ISSN : 1858-330X UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN TEKNIK REFLEKSI SETTING KOOPERATIF PADA SISWA KELAS VIIIA SMP NEGERI 1 BAJENG KABUPATEN GOWA 1)
1)
Jasruddin D. M., Pariabti P. , Magfirah 1)
Jurusan Fisika Universitas Negeri Makassar ABSTRAK
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom action research) yang dilakukan di SMP Negeri 1 Bajeng Kabupaten Gowa yang bertujuan untuk mengetahui adanya peningkatan kualitas pembelajaran fisika dengan teknik refleksi setting kooperatif pada siswa kelas VIIIA SMP Negeri 1 Bajeng Kabupaten Gowa. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II masing-masing terdiri dari empat kali pertemuan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes hasil belajar, lembar observasi, observasi terbuka, dan angket tanggapan siswa mengenai pembelajaran dengan teknik refleksi setting kooperatif. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif. Hasil analisis deskriptif kualitatif menunjukkan bahwa siswa yang aktif mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II berdasarkan indikator aktivitas pada lembar observasi, begitupun dengan hasil analisis deskriptif kuantitatif menunjukkan peningkatan persentase ketuntasan hasil belajar siswa dari 30 % pada siklus I menjadi 87,50 % pada siklus II berdasarkan data tes hasil belajar pada akhir siklus.
KATA KUNCI : kooperatif, kualitas pembelajaran, teknik refleksi
I.
PENDAHULUAN Salah satu kriteria yang patut diperhatikan
dalam peningkatan mutu pendidikan adalah peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah termasuk pertama
diantaranya (SMP).
sekolah Sedangkan
menengah untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran tersebut diperlukan kreativitas guru sebagai pebelajar
interaksi
Berdasarkan hasil pengamatan di SMP Negeri 1 Bajeng Kabupaten Gowa bahwa siswa yang memiliki nilai hasil belajar yang tinggi pada umumnya dimiliki oleh siswa yang aktif dalam proses pembelajaran. Siswa yang aktif tersebut memiliki semangat dalam mengikuti rangkaian kegiatan pembelajaran sementara siswa yang tidak aktif nampak tidak bersemangat dan kurang memperhatikan. Jika siswa yang tidak aktif dalam kelas lebih monopoli maka suasana belajar mengajar akan terasa asing dan tidak terjalin interaksi antara siswa dan guru maupun
sebagaimana
yang
diharapkan, akibatnya kualitas pembelajaran menjadi rendah. Oleh karena itu guru berupaya menciptakan
suasana
belajar
yang
menyenangkan dengan memilih metode yang tepat agar kesenjangan belajar dalam kelas bisa diatasi dengan baik dan benar. Pemilihan model pembelajaran yang
untuk menemukan metode pembelajaran yang tepat dalam proses belajar-mengajar di kelas.
antarsiswa
tepat untuk mengatasi kondisi siswa yang heterogen
cocok
diterapkan
model
pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif akan lebih mengaktifkan siswa secara merata dalam kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator. Siswa akan lebih banyak berpikir dan bekerja
dalam
ditambah
menyelesaikan
adanya
kerjasama
tugas-tugas yang
terjalin
antarsiswa dalam kelompoknya sehingga siswa bisa saling bertukar pikiran dan saling mengisi kekurangan
dalam
menghadapi
materi
pelajaran. JSPF Vol 9, Mei 2009 | 51
ISSN : 1858-330X Langkah-langkah
pembelajaran
secara
aktif,
baik
mental,
sosialnya.
pembelajaran harus selalu mendapat perhatian
berupa
dari guru supaya guru bisa menilai kekurangan
keterampilan serta pengembangan sikap dapat
maupun
model
tercapai melalui proses pembelajaran demikian.
pembelajaran tersebut. Selain guru, pendapat
Dengan pemahaman tersebut, maka Riyana
siswa juga perlu dipertimbangkan agar tercipta
(2006) mengemukakan aspek-aspek efektivitas
suasana
belajar
penerapan
pembelajaran
yang
kondusif
dan
tujuan
maupun
kooperatif yang diterapkan pada setiap kegiatan
kelebihan
Sehingga
fisik
peningkatan
yang
pembelajaran
pengetahuan
meliputi:
(1)
dan
peningkatan
kesalahan-kesalahan sebelumnya tidak terulang
pengetahuan, (2) peningkatan keterampilan, (3)
lagi.
perubahan sikap, (4) perilaku ,(5) kemampuan Pengajaran yang senantiasa melakukan
perbaikan
pada
pembelajaran
setiap
yang
pertemuan
proses
mengakibatkan
hasil
adaptasi,(6)
Teknik pembelajaran refleksi menuntut adanya modifikasi cara mengajar dan evaluasi setiap perubahan
yang
diberikan
pertemuan.
Dengan
teknik
pada
setiap
tersebut
akan
integrasi,
(7)
peningkatan partisipasi, dan (8) peningkatan interaksi kultural. Dalam pengertian yang sama Suderajat
pembelajaran dan pengajaran yang meningkat dikenal dengan teknik pembelajaran refleksi.
peningkatan
(Fitrianti, 2008:8) mendefenisikan bahwa: “kualitas pengajaran merupakan suatu pandangan umum, filosofi, dan metodologi yang diarahkan untuk pengelolaan perubahan secara totalitas dan sistematik sehingga terjadi perubahan paradigma, perubahan visi, misi, dan juga tujuan”.
mendukung peningkatan mutu pembelajaran Berdasarkan pengertian tersebut, maka
fisika. Berdasarkan pemikiran ini, maka telah dilakukan
penelitian
Meningkatkan
dengan
Kualitas
judul
“Upaya
Pembelajaran
Fisika
dengan Teknik Refleksi Setting Kooperatif pada Siswa Kelas VIIIA SMP Negeri 1 Bajeng
dapat
pembelajaran kualitas
hasil
meliputi
bahwa kualitas
pembelajaran.
kualitas proses
dan
Peningkatan
kualitas proses dapat diamati dari meningkatnya minat, motivasi, serta aktivitas siswa dalam setiap
Kabupaten Gowa”.
disimpulakan
pembelajaran.
Peningkatan
minat,
motivasi, dan aktivitas belajar siswa dapat dilihat dengan meningkatnya kehadiran dan keaktifan
II. LANDASAN TEORI
siswa dalam proses pembelajaran. Sedangkan a. Kualitas Pembelajaran
peningkatan kualitas hasil belajar dapat diukur
Kualitas pembelajaran merupakan indikator
dengan tes hasil belajar atau ketuntasan belajar
keberhasilan suatu proses pembelajaran dalam
siswa. Kualitas pengajaran memang lebih sulit
kelas. Peningkatan kualitas pembelajaran amat
didefenisikan karena meliputi banyak elemen
ditentukan
yang
yang subjektif. Akan tetapi dari uraian tersebut
terkandung dalam kegiatan pembelajaran. Salah
dapat diketahui bahwa kualitas pembelajaran
satu unsur dinamis yang memiliki peran penting
tidak hanya dilihat dari segi hasil belajar siswa
adalah guru.
tetapi lebih ditekankan pada optimalisasi proses
Proses
oleh
unsur-unsur
pembelajaran
dinamis
dikatakan
efektif
pembelajaran dalam kelas.
apabila sebagian besar peserta didik terlibat
JSPF Vol 9, Mei 2009 | 52
ISSN : 1858-330X c. Pembelajaran dengan Setting Kooperatif
b. Teknik pembelajaran Refleksi Refleksi adalah cara berpikir apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Selain itu, refleksi juga dapat diartikan sebagai respon
terhadap
kejadian,
aktivitas,
atau
pengetahuan yang baru diterima. Demikian Pigger dalam
Soegiono (Fitrianti, 2008:11)
mendefenisikan refleksi sebagai evaluasi yang dilakukan dalam rangka perbaikan-perbaikan kedepannya agar terbentuk pandangan baru yang lebih positif. Sejalan
kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok -kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting
itu
Trianto,
2008
belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa lalu dalam hal ini siswa mengedepankan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang pengayaan
atau
revisi
dari
pengetahuan sebelumnya. Sedangkan Sahrudin dan Iriani, 2008 menjelaskan bahwa :
kelompok-kelompok
memperhatikan
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
keberagaman
memecahkan
interaksi
sosial
dengan anggota
suatu
dengan
masalah teman
melalui
sebayanya,
memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu
yang
narasumber
bersamaan bagi
Pembelajaran
dan
teman
kooperatif
ia
yang
menjadi
lain.
merupakan
Jadi model
pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara
siswa
pembelajaran.
“Realisasi refleksi dalam pembelajaran, yaitu guru menyisakan waktu sejenak agar perta didik melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh hari itu“.
kecil
kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan
dengan
mendefenisikan refleksi adalah cara berpikir ke
merupakan
Menurut Slavin (Yasa,2008) pembelajaran
kooperatif
untuk
Dimana
ialah
mencapai tujuan
untuk
tujuan
pembelajaran
mengembangkan
keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud antara lain, berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain,
guru perlu melaksanakan refleksi pada setiap
memancing
akhir program pengajaran. Yaitu pada setiap
menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam
akhir pembelajaran guru menyisakan waktu agar
kelompok dan sebagainya.
peserta didik melakukan refleksi, diantaranya
Sejalan
teman
untuk
dengan
itu
berupa: pertanyaan langsung terhadap apa-apa
menyatakan
yang
kooperatif memiliki ciri-ciri:
telah
diperolehnya
pada
saat
itu,
mendiskusikan dengan teman tentang pelajaran
1.
bahwa
model
bertanya,
Yasa,
mau
2008
pembelajaran
Untuk menuntaskan materi belajarnya,
yang baru saja dipelajari, kesan dan saran
siswa belajar dalam kelompok secara
peserta didik mengenai pembelajaran pada saat
kooperatif.
itu.
Dengan
upaya
demikian,
maka
akan
2. Kelompok dibentuk dari siswa-siswa
mengarahkan peserta didik kepada pemahaman
yang
mereka tentang materi yang dipelajari.
sedang dan rendah. 3.
memiliki
kemampuan
tinggi,
Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku,
JSPF Vol 9, Mei 2009 | 53
ISSN : 1858-330X budaya jenis kelamin yang berbeda, maka
diupayakan
agar
dalam
tiap
kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula.
III. METODE PENELITIAN Jenis
penelitian
ini
adalah
penelitian
tindakan kelas (classroom action research). Tindakan yang diberikan adalah pembelajaran
4. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan.
dengan teknik refleksi setting kooperatif dengan tahapan-tahapan pelaksanaan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi
Menurut Ibrahim (2000), unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah 1) siswa dalam kelompok haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama, 2) siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, 3) siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama, 4) siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya, 5) siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok, 6) siswa berbagi kepemimpinan dan mereka
membutuhkan
keterampilan
untuk
belajar bersama selama proses belajarnya, dan 7)
siswa
akan
diminta
mempertanggungjawabkan
secara
individual
materi
dalam
kelompok
yang
ditangani
kooperatif.
dan refleksi secara bersiklus. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu analisis deskriptif
kualitatif
dan
analisis
deskriptif
kuantitatif. a. Analisis deskriptif kualitatif Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk melihat sejauh mana keaktifan siswa selama proses pembelajaran. Data hasil observasi dan data refleksi di kelas yang terkumpul dianalisis secara deskriptif kualitatif. b. Analisis deskriptif kuantitatif Analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk melihat skor dan persentase ketuntasan belajar siswa berdasarkan data tes hasil belajar fisika yang diberikan. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Hasil Analisis deskriptif kualitatif
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat enam langkah utama atau tahapan. Pelajaran
Dari
analisis
deskriptif
kualitatif
maka
dimulai dengan guru menyampaikan tujuan
diperoleh bahwa keaktifan siswa meningkat dari
pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar.
siklus I ke siklus II. Meskipun ada beberapa
Fase ini diikuti dengan penyajian informasi.
indikator yang diamati tidak menggambarkan
Kemudian dilanjutkan langkah-langkah dimana
peningkatan yang besar seperti siswa yang
siswa
bekerja
menjawab pertanyaan, siswa yang mengajukan
tugas-
pertanyaan, dan siswa yang menanggapi dan
tugas yang saling bergantung. Fase terakhir dari
mengeluarkan pendapatnya. Hal itu dikarenakan
pembelajran
penyajian
kepercayaan diri siswa yang kurang sehingga
produk akhir kelompok atau mengetes apa yang
masih ada perasaan takut salah atau malu-malu
telah dipelajari siswa. (Ibrahim, 2000:11)
untuk bicara dan mengeluarkan pendapat di
di
bawah
bersama-sama
bimbingan
untuk
guru
menyelesaikan
kooperatif
meliputi
depan teman-temannya.
JSPF Vol 9, Mei 2009 | 54
ISSN : 1858-330X Peningkatan kualitas proses yang terjadi
tersebut meningkat menjadi 87,50% (35 orang).
pada siklus II tidak terlepas dari teknik-teknik
Baik skor maupun ketuntasan hasil belajar bisa
refleksi
meningkat
yang
dilakukan pada setiap
akhir
karena
diterapkannya
langkah-
kekurangan-
langkah pembelajaran teknik refleksi dengan
kekurangan pada saat pembelajaran sebagai
setting kooperatif seperti menyampaikan tujuan
bahan
pembelajaran,
pertemuan untuk
menganalisis
pertimbangan
untuk
melakukan
menyajikan
informasi,
perbaikan pada pertemuan selanjutnya serta
mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-
refleksi secara umum yang dilakukan pada
kelompok
siklus
bekerja
I.
Hasil
refleksi
tersebut
kemudian
belajar, dan
dilakukan pada siklus II berupa pemberian
presentasi
penguatan
penghargaan.
dan
penjelasan
mengenai
membimbing
belajar,
kelompok
mengevaluasi
kelompok,
serta
melalui
memberikan
pentingnya hadir pada proses pembelajaran agar tidak ketinggalan materi, melakukan roling anggota kelompok agar tidak ada kelompok yang dimonopoli oleh anggota ahli (memiliki kemampuan
tinggi)
ataupun
pemeriksaan
catatan
pada
sebaliknya, setiap
akhir
pertemuan, peneliti dalam menjelaskan materi lebih detail dan teratur berdasarkan RPP agar siswa dapat dengan mudah memahami materi yang
diajarkan,
peneliti
lebih
banyak
memberikan contoh-contoh soal dan latihanlatihan soal dari pada menjelaskan materi di depan siswa, memberikan bimbingan kepada siswa baik individu maupun kelompok secara merata, dan memberikan motivasi kepada siswa dengan pemberian penghargaan berupa hadiah untuk siswa yang memiliki skor tertinggi.
42,50 % (17
orang) sementara kategori sangat tinggi hanya dicapai oleh satu orang siswa (2,50 %) namun pada siklus II skor hasil belajar tersebut terutama
pada
kategori
yang
digunakan
selama
penelitian
(pembelajaran dengan teknik refleksi setting kooperatif) pada umumnya mereka senang karena mereka bisa bekerja sama dan saling bertukar
pikiran
secara
langsung
dalam
menyelesaikan masalah. Hampir seluruh siswa (92,50 %) kelas VIIIA SMP Negeri 1 Bajeng menilai positif model pembelajaran kooperatif atau pembentukan kelompok-kelompok kerja karena dengan begitu siswa yang kurang mampu dalam pelajaran fisika dapat bertanya pada
teman
kelompoknya
yang
dianggap
pandai.
a. Kesimpulan
Skor hasil belajar siswa pada siklus I
meningkat
Tanggapan siswa pada model pembelajaran
V. PENUTUP
b. Hasil Analisis deskriptif kuantitatif
dengan kategori tinggi hanya
c. Hasil observasi respons siswa
tinggi
mencapai 80 % (32 orang). Pada siklus I persentase ketuntasan hasil belajar siswa yang mencapai nilai KKM sebesar 70 hanya 12 orang (30 %) dan setelah dilakukan refleksi persentase
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan teknik refleksi setting kooperatif dapat meningkatkan kualitas pembelajaran fisika siswa kelas VIIIA SMP Negeri 1 Bajeng Kabupaten Gowa. Peningkatan kualitas pembelajaran dapat dilihat dari dua segi yaitu peningkatan kualitas proses
dan
kualitas
hasil
belajar
siswa.
Peningkatan kualitas proses dibuktikan dengan meningkatnya jumlah siswa yang aktif dari siklus JSPF Vol 9, Mei 2009 | 55
ISSN : 1858-330X I ke siklus II berdasarkan indikator aktivitas yang
DAFTAR PUSTAKA
diamati pada lembar observasi, sedangkan peningkatan
kualitas
hasil
belajar
siswa
dibuktikan dengan meningkatnya persentase ketuntasan hasil belajar siswa dari 30 % pada siklus I menjadi 87,50 % pada siklus II, dengan melakukan
perbaikan
dalam
pelakasanaan
tindakan di kelas terutama pengelolaan kelas, pemberian bimbingan, dan motivasi kepada siswa. b. Saran 1. Pembelajaran dengan teknik refleksi setting kooperatif dapat dijadikan sebagai salah satu
alternatife
dalam
melaksanakan
pembelajaran fisika di sekolah agar kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan. 2. Kepada
peneliti
selanjutnya
agar
Anonim. 2008. Karakteristik Proses Belajar Mengajar (PBM) yang Efektif. (http://google.com). Diakses Februari 2009. Firdaus, SW. 2008. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Fisika melalui Pembelajaran Berbasis Masalah pada Siswa Kelas VII2 SMP Negeri 1 Makassar. Skripsi. FMIPA UNM. Fitrianti. 2008. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Kimia melalui Pendekatan Refleksi dengan Setting Kooperatif pada Siswa Kelas XI IPA2 SMA Negeri 11 Makassar. Skripsi. FMIPA UNM. Haling, A. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Badan Penerbit UNM. Makassar Hamlik, O. 2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bumi Aksara. Jakarta.
lebih
mengembangkan hasil penelitian terutama
Ibrahim, M dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. UNESA University Press. Surabaya.
dalam hal menumbuhkan kepercayaan diri siswa
dalam
menjawab,
menanggapi,
mengeluarkan pendapat dan saran serta mengajukan
pertanyaan
dalam
proses
yang
berniat
belajar-mengajar di kelas. 3. Kepada
peneliti
lain
melaksanakan penelitian yang serupa dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai
Nasution. 2006. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. Riyana, C. 2006. Hakikat Kualitas Pembelajaran. (http://google.com). Diakses Maret 2009. Sahruddin dan Sri Iriani. 2008. Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL). (http://google.com). Diakses Maret 2009.
bahan perbandingan. Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) di Kelas. Cerdas Pustaka. Jakarta Suderajat, A. 2008. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran. (http://akhmadsuderajat.wordpress.com /2008/11/05). Diakses Maret 2009. Tirtarahardja, U. 2000. Pengantar Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Yasa, D. 2008. Metode Pembelajaran Kooperatif. (http://google.com). Diakses Maret 2009. JSPF Vol 9, Mei 2009 | 56