UPAYA MEMOTIVASI GURU UNTUK MENGEMBANGKAN PROFESI MELALUI DIKLAT PENULISAN BAHAN AJAR Giyarsih Pengawas SMA/SMAK Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta Email:
[email protected] Abstract This study was done to increase the motivation of teachers in implementing professional development activities through the dictates of writing teaching materials so that teachers are increasing their professional. After attending the training of writing material is expected the teachers can prepare the required textbook lessons independently. By using the teaching materials, the learning process to be smooth, this will indirectly improve student’s achievement. This research is expected supervisor can optimize the teachers competence in the professional field and in the paedagogik field through training of Writing Instructional Materials for Teachers of Mathematics High School / Vocational Kulon Progo. Determining the subject of this research is done by random sampling purposively, as much as 75% of the overall math teacher SMA / SMK in Kulon Progo Regency those 30 teachers from 40 mathematics teachers who are active in MGMP. Guru yang professional adalah guru yang selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas, baik kualitas guru maupun kualitas siswa. Selain itu mampu memahami dan mengembangkan kurikulum yang berlaku, dan mampu memilih bahan pembelajaran maupun metode pembelajaran yang disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan siswa, masyarakat dan negara. Akan tetapi umumnya guru di Kabupaten Kulon Progo masih enggan melakukan kegiatan pengembangan profesi, hal ini karena adanya beberapa hal diantaranya : (1) kurangnya pengetahuan guru tentang pengembangan profesi, (2) kurangnya bimbingan dalam kegiatan pengembangan profesi, (3) kurangnya dana dan fasilitas untuk melakukan kegiatan pengembangan profesi, (4) tidak adanya pendampingan dalam melaksanakan kegiatan pengembangan profesi. Sebagian besar guru di Kabupaten Kulon Progo
beranggapan bahwa pengembangan profesi sebagai persyaratan kenaikan pangkat untuk golongan IV/a ke atas dirasa terlalu berat. Begitu mendengar istilah penelitian, mereka pupus semangat, tidak memiliki motivasi untuk mencoba dan memulai untuk melakukan penelitian atau karya tulis yang lain. Sehubungan dengan hal diatas diperlukan adanya penelitian tentang upaya untuk memotivasi guru melalui Diklat Penulisan Bahan Ajar bagi Guru Matematika SMA/SMK Kabupaten Kulon Progo. Bertolak dari permasalahan dalam latar belakang tersebut, peneliti menyampaikan identifikasi masalah sebagai berikut : (1) sedikitnya jumlah guru yang menyiapkan bahan ajar/diktat pelajaran yang dibutuhkan secara mandiri, (2) kurangnya pengetahuan guru tentang pengembangan profesi akan berdampak pada tingkat profesionalisme guru yang rendah, (3) kurangnya bimbingan dalam 1021
1022
JPPI, Jilid 7, Nomor10, Edisi Pebruari 2015, hlm: 1021-1147
kegiatan pengembangan profesi akan berdampak pada rendahnya motivasi guru untuk mengembangkan profesi, (4) kurangnya dana dan fasilitas untuk melakukan kegiatan pengembangan profesi akan berdampak pada sedikitnya guru yang melakukan pengembangan profesi, (5) tidak adanya pendampingan dalam melaksanakan kegiatan pengembangan profesi akan berdampak pada sedikitnya guru yang melakukan pengembanagn profesi diakui angka kreditnya, sehingga banyak guru yang mentok pada golongan IV/a. Dalam penelitian ini penulis membatasi permasalahan sebagai berikut: perlu adanya penelitian yang berjudul Upaya Memotivasi Guru untuk Mengembangkan Profesi melalui Diklat Penulisan Bahan Ajar bagi Guru Matematika SMA/SMK Kabupaten Kulon Progo. Sebagai solusi permasalahan yang telah diungkapkan pada latar belakang tersebut diatas. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: (1) Apakah menyiapkan diktat pelajaran yang dibutuhkan secara mandiri dapat berakibat pada kelancaran proses belajar mengajar yang secara tidak langsung akan meningkatkan prestasi belajar siswa? (2) Apakah diklat untuk meningkatkan pengetahuan guru tentang pengembangan profesi akan berdampak pada peningkatan profesionalisme pendidik? (3) Apakah pembimbingan dalam kegiatan pengembangan profesi akan berdampak pada peningkatan motivasi guru untuk mengembangkan profesi? (4) Apakah ketersediaan dana dan fasilitas untuk melakukan kegiatan pengembangan profesi akan berdampak pada banyaknya guru
yang melakukan pengembangan profesi? (5) Apakah dengan adanya pendampingan dalam melaksanakan kegiatan pengembangan profesi akan berdampak pada banyaknya guru yang melakukan pengembanagn profesi? Mengingat berbagai masalah tersebut diatas, pemecahan masalah yang diperlukan adalah suatu tindakan berupa penelitian yang berjudul Upaya Memotivasi Guru untuk Mengembangkan Profesi melalui Diklat Penulisan Bahan Ajar. Tujuan diadakannya penelitian ini sebagai berikut : (1) melatih guru agar mampu menyiapkan diktat pelajaran yang dibutuhkan secara mandiri sehingga proses belajar mengajar lancar dan prestasi belajar siswa meningkat, (2) melatih guru agar mampu melakukan pengembangan profesi melalui Diklat penulisan bahan ajar, (3) membina guru dalam mempertinggi kompetensi profesionalnya, (4) membina guru dalam mengembangkan karir profesi dan kepangkatannya, (5) membantu guru dalam meningkatkan kinerjanya melalui pelaksanaan pembelajaran yang tidak terfokus pada guru dengan media bahan ajar. KAJIAN PUSTAKA Pengertian motivasi menurut pendapat Mc Donald dalam Oemar Malik seperti yang dikutip oleh Martinis Yamin, mengatakan bahwa istilah motivasi adalah perubahan energi dalam diri pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Menurut Martinis Yamin mengatakan bahwa ”dalam motivsi terdapat tiga unsur yang saling terkait, yaitu : motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam
Giyarsih, Upaya Memotivasi guru…
pribadi, motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan, dan motivasi ditandai dengan reaksi untuk mencapai tujuan” (Martinis Yamin, 2006: 8). Menurut Vroom (2001) menyatakan bahwa: motivasi akan tumbuh dengan baik apabila (1) individu merasa yakin bahwa perilakunya akan mengarah pada suatu hasil (performance-outcome expectancy), (2) individu merasa yakin bahwa hasil tersebut memiliki nilai positif untuk dirinya (valance), (3) individu merasa yakin bahwa dirinya mampu untuk melakukan tindakan untuk mencapai keinginan tersebut (effort-performance expectancy). Dari teori di atas dapat diartikan bahwa motivasi guru adalah dorongan yang timbul dari dalam diri seorang guru secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Pengembangan Profesi: Kegiatan pengembangan profesi terdiri dari lima macam kegiatan: (1) Menyusun karya tulis ilmiah. (2) Menemukan teknologi tepat guna. (3) Membuat alat peraga/bimbingan. (4) Menciptakan karya seni. (5) Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum. Karya Tulis Ilmiah dapat dipilah menjadi dua kelompok yaitu : (a) Karya Tulis Ilmiah yang merupakan hasil penelitian. (b) Karya Tulis Ilmiah yang berupa tinjauan ilmiah Jadi Karya Tulis Ilmiah dapat disajikan dalam bentuk buku, diktat, modul, karya terjemahan, makalah, tulisan di jurnal, atau berupa artikel yang dimuat di media masa. Macam Karya Tulis Ilmiah antara lain: (1) Penelitian. (2) Karangan Ilmiah. (3) Ilmiah popular. (4) Prasaran seminar. (5) Buku. (6) Diktat. (7) Terjemahan.
1023
Diklat: Peningkatan mutu pembelajaran di sekolah dapat dicapai melalui peningkatan mutu sumber daya manusia (guru dan tenaga kependidikan lainnya), walaupun diakui bahwa komponenkomponen lain turut memberikan kontribusi dalam peningkatan mutu pembelajaran. Peningkatan sumber daya manusia telah banyak dilakukan pemerintah, terutama peningkatan kompetensi guru. Usaha ini berupa peningkatan kompetensi melalui pendidikan dan pelatihan, Diklat atau bentuk lainnya. Disamping itu, peningkatan profesionalisme guru juga dilakukan melalui kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) bagi guru Sekolah Menengah Atas (SMA), atau polapola lain seperti seminar, lokakarya atau Diklat. Pelatihan terhadap guru-guru di sekolah binaan telah banyak diikutkan dalam kegiatan diklat baik yang dilaksanakan oleh Pengawas Binaan itu sendiri, LPMP, Bimtek KTSP-SSN oleh Direktorat Pembinaan SMA yang difasilitasi oleh Fasilitator Pusat maupun daerah, Pembuatan Bahan Ajar, atau oleh Dinas Pendidikan, walaupunun hasil belajar siswa masih dibawah standar yang diharapkan. Guru yang telah mengikuti diklat atau Diklat jarang mensosialisasikan hasil-hasil diklatnya kepada rekan-rekan mereka di sekolah. Hal ini terjadi karena kepala sekolah mereka jarang memberi kesempatan untuk mensosialisasikan hasil diklat kepada rekan-rekannya di sekolah. Guru yang profesional adalah guru yang menguasai kurikulum, menguasai materi pelajaran, menguasai model-model dan atau metode-metode pembelajaran, menguasai penggunaan media pembelajaran, menguasai teknik
1024
JPPI, Jilid 7, Nomor10, Edisi Pebruari 2015, hlm: 1021-1147
penilaian pembelajaran, dan komitmen terhadap tugas. Proses pembelajaran dalam arti luas merupakan jantung dari pendidikan, untuk membangun watak dan karakter dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembelajaran atau instruction merupakan konsep pedagogik yang secara teknis diartikan sebagai upaya sistimatik dan sistemik untuk menciptakan lingkungan belajar yang potensial, menghasilkan proses belajar yang bermuara pada berkembangnya potensi individu sebagai siswa. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor 20 tahun 2003 disebutkan bahwa “ Pembelajaran diartikan sebagai “ proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Jadi Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) merupakan wahana pembelajaran orang dewasa atau andragogik yang berbasis bekal ajar awal, bersifat peningkatan kinerja profesional bagi guru dan tenaga kependidikan. Oleh karena itu strategi pembelajaran dalam diklat seyogyanya menerapkan paradigma meta-learning and meta-teaching yang berarti pengawas berempati pada posisi bagaimana peserta diklat belajar dan membelajarkan untuk tujuan profesional development (pengembangan profesional). Dengan demikian proses pembelajaran dalam diklat harus mampu memfasilitasi interaksi kesejawatan yang memungkinkan terjadinya saling berbagi ide dan pengalaman guna meningkatkan kinerja profesional. Bahan Ajar: Pengembangan bahan ajar harus dapat menjawab atau memecahkan masalah ataupun kesulitan dalam belajar. Terdapat sejumlah materi pembelajaran yang
seringkali siswa sulit untuk memahaminya ataupun guru sulit untuk menjelaskannya. Kesulitan tersebut dapat saja terjadi karena materi tersebut abstrak, rumit, asing, dan sebagainya. Untuk mengatasi kesulitan ini maka perlu dikembangkan bahan ajar yang tepat. Apabila materi pembelajaran yang akan disampaikan bersifat abstrak, maka bahan ajar harus mampu membantu siswa menggambarkan sesuatu yang abstrak gersebut, misalnya dengan penggunaan gambar, foto, bagan, skema, dan lain-lain. Demikian pula materi yang rumit, harus dapat dijelaskan dengan cara yang sederhana, sesuai dengan tingkat berfikir siswa, sehingga menjadi lebih mudah dipahami. Jadi Bahan ajar dapat berupa handout, buku, lembar kegiatan siswa (LKS), modul, brosur atau leaflet, Wallchart, Foto/Gambar, Model/Maket. Penelitian tentang motivasi telah diteliti oleh Bambang Joko Gumbiro, yang menyatakan bahwa ada hubungan antara motivasi kerja dan kepuasan kerja (2005: 1210). Peneliti lain yang meneliti adalah Pandaya (2011 : 140-141), menyimpulkan bahwa ada pengaruh antara kepemimpinan kepala sekolah, iklim kerja sekolah dan motivasi guru berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja pendidik. Semakin baik kepemimpinan kepala Sekolah, iklim kerja sekolah dan motivasi guru memiliki pengaruh pada taraf yang kuat terhadap kepuasan kerja pendidik. Penelitian yang berkaitan dengan pelaksanaan pelatihan atau Diklat sebagai salah satu kegiatan yang dapat meningkatkan kinerja guru telah dilakukan juga oleh Sudhiana (2007) meneliti tentang
Giyarsih, Upaya Memotivasi guru…
upaya meningkatkan kemampan guru dalam menyusun RPP melalui kegiatan pelatihan Diklat. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas peserta dalam kegiatan pelatihan METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan sekolah dengan menggunakan pendekatan andragogi, yang dilakukan pada guru Matematika SMA/SMK kabupaten Kulon Progo tahun pelajaran 2013/2014. Cara pelaksanaannya yaitu : melakukan pengamatan terhadap kegiatan yang dilakukan pendidik, lalu dilihat kelebihan dan kekurangan, kemudian melakukan perubahan-perubahan, pendampingan, dan pembinaan yang berfungsi sebagai peningkatan. Desain penelitian tindakan sekolah yang digunakan sesuai dengan siklus kegiatan penelitian tindakan sekolah dari dirjen Depdiknas(Surya Dharma, 2008: 15). Pelaksanaan Penelitian tindakan kelas mencakup empat tahap yaitu: (1) Perencanaan, eksplorasi pemahaman peserta tentang Bahan Ajar melalui pendekatan andragogi. Pengelompokan dilakukan dengan cara semua peserta pendidik/guru matematika SMA/SMK se kabupaten Kulon Progo dibagi menjadi 5 kelompok kecil, masingmasing beranggotakan 2 peserta. Jadi ada 3 kelompok besar, masingmasing beranggotakan 10 orang peserta. Setelah mendapat penjelasan dari fasilitator, peserta diarahkan untuk memahami materi. Suruhlah seorang dari pasangan salah satu kelompok kecil itu menceritakan materi yang baru diterima dari
1025
fasilitator dan pasangannya mendengar sambil membuat catatancatatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya. Suruh peserta secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian peserta sudah menyampaikan hasil wawancaranya. Fasilitator mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami peserta. Untuk mengetahui daya serap peserta, fasilitator memberi tugas peserta secara berkelompok untuk membuat Bahan Ajar, hasilnya dikomunikasikan ke forum kelas. Fasilitator memberi penghargaan kelompok, bagi kelompok yang mendapatkan hasil terbaik. Selanjutnya peserta disuruh membuat Bahan Ajar secara individu, kemudian peserta diberi kesempatan untuk mengkonfirmasikan Bahan Ajar tersebut. Fasilitator memberi penghargaan kepada peserta yang pertama kali menyampaikan hasil pekerjaan berupa Bahan Ajar dengan benar, jika tidak memungkinkan waktunya, tugas ini bisa di PR kan. Dengan demikian setelah diskusi kelas, peserta akan menguasai materi yang dibahas kemudian secara bersama-sama menyimpulkan materi Diklat untuk penguatan. Demikian untuk setiap siklusnya dilakukan dengan cara yang sama. Pelaksanaan tindakan ini terdiri dari dua siklus, tiap siklus hasilnya dianalisis. Baik keberhasilan maupun kegagalan tindakan, sebagai bahan pertimbangan dan refleksi untuk perbaikan selanjutnya. (2) Pelaksanaan Tindakan, Penyajian materi tentang Penulisan Bahan Ajar terdiri dari dua siklus: (a) Siklus Pertama, Pelaksanaan Diklat dan pendampingan penulisan
1026
JPPI, Jilid 7, Nomor10, Edisi Pebruari 2015, hlm: 1021-1147
Bahan Ajar dengan materi : “Penulisan Sistematika Bahan Ajar berupa diktat semester 1.” Observasi dalam siklus ini dilakukan sendiri oleh peneliti tanpa kolaborator. Hasil pengamatan dari 2 kali pertemuan kemudian didiskusikan sebagai bahan refleksi untuk rencana tindakan pada siklus kedua. (b) Siklus Kedua, tindakan pada siklus kedua membahas materi : “Pembuatan Bahan Ajar berupa diktat semester 1.” Siklus kedua ini berdasar pada hasil dari siklus pertama. Apabila motivasi peserta, aktifitas peserta, dan hasil Diklat belum optimal, maka tindakan kedua merupakan penyempurnaan dari tindakan pertama berdasarkan hasil refleksi pada akhir siklus pertama. (3) Pengamatan Proses Tindakan, dalam melaksanakan penelitian tindakan sekolah, penulis melakukan sendiri semua kegiatan, baik dalam pengumpulan data maupun pengamatan pembelajaran di sekolah sampai tindakan refleksi. (4) Refleksi, refleksi dilakukan oleh penulis selaku pengawas tanpa kolaborator, dan semua peserta yang mengikuti tindakan. Refleksi dilakukan di dalam ruang sidang dengan jalan para peserta dibagikan angket tentang Diklat dan pendampingan penulisan Bahan Ajar. Hasil refleksi dimanfaatkan atau ditindaklanjuti dalam bentuk perbaikan/penyempurnaan proses tindakan, yang akan disajikan dalam tahap perencanaan siklus berikutnya Teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan sekolah ini menggunakan angket, Observasi peserta Diklat, Dokumen hasil kerja peserta Diklat, Observasi proses Diklat. Data kuantitatif dianalisa secara deskriptif dengan
menggunakan tabel, mean dan prosentase bahkan jika dimungkinkan bisa menggunakan grafik. Sedangkan untuk data kualitatif dari hasil pengamatan peneliti bersama peserta Diklat, dianalisis dengan menggunakan metode analisis kualitatif. Yaitu dengan mengadakan wawancara atau memadukan hasil pengamatan antara peneliti dengan peserta Diklat. Kriteria keberhasilan yang sesuai dengan tujuan penelitian ini adalah mengatasi rendahnya motivasi dan aktivitas menulis Bahan Ajar pada peserta Diklat melalui Diklat dan pembimbingan penulisan Bahan Ajar bagi pendidik/guru matematika SMA/SMK pada kegiatan MGMP Matematika kabupaten Kulon Progo. Kriteria keberhasilan terdiri dari empat kelompok yaitu: (a) Tingkat prosentase keterampilan pemateri/peneliti dalam menyampaikan dan mendampingi kegiatan Diklat dalam penulisan Bahan Ajar, (b) Motivasi dan aktivitas peserta Diklat dalam kegiatan Diklat dalam penulisan Bahan Ajar, (c) Skor/nilai peserta dari hasil kegiatan Diklat dalam penulisan Bahan Ajar, (d) Skor hasil penilaian kegiatan Diklat dalam penulisan Bahan Ajar yaitu peserta Diklat sudah dikatakan berhasil setelah mampu membuat Bahan Ajar dengan benar. Penelitian dianggap berhasil, apabila terjadi perubahan sikap dan tingkah laku peserta Diklat dalam mengikuti Diklat dan pembimbingan penulisan Bahan Ajar. Dengan arti kata dari hari ke hari dalam proses kegiatan Diklat para peserta Diklat selalu termotivasi untuk belajar menulis Bahan Ajar dan tingkat aktivitas menulis peserta Diklat pada kegiatan Diklat dan pembimbingan
Giyarsih, Upaya Memotivasi guru…
penulisan Bahan Ajar semakin bertambah. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisa data kuantitatif yang menunjukkan bahwa hasil untuk pengumpulan tugas Diklat selalu bertambah dari pra siklus ke siklus berikutnya, dan dapat juga dilihat dari hasil analisa data kulaitatif yang menunjukkan bahwa prosentase rekapitulasi hasil observasi selama kegiatan Diklat selalu meningkat dari siklus pertama ke siklus berikutnya. Ini berarti bahwa kegiatan Diklat dan pembimbingan penulisan Bahan Ajar dapat membangkitkan motivasi dan meningkatkan aktivitas menulis bagi peserta Diklat. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian Tindakan ini dilaksanakan di ruang sidang dalam kegiatan MGMP maupun di kelas sekolah binaan, penelitian ini berusaha meningkatkan motivasi dan aktivitas melakukan penelitian tindakan kelas bagi pendidik/guru matematika SMA/SMK maupun memperbaiki proses belajar mengajar pada siswa di sekolah binaan. Pelaksanaan tindakan ini terdiri dari dua siklus, tiap siklus hasilnya dianalisis keberhasilan maupun kegagalan tindakan sebagai bahan pertimbangan dan refleksi untuk perbaikan Diklat selanjutnya. Setelah semua siklus selesai dijalankan, peneliti menyampaikan angket model Diklat penulisan Bahan Ajar kepada peserta yang bertindak sebagai responden. Penjelasan pers Siklus: (1) Siklus pertama: Rencana, Pelaksanaan, Pengamatan (Observasi) , Refleksi: Hasil penilaian refleksi terhadap proses pendampingan menunjukkan bahwa guru mulai termotivasi untuk
1027
membuat Bahan Ajar. (2) Siklus ke dua: Rencana, Pelaksanaan, Pengamatan (Observasi), Refleksi: Hasil refleksi terhadap proses pendampingan menunjukkan bahwa guru sudah banyak yang membuat Bahan Ajar. Nilai pra siklus menggunakan nilai hasil pre-tes peserta diklat sebelum diberikan Diklat dan pendampingan penelitian tindakan sekolah. Sebelum diklat peserta diberi soal pre-tes. Kemudian diberi tindakan berupa sosialisasi pembuatan Bahan Ajar serta melalui program pendampingan supervisi akademis dalam kegiatan MGMP. Pada akhir siklus pertama, peserta Diklat diberi post tes selama kurang lebih 15’, dengan jumlah soal 4 nomor bentuk uraian. Setelah perolehan nilai peserta diklat dianalisis secara diskriptif. Pada akhir siklus kedua, peserta diklat diberi post tes selama kurang lebih 15’, dengan jumlah soal 4 nomor bentuk uraian. Setelah perolehan nilai peserta diklat dianalisis secara diskriptif. Selain itu peserta diklat diberi angket untuk memperoleh tanggapan peserta tentang Diklat dan pendampingan penelitian tindakan kelas dalam kegiatan MGMP serta melalui program pendampingan dan supervisi akademis. Hasil angket diolah dengan tehnik prosentase. Berdasarkan hasil pada lampiran 11 terlampir, tampak bahwa setelah dilakukan tindakan dan perbaikan tindakan diperoleh ratarata skor testi peserta diklat setelah siklus kedua > rata-rata skor tes peserta diklat setelah siklus pertama. Dari hasil penelitian juga diperoleh hasil pengamatan tentang motivasi dan aktivitas peserta MGMP Matematika SMA/SMK, pengamatan
1028
JPPI, Jilid 7, Nomor10, Edisi Pebruari 2015, hlm: 1021-1147
juga dilakukan pengawas.
terhadap
kinerja
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tindakan sekolah tentang Diklat penulisan Bahan Ajar, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya Diklat penulisan Bahan Ajar dapat mengatasi berbagai permasalahan, sebagai berikut: (1) Jumlah guru yang menyiapkan diktat pelajaran yang dibutuhkan secara mandiri semakin meningkat sehingga memperlancar proses belajar mengajar yang secara tidak langsung akan meningkatkan prestasi belajar siswa. (2) Diperolehnya pengetahuan guru tentang pengembangan profesi yang berdampak pada meningkatnya profesionalisme pendidik. (3) Adanya bimbingan dari peneliti dalam kegiatan pengembangan profesi berdampak pada meningkatnya motivasi guru untuk mengembangkan profesi melalui penulisan Bahan Ajar. (4) Dengan adanya pendampingan dalam melaksanakan kegiatan pengembangan profesi yang telah dilakukan pengawas berdampak pada meningkatnya jumlah guru yang melakukan pengembanagn profesi yang diakui angka kreditnya, sehingga beberapa guru dapat menduduki jabatan pada golongan IV/b. SARAN Berdasarkan hasil penelitian tindakan sekolah ini, dapat diajukan saran-saran sebagai berikut: (1) Bagi Guru: (a) hendaknya guru selalu kreatif dalam menulis Bahan Ajar untuk disesuaikan dengan struktur kurikulum dan kebutuhan siswa, (b) hendaknya guru tidak mengandalkan buku yang beredar di pasaran sebab yang mengerti kebutuhan siswa
adalah guru, bukan penerbit, (c) hendaknya guru selalu mengevaluasi Bahan Ajar yang digunakan agar dapat merevisi dan menyempurnakan untuk periode berikutnya. (2) Bagi Sekolah: (a) seyogyanya sekolah menfasilitasi agar guru menyiapkan diktat pelajaran yang dibutuhkan dengan jalan memberi insentif bagi guru yang mengumpulkan bahan ajar, (b) seyogyanya sekolah menfasilitasi guru untuk memperoleh pengetahuan tentang pengembangan profesi dengan cara membiayai kegiatan guru yang berhubungan dengan peningkatan profesionalisme pendidik, (c) seyogyanya sekolah sescara mandiri mengadakan Diklat untuk mendapatkan bimbingan dari para ahli dalam kegiatan pengembangan profesi agar guru termotivasi untuk mengembangkan profesi melalui penulisan diktat pelajaran, (d) seyogyanya sekolah senantiasa aktif untuk menfasilitasi guru agar minta pendampingan pada pengawas dalam melaksanakan kegiatan pengembangan profesi sehingga jumlah guru yang melakukan pengembanagn profesi yang diakui angka kreditnya meningkat, artinya beberapa guru dapat menduduki pada golongan IV/b, (e) sebaiknya sekolah mendanai guru yang terhenti di golongan IV/a agar mau melakukan penelitian dan usul. DAFTAR PUSTAKA _______, 2003. Standar Kompetensi mata Pelajaran matematika. Jakarta : Depdiknas. _______, 1995. Petunjuk Pelaksanaan proses Belajar Mengajar. Jakarta : Depdikbud.
Giyarsih, Upaya Memotivasi guru…
Ariyati, 2006. Usaha Meningkatkan Berkomunikasi dan Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Matematika bagi Siswa SMP. Yogyakarta: Perdana. Depdikbud, 1999. Tindakan Kelas, Depdikbud.
Penelitian Jakarta :
Depdikbud, 2001. Silabus Matematika SMA. Jakarta : Balitbang Puskur Depdikbud. Gafur, 1982. metode Permainan. Jakarta : Perdana. Jemari Mardhapi, 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 T e n t a n g Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta : BSNP. Kasihani Kasbullah, 1998. Penelitian Tindakan Kelas. Malang : Depdikbud. Mukminan, 2003. Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Yogyakarta : LPMP. Muslih, 2013. Pedoman KTI pada Kegiatan Pengembangan Profesi Pengawas. Makalah pada Sosialisasi Permenpan RB nomor 16 tahun 2009 di Dinas Guruan Kabupaten Kulon Progo, Mei 2013. Purwanto. (2007). Pengaruh sertifikasi, Motivasi, dan Profesionalisme terhadap Kinerja Guru SD. Tesis master, tidak diterbitkan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.
1029
Sudikin, 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya : Insan Cendekia. Suharsimi Arikunto, 2007. Karya Tulis Ilmiah Non Penelitian. Yogyakarta : UNY Yogyakarta ..........................., Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. ---------------------. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara. Timpe. (1991). Memotivasi pegawai. Jakarta : Elexmedia Komputindo, Kelompok gramedia.Sri Utari, 1998. Metode Permainan. Yogyakarta : Perdana. Wibawa, Basuki. 2003, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Depdiknas Dirjen Dikdasmen Tenaga kependidikan.