HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 6-8 BULAN DI DESA MAKAMHAJI SUKOHARJO
KARYA TULIS ILMIAH
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan Program Studi DIV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh: Yesi Retiyansa NIM R1109040
PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
i
ii
iii
ABSTRAK
Yesi Retiyansa. R 1109040. Hubungan Pengetahuan Ibu Menyusui tentang ASI Eksklusif dengan Status Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Usia 6-8 Bulan di Desa Makamhaji Sukoharjo. Program Studi DIV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2010.
Pemberian ASI sangat penting bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasan bayi. ASI diciptakan sebagai makanan yang mengandung zat gizi paling lengkap dan cukup untuk bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan (ASI eksklusif). Pengetahuan tentang ASI eksklusif sangat penting untuk terbentuknya perilaku pemberian ASI eksklusif. Berdasarkan studi pendahuluan di desa Makamhaj, sebagian besar ibu tidak memberikan ASI eksklusif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan status pemberian ASI eksklusif pada bayi. Desain penelitian yang digunakan observasional (non experimental) analitik dengan rancangan cross sectional. Teknik sampling yang digunakan adalah “sampling insidental” sebanyak 35 ibu menyusui balita usia 6-8 bulan di desa Makamhaji Sukoharjo. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner dan analisis data menggunakan uji statistik chi square (x2). Hasil penelitian dari uji alternatif untuk uji chi square yaitu uji fisher’s exact test dapat diketahui bahwa nilai signifikasi untuk 2 sided (two tail) adalah 0,023 kurang dari taraf signifikasi yang telah ditetapkan (0,023<0,05). Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah pada tingkat kepercayaan 95% ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan status pemberian ASI Eksklusif di Desa Makamhaji, Sukoharjo
Kata kunci : Pengetahuan, Perilaku, ASI Eksklusif.
iv
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Hubungan Pengetahuan Ibu Menyusui tentang ASI Eksklusif dengan Status Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Usia 6-8 Bulan di Desa Makamhaji Sukoharjo”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Saint Terapan di Fakultas Kedokteran Program Studi D IV Kebidanan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. H. Much. Syamsulhadi, dr. Sp. KJ (K), Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Prof. Dr. H. AA Subijanto, dr, M.S, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. H. Tri Budi Wiryanto, dr, Sp.OG (K), Ketua Program Studi D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Moch. Arief Tq, dr, MS., PHK., Ketua Tim KTI Program Studi D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta selaku penguji yang telah memberikan arahan dan saran dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 5. Sri Mulyani, S. Kep. Ns. M. Kes., selaku Pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan, arahan dan masukan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini 6. Kusmadewi Eka Damayanti, dr., selaku Pembimbing pendamping yang telah memberikan bimbingan, petunjuk dan masukan yang bermanfaat sehingga tersusun Karya Tulis Ilmiah ini. 7. Novita Ariesta K, Amd. Keb., selaku bidan desa Makamhaji, Sukoharjo dan para kader yang telah banyak membantu selama penelitian. v
8. Ibu-ibu di desa Makamhaji, Sukoharjo yang telah bersedia menjadi subyek penelitian dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 9. Orang tua yang senantiasa memberi dukungan moril maupun materiil serta kakakku yang terus memberikan semangat untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah ini. 10. Rekan-rekan mahasiswa D IV Kebidanan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu dan memberi motivasi dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 11. Semua pihak yang turut membantu kelancaran penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Surakarta, Juli 2010
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................
i
HALAMAN VALIDASI……………………............................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………............
iii
ABSTRAK…………………..……………………………………............
iv
KATA PENGANTAR…………………..…………………………..........
v
DAFTAR ISI ..............................................................................................
vii
DAFTAR TABEL ......................................................................................
ix
DAFTAR BAGAN... .................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
xi
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
.................................................................
1
B. Rumusan Masalah ................................................................
3
C. Tujuan ...................................................................................
3
D. Manfaat Penelitian
.............................................................
3
E. Keaslian Penelitian ...............................................................
4
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka....................................................................
5
B. Kerangka Konsep ..................................................................
26
C. Hipotesis................................................................................
26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ...................................................................
27
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...............................................
27
C. Populasi Penelitian…..............................................................
27
D. Sampel dan Teknik Sampling ................................................
27
E. Kriteria Retriksi......................................................................
28
F. Definisi Operasional………………………………………...
29
vii
G. Instrumen Penelitian………………………………………...
30
H. Validitas dan Reliabilitas…………………………………....
31
I. Pengolahan dan Analisis Data……………………………....
34
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Responden .......................................................
37
B. Analisis Univariat …………….............................................
38
C. Analisis Bivariat ……………................................................
41
BAB V PEMBAHASAN A. Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Berdasarkan Karakteristik Umur dan Pendidikan ……..…...
43
B. Gambaran Status Pemberian ASI Eksklusif Berdasarkan Karakteristik Pekerjaan ………..........................……………
44
C. Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif................................
44
D. Status Pemberian ASI Eksklusif.............................................
45
E. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif dengan Status Pemberian ASI Eksklusif………………..…...
46
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................
48
B. Saran ....................................................................................
48
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Komponen Unggul yang Terkandung dalam ASI ............................
13
Tabel 2. Soal untuk Mengukur Pengetahuan Ibu tentang ASI eksklusif...........
31
Tabel 3. Soal untuk Status Pemberian ASI eksklusif .....................................
31
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden...................................
37
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif............
38
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Status Pemberian ASI Eksklusif.......................
39
Tabel 7. Distribusi Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif Berdasarkan Karakteristik Umur.............................................................................
39
Tabel 8. Distribusi Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif Berdasarkan Karakteristik Pendidikan....................................................................
40
Tabel 9. Distribusi Status Pemberian ASI Eksklusif Berdasarkan Karakteristik Pekerjaan.......................................................................
41
Tabel 10. Hubungan antara Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif dengan Status Pemberian AS Eksklusif.......................................................... . 42
ix
DAFTAR BAGAN
Bagan 1. Kerangka Konsep Penelitian……………………………...………
x
26
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Jadwal Kegiatan Penelitian
Lampiran 2.
Surat Permohonan Ijin Penelitian dan Pengambilan Data
Lampiran 3.
Surat Ijin Penelitian/ Survei dari BAPPEDA Sukoharjo
Lampiran 4.
Validitas Kuesioner
Lampiran 5.
Reliabilitas Kuesioner
Lampiran 6.
Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 7.
Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 8.
Kuesioner
Lampiran 9.
Data Kuesioner
Lampiran 10.
Data Responden
Lampiran 11.
Data Alasan 30 Responden Tidak Memberikan ASI Eksklusif
Lampiran 12.
Hasil Analisis Data Menggunakan Chi Square
Lampiran 13.
Nilai-nilai r Product Moment
Lampiran 14.
Nilai-nilai Chi Kuadrat
Lampiran 15.
Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
xi
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pemberian ASI sangat penting bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasan bayi. ASI eksklusif artinya bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, juga tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi ataupun tim mulai lahir sampai usia 6 bulan (Roesli, 2005). Alasan utama pentingnya ASI adalah karena sangat bermanfaat untuk bayi pada awal kehidupannya. ASI diciptakan sebagai makanan yang mengandung zat gizi dan non-gizi paling lengkap dan cukup untuk bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan, sehingga pertumbuhannya jauh lebih baik dibanding bayi yang tidak disusui. Pada periode usia tersebut bayi tidak dianjurkan untuk diberikan makanan apapun selain ASI (Briawan, 2004). Memberi cairan sebelum bayi berusia 6 bulan meningkatkan risiko kekurangan gizi. Konsumsi air putih atau cairan lain meskipun sedikit, akan membuat bayi merasa kenyang sehingga tidak mau menyusu. Penelitian menunjukkan bahwa memberi air putih sebagai tambahan cairan sebelum bayi berusia 6 bulan dapat mengurangi asupan ASI hingga 11% (Syahdrajat, 2009). Angka Cakupan ASI Ekslusif 6 bulan di Indonesia hanya 32,3%, masih jauh dari rata-rata dunia, yaitu 38%. Sementara itu, jumlah bayi di bawah 6
1
2
bulan yang diberi susu formula meningkat dari 16,7% pada tahun 2002 menjadi 27,9% pada tahun 2007 (SDKI 2007). Oleh sebab itu ASI eksklusif dijadikan sebagai prioritas program negara. Berdasarkan data yang diperoleh dari profil kesehatan kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2008 menunjukkan cakupan pemberian ASI eksklusif hanya sekitar 28,96%, terjadi sedikit peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2007 yang mencapai 27,35%. Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo tahun 2009 menunjukkan cakupan ASI eksklusif sebesar 63,88%. Angka ini dirasakan masih rendah bila dibandingkan dengan target pencapaian ASI eksklusif tahun 2010 sebesar 80%. Di Desa Makamhaji, cakupan pemberian ASI eksklusif pada bulan Maret 2010 sebesar 34,8%. Berdasarkan studi pendahuluan pada bulan April 2010 terhadap 5 orang ibu menyusui bayi usia 6 bulan di Posyandu Sejahtera Dukuh Jetis, Makamhaji, hanya satu orang yang memberikan ASI eksklusif. Pada ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif mengatakan memberikan ASI saja tidak mencukupi untuk bayi, sehingga bayi rewel jika hanya diberi ASI. Mengingat pentingnya pemberian ASI eksklusif bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasan bayi, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif dengan Status Pemberian ASI Eksklusif di Desa Makamhaji Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.
3
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka timbul rumusan masalah apakah ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan status pemberian ASI eksklusif? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui apakah ada hubungan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan status pemberian ASI eksklusif pada bayi. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif. b. Untuk mengetahui status pemberian ASI eksklusif. c. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan status pemberian ASI eksklusif. D. Manfaat Penelitian a. Untuk meningkatkan angka cakupan ASI eksklusif dengan memberikan pengetahuan tentang hubungan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan status pemberian ASI eksklusif. b. Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan untuk meningkatkan layanan kesehatan kepada masyarakat khususnya dalam pendidikan kesehatan mengenai ASI eksklusif. c. Dapat dijadikan bahan masukan bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya mengenai hubungan antara pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan status pemberian ASI eksklusif.
4
E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang Hubungan Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang ASI Eksklusif dengan Status Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Usia 6-8 Bulan di Desa Makamhaji Sukoharjo, sepengetahuan penulis belum pernah diteliti. Penelitian sejenis yang pernah dilakukan adalah: Survey Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi di Desa Sadang Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus oleh Wahyuningrum. Jenis penelitian dengan metode survei melalui pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel berdasarkan teknik total sampling sebanyak 40 ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan. Hasil penelitian diperoleh dari uji Chi Square diperoleh nilai p-value 0,000 menunjukkan adanya hubungan pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi. Perbedaan penelitian ini dengan peneliti sebelumnya terletak pada waktu, lokasi dan subyek penelitian. Waktu yang digunakan pada penelitian ini pada bulan Juni 2010, sedangkan waktu penelitian sebelumnya pada bulan Mei 2007. Lokasi pada penelitian ini adalah di Desa Makamhaji Sukoharjo, sedangkan tempat penelitian sebelumnya di Desa Sadang Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus. Kemudian Subyek penelitian pada penelitian ini yaitu ibu menyusui bayi usia 6-8 bulan, sedangkan subyek penelitian sebelumnya yaitu ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan. Dengan adanya perbedaan tersebut diharapkan hasil penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti berbeda pula.
5
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indera
manusia, yakni : indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni: a.
Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b.
Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul.
c.
Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah baik lagi.
5
6
d.
Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e.
Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama. Pengetahuan mempunyai 6 tingkat, yakni: 1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipenuhi atau rangsangan yang telah diterima. 2) Memahami (Comprehension) Memahami
diartikan
sebagai
suatu
kemampuan
untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham
terhadap
objek
atau
materi
harus
dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan terhadap objek yang dipelajari.
7
3) Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). 4) Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya antara yang satu dengan yang lain. 5) Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru. 6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek, penilaian-penilaian
itu
berdasarkan
suatu
kriteria
yang
ditentukan atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmoodjo, 2003).
8
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
Pengetahuan
menurut
Notoatmodjo (2007) adalah: 1) Sosial ekonomi Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang, sedang ekonomi dikaitkan dengan pendidikan. Jika ekonomi baik maka tingkat pendidikan akan tinggi sehingga tingkat pengetahuan juga akan tinggi. 2) Kultur (budaya, agama) Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang, karena informasi yang baru dan diambil yang sesuai dengan budaya yang ada dan agama yang dianut. 3) Pendidikan Semakin tinggi pendidikan seseorang maka ia akan mudah menerima hal-hal baru dan mudah menyesuaikan dengan hal yang baru tersebut. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi,
maka
orang
tersebut
akan
semakin
luas
pula
pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.
9
4) Pengalaman Berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin luas pengalamannya dan semakin
tua
seseorang
maka
akan
semakin
banyak
pengalamannya. 2. ASI eksklusif a. Definisi ASI eksklusif adalah pemberian ASI (air susu ibu) sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air putih, sampai bayi berumur 6 bulan. (Purwanti, 2004) Pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biscuit, bubur nasi, dan tim. Pada tahun 1999, setelah pengalaman selama 9 tahun, UNICEF memberikan klarifikasi tentang rekomendasi jangka waktu pemberian ASI eksklusif. Rekomendasi terbaru UNICEF bersama World Health Assembly (WHA) dan banyak negara lainnya adalah menetapkan jangka waktu pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. (Roesli, 2005)
10
b. Hormon dan Refleks yang Menghasilkan ASI ASI diproduksi atas hasil kerja gabungan antara hormon dan refleks. Pada waktu bayi mulai menghisap ASI akan terjadi dua refleks
yang
menyebabkan
ASI
keluar,
yaitu
refleks
pembentukan/produksi ASI atau refleks prolaktin yang dirangsang oleh hormon prolaktin dan refleks pengaliran/pelepasan ASI (let down reflex). Kelenjar hipofisa bagian depan yang berada di dasar otak menghasilkan hormon prolaktin untuk merangsang kelenjar payudara untuk memproduksi ASI. Makin banyak ASI dikeluarkan atau dikosongkan dari payudara maka akan semakin banyak ASI yang diproduksi (Paath, 2004). Pada proses penghisapan, akan merangsang ujung saraf di sekitar payudara. Selanjutnya, saraf ini akan membawa pesan ke bagian depan kelenjar hipofisa untuk memproduksi prolaktin. Prolaktin kemudian akan dialirkan oleh darah ke kelenjar payudara guna merangsang pembuatan ASI. Setelah diproduksi, ASI akan dikeluarkan dan dialirkan. Pengeluaran ASI ini terjadi karena sel otot halus di sekitar kelenjar payudara mengerut oleh hormon oksitosin sehingga memeras ASI keluar. Hormon oksitosin berasal dari bagian belakang kelenjar hipofisa. Seperti halnya prolaktin, oksitosin juga dihasilkan bila ujung saraf sekitar payudara dirangsang oleh isapan.
11
Perasaan ibu yang negatif seperti khawatir ASI-nya tidak cukup, ibu merasa kesulitan saat menyusui, merasa sedih, cemas, marah atau kesal, dan juga apabila ibu malu menyusui dapat menghambat pengeluaran oksitosin. Sebaliknya apabila ibu dalam keadaan tenang, mendengar bayinya menangis, dan memikirkan bayinya dengan perasaan kasih sayang dapat meningkatkan pengeluaran ASI. (Roesli, 2005) c. Komposisi ASI ASI merupakan makanan yang paling ideal bagi bayi karena mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan bayi. Komposisi zat gizi yang terkandung dalam ASI diuraikan berikut ini: 1)
Lemak ASI maupun susu sapi mengandung lemak yang cukup tinggi yaitu sekitar 3,5%. Namun, keduanya memiliki susunan asam lemak yang berbeda. ASI lebih banyak mengandung asam lemak tak jenuh, sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung asam lemak rantai pendek dan asam lemah jenuh. Selain itu ASI mengandung asam lemak omega-3 yang dibutuhkan untuk perkembangan otak. Alat pencernaan bayi akan lebih cepat menyerap asam lemak tak jenuh dibandingkan menyerap asam lemak jenuh. Oleh karena itu, lemak ASI lebih cepat diserap oleh usus bayi dibandingkan lemak susu sapi.
12
2)
Protein Susu sapi dan ASI mengandung dua macam protein utama, yaitu whey dan casein. Whey adalah protein yang halus, lembut, dan mudah dicerna. Casein adalah protein yang bentuknya kasar, bergumpal, dan sukar dicerna oleh usus bayi. Protein ASI yang utama adalah whey, sedangkan protein susu sapi yang utama adalah casein. Rasio whey dan casein adalah 60:40, sedangkan pada susu sapi rasionya 20:80. Hal ini menguntungkan bayi karena whey lebih mudah dicerna dibanding casein.
3)
Karbohidrat Peranan karbohidrat terutama diperlukan untuk memenuhi kebutuhan energi. Laktosa merupakan salah satu sumber karbohidrat yang terdapat dalam ASI maupun susu sapi. ASI mengandung laktosa sekitar 7%, sedangkan kandungan laktosa dalam susu sapi hanya sekitar 4,4 %. Kadar laktosa yang tinggi akan
mengakibatkan
terjadinya
pertumbuhan
bakteri
lactobacillus dalam usus yang dapat mencegah terjadinya infeksi. Selain itu, laktosa dapat meningkatkan penyerapan kalsium yang sangat penting untuk pertumbuhan tulang. 4)
Mineral dan zat besi Kandungan mineral susu sapi empat kali lebih banyak dibanding kandungan mineral dalam ASI. Kandungan mineral yang tinggi pada susu sapi akan menyebabkan terjadinya beban osmolar,
13
yaitu tingginya kadar mineral dalam tubuh. Kadar mineral yang tinggi akan member beban yang berlebihan pada ginjal bayi yang belum sempurna sehingga keseimbangan air dalam tubuh akan terganggu. Zat besi dalam ASI akan diserap 50-75% oleh usus bayi, sedangkan zat besi yang ditambahkan dalam susu formula hanya 4-10% yang dapat diserap oleh usus bayi. 5)
Vitamin ASI mengandung vitamin yang diperlukan bayi. Vitamin K yang diperlukan untuk proses pembekuan darah terdapat dalam ASI dengan jumlah yang cukup dan mudah diserap
Tabel 1. Komponen Unggul yang Terkandung dalam ASI yang Dapat Melindungi Bayi dari Berbagai Penyakit No 1.
Komponen
Peran
Faktor bifidus
Mendukung proses perkembangan bakteri
yang
menguntungkan
dalam usus bayi, dan mencegah pertumbuhan
bakteri
yang
merugikan (patogen) 2.
Laktoferin
Mengikat zat besi dalam ASI sehingga zat besi tidak digunakan oleh
bakteri
patogen
untuk
pertumbuhannya 3.
Laktoperoksidase
4.
Faktor
5.
Membunuh bakteri pathogen
anti Menghambat
pertumbuhan
staphillococcus
staphillococcus pathogen
Sel-sel fagosit
Memakan bakteri pathogen
14
6.
Komplemen
7.
Sel
limfosit
Memperkuat kegiatan fagosit dan Mengeluarkan zat antibodi untuk
makrofag
meningkatkan imunitas terhadap penyakit
8.
Lisosim
Membantu pencegahan terjadinya infeksi
9.
Interferon
Menghambat pertumbuhan virus
10.
Faktor pertumbuhan Membantu pertumbuhan selaput epidermis
usus bayi sebagai perisai untuk menghindari
zat-zat
merugikan
yang masuk ke peredaran darah Sumber : Krisnatuti, 2000 d. Manfaat pemberian ASI eksklusif 1) Manfaat pemberian ASI bagi bayi a) ASI sebagai nutrisi ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi
yang
seimbang
dan
disesuaikan
dengan
pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan tatalaksana menyusui yang benar, ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan. b) ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi Kolostrum merupakan cairan pertama disekresi oleh kelenjar payudara dari hari ke-1 sampai hari ke-4. Kolostrum berwarna kuning keemasan karena tingginya komposisi lemak
15
dan sel-sel hidup. Kolostrum merupakan pencahar (pembersih usus bayi) yang membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi baru lahir segera bersih dan siap menerima ASI. Kandungan tertinggi dalam kolostrum adalah antibodi yang melindungi bayi dari penyakit seperti diare. ASI juga akan menurunkan kemungkinan bayi terkena infeksi telinga, batuk, pilek dan penyakit alergi. Imunoglobulin dalam ASI sangat berperan untuk perlindungan serangan kuman dan virus. Imunoglobulin G memiliki konsentrasi tinggi sejak janin dalam kandungan sampai beberapa bulan setelah bayi lahir dan konsentrasi meningkat dalam ASI pada minggu pertama. Imunoglobulin G mampu memberi perlindungan terhadap penyakit campak, rubella, difteri, dan salmonella. Imunoglobulin A yang terdapat di dalam ASI berfungsi menutup lumen mukosa usus bayi sehingga mencegah kuman atau virus melekat pada mukosa. Bersama makrofag dapat memfagositosis berbagai kuman dalam usus. Dengan memperoleh berbagai immunoglobulin dari serum ibu maupun ASI, bayi mendapat perlindungan terhadap serangan kuman clostridium tetani, difteri, pneumonia, E.
Coli,
salmonella,
sigela,
influenza,
streptokokus,
stafilokokus, virus polio, dan vibrio colera. Oleh karena itu,
16
bayi yang mendapat ASI eksklusif akan terhindar dari berbagai penyakit infeksi, penyakit sistem pencernaan, serta berbagai penyakit yang disebabkan oleh virus. c) ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan ASI
mengandung
asam
linoleat
yang
berfungsi
membentuk dan memelihara mielin, yaitu lapisan yang membungkus susunan saraf sehingga sel-sel otak tidak terganggu dan tidak mudah terjadi kejang. Bayi yang sering mengalami kejang akan mengalami kerugian karena pada saat kejang, oksigen dan nutrisi tidak sampai ke jaringan otak. Otak mengalami hipoksia dan kerusakan sel-sel otak. Kerusakan pada masa perkembangan akan menimbulkan cacat permanen yang tidak dapat diperbaiki. Zat gizi folasin berfungsi membantu sintesis protein, DNA, asetilkolin, dan RNA. Kekurangan zat gizi tersebut akan berakibat terhambatnya pertumbuhan dan kelainan fungsi otak. Puncak laju pertumbuhan otak terjadi antara minggu ke16 sampai minggu ke-24 kehamilan dan minggu ke-30 kehamilan
hingga
bayi
berusia
18
bulan.
Penelitian
menunjukkan bila seorang anak mengalami gangguan gizi setelah perkembangan otak yang pesat, ia tidak akan mengalami gangguan inteligensia. Dalam hal ini, ASI banyak
17
berperan karena komposisi ASI telah membangun dendrit (serabut saraf otak) dengan sempurna, walaupun setelah berumur 3 tahun anak tersebut mengalami kekurangan gizi. Pada penelitian dr. Lukas (1993) terhadap 300 bayi prematur yang diberi ASI eksklusif mempunyai IQ 8,3 poin lebih tinggi dibandingkan kelompok bayi prematur yang tidak diberi ASI. Penelitian Dr. Riva, bayi dengan ASI eksklusif ketika berusia 9,5 tahun mempunyai IQ 12,9 poin lebih tinggi dibanding bayi yang tidak mendapat ASI. Anak yang mendapat ASI eksklusif memiliki rata-rata IQ 14,2 poin lebih tinggi, artinya semakin banyak ia mendapat ASI anak tersebut akan semakin cerdas. d) ASI eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusu akan merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan tenteram. Perasaan terlindung dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual yang baik.
18
2) Manfaat pemberian ASI eksklusif bagi ibu a) Mengurangi perdarahan setelah melahirkan Pada ibu menyusui akan terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna untuk konstriksi/penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti. b) Menjarangkan kehamilan Selama ibu memberi ASI eksklusif dan belum haid, 98% tidak akan hamil pada 6 bulan pertama setelah melahirkan dan 96% tidak akan hamil sampai bayi berusia 12 bulan. c) Mengecilkan rahim Kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkat akan sangat membantu rahim kembali ke ukuran sebelum hamil. Proses pengecilan ini akan lebih cepat dibanding pada ibu yang tidak menyusui. d) Mengurangi kemungkinan menderita kanker Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menyusui akan mengurangi kemungkinan terjadinya kanker payudara. Wanita yang melanjutkan menyusui sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih, diduga angka kejadian kanker payudara akan berkurang sampai sekitar 25%. Beberapa penelitian juga menemukan bahwa risiko terkena kanker indung telur pada ibu menyusui berkurang sampai 20-25%.
19
e) Lebih ekonomis dan hemat waktu. Dengan memberi ASI berarti menghemat pengeluaran untuk perlengkapan dan persiapan pembuatan minum susu formula. ASI dapat segera diberikan pada bayi tanpa harus menyiapkan peralatan seperti pada pemberian susu botol. e. Pemberian ASI segera setelah lahir Pemberian ASI maksimal setengah jam pertama setelah persalinan merupakan titik awal yang penting apakah bayi nanti akan cukup mendapatkan ASI atau tidak. Ini didasari oleh peran hormon pembuat ASI yaitu prolaktin dalam peredaran darah ibu akan menurun setelah satu jam persalinan yang disebabkan oleh lepasnya plasenta. Sebagai upaya untuk tetap mempertahankan prolaktin dalam kadar darah ibu sebelum setengah jam pertama setelah persalinan, segera posisikan bayi untuk menghisap puting susu ibu secara benar. Isapan bayi ini akan memberi rangsangan pada hipofisis untuk mengeluarkan
hormon
oksitosin.
Hormon
oksitosin
bekerja
merangsang otot polos untuk memeras ASI yang ada pada alveoli, lobus, serta duktus yang berisi ASI yang dikeluarkan melalui puting susu. Keadaan ini akan memaksa hormon prolaktin untuk terus memproduksi ASI. Kosongnya simpanan ASI mengakibatkan semakin semakin besar produksinya untuk mengisi kembali “lumbung” ASI yang kosong dan hormon prolaktin akan terus tinggi
20
dalam peredaran darah. Apabila bayi tidak menghisap puting susu pada setengah jam setelah persalinan, hormon prolaktin akan turun dan sulit merangsang prolaktin sehingga ASI baru akan keluar pada hari ketiga atau lebih. Hal ini akan memaksa untuk memberi makanan pengganti ASI karena bayi yang tidak mendapat ASI cukup akan menjadi rewel. Bayi akan beradaptasi dengan lingkungan selama setengah jam sampai satu jam kemudian bayi akan tidur selama dua jam. Bayi akan terbangun lagi kira-kira lima belas menit sampai setengah jam dan bayi akan tidur lagi. Kemudian bayi akan terbangun kurang lebih jam ke-5 atau ke-6. Ini adalah pola tidur bayi setelah lahir. Setelah proses persalinan selesai, bayi dalam kondisi hangat segera disusukan pada ibu yang sudah dibersihkan. Hindari bayi masuk pada jam tidurnya, karena bayi tidak mau menyusu dan mulut bayi akan terkunci (Purwanti, 2004). f. Cara menyusui yang benar 1) Posisi menyusui bayi a) Bayi harus dapat memasukkan seluruh puting susu sampai daerah areola mamae ke dalam mulutnya sehingga bayi dapat menggunakan rahang untuk menekan daerah di belakang puting susu yang merupakan kantong penyimpanan ASI. Cara bayi menghisap payudara merupakan hal yang penting dan
21
bisa menyakitkan jika dilakukan dengan tidak benar (Lewis, 2004). b) Ibu dapat mengambil posisi duduk. Punggung ibu bersandar, kaki dapat diangkat dan diluruskan ke depan sejajar dengan bokong, atau ke bawah, tetapi harus diberi penyangga. Bayi tidur di pangkuan ibu dialasi bantal sehingga posisi perut ibu bersentuhan/berhadapan dengan perut bayi. Leher harus dalam posisi tidak terpelintir. c) Posisi lain yaitu ibu tidur miring dengan bantal agak tinggi dan lengan menopang kepala bayi. Posisi perut bayi dan perut ibu sama dengan pada posisi duduk. Siku bayi sejajar dengan telinga bayi. 2) Waktu menyusui bayi Menyusui bayi tidak perlu dijadwal. Bila bayi membutuhkan atau menangis ibu harus segera memberikan ASI. Bila bayi puas menyusu, bayi akan tertidur pulas. Ketika bayi tertidur dalam keadaan masih menyusu, untuk melepaskan puting dari mulut bayi ibu dapat memasukkan jari tangan perlahan ke dalam mulut bayi menyusuri puting susu. Kemudian perlahan lepaskan puting susu dari mulut bayi. 3) Urutan tindakan menyusui a) Pilih posisi yang paling nyaman untuk menyusui. Siapkan peralatan seperti kapas, air hangat, handuk kecil, bantal untuk
22
menopang bayi, selimut kecil, dan penopang kaki ibu. Siapkan semua sesuai kebutuhan. b) Baringkan bayi di atas bantal dengan baik sehingga posisi bayi saling berhadapan dan bersentuhan dengan perut bayi. Perhatikan kepala agar tidak terjadi pemuntiran leher dan punggung bayi harus lurus (tidak membungkuk). c) Mula-mula masase payudara dan keluarkan sedikit ASI untuk membasahi puting susu, tujuannya menjaga kelembaban puting. Kemudian oleskan puting susu ibu ke bibir bayi untuk merangsang refleks isap bayi (rooting reflex). d) Topang payudara dengan tangan kiri atau tangan kanan dan empat jari menahan bagian bawah areola mamae sampai bayi membuka mulutnya. e) Setelah bayi siap menyusu masukkan puting susu sampai daerah areola mamae masuk ke mulut bayi. Pastikan bayi menghisap dengan benar dan biarkan bayi bersandar kearah ibu. Jaga agar posisi kepala tidak menggantung. f) Pertahankan posisi bayi yang tepat dan nyaman sehingga memungkinkan bayi dapat menghisap dengan benar. ASI keluar dengan lancar dan puting susu ibu tidak lecet. g) Susui bayi selama ia mau dan berikan ASI secara bergantian pada kedua payudara sehingga mempertahankan ASI tetap diproduksi seimbang pada kedua payudara.
23
h) Setelah bayi selesai menyusu, sebaiknya puting susu dan sekitarnya dibasahi oleh ASI dan biarkan kering sendiri untuk menjaga kelembaban. i) Setelah menyusui, bila bayi tidak tidur sendawakan bayi dengan meletakkan bayi telungkup kemudian punggungnya ditepuk-tepuk secara perlahan atau bayi ditidurkan telungkup di pangkuan dan tepuk punggung bayi. ASI dalam lambung bayi akan habis diserap dalam 2 jam. Oleh karena itu, upayakan bayi untuk menyusu lagi setelah 2 jam kemudian. Bayi yang sehat akan menyusu dan mengosongkan payudara selama 5-7 menit. 4) Pengeluaran ASI a) Pengeluaran ASI dengan tangan Dimulai dengan mencuci tangan sampai bersih. Siapkan tempat untuk menampung ASI dan payudara dikompres dengan kain (handuk) hangat dengan gerakan dari arah luar kearah puting susu. Gerakan jari-jari tangan secara merata di atas payudara sambil menekan kearah dada urut sampai ke belakang puting susu (jangan menekan puting karena dapat menimbulkan lecet). Ulangi aktivitas ini sampai ASI keluar dan payudara terasa kosong.
24
b) Pengeluaran ASI dengan pompa Mengeluarkan ASI dengan pompa tangan memiliki kerugian karena pompa tidak mampu menghisap seluruh kelenjar payudara. Bagian dalam pompa hanya menghisap kelenjar ASI bagian luar secara merata, sedangkan kelenjar bagian dalam tidak terpompa. Hal ini akan menimbulkan sumbatan yang menyebabkan rasa nyeri yang selanjutnya akan menekan pengeluaran ASI. Pompa elektrik akan memberi daya isap yang merata ke seluruh kelenjar (Purwanti, 2004). g. Manajemen Laktasi pada Ibu yang Bekerja Ibu-ibu yang bekerja pada siang hari, tetap harus memberikan ASI. Pagi hari bayi disusui dan setelah pulang bekerja bayi disusui lagi (Wiryo, 2002). Dengan pengetahuan yang benar tentang menyusui, perlengkapan memerah ASI, dan dukungan dari lingkungan kerja, seorang ibu yang bekerja dapat tetap memberikan ASI secara eksklusif. Hal yang harus diperhatikan adalah : 1) Susui sesering mungkin selama ibu cuti, minimal 2 jam sekali. 2) Biasakan pada malam hari untuk menyusui bayi sedikitnya 3 kali. 3) Porsi makan malam diperbesar dan ibu tidak perlu takut gemuk. 4) Tambahkan susu satu gelas untuk ibu sebelum tidur. 5) Susui bayi pada pagi hari, dan keluarkan sampai payudara kosong setiap kali habis menyusui. ASI dapat disimpan dalam suhu ruang
25
sampai 8 jam, di dalam lemari pendingin selama 48 jam dan di dalam freezer dapat bertahan sampai 6 bulan. 6) Cara menghangatkan ASI yang disimpan dalam lemari es adalah dengan merendamnya dalam air hangat (suhu <50oC) 7) Ibu harus percaya bahwa ia dapat memenuhi kebutuhan bayinya dan menghindari stres. 8) Hindari penggunaan kontrasepsi yang mengandung estrogen. 9) Bila ibu bekerja sampai sore maka di tempat kerja ibu harus secara rutin memeras susu dengan tangan dan menyimpan susu dalam botol. 10) Hindari penggunaan dot pada saat memberi ASI, gunakan sendok kecil (Purwanti, 2004).
26
B. Kerangka Konsep Bagan 1. Kerangka Konsep Penelitian
Faktor Internal:
Faktor lingkungan: Kultur (budaya, agama)
Pengetahuan
Sosial ekonomi Pendidikan Pengalaman
Awareness (kesadaran)
Interest (merasa tertarik)
Evaluation (menimbang-nimbang)
Trial (mencoba)
Adoption (berperilaku baru)
Status pemberian ASI eksklusif Keterangan: Variabel yang diteliti Variabel yang tidak diteliti
C. Hipotesis Ada hubungan antara pengetahuan ibu menyusui tentang ASI eksklusif dengan status pemberian ASI eksklusif.
27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional (non experimental) analitik dengan rancangan
cross sectional yaitu penelitian yang
diobservasi/diteliti hanya sekali pada saat yang sama (Taufiqurohman, 2008). B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Makamhaji Kabupaten Sukoharjo pada bulan April-Juli 2010 C. Populasi Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti (Sugiyono, 2009). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi usia 6-8 bulan pada bulan Juni 2010 di Desa Makamhaji Kabupaten Sukoharjo. Dengan populasi sebanyak 87 orang. D. Sampel dan Teknik Sampling Sampel adalah bagian dari keseluruhan subjek yang akan diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Teknik pengambilan sampel pada penelitian
ini
menggunakan
sampling
insidental
yaitu
secara
kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2009).
27
28
Apabila dihitung dengan rumus estimasi besar sampel :
n=
N 1 + N (d2)
Keterangan = n = besar sampel N = besar populasi d = tingkat kepercayaan (0,05) Perhitungan estimasi besar sampel :
n=
87 1 + 87 (0,05)2
n = 71 Namun menurut Roscoe dalam Sugiyono (2009), ukuran sampel yang layak untuk penelitian adalah antara 30-500, maka peneliti menggunakan 35 responden yang kebetulan bertemu dan memenuhi kriteria retriksi saat kegiatan posyandu di desa Makamhaji, Sukoharjo. E. Kriteria Retriksi 1. Kriteria Inklusi a. Ibu yang memiliki bayi usia 6-8 bulan pada bulan Juni 2010 di Desa Makamhaji, Sukoharjo dan bersedia menjadi responden b. Bisa menjawab pertanyaan secara tertulis
29
2. Kriteria Eksklusi Yang menjadi kriteria eksklusi dalam penelitian ini ibu yang memenuhi kriteria inklusi namun tidak berada di lokasi saat penelitian berlangsung. F. Definisi Operasional Variabel Bebas 1. Pengetahuan Ibu tentang ASI eksklusif Definisi : segala sesuatu yang diketahui ibu tentang ASI eksklusif meliputi: pengertian, hormon dan refleks yang menghasilkan ASI, komposisi ASI, manfaat pemberian ASI eksklusif, pemberian ASI segera setelah lahir, cara menyusui yang benar, dan manajemen laktasi pada ibu yang bekerja. Skala
: ordinal
Hasil pengukuran : a. Baik
: responden menjawab 76% sampai dengan 100% benar
b. Cukup
: responden menjawab 50% sampai dengan 75% benar
c. Kurang
: responden menjawab kurang dari 50% jawaban benar
(Nursalam, 2008) Variabel Terikat 2. Status pemberian ASI eksklusif Definisi : pemberian ASI mulai bayi baru lahir sampai usia 6 bulan tanpa diberi makanan atau minuman tambahan lainnya Skala
: nominal
30
Hasil Pengukuran : memberikan ASI eksklusif dan tidak memberikan ASI eksklusif G. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2006). Kuesioner yang digunakan pada pengetahuan tentang ASI eksklusif adalah kuesioner tertutup dengan pilihan jawaban benar atau salah. Responden tinggal memilih jawaban dengan memberikan tanda tick ( ) pada lembar check list. Sedangkan kuesioner status pemberian ASI eksklusif menggunakan menggunakan kuesioner pilihan ganda, dengan disertai isian yang berisi alasan. Skoring yang digunakan pada kuesioner pengetahuan tentang ASI eksklusif: a. Pernyataan positif Nilai 1 : untuk jawaban benar Nilai 0 : untuk jawaban salah b. Pernyataan negatif Nilai 1 : untuk jawaban salah Nilai 0 : untuk jawaban benar
31
Tabel 2. Soal untuk Mengukur Pengetahuan Ibu tentang ASI eksklusif No 1. 2.
3. 4. 5. 6. 7.
Komponen objek pengetahuan Pengertian ASI eksklusif Hormon dan refleks yang menghasilkan ASI Komposisi ASI Manfaat pemberian ASI eksklusif Pemberian ASI segera setelah lahir Cara menyusui yang benar Manajemen Laktasi pada Ibu yang Bekerja Total
Nomor Soal Favorable
Jumlah
Unfavorable
1, 8
3,5
4
2,7
4,10,11
5
9,12,19 14,15,16,20, 22,24,26,27,28 29
6,13,17,18 21,23,25,31
7 13
-
1
34,35,37
30,32,36
6
39
33,38,40
4
21
19
40
Tabel 3. Soal untuk Status Pemberian ASI eksklusif No 1.
Komponen objek
Nomor Soal
Jumlah
1,2,3
3
Status pemberian ASI eksklusif
H. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas Validitas merupakan ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. (Sugiyono, 2009). Uji validitas dilakukan kepada 24 responden yang memiliki bayi usia 6-8 bulan di Desa Gonilan, Kartasura, Sukoharjo.
32
Uji validitas menggunakan rumus Pearson Product Moment :
N
rxy
X2
N
XY
X X
2
N
Y Y2
Y
2
Keterangan : rxy
: koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y , dua variabel yang dikorelasikan.
N
: banyaknya peserta tes
ΣX
: jumlah skor item
ΣY
: jumlah skor total
ΣX2
: jumlah kuadrat skor item
ΣY2
: jumlah kuadrat skor total
ΣXY
: jumlah perkalian skor item dan skor total
Pengujian validitas dengan bantuan program SPSS for windows. Butir pertanyaan kuesioner dikatakan valid jika diperoleh hasil perhitungan r
hitung
>r
tabel.
Data dikatakan valid apabila berkorelasi positif (Pearson
Correlation) dan uji nilai signifikan kurang dari 0,05 atau nilai r hitung > rtabel. (Hidayat, 2009) Data uji coba kuesioner menggunakan 24 sampel, maka didapat r hitung >r tabel
= 0,404. Dari 40 butir soal, dinyatakan valid sebanyak 32 soal. Soal
yang tidak valid sebanyak 8 soal yaitu pada pengertian ASI (nomor 5), komposisi ASI (nomor 13, 17, dan 18), manfaat pemberian ASI eksklusif (nomor 21, 25, dan 28), serta cara menyusui yang benar (nomor 36) yang kemudian dibuang. Hasil validitas kuesioner dapat dilihat pada lampiran.
33
2. Reliabilitas Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Untuk mengetahui reliabilitas kuesioner dengan menggunakan metode belah dua (split half method) dari Spearman Brown. Rumus split half method:
2rb
ri =
1+ rb
Keterangan:
ri = reliabilitas internal instrumen 2rb = korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua Jika hasil ri
>
r
tabel
dengan taraf signifikan 5% maka item dikatakan
reliabel, sebaliknya jika hasil ri < r
tabel
maka dikatakan tidak reliabel.
Instrumen yang tidak reliabel tidak dapat digunakan sehingga dihilangkan (Hidayat, 2007) Uji reliabilitas ini dilakukan pada 24 responden yang memiliki bayi usia 6-8 bulan di Desa Gonilan, Kartasura, Sukoharjo. Uji reliabilitas dilakukan pada soal yang dinyatakan valid pada uji validitas yaitu sejumlah 32 soal. Setelah uji reliabilitas didapatkan hasil bahwa ri (0,9583) > r
tabel
(0, 404)
dengan taraf signifikan 5% sehingga dapat disimpulkan bahwa kuesioner tersebut reliabel untuk digunakan sebagai instrumen penelitian.
34
I.
Pengolahan dan Analisis Data 1. Metode Pengolahan Data Data yang diperoleh akan diolah melalui 4 tahap yaitu: a. Penyuntingan (Editing) Kegiatan ini dilakukan dengan pemeriksaan kesesuaian jawaban dan kelengkapan pengisian. b. Pengkodean (Coding) Kegiatan
pengkodean
dilakukan
setelah
penyuntingan
berupa
pemberian nilai terhadap item-item pertanyaan. c. Skoring Pertanyaan yang diberi skor hanya pertanyaan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan memberi nilai pada masing-masing pertanyaan dan menjumlahkan hasil scoring dari semua pertanyaan. d. Tabulasi (Tabulating) Data hasil pengkodean disusun dalam bentuk tabel yang dilakukan secara manual dan dihitung persentase. e. Entry data Memasukkan data yang telah dikumpulkan untuk diolah memakai program komputer untuk dianalisis. 2. Analisis Data a. Analisis Univariat Dilakukan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel yaitu pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dan status pemberian ASI
35
eksklusif dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Rumus yang dipakai untuk menghitung persentase adalah sebagai berikut: X x 100% N
P=
Keterangan : P
: persentase
X
: jumlah jawaban yang benar
N
: jumlah seluruh item pertanyaan
Selanjutnya hasil perhitungan yang diperoleh dikategorikan ke dalam tiga kategori, yaitu: a. Baik
: responden menjawab 76% sampai dengan 100% benar
b. Cukup
: responden menjawab 51% sampai dengan 75% benar
c. Kurang : responden menjawab kurang dari 50% jawaban benar b. Analisis Bivariat Analisis yang dilakukan dengan uji chi square (x2) untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan status pemberian ASI eksklusif dengan taraf signifikan 0,05 untuk mengetahui hubungan kedua variabel.
Pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan program SPSS for windows dengan menggunakan rumus: X2 =
∑ ( f0 – fe )2 fe
Keterangan: x2
: Chi Square
f0
: frekuensi yang diobservasi
fe
: frekuensi yang diharapkan
(Arikunto, 2006)
36
Kesimpulan dengan membandingkan x2 hitung dengan x2 tabel. Jika x2 hitung ≥ x2 tabel, maka H0 ditolak artinya signifikan Jika x2 hitung < x2 tabel, maka H0 diterima artinya tidak signifikan. Namun, apabila terdapat sel yang mempunyai nilai expeted kurang dari 5, melebihi nilai maksimal 20% dari jumlah sel, maka dilakukan alternatif uji Chi Square yaitu uji fisher.
37
BAB IV HASIL PENELITIAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan di Desa Makamhaji Sukoharjo dengan judul Hubungan Pengetahuan Ibu Menyusui tentang ASI Eksklusif dengan Status Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Usia 6-8 Bulan di Desa Makamhaji Sukoharjo didapatkan data-data sebagai berikut: A. Karakteristik Responden Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2010. Sampel penelitian diambil dari ibu menyusui di Makamhaji Sukoharjo sebanyak 35 orang. Hasil pengumpulan data penelitian yang berisi karakteristik responden meliputi umur, pendidikan, dan pekerjaan disajikan sebagai berikut: Tabel 4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden No 1
Aspek
Keterangan
Umur (tahun)
x=26,94, σ= 3,29
Penggolongan umur (tahun )
20-24 = 8 (22,85 %) 25-29 = 19 (54,29%) 30-35 = 8 (22,85 %)
2
Pendidikan
SD
= 1 (2,86%)
SMP = 11 (31,43%) SMA = 23 (65,71%) 3
Pekerjaan
IRT
= 22 (62,86 %)
Swasta
= 11 (31,43%)
Karyawan = 2 (5,71%) Sumber: Data Primer 2010
37
38
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa rata-rata responden berumur 27 tahun dengan standar deviasi sebesar 3,29. Sebagian besar responden berada pada rentang umur 25-29 tahun, sebagian besar berpendidikan SMA, dan sebagian besar responden bekerja sebagai ibu rumah tangga. B. Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. 1. Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif Pengetahuan responden dikategorikan menjadi 3 kategori dalam menjawab benar pertanyaan kuesioner yaitu baik (76-100%), cukup (51-75%), dan kurang (≤50%). Berikut adalah distribusi frekuensi pengetahuan 35 responden tentang ASI eksklusif dengan jumlah soal 32 (data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran). Tabel 5. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif Aspek Pengetahuan Penggolongan Pengetahuan
Keterangan x=17,83, σ= 7,00 Baik = 12 (34,3%) Cukup = 7 (20 %) Kurang = 16 (45,7 %)
Sumber: Data Primer 2010 Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa rata-rata skor pengetahuan responden mengenai ASI eksklusif sebesar 17,83 dengan standar deviasi sebesar 7,00. Sebagian besar responden yaitu sebanyak 16 orang (45,7 %) memiliki pengetahuan kurang.
39
2. Status Pemberian ASI Eksklusif Berikut adalah distribusi frekuensi Status Pemberian ASI eksklusif terhadap 35 responden (data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran). Tabel 6. Distribusi Frekuensi Status Pemberian ASI Eksklusif Aspek Status pemberian ASI eksklusif
Keterangan Ya = 5 (14,3%) Tidak = 30 (85,7 %)
Sumber: Data Primer 2010 Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 30 orang (85,7 %) tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya. 3. Tabulasi Silang Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif Berdasarkan Karakteristik Umur. Tabel 7. Distribusi Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif Berdasarkan Karakteristik Umur. Umur (tahun)
Baik N % 20-24 2 5,71 25-29 7 20 30-35 3 8,57 Jumlah 12 34,28 Sumber: Data Primer 2010
Pengetahuan Cukup N % 1 2,86 5 14,29 1 2,86 7 20,01
Kurang N % 5 14,29 7 20 4 11,42 16 45,71
Total n 8 19 8 35
% 22,86 54,29 22,85 100
Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa mayoritas ibu berada pada rentang umur 25-29 tahun. Ibu pada rentang umur 20-24 tahun mayoritas memiliki pengetahuan kurang, kemudian ibu pada rentang
40
umur 25-29 tahun mayoritas memiliki pengetahuan baik dan kurang, sedangkan ibu pada rentang umur 30-35 tahun mayoritas memiliki pengetahuan kurang. 4. Tabulasi Silang Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif Berdasarkan Karakteristik Pendidikan Tabel 8. Distribusi Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif Berdasarkan Karakteristik Pendidikan Pendidikan
Baik N % SD 0 0 SMP 3 8,57 SMA 9 25,71 Jumlah 12 34,28 Sumber: Data Primer 2010
Pengetahuan Cukup N % 0 0 1 2,86 6 17,14 7 20
Kurang N % 1 2,86 7 20 8 22,86 16 45,72
Total N 1 11 23 35
% 2,86 31,43 65,71 100
Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui bahwa hanya seorang ibu yang berpendidikan SD memiliki pengetahuan kurang, kemudian ibu yang berpendidikan SMP mayoritas memiliki pengetahuan kurang, sedangkan ibu yang berpendidikan SMA mayoritas memiliki pengetahuan baik.
41
5. Tabulasi Silang Status Pemberian ASI Eksklusif Berdasarkan Karakteristik Pekerjaan. Tabel 9. Distribusi Status Pemberian ASI Eksklusif Berdasarkan Karakteristik Pekerjaan.
Pekerjaan N IRT 4 Swasta 1 Karyawan 0 Jumlah 5 Sumber: Data Primer
Status pemberian ASI Eksklusif Ya Tidak % N % 11,43 18 51,43 2,86 10 28,57 0 2 5,71 14,29 30 85,71 2010
Total N 22 11 2 35
% 62,86 31,43 5,71 100
Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui bahwa ibu rumah tangga dan bekerja swasta mayoritas tidak memberikan ASI eksklusif. Sedangkan dua ibu
yang bekerja sebagai karyawan tidak memberikan ASI
eksklusif. C. Analisis Bivariat Analisis korelasi bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif dengan status pemberian ASI Eksklusif. Analisis bivariat dilakukan dengan mengggunakan rumus chi square.
42
Tabel 10. Hubungan antara Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif dengan Status Pemberian ASI Eksklusif Pemberian ASI Eksklusif Pengetahuan Ya Tidak Baik 4 8 Cukup 1 6 Kurang 0 16 Total 5 30 Sumber: Data Primer 2010
Total 12 7 16 35
X2
p
Fisher’s Exact Test
6,222
0,045
0,023
Berdasarkan tabel diatas, didapat hasil chi square x2 hitung = 6,222 dan p=0,045. Namun uji chi square tersebut dapat dikatakan kurang memenuhi karena terdapat 3 sel (50%) yang nilai harapannya (expected count) kurang dari 5 (hasil uji chi square dapat dilihat pada lampiran), sehingga dilakukan koreksi dengan uji fisher’s exact test. Dari hasil uji tes tersebut dapat diketahui bahwa nilai signifikasi untuk 2 sided (two tail) adalah 0,023 kurang dari taraf signifikasi yang telah ditetapkan (0,023<0,05). Maka kesimpulan yang dapat diambil adalah Ha diterima, yang mempunyai arti bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan status pemberian ASI eksklusif.
43
BAB V PEMBAHASAN
A. Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Berdasarkan Karakteristik Umur dan Pendidikan. Umur berpengaruh terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. (Notoatmodjo, 2007). Namun dalam penelitian ini, semakin tinggi tingkat umur ibu tidak disertai dengan tingkat pengetahuan ibu yang semakin baik. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Pendidikan sangat erat kaitannya dengan pengetahuan dimana seseorang dengan pendidikan
tinggi,
maka
orang tersebut
akan
semakin
luas
pula
pengetahuannya (Notoatmodjo, 2007). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian, yaitu mayoritas ibu yang memiliki pendidikan SD dan SMP berpengetahuan kurang, sedangkan ibu yang berpendidikan SMA mayoritas memiliki pengetahuan baik. Meskipun demikian, menurut Notoatmodjo, perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.
43
44
B. Gambaran Status Pemberian ASI Eksklusif Berdasarkan Karakteristik Pekerjaan Menurut Roesli (2005), pekerjaan ada kaitannya dengan pemberian ASI eksklusif, dimana pada ibu yang bekerja ada kecenderungan untuk tidak memberikan ASI secara eksklusif. Ibu yang tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga akan lebih memudahkan ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif selama 6 bulan, karena waktu ibu bersama bayi akan lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang bekerja. Namun dari hasil penelitian diketahui bahwa ibu yang bekerja sebagai ibu rumah tangga mayoritas tidak memberikan ASI eksklusif. Hal ini dikarenakan banyak faktor lain yang mempengaruhi dalam pemberian ASI eksklusif yang akan dibahas pada hubungan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan status pemberian ASI eksklusif. C. Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Berdasarkan hasil penelitin, diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang tentang ASI eksklusif. Hal ini terutama tercermin dari pengetahuan ibu terhadap pengertian, komposisi, dan manfaat pemberian ASI eksklusif. Pada pengertian ASI eksklusif, masih banyak ibu yang belum mengerti rentang waktu pemberian ASI eksklusif. Dari hasil jawaban kuesioner, banyak ibu yang masih beranggapan bahwa pemberian makanan pendamping ASI dapat diberikan pada usia 4 bulan, sedangkan menurut Kepmenkes RI No.450/MENKES/IV/2004 telah menetapkan ASI secara eksklusif diberikan kepada bayi sampai usia 6 bulan. Kemudian
45
banyak ibu beranggapan bahwa apabila produksi ASI rendah sebaiknya diberikan makanan pendamping ASI. Apabila secara biologis tidak ada masalah dalam proses produksi ASI, maka hal yang seharusnya dilakukan adalah lebih sering menyusui bayi, karena semakin sering disusui maka akan mempercepat proses pengosongan ASI sehingga ASI yang diproduksi semakin banyak (Roesli, 2005). Selain itu banyak ibu yang mempercayai mitos bahwa proses menyusui bisa mengubah bentuk payudara menjadi tidak kencang (melorot). Sebenarnya proses kehamilanlah yang mengubah bentuk payudara dan bukan karena menyusui (Roesli, 2005). D. Status Pemberian ASI Eksklusif Dari hasil penelitian didapatkan hasil sebagian besar responden sebanyak 30 orang (85,7%) tidak memberikan ASI eksklusif, dan hanya 5 orang (14,3%) yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Dari 30 orang ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif, 26 orang (86,67%) berpendapat bahwa memberikan ASI eksklusif saja tidak mencukupi bayi, 3 orang (10%) mengatakan tidak telaten, sehingga memberikan susu formula, 1 orang (3,33%) mengatakan karena bekerja. Anggapan bahwa memberikan ASI saja tidak cukup merupakan alasan utama para ibu untuk tidak memberikan ASI secara eksklusif. Walaupun banyak ibu-ibu yang merasa ASInya kurang, tetapi hanya sedikit sekali (2-5%) yang secara biologis memang
kurang
produksi
ASInya.
Selebihnya
95-98%
menghasilkan ASI yang cukup untuk bayinya (Roesli, 2005).
ibu
dapat
46
Anggapan bahwa memberikan susu formula lebih praktis tidaklah benar, karena untuk membuat susu formula diperlukan api atau listrik untuk memasak air, peralatan yang harus steril dan perlu waktu untuk mendinginkan susu formula yang baru dibuat. Sementara itu, ASI yang siap pakai dengan suhu yang tepat setiap saat serta tidak memerlukan api, listrik dan perlengkapan yang harus steril jauh lebih praktis daripada susu formula (Roesli, 2005). Kemudian anggapan bahwa ibu bekerja tidak dapat memberikan ASI secara eksklusif tidaklah benar, karena waktu ibu bekerja, bayi dapat diberi ASI perah yang diperah sehari sebelumnya (Roesli, 2005). E. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif dengan Status Pemberian ASI Eksklusif Sebagian besar Ibu-ibu di desa Makamhaji masih berpengetahuan kurang (45,7 %), dan sebagian besar ibu 30 (85,7 %) tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Notoatmodjo (2003), ibu yang memiliki pengetahuan kurang cenderung memiliki perilaku yang kurang baik dalam perilakunya. Semakin tinggi pengetahuan ibu maka semakin besar kemungkinan untuk memberikan ASI eksklusif Pengetahuan merupakan faktor yang penting bagi munculnya sebuah perilaku. Namun pengetahuan juga di pengaruhi oleh beberapa faktor lain seperti faktor internal (umur, pendidikan, pekerjaan, pengalaman) serta faktor lingkungan (sosial dan budaya). Faktor umur, pendidikan, dan pekerjaan telah di bahas dalam karakteristik responden. Kemudian pada faktor pengalaman erat kaitannya dengan informasi. Informasi yang diperoleh baik dari
47
pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi, media massa membawa pesan-pesan berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Sosial budaya erat kaitannya dengan lingkungan yang juga berpengaruh pada pengetahuan seseorang. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu (Hendra, 2008) Berdasarkan hasil uji fisher’s exact test didapat hasil nilai signifikasi untuk 2 sided (two tail) adalah 0,023 kurang dari taraf signifikasi yang telah ditetapkan (0,023<0,05). Maka kesimpulan yang dapat diambil adalah hipotesis kerja diterima, yang mempunyai arti bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan status pemberian ASI eksklusif. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Rahayuningsih (2005) yang menyimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan pemberian ASI eksklusif
48
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian terhadap 35 orang ibu menyusui di desa Makamhaji, Sukoharjo dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan status pemberian ASI Eksklusif. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian, saran-saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1. Bagi masyarakat khususnya di Desa Makamhaji, Sukoharjo untuk meningkatkan pengetahuan mengenai ASI eksklusif dengan mencari informasi pada berbagai bentuk sumber informasi dan media massa sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan sehingga tercipta lingkungan, kebiasaan dan pengalaman yang mendukung untuk proses pemberian ASI eksklusif. 2. Bagi ibu-ibu menyusui khususnya di Desa Makamhaji, Sukoharjo diharapkan dapat memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan yang bermanfaat bagi ibu, bayi, keluarga dan negara. 3. Bagi tenaga kesehatan diharapkan dapat meningkatan pendidikan kesehaan tentang ASI eksklusif dengan memperhatikan faktor internal dan lingkungan pada masyarakat khususnya kepada ibu-ibu menyusui di Desa Makamhaji, Sukoharjo.
48
49
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. p: 151-2. Briawan, D. 2004. Pengaruh Promosi Susu Formula terhadap Pergeseran Penggunaan Air Susu Ibu (ASI), Makalah Perorangan Semester Ganjil 2004 Pengantar Falsafah Sains (PPS 702) Program Doktor, Sekolah Pascasarjana IPB. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2008. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Hendra, AW. 2008. Faktor – faktor yang mempengaruhi Pengetahuan. http://ajangberkarya.wordpress.com/2008/06/07/konsep-pengetahuan/. Diakses tanggal 14 Juni 2010 Hidayat, AA. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba. p: 123. Kamalia, D. 2005. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Diare pada Bayi Usia 1-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungwuni Tahun 2004/2005. Skripsi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang. Krisnatuti, D. 2000. Menyiapkan Makanan Pendamping ASI. Jakarta: Puspa Swara. p: 5-8. Lewis, S. 2004. Makanan Pertamaku. Jakarta: Erlangga. p: 10-13. Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta. p: 122-4. . 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. p: 88. . 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. p: 127-30. . 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. p: 140-3.
50
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Paath, E. 2004. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC. p: 59-61. Purwanti, S. 2004. Konsep Penerapan ASI eksklusif. Jakarta: EGC. p: 3-4, 46-73. Rahayuningsih, T. 2005. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI Dengan Pemberian Kolostrum Dan ASI Eksklusif di Kelurahan Purwoyoso Kecamatan Ngaliyan. Skripsi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang. Roesli, U. 2005. Mengenal ASI eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya. p: 3-4, 6-14, 18-20, 24-32, 38-9. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. p: 117. . 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. p: 67. Suyanto, 2008. Riset Kebidanan. Yogyakarta: Mitra Cendikia. Syahdrajat, T. 2009. ASI eksklusif. CDK 170/vol.36 no.4/Juli - Agustus 2009 Taufiqurohman, M.A. 2008. Pengantar Metodologi Penelitian untuk Ilmu Kesehatan.UNS Press. Surakarta. p: 8,63,71. Wahyuningrum, N. 2007. Survey Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi di Desa Sadang Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus. Skripsi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang. Wiryo, W. 2002. Peningkatan Gizi Bayi, Anak, Ibu Hamil, dan Menyusui dengan Bahan Makanan Lokal. p: 34-6.
Lampiran 1.
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN N Kegiatan o 1. Pendaftaran 2.
5.
Kursus Penyegaran Penyusunan KTI Penyusunan Proposal dan Konsultasi Seminar (Validasi Proposal) Perbaikan Proposal
6.
Pelaksanaan Penelitian
7. 8.
Penyusunan laporan dan Konsultasi Ujian KTI
9.
Perbaikan
3. 4.
Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Validitas Item Pertanyaan Pengetahuan Ibu Tentang Asi Eksklusif
Correlations Correlations E1 E1
E2
E3
E4
E5
E6
E7
E8
E9
E10
Valid
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
E2
.753** .000 24 .406* .275 .049 .193 24 24 .472* .308 .020 .143 24 24 -.025 .000 .907 1.000 24 24 .473* .707** .020 .000 24 24 .330 .458* .116 .024 24 24 .472* .308 .020 .143 24 24 .472* .513* .020 .010 24 24 .099 .169 .646 .430 24 24 .764** .776** .000 .000 24 24
E3
E4
.799** .000 24 .138 .520 24 .324 .122 24 .210 .324 24 .348 .096 24 .348 .096 24 .201 .345 24 .543** .006 24
.217 .309 24 .290 .107 .169 .620 24 24 .103 -.138 .630 .520 24 24 .495* .217 .014 .309 24 24 .495* .217 .014 .309 24 24 .191 .357 .372 .087 24 24 .609** .225 .002 .290 24 24
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
E5
E6
E7
E8
E9
E10
.259 .221 24 .290 .169 24 .508* .011 24 .299 .156 24 .569** .004 24
.103 .630 24 .329 .116 24 .356 .087 24 .518** .010 24
.495* .014 24 .191 .372 24 .609** .002 24
.607** .002 24 .740** .000 24
.465* .022 24
Valid
Validitas Item Pertanyaan Pengetahuan Ibu Tentang Asi Eksklusif
Correlations Correlations E11 E11
E12
E13
E14
E15
E16
E17
E18
E19
E20
Valid
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.395 .056 24 .437* .033 24 .204 .339 24 .183 .393 24 .237 .266 24 .000 1.000 24 .000 1.000 24 .125 .561 24 .000 1.000 24 .488* .016 24
E12
E13
.395 .056 24 .775** .000 24 .577** .003 24 -.187 .382 24 -.115 .591 24 .169 .430 24 -.158 .461 24 .169 .430 24 .360 .084 24
.612** .001 24 .365 .745** .079 .000 24 24 .237 .048 -.022 .266 .823 .920 24 24 24 .183 .050 -.111 .393 .818 .605 24 24 24 .535** .364 .228 .007 .081 .285 24 24 24 .125 .000 .000 .561 1.000 1.000 24 24 24 .535** .364 .228 .007 .081 .285 24 24 24 .682** .632** .579** .000 .001 .003 24 24 24
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
E14
E15
E16
E17
E18
E19
E20
.367 .078 24 .158 .461 24 .473* .020 24 .158 .461 24 .494* .014 24
.293 .165 24 .913** .000 24 .293 .165 24 .268 .206 24
.267 .207 24 .619** .001 24 .385 .064 24
.267 .207 24 .413* .045 24
.501* .013 24
Valid
Validitas Item Pertanyaan Pengetahuan Ibu Tentang Asi Eksklusif
Correlations Correlations E21
E22
E23
E24
E25
E26
E27
E28
E29
E30
Valid
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
E21
E22
E23
-.277 .189 24 -.118 .582 24 -.060 .780 24 .037 .862 24 .025 .907 24 -.118 .582 24 -.022 .920 24 -.194 .363 24 -.175 .414 24 -.058 .789 24
.426* .038 24 .588** .508* .003 .011 24 24 -.135 .158 .530 .461 24 24 .455* .107 .026 .620 24 24 .107 .250 .620 .239 24 24 .389 .000 .060 1.000 24 24 .389 .183 .060 .393 24 24 .328 .414* .118 .044 24 24 .557** .569** .005 .004 24 24
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
E24
E25
.321 .126 24 .217 -.135 .309 .530 24 24 .508* .158 .011 .461 24 24 .450* .115 .027 .591 24 24 .238 .115 .262 .591 24 24 .352 -.187 .092 .382 24 24 .740** .166 .000 .438 24 24
E26
E27
E28
.426* .038 24 .389 .060 24 .389 .060 24 .328 .118 24 .505* .012 24
.183 .393 24 .365 -.067 .079 .757 24 24 .237 .151 .266 .481 24 24 .682** .330 .000 .115 24 24
E29
E30
-.022 .920 24 .579** .003 24
.494* .014 24
Valid
Validitas Item Pertanyaan Pengetahuan Ibu Tentang Asi Eksklusif
Correlations Correlations E31
E32
E33
E34
E35
E36
E37
E38
E39
E40
Valid
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
E31
E32
E33
.174 .416 24 -.114 .596 24 .426* .038 24 .277 .189 24 -.091 .673 24 .213 .317 24 .455* .026 24 .107 .620 24 .588** .003 24 .557** .005 24
.364 .081 24 .612** .267 .001 .207 24 24 .145 .348 .500 .096 24 24 .174 -.114 .416 .596 24 24 .204 .267 .339 .207 24 24 .174 -.114 .416 .596 24 24 .204 .535** .339 .007 24 24 .178 .427* .406 .038 24 24 .565** .457* .004 .025 24 24
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
E34
E35
E36
.118 .582 24 .426* -.328 .038 .118 24 24 .125 .591** -.107 .561 .002 .620 24 24 24 .426* -.025 .455* .038 .907 .026 24 24 24 .063 .296 -.213 .772 .161 .317 24 24 24 .290 .472* -.155 .169 .020 .471 24 24 24 .641** .513* .121 .001 .010 .574 24 24 24
E37
E38
.213 .317 24 .313 -.213 .137 .317 24 24 .363 .217 .081 .309 24 24 .576** .487* .003 .016 24 24
E39
E40
.290 .169 24 .498* .013 24
.609** .002 24
Valid
Lampiran 5.
Reliabilitas Item Pertanyaan Pengetahuan Ibu Tentang Asi Eksklusif Reliability R E L I A B I L I T Y
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32.
E1 E2 E3 E4 E6 E7 E8 E9 E10 E11 E12 E14 E15 E16 E19 E20 E22 E23 E24 E26 E27 E29 E30 E31 E32 E33 E34 E35 E37 E38 E39 E40
A N A L Y S I S
-
S C A L E
(S P L I T)
Mean
Std Dev
Cases
.4583 .5000 .7083 .7917 .6667 .2917 .7917 .7917 .5833 .6667 .8333 .7500 .6250 .5417 .3333 .8750 .9167 .6667 .7917 .9167 .6667 .6250 .5417 .9167 .7500 .8750 .6667 .4583 .3333 .9167 .6667 .7917
.5090 .5108 .4643 .4149 .4815 .4643 .4149 .4149 .5036 .4815 .3807 .4423 .4945 .5090 .4815 .3378 .2823 .4815 .4149 .2823 .4815 .4945 .5090 .2823 .4423 .3378 .4815 .5090 .4815 .2823 .4815 .4149
24.0 24.0 24.0 24.0 24.0 24.0 24.0 24.0 24.0 24.0 24.0 24.0 24.0 24.0 24.0 24.0 24.0 24.0 24.0 24.0 24.0 24.0 24.0 24.0 24.0 24.0 24.0 24.0 24.0 24.0 24.0 24.0
Reliability Coefficients N of Cases =
24.0
N of Items = 32
Correlation between forms =.9199
Equal-length Spearman-Brown =
Guttman Split-half = .9560 16 Items in part 1
Unequal-length Spearman-Brown = .9583 16 Items in part 2
Alpha for part 1 =
Alpha for part 2 =
.8704
.9583
.8626
Lampiran 6.
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada : Yth. Ibu-ibu di Desa Makamhaji Kartasura, Sukoharjo
Dengan Hormat, Sehubungan dengan pelaksanaan penelitian yang akan peneliti lakukan dalam rangka penyusuanan Karya Tulis Ilmiah sebagai syarat memperoleh Sarjana Sains Terapan Diploma IV Kebidanan Universitas Sebelas Maret yang berjudul “HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 6-8 BULAN DI DESA MAKAMHAJI SUKOHARJO”. Peneliti bermaksud untuk mengumpulkan data dalam daftar pertanyaan. Untuk itu, peneliti mohon kesediaan dan kerelaan hati para responden, untuk membantu pelaksanaan penelitian ini dengan cara mengisi daftar pertanyaan yang telah tersedia. Peneliti mohon para responden mengisi dengan sejujurjujurnya demi kelancaran penelitian ini. Kerahasiaan akan peneliti jamin sepenuhnya. Atas kesediaannya, kami ucapkan terma kasih dan peneliti mohon maaf apabila terdapat hal-hal yang kurang berkenan di hati para responden.
Sukoharjo,
Juni 2010
Hormat Saya,
Yesi Retiyansa
Lampiran 7.
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN (Informed Consent)
Setelah saya membaca dan mengerti tentang maksud serta tujuan penelitian pada Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : ” HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 6-8 BULAN DI DESA MAKAMHAJI SUKOHARJO” yang disusun oleh : Nama : Yesi Retiyansa NIM
: R1109040
Saya bersedia menjadi responden secara sukarela dalam penelitian ini.
Sukoharjo, Juni 2010 Responden
(………………………….)
Lampiran 8.
KUESIONER HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 6-8 BULAN DI DESA MAKAMHAJI SUKOHARJO
Petunjuk : 1. Bacalah pertanyaan dengan baik dan teliti sebelum anda menjawab 2. Untuk melancarkan penelitian ini, mohon isilah jawaban dengan jujur apa adanya 3. Kerahasiaan anda tetap kami jaga 4. Terimakasih atas kesediaannya menjadi responden
Tanggal : A. IDENTITAS RESPONDEN Identitas Orang Tua 1.
Nama
:
2.
Umur
:
3.
Pendidikan :
4.
Pekerjaan
:
5.
Alamat
:
Identitas Bayi 1.
Nama
:
2.
Tempat/ Tanggal Lahir :
3.
Umur
:
A. Soal Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Berilah tanda ( √ ) pada kolom alternatif jawaban yang anda anggap benar
No.
Pernyataan
Alternatif Jawaban Benar
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan makanan atau minuman lain sampai usia bayi 6 bulan. Makin banyak ASI dikeluarkan atau dikosongkan dari payudara maka akan semakin banyak ASI yang diproduksi Pemberian makanan seperti bubur, sayuran dan buah yang dilumatkan dapat diberikan setelah bayi berusia 4 bulan Perasaan ibu seperti khawatir ASI tidak cukup, cemas dan marah, tidak berpengaruh terhadap produksi ASI Komposisi zat gizi yang terkandung dalam susu formula dan ASI mudah diserap oleh pencernaan bayi Pemberian makanan atau minuman selain ASI dapat mengurangi asupan ASI ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan. Pemberian makanan/ minuman tambahan pada bayi usia kurang dari 6 bulan dapat menyebabkan gangguan pencernaan Pengeluaran ASI tidak dipengaruhi oleh isapan bayi, sehingga apabila bayi jarang menyusui, produksi ASI tidak akan berkurang Sebaiknya bayi diberi makanan pendamping ASI saat usia 0-6 bulan apabila produksi ASI rendah Kolostrum yang keluar pada hari ke-1 sampai hari ke-4 dan berwarna kuning keemasan bisa menyebabkan diare. Bayi yang baru lahir akan mendapat kekebalan dari ibunya melalui ASI Pemberian susu formula bisa menyebabkan alergi dan diare Imunoglobulin (zat kekebalan) dalam ASI sangat berperan untuk perlindungan terhadap penyakit campak dan virus polio ASI mengandung vitamin K yang diperlukan untuk proses pembekuan darah ASI dapat menurunkan resiko kejang pada bayi. Pemberian ASI membangun perkembangan emosi bayi, kepribadian yang percaya diri dan spiritual yang baik. Proses pengecilan rahim pada ibu yang menyusui akan lebih lambat dibanding pada ibu yang tidak menyusui. Bayi yang mendapat susu formula lebih mudah terserang penyakit daripada bayi yang mendapatkan ASI eksklusif
Salah
20. 21. 22.
23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.
32
Semakin banyak anak mendapat ASI anak tersebut akan semakin cerdas. Pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi kejadian kanker payudara dan indung telur ASI yang macet dan baru keluar pada hari ketiga atau lebih dikarenakan bayi tidak menghisap puting susu pada setengah jam setelah persalinan Proses menyusui bisa mengubah bentuk payudara menjadi tidak kencang (melorot) Setelah melahirkan, menyusui tidak berpengaruh untuk mempercepat penghentian perdarahan. Menyusui bayi sebaiknya dijadwal pada jam tertentu Memberikan ASI secara eksklusif sangat merepotkan Posisi munyusu bayi yang benar apabila daerah areola (daerah berwarna coklat di sekitar puting susu) masuk ke mulut bayi. ASI dalam lambung bayi akan habis diserap dalam waktu 2 jam Bayi yang sehat akan menyusu dan mengosongkan payudara selama 5-7 menit. Ibu yang bekerja tidak akan mampu memberikan ASI secara eksklusif ASI dapat disimpan dalam suhu ruang sampai 8 jam dan di dalam lemari pendingin selama 48 jam dan di dalam freezer dapat bertahan sampai 6 bulan. Cara menghangatkan ASI yang disimpan dalam lemari es adalah dengan merendamnya dalam air panas atau direbus
B. Soal Pemberian ASI eksklusif 1. Apakah ibu memberikan ASI saja sampai usia bayi 6 bulan? a. Ya b. Tidak Alasan : 2. Apakah pada tempat ibu melahirkan, langsung memberikan susu formula saat bayi lahir? a. Ya b. Tidak Alasan : 3. Apakah ibu telah memberikan makanan tambahan seperti susu formula, air teh, air putih, makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biscuit, bubur nasi, dan tim sebelum bayi berusia 6 bulan? a. Ya b. Tidak Alasan :
Lampiran 9 Lampiran9.9. Lampiran DATA KUESIONER Item Pertanyaan Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif
No
Res e1 e2 e3 e4 e5 e6 e7 e8 e9 e10 e11 e12 e13 e14 e15 e16 e17 e18 e19 e20 e21 e22 e23 e24 e25 e26 e27 e28 e29 e30 e31 e32
Tot
%
KATEGORI
Pemberian Asi eksklusif
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
27
84
Baik
Ya
2
0
0
0
1
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
1
0
0
0
1
1
1
0
1
0
1
0
11
34
Kurang
Tidak
3
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
25
78
Baik
Tidak
4
0
1
1
0
1
1
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
1
1
0
21
66
Cukup
Tidak
5
0
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
1
1
0
0
1
0
1
0
1
1
0
1
1
0
0
1
13
41
Kurang
Tidak
6
0
1
0
1
1
1
0
1
1
0
0
1
0
0
0
1
1
0
0
1
0
0
0
0
1
1
0
1
0
1
1
1
16
50
Kurang
Tidak
7
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
1
0
1
0
1
0
0
0
0
1
0
1
0
9
28
Kurang
Tidak
8
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
1
1
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
8
25
Kurang
Tidak
9
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
29
91
Baik
Ya
10
0
1
1
0
1
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
25
78
Baik
Tidak
11
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
25
78
Baik
Tidak
12
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
0
0
0
1
1
0
1
0
18
56
Cukup
Tidak
13
1
0
0
1
1
0
0
1
0
1
0
1
1
1
0
1
0
1
0
0
0
0
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
17
53
Cukup
Tidak
14
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
28
88
Baik
Ya
15
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
1
0
1
0
0
0
1
0
1
0
1
0
0
1
0
0
1
1
0
1
1
0
12
38
Kurang
Tidak
16
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
26
81
Baik
Tidak
17
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
1
0
1
0
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
1
21
66
Cukup
Tidak
18
0
0
1
0
1
1
1
0
1
0
1
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
1
0
0
1
0
1
0
1
0
1
1
14
44
Kurang
Tidak
19
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
0
27
84
Baik
Tidak
20
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
1
0
1
1
0
0
0
1
0
0
0
1
0
1
0
0
0
1
0
0
1
0
10
31
Kurang
Tidak
21
0
0
0
1
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
0
0
1
0
1
0
0
0
0
1
13
41
Kurang
Tidak
22
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
5
16
Kurang
Tidak
23
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
1
1
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
7
22
Kurang
Tidak
24
1
0
0
0
1
1
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
1
0
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
0
1
18
56
Cukup
Tidak
25
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
24
75
Cukup
Tidak
26
0
0
0
0
1
0
1
1
0
0
1
0
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
0
0
1
0
1
0
1
0
0
14
44
Kurang
Tidak
27
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
27
84
Baik
Tidak
28
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
29
91
Baik
Ya
29
1
1
0
0
1
1
1
0
1
0
0
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
25
78
Baik
Tidak
30
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
0
0
1
0
1
0
1
0
1
0
1
0
0
0
1
0
1
0
0
0
1
0
11
34
Kurang
Tidak
31
0
1
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
16
50
Kurang
Tidak
32
1
1
0
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
16
50
Kurang
Tidak
33
0
1
0
0
0
1
0
1
0
0
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
0
1
0
0
1
0
1
0
0
0
0
1
12
38
Kurang
Tidak
34
1
0
1
1
1
1
0
0
1
0
1
1
0
0
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
21
66
Cukup
Ya
35
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
26
81
Baik
Tidak
Lampiran 10.
DATA RESPONDEN Responden
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
24 30 32 22 21 24 25 31 28 23 31 27 32 27 25 29 24 26 26 24 27 33 23 25 28 28 26 35 28 26 23 30 26 26 28
SMA SMP SMP SMA SMP SMA SD SMP SMA SMA SMA SMA SMA SMP SMP SMA SMP SMA SMA SMA SMP SMA SMA SMA SMA SMA SMA SMA SMP SMP SMP SMA SMA SMA SMA
SWASTA IRT SWASTA SWASTA KARYAWAN IRT IRT IRT IRT IRT SWASTA IRT IRT IRT IRT SWASTA IRT SWASTA IRT IRT IRT KARYAWAN IRT IRT IRT SWASTA IRT IRT IRT SWASTA SWASTA SWASTA SWASTA IRT IRT
Lampiran 11.
Data Alasan 30 Responden Tidak Memberikan ASI Eksklusif
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Alasan Asi tidak keluar Asi tidak cukup, bayi rewel Bayi rewel hanya diberi ASI Tidak telaten, repot Repot, tidak telaten ASI keluar sedikit Ditinggal kerja Tidak telaten Bayi rewel haya diberi ASI ASI keluar sedikit Asi tidak cukup, bayi rewel ASI keluar sedikit Asi tidak cukup ASI keluar sedikit Bayi rewel haya diberi ASI Bayi rewel haya diberi ASI ASI keluar sedikit Bayi rewel haya diberi ASI ASI keluar sedikit ASI tidak cukup, bayi rewel ASI keluar sedikit Bayi rewel haya diberi ASI ASI sedikit ASI keluar sedikit Bayi rewel haya diberi ASI ASI sedikit ASI keluar sedikit, bayi rewel ASI tidak cukup ASI tidak cukup ASI keluar sedikit
Kesimpulan ASI tidak mencukupi ASI tidak mencukupi ASI tidak mencukupi Tidak telaten Tidak telaten ASI tidak mencukupi Bekerja Tidak telaten ASI tidak mencukupi ASI tidak mencukupi ASI tidak mencukupi ASI tidak mencukupi ASI tidak mencukupi ASI tidak mencukupi ASI tidak mencukupi ASI tidak mencukupi ASI tidak mencukupi ASI tidak mencukupi ASI tidak mencukupi ASI tidak mencukupi ASI tidak mencukupi ASI tidak mencukupi ASI tidak mencukupi ASI tidak mencukupi ASI tidak mencukupi ASI tidak mencukupi ASI tidak mencukupi ASI tidak mencukupi ASI tidak mencukupi ASI tidak mencukupi
Lampiran 12.
Crosstabs Pengetahuan * Status Pemberian ASI Crosstabulation
Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang
Total
Count Expected Count % within Pengetahuan % within Status Pemberian ASI % of Total Count Expected Count % within Pengetahuan % within Status Pemberian ASI % of Total Count Expected Count % within Pengetahuan % within Status Pemberian ASI % of Total Count Expected Count % within Pengetahuan % within Status Pemberian ASI % of Total
Status Pemberian ASI Ya Tidak 4 8 1.7 10.3 33.3% 66.7%
Total 12 12.0 100.0%
80.0%
26.7%
34.3%
11.4% 1 1.0 14.3%
22.9% 6 6.0 85.7%
34.3% 7 7.0 100.0%
20.0%
20.0%
20.0%
2.9% 0 2.3 .0%
17.1% 16 13.7 100.0%
20.0% 16 16.0 100.0%
.0%
53.3%
45.7%
.0% 5 5.0 14.3%
45.7% 30 30.0 85.7%
45.7% 35 35.0 100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
14.3%
85.7%
100.0%
Chi-Square Tests
Value
df
Asymp. Sig. Exact Sig. (2-sided)
(2-sided)
Pearson Chi-Square
6.222
a
2
.045
.050
Likelihood Ratio
7.690
2
.021
.037
Fisher's Exact Test
5.956
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
b
6.019
Exact Sig.
Point
(1-sided)
Probability
.013
.011
.023 1
.014
.013
35
a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,00. b. The standardized statistic is 2,453.
Lampiran 13.
Lampiran 14.
Lampiran 15.