P a g e | 41 UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI BANGUN RUANG Leni Lestari
[email protected] Drs. Nyoto Harjono, M.Pd. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar-FKIP Universitas Kristen Satya Wacana ABSTRAK Latar belakang dalam penelitian ini adalah mata pelajaran matematika dipandang sebagai ilmu yang sulit untuk dipahami dan masih abstrak.Secara umum pula prestasi anakanak di sekolah dasar di bidang matematika rendah. Ini di buktikan di berbagai tempat, pada hasil nilai ulangan harian maupun pada nilai Ujian Nasional. Hal tersebut di duga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar peserta didik kelas 4 SD Negeri Tlompakan 01. Untuk mencapai perbaikan itu maka dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas dengan model PBLyang bertujuan untuk meningkatkan proses dan hasil belajar matematika pada peserta didik kelas 4 SD Negeri Tlompakan 01. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 13 peserta didik yaitu 5 perempuan dan 8 laki-laki. Jenis penelitian ini dilaksanakan 2 siklus. Siklus 1 menggunakan model pembelajaran PBL belum memenuhi harapan peneliti karena nilai yang diperoleh belum maksimal. Pada hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar di lihat dari nilai rata-rata sebelum dilakukan tindakan yaitu 55, setelah dilakukan tindakan kelas pada siklus I hasil belajar meningkat menjadi 74 dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 82,5. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran matematika kelas 4 menggunakan model pembelajaran PBL dapat disimpulkan dapat meningkatkan proses dan hasil belajar peserta didik. Kata Kunci : problem based learning, proses dan hasil belajar matematika.
P a g e | 42 PENDAHULUAN Dalam mengembangkan potensi peserta didik dapat ditempuh melalui beberapa cara termasuk pada pembelajaran matematika. Berdasarkan Lampiran Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi khususnya tentang mata pelajaran Matematika SD/MI, matematika merupakan ilmu yang menjadi landasan untuk mata pelajaran lain dan mempunyai peran penting dalam memajukan daya pikir manusia. Oleh sebab itu penguasaan ilmu matematika harus diajarkan sejak dini untuk menanamkan peserta didik akan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan untuk bekerja sama. Matematika menjadi ilmu yang sangat penting dalam kehidupan kita karena melalui matematika kita dapat menyelesaikan berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari. Menurut (Ali 2013) matematika adalah ilmu pengetahuan eksak dan terorganisasi, ilmu yang berkaitan dengan penalaran yang logis, tentang bilangan-bilangan dan hubunganhubungannya, tentang suatu ide, struktur-struktur serta hubungannya yang diatur menurut urutan yang logis, dan bersifat aksioma atau postulat akhirnya ke dalil atau teorema, yaitu matematika dipandang sebagai ilmu pasti dan perlu dibuktikan kebenarannya. Situasi pembelajaran yang ditemukan pada pelajaran matematika pada materi bangun ruang kelas 4 SD Negeri Tlomplakan 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang masih cenderung menggunakan pendekatan konvensional yaitu melalui ceramah tanpa menggunakanalat peraga dan pemakaian benda-benda konkrit. Akibatnya peserta didik yang belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 60. Ketidaktercapaian nilai kriteria ketuntasan minimal tersebut juga dapat diakibatkan karena rendahnya partisipasi peserta didik dalam kegiatan belajar serta peserta didik kurang aktif bertanya dan mengeluarkan pendapat. Peserta didik hanya menerima materi yang disampaikan guru. Salah satu kunci keberhasilan suatu proses pembelajaran yaitu melalui penerapan model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Adapun upaya untuk mencapai peningkatan hasil belajar peserta didik tersebut adalah menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Dalam model PBL ini proses yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran adalah student centered atau pembelajaran berpusat pada peserta didik dengan memecahkan suatu masalah dalam diskusi kelompok. Bedasarkan pengamatan yang dilakukan di SD Negeri Tlomplakan 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang diketahui bahwa dalam proses pembelajaran matematika terdapat permasalahan-permasalahan diantaranya hasil belajar matematika peserta didik pada materi bangun ruang di bawah nilai KKM yaitu 60, pembelajaran masih berfocus pada guru, dan rendahnya parisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran. Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) diantaranya penelitian ini diharapkan dapat membantu peserta didik untuk lebih aktif dalam melaksanakan pembelajaran matematika padamateri bangun ruang, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung lebih menyenangkan, mudah dipahami, serta dapat meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi yang diajarkan, menambah pengetahuan guru tentang penerapan model pembelajaran berbasis masalah tipe Problem Based Learning (PBL) dalam proses pembelajaran matematika di dalam kelas dan dapat memberi masukan yang baik bagi sekolah guna meningkatkan proses pembelajaran yang lebih menyenangkan bagi peserta didik pada pelajaran matematika. Permasalahan yang hendak di pecahkan pada penelitian ini adalah bagaimana cara untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Maka penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan proses dan hasil belajar matematika materi bangun ruang peserta didik kelas 4 SD Negeri Tlomplakan 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang melalui peningkatan proses menggunakan model Problem Based Learning (PBL).
P a g e | 43 KAJIAN PUSTAKA Berdasarkan Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan dasar dan menengah, matematika merupakan ilmu universal yang menjadi dasar perkembangan teknologi modern, memiliki peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Susanto (2015)berpendapat bahwa matematika berarti ilmu pengetahuan yang dapat diperoleh dengan bernalar (berpikir). Dalam pembelajaran matematika lebih menekankan pada aktivitas dalam dunia rasio (penalaran) dalam menyelesaikan masalah. Berbeda dengan pendapat Mustafa (Wijayanti, 2001) berpandangan bahwa matematika adalah ilmu tentang kuantitas, bentuk, susunan, dan ukuran. Namun yang utama adalah metode dan proses untuk menemukan dengan konsep yang tepat, lambang yang konsisten, sifat dan hubungan antara jumlah dan ukuran, baik yang abstrak maupun murni. Dari definisi yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan yang dapat diperoleh dengan bernalar. Mata pelajaran matematika bertujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah. Pemecahan masalah dalam matematika dapat ditempuh melalui beberapa cara, untuk itu dibutuhkan keterampilan memahami masalah dan menemukan solusinya. PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD Belajar tidak terlepas dari kehidupan manusia. Sejak manusia lahir ke dunia pasti akan melewati proses belajar. Belajar termasuk hal terpenting dalam menghadapi perubahan lingkungan yang selalu mengalami perubahan setiap waktu; oleh karena itu hendaknya seseorang mempersiapkan diri dalam menghadapi perkembangan globalisasi. Menurut Slameto (2010: 10) belajar adalah usaha seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil pengelamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Dalam uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang menuju sesuatu yang lebih baik. Pada hakikatnya pembelajaran merupakan segala bentuk kegiatan yang menuju pada proses belajar guna mencapai suatu tujuan berupa hasil belajar. Sebagai seorang guru SD perlu mengetahui beberapa karakteristik pembelajaran matematika di SD. Adapun ciri-ciri pembelajaran Matematika di SD: 1) Pembelajaran matematika menggunakan metode spiral, yaitu pendekatan dimana pembelajaran konsep matematika selalu mengaitkan dengan topik sebelumnya. 2) Pembelajaran matematika bertahap, yaitu dimulai dari konsep-konsep yang sederhana, menuju konsep yang lebih sulit. 3) Pembelajaran matematika mengguanakn metode induktif, karena sesuai dengan tahap perkembangan mental siswa. 4) Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi, artinya antara kebenaran yang satu dengan yang lainnya tidak ada pertentangan. 5) Pembelajaran matematika hendaknya bermakna, yaitu cara mengajarkan materi pembelajaran dengan mengutamakan pengertian daripada hafalan. MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Problem Based Learning (PBL) menjadi salah satu model pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk menempatkan peserta didik sebagai pusat dalam pembelajaran. PBL adalah suatu model pembelajaran yang dimulai dengan pemberian masalah kepada peserta didik yang berhubungan dengan dunia nyata (Tan, 2003; Wee & Kek, 2002). Aspek penting dalam PBL adalah melatih peserta didik untuk memecahkan suatu masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Dalam proses tersebut akan membangun pengetahuan baru yang lebih bermakna bagi peserta didik. Masalah yang digunakan untuk meningkatkan rasa ingintahu, kemampuan analisis, dan inisiatif peserta didik terhadap materi pelajaran. PBL mempersiapkan peserta didik untuk berpikir kritis dan analitis dan menggunakan sumber yang sesuai dengan masalah yang dihadapi.
P a g e | 44 Langkah-langkah model pembelajaran PBL yang pertama peserta didik disajikan suatu masalah, kemudian guru memberikan media pembelajaran yang berupa benda-benda konkrit dalam kehidupan sehari-hari. Melalui media yang disediakan, siswa diminta untuk mengelompokkan benda-benda yang sejenis. Peserta didik mengamati media pembelajaran yang berupa benda-benda konkrit dalam kehidupan sehari-hari selanjutnya peserta didik diminta untuk mengelompokkan benda-benda yang sejenis. Langkah kedua yaitu peserta didik mendiskusikan masalah dalam sebuah kelompok. Melalui pengelompokan benda, siswa disajikan suatu masalah untuk dipecahkan bersama kelompoknya. Peserta didik disajikan suatu masalah untuk dipecahkan bersama kelompoknya. Langkah ketiga yaitu peserta didik menyelesaikan masalah di luar bimbingan guru. Siswa menyebutkan sifat-sifat bangun ruang kubus dan balok berdasarkan pengamatan mereka. Kemudian menyebutkan sifat-sifat bangun ruang kubus dan balok berdasarkan pengamatan mereka. Langkah keempat yaitu sharing informasi. Siswa sharing informasi dengan kelompok untuk memecahkan masalah yang disajikan. Sharing informasi dengan kelompok untuk memecahkan masalah yang disajikan. Langkah terakhir dalam pembelajaran ini yaitu penyajian solusi atas masalah. Siswa mempresentasikan hasil diskusi bersama kelompok didepan kelas. KERANGKA PIKIR Penerapan model pembelajaran berbasis masalah tipe PBL dalam pembelajaran matematika bertujuan agar peserta didik mampu memahami konsep-konsep matematika dengan mudah. Penerapan model pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan model PBL melalui beberapa langkah dalam pelaksanaannya, diharapkan peserta didik mampu memberikan hasil belajar yang maksimal. Pemilihan model PBL dalam pembelajaran matematika sudah tepat karena bersama kelompok peserta didik dapat dengan mudah memahami konsep matematika yang sedang diajarkan. Langkah pertama yang dilakukan pada model pembelajaran PBL adalah peserta didik dihadapkan pada suatu masalah. Melalui masalah yang di sajikan, peserta didik bersama kelompok dapat mendiskusikan hal apa yang akan dilakukan guna menyelesaikan masalah yang dihadapi. Mereka mendesain suatu rencana tindakan dan terlibat dalam studi independen diluar bimbingan guru. Hal ini bisa mencakup perpustakaan, database, website, masyarakat dan observasi. Bersama dengan kelompok peserta didik sharing informasi dan dapat menyajikan solusi atas masalahnya. Langkah terakhir peserta didik mereview apa yang telah mereka pelajari sehingga peserta didik aktif berpartisipasi dalam proses pembalajaran. Langkah-langkah dalam model pembelajaran PBL yang telah dilewati dapat mencapai tujuan pembelajaran jika dapat terlaksana dengan baik. Melalui pemilihan model pembelajaran yang tepat yang dilakukan oleh guru maka dapat memberikan dorongan belajar yang aktif dan kreatif pada peserta didik. Sehingga dapat mencapai kompetensi dan tujuan pembelajaran dengan tepat. Lebih jelasnya, kerangka pikir model pembeajaran PBL akan digambarkan pada gambar berikut.
P a g e | 45 Gambar 1 Bagan kerangka pikir pembelajaran PBL
Guru sebagai fasilitator.
Peserta didik dapat berpikir logis,kritis dan kreatif dalam memecahkan suatu masalah.
Peserta didik aktif dalam mengikuti pembelajaran.
Pembelajaran menggunakan model berbasis masalah tipe Problem Based Learning.
Langkah-langkah pembelajaran Problem Based Learning 1. Peserta didik di sajikan suatu masalah 2. Diskusi dalam kelompok 3. Tindakan penyelesaian masalah 4. Solusi atas masalah 5. Review
Dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik.
METODE Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini menggunakan model spiral dari C. Kemmis dan Mc. Taggart dengan prosedur penelitian menggunakan 2 siklus, dalam setiap siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi, dan tahap refleksi. Subjek dan Setting Penelitian Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Tlomplakan 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang semester II tahun ajaran 2016/2017. Subjek dalam penelitian ini dilakukan pada seluruh peserta didik kelas 4 SD Negeri Tlomplakan 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas 4 yang berjumlah 13 anak, diantaranya 5 perempuan dan 8 laki-laki. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan observasi dan tes. Observasi adalah cara pengumpulan data dengan pengamatan langsung pada objek yang diteliti. Penerapan model pembelajaran PBL menggunakan instrument yang berupa lembar observasi yang diberikan kepada guru dan peserta didik sebagai lembar aktivitas. Dalam hal ini, peneliti menggunakan teknik analisis data dengan cara deskriptif
P a g e | 46 kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif merupakan hasil belajar peserta didik. Langkah pertama peneliti lakukan dalam pengolahan hasil belajar peserta didik adalah penskoran dari data mentah berdasarkan hasil belajar peserta didik. Data kuantitatif yang di peroleh kemudian di komparatifkan melihat peningkatan hasil belajar pada tiap siklusnya. Data kualitatif merupakan data dari hasil observasi terhadap kinerja guru dan aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran berlangsung. Teknik Analisis Data Analisi data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif berdasarkan pada hasil observasi guru terhadap aktivitas pembelajaran peserta didik. Dengan cara membandingkan nilai tes pada kondisi awal dengan hasil tes pada siklus I dan hasil tes pada siklus II. Data kuantitatif Data kuantitatif merupakan hasil belajar peserta didik. Langkah pertama peneliti lakukan dalam pengolahan hasil belajar peserta didik adalah penskoran dari data mentah berdasarkan hasil belajar peserta didik. Data kualitatif Data kualitatif merupakan data dari hasil observasi terhadap kinerja guru dan aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran berlangsung. Instrumen Pengumpulan Data Instrument yang digunakan dalam pengumpulan data menggunakan lembar observasi yang diberikan kepada guru dan peserta didik sebagai lembar aktivitas. Peserta didik menerapkan model pembelajaran PBL pada lembar observasi yang sudah disediakan. Jenis soal yang digunakan dalam penerapan model pembelajaran PBL adalah pilihan ganda. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data penelitian yang telah dilakukan mengenai peningkatan proses pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning diperoleh data sebagai berikut.
Tabel 1 Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar Matematika Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Hasil Tindakan Rata-rata Hasil Belajar Selisih Peningkatan
Prasiklus 55 -
Siklus I 74 19 14%
Siklus II 82,5 8,5 7%
Berdasarkan data yang tersaji pada tabel di atas, diketahui bahwa rata-rata hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran matematika materi bangun ruang sebelum adanya tindakan adalah 55. Setelah diadakannya tindakan pada siklus I mengalami peningkatan 14% dengan selisih 19. Rata-rata hasil belajar peserta didik meningkat menjadi 74. Pada siklus II hasil belajar meningkat 7% dengan selisih nilai 8,5. Rata-rata hasil belajar peserta didik pada siklus II menjadi 82,5.
P a g e | 47 Prasiklus Prasiklus ini menjelaskan kondisi proses dan hasil belajar matematika sebelum diadakan tindakan penelitian. Berdasarkan hasil observasi yang telah peneliti lakukan, ada beberapa permasalahan yang muncul pada hasil belajar matematika kelas 4, diantaranya hasil belajar matematika pada materi bangun ruang sederhana di bawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 60, kurangnya partisipasi aktif dari peserta didik untuk mengikuti pembelajaran tersebut, dan pembelajaran masih terfocus pada guru (Teacher Centered). Pada pembelajaran tersebut guru masih menggunakan metode ceramah untuk menyampaikan materi kepada peserta didik.Kondisi proses pembelajaran tersebut berakibat pada aktivitas belajar peserta didik yang rendah. Hal ini ditunjukkan dari hasil pengamatan 13 peserta didik hanya 38% tuntas dan 62% peserta didik tidak tuntas. Siklus I Deskripsi siklus I ini berisi tentang tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan dan observasi, hasil tindakan dan refleksi. Kegiatan penelitian pada siklus I dilakukan 3x pertemuan dengan alokasi waktu masing-masing pertemuan selama 2x35 menit. Tahap perencanaan meliputi penyusunan RPP dan perangkatnya serta perencanaan tes evaluasi yang telah dilakukan pada pertemuan ketiga pada masing-masing siklusnya. Pelaksanaan tindakan dan observasi di uraikan menjadi tiga kali pertemuan yang masingmasing dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Masing-masing pertemuan ini di uraikan menjadi pelaksanaan tindakan dan hasil observasi dan di uraikan pada pertemuan pertama dan kedua. Pelaksanaan tindakan merupakan deskripsi dari kegiatan pembelajaran mulai dari kegiatan awal, kegiatan inti sampai kegiatan akhir pembelajaran pada siklus I. Pada siklus I diketahui hasil belajar peserta didik yang mendapatkan nilai 61-66 terdapat 2 orang dengan presentase nilai 16%, nilai antara 67-70 terdapat 3 orang dengan presentase nilai 23%, nilai antara 71-75 terdapat 3 orang dengan presentase nilai 23%, nilai antara 76-80 terdapat 2 orang dengan presentase nilai 15%, nilai antara 81-85 terdapat 2 orang dengan presentase nilai 15% dan nilai antara 86-90 terdapat 1 orang sebagai nilai tertinggi dengan presentase 8%. Diketahui nilai tertinggi 87, nilai terendah 62 dan rata-rata 74. Nilai rata-rata matematika siklus I akan disajikan pada tabel berikut.
Tabel 2 Distribusi frekuensi nilai matematika siklus I No. Rentang nilai Jumlah siswa Persentase 1. 61-66 2 16% 2. 67-70 3 23% 3. 71-75 3 23% 4. 76-80 2 15% 5. 81-85 2 15% 6. 86-90 1 8% Jumlah siswa 13 100% Nilai Rata-rata 74 Nilai Tertinggi 87 Nilai Terendah 62 Siklus II Deskripsi siklus I ini merupakan perbaikan hasil penelitian pada siklus I yang berisi tentang tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan dan observasi, hasil tindakan dan
P a g e | 48 refleksi. Kegiatan penelitian pada siklus I dilakukan 3x pertemuan dengan alokasi waktu masing-masing pertemuan selama 2x35 menit. Tahap perencanaan meliputi penyusunan RPP dan perangkatnya serta perencanaan tes evaluasi yang telah dilakukan pada pertemuan ketiga pada masing-masing siklusnya. Tindakan pembelajaran pada siklus II merupakan hasil tindak lanjut dan upaya perbaikan dari pelaksanaan tindakan pada siklus I. Pada kegiatan pembelajaran siklus II di laksanakan dalam tiga kali pertemuan. Pelaksanaan tindakan dan observasi di uraikan menjadi tiga kali pertemuan yang masing-masing dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Masing-masing pertemuan ini di uraikan menjadi pelaksanaan tindakan dan hasil observasi dan di uraikan pada pertemuan pertama dan kedua. Pelaksanaan tindakan merupakan deskripsi dari kegiatan pembelajaran mulai dari kegiatan awal, kegiatan inti sampai kegiatan akhir pembelajaran pada siklus II. Pada siklus II dapat diketahui hasil belajar peserta didik yang mendapatkan nilai 67-70 terdapat 1 orang dengan presentase nilai 8%, nilai antara 71-75 terdapat 2 orang dengan presentase nilai 15%, nilai antara 76-80 terdapat 3 orang dengan presentase nilai 23%, nilai antara 81-87 terdapat 4 orang dengan presentase nilai 31%, nilai antara 88-83 terdapat 2 orang dengan presentase nilai 15% dan nilai antara 94-100 terdapat 1 orang sebagai nilai tertinggi dengan presentase 8%. Diketahui nilai tertinggi 96, nilai terendah 70 dan rata-rata 82,5. Nilai rata-rata matematika siklus II akan disajikan pada tabel berikut. Tabel 3 Hasil Belajar Matematika Siklus II No. Rentang Jumlah siswa Persentase nilai 1. 67-70 1 8% 2. 71-75 2 15% 3. 76-80 3 23% 4. 81-87 4 31% 5. 88-93 2 15% 6. 94-100 1 8% Jumlah siswa 13 100% Nilai Rata-rata 82,5 Nilai Tertinggi 96 Nilai Terendah 70 Perbandingan analisis rata-rata observasi prasiklus, siklus I dan siklus II saat proses pembelajaran diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4 Perbandingan Analisis Rata-rata Observasi Prasiklus, Siklus I dan Siklus II Ketuntasan No Belajar 1. 2.
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
Prasiklus Siklus I RataPresentase Ratarata rata 8 46% 13 7 54% 11
Siklus II RataPresentase rata 76% 15 85% 11
Presentase 100% 100%
P a g e | 49 Berdasarkan tabel tentang perbandingan analisis rata-rata skor observasi aktivitas guru dan peserta didik dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan aktivitas guru dan peserta didik dari siklus I dan siklus II dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Setelah pelaksanaan tindakan siklus I rata-rata skor aktivitas guru mencapai 13 dengan persentase 76%, dibandingkan dengan tindakan prasiklus yaitu 8 dengan presentase 46%. Pada siklus II rata-rata skor aktivitas guru mengalami peningkatan menjadi 15 dengan persentase 100%. Seiring dengan peningkatan aktivitas guru, rata-rata skor aktivitas peserta didik juga mengalami peningkatan, pada siklus I rata-rata skor aktivitas peserta didik 11 dengan persentase 85%, dibandingkan dengan kondisi prasiklus rata-rata skor aktivitas peserta didik 7 dengan presentase 54 %. Kemudian pada siklus II rata-rata skor meningkat menjadi 15 dengan persentase 100%. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas 4 SD Negeri Tlompakan 01 diketahui bahwa sebelum tindakan penelitian dilaksanakan pembelajaran yang diterapkan oleh guru belum menggunakan model pembelajaran yang inovatif. Hal tersebut merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar matematika kelas 4 SD Negeri Tlompakan 01. Diketahui bahwa jumlah siswa yang mencapai KKM 60 sebanyak 5 orang dengan presentase 38% sedangkan yang belum mencapai KKM sebanyak hanya 8 orang dengan presentase 62%. Hasil penelitian ini menujukkan adanya peningkatan hasil belajar matematika. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Laila Koderati, Budi Astuti (2016) dalam penelitiannya yang berjudul “ Pengaruh Model PBL terhadap Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas V SD” menunjukkan bahwa PBL berpengaruh positif terhadap pembelajaran matematika. Mendukung penelitian Laila Koderati, Budi Astuti (2016), Gunantara, Suarjana, Nanci Riastini (2014), dalam judul “ Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas V” telah membuktikan bahwa model PBL dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, yaitu dengan hasil siklus pertama ratarata peserta didik 70. Pada siklus kedua menunjukkan peningkatan yaitu rata-rata peserta didik meningkat menjadi 86. Begitu pula penelitian yang telah dilakukan oleh Pricilla Anindyta, Suwarjo (2014) yang berjudul “Pengaruh Problem Based Learing Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis dan Regulasi Diri Siswa Kelas V” menunjukkan bahwa PBL dapat berpengaruh positif dan signifikan terhadap keterampilan berpikir kritis pada peserta didik. Dalam hasil penelitiannya nilai rata-rata awal yaitu 71 dan nilai rata-rata meningkat menjadi 74. Guntur Hidayat (2014) juga telah membuktika adanya peningkatan hasil belajar dengan adanya pembelajaran menggunakan model PBL. Dari penelitian yang sudah dilakukan tersebut, menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan model PBL dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik. Keberhasilan penelitian ini dinilai objektif karena di pengaruhi oleh model pembelajaran PBL. Penerapan model ini dilakukan sudah sesuai dengan sintak atau langkahlangkah pembelajaran. Jadi, peserta didik dalam mengikuti pembelajaran lebih antusias dan lebih menyenangkan. Hal ini dipengaruhi karena kelebihan-kelebihan yang terdapat dalam model PBL yaitu, peserta didik mampu memahami isi pelajaran melalui pemecahan masalah, dapat menantang kemampuan peserta didik serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan yang baru, metode pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik, pemecahan masalah dapat mebantu peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan mereka utnuk memahami masalah dalam kehidupan nyata, melalui model PBL dapat mengembangkan kemmapuan peserta didik untuk berpikir kritis dan
P a g e | 50 mengembangkan kemampuan menyesuaikan dengan pengetahuan yang baru, selain itu dapat mengembangkan minat peserta didik untuk terus menerus belajar. PENUTUP KESIMPULAN Berdasarkan analisis tindakan mengenai hasil penelitian tindakan kelas yang telah di laksanakan di SD Negeri Tlompakan 01 kelas 4 pada pelajaran Matematika semester II tahun pelajaran 2016/2017 materi bangun ruang sederhana melalui model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat disimpulkan dapat meningkatkan proses dan hasil belajar peserta didik. Hal ini dapat dibuktikan dengan pemerolehan hasil belajar peserta didik dari kondisi awal hingga pada pelaksanaan setiap siklusnya yang mengalami peningkatan. Pada kondisi awal pemerolehan hasil rata-rata nilai peserta didik sebesar 55 dengan presentase ketuntasan peserta didik 38%. Setelah dilakukan tindakan siklus 1 dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) hasil belajar peserta didik meningkat menjadi 74 dengan besarnya presentase ketuntasan peserta didik mencapai 100%. Kemudian setelah pelaksanaan tindakan pembelajaran pada siklus II nilai rata-rata peserta didik meningkat mencapai 82,5 dengan presentase ketuntasan 100%. Sehingga penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terbukti dapat meningkatkan proses dan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran matematika materi bangun ruang sederhana kelas 4 SD Negeri Tlompakan 01. SARAN Dalam mengikuti proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) peserta didik diharpakan lebih aktif dalam diskusi kelompok serta tingkatkan percaya diri unruk mengeluarkan pendapat sehingga akan tercipta cara belajar yang aktif dan dapat menyelesaikan soal evaluasi matematika yang berkaitan dengan bangun ruang sederhana. Dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) guru sebaiknya membimbing siswa dalam setiap kegiatan diskusi dalam kelompok dengan menumbuhkan minat kepada peserta didik dengan cara menguatkan pendapatnya saat diskusi kelompok, sehingga peserta didik tersebut memiliki percaya diri yang tinggi. Sekolah sebagai lembaga pendidikan harus memantau proses kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru di kelas agar diketahui seberapa efektif model pembelajaran yang diterapkan terhadap hasil belajar. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dapat dijadikan referensi sebagai upaya untuk meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran di SD Negeri Tlompakan 01.
P a g e | 51 DAFTAR PUSTAKA Depdiknas. 2004. Kompetensi Dasar Pendidikan Matematika SD & MI. Jakarta: Pusat Kurikulum Gunantara. dkk. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas 5. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha. Volume 2. Nomor 1. http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/view/2058/1795 Hamzah, Ali. 2014. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta: Rajawali Press. Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-isu Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset Kodariat Lila dan Budi Astuti. 2016. Pengaruh Model PBL Terhadap Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas 5 SD. Prima Edukasia. Volume 4. Nomor 1. Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi. Ruseffendi, E.T. 1993. Pendidikan Matematika 3, Modul 1-9. Jakarta: PPTKP - Depdikbud Rusman. 2013. Model-model Pembelajaran :Mengembangkan Profesionalisme Guru . Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Slameto. 2015. Metodologo Penelitian & Inovasi Pendidikan. Salatiga: Satya Wacana University Press Susanto, Ahmad. 2015. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenadamedia Grup