PERBED DAAN KE ECEPATA AN KESEM MBUHAN N LUKA BAKAR B DERAJA AT 2 DENGAN OLE ESAN MA ADU MUR RNI DAN TULLE (F FAMYCET TINE SULF FATE) PA ADA TIKU US PUTIH H Karyya Tulis Ilm miah Untukk Memenuhi Syarat Mem mperoleh Derrajat Saarjana Keperrawatan Uniiversitas Muhammadiyahh Yogyakartta
NUR AG GUS HIDA AYANA 26 2 200703200
PROGR RAM STUD DI ILMU KEPERAWA K ATAN FAKULTAS S KEDOKTE ERAN DAN N ILMU KE ESEHATAN N U UNIVERSIT TAS MUHA AMMADIY YAH YOGY YAKARTA 2011 i
LEMBAR PERSETUJUAN Karya Tulis Ilmiah
PERBEDAAN KECEPATAN KESEMBUHAN LUKA BAKAR DERAJAT 2 DENGAN PEMBERIAN OLESAN MUDU MURNI DAN TULLE (FRAMYCETINE SULFATE) PADA TIKUS PUTIH STRAIN WISTAR
Nur Agus Hidayana 20070320026
Telah disetujui pada tanggal: 15 JULI 2011
Pembimbing drh. Zulkhah Noor, M.kes
(………………………………)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2011
LEMBAR PENGESAHAN Karya Tulis Ilmiah PERBEDAAN KECEPATAN KESEMBUHAN LUKA BAKAR DERAJAT 2 DENGAN PEMBERIAN OLESAN MUDU MURNI DAN TULLE (FRAMYCETINE SULFATE) PADA TIKUS PUTIH STRAIN WISTAR Oleh Nur Agus Hidayana 20070320026
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas
Kedokteran
dan
Ilmu
Kesehatan
Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta pada tanggal 22 Juli 2011 dan telah diperbaiki sesuai dengan masukan Tim Penguji. Yogyakarta, 22 Juli 2011
Pembimbing:
drh. Zulkhah Noor, M.kes
(………………)
Penguji: Yuni Permatasari I. S.kep., Ns.,MKep, Sp.Kep.MB ( ………………)
Mengesahkan, Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
(dr. H. Erwin Santosa SpA.,Mkes.) iii
MOTTO
Orang-orang hebat di bidang apapun bukan baru bekerja karena mereka terinspirasi, namun mereka menjadi terinspirasi karena mereka lebih suka bekerja. Mereka tidak menyia-nyiakan waktu untuk menunggu inspirasi. ( Ernest Newman )
“Ilmu itu akan melapangkan hati, meluaskan cara pandang, dan membuka cakrawala” (Bukhari Muslim)
Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun. ( Bung Karno )
Slow but sure___________
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya yang sederhana ini peneliti persembahkan kepada: ¾ Ayah dan bundaku tercinta, Ayah Miftakul Huda dan bunda Sulasmini yang selama ini telah membimbing dan mendoakan dengan tulus cintamu, Engkau adalah muara dari segala hal yang aku butuhkan dan sumber inspirasiku. ¾ Adikku Nur Khumaidah (Idhut) tersayang, kau adalah salah satu sumber motivasi ku tuk menggapai cita-cita. Rajin belajar ya, kalian pasti bisa menjadi lebih baik dari kakak. ¾ Semua keluarga besarku dari pihak bapak maupun ibu yang selalu mendoakan segala hal yang terbaik untukku. I Love U aLL ¾ Baiq Wulan iswansari , yang selaku partner penelitian saya terimaksih atas waktu, bantuan, motivasi selama penelitian ini berlangsung. ¾ Teman-teman spesial, Aji, Restu, Budi, Uya, Adhit, Wahyu Atin, Jatu, Danang, Arum, arin, ryanti Bersama kalian aku merasakan kebersamaan, kekompakan dan kadang ada juga konflik tapi alhamdulillah sampai sekarang kita masih solid. semoga silaturrahim ini tetap terjalin dengan baik hingga kapanpun. Oiya “mari kita jalan-jalan lagi..” ¾ Teman-teman PSIK angkatan 2007, mari kita melangkah bersama-sama untuk memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan ilmu yang kita dapatkan di FKIK UMY. Be professional nurse!!
v
¾ Tim futsal dan Tim badminton PSIK 07, terimkasih karena dari sini hobi olahraga ku bisa tersalurkan. ¾ Kepada keluarga besar AlcaTraz kos (pak peck, mas joe,mb may, mas tomy, mas heru, mas arip, bang yos, kipli,dll) terimakasih atas dukungan kalian semua alcatras adalah rumah keduaku selama diperantauan. ¾ Nunik, Lusi, Adit, Dida, Winda, Rista sahabatku semua walaupun kalian jauh tetap memberikan dukungan kepadaku.....”kapan kita reunian???? Miss U guys.. ¾ Kepada mas Eko lab, masih yah buat bantuannya mengurus tikus2 penelitianku.. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Thank’s for all
vi
KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, karena berkah rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan KTI ini dengan judul “Perbedaan Kecepatan Kesembuhan Luka Bakar Derajat 2 Dengan Pemberian Olesan Madu Murni Dan Tulle (Framycetine Sulfate) Pada Tikus Putih Strain Wistar”. Penulis menyadari bahwa terwujudnya KTI ini berkat adanya bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih dengan setulus hati kepada: 1. Kedua orang tua tercinta ayah (Miftakul Huda) dan Bunda (Sulasmini) serta adik (Nur Khumaida) yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materiil. 2. dr. H. Erwin Santosa, Sp.A.,M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan dan menyusun karya tulis ilmiah. 3. Fitri Arofiati, Ns. MAN selaku kepala Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Muhammadiyah
Yogyakarta
sekaligus
DPA
yang
telah
membimbing saya selama di perkuliahan. 4. drh. Zulkhah Noor, Mkes. Selaku dosen pembimbing dalam menyelesaikan KTI saya. Terimakasih atas waktu dan ilmu yang diberikan selama penelitian ini berlangsung.
vii
5. Yuni Permatasari Istanti, Mkep, Sp.KMB selaku dosen penguji yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menguji, mengoreksi, dan memberikan masukan serta saran terhadap karya tulis ini. 6. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada umumnya serta staf pengajar prodi Ilmu Keperawatan khususnya, terimakasih atas segala pengetahuan yang diberikan selama penulis menjadi mahasiswa di Fakultas ini. 7. Seluruh staf Laboratorium FKIK UMY, terimakasih atas izin dan keramahan yang telah diberikan ke penulis untuk melakukan penelitian. Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Atas kekurangan dan kesalahan dalam karya tulis ilmiah ini, penulis mohon maaf. Demi kebaikan karya tulis ilmiah ini, penulis mengharapkan kritik dan saran. Akhir kata penulis mengharapkan semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak. Amin …. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Yogyakarta, 17 Juli 2011
Nur Agus Hidayana
viii
Hidayana, N.A. (2011). Perbedan Kecepatan Kesembuhan Luka Bakar derajat dua dengan Pemberian Madu Murni dan Tulle (Framycetine Sulfat) pada tikus putih strain Wistar Pembimbing : drh. Zulkhah Noor, M.Kes
INTISARI Salah satu luka yang sering terjadi adalah luka bakar. Luka bakar merupakan luka yang memiliki waktu sembuh lama dan resiko terjadinya infeksi tinggi. Madu mempunyai kekuatan untuk mempercepat penyembuhan luka dan menurunkan resiko infeksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kecepatan kesembuhan luka bakar derajat 2 dengan pemberian madu dan tulle (framycetine sulfat) pada tikus putih strain wistar. Penelitian ini termasuk jenis penelitian quasi eksperimen pada hewan coba tikus betina strain wistar sebanyak 15 ekor, umur 3-4 bulan, berat 150-250gr. Tikus dinduksi/dibuat luka bakar derajat 2 pada punggung tikus dengan menempelkan logam tembaga murni diameter 20 mm yang dialiri listrik 80 watt, 240 volt selama 10 detik, kemudian dikelompokan menjadi 3 kelompok yaitu kelompok dengan olesan madu murni, dengan tulle (framycetin sulfate), dan tanpa perlakuan. Pengamatan fase penyembuhan luka dilakukan secara makroskopik dengan cara scoring dan persentase kesembuhan luka. data dianalisis dengan uji Krusskal-Wallis dan selanjutnya dengan uji Man Whitney. Hasil penelitian menunjukan bahwa kelompok madu memilki skor terendah pada fase inflamasi (p=0,001), sementara kelompok control memiliki skor terendah fase proliferasi (p=0,03 & p=0,04). Rata-rata waktu sembuh luka bakar derajat 2 dengan olesan madu murni paling cepat yaitu selama 21±0,00 hari, pada kelompok tulle (framycetine sulfat) adalah 21,40±0,54 hari dan pada kelompok control mempunyai waktu sembuh paling lama yaitu 22,80±0,44 hari dengan nilai (P=0,004). Madu dapat menurunkan respon inflamasi dan mempercepat waktu sembuh luka bakar derjat 2. Saran penelitian lebih lanjut untuk diaplikasikan ke pasien dengan luka bakar didampingi tenaga medis yang berkompeten. Kata kunci : luka bakar derajat 2, madu, tulle (framycetine sulfat)
ix
Hidayana, N.A. (2011). The Difference Speed Of The Second Degree Of Burns Healing With The Provision Of Pure Honey And Tulle (Framycetine Sulfate) In White Rats Wistar Strain advisers : drh. Zulkhah Noor, M.Kes
ABSTRACT One of the most common injuries is a burns. The burn is a wound that has healed a long time and high risk of infection. Honey has the power to accelerate wound healing and reduce risk of infection. The purpose of this study was to determine the differences in of the speed of second-degree burn wound healing between honey, tulle (framycetine sulfate) and without treatment in white rats of wistar strain. This research was quasi experimental research in animal experiments with female rats of wistar strain as much as 15 tail with 3-4 months of age, weighing 150-250gr. The burn was made by attaching a pure copper metal with a diameter of 20 mm, and electrical specification 80 watts, 240 volts for ten seconds on the backs of mice. Then, rats were divided into 3 groups: first group with a smear of pure honey, second group tulle (framycetin sulfate), and third group without treatment. The observation of wound healing phase was done by macroscopic scoring and percentage of wound healing. The data analysis was done by Krusskal-Wallis test followed by a test of man whitney. The results showed group of honey was lowest score inflammation pashe (p = 0.001), while the group of control was lowest score in proliferation pahse (p = 0.03 & p = 0.04). The average time second-degree burns heal with pure honey spreads most rapidly ie for 21 ± 0.00 days, in groups of tulle (framycetine sulfate) was 21.40 ± 0.54 days and in the control group had the longest recovery time is 22.80 ± 0.44 days. value (P = 0.004) honey can reducing inflamtion respons and it can accelarate to recovery time of wound. Suggestions for further research, to be applied to patients with burns accompanied by competent medics. Key words: second degree of burns, honey, tulle (framycetine sulfate)
x
DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii MOTTO ................................................................................................................. iv HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. v KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii INTISARI............................................................................................................... ix ABSTRACK ........................................................................................................... x DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv BAB I ...................................................................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 6 C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6 1. Tujuan Umum........................................................................................... 6 2. Tujuan Khusus .......................................................................................... 6 D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6 1. Praktek keperawatan ................................................................................. 6 2. Masyarakat / pasien .................................................................................. 7 3. Rumah Sakit ............................................................................................. 7 4. Peneliti Lain ............................................................................................. 7 E. Keaslian penelitian ....................................................................................... 7 BAB II ..................................................................................................................... 9 A. Luka (vulnus) ............................................................................................... 9 1. Pengertian Luka ........................................................................................ 9 2. Penyebab Terjadinya Luka ..................................................................... 10 3. Jenis jenis luka........................................................................................ 12 4. Penatalaksanaan dan perawatan luka bakar ............................................ 16 5. Proses Penyembuhan luka ...................................................................... 19 6. Komplikasi luka bakar ............................................................................ 21 7. Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka..................................... 22 B. Madu .......................................................................................................... 23 1. Pengertian Madu..................................................................................... 23 2. Jenis-jenis madu ..................................................................................... 24 3. Kualitas madu ......................................................................................... 28 4. Komposisi dan khasiat madu .................................................................. 30 C. Tulle (framycetin sulfat) ............................................................................ 34 D. Kerangka konsep ........................................................................................ 35 xi
xii
E. Hipotesis..................................................................................................... 36 BAB III ................................................................................................................. 37 A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 37 B. Populasi Dan Sampel ................................................................................. 37 C. Lokasi Dan Waktu Penelitian .................................................................... 37 D. Variabel Penelitian ..................................................................................... 37 E. Definisi Operasional .................................................................................. 38 F. Alat Dan Bahan Penelitian ......................................................................... 40 G. Cara penelitian ........................................................................................... 41 1. Bahan ...................................................................................................... 41 2. Pembagian Kelompok Perlakuan ........................................................... 41 3. Pemberian Perlakuan .............................................................................. 42 4. Pengamatan............................................................................................. 43 5. Penilaian ................................................................................................. 43 H. Uji Validitas Dan Reliabilitas .................................................................... 45 I. Pengolahan dan Metode Analisis Data ...................................................... 45 J. Diagram Alur Penelitian ............................................................................ 46 BAB IV ................................................................................................................. 47 A. Hasil Penelitian .......................................................................................... 47 B. Pembahasan ................................................................................................ 53 BAB V................................................................................................................... 60 A. Kesimpulan ................................................................................................ 60 B. Saran........................................................................................................... 60 C. Kekuatan Penelitian ................................................................................... 62 D. Kelemahan Penelitian ................................................................................ 62 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 63
DAFTAR TABEL
Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel
1 2 3 4 5 6 7
Halaman Syarat mutu madu nasional Indonesia ..................................................29 Kandungan alami madu ........................................................................31 Kandungan vitamin dalam madu ...........................................................32 Kandungan mineral dalam madu ...........................................................32 Rerata score proses kesembuhan luka ...................................................48 Prosentase kesembuhan luka bakar derajat 2 ........................................51 Waktu Kesembuhan luka bakar derajat dua ..........................................52
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1 Skema Kerangka Konsep Penelitian ....................................................35 Gambar 2 Cara Mengukur Diameter Luka ...........................................................44 Gambar 3 Alur Penelitian .....................................................................................46 Gambar 4 : Grafik 5 Proses Kesembuhan Luka ..................................................49 Gambar 5 : Grafik 6 Rerata Proses Kesembuhan Luka ......................................51 Gambar 6 Proses Pembuatan Luka Bakar ................................................. lampiran Gambar 7 Proses Perawatan Luka Kelompok Madu ................................. lampiran Gambar 8 Proses Perawatan Luka Kelompok Tulle .................................. lampiran Gambar 9 Perawatan Luka Kelompok Kontrol ......................................... lampiran Gambar 10 Luka Sembuh Kelompok Madu .............................................. lampiran Gambar 10 Luka Sembuh Kelompok Tulle ............................................... lampiran Gambar 10 Luka Sembuh Kelompok Kontrol ........................................... lampiran
xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah yang sering dialami manusia pada daerah kulitnya adalah luka, salah satunya adalah luka bakar. Kejadian luka bakar di Amerika kurang lebih 2,5 juta penduduknya memerlukan pertolongan medis setiap tahunnya dan 12.000 diantaranya meninggal akibat luka bakar yang berat (Brunner & Suddarth, 1996). Berdasarkan data Dinkes Kabupaten Sleman, (2010) menyatakan kejadian luka bakar di Indonesia belum disebutkan secara jelas. Jumlah korban luka bakar di Indonesia khususnya di Yogyakarta pasca bencana erupsi gunung merapi sekitar 277 jiwa dinyatakan meninggal dan puluhan orang mengalami luka bakar yang cukup serius. Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak langsung atau terpapar dengan sumber-sumber panas, listrik, zat kimia, atau radiasi(Hidayat, 2009). Luka bakar diklasifikasikan berdasarkan kedalaman dan luas daerah yang terbakar. Kulit dengan luka bakar akan mengalami kerusakan pada epidermis, dermis maupun jaringan subkutan tergantung faktor penyebab dan lamanya kulit kontak dengan sumber panas atau penyebabnya. Kedalaman luka bakar akan mempengaruhi kerusakan atau gangguan kematian sel-sel (Effendi, 2010). Tubuh
secara normal akan berespon terhadap cedera dengan jalan
“proses peradangan”, yang dikarakteristikkan dengan lima tanda utama yaitu bengkak, kemerahan, panas, nyeri dan kerusakan fungsi. Proses responnya 1
2
mencakup 3 fase yaitu fase inflamasi, proliferasi dan fase maturasi yang secara praktis dikenal sebagai fase pembersihan, fase granulasi dan fase epitelisasi. Ketiga fase tersebut tidak daapat dipisahkan karena merupakan proses yang berkesinambungan (Navy, 2009). Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks dan dinamis karena merupakan suatu kegiatan bioseluler yang terjadi saling berkesinambungan dan tidak hanya terbatas pada sebuah proses regenerasi yang bersifat lokal, namun dipengaruhi juga oleh faktor dari luar maupun dari dalam tubuh manusia itu sendiri. Terdapat dua hal yang dihasilkan pada proses penyembuhan luka yaitu sembuh yang diharapkan dan yang tidak diharapkan. Penyembuhan yang diharapkan merupakan hasil yang baik dan permukaan kulit kembali sembuh seperti semula. Sementara, penyembuhan yang tidak diharapkan merupakan hasilnya tidak cukup baik bahkan tumbuh jaringan parut yang dapat menjadikan seseorang trauma terhadap luka karena terdapat bekas pada daerah lukanya (Navy, 2009). Perawatan luka secara umum meliputi pembersihan luka, pemberian zat antiseptik dan pembalutan. Setelah pembersihan luka biasanya diberi antiseptik untuk menjaga luka dalam keadaan steril akan tetapi pada kenyataanya zat antiseptic tersebut dapat menggangu proses penyembuhan luka karena zat tersebut tidak hanya membunuh bakteri pada luka akan tetapi juga membunuh leukosit atau sel darah putih yang dapat membunuh bakteri pathogen dan jaringan fibroblast yang akan membentuk jaringan baru. Pada dasarnya dengan adanya luka akan menghambat aktivitas penderitanya
3
sehingga dibutuhkan perawatan yang benar untuk untuk membatu proses penyembuhan luka dengan cepat dan tepat (Sari, 2009). Perkembangan perawatan luka (wound care ) mulai berkembang dengan sangat pesat di dunia kesehatan. Metode perawatan luka yang berkembang saat ini adalah perawatan luka dengan menggunakan modern dressing dimana disebutkan dalam beberapa literature lebih efektif untuk proses penyembuhan luka bila dibandingkan dengan metode konvensional. Salah satu yang digunakan adalah sufratule yang dapat digunakan untuk luka bakar dan luka yang sifatnya ringan akan tetapi dalam prakteknya obat-obat yang digunakan cenderung lebih mahal. Hal itu yang membuat masyarakat mencari alternatif solusi yang lebih murah di antaranya melalui obat-obat herbal (Rosyadi, 2008). Sekarang ini banyak digunakan obat-obat herbal untuk menyembuhkan luka salah satunya adalah madu. Madu merupakan cairan alami yang umumnya memiliki rasa manis, dihasilkan oleh lebah madu, dari sari bunga tanaman (floral nectar) atau bagian lain dari tanaman(extra floral nectar) atau ekskresi serangga yang berkhasiat dan bergizi tinggi(Anonim, 2007). Banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui
manfaat dan
kandungan dari madu. Gultom (2010) mengungkapkan banyak manfaat dan kandungan dari madu yang dikaitkan dengan penyembuhan luka. Madu merupakan antibiotik alami yang hebat. Terdapat 4 faktor yang berperan terhadap aktivitas antibakteri pada madu. Pertama yaitu kadar gula madu yang tinggi dan kadar kelembaban yang rendah akan membuat madu memiliki
4
daya osmolaritas yang tinggi dan mudah diserap oleh tubuh hal itulah yang akan menghambat pertumbuhan bakteri sehingga bakteri tidak dapat hidup dan berkembang. Kedua yaitu tingkat keasaman (pH 3.65) akan mengurangi pertumbuhan dan daya hidupnya sehingga bakteri tersebut mati. Ketiga yaitu adanya senyawa radikal hidrogen peroksida yang bersifat dapat membunuh mikroorganisme pathogen. Keempat yaitu
adanya senyawa organik yang
bersifat antibakteri. Senyawa organik tersebut tipenya bermacam-macam. Diantaranya yang telah teridentifikasi antara lain seperti polyphenol, flavonoid, dan glikosida. Kandungan alami setiap 1.000 g madu bernilai 3.280 kalori. Nilai kalori 1 kg madu sama dengan 50 butir telur atau 5,5751 susu, atau 1,680 kg daging. Madu memiliki nilai gizi yang baik untuk kesehatan. Khasiat madu sangat berkaitan dengan kandungan gulanya yang tinggi, yakni fruktosa 41%, glukosa 35%,dan sukrosa 1,9 %. Kadar protein dalam madu sendiri relatif kecil, sekitar 2,6%, namun kandungan asam aminonya cukup beragam, baik asam amino essensial maupun non essensial. Kandungan unsur lainnya, seperti tepung sari ditambah berbagai enzim pencernaan. Kandungan vitamin yang terdapat dalam madu yang beragam, antara lain vitamin B1, vitamin B2, B3, B6, dan vitamin C. Kandungan mineral yang terkandung dalam madu juga sangat beragam antara lain Kalium, Natrium, Kalsium, Magnesium, Besi, Tembaga, Fosfor, dan Sulfur. Meskipun jumlahnya relatif sedikit, mineral madu merupakan sumber ideal bagi tubuh manusia karena keseimbangan dan jumlah mineral madu mendekati yang terdapat dalam darah manusia. Madu
5
juga mengandung zat antibiotik dimana kandungan ini merupakan salah satu keunikan madu (Gultom, 2010). Obat dapat diperoleh dari berbagai sumber alam, bahkan pengobatan dalam literatur islam di dalam Al Qur’an menyatakan bahwa Allah SWT telah berfirman :“Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orangorang yang memikirkan” (Qur’an Surat An Nahl 69). Sedangkan
hadits shahih Rasulullah S.A.W yang mengungkapkan
madu sebagai obat adalah sebagi berikut: Dari Ibnu Abbas R.A. dari Rasulullah S.A.W. : ”Kesembuhan dari penyakit itu dengan melakukan tiga hal : berbekam, minum madu dan dibakar dengan besi panas. Tetapi aku melarang umatku membakar dengan besi panas itu”. HR. Shahih Bukhari. Berdasarkan referensi diatas, biasanya madu digunakan dengan cara diminum dan belum banyak diketahui bila digunakan sebagai obat oles. Hal ini sangat menarik untuk diteliti apakah pemberian olesan madu murni dapat mempercepat persembuhan luka bakar?. Apakah terdapat perbedaan waktu kesembuhan luka bakar derajat 2a yang diolesi madu murni dan antibiotic/sufratule.
6
B. Rumusan masalah Apakah terdapat perbedaan waktu kesembuhan luka bakar derajat 2 pada tikus putih yang diolesi madu murni atau pemberian tulle (framycetin sulfat). C. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum Diketahuinya perbedaan waktu kesembuhan luka bakar derajat 2 antara yang diolesi dengan madu murni atau pemberian tulle (framycetin sulfat) pada tikus putih. 2. Tujuan khusus a) Diketahui waktu kesembuhan luka bakar derajat 2 kelompok tikus putih yang dioles dengan madu murni. b) Diketahui waktu kesembuhan luka bakar derajat 2 kelompok tikus putih yang diberi tulle (framycetin sulfat). c) Diketahui perbedaan waktu persembuhan luka bakar derajat 2 pada tikus putih. D. Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: 1. Praktek keperawatan Mengembangkan ilmu keperawatan profesional, khususnya dalam manajemen perawatan luka bakar dengan menggunakan madu murni.
7
2. Masyarakat / pasien Memberikan informasi tentang manfaat penggunaan madu dalam perawatan luka bakar dan sebagai salah satu pengobatan alternatif manajemen perawatan luka bakar. 3. Rumah sakit Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dan pertimbangan dalam manajemen perawatan luka. 4. Peneliti lain Menjadi bahan referensi atau pustaka untuk dapat dikembangkan dalam penelitian selanjutnya. E. Keaslian penelitian Penelitian terdahulu dari Kartini (2009) dengan judul “efek penggunaan madu dalam manajemen luka bakar”. Dengan hasil penggunaan madu terbukti 4kali lebih cepat dibandingkan dengan agen perawatan luka yang lain. Penelitian lainya Santosa, (2010) dengan judul “Perbedaan Kesembuhan Luka Bakar Antara Olesan Propolis 5% Dan Teh Hijau Konsentrasi 6,4gr% Pada Tikus Putih( Rattus Norvegicus)” dengan hasil luka bakar yang diolesi propolis lebih cepat menutup dibanding dengan dengan the hijau 6,4 gr% dan penelitiannya Rintiswati, N., Winarsih, N.E., Mauleka, R.G. (2003) dengan judul “Potensi Anticandida Ekstrak Madu Secara In Vitro dan In Vivo” dengan hasil ekstrak madu dapat secara efektif menghambat bahkan membunuh pertumbuhan jamur Candida albicans. Pada penelitian yang dilakukan oleh Maemonah, S.A., Sari, E.K., Himawan, W.(2009) dengan
8
judul “Pemanfaatan Madu Apis Mellifera Sebagai Faktor Pertumbuhan Jaringan Kulit Pada Luka Luar”. Penelitian
ini menggunakan empat
perlakuan pada kelinci yaitu pemberian madu murni, campuran madu dengan betadin, betadin dan tanpa perlakuan. Hasilnya pemberian madu dicampur dengan betadin yang paling efektif untuk pertumbuhan jaringan dibanding ketiga perlakuan yang lain. Perbedaan penelitian ini dari ketiga penelitian diatas terdapat pada aspek prinsip pembuatan luka, proses penelitian dan juga variabel penelitiannya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Luka (vulnus) 1. Pengertian luka Brunner & Suddarth, (1996) menyatakan bahwa, Luka merupakan suatu kerusakan kontinuitas sel-sel kemudian diikuti dengan penyembuhan luka yang merupakan pemulihan kontinuitas tersebut, serta rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Beberapa efek yang akan muncul diantaranya hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, respon stress simpatis, perdarahan dan pembekuan darah, kontaminasi bakteri, serta kematian sel (Navy, 2009). Luka adalah rusaknya kesatuan / komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Berdasarkan kedalaman dan luas lukanya, luka dibagi menjadi : a) luka superficial; terbatas pada lapisan epidermisnya, b) luka “partial thickness” ; hilangnya jaringan kulit pada lapisan epidermis dan lapisan lapisan bagian atas dermis, c) luka “full thickness” ; jaringan kulit yang hilang pada bagian epidermis, dermis dan fasia, tidak mengenai otot dan d) luka pada c dan mengenai otot, tendon dan tulang (Widasari, 2008). Luka adalah kerusakan anatomi karena hilangnya kontinuitas jaringan oleh sebab dari luar. Luka terbagi menjadi dua yaitu Luka terbuka (Vulnus Appertum) dan Luka tertutup (Vulnus Occlusum). Jenis-jenis luka terbuka adalah Luka iris 9
10
(Scissum), Tusuk (Ictum), Bakar (Combustio), Lecet (Excoriasi/Abrasio), Tembak (Sclopetum), Laserasi, Penetrasi, Avulsi, Open Fracture dan Luka Gigit (Vulnus Morsum). Jenis-jenis luka tertutup adalah Memar (Contusio), Bula, Hematoma, Sprain, Dislokasi, Close Fracture, Laserasi organ dalam. Luka baru
yang belum memasuki waktu kontaminasi
Frederich (6 – 8 jam post trauma) dapat dirawat secara primer yaitu dengan melakukan pembersihan luka dan daerah di sekitar luka, pembuangan debris dan kotoran serta penjahitan luka secara sempurna, sedangkan yang melebihi waktu kontaminasi bisa dilakukan pembersihan luka dan daerah sekitar luka, merapikan luka dan penjahitan sementara atau situasi.
Penjahitan luka membutuhkan pengetahuan tentang
penyembuhan luka, serta alat dan bahan untuk menjahit dan yang paling penting adalah menguasai teknik jahitan (Widodo & Endradita, 2008). 2. Penyebab terjadinya luka Terdapat beberapa yang menyebabkan terjadinya luka, diantaranya oleh karena faktor kecelakaan, tertusuk benda tajam, tergores ataupun tersayat. Luka dapat disebabkan karena adanya beberapa trauma antara lain adalah : a. Trauma mekanis yang disebabkan karena tergesek, terpotong, terpukul, tertusuk, terbentur, tersayat, dan terjepit. b. Trauma elektris, dengan penyebab cedera karena listrik, dan petir. c. Trauma termis, disebabkan oleh panas, dan dingin.
11
d. Trauma kimia, disebabkan oleh zat kimia yang bersifat asam dan basa, serta zat iritatif dan korosif lainnya (Karakata & Bachsinar, 1992). Luka juga dapat terjadi pada trauma, pembedahan, neuropatik, vaskuler, penekanan dan keganasan. Luka dapat diklasifikasikan dalam 2 bagian yaitu : a. Luka akut Luka akut merupakan luka trauma yang biasanya segera mendapat penanganan dan biasanya dapat sembuh dengan baik bila tidak ada komplikasi. Kriteria luka akut adalah luka baru, mendadak dan penyembuhannya sesuai dengan waktu yang diperkirakan Contoh: luka sayat, luka bakar, luka tusuk, crush injury. Luka operasi dapat dianggap sebagai luka akut yang dibuat oleh seorang ahli bedah yaitu seperti: luka jahit, skin grafting. b. Luka kronik Luka kronik merupakan luka yang berlangsung dalam waktu lama atau sering timbul kembali (rekuren) dimana terjadi gangguan pada proses penyembuhan yang biasanya disebabkan oleh masalah beberapa faktor dari penderita. Pada luka kronik atau luka yang gagal sembuh pada waktu yang diperkirakan, tidak berespon baik terhadap terapi dan punya tendensi untuk timbul kembali. Luka tersebut diantaranya: ulkus dekubitus, ulkus diabetik, ulkus venous, luka bakar dll (Perdanakusuma, 2008).
12
3. Jenis jenis luka Jenis-jenis luka dibagi dua bagian, yaitu luka tertutup (closed wound) dan luka terbuka (open wound). a. Luka tertutup Luka dimana tidak terjadi hubungan antara luka dengan dunia luar. Luka tertutup dapat dibagi menjadi 2 yaitu : 1) luka trauma (vulnus traumaticum) Luka trauma dapat terjadi di dalam tubuh, tetapi tidak tampak dari luar. Dapat memberikan tanda-tanda seperti hematom hingga gangguan sistem tubuh. Apabila melibatkan organ vital, maka penderita dapat meninggal mendadak. Contohnya luka yang terjadi pada benturan di dada, perut, leher, dan kepala yang dapat menyebabkan kerusakan pada organ-organ dalam. 2) Luka memar (vulnus cotusum) Pada keadaan luka memar kondisi kulit baik-baik saja akan tetap kondisi pembuluh darah subkutan dapat rusak, sehingga terjadi hematom. Bila hematom kecil, maka akan diserap oleh jaringan sekitarnya dan apabila hematom besar, maka dapat membuat penyembuhan memerlukan waktu yang lebih lama (Karakata & Bachsinar, 1992).
13
b. Luka terbuka luka dimana terjadinya hubungan antara luka
dengan dunia luar.
Macam-macam Luka terbuka antaralain: 1) Luka sayat (Vulnus scissum/incisivum) Pada keadaan luka sayat tepi luka tajam dan licin terjadi karena sayatan benda tajam. Bila luka sejajar dengan garis lipatan kulit, maka luka tidak terlalu terbuka. Jika memotong pembuluh darah, maka darah sukar berhenti karena sukar tebentuk cincin trombosis (trombose ring). 2) Luka lecet (Vulnus excoriation, Abraded Wound) terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam. 3) Luka tusuk (Vulnus punctum ,Punctured Wound) terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil. Dari luar luka tampak kecil, tetapi di dalam menusuk (besarnya, kotornya) dan daerah yang tertusuk. Luka tusuk yang mengenai abdomen atau thorax sering juga disebut vulnus penetrosum (luka tembus). Pemeriksaan yang paling penting untuk mencari organ yang terkena dan menentukan tingkat bahaya kerusakan tersebut. Luka ini sebaiknya dilakukan tindakan eksplorasi (membuka dan melebarkan luka).
14
4) luka robek (Vulnus laceratum,) luka robek biasanya disebabkan oleh benda tumpul, tepi luka tidak rata, dan perdarahan sedikit karena mudah terbentuk cincin trombosis akibat pembuluh darah yang hancur dan memar 5) luka potong (Vulnus caesum) Luka potong adalah luka yang disebabkan oleh benda tajam yang besar, misalnya kampak, klewang, dsb., disertai tekanan. Tepi luka tajam dan rata, dan luka sering terkontaminasi, oleh karena itu keungkinan infeksi lebih besar. 6) luka tembak (Vulnus sclopetorum) Luka tembak dapat terjadi karena tembakan, granat, ranjau, bom, dsb. Tepi luka dapat tidak teratur. Corpus alienum (benda asing) dapat dijumpai dalam luka, misalnya pecahan granat, anak peluru, sobekan baju yang mengikuti peluru kedalam tubuh, dsb. Kemungkinan infeksi dengan bakteri lebih besar terutama anaerob dan gangren gas lebih besar. 7) Luka gigit (vulnus morsum) Pada keadaan luka gigit yang disebabkan oleh gigitan binatang atau manusia, kemungkinan infeksi lebih basar. Bentuk luka tergantung bentuk gigi penggigit (Karakata & Bachsinar, 1992). 8) Luka bakar (vulnus combustion) Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan adanya kontak dengan sumber panas