Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 319-331
Tersedia Online di http://pasca.um.ac.id/conferences/index.php/snbk ISSN 2579-9908
BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BUDAYA BUTON (FALSAFAH POBINCI-BINCIKI KULI) UNTUK MENGENTASKAN PERILAKU AGRESIF TAWURAN SISWA KOTA BAUBAU Rasman Sastra Wijaya Prodi BK, FKIP Universitas Muhammadiyah Buton E-mail:
[email protected] ABSTRAK Seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan yang dialami siswa juga memicu perubahan emosi. Seringkali kita menyaksikan rangkaian peristiwa kekerasan dan tawuran sekelompok siswa untuk memperebutkan sesuatu, atau dikarenakan sesuatu hal yang tidak terlalu penting. Baubau adalah kota yang paling sering terjadi diakhir-akhir ini dan pelakunya bukan hanya terjadi antar siswa saja namun sampai perkelahian antar warga. Kejadian miris ini memicu kepedulian civitas akademik Universitas Muhammadiyah Buton untuk selalu ikut andil dalam melaksanakan pengabdian masyarakatnya. Peristiwa tragis ini memerlukan perhatian khusus terkait fungsi dari pendidikan bahwa ada proses intervensi dengan mengunakan pendekatan budaya yang telah dipahami dan diyakini sebagai kekuatan oleh masyarakat buton, maka dalam kebersamaan di tanah wolio (Buton) karena hakekat pendidikan adalah suatu proses enkulturasi, yang berfungsi untuk melestarikan nilai-nilai budaya buton yaitu falsafah pobinci-binciki kuli yang artinya cubit juga kulitmu Bila sakit maka akan sakit pulalah orang lain, akibat dari tindakan yang akan kita lakukan. Konteks ini bukanlah terbatas pada suatu tindakan, melainkan juga ucapan. Pendekatan budaya ini akan lebih efektif bila dilaksanakan dalam layanan bimbingan kelompok karena nilai falsafah pobinci-binciki kuli sangat baik dalam memahami dan memecahkan masalah terkait sikap dan perilaku agresif tawuran siswa. Makalah ini akan dianalisis sesuai bentuk penelitian menggunakan metode penelitian (research and development) yaitu penelitan pengembangan guna memperoleh sebuah model panduan untuk mengurangi perilaku agresif tawuran siswa di kota Baubau. Sehingga membutuhkan penanganan khusus melalui pendekatan Bimbingan kelompok yang berbasis budaya Buton (pobincibiciki kuli) agar siswa memiliki sikap untuk menghentikan perilaku agresif tawuran ini. Kata Kunci: bimbingan kelompok, budaya buton, pobinci-binciki kuli, perilaku agresif tawuran siswa
tidak memperlakukan mereka sesuai dengan
PENDAHULUAN Periode remaja dapat dikatakan periode
tuntutan
atau
kebutuhan
perkembangan
transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa
mereka. Menurut Elida Prayitno (2006: 8),
atau bisa dikatakan periode rentangan antara
tingkah laku negatif bukan merupakan ciri
masa anak-anak ke masa dewasa. Dalam masa
perkembangan remaja yang normal, remaja
ini individu mengalami banyak tantangan
yang
dalam perkembangannya, baik dari dalam diri
perilaku yang positif. Sekarang ini sebagian
maupun dari luar diri terutama lingkungan
remaja menunjukkanperilaku negatif, salah
sosial. Seiring dengan perkembangan dan
satunya adalah perilaku agresif, yaitu suatu
pertumbuhan yang dialaminya juga memicu
tindakan yang dilakukan secara sengaja pada
perubahan emosi. Remaja memperlihatkan
individu lain sehingga menyebabkan sakit
tingkah laku negatif, karena lingkungan yang
fisik dan psikis pada individu lain. Perilaku 319
berkembang
akan
memperlihatkan
320 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 319-331
agresif menurut Moore dan Fine (dalam
ini siswa SMPN 4 Baubau melawan siswa
Koeswara, 1988: 5), merupakan tingkah laku
SMAN 2 saat proses kegiatan porseni
kekerasan secara fisik ataupun secara verbal
berlangsung.
terhadap individu lain atau terhadap objek-
pelajar ini berlangsung sekitar pukul 11.30
objek.
Wita, di JL Betoambari (depan SPBU
Seringkali kita menyaksikan rangkaian peristiwa
kekerasan
dua
kelompok
Betoambari). Beruntung tak ada korban luka
tawuran
dalam bentrok tersebut, meski salah seorang
sekelompok remaja untuk memperebutkan
pelajar SMPN 4 Baubau terlihat terbaring
sesuatu,
hal
diatas aspal dan dikeroyok sejumlah pelajar
yang tidak terlalu penting. Contohnya saja
yang diduga berasal dari SMAN 2 Baubau.
tawuran yang bukan hanya terjadi antar
Untungnya ada petugas polisi tak berseragam
warga yang memperebutkan sesuatu, atau
melintas
kelompok
menghentikan
atau
dan
Perkelahian
dikarenakan
orang
yang
sesuatu
yang
sedang
di
lokasi
kejadian
perkelahian
para
langsung pelajar
berkonflik, bahkan tawuran juga terjadi antar
tersebut. Bentrokan siswa selanjutnya meluas
pelajar. Perilaku agresif merupakan suatu
dan merebak pada perkelahian dan tawuran
perilaku yang dilakukan sebagai bentuk
warga Kelurahan Bone-Bone dan Tarafu yang
tindak balas dari permasalahan sebelumnya.
terjadi pada Jumat dan Sabtu kemarin,
Perilaku agresif tawuran ini dapat muncul
mengakibatkan belasan rumah rusak dan dua
dengan motif beragam hingga berujung pada
warga Bone-Bone terkena anak panah serta
tindak kekerasan
satu unit sepeda motor dibakar massa.
Seperti yang diberitakan oleh Kepton
Kejadian miris ini memicu kepedulian civitas
POS, bahwa tawuran terjadi yang melibatkan
akademik Universitas Muhammadiyah Buton
sejumlah siswa SMP Negeri 2 Baubau dan
karena salah satu universitas yang sedang
MTsN di Jl Sultan Murhum pada Sabtu
berkembang dan selalu ikut andil dalam
(18/03) enggan ditanggapi oleh Kepala SMPN
pengabdian masyarakatnya yang dikuatkan
2 Baubau, Drs Basuki MPd. Menurut Basuki,
pada fungsi tridharma perguruan tinggi.
tawuran terjadi diluar jam sekolah. Sehingga
Peristiwa tragis ini memerlukan dengan
pihaknya tidak tahu menahu mengenai hal itu,
memperhatikan fungsi dari pendidikan bahwa
terlebih tidak ada laporan dan komplain dari
ada proses intervensi dengan mengunakan
sekolah
tersebut
pendekatan budaya yang telah dipahami dan
dilaporkan juga oleh Kepton pos (23/3)
diyakini sebagai kekuatan oleh masyarakat
bahwa Tawuran pelajar kembali terjadi, kali
buton, maka
lain.
Selain
kejadian
dalam kebersamaan di tanah
Wijaya, Bimbingan Kelompok Berbasis... 321
wolio (Buton) karena hakekat pendidikan
orang saling mencubit kulitnya sendiri-
adalah bagian dari suatu proses enkulturasi,
sendiri”.
berfungsi mewariskan nilai-nilai dan prestasi masa lalu ke generasi mendatang.
Mengurangi
perilaku
agresif
tawuransiswa bukan hanya menjadi tanggung
Nilai-nilai dan prestasi budaya Buton itu
jawab sekolah dan pihak yang terlibat
merupakan nilai kebanggaan bangsa yang
didalamnya, namun juga harus menjadi
menjadikan bangsa itu dikenal oleh bangsa-
tanggung jawab orang tua. Lingkungan
bangsa lain. Selain mewariskan, pendidikan
sekolah mempunyai pengaruh yang kuat
juga memiliki fungsi untuk mengembangkan
terhadap jiwa remaja. Sekolah diharapkan
nilai-nilai budaya dan prestasi masa lalu itu
untuk dapat menyelesaikan permasalahan
menjadi nilai-nilai budaya bangsa yang sesuai
yang dihadapi siswa yaitu melalui tindakan
dengan kehidupan masa kini dan masa yang
bimbingan konseling oleh guru Bimbingan
akan datang. Dalam salah satu falasafah
dan Konseling. Melalui guru Bimbingan dan
masyarakat Buton, ada satu diantara falsafah
Konseling inilah, diharapkan para siswa
lainnya berbunyi “ Pobinci binciki kuli’.
mampu bertukar pikiran dan menyelesaikan
Falsafah budaya Buton ini lebih jauh
masalah yang terkait dengan perilaku agresif
dapat dimaknai bahwa saat akan melakukan
tawuran.
sesuatu pada orang lain, terlebih dahulu
dianggap salah satu yang paling tepat ialah
cubitlah diri sendiri. Bila sakit maka itu
dengan
pulalah akibat dari tindakan yang akan kita
kelompok. Layanan Bimbingan Kelompok
bimbingan
konteks ini bukanlah terbatas pada suatu
dan mengintervensi perilaku agresif siswa
tindakan, melainkan juga ucapan. Dalam
karena bimbingan kelompok berfungsi untuk
bahasa
memberikan
menurutku,
“
layanan
kelompok
merupakan salah satu cara untuk memahami
modern,
sesuatu
membentuk
bimbingan
dalam
lakukan.
“Melakukan
Mengapa
ini
bisa
dikategorikan sebagai kecerdasan emosi.
pengertian
(meaning
attribution): menjelaskan, mengklarifikasi,
Kekuatan falsafah buton dapat bila
menafsirkan siswa terkait perilaku agresif
dimanfaatkan pada pelaksanaan kegiatan
tawuran tersebut. Interaksi antar anggota
bimbingan dan konseling dirasa akan lebih
kelompok terdapat kekuatan atau pengaruh
tepat dan efektif. Wujudnya pelaksanannya
yang dapat membentuk kekompakan dalam
lebih baik di bimbingan kelompok. Adanya
kelompok
falsafah sosial ini sejak dahulu sudah diyakini mengaut
karena
artinya
“masing-masing
Dampak perilaku agresif tawuran siswa, dibutuhkan suatu pemecahan masalah. Untuk
322 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 319-331
memecahkan perilaku agresif tawuran, anak-
tersebut
dan
anak perlu diberikan suatu bimbingan dengan
langkah
bersama
mengemukakan
permasalahan yang dibahas dalam kelompok.
falsafah
buton
(pobinci-
mengembangkan untuk
binciki kuli) yang sejak lama sudah diyakini
Unsur-Unsur
dan dijadikan cara pandang yang lebih
Bimbingan Kelompok
menguntungkan.
a. Dinamika kelompok
Pelaksanaan
Layanan
Bimbingan kelompok merupakan salah layanan
dalam
yang
kuatnya
interaksi antar anggota kelompok yang terjadi
Pengertian Bimbingan Kelompok
konseling
menangani
Dinamika kelompok yaitu
PEMBAHASAN
satu
bimbingan
dilaksanakan
untuk mencapai tujuannya. Dikemukakan
dan
pula bahwa produktivitas kelompok akan
dalam
tercapai apabila ada interaksi yang harmonis
suasana kelompok untuk mencapai tujuan
antar
tertentu, yang terdiri dari pemimpin kelompok
dinamika
dan anggota kelompok. Bimbingan kelompok
diantaranya adalah sebagai berikut:
dimaksudkan
1) Komunikasi dalam kelompok
bersama
untuk
yang
langkah-
membahas
masalah
didalamnya melibatkan
anggotanya.
Adapun
kelompok
Dalam
aspek-aspek
menurut
komunikasi
Hartinah
akan
terjadi
anggotanya untuk mengemukakan pendapat,
perpindahan ide atau gagasan yang diubah
tanggapan
menjadi simbol oleh komunikator kepada
dan reaksi terhadap anggota
lainnya sehingga suasana kelompok benar-
komunikan melaui media.
benar hidup.
2) Kekuatan di dalam kelompok
Prayitno
(1995:61)
mengemukakan
Dalam interaksi antar anggota kelompok
bahwa bimbingan kelompok diartikan sebagai
terdapat kekuatan atau pengaruh yang dapat
upaya
membentuk kekompakan dalam kelompok.
untuk
membimbing
kelompok-
kelompok siswa agar kelompok itu menjadi besar,
kuat
dan
mandiri,
dengan
3) Kohesi kelompok Merupakan
sejumlah
faktor
yang
memanfaatkan dinamika kelompok untuk
mempengaruhi anggota kelompok untuk tetap
mencapai tujuan-tujuan dalam bimbingan dan
menjadi anggota kelompok tersebut
konseling. Dalam
b. Pemimpin kelompok
layanan
tersebut,
para
siswa dapat diajak untuk bersama-sama mengemukakan pendapat tentang sesuatu dan membicarakan mengembangkan
topik-topik nilai-nilai
penting, tentang
hal
kelompok
dan
anggota
Pemimpin kelompok merupakan unsur yang menentukan akan berjalan dengan baik atau tidak bimbingan kelompok yang akan
Wijaya, Bimbingan Kelompok Berbasis... 323
dilaksanakan. peranan pemimpin kelompok adalah sebagai berikut: 1) Memberikan (emotional motivasi,
Tujuan bimbingan kelompok meliputi:
dorongan
emosional
(1) melatih anggota kelompok agar berani
stimulation):
memberikan
berbicara dengan orang banyak, (2) melatih
kenyamanan,
anggota kelompok dapat bertenggang rasa
memberikan
memimpin untuk mendapatkan solusi. 2) Mempedulikan dorongan,
c. Tujuan Bimbingan Kelompok
(caring):
mengkasihi,
terhadap
sebaya,
(3)
dapat
memberi
mengembangkan bakat dan minat masing-
menghargai,
masing anggota kelompok, (4) mengentaskan
menerima, tulus dan penuh perhatian. 3) Memberikan
teman
pengertian
permasalahan-permasalahan
(meaning
attribution): menjelaskan, mengklarifikasi, menafsirkan.
kelompok
(Sukardi, 2002:50). Winkel
dan
Hastuti
(2004:592-593)
berpendapat bahwa tujuan layanan konseling
4) Fungsi eksekutif (Excecutive function):
kelompok adalah:
menentukan batas waktu, norma-norma,
1) Masing-masing konseli memahami dirinya
menetukan tujuan-tujuan dan memberikan
dengan baik dan menemukan dirinya
saran-saran.
sendiri.
Menurut
Sukardi
peranan
anggota
2) Para konseli megembangkan kemampuan
kelompok yang harus dilaksanakan dalam
berkomunikasi satu sama lain, sehingga
layanan bimbingan kelompok yaitu:
mereka dapat saling memberikan bantuan
1) Membantu terbinanya suasana keakraban
dalam
antar anggota kelompok, 2) Mencurahkan segenap
agar
yang
tugas-tugas
perkembangan yang khas untuk fase perasaan
dalam
mengikuti kegiatan kelompok. 3) Berusaha
menyelesaikan
dilakukanya
perkembangan mereka. 3) Para konseli memperoleh kemampuan
itu
mengatur dirinya sendiri dan mengarahkan
membantu tercapainya tujuan bersama.
hidupnya sendiri, mula-mula dalam kontak
4) Membantu tersusunya aturan kelompok
antarpribadi di dalam kelompok dan
dan melaksanakannya dengan baik. 5) Aktif ikut serta dalam kegiatan kelompok. 6) Mampu berkomunikasi secara terbuka. 7) Berusaha membantu anggota lain.
kemudian juga dalam kehidupan seharihari di luar lingkungan kelompoknya. 4) Para konseli menjadi lebih peka terhadap kebutuhan orang lain dan lebih mampu menhayati perasaan orang lain.
324 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 319-331
5) Masing-masing konseli menetapkan suatu
dinamika
kelompok
yang
sasaran yang ingin mereka capai, yang
pembahasan
diwujudkan dalam sikap dan perilaku yang
pengembangan perasaan, pikiran, persepsi,
lebih konstruktif.
wawasan
6) Para
konseli
lebih
menyadari
dan
topik-topik
dan
sikap
efektif. Dalam hal
sebagai
berkomunikasi
bersama
yang
mengandung tuntunan menerima orang lain dan harapan akan diterima oleh orang lain.
menunjang
ini
kemampuan
verbal
maupun
non
verbal ditingkatkan. Dengan
diadakannya
bimbingan
kelompok ini dapat bermanfaat bagi siswa
7) Masing-masing konseli semakin menyadari
karena dengan bimbingan kelompok akan
bahwa hal-hal yang memprihatinkan bagi
timbul
dirinya kerap juga menimbulkan rasa
kelompok
perihatin dalam hati orang lain.
psikologis,
Tujuan
yang
mendorong
diwujudkannya tingkah laku yang lebih
menghayati makna dari kehidupan manusia kehidupan
itu
intensif,
bimbingan
kelompok
yang
interaksi
dengan anggota-anggota
mereka
memenuhi
seperti
menyesuaikan
diri
kebutuhan
kebutuhan dengan
untuk
teman-teman
dikemukakan oleh Prayitno (2004: 2-3) adalah
sebaya dan diterima oleh mereka, kebutuhan
sebagai berikut :
bertukar pikiran dan berbagi perasaan,
a. Tujuan Umum
kebutuhan
Tujuan
umum
bimbingan
dari
layanan
kelompok
berkembangnya
sosialisasi
Sering
menjadi
bahwa
nilai-nilai
kehidupan sebagai pegangan, dan kebutuhan
adalah
untuk menjadi lebih mandiri.
siswa,
Komponen Layanan Bimbingan Kelompok
khususnya kemampuan komunikasi anggota kelompok.
menemukan
Prayitno (1995: 27)
menggemukakan
kenyataan
bahwa ada tiga komponen penting dalam
kemampuan
kelompok yaitu suasana kelompok, anggota
bersosisalisasi/berkomunikasi
seseorang
sering terganggu oleh perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang tidak
kelompok, dan pemimpin kelompok. a. Suasana kelompok Pendekatan
interaksional
merupakan
obyektif, sempit dan terkukung serta tidak
pendekatan yang digunakan dalam layanan
efektif.
bimbingan
b. Tujuan Khusus
menitikberatkan
Bimbingan membahas
kelompok
topik-topik
bermaksud
tertentu.
Melalui
anggota,
kelompok. pada
anggota
Pendekatan interaksi
dengan
ini antar
pemimpin
kelompok dan sebaliknya. Interaksi ini selain
Wijaya, Bimbingan Kelompok Berbasis... 325
berusaha bersama untuk dapat belajar dan
peranan para anggotanya. Peranan
mendengarkan secara aktif, melakukan
hendaknya dimainkan anggota kelompok
konfrontasi
sesuai yang diharapkan menurut Prayitno
dengan
tepat, memberikan
yang
perhatian dengan sungguh-sungguh terhadap
(1995:32) adalah sebagai berikut :
anggota lain.
1) Membantu terbinanya suasana keakraban
Kesempatan memberi dan menerima
dalam hubungan antar anggota kelompok.
dalam kelompok akan menimbulkan rasa
2) Mencurahkan segenap perasaan dalam
saling menolong, menerima, dan berempati
melibatkan
dengan tulus. Keadaan ini membutuhkan
kelompok.
suasana
yang
positif
antar
anggota,
sehingga mereka akan merasa diterima, dimengerti, dan menambah rasa positif dalam diri mereka. Saling berhubungan
antar
anggota kelompok sangat diutamakan. Para ahli
menyebutkan
hendaknya apakah
ada
lima
diperhatikan
kehidupan
hal
dalam
sebuah
yang
menilai kelompok
tersebut baik atau kurang baik, yaitu :
antar anggota
dalam
kegiatan
3) Berusaha agar yang dilakukannya itu membantu tercapainya tujuan bersama. 4) Membantu
tersusunnya
aturan
kelompok dan berusaha mematuhinya dengan baik. 5) Benar-benar berusaha untuk secara efektif ikut
serta
dalam
seluruh
kegiatan
kelompok. 6) Mampu
1) Adanya saling hubungan yang dinamis
diri
mengkomunikasikan
secara
terbuka. 7) Berusaha membantu orang lain.
2) Memiliki tujuan bersama 3) Hubungan antara
8) Memberikan
besarnya kelompok
(banyak anggota) dan sifat
kegiatan
kelompok
anggota
lain
kesempatan untuk
kepada
juga menjalani
peranannya. 9) Menyadari pentingnya kegiatan kelompok
4) Itikad dan sikap terhadap orang lain
tersebut.
5) Kemampuan mandiri (Prayitno, 1995: 27)
c. Pemimpin kelompok
b. Anggota kelompok
Prayitno (1995: 35-36) peranan pemimpin
Keanggotaan unsur
pokok
merupakan dalam
salah
satu
proses kehidupan
kelompok
dalam
layanan
bimbingan
kelompok adalah sebagai berikut.:
kelompok. Tanpa anggota tidaklah mungkin
1) Pemimpin kelompok dapat memberikan
ada kelompok. Kegiatan ataupun kehidupan
bantuan, pengarahan atau campur tangan
kelompok itu sebagian besar didasarkan atas
langsung terhadap kegiatan kelompok.
326 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 319-331
Campur tangan ini meliputi hal-hal bersifat
yang timbul di dalamnya juga menjadi
dari yang dibicarakan maupun mengenai
tanggung jawab pemimpin kelompok.
proses kegiatan itu sendiri.
Budaya Buton (Pobinci-binci Kuli)
2) Pemimpin kelompok memusatkan perhatian
Binci-binciki kuli itu merupakan dasar
pada suasana perasaan yang berkembang
utama,
dalam kelompok itu, baik perasaan
terkandung di dalamnya di jabarkan ke dalam
anggota- anggota
empat dasar yaitu :
keseluruhan kelompok perasaan
tertentu
kelompok. dapat
yang
maupun Pemimpin
menanyakan dialami
oleh
kemudian
makna-makna
yang
a. Pomae-maeka
suasana
Hal ini mengandung makna bahwa
anggota
seluruh anggota masyarakat harus merasa
kelompok.
saling takut satu terhadap yang lain dan
3) Jika kelompok tersebut tampak kurang
semua harus mentaati ketentuan itu tanpa
menjurus ke arah yang dimaksudkan,
kecuali maka yang muda merasa takut kepada
maka
yang tua, demikian lula sebaliknya yang tua
pemimpin
kelompok
perlu
memberikan arah yang dimaksudkan. 4) Pemimpin
kelompok
juga
harus pula merasa takut kepada yang muda. perlu
Yang lemah merasa takut kepada yang kuat ,
memberikan tanggapan (umpan balik)
sebaliknya sikuat harus merasa takut pula
tentang berbagai hal yang terjadi dalam
pada si lemah.
kelompok, baik yang bersifat isi maupun
b. Pomaa-maasiaka
proses kegiatan kelompok.
Poma-maasiaka mengandung pula makna
5) Pemimpin kelompok diharapkan mampu
luhur bahwa antara anggota masyarakat harus
mengatur lalu lintas kegiatan kelompok,
sayang menyangi dan kasih mengasihi secara
pemegang atauran permainan (menjadi
timbal balik, saling menyayangi antara tua
wasit),
pendorong
dan muda, antara sikaya dan simiskin, si kuat
kerjasama serta suasana kebersamaan.
dan silemah, pemerintah dan rakyatnya, dan
Selain itu juga diharapkan bertindak
sebagainya.
sebagai penjaga agar apapun yang terjadi
bahagianya suatu masyakat yang mampu
di dalam kelompok itu tidak merusak
mengamalkan sila ini.
ataupun menyakiti seseorang atau lebih
c. Popia-piara
pendamai
dan
anggota kelompok. 6) Sifat
kerahasiaan
Alangkah
harmonis
dan
Pada falsafah ini mengandung makna dari
kelompok itu
dengan segenap isi dan kejadian-kejadian
positif bahwa antara anggota masyarakat berkewajiban
saling
memelihara,
saling
Wijaya, Bimbingan Kelompok Berbasis... 327
membina, material,
melindungi moril
atau
mengamankan kedudukan
dalam
kualitas dari hubungan antar manusia, antar kelompok masyarakat. Saling mengayomi
masyarakat. Memelihara agar apa yang
Apabila kita melihat sekitar hidup kita
dimiliki seseorang tidak terganggu, membantu
maka kelanjutan hidup suatu masyarakat
supa-sya lebih berkembang dan meningkat
sebenanya terletak pada sikap kita untuk
lebih maju. Apabila falsafah ini dilanggar
saling mengayomi. Seorang anak diayomi
maka akan terjadi sifat-sifat sebaliknya yaitu
oleh orang tuanya pada waktu ia kecil. Di
saling
dalam masyarakat global dewasa ini sikap
jatuh-menjatuhkan,
hancur-
menghancurkan dalam masyarakat, hal mana
mengayomi
akan membawa kerusakan dalam masyarakat.
dikembangkan. Jutaan manusia masih hidup
d. Poangka-angkataka
dibawah garis kemiskinan, dan meminta
Sila
ini
mengandung
pengertian
tersendiri, yaitu bahwa setiapa anggoata masyarakat yang sudah memberikan darma
perlu
terus
menerus
bantuan dari manusia yang lain. 2) Integritas Nilai integritas merupakan dasar dari
baktinya kepada masyarakat dan bangsa,
kepercayaan
wajib diberikan penghargaan yang setimpal,
masyarakat satu dengan yang lain. Seseorang
yang
yang tidak memeliki integritas akan sulit
dapat
mengangkat
derajat
dan
sesama
martabatnya dimata masyarakat. Darma bakti
untuk
itu berupa memenangkan suatu perang,
sesamanya.
menyerahkan dengan ikhlas harta bendanya
Perilaku Agresif Siswa Tawuran
bagi kepentingan umum, memiliki suatu ilmu atau
keterampilan
yang
berguna
bagi
memberikan
manusia,
bantuan
sesama
kepada
Baron dan Bryne (2000) mendefinisikan perilaku agresif sebagai suatu bentuk perilaku
kepentingan umum dan lain-lain.
yang
Nilai- nilai falsafah di atas perlu dihidupkan
mencelakakan
dalam suatu masyarakat agar tercipta suasana
menginginkan datangnya perilaku tersebut.
yang mengarah kepada nilai-nilai :
Berdasarkan defenisi yang dikemukakan oleh
1) Saling menghormati
para ahli dapat ditarik kesimpulan secara
Nilai saling menghormati merupakan suatu
nilai
yang
mempertahankan
mutlak perdamaian
di
ditujukan
untuk
individu
melukai lain
yang
atau tidak
umum bahwa perilaku agresif adalah suatu
dalam
bentuk perilaku yang merupakan reaksi
setiap
terhadap
masyarakat. Saling menghormati adalah suatu
frustasi
atau
ketidakmampuan
memuaskan kebutuhan-kebutuhan psikologis dasar yang ditujukan untuk mencelakakan
328 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 319-331
atau melukai makhluk hidup atau benda mati
dapat
baik secara fisik atau verbal, baik secara
Wanita yang sedang mengalami masa haid,
langsung atau tidak langsung.
kadar
Faktor-faktor Penyebab Perilaku agresif
estrogendan
Beberapa
faktor
penyebab
perilaku
mempengaruhi
hormon
agresi.
kewanitaan
progesterone
yaitu menurun
jumlahnya akibatnya banyak wanita mudah
agresif menurut Davidoff (1991), yaitu:
tersinggung,
a. Amarah
bermusuhan.
Marah merupakan emosi yang memiliki
perilaku
gelisah,
tegang
dan
c. Kesenjangan generasi.
ciri-ciri aktivitas sistem saraf parasimpatik
Adanya perbedaan atau jurang pemisah
yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka
(gap) antara remaja dengan orangtuanya,
yang sangat kuat yang biasanya disebabkan
dapat
adanya kesalahan, yang mungkin nyata-nyata
komunikasi yang semakin minimal dan
salah atau mungkin juga tidak dan saat marah
seringkali
ada perasaan ingin menyerang, meninju,
komunikasi orangtua dan remaja diyakini
menghancurkan ataumelempar sesuatu dan
sebagai penyebab timbulnya perilaku agresi
timbul pikiran yang kejam.
pada remaja.
b. Faktor Biologis, bahwa ada tiga faktor
d. Lingkungan,
biologis
yang mempengaruhi perilaku
agresif, yaitu: 1) Gen
terlihat
dalam
tidak
bentuk
hubungan
nyambung.
bahwa
ada
Kegagalan
tiga
faktor
lingkungan yang mempengaruhi perilaku agresif yaitu :
berpengaruh
pada
pembentukan
1) Kemiskinan,
bila
seorang
remaja
sistem neural otak yang mengatur perilaku
dibesarkan dalam lingkungan kemiskinan,
agresif.
maka perilaku agresi mereka secara alami
2) Sistem otak yang tidak terlibatdalam agresi ternyata
dapat
menghambat
memperkuat
bahwa
terlalu
banyak
rangsangan indra dan kognitif membuat
yang
dunia menjadi sangat impersonal. Setiap
berorientasi pada kenikmatan akan sedikit
individu cenderung menjadi anonim (tidak
melakukan agresi dibandingkan dengan
mempunyai
orang
seseorang merasa anonim ia cenderung
agresi.
yang tidak
neural
2) Anonimitas,
yang
mengendalikan
sirkuit
atau
mengalami penguatan.
Orang
pernah
mengalami
kesenangan dan kegembiraan. 3) Kimia darah (khususnya hormon seks yang sebagian ditentukan faktor keturunan) juga
identitas
diri)
dan
bila
berperilaku semaunya sendiri, karena ia merasa tidak lagi terikat dengan norma
Wijaya, Bimbingan Kelompok Berbasis... 329
masyarakat dan kurang bersimpati pada orang lain.
1) Kondisi pribadi remaja yaitu kelainan yang dibawa sejak lahir baik fisik maupun
3) Suhu udara yang panas, tawuran yang
psikis, lemahnya kontrol diri terhadap
terjadi di Jakarta seringkali terjadi pada
pengaruh
siang hari diterik panas matahari, tapi bila
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan
musim hujan relative tidak ada peristiwa
kurangnya dasar keagamaan.
tersebut.
Aksi-aksi
demonstrasi
lingkungan,
kurang
mampu
yang
2) Lingkungan rumah dan keluarga yang
berujung pada bentrokan dengan petugas
kurang memberikan kasih sayang dan
keamanan yang biasa terjadi pada cuaca
perhatian orang tua sehingga remaja
yang terik dan panas tapi bila hari diguyur
mencarinya dalam kelompok sebayanya,
hujan aksi tersebut juga menjadi sepi. Hal
kurangnya komunikasi sesama anggota
ini sesuai dengan pandangan bahwa suhu
keluarga, status ekonomi keluarga yang
suatu lingkungan yang tinggi memiliki
rendah, ada penolakan dari ayah maupun
dampak terhadap perilaku sosial berupa
ibu, serta keluarga yang kurang harmonis.
peningkatan perilaku agresi.
3) Lingkungan masyarakat yang kurang sehat,
e. Peran belajar model kekerasan
keterbelakangan
Anak-anak dan remaja banyak belajar menyaksikan
adegan
kekerasan
melalui
televisi dan juga “games”, ataupun mainan yang bertema kekerasan.
Remaja miskin yang nakal adalah akibat dari frustrasi yang berhubungan
norma baru yang ada diluar.
penyaluran
pendidikan bakat
dan
sebagai
tempat
minat
remaja,
kurangnya perhatian guru, tata cara disiplin menganggur,
yang terlalu kaku atau norma-norma
dan
adanya
pendidikan yang kurang diterapkan.
kebutuhan yang harus segera terpenuhi tetapi
Tawuran dan Awal Kemunculannya
keuangan
yang
waktu
pengawasan
terhadap remaja serta pengaruh norma-
fasilitas
banyaknya
kurangnya
pada
4) Lingkungan sekolah, seperti kurangnya
f. Frustrasi
dengan
masyarakat,
pendidikan
pas-pasan
sulit sekali tercapai sehingga mereka menjadi
Fenomena tersebut nampaknya terus
mudah marah dan berperilaku agresi.
berlangsung hingga saat ini. Tawuran antar
g. Proses pendisiplinan yang keliru
pelajar sebenarnya hanya salah satu dari
Menurut Kartono (1988) faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku agresiF pada remaja meliputi :
bentuk kenakalan pada remaja. Masih banyak lagi
permasalahan
psikologis
maupun
330 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 319-331
kriminal yang sering dialami dan dilakukan
pengembangan yang dilaksanakan peneliti
remaja.
guna memperoleh sebuah model panduan
Perilaku menyimpang (deviant) yang
untuk mengurangi perilaku agresif tawuran
dilakukan remaja, biasa dikenal dengan
siswa di kota baubau yang rentan terjadi
juvenile delinquency, yaitu kenakalan remaja
dikota baubau. Dari hasil analisis masalah
menunjuk pada suatu bentuk perilaku yang
terkait tawuran dari mengetahui pemicu
tidak sesuai dengan normanorma yang hidup
perilaku
di dalam lingkungan masyarakatnya menurut
berdasarkan
beberapa ahli definisi kenakalan remaja ini,
terdahulu. Langkah-langkah ditempuh dalam
hampir
penelitian
sama.
Ruth
May
Strang16
agresif
tawuran
hasil-hasil
pengembangan
siswa
dan
penelitian
lain
(Research
and
(1)
studi
menjelaskan bahwa “a juvenile delinquency is
Development)
an act of child or adolescent who breaks a
pendahuluan,
law. When a child is old enough to know that
pengembangan
he is doing wrong and he does it, that is being
penelaahan model hipotetik, (5) revisi, (6) uji
delinquent. A person under 21 who breaks the
coba terbatas. Enam (6) langkah yang
law is a juvenile delinquent”.
disesuaikan dengan kebutuhan penelitian.
Pelaku tawuran jika dilihat dari kelompok usia perkembangan manusia dalam rentang kehidupannya
sebagai
(2)
perencanaan,
(3)
hipotetik,
(4)
model
Keenam langkah tersebut diuraikan dalam prosedur pengembangan.
remaja.
Sintesis
ini
Kelompok remaja ini masih berstatus sebagai
menyatukan
ide
atau
menggabungkan
pelajar
yang sedang menjalankan tugas
beberapa
kajian
teori
dan
belajar
atau
di
karakteristik subyek dari data penelitian dan
pelaku
hasil penelitian berdasarkan kriteria baik
tawuran yang masih berstatus sebagai pelajar,
berasal dari data kualitatif maupun kuantitatif.
secara harfiah definisinya berasal dari istilah
PENUTUP
bahasa Inggris, yakni adolescence atau dalam
Kesimpulan
sekolah,
tergolong
meliputi:
menempuh
SMA.
Remaja
pendidikan sebagai
bahasa Latin adolescere (kata bendanya adolescentia artinya remaja). Untuk menjawab permasalahan ini maka
dimaksudkan
untuk
gambaran
Berdasarkan tinjauan pustaka dan analisis penelitian,
maka
dapat
ditarik
suatu
kesimpulan bahwa;
makalah ini akan dianalisis sesuai bentuk
1. Perilaku agresif siswa tawuran Kota
penelitian menggunakan metode penelitian
Baubau membutuhkan penanganan khusus
(research and development) yaitu penelitan
dengan
pendekatan
Bimbingan
dan
Wijaya, Bimbingan Kelompok Berbasis... 331
Konseling dengan metode
bimbingan
kelompok yang berbasis budaya Buton (pobinci-biciki kuli) agar siswa memiliki sikap untuk menghentikan perilaku agresif tawuran ini.
b) Pomaa-maasiaka (saling menyayangi antara sesama anggota masyarakat) c) Popia-piara (saling memelihara antara sesame anggoata masyarakat) d) Poangka-angkataka (saling mengangkat
2. Untuk mengurangi perilaku agresif siswa diperlukan
sebuah
panduan
model
derajat
antara
sesama
anggota
masyarakat)
bimbingan kelompok yang bebasis budaya
DAFTAR PUSTAKA
buton
Achmad, Juntika, Nurihsan, 2005)Strategi Layanan Bimbingan & Konseling, Bandung: PT. Refika Aditama, Achadiati 1kram. 2005. Istiadat Tanah Negeri Butuni, Edisi Teks dan Komentar. Jakarta: Mahrudin. 2009 Peranan Keluarga Dalam Peningkatan Sumberdaya Manusia (Analisis Filsafat Pobinci-Binciki Kuli) (Ed.21 2009) November 20, shaututtarbiyah Inggried Dwi Wedhaswary 201 4.Catatan Akhir Tahun, Tawuran: Tradisi Buruk TakBerkesudahan.http://edukasi.komp as.com/read/2011/12/23/10210953/.di akses pada Tanggal 06 april 2017. http://kabarbuton.com/berita/bentrokbonebone-tarafu-berlanjut-puluhanpolisi-siaga. diakses pada Tanggal 06 april 2017. Prof. Dr. Prayitno, 1995, Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil), (Ghalia Indonesia: Jakarta, Said Hasan Basri. 2017. Fenomena Tawuran Antar Pelajar Dan Intervensinya. Sukardi, Ketut Dewa. 2002. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta Winkel W.S. 2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi, 2004).
melalui
kelompok
untuk
metode
bimbingan
mengurangi
perilaku
agresif siswa tawuran kota Baubau Saran Tulisan ini direkomendasikan pada : 1. Para peneliti untuk terus maelanjutkan penelitian dengan skala yang lebih besar, mendalam
dan
komprehensif
demi
mengurangi perilaku agresif tawuran siswa di Kota Baubau yang maikin hari makin meresahkan
sampai
menjadi
tawuran
warga kelurahan. 2. Melalui penelitian ini dapat ditumbuhkan kembali budaya buton pobinci-binci kuli yang
sudah
menghilang
dan
kurang
diperhatikan kembali oleh masyarakat itu sendiri
yanterkandung
dalam
falsafah
Binci-binciki kuli itu merupakan dasar utama,
kemudian
makna-makna
yang
terkandung di dalamnya di jabarkan ke dalam empat dasar yaitu: a) Pomae-maeka
(saling
takut
sesama anggota masyarakat)
antara