eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (4): 1155-1168 ISSN 0000-0000, ejournal.hi.fisip-unmul.org © Copyright 2013
UPAYA PENCITRAAN KEAMANAN NASIONAL INDONESIA UNTUK MENINGKATKAN KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA Daniel Sinaga1 NIM.0802045064
Abstract Tourism sector was important for the national economy, especially for Indonesia. Terrorism issue was inflicted the national security in Indonesia and national security has inflicted the economy condition in a nation. Foreign tourist arrivals were decreased. There are some terrorism action in Indonesia in period 2001-2006. The distractions of national security stability was inflicted the image of Indonesia. Indonesian national security image was branded as a negative image by the others nations. National security image recovery is important to increase foreign tourist arrivals. Indonesian Government and Indonesian Non-Government Organization have some efforts to recovery the Indonesian national security image for increase foreign tourist arrivals in period 2006-2010. The results showed that Indonesian efforts has make a significant influence. The foreign tourist arrivals increased in every year since 2006 untill 2010. Keywords: Indonesia, National Security, Image, Tourism Pendahuluan Sampai saat ini, sektor pariwisata masih tetap menjadi salah satu andalan utama negara dalam memperoleh devisa negara. Dalam pariwisata internasional, ahliahli ekonomi menggunakan istilah invisible export atau ekspor tak terlihat atas barang dan jasa pelayanan. (James J. Spillane, 1991 : 56) Indonesia merupakan negara yang terkenal akan keindahan alamnya. Keindahan alam Indonesia memiliki potensi untuk dapat dikembangkan menjadi tujuan wisata bagi wisatawan, baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Sebab, hampir diseluruh wilayah Indonesia memiliki keindahan alam yang cukup baik untuk dapat dijadikan daerah tujuan wisata. Iklim tropis Indonesia yang bersifat panas membuat Indonesia memiliki curah hujan yang cukup tinggi. Kondisi tropis semacam inilah yang menyebabkan Indonesia secara keseluruhan memiliki jenis flora dan fauna yang cukup bervariasi jumlahnya seperti yang terdapat di negara-negara tropis lainnya.Keindahan alam yang tersebar hampir diseluruh penjuru Indonesia ini membuat setiap daerah di Indonesia memiliki daerah tujuan wisatanya masing-masing. 1
Mahasiswa Program S1 Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Email:
[email protected]
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (4): 1155-1168
Namun, ada faktor-faktor yang mengganggu dan berdampak pada pemasukan devisa negara melalui sektor pariwisata. Situasi keamanan dalam negeri Indonesia, dapat dibilang rawan akan ancaman, baik itu yang berasal dari luar maupun dari dalam Indonesia. Ancaman-ancaman dari dalam negeri seperti, gerakan-gerakan separatisme yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia, seperti Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Operasi Papua Merdeka (OPM) dan lain sebagainya. Selain itu, ancaman dari luar, yakni jaringan terorisme internasional, kejahatan internasional yang terorganisir dan ancaman dari luar negeri lainnya. Pasca serangan terhadap gedung World Trade Center (WTC) pada tanggal 11 September 2001, terorisme menjadi isu keamanan yang cukup penting dalam dunia internasional, karena yang menjadi target terorisme pada saat itu adalah Amerika Serikat, yang merupakan salah satu negara dengan sistem pertahanan dan keamanan yang cukup kuat. Asumsinya adalah ketika negara kuat seperti Amerika Serikat mengalami serangan terorisme, maka negara-negara berkembang seperti negara-negara di dunia ketiga, akan lebih rentan akan ancaman aksi terorisme. Di Indonesia juga terjadi peristiwa teror bom yang dilakukan oleh teroris. Adanya pengeboman yang terjadi di beberapa kota seperti bom Bali pada tanggal 12 Oktober 2002, Selanjutnya diikuti dengan peristiwa Bom di Hotel J.W. Marriott, Jakarta tanggal 19 November 2003 dan Bom di depan Kedutaan Besar Australia, Jakarta tanggal 5 agustus 2003, dan Bom Bali kedua tanggal 1 Oktober 2005. Penurunan jumlah kunjungan wisman akan berdampak pada penurunan penerimaan devisa negara dari sektor pariwisata pula, sehingga diperlukan upaya untuk memulihkan citra keamanan nasional Indonesia yang sempat menurun, agar perekonomian negara kembali meningkat, khususnya di sektor pariwisata. Kerangka Dasar Teori 1. Konsep Komunikasi Internasional Komunikasi Internasional adalah komunikasi yang ruang lingkupnya melintasi batas-batas wilayah negara dan menyangkut interaksi/hubungan cukup luas dan intens dengan bangsa lain. (T. May Rudy, 2005 : 125) Atau dengan arti lain, komunikasi internasional dapat didefinisikan sebagai komunikasi yang dilakukan oleh komunikator yang mewakili suatu negara dengan menyampaikan pesanpesan yang berkaitan dengan kepentingan nasional negaranya kepada komunikan yang mewakili Negara lain. Dalam Komunikasi Internasional, bagaimanapun juga interaksi itu dipengaruhi oleh kebijakan, tujuan, maksud, kebutuhan dan ekonomi suatu bangsa. (Alo Liliweri, 2003 : 19) Ditinjau dari pelakunya, komunikasi internasional dapat dibagi dalam 2 kategori yaitu: a. Official transaction, yaitu kegiatan komunikasi yang dijalankan oleh pemerintah.
1156
Upaya Pencitraan Keamanan Nasional Indonesia Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Mancanegara (Daniel Sinaga)
b. Unofficial transaction atau disebut juga interaksi trans nasional yaitu kegiatan komunikasi yang melibatkan pihak non-pemerintah. Dalam kegiatan komunikasi internasional terdapat tiga prespektif yang dapat digunakan sebagai paradigma dalam komunikasi internasional, ketiga perspektif tersebut meliputi : a. Perspektif Diplomatik Aktifitas diplomatik banyak dilakukan secara interpersonal atau kelompok kecil, dan merupakan komunikasi langsung yang banyak digunakan antar pejabat tinggi negara untuk bekerja sama atau menyelesaikan konflik, memelihara hubungan bilateral ataupun multilateral dalam meningkatkan posisi tawar tataupun dalam meningkatkan reputasi dengan negara lain b. Perspektif Jurnalistik Jurnalistik merupakan salah satu jenis khas dari komunikasi, lebih memusatkan perhatian pada cara mencari, mengumpulkan, menyeleksi dan mengolah informasi yang mengandung nilai berita, serta menyajikannya kepada khalayak melalui media massa, baik itu media cetak maupun media elektronik. ( Tommy Suprapto, 2009 : 137) c. Perspektif Propaganda Prespektif Propaganda, dalam komunikasi internasional dimaksudkan untuk menanamkan gagasan-gagasan tertentu kedalam benak masyarakat pada negara lain atau bahkan pada masyarakat internasional secara keseluruhan. Propaganda dipacu sedemikian kuat, bukan sekedar mengarahkan opini publik, tetapi agar dapat mempengaruhi pemikiran, perasaan, serta tindakan pemerintah dan publik di negara lain. Propaganda dirancang sebagai sebuah program dengan tujuan yang kongkrit untuk memengaruhi dan mendorong komunikan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginan atau pola yang ditentukan oleh komunikator. (Santoso Satropoetro, 1991 : 34) 2. Konsep Keamanan Nasional (National Security) Keamanan Nasional adalah bagian dari kepentingan nasional yang tak dapat dipisahkan. Bahkan tujuan politik luar negeri untuk mempertahankan kepentingan nasional berkaitan dengan upaya mempertahankan keamanan nasional. Makna keamanan bukan sekedar kondisi aman tenteram tetapi keselamatan atas kelangsungan hidup bangsa dan negara. (T. May Rudy, 2002 : 64) Di dalam konsep ini terdapat tiga kepentingan inti yang secara mendasar rentan mendapatkan ancaman dari luar. Pertama, adalah Physical Security atau keamanan fisik dari masyarakat suatu negara dan hak milik pribadi mereka. Kedua adalah Rules and Institution yang dilaksanakan suatu masyarakat negara, khususnya konstitusi dan aturan formal lainnya. Dan ketiga adalah Prosperity yaitu sumber modal, barang mentah, system keuangan dan lain – lain.
1157
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (4): 1155-1168
Konsep keamanan itu sendiri memiliki beberapa dimensi, (Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, 2005 : 123) yaitu: 1. The origin of threats, dalam hal ini suatu ancaman tidak saja berasal dari pihak luar (eksternal), tapi juga berasal dari dalam negeri yang biasanya terkait dengan isu-isu primordial seperti konflik etnis, budaya, dan agama. 2. The nature of threats, dimensi ini menyoroti ancaman yang bersifat militer, dengan persoalan keamanan yang lebih komprehensif karena menyangkut aspek lain seperti ekonomi, sosial-budaya, lingkungan hidup, dan bahkan isu-isu lain seperti demokratisasi dan HAM seiring dengan adanya perkembangan baik dalam lingkup nasional maupun internasional. 3. Changing response, dalam dimensi ini yaitu adanya pergeseran pendekatan keamanan dari yang bersifat militeristik kearah pendekatan non-militer seperti ekonomi, politik, hukum, dan sosial budaya. 4. Changing responsibility of security, tercapainya keamanan tidak hanya bergantung pada negara melainkan ditentukan pula oleh kerjasama internasional antar aktor non-negara. 5. Core values of security, yakni perlindungan terhadap nilai-nilai baru baik dalam tataran individu maupun global seperti penghormatan pada HAM, demokratisasi, perlindungan terhadap lingkungan hidup dan upaya memerangi kejahatan lintas batas (transnational crime) baik itu perdagangan narkotika, pencucian uang, ataupun terorisme. Setidaknya ada 5 sektor keamanan yang saling terkait antara satu dengan lainnya dalam diskursus kontemporer sebagaimana dinyatakan Barry Buzan, yaitu Sektor Militer (military security), Sektor Politik (political security), Sektor Ekonomi (economic security), Sektor Sosial (societal security) dan Sektor Lingkungan (environmental security). (Barry Buzan, 1991 :19-20) 3. Konsep Citra Citra adalah kesan seseorang terhadap sesuatu. Citra merupakan persepsi yang terbentuk dalam benak manusia. Citra merupakan kesan yang timbul karena pemahaman akan suatu kenyataan. Pemahaman itu sendiri timbul karena adanya informasi. (Rhenald Kasali, 2003 : 30) Menurut Kotler citra sebuah tempat sebetulnya dapat terbentuk dari sekumpulan keyakinan, ide, dan impresi yang didapatkan seseorang mengenai daerah tersebut. Citra merupakan perwujudan dari sekian banyak asosiasi, ditambah potongan-potongan informasi yang berkaitan dengan tempat tersebut. Citra sebuah tempat terbentuk melalui proses berpikir seseorang ketika mendapatkan sejumlah informasi tentang daerah tersebut. (Silih Agung Wasesa, 2006 : 207) Franks Jefkins mengklasifikasikan citra menjadi lima jenis, (Frank Jefkins, 1998 : 2) yakni : 1. Mirror Image (Citra Bayangan), citra ini melekat pada orang dalam atau anggota-anggota organisasi mengenai anggapan pihak luar tentang organisasinya. Citra bayangan adalah citra yang dianut oleh orang dalam mengenai pandangan luar, terhadap organisasinya.
1158
Upaya Pencitraan Keamanan Nasional Indonesia Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Mancanegara (Daniel Sinaga)
2. Current Image (Citra yang Berlaku), citra yang berlaku adalah suatu citra atau pandangan yang dianut oleh pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi. Citra ini sepenuhnya ditentukan oleh banyak-sedikitnya informasi yang dimiliki oleh mereka yang mempercayainya. 3. Multiple Image (Citra Majemuk) yaitu adanya pandangan yang bermacammacam dari publiknya terhadap organisasi tertentu yang ditimbulkan oleh mereka yang mewakili organisasi kita dengan tingkah laku yang berbeda-beda atau tidak seirama dengan tujuan atau asas organisasi kita. 4. Corporate Image (Citra Perusahaan) adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan sekedar citra atas produk dan pelayanannya. 5. Wish Image (Citra Yang Diharapkan), citra harapan adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen atau suatu organisasi. Citra yang diharapkn biasanya dirumuskan dan diterapkan untuk sesuatu yang relatif baru, ketika khalayak belum memiliki informasi yang memadai mengenainya. Ada empat komponen pembentukan citra (Soleh Sumirat dan Elvinaro Ardianto, 2005 : 115) antara lain : 1. Persepsi, diartikan sebagai hasil pengamatan unsur lingkungan yang dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan dengan kata lain. Individu akan memberikan makna terhadap rangsang berdasarkan pengalamannya mengenai rangsang. 2. Kognisi, yaitu suatu keyakinan diri dari individu terhadap stimulus keyakinan ini akan timbul apabila individu harus diberikan informasi-informasi yang cukup dapat mempengaruhi perkembangan kognisinya. 3. Motif adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. 4. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berfikir, dan merasa dalam menghadapi obyek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan prilaku tetapi merupakan kecenderungan untuk berprilaku dengan prilaku tetapi merupakan kecendrungan untuk berprilaku dengan cara-cara tertentu. Proses pembentukan citra bukanlah hal yang sederhana, karena tidak hanya sekedar membentuk persepsi baik dan buruk, citra harus lebih spesifik. Citra merupakan hal yang penting dalam suatu pemasaran pariwisata, karena citra terhadap tempat tujuan pariwisata merupakan akumulasi dari kesan yang dimiliki seseorang tentang tempat tujuan tersebut. Citra dapat memberikan dampak yang positif bagi suatu tempat tujuan wisata, namun citra juga dapat memberikan dampak negatif. Jika citra suatu tempat tujuan wisata itu sudah jelek, maka wisatawan akan mengurungkan niat untuk berkunjung ke tempat tersebut, demikian pula sebaliknya.
1159
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (4): 1155-1168
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe eksplanatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik telaah pustaka. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Teknik analisa data yang digunakan adalah teknik kualitatif, Hasil Penelitian Indonesia merupakan negara yang kaya akan potensi alamnya dan tersebar merata di seluruh Indonesia. Selain kekayaan alam, Indonesia juga memiliki kebudayaan yang beragam, karena Indonesia sendiri memiliki ratusan suku dan masingmasing suku memiliki adat yang berbeda-beda. Hal-hal tersebut menjadi indikator potensi pariwisata yang dimiliki oleh Indonesia. Indonesia memiliki beberapa jenis-jenis wisata, seperti wisata budaya, wisata maritim, wisata lingkungan, agro wisata, wisata religi dan wisata hobi. Potensi pariwisata yang dimiliki oleh Indonesia mampu menarik minat para wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Indonesia. Berdasarkan data statistik kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia mengalami fluktuasi dalam periode tahun 2002-2010. Hal tersebut diakibatkan oleh kondisi keamanan nasional Indonesia yang tidak stabil. Dalam periode tahun 2002-2005, telah terjadi peristiwa pengeboman yang dilakukan oleh kelompok teroris di Indonesia. Hal tersebut mengganggu stabilitas keamanan Indonesia dan berdampak pada tingkat kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Keamanan nasional Indonesia mendapatkan citra negatif dari negara-negara lain, bahkan beberapa negara mengeluarkan travel warning ke Indonesia. Namun, selain peristiwa-peristiwa pengeboman di Indonesia, keamanan nasional Indonesia sendiri masih terancam. Ancaman keamanan nasional dapat dibagi menjadi 5, yakni ancaman pertahanan dan keamanan, ancaman keamanan politik, ancaman keamanan ekonomi, ancaman keamanan sosial, dan ancaman keamanan lingkungan. Dalam upaya meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia, yang menjadi fokus utama adalah memulihkan citra keamanan nasional Indonesia yang sempat dianggap negatif oleh negara-negara lain. Dan tentunya dalam memulihkan citra Indonesia itu, dapat dilakukan baik itu oleh lembaga pemerintah maupun lembaga-lembaga non-pemerintah lainnya. Upaya pemulihan citra keamanan nasional yang dilakukan oleh pemerintah, dikategorikan menjadi 2 bagian, yaitu upaya internal dan upaya eksternal. Upaya eksternal itu sendiri, jika ditinjau dari perspektif diplomatik dalam komunikasi internasional, kemudian terbagi menjadi 2 lagi, yakni bilateral dan multilateral. Indonesia merupakan salah satu negara yang cukup aktif dalam interaksi internasional. Indonesia banyak menjalin kerja sama dengan negara-negara lain, baik itu kerjasama bilateral maupun multilateral. Dalam periode tahun 2006-2010 Indonesia telah mengikuti banyak pertemuan luar negeri dan juga beberapa kali
1160
Upaya Pencitraan Keamanan Nasional Indonesia Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Mancanegara (Daniel Sinaga)
menjadi tuan rumah pertemuan-pertemuan luar negeri. Hal tersebut menjadi sarana bagi pemerintah Indonesia untuk mempromosikan dan menjelaskan tentang kondisi keamanan Indonesia yang sebelumnya dinilai negatif. Bentuk dari upaya yang dilakukan oleh pihak pemerintah itu antara lain : 1. Upaya Internal Upaya internal merupakan upaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk memulihkan citra keamanan nasional dengan melakukan perbaikan dalam negeri, dalam hal ini difokuskan kepada masalah keamanan. Pemerintah berupaya meningkatkan kemampuan militer dalam negeri melaui pelatihan-pelatihan militer. 2. Upaya Eksternal Upaya eksternal merupakan upaya memulihkan citra keamanan melalui jalur diplomatik, dengan menjalin kerjasama dengan negara lain, baik secara bilateral maupun multilateral. a. Bilateral Pemerintah Indonesia juga menjalin kerjasama-kerjasama dengan lain, fokus utamanya adalah kerjasama di sektor militer dan pariwisata. 1. Indonesia-Amerika Serikat Kerjasama Indonesia-Amerika Srikat didasari oleh kesamaan tujuan, yaitu memerangi aksi terorisme. Amerika Serikat mengalami serangan terorisme pada tanggal 11 September 2001, sementara Indonesia telah berkali-kali mengalami peristiwa pengeboman. Meskipun dalam perkembangannya, hubungan kerja sama Indonesia-Amerika Serikat mengalami fluktuasi, namun karena adanya persamaan kepentingan, kerja sama kedua Negara dapat berjalan dengan cukup baik dan menguntungkan. Embargo militer yang diberikan oleh AS kepada Indonesia atas pelanggaran hak asasi manusia secara bertahap mulai dihapuskan, hari Selasa 22 November 2005, Departemen Luar Negeri AS mengatakan akan membantu Indonesia memodernisasi militernya serta meningkatkan usaha kontra-terorisme dan pertolongan bencana. Selain itu, AS melihat bahwa Indonesia sudah mencapai kemajuan penting dalam memajukan demokrasi dalam waktu singkat. AS melalui Duta Besarnya mengumumkan bahwa efektif mulai 23 Mei 2008, Departemen Luar Negeri AS telah mencabut travel warning yang diberlakukan sejak bulan November 2000 setelah beberapa kali terjadi peledakan bom di Jakarta dan Bali. AS juga melanjutkan hubungan militer dengan Kopassus yang telah putus selama lebih dari satu dekade. (http://www.voaindonesia.com/content/a-32-2005-11-23voa7-85405487/63433.html) Kedatangan Presiden Obama pada November 2010 silam di Indonesia merupakan kunjungan pertamanya setelah terpilihnya Obama sebagai Presiden AS. Kedatangannya tersebut secara resmi meluncurkan US-Indonesia Comprehensive
1161
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (4): 1155-1168
Partnership, yang merupakan sebuah inisiatif dimana AS akan memperluas dan memperkuat hubungan dengan Indonesia untuk menangani isu-isu regional dan global. 2. Indonesia-Australia Indonesia juga menjalin kerjasama dengaan Australia. Indonesia maupun Australia sama-sama menjadi korban dari aksi terorisme. Pada tanggal 10 Oktober 2002, bom meledak di pulau Bali. Lokasi ledakan memang dalam wilayah Indonesia, namun mayoritas korban tewas adalah wisatawan asing yang berlibur di sana. Korban jiwa yang hampir mencapai 200 orang adalah mayoritas wisatawan asing yang berasal dari Australia. Dua tahun kemudian, teror kembali menyerang Indonesia dan Australia.Kini ledakan ditujukan ke gedung Kedutaan Australia di Jalan Kuningan Jakarta. Selain itu, akibat dari aksi terorisme yang terjadi, Australia mengeluarkan Travel Advisory bagi warga negaranya agar tidak melakukan perjalanan ke Indonesia. Setelah melalui beberapa kali pertemuan, akhirnya pemerintah Indonesia dan Australia mulai menemukan langkah awal untuk memperbaiki dan meningkatkan hubungan kerja sama di antara kedua belah pihak. Meskipun dalam waktu yang berbeda, Indonesia dan Australia meratifikasi Lombok Treaty. Lombok Treaty mengatur 21 kerjasama dalam 10 bidang, yaitu: kerjasama bidang pertahanan, penegakan hukum, anti-terorisme, kerjasama intelijen, keamanan maritim, keselamatan dan keamanan penerbangan, pencegahan perluasan (non-proliferasi) senjata pemusnah massal, kerjasama tanggap darurat, organisasi multilateral, dan peningkatan saling pengertian dan saling kontak antar masyarakat dan antar perseorangan. 3. Indonesia-Rusia Pasca tahun 2006, Pemerintah Indonesia telah berhasil menjalin beberapa kerja sama dengan pihak Rusia. Dalam periode tahun 2006-2010, perjanjian di antara kedua negara didominasi dengan perjanjian yang membahas bidang keamanan keamanan. Karena pada saat itu, Indonesia baru saja mengalami serangan terorisme dan kerja sama dengan Rusia diharapkan mampu untuk mencegah dan meningkatkan kondisi keamanan Indonesia. Pada tahun 2006, saat kunjungan Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, ke Rusia, telah terjadi beberapa kesepakatan dengan pemerintah Rusia, seperti penandatangan MoU antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Federasi Rusia mengenai bantuan dalam rangka pelaksanaan Program Kerjasama Teknik Militer Indonesia-Rusia Tahun 2006-2010. (http://kemlu.go.id/Daftar%20Perjanjian%20Internasional/rusia.html). Selain itu, penandatanganan MoU antara Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia dan Badan Federal Bidang Pariwisata Federasi Rusia mengenai Kerjasama Bidang Pariwisata, juga diharapkan dapat memperbaiki
1162
Upaya Pencitraan Keamanan Nasional Indonesia Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Mancanegara (Daniel Sinaga)
sektor Pariwisata Indonesia yang saat itu tengah menurun pasca peristiwa Bom Bali. b. Multilateral 1. ASEAN Tourism Forum (ATF) ATF adalah sebuah forum tingkat menteri pariwisata yang dilaksanakan di sela M-ATM. ATF membahas tentang kerjasama regional yang berupaya untuk mempromosikan wilayah ASEAN sebagai salah satu tujuan wisatawan. Melalui forum ini, menteri pariwisata Indonesia menyampaikan tentang kondisi Indonesia, termasuk juga kondisi keamanan yang semakin membaik pasca peristiwa terorisme yang pernah terjadi di Indonesia.Tujuannya adalah untuk meyakinkan Negara-negara peserta forum lainnya bahwa Indonesia merupakan Negara yang aman untuk dijadikan sebagai tujuan wisata di ASEAN dan dapatmeningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara dalam lingkup kawasan Asia Tenggara. 2. Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) Pertemuan APEC Tingkat Menteri ke-6 di bidang pariwisata telah diselenggarakan sejak tanggal 22-23 September 2010 di kota Nara, Jepang. Dengan tema “Tourism for New Strategic Growth in the Asia-Pacific”, sebanyak 21 negara anggota APEC termasuk 7 Menteri Pariwisata hadir dalam pertemuan ini untuk mendiskusikan upaya meningkatkan pariwisata di wilayah Asia Pasifik. (http://www.indonesia-osaka.org/berita/2010/09/24/para-menteri-pariwisata-apecbertemu-di-nara-jepang/) Dalam pembahasan mengenai Deklarasi Nara, pihak Indonesia menyampaikan pentingnya sektor pariwisata sebagai pendukung dalampertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Pasifik.Indonesia juga mengusulkan agar Deklarasi ini dapat memasukkan peran penting sektor pariwisata dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, mengurangi kemiskinan, dan menjaga kelestarian lingkungan di Asia Pasifik.Usulan ini mendapat dukungan oleh seluruh perwakilan negara anggota APEC. 3. Association of South East Asia Nations (ASEAN) KTT ASEAN adalah pertemuan puncak antara pemimpin-pemimpin negara anggota ASEAN dalam hubungannya terhadap pengembangan ekonomi dan budaya antar negara-negara Asia Tenggara. Sejak dibentuknya ASEAN telah berlangsung 14 kali KTT resmi, 4 KTT tidak resmi, dan 1 KTT Luar Biasa. Masalah keamanan menjadi faktor penghambat terhadap pembangunan suatu Negara, termasuk Indonesia. Terorisme beberapa kali menjadi topik utama dalam KTT ASEAN. Oleh karena itu, perlunya dilaksanakan berbagai langkah pemberantasan melalui kerja sama regional. Berkaitan dengan hal tersebut, bangsa Indonesia perlu mempersiapkan diri agar dapat berperan secara optimal dalam pengembangan kerja sama di kawasan, khususnya yang terkait dengan kejahatan terorisme dan kejahatan lintas batas lainnya. Peningkatkan kerja sama keamanan dengan negara yang tergabung dalam ASEAN dalam menanggulangi kejahatan
1163
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (4): 1155-1168
terorisme di bawah payung Konvensi ASEAN mengenai Pemberantasan Terorisme yang telah ditandatangani pemerintah pada KTT ASEAN ke-12 di Cebu, Filipina, tanggal 13 Januari 2007. 4. ASEAN Regional Forum (ARF) ARF merupakan suatu forum yang dibentuk oleh ASEAN pada tahun 1994 sebagai suatu wahana bagi dialog dan konsultasi mengenai hal-hal yang terkait dengan politik dan keamanan di kawasan, serta untuk membahas dan menyamakan pandangan antara negara-negara peserta ARF untuk memperkecil ancaman terhadap stabilitas dan keamanan kawasan. ARF merupakan satusatunya forum di level pemerintahan yang dihadiri oleh seluruh negara-negara kuat di kawasan Asia Pasifik dan kawasan lain seperti Amerika Serikat, Republik Rakyat China, Jepang, Rusia dan Uni Eropa (UE). (http://www.kemlu.go.id/Pages/IFPDisplay.aspx?Name=RegionalCooperation&I DP=5&P=Regional&l=id) ARF menyepakati bawa konsep keamanan menyeluruh (comprehensive security) tidak hanya mencakup aspek-aspek militer dan isu keamanan tradisional namun juga terkait dengan aspek politik, ekonomi, sosial dan isu lainnya seperti isu keamanan non-tradisional. Sejak terjadinya peristiwa-peristiwa pengeboman yang terjadi di Indonesia, kawasan Asia Tenggara meningkatkan fokus terhadap Isu Terorisme. Karena hal tersebut, melalui forum ini, Indonesia dapat menyampaikan kepentingannya, yakni pemberantasan terorisme untuk menciptakan stabilitas keamanan, pemulihan citra keamanan dengan mengangkat isu keamanan yang mengancam kawasan Asia Tenggara dan Indonesia secara khusus. Belum lagi ditambah dengan hadirnya Negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Cina, Jepang, dan Negara Uni Eropa lainnya sebagai pengamat, sehingga Indonesia dapat menyampaikan kepentingannya dan dapat bekerja sama dengan Negara-negara tersebut dalam bidang pertahanan keamanan sehingga dapat menaikkan status keamanan Indonesia yang kemudian berdampak pada peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara dari Negara mitra kerjasamanya. Kemudian ada juga upaya-upaya yang dilakukan oleh lembaga non-pemerintah. Dalam upaya pemulihan citra keamanan Indonesia untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara, tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja. Lembaga-lembaga non-pemerintah juga dapat berpartisipasi, baik itu melalui event-event internasional, promosi pariwisata baik itu secara langsung maupun tidak langsung dan melalui jalur-jalur promosi lainnya. Upaya yang dilakukan oleh lembaga non pemerintah, antara lain : 1. Java Festival Production melalui event yang mereka selenggarakan, yakni, Jakarta International Java Jazz Festival (JIJJF). JIJF adalah festival musik jazz terbesar yang setiap tahunnya diselenggarakan setiap awal bulan Maret di Jakarta, Indonesia oleh Java Festival Production sejak tahun 2005. Selain menghadirkan musisi jazz mancanegara maupun dalam negeri, festival ini juga
1164
Upaya Pencitraan Keamanan Nasional Indonesia Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Mancanegara (Daniel Sinaga)
disertai musisi dari genre musik lainnya seperti R&B, soul, reggae. Selama 6 tahun berturut-turut (2005-2010), JJF mengalami peningkatan jumlah pengunjung secara signifikan. Dari jumlah pengunjung sebanyak 57.800 orang di tahun 2005 menjadi 110.300 orang atau hampir dua kali lipat di tahun 2010. (http://djpen.kemendag.go.id/app_frontend/admin/docs/publication/80013369699 35.pdf) Penyelenggaraan Java Jazz Festival dari tahun ke tahun menghadirkan makin banyak duta musik dari berbagai negara. Ruang-ruang pertunjukan selain dipenuhi pengunjung baik dalam maupun luar negeri, atau mereka yang memang tinggal di Indonesia, maupun yang berasal dari Singapura, Malaysia, Amerika, Belanda, Jepang, dan Australia. Pada tahun 2010 tercatat sedikitnya 1.500 artis lokal dan mancanegara ikut terlibat pada pagelaran ini. 2. Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) melalui event-event sepakbola. Pertandingan sepakbola, secara tidak langsung dapat dijadikan sebagai sarana untuk meningkatkan citra keamanan Indonesia.Apalagi ketika yang menjadi lawan tanding Indonesia adalah klub-klub yang berasal dari luar Indonesia dan memiliki basis penonton yang cukup besar yang tersebar di seluruh dunia. 3. Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) melalui kejuaraan-kejuaraan bulu tangkis. Bulu tangkis merupakan salah satu cabang olahraga yang berhasil membawa nama Indonesia ke peringkat teratas dalam dunia internasional. Berbagai kejuaran berhasil dimenangkan oleh atlit-atlit Indonesia. Tidak hanya itu, Indonesia juga dipercayai untuk menjadi tuan rumah kejuaran internasional badminton atau yang lebih dikenal dengan Indonesia Terbuka. Dalam berbagai kesempatan, event ini juga mengadakan acara-acara lain di selasela turnamen. Seperti malam pembukaan, dan biasanya, Indonesia selaku tuan rumah, memberikan pertunjukan bagi para peserta. Salah satunya adalah pertunjukan budaya.Para peserta juga tidak keberatan untuk menikmati hasil kebudayaan Indonesia.Salah satunya diindikasikan melalui penggunaan pakaian batik yang merupakan budaya asli Indonesia. 4. Sail Indonesia Organizer melalui event Sail Indonesia. Sail Indonesia adalah turnamen reli yacht tahunan yang berangkat dari kota Darwin, Australia pada bulan Juli setiap tahun dan diikuti oleh program tiga bulan yang terkait dengan tujuan wisata di seluruh Indonesia. Sail Indonesia sebagai acara berbasis web dan reli dipromosikan dan dikelola menggunakan internet dan email saja. Pada masa sekarang, sektor pariwisata memegang peranan cukup penting terhadap pertumbuhan perekonomian suatu negara, demikian dengan Indonesia. Bagi Indonesia, sektor pariwisata merupakan salah satu penyumbang devisa terbesar. Kondisi keamanan dalam negeri mempunyai pengaruh terhadap tingkat kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Hal tersebut yang kemudian menjadi alasan bagi Indonesia untuk memulihkan citra keamanan nasional Indonesia yang tercoreng akibat peristiwa-peristiwa yang mengganggu stabilitas keamanan Indonesia.
1165
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (4): 1155-1168
Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah maupun lembaga-lembaga non-pemerintah lainnya yang bertujuan untuk memulihkan citra keamanan Indonesia ada kaitannya terhadap peningkatan kondisi perekonomian Indonesia, khususnya sektor pariwisata. Wish Image dari upaya pencitraan tersebut adalah citra bahwa Indonesia merupakan negara yang aman untuk dikunjungi, sehingga para negara asal wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia memberikan izin bagi warga negaranya untuk melakukan perjalanan ke Indonesia. Meskipun terkesan belum optimal, namun Wish Image dari upaya pencitraan Indonesia mulai menunjukan hasil. Salah satu indikatornya adalah meningkatnya kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia dan kemudian berdampak pada meningkatnya pemasukan devisa negara Indonesia melalui sektor pariwisata. Kesimpulan Dalam interaksi internasional antar negara di seluruh dunia, citra keamanan suatu negara, mempunyai peranan yang cukup penting terhadap kelangsungan perkembangan perekonomian suatu negara. Semakin stabil kondisi keamanan suatu negara, maka semakin stabil pula tingkat perkembangan perekonomiannya. Demikian dengan Indonesia, sebagai negara berkembang, Indonesia harus mampu untuk menciptakan kestabilan keamanan nasionalnya agar dapat fokus dalam membangun negara dari sisi perekonomian. Sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah, Indonesia tentunya diharapkan agar memiliki perekonomian yang kuat, yang mampu bersaing dengan negara-negara maju lainnya. Salah sektor perekonomian yang terkait dengan stabilitas keamanan nasional adalah sektor pariwisata. Citra keamanan nasional Indonesia di mata dunia internasional sangat berpengaruh pada tingkat kedatangan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Sehingga, ketika citra keamanan Indonesia dianggap negatif, maka tingkat kunjungan wisatawan mancanegara akan mengalami penurunan. Faktor lain yang mempengaruhi penurunan tingkat kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia adalah pemerintah Indonesia belum berhasil memanfaatkan potensi yang dimiliki di sektor pariwisata secara maksimal. Agar dapat meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia, maka diperlukan upaya-upaya untuk memulihkan citra keamanan nasional Indonesia. Upaya-Upaya yang dilakukan untuk Pemulihan Citra Keamanan Nasional Indonesia terkait dengan meningkatkan kedatangan Wisatawan Mancanegara bukan hanya menjadi tugas dari pemerintah saja tetapi memerlukan kerjasama dari lembaga-lembaga non-pemerintah yang terkait dengan sektor pariwisata. Adapun upaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia terbagi lagi menjadi 2, yakni upaya internal dan upaya eksternal. Upaya internal merupakan upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk memulihkan kondisi keamanan dalam negeri, salah satunya dengan peningkatan kapasitas militer Indonesia melalui pelatihanpelatihan militer. Sementara upaya eksternal adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia melalui kerjasama, baik itu bilateral maupun multilateral. Sementara, upaya-upaya yang dilakukan oleh lembaga non-pemerintah,
1166
Upaya Pencitraan Keamanan Nasional Indonesia Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Mancanegara (Daniel Sinaga)
dilakukakn oleh lembaga-lembaga yang bergerak di berbagai bidang, namun tetap memiliki kaitan terhadap upaya pemulihan citra keamanan nasional Indonesia untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara. Lembaga-lembaga nonpemerintah yang turut melakukan upaya pemulihan citra keamanan nasional Indonesia antara lain, Java Festival Production, Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI), dan Sail Indonesia Organizer. Efek yang diberikan dengan adanya perbaikan citra keamanan nasional Indonesia, selain menaikkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang akan datang ke Indonesia juga membuka mata dunia internasional akan keadaan stabilitas nasional di Indonesia yang telah semakin membaik. Daftar Pustaka Sumber buku : Buzan, Barry, 1991, People, State & Fear: An Agenda for International Security Studies in the Post-Cold War Era, 2nd edition. New York: Harvester Wheatsheaf. Jefkins, Frank, 1998, Public Relations Edisi ke 5.Jakarta : Erlangga. Kasali, Rhenald. 2003, Manajemen Public Relations.Jakarta : Grafiti. Liliweri, Alo, 2003, Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar Budaya,Malang : PT LKiS Pelangi Aksara. Rudy, T. May, 2005,Komunikasi & Hubungan Masyarakat Internasional, Bandung: PT Refika Aditama. Rudy, T. May, 2002, Studi Strategis Dalam Transformasi Sistem Internasional Pasca Perang Dingin, Bandung : PT. Refika Aditama. Sastropoetro, Santoso, 1991, Propaganda : Salah Satu Bentuk Komunikasi Massa, Bandung : Alumni. Soemirat, Soleh, dan Ardianto , Elvinaro, 2005, Dasar-dasar Public Relations. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Spillane, James J., 1991,Ekonomi Pariwisata : Sejarah dan Prospeknya, Yogyakarta : Kanisius. Suprapto, Tommy, 2009, Pengantar Teori & Manajemen Komunikasi, Yogyakarta : Media Pressindo. Wasesa, Silih Agung, 2006, Strategi Public Relations. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
1167
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (4): 1155-1168
Sumber Lainnya : ASEAN Regional Forum (ARF).Diakses melalui http://www.kemlu. go.id/ Pages/IFPDisplay.aspx?Name=RegionalCooperation&IDP=5&P=Regiona l&l=id pada tanggal 15 September 2013. Ekonomi Kreatif Industri Musik Indonesia. Diunduh melalui situs http://djpen.kemendag.go.id/app_frontend/admin/docs/publication/800133 6969935.pdf pada tanggal 17 September 2013 Kerjasama ASEAN dan Mitra Wicara. Diakses melalui http://www.kemlu. go.id/Pages/Asean.aspx?IDP=10&l=id pada tanggal 15 September 2013 Lombok Treaty. Diakses melalui http://www.pdfio.com/k-306988.html pada tanggal 16 September 2013 Para Menteri Pariwisata APEC Bertemu di Nara, Jepang.Diakses melalui http://www.indonesia-osaka.org/berita/2010/09/24/para-menteripariwisata-apec-bertemu-di-nara-jepang/ pada tanggal 17 September 2013. Rusia.
Diakses melalui http://kemlu.go.id/Daftar%20Perjanjian%20 Internasional/rusia.htm pada tanggal 17 September 2013
SBY: Pencabutan Embargo Membuka Babak Baru Hubungan Indonesia-Amerika. Diakses melalui http://www.voaindonesia.com/content/a-32-2005-11-23voa7-85405487/63433.html pada tanggal 15 September 2013
1168
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (4): 1155-1168 ISSN 0000-0000, ejournal.hi.fisip-unmul.org © Copyright 2013
UPAYA PENCITRAAN KEAMANAN NASIONAL INDONESIA UNTUK MENINGKATKAN KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA Daniel Sinaga1 NIM.0802045064
Abstract Tourism sector was important for the national economy, especially for Indonesia. Terrorism issue was inflicted the national security in Indonesia and national security has inflicted the economy condition in a nation. Foreign tourist arrivals were decreased. There are some terrorism action in Indonesia in period 2001-2006. The distractions of national security stability was inflicted the image of Indonesia. Indonesian national security image was branded as a negative image by the others nations. National security image recovery is important to increase foreign tourist arrivals. Indonesian Government and Indonesian Non-Government Organization have some efforts to recovery the Indonesian national security image for increase foreign tourist arrivals in period 2006-2010. The results showed that Indonesian efforts has make a significant influence. The foreign tourist arrivals increased in every year since 2006 untill 2010. Keywords: Indonesia, National Security, Image, Tourism Pendahuluan Sampai saat ini, sektor pariwisata masih tetap menjadi salah satu andalan utama negara dalam memperoleh devisa negara. Dalam pariwisata internasional, ahliahli ekonomi menggunakan istilah invisible export atau ekspor tak terlihat atas barang dan jasa pelayanan. (James J. Spillane, 1991 : 56) Indonesia merupakan negara yang terkenal akan keindahan alamnya. Keindahan alam Indonesia memiliki potensi untuk dapat dikembangkan menjadi tujuan wisata bagi wisatawan, baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Sebab, hampir diseluruh wilayah Indonesia memiliki keindahan alam yang cukup baik untuk dapat dijadikan daerah tujuan wisata. Iklim tropis Indonesia yang bersifat panas membuat Indonesia memiliki curah hujan yang cukup tinggi. Kondisi tropis semacam inilah yang menyebabkan Indonesia secara keseluruhan memiliki jenis flora dan fauna yang cukup bervariasi jumlahnya seperti yang terdapat di negara-negara tropis lainnya.Keindahan alam yang tersebar hampir diseluruh penjuru Indonesia ini membuat setiap daerah di Indonesia memiliki daerah tujuan wisatanya masing-masing. 1
Mahasiswa Program S1 Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Email:
[email protected]
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (4): 1155-1168
Namun, ada faktor-faktor yang mengganggu dan berdampak pada pemasukan devisa negara melalui sektor pariwisata. Situasi keamanan dalam negeri Indonesia, dapat dibilang rawan akan ancaman, baik itu yang berasal dari luar maupun dari dalam Indonesia. Ancaman-ancaman dari dalam negeri seperti, gerakan-gerakan separatisme yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia, seperti Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Operasi Papua Merdeka (OPM) dan lain sebagainya. Selain itu, ancaman dari luar, yakni jaringan terorisme internasional, kejahatan internasional yang terorganisir dan ancaman dari luar negeri lainnya. Pasca serangan terhadap gedung World Trade Center (WTC) pada tanggal 11 September 2001, terorisme menjadi isu keamanan yang cukup penting dalam dunia internasional, karena yang menjadi target terorisme pada saat itu adalah Amerika Serikat, yang merupakan salah satu negara dengan sistem pertahanan dan keamanan yang cukup kuat. Asumsinya adalah ketika negara kuat seperti Amerika Serikat mengalami serangan terorisme, maka negara-negara berkembang seperti negara-negara di dunia ketiga, akan lebih rentan akan ancaman aksi terorisme. Di Indonesia juga terjadi peristiwa teror bom yang dilakukan oleh teroris. Adanya pengeboman yang terjadi di beberapa kota seperti bom Bali pada tanggal 12 Oktober 2002, Selanjutnya diikuti dengan peristiwa Bom di Hotel J.W. Marriott, Jakarta tanggal 19 November 2003 dan Bom di depan Kedutaan Besar Australia, Jakarta tanggal 5 agustus 2003, dan Bom Bali kedua tanggal 1 Oktober 2005. Penurunan jumlah kunjungan wisman akan berdampak pada penurunan penerimaan devisa negara dari sektor pariwisata pula, sehingga diperlukan upaya untuk memulihkan citra keamanan nasional Indonesia yang sempat menurun, agar perekonomian negara kembali meningkat, khususnya di sektor pariwisata. Kerangka Dasar Teori 1. Konsep Komunikasi Internasional Komunikasi Internasional adalah komunikasi yang ruang lingkupnya melintasi batas-batas wilayah negara dan menyangkut interaksi/hubungan cukup luas dan intens dengan bangsa lain. (T. May Rudy, 2005 : 125) Atau dengan arti lain, komunikasi internasional dapat didefinisikan sebagai komunikasi yang dilakukan oleh komunikator yang mewakili suatu negara dengan menyampaikan pesanpesan yang berkaitan dengan kepentingan nasional negaranya kepada komunikan yang mewakili Negara lain. Dalam Komunikasi Internasional, bagaimanapun juga interaksi itu dipengaruhi oleh kebijakan, tujuan, maksud, kebutuhan dan ekonomi suatu bangsa. (Alo Liliweri, 2003 : 19) Ditinjau dari pelakunya, komunikasi internasional dapat dibagi dalam 2 kategori yaitu: a. Official transaction, yaitu kegiatan komunikasi yang dijalankan oleh pemerintah.
1156
Upaya Pencitraan Keamanan Nasional Indonesia Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Mancanegara (Daniel Sinaga)
b. Unofficial transaction atau disebut juga interaksi trans nasional yaitu kegiatan komunikasi yang melibatkan pihak non-pemerintah. Dalam kegiatan komunikasi internasional terdapat tiga prespektif yang dapat digunakan sebagai paradigma dalam komunikasi internasional, ketiga perspektif tersebut meliputi : a. Perspektif Diplomatik Aktifitas diplomatik banyak dilakukan secara interpersonal atau kelompok kecil, dan merupakan komunikasi langsung yang banyak digunakan antar pejabat tinggi negara untuk bekerja sama atau menyelesaikan konflik, memelihara hubungan bilateral ataupun multilateral dalam meningkatkan posisi tawar tataupun dalam meningkatkan reputasi dengan negara lain b. Perspektif Jurnalistik Jurnalistik merupakan salah satu jenis khas dari komunikasi, lebih memusatkan perhatian pada cara mencari, mengumpulkan, menyeleksi dan mengolah informasi yang mengandung nilai berita, serta menyajikannya kepada khalayak melalui media massa, baik itu media cetak maupun media elektronik. ( Tommy Suprapto, 2009 : 137) c. Perspektif Propaganda Prespektif Propaganda, dalam komunikasi internasional dimaksudkan untuk menanamkan gagasan-gagasan tertentu kedalam benak masyarakat pada negara lain atau bahkan pada masyarakat internasional secara keseluruhan. Propaganda dipacu sedemikian kuat, bukan sekedar mengarahkan opini publik, tetapi agar dapat mempengaruhi pemikiran, perasaan, serta tindakan pemerintah dan publik di negara lain. Propaganda dirancang sebagai sebuah program dengan tujuan yang kongkrit untuk memengaruhi dan mendorong komunikan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginan atau pola yang ditentukan oleh komunikator. (Santoso Satropoetro, 1991 : 34) 2. Konsep Keamanan Nasional (National Security) Keamanan Nasional adalah bagian dari kepentingan nasional yang tak dapat dipisahkan. Bahkan tujuan politik luar negeri untuk mempertahankan kepentingan nasional berkaitan dengan upaya mempertahankan keamanan nasional. Makna keamanan bukan sekedar kondisi aman tenteram tetapi keselamatan atas kelangsungan hidup bangsa dan negara. (T. May Rudy, 2002 : 64) Di dalam konsep ini terdapat tiga kepentingan inti yang secara mendasar rentan mendapatkan ancaman dari luar. Pertama, adalah Physical Security atau keamanan fisik dari masyarakat suatu negara dan hak milik pribadi mereka. Kedua adalah Rules and Institution yang dilaksanakan suatu masyarakat negara, khususnya konstitusi dan aturan formal lainnya. Dan ketiga adalah Prosperity yaitu sumber modal, barang mentah, system keuangan dan lain – lain.
1157
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (4): 1155-1168
Konsep keamanan itu sendiri memiliki beberapa dimensi, (Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, 2005 : 123) yaitu: 1. The origin of threats, dalam hal ini suatu ancaman tidak saja berasal dari pihak luar (eksternal), tapi juga berasal dari dalam negeri yang biasanya terkait dengan isu-isu primordial seperti konflik etnis, budaya, dan agama. 2. The nature of threats, dimensi ini menyoroti ancaman yang bersifat militer, dengan persoalan keamanan yang lebih komprehensif karena menyangkut aspek lain seperti ekonomi, sosial-budaya, lingkungan hidup, dan bahkan isu-isu lain seperti demokratisasi dan HAM seiring dengan adanya perkembangan baik dalam lingkup nasional maupun internasional. 3. Changing response, dalam dimensi ini yaitu adanya pergeseran pendekatan keamanan dari yang bersifat militeristik kearah pendekatan non-militer seperti ekonomi, politik, hukum, dan sosial budaya. 4. Changing responsibility of security, tercapainya keamanan tidak hanya bergantung pada negara melainkan ditentukan pula oleh kerjasama internasional antar aktor non-negara. 5. Core values of security, yakni perlindungan terhadap nilai-nilai baru baik dalam tataran individu maupun global seperti penghormatan pada HAM, demokratisasi, perlindungan terhadap lingkungan hidup dan upaya memerangi kejahatan lintas batas (transnational crime) baik itu perdagangan narkotika, pencucian uang, ataupun terorisme. Setidaknya ada 5 sektor keamanan yang saling terkait antara satu dengan lainnya dalam diskursus kontemporer sebagaimana dinyatakan Barry Buzan, yaitu Sektor Militer (military security), Sektor Politik (political security), Sektor Ekonomi (economic security), Sektor Sosial (societal security) dan Sektor Lingkungan (environmental security). (Barry Buzan, 1991 :19-20) 3. Konsep Citra Citra adalah kesan seseorang terhadap sesuatu. Citra merupakan persepsi yang terbentuk dalam benak manusia. Citra merupakan kesan yang timbul karena pemahaman akan suatu kenyataan. Pemahaman itu sendiri timbul karena adanya informasi. (Rhenald Kasali, 2003 : 30) Menurut Kotler citra sebuah tempat sebetulnya dapat terbentuk dari sekumpulan keyakinan, ide, dan impresi yang didapatkan seseorang mengenai daerah tersebut. Citra merupakan perwujudan dari sekian banyak asosiasi, ditambah potongan-potongan informasi yang berkaitan dengan tempat tersebut. Citra sebuah tempat terbentuk melalui proses berpikir seseorang ketika mendapatkan sejumlah informasi tentang daerah tersebut. (Silih Agung Wasesa, 2006 : 207) Franks Jefkins mengklasifikasikan citra menjadi lima jenis, (Frank Jefkins, 1998 : 2) yakni : 1. Mirror Image (Citra Bayangan), citra ini melekat pada orang dalam atau anggota-anggota organisasi mengenai anggapan pihak luar tentang organisasinya. Citra bayangan adalah citra yang dianut oleh orang dalam mengenai pandangan luar, terhadap organisasinya.
1158
Upaya Pencitraan Keamanan Nasional Indonesia Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Mancanegara (Daniel Sinaga)
2. Current Image (Citra yang Berlaku), citra yang berlaku adalah suatu citra atau pandangan yang dianut oleh pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi. Citra ini sepenuhnya ditentukan oleh banyak-sedikitnya informasi yang dimiliki oleh mereka yang mempercayainya. 3. Multiple Image (Citra Majemuk) yaitu adanya pandangan yang bermacammacam dari publiknya terhadap organisasi tertentu yang ditimbulkan oleh mereka yang mewakili organisasi kita dengan tingkah laku yang berbeda-beda atau tidak seirama dengan tujuan atau asas organisasi kita. 4. Corporate Image (Citra Perusahaan) adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan sekedar citra atas produk dan pelayanannya. 5. Wish Image (Citra Yang Diharapkan), citra harapan adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen atau suatu organisasi. Citra yang diharapkn biasanya dirumuskan dan diterapkan untuk sesuatu yang relatif baru, ketika khalayak belum memiliki informasi yang memadai mengenainya. Ada empat komponen pembentukan citra (Soleh Sumirat dan Elvinaro Ardianto, 2005 : 115) antara lain : 1. Persepsi, diartikan sebagai hasil pengamatan unsur lingkungan yang dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan dengan kata lain. Individu akan memberikan makna terhadap rangsang berdasarkan pengalamannya mengenai rangsang. 2. Kognisi, yaitu suatu keyakinan diri dari individu terhadap stimulus keyakinan ini akan timbul apabila individu harus diberikan informasi-informasi yang cukup dapat mempengaruhi perkembangan kognisinya. 3. Motif adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. 4. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berfikir, dan merasa dalam menghadapi obyek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan prilaku tetapi merupakan kecenderungan untuk berprilaku dengan prilaku tetapi merupakan kecendrungan untuk berprilaku dengan cara-cara tertentu. Proses pembentukan citra bukanlah hal yang sederhana, karena tidak hanya sekedar membentuk persepsi baik dan buruk, citra harus lebih spesifik. Citra merupakan hal yang penting dalam suatu pemasaran pariwisata, karena citra terhadap tempat tujuan pariwisata merupakan akumulasi dari kesan yang dimiliki seseorang tentang tempat tujuan tersebut. Citra dapat memberikan dampak yang positif bagi suatu tempat tujuan wisata, namun citra juga dapat memberikan dampak negatif. Jika citra suatu tempat tujuan wisata itu sudah jelek, maka wisatawan akan mengurungkan niat untuk berkunjung ke tempat tersebut, demikian pula sebaliknya.
1159
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (4): 1155-1168
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe eksplanatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik telaah pustaka. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Teknik analisa data yang digunakan adalah teknik kualitatif, Hasil Penelitian Indonesia merupakan negara yang kaya akan potensi alamnya dan tersebar merata di seluruh Indonesia. Selain kekayaan alam, Indonesia juga memiliki kebudayaan yang beragam, karena Indonesia sendiri memiliki ratusan suku dan masingmasing suku memiliki adat yang berbeda-beda. Hal-hal tersebut menjadi indikator potensi pariwisata yang dimiliki oleh Indonesia. Indonesia memiliki beberapa jenis-jenis wisata, seperti wisata budaya, wisata maritim, wisata lingkungan, agro wisata, wisata religi dan wisata hobi. Potensi pariwisata yang dimiliki oleh Indonesia mampu menarik minat para wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Indonesia. Berdasarkan data statistik kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia mengalami fluktuasi dalam periode tahun 2002-2010. Hal tersebut diakibatkan oleh kondisi keamanan nasional Indonesia yang tidak stabil. Dalam periode tahun 2002-2005, telah terjadi peristiwa pengeboman yang dilakukan oleh kelompok teroris di Indonesia. Hal tersebut mengganggu stabilitas keamanan Indonesia dan berdampak pada tingkat kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Keamanan nasional Indonesia mendapatkan citra negatif dari negara-negara lain, bahkan beberapa negara mengeluarkan travel warning ke Indonesia. Namun, selain peristiwa-peristiwa pengeboman di Indonesia, keamanan nasional Indonesia sendiri masih terancam. Ancaman keamanan nasional dapat dibagi menjadi 5, yakni ancaman pertahanan dan keamanan, ancaman keamanan politik, ancaman keamanan ekonomi, ancaman keamanan sosial, dan ancaman keamanan lingkungan. Dalam upaya meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia, yang menjadi fokus utama adalah memulihkan citra keamanan nasional Indonesia yang sempat dianggap negatif oleh negara-negara lain. Dan tentunya dalam memulihkan citra Indonesia itu, dapat dilakukan baik itu oleh lembaga pemerintah maupun lembaga-lembaga non-pemerintah lainnya. Upaya pemulihan citra keamanan nasional yang dilakukan oleh pemerintah, dikategorikan menjadi 2 bagian, yaitu upaya internal dan upaya eksternal. Upaya eksternal itu sendiri, jika ditinjau dari perspektif diplomatik dalam komunikasi internasional, kemudian terbagi menjadi 2 lagi, yakni bilateral dan multilateral. Indonesia merupakan salah satu negara yang cukup aktif dalam interaksi internasional. Indonesia banyak menjalin kerja sama dengan negara-negara lain, baik itu kerjasama bilateral maupun multilateral. Dalam periode tahun 2006-2010 Indonesia telah mengikuti banyak pertemuan luar negeri dan juga beberapa kali
1160
Upaya Pencitraan Keamanan Nasional Indonesia Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Mancanegara (Daniel Sinaga)
menjadi tuan rumah pertemuan-pertemuan luar negeri. Hal tersebut menjadi sarana bagi pemerintah Indonesia untuk mempromosikan dan menjelaskan tentang kondisi keamanan Indonesia yang sebelumnya dinilai negatif. Bentuk dari upaya yang dilakukan oleh pihak pemerintah itu antara lain : 1. Upaya Internal Upaya internal merupakan upaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk memulihkan citra keamanan nasional dengan melakukan perbaikan dalam negeri, dalam hal ini difokuskan kepada masalah keamanan. Pemerintah berupaya meningkatkan kemampuan militer dalam negeri melaui pelatihan-pelatihan militer. 2. Upaya Eksternal Upaya eksternal merupakan upaya memulihkan citra keamanan melalui jalur diplomatik, dengan menjalin kerjasama dengan negara lain, baik secara bilateral maupun multilateral. a. Bilateral Pemerintah Indonesia juga menjalin kerjasama-kerjasama dengan lain, fokus utamanya adalah kerjasama di sektor militer dan pariwisata. 1. Indonesia-Amerika Serikat Kerjasama Indonesia-Amerika Srikat didasari oleh kesamaan tujuan, yaitu memerangi aksi terorisme. Amerika Serikat mengalami serangan terorisme pada tanggal 11 September 2001, sementara Indonesia telah berkali-kali mengalami peristiwa pengeboman. Meskipun dalam perkembangannya, hubungan kerja sama Indonesia-Amerika Serikat mengalami fluktuasi, namun karena adanya persamaan kepentingan, kerja sama kedua Negara dapat berjalan dengan cukup baik dan menguntungkan. Embargo militer yang diberikan oleh AS kepada Indonesia atas pelanggaran hak asasi manusia secara bertahap mulai dihapuskan, hari Selasa 22 November 2005, Departemen Luar Negeri AS mengatakan akan membantu Indonesia memodernisasi militernya serta meningkatkan usaha kontra-terorisme dan pertolongan bencana. Selain itu, AS melihat bahwa Indonesia sudah mencapai kemajuan penting dalam memajukan demokrasi dalam waktu singkat. AS melalui Duta Besarnya mengumumkan bahwa efektif mulai 23 Mei 2008, Departemen Luar Negeri AS telah mencabut travel warning yang diberlakukan sejak bulan November 2000 setelah beberapa kali terjadi peledakan bom di Jakarta dan Bali. AS juga melanjutkan hubungan militer dengan Kopassus yang telah putus selama lebih dari satu dekade. (http://www.voaindonesia.com/content/a-32-2005-11-23voa7-85405487/63433.html) Kedatangan Presiden Obama pada November 2010 silam di Indonesia merupakan kunjungan pertamanya setelah terpilihnya Obama sebagai Presiden AS. Kedatangannya tersebut secara resmi meluncurkan US-Indonesia Comprehensive
1161
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (4): 1155-1168
Partnership, yang merupakan sebuah inisiatif dimana AS akan memperluas dan memperkuat hubungan dengan Indonesia untuk menangani isu-isu regional dan global. 2. Indonesia-Australia Indonesia juga menjalin kerjasama dengaan Australia. Indonesia maupun Australia sama-sama menjadi korban dari aksi terorisme. Pada tanggal 10 Oktober 2002, bom meledak di pulau Bali. Lokasi ledakan memang dalam wilayah Indonesia, namun mayoritas korban tewas adalah wisatawan asing yang berlibur di sana. Korban jiwa yang hampir mencapai 200 orang adalah mayoritas wisatawan asing yang berasal dari Australia. Dua tahun kemudian, teror kembali menyerang Indonesia dan Australia.Kini ledakan ditujukan ke gedung Kedutaan Australia di Jalan Kuningan Jakarta. Selain itu, akibat dari aksi terorisme yang terjadi, Australia mengeluarkan Travel Advisory bagi warga negaranya agar tidak melakukan perjalanan ke Indonesia. Setelah melalui beberapa kali pertemuan, akhirnya pemerintah Indonesia dan Australia mulai menemukan langkah awal untuk memperbaiki dan meningkatkan hubungan kerja sama di antara kedua belah pihak. Meskipun dalam waktu yang berbeda, Indonesia dan Australia meratifikasi Lombok Treaty. Lombok Treaty mengatur 21 kerjasama dalam 10 bidang, yaitu: kerjasama bidang pertahanan, penegakan hukum, anti-terorisme, kerjasama intelijen, keamanan maritim, keselamatan dan keamanan penerbangan, pencegahan perluasan (non-proliferasi) senjata pemusnah massal, kerjasama tanggap darurat, organisasi multilateral, dan peningkatan saling pengertian dan saling kontak antar masyarakat dan antar perseorangan. 3. Indonesia-Rusia Pasca tahun 2006, Pemerintah Indonesia telah berhasil menjalin beberapa kerja sama dengan pihak Rusia. Dalam periode tahun 2006-2010, perjanjian di antara kedua negara didominasi dengan perjanjian yang membahas bidang keamanan keamanan. Karena pada saat itu, Indonesia baru saja mengalami serangan terorisme dan kerja sama dengan Rusia diharapkan mampu untuk mencegah dan meningkatkan kondisi keamanan Indonesia. Pada tahun 2006, saat kunjungan Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, ke Rusia, telah terjadi beberapa kesepakatan dengan pemerintah Rusia, seperti penandatangan MoU antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Federasi Rusia mengenai bantuan dalam rangka pelaksanaan Program Kerjasama Teknik Militer Indonesia-Rusia Tahun 2006-2010. (http://kemlu.go.id/Daftar%20Perjanjian%20Internasional/rusia.html). Selain itu, penandatanganan MoU antara Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia dan Badan Federal Bidang Pariwisata Federasi Rusia mengenai Kerjasama Bidang Pariwisata, juga diharapkan dapat memperbaiki
1162
Upaya Pencitraan Keamanan Nasional Indonesia Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Mancanegara (Daniel Sinaga)
sektor Pariwisata Indonesia yang saat itu tengah menurun pasca peristiwa Bom Bali. b. Multilateral 1. ASEAN Tourism Forum (ATF) ATF adalah sebuah forum tingkat menteri pariwisata yang dilaksanakan di sela M-ATM. ATF membahas tentang kerjasama regional yang berupaya untuk mempromosikan wilayah ASEAN sebagai salah satu tujuan wisatawan. Melalui forum ini, menteri pariwisata Indonesia menyampaikan tentang kondisi Indonesia, termasuk juga kondisi keamanan yang semakin membaik pasca peristiwa terorisme yang pernah terjadi di Indonesia.Tujuannya adalah untuk meyakinkan Negara-negara peserta forum lainnya bahwa Indonesia merupakan Negara yang aman untuk dijadikan sebagai tujuan wisata di ASEAN dan dapatmeningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara dalam lingkup kawasan Asia Tenggara. 2. Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) Pertemuan APEC Tingkat Menteri ke-6 di bidang pariwisata telah diselenggarakan sejak tanggal 22-23 September 2010 di kota Nara, Jepang. Dengan tema “Tourism for New Strategic Growth in the Asia-Pacific”, sebanyak 21 negara anggota APEC termasuk 7 Menteri Pariwisata hadir dalam pertemuan ini untuk mendiskusikan upaya meningkatkan pariwisata di wilayah Asia Pasifik. (http://www.indonesia-osaka.org/berita/2010/09/24/para-menteri-pariwisata-apecbertemu-di-nara-jepang/) Dalam pembahasan mengenai Deklarasi Nara, pihak Indonesia menyampaikan pentingnya sektor pariwisata sebagai pendukung dalampertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Pasifik.Indonesia juga mengusulkan agar Deklarasi ini dapat memasukkan peran penting sektor pariwisata dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, mengurangi kemiskinan, dan menjaga kelestarian lingkungan di Asia Pasifik.Usulan ini mendapat dukungan oleh seluruh perwakilan negara anggota APEC. 3. Association of South East Asia Nations (ASEAN) KTT ASEAN adalah pertemuan puncak antara pemimpin-pemimpin negara anggota ASEAN dalam hubungannya terhadap pengembangan ekonomi dan budaya antar negara-negara Asia Tenggara. Sejak dibentuknya ASEAN telah berlangsung 14 kali KTT resmi, 4 KTT tidak resmi, dan 1 KTT Luar Biasa. Masalah keamanan menjadi faktor penghambat terhadap pembangunan suatu Negara, termasuk Indonesia. Terorisme beberapa kali menjadi topik utama dalam KTT ASEAN. Oleh karena itu, perlunya dilaksanakan berbagai langkah pemberantasan melalui kerja sama regional. Berkaitan dengan hal tersebut, bangsa Indonesia perlu mempersiapkan diri agar dapat berperan secara optimal dalam pengembangan kerja sama di kawasan, khususnya yang terkait dengan kejahatan terorisme dan kejahatan lintas batas lainnya. Peningkatkan kerja sama keamanan dengan negara yang tergabung dalam ASEAN dalam menanggulangi kejahatan
1163
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (4): 1155-1168
terorisme di bawah payung Konvensi ASEAN mengenai Pemberantasan Terorisme yang telah ditandatangani pemerintah pada KTT ASEAN ke-12 di Cebu, Filipina, tanggal 13 Januari 2007. 4. ASEAN Regional Forum (ARF) ARF merupakan suatu forum yang dibentuk oleh ASEAN pada tahun 1994 sebagai suatu wahana bagi dialog dan konsultasi mengenai hal-hal yang terkait dengan politik dan keamanan di kawasan, serta untuk membahas dan menyamakan pandangan antara negara-negara peserta ARF untuk memperkecil ancaman terhadap stabilitas dan keamanan kawasan. ARF merupakan satusatunya forum di level pemerintahan yang dihadiri oleh seluruh negara-negara kuat di kawasan Asia Pasifik dan kawasan lain seperti Amerika Serikat, Republik Rakyat China, Jepang, Rusia dan Uni Eropa (UE). (http://www.kemlu.go.id/Pages/IFPDisplay.aspx?Name=RegionalCooperation&I DP=5&P=Regional&l=id) ARF menyepakati bawa konsep keamanan menyeluruh (comprehensive security) tidak hanya mencakup aspek-aspek militer dan isu keamanan tradisional namun juga terkait dengan aspek politik, ekonomi, sosial dan isu lainnya seperti isu keamanan non-tradisional. Sejak terjadinya peristiwa-peristiwa pengeboman yang terjadi di Indonesia, kawasan Asia Tenggara meningkatkan fokus terhadap Isu Terorisme. Karena hal tersebut, melalui forum ini, Indonesia dapat menyampaikan kepentingannya, yakni pemberantasan terorisme untuk menciptakan stabilitas keamanan, pemulihan citra keamanan dengan mengangkat isu keamanan yang mengancam kawasan Asia Tenggara dan Indonesia secara khusus. Belum lagi ditambah dengan hadirnya Negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Cina, Jepang, dan Negara Uni Eropa lainnya sebagai pengamat, sehingga Indonesia dapat menyampaikan kepentingannya dan dapat bekerja sama dengan Negara-negara tersebut dalam bidang pertahanan keamanan sehingga dapat menaikkan status keamanan Indonesia yang kemudian berdampak pada peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara dari Negara mitra kerjasamanya. Kemudian ada juga upaya-upaya yang dilakukan oleh lembaga non-pemerintah. Dalam upaya pemulihan citra keamanan Indonesia untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara, tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja. Lembaga-lembaga non-pemerintah juga dapat berpartisipasi, baik itu melalui event-event internasional, promosi pariwisata baik itu secara langsung maupun tidak langsung dan melalui jalur-jalur promosi lainnya. Upaya yang dilakukan oleh lembaga non pemerintah, antara lain : 1. Java Festival Production melalui event yang mereka selenggarakan, yakni, Jakarta International Java Jazz Festival (JIJJF). JIJF adalah festival musik jazz terbesar yang setiap tahunnya diselenggarakan setiap awal bulan Maret di Jakarta, Indonesia oleh Java Festival Production sejak tahun 2005. Selain menghadirkan musisi jazz mancanegara maupun dalam negeri, festival ini juga
1164
Upaya Pencitraan Keamanan Nasional Indonesia Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Mancanegara (Daniel Sinaga)
disertai musisi dari genre musik lainnya seperti R&B, soul, reggae. Selama 6 tahun berturut-turut (2005-2010), JJF mengalami peningkatan jumlah pengunjung secara signifikan. Dari jumlah pengunjung sebanyak 57.800 orang di tahun 2005 menjadi 110.300 orang atau hampir dua kali lipat di tahun 2010. (http://djpen.kemendag.go.id/app_frontend/admin/docs/publication/80013369699 35.pdf) Penyelenggaraan Java Jazz Festival dari tahun ke tahun menghadirkan makin banyak duta musik dari berbagai negara. Ruang-ruang pertunjukan selain dipenuhi pengunjung baik dalam maupun luar negeri, atau mereka yang memang tinggal di Indonesia, maupun yang berasal dari Singapura, Malaysia, Amerika, Belanda, Jepang, dan Australia. Pada tahun 2010 tercatat sedikitnya 1.500 artis lokal dan mancanegara ikut terlibat pada pagelaran ini. 2. Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) melalui event-event sepakbola. Pertandingan sepakbola, secara tidak langsung dapat dijadikan sebagai sarana untuk meningkatkan citra keamanan Indonesia.Apalagi ketika yang menjadi lawan tanding Indonesia adalah klub-klub yang berasal dari luar Indonesia dan memiliki basis penonton yang cukup besar yang tersebar di seluruh dunia. 3. Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) melalui kejuaraan-kejuaraan bulu tangkis. Bulu tangkis merupakan salah satu cabang olahraga yang berhasil membawa nama Indonesia ke peringkat teratas dalam dunia internasional. Berbagai kejuaran berhasil dimenangkan oleh atlit-atlit Indonesia. Tidak hanya itu, Indonesia juga dipercayai untuk menjadi tuan rumah kejuaran internasional badminton atau yang lebih dikenal dengan Indonesia Terbuka. Dalam berbagai kesempatan, event ini juga mengadakan acara-acara lain di selasela turnamen. Seperti malam pembukaan, dan biasanya, Indonesia selaku tuan rumah, memberikan pertunjukan bagi para peserta. Salah satunya adalah pertunjukan budaya.Para peserta juga tidak keberatan untuk menikmati hasil kebudayaan Indonesia.Salah satunya diindikasikan melalui penggunaan pakaian batik yang merupakan budaya asli Indonesia. 4. Sail Indonesia Organizer melalui event Sail Indonesia. Sail Indonesia adalah turnamen reli yacht tahunan yang berangkat dari kota Darwin, Australia pada bulan Juli setiap tahun dan diikuti oleh program tiga bulan yang terkait dengan tujuan wisata di seluruh Indonesia. Sail Indonesia sebagai acara berbasis web dan reli dipromosikan dan dikelola menggunakan internet dan email saja. Pada masa sekarang, sektor pariwisata memegang peranan cukup penting terhadap pertumbuhan perekonomian suatu negara, demikian dengan Indonesia. Bagi Indonesia, sektor pariwisata merupakan salah satu penyumbang devisa terbesar. Kondisi keamanan dalam negeri mempunyai pengaruh terhadap tingkat kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Hal tersebut yang kemudian menjadi alasan bagi Indonesia untuk memulihkan citra keamanan nasional Indonesia yang tercoreng akibat peristiwa-peristiwa yang mengganggu stabilitas keamanan Indonesia.
1165
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (4): 1155-1168
Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah maupun lembaga-lembaga non-pemerintah lainnya yang bertujuan untuk memulihkan citra keamanan Indonesia ada kaitannya terhadap peningkatan kondisi perekonomian Indonesia, khususnya sektor pariwisata. Wish Image dari upaya pencitraan tersebut adalah citra bahwa Indonesia merupakan negara yang aman untuk dikunjungi, sehingga para negara asal wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia memberikan izin bagi warga negaranya untuk melakukan perjalanan ke Indonesia. Meskipun terkesan belum optimal, namun Wish Image dari upaya pencitraan Indonesia mulai menunjukan hasil. Salah satu indikatornya adalah meningkatnya kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia dan kemudian berdampak pada meningkatnya pemasukan devisa negara Indonesia melalui sektor pariwisata. Kesimpulan Dalam interaksi internasional antar negara di seluruh dunia, citra keamanan suatu negara, mempunyai peranan yang cukup penting terhadap kelangsungan perkembangan perekonomian suatu negara. Semakin stabil kondisi keamanan suatu negara, maka semakin stabil pula tingkat perkembangan perekonomiannya. Demikian dengan Indonesia, sebagai negara berkembang, Indonesia harus mampu untuk menciptakan kestabilan keamanan nasionalnya agar dapat fokus dalam membangun negara dari sisi perekonomian. Sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah, Indonesia tentunya diharapkan agar memiliki perekonomian yang kuat, yang mampu bersaing dengan negara-negara maju lainnya. Salah sektor perekonomian yang terkait dengan stabilitas keamanan nasional adalah sektor pariwisata. Citra keamanan nasional Indonesia di mata dunia internasional sangat berpengaruh pada tingkat kedatangan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Sehingga, ketika citra keamanan Indonesia dianggap negatif, maka tingkat kunjungan wisatawan mancanegara akan mengalami penurunan. Faktor lain yang mempengaruhi penurunan tingkat kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia adalah pemerintah Indonesia belum berhasil memanfaatkan potensi yang dimiliki di sektor pariwisata secara maksimal. Agar dapat meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia, maka diperlukan upaya-upaya untuk memulihkan citra keamanan nasional Indonesia. Upaya-Upaya yang dilakukan untuk Pemulihan Citra Keamanan Nasional Indonesia terkait dengan meningkatkan kedatangan Wisatawan Mancanegara bukan hanya menjadi tugas dari pemerintah saja tetapi memerlukan kerjasama dari lembaga-lembaga non-pemerintah yang terkait dengan sektor pariwisata. Adapun upaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia terbagi lagi menjadi 2, yakni upaya internal dan upaya eksternal. Upaya internal merupakan upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk memulihkan kondisi keamanan dalam negeri, salah satunya dengan peningkatan kapasitas militer Indonesia melalui pelatihanpelatihan militer. Sementara upaya eksternal adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia melalui kerjasama, baik itu bilateral maupun multilateral. Sementara, upaya-upaya yang dilakukan oleh lembaga non-pemerintah,
1166
Upaya Pencitraan Keamanan Nasional Indonesia Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Mancanegara (Daniel Sinaga)
dilakukakn oleh lembaga-lembaga yang bergerak di berbagai bidang, namun tetap memiliki kaitan terhadap upaya pemulihan citra keamanan nasional Indonesia untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara. Lembaga-lembaga nonpemerintah yang turut melakukan upaya pemulihan citra keamanan nasional Indonesia antara lain, Java Festival Production, Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI), dan Sail Indonesia Organizer. Efek yang diberikan dengan adanya perbaikan citra keamanan nasional Indonesia, selain menaikkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang akan datang ke Indonesia juga membuka mata dunia internasional akan keadaan stabilitas nasional di Indonesia yang telah semakin membaik. Daftar Pustaka Sumber buku : Buzan, Barry, 1991, People, State & Fear: An Agenda for International Security Studies in the Post-Cold War Era, 2nd edition. New York: Harvester Wheatsheaf. Jefkins, Frank, 1998, Public Relations Edisi ke 5.Jakarta : Erlangga. Kasali, Rhenald. 2003, Manajemen Public Relations.Jakarta : Grafiti. Liliweri, Alo, 2003, Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar Budaya,Malang : PT LKiS Pelangi Aksara. Rudy, T. May, 2005,Komunikasi & Hubungan Masyarakat Internasional, Bandung: PT Refika Aditama. Rudy, T. May, 2002, Studi Strategis Dalam Transformasi Sistem Internasional Pasca Perang Dingin, Bandung : PT. Refika Aditama. Sastropoetro, Santoso, 1991, Propaganda : Salah Satu Bentuk Komunikasi Massa, Bandung : Alumni. Soemirat, Soleh, dan Ardianto , Elvinaro, 2005, Dasar-dasar Public Relations. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Spillane, James J., 1991,Ekonomi Pariwisata : Sejarah dan Prospeknya, Yogyakarta : Kanisius. Suprapto, Tommy, 2009, Pengantar Teori & Manajemen Komunikasi, Yogyakarta : Media Pressindo. Wasesa, Silih Agung, 2006, Strategi Public Relations. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
1167
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (4): 1155-1168
Sumber Lainnya : ASEAN Regional Forum (ARF).Diakses melalui http://www.kemlu. go.id/ Pages/IFPDisplay.aspx?Name=RegionalCooperation&IDP=5&P=Regiona l&l=id pada tanggal 15 September 2013. Ekonomi Kreatif Industri Musik Indonesia. Diunduh melalui situs http://djpen.kemendag.go.id/app_frontend/admin/docs/publication/800133 6969935.pdf pada tanggal 17 September 2013 Kerjasama ASEAN dan Mitra Wicara. Diakses melalui http://www.kemlu. go.id/Pages/Asean.aspx?IDP=10&l=id pada tanggal 15 September 2013 Lombok Treaty. Diakses melalui http://www.pdfio.com/k-306988.html pada tanggal 16 September 2013 Para Menteri Pariwisata APEC Bertemu di Nara, Jepang.Diakses melalui http://www.indonesia-osaka.org/berita/2010/09/24/para-menteripariwisata-apec-bertemu-di-nara-jepang/ pada tanggal 17 September 2013. Rusia.
Diakses melalui http://kemlu.go.id/Daftar%20Perjanjian%20 Internasional/rusia.htm pada tanggal 17 September 2013
SBY: Pencabutan Embargo Membuka Babak Baru Hubungan Indonesia-Amerika. Diakses melalui http://www.voaindonesia.com/content/a-32-2005-11-23voa7-85405487/63433.html pada tanggal 15 September 2013
1168
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (4): 1155-1168 ISSN 0000-0000, ejournal.hi.fisip-unmul.org © Copyright 2013
UPAYA PENCITRAAN KEAMANAN NASIONAL INDONESIA UNTUK MENINGKATKAN KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA Daniel Sinaga1 NIM.0802045064
Abstract Tourism sector was important for the national economy, especially for Indonesia. Terrorism issue was inflicted the national security in Indonesia and national security has inflicted the economy condition in a nation. Foreign tourist arrivals were decreased. There are some terrorism action in Indonesia in period 2001-2006. The distractions of national security stability was inflicted the image of Indonesia. Indonesian national security image was branded as a negative image by the others nations. National security image recovery is important to increase foreign tourist arrivals. Indonesian Government and Indonesian Non-Government Organization have some efforts to recovery the Indonesian national security image for increase foreign tourist arrivals in period 2006-2010. The results showed that Indonesian efforts has make a significant influence. The foreign tourist arrivals increased in every year since 2006 untill 2010. Keywords: Indonesia, National Security, Image, Tourism Pendahuluan Sampai saat ini, sektor pariwisata masih tetap menjadi salah satu andalan utama negara dalam memperoleh devisa negara. Dalam pariwisata internasional, ahliahli ekonomi menggunakan istilah invisible export atau ekspor tak terlihat atas barang dan jasa pelayanan. (James J. Spillane, 1991 : 56) Indonesia merupakan negara yang terkenal akan keindahan alamnya. Keindahan alam Indonesia memiliki potensi untuk dapat dikembangkan menjadi tujuan wisata bagi wisatawan, baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Sebab, hampir diseluruh wilayah Indonesia memiliki keindahan alam yang cukup baik untuk dapat dijadikan daerah tujuan wisata. Iklim tropis Indonesia yang bersifat panas membuat Indonesia memiliki curah hujan yang cukup tinggi. Kondisi tropis semacam inilah yang menyebabkan Indonesia secara keseluruhan memiliki jenis flora dan fauna yang cukup bervariasi jumlahnya seperti yang terdapat di negara-negara tropis lainnya.Keindahan alam yang tersebar hampir diseluruh penjuru Indonesia ini membuat setiap daerah di Indonesia memiliki daerah tujuan wisatanya masing-masing. 1
Mahasiswa Program S1 Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Email:
[email protected]
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (4): 1155-1168
Namun, ada faktor-faktor yang mengganggu dan berdampak pada pemasukan devisa negara melalui sektor pariwisata. Situasi keamanan dalam negeri Indonesia, dapat dibilang rawan akan ancaman, baik itu yang berasal dari luar maupun dari dalam Indonesia. Ancaman-ancaman dari dalam negeri seperti, gerakan-gerakan separatisme yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia, seperti Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Operasi Papua Merdeka (OPM) dan lain sebagainya. Selain itu, ancaman dari luar, yakni jaringan terorisme internasional, kejahatan internasional yang terorganisir dan ancaman dari luar negeri lainnya. Pasca serangan terhadap gedung World Trade Center (WTC) pada tanggal 11 September 2001, terorisme menjadi isu keamanan yang cukup penting dalam dunia internasional, karena yang menjadi target terorisme pada saat itu adalah Amerika Serikat, yang merupakan salah satu negara dengan sistem pertahanan dan keamanan yang cukup kuat. Asumsinya adalah ketika negara kuat seperti Amerika Serikat mengalami serangan terorisme, maka negara-negara berkembang seperti negara-negara di dunia ketiga, akan lebih rentan akan ancaman aksi terorisme. Di Indonesia juga terjadi peristiwa teror bom yang dilakukan oleh teroris. Adanya pengeboman yang terjadi di beberapa kota seperti bom Bali pada tanggal 12 Oktober 2002, Selanjutnya diikuti dengan peristiwa Bom di Hotel J.W. Marriott, Jakarta tanggal 19 November 2003 dan Bom di depan Kedutaan Besar Australia, Jakarta tanggal 5 agustus 2003, dan Bom Bali kedua tanggal 1 Oktober 2005. Penurunan jumlah kunjungan wisman akan berdampak pada penurunan penerimaan devisa negara dari sektor pariwisata pula, sehingga diperlukan upaya untuk memulihkan citra keamanan nasional Indonesia yang sempat menurun, agar perekonomian negara kembali meningkat, khususnya di sektor pariwisata. Kerangka Dasar Teori 1. Konsep Komunikasi Internasional Komunikasi Internasional adalah komunikasi yang ruang lingkupnya melintasi batas-batas wilayah negara dan menyangkut interaksi/hubungan cukup luas dan intens dengan bangsa lain. (T. May Rudy, 2005 : 125) Atau dengan arti lain, komunikasi internasional dapat didefinisikan sebagai komunikasi yang dilakukan oleh komunikator yang mewakili suatu negara dengan menyampaikan pesanpesan yang berkaitan dengan kepentingan nasional negaranya kepada komunikan yang mewakili Negara lain. Dalam Komunikasi Internasional, bagaimanapun juga interaksi itu dipengaruhi oleh kebijakan, tujuan, maksud, kebutuhan dan ekonomi suatu bangsa. (Alo Liliweri, 2003 : 19) Ditinjau dari pelakunya, komunikasi internasional dapat dibagi dalam 2 kategori yaitu: a. Official transaction, yaitu kegiatan komunikasi yang dijalankan oleh pemerintah.
1156
Upaya Pencitraan Keamanan Nasional Indonesia Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Mancanegara (Daniel Sinaga)
b. Unofficial transaction atau disebut juga interaksi trans nasional yaitu kegiatan komunikasi yang melibatkan pihak non-pemerintah. Dalam kegiatan komunikasi internasional terdapat tiga prespektif yang dapat digunakan sebagai paradigma dalam komunikasi internasional, ketiga perspektif tersebut meliputi : a. Perspektif Diplomatik Aktifitas diplomatik banyak dilakukan secara interpersonal atau kelompok kecil, dan merupakan komunikasi langsung yang banyak digunakan antar pejabat tinggi negara untuk bekerja sama atau menyelesaikan konflik, memelihara hubungan bilateral ataupun multilateral dalam meningkatkan posisi tawar tataupun dalam meningkatkan reputasi dengan negara lain b. Perspektif Jurnalistik Jurnalistik merupakan salah satu jenis khas dari komunikasi, lebih memusatkan perhatian pada cara mencari, mengumpulkan, menyeleksi dan mengolah informasi yang mengandung nilai berita, serta menyajikannya kepada khalayak melalui media massa, baik itu media cetak maupun media elektronik. ( Tommy Suprapto, 2009 : 137) c. Perspektif Propaganda Prespektif Propaganda, dalam komunikasi internasional dimaksudkan untuk menanamkan gagasan-gagasan tertentu kedalam benak masyarakat pada negara lain atau bahkan pada masyarakat internasional secara keseluruhan. Propaganda dipacu sedemikian kuat, bukan sekedar mengarahkan opini publik, tetapi agar dapat mempengaruhi pemikiran, perasaan, serta tindakan pemerintah dan publik di negara lain. Propaganda dirancang sebagai sebuah program dengan tujuan yang kongkrit untuk memengaruhi dan mendorong komunikan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginan atau pola yang ditentukan oleh komunikator. (Santoso Satropoetro, 1991 : 34) 2. Konsep Keamanan Nasional (National Security) Keamanan Nasional adalah bagian dari kepentingan nasional yang tak dapat dipisahkan. Bahkan tujuan politik luar negeri untuk mempertahankan kepentingan nasional berkaitan dengan upaya mempertahankan keamanan nasional. Makna keamanan bukan sekedar kondisi aman tenteram tetapi keselamatan atas kelangsungan hidup bangsa dan negara. (T. May Rudy, 2002 : 64) Di dalam konsep ini terdapat tiga kepentingan inti yang secara mendasar rentan mendapatkan ancaman dari luar. Pertama, adalah Physical Security atau keamanan fisik dari masyarakat suatu negara dan hak milik pribadi mereka. Kedua adalah Rules and Institution yang dilaksanakan suatu masyarakat negara, khususnya konstitusi dan aturan formal lainnya. Dan ketiga adalah Prosperity yaitu sumber modal, barang mentah, system keuangan dan lain – lain.
1157
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (4): 1155-1168
Konsep keamanan itu sendiri memiliki beberapa dimensi, (Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, 2005 : 123) yaitu: 1. The origin of threats, dalam hal ini suatu ancaman tidak saja berasal dari pihak luar (eksternal), tapi juga berasal dari dalam negeri yang biasanya terkait dengan isu-isu primordial seperti konflik etnis, budaya, dan agama. 2. The nature of threats, dimensi ini menyoroti ancaman yang bersifat militer, dengan persoalan keamanan yang lebih komprehensif karena menyangkut aspek lain seperti ekonomi, sosial-budaya, lingkungan hidup, dan bahkan isu-isu lain seperti demokratisasi dan HAM seiring dengan adanya perkembangan baik dalam lingkup nasional maupun internasional. 3. Changing response, dalam dimensi ini yaitu adanya pergeseran pendekatan keamanan dari yang bersifat militeristik kearah pendekatan non-militer seperti ekonomi, politik, hukum, dan sosial budaya. 4. Changing responsibility of security, tercapainya keamanan tidak hanya bergantung pada negara melainkan ditentukan pula oleh kerjasama internasional antar aktor non-negara. 5. Core values of security, yakni perlindungan terhadap nilai-nilai baru baik dalam tataran individu maupun global seperti penghormatan pada HAM, demokratisasi, perlindungan terhadap lingkungan hidup dan upaya memerangi kejahatan lintas batas (transnational crime) baik itu perdagangan narkotika, pencucian uang, ataupun terorisme. Setidaknya ada 5 sektor keamanan yang saling terkait antara satu dengan lainnya dalam diskursus kontemporer sebagaimana dinyatakan Barry Buzan, yaitu Sektor Militer (military security), Sektor Politik (political security), Sektor Ekonomi (economic security), Sektor Sosial (societal security) dan Sektor Lingkungan (environmental security). (Barry Buzan, 1991 :19-20) 3. Konsep Citra Citra adalah kesan seseorang terhadap sesuatu. Citra merupakan persepsi yang terbentuk dalam benak manusia. Citra merupakan kesan yang timbul karena pemahaman akan suatu kenyataan. Pemahaman itu sendiri timbul karena adanya informasi. (Rhenald Kasali, 2003 : 30) Menurut Kotler citra sebuah tempat sebetulnya dapat terbentuk dari sekumpulan keyakinan, ide, dan impresi yang didapatkan seseorang mengenai daerah tersebut. Citra merupakan perwujudan dari sekian banyak asosiasi, ditambah potongan-potongan informasi yang berkaitan dengan tempat tersebut. Citra sebuah tempat terbentuk melalui proses berpikir seseorang ketika mendapatkan sejumlah informasi tentang daerah tersebut. (Silih Agung Wasesa, 2006 : 207) Franks Jefkins mengklasifikasikan citra menjadi lima jenis, (Frank Jefkins, 1998 : 2) yakni : 1. Mirror Image (Citra Bayangan), citra ini melekat pada orang dalam atau anggota-anggota organisasi mengenai anggapan pihak luar tentang organisasinya. Citra bayangan adalah citra yang dianut oleh orang dalam mengenai pandangan luar, terhadap organisasinya.
1158
Upaya Pencitraan Keamanan Nasional Indonesia Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Mancanegara (Daniel Sinaga)
2. Current Image (Citra yang Berlaku), citra yang berlaku adalah suatu citra atau pandangan yang dianut oleh pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi. Citra ini sepenuhnya ditentukan oleh banyak-sedikitnya informasi yang dimiliki oleh mereka yang mempercayainya. 3. Multiple Image (Citra Majemuk) yaitu adanya pandangan yang bermacammacam dari publiknya terhadap organisasi tertentu yang ditimbulkan oleh mereka yang mewakili organisasi kita dengan tingkah laku yang berbeda-beda atau tidak seirama dengan tujuan atau asas organisasi kita. 4. Corporate Image (Citra Perusahaan) adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan sekedar citra atas produk dan pelayanannya. 5. Wish Image (Citra Yang Diharapkan), citra harapan adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen atau suatu organisasi. Citra yang diharapkn biasanya dirumuskan dan diterapkan untuk sesuatu yang relatif baru, ketika khalayak belum memiliki informasi yang memadai mengenainya. Ada empat komponen pembentukan citra (Soleh Sumirat dan Elvinaro Ardianto, 2005 : 115) antara lain : 1. Persepsi, diartikan sebagai hasil pengamatan unsur lingkungan yang dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan dengan kata lain. Individu akan memberikan makna terhadap rangsang berdasarkan pengalamannya mengenai rangsang. 2. Kognisi, yaitu suatu keyakinan diri dari individu terhadap stimulus keyakinan ini akan timbul apabila individu harus diberikan informasi-informasi yang cukup dapat mempengaruhi perkembangan kognisinya. 3. Motif adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. 4. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berfikir, dan merasa dalam menghadapi obyek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan prilaku tetapi merupakan kecenderungan untuk berprilaku dengan prilaku tetapi merupakan kecendrungan untuk berprilaku dengan cara-cara tertentu. Proses pembentukan citra bukanlah hal yang sederhana, karena tidak hanya sekedar membentuk persepsi baik dan buruk, citra harus lebih spesifik. Citra merupakan hal yang penting dalam suatu pemasaran pariwisata, karena citra terhadap tempat tujuan pariwisata merupakan akumulasi dari kesan yang dimiliki seseorang tentang tempat tujuan tersebut. Citra dapat memberikan dampak yang positif bagi suatu tempat tujuan wisata, namun citra juga dapat memberikan dampak negatif. Jika citra suatu tempat tujuan wisata itu sudah jelek, maka wisatawan akan mengurungkan niat untuk berkunjung ke tempat tersebut, demikian pula sebaliknya.
1159
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (4): 1155-1168
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe eksplanatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik telaah pustaka. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Teknik analisa data yang digunakan adalah teknik kualitatif, Hasil Penelitian Indonesia merupakan negara yang kaya akan potensi alamnya dan tersebar merata di seluruh Indonesia. Selain kekayaan alam, Indonesia juga memiliki kebudayaan yang beragam, karena Indonesia sendiri memiliki ratusan suku dan masingmasing suku memiliki adat yang berbeda-beda. Hal-hal tersebut menjadi indikator potensi pariwisata yang dimiliki oleh Indonesia. Indonesia memiliki beberapa jenis-jenis wisata, seperti wisata budaya, wisata maritim, wisata lingkungan, agro wisata, wisata religi dan wisata hobi. Potensi pariwisata yang dimiliki oleh Indonesia mampu menarik minat para wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Indonesia. Berdasarkan data statistik kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia mengalami fluktuasi dalam periode tahun 2002-2010. Hal tersebut diakibatkan oleh kondisi keamanan nasional Indonesia yang tidak stabil. Dalam periode tahun 2002-2005, telah terjadi peristiwa pengeboman yang dilakukan oleh kelompok teroris di Indonesia. Hal tersebut mengganggu stabilitas keamanan Indonesia dan berdampak pada tingkat kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Keamanan nasional Indonesia mendapatkan citra negatif dari negara-negara lain, bahkan beberapa negara mengeluarkan travel warning ke Indonesia. Namun, selain peristiwa-peristiwa pengeboman di Indonesia, keamanan nasional Indonesia sendiri masih terancam. Ancaman keamanan nasional dapat dibagi menjadi 5, yakni ancaman pertahanan dan keamanan, ancaman keamanan politik, ancaman keamanan ekonomi, ancaman keamanan sosial, dan ancaman keamanan lingkungan. Dalam upaya meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia, yang menjadi fokus utama adalah memulihkan citra keamanan nasional Indonesia yang sempat dianggap negatif oleh negara-negara lain. Dan tentunya dalam memulihkan citra Indonesia itu, dapat dilakukan baik itu oleh lembaga pemerintah maupun lembaga-lembaga non-pemerintah lainnya. Upaya pemulihan citra keamanan nasional yang dilakukan oleh pemerintah, dikategorikan menjadi 2 bagian, yaitu upaya internal dan upaya eksternal. Upaya eksternal itu sendiri, jika ditinjau dari perspektif diplomatik dalam komunikasi internasional, kemudian terbagi menjadi 2 lagi, yakni bilateral dan multilateral. Indonesia merupakan salah satu negara yang cukup aktif dalam interaksi internasional. Indonesia banyak menjalin kerja sama dengan negara-negara lain, baik itu kerjasama bilateral maupun multilateral. Dalam periode tahun 2006-2010 Indonesia telah mengikuti banyak pertemuan luar negeri dan juga beberapa kali
1160
Upaya Pencitraan Keamanan Nasional Indonesia Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Mancanegara (Daniel Sinaga)
menjadi tuan rumah pertemuan-pertemuan luar negeri. Hal tersebut menjadi sarana bagi pemerintah Indonesia untuk mempromosikan dan menjelaskan tentang kondisi keamanan Indonesia yang sebelumnya dinilai negatif. Bentuk dari upaya yang dilakukan oleh pihak pemerintah itu antara lain : 1. Upaya Internal Upaya internal merupakan upaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk memulihkan citra keamanan nasional dengan melakukan perbaikan dalam negeri, dalam hal ini difokuskan kepada masalah keamanan. Pemerintah berupaya meningkatkan kemampuan militer dalam negeri melaui pelatihan-pelatihan militer. 2. Upaya Eksternal Upaya eksternal merupakan upaya memulihkan citra keamanan melalui jalur diplomatik, dengan menjalin kerjasama dengan negara lain, baik secara bilateral maupun multilateral. a. Bilateral Pemerintah Indonesia juga menjalin kerjasama-kerjasama dengan lain, fokus utamanya adalah kerjasama di sektor militer dan pariwisata. 1. Indonesia-Amerika Serikat Kerjasama Indonesia-Amerika Srikat didasari oleh kesamaan tujuan, yaitu memerangi aksi terorisme. Amerika Serikat mengalami serangan terorisme pada tanggal 11 September 2001, sementara Indonesia telah berkali-kali mengalami peristiwa pengeboman. Meskipun dalam perkembangannya, hubungan kerja sama Indonesia-Amerika Serikat mengalami fluktuasi, namun karena adanya persamaan kepentingan, kerja sama kedua Negara dapat berjalan dengan cukup baik dan menguntungkan. Embargo militer yang diberikan oleh AS kepada Indonesia atas pelanggaran hak asasi manusia secara bertahap mulai dihapuskan, hari Selasa 22 November 2005, Departemen Luar Negeri AS mengatakan akan membantu Indonesia memodernisasi militernya serta meningkatkan usaha kontra-terorisme dan pertolongan bencana. Selain itu, AS melihat bahwa Indonesia sudah mencapai kemajuan penting dalam memajukan demokrasi dalam waktu singkat. AS melalui Duta Besarnya mengumumkan bahwa efektif mulai 23 Mei 2008, Departemen Luar Negeri AS telah mencabut travel warning yang diberlakukan sejak bulan November 2000 setelah beberapa kali terjadi peledakan bom di Jakarta dan Bali. AS juga melanjutkan hubungan militer dengan Kopassus yang telah putus selama lebih dari satu dekade. (http://www.voaindonesia.com/content/a-32-2005-11-23voa7-85405487/63433.html) Kedatangan Presiden Obama pada November 2010 silam di Indonesia merupakan kunjungan pertamanya setelah terpilihnya Obama sebagai Presiden AS. Kedatangannya tersebut secara resmi meluncurkan US-Indonesia Comprehensive
1161
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (4): 1155-1168
Partnership, yang merupakan sebuah inisiatif dimana AS akan memperluas dan memperkuat hubungan dengan Indonesia untuk menangani isu-isu regional dan global. 2. Indonesia-Australia Indonesia juga menjalin kerjasama dengaan Australia. Indonesia maupun Australia sama-sama menjadi korban dari aksi terorisme. Pada tanggal 10 Oktober 2002, bom meledak di pulau Bali. Lokasi ledakan memang dalam wilayah Indonesia, namun mayoritas korban tewas adalah wisatawan asing yang berlibur di sana. Korban jiwa yang hampir mencapai 200 orang adalah mayoritas wisatawan asing yang berasal dari Australia. Dua tahun kemudian, teror kembali menyerang Indonesia dan Australia.Kini ledakan ditujukan ke gedung Kedutaan Australia di Jalan Kuningan Jakarta. Selain itu, akibat dari aksi terorisme yang terjadi, Australia mengeluarkan Travel Advisory bagi warga negaranya agar tidak melakukan perjalanan ke Indonesia. Setelah melalui beberapa kali pertemuan, akhirnya pemerintah Indonesia dan Australia mulai menemukan langkah awal untuk memperbaiki dan meningkatkan hubungan kerja sama di antara kedua belah pihak. Meskipun dalam waktu yang berbeda, Indonesia dan Australia meratifikasi Lombok Treaty. Lombok Treaty mengatur 21 kerjasama dalam 10 bidang, yaitu: kerjasama bidang pertahanan, penegakan hukum, anti-terorisme, kerjasama intelijen, keamanan maritim, keselamatan dan keamanan penerbangan, pencegahan perluasan (non-proliferasi) senjata pemusnah massal, kerjasama tanggap darurat, organisasi multilateral, dan peningkatan saling pengertian dan saling kontak antar masyarakat dan antar perseorangan. 3. Indonesia-Rusia Pasca tahun 2006, Pemerintah Indonesia telah berhasil menjalin beberapa kerja sama dengan pihak Rusia. Dalam periode tahun 2006-2010, perjanjian di antara kedua negara didominasi dengan perjanjian yang membahas bidang keamanan keamanan. Karena pada saat itu, Indonesia baru saja mengalami serangan terorisme dan kerja sama dengan Rusia diharapkan mampu untuk mencegah dan meningkatkan kondisi keamanan Indonesia. Pada tahun 2006, saat kunjungan Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, ke Rusia, telah terjadi beberapa kesepakatan dengan pemerintah Rusia, seperti penandatangan MoU antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Federasi Rusia mengenai bantuan dalam rangka pelaksanaan Program Kerjasama Teknik Militer Indonesia-Rusia Tahun 2006-2010. (http://kemlu.go.id/Daftar%20Perjanjian%20Internasional/rusia.html). Selain itu, penandatanganan MoU antara Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia dan Badan Federal Bidang Pariwisata Federasi Rusia mengenai Kerjasama Bidang Pariwisata, juga diharapkan dapat memperbaiki
1162
Upaya Pencitraan Keamanan Nasional Indonesia Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Mancanegara (Daniel Sinaga)
sektor Pariwisata Indonesia yang saat itu tengah menurun pasca peristiwa Bom Bali. b. Multilateral 1. ASEAN Tourism Forum (ATF) ATF adalah sebuah forum tingkat menteri pariwisata yang dilaksanakan di sela M-ATM. ATF membahas tentang kerjasama regional yang berupaya untuk mempromosikan wilayah ASEAN sebagai salah satu tujuan wisatawan. Melalui forum ini, menteri pariwisata Indonesia menyampaikan tentang kondisi Indonesia, termasuk juga kondisi keamanan yang semakin membaik pasca peristiwa terorisme yang pernah terjadi di Indonesia.Tujuannya adalah untuk meyakinkan Negara-negara peserta forum lainnya bahwa Indonesia merupakan Negara yang aman untuk dijadikan sebagai tujuan wisata di ASEAN dan dapatmeningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara dalam lingkup kawasan Asia Tenggara. 2. Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) Pertemuan APEC Tingkat Menteri ke-6 di bidang pariwisata telah diselenggarakan sejak tanggal 22-23 September 2010 di kota Nara, Jepang. Dengan tema “Tourism for New Strategic Growth in the Asia-Pacific”, sebanyak 21 negara anggota APEC termasuk 7 Menteri Pariwisata hadir dalam pertemuan ini untuk mendiskusikan upaya meningkatkan pariwisata di wilayah Asia Pasifik. (http://www.indonesia-osaka.org/berita/2010/09/24/para-menteri-pariwisata-apecbertemu-di-nara-jepang/) Dalam pembahasan mengenai Deklarasi Nara, pihak Indonesia menyampaikan pentingnya sektor pariwisata sebagai pendukung dalampertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Pasifik.Indonesia juga mengusulkan agar Deklarasi ini dapat memasukkan peran penting sektor pariwisata dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, mengurangi kemiskinan, dan menjaga kelestarian lingkungan di Asia Pasifik.Usulan ini mendapat dukungan oleh seluruh perwakilan negara anggota APEC. 3. Association of South East Asia Nations (ASEAN) KTT ASEAN adalah pertemuan puncak antara pemimpin-pemimpin negara anggota ASEAN dalam hubungannya terhadap pengembangan ekonomi dan budaya antar negara-negara Asia Tenggara. Sejak dibentuknya ASEAN telah berlangsung 14 kali KTT resmi, 4 KTT tidak resmi, dan 1 KTT Luar Biasa. Masalah keamanan menjadi faktor penghambat terhadap pembangunan suatu Negara, termasuk Indonesia. Terorisme beberapa kali menjadi topik utama dalam KTT ASEAN. Oleh karena itu, perlunya dilaksanakan berbagai langkah pemberantasan melalui kerja sama regional. Berkaitan dengan hal tersebut, bangsa Indonesia perlu mempersiapkan diri agar dapat berperan secara optimal dalam pengembangan kerja sama di kawasan, khususnya yang terkait dengan kejahatan terorisme dan kejahatan lintas batas lainnya. Peningkatkan kerja sama keamanan dengan negara yang tergabung dalam ASEAN dalam menanggulangi kejahatan
1163
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (4): 1155-1168
terorisme di bawah payung Konvensi ASEAN mengenai Pemberantasan Terorisme yang telah ditandatangani pemerintah pada KTT ASEAN ke-12 di Cebu, Filipina, tanggal 13 Januari 2007. 4. ASEAN Regional Forum (ARF) ARF merupakan suatu forum yang dibentuk oleh ASEAN pada tahun 1994 sebagai suatu wahana bagi dialog dan konsultasi mengenai hal-hal yang terkait dengan politik dan keamanan di kawasan, serta untuk membahas dan menyamakan pandangan antara negara-negara peserta ARF untuk memperkecil ancaman terhadap stabilitas dan keamanan kawasan. ARF merupakan satusatunya forum di level pemerintahan yang dihadiri oleh seluruh negara-negara kuat di kawasan Asia Pasifik dan kawasan lain seperti Amerika Serikat, Republik Rakyat China, Jepang, Rusia dan Uni Eropa (UE). (http://www.kemlu.go.id/Pages/IFPDisplay.aspx?Name=RegionalCooperation&I DP=5&P=Regional&l=id) ARF menyepakati bawa konsep keamanan menyeluruh (comprehensive security) tidak hanya mencakup aspek-aspek militer dan isu keamanan tradisional namun juga terkait dengan aspek politik, ekonomi, sosial dan isu lainnya seperti isu keamanan non-tradisional. Sejak terjadinya peristiwa-peristiwa pengeboman yang terjadi di Indonesia, kawasan Asia Tenggara meningkatkan fokus terhadap Isu Terorisme. Karena hal tersebut, melalui forum ini, Indonesia dapat menyampaikan kepentingannya, yakni pemberantasan terorisme untuk menciptakan stabilitas keamanan, pemulihan citra keamanan dengan mengangkat isu keamanan yang mengancam kawasan Asia Tenggara dan Indonesia secara khusus. Belum lagi ditambah dengan hadirnya Negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Cina, Jepang, dan Negara Uni Eropa lainnya sebagai pengamat, sehingga Indonesia dapat menyampaikan kepentingannya dan dapat bekerja sama dengan Negara-negara tersebut dalam bidang pertahanan keamanan sehingga dapat menaikkan status keamanan Indonesia yang kemudian berdampak pada peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara dari Negara mitra kerjasamanya. Kemudian ada juga upaya-upaya yang dilakukan oleh lembaga non-pemerintah. Dalam upaya pemulihan citra keamanan Indonesia untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara, tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja. Lembaga-lembaga non-pemerintah juga dapat berpartisipasi, baik itu melalui event-event internasional, promosi pariwisata baik itu secara langsung maupun tidak langsung dan melalui jalur-jalur promosi lainnya. Upaya yang dilakukan oleh lembaga non pemerintah, antara lain : 1. Java Festival Production melalui event yang mereka selenggarakan, yakni, Jakarta International Java Jazz Festival (JIJJF). JIJF adalah festival musik jazz terbesar yang setiap tahunnya diselenggarakan setiap awal bulan Maret di Jakarta, Indonesia oleh Java Festival Production sejak tahun 2005. Selain menghadirkan musisi jazz mancanegara maupun dalam negeri, festival ini juga
1164
Upaya Pencitraan Keamanan Nasional Indonesia Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Mancanegara (Daniel Sinaga)
disertai musisi dari genre musik lainnya seperti R&B, soul, reggae. Selama 6 tahun berturut-turut (2005-2010), JJF mengalami peningkatan jumlah pengunjung secara signifikan. Dari jumlah pengunjung sebanyak 57.800 orang di tahun 2005 menjadi 110.300 orang atau hampir dua kali lipat di tahun 2010. (http://djpen.kemendag.go.id/app_frontend/admin/docs/publication/80013369699 35.pdf) Penyelenggaraan Java Jazz Festival dari tahun ke tahun menghadirkan makin banyak duta musik dari berbagai negara. Ruang-ruang pertunjukan selain dipenuhi pengunjung baik dalam maupun luar negeri, atau mereka yang memang tinggal di Indonesia, maupun yang berasal dari Singapura, Malaysia, Amerika, Belanda, Jepang, dan Australia. Pada tahun 2010 tercatat sedikitnya 1.500 artis lokal dan mancanegara ikut terlibat pada pagelaran ini. 2. Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) melalui event-event sepakbola. Pertandingan sepakbola, secara tidak langsung dapat dijadikan sebagai sarana untuk meningkatkan citra keamanan Indonesia.Apalagi ketika yang menjadi lawan tanding Indonesia adalah klub-klub yang berasal dari luar Indonesia dan memiliki basis penonton yang cukup besar yang tersebar di seluruh dunia. 3. Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) melalui kejuaraan-kejuaraan bulu tangkis. Bulu tangkis merupakan salah satu cabang olahraga yang berhasil membawa nama Indonesia ke peringkat teratas dalam dunia internasional. Berbagai kejuaran berhasil dimenangkan oleh atlit-atlit Indonesia. Tidak hanya itu, Indonesia juga dipercayai untuk menjadi tuan rumah kejuaran internasional badminton atau yang lebih dikenal dengan Indonesia Terbuka. Dalam berbagai kesempatan, event ini juga mengadakan acara-acara lain di selasela turnamen. Seperti malam pembukaan, dan biasanya, Indonesia selaku tuan rumah, memberikan pertunjukan bagi para peserta. Salah satunya adalah pertunjukan budaya.Para peserta juga tidak keberatan untuk menikmati hasil kebudayaan Indonesia.Salah satunya diindikasikan melalui penggunaan pakaian batik yang merupakan budaya asli Indonesia. 4. Sail Indonesia Organizer melalui event Sail Indonesia. Sail Indonesia adalah turnamen reli yacht tahunan yang berangkat dari kota Darwin, Australia pada bulan Juli setiap tahun dan diikuti oleh program tiga bulan yang terkait dengan tujuan wisata di seluruh Indonesia. Sail Indonesia sebagai acara berbasis web dan reli dipromosikan dan dikelola menggunakan internet dan email saja. Pada masa sekarang, sektor pariwisata memegang peranan cukup penting terhadap pertumbuhan perekonomian suatu negara, demikian dengan Indonesia. Bagi Indonesia, sektor pariwisata merupakan salah satu penyumbang devisa terbesar. Kondisi keamanan dalam negeri mempunyai pengaruh terhadap tingkat kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Hal tersebut yang kemudian menjadi alasan bagi Indonesia untuk memulihkan citra keamanan nasional Indonesia yang tercoreng akibat peristiwa-peristiwa yang mengganggu stabilitas keamanan Indonesia.
1165
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (4): 1155-1168
Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah maupun lembaga-lembaga non-pemerintah lainnya yang bertujuan untuk memulihkan citra keamanan Indonesia ada kaitannya terhadap peningkatan kondisi perekonomian Indonesia, khususnya sektor pariwisata. Wish Image dari upaya pencitraan tersebut adalah citra bahwa Indonesia merupakan negara yang aman untuk dikunjungi, sehingga para negara asal wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia memberikan izin bagi warga negaranya untuk melakukan perjalanan ke Indonesia. Meskipun terkesan belum optimal, namun Wish Image dari upaya pencitraan Indonesia mulai menunjukan hasil. Salah satu indikatornya adalah meningkatnya kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia dan kemudian berdampak pada meningkatnya pemasukan devisa negara Indonesia melalui sektor pariwisata. Kesimpulan Dalam interaksi internasional antar negara di seluruh dunia, citra keamanan suatu negara, mempunyai peranan yang cukup penting terhadap kelangsungan perkembangan perekonomian suatu negara. Semakin stabil kondisi keamanan suatu negara, maka semakin stabil pula tingkat perkembangan perekonomiannya. Demikian dengan Indonesia, sebagai negara berkembang, Indonesia harus mampu untuk menciptakan kestabilan keamanan nasionalnya agar dapat fokus dalam membangun negara dari sisi perekonomian. Sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah, Indonesia tentunya diharapkan agar memiliki perekonomian yang kuat, yang mampu bersaing dengan negara-negara maju lainnya. Salah sektor perekonomian yang terkait dengan stabilitas keamanan nasional adalah sektor pariwisata. Citra keamanan nasional Indonesia di mata dunia internasional sangat berpengaruh pada tingkat kedatangan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Sehingga, ketika citra keamanan Indonesia dianggap negatif, maka tingkat kunjungan wisatawan mancanegara akan mengalami penurunan. Faktor lain yang mempengaruhi penurunan tingkat kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia adalah pemerintah Indonesia belum berhasil memanfaatkan potensi yang dimiliki di sektor pariwisata secara maksimal. Agar dapat meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia, maka diperlukan upaya-upaya untuk memulihkan citra keamanan nasional Indonesia. Upaya-Upaya yang dilakukan untuk Pemulihan Citra Keamanan Nasional Indonesia terkait dengan meningkatkan kedatangan Wisatawan Mancanegara bukan hanya menjadi tugas dari pemerintah saja tetapi memerlukan kerjasama dari lembaga-lembaga non-pemerintah yang terkait dengan sektor pariwisata. Adapun upaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia terbagi lagi menjadi 2, yakni upaya internal dan upaya eksternal. Upaya internal merupakan upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk memulihkan kondisi keamanan dalam negeri, salah satunya dengan peningkatan kapasitas militer Indonesia melalui pelatihanpelatihan militer. Sementara upaya eksternal adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia melalui kerjasama, baik itu bilateral maupun multilateral. Sementara, upaya-upaya yang dilakukan oleh lembaga non-pemerintah,
1166
Upaya Pencitraan Keamanan Nasional Indonesia Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Mancanegara (Daniel Sinaga)
dilakukakn oleh lembaga-lembaga yang bergerak di berbagai bidang, namun tetap memiliki kaitan terhadap upaya pemulihan citra keamanan nasional Indonesia untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara. Lembaga-lembaga nonpemerintah yang turut melakukan upaya pemulihan citra keamanan nasional Indonesia antara lain, Java Festival Production, Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI), dan Sail Indonesia Organizer. Efek yang diberikan dengan adanya perbaikan citra keamanan nasional Indonesia, selain menaikkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang akan datang ke Indonesia juga membuka mata dunia internasional akan keadaan stabilitas nasional di Indonesia yang telah semakin membaik. Daftar Pustaka Sumber buku : Buzan, Barry, 1991, People, State & Fear: An Agenda for International Security Studies in the Post-Cold War Era, 2nd edition. New York: Harvester Wheatsheaf. Jefkins, Frank, 1998, Public Relations Edisi ke 5.Jakarta : Erlangga. Kasali, Rhenald. 2003, Manajemen Public Relations.Jakarta : Grafiti. Liliweri, Alo, 2003, Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar Budaya,Malang : PT LKiS Pelangi Aksara. Rudy, T. May, 2005,Komunikasi & Hubungan Masyarakat Internasional, Bandung: PT Refika Aditama. Rudy, T. May, 2002, Studi Strategis Dalam Transformasi Sistem Internasional Pasca Perang Dingin, Bandung : PT. Refika Aditama. Sastropoetro, Santoso, 1991, Propaganda : Salah Satu Bentuk Komunikasi Massa, Bandung : Alumni. Soemirat, Soleh, dan Ardianto , Elvinaro, 2005, Dasar-dasar Public Relations. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Spillane, James J., 1991,Ekonomi Pariwisata : Sejarah dan Prospeknya, Yogyakarta : Kanisius. Suprapto, Tommy, 2009, Pengantar Teori & Manajemen Komunikasi, Yogyakarta : Media Pressindo. Wasesa, Silih Agung, 2006, Strategi Public Relations. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
1167
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (4): 1155-1168
Sumber Lainnya : ASEAN Regional Forum (ARF).Diakses melalui http://www.kemlu. go.id/ Pages/IFPDisplay.aspx?Name=RegionalCooperation&IDP=5&P=Regiona l&l=id pada tanggal 15 September 2013. Ekonomi Kreatif Industri Musik Indonesia. Diunduh melalui situs http://djpen.kemendag.go.id/app_frontend/admin/docs/publication/800133 6969935.pdf pada tanggal 17 September 2013 Kerjasama ASEAN dan Mitra Wicara. Diakses melalui http://www.kemlu. go.id/Pages/Asean.aspx?IDP=10&l=id pada tanggal 15 September 2013 Lombok Treaty. Diakses melalui http://www.pdfio.com/k-306988.html pada tanggal 16 September 2013 Para Menteri Pariwisata APEC Bertemu di Nara, Jepang.Diakses melalui http://www.indonesia-osaka.org/berita/2010/09/24/para-menteripariwisata-apec-bertemu-di-nara-jepang/ pada tanggal 17 September 2013. Rusia.
Diakses melalui http://kemlu.go.id/Daftar%20Perjanjian%20 Internasional/rusia.htm pada tanggal 17 September 2013
SBY: Pencabutan Embargo Membuka Babak Baru Hubungan Indonesia-Amerika. Diakses melalui http://www.voaindonesia.com/content/a-32-2005-11-23voa7-85405487/63433.html pada tanggal 15 September 2013
1168
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (4): 1155-1168 ISSN 0000-0000, ejournal.hi.fisip-unmul.org © Copyright 2013
UPAYA PENCITRAAN KEAMANAN NASIONAL INDONESIA UNTUK MENINGKATKAN KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA Daniel Sinaga1 NIM.0802045064
Abstract Tourism sector was important for the national economy, especially for Indonesia. Terrorism issue was inflicted the national security in Indonesia and national security has inflicted the economy condition in a nation. Foreign tourist arrivals were decreased. There are some terrorism action in Indonesia in period 2001-2006. The distractions of national security stability was inflicted the image of Indonesia. Indonesian national security image was branded as a negative image by the others nations. National security image recovery is important to increase foreign tourist arrivals. Indonesian Government and Indonesian Non-Government Organization have some efforts to recovery the Indonesian national security image for increase foreign tourist arrivals in period 2006-2010. The results showed that Indonesian efforts has make a significant influence. The foreign tourist arrivals increased in every year since 2006 untill 2010. Keywords: Indonesia, National Security, Image, Tourism Pendahuluan Sampai saat ini, sektor pariwisata masih tetap menjadi salah satu andalan utama negara dalam memperoleh devisa negara. Dalam pariwisata internasional, ahliahli ekonomi menggunakan istilah invisible export atau ekspor tak terlihat atas barang dan jasa pelayanan. (James J. Spillane, 1991 : 56) Indonesia merupakan negara yang terkenal akan keindahan alamnya. Keindahan alam Indonesia memiliki potensi untuk dapat dikembangkan menjadi tujuan wisata bagi wisatawan, baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Sebab, hampir diseluruh wilayah Indonesia memiliki keindahan alam yang cukup baik untuk dapat dijadikan daerah tujuan wisata. Iklim tropis Indonesia yang bersifat panas membuat Indonesia memiliki curah hujan yang cukup tinggi. Kondisi tropis semacam inilah yang menyebabkan Indonesia secara keseluruhan memiliki jenis flora dan fauna yang cukup bervariasi jumlahnya seperti yang terdapat di negara-negara tropis lainnya.Keindahan alam yang tersebar hampir diseluruh penjuru Indonesia ini membuat setiap daerah di Indonesia memiliki daerah tujuan wisatanya masing-masing. 1
Mahasiswa Program S1 Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Email:
[email protected]
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (4): 1155-1168
Namun, ada faktor-faktor yang mengganggu dan berdampak pada pemasukan devisa negara melalui sektor pariwisata. Situasi keamanan dalam negeri Indonesia, dapat dibilang rawan akan ancaman, baik itu yang berasal dari luar maupun dari dalam Indonesia. Ancaman-ancaman dari dalam negeri seperti, gerakan-gerakan separatisme yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia, seperti Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Operasi Papua Merdeka (OPM) dan lain sebagainya. Selain itu, ancaman dari luar, yakni jaringan terorisme internasional, kejahatan internasional yang terorganisir dan ancaman dari luar negeri lainnya. Pasca serangan terhadap gedung World Trade Center (WTC) pada tanggal 11 September 2001, terorisme menjadi isu keamanan yang cukup penting dalam dunia internasional, karena yang menjadi target terorisme pada saat itu adalah Amerika Serikat, yang merupakan salah satu negara dengan sistem pertahanan dan keamanan yang cukup kuat. Asumsinya adalah ketika negara kuat seperti Amerika Serikat mengalami serangan terorisme, maka negara-negara berkembang seperti negara-negara di dunia ketiga, akan lebih rentan akan ancaman aksi terorisme. Di Indonesia juga terjadi peristiwa teror bom yang dilakukan oleh teroris. Adanya pengeboman yang terjadi di beberapa kota seperti bom Bali pada tanggal 12 Oktober 2002, Selanjutnya diikuti dengan peristiwa Bom di Hotel J.W. Marriott, Jakarta tanggal 19 November 2003 dan Bom di depan Kedutaan Besar Australia, Jakarta tanggal 5 agustus 2003, dan Bom Bali kedua tanggal 1 Oktober 2005. Penurunan jumlah kunjungan wisman akan berdampak pada penurunan penerimaan devisa negara dari sektor pariwisata pula, sehingga diperlukan upaya untuk memulihkan citra keamanan nasional Indonesia yang sempat menurun, agar perekonomian negara kembali meningkat, khususnya di sektor pariwisata. Kerangka Dasar Teori 1. Konsep Komunikasi Internasional Komunikasi Internasional adalah komunikasi yang ruang lingkupnya melintasi batas-batas wilayah negara dan menyangkut interaksi/hubungan cukup luas dan intens dengan bangsa lain. (T. May Rudy, 2005 : 125) Atau dengan arti lain, komunikasi internasional dapat didefinisikan sebagai komunikasi yang dilakukan oleh komunikator yang mewakili suatu negara dengan menyampaikan pesanpesan yang berkaitan dengan kepentingan nasional negaranya kepada komunikan yang mewakili Negara lain. Dalam Komunikasi Internasional, bagaimanapun juga interaksi itu dipengaruhi oleh kebijakan, tujuan, maksud, kebutuhan dan ekonomi suatu bangsa. (Alo Liliweri, 2003 : 19) Ditinjau dari pelakunya, komunikasi internasional dapat dibagi dalam 2 kategori yaitu: a. Official transaction, yaitu kegiatan komunikasi yang dijalankan oleh pemerintah.
1156
Upaya Pencitraan Keamanan Nasional Indonesia Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Mancanegara (Daniel Sinaga)
b. Unofficial transaction atau disebut juga interaksi trans nasional yaitu kegiatan komunikasi yang melibatkan pihak non-pemerintah. Dalam kegiatan komunikasi internasional terdapat tiga prespektif yang dapat digunakan sebagai paradigma dalam komunikasi internasional, ketiga perspektif tersebut meliputi : a. Perspektif Diplomatik Aktifitas diplomatik banyak dilakukan secara interpersonal atau kelompok kecil, dan merupakan komunikasi langsung yang banyak digunakan antar pejabat tinggi negara untuk bekerja sama atau menyelesaikan konflik, memelihara hubungan bilateral ataupun multilateral dalam meningkatkan posisi tawar tataupun dalam meningkatkan reputasi dengan negara lain b. Perspektif Jurnalistik Jurnalistik merupakan salah satu jenis khas dari komunikasi, lebih memusatkan perhatian pada cara mencari, mengumpulkan, menyeleksi dan mengolah informasi yang mengandung nilai berita, serta menyajikannya kepada khalayak melalui media massa, baik itu media cetak maupun media elektronik. ( Tommy Suprapto, 2009 : 137) c. Perspektif Propaganda Prespektif Propaganda, dalam komunikasi internasional dimaksudkan untuk menanamkan gagasan-gagasan tertentu kedalam benak masyarakat pada negara lain atau bahkan pada masyarakat internasional secara keseluruhan. Propaganda dipacu sedemikian kuat, bukan sekedar mengarahkan opini publik, tetapi agar dapat mempengaruhi pemikiran, perasaan, serta tindakan pemerintah dan publik di negara lain. Propaganda dirancang sebagai sebuah program dengan tujuan yang kongkrit untuk memengaruhi dan mendorong komunikan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginan atau pola yang ditentukan oleh komunikator. (Santoso Satropoetro, 1991 : 34) 2. Konsep Keamanan Nasional (National Security) Keamanan Nasional adalah bagian dari kepentingan nasional yang tak dapat dipisahkan. Bahkan tujuan politik luar negeri untuk mempertahankan kepentingan nasional berkaitan dengan upaya mempertahankan keamanan nasional. Makna keamanan bukan sekedar kondisi aman tenteram tetapi keselamatan atas kelangsungan hidup bangsa dan negara. (T. May Rudy, 2002 : 64) Di dalam konsep ini terdapat tiga kepentingan inti yang secara mendasar rentan mendapatkan ancaman dari luar. Pertama, adalah Physical Security atau keamanan fisik dari masyarakat suatu negara dan hak milik pribadi mereka. Kedua adalah Rules and Institution yang dilaksanakan suatu masyarakat negara, khususnya konstitusi dan aturan formal lainnya. Dan ketiga adalah Prosperity yaitu sumber modal, barang mentah, system keuangan dan lain – lain.
1157
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (4): 1155-1168
Konsep keamanan itu sendiri memiliki beberapa dimensi, (Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, 2005 : 123) yaitu: 1. The origin of threats, dalam hal ini suatu ancaman tidak saja berasal dari pihak luar (eksternal), tapi juga berasal dari dalam negeri yang biasanya terkait dengan isu-isu primordial seperti konflik etnis, budaya, dan agama. 2. The nature of threats, dimensi ini menyoroti ancaman yang bersifat militer, dengan persoalan keamanan yang lebih komprehensif karena menyangkut aspek lain seperti ekonomi, sosial-budaya, lingkungan hidup, dan bahkan isu-isu lain seperti demokratisasi dan HAM seiring dengan adanya perkembangan baik dalam lingkup nasional maupun internasional. 3. Changing response, dalam dimensi ini yaitu adanya pergeseran pendekatan keamanan dari yang bersifat militeristik kearah pendekatan non-militer seperti ekonomi, politik, hukum, dan sosial budaya. 4. Changing responsibility of security, tercapainya keamanan tidak hanya bergantung pada negara melainkan ditentukan pula oleh kerjasama internasional antar aktor non-negara. 5. Core values of security, yakni perlindungan terhadap nilai-nilai baru baik dalam tataran individu maupun global seperti penghormatan pada HAM, demokratisasi, perlindungan terhadap lingkungan hidup dan upaya memerangi kejahatan lintas batas (transnational crime) baik itu perdagangan narkotika, pencucian uang, ataupun terorisme. Setidaknya ada 5 sektor keamanan yang saling terkait antara satu dengan lainnya dalam diskursus kontemporer sebagaimana dinyatakan Barry Buzan, yaitu Sektor Militer (military security), Sektor Politik (political security), Sektor Ekonomi (economic security), Sektor Sosial (societal security) dan Sektor Lingkungan (environmental security). (Barry Buzan, 1991 :19-20) 3. Konsep Citra Citra adalah kesan seseorang terhadap sesuatu. Citra merupakan persepsi yang terbentuk dalam benak manusia. Citra merupakan kesan yang timbul karena pemahaman akan suatu kenyataan. Pemahaman itu sendiri timbul karena adanya informasi. (Rhenald Kasali, 2003 : 30) Menurut Kotler citra sebuah tempat sebetulnya dapat terbentuk dari sekumpulan keyakinan, ide, dan impresi yang didapatkan seseorang mengenai daerah tersebut. Citra merupakan perwujudan dari sekian banyak asosiasi, ditambah potongan-potongan informasi yang berkaitan dengan tempat tersebut. Citra sebuah tempat terbentuk melalui proses berpikir seseorang ketika mendapatkan sejumlah informasi tentang daerah tersebut. (Silih Agung Wasesa, 2006 : 207) Franks Jefkins mengklasifikasikan citra menjadi lima jenis, (Frank Jefkins, 1998 : 2) yakni : 1. Mirror Image (Citra Bayangan), citra ini melekat pada orang dalam atau anggota-anggota organisasi mengenai anggapan pihak luar tentang organisasinya. Citra bayangan adalah citra yang dianut oleh orang dalam mengenai pandangan luar, terhadap organisasinya.
1158
Upaya Pencitraan Keamanan Nasional Indonesia Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Mancanegara (Daniel Sinaga)
2. Current Image (Citra yang Berlaku), citra yang berlaku adalah suatu citra atau pandangan yang dianut oleh pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi. Citra ini sepenuhnya ditentukan oleh banyak-sedikitnya informasi yang dimiliki oleh mereka yang mempercayainya. 3. Multiple Image (Citra Majemuk) yaitu adanya pandangan yang bermacammacam dari publiknya terhadap organisasi tertentu yang ditimbulkan oleh mereka yang mewakili organisasi kita dengan tingkah laku yang berbeda-beda atau tidak seirama dengan tujuan atau asas organisasi kita. 4. Corporate Image (Citra Perusahaan) adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan sekedar citra atas produk dan pelayanannya. 5. Wish Image (Citra Yang Diharapkan), citra harapan adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen atau suatu organisasi. Citra yang diharapkn biasanya dirumuskan dan diterapkan untuk sesuatu yang relatif baru, ketika khalayak belum memiliki informasi yang memadai mengenainya. Ada empat komponen pembentukan citra (Soleh Sumirat dan Elvinaro Ardianto, 2005 : 115) antara lain : 1. Persepsi, diartikan sebagai hasil pengamatan unsur lingkungan yang dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan dengan kata lain. Individu akan memberikan makna terhadap rangsang berdasarkan pengalamannya mengenai rangsang. 2. Kognisi, yaitu suatu keyakinan diri dari individu terhadap stimulus keyakinan ini akan timbul apabila individu harus diberikan informasi-informasi yang cukup dapat mempengaruhi perkembangan kognisinya. 3. Motif adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. 4. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berfikir, dan merasa dalam menghadapi obyek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan prilaku tetapi merupakan kecenderungan untuk berprilaku dengan prilaku tetapi merupakan kecendrungan untuk berprilaku dengan cara-cara tertentu. Proses pembentukan citra bukanlah hal yang sederhana, karena tidak hanya sekedar membentuk persepsi baik dan buruk, citra harus lebih spesifik. Citra merupakan hal yang penting dalam suatu pemasaran pariwisata, karena citra terhadap tempat tujuan pariwisata merupakan akumulasi dari kesan yang dimiliki seseorang tentang tempat tujuan tersebut. Citra dapat memberikan dampak yang positif bagi suatu tempat tujuan wisata, namun citra juga dapat memberikan dampak negatif. Jika citra suatu tempat tujuan wisata itu sudah jelek, maka wisatawan akan mengurungkan niat untuk berkunjung ke tempat tersebut, demikian pula sebaliknya.
1159
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (4): 1155-1168
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe eksplanatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik telaah pustaka. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Teknik analisa data yang digunakan adalah teknik kualitatif, Hasil Penelitian Indonesia merupakan negara yang kaya akan potensi alamnya dan tersebar merata di seluruh Indonesia. Selain kekayaan alam, Indonesia juga memiliki kebudayaan yang beragam, karena Indonesia sendiri memiliki ratusan suku dan masingmasing suku memiliki adat yang berbeda-beda. Hal-hal tersebut menjadi indikator potensi pariwisata yang dimiliki oleh Indonesia. Indonesia memiliki beberapa jenis-jenis wisata, seperti wisata budaya, wisata maritim, wisata lingkungan, agro wisata, wisata religi dan wisata hobi. Potensi pariwisata yang dimiliki oleh Indonesia mampu menarik minat para wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Indonesia. Berdasarkan data statistik kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia mengalami fluktuasi dalam periode tahun 2002-2010. Hal tersebut diakibatkan oleh kondisi keamanan nasional Indonesia yang tidak stabil. Dalam periode tahun 2002-2005, telah terjadi peristiwa pengeboman yang dilakukan oleh kelompok teroris di Indonesia. Hal tersebut mengganggu stabilitas keamanan Indonesia dan berdampak pada tingkat kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Keamanan nasional Indonesia mendapatkan citra negatif dari negara-negara lain, bahkan beberapa negara mengeluarkan travel warning ke Indonesia. Namun, selain peristiwa-peristiwa pengeboman di Indonesia, keamanan nasional Indonesia sendiri masih terancam. Ancaman keamanan nasional dapat dibagi menjadi 5, yakni ancaman pertahanan dan keamanan, ancaman keamanan politik, ancaman keamanan ekonomi, ancaman keamanan sosial, dan ancaman keamanan lingkungan. Dalam upaya meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia, yang menjadi fokus utama adalah memulihkan citra keamanan nasional Indonesia yang sempat dianggap negatif oleh negara-negara lain. Dan tentunya dalam memulihkan citra Indonesia itu, dapat dilakukan baik itu oleh lembaga pemerintah maupun lembaga-lembaga non-pemerintah lainnya. Upaya pemulihan citra keamanan nasional yang dilakukan oleh pemerintah, dikategorikan menjadi 2 bagian, yaitu upaya internal dan upaya eksternal. Upaya eksternal itu sendiri, jika ditinjau dari perspektif diplomatik dalam komunikasi internasional, kemudian terbagi menjadi 2 lagi, yakni bilateral dan multilateral. Indonesia merupakan salah satu negara yang cukup aktif dalam interaksi internasional. Indonesia banyak menjalin kerja sama dengan negara-negara lain, baik itu kerjasama bilateral maupun multilateral. Dalam periode tahun 2006-2010 Indonesia telah mengikuti banyak pertemuan luar negeri dan juga beberapa kali
1160
Upaya Pencitraan Keamanan Nasional Indonesia Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Mancanegara (Daniel Sinaga)
menjadi tuan rumah pertemuan-pertemuan luar negeri. Hal tersebut menjadi sarana bagi pemerintah Indonesia untuk mempromosikan dan menjelaskan tentang kondisi keamanan Indonesia yang sebelumnya dinilai negatif. Bentuk dari upaya yang dilakukan oleh pihak pemerintah itu antara lain : 1. Upaya Internal Upaya internal merupakan upaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk memulihkan citra keamanan nasional dengan melakukan perbaikan dalam negeri, dalam hal ini difokuskan kepada masalah keamanan. Pemerintah berupaya meningkatkan kemampuan militer dalam negeri melaui pelatihan-pelatihan militer. 2. Upaya Eksternal Upaya eksternal merupakan upaya memulihkan citra keamanan melalui jalur diplomatik, dengan menjalin kerjasama dengan negara lain, baik secara bilateral maupun multilateral. a. Bilateral Pemerintah Indonesia juga menjalin kerjasama-kerjasama dengan lain, fokus utamanya adalah kerjasama di sektor militer dan pariwisata. 1. Indonesia-Amerika Serikat Kerjasama Indonesia-Amerika Srikat didasari oleh kesamaan tujuan, yaitu memerangi aksi terorisme. Amerika Serikat mengalami serangan terorisme pada tanggal 11 September 2001, sementara Indonesia telah berkali-kali mengalami peristiwa pengeboman. Meskipun dalam perkembangannya, hubungan kerja sama Indonesia-Amerika Serikat mengalami fluktuasi, namun karena adanya persamaan kepentingan, kerja sama kedua Negara dapat berjalan dengan cukup baik dan menguntungkan. Embargo militer yang diberikan oleh AS kepada Indonesia atas pelanggaran hak asasi manusia secara bertahap mulai dihapuskan, hari Selasa 22 November 2005, Departemen Luar Negeri AS mengatakan akan membantu Indonesia memodernisasi militernya serta meningkatkan usaha kontra-terorisme dan pertolongan bencana. Selain itu, AS melihat bahwa Indonesia sudah mencapai kemajuan penting dalam memajukan demokrasi dalam waktu singkat. AS melalui Duta Besarnya mengumumkan bahwa efektif mulai 23 Mei 2008, Departemen Luar Negeri AS telah mencabut travel warning yang diberlakukan sejak bulan November 2000 setelah beberapa kali terjadi peledakan bom di Jakarta dan Bali. AS juga melanjutkan hubungan militer dengan Kopassus yang telah putus selama lebih dari satu dekade. (http://www.voaindonesia.com/content/a-32-2005-11-23voa7-85405487/63433.html) Kedatangan Presiden Obama pada November 2010 silam di Indonesia merupakan kunjungan pertamanya setelah terpilihnya Obama sebagai Presiden AS. Kedatangannya tersebut secara resmi meluncurkan US-Indonesia Comprehensive
1161
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (4): 1155-1168
Partnership, yang merupakan sebuah inisiatif dimana AS akan memperluas dan memperkuat hubungan dengan Indonesia untuk menangani isu-isu regional dan global. 2. Indonesia-Australia Indonesia juga menjalin kerjasama dengaan Australia. Indonesia maupun Australia sama-sama menjadi korban dari aksi terorisme. Pada tanggal 10 Oktober 2002, bom meledak di pulau Bali. Lokasi ledakan memang dalam wilayah Indonesia, namun mayoritas korban tewas adalah wisatawan asing yang berlibur di sana. Korban jiwa yang hampir mencapai 200 orang adalah mayoritas wisatawan asing yang berasal dari Australia. Dua tahun kemudian, teror kembali menyerang Indonesia dan Australia.Kini ledakan ditujukan ke gedung Kedutaan Australia di Jalan Kuningan Jakarta. Selain itu, akibat dari aksi terorisme yang terjadi, Australia mengeluarkan Travel Advisory bagi warga negaranya agar tidak melakukan perjalanan ke Indonesia. Setelah melalui beberapa kali pertemuan, akhirnya pemerintah Indonesia dan Australia mulai menemukan langkah awal untuk memperbaiki dan meningkatkan hubungan kerja sama di antara kedua belah pihak. Meskipun dalam waktu yang berbeda, Indonesia dan Australia meratifikasi Lombok Treaty. Lombok Treaty mengatur 21 kerjasama dalam 10 bidang, yaitu: kerjasama bidang pertahanan, penegakan hukum, anti-terorisme, kerjasama intelijen, keamanan maritim, keselamatan dan keamanan penerbangan, pencegahan perluasan (non-proliferasi) senjata pemusnah massal, kerjasama tanggap darurat, organisasi multilateral, dan peningkatan saling pengertian dan saling kontak antar masyarakat dan antar perseorangan. 3. Indonesia-Rusia Pasca tahun 2006, Pemerintah Indonesia telah berhasil menjalin beberapa kerja sama dengan pihak Rusia. Dalam periode tahun 2006-2010, perjanjian di antara kedua negara didominasi dengan perjanjian yang membahas bidang keamanan keamanan. Karena pada saat itu, Indonesia baru saja mengalami serangan terorisme dan kerja sama dengan Rusia diharapkan mampu untuk mencegah dan meningkatkan kondisi keamanan Indonesia. Pada tahun 2006, saat kunjungan Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, ke Rusia, telah terjadi beberapa kesepakatan dengan pemerintah Rusia, seperti penandatangan MoU antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Federasi Rusia mengenai bantuan dalam rangka pelaksanaan Program Kerjasama Teknik Militer Indonesia-Rusia Tahun 2006-2010. (http://kemlu.go.id/Daftar%20Perjanjian%20Internasional/rusia.html). Selain itu, penandatanganan MoU antara Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia dan Badan Federal Bidang Pariwisata Federasi Rusia mengenai Kerjasama Bidang Pariwisata, juga diharapkan dapat memperbaiki
1162
Upaya Pencitraan Keamanan Nasional Indonesia Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Mancanegara (Daniel Sinaga)
sektor Pariwisata Indonesia yang saat itu tengah menurun pasca peristiwa Bom Bali. b. Multilateral 1. ASEAN Tourism Forum (ATF) ATF adalah sebuah forum tingkat menteri pariwisata yang dilaksanakan di sela M-ATM. ATF membahas tentang kerjasama regional yang berupaya untuk mempromosikan wilayah ASEAN sebagai salah satu tujuan wisatawan. Melalui forum ini, menteri pariwisata Indonesia menyampaikan tentang kondisi Indonesia, termasuk juga kondisi keamanan yang semakin membaik pasca peristiwa terorisme yang pernah terjadi di Indonesia.Tujuannya adalah untuk meyakinkan Negara-negara peserta forum lainnya bahwa Indonesia merupakan Negara yang aman untuk dijadikan sebagai tujuan wisata di ASEAN dan dapatmeningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara dalam lingkup kawasan Asia Tenggara. 2. Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) Pertemuan APEC Tingkat Menteri ke-6 di bidang pariwisata telah diselenggarakan sejak tanggal 22-23 September 2010 di kota Nara, Jepang. Dengan tema “Tourism for New Strategic Growth in the Asia-Pacific”, sebanyak 21 negara anggota APEC termasuk 7 Menteri Pariwisata hadir dalam pertemuan ini untuk mendiskusikan upaya meningkatkan pariwisata di wilayah Asia Pasifik. (http://www.indonesia-osaka.org/berita/2010/09/24/para-menteri-pariwisata-apecbertemu-di-nara-jepang/) Dalam pembahasan mengenai Deklarasi Nara, pihak Indonesia menyampaikan pentingnya sektor pariwisata sebagai pendukung dalampertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Pasifik.Indonesia juga mengusulkan agar Deklarasi ini dapat memasukkan peran penting sektor pariwisata dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, mengurangi kemiskinan, dan menjaga kelestarian lingkungan di Asia Pasifik.Usulan ini mendapat dukungan oleh seluruh perwakilan negara anggota APEC. 3. Association of South East Asia Nations (ASEAN) KTT ASEAN adalah pertemuan puncak antara pemimpin-pemimpin negara anggota ASEAN dalam hubungannya terhadap pengembangan ekonomi dan budaya antar negara-negara Asia Tenggara. Sejak dibentuknya ASEAN telah berlangsung 14 kali KTT resmi, 4 KTT tidak resmi, dan 1 KTT Luar Biasa. Masalah keamanan menjadi faktor penghambat terhadap pembangunan suatu Negara, termasuk Indonesia. Terorisme beberapa kali menjadi topik utama dalam KTT ASEAN. Oleh karena itu, perlunya dilaksanakan berbagai langkah pemberantasan melalui kerja sama regional. Berkaitan dengan hal tersebut, bangsa Indonesia perlu mempersiapkan diri agar dapat berperan secara optimal dalam pengembangan kerja sama di kawasan, khususnya yang terkait dengan kejahatan terorisme dan kejahatan lintas batas lainnya. Peningkatkan kerja sama keamanan dengan negara yang tergabung dalam ASEAN dalam menanggulangi kejahatan
1163
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (4): 1155-1168
terorisme di bawah payung Konvensi ASEAN mengenai Pemberantasan Terorisme yang telah ditandatangani pemerintah pada KTT ASEAN ke-12 di Cebu, Filipina, tanggal 13 Januari 2007. 4. ASEAN Regional Forum (ARF) ARF merupakan suatu forum yang dibentuk oleh ASEAN pada tahun 1994 sebagai suatu wahana bagi dialog dan konsultasi mengenai hal-hal yang terkait dengan politik dan keamanan di kawasan, serta untuk membahas dan menyamakan pandangan antara negara-negara peserta ARF untuk memperkecil ancaman terhadap stabilitas dan keamanan kawasan. ARF merupakan satusatunya forum di level pemerintahan yang dihadiri oleh seluruh negara-negara kuat di kawasan Asia Pasifik dan kawasan lain seperti Amerika Serikat, Republik Rakyat China, Jepang, Rusia dan Uni Eropa (UE). (http://www.kemlu.go.id/Pages/IFPDisplay.aspx?Name=RegionalCooperation&I DP=5&P=Regional&l=id) ARF menyepakati bawa konsep keamanan menyeluruh (comprehensive security) tidak hanya mencakup aspek-aspek militer dan isu keamanan tradisional namun juga terkait dengan aspek politik, ekonomi, sosial dan isu lainnya seperti isu keamanan non-tradisional. Sejak terjadinya peristiwa-peristiwa pengeboman yang terjadi di Indonesia, kawasan Asia Tenggara meningkatkan fokus terhadap Isu Terorisme. Karena hal tersebut, melalui forum ini, Indonesia dapat menyampaikan kepentingannya, yakni pemberantasan terorisme untuk menciptakan stabilitas keamanan, pemulihan citra keamanan dengan mengangkat isu keamanan yang mengancam kawasan Asia Tenggara dan Indonesia secara khusus. Belum lagi ditambah dengan hadirnya Negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Cina, Jepang, dan Negara Uni Eropa lainnya sebagai pengamat, sehingga Indonesia dapat menyampaikan kepentingannya dan dapat bekerja sama dengan Negara-negara tersebut dalam bidang pertahanan keamanan sehingga dapat menaikkan status keamanan Indonesia yang kemudian berdampak pada peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara dari Negara mitra kerjasamanya. Kemudian ada juga upaya-upaya yang dilakukan oleh lembaga non-pemerintah. Dalam upaya pemulihan citra keamanan Indonesia untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara, tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja. Lembaga-lembaga non-pemerintah juga dapat berpartisipasi, baik itu melalui event-event internasional, promosi pariwisata baik itu secara langsung maupun tidak langsung dan melalui jalur-jalur promosi lainnya. Upaya yang dilakukan oleh lembaga non pemerintah, antara lain : 1. Java Festival Production melalui event yang mereka selenggarakan, yakni, Jakarta International Java Jazz Festival (JIJJF). JIJF adalah festival musik jazz terbesar yang setiap tahunnya diselenggarakan setiap awal bulan Maret di Jakarta, Indonesia oleh Java Festival Production sejak tahun 2005. Selain menghadirkan musisi jazz mancanegara maupun dalam negeri, festival ini juga
1164
Upaya Pencitraan Keamanan Nasional Indonesia Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Mancanegara (Daniel Sinaga)
disertai musisi dari genre musik lainnya seperti R&B, soul, reggae. Selama 6 tahun berturut-turut (2005-2010), JJF mengalami peningkatan jumlah pengunjung secara signifikan. Dari jumlah pengunjung sebanyak 57.800 orang di tahun 2005 menjadi 110.300 orang atau hampir dua kali lipat di tahun 2010. (http://djpen.kemendag.go.id/app_frontend/admin/docs/publication/80013369699 35.pdf) Penyelenggaraan Java Jazz Festival dari tahun ke tahun menghadirkan makin banyak duta musik dari berbagai negara. Ruang-ruang pertunjukan selain dipenuhi pengunjung baik dalam maupun luar negeri, atau mereka yang memang tinggal di Indonesia, maupun yang berasal dari Singapura, Malaysia, Amerika, Belanda, Jepang, dan Australia. Pada tahun 2010 tercatat sedikitnya 1.500 artis lokal dan mancanegara ikut terlibat pada pagelaran ini. 2. Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) melalui event-event sepakbola. Pertandingan sepakbola, secara tidak langsung dapat dijadikan sebagai sarana untuk meningkatkan citra keamanan Indonesia.Apalagi ketika yang menjadi lawan tanding Indonesia adalah klub-klub yang berasal dari luar Indonesia dan memiliki basis penonton yang cukup besar yang tersebar di seluruh dunia. 3. Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) melalui kejuaraan-kejuaraan bulu tangkis. Bulu tangkis merupakan salah satu cabang olahraga yang berhasil membawa nama Indonesia ke peringkat teratas dalam dunia internasional. Berbagai kejuaran berhasil dimenangkan oleh atlit-atlit Indonesia. Tidak hanya itu, Indonesia juga dipercayai untuk menjadi tuan rumah kejuaran internasional badminton atau yang lebih dikenal dengan Indonesia Terbuka. Dalam berbagai kesempatan, event ini juga mengadakan acara-acara lain di selasela turnamen. Seperti malam pembukaan, dan biasanya, Indonesia selaku tuan rumah, memberikan pertunjukan bagi para peserta. Salah satunya adalah pertunjukan budaya.Para peserta juga tidak keberatan untuk menikmati hasil kebudayaan Indonesia.Salah satunya diindikasikan melalui penggunaan pakaian batik yang merupakan budaya asli Indonesia. 4. Sail Indonesia Organizer melalui event Sail Indonesia. Sail Indonesia adalah turnamen reli yacht tahunan yang berangkat dari kota Darwin, Australia pada bulan Juli setiap tahun dan diikuti oleh program tiga bulan yang terkait dengan tujuan wisata di seluruh Indonesia. Sail Indonesia sebagai acara berbasis web dan reli dipromosikan dan dikelola menggunakan internet dan email saja. Pada masa sekarang, sektor pariwisata memegang peranan cukup penting terhadap pertumbuhan perekonomian suatu negara, demikian dengan Indonesia. Bagi Indonesia, sektor pariwisata merupakan salah satu penyumbang devisa terbesar. Kondisi keamanan dalam negeri mempunyai pengaruh terhadap tingkat kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Hal tersebut yang kemudian menjadi alasan bagi Indonesia untuk memulihkan citra keamanan nasional Indonesia yang tercoreng akibat peristiwa-peristiwa yang mengganggu stabilitas keamanan Indonesia.
1165
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (4): 1155-1168
Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah maupun lembaga-lembaga non-pemerintah lainnya yang bertujuan untuk memulihkan citra keamanan Indonesia ada kaitannya terhadap peningkatan kondisi perekonomian Indonesia, khususnya sektor pariwisata. Wish Image dari upaya pencitraan tersebut adalah citra bahwa Indonesia merupakan negara yang aman untuk dikunjungi, sehingga para negara asal wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia memberikan izin bagi warga negaranya untuk melakukan perjalanan ke Indonesia. Meskipun terkesan belum optimal, namun Wish Image dari upaya pencitraan Indonesia mulai menunjukan hasil. Salah satu indikatornya adalah meningkatnya kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia dan kemudian berdampak pada meningkatnya pemasukan devisa negara Indonesia melalui sektor pariwisata. Kesimpulan Dalam interaksi internasional antar negara di seluruh dunia, citra keamanan suatu negara, mempunyai peranan yang cukup penting terhadap kelangsungan perkembangan perekonomian suatu negara. Semakin stabil kondisi keamanan suatu negara, maka semakin stabil pula tingkat perkembangan perekonomiannya. Demikian dengan Indonesia, sebagai negara berkembang, Indonesia harus mampu untuk menciptakan kestabilan keamanan nasionalnya agar dapat fokus dalam membangun negara dari sisi perekonomian. Sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah, Indonesia tentunya diharapkan agar memiliki perekonomian yang kuat, yang mampu bersaing dengan negara-negara maju lainnya. Salah sektor perekonomian yang terkait dengan stabilitas keamanan nasional adalah sektor pariwisata. Citra keamanan nasional Indonesia di mata dunia internasional sangat berpengaruh pada tingkat kedatangan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Sehingga, ketika citra keamanan Indonesia dianggap negatif, maka tingkat kunjungan wisatawan mancanegara akan mengalami penurunan. Faktor lain yang mempengaruhi penurunan tingkat kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia adalah pemerintah Indonesia belum berhasil memanfaatkan potensi yang dimiliki di sektor pariwisata secara maksimal. Agar dapat meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia, maka diperlukan upaya-upaya untuk memulihkan citra keamanan nasional Indonesia. Upaya-Upaya yang dilakukan untuk Pemulihan Citra Keamanan Nasional Indonesia terkait dengan meningkatkan kedatangan Wisatawan Mancanegara bukan hanya menjadi tugas dari pemerintah saja tetapi memerlukan kerjasama dari lembaga-lembaga non-pemerintah yang terkait dengan sektor pariwisata. Adapun upaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia terbagi lagi menjadi 2, yakni upaya internal dan upaya eksternal. Upaya internal merupakan upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk memulihkan kondisi keamanan dalam negeri, salah satunya dengan peningkatan kapasitas militer Indonesia melalui pelatihanpelatihan militer. Sementara upaya eksternal adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia melalui kerjasama, baik itu bilateral maupun multilateral. Sementara, upaya-upaya yang dilakukan oleh lembaga non-pemerintah,
1166
Upaya Pencitraan Keamanan Nasional Indonesia Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Mancanegara (Daniel Sinaga)
dilakukakn oleh lembaga-lembaga yang bergerak di berbagai bidang, namun tetap memiliki kaitan terhadap upaya pemulihan citra keamanan nasional Indonesia untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara. Lembaga-lembaga nonpemerintah yang turut melakukan upaya pemulihan citra keamanan nasional Indonesia antara lain, Java Festival Production, Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI), dan Sail Indonesia Organizer. Efek yang diberikan dengan adanya perbaikan citra keamanan nasional Indonesia, selain menaikkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang akan datang ke Indonesia juga membuka mata dunia internasional akan keadaan stabilitas nasional di Indonesia yang telah semakin membaik. Daftar Pustaka Sumber buku : Buzan, Barry, 1991, People, State & Fear: An Agenda for International Security Studies in the Post-Cold War Era, 2nd edition. New York: Harvester Wheatsheaf. Jefkins, Frank, 1998, Public Relations Edisi ke 5.Jakarta : Erlangga. Kasali, Rhenald. 2003, Manajemen Public Relations.Jakarta : Grafiti. Liliweri, Alo, 2003, Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar Budaya,Malang : PT LKiS Pelangi Aksara. Rudy, T. May, 2005,Komunikasi & Hubungan Masyarakat Internasional, Bandung: PT Refika Aditama. Rudy, T. May, 2002, Studi Strategis Dalam Transformasi Sistem Internasional Pasca Perang Dingin, Bandung : PT. Refika Aditama. Sastropoetro, Santoso, 1991, Propaganda : Salah Satu Bentuk Komunikasi Massa, Bandung : Alumni. Soemirat, Soleh, dan Ardianto , Elvinaro, 2005, Dasar-dasar Public Relations. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Spillane, James J., 1991,Ekonomi Pariwisata : Sejarah dan Prospeknya, Yogyakarta : Kanisius. Suprapto, Tommy, 2009, Pengantar Teori & Manajemen Komunikasi, Yogyakarta : Media Pressindo. Wasesa, Silih Agung, 2006, Strategi Public Relations. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
1167
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (4): 1155-1168
Sumber Lainnya : ASEAN Regional Forum (ARF).Diakses melalui http://www.kemlu. go.id/ Pages/IFPDisplay.aspx?Name=RegionalCooperation&IDP=5&P=Regiona l&l=id pada tanggal 15 September 2013. Ekonomi Kreatif Industri Musik Indonesia. Diunduh melalui situs http://djpen.kemendag.go.id/app_frontend/admin/docs/publication/800133 6969935.pdf pada tanggal 17 September 2013 Kerjasama ASEAN dan Mitra Wicara. Diakses melalui http://www.kemlu. go.id/Pages/Asean.aspx?IDP=10&l=id pada tanggal 15 September 2013 Lombok Treaty. Diakses melalui http://www.pdfio.com/k-306988.html pada tanggal 16 September 2013 Para Menteri Pariwisata APEC Bertemu di Nara, Jepang.Diakses melalui http://www.indonesia-osaka.org/berita/2010/09/24/para-menteripariwisata-apec-bertemu-di-nara-jepang/ pada tanggal 17 September 2013. Rusia.
Diakses melalui http://kemlu.go.id/Daftar%20Perjanjian%20 Internasional/rusia.htm pada tanggal 17 September 2013
SBY: Pencabutan Embargo Membuka Babak Baru Hubungan Indonesia-Amerika. Diakses melalui http://www.voaindonesia.com/content/a-32-2005-11-23voa7-85405487/63433.html pada tanggal 15 September 2013
1168
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (4): 1155-1168 ISSN 0000-0000, ejournal.hi.fisip-unmul.org © Copyright 2013
UPAYA PENCITRAAN KEAMANAN NASIONAL INDONESIA UNTUK MENINGKATKAN KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA Daniel Sinaga1 NIM.0802045064
Abstract Tourism sector was important for the national economy, especially for Indonesia. Terrorism issue was inflicted the national security in Indonesia and national security has inflicted the economy condition in a nation. Foreign tourist arrivals were decreased. There are some terrorism action in Indonesia in period 2001-2006. The distractions of national security stability was inflicted the image of Indonesia. Indonesian national security image was branded as a negative image by the others nations. National security image recovery is important to increase foreign tourist arrivals. Indonesian Government and Indonesian Non-Government Organization have some efforts to recovery the Indonesian national security image for increase foreign tourist arrivals in period 2006-2010. The results showed that Indonesian efforts has make a significant influence. The foreign tourist arrivals increased in every year since 2006 untill 2010. Keywords: Indonesia, National Security, Image, Tourism Pendahuluan Sampai saat ini, sektor pariwisata masih tetap menjadi salah satu andalan utama negara dalam memperoleh devisa negara. Dalam pariwisata internasional, ahliahli ekonomi menggunakan istilah invisible export atau ekspor tak terlihat atas barang dan jasa pelayanan. (James J. Spillane, 1991 : 56) Indonesia merupakan negara yang terkenal akan keindahan alamnya. Keindahan alam Indonesia memiliki potensi untuk dapat dikembangkan menjadi tujuan wisata bagi wisatawan, baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Sebab, hampir diseluruh wilayah Indonesia memiliki keindahan alam yang cukup baik untuk dapat dijadikan daerah tujuan wisata. Iklim tropis Indonesia yang bersifat panas membuat Indonesia memiliki curah hujan yang cukup tinggi. Kondisi tropis semacam inilah yang menyebabkan Indonesia secara keseluruhan memiliki jenis flora dan fauna yang cukup bervariasi jumlahnya seperti yang terdapat di negara-negara tropis lainnya.Keindahan alam yang tersebar hampir diseluruh penjuru Indonesia ini membuat setiap daerah di Indonesia memiliki daerah tujuan wisatanya masing-masing. 1
Mahasiswa Program S1 Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Email:
[email protected]
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (4): 1155-1168
Namun, ada faktor-faktor yang mengganggu dan berdampak pada pemasukan devisa negara melalui sektor pariwisata. Situasi keamanan dalam negeri Indonesia, dapat dibilang rawan akan ancaman, baik itu yang berasal dari luar maupun dari dalam Indonesia. Ancaman-ancaman dari dalam negeri seperti, gerakan-gerakan separatisme yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia, seperti Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Operasi Papua Merdeka (OPM) dan lain sebagainya. Selain itu, ancaman dari luar, yakni jaringan terorisme internasional, kejahatan internasional yang terorganisir dan ancaman dari luar negeri lainnya. Pasca serangan terhadap gedung World Trade Center (WTC) pada tanggal 11 September 2001, terorisme menjadi isu keamanan yang cukup penting dalam dunia internasional, karena yang menjadi target terorisme pada saat itu adalah Amerika Serikat, yang merupakan salah satu negara dengan sistem pertahanan dan keamanan yang cukup kuat. Asumsinya adalah ketika negara kuat seperti Amerika Serikat mengalami serangan terorisme, maka negara-negara berkembang seperti negara-negara di dunia ketiga, akan lebih rentan akan ancaman aksi terorisme. Di Indonesia juga terjadi peristiwa teror bom yang dilakukan oleh teroris. Adanya pengeboman yang terjadi di beberapa kota seperti bom Bali pada tanggal 12 Oktober 2002, Selanjutnya diikuti dengan peristiwa Bom di Hotel J.W. Marriott, Jakarta tanggal 19 November 2003 dan Bom di depan Kedutaan Besar Australia, Jakarta tanggal 5 agustus 2003, dan Bom Bali kedua tanggal 1 Oktober 2005. Penurunan jumlah kunjungan wisman akan berdampak pada penurunan penerimaan devisa negara dari sektor pariwisata pula, sehingga diperlukan upaya untuk memulihkan citra keamanan nasional Indonesia yang sempat menurun, agar perekonomian negara kembali meningkat, khususnya di sektor pariwisata. Kerangka Dasar Teori 1. Konsep Komunikasi Internasional Komunikasi Internasional adalah komunikasi yang ruang lingkupnya melintasi batas-batas wilayah negara dan menyangkut interaksi/hubungan cukup luas dan intens dengan bangsa lain. (T. May Rudy, 2005 : 125) Atau dengan arti lain, komunikasi internasional dapat didefinisikan sebagai komunikasi yang dilakukan oleh komunikator yang mewakili suatu negara dengan menyampaikan pesanpesan yang berkaitan dengan kepentingan nasional negaranya kepada komunikan yang mewakili Negara lain. Dalam Komunikasi Internasional, bagaimanapun juga interaksi itu dipengaruhi oleh kebijakan, tujuan, maksud, kebutuhan dan ekonomi suatu bangsa. (Alo Liliweri, 2003 : 19) Ditinjau dari pelakunya, komunikasi internasional dapat dibagi dalam 2 kategori yaitu: a. Official transaction, yaitu kegiatan komunikasi yang dijalankan oleh pemerintah.
1156
Upaya Pencitraan Keamanan Nasional Indonesia Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Mancanegara (Daniel Sinaga)
b. Unofficial transaction atau disebut juga interaksi trans nasional yaitu kegiatan komunikasi yang melibatkan pihak non-pemerintah. Dalam kegiatan komunikasi internasional terdapat tiga prespektif yang dapat digunakan sebagai paradigma dalam komunikasi internasional, ketiga perspektif tersebut meliputi : a. Perspektif Diplomatik Aktifitas diplomatik banyak dilakukan secara interpersonal atau kelompok kecil, dan merupakan komunikasi langsung yang banyak digunakan antar pejabat tinggi negara untuk bekerja sama atau menyelesaikan konflik, memelihara hubungan bilateral ataupun multilateral dalam meningkatkan posisi tawar tataupun dalam meningkatkan reputasi dengan negara lain b. Perspektif Jurnalistik Jurnalistik merupakan salah satu jenis khas dari komunikasi, lebih memusatkan perhatian pada cara mencari, mengumpulkan, menyeleksi dan mengolah informasi yang mengandung nilai berita, serta menyajikannya kepada khalayak melalui media massa, baik itu media cetak maupun media elektronik. ( Tommy Suprapto, 2009 : 137) c. Perspektif Propaganda Prespektif Propaganda, dalam komunikasi internasional dimaksudkan untuk menanamkan gagasan-gagasan tertentu kedalam benak masyarakat pada negara lain atau bahkan pada masyarakat internasional secara keseluruhan. Propaganda dipacu sedemikian kuat, bukan sekedar mengarahkan opini publik, tetapi agar dapat mempengaruhi pemikiran, perasaan, serta tindakan pemerintah dan publik di negara lain. Propaganda dirancang sebagai sebuah program dengan tujuan yang kongkrit untuk memengaruhi dan mendorong komunikan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginan atau pola yang ditentukan oleh komunikator. (Santoso Satropoetro, 1991 : 34) 2. Konsep Keamanan Nasional (National Security) Keamanan Nasional adalah bagian dari kepentingan nasional yang tak dapat dipisahkan. Bahkan tujuan politik luar negeri untuk mempertahankan kepentingan nasional berkaitan dengan upaya mempertahankan keamanan nasional. Makna keamanan bukan sekedar kondisi aman tenteram tetapi keselamatan atas kelangsungan hidup bangsa dan negara. (T. May Rudy, 2002 : 64) Di dalam konsep ini terdapat tiga kepentingan inti yang secara mendasar rentan mendapatkan ancaman dari luar. Pertama, adalah Physical Security atau keamanan fisik dari masyarakat suatu negara dan hak milik pribadi mereka. Kedua adalah Rules and Institution yang dilaksanakan suatu masyarakat negara, khususnya konstitusi dan aturan formal lainnya. Dan ketiga adalah Prosperity yaitu sumber modal, barang mentah, system keuangan dan lain – lain.
1157
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (4): 1155-1168
Konsep keamanan itu sendiri memiliki beberapa dimensi, (Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, 2005 : 123) yaitu: 1. The origin of threats, dalam hal ini suatu ancaman tidak saja berasal dari pihak luar (eksternal), tapi juga berasal dari dalam negeri yang biasanya terkait dengan isu-isu primordial seperti konflik etnis, budaya, dan agama. 2. The nature of threats, dimensi ini menyoroti ancaman yang bersifat militer, dengan persoalan keamanan yang lebih komprehensif karena menyangkut aspek lain seperti ekonomi, sosial-budaya, lingkungan hidup, dan bahkan isu-isu lain seperti demokratisasi dan HAM seiring dengan adanya perkembangan baik dalam lingkup nasional maupun internasional. 3. Changing response, dalam dimensi ini yaitu adanya pergeseran pendekatan keamanan dari yang bersifat militeristik kearah pendekatan non-militer seperti ekonomi, politik, hukum, dan sosial budaya. 4. Changing responsibility of security, tercapainya keamanan tidak hanya bergantung pada negara melainkan ditentukan pula oleh kerjasama internasional antar aktor non-negara. 5. Core values of security, yakni perlindungan terhadap nilai-nilai baru baik dalam tataran individu maupun global seperti penghormatan pada HAM, demokratisasi, perlindungan terhadap lingkungan hidup dan upaya memerangi kejahatan lintas batas (transnational crime) baik itu perdagangan narkotika, pencucian uang, ataupun terorisme. Setidaknya ada 5 sektor keamanan yang saling terkait antara satu dengan lainnya dalam diskursus kontemporer sebagaimana dinyatakan Barry Buzan, yaitu Sektor Militer (military security), Sektor Politik (political security), Sektor Ekonomi (economic security), Sektor Sosial (societal security) dan Sektor Lingkungan (environmental security). (Barry Buzan, 1991 :19-20) 3. Konsep Citra Citra adalah kesan seseorang terhadap sesuatu. Citra merupakan persepsi yang terbentuk dalam benak manusia. Citra merupakan kesan yang timbul karena pemahaman akan suatu kenyataan. Pemahaman itu sendiri timbul karena adanya informasi. (Rhenald Kasali, 2003 : 30) Menurut Kotler citra sebuah tempat sebetulnya dapat terbentuk dari sekumpulan keyakinan, ide, dan impresi yang didapatkan seseorang mengenai daerah tersebut. Citra merupakan perwujudan dari sekian banyak asosiasi, ditambah potongan-potongan informasi yang berkaitan dengan tempat tersebut. Citra sebuah tempat terbentuk melalui proses berpikir seseorang ketika mendapatkan sejumlah informasi tentang daerah tersebut. (Silih Agung Wasesa, 2006 : 207) Franks Jefkins mengklasifikasikan citra menjadi lima jenis, (Frank Jefkins, 1998 : 2) yakni : 1. Mirror Image (Citra Bayangan), citra ini melekat pada orang dalam atau anggota-anggota organisasi mengenai anggapan pihak luar tentang organisasinya. Citra bayangan adalah citra yang dianut oleh orang dalam mengenai pandangan luar, terhadap organisasinya.
1158
Upaya Pencitraan Keamanan Nasional Indonesia Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Mancanegara (Daniel Sinaga)
2. Current Image (Citra yang Berlaku), citra yang berlaku adalah suatu citra atau pandangan yang dianut oleh pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi. Citra ini sepenuhnya ditentukan oleh banyak-sedikitnya informasi yang dimiliki oleh mereka yang mempercayainya. 3. Multiple Image (Citra Majemuk) yaitu adanya pandangan yang bermacammacam dari publiknya terhadap organisasi tertentu yang ditimbulkan oleh mereka yang mewakili organisasi kita dengan tingkah laku yang berbeda-beda atau tidak seirama dengan tujuan atau asas organisasi kita. 4. Corporate Image (Citra Perusahaan) adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan sekedar citra atas produk dan pelayanannya. 5. Wish Image (Citra Yang Diharapkan), citra harapan adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen atau suatu organisasi. Citra yang diharapkn biasanya dirumuskan dan diterapkan untuk sesuatu yang relatif baru, ketika khalayak belum memiliki informasi yang memadai mengenainya. Ada empat komponen pembentukan citra (Soleh Sumirat dan Elvinaro Ardianto, 2005 : 115) antara lain : 1. Persepsi, diartikan sebagai hasil pengamatan unsur lingkungan yang dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan dengan kata lain. Individu akan memberikan makna terhadap rangsang berdasarkan pengalamannya mengenai rangsang. 2. Kognisi, yaitu suatu keyakinan diri dari individu terhadap stimulus keyakinan ini akan timbul apabila individu harus diberikan informasi-informasi yang cukup dapat mempengaruhi perkembangan kognisinya. 3. Motif adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. 4. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berfikir, dan merasa dalam menghadapi obyek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan prilaku tetapi merupakan kecenderungan untuk berprilaku dengan prilaku tetapi merupakan kecendrungan untuk berprilaku dengan cara-cara tertentu. Proses pembentukan citra bukanlah hal yang sederhana, karena tidak hanya sekedar membentuk persepsi baik dan buruk, citra harus lebih spesifik. Citra merupakan hal yang penting dalam suatu pemasaran pariwisata, karena citra terhadap tempat tujuan pariwisata merupakan akumulasi dari kesan yang dimiliki seseorang tentang tempat tujuan tersebut. Citra dapat memberikan dampak yang positif bagi suatu tempat tujuan wisata, namun citra juga dapat memberikan dampak negatif. Jika citra suatu tempat tujuan wisata itu sudah jelek, maka wisatawan akan mengurungkan niat untuk berkunjung ke tempat tersebut, demikian pula sebaliknya.
1159
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (4): 1155-1168
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe eksplanatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik telaah pustaka. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Teknik analisa data yang digunakan adalah teknik kualitatif, Hasil Penelitian Indonesia merupakan negara yang kaya akan potensi alamnya dan tersebar merata di seluruh Indonesia. Selain kekayaan alam, Indonesia juga memiliki kebudayaan yang beragam, karena Indonesia sendiri memiliki ratusan suku dan masingmasing suku memiliki adat yang berbeda-beda. Hal-hal tersebut menjadi indikator potensi pariwisata yang dimiliki oleh Indonesia. Indonesia memiliki beberapa jenis-jenis wisata, seperti wisata budaya, wisata maritim, wisata lingkungan, agro wisata, wisata religi dan wisata hobi. Potensi pariwisata yang dimiliki oleh Indonesia mampu menarik minat para wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Indonesia. Berdasarkan data statistik kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia mengalami fluktuasi dalam periode tahun 2002-2010. Hal tersebut diakibatkan oleh kondisi keamanan nasional Indonesia yang tidak stabil. Dalam periode tahun 2002-2005, telah terjadi peristiwa pengeboman yang dilakukan oleh kelompok teroris di Indonesia. Hal tersebut mengganggu stabilitas keamanan Indonesia dan berdampak pada tingkat kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Keamanan nasional Indonesia mendapatkan citra negatif dari negara-negara lain, bahkan beberapa negara mengeluarkan travel warning ke Indonesia. Namun, selain peristiwa-peristiwa pengeboman di Indonesia, keamanan nasional Indonesia sendiri masih terancam. Ancaman keamanan nasional dapat dibagi menjadi 5, yakni ancaman pertahanan dan keamanan, ancaman keamanan politik, ancaman keamanan ekonomi, ancaman keamanan sosial, dan ancaman keamanan lingkungan. Dalam upaya meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia, yang menjadi fokus utama adalah memulihkan citra keamanan nasional Indonesia yang sempat dianggap negatif oleh negara-negara lain. Dan tentunya dalam memulihkan citra Indonesia itu, dapat dilakukan baik itu oleh lembaga pemerintah maupun lembaga-lembaga non-pemerintah lainnya. Upaya pemulihan citra keamanan nasional yang dilakukan oleh pemerintah, dikategorikan menjadi 2 bagian, yaitu upaya internal dan upaya eksternal. Upaya eksternal itu sendiri, jika ditinjau dari perspektif diplomatik dalam komunikasi internasional, kemudian terbagi menjadi 2 lagi, yakni bilateral dan multilateral. Indonesia merupakan salah satu negara yang cukup aktif dalam interaksi internasional. Indonesia banyak menjalin kerja sama dengan negara-negara lain, baik itu kerjasama bilateral maupun multilateral. Dalam periode tahun 2006-2010 Indonesia telah mengikuti banyak pertemuan luar negeri dan juga beberapa kali
1160
Upaya Pencitraan Keamanan Nasional Indonesia Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Mancanegara (Daniel Sinaga)
menjadi tuan rumah pertemuan-pertemuan luar negeri. Hal tersebut menjadi sarana bagi pemerintah Indonesia untuk mempromosikan dan menjelaskan tentang kondisi keamanan Indonesia yang sebelumnya dinilai negatif. Bentuk dari upaya yang dilakukan oleh pihak pemerintah itu antara lain : 1. Upaya Internal Upaya internal merupakan upaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk memulihkan citra keamanan nasional dengan melakukan perbaikan dalam negeri, dalam hal ini difokuskan kepada masalah keamanan. Pemerintah berupaya meningkatkan kemampuan militer dalam negeri melaui pelatihan-pelatihan militer. 2. Upaya Eksternal Upaya eksternal merupakan upaya memulihkan citra keamanan melalui jalur diplomatik, dengan menjalin kerjasama dengan negara lain, baik secara bilateral maupun multilateral. a. Bilateral Pemerintah Indonesia juga menjalin kerjasama-kerjasama dengan lain, fokus utamanya adalah kerjasama di sektor militer dan pariwisata. 1. Indonesia-Amerika Serikat Kerjasama Indonesia-Amerika Srikat didasari oleh kesamaan tujuan, yaitu memerangi aksi terorisme. Amerika Serikat mengalami serangan terorisme pada tanggal 11 September 2001, sementara Indonesia telah berkali-kali mengalami peristiwa pengeboman. Meskipun dalam perkembangannya, hubungan kerja sama Indonesia-Amerika Serikat mengalami fluktuasi, namun karena adanya persamaan kepentingan, kerja sama kedua Negara dapat berjalan dengan cukup baik dan menguntungkan. Embargo militer yang diberikan oleh AS kepada Indonesia atas pelanggaran hak asasi manusia secara bertahap mulai dihapuskan, hari Selasa 22 November 2005, Departemen Luar Negeri AS mengatakan akan membantu Indonesia memodernisasi militernya serta meningkatkan usaha kontra-terorisme dan pertolongan bencana. Selain itu, AS melihat bahwa Indonesia sudah mencapai kemajuan penting dalam memajukan demokrasi dalam waktu singkat. AS melalui Duta Besarnya mengumumkan bahwa efektif mulai 23 Mei 2008, Departemen Luar Negeri AS telah mencabut travel warning yang diberlakukan sejak bulan November 2000 setelah beberapa kali terjadi peledakan bom di Jakarta dan Bali. AS juga melanjutkan hubungan militer dengan Kopassus yang telah putus selama lebih dari satu dekade. (http://www.voaindonesia.com/content/a-32-2005-11-23voa7-85405487/63433.html) Kedatangan Presiden Obama pada November 2010 silam di Indonesia merupakan kunjungan pertamanya setelah terpilihnya Obama sebagai Presiden AS. Kedatangannya tersebut secara resmi meluncurkan US-Indonesia Comprehensive
1161
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (4): 1155-1168
Partnership, yang merupakan sebuah inisiatif dimana AS akan memperluas dan memperkuat hubungan dengan Indonesia untuk menangani isu-isu regional dan global. 2. Indonesia-Australia Indonesia juga menjalin kerjasama dengaan Australia. Indonesia maupun Australia sama-sama menjadi korban dari aksi terorisme. Pada tanggal 10 Oktober 2002, bom meledak di pulau Bali. Lokasi ledakan memang dalam wilayah Indonesia, namun mayoritas korban tewas adalah wisatawan asing yang berlibur di sana. Korban jiwa yang hampir mencapai 200 orang adalah mayoritas wisatawan asing yang berasal dari Australia. Dua tahun kemudian, teror kembali menyerang Indonesia dan Australia.Kini ledakan ditujukan ke gedung Kedutaan Australia di Jalan Kuningan Jakarta. Selain itu, akibat dari aksi terorisme yang terjadi, Australia mengeluarkan Travel Advisory bagi warga negaranya agar tidak melakukan perjalanan ke Indonesia. Setelah melalui beberapa kali pertemuan, akhirnya pemerintah Indonesia dan Australia mulai menemukan langkah awal untuk memperbaiki dan meningkatkan hubungan kerja sama di antara kedua belah pihak. Meskipun dalam waktu yang berbeda, Indonesia dan Australia meratifikasi Lombok Treaty. Lombok Treaty mengatur 21 kerjasama dalam 10 bidang, yaitu: kerjasama bidang pertahanan, penegakan hukum, anti-terorisme, kerjasama intelijen, keamanan maritim, keselamatan dan keamanan penerbangan, pencegahan perluasan (non-proliferasi) senjata pemusnah massal, kerjasama tanggap darurat, organisasi multilateral, dan peningkatan saling pengertian dan saling kontak antar masyarakat dan antar perseorangan. 3. Indonesia-Rusia Pasca tahun 2006, Pemerintah Indonesia telah berhasil menjalin beberapa kerja sama dengan pihak Rusia. Dalam periode tahun 2006-2010, perjanjian di antara kedua negara didominasi dengan perjanjian yang membahas bidang keamanan keamanan. Karena pada saat itu, Indonesia baru saja mengalami serangan terorisme dan kerja sama dengan Rusia diharapkan mampu untuk mencegah dan meningkatkan kondisi keamanan Indonesia. Pada tahun 2006, saat kunjungan Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, ke Rusia, telah terjadi beberapa kesepakatan dengan pemerintah Rusia, seperti penandatangan MoU antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Federasi Rusia mengenai bantuan dalam rangka pelaksanaan Program Kerjasama Teknik Militer Indonesia-Rusia Tahun 2006-2010. (http://kemlu.go.id/Daftar%20Perjanjian%20Internasional/rusia.html). Selain itu, penandatanganan MoU antara Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia dan Badan Federal Bidang Pariwisata Federasi Rusia mengenai Kerjasama Bidang Pariwisata, juga diharapkan dapat memperbaiki
1162
Upaya Pencitraan Keamanan Nasional Indonesia Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Mancanegara (Daniel Sinaga)
sektor Pariwisata Indonesia yang saat itu tengah menurun pasca peristiwa Bom Bali. b. Multilateral 1. ASEAN Tourism Forum (ATF) ATF adalah sebuah forum tingkat menteri pariwisata yang dilaksanakan di sela M-ATM. ATF membahas tentang kerjasama regional yang berupaya untuk mempromosikan wilayah ASEAN sebagai salah satu tujuan wisatawan. Melalui forum ini, menteri pariwisata Indonesia menyampaikan tentang kondisi Indonesia, termasuk juga kondisi keamanan yang semakin membaik pasca peristiwa terorisme yang pernah terjadi di Indonesia.Tujuannya adalah untuk meyakinkan Negara-negara peserta forum lainnya bahwa Indonesia merupakan Negara yang aman untuk dijadikan sebagai tujuan wisata di ASEAN dan dapatmeningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara dalam lingkup kawasan Asia Tenggara. 2. Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) Pertemuan APEC Tingkat Menteri ke-6 di bidang pariwisata telah diselenggarakan sejak tanggal 22-23 September 2010 di kota Nara, Jepang. Dengan tema “Tourism for New Strategic Growth in the Asia-Pacific”, sebanyak 21 negara anggota APEC termasuk 7 Menteri Pariwisata hadir dalam pertemuan ini untuk mendiskusikan upaya meningkatkan pariwisata di wilayah Asia Pasifik. (http://www.indonesia-osaka.org/berita/2010/09/24/para-menteri-pariwisata-apecbertemu-di-nara-jepang/) Dalam pembahasan mengenai Deklarasi Nara, pihak Indonesia menyampaikan pentingnya sektor pariwisata sebagai pendukung dalampertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Pasifik.Indonesia juga mengusulkan agar Deklarasi ini dapat memasukkan peran penting sektor pariwisata dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, mengurangi kemiskinan, dan menjaga kelestarian lingkungan di Asia Pasifik.Usulan ini mendapat dukungan oleh seluruh perwakilan negara anggota APEC. 3. Association of South East Asia Nations (ASEAN) KTT ASEAN adalah pertemuan puncak antara pemimpin-pemimpin negara anggota ASEAN dalam hubungannya terhadap pengembangan ekonomi dan budaya antar negara-negara Asia Tenggara. Sejak dibentuknya ASEAN telah berlangsung 14 kali KTT resmi, 4 KTT tidak resmi, dan 1 KTT Luar Biasa. Masalah keamanan menjadi faktor penghambat terhadap pembangunan suatu Negara, termasuk Indonesia. Terorisme beberapa kali menjadi topik utama dalam KTT ASEAN. Oleh karena itu, perlunya dilaksanakan berbagai langkah pemberantasan melalui kerja sama regional. Berkaitan dengan hal tersebut, bangsa Indonesia perlu mempersiapkan diri agar dapat berperan secara optimal dalam pengembangan kerja sama di kawasan, khususnya yang terkait dengan kejahatan terorisme dan kejahatan lintas batas lainnya. Peningkatkan kerja sama keamanan dengan negara yang tergabung dalam ASEAN dalam menanggulangi kejahatan
1163
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (4): 1155-1168
terorisme di bawah payung Konvensi ASEAN mengenai Pemberantasan Terorisme yang telah ditandatangani pemerintah pada KTT ASEAN ke-12 di Cebu, Filipina, tanggal 13 Januari 2007. 4. ASEAN Regional Forum (ARF) ARF merupakan suatu forum yang dibentuk oleh ASEAN pada tahun 1994 sebagai suatu wahana bagi dialog dan konsultasi mengenai hal-hal yang terkait dengan politik dan keamanan di kawasan, serta untuk membahas dan menyamakan pandangan antara negara-negara peserta ARF untuk memperkecil ancaman terhadap stabilitas dan keamanan kawasan. ARF merupakan satusatunya forum di level pemerintahan yang dihadiri oleh seluruh negara-negara kuat di kawasan Asia Pasifik dan kawasan lain seperti Amerika Serikat, Republik Rakyat China, Jepang, Rusia dan Uni Eropa (UE). (http://www.kemlu.go.id/Pages/IFPDisplay.aspx?Name=RegionalCooperation&I DP=5&P=Regional&l=id) ARF menyepakati bawa konsep keamanan menyeluruh (comprehensive security) tidak hanya mencakup aspek-aspek militer dan isu keamanan tradisional namun juga terkait dengan aspek politik, ekonomi, sosial dan isu lainnya seperti isu keamanan non-tradisional. Sejak terjadinya peristiwa-peristiwa pengeboman yang terjadi di Indonesia, kawasan Asia Tenggara meningkatkan fokus terhadap Isu Terorisme. Karena hal tersebut, melalui forum ini, Indonesia dapat menyampaikan kepentingannya, yakni pemberantasan terorisme untuk menciptakan stabilitas keamanan, pemulihan citra keamanan dengan mengangkat isu keamanan yang mengancam kawasan Asia Tenggara dan Indonesia secara khusus. Belum lagi ditambah dengan hadirnya Negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Cina, Jepang, dan Negara Uni Eropa lainnya sebagai pengamat, sehingga Indonesia dapat menyampaikan kepentingannya dan dapat bekerja sama dengan Negara-negara tersebut dalam bidang pertahanan keamanan sehingga dapat menaikkan status keamanan Indonesia yang kemudian berdampak pada peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara dari Negara mitra kerjasamanya. Kemudian ada juga upaya-upaya yang dilakukan oleh lembaga non-pemerintah. Dalam upaya pemulihan citra keamanan Indonesia untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara, tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja. Lembaga-lembaga non-pemerintah juga dapat berpartisipasi, baik itu melalui event-event internasional, promosi pariwisata baik itu secara langsung maupun tidak langsung dan melalui jalur-jalur promosi lainnya. Upaya yang dilakukan oleh lembaga non pemerintah, antara lain : 1. Java Festival Production melalui event yang mereka selenggarakan, yakni, Jakarta International Java Jazz Festival (JIJJF). JIJF adalah festival musik jazz terbesar yang setiap tahunnya diselenggarakan setiap awal bulan Maret di Jakarta, Indonesia oleh Java Festival Production sejak tahun 2005. Selain menghadirkan musisi jazz mancanegara maupun dalam negeri, festival ini juga
1164
Upaya Pencitraan Keamanan Nasional Indonesia Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Mancanegara (Daniel Sinaga)
disertai musisi dari genre musik lainnya seperti R&B, soul, reggae. Selama 6 tahun berturut-turut (2005-2010), JJF mengalami peningkatan jumlah pengunjung secara signifikan. Dari jumlah pengunjung sebanyak 57.800 orang di tahun 2005 menjadi 110.300 orang atau hampir dua kali lipat di tahun 2010. (http://djpen.kemendag.go.id/app_frontend/admin/docs/publication/80013369699 35.pdf) Penyelenggaraan Java Jazz Festival dari tahun ke tahun menghadirkan makin banyak duta musik dari berbagai negara. Ruang-ruang pertunjukan selain dipenuhi pengunjung baik dalam maupun luar negeri, atau mereka yang memang tinggal di Indonesia, maupun yang berasal dari Singapura, Malaysia, Amerika, Belanda, Jepang, dan Australia. Pada tahun 2010 tercatat sedikitnya 1.500 artis lokal dan mancanegara ikut terlibat pada pagelaran ini. 2. Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) melalui event-event sepakbola. Pertandingan sepakbola, secara tidak langsung dapat dijadikan sebagai sarana untuk meningkatkan citra keamanan Indonesia.Apalagi ketika yang menjadi lawan tanding Indonesia adalah klub-klub yang berasal dari luar Indonesia dan memiliki basis penonton yang cukup besar yang tersebar di seluruh dunia. 3. Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) melalui kejuaraan-kejuaraan bulu tangkis. Bulu tangkis merupakan salah satu cabang olahraga yang berhasil membawa nama Indonesia ke peringkat teratas dalam dunia internasional. Berbagai kejuaran berhasil dimenangkan oleh atlit-atlit Indonesia. Tidak hanya itu, Indonesia juga dipercayai untuk menjadi tuan rumah kejuaran internasional badminton atau yang lebih dikenal dengan Indonesia Terbuka. Dalam berbagai kesempatan, event ini juga mengadakan acara-acara lain di selasela turnamen. Seperti malam pembukaan, dan biasanya, Indonesia selaku tuan rumah, memberikan pertunjukan bagi para peserta. Salah satunya adalah pertunjukan budaya.Para peserta juga tidak keberatan untuk menikmati hasil kebudayaan Indonesia.Salah satunya diindikasikan melalui penggunaan pakaian batik yang merupakan budaya asli Indonesia. 4. Sail Indonesia Organizer melalui event Sail Indonesia. Sail Indonesia adalah turnamen reli yacht tahunan yang berangkat dari kota Darwin, Australia pada bulan Juli setiap tahun dan diikuti oleh program tiga bulan yang terkait dengan tujuan wisata di seluruh Indonesia. Sail Indonesia sebagai acara berbasis web dan reli dipromosikan dan dikelola menggunakan internet dan email saja. Pada masa sekarang, sektor pariwisata memegang peranan cukup penting terhadap pertumbuhan perekonomian suatu negara, demikian dengan Indonesia. Bagi Indonesia, sektor pariwisata merupakan salah satu penyumbang devisa terbesar. Kondisi keamanan dalam negeri mempunyai pengaruh terhadap tingkat kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Hal tersebut yang kemudian menjadi alasan bagi Indonesia untuk memulihkan citra keamanan nasional Indonesia yang tercoreng akibat peristiwa-peristiwa yang mengganggu stabilitas keamanan Indonesia.
1165
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (4): 1155-1168
Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah maupun lembaga-lembaga non-pemerintah lainnya yang bertujuan untuk memulihkan citra keamanan Indonesia ada kaitannya terhadap peningkatan kondisi perekonomian Indonesia, khususnya sektor pariwisata. Wish Image dari upaya pencitraan tersebut adalah citra bahwa Indonesia merupakan negara yang aman untuk dikunjungi, sehingga para negara asal wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia memberikan izin bagi warga negaranya untuk melakukan perjalanan ke Indonesia. Meskipun terkesan belum optimal, namun Wish Image dari upaya pencitraan Indonesia mulai menunjukan hasil. Salah satu indikatornya adalah meningkatnya kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia dan kemudian berdampak pada meningkatnya pemasukan devisa negara Indonesia melalui sektor pariwisata. Kesimpulan Dalam interaksi internasional antar negara di seluruh dunia, citra keamanan suatu negara, mempunyai peranan yang cukup penting terhadap kelangsungan perkembangan perekonomian suatu negara. Semakin stabil kondisi keamanan suatu negara, maka semakin stabil pula tingkat perkembangan perekonomiannya. Demikian dengan Indonesia, sebagai negara berkembang, Indonesia harus mampu untuk menciptakan kestabilan keamanan nasionalnya agar dapat fokus dalam membangun negara dari sisi perekonomian. Sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah, Indonesia tentunya diharapkan agar memiliki perekonomian yang kuat, yang mampu bersaing dengan negara-negara maju lainnya. Salah sektor perekonomian yang terkait dengan stabilitas keamanan nasional adalah sektor pariwisata. Citra keamanan nasional Indonesia di mata dunia internasional sangat berpengaruh pada tingkat kedatangan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Sehingga, ketika citra keamanan Indonesia dianggap negatif, maka tingkat kunjungan wisatawan mancanegara akan mengalami penurunan. Faktor lain yang mempengaruhi penurunan tingkat kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia adalah pemerintah Indonesia belum berhasil memanfaatkan potensi yang dimiliki di sektor pariwisata secara maksimal. Agar dapat meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia, maka diperlukan upaya-upaya untuk memulihkan citra keamanan nasional Indonesia. Upaya-Upaya yang dilakukan untuk Pemulihan Citra Keamanan Nasional Indonesia terkait dengan meningkatkan kedatangan Wisatawan Mancanegara bukan hanya menjadi tugas dari pemerintah saja tetapi memerlukan kerjasama dari lembaga-lembaga non-pemerintah yang terkait dengan sektor pariwisata. Adapun upaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia terbagi lagi menjadi 2, yakni upaya internal dan upaya eksternal. Upaya internal merupakan upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk memulihkan kondisi keamanan dalam negeri, salah satunya dengan peningkatan kapasitas militer Indonesia melalui pelatihanpelatihan militer. Sementara upaya eksternal adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia melalui kerjasama, baik itu bilateral maupun multilateral. Sementara, upaya-upaya yang dilakukan oleh lembaga non-pemerintah,
1166
Upaya Pencitraan Keamanan Nasional Indonesia Untuk Meningkatkan Kunjungan Wisatawan Mancanegara (Daniel Sinaga)
dilakukakn oleh lembaga-lembaga yang bergerak di berbagai bidang, namun tetap memiliki kaitan terhadap upaya pemulihan citra keamanan nasional Indonesia untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara. Lembaga-lembaga nonpemerintah yang turut melakukan upaya pemulihan citra keamanan nasional Indonesia antara lain, Java Festival Production, Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI), dan Sail Indonesia Organizer. Efek yang diberikan dengan adanya perbaikan citra keamanan nasional Indonesia, selain menaikkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang akan datang ke Indonesia juga membuka mata dunia internasional akan keadaan stabilitas nasional di Indonesia yang telah semakin membaik. Daftar Pustaka Sumber buku : Buzan, Barry, 1991, People, State & Fear: An Agenda for International Security Studies in the Post-Cold War Era, 2nd edition. New York: Harvester Wheatsheaf. Jefkins, Frank, 1998, Public Relations Edisi ke 5.Jakarta : Erlangga. Kasali, Rhenald. 2003, Manajemen Public Relations.Jakarta : Grafiti. Liliweri, Alo, 2003, Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar Budaya,Malang : PT LKiS Pelangi Aksara. Rudy, T. May, 2005,Komunikasi & Hubungan Masyarakat Internasional, Bandung: PT Refika Aditama. Rudy, T. May, 2002, Studi Strategis Dalam Transformasi Sistem Internasional Pasca Perang Dingin, Bandung : PT. Refika Aditama. Sastropoetro, Santoso, 1991, Propaganda : Salah Satu Bentuk Komunikasi Massa, Bandung : Alumni. Soemirat, Soleh, dan Ardianto , Elvinaro, 2005, Dasar-dasar Public Relations. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Spillane, James J., 1991,Ekonomi Pariwisata : Sejarah dan Prospeknya, Yogyakarta : Kanisius. Suprapto, Tommy, 2009, Pengantar Teori & Manajemen Komunikasi, Yogyakarta : Media Pressindo. Wasesa, Silih Agung, 2006, Strategi Public Relations. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
1167
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (4): 1155-1168
Sumber Lainnya : ASEAN Regional Forum (ARF).Diakses melalui http://www.kemlu. go.id/ Pages/IFPDisplay.aspx?Name=RegionalCooperation&IDP=5&P=Regiona l&l=id pada tanggal 15 September 2013. Ekonomi Kreatif Industri Musik Indonesia. Diunduh melalui situs http://djpen.kemendag.go.id/app_frontend/admin/docs/publication/800133 6969935.pdf pada tanggal 17 September 2013 Kerjasama ASEAN dan Mitra Wicara. Diakses melalui http://www.kemlu. go.id/Pages/Asean.aspx?IDP=10&l=id pada tanggal 15 September 2013 Lombok Treaty. Diakses melalui http://www.pdfio.com/k-306988.html pada tanggal 16 September 2013 Para Menteri Pariwisata APEC Bertemu di Nara, Jepang.Diakses melalui http://www.indonesia-osaka.org/berita/2010/09/24/para-menteripariwisata-apec-bertemu-di-nara-jepang/ pada tanggal 17 September 2013. Rusia.
Diakses melalui http://kemlu.go.id/Daftar%20Perjanjian%20 Internasional/rusia.htm pada tanggal 17 September 2013
SBY: Pencabutan Embargo Membuka Babak Baru Hubungan Indonesia-Amerika. Diakses melalui http://www.voaindonesia.com/content/a-32-2005-11-23voa7-85405487/63433.html pada tanggal 15 September 2013
1168