perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
UPAYA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) HANDYCRAFT KAYU JATI DI DUSUN BANDAR DESA BATOKAN KECAMATAN KASIMAN KABUPATEN BOJONEGORO
TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Pendidikan Ekonomi
Oleh ANA DHAOUD DAROIN S991208029
PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit 2015 to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa: 1. Tesis yang berjudul “Upaya Pengembangan UMKM Handycraft Kayu Jati Di Dusun Bandar Desa Batokan Kecamatan Kasiman Kabupaten Bojonegoro” ini adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagaimana acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Permendiknas No.17 tahun 2010).
2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Magister Pendidikan Ekonomi PPs UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Magister Pendidikan Ekonomi. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.
Surakarta,
Februari 2015
Ana Dhaoud Daroin commit to user
iii
NIM. S9912080029
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
"Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu orang-orang yang beriman." (QS. Al-Imran ayat 139)
Sesungguhnya setiap kesulitan itu ada kemudahan (Q.S Al-Insyirah: 6)
Sesuatu mungkin mendatangi mereka yang mau menunggu, namun hanya didapatkan oleh mereka yang bersemangat mengejarnya (Abraham Lincoln)
Pendidikan bukan saja mencerdaskan, tetapi pendidikan adalah eskalator sosial ekonomi (Anies Baswedan)
Hanya karena kaki kita menginjak tanah, bukan berarti kita tidak bisa menggapai langit (Peneliti)
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Teriring berjuta rasa syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’la, atas limpahan nikmat yang diberikan-Nya, dengan untaian sayang yang berselimutkan cinta kasih, tesis ini teruntuk: Ibu Anis Sa’adah dan Bapak Ali Achmadi atas segala doa dan pengorbanannya. Semua saudara dan keluarga yang selalu memberi dukungan
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
بسم هللا الرحمن الرحيم
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala bentuk nikmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian tesis ini. Sholawat dan salam peneliti hanturkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW sebagai teladan bagi seluruh umat. Tesis ini ditulis untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Magister Pendidikan Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Peneliti menyadari bahwa tesis ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak.Oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih kepada: 1. Direktur Pascasarjana dan para Asisten Direktur Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Dekan dan para Pembantu Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Prof. Dr. Trisno Martono, selaku Ketua Program Studi Magister Pendidikan Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan pengarahan dan ijin dalam penyusunan tesis ini. 4. Prof. Dr. Soetarno J, M.Pd., selaku pembimbing pertama yang telah memberikan ijin dan meluangkan waktu serta penuh kesabaran memberikan bimbingan, petunjuk dan arahan yang sangat berharga sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. 5. Dr. Susilaningsih, M.Bus., selaku pembimbing kedua yang telah bersedia meluangkan waktu serta penuh kesabaran memberikan bimbingan, petunjuk dan arahan sangat berharga sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Tim penguji yang telah memberikan masukan yang sangat berharga sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik 7. Disperindag, Dinas koperasi dan UMKM dan para pelaku UMKM di Dusun Bandar yang telah memberikan ijin dan data penelitian. 8. Rekan-rekan Mahasiswa Magister Pendidikan Ekonomi UNS te Uwi, Manik2, Kiki, Meyta, Ida, mas Wiwin, mas Ridwan, teman sajak, Bowo, Taufik, Adel, Bu Sri W, Bu Sri Set, Bu Puji, Bu Endang, Bu Nurul, Bu Win, Bu Siti, Pak Prapto, Pak Toyib, Pak Yo, Pak Dwi, Pak Akhirul, Mas Adi, dan Pak Bin dan semua pihak yang tidak disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada peneliti. 9. Aning, Maya, Sahabat Inspirasi Bojonegoro sahabat-sahabat terbaik. 10. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah memberi dukungan moral dan materiil sehingga saya dapat menyelesaikan studi ini dengan baik dan tepat waktu. Akhirnya dengan menyadari terbatasnya kemampuan yang ada pada diri peneliti, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan.Semoga hasil dari tesis ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya maupun bagi pembaca umumnya.
Surakarta,
Februari 2015
Peneliti
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ..................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN ..........................................................................
ii
LEMBAR PERNYATAAN .........................................................................
iii
MOTTO .......................................................................................................
iv
PERSEMBAHAN .......................................................................................
v
KATA PENGANTAR .................................................................................
vi
DAFTAR ISI ............................................................................................... viii DAFTAR TABEL ........................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
xii
ABSTRAK .................................................................................................. xiii ABSTRACT ................................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..............................................................
1
B. Perumusan Masalah .....................................................................
8
C. Tujuan Penelitian .........................................................................
8
D. Manfaat Penelitian .......................................................................
9
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka .........................................................................
11
1. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) .........................
11
a.
Definisi UMKM ................................................................
11
b.
Masalah UMKM ................................................................
15
2. Upaya Pengembangan UMKM ...............................................
20
a.
Manajemen Produksi .........................................................
22
1) Peningkatan Kualitas produk .............................................
24
2) Inovasi Produk...................................................................
29
commit ...................................................... to user Manajemen Pemasaran
32
b.
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) Kekuatan Merek (Branding strategy) .................................
32
2) Pemasaran kota (City of Marketing) ...................................
34
3) Pemasaran Melalui Internet (Online Marketing) .................
38
3. Pendapatan Masyarakat .............................................................
41
B. Penelitian yang Relevan...............................................................
45
C. Kerangka Berfikir ........................................................................
50
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu ......................................................................
55
1.
Tempat Penelitian ..................................................................
55
2.
Waktu Penelitian ....................................................................
55
B. Jenis Penelitian ............................................................................
56
C. Data dan Sumber Data .................................................................
56
D. Teknik Sampling .........................................................................
57
E. Teknik Pengumpulan Data ...........................................................
57
F. Pengecekan Keabsahan Data........................................................
58
G. Teknik Analisis Data ...................................................................
59
H. Prosedur Penelitian ......................................................................
61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ..........................................................
63
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................
63
2. Produk UMKM Handycraft Kayu Jati.....................................
64
B. Deskripsi Temuan Penelitian.........................................................
67
1. Upaya Pengembangan UMKM Aspek Produksi. .....................
67
2. Upaya Pengembangan UMKM Aspek Pemasaran ...................
72
3. Temuan Tambahan ................................................................
90
C. Pembahasan ..................................................................................
95
1. Upaya Pengembangan UMKM Aspek Produksi ......................
95
2. Upaya pengembangan UMKM Aspek Pemasaran ................... 100 commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI dan SARAN A. Kesimpulan................................................................................... 110 B Implikasi ....................................................................................... 112 1. Implikasi Teoretis ................................................................... 112 2. Implikasi Praktis ..................................................................... 113 3. Implementasi Dalam Bidang Pendidikan ................................. 114 C. Saran............................................................................................ 115 1 Kepada Peneliti Lain ................................................................ 115 2. Kepada Pemerintah ................................................................. 115 3. Kepada Pelaku UMKM ........................................................... 116 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 118 LAMPIRAN ................................................................................................ 119
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Data Jumlah Unit Usaha Per Subsektor Industri Pengolahan Kabupaten Bojonegoro tahun 2008-2013 .................................................................
4
2. Definisi & Kriteria UMKM .....................................................................
12
3. Fitur Dalam Internet ................................................................................
40
4. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ................................................................
53
5. Data Peneriman Bantuan Alat Berdasarkan Kelompok Usaha Bersama ..
68
6. Daftar Nama Peserta Pameran Hari Koperasi ke 65 .................................
72
7. Daftar Nama Peserta Pameran Hari Koperasi ke 66 .................................
73
8. Daftar Nama Peserta Pameran Hari Koperasi ke 67 .................................
74
9. Daftar Nama Peserta Pameran Hut RI ke 66 ............................................
75
10. Daftar Nama Peserta Studi Banding di Tulungagung ...............................
77
11. Daftar Nama Peserta Studi Banding diYogyakarta ..................................
78
12. Jumlah Peserta Program Bojonegoro Wood Fair Tahun 2010-2011 .........
80
13. Rekapitulasi Omzet Penjualan Informan..................................................
85
14. Daftar Kode dan Nama Informan ............................................................
85
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Kerangka Berfikir Upaya Pengembangan UMKM Aspek Produksi ............ 52 2. Kerangka Berfikir Upaya Pengembangan UMKM Aspek Pemasaran ......... 54 3. Model Teknik Analisis Interaktif ................................................................. 60
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Pedoman Wawancara ................................................................................. 120 2. Pedoman Observasi ..................................................................................... 125 3. Lembar Validasi Pedoman Wawancara ....................................................... 126 4. Lembar Validasai Pedoman Observasi ........................................................ 127 5. Transkrip Wawancara ................................................................................. 128 6. Catatan Lapangan........................................................................................ 140 7. Daftar Nama dan Kode Informan ................................................................ 157 8. Trianggulasi Sumber ................................................................................... 158 9. Trianggulasi Metode ................................................................................... 161 10. Foto Kegiatan............................................................................................ 163
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Ana Dhaoud Daroin. S991208029. Upaya Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Handycraft Kayu Jati Di Dusun Bandar Desa Batokan Kecamatan Kasiman Kabupaten Bojonegoro. Tesis. Pembimbing 1: Prof. Dr. Soetarno J, M.Pd., Pembimbing 2 : Dr.Susilaningsih, M.Bus., Program Studi Pendidikan Ekonomi, Program Pascasarjana. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Agustus 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) Upaya pengembangan UMKM handycraft kayu Jati di Dusun Bandar Desa Batokan Kecamatan Kasiman Kabupaten Bojonegoro dari aspek produksi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat; (2) Upaya pengembangan UMKM handycraft kayu Jati di Dusun Bandar Desa Batokan Kecamatan Kasiman Kabupaten Bojonegoro dari aspek pemasaran untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan analisis kualitatif. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dan snowball sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi. Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan trianggulasi sumber dan metode. Teknik analisis data menggunakan model analisis interaktif. Tahap analisis data dimulai dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penyimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat enam upaya untuk mengembangankan UMKM handycraft kayu jati. Penelitian ini menyimpulkan bahwa: (1) Upaya pengembangan dari aspek produksi adalah pemberian bantuan alat produksi oleh pemerintah dan melakukan inovasi produk; (2) Upaya pengembangan dari aspek pemasaran adalah pengadaan pameran, kegiatan studi banding, pengadaan kegiatan wood fair dan melakukan pemasaran melalui internet. Berdasarkan hasil observasi dapat diketahui bahwa rata-rata persentase kenaikan omzet pelaku UMKM terbesar terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 4,01%, sedangkan rata-rata persentase kenaikan terendah terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 0,81%, sehingga ditarik kesimpulan bahwa upaya pengembangan yang paling strategis telah diterapkan di tahun 2013. Pada tahun 2013 upaya pengembangan yang telah dilakukan adalah inovasi produk, pameran, wood fair dan pemasaran melalui internet.
Kata kunci: pendapatan masyarakat, inovasi produk, produksi, pemasaran.
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Ana Dhaoud Daroin. S991208029. The Effort to Growth Teak Wood Handycraft’s MSMEs in Bandar, Batokan Village Kasiman District Bojonegoro Regency. Thesis. Advisor 1: Prof. Dr. Soetarno J, M.Pd., Advisor 2: Dr.Susilaningsih, M.Bus., Master Degree of Economic Department . Sebelas Maret University Surakarta, August 2014. The objectives of this research are to describe: (1) the development efforts of micro-, small-, and medium-scale enterprises of teakwood handicraft in Bandar sub-village, Batokan village, Kasiman sub-district, Bojonegoro regency through the aspect of production to increase the community income; and (2) the development efforts of micro-, small-, and medium-scale enterprises of teakwood handicraft in Bandar sub-village, Batokan village, Kasiman sub-district, Bojonegoro regency through the aspect of marketing to increase the community income. This research used the descriptive research method with the qualitative phenomonology approach.The samples of research were taken by using the purposive and snowball sampling techniques.The data of research were gathered through in-depth interview, observation, and documentation. They were validated by using source triangulation and method triangulation. The data were analyzed by using the interactive model of analysis comprising four components, namely: data gathering, data reduction, data display, and conclusion drawing. The results of research show that there are six development efforts of micro-, small-, and medium-scale enterprises of teakwood handicraft in Bandar sub-village, Batokan village, Kasiman sub-district, Bojonegoro. This research conclude that: (1) In term of production aspect, the efforts include granting production aids by the government and conducting product innovations; and (2) In term of marketing, they include holding exhibitions, conducting comparative studies, conducting wood fair activities, and marketing the products through internet. The result of observation shows that the highest turnover average achieved by the micro-, small-, and medium-enterprises took place in 2013, that is, 4.01%, whereas the lowest turnover average persisted in 2011, that is, 0.81%. Therefore, a conclusion can be drawn that the most strategic development efforts were applied in 2013. The efforts included product innovations, exhibitions, wood fair, and product marketing through internet. Keywords: community income, product inovation, production, and marketing.
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Strategi pembangunan sektor industri menjadi pijakan sebuah negara untuk mengembangkan tingkat perekonomian negaranya. Iklim kebijakan sektor industri yang kondusif mampu menciptakan efek ganda seperti adanya akumulasi modal, nilai tambah dan yang paling penting adalah penyerapan tenaga kerja yang akan mengurangi tingkat pengangguran. Peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sendiri dalam masyarakat sangat luas. UMKM sebagai penggerak ekonomi kerakyatan, merupakan pondasi ekonomi sosialis. Gerakan ekonomi yang berasal dari bawah ini diyakini lebih mampu bertahan terhadap goncangan krisis dibanding usaha besar. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terbukti strategis dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Menteri Koperasi dan Usaha Mikro Kecil menengah Syarief Hasan menyatakan pertumbuhan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di seluruh Indonesia pada 2013 mencapai dua juta UMKM. Jumlah UMKM saat ini mencapai 55,2 juta yang tersebar di seluruh Indonesia dengan kontribusi ke pertumbuhan ekonomi dalam negeri mencapai 60 persen, sebagaimana dinyatakan Supriyatna (2013: 2). Dalam beberapa krisis ekonomi, UMKM menjadi sumber ketahanan yang handal bagi perekonomian Indonesia. UMKM juga mampu menciptakan pemerataan ekonomi. Kontribusi UMKM yang besar dalam menopang kemakmuran dan pertumbuhan ekonomi Indonesia, menjadi alasan yang rasional mengapa sektor UMKM perlu mendapat perhatian commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
khusus dari pemerintah. Komitmen dan dukungan pemerintah mutlak dibutuhkan untuk memperbaiki iklim usaha dalam negeri, kepastian hukum, pemangkasan ekonomi biaya tinggi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang maksimal. Integrasi pasar global, menghadapkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) pada persaingan global pula. Seiring dengan hal tersebut berbagai ancaman dan peluang global juga terbuka. Tantangan yang akan dihadapi UMKM juga akan semakin meningkat. Indonesia saat ini menghadapi realitas yang tak terhindarkan, berupa serbuan produk asing ke pasar lokal. Mulai dari buah-buahan dan produk pertanian lainnya, makanan olahan, tekstil, garmen, bahkan sampai mainan anak. UMKM Indonesia diharuskan bersaing dengan koleganya dari berbagai negara lain, tanpa proteksi dan dukungan yang memadai. Globalisasi menjadi tantangan terbesar yang dihadapi oleh UMKM saat ini. Batas masing masing negara yang hampir tidak ada menjadikan dunia tanpa batas (borderless). Barang dan jasa yang memiliki kualitas tinggi atau harga yang murah akan dengan mudah diterima oleh pasar, dengan demikian kunci utama globalisasi adalah persaingan. UMKM yang mampu bersaing akan mampu bertahan, sehingga kebijakan dan strategi pengembangan daya saing harus dilakukan untuk meningkatkan daya saing para pelaku UMKM. Peningkatan peran UMKM dalam perekonomian nasional telah dilakukan secara gencar oleh pemerintah, yang direalisasikan antara lain dengan dikeluarkannya Paket Kebijakan Perbaikan Iklim Investasi melalui Instruksi Presiden RI No.3 tahun 2006, yang menegaskan pentingnya pemberdayaan UMKM khususnya dalam hal peningkatan akses UMKM kepada sumber daya finansial. Sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan peran serta commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kelembagaan UMKM dalam perekonomian nasional, maka pemberdayaan tersebut perlu dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat secara menyeluruh dan berkesinambungan (UU No.20 tahun 2008). Undang-undang no 20 tahun 2008 menjadi acuan pemberdayaan UMKM, dalam Undang-undang tersebut terdapat dua pokok bahasan yaitu penumbuhan iklim usaha dan pengembangan usaha UMKM. Dalam upaya penumbuhan iklim usaha UMKM memuat delapan sisi pengaturan dan kebijakan yang meliputi: (1) pendanaan; (2) sarana dan prasarana; (3) informasi usaha; (4) kemitraan; (5) perizinan usaha; (6) kesempatan berusaha; (7) promosi dagang; (8) dukungan kelembagaan. Dalam bidang pengembangan usaha UMKM baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat hendaknya memberikan fasilitas dalam empat bidang yaitu: (1) produksi dan pengolahan; (2) pemasaran; (3) sumber daya manusia; (4) desain dan teknologi. Peran UMKM bagi perkembangan perekonomian menjangkau seluruh daerah di Indonesia, termasuk Kabupaten Bojonegoro. Kabupaten Bojonegoro merupakan salah satu kabupaten berpotensi di Jawa Timur. Menyimpan 20% cadangan minyak nasional, Kabupaten Bojonegoro telah membuat efek pengganda (multiplier effect) yang besar terhadap pembangunan Bojonegoro sebagai kota industri migas, hal ini sebagaimana disampaikan oleh Kasubag Program dan Laporan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Bojonegoro tahun 2013. Hal ini memberikan perkembangan positif terhadap UMKM. Tercatat jumlah UMKM di kota Bojonegoro naik, terutama di wilayah yang terdapat kantor cabang tambang minyak dan gas sebagaimana tercantum dalam tabel 1 berikut:
commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 1 Data Jumlah Unit Usaha Per Subsektor Industri Pengolahan Kabupaten Bojonegoro Tahun 2008- 2013 no
Sub sektor
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Makanan, minuman dan tembakau Tekstil, kulit dan alas kaki Barang dari kayu dan hasil hutan Kertas dan barang cetakan Pupuk kimia dan barang dari karet Semen dan barang dari galian bukan logam Alat angkutan mesin dan logam elektro Barang lainnya Jumlah
7. 8.
Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 2013 12,094 12,616 13,189 12,368 12,188 12,149 477 774 779 1,080 1,198 1,337 832 974 955 1,268 1,461 1,506 10 11 7 13 14 14 124 120 74 72 72 72 1,626 1,053 1,284 1,392 1,428 1,545 462
535
624
6,316 6,850 6,417 21,941 22,933 23,329
688
708
821
6,823 6,984 7,020 23,704 24,053 24,464
Sumber: Arsip Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bojonegoro tahun 2014 Sejalan dengan pertumbuhan positif jumlah UMKM di Kabupaten Bojonegoro, masalah yang menyertai para pelaku UMKM juga semakin kompleks. Masalah UMKM pada umumnya berkutat pada empat pilar manajemen yaitu manajemen sumber daya manusia, manajemen pemasaran, manajemen produksi dan manajemen permodalan. Para pelaku UMKM handycraft kayu jati di Dusun Bandar Desa Batokan Kecamatan Kasiman Kabupaten Bojonegoro mengalami berbagai permasalahan, baik masalah dalam manajemen pemasaran, manajemen produksi, manajemen keuangan maupun manajemen sumber daya manusia. Permasalahan yang muncul dalam bidang manajemen keuangan masalah kekurangan modal bagi pengrajin. Para pengrajin rata-rata tidak mempunyai jaminan jika harus meminjam modal pada bank atau koperasi. Masalah lain yang muncul dalam manajemen keuangan adalah pelaku UMKM belum mampu mengelola keuangan usaha. Pendapatan dari hasil penjualan tidak dipisahkan dengan uang belanja kebutuhan sehari-hari. Pengrajin juga belum mempunyai catatan arus kas (cashflow) meskipun bersifat commit to user sederhana.
perpustakaan.uns.ac.id
5 digilib.uns.ac.id
Masalah yang muncul dalam bidang manajemen produksi adalah adanya perbedaan kualitas barang. Apabila dari showroom ada banyak pesanan dengan deadline yang telah ditentukan, para pengrajin dengan tenaga kerja yang ada tidak bisa memenuhi pesanan tersebut. Hal ini disebabkan terbatasnya kapasitas produksi pengrajin karena keterbatasan jumlah tenaga kerja. Para pengrajin akan meminta bantuan ke para pengrajin lainnya, dengan membeli dari pengrajin lain untuk barang dengan jenis yang sama. Para pengrajin juga tidak mampu untuk menambah jumlah tenaga kerja, karena keterbatasan modal. Dapat dirangkum bahwa dalam bidang manajemen produksi terdapat permasalahan kekurangan tenaga kerja dan perbedaan kualitas produk. Dalam bidang manajemen pemasaran masalah yang dihadapi pelaku UMKM merupakan yang paling kompleks. Para pelaku UMKM belum melakukan perluasan jaringan pemasaran secara maksimal, hal ini terbukti dari belum adanya pemanfaatan pemasaran melalui internet (e-marketing). Masalah lain yang muncul dalam bidang pemasaran adalah adanya klaim produk. Seperti dituturkan oleh pemilik showroom di lokasi industri yang melayani adanya order guci bertuliskan made in Sabah. Seperti diketahui Sabah adalah salah satu nama kota di negara Malaysia. Proteksi produk yang rendah membuat klaim produk hasil kerajinan milik pengrajin Desa Bandar menjadi produk hasil Sabah Malaysia. Permasalahan dalam bidang manajemen sumber daya manusia adalah tidak adanya program pengembangan sumberdaya manusia dari asosiasi. Keberadaan asosiasi belum dirasakan manfaatnya oleh para pelaku UMKM. Lebih lanjut para tokoh adat di Dusun Bandar menyampaikan, bahwa masyarakat cenderung individualis, yang mengarah pada skeptis. Hal ini menjadi masalah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
6 digilib.uns.ac.id
sosial yang menimbulkan masalah lain. Jika permasalahan-permasalahan dalam berbagai bidang manajemen tersebut tidak diberikan solusi secara tepat, maka akan semakin berkembang dan menimbulkan masalah lain. Namun, jika masalahmasalah tersebut dapat diberikan solusi akan mendorong peningkatan kapasitas produksi, kualitas produk, peningkatan akses pemasaran, yang pada akhirnya akan meningkatan pendapatan para pelaku UMKM. Dewasa ini Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang dicanangkan akan dilakukan di tahun 2015, memaksa seluruh negara untuk bersiap menyambut. MEA dipandang sebagai peluang peningkatan pendapatan negara. Perbaikan infrastruktur, peningkatan kapasitas produksi barang dan jasa, serta perluasan pasar, menjadi peluang peningkatan pendapatan negara dalam menyongsong era MEA. UMKM juga harus menjaga dan meningkatkan daya saing sebagai industri kreatif dan inovatif, meningkatkan standar, desain dan kualitas produk agar mampu bersaing dengan pelaku UMKM negara lain. Pada tataran pemerintah peraturan perundangan daerah dan kebijakan yang berpihak pada para pelaku UMKM, mutlak diperlukan. Pemerintah seharusnya berpihak pada kebijakan pro pertumbuhan (pro growth). Penguatan forum sentra atau klaster untuk UMKM dapat dilakukan dengan pengembangan produk unggulan daerah melalui One Village One Product (OVOP), kemudian memfasilitasi penguatan teknologi baik untuk produksi maupun pemasaran. Konsep OVOP bisa meningkatkan kompetensi tingkat daerah, memaksimalkan pelaku usaha agar lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan UMKM. Kabupaten Bojonegoro sebagai penghasil handycraft kayu jati mempunyai persediaan bahan baku jati yang cukup, sehingga Kabupaten commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bojonegoro dapat mengembangkan produk unggulan daerah dan menjadi bagian dari program OVOP. Berbagai masalah yang dihadapi oleh UMKM handycraft kayu jati, jika mampu diatasi akan memberikan manfaat yang besar bagi para pelaku dan pemerintah daerah Kabupaten Bojonegoro. Peningkatan kapasitas produksi, peningkatan mutu barang dan pemasaran menjadi bagian yang penting untuk dikembangkan dalam menyongsong MEA. Penambahan kapasitas, peningkatan kualitas produksi, dan perluasan pasar akan meningkatkan omzet penjualan, yang berarti perluasan pasar. Hal ini dapat meningkatkan pendapatan pelaku UMKM yang berarti kesejahteraan pelaku UMKM juga meningkat. Mencermati uraian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian agar dapat mendeskripsikan secara detail masalah-masalah yang menyertai perkembangan UMKM handycraft
kayu jati di Dusun Bandar Desa Batokan Kecamatan
Kasiman Kabupaten Bojonegoro. Penelitian dilakukan untuk mencari solusi upaya pengembangan demi peningkatan pendapatan masyarakat. Penelitian dilakukan dari prespektif manajemen produksi dan pemasaran, karena setelah dicermati masalah pokok yang harus segera diselesaikan pada UMKM handycraft kayu jati adalah masalah pada manajemen produksi dan pemasaran. Oleh karena itu penelitian tentang Upaya Pengembangan UMKM Handycraft Kayu Jati di Dusun Bandar Desa Batokan Kecamatan Kasiman Kabupaten Bojonegoro dirasa perlu untuk dilakukan.
commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana mengembangkan UMKM handycraft kayu Jati di Dusun Bandar Desa Batokan Kecamatan Kasiman Kabupaten Bojonegoro dari aspek produksi untuk peningkatan pendapatan masyarakat? 2. Bagaimana mengembangkan UMKM handycraft kayu Jati di Dusun Bandar Desa Batokan Kecamatan Kasiman Kabupaten Bojonegoro dari aspek pemasaran untuk peningkatan pendapatan masyarakat?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: 1. Upaya pengembangan UMKM handycraft kayu Jati di Dusun Bandar Desa Batokan Kecamatan Kasiman Kabupaten Bojonegoro dari aspek produksi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. 2. Upaya pengembangan UMKM handycraft kayu Jati di Dusun Bandar Desa Batokan Kecamatan Kasiman Kabupaten Bojonegoro dari aspek pemasaran untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.
commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Manfaat Penelitian 1.
Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan keilmuan
dalam
manajemen produksi dan pemasaran terutama
mengenai upaya
pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). 2.
Manfaat Praktis a. Bagi Pelaku UMKM Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk meningkatkan kapasitas produksi, peningkatan daya saing sebagai industri kreatif serta perluasan pasar handycraft kayu jati. b. Bagi pemerintah daerah Kabupaten Bojonegoro Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan kebijakan mengenai upaya pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di wilayah Kabupaten Bojonegoro. c. Bagi pendidikan 1). Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memperluas gerakan kewirausahaan bagi remaja pelaku UMKM di Dusun Bandar Desa Batokan melalui pelatihan pengembangan UMKM. 2)
Pada pendidikan formal untuk sekolah menengah tingkat pertama dan sekolah menengah lanjut melalui pengembangan muatan lokal kewirausahaan di sekolah masing-masing. commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Bagi peneliti Penelitian ini digunakan sebagai pendukung bahan ajar pada perguruan tinggi
mata
kuliah
commit to user
kewirausahaan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 3.
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
a. Definisi UMKM Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dapat didefinisikan sebagai bentuk kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil atau menengah dan memenuhi kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang. Definisi UMKM umumnya dibedakan berdasarkan besarnya modal, jumlah penjualan atau besarnya omzet, serta banyaknya tenaga kerja. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Kobylanski (2011: 57) yang menyatakan bahwa small and medium-sized buusiness organizations are usually implementing marketing actions only on a small scale. Organizational limitations and constraints are causing them to be very simple, intuitive and not coordinated. (Organisasi usaha kecil dan menengah biasanya mengimplementasi aksi pemasaran dalam skala kecil. Kendala dan batasan dalam organisasi membuat mereka sangat sederhana, spontan dan tidak terkoordinasi). Dalam menjalankan kegiatan ekonomi, UMKM mengacu pada asas-asas yaitu: (1) asas kekeluargaan; (2) asas demokrasi ekonomi; (3) asas kebersamaan; (4) asas efisiensi berkeadilan; (5) asas berkelanjutan; (6) asas berwawasan lingkungan; (7) asas kemandirian; (8) asas keseimbangan kemajuan; (9) asas kesatuan ekonomi nasional. commit to user
11
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Definisi usaha kecil dan menengah dipaparkan secara detil pada tabel 2. Tabel 2 Definisi dan Kriteria UKM Organisasi Biro Pusat Statistik (BPS)
Jenis Usaha Usaha Kecil
Kriteria Pekerja 5 – 19 orang
Usaha Menengah
Pekerja 20 – 99 orang
Bank Indonesia (BI)
Usaha Mikro (SK Dir BI No 31/24/KEP/ DIR Tgl 5 Mei 1998)
Usaha yang dijalankan oleh rakyat miskin atau mendekati miskin Dimiliki oleh keluarga sumber daya lokal dan teknologi sederhana Lapangan usaha mudah untuk exit dan entry Aset < Rp 5 M untuk industri Aset < Rp 600 juta diluar tanah & bangunan Omzet tahunan < Rp 3 M
Bank Dunia
Usaha Menengah (SK Dir BI No 30/45/Dir/ UK tgl 5 Januari 1997) Usaha Kecil Usaha Menengah
Kementerian Koperasi dan UKM (Undang-undang No. 20 tahun 2008)
Usaha Kecil
Usaha Menengah
Jumlah karyawan < 30 orang Pendapatan setahun < $ 3 juta Jumlah karyawan maksimal 300 org Pendapatan setahun hingga sejumlah $ 15 juta Jumlah aset hingga sejumlah $ 15 juta Kekayaan Bersih (tidak termasuk tanah & bangunan) Lebih dari Rp. 50 juta sampai dengan paling banyak Rp. 500 juta Hasil Penjualan Tahunan (Omset/tahun) Lebih dari Rp.300 juta sampai dengan paling banyak Rp. 2,5 Milyar Kekayaan Bersih (tidak termasuk tanah & bangunan) Lebih dari Rp. 500 juta sampai dengan paling banyak Rp. 10 Milyar Hasil Penjualan Tahunan (Omset/tahun) Lebih dari Rp. 2,5 Milyar sampai dengan paling banyak Rp. 50 Milyar
Sumber : Bank Indonesia (diolah) Sebagai acuan utama pengertian UKM pada kajian ini mengacu pada Undang-undang UKM Nomor 20 Tahun 2008, yaitu: 1) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut: a) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh commit user juta rupiah) tidak termasuk tanahtodan bangunan tempat usaha; atau
perpustakaan.uns.ac.id
13 digilib.uns.ac.id
b) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). 2) Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil. Kriteria usaha kecil adalah sebagai berikut: a) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) Definisi ini agak berbeda dengan yang dikemukakan oleh Primiana (2009: 11) yang mendefinisikan usaha kecil sebagai berikut: 1. Pengembangan empat kegiatan ekonomi utama (core business) yang menjadi motor penggerak pembangunan, yaitu agribisnis, industri manufaktur, sumber daya manusia (SDM), dan bisnis kelautan. 2. Pengembangan kawasan andalan, untuk dapat mempercepat pemulihan perekonomian melalui pendekatan wilayah atau daerah, yaitu dengan pemilihan wilayah atau daerah untuk mewadahi program prioritas dan pengembangan sektor-sektor dan potensi. to user masyarakat. 3. Peningkatan upaya-upaya commit pemberdayaan
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari definisi di atas dapat dirangkum bahwa di dalam usaha kecil ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu: 1. Pemusatan kepemilikan dan pengawasan di tangan seseorang atau beberapa orang. 2. Terbatasnya pemisahan dalam perusahaan. 3. Jumlah kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) 3) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang no 20 tahun 2008. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut: a)
Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar
lima
ratus
juta
rupiah)
sampai
dengan
paling
banyak
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah). Jenis usaha UMKM di Indonesia terdiri dari: (1) pertanian dan yang terkait dengan pertanian (agribisnis), (2) pertambangan rakyat dan penggalian; (3) industri kecil dan kerajinan rumahcommit tangga;to(4) listrik non-PLN, (5) konstruksi; (6) user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perdagangan besar, eceran, rumah makan, dan jasa komunikasi; (7) angkutan dan komunikasi; (8) lembaga keuangan; dan (9) real estate dan persewaan b. Masalah UMKM Jumlah UMKM di Indonesia yang mencapai 55,2 juta unit ternyata juga diimbangi kompleksitas masalahnya. Tingkat sumberdaya yang masih rendah, penguasaan teknologi yang masih rendah, perluasan pemasaran serta permodalan adalah beberapa masalah UMKM yang sering dijumpai.
Hamid (2010: 34)
menyatakan bahwa ada dua faktor yang menjadi permasalahan UMKM yaitu (1) faktor internal : merupakan masalah klasik dari UKM yaitu lemah dalam segi permodalan dan segi manajerial (kemampuan manajemen, produksi, pemasaran dan sumber daya manusia); (2) faktor eksternal: merupakan masalah yang muncul dari pihak pengembang dan pembina UKM, misalnya solusi yang diberikan tidak tepat sasaran, tidak adanya monitoring dan program yang tumpang tindih antar institusi. Hal ini sejalan dengan hasil kajian Sriyana (2010: 5) diperoleh beberapa masalah yang dihadapi oleh UMKM antara lain: (1) pemasaran, (2) modal dan pendanaan, (3) inovasi dan pemanfaatan teknologi informasi, (4) pemakaian bahan baku, (5) peralatan produksi, (6) penyerapan dan pemberdayaan tenaga kerja, (7) rencana pengembangan usaha, dan (8) kesiapan menghadapi tantangan lingkungan eksternal. Lebih lanjut Osotimehin, Jegede, Akinlabi dan Olajide (2012: 176) menyatakan bahwa masalah masalah UMKM meliputi: 1) Lack of competent management which is the consequence of inability of owners to employ the services of experts. 2) Use of obsolete equipment and methods of production because of owner’s inability to access new technology. 3) Excessive competition which resulted from sales which is a consequence of poor finance to cope with increased competition in the industry. yang artinya a) Kurangnya manajemen commityang to userkompeten menjadi konsekuensi ketidakmampuan pemilik untuk mempekerjakan tenaga ahli
perpustakaan.uns.ac.id
16 digilib.uns.ac.id
b) Menggunakan peralatan dan metode produksi yang kuno karena ketidakmampuan pemilik dalam menggunakan teknologi baru c) Kompetisi tinggi yang dihasilkan dari penjualan merupakan konsekuensi dari lemahnya keuangan untuk menaikkan kompetisi di industri
Berdasarkan dua pendapat tentang permasalahan yang dikemukakan di atas, dapat dirangkum bahwa dalam pengembangan UMKM terdapat masalah sebagai berikut meliputi: 1) terbatasnya modal dan akses kepada sumber dan pelaku lembaga keuangan;
2) masih rendahnya kualitas SDM pelaku usaha; 3) kemampuan
pemasaran yang terbatas; 4) akses informasi usaha rendah; 5) belum terjalin dengan baik kemitraan saling menguntungkan antar pelaku usaha (UMKM, usaha besar dan BUMN). Menurut Kraja (2013: 83) Despite the initiative to face challenges, SMEs, managers or ownermanagers have to spend more time with management, strategies, because this will help to understand the current situation and to make safe steps towards the future. Managers have to be aware of what they are doing. Manajer atau pemilik usaha mikro kecil dan menengah harus menghabiskan banyak waktu untuk mengatur, membuat strategi karena akan membantu memahami kondisi riil saat ini dan membuat langkah-langkah ke depan. Manajer harus mengetahui resiko dari apa yang dilakukan.
Dari permasalahan-permasalahan yang telah dipaparkan di atas maka dapat dikatakan bahwa permasalahan pokok UMKM adalah masih minimnya manajemen organisasi para pelaku UMKM, yang meliputi: 1. Manajemen Pemasaran Manajemen pemasaran adalah suatu proses manajemen yang meliputi kegiatan penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan. Bagaimana produk tersebut dipasarkan, bagaimana cara memasarkan produk, apa media yang akan digunakan untuk memasarkan produk, dimana produk tersebut akan dipasarkan, siapa yang commit to user akan memasarkan produk, apa upaya yang dilakukan untuk mengadakan
perpustakaan.uns.ac.id
17 digilib.uns.ac.id
perluasan pasar adalah bagian dari kegiatan yang terdapat dalam manajemen pemasaran. Manajemen pemasaran merupakan proses yang melipui perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Mengenai pentingnya konsep pemasaran bagi kemajuan suatu perusahaan/usaha, Kotler berpendapat “konsep pemasaran menyatakan bahwa kunci untuk meraih tujuan organisasi adalah menjadi lebih efektif daripada para pesaing dalam memadukan kegaiatan pemasaran guna menetapkan dan memuaskan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran” (1997:17). Dari pendapat tersebut dapat dirangkum bahwa manajemen pemasaran mutlak diperlukan oleh perusahaan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran, dengan cara menjadi lebih efektif dari perusahaan pesaing. Manajemen pemasaran mutlak diperlukan bagi pelaku bisnis UMKM handycraft kayu jati untuk mencapai tujuan mencapai nilai kepuasan pelanggan, perluasan pasar sasaran dan keinginan untuk menjadi lebih efektif dari kompetitor. 2. Manajemen Keuangan Cara mengelola modal, cara mendapatkan modal, alokasi penggunaan modal, perhitungan cash flow dan pemisahan dengan dana pribadi pemilik. Laba yang diinginkan, belanja barang dan perhitungan produksi, gaji karyawan adalah hal-hal yang termasuk dalam manajemen keuangan. Penelitian mengenai permasalahan UMKM yang dilakukan oleh Ahmad (2012: 221) menyatakan bahwa The results show that the difficulties in obtaining financial support, bureaucracy, lack of credit options and unfriendly business environment are the main problems and constraints faced by the analysed MSMEs. Other important problems include unfriendly business environment, inadequate government support, unpredictable policy changes, and lack of training. These barriers vary according to the field of activity of the enterprises. commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(hasil penelitian menunjukan bahwa kesulitan mendapatkan dukungan keuangan, birokrasi, kurangnya fasilitas kredit dan lingkungan bisnis yang tidak bersahabat adalah permasalahan utama dan terpaksa dihadapi oleh peneliti UMKM. Masalah yang penting lainya adalah lingkungan bisnis yang kurang bersahabat, kurangnya dukungan dari pemerintah, perubahan kebijakan pemerintah yang tidak bisa diprediksi dan kurangnya pelatihan. Berbagai permasalahan ini sangat bergantung pada kegiatan yang dilakukan oleh para pelaku UMKM).
Sejalan dengan hasil penelitian di atas bahwa salah satu masalah yang ditemukan pada pelaku UMKM adalah masalah keuangan, kekurangan fasilitas kredit. Dalam mengatasi masalah keuangan, diperlukan suatu sistem manajemen. Sistem manajemen
keuangan
berfungsi
untuk
mengatur,
merencanakan,
dan
mengevaluasi bagaimana kinerja perusahaan dalam aspek keuangan. Manajemen keuangan diperlukan bagi setiap organisasi perusahaan, termasuk bagi pelaku usaha handycraft kayu jati di Dusun Bandar untuk mengelola keuangan dan memaksimalkan keuntungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Harmono (2009: 40) bahwa tujuan manajemen keuangan perusahaan adalah memaksimalkan nilai kekayaan para pemegang saham (pemilik). Nilai kekayaan dapat dilihat melalui perkembangan harga saham (common stock) perusahaan di pasar. perusahaan dapat mengetahui kondisi keuangan dengan melakukan manajemen keuangan, merencanakan berapa laba yang dapat dihasilkan, serta melakukan evaluasi apabila terjadi penurunan pendapatan karena berkurangnya penjualan perusahaan. 3. Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia meliputi cara mengelola tenaga kerja, jumlah, keahlian yang dibutuhkan, tingkat pendidikan, serta tingkat penguasaan teknologi. Salah satu komponen penting dalam manajemen sumber daya manusia adalah adanya diferensiasi pelayanan dengan pesaing, sebagaimana dikemukakan commit to user Kotler (1997: 86) jika produk fisik tidak mudah dideferensiasi, kunci keberhasilan
perpustakaan.uns.ac.id
19 digilib.uns.ac.id
dalam persaingan sering terletak pada penambahan pelayanan yang menambah nilai serta meningkatkan kualitasnya. Dalam kaitannya dengan pengembangan UMKM handycraft kayu jati Dusun Bandar, pada proses pemasaran, penjualan produk, produksi maupun pengelolaan UMKM, manajemen sumber daya manusia mutlak diperlukan. Lebih lanjut Kotler (1997: 93) menyatakan perusahaan dapat memperoleh keunggulan kompetitif yang kuat dengan mempekerjakan dan melatih orang-orang yang lebih baik daripada pesaing mereka. Personil yang terlatih lebih baik menunjukkan enam karakteristik yaitu kemampuan, kesopanan, kredibilitas, dapat diandalkan, cepat tanggap dan komunikasi. Dari pendapat tersebut dapat dirangkum bahwa suatu perusahaan dapat menjadi lebih maju dari pesaingnya, apabila memiliki sumberdaya manusia yang bagus, sumberdaya disini berarti kualitas pemilik dan tenaga kerjanya meliputi enam karaketristik tersebut. 4. Manajemen Produksi Manajemen produksi adalah cara agar suatu organisasi perusahaan mampu menghasilkan barang atau jasa. Manajemen produksi meliputi: penyedian bahan baku, pembelian bahan baku, penyediaan alat produksi, cara melakukan produksi, pemilihan produk yang akan dihasilkan, spesifikasi produk dan ciri atau keunggulan produk dibandingkan produk lain yang sejenis. Menurut pendapat Lind dalam Chip (2012: 150) .....According to Lind (2005) SMEs in developing countries are often competing in price, thus, they do not focus on adding value to products and services.
(.... berdasarkan pendapat Lind (2005) UMKM di negara yang sedang berkembang lebih sering bersaing dalam harga. Para pelaku UMKM ini tidak fokus pada penambahan kualitas produk dan jasa mereka). Permasalahan ini commit to user merupakan masalah dalam bidang produksi, dimana seharusnya para pelaku
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
UMKM lebih fokus terhadap peningkatan kualitas produk dan jasa mereka. Dalam proses pelaksanaan manajemen produksi, kaitannya dengan aspek produksi usaha mikro kecil dan menengah, salah satunya melalui proses inovasi dan peningkatan kualitas produk. Menurut Bakar, Kamariah dan Hadi (2012: 808) ... Several studies attempt at connecting innovation to SMEs indicates that they have played important role economically and technologically despite their resource constraints. (...beberapa studi berusaha untuk mengaitkan inovasi dengan UMKM yang mengindikasikan inovasi memainkan peranan yang sangat penting dalam ekonomi dan teknologi meskipun mereka kekurangan sumberdaya. Dalam UMKM handycraft kayu jati, manajemen produksi diperlukan untuk peningkatan kualitas produksi, dengan pengembangan jumlah alat produksi, menjaga mutu/standar produk, dan melakukan inovasi produk, sehingga kualitas produksi dapat ditingkatkan. 4.
Upaya Pengembangan UMKM
Berbagai permasalahan yang dihadapi oleh UMKM menjadi kesempatan dalam mengembangkan UMKM. Strategi-strategi pengembangan UMKM dalam mengatasi permasalahan tentang UMKM meliputi: (1) penyediaan modal dan akses kepada sumber dan lembaga keuangan; (2) meningkatkan kualitas dan kapasitas kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM); (3) meningkatkan kemampuan pemasaran UMKM; (4) meningkatkan akses informasi usaha bagi UMKM; (5) menjalin kemitraan yang saling menguntungkan antar pelaku usaha (UMKM, Usaha Besar dan BUMN). commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut Kumar (2011: 132) bahwa under the shifting economic scenario’s has both demanding and opportunities before them. The business can contend on cost, quality and products at household and international level only if ideal investment in equipment production process, R & D and marketing are made. (berdasarkan skenario ekonomi yang terus berubah baik dari segi permintaan atau peluang sebelumnya. Bisnis dapat bersaing dalam hal harga, kualitas dan produk dalam rumah tangga dan hanya pada level internasional jika investasi dalam peralatan produksi, penelitian dan pengembangan pemasaran dilakukan). Dalam bidang permodalan, selain mengoptimalkan program-program permodalan yang diberikan pemerintah dan perbankan, maka peran lembagaLembaga Keuangan Mikro (LKM) seperti koperasi, Baitul Mal wa Tanwil (BMT) juga perlu dioptimalkan untuk mendorong penguatan UMKM. Berbagai hasil studi menunjukkan bahwa LKM merupakan instrumen yang berperan penting untuk menanggulangi kemiskinan. Kaplan dalam Salam (2008: 117) menyatakan bahwa keberadaan LKM berdampak positif bagi masyarakat terutama dalam meningkatkan bisnis dan taraf hidup nasabah, keluarga, dan kelompok masyarakat di sekitar nasabah. Penelitian Consultative Group to Assist the Poorest (CGAP,2010) yang menyatakan bahwa pendapatan rumah tangga di dua puluh empat negara mengalami perkembangan pesat berkat keberadaan LKM. Dari pendapat di atas maka dapat dirangkum bahwa upaya pengembangan UMKM dapat dilakukan dengan cara perbaikan kualitas produk, pemberdayaan LKM seperti koperasi, BMT dan perluasan pasar dengan menjalin kemitraan yang saling menguntungkan antara pelaku usaha. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
22 digilib.uns.ac.id
Lebih lanjut Kanter dalam Tamba (2004: 65) mengungkapkan bahwa para pemain kunci di pasar global yaitu kelompok masyarakat yang memiliki kekayaan intangible asset 3 C, yaitu (1) concept, (2) competence dan (3) connection. Saat ini, seringkali intangible asset 3C seperti yang diungkapkan oleh Kanter di atas tidak ada yang dimiliki oleh pelaku UMKM. Hal ini mengakibatkan tidak akan ada keadilan apabila dalam domain pasar yang sama para pemilik intangible asset 3C diadu bersaing dengan industri kecil yang hanya bermodalkan semangat hidup. Bertitik tolak dari pemikiran tersebut, maka mayoritas pelaku usaha yang merupakan sektor UMKM harus dipersiapkan secara matang baik dari sisi usaha maupun dari sisi mental pelaku jiwa usaha. Upaya pengembangan UMKM dapat dilakukan dengan berlandaskan pada empat pilar manajemen yaitu pengembangan aspek manajemen produksi, manajemen keuangan, manajemen sumberdaya manusia serta manajemen pemasaran. Berdasarkan rumusan permasalahan maka hanya pada upaya pengembangan aspek manajemen produksi dan manajemen pemasaran yang akan di kaji lebih dalam. a. Manajemen Produksi Dalam menghasilkan produk barang maupun jasa yang mampu bersaing di pasar, diperlukan manajemen perusahaan yang baik. Manajemen perusahaan dibagi menjadi manajemen keuangan, manajemen sumber daya manusia, manajemen pemasaran dan manajemen produksi. Suatu perusahaan yang dituntut memiliki produksi yang continue, artinya perusahaan tersebut harus memiliki daya saing di pasar, jika tidak perusahaan tersebut tidak menempatkan konsep produksi secara sesungguhnya. Karena organisasi produksi memiliki konsep yang commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berhubungan dengan pencarian bahan baku, pengolahan bahan-bahan baku, dan akhirnya pada pencapaian nilai-nilai ekonomis yang dimaksud. Kumar dan Suresh (2008: 37) menyatakan bahwa Production management is a process of planning, organizing, directing and controlling the activities of the production function. It combines and transforms various resources used in the production subsystem of the organization into value added product in a controlled manner as per the policies of the organization. (Manajemen produksi adalah proses merencanakan, pengorganisasian, pengarahan dan aktivitas aktivitas dari fungsi produksi. Manajemen produksi menggabungkan dan menstanformasikan berbagai sumber daya yang digunakan dalam sub sistem produksi dari organisasi ke dalam nilai tambah suatu produk dalam sebuah pengawasan seperti kebijakan dalam suatu organisasi) Chib (2012:152 ) menyatakan bahwa “Several factors including inefficient management contribute to the high cost of production which stands as a stumbling block before the entrepreneurs. People face technology obsolescence due to non-adoption or slow adoption to changing technology which is a major factor of high cost of production.” (“beberapa faktor yang termasuk inefisiensi manajemen memperbesar ekonomi biaya tinggi-high cost economy yang dapat menjadi rintangan sebelum melakukan wirausaha. Pandangan orang terhadap teknologi yang kuno seharusnya tidak di tiru atau di adopsi secara perlahan dalam merubah teknologi yang merupakan faktor utama dalam menimbulkan ekonomi biaya tinggi dalam proses produksi.” Tujuan dari manajemen produksi adalah untuk menghasilkan barang dan jasa dengan kualitas yang baik dan jumlah yang tepat pada waktu yang tepat dan biaya produksi yang pas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
24 digilib.uns.ac.id
1) Kualitas yang baik Kualitas produk ditetapkan berdasarkan pada kebutuhan pelanggan. Kualitas produk ditentukan oleh biaya produksi, karakteristik dan teknik yang sesuai dengan permintaan. 2) Jumlah yang tepat Organisasi produksi seharusnya menghasilkan produk dalam jumlah yang tepat. Jika organisasi produksi kebihan permintaan akan terjadi kelebihan produk (excess demand) dan jika jumlah yang diproduksi terlalu sedikit, maka akan terjadi kekurangan produk (excess supply). 3) Waktu yang tepat Waktu adalah salah satu tolak ukur yang paling penting untuk menentukan keefektifan bidang produksi. Jadi, bagian produksi harus membuat pemanfaatan optimal dari sumberdaya yang ada agar tercapai tujuan produksi di waktu yang tepat. 4) Biaya produksi yang tepat Biaya produksi ditetapkan sebelum produk benar-benar diproduksi. Perusahaan hendaknya menghasilkan produk sebelum menetapkan biaya, sehingga menghasilkan variasi antara standar biaya dan biaya sebenarnya. 1)
Peningkatan Kualitas Produk Kualitas ditentukan oleh pelanggan, pelanggan menginginkan produk dan
jasa yang sesuai dengan kebutuhan dan harapannya pada suatu tingkat harga tertentu yang menunjukkan nilai produk tersebut (Scherkenbach, 2000: 33). Perusahaan yang menghasilkan produk barang maupun jasa yang dipasarkan mempunyai standar kualitas tertentu. Standar kualitas tersebut dibuat commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
agar mampu bersaing di pasar. Kumar dan Suresh (2008:59) menyatakan bahwa ... to survive in a competitive business environment, goods and services produced by a firm should have the minimum required quality. Extra quality means extra cost. So, the level of quality should be decided in relation to other factors such that the product is well absorbed in the market. (Agar dapat bersaing dalam suatu bisnis, barang dan jasa yang diproduksi oleh perusahaan harus mempunyai standar minimum kualitas. Penambahan kualitas berarti penambahan biaya. Tingkat kualitas ditentukan dengan mengkaitkannya dengan faktor-faktor lain, sehingga produk mampu bersaing di pasar). Menurut Daryanto (2012: 21) Ada tiga alasan kualitas merupakan sesuatu yang penting yaitu: (1) reputasi perusahaan, (2) keandalan produk dan (3) keterlibatan produk. Perusahaan yang sudah mempunyai nama di pasar mempunyai standar kualitas yang tinggi karena standar kualitas tersebut menggambarkan reputasi perusahaan di mata konsumen. Peningkatan pendapatan perusahaan dapat dilakukan dengan peningkatan kualitas. Jika kualitas produk tersebut dinilai baik oleh konsumen, maka penjualan akan naik dan pendapatan perusahaan meningkat. Kualitas produk juga dapat menciptakan keandalan produk. Kualitas diukur berdasarkan seberapa dekat produk tersebut dengan standar maksimal yang ditetetapkan. Penetapan standar dilakukan berdasarkan kebutuhan konsumen, yang umumnya di dahului oleh riset pasar. American Society For Quality (ASQ, 2011) dalam Heizer dan Render, (2006: 253) menyatakan bahwa “Quality is the totality of features and characteristic of a product or service that bears on it’s ability to satisfy stated or implied need.”
commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(kualitas adalah keseluruhan ciri dan karakteristik dari sebuah produk atau jasa yang berkemampuan untuk memenuhi kebutuhan yang tampak jelas maupun yang tersembunyi). Hal ini berbeda dengan pendapat Daryanto (2012: 24) yang mendefinisikan kualitas sebagai kecocokan atau melebihi kebutuhan konsumen akan penggunaan produk. Dari dua definisi tersebut dapat dirangkum bahwa kualitas adalah suatu standar yang ditentukan untuk mengukur produk barang dan jasa dibandingkan dengan produk lain yang sejenis. Dale (2003:4) menyatakan bahwa “Definisi kualitas berdasarkan konteksnya perlu dibedakan atas dasar:organisasi, kejadian, produk, pelayanan, proses, orang, hasil, kegiatan, dan komunikasi.” Pengertian kualitas mencakup: kualitas produk (product), kualitas biaya (cost), kualitas penyajian (delivery), kualitas keselamatan (safety), dan kualitas moral (morale) atau sering disingkat menjadi P-C-D-S-M”. Ada empat kategori biaya kualitas yang disebut cost of quality yang berkaitan dengan pengertian kualitas menurut biaya yaitu sebagai berikut: a.
Biaya pencegahan (Preventation cost) Biaya pencegahan adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk
mencegah terjadinya kerusakan produk. Biaya pencegahan timbul untuk meminimumkan apraissal cost dan failure cost. Biaya pencegahan yang dikeluarkan oleh perusahaan secara kumulatif lebih menguntungkan bagi perusahaan bila dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan apabila terjadi kerusakan produk.
commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b.
Biaya penilaian (Appraisal cost) Appraisal cost adalah adalah biaya yang dikaitkan dengan evaluasi produk,
proses, komponen dan jasa, untuk menemukan produk yang mungkin rusak atau cacat. contoh: biaya percobaan, laboratorium, dan pengujian. c.
Internal failure Internal failure adalah biaya yang diakibatkan proses produksi yang
menyebabkan kerusakan sebelum dikirim ke konsumen, contoh: rework, scrap, dan downtime. d.
External failure External failure atau biaya kegagalan eksternal adalah biaya yang timbul
karena faktor diluar perusahaan, yang mungkin akibat tindakan yang dilakukan oleh konsumen. contoh: retur, biaya sosial. Berdasarkan perspektif kualitas, Garvin dalam Harner (2002: 226 ) mengembangkan dimensi kualitas kedalam tujuh dimensi yang dapat digunakan sebagai perencanaan strategis terutama bagi perusahaan yang menghasilkan barang. Ketujuh dimensi tersebut adalah sebagai berikut : 1.
Kinerja (Peformance) - hal ini berkaitan dengan aspek fungsional suatu barang dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan dalam membeli barang tersebut, (kekuatan/keutamaan dari produk). Ciri-ciri atau keistimewaan - karakteristik sekunder atau pelengkap performansi yang berguna untuk menambah fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan produk dan pengembangannya.
commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.
Keandalan (Reliability) - Hal ini yang berkaitan dengan probabilitas atau kemungkinan suatu barang berhasil menjalankan fungsinya setiap kali digunakan dalam periode waktu tertentu dan dalam kondisi tertentu pula.
3.
Kesesuaian (Conformance), hal ini berkaitan dengan tingkat kesesuaian terhadap spesifikasi yang ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan.
4.
Daya tahan (Durability) yaitu suatu refleksi umur ekonomis berupa ukuran daya tahan atau masa pakai barang.
5.
Pelayanan (Service ability), berkaitan dengan penanganan pelayanan purna jual, seperti penanganan keluhan yang ditujukan oleh pelanggan.
6.
Estetika (Aesthetics), merupakan karakteristik yang bersifat subyektif mengenai nilai-nilai estetika yang berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari preferensi individual.
7.
Kualitas yang di persepsikan (Perceived quality), berkaitan dengan perasaan pelanggan mengenai keberadaan produk tersebut sebagai produk yang berkualitas. Dalam kaitannya dengan pengembangan UMKM, produk yang dihasilkan
harus mempunyai kedelapan syarat tersebut, agar dapat diterima oleh pasar. Masalah kinerja, keandalan estetika, kesesuaian, daya tahan, pelayanan serta kualitas yang dipersepsikan merupakan gabungan dari berbagai proses manajemen pengelolaan UMKM. Seperti masalah kinerja merupakan manajemen produksi, daya tahan merupakan bagian dari manajemen pemasaran sedangkan pelayanan merupakan bagian dari manajemen sumber daya manusia. commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kualitas merupakan hal yang penting tidak hanya untuk memudahkan penjualan barang dan jasa dalam perusahaan, namun lebih dari itu produk yang berkualitas akan menarik minat pelanggan untuk membeli lagi kepada perusahaan tersebut. Kualitas produk yang dijual suatu perusahaan akan meningkatkan loyalitas pelanggan. Perusahaan yang menghasilkan produk barang maupun jasa yang dipasarkan mempunyai standar kualitas tertentu agar mudah dikenali dan menjadi ciri perusahaan tersebut. Lebih lanjut dapat dirangkum bahwa kualitas tidak hanya pada kualitas fisik dari produk yang dijual oleh perusahaan, kualitas meliputi lima hal yaitu kualitas produk (product), kualitas biaya (cost), kualitas penyajian (delivery), kualitas keselamatan (safety), dan kualitas moral (morale). Kualitas produk yang baik akan memberikan nilai kepuasan bagi pelanggan, mempermudah pemasaran dan pembangunan jaringan. 2) 1.
Inovasi Produk Definisi Inovasi Ahmed dan Shepherd (2010: 64) menyatakan bahwa inovasi perusahaan
dapat menghasilkan R&D (Research and Development), produksi serta pendekatan pemasaran dan akhirnya mengarah kepada komersialisasi inovasi tersebut. Dapat dikatakan bahwa inovasi adalah proses mewujudkan ide baru, yang berbeda dengan yang dulu, dengan cara produksi atau dengan membuatnya menjadi nyata, dimana inovasi termasuk generasi evaluasi, konsep baru dan implementasi. Inovasi menggunakan metode baru dan berbeda serta teknologi untuk meningkatkan kualitas biaya atau lebih rendah, untuk memenuhi atau melampaui target perusahaan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
30 digilib.uns.ac.id
Lebih lanjut Ahmed dan Shepherd (2010: 61) menyatakan inovasi tidak hanya terbatas pada benda atau barang hasil produksi, tetapi juga mencakup sikap hidup, perilaku, atau gerakan-gerakan menuju proses perubahan di dalam segala bentuk tata kehidupan masyarakat. Jadi, secara umum, inovasi berarti suatu ide, produk, informasi teknologi, kelembagaan, perilaku, nilai-nilai, dan praktikpraktik baru yang belum banyak diketahui, diterima, dan digunakan atau diterapkan oleh sebagian besar warga masyarakat dalam suatu lokasi tertentu, yang dapat digunakan atau mendorong terjadinya perubahan-perubahan di segala aspek kehidupan masyarakat demi terwujudnya perbaikan mutu setiap individu dan seluruh warga masyaraka tyang bersangkutan. Inovasi dalam proses produksi dalam industri UMKM dapat diartikan gagasan, ide dan implementasi pada suatu produk barang atau jasa untuk meningkatkan hasil penjualan. 2.
Manfaat Inovasi Menurut Rogers (2003: 93) inovasi tidak hanya berurusan dengan
pengetahuan baru dan cara-cara baru, tetapi juga dengan nilai-nilai, karena harus bisa membawa hasil yang lebih baik, sehingga tidak hanya melibatkan iptek baru, inovasi juga melibatkan cara pandang dan perubahan sosial. Inovasi dapat memberikan beberapa manfaat sebagai berikut: 1. Peningkatan kualitas hidup manusia melalui penemuan-penemuan baru yang membantu dalam proses pemenuhan kebutuhan hidup manusia. 2. Memungkinkan suatu perusahaan untuk meningkatkan penjualan dan keuntungan yang dapat diperolehnya. 3. Adanya peningkatan dalam kemampuan mendistribusikan kreativitas kedalam wadah penciptaan sesuatu hal yang baru. commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Adanya keanekaragaman produk dan jenisnya didalam pasar. Inovasi dapat ditunjang oleh beberapa faktor pendukung seperti : (a) Adanya keinginan untuk merubah diri, dari tidak bisa menjadi bisa dan dari tidak tahu menjadi tahu. (b) Adanya kebebasan untuk berekspresi. (c) Adanya pembimbing yang berwawasan luas dan kreatif (d) Tersedianya sarana dan prasarana. (e) Kondisi lingkungan yang harmonis, baik lingkungan keluarga, pergaulan, maupun sekolah. 3.
Proses Inovasi Proses inovasi adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh individu atau
organisasi, mulai dari sadar atau tahu adanya inovasi sampai menerapkan (implementasi) inovasi. Menurut Jong dan Hartog (2003: 65) inovasi sebagai suatu proses digambarkan sebagai proses siklus dan berlangsung terus menerus, meliputi fase kesadaran, penghargaan, adopsi, difusi dan implementasi. Proses inovasi terdiri atas: 1. Mengeluarkan ide yaitu meliputi pembentukan rancangan teknis dan desain. 2.
Resolusi masalah yaitu meliputi mengambil keputusan dan memecah ide kedalam komponen yang lebih kecil, menentukan prioritas untuk tiap komponen atau elemen, membagi alternatif masalah, dan menilai desain alternatif menggunakan kriteria yang telah dipaparkan dalam tahap pertama fase yang menciptakan penemuan dalam proses inovasi adalah adopsi dan implementasi. commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari uraian tersebut dapat dirangkum bahwa proses inovasi mencakup kegiatan pengembangan dan implementasi. Pengembangan meliputi desain dan pengembangan produk dan perencanaan proses inovasi dalam fase inovasi, jadi fase pengembangan meliputi mengeluarkan ide dan pemecahan masalah, sedangkan implementasi meliputi kegiatan penerapan desain inovasi yang telah dibuat atau direncanakan. b. Manajemen Pemasaran Manajemen pemasaran menurut Kotler (2002: 103) adalah proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi, serta penyaluran gagasan, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan-tujuan individu dan organisasi. Dalam penelitian ini, hal yang berkaitan dengan upaya pengembangan UMKM dalam bidang manajemen pemasaran meliputi upaya
penciptaan kekuatan merek (branding strategy),
pemasaran kota (city of marketing), serta pemasaran melalui internet (online marketing). 1) Kekuatan Merek (Branding Strategy) Kekuatan merek atau branding strategy merupakan salah satu unsur dalam pemasaran. Umumnya merek berupa gabungan kata, desain grafis, logo, gabungan numerik dan simbol. Merek bukan sekedar permainan kata, namun merek bisa di intrepretasikan sebagai hal yang berbeda, sebagai logo, hak kepemilikan suatu produk, ikatan khusus ataupun citra diri. American Marketing Asosiation (AMA, 2007) mendefinisikan merek sebagai nama, istilah, simbol, atau desain dan kombinasi, yang dimaksudkan untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
33 digilib.uns.ac.id
mengidentifikasikan barang dan jasa dari satu penjual dan membedakannya dari barang dan jasa dari pesaingnya. Sejalan dengan AMA, UU merek no 15 tahun 2001 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angkaangka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa. Penciptaan merek membentuk serangkaian asosiasi, persepsi kualitas, jaminan mutu, dan diferensiasi produk. Kapferer (2004: 74) menyatakan bahwa a map alone is not the underlying territory, yang artinya merek ibarat sebuah peta yang tidak bisa sendirian menciptakan nilai bagi konsumen. Konsumen tidak membeli sebuah produk hanya dari merek yang sudah baik saja, pertimbangan asas manfaat juga menjadi dasar pembelian suatu produk. Oleh sebab itu selain merek yang sudah baik, produsen harus menerapkan strategi pemasaran yang tepat, salah satunya dengan mempertimbangkan asas manfaat dan harga yang bisa mempengaruhi daya beli dan loyalitas konsumen. Menurut Tjiptono dan Chandra (2008:351) “Memiliki merek dagang terdaftar dan dilindungi hukum merupakan hal yang esensial dalam berbisnis di era global saat ini”. Lebih lanjut Tjiptono dan Chandra (2008: 349) menyatakan bahwa pendaftaran merek memiliki fungsi sebagai: a) alat bukti bagi pemilik yang berhak atas merek yang didaftarkan; b) dasar penolakan terhadap merek yang sama keseluruhan atau sama pada pokoknya yang dimohonkan pendaftarannya oleh pihak lain untuk barang sejenis atau tidak sejenis; dan c) dasar untuk mencegah pihak lain memakai merek yang sama secara keseluruhan atau sebagian. Fungsi merek bisa dibedakan menjadi berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
i.
Proteksi terhadap bentuk plagiasi produk, proteksi hukum.
ii.
Penjaminan mutu suatu produk barang atau jasa
iii.
Sebagai sarana keunggulan kompetitif
34 digilib.uns.ac.id
Pada dasarnya merek tidak hanya memberikan manfaat bagi para produsen yang menghasilkan produk. Bagi konsumen merek juga mempunyai manfaaat yang besar dalam identifikasi sumber produk barang dan jasa yang dikonsumsinya. Kaitannya dengan pengembangan UMKM handycfraft kayu jati, merek membantu perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Merek berfungsi tidak hanya sebagai identifikasi atau pembeda dengan produk sejenis dari pesaing. Namun, merek juga dapat berfungsi sebagai proteksi atau perlindungan dari bentuk plagiasi. Hal yang perlu mendapat perhatian dari para pelaku UMKM dan perusahaan yang menjalan bisnisnya bahwa merek dapat menimbulkan loyalitas konsumen. Dapat dirangkum bahwa salah satu cara pengembangan UMKM adalah dengan memiliki merek, kemudian menggunakan kekuatan merek tersebut untuk mempengaruhi loyalitas konsumen, melindungi produk dari bentuk plagiasi dan memperluas jaringan. 2) Pemasaran Kota (City of Marketing) Industrialisasi tampaknya merupakan sesuatu yang tidak terhindarkan bagi manusia. Industri memunculkan dampak yang sangat beragam bagi kehidupan manusia, baik dampak sosial maupun dampak non sosial seperti pada perubahan fisik kota, pencemaran lingkungan, dan sebagainya. Secara sosial, industrialisasi telah mendorong berbagai perubahan sosial kemasyarakatan. Pemasaran kota (city of marketing) merupakan keberlanjutan dari konsep goverment to bussiness enteprise, yaitu pelibatan peran aktif pemerintah dalam wirausaha. Peran aktif commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
disini dapat diartikan sebagai perencanaan kota, upaya menarik investor dan tata letak serta citra kota wirausaha. Pemasaran kota merupakan salah satu inovasi dalam manajemen pemasaran yang menawarkan kenyamanan dan suasana yang berbeda dari pemasaran perusahaan. Menurut Bakar, Kamariah dan Hadi (2012: 808) ....in addition, micro, small and medium enterprises have proven to be more likely to report their entrance into new markets, increased market share and providing improved flexibility of production and service of innovation. (...usaha mikro kecil dan menengah harus membuktikan agar lebih diminati dan menjadi jalan memasuki pasar baru, menaikkan pemasaran dan menyediakan barang dan jasa yang fleksibel dan inovatif) Pemasaran kota melibatkan peran pemerintah aktif dan juga masyarakat. Menjadi alat implementasi pemasaran kota yang efektif, mendorong partisipasi masyarakat untuk menarik investor. Pembuatan tata letak, citra, serta infrastruktur kota yang nyaman merupakan bentuk khusus dari kegiatan pemasaran. Jika pemasaran merupakan salah satu aspek dalam kegiatan perusahaan, maka pemasaran kota juga merupakan salah satu aspek dalam keseluruhan kebijakan pemerintah kota karena melibatkan perencanaan kota didalamnya. Dari aspek lainnya, secara umum Kartajaya dalam Heriyanto (2003: 668) menyatakan bahwa pemasaran daerah/kota dipandang sebagai perencanaan dan perancangan suatu daerah/kota agar mampu memenuhi dan memuaskan keinginan dan harapan “pasar targetnya”. Pasar target ini meliputi tiga pihak, yaitu: a) penduduk dan masyarakat daerah tersebut, b) turis, pengusaha, investor dari commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam dan luar daerah, dan c) pengembang dan event organizer serta pihak-pihak lainnya yang membantu meningkatkan daya saing daerah tersebut. Pemerintah sebagai pemangku kebijakan (stakeholder) mempunyai peran penting dalam konsep city of marketing. Pemerintahan kota mempunyai tiga fungsi yaitu: sebagai pemerintah (administration), sebagai pengendali (control), dan juga sebagai
perusahaan (melakukan kegiatan kewirausahaan). Jika
pemasaran dalam suatu perusahaan mengejar keuntungan (profit), maka pemerintah kota yang menerapkan konsep city of marketing memperjuangkan kesejahteraan masyarakatnya. Jadi konsep city of marketing atau pemasaran kota merupakan pendekatan kewirausahaan dengan perencanaan kota yang matang. Untuk melakukan pemasaran wilayah/kota, lebih lanjut Kartajaya dalam Heriyanto (2003: 668) menyebutkan ada tiga langkah strategis, yaitu: (1) menjadi “tuan rumah” yang baik bagi kelompok pasar targetnya, (2) memperlakukan kelompok pasar target secara semestinya, dan (3) membangun “rumah” (wilayah/kota) yang nyaman. Dalam melakukan ketiga langkah strategis tersebut, diperlukan wahana/ruang, serta sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan pemasaran kota. Pemasaran kota melibatkan tiga pelaku utama yaitu masyarakat sebagai pelaku UMKM baik pengrajin, kalangan bisnis (investor) dan pemerintah. Dalam pengembangan konsep city of marketing, pemerintah, masyarakat dan para pelaku UMKM secara kontinu dapat memperbaiki liveability, investability, dan visitability daerahnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Kotler (2002: 72) yang menyatakan bahwa dalam mengembangkan konsep city of marketing harus memperhatikan hal- hal berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
37 digilib.uns.ac.id
(1) Karakter tempat wilayah Suatu tempat wilayah memerlukan rencana, rancangan dan upaya pengembangan yang baik agar dapat meningkatkan daya tarik bagi wisatawan dan investor. (2) Lingkungan fisik Lingkungan fisik perlu dikembangkan dan dilengkapi dengan sarana dan prasarana dasar yang dibutuhkan bagi pemasaran kota. (3) Ketersediaan layanan Suatu tempat/wilayah harus menyediakan layanan dasar dengan kualitas yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bisnis dan publik. (4) Aspek rekreasi dan hiburan Suatu tempat atau wilayah memerlukan sekumpulan atraksi atau daya-tarik untuk menarik wisatawan dalam dan luar negeri serta investor untuk menanamkan modalnya. Lebih lanjut Kotler (2002: 88) menyatakan terdapat empat strategi umum untuk mendorong warga serta menarik wisatawan, pengusaha dan investor ke wilayah ini dengan: (1) pemasaran citra (image marketing): keunikan dan kebaikan misal: “Bandung—Paris Van java”, “Jogja—Never Ending Asia”. (2) pemasaran atraksi/daya tarik (attraction marketing)
dapat berupa keindahan
panorama alam, bangunan dan tempat bersejarah dan sejenisnya. (3) pemasaran prasarana (infrastructure marketing) prasarana sebagai pendukung daya tarik lingkungan bisnis, seperti: jalan raya, akses transportasi, ketersediaan papan atau bando kota, jaringan telekomunikasi dan teknologi informasi. (4) pemasaran penduduk (people marketing) mencakup: keramahan, kemampuan melayani dan menjual produk, tenaga ahli, kemampuan berwirausaha. Pemasaran wilayah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
38 digilib.uns.ac.id
dalam hal pemasaran citra/pencitraan juga dapat dilakukan dengan dukungan internet. 3) Pemasaran Melalui Internet (Online Marketing) Globalisasi telah melewati batas-batas suatu negara, menghubungan suatu negara dengan negara lain dengan cepat. Seiring dengan globalisasi pemasaran barang dan jasa juga dituntut untuk lebih praktis dan mudah. Lingkup pemasaran juga berubah menjadi pemasaran dengan segmentasi pasar internasional. “Pemasaran internasional meliputi pemasaran domestik, pemasaran ekspor, pemasaran internasional, pemasaran multinasional dan pemasaran global”. (Tjiptono dan Chandra, 2008: 706). Pemasaran dilakukan melalui berbagai hal, yang paling populer saat ini adalah online marketing. Lingkup pemasaran berkembang pesat yang menuntut adanya kecepatan distribusi dan kemudahan pembelian suatu produk. Online marketing disebut juga internet marketing atau e-commerce atau e-marketing mempunyai persamaan definisi. Menurut Padyay (2002: 53) bahwa: E -commerce berarti "melakukan bisnis secara elektronik", yaitu perdagangan barang, jasa dan keahlian dalam menggunakan komputer yang terhubung satu sama lain. E -commerce adalah sebuah bentuk dari hubungan bisnis secara online yang dapat tercipta melalui seluruh prose pembelian dan penjualan, yang pertama adalah iklan, kemudian kontak pertama antara pembeli dan penjual, penjualan yang dilakukan , pengiriman produk , pembayaran dan akhirnya layanan purna jual . E-commerce adalah proses melakukan kegiatan usaha melalui internet. Ini adalah sebuah filosofi yang menggunakan fitur dari internet untuk mengubah proses bisnis dan untuk mendapatkan keuntungan kompetitif . Lebih lanjut Hisrich, Peter dan Shepherd (2008: 86) menyatakan bahwa mengembangkan situs e-commerce harus merupakan sebuah keputusan yang commitfaktor, to user strategis dan didasarkan pada beberapa yaitu a) produk-produk harus dapat
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dikirim secara ekonomis dengan baik; b) produk tersebut harus menarik banyak orang dan perusahaan harus siap mengirim produk keluar lokasi geografisnya; c) operasi-operasi online harus menghasilkan penurunan biaya bila dibandingkan dengan operasi bangunan saat ini; d) mencerminkan kemampuan perusahaan untuk menarik pelanggan ke situs webnya secara ekonomis. Online marketing selain bermanfaat sebagai media informasi berteknologi tinggi, ternyata juga bisa menambah pendapatan perusahaan. Menurut Pambudi dalam Tjiptono dan Chandra (2008:699) “ sejauh ini, sumber pemasukan bagi sebagian besar perusahaan dotcom Indonesia adalah iklan, banner, fee transaksi, biaya keanggotaan, penjualan berita, jasa e-commerce, web hosting, biaya berlangganan Internet Service Provider (ISP), transaksi saham, dan komisi penjualan.” Online
marketing
memiliki
sejumlah
fitur
yang
memungkinkan
kemudahan dalam berkomunikasi. Di era teknologi seperti saat ini kecepatan penyebaran informasi melalui sistem internet mutlak diperlukan bagi pebisnis. Fitur-fitur dalam internet memungkinkan aplikasi yang efektif dalam hal penyebarluasan informasi secara tepat serta mengumpulkan riset pasar. Bashar, Ahmad dan Wasiq (2012: 97 ) menyatakan bahwa: “Business today is being transformed from a transactional relationship to a social relationship. It is now more critical than ever that succesfull business use engagement marketing principles to plan for succesfully engaging their their prospect and customers.” (Bisnis saat ini telah berubah dari hubungan transaksi tradisional ke hubungan sosial. Hubungan sosial sekarang ini menjadi lebih penting daripada sebelumnya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
40 digilib.uns.ac.id
yaitu menggunakan pendekatan prinsip pemasaran untuk merencanakan pendekatan yang sukses kepada prospek dan konsumen mereka). Internet telah mengalami perkembangan yang pesat dalam dekade ini. Banyak dijumpai perusahaan yang memanfaatkan internet untuk memasarkan produk dalam pasar global. Internet sebagai salah satu media pemasaran yang dirasa efektif untuk pasar luar negeri maupun dalam negeri, internet memiliki beberapa fitur yang sering digunakan. Macam fitur dalam internet dijabarkan dalam tabel 3. Tabel 3 Fitur dalam Internet Fitur Pemakaian Electronic mail (E-mail) Memungkinkan pemakai untuk mengirim surat elektronik kemanapun secara global Usenet Kelompok diksusi, newsgroup, dan electronic bulletin boards serupa dengan yang ditawarkan jasa jasa online Telnet Database, katalog perpustakaan, dan jurnal elektronik secara online di ratusan perguruan tinggi dan perpustakaan umum File transfer protocol (ftp) Kemampuan mentransfer file dari satu satu komputer atau Hypertext transfer mainframe ke komputer lain protocol (http) Client server Memungkinkan transfer file dari satu komputer mainframe ke komputer lain Gopher Sistem retrieval dokumen yang digunakan untuk mencari informasi Wide area information Memungkinkan seseorang untuk menggunakan kata server kunci dalam database spesifik dan memperoleh informasi full text Worldwide web (www) Melakukan hal yang sama dengan gopher dan WAIS, namun mengombinasikan suara, gambar grafis, video dan hypertext pada suatu halaman. Sumber:Tjiptono dan Chandra (2008:567) Internet marketing sering digambarkan sebagai solusi mudah memasarkan produk dan rendah risiko. Meski menawarkan kemudahan dan efisiensi dalam pemasaran produk barang maupun jasa, internet marketing juga mempunyai commit to user risiko. Risiko dalam e –commerce menurut Padyay (2002: 53) :
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
i.
Eksternal hacker yang dapat mengacaukan atau mencuri data yang penting
ii.
Korupsi yang dilakukan bekas karyawan
iii.
Kerentanan sistem komputer karena kurangnya keamanan fisik dan dukungan manajemen , kelalaian, penyalahgunaan oleh mitra luar
iv.
Penyelewengan data yang dikumpulkan secara on-line
v.
Penggunaan peralatan jaringan mobile Pemasaran melalui internet, memang menawarkan berbagai kemudahan dan manfaat yang besar. Namun, pemasaran melalui internet juga memilki resiko seperti penyalahgunaan/pencurian data dari pihak kompetitor dan kerusakan sistem kompetitor. Apabila resiko ini tidak diminimalisir justru akan membuat jatuhnya nilai produk dimata konsumen. Kaitannya dengan pengembangan UMKM, bahwa dalah satu masalah UMKM adalah lemahnya hubungan (link) pemasaran. Hal ini sebagaimana dikemukakan diawal oleh Kanter dalam Tamba (2004: 51) bahwa para pemain kunci di pasar global yaitu kelompok masyarakat yang memiliki kekayaan intangible asset 3C, yaitu (1) concept, (2) competence dan (3) connection. Lingkup pemasaran berkembang pesat yang menuntut adanya kecepatan distribusi dan kemudahan pembelian suatu produk, online marketing merupakan salah satu solusinya. Dimana dalam bisnis yang dijalankan melalui sitem online, pelaku UMKM dibantu oleh internet dalam memasarkan produknya. Perluasan jaringan dan kemudahan transaksi merupakan ciri pemasaran melalui sistem online. 3. Pendapatan Masyarakat Pendapatan masyarakat dapat didefinisikan sebagai seluruh pendapatan yang diterima orang dalam sutu kurun waktu tertentu. Pendapatan ini dibedakan commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menjadi pendapatan yang siap dikonsumsi dan pendapatan personal/pribadi. Pendapatan yang siap dikonsumsi adalah pendapatan personal setelah dikurangi dengan pajak. Pendapatan masyarakat dipengaruhi oleh banyak hal diantaranya adalah jenis pekerjaan, demografi, kemajuan perekonommian suatu negara, dan sebagainya. Indikator besar kecilnya pendapatan suatu masyarakat dapat dilihat dari tingkat konsumsi dan taraf hidupnya. Perbedaan antara masyarakat yang sudah mapan dan yang belum mapan antara negara maju dan negara berkembang bukan hanya terletak dalam atau dicerminkan oleh perbandingan relatif besar kecilnya Marginal Propensity to Consume (MPC) dan Marginal Propensity to Saving (MPS), akan tetapi juga dalam pola konsumsi itu sendiri. Pola konsumsi masyarakat yang belum mapan biasanya lebih didominasi oleh konsumsi kebutuhan-kebutuhan pokok atau primer, sedangkan pengeluaran konsumsi masyarakat yang sudah mapan cenderung lebih banyak teralokasikan ke kebutuhan sekunder atau bahkan tersier. Menurut teori Keynes dalam Mankiw (2000: 89) bahwa pengeluaran masyarakat untuk konsumsi dipengaruhi oleh pendapatan. Semakin tinggi pendapatan mengakibatkan semakin tinggi pula tingkat konsumsi, juga berpengaruh terhadap tabungan karena tabungan merupakan bagian dari pendapatan yang tidak dikonsumsi. Pendapatan memainkan peranan yang sangat penting dalam teori konsumsi. Selain pendapatan, sesungguhnya konsumsi ditentukan juga oleh faktor-faktor lain yang sangat penting antara lain adalah :
commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Selera Diantara orang-orang yang berumur sama dan berpendapatan yang sama, beberapa orang dari mereka mengkonsumsi lebih banyak daripada yang lain. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan sikap dalam penghematan (thrift), bila masyarakat mengubah sikap mereka maka fungsi konsumsi agregat akan berubah. Sebagai contoh, bila masyarakat memutuskan untuk mengurangi konsumsi karena menurunnya selera maka fungsi konsumsi (jangka pendek) akan bergeser kebawah. b. Faktor Sosial Ekonomi Faktor sosial ekonomi misalnya: umur, pendidikan, pekerjaan dan keadaan keluarga Biasanya pendapatan akan tinggi pada kelompok umur muda dan terus meninggi dan mencapai puncaknya pada umur pertengahan, dan akhirnya turun pada kelompok umur tua. c. Kekayaan Kekayaan secara eksplisit maupun implisit, sering di masukkan dalam fungsi konsumsi agregat sebagai faktor yang menentukan konsumsi. Beberapa ahli ekonomi yang lain memasukkan aktiva lancar sebagai komponen kekayaan sehingga aktiva lancar memainkan peranan yang penting pula dalam menentukan konsumsi. d. Keuntungan atau kerugian kapital Keuntungan kapital yaitu dengan naiknya hasil bersih dari kapital akan mendorong tambahnya konsumsi, sebaliknya dengan adanya kerugian kapital akan mengurangi konsumsi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
44 digilib.uns.ac.id
e. Tingkat Bunga Ahli-ahli ekonomi klasik menganggap bahwa konsumsi merupakan fungsi dari tingkat bunga mendorong tabungan dan mengurangi konsumsi. Namun ahliahli ekonomi sesudah klasik ragu-ragu pada dasar teori dan penelitian tersebut. Mereka berpendapat bahwa dengan naiknya tingkat bunga pendapatan meningkat dan justru menaikkan konsumsi, jadi berlawanan dengan pendapat klasik. f.
Tabungan Tabungan memiliki arti yang berbeda, banyak orang yang mengartikan tabungan sebagai menyimpan uang di bank sedangkan bagi orang lain lagi sebagai pembelian saham atau sebagai simpanan pada masa pensiun. Hal ini sedikit berbeda dengan definis yang dikemukakan oleh ekonom tabungan diartikan sebagai mengurangi konsumsi saat ini (sekarang) demi untuk mengkonsumsi lebih banyak di masa yang akan datang. Jadi tabungan merupakan bagian penghasilan yang tidak dikonsumsikan dan ini sangat berguna bagi pertumbuhan ekonomi. Bagi individu pelaku usaha seperti pelaku UMKM kepemilikan tabungan dapat berfungsi seperti pemenuhan kebutuhan akan permintaan terhadap uang. Tabungan dapat difungsikan sebagai alat untuk memenuhi motif berjaga-jaga, dan prediksi dimasa mendatang. Apabila terjadi perubahan ekonomi, perbahan iklim usaha dan desakan finansial lainnya, maka pelaku UMKM dapat memanfaatkan tabungan. Pendapatan memainkan peranan yang sangat penting dalam teori konsumsi. Dalam kaitannya dengan pelaku UMKM handycraft kayu jati, bahwa peningkatan pendapatan masyarakat akan meningkatkan konsumsi . Peningkatan pendapatan berarti peningkatan kesejahteraan dan kepuasan konsumsi pelaku commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
UMKM. Peningkatan konsumsi disini dapat diartikan penambahan jumlah konsumsi dari kebutuhan primer, bertambah pada pemenuhan kebutuhan sekunder dan tersier, bahkan ditambah dengan pemenuhan kebutuhan untuk melakukan tabungan (saving) dan investasi.
B. Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian dan studi sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini antara lain : 1.
Panggabean (2011) menyimpulkan bahwa UKM dan pengrajin gerabah sebagian
besar
masih
menggunakan
teknologi
sederhana
Untuk
mengoptimalkan peralatan/teknologi yang diperlukan UKM dan Pengrajin diperlukan pendidikan dan modal. Selain pendidikan mengoperasionalkan peralatan/teknologi diperlukan pendidikan bahasa Inggris bagi UKM dan Pengrajin agar mampu melayani pembeli luar negeri. Keterkaitan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah penelitian ini membahas tentang manajemen produksi suatu UKM yaitu UKM gerabah. Peralatan yang digunakan dalam UKM gerabah ini masih sangat sederhana, hal ini sama dengan kondisi di lingkungan penelitian, UKM masih menggunakan teknologi yang sederhana, sehingga hasil/ kapasitas produksi belum bisa maksimal. 2.
Tarigan dan Susilo (2008) dalam hasil kajian penelitiannya menyatakan bahwa, pengusaha/pengrajin perak menghadapi permasalahan yang terkait dengan terganggunya kegiatan produksi karena adanya kerusakan bangunan serta prasarana produksi, terganggunya proses produksi commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menyebabkan berkurangnya jumlah produksi yang berimplikasi pada kemampuan melayani permintaan, dan penurunan permintaan pada gilirannya
akan
mengurangi
pendapatan
dan
berimplikasi
pada
kemampuan memenuhi kewajiban finansial. Keterkaitan penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan adalah penelitian ini membahas tentang kendala pada manajemen produksi yaitu kerusakan bahan dan alat produksi UMKM perak yang disebabkan oleh gempa. Kerusakan akibat gempa ini memicu penurunan kapasitas produksi. Penurunan kapasitas produksi berarti penurunan pendapatan yang diterima oleh pelaku UMKM, sehingga dampak dari gempa ini adalah berkurangnya pendapatan pelaku UMKM. Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi masalah penurunan kapassitas produksi dan penurunan pendapatan tersebut adalah melalui perbaikan infrastruktur dan pembelian alat baru. Namun, pembelian alat baru memerlukan biaya yang tinggi, sedangkan keuangan pelaku UMKM masih belum stabil. 3.
Agpayong (2010) menyatakan bahwa UMKM di Ghana mengalami perkembangan yang sangat pesat. Gerakan anti UMKM tidak berlaku di Ghana. Pada mulanya perusahaan besar dengan jumlah karyawan yang besar dianggap mampu menjadi penopang perekonomian. Namun melalui UMKM pemerintah mendapat tambahan pemasukan melalui pajak dan pengurangan jumlah pengangguran,
yang merupakan solusi dari
permasalahan. Pemerintah memberikan dukungan terhadap UMKM di Ghana, sehingga saat ini UMKM di Ghana memproduksi pada bidang pertanian, perikanan, dan obat-obatan. Keterkaitan penelitian ini dengan commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penelitian yang dilakukan adalah bahwa dukungan pemerintah mutlak diperlukan untuk mengatasi masalah yang ada dalam UMKM. Dalam penelitian ini masalah yang dihadapai oleh pemerintah Ghana belum di jabarkan secara jelas. 4.
Shihabudheen (2013) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa ada perubahan yang sangat drastis dalam perkembangan UMKM di India pada tahun 2006. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemerintah membantu mendorong pertumbuhan UMKM dengan berbagai cara yaitu penerapan sistem bar code, menerapkan standar kualitas manajemen, pemberian bantuan kredit dan finansial, perluasan jaringan pemasaran melalui pengadaan pameran bagi UMKM, dan pemberian penghargaan bagi UMKM terbaik. Pemerintah juga melakukan penerapan teknologi pada UMKM dan pengembangan sistem manajemen. Keterkaitan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah membahas tentang upaya pengembangan UMKM yang dilakukan oleh pemerintah. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Shihabudheen dengan penelitian yang sedang dilakukan adalah terkait solusi yang ditawarkan bahwa upaya pengembangan UMKM salah satunya dengan melakukan pameran UMKM.
Lebih
lanjut
Shihabudheen
(2013)
menyatakan
bahwa
Exhibitions for MSMEs: It is the one of the program implemented by the government of India for the promotion ofMSME units. It is very help to the MSMEs to expand the reach of their market. (Pameran untuk UMKM: ini adalah salah satu program yang di implementasikan oleh pemerintah India commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
48 digilib.uns.ac.id
untuk mempromosikan UMKM. Pameran ini sangat membantu UMKM dalam mengembangkan pasar mereka). 5.
Naser (2013) dalam hasil kajianya menyatakan bahwa UMKM mendominasi 90 % dari total unit industri. Hal ini juga atas dukungan pemerintah sebagaimana tercantum dalam penelitian tersebut bahwa “Indian MSMEs are organizing themselves in to clusters. Such clusters will help the MSMEs for easy access of better technical assistance, to get innovative ideas and to adopt better marketing methods. As the government is trying to push the MSMEs forward with number measures to provide better infrastructural facilities, to ensure adequate and sufficient funds, the MSMEs sector expect conducive environment in the future. More support is needed for MSMEs from the government in the form of priority sector lending, government procurement programme, credit and performance ratings and marketing support. The policy makers should focus on to provided possible help to the sector to utilize the potentials of the sector and to revive the sector to act as back bone of the country’s economy and propel economic growth. (pp 157-158) UMKM di India mengorganisir diri mereka sendiri dalam kluster. Seperti kluster yang akan membantu UMKM untuk kemudahan akses dari bantuan teknik yang lebih baik. Sebagaimana pemerintah mendorong bantuan teknis yang lebih baik, untuk mendapatkan ide-ide inovatif dan mengadopsi metode pemasaran yang lebih baik. Karena pemerintah sedang mencoba untuk mendorong UMKM ke depan dengan langkahlangkah besar untuk menyediakan fasilitas infrastruktur yang lebih baik, untuk memastikan dana yang cukup dan memadai, sektor UMKM mengharapkan lingkungan yang kondusif di masa depan. Dukungan lebih lanjut diperlukan untuk UMKM dari pemerintah dalam bentuk pinjaman sektor prioritas, program pengadaan pemerintah, kredit dan peringkat kinerja dan dukungan pemasaran. Para pembuat kebijakan harus fokus untuk menyediakan kemungkinan bantuan untuk sektor ini untuk memanfaatkan potensi sektor ini dan untuk menghidupkan kembali sektor untuk bertindak sebagai tulang punggung perekonomian negara dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan hal tersebut dapat dirangkum bahwa pemerintah India sangat kooperatif dan fokus akan perumbuhan UMKM di negara mereka, karena UMKM merupakan tulang punggung perekonomian negara. Dorongan diberikan salah satunya dalam bentuk perbaikan infrastuktur. commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kaitan antara penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan adalah bahwa upaya pengembangan yang sedang dilakukukan pada pelaku UMKM di Dusun Bandar juga melibatkan peran pemerintah, salah satunya melalui bantuan penyediaan alat produksi bagi pelaku UMKM. 6.
Kobylanski (2011) dalam hasil penelitianya menyatakan bahwa untuk melakukan pengembangan UMKM di Eropa dengan melakukan perubahan pada orientasi pemasaran. Strategi yang dilakukan adalah integrasi pemasaran dan orientasi konsumen. Kedua strategi ini dilakukan secara terus menerus dalam upaya untuk merubah pemasaran terpusat menjadi pemasaran yang bebas dalam pasar bebas, sehingga masng-masing UMKM harus cukup kuat untuk memasukinya. Strategi orientasi konsumen berfokus pada pola konsumsi konsumen. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa lama usaha tidak menjadi jaminan, UMKM berhasil mengembangkan usahanya.
7.
Kumar dan Sardar (2011) dalam hasil kajiannya menyatakan bahwa UMKM di India merupakan sumber pendapatan masyarakat yang menyumbang lebih dari 50% GDP negara India. Selain itu, strategi bersaing bisnis UMKM yang dilakukan adalah persaingan pada tingkat harga, kualitas dan penyediaan alat produksi yang mencukupi, membuat UMKM di India mampu bersaing dalam level internasional.
8.
Osotimehin,
Jegede,
Akinlabi
dan
Olajide
(2012)
dalam
hasil
penelitiannya mengenai prospek dan kesempatan pengembangan UMKM di Nigeria, menyatakan bahwa jumlah UMKM di Nigeria mengalami perkembangan yang pesat. Hal ini dikarenakan beberapa faktor seperti commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
naiknya pola konsumsi masyarakat, regulasi kebijakan pemerintah, dan pengembangan strategi pasar melalui promosi, pemasangan iklan dan menjalin hubungan kemitraan yang baik dengan konsumen. 9.
Naser (2013) dalam hasil kajiannya menyatakan bahwa UMKM di India mampu mengurangi jumlah pengangguran dan meningkatkan pendapatan negara melalui pajak. Peningkatan pengembangan UMKM di India dapat berhasil dengan baik karena ada dorongan dari pemerintah melalui bantuan pemasaran serta penyediaan infrastruktur yang baik. Para pelaku UMKM di India terbagi menjadi beberapa kluster sesuai bidang usaha, hal ini memudahkan teknis bantuan, koordinasi dan pengembangan inovasi produk.
10. Bakar, Kamariah dan Hadi (2012) dalam hasil kajiannya menyatakan bahwa inovasi memegang peranan yang sangat penting. UMKM di Nigeria dapat bersaing dengan baik hanya karna msing-masing pelaku UMKM melakukan inovasi. Inovasi pada masing-masing pelaku UMKM akan membawa dampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi secara nasional. UMKM di Nigeria mengembangkan usahanya melalui kerjasama dengan perusahaan besar dan peningkatan jaringan pemasaran.
C. Kerangka Berfikir Berdasarkan teori yang telah dipaparkan maka dapat disusun kerangka berfikir, yang dijabarkan dalam paragraf berikut.
commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Upaya Pengembangan UMKM Handycraft Kayu Jati Melalui Aspek Produksi untuk Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Tujuan dari manajamen produksi adalah menghasilkan barang dan jasa dengan kualitas yang baik yaitu mempuyai perbedaan dengan produk lain, jumlah produksi yang tepat, waktu yang tepat dan biaya produksi yang pas. Masalah produksi penggunaan
yang ada pada UMKM handycraft kayu jati adalah minimnya teknologi,
belum
mempunyai
ciri
khusus
produk
yang
membedakannya dengan produk lain yang sejenis, kuota produksi yang terbatas menyebabkan tidak terpenuhinya permintaan pasar baik dalam maupun luar negeri. Masalah keuntungan dari perdagangan (gain from trade) lain yang timbul adalah kuota produksi UMKM handycraft kayu jati desa Batokan yang tidak mampu memenuhi permintaan pasar, menyebabkan para pelaku di desa UMKM mengirim hasil produksinya ke Jepara, hal ini berpengaruh terhadap pendapatan daerah Kabupaten Bojonegoro. Upaya pengembangan UMKM dilakukan dengan peningkatan kualitas produksi, dan menciptakan inovasi produk. Selain itu pelibatan peran pemerintah dalam penyediaan alat produksi yang sesuai dengan kebutuhan pelaku UMKM juga perlu untuk dilakukan. Tujuan yang diharapkan melalui upaya ini adalah meningkatnya pendapatan masyarakat. Adapun indikator peningkatan pendapatan masyarakat diantaranya adalah naiknya omzet penjualan, konsumsi atau taraf hidup masyarakat naik, pendapatan perkapita masyarakat naik. Kenaikan taraf hidup dapat terlihat dari pola konsumsi individu. Semakin tinggi pendapatan maka pola konsumsi juga akan bergeser. Pada tingkat pendapatan rendah pola konsumsi individu adalah pada pemenuhan kebutuhan dasar/pokok/primer saja, sedangkan commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
jika pendapatan individu naik, pemenuhan kebutuhan akan bergeser pada konsumsi kebutuhan sekunder, tersier bahkan untuk investasi dan tabungan (saving). Upaya pengembangan UMKM handycraft kayu jati melalui aspek produksi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dijabarkan dalam gambar 1.
1.Kualitas yang baik 2. Jumlah yang tepat 3. Waktu yang tepat 4. Biaya produksi yang pas
Tujuan dari manajemen produksi
Masalah-masalah bidang produksi
Upaya pengembangan bidang produksi
Peningkatan kualitas produksi
Inovasi produk
1. Kenaikan omzet penjualan 2. Meningkatnya aset/kekayaan 3. Terpenuhinya kebutuhan sekunder, tersier. 4. ...
Penyediaan alat produksi
....
Peningkatan pendapatan masyarakat
Gambar 1 Kerangka Berfikir Upaya Pengembangan UMKM Aspek Produksi commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Upaya Pengembangan UMKM Handycraft Kayu Jati Melalui Aspek Pemasaran untuk Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Salah satu UMKM di Bojonegoro yaitu UMKM handycraft kayu jati di dusun Bandar desa Batokan Kecamatan Kasiman kabupaten Bojonegoro juga mengalami permasalahan di bidang manajemen pemasaran yaitu masalah perluasan pasar dan penggunaan e-marketing. Selain itu UMKM handycraft kayu jati belum memiliki hak cipta made in Indonesia. Hal ini mengakibatkan hasil UMKM diklaim hasil produksi negara lain di pasar. Upaya pengembangan dibidang manajemen pemasaran dapat dilakukan dengan memanfaatkan kekuatan merek (branding strategy), konsep pemasaran kota (city of marketing), penggunaan pemasaran melalui internet (online marketing), dan. Masalahmasalah tersebut jika dapat teratasi dengan upaya pengembangan yang tepat dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Adapun indikator peningkatan pendapatan masyarakat diantaranya adalah naiknya omzet penjualan, konsumsi atau taraf hidup masyarakat naik, pendapatan perkapita masyarakat naik. Kenaikan taraf hidup dapat terlihat dari pola konsumsi individu. Semakin tinggi pendapatan maka pola konsumsi juga akan bergeser. Pada tingkat pendapatan rendah pola konsumsi individu adalah pada pemenuhan kebutuhan dasar/pokok/primer saja, sedangkan jika pendapatan individu naik, pemenuhan kebutuhan akan bergeser pada konsumsi kebutuhan sekunder, tersier bahkan untuk investasi dan tabungan (saving). Upaya pengembangan UMKM handycraft kayu jati melalui aspek pemasaran untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dijabarkan dalam gambar 2. commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Masalah-masalah bidang pemasaran
Upaya pengembangan bidang pemasaran
Pemasaran kota
1. 2. 3. 4.
Kenaikan omzet penjualan Bertambahnya aset Terpenuhinya kebutuhan sekunder, tersier. ...
Pengadaan pameran
Pemasaran melalui internet
....
Peningkatan pendapatan masyarakat
Gambar 2 Kerangka Berfikir Upaya Pengembangan UMKM Aspek Produksi pemasaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Tempat dan Waktu
1. Tempat Penelitian Lokasi penelitian ini adalah pusat industri Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) handycraft kayu jati Dusun Bandar Desa Batokan Kecamatan Kasiman Kabupaten Bojonegoro. Alasan pemilihan tempat penelitian tersebut karena terdapat kerajinan kayu jati yang potensial, namun masih kurang maksimal dari segi pemasaran (marketing) dan segi produktivitas yang masih rendah. 2. Waktu Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan secara bertahap. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2013 sampai September 2014 Penelitian ini dilakukan pada sejumlah pengrajin, pemilik showroom, dan dinas-dinas yang terkait dengan UMKM handycraft di Desa Batokan. Waktu pelaksanaan penelitian dijelaskan dalam jadwal pelaksanaan penelitian tabel 4 Tabel 4 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tahun Jenis Kegiatan
2013 Okt
Nov
2014 Des
Jan
Feb
Maret
April
Pengajuan masalah Pengajuan Proposal Perijinan Pengumpulan Data Analisis data Penyusunan Laporan
commit to user
55
Mei
Juni
Juli
Agu
Sep
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Jenis Penelitian Berdasarkan data yang dikumpulkan, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Berdasarkan tujuannya penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan fenomenologi, karena menggambarkan tentang suatu gejala pada masyarakat tertentu. Gejala yang dimaksud adalah upaya pengembangan UMKM dengan menganalisis masalah untuk kemudian memberikan solusi kepada pelaku usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) handycraft kayu jati di Dusun Bandar Desa Batokan Kecamatan Kasiman Kabupaten Bojonegoro. Apabila ditinjau dari metode yang digunakan maka penelitian ini temasuk dalam penelitian survei karena penelitian ini digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan). Apabila ditinjau dari waktu penelitian dilakukan dengan pendekatan cross section yaitu dengan penggunaan subyek penelitian yang berbeda pada waktu yang sama. Instrumen yang digunakan berupa lembar wawancara terbuka dengan daftar pertanyaan.
C. Data dan Sumber Data Data dalam penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dan observasi kepada Informan. Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Sumber data pada penelitian ini merupakan data lapangan yang didapat dari dokumen dan informan.
Data yang didapat berupa data pendapat dan
pengalaman pelaku UMKM
handycraft kayu jati dalam mengembangkan
usahanya. commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Teknik Sampling Teknik sampling yang digunakan dalam penelitan ini adalah non probability sampling meliputi purposive sampling dan snowball sampling. 1. Purposive sampling Teknik purposive sampling digunakan untuk mencari data kendala yang dihadapi dan upaya pengembangan dalam segi produksi dan pemasaran pelaku Usaha Mikro Kecil dan menengah (UMKM) handycraft kayu jati, meliputi para pengrajin, pemilik showroom, pemerintah dalam hal ini adalah Dinas Pendapatan, Dinas Koperasi dan UMKM, Dinas Perdagangan dan Perindustrian serta Badan Pusat Statistik. 2. Snowball sampling Teknik snowball sampling ditujukan kepada para pengrajin dan pemilik showroom.
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik-teknik pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut: (1) Observasi Teknik observasi yang dilakukan merupakan observasi partisipasi aktif. Peneliti tidak ikut terlibat dalam kegiatan informan. Observasi bertujuan untuk memperoleh data mengenai masalah yang dihadapi oleh pelaku UMKM. Selain itu, observasi juga bertujuan untuk mengetahui upaya pengembangan yang telah dilakukan baik dalam bidang produksi maupun pemasaran. commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(2) Analisis Dokumen Teknik dokumentasi ini dilaksanakan untuk mendapatkan data tambahan, berupa dokumen tertulis dari waktu yang lampau. Analisis dokumen digunakan sebagai referensi penambahan data yang diperoleh dari wawancara dan observasi di lapangan. (3) Wawancara mendalam (indepth-interview) Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik wawancara mendalam. Wawancara bertujuan untuk mempertajam data dari hasil pengisian kuisioner, yang dilakukan pada pengumpulan data dengan metode survei. Data yang diambil berkaitan dengan rumusan masalah yang telah dibuat. Wawancara ini dipandu oleh pedoman wawancara, sehingga wawancara menjadi terarah dan diharapkan akan mendapatkan jawaban yang sesuai dengan masalah yang dikaji.. Wawancara mendalam dilakukan kepada informan yaitu para pengrajin, pemilik showroom handycraft kayu jati serta dinas terkait. Wawancara mendalam dilakukan untuk memperoleh data mengenai masalah yang dihadapi oleh informan dalam mengembangkan UMKM serta upaya pengembangan yang telah dilakukan. Wawancara mendalam juga dilakukan kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), dan Dinas Koperasi dan UMKM. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data mengenai upaya-upaya yang dilakukan oleh dinas pemerintah dalam mengembangkan UMKM di Kabupaten Bojonegoro, khususnya UMKM handycraft kayu jati.
F. Pengecekan Keabsahan Data commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan teknik triangulasi data. Triangulasi data dilakukan dengan membandingkan hasil dari pengamatan, wawancara, dan analisis dokumen. Diharapkan hasil akhir dari analisis mencapai tingkat mutu dan kevalidan yang tinggi. Triangulasi data dibedakan menjadi empat jenis yaitu triangulasi sumber, trianggulasi metode, trianggulasi penyidik atau peneliti, dan trianggulasi teori. Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi sumber dan triangulasi metode. Triangulasi sumber dilakukan dengan mengumpulkan data dari sumber yang berbeda dengan teknik yang sama, pada penelitian ini triangulasi sumber dilakukan dengan melakukan pengecekan kembali data yang diperoleh peneliti dengan data dari dinas UMKM, Dinas Pendapatan Daerah, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bojonegoro. Triangulasi metode dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Penggunaan triangulasi metode dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode observasi partisipatif pasif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama. Hasil akhir penelitian kualitatif berupa rumusan informasi. Informasi tersebut dibandingkan dengan teori yang relevan untuk menghindari bias individual atas temuan atau kesimpulan yang dihasilkan. Selain itu, triangulasi teori dapat meningkatkan kedalaman pemahaman sehingga mampu menggali pengetahuan teoretik secara mendalam atas hasil analisis data yang telah diperoleh. G. Teknik Analisis Data commit to user
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis interaktif, yaitu suatu teknik analisis data kualitatif yang terdiri dari tiga alur kegiatan (reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan) yang terjadi secara bersamaan. Proses analisis data melalui model analisis interaktif dijelaskan oleh gambar 3. Pengumpulan Data
Sajian Data
Reduksi Data
Penarikan Kesimpulan
Gambar 3.1. Model Teknik Analisis Interaktif Sumber : Sugiyono, (2013:338)
Analisis data pada penelitian kualitatif pada dasarnya telah dimulai pada saat memasuki latar penelitian bahkan ketika studi pendahuluan dilakukan, tetapi secara umum dimulai ketika menelaah data. 1.
Reduksi data Reduksi data dapat diartikan mengurangi atau melakukan pemilihan data
yang terkumpul. Reduksi data dilakukan dengan cara membuat penyerderhanaan atas data yang telah didapatkan. Reduksi data berisi rangkuman yang didapat dari penelitian di lapangan dari keseluruhan permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian. Data yang rendah kualitasnya harus digugurkan. Pada proses reduksi data di pilih dan di telaah. 2.
Penyajian data
commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pada tahap penyajian data, data disusun dalam satuan-satuan yang selanjutnya dikategorisasikan. Setelah dikategorisasikan data kemudian dianalisis. Penyajian data juga didasari dari trianggulasi data. Trianggulasi data dilakukan untuk mengecek keabsahan data agar mencapai kevalidan yang tinggi, yaitu dengan menggunakan trianggulasi sumber dan metode. Trianggulasi data dilakukan dengan membandingkan hasil dari pengamatan dan analisis dokumen. Data yang dianalisis berarti data telah ditafsirkan dan diberi makna. Data disajikan dalam bentuk diagram dan naratif agar lebih mudah untuk dipahami. 3.
Penyimpulan Penyimpulan dan verifikasi dilakukan dengan menggabungkan antara teori
dan data yang didapat peneliti di lapangan. Penarikan kesimpulan dilakukan setelah memiliki landasan yang kuat.
H. Prosedur Penelitian Ada empat tahap yang dilakukan oleh peneliti dalam prosedur penelitian ini mulai dari tahap pendahuluan, pengajuan proposal, tahap pelaksanaan dan terakhir tahap penyusunan laporan penelitian yang dilakukan. 1.
Tahap pendahuluan atau pra lapangan Pada tahap ini peneliti melakukan observasi awal dengan cara berbincang-
bincang dengan subyek penelitian mengenai pokok permasalahan yang dihadapi oleh objek penelitian. Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan peneliti meliputi: a) Menyusun rancangan penelitian (proposal penelitian) b) Memilih lapangan penelitian commit to user c) Menyiapkan perlengkapan penelitian
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.
Pengajuan proposal Pengajuan proposal dilakukan setelah peneliti mengetahui gambaran umum
tentang lokasi/subjek yang akan diteliti berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilaksanakan. Fungsi proposal usulan tesis sebagai pedoman dalam melakukan penelitian. 3.
Tahap pelaksanaan Pada tahap ini penelitian dilakukan dengan menemukan fakta dengan
metode
yang
dapat
dipertanggungjawabkan
secara
ilmiah,
kemudian
menganalisis, memahami secara intensif akan peristiwa di lapangan. Fakta-fakta yang terkumpul akan ditulis dalam catatan lapangan (field note) yang berfungsi untuk mempermudah penyusunan laporan. Pada tahap ini dilakukan teknik pengumpulan data dan pengecekan keabsahan data. Pada tahap ini data telah dikelompokkan sehingga data lebih mudah untuk di analisis. Peristiwa yang diamati, ditanyakan dan diklarifikasi dalam penelitian agar menjadi suatu fakta yang dapat menjawab fokus penelitian, yaitu upaya pengembangan UMKM handycraft kayu jati di Dusun Bandar Desa Batokan Kecamatan Kasiman Kabupaten Bojonegoro ditinjau dari aspek produksi dan pemasaran. 4.
Tahap penyusunan laporan penelitian Pada tahap penyusunan laporan penelitian, hasil penelitian disusun secara
deskriptif naratif, objektif, logis dan sistematis sesuai dengan pedoman penulisan tesis yang berlaku di Universitas Sebelas Maret. Data yang telah selesai dianalisis, pada
tahap
ini
kemudian
disusun
menjadi
commit to user
laporan
penelitian
tesis.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. 1.
Deskripsi Lokasi Penelitian Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Secara geografis Kecamatan Kasiman merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bojonegoro Propinsi Jawa Timur. Kecamatan ini teletak di sebelah utara wilayah Kabupaten Bojonegoro, dengan batas geografis sebagai berikut: Sebelah utara
: batas administrasi Kecamatan Kedewan
Sebelah selatan
: batas administrasi Kecamatan Padangan
Sebelah timur
: batas administrasi Kecamatan Kalitidu
Sebelah barat
: batas administrasi Kabupaten Blora propinsi Jawa Tengah
Luas wilayah Kecamatan Kasiman mencapai 4.200 Ha dengan jumlah penduduk 12.518 jiwa dan terdiri dari 3.229 kepala keluarga. Secara administrasi Kecamatan Kasiman terdiri dari sepuluh desa dengan mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan pengrajin bubut kayu jati. Desa-desa yang terdapat dalam Kecamatan Kasiman adalah Desa Batokan, Desa Besah, Desa Betet, Desa Kasiman, Desa Ngaglik, Desa Sambeng, Desa Sekaran, Desa Sidomukti, Desa Tambakmerak, dan Desa Tembeling.
commit to user
63
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Produk UMKM Handycraft Kayu Jati Salah satu produk hasil Kecamatan Kasiman yang terkenal adalah handycraft dengan bahan baku dari kayu jati. Produk ini dihasilkan oleh dua desa yaitu Desa Batokan dan Sambeng, dengan pusat utama kegiatan di desa Batokan. a. Prosedur Pembuatan Secara umum prosedur pembuatan handycraft kayu jati meliputi empat tahapan proses yaitu: 1) Pemilihan Bahan Baku Dalam mendapatkan bahan baku dilakukan dengan dua cara. Pertama dengan membeli dari penduduk Kecamatan Kedewan dan membeli dari limbah IPKJ atau KPH Kabupaten Bojonegoro. Pembelian bahan baku dari penduduk Kecamatan Kedewan dalam bentuk papan dengan harga berkisar Rp 3.000 – Rp 7.000 per potong papan. Apabila membeli di limbah IPKJ harganya Rp 15.000- Rp 20.000 per potong papan. Jika membeli bahan baku di KPH tidak dalam bentuk papan kayu, melainkan berupa kayu glondongan. Perbandingan harga bahan baku dari penduduk kecamatan Kedewan dengan IPKJ maupun KPH, harga pada IPKJ dan KPH jauh lebih mahal karena harus ditambah biaya pemotongan menjadi papan. Pemilihan bahan baku disesuaikan dengan jenis produk yang akan dibuat. Misalkan untuk membuat toples bentuk buah maka yang diperlukan adalah kayu glondongan. Bahan baku yang dibutuhkan untuk membuat tempat minum, tempat perhiasan atau tempat tisu bahan baku yang dibutuhkan adalah kayu berbentuk lempeng/papan.
commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Membuat Pola Produk Proses membuat pola produk bertujuan untuk membentuk produk yang akan dihasilkan. Membentuk disini maksudnya adalah proses memotong bahan baku sesuai ukuran jenis produk yang akan dibuat dan membuat desain produk tersebut. Pembuatan pola produk dengan teknik menjiplak pola pada bahan baku dengan menggunakan spidol. 3) Memotong Bahan Baku Papan yang sudah bergambar pola kemudian dipotong pada mesin gergaji ukir (jigsaw). Setelah dipotong, proses selanjutnya adalah menghaluskan. Untuk menghaluskan kayu diperlukan dua jenis amplas, yaitu amplas nomor 140 (amplas kasar) dan amplas nomor 150 (untuk amplas halus). Penggunaan amplas yang kasar lebih dulu dilakukan pada produk yang telah selesai dibentuk pola. Setelah itu dihaluskan dengan amplas nomor 150 (amplas halus) agar hasilnya lebih maksimal. 4) Proses Finishing Pada tahap ini handycraft kayu jati dihaluskan menggunakan campuran tinner dengan menggunakan alat kompresor. Hal ini dilakukan agar produk terlihat lebih menyerupai warna asli kayu, yaitu coklat tua. Ada dua jenis perlakuan dalam proses finishing produk yaitu dengan teknik memplitur, dan teknik dove. Perbedaan kedua jenis teknik tersebut terletak pada tingkat kehalusannya. Teknik plitur menghasilkan barang dengan kualitas yang lebih halus dan warna yang lebih cerah. Tahap selanjutnya adalah menjemur di bawah panas matahari. Hal ini dilakukan agar warna yang diberikan dari campuran tinner menyatu dengan kayu. Saat musim penghujan, atau saat ada kendala commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
cuaca lainnya seperti mendung, pengrajin biasanya menggunakan bantuan kipas angin. Namun, proses pengeringan dengan menggunakan kipas angin hasilnya kurang bagus. Proses pengeringan memerlukan waktu setengah hari. Produk yang telah jadi diberikan pola menggunakan cukit. Pemberian pola dilakukan dengan teknik mencukit. b. Produk Hasil Handycraft Kayu Jati Hasil olahan handycraft kayu jati telah mengalami berbagai inovasi. Jika dilihat dari fungsinya, dapat digolongkan menjadi dua kategori produk yaitu: a. Handycraft hiasan Fungsi dari handycraft ini digunakan sebagai hiasan, tujuan yang dicapai menekankan pada keunikan dan keindahannya. Contoh handycraft ini meliputi lukisan, kaligrafi, tongkat kayu, tasbih, jam, tempat bolpoin meja, rooster, miniatur alat transportasi (becak, sepeda motor, mobil, kapal, harley- davidson). b. Handycraft perabot rumah tangga Fungsi utama dari handycraft ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Contoh handycraft ini meliputi nampan, tempat tisu, tempat minum, toples, tempat garpu dan sendok, sendok, garpu, guci, tempat lampu, vas bunga, asbak, gantungan baju (hanger). Setiap jenis produk di kreasikan dalam berbagai bentuk, ukuran dan corak hiasan yang berbeda. Misalkan untuk tempat air minum kemasan tersedia dalam bentuk kupu-kupu, kura-kura, ikan, bentuk daun, bentuk hati, bentuk bersusun ke atas, bentuk bulat, bentuk lonjong dan kotak. Perbedaan dalam bentuk ukuran dicontohkan dalam produk jenis nampan. Nampan yang umum dijual dalam UMKM ini tersedia dalam tiga ukuran yaitu ukuran besar, ukuran sedang ukuran kecil. commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B.
Deskripsi Temuan Penelitian
Deskripsi temuan penelitian ini dibagi menjadi dua aspek yaitu aspek produksi dan aspek pemasaran. Hal ini berdasarkan
rumusan masalah dalam penelitian. Di
samping dua aspek tersebut, dikemukakan juga temuan tambahan dalam penelitian. Penelitian dilakukan dengan menggunakan instrumen angket dan pedoman wawancara. Dalam datfar pertanyaan pada instrumen angket yang diberikan pada informan, informan diperbolehkan menjawab lebih dari satu opsi jawaban, sehingga ditemukan banyak jawaban ganda. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan valid, dengan tidak membatasi jumlah opsi pilihan informan. Jumlah informan adalah 13 orang, dengan rincian 10 orang adalah pelaku UMKM (pengrajin dan pemilik showroom), 2 orang adalah pegawai dinas dan 1 orang adalah ketua asosiasi.
1.
Upaya Mengembangkan UMKM Handycraft Kayu Jati di Dusun Bandar Desa
Batokan
Kecamatan
Kasiman
dari
Aspek
Produksi
untuk
Meningkatkan Pendapatan Ada berbagai permasalahan yang ditemukan dalam bidang manajemen produksi, yaitu masalah perbedaan kualitas barang dan kekurangan tenaga kerja. Apabila showroom ada banyak pesanan dengan deadline yang telah ditentukan, tenaga kerja yang ada tidak bisa memenuhi pesanan tersebut. Hal ini disebabkan terbatasnya kapasitas produksi pengrajin karena keterbatasan jumlah tenaga kerja. Para pengrajin akan meminta/membeli persediaan barang (stock) ke para pengrajin lainya. Ini commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
meyebabkan kualitas barang yang dijual berbeda. Para pengrajin juga tidak mampu untuk menambah jumlah tenaga kerja, karena keterbatasan modal. Dapat dikatakan bahwa dalam bidang manajemen produksi terdapat permasalahan kekurangan tenaga kerja
dan perbedaan kualitas
produk.
Upaya-upaya
yang
dilakukan untuk
mengembangkan UMKM handycraft kayu jati di Desa Bandar Kecamatan Kasiman adalah sebagai berikut: a.
Upaya dari Pemerintah melalui Penyediaan Bantuan Alat Produksi Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan pada 10 pelaku UMKM,
sebanyak 10 orang atau 100% menyatakan bahwa pemerintah pernah menyediakan bantuan alat produksi pada pelaku UMKM di tahun 2012. Bantuan diberikan kepada 20 kelompok, dimana dalam satu kelompok beranggotakan 10-15 orang. Wawancara dilakukan dengan mengambil sampel dalam satu Kelompok Usaha Bersama (KUBE) sebanyak 10 orang. Alat produksi yang telah diberikan berukuran besar dan kurang sesuai dengan kebutuhan para pengrajin. Hal ini berdasarkan hasil wawancara bahwa 8 dari 10 pelaku UMKM atau 80% informan mengatakan bantuan alat dari pemerintah tidak sesuai dengan kebutuhan pelaku UMKM. Sisanya 2 orang atau 20 % menyatakan bantuan alat dari pemerintah telah sesuai dengan kebutuhan pelaku UMKM. Informan yang menyatakan bahwa bantuan dari pemerintah telah sesuai dengan kebutuhan pelaku UMKM, menerima bantuan dalam bentuk alat kompressor., sedangkan informan yang menyatakan bahwa bantuan alat tidak sesuai dengan kebutuhan pelaku UMKM, lebih lanjut peneliti menanyakan manfaat dari alat tersebut. 5 dari 8 informan atau 62,5% menyatakan bantuan tersebut dijual oleh pengrajin, dengan alasan dapat digunakan commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebagai tambahan modal kerja dan dibagi sama rata pada seluruh anggota kelompok usaha bersama. Sisanya yaitu 3 kelompok kerja atau 37,5% memilih membiarkan alat tersebut berada pada ruang kerja produksi mereka, dengan alasan alat tersebut merupakan milik pemerintah dan informan tidak boleh menjualnya, meskipun telah diberikan pada informan. Alat produksi tidak sesuai dengan kebutuhan pelaku UMKM, dikarenakan daya listrik yang dibutuhkan untuk alat tersebut adalah 1.300 watt, sedangkan rata-rata daya listrik yang digunakan oleh pelaku UMKM adalah 900 watt dan 450 watt, sehingga daya listrik yang terlalu besar akan menyebabkan listrik padam dan alat menjadi sering konslet. Berdasarkan wawancara dengan Dinas Koperasi dan UMKM selaku instansi pelaksana pemberian bantuan alat menyatakan “ Upaya pengembangan dengan menggunakan alat produksi ini awalnya diharapkan dapat menjadi solusi jika para pengrajin mendapatkan pesanan yang melebihi kapasitas produksi. Penyediaan alat produksi direncanakan dapat membantu mempercepat kinerja para pengrajin dalam memproduksi barang.” (Transkrip wawancara no 1) Lebih lanjut infoman menyatakan bahwa pemberian alat ini bertujuan untuk mengembangkan usaha para pengrajin agar menjadi lebih besar dan maju. Ketika, peneliti menanyakan apakah informan mengetahui jika alat tersebut ada yang telah dijual oleh pengrajin, informan menyatakan tidak tahu. Informan menyatakan, “Memang sebelum dilakukan pemberian alat tersebut, telah dilakukan survei kebutuhan para pengrajin. Dinas mengirimkan tenaga lapangan sebanyak tiga orang untuk
commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengidentifikasi masalah dilapangan dan menentukan jenis bantuan yang dibutuhkan oleh pengrajin.” (transkrip wawancara no 1) Berikut data penerima bantuan alat Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Bojonegoro tahun 2012 berdasarkan Kelompok Usaha Bersama (KUBE). Tabel 5 Data peneriman bantuan alat berdasarkan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Nama Kube Wahyu jati Buana jati Mekar jari Maju jaya Jati mulia Bangkit jati Resmi jati Lancar jati Sinar jati Setia jati Tresno jati Jati kreasi Tunggak jati Jati asri Linggar jati Semi jati Anugerah jati Mekar jaya Kembang jati Sayok rukun jaya
Alamat Batokan RT 023 Batokan RT 022 Batokan RT 022 Batokan RT 022 Batokan RT 021 Batokan RT 021 Batokan RT 021 Batokan RT 021 Batokan RT 025 Batokan RT 025 Batokan RT 025 Batokan RT 025 Batokan RT 025 Batokan RT 026 Batokan RT 026 Batokan RT 021 Batokan RT 020 Batokan RT 026 Batokan RT 026 Batokan RT 026
Ketua Kube Marmiyati, S.Pd Sumarji Sunoto Suyanto M. Noor wahyudi Nyoto suseno Lugito Lancar Sugiarto Sarju Santoso Sumanto Rudi wahono Budi Purnomo Koko priyono Ramto Joko purnomo H. Rubiyanto Djahuri Irma nur H
Jenis alat Mesin bubut Mesin bubut Jigsaw Kompressor Mesin penghalus (150) Jigsaw Mesin bubut kompressor Mesin bubut Mesin bubut Jigsaw kompressor Mesin penghalus (150) kompressor Mesin penghalus (150) Mesin penghalus (150) Mesin bubut Jigsaw Mesin bubut kompressor
Sumber: Arsip asosiasi Tunas Jati 2012 b.
Upaya dari Pelaku UMKM melalui Inovasi Produk Pengembangan inovasi produk dalam upaya pengembangan UMKM dilakukan
sembilan dari sepuluh informan atau 90% dari informan mengatakan telah melakukan inovasi pada produk handycraft kayu jati, sedangkan satu orang atau 10% informan commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menyatakan tidak perlu melakukan inovasi. Alasan utama informan melakukan inovasi adalah untuk meningkatkan pendapatan. Alasan tersebut dipilih oleh tujuh dari sembilan responden (77,8%), yang lainnya yaitu tiga dari sembilan konsumen atau 33,3% informan menyatakan alasan melakukan inovasi adalah agar mengatasi kejenuhan pasar, sedangkan sisanya yaitu dua dari sembilan informan atau 22,2%
untuk
mengembangkan ide kreatif. Ada infoman yang memilih lebih dari satu opsi untuk pertanyaan ini, sehingga dapat disimpulkan bahwa suatu alasan bukan menjadi satusatunya motivasi untuk melakukan inovasi produk handycraft kayu jati. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara mendalam yang dilakukan oleh peneliti pada informan bahwa “Jika produknya itu-itu saja ya pembelinya bosan mbak, akhirnya tidak beli lagi di kita, yang nantinya kalau pelanggan banyak yang datang kan kita dapat tambahan uang.” (catatan lapangan no 8) “kalau selalu ada yang baru, kan kita (pengrajin) idenya juga tidak mati.” ( catatan lapangan no 8) Satu orang informan yang memilih untuk tidak melakukan inovasi karena informan merasa bahwa pasar sudah baik dengan produk yang telah ada. Mengenai jenis inovasi yang dilakukan oleh informan, lima orang atau 55,5% menyatakan melakukan inovasi dari segi bentuk dan ukuran, sisanya yaitu tiga orang atau 33,3 % menyatakan melakukan inovasi dari segi warna dan hanya satu orang atau 11,1 % yang melakukan inovasi dari corak/pengembangan ide motif baru. Ketua asosiasi Tunas Jati, menyatakan bahwa inovasi muncul tidak hanya dari ide kreatif para pengrajin, “ Program kerja kami yang lainnya adalah pelatihan dan pendidikan pengembangan motif pada kerajinan handycraft. Motif yang dikembangkan adalah motif batik Bojonegoroan. Harapannya agar ada cirinya yaitu batik Bojonegoro dan handycraft motif batik Bojonegoro. Namun, ternyata corak commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
batik ini kurang diminati oleh pengrajin maupun pemilik showroom karena memerlukan waktu pengerjaan yang relatif lama, sehingga perputaran uang lama.” (Transkrip wawancara no 3 ) Lebih lanjut ketua asosiasi menuturkan, “.... pengembangan inovasi produk selain ide dari asosiasi, sebenarnya juga muncul dari permintaan konsumen. Misalkan, untuk toples yang semula berbentuk buah-buahan, karena ada permintaan dari konsumen untuk membuat tempat permen berbentuk hewan, seperti ikan, dan bunga matahari. Kemudian dari pemerintah membuat pelatihan untuk mengembangkan motif yang telah ada.” (Transkrip wawancara no 3 ) 2.
Upaya Mengembangaan UMKM Handycraft Kayu Jati di Dusun Bandar Desa Batokan Kecamatan Kasiman dari
Aspek Pemasaran untuk
Meningkatkan Pendapatan Permasalahan yang muncul dalam bidang pemasaran pada UMKM handycraft kayu jati adalah kurangnya daya tawar (bargaining power) baik dari sisi pengrajin maupun dari showroom, tidak adanya standarisasi harga, keterbatasan link pemasaran yang dimiliki oleh pemilik UMKM, serta belum adanya pemanfaatan e-marketting. Seperti dituturkan oleh pemilik showroom di lokasi industri ini yang melayani order guci bertuliskan made in Sabah. Order tersebut dilayani oleh pelaku UMKM. Sabah adalah salah satu nama kota di negara Malaysia. Proteksi produk yang rendah membuat klaim produk hasil kerajinan milik pengrajin desa Bandar menjadi produk hasil Sabah Malaysia. Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan di lapangan, ditemukan upaya pengembangan UMKM handycraft ditinjau dari aspek pemasaran. Baik upaya yang dilakukan oleh pemerintah maupun pemilik showroom. Berikut adalah upaya-upaya commit to user
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengembangan yang dilakukan, berdasarkan wawancara mendalam kepada sepuluh pelaku UMKM dan dua dinas pemerintahan ditinjau dari aspek pemasaran. a.
Upaya dari Pemerintah Pemerintah mengadakan pameran dan studi banding untuk memperluas jaringan
pemasaran. Pameran dan studi banding ini merupakan program dari Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan Dinas perindustrian dan perdagangan. Program ini dilakukan secara rutin setiap tahunnya, yaitu mengadakan pameran, mengadakan studi banding serta mengadakan kegiatan wood fair. 1) Mengadakan pameran Melalui pameran, para pemilik showroom yang mengikutinya dapat melakukan promosi secara gratis, sekaligus mempunyai kesempatan untuk memperluas jaringan. Setelah mengikuti pameran, pemilik showroom
mendapat pesanan produk. Hal ini
berarti penambahan jaringan pemasaran, sekaligus peningkatan pendapatan pelaku UMKM. Peserta dalam pameran dan studi banding yang diadakan oleh Dinas Koperasi dan UMKM ini jumlahnya terbatas, hal ini dikarenakan keterbatasan dana anggaran untuk operasional pelaksanaan kegiatan, sehingga tidak semua pelaku UMKM di kabupaten Bojonegoro dapat ikut serta dalam kegiatan. Adapun syarat utama mengikuti kegiatan pameran dan studi banding adalah telah terdaftar di Dinas Koperasi dan UMKM, memiliki SIUP dan usaha yang lancar tertib sekurang-kurangnya dalam jangka waktu enam bulan, bersedia mengikuti seluruh rangkaian kegiatan, bersedia membrikan ilmu yang didapat selama kegiatan kepada mayarakat sekitar dengan melakukan
commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penyuluhan. Peserta yang mendaftar diseleksi secara administratif oleh panitia pelaksana. Selama tahun 2009-2013 telah diadakan pameran sebanyak tujuh kali dalam kegiatan yang berbeda yaitu peringatan hari koperasi di Provinsi Jawa Timur (hari jadi koperasi ke 65-67), peringatan hari jadi Kabupaten Bojonegoro, HUT RI, Pekan Rakyat dan pasar murah Bojonegoro. Dinas koperasi dan UMKM selalu mengirim delegasi peserta untuk diikutsertakan dalam Pameran Hari Koperasi tingkat Jawa Timur. Pameran rutin diadakan setiap tahun untuk memperingati hari koperasi yang jatuh setiap tanggal 12 Juli. Daftar nama peserta pameran hari koperasi ke 65 dapat dilihat dalam tabel 6 berikut. Tabel 6 Daftar nama peserta pameran hari koperasi ke 65 no
Nama peserta
Jenis usaha
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Bisri Joko purnomo Kasnari Wartono Bambang susilo Aminah Kusaeri M. Nur Roby Ramto Sugeng P
Meubel Batik Bojonegoro Batik bojonegoro Batik bojonegoro Batik bojonegoro Handycraft kayu jati Handycraft kayu jati Handycraft kayu jati Olahan Ledre Olahan Ledre
Sumber: Arsip Dinas Koperasi dan UMKM tahun 2012 Pameran tersebut diikuti oleh sekitar 70-80 UMKM dari seluruh kabupaten di Jawa Timur, dalam rangka memperingati hari jadi koperasi ke 65. Pameran diadakan di Kabupaten Jombang, tepatnya di alun-alun kota Jombang, pada hari minggu, 8 Juli 2012. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah ikut berpartisipasi dalam memperingati hari jadi koperasi sekaligus mengenalkan produk UMKM dari Kabupaten Bojonegoro, commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
karena pada saat itu fokus pada industri batik Bojonegoro yang masih baru. Hasil dari kegiatan tersebut adalah bertambahnya wawasan para pelaku UMKM tentang bagaimana cara menjual dan memasarkan produk mereka karena bersaing dengan banyak pelaku UMKM dari berbagai daerah di Jawa timur. Tabel 7 Daftar nama peserta pameran peringatan hari koperasi ke 66 provinsi Jawa Timur No
Nama peserta
Jenis usaha
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Mustakim Sutrisno Effendi Sutiyono Karmijan Khoiriyah Sawal Sadiran Mutadi Suratni
Patung kayu Batik Bojonegoro Batik Bojonegoro Olahan tanah liat Olahan tanah liat Handycraft kayu jati Handycraft kayu jati Aksesoris etnik Aksesoris etnik
Sumber: Arsip Dinas Koperasi dan UMKM tahun 2013 Pameran tersebut diikuti oleh sekitar 68 UMKM dari seluruh kabupaten di Jawa Timur, dalam rangka memperingati hari jadi koperasi ke 66. Pameran diadakan di Kabupaten Situbondo, tepatnya di alun-alun kota Situbondo, dilaksanakan selama satu hari yaitu pada tanggal 30 Juni 2013. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah ikut berpartisipasi dalam memperingati hari jadi koperasi sekaligus mengenalkan produk UMKM dari Kabupaten Bojonegoro, sehingga diharapkan akan terjamin kemitraan kerjasama dan jaringan pemasaran yang baik.
commit to user
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 8 Daftar nama peserta pameran hari koperasi ke 67. No
Nama peserta
Jenis usaha
1 2 3 4 5 6 7 8
Yusman Bronto Nyono arwadi Parman Gunawan Minarnok Karsan Tekad Yamari
Patung kayu Batik Bojonegoro Batik bojonegoro Olahan tanah liat Olahan makanan Handycraft kayu jati Handycraft kayu jati Aksesoris etnik
Sumber: Arsip Dinas Koperasi dan UMKM tahun 2014 Pameran tersebut diikuti oleh sekitar 92 UMKM dari seluruh kabupaten di Jawa Timur. Diadakan dalam rangka memperingati hari jadi koperasi ke 67.
Pameran
diadakan di Kabupaten Magetan, tepatnya di GOR Ki Megati Kabupaten Magetan, dilaksanakan selama satu hari yaitu pada tanggal 22 Juni 2014. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah ikut berpartisipasi dalam memperingati hari jadi koperasi sekaligus mengenalkan produk UMKM dari Kabupaten Bojonegoro, sehingga diharapkan akan terjalin kemitraan kerjasama dan jaringan pemasaran yang baik. Pameran selanjutnya adalah pameran yang diadakan oleh pemerintah Kabupaten Bojonegoro yang diadakan dalam rangka memperingati HUT Bojonegoro. Pameran tersebut diikuti oleh 85 peserta terdiri dari UMKM dari daerah Bojonegoro, instansi pemerintah dan usaha swasta dan nasional seperti perbankan. Kegiatan diadakan dalam rangka HUT Kabupaten Bojonegoro ini berpusat di alun-alun Bojonegoro selama tujuh hari,. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah perluasan jaringan pemasaran dan peningkatan pendapatan. Hasil dari kegiatan tersebut adalah bertambahnya jumlah pemesan/ konsumen yang mengetahui produk yang dijual oleh UMKM dan terciptanya mitra kerjasama. Hal yang dipamerkan adalah produk hasil industri UMKM. commit to user
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 9 Daftar peserta pameran dalam rangka HUT RI ke 66 no
Nama peserta
Jenis usaha
1 2 3 4 5
Aris Sumari Nur Sugiyanti Warso Lamiran
Handycraft kayu jati Olahan tanah liat Batik bojonegoro Akar jati Aksesoris etnik
Sumber: arsip Dinas Koperasi dan UMKM tahun 2014 Pameran tersebut diikuti oleh UMKM dari daerah lain di seluruh Indonesia. Produk yag dipamerkan sangat beragam mulai dari olahan makanan, aneka jenis kerajinan logam, lukisan, pahat, batik dari setiap daerah, aksesoris dan industri kreatif lainnya. Tujuan diadakannya kegiatan tersebut adalah mengenalkan pada masyarakat berbagai hasil industri UMKM dari seluruh Indonesia. Manfaat dari kegiatan tersebut UMKM Kabupaten Bojonegoro dapat memperluas jaringan pemasaran dalam skala nasional, dapat digunakan sebagai sarana promosi secara gratis. Kegiatan selanjutnya yang diadakan adalah kegiatan pasar murah dan pekan budaya Kabupaten Bojonegoro. Pasar murah dan Pekan Budaya merupakan kegiatan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Pameran tersebut diikuti oleh 30 UMKM dari berbagai kecamatan di daerah Kabupaten Bojonegoro. Pameran diadakan dalam rangka pekan budaya Kabupaten Bojonegoro yang diadakan di alun-alun Bojonegoro selama 3 hari. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah mengenalkan masyarakat Bojonegoro terhadap hasil industri kreatif di daerah Bojonegoro. Hasil dari kegiatan tersebut adalah terciptanya link pemasaran serta bertambahnya pendapatan peserta pameran dari hasil pameran melalui pesanan. Hal-hal commit to user
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang dipamerkan adalah industri olahan makanan, kerajinan patung, batik Bojonegoro, kaos Bojonegoro, handycraft kayu jati, dan produk UMKM lainnya. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa untuk pameran yang berada di dalam kabupaten Bojonegoro diikuti oleh 5 dari 10 informan, hal ini berarti 50% informan pernah mengikuti pameran. 2) Mengadakan Studi Banding Studi banding merupakan program dari Dinas Koperasi dan UMKM. Tujuan dari diadakanya program ini adalah membuka wawasan pengetahuan para pelaku UMKM. Kegiatan studi banding dapat membuat para pelaku UMKM belajar dari para pelaku UMKM di wilayah lain tentang berbagai hal, meliputi cara mengelola keuangan, teknik pemasaran, cara pemberdayaan sumberdaya manusia, dan sebagainya. Dalam jangka panjang, kegiatan studi banding diharapkan akan berpengaruh terhadap keputusan pelaku UMKM dalam mengembangkan usaha. Studi banding diadakan selama dua kali yaitu pada bulan Maret 2014 di Tulungagung dan bulan Mei 2014 di kota Yogyakarta dengan jumlah peserta 40 peserta pada studi banding di Tulungagung, sebagaimana tercantum dalam tabel 10. Kegiatan studi banding diadakan dalam rangka program kerja pengembangan dan pemberdayaan UMKM Kabupaten Bojonegoro dan bertempat di Kabupaten Tulungagung selama 1 hari. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah menambah wawasan keilmuan dan pengetahuan para pelaku UMKM di daerah Bojonegoro untuk belajar dari para pelaku UMKM di Kabupaten Tulungagung, baik dari segi manajemen produksi, keuangan maupun pemasaran.
commit to user
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 10 Data Jumlah Peserta Studi Banding di Tulungagung no
Nama peserta
1
Yasin, Fudil, Nurrohman, Zainudin, Sumantoro Amrullah, Ida, Sugeng, Risnani, Lasimin Yahya, Fatkur, Sumber Joko, Aisatun, Chambali, Imam, Ali Nur Rahayu, Mutmainah, Taufiq Dadang, Bakir, Lukito, Sahli, Imam Murobil, Amin, Maemun, Kamal, Dasih, Hendro, Karsi. Sa’wanah, Mufaidzin, Roziq, Laila,Kamim
2 3 4 5 6 7 8
Banyak peserta Jenis usaha dalam industri 5 Meubel 5
Olahan tanah liat
3 5
Batik Bojonegoro Olahan makanan lainya
5 5 7
Aksesoris etnik Handycraft kayu jati Akar jati
5
patung kayu
Sumber: Arsip Dinas koperasi dan UMKM tahun 2014 Hasil dari kegiatan tersebut adalah terciptanya jaringan kemitraan antara pelaku UMKM kabupaten Tulungagung dan Bojonegoro. Studi banding selanjutnya diadakan di bulan Mei 2014 ke kota Yogyakarta. Kota Yogyakarta dipilih karena merupakan kota dengan banyak industri kreatif yang kaya akan ide dan terkenal dengan olahan kayu, batik dan juga olahan makanan. Jumlah peserta dalam kegiatan studi banding ini adalah sebanyak 30 peserta dijabarkan dalam tabel 11. Kegiatan
diadakan
dalam
rangka
program
kerja
pengembangan
dan
pemberdayaan UMKM Kabupaten Bojonegoro dan bertempat di Yogyakarta selama 3 hari. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah menambah wawasan keilmuan dan pengetahuan para pelaku UMKM di daerah Bojonegoro untuk belajar dari para pelaku UMKM di Kabupaten Yogyakarta, baik dari segi manajemen produksi, keuangan
commit to user
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
maupun pemasaran. Hasil dari kegiatan tersebut adalah terciptanya jaringan kemitraan antara pelaku UMKM Yogyakarta dan Bojonegoro. Tabel 11 Data Jumlah Peserta Studi Banding di Yogyakarta no
Nama peserta
Banyak
peserta Jenis usaha
dalam industri 1 2 3 4 5 6 7 8
Yajid, Makmur Cholil, Heru Nurhadi, Kiswati, Sujuti, Suwarno, Yanto Su’ud, Masduki, Surono, Agung, Darmuki, Hernik Maskun, Sri Rahayu, Lispiyatun, Nuri, Nurhadi Ghofur, Fatoni, Hidayat, Eko Udin, Lukmanul, Sandi, Hartono
2 2 6 1 6
Meubel Olahan tanah liat Batik Bojonegoro Olahan makanan lainya Aksesoris etnik
5
Handycraft kayu jati
4 4
Akar jati patung kayu
Sumber: Arsip dinas koperasi dan UMKM 2014 Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa 5 dari 10 pelaku UMKM pernah mengikuti kegiatan studi banding dan pameran yang diadakan oleh Dinas Koperasi dan UMKM. Kelima informan tersebut merupakan pemilik showroom, sedangkan 50% lainnya adalah pengrajin, sehingga tidak memenuhi persyaratan untuk mengikuti pameran maupun studi banding. Tanggapan yang muncul dari kegiatan tersebut sangat positif, seperti disampaikan dalam cuplikan hasil wawancara berikut. “ Pameran sangat membantu kami, dalam memperoleh pesanan dari luar kota, karena memang untuk perluasan pasar. ” (catatan lapangan no 2). Informan lain menambahkan bahwa “ Kegiatan studi banding dapat membantu mengajarkan cara bagaimana memperluas pemasaran, dan pengelolaan usaha.” (catatan lapangan no 5)
commit to user
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Melalui kegiatan studi banding informan mendapatkan pengetahuan baru mengenai cara mengelola usaha. Penambahan wawasan para pelaku UMKM dapat meningkatkan kemampuan personal pelaku UMKM dalam mengelola perusahaan. Hal ini bermakna perusahaan dapat menjadi lebih efektif dengan peningkatan kemampuan personal. Perusahaan yang efektif dapat memberikan keuntungan bagi pemilik perusahaan. Misalkan, jika perusahaan dapat mencari bahan baku dengan harga yang lebih murah, sehingga akan mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi. Begitu pula ketika suatu perusahaan menggunakan teknologi yang tinggi, maka perusahaan tersebut menjadi lebih efisien, karena dapat menekan pengeluaran untuk menggaji karyawan mereka. 3) Mengadakan Program Wood Fair Program wood fair merupakan program pameran di Kabupaten Bojonegoro yang telah diadakan selama dua tahun berturut-turut yaitu pada bulan Januari sampai Pebruari di tahun 2010 dan 2011. Program ini bernama Pameran Bojonegoro Wood Fair. Penyelenggaranya adalah Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Bojonegoro, bekerjasama dengan Pemkab Bojonegoro dan pelaku UMKM yang bergerak dibidang usaha kayu dan hasil olahannya. Pameran ini diadakan di tiap daerah yang terdapat pusat industri kegiatan olahan kayu, dimana di Kabupaten Bojonegoro terdapat empat tempat yang menjadi sentra industri kayu yaitu Kecamatan Margomulyo, Kecamatan Malo, Kelurahan Sukorejo Kecamatan kota Bojonegoro dan Kecamatan Kasiman. Pameran ini diikuti oleh seluruh pemilik showroom di daerah tersebut yang telah terdata oleh dinas. Program wood fair ini bertujuan untuk mengenalkan keberadaan UMKM commit to user
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang bergerak dibidang usaha kayu dan olahan kayu pada masyarakat Bojonegoro dan daerah di sekitar Bojonegoro, seperti kabupaten Ngawi, Blora, Tuban serta Lamongan yang mempunyai batas administratif langsung dengan kabupaten Bojonegoro, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan pelaku UMKM. Adapun sentra kerajinan kayu di Bojonegoro Jawa Timur yang mengikuti program wood fair berdasarkan jumlah peserta per tahun ditunjukkan oleh Tabel 12. Tabel 11 Jumlah Peserta Program Bojonegoro wood fair tahun 2010-2011 No Alamat
Jenis produksi
1
Furniture Jati, Interior, dan Out Door Furniture Produksi : Akar Kayu Jati, Antik Aksesoris, etnik Furniture Bubut kayu Jati, Interior Acesories, souvenir Patung Kayu Binatang, Teak Wood Statue
2
3 4
Desa Sukorejo Kecamatan Kota Bojonegoro Desa Geneng Kecamatan Margomulyo Bojonegoro Desa Batokan Kecamatan Kasiman Bojonegoro Desa Banaran, Kecamatan Malo Bojonegoro
Jumlah peserta 2010 2011 187 233 173
257
309
463
239
248
Sumber: arsip Dinas Koperasi dan UMKM (data diolah). Peserta dalam kegiatan ini bersifat terbuka, artinya program wood fair dapat diikuti oleh semua pemilik showroom yang mempunyai usaha olahan kayu dengan ketentuan yang ditetapkan. Adapun ketentuannya adalah peserta harus terdaftar pada database Dinas Koperasi dan UMKM, selain itu peserta harus sudah memiliki SIUP (Surat Ijin Usaha Perdagangan). Untuk menarik minat konsumen diberlakukan diskon atau potongan harga pada kegiatan Bojonegoro wood fair 2010. Kegiatan di buka tanggal 18 Desember 2010 - 18 Januari 2011 dengan diskon 15% - 30%. Pameran wood fair ini juga mendapat commit to user
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kunjungan kerja dari Menteri Kehutanan Republik Indonesia Bapak Zulkifli Hasan bersama Dirut Perum Perhutani Bapak Haryono Kusumo.
Kunjungan Kerja
Bojonegoro Wood Fair (BWF) tahun 2011 oleh Menteri Koperasi dan UKM RI , Dr. Syarif Hasan dan Wakil Menteri Perdagangan RI Dr. Mahendra Siregar. Berdasarkan hasil wawancara kepada 10 orang pelaku UMKM 10 orang pelaku UMKM, diperoleh informasi bahwa sebanyak 50% atau 5 orang mengikuti kegiatan wood fair ini, selama dua tahun berturut-turut yaitu tahun 2010 dan 2011. Sisanya yaitu 5 orang atau 50% tidak bisa mengikuti program ini dikarenakan tidak mempunyai SIUP, tidak terdata di Dinas Koperasi dan UMKM sebagai pemilik usaha. Informan yang tidak bisa mengikuti program ini adalah para pengrajin, yang memang tidak mempunyai showroom. Lebih lanjut hasil wawancara menunjukkan bahwa 2 orang atau 40% menyatakan bahwa program wood fair ini bermanfaat bagi pengembangan usaha UMKM sedangkan sisanya yaitu 3 informan atau 60% menyatakan bahwa kegiatan wood fair tidak bermanfaat. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam kutipan wawancara sebagai berikut: Informan : “ Kalau menurut saya ya mbak, wood fair itu ya lumayan ada manfaatnya, soalnya kan jadi ada pembeli dari luar kota yang dulunya belum tahu kalau dsini ada industri menjadi tahu, ya meskipun ada yang beli ada yang cuman lihat-lhat saja, tapi minimal mereka tahu dulu, setelah itu mungkin akan melakukan pemesanan”. Peneliti : misalnya pembeli dari mana ibuk? Informan : ya ada yang dari Ngawi, Cepu ada juga yang dari Surabaya. Peneliti : berarti ibu merasakan manfaat dari adanya kegiatan wood fair ini nggeh buk? Informan : ya makanya saya mau ikut lagi mbak, tahun 2010 saya ikut, terus ditahun 2011 saya ikut lagi.” (catatan lapanganno 3) commit to user
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lebih lanjut kutipan wawancara yang menyatakan bahwa program wood fair ini tidak bermanfaat bagi pelaku UMKM ditunjukan sebagai berikut: “ Saya pernah ikut dulu pas ditahun 2010, ada wood fair tapi menurut saya kurang jelas kegiatanya, dapat instruksi ada edaran dari pemerintah untuk ikut, tapi saya ikut juga tidak ada yang datang ke showroom saya, bahkan sampai kegiatan selesai”. Lebih lanjut informan menuturkan, “ Saat diawal memang terlihat meriah ada kunjungan dari mentri dan orang dinas, tapi kemudian menguap seperti selesai begitu saja tidak ada tindak lanjutnya. Ya akhirnya, tahun berikutnya diadakan lagi saya malas tidak ikut daftar mbak.” (catatan lapanganno 2) Hasil wawancara dengan Dinas Koperasi dan UMKM selaku penyelenggara kegiatan menunjukkan bahwa tujuan dinas melakukan program wood fair ini merupakan keberlanjutan program untuk mengenalkan eksistensi industri kayu Kabupaten Bojonegoro di mata masyarakat. Hal ini sebagaimana dalam kutipan wawancara berikut “ Ya, ini salah satu cara kami (dinas) untuk memajukan UMKM, nah ketika melihat program ini berhasil, maka diadakan lagi di tahun berikutnya, dan terbukti jumlah peserta meningkat dari tahun 2010 ke tahun 2011, hal ini kan berarti pelaku UMKM merasakan manfaatya sehingga bersedia untuk mendaftar lagi sebagai peserta wood fair. Ada kunjungan dari Kementrian Kehutanan dan koperasi juga, nah ini kan paling tidak ada peliputan dari media, sehingga industri kayu Bojonegoro akan dikenal, tidak hanya bagi masyarakat sekitar namun juga di mata masyarakat secara nasional.” (transkrip wawancara no 1) Terkait dengan peningkatan pendapatan yang diterima pelaku UMKM melalui kegiatan wood fair ini, 40% informan menyatakan bahwa kegiatan wood fair memberikan tambahan pendapatan terhadap pemilik showroom melalui penjualan handycraft saat kegiatan tersebut berlangsung. Namun, sebanyak 60% informan merasa commit to user
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kegiatan wood fair tidak memberikan pengaruh terhadap penambahan hasil penjualan dan pendapatan pemilik showroom. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan wood fair yang merupakan salah satu wujud aplikasi dari teori pemasaran kota, belum memberikan manfaat secara maksimal bila ditinjau dari peningkatan pendapatan masyarakat. 4) Upaya dari Pelaku UMKM Melalui Pemasaran Internet Berdasarkan hasil angket diketahui bahwa empat informan atau berarti 40% informan melakukan pemasaran melalui media internet, sedangkan sisanya yaitu enam orang atau 60% responden belum pernah melakukan pemasaran melalui internet. Alasan informan tidak melakukan pemasaran melalui internet adalah menganggap sudah kewalahan dengan order yang datang langsung ke showroom, dan tidak bisa menggunakan media internet sebagai pemasaran. Pemilik showroom melakukan perluasan pasar dengan melakukan pemasaran melalui BBM (BlackBerry Massenger), facebook dan media blog. Pemasaran melalui internet ini umumnya tidak dilakukan sendiri oleh pemilik usaha asli, melainkan anak atau cucu dari pelaku UMKM. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara pada informan yang mengatakan “ Jika saya tidak bisa mbak, pakai-pakai internet, orang sekolah saja saya tidak lulus, biasanya anak saya yang melakukan (pemasaran melalui internet).” (catatan lapangan no 9) Dari ke empat informan tersebut, dua orang atau 50% memilih media facebook dan BBM sebagai media pemasaran, 1 orang atau 25% memilih membuat blog untuk membantu pemasaran, sedangkan 1 orang atau 25% memilih melakukan pemasaran melalui BBM saja. Hampir sebagian besar pelaku UMKM tidak bisa mengoperasikan commit to user
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
komputer,
menggunakan
smartphone
dan
memanfaatkan
internet.
Hal
ini
melatarbelakangi minimnya upaya pengembangan pasar oleh pemilik showroom melalui media internet. Namun, tidak demikian dengan generasi kedua dan ketiga dari para pelaku UMKM ini. Berdasarkan hasil temuan lapangan secara keseluruhan dapat dibuat rekapitulasi upaya pengembangan yang dilakukan terhadap peningkatan pendapatan masyarakat. Upaya pengembangan yang dimaksud merupakan upaya pengembangan dari pemerintah dan pelaku UMKM. Indikator yang digunakan untuk mengukur kenaikan pendapatan masyarakat adalah dengan melihat laporan omzet. Hal ini sesuai dengan kerangka berfikir yang telah disusun pada Bab II.
3.
Hubungan antara Upaya Pengembangan UMKM dengan Peningkatan Pendapatan Masyarakat Jika dikaitkan dengan upaya peningkatan pendapatan masyarakat, dari aspek
produksi maupun pemasaran, maka berbagai upaya pengembangan tersebut dapat dilihat berpengaruh terhadap besarnya fluktuasi omzet penjualan. Observasi yang dlakukan terhadap besarnya kenaikan omzet penjualan UMKM handycraft kayu jati dilakukan dari tahun 2009 sampai tahun 2013, sehingga tahun 2009 dijadikan sebagai tahun dasar pengukur kenaikan atau penurunan omzet penjualan. Ada beberapa indikator pengukuran kenaikan pendapatan yang diterima oleh masyarakat yaitu berdasarkan kenaikan omzet penjualan, pertambahan jumlah aset dan bertambahnya laba perusahaan. Namun, pengukuran kenaikan omzet penjualan paling commit to user
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mungkin dilakukan, mengingat laporan laba rugi perusahaan belum terdokumentasi dengan baik, sedangkan jika menggunakan pengukuran dengan laporan kepemilikan aset diperlukan waktu penelitian yang lebih lama karena harus berdasarkan nilai taksiran aset. Besarnya kenaikan dan penurunan omzet penjualan informan dari tahun 2009-2013 ditunjukkan oleh Tabel 13 berikut. Tabel 13 Rekapitulalsi Omzet Penjualan Informan Kode informan A B C D E F G H I J
Besarnya omzet per tahun (juta rupiah) 2009 2010 2011 185,300 186,521 188,460 166,454 167,855 167,756 129,745 132,450 131,743 123,258 124,453 121,298 91,745 95,950 83,700 36,008 47,760 44,620 42,761 44,700 48,205 54,010 55,720 55,970 53,731 53,906 54,100 63,500 64,769 64,360 Rata-Rata Kenaikan
2012 186,5 168,54 126,84 128,29 94,66 46,632 48,34 56,74 54,482 65,091
Kenaikan (Penurunan)
2013 2010 2011 2012 2013 189,46 2,26 5,86 2,22 7,71 170,43 2,33 2,17 3,47 6,62 132,43 3,51 2,59 (3,77) 3,48 128,56 1,47 (2,42) 6,21 6,54 95,04 3,86 (7,38) 2,67 3,02 47,653 4,23 3,10 3,83 4,19 50,52 0,83 2,33 2,39 3,32 59,3 0,92 1,06 1,47 2,86 56,03 0,009 0,20 0,40 1,24 65,328 0,81 0,55 1,01 1,16 2,02 0,81 1,99 4,01
Sumber: data diolah Tabel 14 Daftar Kode dan nama informan NAMA INFORMAN UD.KONDANG JATI UD.DWI KARYA
KODE A B
keterangan Pemilik showroom Pemilik showroom
UD. BERKAH JATI
C
Pemilik showroom
UD.NUKIDA JATI UD.TIJAROH JATI ALI NUR HIDAYAT LASMIRAH M.ZAENAL ARIFIN ABDUL HAMID MU'TASAM
D E F G H I J
Pemilik showroom Pemilik showroom Pengrajin Pengrajin Pengrajin Pengrajin Pengrajin
Sumber: data diolah commit to user
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Apabila dilihat secara keseluruhan berdasarkan Tabel 13 kenaikan yang terjadi pada pengrajin adalah sebesar 0,20% - 4,19%, sedangkan pemilik showroom mengalami kenaikan sebesar 2,22% - 7,71%. Namun, yang menarik dari data omzet tersebut adalah selain mengalami kenaikan, pemilik showroom juga mengalami penurunan omzet dengan persentase 2,42% - 7,38%. Berdasarkan tabel tersebut rata-rata persentase kenaikan omzet terbesar terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 4,01%, sedangkan ratarata persentase kenaikan terendah terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 0,81%. Pada tahun 2011 upaya pengembangan UMKM yang dilakukan adalah pengadaan kegiatan pameran, wood fair, dan pemasaran internet. Berdasarkan Tabel 13 tersebut, UD. Nukida jati dan UD. Tijaroh Jati mengalami penurunan omzet penjualan pada tahun 2011. Masing-masing penurunan omzet sebesar 2,42% untuk UD. Nukida Jati dan UD. Tijaroh jati sebesar 7,28%. Penurunan omzet kedua UD tersebut dikarenakan adanya masalah finansial pemilik yang berpengaruh pada keuangan perusahaan. Sesuai dengan hasil wawancara bahwa UD. Tijaroh jati mengalami kesulitan finansial dengan terbelitnya hutang pada rentenir, berikut merupakan kutipan wawancaranya. “ Ya kalau lepas dari pinjaman sama sekali, kami belum bisa. Waktu itu ada pesanan banyak dan kami tidak punya modal, sehingga yang kami pikirkan adalah mencari hutang pada rentenir, namun kita tahu bunga rentenir kan besar sekali. Akhirnya meskipun kami bisa memenuhi permintaan, tapi langsung sebagian besar hasil penjualan kami bayarkan hutang itu mbak.” (catatan lapangan no 7) Alasan lain dikemukaan oleh UD. Nukida Jati yang menyatakan bahwa “ Pernah seret itu pas sekitar tahun 2011, pengen beli mobil, pas udah namun ternyata mobil tersebut tidak digunakan untuk tambahan operasional usaha, sehingga untuk nutup uang transportnya sama, tapi modal kerjanya berkurang.” (catatan lapangan no 6) commit to user
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pada tahun yang sama UD. Kondang Jati mengalami kenaikan omzet paling tinggi dibanding UD lainnya yaitu sebesar 5,86%. Pada tahun tersebut UD. Kondang Jati melakukan inovasi di bidang pemasaran dengan melakukan perluasan pemasaran. Perluasan pemasaran yang dilakukan adalah dengan melakukan pemasaran melalui internet (internet marketting), sedangkan pada tahun yang sama, UD lainnya yang menjadi informan belum melakukan upaya pengembangan tersebut.
Pada tahun 2012, semua informan mengalami kenaikan omzet pendapatan kecuali UD. Berkah Jati. Penurunan omzet penjualan sebesar 3,77% dialami oleh UD. Berkah Jati yang merupakan satu-satunya UD yang mengalami penurunan pendapatan karena adanya musibah keluarga yang sakit dan operasi sehingga menghabiskan biaya yang banyak. Biaya pengobatan tersebut di ambilkan dari modal kerja. Hal ini sesuai dengan kutipan wawancara sebagai berikut “ Ya memang semua upaya untuk menambah penghasilan kami lakukan, namun, pada waktu itu ibu sakit, kena ginjal dan diabetes mbak, ya ngamar beberapa kali. Jadinya uangnya ikut terpakai biaya pengobatan ibu. “ (catatan lapangan no 3) Upaya pengembangan yang dilakukan pada tahun 2012 adalah pengadaaan bantuan alat produksi, inovasi dan pengadaan pameran UMKM. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa bantuan alat produksi dirasa kurang efektif. Hal ini dikarenakan bantuan alat yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan dasar para pelaku UMKM. Terdapat dua dari sepuluh informan atau 20% informan yang menyatakan bahwa bantuan alat dari pemerintah bermanfaat/sesuai. Dua informan yang menyatakan bantuan tersebut bermanfaat adalah UD. Nukida Jati dan informan F (Ali commit to user
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Nur Hidayat). Berdasarkan Tabel 14 tersebut, UD. Nukida jati mengalami kenaikan omzet sebesar 6,21%, sedangkan informan F mengalami kenaikan pendapatan sebesar 3,83%. Hasil angket menunjukkan bahwa dari delapan informan yang mneyatakan bantuan alat tidak sesuai, delapan informan tersebut semuanya (100%) menyatakan bahwa bantuan yang diberikan terlalu besar ukuran/spesifikasinya. Berikutnya, apabila dilihat pada tahun 2013 semua informan mengalami kenaikan omzet pendapatan. Pada tahun 2013 upaya pengembangan yang dilakukan adalah kegiatan pameran, inovasi produk dan pemasaran internet. Kenaikan terbesar terjadi pada UD. Kondang jati sebesar 7,71%, diikuiti oleh UD. Dwi Karya 6,62% dan UD. Nukida jati 6,54%.
4.
Temuan Tambahan
a. Asosiasi Dalam upaya pengembangan pengrajin dan pemilik showroom di Desa Bandar, para pelaku UMKM ini mempunyai asosiasi. Asosiasi ini berawal dari pendirian BAJA pada tahun 1992. BAJA merupakan singkatan dari Bandar Jati Abadi. Dahulu belum berbentuk asosiasi tapi masih kelompok, dengan jumlah anggota sebanyak 60 orang. Pada tahun 1998 mulai terbentuk asosiasi dengan ketua bapak Drs. H. Anis Musthafa. Tujuan dibentuknya asosiasi adalah meningkatkan kesejahteraan para anggota, dan mempermudah jalur bahan baku. Asosiasi ini berfungsi sebagai media antara para pengrajin, pemilik showroom dengan pemerintah. Pada waktu itu pemerintah menghendaki adanya suatu badan hukum yang legal untuk mengurus perkembangan commit to user
91 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
para pengrajin di Desa Bandar, sehingga jika ada program/bantuan dari pemerintah ada pihak yang bertanggungjawab secara sah menurut hukum. 1) Profil lembaga Nama lembaga
: Asosiasi pengusaha dan pengrajin tunas jati
Bidang usaha
: Pendidikan, penelitian, pengembangan, pelatihan/ workshop
pelatihan bubut kayu jati, pelayanan masyarakat. Alamat
: Jl. Rajawali no 849 Dusun Bandar Desa Batokan Kecamatan
Kasiman Kabupaten Bojonegoro. NPWP
: 69. 774.229.4-601.000
Email/no hp
:
[email protected] / 081 333 444 663
Akta pendirian
: akta no 20 tanggal 7 april 2003
2) Program kerja Dalam melaksanakan program kerjanya, asosiasi tunas jati membagi dalam bidangbidang yang mencakup: a) Bidang organisasi dan administrasi. (1) Membentuk perwakilan tiap RT. (2) Melakukan pengadaan pembinaan organisasi melalui perwakilan yang ada. (3) Menjalin hubungan yang harmonis dengan pemerintah dan dan organisasi lain. (4) Menyusun pedoman administrasi dan menguapayakan pelaksanaanya secara tertib. (5) Pengadaan pembinaan tertib administrasi yang memadai melalui penataran terhadap kelompok atau pengrajin. commit to user
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Bidang pendidikan dan pengembangan IPTEK (1) Mengupayakan pemasaran lewat website/internet. (2) Mengadakan kursus-kursus untuk SDM pengrajin. (3) Mengikuti studi banding. c) Bidang dana (1) Menggalang sumbangan masyarakat yang bersifat sukarela. (2) Mengakomodir bantuan pemerintah yang bersifat tidak mengikat. d) Bidang ekonomi dan usaha (1) Membentuk koperasi serba usaha “Tunas Jati “. e) Bidang pengkaderan (1) Mengadakan tempat magang terhadap para remaja. (2) Kaderisasi pengurus periode selanjutnya. f) Bidang pengawasan dan pemeriksaan Melakukan upaya evaluasi terhadap pelaksanaan suatu program pada tiap bidang 3) Program tambahan a)
Berencana mengajukan pada pemerintah kabupaten untuk membangun gapura, sebagai langkah awal pembentukan desa wisata.
b) Menyelaraskan harga antara sesama pengrajin atau sesama pengusaha, sehingga harga tidak jatuh/ terlalu tinggi. Tujuan yang ingin dicapai adalah pengrajin menjual harga jual sesuai. Pemilik showoom pun tidak bisa mempermainkan harga melalui pendirian koperasi produksi
commit to user
93 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Mendirikan koperasi produksi merupakan
upaya pengembangan dari aspek
produksi. Upaya pengembangan ini belum dilakukan, namun merupakan rencana pengembangan yang akan dilakukan oleh asosiasi para pengrajin dan pemilik showroom. Koperasi ini diharapkan bisa menampung hasil dari para pengrajin. Para pemilik showroom yang ingin membeli barang dapat membeli di koperasi. Diharapkan dengan mekanisme seperti ini, dapat menstandarkan harga dan kualitas seluruh barang, yang bermanfaat bagi perlindungan konsumen, pengrajin dan pemilik showroom. Hal ini diharapkan dapat menjadi solusi permasalahan standarisasi harga. Sebagaimana hasil wawancara dengan ketua asosiasi Tunas Jati yang menyatakan bahwa “ Rencana kedepan asosiasi akan mendirikan koperasi produksi. Sistem yang digunakan adalah, pengrajin membuat produk kemudian koperasi produksi membeli produk dari pengrajin dengan harga yang sama untuk produk yang sama. Kemudian pemilik showroom akan membeli dari koperasi. Koperasi akan membuat standar produk tertentu, kemudian membeli nilai (harga) yang sama antar pengrajin, begitu pula ketika menjual kepada showroom harga yang diberikan juga sama. Upaya ini dilakukan untuk menyeragamkan harga, sehingga tidak ada pengrajin yang menjual produknya kepada showroom dengan harga yang rendah meskipun pasar sedang sepi ataupun ramai. Koperasi produksi ini, juga dapat menjadi ready stock produk handycraft untuk mengantisipasi apabila ada pesanan dalam jumlah yang banyak. koperasi produksi ini diharapkan dapat menciptakan hubungan yang harmonis antara pengrajn dan pemilik showroom.” (Transkrip wawancara no 3 )
Upaya pengembangan pendirian koperasi produksi ini masih dalam tahap wacana, namun akan dilaksanakan pada tahun 2014. Koperasi produksi nanti akan berfungsi sebagai stockist
dan mengatur sistem yang lebih baik antara hubungan pengrajin
dengan pemilik showroom.
commit to user
94 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam bidang permodalan, selain mengoptimalkan program-program permodalan yang diberikan pemerintah dan perbankan, maka peran lembaga-lembaga keuangan mikro (LKM) seperti koperasi, BMT juga perlu dioptimalkan untuk mendorong penguatan UMKM. Berbagai hasil studi menunjukkan bahwa LKM merupakan instrumen yang berperan penting untuk menanggulangi kemiskinan. Kaplan dalam Salam (2008) menyatakan bahwa keberadaan LKM berdampak positif bagi masyarakat terutama dalam meningkatkan bisnis dan taraf hidup nasabah, keluarga, dan kelompok masyarakat di sekitar nasabah. Dari hasil kajan tersebut dapat disimpulkan bahwa keberadaan koperasi seharusnya memberikan dampak yang positif dalam kemajuan dibidang keuangan. Namun, karena upaya ini belum dilakukan dan baru sebatas wacana maka belum bisa disimpulkan apakah pendirian koperasi produksi nantinya akan berdampak positif terhadap kenaikan pendapatan para pelaku UMKM handycraft kayu jati Dusun Bandar Desa Batokan b. Pemerintah Pemerintah dalam hal ini Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta Dinas Koperasi dan UMKM mempunyai kendala dalam upaya pengembangan UMKM handycraft kayu jati yaitu: 1) Tidak adanya tenaga pendamping lapangan Tidak adanya tenaga pendamping lapangan bagi UMKM sehingga UMKM tidak mendapat pendampingan secara maksimal. Dinas tidak mempunyai tenaga pendamping lapangan. Pelaku UMKM yang mampu survive dapat bertahan melanjutkan usahanya, commit to user
95 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sedangkan pelaku UMKM yang tidak mempunyai skill
wirausaha tidak mampu
bertahan terhadap guncangan perekonomian. 2) Rendahnya jiwa wirausaha para pelaku UMKM Jiwa wirausaha masih rendah sehingga orientasi usaha hanya pada orientasi jangka pendek. Jiwa wirausaha para pelaku UMKM masih kurang, pola berfikirnya adalah bagaimana menghasilkan barang kemudian segera dijual dan mendapatkan uang. Hal ini terbukti dari pola wirausaha pelaku UMKM yang berorientasi pada keuntungan jangka pendek. Belum ada perencanaan untuk pengembangan usaha jangka panjang. C.
Pembahasan
Pembahasan penelitian dibagi menjadi dua aspek yaitu pembahasan terkait upaya pengembanganan UMKM dari aspek produksi dan aspek pemasaran dalam meningkatkan pendapatan masyarakat Dusun Bandar Desa Batokan Kecamatan Kasiman Kabupaten Bojonegoro. Hal ini berdasarkan rumusan masalah dan temuan penelitian. Berdasarkan temuan penelitian mengenai upaya pengembangan UMKM handycraft kayu jati di Dusun Bandar baik dalam aspek produksi maupun pemasaran.
1. Upaya Pengembangan Aspek Produksi untuk Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Sesuai dengan hasil temuan penelitian, bahwa upaya pengembangan aspek produksi untuk meningkatkan pendapatan ada dua upaya yaitu penyediaan alat produksi dan inovasi produk.
commit to user
96 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Penyediaan alat produksi Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pemerintah melakukan upaya pengembangan dalam aspek produksi dengan menyediakan bantuan alat produksi. Namun sebanyak 80% informan menyatakan bantuan tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan pelaku UMKM.
Dukungan pemerintah melalui penyediaan alat sejalan
dengan pernyataan Agpayong (2010) pemerintah memberikan dukungan terhadap UMKM di Ghana, sehingga saat ini UMKM di Ghana memproduksi pada bidang pertanian, perikanan, dan obat-obatan. UMKM di Ghana menjadi lebih berkembang dengan kenaikan jumlah unit usaha UMKM setelah mendapat dukungan dari pemerintah. Sejalan dengan pendapat Agpayong, Naser juga menyampaikan pendapat yang serupa bahwa dalam hasil kajiannya menyatakan bahwa pemerintah di India mencoba untuk membantu mengembangkan UMKM melalui penyediaan sarana. Hal ini menciptakan lingkungan yang kondusif bagi iklim usaha, pemerintah menyediakan infrastruktur untuk menunjang pengembangan UMKM (2013). Dapat dikatakan bahwa secara teori dukungan pemerintah dapat mendorong kemajuan UMKM. Hasil temuan penelitian di Dusun Bandar menyatakan bahawa ada bantuan dari pemerintah pada pelaku UMKM. Namun, Hal ini sedikit berbeda dengan yang disampaikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Tarigan dan Susilo. Tarigan dan Susilo (2008) dalam hasil kajian penelitiannya menyatakan bahwa, pengusaha/pengrajin perak menghadapi permasalahan terkait dengan terganggunya kegiatan produksi karena adanya kerusakan bangunan serta prasarana produksi, commit to user
97 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terganggunya proses produksi menyebabkan berkurangnya jumlah produksi yang berimplikasi pada kemampuan melayani permintaan, dan penurunan permintaan pada gilirannya akan mengurangi pendapatan dan berimplikasi pada kemampuan memenuhi kewajiban finansial. Sejalan dengan pendapat Tarigan dan Susilo, Kumar memberikan batasan bahwa persaingan dalam tingkat internasional dapat dilakukan jika ada upaya pengembangan di bidang produksi melalui pembelian peralatan produksi dan pengembangan dari aspek pemasaran. Persaingan dapat terjadi dalam hal harga dan kualitas produk jika upaya tersebut telah dilakukan (2011). Dapat disimpulkan bahwa UMKM memerlukan dukungan penuh dari pemerintah, baik dalam bentuk dana, penyediaan alat produksi maupun infrastruktur. Tidak adanya dukungan akan menyebabkan proses produksi tidak bisa berjalan secara maksimal.
Terganggunya
proses
produksi
akan
menyebabkan
berkurangnya
kemampuan/kapasitas memproduksi. Penurunan kapasitas produksi akan menurunkan pendapatan yang diterima pelaku UMKM. Upaya pengembangan melalui pengadaan alat produksi oleh pemerintah Kabupaten Bojonegoro ini tidak dapat menaikkan pendapatan para pelaku UMKM handycraft kayu jati di Dusun Bandar Desa Batokan. Hal ini dikarenakan bantuan yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan produksi para pelaku UMKM, sehingga tidak bisa membantu meningkatkan kapasitas produksi handycraft.
Informan juga
menyebutkan bahwa sebelum bantuan alat produksi tersebut diberikan, pemerintah tidak melakukan survei terlebih dahulu. commit to user
98 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam penelitian Naser (2013) bantuan pemerintah melalui UMKM di India bisa dapat mengembangkan UMKM karena UMKM di India membagi dirinya mejadi kluster/kelompok. Keuntungan dari kluster ini adalah bahwa tiap pelaku UMKM terpacu untuk melakukan inovasi, lebih mudah dalam pemasaran produk dan juga tercipta spesialisasi pada masing-masing kluster. Berdasarkan temuan penelitian, 62,5% informan yang menyatakan bantuan tidak sesuai, memilih untuk menjual bantuan yang telah diberikan oleh pemerintah. Hasil dari penjualan memang dapat meningkatkan pendapatan para pelaku UMKM dalam jangka waktu pendek, namun tujuan utama pemberian bantuan alat tersebut bukan untuk dijual, namun digunakan sebagai modal produksi, sehingga dapat meningkatkan pendapatan pelaku UMKM dalam jangka panjang. Dapat dikatakan upaya pengembangan handycraft kayu jati melalui pemberian bantuan alat produksi tidak dapat meningkatkan pendapatan pelaku UMKM. b. Inovasi Produk Hasil temuan lapangan menunjukkan bahwa 90% informan melakukan inovasi produk. Inovasi yag dilakukan berbeda-beda, seperti inovasi dalam bentuk, ukuran, warana, dan inovasi dalam hal corak/motif. Inovasi dilakukan secara terus-menerus sejak tahun 2010 hingga saat ini. Hasil dari inovasi ini memang tidak bisa dilihat secara langsung terhadap kenaikan omzet penjualan, namun, data Tabel 13 menunjukkan bahwa sebagian besar UD mengalami kenaikan persentase omzet penjualan sejak 2010 hingga tahun 2013. Kecuali pada tahun 2011 penurunan omzet terjadi pada informan D dan informan E, sedangkan pada tahun 2012 terjadi penurunan pada informan C. commit to user
99 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penurunan omzet ini tidak serta merta dikarenakan kegagalan inovasi yang dilakukan, namun lebih kepada faktor diluar usaha. Hasil wawancara menunjukkan bahwa infroman C, D dan E mengalami penurunan omzet penjualan karena masalah finansial pemilik perusahaan yang berdampak pada keuangan perusahaan. Hal ini menarik karena dalam aspek keuangan, para pelaku UMKM handycraft kayu jati di Dusun Bandar masih belum tertata dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan masih tercampurnya modal perusahaan dengan belanja sehari-hari pemilik perusahaan, sehingga
apabila
kondisi
finansial
pribadi
pemilik
perusahaan
jatuh
akan
mengakibatkan modal kerja yang memburuk juga. Menurut Bakar, Kamariah dan Hadi inovasi menjadi hal yang sangat penting dalam menjalankan UMKM, meskipun usaha tersebut tidak memiliki cukup sumber daya (2012). Menurut Rogers (2003) inovasi tidak hanya berurusan dengan pengetahuan baru dan cara-cara baru, tetapi juga dengan nilai-nilai, karena harus bisa membawa hasil yang lebih baik, sehingga tidak hanya melibatkan iptek baru, inovasi juga melibatkan cara pandang dan perubahan sosial. Inovasi dapat memberikan beberapa manfaat sebagai berikut: 3. Peningkatan kualitas hidup manusia melalui penemuan-penemuan baru yang membantu dalam proses pemenuhan kebutuhan hidup manusia. 4. Memungkinkan suatu perusahaan untuk meningkatkan penjualan dan keuntungan yang dapat diperolehnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
100 digilib.uns.ac.id
5. Adanya peningkatan dalam kemampuan mendistribusikan kreativitas kedalam wadah penciptaan sesuatu hal yang baru. Adanya keanekaragaman produk dan jenisnya didalam pasar. Membangun loyalitas pelanggan tentunya bukan hal yang mudah. Evaluasi harus terus dilakukan untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan. Tanpa kualitas pelayanan yang bagus, sangat sulit pelanggan menjadi setia terhadap produk perusahaan. Dalam upaya menjadi perusahaan pemasaran (marketing company) yang berhasil maka sebuah perusahaan tidak saja harus menjadi perusahaan yang besar dan kuat, tetapi perusahaan yang mampu menjangkau konsumen dengan produk berkualitas tinggi dan membangun kesetiaan terhadap produk tersebut dengan cara memberikan kepuasan kepada pelanggan yang tinggi pula. 2. Upaya Pengembangan Aspek Pemasaran untuk Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Upaya pengembangan aspek pemasaran dilakukan dengan pemasaran melalui online marketing , perluasan jaringan melalui pameran dan studi banding serta program wood fair. a. Pemasaran internet Hisrich, Peter dan Shepherd (2008) menyatakan bahwa mengembangkan situs ecommerce harus merupakan sebuah keputusan yang strategis dan didasarkan pada beberapa faktor, yaitu: 1) produk-produk harus dapat dikirim secara ekonomis dengan baik; 2) produk tersebut harus menarik banyak orang dan perusahaan harus siap mengirim produk keluar lokasi geografisnya; 3) operasi-operasi online harus commit to user
101 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menghasilkan penurunan biaya bila dibandingkan dengan operasi bangunan saat ini; 4) mencerminkan kemampuan perusahaan untuk menarik pelanggan ke situs webnya secara ekonomis. Dapat dikatakan bahwa langkah pengembangan pemasaran UMKM melalui online marketting yang dilakukan oleh pelaku UMKM sudah tepat. Namun, dalam pelaksanaanya harus memperhatikan banyak hal seperti: produk harus merupakan produk yang dapat dikirim secara ekonomis, menimbulkan sedikit biaya dan merupakan produk yang menarik. Dalam melakukan pemasaran melalui online marketting cukup sederhana dan menjanjikan kemudahan dalam transaksi. Jaringan internet harus tersedia dalam keadaan yang baik dan ada jaminan kecepetan respon dan transaksi. Sejalan dengan kemudahan transaksi dalam online marketting, tambahan pendapatan juga diperoleh dari pemasaran jenis ini. Online marketting selain bermanfaat sebagai media informasi berteknologi tinggi, ternyata juga bisa menambah pendapatan perusahaan. Menurut Pambudi dalam Tjiptono dan Chandra (2008:699) “Sejauh ini, sumber pemasukan bagi sebagian besar perusahaan dotcom Indonesia adalah iklan, banner, fee transaksi, biaya keanggotaan, penjualan berita, jasa ecommerce, web hosting, biaya berlangganan Internet Service Provider (ISP), transaksi saham, dan komisi penjualan.” Kesimpulan yang bisa di ambil bahwa pemasaran melalui internet dapat menciptakan sumber pendapatan lain bagi pemilik perusahaan. Seperti sebuah toko yang harus dibersihkan dan dirawat setiap hari, halaman web/akun perusahaan dalam sebuah situs penjualan online juga harus dirawat. Dirawat disini mengandung arti commit to user
102 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bahwa situs tersebut dipastikan selalu update dengan produk baru dari perusahaan, cepat mendapatkan respon dari pemilik perusahaan. Selain itu juga harus memberikan kemudahan transaksi dan kejelasan produk yang dijual. Secara logika, konsumen akan membeli suatu produk apabila mereka tertarik, dengan demikian tampilan gambar dan informasi yang disampaikan harus menarik dan jelas bagi konsumen, termasuk ketentuan cara pembelian, potongan harga, mekanisme pengiriman barang, jaminan kualitas dan kepercayaan pada perusahaan. Kepercayaan pada perusahaan dan jaminan kualitas dan kepercayaan pada perusahaan terkait dengan kepercayaan pada perusahaan adalah berbicara dengan kualitas layanan. Kumar dan Suresh menyatakan bahwa untuk dapat bersaing di pasar diperlukan kualitas yang baik, kualitas yang baik akan berbanding lurus dengan harga,. Dapat dikatakan bahwa kualitas dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk harga, dimana faktor-faktor tersebut saling berkaitan (2008). Selain itu, kualitas tidak hanya menyangkut kulitas barang yang dijual, namun juga kualitas pelayanan terhadap pelanggan. Untuk mendapatkan kepercayaan dari konsumen, pelaku industri sebaiknya telah memiliki merek. Hal ini dikarenakan dengan adanya merek, maka pertimbangan konsumen tidak hanya pada manfaat ketika mereka memutuskan membeli barang tersebut, namun juga tentang kepercayaan akan mutu dan jaminan kualitas barang tersebut terhadap merek/brand perusahaan. Penjualan akan menjadi lebih mudah, ketika merek perusahaan telah mendapat kepercayaan dari konsumen, hal inilah yang disebut kekeuatan merek (branding strategy). Penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh. Kapferer (2004) menyatakan bahwa a map commit to user
103 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
alone is not the underlying territory,yang artinya merek ibarat sebuah peta yang tidak bisa sendirian menciptakan nilai bagi konsumen. Penciptaan merek membentuk serangkaian asosiasi, persepsi kualitas, jaminan mutu, dan diferensiasi produk Konsumen tidak membeli sebuah produk hanya dari merek yang sudah baik saja, pertimbangan asas manfaat juga menjadi dasar pembelian suatu produk. Oleh sebab itu selain merek yang sudah baik, produsen harus menerapkan strategi pemasaran yang tepat, salah satunya dengan mempertimbangkan asas manfaat dan harga yang bisa mempengaruhi daya beli dan loyalitas konsumen. Namun, tidak dipungkiri bahwa merek merupakan hal yang penting, bagi konsumen maupun perusahaan seperti yang dikemukakan oleh Tjiptono dan Chandra (2008:351) “memiliki merek dagang terdaftar dan dilindungi hukum merupakan hal yang esensial dalam berbisnis di era global saat ini”. Lebih lanjut Tjiptono dan Chandra (2008) menyatakan bahwa pendaftaran merek memiliki fungsi sebagai: a) alat bukti bagi pemilik yang berhak atas merek yang didaftarkan; b) dasar penolakan terhadap merek yang sama keseluruhan atau sama pada pokoknya yang dimohonkan pendaftaranya oleh pihak lain untuk barang sejenis atau tidak sejenis; dan c) dasar untuk mencegah pihak lain memakai merek yang sama secara keseluruhan atau sebagian. Fungsi merek bisa dibedakan menjadi berikut: iv.
Proteksi terhadap bentuk plagiasi produk, proteksi hukum.
v.
Penjaminan mutu suatu produk barang atau jasa
vi.
Sebagai sarana keunggulan kompetitif
commit to user
104 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kaitanya dengan hasil temuan pada UMKM handycraft kayu jati bahwa para pelaku UMKM ini hendaknya memiliki merek yang tedaftar dengan bukti berupa kepemilikan surat ijin usaha perdagangan (SIUP) dan di legalkan secara hukum. Sejalan dengan pendapat dan Kumer dan Suresh, menurut Daryanto alasan kualitas merupakan sesuatu yang penting adalah kulitas mempertaruhkan reputasi perusahaan, kualitas juga menjadi jaminan keandalan suatu produk, serta keterlibatan produk dalam suatu pasar mencerminkan kualitas dari produk itu sendiri (2012). Perusahaan yang sudah mempunyai nama di pasar mempunyai standar kualitas yang tinggi karena standar kualitas tersebut menggambarkan reputasi perusahaan di mata konsumen. Peningkatan pendapatan perusahaan dapat dilakukan dengan peningkatan kualitas. Jika kualitas produk tersebut dinilai baik oleh konsumen, maka penjualan akan naik dan pendapatan perusahaan meningkat. Kualitas produk juga dapat menciptakan keandalan produk. Kualitas diukur berdasarkan seberapa dekat produk tersebut dengan standar maksimal yang ditetetapkan. Penetapan standar dilakukan berdasarkan kebutuhan konsumen, yang umumnya di dahului oleh riset pasar. Hasil temuan lapangan menunjukkan bahwa 40% informan telah melakukan pemasaran melalui internet, sedangkan sisanya yaitu 60% informan belum pernah melakukan pemasaran melalui internet. alasan informan tidak melakukan pemasaran melalui internet adalah menganggap sudah kewalahan dengan order yang datang langsung ke showroom. Alasan lain yang dikemukakan adalah tidak bisa menggunakan media internet sebagai media pemasaran. Media yang digubakan adalah melalui media sosial facebook, Blackberry Massenger, dan blog. commit to user
105 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
UD yang menggunakan internet sebagai salah satu strategi pemasaran adalah UD. Kondang Jati dan UD. Berkah Jati. UD. Kondang jati lebih dulu menggunakan internet sebagai media pemasaran pada tahun 2011, sedangkan UD. Berkah Jati menggunakan satu tahun kemudian yaitu pada tahun 2012. Kaitannya anatara penggunaan media internet sebagai media pemasaran dengan peningkatan pendapatan, secara umum dapat dilihat pada Tabel 13. pada tabel tersebut menunjukkan bahwa UD. Kondang Jati mengalami kenaikan yang cukup signifikan tiap tahun. Puncaknya pada tahun 2013 dimana kenaikan sebesar 7,71% dapat dicapai oleh UD tersebut. Pada UD. Berkah Jati juga mengalami kenaikan pada setiap tahunnya, namun di tahun 2012 mengalami penuruanan sebesar 3,77%. Hal ini dikarenakan masalah finansial yang dialami oleh pemilik perusahaan. Secara keseluruhan UD. Kondang Jati memang lebih bagus jika dilihat dari segi pengelolaan manajemen, baik manajemen keuangan, produksi, pemasaran, maupun sumber daya mausia, namun kenaikan persentase yang dialami oleh UD. Kondang Jati bukan serta merta karena faktor pemasaran internet yang telah dilakukan, karena disamping melakukan pemasaran melalui internet, UD. Kondang Jati juga melakukan upaya pengembangan lain yaitu mengikuti pameran, wood fair, melakukan inovasi, serta studi banding. b. Pameran dan studi banding Pengadaan pameran dan studi banding merupakan upaya pengembangan dalam memperluas pasar dan menambah wawasan. Hasil penelitian menunjukan bahwa informan merasa bahwa dengan mengikuti pameran mereka mendapatkan pesanan dari commit to user
106 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
konsumen baru. Sejalan dengan hasil peneitian tersebut Shihabudheen menyatakan di negara India pemerintah mengadakan pameran untuk UMKM sebagai bentuk dukungan dari pemerintah untuk mempromosikan UMKM. Pameran ini sangat membantu UMKM dalam mengembangkan pasar mereka (2013). Hal ini mengacu pada kesimpulan bahwa pengadaan pameran yang diikuti oleh pelaku UMKM terbukti dapat memperluas pasar melalui peningkatan jumlah pesanan baru, hal ini berarti pertambahan jumlah pendapatan. Hal ini juga bermakna bahwa melalui pameran, pelaku UMKM mempunyai kesempatan untuk mengakses pasar melalui dukungan pemerintah, selaku pihak penyelenggara. Kaitannya dengan program studi banding yang bertujuan untuk menambah wawasan pelaku UMKM terkait pengelolaan perusahaan, hasil penelitian menunjukan bahwa melalui kegiatan studi banding informan mendapatkan pengetahuan baru mengenai cara mengelola usaha. Penambahan wawasan para pelaku UMKM dapat meningkatkan kemampuan personal pelaku UMKM dalam mengelola perusahaan. Hal ini bermakna perusahaan dapat menjadi lebih efektif dengan peningkatan kemampuan personal. Perusahaan yang efektif dapat memberikan keuantungan bagi pemilik perusahaan. Misalkan, perusahaan yang dapat mencari bahan baku yang lebih murah akan mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi. Begitu pula ketika suatu perusahaan menggunakan teknologi yang tinggi, maka perusahaan tersebut menjadi lebih efisien dengan memangkas pengeluaran untuk menggaji karyawan mereka. Hal ini sejalan dengan pendapat Kotler (1997) menyatakan perusahaan dapat memperoleh keunggulan kompetitif yang kuat dengan mempekerjakan dan melatih commit to user
107 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
orang-orang yang lebih baik daripada pesaing mereka. Personil yang terlatih lebih baik menunjukkan enam karakteristik yaitu kemampuan, kesopanan, kredibilitas, dapat diandalkan, cepat tanggap dan komunikasi. Apabila ditinjau dari hubungan antara upaya pengembangan dengan melakukan kegiatan studi banding dan pameran dengan pendapatan masyarakat, maka terdapat hubungan yang positif. Hal ini bermakna bahwa pengadaan kegiatan studi banding dan pameran dapat membantu pelaku UMKM dalam menaikkan pendapatan masyarakat (pelaku UMKM) mengacu pada catatan lapangan yang menunjukan bahwa kegiatan pameran dan studi banding membantu pemasaran para pemilik showroom dengan mengenalkan hasil handycraft Dusun Batokan pada masyarakat lokal Bojonegoro dan daerah sekitarnya. Berdasarkan hasil temuan penelitian dua program ini sangat bermanfaat bagi pelaku UMKM, namun dalam program studi banding belum bisa disimpulkan apakah membawa pengaruh terhadap peningkatn pendapatan pelaku UMKM. Hal ini dikarenakan data omzet penjualan yang ditemukan belum menunjukkan hasil program tersebut. Program studi banding diadakan di tahun 2014 yaitu pada bulan Maret dan Mei, sedangkan data omzet penjualan yang ada adalah data hingga tahun 2013 saja. c. Wood fair Program wood fair merupakan salah satu program dari pemerintah Kabupaten Bojonegoro untuk mengenalkan potensi kayu dan hasil olahan kayu di Kabupaten Bojonegoro. Kotler (2002) menyatakan terdapat empat strategi umum untuk mendorong warga serta menarik wisatawan, pengusaha dan investor ke wilayah ini dengan: (1) pemasaran citra (image marketing): keunikan dan kebaikan misal: “Bandung—Paris commit to user
108 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Van java”, “Jogja—Never Ending Asia”. (2) pemasaran atraksi/daya tarik (attraction marketing) dapat berupa keindahan panorama alam, bangunan dan tempat bersejarah dan sejenisnya. (3) pemasaran prasarana (infrastructure marketing) prasarana sebagai pendukung daya tarik lingkungan bisnis, seperti: jalan raya, akses transportasi, ketersediaan papan atau bando kota, jaringan telekomunikasi dan teknologi informasi. (4) pemasaran penduduk (people marketing) mencakup: keramahan, kemampuan melayani dan menjual produk, tenaga ahli, kemampuan berwirausaha. Pemasaran wilayah dalam hal pemasaran citra/pencitraan juga dapat dilakukan dengan dukungan internet. Program wood fair yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Bojonegoro sebenarnya merupakan langkah menuju pemasaran kota dengan mengambil langkah pertama yaitu pemasaran citra. Citra atau image yang ingin diambil adalah Bojonegoro sebagai kota olahan kayu yang berkualitas dan mampu bersaing dengan daerah-daerah lain. Hal lain yang ingin ditekankan dalam menciptakan pemasaran kota ini adalah pembangunan modal sosial melalui people. People disini mengandung arti pemasaran melalui pemanfaatan orang atau penduduk pelaku UMKM diwilayah tersebut. Pemasaran orang bermakna sikap ramah, kemampuan melayani dan menjual produk, tenaga ahli, kemampuan berwirausaha. Dalam pengadaan program wood fair ini, pemerintah mengharapkan masyarakat pelaku UMKM di Dusun Bandar Desa Batokan dapat terlatih untuk bersikap ramah dan meningkatkan kemampuan dalam menjual serta kemampuan berwirausaha. Namun, dalam kaitannya dengan pemasaran sarana dan pemasaran atraksi, yang dapat berupa panorama alam dan perbaikan infrastruktor kota, pemerintah Kabupaten commit to user
109 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bojonegoro belum melakukan upaya yang maksimal, hal ini terbukti dari tidak adanya upaya perbaikan infrastruktur (jalan, akses transportasi dan sarana lainya). Hal ini juga terlihat dari segi daya tarik wisata, bila dibandingkan dengan kota/kabupaten yang berbatasan secara administratif, Kabupaten Bojonegoro segi pengelolaan pariwisatanya masih kurang. Misalnya saja Kabupaten Tuban memiliki daya tarik yaitu kawasan wisata religi Sunan Bonang, panorama alam Goa Akbar sedangkan kota Lamongan mempunyai Wisata Bahari Lamongan yang cukup populer. Hal ini bukan berarti Kabupaten Bojonegoro tidak memiliki potensi pariwisata sama sekali, Kabupaten Bojonegoro memiliki pusat api abadi “Kayangan Api”, namun dari segi pengelolaan pariwisatanya masih kurang, apabila kawasan wisata yang ada dapat dikelola dengan baik, maka nilai tambah untuk menarik wisatawan akan naik. Apabila ditinjau dari hubungan antara upaya pengembangan dengan melakukan kegiatan wood fair dengan pendapatan masyarakat, maka terdapat hubungan yang positif. Hal ini bermakna bahwa pengadaan kegiatan wood fair membantu pelaku UMKM dalam menaikkan pendapatan masyarakat (pelaku UMKM) mengacu pada catatan lapangan yang menunjukkan bahwa kegiatan wood fair membantu pemasaran para pemilik showroom dengan mengenalkan hasil handycraft Dusun Batokan pada masyarakat Bojonegoro dan daerah sekitarnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya pengembangan UMKM handycraft kayu jati di Dusun Bandar Desa Batokan Kecamatan Kasiman Kabupaten Bojonegoro ditinjau dari aspek produksi dan pemasaran. Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, dan hasil analisis data penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Upaya pengembangan UMKM handycraft kayu jati yang dilakukan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat ditinjau dari aspek produksi yaitu i. Pemberian bantuan alat produksi Upaya ini dilakukan oleh pemerintah, dalam hal ini adalah Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Bojonegoro. Upaya ini tidak berhasil meningkatkan pendapatan masyarakat. Hal ini dikarenakan bantuan alat yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan pelaku UMKM, sehingga bantuan alat tersebut tidak bisa meningkatkan kapasitas produksi handycraft kayu jati. ii. Melakukan inovasi produk Inovasi dilakukan oleh pengrajin dan pemilik showroom, melalui penuangan ide kreatif melakukan perubahan bentuk, ukuran dan warna. Upaya tersebut berdampak pada kenaikan omzet penjualan. Hal ini bermakna bahwa UMKM handycraft kayu jati melalui inovasi produk dapat meningkatkan pendapatan para pelakunya. commit to user
110
111 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Upaya pengembangan UMKM handycraft kayu jati yang dilakukan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat ditinjau dari aspek pemasaran yaitu: a.
Melakukan pemasaran melalui internet
Upaya ini dilakukan oleh pemilik showroom, pengembangan aspek pemasaran melalui
dalam hasilnya upaya
pemasaran internet ini mampu
meningkatkan pendapatan masyarakat. Dengan demikian pemasaran internet dapat memperluas pemasaran, meningkatkan kemampuan pelaku UMKM dalam mengakses pasar sekaligus menambah jumlah pesanan barang dari konsumen baru. Hal ini berarti peningkatan pendapatan masyarakat diperoleh melalui pemasaran internet. b.
Mengikuti studi banding dan mengikuti pameran produk
Dalam kaitannya untuk peningkatan pendapatan, upaya pengembangan dengan mengikuti studi banding dan mengikuti pameran produk ini dapat digunakan untuk perluasan jaringan pemasaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada dampak positif yang dirasakan informan selesai mengikuti pameran dan studi banding. Perluasan wawasan, penyebarluasan jaringan pemasaran serta ilmu untuk tata kelola perusahaan. Perusahaan menjadi lebih efektif dengan demikian pendapatan perusahaan juga akan naik. c.
Wood fair
Upaya pengembangan melalui kegiatan wood fair merupakan langkah awal menuju upaya pemasaran kota. Upaya ini bertujuan untuk mengenalkan hasil olahan kayu Kabupaten Bojonegoro terhadap masyarakat di sekitar Kabupaten Bojonegoro. Upaya ini membawa dampak yang positif bagi perkembangan UMKM, meski tidak sebesar kegiatan pameran dan inovasi. Namun, upaya ini commit to user
112 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
membawa dampak kenaikan pendapatan melalui penjualan produk handycraft kayu jati selama pameran.
B. Implikasi 1.
Implikasi Teoretis
Konsekuensi logis dari penelitian mengenai upaya pengembangan UMKM handycraft kayu jati ini dapat dijabarkan sebagai berikut: a.
Upaya pengembangan UMKM handycraft kayu jati yang dilakukan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat ditinjau dari aspek produksi yaitu pemberian bantuan alat produksi dan melakukan inovasi produk. Dari kedua upaya tersebut bantuan alat produksi tidak bisa meningkatkan pendapatan masyarakat. Bantuan alat merupakan bentuk upaya pengembangan dari pemerintah. Dukungan dari pemerintah, seharusnya bisa memajukan UMKM. Peningkatan pendapatan bisa terjadi jika bantuan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pelaku UMKM. Maka bantuan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan pelaku UMKM. Upaya dalam aspek produksi yang lainnya dengan melakukan inovasi produk, inovasi ini berhasil meningkatkan pendapatan masyarakat. Maka seharusnya inovasi dilakukan secara terus-menerus baik dalam inovasi bentuk, inovasi ukuran, warna, motif dan sebagainya.
b.
Upaya pengembangan UMKM handycraft kayu jati yang dilakukan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat ditinjau dari aspek commit to user
113 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pemasaran yaitu: melakukan pemasaran melalui internet, mengikuti pameran produk, dan kegiatan wood fair. Dari ketiga
upaya
tersebut,
semuanya
berhasil
meningkatkan
pendapatan masyarakat. Aspek pemasaran hendaknya lebih ditekankan disamping produksi. Perluasan jaringan pemasaran, pengaksesan pasar atau kegiatan-kegiatan lain yang bertujuan mengenalkan hasil produk. Upaya pengembangan aspek pemasaran bisa berhasil dengan baik melalui kerjasama dengan pemerintah, sehingga peran pemerintah sangat diperlukan dalam perluasan jaringan pemasaran pelaku UMKM. Pelaku UMKM sangat membutuhkan dukungan pemerintah dalam aspek pemasaran untuk meningkartkan pendapatan. 2.
Implikasi Praktis
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan langkah riil bagi para pelaku UMKM, pengrajin, pemilik showroom dalam mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi oleh pelaku UMKM melalui berbagai upaya pengembangan UMKM handycraft kayu jati. b. Hasil penelitian ini dapat membantu memberikan evaluasi dan menyusun program rencana
pengembangan UMKM bagi Dinas
Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) serta Dinas Koperasi dan UMKM. Dua dinas ini merupakan dinas yang membawahi UMKM dan merupakan instansi teknis penyelenggara kegiatan pengembangan UMKM. Evaluasi disini bermakna pemberian penilaian keberhasilan atas program yang telah dilaksanakan sebelumnya, apakah program tersebut akan dilanjutkan, dikembangkan ataukah dihentikan. Apabila commit to user
114 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
program tersebut dinilai baik dan memberikan dampak positif bagi pengembangan UMKM maka program tersebut dapat dilanjutkan. Jika program tersebut dinilai kurang tepat dan hasil yang dicapai jauh dari sasaran program, maka program tersebut dihentikan dan dapat diganti dengan program lainnya. Apabila program tersebut baik namun ditemukan
banyak
kendala,
maka
program
tersebut
dapat
dipertimbangkan dan dikembangkan kembali untuk mencapai hasil yang maksimal. 3.
Implementasi Dalam Bidang Pendidikan
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan ajar di tingkat perguruan tinggi pada mata kuliah kewirausahaan sub bab produksi dan pemasaran, dalam bentuk bahan ajar. Dimana dalam bahan ajar tersebut dapat memberikan contoh riil pada peserta didik mengenai masalah
yang
dihadapi
para
pelaku
UMKM
dan
upaya
pengembangannya, ditinjau dari dua aspek yaitu aspek produksi dan pemasaran. b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pelatihan bagi para pelaku UMKM khususnya pada bidang produksi dan pemasaran untuk melakukan pengembangan usaha dan peningkatan pendapatan pelaku UMKM. c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pelatihan bagi para remajaremaja pelaku UMKM di dusun Bandar desa Batokan dalam upaya memperluas gerakan kewirausahaan. commit to user
115 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dalam penelitian, maka saran yang diajukan peneliti sebagai berikut:
1.
Kepada peneliti lain
1. Bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian yang lebih mendalam dalam bidang manajemen lainnya, yaitu manajemen keuangan dan manejemen sumberdaya manusia. Hal ini dilakukan agar upaya pengembangan dapat lebih maksimal, karena dilakukan dalam empat aspek manajemen sekaligus.
2. Kepada Pemerintah (Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Bojonegoro) a. Dalam melakukan upaya pengembangan terhadap UMKM, dalam bentuk alat produksi, hendaknya pemerintah melakukan obervasi awal tentang kebutuhan dasar para pelaku UMKM dalam mengembangkan usahanya, sehingga mengetahui peralatan yang dibutuhkan secara pasti. Hal ini akan memudahkan pemerintah dalam memberikan bantuan. Dengan demikian bantuan alat yang diberikan dapat digunakan sebaikbaiknya dan memberikan hasil yang maksimal bagi para pelaku UMKM. b. Melakukan pendampingan usaha bagi para pelaku UMKM, sehingga para pelaku UMKM dapat bertahan dalam industri. Pendampingan disini bermakna, pemerintah tidak hanya mengadakan program, tapi commit to user
116 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
juga mengadakan pembimbingan hasil tindak lanjut dari program tersebut. Hal ini akan berpengaruh terhadap keinginan yang besar dan motivasi internal para pelaku UMKM karena merasa diperhatikan oleh pemerintah. c. Pemerintah membantu melakukan pengembangan aspek pemasaran UMKM melalui program pemasaran kota, dengan menjadikan Kecamatan Kasiman sebagai kawasan industri wisata handycraft kayu jati dengan pusat industri kerajinan di Dusun Bandar Desa Batokan. Hal ini mempunyai makna bahwa pemerintah daerah harus membangun infrastruktur, sarana dan prasarana yang memadai, dan meningkatkan kemampuan individu para pelaku UMKM, baik kemampuan dalam penjualan, jiwa wirausaha dan kemampuan sosial sebagai syarat desa kawasan wisata.
3. Kepada Pelaku UMKM 1.
Para pelaku UMKM melakukan pengembangan pada aspek roduksi dengan meningkatkan kualitas produksi dan melakukan inovasi produk. Hal ini bermakna bahwa kualitas handycraft kayu jati yang dijual harus dalam keadaan baik secara fisik, pelayanan dan harganya. Melakukan
inovasi
produk
mempunyai
makna
melakukan
perencanaan perubahan bentuk, ide kreatif, warna dan lain sebagainya terhadap
produk
handycraft
kayu
jati
kemudian
mengimplementasikanya pada produk yang akan dijual. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan pendapatan para pelaku UMKM. commit to user
117 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.
Melakukan pengembangan upaya pemasaran dengan memanfaatkan semua media yang ada, baik melalui kartu nama, pemasangan papan nama, maupun melakukan pemasaran internet. Melalui pemasaran internet, jaringan pemasaran dapat berkembang dengan lebih cepat dan mudah melalui bantuan teknologi. Selain itu, pelaku UMKM juga dapat melakukan perluasan jaringan pemasaran dengan memanfaatkan kekuatan merek, dengan merek yang telah terbukti kualias produknya, loyalitas konsumen akan bertambah. Apabila perluasan pemasaran melalui dua hal tersebut dapat dijalankan oleh para pelaku UMKM, maka akan meningkatkan pendapatan yang berarti peningkatan kesejahteraan para pelaku UMKM.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id DAFTAR PUSTAKA
Abubakar, M.N., Kamariah, I.B., & Hadi, G. 2012. Examining Micro, Small and Medium Scale Enterprises (MSMEs) Innovation Capacities in Manufacturing Sector: A Survey Of Nigeria. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business Institute of Interdisciplinary Business Research, 4 (8), 806-816. Agpayong, D. 2010. Micro, Small and Medium Enterprises’ Activities, Income Level and Poverty Reduction in Ghana – A Synthesis of Related Literature. International Journal of Business and Management, 5 (12), 196-205. Ahmad, Syed Zamberi. 2012. Micro, Small and Medium-Sized Enterprises Development in the Kingdom of Saudi Arabia: Problems and Constraints. World Journal of Entrepreneurship, Management and Sustainable Development, 8 (4), 217 – 232. Ahmed, P.K & Shepherd, C. 2010. Innovation Management:Context, Strategies,System and Processes. Upper Saddle River: Pearson prentice hall. Bashar, A., Ahmad, I., Wasiq, M. 2012. Effectiveness of Social Media as a Marketing Tool: an Empirical Study. International Journal of Marketing, Financial Services & Management Research, 1 (11), 88-99. Chib, A.S. 2012. Prospects and Problems in Micro, Small and Medium Enterprises in Rural Districts of Jammu and Kashmir (J&K). International Journal of Entrepreneurship & Business Environment Perspectives Pezzottaite Journals. 1 (2), 147-153. Dale, Barrier G. 2003. Management Quality 4th Edition. New york: Willey-Blackwell. Daryanto. 2012. Sari Kuliah Manajemen Produksi. Bandung: PT. Sarana Tutorial Nurani Sejahtera. Hamid. 2010. Masalah Pokok UMKM di Indonesia. Jurnal Manajemen, 4(2), 48-59. Harmono. 2009. Manajemen Keuangan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Heizer,Jay dan Render, Barry. 2006. Operation Management Global Edition Tenth edition. Upper Saddle River: Pearson. Heriyanto, M. 2003. E-Government dan Pemasaran Kota. Jurnal Industri dan Perkotaan, 8(13), 667-670. commit to user Hisrich, R.D., Peter, M.P., dan Shepherd, D.A. 2008. Entrepreneurship Kewirausahaan edisi 7. Terj. Chriswan Sungkono dan Diana Angelica. Jakarta: Salemba Empat. 118
perpustakaan.uns.ac.id
117 digilib.uns.ac.id
Kapferer, J.N. 2004. The New Strategic Brand Management: Creating and Sustaining Brand Equity Long Term. London: Kogan Page. Kotler, P. 2002. Marketing Management 11 ed International Edition. Upper Saddle River: Pearson. Kobylanski, A. 2011. Development of Marketing Orientation in Small and Medium-Sized Enterprises Evidence From Eastern Europe. International Journal of Management and Marketing Research, 4 (1),49-59 Kraja, Y. & Osmani, E. 2013. Competitive Advantage and its Impact in Small and Medium Enterprises (SMES) (Case of Albania). European Scientific Journal, 9(16), 76-85. Kumar, N.K. & Sardar, G. 2011. Competitive Performance of Micro, Small and Medium Enterprises in India. Asia pacific Journal of Social Sciences, 3; 128-146. Kumar, S. A. & Suresh N. 2008. Production and Operation Management Second Edition (with Skill Development and Caseletes Cases). New Delhi: New Age International Publishers. Liu, X. 2008. A Further Investigation of Product Specialization in International Trade. Journal Of Asian sosial science, 4(9),41-45. Mankiw, N. Gregory, 2000. Teori Makro Ekonomi, Edisi Empat, Jakarta: Erlangga Moleong, L. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya. N, Shihabudheen. 2013. Role MSME Act 2006 in Promoting SSIs in Malappuram: An empirical study of Manjeri Municipality, Kerala, India. International Research Journal of Social Sciences, 2(9), 11-18. Naser, V.A. 2013. A Critical Evaluation of the Contributions Made by The micro, Small and Medium Enterprises in Indian Economy. International Journal of Marketing, Financial Services & Management Research,2 (7), 151-159 Osotimehin, K.O., Jegede, C.A., Akinlabi, B.H., & Olajide, O.T. 2012. An Evaluation of the Challenges and Prospects of Micro and Small Scale Enterprises Development in Nigeria. American International Journal of Contemporary Research, 2 (4), 174-185. Padhyay, N.B. 2002. E-commerce Context, Concepts and Consequences International Edition. New York: Mcgrawhill Companies,Inc. Primiana, I. 2009. Menggerakkan Sektorcommit Riil UKM & Industri. Bandung : Penerbit CV to user Alfabeta.
118 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Panggabean, R. 2011. Analisis kebutuhan peralatan di sentra gerabah. Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM, 6; 142 – 158. Salam, Abdul. 2008. Sustainablitas Lembaga Keuangan Mikro; Koperasi Simpan Pinjam. Tidak diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Sriyana, J. 2010. Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM): Studi Kasus Di Kabupaten Bantul. Simposium Nasional 2010. Purworejo. Sugiyono. 2013. Metode pendekatan penelitian pendidikan kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Supriyatna, Iwan. 2013. 2013, Pertumbuhan UMKM RI Diprediksi Capai 2 Juta. Diperoleh 20 november 2013 dari http://bola.okezone.com/ read/2012/12/21/320/735455/2013pertumbuhan-umkm-ri-diprediksi-capai-2-juta. Sukandarrumidi. 2006. Metodologi Penelitian.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Tamba, Halomoan. 2004. ’Mencari Format Kebijakan Pemasaran UKM.’ Infokop Nomor 25 Tahun XX. Tambunan, Tulus T.H. 2001. Industrialisasi di Negara Sedang Berkembang: Kasus Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia. Tarigan, Y.P., dan Susilo, S.Y. 2008. Masalah dan Kinerja Industri Kecil Pascagempa: Kasus Pada Industri Kerajinan Perak Kotagede Yogyakarta. Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen, 8(2), 188 – 199. Tjiptono, F., Chandra, G. 2008. Pemasaran strategik. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
LAMPIRAN
commit to user
119
120 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA
A. Tujuan wawancara Wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya pengembangan UMKM handycraft kayu jati dalam aspek produksi dan pemasaran di Dusun Bandar Desa Batokan Kecamatan Kasiman Kabupeten Bojonegoro. B. Metode wawancara Metode wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam, yaitu jenis wawancara yang tidak terstruktur dengan ketentuan: a. Pertanyaan wawancara disesuaikan dengan tujuan wawancara b. Pertanyaan wawancara disesuaikan dengan kondisi narasumber C. Pelaksanaan Wawancara dilaksanakanan sesuai dengan kesepakatan waktu antara informan dengan pewawancara. D. Rumusan pertanyaan wawancara untuk pengrajin dan pemilik showroom Informan
:
Usia
:
Pendidikan
:
A. Bidang manajemen produksi 1. Masalah pokok bidang produksi 1.1 Mengapa masalah tersebut menjadi kendala anda dibidang produksi? 2. Ketersediaan bahan baku produksi 2.1 Bagaimana sistem pengadaan bahan baku produksi? commit to user
121 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.
4.
5. 6.
7. 8. 9.
2.2 Apa alasan anda memilih membeli bahan baku dari opsi yang anda pilih? 2.3 Seberapa sering anda membeli bahan baku? Ketersedian alat produksi 3.1 Mengapa anda memilih untuk menyewa/membeli alat produksi? 3.2 Seberapa sering anda menambah/mengganti alat produksi? Dukungan pemerintah terhadap produksi 4.1 Mengapa bantuan tersebut yang anda harapkan terhadap pelaku UMKM? 4.2 Jika bantuan tersebut tidak bermanfaat, bagi anda apa yang anda lakukan terhadap bantua tersebut? Spesialisasi produk 5.1 mengapa anda merasa spesialisasi perlu untuk dilakukan? Subjek 6.1 mengapa anda memilih orang tersebut yang melakukan proses produksi? Waktu produksi 7.1 mengapa anda memilih waktu tersebut untuk melakukan produksi? Tempat produksi 8.1 mengapa anda memilih tempat tersebut untuk melakukan produksi? Kerjasama produksi 9.1 Apa bentuk kerjasama yang anda lakukan? 9.2 Mengapa anda melakukan kerjasama dalam bentuk tersebut
10. Upaya pengembangan produksi 10.1 Mengapa upaya pengembangan produksi tersebut perlu dilakukan? 10.2 Bagaimana cara anda melakukan upaya pengembangan tersebut? B. Bidang manajemen pemasaran 1. Subjek yang memasarkan 1.1 mengapa subjek tersebmelakukan ut yang memasarkan produk? 1.2 Seberapa sering subjek tersebut melakukan proses pemasaran? 2. Media pemasaran 2.1 Apa alasan anda menggunakan/ tidak mengunakan pemasaran melalui internet? 2.2 Mengapa media tersebut yang anda gunakan untuk melakukan pemasaran? commit to user
122 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Segmentasi pasar 1.1 Mengapa anda memilih pangsa pasar tersebut sebagai pasar produk anda? 1.2 Apakah anda akan melakukan perluasan pasar? 4. Kerjasama dalam pemasaran 4.1 Apa bentuk kerjasama yag anda lakukan? 4.2 Mengapa anda melakukan kerjasama dalam bentuk tersebut? 5. Kendala dibidang pemasaran 5.1 Mengapa masalah tersebut yang menjadi kendala anda di bidang pemasaran?
6. Upaya pengembangan pemasaran 6.1 Mengapa upaya pengembangan produksi tersebut perlu dilakukan? 7. Dukungan pemerintah terhadap pemasaran 7.1 Mengapa bentuk dukungan tersebut yang anda harapkan?
4
Pendapatan masyarakat 1. Pola konsumsi 1.1 Mengapa anda memilih menggunakan pendapatan anda untuk hal tersebut? 1.2 Seberapa sering anda melakukan kegiatan konsumsi/investasinya/menabung? 2. Upaya peningkatan pendapatan 2.1 Apakah usaha anda untuk meningkatkan pendapatan anda dari aspek produksi? 2.2 Apa usaha anda untuk meningkatkan pendapatan anda dari aspek pemasaran? 2.3 Apakah usaha pengembangan bidang produksi tersebut dapat meningkatkan pendapatan anda? 2.4 Apakah upaya pengembangan bidang pemasaran tersebut dapat meningkatkan pendapatan anda?
commit to user
123 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
PEDOMAN WAWANCARA
A. Tujuan wawancara Wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya pengembangan UMKM handycraft kayu jati dalam aspek produksi dan pemasaran di Dusun Bandar Desa Batokan Kecamatan Kasiman Kabupeten Bojonegoro. B. Metode wawancara Metode wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam, yaitu jenis wawancara yang tidak terstruktur dengan ketentuan: c. Pertanyaan wawancara disesuaikan dengan tujuan wawancara d. Pertanyaan wawancara disesuaikan dengan kondisi narasumber C. Pelaksanaan Wawancara dilaksanakanan sesuai dengan kesepakatan waktu antara informan dengan pewawancara, D. Rumusan pertanyaan wawancara untuk dinas (Disperindag, dan Dinas UMKM dan koperasi)
Informan
:
Usia
:
Dinas
:
Jabatan
: commit to user
124 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Dinas Perindustrian dan perdagangan (disperindag) a. Apa kendala pokok peningkatan industri di kabupaten Bojonegoro? b. Apa upaya pengembangan UMKM berdasarkan program Dinas Perdagangan dan Perindustrian di Kabupaten Bojonegoro? c. Bagaimana pelaksanaan upaya pengembangan UMKM? d. Apa kendala yang ditemui dalam mengembangkan UMKM? 2. Dinas koperasi dan UMKM a. Apa kendala pokok UMKM di kabupaten Bojonegoro? b. Mengapa hal tersebut yang menjadi kendala pokok UMKM di kabupaten bojonegoro? c. Apa dampak masalah tersebut pada UMKM di kabupaten Bojonegoro? d. Apa upaya pengembangan yang dilakukan oleh dinas UMKM? e. Apa masalah yang dihadapi pemerintah dalam mengembangkan UMKM? f. Bagaimana pelaksanaan upaya pengembangan UMKM?
commit to user
125 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id Lampiran 2
Lampiran 2 PEDOMAN OBSERVASI
A. Tujuan observasi Observasi dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kendala dan upaya pengembangan UMKM handycraft kayu jati dalam aspek produksi dan pemasaran di Dusun Bandar Desa Batokan Kecamatan Kasiman Kabupeten Bojonegoro. B. Metode observasi Metode observasi yang digunakan adalah observasi tidak terlibat (non participant) yaitu jenis observasi dimana peneliti tidak melibatkan dirinya secara langsung dalam kehidupan subjek yang diamati. Observasi dilakukan dengan acuan sebagai berikut: 1. Topik yang di amati disesuaikan dengan tujuan observasi 2. Peneliti akan melakukan pertanyaan dengan menyesuaikan kondisi subjek yang diamati. C. Pelaksanaan Observasi dilakukan sewaktu-waktu ketika peneliti berada di lapangan. D. Lembar observasi No. .
.
.
Aspek yang diamati 1 Proses produksi a. Proses produksi dari bahan baku sampai setengah jadi yang dilakukan oleh pengrajin b. Proses produksi dari setengah jadi sampai finishing yang dilakukan oleh pemilik showroom c. Inovasi yang dilakukan d. Pemanfaatan alat produksi 2 Cara pemasaran produk a. Cara penjualan b. Aktivitas/interaksi pembeli dan penjual 4 Pendapatan pelaku UMKM a. Arus perputaran uang pengrajin b. Arus perputaran uang pemilik showroom commit to user
Hasil Pengamatan
126 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 3 Lembar Validasi Pedoman Wawancara Lembar validasi pedoman wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui upaya pengembangan UMKM handycraft kayu jati dalam aspek produksi dan pemasaran di Dusun Bandar Desa Batokan Kecamatan Kasiman Kabupeten Bojonegoro. Petunjuk: a. Berdasarkan pendapat bapak/ibu berilah tanda (√) pada kolom ya atau tidak ! b. Jika ada komentar atau saran, tuliskan pada kolom komentar atau saran! No Aspek/indikator Ya Tidak 1 Kejelasan tujuan wawancara a. Rumusan butir pertanyaan menggambarkan arah tujuan yang dilakukan oleh peneliti b. Rumusan pertanyaan dalam setiap bagian jelas dan terurut secara sistematis c. Rumusan butir pertanyaan menggunakan bahasa yang dapat dipahami oleh informan d. Rumusan butir pertanyaan menggunakan kata/kalimat yang tidak menimbulkan makna ganda atau salah pengertian 2 Kesesuaian pertanyaan untuk mengungkapkan strategi informan dalam upaya pengembangan UMKM dalam aspek produksi dan pemasaran a. Pertanyaan yang diajukan dapat mengungkapkan strategi informan dalam upaya pengembangan UMKM dalam aspek produksi dan pemasaran b. Pertanyaan yang diajukan tidak mengarahkan informan yang diwawancarai pada suatu kesimpulan tertentu Kesimpulan Untuk baris kesimpulan mohon diisi: LD : layak digunakan LDP : layak digunakan dengan perbaikan TLD : tidak layak digunakan Komentar/saran: .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... ...................................................... commit to user .................., ............................... Validator
..............................................
127 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id Lampiran 4
Lembar Validasi Pedoman Observasi Lembar validasi pedoman observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui kendala dan upaya pengembangan UMKM handycraft kayu jati dalam aspek produksi dan pemasaran di Dusun Bandar Desa Batokan Kecamatan Kasiman Kabupeten Bojonegoro. Petunjuk: a. Berdasarkan pendapat bapak/ibu berilah tanda (√) pada kolom ya atau tidak ! b. Jika ada komentar atau saran, tuliskan pada kolom komentar atau saran! No Aspek/indikator Ya Tidak 1 Kejelasan tujuan wawancara a. Rumusan poin yang akan di observasi menggambarkan arah tujuan yang dilakukan oleh peneliti b. Rumusan poin yang akan di observasi dalam setiap bagian jelas dan terurut secara sistematis 2 Kesesuaian pertanyaan untuk mengungkapkan strategi informan dalam upaya pengembangan UMKM dalam aspek produksi dan pemasaran a. Poin yang akan di observasi yang diajukan dapat mengungkapkan strategi informan dalam upaya pengembangan UMKM dalam aspek produksi dan pemasaran Kesimpulan Untuk baris kesimpulan mohon diisi: LD : layak digunakan LDP : layak digunakan dengan perbaikan TLD : tidak layak digunakan Komentar/saran: .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... ...................................................... .................., ............................... Validator
..............................................
commit to user
128 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id Lampiran 5
TRANSKRIP WAWANCARA I. Dinas Koperasi dan UKM A. Data informan Nama Informan Usia Tempat Jabatan UMKM Pendidikan Hari/Tanggal Waktu
: Supardi, S.Sos : 49 tahun : Kantor Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Bojonegoro : Kasie Pengembangan Kewirausahaan- Bidang Bina : Sarjana : Kamis, 08 Mei 2014 : Pukul 11.30-12.25 WIB
B. Isi wawancara g. Apa kendala pokok UMKM di kabupaten Bojonegoro? Jawaban: Kendala UMKM di kabupaten Bojonegoro mungkin sama dengan UMKM di daerah lain. Keterbasan modal sering dikeluhkan para pelaku UMKM sebagai sumber utama permasalahan. Para pelaku UMKM mampu membuat barang tapi tidak tahu harus menjual barang kepada siapa. Hal lain yang menjadi kendala adalah sebenarnya para pelaku UMKM di kabupaten Bojonegoro mampu untuk menghasilkan barang dan jasa, namun dari segi kulitas masih kalah dibandingkan dengan UMKM sejenis dari daerah lain namun UMKM harganya lebih mahal. Pada dasarnya segala masalah tersebut bersumber dari kualitas sumberdaya manusia para pelaku UMKM yang bisa dikatakan tergolong rendah. Jiwa kewirausahaan pelaku UMKM di kabupaten Bojonegoro masih rendah. Jika ditelaah dari semua kendala pokok di atas, bermuara pada empat pilar permasalahan manajemen. Keterbatasan modal (manajemen keuangan), tidak tahu harus menjual barang ke siapa (manajemen pemasaran), kualitas kalah namun harga lebih mahal (manajemen produksi), serta masalah manajemen sumberdaya manusia. h. Apa dampak masalah tersebut pada UMKM di kabupaten Bojonegoro? Jawaban: Dampak masalah-masalah yang ada terhadap UMKM di kabupaten Bojonegoro membuat dinas-dinas terkait khususnya dinas koperasi dan UMKM bekerja keras dengan membuat program-program yang langsung menyasar pada pelaku UMKM di lapangan. Fasilitas maksimal dicoba diberikan oleh pemerintah. Saat ini, beberapa program tersebut telah namapak hasilnya. UMKM lebih bagus karena ada berbagai program dari pemerintah. Ada jaringan kerjasama, order, link setelah commit to user
129 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terlaksananya program. Mengenalkan produk dan menimba ilmu ke pelaku UMKM di daerah lain. i. Apa upaya pengembangan yang dilakukan oleh dinas UMKM? Jawaban: Dinas UMKM bekerjasama dengan pelaku UMKM dan dinas-dinas terkait di kabupaten Bojonegoro, terus berupaya mengembangkan dan meningkatkan kualitas UMKM. Ada banyak program yang dilakkan oleh dinas di tahun 2014 ini sebagaimana dijelaskan dalam tabel berikut. N Nama No program Monitoring, 1 evaluasi, dan pelaporan
Output
Terlaksananya penagihan, pembinaan dan evaluasi bagi pelaku UKM yang mengajukan pinjaman modal kerja. 2 Fasilitasi Terjalinnya peningkatan hubungan kemitraan dalam kemitraan temu rangka program perluasan usaha UKM pangsa pasar dan jaringan kerjasama pelaku UKM Kabupaten Bojonegoro dengan pelaku UKM dari Kabupaten Tulungagung dan Yogyakarta. Sosialisasi 3 Penyuluhan kepada dukungan pelaku UKM pengrajin informasi batik Jonegoroan untuk penyediaan diberikan informasi permodalan mengenai akses permodalan oleh perbankan. Penyelenggaraa 4 Mengikutsertakan promosi n promosi produk UMKM oleh produk Usaha Dinas Koperasi dan UKM Mikro Kecil pada acara pameran Hari Meneng Koperasi Tk. Jawa Timur, ah Hari Koperasi Tk. Nasional, HUT Bojonegoro, HUT RI, Pasar Murah, Pekan Budaya, dan pameran lainnya. commit to user
Outcome Berkurangnya sisa tunggakan pinjaman terhadap 140 UKM dan Koperasi. Peningkatan produktivitas dan perluasan pangsa pasar UKM.
Adanya kelancaran dan kemudahan akses untuk memperoleh pinjaman modal untuk mempercepat pengembangan usaha. Perluasan akses pemasaran bagi produk UKM dan pemesanan produk meningkat.
130 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam manajemen keuangan yaitu permasalahan permodalan, pemerintah memberi kesempatan pada para pelaku UMKM, asalkan pelaku UMKM memenuhi persyaratan. Program kredit melalui bank atau penyaluran kredit melalui dinas terkait (dinas koperasi dan UKM, dinas perindustrian dan perdagangan, dinas pertanian dan perikanan)injaman modal kerja melalui APBD kabupaten Bojonegoro ada dana khusus untuk pinjaman ke pelaku UKM dengan alokasi dana tahun 2013 2 milyard, pada tahun 2014 dinaikkan menjadi 3 milyard dengan bunga 3%. Dalam pemasaran melakukan promosi melalui pameran di Jakarta, Surabaya, Malang tiap tahun. Dalam rangka peningkatan sumberdaya manusia pemberdayaan melalui bimtek material maupun bimtek manajerial. Memfasilitasi peningkatan kemitraan pasar lelang, pelaku umkdi bawa ke Tulungagung dengan membawa produk dengan mengundang pelaku UMKM di sana, agar terjadi interaksi, kemitraan. Kunjungan pengembangan jaringan pasar produk, melakukan studi banding bagaimana melakukan produksi dengan barang kualitas yang baik tapi harganya bisa rendah.
j.
Apa masalah yang dihadapi pemerintah dalam mengembangkan UMKM?
Jawaban: Masalah yang dihadapi pemerintah saat ini dalam mengembangkan UMKM pada dasarnya berasal dari pelaku UMKM itu sendiri. Pola pikir pelaku UMKM di kabupaten Bojonegoro sendiri masih pada pemikiran jangka pendek, yaitu pemenuhan kebutuhan dasar/pokok saja. Pola pikir jangka pendek yang dimaksudkan disni adalah bagaimana pelaku UMKM memproduksi, kemudian segera menjualnya. Ketekunan dan jiwa kewirausahaanya masih rendah. Membangun link dan memperluas pasar belum menjadi target para pelaku UMKM ini. Hal ini juga membuat para pelaku UMKM memenuhi semua keinginan konsumen. Termasuk keinginan untuk menuliskan “made in dari daerah lain”.
k.
Bagaimana tanggapan dinas UMKM tentang klaim produk made in dari daerah lain?
Jawaban: commit to user
131 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Itu memang kendala yang kita akui belum terselesaikan. Pelaku UMKM di kecamatan Kasiman umumnya bekerjasama dengan pelaku UMKM dari Jepara, Jogja dan daerah lainnya. Jadi terkadang pelaku UMKM daerah lain itu yang di untungkan. Pelaku UMKM dari Jepara Jogja dan daerah lainya yang melakukan ekspor padahal itu berasal dari Bojonegoro. Begitu pula dengan pesanan dari konsumen luar negeri. Banyak dijumpai di lapangan konsumen yang memesan dengan meminta pengrajin atau pemilik showroom menuliskan copyright made in dari negara lain, seperti Malaysia, Singapura, dan Arab Saudi. Nah, permintaan tersebut dipenuhi oleh para pelaku UMKM kita, pelaku UMKM kabupaten di Kasiman yang saya katakan tadi ketekunan dan jiwa kewirausahaanya masih rendah sehingga yang dilakukan adalah memproduksi/membuat barang kemudian segera menjualanya dan uang hasil penjualan bisa langsung digunakan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Rasa malas dan kurangnya ketekunan yang bersumber dari personal pelaku UMKM sendiri. Pelaku UMKM enggan untuk mengurus copyright, mengurus prosedur ekspor dan bagaimana memperoleh keuntungan jangka panjang yang lebih besar. Orientasi para pelaku UMKM adalah keuntungan jangka pendek, dan produk yang dihasilkan dapat terjual dalam waktu yang singkat. Pelaku UMKM belum memikirkan dampak kedepannya jika ada hak paten copyright. Dari pemerintah akan diadakan sosialaisasi pentingnya hak paten bagi para pelaku UMKM. Beberapa waktu lalu kami dari dinas sudah mengirimkan 15 pelaku UMKM untuk mengikuti sosialaisasi hak paten di surabaya, program dari dinas koperasi dan UMKM Jawa timur. Keinginan dari para pelaku UMKM ada, namun follow up setelah mengikuti acara tersebut belum ada. Mungkin, ini yang menjadi “pekerjaan rumah” kita bersama.
C. Refleksi Kendala yang dihadapi oleh UMKM di kabupaten Bojonegoro sangat kompleks karena meliputi empat pokok bidang manajemen yaitu masalah permodalan (manajemen keuangan), maslah pemasaran, masalah produksi serta masalah sumberdaya manusia. Masalah tersebut berpengaruh tterhadap kelangsungan hidup dan produktivitas UMKM. Dinas koperasi dan UKM kabupaten Bojonegoro telah melakukan berbagai program sebagai upaya pengembangan. Dalam bidang keuangan yaitu penyediaan modal kerja melalui dinas bekerjasama dengan Bank daerah. Dalam bidang manajemen pemasaran diadakan program penyelenggaraan promosi produk Usaha Mikro commit to user
132 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kecil Menengah baik di regional maupun nasional. Acara seperti ini rutin dilakukan oleh pemerintah kabupaten melalui dinas koperasi dan UMKM. Program lain yang dilakukan adalah dalam bidang peningkatan kualitas produk namun harga produk rendah atau dapat bersaing di pasaran. Program ini dilakukan dengan melakukan study banding dan temu pelaku UMKM kabupaten Bojonegoro dengan pelaku UMKM dari daerah Tulungagung dan Jogjakarta. Program ini bertujuan untuk menciptakan link, kemitraan antar pelaku UMKM, sekaligus merupakan kesempatan pelaku UMKM kabupaten Bojonegoro agar dapat belajar dari pelaku UMKM di Tulungagung dan Jogjakarta tentang bagaimana menciptkan produk yang berkualitas dengan biaya yang rendah. Berbagai program yang telah dilakukan oleh dinas, sedikit banyak telah membuahkan hasi dengan peningkatan jumlah UMKM dan peluasan pasar. Namun, hal ini bukan berarti tidak ada masalah sama sekali pada UMKM. UMKM Bojonegoro masih menyisakan berbagai masalah, seperti dalam bidang keuangan adanya 140 pelaku UMKM yang masih mempunyai sisa tunggakan. Dalam bidang manajemen dan produksi adanya klaim made in dari daerah lain juga masih menjadi pekerjaan rumah yang cukup rumit. Sebenarnya pokok permasalahan dari segala masalah adalah pada bidang manajemen sumberdaya manusia. SDM pelaku UKM masih mempunyai pola pikir pragmatis, yaitu berfikir hanya sebatas pada kebutuhan dasar/kebut han pokok saja. Keuntungan jangka panjang dan dampak dari adanya klaim produk belum menjadi orientasi para pelaku UMKM kabupaten Bojonegoro.
II. Dinas Perindustrian dan perdagangan (Diperindag) A. Data Informan Nama Informan Usia Tempat (Disperindag) Jabatan Pendidikan Hari/Tanggal Waktu
: Nuriski Imandari, M.M : 37 tahun : Kantor Dinas Perindustrian : Kasubag Program dan Laporan : Magister : Kamis, 08 Mei 2014 : pukul 08.45-10.00 WIB
B. Isi Wawancara e. Berapa jumlaah unit usaha di Bojonegoro? Jawaban: commit to user
dan
perdagangan
133 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berikut ini adalah data jumlah unit usaha per subsektor industri pengolahan kabupaten Bojonegoro tahun 2008- 2013 o
N Sub sektor
2 008
.
.
.
.
.
.
.
.
1 Mak anan, minuman dan tembakau 2 Teks til, kulit dan alas kaki 3 Bara ng dari kayu dan hasil hutan 4 Kert as dan barang cetakan 5 Pup uk kimia dan barang dari karet 6 Sem en dan barang dari galian bukan logam 7 Alat angkutan mesin dan logam elektro 8 Bara ng lainnya Jumlah
1 2,094
Tahun 2 2 2 009 010 011 1 1 1 2,616 3,189 2,368
4 77
7 74
8 32
9 74
1 0
55
24
1 20
1 ,626
4
1 ,053
4 62
5 35
6
6 ,850
1
6
1 ,545
7 08
6 ,823
7 2
,428
88
6 ,417
7
1
6
1 4
2
,392
24
1
7
1
1 ,506
4
2
,284
1
1
7
1 ,337
,461
3
1 2,149
1
1
7
1
1
,198
,268
2 013
2,188
1 ,080
9
1
1
,316
7 79
2 012
8 21
6 ,984
7 ,020
2 2 2 2 2 2 1,941 2,933 3,329 3,704 4,053 4,464 Sumber: arsip Dinas Perindustrian dan Perdagangan kabupaten
Bojonegoro Jika melihat data di atas maka hampir semua subsektor mengalami peningkatan jumlah unit usaha. Hanya pada sektor makanan, minuman dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
134 digilib.uns.ac.id
tembakau yang mengalami penurunan, sedangkan subsektor kertas dan barang cetakan serta pupuk kimia dan barang karet jumlahnya tetap. Berdasarkan data di atas jumlah unit usaha mengalami peningkatan dari taun ke tahun. Pembangunan secara keseluruhan kabupaten Bojonegoro saat ini memang diprioritaskan pada industri dan pertumbuhan ekonomi. Dalam lima tahun terakhir arah pembangunan kabupaten Bojonegoro memang di arahkan pada pembangunan ke arah modal sosial. Karena lima tahun sebelumnya infrastruktur dan sarana di kabupaten Bojonegoro di anggap sudah baik. Dari analisa modal sosial untuk kabupaten Bojonegoro sesuai RPJMP kabupaten Bojonegoro di arahkan pada pembangunan industri pertanian dan pengolahan bahan pangan. Hal ini terkait visi kabupaten Bojonegoro yang ingin menjadikan Bojonegoro sebagai lumbung pangan dan energi nasional. Pengolahan bahan pangan sendiri merupakan cara untuk membuat nilai tambah dari hasil pertanian, yang merupakan salah satu tugas dari Disperindag. Jika nilai tambah hasil pertanian meningkat maka pembangunan juga akan meningkat hal ini akan meningkatkan perdagangan di kabupaten bojonegoro. Peningkatan perdagangan di kabupaten Bojonegoro saat ini juga merupakan efek dari industri migas yang ada. Di kecamatan yang ada unit usaha industri migas, pertumbuhan jumlah unit usaha lain meningkat misalkan di kecamatan Kalitidu dan Gayam. Visi misi kabupaten Bojonegoro sendiri, yaitu menjadikan Bojonegoro sebagai daerah agro bisnis, agro industri kreatif dan agro industri. f.
Apa kendala pokok peningkatan industri di kabupaten Bojonegoro?
Jawaban: Pada dasarnya kendala bersifat eksternal dan internal. Kendala eksternal misalnya adalah krisis global yang terjadi. Kondisi ekonomi yag berubah dan iklim usaha yang tidak kondusif merupakan kendala eksternal yang tdak bisa diprediksi. Kendala internal yang dihadapi adalah Disperindag tidak mempunyai tenaga pendamping lapangan. Industri adalah proses yang berkelanjutan. Meskipun sudah diberi pelatihan, yang dibutuhkan pelaku UKM adalah pendampingan dilapangan. Bagaimana cara membuat barang, cara mengatasi masalah di lapangan, cara memasarkan dan sebagainya. Sehingga para pelaku UMKM yang tidak kuat akan berhenti di tengah jalan/ tidak melanjutkan usahanya karena tidak adanya pendamping tersebut, kasus semacam ini banyak kita jumpai di lapangan.
g.
Apa upaya pengembangan perdagangan dan perindustrian di kabupaten Bojonegoro? commit to user
135 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Jawaban: Upaya penanggulangan yang akan dilakukan Disperindag adalah bekerjasama dengan perguruan tinggi melalui program pembinaan dan pendampingan terhadap UMKM. Pada perguruan tinggi umumnya ada program back to village atau biasa dikenal dengan KKM. Mahasiswa-mahasiswa ini membantu dalam proses pendampigan dan pengembangan UMKM. Ini untuk rencana ke depan kerjasama dengan IPB dan UGM juga untuk pendampingan hasil pertanian Upaya pengembangan perdagangan dan perindustrian di kabupaten Bojonegoro saat ini fokus pada peningkatan daya saing produk. Peningkatan daya saing produk ini dilkukan untuk menyambut Asian Economic Comunity. Daya saing harga, kualitas atau mutu produk merupakan indikator daya suatu produk mampu untukbersaing. Kedepannya kami akan menerapkan standarisasi produk untuk sektor yang memang disiapkan untuk ekspor. Standarisasi misalkan untuk industri makanan dalam hal kemasan, kode produk, barcode, ijin BPPOM, expired date. Sedangkan untuk industri kreatif akan difasilitasi untuk HAKI h.
Bagaimana prosedur kepemilikan copyright?
Jawaban: Pemerintah kabupaten Bojonegoro memberikan fasilitas untuk industri kreatif, dengan pendaftaran HAKI di pusat Jakarta. Kabupaten Bojonegoro sendiri sudah memfasilitasi pendafataran HAKI pada sembilan motif batik daerah. Namun, untuk handycraft kayu jati memang belum didaftarkan, tapi kedepannya akan diusahakan didaftarkan, melalui anggaran APBN maupun APBD Bojonegoro. Kabupaten Bojonegoro dalam peta potensi inti daerah memang pada industri kayu jati. Jadi meskipun belum didaftarkan, masyarakat/ konsumen sudah tahu kalau kayu ya pasti Bojonegoro.
i.
Bagaimana tanggapan dinas UMKM tentang klaim produk made in dari daerah lain?
Jawaban: Iya memang kami sudah mendengar tentang hal tersebut. Adanya klaim produk dari Malaysia, Singapura, Korea, Arab, dan mungkin masih banyak yang lainnya. Mungkin karena memang kualitas produk kayu jati ini sangat baik, sehingga dari luar negri berusaha untuk mengakui /mengklaim produk tersebut sebagai hasil produksinya. Tapi, seperti yang saya katakan di awal tadi, semua orang akan sudah tahu bahwa itu adalah hasil produksi dari Bojonegoro. Menyikapi kasus ini, commit to user
136 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
faktor penyebabnya memang kami akui tingkat pendidikan para pelaku UMKM ini masih rendah, secara ekonomi tekanan kebutuhan membuat para pelaku ini untuk memenuhi kebutuhan pasar luar negeri tersebut. Mungkin efek panjangnya mereka belum tahu,belum mengerti. Nanti, kita akan lakaukan pembinaan khusus. Ini dilematis juga sebenarnya disisi lain jika dihentikan mereka akan kehilangan pasar, jika dilanjutkan kerugian juga. Nanti peran pemerintah meyakinkan dunia bahwa ini adalah produk asli Bojonegoro. Kita mulai dengan sosialisasi cinta karya anak bangsa. Dengan label tersebut diharapkan akan memupuk kecintaan masyarakat akan produk dalam negeri.
j.
Berapa jumlah ekspor kabupaten Bojonegoro terutama dalam subsektor olahan kayu jati?
Jawaban: Jumlah ekspor kabupaten Bojonegoro dapat dilihat dalam tabel berikut. Jumlah ekspor kabupaten Bojonegoro dalam U$ T Ekspor Jumlah ahun
subsektor
ekspor
hasil keseluruhan
Per sentase
olahan kayu 2
290.817
1.257.488,76
009
23, 13%
2
351.948,51
1.486.028,80
010
23, 68%
2
132.442
2.649.044,00
5%
2
601.898,76
1.835.186,29
32,
011
012
80% 2
365.319
1.993.429
013
18, 33%
Sumber: arsip Dinas Perindustrian dan Perdagangan kabupaten Bojonegoro Berdasarkan data di atas diketahui bahwa subsektor kayu menyumbang rata-rata 20,59 % dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Kabupaten bojonegoro mempunyai luas wilayah dengan sumber daya alam kehutanan sebesar 44% dari commit to user
137 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
seluruh wilayah. Dengan demikian untuk ketersediaan bahan baku usaha hasil olahan kayu, kami rasa tidak ada kendala dalam peresediaan bahan baku. C. Refleksi Pembangunan secara keseluruhan kabupaten Bojonegoro diprioritaskan pada industri dan pertumbuhan ekonomi. Dalam lima tahun terakhir arah pembangunan kabupaten Bojonegoro pada pembangunan ke arah modal sosial. Visi misi kabupaten Bojonegoro sendiri, yaitu menjadikan Bojonegoro sebagai daerah agro bisnis, agro industri kreatif dan agro industri. UMKM handycraft merupakan salah satu industri kreatif. Sehingga merupakan salah satu fokus pengembangan dan perhatian dari pemerintah kabupaten Bojonegoro. Upaya pengembangan perdagangan dan perindustrian di kabupaten Bojonegoro saat ini fokus pada peningkatan daya saing produk. Hal ini dilakukan dalam upaya menyongsong asian economic comunity. Ada beberapa kendala internal yang dihadapi oleh Disperindag di lapangan adalah dinas tidak mempunyai tenaga pendamping lapangan.
III.
Asosiasi pengusaha dan pengrajin desa Batokan “Tunas Jati”
D. Data Informan Nama Informan Usia Tempat Jabatan Pendidikan Hari/Tanggal Waktu
: Imam Kambali : 47 tahun : desa Batokan RT 24/ RW 04 : Ketua asosiasi Tunas jati : SMA : Senin, 12 Mei 2014 : pukul 10.00 WIB
E. Isi Wawancara 1. Bagaimana sejarah terbentuknya asosiasi Tunas jati? Jawaban: Pada tahun 1992 bernama BAJA yang merupakan singkatan dari Bandar Jati Abadi. Dulu belum berbenttuk asosiasi tapi masih kelompok, dengan jumlah anggota sebanyak 60 orang. Pada tahun 1998 mulai terbentuk asosiasi dengan ketua bapak Drs. H. Anis Musthafa. Tujuan dibentuknya asosiasi adalah meningkatkan kesejahteraan para anggota, dan mempermudah jalur bahan commit to user
138 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
baku. Asosiasi ini berfungsi sebagai media antara para pengrajin, pemilik showroom dengan pemerintah. 2. Apa latar belakang didirikanya asosiasi “Tunas Jati? Jawaban: Waktu itu dari pemerintah menghendaki adanya suatu badan hukum yang legal untuk mengurus perkembangan para pengrajin di desa Bandar. Sehingga jika ada program/ bantuan dari pemerintah ada pihak yang bertanggungjawab secara sah menurut badan hukum. 3. Upaya pengembangan yang dilakukan oleh asosiasi? Jawaban: Untuk periode pengurusan saya, dalam kurun jabatan lima tahun kepengurusan skami memfokuskan pada pendirian koperasi. Diharapkan dengan adanya koperasi ini penyaluran dana pada anggota. Program ini telah berjalan, koperaasi telah berhasil didirikan dengan nama koperasi Asta Jati. Kemudian, program kerja kami yang lainnya adalah pelatihan dan pendidikan pengembangan motif pada kerajinan handycraft. Motif yang dikembangkan adalah motif batik Bojonegoroan kayu. Dengan harapan agar ada cirinnya yaitu batik Bojonegoro dan Namun, ternyata corak batik ini kurang diminati oleh pengrajin maupun pemilik showroom karena memerlukan waktu pengerjaan yang relatif lama, sehingga perputaran uang lama. Upaya lain yang dilakukan adalah dengan menyalurkan aspirasi dari para pengrajin/pemilik showroom pada pemerintah. Penertiban administrasi juga dilakukan unutuk mempermudah kerja para pengurus dalam menyalurkan modal dan lain-lain. 4. Apa permasalahan yang dihadapi asosiasi terkait perkembangan UMKM handcraft ? Jawaban: Permasalahan yang dihadapai cukup variatif, baik dari segi eksternal maupun internal. Dari internal disini maksudnya adalah permasalahan antar sesama angota. Seperti kecemburuan antar anggota dalam mengikuti pameran diluar kota yang diadakan oleh dinas. Karna dari dinas biasanya menunjuk orang yang sama untuk mengikuti pameran. Hal ini dapat melemahkan kelembagaan dan membuat hubungan yang tidak harmonis antar anggota. Hal lain adalah sumberdaya pengurus yang masih belum paham betul cara mengelola aosiasi. Kendala eksternal adalah pandangan dan minat masyarakat dalam hal ini anggota “negatif” terhadap asosiasi. 5. Apakah ketersediakan bahan baku untuk pengrajin desa bandar tersedia dalam jumlah yang cukup? Jawaban: Selama ini bahan baku diambil dari dua cara, yang pertama dari limbah IPKJ dan yang keedua dari para petani di kecamatan Kedewan. Kebanyakan para pengrajin mengambil dari para petani di kecamatan kedewan, dengan pertimbangan harga commit to user
139 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang lebih murah. Jadi ada pengepul dari petani kecamatan Kedewan yang mengambil sisa pohon jati yangtelah ditebang oleh KPH (dikenal dengan istilah tunggak pada masyarakat sekitar). 6. Apa peran serta pemerintah dalam mengembangkan UMKM handycraft kayu jati? Jawaban: Banyak hal yang sudah diberikan oleh pemerintah untuk mengembangkan UMKM handycraft kayu jati. Selain pameran dan pelatihan-pelatihan, hal lain yang pernah dilakukan oleh pemerintah adalah pemebrian bantuan alat produksi pada pengrajin. Pemberian bantuan alat ini, menggunakan sistem kelompok. Jadi setiap 1 kelompok kerja yang terdiri dari 10 orang, mendapatkan satu buah mesin bubut ukuran besar. Sehingga daya listrik tidak kuat. Kalau dari nilai, sebenarnya mesin tersebut sangat mahal, namun dari segi manfat, mesin tersebut kurang bisa dimanfaatkan karena yang dibutuhkan adalah mesin bubut ukuran kecil, bukan ukuran besar. Bahkan, ada beberapa pengrajin yang berniat untuk menjual mesin bantuan tersebut sebagai tambahan modal usaha. Mengingat nilai jual yang tinggi dan mesin tersebut belum pernah dimanfaatkan sama sekali. 7. Apa harapan terhadap pemerintah? Jawaban: Dalam pameran untuk memberikan/ mengajak UMKM lain agar lebih berkembang. Pemula dan yang UMKM yang telah berkembang.
F. Refleksi Asosiasi adalah kumpulan para pengrajin dan pemilik showroom di desa Batokan. Asosiasi ini didirikan sebagai media antara pemerintah dengan pelaku UMKM. Dalam menjalankan kepengursannya, asosiasi mengalami berbagai kaendala baik internal mauun eksternal. Kendala internal diantarannya adalah sikap masyarakat yang cenderung skeptis terhadap asosiasi dan pengurus asosiasi yang belum tertib secara administratif. Namun, demikian asosisibersaha untuk menunjukan kinerja terbaik dengan mengembangkan handycraft kayu jati dengan menyalurkan bantuan dari pemerintah, melakukan pelatihanpendidikan, penyaluran modal dan pengembangan motif baru.
commit to user
140 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id Lampiran 6
CATATAN LAPANGAN
Catatan lapangan no
:1
Pengamatan/wawancara
: P/W
Waktu
: 5 Januari 2013 jam 10.00-10.30
Disusun jam
: 20.00
Tempat
: Rumah pengrajin/tempat pembuatan
nampan jati Subjek penelitian
: Bapak Mutasam
A. Deskripsi Bapak Mutasam merupakan informan pertama yang dikunjungi oleh peneliti. Peneliti mengunjungi bapak Mutasam, dikarenakan mendapat arahan dari ketua asosiai, bahawa bapak Mutasam merupakan pengrajin dengan kapasitas produksi nampan yang paling besar. Bapak Mutasam melakukan spesialisasi produksi dalam produk nampan. Nampan yang di buat berbentuk kotak, lonjong, bulat dan segitiga. Ketika peneliti menanyakan apa kendala pokok yang dialami oleh bapak Mutasam, beliau menjawab: “ Biasanya yang sering jadi masalah itu adalah jika ada banyak pesananan mbak, sedang kapasitas produksi kami kan terbatas, tenaganya maupun alatnya.” Apakah pernah ada bantuan dari pemerintah? Beliau menjawab bahwa “ Bantuan dari pemerintah pernah ada, diberikan per kelompok usaha, namun bantuan tersebut kurang bisa dimanfaatkan karena terlalu besar wattnya.”
B. Refleksi peneliti Pemerintah berusaha untuk memberikan bantuan melalui pengadaan alat produksi, namun ternyata bantuan tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan dasar para pelaku UMKM. Niat baik pemerintah memang bagus, untuk memajukan UMKM, namun hendaknya upaya ini disertai dengan survei awal/observasi dahulu agar alat yang diberikan dapat bermanfaat bagi pelaku commit to user
141 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
UMKM. Kebermanfaatan alat yang diberikan akan meningkatkan kapasitas produksi dan hal ini berarti peningkatan jumlah pendapatan yang diterima.
commit to user
142 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Catatan lapangan no
:2
Pengamatan/wawancara
: P/W
Waktu
: 5 Januari 2013 jam 11.00-11.30
Disusun jam
: 21.00
Tempat
: Rumah Bapak Maskun/ UD. Kondang jati
Subjek penelitian
: Bapak Maskun
A. Deskripsi Kendala utama yang di hadapai oleh bapak Maskun adalah terbatasnya alat produksi yang dimiliki, strategi pemasaran yang diterapkan adalah memperbUD anyak jaringan atau link pemasaran. UD. Kondang Jati tidak melakukan produksi sendiri, namun menjadi pengepul dari industri-industri kecil/pengrajin disekitar rumahnya. UD. Kondang jati menjual berbagai jenis handycraft mulai handycraft hiasan, perabotan rumah tangga, hingga meubel yang berukuran besar, seperti lemari, jendela, pintu, dan meja kursi. Kondang Jati merupakan salah satu peserta aktif yang sering mengikuti pameran. Bapak Maskun yang merupakan pemilik UD. Kondang jati merasakan manfaat mengikuti pameran tersebut. Berikut kutipan catatan lapangannya “ Pameran sangat membantu kami, dalam memperoleh pesanan dari luar kota”, karena memang untuk perluasan pasar.” Karena fokus pada perluasan jaringan pemasaran, pada tahun 2010, ketika pemerintah mengadakan program wood fair, Bapak Maskun mnegikuti kegiatan ini, namun di tahun berikutnya, yaitu tahun 2011, beliau memutuskan untuk tidak mengikuti. “ Saya pernah ikut dulu pas ditahun 2010, ada wood fair tapi menurut saya kurang jelas kegiatanya, dapat instruksi ada edaran dari pemerintah untuk ikut, tapi saya ikut juga tidak ada yang datang ke showroom saya, bahkan sampai kegiatan selesai”. Lebih lanjut informan menuturkan, “ saat diawal memang terlihat meriah ada kunjungan dari mentri dan orang dinas, tapi kemudian menguap seperti selesai begitu saja tidak ada tndak lanjutnya. Ya commit to user
143 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
akhirnya, tahun berikutnya diadakan lagi saya malas tidak ikut daftar mbak.” Selain aktif mengikuti kegiatan pameran dan pernah mengikuti program wood fair, beliau juga mencoba jenis pemasaran yang belakangan ini ramai diperbincangkan, yaitu online marketting atau pemasaran melalui media internet. Blog merupakan media sosial yang dipilih untuk melakukan pemasaran internet, alamat URL yang dipilih yang menjadi katalog jualan UD. Kondang Jati adalah grosirkerajinankayujati.blogspot.com. Dalam blog tersebut, selain memuat tentang kataog produk-produk terbaru, juga membrikan kemudahan dalam pemesanan dan cara pembayaran. Alasan mengapa beliau melakukan pemasaran melalui internet, menurut pengakuan beliau adalah adanya tuntutan teknologi. Beliau mengaku untuk pengelolaan blog tersebut, dibantu oleh anaknya. “ Ini ide dari anak saya untuk membuat blog, saya dulunya gak paham, mbak, di ajarin anak saya lama-lama ya bisa juga.” “ Ya, ada yang pesan mbak, enaknya kalo pake blog kita bisa dapat pesanan dari jauh, misalkan saya pernah dulu dapat pesanan dari Bali, katanya lihat di blg trus telp ke nomer hape saya, ya Alhamdulilah mbak, sedikit-sedikit di kumpulkan buat sangu anak.” B. Refleksi peneliti
Kegiatan studi banding dan pameran merupakan kegiatan rutin yang diadakan oleh Dinas UMKM, kegiatan ini bertujuan untuk menambah jaringan pemasaran para pelaku UMKM. UD. Kondang jati merupakan UD yang mempunyai strategi pemsaran yang bagus, dengan memperbanyak jarigan pemasaran berarti menambah link usaha. Strategi pemasaran melalui internet merupakan strategi yang banyak diminati akhir-akhir ini, melalui strategi ini, baik pembeli maupun penjual disuguhi kemudahan dan kecepatan transaksi commit to user
144 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Catatan lapangan no
:3
Pengamatan/wawancara
: P/W
Waktu
: 5 Januari 2013 jam 11.30-12.30
Disusun jam
: 21.30
Tempat
: Rumah Ibu Maslikah/ UD. Berkah Jati
Subjek penelitian
: Ibu Maslikah
A. Deskripsi Saat ditemui, dirumahnya ibu Maslikah sedang melayani pembeli yang mengambil pesanan. Beliau mengatakan bahwa pembeli tersebut merupakan salah satu rekanan pemasaran yang didapat dari program wood fair. Maka peneliti memfokuskan untuk bertanya tentang manfaat yang didapatkan setelah mengikuti kegiatan tersebut. Berikut kutipan wawancara terkait manfaat program wood fair tersebut. Informan : “ Kalau menurut saya ya mbak, wood fair itu ya lumayan ada manfaatnya, soalnya kan jadi ada pembeli dari luar kota yang dulunya belum tahu kalau dsini ada industri menjadi tahu, ya meskipun ada yang beli ada yang cuman lihat-lhat saja, tapi minimal mereka tahu dulu, setelah itu mungkin akan melakukan pemesanan”. Peneliti
: Misalnya pembeli dari mana ibuk?
Informan
: Ya ada yang dari Ngawi, Cepu ada juga yang dari Surabaya.
Peneliti
: berarti ibu merasakan manfaat dari adanya kegiatan wood fair ini nggeh buk?
Informan
: ya makanya saya mau ikut lagi mbak, tahun 2010 saya ikut, terus ditahun 2011 saya ikut lagi.
Untuk kendala yang dihadapi, beliau menambahkan bahwa kendala utama yang dialami adalah kendala dibidang keuangan commit to user
145 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“ Ya memang semua upaya untuk menambah penghasilan kami lakukan, namun, pada waktu itu ibu sakit, kena ginjal dan diabetes mbak, ya ngamar beberapa kali. Jadinya uangnya ikut terpakai biaya pengobatan ibu.” UD. Berkah jati, merupakan salah satu UD yang menggambarkan bahwa manajemen keuangan pelaku UMKM belum baik. Belum memisahkan antara kekayaan perusahaan dengan kekayaan pribadi, sehingga apabila terjadi gejolak dalam masalah pribadi, keuangan perusahaan ikut jatuh. Dalam menyikapi keterpurukan perusahaan, Ibu Maslikah selaku owner mensiasati dengan melakukan pemasaran melalui internet atau internet marketting. “kalau kita jualan langsung, butuh modal usaha mbak, harus ada yang di display, lha barang display kan harus produksi atau beli menggunakan uang. “ Beliau menambahkan, “ Jika menggunakan facebook, kami tinggal memfoto, trus di unggah dan pembeli datang. Saya ini di ajarin sama anak saya, yang memberi ide untuk jualan di facebook, ya saya ngikut aja mbak, yang ngurusi ya semua anak saya yang SMA itu.” UD. Berkah Jati merupakan salah satu UD yang melakukan upaya pemasaran internet melalui facebook.
B. Refleksi Peneliti Dalam suatu perusahaan atau organisasi minimal melingkupi empat aspek, yaitu aspek manajemen produksi, pemasaran, keuangan dan sumberdaya manusia. Ke empat aspek ini saling bersinergi, jika salah satu aspek rendah atau kurang bagus, maka harus ditunjang atau diselamatkan oleh aspek lainnya. UD. Berkah Jati mengalami kejatuhan usaha dan mencoba menyelamatkanya dengan melakukan pemasaran internet melalui jejaring sosial facebook.
commit to user
146 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Catatan lapangan no
:4
Pengamatan/wawancara
: P/W
Waktu
: 5 januari 2013 jam 12.30-13.00
Disusun jam
: 22.20
Tempat
: Rumah Ibu Eni Sri Rahayu/ UD. Dwi
Subjek penelitian
: Ibu Eni Sri Rahayu
Karya
A. Deskripsi UD. Dwi karya merupakan UD yang terbesar dikelompok pengusaha handycraft Dusun Bandar. UD ini bahkan telah berhasil mengirimkan barangnya ke kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bali, Jogja dan juga Mamuju. Kekuatan utama UD. Dwi Karya ini adalah pada loyalitas konsumen dan kualitas produksi, memang secara perbandingan harga, UD ini mempunyai standart harga yang tinggi. Bila dibandingkan namun, harga yang tinggi sebanding dengan kualitas yang terjaga pada setiap produknya. “ Strategi dalam usaha saya, pada loyalitas konsumen mbak, dari pengalaman bertahun-tahun ketika mulai awal sampai sebesar sekarang, saya berfikir bahwa loyalitas konsumen adalah kuncinya, jika konsumen puas dengan produk kita, maka dia akan kembali lagi dan akhirnya terikat dengan kita secara tidak langsung (loyal).” Saat ini UD. Dwi Karya bekerjasama dengan pengusaha ukir kayu darijepara dalam pemasaran dan distribusi produknya. Menjadi pencetus ide pemasaran melalui internet, juga dilakukan oleh UD. Dwi karya ini. Berawal dari handphone blackberry yang di beli di awal tahun 2010, ada keinginan untuk memasarakan produk melalui BBM. “ Ini dibelikan tole hape baru mbak, terus di ajarin cara menggunakanya, cara update gambar, dan informasi harga, keterusan sampai sekarang.” Beliau menuturkan ada juga pembeli yang membeli dan tertarik untuk memesan melalui pemasaran BBM. saat ini UD. Dwi Karya memiiki ruang commit to user
147 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
produksi untuk finishing yang besar debelakang rumah Ibu Eni. UD. Dwi karya empunyai dua usaha utama yaitu handycraft dan meubel.
B. Refleksi peneliti Penguasaan pemasaran melalui internet, mutlak diperlukan ditengah bisnis online akhir-akhir ini, hal ini membuat UD. Dwi karya mampu memperoleh omzet penjualan yang sangat tinggi, bila dbandingkan UD yang lainnya karena kejeliaanya membidik segemntasi apsar. Jika UD yang lain memasang harga menengah ke bawah, UD. Dwi karya justru memasang harga tinggi, dengan analisa bahwa ada konsumen yang tidak sekedar mencari harga murah, namun konsumen yang mencari kualitas yang bagus. Konsumen jenis ini akan membayar dengan harga tinggi, dan cencerung loyal, karena orientasi membeli dengan kepuasan karya.
commit to user
148 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Catatan lapangan no
:5
Pengamatan/wawancara
: P/W
Waktu
: 5 Januari 2013 jam 13.30-14.30
Disusun jam
: 22.50
Tempat
: Rumah Bapak Ali Nur/ pengrajin tempat
Subjek penelitian
: Bapak Ali Nur Hidayat
minum
A. Deskripsi Pengrajin merupakan nafas dalam sebuah industri, jika pengrajin mati (secara kreasi) maka akan mati pulalah industri tersebut. Nampaknya hal ini menjadi pemahaman utama dari Bapak Ali Nur Hidayat. Merupakan pengrajin yang berkonsentrasi/ spesialisasi pada pembuatan tempat air minum kemasan berbagai ukuran. Dalam menjalankan usahanya beliau menyatakan bahwa kendala utama yang muncul adalah kesediaan bahan baku dan ide untuk berkreasi. Pengrajin tidak dapat mengikuti kegiatan pameran, sehingga untuk pemasaran dan link hanya ke pada showroom sekitar saja. Namun, pengrajin dapat mengiuti kegiatan studi bading yang dapat membuaka wawasan dan ide baru bagi para pelaku UMKM. Beliau mengikuti kegiatan studi banding di tulungagung dan tertarikuntuk mengikutinya kembali jika memang diberikan kesempatan. Berikut tanggapan beliau ketika ditanya tentang mafaat yang didapat setelah mengikuti kegiatan studi banding. “Kegiatan studi banding dapat membantu mengajarkan cara bagaimana memperluas pemasaran, dan pengelolaan usaha. Melalu studi banding ini kami bertemu denganpara pelaku UMKM di daerah lain, berbagi masalah dan mencari solusi bersama.”
B. Reflekti peneliti Kegiatan studi banding bermanfaat untuk membuka wawasan dan mengasah kretifitas, karena umumnya para pelaku UMKM akan merasa termotivasi untuk commit to user
149 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
melakukan hal lebih yang mempunyai tujuan sama yaitu menambah penghasilan usaha.
commit to user
150 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Catatan lapangan no
:6
Pengamatan/wawancara
: P/W
Waktu
: 14 Januari 2013 jam 11.30-12.00
Disusun jam
: 19.20
Tempat
: Rumah Umi Nazilah / UD. Nukida jati
Subjek penelitian
: Ibu Umi Nazilah
A. Deskripsi UD. Nukida jati merupakan industri terbesar kedua, dari jumlah aset dan jenis barang yang dijual. Kendala utama yang dihadapi oleh Nukidajati adalah kendala dbidang keuangan dan pemasaran, sebagaimana cuplikan wawancara berikut “ Pernah seret itu pas sekitar tahun 2011, pengen beli mobil, pas udah namun ternyata mobil tersebut tidak digunakan untuk tambahan operasional usaha, sehingga untuk nutup uang transportnya sama, tapi modal kerjanya berkurang.”
Strategi dan upaya yang dilakukan oleh UD. Nukida jati adalah melalui inovasi produk, mengiuti kegiatan pameran dehingga dapat memperluas link/ jaringan pemasaran produk.
B. Refleksi Peneliti Kondisi keuangan yang tercampur antara modal usaha dan belanja sehari-hari menandakan bahwa pencatatan cash flow masih kurang bagus, dan hal ini berdampak buruk bagi keberlangsungan usaha.
commit to user
151 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Catatan lapangan no
A.
:7
Pengamatan/wawancara
: P/W
Waktu
: 14 Januari 2013 jam 12.30-13.00
Disusun jam
: 20.20
Tempat
: Rumah Bapak As’ad / UD. Tijaroh jati
Subjek penelitian
: Bapak As’ad
Deskripsi Bapak As’ad merupakan salah satu pemilik showroom yang sudah lama
terjun ke indusri handycraft. Menurut beliau selama menjadi pemilik showroom UD. Tijaroh jati, beliau belum menemui kendala yang berarti, namun juga tidak berarti mengalami kemajuan yang pesat. Beliau menuturkan bahwa, untuk dapat memenuhi keinginan konsumen, beliau seringkali berhutang baik pada koperasi maupun ke rentenir, sebagaimana kutipan wawancara berikut. “ya kalau lepas dari pinjaman sama sekali, kami belum bisa. Waktu itu ada pesanan banyak dan kami tidak punya modal, sehingga yang kami pikirkan adalah mencari hutang pada rentenir, namun kita tahu bunga rentenir kan besar sekali. Akhirnya meskipun kami bisa memenuhi permintaan, tapi langsung sebagian besar hasil penjualan kami bayarkan hutang itu mbak”. Oleh karena itu UD. Tijaroh Jati pernah mengalami penurunan usaha pada tahun 2011. Hal ini dikarenakan tercampurnya uang modal usaha dengan uang sehari, hari. Bunga rentenir yang besar menyebabkan UD. Tijaroh Jati mengalami kegagalan pada tahun tersebut. Namun, UD. Tijaroh Jati bangkit lagi, karena mendapat pesanan yang lumayan banyak, setelah mengikuti pameran. Beliau menambhakan bahwa untuk dapat memenuhi pesanan tersebut, beliau berhutang pada saudara, “ya eman, mbak pesenannya lumayan, kalau tidak dipenuhi nanti mengecewakan, lagipula sudah diberi fasilitas pameran gratis, giliran dapat pesanan masak gak sanggup.” commit to user
152 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B.
Refleksi Peneliti Ud. Tijaroh jati merupakan salah satu industri yang cukup lama bertahan. UD. Tijaroh jati dikelola denagn jujur oleh pemiliknya, Bapak As’ad. Merupakan unit usaha yang mengalami kejatuhan karena kesalahan manajemen keuangan dalam perusahaanya. Beliau mengambil keputusan dengan tidak memisahkan antara modal perusahaan dengan biaya seharihari, sehingga ketika usahanya “jatuh”, kondisi keuangan rumah tangga juga ikut jatuh.”
commit to user
153 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
A.
Catatan lapangan no
:8
Pengamatan/wawancara
: P/W
Waktu
: 14 Januari 2013 jam 13.00-14.00
Disusun jam
: 20.50
Tempat
: Rumah Ibu lasmirah/ Pengrajin
Subjek penelitian
: Ibu Lasmirah
Deskripsi Kendala utama yang dirasakan oleh Ibu Lasmirah selaku pengrajn di
Dusun bandar adalah kurangnya bantuan pemerintah, baik dari segi bantuan modal maupun bantuan non modal, seperti pelatihan/ pendidikan. “Ibaratnya gini mbak, pengrajin itu kan selalu kalah jika dbindanigkan dengan pemilik showroom, mereka ada modal, jadi bisa jual kemana-mana. Kalo kami kan harus nerimo ing pandum, jika harga pasar sedang turun, ya kami harus rela jika harga produk dibeli dengan harga rendah, asal dapur kami tetap mengepul.” Strategi utama atau upaya yang dilakukan ibu lasmirah untuk mempertahankan eksistensinya adalah melalui inovasi produk. “Jika produknya itu-itu saja ya pembelinya bosan mbak, akhirnya tidak beli lagi di kita, yang nantinya kalau pelanggan banyak yang datang kan kita dapat tambahan uang, kalau selalu ada yang baru, kan kita (pengrajin) idenya juga tidak mati.” B.
Refleksi Peneliti Inovasi menjadi hal yang mutlak / harus dilakuka dalam sebuah industri. Inovasi tidak harus menciptakan sesuatu yang baru, namun, bisa mendaur ulang produk lama, kemudian memberi sentuhan baru. Seperti yang dilakukan oleh Ibu lasmirah, beliau merupakan pengrajin yang berspesialisasi membuat tatakan gelas, mula-mula beiau membuat inovasi dari segi warna, yang semula warnyanya warna kayu yaitu coklat muda dan coklat tua, kemudia mengubahnya menjadi inovasi bentuk, mulai dari tumbuh-tumbuhan dan hewan. Hal terakhir yang dilakukan adalah inovasi motif atau corak yaitu dengan
motivasi
corak
pemandangan, commit to user
hewan,
garis,
dll.
154 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Catatan lapangan no
A.
:9
Pengamatan/wawancara
: P/W
Waktu
: 14 Januari 2013 jam 14.00-15.00
Disusun jam
: 22.30
Tempat
: Rumah Bapak Zaenal Abidin/Pengrajin
Subjek penelitian
: Bapak Zaenal Abidin
Deskripsi Kendala utama yang dihadapi oleh bapak Zaenal Abidin adalah terbatsnya
lin pemasaran. Sebagai pengrajin link pemasaran bapak zaenal adalah ke showroom. Namun, belakangan ada kejenuhan yang dirasakan. Hal ini dipicu dari persaingan harga yang tidak sehat antara sesama pengrajin maupun pelaku UMKM. “ Disini untu masyarakatnya cuek mbak, ya mungkin karena semua bisnis memang seperti itu ya, persaingan harga wajar lah terjadi dimana saja. Namun, sebagai masyarakat desa, yang umumnya masih guyub, disini itu agak kurang rukun antar sesama.” Lebih lanjut beliau menerangkan ilustrasinya “ Bila saya punya produk tempat air ya, saya jual di showroom A harganya 30 ribu kemudian showroom jual ke konsumen harga 65 rbu. Ada showroom yang menurunkan harga sampai 50 bahkan 40,otomatis showroom A kalah bersaing dan membeli produk saya dengan harga yang lebih rendah dari harga awal (30 ribu). “ Kejenuhan ini yang melatarbelakangi beliau untuk memproduksi sendiri produk handycraft mulai dari awal bahan baku mentah sampai proses finishing, untuk kemudian dijual sendiri melalui media online. Meskipun beliau tidak menguasai internet, namun beliau menggunakan pemasaran internet dengan dibantu oleh anaknya. “ Jika saya tidak bisa mbak, pakai-pakai internet, orang sekolah saja saya tidak lulus, biasanya anak saya yang melakukan (pemasaran melalui internet). Media internet yang dipilih adalah melalui sosial media FB (facebook). commit to user
155 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B.
Refleksi Peneliti Persaingan harga merupakan hal yang pasti dialami oleh pelaku bisnis. Dalam menyikapi persaingan harga ini diperlukan upaya atau strategi khusus, misalkan menjaga mutu/kualitas barang. Hal lain yang bisa dilakukan adalah melakukan membuat kesepakatan harga antar pelaku UMKM. Kesepakatan disini dimaksudkan untuk melindungi produsen dan juga konsumen. Masyarakat Dusun Bandar Desa Batokan Kecamatan Kasiman, menurut penuturan tokoh adatsetempat memang meiliki sikap hidup yang apatis dan anti sosialis. Pemikiran/mindset masyarakat adalah kehidupan pribadi dalam jangka pendek. Msyarakat ini, tidak mempan/anti jika ada organisasi sosial kemasyrakatan.
commit to user
156 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
A.
Catatan lapangan no
: 10
Pengamatan/wawancara
: P/W
Waktu
: 14 Januari 2013 jam 15.00-17.00
Disusun jam
: 00.00
Tempat
: Rumah Bapak Abdul Hamid/Pengrajin
Subjek penelitian
: Bapak Abdul Hamid
Deskripsi Bapak Abdul Hamid memfokuskan diri untuk memproduksi lampu tempel dan lampu berdiri. Kendala utama yang dialami oleh bapak abdul hamid adalah bahanbaku, jika masa panen tiba maka bahan bau akan sangat susah kami dapatkan. Hal ini akan menghambat produksi. Tidak ada produksi berarti tidak ada penghasilan. Kendala lain yang dihadapai adalah minimnya link pemasaran, “ Selama ini ya kalau memasarkan ya ke showroom saja, supplier ke 2 atau 3 showroom biasanya jika ada pesanan banyak gitu agak kerepotan mbak, kami melakukan kerjasama dengan sesama pengrajin, untuk memenuhi pesanan.”
B.
Refleksi Peneliti Dalam suatu perusahaan ketersediaan bahan baku menjadi syarat utama jalannya proses produksi, jika bahan baku tidak tersedia makaproduski juga akan terhambat. Selama ini para pelaku UMKM mencari alternatif dengan membei ke perum perhutani yang harganya agak jauh lebih mahal. Konsekuensinya, harga produk menjadilebih mahal, namun pesanan konsumen dapat terpenuhi.
commit to user
157 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 7 Daftar Nama dan Kode Informan
Daftar Nama dan Kode Informan
KODE NAMA INFORMAN UD.KONDANG JATI UD.DWI KARYA
keterangan Pemilik showroom Pemilik showroom
UD. BERKAH JATI UD.NUKIDA JATI
Pemilik showroom Pemilik showroom
UD.TIJAROH JATI
Pemilik showroom
F
ALI NUR HIDAYAT
Pengrajin
G
LASMIRAH
Pengrajin
H
M.ZAENAL ARIFIN
Pengrajin
I
ABDUL HAMID
Pengrajin
J
MU'TASAM
pengrajin
A B C D E
commit to user
158 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id Lampiran 8 HASIL TRIANGGULASI SUMBER No 1.
Poin bahasan Latar belakang usaha
2.
Kendala yang dihadapi bidang produksi
3.
Upaya yang dilakukan dibidang produksi
Sumber 1 Pelaku UMKM Pengrajin menganggap bahwa memproduksi handycraft merupakan usaha turun temurun dan merupakan Mata pencaharian pokok. Tersedianya bahan baku dalam jumlah banyak ikut menjadi latar belakang usaha para pengrajin Keterbatasan alat produksi yang dimiliki pengrajin, sehingga pengrajin memproduksi handycraft dalam bentuk setengah jadi.Pengeringan handycrafti jika cuaca hujan, maka hasil handycraft kurang bagus.
Sumber 2 Pemilik Showrrom Merupakan usaha yang telah dilakukan sejak dahulu. Ada anggapan bahwa bisnis handycraft melupakan peluang bisnis yang baik
Melakukan penambahan jenis dan ukuran handycraft yang dproduksi
Melakukan inovasi dari segi warna dan bentuk handycraft
Kendala utama bidang produksi adalah keterbatasan modal usaha, sehingga showroom membeli barang setengah jadi dari pengrajin
commit to user
Hasil a. Tersedia bahan baku yang cukup b. Merupakan usaha turun temurun
Pengrajin memproduksi barang setengah jadi kemudian dijual ke showroom. Pemilik showroom kemudian melakukan proses finishing. Baik pengrajin maupun showroom mendapatkan keuntungan karena biaya produksi menjadi lebih ringan. Pengrajin dan pemilik showroom melakukan inovasi dari segi warna, bentuk dan jenis,ukuran.
159 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.
Cara pemasaran
Cara pemasaran dari pengrajin ke pemilik showroom
5.
Cara memperluas pemasaran
6.
Modal usaha
7.
Pencatatan laporan keuangan dan Cash flow
8.
Upaya peningkatan pendapatan
9.
Cara Dari bahan memproduksi mentah berupa lempeng kayu sampai barang
Menerima produk dari pengrajin Memasarkan ke konsumen dengan menjual di showroom Melakukan pemasaran melalui internet
Memperbanyak jaringan ke showroom lain.
Mengikuti pameran untuk memperluas jaringan dengan menambah pesanan/konsumen baru dari luar kota Modal pribadi Modal pribadi Pinjaman pinjaman Tidak Ada yang telah mempunyai membuat catatan catatan laporan cash flow dengan keuangan meski cara yang masih bersifat sederhana. Modal sederhana. Modal usaha dan modal usaha tercampur pribadi tercampur dengan modal pribadi Melakukan Melakukan penambahan perluasan jaringan jumlah produksi pemasaran dan menjaga kualitas produk
Pemasaran dari pengrajin melalui satu cara yaitu menjual ke showroom, sedangkan pemilik showroom melakukan pemasaran di galeri. Beberapa showroom melakukan pemasaran melalui internet Perluasan pemasaran dilakukan dengan mengikuti pameran Modal pribadi dan pinjaman Belum ada laporan keuangan yang rinci,sehingga susah untuk mengetahui kekayaan usaha.
Pengrajin meningkatkan pendapatan dengan menambah produksi, jumlah peningkatan persediaan barang akan di jual ke showroom. Menerima barang Proses produksi setengah jadi dari melalui dua produksi. Melakukan tahapan yaiu: produksi barang dari mentah ke barang
commit to user
160 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
setengah jadi
10. Alat produksi Pembelian alat produksi melalui modal usaha
setengah jadi kemudian melakukan proses finishing Pembelian alat produksi melalui modal usaha
commit to user
setngah jadi di tangan pengrajin, setelah itu dilakukan oleh showroom Penyediaan alat produksi melalui modal usaha pengrajin dan pemilik showroom
161 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id Lampiran 9 HASIL TRIANGGULASI METODE No
Poin bahasan Ketersediaa n bahan baku
Metode Survei Bahan baku tersedia dalam jumlah yang cukup
Metode observasi Bahan baku tersedia dalam jumlah yang banyak
2.
Kapasitas produksi
Lebih dari 100 per bulan
20 per hari
3.
Dukungan pemerintah pada UMKM
4.
Kerjasama produksi
5.
Segmentasi pasar
1.
Metode wawancara Bahan baku tersedia dalam jumlah yang cukup, namun apabila saat musim tanam atau panen,pengraji n kesulitan mendapatkan bahan baku. Lebih dari 100 per bulan
Hasil Bahan baku tersedia dalam jumlah yang cukup
Lebih dari 100 per bulan *) dengan asumsi jumlah tenaga kerja 2 orang pada industri Pemerintah Pemerintah Pemerintah Pemerintah memberikan memberikan melakukan mendukung usaha dukungan dukungan bantuan alat UMKM handycraft melalui melalui produksi, dengan memberikan bantuan alat bantuan alat mengadakan dukungan berupa dan perluasan produksi pameran, studi bantuan alat jaringan banding dan produksi, pemasaran program wood mengadakan fair pameran, studi banding dan program wood fair Pelaku Pelak Pelaku Pelaku UMKM UMKM u UMKM UMKM melakukan melakukan melakukan melakukan kerjasama dengan kerjasama kerjasama kerjasama sesama pengrajin, dengan sesama dengan dengan sesama pemilik pengrajin, sesama pengrajin, showroom,pemerinta pemilik pengrajin, pemilik h, dan juga pelaku showroom, pemilik showroom,pem UMKM dari daerah pelaku showroom erintah, dan lain. UMKM dari juga pelaku kota lain UMKM dari daerah lain. Kota Segmentasi Kota Pasar sekitar Bojonegoro pasar produk Bojonegoro, Bojonegoro, pasar dan sekitarnya adalah pasar nasional meliputi commit to user
162 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6.
Kendala di bidang pemasaran
Persaingan harga antar pelaku UMKM dan kurangnya dukungan pemerintah
7.
Peningkatan omzet melalui usaha
Melalui inovasi dan pemasaran
kabupaten Bojonegoro dan kota-kota besar di Indonesia Media peamsaran yangdigunak an masih terbatas. Ada kecenderunga n bahwa pelaku UMKM, menunggu pembeli datang ke showroom
Melalui inovasi dan perluasan jaringan pemasaran produk
internasional melalui distributor
kota kota besar Jogja, Jakarta, Bandung, Bali, dll. Pasar internasional melalui distributor. Minimnya Kendala bidang media pemasaran terdiri pemasaran dari dua hal: yang dilakukan a. Kendala internal dan (berasal dari penguasaan dalam pelaku teknologi UMKM) yaitu sebagai media penguasaan pemasaran teknologi, minimnya media yang digunakan, persaingan harga antar pelaku UMKM, serta sifat tidak mau berusaha b. Kendala eksternal Kurangnya dukungan pemasaran dari pemerintah Melalui Melalui inovasi, inovasi, pemanfaatan online pemanfaatan marketting, online mengikuti program marketting, pemerintah mengikuti program pemerintah
commit to user
163 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 10 Foto Kegiatan Pemasaran melalui internet (online marketting) media sosial facebook dan blog
commit to user
164 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id Program wood fair yag dihadiri oleh Bapak Syarifudin Hasan
Bantuan alat dari pemerintah berupa mesin bubut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id Kegiatan studi banding pelaku UMKM
Inovasi bentuk dan warna
commit to user
165 digilib.uns.ac.id