UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN AKHLAKUL KARIMAH SISWA DI SD PUTRA JAYA Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
HASBULLOH NIM 18100110000042
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
ABSTRAK HASBULLOH, NIM 18100110000042.“UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN AKHLAKUL KARIMAH SISWA DI SD PUTRA JAYA (Jl. KH. Abd Rahman Pondok Jaya, Depok. Jawa Barat)”. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Dual Mode Sistem, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta. Akhlakul karimah merupakan tujuan dari risalah Islam. Dalam UU tentang SISDIKNAS No. 20 tahun 2003 menyebutkan bahwa tujuan pendidikan salah satunya adalah meningkatkan akhlak atau budi pekerti yang baik. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi seorang guru, khususnya guru PAI dalam meningkatkan akhlakul karimah siswa. Oleh karena itu, segala upaya yang dilakukan oleh guru PAI dalam meningkatkan akhlakul karimah siswa harus sangat diperhatikan, agar siswa mempunyai akhlak yang baik (akhlakul karimah). Karena seorang guru akan menjadi contoh bagi siswanya, maka guru tersebut harus membekali dirinya dengan akhlak yang baik seseuai yang telah diajarkan oleh Rasulullah Saw. Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah minimnya pengetahuan agama siswa tentang ajaran Islam, karena kurangnya jam pelajaran PAI sehingga upaya yang dilakukan oleh guru PAI belum sepenuhnya dilaksanakan atau diterapkan oleh seluruh siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upayaupaya apa sajakah yang dilakukan oleh guru PAI dalam meningkatkan akhlakul karimah siswa serta mengetahui bagaimana akhlak siswa di SD Putra Jaya. Kemudian, penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Dalam pengumpulan data, penulis melakukan penelitian kepustakaan (Library research) dan penelitian lapangan (Field Research). Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, menunjukan bahwa upaya guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan akhlakul karimah siswa di SD Putra Jaya sudah sangat baik. Hal ini terbukti dengan seringnya anak mendoakan orang tua setelah salat, siswa menggunakan tangan kanan ketika makan dan minum, siswa meminta maaf ketika melakukan kesalahan terhadap orang lain dan sebagainya
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur senantiasa Penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt yang senantiasa melimpahkan begitu banyak nikmat serta pertolongan kepada Penulis, sehingga karya ini bisa selesai dan hadir ke hadapan para pembaca. Salawat serta Salam semoga selalu tercurahkan kepada teladan alam semesta, Kanjeng Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat. Semoga kita mendapatkan “curahan syafa’atnya” di hari akhir nanti. Tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang Penulis alami dalam menyusun Penelitian ini, namun berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak Penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Dan karena itu pada kesempatan ini Penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggitingginya kepada seluruh pihak yang telah membantu Penulis dalam menyusun Penelitian ini baik bantuan dalam bentuk moril ataupun materil. Semoga bantuan dan kebaikan yang telah diberikan mendapatkan pahala dan keridloan Allah SWT. Khususnya kepada: 1.
Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Bapak Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Ibu Hj. Marhamah Shaleh, Lc. MA. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.
Bapak Dr. Khalimi, MA, selaku Dosen Pembimbing, yang telah memberikan pengarahan kepada penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan hingga terselesaikan PTK ini.
5.
Dosen-dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khususnya dosen-dosen di Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.
6.
Bapak M Lutfi, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SD Putra Jaya, Depok. Yang
ii
telah memberikan izin dan kesempatan penulis untuk melaksanakan penelitian. 7.
Guru dan karyawan SD Putra Jaya, Depok. Terima kasih atas doanya.
8.
Untuk ayahanda dan ibunda tercinta yang telah memberikan do’a dan restu tiada henti.
9.
Teristimewa untuk Istriku tercinta Siti Hamidah, S.S dan anak-anak tersayang Dzikri Muhammad Hasbulloh dan Anisa Syakira. Semoga menjadi Istri dan anak-anak yang sholih dan sholihah yang bisa mendo’akan kepada kedua orang tuanya.
10. Terima kasih juga dihaturkan kepada pihak yang tidak tersebutkan namun telah memberikan konstribusi yang berharga untuk penulis. Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian. Akhirnya hanya kepada Allah Swt sajalah penulis berharap semoga apa yang penulis kerjakan mendapatkan keridhaan-Nya. Semoga skripsi yang masih jauh dari sempurna ini dapat bermanfaat bagi semuanya. Saran serta kritik konstruktif sangat Penulis butuhkan untuk interpretasi yang lebih baik lagi.
Jakarta, Desember 2014 Penulis
iii
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI LEMBAR PERSETUJUAN/PENGESAHAN PERSETUJUAN PEMBIMBING PENGESAHAN PENGUJI ABSTRAK ....................................................................................................... i KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii DAFTAR ISI .................................................................................................... iv BAB I
PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………….. 1 B. Identifikasi Masalah ……………………………………………… 5 C. Pembatasan Masalah………………………………………………. 6 D. Perumusan Masalah ……………………………………………… . 6 E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………………….. . 6
BAB II KAJIAN TEORI ……………………………………………………. 7 A. Akhlakul Karimah Siswa ………………………………………… . 7 1. Pengerian Akhlak ……………………………………………. . 7 2. Ruang Lingkup Ajaran Akhlak ……………………………….. 8 3. Pengertian Akhlakul karimah ……………………………….. .. 16 4. Manfaat Akhlakul Karimah …………………………………. .. 17 5. Pengertian Siswa …………………………………………….... 20 6. Akhlakul Karimah Siswa……………………………………. ... 22 B. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Akhlakul karimah Siswa………………………............................................... 26 C. Hasil Penelitian Yang Relevan ……………………………………
iv
28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN …………………………………. .
31
A. Tempat dan Jadwal Penelitian……………………………………...
31
B. Metode Penelitian …………………………………………………
31
C. Teknik Pengumpulan Data………………………………………
32
D. Instrument penelitian ……………………………………………
32
E. Teknik Analisis Data ……………………………………………..
40
BAB IV HASIL PENELITIAN …………………………………………..
41
A. Deskripsi Data……………………………………………………..
41
B. Analisis data ………………………………………………………
41
C. Interpretasi Data…………………………………………….……..
63
BAB V PENUTUP………………………………………………………..
68
A. Kesimpulan ……………………………………………………….
68
B. Saran-saran…………………………………………………………
69
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum pendidikan agama Islam (PAI) bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.1 Dari beberapa tujuan pendidikan agama Islam tersebut, Peneliti memfokuskan diri pada masalah akhlak mulia. Akhlak merupakan buah keimanan jika diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang berakhlak mulia akan menunjukan kualitas keimanannya kepada Allah Swt. Seseorang yang berakhlak mulia akan lebih meningkatkan kualitas ibadahnya, dan berlomba-lomba mengerjakan kebaikan. Allah berfirman dalam Al-Quran:
Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Dimana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah maha kuasa atas segala sesuatu. (Q.S. Al- Baqarah: 148)2 Akhlak
merupakan
salah
satu
khazanah
intelektual
muslim
yang
kehadirannya hingga saat ini semakin dibutuhkan. Secara historis dan teologis akhlak tampil mengawal dan memandu perjalanan hidup manusia agar selamat 1
Nuraida dan Zahara, Psikologi Pendidikan Untuk Guru PAI, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), cet. I, h. 21. 2 Al-Quran dan Terjemahnya (Madinah Munawwaroh: Mujamma’ al-Malik Fahd Li Thiba’at Al-Mush-haf Asy Syarif, 1990), Juz 2, h. 38.
1
2
dunia dan akhirat. Tidaklah berlebihan jika misi utama kerasulan Muhammad Saw adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia, dan sejarah mencatat bahwa faktor pendukung keberhasilan dakwah beliau antara lain karena dukungan akhlaknya yang terpuji.3 Seorang guru pendidikan agama Islam harus menjadi teladan yang baik bagi peserta didiknya, agar ia memiliki pengaruh dalam mendidik, sehingga peserta didik akan mencoba untuk meneladani perbuatan yang baik yang dilakukan oleh guru tersebut. Seorang guru yang mengajak peserta didik untuk berakhlak mulia, sedang akhlaknya sendiri tidak terpuji, maka tidak aka nada peserta didik yang mau merespons ajakannya, melainkan akan menjatuhkan wibawanya sendiri sebagai seorang guru. Rasulullah Saw melalui sunahnya menganjurkan agar pembentukan dilakukan melalui keteladanan. Hal ini didasarkan pada realita bahwa bahasa tubuh lebih efektif dan berdampak lebih besar dibandingkan dengan bahasa lisan.
Dalam hal akhlakul karimah (akhlak mulia), selayaknya kita meneladani akhlak Rasulullah Saw. Beliau senantiasa merendah dan berdoa sepenuh hati. Beliau selalu memohon kepada Allah Swt agar menghiasi dirinya dengan adabadab yang baik dan akhlak mulia. Sa’ad bin Hisyam berkata, “aku datang menemui Aisyah ra. Lalu bertanya kepadanya mengenai akhlak Rasulullah Saw. Aisyah menjawab, apakah engkau membaca Al-Quran, aku menjawab, benar, aku membaca Al-Quran. Aisyah berkata, akhlak Rasulullah Saw adalah Al-Quran. Sesungguhanya Al-Quran mengajarinya adab4. Seorang guru yang baik hendaknya mencontoh kepribadian Nabi Muhammad Saw, karena beliau adalah uswatun hasanah dan figur yang sempurna bagi semua umat manusia di sepanjang masa. Allah Swt berfirman: 3
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet. I, h. 149. 4 Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf Nilai-Nilai Akhlak/ Budi pekerti Dalam Ibadah dan tasawuf, (Jakarta: CV. Karya Mulia, 2005), Cet. II, h. 38-39.
3
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri taudan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.5 Menurut imam Al-Ghazali, guru pendidikan agama Islam perlu memiliki kompetensi personal religious dan kompetensi professional religious. Kompetensi personal religious menurut Al-Ghazali mencakup: kasih sayang terhadap peserta didik dan memperlakukannya sebagai anak sendiri, peneladanan pribadi Rasulullah, bersikap objektif, bersikap luwes dan bijaksana dalam menghadapi peserta didik, dan bersedia mengamalkan ilmunya. Lebih jauh, kompetensi professional religious juga menyajikan pelajaran sesuai taraf kemampuan peserta didik, dan kepada peserta didik yang tidak mampu, sebaiknya diberikan ilmu-ilmu yang global dan tidak detail.6 Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.7 Secara umum pada tingkat sekolah dasar (SD), pendidikan agama Islam mendapat porsi yang sedikit sekali, yaitu seminggu sekali. Padahal pada masa ini peserta didik memerlukan pendidikan agama yang banyak, mengingat pendidikan agama Islam yang mereka peroleh akan menjadi dasar untuk mereka ke depan. Hal ini sangat memperihatinkan dunia pendidikan agama Islam pada zaman sekarang, kerena tidak sesuai lagi dengan hakikat pendidikan, yaitu pendidikan 5
Al-Quran dan Terjemahnya, op. cit., h. 670. Nuraida dan Zahara, op. cit., h. 25-26. 7 Ibid., h. 21. 6
4
bukan hanya mencerdaskan otak, akan tetapi mampu merubah tingkah laku (akhlak) seseorang dari akhlak yang buruk menjadi akhlak yang baik. Oleh karena itu, ada sekolah dasar yang mencoba menambahkan porsi pelajaran agama Islamnya dengan memasukan pelajaran Fikih, akidah akhlak, AlQuran hadis, dan bahasa Arab pada pelajaran muatan lokalnya guna memfasilitasi kebutuhan siswa akan pelajaran agama Islam, diantaranya SD Putra Jaya. Dengan adanya penambahan pelajaran tersebut diharapkan para siswa akan tercukupi denan baik kebutuhan
tentang pelajaran agama sehingga
diharapkan menjadi siswa yang tidak hanya pintar secara kognisi tetapi juga memiliki akhlak yang mulia. Dari observasi yang penulis lakukan di SD Putra Jaya, terlihat para siswa bersikap sopan kepada guru dan teman, meskipun ada beberapa anak yang terlihat bercandanya keterlaluan terhadap temannya. Ketika sudah masuk waktu salat zuhur para siswa bergegas menuju aula serbaguna sekolah untuk salat zuhur berjama’ah, ada juga siswa yang harus disuruh terlebih dahulu oleh guru. Di ruang kelas terlihat bersih dan rapih meskipun ada meja atau bangku yang ada coretannya sedikit. Ketika ada guru yang melintas terlihat ada siswa
yang
menghampiri untuk mengucap salam dasn mencium tangan guru dan ada juga siswa yang tidak memperdulikan kehadiran gurunya Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang: “UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN AKHLAKUL KARIMAH SISWA DI SD PUTRA JAYA “.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dikemukakan dengan jelas apa saja yang menjadi pokok permasalahan dalam hal ini, yaitu:
5
1. Kurangnya kesadaran guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan dan mengembangkan kompetensinya. 2. Makna atau pengertian pendidikan yang tercantum dalam UU RI no 20 tahun 2003 belum sepenuhnya terlaksana, terutama dalam hal memiliki akhlak mulia (akhlakuk karimah) 3. Pada tingkat sekolah dasar (SD), pendidikan agama Islam hanya mendapatkan porsi yang sangat sedikit, sehingga pengajaran yang diberikan belum mencapai sasaran. 4. Kurangnya keteladanan yang baik dari guru pendidikan agama Islam kepada siswanya.
C. Pembatasan Masalah Untuk menghindari terjadinya perluasan dan salah tafsir terhadap penelitian ini, maka peneliti memberi batasan sebagai berikut: 1. Upaya guru Pendidikan Agama Islam yang dimaksud di sini adalah: a) pendidikan dan pengajaran agama yang diberikan di kelas. b) metode pembelajaran yang digunakan guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan akhlakul karimah siswa SD Putra Jaya. 2. Akhlakul karimah yang dimaksud di sini adalah: a) akhlak terhadap Allah Swt. b) akhlak terhadap manusia. c) akhlak terhadap lingkungan.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah yang peneliti buat adalah: 1. Upaya-upaya apa saja yang dilakukan guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan akhlakul karimah siswa SD Putra Jaya? 2. Bagaimana akhlakul karimah siswa SD Putra Jaya?
6
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk: a. Mengetahui dengan jelas upaya-upaya apa sajakah yang dilakukan guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan akhlakul karimah siswa SD Putra Jaya. b. Mengetahui dengan jelas bagaimanakah akhlakul karimah siswa SD Putra Jaya.
2. Manfaat Penelitian Ada beberapa manfaat yang diperoleh dari penelitian ini, antara lain: a. Sebagai bahan masukan dan informasi kepada para pendidik untuk selalu memberikan suri tauladan yang baik kepada siswa, agar mereka mempunyai akhlak yang mulia. b. Hasil dari penelitian dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi guru bidang studi agama Islam untuk selalu meningkatkan kualitas ibadah dan akhlaknya. c. Menjadi bahan masukan bagi para peserta didik agar meningkatkan kualitas akhlaknya menjadi lebih baik.
BAB II KAJIAN TEORI A. Akhlakul Karimah Siswa 1. Pengertian Akhlak Secara bahasa, pengertian akhlak diambil dari bahasa Arab yang berarti: (a) perangai, tabi‟at, adat (diambil dari kata dasar khuluqun), (b) kejadian, buatan, ciptaan (diambil dari kata dasar khalqun). Adapun pengertian akhlak secara terminologis, para ulama telah banyak mendefinisikan, di antaranya Ibn Maskawaih dalam bukunya Tahdzib al-Akhlak, beliau mendefinisikan akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa terlebih dahulu melalui pemikiran dan pertimbangan. Selanjutnya Imam alGhazali dalam kitabnya Ihya „Ulum al-Din menyatakan bahwa akhlak adalah gambaran tingkah laku dalam jiwa yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.19 Perkataan akhlak dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab akhlak, bentuk jamak kata khuluq atau al-khulq, yang secara etimologis (bersangkutan dengan cabang ilmu bahasa yang menyelidiki asal usul kata serta perubahanperubahan dalam bentuk dan makna) antara lain berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabi‟at. Dalam kepustakaan, akhlak diartikan juga sikap yang melahirkan perbuatan (perilaku, tingkah laku) mungkin baik, mungkin buruk. 20 Hal ini dikarenakan bahwa akhlak yang ditimbulkan sesuai dengan kadar keimanan seseorang kepada Allah Swt. Jika iman seseorang sedang bertambah, maka yang muncul adalah akhlak yang baik. Sebaliknya, jika iman seseorang sedang berkurang, maka yang muncul adalah akhlak yang buruk. Dalam pengertian lain, Akhlak secara etimologi (arti bahasa) berasal dari kata khalaqa, yang kata asalnya khuluqun, yang berarti perangai, tabiat, adat atau
19
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, September 2006), cet. I, h. 151. 20 Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h.346.
7
8
khalqun yang berarti kejadian, buatan, ciptaan. Jadi secara etimologi akhlak itu berarti perangai, adat, tabiat, atau sistem perilaku yang dibuat.21 Suatu perbuatan atau sikap dapat dikategorikan akhlak apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya. Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran. Ini tidak berarti bahwa pada saat melakukan suatu perbuatan yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur, mabuk. atau gila. Ketiga perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Keempat, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main, berpura-pura atau karena bersandiwara.22 Jadi, apabila salah satu dari kriteria tersebut tidak ada dalam perbuatan atau sikap seseorang, maka tidak dapat disebut sebagai akhlak.
2. Ruang Lingkup Ajaran Akhlak Ruang lingkup ajaran akhlak adalah sama dengan ruang lingkup ajaran Islam itu sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan. Akhlak dalam ajaran Islam mencakup berbagai aspek. dimulai akhlak terhadap Allah, hingga kepada sesama makhluk (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda tak bernyawa). Lebih jelasnya dapat disimak paparan berikut ini:
a. Akhlak Terhadap Allah Swt Akhlak terhadap Allah Swt dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada tuhan sebagai khalik. Sikap atau perbuatan tersebut memiliki ciri-ciri perbuatan akhlaki sebagaimana telah dijelaskan di atas. 21
Abu Ahmadi, dan Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, Agustus 2004), Cet. IV, h. 198. 22 Muhammad Alim, Op. cit., h. 151-152.
9
Abuddin Nata menyebutkan sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah, yaitu: pertama, karena Allah yang telah menciptakan manusia. Dia menciptakan manusia dari air yang ditumpahkan ke luar dari antara tulang punggung dan tulang rusuk. Dalam ayat lain Allah mengatakan bahwa manusia diciptakan dari tanah yang kemudian diproses menjadi benih yang disimpan dalam tempat yang kokoh (rahim). Setelah itu menjadi segumpal darah, segumpal daging, dijadikan tulang dan dibalut dengan daging, dan selanjutnya diberi roh. Dengan demikian, sudah sepantasnya manusia berterima kasih kepada yang menciptakan-Nya. Kedua. karena Allah yang telah memberikan perlengkapan panca indera, berupa pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari, di samping anggota badan yang kokoh dan sempurna. Perlengkapan itu diberikan kepada manusia agar manusia mampu mengembangkan ilmu pengetahuan. Penglihatan dan pendengaran adalah sarana observasi, yang dengan bantuan akal mampu untuk mengamati dan mengartikan kenyataan empiris. Hanya dengan proses generalisasi empiris ini akan mengarahkan manusia bersyukur kepada penciptaNya. Bersyukur berarti mampu memanfaatkan perlengkapan panca indera tersebut menurut ketentuan-ketentuan yang telah digariskan Allah SWT. Ketiga, karena Allah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan sebagainya. Keempat, Allah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan menguasai daratan dan lautan. Maka, dengan kemampuan yang Allah Swt berikan kepada manusia, seharusnya dapat dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat manusia, bukan untuk melakukan kerusakan dan menimbulkan mudharat (bahaya) ke semua orang. Meski Allah telah memberikan berbagai kenikmatan kepada manusia sebagaimana disebutkan di atas, bukanlah menjadi alasan Allah perlu dihormati. Bagi Allah, dihormati atau tidak, tidak akan mengurangi kemuliaan-Nya. Akan tetapi sebagai makhluk ciptaan-Nya, sudah sewajarnya manusia menunjukkan sikap akhlak yang pantas kepada Allah.
10
Banyak cara yang dapat dilakukan dalam berakhlak kepada Allah dan kegiatan menanamkan nilai-nilai akhlak kepada Allah yang sesungguhnya akan membentuk pendidikan keagamaan. Di antara nilai-nilai ketuhanan yang sangat mendasar ialah: 1) Iman, yaitu sikap batin yang penuh kepercayaan kepada Tuhan. Jadi tidak cukup hanya “percaya” kepada adanya Tuhan, melainkan harus meningkat menjadi sikap mempercayai Tuhan dan menaruh kepercayaan kepada-Nya. 2) Ihsan, yaitu kesadaran yang sedalam-dalamnya bahwa Allah senantiasa hadir atau bersama manusia dimanapun manusia berada. Bertalian dengan ini, dan karena menginsafi bahwa Allah selalu mengawasi manusia. maka manusia harus berbuat, berlaku dan bertindak menjalankan sesuatu dengan sebaik mungkin dan penuh rasa tanggung jawab, tidak setengah-setengah dan tidak dengan sikap sekadarnya saja. 3) Takwa, yaitu sikap yang sadar penuh bahwa Allah selalu mengawasi manusia. Kemudian manusia berusaha berbuat hanya sesuatu yang diridhai Allah, dengan menjauhi atau menjaga diri dari sesuatu yang tidak diridhai-Nya. Takwa inilah yang mendasari budi pekerti luhur (al-akhlakul karimah). 4) Ikhlas, yaitu sikap murni dalam tingkah laku dan perbuatan, semata-mata demi memperoleh keridhaan Allah dan bebas dari pamrih lahir dan batin, tertutup mapun terbuka. Dengan sikap ikhlas, manusia akan mampu mencapai tingkat tertinggi nilai karsa batinnya dan karsa lahirnya, baik pribadi maupun sosial. 5) Tawakal, yaitu sikap senantiasa bersandar kepada Allah dengan penuh harapan kepada-Nya dan keyakinan bahwa dia akan menolong manusia dalam mencari dan menemukan jalan yang terbaik. Karena manusia mempercayai atau menaruh kepercayaan kepada Allah, maka tawakal adalah suatu kemestian. 6) Syukur, yaitu sikap penuh rasa terima kasih dan penghargaan, dalam hal ini atas segala nikmat dan karunia yang tidak terbilang banyaknya yang dianugerahkan Allah kepada manusia. Bersyukur sebenarnya sikap optimis dalam hidup, senantiasa mengharap kepada Allah. Karena itu bersyukur
11
kepada Allah hakikatnya bersyukur kepada diri sendiri, karena manfaat yang besar akan kembali kepada yang bersangkutan. 7) Sabar, yaitu sikap tabah menghadapi segala kepahitan hidup, besar dan kecil, lahir dan batin, fisiologis maupun psikologis, karena keyakinan yang tak tergoyahkan bahwa kita semua berasal dari Allah dan akan kembali kepadaNya. Jadi, sabar adalah sikap batin yang tumbuh karena kesadaran akan asal dan tujuan hidup, yaitu Allah SWT.
Semantara itu Quraish Shihab mengatakan bahwa titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada tuhan kecuali Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji; demikian agung sifat itu, jangankan manusia, malaikat pun tidak akan mampu menjangkaunya. Berkenaan akhlak kepada Allah dilakukan dengan cara banyak memujinya. Selanjutnya sikap tersebut diteruskan dengan senantiasa bertawakal kepada-Nya, yakni menjadikan tuhan sebagai satusatunya yang menguasai diri manusia.
b. Akhlak terhadap Sesama Manusia Banyak sekali rincian yang dikemukakan Al-Qur‟an berkaitan dengan perlakuan terhadap sesama manusia. Petunjuk mengenai hal ini bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan hal-hal negatif seperti membunuh, menyakiti badan, atau mengambil harta tanpa alasan yang benar, melainkan juga kepada sikap tidak menyakiti hati dengan jalan menceritakan aib seseorang di belakangnya, tidak peduli aib itu benar atau salah. Hal ini sesuai dengan Firman Allah Swt dalam Al-Qur‟an:
12
Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencaricari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. (QS. Al-Hujurat: 12)23 Di sisi lain Al-Qur‟an menekankan bahwa setiap orang hendaknya melakukan perbuatan secara wajar. Tidak masuk kerumah orang lain tanpa izin, jika bertemu saling mengucapkan salam, dan ucapan yang dikeluarkan adalah yang baik. Setiap ucapan yang diucapkan adalah ucapan yang benar. jangan mengucilkan seseorang atau kelompok lain, tidak wajar pula berprasangka buruk tanpa alasan, atau menceritakan keburukan seseorang, dan menyapa atau memanggilnya dengan sebutan buruk. Selanjutnya yang melakukan kesalahan hendaknya dimaafkan. Pemaafan ini hendaknya disertai dengan kesadaran bahwa yang dimaafkan berpotensi pula melakukan kesalahan. Selain itu pula dianjurkan agar menjadi orang yang pandai mengendalikan nafsu amarah. Untuk pegangan operasional dalam menjalankan pendidikan keagamaan, kiranya nilai-nilai akhlak terhadap sesama manusia (nilai-nilai kemanusiaan) berikut ini patut sekali untuk dipertimbangkan, antara lain: 1) Silaturahim, yaitu pertalian rasa cinta kasih antara sesama manusia, khususnya antara saudara, kerabat, handai taulan, tetangga dan seterusnya. Sifat utama Tuhan adalah kasih (rahm, rahmah) sebagai satu-satunya sifat ilahi yang diwajibkan sendiri atas diri-Nya. Maka manusia pun harus cinta kepada sesamanya agar Allah cinta kepadanya. 2) Persaudaraan (ukhuwah), yaitu semangat persaudaraan, lebih-lebih antara sesama kaum beriman (biasa disebut ukhuwah Islamiyah). Intinya adalah agar manusia tidak mudah merendahkan golongan lain. Tidak merasa lebih baik atau lebih rendah dari golongan lain, tidak saling menghina, saling mengejek, banyak berprasangka, suka mencari-cari kesalahan orang lain dan suka mengumpat (membicarakan) keburukan orang lain. Karena pada dasarnya umat Islam adalah bersaudara, maka jika terjadi perselisihan diantara mereka,
23
Departemen Agama RI, Op. cit., h. 517.
13
sudah menjadi kewajiban bagi setiap muslim untuk mendamaikannya. Hal ini sesuai dengan Firman Allah Swt dalam Al-Qur‟an:
Sesungguhnya
orang-orang
mukmin
itu
bersaudara,
karena
itu
damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.24
3) Persamaan (al-musawah), yaitu pandangan bahwa semua manusia sama harkat dan martabatnya. Tanpa memandang jenis kelamin, ras, ataupun suku bangsa. Tinggi rendah manusia hanya berdasarkan ketakwaannya yang penilaian dan kadarnya hanya Tuhan yang tahu. 4) Adil, yaitu wawasan yang seimbang (balance) dalam memandang, menilai atau menyikapi sesuatu atau seseorang. Jadi, tidak secara apriori (masa bodoh) dalam menunjukkan sikap positif atau negatif. Sikap kepada sesuatu atau seseorang dilakukan hanya setelah mempertimbangkannya dari berbagai segi secara jujur dan seimbang, penuh itikad baik dan bebas dari prasangka. 5) Baik sangka (husnu-zhan), yaitu sikap penuh baik sangka kepada sesama manusia. Berdasarkan ajaran agama, pada hakikat aslinya bahwa manusia itu adalah baik, karena diciptakan Allah dan dilahirkan atas fitrah atau kejadian asal yang suci. Sehingga manusia adalah makhluk yang memiliki kecenderungan kepada kebenaran dan kebaikan (hanif). 6) Rendah hati (tawadhu‟), yaitu sikap yang tumbuh karena keinsafan bahwa segala kemuliaan hanya milik Ailah. Maka, tidak sepantasnya manusia mengklaim kemuliaan kecuali dengan pikiran dan perbuatan yang baik, yang itu pun hanya Allah yang akan menilainya. Sikap rendah hati selaku orang beriman adalah suatu kemestian, hanya kepada mereka yang jelas-jelas menentang kebenaran, manusia dibolehkan untuk bersikap tinggi hati. 7) Tepat janji (al-wafa‟). Salah satu sifat orang yang benar-benar beriman ialah sikap selalu menepati janji bila membuat perjanjian. Dalam masyarakat 24
Departemen Agama RI, Op. cit., h. 516.
14
dengan pola hubungan yang lebih kompleks dan luas, sikap tepat janji merupakan unsur budi luhur yang amat diperlukan dan terpuji. 8) Lapang dada (insyiraf), yaitu sikap penuh kesediaan menghargai pendapat dan pandangan orang lain. Ketika ada seseorang yang memberikan pendapat terhadap suatu masalah, maka hendaknya mendengarkan terlebih dahulu pendapatnya sampai selesai, sebelum mengomentari pendapat orang tersebut. 9) Dapat dipercaya (al-amanah). Salah satu konsekuensi iman ialah amanah atau penampilan diri yang dapat dipercaya. Amanah sebagai budi luhur adalah lawan dari khianat yang amat tercela. 10) Perwira („iffah atau ta‟affuf). yaitu sikap penuh harga diri namun tidak sombong, tetap rendah hati, dan tidak mudah menunjukkan sikap memelas atau iba dengan maksud mengundang belas kasihan dan mengharapkan pertolongan orang lain. 11) Hemat (qawamiyah), yaitu sikap tidak boros (isyraf) dan tidak pula kikir (qatr) dalam menggunakan harta, melainkan sedang (qawam) antara keduanya. Yaitu menggunakan harta seperlunya saja dan lebih mendahulukan kebutuhan daripada keinginan. 12) Dermawan (al-munfiqun, menjalankan infaq), yaitu sikap kaum beriman yang memiliki kesediaan yang besar untuk menolong sesama manusia, terutama mereka yang kurang beruntung dengan mendermakan sebagian dari harta benda yang dikaruniakan dan diamanatkan Tuhan kepada mereka. Sebab manusia tidak akan memperoleh kebajikan sebelum mendermakan sebagian dari harta benda yang dicintainya.
Sama halnya dengan nilai-nilai ketuhanan yang membentuk ketakwaan, maka nilai-nilai kemanusiaan yang membentuk akhlak mulia di atas tentu masih dapat ditambah dengan deretan nilai yang banyak sekali. Namun, kiranya apa yang telah disampaikan di atas dapat menjadikan pijakan ke arah pemahaman dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan bersosial.
15
c. Akhlak terhadap Lingkungan Yang dimaksud dengan lingkungan di sini adalah segala sesuatu yang di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa. Pada dasarnya akhlak yang diajarkan Al-Qur‟an terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi manusia dengan sesamanya dan terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta bimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptanya. Karena pada dasarnya, Allah Swt menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi, untuk mengelola dan mengambil manfaat dari segala sesuatu yang dianugerahkan (diberikan) Allah Swt di muka bumi ini. Hal ini sesuai dengan Firman Allah Swt dalam Al-Qur‟an:
Dan Dia-lah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi dan Dia mengangkat (derajat) sebagian kamu di atas yang lain, untuk mengujimu atas (karunia) yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya tuhanmu sangat cepat memberi hukuman dan sungguh, Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Al-An‟am: 165)25 Dalam pandangan Islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah sebelum matang, atau memetik bunga sebelum mekar, karena hal ini berarti tidak memberi kesempatan kepada makhluk untuk mencapai tujuan penciptanya. Ini berarti manusia dituntut untuk mampu menghormati proses-proses yang sedang berjalan, dan terhadap semua proses yang sedang terjadi. Yang demikian mengantarkan manusia bertanggung jawab, sehingga ia tidak melakukan pengrusakan, bahkan dengan kata lain, setiap pengrusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai pengrusakan pada diri manusia sendiri. 25
Departemen Agama RI, Op. cit., h. 150.
16
Binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda tak bernyawa semuanya diciptakan oleh Allah SWT dan menjadi milik-Nya, serta semuanya memiliki ketergantungan kepada-Nya. Hal ini dapat menambah keyakinan seorang muslim. untuk menyadari bahwa segala sesuatu yang Allah Swt ciptakan di alam semesta ini, pasti semuanya akan kembali kepada-Nya. Dari uraian di atas memperlihatkan bahwa akhlak Islam sangat komprehensif (menyeluruh) dan mencakup berbagai makhluk yang diciptakan Tuhan. Hal yang demikian dilakukan karena secara fungsional seluruh makhluk tersebut satu sama lain saling membutuhkan. Punah dan rusaknya salah satu bagian dari makhluk Tuhan akan berdampak negatif bagi makhluk lainnya.26
3. Pengertian Akhlakul Karimah Akhlak secara bahasa berasal dari kata khalaqa yang kata asalnya khuluqun yang berarti perangai, tabi‟at, adat atau khalqun yang berarti kejadian. buatan, ciptaan. Jadi secara etimologi akhlak itu berarti perangai, adat, tabiat, atau sistem perilaku yang dibuat. Sedangkan menurut terminologi (istilah), akhlak merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa sebagai hasil dari proses pendidikan, yang dalam melakukannya berlangsung secara spontan (tanpa melalui pertimbangan) terlebih dahulu. Akhlak karenanya secara kebahasaan bisa baik atau buruk tergantung kepada tata nilai yang dipakai sebagai landasannya, meskipun secara sosiologis di Indonesia kata akhlak sudah mengandung konotasi baik, jadi orang yang berakhlak berarti orang yang berakhlak baik. Akhlak atau sistem perilaku ini terjadi melalui satu konsep atau seperangkat pengertian tentang apa dan bagaimana sebaiknya akhlak itu harus terwujud. Konsep atau seperangkat pengertian tentang apa dan bagaimana sebaiknya akhlak itu seharusnya disusun oleh manusia di dalam sistem ideanya. Sistem idea ini adalah hasil proses (penyebaran) dari pada kaidah-kaidah yang dihayati dan dirumuskan sebelumnya (norma yang bersifat normatif dan norma yang bersifat deskriptif). Kaidah atau norma yang merupakan ketentuan ini timbul 26
Ibid, h. 152-158.
17
dari satu sistem nilai yang terdapat pada Al-Qur‟an atau Sunnah yang telah dirumuskan melalui wahyu ilahi maupun yang disusun oleh manusia sebagai kesimpulan dari hukum-hukum yang terdapat dalam alam semesta yang diciptakan Allah SWT. Setelah pola perilaku terbentuk maka sebagai kelanjutannya akan lahir hasil-hasil dari pola perilaku tersebut yang berbentuk material (artifacts) maupun non-material (konsepsi, idea). Jadi akhlak yang baik itu (Akhlakul Karimah) ialah pola perilaku yang dilandaskan dan dimanifestsikan pada nilai-nilai Iman, Islam dan Ihsan. Ihsan berarti berbuat baik. Orang yang ihsan disebut muhsin berarti orang yang berbuat baik. Setiap perbuatan yang baik yang nampak pada sikap jiwa dan perilaku yang sesuai atau dilandaskan kepada aqidah dan syariah Islam disebut ihsan. Dengan demikian akhlak dan ihsan adalah dua pranata yang berada pada suatu sistem yang lebih besar yang disebut akhlakul karimah. Dengan perkataan lain, akhlak adalah pranata perilaku yang mencerminkan struktur dan pola perilaku manusia dalam segala aspek kehidupan, sedangkan ihsan adalah pranata nilai yang menentukan attribute kualitatif dari pada pribadi (akhlak). Jadi, akhlak yang berkualitas Ihsan adalah akhlakul karimah. Dan orang yang berakhlakul karimah disebut muhsin.27
4. Manfaat Akhlakul Karimah Suatu ilmu dipelajari karena ada kegunaannya. Di antara ilmu-ilmu tersebut ada yang memberikan kegunaan dengan segera dan ada pula yang dipetik buahnya setelah agak lama diamalkan dengan segala ketekunan. Jadi, semua ilmu pengetahuan yang dipelajari pasti ada manfaatnya, baik secara cepat maupun lambat. Demikian pula ilmu akhlak sebagai salah satu cabang ilmu agama Islam yang juga menjadi kajian filsafat, mengandung berbagai kegunaan dan manfaat.
27
Zakiah Daradjat, dkk., Dasar-dasar Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), cet. X. h. 253-256.
18
Oleh karena itu, mempelajari ilmu ini akan membuahkan hikmah yang besar bagi yang mempelajarinya di antaranya: a. Kemajuan Rohaniah Tujuan ilmu pengetahuan ialah meningkatkan kemajuan manusia di bidang rohaniah (mental spiritual). Orang yang berilmu tidaklah sama derajatnya dengan orang yang tidak berilmu. Orang yang berilmu, praktis memiliki keutamaan dengan derajat yang lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan Firman Allah Swt dalam Al-Qur‟an:
Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha teliti apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mujadilah: 11)28
Dengan demikian, tentulah orang-orang yang mempunyai pengetahuan dalam ilmu akhlak lebih utama daripada orang-orang yang tidak mengetahuinya. Dengan pengetahuan ilmu akhlak dapat mengantarkan seseorang kepada jenjang kemuliaan akhlak. Karena dengan ilmu akhlak, seseorang akan dapat menyadari mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang jahat. Dengan ilmu akhlak yang dimilikinya, seseorang akan selalu berusaha memelihara diri agar senantiasa berada pada garis akhlak yang mulia, dan menjauhi segala bentuk tindakan yang tercela yang dimurkai oleh Allah.
b. Penuntun Kebaikan Ilmu akhlak bukan sekedar memberitahukan mana yang baik dan mana yang buruk, melainkan juga mempengaruhi dan mendorong manusia supaya membentuk hidup yang lurus dengan melakukan kebaikan yang mendatangkan manfaat bagi sesama manusia. 28
Departemen Agama RI, Op. cit., h. 543.
19
c. Kebutuhan Primer dalam Keluarga Sebagaimana halnya makanan, minuman, pakaian dan rumah, akhlak juga sebagai panduan moral adalah kebutuhan primer bagi manusia, terutama dalam keluarga. Karena pendidikan yang pertama dan utama adalah dari lingkungan keluarga terlebih dahulu. Akhlak merupakan faktor mutlak dalam menegakkan keluarga sejahtera. Keluarga yang tidak dibina dengan tonggak akhlak yang baik, tidak akan dapat bahagia, sekalipun kekayaan materilnya melimpah ruah. Sebaliknya terkadang suatu keluarga serba kekurangan dalam ekonomi namun dapat bahagia berkat pembinaan akhlak. Keharmonisan keluarga, jalinan cinta kasih dan kasih sayang, terlahir dari akhlak yang luhur. Segala tantangan dan badai rumah tangga yang sewaktu-waktu datang melanda, dapat diatasi dengan rumus-rumus akhlak.
d. Kerukunan Antartetangga Tidak cuma dalam keluarga, pada lingkungan yang lebih luas, dalam hal ini hubungan antar tetangga pun memerlukan akhlak yang baik. Untuk membina kerukunan antar tetangga diperlukan pergaulan yang baik, dengan jalan mengindahkan kode etik bertetangga.
e. Pembinaan Para Remaja Para orang tua, kaum pendidik dan aparat penegak hukum seringkali dipusingkan oleh masalah kenakalan remaja. berbagai kasus kenakalan remaja, seperti penyalahgunaan obat-obat terlarang (narkoba), pemerkosaan, perkelahian, perampokan, dan sebagainya. Masalahnya kembali kepada akhlak remaja itu sendiri. Remaja yang nakal biasanya remaja yang tidak mengenal akhlak dan salah dalam memilih pergaulan. Sebaliknya tidak sedikit pula remaja yang menyejukkan pandangan mata. karena kesopanan dan tingkah lakunya yang baik dan selalu berbuat kebaikan. Remaja yang demikian adalah remaja yang saleh dan berakhlak.
20
Dengan mempelajari akhlak ini akan dapat menjadi sarana bagi terbentuknya insan kamil (manusia sempurna, ideal). Insan kamil dapat diartikan sebagai manusia yang sehat dan terbina potensi rohaniahnya sehingga dapat berfungsi secara optimal dan dapat berhubungan dengan Allah dan dengan makhluk lainnya secara benar sesuai dengan ajaran akhlak. Manusia yang akan selamat hidupnya di dunia dan akhirat.29
5. Pengertian Siswa Banyak sinonim (persamaan kata) yang digunakan dalam menyebut kata siswa, yaitu peserta didik, anak didik, dan murid. Dengan berpijak pada paradigma “belajar sepanjang masa”, maka istilah yang tepat untuk menyebut individu yang menuntut ilmu adalah peserta didik dan bukan anak didik. Peserta didik cakupannya lebih luas, yang tidak hanya melibatkan anak-anak, tetapi juga pada orang-orang dewasa. Sementara istilah anak didik hanya dikhususkan bagi individu yang berusia kanak-kanak. Penyebutan peserta didik ini juga mengisyaratkan bahwa lembaga pendidikan tidak hanya di sekolah (pendidikan formal), tapi juga lembaga pendidikan di masyarakat, seperti Majlis Ta‟lim, Paguyuban, dan sebagainya. Sama halnya dengan teori Barat, peserta didik dalam pendidikan Islam adalah individu sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial, dan religious dalam mengarungi kehidupan di dunia dan di akhirat kelak. Definisi tersebut memberi arti bahwa peserta didik merupakan individu yang belum dewasa, yang karenanya memerlukan orang lain untuk menjadikan dirinya dewasa. Anak kandung adalah peserta didik dalam keluarga, murid adalah peserta didik di sekolah, anak-anak penduduk adalah peserta didik masyarakat sekitarnya, dan umat beragama menjadi peserta didik ruhaniawan dalam suatu agama. Dalam istilah tasawuf, peserta didik sering kali disebut dengan “murid” atau thalib. Secara etimologi, murid berarti “orang yang menghendaki”. Sedangkan menurut arti terminologi, murid adalah “pencari hakikat di bawah bimbingan dan arahan seorang pembimbing spiritual (mursyid)”. Sedangkan 29
Muhammad Alim. Op. cit., h. 158-162.
21
thalib secara bahasa berarti “orang yang mencari”, sedang menurut istilah tasawuf adalah “penempuh jalan spiritual, di mana ia berusaha keras menempuh dirinya untuk mencapai derajat sufi”. Penyebutan murid ini juga dipakai untuk menyebut peserta didik pada sekolah tingkat dasar dan menengah, sementara untuk perguruan tinggi lazimnya disebut dengan mahasiswa (thalib). Istilah murid atau thalib ini sesungguhnya memiliki kedalaman makna daripada penyebutan siswa. Artinya, dalam proses pendidikan itu terdapat individu yang secara sungguh-sungguh menghendaki dan mencari ilmu pengetahuan. Hal ini menunjukkan bahwa istilah murid dan thalib menghendaki adanya keaktifan pada peserta didik dalam proses belajar mengajar, bukan pada pendidik. Namun, dalam pepatah dinyatakan: “tiada tepuk sebelah tangan”. Pepatah ini mengisyaratkan adanya active learning bagi peserta didik dan active teaching bagi pendidik, sehingga kedua belah pihak menjadi “gayung bersambung” dalam proses pendidikan agar tercapai hasil secara maksimal.30 Murid atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar. Di dalam proses belajarmengajar, murid sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Murid akan menjadi faktor penentu, sehingga dapat mempengaruhi segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya. Selanjutnya, murid atau anak didik juga memiliki kepribadian yang unik, yaitu mempunyai potensi dan mengalami proses perkembangan. Dalam proses perkembangan itu, anak atau murid membutuhkan bantuan yang sifat dan coraknya tidak ditentukan oleh guru tetapi oleh anak itu sendiri, dalam suatu kehidupan bersama dengan individu-individu yang lain.31 Terlepas dari berbagai pengertian tentang siswa atau penyebutan nama lain dari siswa, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa siswa merupakan seseorang yang mempelajari suatu ilmu pengetahuan kepada seorang guru, agar
30
Abdul Mujib dan Mudzakkir, Op. cit, h. 103-104. Zakiah Daradjat. dkk. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 268. 31
22
mereka mengalami perkembangan, baik secara Psikologis (kejiwaan) maupun Intelektual (kecerdasan).
6. Akhlakul Karimah Siswa Akhlakul karimah siswa merupakan pedoman yang baik dalam bertingkah laku, sesuai dengan norma-norma yang bersumber dari ajaran Islam. Akan tetapi, yang dimaksud dengan akhlakul karimah siswa atau peserta didik dalam hal ini bukan hanya berkaitan dengan ucapan, sikap, dan perbuatan yang harus ditampakkan oleh peserta didik dalam pergaulan di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah, melainkan berbagai ketentuan lainnya yang memungkinkan dapat mendukung efektivitas proses belajar mengajar. Pengetahuan terhadap akhlakul karimah peserta didik ini bukan hanya perlu diketahui oleh setiap peserta didik dengan tujuan agar menerapkannya, melainkan juga perlu diketahui oleh setiap pendidik, agar dapat mengarahkan dan membimbing para peserta didik untuk mengikuti akhlakul karimah tersebut. Akhlakul karimah siswa itu ada yang berhubungan dengan akhlak terhadap Allah Swt, sesama manusia dan dengan lingkungan. Akhlakul karimah siswa terhadap Allah Swt antara lain berkaitan dengan kepatuhan dalam melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Adapun akhlakul karimah siswa terhadap manusia, antara lain berkaitan dengan kepatuhan dalam melaksanakan semua perintah orang tua dan guru, menaati peraturan pemerintah, menghargai dan menghormati kerabat, teman dan manusia pada umumnya, adat istiadat dan kebiasaan positif yang berlaku di masyarakat. Adapun akhlakul karimah siswa terhadap lingkungan, antara lain berkaitan dengan kepedulian terhadap pemeliharaan lingkungan alam dan lingkungan sosial, seperti peduli terhadap kebersihan, ketertiban, keindahan, keamanan, dan kenyamanan. Di samping akhlakul karimah secara umum sebagaimana tersebut di atas, terdapat pula akhlakul karimah yang secara khusus berkaitan dengan tugas dan fungsi sebagai siswa. Akhlak yang secara khusus ini penting dimiliki setiap siswa dalam rangka mendukung efektivitas atau keberhasilannya dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Di kalangan para ahli pendidikan terdapat gagasan
23
yang berkaitan dengan rumusan tentang akhlakul karimah yang khusus ini dengan menggunakan
latar
belakang
pendekatan
yang
berbeda-beda.
Dengan
menggunkan pendekatan tasawuf dan fiqh, Imam al-Ghazali, sebagaimana dikutip Fathiyah Hasan Sulaiman misalnya menganjurkan agar siswa memiliki niat ibadah dalam menuntut ilmu, menjauhi kecintaan terhadap duniawi (zuhud), bersikap rendah hati (tawadhu), menjauhkan diri dari pemikiran para ulama yang saling bertentangan, mengutamakan ilmu-ilmu yang terpuji untuk kepentingan akhirat dan dunia, memulai belajar dari yang mudah menuju yang sukar, dari yang konkret menuju yang abstrak, dari ilmu yang fardhu „ain menuju ilmu yang fardhu kifayah, tidak berpindah pada pelajaran yang lain sebelum menuntaskan pelajaran yang terdahulu, mengedepankan sikap ilmiah (scientific) dalam mempelajari suatu ilmu, mendahulukan ilmu agama daripada ilmu umum, mengenal nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan, serta mengikuti nasihat pendidik. Selanjutnya, Mohammad Athiyah al-Abrasyi lebih jauh menyebutkan dua belas kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap peserta didik yang ingin memperoleh keberkahan dan manfaat ilmu. Kedua belas kewajiban ini sebagai berikut:
a. Membersihkan diri dari sifat-sifat tercela Sebelum mulai belajar, siswa harus terlebih dahulu membersihkan dirinya dari segala sifat yang buruk, karena belajar dan mengajar dianggap sebagai ibadah, dan setiap ibadah tidak sah kecuali disertai hati yang suci, berhias dengan moral yang baik, seperti berkata benar, ikhlas, takwa, rendah hati, zuhud, menerima apa yang ditentukan tuhan, serta menjauhi sifat-sifat yang buruk seperti iri, dengki, benci, sombong, tinggi hati, angkuh, dan menipu.
b. Memiliki niat yang mulia Seorang peserta didik agar menghias dirinya dengan sifat-sifat yang utama, selalu mendekatkan diri kepada Allah, tidak menggunakan ilmu yang dipelajari untuk menonjolkan atau menyombongkan diri, bermegah-megah atau pamer kepandaian.
24
c. Meninggalkan kesibukan duniawi Dalam rangka memperdalam ilmu pengetahuan, seorang pelajar harus rela dan bersedia meninggalkan kampung halaman, tanah air dan keluarganya, tidak ragu-ragu dan siap berpergian ke tempat yang paling jauh sekalipun.
d. Menjalin hubungan yang harmonis dengan guru Menjalin hubungan yang harmonis dengan guru merupakan salah satu akhlak terpuji yang harus dilakukan oleh peserta didik. Caranya antara lain dengan tidak terlalu banyak berganti-ganti guru. Pada dasarnya berganti guru tidak dilarang. Namun jika terlalu sering berganti-ganti guru, selain akan menyebabkan terganggunya kesinambungan pelajaran, juga dapat menimbulkan hubungan yang kurang harmonis dengan guru.
e. Menyenangkan hati guru Menyenangkan hati para guru merupakan salah satu akhlak yang perlu dilakukan oleh peserta didik. Caranya antara lain tidak terlalu banyak bertanya yang merepotkan guru. Bertanya tentang sesuatu yang belum diketahui kepada para guru pada dasarnya merupakan sesuatu yang sangat dianjurkan. Namun jika pertanyaan tersebut sifatnya menguji guru atau memotong pembicaraan guru, serta merepotkannya, maka sebaiknya dihindari. Demikian pula berjalan-jalan di depan guru, menempati tempat duduknya, dan mendahului dalam pembicaraan adalah perbuatan yang kurang sopan terhadap guru. f. Memuliakan guru Menghormati, memuliakan, dan mengagungkan para guru atas dasar karena Allah SWT merupakan perbuatan yang harus dilakukan oleh peserta didik. Hal yang demikian penting dilakukan, karena selain akan menimbulkan kecintaan dan perhatian guru terhadap murid, juga akan meningkatkan martabat murid itu sendiri.
25
g. Menjaga rahasia guru Menjaga rahasia atau privasi guru merupakan perbuatan mulia yang harus dilakukan peserta didik. Untuk itu hendaknya jangan membuka rahasia guru, menipu guru, dan meminta membukakan rahasia kepada guru. Selain itu hendaknya menerima permintaan ma‟af dari guru bila terselip kesalahan.
h. Menunjukkan sikap sopan dan santun kepada guru Menunjukkan sikap sopan dan santun kepada guru merupakan akhlak mulia yang harus dilakukan para siswa. Caranya antara lain dengan memberi salam kepada guru, mengurangi percakapan dihadapan guru, tidak menceritakan atau menggunjingkan keburukan orang lain dihadapan guru dan lainnya, dan jangan pula menanyakan hal-hal yang berkenaan dengan hal-hal yang bersifat pribadi (privasi) guru. Hal yang demikian dilakukan, agar kehormatan dan martabat guru dapat terpelihara dengan baik yang selanjutnya akan memuliakan dan meninggikan martabat peserta didik.
i. Tekun dan bersungguh-sungguh dalam belajar Tekun dan bersungguh-sungguh dalam belajar merupakan akhlak yang mulia, karena ketekunan dan kesungguhan merupakan kunci sukses dalam segala usaha. Caranya antara lain dengan menunjukkan tanggung jawab, komitmen, dan kesungguhan dalam memanfaatkan waktu secara efesien dan efektif untuk memperoleh ilmu pengetahuan, dengan terlebih dahulu mengutamakan ilmu yang lebih penting, ilmu-ilmu dasar yang dapat digunakan untuk memperdalam ilmu lainnya. j. Memilih waktu belajar yang tepat Memilih waktu belajar yang tepat akan memberi pengaruh bagi keberhasilan dalam menguasai pengetahuan. Selain harus belajar tekun dan bersungguh-sungguh, seorang peserta didik juga harus mengulangi pelajaran di waktu senja dan menjelang subuh. Waktu antara Isya dan makan sahur merupakan waktu yang penuh berkah.
26
k. Belajar sepanjang hayat Memiliki tekad yang kuat untuk belajar sepanjang hayat merupakan akhlak terpuji. Hal yang demikian perlu dilakukan. karena dari waktu ke waktu perkembangan ilmu pengetahuan, keterampilan, teknologi, desain dan lainnya selalu mengalami perkembagan yang amat pesat. Untuk itu setiap peserta didik agar bertekad untuk belajar hingga akhir hayat, tidak meremehkan sesuatu cabang ilmu, tetapi hendaknya menganggap bahwa setiap ilmu ada faedahnya, jangan meniru-niru apa yang didengarnya dari orang-orang yang terdahulu yang mengkritik dan merendahkan sebagian ilmu seperti ilmu mantik dan filsafat.
l. Memelihara rasa persaudaraan dan persahabatan. Memelihara rasa persaudaraan, persahabatan, saling menyayangi, saling mencintai, saling menolong, saling melindungi di antara teman dalam hal kebaikan dan ikhlas karena Allah SWT merupakan akhlak mulia yang harus dilakukan oleh para peserta didik. Hal yang demikian penting dilakukan, karena akan dapat memecahkan berbagai kesulitan yang dihadapi selama menuntut ilmu. serta dalam perjalanan hidup selanjutnya.32
B. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Akhlakul Karimah Siswa Guru merupakan orang yang “digugu” (dipatuhi) dan ditiru, banyak istilah untuk menyebut namakan guru yang menjadi tugas dan fungsi guru. Eksistensi (keberadaan) guru dalam proses pembelajaran tidak dapat digantikan dengan apapun. Terutama masalah figur dan keteladanannya, hal ini mengingat guru bukan hanya sekedar transfer ilmu saja melainkan lebih dari itu dalam konsep Islam adalah sebagai penginternalisasian nilai yang bersumber dari ajaran Islam. Dalam Islam juga sosok guru harus memahami karakteristik peserta didik sehingga pembelajarannya sesuai dengan kebutuhan jiwa anak didik. Karenanya setiap guru dituntut memiliki berbagai ilmu pengetahuan kecakapan baik 32
181-186.
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, November 2010). cet. I, h.
27
kepribadian maupun seperangkat ilmu yang mendukung kelancaran tugas dan fungsinya sebagai pencerah dan pembina jasmani dan rohani siswa. Upaya guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan akhlakul karimah siswa dapat dilakukan, apabila guru PAI tersebut telah meningkatkan kompetensinya dalam mengajar. Karena bagaimanapun juga siswa akan mengikuti segala sesuatu yang diberikan maupun yang dicontohkan oleh guru PAI tersebut. Menurut Abdul Mujib dan Mudzakkir, dalam bukunya “Ilmu Pendidikan Islam”, menyebutkan bahwa, ada tiga kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan akhlakul karimah siswa, yaitu: 1. Kompetensi Personal-Religius Kemampuan dasar (kompetensi) yang pertama bagi pendidik adalah menyangkut kepribadian agamis atau kesalehan pribadi. artinya pada dirinya melekat nilai-nilai baik yang hendak ditransinternalisasikan kepada peserta didiknya. Misalnya nilai kejujuran, amanah, keadilan, kecerdasan, tanggung jawab, musyawarah, kebersihan, keindahan, kedisiplinan, ketertiban, dan sebagainya. Nilai tersebut perlu dimiliki pendidik sehingga akan terjadi transinternalisasi (pemindahan penghayatan nilai-nilai) antara pendidik dan peserta didik, baik langsung maupun tidak langsung, atau setidak-tidaknya terjadi transaksi (alih tindakan) antara keduanya. 2. Kompetensi Sosial-Religius Kemampuan dasar kedua bagi pendidik adalah menyangkut kepeduliannya terhadap masalah-masalah sosial selaras dengan ajaran dakwah Islam. Sikap gotong-royong, tolong-menolong, egalitarian (persamaan derajat antara manusia), sikap toleransi, dan sebagainya juga perlu dimiliki oleh pendidik muslim dalam rangka transinternalisasi sosial atau interaksi sosial antara pendidik dan pesertapeserta didik. 3. Kompetensi Profesional-Religius Kemampuan dasar ketiga ini menyangkut kemampuan untuk menjalankan tugas keguruannya secara professional, dalam arti mampu membuat keputusan
28
29
30
31
32
31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Sekolah yang dijadikan tempat untuk melakukan kegiatan penelitian ialah SD Putra Jaya (Jalan KH Abdurrahman Rt 01/01 Desa Pondok Jaya Kec. Cipayung, Depok), dan waktu penelitian dilakukan pada tanggal 01-06 September 2014. Peneliti memilih sekolah tersebut dengan pertimbangan sebagai berikut: 1. Peneliti sudah mengenal keadaan sekolah tersebut, sehingga memudahkan dalam melakukan penelitian. 2. Sekolah tersebut memungkinkan dalam melaksanakan penelitian, baik dari segi jarak maupun keadaan sekolah. 3. Penulis mengajar pada sekolah tersebut, sehingga memudahkan untuk mendapatkan informasi yang relevan.
B. Metode Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang ingin diteliti, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan analisis deskriptif yaitu untuk memberikan gambaran tentang upaya guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan akhlakul karimah siswa di SD Putra Jaya (Jalan KH. Abdurrahman Rt 01/01 Desa Pondok Jaya Kec. Cipayung, Depok). Untuk memudahkan data, fakta dan informasi yang mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian kepustakaan (Library research), yaitu pengumpulan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam material yang terdapat di ruangan perpustakaan, misalnya berupa buku-buku, majalah, naskah, catatan kisah sejarah, surat kabar, internet dan sumber lain yang relevan dengan penelitian ini. Dan penelitian lapangan (Field research)1, yaitu penulis menghimpun informasi, data dan fakta dari objek yang diteliti untuk menemukan secara khusus dari realitas yang tengah terjadi di lapangan agar lebih obyektif dan akurat, tentang upaya guru pendidikan 1
Syamsir Salam dan Jaenal Aripin. Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet. I, h.4.
31
32
agama Islam dalam meningkatkan akhlakul karimah siswa di SD Putra Jaya (Jalan KH. Abdurrahman Rt 01/01 Desa Pondok Jaya Kec. Cipayung, Depok).
C. Teknik pengumpulan data Berdasarkan apa yang dibutuhkan dalam penelitian ini maka peneliti hanya mengambil teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Angket atau kuesioner Angket atau kuesioner adalah suatu pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan/pernyataan kepada responden dengan harapan memberikan respons atas daftar pertanyaan tersebut. 2 Dalam penelitian ini, penulis menjadikan siswa kelas V (Lima) SD Putra Jaya sebagai responden. Hal ini sangat penting bagi penulis untuk mendapatkan informasi tentang upaya guru PAI dan akhlakul karimah siswa. 2. Wawancara Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan kepada responden dan mencatat atau merekam jawaban-jawaban responden. 3 Dalam penelitian ini, penulis menjadikan guru PAI sebagai objek yang diwawancarai untuk mendapatkan informasi tentang upaya guru PAI dalam meningkatkan akhlakul karimah siswa.
D. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan seperangkat alat untuk menggali atau mencari data primer dari responden sebagai sumber data dalam sebuah penelitian.4 Di bawah ini tabel instrument kisi-kisi penelitian upaya guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan akhlakul karimah siswa.
2
Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Februari 2011), cet. XI, h. 49. 3 Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan,(Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), cet. X, h. 173. 4 Bagong Suyanto dan Sutinah. Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: Kencana. 2007), cet. III. h. 59.
33
TABEL 3.1 Instrumen Kisi-kisi Angket Pokok Pertanyaan: Upaya Guru PAI dalam Meningkatkan Akhlakul Karimah Siswa. Sub Pokok
Aspek yang Diungkap
Pertanyaan Pendidikan dan
1. Ranah Kognitif:
pengajaran agama
yang diberikan di kelas.
Memberikan pemahaman tentang
Butir
Jumlah
Soal
Soal
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
7
1
8
1
akhlak yang baik dan buruk.
Memberikan pemahaman tentang keuntungan orang yang berakhlak baik.
Memberikan pemahaman tentang mudharat (bahaya) orang yang berakhlak buruk.
2. Ranah Psikomotorik:
Mengajarkan siswa berakhlak yang baik.
Memberikan bimbingan yang baik kepada siswa dalam melakukan perbuatan.
3. Ranah Afektif:
Memberikan apresiasi (penghargaan) kepada siswa yang berakhlakul karimah.
Memberikan motivasi kepada siswa untuk berakhlakul karimah.
Memberikan teguran dan arahan kepada siswa yang
34
berakhlak buruk. Metode
1. Pengajaran:
Pembelajaran yang Digunakan Guru
Memberikan pemahaman tentang berakhlak yang baik.
PAI dalam
Memberikan pemahaman
Meningkatkan
tentang keuntungan orang
Akhlakul Karimah
yang berakhlakul karimah.
Siswa.
2. Bimbingan:
Memberikan nasehat yang baik kepada siswa.
Memberikan suri tauladan (contoh) yang baik kepada
9
1
10
1
11,12
2
siswa. 3. Pelatihan:
Melatih dan membiasakan siswa untuk berakhlak yang baik.
Memperbaiki kebiasaankebiasaan buruk siswa dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik. JUMLAH
12
TABEL 3.2 Instrumen Kisi-kisi Angket Pokok Pertanyaan: Akhlakul Karimah Siswa Kelas V SD Putra Jaya Sub Pokok
Aspek yang Diungkap
Pertanyaan Akhlak Terhadap
Berdo’a kepada Allah SWT
Butir
Jumlah
Soal
Soal
1, 2
2
35
Allah SWT
ketika akan melakukan segala perbuatan baik.
Membaca wirid-wiridan setelah
3
1
4
1
5, 6
2
7
1
8, 9
2
10
1
11
1
12
1
13
1
14, 15
2
selesai sholat.
Melaksanakan sholat fardhu lima waktu secara berjama’ah.
Melaksanakan sholat-sholat sunnah.
Melaksanakan puasa-puasa sunnah.
Berpakaian rapih dan suci ketika akan melaksanakan sholat.
Menggunakan tangan kanan saat makan dan minum.
Akhlak Terhadap
Manusia
Saling tolong-menolong ketika seseorang mengalami kesulitan.
Selalu berbuat adil dalam memutuskan perkara atau masalah.
Bersedekah kepada orang lain.
Senantiasa memaafkan kesalahan orang lain.
Selalu menepati janji dengan orang lain.
Saling memberikan nasehat untuk melakukan kebaikan.
17, 18
Mengucapkan salam ketika bertemu dengan orang lain.
16
19, 20, 21
Menghadiri undangan orang lain. 22
36
Akhlak Terhadap
Senantiasa menjaga kebersihan
Lingkungan
23, 24, 25
3
26, 27
2
28
1
29, 30
2
dan keindahan lingkungan.
Ikut serta dalam merawat dan memelihara lingkungan.
Menjaga kebersihan di lingkungan masyarakat.
Menjaga kebersihan anggota badan dan pakaian.
30
JUMLAH
TABEL 3.3 Instrumen Kisi-kisi Wawancara Kepada Guru Mata Pelajaran Pokok Pertanyaan: Pendidikan dan Pengajaran Agama yang diberikan di Kelas. Sub Pokok
Aspek yang Diungkap
Pertanyaan Pendidikan dan
1. Ranah Kognitif:
pengajaran agama
Pertanyaan 1. Bagaimanakah
Memberikan pemahaman
akhlakul karimah
yang diberikan di
tentang akhlak yang baik dan
dikenalkan kepada
kelas.
buruk.
para siswa?
Memberikan pemahaman tentang keuntungan orang yang berakhlak baik.
Memberikan pemahaman tentang mudharat (bahaya) orang yang berakhlak buruk.
2. Ranah Psikomotorik:
2. Dengan cara apa
Mengajarkan siswa
bapak
berakhlak yang baik.
mengajarkan siswa
Memberikan bimbingan
berakhlak yang baik?
37
yang baik kepada siswa dalam melakukan perbuatan. 3. Bagaimanakah 3. Ranah Afektif:
tanggapan atau
Memberikan apresiasi
respon bapak
(penghargaan) kepada siswa
terhadap siswa
yang berakhlakul karimah.
yang berakhlak
Memberikan motivasi
baik dan buruk?
kepada siswa untuk berakhlakul karimah. Memberikan teguran dan arahan kepada siswa yang berakhlak buruk.
TABEL 3.4 Instrumen Kisi-kisi Wawancara Kepada Guru Mata Pelajaran Pokok Pertanyaan: Metode Pembelajaran yang Digunakan Guru PAI dalam Meningkatkan Akhlakul Karimah Siswa. Sub Pokok
Aspek yang Diungkap
Pertanyaan Metode
1. Pengajaran:
Pembelajaran yang
Digunakan Guru PAI dalam
akhlak ditanamkan
tentang berakhlak yang baik.
kepada para
Memberikan pemahaman
siswa?
tentang keuntungan orang
Akhlakul Karimah
yang berakhlakul karimah. 2. Bimbingan:
4. Bagaimanakah
Memberikan pemahaman
Meningkatkan
Siswa.
Pertanyaan
5. Bimbingan dan
Membimbing dan
arahan seperti apa
mengarahkan siswa untuk
yang bapak
berakhlak yang baik.
berikan kepada siswa agar
38
Memberikan suri tauladan
mempunyai akhlak
(contoh) yang baik kepada
yang baik? 6. Cara atau metode
siswa. 3. Pelatihan:
apa yang sering
Melatih dan membiasakan
bapak lakukan
siswa untuk berakhlak yang
untuk
baik.
memperbaiki
Memperbaiki kebiasaan-
akhlak siswa yang
kebiasaan buruk siswa
buruk agar
dengan kebiasaan-kebiasaan
memiliki akhlak
yang baik.
yang baik?
7. Bagaimanakah bapak mempertahankan atau meningkatkan siswa yang telah berakhlak baik?
TABEL 3.5 Instrumen Kisi-kisi Wawancara Kepada Guru Mata Pelajaran Pokok Pertanyaan: Akhlakul Karimah Siswa di SD Putra Jaya Sub Pokok
Aspek yang Diungkap
Pertanyaan 1. Akhlak Kepada Allah SWT.
Berdo’a kepada Allah SWT
Pertanyaan 8. Bagaimanakah
ketika akan melakukan
menurut bapak
segala perbuatan baik.
akhlak siswa
Membaca wirid-wiridan
kepada Allah Swt
setelah selesai sholat.
terutama masalah
Melaksanakan sholat fardhu
sholat?
39
lima waktu secara berjama’ah.
Melaksanakan sholat-sholat sunnah.
Melaksanakan puasa-puasa sunnah.
Berpakaian rapih dan suci ketika akan melaksanakan sholat.
Menggunakan tangan kanan saat makan dan minum.
2. Akhlak Kepada
Saling tolong-menolong
9. Bagaimanakah
Sesama
ketika seseorang mengalami
menurut bapak
Manusia.
kesulitan.
akhlak siswa
Selalu berbuat adil dalam
kepada sesama
memutuskan perkara atau
manusia terutama
masalah.
kepada temannya?
Bersedekah kepada orang lain.
Senantiasa memaafkan kesalahan orang lain.
Selalu menepati janji dengan orang lain.
Saling memberikan nasehat untuk melakukan kebaikan.
Mengucapkan salam ketika bertemu dengan orang lain.
Menghadiri undangan orang lain.
3. Akhlak Kepada
Senantiasa menjaga
10. Bagaimanakah
40
Lingkungan.
kebersihan dan keindahan
menurut bapak
lingkungan.
akhlak siswa
Ikut serta dalam merawat
kepada
dan memelihara lingkungan.
lingkungan?
Menjaga kebersihan di lingkungan masyarakat.
Menjaga kebersihan anggota badan dan pakaian.
E. Teknik Analisis Data Data angket dan data hasil wawancara yang peneliti peroleh akan dianalisis dengan analisis data deskriptif, dengan tujuan untuk membuat deskriptif atau gambaran secara sistematis, aktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat yang diteliti. Teknik perhitungan angket akan dianalisis dengan menggunakan rumus berupa prosentase atau frekuensi relative. Rumus persentase yang digunakan dalam penelitian ini ialah:5 P = F/N x 100% Keterangan: P = Prosentase untuk setiap kategori jawaban F = Frekuensi jawaban responden N = Number of case atau jumlah responden.
5
Anas Sudjono. Pengantar Statistik Pendidikan. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), cet. XIV, h. 43.
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Dalam mengumpulkan data, Penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, di antaranya angket dan wawancara. Angket diberikan atau disebarkan kepada sebagian siswa kelas V SD Putra Jaya, Depok. Angket atau kuesioner yang disebar terdiri dari 42 pertanyaan. Masing-masing 12 pertanyaan untuk penilaian guru PAI dan 30 pertanyaan untuk penilaian siswa. Hasil angket yang telah disebar kemudian dipersentasikan dengan menggunakan rumus prosentase atau frekuensi relative. Hal ini dilakukan agar data yang telah diperoleh dapat dengan mudah dimengerti dan dapat dianalisis untuk kemudian dijelaskan. Sedangkan wawancara dilakukan kepada guru PAI sebanyak 2 orang dan guru non PAI sebanyak 2 orang yang mengajar di V SD Putra Jaya, Depok. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini. karena, guru PAI dan guru non PAI turut ikut serta dalam mengajar dan mendidik siswa agar mempunyai akhlak yang baik.
B. Analisis Data Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Penulis kepada siswa kelas V SD Putra Jaya Depok dan guru PAI serta guru non PAI yang mengajar di sekolah tersebut. Maka, Penulis melakukan analisis data yang merupakan bagian penting dalam metode ilmiah untuk menjawab masalah penelitian. Dalam menganalisa data, penulis memberikan nilai berupa prosentase pada setiap jawaban dari angket yang telah disebar kepada 60 siswa kelas V SD Putra Jaya Depok, mengenai upaya guru PAI dalam meningkatkan Akhlakul Karimah Siswa di SD Putra Jaya, Depok. Berikut ini prosentase hasil angket atau kuesioner tersebut, berdasarkan setiap pertanyaan dan jawaban yang diberikan responden:
41
42
1. Upaya Guru PAI dalam Meningkatkan Akhlakul Karimah Siswa. Tabel 4.1 Saat menjelaskan tentang akhlak yang baik dan buruk, guru menjelaskannya dengan baik. Pilihan Jawaban
Frekuensi
Presentase
YA
56
93 %
TIDAK
4
7%
Jumlah
60
100 %
Berdasarkan tabel 4.1, dapat disimpulkan bahwa saat menjelaskan tentang akhlak yang baik dan buruk, guru menjelaskannya dengan sangat baik. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan YA sebesar 93% dan yang menyatakan TIDAK hanya sebesar 7% saja. Hal ini menunjukkan bahwa guru PAI telah memiliki kompetensi mengajar sangat baik.
Tabel 4.2 Guru menjelaskan tentang keuntungan orang yang berakhlak baik. Pilihan Jawaban
Frekuensi
Presentase
YA
59
98 %
TIDAK
1
2%
Jumlah
60
100%
Berdasarkan label 4.2, dapat disimpulkan bahwa dalam menjelaskan tentang keuntungan orang yang berakhlak baik, guru PAI telah menjelaskannya dengan sangat baik. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan YA sebesar 98% dan yang menyatakan TIDAK hanya sebesar 2% saja. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat profesionalisme guru PAI dalam mengajar sangat baik.
43
Tabel 4.3 Guru menjelaskan tentang mudharat (bahaya) orang yang beraknlak buruk. Pilihan Jawaban
Frekuensi
Presentase
YA
56
94%
TIDAK
4
6%
Jumlah
60
100%
Berdasarkan tabel 4.3, dapat disimpulkan bahwa dalam menjelaskan tentang mudharat (bahaya) orang yang buruk, guru PAI telah menjelaskannya dengan sangat baik. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan YA sebesar 94% dan yang menyatakan TIDAK hanya sebesar 6% saja. Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi guru PAI dalam mengajar sangat profesional.
Tabel 4.4 Ketika di dalam kelas, siswa diajarkan untuk berakhlak baik. Pilihan Jawaban
Frekuensi
Presentase
YA
58
97%
TIDAK
2
3%
Jumlah
60
100%
Berdasarkan tabel 4.4, dapat disimpulkan bahwa hampir semua siswa ketika berada di dalam kelas diajarkan untuk berakhlak baik oleh gurunya. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan YA sebesar 97% dan yang menyatakan TIDAK hanya sebesar 3% saja. Hal ini menunjukkan bahwa guru setiap mengajar dari satu kelas ke kelas lainnya, selalu mengajarkan kepada siswanya untuk berakhlak baik.
Tabel 4.5 Guru berusaha memberikan bimbingan kepada siswa dalam melakukan segala perbuatan yang baik. Pilihan Jawaban
Frekuensi
Presentase
44
YA
58
97%
TIDAK
2
3%
Jumlah
60
100%
Berdasarkan tabel 4.5, dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh siswa selalu mendapatkan bimbingan dalam melakukan segala perbuatan yang baik. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan YA sebesar 97% dan yang menyatakan TIDAK hanya sebesar 3% saja. Hal ini menunjukkan tingkat perhatian guru terhadap siswanya sudah sangat baik.
Tabel 4.6 Guru memberikan apresiasi (penghargaan) kepada siswa yang berakhlakul karimah. Pilihan Jawaban
Frekuensi
Presentase
YA
37
62%
TIDAK
23
38%
Jumlah
60
100%
Berdasarkan tabel 4.6. dapat disimpulkan bahwa guru hampir selalu memberikan apresiasi (penghargaan) kepada siswanya yang berakhlak baik. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan YA sebesar 62% dan yang menyatakan TIDAK hanya sebesar 38% saja. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat perhatian guru sudah sangat baik. Tabel 4.7 Ketika ada siswa yang berakhlak buruk, guru selalu memberikan motivasi (dorongan) untuk berakhlak baik. Pilihan Jawaban
Frekuensi
Presentase
YA
55
91%
TIDAK
5
9%
Jumlah
60
100%
45
Berdasarkan tabel 4.7, dapat disimpulkan bahwa ketika ada siswa yang mempunyai akhlak yang buruk, guru selalu memberikan motivasi (dorongan) untuk berakhlak baik. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan YA sebesar 91% dan yang menyatakan TIDAK hanya sebesar 9% saja. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepeduliaan dan perhatian seorang guru terhadap siswanya sudah sangat baik.
Tabel 4.8 Guru memberikan sanksi berupa teguran dan arahan kepada siswa yang berakhlak buruk. Pilihan Jawaban
Frekuensi
Presentase
YA
54
90%
TIDAK
6
10%
Jumlah
60
100%
Berdasarkan tabel 4.8. dapat disimpulkan bahwa ketika ada siswa yang berakhlak buruk, guru selalu memberikan sanksi berupa teguran dan arahan kepada siswa tersebut. Terbukti dengan Jawaban responden yang menyatakan YA sebesar 90% dan yang menyatakan TIDAK hanya sebesar 10% saja. Hal ini menunjukkan bahwa memberikan sanksi itu sangat penting bagi seorang guru untuk merubah akhlak siswa yang buruk.
Tabel 4.9 Guru selalu menasehati siswa untuk berakhlak baik. Pilihan Jawaban
Frekuensi
Presentase
YA
55
92%
TIDAK
5
8%
Jumlah
60
100%
Berdasarkan tabel 4.9, dapat disimpulakan bahwa guru selalu memberikan nasehat kepada siswa untuk berakhlak baik. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan YA sebesar 92% dan yang menyatakan TIDAK hanya sebesar
46
8% saja. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepeduliaan guru kepada siswanya sudah sangat baik.
Tabel 4.10 Sebelum menyuruh kebaikan kepada siswanya, guru selalu memberikan suri tauladan (contoh) yang baik terlebih dahulu. Pilihan Jawaban
Frekuensi
Presentase
YA
55
92%
TIDAK
5
8%
Jumlah
60
100%
Berdasarkan tabel 4.10, dapat disimpulkan bahwa guru selalu memberikan suri tauladan (contoh) yang baik terlebih dahulu sebelum menyuruh kebaikan kepada siswanya. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan YA sebesar 92% dan yang menyatakan TIDAK hanya sebesar 8% saja. Hal ini menunjukkan bahwa perkataan baik guru kepada siswanya itu sesuai dengan perbuatannya.
Tabel 4.11 Siswa dilatih oleh guru untuk berakhlak baik dengan melakukan amal sholeh seperti melakukan sholat, puasa, shodaqoh, dan lain-lain. Pilihan Jawaban
Frekuensi
Presentase
YA
57
95%
TIDAK
3
5%
Jumlah
60
100%
Berdasarkan tabel 4.11, dapat disimpulkan bahwa siswa selalu dilatih oleh guru untuk berakhlak baik dengan melakukan amal sholeh seperti melakukan sholat, puasa, shodaqoh, dan lain-lain. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan YA sebesar 95% dan yang menyatakan TIDAK hanya sebesar 5% saja. Hal ini menunjukkan bahwa guru telah menyadari akan pentingnya sholat,
47
puasa, shodaqoh dan amal sholeh lainnya dalam membentuk kepribadian seorang siswa.
Tabel 4.12 Agar siswa berakhlak baik, guru selalu membiasakan siswa untuk melakukan segala perbuatan yang baik. Pilihan Jawaban
Frekuensi
Presentase
YA
58
96%
TIDAK
2
4%
Jumlah
60
100%
Berdasarkan tabel 4.12, dapat disimpulkan bahwa agar siswa berakhlak baik, guru selalu membiasakan siswa untuk melakukan segala perbuatan yang baik. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan YA sebesar 96% dan yang menyatakan TIDAK hanya sebesar 4% saja. Hal ini menunjukkan bahwa guru menyadari pentingnya pembiasaan bagi siswa untuk berakhlak baik.
2. Akhlakul Karimah Siswa SD Putra Jaya Tabel 4.13 Ketika akan melakukan segala perbuatan yang baik, saya senantiasa membaca do’a. Pilihan Jawaban
Frekuensi
Presentase
Selalu
27
45%
Kadang-kadang
27
45%
Pernah
4
7%
Tidak Pernah
2
3%
Jumlah
60
100%
Berdasarkan tabel 4.13, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa selalu membaca do’a ketika akan melakukan segala perbuatan yang baik. Terbukti
48
dengan jawaban responden yang menyatakan selalu sebesar 45%, kadang 45%, pernah 7% dan tidak pernah 3%. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran siswa untuk membaca do’a ketika akan melakukan segala perbuatan yang baik sudah cukup baik.
Tabel 4.14 Ketika selesai sholat, saya senantiasa mendo'akan kedua'orang tua. Pilihan Jawaban
Frekuensi
Presentase
Selalu
50
84%
Kadang-kadang
5
9%
Pernah
4
6%
Tidak Pernah
1
1%
Jumlah
60
100%
Berdasarkan tabel 4.14, dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh siswa selalu mendo’akan kedua orang tuanya ketika selesai melaksanakan sholat. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan selalu sebesar 84%, kadang 9%, pernah 6% dan tidak pernah 1%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesadaran siswa untuk senantiasa mendo’akan kedua orang tuanya sudah sangat baik.
Tabel 4.15 Setelah selesai sholat, saya senantiasa membaca wirid-wiridan sholat. Pilihan Jawaban
Frekuensi
Presentase
Selalu
10
16%
Kadang-kadang
35
58%
Pernah
10
17%
Tidak Pernah
5
9%
Jumlah
60
100%
49
Berdasarkan tabel 4.15, dapat disimpulkan bahwa hanya ada sebagian siswa saja yang selalu membaca wirid-wiridan setelah selesai melaksanakan sholat. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan selalu sebesar 16%, kadang 58%, pernah 17% dan tidak pernah 9%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesadaran siswa untuk membaca wirid-wiridan setelah selesai sholat masih kurang. Dan siswa yang menjawab kadang-kadang, karena siswa selalu dibimbing oleh guru dalam membaca wirid-wiridan setelah melaksanakan sholat zuhur di sekolah.
Tabel 4.16 Saya berusaha melaksanakan sholat fardhu lima waktu secara berjama’ah. Pilihan Jawaban
Frekuensi
Presentase
Selalu
10
17%
Kadang-kadang
38
63%
Pernah
10
16%
Tidak Pernah
2
4%
Jumlah
60
100%
Berdasarkan tabel 4.16, dapat disimpulkan bahwa hanya ada sebagian siswa saja yang selalu berusaha melaksanakan sholat fardhu lima waktu secara berjama’ah. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan selalu sebesar 17%, kadang 63%, pernah 16% dan tidak pernah 4%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesadaran siswa untuk melaksanakan sholat fardhu secara berjama’ah masih kurang. Dan siswa yang menjawab kadang-kadang, karena ada peraturan yang mewajibkan siswa untuk sholat zuhur secara berjama’ah di sekolah.
Tabel 4.17 Saya berusaha bangun malam untuk mengerjakan sholat sunnah tahajjud. Pilihan Jawaban
Frekuensi
Presentase
Selalu
2
4%
50
Kadang-kadang
15
24%
Pernah
15
25%
Tidak Pernah
28
47%
Jumlah
60
100%
Berdasarkan tabel 4.17, dapat disimpulkan bahwa hanya ada sebagian siswa saja yang berusaha bangun malam untuk mengerjakan sholat sunah tahajjud. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan selalu sebesar 4%, kadang 24%, pernah 25% dan tidak pernah 47%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesadaran siswa untuk mengerjakan sholat sunnah tahajjud masih kurang. Dan siswa yang menjawab tidak pernah, karena mereka masih malas untuk mengerjakannya.
Tabel 4.18 Pada jam istirahat, saya senantiasa menyempatkan diri untuk mengerjakan sholat sunnah dhuha terlebih dahulu. Pilihan Jawaban
Frekuensi
Presentase
Selalu
1
1%
Kadang-kadang
14
23%
Pernah
18
30%
Tidak Pernah
27
46%
Jumlah
60
100%
Berdasarkan tabel 4.18, dapat disimpulkan bahwa hanya ada sebagian siswa saja yang senantiasa menyempatkan diri untuk mengeriakan sholat sunnah dhuha terlebih dahulu. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan selalu 1 %, kadang 23%, pernah 30% dan tidak pernah 46%. Dan siswa yang menjawab tidak pernah. karena siswa lebih memilih untuk jajan daripada untuk sholat sunnah dhuha.
51
Tabel 4.19 Saya berusaha untuk melaksanakan puasa sunnah pada hari senin dan kamis. Pilihan Jawaban
Frekuensi
Presentase
Selalu
2
3%
Kadang-kadang
19
32%
Pernah
17
29%
Tidak Pernah
21
36%
Jumlah
60
100%
Berdasarkan tabel 4.19, dapat disimpulkan bahwa hanya ada sebagian siswa saja yang berusaha untuk melaksanakan puasa sunnah pada hari senin dan kamis. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan selalu sebesar 3%, kadang 32%, pernah 29% dan tidak pernah 36%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesadaran siswa untuk melaksanakan puasa sunnah pada hari senin dan kamis masih kurang.
Tabel 4.20 Saya tidak pernah memakai kaos oblong atau kaos bergambar ketika akan melaksanakan sholat. Pilihan Jawaban
Frekuensi
Presentase
Selalu
7
12%
Kadang-kadang
24
40%
Pernah
22
36%
Tidak Pernah
7
12%
Jumlah
60
100%
Berdasarkan label 4.20, dapat diambil kesimpulan bahwa secara keseluruhan siswa pernah memakai kaos oblong atau kaos bergambar ketika akan melaksanakan sholat. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan selalu sebesar 12%, kadang 40%, pernah 36% dan tidak pernah 12%. Hal ini
52
menunjukkan bahwa siswa kurang menjaga etika ketika hendak melaksanakan sholat.
Tabel 4.21 Ketika akan melaksanakan sholat, saya memakai pakaian yang bersih dan suci. Pilihan Jawaban
Frekuensi
Presentase
Selalu
45
75%
Kadang-kadang
11
18%
Pernah
3
6%
Tidak Pernah
1
1%
Jumlah
60
100%
Berdasarkan tabel 4.21, dapat diambil kesimpulan bahwa siswa selalu memakai pakaian yang bersih dan suci ketika akan melaksanakan sholat. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan selalu sebesar 75%, kadang 18%, pernah 6% dan tidak pernah 1%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sangat baik dalam menjaga kebersihan pakaian yang akan digunakan untuk sholat.
Tabel 4.22 Saat hendak makan dan minum, saya menggunakan tangan kanan. Pilihan Jawaban
Frekuensi
Presentase
Selalu
58
97%
Kadang-kadang
2
3%
Pernah
0
0%
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
60
100%
Berdasarkan label 4.22, dapat diambil kesimpulan bahwa siswa selalu menggunakan tangan kanan saat hendak makan dan minum. Terbukti dengan jawaban reponden yang menyatakan selalu sebesar 97%, kadang 3%, pernah 0%
53
dan tidak pernah 0%. Hal ini menunjukkan bahwa etika siswa saat makan dan minum sudah sangat baik.
Tabel 4.23 Ketika ada seseorang yang membutuhkan pertolongan, maka saya berusaha untuk menolongnya. Pilihan Jawaban
Frekuensi
Presentase
Selalu
40
67%
Kadang-kadang
14
24%
Pernah
5
8%
Tidak Pernah
1
1%
Jumlah
60
100%
Berdasarkan tabel 4.23, dapat diambil kesimpulan bahwa siswa selalu berusaha untuk menolong seseorang yang membutukan pertolongan. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan seialu sebesar 67%, kadang 24%, pernah 8%. tidak pernah 1%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat solidaritas kepada orang lain sudah sangal baik.
Tabel 4.24 Ketika ada seseorang meminta pendapat tentang suatu masalah, maka saya berusaha untuk memberikan solusi (jalan keluar) yang terbaik. Pilihan Jawaban
Frekuensi
Presentase
Selalu
34
57%
Kadang-kadang
17
28%
Pernah
8
13%
Tidak Pernah
1
2%
Jumlah
60
100%
54
Berdasarkan tabel 4.24, dapat diambil kesimpulan bahwa hampir sebagian besar siswa berusaha untuk memberikan solusi (jalan keluar) yang terbaik ketika ada seseorang meminta pendapat tentang suatu masalah. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan selalu sebesar 57%, kadang 28%, pernah 13% dan tidak pernah 2%. Hal ini menunjukkan bahwa rasa kepeduliaan siswa kepada orang lain maupun ternannya sudah sangat baik.
Tabel 4.25 Saya berusaha menyisakan uang jajan dan memberikannya untuk kegiatan shodaqoh. Pilihan Jawaban
Frekuensi
Presentase
Selalu
11
18%
Kadang-kadang
34
56%
Pernah
13
22%
Tidak Pernah
2
4%
Jumlah
60
100%
Berdasarkan tabel 4.25, dapat diambil kesimpulan bahwa hampir sebagian besar siswa berusaha menyisakan uang jajan dan memberikannya untuk kegiatan shodaqoh. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan selalu sebesar 18%, kadang 56%, pernah 22% dan tidak pernah 4%. Hal ini menunjukkan bahwa jiwa sosial siswa sudah sangat baik.
Tabel 4.26 Saya berusaha meminta maaf, ketika mempunyai kesalahan terhadap orang lain. Pilihan Jawaban
Frekuensi
Presentase
Selalu
43
71%
Kadang-kadang
12
21%
Pernah
4
7%
55
Tidak Pernah
1
1%
Jumlah
60
100%
Berdasarkan label 4.26, dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh siswa selalu meminta maaf ketika mempunyai kesalahan dengan orang lain. Hal ini terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan selalu sebesar 71%, kadang 21%, pernah 7% dan tidak pernah 1%. Hal ini menunjukkan bahwa akhlak siswa terhadap orang lain sudah sangat baik.
Tabel 4.27 Dengan hati yang ikhlas, saya memaafkan kesalahan orang lain yang meminta maaf kepada saya. Pilihan Jawaban
Frekuensi
Presentase
Selalu
43
71%
Kadang-kadang
11
19%
Pernah
4
8%
Tidak Pernah
2
2%
Jumlah
60
100%
Berdasarkan tabel 4.27, dapat disimpulkan bahwa dengan hati yang ikhlas siswa selalu memaafkan kesalahan orang lain yang meminta maaf kepadanya. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan selalu sebesar 71%, kadang 19%, pernah 8% dan tidak pernah 2%. Hal ini menunjukkan bahwa sikap rendah hati siswa yang mau memaafkan kesalahan orang lain sudah sangat baik.
Tabel 4.28 Ketika berjanji dengan orang lain, saya berusaha untuk menepati janji tersebut. Pilihan Jawaban
Frekuensi
Presentase
Selalu
36
60%
56
Kadang-kadang
17
29%
Pernah
7
11%
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
60
100%
Berdasarkan tabel 4.28, dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh siswa selalu berusaha untuk menepati janji, ketika mereka berjanji dengan orang lain. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan selalu sebesar 60%, kadang 29%, pernah 11% dan tidak pernah 0%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesadaran siswa untuk menepati janji sudah sangat baik.
Tabel 4.29 Saya berusaha menasehati teman yang melanggar tata tertib sekolah. Pilihan Jawaban
Frekuensi
Presentase
Selalu
13
22%
Kadang-kadang
28
46%
Pernah
13
21%
Tidak Pernah
6
11%
Jumlah
60
100%
Berdasarkan tabel 4.29, dapat disimpulkan bahwa hampir sebagian besar siswa berusaha untuk menasehati temannya yang melanggar tata tertib sekolah. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan selalu sebesar 22%, kadang 46%, pernah 21% dan tidak pernah 11%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat perhatian siswa kepada temannya sudah cukup baik.
Tabel 4.30 Pada jam istirahat sholat zuhur, saya berusaha mengingatkan teman untuk segera pergi ke Aula serba guna sekolah untuk salat. Pilihan Jawaban
Frekuensi
Presentase
57
Selalu
22
36%
Kadang-kadang
21
36%
Pernah
12
20%
Tidak Pernah
5
8%
Jumlah
60
100%
Berdasarkan tabel 4.30, dapat disimpulkan bahwa hampir sebagian besar siswa berusaha mengingatkan temannya untuk segera pergi ke Aula serba guna sekolah untuk salat pada jam istirahat sholat zuhur. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan selalu sebesar 36%, kadang 36%, pernah 20% dan tidak pernah 8%. Hal ini menunjukkan amar ma’ruf dalam diri siswa sudah mulai tertanam cukup baik.
Tabel 4.31 Ketika hendak bertamu ke rumah orang lain, saya tidak lupa mengucapkan salam. Pilihan Jawaban
Frekuensi
Presentase
Selalu
53
88%
Kadang-kadang
4
7%
Pernah
2
3%
Tidak Pernah
1
2%
Jumlah
60
100%
Berdasarkan tabel 4.31, dapat diambil kesimpulan bahwa hampir seluruh siswa tidak lupa mengucapkan salam terlebih dahulu, ketika hendak bertamu ke rumah orang lain. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan selalu sebesar 88%, kadang 7%, pernah 3% dan tidak pernah 2%. Hal ini menunjukkan bahwa sopan santun masih tertanam sangat baik dalam diri siswa.
Tabel 4.32 Saat berjumpa dengan teman di jalan, saya lebih mendahulukan
58
mengucapkan salam sebelum sapa. Pilihan Jawaban
Frekuensi
Presentase
Selalu
13
22%
Kadang-kadang
27
45%
Pernah
12
20%
Tidak Pernah
8
13%
Jumlah
60
100%
Berdasarkan tabel 4.32, dapat disimpulkan bahwa hampir sebagian besar siswa lebih mendahulukan mengucapkan salam sebelum sapa. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan selalu sebesar 22%, kadang 45%, pernah 20% dan tidak pernah 13%. Hal ini menunjukkan bahwa akhlak siswa dalam bergaul masih cukup baik.
Tabel 4.33 Ketika pulang ke rumah. saya tidak lupa mengucapkan salam. Pilihan Jawaban
Frekuensi
Presentase
Selalu
46
77%
Kadang-kadang
10
17%
Pernah
2
3%
Tidak Pernah
2
3%
Jumlah
60
100%
Berdasarkan tabel 4.33, dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh sis\va selalu mengucapkan salam ketika pulang ke rumah. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan selalu sebesar 77%, kadang 17%, pernah 3% dan tidak pernah 3%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesopanan sudah mulai tertanam baik dalam diri siswa.
Tabel 4.34
59
Apabila orang lain memberikan undangan kepada saya, maka saya berusaha untuk memenuhi undangannya. Pilihan Jawaban
Frekuensi
Presentase
Selalu
31
51%
Kadang-kadang
21
36%
Pernah
7
12%
Tidak Pernah
1
1%
Jumlah
60
100%
Berdasarkan tabel 4.34, dapat disimpulkan bahwa hampir sebagian besar siswa berusaha memenuhi undangan, apabila orang lain memberikan undangan kepadanya. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan selalu sebesar 51%, kadang 36%, pernah 12% dan tidak pernah l%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat solidaritas terhadap orang lain sudah mulai tertanam dalam diri siswa dengan baik.
Tabel 4.35 Dengan penuh kesadaran, saya membuang sampah ke tong sampah yang telah disediakan sekolah. Pilihan Jawaban
Frekuensi
Presentase
Selalu
31
52%
Kadang-kadang
23
38%
Pernah
6
10%
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
60
100%
Berdasarkan tabel 4,35, dapat disimpulkan bahwa dengan penuh kesadaran, hampir seluruh siswa selalu membuang sampah ke tong sampah yang telah disediakan sekolah. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan selalu sebesar 52%, kadang 38%, pernah 10% dan tidak pernah 0%. Hal ini
60
menunjukkan bahwa siswa sudah memiliki kepeduliaan terhadap kebersihan lingkungan sangat baik.
Tabel 4.36 Ketika melihat kamar mandi yang kotor, saya berusaha untuk membersihkannya. Pilihan Jawaban
Frekuensi
Presentase
Selalu
10
16%
Kadang-kadang
23
39%
Pernah
14
23%
Tidak Pernah
13
22%
Jumlah
60
100%
Berdasarkan tabel 4.36, dapat disimpulkan bahwa hampir sebagian besar siswa berusaha untuk membersihkan kamar mandi yang kotor. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan selalu sebesar 16%, kadang 39%, pernah 23% dan tidak pernah 22%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa cukup baik dalam menjaga kebersihan di dalam rumah.
Tabel 4.37 Dengan penuh keikhlasan, saya berusaha membersihkan halaman rumah saya yang kotor. Pilihan Jawaban
Frekuensi
Presentase
Selalu
22
36%
Kadang-kadang
25
41%
Pernah
8
14%
Tidak Pernah
5
9%
Jumlah
60
100%
Berdasarkan tabel 4.37, dapat disimpulkan bahwa hampir sebagaian besar siswa berusaha untuk membersihkan halaman rumahnya yang kotor. Terbukti
61
dengan jawaban responden yang menyatakan selalu sebesar 36%, kadang 41%, pernah 14% dan tidak pernah 9%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesadaran siswa dalam menjaga kebersihan di halaman rumahnya cukup baik. Tabel 4.38 Saya berusaha untuk tidak merusak tanam-tanaman orang lain dan mengambil buahnya. Pilihan Jawaban
Frekuensi
Presentase
Selalu
26
44%
Kadang-kadang
17
28%
Pernah
11
18%
Tidak Pernah
6
10%
Jumlah
60
100%
Berdasarkan tabel 4.38, dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh siswa berusaha untuk tidak merusak tanam-tanaman orang lain dan mengambil buahnya. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan selalu sebesar 44%, kadang 28%, pernah 18% dan tidak pernah 10%. Hal ini menunjukkan bahwa akhlak siswa terhadap lingkungan sekitar cukup baik.
Tabel 4.39 Saya berusaha menjaga dan merawat keindahan sekolah, dengan tidak mencoratcoret dinding-dinding sekolah. Pilihan Jawaban
Frekuensi
Presentase
Selalu
36
61%
Kadang-kadang
11
18%
Pernah
8
13%
Tidak Pernah
5
8%
Jumlah
60
100%
Berdasarkan tabel 4.39, dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh siswa selalu berusaha untuk menjaga dan merawat keindahan sekolah, dengan tidak
62
mencorat-coret dinding sekolah. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan selalu sebesar 61%, kadang 18%, pernah 13% dan tidak pernah 8%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesadaran siswa dalam menjaga dan merawat keindahan sekolah sudah sangat baik.
Tabel 4.40 Ketika berada di luar sekolah, saya berusaha menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah disembarang tempat. Pilihan Jawaban
Frekuensi
Presentase
Selalu
24
40%
Kadang-kadang
26
44%
Pernah
7
11%
Tidak Pernah
3
5%
Jumlah
60
100%
Berdasarkan tabel 4.40, dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh siswa berusaha untuk menjaga kebersihan ketika berada di luar sekolah dengan tidak membuang sampah disembarang tempat. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan selalu sebesar 40%, kadang 44%, pernah 11% dan tidak pernah 5%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesadaran siswa dalam menjaga kebersihan di lingkungan masyarakat cukup baik.
Tabel 4.41 Ketika akan berangkat ke sekolah, saya tidak lupa untuk mandi terlebih dahulu. Pilihan Jawaban
Frekuensi
Presentase
Selalu
56
94%
Kadang-kadang
3
5%
Pernah
1
1%
Tidak Pernah
0
0%
Jumlah
60
100%
63
Berdasarkan tabel 4.41, dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh siswa selalu mandi terlebih dahulu ketika akan berangkat ke sekolah. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan selalu sebesar 94%, kadang 5%, pernah 1% dan tidak pernah 0%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah sangat baik dalam menjaga kebersihan diri sendiri. Adapun siswa yang menjawab kadang-kadang, karena mereka telat bangun pagi.
Tabel 4.42 Saya berusaha menjaga kebersihan pakaian sekolah dengan tidak mencorat-coretnya. Pilihan Jawaban
Frekuensi
Presentase
Selalu
53
89%
Kadang-kadang
4
7%
Pernah
2
3%
Tidak Pernah
1
1%
Jumlah
60
100%
Berdasarkan tabel 4.42, dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh siswa selalu berusaha untuk menjaga kebersihan pakaian sekolah dengan tidak mencorat-coretnya. Terbukti dengan jawaban responden yang menyatakan selalu sebesar 89%, kadang 7%, pernah 3% dan tidak pernah 1%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesadaran siswa dalam menjaga kebersihan pakaian sekolah sudah sangat baik.
C. Interpretasi Data Berdasarkan data-data yang telah terkumpul dan setelah data tersebut dianalisis, maka dapat diinterpretasikan bahwa upaya-upaya yang dilakukan oleh guru PAI dalam meningkatkan akhlakul karimah siswa di SD Putra Jaya sangat baik. Tebukti dari hasil penelitian, 93% siswa menyatakan YA guru menjelaskan dengan baik tentang akhlak, 98% siswa menyatakan YA guru menjelaskan tentang keuntungan orang yang berakhlak baik, 94% siswa menyatakan YA guru
64
menjelaskan tentang mudharat (bahaya) orang yang Berakhlak buruk, 97% siswa diajarkan untuk berakhlak baik saat di dalam kelas, 97% guru berusaha memberikan bimbingan kepada siswa dalam melakukan segala perbuatan yang baik. 62% guru memberikan apresiasi (penghargaan) kepada siswa yang berakhlakul karirnah. Kemudian, 91% guru selalu memberikan motivasi (dorongan) untuk berakhlak baik. 90% guru memberikan sanksi berupa teguran dan arahan kepada siswa yang berakhlak buruk. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara kepada salah seorang guru PAI, menurutnya akhlakul karimah dikenalkan kepada siswa melalui materi tentang akhlak yang baik (akhlakul karimah), yaitu bagaimana siswa bertingkah laku dengan baik yang berkonotasi kepada Ishlah (perbaikan). Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan contoh yang baik terlebih dahulu kepada siswa, mengambil suri tauladan atau contoh yang baik dari sejarah Nabi Muhammad saw serta rnencontoh para pemimpin yang baik. Bagi siswa yang berakhlak baik, cukup dengan memberikan apresiasi dalam bentuk pujian. Dan siswa yang berakhlak buruk, cukup dengan mengingatkan anak tersebut agar tidak terjerumus terlalu dalam dan menyuruhnya untuk beristighfar serta menyadari atas perbuatan yang telah dilakukan. 1 92% guru selalu menasehati siswa untuk berakhlak baik. Selanjutnya, 92% guru selalu memberikan suri tauladan (contoh) yang baik terlebih dahulu sebelum menyuruh kebaikan kepada siswanya, 95% siswa dilatih oleh guru untuk berakhlak baik, dan 96% guru selalu membiasakan siswa untuk melakukan segala perbuatan yang baik. Hal ini juga diperkuat dengan hasil wawancara penulis bersama salah seorang wali kelas, menurutnya akhlak ditanamkan kepada para siswa dengan keteladanan dan menjadikan sampel kasus anak yang baik ataupun yang buruk beserta akibat-akibatnya. Bimbingan dan arahan yang diberikan berupa memantau kehadiran siswa, memberikan nasehat, memberikan materi yang sifatnya membangun kesadaran siswa tentang pentingnya akhlakul karimah. Metode yang sering digunakan untuk memperbaiki akhlak siswa yang buruk adalah dengan menegur dan memanggil siswa tersebut, 1
Ahmad Ridwan, Wawancara Pribadi dengan salah seorang Guru PAI yang berada di Aula serbaguna Sekolah, Depok 4 September 2014.
65
jika hal tersebut gagal maka yang dipanggil adalah orang tuanya untuk datang ke sekolah. Agar siswa tidak mengulangi perbuatan buruknya tersebut. Untuk mempertahankan atau meningkatkan siswa yang telah berakhlak baik adalah dengan memberikan motivasi, memberikan penghargaan dengan nilai yang baik dan menanamkan kepada siswa untuk berperilaku baik bukan untuk mencari nilai yang baik.2 Dalam menjawab pertanyaan tentang bagaimanakah akhlakul karimah siswa di SD Putra Jaya Depok, dalam hal ini terbagi menjadi tiga kategori. Pertama, Akhlak terhadap Allah Swt di SD Putra Jaya cukup baik untuk tingkat umum. Hal ini dapat dilihat dari data yang penulis peroleh bahwa 45% siswa menyatakan selalu dan 7% siswa menyatakan pernah membaca do'a ketika akan melakukan segala perbuatan yang baik, 84% menyatakan selalu dan 6% menyatakan pernah mendo’akan kedua orang tua ketika selesai sholat, 16% menyatakan selalu dan 17% menyatakan pernah membaca wirid-wiridan setelah selesai sholat, 17% menyatakan selalu dan 16% menyatakan pernah melaksanakan sholat fardhu lima waktu secara berjama’ah, 4% menyatakan selalu dan 25% menyatakan pernah mengerjakan sholat sunnah tahajjud, 1% menyatakan selalu dan 30% menyatakan pernah mengerjakan sholat sunnah dhuha, 4% menyatakan selalu dan 29% menyatakan pernah melaksanakan puasa sunnah pada hari senin dan kamis, 12% menyatakan selalu dan 36% menyatakan pernah untuk tidak memakai kaos oblong atau kaos bergambar ketika akan melaksanakan sholat, 75% menyatakan selalu dan 6% menyatakan pernah memakai pakaian yang bersih dan suci, yang terakhir 97% menyatakan selalu menggunakan tangan kanan saat hendak makan dan minum. Hal ini juga diperkuat dengan hasil wawancara penulis bersama salah seorang guru PAI, menurutnya akhlak terhadap Allah SWT khususnya yang berhubungan dengan ibadah mahdhoh seperti sholat, secara keseluruhan siswa sudah baik, yaitu baik dalam arti lebih banyak yang mau
2
Siti Marfu’ah, Wawancara Pribadi dengan salah seorang Wali Kelas V yang berada di Ruang Guru, Depok 4 September 2014..
66
sendiri tanpa harus disuruh-suruh untuk sholat. Yang penting maunya saja sudah bagus, walaupun dalam pelaksanaanya masih ada saja siswa yang bercanda.3 Kemudian yang kedua, Akhlak terhadap manusia di SD Putra Jaya sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari data yang diperoleh bahwa 67% siswa menyatakan selalu dan 8% siswa menyatakan pernah menolong seseorang yang membutuhkan pertolongan, 57% menyatakan selalu 4dan 13% menyatakan pernah memberikan solusi (jalan keluar) yang terbaik ketika ada seseorang yang meminta pendapatnya tentang suatu masalah, 18% menyatakan selalu dan 22% menyatakan pernah menyisakan uang jajan dan memberikannya untuk kegiatan shodaqoh, 71% menyatakan selalu dan 7% menyatakan pernah meminta maaf ketika mempunyai kesalahan terhadap orang lain, 71% menyatakan selalu dan 8% menyatakan pernah memaafkan kesalahan orang lain yang meminta maaf kepadanya, 60% menyatakan selalu dan 11% menyatakan pernah menepati janji dengan orang lain, 22% menyatakan selalu dan 21% menyatakan pernah menasehati teman yang melanggar tata tertib sekolah, 36% menyatakan selalu dan 20% menyatakan pernah mengingatkan teman untuk segera pergi ke Aula serba guna sekolah untuk salat pada jam istirahat sholat zuhur, 88% menyatakan selalu dan 3% menyatakan pernah mengucapkan salam ketika bertamu ke rumah orang lain, 22% menyatakan selalu dan 20% menyatakan pernah mendahulukan mengucapkan salam sebelum sapa, 77% menyatakan selalu dan 3% menyatakan pernah mengucapkan salam ketika pulang ke rumah, yang terakhir 51% menyatakan selalu dan 12% menyatakan pernah memenuhi undangan orang lain. Hal ini juga diperkuat dengan hasil wawancara penulis bersama salah seorang wali kelas, untuk akhlak terhadap manusia khususnya dengan teman. Menurutnya, secara keseluruhan siswa sudah baik, meskipun ada sebagian kecil siswa masih bercanda yang keterlaluan.4 Selanjutnya yang ketiga, Akhlak terhadap lingkungan di SD Putra Jaya sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari data yang diperoleh bahwa 52% siswa menyatakan selalu dan 10% menyatakan pernah membuang sampah ke tong sampah yang telah disediakan sekolah, 16% menyatakan selalu dan 23% 3
Aulia Nisa, Wawancara Pribadi dengan salah seorang Guru PAI yang berada di Aula serbaguna Sekolah, Depok 4 September 2014.. 4 Siti Marfu’ah, Op. Cit., 4 September 2014.
67
menyatakan pernah membersihkan kamar mandi yang kotor, 36% menyatakan selalu dan 14% menyatakan pernah membersihkan halaman rumahnya yang kotor, 44% menyatakan selalu dan 18% menyatakan pernah untuk tidak merusak tanamtanaman orang. lain dan mengambil buahnya, 61% menyatakan selalu dan 13% menyatakan pernah menjaga dan merawat keindahan sekolah dengan tidak mencorat-coret dinding-dinding sekolah, 40% menyatakan selalu dan 11% menyatakan pernah menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah di sembarang tempat, 94% menyatakan selalu dan 1% menyatakan pernah untuk mandi terlebih dahulu ketika akan berangkat ke sekolah, yang terakhir 89% menyatakan selalu dan 3% menyatakan pernah untuk menjaga kebersihan pakaian sekolah dengan tidak mencorat-coretnya. Hal ini juga diperkuat dan diperlengkap dengan hasil wawancara penulis bersama salah seorang wali kelas, untuk akhlak terhadap lingkungan, menurutnya kerapihan siswa sudah bagus, hubungan siswa dengan guru baik dan sopan, dan mengenai masalah kebersihan masih ada sebagian kecil siswa yang masih membuang sampah sembarangan.5
5
Lulu Farida, Wawancara Pribadi dengan salah seorang Wali kelasV yang berada di Ruang guru, Depok 4 September 2014..
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan pembahasan yang telah dipaparkan Penulis pada bab sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Upaya guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan akhlakul karimah siswa di SD Putra Jaya pada umumnya sangat baik. Dalam pendidikan dan pengajaran agama yang diberikan di kelas, terbukti bahwa 94 % guru menjelaskan dengan baik tentang akhlak, 98 % guru menjelaskan tentang keuntungan orang yang berakhlak baik, 94 % guru menjelaskan tentang mudharat (bahaya) orang yang berakhlak buruk, 97 % siswa diajarkan untuk berakhlak baik saat di dalam kelas, 97 % guru berusaha memberikan bimbingan kepada siswa dalam melakukan segala perbuatan yang baik, 62 % guru memberikan apresiasi (penghargaan) kepada siswa yang berakhlakul karimah, 91 % guru selalu memberikan motivasi (dorongan) untuk berakhlak baik, dan 90 % guru memberikan sangsi berupa teguran dan arahan kepada siswa yang berahklak buruk. Selanjutnya, metode pembelajaran yang digunakan guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan akhlakul karimah siswa yaitu 92 % guru selalu menasehati siswa untuk berakhlak baik, 92 % guru selalu memberikan suri tauladan yang baik terlebih dahulu sebelum menyuruh kebaikan kepada siswanya, 95 % siswa dilatih oleh guru untuk berakhlak baik, dan 96 % guru selalu membiasakan siswa untuk melakukan segala perbuatan yang baik.
2. Akhlakul karimah siswa di SD Putra Jaya secara keseluruhan sudah baik untuk tingkat umum. Terbukti dari berbagai upaya yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan akhlakul karimah
68
69
siswa di SD Putra Jaya telah memperoleh hasil, yaitu; pertama, untuk akhlak terhadap Allah Swt, 84 % siswa selalu mendo’akan kedua orang tua ketika selesai salat, 75 % siswa selalu memakai pakaian yang bersih dan suci ketika akan melaksanakan salat
dan 97 % siswa selalu
menggunakan tangan kanan saat hendak makan dan minum. Kedua, untuk akhlak terhadap manusia, 67 % siswa selalu menolong seseorang yang membutuhkan pertolongan, 71 % siswa selalu meminta maaf ketika melakukan kesalahan terhadap orang lain, 71 % siswa selalu memaafkan kesalahan orang lain yang meminta maaf kepadanya, 60 % siswa selalu menepati janji dengan orang lain, 83 % siswa selalu mengucapkan salam ketika bertamu kerumah orang lain, 77 % siswa selalu mengucapkan salam ketiak pulang ke rumah dan 51 % siswa selalu memenuhi undangan orang lain. Ketiga, untuk akhlak terhadap lingkungan, 52% siswa selalu membuang sampah ke tong sampah yang telah disediakan sekolah, 61 % siswa selalu menjaga dan merawat keindahan sekolah dengan tidak mencorat-coret dinding sekolah, 94 % siswa selalu mandi terlebih dahulu ketika akan berangkat ke sekolah, dan 89 % siswa selalu menjaga pakaian sekolah dengan tidak mencoret-coretnya.
B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka Penulis memberikan saran-saran antara lain: 1. Kepada guru pendidikan agama Islam, agar para siswa lebih ditingkatkan lagi dalam hal beribadah kepada Allah Swt, seperti mengerjakan salat, puasa, membaca wirid dan zikir sesudah salat, sedekah dan lain sebagainya. Caranya bisa dengan menyuruh siswa membuat jadwal kesehariannya di rumah yang kemudian diberikan penilaian dan arahan serta bimbingan kepada siswa tersebut. selain itu guru juga harus
70
memberikan penghargaan kepada siswa sekecil apapun bentuknya, walaupun penghargaan itu hanya berbentuk pujian saja. 2. Kepada siswa SD Putra Jaya agar meningkatkan kualitas ibadahnya terutama salat, kerena salat merupakan tiang agama
yang harus
dikokohkan dengan memperbanyak salat sunah disamping salat yang fardhu. Dan juga menjaga kebersihan di manapun berada dengan tidak membuang sampah disembarang tempat. 3. Kepada orang tua, agar mengajarkan dan memberikan contoh akhlak yang baik kepada anaknya, karena pendidikan pertama adalah dari lingkungan keluarga
terlebih dahulu. Selanjutnya, orang tua
harus selalu
memperhatikan dengan siapa anak berteman, karena pertemanan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi akhlak anak. 4. Kepada tokoh masyarakat, diharapkan untuk memberikan teguran kepada siswa yang melanggar norma dan tata tertib yang ada di masyarakat. Karena pendidikan bukan hanya di lingkungan keluarga dan sekolah saja. Akan tetapi, pendidikan juga bisa diterapkan di lingkungan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Salimi, Noor. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT. Bumi Aksara, Agustus 2004. Ali, Mohammad Daud. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008. Alim, Muhammad. Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, September 2006. Ardani, Mohamad. Akhlak Tasawuf Nilai-Nilai Akhlak/ Budi Pekerti Dalam Ibadah dan Tasawuf. Jakarta: CV. Karya Mulia, 2005. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Madinah Munawwaroh: Mujamma’ al-Malik Fahd Li Thiba’at Al-Mush-Af Asy Syarif, 1990 Daradjat, Zakiah. Dasar-Dasar Agama Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1996. ----------------- dkk. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1995. Departemen Agama RI. Al-Quran dan Terjemahnya, edisi Khat Madinah. Bandung: Syamil Cipta Media, 2005. Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia, 2008. Djamarah, Syaiful Bahri. Guru dan Anak Didik dalam Intraksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Mahmud. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia, 2011. Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Muhaimin, et.al. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, April 2008. Mujib, Abdul dan Mudzakkir. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Juni 2008. Mulyasa, E. Standar. Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Oktober 2009. Nata, Abuddin. Filsafat Pendidikan Agama Islam. Ciputat: Gaya Media Pratama, Agustus 2005.
------------------- Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana, November 2010. Nizar, Samsul. Sejarah dan Pergolakan Pemikiran Pendidikan Islam. Ciputat: PT Ciputat Press Group, Desember 2005. Nuraida dan Aulia, Rihlah Nur. Character Building Guru PAI. Jakarta: aulia Publishing house, September 2008. Nuraida dan Zahara, Psikologi Pendidikan Untuk Guru PAI. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. Salam, Syamsir dan Aripin, Jaenal. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006. Sholeh, Asrorun Ni’am. Reorientasi Pendidikan Islam. Jakarta: eLSAS, Juli 2006. Sudjono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004. Suyanto, Bagong dan Sutinah. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana, 2007. Ulwan, Abdullah Nashih. Tarbiyah Ruhiah. Jakarta: Robbani Press, Maret 2006. Undang-Undang R.I. No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS dan PP R.I. No. 47 Tahun 2008 Tentang WAJIB BELAJAR. Bandung: Citra Umbara, November 2008. Zuriah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
ANGKET UNTUK PENILAIAN GURU MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) Identitas Responden Nama : Jabatan
:
Petunjuk: a. Berilah tanda silang (x) pada salah satu jawaban yang anda anggap paling sesuai dengan keadaan sebenarnya. b. Jawaban yang anda berikan tidak mempengarui nilai raport atau nilai pelajaran anda di sekolah c. Terima kasih atas bantuan dan partisipasinya dalam mengisi angket ini. 1. Saat menjelaskan tentang akhlak yang baik dan buruk, guru menjelaskannya dengan baik. A. Ya
B. Tidak
2. Guru menjelaskan tentang keuntungan orang yang berakhlak baik. Ya
B. Tidak
3. Guru menjelaskan tentang bahaya orang yang berakhlak buruk. Ya
B. Tidak
4. Ketika di dalam kelas, siswa diajarkan untuk berakhlak baik. Ya
B. Tidak
5. Guru berusaha memberikan bimbingan kepada siswa dalam melakukan segala perbuatan yang baik. Ya
B. Tidak
6. Guru memberikan apresiasi (penghargaan) kepada siswa yang berakhlakul karimah. Ya
B. Tidak
7. Ketika ada siswa yang berakhlak buruk, guru selalu memberikan motivasi (dorongan) untuk berakhlak baik. Ya
B. Tidak
8. Guru memberikan sanksi berupa teguruan atau arahan kepada siswa yang berakhlak buruk. Ya
B. Tidak
9. Guru selalu menasihati siswa untuk berakhlak baik. Ya
B. Tidak
10. Sebelum guru menyuruh kebaikan kepada siswanya, guru selalu memberikan tauladan (contoh) yang baik terlebih dahulu. Ya
B. Tidak
11. Siswa dilatih oleh guru untuk berakhlak baik dengan beramal saleh seperti melakukan salat, puasa, shodaqoh, dan lain-lain. Ya
B. Tidak
12. Agar siswa berakhlak baik, guru selalu membiasakan siswa untuk melakukan segala perbuatan yang baik. Ya
B. Tidak
ANGKET UNTUK SISWA/ I SD PUTRA JAYA Identitas Responden Nama : Jabatan
:
Petunjuk: a. Berilah tanda silang (x) pada salah satu jawaban yang anda anggap paling sesuai dengan keadaan sebenarnya. b. Jawaban yang anda berikan tidak mempengarui nilai raport atau nilai pelajaran anda di sekolah c. Terima kasih atas bantuan dan partisipasinya dalam mengisi angket ini. 1. Ketika akan melakukan segala perbuatan yang baik, saya senantiasa membaca do’a. a. Selalu
c. Pernah
b. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
2. Ketika selesai salat, saya senantiasa mendo’akan kedua orang tua. a. Selalu
c. Pernah
b. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
3. Setelah selesai salat, saya senantiasa membaca wirid-wirid salat. a. Selalu
c. Pernah
b. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
4. Saya berusaha melaksanakan salat fardhu lima waktu secara berjama’ah. a. Selalu
c. Pernah
b. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
5. Saya berusaha bangun malam untuk mengerjakan salat tahajud. a. Selalu
c. Pernah
b. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
6. Pada jam istirahat, saya senantiasa untuk menyempatkan diri untuk mengerjakan salat sunah duha terlebih dahulu. a. Selalu
c. Pernah
b. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
7. Saya berusaha untuk melaksanakan puasa sunah pada hari senin dan kamis a. Selalu
c. Pernah
b. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
8. Saya tidak pernah memakai kaos oblong atau kaos bergambar ketika akan melaksanakan salat. a. Selalu
c. Pernah
b. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
9. Ketika akan melaksanan salat, saya memakai pakaian yang bersih dan suci. a. Selalu
c. Pernah
b. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
10. Saat hendak makan dan minum, saya menggunakan tangan kanan. a. Selalu
c. Pernah
b. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
11. Ketiak ada seseorang yang membutuhkan pertolongan, maka saya berusaha untuk menolongnya. a. Selalu
c. Pernah
b. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
12. Ketika ada seseorang meminta pendapat tentang suatu masalah, maka saya berusaha untuk memberikan solusi (jalan keluar) yang terbaik. a. Selalu
c. Pernah
b. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
13. Saya berusaha menyisakan uang jajan dan memberikannya untuk kegiatan shodaqoh. a. Selalu
c. Pernah
b. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
14. Saya berusaha meminta maaf, ketika mempunyai kesalahan terhadap orang lain. a. Selalu
c. Pernah
b. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
15. Dengan hati yang ihklas, saya memaafkan kesalahan orang lain yang meminta maaf kepada saya. a. Selalu
c. Pernah
b. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
16. Ketika berjanji denan orang lain, saya berusaha untuk menepati janji tersebut. a. Selalu
c. Pernah
b. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
17. Saya berusaha menasehati teman yang melanggar tata tertib sekolah. a. Selalu
c. Pernah
b. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
18. Pada jam istirahat salat dzuhur, saya berusaha mengingatkan teman untuk segera pergi ke Aula serbaguna sekolah untuk salat. a. Selalu
c. Pernah
b. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
19. Ketika hendak bertamu kerumah orang lain, saya tidak lupa mengucapkan salam. a. Selalu
c. Pernah
b. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
20. Saat berjumpa dengan teman di jalan, saya lebih mendahulukan mengucapkan salam sebelum bersapa. a. Selalu
c. Pernah
b. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
21. Ketika pulang kerumah, saya tidak lupa mengucapkan salam. a. Selalu
c. Pernah
b. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
22. Apabila ada orang lain memberikan undangan kepada saya, maka saya berusaha untuk memenuhi undangannya. a. Selalu
c. Pernah
b. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
23. Dengan penuh kesadaran, saya membuang sampah ke tong sampah yang telah disediakan sekolah. a. Selalu
c. Pernah
b. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
24. Ketika melihat kamar mandi yang kotor, saya berusaha untuk membersihkannya. a. Selalu
c. Pernah
b. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
25. Dengan penuh keikhlasan, saya berusaha membersihakan halaman rumah saya yang kotor. a. Selalu
c. Pernah
b. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
26. Saya berusah untuk tidak merusak tanaman-tanaman orang lain dan mengambil buahnya. a. Selalu
c. Pernah
b. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
27. Saya berusaha merawat dan menjaga keindahan sekolah, dengan tidak mencoret dinding-dinding sekolah. a. Selalu
c. Pernah
b. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
28. Ketika berada di luar sekolah, saya berusaha menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah disembarang tempat. a. Selalu
c. Pernah
b. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
29. Ketika akan berangkat ke sekolah, saya tidak lupa untuk mandi terlebih dahulu. a. Selalu
c. Pernah
b. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
30. Saya berusaha menjaga kebersihan pakaian sekolah dengan tidak mencorat coretnya. a. Selalu
c. Pernah
b. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
BERITA WAWANCARA Nama
: Ahmad Ridwan, S.Pd. I
Jabatan
: Guru Agama
Tempat wawancara
: Aula Serbaguna Sekolah
Hari/ Tanggal
: Kamis, 04 September 2014
Pokok Pembicaraan 1. Bagaimana akhlakul karimah dikenalkan kepada siswa? Jawab: Dengan materi tentang akhlakul karimah, yaitu bagaimana bertingkah lalu yang baik yang berkonotasi kepada ishlah (perbaikan)
2. Dengan cara apa bapak mengajarkan siswa berakhlak yang baik? Jawab: Pertama, yaitu dengan memberikan contoh yang baik terlebih dahulu kepada siswa. Kedua, dengan mengambil contoh atau suri tauladan yang baik dari sejarah Nabi Muhammad Saw. Ketiga, dengan mencontoh para pemimpin yang baik.
3. Bagaimana tanggapan atau respon bapak terhadap siswa yang berakhlak baik dan buruk? Jawab: Bagi siswa yang berakhlak baik, cukup dengan memberi apresiasi dalam bentuk pujian. Misalnya kamu hebat, kamu baik, kamu Pintar dan lainnya. Sedangkan baig siswa yang berakhlak buruk, cukup dengan mengingatkan anak tersebut agar tidak terjerumus terlalu dalam dan menyuruh siswa tersebut untuk beristighfar serta menyadari atas perbuatan yang telah dilakukan.
4. Bagaimanakah akhlak ditanamkan kepada para siswa?
Jawab: Yang Pertama dengan materi. Kedua, dengan suri tauladan atau contoh yang baik. Ketiga, dengan memberikan pemahaman yang baik tentang ajaran Islam itu sendiri. Yang terakhir ialah dengan mendekatkan hati siswa kepada Allah Swt seperti melakukan salat.
5. Bimbingan dan arahan seperti apa yang bapak berikan kepada siswa agar mempunyai akhlak yang baik? Jawaban: Dengan mengingatkan siswa untuk tidak jauh dari ajaran Allah Swt terutama salat. Ketika salatnya baik maka keperibadian mereka akan terbentuk
6. Cara atau metode apa yagn sering bapak lakukan untuk memperbaiki akhlak siswa yang buruk agar memiliki akhlak yang baik? Jawaban: Metode yang Pertama adalah personality yaitu dengan melakukan pendekatan kepada siswa yang berakhlak buruk, kemudian melakukan review kenapa
siswa tersebut
bisa melakukan perbuatan seperti itu.
metode Kedua ialah dengan melakukan pemantauan langsung kepada siswa yang berakhlak buruk untuk kemudian diberikan nasihat yang baik.
7. Bagaimana bapak mempertahankan atau meningkatkan siswa yang telah berakhlak baik? Jawab: Pertama, dengan memberikan motivasi terhadap apa yang mereka sudah pelajari dan lakukan untuk selalu istiqomah. Kedua, yaitu dengan banyak belajar seperti membaca buku pelajaran. Karena proses belajar itu sepanjang hayat tidak boleh berhenti selagi masih hidup.
8. Bagaimana menurut bapak akhlak siswa terhadap Allah Swt terutama masalah salat? Jawab: Secara keseluhuran sudah baik, namun kendalanya tidak seluruh siswa memiliki ketaatan yang sama, masih ada sebagian siswa yag selalu di dorong-dorong untuk melaksanakan salat.
9. Bagaimanakah menurut bapak akhlak siswa kepada sesama manusia terutama kepada temannya? Jawab: Ada sebagian siswa yang berkata kotor kepada temannya seperti menyebut binatang. Tetapi untuk bentrokan secara fisik untuk saat ini belum ada.
10. Bagaimana menurut bapak akhlak siswa kepada lingkungan? Jawab: Keperdulian siswa kepada lingkungan masih kurang terutama mengenai kebersihannya, seperti membuang sampah sembarangan. Sebaliknya, kalau siswa sudah terlatih di masyarakat, maka kesadarannya tinggi untuk membuang sampah pada tempatnya.
BERITA WAWANCARA Nama
: Aulia Nisa, S.Pd.I
Jabatan
: Guru Agama
Tempat wawancara
: Aula Serbaguna Sekolah
Hari/ Tanggal
: Kamis, 04 September 2014
Pokok Pembicaraan 1. Bagaimana akhlakul karimah dikenalkan kepada para siswa? Jawab: Menampilkan Al-Qur’an dan Hadits tentang salat dan membaca AlQur’an, sebab salat dan membaca Al-Qur’an merupakan media atau alat untuk membentuk karakter seorang anak.
2. Dengan cara apa Ibu mengajarkan siswa beraklak yang baik? Jawab: Dengan membuat program BTQ dan jadual keseharian siswa.
3. Bagaimanakah tanggapan atau respon Ibu terhadap siswa yang berakhlak baik dan buruk? Jawab: Bagi siswa yang berakhlak baik akan saya berikan penghargaan berbentuk benda seperti cokelat, donat, boneka, dan lain-lain. Sedangkan untuk siswa yang berakhlak buruk akan saya berikan sanksi berupa tidak naik kelas atau diberi nilai jelek, sebab agama tujuannya merubah akhlak bukan merubah nilai. Jadi kalau akhlaknya jelek tetap jelek.
4. Bagaimanakah akhlak ditanamkan kepada para siswa? Jawab: Pertama dengan salat, yaitu memperkenalkan siswa kepada siapa dia bertemu saat salat. Kedua, memberi keyakinan kepada siswa akan adanya
hal-hal yang ghaib seperti adanya Allah Swt. Malaikat, Jin, Iblis dan Setan. Mana yang harus mereka dekati dan mana yang harus mereka jauhi agar salat mereka khusuyu’
5. Bimbingan dan arahan seperti apa yang Ibu berikan kepada Siswa agar mempunyai akhlak yang baik? Jawab: Pertama, menghargai kehidupan para orang tua. Kalau orang tuanya miskin, maka siswa seharusnya jangan nakal disekolah. Kedua, siswa harus mempunya cita-cita, jangan sampai salah cita-cita dengan pendidikan yang dijalankan. Karena harus sesuai antara cita-cita dengan pendidikan yang dijalankan. Ketiga, siswa dilarang menjauhi ajaran agama.
6. Cara atau metode apa yang Ibu lakukan untuk memperbaiki akhlak siswa yang buruk agar memiliki akhlak yang baik? Jawab: Harus menjatuhkan dan mengawasi siswa. Kalau yang akhlak buruk, saya akan memberikan sesuatu yang membuat dia malu. Seperti memberi pertanyaan yang sulit di depan umum agar dia tidak bisa menjawab atau dengan memasukan kehidupan orangtuanya.
7. Bagaimanakah Ibu mempertahankan atau meningkatkan akhlak siswa yang telah baik? Jawab: Pertama, saya akan mendoakan siswa tersebut, mudah-mudahan yang sudah baik bisa
menjadi contoh bagi yang lain. Kedua, memberikan
motivasi kepada siswa bahwa kebaikan akan dibalas dengan kebaikan lagi. Ketiga, memberikan pujian atau sesuatu yang membuat dia semangat
8. Bagaimana menurut Ibu akhlak siswa terhadap Allah Swt terutama masalah salat? Jawab: Sudah baik, yaitu baik dalam arti lebih banyak yang mau sendiri dibanding yang disuruh-suruh. Yang penting maunya saja sudah bagus, walaupun salatnya masih ada siswa yang bercanda.
9. Bagaimanakah menurut Ibu akhlak siswa kepada sesama manusia terutama kepada temannya? Jawab: Selalu bercanda yang tidak baik kepada temannya. Yang disebut baik di sini ialah tidak berbuat maksiat kepada Allah Swt. seperti meninggalkan salat.
10. Bagaimanakah menurut Ibu akhlak siswa kepada lingkungan? Jawab: 50% akhlak terhadap pelajaran siswa lebih suka pulang cepat. Orang yang kurang gaul pada hakikatnya adalah orang yang tidak baik. Contoh orang yang tidak mau sholat itu kurang gaul, sebab dia tidak melihat orang-orang yang banyak mengerjakan salat. Untuk kebersihan pribadi 85%, akan tetapi untuk masalah sampah tergantung individunya masing-masing, karena ada sebagian siswa yang belum memahami tentang kebersihan.
BERITA WAWANCARA Nama
: Siti Marfu’ah, S.Pd. I
Jabatan
: Wali Kelas V
Tempat wawancara
: Ruang Guru
Hari/ Tanggal
: Kamis, 04 September 2014
Pokok Pembicaraan 1. Bagaimanakah akhlakul karimah dikenalkan kepada para siswa? Jawab: Dikenalkannya dari orangtua dulu, kalau di sekolah sifatnya hanya pembiasaan, seperti mengikuti tata tertib sekolah dan kedisiplinan di sekolah serta melakukan salat berjama’ah itu bagian dari usaha kami. Disamping orangtua, sekolah, juga lingkungan pergaulan itu menentukan akhlak seorang anak. Yang paling dominan adalah pengaruh dari teman.
2. Dengan cara apa Ibu mengajarkan siswa berakhlak yang baik? Jawab: Pertama, dengan keteladanan, pepatah mengatakan tindakan itu lebih fasih daripada ucapan. Kedua, dengan memberikan nasehat. Ketiga, dengan menjadikan sampel kasus seseorang yang baik ataupun yang buruk beserta akibat-akibatnya.
3. Bagaimana tanggapan dan respon Ibu terhadap siswa yang berakhlak baik dan buruk? Jawab: Untuk akhlak yang baik bagaimana hanya tinggal mempertahankannya saja, supaya tetap konsisten berakhlak baik dan juga memberikan apresiasi kepada siswa tersebut denga nilai yang baik. Untuk siswa yang berakhlak buruk diberikan
nasehat, kalau tidak berpengaruh juga, saya selalu
mengancamnya dengan memberikan nilai yang jelek. Disamping itu juga kita harus memperingatkan bahwa perilaku seperti itu tidak baik.
4. Bagaimanakah akhlak ditanamkan kepada para siswa? Jawab: Dengan keteladanan dan menjadikan sampel kasus anak yang baik ataupun yang buruk beserta akibat-akibatnya.
5. Bimbingan dan arahan seperti apa yang Ibu berikan kepada siswa agar mempunyai akhlak yang baik? Jawab: Memantau kehadiran siswa, memberikan contoh yang baik, memberikan nasehat, memberikan materi yang sifatnya membangun kesadaran siswa tentang pentingnya akhlakul karimah. Kita tanamkan kepada siswa bahwa berakhlak baik itu lebih penting dari pada segalanya serta memberikan pemahaman kepada siswa kenapa harus berakhlak baik.
6. Cara atau metode apa yang sering Ibu lakukan untuk meperbaiki akhlak siswa yang buruk agar memiliki akhlak yang baik? Jawab: Dengan memberikan teguran, caranya dengan memanggil siswa tersebut. kalau tingkat kenakalannya suda di luar batas kewajaran, jaka saya memberikan teguran
dan memanggil orang tuanya untuk datang ke
sekolah, supaya tidka mengulangi lagi perbuatannya tersebut.
7. Bagaimanakah Ibu mempertahankan atau meningkatkan siswa yang telah berakhlak baik? Jawab: Memberikan motivasi, memberikan penghargaan dengan nilai yang baik, menanamkan kepada siswa untuk berprilaku baik bukan untuk mencari nilai baik.
8. Bagaimanakah menurut Ibu akhlak siswa kepada Allah Swt terutama masalah salat? Jawab: Sejauh ini sudah berjalan dengan baik, meskipun awalnya anak harus disuruh dulu, karena hal ini sudah
biasa, maka Siswa denga
kesadaranyannya sendiri salat tanpa harus disuruh lagi.
9. Bagaimanakah menurut Ibu akhlak siswa
kepada sesama manusia
terutama kepada temannya? Jawab: Sejauh pantauan saya mereka sudah baik, meskipun ada beberapa siswa yang masih bercanda yang keterlaluan.
10. Bagaimanakah menurut Ibu akhlak siswa kepada lingkungan? Jawab: Secara keseluruhan mereka sudah baik. Sopan santun ke guru. untuk masalah kedisiplinan sebagian besar anak itu sudah tertanam. Untuk masalah kebersihan masih ada sebagian siswa yang masih membuang sampah sembarangan.
BERITA WAWANCARA Nama
: Lulu Farida, S.Pd. I
Jabatan
: Wali Kelas V
Tempat wawancara
: Ruang Guru
Hari/ Tanggal
: Kamis, 04 September 2014
Pokok Pembicaraan 1. Bagaimanakah akhlalul karimah dikenalkan kepada para siswa? Jawab: Dikenalkan kepada siswa dari keluarganya dahulu, disekolah hanya melanjutkan saja. Misalnya dirumah siswa jarang salat, maka di sekolah kita bisa paksakan untuk salat.
2. Dengan cara apa Ibu mengajarkan siswa berakhlak yang baik? Jawab: Kalau mengajarkan akhlak yang baik itu wewenang guru agama. Yang penting ada kerja sama antara pihak sekolah, masyarakat, dan pemerintah.
3. Bagaimana tanggapan atau respon Ibu terhadap siswa yang barakhlak baik dan buruk? Jawab: Kalau yang sudah baik bisa dilanjutkan, kalau yang belum baik merupakan tanggung jawab orang tua, guru, masyarakat, pemerintah juga harus turun tangan, tidak bisa hanya dibebankan kepada guru agama atau wali kelas saja. Jadi harus ada kerja samanya.
4. Bagaimana akhlak ditanamkan kepada para siswa? Jawab:
Di sekolah ada yang namanya tata tertib sekolah atau disiplin sekolah yang merupakan bagian dari akhlak juga. Jadi kalau anak itu sudah melaksanakan disiplin, maka akhlaknya juga sudah bagus.
5. Bimbingan dan arahan seperti apa yang Ibu berikan kepada siswa agar mempunyai akhlak yang baik? Jawab: Bimbingan kita berikan kepada siswa yang bermasalah sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Pihak sekolah termasuk kepala sekolah harus ikut serta dalam pembinaan terhadap anak didik.
6. Cara atau metode apa yang Ibu sering lakukan untuk memperbaiki akhlak siswa yang buruk agar memiliki akhlak yang baik? Jawab: Memberikan contoh yang baik, menghimbau para siswa untuk mendengarkan ceramah-ceramah agama, baik dari TV maupun internet.
7. Bagaimana Ibu mempertahankan atau meningkatkan siswa yang telah berakhlak baik? Jawab: Bagi siswa yang telah berakhlak baik, akan saya himbau untuk tidak bergaul dengan siswa yang berakhlak buruk.
8. Bagaimana menurut Ibu akhlak siswa terhadap Allah Swt terutama masalah salat? Jawab: Sudah termasuk baik. Siswa di sekolah akan terus dibiasakan untuk salat, meskipun selalu ada penekanan untuk menyuruh salat.
9. Bagaimanakah menurut Ibu akhlak siswa kepada sesama manusia terutama kepada temannya?
Jawab: Bagi siswa yang berantem di sekolah akan kami beri peringatan keras. Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan kami siap untuk mengambil keputusan tegas misalnya dengan menskor atau memanggil orang tua.
10. Bagaimanakah menurut Ibu akhlak siswa kepada lingkungan? Jawab? Sudah cukup baik. Kerapihan siswa bagus. Hubungan siswa dengan guru baik dan sopan. Mengenai kebersihan masih ada sebagian kecil siswa yang masih membuang sampah sembarangan.