eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2016, 4 (1) 001-016 ISSN 2477-2623, ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id © Copyright 2016
UPAYA BANGLADESH DALAM MENANGGULANGI ANCAMAN PERUBAHAN IKLIM TAHUN 2009-2015 Khairunnisa1 Nim. 1102045033 Abstract Almost everyyearthe disaster stricken Bangladesh, this iscompoundedbythe impact ofglobal climate change.. This countryis vulnerable toclimate changedue togeographical conditionsandtopographydominatedbylowlandand the location.Bangladesh’s effortsto overcomeclimate change threat and response to Bali Roadmapismaking policy such BCCSAP (Bangladesh Climate Change Strategy and Action Plan). BCCSAP isapolicythat focuses onclimate changein order tocope withthe threats andimpacts ofclimatechangethose hassixmain pillars.Thisstudyusesthe theory ofdisaster managementand decision makingthat aimstoseethe implementation ofthe policy.To implementthe policy,the Bangladeshgovernmentin cooperationwithvariousparties. Some of theactivities that have beenisbuilding some shelter to protect publicfrom disasters, reforestation, developingsolar home systemsasrenewableenergy, as well as thedissemination tothe publicon the impactand the threatof climate change. Keywords :Bangladesh, Climate Change, BCCSAP. Pendahuluan Perubahan iklim merupakan implikasi dari pemanasan global yang disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi GRK (Gas Rumah Kaca) sehingga mengakibatkan ketidakstabilan atmosfer di lapisan bawah yang dekat dengan permukaan bumi dan akhirnya menyebabkan bumi semakin panas. Beberapa dampak perubahan iklim global berupa mencairnya gunung es di kutub, mengingkatnya suhu lautan, kekeringan yang berkepanjangan, penyebaran wabah penyakit berbahaya,banjir besarbesaran, pemutihan karang, dan gelombang badai besar. Sejak diadakannya Konferensi Bumi di Rio de Jainero Brazil 1992, isu tentang perubahan iklim semakin banyak diperbincangkan di lingkup internasional. Salah satu hasil dari konferensi tersebut adalah UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate Change) yang bertujuan untuk stabilisasi konsentrasi GRK di atmosfer pada tingkat yang dapat mencegah terjadinya intervensi yang membahayakan oleh manusia terhadap sistem iklim. (Muhammad Erwin S.H M.Hum, 2008:173). UNFCCC pula menjadi dasar Protokol Kyoto yang mengatur pengurangan emisi GRK dari semua negara-negara yang meratifikasi. 1
Mahasiswa Program S1 Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Email:
[email protected]
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 4, Nomor 1, 2016: 001-016
Pembahasan mengenai upaya menghadapi perubahan iklim global berlanjut di Nusa Dua Bali hingga menghasilkan Bali Roadmap yang memuat langkah-langkah penurunan emisi, transfer teknologi bersih ke negara berkembang, penghentian kerusakan hutan, serta bantuan kepada negara-negara miskin untuk menghadapi dampak ekonomi dan lingkungan akibat perubahan iklim. Salah satu negara yang berkomitmen dengan meratifikasi Protokol Kyoto dan mengadopsi Bali Roadmap adalah Bangladesh. Bangladesh merupakan salah satu negara di kawasan Asia Selatan yang rentan terhadap perubahan iklim, dimana Bangladesh didominasi oleh dataran rendah. Bangladesh terletak di delta sungai gangga-brahmaputra, dimana delta ini terbentuk oleh pertemuan sungai gangga, Brahmaputra, dan meghna serta anak-anak sungainya yang berhubungan dengan pegunungan Himalaya. Sebagian besar wilayah Bangladesh berada di ketinggian kurang dari 12 m diatas permukaan laut. Karena faktor geografinya yang rendah membuat Bangladesh rentan akan bencana banjir serta bencana alam lainnya. Pada tahun 1998, Bangladesh dilanda banjir besar akibat meluapnya sungai gangga, Brahmaputra, dan meghna bersamaan dengan hujan besar dan air kiriman dari lelehan Himalaya yang mencair. (www.unfccc.int). Selain banjir, Bangladesh juga rentan akan badai besar atau siklon tropis serta kekeringan. IPCC berpendapat bahwa pemanasan global yang menyebabkan terjadinya perubahan iklim dapat berpotensi meningkatkan curah hujan di satu kawasan dan kekeringan peride panjang pada kawasan lainnya. (www.nwf.org) Siklon tropis yang terjadi di Bangladesh juga menjatuhkan banyak korban jiwa dan kerusakan infrastruktur. (www.moef.gov.bd). Bangladesh menjadi negara yang paling rentan terhadap bencana tersebut di kawasan Asia Selatan karena Bangladesh berada tepat di depan teluk Bengala dan meningkatnya suhu Samudra Hindia. Sedangkan dampak kekeringan yang dirasakan terjadi di kawasan barat daya Bangladesh mengganggu berbagai sektor mata pencaharian masyarakat terutama sektor pertanian. (www.climateemergencyinstitute.com). Beberapa bencana alam yang terjadi di Bangladesh sebagai dampak dari perubahan iklim secara tidak langsung mempengaruhi kehidupan penduduk dalam hal makanan, minuman, tempat tinggal, keamanan, kesehatan, hingga infrastruktur. Hal ini mendorong pemerintah Bangladesh merespon dan mengadopsi Bali Roadmap yang ditunjang dengan kondisi geografis dan topografinya untuk menanggulangi ancaman perubahan iklim hingga akhirnya mengeluarkan BCCSAP (Bangladesh Climate Change Strategy and Action Plan) pada tahun 2009. Kerangka Dasar Teori dan Konsep Teori Manajemen Bencana Menurut UNDP (United Nations Development Program) dalam “Overview of Disaster Management” definisi bahaya (hazard) berbeda dengan bencana. Bahaya adalah suatu peristiwa yang memiliki potensi dapat menimbulkan kerusakan, kehilangan jiwa manusia, dan kerusakan lingkungan. Sedangkan bencana adalah sebuah peristiwa yang disebabkan oleh alam atau ulah manusia yang dapat terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahan, yang menyebabkan hilangnya jiwa manusia,
2
Upaya Bangladesh Menanggulangi Ancaman Perubahan Iklim(Khairunnisa)
kerusakan harta benda dan lingkungan, serta melampaui kemampuan dan sumber daya manusia untuk menanggulanginya. (DR. A. B. Susanto, 2006:2-3). Dalam buku Disaster Management, ancaman bencana dapat diklasifikasikan, antara lain: 1) The Traditional Disaster Threats, seperti gempa bumi, tsunami, angin topan, banjir, tanah longsor, kekeringan, dsb. 2) the New Disaster Threats, seperti kerusuhan social, terorisme, pembajakan, konflik, kecelakaan kerja, ledakan pada reactor nuklir, kecelakaan pada transportasi umum, dsb. 3) The Geography of Disaster, seperti kemiskinan yang umumnya menimpa negara-negara di kawasan Afrika dan Asia Selatan. 4) Modern Loss Factor. Pada umumnya akibat yang ditimbulkan oleh bencana dapat berupa kematian atau hilangnya nyawa seseorang, korban terluka, kerusakan dan hancurnya kepemilikan lahan, kerusakan dan hancurnya tanaman pangan, menurunnya produksi, menurunnya kualitas kehidupan, hilangnya kehidupan, rusaknya pelayanan-pelayanan yang penting, rusaknya infrastruktur nasional dan sistem pemerintahan, mengganggu perekonomian nasional, akibat-akibat sosiologis dan psikologis. Manajemen bencana adalah sebuah proses lintas sektoral yang terintegrasi dan berkelanjutan dalam rangka mencegah dan mengurangi dampak bencana, meliputi kegiatan mitigasi, kewaspadaan, tanggapan terhadap bencana serta upaya pemulihannya. Salah satu hal yang perlu dipahami adalah bahwa manajemen bencana adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam pembangunan berkelanjutan. (Mita Widyastuti, 2005:14). Manajemen bencana bersifat dinamis sesuai perkembangan masyarakat dan kompleksitas bencana. Sebagai sebuah cabang ilmu, manajemen bencana harus memenuhi persyaratan yaitu aspek yang jelas (kelembagaan, organisasi dan tata cara), fungsi yang berjalan (perencanaan, pelaksanaan, pengawasan), dan unsur yang lengkap (sumber daya manusia, keuangan, perlengkapan dan sejenisnya). UNDP membagi manajemen bencana menjadi empat tahap besar. Tahap pertama adalah kesiapsiagaan (perencanaan siaga, peringatan dini), tahap kedua adalah tanggap darurat (kajian darurat, rencana operasional, bantuan darurat), tahap ketiga adalah pasca darurat (pemulihan, rehabilitasi penuntasan, pembangunan kembali), tahap keempatan adalah pencegahan dan mitigasi. Sedangkan beberapa factor yang memperburuk bencana adalah kemiskinan yang parah, pertumbuha penduduk yang semakin pesat, persaingan antar masyarakat akibat urbanisasi yang pesat, transisi dalam praktek budaya, serta kerusakan lingkunagn yang berasal dari manusia maupun alam. Teori Pembuatan Keputusan Keputusan adalah komitmen yang berdasarkan pada analisis tentang informasi yang ada dan kemampuan yang dimiliki untuk melakukan tindakan terhadap lingkungan.(Mochtar Mas’oed, 1989:199) Adapun pembuatan keputusan dalam politik luar negeri suatu negara untuk menjelaskan bagaimana suatu keputusan tersebut dapat terjadi, para pembuat keputusan melakukan pilihan (seleksi) dari berbagai alternatif yang tersedia. Pembuatan keputusan meliputi upaya rekonsiliasi tujuan yang saling berlawanan, dan merupakan upaya menyesuaikan aspirasi dengan
3
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 4, Nomor 1, 2016: 001-016
sarana yang tersedia dan mengakomodasi berbagai tujuan dan aspirasi yang berbeda dengan yang lainnya. Teoritisasi Hubungan Internasional yang mempelajari politik luar negeri, yaitu Graham T. Allison, mengajukan tiga model untuk mendeskripsikan proses pembuatan keputusan politik luar negeri, yaitu model aktor rasional, proses ornasisai, dan pltikibirokratik. Sedangkan Teoritisi Hubungan Internasional lainnya yang menerapkan pendekatan pembuatan keputusan dalam analisis politik luar negeri adalah Richard C. Snyder. Pada awal tahun 1960an, Snyder dan beberapa koleganya berusaha mengembangkan suatu kerangka konseptual yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi variabel-variabel kunci yang berkaitan dengan proses pembuatan keputusan politik luar negeri dan untuk membangun serta menguji hipotesis dalam penelitian empirik. Seperti halnya dasar pemikiran model pembuatan keputusan yang diajukan Graham T. Allison, pendekatan Snyder juga menempatkan aktor dalam berbagai konteks sosial yang berbeda, dan memandang keputusan atau hasil tindakan para aktor tersebut sebagai fungsi dari atau dipengaruhi oleh konteks itu. Snyder dan beberapa koleganya mengungkapkan adanya internal dan external setting yang mempengaruhi pembuatan keputusan, yang didefinisikannya sebagai faktorfaktor dan kondisi secara potensial berperan dalam mempengaruhi tindakan sautu negara. Seberapa besar pentingnya faktor-faktor ini bergantung pada bagaimana para pembuat keputusan mempertimbangkannya.(A. Eby Hara, 1991:17) Faktor internal dalam kerangka itu mengatur nada irama, mulai dari personalitas, peranan dan organisasi dalam unit penentuan tadi, melalui struktur pemerintahan di sekitar para pengambil keputusan, sampai keadaan-keadaan fisik dan teknologi yang beraneka ragam, nilai tujuan, serta pengaruh-pengaruh perorangan dan organisasi yang bekerja dalam masyarakat umumnya yang terdiri dari personality, peranan-peranan organisasi dan struktur pemerintahan. Sedangkan faktor eksternal memuat unsur-unsur yang relevan dalam keadaan seluruhnya dan pada waktu tertentu dalam sistem internasional.(Charles A. McClelland, 1981:168-169) Dalam permasalahan yang diangkat pada skripsi ini lebih tepat menggunakan teori pembuatan keputusan oleh Snyder dimana keputusan dibuat berdasarkan pertimbangan internal dan external setting. Adapun 3 kepentingan utama para pembuat keputusan dilihat dari pandangan mikro yaitu: a. Kepentingan individu (personal), dimana pembuat keputusan memiliki kepentingan untuk memenuhi motif dan ambisi pribadi; b. Kepentingan pembuat keputusan untuk menyesuaikan diri dnegan kepentingan organisasi; Kebutuhan untuk mengidentikkan dengan kepentingan lingkungan domestik tau pemerintahan yang lebih luas. Metode Penelitian Untuk menjelaskan impelementasi BCCSAP dalam menanggulangi ancaman perubahan iklim di Bangladesh, peneliti menggunakan Pendekatan Deskriptif, dimana peneliti menggambarkan secara jelas bagaimana implementasi kebijakan tersebut yang telah dilaksanakan di Bangladesh guna menanngulangi ancaman dan dampak
4
Upaya Bangladesh Menanggulangi Ancaman Perubahan Iklim(Khairunnisa)
perubahan iklim yang mencakup bencana-bencana besar yang terjadi. Peneliti menggunakan analisis data kualitatif yang digunakan untuk menafsirkan dan menggambarkan persoalan berdasarkan data yang diperoleh dari studi literatur. Data yang telah dianalisis kemudian digambarkan dalam bentuk uraian kalimat dan penjelasan. Hasil Penelitian Berdasarkan laporan tafsiran IPCC, kawasan Asia Selatan adalah kawasan yang paling rentan terhadap dampak dari perubahan iklim di dunia. Komunitas internasional juga mengakui bahwa Bangladesh merupakan negara yang memiliki resiko tinggi dalam daftar negara-negara yang rentan terhadap perubahan iklim di dunia. Bangladesh rentan terhadap ancaman dan dampak perubahan iklim karena faktor geologi dan sosial ekonomi yaitu meliputi: a. Kondisi geografis kawasan Asia Selatan yang rentan terhadap perubahan iklim; b. Kondisi topografi yang didominasi oleh delta-delta rendah; c. Kondisi cuaca ekstrem yang berubah-ubah yang dikuasai oleh pergerakan angin monsoon atau angin hujan yang tinggi yang mengakibatkan curah hujan tinggi dan banjir besar; d. Kepadatan populasi yang tinggi yang berpengaruh pada meningkatkan resiko kemiskinan; dan e. Mayoritas masyarakat Bangladesh sebagian besar bergantung hasil pertanian dan pertanian dijadikan sebagai lahan pekerjaan utama, dimana kegiatan pertanian tersebut berpengaruh cukup besar terhadap iklim yang berubah-ubah. (www.preventionweb.net). Posisi geografis Bangladesh yang berada di antara pegunungan Himalaya di perbatasan bagian utara dan teluk Benggala di bagian selatan membuat negara ini menjadi sangat rentan terhadap bencana alam yang juga sebagai akibat dari frekuensi perubahan cuaca yang ekstrim sekaligus kepadatan penduduk. Hal ini menjadikan perubahan iklim sebagai resiko tertinggi bagi eksistensi negara Bangladesh. Beberapa dampak dari perubahan iklim yang dirasakan di Bangladesh adalah temperatur udara yang meningkat, curah hujan yang tinggi, perubahan cuaca ekstrem, dan kenaikan permukaan air laut terus berlanjut hingga saat ini. Dampak tersebut tidak hanya menyebabkan perubahan temperatur dan kenaikan permukaan air laut tetapi telah meningkatkan kejadian-kejadian bencana yang cukup ekstrim meliputi banjir, badai besar atau siklon tropis, dan kekeringan, serta dampak lainnya seperti erosi sungai. Di kawasan Asia Selatan menurut laporan ke-4 oleh IPCC juga memprediksikan bahwa curah hujan di Asia Selatan yang diakibatkan oleh pergerakan angin monsoon akan meningkat, permukaan air laut juga akan meningkat diantara 0,18 hingga 0,79 m dimana akan meningkatkan resiko banjir bagi daerah pesisir dan air bersih akan tercemar menjadi asin, hujan akan semakin besar dan frekuensi perubahan cuaca menjadi tidak teratur atau berubah-ubah termasuk peristiwa kekeringan yang akan meningkat. Kondisi geografis Bangladesh yang berada pada salah satu delta terbesar di dunia menjadi sangat rentan terhadap bencana alam karena didominasi oleh tanah datar serta rendah, kepadatan penduduk, kemiskinan, buta huruf, kurangnya koordinasi kelembagaan dan sebagainya. Dengan kata lain, fisik, kondisi sosial serta ekonomi dari Bangladesh menjadi salah satu ciri negara yang rentan terhadap
5
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 4, Nomor 1, 2016: 001-016
bencana alam di dunia. Kawasan di Bangladesh terbagi menjadi 3 kategori yaitu kawasan rawan banjir sebesar 80%, dataran sebagai kawasan pertanian sebesar 8% dan dataran tinggi sebesar 12% berdasarkan formasi geologinya. Semua jenis tanah kecuali dataran tinggi kerap terkena banjir monsoon untuk sebagian atau sepanjang tahun. Bangladesh memiliki iklim yang hangat, tropis yang lembab. Iklim ini sangat dipengaruhi oleh angin monsoon atau angin musim dimana terbagi sebagian oleh pramonsoondan sebagian lagi oleh sirkulasi pasca-monsoon. Monsoon barat berasal di atas Samudera Hindia membawa udara hangat, lembab, dan tidak stabil. Musim hujan pada mulanya berlangsung selama minggu pertama juni dan berhenti pada minggu pertama oktober, namun bagaimanapun jaga awal maupun akhir dari musim tersebut sering berubah dari tahun ke tahun. Periode musim hujan dimulai dengan timbulnya kelembaban dari arah barat daya yang muncul dari Samudra Hindia yang menghangat dan mengakibatkan terjadinya tekanan rendah di bagian Punjab (meliputi Pakistan dan India) serta lembah dari sungai Gangga dan membuat daerah khatulistiwa yang rendah memiliki masa udara yang panas. Selain hujan, angin dari timur juga memberikan pengaruh yang aktif dimana dapat memberikan sirkulasi hangat dan relatif kering. Iklim Bangladesh bersifat tropis dengan musim dingin yang sejuk dari oktober hingga maret, musim panas yang panas dan kering dari maret ke juni. Musim hujan yang hangat dan lembab berlangsung dari juni ke oktober dan memasok sebagian besar curah hujan negeri itu. Bencana alam seperti banjir, siklon tropis, dan badai tornado terjadi hampir tiap tahun, serta dikombinasikan dengan efek penebangan hutan, penurunan tanah dan erosi. Curah hujan tahunan berkisar dari 1200mm di barat dan lebih ekstrim sekitar 5000mm di bagian utara dan timur. Umumnya, bagian timur mengalami curah hujan yang lebih tinggi dibandingkan bagian barat. Sebagai upaya menanggulangi ancaman perubahan iklim, pemerintah Bangladesh serta Kementerian Lingkungan dan kehutanan Bangladesh bekerjasama dengan UNDP sebelumnya pada tahun 2005 dalam kebijakan NAPA (National Adaptation Programme of Action) Kebijakan ini dibuat sebagai langkah awal tindak lanjut ancaman perubahan iklim yang telah menjadi permasalahan global, terutama di Bangladesh sebagai negara yang dikategorikan paling rentan terhadap ancaman perubahan iklim tersebut. Kebijakan NAPA tersebut diberlakukan pada tahun 20052007, namun tidak terdapat perubahan yang signifikan dari implementasi kebijakan tersebut. Bangladesh masih dilanda banjir besar pada tahun 2007, disusul dengan bencana alam lainnya yang bahkan pada tahun-tahun terakhir semakin sering terjadi. Sebagai salah langkah tindak lanjut dalam menanggapi bencana-bencana yang terjadi dan respon terhadap Bali Roadmap yang memang ditunjang dengan kondisi Negara yang rentan, pada tahun 2008 Pemerintah Bangladesh menyusun dan mengeluarkannya pada tahun 2009 yang disebut dengan BCCSAP (Bangladesh Climate Change Strategy and Action Plan). Kebijakan ini dibuat selain untuk menanggulangi bencana-bencana yang terjadi akibat perubahan iklim juga guna mendukung Bangladesh dalam 20 tahun terakhir agar dapat meningkatkan pendapatan dan mengurangi kemiskinan.
6
Upaya Bangladesh Menanggulangi Ancaman Perubahan Iklim(Khairunnisa)
BCCSAP terbentuk sebagai sebuah respon Bangladesh yang mengadopsi Bali Roadmap dimana Bangladesh menentang berbagai kegiatan yang dapat membahayakan keamanan makanan, air, energi, dan mata pencaharian masyarakat. Bangladesh ingin melaksanakan pembangunan berkelanjutan serta mengentaskan kemiskinan sebagai prioritas utamanya dan tidak menutup kemungkinan Bangladesh juga dukungan internasional untuk membangun suatu upaya menghadapi pemanasan global dan perubahan iklim yang telah terjadi. Oleh karena itu, untuk menanggapi kembali ancaman perubahan iklim yang masih mengganggu kehidupan masyarakat Bangladesh dan mencapai tujuannya melalui sebuah strategi yang pro terhadap masyarakat miskin, kekebalan iklim dan pembangunan rendah karbon, berbasis pada apa yang telah dicanangkan dalam Bali Roadmap, Pemerintah Bangladesh merangkum segala fokus perhatiannya dalam BCCSAP. Kebijakan ini berlaku 10 tahun hingga 2018 dan memiliki enam pilar utama, meliputi: 1. Keamanan pangan, proteksi sosial dan kesehatan; 2. Manajemen bencana yang komprehensif; 3. Infrastruktur; 4. Manajemen riset, dan pengetahuan; 5. Pembangunan kegiatan mitigasi dan rendah karbon; 6. Serta peningkatan kapasitas institusi pemerintah, swasta, maupun sosial dalam melakukan aksinya menghadapi ancaman perubahan iklim. Upaya Internal Bangladesh BCCSAP adalah sebuah kebijakan penanggulangan iklim yang dibuat oleh pemerintah Bangladesh. Visi dari BCCSAP adalah “memberantas kemiskinan dan mencapai sosial ekonomi menengah melalui strategi perubahan iklim pro rakyat miskin, yang memprioritaskan kegiatan adaptasi, kegiatan penanggulangan resiko bencana, serta pembangunan kegiatan rendah karbon, mitigasi, transfer teknologi dan persediaan dana”. Dalam rangka mengimplementasikan kebijakan BCCSAP tersebut, pemerintah Bangladesh telah melakukan berbagai hal sebagai upaya penanggulangan ancaman perubahan iklim. Dalam penanggulangan bencana banjir, pemerintah Bangladesh telah membangun sebuah tanggul atau bendungan dan melakukan perbaikan drainase. Langkah lainnya yang telah dilakukan sebagai bentuk penanggulangan bencana terutama bencana kekeringan adalah penggalian sebuah kanal atau terusan, membuat kolam serta danau buatan, pembangunan waduk atau bendungan, serta meningkatkan teknologi untuk menyimpan cadangan air hujan. Sementara itu, sebagai bentuk penanggulangan bencana yang disebabkan oleh badai dan angin topan, Pemerintah Bangladesh telah menyiapkan tempat perlindungan dan memberikan peringatan dini kepada masyarakat untuk mencegah korban jiwa dan kerugian yang lebih besar. Sedangkan upaya pencegahan yang dilakukan menanggapi kenaikan air laut adalah pembangunan tanggul di daerah pesisir, dan untuk mencegah pengasinan air sebagai sumber kehidupan masyarakat dilakukan perawatan terhadap tumbuhan air. Di luar kegiatan tersebut, pemerintah Bangladesh juga telah menyusun beberapa program kehutanan guna mendukung implementasi kebijakan tersebut sebagai upaya penanggulangan bencana dampak perubahan iklim.
7
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 4, Nomor 1, 2016: 001-016
Dalam melakukan kegiatan-kegiatan tersebut sebagai bentuk upaya internal dalam mengimplementasikan kebijakan BCCSAP, Pemerintah Bangladesh sebagai aktor yang berperan penting juga telah membentuk sebuah wadah keuangan sebagai dana untuk mendukung implementasi kebijakan tersebut yaitu BCCTF (Bangladesh Climate Change Trust Fund) yang dananya diperoleh dari sumber daya alam dan sumber daya manusia dalam negeri. (www.rtcc.org). Total keseluruhan dana yang terkumpul + 300 juta USD, dimana dari dana-dana yang telah dialokasikan tersebut pemerintah Bangladesh mulai menggunakannya sebagai suatu langkah mendukung program-program yang telah direncanakan. (www.un.org).
Tabel 4.1 Alokasi dana BCCTF terhadap implementasi BCCSAP Sumber Dana
BCCSAP Keamanan kesehatan
pangan,
proteksi
sosial
Alokasi Dana
dan 1,5 juta US$
Manajemen bencana yang komprehensif
1,0 juta US$
Infrastruktur Manajemen riset dan pengetahuan Pembangunan kegiatan mitigasi dan rendah karbon Meningkatkan kapasitas institusi pemerintah, swasta, maupun sosial dalam melakukan aksinya menghadapi ancaman perubahan iklim
4,5 juta US$ Bangladesh Climate Change Trust Fund
0,8 juta US$ 3,5 juta US$ 0,35 juta US$
Sumber: Action Based on BCCSAP & NAPA, dalam Bangladesh’s Climate Change Response and Adaptation Effort. Upaya Eksternal Bangladesh Selain menggunakan dana yang terkumpul melalui BCCTF, Sebagai negara berkembang tentu dana yang ada masih belum cukup guna mencapai tujuan yang ditetapkan serta diperlukan upaya eksternal yang dapat mendukung jalannya kegiatan yang telah dirancang. Oleh karena itu Bangladesh menjalin kerjasama dengan World Bank membentuk sebuah wadah lagi untuk menampung dana dari beberapa negara pendonor sebagai dukungan terhadap Bangladesh dalam menghadapi ancaman perubahan iklim yaitu BCCRF (Bangladesh Climate Change Resilience Fund). BCCRF adalah sebuah mekanisme keuangan yang dikoordinasikan oleh pemerintah Bangladesh, negara pendonor dan World Bank untuk membantu menanggulangi ancaman dan kerugian yang terjadi di Bangladesh sebagai dampak perubahan iklim dunia. BCCRF dibentuk pada Mei 2010 dengan dukungan dana bantuan oleh Denmark, Uni Eropa, Swedia, Inggris, Switzerland, Australia, dan Amerika Serikat. Hasil dari dana yang dikumpulkan melalui BCCRF sebesar 188 juta US$ digunakan untuk membangun berbagai sarana serta prasarana guna menanggulangi ancaman
8
Upaya Bangladesh Menanggulangi Ancaman Perubahan Iklim(Khairunnisa)
perubahan iklim serta memperkecil kerugian yang terjadi. (www.bccrf-bd.org). Manajemen dan implementasi BCCRF dimonitor langsung oleh pemerintah Bangladesh. Dana dari BCCRF tersebut memiliki dua jendela, jendela untuk pendanaan proyekproyek sektor publik on-budget; dan jendela off-budgetuntuk proyek-proyek pendanaan/LSM lokal nasional. Pada prinsipnya 90% dari total dana dialokasikan untuk proyek on-budget dan 10% untuk off-budget. Jumlah dana yang diberikan oleh masing-masing negara donatur BCCRF adalah Inggrissebesar $ 96,9 juta,Uni Eropa sebesar $ 37,6 juta, Swedia sebesar $ 19.3 juta, Swiss sebesar $ 12.5 juta,Amerika Serikat sebesar US $ 13.0 juta,Australia sebesar US $ 7.10 juta, Denmark sebesar US $ 1.80 juta. Total dari keseluruhan dana yang terkumpul adalah US $ 188.2 juta. Visi dari BCCRF sendiri adalah pada tahun 2020 BCCRF dan Pemerintah Gob dapat mengelola mekanisme pembiayaan kolaboratif dan berkelanjutan, yang transparan dan bertanggung jawab, yang bertujuan untuk mengembangkan kapasitas dan ketahanan negara untuk memenuhi tantangan perubahan iklim. BCCRF akan mendukung pelaksanaan BCCSAP melalui kerangka kelembagaan dengan menyediakan ruang untuk koordinasi stakeholder BCCRF dan bertindak sebagai agen katalitik untuk koordinasi yang lebih luas. BCCRF berfungsi melayani sebagai penyedia dana yang membawa inovasi, harmonisasi dan nilai tambah untuk inisiatif perubahan iklim pemerintah Bangladesh, melayani sebagai mekanisme pembiayaan untuk membawa dana perubahan iklim global ke Bangladesh, mendukung pelaksanaan kegiatan, intervensi yang dilakukan guna mencapai pada pembangunan yang berkelanjutan dan yang terutama ketangguhan sebuah negara menghadapi perubahan iklim. Implementasi BCCSAP (Bangladesh Climate Change Strategy and Action Plan) Dalam Menanggulangi Ancaman Perubahan Iklim di Bangladesh BCCSAP memiliki 6 pilar yang menjadi fokus utama dimana setiap pilar mencakup beberapa program yang akan diimplementasikan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berikut beberapa program yang telah diimplementasikan maupun belum diimplementasikan sesuai dengan pilar BCCSAP. 1. Program Yang Telah Diimplementasikan Pada pilar pertama yaitu keamanan pangan, proteksi sosial dan kesehatan, beberapa program yang telah diimplementasikan adalah: 1. Pengembangan sistem dan produksi keamanan serta teknologi untuk menghadapi ancaman perubahan iklim sekaligus peningkatan kapasitas lembaga riset untuk menjamin keamanan masyarakat dari ancaman dampak perubahan iklim diwujudkan dengan kerjasama pemerintah Bangladesh, BCCRF, dan Departemen Pemerintah Teknik Lokal dalam mengadakan proyek pembangunan tempat perlindungan dari bencana angin topan dan badai dengan dana sebesar 25 juta USD. BCCRF yang mendukung pembangunan 61 tempat penampungan topan baru dan jalan terkait di distrik Barguna, Patuakhali, Pirojpur, Satkhira dan Khulna.Pada Desember 2014, pembangunan tempat penampungan 17 bencana telah selesai.Sebagian besar sisanya 44 tempat
9
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 4, Nomor 1, 2016: 001-016
penampungan bencana di atas 70% selesai.Secara total, telah menghabiskan dana sebesar USD 18.740.000 dari USD 25.000.000. 2. Mengadakan kegiatan adaptasi terhadap dampak perubahan iklim di Bangladesh meliputi, banjir, kekeringan, dan sebagainya yang diwujudkan dengan dilakukannya proyek ketahanan iklim pada Februari 2013 melalui penanaman kembali serta reboisasi hutan dan kebun dengan dana sebesar USD 3,8 juta yang dilaksanakan oleh Departemen Kehutanan. Proyek ini akan membantu mengurangi degradasi hutan dan meningkatkan tutupan hutan melalui perencanaan dan monitoring partisipatif, dan akan memberikan kontribusi untuk membangun ketahanan jangka panjang menghadapi ancaman dan dampak perubahan iklim yang di alami oleh masyarakat terutama di kawasan pesisir dan berbukit.Setelah satu tahun, kegiatan perkebunan telah selesai di daerah total 4.822 ha dan garis total 539 km.Kegiatan ini juga didukung oleh mobilisasi masyarakat. Jumlah dana yang telah digunakan dalam proyek ini yang dicarikan pada 31 Desember 2014 adalah sebesar USD 7.810.000 dari USD 33.800.000. 3. Mengadakan program menjaga kebersihan dan ketersediaan air di daerah yang rentan terhadap dampak perubahan iklimyang diwujudkan pada tahun 2010, dimana Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dan KementerianFederal Jermanuntuk Kerjasama Ekonomidan Pembangunan (www.giz.de) bekerjasama dengan Kementerian ManajemenBencanadan Bantuan Bangladesh dalam menjalankan programmanajemen ebncana komprehensif dengan melakukan proyekpemasanganpompabertenaga suryauntuk memasokair minumdi daerah rawankontaminasiarsenikdan salinitas. Hingga saat ini terdapat106pompayangmenyediakan airminum bersih untukrumah tangga dikawasan selatan dan barat Bangladesh. Hingga saat ini, fasilitastelah dipasanguntuk memompadan memurnikanhingga1,9 jutaliter airminumsetiap hari. 4. Menjamin keamanan kelompok-kelompok kelas bawah yang sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim termasuk wanita dan anak-anak yang diwujudkan dengan pada tahun 2012, dimana sebuah NGO yang dikenal sebagai BRAC (Bangladesh Rehabilitation Assistance Committee/ Bangladesh Rural Advancement Committee) bersama dengan UN Women dan didukung oleh Kedutaan Norwegia di Dhaka melakukan sebuah proyek untuk mengurangikerentanan perempuanyang dipengaruhioleh perubahan iklimdengan meningkatkanpilihan mereka untukmencari nafkah.(www.unwomen.org)Program tersebut dilaksanakan dengan memberikanpelatihan keterampilanmata pencahariandalam pengolahanpadi, budidayakepiting,keterampilan tenun, danpenyuluhan mengenailangkahlangkahapa yang harus diambilketika terjadi bencana. Pada pilar kedua yaitu manajemen bencana yang komprehensif, beberapa program yang telah diimplementasikan adalah: 1. Meningkatkan kesadaran masyarakat serta memberikan pendidikan publik mengenai persiapan menghadapi dampak perubahan iklim yang diwujudkan dengan terbentuknya PKSF (The Palli Karma-Shayak Foundation) adalah sebuah badan pendanaan milik pemerintah yang telah dipercayakan oleh CCCP (Community Climate Change Project) dengan dana yang disiapkan sebesar
10
Upaya Bangladesh Menanggulangi Ancaman Perubahan Iklim(Khairunnisa)
USD 12.500.000 yang bertugas meningkatkan kapasitas masyarakat yang dipilih untuk meningkatkan ketahanan mereka menghadapi dampak perubahan iklim.Untuk tujuan ini, PKSF memberikan hibah kepada proyek-proyek yang dijalankan oleh LSM. Proyek ini dilaksanakan pada tahun 2012 dan 2013 dengan kegiatan yang berfokus pada kawasan rawan banjir dan rawan kekeringan. Sehingga kegiatan ini juga termasuk dalam adaptasi menghadapi bencana banjir maupun kekeringan yang akan datang. 2. Manajemen yang mengatur segala resiko kerugian baik materiil dan non materiil dari dampak perubahan iklim diwujudkan dengan dilakukannya kegiatan penyuluhan kepada masyarakat pada tahun 2012 mengenai tiga topik utama yaitu dampak perubahan iklim terhadap penyebaran penyakit seperti malaria dan demam berdarah,dampak potensial dari pilihan adaptasi yang terkait dengan genangan air di daerah perkotaan,dan penilaian ancaman migrasi iklim yang disebabkan dari daerah rentan. Sehingga masyarakat dapat memahami apa saja dampak yang akan ditimbukan oleh perubahan iklim dan bagaimana cara meminimalisirnya.
Pada pilar ketiga yaitu infrastruktur, beberapa program yang telah diimplementasikan adalah: 1. Memperbaiki dan memelihara tempat perlindungan bagi masyarakat terutama jika terjadi siklon tropis berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan pemerintah Bangladesh, BCCRF, dan Departemen Pemerintah Teknik Lokal pada pilar pertama yang mengadakan proyek pembangunan tempat perlindungan dari bencana angin topan dan badai. Hal ini juga termasuk dalam kegiatan adaptasi yang berhubungan dengan adaptasi dalam menghadapi siklon tropis maupun badai yang akan datang. 2. Mengadakan kegiatan adaptasi terhadap dampak perubahan iklim di Bangladesh meliputi, banjir, kekeringan, maupun siklon tropis yang berkaitan dengan dilaksanakannya kegiatan pada pilar pertama yaitu dilakukannya proyek ketahanan iklim pada Februari 2013 melalui penanaman kembali serta reboisasi hutan dan kebun yang dilaksanakan oleh Departemen Kehutanan. Proyek untuk membantu mengurangi degradasi hutan dan meningkatkan tutupan hutan melalui perencanaan dan monitoring partisipatif, dan akan memberikan kontribusi untuk membangun ketahanan jangka panjang menghadapi ancaman dan dampak perubahan iklim yang di alami oleh masyarakat. Pada pilar keempat yaitu manajemen riset dan pengetahuan, beberapa program yang telah diimplementasikan adalah: Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang contoh-contoh dampak perubahan iklim yang telah terjadi pada level distrik hingga nasional dan internasional dalam bentuk sosialisasi pada tahun 2012 sesuai dengan kegiatan yang berkaitan dengan pilar pertama. Pada pilar kelima yaitu pembangunan kegiatan mitigasi dan rendah karbon, beberapa program yang telah diimplementasikan adalah:
11
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 4, Nomor 1, 2016: 001-016
1. Meningkatkan efisiensi energi yang diwujudkan pada September 2013 dengan dilaksanakannya proyek pengembangan listrik pedesaan dan energi terbarukan yang termasuk dalam bagian proyek pengembangan sistem surya dengan dana yang disiapkan sebesar 25 juta USD. Proyek ini dilakukan guna mempromosikan penggunaan pompa irigasi surya oleh petani.Proyek ini akan dilaksanakan oleh IDCOL (Infrastructur Development Company Limited), sebuah perusahaan sektor publik yang dibentuk untuk menjembatani kesenjangan pembiayaan untuk mengembangkan infrastruktur skala menengah dan besar infrastruktur serta proyek-proyek energi terbarukan lainnya di Bangladesh.Sebanyak sekitar 300 pompa irigasi surya diharapkan akan dibiayai dari BCCRF, yang akan menguntungkan sekitar 7.500 hingga 9.000 petani 2. Pembangunan energi terbarukan yang diwujudkan dengan dilakukannya proyek yang dijalankan oleh BPDB (Bangladesh Power Development Board) pada tahun fiskal 2008-09, dimana BPDB melaksanakan dua proyek pembangunan sistem surya di Angoorpota dan Dohogram Chit Mohol. Dalam program ini, BPDB dilaksanakan 2 set solar home system50Wp dari masing-masing, 2 set solar home system 80Wp dari masing-masing dan 8 set Solar Home System 100Wp dari masing-masing. Sebanyak 1,06 kWp surya PV Sistem telah dipasang di Angoorpota dan Dohogram Chitmohol.(www.bpbd.gov.bd) Pada pilar keenam yaitu peningkatan kapasitas institusi pemerintah, swasta, maupun sosial dalam melakukan aksinya menghadapi ancaman perubahan iklim, beberapa program yang telah diimplementasikan adalah: 1. Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang diwujudkan berkaitan dengan pilar pertama, dimana BRAC bersama dengan UN Women dan didukung oleh Kedutaan Norwegia di Dhaka melakukan sebuah proyek untuk mengurangikerentanan perempuanyang dipengaruhioleh perubahan iklimdengan meningkatkanpilihan mereka untukmencari nafkah. Program tersebut dilaksanakan dengan memberikanpelatihan keterampilanmata pencahariandalam pengolahanpadi, budidayakepiting,keterampilan tenun, dan sebagainya. 2. Meningkatkan kapasitas institusi yang dapat dilihat dari keaktifan peran institusi pemerintah Bangladesh maupun NGO yang membantu melaksanakan program guna menanggulangi ancaman perubahan iklim. 3. Menginformasikan kepada seluruh masyarakat mengenai bahaya dan dampak perubahan iklim melalui berbagai media yang diwujudkan dengan berbagai kegiatan sosialisasi serta penyuluhan berkaitan dengan pilar-pilar sebelumnya baik secara langsung maupun media lainnya termasuk internet. 2. Program Yang Belum Diimplementasikan Sejak awal mula dikeluarkan BCCSAP tahun 2009 hingga tahun 2015 saat ini, tidak semua program yang terdapat di setiap pilar dapat diimplementasikan. Berikut adalah beberapa program yang belum diimplementasikan perpilarnya. Pilar pertama yaitu keamanan pangan, proteksi sosial dan kesehatan, beberapa program yang belum diimplementasikan adalah:
12
Upaya Bangladesh Menanggulangi Ancaman Perubahan Iklim(Khairunnisa)
1. Mengadakan kegiatan yang berhubungan dengan adaptasi pada perikanan; 2. Mengadakan kegiatan yang berhubungan dengan adaptasi pada peternakan; 3. Mengadakan kegiatan yang berhubungan dengan adaptasi pada kesehatan; 4. Menjamin keamanan mata pencaharian masyarakat pada daerah yang terhadap dampak perubahan iklim.
sektor sektor sektor rawan
Pilar kedua yaitu manajemen bencana yang komprehensif, beberapa program yang belum diimplementasikan adalah: 1. Memperbaiki sistem ramalan cuaca dan peringatan dini terhadap ancaman bencana sebagai dampak perubahan iklim; 2. Memperbaiki peringatan dini akan datangnya badai besar dan siklon tropis. Pilar ketiga yaitu infrastruktur, beberapa program yang belum diimplementasikan adalah: 1. Memperbaiki dan memelihara waduk dan tanggul yang ada; 2. Memperbaiki dan memelihara polder terutama di kawasan pesisir; 3. Memperbaiki sistem drainase di daerah perkotaan; 4. Merencanakan, mendesain, dan membangun fungsi sungai menjadi sebuah infrastruktur yang berguna bagi masyarakat; 5. Merencanakan, mendesain, dan mengimplementasikan fungsi antar sungai yang dapat dihubungan menjadi sebuah infrastruktur melalui proses pengerukan. Pilar keempat yaitu manajemen riset dan pengetahuan, beberapa program yang belum diimplementasikan adalah: 1. Membangun sebuah pusat riset mengenai pengetahuan dan pelatihan cara menghadapi ancaman perubahan iklim untuk meminimalisir kerugian, baik kerugian negara maupun kerugian masyarakat; 2. Mempersiapkan hal-hal yang harus dipelajari dalam pelaksanaan kegiatan adaptasi menghadapi dampak kenaikan permukaan air laut; 3. Mengamati perubahan ekosistem flora maupun fauna sebagai dampak perubahan iklim, dan dampak yang akan diberikan dari perubahan tersebut terhadap kehidupan masyarakat. 4. Mengamati dampak ekonomi yang dirasakan dari adanya perubahan iklim. 5. Mengamati migrasi penduduk; 6. Mengamati dampak perubahan iklim pada manajemen pariwisata. Pilar kelima yaitu pembangunan kegiatan mitigasi dan rendah karbon, beberapa program yang belum diimplementasikan adalah: 1. Manajemen waduk dan eksplorasi gas; 2. Pembangunan di lingkungan tambang batu bara dan gas bumi. 3. Pengurangan emisi karbon dari lahan pertanian; 4. Manajemen pengelolaan sampah terutama di daerah perkotaan; 5. Mengadakan program pengelolan kawasan kehutanan; 6. Perluasan pengetahuan mengenai pentingnya menghemat energi; 7. Peningkatan efisiensi energi dan air di lingkungan;
13
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 4, Nomor 1, 2016: 001-016
8. Menyiapkan sektor transportasi dan pilihan lainnya untuk mendukung kegiatan mitigasi. Pilar keenam yaitu peningkatan kapasitas institusi pemerintah, swasta, maupun sosial dalam melakukan aksinya menghadapi ancaman perubahan iklim, beberapa program yang belum diimplementasikan adalah: 1. Memperbaiki sektor kebijakan pertahanan dari ancaman perubahan iklim; 2. Mempertimbangkan posisi gender dalam manajemen perubahan iklim. Beberapa progress dari implementasi BCCSAP sebagai upaya Bangladesh dalam menanggulangi ancaman perubahan iklim adalah: a. Sebanyak 6760 rumah bagi masyarakat yang tinggal di kawasan rentan terhadap perubahan iklim telah dibangun; b. Pembangunan, rehabilitasi, dan perbaikan tanggul pematang sepanjang 142 km; c. Penggalian kanal sepanjang 535 km; d. Perlindungan tepi sungai sepanjang 122 km; e. Pembangunan tanggul pematang di pesisir pantai sepanjang 15,4 km; f. Pengerjaan drainase sepanjang 166 km; g. Pembangunan 44 infrastruktur untuk mengontrol air termasuk alat pengatur dan pintu air; h. Memasang 740 pipa di dalam sumur atau mata air untuk menjaga simpanan air minum; i. Membuat 550 waduk yang menyimpan cadangan air hujan; j. 143,35 juta pohon telah ditanam di semua bagian negara; k. Reboisasi lahan dan hutan gundul sebesar 4971; l. Sebanyak 12.872 keluarga miskin di area terpencil menggunakan solar home systems sebagai energi terbarukan. Tidak tercapainya beberapa program yang dicanangkan sebelumnya dalam BCCSAP dikarenakan beberapa hambatan, yaitu: a. Keterbatasan dana dan teknologi sebagai negara berkembang; b. Kondisi geografi dan topografis yang memang sudah rentan; c. Kegiatan pertanian sebagai mata pencaharian utama masyarakat Bangladesh disamping kegiatan tersebut juga merupakan salah satu penyumbang emisi gas. d. Penanggulangan ancaman perubahan iklim merupakan tanggung jawab dunia bersama sehingga upaya yang dilakukan suatu negara akan berjalan efektif jika ada dukungan upaya lainnya pula dari berbagai negara. Kesimpulan Perubahan iklim saat ini bukan lagi menjadi sebuah fenomena yang asing dalam lingkup internasional dan telah menjadi masalah global yang mempengaruhi segala aspek kehidupan masyarakat internasional. Perubahan iklim sendiri merupakan implikasi dari pemanasan global yang diakibatkan oleh meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. Perubahan iklim membawa dampak berupa mencairnya gunung es di kutub, meningkatnya suhu lautan, kekeringan yang berkepanjangan, penyebaran wabah penyakit berbahaya, banjir besar, pemutihan karang, serta gelombang badai besar yang kemudian berubah menjadi sebuah bencana bagi beberapa negara yang terkena dampak-dampak tersebut termasuk Bangladesh.
14
Upaya Bangladesh Menanggulangi Ancaman Perubahan Iklim(Khairunnisa)
Bangladesh merupakan salah satu negara yang dinyatakan rentan terhadap ancaman perubahan iklim sekaligus negara yang mengadopsi Bali Roadmap sebagai langkah tindak lanjut menanggulangi ancaman perubahan iklim yang terjadi. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah Bangladesh adalah mengeluarkan kebijakan yang berfokus pada perubahan iklim yaitu BCCSAP (Bangladesh Climate Change Strategy and Action Plan). Dalam mengimplementasikan BCCSAP. Pemerintah Bangladesh bekerjasama dengan berbagai pihak termasuk World Bank dan beberapa negara donatur yang mendonasikan sebagian dana untuk Bangladesh guna menjalankan program yang ditentukan dalam BCCSAP tersebut. Hasil dari kebijakan tersebut hingga saat ini adalah memberikan pengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat Bangladesh selain sebagai sebuah upaya menghadapi ancaman perubahan ilim, juga sebagai upaya manajemen bencana alam untuk meminimalisir dampak yang dirasakan oleh masyarakat Bangladesh. Daftar Pustaka Buku Erwin, Muhammad. S.H, M.Hum. 2008. “Hukum Lingkungan Dalam Sistem Kebijaksanaan Pembangunan Lingkungan Hidup”. Bandung: Refika Aditama. Mas’oed, Mochtar. 1989. “Studi Hubungan Internasional : Tingkat Analisis dan Teorisasi”. Yogyakarta: Pusat Antar Universitas-Studi Sosial-Universitas Gajah Mada. McClelland, Charles A. 1981. “Ilmu Hubungan Internasional:Teori dan Sistem, terj. Mien Joebhaan dan Ishak Zahik”. Jakarta: CV Rajawali. Susanto, A. B. 2006. “Disaster Management di Negeri Rawan Bencana”. Jakarta: PT Aksara Grafika Pratama. Jurnal Digital dan Artikel Hara, A. Eby. 1991. “Decision Making Theories dalam Studi Hubungan Internasional: Suatu Upaya Teorisasi”, AIPI+LIPI, Jurnal Politik 9, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum. Widyastuti, Mita. “Manajemen Bencana: Kajian dan Ruang Lingkup”, dalam http://download.portalgaruda.org/article.php?article=19473&val=1231. Media Online Bangladesh Climate Change Impact and Vulnerability, http://www.preventionweb.net/files/574_10370.pdf. Bangladesh Climate Change Strategy and Action http://www.moef.gov.bd/climate_change_strategy2009.pdf.
Plan,
dalam
dalam
Bangladesh Power Development Board, dalam http://www.bpdb.gov.bd /bpdb/index.php?option=com_content&view=article&id=26&Itemid=24.
15
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 4, Nomor 1, 2016: 001-016
Bangladesh Pushes Adaptation Strategy as Climate Fears Grow, dalam http://www.rtcc.org/2013/04/23/bangladesh-focuses-on-adaptation-asclimate-fears-grow/. Drought in Bangladesh and Adaptive Measure-Part A, dalam http://www.climateemergencyinstitute.com/uploads/M__Drought_in_Banglad esh_and_its_adaptive_measures.pdf. Global Warming and Drought, dalam http://www.nwf.org/Wildlife/Threats-toWildlife/Global-Warming/Global-Warming-is-Causing-Extreme-Weather /Drought.aspx. National Adaptation Programme of Action http://unfccc.int/resource/docs/napa/ban01.pdf.
(NAPA),
dalam
Renewable Energy and Energy Efficiency, dalam https://www.giz.de/en/worldwide/15127. html diakses tanggal 10 Juli 2010. Serious floods in the last 25 years, Bangladesh Climate Change Strategy and Action Plan 2009, dalam http://www. moef.gov.bd/ climate_change_strategy2009.pdf. The Bangladesh Climate Change Resilience Fund, dalam http://bccrf-bd.org/. Women
16
in Bangladesh build resilience against climate change, dalam http://www.unwomen.org/en/news/stories/2015/9/bangladesh-climate-change.