Penelitian Tindakan Kelas
UPAYA MENGATASI KESULITAN MEMBACA AL-QUR’AN SURAT AL-INSYIRAH MELALUI METODE YANBU’A BAGI PESERTA DIDIK KELAS IX SMP NEGERI 2 WONOSOBO Muslih, S.Ag. Guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 2 Wonosobo, Peserta Program Peningkatan Kompetensi dan Wawasan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ditjen Pendidikan Agama Islam, yang diselenggarakan FITK UNSIQ kerjasama dengan Kementrian Agama RI
Abstrak Penelitian ini berjudul “Upaya Mengatasi Kesulitan Membaca Al-Qur’an Surat Al-Insyirah Melalui Metode Yanbu’a bagi Peserta Didik Kelas IX SMP Negeri 2 Wonosobo “. Secara umum tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam, dan secara khusus untuk meningkatkan hasil belajar pada kompetensi membaca Al-Qur’an Surat Al-Insyirah bagi peserta didik kelas IX- SMP Negeri 2 Wonosobo. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 (dua ) siklus, setiap siklus terdiri atas kegiatan perencanaan tindakan dalam pembelajaran, pelaksanaan tindakan, observasi, penilaian dengan tes lisan dan tertulis, serta refleksi. Dengan melihat data hasil penilaian persiklus yakni pada siklus I persentase peserta didik yang mencapai nilai KKM 75 baru 60.70 %, dari kriteria persentase yang ditetapkan minimal 80 %,kemudian pada siklus II naik menjadi 91 % . Selain itu juga data respon peserta didik secara umum menyatakan senang terhadap metode yanbu’a pada kompetensi membaca AlQur’an, maka pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan metode Yanbu’a, dapat mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an Surat Al-Insyirah dan dapat meningkatkan hasil belajar PAI bagi peserta didik kelas IX SMP Negeri 2 Wonosobo pada semester II Tahun Pelajaran 2011 / 2012.
Kata-kunci : Membaca Al-Qur’an, Metode Yanbu’a
PENDAHULUAN A.
Latar belakang Dalam proses belajar setiap guru seyogyanya mengerahkan segenap kemampuan yang ia miliki dan meningkatkan terus pengetahuannya supaya dapat melaksanakan pengajaran dengan baik, sehingga diharapkan peserta didik memiliki sejumlah pengetahuan, keterampilan, sikap dan prestasi yang memadai. Keberhasilan belajar mengajar dipengaruhi oleh beberapa factor baik yang berasal dari luar dirinya seperti lingkungan alam, sosial, keadaan bahan pelajaran, guru, sarana dan fasilitas serta administrasi dan faktor yang ada pada dirinya sendiri, seperti kondisi fisik, panca indera, bakat, minat, kecerdasan, motivasi dan kemampuan kognitif. Dan tak kalah penting guru juga harus mempunyai terobosan cara atau metode yang bisa meningkatkan kemampuan belajar peserta didik. Berkaitan dengan hal tersebut, maka proses pembelajaran PAI terutama standar kompetensi memahami Al-Qur’an Surat Al-Insyirah perlu perhatian khusus bagi peserta didik yang belum bisa membaca Al-Qur’an dengan baik dan
12 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012
benar melalui metode, maupun sumber-sumber belajar, karena kompetensi membaca Al-Qur’an adalah kompetensi yang sangat penting bagi peserta didik. Apabila seorang peserta didik membaca Al-Qur’annya tidak benar sesuai dengan kaidah yang ada maka tidak mustahil akan dapat merubah makna yang terkandung dalam ayat Al-Qur’an tersebut. Pada proses pembelajaran yang dilaksanakan khususnya di kelas IX SMP Negeri 2 Wonosobo masih banyak peserta didik yang belum bisa membaca Al-Qur’an dengan benar sesuai dengan kaidah yang ada. Hal ini dapat dilihat dari jumlah peserta didiknya yaitu dari 33 (tiga puluh tiga) yang beragama Islam masih ada 10 (sepuluh ) peserta didik yang belum dapat membaca Al-Qur’an dengan baik ( 30,30 % ). Atas dasar itu. maka perlu dicarikan metode yang tepat untuk menyampaikan konsep pembelajaran Al-Qur’an khususnya pada standar kompetensi Memahami Al-Qur’an Surat Al-InSyirah yang didalamnya terdapat kompetensi dasar “Menampilkan bacaan Al-Qur’an Surat Al-InSyirah dengan tartil dan benar“ sehingga peserta didik dapat termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Untuk mengatasi agar peserta didik dalam waktu yang tidak terlalu lama dapat membaca Al-Qu’an dengan baik maka salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode (thariqah) yanbu’a, yakni sebuah metode belajar membaca Al-Qur’an yang mengedepankan keaktifan peserta didik. Atas dasar itulah, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul:
“Upaya Mengatasi Kesulitan Membaca Al-Qur’an Surat Al-Insyirah Dengan Metode Yanbu’a Bagi Peserta Didik Kelas IX G SMP Negeri 2 Wonosobo Pada Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012 ” B.
Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan berbagai permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini, yakni:
C.
1.
Bagaimanakah upaya mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an Surat AlInsyirah dengan metode Yanbu’a bagi peserta didik kelas IX G SMP Negeri 2 Wonosobo Tahun Pelajaran 2011/2012 ?
2.
Apakah melalui metode yanbu’a hasil belajar peserta didik dapat meningkat?
Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.
Tujuan Secara umum penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk: a.
Mengetahui upaya mengatasi kesulitan membaca Al-Quran Surat AlInsyirah bagi kelas IX G SMP Negeri 2 Wonosobo dengan metode Yanbu’a.
b.
Untuk meningkatkan hasil belajar membaca Al Qur’an Surat AlInsyirah peserta didik kelas IX G SMP Negeri 2 Wonosobo.
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 13
Penelitian Tindakan Kelas 2.
Manfaat Manfaat Penelitian Tindakan Kelas ini, dapat ditinaju dari dua segi, yakni manfaat secara teoritis dan praktis. a.
Manfaat Secara teoritis Penelitian
ini
akan
bermanfaat
untuk
melengkapi
inovasi
pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada aspek metode membaca Al-Qur’an. b.
Manfaat secara praktis Penelitian ini akan memiliki manfaat sebagai berikut, bagi peserta didik dapat meningkatkan ketrampilan membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar; Bagi guru dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan metode pembelajaran; dan bagi sekolah dapat dijadikan sebagai sumber kepustakaan pendidikan.
KAJIAN TEORI A.
Pengertian Pendidikan Al-Qur’an Pendidikan dalam UU Sisdiknas (1989:3), didifinisikan sebagai, Usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,dan atau latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang. Sedang menurut Ahmadi (1984:16), pendidikan adalah Usaha sadar yang dilakukan oleh orang dewasa untuk memberikan pertolongan dan bimbingan kepada anak yang belum dewasa dalam usaha mencapai kedewasaan sehingga mampu bertanggung jawab atas segala perbuatannya. Adapun makna Al-Qur’an menurut Manna’ Khalil al-Qattan,1992:18), adalah Kalam atau firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw., dan membacanya merupakan suatu ibadah.
Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan Al-
Qur’an adalah kegiatan belajar dan mengajar membaca Al-Qur’an yang dilaksanakan dengan cara membaca tulisan maupun menghafalnya (tahfidz) agar anak mampu membaca Al-Qur’an dengan kaidah-kaidah yang benar sebagai target utamanya. B.
Sejarah Pendidikan Al-Qur’an Pendidikan Al-Qur’an sebenarnya telah dimulai sejak zaman Rasulullah Saw., ini merupakan realisasi dari surat pertama yang diturunkan Allah Allah Swt., kepada Nabi Muhamad Saw., melalui malaikat Jibril, yang dimulai dengan perintah membaca.
14 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalamDia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-Alaq: 1- 5). Terkait dengan surat di atas, Abu Bakar Aceh (1989:191) mengatakan, Setelah wahyu itu turun ada beberapa orang masuk Islam, maka Nabi memerintahkan kepada mereka yang mampu membaca dan menulis untuk menulis Al-Qur’an. Pada waktu orang-orang Islam masih berada di Makkah, sangat dimusuhi oleh orang-orang Quraisy, mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an itu dirahasiakan. Kebanyakan sahabat itu secara bersembunyi mempelajari Al-Qur’an dalam sebuah rumah, di sanalah mereka duduk berkumpul, menyelami dan memahamkan ayat-ayat suci itu, membaca bersama-sama seperti orang bertadarrus. Setelah agak banyak orang memeluk agama Islam, lalu Nabi menyediakan rumah Al-Arqam Bin Abil Arqam untuk pertemuan dengan sahabat-sahabat dan pengikutnya. Rumah Al-Arqam itulah tempat pendidikan Islam yang pertama dalam sejarah pendidikan Islam. (Mahmud Yunus, 1990:9). Setelah Nabi serta sahabat-sahabatnya hijrah ke Madinah, usaha Nabi yang pertama adalah mendirikan masjid. Di Madinah Nabi mengajarkan Al-Qur’an lebih leluasa dari pada di Makkah. Masjid adalah tempat yang terbaik tidak hanya sebagai tempat menerima pelajaran-pelajaran, tetapi juga tempat mengerjakan amal ibadat yang diajarkan beliau”.( Abu Bakar Aceh, 1989:191). Perkembangan selanjutnya disamping masjid, munculah Kuttab sebagai tempat untuk belajar menulis dan membaca Al-Qur’an telah ada pada masa Nabi SAW. Bahkan di Madinah telah didirikan Darul Qur’an, tempat belajar dan menghafal Al-Qur’an. (Mahmud yunus, 1990:22). Adapun pendidikan Al-Qur’an di Indonesia dimulai semenjak masuknya agama Islam di Indonesia yaitu kira-kira abad ke tujuh Masehi dan para sejarawan umumnya sependapat bahwa agama Islam mula-mula masuk ke Indonesia yaitu di Samudra Pasai Aceh, Sumatera utara, yang kemudian berkembang hampir ke seluruh Indonesia. Bentuk dan macam pendidikan Al-Qur’an di Indonesia menurut Dr.I.J.Brugmans dalam buku yang berjudul Geschiendens Van Het Onderwijs In N I, yang dikutip Abu Bakar Aceh, menjelaskan: “ Pelajaran Al-Qur’an di Indonesia dapat kita bahagikan atas dua macam ada yang diberikan di rumah atau di langgar dan ada yang diberikan di pesantren atau madrasah. Dalam perkembangan selanjutnya, terutama setelah berkembangnya madrasah di pesantren-pesantren, maka metode yang digunakanpun berkembang sesuai dengan laju perkembangan pendidikan Islam. Sebagaimana metode yang muncul akhir-akhir ini yakni metode pangajaran AlQur’an system baru yaitu Qira’ati, Iqra’ dan juga Yanbu’a yang diterapkan pada Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ ) maupun di sekolah.
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 15
Penelitian Tindakan Kelas C.
Tujuan Pendidikan Al-Qur’an Tujuan pendidikan dan pembelajaran Al-Qur’an bagi anak-anak muslim secara khusus dapat diuraikan sebagai berikut:
D.
1.
Agar murid mampu membaca Al-Qur’an dengan baik, benar dan tepat makhraj hurufnya, panjang pendeknya, ghunnah dan lain sebagainya, yang disimpulkan dalam pelajaran ilmu tajwid.( Termasuk bacaan yang baik, bacaan yang dibarengi dengan lagu yang sesuai denga kandungan ayat itu sendiri )
2.
Agar murid suka dan senang membiasakan diri membaca Al-Qur’an dengan baik.
3.
Agar murid dapat menghafal sejumlah surat-surat pendek dalam Al-Qur’an yang dapat diterapkan dalam shalat sehari-hari.
4.
Agar murid taat dan patuh kepada Allah SWT dalam melaksanakan ibadah lainnya, seperti shalat, puasa, bersadaqah dan sebagainya, sehingga merupakan sebagaian dari pengamalan dan penghayatan isi kandungan AlQur’an “. ( Dirjen Bimas Islam:5).
Metode Pengajaran Al-Qur’an. Dalam pengajaran Al-Qur’an terdapat beberapa metode atau cara yang dapat digunakan, diantranya adalah: 1.
Atthariqatuttarkibiyah. Metode Syintetik, yaitu metode pengajaran membaca dimulai dari mengenali huruf hijaiyah. Kemudian diberi tanda baca/harakat, lalu disusun menjadi kalimat (kata), kemudian dirangkaikan dalam suatu jumlah (kalimat dalam istilah Indonesia ). Metode ini dikenal dengan metode Alfabet (Thariqat Alif Ba Ta).
2.
Metode bunyi ( Attariqatus Shautiyah) Metode ini dimulai dengan bunyi huruf bukan nama-nama huruf seperti diatas. Contohnya A- BA -TA - TSA dan seterusnya. Dari bunyi ini disusun menjadi suku kata yang kemudian menjadi kata / kalimat yang teratur.
3.
Metode meniru (Thariqatul Muhakah / Thariqatul Musyafahah). Sebagai pengembangan dari metode bunyi, lahirlah metode meniru dari mulut ke mulut / dari bibir ke bibir. Metode ini dimulai dari meniru / mengikuti bacaan seorang guru sampai hafal, setelah itu baru dikenalkan beberapa buah huruf beserta tanda baca / harakatnya dari kata atau kalimat yang dibacanya itu.
4.
Metode campuran ( Thariqah Jaami’ah ) Karena dalam metode-metode tersebut di atas ada kelemahannya disamping faedah-faedah yang ada, maka metode campuranlah yang lebih
16 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012
baik diterapkan dalam pengajian Al-Qur’an bagi anak-anak Indonesia “. (Dirjen Bimas Islam:37-40) Disamping itu, terdapat juga metode lain yang saat ini sedang berkembang, yaitu metode qira’ati, Iqra’ dan Yanbu’a, jika merujuk pada macam-macam metode di atas maka Qira’ati, Iqra’, dan Yanbu’a lebih cenderung pada metode bunyi (thariqatus shautiyah), karena di dalam Qira’ati, Iqra’ dan Yanbu’a dimulai dengan bunyi huruf bukan nama-nama huruf. Kemudian dari bunyi tersebut disusun menjadi suku kata yang kemudian menjadi kata atau kalimat yang teratur. E.
Metode Baca Tulis dan Menghafal Al-Qur’an Yanbu’a Dalam konteks historis, muculnya yanbu’a adalah dari usulan dan dorongan alumni Pondok Tahfidz Yanbu’ul Qur’an, supaya mereka selalu ada hubungan dengan pondok disamping usulan dari masyarakat luas juga dari Lembaga Pendidikan Ma’arif serta Muslimat terutama dari cabang Kudus dan Jepara. Mestinya dari pihak pondok sudah menolak karena menganggap cukup metode yang sudah ada, tapi karena desakan yang terus menerus dan memang dipandang perlu, terutama untuk menjalin keakraban antara alumni dengan pondok serta untuk menjaga dan memelihara keseragaman bacaan, maka dengan tawakkal dan memohon pertolongan Allah tersusun kitab yanbu’a yang meliputi Thariqah Baca-Tulis dan Menghafal Al-Qur’an. Secara umum tujuan methode (Thariqah ) YANBU’A adalah: 1.
Ikut andil dalam mencerdaskan anak bangsa supaya bias membaca Al-Qur’an dengan lancer dan benar.
2.
Nasyrul Ilmi ( menyebarluaskan ilmu ) khususnya ilmu Al-Qur’an
3.
Memasyarakatkan Al-Qur’an dengan Rosm Utsmany.
4.
Untuk membetulkan yang salah dan menyempurnakan yang kurang
5.
Mengajak selalu tadarus Al-Qur’an dan musyafahah Al-Qur’an sampai hatam.
Adapun cara belajar Al-Qur’an adalah dengan cara musyafahah sebagai berikut : 1.
Guru membaca dulu kemudian murid menirukan
2.
Murid membaca, guru mendengarkan bila ada yang salah dibetulkan
Disamping itu guru harus memperhatikan rambu-rambu : 1.
Guru berusaha supaya anak aktif / CBSA ( Cara Belajar Peserta didik Aktif ).
2.
Guru jangan menuntun bacaan murid tetapi membimbing dengan cara :
Memberi contoh yang benar
Menyimak bacaan murid dengan sabar, teliti dan tegas
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 17
Penelitian Tindakan Kelas
Menegur bacaan yang salah dengan isyarat atau ketukan dan bila sudah tidak bisa baru ditunjukkan yang betul. (Thariqah Baca Tulis Dan Menghafal Al-Qur’an YANBU’A, Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an,Kudus, 2004,hal. 1-5 ).
METODE PENELITIAN A.
Seting penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilakukan selama dua bulan yaitu pada bulan Pebruari sampai dengan bulan Maret 2012, dengan lokasi penelitian di SMP Negeri 2 Wonosobo, Jawa Tengah.
B.
Indikator keberhasilan Indikator keberhasilan secara kuantitatif ditetapkan kriteria bahwa semakin meningkat persentasi perolehan hasil tes ( minimal 80 % ) yang dapat mencapai kriteria ketuntasan minimum ( KKM ) yakni 75 untuk materi Pendidikan Agama Islam (PAI) menunjukkan adanya peningkatan proses pembelajaran. Dengan lebih terperinci lagi keberhasilan penelitian tindakan kelas ini akan nampak pada peningkatan hal-hal berikut :
C.
1.
Minat dan antusias peserta didik dalam belajar membaca Al-Qur’an
2.
Keaktifan dalam kerja kelompok
3.
Ketersediaan bahan ajar ( Al-Qur’an ) yang dimiliki peserta didik
4.
Keaktifan peserta didik dalam belajar membaca Al-Qur’an
5.
Keberanian peserta didik untuk bertanya / mengemukakan pendapat
6.
Kemampuan peserta didik untuk menjawab pertanyaan
7.
Kemampuan dalam menyimpulkan hasil diskusi
8.
Kemampuan peserta didik dalam membca Al-Quran dengan benar
Gambaran umum penelitian (siklus tindakan) Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Reseach). Menurut Susilo, dalam Panduan Penelitian Tindakan Kelas, (2009:19), Penelitian Tindakan Kelas dapat dilaksanakan melalui empat langkah utama yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Rencana penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah model spiral dari Kemmis dan Taggart.
Dalam perencanaan Kemmis
menggunakan system spiral refleksi diri yang dimulai dengan rencana, tindakan, pengamatan, refleksi, perencanaan kembali merupakan langkah dasar untuk suatu ancang-ancang pemecahan masalah”. ( Nur Hamim, 2009:69 ). Adapun prosedur penelitian tindakan kelas yang direncanakan ada 2 ( dua ) siklus, dimana pada tiap-tiap siklus diadakan tes. Siklus yang kedua bertujuan untuk memperbaiki sistem pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus satu.
18 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012
Adapun instrument penelitian ini adalah hasil tes peserta didik, data hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran, dan hasil observasi terhadap aktifitas peserta didik dan guru selama proses pembelajaran melalui kolaborator.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.
Deskripsi Kondisi Awal Pada kondisi awal proses pembelajaran yang di laksanakan di kelas IX-G SMP Negeri 2 Wonosobo semester II tahun pelajaran 2011 /2012 peserta didik yang dapat membaca Al-Qur’an dengan baik sesuai dengan kaidah ilmu tajwid baru mencapai 60,70 %. Hal ini dapat dilihat dari jumlah peserta didiknya yaitu dari 33 (tiga puluh tiga) yang beragama Islam masih ada 10 (sepuluh) peserta didik yang belum dapat membaca Al-Qur’an dengan baik ( 30,30 % ).
B.
Kegiatan Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan dua siklus. Data penelitian diperoleh dari hasil tes formatif, kemudian pengamatan aktifitas guru dan peserta didik pada proses pembelajaran tiap siklus digunakan pendekatan kuantitatif. Sedangkan hasil observasi dan tes formatif digunakan sebagai instrument untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode Yanbu’a dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Quran peserta didik. 1.
Siklus I c. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan pembelajaran yang terdiri dari rencana pembelajaran lembar penilaian tes lisan, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga mempersiapkan lembar observasi pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan metode Yanbu’a, lembar observasi aktifitas guru dan peserta didik. d.
Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada peserta didik kelas IX G SMP Negeri 2 Wonosobo dengan jumlah 35 yang terdiri atas 33 peserta didik yang beragama Islam sedang 2 peserta didik beragama Kristen. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang telah dipersiapkan. Guru Pendidikan Agama Islam melaksanakan pembelajaran dengan metode Yanbu’a, selanjutnya tiap-tiap peserta didik mendapatkan tugas membaca Al-Qur’an Surat Al-Insyirah dengan Al-Qur’an / Juz Amma yang dimiliki peserta didik, dengan mengikuti contoh bacaan guru.
e.
Pengamatan
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 19
Penelitian Tindakan Kelas Pengamatan (observasi) dilakukan pada saat pelaksanaan proses pembelajaran. Pada akhir proses pembelajaran peserta didik diberi tes lisan untuk membaca Al-Qur’an Surat Al-Insyirah dan tes tertulis sebagai tes formatif 1 dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam proses pembelajaran. Dari tabel 1 dapat diketahui persentase ketuntasan belajar baru mencapai 60,70% dari standar minimal 80 % peserta didik mencapai KKM yang ditetapkan yaitu 75. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain guru masih kurang efektif dalam pengelolaan waktu pembelajaran, kurangnya ketersediaan sarana yang dimiliki peserta didik, peserta didik masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan pembelajaran dengan menggunakan metode Yanbu’a, guru masih kurang dalam memberikan contoh bacaan yang benar. f.
Refleksi Dalam pelaksanaan proses pembelajaran diperoleh informasi dari hasil pengamatan yaitu guru kurang jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran,waktu yang digunakan untuk berlatih membaca sendiri masih kurang, guru kurang memberikan waktu tanya jawab kepada peserta didik, kurangnya penguatan materi pelajaran oleh guru, dan guru perlu lebih intensif dalam memberikan contoh bacaan yang benar .
g.
Perbaikan Pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya perbaikan untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya yakni siklus II.
2.
Siklus II a. Tahapan Perencanaan Pada tahap ini penelitian mempersiapkan pembelajaran yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, tes lisan, tes formatif 2 dan media pembelajaran yang mendukung seperti LCD disamping AlQur’an yang telah dipersiapkan peserta didik. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi kegiatan guru dan peserta didik. b.
Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan Proses pembelajaran pada siklus II ini mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
dengan memperhatikan
revisi demi
penyempurnaan pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang kembali pada siklus II. Pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar siklus II ini Guru Pendidikan Agama Islam lebih mengintensifkan pelaksanaan
20 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012
pembelajaran dengan metode Yanbu’a, yakni dengan menguatkan contoh bacaan yang benar Al-Qur’an Surat Al-Insyirah melalui LCD proyektor yang telah dipersiapkan disamping Al-Qur’an /Juz Amma yang telah dibawa oleh peserta didik. Selanjutnya peserta didik mendapatkan tugas membaca Al-Qur’an Surat Al-Insyirah dengan mengikuti contoh bacaan guru pada kelompok masing-masing yang dipandu oleh peserta didik yang paling baik bacaan Al-Qur’annya. c.
Pengamatan Pengamatan
(observasi)
dilaksanakan
bersamaan
dengan
pelaksanaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar peserta didik diberi tes lisan dan tes tertulis sebagai tes formatif 2 dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Berdasarkan tabel 5 di atas nilai ketuntasan peserta didik telah mencapai 90.90 % , hal ini menunjukkan adanya peningkatan dari hasil pada siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus II ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan metode Yanbu’a. Hal ini ditunjukkan pada peningkatan pada aktifitas belajar peserta didik yang semula 60.70% meningkat menjadi 90.90% . Ini menunjukkan bahwa peserta didik juga dapat menikmati model metode pembelajaran yang telah diterapkan oleh guru dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya pada kompetensi membaca Al-Qur’an Surat Al-Insyirah. d.
Refleksi Pada tahap ini akan dikaji apakah proses pembelajaran dengan metode Yanbu’a ini telah berjalan sesuai harapan. Dari data-data yang diperoleh disebutkan bahwa selama proses belajar mengajar guru telah menerapkan metode pembelajaran dengan baik; berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa peserta didik aktif selama proses pembelajaran berlangsung; kekurangan pada siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan sehingga hasil belajar peserta didik pada siklus II mengalami peningkatan yang cukup baik, serta peserta didik cukup menikmati model pembelajaran yang diterpakan. Berdasarkan dari hasil tes belajar peserta didik siklus II dapat diketahui bahwa kegiatan belajar meningkat dibanding sebelumnya hal ini dapat dilihat pada tiap-tiap instrumen observasi .
e.
Revisi Pelakasanaan Pada siklus II guru telah menera pakan pembelaran metode Yanbu’a dengan baik. Hal ini terlihat dari aktifitas peserta didik serta hasil belajar pada proses pelaksanaan pembelajaran telah berjalan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 21
Penelitian Tindakan Kelas diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah mengoptimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada proses pembelajaran selanjutnya penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode Yanbu’a ini dapat lebih meningkatkan hasil belajar peserta didik khususnya pada kompetensi membaca Al-Qur’an Surat Al-Insyirah sebagai bagian dari materi Pendidikan Agama Islam ( PAI ).
KESIMPULAN DAN SARAN A.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ( classroom action research ) yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
B.
1.
Penggunakan metode pembelajaran Yanbu’a dapat mengatasi kesulitaN membaca Al-Qur’an peserta didik pada kompetensi membaca Al-Qur’an Surat Al-Insyirah.
2.
Penggunaan metode pembelajaran Yanbu’a dapat meningkatkan hasil peserta didik
Saran 1.
Untuk mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an peserta didik dalam proses pembelajaran salah satu diantara metode yang dapat digunakan adalah metode ( thariqah ) Yanbu’a.
2.
Metode ( thariqah ) Yanbu’a dapat dilaksanakan di sekolah mana saja khususnya pada kompetensi membaca Al-Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA Abu Bakar Aceh, Prof. Dr., Sejarah Al-Qur’an, Romadlani, Solo, 1984 Ahmadi, Drs., Ilmu Pendidikan ( Suatu Pengantar ) , Saudara, Salatiga, 1984 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Proyek Pengadaan Kitab Suci Al- Qur’an, Pelita II,Jakarta, 1978 / 1979 Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji, Pedoman Pengajian Al-Qur’an Bagi Anak-Anak, Proyek Penerangan Bimbingan dan Dakwah / Khutbah Agama Pusat,Depag RI, Jakarta, 1982 /1983. Gorys Keraf, dr., Komposisi, Nusa Indah, Flores, 1984 Mu’min, Ch., Drs., Petunjuk Praktis Mengelola TK Al-Qur’an, Fikahati Aneska, Jakarta,1991 Mahmud Yunus, Prof. Dr. H., Sejarah Pendidikan Islam, Hida Karya Agung, Jakarta,1990 Manna’ Khalil Al Kattan, Studi Ilmu Qur’an , Litera Antar Nusa,Jakarta, 1992
22 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012
Pondok Tahfidz Yanbu’ul Qur’an, Thariqah Baca Tulis Dan Menghafal Al-Qur’an
Yanbu’a, Kudus, 2004. Sutrisno Hadi, Prof. Dr. M.A., Metodologi Reseach, Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta, Jilid I, 1987 Suharsimi Arikunto, Ny., Dr., Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik, Rineka Cipta, Jakarta, 1991 Susilo, Panduan Penelitian Tindakan Kelas, Pustaka Book Publisher, Jakarta, 2009 Nur Hamim dan Husniyatus Salamah Zainiyati, Penelitian Tindakan Kelas. PT. Refka Petra Media, Surabaya, 2009. Undang-undang RI No. 2 Tahun 1989, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Tugu Muda Semarang,1989.
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 23