perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
UPACARA RELIGI DAN PEMASARAN PARIWISATA: STUDI TENTANG KOMODIFIKASI TABOT DI PROPINSI BENGKULU
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi : Ilmu Komunikasi Minat Utama : Riset dan Teori Komunikasi
Disusun Oleh : YULIATI S 220908013
PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
UPACARA RELIGI DAN PEMASARAN PARIWISATA: STUDI TENTANG KOMODIFIKASI TABOT DI PROPINSI BENGKULU
Disusun Oleh : YULIATI S 220908013
Telah Disetujui oleh Tim Pembimbing Dewan Pembimbing Jabatan
Nama
Tanda tangan
Pembimbing I
Prof. Drs. Pawito,Ph.D
Tanggal
___________
_______
___________
_______
NIP195408051985031002 Pembimbing II
Drs. Agung Priyono, M.Si NIP 195504231981031002
Mengetahui, Ketua Program Studi S2 Ilmu Komunikasi
Prof. Drs. Totok Sarsito, S.U, M.A, Ph.D NIP 194904281979031001 commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
UPACARA RELIGI DAN PEMASARAN PARIWISATA: STUDI TENTANG KOMODIFIKASI TABOT DI PROPINSI BENGKULU
Disusun Oleh : YULIATI S 220908013
Telah Disetujui dan Disahkan oleh Tim Penguji Dewan Pembimbing Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Tanggal
Ketua
Dr. Widodo Muktiyo, SE, M. Kom
__________
_______
__________
_______
__________
_______
__________
_______
NIP. Sekertaris
Sri Hastjaryo, S.Sos, Ph.D NIP. 197102171988021001
Anggota Penguji
1. Prof. Drs. Pawito,Ph.D NIP 195408051985031002 2. Drs. Agung Priyono, M.Si NIP 195504231981031002
Mengetahui, Ketua Program Prof. Drs. Totok Sarsito, S.U, M.A, Ph.D Studi II. Komunikasi NIP 194904281979031001 ___________
Direktur Program
Prof.Drs.Suranto Tjitrowibisono, M.Sc,Ph.D
Pascasarjana
NIP 195708201985031004 commit to user
iii
___________
______
______
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Nama : Yuliati NIM
:S 220908013 Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis dengan judul “UPACARA
RELIGI
DAN
PEMASARAN
PARIWISATA
:
STUDI
TENTANG
KOMODOFIKASI TABOT DI PROVINSI BENGKULU”, adalah benar-benar hasil karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut, diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hal pernyataan saya ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta,
Desember 2010
Yang membuat pernyataan,
Yuliati
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Waktu adalah roda kehidupan Barang siapa tak dapat mengendalikannya, Maka ia akan tergilas olehnya
He, who doen’t increase his knowlwdge, decrease it Pirke Aboth, chanter 1,13 (Arch Paper)
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Aku persembahkan karya ini kepada Orang tuaku tersayang Suami dan anakku tercinta Teman-teman seangkatanku Almamaterku
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan segenap kemampuan yang ada. Adapun judul tesis ini adalah : ”UPACARA RELIGI DAN PEMASARAN PARIWISATA : STUDI TENTANG KOMODIFIKASI TABOT DI PROVINSI BENGKULU”. Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat guna mencapai Gelar Magister Komunikasi pada Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat : 1. Bapak Prof .Dr.Syamsul Hadi, dr. Sp.KJ(K), selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta 2. Bapak Prof. Drs. Suranto, MSc., PhD., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Dr. Widodo Muktiyo, SE, M.Kom selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Drs. Pawito,Ph.D, selaku pembimbing I Tesis yang bersedia membimbing penulis untuk melanjutkan perjuangan menyelesaikan tugas akhir ini. 5. Drs. Agung Priyono, M.Si, selaku pembimbing II, dengan sabar beliau membimbing penulis dan memberikan masukan yang membangun. 6. Bapak dan Ibu Dosen pengampu mata kuliah beserta seluruh staf pengajar jurusan Ilmu Komunikasi Program Pasca Sarjana UNS. 7. Rekan-rekan mahasiswa S2 angkatan 2009 Konsentrasi Riset dan Teori Komunikasi. 8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tesis ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Penulis ingin juga mengucapkan terima kasih dan mempersembahkan tesis ini kepada anggota keluarga, bapak, ibu, suami, anakku dan untuk semua kerabat dan teman-teman yang selalu memberi dukungan kepada penulis. commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Walaupun penulis telah berusaha sekuat tenaga menelaah pustaka dan menganalisis data yang diperoleh, tanpa disadari tentulah masih ada kekurangan. Penulis sangat terbuka atas berbagai tanggapan dan sumbang saran kritis semua pembaca. Mudah-mudahan tesis ini dapat memberikan kontribusi pada pengembangan Pendidikan dan semoga bermanfaat.
Yuliati
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL……………………………………………………
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………….
ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI………………………………
iii
PERNYATAAN………………………………………………………..
iv
MOTTO…………………………………………………………………
v
PERSEMBAHAN………………………………………………………
vi
KATA PENGANTAR………………………………………………….
vii
DAFTAR ISI……………………………………………………………
ix
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR……………………………………
xii
ABSTRAK………………………………………………………………
xiii
BAB I
PENDAHULUAN………………………………………
1
A. Latar Belakang……………………………………….
1
B. Perumusan Masalah…………………………………..
5
C. Tujuan Penelitian……………………………………..
5
D. Manfaat……………………………………………….
5
TELAAH PUSTAKA…………………………………..
7
A. Komodifikasi Budaya dan Teori Kritis……………….
7
BAB II
1. Komodifikasi Budaya dalam Perspektif Media Politik – Ekonomi………………………………….
7
2. Teori Kritis………………………………………...
15
3. Ideologi sebagai Distorsi Realitas…………………
28
B. Tinjauan Pariwisata…………………………………..
31
1. Pariwisata………………………………………….
31
a. Pengertian Pariwisata…………………………..
31
b. Pengertian Wisatawan………………………….
33
c. Pengertian Objek Wisata………………………. commit to user
34
ix
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III
BAB IV
digilib.uns.ac.id
C. Pemasaran Pariwisata…………………………………
37
D. Kerangka Pemikiran…………………………………..
38
METODOLODI PENELITIAN………………………
41
A. Desain Penelitian…………………………………….
41
B. Sumber Data…………………………………………
43
C. Teknik Sampling……………………………………..
43
D. Teknik Pengumpulan Data…………………………..
44
E. Vasilitas Data………………………………………..
45
F. Teknik Analisis Data………………………………..
46
PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN………..
48
A. Lokasi dan Penduduk……………………………….
48
1. Letak dan Kondisi Geografis…………………….
48
2. Penduduk…………………………………………
50
B. Deskripsi Upacara……………………………………
52
1. Deskripsi Upacara Tabot………………………….
52
2. Keluarga Kerukunan Tabot Bengkulu……………
55
3. Makna Upacara Religi Tabot……………………..
59
4. Perlengkapan Upacara Tabot……………………..
60
5. Do‟a-do‟a Upacara Religi Tabot………………….
63
6. Tahapan Upacara Religi Tabot……………………
63
C. Program dan Kegiatan Bidang Pelayanan Pariwisata Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kota Bengkulu Tahun 2010…………………………………..………
70
D. Komodifikasi Upacara Religi Tabot…………………
72
1. Latar Belakang Komodifikasi Upacara Religi Tabot……………………………………………..
72
2. Komunikasi Pemasaran dalam Pengembangan Upacara Tabot……………………………………
74
a. Proses Komunikasi Pemasaran……………….
74
b. Media Komunikasi Pemasaran……………….. commit to user
78
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Feedback Khalayak terhadap Komodifikasi Upacara Tabot………………………………..
84
E. Pokok-pokok Temuan dan Pembahasan…………….
86
1. Pokok-pokok Temuan…………………………….
86
2. Pembahasan………………………………………
88
a. Pariwisata sebagai Multi-disciplinary Approach……………………………………..
89
b. Pariwisata Bengkulu dalam Perspektif Teori Kritis………………………………………… BAB V
90
PENUTUP…………………………………………….
97
A. Kesimpulan………………………………………..
97
B. Implikasi……………………………………………
98
C. Saran……………………………………………….
99
Daftar pustaka
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Daftar tabel Halaman Tabel 1
Daftar Nama Ketua KKT Tabot Sakral…………………
55
Tabel 2
Daftar Nama Ketua KKT Tabot Pembangunan................
56
Daftar Gambar Halaman Gambar 1
Proses Pertukaran............................................................
37
Gambar 2
Kerangka Berpikir...........................................................
40
Gambar 3
Model Analisis Interaktif.................................................
47
Gambar 4
Struktur Organisasi Keluarga Kerukunan Tabot 2005-2008........................................................................
commit to user
xii
58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Yuliati. S 220908013. Upacara Religi dan Pemasaran Pariwisata : Studi Tentang Komodifikasi Tabot Di Propinsi Bengkulu. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya tradisi Tabot yang merupakan tradisi menyambut Muharram. Pemerintah Bengkulu menjadikan perayaan Tabot sebagai komoditi pariwisata yang diandalkan. Tetapi perayaan Tabot ini belum dikenal oleh wisatawan lokal apalagi wisatawan mancanegara sehingga belum mampu menarik wisatawan untuk datang ke Propinsi Bengkulu. Untuk meningkatkan wisatawan agar datang ke Propinsi Bengkulu untuk melihat festival Tabot diadakan promosi. Karena dengan meningkatknya wisatawan dapat meningkatkan pendapatan asli daerah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses-proses komodifikasi terhadap upacara Tabot untuk kepentingan pemasaran pariwisata Propinsi Bengkulu. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, sumber data diperoleh dari kepustakaan. Sedangkan pengumpulan datanya dari wawancara, dokumentasi dan penelitian pustaka. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah purposive sampling. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis interaktif. Dan validitas data yang digunakan adalah teknik triangulasi patton. Festival Tabot merupakan program yang dibuat Dinas Pariwisata yang bekerjasama dengan Kerukunan Keluarga Tabot untuk pengembangan potensi pariwisata sebagai komoditas pariwisata. Tabot sebagai kebutuhan masyarakat Bengkulu telah memenuhi persyaratan, keaslian (Originality), kelangkaan (Scarsity), keutuhan (Wholesomeness) sebagai asset yang sangat berharga untuk dikemas lebih baik secara professional dalam perkembangan kepariwisataan di Bengkulu. Media komunikasi yang digunakan agar masyarakat luas dengan mudah mengakses informasi mengenai Tabot adalah dengan media komunikasi pemasaran yang dilakukan melalui media cetak dan media elektronik serta membuat selebaran atau leafet.
Kata kunci : Upacara religi, pemasaran pariwisata, komodifikas
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
i
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kepariwisataan
nasional
mempunyai
sifat
berlingkup
global,
berpengaruh luas secara ekonomi dan sosial budaya. Kepariwisataan nasional harus mampu membentuk, mengembangkan dan meningkatkan nilai budaya dan masyarakat Indonesia. Kepariwisataan juga menampilkan kepribadian berdasarkan jiwa semangat, serta nilai-nilai luhur bangsa Indonesia sehingga perlu untuk memiliki kemampuan untuk pelestarian lingkungan hidup, dan memperhatikan faktor-faktor di luar kepariwisataan itu sendiri sehingga memerlukan koordinasi berbagai sektor. Pengembangan pariwisata dan kebudayaan tidak lepas dari peran Dinas Pariwisata dan masyarakat daerah setempat yang mengadakan MoU guna mencapai tujuan pengembangan kepariwisataan. Banyak tradisi budaya yang telah sukses dikomodifikasi menjadi aset pariwisata yang dapat memajukan daerah tersebut, seperti Pesarean Gunung Kawi. Pesarean Gunung Kawi yang dahulu sarat akan spiritual dan keangkerannya berubah menjadi obyek yang menarik untuk dikunjungi dengan rangkaian acara yang berlangsung didalamnya. Selain itu juga kebudayaan Batak Toba yang telah berhasil dikomodifikasi dalam bentuk seni pertunjukan sebagai atraksi budaya, yang merupakan strategi pengembangan pariwisata dengan memberdayakan sumber daya budaya dan keindahan alam danau Toba. commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
Kebudayaan dan pariwisata merupakan salah satu sektor unggulan dalam pembangunan Daerah Bengkulu. Untuk kebijakan pembangunan pariwisata tersebut dituangkan dalam bentuk pengembangan dan penataan sepanjang pantai kota Bengkulu sebagai pusat kawasan strategis pariwisatan kota Bengkulu. Berbagai sarana dan prasarana dasar telah dibangun oleh pemerintah, termasuk pembangunan fasilitas penunjang wisata. Sedangkan bidang kebudayaan adalah mengembangkan berbagai potensi budaya (tourism heritage) menjadi atraksi wisata diantaranya adalah event pariwisata budaya, seperti Festival Tabot. Sebagaimana diketahui kebudayaan itu dapat berubah-ubah seiring dengan perjalanan waktu, lebih-lebih jika ada pengaruh luar. Perubahan dalam kebudayaan itu mungkin saja dapat melahirkan kebudayaan baru yang akhirnya tumbuh dan berkembang di kehidupan masyarakat pendukungnya. Kebudayaan kebudayaan di waktu yang lampau dalam pertumbuhan dan perkembangannya dari masa ke masa dapat berkembang apabila didukung oleh pendukung kebudayaan itu bukan saja oleh manusia seorang diri melainkan masyarakat seluruhnya. Di dunia pariwisata, budaya dan adat istiadat yang masih hidup dan berkembang ditengah-tengah masyarakat pendukungnya telah menjadikan daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah. Manusia menempuh jarak ribuan mil hanya untuk mengetahui kebudayaan suatu daerah. Kebudayaan dan tradisi yang berkembang di masyarakat merupakan asset wisata budaya yang memiliki nilai dan keunggulan tersendiri commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan sebagai mata rantai warisan serta kekayaan budaya bangsa Indonesia. Potensi budaya dan adat istiadat tersebut hendaknya harus selalu dijaga dan lestarikan agar dapat diwariskan pada generasi yang akan datang. Namun sebuah ungkapan "tak kenal maka tak sayang" sungguh merupakan suatu kendala besar yang dihadapi dalam pelestarian budaya. Berbagai upaya dapat dilakukan untuk menjaga warisan budaya tersebut, agar dapat tetap hidup dan berkembang pada generasi berikutnya. Salah satu dari sekian banyaknya warisan budaya yang berkembang di Indonesia adalah Tabot yang ada di Bengkulu. Prosesi ritual Tabot ini hidup dan berkembang di sebagain masyarakat terutama Kota Bengkulu. Tabot merupakan suatu perayaan tradisional dengan bermacam-macam upacara yang heroism. Nama TABOT sendiri berasal dari bahasa Arab yaitu "TABUT", yang secara harfiah berarti "Kotak atau Peti". Asal mula perayaan Tabot terkait pada kisah perjuangan Cucu Nabi Muhammad SAW yang bernama Husein (anak dari Siti Fatimah Az-Zahroh Binti Muhammad), dimana Husien gugur dalam peperangan di suatu tempat yang bernama Padang Karbala melawan kaum Kawarij. Beliau gugur dalam sebuah peperangan yang tidak seimbang karena Laskar yang beliau pimpin tidak seimbang dengan jumlahnya musuh. Tradisi Tabot merupakan sebuah tradisi menyambut Muharram. Tabot juga menapak di Padang, Aceh, dan Palembang. Tetapi yang paling terkenal adalah Tabot Bengkulu. Menurut Dahri (2008) tradisi Tabot dapat menjadi commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
media pemersatu elemen masyarakat, terutama di dalam mazhab-mazhab Islam, yaitu Sunni dan Syi‟i. Sebagai media pemersatu, Tabot Bengkulu dapat menjadi media pariwisata. Pada saat ada perayaan Tabot, orang-orang dari berbagai daerah di Bengkulu dan luar kota banyak yang datang ke Bengkulu. Perayaan ini juga mengundang pedagang-pedagang dari daerah lain. Orang-orang Lombok, misalnya membawa cinderamata tersendiri untuk dijual di Bengkulu. Orangorang dari Bali juga sama. Dari segi pariwisata, fenomena ini sangat menguntungkan. Oleh karena itu, pemerintah Bengkulu menjadikan perayaan Tabot ini sebagai komoditi pariwisata yang diandalkan. Akan tetapi perayaan Tabot ini, belum banyak dikenal oleh wisatawan lokal apalagi wisatawan mancanegara sehingga belum mampu menarik wisatawan untuk datang ke Propinsi Bengkulu. Dengan kata lain wisatawan yang hendak ditarik untuk datang harus diberi tahu atraksi wisata yang akan disajikan. Keinginan calon wisatawan harus didorong agar mau dan datang pada saat diselenggarakannya festival Tabot. Dengan adanya promosi, maka festival Tabot di Propinsi Bengkulu akan semakin dikenal dan mampu meningkatkan arus wisatawan untuk datang ke Propinsi Bengkulu. Dengan meningkatnya arus wisatawan yang masuk maka akan diperoleh juga beberapa manfaat, diantaranya adalah meningkatnya pendapatan asli daerah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
5 digilib.uns.ac.id
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah proses-proses komodifikasi terhadap upacara Tabot untuk kepentingan pemasaran pariwisata Propinsi Bengkulu?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah tersebut diatas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui proses-proses komodifikasi terhadap upacara Tabot untuk kepentingan pemasaran pariwisata Propinsi Bengkulu.
D. Manfaat Hasil penelitian yang berupa Upacara religi dan pemasaran pariwisata: studi tentang komodifikasi Tabot di Propinsi Bengkulu, di harapkan bermanfaat: 1. Manfaat Akademik Bagi ilmu pengetahuan terutama ilmu komunikasi, di harapkan dapat memberikan sumbangan untuk memperkaya kajian-kajian yang terkait dengan ilmu komunikasi khususnya tentang Upacara religi dan komodifikasi Tabot di Propinsi Bengkulu. 2. Manfaat praktis Memberikan deskripsi tentang Upacara religi dan pemasaran pariwisata: studi tentang komodifikasi Tabot di Propinsi Bengkulu. Deskripsi tersebut commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
di harapkan di masa datang dapat di jadikan materi pertimbangan dan masukan bagi Pemerintah Propinsi Bengkulu untuk meningkatkan Pemasaran Kepariwisataan Daerahnya melalui Upacara Religi Tabot.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TELAAH PUSTAKA
A. Komodifikasi Budaya dan Teori Kritis 1. Komodifikasi Budaya dalam Perspektif Media Politik-Ekonomi Komodifikasi diturunkan dari kosa kata Inggris, yakni 'commodification' yang berasal dari akar kata 'commodity', yang artinya adalah, "something produced for sale" (Webster's New World Encyclopedia dalam Kasiyan, 2007). Komodifikasi dapat diasumsikan proses transformasi barang dan jasa dari nilai gunanya menjadi komoditas yang berorientasi pada nilai tukarnya di pasar. Karena nilai tukar berkaitan dengan pasar dan konsumen, maka proses komodifikasi pada dasarnya adalah mengubah barang/jasa agar sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen. Pada proses transformasi dari nilai guna menjadi nilai tukar, dalam media massa selalu melibatkan para awak media, khalayak pembaca, pasar, dan negara apabila masing-masing di antaranya mempunyai kepentingan (Mosco, 1996). Komodifikasi adalah gejala kapitalisme. Yaitu upaya untuk memperluas
pasar,
meningkatkan
keuntungan
sebesar-besarnya
dilakukan dengan membuat produk atau jasa yang disukai oleh konsumen. Barang dikemas dan dibentuk sedemikian rupa sehingga disukai oleh konsumen. Sedangkan ciri dari komodifikasi itu sendiri commit to user
7
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
adalah adanya perubahan format yang menyesuaikan dengan keinginan konsumen. Konsumen atau khalayak menjadi tujuan utama, atau bahkan satu-satunya. Dengan menjangkau khalayak sebanyak-banyaknya diharapkan bisa mendatangkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Dan adapun Jenis-jenis komodifikasi dalam ekonomi politik media antara lain adalah (Mosco, 1996) : a. Komodifikasi Isi (Content Commodity) : Komodifikasi isi yang melibatkan transformasi pesan agar pesan lebih diterima oleh pasar (marketable). Misalnya, surat kabar, berita lebih memperhitungkan nilai berita agar bias diterima oleh pasar. b. Komodifikasi Khalayak (Audience Commodity) : Ekonomi politik memperluas lebih lanjut analoginya dengan memeriksa bagaimana hubungan antara modal dan para penonton pada titik penerimaan yang dilakukan diatas perluasan peyiaran komersial.Komodifikasi khalayak terbagi menjadi 2 yaitu : 1) Komodifikasi Intrinsik : Komodifikasi yang melekat secara langsung dari program atau acara yang dibuat oleh media. Upaya untuk mengetahui karakteristik khalayak, dan keinginan spesifik dari masing-masing khalayak. Komodifikasi ini membutuhkan prosedur dan ukuran untuk menentukkan secara akurat disemua tahapan produksi, pertukaran dan konsumsi. 2) Komodifikasi Ekstensif : Proses komodifikasi yang terjadi dan mengalami
perluasan melibatkan commit to user
institusi
pendidikan,
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pemerintah, budaya, telekomunikasi dsb. Komodifikasi ini memasukkan
transformasi
dari
ruang
umum
menjadi
kepemilikan privat seperti untuk mall dsb. Komodifikasi ini terutama diwujudkan lewat iklan-iklan komersial. 3) Komodifikasi Pekerja (Labour Commodity) : Transformasi proses kerja dalam kapitalisme. Buruh merupakan kesatuan konsep dari pembuahan, atau kekuatan invasi, imagine dan pekerjaan desain dan pelaksanaan, atau kekuatan untuk melaksanakannya. Dalam proses komodifikasi, tindakan modal untuk memisahkan konsepsi dari eksekusi, keterampilan atau skill dari kemampuan untuk melaksanakannya. Pendekatan terhadap realitas budaya yang ada sekarang ini yaitu budaya massa (mass culture). Budaya massa dilihat sebagai sebuah bentuk fasisme karena merupakan semacam kebudayaan industri atau culture industries (Fajar Junaedi dalam Kartono, 2005 : 2). Dalam artian di dalamnya terdapat aspirasi, selera, gaya hidup massa yang dikendalikan oleh sekelompok elit (produser budaya). Massa digiring ke arah seni dan tontonan yang mudah untuk dicerna dan yang menimbulkan daya pesona yang diproduksi melalui corak produksi kapitalisme. Hasil penelitian Vincet Cho (2001: 399) mengatakan bahwa ”hasil perhitungan prediksi jumlah wisatawan yang berkunjung ke negara-negara yang diteliti seperti Korea, Taiwan, Singapore dan Korea commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sangat tergantung dari pengaruh faktor ekonomi masing-masing negara, baik negara yang dituju maupun negara asal wisatawan”. Seiring laju perkembangan kapitalisme, budaya lokal yang lebih ironisnya upacara religi agama dikomodifikasi sebagai sesuatu yang mudah dicerna oleh semua orang melalui ikon-ikon yang mudah menarik perhatian massa. Budaya massa tidak bisa dipisahkan lagi dari budaya industri yang telah menjadi wacana dominan dalam budaya kontemporer. Industrialisasi yang lengkap dengan peran kapitalisme di dalamnya mengharuskan proses pe-massa-an atau komodifikasi segala sesuatu agar sebuah industri dapat terus berlangsung. Secara umum, definisi tentang ”komodifikasi” dapat ditarik dengan menguraikan kata komoditas dan modifikasi. Komoditas artinya barang dagangan atau barang
niaga
dan
modifikasi
artinya
perubahan,
pengubahan
(Adiwimarta, 1993). Dari kedua arti kata tersebut maka dapat disimpulkan arti komodifikasi adalah proses pengubahan menjadi barang dagangan. Dalam ruang komodifikasi upacara realigi dalam kemasan pariwisata berarti upacara religi menjadi sumber daya yang dikomodifikasi untuk dieksploitasi yakni melalui kegiatan komunikasi pemasaran. Akhirnya muncul suatu upacara komoditas, yakni upacara yang didalamnya berlangsung produksi barang-barang, bukan terutama bagi pemuasan keinginan dan kebutuhan manusia, tapi demi profit atau keuntungan.
Industri
budaya
inilah
yang
menandakan
proses
industrialisasi dari budaya yang diproduksi secara massif dan commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
komersialisasi yang mengendakilan sistem. Industri budaya ditampilkan dalam ciri yang sama dengan produk lainnya dalam produksi massa yaitu komodifikasi, standarisasi dan massifikasi. Kellner (1998 : 29) mengungkapkan sebagai berikut : The critical theorists analized all mass mediated cultural artifact within the context of industrial production, in which the arthifact of the culture industries exhibited the same features as other product of mass production; commodification, standardization, and massification. The product of the culture industries had the specific function, however, of providing ideological legitimation of the existing capitalist societies and of integrating individual into the framework of mass culture and society. Komodifikasi awalnya ditentukan adanya standarisasi oleh sekelompok pemilik modal dalam industri budaya dengan parameter hukum pasar, dimana produk yang dianggap standar jika berlaku di pasar dan memungkinkan proses produksi budaya dalam jumlah yang massif yang mengakibatkan segala jenis budaya apapun dijadikan suatu komunitas. Karya budaya yang mengalami revolusioner ini kemudian mengalami
perubahan
yang
memiliki
keunikan,
keistimewaan
dibanding lainnya. Dalam hal ini komunikasi pemasaran baik periklanan atau bentuk lainnya secara khusus mampu mengeksploitasi kondisi ini dan memberi citra (image) yang lebih baik. Jadi yang mengendalikan industri budaya adalah segelintir kelas kapitalis yang mengemasnya melalui komodifikasi menjadi budaya massa yang afirmatif. Melalui berbagai programnya, media massa telah menjadi alat transfer nilai dari suatu system social ke system social yang lain. Media commit periklanan to user massa telah menjadi wahana utama yang menghubungkan
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
produsen dan konsumennya. Media menjadi mediator penting antara Negara dan rakyatnya, sehingga media tidak hanya menjalankan fungsi social namun juga fungsi ekonomi dan politis ideology. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Jurowski (2001: 359) mengatakan bahwa perkembangan ekonomi suatu Negara dapat diindentifikasikan dengan perkembangan pariwisata yang ada dinegara tersebut. Semakin tinggi tingkat minat wisatawa dalam sebuah Negara, maka ekonomi Negara tersebut juga akan semakin meningkat. Dalam perspektif politik ekonomi, komodifikasi biasanya mengejawantah dalam bentuk-bentuk komersial dimana negara menempatkan bentuk aturan didasarkan standar pasar dan menetapkan aturan pasar. Komodifikasi menjadi alat utama untuk mengubah relasi sosial menjadi relasi ekonomi (Curran, 1996 : 16). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa komodifikasi isi media berarti mengubah pesan menjadi produk yang dipasarkan. Sebagaimana pendapat Mosco (dalam Kartono, 2005 : 177), ”Commodification processes analysed included media centent as commodity, the sale of audiences to advertisers, the collection and sale of personal information, and intrusion of advertising into public spaces”. Jadi, komodifikasi budaya (upacara religi) berarti mengubah upacara religi menjadi produk yang dapat dipasarkan. Komodifikasi yang didukung oleh media massa dalam bentuk komunikasi pemasaran (periklanan) dapat mengecam berbagai bentuk norma, nilai, identitas dan symbol-simbol budaya local. Lambat laun commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
nilai-nilai budaya local seperti juga yang terdapat dalam upacara religi tersebut, akan mengalami pergeseran dan bisa dimungkinkan oleh nilainilai budaya baru. Dalam dinamika kapitalisme lanjut, relasi antara masyarakat , penonton dan media berjalin dalam lingkup “masyarakat komoditas”. Hilangnya identitas, keterasingan, dan ketidaktahuan norma mana yang harus dipegang menyebabkan masyarakat begitu mudah dipengaruhi media. Media menjadi sarana pemberi identitas, menyediakan kawan, menampilkan penafsiran tentang kejadian-kejadian, dan secara tidak langsung mengarahkan massa pada pengambilan keputusan. Di samping itu, media memberi pemuasan akan kebutuhan manusia dan mempengaruhi cara berpikir. Dalam konteks ini, perlu diwaspadai pengaruh buruk media dalam konteks kemurnian sebuah ajaran agama. Penyampaian sebuah tata laku hidup yang disajikan dalam bentuk hiburan seringkali menjadikan hiburan itu sendiri sebagai substansi utama dan bukan pada nilai-nilai yang hendak disampaikan. Bias-bias pemahaman agama menjadi fakta tak terbantahkan manakala ide-ide tentang kesucian ajaran bercampur aduk dengan representasi yang sekadar menghibur dan menarik perhatian. Meminjam pemikiran Adorno pula, Wuryanta dan Handayani (http://ekawenats.blogspot.com) menggambarkan bahwa masyarakat komoditas
ditandai
dengan
empat
aksioma
penting.
Pertama,
masyarakat yang di dalamnya berlangsung produksi barang-barang, commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bukan terutama bagi pemuasan keinginan dan kebutuhan manusia, tetapi demi profit dan keuntungan. Kedua, dalam masyarakat komoditas, muncul kecenderungan umum ke arah konsentrasi kapital yang massif dan luar biasa yang memungkinkan penyelubungan operasi pasar bebas demi keuntungan produksi massa yang dimonopoli dari barang-barang yang distandarisasi. Kecenderungan ini akan benar-benar terjadi, terutama terhadap industri komunikasi. Ketiga, hal yang lebih sulit dihadapi oleh masyarakat kontemporer adalah meningkatnya tuntutan terus menerus, sebagai kecenderungan dari kelompok yang lebih kuat untuk memelihara, melalui semua sarana yang tersedia, kondisi-kondisi relasi kekuasaan dan kekayaan yang ada dalam menghadapi ancaman-ancaman yang sebenarnya mereka sebarkan sendiri. Dan keempat, karena dalam masyarakat kita kekuatan-kekuatan produksi sudah sangat maju, dan pada saat yang sama, hubunganhubungan produksi terus membelenggu kekuatan-kekuatan produksi yang ada, hal ini membuat masyarakat komoditas “sarat dengan antagonisme” (full of antagonism). Antagonisme ini tentu saja tidak terbatas pada “wilayah ekonomi” (economic sphere) tetapi juga ke “wilayah budaya” (cultural sphere). Sebagaimana dikemukakan Adorno dan Horkheimer, industri budaya dapat dimengerti sebagai budaya yang sudah mengalami komodifikasi serta industrialisasi, diatur dari atas (maksudnya kalangan teknisi serta industriawan yang bekerja di media massa, misalnya surat commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kabar dan stasiun televisi), dan secara esensial memang diproduksi semata-mata untuk memperoleh keuntungan (making profits). Dengan kata lain, industri budaya ditandai oleh proses industrialisasi dari budaya yang diproduksi secara massal serta memiliki imperatif komersial, sehingga proses yang berlangsung dalam industri budaya ini adalah komodifikasi, standardisasi, serta masifikasi. Komodifikasi berarti memperlakukan produk-produk budaya sebagai komoditas yang tujuan akhirnya adalah untuk diperdagangkan. Standardisasi berarti menetapkan kriteria tertentu yang memudahkan produk-produk industri budaya itu mudah dicerna oleh khalayaknya. Adapun masifikasi berarti memproduksi berbagai hasil budaya dalam jumlah massal agar dapat meraih pangsa pasar seluas-luasnya.
2. Teori Kritis E.M Griffin dalam bukunya A First Look At Communication Theory, memetakan adanya kecenderungan beberapa pendekatan dalam tradisi lingkungan komunikasi. Dalam penelitian-penelitian ilmu komunikasi terdapat tujuh tradisi yang biasa dipakai yaitu Tradisi Psikologi Sosial (The Socio-Psichological Tradition), Tradisi Cybernetik (The Cybernetic Tradition), Tradisi Retorika (The Retorical Tradition), Tradisi Semiotik (The Semiotic Tradition), Tradisi Kritis (The Critical Tradition), dan Tradisi Fenomenologi atau The Phenomenological commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tradition (Narwaya, 2006 : 86). Pada penelitian ini, berpijak pada tradisi kritis. Pendekatan-pendekatan kritis menyelidiki kondisi-kondisi social untuk mengungkapkan pengaturan-pengaturan yang merusak, biasanya tersembunyi di balik peristiwa sehari-hari (Littlejohn, 2001 : 207). Kebanyakan teori kritis mengajarkan bahwa pengetahuan adalah kekuatan, karena pemahaman cara-cara untuk mengambil tindakan dan merubah kekuatan-kekuatan yang menekan. Dalam ilmu sosial kritis melakukan sebuah usaha sadar untuk memadukan teori dan tindakan. Penelitian kritis bertujuan mengungkapkan cara-cara dimana kepentingan-kepentingan yang berbenturan dan dimana konflik-konflik diselesaikan dengan keuntungan kelompok-kelompok tertentu terhadap yang lain. Proses dominasi seringkali tersembunyi dari pandangan, dan teori kritis bertujuan mengungkap proses-proses ini. Oleh karena itu, teori-teori kritis seringkali menyekutukan diri dengan kelompokkelompok yang marginal. Teori kritis menurut Horkheim (dalam Narwaya, 2006 : 163-164) mempunyai empat kekhasan ciri yaitu : 1. Bersifat histories, artinya teori kritis diperkembangkan berdasarkan situasi masyarakat yang konkret dan berpijak diatasnya. 2. Teori kritis juga kritis terhadap dirinya sendiri karena Teori Kritis dibangun atas kesadaran penuh dan keterlibatan penuh para commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pemikirnya. Dengan demikian membuka dari segala kritik, evaluasi dan refleksi terhadap dirinya. 3. Teori kritis selalu mempunyai kecurigaan penuh terhadap masyarakat aktual, karena secara mendasar ia selalu akan mempertanyakan segala kenyataan yang ada di balik kedok ideologis. 4. Teori kritis dibangun demi sebuah praksis, artinya Teori Kritis dibangun untuk mendorong terjadinya transformasi masyarakat dengan jalan praksis. Pengertian Teori Kritis merupakan kelanjutan dari kultur perkembangan pemikir-pemikir kritis sejak Immanuel Kant, Hegel, Karl Marx, dan juga tradisi psikoanalisa Sigmund Freud. Teori Kritis beranggapan
bahwa
yang
terpenting
bukan
bagaimana
“fakta”
diinterpretasikan, melainkan bagaimana fakta atau realitas dipahami secara holistik, dan menjadi bagian bersama dari subjek yang terlibat. Fokus yang menjadi kajian penting dalam ilmu sosial kritis adalah aksi masyarakat, dan perilaku manusia secara objektif. Ciri khas yang melekat pada Teori kritis adalah upaya untuk meneliti bukan hanya pada kenyataan yang parsial, melainkan seluruh totalitas yang berpengaruh (Narwaya, 2006 : 178). Jadi proyek Teori Kritis adalah upaya untuk memberi perlawanan kesadaran terhadap dominasi, cara teknologis ini. Teori kritis tidak berupaya mencari kebenaran sebuah fakta, apalagi membiarkannya dalam kondisi apa adanya. Teori ini berupaya menjelaskan fakta dalam rangka emansipasi terhadap kondisi masyarakat. Capaian akhir dari kesadaran commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kritis adalah sebuah perubahan yang signifikan terhadap kebutuhankebutuhan yang konkret dapat dirasakan masyarakat, dimana masyarakat adalah sumber sekaligus pelaku perubahan itu sendiri. Karena teori kritis begitu luas, sangat sulit mengelompokannya dalam teori komunikasi. Dennis Mumby (dalam Littlejohn, 2001 : 208) mengklasifikasikan komunikasi dalam dua kelompok besar yaitu modern dan posmodern, berdasar dikotomi sederhana ”posisi diskursus” dari radikal modern ke modern postmodern, dengan rincian sebagai berikut : 1. Discourse of representative / positive modernis. Para ahli membuat perbedaan tajam antara peneliti dan dunia. Orang menerima realitas diluar dirinya dan merepresentasikannya dengan bahasa. Yang termasuk dalam teori ini adalah semiotika, teori produksi dan penerimaan pesan. 2. Discourse of understanding / interpretive modern. Tidak ada jarak antara peneliti dengan yang diteliti. Realitas digambarkan sebagai interaksi antara yang tahu dan ingin diketahui. Yang termasuk dalam teori ini simbolik interaksionis, konstruksi sosial, interpretasi dan budaya. 3. Discourse of suspicion (critical modernism). Ini berada pada tradisi struktural. Karena itu merupakan sebuah kritik struktur yang digambarkan dari struktur sosial yang nyata ada disamping persepsi manusia dan berlangsung terus menerus. commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Discourse vulnerability (postmodern). Merupakan poststruktural karena itu mengingkari keberadaan berbagai struktur sosial yang nyata berlangsung terus menerus. Jadi critical modernism dan postmodern-lah yang merupakan kelompok teori kritis.
a. Pendekatan strukturalis (Kritis Struktural) Pendekatan ini meyakini bahwa dalam suatu struktur terdapat suatu penindasan. Teori kritis struktural berawal dari gagasan-gagasan Karl Mark (Littlejohn, 2001 : 208). Mark mengajarkan bahwa alat-alat produksi dalam masyarakat menentukan sifat masyarakat itu, yang merupakan pemikiran linear dasar marxisme, hubungan dasar suprastruktur. Perekonomian merupakan dasar semua struktur sosial. Dalam sistem kapitalis, keuntungan menggerakkan produksinya, sehingga mendominasi buruh. Kelompok kelas pekerja ditekan kelompok yang lebih kuat. Semua institusi yang memperkuat dominasi dalam sebuah masyarakat kapitalis dimungkinkan oleh sistem perekonomian ini. Bila kelas pekerja melawan kelas dominan, alat produksi bisa dirubah dan pembebasan buruh dapat dicapai. Pembebasan ini membuat kemajuan alamiah yang lebih jauh dalam sejarah, dimana kekuatan-kekuatan penekan berbenturan dalam sebuah dialektis yang mengakibatkan munculnya sebuah tatanan sosial yang lebih tinggi. Teori marxis ini disebut analisis ekonomi politik. commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berbeda dengan model sederhana dasar suprastruktur Marx. Kebanyakan teori kritis kontemporer memandang proses sosial sebagai overdetemined
atau
disebabkan
oleh
berbagai
sumber.
Mereka
memandang struktur sosial sebagai sebuah sistem dimana banyak hal saling berinteraksi. Para teoritisi kritis menganggap tugas mereka adalah saling mengungkap kekuatan penekan melalui analitis dialektis yang dirancang untuk mengekspos perjuangan mendasar antara kekuatankekuatan yang bertentangan. Bahasa merupakan kendala penting bagi ekspresi individu, karena bahasa dari kelas yang dominant menyulitkan kelompok dari kelas pekerja untuk memahami situasi mereka. Bahasa yang dominan menentukan dan memperkuat tekanan terhadap kelompok marginal. Adalah tugas teoritisi untuk menciptakan bentuk-bentuk bahasa baru yang akan memungkinkan ideolog dominan diekspos. Hegemoni merupakan proses dominasi, dimana sekumpulan pemikiran merongrong atau menekan yang lain (Littlejohn, 2001 : 211). Ia merupakan proses melalui mana sebuah kelompok menjalankan kepemimpinan atas yang lain. Konsep ini diuraikan secara lengkap oleh Marxis Italia Antonio Gramsci. Hegemoni bisa terjadi dengan banyak cara. Ia terjadi bila peristiwa-peristiwa atau teks diinterpretasikan dengan cara yang menaikkan kepentingan-kepentingan satu kelompok atas kelompok lain. Ini merupakan proses halus untuk membuat kepentingan kelompok commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
21 digilib.uns.ac.id
bawahan tunduk pada kelompok dominan. Ideologi memerankan peran sentral dalam proses ini karena ia membentuk struktur bagaimana orang memahami pengalaman mereka dan menginterpretasikan peristiwa. Dennis Mumby telah mengemukakan teori persuasif tentang hegemoni dalam organisasi-organisasi yang menggambarkan proses ini dengan baik. Menurut Mumby, organisasi merupakan tempat-tempat dimana perjuangan hegemoni berlangsung. Kekuasaan dibentuk dalam organisasi melalui dominasi satu ideologi lainnya. Mumby menunjukkan bagaimana budaya suatu organisasi melibatkan proses yang mengandung muatan politik. Komunikasi dalam organisasi tidak hanya berfungsi membentuk pengertian, tetapi juga menciptakan kekuasaan dan hegemoni. Mahzab Frankfurt Mahzab Frankfurt memperkenalkan studi komunikasi kritis yang menggabungkan beragam pendekatan, seperti ekonomi politik media, analisis teks budaya dan ideologi dari komunikasi dan budaya massa (Agger, 2003 : 180). Salah satu tradisi Marxis adalah aliran atau mahzab Frankfurt, yang merupakan suatu tradisi penting dalam studi-studi kritis sehingga sering dikenal sebagai Teori kritis. Mazhab Frankfurt mengemukakan prinsip dasar peradaban Barat yang di dalamnya khusus Marx tentang alienasi dapat ditempatkan dominasi pada masa kapitalisme akhir dapat dilacak dari ide Yunani awal tentang bagaimana orang (subyek) dapat menguasai dunia (objek). Teoritisi kritis mengemukakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
22 digilib.uns.ac.id
sumber dominasi, seperti dalam Dialectic of Enlightmenr, Horkheimer dan Adorno mengembangkan konsep budaya. Dalam konsep industri budaya, mereka mengacu pada cara dimana hiburan dan media massa menjadi industri pada masa kapitalisme pasca Perang Dunia II baik dalam mensirkulasi komoditas budaya maupun dalam memanipulasi kesadaran manusia. Penekanan mazhab Frankfurt pada potensi kritis seni dan budaya nonkomodifikasi, yang menahan penyerapannya ke dalam industri budaya, telah memicu serangan dari berbagai sisi. Kelompok konservatisme budaya menyatakan bahwa budaya memang dan seharusnya bersifat politis. Marxis ortodoks berpandangan bahwa karena keunggulan ekonomi, budaya bukanlah medan perang yang relevan. Pendukung cultural studies mengindikasikan kedukaan Frankfurt pada budaya tinggi. Akhirnya dari pinggiran mazhab Frankfurt itu sendiri, Walter Benjamin berpandangan bahwa reproduksi mekanisme budaya yang disebarluaskan melalui media cetak dan elektronik, memiliki potensi untuk menyebarkan pesan kritis dan kebebasan. Industri budaya telah membantu memanipulasi kesadaran sehingga memperpanjang kapitalisme yang dulu kemundurannya diharapkan Marx. Meskipun Marx menyatakan budaya dapat berfungsi secara ideologis (misalnya analisis tentang agama), dia menakar secara lebih berat dalam analisi ekonomi politik kapitalismenya. Argumen industri budaya tidak mematahkan kerangka teoritis dasar Marx, yang mengaitkan logika kapital commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan hubungan manusia yang difetisisasi komoditaskan, membuat keuntungan melalui hubungan manusia yang dimistifikasi sehingga dialami sebagai sesuatu yang alami, pengaturan yang seolah-olah alami, yang disebut Marx sebagai fetisisme komoditas. Intinya adalah bahwa mazhab Frankfurt memelopori culture studies dengan teori budaya mereka, mengatasi pelecehan mereka karena budaya pop lewat serangkaian pembacaan budaya secara provoatif. Jika teori budaya bagi mazhab Frankurt adalah satu latihan untuk melacak sejauhmana kedalaman dominasi telah tenggelam dalam pengalaman sehari-hari, cultural studies bagi teoritisi dan kritikus berikutnya difokuskan pada bagaimana kebudayaan sehari-hari mendapat kesempatan bagi perlawanan dan rekonstruksi lewat pengarang, pencipta, produser, dan distributor independent (Agger, 2003 : 186). Teori Komunikasi Habermas Habermas mengemukakan perubahan dari paradigma kesadaran yang menyetujui dualis barat atas subjek dan objek komunikasi ke paradigma komunikasi. Habermas percaya bahwa hanya dengan refleksi diri dan komunikasi, orang dapat benar-benar mengontrol nasib mereka dan merestrukturisasi masyarakat secara duniawi. Habermas berpandangan bahwa orang menghumanisasi dirinya melalui interaksi. Hanya melalui interaksi dan komunikasi orang dapat menguasai masyarakat, membentuk gerakan sosial dan meraih kekuasaan. commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Komunikasi menduduki posisi sentral dalam gerakan ini dan studi komunikasi masa adalah suatu yang sangat penting. Ilmuwan Framkfurt kontemporer paling terkenal adalah Jurgen Habermas dengan teori pragmatic universal dan transformasi masyarakat telah membawa pengaruh besar di Eropa dan Amerika. Teori Habermas beranjak dari pemikiran dan menampilkan pandangan kritis yang koheren tentang komunikasi dan masyarakat yang dikenal dengan istilah kapitalisme terorganisir (Agger, 2003 : 334). Habermas Littlejoh, 2001 : 213) mengajarkan bahwa masyarakat harus dipahami sebagai campuran tiga kepentingan besar yaitu pekerjaan, interaksi dan kekuasaan. 1. Pekerjaan terdiri dari usaha-usaha untuk menciptakan sumber daya material. Karena sifatnya sangat instrumental, pekerjaan pada dasarnya merupakan sebuah ”kepentingan teknis”. Ia meliputi rasionalitas instrumental, diwakili ilmu-ilmu yang bersifat empiris analitis. Teknologi digunakan sebagai instrumen mencapai hasil praktis dan didasarkan pada penelitian ilmiah. 2. Interaksi atau penggunaan bahasa dan sistem-sistem simbol lainnya dari
komunikasi.
Karena
kerjasama
sosial
diperlukan
untuk
kelangsungan hidup, Habermas menamai item kedua ini sebagai ”kepentingan praktis”. Ia melibatkan pemikiran praktis dan diwakili dalam ilmu sejarah dan hermeneutic. Kepentingan interaksi dapat dilihat
dalam
pembicaraan,
konferensi,
psikoterapi,
hubungan
keluarga, dan banyak usaha lainnya yang mengandung kerjasama. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
25 digilib.uns.ac.id
3. Kekuasaan atau tatanan sosial umumnya mengarah pada distribusi kekuasaan. Kekuasaan merupakan sebuah ”kepentingan emansipatif”. Rasionalisasi dari kekuasaan adalah self reflection dan cabang ilmu yang berhubungan dengannya adalah teori kritis. Tidak ada aspek kehidupan yang bebas dari kepentingan, bahkan ilmu pengetahuan. Sebuah masyarakat yang emansipatif bebas dari dominasi kepentingan apapun, dan setiap orang memiliki kesempatan sama untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan. Habermas meyakini bahwa sebuah lingkup publik yang kuat, terpisah dari kepentingan pribadi diperlukan untuk menjamin tercapainya keadaan ini. Habermas menggunakan istilah diskursus untuk menggambarkan jenis komunikasi khusus yang dibutuhkan saat pembicara ditentang. Berbeda dengan komunikasi ”normal”, diskursus merupakan sebuah argumentasi sistematis yang menggunakan daya tarik khusus untuk membuktikan validitas pernyataan. Ada berbagai diskursus tergantung jenis tindakan pembicaraan yang sedang dipertahankan. Pernyataanpernyataan kebenaran dipertahankan dengan diskursus teoritisi yang memberi penekanan pada bukti. Bila kepantasan sedang diperdebatkan, digunakan diskursus praktis yang memberi penekanan pada bukti. Bila kepantasan sedang diperdebatkan, digunakan diskursus praktis yang memberi penekanan pada norma-norma. Jika serikat menolak usaha untuk bargaining, kita harus menggunakan diskursus praktis untuk menunjukkan kepantasan negosiasi. Masih ada satu tingkatan yang lebih tinggi yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
26 digilib.uns.ac.id
kadang diperlukan yaitu diskursus metaetis yang mempertanyakan sifat dasar dari pengetahuan sendiri. Diskursus ini merupakan sebuah argumentasi filosofis tentang apa yang membentuk pengetahuan yang pantas. Tanda-tanda kegagalan aliran Frankfurt membawa para ahli yang menganut aliran tersebut beralih mengandalkan kemampuan superstruktur, terutama dalam wujud media massa, guna menggantikan proses sejarah perubahan ekonomi. Budaya massa yang komersial dan universal merupakan sarana utama yang menunjang tercapainya keberhasilan monopoli modal tersebut. Seluruh sistem produksi barang, jasa dan ide yang diselenggarakan secara massal membuka kemungkinan diterimanya sebagian atau seluruh sistem kapitalis dengan ketergantungannya pada rasionalitas teknologi, konsumerisme, kesenangan jangka pendek dan mitos ”tanpa kelas”. Komoditas merupakan alat utama dalam proses tersebut. b. Pendekatan Post Struktralis Penekanan pada pendekatan post strukturalis adalah studi-studi budaya melibatkan penelitian tentang cara-cara budaya dihasilkan melalui perjuangan antara ideologi-ideologi. Teori budaya Marxis khususnya Mazhab Frankfurt melihat tradisi studi budaya bersifat reformis dalam orientasinya. Kebudayaan sebagai fenomena yang lebih independent, bukan semata-mata refleksi atau representasi sistem ekonomi namun benar-benar tampak beroperasi secara independen dari ekonomi. Citra ini commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
27 digilib.uns.ac.id
terutama untuk mendapatkan efek yang mempengaruhi imajinasi dan perilaku masyarakat (Agger, 2003 : 249). Ilmuwan ingin melihat perubahan-perubahan dalam masyarakat barat dan memandang ilmu mereka sebagai sebuah perjuangan budaya sosialis. Mereka meyakini bahwa perubahan tersebut terjadi melalui dua cara. 1. Melalui identifikasi kontradiksi dalam masyarakat, resolusi yang akan mengarah pada perubahan positif dan bukannya menekan. 2. Memberikan interpretasi yang akan membantu orang memahami dominasi dan jenis-jenis perubahan yang dikehendaki (Littlejohn, 2001 : 217) Studi komunikasi massa adalah sentral bagi penelitian ini, karena media dipandang sebagai alat yang kuat dari ideologi dominan. Media memiliki potensi untuk membangkitkan kesadaran masyarakat tentang masalah-masalah kelas, kekuasaan dan dominasi. Tapi kita harus berhati-hati dalam menginterpretasikan studi budaya karena media merupakan kumpulan kekuatan institusional yang jauh lebih besar. Ada dua definisi budaya dalam ”studi-studi budaya”. Pertama adalah pemikiran-pemikiran yang sama dimana masyarakat bersandar, atau cara-cara kolektif dimana suatu kelompok diproduksi dan di reproduksi dalam praktekprakteknya. Teori budaya menyatakan bahwa masyarakat kapitalis didominasi oleh ideologi tertentu dari elit. Bagi pekerja di masyarakat ideologi yang dominan itu tidak nyata karena ia tidak merefleksikan kepentingan mereka. Sebaliknya ideologi yang dominan itu terlibat dalam sebuah hegemoni menentang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
28 digilib.uns.ac.id
kelompok yang tidak berdaya. Meskipun demikian, hegemoni selalu merupakan proses mengalir, apa yang oleh Hall (Littlejohn, 2001 : 218) disebut sebagai suatu keadaan temporer dalam sebuah “arena perjuangan”. Oleh sebab itu kita harus “berfikir tentang masyarakat sebagai formasi yang kompleks, bisa bertentangan, selalu spesifik secara historis”. Dengan kata lain, perjuangan antara ideologi-ideologi yang saling bertentangan senantiasa berubah. Teori Marxis awal mengajarkan bahwa infrastruktur (basis sumber daya ekonomi) menentukan suprastruktur. Tetapi dalam studi-studi budaya, hubungan tersebut diyakini sebagai sesuatu yang lebih kompleks. Kekuatankekuatan dari masyarakat dianggap overdetermined atau disebabkan oleh berbagai sumber. Oleh sebab itu, infrastruktur bisa saling bergantung. Karena kompleksnya hubungan sebab akibat dalam masyarakat, tidak ada kondisikondisi tertentu yang dibutuhkan untuk memunculkan suatu hasil tertentu.
3. Ideologi sebagai Distorsi Realitas Dalam pengertian paling umum, ideologi adalah pikiran yang terorganisir, yakni nilai, orientasi, kecenderungan yang saling melengkapi sehingga terbentuk perspektif-perspektif ide yang diungkapkan melalui komunikasi dengan media teknologi dan komunikasi antar pribadi (Lull, 1998 : 1). Ideologi merupakan ungkapan yang tepat untuk mendeskripsikan nilai dan agenda publik suatu bangsa, kelompok agama, kandidat dan pergerakan politik, dan sebagainya. Tetapi istilah itu paling sering menunjukkan commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hubungan antara informasi dan kekuatan sosial dalam konteks ekonomi politik dan ekonomi dalam masyarakat. Sejalan dengan pemikiran Karl Marx, ideologi dimengerti oleh Karl Mark (Suseno, 2001 : 122) sebagai, ”ajaran yang menjelaskan suatu keadaan, terutama
struktur
kekuasaan,
sedemikian
rupa
sehingga
orang
mengganggapnya sah, padahal jelas tidak sah. Ideologi melayani kepentingan kelas berkuasa karena memberikan legitimasi kepada suatu keadaan yang sebenarnya
tidak
memiliki
legitimasi”.
Sebuah
ideologi
merupakan
sekumpulan pemikiran yang membentuk struktur realita suatu kelompok, sebuah sistem perwakilan atau sebuah kode dari pengertian-pengertian yang mengatur bagaimana individu dan kelompok memandang dunia. Menurutnya, sejumlah gagasan dapat didistorsikan atau realitas mampu ”dibalikkan” sebab realitas itu sendiri selalu berubah-ubah. Dengan cermat Mark menempatkan ideologi secara sekunder, sebab ideologi tidak lebih sebagai hasil dari pembalikan (invension) atau distorsi yang berasal dari realitas sosial yang sesungguhnya terjadi. Penegasan dapat disimak dari pernyataan Mark (dalam Kartono, 2005 : 10). The ideas of the rulling class are in every epoch the rulling idea, i.e. the class which is the rulling material face of society, is at the same time its rulling intellectual face. The class which has the means of material production at its disposal, has control at the same time over the means of mental production, so that there by, generally speaking, the ideas who lack the means of mental production are subject to it. Jadi, gagasan-gagasan dari kelas yang berkuasa menjadi gagasan yang dominan atau berkuasa. Ini sebabnya kelas berkuasa itu mempuntai kekuatan commitdengan to usersendirinya menentukan kekuatan material dalam masyarakat maka
perpustakaan.uns.ac.id
30 digilib.uns.ac.id
intelektualnya. Dan kelompok yang tidak memiliki perangkat-perangkat produksi mental akan dengan sendirinya menyerah dan tunduk terhadap gagasan-gagasan yang diproduksi oleh kelas berkuasa. Seperti juga pendapat marxisme klasik, ideology adalah sekumpulan pemikiran yang tidak sesuai yang diperkuat oleh kekuatan politik yang dominan (Littlejohn, 2001 : 215). Bagi marxis klasik, ilmu pengetahuan harus digunakan untuk mengungkap kebenaran dan mengatasi kesadaran yang salah tentang ideology. Jadi pada dasarnya ideology terdiri dari sejumlah gagasan yang mendistorsikan realitas yang sebenarnya guna memuluskan kepentingan dari kelas yang berkuasa (the rulling class). Ideologi menjadi pemalsuan dan serentak menjadi distorsi dari realitas sosial yang sesungguhnya terjadi dalam masyarakat sehingga kelas yang dikuasai dapat diketahui begitu saja. Dalam teori Kritis, realitas tidak dimaknai sebagai sesuatu yang apa adanya dan terpisah dari konstruksi sejarah, sosial, ekonomi, politik dan budaya. Realitas selalu terbangun dari hasil kontradiksi-kontradiksi yang terbentuk dalam masyarakat. Sebuah fakta atau realitas tidaklah stagnan dan berhenti, melainkan selalu bergerak, berubah dan berkembang. Komunikasi, terutama melalui media memainkan peran khusus dalam mempengaruhi budaya tertentu melalui penyebaran informasi. Media sangat penting karena mereka menampilkan langsung cara memandang realita. Meskipun media menggambarkan ideologi secara eksplisit dan langsung, suara yang menentang akan selalu ada sebagai bagian dari perjuangan dialektis antar kelompok dalam masyarakat. Media tetap saja dikuasai oleh commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ideologi yang berkuasa, oleh sebab itu mereka menghadapi suara-suara yang menentang dari dalam kerangka ideologi yang dominan, yang mendatangkan pengaruh pada pendefinisian kelompok-kelompok sebagai ”batas”. Ironi dari media terutama televisi adalah bahwa mereka menampilkan ilusi keragaman dan objektivitas, sementara dalam kenyataannya mereka merupakan instrumen-instruemen yang jelas dari tatanan yang dominan. Para produser mengendalikan isi media melalui cara-cara tertentu untuk menyandikan pesanpesan. Bagi Hall dan koleganya (dalam pendekatan postrukturalis), interpretasi teks-teks media selalu terjadi dalam perjuangan untuk memegang kendali ideologi. Dengan demikian sasaran utama studi budaya adalah untuk mengekspos bagaimana ideologi dari kelompok yang kuat dipertahankan dengan sungguh-sungguh dan bagaimana ideologi tersebut bisa ditentang untuk menumbangkan sistem kekuasaan yang menekan hak-hak kelompok tertentu
B. Tinjauan Pariwisata 1. Pariwisata a. Pengertian Pariwisata Pada hakekatnya berpariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya.
Dorongan
kepergiannya
adalah
karena
berbagai
kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, social, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain seperti karena commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar. (Suwantoro, 2007 : 3-4). Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari satu tempat ke tempat lain, dengan suatu perencanaan dan bermaksud bukan berusaha untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamasyaan dan rekreasi atau memenuhi keinginan yang beraneka ragam. (Sihita, 2000 : 46-47). Menurut pakar pariwisata, Nyoman.S.Pandit “pariwisata” adalah segala sesuatu yang berhubungan bergeraknya manusia dan benda yang membawa dinamika di dalam kehidupan. Istilah pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang diluar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perjalanan wisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih dengan tujuan antara lain untuk
mendapatkan kenikmatan dan memenuhi
hasrat
untuk
mengetahui sesuatu. Dapat juga karena kepentingan yang berhubungan dengan kegiatan olahraga untuk kesehatan, konvensi, keagamaan dan keperluan usaha yang lainnya. (Suwantoro, 2007 : 4).
commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Pengertian Wisatawan Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata sehingga dapat diambil kesimpulan, bahwa semua orang yang melakukan perjalanan wisata dinamakan “Wisatawan”. Apapun tujuannya yang penting perjalanan itu bukan untuk menetap dan tidak untuk mencari nafkah ditempat yang dikunjungi. Syarat-syarat daripada tourist menurut para pakar pariwisata dan organisasi international yaitu : 1) Perjalanan dlkaukan secara sukarela. 2) Perjalaan ke tempat lain diluar wilayah/Negara tempat tinggalnya. 3) Bersifat sementara, menginap paling tidak satu malam. 4) Tidak untuk mencari nafkah. 5) Tujuannya semata-mata untuk : a) Pesiar, liburan, belajar dan olahraga. b) Kunjungan usaha, tugas dan menghadiri pertemuan. Seseorang atau kelompok orang yang melakukan suatu perjalanan wisata disebut dengan wisatawan (tourist), jika lama tinggalnya sekurang-kurangnya 24 jam di daerah atau Negara yang dikunjungi. Apabila mereka tinggal di daerah atau Negara yang dikunjungi kurang dari 24 jam maka mereka disebut pelancong (excursionist). (Suwantoro, 2007 : 4).
commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
IUOTO
(The
International
Union
Of
Official
Travel
Organization) menggunakan batasan mengenai wisatawan secara umum : Pengunjung (visitor), yaitu setiap orang yang datang ke suatu Negara atau tempat tinggal lain dan biasanya dengan maksud apapun kecuali untuk melakukan pekerjaan yang menerima upah. Jadi ada dua kategori mengenai sebutan pengunjung, yakni : 1) Wisatawan (tourist), 2) Pelancong (excursionist). Wisatawan adalah pengunjung yang tinggal sementara, sekurangkurangnya 24 jam disuatu Negara. Wisatawan dengan maksud perjalanan wisata dapat digolongkan menjadi : 1) Pesiar (leasure), untuk keperluan rekreasi, liburan, kesehatan, studi, keagamaan dan olahraga. 2) Hubungan dagang, sanak saudara, handai taulan, konferensi, misi dan sebagainya. Pelancong (excursionist) adalah pengunjung sementara yang tinggal disuatu Negara dalam waktu kurang dari 24 jam.
c. Pengertian Obyek Wisata Sesuai Undang-Undang RI No.10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan yang dimaksud obyek wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran pariwisata meliputi : commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Ciptaan Tuhan, yang berwujud keadaan alam serta flora fauna seperti : pemandangan alam, panorama indah, hutan rimba dengan tumbuhan hutan tropis, serta binatang-binatang langka. 2) Karya
manusia
yang
berwujud
peninggalan
purbakala,
peninggalan sejarah, wisata agro (pertanian), wisata tirta (air), wisata petualangan, taman rekreasi dan tempat hiburan. 3) Obyek pariwisata dan segala atraksi yang diperlihatkan merupakan daya tarik utama, mengapa seseorang datang berkunjung pada suatu tempat, oleh karena itu keaslian dari obyek dan atraksi yang disuguhkan haruslah dipertahankan sehingga wisatawan hanya ditempat tersebut dapat melihat dan menyaksikan obyek tersebut. (Yoeti, 2007 : 58). Daya tarik wisata yang juga disebut obyek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata dikelompokkan ke dalam : 1) Pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam. 2) Pengusahaan objek dan daya tarik wisata budaya. 3) Pengusahaan objek dan daya tarik wisata minat khusus. Dalam kedudukannya yang sangat menentukan itu maka daya tarik wisata harus dirancang dan dibangun/dikelola secara profesional sehingga dapat menarik wisatawan untuk datang. commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C.
Pemasaran Pariwisata Kotler (2001) menyebutkan pemasaran sebagai suatu proses sosial dan manajerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain. Sementara itu, Pawitra (2001:264-265) menjelaskan pemasaran adalah adanya pertukaran barang dengan barang, barang dengan jasa, atau jasa dengan jasa dari satu pihak dengan pihak lain, baik yang sifatnya terbatas maupun luas dan kompleks. Pertukaran terbatas hanya terdiri atas dua pihak saja, sedangkan pertukaran yang luas bisa melibatkan lebih dari dua pihak, yaitu bukan hanya pihak pembeli dan penjual saja, akan tetapi melibatkan pihak lain yang tidak secara langsung bertemu dengan konsumen. Bogozzi dalam Pawitra (2001) menggambarkan bahwa proses pertukaran yang kompleks melibatkan beberapa pihak yang tidak secara langsung saling terkait. Lebih jelasnya proses pertukaran dapat dilihat pada bagan berikut:
commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hiburan, kenikmatan, informasi produk dll TV Tayangan program dan komersil
Orang
Perhatian, dukungan, berpotensi untuk membeli
kesempatan mendapatkan iklan pd prog tv
$10 $8
Penerbit
Agensi Periklanan penerapan produk dimedia massa Gambar 1. Proses Pertukaran
Sumber: diadaptasi dari model pertukaran kompleks Richard P. Bogozzi dalam Pawitra (2001) Pemasaran pariwisata (tourism marketing) adalah suatu sistim dan koordinasi yang dilaksanakan sebagai suatu kebijakan bagi perusahaanperusahaan yang bergerak di bidang kepariwisataan, baik milik swasta maupun pemerintah, dalam ruang lingkup lokal, regional, nasional dan internasional
untuk
dapat
mencapai
kepuasan
wisatawan
dengan
memperoleh keuntungan yang wajar (Yoety 2000:30). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemasaran pariwisata merupakan keseluruhan aktivitas yang diarahkan untuk memberikan informasi kepada konsumen yang bertujuan untuk memuaskan keinginan wisatawan sebagai konsumen. Untuk melaksanakan kegiatan ini perlu disusun suatu strategi pemasaran yang diarahkan pada usaha untuk commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memenuhi kebutuhan dan keinginan wisatawan, khususnya pada target wisata yang akan dilayani. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk mempengaruhi calon wisatawan agar mau memanfaatkan produk pariwisata yang ditawarkan adalah sebagai berikut: 1. Menawarkan
produk
pariwisata
yang
bernilai,
yaitu
memiliki
keunggulan kualitas dan pelayanan produknya (produck). 2. Menerapkan harga produk pariwisata yang wajar, dalam arti ada kesamaan manfaat antara penjual dan pembeli (price). 3. Mengupayakan terjalinnya komunikasi dengan calon pembeli melalui usaha promosi untuk meyakinkan akan manfaat dan kualitas produk pariwisata yang ditawarkan kepada target pasar yang dilayani (promotion). 4. Menciptakan model saluran distribusi penjualan produk pariwisata yang mampu menjamin ketersediaannya dalam berbagai situasi (distribution).
D. KERANGKA PEMIKIRAN Tabut berasal dari upacara berkabung Kaun Syiah, dibawa ke Bengkulu oleh para tukang yang membangun Benteng Marlborough dari negeri mereka yaitu Madras-Benggali bagian selatan India. Upacara ini selanjutnya diwariskan mereka anak cucu mereka yang kemudian ada diantaranya uang berasimilasi dengan orang Bengkulu. Karena upacara ini telah berlangsung cukup lama (sekitar dua abad) maka dipandang sebagai commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
upacara tradisional orang Bengkulu telah menjadi milik mereka dari kalangan kaum sipai maupun seluruh masyarakat melayu Bengkulu. Dengan demikian tepatlah bila upacara ini digolongkan sebagai upacara tradisional dari suku bangsa Melayu Bengkulu. Tujuan dari upacara ini pada mulanya adalah untuk meningkatkan rasa cinta mereka kepada ahlul-bait (Keluarga Rasulullah Saw) umumnya dan kepada Husin bin Ali khususnya, disamping itu untuk memupuk rasa permusuhan kepada keluarga Yazid bin Mu‟aviyyah Khalifah Bani Umayyah yang memerintah waktu itu beserta Gubernur Ubaidillah bin Ziyad yang memerintahkan penyerangan terhadap Husin bin Ali beserta lasykarnya. Bagi orang Bengkulu pada umumnya dan keluarga Sipai pada khususnya tujuan dari upacara ini adalah untuk menanamkan rasa bangga atas budaya leluhur juga untuk serta melestarikan kebudayaan daerah pada khususnya dan kebudayaan Nasional pada umumnya. Kabudayaan daerah tersebut, perlu dikelola dengan baik selain dapat menjadi pariwisata budaya yang menghasilkan pendapatan untuk pemerintah baik pusat maupun daerah, juga dapat menjadi lahan pekerjaan yang menjanjikan bagi masyarakat sekitarnya. Terlebih lagi pertumbuhan ekonomi sekarang ini sebagai dampak dari semakin maju dan berkembangnya sector pariwisata semakin nampak menggembirakan. Usaha yang dilakukan melalui sector pariwisata mampu membawa perubahan-perubahan dalam masyarakat seperti meningkatkan kesejahteraan masyarakat, baik berupa material maupun spititual.
commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Konteks pengembangan pariwisata terutama wisata religi seperti halnya Tabot, tentulah memunculkan kegairahan di satu pihak, namun di pihak lain tidak pelak akan berhadapan dengan konsekuensi-konsekuensi yang tentunya harus disikapi secara bijaksana. Dengan demikian, untuk meningkatkan pariwisata dan budaya Propinsi Bengkulu, Tabot sebagai upacara religi dapat dikomodifikasi sebagai aset pariwisata sehingga nantinya dapat dipasarkan menggunakan komunikasi pemasaran terpadu untuk meningkatkan sektor pariwisata di Propinsi Bengkulu. Alur berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut.
Pariwisata Bengkulu
Komodifikasi
Teori Kritis
Pem prov Bengkulu Symbol komunikasi
Gambar 2 Kerangka Berpikir
commit to user
Upacara Religi Tabot
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
E. Desain Penelitian 1. Bentuk Penelitian adalah penelitian kualitatif. Menurut Lexi J. Moleong (2006: 3) metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dalam penelitian ini, peneliti memilih penelitian kuantitatif karena dengan penelitian kualitatif maka peneliti dapat menggambarkan objek penelitian secara holistik berdasarkan realitas sosial yang ada dilapangan. Oleh karena itu, sesuai pendapat tersebut di atas, maka bentuk penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang mengambil masalah-masalah yang ada pada masa sekarang dengan menggambarkan objek yang menjadi pokok permasalahannya dengan mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasikan lalu menganalisa dan menginterpretasikan. 2. Strategi Penelitian a. Strategi yang dipakai dalam penelitian ini bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam mengenai potret dan kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan (HB. Sutopo, 2002 : 111). commit to user
41
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Jenis penelitian adalah penelitian dasar (basic research). Penelitian dasar hanya bertujuan memahami mengenai suatu masalah, dan tidak dimaksudkan untuk menemukan cara pemecahan masalah dengan tindakan yang bersifat aplikasi praktis seperti halnya dalam penelitian terapan (applied research) (HB. Sutopo, 2002 : 109). Penelitian dasar juga sering disebut sebagai penelitian murni (pure research). Kegiatan penelitian
ini
dimaksudkan
untuk
mengembangkan
konsep,
mengembangkan teori, menguji hipotesa, atau menguji kebenaran suatu teori. c. Bentuk penelitian ini adalah studi kasus. Bentuk penelitian ini dipilih karena permasalahan dan fokus penelitian sudah ditentukan maka jenis strateginya secara khusus disebut sebagai studi kasus. Penelitian ini dilakukan pada satu lokasi, yaitu Propinsi Bengkulu untuk menggali informasi mengenai satu kasus tentang komodifikasi Tabot. Menurut HB. Sutopo (2002 : 112) karakteristik yang sama atau seragam maka penelitian tersebut tetap merupakan studi kasus tunggal. Terpancang artinya terfokus, maksudnya dalam dalam penelitian ini memfokuskan pada suatu masalah yang sudah ditetapkan sebelum peneliti terjun ke tempat penelitian. Disebut tunggal karena penelitian ini merupakan penataan secara rinci aspek-aspek tunggal.
commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
F. Sumber Data HB. Sutopo (2002 : 52) mengatakan bahwa sumber data mencakup informan, peristiwa atau aktivitas, tempat atau lokasi, benda, beragam gambar, rekaman, dokumen dan arsip. Dengan demikian, sumber data diperoleh dari kepustakaan melalui sumber-sumber buku, surat kabar, serta media internet dan penelitian lapangan melalui proses wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dengan Pariwisata Propinsi Bengkulu dan perayaan festival Tabot.
G. Teknik Sampling Dalam penelitian kualitatif teknik yang digunakan untuk menarik sample penelitian bersifat selektif. Sampel yang dimaksud dalam penelitian kualitatif merupakan sampel yang berfungsi untuk menggali beragam informasi penting dan jumlah sampel yang diambil bukan untuk mewakili populasi melainkan untuk menggali beragam informasi sebanyak-banyaknya sesuai dengan yang dibutuhkan sehingga pengambilan sampel harus dilakukan sevariatif mungkin. Teknik sampling yang dipilih adalah purposive sampling, yaitu teknik mendapatkan sampel dengan memilih individu-individu yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data (H.B Sutopo 2002 : 185). Peneliti memilih informan yang dipandang tahu dan cukup memahami tentang komodifikasi Tabot di Propinsi Bengkulu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
44 digilib.uns.ac.id
H. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, maka teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan berbeda dengan penelitian kuantitatif yang mengarahkan pada perhitungan statistik. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan berbagai pertimbangan berdasar konsep teknik yang digunakan, keingintahuan pribadi, karakteristik empiris dan sebagainya (Sutopo, 2002 : 21). Adapun untuk memperoleh gambaran mengenai komodifikasi upacara religi Tabot, penulis menggunakan teknik : 1. Wawancara adalah metode yang mengajukan pertanyaan secara lisan dengan bertatap muka. Metode ini dilakukan dengan pihak Dinas Pariwisata, Pemprof sebagai pengelola maupun penyelenggara festival Tabot dan tokoh adat yang memahami masalah Tabot 2. Studi Lapangan/Dokumentasi HB. Sutopo (2002 : 54) yang mendefinisikan dokumen atau data sekunder merupakan bahan tertulis yang berhubungan dengan sesuatu peristiwa atau aktivitas tertentu. Ia merupakan rekaman tetapi juga berupa gambar atau benda peninggalan yang berkaitan dengan suatu aktivitas tertentu. Studi dokumentasi dilakukan dengan datang pada saat perayaan Tabot dan meneliti daya tarik dan ciri khas festival Tabot di Propinsi Bengkulu dalam bentuk foto dan video. 3. Penelitian pustaka adalah data pendukung yang diperoleh dari berbagai sumber media cetak sebagai kajian literatur. commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
I. Validitas Data Setiap data yang disajikan dalam sebuah penelitian diperlukan kevalidan untuk meyakinkan dan memastikan kebenarannya. Data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesumgguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Untuk meyakinkan kebenarannya ini maka dibutuhkan teknik trianggulasi. Dikatakan oleh Moleong (2005 : 330) triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Teknik trianggulasi menurut Patton (dalam Sutopo, 2002 : 31) dibedakan menjadi empat yaitu : 1. Triangulasi data, peneliti menggunakan beberapa sumber data untuk mengumpulkan data yang sama. 2. Triangulasi investigator adalah pengumpulan data yang dilakukan oleh beberapa peneliti 3. Triangulasi metodologi adalah penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode yang berbeda ataupun dengan mengumpulkan data yang sejenis tetapi dengan pengumpulan data yang berbeda 4. Triangulasi teoritik, adalah melakukan penelitian tentang topik yang sama dan datanya dianalisis dengan menggunakan beberapa perspektif teoritis yang berbeda. Adapun dalam penelitian ini validitas data yang digunakan adalah triangulasi data, yaitu peneliti menggunakan beberapa sumber data untuk mengumpulkan data yang sama sehingga akan saling mengontrol, dari data hasil commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
wawancara,observasi dan dokumentasi dengan sumber yang berbeda, yang berasal dari pejabat dinas pariwisata Propinsi Bengkulu.
J. Teknik Analisis Data Analisis
data
merupakan
proses
mengatur
urutan
data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola dan suatu uraian dasar. Proses analisis data merupakan usaha untuk menemukan jawaban atas pertanyaan perihal rumusan dan hal-hal yang diperoleh dalam penelitian (Miles dan Huberman, 2007 : 15). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif. Penelitian ini memperoleh data berwujud kata-kata bukan rangkaian angka. Analisis kualitatif menggunakan kata-kata yang biasanya disusun dalam teks yang diperluas (Sutopo, 2002 : 96). Dengan model analisis ini, analisis telah dilakukan sejak pengumpulan data. Dalam hal ini terdapat tiga komponen analisis yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan atau verivikasinya. Sedangkan aktifitas dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai proses siklus. Dalam model ini peneliti tetap bergerak dalam komponen analisis seperti tersebut di atas (Sutopo, 2002 : 96). Ditengah-tengah waktu pengumpulan data dan analisis data juga akan dilakukan audit data demi validitas data. Sedangkan sesudah pengumpulan data selesai, bila masih terdapat kekurangan data, dengan menggunakan waktu yang tersedia, maka peneliti dapat kembali ke lokasi penelitian untuk commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengumpulan data demi kemantapan kesimpulan. Untuk lebih jelasnya, proses analisis data dengan model interaktif ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 3 Model Analisis Interaktif
Pengumpulan data
Reduksi data
Sajian data
Penarikan simpulan/ verifikasi
Sumber : Sutopo, 2002 : 96
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN
K. Lokasi dan Penduduk 1. Letak dan Kondisi Geografis Provinsi Bengkulu terletak antara 2o16′-5º31‟ Lintang Selatan dan 101o01′- 103o46′ Bujur Timur, membentang sejajar dengan Bukit Barisan dan berhadapan langsung dengan Samudra Indonesia dengan panjang pantai lebih kurang 525 km, secara geografis berbatasan : Sebelah Utara dengan Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan; Sebelah Selatan Samudra Indonesia; Sebelah Barat Provinsi Sumatera Barat; dan Sebelah Timur Provinsi Lampung. Luas Wilayah Administrasi mencapai 1.978.870 hektar atau 19.788,7 kilometer persegi, terdiri dari 8 Kabupaten dan I Kota, yaitu : Kabupaten Bengkulu Utara dengan lbukota Argamakmur luas wilayah mencapai 5.584,54 km 2 (28,04 %), Kabupaten Mukumuko dengan lbukota Mukomuko luas wilayah mencapai 4.036,70 (20,40 %), Kabupaten Kepahiang dengan lbukota Kepahiang luas wilayah 704,57 (3,56 %), Kabupaten Rejang Lebong dengan lbukota Curup luas wilayah 1.47/5,99 (7,46 %), Kabupaten Lebong dengan lbukota Muara Aman luas wilayah 1.929,24 (9,75%), Kabupaten Seluma dengan lbukota Seluma luas wilayah mencapai 2.400,44 ( 12,13%), commit to user
48
perpustakaan.uns.ac.id
49 digilib.uns.ac.id
Kabupaten Bengkulu Selatan dengan lbukota Manna luas wilayah mencapai 1.179,65 (5,96%), Kabupaten Kaur dengan lbukota Kaur luas wilayah 2,369,05 (11,97 %), dan Kota Bengkulu dengan lbukota Bengkulu luas wilayah mencapai 144,52 ( 0,73 %). Kota Bengkulu yang terletak di pesisir barat pulau Sumatera mempunyai potensi alam untuk dikembangkan menjadi kota pariwisata. Kota Bengkulu disamping memiliki pantai yang sangat indah – yang merupakan pantai terpanjang kedua di dunia – juga memiliki situs-situs purbakala seperti rumah Bung Karno, rumah Fatmawati, Kampung Cina, Thomas Parr, Benteng Malborough, makam Sentot Ali Basa, serta mempunyai budaya khas yang dapat menyedot wisatawan. Kawasan pantai Kota Bengkulu membujur dari pantai jakat, pantai tapak paderi, dan pantai panjang termasuk kawasan sepanjang muara sungai Jenggalu dan pelabuhan pulau Bali. Untuk kepentingan itu, sedang dibangun jalan lingkar yang akan menghubungkan keenam fokus wisata tersebut, bahkan akan diteruskan pembangunan jalan sehingga di sepanjang pantai Kota Bengkulu akan dihubungkan dan akan juga dikembangkan wisata pantai. Potensi yang dimiliki oleh kawasan pantai Kota Bengkulu telah disadari oleh Pemerintah Daerah dan kemudian dijadikan salah satu kebijakan yang strategis oleh Gubernur Bengkulu, yaitu menjadikan kawasan pantai tersebut sebagai kawasan wisata yang diharapkan mampu menyedot bukan saja wisatawan lokal, tetapi juga wisatawan nasional serta manca Negara. Terdapat enam focus bentuk wisata yang direncanakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
50 digilib.uns.ac.id
yaitu wisata pantai, wisata urban, wisata rakyat, wisata air, wisata ekoturism dan wisata pelabuhan. Pengembangan wisata kawasan pantai kota Bengkulu ini diharapkan mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan kesejahteraan masyarakat kota Bengkulu dan sekitarnya. Namun demikian, pengembangan industri pariwisata di Kota Bengkulu ini harus tetap memperhatikan aspek-aspek formal seperti studi kelayakan, perijinan, Amdal dll. Serta tetap menjaga dan memperhatikan budaya masyarakat setempat. Provinsi Bengkulu juga menjadi daerah yang memiliki kekayaan budaya yang cukup banyak. Pemerintah Daerah berkomitmen untuk mengangkat seluruh potensi budaya masyarakat agar lebih berkembang dan dikenal oleh dunia. Melalui upaya pengembangan kawasan wisata internasional, pemerintah daerah bermaksud mengintegrasikan potensi keindahan wisata alam yang masih asli di Bengkulu, dengan kemegahan peninggalan sejarah yang eksotis dan kemeriahan atraksi budaya masyarakat Bengkulu yang unik dan mempesona. Beberapa atraksi budaya yang secara rutin dilaksanakan di Bengkulu diantaranya adalah Festival Tabot. 2. Penduduk Jumlah penduduk saat ini mencapai kurang lebih 1,6 juta jiwa yang tersebar pada 9 Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten Muko-Muko, Kabupaten Bengkulu Utara, Kabupaten Bengkulu Selatan, Kabupaten Kaur, commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kabupaten Seluma, Kabupaten Kepahiang, Kabupaten Rejang Lebong, Kabupaten Lebong dan Kota Bengkulu. Suku-suku besar yang mendiami dan dan menjadi cikal bakal penduduk Propinsi Bengkulu adalah Suku Serawai, Suku Rejang, Suku Melayu, Suku Lemak, Suku Muku-muko, Suku Pekal, Suku Enggano. Hasil sensus tahun 2010 menyebutkan penyebaran penduduk masih bertumpu di Kota Bengkulu yakni 18,02 persen dari jumlah penduduk provinsi 1,7 juta jiwa. Lalu disusul Kabupaten Bengkulu Utara 14,96 persen, Rejang Lebong 14,38 persen, Seluma 10,09 persen, dan lima kabupaten lainya di bawah 10 persen. Sementara itu, kabupaten terbanyak penduduk di Provinsi Bengkulu setelah Kota Bengkulu adalah Bengkulu Utara tercatat 256.358 jiwa disusul Kabupaten Rejang Lebong 246.378 jiwa, dan Kota Bengkulu 308.756 jiwa.Sedangkan kabupaten terkecil penduduknya adalah Kabupaten Lebong dan Bengkulu Tengah masingmasing sebanyak 97.091 jiwa dan 98.570 jiwa. Rata-rata tingkat kepadatan penduduk Provinsi Bengkulu, saat ini sebanyak 87 orang perkilometer persegi. Dari 10 kabupaten/kota di daerah ini yang paling tinggi tingkat kepadatanya penduduknya hasil sensus 2010 ini adalah Kota Bengkulu yakni 2.136 kilometer persegi. Kepadatan penduduk paling terendah Kabupaten Mukomuko sebanyak 39 orang perkilometer persegi.
commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
L. Deskripsi Upacara 1. Deskripsi Upacara Tabot Tabot adalah upacara tradisional masyarakat Bengkulu, Indonesia yang diadakan bertujuan untuk mengenang tentang kisah kepahlawanan dan kematian cucu Nabi Muhammad S.A.W, Saidina Hassan bin Ali dan Saidina Hussein bin Ali dalam peperangan dengan pasukan Ubaidillah bin Zaid di padang Karbala, Iraq pada tanggal 10 Muharam 61 Hijrah bersamaan (681 Masihi). Perayaan di Bengkulu pertama kali dilakukan oleh Syeikh Burhanuddin yang lebih dikenali sebagai Imam Senggolo pada tahun 1685. Syeikh Burhanuddin (Imam Senggolo) telah menikahi dengan wanita Bengkulu kemudian anak mereka, cucu mereka dan keturunan mereka disebut sebagai keluarga Tabot. Upacara ini dilaksanakan dari tanggal 1 sehingga 10 Muharram (berdasarkan Kalendar Islam Hijrah) pada setiap tahun. Pada awalnya inti dari upacara Tabot adalah untuk mengenang usaha pemimpin Syiah dan kaumnya mengumpulkan potongan tubuh Husein, mengarak dan memakamnya di Padang Karbala. Istilah Tabot berasal dari kata Arab Tabut yang secara harfiah bererti "kotak kayu" atau "peti". Dalam al-Quran kata Tabot telah dikenali sebagai sebuah peti yang berisikan kitab Taurat. Bani Israel di masa itu dipercayai bahawa mereka akan mendapatkan kebaikan bila Tabot ini muncul dan berada di tangan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
53 digilib.uns.ac.id
pemimpin mereka. Sebaliknya mereka akan mendapatkan malapetaka bila benda itu hilang. Tidak ada catatan tertulis sejak bila upacara Tabot mula dikenali di Bengkulu. Namun, diduga kuat tradisi yang berangkat dari upacara berkabung para penganut fahaman Syiah ini dibawa oleh para tukang yang membangun Benteng Marlborought (1718-1719) di Bengkulu. Para tukang bangunan tersebut, didatangkan oleh Inggeris dari Madras dan Benggala di bahagian selatan India yang kebetulan merupakan penganut Islam Syiah. Para pekerja yang merasa serupa dan secocok dengan tatahidup masyarakat Bengkulu, dipimpin oleh Imam Senggolo atau Syeikh Burhanuddin, memutuskan tinggal dan mendirikan pemukiman baru yang disebut Berkas, sekarang dikenali dengan nama Kelurahan Tengah Padang. Tradisi yang dibawa dari Madras dan Bengali diwariskan kepada keturunan mereka yang telah berasimilasi dengan masyarakat Bengkulu asli dan menghasilkan keturunan yang dikenali dengan sebutan orangorang Sipai. Tradisi berkabung yang dibawa dari negara asalnya tersebut mengalami asimilasi dan akulturasi dengan budaya setempat, dan kemudian diwariskan dan dilembagakan menjadi apa yang kemudian dikenali dengan sebutan upacara Tabot. Upacara Tabot ini semakin meluas dari Bengkulu ke Painan, Padang, Pariaman, Maninjau, Pidie, Banda Aceh, Meuleboh dan Singkil. Namun dalam perkembangannya, kegiatan Tabot telah banyak menghilang di banyak tempat. Hingga pada commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
akhirnya hanya terdapat di dua tempat, iaitu di Bengkulu dengan nama Tabot dan di Pariaman Sumbar (masuk sekitar tahun 1831) dengan sebutan Tabuik. Keduanya sama, namun cara pelaksanaannya agak berbeza. Jika pada awalnya upacara Tabot (Tabuik) digunakan oleh orangorang Syiah untuk mengenang kematian Saidina Husein bin Ali bin Abi Thalib, maka sejak orang-orang Sipai lepas dari pengaruh ajaran Syiah, upacara ini dilakukan hanya sebagai kewajipan keluarga untuk yakni memenuhi wasiat leluhur keturunan mereka. Belakangan, sejak satu dekad terakhir,
selain
melaksanakan
wasiat
leluhur,
upacara
ini
juga
dimaksudkan sebagai wujud partisipasi orang-orang Sipai dalam pembinaan dan pengembangan budaya daerah Bengkulu setempat. Kondisi sosial budaya masyarakat, nampaknya, juga menjadi penyebab munculnya perbedaan dalam tatacara pelaksanaan upacara Tabot. Di Bengkulu, misalnya, Tabotnya berjumlah 17 yang menunjukkan kepada jumlah keluarga awal yang melaksanakan Tabot, sedangakan di Pariaman hanya terdiri dari 2 macam Tabot (Tabuik) iaitu Tabuik Subarang dan Tabuik Pasa. Tempat pembuangan Tabot (Tabuik) antara Bengkulu dan Pariaman juga berbeza. Pada awalnya Tabot di Bengkulu di buang ke laut sebagaimana di Pariaman Sumatera Barat. Namun, pada perkembangannya, Tabot di Bengkulu dibuang di rawa-rawa yang berada di sekitar pemakaman umum yang dikenal dengan nama makam Karbela yang diyakini sebagai tempat dimakamnya Imam Senggolo atau Syekh Burhanuddin.
commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Keluarga Kerukunan Tabot Bengkulu Pada awalnya, keluarga Tabot di Bengkulu hanya ada dua, yakni Keluarga Tabot Bangsal di Pondok Besi dan Keluarga Tabot Berkas di Pasar Berkas. Namun, sejalan dengan perkembangan dan penyebaran penduduk, maka sampai saat ini terdapat sub-sub kelompok keluarga Tabot di beberapa kelurahan, yaitu Tabot Pondok Besi, Tabot Berkas, Tabot Tengah Padang, Tabot Kebun Ros, Tabot Kampung Bali, Tabot Malabero, Tabot Kampung Kepiri, Tabot Pasar Baru, Tabot Penurunan, Tabot Padang Jati, Tabot Pasar Bengkulu, Dan Tabot Kampung Kelawi. Dari hasil wawancara dengan Bapak Rustam Effendi (anggota KKT sekaligus karyawan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Bengkulu), Beliau mengatakan bahwa : 1 “Tabot yang ada di Kota Bengkulu sampai sekarang terdiri dari 17 Tabot Sakral dan 16 Tabot Pembangunan”. Tabel 1 Daftar Nama Ketua KKT Tabot Sakral Nama Ketua
NO
Nama Tabot
1
Bayu Rifwanda
Tabot Kampung Bali
2
Firmansyah Taba
Tabot Imam Pasar Melintang
3
Zainnudin
Tabot Bangsal Tengah Padang
4
Syafuan Dahlan
Tabot Kampung Batu
5
Sofyan
Tabot Kebun Ros
6
H. Syaiful Muklis, S.Ag.
Tabot Penurunan
7
Muhidin
Tabot Malabero
8
Agussalim Kasim
Tabot Lempuing
9
Zulkifli
Tabot Tengah Padang
10
Bambang Hermanto
Tabot Tengah Padang commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
11
Saidin Muhammad
Tabot Tengah Padang
12
Buyung Syaril
Tabot Tengah Padang
13
Nazar
Tabot Sumur Melele
14
Dayat Djafri
Tabot Bajak
15
Idrus Kasim
Tabot Anggut Bawah
16
Hendri Gunawan
Tabot Kebun Beler
17
Yar
Tabot Lempuing
Sumber : Hasil Penelitian Septembet 2009
Tabel 2 Daftar Nama Ketua KKT Tabot Pembangunan Nama Ketua
NO
Nama Tabot
1
Darsono
Tabot Pondok besi
2
Kasim
Tabot Pasar Melintang
3
Nasril
Tabot Tengah Padang
4
Idromsyah
Tabot Kampung Batu
5
Iskandar
Tabot Kebun Ros
6
Novi
Tabot Penurunan
7
Firman
Tabot Malabero
8
Mamat
Tabot Lempuing
9
Topan
Tabot Kampung Bali
10
Jafri
Tabot Kampung Kelawi
11
Sarbaini
Tabot Padang Jati
12
Yusron
Tabot Pasar Bengkulu
13
Ibrohim
Tabot Sumur Melele
14
Syaiful Muluk
Tabot Bajak
15
Basri
Tabot Anggut Bawah
16
Gatot
Tabot Kebun Beler
Sumber : Hasil Penelitian September 2009 commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Struktur organisasi yang dimiliki oleh Keluarga Kerukunan Tabot (KKT), menurut Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, hasil penelitian pada Bapak Ir, syiafril Sy, beliau menyebutkan bahwa: 2 “Pada masa bhakti tahun 2005-2008 pemilihan ketua Keluarga Kerukunan Tabot (KKT) berdasarkan musyawarah dari setiap Keluarga Kerukunan Tabot (KKT)”. Kemudian
disahkan
berdasarkan
Surat
Keputusan
Badan
Musyawarah Adat Daerah Propinsi Bengkulu, Nomor : KEP-14/BMAPROP/BKL/X/2005, ditetapkan di Bengkulu tanggal 10 Oktober 2005. Sekretariat di Jl. M. Hasan Rt.1 No. 68 Pasar Baru Bengkulu. Adapun susunan pengurus Keluarga Kerukunan Tabot Kota Bengkulu masa bhakti tahun 2005-2008 terdiri dari : a. Dewan Kehormatan b. Dewan Pembina c. Dewan Asura d. Ketua Umum e. Sekteratis Umum f. Bendahara Umum g. Anggota 1) Bidang Doll 2) Bidang Pengembangan 3) Bidang Kesenian Rakyat 4) Bidang Organisasi 5) Bidang Tabot Sakral commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6) Bidang Tabot Pembangunan 7) Bidang Usaha 8) Bidang Promosi
Gambar 4 Stuktur Organisasi Keluarga Kerukunan Tabot 2005-2008 Dewan Kehormatan
Dewan Pembina
Ketua Dewan Asura Ir. Syiafril Sy
Ketua Umum Bayu Rifwanda. SE Sekretaris Umum Syaiful Hidayat. SE
Bendahara Umum Rustam Effendi
1) Bidang Doll (Sukri Ramzan) 2) Bidang Pengembangan (Drs. Amril Chandra, M.Si) 3) Bidang Kesenian Rakyat ( Chairil Tanjung) 4) Bidang Organisasi (Zainul Arifin) 5) Bidang Tabot Sakral (Bambang Hermanto) 6) Bidang Tabot Pembangunan (Syaiful Idris) 7) Bidang Usaha (Syaiful Anwar) Sumber : Hasil Penelitian 2009 8) Bidang Promosi (Muslimin, SH)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
59 digilib.uns.ac.id
3. Makna Upacara Religi Tabot Secara umum, ada dua nilai yang terkandung dalam pelaksanaan upacara Tabot, iaitu: nilai Agama (sakral), sejarah, dan sosial. Nilai-nilai Agama (sakral) dalam upacara Tabot diantaranya adalah: satu, proses mengambik tanah mengingatkan manusia akan asal penciptaannya. Kedua, terlepas dari adanya pandangan bahwa ritual tabot mengandung unsur penyimpangan dalam akidah, seperti penggunaan mantera-mantera dan ayat- ayat suci dalam prosesi mengambik tanah, namun esensinya adalah untuk menyadarkan kita bahwa keberagamaan tidak bisa dilepaskan dari nilai-nilai budaya tempatan. Dan ketiga, pelaksanaan upacara Tabot merupakan perayaan untuk menyambutan tahun baru Islam. Nilai sejarah yang terkandung dalam budaya tabot adalah sebagai manifestasi kecintaan dan untuk mengenang wafatnya cucu Nabi Muhammad s.a.w. yakni Hussein bin Ali yang terbunuh di Padang Karbala dan juga sebagai ekspresi permusuhan terhadap keluarga Bani Umayyah pada umumnya dan khususnya pada Yazid bin Muawiyah, Khalifah Bani Umayyah yang memerintah waktu itu, beserta Gabenor 'Ubaidillah bin Ziyad yang memerintahkan penyerangan terhadap Hussain bin „Alî beserta askarnya. Adapun nilai sosial yang terkandung di dalamnya, antara lain: mengingatkan manusia akan praktik penghalalan segala cara untuk menuju puncak kekuasaan dan simbolisasi dari sebuah keprihatinan sosial. Banyak nilai-nilai kebijaksanaan yang dapat digali dan dijadikan landasan untuk mengarungi kehidupan, tetapi jika tidak disikapi dengan commit to user
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bijaksana, maka upacara Tabot akan menjadi sekedar festival budaya yang kehilangan makna dasarnya. Meriah dalam pelaksanaan (festival) tapi kehilangan spiritnya. 4. Perlengkapan Upacara Tabot Adapun perlengkapan yang digunakan dalam pelaksanaan upacara Tabot adalah tabot, gerga, jari-jari dan panji-panji (bendera), dol meradai, tasa, dan gerobak pengangkut. a. Gerga Gerga adalah sebuah bangunan menyerupai rumah kecil atau benteng yang digunakan sebagai tempat untuk menyimpan bendabenda pusaka, seperti penja, sorban, dan bendera-bendera panji. Gerga ini merupakan simbol dari markas Husain bin Ali bin Abi Thalib berserta lasykarnya yang berada di tepi sungai eufrat. Disinilah jenazah Husain disemayamkan. b. Coki Coki adalah tabot kecil yang digunakan untuk perlengkapan upacara Arak Jari-jari dan arak Sorban pada malam Kedelapan dan kesembilan bulan muharam dalam rangkaian upacara tradisional Tabot. c. Jari-Jari Jari-jari adalah sebuah benda terbuat dari kayu yang diujungnya dibentuk seperti jari-jari tangan manusia. Jari-jari ini dililiti dengan kain berwarna merah, putih, hijau, dan lain-lain yang commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dipucuknya ditancapi limau nipis. Jari-jari ini dilambangkan bahwa tubuh Husain bin Ali bin Abi Thalib dalam kondisi tercerai berai atau terpisah-pisah akibat kekejaman yang dilakukan oleh pasukan Ubaidilah bin Zaid. d. Bendera Panji Bendera panji ini terbuat dari kain warna kuning, hijau, merah, putih, dan lain-lain. Bendera panji ini merupakan symbol dari bendera kaum syi‟ah di dalam peperangan. Melengkapi bendera panji ini terdapat tombak bermata ganda yang diujungnya digantungkan pedang-pedangan kecil sebagai symbol padang Zulfikar (pedang Nabi Muhammad SAW). Selain itu, juga digantungkan penja, yaitu sebuah benda berbentuk telapak tangan manusia beserta jari-jarinya yang terbuat dari logam. Sebagaimana diketahui, pada zaman permulaan islam, pertempuran masih berhadapan langsung antara kedua belah pihak yang sedang berseteru. Oleh sebab itu, masing-masing pihak memiliki bendera panji yang harus tetap ditegakkan. Karena, apabila bendera itu dapat direbut oleh salah satu pihak, maka pihak lainnya dianggap kalah. Jadi bendera panji ini dapat dimaksudkan sebagai symbol semangat perjuangan kaum Islam Syi‟ah. e. Dol Dol adalah salah satu instrument atau alat musik sejenis bedug yang digunakan di dalam pelaksanaan upacara tradisional commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabot di Kotamadya Bengkulu. Dol ini terbuat dari bongkot kelapa atau pangkal pohon kayu besar yang di tengah-tengahnya dilubangi. Pada bagian atasnya ditutup dengan kulit lembu atau kerbau yang telah dikeringkan dan diikat dengan kawat atau rotan. Kawat atau rotan ini berfungsi untuk mengencangkan kulit tersebut agar dapat berbunyi nyaring. Sedangkan di sebelah kanan dan kirinya diberi tali pegangan agar dapat dibawa kemana-mana. Dol ini juga mempunyai alat pukul yang terbuat dari kayu yang di bagian ujungnya dilapisi dengan kain atau karet. Dol ini dimaksudkan sebagai symbol gendering perang yang digunakan oleh para pasukan Husain. f. Dol Meradai Dol meradai adalah dol yang berukuran kecil, terbuat dari kayu atau bonhkot kelapa dan kulit kambing kering. Fungsi dol meradai ini juga seperti fungsi dol yaitu alat bunyi-bunyian atau perkusi yang berguna sebagai sarana atau alat untuk memberitahu masyarakat di dalam pelaksanaan upacara tradisional Tabot. g. Tasa Tasa adalah alat perkusi yang bentuknya seperti rebana. Tasa ini terbuat dari rangka kayu atau besi plat atau allumunium (bisa berasal dari kuali) yang permukaannya ditutup dengan kulit kambing kering. Sedangkan, alat pemukul dan talinya terbuat dari commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
rotan. Adapun fungsi alat ini sama seperti fungsi Dol dan Dol Meradai. h. gerobak pengangkut Sebagaimana lazimnya gerobak, maka alat angkut ini berfungsi untuk mengangkut bangunan Tabot agar dapat dibawa ke lapangan terbuka dalam melaksanakan upacara Tabot Bersanding (Arak Gedang) dan juga ke pemakaman Imam Senggolo di Karabela dalam melaksanakan upacara Tabot terbuang.
5. Doa-doa Upacara Religi Tabot Setiap tindakan dalam upacara Tabot selalu diawali dengan pembacaan Basmalah dan doa-doa. Doa-doa tersebut diantaranya adalah: a. Doa kubur b. Doa mohon selamat dan ampunan atas arwah orang-orang muslim di dunia c. Bacaan tasbih d. Sholawat ulul „azmi e. Sholawat Wasilah dan lainnya
6. Tahapan Upacara Religi Tabot a. Mengambil Tanah Upacara ini berlangsung pada malam tanggal 1 Muharram, yakni sekitar pukul 22.00 Wib. Tanah yang diambil itu adalah commit to user
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tanah yang dianggap mengandung nilai magis. Untuk itu pengambilannya harus dilakukannya pada lokasi tertentu yakni pada tempat yang dipandang keramat menurut mereka. Lokasi tersebut hanya ada dua saja di Kota Bengkulu yakni : 1) Keramat Tapak Padri, yang terletak di tepi lait tidak jauh dari Benteng Marlborough, disudut kanan Pelabuhan Laut Bengkulu (yang lama) 2) Keramat Anggut, yang terletak di pekuburan umum Pasar Tebek dekat Tugu Hamilton, tidak jauh dari Pantai Nala. Tanah yang diambil tadi sesampainya di Gerga (pusat kegiatan/markas kelompk tabut bersangkutan), dibentuk seperti boneka manusia dan dibungkus dengan kain kafan putih lalu ditekan di gerga. Adapun gerga tertua di Bengkulu ada dua, yaitu Gerga Berkas dan Gerga Bangsal, keduanya telah dibangun dari semen dan telah bersifat permanent. b. Duduk Penja Penja adalah benda yang terbentuk telapak tangan manusia dengan jari-jarinya, karena penja ini disebut juga dengan jari-jari. Dalam setiap kelompok tabut terdapat sepasang penja atau lebih, ada yang terbuat dari kuningan, tembaga dan ada juga yang terbuat dari perak. Penja ini menurut keluarga Sipai adalah benda keramat yang mengandung magis, karenanya dua harus dicuci dengan air commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bungan dan air limau setiap tahunnya. Upacara mencuci penja ini disebut dengan duduk Penja. Duduk penja dilakukan dirumah dukun pimpinan dari kelompok tabut, bersangkutan, waktunya adalah pada tanggal 4 Muharam sekitar pukul 16.00 Wib (ba‟da ashar). Selanjutnya penja yang akan digunakan untuk diarak diletakkan ditempat yang telah disediakan dirumah, sedangkan penja yang akan ditempatkan digerga dibawa bersama dengan sesajen dan diletakkan dalam atau ditempat yang disediakan di gerga, selanjutnya gerga diselimutkan dengan kain yang khusus untuk itu dipasang pula beberapa pohon pisang dan tebu beserta daunnya. c. Tabut Menjara Menjara
artinya
mendatangikelompok
mengandung lain
untuk
atau Beruji
berkunjung Dol
atau
(bertanding
membunyikan dol). Dalam acara tabut menjara ini dilakukan dua kali di dua tempat. Pada tanggal 6 Muharam Kelompok Tabut Bangsal mendatangi Kelompok Tabut Berkas dan pada tanggal 7 Muharam Kelompok Tabut Berkas mendatangi Kelompok Tabut Bangsal. Acara ini berlangsung dilapangan terbuka yang disediakan oleh masing-masing kelompok, dan dilakukan pada sekitar pukul 20.00 Wib hingga pukul 23.00 Wib. commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Tabut Meradai Tabut meradai adalah upacara pengumpulan dana untuk biaya upacara tersebut yang berasal dari partisipasi masyarakat. Hal ini dikarenakan keluarga tabut sendiri telah mengumpulkan dana dalam lingkungan masing-masing. Oleh sebab itu pada rumah-rumah yang dipagar atau berandanya terpasang pita atau bendera kecil berwarna kuning berarti keluarga tersebut adalah keluarga tabut, dengan demikian tidak akan dimintai bantuan. Acara meradai ini dilakukan pada tanggal 6 Muharam. Pelaksana acara ini disebut dengan Jola yang diambil dari anakanak yang berusia antara 10 s/d 12 tahun. Acara meradai ini dilakukan di selueuh Kora Bengkulu yang waktunya ditentukan siang hari yakni dari sekitar pukul 07.00 pagi hingga pukul 17.00 sore. Agar tidak terjadi tumpang tindih terhadap sasaran acara ini. Maka sebelumnya telah diadakan kesepakatan antara pimpinan kelompok dimana lokasi untuk masing-masing. Selanjutnya sebelum para jola turun kelapangan menjalankan tugasnya, mereka mendapat pengarahan dari pimpinan kelompok yang menugaskan mereka. Dengan demikian disamping sasaran mereka tidak bertumburan, pada jola melakukan tugasnya mengikuti aturan dan tata tertib yang telah ditetapkan. commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Regu meradai ini bergerak dari rumah ke rumah dan jalanjalan dengan route yang ditetapkan oleh dukun mereka dan sepanjang jalan mereka meneriakan pekikan “Hasan-Husen” (nama kedua cucu rasulullah Saw). Bila mereka melewati rumah bertanda pita/bendera kecil berwarna kuning atau terdengar pekikan dari dalam rumah “Pekir” (maksudnya keluarga ini Fakir Miskin), maka mereka tidak akan mampir untuk meminta sumbangan. e. Arak Penja Arak Penja atau arak jari-jari ini dilaksanakan pada malam ke-8 dari bulan Muharam dimulai dari sekitar pukul 19.00 hingga pukul 21.00. Acara ini dimulai dengan pembacaan do‟a selamat digerga oleh dukun masing-masing taut orang yang dipercayakan. Setelah selesai acara pembacaan do‟a maka penja dibungkus dengan kain putih dan digantung pada tombak bermata ganda, dilengkapi dengan bendera panji dan tabuhan tassa diarak dari markas menempuh route yang telah disepakati bersama pada jalan-jalan utama dalam Kota Bengkulu. Pada acara ini setiap kelompok dan sub kelompok tabot akan mengirimkan regunya sekitar 10-15 orang, pada umumnya terdiri dari para anak-anak dan remaja. Acara ini start dan finishnya adalah di Lapangan Merdeka Bengkulu (sekarang : lapangan Tugu Propinsi) didepan rumah kediaman Gubernur. Setelah itu masing-masing grup commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kembali ke markasnya dan penja tadi dielpas kemudian diletakkan ditempat semula. f. Arak Serban Berlangsung pada malam ke 9 bulan muharam, dari sekitar pukul 19.00 s/d 21.00 dengan start dan finishnya di Lapangan Merdeka Bengkulu dengan route yang sama dengan arak penja. Benda yang diarak selain penja ditambah dengan serban (sorban) putih diletakkan pada tabot coki (tabot kecil), dilengkapi dengan bendera/panji-panji berwarna putih dan hijau atau biru yang bertuliskan nama “Hasan dan Husen” dengan kaligrafi Arab yang indah. g. Gam Satu diantara upacara tabut ini tercapat suatu acara yang musti ditaati yaitu “gam” suatu waktu yang ditentukan yang tidak boleh ada kegiatan apapun. Gam berasal dari kata “ghum” yang artinya tertutup atau terhalang. Masa gam ini dimulai dari pukul 07.00 hingga pukul 16.00, dimana pada waktu tersebut semua kegiatan yang berkaitan dengan upacara tabot termasuk menyembunyikan dol dan tassa, tidak boleh dilakukan. Jadi masa gam dapat juga disebut masa tenang. h. Arak Gedang Pada tanggal 9 Muharam malam, sekitar pukul 19.00 dilaksanakanlah acara ritual pelepasan tabot besanding di gerga commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
masing-masing. Acara ini disebut juga dengan tabut naik pangkek, maksudnya penyelesaian akhir dari pembuatan tabut dan menaikkannya
ke
gerobak
sehingga
siap
untuk
diarak.
Selanjutnya dilanjutkan dengan arak gedang yakni grup tabot berarak dari markas masing-masing menempuh route yang ditentukan, di jalan protocol mereka akan bertemu sehingga membentuk arak gedang (pawai akbar) menuju ke lapangan Merdeka. Arak-arakan ini menjadi ramai karena menyatunya grup-grup tabut, grup-grup hiburan, para pendukung masingmasing serta masyarakat yang akan menuju ke lapangan Merdeka. Acara ini berakhir sekitar pukul 20.00. Akhir dari acara arak gedang ini adalah seluruh tabut dan grup penghibur berkumpul di Lapangan Merdeka. Tabut dibariskan bershaf istilah local disandingkan, karenanya acara ini dinamakan Tabut besanding. Selama tabut besanding pengunjung dihibur oleh grup hiburan disamping menikmati keindahan tabut yang malam itu dihiasi dengan lampu seri. i. Tabut Terbuang Acara terakhir dari serangkaian upacara tabut adalah acara Tabut Terbuabg. Pada pukul 09.00 WIB seluruh tabut telah berkumpul di Lapangan Merdeka dan telah disandingkan sebagaimana malam tabut bersanding, demikian juga hiburan telah berkumpul pula disini dan menghibur para pengunjung yang commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hadir di waktu itu. Pada sekitar pukul 11.00 WIB arak-arakan tabut bergerak menuju ke Padang Jati dan berakhir di tempat pemakaman umum karabela. Tempat ini menjadi lokasi acara ritual tabut terbuang karena disini dimakamkan Imam Senggolo (Syech Burhanuddin). Pelopor upacara tabut di Bengkulu. Pada sekitar pukul 12.30 WIB acara tabut terbuang di makan Imam Senggolo tersebut. Acara ini dipandang bernilai magis, karenanya hanya bisa dipimpin oleh Dukun Tabut yang tertua. Selesai acara ritual diatas, barulah bangunan tabut dibuang di rawa-rawa yang berdampingan dengan TPU makam tersebut. Dengan terbuangnya tabut pada sekitar pukul 13.30 WIB maka selesailah seluruh rangkaian upacara tabut dimaksud.
M. Program Dan Kegiatan Bidang Pelayanan Pariwisata Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kota Bengkulu Tahun 2010 1. Peningkatan Pelayanan Promosi a) Pembuatan leaflet, brosur Meningkatnya Kunjungan Wisata
Wisata
dan Peta Wisata ke Kota Bengkulu. b) Pembuatan Buku Data Kepariwisataan. c) Penyebaran informasi paket wisata Meningkatnya Kunjungan Wisata pada hari libur pelajar, libur sekolah, hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, serta perayaan Tabot. commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d) Melakukan kerjasama promosi Tersedianya papan informasi wisata dengan pihak ketiga pada : Bandara Fatmawati, media cetak dan elektronik. e) Menghadiri Undangan Event Terlaksananya promosi ke Kepariwisataan Prov. / Daerah lain Prov./Daerah lain. f) Menghadiri Undangan Event Terlaksananya promosi kepariwisataan luar negeri luar Negeri 2. Pemanfaatan Teknologi Informasi a) Pengadaan jaringan internet : Tersedianya jaringan internet
dalam
Pemasaran Pariwisata b) Pengadaan
kendaraan
operasional
:
Tersedianya
kendaraan
operasional bidang pelayanan pariwisata baik roda 4 dan roda 2 3. Peningkatan Pelayanan Jasa a) Melaksanakan Pendataan dan Pembinaan
Pariwisata Pengguna dan
Pelaku Wisata Tersedianya data Pelaku wisata b) Usul Revisi dan Sosialisasi Perda Terselenggaranya Revisi 3 Perda - Perda Nomor 04 Tahun 1999 : Terselenggaranya Sosialisasi Perda - Perda Nomor 15 Tahun 2003 - Perda Nomor 06 Tahun 2008 c) Peningkatan Pelayanan Perizinan Parkir 4. Peningkatan Pelayanan Pemandu a) Melaksanakan Pendataan Pemandu Wisata Tersedianya data Pemandu Wisata
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
72 digilib.uns.ac.id
b) Melaksanakan Pembinaan Klpk Pemandu Terlaksananya Pembinaan Kelompok Wisata Pemandu Wisata c) Melaksanakan Diklat Pemandu Wisata Terlaksananya Diklat Pemandu Wisata
N. Komodifikasi Upacara Religi Tabot 1. Latar Belakang Komodifikasi Upacara Religi Tabot Peran besar Dinas Pariwisata Provinsi Bengkulu yang begitu gigih mencetuskan ide-ide baru disertai tindakan-tindakan nyata untuk mengembangkan pariwisata tabot diawali dengan mengadakan kerjasama dengan Keluarga Kerukunan Tabot pada tahun 1994. Dinas Pariwisata Drs. Agus Sumarno mengkomunikasikan upacara religi tabot dengan Ketua Kerukunan Keluarga Tabot Bapak Mulyono. Semua itu dikarenakan kesadaran dari Dinas Pariwisata Provinsi Bengkulu untuk melestarikan budaya daerah dan mengembangkannya menjadi aset pariwisata yang menarik untuk dipasarkan. Tanggal 7 Mei 1994 awal kerja sama antara Dinas Pariwisata Provinsi Bengkulu dan Keluarga Kerukunan Tabot dimulai. Pertemuan antara Dinas Pariwisata dengan Keluarga Kerukunan Tabot telah dilakukan dan agenda kerjasama telah tercipta. Beberapa agenda kerjasama diantaranya dalam acara “mengambik tanah“, ketika sebelum difestivalkan acara tersebut langsung saja dilakukan oleh pihak Keluarga Tabot, tetapi setelah difestivalkan, sebelum mengambik tanah dimulai, dibuka dulu secara commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
73 digilib.uns.ac.id
resmi oleh Gubernur Bengkulu atau Walikota Bengkulu. Selain itu juga diadakan pameran pembangunan dan pasar malam dalam rangkaian festival Tabot. Kerja sama Dinas Pariwisata Provinsi Bengkulu dengan Keluarga Kerukunan Tabot juga dalam bentuk memfasilitasi sarana dan prasarana dalam kegiatan pesta rakyat yang dikemas dalam acara Festival Tabot, di dalam Festival Tabot diselenggarakan berbagai event kegiatan seni budaya daerah seperti Festival lomba Telong-Telong, lomba permainan Ikan-Ikan, festival lomba musik Dol, lomba Tari Tabot, lomba Zikir Sarafal Anam, festival lomba Lagu Pop Daerah, Penyelenggaraan Seni Nusantara. Kesepakatan bersama atau MoU (Mutual of Understanding) ditandatangani oleh Dinas Pariwisata Provinsi Bengkulu selaku pihak pertama dan pihak kedua oleh Ketua Keluarga Kerukunan Tabot. Berdasarkan isi MoU bahwa kerja sama kedua belah pihak merupakan kerja sama bidang pariwisata yang bertujuan untuk mengembangkan Tabot guna melestarikan kebudayaan daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam kerangka kebijakan kepariwisataan nasional. Kerja sama meliputi aspek-aspek : a. Pengembangan obyek, daya tarik wisata dan seni budaya. b. Pengembangan sarana wisata c. Pengembangan promosi wisata Dapat disimpulkan kerjasama Dinas Pariwisata Provinsi Bengkulu dengan Keluarga Kerukunan Tabot, yang didasari untuk melestarikan commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kebudayaan dibidang pariwisata telah membuahkan hasil berupa pengembangan obyek wisata baru yaitu munculnya festival tabot. Pada saat itulah komodifikasi upacara religi tabot dalam kemasan pariwisata bermula.
2. Komunikasi Pemasaran dalam Pengembangan Upacara Tabot a. Proses Komunikasi Pemasaran Komunikasi pemasaran adalah salah satu kegiatan pemasaran yang berusaha
menyebarkan
informasi,
mempengaruhi,
dan
atau
mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan ataupun produk agar bersedia menerima, membeli, dan setia pada produk yang ditawarkan produsen.
Komunikasi
pemasaran
merupakan
konsep
sentral
komodifikasi upacara religi dalam kemasan pariwisata. Dengan adanya program pengembangan pariwisata Bengkulu, Dinas pariwisata dan Kerukunan Keluarga Tabot bekerjasama untuk mengembangkan upacara religi Tabot agar dapat mendukung kegiatan pariwisata di Bengkulu. Kegiatan komunikasi pemasaran secara umum diarahkan pada calon pembeli yang masih belum dikenal ataupun pada calon pembeli yang sudah dikenal atau yang diketahui secara pribadi. Tujuannya mencakup memperkenalkan produk wisata seluas mungkin, menyusun produk itu seluas mungkin sehingga mendorong sebanyak mungkin orang mengenal produk wisata dan mencobanya, dan menyampaikan commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
produk yang menarik tanpa haris berbohong (Wahab, 1992). Upacara Tabot dikembangkan semenarik mungkin sehingga dapat menarik para wisatawan sekaligus melestarikan budaya daerah. Mengadakan pameran pembangunan dan pasar malam di pusat kegiatan festival semakin menarik perharian para pengunjung. Selain itu diadakannya berbagai lomba dan atraksi budaya seperti musik dol, tari, telong-telong (sejenis lampion dalam aneka bentuk) serta permainan ikan-ikanan. Proses komunikasi adalah transfer pesan, ide atau pikiran dari si pengirim kepada si penerima. Ketiga komponen tersebut ini sangat berperan dalam menentukan keberhasilan atau kegagalan dalam komunikasi. Dalam proses pengaliran pesan, nilai kepercayaan si pengirim kepada penerima akan menimbulkan atensi atau perhatian penuh kepada pesan yang dialirkan. Bila kepercayaan tinggi dan si penerima tertuju, maka pesan akan mudah diterima. Sebaliknya, bila kepercayaan dan kedekatan tidak ada, maka kepercayaan si penerima kepada si pengirim akan merosot dan hilang. Biasanya atensi yang melorot akan semakin membuat si penerima mengabaikan si pengirim. Sikap si penerima bisa berbagai macam dalam hal ini, seperti menolak mentah-mentah
atau
minimal
hanya
diam
saja,
tetapi
tidak
memperdulikan pesan. Jadi, intinya dalam proses komunikasi, atensi atau kedekatan adalah merupakan sebuah syarat mutlak (Purwanto, 2006). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
76 digilib.uns.ac.id
Komunikasi pemasaran Upacara Religi Tabot secara signifikan harus terus dikembangkan dan dibuat secara matang sehingga pesan yang ingin di sampaikan kepada komunikan yaitu lebih mengenalkan Tabot sebagai wisata nasional maupun internasional dapat tersampaikan dengan baik. Sehingga visi pengembangan pariwisata Bengkulu “Terwujudnya Percepatan Transformasi Potensi Sumberdaya Wisata Alam Dan Budaya Provinsi Bengkulu Yang Berakar Pada Nilai-Nilai Agama, Adat Istiadat Dan Lingkungan Hidup Yang Secara Nyata Mampu Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakt Dan Turut Serta Memanjukan Perekonomian Daerah Yang Mandiri” dapat segera terwujud. Kegiatan perayaan Tabot yang semula merupakan tradisi ritual yang harus dilaksanakan oleh para keturunan Tabot di Bengkulu, kini telah berkembang menjadi suatu “kebutuhan” masyarakat luas di Propinsi Bengkulu sebagai suatu “Cultural Manners” seperti tradisitradisi lainnya yang dipunyai oleh masyarakat di suatu daerah. Sifat utama pariwisata adalah dimanis dan berkembang sesuai dengan perubahan yang terjadi. Disamping itu daam dunia industri pariwisata, konsepsi merek atau barand concept untuk publisitas juga berlaku dan sering dipergunakan untuk suatu daerah tujuan wisata (Pendit, 2002 :271). Dalam pemasaran upacara religi tabot, brand concept yang dipakai yaitu upacara religi ataupun serangkaian upacara ritual yang berlangsung di Bengkulu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
77 digilib.uns.ac.id
Komunikasi akan efektif jika pesan yang disampaikan dapat dipahami dan dimengerti oleh sasaran (audien) dengan baik. Sehingga pihak komunikator dapat menyesuaikan dan menyampaikan pesan sesuai dengan perilaku pasar sasarannya. Komodifikasi upacara religi tabot ditujukan kepada para wisatawan baik regional maupun mancanegara. Salah satu unsur dari komunikasi yaitu komunikator. Komunikator adalah orang yang menyampaikan pesan kepada komunikan. Seorang komunikator akan berhasil dalam komunikasi, akan mampu mengubah sikap, opini dan perilaku komunikan melalui mekanisme daya tarik jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengannya. Dengan kata lain, komunikan merasa ada kesamaan antara komunikator dengannya sehingga komunikan taat pada isi pesan yang dilancarkan oleh komunikator. Selain itu penyebab komunikasi berhasil adalah kepercayaan komunikan terhadap komunikator. Kepercayaan ini banyak bersangkutan dengan profesi atau keahlian yang dimiliki seorang komunikator (Effendy, 2004). Dalam upacara religi tabot yang berperan sebagi komunikator adalah Keluarga Keturunan Tabot. Dimana Keluarga Keturunan Tabot merupakan pewaris tradisi yang diturunkan oleh nenek moyang mereka sekaligus sebagai pelaksana upacara religi tersebut. Dengan adanya komodifikasi upacara religi tabot dalam kemasan pariwisata maka yang disebut komunikator adalah Dinas Pariwisata Bengkulu sebagai commit to user
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lembaga atau instansi yang mempunyai pemikiran (ide, gagasan, rencana penjualan) untuk disampaikan kepada komunikan. Dinas pariwisata harus dapat merangkai pesan yang akan disampaikan kepada pihak komunikan yaitu para wisatawan kedalam suatu pesan yang mudah dipahami, menarik dan berkesan. Sehingga pesan tersebut tidak menjadi sekedar angin lalu bagi para wisatawan tetapi dapat dijadikan sebagi referensi bahkan tujuan utama mereka. Keluarga Keturunan Tabot bekerja sama dengan Dinas Pariwisata membuat upacara religi tabot menjadi komoditas pariwisata dalam bentuk Festival Tabot. Karena itu, rangkaian upacara tabot menjadi sangat penting untuk dipromosikan. Kegiatan promosi akan memberi suatu hasil yang menguntungkan bagi pendapatan asli daerah.
b. Media Komunikasi Pemasaran Upacara tabot tidak hanya menjadi milik warga bengkulu saja, melainkan telah menjadi salah satu aset masional untuk menarik para wisatawan baik dalam maupun luar negeri. Karena itu, rangkaian upacara perayaan tabot menjadi penting untuk dipromosikan. Adapun bentuk-bentuk utama dari komunikasi pemasaran adalah sebagai berikut. a.
Penjualan
perseorangan
(personal
selling)
adalah
bentuk
komunikasi antar individu di mana tenaga penjual/wiraniaga commit to user
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menginformasikan, mendidik, dan melakukan persuasi kepada calon pembeli untuk membeli produk atau jasa perusahaan. b.
Iklan (advertising), terdiri dari komunikasi massa melalui surat kabar, majalah, radio, televisi, dan media lain (billboards, internet, dan sebagainya); atau komunikasi langsung yang didesain khusus untuk pelanggan antar bisnis (business to business) maupun pemakai akhir. Kedua, bentuk iklan yang dibiayai oleh sponsor tertentu (si pengiklan), tetapi dikategorikan sebagai komunikasi massa (non personal) karena perusahaan sponsor tersebut secara simultan
berkomunikasi
dengan
penerima
pesan
yang
beranekaragam, bukan kepada individu tertentu/personal atau kelompok kecil. Iklan langsung (direct advertising), biasa disebut pemasaran berdasarkan data base (database marketing), telah mengalami pertumbuhan pesat di tahun-tahun belakangan ini akibat efektivitas komunikasi yang terarah serta teknologi komputer yang memungkinkan hal itu terjadi. c.
Promosi penjualan (sales promotion) terdiri dari semua kegiatan pemasaran yang mencoba merangsang terjadinya aksi pembelian suatu produk yang cepat atau terjadinya pembelian dalam waktu yang singkat. Sebagai contoh, ada iklan yang didesain untuk mencapai tujuan lain yaitu menciptakan kesadaran pada merek dan mempengaruhi sikap pelanggan. Promosi penjualan diarahkan baik untuk perdagangan (kepada pedagang besar dan pengecer) maupun commit to user
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kepada konsumen. Promosi penjualan berorientasi konsumen menggunakan kupon, premium, contoh gratis, kontes/undian, potongan harga setelah pembelian, dan lain-lain. d.
Pemasaran sponsorship (sponsorship marketing) adalah aplikasi dalam
mempromosikan
perusahaan
dan
merek
dengan
mengasosiasikan perusahaan atau salah satu dari merek dengan kegiatan tertentu atau melalui suatu kegiatan sosial. e.
Publisitas
(publicity),
seperti
halnya
iklan,
publisitas
menggambarkan komunikasi massa, namun tidak seperti iklan, perusahaan sponsor tidak mengeluarkan biaya untuk waktu dan ruang beriklan. Publisitas biasanya dilakukan dalam bentuk berita atau komentar editorial mengenai produk atau jasa dari perusahaan. Bentuk-bentuk ini dimuat dalam media cetak atau televise secara gratis karena perwakilan media menganggap informasi tersebut penting dan layak disampaikan kepada khalayak. Dengan demikian publisitas tidak dibiayai oleh perusahaan yang mendapatkan manfaatnya. f.
Komunikasi
di
tempat
pembelian
(point
of
purchase
communication) melibatkan peraga, poster, tanda, dan berbagai materi lain yang didesain untuk mempengaruhi keputusan untuk membeli dalam tempat pembelian (Shimp, 2003: 5-6). Media promosi menurut Kasali (1995: 23) dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu, media lini atas terdiri dari iklan-iklan yang dimuat commit to user
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam media cetak, media elektronik (radio, tv, bioskop), serta media luar ruangan (papan reklame dan angkutan). Sedangkan media lini bawah terdiri dari seluruh media selain media yang di atas, seperti direct mail, pameran, point of sale display material, kalender, agenda, gantungan kunci atau tanda mata. a) Media Lini Atas (1) Penggunaan Media Cetak (surat kabar) Penggunaan
media
cetak
lokal,
dalam
merangkul
stakeholdersnya jika dilihat dari pencapaian tujuan komunikasinya nilai sangat efektif, seperti yang dinyatakan oleh Kasali (1995: 100) bahwa munculnya koran masuk desa yang dikoordinasikan koran lokal telah menunjukkan hasil dan ini merupakan pasar yang sangat potensial. Demikian kebiasaan membaca di Indonesia yang biasanya dibaca oleh satu keluarga dan kemudian disimpan, membuat pengaruh pesan disesuaikan dengan jumlah keluarga yang turut terekspos oleh media tersebut. Sebagaimana yang diungkapkan Shimp (2003: 359) yaitu karena orang-orang membaca surat kabar untuk sebuah berita, mereka berada di dalam kerangka mental kebenaran dalam proses periklanan berita-berita baru seperti pembukaan toko, pengenalan produk baru, penjualan dan sebagainya. Pemenuhan kebutuhan audiens memiliki kekuatan dalam hitungan detik periklanan dari surat kabar. Pemenuhan tersebut tidak terbatas pada khusus kelompok sosial-ekonomi atau commit to user
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
demografi tetapi menyeberang hampir keseluruh tingkatan. Bagaimanapun pembaca surat kabar berada di atas rata-rata dibanding penonton televisi. (2) Penggunaan Media Elektronik Audio (Radio) Seperti koran, media audio (radio) adalah media yang memiliki jangkauan selektif terhadap segmen pasar tertentu. Menurut Belch & Belch (2001: 382) radio adalah suatu media yang dicirikan oleh program yang sangat spesialisasi ditujukan kepada segmen khalayak yang sempit. Dalam masyarakat agraris dengan jangkauan wilayah yang sangat luas, radio telah menjawab kebutuhan untuk meyakinkan komunikasi yang dapat memacu perubahan masyarakat. Radio menurut Kasali (1995: 123) memberikan beberapa kekuatan yaitu : Menjangkau jumlah khalayak sasaran yang besar pada waktu yang bersamaan. Menjangkau individu atau kelompok masyarakat yang hidup terpencil dan terpencar-pencar seperti kehidupan masyarakat agraris pada umumnya, Cepat menyampaikan pesan sehingga dapat memberikan informasi yang mutakhir yang berguna, Mengatasi berbagai masalah kendala geografis, Mudah dimengerti, tidak memerlukan kemampuan membaca yang memang belum banyak dimiliki rakyat kebayakan.
Sebagaimana pernyataan Prisgunanto (2006) tentang karakter radio yang memiliki biaya iklan yang murah dan efisien, sifat selektif, fleksibel, mendukung iklan tv dan peluang pemasaran terpadu. commit to user
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Media Lini Bawah Kalangan praktisi periklanan menggunakan istilah media lini bawah untuk membedakan dengan media lini atas (Kasali, 1995: 142) yaitu pameran, direct mail, merchandising schemes dan koleteral (booklet/kalender dan CD). Pemilihan alat promosi tergantung pada siapa yang akan dijangkau organisasi, apa yang akan ditawarkan, apa yang akan dikomunikasikan, dan bagaimana audiens menanggapi pesan. Salah satu faktor penting terhadap keberhasilan pemasaran adalah promosi. Promosi merupakan salah satu elemen penting dalam upaya pemasaran suatu produk kepada target sasaran. Berbagai media promosi digunakan sebagai sarana untuk memperkenalkan upacara religi tabot kepada para wisatawan dalam maupun luar negeri. Media yang digunakan adalah media cetak dan elektronik baik lokal maupun Nasional. Selain itu juga membuat selebaran dalam bentuk Leaflet. Perencanaan memiliki peranan yang sangat fundamental dalam merancang dan melaksanakan program promosi yang efektif. Komunikator yang terlibat dalam kegiatan promosi harus mendesain perencanaan promosi yang memberikan suatu kerangka kerja untuk merancang, melaksanakan dan mengawasi program komunikasi pemasaran. Komunikator yang bertanggungjawab terhadap perencanaan komunikasi pemasaran harus menentukan peran dan fungsi dari masing-masing elemen pada promotional mix, commit to user
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menetapkan dan mengembangkan strategi untuk setiap elemen dan melaksanakannya.
c. Feedback Khalayak terhadap Komodifikasi Upacara Tabot Komodifikasi upacara religi tabot harus tetap memperhatikan kondisi masyarakat. Karena pariwisata budaya mempunyai beberapa ciri seperti yang diungkapkan Jeremy Boissevani (dalam Pitana, 2005) sebagai berikut : Pariwisata budaya melibatkan masyarakat lokal dan lebih sensitif, karena kebudayaan yang menjadi daya tarik utama melekat pada masyarakat itu sendiri. Interaksi yang intensif ini selanjutnya bisa memunculkan kesadaran akan identitas diri dengan munculnya kesadaran etnis serta pemisahan antara kekitaan (we-ness) dan kemerekaan (their-ness atau other-ness), atau antara orang dalam dan orang luar (insiders or outsiders). Feedback atau umpan
balik
memungkinkan
sumber atau
komunikator untuk menentukan apakah pesan sampai pada target atau komunikan secara akurat atau apakah pesan tersebut perlu diubah untuk memberikan gambaran yang lebih jelas di benak penerima. Feedback atau umpan balik diharapkan terjadi terkait dengan ketertarikan pihak komunikan dalam hal ini adalah para wisatawan baik regional maupun internasional terhadap upacara religi tabot sehingga menguatkan komodifikasi upacara tabot. 1) Tanggapan masyarakat lokal Dukungan
masyarakat
Bengkulu
terhadap
komodifikasi upacara religi tabot sangat baik jika commit to user
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dipandang dari segi ekonomi. Komodifikasi upacara tabot dapat meningkatkan pendapatan asli daerah dengan semakin meningkatnya para wisatawan yang datang ke Bengkulu untuk memeriahkan acara Tabot. Seperti yang diungkapkan Rusli Zairin, warga Bengkulu, sebagai berikut: Upacara tabot sangat nyata sekali memberikan perubahan bagi masyarakat Bengkulu, kan jadi banyak yang jualan mbak jadi pendapatan juga bertambah. Secara otomatis pendapatan daerah ya akan meningkat. Selain itu komodifikasi upacara tabot dapat dijadikan sebagai ajang pemersatu masyarakat. Pada upacara tabot berbagai masyrakat berduyun-duyun berdatangan untuk menyaksikan kemeriahan. Hal ini diperkuat dengan pendapat Rustam, warga Bengkulu: ”Saya melihat Tabot bisa menjadi media pemersatu umat. Banyak warga dari berbagai daerah dan kota serta kalangan datang untuk menyaksikannya.”
Berbagai pendapat yang masuk dari masyarakat bukan hanya berupa tanggapan potisif saja. Kata sakrak yang melekat dalam prosesi ritual tabot, yang selalu diselenggarakan pada 1-10 Muharram tampaknya sudah kehilangan makna. Ritual yang sudah menjadi tradisi sebagian masyarakat bengkulu untuk mengenang peristiwa tragis kematian cucu Nabi Muhammad SAW, diakui commit to user
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memang sudah bergeser menjadi sekedar pesta tahunan masyarakat Bengkulu. Bahkan, sakralitas itu sudah mulai meluntur pada sebagian
keluarga inti yang tergabung
dalam Kerukunan Kelarga Tabot sendiri.
2) Tanggapan Wisatawan Para wisatawan tertarik dengan upacara religi tabot yang penuh dengan keunikan dan kelangkaan. Filosofi serta makna yang terkandung dalam tahap-tahap Upacara Ritual Tabot sangatlah mendalam serta bersifat agamis yang mengandung berbagai ungkapan seperti : rasa berkabung, rasa penyesalan, rasa cinta dan lain sebagainya atas tragedi Perang Karabela yang menimpa Amir Hussain bin Abi Tholib. Para wisatawan yang mendukung komodifikasi tabot ini karena dengan adanya komodifikasi ini dapat meningkatkan jumlah wisatawatan dengan festival yang menarik.
O. Pokok-pokok Temun dan Pembahasan 1. Pokok-pokok Temuan Potensi yang dimiliki oleh Kota Bengkulu telah disadari oleh Pemerintah Daerah dan kemudian dijadikan salah satu kebijakan yang strategis oleh Gubernur Bengkulu, yaitu menjadikan kota Bengkulu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
87 digilib.uns.ac.id
tersebut sebagai kawasan wisata yang diharapkan mampu menyedot bukan saja wisatawan local, tetapi juga wisatawan nasional serta manca Negara. Komodifikasi upacara religi tabot dapat dijadikan sebagai salah satu aset nasional maupun internasional. Pokok-pokok temuan penelitian sebagai berikut : a.
Komodifikasi upacara religi tabot tidak dapat dipisahkan dari peran Dinas Pariwisata Bengkulu yang bekerja sama dengan Keluarga Keturunan Tabot untuk menjadikan tabot sebagai salah satu pendukung perkembangan pariwisata di Bengkulu.
b.
Dengan adanya komodifikasi upacara religi tabot, terdapat sedikit perubahan yang terjadi. Upacara Tabot bukan lagi hanya milik keluarga keturunan tabot saja akan tetapi menjadi salah satu aset yang dapat diakses oleh masyarakat luas dan para wisatawan sebagai komoditas pariwisata yang sangat menarik untuk dikunjungi.
c.
Upacara tabot yang dulu merupakan upacara tradisional yang diadakan untuk mengenang kisah kepahlawan Hussein bin Ali bin Abi Thalib, cucu Nabi Muhammad SAW, yang wafat dalam peperangan di padang Karbala, Irak. Kini diubah menjadi Festival Tabot yang dapat menarik wisatawan untuk meningkatkan perkembangan pariwisata Bengkulu. Selain itu juga bertujuan untuk melestarikan budaya daerah yang semakin lama semakin terkikis.
d.
Untuk lebih menarik para wisatawan upacara Tabot dibuat dengan menggunakan bahan-bahan baru yang lebih menarik dengan tetap commit to user
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mempertahankan tradisi-tradisi lama. Selain itu, festival tabot dibuat dalam rangkaian acara yang didalamnya terdapat pameran, bazar dan yang terpenting adalah menggelar permainan rakyat. e.
Dengan adanya media komunikasi pemasaran yang digunakan sebagai ajang promosi upacara religi tabot kepada masyarakat yaitu media cetak dan elektronik baik lokal maupun Nasional. Selain itu, juga dengan membuat selebaran dalam bentuk Leaflet. Akan tetapi gambaran promosi tersebut kurang menggambarkan upacara religinya dan lebih menggambarkan festival yang penuh dengan pesta kemeriahan.
f.
Komodifikasi Upacara Religi Tabot sebagai ajang pengembangan pariwisata Bengkulu memunculkan perbedaan pendapat antara masyarakat dan wisatawan. Dari sisi lain, kebijakan pengembangan pariwisata tabot yang dibuat oleh Dinas Pariwisata yang bekerja sama dengan
Keluarga
Keturunan
Tabot
mengenai
sasaran
yaitu
meningkatkan jumlah wisatawan yang datang ke kota Bengkulu yang dapat menambah jumlah pendapatan asli daerah. Akan tetapi perlu juga diperhatikan aspek kebudayaan yang sedikit tergeser maknanya.
2. Pembahasan Mengingat pokok-pokok temuan dalam penelitian secara keseluruhan saling terkait maka pembahasan tidak dilakukan sendiri-sendiri. commit to user
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a.
Pariwisata sebagai Multi-disciplinary Approach Menurut pakar pariwisata, Nyoman.S.Pandit “pariwisata” adalah segala sesuatu yang berhubungan bergeraknya manusia dan benda yang membawa dinamika di dalam kehidupan. Pariwisata tidak bisa dipisahkan dengan masalah ekonomi, sosial, budaya, keamanan dan lain sebagainya. Oleh karena itu kepariwisataan dikembangkan dengan pendekatan yang besifat multi disiplin (multi-disciplinary appoach). Dari segi ekonomi, pariwisa dapat membantu meningkatkan pendapatan asli daerah dengan banyaknya wisatawan yang berkunjung dan ingin menikmati produk yang dipasarkan. Dengan adanya pengembangan objek wisata, masyarakat lokal merasakan dampak yang sangat nyata. Kemeriahan yang mengirngi adanya pariwisata membuka mata masyarakat untuk memanfaatkan sarana prasarana guna mendapatkan penghasilan. Hal ini membantu program pemerintah dengan adanya lahan pekerjaan yang baru, seperti jasa parkir, jasa WC umum, dagang, dan lain sebagainya. Dari segi budaya, pariwisata memainkan peran yang sangat mendalam sebagai sarana untuk melestarikan budaya nenek moyang dan meningkatkan kecintaan akan daerah. Mengingat industri kepariwisataan merupakan salah satu bidang yang kompleks, maka sektor ini tidak dapat dipandang hanya dari satu sisi positifnya, yaitu seperti mengharapkan datangnya perolehan pendapatan, tetapi sisi commit to user
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
negatifnya juga harus diperhitungkan (De Kadt Dalam Nugroho, 2001). b. Pariwisata Bengkulu dalam Perspektif Teori Kritis Teori kritis adalah upaya untuk meneliti bukan hanya pada kenyataan yang parsial, melainkan seluruh totalitas yang berpengaruh (Narwaya, 2005 : 178). Jadi proyek Teori Kritis adalah upaya untuk memberi perlawanan kesadaran terhadap dominasi, cara teknologis ini. Teori kritis tidak berupaya mencari kebenaran sebuah fakta, apalagi membiarkannya dalam kondisi apa adanya. Teori ini berupaya menjelaskan fakta dalam rangka emansipasi terhadap kondisi masyarakat. Komodifikasi pariwisata juga memberikan pengaruh negatif, yang terkadang tanpa disadari oleh pemerintah dalam hal ini dinas pariwisata. Proses komodifikasi tidak lepas dari kepentingan pihakpihak yang mempunyai pengaruh dominan. Hegemoni merupakan proses dominasi, dimana sekumpulan pemikiran merongrong atau menekan yang lain (Littlejohn, 2001 : 211). Ini merupakan proses melalui mana sebuah kelompok menjalankan kepemimpinan atas yang lain. Adanya tanggapan negatif dari masyarakat menunjukkan bahwa proses komodifikasi upacara religi tabot terdapat kebijakan yang tidak seimbang. Terdapat beberapa unsur yang kurang mendapat perhatian, hal
ini
terjadi
karena terdapat commit to user
pemusatan
sasaran
dalam
91 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengembangan pariwisata yaitu dapat menarik wisatawan sebanyak mungkin. Ideologi
mendistorsikan
realitas
yang
sebenarnya
guna
memuluskan kepentingan dari kelas yang berkuasa (the rulling class). Ideologi menjadi pemalsuan dan serentak menjadi distorsi dari realitas sosial yang sesungguhnya terjadi dalam masyarakat sehingga kelas yang dikuasai dapat dikelabuhi begitu saja (Littlejohn, 2001). Seiring dengan perubahan zaman yang semakin modern dan otonomi daerah dengan adanya keleluasaan untuk mengembangkan potensi yang ada di daerah yang salah satunya mengembangkan pariwisata menjadikan tabot sebagai komoditas pariwisata. Upacara Religi Tabot yang merupakan tradisi ritual yang penuh dengan upacara-upacara sakral kini sudah kehilangan makna. Sejak beberapa tahun terakhir harus diakui memang sudah bergeser menjadi sekedar pesta tahunan masyarakat Bengkulu. Unsur-unsur budaya yang terdapat dalam upacara tabot sedikit terkikis dengan adanya komodifikasi upacara religi tabot yang lebih mengutamakan keindahan yang dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi wisatawan tanpa memperhatikan makna budaya yang melekat di dalamnya. Dalam postmodern, kapitalisme yang cepat secara virtual semuanya menjadi iklan yang sulit untuk dilihat secara kritis karena ini tertutup dalam ilusi bahwa industri budaya mempertemukan kita commit to user
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan realita. Menurut teorisi kritis, bahwa budaya bukan lagi sesuatu yang terpisah, satu wilayah ekspresi dari pengalaman di mana pemahaman kritis dapat diraih. Mahzhab Frankfurt menyatakan bahwa seni adalah pelabuhan terakhir bagi ide-ide kritis maupun bagi ekspresi dan pengalaman kecantikan dan kepuasan, sehingga meramalkan akan datangnya satu masyarakat yang lebih baik. Melalui ilusi praktis (Schein), budaya menahan komodifikasinya sendiri, mempresentasikan
ekspresi
dan
pengalaman
yang
tidak
terkontaminasi oleh logika kapital dan mempertahankan kemampuan untuk berbeda dan berpikir kritis. Adorno dalam Aesthetic Theory dan Marcuse dalam Aesthetis Dimension (dalam Agger 2003 : 183) menjelaskan fungsi kritis seni dan budaya serta meratapi penyerapan budaya ke dalam siklus komodikasi dan hegemoni. Habermas mengemukakan perubahan dari paradigma kesadaran yang menyetujui dualis barat atas subjek dan objek komunikasi ke paradigma komunikasi. Habermas percaya bahwa hanya dengan refleksi diri dan komunikasi, orang dapat benar-benar mengontrol nasib mereka dan merestrukturisasi masyarakat secara duniawi. Habermas berpandangan bahwa orang menghumanisasi dirinya melalui interaksi. Hanya melalui interaksi dan komunikasi orang dapat menguasai masyarakat, membentuk gerakan sosial dan meraih kekuasaan. commit to user
93 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Komunikasi, terutama melalui media memainkan peran khusus dalam mempengaruhi budaya tertentu melalui penyebaran informasi. Media sangat penting karena mereka menampilkan langsung cara memandang realita. Meskipun media menggambarkan ideologi secara eksplisit dan langsung, suara yang menentang akan selalu ada sebagai bagian dari perjuangan dialektis antar kelompok dalam masyarakat. Media tetap saja dikuasai oleh ideologi yang berkuasa, oleh sebab itu mereka menghadapi suara-suara yang menentang dari dalam kerangka ideologi
yang dominan,
yang mendatangkan pengaruh pada
pendefinisian kelompok-kelompok sebagai ”batas”. Ironi dari media terutama televisi adalah bahwa mereka menampilkan ilusi keragaman dan objektivitas, sementara dalam kenyataannya mereka merupakan instrumen-instruemen yang jelas dari tatanan yang dominan. Para produser mengendalikan isi media melalui cara-cara tertentu untuk menyandikan pesan-pesan. Bagi Hall dan koleganya (dalam pendekatan postrukturalis), interpretasi teks-teks media selalu terjadi dalam perjuangan untuk memegang kendali ideologi. Dengan demikian sasaran utama studi budaya adalah untuk mengekspos bagaimana ideologi dari kelompok yang kuat dipertahankan dengan sungguh-sungguh dan bagaimana ideologi tersebut bisa ditentang untuk menumbangkan sistem kekuasaan yang menekan hak-hak kelompok tertentu. commit to user
94 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Komodifikasi upacara religi tabot dapat terjadi dengan adanya jalinan komunikasi. Dimana pesan yang disampaikan kepada komunikan yaitu para wisatawan dapat tepat pada sasaran. Pesan yang dibuat harus menyentuh perasaan dan menggambarkan secara garis besar pariwisata yang dipasarkan. Dalam hal ini Dinas Pariwisata sebagai komunikator komodifikasi upacara tabot lebih menonjolkan acara pelengkap dari pada acara sakral yang terdapat dalam rangkaian upacara tabot. Pada awalnya memang komunikan memerlukan sebuah pesan yang dapat menyentuh perasaan. Akan tetapi hal ini juga harus dilengkapi dengan gambaran fakta yang terdapat dalam pariwisata tersebut, dan pada akhirnya para wisatawan bukan hanya mempunyai sekedar ketertarikan untuk melihat tetapi juga mempunyai keinginan untuk lebih mengenal dan mempelajari pariwisata yang ditawarkan. Sehingga budaya yang ada dapat dilestarikan demikian juga Upacara Religi Tabot. Pesan dalam komunikasi pemasaran tidak semua sama dalam bidang pariwisata (Wahab, 1992). Seiring dengan proses komodifikasi Upacara Religi Tabot pada dasarnya komunikasi pemasaran oleh Dinas Pariwisata Bengkulu itu cenderung meningkatkan prestise. Komodifikasi Upacara Religi Tabot ditujukan untuk mengingkatkan jumlah wisatawan yang nantinya dapat menambah pendalapata asli daerah. Pemasaran pariwisata yang tergolong dalam pariwisata budaya commit to user
95 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ini bahkan lebih dimotivasi oleh kemauan yang kuat untuk mengetahui darpada sekedar untuk melihat-lihat. Karen bagi wisatawan yang mempunyai minat khusus terhadap kebudayaan, yaitu Upacara Religi Tabot akan tanggap terhadap apa yang dilihatnya dan mengidentifikasi dirinya sendiri berdasr pesan-pesan yang terungkap oleh bergabai tulisan maupun atraksi upacara. Komodifikasi upacara tabot sebenarnya mempunyai prospek yang bagus guna melestarikan kebudayaan sehingga tradisi yang sudah berlangsung dari jaman nenek moyang dapat terus diadakan setiap tahunnya. Anggaran untuk biaya upacara adat Tabot berasal dari dana APBD kota Bengkulu yang kemudian dana ini diserahkan kepada Kerukunan Keluarga Tabot (KKT) untuk digunakan dalam pelaksanaan Tabot. Habermas peduli akan dominasi kepentingan teknis dalam masyarakat kapitalis kontemporer, dimana publik dan swasta saling berkait. Idealnya, publik dan swasta harus seimbang. Haberas menilai komunikasi sebagai suatu yang esensial bagi emansipasi, karena bahasa merupakan alat untuk memenuhi kepentingan emansipatif tersebut. Kompetensi komunikais diperlukan untuk bisa berpartisipasi aktif dalam pembuatan keputusan. Komunikasi pemasaran meliputi tiga tujuan utama, yaitu untuk menyebarkan informasi (komunikasi informatif), mempengaruhi untuk melakukan pembelian atau menarik commit to user
96 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
konsumen (komunikasi persuasif), dan mengingatkan khalayak untuk melakukan pembelian ulang (komunikasi mengingatkan kembali). Pemasaran pariwisata sebenarnya timbul karena adanya gejala kompetisi dan persaingan yang bebas diantara berbagai resort atau daerah tujuan wisata dan perusahaan yang bergerak dibidang industri ini, baik sejenis maupun bukan sejenis sehingga publisitas juga ikut bersaing. Media komunikasi pemasaran juga lebih memungkinkan terjadinya daya ingat yang lebih tinggi mengingat masyarakat setiap hari bahkan setiap detik disuguhi melalui berbagai bentuk. Seiring laju perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menyebabkan semakin beragamnya bentuk media komunikasi pemasaran. Semua pesan komunikasi pemasaran membutuhkan instrument atau
media
untuk
melakukan
transmisi.
Dinas
Pariwisata
menggunakan media untuk melakukan promosi kepada para wisatawan. Dinas Pariwisata melakulan periklanan baik melalui media cetak maupun elektronik sehingga masyarakat umum dapat leluasa mengakses upacara tabot sehingga para wisatawan dapat dengan mudah mendapatkan informasi sesuai dengan kebutuhan mereka. Selain itu Dinas Pariwisata juga mengajak masyarakat sekitar untuk turut serta memeriahkan upacara Tabot.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PENUTUP
P. Kesimpulan Sesuai dengan visi pengembangan pariwisata Bengkulu yaitu “Terwujudnya percepatan transpormasi potensi sumberdaya wisata alam dan budaya provinsi bengkulu yang berakar pada nilai-nilai agama, adat istiadat dan lingkungan hidup yang secara nyata mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan turut serta memajukan perekonomian daerah yang mandiri”. Dinas pariwisata membuat program pengembangan potensi pariwisata sebagai komoditas pariwisata. Salah satunya yaitu komodifikasi upacara religi tabot. Dinas Pariwisata bekerja sama dengan Kerukunan Keluarga Tabot bekerja sama melakukan pengembangan komodifikasi Tabot menjadi komoditas yang menarik wisatawan dengan membuat Festival Tabot. Proses komodifikasi diawali dengan pembukaan upacara tabot oleh Pemerintah Daerah Bengkulu. Tabot sebagai kebutuhan masyarakat Bengkulu telah memenuhi persyaratan, keaslian (Originality), kelangkaan (Scarsity), keutuhan (Wholesomeness) sebagai asset yang sangat berharga untuk dikemas lebih baik secara professional dalam perkembangan kepariwisataan di Bengkulu. Dalam proses komodifikasi, tradisi dalam perayaan Tabot sudah menjadi “seni pertunjukan” tersendiri yang unik karena didalamnya commit to user
97
98 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terdapat serangkaian acara seperti, bazar, pameran, dan berbagai lomba sehingga Tabot menjadi asset kekayaan budaya bagi masyarakat di Propinsi Bengkulu. Upacara religi tabot yang dahulu kala hanya milik warga bengkulu yaitu Kerukunan Keluarga Tabot kini dengan mudah dapat diakses oleh masyarakat luas. Masyarakat luas dapat ikut serta memeriahkan Festival Tabot dengan menghadiri pameran, bazar maupun pertunjukkan-pertunjukkan yang terdapat dalam rangkaian Festival Tabot. Media komunikasi pemasaran yang dilakukan melalui media cetak dan elektronik, serta membuat selebaran atau leflet, sehingga proses komodifikasi upacara Tabot menjadi semakin mudah karena masyarakat luas dapat dengan mudah mengakses informasi mengenai Tabot. Akan tetapi, komodifikasi upacara religi tabot juga memunculkan perbedaaan versi pendapat dari masyarakat. Dari satu sisi komodifikasi upacara religi tabot tepat sasaran yaitu dapat meningkatkan jumlah wisatawan, akan tetapi unsur kesakralan budaya yang terkandung didalamnya juga harus mendapat perhatian.
Q. Implikasi 1. Seiring dengan perkembangan jaman, berbagai upacara religi yang hidup di masyarakat dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu yaitu untuk komoditas pariwisata yang dibuat semenarik mungkin agar dapat meningkatkan jumlah wisatawan. commit to user
99 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Dalam pendekatan teori kritis, dominasi ideologi memainkan peranan penting dalam proses komodifikasi. Masyarakat merasakan terjadinya perubahan dari komodifikasi pariwisata yang lebih menguntungkan bagi pihak-pihak yang mempunyai kekuasaan. 3. Media sebagai alat komunikasi pemasaran mempunyai perngaruh yang kuat dalam prosess komodifikasi.
Melalui
komunikasi
pemasaran,
sebuah ideologi dominan mampu mendistorsi upacara religi dalam masyarakat.
R.
Saran Dalam
mengembangkan
pariwisata
hendaknya
pemerintah
memperhatikan berbagai faktor yang dipengaruhi. Melibatkan seluruh lapisan masyarakat untuk ikut terlibat dalam upacara ritual tabot agar suasana upacara ritual Tabot tersebut ”dimiliki” pula oleh seluruh masyarakat Bengkulu dari berbagai macam kalangan. Keterlibatan masyarakat no keluarga Tabot dalam upacara tersebut mungkin dapat diwujudkan dalam bentuk (semacam) segi tontonan (Entertainment) saja yang dikaitkan dengan pelaksanaan upacara tersebut tanpa merubah arti / makna upacara ritual Tabot yang akan dilaksanakan. Dalam hal ini mungkin Kelurahan dapat diikut sertakan mengirimkan wakil-wakilnya untuk berperan serta dalam mengikuti setiap prosesi Tabot sekaligus ikut terlibat dalam penampilan-penampilan seni budaya lainnya sebagai hiburan dan daya tarik sendiri dalam sesi upacara ritual yang dilaksanakan. commit to user
100 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pengembangan pariwisata melalui komodifikasi upacara religi tabot perlu dievaluasi kembali dengan adanya tanggapan dari masyrakat yang beraneka ragam. Dan segala bentuk tanggapan dari masyarakat yang beraneka ragam hendaknya mendapatkan pemecahan dan perlu disikapi secara bijaksana sehingga pengembangan pariwisata tersebut mendapat dukungan yang penuh dari berbagai pihak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Agger, Ben. Teori Sosial Kritis : Kritik, Penerapan dan Implikasinya. Yogyakarta : Kreasi Wacana. 2003 Belch, Michael A., George E. Belch. Advertising and Promotion: An An Integrated Marketing Communications Perspective, Fifth Ed. New York: McGraw-Hill Irwin, 2001. Curran, James and Michael Gurevitch. Mass Media and Society. New York : Arnold, 1996. Effendy, Onong Uchjana. Dinamika Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004. Kasali, Rhenald. Membidik Pasar Indonesia/STP. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2001. Kasiyan. Komodifikasi, Seks dan Pornografi dalam Representasi Estetika Iklan Komersial di Media Massa. Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 12, No. I, 2007: 18-34. Kellner, Douglas. Media Culture; Cultural Studies, Identity and Politics Between The Modern and The Postmodern. London and New York : Routledge, 1995. Littlejohn, StephenW. Theories of Human Communication. USA :WadsworthThomson Learning. 2001. Miles, Matthew, dkk. Analisis Data Kualitatif : Buku Sumber Tentang MetodeMetode Baru. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia, 2007. Moleong, Laxy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosdakarya, 2006. Mosco, Vincent. The Political Economy of Communication. London : Sage Publication, 1996. Narwaya, St. Guntur. Matinya Ilmu Komunikasi. Yogyakarta : Resist Book, 2006. Nugroho, Heru. Negara, Pasar dan Keadilan Sosial. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001. Pendit, Nyoman. Ilmu Pariwisata; Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2002. commit to user
101
102 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pitana, Gede. Sosiologi Pariwisata; Kajian Sosiologis Terhadap Struktur, System dan Dampak-Dampak Pariwisata. Yogyakarta : Penerbit Andi, 2005. Prisgunanto, Ilham. Komunikasi Pemasaran Strategi dan Taktik. Jakarta : Ghalia Indonesia, 2006. Purwanto, Djoko. Komunikasi Bisnis Edisi Ketiga. Jakarta : Erlanga, 2006. Shimp, Terence. Periklanan Promosi : Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu (Diterjemahkan oleh Dwi Kartini Yahya. Jakarta : Erlangga, 2004. Sutopo, H.B. Metodoogi Penelitian Kualitatif. Surakarta : Sebelas Maret University Press, 2002. Wahab, Salah Ph.D. Manajemen Kepariwisataan (Alih Bahasa oleh Frans Gromang). Jakarta : Pradnya Paramita, 1992. Yoeti, Oka A. Pemasaran Pariwisata. Bandung : PT. Angkasa, 1990.
commit to user
103 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
LAMPIRAN
commit to user
104 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
105 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
106 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
107 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
108 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
109 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
110 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
111 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
112 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
113 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
114 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
115 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
116 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
117 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
118 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
119 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
120 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
121 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
122 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
123 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
124 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
125 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
126 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
127 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
128 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
129 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
130 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
131 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
132 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
133 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
134 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
135 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
136 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
137 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
138 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
139 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
140 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user