LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM EMBRIOLOGI “Pengamatan Alat Kelamin Betina secara Makro dan Mikro “ “Pengamatan Alat Kelamin Jantan secara Makro dan Mikro “ “Pengamatan Foetus“ “Pengamatan Embrio Ayam“ “Pengamatan Spermatozoa“ KELOMPOK 3 /GELOMBANG 2( KELAS B) Nama Anggota : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Rauzatul Jannah Prima Nittha Hasnita Fitria Sastra Mita Yezi Gita Rahayu Yohana Komala Sari Nur Dahri Zainaldi Desi Ayuni Raivan Fazil
1302101010132 1302101010212 1302101010073 1302101010049 1302101010041 1302101010174 1302101010141 1302101010222 1302101010183 1302101010194
ASISTEN : INDAH MELZANA
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
3
KATA PENGANTAR Dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan puji dan syukur atas kehadiran Allah SWT, yang melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum embriologi ini. Syalawat beriring salam, penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW, selaku inspirasi dari seluruh umat islam di dunia. Dalam penulisan laporan praktikum embriologi ini penulis tidak terlepas dari berbagai hambatan, baik dalam struktur penulisan, penyampaian isi, penyusunan kalimat dan pemakaian tanda baca, tapi berkat bantuan berbagai pihak sehingga laporan ini dapat tersusun dengan baik, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1.Drh. Dian Masyitha, M.Sc selaku koordinator dan dosen pembimbing mata kuliah Embriologi. 2.Indah Melzana selaku asisten pembimbing Gelombang II Kelompok 3 pada Laboratorium Embriologi. 3.Seluruh rekan-rekan mahasiswa yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung selaku mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala.
Penulis menyadari sepenuhnya dalam pembuatan laporan ini masih terdapat kekurangan, baik dari penulisan serta pembahasan, oleh sebab itu penulis mengharapkan
saran
dan
kritikan
yang
sifatnya
membangun,
guna
penyempurnaan laporan ini. Banda Aceh, 20 Mei 2014 Penulis
Gelombang II Kelompok 3
4
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR .................................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................................. ii PRAKTIKUM I Pengamatan Reproduksi Betina secara Makro dan Mikro ....................... 1 Daftar Pustaka ................................................................................................ 16 PRAKTIKUM II Pengamatan Reproduksi Jantan secara Makro dan Mikro………………….. 17 Daftar Pustaka ................................................................................................ 47 PRAKTIKUM III Pengamatan foetus ........................................................................................ 48 Daftar Pustaka ................................................................................................ 55 PRAKTIKUM IV Pengamatan Embrio Ayam............................................................................ 56 Daftar Pustaka ................................................................................................ 74 PRAKTIKUM V Pengamatan Spermatozoa ............................................................................. 75 Daftar Pustaka ................................................................................................ 88
5
PENGAMATAN ALAT KELAMIN BETINA SECARA MAKRO DAN MIKRO BAB I Pendahuluan
1.1 Latar belakang Ciri-ciri Makhluk hidup
salah satunya adalah bereproduksi atau
berkembang biak merupakan upaya atau kemampuan untuk mempertahankan jenisnya. Proses mempertahankan jenis itu bertujuan agar tetap dapat mempertahankan jenisnya di muka bumi. Proses memepertahankan jenis itu dapat dikategorikan kedalam proses reproduksi atau perkembangbiakan. Tiap jenis hewan memiliki cara reproduksi yang berbeda satu sama lain. Perkembangbiakan generatif melibatkan alat kelamin jantan dan betina yang ditandai dengan peristiwa pembuahan atau fertilisasi. Alat reproduksi hewan betina secara umum terdiri dari ovum dan salurannya. Ciri etik individu makhluk hidup ialah bahwa umurnya terbatas, dan pada suatu ketika akan menjadi tua kemudian mati karena suatu faktor, baik itu parasit, pemangsa atau sebagainya. Karena itu perlu suatu perkembangan baru untuk mengganti reputasi yang telah tiada. Jadi kelangsungan hidup individu sebagian ditunjukkan untuk memenuhi kemampuan reproduksi yang mutlak bagi kelestarian spesies. Pada alat kelamin betina yang di ambil sampel sapi betina, sapi tidak hanya memproduksi sel kelamin yang sangat penting untuk mengawali kehidupan turunannya yang baru, tetapi ia menyediakan pula tempat beserta lingkungan untuk perkembangan individu baru itu, dimulai dari waktu pembuahan ovum dan memeliharanya selama awal kehidupanya. Tugas ini dilaksanakan oleh alat reproduksi primer dan sekunder. Alat reproduksi primer, yaitu ovarium yang memproduksi ovum dan hormon betina. Organ reproduksi sekunder terdiri dari tuba fallopi, uterus, cerviks, vagina dan vulva. Fungsi alat-alat ini adalah menerima dan mempersatukan sel kelamin jantan dan betina, memelihara dan melahirkan individu baru.
6
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai ukuran dan fungsinya serta melihat secara langsung bentuk dari masing-masing bagian alat reproduksinya maka di lakukanlah praktikumini, yakni mengenai pengenalan alat kelamin betina .
1.2 Tujuan Pengenalan alat kelamin betina yang bertujuan untuk mengidentifikasikan bentuk, warna, letak dan fungsi dari bagian-bagian alat kelamin betina serta susunan alat kelamin yang di amati secara makroskopis dan mikroskopis.
1.3 Manfaat Mahasiswa mengetahui organ dan sel-sel yang membangun alat kelamin betina , beserta fungsi dan letak dari bagian-bagiannya, guna untuk penerapannya di dalam kehidupan.
7
BAB II Tinjauan Pustaka
ovarium
merupakan
bagian alat kelamin
yang utama, ovarium
menghasilkan telur, oleh karena itu dalam bahasa Indonesia seringkali disebut induk telur, indung telur atau ada pula yang menyebutnya pengarang telur. Perkembangan ovarium pada masa reproduksi diatur oleh hormone-hormone yang berasal dari kelenjar hipsofisa yang terdapat di dasar otak dalam kepala. Bentuk ovarium berbeda menurut spesies hewan (Frandson, 1986). Tuba uterina bersifat bilateral, strukturnya berliku-liku yang menjulur dari daerah ovarium ke kornua uterina dan menyalurkan ovum, spermatozoa, dan zigot. Tiga segmen oviduk dapat dibedakan menjadi infundibulum, ampula, isthmus. Epitel tuba uterina berbentuk silinder sebaris atau silinder banyak lapis dengan silia aktif. Baik sel tipe bersilia maupun tidak bersilia dilengkapi dengan mikrovili.
Mukosa langsung berhubungan dengan submukosa karena lamina muskularis mukosa tidak ada. Pada tuba uterina, propia submukosa terdiri dari jaringan ikat longgar dengan banyak sel plasma, sel mast dan leukosit eosinofil. Tunika mukosa submukosa pada ampula membuat lipatan tinggi terutama pada babi dan kuda betina. Tunika muskularis terutama terdiri dari berkas otot polos melingkar, memanjang dan miring. Lapis otot tersebut memberikan jalur radial memasuki mukosa. Pada infundubulum dan ampula, tunika muskularis yang tipis dan tersusun oleh lapis dalam melingkar. Tunika serosa ada dan terdiri dari jaringan mengandung pembuluh darah dan saraf. ( Brown, 1992 ) Uterus sapi terdapat sebagian besar di ruang abdomen. Corpus uterinya sangat pendek (3-4 cm), tetapi mempunyai cornua uteri yang panjang (30-40 cm). Tidak seperti pada kuda extremitas abdominalis dari cornua uteri sapi berbentuk corong dan berhubungan dengan tuba uterine (Aswin, 2009). Serviks merupakan bagian dari alat reproduksi yang berdinding tebal dengan panjang 5-10 cm dari tempat sambungan dengan uterus ke arah belakang yang berkesinambungan dengan vagina yang berdinding tipis. Fungsi utama
8
menutup lumen uterus sehingga tidak memberi kemungkinan untuk masuknya jazad mikroskopik maupun makroskopik ke dalam uterus dalam proses birahi, dengan mengsekresikan mukosa yang melewati vulva, membantu saat proses kebuntingan dengan mampu menutup dengan ketat dengan satu sumbat dari lender. Pada waktu melahirkan, Serviks akan berfungsi melebar yang memungkinkan foetus beserta selaputnya mudah melewatinya (Salisbury, 1985). Produk herbal atau fitofarmaka saat ini memang sedang menjadi alternatif utama bagi para remaja putri yang ingin mengurangi rasa nyeri tanpa mendapat efek samping. Salah satu produk herbal yang biasa dikonsumsi dan telah familiar di masyarakat untuk mengurangi nyeri haid adalah minuman kunyit asam (Wieser, et al, 2007)
9
BAB III Metode Percobaan
3. 1.
Alat dan bahan dalam pengenalan alat kelamin betina secara makroskopis a. Preparat alat kelamin betina yang lengkap, terdiri dari:
Ovarium
Saluran-salurannya Oviduk (tuba fallopi = tuba uterina) Uterus Vagina Vulva
b. Bak aluminium c. Pinset dan scapel d. Air
3. 2.
Cara kerja secra makroskopis dalam pengenalan alat kelamin betina a. Preparat alat kelamin yang akan diperikasa di keluarkan dari dalam toples yang berformalin. Kemudian dibersihkan dengan air mengalir agar baunya tidak menyengat. b. Preparat alat kelamin betina diletakkan dibak aluminium. c. Amati bagian-bagian dari alat kelamin betina tersebut.
3. 3.
Alat dan bahan dalam pengenalan alat kelamin betina secara mikroskopis a. Mikroskop b. Sediaan awetan Ovarium, Oviduk dan Uterus.
3. 4.
Cara kerja secara mikroskopis dalam pengenalan alat kelamin betina Amati dengan menggunakan mikroskop.
10
BAB IV Hasil dan Pembahasan
4. 1. Hasil pada praktikum pengenalan alat kelamin betina Terdapat beberapa pembagian dari organ kelamin betina yakni ovarium dan saluran-salurannya. Ovarium
Corpus hemorectum
Corpus luteum
Sedangkan saluran-salurannya:
Vulva o Labia mayor o Labia minor
Vagina
Cervix, terdapat cincin-cincin yang di sebut Anulus servicalis
Uterus o Corpus uteri o Cornua uteri terdapat juga beberapa lapisa pada uterus yakni Miometrium (lapisan uterus) Endometrium (lapisan tengah) Perimetrium (Lapisan luar)
Bifur catio cornualis (pembagi cornua uteri menjadi dexter dan sinister)
Oviduct/ Tuba falopi o Isthmus o 1/3 ampula o Infindibulum
11
A
B
C
12
A. Gambar mikroskopis ovarium, B. Gambar mikroskopis Uterus, C. Gambar makroskopis alat kelamin betina. 4. 2. Pembahasan pada praktikum pengenalan alat kelamin betina
Organ Kelamin Primer Ovarium
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan, maka dapat diketahui bahwa pada umumnya bentuk ovarium pada hewan ruminansia, dalam hal ini sapi adalah bulat atau oval dan berwarna kuning baik ovarium kanan, maupun pada ovarium kiri. Ovarium kiri pada sapi tidak bunting panjangnya 2,1 cm dengan diameter 2,7. Ukuran yang dimiliki oleh ovarium tersebut bervariasi tergantung pada jenis ternak dan umurnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury (1985) yang menyatakan bahwa ovarium bentuknya biasanya bulat telur atau bulat tetapi kadang-kadang pipih berhubung dengan pembentukan folikel dan corpoa lutea. Ukuran normal ovari sangat bervariasi dari satu spesies ke spesies lain bahkan antara spesies juga terdapat varisasi. Besar dan bentuk ovaria sering berubah. Ovarium umumnya berukuran panjang 32-42 mm, tinggi 19-32 mm dan lebar 1319 mm dengan berat 10-19 gr. Dari hasil yang tersebut dapat pula diketahui bahwa ukuran antara ovarium kanan dan kiri selalu berbeda. Dimana ovarium kanan lebih berkembang dibandingkan dengan ovarium kiri. Hal ini disebabkan karena ovarium kanan lebih aktif bekerja dibanding ovarium kiri terutama pada saat kebuntingan. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury (1985) yang menyatakan bahwa pada anak sapi ovarium kiri lebih besar dibanding dengan ovarium kanan, sedangkan pada sapi dewasa ovarium kanan lebih besar, sebab secara fisiologis ia lebih aktif. Ovarium pada sapi dan kerbau mengandung folikel dan corpus luteum. Dimana keduanya memiliki bentuk yang oval. Folikel berwarna kuning sedangkan corpus luteum berwarna kuning coklat. Corpus luteum berada dibagian permukaan sehingga terlihat seperti benjolan. Ukurannya sangat kecil, folikel panjangnya 0,5 cm dengan diameter 1 cm sedangkan corpus luteum panjang 0,5 cmdan diameter 1 cm pada sapi dan pada kerbau panjangnya 0,7 cm. Sedangkan
13
pada sapi yang tidak bunting folikel dan corpus luteumnya tidak berkembang, hal ini berkaitan dengan fungsi keduanya dalam hal menghasilkan hormon yang berperan dalam kebuntingan. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury (1985) yang menyatakan bahwa Folikel pada ovarium bergaris tengah 12 mm. Folikel yang masak bergaris tengah 8-19 mm. Sedangkan corpus luteum yang telah matang bergaris tengah 25-32 mm. Pada sapi yang tidak bunting dan normal, corpus luteum hanya aktif untuk beberapa hari, lalu mengecil. Corpus luteum pada sapi yang sedang bunting tetap tinggal dan aktif di dalam ovarium selama kebuntingan.
Organ Kelamin Sekunder Oviduct
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka dapat diketahui bahwa merupakan saluran yang panjang dan kecil serta berkelok-kelok, yang menjadi penghubung antara ovarium dan uterus. Dimana oviduct merupakan tempat terjadinya fertilisasi. Hal ini sesuai dengan Frandson (1986) yang menyatakan bahwa Oviduct atau disebut tuba fallopi yang juga disebut tuba uterine adalah saluran yang berpasangan dan berkonvolusi yang menghantarkan ova dari tiap ovari menuju ke tanduk uterus, dan juga merupakan tempat terjadinya fertilisasi oleh spermatozoa. Tuba uterina bersifat bilateral, strukturnya berliku-liku yang menjulur dari daerah ovarium ke kornua uterina dan menyalurkan ovum, spermatozoa,
dan
zigot.
Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa ukuran oviduct bervariasi, dimana oviduct kanan pada sapi bunting panjang 24 cm dan diameter 0,3 cm. Pada sapi yang tidak bunting panjang oviduct kiri 15,5 cm dan diameter 1,4 cm. Sedangkan pada kerbau panjang oviduct kiri 16 cm dan diameter 1,2 cm, dengan oviduct kanan panjangnya 15,5 cm dan diameter 0,8 cm. Variasi tersebut tergantung pada ternaknya dan kebuntingan. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury (1985), Tuba fallopi sapi betina panjangnya rata-rata 12,4 cm pada anak sapi, 20,4 pada sapi dara, 24,5 pada sapi tua. Kisaran panjang dari tuba fallopi yaitu 20-35 cm. Tuba fallopi memiliki garis tengah terkecil tergantung
14
pada jenis ternak, pertumbuhan serta kebuntingan. Oviduct terbagi menjadi 3 bagian, infindibulum, ampula dan ishmus. tempat fertilisasi antara ovum dan sperma adalah di ampula yang panjangnya sepertiga dari pada oviduct.
Uterus
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh maka dapat diketahui bahwa uterus terdiri dari cornua uteri dan corpus uteri. Dimana cornua uteri memiliki bentuk yang menyerupai tanduk, dengan warna yang putih kekuningan atau pucat. Pada sapi betina yang bunting panjang cornua uteri kiri 17 cm dengan diameter 14 cm sedangkan cornua uteri kanan panjang 20,5 dan diameter 18 cm. Pada sapi betina tidak bunting cornua uteri kiri panjangnya 8,4 cm dan berdiameter 4,6. Pada kerbau yang bunting cornua uteri kiri panjangnya 18 cm dan diameter 15,5 cm sedangkan cornua uteri kanan panjangnya 12,5 dan diameter 13 cm. Sedangkan corpus uteri memiliki bentuk yang lonjong dan berwarna putih kekuningan. Ukurannyapun bervariasi. Dimana corpus uteri sapi betina bunting panjang 18,5 dan
diameter
27.
Corpus uteri sapi betina tidak bunting panjangnya 6 cm dan diameter 6,1 cm. Corpus uteri kerbau betina panjang 17,5 cm dan diameter 30 cm. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury (1985) yang menyetakan bahwa Uterus memiliki kesamaan antara beberapa ternak lainnya, yaitu berbetuk bicornua (dua tanduk). Pada hewan yang tak bunting uterus berada 25-40 cm ke deapan dari lubang vulva, tepat di depan cervix. Corpus Uteri bergaris tengah transversal 9-12 cm berukuran panjang 2-5 cm dan bagian depan terbagi atas 2 tanduk. Karena tanduk uterus terletak sangat berdekatan sepanjang 10-15 cm dan tumbuh bersama, maka seakan-akan corpus uteri tampak lebih panjang dari pada kenyataannya. Kadangkadang tanduk uterus memanjang masuk ke dalam cerviks, sehingga tidak terdapat corpus uteri. Pada tempat dimana kedua tanduk memisahkan diri garis tengahnya 3-4 cm, dari tempat pemisahan panjang tanduk uterus biasanya 20-35 cm, membuat panjang seluruh uterus menjadi 30-55 cm. Panjang uterus beragam sesuai
dengan
umur
hewan
dan
faktor
lain.
15
Uterus merupakan organ kebuntingan dan sebagai alat implantasi. Yang memiliki corpus uteri yang lebih pendek dibandingkan dengan cornua uteri. Hal ini sesuai dengan pendapat Aswin (2009) yang menyatakan bahwa uterus sapi terdapat sebagian besar di ruang abdomen. Corpus uterinya sangat pendek (3-4 cm), tetapi mempunyai cornua uteri yang panjang (30-40 cm). dan uterus merupakan tempat implantasi zigot yang telah berkembang menjadi embrio. bentuk bentuk uterus yakni: a. simplex pada manusia b. Duplex pada rodentia c. Hipernicus pada kuda d. Bicornoa pada babi
Cerviks
Dari hasil pengamatan yang dilakukan maka dapat diketahui bahwa cerviks memiliki bentuk yang membulat seperti cincin dan kadang pula tidak beraturan. Cerviks merupakan sambungan dari uterus yang menuju ke vagina. Cerviks berfungsi sebagai pintu yang menutup kemungkinan masuknya bakteri ke dalam uterus. Disamping itu cerviks juga menghasilkan mucus atau lendir sebagai pelican. Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1986), yang menyatakan bahwa cerviks atau leher uterus mengarah ke kaudal menuju ke vagina. Cerviks merupakan sfingter otot polos yang kuat, dan tertutup rapat, kecuali pada saat terjadi birahi atau pada saat kelahiran. Cerviks akan mengeluarkan mucus yang mengalir ke vulva. Peningkatan jumlah mucus berguna mencegah masuknya zatzat yang membawa infeksi dari vagina ke dalam uterus.
Cerviks pada kerbau yang bunting panjangnya 5 cm, berdiameter 2,5 cm. Pada sapi yang tidak bunting panjangnya 4,5 dan diameter 7,2 cm. Sedangkan pada kerbau bunting panjang cerviks 6 cm berdiameter 12 cm. Hal ini sesuai
16
pendapat Salisbury (1985), yang menyatakan Cervix merupakan bagian dari alat reproduksi yang berdinding tebal dengan panjang 5-10 cm dari tempat sambungan dengan uterus ke arah belakang yang berkesinambungan dengan vagina yang berdinding tipis.
Vagina
Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka diketahui bahwa vagina memiliki bentuk seperti tabung (pipa), yang berwarna pucat (putih kekuningan). Ukurannya bervariasi dimana pada sapi bunting panjangnya 18 cm, berdiameter 8 cm. Pada sapi tidak bunting panjang 12 cm dan diameter 9 cm, sedangkan pada kerbau yang bunting panjangnya mencapai 24 cm dan diameternya 14 cm. Hal ini sesuai dengan pendapat Aswin (2009), vagina berbentuk tubulus sepanjang 15-20cm, dengan diameter 10-12 cm apabila diregang. Vagina sapi lebih panjang daripada kuda, juga dindingnya lebih tebal. Panjangnya 20-35 cm.
Vagina merupakan perpanjangan dari cerviks yang berdinding tipis. Vagina berfungsi sebagai organ kopulasi yang menerima penis saat terjadi kopulasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury (1985), vagina merupakan perpanjangan dari cervix sampai ketempat sambungan uretra dengan saluran alat kelamin adalah bagian yang berdinding tipis. Vagina merupakan bagian dari organ repoduksi merupakan organ kopulasi pertemuan antara organ reproduksi jantan dan betina.
Organ Kelamin Luar Vulva
Berdasarkan praktikum yang dilaksanakan, diperoleh bahwa vulva merupakan alat kelamin betina bagian luar yang berada tepat dibawah anus, yang berfungsi sebagai bagian untuk mendeteksi birahi, tempat masuknya penis serta jalan keluarnya foetus. Vulva memiliki bibir yang disebut labia mayor dan minor. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury (1985), bahwa Vulva merupakan alat
17
kelamin betina bagian luar. Lubang luar alat reproduksi sapi betina berada tepat dibawah anus. Panjang 12 cm dan mempunyai sudut lebar berbentuk bulat disebelah dorsal dan sudut sempit di sebelah ventral. Pada perkawinan secara alamiah penis masuk ke dalam alat reproduksi betina melewati vulva, dan pada waktu melahirkan anak sapi melewatinya.
Clitoris
Dari praktikum yang dilakukan, maka dapat diketahui bahwa clitoris juga bagian organ kelamin luar pada betina yang masih menjadi bagian dari vulva yang mirip dengan penis pada jantan. Dimana letaknya tersembunyi di dalam jaringan vulva dan arcus ischiadicum. Hal ini sesuai dengan pendapat Saliasbury (1985), bahwa tepat disebelah dalam di tempat pertemuan bawah bibir vulva terdapat tenunan erectile yang disebut clitoris. Hanya bagian ujung clitoris yang tampak, tetapi kira-kira keseluruhan panjang clitoris kira-kira 10 cm. Clitoris mempunyai persamaan dengan penis hewan jantan.
18
BAB V Penutup
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Organ kelamin betina terbagi atas 3 yaitu organ kelamin primer (ovarium), organ kelamin sekunder oviduct atau tuba fallopi, uterus, cerviks dan vagina dan organ kelamin luar (vulva dan chlitoris).
Ovarium berbentuk oval berwarna orange, ovarium kiri pada sapi tidak bunting panjangnya 2,1 cm dengan diameter 2,7, yang berfungsi untuk menghasilkan ovum dan hormone.
Fungsi oviduct adalah sebagai tempat fertilisasi tepatnya pada ampula.
Uterus terbagi 2 yaitu cornua uteri dan corpus uteri. Pada cornua uteri kiri berbentuk tanduk silinder berwarna putih pucat begitu pula pada cornua uteri kanan, panjang cornua uteri kiri 27 cm dengan diameternya 7,6 cm sedangkan panjang cornua uteri kanan 20 cm dengan diameter 4,6 cm. Panjang corpus uteri 19,5 cm dengan diameter 11,5 cm dan berbentuk bulat menyerupai segitiga, berfungsi menerima ovum yang telah dibuahi dan berkembang menjadi embrio.
Cerviks berbentuk tabung berwarna merah pucat dengan panjang 5,6 cm dengan diameter 3,2 cm seperti cincin, yang berfungsi sebagai pelindung uterus.
Vagina berbentuk silinder berwarna merah pucat dan panjangnya 15,1 cm dengan diameter 4,1 cm, yang berfungsi sebagai organ kopulasi dan tempat keluarnya anak dan masuknya spermatozoa.
Vulva dan chlitoris berfungsi pada saat terjadi perkawinan alamiah yang masing-masing terletak paling luar dari organ kelamin betina.
.5.2. Saran
19
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka sebaiknya organ yang digunakan cukup satu hewan saja, selain memudahkan dalam laporan, juga memudahkan dalam pencarian literatur atau daftar pustaka dan juga preparat yang digunakan.
20
DAFTAR PUSTAKA
Aswin. 2009. Anatomi Perkembangan Sistem Uropoetika. (http://nemalz88 veterinerblog.blogspot.com/2009/06/i.html., diakses 14 mei 2012).
Brown, Dellman. 1992. Buku Teks Histology Veteriner. UI Press, Jakarta
Frandson. 1986. Anatomi dan Fisiologi Ternak. UGM Press, Yogyakarta.
Marawali, A. 2001. Dasar-Dasar Ilmu reproduksi Ternak. Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Pendidikan Tinggi Badan Kerjasama Pergiruan Tinggi Negeri Indonesia Timur, Kupang.
Nuryadi.
2009.
Dasar-dasar
Reproduksi
Ternak.
(http://changes-
theworld.blogspot.com/2009_05_01_archive.html., diakses 19 Mei 2012).
Partodihardjo, S. 1985. Ilmu Produksi Hewan. Produksi Mutiara, Jakarta.
Rizal M, Herdis, Boediono A., Aku AS, Yulnawati. 2006. Peranan beberapa jenis gula dalam meningkatkan kualitas semen beku domba Garut. Journal Ilmu Ternak dan Veteriner. 11:123-130.
Salisbury. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan. UGM Press, Yogyakarta.
Toelihere, Mozes R. 1979. Fisiologi Reproduksi pada ternak. Angkasa; Bandung
Wieser, F., Cohen M., Gaeddert A., Yu J., Burks-Wicks C., Berga S.L. and Taylor R.N. 2007. Evolution of medical treatment for endometriosis: back to the roots?. Human Reproduction Update-Oxford Journals. 13 (5): 487-499.
21
PENGAMATAN ALAT KELAMIN JANTAN SECARA MAKRO DAN MIKRO
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sistem reproduksi vertebata jantan terdiri atas sepasang testis, saluran reproduksi jantan, kelenjar seks asesoris (pada mamlia) dan organ kopulatoris (pada hewan-hewan dengan fertilisasi internal). Sistem reproduksi betina terdiri atas sepasang ovarium pada beberapa hanya satu) dan sdaluran reproduksi betina. Pada mamlia yang dilengkapi organ kelamin luar (vulva) dan kelenjar susu (Tenzer, 2003:19). Pada hewan yang melakukan fertilisasi secara interna organ reproduksinya dilengkapi dengan adanya organ kopulatori, yaitu suatu organ yang berfungsi menyalurkan sperma dari organisme jantan ke betina. Peranan hewan jantan dalam hal reproduksi terutama adalah memproduksi sperma dan sejumlah kecil cairan untuk memungkinkan sel sperma meluncur menuju rahim.
System reproduksi jantan terdiri atas : 1.
Testis
2.
Epididimis
3.
Duktus deferens
4.
Kelenjar aksesori (kelenjar vesikulosa, prostate dan bulbouretralis )
5.
Uretra
6.
Penis
Pada mamalia alat kelamin jantan terdiri atas sepasang testis, saluran deferen, vesikula seminalis, kelenjar prostata, uretra dan penis. Testis berjumlah sepasang, bentuknya bulat telur dan di bungkus oleh skrotum, Skortum berbentuk
22
sebuah kantung yang membungkus testis. Testis tersusun oleh bentukan menyerupai
cacing
yang
disebut
epididimis
yang
merupakan
wadah
sperma. (http://one.indoskripsi.com/content/anatomi-dan-fungsi-reproduksihewan-jantan) System genital pria terdiri atas kelenjar kelamin jantan yang disebut testis, terdapat sepasang menghasilkan sel-sel kelamin jantan atau spermatozoa. Selain itu juga dapat menghasilkan hormon androgen, jadi bersifat sebagai kelenjar endokrin. Sebagai kelenjar endokrin, sel-sel intersitiel yaitu yang disebut sel-sel leydig, menghasilkan testoteron yang selain mempengaruhi prilaku reproduksi, juga menumbuhkan ciri-ciri kelamin sekunder seperti tumbuhnya bulu-bulu pada tempat tertentu, menebalnya pita suara, dan
membesarnya larink atau
jakun, (Suripto,994). Selama perkembangannya testes (tunggal, testis), turun dari rongga tubuh melalui saluran inguinalis kedalam kandung buah pelir (skrotum). Di dalam testes terdapat sejumlah tubula seminiferus yang menghasilkan sperma dan cairan sperma. Sperma tersebut disimpan didalam epididimis yaitu suatu saluran yang panjang dan ramping, (Cartono, 2004). Epididimis ini ke bagian atas (ke bagian rongga tubuh) dihubungkan saluran sperma (vas deferens). Ke dalam saluran sperma ini juga akan masuk saluran dari kandung sperma (vesicular seminalis) yang selanjutnya bersatu dengan saluran ejakulasi. Saluran ini melalui kelenjar prostata akan masuk kedalam uretra bagian atas. Cairan sperma akan ditambah oleh skresi dari kandung sperma, kelenjar prostate dan kelenjar cowper‟s. Uretra merupakan saluran umum untuk cairan sperma dan urin yang memanjang dari kantung air seni, melalui penis menuju ke lubang bagian luar penis. Pada dasarnya alat-alat reproduksi pria terdiri ala-alat kelamin luar dan alatalat kelamin dalam, (Cartono, 2004).
23
Alat kelamin luar, terdiri dari penis dan skrotom. Penis merupakan organ reproduksi pria yang berperan dalam kopulasi. Penis menyampaikan sel sperma ke dalam alat reproduksi wanita, (Cartono, 2004). Penis terdiri atas jaringan elastis berserabut, dan diantaranya terdapat ruang-ruang lembut yang biasanya banyak. Biasanya ruang ini kosong dan penisnya bersifat bunga karang dan kenyal. Di tengah-tengah penis, sejajar dengan panjangnya terdapat pembuluh kecil. Namanya urethra atau pembuluh kencing, dan yang berhubungan dengan kandung kencing. Bagian utama dari penis terdapat atas apa yang dinamakan corpora cavernosa, (MB. Marenda, 1989).
B.
Tujuan
Tujuan dari laporan ini adalah, : Mengidentifikasi bentuk dan susunan alat kelamin jantan secara makroskopis Mengetahui dan mengenal bagian-bagian alat kelamin jantan secara makroskopis Mengidentifikasi bentuk dan susunan alat kelamin jantan secara makroskopis Mengetahui dan mengenal bagian-bagian alat kelamin jantan secara mikroskopis
C.
Manfaat
Manfaat dari laporan ini adalah : Dengan melakukan pengamatan mahasiswa dapat mengidentifikasi bentuk dan susunan alat kelamin jantan secara makroskopis Dengan melakukan pengamatan mahasiswa dapat mengetahui dan mengenal bagian-bagian alat kelamin jantan secara makroskopis Dengan melakukan pengamatan mahasiswa dapat mengidentifikasi bentuk dan susunan alat kelamin jantan secara makroskopis
24
Dengan melakukan pengamatan mahasiswa dapat mengetahui dan mengenal bagian-bagian alat kelamin jantan secara mikroskopis
25
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Alat kelamin atau alat reproduksi pada pria memiliki dua fungsi yaitu untuk menghasilkan sel-sel kelamin dan menyalurkan sel-sel kelamin tersebut ke saluran kelamin wanita. Alat reproduksi pria dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu alat kelamin bagian dalam dan alat kelamin bagian luar. Alat kelamin bagian dalam terdiri atas testis, saluran reproduksi, dan kelenjar-kelenjar kelamin, sedangkan alat kelamin bagian luar hanya terdiri dari satu bagian, yaitu penis. Alat reproduksi hewan jantan terdiri atas sepasang testis, pasanganpasangan kelenjar asesori dan sistem ductus termasuk organ kopulasi. Testis berkembang didekat ginjal yaitu pada daeah krista genitalis primitif. Fungsi testis ada dua macam yaitu menghasilkan hormon sex jantan disebut androgen dan menghasilkan gamet jantan disebut sperma. Scrotum mempunyai fungsi untuk memberikan kepada testis suatu lingkungan yang memeiliki 1-80 F lebih dingin dibandingkan temperatur rongga tubuh.Yang termasuk kelenjar asesori adalah sepasang vesicula seminalis prostat dan sepasang kelenjar bulbourethra atau kelenjar cowper(Partodihardjo,1985).
Organ genitalia hewan jantan terdiri dari atas : 1.
Alat Kelamin Dalam
a.
Testis
Testis atau buah zakar adalah bagian dari organ reproduksi pria, terletak di bawah penis, dalam scrotum (kantung zakar). Pria memiliki sepasang testis yang berbentuk oval berada di kiri dan kanan untuk memproduksi sperma. Sepasang testis ini dibungkus oleh lipatan kulit berbentuk kantung yang disebut kantung zakar (skrotum). Fungsi testis adalah alat untuk menghasilkan sperma dan hormon kelamin jantan yang disebut testoteron. Hormon inilah yang membuat „sifat jantan‟, seperti otot-otot yang menonjol, suara besar, dan sebagainya. Di dalam
26
testis terdapat saluransaluran halus yang disebut tubulus seminiferus yang merupakan tempat pembentukan spermatozoa. Di belakang masing-masing terdapat epididimis. Dari masa puber (akil balig) sampai sepanjang hidupnya pria memproduksi sperma setiap waktu. Pria dapat melepaskan sperma saat ejakulasi atau waktu puncak bersenggama. Testis merupakan tempat pembentukan sel kelamin jantan (spermatozoa) dan hormon kelamin (testosteron). Pada testis terdapat pembuluh-pembuluh halus yang disebut tubulus seminiferus. Pada dinding tubulus seminiferus terdapat caloncalon sperma (spermatogonium yang diploid. Di antara tubulus seminiferus terdapat sel-sel interstisiil yang menghasilkan hormon testosteron dan hormon kelamin jantan lainnya. Selain itu, terdapat pula sel-sel berukuran besar yang berfungsi menyediakan makanan bagi spermatozoa, sel ini disebut sel sertoli.
Sepasang testis berbentuk oval, terletak sebelah ventral dari lobus renis yang paling cranial. Sepasang epididydimis, kecil, terletak pada sisi dorsal testis. Berupa suatu saluran yang dilalui oleh spermatozoa dalam perjalanannya menuju ductus deferens. Sepasang ductus deferens pada hewan muda terlihat lurus pada hewan yang sudah tua kelihatan berkelok-kelok. Berjalan ke caudal menyilangi ureter, kemudian bermuara pada cloaca pada sebelah lateral. Selain itu juga ada mesorchium yang merupakan alat penggantung testis,berjumlah sepasang, merupakan lipatan dari peritoneum.Testis berjumlah sepasang terletak pada bagian atas di abdominal ke arah punggung pada bagian anterior akhir dari ginjal dan berwarna kuning terang. Pada unggas, bagian testis tidak seperti hewan lainnya yang terletak di dalam skrotum. Yang terakhir yaitu epididymis berjumlah sepasang dan terletak pada bagian sebelah dorsal testis yang berfungsi sebagai jalan cairan sperma kearah caudal menuju ductus deferens. Testis terdiri dari kelenjar-kelenjar yang berbentuk tubulus, dibungkus oleh selaput tebal yang disebut tunika albugenia. Pada sudut posterior organ ini terbungkus oleh selaput atau kapsula yang disebut mediastinum testis. Septula testis merupakan selaput tipis yang meluas mengelilingi mediastinum sampai ke tunika albugenia dan membagi testis menjadi 250-270 bagian berbentuk piramid
27
yang disebut lobuli testis. Isi dari lobulus adalah tubulus seminiferus, yang merupakan tabung kecil panjang dan berkelok-kelok memenuhi seluruh kerucut lobulus. Muara tubulus seminiferus terdapat pada ujung medial dari kerucut. Pada ujung apikal dari tiap-tiap lobulus akan terjadi penyempitan lumen dan akan membentuk segmen pendek pertama dari sistem saluran kelamin yang selanjutnya akan masuk ke rete testis (Frandson,1993). Dinding tubulus seminiferus terdiri dari tiga lapisan dari luar ke dalam yaitu tunika propria, lamina basalis dan lapisan epitelium. Tunika propria terdiri atas beberapa lapisan fibroblas, yang berfungsi sebagai alat transportasi sel spermatozoa dari tubulus seminiferus ke epididimis dengan jalan kontraksi. Lapisan epitel pada tubulus seminiferus terdiri dari dua jenis sel yaitu sel-sel penyokong yang disebut sebagai sel sertoli dan sel-sel spermatogonium. Sel-sel spermatogonium merupakan sel benih sejati, karena sel-sel inilah dihasilkan spermatozoa melalui pembelahan sel. Sel-sel spermatogonium tersusun dalam 4-8 lapisan yang menempati ruang antara membrana basalis dan lumen tubulus.
Skrotum disusun oleh otot-otot berikut. a) Otot dartos Otot dartos merupakan otot yang membatasi antara skrotum kanan dan kiri. Otot dartos berfungsi untuk menggerakkah skrotum untuk mengerut dan mengendur. Skrotum memiliki adaptasi terhadap udara yang panas maupun dingin. Pada saat udara panas maka tali yang mengikat skrotum akan mengendur untuk membiarkannya turun lebih jauh dari tubuh. Sebaliknya apabila udara dingin maka tali tersebut akan menarik skrotum mendekati tubuh sehingga akan tetap hangat. Hal ini dilakukan untuk menunjang fungsi dari testis.
b) Otot kremaster Otot kremaster merupakan penerusan otot lurik dinding perut. Otot ini berfungsi untuk mengatur suhu lingkungan testis agar stabil, karena proses spermatogenesis dapat berjalan dengan baik pada suhu stabil, yaitu 3 oC lebih
28
rendah dari suhu di dalam tubuh. Suhu yang tidak sesuai akan menghambat produksi spermatozoa. Gangguan demam dapat mengakibatkan penurunan produksi spermatozoa. Pada pria dianjurkan memakai pakaian yang longgar untuk menunjang kesuburan laki-laki. Struktur dari kantong skrotum yaitu banyak lipatan kulit yang berfungsi untuk memperluas permukaan penguapan. Kulit kantong skrotum memiliki banyak kelenjar keringat,m untuk mendinginkannya dilakukan melalui proses penguapan air keringat. Hormon testosteron ini juga akan menentukan sikap mental seorang lakilaki, serta penampilan kejantanan tubuhnya. Tanpa hormon ini seorang laki-laki akan berkulit lembut, lemah gemulai, seperti ciri-ciri seorang wanita. Pada seorang laki-laki testis dapat mengalami gangguan, antara lain tumor, yaitu pembengkakan yang terjadi pada testis. Pembengkakan dapat juga diakibatkan pengumpulan cairan antara lapisan-lapisan pembungkus atau pembesaran pembuluh darah balik. Gondongan pada orang dewasa dapat pula menyebabkan pembengkakan dan peradangan testis sehingga menimbulkan kemandulan.
b.
Saluran-Saluran Reproduksi
Saluran pengeluaran pada organ reproduksi dalam alat reproduksi pria terdiri atas saluran epididimis, vas deferens, saluran ejakulasi, dan uretra.
a) Saluran epididimis Di tempat ini, sperma mengalami pematangan. Selanjutnya dari sini, sperma bergerak menuju kantung kemih (vesikula seminalis) melalui saluran mani ( vas deferens). Sperma ditampung sementara waktu pada kantung kemih.
b) Vas deferens
29
Vas deferens merupakan sambungan dari epididimis. Saluran ini tidak menempel pada testis dan ujung salurannya terdapat di dalam kelenjar prostat. Fungsi saluran ini adalah sebagai saluran tempat jalannya sperma dari epididimis menuju kantung semen (kantung mani/ vesikula seminalis). Vas deferens menghasilkan sekret dan kelenjar,
Fungsi dari sekret ini antara lain seperti berikut. a. Menyediakan zat gizi yang dibutuhkan oleh spermatozoa, seperti karbohidrat, vitamin, dan asam amino. Karbohidrat yang dibutuhkan dalam bentuk fruktosa. b.
Sekret bersifat basa yaitu memiliki pH 7,2 – 7,4, sehingga dapat menetralkan asam yang terdapat di
liang senggama wanita. Karena
spermatozoa dapat mati jika berada pada pH asam. c. Sekret mengandung lendir pelumas dan zat yang disebut prostaglandin yang dapat merangsang pergerakan dinding rahim Sperma bersama sekret inilah yang disebut dengan air mani atau semen. Di dalam vas deferens, sperma dapat bertahan hidup selama 6 minggu, tetapi apabila berada pada tubuh wanita hanya bertahan selama 1-2 hari.
c) Saluran ejakulasi Saluran ejakulasi merupakan saluran pendek yang menghubungkan kantung semen dengan uretra. Saluran ini berfungsi untuk mengeluarkan sperma agar masuk ke dalam uretra.
d) Uretra Uretra adalah saluran yang menghubungkan kantung kemih ke lingkungan luar tubuh. Uretra berfungsi sebagai saluran pembuangan baik pada sistem kemih atau ekskresi maupun pada sistem seksual. Pada pria, uretra berfungsi juga dalam sistem reproduksi sebagai saluran pengeluaran air mani. Pada pria, panjang uretra sekitar 20 cm dan berakhir pada akhir penis.
30
Uretra pada pria dibagi menjadi empat bagian, dinamakan sesuai dengan letaknya, yaitu: • Pars praprostatica, terletak sebelum kelenjar prostat. • Pars prostatica, terletak di prostat. Pada bagian uretra ini terdapat pembukaan kecil, di mana terletak muara vas deferens. • Pars membranosa, panjang sekitar 1,5 cm dan di bagian lateral terdapat kelenjar bulbo uretralis. • Pars spongiosa/ cavernosa, panjang sekitar 15 cm dan melintas di corpus spongiosum penis.
c.
Kelenjar-Kelenjar Asesories Saluran kelamin dilengkapi dengan tiga kelenjar asesoris yang dapat
mengeluarkan getah atau semen. Kelenjar-kelenjar ini, antara lain vesikula seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar bulbouretral (Cowper).
a) Vesikula seminalis Vesikula seminalis terletak di belakang kantung kemih disebut juga kantung semen. Dinding vesikula menghasilkan zat makanan yang merupakan sumber makanan bagi sperma. Vesikula seminalis berjumlah sepasang dan terletak di atas dan bawah kandung kemih. Vesikula seminalis menghasilkan 60% dari volume total semen. Cairan dari vesikula seminalis berwarna jernih, kental mengandung lendir, asam amino, dan fruktosa. Cairan ini berfungsi memberi makan sperma. Selain itu, vesikula seminalis juga mengekskresikan prostaglandin yang berfungsi membuat otot uterin berkontraksi untuk mendorong sperma mencapai uterus.
b) Kelenjar prostat Kelenjar prostat terletak di bawah kantung kemih dan merupakan pertemuan antara uretra dengan vas deferens. Kelenjar prostat berukuran lebih besar dibandingkan dua kelenjar lainnya. Cairan yang dihasilkan encer seperti susu dan bersifat alkalis sehingga dapat menyeimbangkan keasaman residu urin di uretra
31
dan keasaman vagina. Cairan ini langsung bermuara ke uretra lewat beberapa saluran kecil.
c) Kelenjar bulbouretral atau kelenjar Cowper. Kelenjar ini kecil, berjumlah sepasang, dan terletak di sepanjang uretra. Cairan kelenjar ini kental dan disekresikan sebelum penis mengeluarkan sperma dan semen. Kelenjar Cowper terletak di belakang kelenjar prostat dan langsung menuju uretra. Kelenjar prostat dan kelenjar Cowper berfungsi untuk menghasilkan sekret (hasil produksi kelenjar) untuk memberi nutrisi dan mempermudah gerakan spermatozoa.
2.
Alat Kelamin Luar
Alat kelamin luar jantan yaitu berupa penis dan skrotum. Penis adalah organ
yang
berperan
untuk
kopulasi
(persetubuhan).
Kopulasi
adalah
penyimpanan sperma dari alat kelamin jantan (pria) ke dalam alat kelamin betina (wanita). Penis pada pria dapat mengalami ereksi. Ereksi adalah penegangan dan pengembangan penis karena terisinya saluran penis oleh darah. Skrotum pada pria di kenal dengan buah zakar. Di dalam buah zakar ini terdapat testis.
1)
Penis
Penis (dari bahasa Latin yang artinya “ekor”, akar katanya sama dengan phallus, yang berarti sama) adalah alat kelaminjantan. Penis merupakan organ eksternal, karena berada di luar ruang tubuh. Pada manusia, penis terdiri atas tiga bangunan silinder berisi jaringan spons. Dua rongga yang terletak di bagian atas berupa jaringan spons korpus kavernosa. Satu rongga lagi berada di bagian bawah yang berupa jaringan spons korpus spongiosum yang membungkus uretra. Ujung penis disebut dengan glan penis.
32
Uretra pada penis dikelilingi oleh jaringan erektil yang rongga-rongganya banyak mengandung pembuluh darah dan ujung-ujung saraf perasa. Bila ada suatu rangsangan, rongga tersebut akan terisi penuh oleh darah sehingga penis menjadi tegang dan mengembang (ereksi).
Fungsi penis secara biologi adalah sebagai alat pembuangan sisa metabolisme berwujud cairan (urinasi) dan sebagai alat bantu reproduksi. Penis sejati dimiliki oleh mamalia. Reptilia tidak memiliki penis sejati karena hanya berupa tonjolan kecil serta tidak tampak dari luar, sehingga disebut sebagai hemipenis (setengah penis).
2) Scrotum (kantung zakar) Skrotum adalah kantung (terdiri dari kulit dan otot) yang membungkus testis atau buah zakar. Skrotum terletak di antara penis dan anus serta di depan perineum. Pada wanita, bagian ini serupa dengan labia mayora. Skrotum berjumlah sepasang, yaitu skrotum kanan dan skrotum kiri. Scrotum merupakan kantung yang di dalamnya berisi testis. Scrotum berjumlah sepasang, yaitu scrotum kanan dan scrotum kiri. Di antara scrotum kanan dan scrotum kiri dibatasi oleh sekat yang berupa jaringan ikat dan otot polos. Skrotum disusun oleh otot-otot berikut.
a) Otot dartos Otot dartos merupakan otot yang membatasi antara skrotum kanan dan kiri. Otot dartos berfungsi untuk menggerakkah skrotum untuk mengerut dan mengendur. Skrotum memiliki adaptasi terhadap udara yang panas maupun dingin. Pada saat udara panas maka tali yang mengikat skrotum akan mengendur untuk membiarkannya turun lebih jauh dari tubuh. Sebaliknya apabila udara dingin maka tali tersebut akan menarik skrotum mendekati tubuh sehingga akan tetap hangat. Hal ini dilakukan untuk menunjang fungsi dari testis. b) Otot kremaster
33
Otot kremaster merupakan penerusan otot lurik dinding perut. Otot ini berfungsi untuk mengatur suhu lingkungan testis agar stabil, karena proses spermatogenesis dapat berjalan dengan baik pada suhu stabil, yaitu 3 oC lebih rendah dari suhu di dalam tubuh. Suhu yang tidak sesuai akan menghambat produksi spermatozoa. Gangguan demam dapat mengakibatkan penurunan produksi spermatozoa. Pada pria dianjurkan memakai pakaian yang longgar untuk menunjang kesuburan laki-laki. Struktur dari kantong skrotum yaitu banyak lipatan kulit yang berfungsi untuk memperluas permukaan penguapan. Kulit kantong skrotum memiliki banyak kelenjar keringat,m untuk mendinginkannya dilakukan melalui proses penguapan air keringat.
Produksi dan transpor sperma adalah sebagai berikut. 1. Saluran seminiferus merupakan sebagian besar jaringan pada testis. Ada sekitar 100 saluran. 2. Epitel pada dinding saluran seminiferus terdiri atas satu lapis sel epitel lembaga dan sekitar enam lapisan sel yang berkembang dari sel tersebut dalam pembentukan sperma. 3. Sel-sel leydig di sekeliling tubulus seminiferus, disebut juga sel-sel interstitial yang menghasilkan testosteron, suatu hormon laki-laki. 4.
Di antara sel-sel yang sedang membelah terdapat sel sertoli sebagai sel pemberi nutrisi pada sperma.
Sperma matang dari tubulus seminiferus langsung masuk ke saluran epididimis. Saluran epididimis mencapai panjang 6 meter. Epididimis melekat di bagian luar testis. Di dalam epididimis sperma disimpan sementara sebelum disalurkan ke vas deferens. Di saluran epididimis sperma diberi zat-zat sumber makanan. Dari epididimis, sperma bergerak ke vas deferens yang letaknya di ronga perut. Vas deferens menerima sekret berupa cairan nutrisi dari vesicula seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar cowpery. Cairan nutrisi merupakan cairan yang terbanyak disekresi dari kelenjar prostat. Cairan yang berisi nutrisi dan zat penguat daya tahan sperma bersama sperma disebut semen (mani). Mani berupa
34
cairan yang berfungsi pula sebagai medium renang bagi sperma, mulai dari vas deferens ke saluran ejakulatori di dalam penis, sampai ke dalam vagina (apabila terjadi kopulasi). Vas deferens bergabung dengan saluran kencing (uretra) yang berasal dari kantung kencing, kemudian menjadi satu dalam penis.
Fungsi utama skrotum adalah untuk memberikan kepada testis suatu lingkungan yang memiliki suhu 1-8oC lebih dingin dibandingkan temperature rongga tubuh. Fungsi ini dapat terlaksana disebabkan adanya pengaturan oleh sistem otot rangkap yang menarik testis mendekati dinding tubuh untuk memanasi testis atau membiarkan testis menjauhi dinding tubuh agar lebih dingin. Pada manusia, suhu testis sekitar 34°C. Pengaturan suhu dilakukan dengan mengeratkan atau melonggarkan skrotum, sehingga testis dapat bergerak mendekat atau menjauhi tubuh. Testis akan diangkat mendekati tubuh pada suhu dingin dan bergerak menjauh pada suhu panas.
35
BAB III METODE PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
I. Secara Makroskopis
Alat :
1. Bak aluminium 2. Pinset dan scalpel
Bahan :
1. Air 2. Alat atau organ kelamin jantan sapi dan kambing.
II. Secara Mikroskopis
Alat
: Mikroskop
Bahan
: Sediaan awetan Tubulus Seminiferus dan Duktus
Epididimis.
B. Cara Kerja
I. 1.
Secara Makroskopis Preparat at alat kelamin yang akan diperiksa di keluarkan dari dalam toples yang berformalin.Kemudian dibersihkan dengan air mengalir agar baunya tidak menyengat.
2.
Preparat alat kelamin jantan diletakkan di bak aluminium.
3.
Amati bagian-bagian dari alat kelamin betina tersebut. II. Secara Mikroskopis Amati dengan menggunakan mikroskop
36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil
I. Praktikum Makroskopis PENGAMATAN PADA GAMBAR
Alat Kelamin Jantan Utuh Radix Penis "Akar (menempel pada didnding perut)"
Corpus Penis
37
"Badan (merupakan bagian tengah dari penis)"
Glans penis "(ujung penis yang berbentuk seperti kerucut)"
38
Testes "Berlokasi di dekat ginjal turun melalui canalis inguanalis masuk ke dalam skrotum"
Testes terbagi tiga,: Caput Testis
39
Corpus Testis
40
Apabila Testis di belah Dan dilihat isi dalamnya
Penis "Sebagai alat kopulasi"
41
Preputium "Pembungkus penis"
Scrotum "Kantong pembungkus testes"
42
Terlihat testes di dalam scrotum
II. Praktikum Mikroskopis PENGAMATAN PADA HASIL Testis
43
Tubulus Seminiferus
Duktus Epididimis
44
B. Pembahasan
Pembahasan pada praktikum kali ini adalah pembahasan tentang Sistem Reproduksi Jantan, Sistem reproduksi jantan yang meliputi bagian eksternal dan bagian internal system reproduksi jantan. Adapun pembahasannya adalah sebagai berikut. Alat-alat reproduksi adalah alat-alat yang mendukung reproduksi seksual pada hewan mamalia. Selain itu, tubuh mamalia pun telah dilengkapi dengan alatalat tubuh lainnya. Organ genital pada suatu individu merupakan kelengkapan alat reproduksi yang berfungsi untuk berkembang biak dan memperoleh keturunan. Organ kelamin jantan dan organ kelamin betina berbeda sesuai dengan fungsinya masing-masing, (Cartono, 2004). Pada dasarnya alat-alat reproduksi laki-laki terdiri dari alat kelamin luar dan alat kelamin dalam. Pada hewan yang melakukan fertilisasi secara interna organ reproduksinya dilengkapi dengan adanya organ kopulatori, yaitu suatu organ yang berfungsi menyalurkan sperma dari organisme jantan ke betina. Peranan hewan jantan dalam hal reproduksi terutama adalah memproduksi sperma dan sejumlah kecil cairan untuk memungkinkan sel sperma meluncur menuju rahim. Sistem reproduksi jantan terdiri atas : 1. Testis 2. Ductus defferen 3. Ductus epididimis 4. Kelenjar Aksesori 1. Vesikula Seminalis 2. Prostata 3. Bulbourethralis 5. Uretra 6. Penis 7. Preputium
45
Alat Reproduksi jantan terdiri dari sebagai berikut :
1. Testis Testis merupakan gonad hewan yang dapat memproduksi sperma dan hormone reproduksi (testosterone). Testis berada didalam skrotum dan digantung oleh spermatic cord. Testis sebelah kiri cenderung lebih rendah. Permukaan testis dilapisi oleh lapisan visceral tunika vaginalis kecuali bagian testis yang menempel dengan epididimis dan spermatic cord. Testis mempunyai lapisan luar berupa fibrosa yang kuat yang disebut tunika albuginea. Tunika albuginea akan menebal membentuk mediastinum testis dan akan memanjang membentuk septa. Septa membatasi lobula yang berada didalam testis.
Testis dibagi menjadi 200-300 lobula, yang masing-masing lobula tersebut berisi 1-3 tubulus seminiferus. Bagian posterior tubula terhubung dengan plexus yang masuk ke dalam rete testis yang kemudian akan penetrasi kedalam tunika albuginea di bagian atas testis. Setelah itu menuju bagian head epididimis yang dibentuk oleh duktus eferen. Duktus eferen berfungsi untuk membentuk satu tuba yang akan membentuk body dan tail epididimis.
Testis terdiri dari beberapa jaringan yaitu tubulus seminiferus, sel stroma, dan sel interstitial. Tubulus seminiferus yaitu epitel yang terdiri dari dua macam sel yang bebrbeda yaitu sel sertoli dan sel germinatif. Selsertoli adalah yang mempunyai bentuk panjang dan kadang-kadang seperti pyramid. Sel ini terletak dekat atau di antara sel-sel germinatif. Sel ini bersifat fagosit karena mereka memakan sel-sel mani yang telah mati atau yang telah mengalami degenerasi. Sel germinatif adalah yang akan mengalami perubahan-perubahan selama proses spermatogenesis, sebelum mereka siap untk mengadakan fertilisasi. Tingkat perkembangannya adalah sebagai berikut; spermatogonia (sel paling muda) akan mengalami pembagian mitosis beberapa kali menjadi spermatosit primer. Spermatosit primer membagi diri menjadi spermatosit sekunder. Tiap sel spermatosit sekunder akan membagi lagi dirinya menjadi spermatid, pada saat ini
46
jumlah kromosom akan menjadi setengahnya (haploid). Tiap-tiap sel spermatid akan mendewasakan diri menjadi sel-sel spermatozoa.
2. Ductus defferen Duktus deferens merupakan kelanjutan dari duktus epididimis yang setelah membuat lengkung tajam pada ujung ekor, kemudian berlanjut lurus membentuk ductus deferens dengan ciri histologinya. Bagian awal duktus deferens terdapat dalam funiculus spermatikus. Mempunyai dinding otot yang tebal dengan lumen yang halus sehingga memberikan struktur yang kuat. Dimulai dari bagian tail of epididimis yang terletak di ujung bawah testis. Merupakan komponen utama spermatic cord. Masuk ke dinding anterior abdomen melalui inguinal canal. Berakhir dengan menyatu dengan duktus vesika seminalis untuk membentuk duktus ejakulatori. Bagian ujung duktus deferens akan membesar yang disebut Ampulla.
Duktus deferens terdiri dari lumen, musculus cirkuler, sel epitel, lamina propia, musculus longitudinal dalam,musculus longitudinal luar, dan tunika serosa. Duktus deferens meninggalkan ekor epididimis bergerak melalui canal inguinal yang merupakan bagian dari korda spermatik dan pada cincin inguinal internal memutar ke belakang.
Terdapat pada beberapa hewan, ada yanghomolog dengan uterus, yaitu uterus masculinus yang merupakan lipatangenital di antara dua duktus deferens. Struktur homolog tersebut mempunyai asal-usul embriologi yang sama.
3. Ductus epididimis Merupakan struktur per[anjangan dari bagian posterior testis. Duktus eferen yang berasal dari testis memindahkan sperma yang baru dibuat menuju epdidimis. Epididimis dibentuk oleh duktus epididimis yang kecil dan melilit secara padat. Saluran tersebut akan menjadi lebih kecil ketika melalui bagian atas
47
epididimis (head of epididimis). Epididimis berfungsi sebagai tempat pematangan, penyimpanan dan sekresi. Epididimis terbagi menjadi 3 bagian yaitu: 4. Head of epididymis : dibentuk oleh lobule yang berisi 12-14 duktus eferen. 5. Body of epididymis 6. Tail of Epididymis : bagian epididimis yang akan menu vas deferens. Ductus epididimis terdirilumen epididimis dan jaringan-jaringan yang mengelilinginya. Kepala epididimis melekat pada bagian ujung dari testis di mana pembuluh-pembuluh darah dan saraf masuk. Badan epididimis sejajar dengan aksis longitudinal dari testis dan ekor epididimis selanjutnya menjadi duktus deferens yang rangkap dan kembali ke daerah kepala, di mana kemudian sampai ke korda spermatic. Fungsi epididimis adalah sebagai transportasi sperma, tempat pematangan/pemasakan
sperma
(mengalami
perubahan
fisiologi
selama
perjalanan), tempat pemadatan sperma (mengalami penyerapan air), tempat penimbunan sperma (ditimbun pada cauda epididimis).
4. Kelenjar aksesoris
Kelenjar aksesoris terbagi tiga, yaitu :
1. Vesikula Seminalis Vesika seminalis mempunyai struktur memanjang yang berada diantara bagian fundus bladder dan rectum. Vesika seminalis berada di atas kelenjar prostat dan tidak menyimpan sperma. Ia hanya mensekresikan cairan kental yang bersifat alkali, kelenjar tersebut juga mengandung fruktosa (sebagai sumber energy untuk sperma) yang akan dicampurkan dengan sperma ketika melewati duktus ejakulatori dan uretra.
2. Prostata
48
Kelenjar prostat mempunyai panajng 3 cm dan lebar 4 cm, ia merupakan kelenjar aksesori terbesar. Kelenjar prostat mempunyai kapsul yang padat dan berisi banyak saraf dan pembuluh darah. Lobus prostat dibagi menjadi 3 bagian; - Isthmus berada di bagian anterior uretra. - Lobus kanan dan kiri dipisahkan oleh istmus pada bagian anterior. Lobus kanan dan kiri ini dibagi menjadi empat : 1. Inferoposterior :merupakan bagian yang teraba saat rectal examination (inferior-ejaculatory duct, posterior-uretra) 2. Inferolateral : bagian utama dari lobus kiri (lateral-uretra) 3. Superomedial : mengelilingi duktus ejakulatori 4. Anteromedial : lateral terhadap proximal prostatic uretra Saluran prostat mengeluarkan cairan berwarna putih seperti susu dan merupakan 20% dari
keseluruhan cairan semen. Kelenjar prostat berperan dalam aktivasi
sperma. 3. Bulbourethralis Berada proximal terhadap intermediate uretra dan mensekresi cairan yang bersifat alkali atau basa dan mukus sebagai lubrikasi uretra.
5. Uretra Uretra hewan jantan dibagi dalam segmen prostat, membranosa, dan spingiosa. Segmen prostat menjulur dari kandung kemih ke pinggir caudal kelenjar prostat. Segmen membranosa berawal dari daerah tersebut dan berakhir di uretra yang memasuki bulbus penis, dari permukaan di mana segmen spongiosa berlanjut ke gerbang luar uretra
6. Penis Penis adalah alat kopulasi yang terbentuk oleh jaringan erektil, yang disebut corpus covernous. Penis berbentuk silindris yang terdapat didalam praeputium. Penis terdiri atas 3 bagian yaitu radix penis, corpus penis dan gland penis.
7. Preputium
49
Preputium adalah lipatan kulit di sekitar ujung bebas penis. Permukaan luar merupakan kulit yang agak khas, sementara lapisan dalam menyerupai membrane mucosa yang terdiri dari lapisan preputial dan lapisan penil yang menutup permukaan ekskremitas bebas dari penis. Fungsi dari preputium adalah untuk melindungi penis dari pengaruh luar dan kekeringan. Fornix praeputii adalah daerah dimana praeputii bertaut dengan penis tepat caudal dari glans penis.
50
BAB V PENUTUP
Dari percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa alat kelamin jantan terdiri dari : 1.Testis Testis atau buah zakar adalah bagian dari organ reproduksi pria, terletak di bawah penis, dalam scrotum (kantung zakar). Pria memiliki sepasang testis yang berbentuk oval berada di kiri dan kanan untuk memproduksi sperma 2.
Ductus defferen
3.
Ductus epididimis
4.
Kelenjar Aksesori
1.
Vesikula Seminalis Dinding vesikula menghasilkan zat makanan yang merupakan sumber
makanan bagi sperma. Vesikula seminalis berjumlah sepasang dan terletak di atas dan bawah kandung kemih. 2. Prostata Cairan yang dihasilkan encer seperti susu dan bersifat alkalis sehingga dapat menyeimbangkan keasaman residu urin di uretra dan keasaman vagina. Cairan ini langsung bermuara ke uretra lewat beberapa saluran kecil. 3. Bulbourethralis Cairan kelenjar ini kental dan disekresikan sebelum penis mengeluarkan sperma dan semen. Kelenjar Cowper terletak di belakang kelenjar prostat dan langsung menuju uretra. 4.
Uretra Uretra adalah saluran yang menghubungkan kantung kemih ke lingkungan
luar tubuh. Uretra berfungsi sebagai saluran pembuangan baik pada sistem kemih atau ekskresi maupun pada sistem seksual. 5.
Penis Penis merupakan organ eksternal, karena berada di luar ruang tubuh
6.
Preputium
51
DAFTAR PUSTAKA
Referensi dari buku : Cartono, 2005. Biologi Umum. Bandung: Prisma Press Frandson, R.D. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press Tenzer, Amy. 2003. Petunjuk Praktikum Struktur Hewan II. Malang: Jurusan Biologi UM
Referensi dari Internet Anonimus. 2012. Testis. (online) http://id.wikipedia.org/wiki/Testis. diakses Minggu, 24 Maret
2013 Jam 13.47
Anonimus.
2009.
Alat
Reproduksi.
(online) http://intanriani.files.wordpress.com/2009/03 /untitled15.jpg?w=570diakses Minggu, 24 Maret 2013 Jam 17.45
Anonimus.
2008.
Sistem
Reproduksi
(online), http://gurungeblog.wordpress.com
Pada
/2008/10/31/sistem-
reproduksi-pada- manusia-pria/ diakses Minggu, 24 Maret 2013 Jam Anonimus.
2008.
Alat
(online) http://www.sridianti.com/biologi/alat25 Maret
Manusia.
Reproduksi
19.45 Pria.
reproduksi-pria/ diakses Senin,
2013 Jam 20.45
52
PENGAMATAN FOETUS
BAB I
PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Foetus (janin) berkembang setelah fase embrio dan sebelum kelahiran. Foetus dapat diartikan "bibit muda, kandungan". Foetus sapi berada pada salah satu kornua, sedangkan kornua yang lain tetap kecil. Terdapat dua cara untuk mengukur panjang foetus, yaitu :
Curved Crown Rump
Pengukuran dengan cara mengukur panjang saluran tubuh foetus dimulai dari pangkal ekor membentuk garis curva sampai “forehead”. Cara ini tidak lazim dipakai.
Straight Crown Rump
Pengukuran dengan cara mengukur panjang tubuh foetus mulai dari pangkal ekor membentuk garis lurus sampai “forehead”. Cara inilah yang sering digunakan. 1.2
Tujuan Praktikum Embriologi tentang pengukuran foetus ini bertujuan untuk
mengukur foetus dengan dua cara dan untuk menentukan umur foetus tersebut. 1.3
Manfaat Dengan dilakukannya praktikum Embriologi tentang pengukuran Foetus
ini, di harapkan Mahasiswa mengetahui rasio ukuran foetus, umur foetus dan berat foetus berdasarkan usia kebuntingan.
53
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Foetus kontak secara langsung dengan darah maternal selama kebuntingan. Foetus mempunyai antigen asing yang berasal dari paternal, tetapi foetus tidak ditolak oleh respons imun maternal. Hubungan antara maternal dengan foetus memerlukan kerja imunomodulator yang khusus, karena fetus harus dilindungi dari penolakan respon imun maternal. Sementara, pada saat bersamaan system imun maternal hrus melindungi dari serangan agen infeksi baik untuk melindungi dari serangan agen infeksi baik untuk melindungi maternal maupun foetus (Arvola.2001) Semakin meningkatnya ukuran embrio maka proses pemberian makanan zigot menjadi tidak mencukupi untuk mempertahankan hidup dan meneruskan pertumbuhannya.
Membran
ekstra
embrional
atau
plasenta
selanjutnya
berkembang sebagai sarana untuk mencukupi kebutuhan nutrisis embrio selanjutnya yang lebih banyak (Frandson, 1991). Plasenta adalah suatu sistem yang terdiri dari dua komponen, yaitu selaput ekstra embrionik dan selaput lender rahim yang berintegrasi menjadi satu kesatuan untuk keperluan pertukaran timbal balik faal antara induk dan fetus serta dapat menghasilkan hormon. Plasenta induk adalah indometrium rahim dan plasenta fetus adalah chorio-allantois (Poernomo dkk., 2004). Pengaliran bahan-bahan metabolic dari induk ke fetus melewati membran plasenta melalui beberapa mekanisme. Dahulu diperkirakan pemindahan ini berlangsung
secara
difusi
sederhana,
molekul
berpindah
dari
daerah
berkonsentrasi tinggi ke daerah berkonsentrasi rendah. Kini disinyalir hampir semua molekul fisiologik penting dipindahkan melalui mekanisme transport aktif, molekul-molekul dipompakan dengan konsentrasi tinggi sehingga memungkinkan embrio untuk menumpuk zat-zat makanan yang berasal dari darah induk. (Samik, A. 1989).
54
Deteksi antigen khusus kebuntingan, mendeteksi adanya antigen khusus kebuntingan dalam plasma darah induk dapat dilakukan dengan reaksi hemaglutinasi (Hunter, 1995).
55
BAB III METODE PRAKTIKUM 3.1
3.2
Alat dan Bahan 1.
Tali pengukur 1 buah.
2.
Penggaris 1 buah.
3.
Bak aluminium 1 buah.
4.
Pinset 1 buah.
5.
Foetus sapi atau kambing yang telah diawetkan.
Cara Kerja. 1.
Foetus yang telah disediakan dikeluarkan dari dalam stoples dan diletakkan di atas baki alumunium
2.
Dilakukan pengukuran dengan cara CC-R dan SC-R
3.
Pengukuran CC-R dilakukan dengan cara mengukur panjang saluran tubuh foetus dimulai dari pangkal ekor berbentuk kurva sampai forehead
4.
Pengukuran SC-R dilakukan dengan cara mengukur panjang tubuh foetus mulai dari pangkal ekor berbentuk garis lurus sampai forehead. Cara ini yang sering digunakan
5.
Catat hasil pengukuran
56
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Dari hasil pengukuran foetus sapi maka diperoleh hasil sebagai berikut : 1.
dengan cara CC-R panjang foetus yang diperoleh adalah 26,5cm
2.
dengan cara SC-R panjang foetus yang diperoleh adalah 21,5cm
Tabel Hasil Pengukuran
Panjang Metode
Ratio
Panjang
Ratio
BB
Umur
(gr)
Kepala (cm)
Tubuh (cm)
Kaki
Kaki
Depan
Belakang
CC-R
5 bulan
1500
14
24
1:1,71
18,5
25
1:1.35
SC-R
5 bulan
1500
13,5
21
1:1.55
14,5
15,5
1:1
4.2
Pembahasan
Dari hasil pengamatan didapatkan panjang foetus 26,5 cm dengan tekhnik CC-R dan 21,5 cm dengan tekhnik SC-R. Panjang yang diperoleh ini dapat menunjukkan berat dan umur dari foetus tersebut, sebagai berikut :
UMUR
PANJANG
BERAT
(bulan)
(cm)
(g)
1
0,8-1
0,3-0,5
2
6-8
10-30
3
13-17
200-400
4
27-32
1000-2000
SIFAT FETAI/PLASENTA
Pucuk kepala dan kaki jelas, plasenta belum bertaut Pucuk teracak, skrotum kecil, plasenta terpaut Rambut pada vivir, dagu, dan kelopak mata, skrotum pada jantan Teracak, berkembang warna kuning, ada
57
legok bakal tanduk 5
30-45
6
40-60
7
55-25
8
75-85
9
20-100
3000-4000
Rambut pada alis, bibir, testes dalam skrotum, puting susu
5000-
Rambut dibagian dalam telinga, sekeliling
10000
legok tanduk, ujung ekor, dan moncong
800018000 15000-
Rambut pada meta tarsal, meta carpal phalanx dan punggung, rambut panjang pada ekor Rambut pendek, halus diseluruh tubuh
25000 20000-
Rambut panjang sempurna diseluruh
50000
tubuh, gigi seri normal, foetus besar
Semakin bertambahnya usia kehamilan, makin bertambah pula berat foetus. Peningkatan yang drastis terjadi pada masa kehamilan 8-9 bulan. Pertumbuhan pada masa prenatal dipengaruhi oleh faktor-faktor, yaitu : hereditas, ukuran, induk, nutrisi, lama kebuntingan, dan jumlah anak per “litter.”
Posisi foetus dalam kornua uteri juga dipengaruhi oleh komposisi antar sesama litter, perkembangan embrio dan endometrium sebelum implantasi, ukuran plasenta, dan suhu udara luar. Ukuran foetus secara genetik dipengaruhi oleh komponen gen itu sendiri, komponen gen induk, dan komposisi intra uteri dengan foetus lain. Kontribusi genetik material dalam variabilitas ukuran foetus jauh lebih besar daripada kontribusi prenatal. Pada kenyataannya telah diperkirakan bahwa 50%-75% variabilitasnya dalam berat lahir ditentukan oleh faktor-faktor maternal.
58
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Foetus yang digunakan dalam praktikum, jika dilihat dari panjangnya (disesuaikan dengan tabel), maka foetus sapi tersebut berumur bulan dan beratnya kontribusi maternal dalam variabilitas ukuran foetus jauh lebih besar daripada kontribusi paternal 1.
posisi foetus dalam cornua uteri dipengaruhi oleh komposisi antara sesama litter, perkembangan embrio dan endometrium sebelum implantasi, ukuran plasenta, dan suhu udara luar.
59
DAFTAR PUSTAKA Arvora M. 2001. Immunological Aspects of Maternal Foetal Interaction in Mice. Dissertations, Fakulty of Science and Tecnology. Acta Universitatis Upsaliensis. Uppsala. Frandson, R.D. 1991. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi Keempat. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Garbayo, J.M., B. Remy, J.L Alabart., J.Folch, R. Wattiez, P. Falmange, and J.F Beckers. 1998. Isolation and Partial Characterization of Pregnancy Associated Glycoprotein Family From The Goat Placenta. Biol. Reprod. 58: 109-115. Green, J.A., S. Xie, X. Quan, B. Bao, X. Gan, N. Mathialagan, J.F Beckers, and R.M Robert. 2000. Pregnancy Associated Glycoproteins Exhibit Spatially and Temphoraly Distinct Expressions Pattern During Pregnancy. Biol Reprod. 62 : 1624-1631. Hunter, R.H.F. 1995. Fisiologi dan Teknologi Reproduksi Hewan Betina Domestik. Penerbit ITB. Bandung. 13-26, 41-45, 74-104.
60
PENGAMATAN EMBRIO AYAM BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Makhluk hidup mulai dari tingkat uniseluler sampai tingkat multiseluler memiliki kemampuan untuk mempertahankan jenisnya .Hal itu dimaksudkan agar tetap dapat mempertahankan kelangsungan spesiesnya di muka bumi.Proses mempertahankan jenis itu dapat di kategorikan ke dalam proses reproduksi atau perkembangbiakan . Salah satu peristiwa yang terjadi dalam reproduksi adalah rangkaian tahapan perkembangan janin atau embrio yang terdiri dari tahapan morula,blastula,grastula,neurula dan organogenesis.Melalui kegiatan praktikum, praktikan dapat memahami hal-hal yang menyangkut perkembangan embrio.Dalam praktikum ,praktikan dapat mengamati secara langsung semua proses perkembangan embrio khususnya embrio ayam selama masa inkubasi 24,48,dan 72 jam. Dengan demikian , kita tidak hanya mengetahui proses perkembangan embrio ayam melalui teori saja , tetapi juga melalui kegiatan praktikum.
1.2 Tujuan Praktikum Untuk mengetahui tahap-tahap perkembangan embrio ayam bedasarkan umur inkubasi (pengeraman) dan dapat menjelaskan bagian-bagian embrio pada setiap tahap perkembangannya.
1.3 Manfaat Praktikum Praktikan dapat mengetahui tahap pembentukan organ pada berbagai umur embrio ayam.
61
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Masa pengeraman selama 21 hari merupakan masa yang sangat kritis untuk menentukan kelahiran seekor anak ayam. Embrio di dalam telur ini tumbuhsecara luar biasa setiap harinya sampai akhirnya menetas menjadi anak ayam. ( aninomus.2010) Dalam perkembangannya, embrio dibantu kantung oleh kuning telur, amnion, dan alantois. Kantung kuning yang telur dindingnya dapat menghasilkan enzim. Enzim ini mengubah isi kuning telur sehingga mudah diserap embrio. Amnion berfungsi sebagai bantal, sedangkan alantois berfungsi pembawa sebagai ke oksigen embrio,menyerap zat asam dari embrio, mengambil yang sisa-sisa pencernaan yang terdapat dalam ginjal dan menyimpannya dalam alantois, serta membantu alantois, serta membantu mencerna albumen. (Gunawan, dr.Kosasih: 1981) Telur mempunyai 3 bagian utama, yaitu cangkang telur (terbuat dari kalsium karbonat) yang berfungsi sebagai pelindung telur bagian dalam dari gangguan benda asing atau mikroorganisme lainnya yang mengganggu, albumin mengandung banyak protein yang berfungsi sebagai tempat cadangan makanan dan air bagi embrio nantinya, dan kuning telur (yolk) merupakan zat penting bagi embrio dan juga tempat melekatnya benih embrio ayam. ( Yatim, Wildan : 1984 ) Pada prinsipnya semua jenis telur mempunyai struktur yang sama, Telur terdiri dari enam bagian yaitu: kerabang telur atau kulit luar (shell), selaput kerabang, putih telur (albumin), kuning telur (yolk), tali kuning telur (chalaza) dan sel benih (germ plasm). Masing-masing bagian memiliki fungsi khas. ( Anonimus :2007) Selayaknya foetus, embrio ayam pun berasal dari pembuahan sel telur dan sperma pada unggas. dimana pembuahan yang terjadi di dalam tuba
62
fallopii / oviduct. setelah terjadi pembuahan, setelah itu kuning telur, albumin ditutup dengan cangkang di dalam uterus. dengan berakhirnya pembentukan kerabang telur, proses pembentukan telur yang telah dibuahi pun berakhir dan siap untuk dillontarkan atau dikeluarkan.
63
BAB III ISI
3.1 Hasil
Hari ke 1
64
Hari ke 2
Hari ke 3
Hari ke 4
Hari ke 5
65
Hari ke 6
Hari ke 7
Hari ke 8
66
Hari ke 9
Hari ke 10
Hari ke 11
67
Hari ke 12
Hari ke 13
Hari ke 14
68
Hari ke 15
Hari ke 16
Hari ke 17
69
Hari ke 18
Hari ke 19
Hari ke 20
70
Hari ke 21
3.2
Pembahasan
Hari Ke - 1
16 jam - tanda pertama dari kemiripannya dengan embrio ayam
18 jam - penampilan saluran pencernaan
20 jam - tampilan kolom vertebral
21 jam - awal sistem saraf
22 jam - awal kepala
24 jam - awal mata
Bentuk awal embrio pada hari pertama belum jelas terlihat ,sel benih berkembang menjadi bentuk seperti cincin dengan bagian tepinya gelap, sedangkan bagian tengahnya agak terang. Bagian tengah ini merupakan sel benih betina yang sudah dibuahi yang dinamakan zygot blastoder. setelah lebih kurang 15 menit setelah pembuahan, mulailah terjadi pembiakan sel-sel bagian awal perkembangan embrio. Jadi didalam
tubuh
induk
sudah
terjadi
perkembangan
embrio.
71
Hari Ke – 2
25 jam - awal jantung
35 jam - awal telinga
42 jam - denyut jantung
Bentuk awal embrio hari kedua mulai terlihat jelas. Pada umur ini sudah terlihat primitive streake – suatu bentuk memanjang dari pusat blastoderm – yang kelak akan berkembang menjadi embrio. Pada blastoderm terdapat garis-garis warna merah yang merupakan petunjuk mulainya
sistem
sirkulasi
darah.
Hari Ke - 3
60 jam - awal hidung
62 jam - mulai dari kaki
64 jam - awal sayap
Pada hari ke 3 ini jantung sudah ulai terbentuk dan berdenyut serta bentuk embrio sudah mulai tampak dengan menggunakan alat khusus seperti mikroskop gelembung dapat dilihat gelembung bening , kantung amnion , dan awal perkembangan alantois. Gelembunggelembung bening tersebut nantinya akan menjadi otak. Sementara kantong amnion yang berisi cairan warna putih berfungsi melindungi embrio dari goncangan dan membuat embrio bergerak bebas. Hari Ke – 4 Di hari ke 4 ini mata sudah mulai kelihatan,. Mata tersebut tampak sebagai bintik gelap yang terletak disebelah kanan jantung . selain itu
72
jantung sudah membesar. Dengan menggunakan mikroskop, dapat dilihat otaknya. Otak ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu otak depan, otak
tengah
dan
otak
belakang.
Hari Ke – 5 Pada hari kelima ini, embrionya sudah mulai tampak lebih jelas. Kuncup-kuncup anggota badan sudah mulai terbentuk. Ekor dan kepala embrio sudah berdekatan sehingga tampak seperti huruf C. Dengan menggunakan mikroskop, dapat dilihat bahwa telah terjadi perkembangan alat reproduksi dan sudah terbentuk jenis kelaminnya. Sementara
amnion
dan
alantois
sudah
kelihatan.
Hari Ke – 6 Pada hari keenam ini kuncup-kuncup anggota badan sudah mulai terbentuk. Mata sudah tampak menonjol. Dengan mikroskop dapat dilihat bahwa rongga dada sudah mulai berkembang dan jantung sudah membesar. Selain itu, dapat dilihat otak, amnion dan alantois, kantong kuning
telur,
seta
paruhnya.
Hari Ke – 7 Pada umur tujuh hari, paruhnya sudah tampak seperti bintik gelap pada dasar mata. Dengan menggunakan mikroskop dapat dilihat bahagian tubuh lainnya sudah mulai terbentuk, yaitu otak dan leher. Hari Ke – 8 pada hari kedelapan ini, mata embrio sudah jelas terlihat. Hari Ke – 9
Umur sembilan hari ini lipatan dan pembuluh darahnya sudah bertambah
seta
jari
kakinya
mulai
terbentuk.
73
Hari Ke – 10 Umur sepuluh hari ini biasanya paruhnya sudah mulai keras. Dengan menggunakan mikroskop dapat dilihat folikel bulu embrio yang mulai terbentuk. Hari Ke – 11 Embrio pada hari kesebelas sudah tampak seperti ayam. embrio ini menjadi semakin besar sehingga yolk akan menyusut dan paruhnya sudah
mulai
terlihat
jelas.
Hari Ke – 12 Embrio umur dua belas hari sudah semakin besar dan mulai masuk ke yolk sehingga yolk semakin kecil. Mata sebelah kanan mulai membuka sedikit, sedangkan telinganya sudah terbentuk dan sudah tampak permulaan
pertumbuhan
bulu
bagian
bawah.
Hari Ke – 13 Pada hari ke 13, sisik dan cakar sudah mulai tampak jelas. Hari Ke – 14 Perkembahan embrio pada hari keempat belas ini, punggung telah tampak meringkuk atau melengkung. Sementara bulu hampir menutupi seluruh tubuhnya Hari Ke – 15 Pada umur 15 hari , biasanya kepala embrio sudah mengarah kebagian tumpul bagian telur . Hari Ke – 16
74
Embrio pada umur enam belas hari sudah mengambil posisi yang baik didalam kerabang. Sisik, cakar dan paruh sudah mulai mengeras dan bertanduk. Hari Ke – 17 Pada umur tujuh belas hari ini, paruh embrio sudah mengarah kekantung
udara.
Hari Ke – 18 Pada umur delapan belas hari ini, embrio yang sudah tampak jelas seperti ayam akan mempersiapkan diri akan menetas. Jari kaki, sayap, dan
bulunya
berkembang
dengan
baik.
Hari Ke – 19 Pada umur 19 hari , biasanya paruh ayam sudah siap mematuk dan menusuk
selaput
kerabang
dalam.
Hari Ke – 20 Pada umur 20 hari, kantong kuning telur sudah masuk seluruhnya kedalam rongga perut . embrio ini hampir menempati seluruh rongga di dalam telur, kecuali kantung udara. Pada hari kedua puluh ini terjadi serangkaian proses penetasan yang dimulai dengan kerabang mulai terbuka. Untuk membuka kerabang ini, ayam menggunakan paruhnya dengan cara mematuk. Semakin lama, kerabang akan semakin besar membuka, sehingga ayam dapat bernafas. Pada saat ini kelembaban sangat penting agar pengeringan selaput kerabang dan penempelan perut pada kerabang dapat dicegah. Selanjutnya ayam memutar tubuhnya dengan bantuan dorongan kakinya. Dengan bantuan sayapnya,
keadaan
pecahnya
kerabang
semakin
besar.
Hari Ke – 21
75
Dihari ke dua puluh satu ini, ayam sudah membuka kerabangnya walaupun belum seluruhnya. Dari keadaan ini biasanya tubuh ayam memerlukan waktu 12 – 18 jam untuk keluar dari kerabang. Setelah keluar dari kerabang, tubuh masih basah. Agar kering, diperlukan waktu sekitar 6 – 12 jam, bila sudah kering, ayam tersebut dapat dikeluarkan dari dalam ruang mesin penetas.
76
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tahap perkembangan embrio pada ayam terdiri atas 2 fase yaitu : Fase perkembangan awal, dalam tubuh induk Fase perkembangan selama masa pengeraman diluar tubuh induk Periode inkubasi normal pada telur ayam adalah 15 hari. Perkembangan embrio sangat dipengaruhi oleh suhu dan waktu. Perkembangan
embrio
pada
hari
kedua
pengeraman,
pertumbuhannya meliputi tahap-tahap berikut :
morulasi
blastulasi
gastrulasi
Pertumbuhan embrio semakin mendekati kesempurnaan pada saat albumin dan kuning telur menjadi sedikit, disebabkan oleh penyerapan embrio sendiri sabagai cadangan makanan anak ayam yang baru menetas.
Rongga udara yang terdapat di bagian tumpul disetiap telur akan semakin bertambah luas sebab air dalam telur sewaktu proses lncubasi akan terus berkurang dengan cara menguap lewat dinding kulit telur.
Pada hari kesembilan belas hampir sepertiga bagian menjadi rongga udara.
Ketentuan bagi sebutir telur untuk ditetaskan adalah:
77
Telur yang dihasilkan oleh betina yang telah dibuahi.
Permukaan kulit telur licin dan rata
Kerabang telur tidak terlalu tebal dan tipis
Albumin merupakan kantung udara bagi
embrio
sehingga ia dicerna oleh allantois dan diserap oleh amnion yang menyebabkan udara bisa digunakan oleh embrio.
4.2
Saran
Diharapkan lebih banyak lagi preparat, agar tercipta praktikum yang lebih efisien lagi.
78
DAFTAR PUSTAKA Referensi WEB : http://www.pesonaunggas.com/2013/07/tahapanperkembangan-embrio-ayam.html http://sentralternak.com/index.php/2010/04/19/perkembangan -embrio-semasa-pengeraman/ http://duniatentangayam.blogspot.com/2013/09/perkembanga n-embrio-ayam.html Referensi JURNAL : file:///C:/Users/aspire/Downloads/40-120-1-PB.pdf JURNAL http://peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks/jitv/jitv10211.pdf JURNAL 2 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18340/1/agpdes2006-2%20(4).pdf JURNAL 3 file:///C:/Users/aspire/Downloads/2468-4194-1-SM.pdf JURNAL 4 Referensi buku : Kimball, John W. 1983. Biologi. Erlangga; Jakarta. Yatim, Wildan. 1984. Embriologi. Tarsito; Bandung. Rasyaf, Muhammad. 1991. Pengelolaan Produksi Telur. Kanisius; Jakarta. Barnes, Walker, Vilee. 1998. Zoologi Umum Edisi VI Jilid I. Erlangga; Jakarta. Langman,J.Medical embryology, tbn. 4, Baltimore/London: William & Wilkins,1981
79
PENGAMATAN SPERMATOZOA BAB I PENDAHULUAN Membuat Sediaan Oles Spermatozoa 1.1 Latar belakang Pemeriksaan morfologi spermatozoa ditujukan untuk melihat bentuk-bentuk spermatozoa yang didasarkan atas bentuk kepala dari spermatozoa. Seperti diketahui spermatozoa mempunyai beberapa macam bentuk. Dengan pemeriksaan ini diketahui beberapa banyak bentuk spermatozoa normal dan abnormal. Bentuk yang normal adalahspermatozoa yang kepalanya berbentuk oval dan mempunyai ekor yang panjang.
1.2 Manfaat dan tujuan Untuk mengenali struktur spermatozoa ayam dan tikus ,sperma yang hidup dan yang mati, serta untuk dapat membedakan sperma yang normal dengan sperma yang abnormal.
80
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sruktur Spermatozoa Spermatozoa merupakan sel yang sangat terspesialisasi dan padat yang tidak lagi mengalami pembelahan atau pertumbuhan,berasal dari gonosit yang menjadi spermatogonium,spermatosit primer dan sekunder dan selanjut nya berubah menjadi spermatid dan akhir nya berubah menjadi spermatozoa. Spermatozoa terdiri atas dua bagian fungsional yang penting yaitu kepala dan ekor ( hafez.2000)
Kepala
spermatozoa
berbentuk
bulat
telur
dengan
panjang
5
mikron,diameter 3 mikron dan tebal 2 mikron yang terutama di bentuk oleh nukleus berisi bahan-bahan sifat penurun ayah nya. Pada bagian anteriorkepala spermatozoa terdapat akrosom,suatu struktur yang berbentuk topi yang menutupi dua pertigaan bagian anterior kepala dan melindungi beberapa enzim hidrolitik. ( yanagimachi,1994)
Bahan kandungan akrosom adalah setengah padat yang dikelilingi oleh membran akrosom yang terdiri dari dua lapis.secara molekuler susunan kedua membran akrosom ini sangat berbeda,membran akrosom luar bersatu dengan plasma membran pada saat terjadinya reaksi akrosom sedangkan membran akrosom dalam menghilang. Spermatozoa terdiri atas dua bagian fungsional yang penting yaitu kepala dan ekor ( Hafez,2000)
81
Ekor dibedakan menjadi tiga bagian yaitu, bagian tengah,bagian utama,dan bagian ujing. Panjang ekor seluruh nya sekitar 55 mikron dengan diameter yang makin keujung makin kecil. Panjang bagian tengah 5-7 mikron,tebal 1 mikron. Bagian utama panjang 45 mikron,tebal 0,5 mikron dan bagian ujung panjang 4-5 mikron,tebal 0,3 mikron. Bagian ekor tidak bisa dibedakan dengan mikroskop cahaya tetapi harus dengan mikroskop elekton ( Yatim,1990)
Istilah-istilah yang dipakai pada bentuk yang abnormal adalah :
Makro : 25 % > kepala normal
Mikro : 25 % < kepala normal
Taper : kurus, lebar kepala ½ yng normal, tidak jelas batas akrosom, memberi gambaran cerutu
82
Piri : memberi gambaran ”tetesan air mata”
Amorf : Bentuk kepala yg ganjil, permukaan tidak rata.
Round : bentuk kepala seperti lingkaran, tidak menunjukkan akrosom
Piri : tidak jelas adanya kepala yg nyata, tampak midpiece dan ekor saja
Cytoplasmic droplet : menempel pada kepala atau midpiece, lebih cerah
Ekor abnormal : pendek / spiral / permukaan tidak halus / ganda
Gambar sperma
83
BAB III Metode Praktikum Alat dan bahan
:
o Mikroskop o Cawan petri o Testis ayam dan tikus o Objek glass o Giemsa atau eosin o Alat bedah o Nacl fisiologi
CARA KERJA
:
o Ambillah cairan yang mengandung spermatozoa yang berasal dari testis,epididimis atau vas deveren ayam atau tikus. o Jika cairan itu pekat larutkan dengan Nacl fisiologi,kemudian teteskan cairan pada objek glass yang bersir. Dengan objek glass yang lain dioleskan setipis mungkin dan fiksasi dengan cara melewatkan di atas api. o Warnai dengan eosin,selama 3-5 menin.cuci dengan air mengalir. Selanjut nya keringkkan kembali.priksa dibawah mikroskop.
84
BAB IV PEMBAHASAN
Morfologi spermatozoa : - Spermatozoa Normal : Spermatozoa yang kepalanya berbentuk oval, reguler, dengan bagian tengah utuh dan mempunyai ekor tak melingkar dengan panjang 45 um. - Spermatozoa Abnormal : Spermatozoa disebut abnormal bilamana terdapat satu atau
lebih
dari
bagian spermatozoayang
abnormal.Jadi
meskipun
kepala spermatozoa oval, tetapi kalau bagian tengah menebal, maka dikatakan abnormal.
Abnormalitas kepala : - Kepala oval besar : Spermatozoa normal dengan ukuran kepala lebih besar dari normal. Panjang kepala >5µ dan lebar >3 µ - Kepala oval kecil : Spermatozoa normal dengan ukuran kepala lebih kecil dari normal. Panjang kepala <3>2 µ. - Kepala pipih (tapering head = lepto) : Kepala spermatozoaberbentuk seperti cerutu dengan kedua sisinya sejajar, bentuk ramping dan agak panjang, akrosomnya dapat berujung lancip atau tidak. - Kepala berbentuk pir (piriform head) :Kepalanya nyata atau bahkan lebih menyolok
berbentuk sebagai tetesan air, bagian runcing berhubungan dengan
bagian tengah.
85
- Kepala dua (duplicated head) : Spermatozoa dengan memiliki dua kepala. - Kepala berbentuk amorfous (terato) : Bentuk kepala yang tak menentu atau sangat besar dengan struktur yang aneh.
Abnormalitas bagian tengah - Bagian tengah tebal - Bagian tengah patah - Tak mempunyai bagian tengah
Abnormalitas ekor - Ekor sangat melingkar - Ekor patah yang meninggalkan sisa ekor. - Ekor lebih dari satu - Ekor sebagai tali terpilin. Gambar sperma abnormal
86
BAB V Kesimpulan Struktur sperma terdiri atas :
Kepala sperma ,terdiri atas akrosom,nucleus,dan sentriol.akrosom mengandung enzim hialuronidase dan protease yang berfungsi menembus ovum
Leher sperma
Bagian tengah badan sperma,banyak terdapat mitokondria yang berfungsi menghasilkan enegi untuk pergerakan sperma.
Ekor sperma,yang berfungsi untuk pergerakan sperma.
87
DAFTAR PUSTAKAAN
1. Demers LM, In Vitro Fertilization and Assisted Reproductive Technologies, Biotech Lab International, March-April 2000 2. Arington,L.R,1965. Introductory laboratory animals science. The interstreet printers and publishere,inc.Daville,illionis 3. Jacoeb TZ, hal-hal yang dapat mempengaruhi struktur sperma, Jurnal biologi. (2000) 4. Anonymous, Penuntun Laboratorium WHO untuk Pemeriksaan Semen Manusia dan Interaksi Semen Getah Serviks, Balai Penerbit FKUI, Perkumpulan Andrologi Indonesia, Perkumpulan Kontrasepsi Mantap Indonesia, Jakarta, 1988 hal 1-504. 5. Brawijaya ,1982 . penyakit kelinci. Faculty of animal 4.9
Susilawati T, Evaluasi Kapasitasi dan Reaksi Akrosom, Post Graduate Course Penatalaksanaan Infertilitas dan Analisis Semen di Surabaya, tanggal 22-23 Oktober 1999, hal
88