Upaya Pengurangi Perilaku Agresif Verbal Melalui Bimbingan Kelompok Sidaguna (09220035) Mahasiswa Pendiidkan Bimbingan Konseling IKIP Veteran Semarang kondisi nyata di lapangan menunjukkan masih adanya anak yang memiliki perilaku agresif verbal diharapkan dilakukian secara positif, tetapi ada juga anak yang melakukan dengan nagetif seperti halnya mengganggu temannya ketika prtoses pembelajaran, usil, mencari perhatian dan sebagainya. Kondisi ini perlu dilakukan tindakan agar tidak berpengaruh kepada temannya, salah satu yang dilakukan adalah melalui layanan bimbingan kelompok oleh guru Bimbingan dan Konseling. Kata Kunci : perilaku agresif verbal, bimbimngan kelompok. PENDAHULUAN Siswa usia Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah merupa-kan siswa yang memasuki masa remaja, dan ini menurut Hurlock (2006: 206) disebut sebagai; “awal masa remaja yang berlangsung kira-kira dari 13 tahun sampai 16 tahun atau 17 tahun, dan akhir masa remaja bermula dari 16 tahun atau 17 tahun sampai 18 tahun, yaitu usia matang secara hukum”. Dengan demikian pada masa SMK terjadi transisi dari masa remaja awal menuju masa remaja akhir. Pada masa ini tidak bisa dihindarkan bahwa tingkah laku sebagian remaja mengalami ketidaktentuan tatkala mencari kedudukan dan identitas. Para remaja bukan lagi anak-anak, tetapi juga belum menjadi dewasa. Masa remaja biasa juga disebut dengan masa adolesensi yaitu tumbuh menjadi dewasa atau fase adaptif dari perkembangan kepribadian, fase mencoba-coba (Alwisol, 2007: 128). Istilah adolen-sensi mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangna mental, emosional, sosial dan fisik. Masa remaja merupakan masa yang mudah bergolak dan keguncangan. Perkembangan emosional dalam tahap ini maslh labil, dan penuh kegoncangan. Masa remaja biasa dianggap sebagai periode “badai dan tekanan” suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Dalam masa usia transisi yang dialami remaja ini, cenderung membawa dampak psikologis disamping membawa dampak fisiologis, dimana perilaku mereka cenderung berpikir pendek dan ingin cepat dalam memecahkan berbagai permasalahan kehidupan. Sebagiamana Elizabeth Hurlock (2006: 208) mengemukakan bahwa masa remaja dikatakan sebagaimana masa yang tidak realitis. Salah satu perilaku menyimpang yang sering muncul dikalangan remaja adalah kurang bisa mengontrol emosinya, dan mudah untuk mengungkapkan dengan kekesalan/kemarahannya melalui kata-kata yang kurang pantas. Perilaku ini sering disebut sebagai perilaku agresif verbal. Myers (2006: 436) mengemukakan definisi dari perilaku agresif yaitu perilaku fisik atau lisan (verbal) yang disengaja denga maksud untuk menyakiti atau merugikan orang lain. Sedangkan perilaku agresif verbal merupakan perilaku agresif yang dimunculkan dalam bentuk kata-kata kasar seperti makian, cemoohan, teriakan, hinaan, kritikan, dan kata-kata kasar lainnya. Dari perilaku agresif verbal tersebut jika dibiarkan dan tidak diatasi sesegera mungkin maka sangat berpotensi untuk memicu perilaku 76
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
agresif non verbal seperti perkelahian, tawuran, pengeroyokan, maupun pengrusakan secara fisik. Dalam penelitian ini, lebih difokuskan pada perilaku agresif verbal. Pada rentang masa remaja, perilaku agresif akan sering muncul sebagai konsekuensi rasa penasaran individu terhadap sesuatu yang baru, termasuk yang berkaitan dengan tata norma atau nilai yang berlaku di masyarakat. Dorongan negatif yang besar akibat pengaruh negatif pergaulan muncul tanpa diimbangi sistem ata nilai yang ditanamkan orangtua, sekolah maupun masyarakat. Berangkat dari kenyataan tersebut, maka perlu kiranya pada usia remaja individu harus diawasi dengan baik serta dibekali dengan pengetahuan nilai-nilai yang cukup. Hal ini dikarenakan perilak agresi yang muncul pada diri remaja tidak hanya dilakukan di lingkup keluarga saja, tetapi pada lingkup sekolah dan masyarakat. Perilaku siswa dibentuk dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat. Kenyataan yang ada pada siswa SMK Cinde Semarang adalah banyaknya perilaku sosial remaja yang tidak sesuai dengan masa perkembangannya. Banyak siswa yang terlibat dalam tingkah laku agresif yang diwujudkan dalam kekerasan verbal berupa saling mengejek, memaki, mengumpat dan perkataan kasar bahkan hingga kekerasan non verbal seperti memukul, berkelahi, mengompas dan lain-lain. Peranan sekolah dalam membentuk perilaku siswa yang baik dan positif adalah dengan upayaupaya baik upaya persuasif, preventif maupun kuratif. Perilaku siswa yang baik dan positif dapat terjadi apabila siswa tersebut memiliki kesadaran yang tinggi. Upaya-upaya tersebut sangatlah diperlukan dalam pola pembentukan perilaku siswa yang ideal, sehingga perilaku yang kurang baik seprti perilaku agresif dapat terkendali. Pemberian dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang mendorong siswa untuk berperilaku positif dan produktif serta membantu siswa untuk dapat memahami dan menyesuai-kan diri dengan tuntutan lingkungan agar menjauh perilaku yang dilarang oleh sekolah, sehingga siswa tersebut bisa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik bagi mereka dan lingkungannya. Program Layanan Bimbingan dan Konseling sebagai bagian dari sistem Pendidikan SMK perlu mengarahkan layanannya dalam mengurangi perilaku agresif verbal. Salah satu bentuk layanan Bimbingan dan Konseling yang efektif untuk mengurangi perilaku agresif verbal adalah layanan bimbingan kelompok. Karena pada dasarnya layanan bimbingan kelompok diarahkan untuk membantu individu dalam upaya mencapai perkembangan yang optimal dalam berbagai aspek pribadinya, intelektual, sosial, moral, emosional, serta kemampuan-kemampuan khas yang dimiliki individu. Adapun alasan peneliti menggunakan layanan bimbingan kelompok sebagai teknik yang digunakan dalam mengurangi perilaku agresif verbal siswa adalah, karena dipandang bahwa layanan bimbingan kelompok memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan layanan yang lain. Hal tersebut juga karena kegiatan kelompok dapat merangsang seseorang untuk mengungkapkan perasaan yang
77
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
tidak dapat dilakukan pada waktu bertemu dengan konselor dalam suasana tatap muka secara individual. Melalui dinamika kelompok yang muncul di dalamnya, memungkinkan setiap anggota kelompok untuk belajar berpartisipasi aktif dan berbagai pengalaman dalam upaya pengembangan wawasan, sikap dan atau keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam upaya mencegah timbulnya masalah-masalah dalam upaya pengembangan pribadi. Bimbingan kelompok sangat tepat bagi remaja karena memberikan kesempatan untuk menyampaikan gagasan, perasaan, permasalahan, melepas keragu-raguan diri, dan pada kenyataanya mereka akan senang berbagi pengalaman dan keluhan-keluhan pad teman sebayanya. Dalam kegiatan kelompok, konseli dapat menyadari bahwa dia bukan satu-satunya orang yang memiliki masalah atau kesulitan. Konseli dapat menyadari pula bahwa kadang-kadang kesulitan orang lain bahkan lebih berat daripada kesulitan sdndiri. Disamping itu, di SMK banyak permasalahan yang dihadapi oleh para siswa yang perlu segera mendapatkan penanganan. Untuk memenuhi tuntutan, kebutuhan dna peningkatan target populasi pelayanan konseling di sekolah, pemanfaatan layanan bimbingan kelompok merupakna alternatif pilihan yang dipandang strategis, efektif dan memiliki kontribusi yang memadai dalam pengembangan pribadi, pencegahan dan pengatasan masalah. Sebagaimana dikemuka-kan Natawidjaja (2009: 36) bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri konseli. Berdasarkan latar belakang tersebut, kiranya sangat diperlukan untuk mengefektifkan layanan bimbingan kelompok sebagai salah satu alternatif untuk mengurangi perilaku agresif verbal pada siswa SMK Cinde Semarang. Atas dasar pemikiran di atas, maka dalam penelitian ini ditetapkan sebuah judul: “Upaya Mengurangi Perilaku Agresif Verbal melalui Bimbingan Kelompok” di SMK Cinde Semarang.
Landasan Teori A. Perilaku Agresif Verbal 1. Pengertian Perilaku Agresif Verbal Perilaku kasar atau keras dalam percakapan sehari-hari sering dikatakan agresif. Di dalam istilah yang digunakan tersebut kebanyakan didalamnya mengandung akibat ataupun kerugian bagi orang lain. Menurut aliran behavioristik seperti yang dikemukakan oleh Bandura dalam Alwisol (2007: 354); bahwa “tingkah laku agresif merupakan tingkah laku yang diperoleh dari hasil proses belajar yang keliru”. Lebih lanjut dikemukakan bahwa: “Agresif diperoleh melalui pengamatan
langsung dengan reinforcemen (penguatan)
positif dan negatif, latihan atau perintah, dan keyakinan yang ganjil (dibandingkan dengan Freud dan kawan-kawannya yang menganggap agresif adalah dorongan bawaan). Agresif yang ekstrim menjadi disfungsi atau salah suai psikologis. Adapun pengamatan atau obesrvasi 78
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
terhadap perilaku agresif akan menghasilkan respon peniruan yang berlebih. Pengamat akan bertingkah laku lebih agresif dibandingkan modelnya” (Alwisol, 2007: 355). Pendekatan behavioristik memandang bahwa perilaku manusia sangat bergantung pada faktor belajar. Bandura berpendapat bahwa lingkungan, pribadi, dan tingkah laku saling mempengaruhi dalam suatu prose meniru atau belajar. Begitu juga perilaku agresif yang muncul pada diri individu juga tidak terlepas dari proses tersebut di atas. Proses belajar yang salah pada tahap meniru akan menyebabkan perilaku yang malsuai. Sama halnya dengan munculnya perilaku agresif yang ada pada diri individu. Sugiyo (2005: 110) juga mengemukakan pendapatnya, bahwa, setidaknya terdapat dua pengertian agresif, yaitu: “a. Menurut kaum Behavioristik mengatakan bahwa perilaku dikatakan agresif apabila perilaku tersebut melukai orang lain. Jika perilaku yang tidak menimbulkan bahaya atau melukai orang lain tidak dapat dikatakan agresif. b. Menurut kaum kognitif agresif didefinisikan sebagai tindakan yang dimaksudkan untuk melukai orang lain” (Sugiyo, 2005: 110). Berdasar beberapa penjelasan di atas, maka dapat disimpul-kan bahwa perilaku agresif merupakan perilaku mal adaptif, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan norma yang terdapat pada diri individu (remaja) dan bersifat melukai, merusak serta merugikan orang lain. Agresif seperti yang dikemukakan di atas memiliki persamaan yang mendasar, yaitu pada tingkah laku yang merusak baik fisik, psikis maupun benda-benda yang ada di sekitarnya. Agresif melekat pada diri individu termasuk juga pada siswa usia remaja. Usia remaja sangat rentan untuk melakukan tindakna atau perilaku agresif mengingat remaja memiliki tingkat emosional yang cukup tinggi dan labil. Selain itu remaja juga memiliki kebutuhan-kebutuhan baik fisik maupun mental dalam proses perkembangan-nya, sehingga remaja sering kali melakukan tindakan agresif untuk dapat memenuhi kebutuhannya B. Bimbingan Kelompok 1.. Pengertian Bimbingan Kelompok Layanan bimbingan kelompok merupakan bantuan untuk dapat membahas topik atau permasalahan siswa-siswa dengan memanfaat-kan dinamika kelompok (Prayitno, 2004: 2). Adapun menurut Tatiek Romlah (2001: 3); “bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang diberikan pada individu dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok ditujukan untuk mencegah timbulnya masalah pada siswa dan mengembangkan potensi siswa”. Wingkel (2005: 565) mengemukaan bahwa: “Bimbingan kelompok merupakan salah satu pengalaman melalui pembentukan kelompok yang khas untuk keperluan pelayanan bimbingan”. Bimbingan kelompok merupakan sarana untuk menunjang prekembangan optimal masing-masing siswa, yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan bagi dirinya sendiri”. 79
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Pengertian di atas memberikan gambaran bahwa dinamika kelompok sangat penting untuk dioptimalkan, ditandai dengan semangat bekerja sama ntara anggota kelompok untuk mencapai tujuan kelompok. Dalam suasana seperti ini seluruh anggota kelompok menampilkan dan membuka diri serta memberikan sumbangan bagi suksesnya kegiatan kelompok. Dalam bimbingan kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok para anggota kelompok dapat mengembangkan diri dan memperoleh keuntungan-keuntungan lainnya. Arah pengembanngan diri yang dimaksud terutama adalah dikembangkannya kemampuan-kemampuan sosial secara umum yang selayaknya dikuasai oleh individu-individu yang berkepribadian mantap. Ketrampilan berkomunikasi secara efektif, sikap tenggang rasa, memberi dan menerima, toleran, mementingkan musyawarah untuk mencapai mufakat seiring dengan sikap demokratis, memiliki rasa tanggung jaawab sosial seiring dnegan kemandirian yang kuat, merupakan arah perkembangan pribadi yang dapat dijangkau melalui diaktifkannya dinamika kelompok itu. Dari penjelasan mengebai definisi bimbingan kelompok di atas dapat diambil kesimpulan bahwa bimbingan kelompok merupa-kan proses pemberian bantuan kepada individu melalui suasana kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok yang memungkinkan setiap anggota untuk belajar berpartisipasi aktif dan berbagai pengalaman dalam upaya mengembangkan wawasan, sikap dan atau keterampilan yang diperlukan untuk mencegah timbulnya masalah dan pengembangan pribadi
Hasil Penelitian 1. Keaktifan Anak dalam Bimbingan Kelompok Hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti kepada guru Bimbingan dan Konseling sebagai kolaborator dalam pelaksanaan layanan bimbingan kelompok berdasarkan pedoman (lembar) pada siklus I dan II dapat dikemukakan berikut ini. Tabel 1. Hasil Tindakan Layanan Bimbingan Kelompok Siklus I dan II Tahapan Layanan Awal Peralihan Tahap Inti TAhap Akhir Jumlah Kriteria
Siklus I
Siklus II
Selisih
Keterangan
304 377 532 208 1421 Cukup Mengganggu
412 535 737 348 2032 Tidak Mengganggu
108 158 205 140 611
108/4 = 27% 158/4 = 39,5% 205/4 = 51,25% 140/4 = 35% 611/4 = 152,75 Kurang Aktif = Tidak Mengganggu
2. Perilaku Agresif Verbal Siswa Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti berkolaborasi dengan guru Bimbingan dan Konseling terhadap perilaku agresif verbal ketika proses pembelajaran berlangsung berdasarkan pedoman observasi diperoleh seperti pada tabel berikut ini. 80
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Tabel 2. Hasil Observasi Perilaku Agresif Siswa No
Aspek yang Diamati
Siklus I
Siklus II
Selisih
Keterangan
1
Siswa suka berpindahpindah duduk
24
17
7
Tidak Mengganggu
2
Siswa tidak memperhatikan penjelasan materi dari pembimbing
24
17
7
Tidak Mengganggu
3
Siswa suka mengganggu teman saat menerima layanan
19
12
7
Tidak Mengganggu
4
Siswa suka berbicara saat menerima layana
19
11
8
Tidak Mengganggu
5
Siswa serirng mendapatkan peringatan dari guru karena kenakalan/keusilannya
19
11
8
Tidak Mengganggu
6
Siswa sering mendapatkan sanksi karena perilakunya
25
11
14
Tidak Mengganggu
7
Siswa tidak berusaha mentaati tata tertib sekolah
19
11
7
Tidak Mengganggu
8
Siswa jarang ….
9
Siswa jarang mendapat pujian dari guru karena prestasi tidak memuaskan
19
12
8
Tidak Mengganggu
10
Siswa tidak menghargai waktu untuk belajar
25
17
8
Tidak Mengganggu
11
Siswa tidak mendapatkan ranking kelas (lima besar)
24
11
13
Tidak Mengganggu
12
Siswa tidak memasukkan baju ke dalam celana dalam berpakaian seragam sekolah
24
11
13
Tidak Mengganggu
13
Siswa tidak mengenakan atribud sekolah lengkap
25
12
13
Tidak Mengganggu
81
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
14
Siswa tisak suka menolong teman
24
11
13
Tidak Mengganggu
15
Siswa tidak memiliki rasa empati kepada teman
24
17
7
Tidak Mengganggu
16
Siswa tidak menyadari pentingnya kerja sama
19
11
7
Tidak Mengganggu
288 72,00 Cukup mengganggu
192 48 Tidak mengganggu
140 9,33 Tidak mengganggu
Jumlah Rata-rata Kriteria
Tidak Mengganggu
Penutup A. Simpulan Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, maka diperoleh ke -simpulan yang diharapkan dapat menjawab rumusan masalah, yakni: 1. Cara mengurangi perilaku agresif verbal siswa, salah satunya bisa dilaku-kan melalui layanan bimbingan kelompok yang dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling, hal ini bisa terjadi sebab sesuai dengan tugas dan fungsinya, guru Bimbingan dan Konseling adalah sebagai pengganti orang tua siswa di sekolah, sehingga secara singkat dapat dikemukakan bahwa tugas guru Bimbingan dan Konseling membantu dan memberikan nasehat agar dalam pendidikan anak dapat mengalami keberhasilan secara maksimal. 2. Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok oleh guru Bimbingan dan Konseling di SMK Cinde Semarang sangat baik, artinya guru benar-benar melaksanakan layanan dan bimbingan, di sisi lain siswa memanfaatkan layanan tersebut sehingga permasalahan yang dialami oleh siswa dapat terpecahkan. 3. Hasil tindakan bimbingan konseling oleh guru Bimbingan dan Konseling pada siklus I diperoleh skor sebesar 72% dengan kriteria anak masih cukup memiliki perilaku agresif verbal suka mengganggu, kemudian dilakukan tindakan siklus II dengan skor 48% pada kriteria tidak mengganggu, karena hasil tersebut jauh dibawah tarjet yang ditetapkan sebesar 75%, maka tindakan pada kedua siklus memberikan keberhasilan, dalam arti siswa sudah tidak memiliki dan melakukan perilaku agresif verbal dengan cara mengganggu temannya ketika proses pembelajaran berlangsung.
B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka saran yang bisa diberikan berkaitan dengan dengan temuan penleitian adalah:
82
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
1. Bagi guru Sebaiknya guru mampu mengembagkaan model-model pembelajaran yang ada dan memanfaatkan sumber materi atau sumber belajar yang relevan secara terus-menerus untuk meningkatkan profesionalitas, hal ini akan membangkitkan minat siswa dalam proses pembelajaran, sehingga siswa tidak memiliki kesempatan untuk mengganggu temannya.
2. Bagi Kepala sekolah Kepala sekolah perlu mendorong para guru untuk selalu melakukan model pembelajaran dengan kreatif dan inovatif pada setiap pelaksanaan pembelajaran untuk meningkatkan output atau kelulusan siswa.
3. Guru Bimbingan dan Konseling Guru Bimbingan dan Konseling sebaiknya sering memberikan layanan dan bimbingan, salah satu cara yang bisa ditempuh adalah kerja sama atau berkolaborator dengan guru bidang studi lain.
4. Peneliti berikutnya Diharapkan ada penelitian sejenis pada kelas atau sekolah lain, sehingga dapat diperoleh rekomendasi yang cukup meyakinkan tentang efektivitas layanan bimbingan kelompok dalam megurangi perilaku agresif verbal pada siswa, sehingga pada penerapan berikutnya siswa tidak memiliki perilaku agresif verbal yang negatif.
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol, 2007, Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press. Barbara Krahe, 2005. Perilaku Agresif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dayakisni, 2003, Psikologi Sosial. Malang: UMM. Elizabeth Hurlock. 2006. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga. Imam Tajri. 2010. Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Teori dan Praktek. Semarang: UNNES Press. Jesf Feist dan Gregory J. Feist, (2008), (penterjemah: Yudi Santoso): Theories of Personality, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. John W Santrock, 2003. Adolescence (Perkembangan Remaja), Jakarta: Erlangga. Mohammad Surya. 2003. Teori-teori Konseling. Bandung: Pustaka Bani Quraisy. Mungin Eddy Wibowo. 2004. Modul Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Semarang: LPMP. --------------------, 2005. Konseling dalam Kelompok. Semarang: UNNES Press.
83
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Prayitno, 2005. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar-dasar dan Profil). Jakarta: Ghalia Indonesia. --------------------, 2004, Layanan Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok (6 & 7). Padang: Universitas Negeri Padang. Rochman Natawidjaja, 2009. Konseling Kelompok Konsep dan Pendekatan. Bandung: Rizqi Press. Sarlito Wirawan Sarwono. 200. Psikologi Sosial (Individu dan Teori-teori Psikologi Sosial). Jakarta: Balai Pustaka. ------------------, 2010. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Press. Sugiyo. 2005. Komunikasi Antar Pribadi. Semarang: UNNES Press. Sugiyono. 2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Supratiknya. 2005. Mengenal Perilaku Abnormal. Yogyakarta: Kanisius. Sumadi Suryabrata. 2010. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Rajawali Press. Suharsimi Arikunto. 2006, Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Asdi Mahastya. Syamsu Yusuf dan Achmad Juntika Nurihsan. 2008. Landasan Bimbingan Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya. -----------------, 2008, Teori Kepribadian. Bandung : Remaja Rosdakarya. Tatiek Romlah, 2001. Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang: Universitas Negeri Malang. Tim. 2009. Materi Pendidikan dan Latihan Bimbingan dan Konseling. Bandung: UPI. Winkel, W.S. 2005. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Gramedia Widiasarna Indonesia.
84
| JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING