UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN LANSIA DENGAN DIABETES MELLITUS YANG MENGALAMI MASALAH ANSIETAS DI RUANG GAYATRI RS. DR. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
MERRY JULIANA PASARIBU 1006823406
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI NERS DEPOK JULI 2013
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DENGAN ANSIETAS DI RUANG GAYATRI RS. DR. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar NERS
MERRY YULIANA PASARIBU 1006823406
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JULI 2013
i Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala anugrah dan kasih setiaNya yang menyertai saya sehingga saya akhirnya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah Akhir Ners. Penulisan karya tulis ilmiah ini dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Ners Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Penulis menyadari dalam penuyusunan karya tulis ilmiah ini banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Ibu Dewi Irawaty, MA., PhD., selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
2.
Ibu Henny Permatasari, SKp., M.Kep., Sp. Kom, selaku koordinator mata ajar Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan.
3.
Ibu Dr. Mustikasari, SKp., MARS, selaku koordinator Peminatan Keperawatan Jiwa.
4.
Ibu Yossie Susanti Eka Putri, SKp., MN, selaku Pembimbing Akademik Peminatan Keperawatan Jiwa di RSMM Bogor.
5.
Bapak Ketut Sudiatmika, M.Kep., Sp. Kep. Jiwa, selaku Pembimbing Klinik Peminatan Keperawatan Jiwa di RSMM Bogor.
6.
Ibu Dedeh Sukarsih, AMK, selaku kepala Ruangan Gayatri RSMM Bogor beserta staf.
7.
Keluarga saya: suami tercinta Doni Simangunsong dan kedua malaikat kecilku
Faith
Maria
Netanya
Simangunsong
&
Brave
Sebastian
Simangunsong serta mamaku tercinta yang telah memberikan kasih sayang, semangat, dukungan doa dan waktu dalam setiap langkah perjalanan hidupku. 8.
Teman-teman mahasiswa Program Profesi Ners 2013 yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
9.
Serta semua pihak yang telah membantu penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah akhir ners ini;
Semoga karya tulis ilmiah ini membawa manfaat bagi kita semua. Depok,
Juli 2013 Penulis
iv Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
ABSTRAK
Nama : Merry Juliana Pasaribu Program Studi : NERS Judul : Analisis Praktik Ilmu Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan pada Pasien Diabetes Mellitus dengan Ansietas di Ruang Gayatri RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.
Kehidupan perkotaan menimbulkan banyak sekali masalah kesehatan baik fisik maupun psikososial. Perubahan gaya hidup masyarakat perkotaan meningkatkan masalah kesehatan seperti diabetes mellitus. Diabetes merupakan penyakit kronik yang menyebabkan stress seperti perasaan takut, khawatir, burn out, depresi, tidak berdaya, putus asa. Salah satu masalah keperawatan psikososial pada pasien adalah ansietas. Hasil evaluasi keperawatan menunjukkan bahwa teknik relaksasi nafas dalam dan hipnosis lima jari dapat mengurangi ansietas ringan–sedang.
Kata kunci: Ansietas, diabetes mellitus, psikososial, teknik relaksasi nafas dalam and hipnosis lima jari.
ABSTRACT
Name : Merry Juliana Pasaribu Study Program : Professional Nurses Title : Analysis of Urban Nursing Clinical Practice in Patients with Diabetes Mellitus and Anxiety in Gayatri Ward Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Hospital.
Urban lifestyles had many health problems both physical and psychosocial. Changes in urban lifestyles lead to increased health problems such as diabetes mellitus. Diabetes is a chronic disease that causes stress for patients such as worry, fear, burn out, depression, helplessness, and hopelessness. One of nursing problems in patients with diabetes is anxiety. Nursing evaluation results show that the deep breathing relaxation techniques and five fingers hypnosis can reduce anxiety mild-moderate in patients.
Key words: anxiety, diabetes mellitus, psychosocial, relaxation deep breathing and five fingers hypnosis.
vi Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................. ii HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................................................ v ABSTRAK ............................................................................................................ vi DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... ix BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 4 1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................ 5 1.4 Manfaat Penulisan .......................................................................................... 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 7 2.1 Diabetes Mellitus ............................................................................................ 7 2.2 Masalah Psikososial pada Diabetes Mellitus ................................................ 12 2.3 Sumber Koping Masalah Psikososial ............................................................ 18 2.4 Manajemen Stress pada Diabetes Mellitus ................................................... 18 2.5 Penanganan Psikososial dengan Terapi Non farmakologis .......................... 19 BAB 3 ANALISA SITUASI KASUS ................................................................ 22 3.1 Pengkajian Kasus ........................................................................................... 22 3.2 Masalah Keperawatan ................................................................................... 23 3.3 Diagnosa Keperawatan ................................................................................. 24 3.4 Implementasi ................................................................................................. 24 3.5 Evalusi ............................................................................................................ 24 3.6 Rencana tindak lanjut .................................................................................... 24 BAB 4 PEMBAHASAN .................................................................................... 26 4.1 Profil Lahan Praktek ...................................................................................... 26 4.2 Analisis masalah keperawatan dengan konsep terkait KKMP dan konsep kasus terkait ....................................................................................... 27
vii Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
4.3 Analisis intervensi sesuai konsep dan penelitian terkait ............................ 31 4.4 Alternatif Pemecahan Masalah ..................................................................... 35 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 37 5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 37 5.2 Saran .............................................................................................................. 37 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 37 LAMPIRAN ........................................................................................................ 45
viii Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Format Pengkajian Psikososial Lampiran 2: Asuhan Keperawatan Klien Keloaan
ix Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penderita penyakit degeneratif dari tahun ke tahun cenderung meningkat seiring dengan perubahan pola kehidupan di era globalisasi ini. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 penyakit degeneratif adalah penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, diabetes melitus, obesitas, kardiovaskuler, osteoporosis dan stroke.
Dengan perkembangan waktu,
penyakit degeneratif banyak diderita oleh masyarakat di perkotaan dibandingkan masyarakat perdesaan.
Penyebab meningkatnya penyakit ini dikarenakan masyarakat kota memiliki gaya hidup yang serba instan. Menurut Dokter Spesialis Penyakit Dalam RSCM Dr. Ari F Syam SpPD- KGEH mengatakan bahwa banyak masyarakat perkotaaan lebih banyak mengkonsumsi makanan tergolong
junk food,
makanan yang memiliki nilai nutrisi rendah, hampir tidak mengandung protein dan vitamin serta makanan berkolesterol. Pekerjaan yang serba elektronik mendorong banyaknya jenis pekerjaan yang tidak banyak mengeluarkan tenaga sehingga kurang aktifitas fisik. Selain itu tingkat stress yang tinggi dan kebiasaan merokok juga merupakan faktor resiko yang dapat meningkatkan penyakit degeneratif (Krisnamurti, 2013). Salah satu penyakit degeneratif tersebut adalah diabetes melitus.
Diabetes mellitus salah satu penyebab kematian dan ancaman yang serius bagi kehidupan manusia. Penyakit diabetes melitus merupakan menyebabkan kematian nomor tujuh di dunia. Menurut Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan RI mengatakan bahwa di Indonesia jumlah penderita diabetes bertambah menjadi tiga kali lipat dalam sepuluh tahun dan mendududuki peringkat keempat setelah Amerika Serikat, China dan India. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
memperkirakan jumlah penderita diabetes mellitus di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menyebutkan
penyakit diabetes merupakan
penyebab kematian nomor enam berdasarkan kelompok umur. Didaerah perkotaan penyakit diabetes mellitus menduduki peringkat kedua yatitu 14,7 % kematian akibat diabetes melllitus terjadi pada kelompok umur 45-54 tahun dan didaerah pedesaan menduduki peringkat ke enam yaitu 5,8 %. Dimana sekitar 1,5 % sudah terdiagnosa sebelumnya dan 4,2 % diantaranya belum tahu bahwa dirinya terdiagnosa diabetes. Hal tersebut menandakan bahwa diabetes mellitus sudah menjadi masalah internasinal dan nasional.
Data terbaru yang disampaikan oleh Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan RI disebutkan bahwa penyebab meningkatnya angka kejadian diabetes disebabkan oleh obesitas terjadi pada usia > 15 tahun sebesar 18,8%, TGT (toleransi glukosa terganggu) pada penduduk usia > 15 tahun diperkotaan adalah 10,2%. Prevalensi kurang makan buah dan sayur sebesar 93,6%, kurang aktivitas fisik sebesar 48,2%, kebiasaan merokok sebesar 23,7 % dan minum alkohol dalam satu bulan terakhir adalah 4,6%. Hampir 80% prevalensi diabetes mellitus (DM) adalah DM tipe 2 yaitu diabetes yang disebabkan oleh life style atau gaya hidup.Tingginya angka diabetes mellitus di Indonesia memerlukan perhatian serius dari pemerintah dan masyarakat.
Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Jawa Barat menyatakan pada tahun 2003 penyakit diabetes mellitus menempati peringakat ke sepuluh. Angka kejadian tersebut saat ini terus meningkat. Di bogor penyakit diabetes menempati urutan ke dua setelah penyakit jantung. Hasil survei yang dilakukan pada tahun 2006 di dapat 12,8 % penduduk bogor menderita diabetes mellitus (www.bogornews.co.id). Belum ada data yang pasti terhadap jumlah kasus diabetes mellitus yang terjadi seluruh rumah sakit di kota Bogor. Namun peningkatan penderita diabetes mellitus terjadi di Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. 2 Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor adalah rumah sakit jiwa tertua di Indonesia dan saat ini mengembangkan pelayanan umum yang memiliki ruang rawat inap umum sebanyak delapan ruangan. Salah satu ruang rawat inap umum tersebut adalah ruang Gayatri yang merupakan ruang rawat kelas dua yang difokuskan untuk merawat pasien lanjut usia. Data yang diterima dari Ruang Gayatri pada tahun 2012 didapatkan sebanyak 135 orang dirawat dengan diabetes mellitus ( Sumber buku registrasi ruang Gayatri tahun 2012). Laporan sementara dari enam bulan terkahir (Januari – pertengahan Juni 2013) terdapat 80 orang dirawat dengan diabetes mellitus dan angka ini akan terus bertambah sampai akhir 2013 (Sumber buku registrasi ruang Gayatri tahun 2013).
Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia), terdapat penurunan dalam kemampuan tubuh untuk berespon terhadap insulin dan/atau penurunan atau tidak terdapatnya pembentukan insulin oleh pankreas (Brunner & Suddath, 2001).
Secara fisik tanda dan gejala yang muncul adalah cepat lelah,
mengantuk, berat badan menurun drastis, sering buang air kecil, sering merasa haus dan lapar, serta dapat menimbulkan komplikasi kelainan pada daerah tungkai dan tangan berupa ulkus maupun ganggren yang dapat menyebabkan kelumpuhan sehingga terjadi keterbatasan fisik. Selain secara fisik masalah psikososial muncul pada pasien dengan diabetes.
Menurut hasil penelitian Collins, Corcoran & Perry (2008) komplikasi diabetes seperti merokok, kadar glukosa yang tidak terkontol dan riwayat minum alkohol memiliki resiko tinggi terhadap ansietas dan depresi. Masalah psikososial dapat menghambat proses penurunan kadar gula darah pada klien dengan diabetes melitus. Gonzalez, Peyrot, McCarl, Collins, Serpa, & Mimiaga, 2008; Trento, et al., (2011) menyatakan bahwa masalah emosional dapat mempengaruhi gaya hidup dan pengobatan pasien Diabetes Mellitus yang berhubungan dengan penurunan kualitas hidup, kerusakan manajemen 3 Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
perawatan diri, kontrol glikemik yang kurang, dan meningkatkan biaya perawatan (Ciechanowski, Katon, & Russo, 2000). Masalah emosional yang muncul pada pasien Diabetes Mellitus antara lain ketakutan akan hipoglikemia, kecemasan akan komplikasi dan tidak menerima keadaan Diabetes Mellitus yang dideritanya (Rubin & Peyrot, 2001). Hasil penelitian meta-analisis yang dilakukan oleh Mezuk, Eaton, Albrecht, & Golden (2009) menunjukkan sekitar 60% penderita diabetes mellitus menderita depresi.
Beberapa peneliti Khowaja, Khuwaja, & Cosgrove (2007); Lin, Rutter, Katon, Heckbert Ciechanowski, & Oliver, (2010); Mosuka, Kolawole, Mume, & Ikem (2008); Lin, Heckbert, Rutter, Katon, Ciechanowski, & Ludman (2009) mengemukakan bahwa ansietas dan depresi meningkatkan keparahan Diabetes Mellitus, komplikasi, ketidakmampuan bekerja, rendahnya kualitas hidup juga meningkatnya kebutuhan akan pelayanan medis dan meningkatkan tingginya biaya perawatan. Menurut Mirza & Jenkins, 2004); Khujawa & Kadir (2010) mengatakan bahwa masalah depresi dan masalah psikososial lainnya banyak didapatkan pada masyakarat di negara berkembang Tingginya ansietas dan depresi pada masyarakat di negara berkembang terjadi karena berbagai sebab seperti perbedaan gender, tidak memiliki jaminan sosial, rendahnya pendidikan, kesulitan finansial dan masalah ekonomi lainnya.
Menurut Darmono (2005) respon emosional negatif yang muncul pada klien dengan diabetes melitus dapat berupa penolakan atau tidak mau mengakui kenyataan, cemas, marah, merasa berdosa dan depresi. Pada kondisi klien dirawat di rumah sakit klien kehilangan waktu untuk rekreasi, bersosialisasi dengan lingkungan. Selain itu perawatan diabetes melitus memerlukan waktu yang lama untuk masa penyembuhan juga dapat menyebab stress bagi klien.
Peran perawat sangat diperlukan dalam menangani klien dengan masalah psikososial pada diabetes melitus. Perawat perlu memberikan support agar klien tetap bersosialisasi dengan orang lain dan merasa tidak sendiri. Menurut Darmono (2005) dibutuhkan psikoterapi pada klien dengan diabetes mellitus 4 Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
sehingga emosi dan sikap negatif dapat berubah menjadi rasa percaya diri, menerima keadaan dirinya, meningkatkan kualitas hidup dan optimis akan masa depannya.
1.2
Rumusan masalah Diabetes mellitus merupakan penyakit degeratif yang banyak diderita masyarakat perkotaan saat ini akibat dari gaya hidup yang tidak sehat, kurangnya aktifitas fisik dan stress. Diabetes mellitus merupakan penyakit yang memiliki sifat menetap dan jangka panjang dan menimbulkan komplikasi sehingga memerlukan perawatan dan penyembuhan yang lama. Hal ini menyebabkan penurunan kualitas hidup penderita. Penurunan kualitas hidup memberikan dampak pada masalah psikososial seperti depresi, ansietas, dan ketidakberdayaan. Masalah psikososial dapat muncul pada penderita diabetes yang dapat menghambat proses penurunan kadar gula darah pada pasien dengan diabetes melitus. Oleh sebab itu rumah sakit sebagai tempat klien di rawat merupakan tempat yang tepat bagi perawat dalam membantu menyelesaikan masalah psikososial tersebut.
Dalam
menelaah masalah-masalah tersebut, maka penulis tertarik untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah dengan judul Asuhan Keperawatan Psikososial pada Ny. A dengan Diabetes Melitus di Ruang Gayatri RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.
1.3
Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum Memperoleh gambaran dan pengalaman langsung dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien Ny. A dengan Diabetes Melitus di Ruang Gayatri RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.
1.3.2
Tujuan Khusus 1.3.2.1 Menggambarkan data fokus pada asuhan keperawatan psikososial pada klien dengan Diabetes Mellitus.
5 Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
1.3.2.2 Menggambarkan rumusan diagnosa keperawatan psikososial yang muncul pada klien dengan Diabetes Mellitus. 1.3.2.3 Menggambarkan rencana keperawatan psikososial
pada klien
dengan Diabetes Mellitus. 1.3.2.4 Menggambarkan evaluasi tindakan keperawatan psikososial pada klien dengan Diabetes Mellitus. 1.3.2.5 Menggambarkan faktor-faktor pendukung dan penghambat yang ditemukan dalam memberikan asuhan keperawatan psikososial pada klien dengan Diabetes Mellitus.
1.4 1.4.1
Manfaat Manfaat Aplikatif 1.4.1.1 Diharapkan dapat bermanfaat untuk pedoman dalam memberikan tindakan keperawatan psikososial pada klien dengan diabetes mellitus. 1.4.1.2 Diharapkan dapat bermanfaat bagi klien, keluarga dan perawat dalam mengatasi masalah psikososial pada klien dengan diabetes mellitus.
1.4.2
Manfaat Keilmuan Karya tulis ini dapat dijadikan data dasar untuk pengembangan ilmu keperawatan jiwa terkait dengan masalah psikososial pada klien dengan diabetes mellitus.
1.4.3
Manfaat Bagi Penulis lain Karya tulis ini daapt menjadi bahan acuan bagi penulisan karya tulis selanjutnya, sehingga menghasilkan karya tulis keperawatan jiwa yang lebih berkualitas yang berkaitan dengan masalah psikososial pada klien dengan diabetes mellitus.
6 Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karateristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Sudoyo, 2006). Menurut Smeltzer & Bare (2001) diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kemaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit kronik yang kompleks yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan berkembangnya komplikasi makrovaskular, mikrovaskular dan neurologis. Diabetes mellitus digolongkan sebagai penyakit endokrin satau hormonal karena gambaran produksi atau pengggunaan insulin (Long, 1996).
Pengertian diabetes mellitus yang dimaksud adalah penyakit yang bersifat kronik merupakan kelainan sekresi insulin dimana terjadi peningkatan gula dalam darah yang dapat menimbulkan komplikasi yang kompleks pada sistem tubuh. Kriteria diagnostik menurut Smeltzer & Bare (2001) dikatakan menderita diabetes mellitus jika kadar gula darah plasma pada waktu puasa > 140mg/dl dan kadar gula darah sewaktu > 200 mg/dl. Kadar gula darah dapat bervariasi dimana akan meningkat setealah makan dan akan kembali normal setelah 2 jam.
2.1.1. Jenis- Jenis Diabetes Mellitus Diabetes mellitus menurut Smeltzer & Bare (2001) berdasarkan klasifikasinya adalah tipe 1 Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) dan tipe 2 Non Insulin Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM).
Tipe 1 Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). 5% - 10% penderita diabetik adalah tipe 1. Sel-sel beta dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses autoimun. Diperlukan
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah. Diabetes Mellitus tipe 1 ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas; faktor yang mempengaruhinya seperti faktor genetik, imunologi dan lingkungan seperti virus diperkirakan turut menimbulkan destruksi sel beta. Faktor genetik cenderung ditemukan pada individu yang memiliki tipe HLA (Human Leucocyt Antigen) tertentu. Resiko meningkat 20 kali lipat terjadi pada individu yang memiliki tipe HLA DR3 atau DR4. Faktor imunologi terjadi karena adanya respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan yang dianggap sebagai jaringan asing. Faktor lingkungan terjadi karena virus/toksin tertentu dapat memicu proses yang dapat menimbulkan destruksi sel beta.
Tipe 2: Non Insulin Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). 90% - 95% penderita diabetik adalah tipe 2. Kondisi ini diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau akibat penurunan jumlah pembentukan insulin. Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan sekresi insulin pada diabetes tipe 2 masih belum diketahui. Faktor resiko yang berhubungan antara lain usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia > 65 tahun), obesitas, riwayat keluarga dan kelompok etnik tertentu.
Ismail, Winkley, & Rabe-Hesketh (2004) hasil meta-analisis menunjukkan intervensi psikologis secara signifikan dapat menurunkan kadar gula darah sebesar 0,76% (76 mmol/mol).
2.1.3 Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus Tanda dan gejala diabetes terkadang tidak terdeteksi, beberapa pengalaman pasien tidak menunjukkan gejala yang berarti. Menurut Corwin (2001); Kurniawan (2010) tanda dan gejala yang muncul antara lain: (1) perasaan haus yang berlebihan (polidipsi) akibat volume urine yang sangat besar dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel; (2) perasaan cepat lapar yang belebihan (poliphagia) akibat keadaan katabolisme protein dan lemak dan kelaparan pasa tingkat sel; (3) kehilangan berat badan yang drastis; (4) rasa lelah dan kelemahan otot akibat katabolisme protein di otot dan ketidakmampuan sebagain besar sel
8 Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
untuk menggunakan glukosa sebagai energi; (5) peningkatan pengeluaran urine (poliuria) terutama pada malam hari dan dehidrasi (Misnadiarly, 2006).
Keluhan lain yang dirasakan oleh penderita diabetes mellitus antara lain (1) ganggguan saraf tepi (baal atau kesemutan) terutama pada kaki dan dirasakan pada malam hari disamping keluhan lemah dan mudah merasa lelah; (2) gangguan penglihatan, mata kabur pada fase awal mendorong penderita untuk mengganti kacamata berulang kali; (3) gatal/bisul, biasanya terjadi di daerah lipatan kulit seperti ketiak dan dibawah payudara biasanya akibat tumbuhnya jamur. Sering dikeluhkan timbulnya bisul-bisul atau luka yang lama sembuh. Luka dapat timbul akibat luka lecet karena sepatu, tertusuk peniti dan sebagainya; (4) infeksi bakteri dan jamur pada kulit (pruritus vulva untuk wanita), keputihan merupakan keluhan yang sering dijumpai pada wanita; (5) impoten, ketidakmampuan melakukan ereksi terjadi pada penderita diabetes laki-laki.
Gullege & Beard (1999) Gejala hipo dan atau hiperglikemia berdasarkan pengalaman yang dialami pasien yang termasuk dalam gejala hipoglikemia adalah : pucat, peningkatkan nadi, nafas pendek, sulit beristirahat, penglihatan kabur, dan kelelahan. Gejala hiperglikemia adalah kehilangan nafsu makan, mual, muntah, kulit kering dan panas, sering BAK, dan berat badan menurun.
Beberapa gejala yang merupakan manifestasi dari kecemasan dan depresi seperti keingat, pusing, peningkatan nadi, nafas pendek, mual, nyeri abdomen, dan nafas pendek merupakan gejala dari panik. Gejala depresi dn ansietas meliputi perasaan lapar, iritabilitas, gelisah, sulit konsentrasi, tidak selera makan, dan penurunan berat badan. Fatique merupakan gejala depresi (McDade-Montez & Watson, 2011).
2.1.4 Komplikasi Menurut American Diabetes Association (ADA) (2012); Smeltzer & Bare (2001) komplikasi diabetes mellitus terbagi menjadi dua yaitu komplikasi akut dan
9 Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
kronik. Komplikasi akut terdiri dari hipoglikemia, ketonasidosis diabetik dan sindrom HHNK (hiperglikemik hiperosmoler nonketotik). Komplikasi kronik dibagi menjadi dua yaitu komplikasi makrovaskuler ( penyakit jantung, serebral dan ekstemitas) dan mikrovaskuler (retina dan ginjal).
Komplikasi akut terdiri dari (1) hipoglikemia, terjadi dimana kadar gula darah turun dibawah 50-60 mg/dl. keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berlebihan; (2) ketonasidosis diabetik disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata; (3) sindrom HHNK (hiperglikemik hiperosmoler nonketotik) merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan kesadaran (sense og awareness).
Komplikasi kronik pada mikrovaskuler terdiri dari (1) penyakit ginjal dimana terjadi gangguan perubahan pada struktur dan fungsi ginjal. Kadar gula darah yang menimgkat membuat sirkulasi darah keginjal menurun sehingga terjadi nefropati; (2) penyakit mata, penderita diabetes mengalami penglihatan kabur samapai kebutaan. Hiperglikemia menyebabkan pkerusakan pada pembuluhpembuluh darah kecil pada retina mata. Hiperglikemia yang berkepanjangan menyebabkan pembangkakan lensa dan kerusakan lensa sehingga terjadi katarak.
Komplikasi makrovaskuler terdiri dari (1) penyakit jantung, perubahan kadar gula darah menyebabkan aliran darah melambat sehingga terjadi penurunan kerja jantung maka tekanan darah akan naik. Lipid yang menumpuk dalam pembuluh darah menyebabkan arterisklerosis yang meningkatkan beresiko terkena jantung koroner; (2) penyakit serebral, pembentukan emboli dalam pembuluh darah serebral yang disebabkan karena terjadi viskositas darah beresiko terhadap terjadinya stoke; (3) kerusakan ekstremitas, perubahaan arterisklerosis dalam pembuluh darah area ekstremitas bawah meningkatkan resiko terjadinya ganggen bahkan amputasi.
10 Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
Hasil penelitian (McDade-Montez & Watson, 2011) komplikasi yang diderita pasien Diabetes Mellitusmenunjukkan bahwa menderita (44,2%), peningkatan TD, masalah kulit (38,1%), neuropati (29,2%), kebutaan (1,3%) dan kerusakan ginjal (1,8%).
2.1.5 Faktor Resiko Diabetes Mellitus
Resiko terjadinya peningkatan penyakit diabetes mellitus pada masyarakat perkotaan lebih banyak disebabkan karena perubahan gaya hidup, perubahan lingkungan dan stressor yang meningkat.
Perubahan gaya hidup meliputi
obesitas, pala makan yang salah, kebiasaan merokok dan minum alkohol. Hal tesebit mempengaruhi kualitas hidup pasien.
Menurut Riaz (2009) faktor resiko diabetes mellitus pada perubahan gaya hidup (1) obesitas,
Kelebihan berat badan merupakan faktor yang mempengaruhi
peningkatan diabetes tipe dua. Timbunan lemak khususnya pada area abdomen dapat meningkatkan sindrom metabolik. (2) Mengkonsumsi minuman bersoda dan karbohidrat tinggi meningkatkan gangguan metabolisme pada diabetes, sedangkan makanan yang rendah gula seperti gandum mengurangi resiko terkena diabetes mellitus. (3) Kurangnya latihan fisik dapat menyebabkan kegemukan yang beresiko terhadap diabetes. (4) Penggunaan alkohol yang berlebihan dapat meningkatkan resiko yang disebabkan pankeratitis. Beberapa penelitian menemukan minum air putih dapat mengurangi resiko terkena diabetes.
Selanjutnya
Riaz
(2009)
mengatakan
bahwa
faktor
lingkungan
dapat
meningkatkan resiko diabetes. Beberapa penelitian menjelaskan bahwa radikal bebas terakumulasi dari hasil reaksi kimia dalam tubuh. Merokok, polusi udara berperan terhadap pembentukan radikal bebas. Saat radikal bebas terbentuk, radikal bebas merusak sel yang meningkatkan produksi insulin. Penggunaan pestisida seperti defoliant agent orange dan dioxin dapat menyebabkan resisten terhadap insulin dan diabetes tipe dua.
11 Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
Stess yang berlebihan dapat menimbulkan resiko terkena diabetes mellitus. Tekanan mental atau stress dapat meningkatkan kadar glukosa dalam darah dimana terjadi peningkatan sekresi kortisol berhubungan dengan pengingkatan kadar gula darah pada diabetes tipe dua. Menurut Kahn dan Weir (1996) dalam Mitra (2009) , Riaz (2009) stess yang berlebihan dapat menimbulkan resiko terkena diabetes mellitus. Tekanan mental atau stress dapat meningkatkan kadar glukosa dalam darah dimana terjadi peningkatan sekresi kortisol berhubungan dengan pengingkatan kadar gula darah pada diabetes tipe dua. Menurut Ancok (2004) suasana perkotaan yang kotor, tata ruang yang tidak rapi, kebisingan dan panas, polusi air, polusi udara, polusi tanah, lingkungan rumah yang tidak nyaman, kepadatan lalu lintas dan kemacetan, tindakan kriminalitas dan menurunnya solidaritas sosial merupakan penyebab meningkatnya stress pada masyarakat diperkotaan. Timbulnya stress pada masyrakat perkotaan memicu terjadinya diabetes mellitus.
2.1.7 Reaksi emosional pada Diabetes Mellitus Diabetes mellitus merupakan sumber stress bagi penderitanya, muncul reaksi emosional yang membuat penurunan kulaitas hidup pada penderita diabetes. Hasil dari beberapa peneliti yang menyatakan Young & Unachukwu (2012); Wijenaike (2002) dalam Mitra (2008); Bharatasari (2008); Lloyld, Smith & Weinger (2005); Melamed, Shirom, Toker & Shapira (2006); Lydon (2010) dapat disimpulkan bahwa reaksi emosional yang muncul tersebut antara lain:
2.1.7.1 Menyangkal (denial) Sikap ini muncul pada awal seseorang mengetahui dirinya menderita diabetes, tidak dapat menerima kenyataan bahwa dirinya harus menjadi pasien diabetes dan menjalani kehidupannya sebagai penderita diabetes. Banyak dari pasien perlu beberapa tahun untuk menyesuaikan dan mengubah cara hidup mereka. Pada keadaan ini mereka tidak perduli bahwa makanan dan kelebihan berat badan berhubungan dengan tingginya kadar gula darah dan gejala diabetes lainnya. Reaksi menyangkal yang ditunjukkan penderita diabetes mengarah pada pola
12 Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
tidup yang tidak sehat seperti minum alkohol, merokok, makan yang berlebihan atau minum obat tanpa aturan yang benar.
2.1.7.2 Marah (anger) Reaksi marah muncul karena dipicu oleh sikap lingkungan yang tidak mendukung dirinya. Pasien merasa dirinya tertekan dan kebebasannya dikekang karena banyaknya pembatasan dan aturan tertentu. Pasien merasa bahwa keluarga atau teman mengawasi dirinya dalam menjalani kehidupan seperti pengawasan terhadap makanan yang harus dikonsumsi, olahraga, kadar gula darahnya dan semua yang menyangkut dengan penyakit diabetes yang dideritanya.
2.1.7.3 Ketakutan (fear) Rasa takut yang dirasakan oleh penderita diabetes misalnya takut akan di suntik insulin karena pengobatan diabetes yang berlangsung seumur hidup membuat pasien dengan diabetes menjadi tergantung dengan obat, pengalaman mengalami hipoglikemia menyebabkan penderita takut akan meningkatnya kadar gula darah pasien sehingga membatasi makanannya, berbagai macam komplikasi seperti resiko terjadinya ganggren serta beresiko untuk lakukan amputasi merupakan penyebab depresi pada penderita diabetes, ketakutan meninggal akibat kondisi penyakitnya. Ketakutan tersebut menimbulkan masalah gangguan emosional yang berat seperti depresi, cemas dan gangguan makan.
2.1.7.4 Kecemasan (anxiety) Semua hal yang berhubungan dengan diabetes membuat pasien dengan diabetes merasa cemas dan takut, kecemasan terhadap kadar gula yang tinggi, komplikasi yang akan dan atau sudah timbul dan lain-lain menbuat pasien khawatir yang berlebihan, sulit konsentrasi, tidak dapat rileks, cepat lelah dan mudah tersinggung.
2.1.7.5 Frustasi Perasaan frustasi disebabkan karena pasien dengan diabetes selalu memikirkan diabetesnya, ketergantungan penggunaan injeksi insulin menyebabkan pasien
13 Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
diabetes mengalami frustasi, banyak pantangan yang harus dipatuhi membuat pasien menjadi frustasi, perasaan burnout dengan penyakit yang dideritanya lamalama membuat pasien menjadi frustasi. Kurangnya dukungan dari anggota keluarga, teman dan adanya
stigma dari lingkungan pekerjaan merupakan
beberapa faktor yang dapat menyebabkan frustasi bagi pasien diabetes. Keadaankeadaan tersebut tanpa disadari menyebabkan meningkatnya kadar gula darah pasien.
2.1.7.6 Obsesi Pada keadaan ini pasien diabetes sangat memperhatikan kondisinya dan segala seuatu tentang diabetes. Pasien mengikuti semua aturan dan anjuran yang diberikan dalam perawatan diabetes secara ketat. Namun hal ini tidak berlangsung lama pasien akan merasa kelelahan sehingga timbul kekecewaaan dalam diri pasien karena aturan-aturan yang ketat yang membatasi klien dalam menjalani kehidupannya.
Dalam penelitian yang dilakukan Rohmah, Abubakar, Wahyuni
(2012) pada
pasien diabetes di ruang rawat inap terjadinya stress disebabkan karena tidak menyadari penyakitnya sehingga banyak pasien yang datang ke pusat pelayanan kesehatan dalam keadaan yang sudah kronis. Penyakit sudah dinyatakan kronis perlu perawatan di rumah sakit dan membutuhkan biaya perawatan yang sehingga pasien yang tidak memiliki dana kesehatan atau asuransi kesehatan menjadi bingung dengan biaya pengobatan. Kondisi fisik yang tidak kunjung sembuh dan pengobatan yang rutin harus dijalani menyebabkan pasien menjadi stress.
Respon fisik yang ditunjukkan seseorang terhadap stress (Wyngaarden dkk, 1988) dalam (Mitra, 2008) antara gangguan gastointestinal, sakit kepala, nyeri dada, bahkan reaksi alergi seperti eksim atau asma, peningkatan tekanan darah. Hal tersebut dapat memperburuk prognosis dari diabetes. Hal ini merupakan ancaman terhadap integritas dimana terjadi ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari sehingga membuat penderita diabetes menimbulkan masalah psikososial.
14 Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
2.2 Masalah Psikososial pada Diabetes Mellitus 2.2.1 Kecemasan Cemas merupakan suatu reaksi emosional yang timbul oleh penyebab yang tidak pasti dan tidak spesifik yang dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman dan merasa terancam (Stuart & Sundeen, 2002). Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yanga akan terjadi dengan penyebab tidak jelas dihubungkan dengan perasaan tidak menetu dan tidak berdaya (Suliswati, 2005). Ansietas merupakan perasaan tidak nyaman atau kekehawatiran yang samar disrtai respon automom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman (NANDA, 2012). Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kecemasan adalah perasaan khawatir, bingung, takut pada sesuatu hal yang belum diketahui apa penyebabnya.
2.2.2.1 Tanda dan Gejala Menurut NANDA 2012-2014 batasan karateristik ansietas adalah:
Tabel 1: batasan karateristik kecemasan (NANDA, 2012) Perilaku Penurunan produktivitas Gerakan yang irelevan Gelisah Melihat sepintas Insomnia Mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup Agitasi Mengintai Tampak waspada
Afektif Gelisah Kesediahan yang mendalam Distress Ketakutan Perasaan tidak adekuat Berfokus pada diri sendiri Peningkatan kewaspadaan Iritabilitas Gugup Senang berlebihan Rasa nyeri yang meningkatkan ketidakberdayaan Peningkatan rasa ketidakberdayaan yang persisten Bingung Menyesal
Fisiologis Wajah tegang Tremor tangan Peningaktan keringat Peningkatan ketegangan Gemetaran Tremor Suara bergetar
15 Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
Simpatik anoreksia eksitasi kardiovaskuler Diare Mulut kering Wajah merah Jantung berdebar-debar Peningkatan tekanan darah Peningkatan denyut nadi Peningkatan refleks Peningkatan frekuensi pernafasan Pupil melebar Kesulitan bernafas Vasokontriksi superfisial Keduatan pada otot Lemak
Ragu/tidak percaya diri Khawatir Para simpatik Nyeri abdomen Penurunan tekanan darah Diare Vertigo Letih Mual Gangguan tidur Kesemutan pada ekstremitas Sering berkemih Anyang-anyangan Dorongan segera berkemih
Kognitif Menyadari gejala fisiologis Bloking pikiran Konfusi Penurunan lapang persepsi Kesulitan konsetrasi Penurunan kemampuan untuk belajar Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah Ketakutan terhadap konsekuensi yang tidak spesifik Lupa Gangguan perhatian Khawatir Melamun Cenderung menyalahkan orang lain
2.2.1.2 Faktor yang mempengaruhi kecemasan Hasil penelitian yang dilakukan oleh Putra (2009) pada klien dengan diabetes melitus menemukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pada penderita diabetes selama di rumah sakit antara lain: pendidikan, komplikasi dan biaya perawatan. Kurangnya pengetahuan penderita diabetes mellitus disebabkan oleh tingkat pendidikan yang rendah sehingga pasien diabetes mellitus kurang mengetahui tentang gejala diabates sehingga ketika klien datang ke pusat pelayanan kesehataan sudah kronis dan terjadi komplikasi. Selanjutnya pengobatan yang tidak tuntas atau akibat dari kadar glukosa darah yang tidak terkontrol menimbulkan berbagai komplikasi dari diabetes. Selain itu penderita yang tidak memiliki pekerjaan atau penghasilan tetap untuk mendukung biaya pengobatannya menjadi salah satu faktor kecemasan pada penderita diabetes.
Selain itu dalam penelitian yang dilakukan oleh Putri, Zulfitri & Karim (2011) pada lansia dengan diabetes mellitus menemukan bahwa faktor yang mempengaruhi kecemasan pada lansia adalah faktor pekerjaan, status kesehatan, kehilangan pasangan dan keluarga dan dukungan sosial. Hal ini sama dengan
16 Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
pernyataan dari Sari & Laila (2011) mengenai kecemasan pada lansia. Pada penelitian Arianti (2009) pada pasien diabetes mellitus di ruang rawat inap pada tiga rumah sakit di Pekan baru menemukan bahwa kecemasan muncul pada klien dengan komplikasi ulkus kaki diabetik. Pada ulkus kaki diabetik grade awal (1 & 2) klien lebih banyak mengalami kecemasan ringan dan sedang sedangan pada ulkus kaki diabetik grade 3 klien banyak mengalami kecemasan berat.
Kecemasan terjadi tergantung dari pengalaman hidup seseorang. Suatu kejadian atau peristiwa tertentu mempengaruhi kecemasan. Menurut Ramaiah (2003) faktor yang mempengaruhi kecemasan diantaranya: (1) lingkungan, tempat tinggal mempengaruhi cara berpikir individu tentang dirinya sendiri ataupun orang lain. Hal ini disebabkan karena adanya pengalaman yang tidak menyenangkan dengan keluarga,sahabat atau rekan kerja sehingga individu tersebut merasa tidak aman dengan lingkungannya; (2) emosi yang ditekan, kecemasan terjadi jika tidak menemukan jalan keluar untuk perasaannya sendiri dalam hubungan personal, terutama jika menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka panjang; (3) sebab-sebab fisik, kecemasan muncul karena kondisi fisik tertentu.
2.2.3
Ketidakberdayaan
2.2.3.1 Pengertian Ketidakberdayaan adalah persepsi bahwa seseorang secara signifikan tidak akan mempengaruhi hasil; persepsi kurang kendali terhadap situasi saat ini atau situasi yang akan segera terjadi (NANDA, 2012). Townsend (1998) mengatakan ketidakberdayaan adalah persepsi individu bahwa tindakannya sendiri tidak akan mempengaruhi hasil secara bermakna; suatau kurang kontrol terhadap situasi tertentu atau kejadian baru yang dirasakan. Ketidakberdayaan merupakan kondisi ketika individu atau kelompok merasakan kurangnya kontrol personal terhadap sejumlah kejadian atau situasi tertentu yang memberi dampak pada pandangan, tujuan dan gaya hidup (Capernito, 2008). Dapat disimpulkan bahwa ketidakberdayaan adalah suatu keadaan dimana ketidakmampuan seseorang
17 Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
mengontrol situasi dan berpersepsi tidak ada yang dapat mengatasi situasi yang sedang dihadapinya.
Stephenson (1979) dalam Carpenito (2008) membagi ketidakberdayaan dalam dua bagian yaitu ketidakberdayaan situasional dan ketidakberdayaan dasar (trait powerlessness). Ketidakberdayaan situasional muncul pada sebuah peristiwa spesifik dan mungkin berlangsung singkat. Ketidakberdayaan dasar bersifat menyebar, mempengaruhi pandangan, tujuan, gaya hidup dan hubungan.
2.2.3.2 Tanda dan Gejala Menurut
NANDA
(2012)
batasan
karateristik
ketidakberdayaan
adalah
bergantung pada orang lain, depresi karena gangguan fisik, tidak berpartisipasi dalam perawatan, meyatakan asing, menyatakan keraguan tentang kinerja peran, menyatakan frustasi terhadap ketidakmampuan untuk melaksanakan aktivitas sebelumnya, menyatakan kurang kontrol, menyatakan rasa malu.
Batasan karateristik (Carpenito, 2008) meliputi karateristik mayor: marah, apatis yang dipelihatkan atau ditutupi; ekspresi ketidakpuasan atas ketidakmampuan mengontrol situasi (misal: pekerjaan, penyakit, prognosis, perawatan, tingkat penyembuhan)yang mengganggu pandangan, tujuan dan gaya hidup. Karateristik minor meliputi apatiis dan pasif, ansietas dan depresi, marah dan perilaku kekerasan, perilaku buruk dan ketergantungan yang tidak memuaskan orang lain, gelisah dan cenderung menarik diri.
2.2.3.3 Penyebab ketidakberdayaan Penyebab ketidakberdayaan (Carpenito, 2008) disebabkan disfungsi proses berduka, kurangnya umpan balik positif, umpan balik negatif yang konsisten. Secara patologis proses penyakit baik akut mapun kronis merupakan penyebab ketidakberdayaan.
Menurut Stuart (2009) dalam Widuri (2012) faktor presisposisi adalah (1) biologis meliputi latar belakang genetik, kondisi kesehatan umum seperti riwayat
18 Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
kesehatan fisik dan mental, pola hidup, terpapar racun, penggunaan zat-zat terlarang; (2) psikologis meliputi riwayat perkembangandan pertumnuhan, konsep diri, motivasi, kemampuan kontrol diri, perkembangan moral, dan kemapuan mengungkapkan perasaan; (3) sosial budaya meliputi usia, gender, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, status sosial, nilai budaya, agama/keyakianan, pengalaman sosial, dan peran sosial.
Faktor prepitasi terdiri dari (1) faktor psikologis, persepsi individu terhadap penyakit kronik yang dirasakan sebagai kehilangan masa muda, pekerjaan, penghasilan,perubahan peran terlebih menjadi lebih dekat dengan kematian. (2) faktor sosial buday selain maslah keuangan, sistem pemberian layanan kesehatan juga dianggap berpengaruh terhadap ketidakberdayaan.
2.2.3.3. Dampak Ketidakberdayaan Menurut disertasi Smallheer (2011) menyatakan bahwa ketidakberdayaan memberikan dampak secara psikologia kehidupan seseorang diantaranya: (1) Dampak terhadap motivasi, individu yang mengalami ketidakberdayaan mengalami penurunan dalam upaya menanggapi situasi yang dialami sehingga terjadi kegagalan yang berulang-ulang, (2) Dampak terhdap kognitif. Respon yang diberikan individu terhadap situasi yang dialami saat ini dipengaruhi dari pengalaman individu terhadap situasi yang tidak menyenangkan yang sebelumnya pernah terjadi. (3) Dampak emosional. Pengalamanan individu terhadap situasi yang tidak dapat dikontrol menyebabkan emosional yang negatif seperti gejala depresi dan kecemasan yang ditandai dengan rasa takut, frustasi.
2.3 Manajemen Stress pada Diabetes Mellitus Dalam mengendalikan stres yang menyebabkan timbulnya diabetes mellitus diperlukan adanya pengelolaan terhadap stress. Menurut Stuart (2009) dalam Widuri (2012) sumber koping adalah strategi yang dapat membantu menentukan cara untuk mengatasi stressor yang meliputi keyakinan untuk menghadapi stressor, kemapuan individu dalam mengahadapi stressor, dukungan sosial (keluarga, teman , kelompok) dan material (keuangan, jasa pelayanan). Keyakinan
19 Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
individu bahwa dirinya mampu mengelola penyakir diabetes yang dideritanya merupakan tujuan penting dalam perawatan dan proses penyembuhan diabetes (Anderson, 2000 dalam Jamalludin, 2010).
Menurut Bharatasari (2008); Young & Unachukwu (2012); Mitra (2008); Ihdaniyati & Arifah (2009) manajemen stres yang dapat dilakukan dalam menghadapi stressor antara lain (1) Tetap optimis mengenai masa depan, walaupun sedang mengalami masalah gangguan fisik seseorang harus tetap optimis dan berpikir positif dalam menata kehidupan masa depan. (2) Dukungan sosial dari keluarga, teman dan kelompok mempengaruhi kondisi seseorang. Dukungan memberikan motivasi diri terhadap penderita diabetes untuk dapat menjalani pengobatan. (3) Mengontrol diri, dapat mengendalikan emosi maupun perasaan. Dalam kondisi tertentu pasien akan cepat terbawa emosi dan mudah marah. (4) Menerima kenyataan yang ada,dengan kondisi sakit yang dialami seorang penderita diabetes harus tetap melanjutkan hidupnya, dengan penerimaan terhadap kondisi penyakitnya dan menerima kenyataan yang ada dapat menghindarkan penderita dari depresi dan kecemasan. (5) Keyakinan, dengan keyakinan yang dipegang/anut melalui kegiatan ibadah dapat membantu penderita dalam mengurangi tingkat stress. Selain itu mengikuti
kegiatan yang dapat
merelaksasikan pikiran dan tubuh serta menyenangkan seperti yoga, tai-chi atau melakukan hobi atau kegiatan lain yang disukai.
2.4 Penanganan keperawatan psikososial dengan terapi non farmakologis 2.4.1 Penanganan Kecemasan Penanganan masalah ansietas pada tahap generalis meliputi: 2.4.1.1. Teknik relaksasi nafas dalam Selama stres hormon-hormon yang mengarah pada peningkatan KGD seperti epineprin, kortisol, glukagon, ACTH, kortikosteroid, dan tiroid akan meningkat. Teknik relaksasi nafas dalam merupakan salah satu terapi non famakologis dalam menurunkan kecemasan pada penderita diabetes mellitus. Relaksasi merupakan salah satu bentuk mind-body therapy dalam terapi komplementer dan laternatif (Moyad & Hawks, 2009). Smeltzer dan Bare (2002) menyatakan bahwa tujuan
20 Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
teknik relaksasi nafas dalam adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelekatasi paru, meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi stress baiik stres fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Presetyo & Dharmarwati (2012) menunjukkan adanya pengaruh besar teknik relaksasi nafas dalam terhadap respon stress sehingga dapat menurunkan tekanan sistole dan diastol. Purwoko (2009) menyatakan adanya pengaruh teknik relaksasi nafas terhadap penurunan kecemasan.
2.4.1.2 Hipnotis lima jari Salah satu metode dalam menurunkan kecemasan adalah hipnotis lima jari. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Mu’afiro, Adin & Emilia (2004) menyatakan bahwa hipnotis lima jari mampu menurunkan kecemasan. Anbar (2003) dan Asthon, dkk (1997) menyatakan bahwa hipnotis diri sendiri (self hypnotis) dapat membantu klien dalam menurunkan kecemasan.
2.4.1.3 Pemberian Informasi Pemberian informasi mengenai kondisi dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan membantu klien mengurangi kecemasan. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh
Mulyani, Paramastri & Priyanto (2008) menyatakan bahwa
komunikasi dan hubungan terapetuik yang terbina antara perawat- klien dapat membantu menurunkan kecemasan klien. Menurut Stewart (1997) menyatakan bahwa komunikasi dan hubungan yang terapeutik mampu membuat klien menerima sakitnya.
21 Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
22 BAB 3 LAPORAN KASUS
Dalam bab ini penulis memaparkan hasil pengkajian, masalah keperawatan, diagnosa keperawatan, imeplementasi masalah psikososial yang diberikan, evaluasi hasil tindakan keperawatan dan rencana tindak lanjut yang perlu diberikan. Hasil pengkajian didapat dari hasil observasi, wawancara dan respon verbal klien selama klien dirawat di ruang Gayatri.
3.1 Pengkajian Kasus Inisial klien adalah Ny. A (67 tahun). Klien beragama Islam dengan pendidikan terakhir SMP. Klien bersuku sunda saat ini klien tinggal bersama suami dirumah anak pertamanya beserta menantu dan empat orang cucunya di daerah Sukabumi- Bogor.
Klien dirawat ruang gayatri sejak tanggal 8- 17 Mei 2013 dengan keluhan di punggung kaki sebelah kanan terdapat luka terbuka, ada pus dan berbau. Diagnosa saat masuk adalah Diabetes dan ulkus diabetikum. Luka tersebut sudah ada sekitar tiga minggu sebelum masuk rumah sakit. Pada awalnya luka tersebut hanya disebabkan oleh gigitan nyamuk namun luka tersebut tidak sembuh-sembuh tetapi bertambah besar dan berbau. Klien memiliki riwayat DM sejak tahun 2002. Namun pengobatan tidak rutin dilakukan. Dari hasil pengkajian dalam keluarga klien tidak ada yang memiliki riwayat Diabetes sebelumnya.
Klien mengatakan bahwa dirinya tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasa dilakukan dirumah semenjak kakinya sakit. Klien mengatakan sebelum sakit dirinya biasa melakukan kegiatan rumah seperti menyapu, mengepel, memasak, dan kegiatan bersama ibu-ibu di sekitar rumah seperti arisan dan mengaji. Namun semenjak sakit klien lebih banyak berdiam diri di dalam rumah. Sewaktu dirumah klien mengatakan jika ada tetangga dan teman-teman klien yang datang menjenguk rumah klien merasa malu karena bau dari luka di kakinya tersebut. Klien mengatakan karena lukanya tersebut cucu klien yang paling kecil berusia sekitar 8 tahun sering mengatakan tidak mau mendekatinya klien, karena klien bau. Namun menurut klien, cucunya tersebut masih kecil dan belum mengerti apa-apa sehingga klien tidak merasa sakit hati atau rendah diri karena perkataan cucunya tersebut. Klien mengatakan dengan kondisinya saat ini klien menerima dengan ikhlas karena semua ini cobaan dari Tuhan Yang Maha Esa. Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
Klien mengatakan khawatir dengan kondisi penyakitnya karena lukanya semakin besar dan berbau busuk dan klien khawatir luka tersebut tidak dapat sembuh. Klien sering meringis kesakitan jika sedang dilakukan perawatan luka. Klien mengatakan kurang nafsu makan, mual. Porsi makan yang disajikan hanya 3-4 sendok makan saja yang dihabiskan. Klien mengatakan mengalami kesulitan tidur karena rasa sakit dan terkadang terpikir dengan kondisi penyakit yang sedang dialami. Hasil observasi selama wawancara, klien tampak gelisah, menahan nyeri sambil memegang kaki, kontak mata kurang, ekspresi wajah agak tegang, TTV: TD: 130/90 mmHg; nadi 89 x/m, kuat, teratur; RR: 20x/m; Suhu 36,5 0C, tampak tidak bergairah, lesu, klien jarang berinteraksi dengan klien lain atau perawat.
Hubungan klien dengan anak, menantu dan cucu tidak ada masalah. Dalam masa perawatan anak, menantu dan cucu memberikan support terhadap kesembuhan klien. Mereka bergantian berjaga dan mau menjenguk klien selama dirawat di rumah sakit. Namun klien merasa kecewa dengan suaminya. Menurut klien suaminya bersikap keras dan mau menang sendiri dan tidak mau mengerti dengan kondisinya. Dengan kondisi klien yang sedang sakit suami klien sering mengatakan hal-hal yang membuat klien sakit hati seperti kalimat : “mami bau” sehingga klien merasa sakit hati. Klien mengatakan marah terhadap suaminya .Saat pengkajian berlangsung suami klien juga dirawat diruang yang sama dengan klien, namun klien tidak mau menemui dan berbicara dengan suaminya. Klien tidak mau mengakui suaminya. Saat dikaji klien mengatakan suaminya dahulu pernah selingkuh namun tidak sempat sampai bercerai. Anak, menantu dan cucu klien berusaha untuk mendamaikan mereka.
3.2 Masalah Keperawatan Data yang di peroleh dari hasil observasi, wawancara, pemeriksaan dan validasi, didapatkan masalah keperawatan fisik dan psikososial. Masalah fisik yang muncul yaitu Gangguan integritas kulit, resiko infeksi, nyeri dan gangguan keseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh. Masalah psikososial yang muncul yaitu ansitas dan ketidakberdayaan. Dalam memberikan asuhan keperawatan penulis lebih banyak membahas masalah psikososial yang dialami klien, namun masalah fisik klien tetap di intervensi.
23 Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
3.3 Diagnosa Keperawatan Data dari hasil pengkajian terdapat dua masalah psikososial yang dialami klien yaitu ansietas dan ketidakberdayaan. Setelah dilakukan analisa data penulis menentukan core problem dari masalah klien adalah ansietas. Hasil pengkajian yang telah dilakukan didapatkan klien mengalami ansietas sedang.
3.4 Implementasi Implementasi keperawatan diberikan selama 5 hari dimulai dari tanggal 10- 15 Mei 2013. Implementasi dilakukan dalam 5 kali pertemuan. Tindakan keperawatan yang dilakukan antara lain membina hubungan saling percaya, mendiskusikan tentang perasaan yang sedang dialami,
bersama
klien
mengidentifikasi
situasi
yang
membuat
klien
ansietas,
mengidentifikasi perilaku akibat dari ansietas yang terjadi, bersama klien mendiskusikan cara yang dilakukan klien selama ini dalam mengatasi ansietas, menjelaskan kondisi kesehatan klien saat ini, mengajarkan dan melatih latihan teknik relaksasi nafas dalam, mengajarkan dan melatih teknik relaksasi dengan hipnosis 5 jari dan memberikan reinforcement positif.
3.5 Evaluasi Evaluasi dari intervensi keperawatan yang telah dilakukan terhadap klien merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Kompenen evaluasi yang didokumentasikan adalah respon verbal klien dan hasil observasi kondisi klien dari hasil implementasi yang telah dilakukan. Evaluasi berdasarkan tujuan khusus yaitu terbinanya hubungan saling percaya antara klien dan perawat, klien mampu mengenal masalah ansietas, klien mampu mengatasi maslah ansietas melalui teknik relaksasi, klien mampu menggunakan teknik relaksasi untuk mengatasi masalah ansietas. Evaluasi dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada Ny. A adalah klien mampu melakukan teknik relaksasi nafas dalam dan teknik relaksasi hypnosis lima jari dalam mengatasi masalah ansietas.
3.6 Rencana tindak lanjut Rencana tindak lanjut yang diberikan dalam merawat klien dalam ansietas terhadap klien menganjurkan kepada klien untuk bercerita saat ada masalah yang sedang dipikirkan sehingga ansietas berkurang. Komunikasi bukan hanya untuk menunjukkan adanya keterbukaan dalam keluarga namun komunikasi dapat meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberi dan saling menerima antar anggota keluarga. Komunikasi dalam dalam 24 Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
keluarga dapat membantu untuk menghindari kesalahpahaman. Rencana tindak lanjut lainnya terhadap klien adalah motivasi untuk melakukan teknik relaksasi saat merasa ansietas dengan melakukan teknik relaksasi dalam dan hipnosis lima jari yang telah dilatih.
Rencana tindak lanjut yang diberikan kepada keluarga adalah menyediakan waktu untuk mendengarkan keluhan klien. Keluarga diharapkan dapat mendukung klien dalam perawatan dan pengobatan yang sedang dijalani. Keluarga diharapkan dapat membantu klien dalam memenuhi kebutuhan dasar klien dengan keterbatasan yang klien sedang alami.
Rencana tindak lanjut bagi perawat dalam merawat pasien dengan ansietas perlunya perawat dalam meningkatkan cara berpikir kritis dengan melihat situasi dan kondisi klien. Dengan berpikir kritis diharapkan perawat dapat melukakukan intervensi keperawatan secara komprehensif dengan mmaperhatikan aspek bio-psiko-sosial- spiritual klien. Perawat juga perlu meningkatkan kemampuan dalam mengkaji pasien dengan ansietas dengan mengunakan format pengkajian psikososial yang telah baku sehingga implementasi yang yang diberikan tepat dan sesuai dengan kondisi klien.
25 Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
26
BAB 4 ANALISA SITUASI
Pada bab ini akan dibahas mengenai profil lahan praktek Ruang Gayatri, analisis masalah keperawatan dengan konsep terkait KKMP dan konsep kasus terkait, analisa satu tindakan keperawatan yang telah dilakukan dan membandingkan dengan teori-teori dan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan serta alternatif analisa pemecahan masalah yang dapat diberikan dalam mengatasi masalah psikososial dengan ansietas.
4.1 Profil lahan praktek Ruang Gayatri berdiri pada tanggal 1 juni 2009, dengan pelayanan dikhususkan kepada pelayanan pasien geriatric/pasien dengan usia diatas 60 tahun. Ruang Gayatri pada awalnya hanya memiliki kapasitas 7 tempat tidur. Namun, sejak tanggal 1 Oktober 2010, ada perubahan kebijakan, yaitu ruang Gayatri tidak hanya merawat pasien lansia, tapi berubah menjadi ruang parawatan umum untuk dewasa, dengan penambahan kapasitas sebanyak 9 tempat tidur. Dari 16 tempat tidur yang tersedia, 6 tempat tidur dialokasikan khusus untuk pasien dengan usia diatas 60 tahun dan 10 tempat tidur lainnya dapat dipakai untuk pasien dewasa dibawah usia 60 tahun. Kelas perawatan terdiri dari kelas 2 plus, kelas 2 biasa dan 1 ruang isolasi. Adapun visi, misi, dan tujuan ruang Gayatri yang menjadi pedoman dalam mencapai pelayanan keperawatan yang prima.
Ruang Gayatri dipimpin oleh satu orang Kepala Ruangan (Karu). Dalam menjalankan tugasnya kepala ruangan dibantu dengan adanya dua orang Ketua Tim (Katim) serta terdapat 14 perawat pelaksana, sehingga jumlah keseluruhan terdapat 17 perawat. Ruang gayatri memiliki 1 orang dokter ruangan. Ruang gayatri juga memiliki 1 orang adminitrasi yang sehari-harinya mengurus kelengkapan admintrasi pasien. Terdapat 1 orang Pramu Husada (PH) dan 2 orang yang bekerja membersihkan ruangan (claning service). Latar belakang pendidikan petugas di ruang Gayatri adalah 1 orang S1 keperawatan dan 16 orang
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
pendidikan DIII Keperawatan 1 orang S1 Kedokteran, 1 orang sarjana bisnis dan adminitrasi dan 3 orang SMA/sederajat.
4.2 Analisis masalah keperawatan sesuai KKMP dan konsep kasus Klien kelolaan adalah lansia dengan umur 67 tahun dan berjenis kelamin perempuan. Menurut WHO usia lanjut diabagi dalam empat kriteria yaitu: usia pertengahan (middle age) ialah 45 59 tahun, lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun, usia sangat tua (very old) ialah diatas 90 tahun (Nugroho, 2009). Menurut UU No. 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 ayat 2 bahwa lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas. Lanjut usia merupakan tahap lanjut dari proses kehidupan seseorang. Pada tahap ini terjadi proses penuaan berlangsung secara natural baik cepat atau pun lambat dimana terjadi penurunan fungsi tubuh. Hasil penelitian Khuwaja, Lalani, Dhanani, Azam, Rafique & White (2010) menunjukkan bahwa lansia lebih banyak menderita ansietas dan depresi karena lansia lebih banyak mengalami permasalahan seperti isolasi, banyak penyakit selain DM dan penurunan kemampuan fisik yang menyebabkan munculnya masalah psikososial pada lansia.
Penuaan adalah proses yang normal, dimana terjadi perubahan fisik dan tingkah laku yang sudah dapat diprediksi sebelumnya dan terjadi pada semua orng yang telah mencapai tahap perkembangan tertentu (Stanley, 2006). Adapun tugas perkembangan pada lansia adalah beradaptasi terhadap penurunan kesehatan dan kekuatan fisik, beradaptasi terhadap masa pensiun dan penurunan pendapatan, beradaptasi terhadap kematian pasangan, menerima diri sebagai individu yang menua, mempertahankan kehidupan yang memuaskan, menetapkan kembali hubungan dengan anak yang telah dewasa, menemukan cara mempertahankan kualitas hidup (Potter & Perry, 2009).
Pada kehidupan perkotaan dengan pembangunan yang maju dalam berbagai bidang baik politik, sosial budaya, ekonomi maupun kesehatan membuat usia harapan hidup semakin tinggi. Menurut Radiatna (2011) dalam Sustyani, Indriati & Supriyadi (2012) usia harapan hidup lanjut usia berdasarkan jenis kelamin
27 Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
menunjukkan bahwa perempuan memiliki usia harapan hidup lebih lama dibanding laki-laki. Hal ini dipengaruhi oleh perilaku gaya hidup yang tidak sehat seperti kebiasaan merokok, minum minuman keras yang terjadi pada usia muda. Perilaku
tersebut
mempengaruhi
sistem
imun
yang
beresiko
terhadap
meningkatnya penyakit. Menurutnya wanita memiliki dua kromosom X yang berperan penting dalam sistem hormon dan metabolisme, sedangkan pada lakilaki hanya memiliki satu kromosom sehingga jika terjadi kerusakan maka akan menderita suatu penyakit. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tovilla-Zarate, et al. (2012) pada pasien dewasa yang dirawat di RS de Comalcalco in Tabasco Mexico sebagian besar pasien diabetes yang mengalami ansietas adalah wanita dan ibu rumah tangga. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Osme , et al. (2012) menemukan bahwa wanita 5 kali lebih banyak menunjukkan gejala ansietas dibandingkan laki-laki dan 2,7 kali menderita depresi. Hal ini serupa dengan hasil dari penelitian Trento, et al. (2011). Menurut panulis lansia wanita lebih banyak mengalami ansietas disebabkan karena wanita lebih pasif, dan lebih ekspresif dalam emosional.
Bertambahnya jumlah lanjut usia diperkotaan membuat perlu adanya penanganan khusus terhadap masalah lansia. Menurunnya fungsi pada berbagai sistem organ tubuh membuat lansia rentan terhadap penyakit. Penyebab terjadi masalah kesehatan pada lansia diperkotaan disebabkan karena perubahan gaya hidup. Menurut Syumanda (2009) dalam Simanullang, Zuska & Asfriyati (2011) gaya hidup yang tidak baik dapat menimbulkan berbagai penyakit. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) gaya hidup yang tidak sehat merupakan satu dari sepuluh penyebab kematian dan kecatatan di dunia. Lebih dari dua juta kematian setiap tahunnya disebabkan oleh kurang gerak atau kurang aktivitas fisik, karena kalori ketidakseimbangan antara kalori yang masuk dengan keluar sehingga menumpuk dan menjadi beban bagi tubuh yang kemudian menyebabkan kemunduran fisik. Menurut Bustan (2007) menyatakan bahwa perubahan gaya hidup seperti konsumsi makanan cepat saji (junk food), pola makan yang tidak baik, kebiasaan merokok dan kurangnya aktivitas fisik merupakan salah satu
28 Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
pemicu untuk timbulnya penyakit berbahaya seperti Diabetes Mellitus, Hipertensi, Penyakit Jantung dan Stroke.
Peningkatan populasi lansia akan memperbesar peningkatan resiko untuk menderita penyakit kronis. Hal ini senada dengan pendapat Hutapea (2005) yang menyatakan bahwa peningkatan jumlah lansia berdampak pada munculnya masalah kesehatan yang terjadi pada lansia berupa masalah fisik, biologi maupun psikososial. Menurut Roach (2001) dalam Zulfitri (2010) menyatakan bahwa lansia cenderung untuk menderita penyakit kronis dan sekitar 80% lansia di dunia sedikitnya menderita satu jenis penyakit salah satunya adalah diabetes mellitus. Menurut hasil penelitian Fitri (2008) pada lansia di Bali, lansia perempuan mengalami keluhan sakit akut maupun kronis lebih tinggi dibandingkan dengan lansia laki-laki.
Lansia dihadapkan dengan penurunan fungsi tubuh dan
meningkatnya sensitivitas emosional seperti rasa sedih, putus asa, harga diri rendah, cemas dan perasaan tidak berguna. Perubahan ini akan mempengaruhi perilaku lansia dalam upaya untuk meningkatkan status kesehatannya (Nugroho, 2000).
Klien adalah lansia dengan diabetes mellitus. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wild, Roglic, Green, Sicree & King (2004) diabetes banyak terjadi pada negara berkembang dan di daerah perkotaan. Di negara berkembang diabetes diderita pada kelompok umur 45-64 tahun. Bila dilihat dari segi fisik klien kelolaan mengalami kemunduran dan kerentanan terhadap kesehatan dalam hal ini klien lebih rentan terhadap komplikasi makrovaskuler dan mikrovaskuler dari diabetes mellitus yang dideritanya. Menurut Rochmah (2007) sekitar 50% lansia mengalami intoleransi glukosa dengan kadar gula darah puasa normal. Menurut penulis jika ditinjau dari
lingkungan perkotaan lansia yang rentan terhadap
terjadinya stress karena faktor lingkungan seperti polusi, kriminalistas, kebisingan serta persaingan ; perubahan sosial budaya; perubahan gaya hidup. Meningkatnya masalah diabetes di negara berkembang menurut penulis disebabkan karena kurangnya pelayanan kesehatan dan informasi kesehatan yang belum dapat
29 Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
diakses secara penuh pada masyarakat, keadaaan ekonomi dan sosial yang masih belum mendukung.
Klien sudah menderita diabetes mellitus lebih dari sepuluh tahun serta terjadinya komplikasi menjadi stressor tersendiri bagi klien. Kondisi tersebut berdampak terhadap psikologis klien sehingga menimbulkan masalah psikososial. Menurut Maramis (2004) penyesuaian individu terhadap stres akan berbeda satu dengan yang lain. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status sosial, emosi, tipe kepribadian. Stress merupakan salah satu faktor yang muncul pada penderita diabetes mellitus (Discovey Heatlh, 2007 dalam Jamaluddin, 2007). Menurut Miller (1995) dalam Yenni, Mulyono & Sabri (2011)
mengatakan bahwa lansia yang memiliki penyakit kronik
membutuhkan bantuan dalam memenuhi kebutuhan sehari hari seperti harus melakukan perubahan gaya hidup, menjalani pengobatan, adanya pengeluaran untuk obat-obatan. Young & Unachukwu (2012) mengatakan kurangnya dukungan dari keluarga, kerabat dan teman merupakan sumber masalah psikososial. Menurut penulis stress yang dialami oleh penderita diabetes pada usia dipengaruhi berbagai faktor baik dari internal maupun eksternal.
Masalah psikososial muncul pada klien kelolaan berhubungan dengan komplikasi yang timbul dan kekhwatiran dengan kondisi penyakitnya. Horswell (2008 ) mengatakan sekitar 1/3 orang dengan Diabetes Mellitus tidak mengetahui bahwa dirinya terkena Diabetes Mellitus. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Khuwaja, Lalani, Dhanani, Azam, Rafique, White (2010) menunujukkan bahwa lebih dari setegah lansia dengan diabetes mellitus banyak menderita ansietas dan depresi. Hal ini senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tovilla-Zarate, et al., (2012) pada pasien dewasa yang dirawat di RS de Comalcalco in Tabasco Mexico. Ansietas dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wiyadi, Loriana & Lusty (2012) menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kecemasan dengan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus di ruang rawat inap rumah sakit di samarinda. Ini
30 Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
menunjukkan bahwa keadaan psikologis seseorang berdampak pada peningkatan kadar gula darah.
Akibat dari komplikasi yang timbul klien merasa tidak mampu. Hal ini disebabkan klien kurang informasi dan ketidaktahuan dalam manajenen pengobatan diabetes. Menurut pendapat Friedman, Bowden dan Jones (2003) dalam Zulfitri (2010) mengatakan bahwa lansia yang mendapatkan dukungan informasi yang cukup akan termotivasi untuk tetap menjaga kondisi kesehatan menjadi lebih baik. Menurut penulis informasi yang diberikan tidak hanya untuk klien saja namun keluarga mempunyai peranan penting dalam perawatan klien. Dengan support sistem keluarga terutama dari pasangan, klien dapat menjalani pengobatan dan perawatan dengan baik pula. Hasil penelitian Zulfitri (2006) menemukan adanya hubungan antara dukungan informasi keluarga dengan perilaku lansia hipertensi dalam mengontrol kesehatannya. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Zamralita (2005) dalam Zulfitri (2010) yaitu dukungan keluarga terhadap kesehatan fisik dan mental berpengaruh besar terhadap individu dewasa akhir.
4.3 Analisis intervensi sesuai konsep dan penelitian terkait Dalam kesempatan ini penulis akan memaparkan tindakan-tindakan keperawatan yang telah dilakukan dari satu diagnosa masalah keperawatan psikosososial klien kelolaan yaitu ansietas. Pada tahap awal interaksi perawat intervensi yang dilakukan oleh perawat adalah membina hubungan percaya dengan klien. Salah satu dari elemen caring yang dikembangkan oleh Watson (2001) adalah faktor karatif yang didalamnya membahas tentang membina hubungan saling percaya (developing a helping). Dalam teori ini dijelaskan bahwa dalam mengembangkan hubungan saling percaya perlu adanya sikap jujur, empati. Hubungan saling percaya antara perawat dan klien adalah kunci dari komunikasi terapeutik. Hubungan saling percaya didapat dari hubungan terapeutik.
Hubungan terapeutik adalah hubungan
kerjasama yang ditandai tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dalam membina hubungan intim yang terapeutik (Stuart & Sundeen,
31 Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
1998). Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya (trust) harus tercapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan memberikan alternatif pemecahan masalah (Stuart & Sundeen, 1998). Menurut Suparman (2012) mengatakan terbinanya hubungan saling percaya merupakan suatu strategi dalam mengawali interaksi dimana rasa percaya diri klien harus ditumbuhkan agar pasien mau terbuka dengan permasalahan yang sedang dialaminya, sehingga perawat dapat mengidentifikasi masalah dengan benar, akurat dan lengkap. Dalam bidang keperawatan. komunikasi merupakan unsur penting untuk menciptakan hubungan antara perawat dan klien.
Komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara perawat dan klien, dalam hubungan ini perawat dan klien memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien. Komunikasi dapat memberikan pertukaran informasi dan dukungan emosional pada saat mengalami stress (Elliot & Wright, 1999). Hibdon (2000) menyatakan bahwa dengan komunikasi yang terbuka, jujur dan menerima klien apa adanya, perawat akan meningkatkan kemampuan klien dalam membina hubungan saling percaya. Keterampilan berkomunikasi merupakan keterampilan yang dimiliki oleh seorang perawat untuk membangun suatu hubungan. Menurut Husna, Sumarliyah dan Tipo (2009 ) komunikasi yang efektif , tepat waktu dengan sikap, intonasi, ekspresi wajah yang sesuai akan meningkatkan kepercayaan antara individu dalam membina hubungan saling percaya dan saling membutuhkan. Keberhasilan pearawat dalam melaksanakan terknik komunikasi terapeutik dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain usia, pendidikan dan pengalaman kerja (Suparman, 2009).
Menurut penulis keterampilan berkomunikasi merupakan critical skill yang harus dimiliki oleh perawat, yang dapat digunakan sebagai modal dasar dalam mengumpulkan data, memberikan memperoleh informasi, menunjukkan caring yang dapat mempengaruhi klien dalam memberikan rasa nyaman, dan menumbuhkan rasa percaya diri klien. Seorang perawat perlu menyediakan waktu luang untuk mendengarkan keluhan klien dan mencoba untuk fokus terhadap
32 Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
masalah psikologis yang dialami klien dan tidak hanya fokus pada masalah fisik saja. Perawat perlu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan peka dengan situasi dan kondisi klien. Kemampuan perawat dalam melakukan komunikasi teraputik dapat dikembangkan melalui pengembangan diri melalui seminar, pelatihan serta workshop.
Intervensi keperawatan selanjutnya yang dilakukan adalah dengan memberikan teknik relaksasi nafas dalam.
Salah satu penanganan kecemasan pada terapi
generalis adalah dengan teknik relaksasi nafas dalam. Pemberian teknik relaksasi nafas dalam pada pasien akan
menurunkan ketegangan sehingga mencapai
keadaan rileks, dapat memusatkan perhatian pada teknik pernafasan, dan mengencangkan serta mengendurkan kumpulan otot secara bergantian sehingga dapat merasakan perbedaan anatara relaksasi dan ketegangan (Ghofur & Purwoko, 2012). Tujuan teknik relaksasi napas dalam adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru, meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan (Smeltzer & Bare, 2002). Teknik relaksasi nafas dalam dapat digunakan dalam memfokuskan pada informasi atau stimulus sensori sampai perasaan emosi dapat berkurang (Videbeck, 2008).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Zelianti, Sujarwo dan Hartoyo (2011) mengatakan adanya pengaruh signifikan antara teknik relaksasi nafas dalam terhadap tingkat emosi klien. Wiramihardja (2007) dalam Zelianti, Sujarwo dan Hartoyo (2011) mengatakan bahwa keteraturan dalam bernafas, menyebabkan sikap mental dan badan yang rileks sehingga menyebabkan otot lentur dan dapat menerima situasi yang merangsang luapan emosi tanpa membuat kaku. Teknik relaksasi tidak hanya menyebabkan efek yang menenangkan fisik tetapi juga menenangkan pikiran (Widyastuti, 2004). Nafas sangat membantu untuk meningkatkan kemampuan konsentrasi, mengontol diri, menurunkan emosi dan depresi (Handoyo, 2005).
33 Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Hasil penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Hasan & Ali (2010) diperoleh bahwa teknik relaksasi dapat membantu klien dalam mengelola tidur, mengurangi ketegangan yang dirasakan, mengurangi kontrol diri. Selain itu juga teknik relaksai dapat membantu klien dalam memperbaiki hubungan dengan anggota keluarga, mengurangi rasa ketakutan. Teknik relaksasi sangat berguna dan efektif dalam mengurangi gejala ansietas dan depresi.
Menurut penulis hal yang perlu diperhatikan dalam latihan relaksasi nafas dalam adalah cara perawat dalam memberikan contoh yang benar dan mempraktekkan di depan klien dengan tepat sehingga hasilnya dapat dirasakan dengan maksimal oleh klien. Jika dilihat teknik sekilas sepele namun jika dilakukan dengan benar dapat membantu klien mengurangi ketegangan-ketegangan sehingga klien dapat rileks, adanya penurunan ketegangan otot dan dapat membantu klien untuk beristirahat. Selama latihan beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam latihan relaksasi nafas dalam adalah kemampuan perawat dalam memberikan bimbingan yang tepat, kesiapan klien dalam latihan. Menurut Perry & Potter (2005) latihan relaksasi dapat dilakukan pada klien yang kooperatif.
Tindakan selanjutnya yang dilakukan dalam mengurangi kecemasan pada Ny. A adalah dengan teknik relaksasi hipnosis lima jari. Teknik relaksasi hipnosis lima jari merupakan cara kedua yang digunakan penulis dalam membantu klien mengurangi
ansietas.
Pada
teknik
relaksasi
ini
klien
diminta
untuk
membayangkan hal-hal yang menyenangkan klien. Tujuan dari latihan ini adalah untuk membantu klien mengurangi ketegangan-ketegangan yang sedang dihadapi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mu’afiro, Adin & Emilia (2004) kecemasan lebih rendah dirasakan pasien setelah dilakukan hipnosis lima jari bandingkan dengan pasien yang tidak mendapatkan perlakukan.
Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Anbar (2003) hasil penelitian terhadapa pasien dengan asma di dapatkan bahwa hipnosis lima jari membantu pasien menurunkan kecemasannya dan terjadinya asma.
34 Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Menurut penlis dalam melakukan hipnosis lima jari dibutuhkan konsentrasi yang tinggi sehingga lingkungan sekitar harus disesuaikan sehingga teknik relaksasi dengan hipnosis ini dapat memberikan efek yang maksimal. Lingkungan yang bising dapat memberikan stimulus tertentu yang dapat mengganggu jalannya latihan. Sebelum melakukan latihan teknik relakasi hipnosis lima jari perawat perlu memiliki kemampuan untuk mengkaji hal-hal apa saja yang membuat klien senang untuk dibayangkan. Perawat perlu memiliki kemampuan dalam memberikan bimbingan selama latihan. Perawat perlu mengembangkan diri melalui pelatihan-pelatihan, seminar atau workshop mengenai teknik relaksasi hipnotis.
Setiap hasil dari tindakan yang telah dilakukan klien diberikan reinforcement positif. ini merupakan teknik dari behaviour terapi, teknik ini digunakan melalui pemberian imbalan segera setelah tingkah laku yang diharapkan muncul. Bentuk yang diberikan misalnya senyuman, pujian, persetujuan, hadiah dan lain-lain. Pemberian reinforcement pasitif dilakukan agar klien dapat mempertahankan tingkah laku baru yang telah terbentuk (Lubis, 2011).
4.4 Alternatif pemecahan masalah Pemberian asuhan keperawatan yang telah diberikan terhadap masalah psikososial yang diahadapi klien masih perlu penanganan lebih lanjut baik terhadap klien maupun keluarga. Di dalam keluarga masih terdapat masalah dimana klien hanya merasa nyaman dengan satu orang anak saja dalam hal perawatan klien. Adanya masalah komunikasi dengan suami juga merupakan masalah yang masih terjadi dalam keluarga. Masih perlu adanya pengkajian yang lebih dalam mengenai masalah dengan keluarga. Namun tindakan tersebut memerlukan pengawasan dari terapis yang spesialis dengan psikoedukasi. Dalam menangani masalah ansietas klien kelolaan sudah dapat melakukan teknik mengurangi ansietas dengan teknik relaksasi nafas dalan dan hipnosis lima jari. Namun masih ada beberapa alternatif cara yang dapat digunakan dalam menangani masalah ansietas antara lain dengan Relaksai Otot Progresif (PMR) atau dengan CBT (Cognitive Behaviour Therapy). Beberapa kasus yang tidak dapat dilakukan dengan tindakan spesialis mungkin
35 Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
perlu dilakukan pendetakan yang lebih mendalam melalui dari praktisi spesialis kejiwaan dengan Counseling Liaison Psychosocial (CLP).
36 Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
37
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menuliskan mengenai hasil kesimpulan sesuai dengan tujuan yang telah di identifikasi asuhan keperawatan masalah psikosial pada klien dengan diabetes mellitus di ruang Gayarti Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Berdasarkan uraian penjelasan dari bab sebelumnya maka dapat ditarik keseimpulan dan saran sebagai berikut.
5.1 Kesimpulan Dalam menangani pasien dengan ansietas tindakan yang telah dilakukan sebagai berikut: 5.1.1
Hubungan saling percaya dapat terjalin melalui komunikasi terapeutik. Hubungan saling percaya merupakan langkah awal seorang perawat dalam berinteraksi dengan klien. Sikap jujur, empati dan keterbukaan merupakan unsur dalam melakukan komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik membantu perawat dalam menggali masalah, mencari informasi dan memberikan solusi yang tepat bagi masalah klien.
5.1.2 Teknik relaksasi nafas dan hipnosis lima jari dalam merupakan salah satu cara dalam membantu klien mengurangi ansietas yang dirasakan. Pemberian teknik relaksasi nafas dalam dan hipnosis lima jari dapat menrunkan mengendurkan ketegangan otot, membantu memusatkan perhatian, mengurangi ketakutan. 5.1.3 Pemberian reinforcement positif merupakan salah satu cara untuk menghargai usaha yang telah dilakukan klien untuk meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan klien dalam melakukan latihan.
5.2 Saran Terkait dengan kesimpulan asuhan keperawtan yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran yang dapat dijadikan acuan dalam pengembangan hasil penelitian ini.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
5.2.1 Bagi Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor khusus ruang Gayatri hendaknya dapat meningkatkan pelayanan keperawatan psikososial, terutama bagi perawat agar dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam merawat pasien dengan masalah psikososial serta mendokumentasikan asuhan yang telah diberikan. Rumah sakit dapat menyusun program pelatihan atau seminar untuk meningkatkan kemampuan perawat ruangan dalam menangani masalah klien dengan psikososial. Bagi rumah sakit agar kembangkan format pengkajian dan standar asuhan keperawatan yang baku untuk mempermudah dalam mengkaji, melakukan intervensi dan evaluasi pada kasus psikososial.
5.2.2 Bagi Penelitian Diharapkan ada penleitian lebih lanjut yang bisa dikembangkan terkait faktorfaktor yang mempengaruhi ansietas pada pasien dengan diabetes mellitus serta tindakan-tindakan keperawatan yang efektif dalam mengatasi masalah ansietas pada klien dengan diabetes mellitus sehingga hasilnya akan lebih komprehensif.
5.2.3 Bagi Keperawatan Diharapkan mampu memanfaatkan hasil asuhan keperawatan ini untuk meningkatkan
dan
mengembangkan
asuhan
keperawatan
jiwa
khusus
keperawatan psikososial dengan mengembangkan standar asuhan keperawatan serta format pengkajian psikososial yang baku sehingga dapat menjadi pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah psikososial.
38 Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
39
DAFTAR PUSTAKA
Ali. U., Hasan. S., (2010). The effectiveness of relaxation therapy in the reduction of anxiety related symptoms (a case study). Vol 2. No. 2., Pakistan: International Journal of Psychological Studies. http://www.ccsenet.org/ (diunduh tanggal 20 Juni 2013). . American Diabetes Association (ADA)., (2012). Diabetes: update on ADA guidelines. Anbar. Ran. D., (2003). Self-Hypnosis for anxiety associated with severe asthma: a case report. USA: BioMed Central Ltd. http://www.biomedcentral.com/ (diunduh tanggal 20 Juni 2013). Ancok. D., (2004). Aspek social-budaya dalam perencanaan kota baru. Psikologi terapan. Yogyakarta. http://ancok.staff.ugm.ac.id/ (diunduh tanggal 14 Juni 2013). Arianti. Y., (2009). Hubungan ulkus kaki diabetic dengan tingkat kecemasan pada penderita diabetes mellitus di instalasi rawat inap tiga rumah sakit di Pekan Baru. Pekan baru: Univeritas Riau. http://lib.unri.ac.id/ diunduh tanggal 17 Juni 2013).
Barrid, B., Ester,M., Praptiani. (Ed). (2012). Diagnosis keperawatan: definisi dan klasifikasi 2012-2014 (Made Sumarwati & Nike Budhi Subekti, Penerjemah). Jakarta: EGC. Beyondblue. Depression and anxiety disorders in people with diabetes. (beyongblue.org.au) (diunduh tanggal 28 Juni 2013). Bharatasari. T. A., (2008). Strategi coping pengidap diabetes melitus. Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. http://eprints.unika.ac.id/1956/ (diunduh tanggal 18 Juni 2013) Buku Registrasi ruang Gayatri RS. Marzoeki Mahdi Bogor 2013. Bustan. M. N., (2007). Epidemiologi penyakit tidak menular. Jogjakarta: Rineka Cipta. Ciechanowski, P.S, katon, W.J., Russo, J.E. (2000). Depression and diabetes: impact of depressive on adherence, function and costs. Arch Intern Med, 160, 32783285. http://archinte.jamanetwork.com (diunduh tanggal 1 Juni 2013)
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
DepKes. (2010). Tahun 2030 prevalensi diabetes mellitus di indonesia mencapai 21,3 juta orang. http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release (diunduh tanggal 16 Juni 2013). Ganatra, H.A., Zafar, S. N., Qidwai, W., Rozi, S. (2008). Prevalance and predictors of depression among an elderly population of Pakistan. Aging Ment Helath, 12, 349-356. http://www.tandfonline.com (diunduh tanggal 1 Juli 2013) Ghofur. A., Purwoko. E., (2012). Pengaruh teknik nafas dalam terhadap perubahan tingkat kecemasan pada ibu persalinan kala 1 di pondok bersalin ngudi saras trikilan kali jambe sragen. Yogyakarta : Jurnal Kesehatan Surya Medika. http://skripsistikes.files.wordpress.com/2009/08/6.pdf (diunduh tanggal 20 Juni 2013). Gonzalez, J.S., Peyrot, M., McCarl, L.A., Collins, E. M., Serpa, L., Mimiaga, M. J. (2008). Depression and diabetes treatment non adherence: a meta-analysis. Diabetes Care, 31, 2398-2403. http://care.diabetesjournals.org (diunduh tanggal 30 Juni 2013). Handoyo. A., (2005). Panduan praktis aplikasi olah raga 2. Jakarta: Elex Media Komputindo. http://www.biomedcentral.com/content/pdf/1471-2431-3-7.pdf (di unduh tanggal 19 Juni 2013). Husna. A. R., Sumarliyah. E., Tipo. A., (2009). Hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit siti khodijah sepanjang. Surabaya: Universitas Muhammadiyah. http://apps.umsurabaya.ac.id/jurnal/files (diunduh tanggal 30 Juni 2013) Hutapea . R., (2005). Sehat dan ceria di usia lanjut. Jakarta: Rineka Cipta. Ihdaniyati. A. I., Arifah. S., (2009). Hubungan tingkat kecemasan dengan mekanisme koping pada pasien gagal jantung kongestif di RSU pandan Arang Boyolali. publikasiilmiah.ums.ac.id
Independent diabetes trust. Diabetes stress, anxiety and depression. Update January 2013. Ismail, K., Winkley, K., Rabe-Hesketh, S. (2004). Systematic review and metaanalysis of randomised controlled trials of psychological interventions to improve glycaemic control in patients with type 2 diabetes. Lancet, 363: 158891597. http://www.thelancet.com/journals/lancet/article (diunduh tanggal 30 Juni 2013).
40 Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
Jamaluddin. M., (2010). Strategi coping stress penderita diabetes mellitus dengan self monitoring sebagai variable meditasi. Khowaja, L.A., Khuwaja, A. K., Cosgrove, P. (2007). Cost of diabetes care in outpatient clinics of Karachi, Pakistan. BMC Health Serv Res, 21, 189. http://www.biomedcentral.com (diunduh tanggal 30 Juni 2013). Khujawa, A.K., Kadir, M. M. (2010). Gender diffrences and clustering pattern of behavioral risk factors for chronic non-communicable diseases: communitybased study from devoloping country. Chronic Illn, 6(3), 163-170. http://europepmc.org/ (dinduh tanggal 30 juni 2013). Khuwaja, A.K., Lalani, S., Dhanani, R., Azam, I. S., Rafique, G., White, F. (2010). Anxiety and depression among autpatients with type 2 diabetes: A multi-centre study of prevalance and associated factors. Diabetology & Metabolic Syndrome,2, 72. http://www.dmsjournal.com/ (diunduh tanggal 30 Juni 2013). Kurniawan. I., (2010). Diabetes melitus tipe 2 pada usia lanjut. Majalah Kedokteran Indonesia. Vol 60. No.12. http://www.indonesia.digitaljournals.org/ (diunduh tanggal 17 Juni 2013). Kusnaeni. (2012). Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien diabetes mellitus di RSAL Dr. mintoharjo. Jakarta: Universitas Muhammadiyah. http://psik-umj.ac.id/ (diunduh tanggal 16 Juni 2013). Lin, E. H., Heckbert, S. R., Rutter, C. M., Katon, W. J., Ciechanowski, P., Ludman, E. J. (2009). Depression and increase mortality in diabetes: unexpected causes of death. Ann Fam Med, 7, 414-421. http://annfammed.webliv.us/ ( diunduh tanggal 1 Juli 2013). Lin, E.H., Rutter, C.M., Katon, W., Heckbert S. R., Ciechanowski, P., Oliver, M.M. (2010). Depression and advanced complications of diabetes: A prospective cohort study. Diabetes Care, 33, 264-269. http://care.diabetesjournals.org/ (diunduh tanggal 30 Juni 2013). Lloyd. C., Smith. J., Weinger. K., (2005). Stress and diabetes: a review of the links. United Kingdom: Diabetes Spectrum Vol. 18. No. 2. http://www.sakkyndig.com/ (diunduh tanggal 19 Juni 2013). Long. B. C., (1996). Perawatan Medikal Bedah, suatu pendekatan proses keperawatan 2. Bandung: Yayasan IAPK Pajajaran.
41 Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
Lydon. D., (2010). Psychosocial factors impacting on treatment adherence in diabetes. England: Student psychology journal vol.1. http://www.tcd.ie/Psychology/ (diunduh 30 Juni 2013). McDade-Montez, Elizabeth A., Watson, D. (2011). Examining the potential influence of diabetes on depression and anxiety symptoms via multiple sample confirmatory factor analysis. Ann Behav Med, 42, 341-351. http://link.springer.com/ (diunduh tanggal 30 Juni 2013). Melamed. S., Shirom. A., Toker. S., Shapira. I., (2006). Burnout and risk of type 2 diabetes: a prospective study of apparently healthy employed persons. Psychosomatic Medicine: Lippincott Williams & Wilkins. p. 863 – 869. http://www.psychosomaticmedicine.org/ (diunduh tanggal 19 Juni 2013). Mezuk, B., Eaton, W.W., Albrecht, S., Golden, S.H., (2009). Depression and type 2 diabetes over the lifespan: a meta-analysis. Diabetes Care, 32, 2383-2390. http://care.diabetesjournals.org (diunduh tanggal 30 Juni 2013). Mirza, I., Jenkins, R. (2004). Risk factors, prevalance, and treatment of anxiety and depressive disorders in Pakistan: systemic review. BMJ, 328, 794. http://www.bmj.com/ (diunduh tanggal 16 Juni 2013). Misnadiarly., (2006). Diabetes mellitus: ganggren, ulcer, infeksi: mengenal gejala menanggulangi dan mencegah komplikasi. Edisi 1. Jakarta: Pustaka Populer Obor. Mitra. A., (2008). Diabetes and stress: a review. Vol. 2. No. 2. Etho-Med.p. 131-135. http://www.krepublishers.com/ (diunduh tanggal 16 Juni 2013). Mosuka, K., Kolawole, B., Mume, C., Ikem, R. (2008). Depression, anxiety and quality of life among diabetic patients: a comparative study. J Natl Med Assoc, 100, 73-78. http://europepmc.org/ 9diunduh tanggal 1 Juli 2013). Mu’afiro., Adin., Emilia. O., (2004). Pengaruh hypnosis lima jari terhadap penurunan kecemasan pasien kanker leher rahim di ruang kandugan RSU. Dr. Soetomo Surabaya. http://www.thedigilib.com/ (diunduh tanggal 19 Juni 2013). Mubarak, Wahit I.(2005). Buku ajar ilmu keperawatan komunitas 1.Jakarta. Sagung Seto. Mulyani. S., Paramastri. I., Priyanto. A., (2008). Komunikasi dan hubungan terapeutik perawat- klien terhadap kecemasan pra bedah mayor. Berita Kedokteran Masyarakat. Vol 24. No. 3 http://lib.ugm.ac.id/digitasi/upload/1819_MU.11030007.pdf (diunduh tanggal 19 Juni 2013). 42 Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
Nugroho. W., (2000). Komunikasi dalam keperawatan gerontik. Jakarta: EGC. Osme., S. F., et al., (2012). Difference between the prevanalance of the symptoms of depression and anxiety innon-diabetic smokers and in patients with type 2 diabetes with and without nicotine dpendence. Diabetology & Metabolic Syndrome, 4,39. http://www.dmsjournal.com/ (diunduh tanggal 19 Juni 2013). Panduan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia tahun 2011. http://www.depkes.go.id/downloads/Buku%20Panduan%20HKJS.pdf (diunduh tanggal 16 Juni 2013). Perry., Potter. (2009). Fundamental keperawatan. Jakarta: EGC. Putra. I. G.N., (2009). Tingkat kecemasan pasien diabetes mellitus (dm) yang di rawat inap di rumah sakit umum daerah (rsud) sanjiwani gianyar. http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/21095761.pdf (diunduh tanggal 19 Juni 2013). Putri. D. P., Zulfitri. R., Karim. D., (2011). Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan pada lansia di kelurahan lembah sari rumbai pesisir. Pekan Baru: Universitas Riau. http://repository.unri.ac.id/ ( diunduh tanggal 19 Juni 2013). Ramaiah. S., (2005). All you wanted to know about anxiety: kecemasan bagaimana mengatasi penyebabnya (penejemah: Mien Joebhaar). Jakarta: Pustaka Populer Obor. Riaz. A., (2009). Diabetes mellitus. Pakistan: Scientific Research and Essay Vol.4 (5). p. 367-373. http://www.academicjournals.org/sre/PDF/pdf2009/May/Samreen.pdf (diunduh tanggal 16 Juni 2013). Riskesdas. (2010). Penyakit Diabetes. Rohmah. D. H., Abubakar., Wahyuni. E. D. (2012). Mekanisme koping pada penderita diabetes mellitus di poli penyakit dalam rsud dr soegiri lamongan. http://journal.unair.ac.id/ (diunduh tanggal 19 Juni 2013). Rubin, R.R., Peyrot, M. (2001). Psychological issue, teratment for people with diabetes. J Clin Psychol, 57, 457-478. http://onlinelibrary.wiley.com/ (diunduh tanggal 19 Juni 2013).
43 Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
Simanullang. P., Zuska. F., Asfriyati. (2011). Pengaruh gaya hidup terhadap status kesehatan lanjut usia (lansia) di wilayah kerja puskesmas darusallam medan. http://repository.usu.ac.id/ (diunduh tanggal 20 Juni 2013). Smallheer. B. A., (2011). Learned helplessness and depressive symptoms in patients following acute mycordial infraction. Tennessee: Vanderbilt University. http://etd.library.vanderbilt.edu/ (diunsuh tanggal 30 Juni 2013). Smeltzer. R. F., Sundeen. P. C., (1998). Buku saku keperawatan jiwa (penerjemah: Achir Yani S). Jakarta: EGC. Stanley. M., Blair. M. A., Beare. P. G., (2005). Gerontological nursing: promoting successful aging with older adult. 3rd edition. Philadephia: F. A Davis Company. Stuart. G. W., Sundeen. S.J., (1998).Principles and practice of psychiatric nursing. 3rd Ed. Mosby Year Book, Inc. St. Louis. Suliswati, dkk ., (2009). Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: EGC. Suparman . M., Wihastuti. T. A., Suryanto. (2012). Hubungan pelaksanaan komunikasi terapeutik dengan kemampuan membina hubungan saling percaya pada pasien perilaku kekerasan di RSJ dr. rajiman wedioningrat lawang. Malang: Universitas Brawijaya. Sustyani. R. A., Indriati. P. A., Supriyadi (2012). Hubungan antara depresi dengan kejadian insomniapada lanjut usia di panti werdha harapan ibu semarang. Tovilla-Zarate, C., et al. (2012). Prevalance of anxiety and depression among outpatient with type 2 diabetes inthe Mexican population. Plos One, 7(5), 1-6. http://www.plosone.org/ (diunduh tanggal 30 Juni 2013) Towsend. M. C., (1998). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC. Trento, M., et al. (2012). A cross-sectional survey of depression, anxiety, and cognitive function inpatient with type 2 diabetes. Acta Diabetol, 49, 199-203. Videbeck. S. L., (2008). Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta: EGC. Watson. R., (2003). Perawatan pada lanjut usia. Jakarta: EGC. Widuri. (2012). Pengaruh terapi penerimaan dan komitmen (acceptance and commitment therapy/ACT) terhadap respons ketidakberdayaan klien gagal 44 Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
ginjal kronik di RSUP Fatmawati. FIK UI. http://lontar.ui.ac.id/ (diunduh tanggal 20 Juni 2013). Wild. S., Roglic. G., Green. A., Sicree. R., King. H., (2004). Global prevalence of diabetes, Vol. 27. Diabetes Care. http://care.diabetesjournals.org/ (diunduh pada tanggal 16 Juni 2013). Wiramiharja. S. A., (2007). Pengantar psikologi abnormal. Bandung: Refika Aditama. Wiyadi., Loriana. R., Lusty. J., (2012). Hubungan tingkat kecemasan dengan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus yang dirawat di ruang flamboyan RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Politeknik Kesehatan Kemenkes Kalitim Jurusan Keperawatan. http://poltekkes-kaltim.ac.id (diunduh tanggal 1 Juli 2013). Yenni., Mulyono. S., Sabri. L., (2011). Hubungan dukungan keluarga dan karateristik lansia dengan kajadian stroke pada lansia hipertensi di wilayah kerja puskesmas perkotaan bukit tinggi. Depok: Univeritas Indonesia. http://lontar.ui.ac.id/ (diunduh tanggal 17 Juni 2013). Young. E. E., Unachukwu. C. N., (2012). Phychosocial aspects of diabetes mellitus. Vol. 20. No. 1., African Journal of Diabetes Medicine. http://www.africanjournalofdiabetesmedicine.com (di unduh tanggal 17 Juni 2013). Zelianti. N. D., Sujarwo., Hartoyo. M., (2012). Pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap tingkat emosi klien perilaku kekerasan di rumah sakit jiwa daerah dr. amino gondohutomo semarang. http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/ (diunduh tanggal 20 Juni 2013). Zulfitri. R.M., (2010). Konsep diri dan gaya hidup lansia yang mengalami penyakit kronis dip anti sosial tresna werdha (ptsw) khusnul khotimah pekan baru. http:// www.ejournal.unri.ac.id/ (diunduh tanggal 20 Juni 2013).
45 Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
Lampiran 1 PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN
A. DATA PRIBADI Nama
: Ny. A
Usia
: 67 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: IRT
Status Perkawianan
: Kawin
Alamat
: Kp.Caringin RT
Tanggal Rawat
: 8-17 Mei
2/2 Caringin Kab. Bogor
2013 dari poliklinik Jam 13.20 W
Tanggal Pangkajian: 10 Mei 2013
B. ALASAN MASUK Dua bulan SMRS klien digigit nyamuk kemudian bekas gigitan tersa panas yang lama-lama berkembang menjadi luka. Luka tersebut tidak kunjung sembuh dan luka semakin bengkak, merah dan terasa nyeri. Tiga minggu SMRS luka klllien menjadilebih dalam dan mengeluarkan cairan dan berbau. Klien sempat berobat ke rumah sakit pertamina, karena luka meluas ke daerah punggun kaki namun tidak kunjung sembuh. Kemudian klien berobat ke RSMM. Kulit sekitar area luka teraba hanget. Klien tampak lemah. Klien mengeluh mual, meriang, lemas.
C. RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU Klien sudah menderita penyakit diabetes sejak tahun 2002. Gejaala awal yang kllien rasakan seing merasa haus dn lapar, berat badan menutun secara dratis. Klien mengatakan semanjak diberitahu bahwa dirinya menderita diabetes mellitus klien berobat namun tidak teratur. Klien mengtakan bahwa klien suka makan makanan yang manis-manis dan jarang berolahraga.
D. RIWAYAT KELUARGA Klien dan keluarga mengatakan tidak ada anggota yang menderita diabetes seperti yang dialami klien saat ini. Klien mengatakan keluarga dari dirinya (orangtua) tidak ada yang menderita sakit diabetes, jantung, hipertensi.
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
E. PEMERIKSAAN FISIK Aktivitas/istirahat Gejala (subjektif)
Pekerjaan : ibu rumah tangga Aktivitas/hobi: menonton televisi dan mengemil makanan yang manis Keterbatasan karena penyakit: tidak bisa berjalan karena luka di kaki klien. Tidur malam : klien mengatakan saat dirumah dan rumah sakit klien tidur jam 9 atau jam 10 malam dan bangun saat solat subuh pada jam 5 pagi.
Tanda (Objektif)
Tidur siang : Klien mengatakan klien tidur 1 sampai 2 jam, klien mengatakan berusaha untuk tidak tidur setelah makan untuk mencegah gula darah klien naik. Respon terhadap aktivitas yang terobservasi: klien berusaha melakukan ADL secara mandiri. Klien melakukan toileting di atas kasur dengan bantuan anaknya dan makan di kasur secara mandiriStatus mental: CM Pengkajian neuromuskular: tonus otot ada, massa otot ada. Postur: tegak Rentang gerak: terbatas pada ekstremitas bawah 5555
l 5555
55….. l 5555 *tidak terkaji karena terdapat luka Kekuatan: ekstremitas atas sinistra dan dextra sama Deformitas: tidak ada Sirkulasi Gejala (subjektif)
Ekstremitas: kuku tangan kanan dan kiri serta kaki kiri pengisiian kapiler < 3 detik, namun pada kuku kaki kanan pengisian kapiler >3 detik
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
Tidak ada edema mata kaki, kaki, dan periorbital. Tidak batuk dan hemoptisis Perubahan frekuensi dan jumlah urin: klien mengatakan semenjak sakit DM, klien menjadi sering pipis baik siang maupun malam hari dan tak terhitung berapa kali klien pipis. Tanda (objektif)
Palpasi nadi karotis: 89 x/menit Kualitas nadi: kuat dan teratur TD berbaring: 130/90 mmHg Auskultasi dada: vesikuler, tidak ada sputum Bunyi jantung: S1, S2, terdapat S3, tidak ada S4, murmur, tidak ada gallop Tidak ada distensi vena jugularis Suhu ekstremitas: afebris Pengisian kapiler: < 3 detik pada kuku tangan kanan, kiri dan kaki kiri klien, > 3 detik pada kuku kaki kanan klien Warna kulit: sawo matang Kuku jari kaki kiri, tangan kanan dan kiri klien trlihat kemerahan. Kuku jari kaki kanan klien terlihat pucat dan tebal Warna dada: sawo matang dan kulit muka sawo matang. Tidak ada udem ekstremitas, tidak udem periorbital, membran mukosa agak kering, konjungtiva anemis, sklera putih keruh. Tidak ada diaforesis
Integritas ego Gejala (subjektif)
Faktor stres:kondisi kakinya yang tidak kunjung sembuh dan takut infeksi Cara menangani stres yang biasa klien lakukan: berdoa dan beribadah untuk menenangkan diri
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
Masalah : ansietas Status hubungan: klien masih berstatus kawin, tinggal bersama pasangan namun sering berbeda pendapat. Faktor budaya: klien mengikuti budaya sekitar rumah karena sudah lama tinggal di tempat tinggalnya Agama: Islam Gaya hidup: ekonomi menengah Tanda (objektif)
Perasaan: ketidakberdayaan. Status emosional: tenang, pasrah menerima tindakan medis mapun keperawatan, ansietas dan ketidakberdayaan. Respons-respons fisiologis yang terobservasi: ekspresi wajah tegang, jantung berdebar-debar
Eliminasi: Gejala (subjektif)
Pola BAB SMRS: klien biasa BAB 1x dalam 1 atau 2 hari, tidak ada perubahan saat masuk RS. Riwayat pendarahan eliminasi: tidak ada Konstipasi: tidak ada gejala konstipasi
Tanda (objektif)
BAK : urin tampung, warna urin kuning pekat Tidak ada riwayat penyakit ginjal Abdomen: tidak ada nyeri tekan Tidak ada massa di abdomen. Bising usus= 6x/menit Jumlah urin 24 jam (11/5/13) adalah 1000 ml
Makanan dan cairan
Diit: DM jantung lunak 1700 kkal ( 3porsi makanan
Gejala (subjektif)
utama dan 3 porsi kecil snasck) Selera makan: saat masuk RS, klien mengatakan mual dan muntah saat makan sehingga klien tidak mau makan dan mengalami penurunan BB. Dalam sehari klien mampu menghabiskan sekitar 4-5
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
gelas aqua. ada mual, muntah tidak ada Tanda (objektif)
Tidak ada nyeri ulu hati Tidak ada alergi makanan Masalah mengunyah karena gigi seri depan klien tidak ada. Berat badan saat awal diagnosa DM:79 kg Berat badan sekarang: 50 kg dengan TB: 155 cm. IMT= 20,83 (ideal) Turgor kulit: elastis, kulit lembab, membran mukosa lembab. Tidak udem. Tidak asites, gusi merah muda, tidak perdarahan gusi, gigi terlihat putih. Napas tidak bau.
Higiene Gejala (subjektif)
Aktivitas sehari-hari: dengan bantuan orang lain, kecuali makan.
Tanda (objektif)
Mobilitas terbatas karena luka pada kaki kanan. Makan di kasur secara mandiri Toileting di atas kasur dengan pispot dengan bantuan anaknya. Penampilan umum: klien terlihat lemas Cara berpakaian: rapi dan sesuai Kondisi kulit kepala: tidak ada ketombe, tidak ada lesi
Neurosensori Gejala (subjektif)
Klien tidak merasa pusing, tidak sakit kepala. Klien merasa baal pada ujung kaki kanan. Tidak ada riwayat kejang dan stroke. Mata: mata kiri klien dapat melihat dengan jelas, namun mata kanan klien sudah terlihat buram sejak kurang lebih dua tahun yang lalu
Tanda (objektif)
Klien tidak menggunakan kaca mata.
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
Telinga: klien masih dapat mendengar dengan baik. Epistaksis: tidak ada Kesadaran: CM, terorientasi tempat dan orang Memori jangka panjang : baik dengan mengingat proses perjalanan penyakit Memori jangka pendek :klien masih ingat tentang diet diabetes. Pupil isokor, diameter 2mm, fungsi menelan baik, genggaman tangan baik, postur tubuh: masih tegak Nyeri/ ketidaknyamanan
Terdapat nyeri pada daerah ulkus DM.
Gejala (subjektif)
Faktor pencetus nyeri: jika digerakkan dan dibuat menapak. Cara mengatasi dengan membatasi gerakan pada area yang sakit. Keluhan lain: klien mengatakan tidak ada. Menjaga area yang sakit: dengan menjaga agar tidak
Tanda (objektif)
tersentuhan dengan benda dan tidak menapakkan kaki ke lantai. Fokus menyempit: tidak menyempit Respons emosi: tenanag
Pernapasan Gejala (subjektif)
Dispnea: tidak Batuk: tidak Asma: tidak Perokok: tidak Tidak menggunakan alat bantu pernapasan
Tanda (objektif)
Frekuensi pernapasan: 20 Kedalaman: baik Simetri: bilateral Auskultasi: vesikuler Sianosis sentral: tidak Fungsi mental: sadar, terorientasi, rileks
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
Keamanan Gejala (subjektif)
Alergi: tidak. Transfusi darah: ada PRC 100cc Penyakit hubungan seksual; tidak Fraktur/dislokasi: tidak ada Terdapat gangguan penglihatan pada mata kanan. Tidak ada gangguan pendengaran.
Tanda (objektif)
Suhu: 36,50C aksila Akral: hangat Integritas kulit: terganggu dengan adanya ulkus DM pada kaki kanan dan risiko terganggu pada area lain karena kulit klien teraba panas Kemerahan: tidak. Memar: tidak. Laserasi: tidak. Lumpuh: tidak. Paratesial: tidak
Seksualitas Gejala (subjektif)
Klien mengatakan tidak memiliki penyakit kelamin
Tanda (objektif)
Masalah fisik payudara dan genitalia tidak ada
Interaksi sosial Gejala (subjektif)
Status perkawinan: kawin dan masih tinggal bersama pasangan. Laporan masalah: kondisi luka yag semakin parah dan berbau membuat klien menjadi cemas. Klien memiliki 7 orang anak saat ini klien tinggal bersama anak ke 1 berserta suami, menantu, anak, cucu. Pola interaksi keluarga: klien dengan sering berbeda pendapat. Klien jarang berbicara tentang masalah yang sedang dihadapi pada anggota keluarga. Klien hanya percaya dengan satu orang anak saja, begitu juga suami hanya mau dirawat dengan 1 orang anaknya. Di rumah sakit klien ditemani oleh anak klien yang membantu ADL klien
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
Klien berbicara sopan dan bersikap kooperatif Tanda (objektif)
dengan tenaga kesehatan. Bicara: jelas dapat dimengerti Komunikasi verbal dan non verbal dengan keluarga dan orang terdekat: klien diam
Penyuluhan/pembel Bahasa dominan; Indonesia. Melek huruf: ya ajaran
Tingkat pendidikan; sekolah dasar
Gejala (subjektif)
Keyakinan tentang kesehatan: ingin segera senbuh dan kembali ke rumah karena kangen dengan cucu klien
Tanda (objektif)
Faktor risiko keluarga/hubungan; komunikasi antara anggota keluarga yang kurang Harapan pasien terhadap perawatan: Klien dapat sembuh kembali dan kembali kerumah agar dapat berkumpul bersama keluarga Pemeriksaan fisik terakhir: pemeriksaan GDS Pertimbangan Rencana Pulang: Sumber-sumber: Askes Antisipasi perubahan pola hidup: harus mampu menjada pola makan dan selalu mengkonsumsi obatobata diabetes secara teratur Bantuan yang dibutuhkan: ADL dan alat bantu berjalan.
F. DAFTAR TERAPI YANG DIBERIKAN Nama Obat
Dosis
Aprida
3 x 14 ui
Paracetamol
3 x 500mg
Fungsi
Keterangan
Merupakan insulin kerja-cepat (short acting). Dibutuhkan 5 menit untuk mulai bekerja setelah injeksi, memiliki efek maksimum antara 30 dan 90 menit, dan berhenti bekerja setelah 2 sampai 4 jam. Antipiretik dan analgesik yang bekerja untuk mengurangi sakit
Diberikan tgl 8-16
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
Diberikan jika perlu
Mentronidazole Ranitidine
Ondancentron
Ceftizoxime
Ciprofloxacin
Clindamycin
Futrolit
kepala, nyeri ringan, pegal, demam. 3 x 500 Antibiotik untuk infeksi bakteri mg anaerob 2x1 Menghambat kerja histamin pada reseptor H2 , menghambat sekresi asam lambung 3 x 8 mg Efektif mengatasi mual dan muntah yang hebat. Relatif aman karean tidak menimbulkan reaksi ekstrapiramidal.mempercepat pengosongan lambung 3 x 1 gr Golongan antibiotik untuk mengobati infeksi bakteri, termasuk keadaan parah atau mematikan 2 x 200 Golongan antibiotik yang aktif mg terhadap bakteri gram positif dan negatif 3 x 300 Golongan antibiotik efektif mg melawan bakteri gram positif (streptokokus, stafilokokus) direkomendasikan untuk infeksi sendi dan tulang 20 tpm Terapi kristaloid untuk memenuhi kebutuhan elektrolit dan nutrisi harian
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratoriun tanggal 8/5/2013 Hematologi : -
Hemoglobin
8,5 g/dl (13 – 18)
-
Leukosit
12.110/ mm3 (4000-10000)
-
Trombosit
370.000 mm3(150000 – 400000)
-
Hematokrit
27 % (40-54)
Kimia Darah -
SGOT
22 U/I (<42)
-
SGPT
11 U/I (<47)
-
Ureum
26,4 mg/dl (10 - 50)
-
Creatinine
0,67 mg/dl ( 0,67 – 1,36)
-
Uric Acid
6,4 mg/dl (3,4 – 7)
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
Diberikan tgl 8-16 Diberikan tgl 10-17 Diberikan tgl 10-17
Diberikan tgl 8-10 lalu diganti ciprofloxacin Diberikan tgl 11-17 Diberikan tgl 8-16
-
Glukosa sewaktu
242 mg /dl (< 140)
Laboratorium tanggal 10/5/2013 Urine analisa -
Warna
kuning muda
-
Kekeruhan
jernih
-
pH
5,5
-
Protein
trece
-
BD
1,010/ui
-
Sedimen leukosit
1=3/lpb
-
Sedimen eritrosit
0-1/lpb
-
Sedimen ephitel
positif
Laboratorium tanggal 12/5/2013 -
Hemoglobin
13,8 g/l (13-18)
-
Leukosit
9880 /mm3 ( 4000-10000)
-
Trombosit
321000/mm3 (150000-400000)
-
Hematokrit
42% (40-54)
Laboratorium tanggal 15/5/2013 -
Hemoglobin
12,6 g/l (13-18)
-
Leukosit
7520 /mm3 ( 4000-10000)
-
Trombosit
275000/mm3 (150000-400000)
-
Hematokrit
40% (40-54)
H. DAFTAR GULA DARAH Hari /Tanggal Rabu, 8/5/13 Kamis, 9/5/13
Jumat, 10/5/13
Sabtu, 11/5/13
Senin, 13/5/13
Waktu Pk. 16.00: 221 mg/dl Pk. 06.00: 210 Pk. 11.00: 265 Pk. 16.00: 327 Pk. 06.00: 121 Pk. 11.00: 234 Pk. 16.00: 280 Pk. 06.00:133 Pk. 11.00: 297 Pk. 16.00: 225 Pk. 06.00: 125 Pk. 11.00: 342
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
Terapi Aprida 3 x 10 ui Aprida 3 x 10 ui
Aprida 3 x 14 ui
Aprida 3 x 14 ui
Aprida 3 x 14 ui
Pk. 16.00: 221 Pk. 06.00: 166 Pk. 11.00: 209 Pk. 16.00: 285 Pk. 06.00: 162 Pk. 11.00: 132 Pk. 16.00: 112 Pk. 06.00: 166 Pk. 11.00: 126 Pk. 16.00: 98
Selasa, 14/5/13
Rabu, 15/5/13
Kamis, 16/5/13
Aprida 3 x 14 ui
Aprida 3 x 14 ui
Aprida 3 x 14 ui
I. ANALISA DATA Tgl
Data
10 DS: Mei Klien mengatakan nyeri pada 2013 luka
Masalah keperawatan Nyeri
DO: - Luka kaki diabetik grade 3 - Ekspresi wajah meringis - Tampak memegangi area nyeri 10 DS: Mei Klien 2013 mual,muntah
mengatakan
DO: - Muntah 1 kali isi makanan dan cairan - Tampak lemas, lesu - Konjungtiva anemis - Hb: 8,5 g/dl - GDS jam 06.00 WIB: 121 mg/dl 10 DS: Mei Klien mengatakan badan 2013 meriang
Ketidakseimba ngan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
Resiko infeksi
DO: - Luka kaki diabetik grade 3 - Luka ada pus, berbau busuk - Area sekitar luka teraba hangat - Leukosit 12.110/mm3
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
Etiologi kerusakan jaringan, pembentukan edema, debridemen luka dibuktikan oleh keluhan nyeri, perubahan tonus otot, dan melindungi defisiensi insulin (penurunan pengambilan dan penggunaan glukosa oleh jaringan yang berakibat pada peningkatan metabolisme protein dan lemak)
Tingginya kadar gula darh, penurunan fungsi leukosit
10 DS: Mei - Klien mengatakan luka 2013 dikaki sudah ada sejak 3 minggu yang lalu yang diawali karena gigitan nyamuk - Luka sudah diarawat namun tidak sembuh malah makin parah - Klien mengatakan karena lukanya klien tidak bisa melakukan aktivitasnya - Klien mengatakan semenjak sakit selalu berdiam diri dirumah - Klien mengatakan khawatir dengan kondisi lukanya karena semakin besar - Klien mengatakan lukanya berbau busuk - Klien mengatakan khawatir lukanya tidak dapat sembuh - Klien menagatakan jarang cerita tentang kekhawatirannya kepada anak-anaknya - Klien mengatakan jantungnya berdebar-debar jika memikirkan kondisinya
Ansietas
DO: - klien tampak memegangi area kaki yang nyeri - Klien tampak mengeluselus kakinya - Kontak mata kurang - Ekspresi wajah tegang - TD: 130/90 mmHg - N: 89 x/m - RR: 20 x/m - S: 36,5 0C - GDS jam 11. 00: 234 g/dl - Klien memiiki riwayat DM sejak 2002 - Tampak luka pada punggung kaki kanan
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
Penurunan produksi energi metabolik, perubahan kimia darah: insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energy: status hipermetabolik/inf eksi.
tampak ada pus dan berbau busuk 11 DS: Mei - Klien mengatakan 2013 karena sakit tidak dapat melakukan kegiatan sehari-hari - Klien mengatakan malu juka ada teman datang menjenguk karena lukanya bau busuk - Klien mengatakan marah dan suaminya sudah meninggal - Klien mengatakan suaminya orang keras dan tidak perbah bisa berbicara baik-baik - Klien mengatakan suaminya suka berbicara yang membuat klien sedih dengan kondisinya sekarang seperti “mami bau” - Klien mengatakan anak-anaknya tidak mau mengerti tentang dirinya DO: - Klien tampak ekspresi marah saat bercerita tentang suaminya - Kontak mata kurang - Tampak tegang - Klien menolak mengakui suaminya - Nada bicara agak tinggi saat berbicara tentang kondisi dirinya dan suami
Ketidakber dayaan
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nyeri 2. Resiko infeksi
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
Penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati. Ketergantungan terhadap orang lain.
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh 4. Ansietas 5. Ketidakberdayaan K. RENPRA terlampir L. CATATAN PERKEMBANGAN terlampir
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
Lampiran 2
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Klien Dx Tanggal 10/5/13
: Ny. A (67) tahun : Ulkus DM
Diagnosa Keperawatan Nyeri DS: Klien mengatakan nyeri pada luka DO: - Luka kaki diabetik grade 3 - Ekspresi wajah meringis - Tampak memegangi area nyeri
10/5/13
Resiko infeksi DS: Klien mengatakan badan meriang DO: - Luka kaki diabetik grade 3 - Luka ada pus, berbau busuk - Area sekitar luka teraba hangat - Hb: 8,5 g/dl - Leukosit 12.110/mm3
Tanggal Masuk: 8 Mei 2013 Ruang Rawat : Gayatri Implemantasi Keperawatan Pukul: 08.00-09.00 WIB Mandiri 1. Mempertahankan immobilisasi pada luka ulkus yang nyeri 2. Menganjurkan klien untuk mengubah posisi dengan sering dan rentang gerak pasif dan aktif 3. Meninggikan kaki yang luka dengan ganjalan bantal 4. Mendorong ekspresi perasaan tentang nyeri 5. Memberikan tindakan kenyamanan dasar, contoh pijatan pada area yang tidak sakit, 6. Mendorong penggunaan teknik manajemen stres: tarik nafas dalam, sentuhan terapeutik Kolaborasi 7. Memberikan analgesik jika nyeri meningkat Pukul. 08.00-09.00 WIB Mandiri 1. Mengobservasi tanda-tanda infeksi dan peradangan. 2. Meningkatkan upaya pencegahan melakukan cuci tangan yang baik pada semua orang yang berhubungan dengan pasien. 3. Mempertahankan tehnik aseptik pada prosedur infasif. 4. Melakukan perawatan kulit atau luka dengan teratur. 5. Menganjurkan klien untuk makan dan minum yang adekuat. 6. Mengobservasi keadaan umum post transfusi Kolaborasi
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
Evaluasi S: Klien mengatakan sakit saat dilakukan peraatan luka O: - Klien terlihat masih menahan sakit ketika melakukan teknik relaksasi: tarik nafas dalam dan berdoa - Skala nyeri 5 A: Masalah nyeri teratasi sebagian P: - Mempertahankan immobilisasi pada bagian tubuh klien yang nyeri - Ajarkan teknik nafas dalam jika nyeri S: O: - S: 36,5 0C - Perawatan luka dilakukan pagi –sore - Luka ditutup kassa kering - Jaringan nekrotik dan pus diangkat - Suhu sekitar luka teraba hangat A: Resiko infeksi teratasi sebagian P: - Observasi tanda-tanda infeksi - Pantau adanya peningkatan suhu tubuh
10/5/13
10/5/13
DO: - Muntah 1 kali isi makanan dan cairan - Tampak lemas, lesu - Konjungtiva anemis - Hb: 8,5 g/dl - GDS jam 06.00 WIB: 121 mg/dl
7. Melakukan pemeriksaan laboratorium 8. Memberikan antibiotik: cefrizoxime 3x 1 gr/iv Clindamycin 3 x 300 mg, Metronidazole 3x500 mg/iv Pukul:11.00-11.30 WIB Mandiri 1. Timbang BB setiap hari atau sesuai indikasi 2. Melakukan observasi tanda-tanda hipoglikemi, spt: perubahan tingkat kesadaran, kulit dingin, nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala, pusing, sempoyongan 3. Mengauskultasi bising usus 4. Memotivasi klien untuk menghabiskan makanan klien 5. Menganjurkan klien untuk minum air hangat sebelum makan 6. Meminta klien untuk makan setengah jam setelah diberikan suntikan insulin 7. Memberikan transfusi darah Kolaborasi 8. Melakukan konsultasi diit dengan ahli gizi 9. Melakukan pemeriksaan gula darah dengan „finger stick‟ 10.Memberikan pengobatan insulin sebelum makan (aprida 14 unit) 11.Memberikan terapi ondancentron 3 x 8mg/iv, ranitidine 2 x 1/iv
Ansietas DS: - Klien mengatakan luka dikaki sudah ada sejak 3 minggu yang lalu yang diawali karena
Pukul. 12.00-14.00 WIB Mandiri 1. Mempertahankan hubungan saling percaya 2. mendiskusikan tentang perasaan yang sedang dialami
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh DS: Klien mengatakan mual,muntah
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
- Observasi keadaan umum post transfusi
S: Klien mengatakan tidak nafsu makan, mual, muntah O: - BB klien: 50 kg - Bising usus 6x/m - Porsi makan habis 3-4 sendok makan - GDS jam 11.00 WIB: 234 mg/dl - Diit DM 1700 kalori - Transfusi PRC 100 cc A: Masalah nutrisi teratasi sebagian P: - Melakukan observasi tanda-tanda hipoglikemi, spt: perubahan tingkat kesadaran, kulit dingin, nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala, pusing, sempoyongan - Memotivasi klien untuk menghabiskan makanan klien - Meminta klien untuk makan setengah jam setelah diberikan suntikan insulin Kolaborasi: - Melakukan pemeriksaan gula darah dengan „finger stick‟ - Memberikan pengobatan insulin sebelum makan (Aprida 14 unit) pk.16.00 WIB S: - Klien mengatakan penyebab ansietas karena memikirkan kondisi fisiknya - Klien mengatakan cemasnya membuat jantungnya berdebar-debar, sulit tidur
gigitan nyamuk - Luka sudah diarawat namun tidak sembuh malah makin parah - Klien mengatakan karena lukanya klien tidak bisa melakukan aktivitasnya - Klien mengatakan semenjak sakit selalu berdiam diri dirumah - Klien mengatakan khawatir dengan kondisi lukanya karena semakin besar - Klien mengatakan lukanya berbau busuk - Klien mengatakan khawatir lukanya tidak dapat sembuh - Klien mengatakan jarang cerita tentang kekhawatirannya kepada anakanaknya - Klien mengatakan jantungnya berdebar-debar jika memikirkan kondisinya
3. Bersama klien mengidentifikasi situasi yang membuat - Klien mengatakan tahu akibat dari ansietas 4. 5. 6. 7. 8. 9.
klien ansietas Mengidentifikasi perilaku akibat dari ansietas yang terjadi Bersama klien mendiskusikan cara yang dilakukan klien selama ini dalam mengatasi ansietas Menjelaskan kondisi kesehatan klien saat ini Mengajarkan dan melatih latihan teknik relaksasi nafas dalam Meminta klien untuk mendemontrasikan cara relaksasi nafas dalam yang telah diajarkan Memberikan reinforcement positif
-
gula darah meningkat Klien mengatakan selama ini bila ada masalah tidak perbah cerita dan hanya di pendam sendiri Klien mengatakan lebih enakan setelah latihan nafas dalam Klien mengatakan senang bisa ada teman berbincang
O: - Klien tampak tenang, ekspresi wajah rileks, - Klien mampu melakukan teknik relaksasi nafas dalam - Klien mampu mendemontrasikan teknik relaksasi nafas dalam - Klien kooperatif selama latihan A: cemas sedang P: - Latihan teknik relaksasi nafas dalam - Anjurkan klien untuk bercerita saat ada masalah yang sedang dipikirkan - Evaluasi latihan teknik relaksasi nafas dalam
DO: - Kontak mata kurang - Ekspresi wajah tegang - TD: 130/90 mmHg - N: 89 x/m - RR: 20 x/m - S: 36,5 0C - GDS jam 11. 00: 234 g/dl - Klien memiiki riwayat DM
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
sejak 2002 - Ada luka kaki diabetik berbau busuk 11/5/13
Nyeri DS: Klien mengatakan kaki terasa pegal DO: - Luka kaki diabetik grade 3 - Ekspresi wajah meringis - Tampak memegangi area nyeri
11/5/13
Resiko infeksi DS: DO: - Luka kaki diabetik grade 3 - Luka ada pus, berbau busuk - Area sekitar luka teraba hangat
Pukul: 08.00-09.00 WIB Mandiri 1. Mempertahankan immobilisasi pada luka ulkus yang nyeri 2. Menganjurkan klien untuk mengubah posisi dengan sering dan rentang gerak pasif dan aktif 3. Meninggikan kaki yang luka dengan ganjalan bantal 4. Mendorong ekspresi perasaan tentang nyeri 5. Memberikan tindakan kenyamanan dasar, contoh pijatan pada area yang tidak sakit, 6. Mendorong penggunaan teknik manajemen stres: tarik nafas dalam, sentuhan terapeutik Kolaborasi 7. Memberikan analgesik jika nyeri meningkat Pukul: 08.00-09.00 WIB Mandiri 1. Mengobservasi tanda-tanda infeksi dan peradangan. 2. Meningkatkan upaya pencegahan melakukan cuci tangan yang baik pada semua orang yang berhubungan dengan pasien. 3. Mempertahankan tehnik aseptik pada prosedur infasif. 4. Melakukan perawatan kulit atau luka dengan teratur. 5. Menganjurkan klien untuk makan dan minum yang adekuat. Kolaborasi 6. Memberikan antibiotik: ciprofloxacin 3x1gr/drip,metronidazole 2x500mg/iv, clindamycin 3x300mg
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
S: Klien mengatakan tidak sakit setelah dilakukan perawatan luka O: - Klien tampak rileks - Skala nyeri 5 - klien tampak memegangi area kaki yang nyeri - Klien tampak mengelus-elus kakinya A: Masalah nyeri teratasi sebagian P: Mempertahankan immobilisasi pada bagian tubuh klien yang nyeri S: O: - S: 36,2 0C - Perawatan luka dilakukan pagi –sore - Luka ditutup kassa kering - Jaringan nekrotik dan pus diangkat - Suhu sekitar luka teraba hangat A: Resiko infeksi teratasi sebagian P: - Observasi tanda-tanda infeksi - Pantau adanya peningkatan suhu tubuh
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh DS: Klien mengatakan sudah tidak muntah lagi tapi tidak nafsu makan DO: - Tampak lemas, lesu - Konjungtiva anemis - GDS jam 06.00 WIB: 133 mg/dl
11/5/13
Ansietas DS: - Klien mengatakan lukanya akan dapat sembuh atau tidak karena bau dan ada nanah - Klien mengatakan takut tidak bisa sembuh karena lukanya besar DO: - Klien tampak memegangi area kaki yang nyeri
Pukul:11.00-11.30 WIB Mandiri 1. Melakukan observasi tanda-tanda hipoglikemi, spt: perubahan tingkat kesadaran, kulit dingin, nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala, pusing, sempoyongan 2. Mengauskultasi bising usus 3. Memotivasi klien untuk menghabiskan makanan klien 4. Menganjurkan klien untuk minum air hangat sebelum makan 5. Meminta klien untuk makan setengah jam setelah diberikan suntikan insulin Kolaborasi 6. Melakukan pemeriksaan gula darah dengan „finger stick‟ 7. Memberikan pengobatan insulin sebelum makan (aprida 14 unit) 8. Memberikan terapi ondancentron 3x8mg/iv, ranitidine 2x1/iv
Pukul: 12.00 -14.00 WIB Mandiri 1. Mengevaluasi perasaan klien terhadap kondisi kesehatan 2. Mengevaluasi kemampuan klien dalam melakukan teknik relaksasi nafas 3. Memberikan saran kepada klien untuk membaca do‟a (dzikir) pada akhir tarikan nafas dalam 4. Melakukan demonstrasi cara teknik relaksasi nafas dalam 5. Meminta klien untuk mendonstrasikan ulang cara teknik relaksasi nafas dalam
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
S: Klien mengatakan tidak nafsu makan O: - Porsi makan habis 3-4 sendok makan - Bising usus 7x/m - GDS jam 11.00 WIB: 297 mg/dl - Diit DM 1700 kalori - A: - Masalah nutrisi teratasi sebagian - P: - Melakukan observasi tanda-tanda hipoglikemi, spt: perubahan tingkat kesadaran, kulit dingin, nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala, pusing, sempoyongan - Memotivasi klien untuk menghabiskan makanan klien - Meminta klien untuk makan setengah jam setelah diberikan suntikan insulin - Kolaborasi: - Melakukan pemeriksaan gula darah dengan „finger stick‟ - Memberikan pengobatan insulin sebelum makan (Aprida 14 unit) pk.16.00 WIB S: - Klien mengatakan lebih lega setelah latihan - Klien mengatakan teknik relaksasi sudah dilatih kemarin 1 kali pada saat mau tidur - Klien mengatakan dengan dzikir hatinya lebih tenang - Klien mengatakan psrah dan berharap lukanya cepat sembuh da tidak infeksi - Klien mengatakan akan latihan pada malam hari sebelum tidur O:
-
11/5/13
Kontak mata kurang Ekspresi wajah agak tegang TD: 150/90 mmHg N: 89 x/m R: 23 x/m
Ketidakberdayaan DS: - Klien mengatakan karena sakit tidak dapat melakukan kegiatan sehari-hari - Klien mengatakan malu juka ada teman datang menjenguk karena lukanya bau busuk - Klien mengatakan marah dan suaminya sudah meninggal - Klien mengatakan suaminya orang keras dan tidak perbah bisa berbicara baik-baik - Klien mengatakan suaminya suka berbicara yang membuat klien sedih dengan kondisinya sekarang seperti “mami bau” - Klien mengatakan anakanaknya tidak mau mengerti tentang dirinya DO: - Klien tampak ekspresi marah
6. 7. 8.
Memberikan reinforcement positif atas usaha yang telah dilakukan klien. Meminta klien untuk latihan teknik relaksasi nafas dalam dengan teratur Melibatkan keluarga dalam latihan teknik relaksasi nafas dalam
Pukul: 12.00-14.00 WIB Mandiri 1. Mendiskusikan tentang perasaan ketidakberdayaan yang sedang dialami 2. Bersama klien mengidentifikasi situasi dan faktor-faktor yang membuat klien tidak berdaya 3. Mengidentifikasi perilaku akibat dari ketidakberdayaan yang terjadi 4. Bersama klien mengidentifikasi pemikiran yang negatif terhadap situasi dan kondisi yang menyebabkan ketidakberdayaan 5. Mengidentifikasi persepsi klien yang tidak tepat 6. Membantu klien untuk meningkatkan pemikiran yang positif. 7. Memberikan reinforcement positif terhadap pemikiran klien yang positif
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
- Klien kooperatif dalam latihan - Klien tampak lebih tenang - Ekspresi wajah rileks - Klien tidak sering bolak-balik posisi tidur A: cemas sedang P: - Tingkatkan kemampuan klien dalam latihan teknik relaksasi nafas dalam - Evaluasi kemampuan klien dalam melakukan teknik relaksasi nafas dalam - Minta keluarga untuk mendukung klien dalam mengatsi ansietas S: - Klien mengatakan klien malu dengan perasaan malu dengan lukanya - Klien mengatakan suaminya telah meninggal - Klien mengatakan tidak suka dengan suaminya - Klien mengatakan kecewa dengan suaminya ditambah lagi dengan kondisinya saat ini - Klien mengatakan tidak dapat berbuat apa-apa dengan sikap suaminya - Klien mengatakan hanya bisa pasrah dengan keadaan suaminya O: - Klien tampak murung, lesu, tidak bergairah saat ditanya tentang kondisi terutama suaminya - Klien menyangkal suaminya - Raut muka klien tampak marah ketika berbicara tentang suaminya - Kontak mata kurang - Klien menolak untuk berbicara tentang suaminya A: Ketidakberdayaan
13/5/13
saat bercerita tentang suaminya - Kontak mata kurang - Tampak tegang - Klien menolak mengakui suaminya - Nada bicara agak tinggi saat berbicara tentang kondisi dirinya dan suami Nyeri DS: Klien mengatakan kaki masih terasa sakit DO: - Luka kaki diabetik grade 3 - Ekspresi wajah meringis - Tampak memegangi area nyeri
13/5/13
Resiko infeksi DS: DO: - Luka kaki diabetik grade 3 - Luka ada pus, berbau busuk - Hasil lab 12/5/13: leukosit 9880/mm3
P: - Kaji penyebab klien marah - Tingakatkan pemikiran positif tentang keadaan klien
Pukul: 08.00-09.00 WIB Mandiri 1. Mempertahankan immobilisasi pada luka ulkus yang nyeri 2. Menganjurkan klien untuk mengubah posisi dengan sering dan rentang gerak pasif dan aktif 3. Meninggikan kaki yang luka dengan ganjalan bantal 4. Mendorong ekspresi perasaan tentang nyeri 5. Memberikan tindakan kenyamanan dasar, contoh pijatan pada area yang tidak sakit, 6. Mendorong penggunaan teknik manajemen stres: tarik nafas dalam, sentuhan terapeutik Kolaborasi 7. Memberikan analgesik jika nyeri meningkat Pukul. 08.00-09.00 WIB Mandiri 1. Mengobservasi tanda-tanda infeksi dan peradangan 2. Meningkatkan upaya pencegahan melakukan cuci tangan yang baik pada semua orang yang berhubungan dengan pasien. 3. Mempertahankan tehnik aseptik pada prosedur infasif. 4. Melakukan perawatan kulit atau luka dengan teratur. 5. Menganjurkan klien untuk makan dan minum yang adekuat. Kolaborasi
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
S: Klien mengatakan nyeri berkurang O: - Klien tampak rileks - Skala nyeri 3 - Klien tampak mengelus-elus kakinya A: Masalah nyeri teratasi sebagian P: Mempertahankan immobilisasi pada bagian tubuh klien yang nyeri
S: O: - S: 36 0C - Perawatan luka dilakukan pagi –sore - Luka ditutup kassa kering - Jaringan nekrotik dan pus diangkat - Pertumbuhan jaringan baru terbentuk - Sampel kultur telah dikirim ke lab A: Resiko infeksi teratasi sebagian P:
13/5/13
Ketidakseimbangan nutrisi:: kurang dari kebutuhan tubuh DS: Klien mengatakan tidak nafsu makan DO: - Tampak lesu, tidak bergairah - GDS jam 06.00 WIB: 125 mg/dl - Hasil lab 12/5/13: Hb 13,8 g/dl
13/5/13
Dx: Ansietas DS: - klien menagtakan cemas dengan kondisi suami yang
6. Melakukan pemeriksaan kultur 7. Memberikan antibiotik: ciprofloxacin 3x1gr/drip
- Observasi tanda-tanda infeksi - Pantau adanya peningkatan suhu tubuh - Konfirmasi hasil kultur
Pukul:11.00-11.30 WIB Mandiri 1. Melakukan observasi tanda-tanda hipoglikemi, spt: perubahan tingkat kesadaran, kulit dingin, nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala, pusing, sempoyongan 2. Mengauskultasi bising usus 3. Memotivasi klien untuk menghabiskan makanan klien 4. Menganjurkan klien untuk minum air hangat sebelum makan 5. Meminta klien untuk makan setengah jam setelah diberikan suntikan insulin Kolaborasi 6. Melakukan pemeriksaan gula darah dengan „finger stick‟ 7. Memberikan pengobatan insulin sebelum makan (aprida 14 unit)
S: Klien mengatakan akan mencoba menghabiskan porsi makan O: - Porsi makan habis 4-5 sendok makan - Bising usus 6x/m - GDS jam 11.00 WIB: 342 mg/dl - Diit DM 1700 kalori A: Masalah nutrisi teratasi sebagian P: - Melakukan observasi tanda-tanda hipoglikemi, spt: perubahan tingkat kesadaran, kulit dingin, nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala, pusing, sempoyongan - Memotivasi klien untuk menghabiskan makanan klien - Meminta klien untuk makan setengah jam setelah diberikan suntikan insulin Kolaborasi: - Melakukan pemeriksaan gula darah dengan „finger stick‟ - Memberikan pengobatan insulin sebelum makan (Aprida 14 unit) pk.16.00 WIB S: - klien mengatakan untuk kondisinya klien sudah pasrah dan lebih tenang karena yakin akan mendapatkan pengobatan yang baik
Pukul 12.00-14 WIB Mandiri 1. mengevaluasi perasaan ansietasnya
klien
terhadap
kondisi
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
masuk ICU pada sabtu sore klien mengatakan khawatir dengan kondisi suami klien - klien banyak bertanya tentang kondisi ICU kepada anaknya - klien mengatakan tidak dapat tidur semalam karena memikirkan keadaan suaminya - klien mengatakan jantung berdebar-debar - TD: 170/ 90 mmHg, N; 100 x/m, kuat, teratur, RR: 23x/m, S: 360C - klien mengatakan dengan teknik relaksasi nafas dalam ansietasnya tidak berkurang. DO: - klien tampak ekspresi wajah tegang - klien lebih sering berbolakbalik posisi tidur - tampak murung Ketidakberdayaan DS: - klien mengatakan masih merasa kesal jika mengingatingat perbuatan yang telah dilakukan suaminya - klien mengatakan suaminya tidsk perbah perduli dengan dirinya - klien mengatakan dengan kondisinya sekaranag klien -
13/5/13
2. mengevaluasi cara klien dalam melakukan cara teknik relaksasi nafas dalam 3. menjelaskan teknik relaksasi lain yang dapat mengurangi menurunkan ansietas 4. mengajarkan teknik relaksasi dengan hipnosis 5 jari 5. meminta klien meredemontrasikan cara melakukan teknik relaksasi dengan hipnosis 5 jari 6. memberikan reinforcement positif.
O: -
Klien mengatakan lebih lega setelah cerita tentang perasaannya Klien mengatakan tenang setelah melakukan teknik relaksasi hipnosis 5 jari Klien mengatakan akan mencoba tidur
Klien tampak lebih rileks. Ekspresi wajah tidak murung lagi Klien koperatif selama latihan Klienmampu melakukan hipnosisi 5 jari dengan bimbingan Klien tampak tidur
A: ansietas sedang P: - Tingkatkan kemampuan klien dalam melakukan latihan hypnosis 5 jari - Evaluasi hasil latihan klien
Pukul 12.00-14.00 WIB Mandiri 1. mempertahankan rasa percaya, 2. memberikan motivasi kepada klien untuk tetap berpikir positif 3. mengidentifikasi kemampuan yang masih dapat di jalankan oleh klien seperti memberikan dukungan pada suami dengan berdoa untuk kesembuhan suaminya dan menjadi seseorang yang pemaaaf, klien juga tetap bisa menjalankan peran sebagai ibu meskipun sedang sakit. 4. Memberikan reinforcement positif
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
S: - klien mengatakan masih merasa marah jika mengingat kata-kata suami yang membuatnya sedih - klien mengatakan berusaha memaafkan suaminya - klien mengatakan masih sayang terhadap suaminya - klien mengatakan akan mendoakan suaminya. O: - klien tampak menangis
-
merasa tidak dapat berbuatapa DO: - klien tampak murung - mata klien tampak berkacakaca - klien berharap bisa cepat sembuh
14/5/13
Nyeri DS: Klien mengatakan paha terasa pegal, linu DO: - Luka kaki diabetik grade 3 - Ekspresi wajah meringis - Tampak memegangi area nyeri
14/5/13
Resiko infeksi DS: DO: - Luka kaki diabetik grade 3 - Luka ada pus, bau berkurang - Ada pertumbuhan jaringan baru - Suhu kulit sekitar luka sama tida teraba hangat/panas
pandangan pada satu arah kontak mata kurang ekspresi wajah lebih rileks.
A: ketidakberdayaan
Pukul: 08.00-09.00 WIB Mandiri 1. Mempertahankan immobilisasi pada luka ulkus yang nyeri 2. Menganjurkan klien untuk mengubah posisi dengan sering dan rentang gerak pasif dan aktif 3. Meninggikan kaki yang luka dengan ganjalan bantal 4. Mendorong ekspresi perasaan tentang nyeri 5. Memberikan tindakan kenyamanan dasar, contoh pijatan pada area yang tidak sakit, 6. Mendorong penggunaan teknik manajemen stres: tarik nafas dalam, sentuhan terapeutik Kolaborasi 7. Memberikan analgesik jika nyeri meningkat Pukul. 08.00-09.00 WIB Mandiri 1. Mengobservasi tanda-tanda infeksi dan peradangan 2. Meningkatkan upaya pencegahan melakukan cuci tangan yang baik pada semua orang yang berhubungan dengan pasien. 3. Mempertahankan tehnik aseptik pada prosedur infasif. 4. Melakukan perawatan kulit atau luka dengan teratur. 5. Menganjurkan klien untuk makan dan minum yang adekuat.
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
P: - kaji penyebab klien marah - minta klien untuk berpikir positif dan memaafkan S: Klien mengatakan nyeri berkurang O: - Klien tampak rileks - Skala nyeri 3 - Klien tampak memegangi area nyeri A: Masalah nyeri teratasi sebagian P: Mempertahankan immobilisasi pada bagian tubuh klien yang nyeri
S: O: - S: 36, 2 0C - Perawatan luka dilakukan pagi –sore - Luka ditutup kassa kering - Jaringan nekrotik dan pus diangkat - Pertumbuhan jaringan baru terbentuk A: Resiko infeksi teratasi sebagian P:
14/5/13
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh DS: Klien mengatakan tidak nafsu makan tapi akan dicoa untuk menghabiskan makanan
DO: - Klien tampak lesu - GDS jam 06.00 WIB: mg/dl
14/5/13
166
DS: - Klien mengatakan masih merasa khawatir dengan kondisi suaminya dan berharap segera keluar dari ICU dan kembali keruangan semula. - Klien mengatakan anak dan
Kolaborasi 6. Memberikan antibiotik: ciprofloxacin 3x1gr/drip Pukul:11.00-11.30 WIB Mandiri 1. Melakukan observasi tanda-tanda hipoglikemi, spt: perubahan tingkat kesadaran, kulit dingin, nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala, pusing, sempoyongan 2. Memotivasi klien untuk menghabiskan makanan klien 3. Menganjurkan klien untuk minum air hangat sebelum makan 4. Meminta klien untuk makan setengah jam setelah diberikan suntikan insulin Kolaborasi 5. Melakukan pemeriksaan gula darah dengan „finger stick‟ 6. Memberikan pengobatan insulin sebelum makan (aprida 14 unit)
Pukul: 12.00-14.00 WIB Mandiri 1. mengevaluasi klien terhadap kondisi kesehatan klien 2. mengevalusi kemampuan klien dalam melakukan teknik relaksasi dengan hipnosis 5 jari 3. bersama klien melatih teknik relaksasi hipnosis 5 jari 4. memberikan reinforcement positif 5. melibatkan keluarga dalam latihan teknik relaksasi
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
- Observasi tanda-tanda infeksi - Pantau adanya peningkatan suhu tubuh S: Klien mengatakan makanan tidak habis O: - Porsi makan habis ½ porsi - Snack pagi habis dimakan - GDS jam 11.00 WIB: 209 mg/dl - Diit DM 1700 kalori A: Masalah nutrisi teratasi sebagian P: - Melakukan observasi tanda-tanda hipoglikemi, spt: perubahan tingkat kesadaran, kulit dingin, nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala, pusing, sempoyongan - Memotivasi klien untuk menghabiskan makanan klien - Meminta klien untuk makan setengah jam setelah diberikan suntikan insulin Kolaborasi: - Melakukan pemeriksaan gula darah dengan „finger stick‟ - Memberikan pengobatan insulin sebelum makan (Aprida 14 unit) pk.16.00 WIB S: - klien mengatakan lebih rileks setelah latihan hipnosis 5 jari - klien mengatakan lebih tenang setelah melakukan hipnosis 5 jari. O: - klien tampak tenang, ekspresi wajah rileks - klien kooperatif dalam melakukan hipnosis 5
14/5/13
menantu telah memintanya untuk berkunjung ke ICU untuk melihat dan memberikan dukungan pada suaminya , namun klien mengatakan masih merasa kesal bila mengingat perkataan dan perbuatan suaminya terhadap dirinya. - Klien mengatakan anak dan menantunya tidak mengerti perasaannya. DO: - ekspresi wajah murung - Klien tampak lesu. Tidak bergairah - Klien tidak nafsu makan Dx: Ketidakberdayaan DS: - Kllien mengatakan kadanag maasih kepikiran hal-hal yang membuat klien kecewa - Klien mengatakan anakanaknya memaksa klien untuk mau bertemu dengan suaminya - Klien mengatakan kesal dengan sikap anak-anaknya yang memaksa klien untuk bertemu suaminya
6.
hipnosis 5 jari menganjurkan keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien dalam melakukan latihan teknik relaksasi hipnosis 5 jari.
-
jari klien mampu melakukan hipnosis 5 jari dengan sendiri.
A: ansietas sedang P: - Tingkatkan kemampuan klien dalam melakukan teknik relaksasi hypnosis 5 jari - Minta keluarga untuk mendukung klien dalam melakukan latihan hypnosis 5 jari
Pukul: 12.00-14.00 WIB Mandiri 1. memberikan motivasi klien untuk berpikir positif 2. mendiskusikan kemampuan yang dapat dilakukan klien selama di rawat dirumah sakit seperti memberikan dukungan pada suami yang sedang dirawat di ruang ICU dengan berdoa/ mengaji 3. berdiskusi bersama klien untuk tentang pentingnya support dalam proses penyembuhan pasangan, menjadi seorang pemaaf. 4. Memberikan reinforcement positif
DO: - Ekspresi wajah agak tegang saat berbicara tentang anak-anaknya - Intonasi suara agak meninggi
S: - Klien mengatakan sudah bisa memaafkan suaminya, - klien mengatakan mencoba untuk tidak mengingat-ingat kejadian yang membuatnya sedih - klien mengatakan akan mengingat-ingat hal-hal indah yang dapat membuatnya senang, - klien mengatakan belum siap untuk menemui suaminya. - klien mengatakan anak menantunya memintanya untuk menemui suaminya dan mendukung semua keputusannya O: - Klien tampak lebih tenang, ekspresi wakah rileks.
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
- Klien tampak meremas kain selimut saat menungkapkan kekesalannya
15/5/13
Nyeri DS: Klien mengatakan nyeri berkurang DO: - Luka kaki diabetik grade 3 - Ekspresi wajah meringis - Tampak memegangi area nyeri
15/5/13
Resiko infeksi DS: DO: - Luka kaki diabetik grade 3 - Luka ada pus, bau berkurang - Ada pertumbuhan jaringan baru - Suhu kulit sekitar luka sama tida teraba hangat/panas - Hasil lab tgl 15/5/13: leukosit
-
Pukul: 15.00-16.00 WIB Mandiri 1. Mempertahankan immobilisasi pada luka ulkus yang nyeri 2. Menganjurkan klien untuk mengubah posisi dengan sering dan rentang gerak pasif dan aktif 3. Meninggikan kaki yang luka dengan ganjalan bantal 4. Mendorong ekspresi perasaan tentang nyeri 5. Memberikan tindakan kenyamanan dasar, contoh pijatan pada area yang tidak sakit, 6. Mendorong penggunaan teknik manajemen stres: tarik nafas dalam, sentuhan terapeutik Kolaborasi 7. Memberikan analgesik jika nyeri meningkat Pukul. 15.00-16.00 WIB Mandiri 1. Mengobservasi tanda-tanda infeksi dan peradangan 2. Meningkatkan upaya pencegahan melakukan cuci tangan yang baik pada semua orang yang berhubungan dengan pasien. 3. Mempertahankan tehnik aseptik pada prosedur infasif. 4. Melakukan perawatan kulit atau luka dengan teratur. 5. Menganjurkan klien untuk makan dan minum yang
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
Kontak mata kurang Tampak mata berkaca-kaca saat berbicara tentang suaminya
A: ketidakberdayaan P: - Minta klien untuk berpikir positif - libatkan keluarga dalam merawat klien dengan ketidakberdayaaan dengan memberi kesempatan pada klien untuk berpikir dan memutuskan sendiri apa menurut klien . S: Klien mengatakan nyeri sudah banyak berkurang O: - Klien tampak rileks - Skala nyeri 1-2 A: Masalah nyeri teratasi P: Mempertahankan immobilisasi pada bagian tubuh klien yang nyeri Pertahankan kondisi
S: O: - S: 36, 3 0C - Perawatan luka dilakukan pagi –sore - Luka ditutup kassa kering - Jaringan nekrotik dan pus diangkat - Pertumbuhan jaringan baru terbentuk A: Resiko infeksi teratasi sebagian
7520/mm3
15/5/13
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh DS: Klien mengatakan tidak nafsu makan tapi akan dicoa untuk menghabiskan makanan DO: - Klien tampak lesu - GDS jam 11.00 WIB: 132 mg/dl - Hasil lab 15/5/13: hb 12,6 g./dl
15/5/13
Ansietas DS: - Klien mengatakan sudah tidak memikirkan sakitnya lagi - Klien mengatakan klien sudah dirawat dengan baik - Klien mengatakan akan
adekuat. Kolaborasi 6. Memberikan antibiotik: ciprofloxacin 3x1gr/drip
P: - Observasi tanda-tanda infeksi - Pantau adanya peningkatan suhu tubuh
Pukul:17.00-18.30 WIB Mandiri 1. Melakukan observasi tanda-tanda hipoglikemi, spt: perubahan tingkat kesadaran, kulit dingin, nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala, pusing, sempoyongan 2. Memotivasi klien untuk menghabiskan makanan klien 3. Menganjurkan klien untuk minum air hangat sebelum makan 4. Meminta klien untuk makan setengah jam setelah diberikan suntikan insulin Kolaborasi 5. Melakukan pemeriksaan gula darah dengan „finger stick‟ 6. Memberikan pengobatan insulin sebelum makan (aprida 14 unit)
S: Klien mengatakan makanan tidak habis O: - Porsi makan habis ½ porsi - Snack pagi habis dimakan - GDS jam 16.00 WIB: 112 mg/dl - Diit DM 1700 kalori A: Masalah nutrisi teratasi sebagian P: - Melakukan observasi tanda-tanda hipoglikemi, spt: perubahan tingkat kesadaran, kulit dingin, nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala, pusing, sempoyongan - Memotivasi klien untuk menghabiskan makanan klien - Meminta klien untuk makan setengah jam setelah diberikan suntikan insulin Kolaborasi: - Melakukan pemeriksaan gula darah dengan „finger stick‟ - Memberikan pengobatan insulin sebelum makan (Aprida 14 unit) pk.06.00 WIB S: - klien mengatakan akan mencoba teknik yang sudah diajarkan sewaktu dirumah dan dirumah sakit latihan pada waktu menjelang tidur malam - klien mengatakan bersyukur telah diajarkan teknik relaksasi sehingga klien bisa mengatasi
Pukul: 18.30-19.00 WIB Mandiri 1. mengevaluasi perasaan klien terhadap kondisi kesehatan 2. mengevaluasi kemampuan klien dalam melakukan teknik relaksasi nafas dalam dengan diakhiri do‟a (dzikir) dan melatih hipnosis 5 jari 3. memberikan reinforcement positif
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
15/5/13
mencoba rileks biar gula darahnya stabil dan cepat pulang - Klien mengatakan sudah lebih tenang Do: - ekspresi wajah tampak lebih rileks - klien tampak tenang - kontak mata baik
4. bersama klien membuat jadwal untuk melakukan teknik relaksasi nafas dalam dan hipnosis 5 jari. Jadwal yang sudah dibuat di beritahukan kepada
Ketidakberdayaan DS: - klien mengatakan suaminya sudah pulang dari ICU - klien mengatakan akan berusaha berpikir positif dengan kondisinya dan suaminya - klien mengatakan sudah memaafkan suaminya - klien mengatakan mau menemui suaminya DO: - ekspresi wajah rileks - klien tampak tenang - klien tampak sudah berias untuk bertemu suaminya
Pukul.18.00-20.00WIB Mandiri 1. Mengevaluasi perasaan klien 2. berdiskusi tentang kegiatan yang ingin dilakukan klien 3. Berdiskusi bersama klien untuk melatih berpikir positif 4. meminta keluarga untuk terus mendukung klien dalam melakukan kegiatan yang positif baik di rumah sakit maupun di rumah. 5. Memberikan reinforcement positif
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
masalah yang dialaminya O: - klien tampak tenang, rileks, - nilai gula darah berkurang GDS jam 16.00: 112 g/dl.. A: ansietas sedang teratasi P: - latihan teknik relaksasi nafas dalam dan hypnosis 5 jari sesuai jadwal yang telah dibuat klien - Evaluasi hasil latihan - Minta keluaraga untuk memberikan dukungan kepada klien dalam melakukan latihan teknik relaksasi nafas dalam dan hipnosis lima jari. S: - Klien mengatakan klien sudah memaafkan suaminya - klien mengatakan sudah menerima keadaannya - klien mengatakan masih sayang terhadap suaminya - klien mengatakan ingin menemui suaminya di ruang rawat - klien mengatakan senang bisa berbincangbincang dengan suaminya karena mengingat masa-masa indah waktu dulu. O: - klien tampak rileks, - klien tampak tersenyum, raut muka lebih berseri - klien tampak mau menemui suaminya diruang rawatnya dengan kursi roda - klien tampak berinteraksi dengan akrab dengan suaminya.
A: ketidakberdayaan P: - minta klien untuk mau menungkapkan perasaannya kepada pasangan - minta keluarga untuk meningkatkan komunikasi dalam mengatasi masalah
16/5/13
Resiko infeksi DS: DO: - Luka kaki diabetik grade 3 - Luka ada pus, bau berkurang - Ada pertumbuhan jaringan baru - Suhu kulit sekitar luka sama tida teraba hangat/panas
Pukul. 15.00-16.00 WIB Mandiri 1. Mengobservasi tanda-tanda infeksi dan peradangan 2. Meningkatkan upaya pencegahan melakukan cuci tangan yang baik pada semua orang yang berhubungan dengan pasien. 3. Mempertahankan tehnik aseptik pada prosedur infasif. 4. Melakukan perawatan kulit atau luka dengan teratur. 5. Menganjurkan klien untuk makan dan minum yang adekuat. Kolaborasi 6. Memberikan antibiotik: ciprofloxacin 3x1gr/drip
S: O: - S: 36, 3 0C - Perawatan luka dilakukan pagi –sore - Luka ditutup kassa kering - Jaringan nekrotik dan pus diangkat - Pertumbuhan jaringan baru terbentuk A: Resiko infeksi teratasi sebagian P: - Observasi tanda-tanda infeksi - Pantau adanya peningkatan suhu tubuh
16/5/13
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh DS: Klien mengatakan tidak nafsu makan tapi akan dicoa untuk menghabiskan makanan
Pukul:16.00-18.30 WIB Mandiri 1. Melakukan observasi tanda-tanda hipoglikemi, spt: perubahan tingkat kesadaran, kulit dingin, nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala, pusing, sempoyongan 2. Memotivasi klien untuk menghabiskan makanan klien 3. Menganjurkan klien untuk minum air hangat sebelum makan 4. Meminta klien untuk makan setengah jam setelah diberikan suntikan insulin Kolaborasi
S: Klien mengatakan makanan tidak habis O: - Porsi makan habis ½ porsi - Snack pagi habis dimakan - GDS jam 16.00 WIB: 98mg/dl - Diit DM 1700 kalori A: Masalah nutrisi teratasi sebagian P: - Melakukan observasi tanda-tanda hipoglikemi, spt: perubahan tingkat kesadaran, kulit dingin,
DO: - Klien tampak lesu - GDS jam 11.00 WIB: mg/dl
126
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
5. Melakukan pemeriksaan gula darah dengan „finger stick‟ 6. Memberikan pengobatan insulin sebelum makan (aprida 14 unit)
16/5/13
Ketidakberdayaan DS: - klien mengatakan hubungan dengan suami sudah membaik - klien mengatakan ingin keluar dari RS bersama-sama sedang menunggu dokter DO: - ekspresi wajah rileks - klien tampak tenang - tampak berseri
Pukul.18.00-20.00WIB Mandiri 1. Mengevaluasi perasaan klien 2. Mengevaluasi kegiatan yang sudah dilakukan 3. Memotivasi untuk tetap positif 4. Memotivasi untuk melakukan kegiatan yang positif yang masih dapat dilakukan di rumah . 5. Memberikan reinforcement positif
nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala, pusing, sempoyongan - Memotivasi klien untuk menghabiskan makanan klien - Meminta klien untuk makan setengah jam setelah diberikan suntikan insulin Kolaborasi: - Melakukan pemeriksaan gula darah dengan „finger stick‟ - Memberikan pengobatan insulin sebelum makan (Aprida 14 unit) pk.06.00 WIB S: - Klien mengatakan bersyukur dapat dibantu selama perawatan - klien mengatakan ingin cepat pulang kerumah - klien mengatakan senang bisa berkumpul lagi dengan suami O: - klien tampak rileks, - klien tampak tersenyum, raut muka lebih berseri
A: ketidakberdayaan teratasi P: - minta keluarga untuk meningkatkan komunikasi dalam mengatasi masalah Keterangan: tagl 17/5/13 jam 11.00 wib klien diizinkan oleh dokter untuk pulang dan kontrol ulang tanggal 21/5/13
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan Nyeri
Tujuan Nyeri berkurang/ hilang
Rencana Tindakan keperawatan Kriteria Evaluasi Intervensi Setelah intervensi selama Mandiri: x/24 jam klien 1. Evaluasi rasa sakit secara regular, catat karakteristik, menunjukkan: lokasi dan intensitas Menunjukkan ekspresi wajah/ postur tubuh rileks 2. Kaji tanda-tanda vital, perhatikan takikardi, hepertensi dan peningkatan pernapasan, bahkan jika pasien Skala nyeri (analog menyangkal adanya rasa sakit nyeri) 0 3. Kaji penyebeb ketidaknyamanan lain Tidak ada peningkatan TTV (TD, N, RR) 4. Dorong pengggunaan teknik relaksasi misalnya latihan Berpartisipasi dalam napas dalam, bimbingan imajiansi, visualisasi aktivitas dan tidur/ istirahat dengan tepat Kolaborasi: 5.
Rasional Menentukan efektifitas pengobatan
Dapat mengindikasikan rasa sakit akut dan ketidaknyamanan
Ketidaknyamanan mungkin disebabkan/ diperburuk dengan keadaan lain Lepaskan tegangan emosional dan otot, tingkatkan perasaan kontrol yang mungkin dapat meningkatkan kemampuan koping
Berikan obat analgesik sesuai indikasi Analgesik IV akan dengan segera mencapai pusat rasa sakit
Resiko Infeksi
Infeksi tidak bertambah dan menyebar
Setelah intervensi selama x/24 jam klien menunjukkan:
Mandiri: 1. Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan, spt: demam, kemerahan, adanya pus pada luka
Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau menurunkan risiko infeksi
2.
Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik pada semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya sendiri
Mencegah timbulnya infeksi silang.
Perubahan gaya hidup
3.
Berikan perawatan kulit dengan teratur, massage daerah
Sirkulasi perifer bisa terganggu yang
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
Pasien mungkin dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nasokomial.
untuk mencegah terjadinya infeksi
tulang yang tertkan, juga kulit tetap kering, linen kering, tetap kencang
menempatkan pasien pada peningkatan resiko terjadinya kerusakan pada kulit/iritasi kulit dan infeksi.
4.
Pertahankan tekhnik aseptic pada prosedur invasive
kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan kuman.
5.
Anjurkan untuk makan dan minum adekuat
Menurunkan kemungkinan terjadinya infeksi
Suhu 36- 37,5 0C Leukosit 400010000/mm3
Kolaborasi: 6. Lakukan pemeriksaan kultur sensitivitas sesuai indikasi
7. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
Nutrisi adekuat
Berikan obat antibiotik yang sesuai
Untuk mengidentifikasi organisme sehingga dapat memiliki terapi antibiotik yang terbaik Penanganan awal dapat membantu mencegah timbulnya sepsis
Setelah intervensi selama x/24 jam klien menunjukkan:
Mandiri: 1. Timbang BB setiap hari atau sesuai indikasi
Klien makan sesuai dengan kebutuhan kalori dan gizinya
2. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien
Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.
Klien menunjukkan tingkat energi yang biasanya sebelum sakit
3. Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen/ perut kembung, mual, muntah, pertahankan keadaan puasa sesuai indikasi
Hiperglikemi dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat menurunkan motilitas/ fungsi lambung yang akan mempengaruhi pilihan intervensi.
4. Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui pemberian cairan mll oral
Pemberian makanan melalui oral lebih baik jika pasien sadar dan fungsi gastrointestinal baik.
BB stabil/ bertambah kearah BB normal Tonus otot baik
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat.
5. Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan etnik dan kultuer
Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam perencanaan makan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang.
6. Libatkan keluarga pada perencanaan makan ini sesuai indikasi
Meningkatkan rasa keterlibatannya, memberi informasi pada keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien.
7. Observasi tanda-tanda hipoglikemi, spt: perubahan tingkat kesadaran, kulit dingin, nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala, pusing, sempoyongan
Karena metabolisme KH mulai terjadi dan sementara tetap diberikan insulin maka hipoglikemi dapat terjadi
Kolaborasi: 8. Lakukan pemeriksaan gula darah dengan ‘finger stick’
Analisadi TT lebih akurat (gula darah) dari pada memantau gula darah dalam urine, yang tidak cukup akurat untuk mendeteksi fluktuasi kadar gula darah
9. Pantau pemeriksaan laboratorium, seperti: Gula darah
Gula darah akan menurun perlahan dengan pergantian cairan dan terapi insulin terkontrol.
10.
Berikan pengobatan insulin secara teratur
Insulin reguler mempunyai awitan cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat membantu pemindahan glukosa kedalam sel
11.
Lakukan konsultasi dengan ahli diet
Sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
Ansietas
TUM : Klien akan menunjukkan cara koping adaptif terhadap sterss TUK : 1. Klien dapat menjalin dan mempertahankan hubungan saling percaya
Klien menunjukkan tandatanda percaya terhadap perawat Wajah cerah, tersenyum Mau berkenalan Ada kontak mata Bersedia menceritakan perasaannya
Bina hubungan saling percaya : 1.1. Beri salam setiap interaksi 1.2. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan 1.3. Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien 1.4. Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap berinteraksi dengan klien 1.5. Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien 1.6. Buat kontrak interaksi yang jelas 1.7. Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien 1.8. Penuhi kebutuhan dasar klien
Hubungan saling percaya merupakan dasar dari terjadinya komunikasi teraupetik sehingga akan memfasilitasi dalam pengungkapan perasaan, emosi, dan harapan klien
2.
Klien dapat mengenal ansietasnya
Klien mengungkapkan perasaan ansietas, penyebab ansietas, penyebab ansietas, dan perilaku akibat ansietas
2.1. Jadilah pendengar yang hangat dan responsif 2.2. Beri waktu yang cukup pada klien untuk berespons 2.3. Diskusikan tentang perasaan klien saat sedang menghadapi masalah atau tekanan 2.4. Beri dukungan pada klien untuk mengekspresikan perasaannya 2.5. Identifikasi situasi yang membuat klien ansietas 2.6. Bersama klien identifikasi penyebab ansietas 2.7. Bersama klien identifikasi perilaku akibat ansietas 2.8. Reinforcement positif 2.9. Bantu klien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya.
Dengan mengenal ansietasnya, klien akan lebih kooperatif terhadap tindakan keperawatan. Menyamakan persepsi bahwa ansietas terjadi pada klien.
3.
Klien dapat menggunakan teknik mengurangi
Klien mampu mendemonstrasikan cara mengatasi ansietas secara
3.1. Ajarkan klien teknik pengalihan pikiran. 3.2. Dorong klien untuk menggunakan teknik napas dalam, relaksasi otot progresif, dan hipnotis lima jari untuk
Didapatkannya cara lain yang sehat yang akan membantu klien untuk mencari cara yang adaptif dalam mengurangi atau
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
4.
ansietas secara positif
positif
menurunkan tingkat ansietas.
Klien dapat dukungan keluarga untuk menurunkan ansietas.
Keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan ansietas dengan latihan napas dalam dan pengalihan pikiran.
4.1. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga. 4.2. Jelaskan proses tejadi, tanda gejala, penyebab ansietas pada anggota keluarga. 4.3. Ajarkan cara merawat anggota keluarga dengan latihan napas dalam, relaksasi otot progresif dan hipnotis lima jari. 4.4. Diskusikan tanda-tanda anggota keluarga harus dirujuk. 4.5. Beri reinforcement positif.
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
menghilangkan ansietasnya
Dukungan keluarga, mendukung proses perubahan perilaku ansietas klien, untuk meningkatkan motivasi klien dalam menghilangkan ansietasnya, untuk memberikan pengetahuan kepada keluarga sehingga keluarga dapat memahami cara yang tepat dalam menangani klien dan pentingnya perhatian keluarga, dan agar keluarga dapat merawat klien secara mandiri.
Ketidakberdayaan
TUM : Klien akan menunjukkan cara koping adaptif terhadap sterss TUK : 1. Klien dapat menjalin dan mempertahankan hubungan saling percaya
2. Klien dapat mengenal dan mengekspresikan emosinya
Klien menunjukkan tandatanda percaya terhadap perawat Wajah cerah, tersenyum Mau berkenalan Ada kontak mata Bersedia menceritakan perasaannya
Bina hubungan saling percaya : 1.1 Beri salam setiap interaksi 1.2 Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan 1.3 Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien 1.4 Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap berinteraksi dengan klien 1.5 Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien 1.6 Buat kontrak interaksi yang jelas 1.7 Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien 1.8 Penuhi kebutuhan dasar klien
Hubungan saling percaya merupakan dasar dari terjadinya komunikasi teraupetik sehingga akan memfasilitasi dalam pengungkapan perasaan, emosi, dan harapan klien
Klien mengungkapkan mengidentifikasi dan menguraikan perasaan , penyebab ketidakberdayaan, , dan perilaku akibat ketidakberdayaan
2.1 2.2 2.3
Dengan mengenal ketidakberdayaannya, klien akan lebih kooperatif terhadap tindakan keperawatan. Menyamakan persepsi ketenytang ketidakberdayaan terjadi pada klien.
Jadilah pendengar yang hangat dan responsif Beri waktu yang cukup pada klien untuk berespons Diskusikan tentang perasaan klien saat sedang menghadapi masalah atau tekanan 2.4 Beri dukungan pada klien untuk mengekspresikan perasaannya 2.5 Identifikasi situasi yang membuat klien ketidakberdayaan 2.6 Bersama klien identifikasi penyebab ketidakberdayaan 2.7 Bersama klien identifikasi perilaku ketidakberdayaan 2.8 Reinforcement positif 2.9 Bantu klien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya. 2.10 Bantu klien mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terdahap ketidakberdayaannya 2.11 Diskusikan tentang masalah yang dihadapi klien tanpa
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
memintanya untuk menyimpulkan 3. Klien mam pu memodifikasi pola kognitif yang negatif
4. Klien mampu berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkenan dengan perawatannya sendiri
Klien mampu mendemonstrasikan cara mengatasi ketidakberdayaan secara positif
3.1
Keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan ansietas dengan latihan napas dalam dan pengalihan pikiran.
4.1
3.2 3.3
4.2 4.3
5.1
5. Klien mampu termotivasi untuk aktif mencapai tujuan yang realistis
5.2
6.
6.1 6.2
Klien dapat dukungan keluarga untuk mengontrol ketidakberdayaan
6.3
6.4 6.5
Idenfikasi pemikiran yang negatif dan bantu untuk menurunkan melalui interupsi atau subsitusi Bantu pasien untuk meningkatkan pemikiran yang positif Evaluasi ketepatan pesepsi, ligika dan kesimpulan yang dibuat klien
Meningkatkan kemampuan klien dalam meningkatkan pemikiran yang positif untuk mengatasi ketidakberdayaan, meningkatkan harga diri klien
Identifikasi persepsi klien yang tidak tepat, penyimpangan dan pendapatnya Latih pengembangan harapan positif (afirmasi positif) Beri reinforcement positif
Latih mengontrol perasaan ketidakberdayaan melalui peningkatan kemampuan mengendalikan situasi yang masih bisa dilakukan klien (misalnya klien masih mampu menjalankan peran sebagai ibu meskipunsedang sakit) Beri reinforcement positif Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga. Jelaskan proses tejadi, tanda gejala, penyebab ketidakberdayann pada anggota keluarga. Ajarkan cara merawat anggota keluarga dengan membantu mengembangkan motivasi bahwa klien dapat mengendalikan situasi dan memotivasi cara afirmasi positif yang telah dilatih perawat pada klien. Diskusikan tanda-tanda anggota keluarga harus dirujukk Beri reinforcement positif.
Analisis praktik ..., Merry Juliana, FIK UI, 2013
Dukungan keluarga, mendukung proses perubahan perilaku ansietas klien, untuk meningkatkan motivasi klien dalam afirmasi positif, untuk memberikan pengetahuan kepada keluarga sehingga keluarga dapat memahami cara yang tepat dalam menangani klien dan pentingnya perhatian keluarga, dan agar keluarga dapat merawat klien secara mandiri.