Penelitian Tindakan Kelas
UPAYA MENINGKATKAN KEBIASAAN SHOLAT MELALUI PEMBERIAN TUGAS PORTOFOLIO PADA PESERTA DIDIK KELAS IX SMP 3 WONOKERTO
Khabib Jundan, S.Ag., M.S.I. Guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 3 Wonokerto Kabupaten Pekalongan, Peserta Program Peningkatan Kompetensi dan Wawasan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ditjen Pendidikan Agama Islam, yang diselenggarakan FITK UNSIQ kerjasama dengan Kementrian Agama RI
Abstrak Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR), dengan judul, Upaya Meningkatkan Kebiasaan Sholat Melalui Pemberian Tugas Portofolio Pada Peserta Didik Kelas IX SMP 3 Wonokerto. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan pendidikan agama Islam pada peserta didik kelas IX SMP 3 Wonokerto, yang masih rendah. Rendahnya minat peserta didik terhadap pendidikan agama ini boleh jadi disebabkan oleh penerapan metode atau strategi dalam proses pembelajaran yang kurang menarik, disamping sebab-sebab lain. Kurang kreatifnya guru agama dalam menggali metode yang biasa dipakai untuk pendidikan agama menyebabkan pelaksanaan pembelajaran cenderung monoton. Metode mengajar yang perlu dipertimbangkan untuk dipilih dan digunakan dalam pendekatan pembiasaan ini menurutnya antara lain: Metode Latihan ( Drill), Metode Pemberian Tugas, Metode Demonstrasi dan Metode Eksperimen. Dan dalam penelitian ini, peneliti mengambil metode pemberian tugas yang berbentuk tugas portofolio untuk meningkatkan kebiasaan sholat peserta didik kelas IX SMP 3 Wonokerto
Kata-kunci : Kebiasaan Sholat, Portofolio
PENDAHULUAN A.
LATAR BELAKANG Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik masyarakat.
pendidikan
di
lingkungan
keluarga,
sekolah
maupun
Kesadaran akan pentingnya pendidikan agama tersebut menjadikan pendidikan agama menjadi salah mata pelajaran wajib dalam kurikulum pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi sebagaimana tercantum dalam pasal 37 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Namun dalam relitas pelaksanaannya sebagai bagian dari mata pelajaran di sekolah, pendidikan agama Islam seringkali mengalami kendala, antara lain adalah minat peserta
192 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012
didik terhadap mata pelajaran pendidikan agama sangat minim dibandingkan kepada mata pelajaran lain. Rendahnya minat peserta didik terhadap pendidikan agama ini boleh jadi disebabkan oleh penerapan metode atau strategi dalam proses pembelajaran yang kurang menarik, disamping sebab-sebab lain. Kurang kreatifnya guru agama dalam menggali metode yang biasa dipakai untuk pendidikan agama menyebabkan pelaksanaan pembelajaran cenderung monoton. Dengan demikian, jelas bahwa metode atau strategi pembelajaran memiliki kedudukan yang sangat signifikan untuk dapat menggali minat peserta didik guna mencapai tujuan pembelajaran. Sebuah adagium mengatakan bahwa “AtThariqat Ahamm min al-Maddah” (metode jauh lebih penting dibanding materi). Untuk itu seorang guru dituntut agar mempelajari berbagai metode yang digunakan dalam mengajarkan suatu mata pelajaran. Sholat merupakan salah satu materi terpenting dalam pendidikan agama Islam. Sholat adalah merupakan pangkal tolak pembinaan kepribadian seseorang muslim, dan menjadi tiang agama seorang muslim, satu-satunya ibadah yang diwajibkan secara berulang setiap hari, seumur hidup. Apabila pembinaan sholat itu terabaikan akan meruntuhkan sendi-sendi Islam itu sendiri sekali gus meluluhlantahkan pembinaan umatnya. Pendidikan sholat ini harus dimulai sejak dini. Rosulullah sendiri mengajarkan kepada para orangtua untuk memerintahkan anaknya sholat pada usia 7 tahun, dan memukul mereka jika tidak mau sholat pada usia 10 tahun. Mendirikan shalat artinya melaksanakan shalat dengan sebaik- baiknya sesuai dengan aturan, kemudian menterjemahkan nilai- nilai shalat dalam kehidupan sehari- hari. Bila seorang Muslim rajin dalam melaksanakan shalat, maka akan tercermin dalam kehidupan sehari- harinya, baik mengenai ibadahnya, akhlaknya dan dalam kehidupan social kemasyarakatan lainnya. Dalam asumsi penulis, pendidikan sholat pada peserta didik SMP 3 Wonokerto kurang optimal, terbukti dari hasil observasi dan wawancara pendahuluan masih terdapat banyak peserta didik yang belum melaksanakan sholat secara baik. Hal ini menurut hemat penulis karena kurangnya pendekatan pembiasaan dalam pembelajaran sholat. Ramayulis (2006) mengatakan “Dengan pembiasaan pendidikan
memberikan
kesempatan
kepada
peserta
didik
terbiasa
mengamalkan ajaran agamanya, baik secara individual maupun secara kelompok dalam kehidupan sehari-hari. Metode mengajar yang perlu dipertimbangkan untuk dipilih dan digunakan dalam pendekatan pembiasaan ini menurutnya antara lain: Metode Latihan (Drill), Metode Pemberian Tugas, Metode Demonstrasi dan Metode Eksperimen. Dan dalam penelitian ini, peneliti mengambil metode pemberian tugas yang berbentuk tugas portofolio untuk meningkatkan kebiasaan sholat peserta didik kelas IX SMP 3 Wonokerto.
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 193
Penelitian Tindakan Kelas B.
RUMUSAN MASALAH Dari uraian di atas maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut: “Seberapa besarkah peningkatan kebiasan sholat peserta didik kelas IX SMP 3 Wonokerto tahun pelajaran 2011/2012 setelah melalui pemberian tugas portofolio?”
C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.
Tujuan Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan pendidikan agama Islam pada peserta didik kelas IX SMP 3 Wonokerto. Sedang secara khusus penelitian ini bertujuan: 1.
2.
3. 2.
Untuk meningkatkan hasil pembelajaran pendidikan agama Islam terutama materi sholat fardhu pada kompetensi dasar peserta didik dapat mengamalkan sholat fardhu dalam kehidupan sehari-hari. Menguji penerapan metode pemberian tugas portofolio untuk meningkatkan kebiasaan sholat peserta didik kelas IX SMP 3 Wonokerto. Memberikan pengalaman empirik pada guru dalam memilih metode yang tepat dalam pembelajaran.
Manfaat Dari Penelitian ini diharapkan memberikan beberapa manfaat, antara lain: a.
Bagi peserta didik a. Peserta didik dapat memperoleh motivasi dan nilai yang dapat diinternalisasikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi sikap kebiasaan. b. Meningkatnya pengamalan sholat fardhu peserta didik.
b.
Bagi Guru a. Memperoleh pengalaman profesional yang dapat digunakan dalam melaksanakan tugas selanjutnya, b. Meningkatnya profesionalisme guru.
c.
Bagi Sekolah a. Mendapat sumbangan pemikiran yang baik dalam usaha meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah dan upaya meningkatkan hasil belajar peserta didik. b. Meningkatnya keberhasilan pendidikan di sekolah yang bersangkutan.
KAJIAN TEORI A.
Pengertian dan Kedudukan Sholat Sholat menurut bahasa Arab ialah “ do’a dan pujian nabi (Pia Khoirotun Nisa, 2009), sedangkan secara istilah sholat ialah ibadah yang terdiri dari perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir bagi Allah ta’ala dan disudahi dengan memberi salam.(Sofwan Iskandar, 2011: 66). Sholat
194 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012
mempunyai fungsi yang sangat penting bagi seorang muslim. Sholat diwajibkan bagi tiap-tiap muslim dewasa dan berakal. Perintah sholat berbeda dengan perintah ibadah lainnya, perintah sholat diterima langsung oleh Rasulullah tanpa perantara malaikat Jibril. Dalam sehari semalam seorang muslim diwajibkan melaksanakan sholat dalam lima waktu: 1. 2.
3.
4. 5.
Sholat Subuh; terdiri dari dua rakaat, waktunya dimulai dari terbit fajar sidiq hingga terbit matahari. Sholat Dhuhur; terdiri dari empat rakaat, waktunya mulai dari condongnya matahari dari pertengahan langit hingga panjang banyangan benda sama dengan panjang bendanya. Sholat Ashar; terdiri dari empat rakaat, waktunya ketika panjang banyangan benda sama panjang dengan bendanya sampai dengan terbenam matahari. Sholat Maghrib; terdiri dari tiga rakaat, waktunya dari terbenamnya matahari hingga hilangnya mega merah. Sholat Isya; terdiri dari empat rakaat dan waktunya dimulai dari hilangnya mega/awan merah hingga terbitnya fajar sidiq.
Agama Islam menilai sholat itu sebagai tiang agama dan penting artinya untuk kesempurnaan beragama. Nabi s.a.w., telah bersabda :
الصالة عماد ال ّد ين فمن اقامها فقد اقام ال ّد ين ومن تركها فقد هدم ّ ال ّد ين
“ Sholat itu tiang agama, barang siapa yang mengerjakannya berarti ia telah menegakan agama dan barang siapa yang meninggalkannya berati ia telah meobohkan agama “. Dengan demikian, seseorang yang rajin menjalankan sholat maka agamanya akan semakin baik sebaliknya seseorang yang meninggalkan sholat maka ia telah menghancurkan agama pada dirinya dan agamanya secara keseluruhan. Sebagai seorang muslim yang hidupnya didasari dengan keimanan, untuk memelihara keimanan itu, memperbaiki dan meningkatkannya, ibadah sholat itulah yang berperanan. Maka manusia yang sholatnya baik adalah manusia yang tinggi kadar imannya dan selalu mendapat hidayah Allah s.w.t. Sholat adalah pekerjaan hamba yang beriman dalam situasi menghadapkan wajah dan sukmanya kepada Zat yang Maha Suci. Maka manakala sholat itu dilakukan secara tekun dan kontinu, menjadi alat pendidikan rohani yang efektif, memperbaharui dan memelihara jiwa serta memupuk pertumbuhan kesadaran. Makin banyak sholat itu dilakukan dengan kesadaran bukan dengan keterpaksaan dan tekanan apapun, berarti sebanyak itu rohani dan jasmani dilatih berhadapan dengan Zat yang Maha Suci. Efeknya membawa kesucian rohani dan jasmani. Kata seorang ahli hikmah: “Ceritakanlah kepadaku dengan
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 195
Penelitian Tindakan Kelas siapa engkau berhubungan dan bergaul, nanti akan kukatakan kepadamu siapa engkau.”. Kesucian rohani dan jasmani akan memancarkan akhlak yang mulia, sikap hidup yang dinamis penuh amal sholih. Sebaliknya akan terhindar dari berbagai perbuatan dosa, keji dan mungkar. Allah s.w.t. berfirman:
االيه...... .... "Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar ." (Q.S. Al Ankabuut: 45). B.
Pendidikan Sholat Bagi Anak-Anak Salah satu kewajiban orangtua adalah mendidik anak-anaknya untuk taat pada perintah Allah. Salah satunya dengan mengajarkan sholat. Dan pendidikan sholat ini dimulai sejak dini. Rosulullah sendiri mengajarkan kepada para orangtua untuk memerintahkan anaknya sholat pada usia 7 tahun, dan memukul mereka jika tidak mau sholat pada usia 10 tahun. Rasulullah Saw:
Suruhlah anak-anakmu mengerjakan shalat bila mereka telah berusia tujuh tahun, dan pukullah jika meninggalkannya bila mereka telah berumur sepuluh tahun dan pisahkanlah di antara mereka pada tempat tidurnya.(HR. Ahmad, Abu Dawud dan Hakim yang mengatakan hadits ini shahih atas syrah Muslim) (Najmudin, dkk, 2009:21). Pada taraf pemulaan pendidikan sholat diberikan kepada anak-anak supaya mereka membiasakan diri melakukan perbuatan baik. Mengingat kedudukan dan fungsi sholat yang begitu teramat penting bagi seorang muslim, maka oleh karenanya pendidikan sholat dari sejak kecil harus mendapat perhatian yang baik. Pepatah lama mengatakan, Pelajaran di waktu kecil ibarat melukis di atas
batu, pendidikan di waktu besar ibarat melukis di atas air. Untuk itu pembentukan kepribadian anak yang paling utama ialah di waktu kecil. Dari sini si anak dilatih untuk membiasakan diri melaksanakan sholat hingga kelak sholat merupakan kebiasaan yang berjalan secara otomatis yang berdampak pada hidupnya kepada perbuatan yang baik dan menjauhi segala perbuatan yang keji. Diperingatkan kepada kedua orangtua dari si anak, bahwa tanggungjawab mereka terhadap anak yang dilahirkan dengan fitrah yang suci dan kemaslahatan hidupnya tergantung kepada pemeliharaan dan pendidikan yang diberikan oleh ibu-bapak. Sebagaimana Rasulullah SAW, telah bersabda :
“ Tiap-tiap anak dilahirkan dalam fitrah yang suci sehingga dia pandai
berkata-kata, maka ibu-bapaknyalah yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani atau majusi “. Dengan uraian tersebut di atas, jelaslah bagi manusia muslim yang taat beragama pendidikan sholat merupakan hal yang terpenting untuk kehidupannya sesuai dengan eksistensi dan tanggungjawab atas keberadaanya sebagai orang tua. Oleh karena itu pendidikan sholat diberikan kepada anak-
196 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012
anak, agar mereka membiasakan diri untuk melaksanakan sholat. Kebiasaan satu faktor penting bagi kehidupan manusia. Yang dimaksud kebiasaan disini yaitu, sesuatu perbuatan yang selalu diulang-ulang sehingga menjadi mudah dikerjakan. C.
Metode Pemberian Tugas Portofolio Metode berasal dari bahasa Yunani “ Metodos “. Kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu “ Metha “ yang berarti melalui atau melewati dan “ hodos’ jalan atau cara. Jadi metode adalah suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan.(Abudin Nata, 2000: 34) Mulyana mendefinisikan metode pembelajaran sebagai suatu rencana atau pola yang dapat digunakan membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan pengajaran dan membimbing pengajaran di kelas. Sedangkan Joyce dan Weil mendefinisikan metode pembelajaran sebagai suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman melaksanakan pembelajaran di kelas. Dan Udin menyatakan, metode pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasi pengalaman belajar untuk mencapai tingkat belajar tertentu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Pemberian tugas (resitasi) merupakan salah satu metode pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. Dengan padatnya isi materi pelajaran akan sangat menyita waktu peserta didik untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar tersebut. Untuk mengatasi keadaan tersebut guru perlu memberikan tugas-tugas di luar jam pelajaran. Disebabkan, bila hanya menggunakan seluruh jam pelajaran yang ada untuk tiap mata pelajaran, hal itu tidak akan mencukupi tuntutan luasnya pelajaran yang diharuskan, seperti yang tercantum dalam kurikulum. Dengan demikian perlu diberikan tugas-tugas, sebagai selingan untuk variasi teknik penyajian ataupun dapat berupa pekerjaan rumah. Dalam kurikulum berbasis kompetensi dan kurikulum tingkat satuan pendidikan penugasan atau assignment yang diharapkan adalah yang bersifat divergent. Yaitu suatu tugas yang dapat dikerjakan dengan menggunakan berbagai alernatif jawaban, atau tidak hanya mengandalkan pada satu jawaban benar saja. Metode penugasan ini dapat berbentuk tugas di kelas (lembar kerja), tugas proyek, tugas portofolio, tugas rumah dan lain-lain. (www.forumpenelitian.blogspot.com). Portofolio Secara etimologi berasal dari dua kata, yaitu port (singkatan dari report) yang berarti laporan dan folio yang berarti penuh atau lengkap. Jadi portofolio berarti laporan lengkap segala aktivitas seseorang yang dilakukannnya. Budimansyah dalam Maria Ulfah, menjelaskan portofolio
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 197
Penelitian Tindakan Kelas diartikan sebagai suatu wujud benda fisik, sebagai suatu proses sosial pedagogis maupun adjective. Sebagai suatu wujud benda fisik. Portofolio adalah bundel, yakni kumpulan/dokumentasi hasil pekerjaan peserta didik yang disimpan pada satu bundel. Misalnya hasil tes awal (pre test), tugas-tugas, keterangan melaksanakan tugas terstruktur, hasil tes akhir (post test) dan sebagainya. Sebagai suatu proses pedagogis, portofolio adalah collection of
learning experience yang terdapat dalam pikiran peserta didik baik yang berwujud pengetahuan (kognitif), keterampilan (skill), maupun nilai dan sikap (afektif). Adapun metode pembelajaran berbasis portofolio sebagai adjective, portofolio seringkali disandingkan dengan pembelajaran maka dikenal dengan pembelajaran berbasis portofolio (portofolio based learning, sedangkan jika disandingkan dengan konsep penilaian dikenal dengan istilah penilaian berbasis portofolio (portofolio based assesment). Dengan demikian penugasan portofolio merupakan salah satu bentuk metode penugasan nonformal yang berupa pengumpulan berkas atau dokumen dari masing-masing karya peserta didik, baik dalam bentuk CD, cassette, print-out, file, metode, foto dan lain-lain yang disimpan dalam file atau folder. Dokumen portofolio ini menjadi dasar bagi guru untuk melakukan penilaian secara otentik dan obyektif kepada peserta didik sehingga hasil belajar peserta didik dapat diukur. Disamping itu, portofolio dapat diartikan sebagai kumpulan hasil belajar atau karya peserta didik yang menunjukkan usaha, perkembangan, prestasi belajar peserta didik dari waktu ke waktu dan dari satu mata pelajaran ke mata pelajaran yang lain. Portofolio juga sangat berpengaruh sebagai alat untuk meningkatkan pendidikan yang memungkinkan peserta didik untuk lebih berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Karena kemampuan tugas portofolio ini dalam mendokumentasikan proses maupun produk peserta didik, maka teknik portofolio dipandang sebagai assesmen yang bersifat othentik. Menurut O’Malley & Pierce metode penugasan portofolio yang dapat dikembangkan yaitu: a) portofolio pameran, b) portofolio koleksi, dan c) portofolio penilaian (www.forumpenelitian.blogspot.com). Selanjutnya ketiga jenis portofolio tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1.
Portofolio Pameran Portofolio jenis ini berupa sekumpulan hasil karya peserta didik yang dianggap paling baik untuk dipamerkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bukti kemajuan belajar peserta didik, seperti kepala sekolah, orang tua, masyarakat atau komite pendidikan, dewan pendidikan atau pemerhati pendidikan. Fungsi portofolio pameran layaknya sebagai barang pajangan untuk dipamerkan kepada publik. Di negara maju seperti Inggris dan Amerika kegiatan pameran seperti ini biasanya secara rutin diselenggarakan diakhir waktu tertentu (akhir semester). Pada saat pameran para peserta didik diberi kepercayaan untuk menampilkan karya terbaik mereka, baik dalam bentuk karya seni dan sastra, maupun dalam
198 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012
bentuk karya-karya ilmiah lainnya. Para tamu biasanya dipandu oleh anakanak untuk mendapatkan keterangan tentang karya terbaik yang telah berhasil mereka buat. Portofolio pameran biasanya cenderung berupa produk akhir. Diadakannya pameran karya para peserta didik tersebut sekaligus juga berfungsi sebagai reinforcement yang selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan selfesteem para peserta didik. 2.
Portofolio Koleksi Portofolio koleksi berisi kumpulan hasil karya peserta didik yang terkait dengan tugas-tugas harian. Untuk itu, portofolio jenis ini lebih bersifat formatif. Sekaligus portofolio koleksi dapat difungsikan sebagai fungsi diagnostik. Mengingat fungsi dan sifatnya yang spesifik tersebut, maka guru dapat menggunakan portofolio ini untuk mengamati proses kemajuan pembelajaran anak. Agar portofolio ini benar-benar memberikan hasil yang otentik, guru harus memonitor perkembangan tugas-tugas peserta didik melalui konferensi dan observasi. Portofolio koleksi disebut juga dengan working folders karena isinya menunjukkan proses perkembangan draft awal dari suatu karya, outline, karya belum jadi, dan produk akhir.
3.
Portofolio Penilaian Berbeda dengan dua jenis portofolio sebelumnya, portofolio penilaian merupakan seleksi dari sekumpulan karya peserta didik terbaik untuk diases. Portofolio jenis ini tidak saja memfokuskan pada refleksi proses tetapi juga produk pembelajaran. Agar diperoleh gambaran tentang kemajuan suatu peserta didik, maka portofolio ini harus berisi produk akhir yang dilengkapi dengan sekumpulan bukti proses, penilaian sendiri oleh peserta didik, penilaian guru, dan kesimpulan tentang proses dan hasil karya peserta didik. Dengan demikian portofolio penilaian dapat digunakan oleh guru sebagai alat penilaian (sebagai fungsi sumatif) dan sekaligus juga dapat digunakan untuk membantu peserta didik dalam merefleksikan apa yang telah mereka pelajari. (www.forumpenelitian.blogspot.com).
METODE PENELITIAN A.
Setting Penelitian Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action
Research (CAR), yakni suatu bentuk penelitian yang dilaksanakan guru untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam melaksanakan tugas pokoknya, yaitu mengelola pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (KBM) dalam arti luas (Purwadi, 1999 dalam Sukidin, 2010). Penelitian dilaksanakan di SMP 3 Wonokerto, selama 3 bulan (Pebruari hingga Maret 2012) dengan subyek penelitiannya adalah peserta didik kelas IX SMP 3 Wonokerto tahun pelajaran 2011/2012, yang berjumlah 125 peserta didik.
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 199
Penelitian Tindakan Kelas B.
Gambaran Umum Penelitian (Siklus Tindakan) Penelitian ini akan dilaksanakan dalam dua siklus, tahapan setiap siklus secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut: 1.
Siklus 1 Pada siklus ini dilaksanakan penjelasan tentang kedudukan dan fungsi sholat dalam kehidupan. Kemudian peserta didik diberikan tugas untuk melaksanakan sholat 40 waktu sholat secara berturut-turut dan melaporkan hasilnya kepada guru. Indikator keberhasilan diukur dari meningkatnya secara kuantitatif pelaksanaan sholat peserta didik. Dari hasil tugas peserta didik dilakukan verifikasi dan validasib data melalui data observasi dan wawancara, kemudian dilakukan refleksi.
2.
Siklus 2 Pada siklus ke-2 ini diberikan motivasi tentang kebutuhan pendekatan hamba kepada Rab-nya dalam menjalani kehidupan sehari-hari melalui sholat lima waktu. Kemudian kembali peserta didik diberikan tugas melaksanakan sholat 40 waktu sholat secara berturut-turut dan melaporkan hasilnya kepada guru. Indikator keberhasilan diukur dari meningkatnya secara kuantitatif pelaksanaan sholat peserta didik. Dari hasil tugas peserta didik dilakukan verifikasi dan validasib data melalui data observasi dan wawancara, kemudian dilakukan refleksi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.
Pra Tindakan Keberhasilan pendidikan agama adalah sejauhmana peserta didik mampu melaksanakan dan mengamalkan ajaran agamanya. Bertitik tolak dari hal ini, untuk mengetahui mutu pendidikan agama Islam yang dilaksanakan di sekolah, setiap akhir tahun pendidikan di satuan pendidikan dilaksanakan evaluasi. Sejauh ini evalusi atau pengukuran keberhasilan pendidikan agama Islam pada tingkat SMP masih lebih besar bertumpu pada aspek kognitif dan psikomotorik dan kurang dalam aspek afektif, sedangkan pengamalan ajaran Islam lebih pada aspek afektif. SMP 3 Wonokerto dalam beberapa tahun ini berupaya memperkaya evaluasi pembelajaran pendidikan agama Islam dengan mengevaluasi/menilai pengamalan ajaran agama peserta didik dengan menggunakan metode pemberian tugas portofolio. Peserta didik diperintahkan untuk melaksanakan beberapa amalan seperti sholat fardhu, sholat sunat, puasa senin-kamis ataupun tadarus al Qur’an. Kemudian peserta didik diminta membuat laporannya kepada guru. Pada tahun pelajaran 2011/2012 ini, guru/peniliti bersama peserta didik memilih pengamalan sholat fardhu peserta didik untuk dapat dievaluasi sebagai tolok ukur keberhasilan pendidikan yang telah dilaksanakan. Kondisi awal
200 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012
pengamalan sholat peserta didik berdasarkan pengamatan peneliti dan beberapa guru lain seperti guru bahasa inggris yang beberapa kali menanyakan kebiasaan sholat peserta didik, diperoleh data bahwa pengamalan/kebiasaan sholat peserta didik masih rendah. Data tersebut diperkuat dengan hasil angket yang disebarkan peneliti. Dari hasil angket di peroleh data sebagai berikut: 1.
Kebiasaan sholat peserta didik kelas IX A Tabel 2 Data Awal Kebiasaan Sholat Peserta didik Kelas IX A
Sholat
Subuh
Dhuhur
Kategori
JS
J
SR
SL
Jumlah
13
15
2
Prosentase
39
45
6
2.
JS
J
SR
2
6
18
5
6
18
55
15
Ashar SL
Isya”
Maghrib
JS
J
SR
SL
JS
J
SR
SL
4
7
23
2
1
0
1
18
14
12
21
70
6
3
0
3
55
42
JS
J
SR
SL
5
8
15
5
15
24
45
15
Kebiasaan sholat peserta didik kelas IX B Tabel 3 Data Awal Kebiasaan Sholat Peserta didik Kelas IX B
Sholat
Subuh
Kategori
JS
J
Jumlah
12
10
Prosentase
40
33
3.
SR
Dhuhur SL
JS
J
5
3
1
16
17
10
3
53
SR
Ashar SL
JS
J
8
5
2
15
27
17
7
50
SR
Isya”
Maghrib SL
JS
J
SR
SL
0
3
11
16
0
10
37
53
JS
J
SR
SL
9
4
30
13
3
6
11
10
10
20
37
33
SR
SL
JS
J
SR
SL
JS
J
SR
SL
Kebiasaan sholat peserta didik kelas IX C Tabel 4 Data Awal Kebiasaan Sholat Peserta didik Kelas IX C
Sholat
Subuh
Kategori
JS
J
Jumlah
12
Prosentase
38
4.
Dhuhur
SR
SL
JS
J
14
4
2
3
44
13
6
9
Ashar
SR
SL
22
7
69
22
Isya”
Maghrib
JS
J
0
7
19
4
2
0
3
12
17
3
15
11
3
0
22
59
13
6
0
9
38
53
9
47
34
9
Kebiasaan sholat peserta didik kelas IX D Tabel 5 Data Awal Kebiasaan Sholat Peserta didik Kelas IX D
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 201
Penelitian Tindakan Kelas
Sholat
Subuh
Dhuhur
Kategori
JS
J
SR
Jumlah
10
15
Prosentase
33
50
5.
SL
JS
J
SR
1
4
1
13
3
13
3
43
Ashar
Isya”
Maghrib
SL
JS
J
SR
SL
JS
J
SR
SL
JS
12
4
1
14
40
13
3
47
10
5
0
0
11
19
33
17
0
0
37
63
Nilai/Kategori Awal Kebiasaan Sholat Peserta didik
J
SR
0
5
17
8
0
17
57
27
Tabel 6 Nilai/Kategori Awal Kebiasaan Sholat Peserta didik
KATEGORI KELAS IX
URAIAN A
B
C
D
E
JUMLAH
1
4
5
17
6
PROSENTASE
3,0
12,1
15,2
51,5
18,2
JUMLAH
4
4
9
10
3
PROSENTASE
12,9
12,9
29,0
32,3
9,7
JUMLAH
0
4
9
15
4
PROSENTASE
0,0
12,9
29,0
48,4
12,9
JUMLAH
1
7
11
11
0
PROSENTASE
3,3
23,3
36,7
36,7
0,0
JUMLAH
6
19
34
53
13
PROSENTASE
4,8
15,2
27,2
42,4
10,4
A
B
C
D
TOTAL
Keterangan :
202 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012
A
:
19 - 20
:
BAIK SEKALI
B
:
16 - 18
:
BAIK
C
:
13 - 15
:
CUKUP
D
:
10 - 12
:
KURANG
E
:
< 10
:
KURANG SEKALI
SL
Dari data di atas dapat kita lihat bahwa kebiasaan sholat peserta didik sangat kurang. Dari 125 peserta didik baru 11 peserta didik (8,75%) yang selalu melaksanakan shalat Subuh; 2 peserta didik IX A (6%), 3 peserta didik IX B (10%), 2 peserta didik IX C (6%) dan 4 peserta didik IX D (13%), 13 peserta didik (10,5%) yang selalu melaksanakan sholat Dhuhur; 4 peserta didik IX A (12%), 5 peserta didik IX B (17%) dan 4 peserta didik IX D (13%) bahkan tak satupun peserta didik kelas IX C yang selalu shalat Dhuhur. Sholat Ashar selalu dilaksanakan hanya oleh 12 peserta didik (9,8%); 1 peserta didik IX A (3%), 4 peserta didik IX B (13%),2 peserta didik IX C (6%), 5 peserta didik IX D (17%). Jumlah peserta didik yang selalu melaksanakan sholat Maghrib baru 66 peserta didik (53,1%); 14 peserta didik IX A (42%), 16 peserta didik IX B (53%), 17 peserta didik IX C (53%), 19 peserta didik IX D (63%). Dan sholat Isya baru ada 26 peserta didik (21,1%) yang selalu melaksanakan; 5 peserta didik IX A (15%), 10 peserta didik IX B (33%), 3 peserta didik IX C (9%), dan 8 peserta didik IX D (27%). Sedangkan kategori jarang sekali melaksanakan sholat terdapat 47 peserta didik (37,6%) untuk sholat Subuh, 11 peserta didik (8,8%) untuk Dhuhur, 17 peserta didik (13,6%) untuk sholat Ashar, dan 11 (8,8%) untuk sholat Isya’. Sementara kategori tertinggi untuk kebiasaan sholat peserta didik adalah jarang masingmasing untuk sholat Subuh (54 peserta didik/43,2 %), sholat Dhuhur (69 peserta didik/55,2%), sholat Ashar (71 peserta didik/56,8%), sering untuk sholat Isya’ (54 peserta didik/43,2%) dan selalu untuk sholat Maghrib (66 peserta didik/52,8%). Namun demikian meski kategori tertinggi sholat Maghrib adalah selalu, baru terdapat 52,8%, dengan demikian masih terdapat hampir separuh peserta didik (47,2%) yang belum melaksanakan dengan baik. Kemudian dilihat dari kategori kebiasaan masing-masing peserta didik dalam melaksanakan sholat lima waktu secara penuh diperoleh data hanya 6 peserta didik (4,8%) yang baik sekali, 19 peserta didik (15,2%), 34 peserta didik (27,2%) kategori baik, 13 peserta didik (10,4%) kategori kurang sekali, dan yang tertinggi adalah kategori kurang yakni 53 peserta didik atau 42,4%. B.
Pasca Tindakan 1.
Siklus I Dari data pra tindakan di atas, diperoleh data bahwa kebiasaan sholat peserta didik dalam kategori jarang dan kurang. Untuk itu, perli diilakukan tindakan untuk dapat mendorong dan meningkatkan kebiasaan sholat tersebut dan diplihlah metode tugas portofolio. Untuk melaksanakan tindakan ini dilakukan perencanaan bersama meliputi: a. b. c.
Menentukan jumlah sholat yang dilaksanakan Menentukan kriteria/aturan pelaksanaan Membuat instrumen
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 203
Penelitian Tindakan Kelas Dari hasil diskusi ditetapkan peserta didik diberikan tugas untuk melaksanakan 40 kali/waktu sholat fardhu secara berturut-turut dan membuat laporan pelaksanaan sholat tersebut. Peserta didik diberikan kebebasan untuk memilih kapan akan memulai tugas tersebut, tidak diwajibkan berjamaah dan laporan ditandatangani oleh saksi. Sebelum tindakan dimulai,
terlebih dahulu dilaksanakan penjelasan tentang
kedudukan dan fungsi sholat dalam kehidupan. Kemudian peserta didik membuat dan melaporkan rencana terhadap pelaksanaan tugas. Hasil tindakan siklus I tersebut diperoleh data : Tabel 7 Frekwensi Sholat Siklus I
NO
KELAS
1
IX A
2
IX B
3
4
5
IX C
IX D
TOTAL
URAIAN
SUBUH
DHUHUR
ASHAR
MAGHRIB
ISYA'
92
143
126
195
165
46,0
71,5
63,0
97,5
82,5
86
131
121
150
141
Prosentase
56,6
86,2
79,6
98,7
92,8
Jumlah
113
139
135
192
135
Prosentase
47,1
57,9
56,3
80,0
56,3
Jumlah
115
169
163
182
169
Prosentase
62,5
91,8
88,6
98,9
91,8
Jumlah
406
582
545
719
610
Prosentase
56
80
75
99
84
Jumlah Prosentase Jumlah
Tabel 8 Kategori Kebiasaan Sholat Peserta didik Siklus I KATEGORI KELAS IX
URAIAN A
204 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012
B
C
D
E
JUMLAH
2
10
5
3
4
8,00
40,00
20,00
12,00
16,00
9
5
2
2
1
11,84
6,58
2,63
2,63
1,32
8
2
6
4
5
0,25
0,06
0,19
0,13
0,16
12
7
2
1
1
52,17
30,43
8,70
4,35
4,35
31
24
15
10
11
34,1
26,4
16,5
11,0
12,1
A PROSENTASE JUMLAH B PROSENTASE JUMLAH C PROSENTASE JUMLAH D PROSENTASE JUMLAH TOTAL PROSENTASE Keterangan : A
:
36 - 40
:
BAIK SEKALI
B
:
31 - 35
:
BAIK
C
:
26 - 30
:
CUKUP
D
:
21 - 25
:
KURANG
E
:
< 20
:
KURANG SEKALI
Data yang masuk dalam siklus ini dari 125 peserta didik hanya 94 peserta didik, dan dari 94 terdapat 3 peserta didik yang dalam masa siklus tersebut datang bulan sehingga tidak dapat dimasukkan dalam analisis. Maka data yang dapat dijadikan sumber dalam siklus ini hanya 91 (73%), artinya ada 27% peserta didik yang tidak berpartisipasi. Dari data dapat yang dianalisa dilihat bahwa frekwensi sholat dilaksanakan peserta didik masing-masing 56%, 80%, 75%, 99%, dan 84% untuk sholat Subuh, Dhuhur, Ashar, Maghrib dan Isya’. Hal ini berarti ada peningkatan, sebelum tindakan frekwensi atau kebiasaan sholat peserta
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 205
Penelitian Tindakan Kelas didik dalam kategori jarang untuk sholat Subuh (54 peserta didik/43,2 %), Dhuhur (69 peserta didik/55,2%), Ashar (71 peserta didik/56,8%), sering untuk sholat Isya’(54 peserta didik/43,2%) dan selalu untuk sholat Maghrib (66 peserta didik/52,8%). Sedangkan untuk kebiasaan sholat masing-masing peserta didik juga mengalami peningkatan yakni yang semula 4,8% kategori A, 15,2% kategori B, 27,2% kategori C, 42,4% kategori D, dan 10, 4% kategori E menjadi 34,1% kategori A, 26,4% kategori B, 16,5% kategori C, 11% kategori D, 12,1% kategori E. Dari data kebiasaan sholat selama siklus I ini juga diperoleh data bahwa kategori tertinggi kebiasaan melaksanakan sholat peserta didik adalah baik sekali (34,1% atau 31 peserta didik), namun demikian masih banyak peserta didik yang kebiasaan sholatnya dalam kategori kurang sekali (12,1% atau 11 peserta didik). Hal ini tentunya harus dilakukan tindakan kembali untuk menguranginya. 2.
Siklus II Pada siklus ke-2 ini, peserta didik terlebih dahulu diberikan motivasi tentang kebutuhan pendekatan hamba kepada Rab-nya dalam menjalani kehidupan sehari-hari melalui sholat lima waktu terutama bila dikaitkan dengan makin dekatnya UN. Pengaitan UN dimaksudkan agar sholat menjadi satu kebutuhan peserta didik terutama dalam usahannya mencapai kesuksesan UN. Dengan demikian motivasi peserta didik untuk membiasakan melaksanakan sholat semakin besar dan partisipasi peserta didik makin bertambah. Kemudian setelah pemberian motivasi, kembali dilakukan diskusi untuk perencanaan siklus II berisi: a. b. c.
Menentukan jumlah sholat yang dilaksanakan Menentukan kriteria/aturan pelaksanaan Membuat instrumen
Setelah diskusi peserta didik diminta untuk menyusun rencana pelaksanaan tugas. Dari pelaksanaan tugas portofolio siklus II ini diperoleh hasil partisipasi peserta didik tetap hanya 91 peserta didik yang diantaranya terdapat 6 peserta didik halangan datang bulan, yang berarti partisipasi peserta didik tetap. Kemudian dari data 85 peserta didik diperoleh data sebagai berikut : Tabel 9 Frekwensi Sholat Siklus II NO
KELAS
URAIAN
SUBUH
DHUHUR
ASHAR
MAGHRIB
ISYA'
1
IX A
Jumlah
86
138
141
191
151
206 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012
Prosentase
44,8
71,9
73,4
99,5
78,6
61
103
101
120
108
Prosentase
47,7
80,5
78,9
93,8
84,4
Jumlah
108
129
129
168
144
Prosentase
64,3
76,8
76,8
100,0
85,7
Jumlah
103
158
142
165
134
Prosentase
61,3
94,0
84,5
98,2
79,8
Jumlah
358
528
513
644
537
Jumlah
IX B
2
IX C
3
IX D
4
TOTAL
5
Prosentase
53
78
75
95
79
Tabel 10 Kategori Kebiasaan Sholat Peserta didik Siklus II
KATEGORI KELAS IX
URAIAN
JUMLAH
A
B
C
D
E
2
11
4
4
3
8,33
45,83
16,67
16,67
12,50
6
6
1
2
1
37,50
37,50
6,25
12,50
6,25
9
4
5
4
2
42,86
19,05
23,81
19,05
9,52
10
5
5
0
1
A PROSENTASE JUMLAH B PROSENTASE JUMLAH C PROSENTASE D
JUMLAH
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 207
Penelitian Tindakan Kelas
PROSENTASE JUMLAH
47,62
23,81
23,81
0,00
4,76
27
26
15
10
7
31,8
30,6
17,6
11,8
8,2
TOTAL PROSENTASE Keterangan : A
:
36 - 40
:
BAIK SEKALI
B
:
31 - 35
:
BAIK
C
:
26 - 30
:
CUKUP
D
:
21 - 25
:
KURANG
E
:
< 20
:
KURANG SEKALI
Hasil yang diperoleh dari siklus II ini bila dibandingkan dengan siklus I terjadi penurunan pada frekwensi sholat. Frekwensi sholat yang dilaksanakan peserta didik pada siklus I 56%, 80%, 75%, 99%, dan 84% untuk sholat Subuh, Dhuhur, Ashar, Maghrib dan Isya’ menjadi 53%, 78%, 75%, 95% dan 79% pada siklus II, sehingga ada penurunan masingmasing 3%, 2%, 0%, 4% dan 5% atau rata-rata turun 2,8%. Dari data juga diperoleh hasil, kategori kebiasaan sholat peserta didik siklus II: 31,8%, 30,6%, 17,6%, 11,8% dan 8,2% untuk kategori A,B,C,D dan E, bila dibandingkan dengan hasil siklus I yang 34,1% kategori A, 26,4% kategori B, 16,5% kategori C, 11% kategori D, 12,1% kategori E, diperoleh hasil: peserta didik yang kebiasaan sholatnya A (baik sekali) turun 2,3%, B (baik) naik 4,2%, kategori C (cukup) naik 1,1%, kategori D (kurang) turun/lebih banyak 0,8% dan kategori E (kurang sekali) naik/lebih sedikit 3,9%. Namun demikian kategori tertinggi tetap kategori A (baik sekali) dan kategori E telah berkurang dari 11 peserta didik menjadi 7 peserta didik. Dari data dua kali siklus tindakan dapat disimpulkan bahwa kebiasaan sholat peserta didik mengalami peningkatan selama dalam tindakan. Hal ini juga didukung dari hasil observasi peneliti dan wawancara dengan beberapa peserta didik dan orang tua. Bapak Sukendar misalnya mengatakan bahwa dalam beberapa hari selama tidakan, putranya Imam Luthfi terlihat aktif melaksakanakan sholat dan meminta tanda tangannya sebagai saksi.
208 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012
KESIMPULAN DAN SARAN A.
Kesimpulan Dari data hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat diperoleh beberapa simpulan minor dan mayor sebagai berikut : 1. 2.
3.
4.
B.
Kebiasaan sholat peserta didik sebelum tindakan (keadaan awal) dalam kategori kurang (C). Setelah diberi tindakan berupa pemberian tugas portofolio, dalam siklus I kebiasaan sholat peserta didik mengalami peningkatan menjadi kategori baik sekali (A). Dalam tindakan ke-2/siklus II pemberian tugas portofolio, kebiasaan sholat peserta didik tetap dalam kategori baik sekali (A), namun ada penurunan dalam prosentase dari 34,1% atau 31 peserta didik menjadi 31,8 atau 27 peserta didik, sedangkan kategori kurang sekali (E) mengalami peningkatan yang semula 12,1% atau 11 peserta didik menjadi 7 peserta didik atau 8,2%. Ada peningkatan kebiasaan sholat melalui pemberian tugas portofolio pada peserta didik kelas IX SMP 3 Wonokerto Kabupaten Pekalongan Tahun Pelajaran 2011-2012”.
Saran Dari hasil maupun proses penelitian yang telah dilakukan, untuk meningkatkan hasil pendidikan agama Islam terutama dalam bidang pengamalan sholat sehari-hari maupun untuk meningkatkan hasil penelitian serupa pada waktu yang akan datang, dapat diberikan beberapa saran atau rekomendasi sebagai berikut: 1.
2.
3.
4.
Dibutuhkan kebijakan dari Kepala Sekolah sebagai tindak lanjut penelitian ini dan sebagai upaya meningkatkan out put pendidikan dengan upaya menerapkan dan membudayakan nilai-nilai Islam. Mengingat dari hasil penelitian ini kebiasaan sholat peserta didik rendah, maka diperlukan langkah lebih lanjut untuk meningkatkannya salah satunya agar sekolah melaksanakan sholat Dhuhur berjamaah. Untuk memperoleh hasil yang optimal, bagi peneliti dengan topik pengamalan/pembiasaan agar dapat merancang penelitian dengan waktu yang lebih dalam masing-masing siklus tindakan. Untuk meningkatkan partisipasi peserta didik dalam penelitian, diperlukan optimalisas dan keterlibatan seluruh pihak baik kepala sekolah, guru-guru lain maupun orang tua dan pihak lain yang terkait.
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Jakarta: Rajawali Perst, 2000. Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur'an dan Terjemah, Semarang: CV. Toha Putra, 1989
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 209
Penelitian Tindakan Kelas Maria Ulfah, Pelaksanaan Pembelajaran Portofolio Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X di SMA Negeri 4 Kota Tegal, dalam httpalfinnitihardjo.ohlog.com. Najmudin, dkk, Studi Islam 2. Surakarta: LPID-UMS, 2009. Nana Sujana Ibrahim, Pengantar dan Penelitian Pendidikan,Bandung: Sinar Baru, 1989 Pia Khoirotun Nisa, Pendidikan Sholat Bagi Anak, Blog: Aura Panta Rei Communica, diunduh 28 Pebruari 2012 Pukul 11.08 WIB. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2006, Cet ke-5 UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional: Bandung, Citra Umbara, 2006 Sofwan Iskandar, Pendidikan Agama Islam Untuk SMP Kelas VII, Depok: CV. Arya Duta, 2011 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung, Alfabeta: 2006 Sukidin, Basrowi dan Suranto, Manajemen Penelitian Tindakan Kelas, Insan Cendekia, 2010 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997
210 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012