzing). Indikator keberhasilan tindakan tersebut adalah sikap positif mahasiswa terhadap mata kuliah ini, meningkatnya motivasi belajar, partisipasi, dan prestasi akademik mahasiswa. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah upaya apakah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran mata kuliah Freier Vortrag II?
4
2. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) meningkatkan partisipasi mahasiswa dalam perkuliahan Freier Vortrag II; (2) meningkatkan motivasi belajar mahasiswa; (3) meningkatkan sikap berani berbicara bahasa Jerman di depan umum; dan (4) meningkatkan prestasi belajar Freier Vortrag II. 3. Landasan Teori Materi Freier Vortrag II adalah tema objek-objek wisata yang terdapat di seluruh wilayah Indonesia, khususnya daerah-daerah yang menjadi tujuan daerah wisata. Presentasi/pidato atau berbicara dalam bahasa Jerman tersebut merupakan kegiatan berkomunikasi atau berbicara dalam bahasa Jerman tanpa teks untuk tema pariwisata. Menurut Savignon (1972: 8) berbicara merupakan proses komunikasi lisan. Komunikasi akan terjadi jika terdapat kesepakatan mengenai arti dalam konteks bahasa antara sipembicara dengan pendengar. Kesesuaian arti dalam konteks bahasa itulah yang pada akhirnya menentukan efektif atau tidaknya suatu informasi yang disampaikan lewat komunikasi tersebut. Pembicaraan yang efektif tersebut dapat terjadi, apabila pesan yang disampaikan identik dengan pesan yang diterima (Hybel & Weaver, 1974: 3). Dengan demikian, walaupun pesan yang disampaikan itu baik dalam kaitannya dengan konteks bahasa, tetapi jika tidak dimengerti oleh penerima pesan, maka komunikasi tersebut menjadi tidak efektif. Oleh karena itu, diperlukan adanya persamaan persepsi dalam berkomunikasi agar kesepakatan mengenai arti itu dapat terjadi. Dalam pengajaran bahasa, persamaan persepsi atau kesepakatan mengenai arti dalam konteks bahasa, baik yang menyangkut aspek linguistik maupun aspek nonlingkuistik guna keberhasilan komunikasi tergantung dari tingkat kekompleksan bahan pembicaraan, tingkatan bahasa, kecepatan, keluwesan, keakuratan, kecocokan bahasan pembicaraan dengan situasi (Carroll, 1980: 31). Howatt (dalam Yagang, 1988: 16) berpendapat bahwa keterampilan komunikasi dipengaruhi oleh keterampilan mendengar pesan yang disampaikan oleh orang lain. Keterampilan mendengar pesan inilah yang menentukan berhasil tidaknya komunikasi, karena jika tidak mengerti pesan yang disampaikan orang lain, maka akan terjadi kesalahpahaman.
5
Apabila seseorang tidak mengerti pesan yang disampaikan orang lain tersebut komunikasi tidak akan efektif. Keterampilan mendengar pesan atau menyimak merupakan kemampuan dalam mengidentifikasi dan memahami apa yang dikatakan oleh orang lain. Pengertian ini mencakup pemahaman terhadap unit bunyi-bunyi, tatabahasa, kosakata, dan makna. Terkait dengan pemahaman terhadap tatabahasa dan kosakata berarti keterampilan menyimak ini menuntut adanya kemampuan yang manyangkut aspek linguistik. Yang terkait dengan pemahaman akan makna dan unit bunyi-bunyi berarti menuntut adanya kemampuan di bidang nonlinguistik, yang meliputi pemahaman akan situasi dan konteksnya serta pemahaman aspek suprasegmental. Beile (1983: 7) mengemukakan tiga proses dalam penguasaan keterampilan mendengarkan pesan yang disampaikan oleh orang lain atau keterampilan menyimak, yaitu meliputi (1) penguasaan menangkap pesan yang disampaikan oleh pembicara baik berupa penguasaan pelafalan kata maupun penguasaan intonasi, (2) melakukan identifikasi pada unsur leksikal, sintaksis, semantik dan suprasegmental dan berusaha memahami makna serta situasinya, dan (3) menyimpan semua informasi yang telah diperoleh tersebut ke dalam memori otaknya, sehingga dapat digunakan untuk mempermudah pemahamannya. Terkait dengan rasa cemas yang mendalam atau nervöus saat mempresentasikan materi di depan umum, baik di kelas maupun di luar kelas, ada beberapa strategi praktis yang dapat digunakan untuk meminimalkan rasa cemas itu. Menurut psikolog yang sekaligus sebagai praktisi public speaking, yang diundang sebagai salah satu kontributor dalam tindakan yang diambil dalam penelitian ini, bahwa adanya kesadaran untuk mengakui diri sendiri merasa gugup atau nervöus saat akan tampil di depan umum merupakan salah satu cara untuk menghalau kegugupan yang dirasakan. Cara lain adalah mempersiapkan dengan sebaik-baiknya tema-tema pariwisata untuk materi presentasi dalam bahasa Jerman yang akan dipresentasikan. Di samping itu, menghirup udara sedalam-dalam sebelum presentasi juga merupakan teknik sederhana untuk mengatasi rasa cemas tersebut.
6
B. Metode Penelitian Tindakan 1. Setting Penelitian Penelitian ini dilakukan di Program Studi Pendidikan Jerman FBS Universitas Negeri Yogyakarta. Sasaran penelitian adalah mahasiswa semester semester 7 tahun akademik 2003/2004, yang mengambil mata kuliah Freier Vortrag II. Penelitian berlangsung selama satu semester terhitung mulai bulan September dan berakhir pada bulan Nopember 2004. Tindakan-tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini ditujukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran mata kuliah Freier Vortrag II. Pada semester gasal 2003/2004, mata kuliah Freier Vortrag II ini diikuti oleh 42 mahasiswa, yang terbagi dalam 2 kelas yaitu kelas regular sebanyak 14 mahasiswa dan nonregular sebanyak 28 mahasiswa. Program Studi Pendidikan Bahasa Jerman FBS UNY memiliki ± 250 mahasiswa, yang berasal dari berbagai penjuru propinsi di Indonesia. Mahasiswa pada program studi ini juga memiliki latar belakang penguasaan bahasa Jerman yang beragam. Secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu mahasiswa yang sudah memiliki bekal bahasa Jerman dari SMA, dan mahasiswa yang belum pernah belajar Bahasa Jerman sama sekali. Adapun 37 mahasiswa berasal dari angkatan tahun akademik 2001/2002 dan sebanyak 4 mahasiswa berasal dari angkatan tahun akademik 2000/2001, dan hanya seorang berasal dari angkatan tahun akademik 1999/2000. Pelaksanaan perkuliahan Freier Vortrag II mengacu pada Kurikulum Program Studi Pendidikan Bahasa Jerman FBS UNY 2002. Berdasarkan kurikulum tersebut mata kuliah Freier Vortrag II diberikan satu kali dalam satu minggu dengan bobot 2 SKS (satuan kredit semester) dan berjenis KKL (kuliah kerja lapangan). Namun pada kenyataannya, perkuliahan dilaksanakan melebihi target 16 kali tatap muka dalam satu semester sesuai dengan waktu yang ditetapkan oleh kurikulum. Bahkan untuk semeter ini kuliah Freier Vortrag II telah dilaksanakan sebanyak 22 kali pertemuan. Hal ini disebabkan karakteristik mata kuliah Freier Vortrag II berbeda dari mata kuliah bahasa Jerman yang lain. Mata kuliah Freier Vortrag II merupakan mata kuliah praktek atau KKL yang menuntut kemampuan mahasiswa dalam berekspresi lisan dalam bahasa Jerman yang cukup tinggi. Artinya, mahasiswa dituntut berpresentasi/berpidato tanpa teks dalam
7
bahasa Jerman secara mandiri. Setiap mahasiswa memiliki kesempatan yang sama untuk melakukan presentasi/pidato tanpa teks dalam bahasa Jerman selama 20 – 30 menit dan tanya jawab atau diskusi berlangsung ± 30 menit. Tema yang dipresentasikan mahasiswa berkaitan dengan objek wisata luar wilayah DIY, yang mencakup tema objek wisata di seluruh wilayah Indonesia. Adapun tema presentasi Freier Vortrag II antara lain meliputi: Geschichte Indonesiens, Land und Leute (Regional und Staat), Regierung und Politik (Staat), Sprache (Regional und Staatsprache), Ökologie (Regional und Staat), Religionen in Indonesien, Flora und Fauna (Regional und Staat), Antiquietäten (Regional und Staat), Freiertage und Feste (Regional und Staat), Medizinische Versorgung (Regional), Javanische Weissheit, Dolschmesser (Regional), Reisevorbereitung (nach Indonesien), Sukuhtempel (Legende und Geschichte), Dieng Plateau, Reis, Tee, Tabakpflantasche, Kunst (Tanz, Batik), Kultur (Regional), Jakarta und seine Umgebung, Botanischer Garten (Regional und Staat), Bromo Plateau (Legende und Geschichte), Tangkuban Prahu (Legende und Geschichte), Leichverbrennung in Bali, Bevölkerung (Regional und Staat), Wirtschaft (früher und heute), Gusundheitversorgung (Regional und Staat), Klima (Regional und Staat), Ausrüstung (Regional und Staat), Verkehrsmittel (Auto, Zug, Schiff, Flüge), Toraja Land, Toba See, Heilbringer Mann, Baustil Javas, Baustil Minangkabaus, Baustil Sulawesis, Zeitzonen Indonesiens, Wertsachen (Regional und Staat). Tema-tema tersebut merupakan tema pariwisata yang terdapat di tanah air, dan sudah menjadi materi pokok di dunia pariwisata. Terkait dengan pemilihan materi wisata yang akan dipresentasikan, mahasiswa tidak boleh memilih sesuka hati. Pemilihan materi diacak secara random di depan kelas melalui teknik undian. Pengundian materi dilakukan satu minggu sebelum jadwal presentasi dilaksanakan. Sebelum mahasiswa mempresentasikan temanya, mereka perlu mempersiapkan diri baik dalam mencari sumber acuan, memilih, dan memilah materi-materi presentasi. Mereka juga perlu menyiapkan mental, fisik, dan materi kebahasa-jermanan. Mengingat Freier Vortrag II merupakan salah satu mata kuliah keterampilan bahasa Jerman tingkat lanjut yang diproyeksikan dapat membekali mahasiswa untuk siap bekerja di sektor pariwisata sebagai pemandu, maka mata kuliah ini menuntut performa tinggi atau penguasaan
8
bahasa Jerman yang handal oleh mahasiswa selama kuliah Freier Vortrag II. Mahasiswa harus mempresentasikan salah satu tema pariwisata tersebut di atas dalam bahasa Jerman seperti layaknya seorang guide atau pemandu wisata yang menceriterakan tema tersebut kepada wisatawan asing yang berbahasa Jerman, seperti kepada wisatawan yang berasal dari negara Jerman, Swiss, Austria, Lichtenstein, sebagian Luxemburg, Polandia, Denmark). Mahasiswa harus menguasai komunikasi dalam bahasa Jerman secara aktif. Mereka harus berpenampilan yang menarik dan berpakaian sopan. Bahkan mereka dituntut tidak berambut gondrong, tidak bertato, tidak merokok saat melakukan pemanduan di hadapan tamu asing. Sedangkan bagi pramuwisata perempuan tidak memakai celana panjang. Semua harus berpenampilan yang menarik dan berpakaian sopan sesuai dengan kode etik Himpuan Pramuwisata Indonesia. Mengingat luasnya cakupan materi yang harus dipresentasikan, terkadang mahasiswa belum tahu objek wisata yang akan diulas dalam Freier Vortrag. Dengan demikian, mahasiswa harus belajar dengan serius untuk mempersiapkan materi Freier Vortrag II dan harus mempersiapkan media yang diperlukan. Namun demikian, kenyataan yang terjadi pada mata kuliah Freier Vortrag II semester gasal tahun yang lalu dan Freier Vortrag I semester genap yang lalu, terlihat banyak mahasiswa kurang maksimal menggunakan waktu konsultasi yang disediakan dosen. Frekuensi konsultasi yang digunakan mahasiswa tidak lebih dari dua kali selama mempersiapkan tugas Freier Vortrag II. Meskipun dosen telah memberikan kesempatan untuk berkonsultasi dengan tidak dibatasi frekuensinya, baik pada saat perkuliahan Freier Vortrag II berlangsung maupun di luar jam pelajaran. Dampak dari tidak digunakannya secara efektif waktu konsultasi ini, isi materi presentasi kurang memadai dan tidak mendalam. Performa mahasiswa saat presentasi juga masih belum optimal, mereka tampak merasa gugup, belum seperti layaknya seorang pramuwisata yang menerangkan suatu objek wisata kepada turis mancanegara. Adapun dalam
aspek kebahasaan, mahasiswa masih cenderung mengambil
langsung ungkapan yang ada pada buku acuan tanpa diolah lagi dengan menggunakan bahasa mereka sendiri. Hal ini menimbulkan kesan bahwa materi presentasi yang disajikan masih bersifat textbook. Kesulitan mahasiswa pada saat presentasi semakin besar karena fasilitas kelas yang kurang mendukung yaitu tidak semua kelas memiliki OHP. Mahasiswa yang telah
9
merancang presentasinya dengan menggunakan media OHP, seringkali tidak dapat tampil secara maksimal, karena tidak tersedianya media OHP tersebut. Pada perkuliahan Freier Vortrag I maupun Freier Vortrag II, dosen pengampu mata kuliah ini berperan sebagai fasilitator dan konsultan. Selama satu semester, dosen hanya memberikan materi sebanyak tiga kali tatap muka. Selebihnya dosen berperan sebagai konsultan yang membantu mahasiswa mempersiapkan isi presentasi. Di samping itu, dosen berperan sebagai fasilitator pada saat mahasiswa mempresentasikan temanya dan pada saat diskusi dalam bahasa Jerman berlangsung. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan pelatihan simulasi kepada mahasiswa. Dosen pengampu mata kuliah Freier Vortrag ada 2 orang masing-masing mengampu mata kuliah Freier Vortrag I dan Freier Vortrag II dan keduanya telah memiliki lisensi pemanduan wisata Indonesia dari Dinas Pariwisata Propinsi DIY. 2. Prosedur Penelitian Tindakan Seperti telah disebutkan di atas, bahwa penelitian ini berlangsung selama satu semester, yang dimulai pada bulan September dan diakhiri pada bulan Nopember 2004. Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam dua siklus. Adapun prosedur penelitiannya meliputi hal-hal sebagai berikut: (a) Perencanaan: pada tahap ini, peneliti melakukan observasi dan penyebaran angket untuk mengidentifikasi masalah yang muncul. Di samping itu, peneliti memilih masalah penelitian yang muncul terbanyak dari angket yang ditulis mahasiswa, dan dari observasi yang dilakukan. Masalah-masalah yang dipilih adalah yang kemungkinan besar dapat dicarikan solusinya. Merancang pemecahan masalah dengan melibatkan dosen pengampu yang lain dan mahasiswa; (b) Tindakan: tindakan yang dilakukan berupa pemecahan masalah yang telah direncanakan dan dilaksanakan pada tindakan ini; (c) Observasi: peneliti melalukan observasi selama penelitian berlangsung. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui kelancaran proses tindakan yang diambil, akibat tindakan dan hasil dari tindakan tersebut. Selain itu, observasi juga dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tindakan yang dilakukan mendukung tercapainya tujuan penelitian ini; (d) Refleksi: refleksi dilakukan dengan semua pihak yang terlibat untuk mengevaluasi semua proses yang terjadi, masalah yang masih muncul, hasil penelitian tindakan, dan merencanakan tindakan-tindakan selanjutnya.
10
Berdasarkan prosedur penelitian tersebut di atas, berikut ini disampaikan kedua siklus yang telah dilakukan pada penelitian ini sebagai berikut. a. Siklus pertama Siklus pertama lebih diarahkan pada peningkatan sikap mahasiswa untuk berani berbicara dalam bahasa Jerman di depan umum. Strategi yang digunakan dalam tindakan ini adalah diskusi tentang teori, teknik-teknik, dan strategi praktis untuk meminimalisir rasa nervös dalam menyajikan tema mengenai objek wisata. Tindakan ini diberikan di dalam kelas, setelah mahasiswa selesai mempresentasikan makalahnya, dosen pengampu memberikan saran-saran dan komentar dalam bahasa Jerman. Selain itu, pada siklus ini dilakukan bimbingan untuk membantu mahasiswa menyiapkan tema pidato yang akan dipresentasikan. Hal ini dilakukan secara sistematik, kolektif, kolaboratif, reflektif, dan kritik. Pada saat konsultasi dan bimbingan kepada mahasiswa dilaksanakan, kesempatan tersebut dimanfaatkan dosen untuk memberikan sugesti agar mahasiswa lebih percaya diri dan tidak memiliki rasa ragu atau bahkan rasa takut pada saat mahasiswa mempresentasikan temanya. b. Siklus kedua Siklus ini dilaksanakan sesuai dengan hasil evaluasi siklus pertama, saran dari kolaborator dan masukan mahasiswa. Secara global, hasil tindakan yang dilakukan pada siklus pertama diimplementasikan pada siklus kedua ini, baik pada tindakan pertama maupun pada tindakan kedua. Hal ini sesuai dengan gagasan Tripp (1990: 159) tentang tindakan yang akan dilakukan setelah siklus pertama selesai, yaitu: merencanakan kembali (reformulated plan), melaksanakan dengan perubahan (revised plan), menemukan lebih banyak fakta (more fact finding), dan menganalisis kembali (reanalyzing). Pada dasarnya, tindakan yang dilakukan pada siklus pertama, juga dilakukan pada siklus kedua. Bimbingan akan lebih diintensifkan khususnya bagi mahasiswa yang pada tindakan pertama siklus kedua memanfaatkan waktu bimbingan hanya sekali. Pada siklus ini mahasiswa dibekali pengetahuan, teknik, dan strategi tentang cara berbicara dalam bahasa Jerman di depan umum (public speaking). Ceramah mengenai hal ini dibawakan oleh seorang praktisi Public Relations sekaligus sebagai seorang psikolog.
11
3. Teknik Pengumpulan Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini dijaring melalui observasi, angket, wawancara dan hasil presentasi mahasiswa. Angket yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 5 buah, yang masing-masing digunakan menjaring data sebagai berikut: (a) Angket 1, diberikan di awal perkuliahan untuk mengetahui permasalahan; (b) Angket 2, diberikan setelah semua mahasiswa selesai melaksanakan presentasi tahap pertama, untuk mengetahui kemanfaatan tindakan yang dilakukan; (c) Angket 3, untuk menilai presentasi mahasiswa, sehingga diketahui perspektif dari diri mahasiswa; (d) Angket 4, bimbingan dosen kepada mahasiswa; (e) Angket 5, diisi oleh mahasiswa untuk menilai temannya pada saat presentasi dilakukan. Selama penelitian dilakukan observasi atau pengamatan dan pencatatan di lapangan mengenai segala hal yang terjadi dalam perkuliahan Freier Vortrag II. Hal-hal yang mendukung tujuan penelitian selalu ditingkatkan, sedangkan faktor-faktor penghambat pencapaian tujuan akan dicari solusinya. Kolaborator dalam penelitian ini adalah dosen pengampu matakuliah Freier Vortrag I, Freier Vortrag II, dan mahasiswa.
4. Teknik Analisis Data Teknik yang digunakan untuk menganalisis data penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.
5. Indikator keberhasilan tindakan Keberhasilan penelitian tindakan ini akan dilihat dari dua jenis indikator, yaitu indikator keberhasilan proses dan indikator keberhasilan tindakan. Indikator keberhasilan proses antara lain: (1) sikap mahasiswa terhadap perkuliahan, (2) motivasi mahasiswa terhadap kegiatan perkuliahan, dan (3) partipasi mahasiswa dalam perkuliahan Freier Vortrag II. Adapun indikator keberhasilan tindakan dapat dilihat antara lain dari: (1) kesadaran mahasiswa akan manfaat konsultasi dan meningkatnya frekuensi konsultasi; (2) kesiapan mahasiswa dalam presentasi baik kesiapan mental, fisik, dan isi materi; dan (3) kesan positif mahasiswa tentang upaya-upaya meminimalkan ketidakpercayaan diri, cara menghilangkan
12
perasaan nervös, mengurangi perasaan grogi atau demam panggung saat presentasi dalam bahasa Jerman di depan kelas. Semua materi yang terkait dengan aspek psikologi ini diberikan oleh psikolog yang sekaligus sebagai praktisi public speaking.
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Hasil Penelitian Tindakan Penelitian tindakan ini diarahkan pada upaya peningkatan pembelajaran mata kuliah Freier Vortrag II. Adapun pelaksanaan tindakannya dilakukan sebanyak dua siklus. Deskripsi pelaksanaan tindakan pada kedua siklus tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Siklus Pertama 1). Perencanaan Data yang diperlukan dalam penelitian ini dijaring melalui observasi, angket, wawancara, dan hasil presentasi mahasiswa. Dari hasil observasi, wawancara, dan angket yang disebarkan kepada mahasiswa pada awal perkuliahan, ditemukan beberapa permasalahan yang dihadapi mahasiswa pada saat mengikuti kuliah Freier Vortrag I di semester sebelumnya. Permasalahan yang banyak dihadapi mahasiswa adalah berkaitan dengan persiapan materi presentasi, mengolah, dan menyajikan materi presentasi dalam bahasa jerman, rasa gugup dan grogi pada saat presentasi. Persiapan materi yang akan dipresentasikan oleh mahasiswa muncul masalah karena mahasiswa belum mengenal objek wisata yang harus diulas saat presentasi. Selain itu, mahasiswa juga belum memiliki referensi yang memadai tentang objek wisata baik dalam bahasa Indonesia maupun Jerman, yang dapat dijadikan acuan untuk menyelesaikan isi materi atau makalah yang akan dipresentasikan. Permasalahan yang berkaitan dengan mengolah dan menyajikan tema wisata muncul karena mahasiswa kurang berusaha memformulasikan ide melalui kalimat-kalimat sederhana yang dibuat dengan bahasa mahasiswa sendiri. Sebaliknya, mahasiswa lebih suka merujuk langsung ungkapan dan kalimat-kalimat yang ditemuinya di buku acuan. Sementara pola-pola ungkapan yang dipakai pada buku acuan belum sepenuhnya
13
dikuasai mahasiswa, baik dari segi kosa kata, gramatika, maupun idiomatiknya. Seperti diketahui, bahasa buku cenderung memakai kosa kata yang berlainan dengan kosa kata yang dipakai dalam bahasa sehari-hari yang selama ini dikenal mahasiswa. Hal yang sama terjadi pada ungkapan dan gramatika yang dipakai yang cenderung lebih kompleks, sehingga membutuhkan penguasaan yang cukup tinggi untuk memahaminya. Bahasa yang terkesan textbook yang diambil mahasiswa langsung dari buku, justru menyulitkan mahasiswa pada saat presentasi, karena kosa kata, gramatika, maupun ungkapan yang dipakai belum dikenal mahasiswa. 2) Tindakan Berdasarkan hasil diskusi yang dilakukan mahasiswa dengan dosen pengampu mata kuliah Freier Vortrag II dan kolabolator, tindakan yang dilakukan pada siklus pertama dalam penelitian tindakan ini adalah sebagai berikut. a) Mahasiswa melakukan konsultasi pertama pada dosen pengampu mata kuliah Freier Vortrag II untuk menemukan buku acuan, mengolah butir-butir materi yang akan dipresentasikan. Hal ini dilakukan agar diperoleh keruntutan dan kelengkapan isi materi yang akan dipresentasikan. Pada dasarnya konsultasi tidak terbatas pada isi materi presentasi, melainkan juga mengenai media yang bisa digunakan sebagai media pendukung presentasi. Waktu berkonsultasi dapat pula digunakan oleh dosen untuk memberi sugesti dan nasehat sebagai penguat mental mahasiswa. Dengan sugesti ini diharapkan dapat menumbuhkan keberanian mahasiswa untuk tampil di depan umum. b) Setelah konsultasi pertama dilakukan, mahasiswa membuat makalah dalam bahasa Jerman tentang tema wisata yang telah diundi sebelumnya. Makalah ini dikerjakan di rumah dan harus siap diketik dengan komputer. Adapun waktu yang disediakan selama satu minggu. c) Makalah yang telah dibuat, lalu dikonsultasikan kembali kepada dosen. Dosen mengoreksi makalah tersebut, baik dalam aspek kebahasaan maupun isi materi. Dosen juga memberikan saran mengenai media yang perlu dipersiapkan mahasiswa untuk presentasi. Jika diperlukan, mahasiswa dapat berkonsultasi berkali-kali sebelum mahasiswa tampil mempresentasikan temanya.
14
d) Sehari sebelum presentasi, mahasiswa perlu menyerahkan makalah dalam bahasa Jerman kepada dosen pengampu. e) Mahasiswa mempresentasikan makalah mengenai salah satu objek wisata di Indonesia, di luar wilayah DIY. Setelah presentasi selesai, peserta atau mahasiswa lain diberi kesempatan bertanya, memberi saran, atau menanggapi makalah yang dipresentasikan. f) Dosen memberi kritik konstruktif dan saran mengenai isi makalah yang telah dipresentasikan mahasiswa. Selain dosen, mahasiswa lain diberi kesempatan memberi penilaian dan saran kepada presenter melalui angket. Presenter juga diberi angket sebagai refleksi atas unjuk kerja dan performa yang telah dilakukan tadi. 3) Observasi Selama tindakan pada siklus pertama berlangsung, peneliti selalu melakukan observasi/pengamatan pada suatu hal yang mungkin dapat terjadi pada tindakan ini. Dari hasil observasi mengenai frekuensi konsultasi yang dilakukan mahasiswa tersebut, ternyata ditemukan fakta bahwa tidak semua mahasiswa menggunakan kesempatan konsultasi secara maksimal. Hal ini terbukti adanya 9 (sembilan) mahasiswa yang tidak melakukan konsultasi sebelum mahasiswa tersebut tampil di depan kelas untuk mempresentasikan temanya. Sedangkan jumlah mahasiswa yang telah melakukan konsultasi kepada dosen sebelum mahasiswa tampil di depan kelas sebanyak 29 mahasiswa. 4) Refleksi Tindakan pertama yang dilakukan pada siklus kedua tidak dilakukan secara maksimal oleh mahasiswa, terutama dalam memanfaatkan waktu konsultasi kepada dosen, sehingga hasil presentasi kurang optimal. Hal ini terjadi pada 9 mahasiswa (24%). Melalui wawancara dengan para mahasiswa yang hanya melakukan konsultasi sekali saja, disepakati bahwa mereka akan menggunakan waktu konsultasi dengan lebih baik. Para mahasiswa menyadari bahwa frekuensi konsultasi dengan dosen sangat berpengaruh terhadap hasil presentasi mahasiswa. Hal ini terbukti bahwa mahasiswa yang melakukan konsultasi lebih dari dua kali, memperoleh penilaian dari teman-teman sekelas sangat bagus. Sebaliknya, mahasiswa yang hanya melakukan konsultasi sekali saja, memperoleh penilaian yang kurang bagus dari teman
15
sekelas. Mengingat pentingnya langkah konsultasi yang dilakukan mahasiswa pada dosen ini, maka tindakan pada siklus pertama akan dilaksanakan lagi pada siklus kedua, terutama diberlakukan kepada mahasiswa yang hanya melakukan konsultasi sekali.
b. Siklus Kedua 1) Perencanaan Data penelitian tindakan ini dijaring melalui observasi lanjutan, angket kedua, wawancara lanjutan, dan hasil presentasi mahasiswa yang kedua. Dari hasil observasi lanjutan, wawancara lanjutan, dan angket kedua yang disebarkan kepada mahasiswa masih ditemukan adanya masalah. Masalah yang berkaitan dengan performa mahasiswa yang masih merasa grogi atau nervous pada saat presentasi diakui sendiri oleh mahasiswa. Hal ini disebabkan antara lain oleh kurangnya persiapan dan belum terbiasanya berbicara dalam bahasa Jerman di depan umum, meskipun di depan teman sekelas sendiri. Hal ini menyebabkan mahasiswa tidak tampil percaya diri. Pada kenyataannya, hampir semua mahasiswa pada saat presentasi terlihat grogi. Mereka berbicara dalam bahasa Jerman secara tersendat-sendat, nafas terengah-engah, dan body language tidak terkontrol. Dari angket dan diskusi dengan mahasiswa, diperoleh saran-saran yang dapat dijadikan masukan dalam mengatasi masalah-masalah di atas. Sebagian besar mahasiswa menyarankan bahwa waktu untuk berkonsultasi dengan dosen lebih diperbanyak. Selain itu, banyak pula mahasiswa yang menulis dalam angket tentang perlunya pengetahuan, teknik, dan strategi praktis untuk menghilangkan rasa gugup pada saat berbicara dalam bahasa Jerman di depan umum. 2) Tindakan Tindakan yang dilakukan pada siklus kedua dalam penelitian tindakan ini adalah sebagai berikut. a) Dosen memberikan bimbingan intensif kedua, ketiga, dan keempat kepada mahasiswa yang masih memiliki kesulitan dalam mempersiapkan materi presentasi kedua. Hal ini dilakukan agar kesulitan yang dihadapi mahasiswa dapat terpecahkan. Di samping itu,
16
agar diperoleh keruntutan dan kelengkapan isi materi yang akan dipresentasikan untuk tema kedua tersebut. Konsultasi tidak terbatas pada isi materi presentasi, melainkan juga hal-hal lain yang dapat membantu memecahkan kesulitan yang dihadapi mahasiswa. Dosen memberi nasehat perihal tema materi yang akan dipresentasikan mahasiswa. Dengan nasehat ini diharapkan dapat menumbuhkan rasa keberanian dan rasa percaya diri mahasiswa untuk tampil di depan umum dengan menggunakan bahasa Jerman. b) Setelah konsultasi kedua, ketiga, dan bahkan keempat, mahasiswa membuat makalah dalam bahasa Jerman untuk tema wisata yang telah diundi sebelumnya. Makalah ini dikerjakan di rumah dalam waktu satu minggu. c) Makalah yang telah siap, dikonsultasikan kembali kepada dosen. Dosen mengoreksi isi makalah tersebut. Dosen juga memberikan saran mengenai media yang perlu dipersiapkan mahasiswa untuk presentasi tema kedua. d) Mahasiswa mempresentasikan tema kedua dalam bahasa Jerman tentang tema pariwisata. Setelah presentasi selesai, dilanjutkan dengan forum diskusi atau tanya-jawab antar mahasiswa dalam bahasa Jerman. e) Dosen memberi saran mengenai materi yang telah dipresentasikan oleh mahasiswa. Selain dosen memberi nilai dan saran, mahasiswa lain diberi kesempatan memberi penilaian dan saran kepada presenter melalui angket. 3) Observasi Tindakan pada siklus kedua dapat dinyatakan bahwa seluruh mahasiswa yang akan melakukan presentasi dalam bahasa Jerman telah melakukan konsultasi kepada dosen tentang materi wisata yang menjadi tema presentasinya. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut: (1) Berjumlah 38 mahasiswa (100%) melakukan konsultasi sebanyak sekali; (2) 29 mahasiswa (76%) telah melakukan konsultasi sebanyak dua kali; (3) berjumlah 6 mahasiswa (16%) melakukan konsultasi sebanyak tiga kali; dan (4) berjumlah 3 mahasiswa (8%) saja yang menggunakan waktu konsultasi secara maksimal sebanyak empat kali.
17
4) Refleksi Pada siklus kedua ini telah didatangkan praktisi public relations dan public speaking. Tujuan mendatangkan praktisi ini adalah untuk memberi wawasan, pengetahuan, teknik, dan strategi praktis kepada mahasiswa dalam menghilangkan rasa nervös pada saat melakukan presentasi dalam bahasa Jerman di depan umum. Teknik-teknik tersebut antara lain tentang hal-hal yang harus dilakukan mahasiswa agar presentasi dapat berjalan lancar dan agar mahasiswa tidak merasa gugup pada saat bicara dalam bahasa Jerman di depan umum. Tindakan pada siklus kedua ini, hasilnya lebih memuaskan. Semua mahasiswa memiliki kesadaran tentang pentingnya melakukan konsultasi sebelum presentasi atau pidato tanpa teks dalam bahasa Jerman dilakukan. Hal ini diketahui dari hasil angket yang telah diisi oleh mahasiswa. Mereka melakukan konsultasi kepada dosen pengampu mata kuliah Freier Vortrag II sebanyak sekali berjumlah 100%. Sedangkan yang melakukan dua kali konsultasi sebanyak 76%. Mahasiswa yang melakukan konsultasi sebanyak tiga kali berjumlah 16%. Mahasiswa yang melakukan konsultasi sebanyak empat kali berjumlah 8%. Hal ini berdampak positif terhadap kesiapan mereka untuk melakukan presentasi yang kedua. Hampir semua mahasiswa (97%) memiliki performa penampilan fisik yang baik, berbicara dalam bahasa Jerman lancar, rasa percaya diri muncul, dan body language lebih harmonis dan terarah karena sesuai dengan tema yang diceriterakan. Partisipasi mahasiswa dari segi kehadiran semakin baik. Demikian pula pada diskusi dengan menggunakan bahasa Jerman berjalan lancar dan tanpa hambatan. Hampir semua mahasiswa pernah mengajukan pertanyaan dalam forum diskusi menggunakan bahasa Jerman tentang tema pariwisata. Motivasi mahasiswa untuk tampil lebih sempurna juga nampak jelas. Merekapun sangat terampil dalam menggunakan media pengajaran. Bahkan media pengajaran yang mereka gunakan sangat bervariasi, ada yang menggunakan OHP, Video, LCD dan Laptop, Chart, papan selip, gambar-gambar, foto-foto, dan bahwa ada yang menggungakan media langsung seperti: keris, kain batik, jamu tradisional, kerajinan tangan, perhiasan, tumbuh-tumbuhan dsb. Mengenai pengetahuan, teknik, dan strategi
18
praktis bicara di depan umum yang diberikan oleh praktisi public relations dan public speaking, memperoleh tanggapan positif dari semua mahasiswa. Hal ini dapat dilihat dari sikap positif mahasiswa melalui angket yang telah mereka isi dan pada saat diskusi dengan praktisi berlangsung.
2. Pembahasan Hasil penelitian yang telah dilakukan pada siklus pertama dan siklus kedua menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran mata kuliah Freier Vortrag II berhasil dengan baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya pencapaian prestasi akademik mahasiswa yang meningkat. Berdasarkan hasil nilai yang diperoleh mahasiswa dapat diketahui bahwa sebanyak 24% dari total mahasiswa yang mengikuti perkuliahan Freier Vortrag II ini telah berhasil memperoleh nilai A. Sedangkan mahasiswa yang memperoleh nilai B sebanyak 50%, sedangkan mahasiswa yang memperoleh nilai C hanya 26%. Dari segi proses, terlihat sikap positif, motivasi tinggi, dan partisipasi aktif mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan Freier Vortrag II. Sikap positif dalam menyadari arti penting konsultasi dengan dosen dalam rangka menyiapkan makalah presentasi dalam bahasa Jerman cukup bagus. Selain itu, semua mahasiswa pada siklus kedua memanfaatkan waktu konsultasi lebih dari dua kali. Beberapa refleksi yang ditulis mahasiswa dalam angket adalah sebagai berikut. Mahasiswa yang melakukan konsultasi sekali, tanggapan positif atas penelitian tindakan ini berupa layanan positif dari dosen pengampu mata kuliah Freier Vortrag II. Di samping itu, bimbingan intensif yang dilakukan dosen dapat mengatasi kekurangpenguasaan materi oleh mahasiswa sebagai akibat dari terbatasnya buku-buku referensi yang dimilikinya. Mahasiswa yang melakukan konsultasi dua kali, memiliki sikap positif seperti yang dituliskan dalam angket bimbingan. Mereka mengatakan bahwa semakin banyak bimbingan dengan dosen maka semakin bertambah pengetahuan dan wawasan mengenai tema pariwisata. Dengan demikian, rasa percaya diri semakin meningkat, rasa grogi sebelum tampil di depan kelas semakin berkurang, serta penguasaan materi ditinjau dari aspek kebahasa Jermanan menjadi bervariasi dengan menggunakan istilah-istilah yang lazim digunakan dalam dunia pariwisata. Kekurangtahuan
19
istilah yang dirasakan mahasiwa menjadi berkurang karena mahasiswa menjadi lebih menguasai materi pemanduan, sehingga ungkapan-ungkapan umum yang lazim digunakan oleh orang Jerman ketika berkunjung ke objek wisata di Indonesia dapat dipraktekan melalui simulasi pemanduwisataan ini. Bahkan mahasiswa yang melakukan konsultasi lebih dari dua kali mengatakan bahwa wawasan pengetahuan tentang kebudayaan Jerman semakin lebih luas. Mereka merasakan semakin lebih mengerti dan memahaminya. Di samping itu, penguasaan tentang ungkapan bahasa Jerman (Redewendung, Stilwörter, Stichwörter) telah dikuasainya dengan baik. Demikian juga teknik-teknik menguasi diri seperti rasa percaya diri dan sikap berani berbicara dalam bahasa Jerman dapat dipraktekan dengan baik. Motivasi untuk mengerjakan tugas presentasi dengan baik dapat dilihat dari kesiapan yang telah dilakukan mahasiswa, baik dari segi keterampilan bicara bahasa Jerman maupun dari segi media pembelajaran yang digunakan. Kehadiran mahasiswa di kelas pada siklus kedua sebanyak 100%. Hal ini berarti terdapat peningkat sebanyak 10% dibanding pada siklus pertama. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan mahasiswa dalam melakukan presentasi atau pidato tanpa teks dalam bahasa Jerman, salah satunya adalah penguasaan akan materi yang akan dipresentasikan, baik dari segi topik pembicaraan maupun aspek kebahasaan. Dengan penguasaan materi yang memadai, seseorang tidak akan kebingungan mencari tema atau bahan pembicaraan yang akan dipresentasikan. Hal lain yang juga dapat berpengaruh adalah kesiapan mental. Kesiapan mental ini akan memunculkan keberanian untuk menghadapi segala situasi yang terjadi. Dengan keberanian yang muncul, seorang presenter atau orator tidak akan merasa canggung atau bahkan tidak merasa nervous pada saat mempresentasikan makalahnya. Dengan kesiapan mental dan materi presentasi yang cukup baik, maka rasa percaya diri akan muncul. Tindakan-tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini, baik pada siklus pertama maupun pada siklus kedua, berhasil meningkatkan pembelajaran Freier Vortrag II di Program Studi Pendidikan Bahasa Jerman FBS UNY. Kesadaran mahasiswa untuk melakukan konsultasi dengan dosen dalam mempersiapkan makalah yang akan dipresentasikan, merupakan salah satu hal penting. Hal ini dapat menciptakan keberhasilan dalam melaksanakan tugas presentasi dalam bahasa Jerman yang menjadi tanggung jawab masing-masing mahasiswa. Hasil pemerolehan
20
nilai mata kuliah Freier Vortrag II untuk kelas reguler sangat baik. Semua mahasiswa berhasil dinyatakan lulus. Adapun rinciannya adalah sebanyak 21% mahasiswa kelas reguler mendapatkan nilai A; 58% memperoleh nilai B; dan sebanyak 21% memperoleh nilai C. Sedangkan untuk kelas nonreguler masih ada satu mahasiswa yang belum berhasil, karena tidak pernah hadir dalam perkuliahan. Nilai akhir mahasiswa pada kelas nonreguler ini adalah sebanyak 25% mahasiswa memperoleh nilai A, dan 46% memperoleh nilai B, serta sebanyak 29% memperoleh nilai C. Selain dari prestasi yang meningkat, dibandingkan dengan hasil prestasi akademik untuk mata kuliah Freier Vortrag I semester lalu dan Freier Vortrag II tahun lalu, semangat mahasiswa yang tinggi untuk berpartisipasi aktif dalam proses perkuliahan menjadi bukti keberhasilan penelitian tindakan ini. Tindakan penelitian yang selalu melibatkan mahasiswa sejak awal, baik dalam mencari solusi atas masalah yang muncul, keterlibatan dalam diskusi dan memberikan saran, kritik, dan penilaian terhadap diri sendiri dan teman setelah melakukan presentasi, tampaknya dapat menumbukan rasa tanggung jawab. Terbukti adanya semangat untuk selalu ikut berpartisipasi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, baik secara umum maupun yang menyangkut tugas individu. Salah satu tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu memberikan penilaian, saran, dan kritik kepada diri sendiri dan teman sekelas. Diakui oleh mahasiswa bahwa cari yang dilakukan pada tindakan ini merupakan cara baru yang diterapkan pada pembelajaran bahasa di Program Studi Pendidikan Bahasa Jerman. Dalam kegiatan ini mahasiswa merasa diberi kesempatan yang baik untuk memahami kelebihan dan kelemahan diri sendiri. Kritik dan saran yang diberikan teman menjadi masukan yang bermakna untuk meningkatkan kualitas diri dan kemajuan di masa mendatang. Masukan dari teman sekelas tersebut justru memompa semangat untuk melakukan tugas presentasi berikutnya dengan lebih baik. Hal ini dibuktikan dengan lebih lengkapnya media yang digunakan oleh semua mahasiswa sebagai media pendukung presentasi, sehingga presentasi menjadi lebih menarik. Selain itu, pada siklus kedua terlihat kepercayaan diri mahasiswa meningkat. Hanya sebagian kecil mahasiswa yang masih tampak merasa gugup pada saat mempresentasikan makalahnya dalam bahasa Jerman.
21
Tindakan-tindakan dalam penelitian ini telah terbukti dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Freier Vortrag II. Dengan demikian, diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi dosen pengampu mata kuliah lainya dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajarannya, khususnya pembelajaran di Program Studi Pendidikan Bahasa Jerman FBS UNY.
D. Simpulan dan Saran 1. Simpulan Keberhasilan penelitian tindakan ini dapat dilihat dari segi proses pembelajaran, produk yang dihasilkan, dan prestasi akademik yang dicapai mahasiswa untuk mata kuliah ini. Segi proses, tindakan-tidakan yang dilakukan dalam penelitian ini mampu menciptakan suasana kondusif dalam proses belajar mengajar Freier Vortrag II.
Tindakan-tindakan
penelitian yang sejak awal melibatkan mahasiswa, baik dalam mencari solusi atas permasalahan yang muncul, memberikan penilaian, kritik, dan saran terhadap diri sendiri dan teman sekelas, maupun dalam partisipasi tahap-tahap pembelajaran yang lain, menumbuhkan motivasi dan gairah untuk meningkatkan tugas presentasi dengan lebih sempurna melalui kelengkapan media dan kesiapan pada saat presentasi. Hal ini dapat tercipta, salah satunya disebabkan oleh kesadaran yang tumbuh dalam diri mahasiswa tentang manfaat konsultasi selama proses penyiapan makalah bahasa Jerman yang akan dipresentasikan. Segi produk yang dihasilkan, mahasiswa berhasil membuat makalah dalam bahasa Jerman untuk tema pariwisata. Tema tersebut diberikan secara acak kepada mahasiswa melalui teknik undian sebelum mahasiswa presentasi. Segi prestasi yang dicapai mahasiswa terdapat peningkatan dibandingkan dengan pemerolehan nilai pada semester lalu, seperti terlihat sebagai berikut. Peningkatan nilai terjadi pada tahun 2004. Apabila dibandingkan dengan nilai Freier Vortrag II pada tahun 2003, mahasiswa yang memperoleh nilai A pada tahun 2003 sebanyak 16% dan pada tahun 2004 sebanyak 24% sehingga terdapat peningkatan sebanyak 8%. Mahasiswa yang mendapat nilai B tahun 2003 sebanyak 37% dan tahun 2004 sebanyak 50% sehingga terdapat peningkatan sebesar 13%. Sedangkan yang mendapat nilai C tahun 2003 sebanyak 47% dan tahun 2004
22
sebanyak 26% sehingga terjadi peningkatan sebesar 21%. Terjadinya peningkatan tidak hanya pada proses penyadaran mahasiswa untuk mempersiapkan materi kebahasaan yang akan dipresentasikan dan kesadaran diri akan arti pentingnya belajar mandiri, melainkan juga secara psikologis mahasiswa mampu menghilangkan perasaan stres, dan rasa tidak percaya diri yang menghinggapi perasaan mahasiswa sebelum mahasiswa melakukan presentasi dalam bahasa Jerman di depan kelas. 2. Saran Tindakan-tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini, beserta tahapan-tahapan yang dilakukan, mampu meningkatkan kualitas pembelajaran Freier Vortrag II. Hal ini diharapkan dapat menjadi alternatif model pembelajaran. Model pembelajaran yang sederhana ini dapat dijadikan inspirasi untuk mengembangkan pembelajaran untuk mata kuliah lain, khususnya di Program Studi Pendidikan Bahasa Jerman FBS UNY. Di masa mendatang, penelitian-penelitian serupa perlu dilakukan sebagai terobosan untuk menemukan model-model pembelajaran yang lebih efektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran suatu mata kuliah.
Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. 1996. Penyusunan Proposal dalam Penelitian Kelas (CAR). Yogyakarta: Lemlit IKIP Yogyakarta. Beile, Wermer. 1983. Zielsprache Deutsch. Bonn-Bad Godesberg: Inter Nationes. Carroll, Brendon J. 1980. Testing Communicative Performance. Oxford: Pergamon Press. Carson, Terry. 1990. What Kind of Knowing is Critical Action Research. Theory into Practice. Colombus: The Ohio State University. Hybel, Sandra and L. Weaver, Richard. 1974. Speech Communication. New York: D. Van Nostrad Company. Mc Cutchen, Gail and Jung, Burga. 1990. Alternative Perspective on Action Research, Theory into Practice. Colombus: The Ohio State University.
23
Oberg, Antoinette A. And Mc Cutchen, Gail. 1990. Teacher as Researcher, Theory into Practice. Columbus: The Ohio State University. Sukamto, dkk. 1995. Pedoman Penelitian. Yogyakarta: Lemlit IKIP Yogyakarta. Utomo, Tjipto. 1991. Peningkatan dan Pengembangan Pendidikan. Jakarta: PT Gramedia. Winkel. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Gransindo. Yagang, Fan. 1988. “Listening: Problems and Solutions”. English Teaching Forum. A journal for the teacher of English outside the United States. Singapore: ETF. Edition: Januari 1988.
24
Biodata Penulis: Sulis Triyono, dilahirkan di Trenggalek, 6 Mei 1958. Pendidikan sarjana diselesaikan pada tahun 1985 di Jurusan Bahasa dan Sastra Jerman FKSS IKIP Yogyakarta. Tingkat magister diselesaikan pada tahun 1996 di Jurusan Pendidikan Bahasa IKIP Jakarta. Sejak 1986 menjadi dosen di Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman FBS UNY. Pada tahun 1987 mengikuti program Mittelstuffe di Goethe Institut Roethenburg od Tauber, tahun 1992 mengikuti program sandwich di Katholische Universität Eichstatt, tahun 1993 mengikuti Fortbildungslehrgang Didaktik Methodik di Goethe Insitut München, dan pada tahun 1999/00 mempersiapkan disertasi di JW von Goethe Universität Frankfurt/Main. Beberapa karya ilmiah dan penelitian telah dihasilkan dan dipublikasikan melalui jurnal-jurnal.