EFEKTIFITAS BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS BUDAYA JAWA UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA SMK PGRI WONOASRI Rischa Pramudia Trisnani*
[email protected] Silvia Yula Wardani*
[email protected] Ferisia Hana**
[email protected]
Abstrak Berkomunikasi dengan orang lain dapat dilakukan individu di dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Komunikasi antara dua orang atau lebih secara tatap muka disebut komunikasi interpersonal.Siswa SMK umumnya berkisar (16-19 th) dimana usia berada pada tahap usia remaja, yang mana salah satu tugas perkembangan yang harus dicapai adalah mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal.Berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK SMK PGRI Wonoasri menunjukkan bahwa: (1) masih ada beberapa siswa yang berkomunikasi interpersonal kurang baik, (2) terjadi perselisihan antar siswa karena kesalahpahaman yang disebabkan komunikasi interpersonal yang kurang baik. Untuk meningkatkan komunikasi salah satu caranya adalah dengan menerapkan layanan bimbingan kelompok berbasis budaya jawa, sehingga siswa mampu berkomunikasi dengan baik dan sopan sesuai ajaran budaya jawa yang terkenal halus dan sopan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengerahui efektifitas bimbingan kelompok berbasis budaya jawa dalam meningkatkan komunikasi interpersonal siswa SMK PGRI Wonoasri. Penelitian ini dilakukan di SMK PGRI Wonoasri dengan desain penelitian pre-experimental design. Teknik pengumpulan data menggunakan skala psikologis yaitu skala komunkasi interpersonal. Teknik analisis data menggunakan Wilcoxon Match Pairs Test. Hasil penelitian menunjukkan bimbingan kelompok berbasis budaya jawa efektif untuk meningkatkan komunikasi interpersonal siswa SMK terbukti setelah uji hipotetik dengan teknik analisis Wilcoxon Signed Rank Test nilai AsympSig (2-tailed) / asympiotic significance0.012, dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok berbasis budaya jawa efektif untuk meningkatkan komunikasi interpersonal siswa SMK di Kabupaten Madiun. Disarankan untuk meningkatkan pelayanan bimbingan dan konseling perlu pengembangkan layanan bimbingan dan konseling salah satunya adalah bimbingan kelompok. Kata kunci : Bimbingan Kelompok , budaya Jawa, Komunikasi Interpersonal *Rischa Pramudia T dan Silvia Yula W adalah adalah Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI MADIUN. ** Ferisia Hana P adalah adalah Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI MADIUN.
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
54
A. Pendahuluan Di dalam
sifatnya pribadi, salah satunya kehidupan
bermasyarakat,
manusia
menjalankan peranannya sebagai makhluk
sosial.
Sebagai
makhluk sosial, manusia akan selalu
berkeinginan
berbicara,
tukar
untuk menukar
gagasan, memberikan informasi dan
menerima
berbagi
bekerja
sama dengan orang lain untuk kebutuhan
dan
sebagainya. Dengan demikian manusia akan berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain dan
individu
dituntut
dapat
berkomunikasi
baik.
Dengan
dengan
baik
untuk dengan
berkomunikasi individu
dapat
diterima di lingkungannya.
dituntut untuk dapat melakukan
Siswa
yang
berkomunikasi
komunikasi
interpersonal bagi diri siswa. Padahal
komunikasi
interpersonal memiliki arti yang sangat penting yaitu, membantu perkembangan intelektual dan sosial kita. Siswa
SMK
umumnya
berkisar (16-19 th) dimana usia tersebut
menurut
Havighurst
dalam Yusuf (2010:198) berada pada tahap usia remaja, yang mana
salah
satu
tugas
perkembangan
yang
harus
dicapai adalah mengembangkan keterampilan
komunikasi
interpersonal.
Dalam
mengembangkan
keterampilan
hubungan dengan orang lain
Bagi siswa di sekolah,
komunikasi
pentingnya
informasi,
pengalaman,
memenuhi
kurangnya pengetahuan tentang
interpersonal.. kurang
mampu
lebih
sering
diam, menyendiri dan tidak mau bergabung dengan teman yang sedang mengobrol dengan teman yang lain. Hal ini terjadi akibat siswa mempunyai masalah yang
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
dapat dilakukan dengan cara membina
pergaulan
dalam
kelompok
maupun
dengan
lingkungannya, dan menciptakan proses interaksi sosial yang baik. Siswa interaksi
dalam
menciptakan
sosial
dituntut kemampuan interpersonal
yang
untuk
baik
memiliki komunikasi
yang
baik.
55
Kemampuan
komunikasi
maksimal dalam memfasilitasi
interpersonal dapat menjadikan
peserta
siswa berperilaku yang diterima
mengaktualisasikan
oleh kelompok sosialnya.
potensi
Berdasarkan
hasil
didik
yang
berbagai
jenis
wawancara dengan guru BK
media
SMK
bimbingan
PGRI
Wonoasri
segala
dimiliki.
Dari
layanan
dan
bimbingan,
layanan
kelompok
adalah
menunjukkan bahwa: (1) masih
layanan yang dipandang paling
ada
tepat
beberapa
siswa
yang
digunakan
untuk
siswa
dalam
berkomunikasi
interpersonal
membantu
kurang
(2)
meningkatkan
baik,
terjadi
komunikasi
perselisihan antar siswa karena
interpersonal siswa. Akan tetapi
kesalahpahaman
berdasarkan
yang
disebabkan
komunikasi
dengan
hasil
guru
wawancara
BK,
layanan
interpersonal yang kurang baik,
bimbingan
(3) ada beberapa siswa yang
belum
tidak dapat mengendalikan diri
disekolah menjelaskan dalam
dalam
memberikan layanan bimbingan
berperilaku
berkomunikasi
dan
dengan
siswa
artinya
yang
secara
cenderung
diam
dan
maksimal.
kelompok
lain disekolah, (4) terdapat siswa
kelompok Guru
masih tidak
masih BK
insidental, direncanakan
terjadwal.
Sehingga
menghindar pergaulan dengan
proses yang dilakukan belum
teman sebayanya.
sesuai dengan tahap-tahap yang
Upaya
pembentukan
keterampilan
komunikasi
interpersonal
siswa
bimbingan
kelompok.
Pelaksanaannya
juga
terlepas dari peranan bimbingan
menggunakan
teknik/metode
dan
sekolah.
tertentu. Hasil dari pelaksanaan
dan
layanan bimbingan kelompok
konseling di SMK mempunyai
juga tidak dilakukan evaluasi
peran
dan tindak lanjut.
konseling
Layanan
yaitu
di
bimbingan
berperan
tidak
ada pada pelaksanaan layanan
secara
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
belum
56
Dengan
demikian
bimbingan kelompok berbasis budaya Jawa merupakan salah satu
intervensi
B. Kajian Pustaka 1. Bimbingan Kelompok a. Pengertian Bimbingan
yang
Kelompok
direncanakan untuk membantu individu-individu melalui proses antar pribadi yang dinamis yang berorientasi
pencegahan
pengembangan.
dan
Melalaui
bimbingan kelompok berbasis budaya Jawa diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi
serta
mempersonalisasi
nilai-nilai
budayayang
ada
sehingga
terwujud dalam perilaku seharihari.
di atas dan potensi budaya yang diintegrasikan
kekuatan
sebagai
dalam
pelayanan
dan
konseling,
bimbingan
karena itu peneliti mengangkat judul
dalam
“Efektifitas Kelompok Jawa
kelompok
merupakan bimbingan yang dilakukan secara kelompok terhadap sejumlah individu untuk mencegah timbulnya masalah
dan
mengembangkan
potensi
individu. Menurut Romlah (2006:
3)
bimbingan
kelompok
adalah
pemberian
bantuan
dalam
situasi
Artinya
yang
kelompok.
bahwa
kegiatan
untuk
Meningkatkan
Komunikasi Interpersonal Siswa SMK PGRI Wonoasri”.
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
kelompok
diberikan
kepada
sekolompok individu yang mengalami
permasalahan
yang sama. b. Tujuan
Bimbingan
Kelompok
Bimbingan Budaya
yang
merupakan proses bantuan
penelitian
Berbasis
proses
diberikan kepada individu
bimbingan Berdasarkan permasalahan
dapat
Bimbingan
Tujuan
Bimbingan
kelompok menurut Winkel &
Sri
Hastuti
547)“adalah
(2010:
menunjang
perkembangan pribadi dan
57
tahapan-tahapan yang harus
a. Tahap pembentukan, yaitu tahapan untuk membentuk kerumunan sejumlan individu menjadi satu kelompok yang siap mengembangkan dinamika kelompok dalam mencapai tujuan bersama. b. Tahap peralihan, yaitu tahapan untuk mengalihkan kegiatan kelompok ke kegiatan berikutnya yang lebih terarah pada pencapaian tujuan kelompok. c. Tahap kegiatan, yaitu tahapan ‘kegiatan inti’ untuk membahas topik-topik tertentu. d. Tahap penyimpulan, yaitu tahapan kegiatan untuk melihat kembali apa yang sudah dilakukan dan dicapai oleh kelompok. Peserta kelompok diminta melakukan refleksi berkenaan dengan kegiatan pembahasan yang baru saja diikuti. e. Tahap penutupan, yaitu merupakan tahap akhir dari seluruh kegiatan. Kelompok merencanakan kegiatan bimbingan kelompok selanjutnya dan salam hangat perpisahan. 2. Budaya Jawa
dilalui sehingga akan terarah,
a. Konsep Budaya
perkembangan
sosial
masing-masing
anggota
kelompok
serta
meningkatkan
mutu
kerja
sama dalam kelompok guna aneka tujuan yang bermakna bagi para partisipan”. MenurutWibowo (2005:17)tujuan
bimbingan
kelompok adalah: untuk memberi informasi dan data untuk mempermudah pembuatan keputusan dan tingkah laku, selanjutnya tujuan lain yang ingin dicapai adalah pengembangan pribadi, pembahasan topik-topik atau masalah-masalah umum secara luas dan mendalam yang bermanfaat bagi anggota kelompok sehingga terhindar dari permasalahan yang berkaitan dengan topik atau masalah yang dibahas. c. Tahapan Bimbingan Kelompok Suatu sangat
runtut,
proses
layanan
ditentukan
dan
tepat
pada
pada
Sulasman (2013 :20)
sasaran. Tahap pelaksanaan
mendifinisikan
Bimbingan
adalah suatu cara hidup yang
kelompok
budaya
menurut Prayitno (2012: 170-
berkembang
171) yaitu:
bersama oelh sekelompok
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
dan
dimiliki
58
orang dan diwariskan dari
masyarakat yang pada tataran
generasi ke generasi. Budaya
berikutnya
menjadi hal yang penting
menghasilkan
untuk diperhatikan karena
yang kemudian ditulis dalam
telah
sejarah.
diakui
bahwa
secara
budaya
luas
membawa
bersama-sama kebudayaan
Bangsa
Indonesia
pengaruh bagi karakteristik
adalah bangsa yang majemuk
individu
dan
kelompok
terdiri dari beragam suku
individu.
Prosser
(dalam
bangsa dan sub-suku bangsa,
5)
masing-masing dengan ciri
menyatakan bahwa budaya
kebudayaan yang partikular.
meliputi berbagai hal, mulai
Salah satu dari suku itu
dari tradisi, kebiasaan, nilai-
adalah orang jawa yang telah
nilai,
berabad-abad
Supriadi,
2001:
norma,
bahasa,
keyakinan, dan berpikir yang
mengembangkan
telah terpola dalam suatu
kebudayaannya.
masyarakat dan diwariskan
Setiap
budaya
pasti
dari generasi ke generasi
memiliki kekhasannya sendiri
serta memberikan identitas
yang sering kali
pada
ikon kebanggaan masyarakat
komunitas
pendukungnya.
pendukungnya.
b. Karakteristik Budaya Jawa Manusia, kebudayaan
menjadi
masyarakat, dan
sejarah
Jawa
merupakan salah satu suku yang
memiliki
kebudayaan
beragam
yang
khas.
merupakan empat komponen
Masyarakat jawa lebih sering
yang dapat dibedakan tetapi
mengaktualisasikan sikap dan
tidak dapat dipisahkan karena
perilaku hidupnya ke dalam
keempatnya
wujud
berhubungan
yang
tidak
jelas
satu sama lain sebagai suatu
(disamarkan)
sistem yang utuh. Manusia
menggunakan simbol-simbol
secara
tertentu. Penyampaian sikap
alami
membentuk
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
dengan
59
dan
perilaku
yang
disebut
sebagai
“tiyang
tersamarkan ini merupakan
pinggiran” (orang pinggiran).
bentuk
Daerah
kehalusan
budi
Mancanegari
ini
masyarakat jawa. Orang jawa
merupakan daerah pinggiran
menggunakan budaya semu
dari
ini
jarak
berkembang di kerajaan Jawa
diharapkan
Mataram pada antara abad
bahwa keretakan sosial akan
ke-17 hingga abad ke-19.
terjaga melalui budaya semu
Masyarakat
yang halus. Dengan demikian
memiliki
orang jawa selalu berusaha
kemiripan dengan masyarakat
menjalankan
Negarigung
untuk
sosial,
menjaga
dimana
hidupnya
kebudayaan
yang
Mancanegari kemiripan-
dalam
hal
dengan
membahagiakan
pementingan tutur bahasa dan
sesamanya.
Budaya
keseniannya,
dapat
diajarkan
tidak melalui
proses-proses
kognitif,
kendatipun
kualitasnya tidak sebaik atau peradaban
kraton.
Demikian
juga
soal
pembiasaan
pandangan
keagamaannya
dan penanaman nilai secara
(dahulunya
inklusif
sampai
melainkan
melalui
pengembangan
yang
dengan
terintegrasi
semua
piranti
sehalus
dan
mungkin
sekarang)
kecenderungan kepada agama
pendidikan dan pembelajaran
Kejawen.masyarakat
di sekolah.
Mancanegari
Daerah
ada
yang
merupakan
Mancanegari
perpaduan antara masyarakat
adalah suatu sebutan untuk
Negarigung yang memiliki
daerah-daerah
luar
kehidupan keagamaan yang
Surakarta Hardiningrat dan
sinkretik, namun memiliki
Yogyakarta
kebudayaan
di
Hardiningrat,
yaitu Madiun, Kediri dan malang.
Masyarakat
yang
hidup dalam peradaban ini
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
seperti
masyarakat pesisir. c. Ajaran Budaya Jawa dalam Bimbingan Kelompok
60
Elemen-elemen dalam
sebuah
di
mempengaruhi. Seperti yang
kebudayaan
dikemukakan oleh De vito
mencapai ratusan atau lebih
(2011:252)
bahwa
dari itu, baik elemen budaya
komunikasi
interpersonal
material
adalah
maupun
materialnya.
Pada
non elemen
pengiriman pesan-pesan dari
non material terkandung pula
seseorang dan diterima oleh
wujud gagas berupa AjarAn
orang lain, atau sekelompok
budaya yang jauh lebih sulit
orang dengan efek dan umpan
didefinisikan karena selain
balik
luas ruang lingkupnya juga
Selanjutnya
karena sangat abstrak. Dalam
dalam
bimbingan
ini,
menyatakan
bahwa
Ajaran budaya Jawa yang
komunikasi
interpersonal
dimaksud
Ajaran
adalah setiap bentuk tingkah
“Wong jowo nggone sewu
laku seseorang baik verbal
,Dhupak bujang esem mantra,
maupun
Semu
ditanggapi oleh orang lain.
kelompok
adalah
bupati,
narendra,
Sasmita
Nguwongke
diuwongke,
Cacah
bubrah-Rukun santoso,
lan
agawe agawe
Rasa
pangrasa”
(Endraswara, 2012: 24). 3.
merupakan
yang
Supratiknya
Sugiyo
b. Ciri-ciri Interpersonal
Depdikbud dalam Sugiyo (2005:
4)
mengemukakan
bahwa ciri-ciri komunikasi
a. Pengertian
adanya
Komunikasi
Komunikasi interpersonal
dimana
individu didalamnya
yang
proses individuterlibat saling
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
meliputi:
peran
adanya
Interpersonal
sosial
yang
Komunikasi
interpersonal
merupakan
(2005:3)
nonverbal
Komunikasi Interpersonal
adalah
langsung.
serta,
(1) (2)
dialog
bukan
(3)
adanya
monolog,
interaksi, (4) adanya ikatan psikologis. Menurut (2011:96)
De
vito
mengemukakan
61
ciri-ciri
komunikasi
pendekatan kuantitatif karena
interepersonal meliputi 5 ciri
menekankan
yaitu:
Keterbukaan
fenomena yang objektif dan
(opennes), (2). Empati, (3)
dikaji secara kuantitatif. Untuk
Dukungan, (4) rasa positif
memaksimalkan objektifitasnya
(positiveness), (5) kesamaan
dengan
(equality).
angka
(1)
c. Tujuan
Komunikasi
fenomena-
menggunakan dan
angka-
pengelohan
statistik.Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
Interpersonal Menurut
Sugiyo
adalah penelitian eksperimen.
dari
Desain eksperimen yang dipakai
interpersonal
adalah pre-experimental design.
adalah: (1) menemukan diri
Dalam desain eksperimen ini
sendiri, (2) menemukan dunia
hanya terdapat 1 kelompok,
luar, (3) membentuk dan
tidak terdapat kelompok kontrol.
memelihara hubungan yang
Populasi dalam penelitian
bermakna dengan orang lain,
ini adalah siswa kelas X AK
(4)
yang
(2005:10)
tujuan
komunikasi
mengubah
sikap
dan
berjumlah
113
perilaku sendiri dengan orang
siswa.Teknik
lain, (5) bermain dan hiburan,
sampel yang akan digunakan
(6) belajar, (7) mempengaruhi
adalah
orang
sampling, berdasarkan tujuan
lain,
pendapat
(8)
orang
merubah lain,
(9)
porposive
penelitian
yaitu
memiliki
membantu orang lain.
ini
Wonoasri yang beralamat di
penelitian.
Wungu Penelitian
Kecamatan
Kabupaten ini
yang
siswa akan dijadikan subjek penelitian
Wonoasri
siswa
komunikasi
dilaksanakan di SMK PGRI
Desa
random
interpersonal rendah berjumlah 8
C. Metodologi Penelitian Penelitian
pengambilan
Madiun.
menggunakan
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
Menurut 147) adalah
atau
sampel
Sugiono
(2011,
instrument “suatu
penelitian alat
yang
62
digunakan
untuk
mengukur
keterampilan
komunikasi
fenomena alam maupun sosial
interpersonal siswa, maka teknik
yang
Teknik
analisis data dalam penelitian ini
yang
meggunakan Wilcoxon Match
diamati”.
pengumpulan
data
digunakan dalam penelitian ini adalah skala psikologis. Skala
Pairs Test.
psikologis dalam penelitian ini
D. Hasil Penelitian Angket kecenderungan
berbentuk skala sikap dimana
komunikasi interpersonal siswa
hanya mengukur sikap, maka
SMK
instrumen penelitian akan lebih
Kabupaten
menekankan pada pengukuran
diterapkan layanan bimbingan
sikap
kelompok berbasis budaya Jawa
yaitu
komunikasi
interpersonal siswa. Skala
Madiun
menunjukkan pengukuran
komunikasi interpersonal yang digunakan pada penelitian ini adalah adalah skala Likert, yaitu skala yang digunakan untuk mengukur
sikap,
persepsi
seseorang
sekelompok
PGRI
pendapat,
tentang
atau kejadian
Wonoasri, sebelum
sebagian
besar
berada pada kriteria rendah. Diketahui dari hasil pre test yang telah dilakukan ada satu siswa termasuk dalam kategori sangat rendah dengan skor 43 - 68,8dan tujuh
siswa
dalam
kategori
rendah dengan skor 68,9 – 94,6. Secara keseluruhan skor ratarata komunikasi interpersonal
atau gejala sosial.
siswa SMK PGRI Wonoasri Analisis data kuantitatif ini untuk
menguji
sebelum
diterapkan
layanan
keefektifan
bimbingan kelompok berbasis
bimbingan kelompok berbasis
budaya Jawa termasuk dalam
budya jawa dalam meningkatkan
kategori rendah.
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
63
Skor sub variabel komunikasi interpersonalsebelum diterapkan layanan bimbingan kelompok berbasis budaya Jawa No
Sub Variabel
Skor
Kategori
1
Keterbukaan
13
Rendah
2
Empati
13
Rendah
3
Dukungan
13
Rendah
4
Positif
14
Rendah
5
Kesamaan
14
Rendah
13,4
Rendah
Skor rata-rata Berdasarkan sebelum
tabel
diterapkan
4.3,
layanan
sebesar 13,4 dan termasuk dalam kategori rendah.
bimbingan kelompok berbasis
Berdasar
hasil
pretest
budaya Jawa, skor komunikasi
tersebut peneliti tergugah untuk
interpersonal siswa pada sub
memberikan sebuah intervensi
variabel keterbukaan sebesar 13,
agar komunikasi interpersonal
sub variabel empati sebesar 13,
siswa dapat meningkat, yaitu
sub variabel dukungan sebesar
dengan
bimbingan
13, sub variabel positif 14 dan
berbasis
budaya.
sub variabel kesamaan sebesar
intervensi diperoleh hasil (post-
14. Kelima sub variabel tersebut
test)
termasuk pada kategori rendah,
sebagai berikut.
sedangkan pada skor
yang
kelompok Dari
dapat
hasil
dilaporkan
rata-rata
Tabel 4.4 Tingkat Komunikasi InterpersonalSiswa Sebelum Diterapkan layanan bimbingan kelompok berbasis budaya Jawa Skor
Kriteria
Jumlah Sampel
Prosentase
43 – 68,8
Sangat rendah
0
0
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
64
68,9 – 94,6
Rendah
0
0
94,7 – 120,4
Sedang
1
12,5
120,5 – 146,2
Tinggi
7
87,5
146,3 – 172
Sangat tinggi
0
0
8
100
Jumlah Sesuai dengan tabel 4.4 kecenderungan
termasuk dalam kategori sedang dengan skor 94,7 – 120,4 dan
komunikasi
interpersonal siswa SMK PGRI
tujuh
Wonoasri, Kabupaten Madiun
tinggi dengan skor 120,5 –
setelah
146,2. Secara keseluruhan skor
diterapkan
layanan
siswa
dalam
kategori
bimbingan kelompok berbasis
rata-rata
budaya
Jawa
menunjukkan
interpersonal siswa SMK PGRI
sebagian
besar
berada
Wonoasri
pada
komunikasi
stelah
diterapkan
kriteria tinggi. Diketahui dari
layanan bimbingan kelompok
hasil
post
dilakukan
test ada
yang
telah
berbasis budaya Jawa termasuk
satu
siswa
dalam kategori tinggi.
Tabel 4.5 Skor sub variabel komunikasi interpersonalsetelah diterapkan layanan bimbingan kelompok berbasis budaya Jawa No
Sub Variabel
Skor
Kategori
1
Keterbukaan
25
Tinggi
2
Empati
26
Tinggi
3
Dukungan
25
Tinggi
4
Positif
26
Tinggi
5
Kesamaan
25
Tinggi
25,4
Tinggi
Skor rata-rata
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
65
Berdasarkan setelah
tabel
diterapkan
4.5,
Berdasarkan hasil analisis
layanan
menunjukkan
terjadinya
bimbingan kelompok berbasis
perubahan pada kondisi awal
budaya Jawa, skor komunikasi
komunikasi interpersonal siswa,
interpersonal siswa pada sub
ditandai
variabel keterbukaan sebesar 25,
peningkatan
sub variabel empati sebesar 26,
komunikasi interpersonal siswa
sub variabel dukungan sebesar
baik pada skor total maupun
25, sub variabel positif 26 dan
skor setiap indikator. Adapun
sub variabel kesamaan sebesar
peningkatan
25. Kelima sub variabel tersebut
interpersonal
termasuk pada kategori tinggi,
kondisi awal dan kondisi akhir
sedangkan pada skor
dapat dilihat pada tabel berikut:
rata-rata
dengan
adanya
skor
skala
komunikasi siswa
antara
sebesar 25,4 dan termasuk dalam kategori tinggi.
Tabel 4.6 Perubahan Komunikasi Interpersonal Siswa antara Pretest dan Post-test Nama Pre test Post Test Perubahan Skor
%
Skor
%
Skor
%
1
69
40
140
81
71
41
2
72
42
146
85
74
43
3
73
42
138
80
65
23
4
76
44
107
62
31
13
5
68
40
138
80
70
30
6
75
44
143
83
68
24
7
76
44
143
83
67
23
8
73
42
136
79
63
21
∑
73
42
136
79
64
27
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
66
Agar lebih mudah dalam
interpersonal siswa dapat dilihat
melihat perubahan kondisi awal dan
pada grafik sebagai berikut:
kondisi akhir tingkat komunikasi
160 140 120 100 80
Pre test
60
Post test
40 20 0 A
B
C
D
E
F
G
H
Gambar 4.1 DiagramSkor PretestdanPostestTingkat Pemahaman Karier Dari
gambar4.1
diatas
diberikan
layanan
bimbingan
dapat dijelaskan bahwa terjadi
kelompok berbasis budaya Jawa
peningkatan
terjadi
komunikasi
interpersonal
siswa
peningkatan
menjadi
antara
kategori tinggi. Ini berarti bahwa
sebelum dan sesudah diberikan
layanan bimbingan kelompok
layanan bimbingan kelompok
berbasis budaya Jawa efektif
berbasis budaya Jawa. Rata-rata
untuk meningkatkan komunikasi
perubahan yang terjadi adalah
interpersonal siswa SMK PGRI
sebesar 64 atau sekitar 27%, dari
Wonoasri.
data pretest sebesar 73atau 42% menjadi 136 atau 79%. Rata-rata setiap aspek tingkat komunikasi iterpersonal diberi kategori
siswa
layanan
sebelum
berada
rendah,
pada setelah
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
Untuk menguji keefektifan bimbingan kelompok berbasis budaya Jawa dilakukan dengan teknik statistik non-parametris, yaitu menggunakan Tes Ranking Bertanda (Wilcoxon Signed Rank
67
Test)
dengan
menggunakan
dengan
ini
maka
hipotesis
program SPSS. Wilcoxon Signed
alternatif diterima yang berbunyi
Rank
“Bimbingan kelompok berbasis
Test
menguji
digunakan
signifikasi
komparatif
2
berkorelasi
untuk
hipotesis
sampel bila
budaya
yang
ordinal
dan
berjenjang
(Sugiyono,
untuk
komunikasi
interpersonal siswa SMK PGRI
atau
Wonoasri.
2013:
E. Kesimpulan dan Saran
137). Hasil perhitungan melalui
Berdasarkan analisis data
SPSS sebagai berikut :
yang
Tabel 4.7Perhitungan uji Wilcoxon Signed Rank Test dengan SPSS Test Statistics
efektif
meningkatkan
datanya
berbentuk
Jawa
berhasil
melalui
assesment,
dianalisis
dengan
statistik
dengan
menghitung
b
dikumpulkan
prosentase.
Dari
hasil pre-test diketahui bahwa di SMK AK wonoasri terdapat
Posttest Pretest Z
permasalahan masih rendahnya
-2.524
Asymp. Sig. (2-tailed)
a
.012
a. Based on negative ranks.
komunikasi Interpersonal, yaitu sebesar 40 % yang memiliki komunikasi interpersonal. Oleh
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
karena
Berdasarkan hasil output
itu
terobosan
perlu baru
sebuah untuk
test stastistik di atas diperileh
meningkatkan
nilai Asymp. Sig (2 tailed)
interpersonal pada siswa SMK
sebesar 0,012. Karena nilai sig
AK Wonoasri. Disini peneliti
0,012
memiliki
<
0,05
disimpulkan
maka
dapat
bahwa
ada
komunikasi
gagasan
mengaplikasikan
untuk bimbingan
perbedaan tingkat komunikasi
kelompok berbasis budaya jawa
interpersonal
sebagai
sebelum
siswa dan
antara sesudah
upaya
peningkatan
komunikasi interpersonal siswa
mendapatkan layanan bimbingan kelompok berbasis budaya jawa,
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
68
Dari hasil penelitian ini dapat
diberikan
saran-saran
Diterjemahkan oleh Yudi Santoso. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
sebagai berikut: 1. Diharapkan
bagi
psikologi psikologi
khususnya pendidikan,
menjadikan sebagai
ilmuwan
penelitian masukan
peneliti-peneliti
lain
bisa
Mulyana, D, dan J, Rakhmat. 2006. Komunikasi Antarbudaya: Panduan Berkomunikasi dengan orang-orang Berbeda Budaya. Bandung: Rosdakarya.
ini bagi yang
ingin meneliti jenis bidang yang sama. 2. Bagi partisipan baik yang
Prayitno. 2004. Pedoman Bimbingan Kelompok. Padang: Universitas Padang Press Prayitno. 2012. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok: Dasar dan Profil. Jakarta: Ghalia Indonesia
mengikuti maupun yang tidak mengikuti,
diharapkan
penelitian
ini
memberikan informasi
dapat sumbangan
mengenai
meningkatkan
cara
komunikasi
interpersonal
siswa
dengan
menggunakan
Rakhmat, Djalaludin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung:PT Rosdakarya Romlah, Tatiek. 2006. Teori dan Praktik Bimbingan Kelompok. Malang: Universitas Negeri Malang.
SMK Sugiyo. 2005. Komunikasi Antar Pribadi. Semarang: UNNES Press
bimbingan kelompok berbasis budaya jawa. DAFTAR PUSTAKA De vito. 2011. Komunikasi Antar Manusia. Tangerang: Karisma Publishing Group Endraswara, Suwardi. 2012. Falsafah Hidup Jawa. Yogyakarta: Cakrawala Gibson, R. L dan Mitchell, M. H. 2011. Introduction to Counseling and Guidance.
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Sukardi. Dewa Ketut. 2008. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling disekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Supriadi, Dedi. 2001. Konseling Lintas Budaya: Isu-isu dan Relevansinya di Indonesia. Bandung:UPI
69
Tohirin. (2011). Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Wibowo, Mungin Eddy. 2005. Konseling Kelompok Perkembangan. Semarang: Unnes Press.
Willis,
Yusuf, Syamsu. 2010. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Sofyan. 2012. Psikologi Pendidikan. Bandung:Alfabeta
Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling
70